laporan pendahuluan.docx

Upload: munggaran-agung

Post on 09-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANEKLAMPSIA

I. PENGERTIAN EKLAMPSIAEklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, (kamus istilah medis : 163,2001) Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas, diserta dengan hipertensi, odema, proteinurio (obstetric patologi : 99. 1984)Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006)Eklampsia dalam bahasa Yunani berarti Halilintar karena serangan kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir. (Sinopsis obstetric : 203,1998)Eklampsia adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999) Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti Halilintar. Kata tersebut dipakai karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba tiba tanpa didahului oleh tanda tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda tanda pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Tergantumg dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian. Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre eklampsia,tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.

2. ETIOLOGI Sebab eklampsia belum diketahui pasti, namun salah satu teori mengemukakan bahwa eklampsia disebabkan ishaemia rahim dan plasenta (Ischaemia Utera Placentoe). Selama kehamilan, uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada mola hidotidosa, hidramnian, kehamilan ganda, nultipara, akhir kehamilan, persalinan, juga penyakit pembuluh darah ibu, diabetes peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau desiduc yang menyebabkan vasospesmus dan hipertensi. Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini masih belum sepenuhnya difahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut the disease of theories. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya preeklampsia adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan dimana jumlah trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua. Hal ini akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress oksidasi, peningkatan radikal bebas, disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan trombosit yang dapat terjadi diberbagai organ.

Faktor Predisposisi Terjadinya Preeklampsia dan EklampsiaPrimigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik, mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.

3. FREKUENSIFrekuensi eklampsia bervariasi antara satu Negara dan yang lain. Frekuensi rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre eklampsia yang sempurna.Di negara negara sedang berkembang frekuensi di laporkan berkisar antara 0.3 % - 0.7%, sedang di negara- negara maju angka tersebut lebih kecil, yaitu 0.05 % - 0.1 %.

4. MANIFESTASI KLINIS Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preaklampsia disertai kejang atau koma, sedangkan bila terdapat gejala preeklampsia berat disertai salah satu / beberapa gejala nyeri kepala hebat, gangguan virus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan darah yang progesif, dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani sebagai kasus eklampsia Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeklampsia. Eklampsia digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan. Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tidak bergerak.Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang, dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama bahkan kematian. Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50 kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis. Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.

5. PATOLOGI Pada wanita yang meninggal akibat eklampsia dikarenakan adanya komplikasi pada hati, otak, retina, paru-paru dan jantung. Pada keadaan umum dapat ditemukan necrose, haemoragia , aedema Hypernaema atau ishcaemia dan trombhosis.

6. TANDA DAN GEJALA Gejala pada eklampsia diawali dengan timbulnya tanda-tanda preeklampsia yang semakin buruk, seperti : gejala nyeri kepada di daerah frontal gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia. Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat yakni : a. Tingkat aura / awal keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepada diputar ke kanan / kiri. b. Tingkat kejangan tonik, yang berlangsung kurang lebih 30 detik dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan mengggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit. c. Tingkat kejangan klonik, berlangsung antara 1-2 menit, spesimustonik tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat, mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit kembali, bola mata menonjol, dan mulut keluar ludah yang berbusa muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi dapat terjadi dari tempat tidurnya akhirnya kejangan terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur. d. Tingkat koma, lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.

7. KLASIFIKASI EKLAMPSIAa. Eklampsia gravidarum kejadian 150 % sampai 60 % serangan terjadi dalam keadaan hamilb. Eklampsia parturientum Kejadian sekitar 30 % sampai 35 % Saat sedang inpartu Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu.c. Eklampsia puerperium Kejadian jarang Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.

8. DIAGNOSIS BANDING Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan tanda dan gejala preeklampsia yang disusul oleh serangan kejang, maka diagnosis eklampsia tidak diragukan lagi.Eklampsia harus dibedakan dengan : 1) Epilepsi Dalam anamnesia diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tanda preeklampsia tidak ada. 2) Kejang akibat obat anesthesis Apabila obat anesthesia locak tersuntikkan ke dalam vena, dapat timbul kejang. 3) Koma karena sebab lain, seperti : Diabetes, perdarahan otak, meningitis dan lain-lainDiagnosis eklampsia lebih dari 24 jam harus diwaspadai.

9. KOMPLIKASI Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat dan eklampsia : a. Solutio Plasenta Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre eklampsia.b. Hipofibrinogemia Kadar fibrin dalam darah yang menurun.c. Hemolisis Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak berwarna menjadi merah. d. Perdarahan Otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.e. Kelainan MataKehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu, dapat terjadi.f. Edema Paru Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung. g. Nekrosis Hati Nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan pada hati,terutama penentuan enzim-enzimnya.h. Sindrome Hellp Haemolisis, elevatea liver anymes dan low plateleti. Kelainan Ginjal Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal. j. Komplikasi lain Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang preumania aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation) Prematuritas Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.

10. TERAPI 1. Tujuan Terapi Eklampsia a. Menghentikan berulangnya serangan kejang b. Menurunkan tensi, dengan vasosporus c. Menawarkan hasmokonsentrasi dan memperbaiki diveres dengan pemberian glucose 5%-10% d. Mengusahakan supaya O2 cukup dengan mempertahankan kebebasan jalan nafas.

2. Penanganan Kejang a. Beri obat anti konvulsan b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung O2 )c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi f. Beri oksigen 4-6 liter / menit

3. Penanganan Umum a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg. b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overloadd. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam g. Pantau kemungkinan oedema paru h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin. i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4m. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.

10. PROGNOSISEklampsia di indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman,diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8 % - 25.5% sedangkan kematian lebih tinggi lagi,yakni 42,2 % - 48.9 %.Sebaliknya,kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil.Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal,penderita-penderita eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat.Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak,dekompensasio kordis dengan edema paru-paru,payah-ginjal,dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernafasan waktu kejangan.Sebab kematian bayi terutama hipoksia intrauterin dan prematuritas.Berlawanan dengan yang sering diduga,preeklampsia dan eklampsia tidak menyebabkan hipertensi menahun.Oleh penulis-penulis tersebut ditemukan bahwa pada penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama,frekuensi hipertensi 15 tahun kemudian atau lebih tidak lebih tinggidari pada mereka yang hamil tanpa eklampsia.

11. PENCEGAHANPada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah,atau frekuensinya dikurangi.Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas :1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.2. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan.3. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat dihilangkan.

ASUHAN KEPERAWATANPRE EKLAMPSIA- EKLAMPSIA

1. PengkajianSumber (http://download-askep.blogspot.com/2010/01/pengkajian-diagnosa-keperawatan_07.html)Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :a. Data subyektif : Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.b. Data Obyektif : Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + ) Pemeriksaan penunjang :1. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam2. Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml3. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu4. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak5. USG ; untuk mengetahui keadaan janin6. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.

2. Diagnosa keperawatanSumber (susan MT,dkk.1998 dan Marlyn doengoes,dkk.1999)a. Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d hipertensi pada kehamilanb. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensic. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamiland. Gangguan Penglihatan b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral akibat hipertensie. Kurang pengetahuan,kondisi dan tindakan b.d kurang terpajan pada informasif. Nyeri epigastrium b.d konrtaksi organ yang tidak terkontrolg. Resti Kejang pada ibu b.d penurunan fungsi organh. Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta

3. Intervensi keperawatanSumber (susan MT,dkk.1998 dan Marlyn doengoes,dkk.1999)DP 1 : Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d hipertensi pada kehamilanTujuan : Perfusi Uteroplasental dan jaringan ginjal baik.Kriteria hasil:a. Tingkat kesadaran baik dan tidak berubahb. Janin tidak menunjukkan tanda-tanda distressc. Perfusi maksimald. Tekanan darah normal

