laporan pengabdian kepada masyarakat...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
JUDUL KEGIATAN :
IbM Calon Pengusaha Produk Makanan Berbasis Rumput Laut di Nusa Penida
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si. / NIDN: 0005088004
Ni Wayan Sukerti, S.Pd., M.Pd / NIDN: 0011077102
I Putu Parwata, S.Si., M.Si. / NIDN: 0003067806
Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Surat Perjanjian
Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor: 400/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 21 Maret 2014
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Bulan Nopember, Tahun 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : IbM Calon Pengusaha Produk Makanan Berbasis Rumput Laut di Nusa Penida
Peneliti / Pelaksana
Nama Lengkap : Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si.
NIDN : 0005088004
Jabatan Fungsional : Lektor
Program Studi : Analis Kimia
Nomor HP : 087863244919
Alamat surel (e-mail) : [email protected]
Anggota (1)
Nama Lengkap : Ni Wayan Sukerti, S.Pd., M.Pd.
NIDN : 0011077102
Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha
Anggota (2)
Nama Lengkap : I Putu Parwata, S.Si., M.Si.
NIDN : 0003067806
Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha
Nama Mitra Program IbM (1) : Ni Putu Martini, Ni Wayan Supartini, dan Ni Nyoman Dati
Nama Mitra Program IbM (2) : I Ketut Gede Susila, I Nyoman Malan, dan I Nyoman Muda
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke -1 dari rencana 1 tahun
Biaya Tahun Berjalan : Rp. 30.000.000,-
Biaya Keseluruhan : Rp. 50.000.000,-
Singaraja 8 Nopember 2014
Ketua kegiatan
Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si.
NIP. 198008052006042002
RINGKASAN
Tujuan umum Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini adalah memberdayakan
potensi yang dimiliki oleh kelompok tani rumput laut di Nusa Penida. Target program IbM ini
adalah terbentuknya unit usaha yang mengembangkan produk makanan dari bahan baku
rumput laut sebagai oleh-oleh khas dari Nusa Penida. Secara khusus, program ini bertujuan
untuk melatih dua kelompok tani rumput laut dari Nusa Penida menjadi pengusaha produk
makanan khas dari rumput laut. Produk makanan yang akan diproduksi adalah kerupuk rumput
laut yang akan dikembangkan oleh mitra I dari kelompok tani Tunas Harapan di Desa Ped dan
dodol rumput laut yang akan dikembangkan oleh mitra II dari kelompok tani Merta Sari di
Desa Nyuh Kukuh. Pelatihan akan diberikan mulai dari teknik produksi, pengemasan,
pemasaran, sampai pada teknik manajemen usaha.
Metode yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan/target program IbM ini adalah
kombinasi dari beberapa pendekatan yaitu melalui penyuluhan, pelatihan, pendampingan,
serta pemberian bantuan peralatan produksi. Luaran utama kegiatan ini adalah 1) kerupuk
rumput laut yang renyah, gurih dan bercita rasa khas rumput laut yang dikembangkan oleh
kelompok tani Tunas Harapan di Desa Ped dan 2) dodol rumput laut yang bertekstur kenyal,
lembut dan beraroma khas rumput laut yang dikembangkan oleh kelompok tani Merta Sari di
Desa Nyuh Kukuh. Kedua produk tersebut juga bisa dikemas dengan baik sehingga dapat
dijadikan sebagai oleh-oleh khas Nusa Penida. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah 1)
bantuan peralatan produksi yang diberikan sangat membantu dan cukup memadai bagi kedua
kelompok tani tersebut dalam melakukan proses produksi. 2) Pelatihan yang diberikan telah
memberikan kemampuan terampil bagi kedua kelompok tani tersebut untuk membuat produk
yang berkualitas dari rumput laut. 3) Setelah diberikan pelatihan dalam mengemas hasil
produksi secara menarik, pihak mitra mampu memberikan ciri khas yang dapat meyakinkan
calon pembeli.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan kegiatan
dengan judul “IbM Calon Pengusaha Produk Makanan Berbasis Rumput Laut di Nusa
Penida”. Laporan ini dibuat sebagai bukti fisik bahwa kegiatan pengabdian kepada
masyarakat tersebut sudah terlaksana.
Kegiatan Ipteks bagi Msyarakat (IbM) ini diselenggarakan sebagai salah satu Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah
adanya pengusaha makanan, khususnya kerupuk dan dodol yang terbuat dari bahan baku
rumput laut yang merupakan produk khas berasal dari Nusa Penida sebagai oleh-oleh bagi
pengunjung daerah Nusa Penida. Dengan adanya produk khas Nusa Penida maka, pengunjung
tidak akan bingung lagi mencari oleh-oleh khas daerah Nusa Penida ini yang sejauh ini belum
ada yang menjualnya. Selain itu kegiatan ini diharapkan akan meningkatkan taraf hidup
masyarakat Nusa Penida dan meningkatkan nilai jual rumput laut.
Banyak pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan IbM ini, untuk itu pada
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dikti yang telah memberikan bantuan dana untuk mendukung kegiatan ini.
2. Lembaga Universitas Pendidikan Ganesha yang ikut mengkoordinasikan kegiatan
ini.
3. Masyarakat Nusa Penida, khususnya Ni Putu Martini, Ni Wayan Supartini, dan Ni
Nyoman Dati, serta I Ketut Gede Susila, I Nyoman Malan, dan I Nyoman Muda,
selaku mitra dalam kegiatan ini.
4. Tim kerja dan semua pihak yang telah memberikan perhatian dan dukungannya
untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu masukan dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Akhir kata semoga laporan
ini bermanfaat bagi kita semua.
Singaraja, 8 Nopember 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. ii
RINGKASAN ....................................................................................................................... iii
PRAKATA ............................................................................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Analisis Situasi ......................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan Mitra .................................................................................................. 5
BAB 2. TARGET DAN LUARAN ....................................................................................... 6
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ................................................................................... 7
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ................................................................. 9
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI ....................................................................................... 11
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Nusa Penida adalah ikon rumput laut bagi Provinsi Bali. Nusa Penida menjadi sentra
produksi rumput laut di Bali dengan produksi sekitar 106,951 ton pada tahun 2011 (Dinas
Perikanan dan Kelautan Pemerintah Provinsi Bali, 2012). Rumput laut yang dibudidayakan
oleh petani di Nusa Penida adalah dari jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum.
Rumput laut jenis ini memiliki kandungan gizi yang tinggi, meliputi: protein (5,12%); lemak
(0,13%); karbohidrat (13,38%); serat kasar (1,39%); mineral (Ca 52,85 ppm, Fe 0,108 ppm);
Vitamin B1 (0,21 mg/100g); Vitamin B2 (2,26 mg/100g); Vitamin C (43 mg/100g) (Istini,
dkk., 1985), sehingga sangat potensial dikembangkan menjadi beraneka produk makanan
yang menyehatkan. Rumput laut dapat diolah menjadi berbagai produk makanan seperti:
permen jelly, manisan, dodol, kerupuk dan nata rumput laut. Disamping baik untuk
kesehatan, produk makanan menggunakan bahan baku rumput laut juga memiliki cita rasa
yang khas yang berasal dari aroma dan tekstur rumput laut itu sendiri. Hal ini tentu menjadi
daya tarik sendiri bagi konsumen sehingga sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi
suatu usaha.
Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini akan diarahkan pada usaha/bisnis produksi
makanan komersial dari rumput laut sebagai produk/oleh-oleh khas dari Nusa Penida.
Pelaksanaan program akan bermitra dengan dua kelompok calon pengusaha yang memiliki
kemauan kuat untuk maju. Dua kelompok mitra tersebut adalah petani rumput laut dari dua
desa yang bersebelahan di Kecamatan Nusa Penida, yaitu dari kelompok tani Tunas Harapan
yang berlokasi di Desa Ped (mitra I) dan dari kelompok tani Merta Sari yang berlokasi di
Desa Nyuh Kukuh (mitra II). Masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang yang masih
memiliki hubungan keluarga. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan
usaha. Mitra I terdiri dari Ni Putu Martini, Ni Wayan Supartini, dan Ni Nyoman Dati. Mitra
II terdiri dari I Ketut Gede Susila, I Nyoman Malan, dan I Nyoman Muda. Kedua kelompok
tersebut akan mengembangkan usaha pembuatan produk makanan dari rumput laut, dimana
mitra I akan membuat kerupuk rumput laut, sedangkan mitra II akan membuat dodol rumput
laut.
Pihak mitra maupun pengusul program sangat yakin terhadap prospek usaha makanan
dari rumput laut ini. Pertama, bila dilihat dari aspek pemasaran produk, bisnis ini memiliki
prospek pemasaran yang sangat menjanjikan. Hal ini didukung oleh pengembangan Nusa
Penida sebagai salah satu tujuan wisata di Bali. Kegiatan pariwisata sudah sangat ramai di
kawasan Desa Lembongan Kecamatan Nusa Penida yang terkenal dengan pesona alam
bawah lautnya. Selain itu, keberadaan tiga buah Pura di Nusa Penida, yaitu: Pura Ped, Pura
Gua Giri Putri dan Pura Puncak Mundi telah menjadi tujuan wisata religi bagi Umat Hindu
dari berbagai daerah di Bali maupun dari luar Bali. Menurut keterangan masyarakat setempat,
ketiga Pura di Nusa Penida ini tidak pernah sepi dari kunjungan umat yang ingin melakukan
persembahyangan. Kunjungan umat terutama membludak pada saat upacara “odalan” yang
dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Hal ini tentu saja menjadi peluang besar untuk
mempromosikan sekaligus memasarkan produk makanan rumput laut yang akan dibuat oleh
kedua mitra. Apalagi, sampai saat ini belum ada produk lokal yang dapat dijadikan sebagai
oleh-oleh khas dari Nusa Penida. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh pengusul,
toko-toko atau warung-warung yang ada di sekitar areal Pura-Pura tersebut belum ada yang
menawarkan produk oleh-oleh khas dari Nusa Penida yang bisa dibawa pulang oleh para
pengunjung. Toko-toko dan warung-warung tersebut dapat dijadikan tempat promosi dan
pemasaran produk yang akan dihasilkan oleh mitra. Hal inilah yang mendasari keyakinan
pihak pengusul maupun mitra terhadap prospek usaha ini.
Selain itu, di Nusa Penida terdapat dua pasar tradisional, satu terletak di Desa
Sampalan (+ 5 KM sebelah timur lokasi mitra) dan yang lain terletak di Desa Toya Pakeh (+
1 KM sebelah barat lokasi mitra). Kedua pasar tersebut cukup penting artinya bagi aktivitas
jual beli masyarakat. Kedua pasar tersebut dapat dijadikan salah satu target tempat penjualan
produk makanan yang akan dihasilkan oleh mitra. Lebih lanjut, tidak menutup kemungkinan
untuk mempromosikan dan memasarkan produk pada pasar-pasar tradisional maupun pasar
swalayan yang ada di luar pulau Nusa Penida.
Kedua, bila dilihat dari ketersediaan bahan baku, hasil panen rumput laut di Nusa
Penida tergolong paling tinggi bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Bali, sehingga
Nusa Penida menjadi sentra produksi rumput laut di Bali. Meskipun pada bulan-bulan
tertentu (Maret - Mei) produksi rumput laut mengalami penurunan akibat cuaca yang tidak
baik, namun kuantitas dan kontinuitas produksinya secara umum masih sangat baik untuk
menunjang usaha disamping untuk eksport. Bila dilihat keadaan produksi rumput laut dari
pihak mitra, setiap kepala keluarga (KK) dari masing-masing anggota mitra ini rata-rata
memiliki lahan budidaya sebanyak 3–4 petak (1 petak setara dengan luas sekitar 1 hare).
Menurut keterangan mereka, setiap petak rata-rata dapat menghasilkan rumput laut kering
sebanyak 100 Kg untuk sekali panen. Pemanenan umumnya dilakukan setiap 40–45 hari. Jadi
ketersediaan bahan baku sangat menunjang pengembangan usaha produksi makanan dari
rumput laut ini.
Ketiga, bila dilihat dari ketersediaan waktu untuk usaha, setiap anggota dari kedua
mitra kegiatan ini memiliki waktu yang cukup luang untuk menggeluti usaha yang
ditawarkan. Pihak mitra cukup banyak memiliki waktu luang diantara musim tanam dan
musim panen yang berselang sekitar 40 – 45 hari. Sebagian waktu luang tersebut memang
digunakan untuk kegiatan lain seperti memperbaiki fasilitas budidaya yang rusak dan
beternak secara kecil-kecilan, namun masih cukup tersedia waktu untuk menggeluti usaha
yang ditawarkan ini.
Bila dilihat dari aspek sumber daya manusia, kedua mitra sebenarnya telah memiliki
kemampuan dasar untuk membuat beberapa produk makanan dari rumput laut. Kedua mitra
sebelumnya telah memperoleh pelatihan pengolahan rumput laut menjadi beraneka produk
makanan. Pada tahun 2007, Karta dkk. memberikan pelatihan pengolahan rumput laut
menjadi kerupuk dan dodol rumput laut kepada kelompok tani Merta Sari di Desa Nyuh
Kukuh Kecamatan Nusa Penida. Pada tahun 2010, Parwata dkk. memberikan pelatihan
pembuatan aneka makanan seperti permen jelly, manisan dan dodol dari rumput laut kepada
kelompok tani Tunas Harapan di Desa Ped Kecamatan Nusa Penida. Namun, hingga saat ini
belum ada tindak lanjut dari masyarakat yang dilatih untuk mengembangkan teknologi yang
telah mereka peroleh menjadi suatu usaha.
Hasil wawancara dengan kedua mitra menunjukkan permasalahan utama yang
menghambat mereka mengembangkan usaha dari rumput laut ini adalah terkait produksi dan
pemasaran produk. Permasalahan produksi yang dihadapi terkait minimnya modal terutama
untuk membeli peralatan untuk produksi dan mengemas hasil produksi menjadi lebih
menarik. Untuk menghasilkan produk kerupuk atau dodol yang baik perlu ditunjang oleh
peralatan yang baik dan modern dalam rangka efisiensi dan efektifitas proses produksi dan
pengemasannya. Peralatan utama yang diperlukan untuk produksi kedua makanan tersebut
antara lain: mesin pengaduk adonan dodol, mesin mixer molen adonan kerupuk, mesin/alat
pencetak kerupuk dan dodol, oven, blender, dan alat untuk pengemasan produk.
Permasalahan kedua terkait pemasaran produk. Kedua mitra belum berani memulai usaha
karena sudah merasa ketakutan bahwa produk yang akan dihasilkan tidak laku di pasaran.
Apalagi modal yang dimiliki sangat kecil, mereka tidak berani mengambil resiko kalau
terjadi kerugian. Keadaan ini terjadi mengingat tingkat kesejahteraan kedua mitra masih
tergolong rendah karena hanya mengandalkan hasil panen rumput laut yang harganya
berfluktuatif dan relatif rendah. Harga rumput laut di tingkat petani hingga saat ini sering
berfluktuasi dari Rp. 2.000,- hingga Rp.5.000,-. Terkait pengemasan produk, kedua mitra
juga belum paham betul mengenai teknik pengemasan produk yang baik dan menarik yang
dapat memberikan ciri khas bagi produk yang dihasilkan.
Selain itu, menurut keterangan kedua mitra, mereka sebenarnya sempat mencoba
membuat produk makanan dari rumput laut. Namun mereka kurang yakin dengan kualitas
produk yang dihasilkan, khususnya terkait cita rasa dan penampilan produk. Hal ini
disebabkan pelatihan yang mereka peroleh sebelumnya sangat singkat serta menggunakan
peralatan produksi seadanya. Pada dasarnya, pelatihan singkat tersebut diberikan untuk
menstimulasi semangat dan kreatifitas masyarakat untuk memberdayakan potensi lokal yang
dimiliki. Namun tampaknya masyarakat memerlukan pelatihan dan pendampingan secara
kontinyu yang akan mengawal mereka hingga menjadi pengusaha yang dapat berdiri sendiri.
Maklum saja, keadaan ini kembali lagi pada permasalahan minimnya modal yang mereka
miliki baik modal material maupun modal nonmaterial seperti wawasan dan pengetahuan.
Bila dilihat dari aspek manajemen, kedua mitra tentu belum paham betul bagaimana
mengelola suatu usaha mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi, promosi dan
pemasaran, serta pengaturan keuangan suatu unit usaha untuk menjamin keberlangsungan
serta perkembangan usaha tersebut. Namun, bila dilihat dari rutinitas kesehariannya sebagai
petani rumput laut, mereka sebenarnya telah memiliki kemampuan manajemen meskipun
masih pada level paling dasar. Sebagai contoh, mitra sudah mampu mengatur penyediaan
bibit, proses penanaman dan pemanenan, serta penanganan pasca panen yang menjamin
keberlangsungan budidaya rumput laut yang mereka geluti hingga saat ini. Kemampuan ini
tentu diperoleh secara turun-temurun, karena usaha budidaya rumput laut ini umumnya
diteruskan pada keturunan berikutnya. Akan tetapi, mereka belum mampu melakukan
manajemen yang efektif dan efisien dalam kaitannya dengan pengembangan suatu usaha.
Demikian juga, mitra belum memiliki kemampuan dan skil yang memadai untuk merintis dan
mengelola suatu usaha baru.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, pihak mitra sangat mengharapkan adanya
bantuan modal serta pelatihan dan pendampingan secara kontinyu yang akan mengawal
mereka sehingga mereka benar-benar dapat mengembangkan unit usaha produk makanan dari
rumput laut ini secara mandiri.
1.2 Permasalahan Mitra
Berdasarkan hasil kesepakatan dengan pihak mitra, permasalahan utama yang akan
dicarikan solusi melalui kegiatan/program ini meliputi dua aspek, yaitu aspek produksi dan
manajemen. Permasalahan terkait aspek produksi meliputi:
1) Mitra tidak memiliki peralatan yang memadai untuk menunjang proses produksi yang
efektif dan efisien akibat minimnya modal yang dimiliki. Permasalahan ini mendapatkan
prioritas untuk memberikan kemudahan kepada kedua mitra dalam melakukan proses
produksi.
2) Mitra belum terampil membuat produk makanan yang berkualitas dari rumput laut.
Meskipun kedua mitra sudah pernah mendapatkan pelatihan singkat pembuatan beraneka
makanan dari rumput laut, namun ternyata mereka belum terampil dan kurang yakin
dengan kualitas produk yang mereka hasilkan terutama dalam hal cita rasa dan
penampilannya. Hal ini disebabkan kurangnya semangat dan keuletan mitra untuk secara
kontinyu mencoba dan berlatih. Permasalahan ini mendapat prioritas untuk memberikan
bekal kemampuan, keterampilan dan keyakinan kepada kedua mitra bahwa mereka
mampu menghasilkan produk makanan rumput laut yang berkualitas.
3) Mitra belum mampu mengemas hasil produksi secara menarik. Pihak mitra belum
mengetahui teknik pengemasan produk yang menarik yang mampu memberikan ciri khas
yang dapat meyakinkan calon pembeli. Permasalahan ini memperoleh perhatian karena
dapat mempengaruhi keberhasilan pemasaran produk
Permasalahan mitra terkait aspek manajemen yang akan dicarikan solusi
pemecahannya meliputi:
1) Mitra belum paham dan terampil dalam mengelola suatu bisnis/usaha yang akan digeluti.
Mitra masih sangat awam dengan manajemen suatu usaha yang efektif dan efisien.
Permasalahan ini menjadi prioritas untuk menjamin keberlanjutan dan kemajuan usaha
yang akan digeluti oleh kedua mitra.
2) Mitra belum paham dan terampil dalam mengelola teknik promosi dan pemasaran
produk yang akan dihasilkan. Mitra masih belum mengetahui bagaimana
mempromosikan dan memasarkan produk secara baik. Permasalahan ini menjadi
priooritas karena pemasaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu usaha.
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Luaran akhir kegiatan IbM ini adalah munculnya dua unit usaha di Nusa Penida yang
mengembangkan produk makanan khas dari bahan baku rumput laut, yaitu usaha dodol
rumput laut dan usaha kerupuk rumput laut. Untuk usaha dodol rumput laut, ditargetkan
mampu menghasilkan dan memasarkan produk dengan kapasitas produksi sebanyak 50
kemasan per hari. Untuk usaha kerupuk rumput laut, target produksi dan penjualan
diharapkan mencapai 100 bungkus per hari. Target luaran yang diharapkan dari setiap solusi
pemecahan masalah mitra disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Target Luaran Program IbM
No Solusi / Kegiatan Target luaran
1 Pemberian bantuan peralatan
produksi dan pengemasan produk
1. Mitra memiliki alat-alat produksi dan
alat-alat pengemas produk yang
memadai
2 Pelatihan produksi makanan dari
rumput laut (mitra I membuat
kerupuk rumput laut dan mitra II
membuat dodol rumput laut)
1. Kerupuk rumput laut yang renyah,
gurih dan bercita rasa khas rumput
laut
2. Dodol rumput laut yang bertekstur
kenyal, lembut dan beraroma khas
rumput laut
3. Mitra mampu dan terampil membuat
produk makanan khas dari bahan baku
rumput laut (yaitu kerupuk oleh mitra
I dan dodol oleh mitra II)
3 Pelatihan teknik pengemasan
kerupuk rumput laut (mitra I) dan
pengemasan dodol rumput laut
(mitra II)
1. Kemasan kerupuk rumput laut yang
menarik dengan ciri produk khas Nusa
Penida
2. Kemasan dodol rumput laut yang
menarik dengan ciri produk khas Nusa
Penida
3. Mitra mampu dan terampil mengemas
produk dengan merek dan tampilan
yang menarik serta spesifikasi produk
khas Nusa Penida
5 Pelatihan teknik promosi dan
pemasaran produk kerupuk
rumput laut dan dodol rumput laut
bercita rasa khas
1. Mitra mempunyai pengetahuan
tentang teknik pemasaran produk.
2. Mitra mampu dan terampil dalam
memasarkan kedua produk secara
kontinyu
6 Penyuluhan dan pelatihan tentang
manajemen usaha
1. Mitra memiliki wawasan dan
pengetahuan yang mendalam
mengenai kiat-kiat mengelola suatu
bisnis/usaha
2. Mitra mampu mengelola usahanya
dengan baik
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Untuk mewujudkan keinginan pihak mitra mengembangkan usaha produksi makanan
dari rumput laut sebagai oleh-oleh khas daerah Nusa Penida, maka akan dilakukan tahapan
kegiatan sebagai solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh mitra. Kegiatan
dimaksud akan dilakukan menggunakan beberapa metode pendekatan meliputi penyuluhan,
pelatihan dan pendampingan, serta bantuan modal. Secara rinci, metode pendekatan yang
digunakan sebagai solusi pemecahan masalah mitra ditunjukkan pada Tabel 3.1 di bawah.
Tabel 3.1 Pendekatan Pemecahan Masalah Mitra
Permasalahan Mitra Akar Masalah Pendekatan Pemecahan
Masalah (Solusi)
Aspek Produksi
1. Tidak memiliki peralatan
produksi yang memadai
2. Belum terampil membuat
produk berkualitas
3. Belum mampu
mengemas produk secara
menarik
Kurangnya modal usaha
Kurangnya pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang
produksi
Kurangnya wawasan dan
keterampilan dalam bidang
pengemasan produk yang
menarik
Memberikan bantuan
peralatan produksi
Memberikan pelatihan
mengenai teknik pembuatan
produk yang berkualitas
Memberikan pelatihan
mengenai teknik
pengemasan produk yang
menarik dan memiliki ciri
khas
Aspek Manajemen
1. Belum mampu/terampil
mengelola usaha/bisnis
Minimnya pengetahuan/
wawasan dalam bidang
manajemen usaha
Memberikan penyuluhan
dan pelatihan mengenai
pengelolaan usaha yang baik
2. Belum mampu mengelola
pemasaran produk
dengan baik
Minimnya pengetahuan /
wawasan tentang
manajemen pemasaran
produk
Memberikan penyuluhan
dan pelatihan mengenai
bagaimana teknik pemasaran
produk yang baik
Untuk merealisasikan solusi pemecahan masalah yang ditawarkan maka, kegiatan
program IbM ini akan dilakukan melalui lima tahapan kegiatan sebagai berikut.
1. Tahap I (Penyuluhan/sosialisasi)
Pada tahap awal kedua mitra akan diberikan pengetahuan/wawasan mengenai prospek
usaha yang akan mereka kembangkan, termasuk bagaimana teknik produksi, pemasaran
maupun manajemen usahanya. Penyuluhan akan dilaksanakan dengan metode ceramah dan
diskusi. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih meyakinkan dan memantapkan pengetahuan,
wawasan serta semangat kedua mitra untuk memulai usaha baru.
2. Tahap II (Pelatihan Teknik Produksi dan Pengemasan Produk)
Pada tahap ini mitra akan dilatih untuk membuat produk makanan dari rumput laut
(mitra I akan membuat kerupuk rumput laut, sedangkan mitra II akan membuat dodol rumput
laut). Selama pelatihan akan dilakukan kegiatan pembimbingan dan konsultasi sehingga
kedua mitra benar-benar mampu dan terampil membuat produk yang berkualitas. Selanjutnya
mitra diberikan pelatihan mengenai cara pengemasan produk yang menarik dan memiliki ciri
khas tersendiri.
3. Tahap III (Pelatihan Teknik Promosi dan Pemasaran Produk)
Pada tahap ini mita akan dilatih dan dibimbing secara kontinyu mengenai cara-cara
mempromosikan dan memasarkan produk yang dihasilkan. Kegiatan ini dikawal hingga
kedua mitra berhasil berhasil memasarkan produknya yang dapat menjamin keberlangsungan
usahanya.
4. Tahap IV (Penyuluhan Tentang Manajemen Usaha)
Pada tahap ini mitra akan dibekali dengan kiat-kiat mengelola suatu bisnis/usaha.
Kegiatan dilakukan melalui ceramah dan diskusi hingga pihak mitra benar-benar menguasai
konsep-konsep pengelolaan usaha yang baik untuk menjamin eksistensi dan kemajuan usaha
yang akan mereka geluti.
5. Tahap V (Monitoring dan Pendampingan)
Pihak pengusul kegiatan akan melakukan monitoring dan pendampingan secara
berkala untuk memastikan keberlanjutan usaha yang akan dikembangkan oleh kedua mitra.
Pada tahap ini, pihak pengusul juga akan melakukan analisis terhadap kemungkinan
permasalahan yang muncul dari pihak mitra selama menjalani usaha serta mengupayakan
solusinya.
Keberhasilan kegiatan IbM ini tentu saja sangat tergantung pada partisipasi aktif dari
pihak mitra. Partisipasi pihak mitra yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
1) Menyediakan tempat khusus untuk usaha
2) Menyediakan bahan baku rumput laut
3) Mengikuti seluruh kegiatan dari sosialisasi, penyuluhan/pelatihan, serta kegiatan
monitoring dan pembimbingan
4) Berkomitmen tinggi untuk meneruskan dan mengembangkan usaha yang akan dilatihkan
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)
memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan dharma pengabdian kepada masyarakat.
Hal ini ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan
baik dalam bidang kependidikan maupun dalam bidang non kependidikan. Dalam bidang
kependidikan, kegiatan pengabdian terutama ditujukan kepada para guru dalam rangka
meningkatkan profesionalitasnya dalam dunia pendidikan. Dalam bidang non kependidikan,
pengabdian ditujukan kepada masyarakat umum dalam rangka meningkatkan
pengetahuan/wawasan serta keterampilan masyarakat memberdayakan potensi lokal yang
dimiliki.
Dilihat dari kuantitas, kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh LPM
Universitas Pendidikan Ganesha untuk tingkat nasional menunjukkan kecenderungan
peningkatan. Untuk tahun 2012, LPM Universitas Pendidikan Ganesha telah merealisasikan
pelaksanaan pengabdian sebanyak 56 kegiatan, 31 kegiatan diantaranya berskala nasional
dengan dana dari DP2M Dikti dan 25 kegiatan berskala lokal dengan dana dari DIPA
Undiksha. Kegiatan P2M dari dana DIPA Undiksha, 17 judul diantaranya berupa pelatihan
kepada para guru baik t
ingkat SD, SMP, maupun SMU. Sedangkan sisanya sebanyak 8 judul berupa penyuluhan atau
pelatihan bagi masyarakat umum dalam berbagai bidang ilmu seperti kesehatan, informatika,
hukum, ilmu komputer dan kewirausahaan. Untuk kegiatan P2M tingkat nasional, LPM
Undiksha telah merealisasikan sebanyak 31 judul, yang terdiri dari 16 kegiatan IbM, 5
kegiatan PM-PMP, 4 kegiatan IbW, 3 kegiatan IbIKK, 1 kegiatan Hi-Link, 1 kegiatan KKN-
PPM datanan 1 keg IbK (LPM Universitas Pendidikan Ganesha, 2013).
Untuk merealisasikan tujuan kegiatan IbM ini, diperlukan tim pelaksana yang
memiliki kualifikasi yang memadai sesuai dengan kepakaran yang diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan. Sebagai Ketua Tim Pelaksana dalam program IbM ini
adalah Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si. dengan bidang keahlian kimia lingkungan. Ketua
tim dalam hal ini berperan dalam mengkoordinasikan semua kegiatan termasuk memberikan
pelatihan, melaksanakan monitoring dan pendampingan. Anggota tim pelaksana I adalah Ni
Wayan Sukerti, S.Pd., M.Pd dengan kepakaran bidang PKK (tata boga). Anggota ini akan
memberikan penyuluhan serta pelatihan mengenai teknik pembuatan dodol dan kerupuk
rumput laut, serta melaksanakan monitoring dan pendampingan. Anggota tim pelaksana II
adalah I Putu Parwata, S.Si., M.Si. dengan bidang keahlian kimia/biokimia. Anggota tim ini
akan memberikan wawasan serta pelatihan tentang kiat-kiat mengelola suatu usaha termasuk
teknik pemasarannya, melaksanakan monitoring dan pendampingan.
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat yang diselenggarakan di Nusa Penida ini diawali
dengan kegiatan rapat kerja tim. Pada rapat ini dihasilkan pembagian kerja untuk
melaksanakan kegiatan selanjutnya. Pembagian kerja tersebut diantaranya tersaji pada Tabel
5.1 berikut ini.
Tabel 5.1 Pembagian kerja tim
Kedudukan dalam proposal Uraian Kegiatan
Ketua - Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
- Berkoordinasi dengan mitra
- Narasumber dalam proses pemasaran
- Bertanggungjawab membuat dan melaporkan laporan
kemajuan dan laporan akhir dengan tetap
berkoordinasi dengan anggota
- Melaporkan seluruh penggunaan dana dalam kegiatan
ini
Anggota 1 - Memesan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
pembuatan kerupuk dan dodol rumput laut
- Mencoba pembuatan kerupuk dan dodol rumpul laut
dengan mahasiswa yang nantinya ikut membantu
dalam pelaksanaan kegiatan
- Membuat brosur teknik pembuatan kerupuk dan dodol
dari rumput laut yang digunakan sebagai pegangan
mitra.
- Mencoba alat-alat yang baru dibeli untuk pembuatan
kerupuk dan dodol
- Sebagai narasumber dalam pelatihan pembuatan
kerupuk dan dodol rumput laut
Anggota 2 - Survey sekaligus membeli alat-alat yang dibutuhkan
dalam pembuatan kerupuk dan dodol rumput laut
- Mencoba mesin pengemasan kerupuk
- Bertanggungjawab dalam setiap perjalanan ke Nusa
Penida
- Sebagai narasumber dalam pelatihan pengemasan
produk yang lebih menarik
Setelah setiap anggota mengetahui tugas masing-masing, selanjutnya semua bekerja
sesuai dengan pembagian tugasnya. Percobaan pembuatan kerupuk dan dodol rumput laut
dalam skala laboratorium telah dicoba bersama 2 orang mahasiswa yang nantinya juga ikut
membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini. Percobaan awal tersebut tersaji pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Percobaan awal untuk proses pembuatan kerupuk dan dodol rumput laut
Produk kerupuk dan dodol yang dihasilkan pada percobaan awal sudah sesuai dengan
yang diharapkan. Dengan demikian teknik terbaik untuk menghasilkan kerupuk dan dodol
sudah didapatkan untuk nantinya sebagai bahan membuat brosur resep. Brosur tersebut akan
dibagikan kepada kedua mitra, sehingga proses pelaksanaan pelatihan menjadi lebih mudah.
Brosur pembuatan dodol dan kerupuk rumput laut tersaji pada Lampiran 1.
Pada tanggal 20 Juni 2014 seluruh tim berangkat ke Nusa Penida untuk melakukan
sosialisasi bahwa akan diadakan program Ipteks bagi Masyarakat bagi kedua mitra yang
terpilih untuk diberikan penyuluhan dan pelatihan. Kedua mitra diberikan
pengetahuan/wawasan mengenai prospek usaha yang akan mereka kembangkan, termasuk
bagaimana teknik produksi, pemasaran maupun manajemen usahanya. Penyuluhan
dilaksanakan dengan metode ceramah dan diskusi yang diselenggarakan di Desa Ped dan
Desa Nyuh Kukuh, Nusa penida. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih meyakinkan dan
memantapkan pengetahuan, wawasan serta semangat kedua mitra untuk memulai usaha baru.
Kegiatan sosialisasi terlihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2 Kegiatan sosialisasi program IbM pembuatan dodol
dan kerupuk dari rumput laut.
Sebagai persiapan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan pembuatan produk
maka, alat-alat yang dibutuhkan untuk pembuatan kerupuk dan dodol rumput laut seharusnya
sudah ada di Desa Ped dan Desa Nyuh Kukuh, Nusa Penida sebelum kegiatan akan
dilangsungkan. Oleh karena itu, pembelian terhadap alat-alat tersebut harus sudah dilakukan.
Pengadaan alat-alat tersebut tidaklah susah ukuran di Kota Singaraja tempat Universitas kami
berada. Alat-alat yang sudah dibeli diantaranya blender, loyang, timbangan, saringan santan,
dan pengepresan plastik. Sementara alat-alat seperti wajan, kukusan, dll yang masyarakat
secara umum sudah ada di rumah tangga, disediakan oleh mitra sendiri. Untuk peralatan
utama yaitu, mesin pemotong kerupuk dan mesin pengadukan dodol tidak dibeli langsung di
toko, tetapi harus dipesan di Mechanical Enguneering. Foto peralatan tersebut, tersaji pada
Gambar 5.3 dan Gambar 5.4.
Gambar 5.3 Mesin pengadukan dodol Gambar 5.4 Mesin pemotongan kerupuk
Selain sosialisasi mengenai program IbM yang akan dilaksanakan, pada tahap ini tim
beserta mitra juga merancang nama merk dan design dari label produk dodol dan kerupuk
dari rumput laut tersebut. Kerupuk rumput laut diberi label Bu Kembar, sementara dodol
rumput laut diberi label dengan nama dodol rumput laut Nyangluh. Kerupuk rumput laut
tersebut diberi label dengan nama kerupuk rumput laut Bu Kembar, karena ketua tim dari
ibu-ibu kelompok tani Tunas Harapan yang menjadi mitra lebih dikenal dengan Bu Kembar
yang memang mempunyai anak yang kembar. Selain itu, mitra I dan tim IbM merasa nama
pada label tersebut cukup unik, sehingga konsumen tertarik dan penasaran dengan rasa dari
produk yang ingin ditawarkan. Dodol rumput laut yang dihasilkan diberi label “Nyangluh”
yang artinya enak dengan aroma khas.
Tahap selanjutnya dari program ini adalah pelatihan pembuatan dodol dan kerupuk
rumput laut. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 19 Agustus 2014 yang
disambut sangat antusias oleh masyarakat yang menjadi mitra dalam program ini. Hal ini
terlihat dari animo para mitra dalam mengikuti kegiatan sangat tinggi, terbukti dengan
kehadiran para mitra untuk mengikuti kegiatan mencapai 100% dan keaktifan para mitra yang
ikut andil secara langsung mencoba membuat resep yang sudah diberikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa para mitra menyambut positif kegiatan yang telah dilakukan. Sesuai
dengan harapan para mitra, mereka sangat mengharapakan adanya kegiatan-kegiatan yang
dapat menambah wawasan mereka tentang segala sesuatu yang bisa diolah dengan bahan
baku yang bersumber dari wilayah dimana mereka tinggal serta nantinya dapat meningkatkan
perekonomian mereka.
Dalam kegiatan pelatihan para mitra terlihat sangat antusias mencoba resep yang baru
mereka dapatkan. Dodol dan kerupuk merupakan makanan yang tidak awam untuk mereka
baik dalam hal membuat maupun memakannya, hanya dodol dan kerupuk dari rumput laut
mereka belum pernah mencobanya. Berdasarkan pengetahuan awalnya tentang dodol dan
kerupuk sangat memudahkan mereka untuk mencoba resep yang baru kami berikan. Pada
prinsipnya pembuatan dodol dan kerupuk rumput laut tidak jauh berbeda dengan proses
pembuatan dodol dan kerupuk pada umumnya. Yang membuat berbeda hanya dalam
pembuatannya ada kandungan rumput laut yang telah diblender sebelumnya.
Karya utama pelaksanaan IbM ini adalah : 1) kerupuk rumput laut yang renyah, gurih
dan bercita rasa khas rumput laut yang dikembangkan oleh kelompok tani Tunas Harapan di
Desa Ped dan 2) dodol rumput laut yang bertekstur kenyal, lembut dan beraroma khas rumput
laut yang dikembangkan oleh kelompok tani Merta Sari di Desa Nyuh Kukuh. Kedua produk
tersebut juga bisa dikemas dengan baik sehingga dapat dijadikan sebagai oleh-oleh khas Nusa
Penida. Kegiatan pelatihan pembuatan kerupuk dan dodol rumput laut beserta produknya
tersaji pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6.
Gambar 5.5. Kelompok Tani Tunas Harapan yang Memproduksi Kerupuk Rumput Laut
Gambar 5.6. Kelompok Tani Merta Sari yang Memproduksi Dodol Rumput Laut
Berdasarkan informasi dari mitra kendala utama dalam pembuatan dodol adalah proses
pengadukan yang lama dan menghilangkan bau dan rasa amis dari rumput laut. Pengadukan
yang lama membuat masyarakat enggan untuk membuat dodol, walaupun dalam jumlah yang
sedikit. Hal ini diatasi dengan memberikan bantuan berupa mesin pengadukan dodol yang
bisa secara otomatis dalam mengaduk dodol. Sementara untuk menghilangkan bau dan rasa
amis dari rumput laut dapat dilakukan dengan merendam terlebih dahulu rumput laut tersebut
dengan air dalam semalam, namun karena air di Nusa Penida juga sedikit asin sehingga
perendaman rumput laut tidak dapat dilakukan hanya semalam, tetapi lebih dari semalam atau
dapat direndam semalam dengan kapur sirih. Kendala yang dialami mitra dalam membuat
kerupuk rumput laut adalah kerupuk yang tidak renyah, pemotongan yang susah dan
pengemasan yang sangat lama, karena masih dengan cara manual (dengan mengelem plastik
dengan dupa). Kualitas kerupuk yang baik yang utama adalah kerenyahannya. Kerupuk
rumput laut yang tidak renyah tersebut disebabkan karena perbandingan antara tepung dan
rumput laut yang tidak pas. Jika perbandingan tersebut sudah pas sesuai dengan resep yang
diberikan, penjemuran yang baik dan cara menggorengnya sudah sesuai dengan yang
dilatihkan maka, dihasilkanlah kerupuk rumput laut yang renyah sesuai dengan yang
diharapkan. Pemotongan adonan kerupuk yang susah diatasi dengan menaruh adonan
kerupuk yang sudah matang tersebut ke dalam pendingin (kulkas) dulu sebelum dipotong dan
diberikan juga bantuan alat pemotongan kerupuk, sehingga dapat dilakukan dengan cepat.
Sementara pengemasan yang sangat rumit diatasi dengan memberikan alat pengepresan
plastik. Dengan diatasinya semua permasalahan tersebut sehingga mitra sekarang sudah bisa
berproduksi dan memasarkan produknya, walaupun hanya sewilayah Nusa Penida saja.
Kerupuk rumput laut tersebut dijual dengan harga Rp. 2000-3000/bungkus. Perhitungan
harga pokok kerupuk rumput laut tersaji pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Perhitungan harga jual kerupuk rumput laut
Bahan yang digunakan Harga Rp.
Rumput laut 1 Kg 6.000
Tepung kanji 400 gr 2.000
Terigu 200 gr 3.000
Bawang merah 10 siung 1.000
Bawang putih 5 siung 5.00
Cabe besar 4 buah dan Cabe kecil 4 buah 1.000
Garam , Penyedap rasa, Pengembang 2.000
Plastik, label 1.000
Minyak 1 Liter 15.000
JUMLAH 31.500
1 Kg rumput laut menghasilkan 20 bungkus kerupuk. Jadi harga pokok kerupuk rumput
laut per bungkus adalah Rp. 1.575. Sementara perhitungan harga pokok dodol rumput laut
tersaji pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Perhitungan harga jual dodol rumput laut
Bahan yang digunakan Harga Rp.
Rumput laut 1 Kg 6.000
Gula Pasir 1 Kg 12.000
Tepung ketan 200 gr 2.000
Santan kelapa 1 butir kelapa 2.000
Garam, vanili 5.00
Plastik, mika, label 4.000
1 kwh listrik 3.000
3 Kg gas 27.000
JUMLAH 56.500/ Kg
Rumput laut sejumlah 1 Kg menghasilkan dodol 23 mika. Jadi harga pokok dodol per mika =
Rp. 2. 456, Rp. 409/biji.
Harga kerupuk rumput laut tersebut dijual dengan nilai Rp. 2.000-3000/bungkus.
Keuntungan yang diperoleh mencapai 500-1500/bungkus. Dodol tersebut dihargai dengan
nilai Rp. 5.000/ mika, dimana 1 mika itu berisi 6 bungkus dodol. Keuntungan yang bisa
diperoleh sejumlah Rp. 2500/mika. Hal ini tentunya sangat menguntungkan, jika
dibandingkan dengan menjual rumput laut mentah yang harganya berfluktuasi berkisar antara
Rp 2000 sampai dengan Rp 5000 per Kg. Sampai saat ini kedua usaha ini masih berjalan dan
sangat besar kemungkinan untuk berlanjut terus. Hal tersebut karena proses produksinya yang
mudah, alat-alat untuk produksi sudah sangat memadai dan bahan-bahan untuk pembuatan
kerupuk dan dodol rumput laut yang mudah ditemukan di Desa Nusa Penida. Selain itu juga
usaha ini dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan utama bagi para petani rumput laut di
saat kondisi pertanian rumput laut yang tidak baik untuk menanam rumput laut, karena hasil
rumput laut yang dihasilkan tidak baik. Kedua produk ini diharapkan untuk mendapat PIRT
(Perijinan Industri Rumah Tangga) sehingga dapat dijual ke luar daerah Nusa Penida. PIRT
tersebut sampai sekarang masih dalam proses pengajuan dan tim berusaha membantu sampai
nantinya dikeluarkan ijin industri rumah tangga tersebut.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang dapat disampaikan dalam laporan akhir pragram Ipteks bagi
Masyarakat ini adalah sebagai berikut.
1. Mitra sudah memiliki peralatan yang memadai untuk menunjang proses produksi
yang efektif dan efisien, alat-alat tersebut diantaranya mesin pengadukan dodol,
mesin pemotongan kerupuk, blender, timbangan, saringan santan, loyang dan
pengepresan plastik.
2. Mitra sudah terampil membuat produk makanan yang berkualitas dari rumput laut.
Dengan memberikan resep yang sudah dipraktikkan dalam skala laboratorium
oleh salah satu tim (dosen) dan 2 orang mahasiswa yang berasal dari Jurusan Tata
Boga, masyarakat sudah merasa yakin dengan produk yang mereka hasilkan.
3. Mitra sudah mampu mengemas hasil produksi secara menarik. Dengan memberi
pelatihan singkat cara mengemas dan memberikan alat pengepresan plastik, para
mitra sudah mengetahui teknik pengemasan produk yang menarik yang mampu
memberikan ciri khas yang dapat meyakinkan calon pembeli.
Saran yang dapat disampaikan pada laporan akhir ini diharapkan kegiatan seperti lebih
sering diselenggarakan karena, dampaknya sangat positif bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Provinsi Bali, 2012. Profil Kabupaten Klungkung.
Tersedia pada
(http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/komoditiprofilkomoditi.php?ia=
5105&is=135). Diakses pada tanggal 3 Pebruari 2013
Karta, I Wayan, dkk., 2007. Upaya Pemanfaatan Rumput Laut sebagai Olahan makanan
melalui pelatihan untuk kelompok tani Merta Sari Desa Adat Nyuh Kukuh Nusa
Penida. Laporan P2M : Universitas Pendidikan Ganesha
Istini S., Zatnika A., Suhaimi, 1985. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut. Jakarta :
BPP Teknologi
LPM Universitas Pendidikan Ganesha, 2013. Rekapitulasi Data Pelaksana P2M Universitas
Pendidikan Ganesha Tahun 2012. Tersedia pada (http://www.undiksha.ac.id/lpm/)
Diakses pada tanggal 5 Pebruari 2013
Parwata, I Putu, dkk., 2010. Pelatihan Pengolahan Rumput Laut Menjadi Aneka Produk
Komersial Bagi Kelompok Tani Rumput Laut di Nusa Penida. Laporan P2M:
Universitas Pendidikan Ganesha
Lampiran 1. Brosur untk resep pembuatan dodol dan kerupuk dari rumput laut
RESEP DODOL RUMPUT LAUT
BAHAN:
Rumput laut jenis eucheuma cottoni 1kg
Gula pasir 800 gr
Tepung ketan 200 gr
Santan kelapa 1 Butir kelapa secukupnya
Garam, essence secukupnya
Vanili,
Cara membuat :
1. Rendam rumput laut ke dalam larutan CaO/kapur sirih selama sehari
semalam dengan pergantian sebanyak 3 kali
2. Blender rumput laut hingga halus
3. Didihkan tepung ketan +santan
4. Masukkan pasta rumput laut serta ditambahkan gula, essene , vanili, aduk
sampai kalis (2jam)
5. Tuangkan ke dalam loyang yang dilapisi plastik dinginkan
6. Potong-potong sesuai selera, kemas dengan plastik
7. Dodol siap disajikan
Alat yang diperlukan:
1. Timbangan 1 buah
2. Baskom 5 buah
3. Wajan 1 buah
4. Sutil besar kayu 2 bh
5. Saringan santan 1 bh
6. Blender 1 buah
7. Piring saji
RESEP KRUPUK RUMPUT Laut
Bahan: Rumput laut tawar basah 400 gr Tepung kanji 400 gr Terigu 200 gr Air secukupnya Bawang merah 10 siung haluskan Bawang putih 5 siung haluskan Cabe besar 4 bh Cabe kecil 4 bh Garam Penyedap rasa Soda kue 1 bungkus Cara membuat : 1. Cuci bersih rumput laut, tiriskan 2. Rebus dengan sedikit air 3. Haluskan rumput laut dnegan blender 4. Campur tapioka,terigu, penyedap dan bumbu-bumbu 5. Masukkan pasta rumput laut, uleni sampai kalis 6. Bentuk adonan bulat panjang, bungkus dengan daun 7. Lalu kukus selama 1,5 jam 8. Dinginkan, setelah dingin diiris, 9. Jemur sampai kering 10. Krupuk siap digoreng