askep nefrolitiasis

33
Askep Nefrolitiasis Nefrolitiasis (Batu Ginjal) DEFINISI Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan batu di dalam ginjal. (1 ETIOLOGI Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. (3) Faktor intrinsik antara lain : 1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. 2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun 3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan Faktor ekstrinsik diantaranya adalah : 1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt. 2. Iklim dan temperatur 3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi.

Upload: tisri-yolandari

Post on 03-Jan-2016

532 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Nefrolitiasis

Askep Nefrolitiasis

Nefrolitiasis (Batu Ginjal)

DEFINISI

Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan batu di dalam ginjal. (1

ETIOLOGI

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,

gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum

terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah

terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu

keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari

lingkungan di sekitarnya.(3)

Faktor intrinsik antara lain :

1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien

perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.

2. Iklim dan temperatur 3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang

dikonsumsi.4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau

kurang aktifitas atau sedentary life.(3)

EPIDEMIOLOGI

Page 2: Askep Nefrolitiasis

Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita batu saluran kemih yang

ditemukan diberbagai negara di Eropa. Berbeda dengan eropa, di negara-negara berkembang penyakit

batu ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir.(1)

EFEK BATU PADA SALURAN KEMIH

Ukuran dan letak batu biasanya menentukan perubahan patologis yang terjadi pada traktus

urinarius : (4)

a. Pada ginjal yang terkena

Obstruksi Infeksi Epitel pelvis dan calis ginja menjadi tipis dan rapuh. Iskemia parenkim. Metaplasia

b. Pada ginjal yang berlawanan

Compensatory hypertrophy Dapat menjadi bilateral

GAMBARAN KLINIS

Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala berupa

obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada penderita batu ginjal

antara lain : (1)

1. Tidak ada gejala atau tanda2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik4. Pielonefritis dan/atau sistitis5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing6. Nyeri tekan kostovertebral7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan8. Gangguan faal ginjal.

Page 3: Askep Nefrolitiasis

DIAGNOSIS

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal perlu

didukung dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk menentukan

kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.

A. Anamnesis

Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset

kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri

ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama

sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang sama.(5)

B. Pemeriksaan Fisik

Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea. Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan

hidronefrosis. Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi urin. Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan urosepsis.

(5,3)

C. Pemeriksaan penunjang

- Radiologi

Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk berbagai

jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya

adalah jenis batu asam urat murni.

Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal

bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,

Page 4: Askep Nefrolitiasis

sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi

intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek

pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung

batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi

retrograd. (1)

Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada

keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang

sedang hamil (3). Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan

ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu selama tindakan

pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu (1).

- Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang adanya

batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan penyebab batu.(1)

PENATALAKSANAAN

1. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi simtomatik berusaha

untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian

diuretik.

2. Litotripsi

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa

tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu

alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock

Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan

menggunakan gelombang kejut.

Page 5: Askep Nefrolitiasis

3. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila

cara non-bedah tidak berhasil.(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.

2. Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com. Last update : Januari 2008.

3. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional republik Indonesia. 2003. 62-65.

4. Webmaster. Renal Calculus. Diunduh dari : http://www.icm.tn.gov.in. Last update : November 2007.

5. Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York : Lange Medical Book. 2004. 256-283.

danya 2.Ga mudah tersinggung 3.Ga mudah marah 4.Sedikit pencuek

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP NEFROLITIASIS

A.Defenisi

            Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan

urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada

adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi

subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.

            Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut

dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan

sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah

jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit

ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief,

“Kapita Selekta Kedokteran” Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)

Page 6: Askep Nefrolitiasis

            Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium

oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk

kalkulus ( batu ginjal ).

B.Etiologi

Banyak faktor yang sering menjadi predisposisi timbulnya batu :

1. Faktor Endogen

a. Faktor genetik familial pada hiper sistinuria

Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino di membran

batas sikat tubuli proksimal.

b. Faktor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer.

2. Faktor eksogen

a. Infeksi

Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH

uriun menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan mempercepat

pembentukan batu yang telah ada.

b. Obstruksi dan statis urin

Mempermudah terjadinya infeksi

c. Jenis kelamin

Lebih banyak ditemukan pada laki-laki

d. Ras

e. Keturunan

f. Air minum

g. Pekerjaan

h. Makanan

i. Suhu

            Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium

oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat

defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine.

Page 7: Askep Nefrolitiasis

Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan

pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).

C.Patofisiologi

            Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran

bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar

kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu,

mencakup infeksi, statis urine, periode immobilitas. Factor-faktor yang mencetuskan

peningkatan konsentrasi kalsium dalam darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu

kalsium.

WOC

Page 8: Askep Nefrolitiasis

D.Manifestasi klinik

Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema.

Ketika betu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan

hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi dan sistisis yang disertai

menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu,

jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal.

Sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan.

Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea

konstovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Batu yang terjebak diureter menyebabkan

gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien

merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung

darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan

gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.

E. Komplikasi

Page 9: Askep Nefrolitiasis

Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik

sebagian atau total.

Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh :

1. Sempurnanya obstruksi

2. Lamanya obstruksi

3. Lokasi obstruksi

4. Ada tidaknya infeksi

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara lain :

1. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan organisme

maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita

2. Meningkatkan tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran kemih

berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.

3. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.

F. Diagnostik Test

1. Klinik

a. Jumlah batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan

b. Derajat kerusakan ginjal

c. Riwayat keluarga

d. Analisa batu

e. Tanda dan gejala penyakit penyebab :

1) Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis.

2) Asidosis Tubuler Renalis ; langkah terhuyung – huyung, sakit pada tulang.

3) Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum.

4) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget, imobilisasi, kelebihan

vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan alkali dan penyakit khusus.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Urinalisis

b. Hematuria

c. Piuria

d. Kristalisasi

Page 10: Askep Nefrolitiasis

e. bakteriologi

f. Kerangka kerja metabolic

g. Darah

h. Urine

i. Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi

j. Status batu

3. Pemeriksaan Radiologi

a. Pielografi ( IVP)

b. Pieolgrafi retrograd

c. U S G

d. Tomografi

e. CT- Scan

G. Penatalaksanaan

1. Terapik medik dan simtomatik

a. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu

b. Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang terjadi

menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan minum berlebihan disertai

diuretikum bendofluezida 5 – 10 mg/hr.

2. Terapi mekanik

E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy

3. Terapi pembedahan

Jika tidak tersedia alat litotriptor

H. Pencegahan

Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi dalam

melaksanakan perawatan dan pengobatan.

Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :

1. Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus

dikoreksi

2. Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu

Page 11: Askep Nefrolitiasis

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara

perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal.

(Suyono, Slamet, Dr, Prof, SPDO, KG, “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta,

2001)

A).        Pengkajian

1.   Identitas

Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,

alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.

2.   Keluhan Utama

Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang

menggangu  saat ini.

3.   Riwayat Kesehatan Sekarang

Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi,

memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.

4.   Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu

Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.

5.   Riwayat Kesehatan Keluarga

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.

6.   Riwayat psikososial

Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan

bagaimana perawat secara umum.

B).    Pola-pola Fungsi Kesehatan

1.      Pola persepsi dan tata laksana hidup

      Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga

kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.

2.      Pola nutrisi dan metabolisme

      Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada

ginjal.

Page 12: Askep Nefrolitiasis

3.      Pola aktivitas dan latihan

      Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada

ginjal.

4.      Pola eliminasi

      Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya

sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.

5.      Pola tidur dan istirahat

      Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya.

6.      Pola persepsi dan konsep diri

      Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana

dilakukan operasi.

7.      Pola sensori dan kognitif

      Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.

8.      Pola reproduksi sexual

      Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit

tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.

9.      Pola hubungan peran

      Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.

10.  Pola penaggulangan stress

Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress

muncul.

11.  Pola nilai dan kepercayaan

Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.

(Handerson, M.A, “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta, 1991)

C).    Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan Umum

-          Klien biasanya lemah.

-          Kesadaran komposmetis.

-          Adanya rasa nyeri.

2.      Kulit

Page 13: Askep Nefrolitiasis

-       Teraba panas.

-       Turgor kulit menurun.

-       Penampilan pucat.

3.      Pernafasan

-       Pergerakan nafas simetris.

4.      Cardio Vaskuler

-       Takicardi.

-       Irama jantung reguler.

5.      Gastro Intestinal

-       Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.

6.      Sistem Integumen

-       Tampak pucat.

7.      Geneto Urinalis

-       Dalam BAK produksi urin tidak normal.

-       Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

Pemeriksaan Penunjang

1.      Urin lengkap, darah lengkap.

2.      Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi yang disebabkan oleh obstruksi.

3.      Pemeriksaan IVP

D).     Diagnosa Keperawatan

Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :

1.         Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan.

2.         Nutrisi kurang berhubungan dengan in take in adekuat.

3.         Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya.

4.         Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.

5.         Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral.

E).   Perencanaan

Page 14: Askep Nefrolitiasis

1.   Nyeri berhubungan dengan  proses inflamasi jaringan.

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang dalam waktu 2 x 24 jam.

KH : - Perasaan nyeri berkurang.

-    Klien tampak tenang.

Rencana tindakan

1.         Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri.

2.         Kaji tingkat nyeri.

3.         Alihkan perhatian klien pada hal yang positif

4.         Observasi TTV.

5.         Kolaborasi dengan tim dokter.

Rasional

-             Klien mengerti akan proses terjadinya atau timbulnya penyakitnya.

-             Mengetahui tingkat nyeri.

-             Untuk mengurangi rasa nyeri.

-             Mengetahui keadan umum pasien.

-             Untuk membantu memberikan terapi.

F).   Pelaksanaan atau Implementasi

Tahapan dalam melakukan sesuatu yang telah direncanakan dan untuk melakukan perencanaan

tersebut harus ada pelaksanaan.

G).  Evaluasi

Tahapan akhir untuk mengakhiri dalam suatu diagnosa perencanaan dan sampai pelaksanaan

apakah ada hasil atau tetap.

DAFTAR PUSTAKA

1.   Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran 

EGC, Jakarta.

2.   Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.

Lihat profil lengkapku

Page 15: Askep Nefrolitiasis

Askep Nefrolitiasis

I.          Pengertian

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)

II.       Penyebab / Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan

gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,

dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap

(idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang

mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang.

Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari

tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal

dari lingkungan di sekitarnya.(3)

Faktor intrinsik antara lain :

1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak

dibandingkan dengan pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

Page 16: Askep Nefrolitiasis

1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.

2. Iklim dan temperatur3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral

kalsium pada air yang dikonsumsi.4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah

terjadinya batu.5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang

pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.(3)

-       Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, asidosis tubulus

renal, mieloma multiple.

-       Dehidrasi kronik.

-       Imobilitas yang lama.

-       Metabolisme purin ab normal (hiperuri semia dan pirai).

-       Obstruksi kronik oleh benda asing di dalam traktus urinarius dan kelebihan absorbsi oksalat

pada penyakit inflamasi usus atau ileastomi.

(Mansjoer Arief, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI,

Jakarta, 2000)

C. PATOFISIOLOGI

Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca oksalat,kalsium

fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi

tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang

mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan pasien.

Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik

dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil,

demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada,

menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan

nyeri luar biasa dan tak nyaman

Page 17: Askep Nefrolitiasis

Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin

berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu.

Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri

tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami

kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.

Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:

a. Teori inti (nucleus):

Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang sudah mengalami

supersaturasi.

b. Teori matriks:

Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan kemungkinan pengendapan

kristal.

c. Teori inhibitor kristalisasi:

Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau

absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.

Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung dari PH urine,

kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks.

Terdapat beberapa jenis batu, di antaranya :

a. Batu kalsium

Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus, dapat bercampur antara

kalsium dengan fosfat. Batu kalsium sering di jumpai pada orang yang mempunyai kadar vitamin D

berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid. Orang menderita kangker, struke, atau penyakit

sarkoidisis juga dapat menderita batu kalsium

Batu kalsium dapat di sebabkan oleh:

- Hiperkalsiuria abortif:

Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi khusus yang berlebihan juga pengaruh

vitamin D dan hiperparatiroid.

- Hiperkal siuria renalis: kebocoran pada ginjal

b. Batu oksalat dapat disebabkan oleh

- Primer autosomal resesif

Page 18: Askep Nefrolitiasis

- Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.

- Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal, sindrom malabsorbsi

c. Batu asam urat

Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:

- Makanan yang banyak mengandung purin

- Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma

- Dehidrasi kronis

- Obat: tiazid, lazik, salisilat

d. Batu sturvit

Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat infeksi, terbentuk pada urin

yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu sistin terjadi terutama pada beberapa pasien

yang mengalami defek absorbsi sistin.

e. Batu Sistin

Berbentuk kristal kekuningan . timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urin.keadan ini terjadi pada

penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino

dimembran batas sikat tubulus proksimal meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin dan lisin

Kelainan dengan adanya batu ginjal mungkin adanya gejala-gejala seperti perasaan nyeri pada

epigastrium dan kelihatan ada benjolan yang menonjol dalam perut, pada benjolan yang ada

dalam tersebut karena adanya batu ginjal atau benda asing di area di mana kalkulus dapat

menyumbat sistem urinarius, manifestasi klinis yang muncul bergantung pada area obstruksinya,

batu yang terpecah dapat menyumbat aliran urin menyebabkan nyeri hebat dan melukai ginjal.

Batu ginjal mungkin menyebabkan :

-       Nyeri dengan adanya inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus urinarius.

-       Adanya terjadi kekambuhan pada batu renal.

Ukuran dan letak batu biasanya menentukan perubahan patologis

yang terjadi pada traktus urinarius : (4)

a. Pada ginjal yang terkena

Obstruksi Infeksi

Page 19: Askep Nefrolitiasis

Epitel pelvis dan calis ginja menjadi tipis dan rapuh. Iskemia parenkim. Metaplasia

b. Pada ginjal yang berlawanan

Compensatory hypertrophy Dapat menjadi bilateral

GAMBARAN KLINIS

Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.

Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan

tanda yang dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain : (1)

1. Tidak ada gejala atau tanda2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik4. Pielonefritis dan/atau sistitis5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing6. Nyeri tekan kostovertebral7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan8. Gangguan faal ginjal.

9. C. Pemeriksaan penunjang

10. - Radiologi

11. Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat

radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga

dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang

ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam

urat murni.

Page 20: Askep Nefrolitiasis

12. Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah

cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto

dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di

depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari

penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu

ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu

radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan

defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang

menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak

berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal

ini perludilakukan pielografi retrograd. (1)

13. Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin

menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan;

alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun

dan pada wanita yang sedang hamil (3). Pemeriksaan USG

dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat

ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini

juga dipakai unutk menentukan batu selama tindakan

pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu (1).

14. - Laboratorium

15. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari

kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di

saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan

penyebab batu.(1)

Page 21: Askep Nefrolitiasis

IV.    Komplikasi

-       Infeksi dan obstruksi.

-       Urotiliasis.

-       Kerusakan fungsi ginjal.

-       Gagal ginjal akut.

-       Gagal ginjal kronis.

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal.

(Suyono, Slamet, Dr, Prof, SPDO, KG, “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta, 2001)

A).        Pengkajian1. Identitas

Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu saat ini.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.

4. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu

Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.

6. Riwayat psikososial

Page 22: Askep Nefrolitiasis

Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.

B). Pola-pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup

Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal.

3. Pola aktivitas dan latihan

Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.

4. Pola eliminasi

Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau

bagu ginjal dalam perut, BAK normal.

5. Pola tidur dan istirahat

Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya.

6. Pola persepsi dan konsep diri

Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan

operasi.

7. Pola sensori dan kognitif

Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.

8. Pola reproduksi sexual

Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada

gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.

Page 23: Askep Nefrolitiasis

9. Pola hubungan peran

Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.

10. Pola penaggulangan stress

Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul.

11. Pola nilai dan kepercayaan

Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.

(Handerson, M.A, “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta, 1991)

C). Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

- Klien biasanya lemah.

- Kesadaran komposmetis.

- Adanya rasa nyeri.

2. Kulit

- Teraba panas.

- Turgor kulit menurun.

- Penampilan pucat.

3. Pernafasan

- Pergerakan nafas simetris.

Page 24: Askep Nefrolitiasis

4. Cardio Vaskuler

- Takicardi.

- Irama jantung reguler.

5. Gastro Intestinal

- Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.

6. Sistem Integumen

- Tampak pucat.

7. Geneto Urinalis

- Dalam BAK produksi urin tidak normal.

- Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

Pemeriksaan Penunjang

1. Urin lengkap, darah lengkap.

2. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi yang disebabkan oleh obstruksi.

3. Pemeriksaan IVP

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.

2. Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com. Last update : Januari 2008.

3. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional republik Indonesia. 2003. 62-65.

4. Webmaster. Renal Calculus. Diunduh dari :http://www.icm.tn.gov.in. Last update : November 2007.

Page 25: Askep Nefrolitiasis

5. Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York : Lange Medical Book. 2004. 256-283

6. Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku

Kedokteran  EGC, Jakarta.

7. 2.   Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC,

Jakarta.