IntervensiRasional

Letakkan pasien pada lingkungan yang tenang Pantau TTV Auskultasi irama jantung janin Anjurkan tirah baring Anjurkan periksa urine 24 jam Monitor TD tiap 4 jam Memberikan kenyamanan dan ketenangan pada pasien Untuk mengetahui keadaan umum pasien Untuk mengetahui perkembangan janin Meminimal stimulasi dan meningkatkan relaksasi Untuk menentukan intervensi lebih lanjut Untuk mengetahui keadaan umum klien

DP 2 : Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensiTujuan:Nyeri hilang atau berkurangKriteria hasil:a. Nyeri hilang atau terkontrolb. Ekspresi wajah tenang

Intervensi Rasional

Kaji skala nyeri klien Pertahankan tirah baring selama fase akut Anjurkan kompres dingin dan pijat punggung Bantu pasien dalam aktivitas sesuai kebutuhan Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi Menurunkan tekanan vaskuler Mengurangi nyeri

DP 3: Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilanTujuan :volume cairan normalKriteria hasil:a. Volume cairan sesuai kebutuhanb. Edema minimalc. Tanda dan gejala bukan indikasi gagal jantung

IntervensiRasional

Timbang berat badan pasien setiap hari Pantau intake cairan Periksa protein urine Monitor intake dan output klien Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat. Untuk menentukan intervensi lebih lanjut Membantu mengidentivikasi kebutuhan Meminimalkan komplikasi Agar dapat mengontrol keseimbangan antara intake yang amsuk dan output yang keluar Agar tidak tejadi kesalahan dalam pemberian obat

DP 4 : Gangguan Penglihatan b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral akibat hipertensiTujuan : Penglihatan tidak kabur lagi dan kembali normalKriteria hasil :a. Pasien dapat menunjukkan fungsi penglihatannya baikb. Dapat menginterpretasikan benda yang dilihat dengan benarc. Tingkat kekaburan menurun bahkan hilang

IntervensiRasional

Kaji tingkat kekaburan penglihatan Lakukan pengetesan dengan menyuruh pasien untuk menginterpretasikan benda di sekitar Anjurkan tirah baring Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian zenjelasan mengenai penyakit Untuk mengetahui batas kekaburan yang dialami pasien Mengetahui batas kemampuan dan melatih pasien untuk mengenal orang dan benda sekitar Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi Untuk menentukan intervensi selanjutnya

DP 5: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan b.d kurang terpajan pada informasiTujuan :Pengetahuan pasien bertambah

Kriteria hasil:a. Pasien mengerti terhadap apa yang disampaikanb. Mampu menerapkan informasi yang didapatc. Mentaati pengobatan

IntervensiRasional

Kaji kesiapan pasien dan hambatan belajar Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung Berikan pengertian pentingnya kerja sama Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian penjelasan mengenai penyakit Meningkatkan minat pasien untuk belajar. Agar pasien mengerti mengenai penyakit Agar masalah dapat diatasi dengan baik Agar informasi yang disampaikan dapat lebih lengkap dan jelas

DP 6 : Nyeri epigastrium b.d konrtaksi organ yang tidak terkontrolTujuan : skala nyeri berkurang bahkan hilangKriteria Hasil :a. Nyeri hilang atau terkontrolb. Ekspresi wajah tenang

Intervensi Rasional

Kaji skala nyeri klien Pertahankan tirah baring selama fase akut Anjurkan kompres dingin Bantu pasien dalam aktivitas sesuai kebutuhan Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi Menurunkan tekanan vaskuler Mengurangi nyeri

DP 7 : Resti Kejang pada ibu b.d penurunan fungsi organTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi lagi kejang pada ibuKriteria hasil :a. Kesadaran baik, compos mentisb. Kejang tidak mengulangc. TTV; TD : 110-120 mmHg/70-80 mmHgSuhu : 36-37 CIntervensi Rasional

Kaji adanya tanda-tanda eklampsia Catat tingkat kesadaran pasien Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus Monitor Tekanan darah tiap 4 jam Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antihipertensi dan SM Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung, paru yang mendahului status kejang Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole > 160 mmHg merupakan indikasi dari PIH Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang

DP 8 : Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasentaTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi fetal distress pada janinKriteria hasil :a. DJJ (+) : 12-12-12b. Tidak terjadi distressc. Hasil USG normal

