laporan pendahuluan nefrolitiasis

44
LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS A. KONSEP DASAR 1. Definisi Dijelaskan pada (http://perawathati.blogspot.com) nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu didalam pelvis atau kaliks dari ginjal dan merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih (http://ejournal.unsrat.ac.id). Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011:65). Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli

Upload: endik-asworo

Post on 03-Dec-2015

272 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

nurse

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS 

A.      KONSEP DASAR

1.         Definisi

Dijelaskan pada (http://perawathati.blogspot.com) nefrolitiasis adalah adanya batu atau

kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium

oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin).

Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu

didalam pelvis atau kaliks dari ginjal dan merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran

kemih (http://ejournal.unsrat.ac.id).

Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran saluran

kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine

(Nursalam, 2011:65).

Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan

didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya

nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat

dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.

9Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan

terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108).

 Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir

bersama urine (Susan Martin, 2007:726).

Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal atau bisa

disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan karena terjadi

pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan

gangguan pada saluran dan proses perkemihan.

2.      Anatomi Fisiologi

a.      Ginjal

Menurut Mary Baradero (2008:2) ginjal terletak dibelakang peritoneum parietal (retro-

peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga terdapat pada kedua sisi aorta

abdominal dan vena kava inferior. Hepar menekan ginjal ke bawah sehingga ginjal kanan lebih

rendah daripada ginjal kiri. Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah panjang 10 cm, 5,5 cm

pada sisi lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 g (Arif

Muttaqin, 2011:3). Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri

dari jaringan fibrus berwarna ungu tua (Syaifuddin, 2006:237). Tarwoto (2009:314) menjelaskan

ginjal disokong oleh jaringan adipose dan jaringan penyokong yang disebut fasia gerota serta di

bungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan

kelenjar adrenal terhadap adanya trauma.

Satuan unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap ginjal memiliki satu juta nefron.

Terdapat dua macam nefron, yaitu kortikal dan juksta medular. Delapan puluh lima persen dari

semua nefron terdiri atas nefron kortikal, sedangkan 15% terdiri atas nefron jukstamedular.

Kedua macam nefron ini diberi nama sesuai dengan letak glomerulinya dalam renal parenkim.

Nefron kortikal berperan dalam konsentarsi dan difusi urine. Struktur urine yang berkaitan

dengan proses pembentukan urine adalah korpus, tubulus renal, tubulus koligentes. Korpus ginjal

terdiri dari glomerulus dan kapsula bowman yang membentuk ultrafiltrat dari darah. Tubulus

renal terdiri atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Ketiga

tubulus renal ini berfungsi dalam reabsorpsi dan sekresi dengan mengubah volume dan

komposisi ultrafiltrat sehingga terbentuk produk akhir, yaitu urine (Mary Baradero, 2008:5).

Nefron jukstamedular adalah nefron yang terletak di korteks renal sebelah dalam dekat medulla

(Arif Muttaqin, 2011:5). 

b.      Bagian – Bagian dalam Ginjal

Menurut Tarwoto (2009:314) ginjal terdiri dari 3 area yaitu:

1)        Korteks

Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah fibrosa sampai dengan lapisan

medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Semua glomerulus berada

di korteks dan 90% aliran darah menuju korteks.

2)         Medula

Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut pyramid ginjal

yang tersusun antara 8-18 buah.

3)        Pelvis

Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian bergabung menjadi

kalik mayor. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai

tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureter bagian

proksimal.  

     Untuk lebih jelasnya tentang bagian-bagian ginjal dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1Anatomi Ginjal

http://anfis-mariapoppy.blogspot.comc.      Fungsi Ginjal :  

Menurut Syaifuddin (2006:237) ginjal memilki beberapa fungsi, yaitu:

1)      Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan di ekskresikan oleh

ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat)

menyebabkan urine yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan

dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal.

2)      Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam

plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion

akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan

meningkatkan/mengurangi ekskresi ion-ion yang penting (misalnya Na, K, Cl, dan fosfat).

3)      Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Menurut Tarwoto (2009:318) Pengendalian

asam basa oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urin yang urin atau basa, melalui pengeluaran ion

hydrogen atau bikarbonat dalam urin.

4)      Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan, hasil

metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).

5)      Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin yang berperan penting

mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldosteron), membentuk eritropoiesis

mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).

Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D aktif)

yang diperlukan untuk mengabsorbsi ion kalsium di usus.

d.        Aliran darah di Ginjal dan Persarafan Ginjal

Menurut Arif Muttaqin (2011:6) ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per menit atau 21

% dari curah jantung. Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat secara terus-menerus menyesuaikan

komposisi darah. Dengan menyesuaikan komposisi darah, memastikan keseimbangan natrium,

klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan pH serta membuang produk-produk metabolisme urea.

Syaifuddin (2006:239) menjelaskan ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang

mempunyai percabangan arteria renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteria renalis

bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis

yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang

disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Disini

terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian

menjadi vena renalis mauk ke vena kava inferior.    

e.         Persyarafan Ginjal

Menurut Syaifuddin (2006:240) ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis

(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf

ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Diatas ginjal ini terdapat

kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan dua

macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormon kortison.

f.       Proses Pembentukan Urin

Menurut Syaifuddin (2006:239) ada 3 tahap dalam pembentukan urine, yaitu :

1)      Proses filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen lebih besar dari permukaan eferen maka

terjadi penyerapan darah. Sedangkan bagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali

protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air,

natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.

2)      Proses reabsorpsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan

ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi

pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan

natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian

bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya

dialirkan pada papilla renalis.

3)      Proses sekresi

Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal

selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.

Untuk lebih jelasnya tentang proses pembentukan urine dapat dilihat di gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2Nefron http://cresilda19.blogspot.com/

g)      Ureter

Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urine

dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih (Arif Muttaqin, 2011:17). Panjangnya 25-30 cm

dengan diameter 6mm. berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke 2 (Tarwoto,

2009:323).

Menurut Syaifuddin (2006:241) lapisan dinding ureter terdiri dari :

1)            Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2)            Lapisan tengah lapisan otot polos

3)            Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot polos

yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran

kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan

irama peristaltik ureter (Arif Muttaqin, 2011:17).

Menurut Arif Muttaqin (2011:17) kedua ureter merupakan kelanjutan dari pelvis ginjal

dan membawa urine ke dalam kandung kemih, khususnya ke area yang disebut trigon. Trigon

adalah area segitiga yang terdiri atas lapisan membran mukus yang dapat berfungsi sebagai katup

untuk menghindari refluks urine ke dalam ureter ketika kandung kemih berkontraksi (Mary

Baradero, 2008:5). Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum

kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa sentimeter

menembus kandung kemih yang disebut dengan ureter intramural.

h)     Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )

Kandung kemih berfungsi menampung urine  dari ureter dan kemudian mengeluarkannya

melalui uretra dalam mekanisme miksi/berkemih (Arif Muttaqin, 2011:18).

Menurut Tarwoto (2009:325) kapasitas maksimum kandung kemih pada oran dewasa

sekitar 300-450 ml, dan anak-anak antara 50-200 ml. Pada laki-laki kandung kemih berada

dibelakang simpisis pubis dan didepan rektum, pada wanita kandung kemih berada dibawah

uterus dan didepan vagina. Pada keadaan penuh akan memberikan rangsangan pada saraf aferen

ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher

kandung kemih, sehingga terjadi proses miksi. Fungsi utama dari ginjal adalah menampung urin

dari ureter dan kemudian dikeluarkan melalui uretra. Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan

jaringan, yaitu:

(1).       Lapisan paling dalam adalah mukosa yang menghasilkan mukus.

(2).       Lapisan submukosa adalah lapisan otot polos yang satu sama lain membentuk sudut disebut otot

detrusor.

(3).       Lapisan paling luar adalah serosa.

Untuk lebih jelasnya tentang anatomi kandung kemih dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2.3Vesikula Urinaria (Kandung Kemih)

Sumber (http://meladianmaulidah.blogspot.com)

i)        Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi

menyalurkan air kemih keluar. Uretra pada pria panjang uretra ± 20 cm, sedangkan pada

perempuan panjangnya ± 3-4 cm (Syaifuddin, 2006:246). Perbedaan panjang inilah yang

menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria. Uretra

dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan kandung kemih dan

uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior

(Arif Muttaqin, 2011:20). Adanya sfingter uretra interna yang dikontrol secara involunter

memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Pada pria saluran ini juga berfungsi sebagai

tempat menyalurkan air mani (Tarwoto,2009:327).

j)       Proses Berkemih

Menurut Tarwoto (2009:326) urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit, tetapi dapat

bervariasi antara 0,5-20 ml/menit. Aktivitas saraf parasimpatis meningkatkan frekwensi

peristaltik dan stimulasi simpatis menurunkan frekwensi. Banyaknya aliran urine pada uretra di

pengaruhi oleh adanya obstruksi Karena konstriksi ureter dan juga kontriksi arterior afferen yang

berakibat pada penurunan produksi urine, demikian juga pada adanya obstruksi ureter karena

batu.

Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pelvis , baik sensorik maupun motorik.

Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot detrusor. Normalnya spinter

interna pada leher kandung kemih berkontraksi. Sedangkan spinter eksterna dikontrol

berdasarkan kesadaran (volunter), dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat saraf

somatik.

Menurut Syaifuddin (2006:247) kontrol volunter ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang

menangani kandung kemih uretra, medulla spinalis dan otak, bila tidak maka terjadi

inkontinensia urine.

3.      Etiologi

Menurut Kartika S. W. (2013:183) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya

batu pada ginjal, yaitu :

a.       Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-50 tahun, dan

jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

b.      Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila jumlah air dan

kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak purin, oksalat (teh, kopi,

minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan

asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak).

Berapa penyebab lain adalah :

a.       Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti

pembentukan batu saluran kencing.

b.      Stasis obstruksi urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kencing.

c.       Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air

kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.

d.      Idiopatik (Arif Muttaqin, 2011:108)

4.     

Pathway Nefrotiliasis  Bagan 2.1 (http:// wormmoriss.blogspot.com)

Nefrotiliasis

Tindakan

NefrolithotomiPembedahan    konservatif

Luka terbukaAnestesi

Tidak adekuatKelemahan fisik

Ruang Pemulihan 

Luka sayatanInformasiRuang pemulihan                                                                                                             k

Perawatan diriKurangSel rusakPeristaltikOrganisme DientriAspirasiKurangnyaInflamasi

PengetahuanUsus menurunAspirasi                                        Oragnisme dientri                                            

EdemaBradikininCemasCerotaminMediatorResikoPenurunanSkret

Akumulasi             

Stimulasi resptorInfeksiNafsu makan

                                    Resiko                                                                                    

NyeriGangguanTak efektifnyaCompresi

NyeriJalan nafasNutrisi

                                   

5.         Patofisiologi

Menurut (http://alisarjunipadan.blogspot.com) batu terbentuk di traktus urinarius

ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat

meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti

sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi

laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan pasien.

Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan

tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis &

cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus

menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional

perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman

Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering

merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah

akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri

mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual

dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan

abdominal dapat terjadi.

Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:

a.       Teori inti (nucleus):

Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang sudah

mengalami supersaturasi.

b.      Teori matriks:

Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan kemungkinan

pengendapan kristal.

c.       Teori inhibitor kristalisasi:

Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah

atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.

Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung

dari PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks. Terdapat

beberapa jenis batu, di antaranya :

a.       Batu kalsium

Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus, dapat bercampur

antara kalsium dengan fosfat. Batu kalsium sering di jumpai pada orang yang mempunyai

kadar vitamin D berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid. Orang menderita kangker,

struke, atau penyakit sarkoidisis juga dapat menderita batu kalsium. Batu kalsium dapat di

sebabkan oleh:

1)      Hiperkalsiuria abortif:

Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi khusus yang berlebihan juga

pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid.

2)      Hiperkal siuria renalis:kebocoran pada ginjal

b.        Batu oksalat

Batu oksalat dapat disebabkan oleh

1)      Primer autosomal resesif

2)      Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.

3)      Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal, sindrom

malabsorbsi

c.       Batu asam urat

Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:

1)      Makanan yang banyak mengandung purin

2)      Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma

3)      Dehidrasi kronis

4)      Obat: tiazid, lazik, salisilat

d.      Batu sturvit

Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat infeksi, terbentuk

pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu sistin terjadi terutama

pada beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi sistin.

e.       Batu Sistin

Berbentuk kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urin.keadan ini

terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan

asam amino dimembran batas sikat tubulus proksimal meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin

dan lisin.

6.         Gambaran klinis

Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :

a.       Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada.

Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul

dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral.

b.      Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang

disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik (http://mantrinews.blogspot.com)

c.       Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta

ureter proksimal yang menyebabkan kolik.

d.      Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih:

demam dan menggigil.

e.       Gejala gastrointestinal, meliputi:

1)      Mual

2)      Muntah

3)      Diare (Nursalam, 2011:67)

7.         Komplikasi

Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari batu nefrolitiasis

adalah:

a.       Sumbatan: akibat pecahan batu

b.      Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

c.       Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan

batu ginjal

d.      Hidronefrosis (Susan Martin, 2007:727).

8.         Test Diagnostik

Menurut (http://mantrinews.blogspot.com) ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam

menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :

a.       Urin

1)      PH lebih dari 7,6

2)      Sediment sel darah merah lebih dari 90%

3)      Biakan urin

4)      Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

b.      Darah

1)      Hb turun

2)      Leukositosis

3)      Urium kreatinin

4)   Kalsium, fosfor, asam urat

c.       Radiologi

1)      Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu

2)      USG abdomen

3)      PIV (Pielografi Intravena)

4)      Sistoskpi (Mary Baradero, 2008:61)

9.          Penatalaksanaan

Menurut ((http://mantrinews.blogspot.com) penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:

a.       Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat dilarutkan

adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi simtomatik berusaha untuk

menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000

cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.

b.      Terapi mekanik (Litotripsi)

 Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa

tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu

alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock

Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan

menggunakan gelombang kejut.

c.       Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut).

Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini

bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut

tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap

abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan

yang dilakukan antara lain:

1)      Pielolititomi                          : jika batu berada di piala ginjal

2)      Nefrolithotomi/nefrektomi   : jika batu terletak didalam ginjal

3)      Ureterolitotomi                     : jika batu berada dalam ureter

4)      Sistolitotomi                         : jika batu berada di kandung kemih

B.        KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.         Pengkajian

Menurut Asmadi (2008:167) pengkajian merupakan tahap awal dari proses

keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status

kesehatan klien saat ini.

Menurut (http://www.dostoc.com) pengumpulan data pada klien dengan nefrolitiasis :

1)        Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, diagnose medis,

dan tanggal medis.

2)        Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini. Menurut (Arif

Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang.

Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.

Tabel  2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST

Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi Klinis

Provoking

Incident

Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri,

tetapi pada beberapa kasus di dapatkan bahwa pada

perubahan posisi secara tiba-tiba dari berdiri atau

berbaring berubah ke posisi duduk atau melakukan fleksi

pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri.

Quality of

pain

Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik

ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas

peristaltik otot polos system kalises ataupun ureter

meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari

saluran kemih. Peningkatan peristaltik tersebut

menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat

sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang

memberikan sensai nyeri. Nyeri non-kolik terjadi akibat

peregengan kapsul ginjal karena terjadi terjadi

hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Bila nyeri

 mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri diseluruh

area kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti

mual dan muntah. Diare dan ketidaknyamanan

abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat

dari reflex retrointestinal dan proksimitas anatomi ginjal

ke lambung, pankreas dan usus besar.

Region,

radiation,

relief

Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan

nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke

paha dan genetalia. Pasien merasa ingin berkemih,

namun hanya sedikit urine yang keluar dan

biasanyamengandung darah akibat aksi abrasive batu.

Keluhan ini disebut kolik ureteral. Nyeri yang berasal

dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita

ke bawah mendekati kandung kemih, sedangkan pada

pria mendekati testis.

Severity

(scale) of

pain

Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4

dan pasien akan menilai seberapa jauh yang dirasakan.

0= Tidak ada nyeri

1= Nyeri ringan

2= Nyeri sedang

3= Nyeri berat

4= Nyeri berat sekali/tak tertahan

Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada

pada posisi 3 di rentang 0-4 pengkajian skala nyeri.

Time Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala

timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga.

Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secara terus

menerus atau hilang timbul (intermiten). Tanyakan apa

yang sedang dilakukan pasien pada waktu gejala timbul.

Lama timbulnya (durasi), tentukan kapan gejala tersebut

pertama kali timbul dan usahakan menghitung

tanggalnya seteliti mungkin. Misalnya, tanyakan kepada

pasien apa yang pertama kali dirasakan tidak biasa atau

tidak enak

3)         Riwayat Kesehatan

Menurut (http://perawathati.blogspot.com) riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :

a)      Riwayat penyakit sekarang.

Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi,

memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.

b)      Riwayat penyakit dahulu.

Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. Menurut Kartika S. W.

(2013:137) kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,

gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah usus halus, bedah abdomen sebelumnya,

hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium, bikarbonat, alupurinol,

fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin D.

c)      Riwayat penyakit keluarga.

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.

d)     Riwayat Psikososial

Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.

Menurut Arif Muttaqin (2011:112) pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi

yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,

kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal pasien tentang

kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian

psikososialspiritual yang seksama.

2.      Pola-pola Fungsi Kesehatan

Menurut (http://perawathati.blogspot.com) pengkajian pola-pola fungsi kesehatan pada

pasien dengan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :

a.       Pola persepsi dan tata laksana hidup

Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga

kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.

b.      Pola nutrisi dan metabolisme

Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada

ginjal.

Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat atau

fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, terjadi abdominal, penurunan bising usus

(Kartika S. W., 2013:187).

c.       Pola aktivitas dan latihan

Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka

pada ginjal.0

d.      Pola eliminasi

Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya

sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.

e.       Pola tidur dan istirahat

Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya

penyakitnya.

f.       Pola persepsi dan konsep diri

Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana

dilakukan operasi.

g.      Pola sensori dan kognitif

Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.

h.      Pola reproduksi sexual

Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit

tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.

i.        Pola hubungan peran

Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.

j.        Pola penaggulangan stress

Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress

muncul.

k.      Pola nilai dan kepercayaan

Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.

3.      Pemeriksaan Fisik Fokus

Menurut Arif Muttaqin (2011:113) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasis didapatkan

adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat

dingin, dan lemah.

a.      Inspeksi

Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine, dan sering

miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.

b.      Palpasi

Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus dapat teraba

ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.

c.       Perkusi

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut

kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.

4.         Diagnosa Keperawatan

a.         Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal dan atau

insisi bedah (Susan M. T., 2007:727).

b.        Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,

iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi (Kartika S. W., 2013:189).

c.         Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah

efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin, 2011:116).

d.        Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (http://alisarjunipadan.blogspot.com)

e.         Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan pengobatan)

berhubungan dengan tidak adanya informasi (Mary Baradero, 2008:65).

5.         Intervensi

a.       Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal dan atau

insisi bedah (Susan M. T., 2007:727).

Tujuan                            : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil                  : Rasa nyeri teratasi,  menunjukkan fostur rileks.

Intervensi                       :

1)      Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.

Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan terjadi sumbatan kalkulus/batu atau

obstruksi aliran urine.

2)      Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.

Rasional : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke saluran yang sempit.

3)      Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa kolik renal.

Rasional : Kolik mengindikasikan pergerakan kalkulus.

4)      Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks

5)      Ajarkan teknik relaksasi/distraksi

Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena nyeri.

6)      Berikan obat anti nyeri/analgesik

Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri

b.      Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,

iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi (Kartika S. W., 2013:189).

Tujuan                            : Perubahan eliminasi urine teratasi

Kriteria hasil                 : Haematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi, rasa terbakar tidak ada, dorongan ingin berkemih

terus berkurang.

Intervensi                       :

1)      Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.

Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-tanda komplikasi misalnya infeksi, atau

perdarahan.

2)      Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.

Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan

berkemih segera.

3)      Dorong meningkatkan pemasukan cairan.

Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.

4)      Awasi pemeriksaan laboratorium.

Rasional :Peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.

c.         Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah

efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin, 2011:116).

Tujuan                            : Asupan klien terpenuhi.

Kriteria hasil                  : Klien mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat, pernyataan kuat untuk memenuhi

kebutuhan nutrisinya.

Intervensi :

1)      Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat badan, integritas

mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.

Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi.

2)      Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi) atau dengan

makan sedikit tapi sering.

Rasional :   Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki nutrisi.

3)      Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan

sesudah intervensi/pemeriksaan oral.

Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau obat yang dapat merangsang pusat

muntah.

4)      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.

Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan

kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik.

5)      Kolaborasi untuk pemberian anti muntah

Rasional : Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan meningkatkan kemauan asupan nutrisi dan

cairan peroral.

d.        Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (http://alisarjunipadan.blogspot.com).

Tujuan                            : Pengetahuan klien tentang penyakit baik.

Kriteria hasil                  : Klien akan membuka diri meminta Informasi.

Intervensi  :

1.      Observasi area post op dari tanda-tanda infeksi seperti kemerahan,nyeri,

panas,bengkak,adanya fungsiolesa.

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi saluran kemih dan sepsis.

2.      Monitor Tanda Tanda Vital

Rasional : Mengetahui perkembangan klien sehingga mengetahui rentang Suhu, nadi, respirasi dan

tekanan darah.

3.      Gunakan tehnik steril saat perawatan luka

Rasional : Mengurangi peningkatan jumlah mikroorganisme yang masuk.

4.      Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi dan perawatan luka

Rasinal : Meningkatkan informasi dan pengetahuan klien dan keluarga

5.      Kolaborasi medik pemberian antibiotik

Rasional : Antibiotik dapat Membunuh mikroorganisme

e.       Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan pengobatan)

berhubungan dengan tidak adanya informasi (Mary Baradero, 2008:65).

Tujuan                            : Memberikan informasi pasien dan keluarga

Kriteria Hasil                  :Pasien dan keluarga mampu memahami tentang proses penyakit, dan pengobatan.

6.         Implementasi

Menurut Nursalam (2011:127) Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana

intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifi. Tahap implementasi dimulai setelah rencana

intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan

yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yan spesifik dilaksanakan utuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari

implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan

memfasilitasi koping.

7.         Evaluasi

Menurut Zaidin Ali (2009:174) Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menentukan

nilai keberhasilan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan keperawatan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Marilyn E Doenges (Zaidin Ali, 2009:175) ada 3 komponen penting dalam

evaluasi keperawatan, yakni :

a.       Pengkajian Ulang

Pengkajian ulang merupakan pemantauan status klien yang konstan dengan melihat respons

klien terhadap intervensi keperawatan dan kemajuan kearah pencapaian hasil yang

diharapkan dan dilaksanakan terus menerus sampai klien pulang dari rumah sakit/sembuh.

b.      Modifikasi rencana keperawatan

Hasil pengkajian ulang merupakan informasi yang sangat penting dalam memodifikasi

rencana keperawatan. Apabila telah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasar, seperti udara, air,

makanan, dan keamanan, asuhan keperawatan beralih ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya

harga diri. Apabila kebutuhan dasar belum terpenuhi, kebutuhan dasar dipenuhi dahulu dan

kebutuhan yang lebih tinggi ditunda.

c.        Penghentian pelayanan

Apabila hasil yang diharapkan telah tercapai dan tujuan yang lebih luas telah terpenuhi,

penghentian pelayanan keperawatan dapat direncanakan. Akan tetapi, hal ini agak sulit bagi

pemecah masalah yang lama, misalnya perubahan nutrisi. Apabila penghentian pelayanan

keperawatan selesai, perhatian pelayanan berfokus pada kemandirian klien dalam mengatasi

masalah sendiri.

           Ada dua macam evaluasi keperawatan, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

a.      Evaluasi formatif, yakni hasil observasi/pengamatan dan analisis perawat terhadap respons

klien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan atau sesudahnya.

b.      Evaluasi sumatif, yaitu rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis status

kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan. Kesimpulan evaluasi

sumatif menunjukkan adanya perkembangan kesehatan klien atau adanya masalah baru.

 Daftar PustakaAli, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.Baradero, Mary et al. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.