laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan...

47
LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN TRIWULAN I TAHUN 2019 DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA 2019

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

TRIWULAN I TAHUN 2019

DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA

2019

Page 2: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

i

KATAPENGANTAR

Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan merupakan wujud kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pencapaian misi dan tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar (goodgovernance).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, diinstruksikan agar setiap instansi pemerintah setiap tahun anggaran menyampaikan Laporan Triwulanan yang bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang lebih berdaya guna, bersih, dan bertanggung jawab dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.

Dengan berakhirnya triwulan I tahun 2019, Direktorat Industri Kimia Hulu menyusun Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan I Tahun 2019 yang mencakup Tugas Pokok dan Fungsi, Program/Kegiatan, Sasaran dan Indikator Kinerja, serta Analisis Capaian Kinerja yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Disamping itu, Laporan ini disusun sebagai bahan masukan bagi Direktorat Industri Kimia Hulu guna meningkatkan kinerja di masa mendatang.

Jakarta , April 2019 Direktur Industri Kimia Hulu

ttd.

FridyJuwono

Page 3: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Industri Kimia

Hulu mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk

pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,

pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri,

pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri,

penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan

industri di bidang industri kimia hulu.

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Industri Kimia Hulu

menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan

pengembangan industri kimia hulu.

2. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi

industri kimia hulu.

3. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri

nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan

sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri,

pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, penanaman modal

dan fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang

industri kimia hulu.

4. Penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di

bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri kimia hulu.

5. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

perencanaan, perizinan, data dan informasi industri kimia hulu.

Page 4: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

2

6. Pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau,

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri kimia hulu

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat

1.2 Latar Belakang Kegiatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Industri Kimia

Hulu sebagai unit kerja Pembina sektor industri kimia Hulu mempunyai tugas

melaksanakan Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan

pengembangan industri kimia hulu, pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan

data serta penyajian informasi industri kimia hulu, penyiapan perumusan dan

pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri

nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan

sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan

industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis

pengembangan industri di bidang industri kimia hulu, Penyiapan penyusunan dan

pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang perencanaan, perizinan,

data dan informasi industri kimia hulu, penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis

dan supervisi di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri kimia

hulu, pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau,

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri kimia hulu.

Dalam mengemban tugas tersebut Direktorat Industri Kimia Hulu menetapkan

sasaran sesuai Tujuan Pembangunan Industri Tahun 2015-2019 adalah

Terbangunnya industri yang tangguh dan berdaya saing, melalui:

1. Penguatan struktur Industri nasional

2. Peningkatan nilai tambah di dalam negeri

3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

4. Pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna

memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional.

Page 5: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

3

Dalam rangka mencapai sasaran dan pelaksanaan program pengembangan

industri prioritas, diperlukan prasyarat sebagai berikut:

1) Iklim investasi dan pembiayaan yang mendorong peningkatan investasi di

sektor industri;

2) Ketersediaan infrastruktur yang dapat mendukung peningkatan produksi

dan kelancaran distribusi;

3) Kualitas dan kompetensi SDM industri berkembang dan mendukung

peningkatan penggunaan teknologi dan inovasi di sektor industri;

4) Kebijakan terkait sumber daya alam yang mendukung pelaksanaan program

hilirisasi industri secara optimal; dan

5) Koordinasi antar kementerian/lembaga dan peran aktif pemerintah daerah

dalam pembangunan industri.

1.3. Struktur Organisasi

Dalam menjalankan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang tertuang dalam

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 Direktorat Industri Kimia

Hulu terdiri dari :

1. Subdirektorat Program Pengembangan Industri Kimia Hulu

a. Seksi Program

b. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

2. Subdirektorat Industri Kimia Anorganik

a. Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri

b. Seksi Pemberdayaan Industri

3. Subdirektorat Industri Kimia Organik

a. Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri

b. Seksi Pemberdayaan Industri

4. Subdirektorat Industri Kimia Hulu lainnya

a. Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri

b. Seksi Pemberdayaan Industri

5. Sub bagian Tata Usaha

Page 6: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

4

BAB II RENCANA KEGIATAN

A. Kegiatan Tahun 2019

1. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu

Tahun 2019 Direktorat Industri Kimia Hulu melaksanakan Program Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Kimia Hulu dengan kegiatan Prioritas Nasional sebagai

berikut :

1. Implementasi Inisiatif Perbaikan Alur Aliran Material Sektor Industri Kimia -

Implementasi Making Indonesia 4.0

2. Otoritas Nasional Senjata Kimia

3. Fasilitasi Investor Dalam Rangka Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Petrokimia di Teluk Bintuni

4. Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu

5. Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu

6. Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Sektor

Industri Kimia Hulu

7. Promosi Investasi Dalam Rangka Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Kimia Hulu Nasional

8. Fasilitasi Industri Kimia Hulu Nasional Dalam Rangka Efisiensi dan Diversifikasi

Energi

9. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida

10. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri

11. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

12. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia

2. Indikator Kinerja

Program ini memiliki 2 (dua) indikator kinerja utama, yaitu: Terwujudnya

pengembangan industri kimia hulu yang berdaya saing tinggi, meningkatnya

utilitasi kapasitas industri kimia hulu berwawasan lingkungan dan mandiri dengan

struktur industri yang kokoh, baik secara vertikal maupun horizontal.

Page 7: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

5

Direktorat Industri Kimia Hulu pada tahun 2019 memperoleh alokasi anggaran

sebesar Rp. 14.416.971.000 yang terdiri dari anggaran untuk 12 (dua belas) output

yaitu:

1) Implementasi Inisiatif Perbaikan Alur Aliran Material Sektor Industri Kimia -

Implementasi Making Indonesia 4.0, dengan anggaran sebesar Rp.

4.700.000.000,-

2) Otoritas Nasional Senjata Kimia, dengan anggaran sebesar Rp. 1.503.218.000,-

3) Fasilitasi Investor Dalam Rangka Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Petrokimia di Teluk Bintuni, dengan anggaran sebesar Rp. 751.609.000,-

4) Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu, dengan

anggaran sebesar Rp. 551.180.000,-

5) Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu, dengan anggaran sebesar Rp.

100.215.000,-

6) Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Sektor

Industri Kimia Hulu, dengan anggaran sebesar Rp. 300.000.000,-

7) Promosi Investasi Dalam Rangka Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Kimia Hulu Nasional, dengan anggaran sebesar Rp. 928.081.000,-

8) Fasilitasi Industri Kimia Hulu Nasional Dalam Rangka Efisiensi dan

Diversifikasi Energi, dengan anggaran sebesar Rp. 200.000.000,-

9) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida, dengan

anggaran sebesar Rp. 1.027.199.000,-

10) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri, dengan anggaran

sebesar Rp. 751.609.000,-

11) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat, dengan

anggaran sebesar Rp. 1.252.681,-

12) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia, dengan anggaran

sebesar Rp. 351.179.000,-

Page 8: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

6

Tabel 2.1

Base line, Output dan Anggaran Tahun 2019

kode uraian jumlah

1877 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu 14.116.971.000

1877.026 Otoritas Nasional Senjata Kimia 1.503.218.000

1877.026.001 Fasilitasi terkait kesekretariatan Otoritas Nasional Senjata Kimia 171.840.000

051 Sekretariat Otoritas Nasional Senjata Kimia 171.840.000

1877.026.002 Database Otoritas Nasional Senjata Kimia 135.689.000

051 Database Otoritas Nasional Senjata Kimia 135.689.000

1877.026.003 Inspeksi Otoritas Nasional Senjata Kimia 494.399.000

051 Pembentukan UPT - Tim Inspeksi Nasional 494.399.000

1877.026.004 Deklarasi Otoritas Nasional Senjata Kimia 204.890.000

051 Penyusunan Deklarasi Tahunan 170.680.000

052 Diseminasi Konsep Deklarasi Tahunan 21.770.000

053 Identifikasi OCPF DOC-PSF 10.370.000

054 Monitoring dan Evaluasi Data terkait Needs Assesment and Best Practices on Integrated Chemical Management

2.070.000

1877.026.005 Capacity Building Otoritas Nasional Senjata Kimia 496.400.000

051 Pelaksanaan Kegiatan Chemical Inventory Management System 42.960.000

052 Penyusunan Database bahan kimia daftar dan non daftar terkait distribusi dan produksi

408.410.000

053 Workshop terkait Chemical Safety and Security - Integrated Chemical Management

2.070.000

054 Pelaksanaan Kegiatan Industrial Attachment of the Associate Programme 2018

42.960.000

1877.030 Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu (Prioritas Nasional) [Base Line]

551.180.000

1877.030.001 RSNI Industri Kimia Anorganik 183.860.000

051 Menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Anorganik 1 183.860.000

1877.030.002 RSNI Industri Kimia Organik 183.385.000

051 Menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Organik 1 183.385.000

1877.030.003 RSNI Industri Kimia Hulu Lainnya 183.935.000

051 Menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Hulu Lainnya 1 183.935.000

1877.031 Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu (Prioritas Nasional) [Base Line]

100.215.000

1877.031.001 Regulasi SNI Wajib Produk Industri Kimia Hulu 100.215.000

051 Mengevaluasi Regulasi SNI Wajib Produk Industri Kimia Hulu 100.215.000

1877.041 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida 1.027.199.000

1877.041.001 Penumbuhan Industri Pupuk 1.027.199.000

051 Melakukan Koordinasi Pembangunan atau Revitalisasi Industri Pupuk 226.330.000

052 Melakukan Koordinasi Pengamanan Pasokan Bahan Baku dan Produksi Industri Pupuk

307.630.000

Page 9: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

7

053 Melakukan koordinasi Optimalisasi Pabrik Pupuk Organik 197.500.000

054 Melaksanakan Penyusunan Baseline Potensi Penurunan Emisi GRK Industri Petrokimia dan Penyusunan Rancangan Kebijakan Penurunan Emisi GRK Industri Pupuk

295.739.000

1877.042 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri (Prioritas Nasional) [Base Line]

751.609.000

1877.042.001 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri 751.609.000

051 Penyusunan Skema Usaha Industri Garam Industri 238.339.000

052 Penyusunan neraca garam nasional dalam rangka pengembangan dan pembangunan industri garam industri

257.505.000

053 Mengembangkan sistem informasi nasional terkait iklim masa pengolahan garam industri

255.765.000

1877.043 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat (Prioritas Nasional) [Base Line]

1.252.681.000

1877.043.001 Penumbuhan industri berbasis migas (kimia) di Masela, Bintuni, Donggisenoro, Mesuji, Muara Enim, Berau

1.252.681.000

051 Melaksanakan Koordinasi Rencana Pembangunan Pabrik Petrokimia di Masela

1.252.681.000

1877.044 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia (Prioritas Nasional) [Output Baru - Perubahan Kebijakan]

351.179.000

1877.044.001 Perencanaan dan Persiapan Operasional Otoritas Nasional Senjata Kimia 351.179.000

051 Pembentukan Sekretariat Otoritas Nasional 351.179.000

1877.045 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha [Output Baru - Perubahan Kebijakan]

8.579.690.000

1877.045.001 Dokumen Program 7.810.165.000

051 Penyusunan Rencana, Program dan Anggaran 7.350.026.000

052 Evaluasi dan Pelaporan 460.139.000

1877.045.002 Layanan Tata Usaha 769.525.000

051 Penerapan Budaya 5K 373.625.000

052 Tata Usaha dan Rumah Tangga 395.900.000

4911 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu 300.000.000

4911.001 Fasilitasi Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu [Base Line]

300.000.000

4911.001.001 Fasilitasi Penyusunan RSKKNI 300.000.000

051 Fasilitasi Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu 300.000.000

Page 10: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

8

B. Sasaran kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan

Sasaran kegiatan Dit. Industri Kimia Hulu dapat dijabarkan melalui output per

komponen dan Hasil Indikator Kinerja kegiatan dilihat dari Penetapan Kinerja IKHu

2019 dibawah ini.