Intervensi Rasional

Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM Kaji tentang pertumbuhan janin Monitor DJJ sesuai indikasi Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST Reaksi terapi dapat menurunkan pernapasan janin dan fungsi jantung serta aktivitas janin Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoksia, prematur dan solutio plasenta Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoksia bagi janin USG dan NST dilakukan untuk mengetahui keadaan dan kesehatan janin

4. Implementasi keperawatanImplementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan dimana awalan kata pada intervensi ditambah dengan kata kerja.misalnya jika pada intervensi keperawatan kaji TTV maka pada implementasi keperawatan mengkaji TTV.(Judith M.W.2007)

4. Evaluasi

I. KONSEP DASAR PENYAKITA. DEFINISI Eklampsia adalah kelaianan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49). Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (helen varney;2007)Eklampsi lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara.B. ETIOLOGIEtologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut the disease of theories. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua. C. PATOFISIOLOGIKenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat. Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi pada partus prematurus.Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arterioles ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan dieresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.Metabolism dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan volume darah edema berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaiakan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara. Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklmpsia.

D. KLASIFIKASIEklampsia di bagi menjadi 2 golongan :1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering terjadi) kejadian 150 % sampai 60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan. Kejadian sekitar 30 % sampai 35 % Saat sedang inpartu Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu.3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan Kejadian jarang Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.

E. MANIFESTASI KLINIS Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :1. Tingkat awal atau aura (invasi)Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.2. Stadium kejang tonikSeluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalm, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.3. Stadium kejang klonikSemua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonikberhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.4. Stadium komaLamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita teteap dalam keadaan koma.

F. KOMPLIKASIKomplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.a. Terhadap janin dan bayi.1. Solution plasentaKarena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.2. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.3. HemolisisKerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.b. Terhadap ibu

1. Hiprofibrinogenemia Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.2. Perdarahan otakKomplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.3. Kelainan mataKehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.4. Edema paru paru5. Nekrosis hatiNekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.6. Sindroma HELLPMerupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.7. Kelainan ginjalKelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.8. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.9. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

G. DIAGNOSISEklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi sedini mungkin gejala gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang kejang eklampsia karena tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasisKonsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu Kardiologi Optalmologi Anestesiologi Neonatologi

H. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI1. Penanganan eklampsiaTujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan : Beri obat anti konvulsan Perlengkapan untuk penanganan kejang Lindungi pasien dari kemungkinan trauma aspirasi mulut dan tenggorokan baringkan pasien pada sisi kiri posisikan secara trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi berikan oksigen 4 6 liter / menit.

2. Pengobatan eklampsiaEklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.Konsep pengobatannya :a. Menghindari terjadinya : Kejang berulangMengurangi koma Meningkatkan jumlah dieresisb. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan : Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgrc. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan: Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2 Hindari terjadinya trauma tambahanPerawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :1. Kamar isolasi- Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan- Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien- Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas2. Pengobatan medisBanyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :- Sistem stroganoff- Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang- Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.- Diazepam atau valium- Litik koktil

3. Pemilihan metode persalinanPilihan pervaginam diutamakan :- Dapat didahului dengan induksi persalinan- Bahaya persalinan ringan- Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.- Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual- Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonikaPertimbangan seksio sesarea :- Gagal induksi persalinan pervaginam- Gagal pengobatan konservatif

J.PROGNOSEEklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 ).Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam makan prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.Gejala gejala lain memperberat prognosa dikemukakan oleh Eden ialah ; koma yang lama, nadi di atas 120 x / menit, suhu di atas 39 c, tekanan darah di atas 200 mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau lebih, tidak adanya edema, edema paru paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti, Jakarta EGC 2009.Rukiyah, Lia yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI, Jakarta Timhttp://hariskumpulanaskep.blogspot.com/2012/01/askep-eklampsia.htmlhttp://www.docstoc.com/docs/85085397/ASKEP-Eklampsia-Post-PartumDiposkan oleh wellita apriamala erkas chendi di 18.37 1 komentar: