laporan pendahuluan masterplan
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
1/106
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
2/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
i
Sesuai dengan perjanjian kontrak antara Pengguna Jasa pekerjaan ini adalah Kuasa
Pengguna Anggaran Bidang Permukiman dan Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Kota
Cimahi dengan PT. Secon Dwitunggal Putra tentang Pekerjaan Master Plan Drainase di
Kota Cimahi, maka kami melaporkan :
LAPORAN PENDAHULUAN
Dalam laporan ini diuraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, gambaran umum
daerah pekerjaan, survey pendahuluan dan tinjauan kondisi awal, pendekatan metodologi
dan program kerja.
Demikian Laporan ini disampaikan untuk memberikan gambaran mengenai tahap-tahap
awal pekerjaan, saran dan masukan dari direksi pekerjaan diharapkan dapat
menyempurnakan laporan ini.
Bandung, Oktober 2011PT. SECON Dwitunggal putra
DRS. Radjulaini , MPd
Team Leader
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
3/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
ii
KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I-1
1.1.1 Maksud dan Tujuan I-2
1.1.2 Sasaran I-2
1.2 Waktu pelaksanaan I-2
1.3 Nama Organisasi Pengguna Jasa I-3
1.4 Lokasi Pekerjaan I-3
1.5 Lingkup Kegiatan I-3
1.6 Sistematika Penyajian Laporan I-4
BAB II. APRESIASI WILAYAH KAJIAN
2.1 Wilayah Administratif Cimahi II-1
2.2 Kondisi Fisik Kota Cimahi II-3
2.2.1 Geologi II-3
2.2.2 Kondisi Topografi II-3
2.2.3 Kondisi Hidrologi II-4
2.2.4 Iklim dann Curah Hujan II-52.3 Tata Guna Lahan II-5
2.4 Kondisi Prasarana dan Sarana Jalan II-5
2.5 Kependudukan II-6
2.5.1 Penduduk Tetap II-6
2.5.2 Penduduk Pendatang II-6
2.6 Sosial II-12
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
4/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
iii
2.6.1 Pendidikan II-13
2.6.2 Kesehatan II-18
2.6.3 Agama II-20
2.7 Pertanian II-23
2.7.1 Batas kegiatan pertanian II-23
2.7.2 Konsep dan Definisi II-23
2.8 Pertanian Tanaman Pangan II-25
2.9 Peternakan II-25
2.10 Perikanan II-26
BAB III. SURVEY PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Umum III-1
3.2 Rekap Hasil Koordinasi dan Arahan III-1
3.3 Batas-batas Daerah Perencanaan III-2
3.4 Identifikasi dan Inventarisasi Permasalahan Umum dan
Spesifik Lokasi III-3
3.5 Permasalahan Kawasan Perkotaan Sumedang III-4
3.6 Alternatif Solusi III-18
3.6.1 Pendekatan Umum III-18
3.6.2 Kriteria Teknis III-20
3.6.3 Penyusunan Alternatif Solusi III-21
BAB IV. Pendekatan Metodologi
4.1 Penerapan Eko-Hidraulik dalam Perencanaan Drainase IV-1
4.1.1 Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase IV-1
4.1.2 Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul IV-2
4.1.3 Drainase Ramah Lingkungan IV-2
4.1.4 Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik IV-5
4.1.4.1 Penggunaan Vertiver grass IV-6
4.1.4.2 Penggunaan Ipoema carnia IV-6
4.1.4.3 Penggunaan Bambusa (bambu) IV-7
4.1.4.4 Kombinasi antara bambu, Vertiver dan Ipoema IV-7
4.1.4.5 Penggunaan batang pohon yang tidak teratur IV-7
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
5/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
iv
4.1.4.6 Gab. batang dan ranting pohon membujur IV-8
4.1.4.7 Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu IV-8
4.1.4.8 Pagar datar IV-8
4.1.4.9 Penutup tebing IV-8
4.1.4.10 Tanaman tebing IV-9
4.1.4.11 Penanaman tebing IV-9
4.1.4.12 Tanaman antara pasangan batu kosong IV-9
4.1.4.13 Krib penahan arus IV-9
4.2 Alur Kegiatan IV-10
4.3 Pekerjaan Pendahuluan IV-12
4.4 Pendekatan Metode Survey dan Investigasi IV-16
4.5 Kegiatan Survey dan Investigasi IV-18
4.5.1 Survey Hidrologi-Hidrometri IV-18
4.5.2 Survey Sosial Ekonomi dan Budaya IV-20
4.6 Analisa Data Investigasi IV-20
4.6.1 Analisa Hidrologi IV-21
4.6.2 Analisa Sosial Ekonomi IV-25
4.7 Kegiatan Perencanaan Drainase IV-26
4.7.1 Sistem Jaringan Drainase IV-26
4.7.2 Kebutuhan Struktur Bangunan air
(Bangunan Drainase) IV-28
4.7.3 Perhitungan Debit dan Dimensi Saluran Drainase IV-28
4.8 Diskusi/Presentasi IV-31
4.9 Diskusi/Presentasi IV-33
BAB V. Program Kerja
5.1 Bagan Alir Pekerjaan V-1
5.2 Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan V-1
5.3 Struktur Organisasi Pekerjaan V-1
5.4 Penugasan Personil V-2
5.5 Peralatan Yang Digunakan V-2
5.5.1 Fasilitas Kantor V-2
5.5.2 Peralatan Kantor V-2
5.5.3 Peralatan Survey Lapangan V-3
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
6/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
v
5.5.4 Kendaraan Proyek V-3
5.6 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan V-3
BAB VI. Pelaporan VI-1
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
7/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
vi
Tabel 2.1 luas Wilayah dan Kepadatan di Kota cimahi II-8
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio di kota Cimahi II-9
Tabel 2.3 Proyeksi Penduduk menurut kelompok umur di Kota Cimahi II-9
Tabel 2.4 Jumlah TK, Kelas dan siswa menurut Kelompok
di Kota Cimahi II-13
Tabel 2.5 Jumlah SD, siswa Negeri dan swasta Menurut kelas
di Kota Cimahi II-14
Tabel 2.6 Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Siswa Negeri dan swasta
Menurut kelas di Kota Cimahi Cimahi II-15
Tabel 2.7 Jumlah SLTP, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi II-16
Tabel 2.8 Jumlah SMU,Siswa Menurut Kelasa di kota Cimahi II-16
Tabel 2.9 Jumlah SMK, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi II-17Tabel 2.10 Jumlah Rumah Sakit Menirit Kecamatan di Kota Cimahi II-19
Tabel 2.11 Jumlah Puskesmas dan Balai Pengobatan di Kota Cimahi II-19
Tabel 2.12 Jumlah Sarana Peribadatan Agama Kristen Protestan, Katolik,
Hindu dan Budha di kota Cimahi II-21
Tabel 2.13 Jumlah pemeluk Agama Menurut Kecamatan di Kota cimahi II-22
Tabel 2.14 Jumlah Pondok pesantren dan santri menurut Kecamatan
di Kota Cimahi II-22
Tabel 2.15 Luas Areal tempat Pemeliharaan Ikan (ha) di kota Cimahi II-26
Tabel 4.1 Kebutuhan Data dan Peta IV-15
Tabel 4.2 Kebutuhan Data Sekunder dari Daerah IV-15
Tabel 4.3 Metode dan Investigasi IV-17
Tabel 4.4 Syarat pemilihan Distribusi IV-22
Tabel 4.5 Nilai Yn dan Sn IV-23
Tabel 4.6 Nilai Ytr Berbagai Periode Ulang IV-23
Tabel 4.7 Tempat Diskusi / Presentasi IV-34
Tabel 5.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan V-4
Tabel 6.1 Produk yang diserahkan VI-2
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
8/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
vii
Gambar 2.1 Peta Lokasi Kajian I-2
Gambar 2.2 Grafik Presentase Luas Wilayah Kota Cimahi II-8
Gambar 2.3 Grafik Jumlah Penduduk Kota Cimahi II-10
Gambar 2.4 Grafik Proyeksi Penduduk menurut Jenis kelamin
di Kota Cimahi II-11
Gambar 2.5 Grafik Proyeksi Penduduk menurut kecamatan
di Kota Cimahi II-11
Gambar 2.6 Proyeksi Penduduk menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin II-12
Gambar 3.1 Citra Google Earth Daerah Perkotaan Cimahi III-3
Gambar 3.2 Drainase dijalan Melong drainase tertutup sedimen sampah III-3
Gambar 3.3 Drainase rusak di sekitar daerah Melong dan tertutup sedimen III-4
Gambar 3.4 Sungai yang tertutup sedimen sehingga air menjadi tinggi III-4
Gambar 3.5 Drainase di sekitar Cibeureum yang di aliri air limbah III-6
Gambar 3.6 Saluran Drainase yang tertutup sampah di daerah Cibeureum III-6
Gambar 3.7 Saluran drainase tertutup di bawah fly Over Cimindi III-7
Gambar 3.8 Drainase di sekitar Cimindi yang tertutup sedimen dan sampah III-8
Gambar 3.9 Gorong-gorong di bawah Fly Over Cimindi yang tertutup sampah III-8
Gambar 3.10 Dimensi Gorong-gorong yang kecil dan tertutup sampah
di sekitar Cimindi III-8
Gambar 3.11 Drainase tertutup sedimen, sampah dan batu III-9
Gambar 3.12 Saluran Drainase di daerah Cibaligo III-10
Gambar 3.13 Dimensi saluran yang tidak memadai di sekita Cibaligo III-10
Gambar 3.14 Drainase yang menempel dengan rumah warga serta
tertutup sedimen III-11
Gambar 3.15 Drainase di daerah Cihanjuang dan tertutup sampah III-11
Gambar 3.16 Pada tanggal 22 oktober di Cihanjuang terjadi banjir akibat hujan
yang cukup besar serta dimensi saluran yang tidak memadai III-12
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
9/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
viii
Gambar 3.17 Akibat dimensi yang tidak memadai air meluap dan menggenang
di jalan III-12
Gambar 3.18 Hujan yang cukup deras menggenangi jalan di bawah
fly over Cimindi III-13
Gambar 3.19 Debit air yang cukup besar di salah satu saluran drainase
di sekitar Cimindi III-14
Gambar 3.20 Akibat air meluap ke jalan aktivitas terganggu sehingga
mengakibatkan kemacetan III-14
Gambar 3.21 Drainase di Cisangkan yang tertutup sedimen dan batu III-14
Gambar 3.22 Sedimen dan sampah yang cukup tebal menghambat aliran air III-15
Gambar 3.23 Saluran yang rusak akibat kurangnya pemeliharaan III-15
Gambar 3.24 Saluran yang tetutup sampah di wilayah Leuwi gajah III-16
Gambar 3.25 Saluran yang menuju sungai dengan dimensi yang kecil
dan tertutup material III-16
Gambar 3.26 Embung Leuwi gajah III-17
Gambar 3.27 Pencatatan hasil survey lapangan dan pengambilan
koordinat dengan menggunakan GPS III-17
Gambar 3.28 Koordinasi pada saat survey lapangan III-18
Gambar 3.29 Pendekatan umum penyusunan alternatif solusi III-19
Gambar 3.30 Mekanisme kerja, berpikir dan penyusunan alternatif solusi dan
penyusunan Master Plan Drainase Di Kota Cimahi III-22
Gambar 4.1. Ilustrasi alur air hujan di rumah IV -4
Gambar 4.2. Bagan Alir pekerjaan IV -12
Gambar 4.3 Urutan Kegiatan Analisis Hidraulik IV -30
Gambar 5.1. Alur Pelaksanaan Pekerjaan (1) V -5
Gambar 5.2. Alur Pelaksanaan Pekerjaan (2) V -6
Gambar 5.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan V -7
Gambar 5.4. Struktur Organisasi Pekerjaan V -8
Gambar 5.5. Jadwal Penugasan Personil V -9
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
10/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
I - 1
1.1. Latar Belakang
ota Cimahi terletak 10 KM di sebelah barat Kota Bandung sebagai ibu kota Propinsi
Jawa Barat. Kota Cimahi terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Cimahi
utara, Kecamatan Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan dengan ketinggian 730 m
diatas permukaan laut, topografi bergelombang dan kemiringan antara 0-15% hampir seluruh
wilayah kota. Hanya tiga kelurahan yang mempunyai kemiringan lebih dari 15% yaitu
kelurahan Cipageran, Padasuka dan Cibeber.
Kota Cimahi mempunyai enam sungai alam yang mengalir dari arah utara ke selatan. Sungai-
sungai tersebut terdapat pada wilayah bagian timur sampai ke barat, yang meliputi Sungai
Cibeureum, Sungai Cilember, Sungai Mancong, Sungai Cimahi, Sungai Cisangkan dan Sungai
Cisasak. Keseluruhan sungai mempunyai daerah pengaliran sungai (DPS) tersendiri yang
bermuara di Sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut melalui kawasan permukiman hingga
kawasan industri. Daerah persawahan yang sebelumnya ada, saat ini sudah mulai terkonversi
oleh bangunan-bangunan permukiman dan lain-lain seiring dengan perkembangan kota dan
pertumbuhan penduduk yang memerlukan lahan untuk ditempati. Lebih jauh, dengan
terjadinya alih fungsi sawah menjadi area terbangun, telah menyebabkan alih fungsi saluran
irigasi menjadi saluran drainase yang tentunya memiliki prinsip pengaliran yang berlawanan.
Penduduk Kota Cimahi yang setiap tahunnya bertambah tentunya membutuhkan peningkatansarana dan prasarana yang berakibat terhadap perubahan tata guna dan tutupan lahan.
Tutupan lahan dengan perekerasan semakin meningkat karena peningkatan jumlah pemukiman
yang cenderung mengurangi infiltrasi air hujan atau meningkatkan limpasan permukaan (run
off). Perubahan sifat dan karakteristik aliran permukiman ini tentunya harus diikuti dengan
penyesuaian prasarana drainase. Banyaknya konversi lahan yang tidak diikuti dengan
penanganan drainase yang tepat dan berwawasan lingkungan telah menimbulkan banyak
masalah belakangan ini. Konsep drainase yang hanya bertujuan untuk mengalirkan air hujan
secepatnya telah mengakibatkan banyaknya lokasi banjir berikut peningkatan banjir di
beberapa kawasan. Lebih jauh, konsep ini telah menyebabkan berkurangnya resapan air tanah
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
11/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
I - 2
yang secara langsung mengancam kelestarian air tanah dan menyebabkan kekeringan. Sistem
drainase yang berwawasan lingkungan menggunakan konsep peningkatan waktu tinggal air
hujan yang jatuh di darat semaksimum mungkin berada di daratan. Usaha yang dilakukan
untuk peningkatan waktu tinggal air hujan di daratan adalah dengan meningkatkan inflitrasi,
perkolasi dan mengurangi debit limpasan air hujan. Meskipun demikian konsep drainase
berwawasan lingkungan harus tetap mampu menjalankan fungsi drainase Pengentasan
masalah banjir tentunya tidak bisa hanya diselesaikan tempat per tempat secara parsial. Untuk
mengatasi permasalahan saluran ini harus dibuat suatu perencanaan yang menyeluruh dan
terintegrasi agar tidak terjadi pemindahan masalah banjir dari satu tempat ke tempat yang
lain. Dalam rangka penyelesaian masalah banjir dan penertiban drainase di seluruh kawasan di
Kota Cimahi, pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Pekerjaan Umum selaku instansi teknis
pelaksanaan pembangunan fisik di Kota Cimahi akan membuat masterplan drainase yang
mencakup pekerjaan perencanaan drainase yang menyeluruh dan terintegrasi di seluruh
wilayah kota berikut rencana teknis pelaksanaannya.sebagai pencegah terjadinya genangan
dan banjir.
1.1.1. Maksud dan Tujuan
Maksud : Maksud dari pekerjaan ini adalah sebagai petunjuk bagi Konsultan Perencana yang
memuat azas, kriteria dan proses yang harus dipenuhi, diperhatikan dan
diinterpretasikan di dalam melaksanakan tugas pekerjaan ini.
Tujuan : Tujuannya adalah membuat suatu masterplan drainase sebagai referensi dalam
perencanaan detail teknis drainase Kota Cimahi. Di beberapa lokasi prioritas
akan dilakukan Detail Engineering Design teknis (DED).
1.1.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah secara khusus untuk mengatasi banjir dan secara umum sebagai
bagian dari upaya penataan kota yang manfaatnya diharapkan dapat dirasakan oleh
masyarakat sekota Cimahi. Secara terperinci, sasaran kegiatan ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
Menganalisa sistem drainase di Kota Cimahi berdasarkan hasil survey lapangan dan
hasil kajian yang telah ada di Kota Cimahi
Melakukan perhitungan secara akurat mengenai sistem drainase di Kota Cimahi
sampai dalam kurun waktu 20 tahun ke depan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
12/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
I - 3
Menyajikan suatu program secara komprehensif mengenai rencana pembangunan
dan pengembangan saluran drainase Kota Cimahi untuk jangka menengah dalam
rentang waktu 20 tahun ke depan.
Membuat jadwal penanganan prioritas setiap tahunnya
Memilah kegiatan alternatif yang dapat dikelola oleh masyarakat, pemerintah
maupun privatisasi.
1.2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan untuk Pekerjaan Master Plan Drainase di Kota Cimahi ini adalah 90
(sembilan puluh) hari kalender, terhitung semenjak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
kerja (SPMK).
1.3. Nama dan Organisasi Pengguna jasa
Kegiatan Perencanaan Master Plan Drainase di Kota Cimahi, Kuasa Pengguna Anggaran
Bidang Permukiman dan Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi.
1.4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan Master Plan Drainase di Kota Cimahi secara administrasi berada di Kota
Cimahi.
1.5. Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup pekerjaan ini meliputi:
1.Kegiatan Persiapan
a.Pengumpulan data masukan baik primer maupun sekunder
b.Melakukan review data dari laporan studi terdahulu untuk mendapatkan rumusan
permasalahan dan potensi wilayah studic. Persiapan Survey
d.Sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat yang melibatkan organisasi
kemasyarakatan, diantaranya Forum Kota Sehat.
2.Kegiatan Survey Lapangan
a.Pengukuran topografi dan pemetaan Masterplan dan Penyusunan DED
b.Survey Hidrologi, peninjauan ketersediaan air, sedimentasi dan genangan air banjir
serta pengecekan kondisi debit serta pengamatan kondisi catchment areanya
c. Kegiatan Investigasi Geologi / Mekanika Tanah.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
13/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
I - 4
3.Kegiatan Analisis data hidrologi dan hidrolika
a.Analisis Hidrologi Kota Cimahi
b.Analisis permasalahan genangan
c.Analisis perhitungan debit limpasan pada DPS
d.Analisis perhitungan unit pelengkap
e.Analisis perhitungan aliran dan dimensi ideal saluran yang mampu mengatasi
permasalahan banjir dalam kurun waktu 5 tahun ke depan berikut alternatif
penyelesaian masalah genangan dan banjir di Kota Cimahi.
4.Kegiatan Pembuatan Master Plan dan DED Drainase
a.Kerangka sistem dan rencana sistem drainase
b.Perencanaan Struktur Desain dan DED Drainase
c. Sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat yang melibatkan organisasi
kemasyarakatan, diantaranya Forum Kota Sehat.
1.6.Sistematika Penyajian laporan
Laporan Pendahuluan ini disusun berdasarkan sistematika penyajian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi dan waktu pelaksanaan
pekerjaan, lingkup, serta sistematika pembahasan Laporan Pendahuluan.
BAB II Apresiasi Wilayah Kajian
Bab ini berisi uraian tentang gambaran kondisi umum daerah Kajian dan lokasi
kajian.
BAB III Survey Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Kegiatan
Bab ini berisi tentang keadaan kondisi di daerah kajian dan informasi
permasalahan yang ada dilapangan.
BAB IV Pendekatan Metodologi
Bab ini berisi tentang kriteria metodologi pekerjaan yang akan dilaksanakan
dalam perencanaan Kajian ini.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
14/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
I - 5
BAB V Program Kerja
Bab ini berisi tentang tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilaksanakan dalam Survey Investigasi dan Desain.
BAB VI Pelaporan
Bab ini berisi tentang keluaran Produk yang dihasilkan berdasarkan KAK.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
15/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 1
2.1. Wilayah Administratif Cimahi
uas wilayah administratif Kota Cimahi adalah 4.025 Ha yang terdiri atas 3 (tiga)
Kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan.
Batas Wilayah Meliputi :
Sebelah utara : Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Ngamprah.
Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo dan Andir Kota Bandung
Sebelah Selatan : Kecamatan Marga asih, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat
dan Bandung Kulon kota Bandung.
Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang, Batujajar, dan Ngamprah Kabupaten
Bandung Barat.
Kota Cimahi memiliki tiga Kecamatan dan 15 Kelurahan, yaitu:
1. Kecamatan Cimahi utara:
Kelurahan Pasirkaliki
Kelurahan Cibabat
Kelurahan Citeureup
Kelurahan Cipageran.
2. Kecamatan Cimahi Tengah
Kelurahan Baros
Kelurahan Karang Mekar
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
16/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 2
Kelurahan Cigugur Tengah
Kelurahan Setiamanah
Kelurahan Padasuka
Kelurahan Cimahi
3. Kecamatan Cimahi Selatan
Kelurahan Cibeber
Kelurahan Leuwigajah
Kelurahan Utama
Kelurahan Melong
Kelurahan Cibeureum.
Gambar 2.1.Peta Lokasi Kajian
a. RW 02 Melong
b.Kelurahan utama
c.Kelurahan Padasuka
d.Kelurahan Cibeureum
e.Kelurahan Pasirkaliki
f.Jalan Cihanjuang
g.Kali Cimahi
h.Kelurahan Cibabat
i.Aliran Cibaligo
.Fly Over Cimindib
c
a
a
g
f
a
d
h
i
e
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
17/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 3
Luas wilayah Kecamatan Cimahi Utara 13,31 km, Kecamatan Cimahi Utara 10 km dan
Kecamatan Cimahi Selatan 40,25 km.
Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan,
dengan ketinggian di bagian utara 1,040 meter dpl ( Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi
Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta
ketinggian di bagian selatan sekitar 685 meter dpl (Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi
Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum.
Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air rata-rata 3.830 l/dt,
dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibeureum (masing-
masing di bawah 200 l/dt) dan Kali Cisangkan (496 l/dt), sementara itu mata air yang terdapat
di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan mata air Cisintok (93 l/dt).
2.2. Kondis i Fisik Kota Cimahi
2.2.1. Geologi
Kondisi geologi alam kota cimahi, terdiri atas 4 (empat) formasi tanah yaitu
Batuan tufa, berbatu apung sedang, penyebarannya di sebagian besar wilayah
kecamatan cimahi tengah dan kecamatan cimahi selatan.
Batuan basal tinggi, penyebaranya di wilayah cimahi utara dan sebagian kecil di
kelurahan cibeber kecamatan cimahi selatan.
Batuan andesit, penyebarannya di sebagian wilayah kecamatan cimahi selatan yaitu
kelurahan cibeber dan kelurahan leuwigajah.
Tufa pasir, penyebarannya di sebagian kecil wilayah kelurahan cipageran kecamatan
cimahi utara.
2.2.2. Kondisi Topografi
Kondisi topografi dan kemiringan Kota Cimahi dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) klasifikasi
yaitu:
Tingkat kemiringan 0 8 %, pada kawasan atau lahan seluruh wilayah Kota Cimahi
yang berada pada ketinggian antara +700 hingga +800 m di atas permukaan laut (dpl).
Tingkat kemiringan 8 15 %, berada pada kawasan sebelah utara cimahi yaitu di
Kelurahan Cipageran terletak pada ketinggian antara +725 sampai +800 m dpl.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
18/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 4
Tingkat kemiringan 15 40 %, berada di kawasan Kecamatan Cimahi Selatann,
tepatnya di perbukitan Gunung Bohong, Kelurahan Cibeber dan Kelurahan Leuwigajah
pada ketinggian antara +800 dan +1000 m dpl.
2.2.3. Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi Kota Cimahi yang terletak di
hulu Sungai Citarum. Kota Cimahi berada dalam bagian cekungan Bandung dan salah satu
daerah lembah Sungai Citarum. Hujan yang jatuh padaDPS di Kota Cimahi cenderung
memberikan limpasan yang cukup besar akibat perubahan tutupan lahan yang terjadi. Tutupan
lahan di Kota Cimahi sebagian besar merupakan tutupan bukan vegetasi. Data penggunaan
lahan di Kota Cimahi pada tahun (2003) menunjukan bahwa :
Permukiman : 66,52 %
Pemerintahan : 0,55 %
Kompleks Militer : 7,97 %
Perdagangan dan jasa : 1,98 %
Industri : 6,51 %
Total luas lahan bukan vegetasi adalah 83,53%. Total luas lahan dengan tutupan vegetasi
hanya tinggal 16,47 %. Tutupan lahan vegetasi ini meliputi lahan untuk sawah, lahan kering,
kolam jalur hijau dan peruntukan lahan lainnya. Kecilnya tutupan lahan vegetasi ini
menentukan sifat hidrologi yaitu dengan semakin kecik infiltrasi dan perkolasi yang terjadi.
Kecilnya air hujan yang terinfiltrasi tersebut dapat mengakibatkan terancamnya cadangan air
tanah di Kota Cimahi maupun daerah yang berada di hilir dari DPS yang berada di Kota Cimahi.Ancaman terhadap cadangan air tanah Kota Cimahi ini dapat dikurangi dengan meningkatkan
infiltasi dengan mempergunakan rekayasa imbuhan buatan.
Berkaitan dengan kondisi hidrologi Kota Cimahi yang spesifik tersebut maka system drainase
Kota Cimahi harus memergunakan system drainase berwawasan lingkungan dengan
mempertahankan waktu tinggal air hujan selama mungkin berada di darat. System drainase
konvensional dengan mempersingkat waktu tinggal air hujan berada di darat akan mengancamkelestarian air tanah Kota Cimahi. Berkurangnya air tanah di Kota Cimahi akan menyebabkan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
19/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 5
berkurangnya volume air tanah dan dapat menyebabkan bencana kekeringan di Kota Cimahi
pada waktu yang akan datang.
2.2.4. Iklim Dan Curah Hujan
Keadaan iklim Kota Cimahi tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim daerah sekitarnya seperti
Kabupaten dan Kota Bandung. Jumlah curah hujan rata-rata setiap harinya yaitu sebesar 50,13
mm, musim hujan biasanya terjadi pada bulan November April dan musim kemarau terjadi
padabulan Mei Oktober. Suhu udara di Kota Cimahi berkisar antara 18 - 32C, suhu
minimum berkisar antara 18 - 26C dan suhu maksimum berkisar antara 27 - 32C.
2.3. Tata Guna lahan
Berdasarkan data tahun 1976 penggunaan lahan di Kota Cimahi sebagian besar penggunaan
lahannya berupa sawah dengan luas sebesar 2.033,277 Ha atau 48,48% dari luas wilayah
Kota Cimahi. Sedangkan penggunaan lahan untuk pemukiman hanya seluas 768,887 Ha
(18,31%). Seiring dengan perkembangan wilayah Cimahi menjadi kawasan perkotaan terjadi
ergeseran penggunaan lahan ( 1976 1986 ) yaitu dari kawasan pertanian (sawah, lahan
kering, dan kolam) menjadi kawasan pemukiman yang luasnya sebesar 1.929,649 Ha (45,99%)
dari luas wilayah Cimahi. Pergeseran tersebut secara fungsional keterkaitan dengan wilayah
skitar kota, terutama yang berbatasab langsung dengan arah barat yaitu Kota Bandung dan
sebelah timur yaitu Padalarang dan ngamprah, hal ini terlihat denganmembentuk pola kawasan
yang sah terbangun mengikuti ruas jalan raya utama.
Ditinjau dari prosentase perkembangan per tahun (1976 2000), perkembangan terbesar
terjadi pada penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa (14,42%), pemukiman (10,34%),
pemerintahan sebesar (9,93%), serta industry (7,03%). Sedangkan penurunan terbesar adalahpenggunaan lahan untuk jalur hijau (-3,73% per tahun) dan sawah (-3,55% per tahun).
2.4. Kondisi Prasarana dan Sarana Jalan
Sistem jaringan transportasi di Kota Cimahi menyangkut sistem transportasi darat, yaitu
jaringan jalan utama dan jaringan jalan kereta api. Jaringan jalan utama di Kota Cimahi saat ini
yang membentuk struktur kota akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan arus barang
dan orang ke Kota Cimahi. Jaringan jalan utama di Kota Cimahi berdasarkan fungsi jalanya
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
20/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 6
dapat diklasifikasikan ke dalam jalan tol jalan arteri sekunder, sedangkan berdasarkan status
jalan dari hasill sensus adalah sebagai berikut:
Jalan tol : Panjang 17 Km, lebar 12 40 m
Jalan Nasional/Negara : Panjang 8 Km, lebar 13 20 m
Jalan Kabupaten : Panjang 43 Km, lebar 3 11 m
Jalan Desa : Panjang 88 Km, lebar 3 6 m
Berdasarkan kondisi jalan yang ada tercatat bahwa 73,44% pada kondisi baik, 17,19% pada
kondisi sedang, 3,13% pada kondisi rusak. Jaringan jalan utama yaitu pada jalan raya Cimahidan seolah-olah membagi dua bagian, merupakan tempat pertemuan arus lalu lintas berbagai
simpul jalan, sehingga akan menjadi penyumbang padatnya lalu lintas dan ditandai adanya
kemacetan. Kemacetan lainnya di Kota Cimahi dapat diidentidikasikan dari beberapa ruas
jalan seperti Persimpangan Tagog, Jalan Baros, Jalan Cimindi, Jalan Kerkof dan pasar antri.
2.5. Kependudukan
Pembahasan kondisi penduduk Kota Cimahi meliputi : penduduk tetap, penduduk pendatang,
kepadatan penduduk, penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin serta laju
pertumbuhan penduduk.
2.5.1 Penduduk tetap
Yang dimaksud penduduk tetap adalah penduduk yang memiliki Kartu tanda Penduduk (KTP)
sebagai bukti diri / legitimasi dari setiap penduduk dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia.
2.5.2 Penduduk Pendatang
Penduduk pendatang adalah penduduk yang berpindah tempat tinggal melintas batas
administrasi, pindah ke unit lain, kelurahan, kabupaten, kota atau Negara. Umumnya urbanisasi
datang dengan cepat dalam jumlah besar dan tidak teratur sehingga sulit dipantau oleh
pemerintah setempat, karena pada umumnya penduduk dating / musiman (urbanisasi) bekerja
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
21/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 7
pada sektor informal yaitu pedagang, pembantu rumah tangga, penjual jasa dan buruh pabrik
atau industry dan pekerja serabutan.
Wilayah Kota Cimahi memliki luas 4.025 Ha yang tersebar di tiga kecamatan yaitu kecamatan
Cimahi Selatan, Cimahi Utara dan Cimahi Tengah. Diantara ketiga kecamatan tersebut
Cimahi Selatan merupakan daerah terluas yaitu seluas 16,9 km2 dengan penduduk sebanyak
241.335 jiwa, dan yang luasnya terkecil adalah Cimahi Tengah yaitu seluas 10,0 km2 dengan
jumlah penduduk sebanyak 176.225 jiwa. Secara keseluruhan pada tahun 2009 Kota Cimahi
memiliki penduduk sebanyak 566.220 jiwa, Hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 2,72
persen di banding tahun sebelumnya. Tingkat kepadatan Kota Cimahi tahun 2009 adalah
13.743 jiwa/km2, dimana kecamatan Cimahi Tengah memiliki kepadatan penduduk yang tinggi
dibandingkan dua kecamatan lainnya yaitu mencapai 16.317 jiwa/km2. Hal ini terjadi
disebabkan oleh mobilitas penduduk yang cukup tinggi karena penduduk lebih terkonsentrasi di
pusat perkotaan Cimahi dengan keanekaragamannya. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan atau sex ratio di Kota Cimahi adalah 107,75. Ini berarti untuk setiap 100
perempuan terdapat sekitar 107 hingga 108 laki-laki. Dalam hal ini kecamatan Cimahi
Utara memiliki sex ratio terbesar yaitu 110.35 .Jumlah penduduk pencari kerja di Kota Cimahitahun 2009 sebanyak 9.658 orang, dimana komposisi laki-laki dan perempuan masing-masing
sebanyak 4.222 dan 5.439 orang, disini terlihat bahwa jumlah pencari kerja mengalami
kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
22/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 8
Tabel 2.1.luas Wilayah dan Kepadatan di Kota cimahi
NoKecamatan
Luas Wilayah
(Km)
PendudukRumah
Tangga
Kepadatan
PendudukUrut BPS
1 010 Cimahi Selatan 16,9 241.335 NR 14.662
2 020 Cimahi tengah 10,0 176.225 NR 16.317
3 030 Cimahi utara 13,3 148.660 NR 10.664
2009 40,2 566.220 170.020 13.743
2008 40,2 551.216 139.725 13.712
2007 40,2 536.743 162.400 13.351
2006 40,2 522.731 131.766 13.003
2005 40,2 509.189 114.582 12.666
2004 40,2 496.060 125.664 12.339
Gambar 2.2. Grafik Presentase Luas Wilayah Kota Cimahi
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
23/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 9
Tabel 2.2.Jumlah Penduduk dan Sex Ratio di kota Cimahi
No Kecamatan Laki-laki Perempuan L + P Sex
RatioUrut BPS
1 010 Cimahi Selatan 123.519 117.816 241.335 104,84
2 020 Cimahi tengah 92.161 84.064 176.225 109,63
3 030 Cimahi utara 77.988 70.672 148.660 110,35
2009 293.668 272.552 566.220 107,75
2008 285.611 265.605 551.216 107,53
2007 277.845 258.898 536.743 107,32
2006 270.350 252.381 522.731 107,12
2005 263.132 246.057 509.189 106,94
2004 256.228 239.832 496.060 106,84
Tabel 2.3.Proyeksi Penduduk menurut kelompok umur di Kota Cimahi
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan L + P
0 - 4 27.775 26.591 54.366
5 - 9 28.763 26.458 55.221
10 - 14 27.617 24.652 52.269
15 - 19 24.187 22.322 46.509
20 - 24 25.494 25.060 50.554
25 - 29 25.905 27.436 53.341
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
24/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 10
30 - 34 27.722 27.791 55.513
35 - 39 25.636 22.710 48.346
40 - 44 21.131 18.063 39.194
45 - 49 17.015 14.786 31.801
50 - 54 13.461 11.282 24.743
55 - 59 9.884 8.146 18.030
60 - 64 6.827 5.852 12.679
65 - 69 5.060 4.477 9.537
70 - 74 3.634 3.370 7.004
75 + 3.557 3.557 7.113
2009 293.668 272.552 566.220
2008 285.611 265.605 551.216
2007 277.845 258.898 536.743
2006 270.350 252.381 522.731
2005 263.132 246.057 509.189
Gambar 2.3. Grafik Jumlah Penduduk Kota Cimahi
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
25/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 11
Gambar 2.4. Grafik Proyeksi Penduduk menurut Jenis kelamin di Kota Cimahi
Gambar 2.5. Grafik Proyeksi Penduduk menurut kecamatan di Kota Cimahi
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
26/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 12
Gambar 2.6. Proyeksi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
2.6. Sosial
Kebijaksanaan pembangunan dibidang sosial menyangkut berbagai aspek memang sangat
kompleks, selain berdampak terhadap ekonomi juga dalam sosial politik masyarakat. Bahkan
keberhasilan pembangunan bidang sosial dapat di evaluasi dan dijadikan sebagai indikator
tahun-tahun selanjutnya.
Keberhasilan pembangunan bidang sosial tidak hanya dapat dilihat dari bentuk fisik saja ,
namun harus dilihat secara keseluruhan, yaitu dari segi fisik dan mental. Segi fisik meliputi
pembangunan sarana dan prasarana misalnya gedung atau penunjang lainnya, sedangkan segi
mental meliputi kondisi mental penduduknya.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
27/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 13
Salah satu upaya untuk mencapai delapan jalur pemerataan yang mencakup usaha/pemerataan
dalam rangka pembangunan sosial budaya, Pemerintah Kota Cimahi telah mengupayakan
berbagai usaha meliputi bidang pendidikan, kesehatan, agama dan kehidupan sosial lainnya.
2.6.1 Pendidikan
penggerak pembangunan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan di
samping sumber daya alam. Kebijakan pemerintah di dunia pendidikan sangat menentukan
arah dan mutu pendidikan itu sendiri. Untuk mengambil kebijakan yang tepat sasaran
pemerintah sangat membutuhkan data-data pendidikan yang akurat. Pada bab ini disajikan
data-data jumlah sekolah, siswa dan jumlah guru pengajar serta status kepegawainnya.
Pada tahun ajaran 2009/2010, rasio perbandingan jumlah murid terhadap jumlah guru
adalah sebagai berikut; untuk Taman Kanak-kanak (TK) 44,4, Sekolah Dasar (SD) 25,5
murid per guru, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 13,98 murid per guru serta
Sekolah Menengah Umum (SMU) adalah 13,43.
Tabel 2.4.Jumlah TK, Kelas dan siswa menurut Kelompok di Kota Cimahi
No
KecamatanJumlah
Tk
Siswa
Kelompok A
Siswa
Kelompok
B
TotalUrut BPS
1 010 Cimahi Selatan 46 549 1576 2125
2 020 Cimahi tengah 54 644 2020 2664
3 030 Cimahi utara 45 541 1108 1649
2009 145 1.734 4.704 6.438
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
28/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 14
2008 92 1.355 3.666 5.113
2007 92 1.355 3.666 5.113
2006 88 1.056 3.434 4.490
2005 82 880 2.408 3.288
2004 76 905 3.283 4.188
Tabel 2.5.Jumlah SD, siswa Negeri dan swasta Menurut kelas di Kota Cimahi
No Jml
SD
Siswa Per Kelas ( Negeri + Swasta) Jml
BPS Kec I II III IV V VI
010Cimahi
Selatan46
3.660 3.528 3.407 3.344 2.901 2.881 19.721
020Cimahi
tengah40
3.666 3.436 3.430 3.390 2.978 3.065 19.965
030 Cimahi utara 31 2.705 2.348 2.250 2.217 1.919 1.832 13.271
2009 117 1.0031 9.312 9.087 8.951 7.798 7.778 52.957
2008 141 9.657 9.377 8.093 8.322 8.209 8.271 51.929
2007 141 9.657 9.377 8.093 8.322 8.209 8.271 51.929
2006 143 10.581 9.068 9.437 9.422 9.442 8.269 56.219
2005 185 8.343 8.441 8.624 8.741 8.430 7.894 50.473
2004 184 8.412 8.733 9.001 8.539 8.069 7.651 50.405
2003 185 8.557 8.873 8.675 8.191 7.907 7.406 49.609
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
29/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 15
Tabel 2.6. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Siswa Negeri dan swasta Menurut kelas diKota Cimahi
No Jml
MI
Siswa Per Kelas ( Negeri + Swasta) Jml
BPS Kec I II III IV V VI
010 Cimahi
Selatan6 252 267 253 222 170 151 1315
020Cimahi
tengah5 144 158 122 85 57 644 644
030 Cimahi utara 2 78 109 98 101 100 562 562
2009 13 474 534 473 408 324 308 2.521
2008 12 580 477 387 359 338 266 2.407
2007 12 580 477 387 359 338 266 2.407
2006 11 932 820 784 765 720 292 4.313
2005 11 409 384 356 292 288 245 1.974
2004 10 394 346 295 303 264 242 1.844
2003 10 337 295 289 267 242 215 1.430
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
30/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 16
Tabel 2.7. Jumlah SLTP, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi
No Jumlah
Negeri
SLTP Siswa Per kelas Jml
BPS Kec Swasta I II III
010Cimahi
Selatan
5 8 2.448 2.413 2.426 7.287
020Cimahi
tengah6 8 2.376 2.773 2.560 7.709
030 Cimahi utara 2 6 1.874 1.619 1.492 4.985
2009 13 22 6.698 6.805 6.478 19.981
2008 12 22 6.944 6.882 6.585 20.441
2007 12 22 6.944 6.882 6.585 20.441
2006 10 24 7.128 14.072 6.400 27.600
2005 10 22 6.823 6.322 6.181 19.326
2004 10 23 6.091 5.779 5.549 17.419
2003 10 24 6.523 6.255 5.584 18.362
Tabel 2.8. Jumlah SMU,Siswa Menurut Kelasa di kota Cimahi
No Jumlah SMU Siswa Per kelas Jml
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
31/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 17
BPS Kec Negeri Swasta I II III
010Cimahi
Selatan2 2 1.024 965 974 2.963
020Cimahi
tengah3 5 1.412 1.470 1.469 4.351
030 Cimahi utara 1 3 668 676 733 2.077
2009 6 10 3.104 3.111 3.176 9.391
2008 6 10 3.473 3.778 3.618 10.869
2007 6 10 3.473 3.778 3.618 10.869
2006 6 10 4.064 4.307 3.649 12.020
2005 6 10 3.969 3.859 3.545 11.373
2004 6 11 4.084 3.757 3.698 11.539
2003 6 11 3.914 3.815 3.647 11.376
Tabel 2.9. Jumlah SMK, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi
No Jumlah
Negeri
SLTP Siswa Per kelas Jml
BPS Kec Swasta I II III
010Cimahi
Selatan1 3 857 799 1.193 2.849
020 Cimahi 1 3 1.125 1.164 819 3.108
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
32/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 18
tengah
030 Cimahi utara 2 8 2.827 2.595 2.194 7.616
2009 4 14 4.809 4.558 4.206 13.573
2008 2 15 4.425 3.218 3.218 11.184
2007 2 15 4.425 3.218 3.218 11.184
2006 2 15 3.897 3.372 3.343 10.612
2005 2 14 3.625 3.111 2.771 9.731
2.6.2 Kesehatan
Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan
antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan dibidang
kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanankesehatan secara mudah, merata dan murah, dengan upaya tersebut di harapkan akan
tercapai derajat kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
produktifitas.
Pada tahun 2009 jumlah rumah sakit di Kota Cimahi sebanyak 8 rumah sakit yang terdiri
dari rumah sakit pemerintah 2 buah, swasta 2 buah dan rumah sakit bersalin 4 buah.
Sedangkan jumlah puskesmas pada tahun 2009 mengalami peningkatan kuantitas dari
tahun sebelumnya yaitu terdiri dari puskesmas umum sebanyak 11 buah, dan puskesmas
pembantu 5 buah sedangkan untuk posyandu posyandu mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya sebanyak 380 menjadi 382 posyandu .
Jumlah keluarga pra sejahtera ( pra KS) sebanyak 7.182 Keluarga di tahun 2009 atau 5,85
persen dari jumlah keluarga di Kota Cimahi. Jumlah pra KS tertinggi terdapat di Kecamatan
Cimahi Selatan yaitu sebesar 3638 keluarga.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
33/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 19
Tabel 2.10.Jumlah Rumah Sakit Menirit Kecamatan di Kota Cimahi
No Rumah Sakit
Pemerintah
Rumah Sakit Rumah Sakit
BPS Kec Swasta Bersalin
010Cimahi
Selatan
0 1 1
020Cimahi
tengah1 1 3
030Cimahi
utara1 1 1
2009 2 2 5
2008 1 3 5
2007 2 2 4
2006 2 2 4
2005 2 2 4
2004 2 4 4
Tabel 2.11.Jumlah Puskesmas dan Balai Pengobatan di Kota Cimahi
No Puskesmas Balai
Pengobatan Posyandu
Pengobatan
AltenatifBPS Kec Umum Pembantu Keliling
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
34/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 20
010Cimahi
Selatan
4 1 0 27 132
020Cimahi
tengah3 3 0 15 140
030Cimahi
utara4 1 1 12 110
2009 11 5 1 54 382 -
2008 9 3 1 82 380 8
2007 9 5 - 57 372 534
2006 9 5 9 41 370 517
2005 9 5 - 38 350 -
2004 8 5 - 30 341 6
2.6.3Agama
Jumlah sarana peribadatan islam sebanyak 839 buah yang terdiri dari mesjid 352 buah,
langgar 272 dan mushola 215 buah, tempat peribadatan agama lainnya berjumlah 23 buah
terdiri dari gereja protestan 28 buah, gereja kartolik 1 buah dan pura hindu 1 buah.
Disamping itu juga pada bab ini disajikan jumlah pemeluk agama, jumlah pondok pesantren
dan jumlah santrinya.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
35/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 21
Tabel 2.12.Jumlah Sarana Peribadatan Agama Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha
di kota Cimahi
No Gereja
Protestan
Gereja
katolik
Pura
Hindu
Vihara
BudhaBPS Kec
010Cimahi
Selatan4 0 0 0
020Cimahi
tengah20 1 1 0
030Cimahi
utara4 0 0 0
2009 28 1 1 -
2008 21 1 1 -
2007 21 1 1 -
2006 18 1 1 -
2005 17 1 1 -
2004 17 1 1 -
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
36/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 22
Tabel 2.13.Jumlah pemeluk Agama Menurut Kecamatan di Kota cimahi
NoIslam
Gereja
Protestan
Gereja
katolik
Pura
Hindu
Vihara
BudhaBPS Kec
010Cimahi
Selatan201.038 4.689 6.749 685 645
020Cimahi
tengah184.769 1.196 1.192 32 115
030 Cimahi utara 180.112 2.719 3.961 403 319
2009 565.919 8.604 11.902 1.120 1.079
2008 566.125 20.238 9.486 1.470 1.299
2007 484.104 10.193 13.335 1.326 1.224
2006 477.853 9.938 18.286 1.122 1.382
2005 486.487 8.604 11.899 1.120 1.079
2004 230.758 8.604 11.899 1.120 1.079
Tabel 2.14.Jumlah Pondok pesantren dan santri menurut Kecamatan di Kota Cimahi
No Pondok Pesantren Santri
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
37/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 23
BPS Kecamatan
010Cimahi
Selatan23 3.453
020Cimahi
tengah16 2.832
030Cimahi
utara19 2.568
2009 58 8.853
2008 57 8.347
2007 58 7.921
2006 57 7.896
2005 54 6.855
2004 47 3.800
2.7. Pertanian
Pembangunan ekonomi sektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian
agar dapat meningkatkan pendapatan petani dan pemerataan pembangunan pedesaan.
Guna mencapai tujuan tersebut maka dilakukan usaha-usaha seperti :
Intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi.
2.7.1 Batasan Kegiatan pertanian
Dalam arti luas kegiatan pertanian adalah penerapan karya manusia terhadap alam dalam
budidaya tumbuh-tumbuhan, binatang serta penangkapan/perburuan, sehingga dapat
memberikan manfaat yang lebih besar kepada manusia.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
38/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 24
2.7.2 Konsep dan Definisi
Budidaya adalah kegiatan memelihara tanaman/binatang mulai pembenihan
sampai dengan pemungutan/penerimaan hasilnya.
Penangkapan adalah kegiatan menangkap atau mengumpulkan binatang/tanaman
di laut/perairan umum dan atau hutan secara bebas.
Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produksi pertanian dengan
tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual ditukar atau secara ekonomi
menunjang dan menanggung resiko.
Usaha Pertanian dibagi atas:
Usaha Pertanian menurut bentuk
Pertanian Besar adalah pertanian yang diselenggarakan (dikelola)
secara komersial oleh perusahaan berbadan hukum.
Pertanian Rakyat (tidak berbadan hokum), terdiri atas:
Usaha Pertanian Rakyat adalah usaha pertanian yang
diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh usaha
perorangan yang tidak berakte notaris.
Usaha Rumah tangga Pertanian adalah usaha pertanian yang
diselenggarakan atau dikelola oleh rumah tangga pertanian.
Usaha Pertanian menurut Sub Sektor
Pertanian Tanaman Pangan adalah kegiatan usaha pertanian yang
menghasilkan produksi tanaman pangan, yakni : palawija, padi dan
Holtikultura.
Usaha Pertanian Tanaman Perkebunan adalah kegiatan usaha
pertanian yang menghasilkan produksi perkebunan, seperti karet,
kelapa, kopi, the lada, cengkeh,dan sebagainya.
Usaha peternakan adalah kegiatan usaha pertanian yang
menghasilkan produksi ternak/unggas, seperti sapi, kerbau,
kambing, ayam, dan sebagainya.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
39/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 25
Usaha kehutanan adalah kegiatan usaha pertanian yang menghasilkan
produksi hasil-hasil hutan seperti kayu, rotan, dammar, dan sebagainya.
Usaha Perburuan/penangkapan dan Penangkaran Satwa Liar
adalah kegiatan usaha pertanian yang menghasilkan produksi hasil
buruan/tangkapan dan tangkaran binatang liar ( buaya, ular, dan
sebagainya)
Usaha Perikanan adalah kegiatan usaha pertanian yang
menghasilkan produksi hasil pertanian ( ikan dan penghuni perairan
lainnya termasuk beberapa reptile dan amphibi).
2.8. Pertanian Tanaman Pangan
Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, jagung, umbi-umbian dan kacang-
kacangan. Data tanaman bahan makanan dirinci menurut luas panen, hasil per hektar dan
produksi.
Luas lahan sawah dengan menggunakan irigasi setengah teknis mencapai angka yang tertinggi
yaitu seluas 124 hektar. Sedangkan luas lahan kering bila dilihat menurut penggunaannya, jenispekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman sekitanya mencapai 3.406 hektar atau 87,92
persen dari jumlah lahan kering. Disusul oleh tegal/kebun/ladang/huma 340 hektar atau 8,78
persen dan yang paling sedikit digunakan untuk kolam/tebat/empang, yaitu 15 hektar atau
0,39 persen.
Namun untuk hasil produksi mengalami kenaikan dari 36.644,24 kw menjadi 38929 kw,
demikian pula produktivitas padi mengalami kenaikan menjadi 61,69 kwintal/ha. Peningkatan
produktivitas padi sawah kemungkinan disebabkan oleh peningkatan pengetahuan para petani
dalam mengembangkan pola intensifikasi, penggunaan bibit unggul yang terus disosialisasikan.
2.9. Peternakan
Jenis ternak yang diusahakan di Kota Cimahi meliputi sapi potong, kerbau, sapi perah, kuda,
domba dan kambing. Ternak yang paling banyak dipelihara adalah domba yaitu sebanyak
10.875 ekor. Sedangkan ternak yang paling sedikit adalah kerbau yaitu 81 ekor. Selain itu juga
disajikan data ternak unggas yang meliputi ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur
dan itik.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
40/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 26
2.10. Perikanan
Areal tempat pemeliharaan ikan dibedakan atas kolam dan sawahSawah merupakan tempat
pemeliharaan ikan terluas yaitu sebesar 80 persen dari seluruh luas areal tempat pemeliharaan
ikan.
Tabel 2.15. Luas Areal tempat Pemeliharaan Ikan (ha) di kota Cimahi
No
Kolam sawah KAD Jumlah
Unit
Pembenihan
RakyatBPS Kec
010Cimahi
Selatan5 5 - 10 4
020Cimahi
tengah4 5 - 9 6
030 Cimahi utara 6 50 - 56 6
2009 15 60 - 75 16
2008 16 65 - 81 8
2007 16 65 - 81 8
2006 15 60 - 75 8
2005 15 45 - 75 9
2004 15 60 - 75 0,4
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
41/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 1
3.1 UmumSurvey pendahuluan dilakukan guna memperoleh gambaran menyeluruh tentang kondisi
daerah perencanaan saat ini (rona awal), baik on sitemaupun off site. Beberapa aspek
yang menjadi menjadi objek survey pendahuluan antara lain:
Memperoleh kejelasan arah kebijakan pemerintah daerah dan lembaga berwenang
dalam rangka penataan kembali dan pengembangan daerah perkotaan Cimahi
dengan mengacu pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Cimahi.
Kondisi umum fisik-geografis dan lingkungan daerah kajian.
Identifikasi dan inventarisasi permasalahan umum dan spesifik lokasi perencanaan
berkenaan dengan drainase di kawasan Kota Cimahi dan sekitarnya, sebagai dasar
dalam perumusan alternative solusi.
Survey pendahuluan dilakukan berdasarkan acuan dasar :
Peta topografi (Peta Rupa Bumi) Kota Cimahi.
Data Kota Cimahi.
Peta ikhtisar dan situasi hasil study dan perencanaan sebelumnya.
Informasi aktual dari masyarakat setempat dan pemerintah Kota Cimahi.
3.2 Rekap Hasil Koordinasi dan ArahanBerdasarkan hasil koordinasi dengan Bidang Permukiman dan perumahan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Cimahi diinformasikan daerah banjir/Genangan di Kota Cimahi
sebagai berikut:
1. RW 02 Melong
2. Kelurahan Utama Ciujung
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
42/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 2
3. Kelurahan Padasuka (Cisangkan & Jalan Usman Damiri)
4. Kelurahan Cibeureum
5. Kelurahan Pasir Kaliki ( Ciwaruga Selatan)
6. Jalan Cihanjuang
7. Kali Cimahi
8. Cibabat (RS - Bank Jabar)
9. Aliran Cibaligo
10.Fly Over Cimindi
3.3 Batas-batas Daerah PerencanaanSesuai dengan arahan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Master Plan Drainase
Perkotaan Kota Cimahi dan arahan rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan, maka cakupan
lokasi pekerjaan adalah
1. Secara administratif. lokasi pekerjaan mencakup seluruh wilayah Kota Cimahi.
2. Secara Umum yaitu Daerah Kota Cimahi
3. Kawasan, mencakup gambaran utuh dan rencana induk yang menyeluruh, namun
fokus kajian adalah kawasan fasilitas sosial, fasilitas umum, pemerintahan,
pemukiman dan pariwisata.
4. Secara hidrologis, mencakup satuan-satuan hidrologis menurut batas-batas basin
(cekungan) di Kota Cimahi dan Sekitarnya.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
43/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 3
Gambar 3.1. Citra Google Earth Daerah Perkotaan Cimahi
3.4 Identifikasi dan inventarisasi permasalah umum dan spesifik lokasiBerdasarkan hasil koordinasi dan pengamatan dapat dikemukakan beberapa permasalahan
umum drainase saat ini. Permasalahan tersebut antara lain adalah:
(1)Luapan dan genangan limpasan permukaan (limpasan hujan) yang terjadi pada
hampir setiap kejadian hujan. Kondisi ini berpotensi, merusak atau mempercepat
kerusakan sarana dan prasarana kota, memberikan ketidaknyaman bagi warga.
(2)Kapasitas saluran dan gorong-gorong yang sudah tidak memadai. Kondisi ini,dapat disebabkan oleh desain yang tidak memadai atau karena volume limpasan
permukaan yang sudah jauh meningkat dibanding ketika saluran drainase
didesain/dibangun.
(3)Pertumbuhan kawasan kota yang cepat, alih fungsi lahan, pembangunan kawasan
pemukiman baru, berkurangnya kawasan retensi dan resapan, dan tidak/kurang-
nya upaya pengendalian limpasan di tingkat lokal, memberikan andil signifikan
terhadap pertambahan volume limpasan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
44/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 4
(4) Integrasi dan konsistensi sistem jaringan drainase yang belum memadai. Dalam
hal ini terkait belum terciptanya satuan sistem drainase yang saling terkait, saling
mendukung dan terintegrasi, mulai dari tersier, sekunder hingga primer. Sistem
drainase eksisting, masih bersifat spot-spot (setempat) baik dilihat dari aspek
sistem jaringan maupun dimensinya.
(5)Adanya Saluran-saluran drainase yang terputus.
(6)Sangat terbatasnya upaya pembangunan dan operasi dan pemeliharaan.
Pembangunan saluran/sistem drainase baru cenderung lebih lambat dibandingkan
dengan pertubuhan fasilitas dan penduduk kota. Di sisi lain, operasi dan
pemeliharaan pada jaringan yang ada, tidak bisa mengimbangi penurunan fungsi
dan laju kerusakan jaringan drainase yang ada.
(7)Kondisi daerah yang relatif datar dan berada di posisi cekungan/ lebih rendah dari
badan jalan atau sungai.
(8)Rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terkait dengan optimalisasi fungsi
saluran/system drainase. Terdapat di hampir setiap lokasi prioritas, saluran
drainase yang ada tidak dapat berfungsi atau bahkan saluran sudah tidak tampak
lagi karena sedimentasi dan sampah
3.5 Permasalahan Kawasan Perkotaan CimahiHampir seluruh item permasalahan yang disebutkan pada Subab 3.4 di atas secara jelas
ditemui di kawasan Perkotaan Cimahi dan sekitarnya. foto lapangan berikut akan
memperjelas kondisi di lokasi.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
45/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 5
Gambar 3.2. Drainase dijalan Melong drainase tertutup sedimen sampah
Gambar 3.3. Drainase rusak di sekitar daerah Melong dan tertutup sedimen
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
46/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 6
Gambar 3.4. Sungai yang tertutup sedimen sehingga air menjadi tinggi
Gambar 3.5. Drainase di sekitar Cibeureum yang di aliri air limbah
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
47/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 7
Gambar 3.6. Saluran Drainase yang tertutup sampah di daerah Cibeureum
Gambar 3.7. Saluran drainase tertutup di bawah fly Over Cimindi
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
48/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 8
Gambar 3.8. Drainase di sekitar Cimindi yang tertutup sedimen dan sampah
Gambar 3.9. Gorong-gorong di bawah Fly Over Cimindi yang tertutup sampah
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
49/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 9
Gambar 3.10. Dimensi Gorong-gorong yang kecil dan tertutup sampah di sekitarCimindi
Gambar 3.11. Drainase tertutup sedimen, sampah dan batu
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
50/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 10
Gambar 3.12. Saluran Drainase di daerah Cibaligo
Gambar 3.13. Dimensi saluran yang tidak memadai di sekita Cibaligo
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
51/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 11
Gambar 3.14. Drainase yang menempel dengan rumah warga serta tertutupsedimen
Gambar 3.15. Drainase di daerah Cihanjuang dan tertutup sampah
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
52/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 12
Gambar 3.16. Pada tanggal 22 oktober di Cihanjuang terjadi banjir akibat hujanyang cukup besar serta dimensi saluran yang tidak memadai
Gambar 3.17. Akibat dimensi yang tidak memadai air meluap dan menggenang dijalan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
53/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 13
Gambar 3.18. Hujan yang cukup deras menggenangi jalan di bawah fly overCimindi
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
54/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 14
Gambar 3.19. Debit air yang cukup besar di salah satu saluran drainase di sekitarCimindi
Gambar 3.20. Akibat air meluap ke jalan aktivitas terganggu sehinggamengakibatkan kemacetan
Gambar 3.21. Drainase di Cisangkan yang tertutup sedimen dan batu
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
55/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 15
Gambar 3.22. Sedimen dan sampah yang cukup tebal menghambat aliran air
Gambar 3.23.
Saluran yang rusak akibat kurangnya pemeliharaan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
56/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 16
Gambar 3.24. Saluran yang tetutup sampah di wilayah Leuwi gajah
Gambar 3.25.Saluran yang menuju sungai dengan dimensi yang kecil dantertutup material
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
57/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 17
Gambar 3.26.Embung Leuwi gajah
Gambar 3.27.Pencatatan hasil survey lapangan dan pengambilankoordinat dengan menggunakan GPS
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
58/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 18
Gambar 3.28.Koordinasi pada saat survey lapangan3.6 Alternatif Solusi3.6.1 PendekatanUmumKerangka Acuan Kerja telah memberikan arahan berpikir yang berkesinambungan mulai
dari latar belakang, maksud dan tujuan hingga pada keluaran. Secara integral
kesinambungan ini memudahkan konsultan dalam menyusun konsep dan melaksanakan
pekerjaan.
Kesimbungan berpikir ini merupakan pendekatan umum dalam penyusunan alternative
pada pekerjaan ini, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.20.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
59/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 19
q
Gambar 3.29. Pendekatan umum penyusunan alternatif solusi
TUJUAN
Menghasilkan uraian lengkapmengenai potensi dan
permasalahan sistem drainase di
Kota Cimahi
Tergambarnya kondisi system
drainase existing di Kota Cimahi
yang mencakup system alamiah
dan system buatan
Dihasilkan suatu usulan indikasi
LATARBELAKANG
DAN MASALAH
MAKSUD
Mendapatkan Dokumen yangmenjadi Panduan / acuan
secara lengkap dan menyeluruhatas kondisi permasalahan dan
potensi sistem drainase,sebagai dasar perencanaanjaringan drainase di Kota
SASARAN
Terukurnya Catchment area wilayah kota
Cimahi
Terencana dan tertatanya system
drainase di Kota Cimahi
Tersusun Indikasi program pengelolaan
PENDEKATAN DANMETODE
(Lihat Bagan Penjelasan)
KELUARAN
Rencana system jaringan drainase di kota
Cimahi
Rencana pola aliran drainase di Kota Cimahi
Rencana program dan kegiatan
pelaksanaan pembangunan drainase di
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
60/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 20
3.6.2 Kriteria Teknis
Penyusunan Master Plan didasarkan atas landasan perencanaan bahwa fungsi drainase
perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan, yang mencakup konservasi sumberdaya air, mengendalikan air
hujan supaya lebih banyak meresap ke dalam tanah dan meminimalkan Runoff .
Tahapan perencanaan yang dilakukan saat ini baru pada tahap Rencana induk (Master
Plan). Perlu dua tahap lagi untuk sampai pada implementasinya. Tahap tersebut adalah
studi kelayakan dan perencanaan detil. Studi kelayakan dapat.dibuat sebagai kelanjutan
dari pembuatan rencana induk, sedangkan perencanaan detil perlu dibuat sebelumpekerjaan konstruksi drainase perkotaan dilaksanakan.
Master plan drainase perlu dilakukan untuk daerah perkotaan Kota Cimahi dengan
pertimbangan bahwa :
1) Perkembangan dan kemajuan daerah perkotaan di Kota Cimahi cukup pesat, sehingga
drainasenya perlu direncanakan secara menyeluruh dan terpadu.
2) Daerah perkotaan Cimahi diprediksikan akan mengalami pertumbuhan fisik dan
pertambahan penduduk yang cepat.
3) Kondisi alam pada beberapa daerah perkotaan di Cimahi berbeda antara satu dengan
lainnya.
Secara teknis terdapat dua pertimbangan dalam menyusun Master Plan Drainase daerah
perkotaan Cimahi, yaitu :
a. Pertimbangan Teknik
aspek hidrologi (debit rencana, debit desain dan tinggi jagaan; karakteristik
daerah aliran, kolam tandon, volume total aliran, dan waktu konsentrasi hujan
aspek hidraulik (kecepatan maksimum aliran, kecepatan minimum aliran, bentuk
penampang saluran, bentuk majemuk saluran, dimensi dan jarak lubang pematus ,
dan dimensi bangunan.
aspek struktur: jenis dan mutu bahan bangunan, kekuatan dan kestabilan
bangunan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
61/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 21
b. Pertimbangan Lain Biaya : ketersediaan biaya, pengelolaan dan pertanggungjawaban.
pemeliharaan: membersihkan saluran/normalisasi Saluran, merawat bangunan
drainase, penggelontoran, garis sempadan, jalan inspeksi, dan lain-lain.
3.6.3 Penyusunan alternative solusiDalam pelaksanannya, Penyusunan Master Plan Drainase Perkotaan Kota Cimahi akan
merumuskan sejumlah altenatif solusi, baik yang bersifat struktur maupun non struktur.
Alternatif solusi tersebut dirumuskan berdasarkan tujuan, sasaran, masukan, konsep
berpikir, dan mekanisme kerja sebagaimana disajikan pada Gambar 3.21
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
62/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMa
III - 22
Gambar 3.30.Mekanisme kerja, berpikir dan penyusunan alternatif solusi dan peDrainase Di Kota Cimahi.
Juknis Dep PUMasterplan DrainasePerkotaan
Pendekatan dan Metode
KajianHidroklimatologis,
Kajian KondisiDrainase DaerahKajian eksisting.
Perumusan permasalahandrainase Daerah Kajian
eksisting
Analisa topografiKawasan Daerah.
Kajian
Zonasi satuan -satuanbasin (cekungan )Daerah Kajian
Kaj
Foto UC
Kajian : Renaca TataRuang Daerah Kajian
dan Sekitarnya
Kajian zonasi danperuntukan lahan
Daerah Kajian
Rencana JaringanSaluran Induk danSaluran Sekunder
Drainase Daerah Kajian
Standar NasionalIndonesia (SNI)Sistem Drainase
Perkotaan
Rencana site :retarding basin /embung /ZonaKonserrvasi
Rencana sistem jaringan drainaseDaerah Kajian :
Sistem saluran Pola Aliran
Daerah tangkapan
Rencana Program dan Kegiatan PelaksanaanPembangunan Drainase Daerah Kajian
danPenentuan Skala Prioritas Lokasi Rencana
Keluaran
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
63/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 1
4.1 Penerapan Eko-Hidraulik dalam Perencanaan Drainase.
4.1.1 Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase.
Sungai merupakan komponen drainase utama dalam suatu DPS (Daerah Pengaliran
Sungai). Bentuk dan ukuran sungai alamiah merupakan bentuk yang sesuai dengan
kondisi geologi, geografi, ekologi, dan hidrologi daerah tsb. Konsep alamiah drainase
adalah bagaimana membuang kelebihan air selambat-lambatnya ke sungai. Hal ini dapat
terlihat dari sungai yang memiliki bentuk alamiah tidak teratur.
Drainase konvensional yang banyak dianut selama ini didefinisikan sebagai usaha untuk
membuang / mengalirkan kelebihan air di suatu tempat secepat-cepatnya menuju sungai,
dan secepat-cepatnya dibuang ke laut. Hal ini bertentangan dengan konsep eko-hidraulik.
Dengan konsep pembuangan secepat-cepatnya ini akan terjadi akumulasi debit di bagian
hilir dan rendahnya konsevasi air untuk ekologi di hulu. Sungai di hilir akan menerima
beban debit yang lebih tinggi dan waktu debit puncak lebih cepat daripada keadaan
semula sehingga menimbulkan penurunan kualitas ekologi di daerah hulu.
Maryono, 2001, mengusulkan konsep drainase baru sebagai suatu usaha membuang /
mengalirkan kelebihan air ke sungai dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak
menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di sungai yang terkait.
Pengelolaan sungai tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat fungsi hidraulisnya saja
dan mengabaikan fungsi ekologisnya. Pengelolaan sungai adalah usaha manusia guna
memanfaatkan sungai sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia dan lingkungan
secara integral dan berkesinambungan, tanpa menyebabkan kerusakan rezim dan kondisi
ekologis sungai yang bersangkutan.
Konsep pengelolaan sungai seperti di atas disebut konsep Eko-Hidraulik (Maryono, 2001).
Pengelolaan sungai dengan konsep Eko-Hidraulik bukan saja bertujuan untuk melestarikan
kondisi ekologis di lingkungan sungai, namun juga untuk memanfaatkan komponen
ekologis sungai dalam rekayasa hidraulis. Untuk menanggulangi banjir, maka komponen
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
64/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 2
ekologis di sepanjang alur sungai dapat dimanfaatkan sebagai komponen retensi hidraulis
yang menahan aliran air, sehingga terjadi peredaman banjir. Dengan banyaknya
genangan retensi lokal di sepanjang sungai, maka kualitas ekologi sungai pun diharapkan
akan meningkat. Prinsip pengelolaan sungai adalah bagaimana mempertahankan kondisisungai tersebut semaksimal mungkin pada kondisi alamiahnya (back to nature concept).
4.1.2 Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul
Banjir dan permasalah genangan yang kerap kali terjadi di daerah perkotaan memerlukan
penanganan secara komprehensif, tidak hanya menggunakan metode konvensional
melainkan juga dengan metode penyelesaian banjir lainnya, seperti ekohidrolik. Adapun
yang dimaksud metode konvensional adalah membuat sudetan, normalisasi sungai,
pembuatan talud, dan berbagai macam konstruksi sipil lainnya. Sedangkan metode
ekohidrolik bertitik berat pada renaturalisasi, restorasi sungai, serta peningkatan daya
retensi lahan terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan drainase dengan
konsep penanganan banjir secara konvensional yang hanya mengutamakan faktor
hidraulik, bertitik tolak pada penanganan dampak banjir secara lokal. Hal ini perlu
diimbangi dengan konsep ekohidrolik yang bertitik tolak pada penanganan penyebab
banjir dari segi ekologi dan lingkungan. Dengan dilakukannya retensi air di bagian hulu,
tengah, dan hilir, juga di sepanjang wilayah sungai, sempadan sungai, badan sungai, dansaluran, selain berfungsi sebagai penanggulangan banjir juga sekaligus menanggulangi
kekeringan di kawasan yang bersangkutan.
4.1.3 Drainase Ramah Lingkungan
Eko-drainase atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang memperhatikan
kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bahwa segala
sesuatu yang berhubungan dengan man made world, segala sesuatu buatan manusia,
perlu dibuat dengan ramah terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya juga perlu
ramah terhadap manusia.
Di bidang drainase, pertimbangan desain sistem drainase sampai saat ini masih
menggunakan paradigma lama yaitu bahwa air drainase harus secepatnya dibuang ke hilir
atau ke laut. Baru kemudian disadari bahwa paradigma ini tidak sesuai lagi dengan
keadaan masa kini ketika didapati fenomena defisit air dalam neraca keseimbangan air
antara ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia yang semakin banyak.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
65/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 3
Defisit neraca air ini ditandai dengan menurunnya permukaan air tanah, karena disedot
untuk berbagai keperluan, bahkan tidak hanya untuk keperluan primer manusia seperti air
minum, tetapi juga untuk keperluan sekunder yaitu industri. Tanda yang lain dari defisit
air ini adalah semakin menurunnya kuantitas dan kualitas ketersediaan air baku akibatsemakin membesarnya fluktuasi jumlah aliran permukaan persatuan waktu yang terjadi di
musim penghujan dibandingkan yang terjadi di musim kemarau.
Besarnya fluktuasi ini terjadi antara lain oleh kurangnya daerah resapan air di bagian hulu
dikarenakan gundulnya hutan dan kurangnya usaha membangun sistim tampungan
(tandon) air pada sistim drainase. Hal ini berakibat menurunnya recharging air tanah dan
pada gilirannya kemudian berefek pada turunnya base flow pada aliran sungai atau
menghilangnya mata air mata air dari hulu sungai.
Filosofi pembuatan sistim drainase dengan tampungan-tampungan ramah lingkungan
dalam usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama dengan filosofi pembuatan
waduk penahan banjir. Waduk dibangun dalam skala besar, tidak hanya dalam pengertian
fisik, tapi juga besar dalam efek negatif yang terjadi. Sedangkan sistim drainase dengan
tampungan-tampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh orang perorang dan
oleh unit masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi diantara keduanya
ialah bahwa waduk dimotori oleh sebuah otoritas, sedangkan sistim drainase dengan
tampungan-tampungan ramah lingkungan digerakkan oleh public community.
Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh program
pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, seperti:
1)Sistem pembuangan air hujan di rumah
Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan sebanyak mungkin
diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di setiap unit rumah dapat mengikuti
alur sebagai berikut :
Air hujan bungker air sumur resapan saluran
Ilustrasi alur air hujan di setiap unit rumah disajikan pada Gambar 4.1 berikut :
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
66/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 4
pengisian
air tanah
air dapat
digunakan
untuk
berbagai
keperluan
air hujan
ditampung
dalam bunker
bunker air
selokan
sumurresapan
kelebihan air dari sumur resapan
mengalir ke selokan
kelebihan air
dari bunker
mengalir ke
sumur resapan
air hujan
Gambar 4.1 Ilustrasi alur air hujan di rumah
Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker
air. Air yang ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat
digunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk menyiramtanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air untuk keperluan-keperluan
diatas dapat diambil dari bungker air yang ada maka hal ini dapat
secara langsung mengurangi beban air yang harus disuplai dari PAM.
Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air
dialirkan menuju sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi
sebagai pengisian kembali air tanah.
Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan
kemudian dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal ini
merupakan tahapan terakhir jika semua usaha untuk menahan air agar
dapat meresap ke dalam tanah telah dilakukan
Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam bungker untuk tiap
rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan keseluruhan volume air
hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam suatu kompleks perumahan
menggunakan cara seperti ini, maka jumlah volume air yang dapat ditampung akan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
67/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 5
semakin besar. Hal ini juga berlaku dalam penggunaan sumur resapan pada setiap unit
rumah. Walaupun volume air yang dapat menyerap ke tanah untuk satu unit rumah
tidaklah besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal ini maka jumlah volume air
yang dapat dikonvservasi akan semakin besar.
2) Saluran drainase sebagai long storage
Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah yang lebih
rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk beberapa kawasan, long
storage ini diperlukan karena air tidak dapat dibuang langsung ke laut akibat adanya
pengaruh pasang surut. Namun untuk beberapa kawasan lain, long storage ini dapat
berfungsi sebagai bagian dari proses retensi air hujan, agar volume air yang menyerap
ke dalam tanah semakin besar.
Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup penting
untuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai kotoran yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long storage tersebut, air yang ada
dapat digunakan untuk melakukan penggelontoran saluran. Pengaturan air pada saat
akan dilakukan penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu air
maupun bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat.
Dengan demikian, untuk lokasi-lokasi yang dianggap memenuhi persyaratan,
perencanaan saluran drainase perlu mengikutsertakan faktor retensi air, dengan
konsekuensi dimensi saluran drainase akan semakin besar.
3)Peningkatan luas badan air
Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya retensi
sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan sungai,
dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan dan
sungai yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau Folder alamiah di
sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir
4) Pemeliharaan kebersihan
4.1.4 Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik .
Teknologi berkelanjutan yang sekarang banyak diterapkan salah satunya adalah Bio-
Engineering, yaitu pemanfaatan tetumbuhan untuk perbaikan-perbaikan struktur fisik
wilayah sungai. Contoh penerapan Bio-Engineering atau Eko-Engineering adalah untuk
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
68/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 6
mengatasi permasalahan longsor. Longsoran tebing, erosi pada dinding penahan tanah,
erosi di sekitar pilar jembatan, dan jebolnya tanggul merupakan efek dari
meningkatnya kecepatan air dan debit air.
Bangunan perlindungan tebing sungai yang digunakan dalam teknik konvensional
adalah perkerasan tebing dengan pasangan batu. Konstruksi ini menutup seluruh
permukaan tebing. Bangunan semacam ini secara langsung akan memperpendek alur
sungai dan menurunkan faktor kekasaran dinding. Dalam konsep Eko-Engineering,
perlindungan tebing dapat dilakukan dengan menggunakan vegetasi lokal setempat.
Hermono, 2001, mengusulkan 3 buah vegetasi di Indonesia yang bisa digunakan, yaitu
: Vitiver grass (rumput akar wangi), Ipoema carrnia (karangkungan), dan Bombusa
(bambu).
4.1.4.1 Penggunaan Vertiver grass
Vertiver grass adalah tanaman yang sangat mudah tumbuh di berbagai tingkat
kesuburan tanah, tahan kekeringan dan tahan genangan air serta penanamannya
mudah relatif tanpa pemeliharaan. Akar vertiver ini tumbuh lebat menancap ke bawah
(dapat mencapai 3 m), sehingga tidak terjadi perebutan unsur hara dengan tanaman
lain. Sifat yang menguntungkan lainnya adalah umumya panjang dan dapat bertahan
selama puluhan tahun. Jenis Vertiver adalah yang tidak menghasilkan biji, tidak
mempunyai akar yang dapat menghasilkan tanaman baru dan sekaligus berfungsi
sebagai ranting Dengan karaktenstik ini Vertiver tidak akan berkembang liar di luar
daerah rencana, tidak mengganggu tanaman pertanian di sekitamya dan tikus tidak
mau masuk karena bau akarnya. Daun Vertiver relatif rimbun sebagai penangkal erosi
akibat hujan Akarnya yang kuat akan mengikat tanah disekitarnya Satu jalur Vertiver
sepanjang kontur akan berfungsi mengikat tanah, menahan sedimen dan lumpur yang
terbawa air. Maka dapat terbentuk bangku terasering yang stabil. Beberapa lokasi
sungai di Indonesia yang sudah dilakukan penanaman Vertiver untuk perlindungan
tebing adalah Sungai Pecangaan dan Sungai Wulan di Seluna Jawa Barat, Sungai
Cisanggurung, Sungai Gjangkelok di Jawa barat.
4.1.4.2 Penggunaan Ipoema carnia
Ipomea camiadisebut juga Karangkungan atau Kangkung-kangkungan atau Kangkung
londo atau Lompong-lompongan. Ipomea ini merupakan tanaman rawa yang dapat
tumbuh di segala tempat dan tahan terhadap genangan dan arus air.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
69/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 7
4.1.4.3 Penggunaan Bambusa (bambu)
Bambusa atau bambu; Bambu termasuk keluarga rumput-rumputan. Tanaman bambu
tumbuh alami di hampir semua benua. Sampai saat ini menurut FAO terdapat sebanyak
75 genus bambu dan 1250 spesies. Batangnya berbentuk pipa, dengan buku-buku
sebagai pembatas pipa, mempunyai lapisan kulit khusus di bagian dalam dan luar
batangnya. Kekuatan tarik lapis luar 2 kali lipat dan bagian dalam. Memiliki kekuatan
tinggi secara axial dan memiliki sifat lentur. Dalam waktu 3-4 bulan dapat mencapai
ketinggian maksimum 40 meter dan diameter rumpunnya sekitar 15-30 cm.
Bambu ini dapat dijumpai di sebagian besar tebing sungai. Tebing sungai merupakan
habitat yang sangat cocok untuk tanaman bambu. Dalam kaitannya dengan perbaikan
tebing, bambu dapat ditanam di sepanjang bagian tebing yang dianggap rawan Di
samping itu dapat juga dikombinasikan dengan tanaman Vertiver dan Ipomea.
4.1.4.4 Kombinasi antara bambu, Vertiver dan Ipoema
Kombinasi konstruksi Bambu, vertiver dan Ipomea sesuai untuk lokasi yang mempunyai
kondisi dimana kecepatan air saat banjir kurang dan 1,5 m/dt, air banjir banyak
membawa sedimen tersuspensi (banyak membawa lumpur) dan dasar sungai bukan
tersusun oleh batu kerikil.
Cara pemasangannya adalah batang bambu dipasang vertikal pada lokasi yang
tebingnya mengalami ancaman gerusan, batang melintang mendatar dipasang dan
diikatkan pada batang vertikal sebagai penguat. Di antara baris batang vertikal
dimasukkan ranting pohon (segala jenis ranting dan dahan pohon). Dengan ini
terbentuklah krib porous yang dapat menahan air banjir dan mengikat sedimen.
Setelah endapan terbentuk maka Karangkungan atau Vertiver ditanam Selanjutnya
akan tumbuh kuat dan tumbuhnya tidak teratur saling tindih dan terkait sehingga dapat
mempercepat proses pengendapan. Pada saat batang bambu mulai rapuh dimakan
panas dan waktu, vertiver atau karangkungan dan endapan baru pada kaki tebing
sungai cukup stabil dan mampu menahan gerusan.
4.1.4.5 Penggunaan batang pohon yang tidak teratur
Batang pohon yang tak teratur, pohon tumbang baru dan belum dipotong dahan dan
rantingnya, dapat dipasang pada bagian yang longsor. Di daerah pegunungan dapat
dipakai pohon cemara. Bagian bawah (akarnya) diletakkan di hulu membujur di
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
70/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 8
sepanjang tebing yang longsor. Untuk dataran rendah dapat digunakan pohon-pohon
atau bambu di sekitar sungai yang ada. Pada longsoran yang panjang dapat digunakan
sejumlah batang pohon yang dipasang memanjang.
4.1.4.6 Gabungan batang dan ranting pohon membujur
Gabungan (ikatan) batang dan ranting pohon membujur dengan mengikat dahan dan
ranting pohon memanjang dapat dipasang dengan dipatok disepanjang kaki tebing
sungai Fungsi utamanya adalah untuk menahan kemungkinan longsornya tebing akibat
arus air. Jenis tumbuhan (ranting-dahan) dipilih di daerah setempat, misalnya batang
tanaman 'mantang-mantangan' atau bambu-bambu yang berukuran kecil. Ikatan
tersebut sebaiknya ditimbun tanah sebagian sehingga mendorong tumbuh. Untuk
menjaga kebasahan selama masa pertumbuhan, maka ikatan tersebut harus di
letakkan di bawah atau pada muka air rata-rata
4.1.4.7 Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu
Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu dan tanah di dalamnya memiliki prinsip
yang sama dengan ikatan batang, hanya di bagian dalam ikatan tersebut diisi dengan
batu dan tanah. Fungsi batu dan tanah ini adalah sebagai alat pemberat sehingga
ikatan tidak terbawa arus. Di samping itu mempermudah tumbuhnya batang dan
ranting tersebut.
4.1.4.8 Pagar datar
Pagar ini dapat dibuat dengan bambu atau batang atau ranting pohon yang ada di
sekitar sungai. Penancapan pilar pagar sekitar 50 cm dan jarak pilar antara 50-80 cm.
Pagar di pasang di dasar sungai dengan bagian atas di bawah tinggi muka air rata-rata.
Pemasangan pagar ini paling tepat sebelum musim penghujan. Tergantung jenis
tanaman setempat, dalam waktu berapa bulan tanaman di belakang pagar sudah bisa
tumbuh.
4.1.4.9 Penutup tebing
Penutup tebing untuk menanggulangi erosi ini dapat dibuat dan berbagai macam
bahan, misalnya dari alang-alang, mantang-mantangan, jerami kering, rumput gajah
kering, daun kelapa dll. Di bagian bawah dipasang ikatan batang pohon untuk
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Masterplan
71/106
LLLaaapppooorrraaannn PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannnMaster Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 9
penahan. Diantaranya bisa ditanami dengan vegetasi. Jenis vegetasi sebaiknya adalah
vegetasi yang ditemukan di sekitar lokasi tersebut
4.1.4.10Tanaman tebing
Untuk melindungi erosi dan longsoran tebing yang terjal dapat digunakan perlindungan
dengan tanaman. Jenis tanaman disesuaikan dengan jenis tanaman yang didapat di
sekitar lokasi Panjang batangnya sekitar 60 cm masuk ke dalam tanah dengan diurug
diatasnya dan sekitar 20 cm yang di luar Dengan cara pengurugan ini didapat kondisi
tanah yang gembur dan memungkinkan hidupnya tanaman tersebut. Dengan masukan
sedalam 60 cm ke dalam tanah make akan didapat tanaman yang kuat mengikat tebing
sungai.
4.1.4.11Penanaman tebing
Tebing-tebing sungai yang tanpa tanaman sebaiknya sesegera mungkin ditanami. Jenis
tanaman dapat dipilih dan daerah setempat Bambu adalah salah satu jenis vegetasi
yang banyak dijumpai di sepanjang sungai di Indonesia. Penanaman bambu dapat
dilakukan dengan