Tabel 2.2.

PENETAPAN KINERJA UNIT ORGANISASI : DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN : 2019

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi TW - I

Meningkatnya Peran industri dalam perekonomian nasional

Laju pertumbuhan PDB industri kimia hulu

6,90 Persen 1,25 Persen

Kontribusi PDB Industri kimia hulu terhadap PDB Nasional

2,10 Persen 0,45 Persen

Meningkatnya penguasaan padar di dalam dan luar negeri

Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu terhadap ekspor nasional

2,94 Persen 0,89 Persen

Pangsa pasar produk industri kimia hulu nasional terhadap total permintaan pasar dalam negeri

56,92 Persen 13,47 Persen

Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri Industri

Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri

0,29 Juta orang 0,04 Juta Orang

Meningkatnya produktivitas tenaga kerja di Industri Kimia hulu

700 Ribu Rupiah / Orang

123 Ribu Rupiah / Orang

Menguatnya struktur industri

Share Impor Bahan Bku Industri Kimia hulu terhadap PDB Industri Pengolahan Non-Logam

13,77 Persen 4,48 Persen

Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri

Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) pada tahun tersebut

6 RSNI 0 RSNI

Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib pada tahun tersebut

2 Regulasi 0 Regulasi

Page 11: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

9

Meningkatnya investasi sektorindustri melaluifasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal

Nilai investor di sektor Industri Kimia hulu

10 Rp triliun 2,94 Rp triliun

Tumbuhnya industri strategis berbasisi sumber daya alam (nikel, tembaga, migas)

Jumlah industri strategis yang difasilitasi

1 Perusahaan 1 Perusahaan

Meningkatkan Kualitas Perencanaan dan Penganggaran

Tingkat Kesesuaian Rencana Kegiatan dengan Dokumen Perencanaan

90 Persen 22,5 Persen

Menigkatkan kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran

Tingkat ketepatan Waktu Penyampaian Laporan

90 Persen 22,5 Persen

Untuk mencapai sasaran strategis diatas dilakukan kegiatan Revitalisasi dan

penumbuhan industri kimia hulu dengan 14 output. Base Line pada kegiatan

Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia hulu adalah:

Tabel. 2.3.

Base Line kegiatan Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia hulu

Nomor Kode dan Nama Output Satuan (Unit)

001 Revitalisasi/penumbuhan Industri Pupuk 3 Dokumen

002 Pabrik Pupuk Organik Revitalisasi 2 Pabrik

003 Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam

2 Unit

004 Rancangan SNI 6 RSNI

005 Penerapan SNI Wajib Industri Kimia Hulu 3 SNI Wajib

006 Peningkatan kerjasama, iklim usaha, promosi dan investasi

5 Laporan

007 Penyusunan RSKKNI IKHU 1 RSKKNI

008 Peningkatan Kompetensi SDM Industri 85 Orang

009 Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia 3 Dokumen

010 Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia di Papua Barat

2 Industri

Page 12: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

10

011 Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia Berbasis Migas

1 Komoditi

012 Pengoperasian Center of Excellence Petrokimia 1 CoE

013 Penyusunan Program dan Evaluasi Kinerja Industri Kimia Hulu

3 Dokumen

014 Bantuan Peralatan/Mesin dalam rangka Optimalisasi Pupuk Organik

2 Pabrik

Sesuai dengan tabel indikator Base Line diatas, pada tahun ini Direktorat Industri Kimia

Hulu melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Revitalisasi/penumbuhan Industri Pupuk.

1.1 Fasilitasi Pembangunan./Revitalisasi 5 Pabrik Pupuk Urea

Program ketahanan pangan nasional menjadi salah satu prioritas utama

Pemerintah. Berkaitan dengan hal ini, program revitalisasi industri pupuk

termasuk ke dalam salah satu program prioritas nasional Pemerintahan Kabinet

Indonesia Bersatu Jilid II dan dilanjutkan oleh Kabinet Kerja.

Revitalisasi/penumbuhan industri pupuk diperlukan karena sebagian besar pabrik

pupuk sudah berusia tua, rata-rata diatas 20 tahun. Dari 14 pabrik urea, sebanyak

8 pabrik berusia di atas 20 tahun dengan tingkat konsumsi gas bumi per ton urea

rata-rata diatas 30 MMBTU. Disamping itu kebutuhan pupuk dimasa datang akan

terus meningkat terutama dalam rangka mendukung keberhasilan program

ketahanan pangan nasional. Diperkirakan kebutuhan urea pada tahun 2017

mencapai 9,3 juta ton, sementara itu kemampuan pasokan pabrik existing saat ini

hanya sebesar 7,3 juta ton dengan tingkat utilisasi sekitar 91,08 %.

Program Revitalisasi/penumbuhan industri pupuk dimaksudkan untuk mengganti

pabrik pupuk yang sudah tua dengan pabrik berteknologi maju yang lebih hemat

tingkat konsumsi bahan baku maupun energi serta ramah lingkungan. Guna

mewujudkan hal ini, beberapa langkah telah diambil diantaranya dengan

melakukan fasilitasi pembangunan revitalisasi 5 pabrik pupuk.

Pelaksanaan program Revitalisasi/penumbuhan industri pupuk sangat tergantung

pada beberapa aspek, antara lain yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

Page 13: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

11

• Pengamanan ketersediaan pasokan bahan baku gas bumi

• Ketersediaan sumber-sumber pendanaan dan dukungan perbankan untuk

pembiayaan program Revitalisasi/penumbuhan industri pupuk,

• Sinergi antar BUMN dalam rangka mendukung program revitalisasi industri

pupuk,

• Serta pemilihan teknologi industri pupuk yang hemat bahan baku, energi

dan ramah lingkungan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pelaksanaan Fasilitasi

Pembangunan/Revitalisasi 5 Pabrik Pupuk Urea ini dilakukan dalam lingkup

koordinasi progress pelaksanaan revitalisasi pabrik urea. Dengan pelaksanaan

kegiatan ini, diharapkan target pembangunan pabrik pupuk urea revitalisasi dapat

tercapai dimana pabrik beroperasi sesuai target Road Map pengembangan

industri pupuk sehingga mendukung penyediaan pupuk untuk mendukung

program ketahanan pangan.

1.2 Pengamanan Pasokan Bahan Baku untuk Industri Pupuk

Gas bumi memegang peranan vital dalam mendukung operasional industri pupuk.

Dalam hal ini, gas bumi tidak saja berfungsi sebagai bahan baku namun juga

sebagai sumber energi. Selama ini gas bumi sebagian besar masih diekspor sebagai

sumber penerimaan negara. Industri pupuk pada umumnya memperoleh kontrak

pasokan gas bumi dalam jangka waktu yang terbatas dengan harga yang semakin

tinggi. Dengan semakin bertambahnya penggunaan gas bumi untuk sektor dalam

negeri, maka diperlukan kebijakan pengalokasian gas bumi untuk industri pupuk.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka untuk mendukung pengembangan industri

pupuk nasional khususnya menyangkut alokasi pasokan gas untuk pabrik pupuk

perlu dibicarakan dengan seluruh stakeholders yang terkait dengan permasalahan

perpupukan, dengan demikian dapat terbentuk pemahaman yang sama dan sinergi

yang kuat untuk saling mendukung pengembangan industri pupuk di masa

mendatang. Selain itu, koordinasi pengamanan pasokan bahan baku gas bumi

untuk industri pupuk dimaksudkan sebagai sarana koordinasi/komunikasi seluruh

Page 14: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

12

Stakeholder terkait dalam rangka untuk mengetahui potensi lapangan gas yang

dapat dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan gas bumi industri pupuk.

Melalui pelaksanaan kegiatan ini, diharapkan industri pupuk akan mendapatkan

alokasi pasokan gas bumi dalam jangka panjang, sehingga dapat beroperasi

dengan lancar sehingga penyediaan pupuk untuk sektor pertanian dapat

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.

1.3 Pengamanan Produksi Pupuk Dalam Mendukung Ketahanan Pangan

Kebijakan pengembangan sektor pertanian ke depan mengacu pada program

revitalisasi pertanian dengan sasaran pada peningkatan produktifitas hasil

pertanian, khususnya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional.

Untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pangan, pupuk merupakan

sarana produksi yang sangat vital. Berkaitan dengan peningkatan produktivitas

sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan, Pemerintah melalui

Kementerian Pertanian menetapkan jumlah kebutuhan pupuk untuk sektor

pertanian setiap tahunnya.

Penyediaan pupuk dituntut memenuhi prinsip “6-tepat”, sehingga perlu

perencanaan yang baik sejak dari penentuan target produksi/areal, kebutuhan

dan penyediaan saprodi, sistem distribusi, pengendalian harga dan

pematauan/pengawasan kebijakan.

Kementerian Perindustrian selaku pembina teknis industri pupuk, bertanggung

jawab dalam menjamin ketersediaan pupuk sesuai kebutuhan khususnya

menjelang masa tanam. Dalam menjalankan fungsi ini, Direktorat Industri Kimia

hulu perlu berkoordinasi dengan Stakeholder terkait dalam rangka monitoring

operasional industri pupuk untuk menjamin ketersediaan pupuk untuk sektor

pertanian.

2. Pabrik Pupuk Organik Revitalisasi

2.1 Optimalisasi Pengoperasian Bantuan Peralatan Proses Pupuk Organik

Page 15: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

13

Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, kebijakan pemupukan di

sektor pertanian dimasa mendatang tidak hanya terfokus pada pengembangan

pupuk tunggal namun juga mengarah pada penggunaan pupuk majemuk dan

pupuk organik. Oleh karena itu selain melakukan program revitalisasi terhadap

pabrik pupuk urea, dalam Renstra Kementerian Perindustrian tahun 2010-2014

program revitalisasi industri pupuk tidak hanya diarahkan pada pengembangan

dan pembangunan pabrik pupuk tunggal saja, melainkan juga mencakup

pengembangan industri pupuk majemuk dalam hal ini pupuk NPK serta

pengembangan industri pupuk organik.

Kemampuan pengembangan pupuk organik saat ini masih sangat terbatas, oleh

karena itu dibutuhkan dukungan pemerintah untuk mengembangkan industri

pupuk organik, dimana pengembangan industri pupuk organik diprioritaskan pada

daerah-daerah yang memiliki potensi bahan baku dan diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan akan pupuk organik.

Dalam rangka menginisiasi pengembangan dan penggunaan pupuk organik,

Pemerintah dapat mengambil peran diantaranya melalui pemberian bantuan

pabrik pupuk organik. Pengembangan industri pupuk organik di arahkan ke

daerah-daerah yang memiliki potensi bahan baku yang cukup serta adanya

komitmen Pemda setempat untuk berpartisipasi dalam mendukung

pengembangan industri pupuk organik di daerah yang bersangkutan.

Direktorat Industri Kimia hulu mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, sudah

dilakukan pemberian bantuan peralatan proses pupuk organik kepada 30

Kabupaten/Kota. Pemilihan lokasi kabupaten/kota yang mendapat bantuan

peralatan pabrik pupuk organik berdasarkan Hasil Pemetaan Potensi Bahan Baku

Pupuk Organik yang dilakukan pada periode 2010-2011. Pada TA 2017

direncanakan untuk dilakukan optimalisasi bantuan peralatan pabrik pupuk

organik kepada 2 Kab/Kota yaitu Kabupaten Karawang Jawa Barat dan Kabupaten

Sragen Jawa Tengah.

3. Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam

Page 16: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

14

3.1 Forum Komunikasi Pengembangan Industri Garam

Forum komunikasi pengembangan industri garam dilaksanakan sebagai tindak

lanjut dari pelaksanaan Keputusan Presiden No. 69/1994 tentang Pengadaan

garam beryodium yang diperkuat dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian No. KEP-11/M.EKON/03/2011 tentang Tim Koordinasi

Swasembada Garam Nasional.

Forum ini dilaksanakan sebagai sarana komunikasi dan koordinasi antar

Stakeholder terkait upaya meningkatkan pasokan garam bahan baku dan garam

beryodium, serta memperlancar koordinasi, penyelesaian masalah dalam

pelaksanaan kegiatan garam nasional. Forum Komunikasi Pengembangan Industri

Garam direncanakan akan diselenggarakan di pusat pengembangan regional

pengembangan industri garam yang meliputi daerah di Jawa Barat, Jawa tengah,

Jawa Timur dan Kupang. Selain itu juga akan dilaksanakan Focus Group Discussion

untuk membahas isu aktual terkait pengembangan industri garam yang akan

dilaksanakan di Jakarta.

4. Penyusunan Program dan Evaluasi Kinerja IKHU

4.1 Penyusunan Program, Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Industri Kimia hulu

Dalam Renstra Direktorat Industri Kimia hulu telah ditentukan baik program

prioritas nasional maupun prioritas kementerian secara berkelanjutan, untuk itu

dalam penyusunan program kerja harus menyesuaikan dengan target telah

ditetapkan dan dalam pelaksanaannya harus di evaluasi sehingga di peroleh

masukan untuk penyusunan program yang lebih terarah kedepannya. Kegiatan

Penyusunan Program dan Rencana Kerja dan Evaluasi Kinerja Industri Kimia hulu

perlu dilaksanakan untuk menyusun program/kegiatan yang sesuai dengan arahan

Kebijakan Industri Nasional dan Renstra Direktorat Industri Kimia hulu.

4.2 Penyusunan Kinerja Industri Kimia hulu

Page 17: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

15

Kegiatan Penyusunan Kinerja Industri Kimia hulu perlu dilaksanakan untuk

menyusun program/kegiatan yang sesuai dengan arahan Kebijakan Industri

Nasional dan Renstra Direktorat Industri Kimia hulu. Dalam Renstra Direktorat

Industri Kimia hulu telah ditentukan baik program prioritas nasional maupun

prioritas kementerian secara berkelanjutan, untuk itu dalam penyusunan program

kerja harus menyesuaikan dengan target telah ditetapkan dan dalam

pelaksanaannya harus di evaluasi sehingga di peroleh masukan untuk penyusunan

program yang lebih terarah kedepannya.

4.3 Manajemen Kinerja Direktorat Industri Kimia hulu

Terselenggaranya pemerintahan yang baik merupakan prasyarat bagi setiap

pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta

cita-cita dalam berbangsa dan bernegara. Dalam mewujudkan cita-cita berbangsa

dan bernegara tersebut, Direktorat Industri Kimia hulu membutuhkan dukungan

berbagai sumber daya dan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, dunia

usaha, maupun masyarakat. Disamping itu Direktorat Industri Kimia hulu

mengupayakan kinerja yang transparan dan akuntabel dalam penyelenggaraan

pemerintahan, sehingga benar-benar dapat diwujudkan penyelenggaraan

pemerintahan yang baik.

Upaya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik tersebut,

diperlukan suatu sistem manajemen kinerja yang mampu mengukur kinerja dan

keberhasilan instansi pemerintah, dengan demikian akan tercipta legitimasi dan

dukungan publik terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Tanpa adanya sistem

manajemen kinerja sektor publik (pemerintah) yang baik niscaya akan dapat

menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan, yang pada gilirannya juga akan menghambat terwujudnya

pemerintahan yang baik (good governance).

4.4 Forum Komunikasi Industri Pestisida

Page 18: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

16

Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

digunakan untuk memberantas hama atau penyakit yang membunuh tanaman

atau mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman,

memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas atau mencegah

binatang dan jasad renik dalam rumah, alat-alat angkutan, dan alat-alat pertanian.

Pestisida mempunyai beberapa jenis antara lain insektisida, fungisida, rodentisida,

herbisida, akarisida dan bakterisida.

Perkembangan industri pestisida akhir-akhir ini mengalami kendala yang cukup

serius terutama masalah pengadaan bahan baku, 80% bahan aktif pestisida masih

diimpor sehingga mengakibatkan harga yang kalah bersaing dengan produk

pestisida impor. Selain itu, perkembangan industri pestisida terkait erat dengan

isu kesehatan, keamanan dan keselamatan lingkungan khususnya dalam

penggunaan bahan aktif. Pada tanggal 23 Mei 2001 Pemerintah Indonesia ikut

serta menandatangani Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants

(Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten (POPs)),

yang bertujuan melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan

pencemar organik yang persisten diantaranya jenis bahan aktif pestisida yang

telah dilarang digunakan yaitu Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT), Aldrin,

Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan Toxaphene.

Dalam perkembangannya, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan riset,

bahan kimia yang masuk dalam daftar POPs bertambah dalam setiap tahun. Hal

ini perlu mendapatkan perhatian serius untuk mencari bahan baku alternatif

pengganti yang lebih aman dari sisi kesehatan dan lingkungan untuk industri

pestisida melalui pengembangan teknologi bio pestisida.

Pelaksanaan forum komunikasi industri pestisida dimaksudkan sebagai sarana

komunikasi dan koordinasi seluruh Stakeholder industri pestisida nasional untuk

menggali informasi sebagai dasar penyusunan kebijakan untuk mengembangkan

industri pestisida nasional dan teknologi bio pestisida. Pada tahun 2014

direncanakan untuk dilakukan Koordinasi pengembangan industri pestisida

Page 19: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

17

nasional dengan melibatkan Stakeholder industri pestisida yang akan

diselenggarakan di Jakarta sebanyak 5 (lima) kali.

4.4 Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

Kebijakan obat nasional menyatakan bahwa pembangunan di bidang nobat

bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat yang aman,

berkhasiat dan bermutu bagi masyarakat dengan jenis dan jumlah yang sesuai

dengan kebutuhan.

Obat merupakan salah satu komponen yang tidak tergantikan dalam pelayanan

kesehatan. Obat merupakan komponen penting dan strategis dalam pelayanan

kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Obat adalah bahan

atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosa,pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi termasuk produk biologi. Dalam upaya pelayanan kesehatan,

ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin

keamanan, mutu dan manfaatnya dengan harga yang terjangkau serta mudah

diakses adalah sasaran yang harus dicapai.

5. RSNI dan Pemberlakuan SNI Wajib Produk IKHU

5.1 RSNI dan Pemberlakuan SNI Wajib Produk IKHU

Dengan telah banyak diterapkannya kebijakan Free Trade Agreement, dimana tarif

bea masuk sudah tidak efektif di dalam membendung masuknya barang impor ke

dalam pasar dalam negeri maka kebijakan penerapan non tarif barrier diantaranya

melalui kebijakan penerapan standar menjadi salah satu instrument di dalam

membendung masuknya barang impor. Selain itu, kebijakan penerapan standar

juga berperan di dalam meningkatkan mutu serta mendukung peningkatan daya

saing industri kimia hulu dalam memasuki pasar global maupun di pasar dalam

negeri dan terciptanya iklim usaha yang kondusif dan persaingan usaha yang

Page 20: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

18

sehat, serta terjaminnya perlindungan konsumen dalam segi keamanan,

keselamatan, kesehatan dan lingkungan.

Kebijakan penerapan standar produk industri merupakan salah satu program

prioritas Kementerian Perindustrian. Direktorat Industri Kimia hulu dalam

mendukung kebijakan kementerian pada tahun 2017 dalam salah satu

kegiatannya bermaksud untuk melakukan penyusunan kebijakan standar untuk

produk industri kimia hulu. Pada tahun 2017, direncanakan untuk melakukan

penyusunan 13 RSNI / SNI Wajib produk industri kimia hulu.

Penyusunan RSNI / SNI Wajib ini dilakukan melalui 3 kali rapat teknis dan 1 kali rapat

konsensus untuk masing-masing komoditi. Selanjutnya RSNI yang dihasilkan akan

ditetapkan menjadi SNI melalui Pembahasan di Badan Standarisasi Nasional (BSN).

6. Peningkatan Kerjasama Iklim Usaha, Promosi dan Investasi

6.1 Partisipasi Direktorat Industri Kimia hulu dalam Fora Kerjasama Internasional

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengantisipasi persaingan yang semakin terbuka

dan bebas akibat dari konsekuensi kesepakatan international tentang

perdagangan bebas. Beberapa lingkup kerjasama perdagangan bebas adalah antar

Negara ASEAN, Kerjasama Bilateral, seperti antara Indonesia dengan Jepang,

Pakistan, India, Afrika Selatan, Kerjasama Regional seperti kerjasama ASEAN dan

Kerjasama Multilateral antara Indonesia dengan Negara Asia, Negara D-8, Eropa,

forum kerjasama ASEAN dan mitra dagangnya antara lain dengan India, China,

Jepang, Australia dan New Zealand, Korea dsb. Oleh karena itu perlu dilakukan

kegiatan dalam rangka mendapatkan informasi tentang posisi produk industri

kimia hulu pada lingkup kerjasama bilateral, regional maupun multilateral.

Penelusuran informasi posisi komoditi industri kimia hulu dalam negeri dilakukan

dengan menghadiri forum kerjasama internasional, working group/sidang

kerjasama internasional, seminar, dan pameran/promosi investasi baik di

Indonesia maupun di manca Negara. Direktorat Industri Kimia hulu selama ini

diantaranya aktif dalam beberapa forum/fora kerjasama internasional antara lain

forum APEC Chemical Dialogue, OPCW, Renpap, Montreal Protocol, D8, dll.

Disamping itu kehadiran delegasi Indonesia dalam pertemuan Kerjasama

Page 21: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

19

Internasional yang merupakan forum pejabat Pemerintah dan industri/dunia

usaha perlu dilakukan dalam rangka mengembangkan kerjasama industri dan

perdagangan di kawasan Asia-Pasific (APEC). Agar wawasan kalangan usaha dalam

negeri bertambah, maka perlu diadakan pertemuan dengan Nara Sumber dan

Praktisi sebagai upaya sharing informasi. Sebagai pelaksanaan kegiatan perlu

dibentuk Tim Teknis untuk mendapatkan masukan posisi produk komoditi industri

kimia hulu yang diusulkan dalam rangka kerjasama internasional.

Pada tahun 2017, dilakukan pertemuan teknis kerjasama internasional di Jakarta

sebanyak 6 (enam) kali dan rapat Konsinyering di Jakarta sebanyak 2 (dua) kali.

6.2 Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Iklim Usaha Industri Kimia hulu

Selain mendorong investasi melalui kerjasama tingkat regional maupun regional,

penciptaan iklim usaha yang sehat menjadi kunci awal pembangunan daya saing

industri nasional. Dalam rangka menciptakan dan menjaga iklim usaha industri

yang kondusif, pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga telah

mengeluarkan peraturan perundang-undangan dalam rangka pembentukan

kebijakan pendukung iklim usaha industri nasional. Peraturan/kebijakan tersebut

baik berupa Kebijakan Insentif Fiskal dan Non-fiskal; Kebijakan Disinsentif dalam

rangka Pengamanan Industri Nasional; dan Kebijakan Lain yang Mempengaruhi

Iklim Usaha yang secara langsung dan tidak langsung ikut membentuk iklim usaha

industri nasional yang kondusif dan berdaya saing .

Dalam rangka perumusan maupun evaluasi atas kebijakan yang telah diambil

Pemerintah perlu dilakukan koordinasi dengan melibatkan seluruh Stakeholder

agar dapat diperoleh kebijakan yang efektif dalam mendukung peningkatan

investasi dan daya saing industri, khususnya sektor industri kimia hulu serta

sekaligus melindungi industri dalam negeri dari dampak negatif penerapan

perdagangan bebas.

Diantara salah satu kebijakan yang menjadi kunci adalah kebijakan di bidang

impor. Pemenuhan kebutuhan bahan kimia sebagian masih dipenuhi melalui

impor sehingga diperlukan kebijakan terkait persetujuan impor dengan

Page 22: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

20

mempertimbangkan segala aspek pendukungnya. Sebagai upaya untuk

pencegahan penyalahgunaan penggunaan bahan kimia, perlu mengatur kembali

kebijakan yang berkaitan dengan aspek pengadaan, pengedaran, penjualan dan

pengawasan bahan kimia yang berasal dari dalam negeri dan impor.

6.3 Penyusunan GRK untuk Sektor Industri Kimia hulu

Dalam kaitannya dengan peranan Indonesia di tingkat global dalam kaitannya

dengan perubahan iklim, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim

pada bulan Agustus 1994 melalui UU Nomor 6 Tahun 1994 dan Protokol Kyoto

melalui UU Nomor 17 Tahun 2004. Dan Indonesia telah berkomitmen untuk

menurunkan emisi GRK sebesar 26 % pada tahun 2020 dibandingkan dengan

kondisi saat ini BAU, dan diharapkan dapat mencapai 41% dengan bantuan

internasional. Komitmen tersebut saat ini membutuhkan usaha dan tindakan

nyata yang menyeluruh, mencakup seluruh sektor pengemisi gas rumah kaca tidak

terkecuali sektor industri.

Sebagai tindak lanjut dari komitmen pemerintah dalam pengurangan emisi Gas

Rumah Kaca (GRK), BAPPENAS telah menerbitkan Peraturan Presiden No 61 Tahun

2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Nasional

yang mengamanatkan pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan

perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi rencana aksi nasional

penurunan emisi GRK. Dalam pelaksanaannya, diperlukan adanya pedoman

perhitungan emisi GRK yang mencakup prosedur dan tata cara perencanaan,

pelaksanaan, monitoring serta evaluasi RAN-GRK termasuk di dalamnya adalah

prosedur pemantauan dan pengumpulan data aktivitas sumber emisi dan serapan

GRK termasuk simpanan karbon, serta penetapan faktor emisi dan perhitungan

emisi GRK. Kebijakan Pemerintah ini kemudian dilanjutkan dengan Penerbitan

Peraturan Presiden No 71 Tahun 2011 tentang Sistem Inventarisasi Gas rumah

kaca Nasional.

Menindaklanjuti Peraturan Presiden No 71 Tahun 2011 tentang Sistem

Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional, industri pupuk dan petrokimia harus

Page 23: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

21

memiliki inventori yaitu tata cara pengukuran, dan tata cara perhitungan emisi

GRK untuk mencapai target yang telah ditentukan dalam Peraturan Presiden No

61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Nasional.

7. Tersusunnya RSKKNI IKHU

7.1 Penyusunan RSKKNI Sektor Industri Kimia hulu

Proses operasional produksi di sektor industri kimia hulu umumnya melibatkan

tenaga kerja yang sangat banyak dan bervariasi disiplin ilmu, keahlian, ketrampilan

serta pengalamannya.

Standar Kompetensi diperlukan untuk setiap jabatan kerja dalam lingkup nasional,

regional, maupun internasional yang berbasis pada pasar tenaga kerja maupun

sistem manajemen sumber daya manusia, termasuk kebutuhan perusahaan untuk

mengisi semua level jabatan kerja dalam sektor Industri Kimia hulu.

Dalam rangka menghadapi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada

tahun 2017, khususnya mengantisipasi adanya mobilisasi tenaga kerja diantara

sesama negara ASEAN diperlukan peningkatan daya saing/kompetensi bagi SDM

industri di dalam negeri.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas khususnya dalam rangka meningkatkan

daya saing SDM industri kimia hulu nasional, pada tahun 2017 direncanakan untuk

menyusun 1 (satu) Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(RSKKNI). Tersusunnya RSKKNI untuk sektor industri kimia hulu yang berlaku

secara nasional diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi sebagai

upaya peningkatan SDM industri.

Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(RSKKNI) untuk sektor industri kimia hulu diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi SDM industri untuk meningkatkan kompetensinya dalam

menghadapi persaingan bebas dengan tenaga kerja asing serta industri

nasional secara umum yang memperoleh SDM industri yang berkompeten.

Page 24: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

22

8. Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia

8.1 Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia

Kegiatan Forum Komunikasi Pengelolaan bahan kimia disusun untuk pelaksanaan

program dalam Otoritas Nasional Senjata Kimia, mengingat saat ini Perpres dan

Keppres tentang Kelembagaan Otnas Senjata Kimia sedang dalam persetujuan.

Otoritas Nasional Senjata Kimia merupakan Lembaga Pemerintah sebagaimana

diamanatkan dalam UU No. 9/2008, khususnya dalam pengaturan bahan kimia

daftar dan penggunaan bahan kimia sebagai senjata kimia di Indonesia. Otoritas

Nasional diketuai oleh Menteri Perindustrian dan beranggotakan instansi terkait

antara lain Kem. Perdagangan, Kem Luar Negri, Kem Pertahanan, Kem. Hukum dan

Ham, dsb. Untuk mendukung pelaksanaan operasional Otoritas Nasional, dibentuk

Sekretaris Otoritas Nasional.

Untuk melaksanakan seluruh kewajiban Indonesia sebagai negara pihak dalam

Kenvensi Senjata Kimia maka perlu dilaksanakan program pelaksanaan Otoritas

Nasional Senjata Kimia sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 9 Tahun 2008,

Otoritas Nasional membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait baik

Lembaga Pemerintah dan Non Pemerintah. Seluruh biaya pelaksana tugas Otoritas

Nasional dibebankan kepada APBN dan sumber lain yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, sebagaimana disebutkan pada pasal 18 UU No. 9 Tahun

2008. Kegiatan yang akan dilakukan adalah Program Pelaksanaan Otoritas

Nasional Senjata Kimia; meliputi seluruh kegiatan Otnas senjata kimia

sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 9 Tahun 2008 serta ikut hadir

dalam sidang OPCW Belanda.

8.1 Finalisasi Penyusunan RUU tentang Bahan Kimia

Adopsi peraturan internasional pengelolaan bahan kimia menjadi kewajiban

setiap negara di dunia. Beberapa peraturan internasional yang terkait dengan

pengaturan bahan kimia tersebut antara lain Konvensi Stockholm, Konvensi

Rotterdam, Konvensi Basel, Konvensi Montreal, dll melalui Strategic Approach to

Page 25: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

23

International Chemicals Management (SAICM). Kepatuhan terhadap peraturan

internasional diwujudkan dengan keberadaan peraturan setingkat undang –

undang yang berisi substansi sesuai dengan peraturan internasional. Keberadaan

Undang-undang tersebut diharapkan dapat meningkatkan citra negara Indonesia

dalam ingkungan global pemanfaatan bahan kimia dengan tujuan damai yang

senantiasa mengutamakan keselamatan dan kemajuan umat manusia.

Indonesia sampai saat ini belum mempunyai sistem pengaturan bahan kimia

setingkat Undang-Undang yang komprehensif, efektif dan efisien. Dengan

kegiatan Finalisasi Penyempurnaan RUU Bahan Kimia ini , maka diharapkan

pengaturan bahan kimia di Indonesia mempunyai dasar hukum yang kuat serta

mampu mengeliminasi overlapping berbagai peraturan di bawah Undang-Undang.

Berdasarkan UU no. 10 Tahun 2004, maka pembentukan RUU dilakukan oleh

Pemerintah bersama DPR RI. Agar pembahasan bersama legislatif dapat berjalan

dengan baik, efektif, dan efisien maka diperlukan kegiatan Finalisasi

Penyempurnaan RUU Bahan Kimia. Draft RUU yang akan disampaikan dan dibahas

dengan DPR (legislative) yaitu draft final yang telah mempertimbangkan masukan

para stakeholder bahan kimia. Diharapkan Undang-Undang tentang Bahan Kimia

nantinya memenuhi kebutuhan pengaturan, memberikan kepastian hukum dan

perlindungan, meningkatkan kemudahan akses bahan kimia, mewujudkan iklim

investasi industri kimia yang kondusif, dan pada akhirnya dapat meningkatkan

pertumbuhan sektor industri.

Pada tahun 2017, dianggarkan untuk pelaksanaan pembahasan Undang-Undang

tentang Bahan Kimia sekaligus untuk penyusunan peraturan pelaksanaannya.

Page 26: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

24

9. Pengembangan Industri Petrokimia

9.1 Forum Komunikasi Pengembangan Industri Petrokimia

Pada output Klaster Industri Berbasis Migas dihasilkan 2 output dokumen yaitu

Forum Komunikasi Pengembangan Industri Petrokimia, Koordinasi

Pengembangan Industri Petrokimia di Papua Barat dan Pengoperasian Center of

Excellence Industri Petrokimia.

Berdasarkan Perpres Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional,

pengembangan industri petrokimia akan dilakukan dengan pendekatan klaster,

dimana pengembangan industri petrokimia dikelompokkan dalam 3 (tiga)

kelompok utama yaitu olefin, aromatik, dan methane-based. Fokus

pengembangan klaster olefin berada di Banten, Aromatik berada di Tuban, dan

Methane based berada di Kalimantan Timur. Salah satu kegiatan dalam klaster

industri petrokimia adalah forum komunikasi industri petrokimia yang menjadi

sarana diskusi dan pertemuan stakeholder industri petrokimia. Pada tahun

sebelumnya, telah dilakukan kegiatan dalam pengembangan klaster industri

petrokimia yaitu berupa kegiatan Working Group yang sudah berjalan pada tahap

konsolidasi antar stakeholder. Pelaksanaan forum komunikasi industri petrokimia

dilaksanakan untuk memperkuat konsolidasi dan koordinasi diantara stakeholder

industri petrokimia agar rencana aksi yang telah dituangkan dalam road map

pengembangan klaster industri petrokimia dapat tercapai dan terlaksana sesuai

jadwal yang telah ditetapkan. Pada tahun 2014, pelaksanaan Forum Komunikasi

industri petrokimia akan dilaksanakan di 2 lokasi berbeda yakni di Banten dan

Surabaya. Selain itu juga akan dilakukan 5 (lima) kali Rapat Teknis untuk

membahas isu aktual terkait pengembangan industri petrokimia nasional.

Selain 3 klaster diatas, Direktorat Industri Kimia hulu juga melakukan fasilitasi

pengembangan industri petrokimia di Papua Barat.

Page 27: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

25

9.2 Koordinasi Pengembangan Industri Perokimia di papua Barat

Pengembangan Komplek Industri Petrokimia di Papua Barat merupakan

implementasi dari Perpres No. 65 Tahun 2011 Tentang Percepatan Pembangunan

Propinsi Papua dan Papua Barat, serta Perpres No. 28 Tahun 2008 Tentang

Kebijakan Industri Nasional melalui pemanfaatan sumber daya alam Gas Bumi

untuk pembangunan industri petrokimia, supaya dapat menghasilkan nilai tambah

yang lebih tinggi dan dampak ganda yang lebih besar bagi kesejahteraan daerah

Papua Barat maupun nasional.

Pada tahun 2014, kegiatan Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia di Papua

Barat dimaksudkan untuk pelaksanaan koordinasi antar Stakeholder baik di

tingkat pusat maupun dengan melibatkan instansi terkait di daerah perihal

pengembangan industri petrokimia di Teluk Bintuni khususnya menindaklanjuti

hal-hal yang telah dicapai di tahun 2013 diantaranya:

• Penyiapan kajian bersama mengenai pengembangan komplek industri

petrokimia di Papua Barat (berdasarkan hasil kajian yang telah disiapkan oleh

Kem. Perindustrian dengan kajian dari pihak Kem ESDM dan SKK Migas)

• Pembahasan untuk mematangkan penyusunan Peraturan Presiden tentang

Percepatan Pengembangan Industri Petrokimia di Teluk Bintuni Papua Barat

• Pematangan rencana investasi dengan pihak instansi terkait di daerah

Koordinasi tersebut dilakukan baik di Jakarta maupun di lokus pengembangan di

Kab. Teluk Bintuni Prop. Papua Barat.

Melalui pelaksanaan kegiatan ini diharapkan diperolehnya kepastian alokasi gas

bumi jangka panjang baik untuk industri pupuk maupun petrokimia, kepastian

mengenai penyiapan lahan, pengelolaan kawasan industri dan penyiapan

dukungan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung realisasi investasi

pengembangan industri petrokimia di Teluk Bintuni Papua Barat.

Page 28: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

26

9.3 Pengoperasian Center of Excellence Industri Petrokimia

Pengembangan industri petrokimia selama ini masih menghadapi beberapa

kendala utama diantaranya tidak adanya jaminan pasokan bahan baku berupa

condensate dan naphta. Dari sisi pendanaan/moneter, belum ada skema

pendanaan dari Pemerintah berupa : Share Holder Loan, Konsorsium Bank Dalam

Negeri dan Soft Loan berupa Kredit Ekspor dengan jaminan dari Pemerintah.

Sementara dari segi insentif belum efektif keringanan pajak (tax holiday) untuk

investasi baru atau penambahan kapasitas.

Selain kendala tersebut di atas, industri petrokimia nasional juga menghadapi

kendala di sektor pengembangan teknologi dan pengembangan SDM di sektor

petrokimia. Sebagai upaya optimalisasi pengembangan SDM dan teknologi maka

diperlukan pembangunan badan independen sebagai pusat kegiatan

pembangunan SDM dan teknologi industri petrokimia dalam bentuk Centre of

Excellence industri petrokimia nasional yang terkoordinasi dengan instansi

terkait.

Pengembangan Centre of Excellence industri petrokimia dapat diarahkan

sebagai pusat riset, pusat informasi, pusat inkubasi teknologi serta pusat

akreditasi dan standarisasi bagi seluruh Stakeholder industri petrokimia

nasional. Centre of Excellence Industri Petrokimia Nasional merupakan wahana

pengembangan klaster industri khususnya yang terkait dengan aspek krusial

industri petrokimia sebagaimana disebutkan diatas. Centre of Excellence

berfungsi sebagai pusat kegiatan pengembangan klaster industri petrokimia

terpadu. Fungsi centre of excellence industri petrokimia nasional adalah

pengembangan teknologi proses dan produk, standarisasi produk dan proses,

strategi investasi, pemasaran, dan informasi, sistem logistik dan rantai nilai,

forum lintas instansi untuk menyelesaikan permasalahan aktual, keselamatan

kerja dan lingkungan, serta berbagai aspek industri petrokimia lainnya.

Pada tahun 2017, penganggaran difokuskan pada fasilitasi pemanfaatan CoE

melalui kegiatan penyusunan program kerja CoE dengan melibatkan instansi

terkait dan pelaksanaan pelatihan SDM industri petrokimia hulu.

Page 29: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

27

9.4 Pembangunan Pabrik Metanol Berbasis Gasifikasi Batubara

Gasifikasi adalah konversi bahan bakar karbon menjadi produk gas – gas yang

memiliki nilai kalor yang berguna. Pengertian ini tidak memasukkan istilah

pembakaran (combustion) sebagai bagian daripadanya, karena gas buang (flue

gas) yang dihasilkan dari pembakaran tidak memiliki nilai kalor yang signifikan

untuk dimanfaatkan. Karena proses ini merupakan konversi material yang

mengandung karbon, maka semua hidrokarbon seperti batubara, minyak,

vacuum residue, petroleum coke atau petcoke, Orimulsion, bahkan gas alam

dapat digasifikasi untuk menghasilkan gas sintetik (syngas).

Pada dasarnya, terdapat 3 cara untuk memproduksi gas sintetik dari batubara,

yaitu pirolisis, hidrogenasi, dan oksidasi sebagian (partial oxidation). Meskipun

produksi gas sintetik pada awalnya memanfaatkan teknologi pirolisis, tapi saat

ini pirolisis lebih banyak diaplikasikan untuk memproduksi bio-oil dari bahan

baku biomassa. Adapun hidrogenasi yang dimaksud disini adalah hidrogasifikasi

yang bertujuan memproduksi gas metana langsung dari batubara.

Pembangunan Pabrik Metanol Berbasis Gasifikasi Batubara dapat memberikan

manfaat yang siginifikan bagi ketersediaan bahan baku kimia hulu, dalam hal ini

metanol. Dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan bahan bakar

fosil lainnya, kemudian ketersediaannya yang melimpah, serta penyebaran

cadangan yang relatif merata di seluruh dunia, batubara merupakan sumber

energi primer yang menjanjikan. Apabila selama ini pemanfaatan batubara

terkesan terbatas untuk pembangkitan listrik saja, maka gasifikasi batubara

memberikan harapan yang besar untuk pemanfaatan batubara secara optimal di

masa mendatang. Dari paparan di atas dapat pula disimpulkan bahwa batubara

memiliki kekuatan yang besar untuk menarik roda perekonomian suatu bangsa

melalui teknologi gasifikasi.

Pada tahun 2017, penganggaran difokuskan pada penyusunan Feasibility Study

terkait dengan teknis pembangunan pabrik serta penyusunan kelompok kerja

bersama dengan pemangku kepentingan di sektor industri Petrokimia pada

umumnya.

Page 30: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

28

9.5 Pembangunan Pabrik Bahan Baku Obat Berbasis Migas

Kebijakan obat nasional menyatakan bahwa pembangunan di bidang obat

bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat yang aman,

berkhasiat dan bermutu bagi masyarakat dengan jenis dan jumlah yang sesuai

dengan kebutuhan. Obat merupakan salah satu komponen yang tidak

tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat merupakan komponen penting

dan strategis dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

Ada tiga stake holder utama yang memiliki peran sentral dalam pengembangan

dan penyedian bahan baku obat. Pertama industri farmasi yang memiliki

tanggung jawab dalam hal pengembangan bahan baku obat dalam negeri. Kedua

peneliti dan akademisi yang memiliki kapasitas untuk pengembangan bahan

baku obat. Ketiga adalah pemerintah yang harus memiliki “political will” untuk

melaksanakan peningkatan kemandirian bahan baku obat ini. Pemerintah harus

memberikan insentif dan membuat kebijakan yang kondusif bagi industri untuk

mengembangkan bahan baku obat, serta menciptakan berbagai skema

pendanaan penelitian untuk mendorong kolaborasi riset antara peneliti dan

industri. Pada saat ini ada beberapa pendapat untuk memasukan lembaga

pembiayaan keuangan seperti bank, koperasi dan lain lain sebagai salah satu

stake holder penting dalam pengembangan industri bahan baku obat.

Pembangunan Pabrik Bahan Baku Obat Berbasis migas perlu diupayakan dalam

rangka mendukung pembangunan kesehatan nasional. Kegiatan pengembangan

bahan baku obat merupakan kegiatan prioritas yang tercantum dalam RPJMN

Pembangunan Kesehatan 2010-2014 dan akan difokuskan pada upaya untuk

mewujudkan kemandirian industri farmasi dalam memproduksi bahan baku obat

baik bahan baku aktif maupun pembantu (eksipien) dengan semaksimal mungkin

menggunakan bahan baku lokal.

Page 31: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

29

9.6 Pembangunan Pilot Plant Propylene Berbasis CPO

Peningkatan harga polypropylene di pasar Asia terus berlanjut mengikuti

peningkatan harga propylene sebagai bahan baku. Peningkatan tersebut

didorong oleh peningkatan harga minyak bumi, yang terus meningkat hingga

pada Agustus dan September tahun 2014 hampir mencapai US$ 80 per barel.

Keterbatasan jumlah industri hulu petrokimia di regional Asean mengakibatkan

perubahan kinerja salah satu produsen saja di salah satu negara akan

mempengaruhi harga ditingkat Asean maupun Asia.

Kelangkaan pasokan propylene di Indonesia terjadi akibat beberapa produsen

propylene domestik mengurangi produksi untuk melakukan pemeliharaan,

sehingga beberapa perusahaan polypropylene di Indonesia terpaksa menambah

impor pembelian bahan baku propylene di pasar Asia yang otomatis meningkat

harganya akibat pengurangan produksi dari dua produsen tersebut. Terhentinya

perkembangan kapasitas produksi polypropylene selama lebih dari 10 tahun,

tidak terlepas dari karakteristik industri petrokimia yang sangat tergantung pada

minyak bumi, yang harganya sangat fluktuatif tergantung kondisi pasar dunia,

sehingga ketersediaan bahan baku menjadi faktor penting perkembangan di

industri ini.

Selain faktor bahan baku dan teknologi yang tergantung pada pihak lain, industri

petrokimia juga merupakan industri yang sangat padat modal, karena selain

fasilitas produksinya yang membutuhkan investasi yang sangat besar, industri ini

juga membutuhkan fasilitas pendukung yang juga menelan investasi yang besar

terutama pembangunan infrastruktur. Beberapa faktor diatas menjelaskan

penyebabnya lambatnya perkembangan industri polypropylene di indonesia.

Pembangunan Pilot Plant Propylene Berbasis CPO bertujuan untuk mendorong

kemampuan produksi Propylene melalui sumber daya alternatif, dalam hal ini

minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Pilot Plant tersebut akan

difokuskan kepada aspek teknis mengenai energi yang dipakai dan dihasilkan

serta jumlah Propylene yang dapat diproduksi.

9.7 Pembangunan Pilot Plant Polimer Enhanced Oil Recovery

Page 32: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

30

Operasi pengambilan minyak (recovery process) pada awalnya terbagi menjadi

tiga tingkatan: primer, sekunder, dan tersier, berdasarkan urutan

kronologis penggunaannya. Produksi primer, tingkatan paling awal dari operasi

ini, terjadi akibat pemindahan energi yang secara alami ada pada reservoir

minyak. Produksi sekunder, tahap kedua dari recovery minyak, biasanya

dilaksanakan setelah produksi dari tingkatan primer berkurang. Produksi

sekunder terdiri dari waterflooding, pressure maintenance, dan gas/steam

injection, meskipun sekarang istilah produksi sekunder mengacu kepada

waterflooding. Produksi tersier dilakukan setelah waterflooding (atau produksi

sekunder lainnya). Proses tersier menggunakan gas-gas yang saling melarut,

bahan kimia, dan/atau energi termal untuk memindahkan sisa minyak setelah

proses sekunder menjadi tidak ekonomis lagi.

Pada kenyataannya, tidak semua reservoir minyak menggunakan ketiga proses

di atas secara berturut-turut. Misalnya saja, pengambilan minyak berat yang

dilakukan pada banyak tempat. Bila minyak mentah yang hendak diambil amat

viscous, minyak tersebut tidak akan mengalir dengan pemindahan energi alami,

sehingga produksi primer menjadi sia-sia. Dengan demikian, penggunaan energi

termal menjadi satu-satunya cara untuk mengambil sejumlah minyak. Pada

kasus ini, metode yang seharusnya produksi tersier, bisa menjadi produksi

primer, atau bahkan produksi final dari recovery.

Cairan kimia yang digunakan pada EOR adalah polimer, surfaktan, dan larutan

hidrokarbon. Sedangkan proses termal terdiri dari penggunaan kukus atau air

panas dan penggunaan energi termal yang dihasilkan dari pembakaran minyak

pada reservoir batu.

Dengan demikian, Pembangunan Pilot Plant Polimer Enhanced Oil Recovery akan

memacu lini produksi untuk memproduksi minyak lebih cepat, lebih banyak dan

lebih berkualitas, sehingga akan memacu tingkat pertumbuhan ekonomi

nasional.

Page 33: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

30

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Progress pelaksanaan kegiatan s/d Triwulan I.

3.1 Dokumen Program/Revitalisasi/Penumbuhan Industri Pupuk

3.1.1 Fasilitasi Pembangunan/Revitalisasi 5 Pabrik Pupuk Urea

Realisasi Fisik: 5,00 % Keuangan: 5,18 %

Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Pembangunan/Revitalisasi 5 Pabrik Pupuk Urea

terdiri dari 3 kegiatan meliputi Rapat Pertemuan Teknis 2 (dua) kali, Pertemuan

Teknis sebanyak 3 (tiga) kali dan Rapat Koordinasi sebanyak 2 (dua) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Fasilitasi Pembangunan Revitalisasi Pabrik

Pupuk Urea sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Peresmian pembangunan pabrik Kaltim-5 dan direncanakan akan beroperasi

pada 2016. Pada tahap awal akan dilaksanakan uji coba produksi dalam

jumlah terbatas dan akan dilakukan survei lapangan oleh beberapa

stakeholder terkait.

• Progres proyek Pusri IIB pada B12 yang ditargetkan sebesar 97% telah

dilampaui. Pembangunan pabrik Pusri IIB sampai dengan September 2015

telah mencapai 98.42%.

• Target progres proyek Ammoniak-Urea II PT. Petrokimia Gresik (PKG) pada

B12 adalah progres proyek sebesar 28%. Pelaksanaan pekerjaan

Engineering, Procurement & Construction sampai dengan Desember 2015

mencapai 29.36%.Target proses Commisioning direncanakan pada Februari

2016 and target operasional pada Maret 2016.

• Saat ini PKC sedang menyusun Dokumen Perencanaan Pengadaan Lahan

untuk Kujang 1C sebagai syarat kelengkapan pengajuan surat permohonan

penetapan lokasi kawasan pabrik PT Pupuk Kujang di Kab. Bojonegoro.

Page 34: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

31

3.1.2 Pengamanan Pasokan Bahan Baku untuk Industri Pupuk

Realisasi Fisik: 97,68 % Keuangan: 86,16 %

Pelaksanaan kegiatan pengamanan pasokan bahan baku untuk industri pupuk

terdiri dari 2 kegiatan meliputi Rapat Pertemuan Teknis 5 (lima) kali dan Rapat

Koordinasi sebanyak 2 (dua) kali.

Adapun perkembangan kegiatan pengamanan pasokan bahan baku untuk

industri pupuk sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Sudah ada Nota Kesepahaman terkait dengan perpanjangan PJBG antara

PKC dengan Pertamina EP untuk periode pasokan 2017-2022.

• Menteri Perindustrian telah menyampaikan surat kepada Menteri ESDM

perihal usulan harga gas bumi sebagai bahan baku dan energi bagi industri.

• SKK Migas sudah menginstruksikan pengaliran gas dari wilayah kerja

offshore North West Jawa

3.1.3 Pengamanan Produksi Pupuk dalam Mendukung Ketahanan Pangan

Realisasi Fisik: 4,00 % Keuangan: 2,78 %

Pelaksanaan kegiatan pengamanan pasokan bahan baku untuk industri pupuk

terdiri dari 2 kegiatan meliputi Rapat Pertemuan Teknis 4 (empat) kali dan Rapat

Koordinasi sebanyak 1 (satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan pengamanan pasokan bahan baku untuk industri

pupuk sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Sudah terpenuhinya produksi pupuk untuk mendukung ketahanan pangan

nasional sampai dengan semester II 2015 .

• Pemenuhan kebutuhan pupuk nasional berasal dari produksi pupuk dalam

negeri dan pembelian impor.

• Menteri Pertanian akan mengadakan pertemuan dengan instansi terkait

perihal kebutuhan pupuk nasional untuk tahun 2016 di pertengahan Januari

2016.

Page 35: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

32

3.2 Pabrik Pupuk Organik Revitalisasi

3.2.1 Optimalisasi Pengoperasian Bantuan Peralatan Proses Pupuk Organik

Realisasi Fisik: 4,70 % Keuangan: 3,06 %

Pelaksanaan kegiatan optimalisasi pengoperasian bantuan peralatan proses

pupuk organik terdiri dari 2 kegiatan meliputi Pengadaan Peralatan Untuk Pabrik

Pupuk Organik 3 (tiga) kali dan 2 Rapat Koordinasi sebanyak 2 (dua) kali.

Adapun perkembangan optimalisasi pengoperasian bantuan peralatan proses

pupuk organik sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Kab. Sragen dan Karawang merupakan daerah penerima bantuan peralatan

pupuk organik dengan kapasitas 1.250 kg/jam pada tahun anggaran 2012

dan 2013. Dua daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki potensi

pertanian yang sangat besar. Sragen memiliki luas wilayah 941 km2 yang

43%-nya merupakan lahan persawahan dengan kebutuhan pupuk organik

mencapai 40 ribu ton/th. Sedangkan di Karawang, pengelola peralatan yang

dimaksud juga mendapatkan kontrak dengan PT. Pupuk Kujang sebesar

6.800 ton di 2015

• Sudah terselesaikannya uji coba alat di Kab. Sragen dan Kab. Karawang.

• Peralatan sudah diinspeksi dan di ujicoba dengan hasilnya sesuai spesifikasi

yang diajukan.

• Akan diadakannya monitoring untuk melihat perkembangan penggunaan

peralatan untuk pabrik pupuk organik di Kab. Sragen dan Kab. Karawang.

3.3 Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam

3.3.1 Forum Komunikasi Pengembangan Industri Garam

Realisasi Fisik: 2,00 % Keuangan: 1,58 %

Pelaksanaan kegiatan forum komunikasi pengembangan industri garam terdiri

dari 5 kegiatan meliputi Rapat Pertemuan Teknis 5 (lima) kali, Rapat Koordinasi

sebanyak 3 (tiga) kali, Forum Group Discussion sebanyak 1 (satu) kali, Peningkatan

Kualitas Lahan Penggaraman sebanyak 1 (satu) kali dan Pengawasan Konstruksi

Pekerjaan Peningkatan Kualitas Lahan 1 (satu) kali.

Page 36: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

33

Adapun perkembangan kegiatan forum komunikasi pengembangan industri

garam untuk industri pupuk sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai

berikut:

• Sudah ditetapkannya waktu masa panen raya garam yang dibahas bersama

beberapa Stakeholder terkait Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, Kementerian Perdagangan, BMKG, dan Asosiasi Petani

Garam.

• Sudah tersusunnya rencana aksi industri pengembangan industri garam

beryodium .

3.4 Penyusunan Program dan Evaluasi Kinerja IKD

3.4.1 Penyusunan Program, Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Industri Kimia hulu

Realisasi Fisik: 11,30 % Keuangan: 10,77 %

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Program, Evaluasi dan Pelaporan Direktorat

Industri Kimia hulu terdiri dari 2 kegiatan meliputi Rapat Evaluasi dan Monitoring

Kegiatan TA 2015 sebanyak 4 (empat) kali dan Konsinyering Pelaksanaan Kegiatan

TA 2015 sebanyak 2(dua) kali.

Adapun perkembangan kegiatan pengamanan penyusunan program, evaluasi dan

pelaporan direktorat industri kimia hulu sampai dengan Triwulan I 2017 adalah

sebagai berikut:

• Tidak tercapainya sasaran realisasi keuangan dan sasaran realisasi fisik

sampai dengan triwulan IV.

• Sudah terselesaikannya permasalahan PT. Indonesian Acids Industry

mengenai perizinan impor prekursor di Kementerian Perdagangan.

• Sudah terselesaikannya permasalahan PT. Sentana Adidaya perihal sisa

kuota impor prekursor yang hendak diperjualbelikan.

Page 37: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

34

3.4.2 Manajemen Kinerja Direktorat Industri Kimia hulu

Realisasi Fisik: 39,22 % Keuangan: 26,50 %

Pelaksanaan kegiatan Manajemen Kinerja Direktorat Industri Kimia hulu terdiri

dari 2 kegiatan meliputi Rapat Koordinasi Internal sebanyak 24 (dua puluh empat)

kali dan Meeting Dalam Kota sebanyak 4 (empat) kali.

Adapun perkembangan kegiatan manajemen kinerja direktorat industri kimia hulu

sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Dalam penilaian 5K, Direktorat Industri Kimia hulu telah mendapatkan

penilaian “Hijau” yang berarti pencapaian sudah baik dan perlu ditingkatkan

di beberapa bagian.

3.4.3 Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Pestisida

Realisasi Fisik: 8,50 % Keuangan: 7,33 %

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Roadmap Industri Pestisida terdiri dari 2

kegiatan meliputi Rapat Koordinasi sebanyak 8 (delapan) kali dan Konsinyering

sebanyak 1 (satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan pengamanan penyusunan program, evaluasi dan

pelaporan direktorat industri kimia hulu sampai dengan Triwulan I 2017 adalah

sebagai berikut:

• Berdasarkan rapat rancangan roadmap industri pestisida yang sudah

dibahas bersama Bapak Dirjen IKTA, perlu disempurnakan kembali beberapa

bagian yang kurang dijelaskan secara menyeluruh.

• Adanya pembahasan isu – isu internasional di dalam konvensi rotterdam

terkait bahan pestisida yang akan diawasi dan atau dilarang.

• Adanya perkembangan mengenai data industri pestisida.

3.4.4 Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

Realisasi Fisik: 4,00 % Keuangan: 3,56 %

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Bahan Baku

Obat terdiri dari 3 kegiatan meliputi Rapat Koordinasi sebanyak 8 (delapan)

kali,Konsinyering di Jawa Barat dan Rapat Finalisasi di Jakarta.

Page 38: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

35

Adapun perkembangan kegiatan penyusunan roadmap pengembangan industri

bahan baku obat sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Tersusunnya hasil pembahasan mengenai bahan baku obat yang akan dikaji

lebih lanjut sebagai bahan baku prioritas yang menjadi produk utama

industri bahan baku obat.

• Telah dibahas mengenai rencana aksi masing – masing instansi atau pihak

terkait dalam perannya dalam roadmap pengembangan industri bahan baku

obat.

3.4.5 Penyusunan Kinerja Industri Kimia hulu

Realisasi Fisik: 10,00 % Keuangan: 9,43 %

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Kinerja Industri Kimia hulu terdiri dari 3

kegiatan meliputi Rapat Koordinasi sebanyak 3 (delapan) kali, Evaluasi Kinerja

sebanyak 1 (kali) dan Sinkronisasi Penyusunan Kinerja Industri sebanyak 1 Kali.

Adapun perkembangan penyusunan kinerja industri kimia hulu sampai dengan

Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Tercapainya sasaran target beberapa indikator kinerja diantaranya :

a) Laju pertumbuhan PDB industri kimia hulu

b) Pangsa pasar produk industri kimia hulu nasional terhadap total permintaan

pasar dalam negeri

c) Nilai investor di sektor Industri Kimia hulu

d) Jumlah industri strategis yang difasilitasi

• Tidak tercapainya sasaran target beberapa indikator kinerja diantaranya :

a) Kontribusi PDB Industri kimia hulu terhadap PDB Nasional

b) Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu terhadap ekspor nasional

c) Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri

d) Meningkatnya produktivitas tenaga kerja di Industri Kimia hulu

e) Share Impor Bahan Bku Industri Kimia hulu terhadap PDB Industri Pengolahan

Non-Logam

Page 39: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

36

f) Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) pada tahun tersebut

g) Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib pada

tahun tersebut

3.4.6 Koordinasi Pengembangan Industri Kimia Anorganik Non Logam

Realisasi Fisik: 20,00 % Keuangan: 14,92 %

Pelaksanaan kegiatan Koordinasi Pengembangan Industri Kimia Anorganik Non

Logam meliputi Rapat Koordinasi sebanyak 4 (empat) kali.

Adapun perkembangan penyusunan kinerja industri kimia hulu sampai dengan

Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Telah dibahas bersama instansi dan stakeholder terkait mengenai kajian

komoditas dalam lingkup industri kimia anorganik non logam

• Akan dilakukan pertemuan bersama akademisi, instansi dan stake holder

terkait yang membahas mengenai pengembangan industri kimia anorganik

non logam

3.5 RSNI dan Pemberlakuan SNI Wajib Produk IKHu

Realisasi Fisik: 9,94 % Keuangan: 7,35 %

Pelaksanaan kegiatan RSNI dan Pemberlakuan SNI Wajib Produk IKD terdiri dari 7

Kegiatan meliputi Rapat Internal sebanyak 2 (dua) kali, Rapat Eksternal sebanyak

1 (satu) kali, Rapat Teknis sebanyak 18 (delapan belas) kali, Sosialisasi Penerapan

SNI Wajib sebanyak 1 (satu) kali, Rapat Penyusunan Regulasi sebanyak 3 (tiga) kali,

Penerapan SNI Wajib sebanyak 1 (satu) kali, dan Rapat Konsensus sebanyak 6

(enam) kali.

Adapun perkembangan kegiatan RSNI dan Pemberlakuan SNI Wajib Produk IKD

sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Adanya 2 produk RSNI yang sudah menuju tahap konsensus yaitu Hidrogen

Peroksida dan Garam Beryodium.

• Akan dilakukan pertemuan bersama akademisi, instansi dan stake holder

terkait yang membahas mengenai 4 produk RSNI lainnya ( Gipsum, PVC,

Natrium Silikat dan PET Daur Ulang ).

Page 40: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

37

3.6 Peningkatan Kerjasama, Iklim Usaha Promosi dan Investasi

3.6.1 Partisipasi Direktorat Industri Kimia hulu dalam Fora Kerjasama Internasional

Realisasi Fisik: 5,12 % Keuangan: 0,29 %

Pelaksanaan kegiatan Partisipasi Direktorat Industri Kimia hulu dalam Fora

Kerjasama Internasional terdiri dari 2 kegiatan meliputi Pertemuan Teknis

Kerjasama Internasional sebanyak 5 (lima) kali dan Rapat Konsinyering sebanyak

1 (satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Partisipasi Direktorat Industri Kimia hulu dalam

Fora Kerjasama Internasional sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai

berikut:

• Telah disepakatinya beberapa tindak lanjut hasil pembahasan Diseminasi

ICCM (International Conference of Chemical Management) IV, diantaranya:

a) Akan dibentuknya database SIPOPS yang dikelola oleh BPPT.

b) Ke depan akan dibuat data nasional untuk semua jenis dan kategori

bahan kimia dengan melibatkan beberapa instasi terkait.

c) BPOM sedang menyusun kajian kandungan phthalate pada kemasan.

Untuk kemasan bayi ditentukan ketentuan Total Daily Intake (TDI)

yang diijinkan

3.6.2 Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Iklim Usaha Industri Kimia hulu

Realisasi Fisik: 8,90 % Keuangan: 7,53 %

Pelaksanaan kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Iklim Usaha Industri

Kimia hulu terdiri dari 2 kegiatan meliputi Rapat Teknis sebanyak 5 (lima) kali dan

Rapat Koordinasi sebanyak 11 (sebelas) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Iklim

Usaha Industri Kimia hulu sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Tersusunnya 6 Peraturan Menteri mengenai deregulasi kebijakan

penerapan SNI (Asam Sulfat Teknis, Alumunium Sulfat, Kalsium Karbida,

Sodium Tripolifosafat, Seng Oksida, dan Pupuk Anorganik Tunggal)

Page 41: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

38

3.6.3 Penyusunan GRK untuk Sektor Industri Kimia hulu

Realisasi Fisik: 8,52 % Keuangan: 5,63 %

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan GRK untuk Sektor Industri Kimia hulu terdiri

dari 1 kegiatan yaitu Rapat Koordinasi sebanyak 10 (sepuluh) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Penyusunan GRK untuk Sektor Industri Kimia

hulu sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

a. International Consultations and Analysis (ICA) akan dilaksanakan untuk BUR.

b. Terselenggaranya sosialisasi sistem online inventarisasi data emisi Gas Rumah

Kaca sektor Industri Petrokimia.

3.7 Tersusunnya RSKKNI IKD

3.7.1 Penyusunan RSKKNI Sektor Industri Kimia hulu

Realisasi Fisik: 9,56 % Keuangan: 8,44 %

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan RSKKNI Sektor Industri Kimia hulu terdiri dari 3

kegiatan meliputi Rapat Eksternal (Inisiasi Pengembangan SKKNI) sebanyak 1

(satu) kali, Rapat Teknis (Perumusan dan Verifikasi) sebanyak 3 (tiga) kali dan

Rapat Pra Konvensi dan Konvensi sebanyak 2 (dua) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Penyusunan RSKKNI Sektor Industri Kimia hulu

sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

• Telah tersusunnya peta kompetensi standar kompetensi kerja untuk sektor

Industri Petrokimia

3.8. Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia

3.8.1 Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia

Realisasi Fisik: 8,40 % Keuangan: 6,27 %

Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia terdiri dari 2

kegiatan meliputi Rapat Teknis sebanyak 3 (tiga) kali dan Rapat Koordinasi

sebanyak 13 (tiga belas) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia sampai

dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

Page 42: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

39

a) Adanya tindak lanjut Kepres dan Perpres mengenai Otoritas Nasional

Senjata Kimia.

b) Dideklarasikannya 2 Perusahaan ke OPCW.

c) Tersusunnya draft SIINAS (Sistem Informasi Industri Nasional).

3.8.2 Finalisasi Penyusunan RUU tentang Bahan Kimia

Realisasi Fisik: 8,70 % Keuangan: 5,53 %

Pelaksanaan kegiatan Finalisasi Penyusunan RUU tentang Bahan Kimia terdiri

dari 2 kegiatan meliputi Rapat Teknis sebanyak 3 (tiga) kali dan Rapat Koordinasi

sebanyak 13 (tiga belas) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Finalisasi Penyusunan RUU tentang Bahan

Kimia sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

a) Telah diselenggarakannya sosialisasi RUU Bahan Kimia kepada pihak –

pihak terkait seperti akademisi, stake holder dan asosiasi – asosiasi.

b) RUU Bahan Kimia telah disetujui oleh Kemenkumham dan dimasukan ke

dalam Prolegnas 2016-2019 DPR.

3.9 Pengembangan Industri Petrokimia

3.9.1 Forum Komunikasi Pengembangan Industri Petrokimia

Realisasi Fisik: 9,64 % Keuangan: 9,58 %

Pelaksanaan kegiatan Forum Komunikasi Pengembangan Industri Petrokimia

terdiri dari 2 kegiatan meliputi Rapat Teknis sebanyak 4 (empat) kali dan Forum

Komunikasi sebanyak 2 (dua) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Forum Komunikasi Pengembangan Industri

Petrokimia sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

a) Telah diselenggarakannya Forum Komunikasi mengenai Investasi di Sektor

Industri Petrokimia yang dihadiri oleh BKPM, Disperindag Provinsi Banten,

BPPT dan LIPI.

Page 43: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

40

b) Akan diadakannya Rapat Koordinasi di tingkat Menteri yang akan

dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian mengenai Investasi sektor

Industri Petrokimia.

3.9.2 Pengembangan Industri Perokimia di papua Barat

Realisasi Fisik: 8,00 % Keuangan: 7,83 %

Pelaksanaan kegiatan Koordinasi Pengembangan Industri Perokimia di papua

Barat terdiri dari 3 kegiatan meliputi Rapat Koordinasi Tim Pengembangan

Industri Petrokimia di Papua Barat sebanyak 5 (lima) kali.

3.9.3 Pengoperasian Center of Excellence Industri Petrokimia

Realisasi Fisik: 8,05 % Keuangan: 7,17 %

Pelaksanaan kegiatan Pengoperasian Center of Excellence Industri Petrokimia

terdiri dari 3 kegiatan meliputi Rapat Koordinasi Pengelolaan CoE sebanyak 4

(empat) kali, Koordinasi Penerapan dan pengembangan Teknologi Industri Kimia

hulu di Banten dan Pelatihan SDM Industri Petrokimia.

Adapun perkembangan kegiatan Pengoperasian Center of Excellence Industri

Petrokimia sampai dengan Triwulan I 2017 adalah sebagai berikut:

a) Telah diselenggarakannya Pelatihan I dan II untuk operator Boiler.

b) Sedang dilakukan rekrutmen Sumber Daya Manusia untuk menjalankan

dan mengoperasikan Center Of Excellence Industri Petrokimia.

3.9.4 Pembangunan Pabrik Bahan Baku Obat Berbasis Migas

Realisasi Fisik: 9,00 % Keuangan: 7,20 %

Pelaksanaan kegiatan Pembangunan Pabrik Bahan Baku Obat Berbasis Migas

meliputi penyusunan FS dan Perancangan serta Kajian Teknis Pembangunan.

Page 44: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

41

3.9.5 Pembangunan Pilot Plant Propylene Berbasis CPO

Realisasi Fisik: 9,00 % Keuangan: 8,45 %

Pelaksanaan kegiatan Pembangunan Pilot Plant Propylene Berbasis CPO meliputi

penyusunan FS dan Perancangan serta Kajian Teknis Pembangunan.

3.9.6 Pembangunan Pabrik Methanol Berbasis Gasifikasi Batubara

Realisasi Fisik: 20,00 % Keuangan: 12,27 %

Pelaksanaan kegiatan Pembangunan Pabrik Methanol Berbasis Gasifikasi

Batubarameliputi penyusunan FS dan Perancangan serta Kajian Teknis

Pembangunan.

3.9.7 Pembangunan Pilot Plant Polimer Enhanced Oil Recovery

Realisasi Fisik: 9,00 % Keuangan: 7,00 %

Pelaksanaan kegiatan 3.9.7 Pembangunan Pilot Plant Polimer Enhanced Oil

Recovery meliputi penyusunan FS dan Perancangan serta Kajian Teknis

Pembangunan.

B. Analisis Capaian Kinerja dan Anggaran

Total anggaran yang dialokasikan untuk Direktorat Industri Kimia hulu adalah sebesar

Rp. 15.565.738.000,- yang terbagi atas; Kegiatan Pihak III sebesar Rp. 3.525.000.000,-

(16,10%) dan Kegiatan Swakelola sebesar Rp. 12.040.738.000,- (83,90%). Sampai

dengan Triwulan I Tahun 2017 telah direalisasikan sebesar Rp. 856.115.590,- atau

sebesar 5,5 %.

C. Realisasi Anggaran Kegiatan

Berikut ini kami sajikan tabulasi realisasi anggaran kegiatan sampai dengan Triwulan

I Tahun 2017 Direktorat industri Kimia hulu secara rinci.

Page 45: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

42

S R S R S R S R S R S R

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

025 - - - - 14,05 1,81 16,16 8,79 14,05 1,81 16,16 8,79

029 - - - - 18,65 6,36 29,71 12,25 18,65 6,36 29,71 12,25

030 - - - - 24,60 16,45 26,00 17,24 24,60 16,45 26,00 17,24

031 - - - - 10,31 5,66 9,33 9,33 10,31 5,66 9,33 9,33

035 - - - - 23,31 8,49 26,00 21,00 23,31 8,49 26,00 21,00

036 - - - - - - - - - - - -

040 - - - - - - 5,25 - - - 5,25 -

951 - - - - 29,24 17,16 24,37 16,80 29,24 17,16 24,37 16,80

- - - - 16,63 5,50 20,86 10,81 16,63 5,50 20,86 10,81

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

SDM Industri Kimia Hulu Yang Disertifikasi

PRODUK INDUSTRI KIMIA HULU YANG TERSERTIFIKASI

Layanan Internal (Overhead)

Jumlah

Fisik

1

Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Investasi

Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya

Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Kimia Hulu

SNI Wajib Industri Kimia Hulu

Output

S.D. Triwulan Lalu (%) Triwulan Ini (%) S.D. Triwulan Ini (%)

Keuangan Fisik Keuangan Fisik Keuangan

Tabel 3.1. Target dan Realisasi Per Output Dit. Industri Kimia hulu Tahun 2017

a. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Industri Kimia hulu Tahun 2017 dilihat dari sisi

realisasi fisik maupun dari sisi realisasi anggaran masih di bawah target yang

ditetapkan. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan

kegiatan yang cukup menghambat proses pelaksanaan kegiatan sehingga tidak sesuai

rencana yang telah disusun.

b. Langkah Tindak Lanjut

Dalam rangka optimalisasi capaian realisasi keuangan maupun fisik di tahun anggaran

2017 perlu dilakukan langkah tindak lanjut untuk mengantisipasi kendala yang ada,

antara lain:

• Penjadwalan pelaksanaan kegiatan yang belum dilaksanakan.

• Koordinasi lebih awal dalam perencanaan kegiatan konsinyering, sosialisasi, dan

Pertemuan Teknis lintas kementerian.

• Koordinasi dengan daerah penerima bantuan mesin peralatan pupuk organik

untuk penyediaan bangunan dan infrastruktur pendukung.

• Koordinasi dan monitoring secara berkala untuk pelaksanaan kegiatan pihak

ketiga.

Page 46: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

43

BAB IV PENUTUP

Progress pelaksanaan DIPA Direktorat Industri Kimia Hulu hingga Triwulan I 2019

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar kegiatan swakelola sudah dilaksanakan. Sementara untuk

pelaksanaan paket lelang pekerjaan pihak ketiga belum dilakukan.

2. Realisasi keuangan hingga Triwulan I Tahun 2019 sebesar Rp. 856.115.590,-atau 5,5

%. Realisasi keuangan maupun fisik lebih rendah dari target. Namun realisasi fisik

lebih besar dari pada realisasi keuangan, hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai

berikut :

a) Kegiatan pihak ketiga Direktorat Industri Kimia Hulu pada Tahun 2019

mayoritas dimulai setelah APBNP disahkan. Terlambatnya pengesahan APBNP

mengakibatkan perlunya dilakukan revisi dokumen pelaksanaan pihak III

disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

b) Beberapa kegiatan swakelola yang dilakukan penghematan perlu dilakukan

revisi anggaran setelah APBNP disahkan. Hal ini menyebabkan beberapa

kegiatan dilakukan pada pertengahan sampai dengan akhir tahun 2019.

c) Pelaksanaan kegiatan terutama kegiatan swakelola tidak dilaksanakan sesuai

rencana sehingga pelaksanaan masih tumpah tindih dengan kegiatan

swakelola lainnya.

d) Kurangnya kelengkapan data dukung dalam penyusunan kegiatan sehingga

dapat menghambat revisi anggaran tahun 2019.

e) pelaksanaan kegiatan sudah selesai namun administrasi pencairannya sedang

dalam proses.

Page 47: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/... · Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... (good

Laporan Triwulan I Tahun 2019

44

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, untuk mencapai target yang telah

ditetapkan diperlukan koordinasi dari seluruh komponen Direktorat Industri Kimia Hulu

agar target tersebut dapat terlaksana tidak saja dari sisi penyerapan anggaran, namun

juga dari sisi manfaat bagi pengembangan industri kimia hulu.

Demikian laporan ini disusun untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi dan indikator

pelaksanaan seluruh kegiatan Direktorat Industri Kimia Hulu pada Triwulan I Tahun

Anggaran 2019.