repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/bab i pendahuluan.docx · web viewberdasarkan...

118
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Presiden Bj.Habibi memerintah Negara Republik Indonesia mulai tanggal 21 Mei tahun 1998, dalam penyelenggaraan pemerintahannya terjadi perubahan paradigma yaitu dari pemerintahan sentralisasi kepada pemerintahan desentralisasi atau populernya dengan sebutan otonomi daerah. Pada awal penyelenggaraan pemerintahan, beliau mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di daerah. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tersebut, pemerintah pusat juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah, sebagai pedoman pembentukan dan penyusunan Struktur Organisasi lembaga pemerintahan yang baru yang harus dipedomani oleh Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sampai ke Desa/ Kelurahan. 1

Upload: others

Post on 18-Sep-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Presiden Bj.Habibi memerintah Negara Republik Indonesia mulai

tanggal 21 Mei tahun 1998, dalam penyelenggaraan pemerintahannya terjadi

perubahan paradigma yaitu dari pemerintahan sentralisasi kepada

pemerintahan desentralisasi atau populernya dengan sebutan otonomi

daerah. Pada awal penyelenggaraan pemerintahan, beliau mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-

Pokok Pemerintahan di daerah. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tersebut, pemerintah pusat juga mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2000 tentang

pedoman organisasi perangkat daerah, sebagai pedoman pembentukan dan

penyusunan Struktur Organisasi lembaga pemerintahan yang baru yang

harus dipedomani oleh Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota sampai ke Desa/ Kelurahan. Hal tersebut tentunya

menimbulkan konsekwensi yaitu; merubah organisasi yang sudah berjalan

baik nama, struktur, mekanisme maupun budaya organisasi di semua

tingkatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84

tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah, Pemerintah

Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 2000

tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Barat. Demikian juga di

1

Page 2: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

2

masing-masing Kabupaten dan Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2000 tersebut mereka menyusun

organisasi berikut Struktur Organisasi dan Tata Kerjanya masing-masing,

karena ketaatan pemerintah daerah terhadap Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 84 tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat

Daerah tersebut kurang. Hasilnya organisasi dan SOTK di masing-masing

Kabupaten dan Kota berbeda-beda, banyak ditemukan ketidak sesuaian

baik dilihat dari sistem keterkaitan antara pemerintah pusat dengan

Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota maupun efisiensi dan

efektivitasnya. Keadaan tersebut sangat tidak mendukung pemerintahan

daerah dalam menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good

Governance).

Kurt Lewin dalam James Af Stoner, & Freman, Edward R & Gilbert JR,

Daniel R (1996:107), terjemahan mengajukan sebuah model proses

perubahan yang didasarkan pada teori kekuatan yang berlawanan yaitu

kekuatan yang mendorong untuk berubah, akibat diketemukannya teknologi

baru yang lebih efisien dan efektif, bahan baku baru yang lebih baik,

persaingan dari kelompok/ perusahaan lain semakin gencar, dan tekanan dari

superpisor yang menginginkan cepat berubah. Sebagai lawannya kekuatan

untuk tidak berubah/ bertahan pada posisi yang lama, karena perasaan puas

dari para anggota atas keberhasilan yang sudah dicapai, takut menghadapi

perubahan, norma-norma kelompok yang sudah membudaya, dan

keterampilan yang sudah dikuasai. Akan tetapi pada prinsipnya setiap

perubahan harus terarah dan dapat mendorong peningkatan kinerja pegawai

yang lebih baik.

Page 3: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

3

Mendesain Struktur Organisasi harus dapat menggambarkan sistem

Kontrol, budaya, sistem sumberdaya manusia , agar sumberdaya yang

digunakan dapat efisien dan efektif serta struktur organisasi merupakan

sistem yang formal antara hubungan tugas dengan pelaporan, koordinasi dan

struktur organisasi tersebut harus dapat juga memberikan atau

menumbuhkan motivasi para anggota untuk bekerjasama mencapai tujuan

organisasi.

Jika terjadi perubahan organisasi semestinya diikuti dengan

perubahan budaya organisasi, karena jika tidak organisasi tersebut akan sulit

dalam pencapaian tujuan, visi dan misi organisasi. Di pemerintahan

nampaknya ini yang terjadi, mulai pemerintahan pusat, daerah sampai

dengan ke desa/kelurahan.

Menyadari hal tersebut , Pemerintah Pusat kemudian mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Tindak lanjut dari

Undang-Undang nomor 32 tahun 2004, Pemerintah Pusat mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 Tentang

Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah yang

memperketat pelaksanaan pemekaran wilayah dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

Daerah.dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tentang Petunjuk

Teknis Penataan Organisasi Perangkat daerah sebagai dasar pembentukan

organisasi dan SOTK baru.

Page 4: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

4

Berdasarkan peraturan tersebut Pemerintah Provinsi Jawa Barat

mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Provinsi Jawa Barat dan Nomor 22 Tahun 2008 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi

Jawa Barat. Di masing-masing Kabupaten, Kota jumlah Dinas, Badan nama

organisasi dan Strukturnya masing-masing masih berbeda-beda, karena

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang

Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57

Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat daerah sebagai

dasar pembentukan organisasi dan SOTK baru, serta juga Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tentang Peraturan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil,kurang ditaati oleh pemerintah daerah.

Dari pengalaman dua kali perubahan organisasi dan SOTK yaitu

Pertama berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

Pemerintahan Daerah dan Peraturan Republik Indonesia Nomor 84 tahun

2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Kedua berdasarkan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tentang Petunjuk Teknis

Penataan Organisasi Perangkat daerah. Perubahan SOTK Keua-duanya

tidak diikuti dengan perubahan budaya organisasi.

Sejak reformasi digulirkan di organisasi pemerintahan terjadi

perubahan , baik nama, struktur organisasi maupun kinerja para pegawai

pemerintahan, mulai pimpinan teratas sampai dengan staf biasa kinerjanya

tidak maksimal. Hal tersebut diakibatkan pemahaman terhadap reformasi

Page 5: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

5

berbeda-beda, regulasi-regulasi yang dikeluarkan pemerintah pusat juga ada

yang bertentangan diantara Undang-Undang/Peraturan yang satu dengan

Undang-Undang/Peraturan yang lainnya, tidak tegas, sehingga kurang bisa

dijadikan dasar pijakan untuk operasional. Pembentukan organisasi dan

SOTKnya diserahkan kepada masing-masing tingkatan pemerintahan,

peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat sebagai dasar pembentukan

struktur tersebut kurang ditaati oleh Pemerintah Daerah karena persepsi

tentang otonomi daerah yang berbeda-beda. Akhirnya organisasi dan

struktur organisasi yang dihasilkan di masing-masing tingkatan pemerintahan

terlepas dari sistem, kurang relevan antara unit yang satu dengan unit yang

lainnya serta tidak efisien dan tidak efektif dan kurang diikuti dengan

perubahan budaya organisasi, pelaksanaan koordinasi baik internal unit

maupun ekternal dengan unit lain memudar, demikian juga kerja kelompok

atau team work.

Kinerja organisasi akan lebih baik apabila diawali dengan dasar

organisasi dan struktur yang rasional, tujuan yang ingin dicapai jelas, sistem

terbuka , fleksibel terhadap tantangan perkembangan baik jangka pendek

maupun jangka panjang serta didukung oleh budaya organisasi dan team

work yang baik mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. Dalam kondisi

tersebut diperlukan perilaku kepemimpinan yang dapat membaca situasi dan

kondisi organisasi yang tidak lepas dipengaruhi oleh faktor internal dan

ekternal serta pemberdayaan sumber daya yang ada untuk mendorong

meningkatnya kinerja organisasi.

Kinerja penyelenggaraan pemerintah Republik Indonesia diukur

dengan Human of Development Indek (HDI) atau Indek Pembangunan

Page 6: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

6

Manusia (IPM), dalam katagori negara negara dunia, pada tahun 2009

Indonesia berada pada peringkat ke 111 dari 182 Negara dengan nilai IPM

0,734 (satuan) di bawah Palestina yang menduduki urutan ke 110 dengan

nilai indeks IPM 0,737 dan di bawahnya Honduras yang berada di urutan ke-

112 dengan nilai indeks IPM 0,732 (Laporan Human Development Report/

HDR United Nations Development Program/UNDP 2009). Secara Nasional

Provinsi Jawa Barat tahun 2008 berada pada peringkat 14 dari 33 Provinsi

dengan capaian indeks IPM 71,60 (puluhan). Capaian IPM di Jawa Barat

setiap tahun kenaikannya tidak begitu signifikan, yaitu; tahun 2005 , 2006,

2007, 2008 masing-masing sebesar 69,35 poin, 70,30 poin, 70,30 poin dan

71,60 poin, (sumber data Bapeda Provinsi Jawa Barat) sehingga target

pencapaian IPM pada tahun 2010 = 80 poin tidak bisa dicapai, bahkan

capaian IPM tahun 2010 sebesar 80 poin, dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJP) tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, IPM =80

poin diproyeksikan dapat dicapai tahun 2015. Indikator IPM terdiri dari tiga

indikator yaitu; pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat, karena itu

di dalam penelitian Dinas-Dinas yang diteliti diarahkan pada Dinas yang

paling dominan dengan indikator IPM yaitu; Dinas Pendidikan, Kesehatan,

Pertanian dan Tanaman Pangan, Koperasi Usaha Mikro Kecil Menegah

(KUMKM), Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Kinerja pemerintah di Provinsi Jawa Barat bidang pendidikan,

kesehatan, pertanian dan tanaman pangan,koperasi, usaha mikro kecil,

menegah, tenaga kerja dan transmigrasi dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

`

Page 7: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

7

Tabel 1.1Kinerja Pemerintah Di Bidang Pendidikan,

Kesehatan, Koperasi, UMKM, Pertanian dan Tanaman Pangan, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Dinas/Program/Tahun Jumlah AnggaranRealisasi (%)

Keuangan Fisik

1. Dinas Pendidikan:

1) 11 Program, 46 Kegiatan (2008) 127.896.860.169,39,- 82,72 88,79

2) 11 Program, 51 Kegiatan (2009) 456.192.275.800,00,- 78,40 92,85

2. Dinas Kesehatan:

1) 5 Program, 78 Kegiatan (2008) 38.014.530.172,79,- 46,39 66,35

2) 11 Program, 67 Kegiatan (2009) 139.795.587.000,00,- 64,57 73,36

3. Dinas Koperasi & UMKM:

1) 4 Program, 22 Kegiatan (2008) 28.733.853.630,00,- 90,12 90,12

2) 6 Program, 18 Kegiatan (2009) 26.532.749.000,00,- 95,78 95,78

4. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan:

1) 7 Program, 72 Kegiatan (2008) 47.438.306.639,06,- 73,16 88,52

2) 10 Program (2009) 59.916.173.700,00,- 88,44 97,04

5. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi:

1) 6 Program, 32 Kegiatan (2008) 31.635.490.355,12,- 70,33 70,33

2) 11 Program, 23 Kegiatan (2009) 38.230.939.620,00,- 96,71 98,65

Tahun Anggaran Jumlah Anggaran(5 Dinas)

RataRata Capaian Kinerja (5 Dinas)

1) 2008. 273.719.040.966,36,- 72,54 80,82

2) 2009. 720.667.725.120,00,- 84,78 91,54

Sumber data: 1) Dinas Pendidikan 2) Dinas Kesehatan 3) Dinas KUMKM 4) Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan 5) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan 6) BAPEDA Provinsi Jawa Barat Laporan Kinerja Organisasi Perangkat Daerah Tahun 2008 dan 2009.

Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah anggaran dari kelima

dinas tersebut tahun 2008 sebesar Rp. 273.719.040.966,36,- tahun 2009

meningkat menjadi Rp. 720.667.725.120,00,-atau 263,29%. Dinas yang paling

besar kenaikan anggarannya adalah Dinas Kesehatan tahun 2008 sebesar

Page 8: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

8

Rp. 38.014.530.172,79,- tahun 2009 naik menjadi Rp. 139.795.587.000,00,-

atau 367,74%, sedangkan Dinas yang turun anggarannya adalah Dinas

Koperasi dan UKM tahun 2008 sebesar Rp. 28.733.853.630,00,- tahun 2009

turun menjadi Rp. 26.532.749.000,00. Pencapaian kinerja rata-rata kelima

dinas tersebut tahun 2008 sebesar 80,82% dan di tahun 2009 meningkat

rata-rata menjadi 91,54%, sedangkan realisasi keuangan rata-rata dibawah

realisasi pencapaian fisik yaitu tahun 2008 sebesar 72,54% dan tahun 2009

sebesar 84,78%. Pencapaian kinerja yang paling rendah adalah Dinas

Kesehatan tahun 2008 sebesar 66,35% dan tahun 2009 naik menjadi 73,36%

sedangkan pencapaian kinerja yang paling tinggi adalah Dinas Koperasi dan

UMKM tahun 2008 sebesar 90,12% tahun 2009 naik menjadi 95,78%. Dinas

Koperasi dan UMKM walaupun pencapaian kinerjanya lebih tinggi bukan

berarti menunjukan tidak terdapat masalah, karena disamping jumlah

anggaran tahun 2009 turun dibanding jumlah anggaran tahun 2009, di Jawa

Barat terdapat jumlah Kopersi sebanyak 22.522 buah dan yang tidak aktip

sebanyak 15.909 buah (data Dinas KUMKM tahun 2009).ini menunjukan

perencanaan yang kurang matang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41

tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintah Daerah baik

di Tingkat Provinsi maupun di Tingkat Kabupaten dan Kota,terdiri dari :

Sekretariat Daerah memiliki tugas dan kewajiban membantu

Gubernur/Bupati/Walikota dalam menyusun kebijakan dan

mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah, Inspektorat

sebagai unsur pengawas memiliki tugas melaksanakan pengawasan

terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Dinas Daerah memiliki

Page 9: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

9

tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan, dan terakhir Lembaga teknis daerah terdiri

dari Badan, Kantor, dan Rumah Sakit memiliki tugas melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik.

Dinas merupakan unsur OPD terdepan dibanding dengan unsur OPD

lainnya dan bertugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, memegang peranan

penting dalam mewujudkan keberhasilan pembangunan daerah dalam

mensejahterakan masyarakat, berdasarkan data kinerja pemerintah

tersebut pada tabel 1.1 di atas belum dapat bekerja secara maksimal karena

itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang Kinerja Dinas di

Kabupaten dan Kota melalui penelitian dengan judul “ Pengaruh

Kepemimpinan Situasional dan Budaya Organisasi Terhadap Team Work

Serta Implikasinya Pada Kinerja Organisasi ” (Studi Di Dinas Kabupaten

dan Kota Provinsi Jawa Barat).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, dalam organisasi

pemerintahan terdapat permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Masih transisinya penyelenggaraan Pemerintahan akibat perubahan

paradigma penyelenggaraan Pemerintahan dari Sentralisasi kepada

Desentralisasi.

2. Masih berbeda persepsi dari para penyelenggara Pemerintahan tentang

pengertian dan pelaksanaan Otonomi Daerah.

Page 10: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

10

3. Nama lembaga, Struktur Organisasi dimasing-masing Kabupaten dan

Kota berbeda-beda walaupun standar pembentukan kelembagaan sudah

ada seperti PP. RI. Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

Daerah.dan PERMEN DAGRI Nomor 57 Tentang Petunjuk Teknis

Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

4. Organisasi Perangkat Daerah tidak kondusif, mengakibatkan motivasi

para Pegawai dalam menjalankan tugas menurun.

5. Sumber Daya Manusia, latar belakang pendidikan, kemampuan,

keterampilan berbeda-beda dan penempatan, mutasi, promosi tidak

sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kemampuannya.

6. Dalam kondisi tersebut Nomor satu sampai dengan Nomor lima

mengakibatkan para penyelenggara pemerintahan kesulitan dalam

implementasi kepemimpinannya.

7. Regulasi yang dikeluarkan Pemerintah Pusat kurang ditaati oleh

Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten dan Kota.

8. Regulasi yang dikeluarkan Pemerintah Pusat, Provinsi maupun

Kabupaten dan Kota belum dapat mendukung penyelenggaraan

Pemerintahan yang baik (Good Governance).

9. Perubahan paradigma penyelenggaraan Pemerintahan kurang diikuti

dengan perubahan Budaya Organisasi.

10. Para Kepala OPD masih menunjukan ego sektor.

11. Koordinasi Vertikal, horizontal, diagonal intern maupun ekstern

memudar.

Page 11: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

11

12. Perencanaan Program dan Kegiatan dari masing-masing OPD masih

belum teritegrasi dan terpadu kearah pencapaian tujuan Pemerintahan

yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

13. Kerja secara Tim dalam Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di

Kabupaten dan Kota baik dalam unit, sub unit antar unit dan sub unit,

maupun tugas khusus baik intern maupun ekstern belum efektip dan

sfisien.

14. Pencapaian Kinerja Organisasi dari masing-masing OPD di Kabupaten

dan Kota masih rendah.

1.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi permasalahan tersebut, dapat dirumuskan masalah da-

lam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Kepemimpinan Situasional (telling, selling, participating dan

delegating), Budaya Organisasi (Konstruktif, pasif-defensif, Agresif-

defensif),Team Work dan Kinerja Organisasi yang ada di OPD Kabupaten

dan Kota Provinsi Jawa Barat.

2. Seberapa besar Kepemimpinan Situasional berpengaruh terhadap Team

Work di Dinas OPD Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat.

3. Seberapa besar Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Team Work

di Dinas OPD Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat.

4. Seberapa besar Kepemimpinan Situasional dan Budaya Organisasi

berpengaruh terhadap Team Work di Dinas OPD Kabupaten dan Kota

Provinsi Jawa Barat.

Page 12: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

12

5. Seberapa besar implikasi Team Work terhadap Kinerja Organisasi di

Dinas Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Kondisi Kepemimpinan Situasional (telling, selling, participating dan

delegating), Budaya Organisasi (Konstruktif, pasif-defensif, Agresif-

defensif),Team Work dan Kinerja yang ada di Dinas OPD Kabupaten dan

Kota Provinsi Jawa Barat.

2. Seberapa besar kepemimpinan situasional berpengaruh terhadap Team

Work di Dinas OPD Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat.

3. Seberapa besar Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Team Work

di Dinas OPD Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat.

4. Seberapa besar Kepemimpinan Situasional dan Budaya Organisasi

berpengaruh terhadap Team Work di Dinas OPD Kabupaten dan Kota

Provinsi Jawa Barat.

5. Seberapa besar implikasi Team Work terhadap Kinerja Organisasi di

Dinas Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

kepentingan akademis maupun kepentingan praktis empirik:

1. Manfaat Untuk Kepentingan Akademis:

1) Pengembangan Ilmu dan pengetahuan khususnya dibidang Ilmu

Manajemen.

Page 13: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

13

2) Memberikan sumbangsih dalam memperluas dan memperkaya

pandangan ilmiah dibidang manajemen yang berhubungan dengan

pemerintahan, khususnya kepemimpinan dalam pemanfaatan dan

pengembangan sumber daya manusia baik secara individu, kelompok

maupun secara kelembagaan dalam meningkatkan kinerja team work

dan kinerja organisasi, melalui implementasi kepemimpinan

situasional dan implementasi budaya organisasi yang mengarah

kepada pencapaian tujuan organisasi.

2. Manfaat Untuk kepentingan Praktik Empirik

1) Memberikan bahan kebijakan kepada Bupati dan Walikota dalam

rekruitmen personil khususnya untuk keperluan penempatan

Kepala Dinas OPD di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat.

2) Memberikan bahan masukan kepada para Kepala Dinas OPD

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat agar di dalam

operasional kepemimpinannya dan pembentukan budaya

organisasi dapat lebih memotivasi kerja pegawai serta dapat

meningkatkan kinerja Team Work dan kinerja organisasi.

3) Memperoleh gambaran bagaimana pengaruh kepemimpinan

situasional dan budaya organisasi terhadap kinerja Team Work

serta implikasinya terhadap kinerja organisasi.

Page 14: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

14

Greath R. Jones & Jennifer M.George (2007: 242-243) mengemu

kakan

”Organizational architecture the organizational structure, control systems, culture, and human resource management systems that together determine how efficiently and effektively organizational resources are used ” ¹ dan

“ Organizational structur A formal system of task and reporting relationships that coordinates and motivates organizational members so that they work together to achieve organizational goals”.²

Dinas Anggaran Realisasi

2008(Rp.)

2009(Rp.)

2008 2009Keuangan (%)

Fisik (%)

Keuangan (%)

Fisik (%)

1. Dinas Pendidikan: 1) 11 Program, 46 Kegiatan 127.896.860.169,39,- - 82,72 88,79 - -2) 11 Program, 51 Kegiatan - 456.192.275.800,00,- - - 78,40 92,85

2. Dinas Kesehatan:1) 5 Program, 78 Kegiatan 38.014.530.172,79,- - 46,39 66,35 - -2) 11 Program, 67 Kegiatan - 139.795.587.000,00,- - - 64,57 73,36

3. Dinas Koperasi & UMKM: 1) 4 Program, 22 Kegiatan 28.733.853.630,00,- - 90,12 90,12 - -2) 6 Program, 18 Kegiatan - 26.532.749.000,00,- - - 95,78 95,78

4. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan1) 7 Program, 72 Kegiatan 47.438.306.639,06,- - 73,16 88,52 - -2) 10 Program, - 59.916.173.700,00,- - - 88,44 97,04

5. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi1) 6 Program, 32 Kegiatan 31.635.490.355,12,- - 70,33 70,33 - -2) 11 Program, 23 Kegiatan - 38.230.939.620,00,- - - 96,71 98,65

Jumlah Anggaran dan Rata-rata Capaian Kinerja.

273.719.040.966,36,- 720.667.725.120,00,- 72,54 80,82 84,78 91,54

Realisasi (%)

Page 15: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

15

Dinas/Program/Tahun Jumlah Anggaran

Keuangan Fisik

1. Dinas Pendidikan:

3) 11 Program, 46 Kegiatan (2008) 127.896.860.169,39,- 82,72 88,79

4) 11 Program, 51 Kegiatan (2009) 456.192.275.800,00,- 78,40 92,85

2. Dinas Kesehatan:

3) 5 Program, 78 Kegiatan (2008) 38.014.530.172,79,- 46,39 66,35

4) 11 Program, 67 Kegiatan (2009) 139.795.587.000,00,- 64,57 73,36

3. Dinas Koperasi & UMKM:

3) 4 Program, 22 Kegiatan (2008) 28.733.853.630,00,- 90,12 90,12

4) 6 Program, 18 Kegiatan (2009) 26.532.749.000,00,- 95,78 95,78

4. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan

3) 7 Program, 72 Kegiatan (2008) 47.438.306.639,06,- 73,16 88,52

4) 10 Program (2009) 59.916.173.700,00,- 88,44 97,04

5. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

3) 6 Program, 32 Kegiatan (2008) 31.635.490.355,12,- 70,33 70,33

4) 11 Program, 23 Kegiatan (2009) 38.230.939.620,00,- 96,71 98,65

Tahun Anggaran Jumlah Anggaran(5 Dinas)

RataRata Capaian Kinerja (5 Dinas)

3) 2008. 273.719.040.966,36,- 72,54 80,82

4) 2009. 720.667.725.120,00,- 84,78 91,54

Page 16: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

16

Identifikasi Masalah/Inventarisasi :

1.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NasionalBagian ke empatPengalokasian dana pendidikan pasal 49 ayat 1 dana pendidikan selain gaji pendidikan dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sector pendidikan dan minmal 20 % dari APBD

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan anggaran pendidikan tahun 2009 akan mencapai Rp100 triliun atau naik lebih dari dua kalilipat anggaran pendidikan tahun ini yang totalnya mencapai Rp48 triliun."

AKARTA--MI: Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dianggap belum mampu mengelola anggaran pendidikan jika pemerintah akhirnya mengalokasikan seluruh 20 persen dari total belanja APBN ke instansi tersebut mengingat tiadanya rencana yang jelas untuk penyerapan anggaran tersebut."

"Anggota Komisi XI dari Fraksi PDI Perjuangan Olly Dondokambey di Jakarta, Selasa (8/7) mengatakan mengelola dana 20 persen dari APBN tidak hanya membutuhkan sistem yang kuat dan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas, namun juga program kerja yang mampu mengarahkan penggunaan dana tersebut pada alokasi yang tepat sesuai dengan prioritas pemerintah."

Anggaran Naik, Depdiknas Libatkan Lembaga PengawasanBy admin Friday, September 12, 2008 14:24:00 Clicks: 1540 Jumat, 12 September 2008 14:24 WIB

Anggaran Naik, Depdiknas Libatkan Lembaga Pengawasan

JAKARTA--MI: Terpenuhinya anggaran pendidikan sebesar 20 persen atau sekitar Rp224 triliun dalam APBN 2009, membutuhkan pengawasan ekstra pada pengelolaan anggaran dan pelaksanaan program pendidikan.

Page 17: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

17

Untuk itu, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) berencana menyewa tenaga pemeriksa dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), perguruan tinggi (PT), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kata Sekretaris Jenderal Depdiknas Dodi Nandika di Jakarta, Jumat (12/9).

Kami akan menyewa tenaga pengawas untuk mengawal. Kalau perlu kami akan bikin desk KPK sendiri di Depdiknas biar tak ada gangguan terhadap tender-tender kita, katanya.

Anggaran yang besar, lanjut Dodi, harus dikawal dengan ketat agar tak ada kasus-kasus karena tender. Uang banyak, bahaya mengancam, tegasnya. Bahkan, nantinya Depdiknas akan menerapkan sistem pelaporan keuangan dan sistem administrasi online diantaranya pada pengawasan, keuangan, kepegawaian, guru, statistik sekolah.

Nantinya laporan harus online dan real time. Kalau tidak, nanti bisa terlambat daya serapnya dan akhirnya bocor juga, jelas Dodi yang juga guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB).

Ide untuk melibatkan KPK, lanjutnya, ada sejak terbit Instruksi Presiden Nomor 5 tentang pemberantasan korupsi. Keterlibatan KPK akan dimulai segera setelah ada pagu definitif. Depdiknas sendiri, katanya, sudahbertemu dengan KPK untuk membicarakan hal tersebut.

Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadyah Hamka, Suyatno mengatakan, ada asumsi kalau sekitar 60-70 persen kenaikan anggaran tersebut untuk pelayanan birokrasi. Anggaran Rp224 triliun tersebut bisa berubah jadi penyelewengan anggaran dan praktik korupsi.

Amanah kenaikan anggaran perlu komitmen kejujuran dan ketulusan pengguna anggaran. Ini penting karena jika tak ada komitmen dan mental yang baik, maka kenaikan 20 persen bisa jadi tak untuk rakyat, tegasnya.

Senada dengan Suyanto, Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistyo menyatakan keinginan PGRI untuk ikut serta melakukan pengawasan. Dengan begitu, ia berharap penyimpangan anggaran di Depdiknas bisa diperkecil.

Usul ini sudah disetujui Wapres (Wakil Presiden Jusuf Kalla, red) dan sedang dibicarakan mekanisme pengawasannya, kata Sulistyo. Perkiraan pagu sementara Depdiknas tahun 2009 sebesar Rp75 triliun.

Jumlah terbesar dianggarkan untuk wajib belajar sembilan tahun, yaitu Rp25,45 triliun. Kesejahteraan guru Rp23,56 triliun, akses, mutu, dan relevansi pendidikan menengah Rp6,69 triliun, akses, mutu, dan relevansi pendidikan tinggi Rp20,08 triliun, penelitian Rp2,74, beasiswa pendidikan bagi peraih medali olimpiade Rp22 triliun.

Kemudian, untuk pendidikan nonformal Rp3,483 triliun serta penguatan tata kelola dan akuntabilitas Depdiknas Rp2,757 triliun. (Ant/OL-2)

Page 18: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

18

Sumber: Media Indonesia Online http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=Mjk4OTE=   More Artikel / Info Korupsi Berita . ICW: Pihak Sekolah Langgar UU Korupsi!. Kasus Dugaan Korupsi RSBI. ICW: RSBI Rawan Korupsi. Kejari Cibinong Tahan Mantan Kadis Pendidikan Bogor . AAA Berita Korupsi, Kesehatan, Kemiskinan, HAM Terbaru . Presiden : Korupsi Virus yang harus Ditemukan Obatnya. Tersandung Uang Rp 200 Miliar. KPK Sebarluaskan Pojok Antikorupsi . Lawan Korupsi dengan Pojok Antikorupsi. Operasional Sekolah (BOS) belum sesuai dengan kebutuhan

Anggaran Pendidikan Turun 10%, Pemuda & Olah Raga Turun 37%30 September 2010 00:00:00 0Penulis : Reporter-enal

Dalam pembahasan rancangan anggaran perubahan 2010 antara Komisi E DPRD Jabar dengan mitra kerjanya yang berlangsung Kamis (30/9) terungkap, anggaran pendidikan di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan dari Rp 803,402 Miliar pada anggaran murni tahun 2010 menjadi Rp 700 Miliar pada anggaran perubahan 2010.

Page 19: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

19

Sedangkan anggaran pemuda dan olah raga di Dinas Pemuda dan Olah Raga Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan yang sangat banyak, yakni mencapai 37%,  dari Rp 98,6 Miliar pada anggaran murni 2010 menjadi Rp 62,1 Miliar pada anggaran perubahan 2010. Alasan penurunan anggaran pada kedua mitra kerja Komisi E tersebut, karena adanya program-program yang tidak terlaksana.

"Kami sebagai mitra kerja berusaha agar penurunan tidak terlalu besar," kata Ketua Komisi E DPRD Jabar, Drs.H. Syarif Bastaman menjawab pertanyaan wartawan, di ruang kerjanya, Kamis (30/9) sore.Oleh karena itu, lanjut Syarif  Bastaman, pihaknya terus berupaya mendorong organisasi perangkat daerah (OPD) mitra kerja Komisi E agar dapat merealisasikan program-program yang telah dianggarkan pada anggaran murni.

Sementara itu, anggaran kesehatan justru sebaliknya, malah mengalami peningkatan sekitar 6,5%, yaitu dari Rp 181,9 Miliar menjadi Rp 193,8 Miliar. Penambahan anggaran tersebut antara lain dialokasikan untuk program sumber daya kesehatan dan pengadaan alat kesehatan.

Didin Supriadin, Spd, MSi sangat menyayangkan kalau anggaran pendidikan mengalami penurunan dalam anggaran perubahan 2010 ini. Anggota Komisi E dari Fraksi Partai Demokrat ini tetap akan mempertahankan supaya anggaran pendidikan mencapai 20% dari total APBD Provinsi Jabar sesuai amanat Undang-Undang.

"Jangan sampai untuk membiayai bidang lain diambil dari anggaran pendidikan," tegasnya. (enal)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 47 TAHUN 2009TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang  :  a.  bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amendemen keempat, Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diajukan oleh Presiden setiap tahun untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah;

b.  bahwa RAPBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang dan

Page 20: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

20

dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

c.  bahwa RAPBN Tahun Anggaran 2010 disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara dalam rangka mendukung terwujudnya perekonomian nasional berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional;

d.  bahwa penyusunan RAPBN Tahun Anggaran 2010 berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah tahun 2010 dan memperhatikan aspirasi masyarakat, dalam rangka mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat;

e.  bahwa sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI/2008, Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional;

f.  bahwa pembahasan Rancangan Undang-Undang APBN Tahun Anggaran 2010 antara Dewan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah telah memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan DPD Nomor 23/DPD/2009 tanggal 14 Agustus 2009;

g.  bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d, e, dan f, perlu membentuk Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010.

Mengingat  :  1.  Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 33 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amendemen Keempat;

2.  Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3313);

3.  Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

Page 21: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

21

4.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);

5.  Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3986);

6.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3988);

7.  Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4236);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

9.  Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297);

10. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

11. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

12. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357);

13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

Page 22: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

22

14. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

17. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

18. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);

19. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

20. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);

21. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);

22. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4755);

23. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4852);

Page 23: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

23

24. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884);

25. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2010.

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan:1. Pendapatan negara dan hibah adalah semua penerimaan negara yang

berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri.

2.  Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan Negara yang terdiri atas pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.

3.  Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan Negara yang berasal dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya.

4.  Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara yang berasal dari bea masuk dan bea keluar.

5.  Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) adalah semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian Pemerintah atas laba badan usaha milik negara (BUMN), penerimaan negara bukan pajak lainnya, serta pendapatan badan layanan umum (BLU).

6.  Cost recovery adalah pengembalian atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam rangka operasi perminyakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan menggunakan hasil produksi minyak dan/atau

Page 24: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

24

gas bumi (migas) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

7.  Penerimaan hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan oleh pihak swasta dalam negeri dan pemerintah daerah serta sumbangan oleh pihak swasta luar negeri dan pemerintah luar negeri yang tidak perlu dibayar kembali, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus, dialokasikan untuk mendanai kegiatan tertentu.

8.  Belanja negara adalah semua pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah.

9.  Belanja Pemerintah Pusat menurut organisasi adalah belanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan kepada kementerian negara/lembaga (K/L), sesuai dengan program-program Rencana Kerja Pemerintah yang akan dijalankan.

10. Belanja Pemerintah Pusat menurut fungsi adalah belanja Pemerintah Pusat yang digunakan untuk menjalankan fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan fasilitas umum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama, fungsi pendidikan, dan fungsi perlindungan sosial.

11. Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis adalah belanja Pemerintah Pusat yang digunakan untuk membiayai belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

12. Belanja pegawai adalah belanja Pemerintah Pusat yang digunakan untuk membiayai kompensasi dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada pegawai Pemerintah Pusat, pensiunan, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pejabat negara, baik yang bertugas di dalam negeri maupun di luar negeri, sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

13. Belanja barang adalah belanja Pemerintah Pusat yang digunakan untuk membiayai pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa, baik yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat, serta belanja perjalanan.

14. Belanja modal adalah belanja Pemerintah Pusat yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, serta dalam bentuk fisik lainnya.

15. Pembayaran bunga utang adalah belanja Pemerintah Pusat yang digunakan untuk membayar kewajiban atas penggunaan pokok utang (principal outstanding) baik utang dalam negeri maupun luar negeri, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan persyaratan utang yang sudah ada dan utang baru, termasuk untuk biaya terkait dengan pengelolaan utang.

16. Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau

Page 25: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

25

mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat.

17. Subsidi energi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang memproduksi dan/atau menjual bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar nabati (BBN), Liquefied Petroleum Gas (LPG), dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.

18. Belanja hibah adalah belanja Pemerintah Pusat yang bersifat sukarela dengan pengalihan hak dalam bentuk uang, barang, atau jasa dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, pemerintah negara lain, lembaga/ organisasi internasional yang tidak perlu dibayar kembali, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus dan dilakukan dengan naskah perjanjian antar pemberi hibah dan penerima hibah.

19. Bantuan sosial adalah semua pengeluaran negara dalam bentuk transfer uang/barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya berbagai risiko sosial.

20. Belanja lain-lain adalah semua pengeluaran atau belanja Pemerintah Pusat yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis belanja sebagaimana dimaksud pada angka 12 (dua belas) sampai dengan angka 19 (Sembilan belas), dan dana cadangan umum.

21. Transfer ke daerah adalah pengeluaran negara dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian.

22. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

23. Dana bagi hasil, selanjutnya disingkat DBH, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

24. Dana alokasi umum, selanjutnya disingkat DAU, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

25. Dana alokasi khusus, selanjutnya disingkat DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah

Page 26: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

26

tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

26. Dana otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

27. Dana penyesuaian adalah dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan Pemerintah Pusat dan membantu mendukung percepatan pembangunan di daerah.

28. Sisa lebih pembiayaan anggaran, selanjutnya disingkat Silpa, adalah selisih lebih realisasi pembiayaan atas realisasi defisit anggaran yang terjadi.

29. Pembiayaan defisit anggaran adalah semua jenis penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk menutup defisit anggaran negara dalam APBN dan kebutuhan pengeluaran pembiayaan.

30. Pembiayaan dalam negeri adalah semua penerimaan pembiayaan yang berasal dari perbankan dan nonperbankan dalam negeri yang terdiri atas hasil privatisasi, hasil pengelolaan aset, penerbitan bersih surat berharga negara, pinjaman dalam negeri, dikurangi pengeluaran pembiayaan yang terdiri atas dana investasi Pemerintah, dana bergulir, kewajiban yang timbul akibat penjaminan Pemerintah, penyertaan modal negara, dan cadangan pembiayaan.

31. Privatisasi adalah penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

32. Surat berharga negara, selanjutnya disingkat SBN, meliputi surat utang negara dan surat berharga syariah negara.

33. Surat utang negara, selanjutnya disingkat SUN, adalah surat berharga berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.

34. Surat berharga syariah negara, selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut sukuk negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing,

Page 27: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

27

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

35. Dana Investasi Pemerintah adalah dukungan Pemerintah dalam bentuk kompensasi finansial dan/atau kompensasi dalam bentuk lain yang diberikan oleh Pemerintah kepada Badan Usaha.

36. Restrukturisasi BUMN adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN, yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.

37. Pinjaman dalam negeri adalah setiap pinjaman oleh Pemerintah yang diperoleh dari pemberi pinjaman dalam negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu, sesuai dengan masa berlakunya.

38. Kewajiban penjaminan adalah kewajiban yang menjadi beban Pemerintah akibat pemberian jaminan kepada BUMN dan/atau BUMD dalam hal BUMN dan/atau BUMD dimaksud tidak dapat membayar kewajibannya kepada kreditor sesuai perjanjian pinjaman.

39. Pembiayaan luar negeri neto adalah semua pembiayaan yang berasal dari penarikan pinjaman luar negeri yang terdiri atas pinjaman program dan pinjaman proyek dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri.

40. Pinjaman program adalah pinjaman yang diterima dalam bentuk tunai (cash financing) dimana pencairannya mensyaratkan dipenuhinya kondisi tertentu yang disepakati kedua belah pihak seperti matrik kebijakan (policy matrix) atau dilaksanakannya kegiatan tertentu.

41. Pinjaman proyek adalah pinjaman luar negeri yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu kementerian negara/lembaga dan/atau pemerintah daerah dan BUMN melalui penerusan pinjaman yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 dan berdasarkan Undang-Undang ini.

42. Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah.

43. Persentase anggaran pendidikan adalah perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap total anggaran belanja negara.

44. Tahun anggaran 2010 adalah masa 1 (satu) tahun terhitung mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember 2010.

Pasal 2(1) Anggaran pendapatan negara dan hibah tahun anggaran 2010 diperoleh

dari sumber-sumber:

a.  penerimaan perpajakan;

Page 28: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

28

b.  penerimaan negara bukan pajak; dan

c.  penerimaan hibah.(2)  Penerimaan perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

direncanakan sebesar Rp.742.738.045.000.000,00 (tujuh ratus empat puluh dua triliun tujuh ratus tiga puluh delapan miliar empat puluh lima juta rupiah).

(3)  Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesar Rp.205.411.304.114.000,00 (dua ratus lima triliun empat ratus sebelas miliar tiga ratus empat juta seratus empat belas ribu rupiah).

(4)  Penerimaan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c direncanakan sebesar Rp.1.506.766.000.000,00 (satu triliun lima ratus enam miliar tujuh ratus enam puluh enam juta rupiah).

(5) Jumlah anggaran pendapatan negara dan hibah tahun anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) direncanakan sebesar Rp.949.656.115.114.000,00 (sembilan ratus empat puluh sembilan triliun enam ratus lima puluh enam miliar seratus lima belas juta seratus empat belas ribu rupiah).

Pasal 3(1) Penerimaan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) terdiri atas:

a.  pajak dalam negeri; dan

b.  pajak perdagangan internasional.(2) Penerimaan pajak dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a direncanakan sebesar Rp.715.534.543.000.000,00 (tujuh ratus lima belas triliun lima ratus tiga puluh empat miliar lima ratus empat puluh tiga juta rupiah), yang terdiri atas:a. Pajak penghasilan sebesar Rp.350.957.982.000.000,00 (tiga ratus lima

puluh triliun sembilan ratus lima puluh tujuh miliar sembilan ratus delapan puluh dua juta rupiah), termasuk pajak penghasilan ditanggung Pemerintah atas:1)  komoditi panas bumi sebesar Rp.624.250.000.000,00 (enam ratus

dua puluh empat miliar dua ratus lima puluh juta rupiah);2)  bunga imbal hasil atas Surat Berharga Negara yang diterbitkan di

pasar internasional sebesar Rp.2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah); dan

3)  hibah dan pembiayaan internasional dari lembaga keuangan multilateral sebesar Rp.1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Pelaksanaan pajak penghasilan ditanggung Pemerintah masing-masing diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;

b.  Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah sebesar Rp.269.537.049.000.000,00 (dua ratus enam

Page 29: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

29

puluh sembilan triliun lima ratus tiga puluh tujuh miliar empat puluh sembilan juta rupiah), termasuk pajak ditanggung Pemerintah (DTP) atas:

1)  bahan bakar minyak bersubsidi (PT Pertamina Persero) sebesar Rp.5.897.550.000.000,00 (lima triliun delapan ratus sembilan puluh tujuh miliar lima ratus lima puluh juta rupiah);

2)  pajak dalam rangka impor (PDRI) ekplorasi migas sebesar Rp.2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah);

3)  PPN minyak goreng dan impor gandum/terigu sebesar Rp.851.000.000.000,00 (delapan ratus lima puluh satu miliar rupiah); dan

4)  PPN Bahan Bakar Nabati (BBN) Rp.1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Pelaksanaan PPN ditanggung Pemerintah masingmasing diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;

c.  Pajak bumi dan bangunan sebesar Rp.26.506.421.000.000,00 (dua puluh enam triliun lima ratus enam miliar empat ratus dua puluh satu juta rupiah);

d.  Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan sebesar Rp.7.392.899.000.000,00 (tujuh triliun tiga ratus sembilan puluh dua miliar delapan ratus Sembilan puluh sembilan juta rupiah);

e.  Cukai sebesar Rp.57.289.169.000.000,00 (lima puluh tujuh triliun dua ratus delapan puluh sembilan miliar seratus enam puluh sembilan juta rupiah); dan

f.  Pajak lainnya sebesar Rp.3.851.023.000.000,00 (tiga triliun delapan ratus lima puluh satu miliar dua puluh tiga juta rupiah).

(3)  Penerimaan pajak perdagangan internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesar Rp.27.203.502.000.000,00 (dua puluh tujuh triliun dua ratus tiga miliar lima ratus dua juta rupiah), yang terdiri atas:

a.  Bea masuk sebesar Rp.19.569.865.000.000,00  (sembilan belas triliun lima ratus enam puluh sembilan miliar delapan ratus enam puluh lima juta rupiah), termasuk fasilitas bea masuk ditanggung Pemerintah sebesar Rp.3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan; dan

b.  Bea keluar sebesar Rp.7.633.637.000.000,00 (tujuh triliun enam ratus tiga puluh tiga miliar enam ratus tiga puluh tujuh juta rupiah).

(4) Rincian penerimaan perpajakan tahun anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) adalah sebagaimana tercantum dalam penjelasan ayat ini.

Pasal 4

Page 30: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

30

(1) Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) terdiri atas:

a.  penerimaan sumber daya alam;

b.  bagian Pemerintah atas laba BUMN;

c.  penerimaan negara bukan pajak lainnya; dan

d.  pendapatan BLU.(2)  Penerimaan sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a direncanakan sebesar Rp.132.030.206.894.000,00 (seratus tiga puluh dua triliun tiga puluh miliar dua ratus enam juta delapan ratus sembilan puluh empat ribu rupiah).

(3)  Dana yang dicadangkan untuk kegiatan pemulihan lokasi perminyakan yang ditinggalkan (abandonment and site restoration) oleh Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) harus ditempatkan pada perbankan nasional.

(4)  Bagian Pemerintah atas laba BUMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesar Rp.24.000.000.000.000,00 (dua puluh empat triliun rupiah).

(5) Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN di bidang usaha perbankan, penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara beserta peraturan pelaksanaannya.

(6)  Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

(7)  Penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN sebelum pajak dari PT. PLN (Persero) pada tahun buku 2009 sebagai akibat dari pemberian margin usaha sebesar 5% (lima persen) kepada PT. PLN (Persero) dipergunakan untuk membayar kekurangan subsidi listrik yang dibawa ke tahun berikutnya (carry over).

(8)  Nilai bagian Pemerintah atas laba BUMN sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2010.

(9)  Penerimaan negara bukan pajak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c direncanakan sebesar Rp.39.894.220.171.000,00 (tiga puluh sembilan triliun delapan ratus sembilan puluh empat miliar dua ratus dua puluh juta seratus tujuh puluh satu ribu rupiah).

(10) Target PNBP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan dalam tahun 2010 direncanakan sebesar Rp.450.026.111.697,00 (empat ratus lima puluh miliar dua puluh enam juta seratus sebelas ribu enam ratus sembilan puluh tujuh rupiah), didasarkan pada kebijakan pemisahan (spin off) penerimaan Air Traffic

Page 31: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

31

Services (ATS) PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II untuk dijadikan Perum.

(11)  Target PNBP Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, dalam Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp.9.032.607.931.050,00 (sembilan triliun tiga puluh dua miliar enam ratus tujuh juta sembilan ratus tiga puluh satu ribu lima puluh rupiah), sebagian di antaranya diperoleh dari penerimaan BHP frekuensi yang dipertimbangkan adanya perubahan regulasi/kebijakan BHP frekuensi dari perhitungan BHP frekuensi berbasis kanal (trx) menjadi BHP frekuensi berbasis pita frekuensi (bandwidth) untuk penyelenggaraan Telekomunikasi Bergerak Seluler.

(12)  Pendapatan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d direncanakan sebesar Rp.9.486.877.049.000,00 (sembilan triliun empat ratus delapan puluh enam miliar delapan ratus tujuh puluh tujuh empat puluh Sembilan ribu rupiah).

(13)  Rincian penerimaan negara bukan pajak tahun anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (4), ayat (9), dan ayat (12) adalah sebagaimana tercantum dalam penjelasan ayat ini.

Pasal 5(1) Anggaran belanja negara tahun anggaran 2010 terdiri atas:

a.  anggaran belanja Pemerintah Pusat; dan

b.  anggaran transfer ke daerah.(2)  Anggaran belanja Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a direncanakan sebesar Rp.725.243.010.910.000,00 (tujuh ratus dua puluh lima triliun dua ratus empat puluh tiga miliar sepuluh juta sembilan ratus sepuluh ribu rupiah).

(3)  Anggaran transfer ke daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesar Rp.322.423.032.080.000,00 (tiga ratus dua puluh dua triliun empat ratus dua puluh tiga miliar tiga puluh dua juta delapan puluh ribu rupiah).

(4)  Jumlah anggaran belanja negara tahun anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) direncanakan sebesar Rp.1.047.666.042.990.000,00 (satu kuadriliun empat puluh tujuh triliun enam ratus enam puluh enam miliar empat puluh dua juta sembilan ratus sembilan puluh ribu rupiah).

Pasal 6(1)  Anggaran belanja Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5 ayat (1) huruf a dikelompokkan atas:

a.  belanja Pemerintah Pusat menurut organisasi;

b.  belanja Pemerintah Pusat menurut fungsi; dan

Page 32: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

32

c.  belanja Pemerintah Pusat menurut jenis belanja.(2) Belanja Pemerintah Pusat menurut organisasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a direncanakan sebesar Rp725.243.010.910.000,00 (tujuh ratus dua puluh lima triliun dua ratus empat puluh tiga miliar sepuluh juta sembilan ratus sepuluh ribu rupiah).

(3) Belanja Pemerintah Pusat menurut fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesar Rp725.243.010.910.000,00 (tujuh ratus dua puluh lima triliun dua ratus empat puluh tiga miliar sepuluh juta sembilan ratus sepuluh ribu rupiah).

(4)  Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c direncanakan sebesar Rp725.243.010.910.000,00 (tujuh ratus dua puluh lima triliun dua ratus empat puluh tiga miliar sepuluh juta sembilan ratus sepuluh ribu rupiah).

(5) Rincian lebih lanjut dari anggaran belanja Pemerintah Pusat menurut unit organisasi/bagian anggaran, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja dibahas bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah.

(6) Rincian anggaran belanja Pemerintah Pusat tahun anggaran 2010 menurut organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menurut fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan menurut jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden yang menjadi lampiran yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini yang ditetapkan paling lambat tanggal 30 November 2009.

Pasal 7(1) Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), Bahan Bakar Nabati (BBN) dan

Liquefied Petroleum Gas (LPG) Tahun Anggaran 2010 ditetapkan sebesar Rp68.726.700.000.000,00 (enam puluh delapan triliun tujuh ratus dua puluh enam miliar tujuh ratus juta rupiah).

(2) Pengendalian anggaran subsidi BBM dalam Tahun Anggaran 2010 dilakukan melalui efisiensi terhadap biaya distribusi dan margin usaha (alpha), serta melakukan kebijakan penghematan konsumsi BBM bersubsidi.

(3)  Dalam hal perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price (ICP)) dalam 1 (satu) tahun mengalami kenaikan lebih dari 10% (sepuluh persen) dari harga yang diasumsikan dalam APBN 2010, Pemerintah diberikan kewenangan untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi.

Pasal 8(1)  Subsidi listrik dalam Tahun Anggaran 2010 ditetapkan sebesar

Rp37.800.000.000.000,00 (tiga puluh tujuh triliun delapan ratus miliar rupiah).

(2)  Pengendalian anggaran subsidi listrik dalam Tahun Anggaran 2010 dilakukan melalui:

Page 33: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

33

a.  Pemberian margin kepada PT PLN (Persero) sebesar 5% (lima persen) dalam rangka pemenuhan persyaratan pembiayaan investasi PT PLN (Persero);

b.  Penerapan tarif dasar listrik (TDL) sesuai harga keekonomian secara otomatis untuk pemakaian energy di atas 50% (lima puluh persen) konsumsi rata-rata nasional tahun 2009 bagi pelanggan rumah tangga (R), bisnis (B), dan publik (P) dengan daya mulai 6.600 VA ke atas;

c.  Penerapan kebijakan tarif yang bertujuan untuk mendorong penghematan tenaga listrik dan pelayanan khusus, yang selama ini sudah dilaksanakan, tetap diberlakukan; dan

d.  Penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) ditetapkan oleh Pemerintah setelah mendapat persetujuan dari DPR RI.

Pasal 9(1) Subsidi Pupuk dalam Tahun Anggaran 2010 ditetapkan sebesar

Rp14.757.259.000.000,00 (empat belas triliun tujuh ratus lima puluh tujuh miliar dua ratus lima puluh sembilan juta rupiah), terdiri atas:

a.  subsidi harga sebesar Rp11.291.459.000.000,00 (sebelas triliun dua ratus sembilan puluh satu miliar empat ratus lima puluh sembilan juta rupiah);

b.  bantuan langsung pupuk sebesar Rp1.610.800.000.000,00 (satu triliun enam ratus sepuluh miliar delapan ratus juta rupiah);

c.  kurang bayar tahun sebelumnya sebesar Rp1.500.000.000.000,00 (satu triliun lima ratus miliar rupiah);

d.  bantuan ternak sapi sebesar Rp250.000.000.000,00 (dua ratus lima puluh miliar rupiah); dan

e.  unit pengolahan pupuk organik sebesar Rp105.000.000.000,00 (seratus lima miliar rupiah).

(2)  Pemerintah mengutamakan kecukupan pasokan gas yang dibutuhkan perusahaan produsen pupuk dalam negeri dalam rangka menjaga ketahanan pangan, dengan tetap mengoptimalkan penerimaan negara dari penjualan gas.

(3)  Dalam rangka untuk mengurangi beban subsidi pertanian terutama pupuk pada masa yang akan datang, Pemerintah menjamin harga gas untuk memenuhi kebutuhan perusahaan produsen pupuk dalam negeri dengan harga domestik.

(4)  Pemerintah daerah diberi kewenangan mengawasi penyaluran pupuk bersubsidi melalui mekanisme Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

Page 34: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

34

Pasal 10(1)  Dalam rangka kesinambungan pelaksanaan kegiatankegiatan untuk

mempercepat penanggulangan kemiskinan, Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dalam Program/ Kegiatan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang terdiri atas Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2009, dapat diluncurkan sampai dengan akhir April 2010.

(2)  Pengajuan usulan luncuran program/kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam bentuk konsep DIPA Luncuran (DIPA-L) paling lambat pada tanggal 15 Januari 2010.

(3)  Pengaturan lebih lanjut pelaksanaan DIPA-L sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 11(1)  Kegiatan-kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta

rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam yang dilakukan dalam tahun 2009, tetapi belum dapat diselesaikan sampai dengan akhir Desember 2009, dapat dilanjutkan penyelesaiannya ke tahun 2010.

(2)  Pendanaan untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari pagu kementerian negara/lembaga masing-masing dan/atau belanja lainlain dalam Tahun Anggaran 2010.

(3)  Pengaturan lebih lanjut pelaksanaan kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 12(1)  Untuk kelancaran upaya penanggulangan lumpur Sidoarjo, alokasi dana

pada Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Tahun Anggaran 2010, dapat digunakan untuk melunasi kekurangan pembayaran pembelian tanah, bantuan kontrak rumah, tunjangan hidup dan biaya evakuasi di luar peta terdampak pada tiga desa (Desa Besuki, Desa Kedung Cangkring, dan Desa Pejarakan), serta untuk bantuan kontrak rumah, tunjangan hidup, biaya evakuasi dan relokasi pada sembilan rukun tetangga di tiga desa (Desa Siring Barat, Desa Jatirejo, dan Desa Mindi).

(2)  Kekurangan pembayaran pembelian tanah di luar peta area terdampak pada tiga desa (Desa Besuki, Desa Kedung Cangkring, dan Desa Pejarakan) disesuaikan dengan tahapan pelunasan yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas.

Pasal 13

(1)  Dalam rangka penyelamatan perekonomian dan kehidupan sosial kemasyarakatan di sekitar tanggul lumpur Sidoarjo, anggaran belanja yang dialokasikan pada Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS)

Page 35: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

35

Tahun Anggaran 2010 dapat digunakan untuk kegiatan mitigasi penanggulangan semburan lumpur, termasuk di dalamnya penanganan tanggul utama sampai ke Kali Porong (mengalirkan lumpur dari tanggul utama ke Kali Porong) dengan pagu paling tinggi sebesar Rp.130.380.580.000,00 (seratus tiga puluh miliar tiga ratus delapan puluh juta lima ratus delapan puluh ribu rupiah).

(2)  Pelaksanaan kegiatan mitigasi penanggulangan semburan lumpur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.

Pasal 14(1) Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program stimulus

fiskal tahun 2009, kementerian negara/lembaga (K/L) termasuk provinsi dan kabupaten/kota yang melaksanakan tugas pembantuan/dekonsentrasi namun tidak sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009 sebagaimana telah ditetapkan, akan menjadi factor pengurang dalam penetapan alokasi anggaran pada Tahun Anggaran 2010.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi provinsi dan kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal dalam rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah.

(3) Faktor pengurang dalam penetapan alokasi anggaran pada Tahun Anggaran 2010 bagi kementerian negara/lembaga (K/L) termasuk provinsi dan kabupaten/kota yang tidak sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:a.  Pengurangan dikenakan hanya terhadap kementerian negara/lembaga

(K/L) termasuk provinsi dan kabupaten/kota yang tidak dapat memberikan alas an yang dapat dipertanggungjawabkan;

b.  Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 bagi kementerian negara/lembaga (K/L) termasuk provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah maksimum sebesar sisa anggaran stimulus fiskal 2009 yang tidak diserap; dan

c.  Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dibebankan pada:1)  satuan kerja pusat/vertikal kementerian negara/lembaga (K/L) yang

melaksanakan kegiatan stimulus fiskal melalui pemotongan alokasi anggaran pada Satuan Anggaran per Satuan Kerja (SAPSK)/DIPA satuan kerja pusat/vertikal kementerian negara/lembaga (K/L) yang bersangkutan;

2)  Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan kegiatan tugas pembantuan/dekonsentrasi stimulus fiskal melalui pemotongan alokasi anggaran pada SAPSK/DIPA Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan; dan

3)  Provinsi/kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal dalam rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam

Page 36: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

36

ayat (2) di atas dengan memperhitungkannya dari transfer ke daerah Provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan.

(4)  Setelah Tahun Anggaran 2009 berakhir, Kuasa Pengguna Anggaran Satuan Kerja penerima dana stimulus fiscal Tahun Anggaran 2009 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menyampaikan Laporan Realisasi Kegiatan dan Anggaran Stimulus Fiskal 2009 kepada kementerian negara/lembaga (K/L) yang memberikan/menyalurkan dana Anggaran Stimulus Fiskal paling lambat tanggal 22 Januari 2010.

(5)  Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), kementerian negara/lembaga (K/L) selaku Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran program/kegiatan stimulus fiskal 2009 menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan, realisasi anggaran dan alasan apabila alokasi anggaran tidak terserap seluruhnya kepada Menteri Keuangan paling lambat tanggal 29 Januari 2010.

(6)  Menteri Keuangan menetapkan surat edaran pengurangan pagu kepada kementerian negara/lembaga (K/L)/provinsi/kabupaten/kota yang tidak sepenuhnya melaksanakan program stimulus fiskal paling lambat tanggal 26 Februari 2010.

(7) Pengurangan pagu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaporkan dalam APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010 dan atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

(8) Tata cara pemotongan pagu belanja diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.

Pasal 15Pemerintah diberi kewenangan untuk melakukan pengeluaran dalam rangka memenuhi setiap kewajiban yang timbul sehubungan dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht).

Pasal 16(1)  Perubahan rincian lebih lanjut dari anggaran belanja Pemerintah Pusat

berupa:

a.  pergeseran anggaran belanja:

1)  antarunit organisasi dalam satu bagian anggaran;

2)  antarkegiatan dalam satu program sepanjang pergeseran tersebut merupakan hasil optimalisasi; dan/atau

3)  antarjenis belanja dalam satu kegiatan.

b.  perubahan anggaran belanja yang bersumber dari kelebihan realisasi di atas target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); dan

c.  perubahan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) sebagai akibat dari luncuran dan percepatan penarikan PHLN, termasuk hibah luar

Page 37: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

37

negeri setelah Undang-Undang mengenai APBN ditetapkan; ditetapkan oleh Pemerintah.

(2)  Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di atas pagu APBN untuk perguruan tinggi yang bukan Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan BLU ditetapkan oleh Pemerintah.

(3)  Perubahan rincian belanja Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sepanjang masih dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka tugas pembantuan, atau dalam satu provinsi untuk kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka dekonsentrasi.

(4)  Perubahan rincian belanja Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antarprovinsi/ kabupaten/kota untuk kegiatan operasional yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat dan oleh instansi vertikalnya di daerah.

(5)  Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dilaporkan Pemerintah kepada DPR RI dalam APBN Perubahan dan/atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Pasal 17(1)  Anggaran transfer ke daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1) huruf b terdiri atas:

a.  dana perimbangan; dan

b.  dana otonomi khusus dan penyesuaian.(2)  Dana perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

direncanakan sebesar Rp.306.023.418.400.000,00 (tiga ratus enam triliun dua puluh tiga miliar empat ratus delapan belas juta empat ratus ribu rupiah).

(3)  Dana otonomi khusus dan penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesar Rp16.399.613.680.000,00 (enam belas triliun tiga ratus sembilan puluh sembilan miliar enam ratus tiga belas juta enam ratus delapan puluh ribu rupiah).

Pasal 18(1)  Dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf

a terdiri atas:

a.  Dana bagi hasil;

b.  Dana alokasi umum; dan

c.  Dana alokasi khusus.(2)  Dana bagi hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

direncanakan sebesar Rp81.404.801.400.000,00 (delapan puluh satu

Page 38: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

38

triliun empat ratus empat miliar delapan ratus satu juta empat ratus ribu rupiah).

(3) Terhadap kekurangan pembayaran Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi tahun 2008, dalam APBN-P 2010 diprioritaskan untuk dibayar minimal Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah).

(4) Dana alokasi umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesar Rp203.485.234.500.000,00 (dua ratus tiga triliun empat ratus delapan puluh lima miliar dua ratus tiga puluh empat juta lima ratus ribu rupiah), termasuk DAU tambahan untuk tunjangan profesi guru sebesar Rp.10.994.892.500.000,00 (sepuluh triliun sembilan ratus sembilan puluh empat miliar delapan ratus sembilan puluh dua juta lima ratus ribu rupiah).

(5) Dana alokasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c direncanakan sebesar Rp21.133.382.500.000,00 (dua puluh satu triliun seratus tiga puluh tiga miliar tiga ratus delapan puluh dua juta lima ratus ribu rupiah).

(6) Perhitungan dan pembagian lebih lanjut dana perimbangan dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

(7) Rincian dana perimbangan Tahun Anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) adalah sebagaimana tercantum dalam penjelasan ayat ini.

Pasal 19(1)  Perhitungan dan pembagian dana perimbangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 ayat (1) untuk 14 (empat belas) daerah otonom baru Tahun Anggaran 2008-2009 dialokasikan dengan ketentuan sebagai berikut :

a.  Dana alokasi umum secara administrasi perhitungannya masih digabung dengan daerah induk;

b.  Dana alokasi khusus dihitung berdasarkan criteria umum dan kriteria khusus dari daerah induk sedangkan kriteria teknis berdasarkan ketersediaan data teknis dari departemen terkait dan secara administrasi alokasinya masih digabung dengan daerah induk;

c.  Dana bagi hasil dialokasikan kepada daerah otonom baru tahun 2009 sebagai pemerataan dari penerimaan yang berasal dari provinsi yang bersangkutan.

(2)  Ketentuan lebih lanjut mengenai dana perimbangan bagi daerah otonom baru diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 20

Page 39: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

39

(1) Dana otonomi khusus dan penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b terdiri atas:a.  dana otonomi khusus; danb.  dana penyesuaian, yang terdiri atas:

1.  dana tambahan tunjangan guru pegawai negeri sipil daerah (PNSD);

2.  dana insentif daerah;

3.  kurang bayar DAK 2008; dan

4.  kurang bayar dana infrastruktur sarana dan prasarana (DISP) 2008.(2)  Dana otonomi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

direncanakan sebesar Rp.9.099.613.680.000,00 (sembilan triliun Sembilan puluh sembilan miliar enam ratus tiga belas juta enam ratus delapan puluh ribu rupiah).

(3)  Dana penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesar Rp.7.300.000.000.000,00 (tujuh triliun tiga ratus miliar rupiah).

(4)  Dana insentif daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b butir 2 direncanakan sebesar Rp.1.387.800.000.000,00 (satu triliun tiga ratus delapan puluh tujuh miliar delapan ratus juta rupiah).

(5)  Dana insentif daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digunakan dalam rangka pelaksanaan fungsi pendidikan yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan mempertimbangkan kriteria tertentu.

Pasal 21(1)  Anggaran pendidikan adalah sebesar Rp.209.537.587.275.000,00 (dua

ratus sembilan triliun lima ratus tiga puluh tujuh miliar lima ratus delapan puluh tujuh juta dua ratus tujuh puluh lima ribu rupiah).

(2)  Persentase anggaran pendidikan adalah sebesar 20,0% (dua puluh koma nol persen), yang merupakan perbandingan alokasi anggaran pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap total anggaran belanja negara sebesar Rp.1.047.666.042.990.000,00 (satu kuadriliun empat puluh tujuh triliun enam ratus enam puluh enam miliar empat puluh dua juta sembilan ratussembilan puluh ribu rupiah).

Pasal 22(1) Jumlah anggaran pendapatan negara dan hibah Tahun Anggaran 2010

sebesar Rp.949.656.115.114.000,00 (sembilan ratus empat puluh sembilan triliun enam ratus lima puluh enam miliar seratus lima belas juta seratus empat belas ribu rupiah), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5), lebih kecil daripada jumlah anggaran belanja negara sebesar Rp.1.047.666.042.990.000,00 (satu kuadriliun empat puluh tujuh triliun enam ratus enam puluh enam miliar empat puluh dua juta Sembilan ratus

Page 40: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

40

sembilan puluh ribu rupiah), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) sehingga dalam Tahun Anggaran 2010 terdapat defisit anggaran sebesar Rp.98.009.927.876.000,00 (sembilan puluh delapan triliun sembilan miliar sembilan ratus dua puluh tujuh juta delapan ratus tujuh puluh enam ribu rupiah) yang akan dibiayai dari pembiayaan defisit anggaran.

(2)  Pembiayaan defisit anggaran Tahun Anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari sumber-sumber:

a.  pembiayaan dalam negeri sebesar Rp.107.891.435.453.000,00 (seratus tujuh triliun delapan ratus sembilan puluh satu miliar empat ratus tiga puluh lima juta empat ratus lima puluh tiga ribu rupiah); dan

b.  pembiayaan luar negeri neto sebesar negative Rp.9.881.507.577.000,00 (sembilan triliun delapan ratus delapan puluh satu miliar lima ratus tujuh juta lima ratus tujuh puluh tujuh ribu rupiah).

(3) Rincian pembiayaan defisit anggaran Tahun Anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagaimana tercantum dalam penjelasan ayat ini.

Pasal 23(1)  Dalam hal diperlukan tambahan anggaran belanja maksimal 2% (dua

persen) dari belanja negara untuk kebutuhan belanja prioritas yang belum tersedia pagu anggarannya, Pemerintah dapat mengajukan perubahan APBN.

(2)  Pembahasan dan penetapan perubahan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan Badan Anggaran dalam waktu paling lambat 1 (satu) minggu dalam masa sidang, setelah perubahan APBN diajukan oleh Pemerintah kepada DPR RI.

(3)  Perubahan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilakukan paling lambat akhir Maret 2010 untuk kemudian disampaikan pada Laporan Semester Pertama pelaksanaan APBN 2010.

Pasal 24(1)  Pada pertengahan Tahun Anggaran 2010, Pemerintah menyusun laporan

realisasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara Semester Pertama Tahun Anggaran 2010 mengenai:

a.  realisasi pendapatan negara dan hibah;

b.  realisasi belanja negara; dan

c.  realisasi pembiayaan defisit anggaran.(2)  Dalam laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah

menyertakan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

Page 41: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

41

(3)  Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat paling lambat pada akhir bulan Juli 2010, untuk dibahas bersama antara DPR RI dan Pemerintah.

Pasal 25(1)  Menteri Keuangan diberikan wewenang untuk menyelesaikan piutang

instansi Pemerintah yang dikelola/diurus oleh Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, khususnya piutang terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah, meliputi dan tidak terbatas pada restrukturisasi dan haircut piutang pokok sampai dengan 100% (seratus persen).

(2)  Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 26(1)  Dalam hal realisasi penerimaan Negara tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan pengeluaran negara pada saat tertentu, kekurangannya dapat ditalangi dari dana Saldo Anggaran Lebih (SAL), Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) atau penyesuaian belanja negara.

(2)  Pemerintah dapat menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) untuk membiayai kebutuhan pengelolaan kas bagi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN), apabila dana tunai pengelolaan kas tidak cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan awal tahun anggaran berikutnya.

(3)  Pemerintah dapat melakukan pembelian SBN untuk kepentingan stabilisasi pasar dengan tetap memperhatikan jumlah kebutuhan penerbitan SBN neto untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang ditetapkan.

(4)  Dalam hal terdapat alternatif sumber pembiayaan dari utang yang lebih menguntungkan, Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang tanpa menyebabkan perubahan pada total pembiayaan utang tunai.

(5)  Dalam kondisi pasar keuangan yang memburuk sehingga menyebabkan kenaikan biaya utang, khususnya imbal hasil (yield) surat berharga negara secara signifikan, Pemerintah dapat melakukan penarikan pinjaman siaga baik dari kreditor bilateral maupun multilateral.

(6)  Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) ditetapkan dalam APBN Perubahan 2010 dan/atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010.

Pasal 27(1)  Penyesuaian APBN Tahun Anggaran 2010 dengan perkembangan

dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah dalam rangka penyusunan perkiraan perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010, apabila terjadi:

Page 42: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

42

a.  perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN Tahun Anggaran 2010;

b.  perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;c.  keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran

antarunit organisasi, antarprogram, dan/atau antarjenis belanja;d.  keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun-tahun

anggaran sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun anggaran 2010.

(2)  Saldo anggaran lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tidak termasuk saldo anggaran lebih yang merupakan saldo kas di badan layanan umum (BLU), yang penggunaannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dilaporkan dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

(3)  Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sebelum tahun anggaran 2010 berakhir.

Pasal 28(1)  Setelah Tahun Anggaran 2010 berakhir, Pemerintah menyusun

pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 berupa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

(2)  Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

(3)  Laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan informasi pendapatan dan belanja negara secara akrual.

(4)  Neraca sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyajikan aset dan kewajiban berdasarkan basis akrual.

(5)  Penerapan pendapatan dan belanja negara secara akrual dalam laporan keuangan tahun 2010 dilaksanakan secara bertahap pada badan layanan umum.

(6)  Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

(7)  Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010, setelah Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, paling lambat 6 (enam) bulan setelah Tahun Anggaran 2010 berakhir untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 29

Page 43: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

43

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 29 Oktober 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttdDR. H. SUSILO BAMBANG

YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 29 Oktober 2009

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,ttd

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 156</span><span class="Normal--Char" style=" font-family: 'Arial'; color:

#FFFFFF; ">88

Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK

INDONESIA

Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan

Bidang Perekonomian dan Industri,

ttdSETIO SAPTO NUGROHO

PENJELASAN

Page 44: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

44

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 47 TAHUN 2009

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2010

I.  UMUMAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2010 disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2010, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2010 sebagaimana telah dibahas dan disepakati bersama, baik dalam Pembicaraan Pendahuluan maupun Pembicaraan Tingkat I Pembahasan RAPBN Tahun Anggaran 2010 antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 12 dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Selain itu, APBN Tahun Anggaran 2010 juga mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang berkembang dalam beberapa bulan terakhir, serta berbagai langkah kebijakan yang diperkirakan akan ditempuh dalam tahun 2010.Dengan memperhatikan perkembangan faktor eksternal dan stabilitas ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun 2010 diperkirakan mencapai sekitar 5,5% (lima koma lima persen). Seiring pemulihan perekonomian global, Pemerintah akan berupaya agar realisasi pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan sesuai dengan asumsi tersebut. Melalui pertumbuhan konsumsi masyarakat yang diperkirakan masih cukup tinggi, dan iklim investasi yang semakin kondusif, diharapkan hal tersebut dapat menjadi daya tarik bagi para investor dalam negeri dan luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sementara itu, impor Indonesia akan lebih difokuskan pada barang modal sehingga dapat memicu perkembangan industri pengolahan dalam negeri.Melalui kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang terkoordinasi, nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada pada kisaran Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per satu dolar Amerika Serikat. Stabilitas nilai tukar rupiah ini mempunyai peranan penting terhadap pencapaian sasaran inflasi tahun 2010, dan perkembangan suku bunga perbankan. Dalam tahun 2010, dengan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah dan terjaminnya pasokan serta lancarnya arus distribusi kebutuhan bahan pokok, maka laju inflasi diperkirakan dapat ditekan pada tingkat 5,0% (lima koma nol persen).Sejalan dengan itu, rata-rata suku bunga SBI 3 (tiga) bulan diperkirakan akan mencapai 6,5% (enam koma lima persen). Di lain pihak, dengan mempertimbangkan pertumbuhan permintaan minyak dunia yang mulai meningkat seiring dengan pemulihan pertumbuhan ekonomi dunia, rata-

Page 45: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

45

rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) di pasar internasional dalam tahun 2010 diperkirakan akan berada pada kisaran US$65,0 (enam puluh lima koma nol dolar Amerika Serikat) per barel, sedangkan tingkat lifting minyak mentah diperkirakan sekitar 965 (sembilan ratus enam puluh lima) ribu barel per hari.Strategi pelaksanaan pembangunan Indonesia didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025. Pelaksanaan strategi RPJPN dibagi ke dalam empat tahap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tiap-tiap tahap memuat rencana dan strategi pembangunan untuk lima tahun yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah. Selanjutnya, Presiden terpilih beserta anggota kabinet yang membantunya akan menuangkan visi, misi, dan rencana kerja pemerintahan untuk menjawab tantangan dan permasalahan aktual, sekaligus untuk mencapai sasaran-sasaran rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang yang telah disusun. RPJMN tahap pertama telah selesai dengan berakhirnya masa kerja Kabinet Indonesia Bersatu dan tahun 2010 merupakan tahun pertama dalam agenda RPJMN tahap kedua. Mengingat tahun 2010 merupakan tahun transisi pemerintahan, RPJMN 2010–2014 belum disusun. Sasaran pembangunan nasional yang tertuang dalam Bab IV dari lampiran Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang berisi: Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai kelanjutan dari RPJMN ke-1 (2004-2009) maka RPJMN ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Sementara itu, dalam rancangan awal RPJMN tahap kedua (2010-2014), kegiatan pembangunan akan diarahkan untuk beberapa tujuan, yaitu: (a) memantapkan penataan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia, (b) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (c) membangun kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (d) memperkuat daya saing perekonomian. Upaya pencapaian tujuan-tujuan tersebut akan diimplementasikan melalui pencapaian sasaran pembangunan di tiap tahun dengan fokus yang berbeda, sesuai dengan tantangan dan kondisi yang ada. Fokus kegiatan tersebut diterjemahkan dalam rencana kerja Pemerintah (RKP) di tiap-tiap tahun.Rencana Kerja Pemerintah tahun 2010 disusun berdasarkan tema “Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat” dan diterjemahkan ke dalam lima prioritas pembangunan, yaitu: (a) pemeliharaan kesejahteraan masyarakat miskin serta penataan kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan sosial; (b) peningkatan kualitas sumber daya manusia; (c) pemantapan reformasi birokrasi dan hukum, serta pemantapan demokrasi dan keamanan nasional; (d) pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi; serta (e) peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan kapasitas penanganan perubahan iklim. Pencapaian prioritas sasaran pembangunan tersebut akan

Page 46: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

46

diterjemahkan melalui program-program kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan Pemerintah di tahun 2010.Dengan demikian, kebijakan alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat tahun 2010 diarahkan terutama untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan mengurangi kemiskinan, di samping tetap menjaga stabilitas nasional, kelancaran kegiatan penyelenggaraan operasional pemerintahan, dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Sejalan dengan arah kebijakan tersebut, prioritas alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam tahun 2010 akan difokuskan pada: (a) perbaikan penghasilan dan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan; (b) kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kebutuhan dasar operasional di setiap kementerian negara/lembaga; (c) melanjutkan program pengentasan kemiskinan melalui program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri, bantuan operasional sekolah (BOS), program keluarga harapan (PKH), dan jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas); (d)  meningkatkan alokasi program kementerian negara/lembaga untuk peningkatan produksi pangan, infrastruktur dan energi alternatif; (e)  pengurangan subsidi BBM melalui efisiensi di PT Pertamina dan PT PLN; serta (f)  melanjutkan rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah pascabencana alam.Selanjutnya, APBN juga diarahkan untuk melaksanakan amanat konstitusi dalam rangka memenuhi hak warga negara atas: (a) pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan; (b)  hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan; dan (c) jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia bermartabat, dan mendapat pendidikan yang layak. Di samping itu, keseimbangan pembangunan, termasuk di dalamnya penganggaran, perlu tetap harus dijaga agar dapat mencapai prioritas-prioritas perbaikan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan pelaksanaan tugas kenegaraan yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).Selanjutnya, sesuai dengan amanat UUD 1945 Amendemen Keempat, negara memprioritaskan APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, dengan mengalokasikan sekurang-kurangnya 20,0% (dua puluh koma nol persen) dari APBN dan APBD untuk pendidikan nasional. Pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20,0% (dua puluh koma nol persen) tersebut di samping untuk memenuhi amanat Pasal 31 Ayat (4) UUD 1945 Amendemen Keempat, juga dalam rangka memenuhi Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 13 Agustus 2008 Nomor 13/PUU-VI/2008. Menurut putusan Mahkamah Konstitusi, Pemerintah dan DPR harus telah memenuhi kewajiban konstitusionalnya untuk menyediakan anggaran sekurang-kurangnya 20,0% (dua puluh koma nol persen) untuk pendidikan. Selain itu, Pemerintah dan DPR memprioritaskan pengalokasian anggaran pendidikan 20,0% (dua puluh koma nol persen) dari APBN Tahun Anggaran 2010 agar UU APBN Tahun Anggaran 2010 yang memuat anggaran pendidikan tersebut mempunyai

Page 47: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

47

kekuatan hukum yang mengikat dan sejalan dengan amanat UUD 1945 Amendemen Keempat. Hal tersebut harus diwujudkan dengan sungguh-sungguh, agar Mahkamah Konstitusi tidak menyatakan bahwa keseluruhan APBN yang tercantum dalam UU APBN Tahun Anggaran 2010 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat yang disebabkan oleh adanya bagian dari UU APBN, yaitu mengenai anggaran pendidikan yang bertentangan dengan UUD 1945 Amendemen Keempat.Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, maka penyerahan, pelimpahan, dan penugasan urusan pemerintahan kepada daerah secara nyata dan bertanggung jawab juga diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional secara proporsional, demokratis, adil dan transparan, dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah melalui reformulasi kebijakan dana perimbangan dan kebijakan lain terkait dengan transfer ke daerah. Sejalan dengan hal tersebut, penerapan kebijakan transfer ke daerah dalam tahun 2010 ditujukan untuk: (a) terus melaksanakan desentralisasi fiskal untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah secara konsisten; (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan daerah serta antardaerah; (c) mengurangi kesenjangan dan perbaikan pelayanan publik di daerah; dan (d) mengalihkan secara bertahap sebagian anggaran kementerian negara/lembaga yang digunakan untuk mendanai kegiatan yang sudah menjadi urusan daerah ke DAK.Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah tersebut, diperlukan sumber-sumber pendapatan Negara dan pembiayaan anggaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi besaran pendapatan negara dalam APBN Tahun Anggaran 2010, baik penerimaan perpajakan maupun PNBP, yaitu kondisi ekonomi makro, realisasi pendapatan pada tahun sebelumnya, kebijakan yang dilakukan dalam bidang tarif, subjek dan objek pengenaan, perbaikan dan efektivitas administrasi pemungutan, serta reformasi di bidang perpajakan.Terdapat beberapa hal yang cukup signifikan pengaruhnya pada perhitungan target pendapatan tahun 2010, yaitu adanya amendemen Undang-Undang PPh dan Undang-Undang PPN. Amendemen Undang-Undang tersebut meliputi Undang-Undang PPN, peningkatan PTKP sebesar 20,0% (dua puluh koma nol persen), serta penurunan tarif PPh Orang Pribadi dan Badan yang diperkirakan akan memberikan dampak pada penurunan penerimaan perpajakan (tax potential loss).Langkah-langkah kebijakan perpajakan yang diambil dalam tahun 2010 antara lain: (a) ekstensifikasi seperti penambahan subyek pajak orang pribadi, pemajakan surplus BI; (b) intensifikasi seperti mapping dan benchmarking pemantapan profile seluruh wajib pajak, pembuatan profile high rise building, dan pengawasan intensif wajib pajak orang pribadi potensial; (c) kegiatan-kegiatan pasca sunset policy seperti enforcement melalui penagihan, pemeriksaan dan penyidikan dan juga pembinaan melalui tax education (WP baru), maintenance, serta pelayanan; (d) penurunan tarif bea masuk (rata-rata tertimbang); dan (e) penyesuaian tarif bea keluar berdasarkan perkembangan harga CPO internasional.

Page 48: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

48

Sementara itu, kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah dalam mencapai target PNBP tahun 2010 meliputi: (1) mengoptimalkan penerimaan dari sektor migas melalui peningkatan produksi/lifting minyak mentah dan efisiensi dalam cost recovery; (2) meningkatkan produksi komoditas tambang dan mineral serta perbaikan peraturan di sektor pertambangan; (3) menggali potensi penerimaan di sektor kehutanan dengan tetap mempertimbangkan program kelestarian lingkungan hidup; (4) mengoptimalkan deviden BUMN dengan tetap mempertimbangkan peningkatan efisiensi dan kinerja BUMN melalui optimalisasi investasi (capital expenditure); dan (5) meningkatkan kinerja pelayanan dan administrasi pada PNBP K/L.Di lain pihak, optimalisasi penerimaan hibah akan dilakukan, antara lain melalui pemantauan (monitoring) pencairan atas komitmen para donor dalam rangka hibah, khususnya untuk rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah yang terkena musibah bencana serta reevaluasi peraturanperaturan tentang tata cara pengadaan/pengelolaan hibah sehingga seluruh pengelolaan hibah memiliki arah yang lebih jelas dan tercatat dalam perhitungan APBN.Selanjutnya, kebijakan umum pembiayaan anggaran, antara lain dititikberatkan pada penetapan sasaran surplus/defisit anggaran berdasarkan proyeksi penerimaan negara maupun rencana alokasi belanja negara. Berdasarkan proyeksi dan berbagai langkah kebijakan di atas, dalam APBN Tahun Anggaran 2010 diperkirakan masih terdapat deficit anggaran. Sebagian besar defisit tersebut akan dibiayai dari surat berharga negara (SBN) dan pinjaman luar negeri. Untuk menutupi defisit tersebut, dilakukan dengan cara mengedepankan prinsip-prinsip kemandirian dalam pembiayaan anggaran, dengan lebih memprioritaskan pendanaan yang tersedia, dengan memperhitungkan biaya dan risiko yang diupayakan serendah mungkin yang bersumber dari dalam negeri.Terkait hal tersebut, strategi pembiayaan anggaran harus dilakukan secara hati-hati agar sumber-sumber pembiayaan anggaran tersebut dapat digunakan seoptimal mungkin guna menghindari terjadinya beban fiskal di masa mendatang yang berpotensi mengganggu kesinambungan fiskal (fiscal sustainability). Selain itu, strategi pembiayaan anggaran harus diimplementasikan secara terkoordinasi agar dapat tercapai pengelolaan fiskal secara prudent, kebijakan moneter yang kredibel, pengelolaan utang yang sehat, dan pengelolaan kas yang efisien.

II.  PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Page 49: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

49

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Penerimaan perpajakan sebesar Rp742.738.045.000.000,00 (tujuh ratus empat puluh dua triliun tujuh ratus tiga puluh delapan miliar empat puluh lima juta rupiah) terdiri atas:

(dalam rupiah)

411  Pendapatan pajak dalam negeri   715.534.543.000.000,00

4111  Pendapatan pajak penghasilan (PPh)   350.957.982.000.000,00

41111  Pendapatan PPh migas     47.023.410.000.000,00

411111 Pendapatan PPh minyak bumi     18.138.110.000.000,00

411112  Pendapatan PPh gas alam     28.885.300.000.000,00

Page 50: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

50

41112  Pendapatan PPh nonmigas   303.170.849.000.000,00

411121  Pendapatan PPh Pasal 21     61.573.357.000.000,00

411122  Pendapatan PPh Pasal 22       5.893.812.000.000,00

411123  Pendapatan PPh Pasal 22 impor     29.834.213.000.000,00

411124  Pendapatan PPh Pasal 23     21.517.191.000.000,00

411125  Pendapatan PPh Pasal 25/29 orang pribadi       4.295.864.000.000,00

411126  Pendapatan PPh Pasal 25/29 badan   132.383.494.000.000,00

411127  Pendapatan PPh Pasal 26     17.715.756.000.000,00

411128  Pendapatan PPh final     29.957.162.000.000,00

41113  Pendapatan PPh fiskal          763.723.000.000,00

411131  Pendapatan PPh fiskal luar negeri          763.723.000.000,00

4112  Pendapatan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas

barang mewah   269.537.049.000.000,00

4113  Pendapatan pajak bumi dan bangunan     26.506.421.000.000,00

4114  Pendapatan BPHTB       7.392.899.000.000,00

4115  Pendapatan Cukai     57.289.169.000.000,00

41151  Pendapatan Cukai     57.289.169.000.000,00

411511  Pendapatan Cukai Hasil Tembakau     55.926.553.000.000,00

411512  Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol          520.196.000.000,00

411513  Pendapatan Cukai Minuman Mengandung

Ethyl Alkohol          842.420.000.000,00

4116  Pendapatan pajak lainnya       3.851.023.000.000,00

412  Pendapatan pajak perdagangan internasional 27.203.502.000.000,00

4121  Pendapatan bea masuk     19.569.865.000.000,00

4122  Pendapatan bea keluar       7.633.637.000.000,00

Pasal 4

Page 51: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

51

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Sambil menunggu dilakukannya perubahan Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, dan dalam rangka mempercepat penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan, dapat dilakukan pengurusan piutangnya melalui mekanisme pengelolaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.

Sedangkan terkait dengan pemberian kewenangan kepada RUPS, penyelesaian piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan didasarkan pada ketentuan perundang-undangan di bidang badan usaha milik negara.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Pemberian margin kepada PT.PLN (Persero) tahun anggaran 2009 ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Ayat (10)

Page 52: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

52

Cukup jelas.

Ayat (11)

Cukup jelas.

Ayat (12)

Cukup jelas.

Ayat (13)

Penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp.205.411.304.114.000,00 (dua ratus lima triliun empat ratus sebelas miliar tiga ratus empat juta seratus empat belas ribu rupiah) terdiri atas:

(dalam rupiah)

421  Penerimaan sumber daya alam  132.030.206.894.000,00

4211  Pendapatan minyak bumi    89.226.510.000.000,00

42111  Pendapatan minyak bumi    89.226.510.000.000,00

4212  Pendapatan gas bumi    31.303.240.000.000,00

42121  Pendapatan gas bumi    31.303.240.000.000,00

4213  Pendapatan pertambangan umum      8.231.620.894.000,00

421311  Pendapatan iuran tetap         117.583.611.000,00

421312  Pendapatan royalti      8.114.037.283.000,00

4214  Pendapatan kehutanan      2.874.416.000.000,00

42141  Pendapatan dana reboisasi      1.631.650.000.000,00

42142  Pendapatan provisi sumber daya hutan      1.123.025.000.000,00

42143 Pendapatan IIUPH           19.741.000.000,00

421431  Pendapatan IIUPH tanaman industri                741.000.000,00

421434  Pendapatan IUIPH hutan alam           19.000.000.000,00

42144  Pendapatan penggunaan kawasan hutan         100.000.000.000,00

421441  Pendapatan penggunaan kawasanhutan untuk

Page 53: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

53

kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan         100.000.000.000,00

4215  Pendapatan perikanan         150.000.000.000,00

421511  Pendapatan perikanan         150.000.000.000,00

4216  Pendapatan pertambangan panas bumi         244.420.000.000,00

421611  Pendapatan pertambangan panas bumi         244.420.000.000,00

422  Pendapatan Bagian Laba BUMN    24.000.000.000.000,00

4221  Bagian Pemerintah atas laba BUMN    24.000.000.000.000,00

423  Pendapatan PNBP Lainnya    39.894.220.171.000,00

4231  Pendapatan penjualan dan sewa    13.949.497.483.000,00

42311  Pendapatan penjualan hasil produksi/sitaan      6.971.514.760.000,00

423111  Pendapatan penjualan hasil pertanian, kehutanan,

dan perkebunan             4.789.531.000,00

423112  Pendapatan penjualan hasil peternakan dan perikanan           19.301.289.000,00

423113  Pendapatan penjualan hasil tambang      6.861.420.375.000,00

423114  Pendapatan penjualan hasil sitaan/rampasan dan

harta peninggalan           22.620.558.000,00

423115  Pendapatan penjualan obat-obatan dan hasil

farmasi lainnya           12.428.725.000,00

423116  Pendapatan penjualan informasi,penerbitan, film,

survei, pemetaan dan hasil cetakan lainnya           47.330.848.000,00

423117  Penjualan dokumen-dokumen pelelangan                422.755.000,00

423119  Pendapatan penjualan lainnya             3.200.679.000,00

42312  Pendapatan penjualan aset          44.195.477.000,00

423121  Pendapatan penjualan rumah, gedung, bangunan,

dan tanah                323.813.000,00

Page 54: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

54

423122  Pendapatan penjualan kendaraan bermotor             1.288.763.000,00

423123  Pendapatan penjualan sewa beli           40.628.701.000,00

423129  Pendapatan penjualan aset lainnya yang berlebih/

rusak/dihapuskan             1.954.200.000,00

42313  Pendapatan penjualan dari kegiatan hulu migas      6.840.930.000.000,00

423132  Pendapatan minyak mentah DMO      6.840.930.000.000,00

42314  Pendapatan sewa           92.857.246.000,00

423141  Pendapatan sewa rumah dinas/rumah negeri           33.919.110.000,00

423142 Pendapatan sewa gedung, bangunan, dan gudang           44.457.438.000,00

423143 Pendapatan sewa benda-benda bergerak             4.385.814.000,00

423149 Pendapatan sewa benda-benda tak bergerak lainnya           10.094.884.000,00

4232  Pendapatan jasa    19.501.461.817.000,00

42321  Pendapatan jasa I    13.303.063.042.000,00

423211  Pendapatan rumah sakit dan instansikesehatan lainnya           75.603.726.000,00

423212  Pendapatan tempat hiburan/taman/ museum dan

pungutan usaha pariwisata alam (PUPA)           14.431.240.000,00

423213  Pendapatan surat keterangan, visa, paspor,SIM, STNK,

dan BPKB      1.281.211.064.000,00

423214  Pendapatan hak dan perizinan      8.636.457.549.000,00

423215  Pendapatan sensor/karantina, pengawasan/

pemeriksaan           90.661.422.000,00

423216  Pendapatan jasa tenaga, pekerjaan, informasi,

pelatihan, teknologi, pendapatan BPN, pendapatan

DJBC (jasa pekerjaan dari cukai)      2.400.098.424.000,00

423217  Pendapatan jasa Kantor Urusan Agama           80.365.500.000,00

Page 55: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

55

423218  Pendapatan jasa bandar udara, kepelabuhanan,

dan kenavigasian         724.234.117.000,00

42322  Pendapatan jasa II         780.122.266.000,00

423221  Pendapatan jasa lembaga keuangan (jasa giro)           76.130.052.000,00

423222  Pendapatan jasa penyelenggaraan telekomunikasi         580.963.233.000,00

423225  Pendapatan biaya penagihan pajak-pajak negara

dengan surat paksa             4.026.275.000,00

423226  Pendapatan uang pewargenegaraan             3.500.000.000,00

423227  Pendapatan bea lelang           44.047.706.000,00

423228  Pendapatan biaya pengurusan piutang dan lelang negara           67.705.000.000,00

423229  Pendapatan registrasi dokter dan dokter gigi             3.750.000.000,00

42323  Pendapatan jasa luar negeri         399.007.610.000,00

423231  Pendapatan dari pemberian surat perjalanan

Republik Indonesia         103.245.960.000,00

423232  Pendapatan dari jasa pengurusan dokumen konsuler         289.750.400.000,00

423239  Pendapatan rutin lainnya dari luar negeri             6.011.250.000,00

42324  Pendapatan layanan jasa perbankan                       770.000,00

423241  Pendapatan layanan jasa perbankan                       770.000,00

42325  Pendapatan atas pengelolaan rekening tunggal Perbendaharaan

(treasury single account/TSA) dan/atau atas penempatan

uang negara      3.008.103.524.000,00

423251  Pendapatan lainnya dalam rangka TSA             8.103.524.000,00

423254  Pendapatan dari penempatan uang Negara      3.000.000.000.000,00

42326  Pendapatan jasa kepolisian      1.988.623.375.000,00

Page 56: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

56

423261  Pendapatan surat izin mengemudi (SIM)         754.875.000.000,00

423262  Pendapatan surat tanda nomor kendaraan (STNK)         425.000.000.000,00

423263  Pendapatan surat tanda coba kendaraan (STCK)                367.500.000,00

423264  Pendapatan buku pemiliki kendaraan bermotor (BPKB)         567.700.000.000,00

423265  Pendapatan tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB)         214.000.000.000,00

423266  Pendapatan tes klinik pengemudi (Klipeng)           25.000.000.000,00

423267  Pendapatan pemberian izin senjata api (Senpi)             1.680.875.000,00

42329  Pendapatan jasa lainnya           22.541.230.000,00

423291  Pendapatan jasa lainnya           22.541.230.000,00

4233  Pendapatan bunga      1.674.741.000.000,00

42331  Pendapatan bunga      1.674.741.000.000,00

423313  Pendapatan bunga dari piutang dan penerusan pinjaman      1.674.740.000.000,00

423319  Pendapatan bunga lainnya                    1.000.000,00

4234  Pendapatan kejaksaan dan peradilan           27.645.342.000,00

42341  Pendapatan kejaksaan dan peradilan           27.645.342.000,00

423411  Pendapatan legalisasi tanda tangan                450.000.000,00

423412  Pendapatan pengesahan surat di bawah tangan                150.000.000,00

423413  Pendapatan uang meja (leges) dan upah pada

panitera badan pengadilan (peradilan)                150.000.000,00

423414  Pendapatan hasil denda/tilang dan sebagainya           19.012.000.000,00

423415  Pendapatan ongkos perkara           7.635.842.000,00

423419  Pendapatan kejaksaan dan peradilan lainnya                247.500.000,00

4235  Pendapatan pendidikan      4.150.842.462.000,00

Page 57: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

57

42351  Pendapatan pendidikan      4.150.842.462.000,00

423511  Pendapatan uang pendidikan      3.292.090.864.000,00

423512  Pendapatan uang ujian masuk,

kenaikan tingkat, dan akhir pendidikan           79.682.052.000,00

423513  Pendapatan uang ujian untuk menjalankan praktik           32.712.544.000,00

423519  Pendapatan pendidikan lainnya         746.357.002.000,00

4236  Pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi           49.020.000.000,00

42361  Pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi           49.020.000.000,00

423611  Pendapatan uang sitaan hasil korupsi yang telah

ditetapkan pengadilan             8.224.800.000,00

423612  Pendapatan gratifikasi yang ditetapkan KPK menjadi

milik negara             2.000.000.000,00

423614  Pendapatan uang pengganti tindak pidana korupsi

yang ditetapkan di pengadilan           38.795.200.000,00

4237  Pendapatan iuran dan denda         526.796.886.000,00

42371  Pendapatan iuran badan usaha         473.300.830.000,00

423711  Pendapatan iuran badan usaha dari kegiatan

penyediaan dan pendistribusian BBM         345.385.414.000,00

423712  Pendapatan iuran badan usaha dari kegiatan usaha

pengangkutan gas bumi melalui pipa           87.915.416.000,00

423713  Iuran badan usaha di bidang pasar modal dan

lembaga keuangan           40.000.000.000,00

42372  Pendapatan dana pengamanan hutan           16.638.431.000,00

423721  Pendapatan dana pengamanan hutan           16.638.431.000,00

42373  Pendapatan dari perlindungan hutan dan konservasi alam           34.524.511.000,00

Page 58: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

58

423731  Pendapatan iuran menangkap/mengambil/ mengangkut

satwa liar/mengambil/ mengangkut tumbuhan alam hidup

atau mati             7.150.000.000,00

423732  Pungutan izin pengusahaan pariwisata alam (PIPPA)             1.056.374.000,00

423735  Pungutan masuk objek wisata alam           25.680.137.000,00

423736  Iuran hasil usaha pengusahaan pariwisata alam (IHUPA)                638.000.000,00

42375  Pendapatan denda             2.333.114.000,00

423752  Pendapatan denda keterlambatan penyelesaian

pekerjaan Pemerintah             2.333.114.000,00

4239  Pendapatan lain-lain           14.215.181.000,00

42391  Pendapatan dari penerimaan kembali tahun

anggaran yang lalu             8.355.130.000,00

423911  Penerimaan kembali belanja pegawai pusat TAYL             2.414.521.000,00

423912  Penerimaan kembali belanja pensiun TAYL                    6.167.000,00

423913  Penerimaan kembali belanja lainnya rupiah murni TAYL             3.664.416.000,00

423914  Penerimaan kembali belanja lain pinjaman luar negeri TAYL    3.000.000,00

423915  Penerimaan kembali belanja lain hibah TAYL                    2.000.000,00

423919  Penerimaan kembali balanja lainnya TAYL             2.265.026.000,00

42392  Pendapatan pelunasan piutang             2.917.202.000,00

423921  Pendapatan pelunasan piutang non bendahara                  45.590.000,00

423922  Pendapatan pelunasan ganti rugi atas kerugian

yang diderita oleh Negara (masuk TP/TGR) bendahara             2.871.612.000,00

42399  Pendapatan lain-lain             2.942.849.000,00

Page 59: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

59

423991  Penerimaan kembali persekot/uang muka gaji             1.630.133.000,00

423999  Pendapatan anggaran lain-lain             1.312.716.000,00

424  Pendapatan badan layanan umum      9.486.877.049.000,00

4241  Pendapatan jasa layanan umum      8.734.592.860.000,00

42411  Pendapatan penyediaan barang dan jasa kepada masyarakat      8.215.786.529.000,00

424111  Pendapatan jasa pelayanan rumah sakit      3.613.150.998.000,00

424112  Pendapatan jasa pelayanan pendidikan      2.932.996.003.000,00

424113  Pendapatan jasa pelayanan tenaga, pekerjaan,

informasi, pelatihan dan teknologi           45.404.497.000,00

424114  Pendapatan jasa pencetakan           2.845.790.000,00

424115  Pendapatan jasa bandar udara, kepelabuhan, dan

kenavigasian                                        0

424116  Pendapatan jasa penyelenggaraan telekomunikasi      1.433.103.837.000,00

424117  Pendapatan jasa pelayanan pemasaran             3.500.000.000,00

424119  Pendapatan jasa penyediaan barang dan jasa lainnya         184.785.404.000,00

42412  Pendapatan dari pengelolaan wilayah/ kawasan tertentu         158.482.305.000,00

424123  pendapatan pengelolaan fasilitas umum milik Pemerintah                  27.600.000,00

424129  Pendapatan pengelolaan kawasan lainnya         158.454.705.000,00

42413  Pengelolaan dana khusus untuk masyarakat         360.324.026.000,00

424133  pendapatan Program modal ventura             3.437.496.000,00

424134  Pendapatan program dana bergulir sektoral           47.030.126.000,00

424135  Pendapatan program dana bergulir syariah             2.501.353.000,00

424136  Pendapatan investasi         304.942.751.000,00

424139  Pendapatan pengelolaan dana khusus lainnya             2.412.300.000,00

Page 60: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

60

4242  Pendapatan hibah badan layanan umum         102.868.085.000,00

42421  Pendapatan hibah terkait         101.768.085.000,00

424211  Pendapatan hibah terikat dalam negeri perorangan                351.750.000,00

424212  Pendapatan hibah terikat dalam negeri lembaga/

badan usaha           19.296.335.000,00

424213  Pendapatan hibah terikat dalam negeri pemda             4.000.000.000,00

424216  Pendapatan hibah terikat luar negeri-negara           78.120.000.000,00

42422  Pendapatan hibah tidak terkait             1.100.000.000,00

424221  Pendapatan hibah tidak terikat dalam negeri perorangan                  75.000.000,00

424229  Pendapatan hibah tidak terikat lainnya             1.025.000.000,00

4243  Pendapatan hasil kerja sama BLU         520.282.927.000,00

42431  Pendapatan hasil kerja sama BLU         520.282.927.000,00

424311  Pendapatan hasil kerja perorangan             4.782.600.000,00

424312  Pendapatan hasil kerja sama lembaga/badan usaha         513.000.327.000,00

424313  Pendapatan hasil kerja sama pemerintah daerah             2.500.000.000,00

4249  Pendapatan BLU Lainnya         129.133.177.000,00

42491  Pendapatan BLU Lainnya         129.133.177.000,00

424911  Pendapatan jasa layanan perbankan BLU         129.133.177.000,00

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Page 61: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

61

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 6

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis belanja sebesar Rp725.243.010.910.000,00 (tujuh ratus dua puluh lima triliun dua ratus empat puluh tiga miliar sepuluh juta sembilan ratus sepuluh ribu rupiah), termasuk hibah Pemerintah Pusat ke pemerintah daerah sebesar Rp7.100.000.000.000,00 (tujuh triliun seratus miliar rupiah), yang diberikan kepada daerah tertentu dengan kriteria tertentu.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Kebijakan penghematan BBM bersubsidi antara lain melalui:

Page 62: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

62

(a)  penerapan secara bertahap sistem pendistribusian BBM bersubsidi dengan pola tertutup;

(b)  melanjutkan program pengalihan penggunaan minyak tanah ke LPG tabung 3 (tiga) Kg; dan (c) Peningkatan pengawasan pendistribusian BBM bersubsidi.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Tarif yang bertujuan untuk mendorong penghematan tenaga listrik, antara lain daya max plus. Sedangkan pelayanan khusus adalah kesepakatan tingkat layanan tertentu antara PT PLN (Persero) dengan pelanggan.

Huruf d

Pemerintah yang dimaksud pada ayat ini adalah Menteri yang bidang tugasnya bertanggung jawab di bidang energi, sedangkan DPR RI adalah komisi yang membidangi energi.

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 63: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

63

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 13

Ayat (1)

Page 64: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

64

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Anggaran belanja stimulus fiskal tahun 2009 adalah sebesar Rp.12.200.000.000.000,00 (dua belas triliun dua ratus miliar rupiah), yang terdiri atas:

a.  Tambahan anggaran stimulus fiskal yang dialokasikan untuk kementerian negara/lembaga sebesar Rp10.945.000.000.000,00 (sepuluh triliun sembilan ratus empat puluh lima miliar rupiah),

b.  Subsidi sebesar Rp755.000.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh lima miliar rupiah),

c. Penyertaan modal negara sebesar Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah).

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Page 65: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

65

Ayat (8)

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “hasil optimalisasi” adalah hasil lebih atau sisa dana yang diperoleh setelah pelaksanaan dan/atau penandatanganan kontrak dari suatu kegiatan yang target sasarannya telah dicapai. Hasil lebih atau sisa dana tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk meningkatkan sasaran ataupun untuk kegiatan lainnya dalam program yang sama.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “perubahan anggaran belanja yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)” adalah kelebihan realisasi penerimaan dari target yang direncanakan dalam APBN. Peningkatan penerimaan tersebut selanjutnya dapat digunakan oleh kementerian negara/lembaga penghasil sesuai dengan ketentuan izin penggunaan yang berlaku.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “perubahan pagu pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN)” adalah peningkatan pagu PHLN sebagai akibat adanya luncuran pinjaman proyek dan hibah luar negeri yang bersifat multi years dan/atau percepatan penarikan pinjaman yang sudah disetujui dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan pinjaman luar negeri. Perubahan pagu pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN) tersebut termasuk (a) hibah luar negeri dan hibah yang diterushibahkan yang diterima setelah APBN 2010 ditetapkan, (b) penerusan pinjaman, dan (c) pinjaman yang diterushibahkan. Akan tetapi, perubahan pagu pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN) tersebut tidak termasuk pinjaman proyek baru dan penerusan pinjaman baru yang belum dialokasikan dalam APBN 2010 serta pinjaman luar negeri yang bersumber dari pinjaman komersial dan fasilitas kredit ekspor, yang bukan merupakan kelanjutan multi years project.

Page 66: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

66

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “dilaporkan pelaksanaannya dalam APBN Perubahan” adalah melaporkan perubahan rincian/pergeseran anggaran belanja Pemerintah Pusat yang dilakukan sebelum APBN Perubahan 2010 kepada DPR. Sedangkan yang dimaksud dengan “dilaporkan pelaksanaannya dalam laporan keuangan Pemerintah Pusat” adalah melaporkan perubahan rincian/pergeseran anggaran belanja Pemerintah Pusat yang dilakukan sepanjang tahun 2010 setelah APBN Perubahan 2010 kepada DPR.

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Page 67: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

67

Cukup jelas.

Ayat (4)

Dalam rangka perhitungan DAU Tahun Anggaran 2010, Pendapatan Dalam Negeri (PDN) neto merupakan hasil perhitungan antara pendapatan dalam negeri yang merupakan hasil penjumlahan dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak, dikurangi dengan penerimaan negara yang dibagihasilkan kepada daerah yaitu dana bagi hasil (DBH), anggaran belanja yang sifatnya diarahkan (earmarked) berupa belanja PNBP Kementerian Negara/Lembaga, subsidi pajak, serta beberapa subsidi lainnya yang terdiri atas subsidi BBM, subsidi listrik, subsidi pupuk, subsidi pangan, dan subsidi benih yang dihitung berdasarkan bobot/persentase tertentu.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Dana perimbangan sebesar Rp306.023.418.400.000,00 (tiga ratus enam triliun dua puluh tiga miliar empat ratus delapan belas juta empat ratus ribu rupiah), terdiri atas:

(dalam rupiah)

1.  Dana Bagi Hasil (DBH)    81.404.801.400.000,00

a.  DBH Pajak    46.921.445.900.000,00

(1)  DBH Pajak Penghasilan    13.173.844.200.000,00

-  Pajak penghasilan Pasal 21    12.314.671.400.000,00

-  Pajak penghasilan Pasal 25/29 orang pribadi       859.172.800.000,00

(2)  DBH Pajak Bumi dan Bangunan    25.236.171.600.000,00

(3)  DBH Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan      7.392.899.000.000,00

(4)  DBH Cukai      1.118.531.100.000,00

b.  DBH Sumber Daya Alam    34.483.355.500.000,00

Page 68: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

68

(1)  DBH SDA Migas    26.015.650.000.000,00

-  DBH minyak bumi    14.078.470.000.000,00

-  DBH SDA gas bumi      9.937.180.000.000,00

-  Sebagian kurang bayar DBH migas tahun 2008      2.000.000.000.000,00

(2)  DBH SDA Pertambangan Umum      6.585.296.700.000,00

-  Iuran Tetap           94.066.900.000,00

-  Royalti      6.491.229.800.000,00

(3)  DBH SDA Kehutanan      1.566.872.800.000,00

-  Provisi Sumber Daya Hutan         898.420.000.000,00

-  Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan           15.792.800.000,00

-  Dana Reboisasi         652.660.000.000,00

(4)  DBH SDA Perikanan         120.000.000.000,00

(5)  DBH Pertambangan Panas Bumi         195.536.000.000,00

2.  Dana Alokasi Umum (DAU)  203.485.234.500.000,00

a.  DAU Murni  192.490.342.000.000,00

b.  DAU Tambahan untuk tunjangan profesi guru    10.994.892.500.000,00

3.  Dana Alokasi Khusus (DAK)    21.133.382.500.000,00

Pasal 19

Ayat (1)

a.  Terhadap daerah yang mengalami koreksi luas wilayah yang signifikan dan yang mengalami dampak pemekaran, diberikan dana penyeimbang untuk menjaga kesinambungan dan stabilitas fiskal daerah.

b.  Agar selanjutnya dilakukan revisi atas undang-undang pembentukan daerahnya untuk mengoreksi luas wilayah sesuai dengan kondisi riil yang ada.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 69: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

69

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Dana otonomi khusus sebesar Rp9.099.613.680.000,00 (Sembilan triliun sembilan puluh sembilan miliar enam ratus tiga belas juta enam ratus delapan puluh ribu rupiah) terdiri atas:1.  Alokasi dana otonomi khusus Papua dan Papua Barat sebesar

Rp.3.849.806.840.000,00 (tiga triliun delapan ratus empat puluh sembilan miliar delapan ratus enam juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) yang disepakati untuk dibagi masing-masing dengan proporsi 70 persen untuk Papua dan 30 persen untuk Papua Barat dengan rincian sebagai berikut:

a.  Dana otonomi khusus Provinsi Papua sebesar Rp.2.694.864.788.000,00 (dua triliun enam ratus Sembilan puluh empat miliar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus delapan puluh delapan ribu rupiah).

b.  Dana otonomi khusus Provinsi Papua Barat sebesar Rp.1.154.942.052.000,00 (satu triliun seratus lima puluh empat miliar sembilan ratus empat puluh dua juta lima puluh dua ribu rupiah).

Penggunaan dana otonomi khusus Papua dan Papua Barat diutamakan untuk pendanaan pendidikan dan kesehatan, sesuai dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi Undang-undang. Dana otonomi khusus Provinsi Papua tersebut dibagikan kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, yang jumlahnya setara dengan 2 (dua) persen dari pagu dana alokasi umum (DAU) secara nasional dan berlaku selama 20 tahun sejak tahun 2002. Pengelolaan dana otonomi khusus Papua dan Papua Barat dimaksud tetap mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku.

2.  Alokasi dana otonomi khusus Aceh sebesar Rp.3.849.806.840.000,00 (tiga triliun delapan ratus empat puluh sembilan miliar delapan ratus enam juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah). Dana otonomi khusus Aceh diarahkan penggunaannya untuk mendanai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11

Page 70: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

70

Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun sejak tahun 2008, dengan rincian untuk tahun pertama sampai dengan tahun kelima belas besarnya setara dengan 2 (dua) persen dari pagu dana alokasi umum (DAU) secara nasional, dan untuk tahun keenam belas sampai tahun kedua puluh besarnya setara dengan 1 (satu) persen dari pagu dana alokasi umum (DAU) secara nasional.

Dana otonomi khusus NAD direncanakan, dilaksanakan, serta dipertanggungjawabkan oleh Pemerintah Provinsi NAD dan merupakan bagian yang utuh dari anggaran pendapatan dan belanja Aceh (APBA). Perencanaan sebagian besar dari penggunaan dana otonomi khusus tersebut direncanakan bersama oleh Pemerintah Provinsi NAD dengan masingmasing pemerintah kabupaten/kota dalam Pemerintah Provinsi NAD serta merupakan lampiran dari APBA.

3.  Dana tambahan infrastruktur dalam rangka otonomi khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebesar Rp.1.400.000.000.000,00 (satu trilun empat ratus miliar rupiah), terutama ditujukan untuk pendanaan pembangunan infrastruktur sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang.

Dana tambahan infrastruktur tersebut diperuntukkan bagi Provinsi Papua sebesar Rp800.000.000.000,00 (delapan ratus miliar rupiah) dan Provinsi Papua Barat sebesar Rp.600.000.000.000,00 (enam ratus miliar rupiah).

Pencairan dana tambahan infrastruktur bagi Provinsi Papua Barat tahun anggaran 2010 sebesar Rp.600.000.000.000,00 (enam ratus miliar rupiah) tersebut dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan penyerapan dana tambahan infrastruktur bagi Provinsi Papua Barat tahun anggaran 2009, yang diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri Keuangan.

Ayat (3)

Dana penyesuaian sebesar Rp.7.300.000.000.000,00 (tujuh triliun tiga ratus miliar rupiah) terdiri atas:

a.  Dana tambahan tunjangan guru PNSD sebesar Rp.5.800.000.000.000,00 (lima triliun delapan ratus miliar rupiah).

Page 71: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

71

b.  Dana insentif bagi daerah sebesar Rp.1.387.800.000.000,00 (satu triliun tiga ratus delapan puluh tujuh miliar delapan ratusjuta rupiah).

c.  Kurang bayar DAK 2008 sebesar Rp.80.200.000.000,00 (delapan puluh miliar dua ratus juta rupiah).

d.  Kurang bayar DISP 2008 sebesar Rp.32.000.000.000,00 (tiga puluh dua miliar rupiah).

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan kriteria tertentu adalah: Daerah yang berprestasi yaitu antara lain:

daerah yang telah melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat mendapat opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atau wajar dengan pengecualian (WDP) dari BPK atas laporan keuangan pemerintah daerahnya.

menyampaikan Perda APBD secara tepat waktu.

Pasal 21

Ayat (1)

Anggaran pendidikan sebesar Rp.209.537.587.275.000,00 (dua ratus sembilan triliun lima ratus tiga puluh tujuh miliar lima ratus delapan puluh tujuh juta dua ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), terdiri atas:

(dalam rupiah)

1.  Anggaran Pendidikan melalui Belanja Pemerintah Pusat    83.170.009.475.000,00

(1)  Departemen Pendidikan Nasional    54.704.324.253.000,00

(2)  Departemen Agama    23.663.565.732.000,00

(3)  Kementerian Negara/Lembaga lainnya      4.802.119.490.000,00

2.  Anggaran Pendidikan melalui Transfer ke Daerah  126.367.577.800.000,00

(1)  DBH Pendidikan         617.048.800.000,00

(2)  DAK Pendidikan      9.334.882.000.000,00

Page 72: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

72

(3)  DAU Pendidikan    95.923.070.400.000,00

(4)  Tambahan Tunjangan Guru PNSD      5.800.000.000.000,00

(5)  DAU Tambahan untuk Tunjangan Profesi Guru    10.994.892.500.000,00

(6)  Dana Insentif Daerah      1.387.800.000.000,00

(7)  Dana Otonomi Khusus Pendidikan      2.309.884.100.000,00

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)Pembiayaan defisit anggaran sebesar Rp.98.009.927.876.000,00 (sembilan puluh delapan triliun sembilan miliar sembilan ratus dua puluh tujuh juta delapan ratus tujuh puluh enam ribu rupiah) terdiri atas:1.  Pembiayaan dalam negeri sebesar Rp107.891.435.453.000,00

(seratus tujuh triliun delapan ratus sembilan puluh satu miliar empat ratus tiga puluh lima juta empat ratus lima puluh tiga ribu rupiah) terdiri atas:

(dalam rupiah)

a.  Perbankan dalam negeri         7.129.150.000.000,00

(1)  Rekening dana investasi         5.504.150.000.000,00

(2)  Rekening Pembangunan Hutan           625.000.000.000,00

(3)  SAL         1.000.000.000.000,00

b.  Nonperbankan dalam negeri     100.762.285.453.000,00

(1)  Privatisasi                                        -

(2)  Hasil pengelolaan aset         1.200.000.000.000,00

Page 73: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

73

(3)  Surat berharga negara (neto)     104.429.085.453.000,00

(4)  Pinjaman Dalam Negeri         1.000.000.000.000,00

(5)  Dana investasi Pemerintah dan penyertaan modal Negara -3.902.500.000.000,00

a.  Investasi Pemerintah           -927.500.000.000,00

b.  Penyertaan modal negara untuk LPEI        -2.000.000.000.000,00

c.  Dana bergulir           -975.000.000.000,00

(6)  Dana Kontinjensi:        -1.050.000.000.000,00

a.  Dana kontinjensi untuk PT. PLN (persero)        -1.000.000.000.000,00

b.  Dana kontinjensi untuk PDAM             -50.000.000.000,00

(7)  Cadangan pembiayaan           -914.300.000.000,00

Surat berharga negara (SBN) neto merupakan selisih antara penerbitan dengan pembayaran pokok dan pembelian kembali. Penerbitan SBN tidak hanya dalam mata uang rupiah di pasar domestik, tetapi juga mencakup penerbitan SBN dalam valuta asing di pasar internasional, baik SBN konvensional maupun SBSN (Sukuk). Komposisi jumlah dan jenis instrumen SBN yang akan diterbitkan, pembayaran pokok, dan pembelian kembali SBN, akan diatur lebih lanjut oleh Pemerintah dengan mempertimbangkan situasi yang berkembang di pasar, sampai dengan target neto pembiayaan SBN tercapai.Penerbitan SBN tersebut akan di back up oleh sisa pinjaman siaga yang tidak dapat direalisasikan/ditarik pada tahun 2009 guna mengantisipasi penerbitan SBN yang tidak dapat dilakukan secara optimal akibat kondisi pasar.Pinjaman dalam negeri (PDN) tidak termasuk bagian dari perbankan dalam negeri, karena PDN merupakan utang yang sumbernya tidak hanya dari BUMN perbankan saja tetapi juga dari BUMN nonperbankan. Di samping itu, PDN dapat juga bersumber dari pemerintah daerah dan perusahaan daerah. Pinjaman Dalam Negeri hanya dapat digunakan untuk pembiayaan kegiatan.Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 mw (sepuluh ribu megawatt) berbahan bakar batu bara oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN), Pemerintah memberikan jaminan penuh atas kewajiban pembayaran pinjaman PT PLN (Persero) kepada kreditur perbankan. Jaminan Pemerintah dimaksud diberikan atas risiko/kemungkinan PT PLN (Persero) tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran terhadap kreditur

Page 74: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

74

(payment default). Jaminan tersebut akan diperhitungkan sebagai pinjaman Pemerintah kepada PT PLN (Persero) apabila terealisasi.Pengelolaan dan pencairan dana penjaminan atas pinjaman PT PLN (Persero) tersebut di atas diatur lebih lanjut oleh Pemerintah dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Dalam rangka percepatan penyediaan air minum yang merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi penduduk oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), Pemerintah memberikan jaminan penuh atas kewajiban pembayaran kembali atas kredit PDAM kepada kreditur perbankan. Dana jaminan Pemerintah dimaksud diberikan atas risiko/kemungkinan PDAM tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran terhadap kreditur (payment default).

Jaminan tersebut akan diperhitungkan sebagai pinjaman Pemerintah.

Pengelolaan dan pencairan dana penjaminan atas pinjaman PDAM tersebut di atas diatur lebih lanjut oleh Pemerintah dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.  Pembiayaan luar negeri neto sebesar negative Rp.9.881.507.577.000,00 (sembilan triliun delapan ratus delapan puluh satu miliar lima ratus tujuh juta lima ratus tujuh puluh tujuh ribu rupiah) terdiri atas:

(dalam rupiah)

a.  Penarikan pinjaman luar negeri bruto  57.605.758.608.000,00

(1)  Pinjaman program  24.443.000.000.000,00

(2)  Pinjaman proyek  33.162.758.608.000,00

-  Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat  24.518.985.423.000,00

-  Penerimaan Penerusan Pinjaman    8.643.773.185.000,00

b.  Penerusan pinjaman   -8.643.773.185.000,00

c.  Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri   -58.843.493.000.000,00

Pembiayaan luar negeri mencakup pembiayaan utang luar negeri selain dari surat berharga negara internasional.

Pasal 23

Ayat (1)

Page 75: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

75

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 25

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Termasuk di dalamnya mengenai tata cara dan criteria penyelesaian piutang eks-BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional).

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Penerbitan SBN untuk kebutuhan pembiayaan APBN tahun anggaran berikutnya diperhitungkan sebagai bagian dari target penerbitan bersih SBN pada tahun anggaran tersebut. Untuk menutup kekurangan kas jangka pendek pada awal tahun

Page 76: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

76

anggaran, Pemerintah dapat melakukan penempatan langsung atau private placement surat berharga negara di Bank Indonesia.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Komposisi instrumen pembiayaan utang meliputi Surat Berharga Negara, Pinjaman Dalam Negeri, Pinjaman Luar Negeri, dan Pinjaman Siaga. Utang tunai meliputi Surat Berharga Negara (neto) dan Pinjaman Program.

Ayat (5)

Kenaikan imbal hasil (yield) surat berharga negara yang menyebabkan tambahan biaya penerbitan SBN secara signifikan tercermin dalam:

a.  tidak adanya yield penawaran yang dimenangkan dalam benchmark Pemerintah dalam 2 (dua) kali lelang berturutturut; dan/atau

b.  terjadi kecenderungan peningkatan yield sekurang-kurangnya sebesar 300 basis point (bps) dalam 1 (satu) bulan.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 28

Ayat (1)

Page 77: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

77

Cukup jelas.

Ayat (2)

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dilampiri dengan ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

Ayat (3)

Informasi tentang pendapatan dan belanja negara secara akrual dimaksudkan sebagai tahap menuju pada penerapan anggaran yang dilengkapi dengan informasi hak dan kewajiban yang diakui sebagai penambah atau pengurang nilai kekayaan bersih.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Penerapan pendapatan dan belanja negara secara akrual telah dilaksanakan sejak Tahun Anggaran 2009 pada satuan kerja berstatus Badan Layanan Umum yang secara sistem telah mampu melaksanakannya.

Ayat (6)

Yang dimaksud dengan “Standar Akuntansi Pemerintahan” adalah standar akuntansi pemerintahan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Ayat (7)

Laporan keuangan yang diajukan dalam rancangan undang-undang sebagaimana yang dimaksud pada ayat ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang telah diperiksa oleh BPK dan telah memuat koreksi/penyesuaian (audited financial statements) sebagaimana diuraikan dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Pasal 29

Cukup jelas.

Page 78: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

78

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5075</span><span class="Normal--Char" style=" font-family: 'Arial'; color:

#FFFFFF;">8

1.6 Identifikasi Masalah

Stoner, James Af & Freman, Edward R & Gilbert JR, Daniel R,

Manajemen(1996: 240), mengemukakan masalah adalah“ Situasi yang terjadi

kalau kenyataan suatu keadaan berbeda dari keadaan yang diinginkan”

George R. Terry and Stephen G. Franklin (1982:70) mengemukakan “ A

problems is a deviation from some standard, or desired level of performance, to

which a person is comitted to find a solution”

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan pendapat tersebut masalah-

masalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:

3. Apakah perilaku kepemimpinan situasional (telling, selling,

participating, dellegating) berkolerasi dengan budaya organisasi

(konstruktif, pasif-defensif dan agresif-defensif) di Badan, Dinas dan

Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

4. Apakah perilaku kepemimpinan situasional Gaya telling berpengaruh

terhadap kinerja pegawai di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

5. Apakah perilaku kepemimpinan situasional Gaya telling berpengaruh

terhadap kinerja team work di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

Page 79: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

79

6. Apakah perilaku kepemimpinan situasional Gaya selling berpengaruh

terhadap kinerja pegawai di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

7. Apakah perilaku kepemimpinan situasional Gaya selling berpengaruh

terhadap kinerja team work di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

8. Apakah perilaku kepemimpinan situasional Gaya participating

berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Badan, Dinas dan Kantor

Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

9. Apakah perilaku kepemimpinan situasional Gaya participating

berpengaruh terhadap kinerja team work di Badan, Dinas dan Kantor

Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

10. Apakah perilaku kepemimpinan situasional Gaya delegating

berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Badan, Dinas dan Kantor

Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

11. Apakah perilaku kepemimpinan situasional Gaya delegating

berpengaruh terhadap kinerja team work di Badan, Dinas dan Kantor

Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

12. Apakah perilaku kepemimpinan situasional (Gaya telling,selling,

participating dan delegating) berpengaruh terhadap kinerja pegawai di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

13. Apakah perilaku kepemimpinan situasional (Gaya telling,selling,

participating dan delegating) berpengaruh terhadap kinerja team work

di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

14. Apakah budaya konstruktif berpengaruh terhadap kinerja pegawai di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

15. Apakah budaya konstruktif berpengaruh terhadap kinerja team work di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

Page 80: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

80

16. Apakah budaya pasif-defensif berpengaruh terhadap kinerja pegawai di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

17. Apakah budaya pasif-defensif berpengaruh terhadap kinerja team work di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

18. Apakah budaya agresif-defensif berpengaruh terhadap kinerja pegawai di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

19. Apakah budaya agresif-defensif berpengaruh terhadap kinerja team work

di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

20. Apakah budaya (konstruktif, pasif-defensif dan agresif-defensif)

berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Badan, Dinas dan Kantor

Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

21. Apakah budaya (konstruktif, pasif-defensif dan agresif-defensif)

berpengaruh terhadap kinerja team work di Badan, Dinas dan Kantor

Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

22. Apakah perilaku kepemimpinan situasional (telling, selling,

participating, dellegating) dan budaya organisasi (konstruktif, pasif-

defensif dan agresif-defensif) berpengaruh terhadap kinerja pegawai di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

23. Apakah perilaku kepemimpinan situasional (telling, selling,

participating, dellegating) dan budaya organisasi (konstruktif, pasif-

defensif dan agresif-defensif) berpengaruh terhadap kinerja team work di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

24. Apakah kinerja pegawai dibidang perencanaan berpengaruh terhadap

kinerja organisasi di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

Page 81: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

81

25. Apakah kinerja pegawai dibidang proses pelaksanaan berpengaruh

terhadap kinerja organisasi di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

26. Apakah kinerja pegawai dibidang hasil pelaksanaan berpengaruh

terhadap kinerja organisasi di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

27. Apakah kinerja pegawai dibidang perencanaan, proses pelaksanaan dan

hasil proses pelaksanaan berpengaruh terhadap kinerja organisasi di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

28. Apakah kinerja team work dibidang perencanaan berpengaruh terhadap

kinerja organisasi di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

29. Apakah kinerja team work dibidang proses pelaksanaan berpengaruh

terhadap kinerja organisasi di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

30. Apakah kinerja team work dibidang hasil berpengaruh terhadap kinerja

organisasi di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat.

31. Apakah kinerja team work dibidang perencanaan, proses pelaksanaan

dan hasil proses pelaksanaan berpengaruh terhadap kinerja organisasi di

Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

32. Apakah kinerja pegawai dan team work berpengaruh terhadap kinerja

organisasi di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat.

1.7 Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, begitu komplek permasalahan,

dan keterbatasan waktu, biaya, kemampuan peneliti dalam memperoleh data

serta agar lebih terfocusnya penelitian, sehingga hasil penelitian yang diperoleh

benar-benar dapat memecahkan masalah-masalah yang ada di Badan, Dinas,

Page 82: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

82

Kantor di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat, peneliti membatasi

masalah-masalah pada:

3. Korelasi perilaku kepemimpinan situasional dengan budaya organisasi

di Badan, Dinas Pemerintah Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat.

4. Pengaruh perilaku kepemimpinan situasional para Kepala Badan, Dinas

dan Kantor terhadap kinerja pegawai di Pemerintah Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat.

5. Pengaruh perilaku kepemimpinan situasional para Kepala Badan, Dinas

dan Kantor terhadap kinerja team work di Pemerintah Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat.

6. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai Badan, Dinas dan

Kantor di Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

7. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja team work di Badan, Dinas

dan Kantor di Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

8. Pengaruh perilaku kepemimpinan situasional dan budaya organisasi

terhadap kinerja pegawai Badan, Dinas dan Kantor di Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

9. Pengaruh perilaku kepemimpinan situasional dan budaya organisasi

terhadap kinerja team work Badan, Dinas dan Kantor di Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

10. Pengaruh kinerja pegawai dan kinerja team work terhadap kinerja

organisasi di Badan dan dinas Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi

Jawa Barat.

1.8 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, batasan masalah, masalah-masalah

tersebut dirumuskan dalam bentuk pertanyaan (research question) sebagai

berikut:

3. Seberapa besar korelasi perilaku kepemimpinan situasional dengan

budaya organisasi di Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah Kabupaten

dan Kota Provinsi Jawa Barat.

Page 83: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

83

4. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan situasional para

Kepala Badan, Dinas dan Kantor terhadap kinerja pegawai di

Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

5. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan situasional para

Kepala Badan, Dinas dan Kantor terhadap kinerja team work di

Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

6. Seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai di

Badan, Dinas dan Kantor di Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Barat.

7. Seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja team work

Badan dan dinas Pemerintah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

8. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan situasional dan budaya

organisasi terhadap kinerja pegawai Badan, Dinas dan Kantor di

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

9. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan situasional dan budaya

organisasi terhadap kinerja team work Badan, Dinas dan Kantor di

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

10. Seberapa besar pengaruh kinerja pegawai dan kinerja team work

terhadap kinerja organisasi di Badan dan Dinas Pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut KegiatanFebruari 2007 – Februari 2010

(Dalam Jutaan)

Kegiatan Utama2007 2008 2009 2010

Februari Februari

Februari Februari

(1) (2) (3) (4) (5)

Page 84: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

84

1. Penduduk 15+ 28,87 29,77 29,96 29,962. Angkatan Kerja 17,53 18,42 19,05 19,21

- Penduduk Kerja- Pengangguran

14,992,54

16,162,26

16,792,26

17,182,03

3. Bukan Angkatan Kerja 11,34 11,34 10,91 11,23

4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 60,73 61,89 63,56 63,1

5. Tingkat Pengangguran terbuka (%)

Setelah Pengangguran TerpaksaSetelah Pengangguran Sukarela

Total

14,51

2,221,82

4,04

12,28

2,311,74

4,05

11,85

2,481,83

4,31

10,57

2,382,00

4,39

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut KegiatanFebruari 2007 – Februari 2010

(Dalam Jutaan)Tahun Kegiatan Utama

Pendu duk < 15

Angkatan Kerja Bukan Angkatan

Kerja

Tk Partisipasi

Angkatan Kerja(%)

Pengangguran Terbuka (%)Be

kerjaPe

nganggur

Jumlah Angkatan Kerja

2007 28,87 14,99 2,54 17,53 11,34 60,73 14,512008 29,77 16,16 2,26 18,42 11,34 61,89 12,282009 29,96 16,79 2,26 19,05 10,91 63,56 11,852010 29,96 17,18 2,03 19,21 11,23 63,10 10,57

Page 85: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

85

Masih terdapat 70.681 (8,9%) tidak melanjutkan ke SMP karena factor Gegrafis, ekonomi dan budaya.

Pendudukan Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2007 – Februari 2010

(Dalam Jutaan & %)

Lapangan Pekerjaan Utama

2007 2008 2009 2010Orang Orang Orang Orang

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perburuan

4,37(29,2%)

4,45(27,5%)

4,50(26,8%)

4,23(24,88%)

Pertambangan dan Penggalian

0,06(0,4%)

0,09(0,6%)

0,07(0,4%)

0,10(0,59%)

Industri2,68

(17,9%)2,94

(18,2%)3,05

(18,2%)3,11

(18,11%)

Listrik, Gas dan Air 0,03(0,2%)

0,05(0,3%)

0,47(0,3%)

0,37(0,22%)

Konstruksi 0,79(5,3%)

0,93(5,7%)

0,84(5,0%)

0,94(5,46%)

Perdagangan, rumah makan dan jasa

3,63(24,2%)

4,14(25,6%)

4,37(26,0%)

4,32](25,12%)

Page 86: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

86

akomodasiTransportasi, pergudangan dan komunikasi

1,41(9,4%)

1,28(7,9%)

1,34(8,0%)

1,34(7,82%)

Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

0,21(1,4%)

0,21(1,3%)

0,26(1,6%)

0,27(1,56%)

Jasa kemasyarakatan, social dan perseorangan

1,79(11,9%)

2,07(12,8%)

2,30(13,7%)

2,79(16,24%)

T O T A L 14,99(100,0%)

16,16(100,0%)

16,79(100,0%)

17,18(100,0%)

Perkembangan Koperasi dan UKM di Jawa BaratTahun 2006 s/d 2008

Tahun Koperasi UKMJumlah Tidak Aktif Jumlah

AnggotaJumlah

Usaha KecilJumlah

UMJumlah Usaha Besar

2006 20.562 14.211 6.155.406 7.301.014 19.569 1.3792007 22.473 15.464 6.222.006 7.966.359 19.457 1.3792008 22.522 15.909 6.251.889 8.255.459 24.369 1.637

Sumber Data: Dinas KUKM Prov.Jabar

Jumlah Kematian Ibu Hamil, Bersalin dan NifasDi Provinsi Jawa Barat Dari Tahun…

Tahun Jumlah Ibu Hamil

Ibu Hamil Mati

Ibu Bersalin Mati

Ibu Nifas Mati

Ibu Hamil,Bersalin,Nifas

MatiJumlah % Jumlah % Jumla

h% Jumlah %

2006 1.023.481 208 337 152 6972007 822.481 178 369 241 7882008 783.573 178 348 198 724

Sumber Data Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita Di Provinsi Jawa Barat Dari Tahun…

Tahun Bayi Lahir Bayi Mati

Jumlah Balita

Bayi dan Balita Mati

Hidup Mati Jumlah Jumlah % Jumlah %2006 796.534 2.599 799.133 3.682 3.538.588 321

Page 87: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/27250/3/BAB I Pendahuluan.docx · Web viewBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

87

2007 822.481 2.575 825.056 4.277 4.575.038 4642008 783.573 3.060 786.633 4.555 3.808.292 427

Sumber Data Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Umur Harapan Hidup Di Provinsi Jawa BaratNo: Tahun Umur Harapan Hidup/Tahun1. 2006 67,082. 2007 67,403. 2008 68,62

Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Harga Berlaku di Provinsi Jawa Barat……

No: Tahun PDRB Per Kapita (Rp.)

Jumlah Penduduk

PDRB Harga Konstan/Laju Pert

Ekonomi 1. 2004 7.796.043,91,- 38.610.875 5,16 %2. 2005 9.915.174,38,- 39.066.700 5,62%3. 2006 11.720.686,96,- 40.371.976 6,02%4. 2007 12.759.728,52,- 41.240.707 6,41%5. 2008

Tabel 1.1Presentase Penduduk Berusia 10 Tahun ke Atas

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2008

No: Tingkat Pendidikan 2003 2004 2005 2006 2007 20081 Tidak Pernah Sekolah 5,69 5,07 5,18 4,95 5,382 Tidak Tamat SD 21, 67 21,66 21,80 21,66 22,02 28,333 Tamat SD 39,56 38,00 37,75 37,59 36,02 34,924 SLTP/SMP/sederajat 15,09 16,77 16,77 15,96 15,60 15,925 SLTA/SMU 14,61 15,30 15,40 15,79 16,22 10,786 Akademi/Dlipoma 1,72 1,60 1,54 1,97 2,13 5,257 Sarjana 1,71 1,60 1,58 2,07 2,63 4,81

Sumber Data: Hasil suseda 2003- 2008