bab 1 pendahuluan.docx
TRANSCRIPT
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cake merupakan makanan sampingan yang cukup mengenyangkan dan
digemari oleh semua kalangan karena rasanya yang enak dan mudah
didapatkan di toko-toko kue. Cake terbuat dari bahan baku yaitu tepung terigu.
Adanya tepung terigu dapat memberikan pengembangan tekstur pada cake
yang dihasilkan. Namun, pada saat ini telah banyak pembuatan cake yang
dilakukan melalui substitusi menggunakan tepung lain seperti tepung
singkong atau biasa disebut Mocaf, tepung jagung, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, pembuatan cake tergolong mudah dan tidak membutuhkan
biaya yang cukup besar untuk membeli bahan-bahannya. Bahan tambahan
yang dibutuhkan untuk pembuatan cake yaitu telur, gula pasir, margarin, susu
skim, dan ovalet. Pembuatan cake memiliki 2 prinsip yaitu yang pertama
adalah pencampuran (mixing), dan yang kedua adalah pemanggangan
(pengovenan). Prinsip dari pencampuran yaitu untuk pembentukan adonan
karena adanya tepung dan telur yang saling tarik menarik.
Pengovenan memiliki prinsip yaitu untuk mematangkan dan
mengembangkan adonan karena komponen amilosa dan amilopektin dalam
terigu serta bahan-bahan tambahan lainnya saling berikatan dan mengembang
ketika terkena panas. Dengan adanya kedua prinsip tersebut, maka kita dapat
menentukan keberhasilan dari cake yang dihasilkan. Oleh karena itu
dilakukannya praktikum pembuatan cake yaitu untuk mengetahui keberhasilan
cake dengan substitusi mocaf dan tepung terigu.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengukur besarnya retrogradasi produk olahan pangan
b. Pengukuran berdasarkan perubahan tekstur
c. Untuk mengetahui daya kembang roti
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Cake
Menurut SNI 01-3840-1995, Cake adalah produk makanan semi basah
yang dibuat dengan pemanggangan adonan. Adonan dari cake biasanya terdiri
dari terigu, gula, telur, susu, aroma dan lemak, serta bahan pengembang
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan
makanan lain yang diijinkan.
Pengertian Cake menurut U.S.Wheat Associates (1983), Cake berasal dari
adonan liquid dari bahan utama mentega, margarine, telur, gula pasir, tepung
terigu medium wheat white , susu, cream of tar tar , dan bahan pelengkap
seperti : cheese, chocolate, buah, rempah, ekstra buah, dan bahan pewarna
tumbuhan seperti : chlorophyl, safron, blue, carmine, anato, buttercream,
pasta almond. Sedangkan menurut pendapat Subagio (2007), Cake ialah
adonan panggang yang terbuat dari tepung, gula, garam, bahan pengembang,
shortening, susu, telur, dan bahan penambah aroma.
Cake Biasanya berbentuk bulat, dan dihias dengan lapisan (icing) yang
terbuat dari krim mentega, coklat, atau dengan fondan. Proses pengolahan
cake biasanya dilakukan dengan cara dipanggang, dioven, ataupun dengan
cara dikukus.
2.2 Bahan-bahan yang diginakan
Bahan yang digunakan pada pembuatan cake antara lain: terigu, margarin,
telur, gula halus, susu skim, dan ovalet. Adapun bahan-bahan yang digunakan
tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :
2.2.1 Tepung Terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir
gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue kering, biskuit, mi,
cake, roti, dan lain-lai. Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa
Portugis, trigo, yang berarti “gandum”. Tepung terigu mengandung banyak zat
pati yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga
mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam menentukan
kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu (Salam, dkk., 2012).
Penggunaan tepung yang halus sangat menentukan keberhasilan dalam
pembuatan cake karena tepung yang halus memiliki partikel yang relative
kecil dari komponen gluten protein. Ketika pengovenan, gluten akan
menggumpal (koagulat) dan akan menghasilkan tekstur cake yang lembut.
2.2.2 Telur
Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan
kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan
antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan
makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai
citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi
dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan.
Menurut Desrosier (1988) telur selalu digunakan dalam produksi cake,
biskuit, dan sejenisnya. Telur utuh mengandung 8-11% albumen (putih telur)
dan 27-32% kuning telur. Albumen berfungsi sebagai agensia pengeras,
sedangkan kuning telur sebagai agensia pengempuk. Sehingga adanya
penambahan telur pada cake dapat mempengaruhi tekstur yang dihasilkan.
2.2.3 Baking Powder
Baking powder adalah zat pengembang yang komposisinya terdiri atas
baking soda/sodium bicarbonate, satu atau lebih acid/asam seperti cream of
tartar, sodium aluminium sulfate. Corn starch juga biasanya ditambahkan
untuk menyerap kelembaban di sekitarnya sehingga memperlambat terjadinya
reaksi saat baking powder masih dalam kemasan aslinya.
Menurut Winarno (1984) bahan pengembang adalah bahan yang mampu
menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dimana gas karbondioksida ini dapat
mengembangkan adonan hingga mencapai ukuran yang semestinya selama
proses pengovenan. Jenis bahan pengembang yang banyak digunakan dalam
pembuatan biskuit adalah soda kue (NaHCO3). Penggunaan soda kue sebagai
bahan pengembang didasarkan pada harga yang murah, tidak beracun, mudah
penggunannya, relatif tidak terasa dalam produk akhir dan memiliki
kemurnian tinggi.
2.2.4 Margarin
Margarin ialah mentega buatan. Bisa dibuat dari minyak nabati, atau
minyak hewani. Bisa juga mengandung susu saringan, garam dan pengemulsi.
Margarin mengandung lebih sedikit lemak daripada mentega, sehingga
margarin banyak digunakan sebagai pengganti mentega. Ada juga margarin
rendah kalori, yang mengandung lemak lebih sedikit.
Menurut Anita (1987) mentega ditambahkan pada pembuatan cake karena
berfungsi untuk memberikan warna dan tekstur yang baik dalam campuran
adonan.
2.2.5 Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam
bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi
manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa
(yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan
energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula Granulasi atau gula pasir merupakan gula yang berbentuk kristal-
kristal gula berukuran kecil. Gula pasir merupakan gula sukrosa yang terbuat
daribit atau tebu. Pada praktikum ini digunakan gula pasir yang memiliki
teksturberupa pasir dan lebih kasar dan aroma pandan yang lebih menyengat
dibandinggula tepung, gula batu dan gula bata. Ukuran kristalnya pun lebih
besar dibandinggula tepung, gula merah dan gula bata.
Namun cita rasa dari gula ini kurang dibandingkan cita rasa gula bata.
Warna gula pasir merk ini putih, sebenarnya warna gula pasir tergantung dari
derajat rafinasinya dan tergantung dari jenis bahan bakunya. Gula pasir
merupakan komponen penting, karena berdasarkan literatur peran gula pasir
dapat sebagai pemanis, pembentuk kristal, dan bulkingagent. Gula pasir sering
digunakan dalam pembuatan cake dimana nantinya gulapasir akan meleleh
dengan lemak sehingga dapat menangkap udara agar cake tersebut
mengembang. Sedangkan dalam pengolahan kembang gula, gula pasir
digunakan untuk hard candy, fondant, pelapis, dan gula tabur.
2.2.6 Susu Bubuk
Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu
bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama daripada susu cair dan tidak
perlu disimpan di lemari es karena kandungan uap airnya sangat rendah.
Susu skim adalah susu yang diuapkan sebagian airnya jadi lebih pekat dari
pada susu segar biasa. Susu skim memiliki kandungan lemak yang rendah
dapat. Penambahan susu skim pada pembuatan cake yaitu sebagai tambahan
nilai nutrisi. Susu skim kering atau cair memiliki kandungan karbohidrat dan
protein yang tinggi. Susu skim tersedia dalam karton atau botol atau, dalam
bentuk kering, dan digunakan dalam rendah lemak atau diet mengurangi
energi. (Anita Tull, 1987)
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Kembang
Menurut U.S Wheat Associates (1983), hal-hal yang perlu diperhatikan
selama pembuatan cake adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan bahan baku yang berkualitas baik dan tidak kadaluarsa.
Tepung terigu, gunakan tepung yang masih baik kualitasnya. Jika masih
ada sisa tepung terigu, simpan dalam tempat/container kedap udara dan
disimpan ditempat yang teduh.
Telur, gunakan selalu telur dalam kondisi suhu ruangan. Telur yang
diambil dari lemari es, tidak baik dipakai secara langsung, diamkan dahulu
kurang lebih 1 jam dalam suhu ruangan, agar air akibat lemari es,
menguap terlebih dahulu.
Gula, kondisi harus bagus, tidak menggumpal
Mentega, margarin, pakai dalam suhu ruangan sehingga mudah
dilembekkan (kecuali untuk resep tertentu).
2. Penakaran bahan secara akurat.
Menimbang bahan harus tepat, oleh karena itu disarankan untuk memakai
timbangan digital.
Siapkan semua bahan yang ada dalam resep sebelum proses pembuatan
kue dimulai, jangan menimbang bahan setengah-setengah. Contoh: Anda
hanya menimbang mentega dan gula saja, dan baru menimbang terigu
sesaat terigu itu harus sudah masuk ke adonan yang sudah siap. Disini
terjadi penundaan yang akan berakibat tidak baik untuk adonan yang telah
dikocok. Juga menyebabkan anda terburu-buru menimbang yang
menyebabkan proses pembuatan kue menjadi tidak smooth.
3. Peralatan & perlengkapan yang memadai.
Persiapkan semua peralatan & perlengkapan yang diperlukan saat akan
membuat kue.
Semua peralatan & perlengkapan harus dalam keadaan bersih dan kering.
4. Teknik pencampuran yang benar.
Campur semua bahan kering, contoh terigu, maizena, susu bubuk, baking
powder. Setelah bahan tercampur rata, masukkan ke dalam adonan sambil
diayak. Dengan cara seperti ini maka semua bahan akan tersebar merata.
5. Teknik pengadukan/pengocokan yang benar.
Mencampur bahan kental (misal hasil kocokan telur dan gula) dan bahan
kering (tepung terigu), gunakan teknik aduk balik.
Teknik aduk balik adalah mengaduk adonan menggunakan spatula
karet/rubber spatula.
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Baskom
b. Plastik Pengemas
c. Nampan
d. Mixser
e. Solet
f. Sendok
g. Tusuk gigi
h. Tissu/lap
i. Kertas roti
j. Oven
k. Timbangan
3.1.2 Bahan
a. Tepung Terigu
b. Tepung Mocaf
c. Telur
d. Margarin
e. Gula
f. Farmipan
g. Baking powder
h. Susu bubuk
Tepung terigu, baking powder, dan susu bubuk
Pencampuran
Masukkan millet diatas cake hingga seluruh bagian
loyang terpenuhi
Oven 180oC, 30 menit
Pengukuran P, L, T loyangPengukuran tinggi adonan dengan lidi dan ukur panjang dengan penggaris
P3 P4
Adonan cake
Pembagian adonan
Telur dan gula
Pengocokan hingga berbuih
Campuran I
Pengadukan dengan spatula
Campuran II
Pengadukan dengan spatula
Mentega
Pemanasan
Untuk P1, alasi loyang dengan kertas roti
Ambil millet, masukkan kedalam gelas ukur
Catat volume
Hitung daya kembang
P2, P3, P4 masukkan ke dalam plastic, lalu sealer dan beri lubang kecil, simpan 1,2 dan 3 hari
P1 amati tekstur dan rheotex 5 titik
Potong cake, amati kenampakan irisan (foto kenampakan)
3.2 Skema Kerja
45
P1 P2
BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Daya Kembang
No Perlakuan Loyang (cm) Adonan (cm) V.millet
(ml)p l t p l t
1. 100 g
tepung
terigu
protein
tinggi + 200
g telur
9 9 3,5 9 9 1,8
28
9 9 3,5 9 9 1,6
9 9 3,5 9 9 1,3
9 9 3,5 9 9 1,4
2. 100 g
tepung
terigu
protein
tinggi + 150
g telur
9,9 9,9 3,8 9,9 9,9 1
112
9,9 9,8 3,9 9,9 9,8 1
9,9 9,9 3,9 9,9 9,9 1
10 9,9 3,7 10 9,9 1,3
3. 100 g
tepung
terigu
protein
sedang +
200 g telur
7,8 7,8 4 7,8 7,8 1,3
53
8 8 3,9 8 8 0,9
8,8 8,7 3,8 8,8 8,7 0,9
8 8 3,9 8 8 1
4. 100 g
tepung
terigu
protein
sedang +
150 g telur
8,9 8,9 3,9 8,9 8,9 1,9
80
8,9 8,9 3,7 8,9 8,9 1,4
8,9 8,9 3,9 8,9 8,9 1,4
8,9 8,9 3,9 8,9 8,9 1,5
5. 100 g
tepung
terigu
protein
rendah +
200 g telur
10 10 4 10 10 2
48,5
10,6 10,2 4 10,6 10,2 1,8
9,8 10 3,9 9,8 10 2,2
9,8 10 4 9,8 10 2,2
6. 100 g
tepung
terigu
protein
rendah +
150 g telur
8,8 8,8 3,8 8,8 8,8 1,5
54
8,8 8,8 3,8 8,8 8,8 1,5
8,8 8,7 3,8 8,8 8,7 1,6
8,8 8,8 3,8 8,8 8,8 1,3
4.1.2 Warna
No. Sampel Standart dl da db
L a b
1. 100 g
tepung
terigu
protein
tinggi + 200
g telur
62,8 6,6 19,8
- 17,9 3,6 21,8
- 25,5 8,4 12,2
- 31,8 7,6 9,0
- 23,5 8,8 14,7
- 11,5 0,5 17,0
2. 100 g
tepung
terigu
protein
tinggi + 150
g telur
62,5 6,4 20,0 - 21,8 8,2 15,8
- 30,8 6,4 7,4
- 23,3 8,1 12,7
- 24,8 9,3 14,1
- 10,7 0,8 17,0
3 100 g
tepung
terigu
protein
sedang +
200 g telur
62,4 8,1 19,7 - 11,3 0,9 17,1
- 17,8 7,3 19,2
- 19,8 7,7 19,2
- 17,0 6,6 19,6
- 19,7 8,1 17,9
4 100 g
tepung
terigu
protein
sedang +
150 g telur
62,7 7,1 19,7 - 12,3 0,9 17,0
- 15,7 2,3 19,2
- 28,9 7,2 9,3
- 28,3 7,7 11,1
- 29,0 7,9 10,0
5.
100 g
tepung
terigu
61,8 10,8 19,1 - 10,3 0,3 17,8
- 17,4 4,5 21,0
- 27,2 6,7 16,4
protein
rendah+
200 g telur
- 26,8 7,1 15,6
- 26,7 6,1 14,5
6.
100 g
tepung
terigu
protein
rendah+
150 g telur
62,9 5,8 20,0 - 10,8 1,1 16,7
- 15,9 2,6 22,1
- 28,7 9,5 10,0
- 28,7 7,3 7,9
-28 8,2 8,8
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Daya Kembang
No. Perlakuan Daya Kembang
(%)
1 100 g tepung terigu protein tinggi + 200 g telur 75,24
2 100 g tepung terigu protein tinggi + 150 g telur 165,73
3 100 g tepung terigu protein sedang + 200 g telur 140,68
4 100 g tepung terigu protein sedang + 150 g telur 52,11
5 100 g tepung terigu protein rendah + 200 g telur 75,75
6 100 g tepung terigu protein rendah + 150 g telur 106,846
5.2.2 Staleness
No. Perlakuan Staleness (g/2,5 mm) Hari Ke-0 1 2 3
1100 g tepung terigu
20,4 22 31 25,2
protein tinggi + 200 g telur
2100 g tepung terigu protein tinggi + 150 g telur
31 25,6 24,6 25,8
3100 g tepung terigu protein sedang + 200 g telur
43,8 54 44,8 50,2
4100 g tepung terigu protein sedang + 150 g telur
30,8 31,8 45,2 47,29
5100 g tepung terigu protein rendah + 200 g telur
16,6 14,6 13,6 14,8
6100 g tepung terigu protein rendah + 150 g telur
19,4 27,8 26,6 31
5.2.3 Warna
No
.Perlakuan
Hue (o) Rata-
rata1 2 3 4 5
1
100 g tepung
terigu protein
tinggi + 200 g
telur
34,41 30,47 28,39 32,01 32,66 41,96
2
100 g tepung
terigu protein
tinggi + 150 g
telur
31,85 26,68 30,32 31,07 33 40,78
3100 g tepung
terigu protein
34,41 35,15 34,78 35,15 34,59 46,42
sedang + 200 g
telur
4
100 g tepung
terigu protein
sedang + 150 g
telur
33,34 34,05 33,69 30,61 29,89 43,088
5
100 g tepung
terigu protein
rendah + 200 g
telur
37,78 38,44 37,36 37,36 36,94 49,996
6
100 g tepung
terigu protein
rendah + 150 g
telur
31,53 32,83 27,76 26,11 26,91 38,704
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja da Fungsi Perlakuan
Pada pembuatan cake hal yang harus dilakukan yaitu menyiapkan telur
yang berfungsi sebagai emulsifier dan gula pasir untuk memberi rasa manis
dan pembentukan warna pada cake. Setelah menyiapkan telur dan gula pasir,
selanjutnya yaitu pencampuran dengan mixer untuk menghomogenkan telur
dan gula pasir agar menghasilkan tektur yang lembut dan halus. Saat
pencampuran gula pasir dan telur dilakukan sampai mengembang Kemudian
dilakukan penambahan ovalet sebagai bahan pengembang cake, dan
dilakukan pencampuran menggunakan mixer.
Setelah semuanya tercampur rata, bahan yang selanjutnya ditambahkan
yaitu tepung, dimana pada kelompok kami menggunakan tepung terigu,
baking powder, dan susu bubuk. Tepung digunakan untuk pembuatan adonan
dan merupakan bahan baku dalam pembuatan cake. Setelah ditambahkan
tepung dan bahan-bahan yang lain, dilakukan pengadukan secara manual
menggunakan spatula dan ditambahkan margarin yang telah dipanaskan.
Margarin dipanaskan terlebih dahulu untuk memudahkan saat pencampuran.
Margarin berfungsi sebagai lemak dan pemberi warna kuning pada cake
Jika pencampuran telah selesai dilakukan dengan rata, selanjutnya yaitu
adonan dibagi menjadi 4 yaitu p1, p2, p3 dan p4 pada masing-masing adonan
dilakukan pengukuran panjang, lebar dan tinggi loyang, kemudian pengukuran
tinggi adonan dengan menggunakan lidi dan ukur pula panjangnya
menggunakan penggaris, setelah selesai di ukur kemudian dioven 180oC
selama 30 menit untuk mematangkan adonan.
Untuk adonan p1 dialasi loyang dengan kertas roti, masukkan millet diatas
cake hingga seluruh bagian, kemudian ambil millet dan masukkan kedalam
gelas ukur catat volumenya, kemudian hitung daya kembangnya. Sedangkan
untuk adonan p2, p3, dan p4 dimasukkan kedalam plastik, lalu sealer dan
lubang kecil-kecil, kemudian simpan 1,2 dan 3 hari. Untuk adonan p1 amati
tekstur dan rheotex 5 titik, selanjutnya potong cakedan amati kenampakan
irisannya.
5.2 Analisa Data
5.2.1 Daya Kembang
Dari hasil data praktikum diatas didapatkan hasil perhitungan yang
dilakukan, daya kembang yang memiliki nilai terbesar secara berurutan yaitu
cake dengan tepung terigu protein tinggi + 150 gram telur sebesar 165,73 %,
tepung terigu tepung terigu protein sedang + 200 g telur sebesar 140,682% ,
dan nilai daya kembang terkecil yaitu tepung terigu protein sedang + 150 g
telur sebesar 52,11%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase penggunaan
tepung terigu berpengaruh nyata terhadap daya kembang cake. Hal ini
disebabkan karena tepung terigu mengandung gluten. Menurut Sutomo (2007),
gluten tersusun atas dua fraksi yaitu glutenin dan gladin yang masing-masing
akan menentukan elastisitas serta plastisitas adonan.
Sifat elastis dan plastis pada adonan tersebut diakibatkan terbentuknya
kerangka-kerangka seperti jaring-jaring dari senyawa glutenin dan gladin.
Selanjutnya kerangka seperti jaring-jaring inilah yang berperan sebagai
perangkap udara sehingga adonan menjadi mengembang. Udara yang
tertangkap dalam kerangka jaring-jaring gluten sebenarnya merupakan gas
CO2.
Pada formulasi 100 g tepung terigu protein sedang + 200 g telur,
mendapatkan nilai pengembangan kedua setelah 100 g tepung terigu protein
tinggi + 150 g telur. Hal ini dikarenakan di dalam adonan terdapat gluten yang
diperoleh dari substitusi tepung terigu. Dengan adanya gluten tersebut, maka
kedua gluten tersebut akan saling bercampur saat pemixeran dan mengembang
karena panas atau pengovenan.
5.2.2 Staleness Cake
Berdasarkan pengujian tekstur yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa tekstur yang memiliki kelunakan cake tertinggi diperoleh pada tepung
terigu protein sedang + 200 g telur sebesar 50,2 gram/2,5mm pada hari ke 3,
kemudian nilai terendah pada tepung terigu protein rendah + 200 g telur
sebesar 13,6gram/2,5mm pada hari ke 2.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kelunakan tertinggi didapat pada
cake dengan penambahan tepung terigu 200%. Hal ini dikarenakan protein di
dalam tepung terigu yaitu gluten. Menurut Sutomo (2007), gluten tersusun atas
dua fraksi yaitu glutenin dan gladin yang masing-masing akan menentukan
elastisitas serta plastisitas adonan. Ketika pengovenan, adonan tersebut akan
mengembang sehingga menghasilkan tekstur yang lunak. Bila dibandingkan
dengan penambahan mocaf, tekstur yang diperoleh cenderung keras karena
rendahnya kandungan gluten di dalam adonan. Mocaf hanya mengandung lebih
banyak pati yang merupakan karbohidrat sehingga tidak dapat menghasilkan
pengembangan cake yang memberikan tektur lunak pada cake.
5.2.3 Warna
Kenampakan permukaan irisan yang baik dan warna yang sangat baik
diperoleh pada cake dengan penambahan tepung terigu protein rendah + 200 g
telur memiliki warna yang cerah yaitu sebesar 50,104. Sedangkan warna yang
terendah pada cake yaitu pada penggunaan tepung terigu protein rendah + 150
g telur sebesar 38,704. Tepung yang memiliki banyak kandungan gluten akan
menghasilkan daya kembang yang maksimal karena adanya pemanasan
menyebabkan masuknya CO2 ke dalam adonan sehingga rongga yang terbentuk
akan semakin banyak. Namun, bila tepung yang digunakan hanya terbuat dari
komponen terbesar yaitu pati, akan menghasilkan tekstur yang sedikit padat
karena rongga yang terbentuk tidak semaksimal dengan tepung yang memiliki
kandungan gluten banyak.
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut
: Cake yang menghasilkan daya kembang tertinggi berada pada
penambahan tepung terigu protein tinggi + 150 gram telur sebesar 165,73
%,
b. Tekstur cake yang terbaik diperoleh pada cake dengan penambahan tepung
terigu protein sedang + 200 g telur sebesar 50,2 gram/2,5mm pada hari ke 3
c. Kenampakan cake yang terbaik diperoleh pada penambahan tepung terigu
100%
d. Cake yang baik dipengaruhi oleh adanya kandungan gluten yang banyak
dalam tepung terigu
6.2 Saran
Tidak ada saran pada praktikum ini, karena semuanya berjalan dengan
lancar, terima kasih buat semua asisten yang telah membimbing kami, mohon
maaf jika selama praktikum ada hal-hal yang kurang berkenan di hati asisten
DAFTAR PUSTAKA
U.S Wheat Associates.1983. Pedoman Pembuatan Kue dan Roti. Jakarta:
Djambatan.
Subagjo, A. 2007. Manajemen Pengolahan Roti dan Kue. Yogyakarta: Graha
Ilmu. BSN. 1995.
Syarat Mutu Cake SNI 01-3840-1995. Jakarta: BSN Suhardjito. 2003. Klasifikasi
Cake. Bogor : Institut Pertanian Bogor
John, Wiley and Sons. 1997. Food Processing . Canada : A Wiley-Interscience
Publication.
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : UI Press.
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Anita. 1987. Food and Nutrition. New York : Oxford University Press.
Endres, J.G. 1967. Emulsifiers – A Rivew Of Their Applications In Backing .
Bakers Digest 41, No 5, 96 – 100
Sutomo, 2007. Pemanfaatan Tepung Terigu. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama