masterplan sampah

296
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-1 Kegiatan Penyusunan Kebijakan Manajemen Pengelolaan Persampahan Di Kabupaten Bandung 1.1 Latar Belakang Kebun adalah tempat sampah kami. Kami mengolah sampah dengan cara membuang dan membakarnya di kebun atau pekarangan rumah. Dari dulu seperti itu, sampah tidak menjadi masalah. Sekarang menjadi masalah setelah ada plastik” pernyataan senada itu kerap muncul dari masyarakat di Kabupaten Bandung khususnya di perdesaan. Pernyataan itu melukiskan sedang terjadi perubahan penting dalam kehidupan keseharian masyarakat di Kabupaten Bandung, utamanya dalam soal persampahan. Sepintas, Kabupaten Bandung dengan luas lahan yang membentang seluas 176.239 Ha di 30 Kecamatan, nampak seperti belum menghadapi masalah. Namun demikian, dibalik semua ini, di Kabupaten Bandung saat ini sesungguhnya tersimpan problem sampah yang cukup besar. Berdasarkan hasil sampling, timbulan sampah perkapita yang mencapai 2,81 liter/orang/hari, dan dengan penduduk tahun 2007 sebanyak 3.027.233 jiwa, ternyata berpotensi menimbulkan sampah sebanyak 2.803 m 3 /hari di wilayah perkotaan. Belum lagi sampah dari aktifitas masyarakat di perdesaan, yang masih merupakan karakteristik sebagian besar wilayah di Kabupaten Bandung. Total timbulan sampah Kabupaten Bandung baik di perkotaan dan perdesaan diperkirakan saat ini mencapai 4.880 m 3 /hari.

Upload: deddy-hardi

Post on 27-Nov-2015

307 views

Category:

Documents


46 download

DESCRIPTION

Masterplan Sampah

TRANSCRIPT

Page 1: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-1

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

11..11 LLaattaarr BBeellaakkaanngg

“Kebun adalah tempat sampah kami. Kami mengolah

sampah dengan cara membuang dan membakarnya di

kebun atau pekarangan rumah. Dari dulu seperti itu,

sampah tidak menjadi masalah. Sekarang menjadi

masalah setelah ada plastik” pernyataan senada itu

kerap muncul dari masyarakat di Kabupaten

Bandung khususnya di perdesaan.

Pernyataan itu melukiskan sedang terjadi perubahan penting dalam kehidupan

keseharian masyarakat di Kabupaten Bandung, utamanya dalam soal

persampahan.

Sepintas, Kabupaten Bandung dengan luas lahan yang membentang seluas

176.239 Ha di 30 Kecamatan, nampak seperti belum menghadapi masalah.

Namun demikian, dibalik semua ini, di Kabupaten Bandung saat ini

sesungguhnya tersimpan problem sampah yang cukup besar. Berdasarkan hasil

sampling, timbulan sampah perkapita yang mencapai 2,81 liter/orang/hari, dan

dengan penduduk tahun 2007 sebanyak 3.027.233 jiwa, ternyata berpotensi

menimbulkan sampah sebanyak 2.803 m3/hari di wilayah perkotaan. Belum lagi

sampah dari aktifitas masyarakat di perdesaan, yang masih merupakan

karakteristik sebagian besar wilayah di Kabupaten Bandung. Total timbulan

sampah Kabupaten Bandung baik di perkotaan dan perdesaan diperkirakan saat

ini mencapai 4.880 m3/hari.

Page 2: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-2

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Rendahnya kemampuan Pemerintah dalam menjalankan fungsi pengelolaan

kebersihan kotanya yang diantaranya disebabkan oleh rendahnya anggaran

biaya mengingat APBD saat ini di Kabupaten Bandung masih merupakan sumber

pembiayaan pengelolaan sampah andalan. Penyebab lain adalah belum

tumbuhnya peran aktif masyarakat dalam hal kebersihan. Hal ini disebabkan

karena kurang efektifnya pola sosialisasi yang selama ini dijalankan. Budaya

‘bebersih’ yang dahulu menjadi ciri khas masyarakat priangan, nampaknya

telah hilang, tidak hanya diperkotaan tetapi juga di perdesaan. Saat ini di

beberapa wilayah Kabupaten Bandung yang masih tergolong wilayah perdesaan,

sudah tidak lagi mencerminkan adanya budaya bersih.

Permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, tidak saja dalam hal

pembiayaan dan peran serta masyarakat, dalam hal sistem operasional pun

dihadapi masalah yang cukup rumit. Paradigma ’kumpul – angkut – buang’ yang

masih dijalankan, menjadikan beban pengelolaan sampah di TPA Babakan, satu-

satunya TPA milik Pemerintah Kabupaten Bandung terukur sangat tinggi.

Antisipasi untuk mengurangi beban di TPA telah dilakukan, yaitu dengan

pengembangan unit-unit pengomposan, namun umumnya kini terhenti. Satu-

satunya unit pengomposan yang baru diujikan untuk dioperasikan kembali

adalah pengomposan di TPA Babakan, belum bisa menunjukkan optimalisasi

kerja. Usaha lainnya adalah dengan mengembangkan kerjasama pembangunan

PLTSa dengan pihak swasta, hal ini pun baru akan terwujud pada skala ujicoba.

Rendahnya kinerja pengelolaan sampah di

kabupaten ini berdampak secara langsung terhadap

kualitas lingkungan dan sanitasi masyarakat.

Penumpukan dan

pembuangan sampah

ilegal kerap ditemukan di

saluran, sungai, tanah kosong, serta tempat lainnya

sehingga menimbulkan berbagai gangguan

kesehatan, kenyaman, dan estetika.

Page 3: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-3

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Letak Kabupaten Bandung yang strategis sebagai

kota penyangga dalam menopang laju

perkembangan wilayah dengan berbagai

aspeknya serta dinamika perubahan yang begitu

pesat memberikan konstribusi yang cukup besar

dalam masalah menjaga kebersihan lingkungan.

Munculnya berbagai permasalahan lingkungan khususnya yang dikaitkan dengan

kecenderungan akan meningkatnya eksploitasi sumber daya dan lingkungan di

berbagai daerah sebagai implikasi diterapkannya desentralisasi

penyelenggaraan pemerintahan memerlukan adanya suatu kebijakan yang

rasional, terpadu, dan holistik.

Tidak seimbangnya beban pengelolaan sampah dengan kemampuan

pengelolaannya selayaknya segera dicarikan solusinya. Paradigma pengelolaan

sampah yang selama ini dijalankan yaitu ’kumpul-angkut-buang’, harus segera

digeser pada paradigma minimasi di sumbernya. Demikian halnya Paradigma

’state goverment’ dengan pendekatan Pemerintah sebagai satu-satunya

Pelayan Publik, tanpa disadari menyebabkan masyarakat senantiasa

menyerahkan bahkan menimpakan permasalahan pengelolaan sampah kepada

Pemerintah. Tidak ada lagi peran yang lebih dari sekedar membayar retribusi.

Pemikiran ini harus segera digeser, bahwanya pengelolaan sampah bukan

semata-mata tugas Pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab

masyarakat sebagai penimbul dan harus melibatkan seluruh kelompok yang

memberikan kontribusi terhadap timbulnya sampah seperti dunia industri.

Pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung harus diarahkan menuju terciptanya

reduksi beban pengelolaan dengan meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan

sampah melalui pendekatan pola partisipasi masyarakat.

11..22 MMaakkssuudd ddaann TTuujjuuaann

1.2.1 Maksud

Maksud dari Kegiatan Penyusunan Kebijakan Manajemen Pengelolaan

Persampahan adalah menyusun perencanaan jangka pendek, menengah, dan

Page 4: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-4

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

panjang mengenai aspek teknik, finansial, kelembagaan, aturan atau hukum

serta aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan.

Perencanaan didasarkan pada kaidah pengembangan sistem pengelolaan

sampah terpadu (Integrated Solid Waste Management System) dengan

pendekatan paradigma baru yaitu minimasi sampah tertimbun di TPA. Rencana

Induk juga akan berintegrasi dengan program GBWMC dan program kerjasama

regional lainnya.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pekerjaan ini adalah tersedianya rencana tindak dan rencana

strategi pengelolaan persampahan Kabupaten Bandung untuk jangka pendek,

menengah dan jangka panjang yang bisa dipertanggung jawabkan, sehingga

terbentuk program peningkatan kinerja sistem yang dapat diandalkan.

1.2.3 Sasaran Pekerjaan

Target yang ingin dicapai dengan mengembangkan proyek ini adalah :

Bertambahnya tingkat pelayanan pengelolaan sampah oleh Pemerintah,

Sampah dari berbagai aktifitas kota dapat dikelola dengan tepat,

Tempat-tempat penampungan sampah yang ada dapat diperbaharui

dengan tepat, sehingga tidak terlihat timbulan sampah menggunung,

Terciptanya sistem pengelolaan sampah yang menerapkan konsep

minimasi sampah tertimbun di TPA dengan mengembangkan teknologi

tepat guna dan ramah lingkungan.

Manfaat yang diharapkan diperoleh dengan dilaksanakannya kegiatan ini adalah

terciptanya sebuah sistem pengelolaan sampah terpadu (Integrated Solid Waste

Management) yang mampu menjadi pedoman bagi semua pemangku

kepentingan dalam melakukan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung.

Page 5: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-5

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Adapun dampak dari kegiatan ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan

sebagai akibat dari pengelolaan persampahan dengan paradigma baru yang

sistematis dan terintegrasi.

11..33 RRuuaanngg LLiinnggkkuupp PPeellaappoorraann

Laporan Final merupakan laporan tahap akhir dari keseluruhan pelaksanaan

pekerjaan. Laporan ini berisikan kajian-kajian terhadap kondisi wilayah

perencanaan dan kondisi eksisting pengelolaan sampah Kabupaten Bandung.

Evaluasi terhadap kondisi eksisting dilakukan sebagai langkah indentifikasi

masalah yang menjadi landasan dalam pengembangan perencanaan. Kebijakan

dan Strategi dikembangkan untuk diturunkan ke dalam rencana aksi

pengelolaan sampah 20 tahun mendatang.

Buku Laporan Final ini disertai dengan buku pelengkap yang disajikan dalam

bentuk Buku Laporan tersendiri , yaitu :

1. Buku Kondisi Eksisting, menampilkan data-data pengelolaan sampah

Kabupaten Bandung Tahun 2007.

2. Buku Laporan Studi Timbulan dan Karakteristik Sampah Kabupaten

Bandung

3. Buku Laporan Studi KAP Masyarakat Kab. Bandung

4. Buku Kumpulan Peraturan terkait Pengelolaan Sampah di Kabupaten

Bandung

5. Album Peta Sistem Pengolaan Sampah Kabupaten Bandung

6. Ringkasan Eksekutif

11..44 PPeennggeerrttiiaann

Dalam Laporan Akhir ini dipergunakan beberapa istilah yang banyak

dipergunakan. Penting dipaparkan untuk diketahui, mengingat perbedaan

penafsiran akan menimbulkan arti yang berlainan. Adapun istilah yang yang

banyak dipergunakan tersebut adalah sebagai berikut :

Page 6: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-6

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

1. Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

2. Sampah perkotaaan adalah sampah yang ditimbulkan dari aktifitas kota

termasuk didalamnya sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah

tangga.

3. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk terdiri dari bekas

makanan, bekas sayuran , kulit buah lunak, daun-daunan dan rumput.

4. Sampah anorganik adalah sampah kering yang sukar atau tidak membusuk

seperti kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi dan logam lainnya.

5. Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang dan

per hari dalam satuan volume maupun berat.

6. Sampah B3 Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari aktifitas RT,

mengandung bahan dan/atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya/

atau beracun karena sifat kandungannya tersebut baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup

dan atau membahayakan kesehatan manusia.

7. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

8. Pewadahan sampah adalah cara penampungan sampah sementara di

sumbernya, baik individual maupun komunal.

9. Pewadahan individual adalah cara penampungan sampah sementara di

masing-masing sumbernya.

10. Pewadahan komunal adalah cara penampungan sampah sementara secara

bersama-sama pada satu tempat.

11. Pengumpulan sampah adalah proses penanganan dengan cara

pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat

pembuangan sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa

melalui proses pemindahan.

12. Pola pengumpulan individual langsung adalah cara pengumpulan sampah

dari rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat

pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.

Page 7: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-7

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

13. Pola pengumpulan individual tidak langsung adalah cara mengumpulkan

sampah dari masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan

(menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan

akhir.

14. Pola pengumpulan komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah

dari masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat

pembuangan akhir.

15. Pola pengumpulan komunal tidak langsung adalah adalah cara

pengumpulan sampah dari masing-masing titik wadah komunal dibawa ke

lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke

tempat pembuangan akhir.

16. Pola penyapuan jalan adalah proses pengumpulan sampah hasil penyapuan

jalan dengan menggunakan gerobak.

17. Pemindahan sampah adalah tahap memindahkan sampah hasil

pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat

pembuangan akhir.

18. Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi

pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat

pembuangan akhir.

19. Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah

atau merubah bentuk menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan cara

pembakaran, pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan, dan

pendaurulangan.

20. Pengomposan (composting) adalah sistem pengolahan sampah organik

dengan bantuan mikroorganisme sehingga terbentuk pupuk organik (pupuk

kompos).

21. Potensi Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah yang berpotensi

untuk dikomposkan.

22. Tingkat Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah organik yang

berhasil dikomposkan di bandingkan terhadap timbulan sampah organik

potensi pengomposan.

Page 8: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-8

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

23. Pembakaran sampah adalah salah satu teknik pengolahan sampah dengan

membakar sampah secara terkendali, sehingga terjadi perubahan bentuk.

Reduksi dari sampah padat menjadi abu, gas dan cairan.

24. Pemadatan adalah uapaya mengurangi volume sampah dengan cara

dipadatkan baik secara manual maupun mekanis sehingga pembuangan ke

tempat pembuangan akhir lebih efisien.

25. Daur ulang adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan

produk yang bermanfaat lagi.

26. Potensi Daur Ulang adalah sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali

atau di daur ulang.

27. Tingkat Daur Ulang adalah jumlah atau volume timbulan sampah anorganik

yang berhasil di daur ulang dari timbulan sampah anorganik potensi daur

ulang.

28. Tingkat pelayanan adalah jumlah sampah yang berhasil dikelola baik

dengan cara konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan

pendekatan pengolahan dan atau daur ulang.

29. Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat sebelum

sampah diangkut ke tempat pendauran-ulang, pengolahan, dan/atau

pemrosesan akhir.

30. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) adalah tempat

dilaksanakannya kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan,

pengumpulan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Khusus di

Kabupaten Bandung, TPST dibedakan atas skala Kelurahan untuk proses

pengomposan, Skala Kecamatan untuk proses pengolahan sampah

anorganik dan Skala Kota untuk penanganan residu.

31. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk pemrosesan akhir

sampah kota setelah direduksi melalui proses-proses di hulu.

Page 9: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-9

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

11..55 SSiisstteemmaattiikkaa PPeellaappoorraann

Sistematika Laporan Akhir terdiri dari 7 (tujuh) Bab, yang terdiri dari :

Bab I Pendahuluan

Bab ini merupakan pengantar dalam Laporan Akhir ini, serta didalamnya

tertuang mengenai ruang lingkup dan sistematika Laporan Akhir.

Bab II Evaluasi Sistem Pengelolaan Kebersihan Kota

Bab ini akan menguraikan evaluasi sistem pengelolaan sampah kota eksisting

mulai dari sistem teknik operasional, sistem pengelolaan/pelayanan, daerah

dan tingkat pelayanan yang diterapkan di Wilayah Perencanaan. Dalam bab ini

juga dibahas berbagai aspek mencakup data – data kelembagaan, aspek

pembiayaan, aspek peraturan, dan aspek peran serta masyarakat.

Bab III Strategi Pengelolaan Sampah Kabupaten Bandung

Tahun 2008-2028

Pada bab ini akan dibahas strategi-strategi untuk mendukung kinerja dalam hal

pengembangan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung, yang meliputi

strategi-strategi teknik operasional, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan,

aspek peraturan, dan aspek peran serta masyarakat.

Bab IV Rencana Operasi Pengelolaan

Perencanaan pelayanan pengelolaan sampah Kabupaten Bandung di dasarkan

pada beban permasalahan sampah yang dihadapi pada kondisi saat ini sampai

pada masa 10 dan 20 tahun mendatang.

Bab V Rencana Pengembangan Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Pada Bab ini akan diuraikan rencana tinjauan dan strategi khusus dalam

pengembangan aspek peraturan dan kelembagaan yang ada di Kabupaten

Bandung.

Page 10: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-10

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Bab VI Rencana Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Pada bab ini dikembangkan strategi-strategi partisipatif dalam hal pelibatan

masyarakat untuk mendukung sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten

Bandung.

Bab VII Rencana Pembiayaan Pengelolaan Sampah

Pada bab ini akan diuraikan mengenai rencana-rencana dalam pengembangan

aspek pembiayaan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung.

Bab VIII Penutup

Merupakan bagian akhir dari Laporan Akhir. Dalam bab ini akan dituangkan

kesimpulan dan point penting dari strategi dan perencanaan yang telah

dikembangkan.

Page 11: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-1

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 21/PRT/M2006, tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan bahwa kondisi

yang ingin dicapai dalam pengembangan sistem

pengelolaan sampah adalah :

a. Seluruh masyarakat, baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan

memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari aktifitas

sehari-hari, baik di lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran,

maupun tempat-tempat umum lainnya,

b. Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena sampah

yang dihasilkan dapat ditangani secara benar,

c. Masyarakat mampu memelihara kesehatan karena tidak terdapat sampah

yang berpotensi menjadi bahan penularan penyakit

d. Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untuk

berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh

manfaat bagi kesejahteraannya.

Untuk itulah evaluasi dimaksudkan guna menilai kinerja sistem yang berlaku pada

saat ini. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara kondisi kebersihan

kota saat ini dan target yang semestinya dicapai dalam pengelolaan kebersihan

kota. Evaluasi melingkupi seluruh aspek pengelolaan kebersihan kota yaitu:

pembiayaan, teknik operasional, kelembagaan, peraturan dan peran serta

masyarakat. Melalui evaluasi diharapkan akan terdeteksi permasalahan secara

Page 12: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-2

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

komprehensif demikian pula terhadap upaya penyelesaian dan pengembangannya dimasa yang akan datang.

Berdasarkan kajian terhadap data-data sekunder dan data primer sistem persampahan di Kabupaten Bandung (Lihat Buku 1), diperoleh data-data

sebagaimana di rangkum dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1Matrik Evaluasi Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung

No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting

Tahun 2007Satuan

Standar /

TargetSumber

I ASPEK TEKNIS

A. Beban Pelayanan

1. Jumlah Penduduk Pelayanan

a. Penduduk Total

3,027,233

Jiwa

b. Penduduk di Perkotaan

968,715

Jiwa Rasio Penduduk Kota dan Desa, ditetap

c. Penduduk di Perdesaan

2,058,518

Jiwa Kan oleh Bappeda sebesar 32: 68

d. Penduduk Terlayani

201,411.0

Jiwa

2. Kuantitas Timbulan Sampah

a. Timbulan perkapita di perkotaan 2.8 liter/orang/hari 2.75 - 3.25 SNI Tata Cara Peng. Sampah Permukiman

0.4 kg/orang/hari 0.70 - 0.80 SNI Tata Cara Peng. Sampah Permukiman

b. Timbulan perkapita di perdesaan 1.0 liter/orang/hari 2.5 - 2.75 SNI Tata Cara Peng. Sampah Permukiman

0.2 kg/orang/hari 0.625 - 0.70 SNI Tata Cara Peng. Sampah Permukiman

c. Timbulan sampah perkotaan 2,722 m3/hari

544 ton/hari

d. Timbulan sampah perdesaan 2,017 m3/hari

403 ton/hari

e. Total Timbulan sampah 4,739 m3/hari

Page 13: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-3

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting

Tahun 2007Satuan

Standar /

TargetSumber

948 ton/hari

B. Kualitas Pelayanan

1. Tingkat Pelayanan

a. Terhadap Penduduk Total

15.4

% 100 NAP Persampahan 2010 - 2015

b. Terhadap Penduduk Perkotaan 20.8 % 60 - 70

2. Tingkat Pelayanan Sistem Berbasis Masyarakat 0.0 %

2. Kinerja Operasi Pengelolaan

a. Pewadahan di sumber Bervariasi/Swadaya

tercampur

b. Pengumpulan

* Jenis Alat Pengumpul

(1) Permukiman Teratur Dump Truck(Door to

Door)(2) Permukiman Tidak Teratur Gerobak

(3) Non Permukiman (1) Dump Truck

(2) Container Arm Roll

* Frekuensi Pengumpulan 2 - 3 hari/minggu

* Rasio Alat Pengumpulan vs beban pengumpulan 1 gerobak / RW121 - 135 lokasi TPS Peraturan Bupati No. 8 Th 2006

* Pengadaan Sarana 1 grbk/800 jiwa SNI 03-3242-1994

c. Pengolahan

Page 14: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-4

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting

Tahun 2007Satuan

Standar /

TargetSumber

(1) Tingkat Pengolahan

Pengomposan

* Beban Pengomposan Sampah

Organik1,505.3 m3/hari

* Volume Sampah di komposkan - m3/hari

* Tingkat Pengomposan - %

Daur Ulang Sampah Anorganik

* Potensi Daur Ulang Sampah

Anorganik881.4 m3/hari

* Perolehan Kembali Sampah

Potensi Daur Ulang- m3/hari

* Tingkat Perolehan Kembali

Sampah Potensi Daur Ulang- %

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

* Volume Sampah Bahan Baku

Pembakaran (Residu)410.6

* Volume Sampah Terolah di

PLTSa- m3/hari / ton/hari

* Tingkat Pengolahan dg PLSTa - % 25 - 40 NAP Persampahan 2010 - 2015

Total Volume Sampah terolah -

(2) Tingkat Reduksi Sampah Karena

Pengolahan- % 20 Per Men PU No. 21/PRT/M/2006

(3) Sarana dan Prasarana

PengolahanA. TPS / UPS skala Kelurahan atau Desa

* Rasio Lokasi TPS/ UPS 1 TPS/2000 Pndk Kriteria dlm Master Plan Persampahan

* Jumlah TPS yang ada

Page 15: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-5

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting

Tahun 2007Satuan

Standar /

TargetSumber

* Kebutuhan pembangunan TPS /

UPS

B. TPST Kecamatan

* Rasio Lokasi TPST1 setiap kecamatan Kriteria dlm Master Plan Persampahan

* Kebutuhan pembangunan TPST

Kecamatan

d. Pengangkutan

* Frekuensi 1 - 3 hari / minggu

* Ritasi Arm Roll 2 - 3 trip / hari / unit 3 Peraturan Bupati No. 8 Th 2006

* Ritasi Dump Truck

* Beban Pengangkutan Sampah

ke TPA2,722

* Sampah Terangkut ke TPA 567 m3/hari

* Tingkat Keterangkut sampah ke

TPA 20.8% 75 RPJMN 2004 - 2009

d. Penanganan Akhir

* Lokasi TPA Babakan, Kec. Arjasari

* Luas TPA Efektif 4.0 Ha

* Metoda Operasi Open Dumping Controlled Landfill,

Tahun 2010

Per Men PU No. 21/PRT/M/2006

Ket : TPA Baru, Sanitary Landfill

Peraturan Bupati No. 8 Th 2006

100% infrastruktur TPA terpenuhi th 2010

* Beban Penimbunan di TPA 2,722 m3/hari

* Sampah tertimbun di TPA 567 m3/hari

Page 16: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-6

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting

Tahun 2007Satuan

Standar /

TargetSumber

* Tingkat Penimbunan di TPA

20.8

%

* Kebutuhan lahan untuk

PenimbunanHa

II ASPEK KELEMBAGAAN

1. Bentuk Lembaga Dinas -->UPTD

Kebersihan

Dinas --> PD Per Men PU No. 21/PRT/M/2006

2. Struktur Organisasi

a. Perencanaan √ Per Men PU No. 21/PRT/M/2006

b. Pengendalian √ Per Men PU No. 21/PRT/M/2006

c. Pelaksanaan √ √ Per Men PU No. 21/PRT/M/2006

d. Pengawasan √ Per Men PU No. 21/PRT/M/2006

3. Penyediaan SDM

a. Jumlah total personil 410.0 Pegawai

b. Rasio Personil per 1000

pendudukPenduduk/1 SDM 1.5 - 2 penduduk/1SDM NAP Persampahan 2010 - 2015

c. Kualitas Personil

III ASPEK FINANSIAL

1. Rasio Anggaran terhadap APBD 0.80 % 8 - 10 NAP Persampahan 2010 - 2015

a. Anggaran Sampah Tahun

Terakhir 13,585,324,579b. Total APBD Kota

1,700,000,000,000

2. Efektifitas Retribusi100.0

% target retribusi

Page 17: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-7

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting

Tahun 2007Satuan

Standar /

TargetSumber

a. Penerimaan Retribusi dari

masyarakat827,610,000 50 - 60 NAP Persampahan 2010 - 2015

3. Mekanisme Penarikan Retribusi

IV. ASPEK HUKUM

1. Ketersediaan Perda

a. Organisasi Kelembagaan

Pengelola Sampah Kota√ √ Peraturan Bupati No. 8 Th 2006

tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kebersihanb. Ketertiban Umum √ √

c. Retribusi Sampah √ √

d. Dasar Hukum √ 100% Ketersediaan Perangkat

Hukum dan Peraturan

V. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Masyarakat

a. Keberadaan Program Pembinaan intensifikasi Per Men PU No. 21/PRT/M/2006

- Jumlah kegiatan per tahun kegiatan/tahun 70 - 92 Peraturan Bupati No. 8 Th 2006

- Jumlah penduduk target

Pembinaanjiwa/tahun 3500 - 4600 Peraturan Bupati No. 8 Th 2006

b. Keberadaan Sistem Pengelolaan

Berbasis Masyarakatkurang dari 3 intensifikasi dan Per Men PU No. 21/PRT/M/2006

replikasi contoh

2. Swasta / BUMD - % timbulan kota 10 - 30 NAP Persampahan 2010 - 2015

rit/hari 1 - 3 Peraturan Bupati No. 8 Th 2006

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, Tahun 2007

Page 18: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-8

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

22..11 AAnnaalliissiiss BBeebbaann KKeerrjjaa

22..11..11 WWiillaayyaahh PPeellaayyaannaann

Penyelenggaraan pelayanan

pengelolaan sampah merupakan

kegiatan yang memiliki rutinitas yang

sangat tinggi dan memerlukan alokasi

sumberdaya yang cukup tinggi pula.

Pelayanan pengelolaan sampah

merupakan pelayanan publik yang

diperlukan setiap hari. Kondisi bersih

merupakan dambaan setiap individu di

mana pun mereka berada.

Beban pengelolaan sampah dapat dilihat berdasarkan

beban kuantitatif dan beban kualitatif. Secara

kuantitatif, beban terukur dari besarnya timbulan

sampah yang harus dikelola sistem. Timbulan sampah

ini diukur dari jumlah penduduk yang menimbulkan

sampah setiap hari. Secara kualitatif beban diukur

berdasarkan tingkat kesulitan pengelolaan sampah. Kesulitan pengelolaan

sampah tergantung pada karakteristik sampah yang

ada. Sedangkan karakteristik sampah sangat

dipengaruhi oleh pola konsumsi

masyarakat. Semakin tinggi kehadiran

sampah anorganik, semakin tinggi tingkat

kesulitan pengolahannya. Saat ini, dimana

tingkat konsumerisme masyarakat mulai

berubah kearah pengemasan segala jenis

barang, kehadiran sampah plastik dan

kertas semakin tinggi. Terlihat dari hasil sampling komposisi sampah di

Kabupaten Bandung, di daerah permukiman maupun non permukiman,

kehadiran sampah kertas mencapai 19%, sedangkan plastik mencapai 17%,

mendominasi kehadiran sampah anorganik lainnya. Hal ini pun telah terjadi di

Page 19: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-9

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

lingkungan perdesaan, kecenderungan tinggi dalam pemanfaatan plastik telah

berdampak pada kondisi lingkungan. Hal ini terlihat dari observasi di Desa

Mekar Jaya, masyarakat menilai bahwa permasalahan sampah di desanya mulai

dirasakan bermasalah ketika pemakaian plastik mulai meningkat.

Faktor lain yang mempengaruhi beban pelayanan adalah kepadatan penduduk.

Semakin padat penduduk di suatu wilayah, kompleksitas permasalahan semakin

tinggi, sehingga beban pengelolaan semakin berat.

Berdasarkan data kependudukan Tahun 2007, rata-rata kepadatan penduduk di

Kab. Bandung mencapai 25.75 Jiwa/Ha, dengan rentang antara 3-106 Jiwa/Ha.

Angka tersebut, masih tergolong kepadatan rendah. Dari 30 kecamatan, hanya

ada 2 kecamatan yang lebih dari 100 Ha, yaitu Margahayu dan Dayeuhkolot.

Kedua Kecamatan ini dapat dikategorikan daerah urban. Sementara itu, daerah

urban lain seperti Margaasih, Majalaya dan Katapang, kepadatan penduduk

berkisar pada angka 50 jiwa/Ha. Dengan rentang kepadatan penduduk tersebut,

maka dapat di kembangkan 3 Kategori wilayah berdasarkan kepadatannya dan

masing-masing menandakan karakteristik pelayanan persampahan, yaitu :

(1) Kepadatan lebih tinggi dari 30 Jiwa/ha merupakan beban pelayanan

tinggi.

(2) Kepadatan diantara 10 – 30 jiwa/Ha merupakan beban pelayanan

menengah.

(3) Kepadatan kurang dari 10 jiwa/Ha , beban pelayanan rendah

Berdasarkan pada data kepadatan penduduk tahun 2007, maka Tabel 2.2

menunjukkan Klasifikasi Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan berdasarkan

Beban Pelayanan.

Page 20: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-10

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.2Klasifikasi Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan

Berdasarkan Kepadatan Penduduk

No KECAMATANJml penddk

2007

Luas Kepadatan(Jiwa/ha)

Kepadatan(Jiwa/Km2)Km2 Ha

Beban Pelayanan Tinggi

1 Margahayu * 119.589 10,5434 1.054 113 11.343

2 Dayeuhkolot * 116.271 11,0269 1.103 105 10.544

3 Margaasih * 127.752 17,9653 1.834 70 7.111

4 Katapang * 129.854 21,1624 2.154 60 6.136

5 Majalaya * 149.548 25,3599 2.536 59 5.897

6 Baleendah * 186.868 41,8212 4.156 45 4.468

7 Pameungpeuk * 64.426 14,6229 1.462 44 4.406

8 Cileunyi * 132.996 31,5750 3.158 42 4.212

9 Rancaekek * 167.403 45,2991 4.525 37 3.696

10 Ciparay * 145.829 46,1762 4.618 32 3.158

11 Solokanjeruk * 75.626 24,0100 2.401 31 3.150

12 Bojongsoang * 86.267 27,3359 2.781 31 3.156

Beban Pelayanan Sedang

13 Cicalengka * 102.480 35,6635 3.599 28 2.874

14 Banjaran * 110.743 42,9231 4.292 26 2.580

15 Cangkuang 59.553 24,6082 2.461 24 2.420

16 Soreang * 149.839 67,3717 6.700 22 2.224

17 Paseh * 112.610 58,2490 5.103 22 1.933

18 Cikancung 76.126 40,5337 4.014 19 1.878

19 Cimenyan * 90.434 52,8712 5.308 17 1.710

20 Ciwidey * 75.193 49,8400 4.847 16 1.509

21 Cilengkrang * 40.709 29,9066 3.012 14 1.361

22 Arjasari * 92.519 64,9779 6.498 14 1.424

23 Ibun * 72.867 54,5653 5.457 13 1.335

24 Cimaung 72.034 54,9979 5.500 13 1.310

25 Pacet 98.349 91,9401 9.194 11 1.070

Beban Pelayanan Ringan

26 Nagreg 46.185 48,5900 4.930 9 951

27 Pangalengan * 132.401 195,4236 19.541 7 678

28 Kertasari 65.859 152,0738 15.207 4 433

29 Rancabali 48.766 147,0000 14.837 3 332

30 Pasirjambu 78.140 239,4936 23.958 3 326

J U M L A H 3.027.233 176.239 823 82.281

Rata-rata 27 2.743

Sumber : Analisis Konsultan berdasarkan data dasar dari RTRW Tahun 2007

Keterangan : *) Daerah Pelayanan Eksisting Dinas Kebersihan Tahun 2007

Berdasarkan Tabel di atas, dari 30 Kecamatan di Kabupaten Bandung, terdapat

18% wilayah (12 Kecamatan) yang selayaknya mendapat pelayanan intensif, 37%

Page 21: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-11

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(13 Kecamatan) dengan Tingkat Pelayanan Menengah dan 45% (5 Kecamatan)

dengan Pelayanan Minimum.

Gambar 2.1 menunjukkan Klasifikasi Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan

berdasarkan kepadatan penduduk.

Page 22: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-12

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

CILILIN

PASIRJAMBUPANGALENGAN

PACET

CIPATAT

KERTASARI

RONGGA

RANCA BALI

IBUN

GUNUNG HALU

LEMBANG

CIPEUNDEUY

BATUJAJAR

PASEH

CIPONGKOR

SOREANG

SINDANG KERTA

ARJASARI

CIKALONG WETAN

CIMAUNG

CIPARAY

CISARUA

BANJARAN

CIW IDEY

NAGREG

CIMEUNYAN

PADALARANG

RANCAEKEK

CIKACUNG

BALEENDAH

CILEUNYI

CICALENGKA

PARONGPONG

CILENGKRANG

NGAMPRAH

MAJALAYA

KATAPANG

BOJONG SOANG

MARGAASIH

SOLOKAN JERUKPAMEUNGPEUK

MARGAHAYUDAYEUH KOLOT

740000

740000

760000

760000

780000

780000

800000

800000

820000

82000091800

00

918

0000

92000

00

920

0000

92200

00

922

0000

924

0000

92400

00

926

0000

92600

00

N

EW

S

2 0 2 4 6 8

Kilometers

SKALA 1 : 200.000

PETA BEBAN PELAYANANKABUPATEN BANDUNG

BATAS KABUPATEN

BATAS KECAMATAN

BATAS KOTA

JALAN KERETA API

JALAN LOKAL

JALAN NASIONAL

JALAN UTAMA

SUNGAI

TIDAK ADA PELAYANAN

PELAYANAN TINGGI

PELAYANAN SEDANG

PELAYANAN RINGAN

KEGIATAN PENYUSUNAN KEBIJAKANMANAJEMEN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

DI KABUPATEN BANDUNG

BAPPEDAKABUPATEN BANDUNG

BAPEDA

KABUPATEN BANDUNG

Kabupaten Bsandung Barat

Gambar 2.1

Pelayanan Tinggi (> 30 jiwa/Ha)

Pelayanan Sedang (10-30 jiwa/Ha)

Pelayanan Rendah (< 10 jiwa/Ha)

KABUPATENBANDUNG BARAT

Page 23: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-13

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Dibandingkan terhadap wilayah pelayanan Dinas

Kebersihan saat ini, yaitu melingkupi 22 Kecamatan

(baca tanda *), terlihat bahwa Dinas Kebersihan telah

memberikan prioritas pelayanan kepada daerah-

daerah kritis, yaitu dengan kepadatan tinggi yang

menunjukkan tingginya tingkat permasalahan sampah.

Adapun Kecamatan yang tergolong kepadatan rendah yang sudah mendapat

pelayanan yaitu Pangalengan, pelayanan yang diberikan tercatat hanya

pengangkutan dari PT. Magma sebuah industri migas dengan pelayanan 1

rit/minggu. Demikian pula di beberapa Kecamatan lainnya, pelayanan baru

melingkup satu wilayah kecil umumnya yaitu wilayah pasar atau rumah sakit

dan daerah industri.

Beban pelayanan tinggi umumnya menyebar di

daerah pemukiman, ditambah lokasi pelayanan

umum seperti terminal/sub terminal, perkantoran,

pusat perbelanjaan, daerah komersial, daerah

industri, rumah sakit dll.

Penyelenggaraan pelayanan terhadap obyek-obyek tersebut di atas,

memerlukan perencanaan dengan baik, penyediaan prasarana dan sarana yang

memadai, teknik operasional yang efektif, pembiayaan yang efisien, personil

yang produktif dan pengawasan dan pengendalian yang konsisten.

Melihat lingkup luas daerah administrasi Kabupaten Bandung setelah berdirinya

Kabupaten Bandung Barat, Wilayah Pelayanan II kini hanya tinggal Kecamatan

Margaasih. Untuk meningkatkan efisiensi kerja, Kecamatan Margaasih

selayaknya bergabung ke dalam Wilayah Pelayanan I. Dengan demikian di

Kabupaten Bandung wilayah pelayanan saat ini terbagi ke dalam 3(tiga)

wilayah, seperti terlihat pada Tabel 2.3. Adapun peta wilayah pelayanan,

dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Page 24: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-14

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.3Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan Tahun 2007 *)

Wilayah KecamatanJml Penddk

2007**)

Luas Kepadatan(Jiwa/ha)

Kepadatan(Jiwa/km2)Km2 Ha

I

1. Soreang 149.839 67,3717 6.700 22 2.224

2. Pasir Jambu 78.140 239,4936 23.958 3 326

3. Ciwidey 75.193 49,8400 4.847 16 1.509

4. Rancabali 48.766 147,0000 14.837 3 332

5. Margahayu 119.589 10,5434 1.054 113 11.343

6. Katapang 129.854 21,1624 2.154 60 6.136

7. Margaasih 127.752 17,9653 1.834 70 7.111

8. Pameungpeuk 64.426 14,6229 1.462 44 4.406

9. Bojongsoang 86.267 27,3359 2.781 31 3.156

10. Dayeuhkolot 116.271 11,0269 1.103 105 10.544

996.096 606,3621 60.730

II

11. Banjaran 110.743 42,9231 4.292 26 2.580

12. Cimaung 72.034 54,9979 5.500 13 1.310

13. Baleendah 186.868 41,8212 4.156 45 4.468

14. Arjasari 92.519 64,9779 6.498 14 1.424

15. Ciparay 145.829 46,1762 4.618 32 3.158

16. Pangalengan 132.401 195,4236 19.541 7 678

17. Kertasari 65.859 152,0738 15.207 4 433

18. Pacet 98.349 91,9401 9.194 11 1.070

19. Cangkuang 59.553 24,6082 2.461 24 2.420

964.154 1.321,3041 71.467

III

20. Cileunyi 132.996 31,5750 3.158 42 4.212

21. Cimenyan 90.434 52,8712 5.308 17 1.710

22. Cilengkrang 40.709 29,9066 3.012 14 1.361

23. Cicalengka 102.480 35,6635 3.599 28 2.874

24. Rancaekek 167.403 45,2991 4.525 37 3.696

25. nagreg 46.185 48,5900 4.930 9 951

26. Cikancung 76.126 40,5337 4.014 19 1.878

27. Solokanjeruk 75.626 24,0100 2.401 31 3.150

28. Paseh 112.610 58,2490 5.103 22 1.933

29. Majalaya 149.548 25,3599 2.536 59 5.897

30. Ibun 72.867 54,5653 5.457 13 1.335

1.066.982 415,0483 44.042

Total 3.027.233 2.343 176.239

Sumber : Analisis KonsultanKeterangan :*) Setelah Pembentukan Kabupaten Bandung Barat**) Jumlah penduduk diambil dari RTRW Tahun 2007

Page 25: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-15

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

KABUPATEN BANDUNGBARAT

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Gambar 2.2WP. KAB. BANDUNG SETELAH

PEMBENTUKAN KAB. BANDUNG BARAT

BAPEDA

KABUPATEN BANDUNG

Page 26: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-16

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Mengacu pada sasaran utama yang ingin dicapai secara Nasional dalam bidang

persampahan yaitu, pencapaian cakupan pelayanan 60% penduduk pada Tahun

2010, maka di Kabupaten Bandung direkomendasikan hal-hal berikut :

Pelayanan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung melingkupi 100%

penduduk, dengan perbandingan antara perkotaan dan perdesaan sebesar

32 : 68.

Seluruh wilayah Kabupaten yaitu 30 Kecamatan dalam 10 tahun periode

perencanaan pertama dibagi kedalam 3 wilayah pelayanan inti. Sedangkan

untuk peningkatan efektifitas kerja, dalam periode 10 tahun kedua,

direncanakan masing-masing wilayah akan dikembangkan ke dalam wilayah

yang lebih kecil, berdasarkan tingkat intensitas pelayanan.

Dalam 20 tahun mendatang, beban pelayanan teknis Dinas Kebersihan

Kabupaten Bandung adalah sebesar 32% penduduk total Kabupaten Bandung.

Diprioritaskan untuk wilayah Pelayanan Kritis dan Pelayanan Sedang.

Adapun 68% penduduk di perdesaaan akan disentuh dengan pola pembinaan

dengan pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat. Wilayah

prioritas adalah wilayah yang termasuk dalam kategori pelayanan rendah

dan sedang.

22..11..22 KKuuaannttiittaass TTiimmbbuullaann SSaammppaahh

Berdasarkan hasil studi timbulan sampah, diperoleh nilai rerata sampah

terkumpul dari setiap aktifitas di Kabupaten Bandung adalah seperti terlihat

pada Tabel 2.4 dan Gambar 2.3.

Tabel 2.4Rerata Harian Sampah Terkumpul di Kabupaten Bandung

Komponen SumberSampah

Rerata Harian(m3/hr)

Pemukiman

Rumah Permanen 0,154

Rumah Semi Permanen 0,247

Rumah Non Permanen 0,253

Perdesaan 0,058

Non Permukiman

Kantor 0,166

Komersil 0,368

Sekolah 0,135

Page 27: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-17

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Komponen SumberSampah

Rerata Harian(m3/hr)

Pasar 0,287

Industri 0,025

Rumah Sakit 0,642Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007

Gambar 2.3Rerata Harian Timbulan Sampah di Kabupaten Bandung

Dari Grafik 2.3 dan Tabel 2.4 terlihat bahwa sampah terkumpul di Permukiman

masih mendominasi mencapai proporsi terbesar. Adapun dari sumber non

permukiman, terukur kegiatan pasar, komersil, dan rumah sakit mencapai

volume yang tinggi.

Adapun berdasarkan identifikasi terhadap data aktifitas di Kabupaten Bandung,

tergambar sebuah pola timbulan sampah berdasarkan sumber aktifitas seperti

pada Tabel 2.5. Data ini sangat diperlukan guna menentukan timbulan sampah

di setiap sumbernya.

Page 28: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-18

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.5Timbulan Sampah di Kabupaten Bandung Berdasarkan Sumbernya

SumberTimbulan Sampah

(m3/hr) %

Rumah Tangga 1.851,0 68,0%

Pasar 544,4 20,0%

Komersial 95,3 3,5%

Kantor 8,2 0,3%

Sekolah 40,8 1,5%

Rumah Sakit 46,3 1,7%

Industri 122,5 4,5%

Lain-Lain 13,6 0,5%

Total 2.722,1 100,0%Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007

Gambar 2.4Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya

Sumber : Tabel 2.5

Rekapitulasi angka timbulan sampah masing-masing sumber aktifitas sampling

dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Page 29: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-19

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.6Rekapitulasi Timbulan Sampah di Kab. Bandung

Komponen Sumber

Sampah Satuan

Hasil Sampling SNI

Volume Berat Volume Berat

(Liter) (kg) (liter) (kg)

Permukiman

Rumah Permanen Per orang/hr 1,32 0,21 2,25 - 2,50 0,350 - 0,400

Rumah Semi Permanen Per orang/hr 2,58 0,58 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350

Rumah Non Permanen Per orang/hr 2,00 0,17 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300

Perdesaan Per orang/hr 0,67 0,11

Non Permukiman

Kantor Per pegawai/hr 0,58 0,04 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100

Sapuan Jalan Per meter/hr 1,16 0,09

Komersil Per meter/hr 0,12 0,01 2,50 - 3,00 0,150 - 0,350

Sekolah Per siswa/hr 0,19 0,02 0,10 - 0,15 0,010 - 0,020

Pasar Per meter/hr 1,31 0,30 0,20 - 0,60 0,1 - 0,3

Industri Per karyawan/hr 1,14 0,06

Rumah Sakit

Per tempat

tidur/hr 4,72 0,76

Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007

Studi timbulan sampah di Kab. Bandung, menunjukkan bahwa timbulan permukiman untuk masyarakat tingkat ekonomi

menengah ke atas, memiliki angka timbulan lebih kecil dibandingkan timbulan sampah masyarakat dengan tingkat ekonomi

menengah, yaitu dengan timbulan berkisar antara 1,5 liter/orang/hari sampai 2,5 liter/orang/hari. Adapun aktifitas permukiman

Page 30: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-20

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

non permanen sebagai kelompok masyarakat kelas ekonomi menengah ke

bawah, timbulan mencapai angka lebih kecil, yaitu 0,6 liter/orang/hari sampai

2 liter/orang/hari.

Sampah dari aktifitas non permukiman, di dominasi oleh sampah rumah sakit,

dengan timbulan harian mencapai 0,642 m3/hari, menyusul pasar dan daerah

komersil.

Dalam penentuan timbulan sampah suatu kota lebih sering diperlukan angka

timbulan sampah dalam satuan liter/orang/hari atau kg/orang/hari.

Selanjutnya angka ini diekuivalensikan terhadap penduduk untuk mencapai

angka timbulan sampah kota. Berdasarkan analisis terhadap data-data

keberadaan permukiman dan aktifitas non permukiman di Kabupaten Bandung

(lihat Tabel 2.5), diperoleh perkiraan bahwa timbulan sampah permukiman

mencapai 70% sedangkan non permukiman mencapai 30%. Karena itu dari hasil

kompilasi data sampling, diperoleh kesimpulan :

Timbulan sampah perkotaan ditetapkan sebesar 2,81 liter/orang/hari atau

0,45 kg/orang/hari.

Timbulan di perdesaan, mencapai 0,96 liter/orang/hari atau

0,15 kg/orang/hari.

Dengan nilai-nilai tersebut di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan proyeksi

timbulan sampah Kabupaten Bandung baik di perkotaan dan perdesaan.

Dalam proyeksi diperhitungkan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi

besaran timbulan sampah, terutama adalah pola konsumerisme masyarakat

yang cenderung meningkatkan angka timbulan. Sementara paradigma reduksi

sampah ke TPA yang akan di anut dalam sistem pengelolaan sampah di

Kabupaten Bandung diharapkan akan menurunkan angka timbulan. Dengan

pertimbangan-pertimbangan tersebut, proyeksi sampah perkotaan dan

perdesaan di Kab. Bandung untuk periode 2008 – 2028, diperlihatkan pada

Gambar 2.5, Tabel 2.7 dan Tabel 2.8.

Page 31: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-21

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.7Proyeksi Timbulan Sampah Perkotaan di Kabupaten Bandung

WilKecamatan

2008 2010 2015 2020 2025 2028

Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr

I

1. Soreang 49.001 137,7 27,5 51.175 143,8 28,8 57.043 160,3 32,1 63.583 178,7 35,7 70.874 199,2 39,8 75.643 212,6 42,5

2. Pasir jambu 25.477 71,6 14,3 26.450 74,3 14,9 29.045 81,6 16,3 31.896 89,6 17,9 35.026 98,4 19,7 37.050 104,1 20,8

3. Ciwidey 24.323 68,3 13,7 24.855 69,8 14,0 26.236 73,7 14,7 27.694 77,8 15,6 29.233 82,1 16,4 30.197 84,9 17,0

4. Rancabali 15.754 44,3 8,9 16.055 45,1 9,0 16.835 47,3 9,5 17.652 49,6 9,9 18.509 52,0 10,4 19.043 53,5 10,7

5. Margahayu 39.677 111,5 22,3 42.651 119,8 24,0 51.098 143,6 28,7 61.217 172,0 34,4 73.341 206,1 41,2 81.740 229,7 45,9

6. Katapang 43.448 122,1 24,4 47.501 133,5 26,7 59.365 166,8 33,4 74.192 208,5 41,7 92.723 260,6 52,1 105.994 297,8 59,6

7.Margaasih 42.914 120,6 24,1 47.289 132,9 26,6 60.280 169,4 33,9 76.839 215,9 43,2 97.946 275,2 55,0 113.301 318,4 63,7

10. Pameungpeuk 21.207 59,6 11,9 22.439 63,1 12,6 25.843 72,6 14,5 29.764 83,6 16,7 34.279 96,3 19,3 37.310 104,8 21,0

11. Bojongsoang 29.254 82,2 16,4 32.851 92,3 18,5 43.901 123,4 24,7 58.667 164,9 33,0 78.400 220,3 44,1 93.297 262,2 52,4

13. Dayeuhkolot 38.286 107,6 21,5 40.539 113,9 22,8 46.768 131,4 26,3 53.954 151,6 30,3 62.244 174,9 35,0 67.818 190,6 38,1

329.340 925 185 351.805 989 198 416.413 1.170 234 495.458 1.392 278 592.575 1.665 333 661.394 1.859 372

II

8. Banjaran 36.892 103,7 20,7 39.980 112,3 22,5 48.881 137,4 27,5 59.763 167,9 33,6 73.069 205,3 41,1 82.434 231,6 46,3

9. Cimaung 23.656 66,5 13,3 24.915 70,0 14,0 28.363 79,7 15,9 32.288 90,7 18,1 36.756 103,3 20,7 39.728 111,6 22,3

12. Baleendah 62.156 174,7 34,9 67.156 188,7 37,7 81.485 229,0 45,8 98.873 277,8 55,6 119.970 337,1 67,4 134.733 378,6 75,7

14. Arjasari 30.943 86,9 17,4 33.800 95,0 19,0 42.151 118,4 23,7 52.566 147,7 29,5 65.553 184,2 36,8 74.840 210,3 42,1

15. Ciparay 47.986 134,8 27,0 50.742 142,6 28,5 58.343 163,9 32,8 67.082 188,5 37,7 77.131 216,7 43,3 83.869 235,7 47,1

16. Pangalengan 42.443 119,3 23,9 42.592 119,7 23,9 42.968 120,7 24,1 43.348 121,8 24,4 43.731 122,9 24,6 43.962 123,5 24,7

17. Kertasari 21.353 60,0 12,0 21.920 61,6 12,3 23.406 65,8 13,2 24.992 70,2 14,0 26.686 75,0 15,0 27.756 78,0 15,6

18. Pacet 32.239 90,6 18,1 33.832 95,1 19,0 38.166 107,2 21,4 43.055 121,0 24,2 48.570 136,5 27,3 52.213 146,7 29,3

19. Cangkuang 19.839 55,7 11,1 21.500 60,4 12,1 26.286 73,9 14,8 32.138 90,3 18,1 39.293 110,4 22,1 44.329 124,6 24,9

317.507 892 178 336.437 945 189 390.049 1.096 219 454.105 1.276 255 530.758 1.491 298 583.864 1.641 328

III

20. Cileunyi 44.440 124,9 25,0 48.455 136,2 27,2 60.153 169,0 33,8 74.675 209,8 42,0 92.703 260,5 52,1 105.547 296,6 59,3

21. Cimenyan 29.328 82,4 16,5 30.121 84,6 16,9 32.198 90,5 18,1 34.419 96,7 19,3 36.793 103,4 20,7 38.296 107,6 21,5

22. Cilengkrang 13.257 37,3 7,5 13.731 38,6 7,7 14.990 42,1 8,4 16.364 46,0 9,2 17.865 50,2 10,0 18.830 52,9 10,6

23. Cicalengka 33.351 93,7 18,7 34.493 96,9 19,4 37.524 105,4 21,1 40.821 114,7 22,9 44.407 124,8 25,0 46.709 131,3 26,3

24. Rancaekek 56.467 158,7 31,7 62.742 176,3 35,3 81.652 229,4 45,9 106.262 298,6 59,7 138.289 388,6 77,7 161.969 455,1 91,0

25. Nagreg 15.013 42,2 8,4 15.491 43,5 8,7 16.756 47,1 9,4 18.123 50,9 10,2 19.602 55,1 11,0 20.547 57,7 11,5

Page 32: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-22

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

WilKecamatan

2008 2010 2015 2020 2025 2028

Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr

26. Cikancung 25.006 70,3 14,1 26.349 74,0 14,8 30.030 84,4 16,9 34.225 96,2 19,2 39.007 109,6 21,9 42.191 118,6 23,7

27. Solokanjeruk 24.510 68,9 13,8 25.141 70,6 14,1 26.792 75,3 15,1 28.551 80,2 16,0 30.425 85,5 17,1 31.608 88,8 17,8

28. Paseh 36.817 103,5 20,7 38.433 108,0 21,6 42.789 120,2 24,0 47.638 133,9 26,8 53.038 149,0 29,8 56.567 159,0 31,8

29. Majalaya 48.525 136,4 27,3 49.894 140,2 28,0 53.486 150,3 30,1 57.337 161,1 32,2 61.466 172,7 34,5 64.084 180,1 36,0

30. Ibun 23.787 66,8 13,4 24.754 69,6 13,9 27.346 76,8 15,4 30.211 84,9 17,0 33.376 93,8 18,8 35.432 99,6 19,9

350.500 985 197 369.603 1.039 208 423.716 1.191 238 488.627 1.373 275 566.971 1.593 319 621.779 1.747 349

Jumlah 997.348 2.803 561 1.057.846 2.973 595 1.230.179 3.457 691 1.438.190 4.041 808 1.690.304 4.750 950 1.867.037 5.246 1.049

Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007

Keterangan :

Beban Penduduk Pelayanan, 32% Penduduk Kabupaten Bandung

Data Penduduk berdasarkan RTRW tahun 2007

Page 33: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-23

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.8Proyeksi Timbulan Sampah Perdesaan di Kabupaten Bandung

Wil Kecamatan2008 2010 2015 2020 2025 2028

Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr

I

1. Soreang 104.126 102,0 20,4 108.747 106,6 21,3 121.216 118,8 23,8 135.114 132,4 26,5 150.606 147,6 29,5 160.742 157,5 31,5

2. Pasir jambu 54.139 53,1 10,6 56.205 55,1 11,0 61.721 60,5 12,1 67.779 66,4 13,3 74.430 72,9 14,6 78.731 77,2 15,4

3. Ciwidey 51.687 50,7 10,1 52.817 51,8 10,4 55.752 54,6 10,9 58.850 57,7 11,5 62.120 60,9 12,2 64.168 62,9 12,6

4. Rancabali 33.477 32,8 6,6 34.118 33,4 6,7 35.774 35,1 7,0 37.511 36,8 7,4 39.332 38,5 7,7 40.467 39,7 7,9

5. Margahayu 84.313 82,6 16,5 90.632 88,8 17,8 108.582 106,4 21,3 130.087 127,5 25,5 155.851 152,7 30,5 173.698 170,2 34,0

6. Katapang 92.327 90,5 18,1 100.940 98,9 19,8 126.151 123,6 24,7 157.659 154,5 30,9 197.036 193,1 38,6 225.238 220,7 44,1

7.Margaasih 91.192 89,4 17,9 100.490 98,5 19,7 128.094 125,5 25,1 163.282 160,0 32,0 208.136 204,0 40,8 240.764 235,9 47,2

10. Pameungpeuk 45.065 44,2 8,8 47.684 46,7 9,3 54.917 53,8 10,8 63.248 62,0 12,4 72.843 71,4 14,3 79.285 77,7 15,5

11. Bojongsoang 62.164 60,9 12,2 69.808 68,4 13,7 93.289 91,4 18,3 124.667 122,2 24,4 166.600 163,3 32,7 198.257 194,3 38,9

13. Dayeuhkolot 81.357 79,7 15,9 86.145 84,4 16,9 99.381 97,4 19,5 114.652 112,4 22,5 132.269 129,6 25,9 144.113 141,2 28,2

699.848 686 137 747.586 733 147 884.878 867 173 1.052.848 1.032 206 1.259.223 1.234 247 1.405.463 1.377 275

II

8. Banjaran 78.395 76,8 15,4 84.958 83,3 16,7 103.872 101,8 20,4 126.997 124,5 24,9 155.271 152,2 30,4 175.173 171,7 34,3

9. Cimaung 50.270 49,3 9,9 52.944 51,9 10,4 60.271 59,1 11,8 68.611 67,2 13,4 78.105 76,5 15,3 84.422 82,7 16,5

12. Baleendah 132.082 129,4 25,9 142.706 139,9 28,0 173.157 169,7 33,9 210.105 205,9 41,2 254.937 249,8 50,0 286.307 280,6 56,1

14. Arjasari 65.753 64,4 12,9 71.825 70,4 14,1 89.571 87,8 17,6 111.702 109,5 21,9 139.301 136,5 27,3 159.034 155,9 31,2

15. Ciparay 101.971 99,9 20,0 107.826 105,7 21,1 123.978 121,5 24,3 142.549 139,7 27,9 163.903 160,6 32,1 178.221 174,7 34,9

16. Pangalengan 90.191 88,4 17,7 90.509 88,7 17,7 91.308 89,5 17,9 92.114 90,3 18,1 92.928 91,1 18,2 93.419 91,6 18,3

17. Kertasari 45.375 44,5 8,9 46.581 45,6 9,1 49.738 48,7 9,7 53.108 52,0 10,4 56.707 55,6 11,1 58.982 57,8 11,6

18. Pacet 68.509 67,1 13,4 71.893 70,5 14,1 81.102 79,5 15,9 91.492 89,7 17,9 103.212 101,1 20,2 110.953 108,7 21,7

19. Cangkuang 42.157 41,3 8,3 45.686 44,8 9,0 55.858 54,7 10,9 68.293 66,9 13,4 83.498 81,8 16,4 94.200 92,3 18,5

674.702 661 132 714.929 701 140 828.855 812 162 964.972 946 189 1.127.861 1.105 221 1.240.711 1.216 243

III

20. Cileunyi 94.435 92,5 18,5 102.967 100,9 20,2 127.825 125,3 25,1 158.685 155,5 31,1 196.994 193,1 38,6 224.287 219,8 44,0

21. Cimenyan 62.321 61,1 12,2 64.006 62,7 12,5 68.421 67,1 13,4 73.141 71,7 14,3 78.186 76,6 15,3 81.378 79,8 16,0

22. Cilengkrang 28.172 27,6 5,5 29.178 28,6 5,7 31.853 31,2 6,2 34.774 34,1 6,8 37.962 37,2 7,4 40.014 39,2 7,8

23. Cicalengka 70.870 69,5 13,9 73.298 71,8 14,4 79.738 78,1 15,6 86.744 85,0 17,0 94.366 92,5 18,5 99.257 97,3 19,5

24. Rancaekek 119.993 117,6 23,5 133.327 130,7 26,1 173.511 170,0 34,0 225.807 221,3 44,3 293.864 288,0 57,6 344.185 337,3 67,5

25. Nagreg 31.902 31,3 6,3 32.919 32,3 6,5 35.606 34,9 7,0 38.512 37,7 7,5 41.655 40,8 8,2 43.662 42,8 8,6

Page 34: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-24

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Wil Kecamatan2008 2010 2015 2020 2025 2028

Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr

26. Cikancung 53.137 52,1 10,4 55.991 54,9 11,0 63.813 62,5 12,5 72.729 71,3 14,3 82.890 81,2 16,2 89.656 87,9 17,6

27. Solokanjeruk 52.084 51,0 10,2 53.425 52,4 10,5 56.933 55,8 11,2 60.670 59,5 11,9 64.653 63,4 12,7 67.167 65,8 13,2

28. Paseh 78.237 76,7 15,3 81.670 80,0 16,0 90.926 89,1 17,8 101.232 99,2 19,8 112.705 110,5 22,1 120.204 117,8 23,6

29. Majalaya 103.116 101,1 20,2 106.024 103,9 20,8 113.658 111,4 22,3 121.842 119,4 23,9 130.615 128,0 25,6 136.179 133,5 26,7

30. Ibun 50.546 49,5 9,9 52.601 51,5 10,3 58.111 56,9 11,4 64.199 62,9 12,6 70.924 69,5 13,9 75.292 73,8 14,8

744.813 730 146 785.407 770 154 900.397 882 176 1.038.333 1.018 204 1.204.813 1.181 236 1.321.281 1.295 259

Jumlah 2.119.363 2.077 415 2.247.922 2.203 441 2.614.129 2.562 512 3.056.154 2.995 599 3.591.897 3.520 704 3.967.455 3.888 778

Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007

Keterangan :

Beban Penduduk Pelayanan, 68% Penduduk Kabupaten Bandung

Data Penduduk berdasarkan RTRW tahun 2007

Page 35: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-25

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 2.5Grafik Proyeksi Timbulan Sampah Perkotaan dan Perdesaan

Sampling terhadap timbulan non permukiman,

diperoleh hasil bahwa timbulan sampah pasar relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan timbulan sampah

dari aktifitas lainnya. Sementara itu, Pasar Soreang

timbulannya lebih tinggi dibandingkan dengan Pasar

Majalaya. Hal ini disebabkan aktifitas perdagangan

Pasar Soreang lebih tinggi dibandingkan dengan Pasar Majalaya. Banyak faktor

yang menjadi penentu besar kecilnya timbulan sampah pasar diantaranya yaitu

sumber komoditas perdagangan dan jumlah itu sendiri. Komoditas perdagangan

di Pasar Soreang terutama sayuran, sebagian besar berasal langsung dari

produsen sayuran yaitu para petani. Sedangkan di Pasar Majalaya sumber

komiditas sebagian besar berasal dari pasar lain yang

lebih besar. Komoditas yang berasal dari produsen

menimbulkan sampah lebih banyak dibandingkan

dengan komoditas yang berasal dari pasar lainnya.

Mengingat Pasar Soreang merupakan satu-satunya

pasar di Kecamatan tersebut sementara di Majalaya,

terdapat dua pasar, dimungkinkan kepadatan

pengunjung di Pasar Soreang menjadi lebih tinggi sehingga menghasilkan

sampah yang tinggi. Dari sumber timbulan sampah lainnya, terukur aktifitas

Page 36: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-26

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

industri, sapuan jalan dan rumah sakit menimbulkan sampah cukup besar.

Sementara aktifitas penimbul sampah yang paling minim, adalah kantor dan

sekolah. Timbulan sampah di Kabupaten Bandung berdasarkan sumber aktifitas

perkotaan, dapat dilihat pada Tabel 2.9 dan Gambar 2.6.

Tabel 2.9Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Aktifitas

SumberTimbulan Sampah (m3/hr)

2008 2009 2015 2020 2025 2028

Rumah Tangga 1.905,7 1.962,5 2.350,6 2.748,1 3.229,8 3.567,5

Pasar 560,5 577,2 691,4 808,3 950,0 1.049,3

Komersial 98,1 101,0 121,0 141,4 166,2 183,6

Kantor 8,4 8,7 10,4 12,1 14,2 15,7

Sekolah 42,0 43,3 51,9 60,6 71,2 78,7

Rumah Sakit 47,6 49,1 58,8 68,7 80,7 89,2

Industri 126,1 129,9 155,6 181,9 213,7 236,1

Lain-Lain 14,0 14,4 17,3 20,2 23,7 26,2

Total 2.803 2.886 3.457 4.041 4.750 5.246Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007

2.1.3. Karakteristik Sampah

Sebagaimana misi Nasional dalam Pengelolaan sampah

yaitu mengurangi timbulan sampah sehingga mampu

mengurangi beban pengelolaan, maka selain besarnya

timbulan sampah juga harus diketahui karakteristik

sampah, sehingga dapat diketahui potensi-potensi yang

ada dalam upaya pengurangan timbulan tersebut. Target antara yang semesti

dapat dicapai oleh Kabupaten Bandung dalam upaya reduksi sampah adalah

penurunan timbulan sampah yang harus dikelola. Saat ini di Kabupaten Bandung

selain ada pengelolaan sampah secara formal oleh

Dinas Kebersihan, juga berkembang pengelolaan

sampah oleh para pelaku informal seperti para Laskar

Mandiri (Pemulung), Lapak, bahkan Bandar dan Lapak.

Mereka adalah para pelaku informal yang

sesungguhnya memberikan kontribusi besar terhadap

reduksi beban pengelolaan sampah kota. Disamping

Page 37: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-27

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

itu, upaya pengomposan yang telah banyak dilakukan di Kabupaten Bandung,

juga diperhitungkan sebagai kerangka minimasi timbulan tersebut.

Rekapitulasi hasil sampling timbulan sampah di beberapa wilayah di Kabupaten

Bandung, baik terhadap permukiman maupun non permukiman, diperlihatkan

pada Tabel 2.10 dan Gambar 2.7.

Tabel 2.10Komposisi Sampah di Kabupaten Bandung

No. SumberKomposisi Sampah (%-Berat)

Organik Plastik Kertas Logam KainGelasKaca B3 Lainnya Medis

1 Permukiman Kota 57,06 12,24 11,34 1,31 1,63 3,75 1,18 11,48 0,00

2 Perdesaan 85,14 12,57 2,29 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3 Kantor 50,89 13,23 28,19 1,32 0,00 1,98 1,12 3,26 0,00

4 Sapuan Jalan 66,29 17,35 16,36 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

5 Komersil 51,23 23,16 11,58 0,00 6,67 2,46 0,35 4,56 0,00

6 Sekolah 35,80 30,78 26,39 5,28 0,00 0,53 0,53 0,70 0,00

7 Pasar 87,10 7,24 5,39 0,05 0,17 0,03 0,01 0,01 0,00

8 Industri 29,73 24,32 45,95 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

9 Rumah Sakit 64,31 11,83 10,00 0,80 0,94 2,40 0,42 7,87 1,41

Rata-rata Kota 55,30 17,52 19,40 1,10 1,18 1,39 0,45 3,49 0,18Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007

Gambar 2.6Komposisi Sampah di Kabupaten Bandung

Page 38: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-28

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 2.7Rata-rata Komposisi Sampah Kota di Kabupaten Bandung

Terlihat bahwa timbulan sampah di Kabupaten Bandung masih didominasi oleh

sampah organik, dengan rata-rata kehadiran lebih dari 50%. Hal ini sesuai

dengan karakteristik umum sampah di Indonesia. Adapun sampah anorganik

yang kehadirannya cukup tinggi adalah sampah plastik dan kertas.

Hasil uji komposisi menunjukkan adanya potensi untuk menekan beban

pengelolaan bila sampah organik compostable dapat dikomposkan di sumber.

Dari observasi di lapangan, diperkirakan 95% sampah organik merupakan

sampah organik yang dapat dikomposkan. Potensi bahan baku kompos dan

peluang perolehan kompos bila seluruh bahan baku tersebut di komposkan

diperlihatkan pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11Potensi Pengomposan Sampah Kab. Bandung

TahunTimbulan Sampah Organik Potensi Bahan Baku Kompos Potensi Kompos Jadi

m3/hr ton/hr m3/hr ton/hr m3/hr ton/hr

2008 1549,8 310,0 1472,3 294,5 441,7 88,3

2010 1643,8 328,8 1561,6 312,3 468,5 93,7

2015 1911,6 382,3 1816,0 363,2 544,8 109,0

2020 2234,8 147,2 2123,1 424,6 636,9 127,4

2025 2626,6 172,7 2495,3 499,1 748,6 149,7

2028 2901,2 580,2 2756,2 551,2 826,9 165,4Sumber : Buku-2, Report Studi Timbulan dan Karakteristik Sampah, Tahun 2007

Page 39: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-29

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Upaya pengurangan (reduksi) yang sudah berlangsung sampai saat ini baru

merupakan pengurangan akibat pengambilan barang lapak oleh pemulung. Para

pemulung melakukan kegiatan pemulungan atas dasar pemenuhan kebutuhan

hidup, bukan atas pertimbangan pengurangan beban bagi pengelola sampah.

Dari observasi terhadap proses pemulungan barang potensi daur ulang,

diperkirakan besarnya pemulungan mencapai 5,6% terhadap timbulan sampah

total.

Demikian halnya dengan hasil sampling sampah pasar

menunjukkan kehadiran sampah organik compostable

sebesar lebih dari 85%. Disamping itu karaktersitik

kimia sampah organik dari pasar umumnya sangat

potensial untuk dikomposkan karena tingginya

kehadiran unsur kimia yang diperlukan kehadirannya dalam kompos yaitu C

(Carbon), N (Nitrogen), O (Oksigen), P (Phospor). Dengan demikian, sampah

pasar seharusnya menjadi prioritas untuk ditangani melalui pengomposan.

Potensi sampah organik lainnya yang cukup bersar adalah dari aktifitas sapuan

jalan, mencapai 67%. Kehadirannya banyak didominasi oleh dedaunan dan

ranting pohon. Sampah rumah sakit pun memiliki kandungan organik cukup

tinggi yaitu mencapai 64%.

Adapun potensi daur ulang sampah anorganik, diperkirakan mencapai 32,4%

dari timbulan sampah total. Pada tahun 2008, di Kab. Bandung terdapat

181,49 ton/hari bahan potensi daur ulang. Potensi tersebut terdiri atas jenis

kertas, mencapai 59,9%, plastik 32,5%, logam 4% dan gelas 3%.

Tabel 2.12 berikut menunjukkan potensi daur ulang sampah anorganik di Kab.

Bandung.

Page 40: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-30

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.12Potensi Daur Ulang Sampah di Kabupaten Bandung

KomposisiBerat Sampah (Ton/hr)

2008 2010 2015 2020 2025 2028

Plastik

a. Recycable 58.92 62.49 72.68 84.96 99.86 110.30

b. Unrecycable 39.28 41.66 48.45 56.64 66.57 73.53

Kertas (Recycable) 108.74 115.33 134.12 156.80 184.29 203.56

Logam (Recycable) 6.04 6.41 7.45 8.71 10.24 11.31

Gelas (Recycable) 7.79 8.26 9.61 11.23 13.20 14.58

Total Potensi Daur Ulang 181.49 192.50 223.86 261.72 307.59 339.76

Total Timbulan Sampah 561 595 691 808 950 1049Sumber : Buku-2, Report Studi Timbulan dan Karakteristik Tahun 2007.

Proporsi masing-masing bahan potensi daur ulang diperlihatkan pada Gambar

2.8 berikut ini.

Gambar 2.8Potensi Daur Ulang Sampah Anorganik

Sampah dari aktifitas komersial, industri dan

institusi, diperkirakan memiliki potensi barang

layak daur lebih tinggi. Dengan demikian potensi

reduksi beban pengelolaan dapat dilakukan dengan

mendorong para pemilik untuk mendaur ulang

sampah anorganik tersebut.

Page 41: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-31

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Sementara itu sampah yang bersumber dari aktifitas

rumah sakit, dibedakan antara sampah domestik dari

aktifitas rumah tangga atau dari dapur dan kantin di

dalam rumah sakit dan dari aktifitas medis. Pada saat

ini Dinas Kebersihan melayani pengangkutan sampah

dari rumah sakit. Seharusnya sampah yang boleh

diangkut ke TPA adalah sampah domestik non B3 (bahan beracun berbahaya)

atau non infectious. Dari pemantauan lapangan ditemukan bahwa sampah

rumah sakit yang diangkut ke TPA ternyata masih bercampur antara sampah

domestik dengan sampah klinis seperti jarum suntik, dan bekas perban operasi.

Dengan demikian sampah dari rumah sakit tersebut sudah bercampur dengan

B3. Kondisi sampah yang masih bercampur tersebut sangat dikhawatirkan bila

sampah medis tersebut akan menyebabkan pemaparan penyakit pada petugas

dan pemulung yang berada di TPA.

Hal ini perlu diperbaiki dengan cara melarang pihak rumah sakit untuk

menyatukan sampah medis pada sampah domestik yang akan diangkut ke TPA.

Dalam hal ini sampah medis seharusnya dibakar terlebih dahulu dalam

insinerator, selanjutnya sisa abu dibuang ke TPA. Upaya reduksi sampah dari

rumah sakit dilakukan oleh para pemulung setempat. Sampah-sampah yang

didaur ulang tersebut antara lain bekas botol infus, botol bekas obat suntikan,

suntikan dan jarum suntik.

Berdasarkan studi timbulan dan karakteristik yang telah dilakukan,

direkomendasikan beberapa hal berikut dalam upaya pengolahan sampah sesuai

dengan hasil yang diperoleh :

Besarnya kuantitas timbulan sampah di Kabupaten Bandung

(2,81 liter/orang/hari atau 0,45 kg/orang/hari), hampir setara dengan

karakter Kota Besar, diperlukan kebijakan yang mengarah pada upaya

minimasi sampah di sumbernya.

Pola pemilahan sejak dari sumbernya perlu segera dilaksanakan, dan

dioperasikan secara konsisten dari hulu ke hilir.

Page 42: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-32

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pelaksanaan pemilahan dapat menerapkan pola 2 kompartemen yaitu

Organik – Anorganik. Pemilahan Sampah khusus seperti B3 RT selayaknya

diperkenalkan sejak awal namun bertahap penerapannya, mengingat

timbulan sampah ini terukur sangat kecil.

Khusus untuk Rumah Sakit, pemilahan sampah harus dilakukan dengan pola

4 kompartemen yaitu : organik – anorganik – B3 RT – Infectious. Masih

adanya sampah medis yang tercampur ke dalam sampah domestik

selayaknya menjadi perhatian dalam kebijakan pengelolaan sampah umum

dan limbah B3.

Upaya minimasi sampah tertimbun di TPA perlu segera dilaksanakan dengan

melaksanakan pengomposan di perdesaan dan juga di perkotaan terutama

untuk sampah yang bersumber dari permukiman, pasar, dan rumah sakit.

Masih tingginya Kadar Air sampah di Kabupaten Bandung, yaitu lebih dari

60%, maka sistem operasi yang mengandalkan sistem kompaksi, tidak

dianjurkan.

Sampah anorganik yang berpotensi adalah kertas dan plastik. Dari keduanya

plastik memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dari lainnya. Kehadiran sampah

plastik yang tinggi sebaiknya diantisipasi melalui daur ulang. Demikian

halnya dengan kertas, logam dan gelas.

Peluang masuknya investor dengan teknologi pilihan PLTSa selayaknya

diintegrasikan dengan upaya pengomposan, mengingat PLSTa menghasilkan

panas yang bermanfaat untuk membantu proses pengomposan, sedangkan

pengomposan memproduksi residu kompos yang memiliki kalor bakar yang

lebih baik dari sampah itu sendiri.

22..22 TTiinnggkkaatt PPeellaayyaannaann

Banyak pendekatan yang dapat dikembangkan untuk mengukur efektifitas

pengelolaan sampah perkotaan. Paramater yang paling umum dipergunakan

adalah Tingkat Pelayanan sistem terhadap penduduk. Mengingat selama ini

orientasi pelayanan Dinas Kebersihan adalah terhadap aktifitas penduduk di

perkotaan, maka Tingkat Pelayanan di peroleh dengan membandingkan

Page 43: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-33

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

besarnya penduduk terlayani terhadap jumlah penduduk di wilayah perkotaan

(hanya 32% penduduk total).

Tingkat pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung saat ini

mencapai 20,8%. Angka ini diperoleh dari operasi pengangkutan terhadap 22

Kecamatan yaitu mencapai 567m3 / hari dengan penduduk terlayani mencapai

201.411 jiwa. untuk lebih jelasnya, tingkat pelayanan Dinas Kebersihan

Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13Tingkat Pelayanan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung

Wilayah∑ Penduduk ∑ Penduduk

TerlayaniSampah

TerangkutTingk.

Pelayanan

Tingk.Pelayanan

KotaJiwa Jiwa (m3/hr)

I 233.322 65.082 182,9 27,8%

20,8%II 393.958 57.299 162,5 10,9%

III 341.434 79.030 222,1 23,1%

Jumlah 968.715 201.411 567Sumber : Kompilasi Tabel 12 – Tabel 15, Buku-1.

Observasi di lapangan menginformasikan bahwa sampai

saat ini masih banyak warga yang memiliki kebiasaan

membuang sampah ke sungai atau

selokan, dan membuang sampah di lahan

kosong terlantar. Hal ini mencerminkan

bahwa tingkat pelayanan pengelolaan

sampah pada warga Kabupaten Bandung

belum optimal.

Page 44: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-34

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Kebiasaan membuang sampah ke sungai ini dapat disebabkan oleh beberapa hal

:

- Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap akibat

pembuangan sampah ke sungai. Hal ini dapat disebabkan karena

akibatnya tidak dirasakan oleh mereka sendiri.

- Jalan terlalu sempit sehingga tidak masuk gerobak pengumpul, akibatnya

masyarakat harus berjalan jauh ke TPS pengumpul. Daripada harus

berjalan jauh ke TPS pengumpul, mereka memilih membuang sampah ke

selokan atau sungai terdekat dari mereka

- Rendahnya kesadaran dan perhatian aparat kelurahan/RW terhadap

pengelolaan sampah. Bila pihak kelurahan atau RW tidak peduli untuk

menyediakan TPS atau gerobak bagi para warganya, maka warga akan

mencari cara paling mudah untuk membuang sampahnya yaitu ke sungai

atau selokan

- Kurangnya penerangan mengenai pengelolaan sampah yang benar kepada

masyarakat.

- Lemahnya pemantauan dan penerapan sanksi bagi masyarakat yang

memiliki kebiasaan buruk.

Sementara itu di daerah perdesaan, ternyata

masalah sampah kini sesungguhnya sudah mulai

mendesak. Belum mendukungnya sikap warga,

walau mereka sudah tahu cara–cara mengelola

sampah dengan benar, menyebabkan kebiasaan

membuang sampah ke pekarangan masih sangat

membudaya. Sepuluh tahun ke belakang sangat

dimungkinkan komposisi sampah yang sulit

terdekomposisi masih rendah, sehingga tumpukan

sampah cepat hilang. Permasalahannya, saat ini di

pedesaan pun komposisi sampah yang sulit

terdekomposisi seperti plastik, mulai banyak

sehingga tumpukan samah di sembarang tempat memerlukan waktu lama

Page 45: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-35

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

untuk bisa tidak terlihat oleh pandangan mata. Akhirnya, obervasi ke

beberapa desa membuktikan bahwa di wilayah perdesaan pun sudah sering

terlihat suasana kotor terkesan jorok dan kumuh.

22..33 AAnnaalliissiiss EEffiissiieennssii OOppeerraassiioonnaall PPeennggeelloollaaaann SSaammppaahh

Analisis efisiensi dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan menghitung rasio

perbandingan antara beban pelayanan dengan sarana dan prasarana yang

dipergunakan dalam pelayanan. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat efisiensi

yang dicapai, dilakukan perbandingan terhadap standar yang berlaku. Dalam

hal ini dipergunakan standar SNI-03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan

Sampah di Permukiman dan SNI SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara

Pengelolaan Sampah Perkotaan. Adapun penilaian secara kualitatif dilakukan

dengan menilai hasil kerja yang diukur berdasarkan tingkat kebersihan di

wilayah pelayanan dan di titik-titik sarana prasarana.

Kajian terhadap kondisi eksisting menunjukkan sistem operasi pengelolaan

sampah untuk setiap aktifitas perkotaan di Kabupaten Bandung, diperlihatkan

pada Gambar 2.9.

Page 46: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-36

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 2.9Sistem Operasi Pengelolaan Sampah Untuk Setiap Aktifitas Perkotaan

di Kabupaten Bandung

Page 47: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-37

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

22..33..11.. OOppeerraassii PPeenngguummppuullaann

Dari Gambar 2.9 di atas, operasi pengumpulan sampah yang dijalankan di Kab.

Bandung dibedakan atas 4 pola operasi pengumpulan yaitu : Individual Langsung

(Door to Door), Individual Tidak Langsung, Komunal Langsung dan Komunal

Tidak langsung.

Pola individual langsung (door to door) dimana sampah dari sumber sampah

dikumpulkan, dan langsung diangkut oleh kendaraan pengangkut sampah ke

TPA. Lokasi yang menggunakan sistem ini diantaranya adalah kawasan

industri, kawasan perkantoran, komersil dan permukiman terutama

permukiman teratur/real estate. Pola ini terhitung sangat banyak di

terapkan, saat ini ada 71 titik yang dilayani dengan sistem ini. Menurut

Dinas Kebersihan pola ini dijalankan di wilayah yang tidak bisa menyediakan

sarana TPS. Namun demikian, berdasarkan observasi, waktu operasi pola ini

memakan waktu cukup lama untuk setiap wilayah pelayanan. Sebagai

contoh observasi di sebuah area perumahan yang dilayani secara Door to

door, terukur waktu operasional selama 5 jam 31 menit 1 detik. (Lihat

Tabel berikut). Apabila jam kerja TPA dibatasi hanya 8 jam perhari, di

pastikan pola door to door hanya bisa dijalankan 1 rit dalam sehari.

Gambar 2.10Pola Operasional Individual Langsung

Page 48: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-38

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.14Waktu Operasi Pola Pengumpulan Door to Door

Ritasi PengumpulanSampah (Dari – Ke)

Waktu Pengumpulan(Menit)

Pool – Area pelayanan 42 menit 29 detikRata-rata Pengumpulan 3 menit 5 detik / titik pelayananPengangkutan ke TPA 56 menit 47 detikTotal Per Rit 4 Jam 8 menit 30 detik, untuk 50 titik pelayananOperasi di TPA 36 menit 50 detikPerjalanan Pulang 45 menit 41 detik

Total Waktu Operasi 5 Jam 31 menit 1 detikSumber : Observasi lapangan, lihat Lampiran

Di dalam SNI 19-2454-2002, mengenai Tata Cara

Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Perkotaan, di sebutkan pola individual langsung

diperuntukan bagi permukiman di jalan

protokol dan kondisi serta kesediaan alat sudah

memadai. Pola ini juga di khususnya bagi

daerah yang memiliki kondisi jalan yang tidak layak untuk alat/kendaraan

kecil. Inefisiensi dimungkinkan akan terjadi bila pola ini diterapkan pada

permukiman umum yang tidak memenuhi kriteria di atas. Pelaksanaan door

to door yang terjadi di Kab. Bandung berjalan tidaklah optimal, karena

pada proses operasionalnya selain memerlukan minimal 3(tiga) orang

petugas dan juga menggunakan 1(satu) unit kendaraan besar (jenis dump

truk) juga membutuhkan waktu yang panjang. Selain itu, dari segi

pelayanan jenis operasional ini hanya mampu melayani 1 rit/hari. Padahal

dengan kapasitas tersebut seharusnya bisa melayani 2-3 rit/harinya. Berikut

ini Evaluasi Kinerja dengan pola Door to door diperlihatkan pada Tabel 2.15.

Tabel 2.15Evaluasi Kinerja Pola Operasi Door to Door / Individual LangsungSNI 19-2454-2002 Pelaksanaan di Kab. Bandung

Karakteristik Wilayah :Jalan bergelombang (>15-40%)Sulit dijangkau kendaraan non mesinPerumahan di Jalan Protokol

Permukiman teratur / Kompleks Realestate

Timbulan Sampah> 0,3 m3/hari 0,2 – 0,25 m3/hariKondisi dan jumlah alat memadai Jumlah kendaraan angkut 69 Unit,

Untuk pengangkutan 567 m3/hari.Beban Kerja : 8,2 m3/unit/hari

Page 49: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-39

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pola operasional individual tidak langsung,

yaitu pengumpulan dari sumber oleh gerobak,

dibawa ke TPS dan diangkut ke TPA oleh

kendaraan pengangkutan. Pola operasi

individual tidak langsung dalam SNI ditetapkan

untuk melayani daerah dengan tingkat

partisipasi masyarakat yang rendah namun

tersedia lahan untuk TPS.

Pada pola ini terdapat dua jenis kendaraan pengumpulan yang umum

dipergunakan yaitu :

1. Gerobak besar volume (1-1,5) m3 , kapasitas kerja 3 RW/gerobak atau

800 KK/ gerobak, dengan frekuensi 3 rit/minggu (2-3 hari sekali).

2. Gerobak kecil volume (0,2 – 0,3) m3, kapasitas kerja 8 KK/gerobak,

dengan frekuensi 6 rit/minggu.

Standar yang harus terpenuhi terhadap sarana

pengumpul berupa gerobak menurut SNI adalah setiap

satu gerobak volume 1 m3 disiapkan untuk melayani

800 jiwa atau 200 KK. Dengan demikian, kendaraan

pengumpul di Kab. Bandung umumnya berada pada

kapasitas kerja yang melampaui kapasitas optimal (Beban Tinggi).

Gambar 2.11Pola Pengangkutan Sistem Individual Tidak Langsung

Page 50: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-40

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Keberadaan lahan untuk TPS merupakan faktor penentu

efektifitas kerja pola ini. Tipe TPS pada pola ini adalah

TPS yang dilengkapi dengan container, baik berlandasan

atau pun tidak. Pada kondisi dimana partisipasi

masyarakat masih pasif,

sementara lahan untuk TPS belum tersedia,

dilakukan pola operasi TPS Bayangan, atau TPS non

permanen, dimana tidak terdapat bangunan khusus

untuk TPS melainkan hanya berupa area tempat

pertemuan gerobak dengan truk pengangkut.

Berikut ini adalah lokasi operasi pola individual tidak langsung, tanpa adanya

TPS, yaitu di Protokol Banjaran dan Protokol

Soreang.

Dari sisi kemudahan operasi terukur pola ini

sangat memudahkan pihak pengelola, karena

tidak diperlukan adanya lokasi TPS

permanen. Terlebih kendala pengadaan

lahan sering menjadi alasan utama. Hal

ini tentunya akan mengurangi kebutuhan

biaya pengadaan sarana. Namun

demikian, dari aspek efektifitas pola

tidak lagi tepat untuk diterapkan

terlebih bila proses pemindahan dilakukan di daerah komersil atau di jalan

protokol. Seperti layaknya di Kopo Sayati dan Protokol Banjaran, dinilai sudah

sangat tidak layak. Pada kasus di kedua lokasi ini selayaknya pihak pengelola

terus mengupayakan pencarian lahan untuk TPS permanen, resiko adanya

kebutuhan biaya pengadaan sarana yang tinggi selayaknya sudah menjadi

konsekuensi yang harus diterima.

Kendala utama pola ini selain estetika dan kenyamanan penduduk, adalah

masalah waktu operasi. Mengingat biasanya lokasi pengumpulan berada di

daerah komersil dan protokol, selayaknya pola ini dijalankan di malam hari.

Page 51: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-41

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Namun, pada umumnya para petugas pengumpul gerobak, tidak bersedia

bekerja malam hari, disamping itu TPA pun tidak dioperasikan di waktu malam.

Waktu operasi pagi atau siang ini sering menimbulkan gangguan lalu lintas.

Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 31 Tahun 2000

tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan, diatur

bahwa :

a. Pengumpulan sampah dari rumah tinggal ke TPS dilaksanakan oleh

petugas yang ditunjuk oleh RT/RW

b. Jika tidak ada petugas RT/RW maka pengumpulan dapat dilaksanakan

oleh Dinas Kebersihan atas permintaan RT/RW yang bersangkutan

Ketetapan dalam Perda ini menunjukkan adanya pola Bagi Peran dalam

pengelolaan sampah antara Pemerintah dan Masyarakat di tingkat Kecamatan.

Pola operasi individual tidak langsung merupakan metoda yang cukup tepat

untuk terapkan di beberapa wilayah di Kab. Bandung, terutama pada

Kecamatan yang termasuk pada kategori pelayanan kritis atau kepadatan

tinggi. Penerapan pola ini di daerah padat penduduk, perlu pembinaan bagi

masyarakat untuk bisa tertib buang sampah di TPS secara individual.

Pola operasi Komunal langsung, yaitu penimbul sampah mengumpulkan

sampahnya sendiri ke suatu tempat (bak atau lahan terbuka), sampah yang

terkumpul akan diangkut oleh Dinas Kebersihan pada waktu tertentu. Pola ini

dilaksanakan di wilayah dengan ketersediaan lahan TPS, dengan partisipasi

masyarakat yang cukup tinggi. Efisiensi kerja dari pola ini sangat tergantung

dari operasi pengangkutannya (Pembahasan lihat sub bab 2.3.4). Semakin tinggi

frekuensi pengangkutan sampah di lokasi komunal tersebut akan menjamin

kondisi kebersihan di lingkungan TPS tersebut. Yang sering terjadi adalah

frekuensi pengangkutan sangat jarang terkesan, sehingga sampah tersimpan

terlalu lama.

Page 52: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-42

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 2.12Pola Pengangkutan Komunal Langsung (Bring System)

22..33..22.. PPeennyyaappuuaann JJaallaann

Merupakan hal penting memperhatikan praktek operasi penyapuan jalan di

suatu kota, mengingat penyapuan jalan sangat menentukan pemandangan kota

tersebut secara umum. Penyapuan jalan sangat diperlukan terutama di jalur

utama dan di pusat kota serta di daerah komersil.

Saat ini operasi penyapuan jalan di Kabupaten Bandung secara intensif baru

melayani dua ruas jalan utama yaitu Jalan Alfatu dan Jalan Soreang. Kedua

jalur utama ini merupakan prioritas disebabkan adalah jalan utama dan

protokol.

Operasi penyapuan dilakukan secara manual dengan jumlah total petugas

penyapu jalan 5 orang. Sampah hasil sapuan dibawa gerobak ke lokasi TPS

terdekat, selanjutnya diangkut ke TPA. Melihat dari jam kerja (2 jam per hari)

dan jumlah tenaga kerja (5 orang) yang dikerahkan untuk menyapu kedua jalur

tersebut, terukur sudah cukup baik walau belum bisa di katakan optimal.

Selayaknya untuk operasi manual, dengan 2 jam kerja, tenaga berjumlah 3

orang, dengan proporsi seorang menarik gerobak, 2 orang menyapu jalan.

Page 53: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-43

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.16Evaluasi Kinerja Pola Operasi Penyapuan Jalan

Kondisi Eksisting StandardPola Operasi Manual Manual di permukiman dan

daerah komersil.Mekanik di jalan protokol

Kendaraan Pengumpul Gerobak Manual, kendaraanbermotor, kapasitas kecil(Motor sampah / BajajSampah)Mekanik, kendaraanpenyapuan

Tenaga Kerja Jalan protokol5 orang, 2 jalur jalan

Manual :3 orang per jalurpenyapuanMekanik :1 orang per kendaraan

Waktu kerja 2 jam, 2 jalur jalan Manual :2 jam, 1 jalurMekanik :1 kendaraan per 2 kmMesin, 6 jam/hari

Di beberapa wilayah seperti Kopo Sayati Margahayu, Banjaran, Majalaya dan

Katapang, penyapuan dilakukan oleh petugas gerobak sampah. Operasi

penyapuan dilakukan ketika petugas menarik sampah ke lokasi TPS.

Selain memperhatikan operasi penyapuan yang benar, keselamatan kerja dan

kesehatan petugas juga perlu diperhatikan. Sebaiknya petugas diberi

perlengkapan yang memadai untuk kemudahan pekerjaannya seperti alat bantu

untuk memudahkan pekerjaannya. Petugas penyapu sebaiknya menggunakan

masker pada saat bekerja untuk menyaring debu agar tidak mengganggu

kesehatannya. Pada musim hujan sebaiknya petugas diberi jas hujan, demi

kesehatan dan kelancaran tugasnya.

Dari hasil sampling, diketahui bahwa komposisi sampah organik dari sampah

sapuan jalan adalah 66 %. Hal ini menjadi sebuah potensi dalam pengolahan.

Sampah sapuan jalan yang umumnya organik ini harus dipilah antara sampah

kering dengan sampah basah. Sampah basahnya dapat langsung dikumpulkan

untuk diangkut ke tempat pengomposan, sedangkan sampah keringnya diangkut

ke TPA.

Page 54: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-44

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pola operasi pengumpulan yang dilakukan saat ini sudah tepat, yaitu sampah di

kumpulkan dengan gerobak ke TPS terdekat. Namun untuk mempercepat

operasi, sehingga dapat meningkatkan kapasitas, penggantian kendaraan

pengumpul yang semula gerobak, menjadi kendaraan kecil seperti motor

sampah atau bajaj sampah. Pola operasi seperti ini baik untuk terus

dilaksanakan, namun tujuan lokasinya adalah lokasi pengomposan terdekat.

Gambar 2.13Pola Pelayanan Penyapuan Jalan di Kabupaten Bandung

22..33..33.. OOppeerraassii PPeemmiinnddaahhaann

Yang dimaksud dengan operasi pemindahan adalah proses pengalihan sampah

dari alat dan atau sarana pengumpulan ke alat dan atau sarana pemindahan.

Dengan demikian, proses pemindahan terjadi pada pola operasi tidak langsung,

di sebuah lokasi TPS (Tempat Penampungan Sementara).

Saat ini di Kabupaten Bandung, dari seluruh TPS yang ada, dapat dikategorikan

sebagai berikut :

(1) TPS dengan container yang diberi landasan (TPS-LC), 15 titik.

(2) TPS dengan container tanpa landasan (TPS – C), 8 titik.

(3) TPS bak pasangan bata (TPS – Bak), 20 titik.

(4) TPS darurat, di atas lahan tanpa prasarana (TPS – Darurat), 14 titik.

Page 55: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-45

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Dari keempat bentuk fisik TPS tersebut, TPA jenis

Landasan Container yang masih layak dipertahankan,

sedangkan ketiga bentuk lainnya, selayaknya segera

diperbaiki. Kesulitan utama dalam pengadaaan TPS

umumnya ada pada pengadaan lahan, akan tetapi

kendala ini bisa diatas dengan koordinasi dengan

berbagai pihak dan antar Dinas di dalam lingkungan Pemerintah Daerah.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, operasi pemindahan sampah, belum

baik diukur dari hal-hal berikut ini :

o Proses pemindahan dari Gerobak ke TPS, umumnya dituang begitu saja,

dengan bantuan seorang atau dua orang petugas yang hanya dilengkapi

dengan sebuah singkup. Pada operasi ini kendala utama yang dihadapi

adalah adanya kontak antara petugas dengan sampah yang relatif lama.

o Untuk pemindahan dari TPS dengan kontainer dilakukan langsung dengan

menukar kontainer isi dengan yang kosong. Permasalahan yang sering

dihadapi adalah

- Sampah meluap dari kontainer sehingga banyak sampah yang

tercecer di pelataran

- Untuk membersihkan TPS sering petugas harus menumpuk sampah

ke dalam kontainer sehingga sering terjadi pemadatan yang

berlebih.

o Untuk pemindahan dari TPS berbentuk bak atau pelataran, dilakukan

secara manual oleh satu atau dua orang petugas dengan sebuah singkup.

- Waktu operasi pemuatan relatif lama,

- Waktu kontak antara sampah dengan petugas panjang.

- Pembongkaran hanya dilakukan seorang atau dua orang petugas

dengan sebuah singkup.

- Banyak sampah yang berceceran dan berserakan di pelataran TPS

.

o Permasalahan krusial lain dalam operasi pemindahan adalah operasi

pemindahan sistem tidak langsung tanpa TPS yang dilakukan di Kopo

Sayati dan Protokol Banjaran. Pada operasi ini kendala teknis pada

Page 56: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-46

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

dasarnya sama dengan kedua pola operasi di atas, bahkan lebih kritis

yaitu :

- Walaupun waktu datangnya kendaraan angkut sudah ditetapkan,

akan tetapi sering gerobak yang telah berisi sampah menunggu

lama, dan mengganggu jalan serta estetika

- Proses pemindahan sangat manual, sehingga waktu yang

diperlukan untuk memuat sampah ke dalam kendaraan angkut,

relatif sangat lama (lebih dari 2 jam).

- Sebersih apa pun petugas setempat membersihkan lokasi, namun

kondisi tempat tetap saja nampak kotor sehingga terlihat adanya

tapak yang kotor.

Dari pengamatan di atas, dapat disimpulkan operasi pemindahan yang

dijalankan di wilayah kerja Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung sangat

tidak efisien dalam penggunaan tenaga dan waktu serta pembenahan model

operasi pemindahan.

Salah satu alternatif untuk mengatasi

permasalahan dalam operasi pemindahan ini

adalah pengembangan TPS menjadi sebuah

transfer depo model Ram, dimana para

penarik gerobak datang di transfer depo

sebelum dump truk. Pada saat dump truk

datang, mereka secara bergilir memasukan

sampah dengan cara menuangkan isi gerobak ke dalam bak truk. Cara seperti

ini akan menghemat penggunaan waktu dan tenaga untuk pemindahan

sehingga ritasi pengumpulan dan pengangkutan dapat ditingkatkan. Bila

transfer depo model Ram belum dapat dibuat, maka penarik gerobak tetap

datang di transfer depo sebelum dump truk datang, dan mereka

memasukkan sampahnya ke dalam karung untuk memudahkan pemindahan

sampah ke dalam dump truk. Dengan cara demikian, maka dump truk tidak

perlu parkir telalu lama di transfer depo, sehingga diperoleh efisiensi waktu

pengangkutan. Dengan demikian ritasinya dapat ditingkatkan.

Page 57: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-47

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Dalam upaya pengembangan sistem dengan paradigma 3R, yaitu minimasi

sampah ke TPA dengan pengomposan dan daur ulang, TPS selayaknya

dikembangkan menjadi pusat pengelolaan sampah skala kelurahan, dengan

inti proses adalah pengomposan. Dengan demikian, TPS merupakan tempat

pemindahan sampah anorganik saja, sampah organik tidak lagi dipindahkan

melainkan langsung dikomposkan di lokasi TPS tersebut.

Ada kalanya di TPS tidak memungkinkan dikembangkan operasi

pengomposan, maka TPS berfungsi sebagai lokasi pemindahan kedua jenis

sampah ini dengan pola sampah terpilah, sehingga sarana prasarananya pun

harus disediakan sedemikian rupa. Container terpilah antara organik dan

anorganik harus sudah dipertimbangkan keberadaannya.

22..33..44.. OOppeerraassii PPeennggaannggkkuuttaann

Faktor yang mempegaruhi kinerja operasi pengangkutan adalah : (1) Jarak titik

akhir pengumpulan terhadap TPA, (2) Model kendaraan angkut dan kondisi

fisiknya, (3) Kondisi jalan baik kepadatan arus lalu lintas maupun kualitas jalan

yang dilaluinya.

Melihat luasnya area administrasi di setiap Kecamatan yang ada dalam wilayah

pelayanan dan dengan hanya ada satu lokasi TPA, yaitu di Desa Babakan,

Kecamatan Argasari, dapat dipastikan jarak antara lokasi pengumpulan ke TPA

sangat jauh. Lokasi TPA Babakan itu sendiri berjarak kurang lebih 12 km dari

jalan raya. Sebagai contoh, jarak dari Soreang dimana jaraknya relatif masih

dekat, jarak ke TPA terukur 30 km.

Bila melihat cara operasional pengangkutan yang

ada, maka kinerja pengangkutan sampah

Kabupaten Bandung masih perlu ditingkatkan lagi,

terutama untuk menghemat waktu pengangkutan

agar ritasi dapat dioptimumkan. Optimasi ritasi

Page 58: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-48

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

armada pengangkut ini perlu dilakukan dengan meninjau ulang praktek

pemindahan dan rute pengangkutan.

Cara pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah yang dijalankan di

Kabupaten Bandung, terukur jumlah waktu yang sangat panjang mencapai 8

Jam 59 menit, untuk sistem tidak langsung tanpa keberadaan TPSS, serti di

Kopo Sayati. Untuk sistem langsung (door to door), observasi di wilayah Gading

Tutuka menunjukkan waktu operasional selama 6 jam 56 menit. (Lihat Tabel

2.17)

Tabel 2.17Perbadingan Waktu Operasi Pengumpulan dan Pengangkutan

Sistem Tidak Langsung Sistem LangsungTahap Operasi Waktu

(menit)Tahap

OperasiWaktu(menit)

Persiapan Administrasi 14,42 6,42Bergerak dari Pool ke TPS 46,4 42,8Pemindahan Dari Gerobak keKontainer

246,37 197,33

Persiapan keberangkatan keTPA

8,16 9,77

Waktu Pemindahan 315,35 Pengumpulan 256,32Pengangkutan ke TPA 110,48 56,78Waktu masuk ke TPA 11,48 4,58Pembongkaran di TPA 0,21 0,53

Waktu Proses di TPA 122,17 61,89Dari TPA ke Pool 101,05 45,68TOTAL 538,57

atau8 jam 59

menit

TOTAL 363,89Atau 6 jam

56 menit

Sumber : Hasil Pengukuran di Lapangan, 2007

*) Keterangan Titik Sampling:1. Lokasi Sistem Langsung : Wilayah protokol Banjaran dan sekitarnya (Wilayah II)

2. Lokasi Sisitem tidak Langsung TPS Jl. Alfathu-soreang, dan TPS Kopo Sayati.(Wilayah I)

Berdasarkan data di atas dapat diperkirakan bahwa dalam satu hari, untuk

sistem langsung maupun tidak langsung hanya bisa menjalankan operasi satu

kali jalan (1 rit/hari/kendaraan). Hal ini menyebabkan kebutuhan jumlah

Page 59: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-49

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

kendaraan yang lebih besar untuk mencapai tingkat pengangkutan yang lebih

tinggi.

Alasan lain kurang efisiennya operasi pengangkutan sampah yang dilaksanakan

oleh Dinas Kebersihan, adalah :

Terpusatnya Pool Kendaraan di satu titik yaitu di Kantor Dinas Kebersihan,

yang terletak di Jl. Raya Banjaran-Soreang Km 3, sementara wilayah

pelayanan sangat luas sebarannya.

Berdasarkan pengukuran di peta, centroid wilayah saat ini berpusat di

Soreang, jarak dari Pool ke titik centroid ± 10 km, sedangkan dari centroid

ke TPA Babakan adalah ± 33 km.

Gambaran jarak pool kendaraan pengangkut, titik centroid pelayanan dan TPA

di Kabupaten Bandung, dapat dilihat pada Gambar 2.14.

Page 60: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-50

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

POOL KENDARAANþ

PENGOMPOSAN#³

DTD%a

TPA'W

#Y TPSS

BATAS KABUPATEN

BATAS KECAMATAN

BATAS KOTA

JALAN KERETA API

JALAN LOKAL

JALAN NASIONAL

JALAN UTAMA

SUNGAI

PETA SEBARAN SARANA PERSAMPAHANKABUPATEN BANDUNG

2 0 2 4 6 8

Kilometers

SKALA 1 : 200.000

N

EW

S

740000

740000

760000

760000

780000

780000

800000

800000

820000

82000091

80

00

0

91

80

00

0

92

00

00

0

92

00

00

0

92

20

00

0

92

20

00

0

92

40

00

0

92

40

00

0

92

60

00

0

92

60

00

0

#Y

#Y #Y#Y#Y #Y

#Y

#Y#Y

#Y

#Y#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y#Y#Y

#Y

#Y #Y#Y #Y

#Y

#Y

#Y

#Y#Y#Y

#Y

#Y

#Y

#Y#Y

#Y

%a

%a%a%a%a%a

%a

%a

%a

%a

%a%a%a %a

%a%a

%a%a%a

%a%a

%a%a

%a

%a

%a

%a%a%a

%a%a%a

%a%a

%a

%a

%a

%a

%a

%a%a

%a%a%a

%a

%a%a

%a

%a

%a%a

%a%a

%a

%a%a

%a

%a

%a %a

%a

'W

'W

'W

#³#³

þ

CILILIN

PASIRJAMBU

PANGALENGAN

PACET

CIPATAT

KERTASARI

RONGGA

RANCA BALI

IBUN

GUNUNG HALU

LEMBANG

CIPEUNDEUY

BATUJAJAR

PASEH

CIPONGKOR

SOREANGSINDANG KERTA

ARJASAR I

CIKALONG W ETAN

CIMAU NG

CIPARAY

CISAR UA

BANJARAN

CIW IDEY

NAGREG

CIM EUNYAN

PADALARANG

RANCAEKEK

CIKACUNG

BALEENDAH

CILEUN YI

CICALENGKA

PARONGPONG

CILENGKRANG

NGAMPRAH

MAJALAYA

KATAPANG

BOJONG SOANG

MARGAASIH

SOLOKAN JERU KPAMEUNGPEUK

MARGAHAYUDAYEUH KOLOT

KEGIATAN PENYUSUNAN KEBIJAKANMANAJEMEN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

DI KABUPATEN BAN DUNG

BAPPEDAKABUPATEN BANDUNG

TPA Babakan

TPA Pasir BuluhTPA Sarimukti

Gambar 2.14

TPA Legok Nangka

TPA Leuwigajah

TPAWilayah Barat

TPAWilayah Timur

BAPEDAKABUPATENBANDUNG

Centroid WP I

Centroid WP II

Centroid WP III

Page 61: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-51

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Berdasarkan observasi dan data operasi pengangkutan di Dinas Kebersihan,

diperoleh data pengangkutan seperti pada Tabel 2.18. Dari data tersebut, dan

dibandingkan terhadap beban timbulan sampah di seluruh kota, maka Tingkat

Pengangkutan sampah di Kabupaten Bandung saat ini baru mencapai 20,8%,

sejalan dengan tingkat pelayanan, dimana volume timbulan terangkut

mencapai 567 m3/hari, dari total timbulan 2.722 m3/hari.

Tabel 2.18Tingkat Pengangkutan Sampah di Kabupaten Bandung

WilayahSampah

TerangkutTot. Timbulan

Kota

Tingk.Pengangkutan

Total Tingk.Pengangkutan

Kota(m3/hr) (m3/hr)

I 205 896 22,9%

20,8%II 140 867 16,2%

III 222 959 23,1%

Jumlah 567 2722Sumber : Hasil Observasi dan Perhitungan Tahun 2007

Kapasitas angkut Kendaraan angkut yang dioperasikan di Kab. Bandung saat ini

dapat dilihat pada Tabel 2.19.

Tabel 2.19Kapasitas Angkut Sampah Eksisting

No. Jenis SaranaVolume

(m3)Jumlah(unit)

KapasitasAngkut/unit

(m3)

Total(m3)

1 Dump Truck 6 31 9.6 298

2 Arm Roll 10 5 16 80

3 Arm Roll 6 16 9.6 154

532

Keterangan : Faktor Pemadatan 1,6

Catatan : Prasarana eksisting tidak termasuk Aset Bandung Barat

Page 62: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-52

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Dengan demikian jumlah armada pengangkutan harus ditambah sehingga

pengangkutan sampah dapat ditingkatkan.

22..33..55.. OOppeerraassii PPeennggoollaahhaann

Sampai akhir Tahun 2007, Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung belum

menjalankan pengolahan. Akhir tahun 2007, pengomposan di TPA Babakan baru

dijalankan dan masih tersendat-sendat. Sementara itu PLTSa yang

dikembangkan atas kerjasama dengan PLN pun baru akan dimulai

pembangunannya pada Tahun 2008.

Namun demikian, bila sektor informal dengan aktifitas pengumpulan sampah

potensi daur ulang dapat diperhitungkan sebagai kegiatan pengolahan oleh

sektor informal, maka diperkirakan saat ini baru mencapai 8% terhadap

timbulan desa, atau 3,4% terhadap Potensi Daur Ulang dari timbulan total.

Dengan demikian, kegiatan perolehan kembali bahan potensi daur ulang oleh

sistem informal memberikan kontribusi reduksi beban penimbunan sampah di

TPA sebesar 1,48%.

Dari hasil studi timbulan, terukur potensi bahan daur ulang sampah anorganik di

Kabupaten Bandung yang tinggi adalah kertas (19,4%) dan plastik (17,52%).

Namun demikian, observasi di lapangan memperlihatkan nilai ekonomis plastik

jauh lebih tinggi dari kertas, sehingga daur ulang plastik lebih berkembang

dibandingkan kertas. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pengembangan daur

ulang sampah anorganik di Kabupaten Bandung, selayaknya plastik menjadi

prioritas penanganan.

Data dari Dinas Kebersihan, rata-rata frekuensi pengangkutan

mencapai 2 rit/unit/hari, dengan tingkat pemadatan 1,6 di dalam alat

angkut, maka akan diperoleh kapasitas maksimum 532 m3/hari. Saat ini

sampah terangkut mencapai 567 m3/hari, dengan kata lain kapasitas

angkut kendaraan telah melampaui kapasitas maksimumnya.

Page 63: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-53

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Bila dilakukan pendataan dengan seksama sesungguhnya saat ini di seluruh

wilayah Kabupaten Bandung telah banyak inisiatif warga dalam upaya

menangani sampah. Umumnya mereka mengembangkan pengelolaan secara

komunal, namun sering sekali tidak berlandaskan pada perencanaan yang

komprehensif dan akhirnya terhenti. Belum adanya pencatatan yang baik oleh

Dinas terhadap lokasi-lokasi swadaya masyarakat ini menyebabkan kinerjanya

belum bisa terukur.

Terhentinya Unit Pengolahan Sampah (UPS) baik yang dibantu oleh Pemerintah

maupun dana dari luar umumnya disebabkan karena masalah pengelolaan bukan

masalah teknis. Belum terbangunnya kemampuan masyarakat lokal dalam

mengelola sebuah unit produksi baik yang berorientasi bisnis maupun tidak,

perlu diperhatikan ketika akan mengembangkan pengolah.

Melihat berbagai praktek pengolahan sampah di beberapa kota di Indonesia,

Dinas Kebersihan sesungguhnya dapat mengembangkan kemitraan dengan

masyarakat dalam hal pengolahan sampah ini. Terbukti, kelompok informal

dapat menjalankan berbagai usaha daur ulang dan pengomposan pun lebih baik

ketika dikelola oleh masyarakat, dengan catatan dilakukan pemberdayaan

secara total. Kemitraan pengelolaan sampah dengan masyarakat dapat berupa

pemberian tugas pengelolaan dalam suatu wilayah, dimana kelompok

masyarakat diberi insentif. Adapun insentif tersebut dapat berasal dari biaya

operasi pengelolaan yang biasanya dikeluarkan oleh Pemerintah, tentunya

dengan besaran yang telah direduksi untuk efisiensi.

Pada studi timbulan, terukur timbulan sampah di Kab. Bandung masih di

dominasi oleh sampah organik. Pengomposan adalah alternatif pengolahan

sampah jenis ini.

Page 64: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-54

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 2.20Potensi Pengomposan Sampah Kab. Bandung

TahunTimbulan Sampah Organik Potensi Bahan Baku Kompos Potensi Kompos Jadi

m3/hr ton/hr m3/hr ton/hr m3/hr ton/hr

2008 1549,8 310,0 1472,3 294,5 441,7 88,3

2010 1643,8 328,8 1561,6 312,3 468,5 93,7

2015 1911,6 382,3 1816,0 363,2 544,8 109,0

2020 2234,8 147,2 2123,1 424,6 636,9 127,4

2025 2626,6 172,7 2495,3 499,1 748,6 149,7

2028 2901,2 580,2 2756,2 551,2 826,9 165,4Sumber : Buku-3, Studi Timbulan dan Karakteristik Sampah

Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam pengomposan yaitu :

(1) Pelaku pengomposan atau pelaksananya

(2) Teknologi pengomposan dan

(3) Skala pengomposan

Pengomposan dapat dilakukan oleh masyarakat maupun oleh Dinas Kebersihan

sendiri. Tinjauan terhadap praktek-praktek pengomposan yang dilakukan di

berbagai kota di Indonesia, pengomposan akan lebih efektif dan efisien jika

dilakukan dengan pola kemitraan bersama masyarakat atau swasta, tentunya

yang perlu diperhatikan adalah mekanisme kemitraannya itu sendiri. Sering

terjadi, masyarakat diajak mengomposkan sampah, akan tetapi tidak

dikembangkan mekanisme insentifnya, sehingga sering terjadi masyarakat

merasa berat dengan biaya operasi pengomposan tersebut.

Dalam aspek teknologi pengomposan, banyak alternative yang sudah

dikembangkan dan bahkan teruji di Indonesia. Teknologi pengomposan sudah

tersedia mulai dari teknologi sederhana hingga teknologi canggih. Pemilihan

teknologi akan ditentukan oleh pelaku pengomposan itu sendiri. Pengomposan

yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kiranya cukup menggunakan

metoda sederhana, sedangkan untuk pelaku swasta untuk meningkatkan

efisiensi, selayaknya perlu dipilih teknologi tinggi, seperti biodegester.

Skala pengomposan seharusnya menjadi perhatian, mengingat hal ini akan

menentukan besar kecilnya sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan untuk

Page 65: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-55

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

itu. Melihat besarnya potensi bahan baku kompos, selayaknya di Kabupaten

Bandung dikembangkan pengomposan dalam beberapa skala, yaitu :

(1) Skala lingkungan, di tingkat RT/RW dengan melibatkan masyarakat

(2) Skala kawasan, di tingkat Kelurahan dengan pendekatan kemitraan

antara Pemerintah, Masyarakat dan atau Swasta. Pola ini dapat

dilakukan di TPS-TPS yang ada.

(3) Skala kota, yaitu pengomposan yang dilakukan di TPA, untuk melayani

wilayah yang tidak memungkinkan dikembangkannya skala kawasan dan

skala lingkungan

Cara penanganan sampah lain yang banyak di pakai dalam mengatasi sampah

kota adalah pemusnahan dengan pembakaran (incinerasi). Namun demikian,

karakteristik sampah Kabupaten Bandung dengan kelembaban dan kandungan

organik tinggi menyebabkan Nilai Kalor yang diperoleh masih lebih kecil dari

Nilai Kalor yang dibutuhkan yaitu 2000 kkal/kg-BK. Teknologi incinerasi ini

dalam implementasinya selain memerlukan biaya tinggi juga memerlukan

ketelitian yang tinggi dari pihak pengelola, mengingat dampak dari pembakaran

tersebut terhadap lingkungan. Disamping itu, saat ini dengan kehadiran sampah

plastik di dalam sampah, merupakan potensi emisi dioksin dari pembakaran

dibawah 800oC, dapat diperkirakan bahaya yang mengancam.

Karena itu, di dalam perkembangan pengolahan sampah di Indonesia, teknologi

pembakaran kurang berkembang. Namun demikian, saat ini banyak ditawarkan

teknologi pembakaran sampah yang digabungkan dengan pemanfaatan panas

yang dihasilkannya menjadi listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah/PLTSa).

Teknologi ini kini menjadi alternatif disebabkan karena peluang perolehan

keuntungan dari penghasilan listrik.

Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat

(dalam hal ini sampah) menjadi materi gas (gas buang), serta materi padatan

yang sulit terbakar, yaitu abu ( bottom ash) dan debu (fly ash). Panas yang

dihasilkan dari proses insinerasi juga dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi

suatu materi lain dan energi, misalnya untuk pembangkitan listrik dan air

Page 66: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-56

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

panas. Insinerasi adalah metode pengolahan sampah dengan cara membakar

sampah pada suatu tungku pembakaran. Di beberapa negara maju, teknologi

insinerasi sudah diterapkan dengan kapasitas besar (skala kota). Teknologi

insinerator skala besar terus berkembang, khususnya dengan banyaknya

penolakan akan teknologi ini yang dianggap bermasalah dalam sudut

pencemaran udara. Salah satu kelebihan yang dikembangkan terus dalam

teknologi terbaru dari insinerator ini adalah pemanfaatan enersi, sehingga

nama insinerator cenderung berubah seperti waste-to-energy, thermal,

converter.

Meskipun teknologi ini mampu melakukan reduksi volume sampah hingga 70%,

namun teknologi insinerasi membutuhkan biaya investasi, operasi dan

pemeliharaan yang cukup tinggi. Fasilitas pembakaran sampah dianjurkan

hanya digunakan untuk memusnahkan/membakar sampah yang tidak bisa

dikomposkan, di daur ulang, ataupun tidak layak untuk diurug.

Pada implementasi teknologi incinerasi ini, harus dipastikan instalasi ini harus

dilengkapi dengan sistem pengendalian dan control untuk memenuhi batas-

batas emisi partikel dan gas buang, sehingga dipastikan asap yang keluar dari

tempat pembakaran sampah merupakan asap/gas yang sudah netral. Abu yang

dihasilkan dari proses pembakaran bisa digunakan untuk bahan bangunan, atau

dibuang ke landfill.

Energi panas yang dapat dikonversi menjadi listrik dan recovery panas

merupakan salah satu keunggulan yang ditawarkan dari incinerator jenis baru.

Enersi tersebut berasal dari panas dalam tungku, yang biasanya didinginkan

dengan air dan uap air yang terjadi dapat digunakan sebagai penggerak turbin

pembangkit listrik.

Namun untuk penerapan PLTSa di Kabupaten Bandung perlu pemahaman

bahwa:

(1) Produk panas yang nanti dikonversi menjadi listrik, akan tergantung dari

nilai kalor sampah itu sendiri. Nilai kalor sampah di Kabupaten Bandung

Page 67: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-57

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

tidak mencapai angka 2000 Kcal/Kg-kering. Komponen sampah yang dikenal

mempunyai nilai kalor tinggi adalah kertas dan plastik. Dilema yang muncul

adalah, bila yang dikejar adalah nilai kalor tinggi, maka upaya daur ulang

tidak mendukung teknologi ini.

(2) Dari hasil studi komposisi sampah di Kabupaten Bandung, mengandung

sampah organik 55% dengan kadar air tinggi (60-70%). Pada musim hujan,

serta sistem pewadahan sampah yang tidak tertutup, akan menambah

tingginya kadar air. Secara logika, tambah tinggi kadar air, maka akan

tambah banyak energi yang dibutuhkan untuk memulai sampah itu

terbakar.

(3) Proses termal menawarkan destruksi massa limbah secara cepat. Namun

semua proses termal tetap akan menghasilkan residu (bagian non-

combustible) yang tidak bisa terbakar pada temperature operasi. Tambah

tinggi panas, maka residu-nya akan tambah sedikit. Residu ini berada

dalam bentuk abu, debu dan residu lain. Abu biasanya dikenal mempunyai

potensi sebagai bahan bangunan, karena mengandung silikat tinggi. Sampah

Indonesia mengandung abu sampai mencapai 30% berat. Debu atau

partikulat akan merupakan salah satu permasalahan pencemaran udara

yang perlu diperhatikan dan akan menjadi bahan yang perlu difikirkan

penanganannya. Biasanya jalan terakhir yang dilakukan adalah diurug.

(4) Dalam proses termal, beberapa logam berat yang berada dalam sampah,

akan teruapkan seperti Zn dan Hg, yang tergantung dari titik uapnya.

Merkuri (Hg) pada temperatur kamarpun akan menguap. Tambah tinggi

temperatur, akan tambah banyak jenis logam berat yang akan menguap.

Agak sulit menangani jenis pencemaran ini.

(5) Dioxin akan muncul sebagai proses antara dalam pembakaran material,

bukan hanya pada incinerator. Tambah tinggi temperature, maka biasanya

tambah sedikit bahan antara ini. Bila terjadi kegagalan dalam

mempertahankan panas atau pada awal operasi atau di akhir operasi,

Page 68: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-58

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

dimana temperature berada pada level yang rendah, maka masalah ini

dapat muncul.

(6) Apapun material berbasis khlor terbakar, maka akan dihasilkan produk gas

khlor, yang sangat berbahaya karena korosif maupun karena toksik. Namun

dengan adanya uap air, gas yang sangat reaktif ini dengan mudah akan

menangkap uap air menjadi HCL. Ini juga perlu diklasifikasikan dalam

teknologi yang ditawarkan dalam air pollution control, guna mengurangi

terjadinya hujan asam.

(7) Bila pemanasan dilakukan tanpa oksigen, maka proses ini dikenal sebagai

pirolisis. Modifikasi dari pirolisis adalah gasifikasi yang memasukan sedikit

udara dalam proses. Akan dihasilkan 3 jenis produk yaitu: (a) gas hasil

oksidasi seperti: CH4 dan H2 (b) (C2H4 (ethyelene) dan tar dan (c) arang

atau karbon. Seperti halnya insinerasi, maka karena yang digunakan

sebagai bahan adalah sampah yang sangat heterogen, maka akan dihasilkan

by-product lain seperti gas pencemar, dioxin, residu yang belum dapat

terurai. Proporsi produk yang dihasilkan (gas, cair atau padat) tergantung

dari temperatur dan waktu pembakaran.

(8) Terdapat serangkaian upaya konversi energi dalam sistem incinerator

penghasil panas, mulai dari combustor – boiler – steam generator sampai ke

elektrik generator, yang tidak akan mampu mengkonversi enersi secara

mulus 100%. Bila sampah yang digunakan adalah jenis sampah di Negara

industri, maka enersi listrik sebesar 20MW/1000 ton-kering sampah dapat

dicapai. Dengan kondisi sampah di Kabupaten Bandung yang mempunyai

nilai kalor belum mencapai 2000 Kkal/Kg-kering, apalagi bila kertas dan

plastiknya dikeluarkan untuk di daur ulang, serta kadar air yang cukup

tinggi, maka sebetulnya berdasarkan perhitungan yang konvensional akan

diperoleh paling sekitar 2,5 MW per Kg Sampah-basah. Nilai ini terukur

masih belum relevan dengan nilai investasi yang harus dikeluarkan untuk

pengembangan instalasi ini.

Page 69: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-59

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Memahami segala konsekuensi dari penerapan tekonologi pembakaran sampah,

dan merujuk pada kemampuan lokal, maka penerapan pembakaran di

Kabupaten Bandung selayaknya menjadi alternatif ketiga setelah pengomposan

dan daur ulang sampah anorganik. Namun demikian pengembangannya pun

selayaknya bermitra dengan pihak ke-3, bukan semata modal dari Pemerintah.

22..33..66.. SSiisstteemm PPeemmbbuuaannggaann AAkkhhiirr

22..33..66..11 OOppeerraassii PPeemmbbuuaannggaann

Observasi terhadap TPA Babakan, mengarah pada

satu kesimpulan bahwa TPA tersebut masih belum

ditata dengan baik. Penimbunan open dumping

hanya sebagian kecil saja area penimbunan yang

dioperasikan secara controlled landfill, tidak ada

pengolahan lindi, dan operasi yang ada hanyalah

buang tanpa pengolahan. Untuk menghindari dampak negatif, perlu ditargetkan

pengoperasi penimbunan segera dirubah menjadi sistem Controlled Landfill

secara total, walaupun bentuk operasi yang ideal

adalah sistem Sanitary Landfill. Melihat kondisi

eksisting TPA Babakan yang sudah lama

dioperasikan secara Open Dumping, sistem

Sanitary Landfill tidak akan memberi pengaruh

yang cukup berarti karena lahan dan air tanahnya

sudah terlanjur tercemar.

Dengan menerapkan sistem Controlled Landfill, maka akan diperoleh dua

macam perbaikan yaitu dengan aplikasi tanah penutup dan pemasangan saluran

pengumpul biogas.

Aplikasi tanah penutup pada sistem Controlled Landfill akan membantu

menutup sampah sehingga efek Lup dapat dikurangi, sehingga dapat menekan

efek kepulan asap dari kebakaran sampah di permukaan TPA.

Page 70: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-60

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Melalui pemasangan saluran biogas, maka gas metan dan biogas lain dari

timbunan sampah akan tersalur dengan baik sehingga tidak menyebar di

permukaan TPA. Gas metan yang dikumpulkan ini dapat dimanfaatkan sebagai

bahan bakar untuk mendukung kegiatan di TPA. Bila belum dapat

dimanfaatkan, maka gas Metan ini dibakar supaya tidak menyebar ke udara

bebas. Dengan demikian akan mengurangi efek terhadap pencemaran udara

dan kesehatan.

Untuk penanganan leachate/lindi dalam rangka me-minimasi dampak

pencemaran air tanah, maka sebaiknya leachate di-resirkulasikan ke dalam

timbunan sampah. Overflow dari resrikulasi sebaiknya disaring dengan land

treatment (lahan sanitasi).

Pada saat ini areal timbunan sampah di TPA Babakan belum dilengkapi dengan

saluran drainase. Saluran drainase ini sangat penting dibangun supaya

mengurangi jumlah limpasan air hujan yang meresap ke dalam timbunan

sampah. Bila resapan air hujan ke dalam timbunan sampah dapat dikurangi,

maka jumlah produksi leachate dapat ditekan, sehingga efek pencemaran air

tanah dan air permukaan di lingkungan sekitar TPA dapat dikurangi.

Pada saat ini TPA belum dilengkapi dengan pagar. Pemagaran sangat diperlukan

untuk menghindari pembuangan liar ke TPA.

Hal lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan operasional TPA adalah

pengawasan terhadap sampah yang boleh masuk ke TPA. Pada saat ini sampah

rumah sakit telah merupakan campuran antara sampah domestik dan B3

(seperti limbah klinis dan jarum suntik). Untuk ke depan, perlu diberlakukan

larangan terhadap limbah B3 baik dari rumah sakit, industri atau sumber lain

kecuali sampah B3 yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti kemasan

cairan pembersih, kemasan pembasmi serangga dan lainnya, yang masih

tergolong sampah rumah tangga). Untuk memantaunya setiap truk yang datang

perlu diperiksa muatannya oleh petugas Pos di TPA. Petugas wajib melarang

masuk truk yang membawa limbah B3 Non Rumah Tangga.

Page 71: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-61

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

2.3.6.2 Analisa Kebutuhan Lahan TPA

Pemetaan topografi TPA Babakan dilakukan guna mengetahui kontur terakhir,

sehingga dapat diperkirakan volume ruang tersisa, yang identik dengan sisa

umur TPA. TPA Babakan sebagai satu-satunya TPA yang dimiliki Pemerintah

Kota Kabupaten Bandung, dengan luas total area TPA 10,2 Ha. Akan tetapi luas

area efektif untuk seluruh sarana prasarana TPA terukur 4,005 Ha. Dengan

adanya pembangunan sarana prasarana pengomposan, maka luas area efektif

untuk penimbunan terukur 1,8 Ha.

Gambar berikut memperlihatan Site Plan TPA Babakan hasil pengukuran Bulan

Desember 2007.

Page 72: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-62

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 2.15 Site Plan TPA

Page 73: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-63

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Di atas area penimbunan 1,8 Ha, yang sebagian besar sudah terisi sampah,

diperoleh volume ruang tersisa sekitar 220.000m3. Tabel 2.21 menunjukkan

bahwa semakin tinggi beban penimbunan, semakin singkat umur TPA. Dari 3

simulasi yang dikembangkan terlihat bahwa pada skenario dimana beban

penimbunan terus meningkat, umur TPS Babakan hanya mencapai tahun 2009.

Jika ada upaya penurunan beban penimbunan dengan melakukan reduksi di

sumber, seperti pada skenario 1 dan 2, umur TPS lebih lama yaitu sampai tahun

2010. Sisa Umur TPA Babakan, diperlihatkan pada Tabel 2.21 dan Gambar 2.16.

Tabel 2.21Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan Tanpa Perluasan

Tahun

Beban Timb.Per hari

scenario 1(m3/hr)

Beban Timb. PerHari seknario 2

(m3/hr)

Beban Timb. PerHari scenario 3

(m3/hr)

AkumulasiTimb. Skenario

1 (m3/th)

AkumulasiTimb. Skenario

2 (m3/th)

AkumulasiTimb. Skenario

3 (m3/th)

KapasitasTPA(m3)

2007 567.0 567.0 567.0 68,985.0 68,985.0 68,985.0 220,000

2008 567.0 567.0 567.0 137,970.0 137,970.0 137,970.0 220,000

2009 480.4 388.7 692.6 196,415.2 185,263.5 222,240.9 220,000

2010 475.7 392.3 695.8 254,287.8 232,989.2 306,896.0 220,000

2011 472.8 397.5 709.3 311,810.3 281,356.1 393,188.3 220,000

2012 467.5 404.6 722.3 368,694.6 330,584.2 481,063.2 220,000

2013 462.0 403.6 735.4 424,909.6 379,688.3 570,540.6 220,000

2014 455.8 404.6 754.9 480,364.6 428,912.1 662,384.1 220,000

2015 452.4 412.7 773.0 535,405.5 479,120.5 756,427.9 220,000

2016 442.0 407.1 792.1 589,177.1 528,648.8 852,797.2 220,000

2017 440.0 400.3 815.2 642,709.3 577,357.7 951,982.3 220,000

2018 410.5 397.7 841.6 692,658.5 625,742.2 1,054,373.1 220,000

2023 312.3 343.9 967.5 730,659.6 667,587.9 1,172,080.2 220,000

2028 15.8 240.7 1,092.0 732,578.6 696,875.8 1,304,936.2 220,000

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan

Tanpa Perluasan

-

200,000.0

400,000.0

600,000.0

800,000.0

1,000,000.0

1,200,000.0

1,400,000.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2023 2028Tahun

Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 1

Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 2

Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 3

Kap. TPA Babakan

Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan

Tanpa Perluasan

-

200,000.0

400,000.0

600,000.0

800,000.0

1,000,000.0

1,200,000.0

1,400,000.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2023 2028Tahun

Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 1

Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 2

Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 3

Kap. TPA Babakan

Gambar 2.16Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan Tanpa Perluasan

Page 74: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-64

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Walau konsep pengelolaan yang akan dikembangkan di Kabupaten Bandung

pada periode 2008-2028 akan menganut paradigma minimasi sampah

tertimbun di TPA, namun keberadaan TPA tetap diperlukan yaitu untuk

menimbun residu dari pengolahan yang dilakukan di sumber. Berdasarkan

simulasi di atas terlihat pada tahun 2010, diperlukan adanya area baru untuk

penimbunan sampah. Berdasarkan kajian PT. Uta Engineering Consultant

dalam Penyusunan DED TPA Babakan pada tahun 2000, direkomendasikan

perluasan lahan TPA ke arah barat area penimbunan saat ini atau ke arah

palung, dengan luas area 3,1 Ha. (Lihat Gambar). Diperkirakan area ini

mampu memiliki volume ruang 969.393 m3, sehingga apabila dilakukan upaya

reduksi di sumber, umur pakai TPA mencapai 2028. Sedangkan bila reduksi di

sumber tidak dioptimalkan akan tercapai umum pakai hingga tahun 2018.

Umur pakai TPA Babakan setelah Perluasan, diperlihatkan pada Tabel dan

Gambar berikut ini.

Tabel 2.22Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan dengan Perluasan

Tahun

Beban Timb. Per Beban Timb. Per Beban Timb. Per AkumulasiTimb.

Skenario 1

AkumulasiTimb.

Skenario 2

Akumulasi Timb. Kapasitas

hari Skenario 1 hari Skenario 2 hari Skenario 3 Skenario 3 TPA

(m3/hr) (m3/hr) (m3/hr) (m3/th) (m3/th) (m3/th) (m3)

2007 567.0 567.0 567.0 68,985.0 68,985.0 68,985.0 969,393

2008 567.0 567.0 567.0 137,970.0 68,985.0 137,970.0 969,393

2009 480.4 388.7 692.6 196,415.2 47,293.5 222,240.9 969,393

2010 475.7 392.3 695.8 254,287.8 95,019.2 306,896.0 969,393

2011 472.8 397.5 709.3 311,810.3 143,386.1 393,188.3 969,393

2012 467.5 404.6 722.3 368,694.6 192,614.2 481,063.2 969,393

2013 462.0 403.6 735.4 424,909.6 241,718.3 570,540.6 969,393

2014 455.8 404.6 754.9 480,364.6 290,942.1 662,384.1 969,393

2015 452.4 412.7 773.0 535,405.5 341,150.5 756,427.9 969,393

2016 442.0 407.1 792.1 589,177.1 390,678.8 852,797.2 969,393

2017 440.0 400.3 815.2 642,709.3 439,387.7 951,982.3 969,393

2018 410.5 397.7 841.6 692,658.5 487,772.2 1,054,373.1 969,393

2023 312.3 343.9 967.5 730,659.6 529,617.9 1,172,080.2 969,393

2028 15.8 240.7 1,092.0 732,578.6 558,905.8 1,304,936.2 969,393

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

Page 75: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-65

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan

Dengan Perluasan

-

200,000.0

400,000.0

600,000.0

800,000.0

1,000,000.0

1,200,000.0

1,400,000.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2023 2028Tahun

Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 1Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 2Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 3Kap. TPA

Gambar 2.17Kapasitas dan Umur TPA Babakan Dengan Perluasan

Untuk menjamin agar umur pakai TPA Babakan dapat diperpanjang , diperlukan

kajian yang menyeluruh, mulai dari analisis mekanika tanah di lokasi perluasan

sampai pada metoda penimbunan yang selayaknya diatur sedemikian hingga

memungkinkan adanya alternatif penimbunan ketika zona utama mengalami

gangguan. Juga direkomendasikan agar metoda penimbunan dipersiapkan agar

dapat diterapkan konsep reuse landfill.

2.3.6.3 Kebutuhan Peningkatan Sarana dan Prasarana TPA Babakan

Melihat kondisi TPA Babakan saat ini, selayaknya penataan segera dilakukan

sehingga kondisi lingkungan di sekitarnya tidak semakin buruk dan untuk

menjaga persepsi masyarakat jangan sampai tumbuh ketidak percayaan

terhadap kehadiran TPA. Berdasarkan pada perkiraan kapasitas TPA Babakan

yang masih berpotensi untuk dikembangkan hingga tahun 2017, maka

diperlukan peningkatan sarana prasarana sebagai berikut:

Page 76: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-66

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 2.18Usulan Peningkatan Sarana & Prasana TPA Babakan

Saat ini di TPA Babakan telah tersedia instalasi pengomposan yang sangat

lengkap, selayaknya pengelolaannya dilakukan dengan cermat sehingga

Pembangunan Jembatan Timbang, selain sebagai pengukurkinerja operasi pengelolaan sampah secara menyeluruh diTPA, unit ini sangat diperlukan sebagai kontrol ketikakonsep reduksi di sumber sudah dilaksanakan.

Perbaikan operasi penimbunan dari sebagian kecil saja operasi

controlled landfill, menjadi sepenuhnya. Hal ini menuntut

keberadaan alat berat. Saat ini yang ada adalah 2 unit buldozer, 1

unit excavator dan 1 wheel loader, seharusnya sudah mampu

mendukung pelaksanaan penimbunan secara baik.

Penataan lahan penimbunan dengan terlebih dahulu

dilakukan analisa kebutuhan tanggul penahan tanah, untuk

mencegah pergeseran zona penimbunan atau kelongsoran.

Pemeliharaan sistem drainase makro, untuk

mengurangi run-off ke dalam zona penimbunan.

Drainase yang ada sudah cukup baik dari segi

kontruksi, akan tetapi disebabkan tidak adanya

pemeliharaan, maka saat ini berada pada kondisi

kurang berfungsi.

Perbaikan sistem pengolahan lindi, dengan

meningkatkan kinerja instalasi eksisting melalui upaya

resirkulasi lindi ke lahan urug.

Pembangunan Green Belt, di sekeliling lahan TPA

terutama yang terdekat dengan penduduk

JembatanTimbang

IPAL LINDI

Page 77: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-67

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

pengomposan dapat menjadi alternatif proses reduksi sampah tertimbun di

TPA. Berdasarkan pendataan sarana pengomposan yang ada, yaitu :

(1) Luas Bangunan 1500 m2.

(2) Ruang pemilahan dengan conveyor belt.

(3) Mesin pencacah 2 unit, kapasitas @ 2 ton/ unit

(4) Mesin penyaring kompos

Dengan keberadaan sarana di atas, selayaknya instalasi tersebut dapat memiliki

kapasitas minimal 40 ton/hari. Pengoperasian pada tahap awal,

direkomendasikan untuk mengomposkan sampah dari pasar atau area

pengangkutan door to door, mengingat kondisi sampah relatif lebih segar.

Adapun kapasitas operasi diupayakan minimal satu rit pengangkutan, yaitu

sekitar 10 m3/hari.

22..44 AAssppeekk KKeelleemmbbaaggaaaann

22..44..11 Bentuk Lembaga

Evaluasi bentuk kelembagaan yang melaksanakan tugas

pengelolaan kebersihan atau pengelolaan sampah di

Kabupaten Bandung, ditujukan untuk mengetahui :

1. Kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan

sampah.

2. Kewenangan yang dimiliki.

Bentuk lembaga pengelola sampah di Kabupaten Bandung adalah Dinas

Kebersihan.

Lembaga berbentuk Dinas Kebersihan, merupakan satuan kerja

perangkat daerah (SKPD) yang memiliki kedudukan sama dengan SKPD

Dinas lainnya dalam Pemerintahan Kabupaten Bandung.

Dalam kapasitasnya, Dinas Kebersihan ditempatkan sejajar dengan SKPD

Dinas lainnya karena penyelenggaraan pengelolaan sampah atau

kebersihan memiliki tingkat urgenitas yang sama dengan pelayanan

bidang lainnya, serta memiliki bobot pelayanan yang sama bagi

kepentingan pelayanan masyarakat.

Page 78: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-68

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lembaga pengelola persampahan berbentuk Dinas Kebersihan, berarti

memiliki kapasitas penuh sebagai Dinas Tersendiri dalam menjalankan

pelayanan pengelolaan sampah.

Pelayanan pengelolaan sampah merupakan kegiatan rutin harian dengan

beban kerja yang tinggi serta diperlukan alokasi sumber daya finansial,

sumberdaya manusia dan sumber daya material yang cukup besar,

sehingga diperlukan kapasitas lembaga yang selalu fokus dengan satu

bidang pelayanan.

Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung sebagai Dinas Teknis Daerah, berfungsi

menjalankan urusan pemerintahan dalam bidang teknis pengelolaan sampah.

Sebagai Dinas Teknis, maka kapasitasnya sebagai penyelenggara teknis atau

sebagai operator dalam pengelolaan sampah.

Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung memiliki Dinas

Lingkungan Hidup yang memiliki kaitan erat dengan penyelenggaraan

pengelolaan sampah yaitu dalan hal pengaturan kebijakan lingkungan hidup.

Dalam kaitan antara penyelenggaraan dan pengawasan, maka Dinas Lingkungan

Hidup dapat berperan sebagai Regulator sedangkan Dinas Kebersihan bertindak

sebagai Operator dalam pelayanan pengelolaan sampah.

Penyelenggaraan pengelolaan sampah dalam bentuk lembaga Dinas Kebersihan

dan pengelolaan lingkungan hidup dalam bentuk Lembaga Dinas Lingkungan

Hidup merupakan kebijakan kelembagaan yang sudah dinilai tepat dari aspek

pemisahan fungsi antara fungsi Operator dan fungsi Regulator. Melalui

kebijakan ini maka diharapkan tidak terjadi adanya fungsi dan peran rangkap

dari satu lembaga yang melaksanakan fungsi operator dan juga fungsi regulator

karena hal yang demikian ini tidak terjadi mekanisme control yang baik dari

kegiatan pelayanan pengelolaan sampah.

Berdasarkan evaluasi beban kerja pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten

Bandung, bahwa jumlah penduduk yang yang tinggal dalam wilayah urban

diprediksi 32 % dari jumlah penduduk wilayah Kabupaten Bandung tahun 2007

Page 79: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-69

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

adalah 968.715 jiwa dengan prediksi beban sampah yang harus dikelola adalah

2.722 m3/hari atau 544 ton/hari. Walaupun wilayah Kabupaten Bandung tidak

dikelola melalui bentuk Pemerintahan Kota, tetapi apabila ditinjau dari jumlah

penduduk urban yaitu sebanyak 968.715 jiwa, maka hal ini sudah setara dengan

kriteria Kota Besar dan bahkan Kota Metropolitan. Beban tugas pelayanan

pengelolaan sampah tersebut sudah sangat layak dikelola oleh lembaga

berbentuk Dinas Kebersihan dan bahkan potensial untuk ditingkatkan kapasitas

kelembagaannya menjadi lembaga yang lebih otonom.

Berdasarkan kriteria jumlah penduduk urban yang diarahkan oleh Departemen

Pekerjaan Umum, maka bentuk lembaga pengelola sampah adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.23Bentuk Lembaga Pengelola Kebersihan Berdasarkan Klasifikasi Kota

NoJumlah Penduduk

UrbanKlasifikasi Kota Bentuk Lembaga Pengelola

1 s/d 200.000 Kota Kecil Suklu Dinas/Seksi dari Dinas PU2 200.000 – 500.000 Kota Sedang Sub Dinas dari Dinas Kebersihan dan

Pertamanan3 500.000 – 1.000.000 Kota Besar Dinas Tersendiri, Dinas Kebersihan4 Diatas 1.000.000 Kota Metropolitan Dinas Tersendiri, BLUD, BUMD, PT

Wilayah urban di Kabupaten Bandung tersebar di beberapa titik yaitu di ibukota

kecamatan. Dikaitkan antara jumlah penduduk urban dari wilayah Kabupaten

Bandung dengan arahan bentuk lembaga sebagaimana tabel di atas, maka

bentuk lembaga pengelola persampahan saat ini yaitu DINAS KEBERSIHAN sudah

memadai, dan bahkan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi lembaga

yang lebih otonom pada masa yang akan datang sejalan dengan perkembangan

beban pelayanan yang harus diselenggarakan.

Permasalahan dan pengelolaan sampah tidak hanya merupakan persoalan yang

bersifat teknis, tetapi juga menyangkut persoalan yang bersifat sosial

kemasyarakatan sehingga tidak mungkin persoalan pengelolaan persampahan

dapat diselesaikan oleh Dinas Teknis Daerah yaitu Dinas Kebersihan secara

sendirian. Oleh karena itu keterkaitan antar lembaga pemerintah dan lembaga

Page 80: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-70

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

kemasyarakatan sangat penting agar terjadi sinergi kelembagaan dalam

pengelolaan sampah.

Perlu adanya lembaga kemasyarakatan sebagai mitra dari lembaga pemerintah

yang mengelola sampah pada tingkatan lingkungan masyarakat, sehingga dapat

memaksimalkan fungsi dan peran dari partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

sampah.

Mengikuti perkembangan yang ada, struktur organisasi Dinas Kebersihan

Kabupaten Bandung sejak Tanggal 27 Desember 2007 telah dirubah menjadi

bagian dari struktur organisasi DINAS PERUMAHAN, TATA RUANG DAN

KEBERSIHAN (PERTASIH). Perubahan struktur organisasi perangkat daerah yang

terjadi dan dialami oleh dinas-dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Bandung merupakan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung dari adanya

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota serta Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Berdasarkan Konsep Akhir Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah

Kabupaten Bandung bahwa organisasi yang akan membidangi pengelolaan

sampah di Kabupaten Bandung, yang semula dikelola dalam kapasitas

kelembagaan berbentuk DINAS KEBERSIHAN akan turun kapasitasnya menjadi

Bidang Pengelolaan Kebersihan dengan UPTD Pengangkutan Sampah.

Berdasarkan kepada Eselonering jabatan menurut PP 41 :

Eselon Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota

Pasal 35

(1) Sekretaris Daerah merupakan jabatan struktural eselon II.a.

(2) Asisten, sekretaris DPRD, kepala dinas, kepala badan, Inspektur,

direktur rumah sakit umum daerah kelas A dan kelas B, dan Direktur

rumah sakit khusus daerah kelas A merupakan jabatan struktural

eselon II.b.

Page 81: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-71

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(3) Kepala kantor, camat, kepala bagian, sekretaris pada dinas, badan

dan inspektorat, inspektur pembantu, direktur rumah sakit umum

daerah kelas C, direktur rumah sakit khusus daerah kelas B, wakil

direktur rumah sakit umum daerah kelas A dan kelas B, dan wakil

direktur rumah sakit khusus daerah kelas A merupakan jabatan

struktural eselon III.a.

(4) Kepala bidang pada dinas, dan badan, kepala bagian dan kepala

bidang pada rumah sakit umum daerah, direktur rumah sakit umum

daerah kelas D, dan sekretaris camat merupakan jabatan struktural

eselon III.b.

(5) Lurah, kepala seksi, kepala subbagian, kepala subbidang, dan

kepala unit pelaksana teknis dinas dan badan merupakan

jabatan struktural eselon IV.a.

(6) Sekretaris kelurahan, kepala seksi pada kelurahan, kepala

subbagian pada unit pelaksana teknis, kepala tata usaha sekolah

kejuruan dan kepala sub bagian pada sekretariat kecamatan

merupakan jabatan struktural eselon IV.b.

Eselon jabatan menggambarkan kapasitas jabatan atau kapasitas lembaga.

Semakin tinggi eselon jabatan yang memimpin dalam suatu lembaga, maka

semakin tinggi pula kapasitas kelembagaan dan kapasitas jabatan yang diemban

dan sebaliknya. Semakin tinggi eselon jabatan yang melaksanakan tugas urusan

dan kewenangan pemerintahan, semakin tinggi prioritas urusan pemerintahan

tersebut, dan sebaliknya.

Perubahan bentuk kelembagaan yang bertugas dan berwenang menjalankan

urusan dalam bidang Persampahan di Kabupaten Bandung, dari yang semula

berbentuk Dinas Kebersihan menjadi Bidang Kebersihan dan UPTD

Pengangkutan sampah menggambarkan:

1. Penurunan kapasitas kelembagaan,

Lembaga pengelola persampahan dalam bentuk Dinas

Kebersihan, maka lembaga tersebut 100 % kapasitasnya untuk

mengelola masalah sampah.

Page 82: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-72

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lembaga pengelola persampahan dalam bentuk Dinas

Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan yang memiliki rentang

kendali 6 Bidang termasuk Bidang Kebersihan, maka kapasitas

Dinas dalam pengelolaan sampah hanya 1/6 (16,6 %).

2. Penurunan kewenangan jabatan,

Pengelolaan sampah dalam lembaga Dinas Kebersihan,

kewenangannya dimiliki oleh seorang pejabat struktural Kepala

Dinas dengan eselon jabatan adalah IIa.

Pengelolaan sampah dalam bentuk Bidang Kebersihan dalam

Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan, kewenangannya

dipegang oleh seorang pejabat struktural Kepala Bidang dengan

eselon jabatan IIb dan bahkan oleh pejabat structural Kepala

UPTD dengan eselon jabatab IVa.

3. Penurunan prioritas,

Terjadinya penurunan kapasitas lembaga dan penurunan eselon

jabatan struktural yang menangani langsung urusan

persampahan, maka hal ini juga menggambarkan adanya

penurunan prioritas dalam pengelolaan sampah dari sebelum

adanya perubahan kelembagaan.

Penurunan kapasitas lembaga pengelola persampahan dari Dinas Kebersihan

menjadi Bidang Kebersihan dan UPTD Pengangkutan Sampah, mungkin

disebabkan adanya batasan jumlah Dinas Daerah yang boleh dibentuk

berdasarkan PP 41 Tahun 2007, sehingga urusan persampahan yang semula

diurus melalui lembaga Dinas harus disatukan dengan urusan bidang lainnya

dalam Dinas bersama. Berdasarkan Perumusan akhir dari Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Bandung tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah,

jumlah Organisasi Dinas Daerah sebanyak 13 Dinas dengan jumlah Organisasi

Lembaga Teknis Daerah sebanyak 8 Badan dan Kantor.

Page 83: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-73

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Berdasarkan kepada variabel yang menentukan besaran organisasi perangkat

daerah khususnya jumlah Dinas Daerah menurut PP 41 Tahun 2007, yaitu

berdasarkan:

a. Jumlah penduduk

b. Luas wilayah dan

c. Jumlah anggaran,

Maka nilai (skore) untuk kabupaten Bandung adalah seperti pada Tabel berikut.

Tabel 2.24Penetapan Variabel Besaran Organisasi

Perangkat Daerah Kabupaten

NO VARIABEL KELAS INTERVAL NILAI

1 2 3 4

1JUMLAH PENDUDUK (jiwa)Untuk Kabupaten di Pulau Jawa dan Madura.

< 250.000250.001 - 500.000500.001 – 750.000

750.001 – 1.000.000> 1.000.001

816243240

2.JUMLAH PENDUDUK (jiwa)Untuk Kabupaten di luar Pulau Jawa dan Madura.

< 150.000150.001 - 300.000300.001 – 450.000450.001 – 600.000.

> 600.001

816243240

3.LUAS WILAYAH (KM2)Untuk Kabupaten di Pulau Jawa dan Madura.

< 500501 - 1.000

1.001 – 1.5001.501 – 2.000

> 2.001

714212835

4LUAS WILAYAH (KM2)Untuk Kabupaten di luar Pulau Jawa dan Madura.

< 1.0001.000 – 2.0002.001 – 3.0003.001 – 4.000

> 4.001

714212835

5JUMLAH APBD

< 200 M200,1 – 400 M400,1 – 600 M600,1 – 800 M

> 800,1 M

510152025

Jumlah Nilai = 100

Besaran Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dalam Pasal

21 PP 41 Tahun 2007 yang berbunyi:

(3) Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh)

terdiri dari:

a. sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 4 (empat) asisten;

b. sekretariat DPRD;

Page 84: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-74

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

c. dinas paling banyak 18 (delapan belas);

d. lembaga teknis daerah paling banyak 12 (dua belas);

Dengan Nilai sebesar 100, maka besaran organisasi perangkat daerah di

Kabupaten Bandung yang boleh dibentuk menurut PP 41 Tahun 2007 di atas

adalah 18 Dinas Daerah dan 12 Lembaga Teknis Daerah. Dengan demikian maka

secara ketentuan yuridis memungkinkan bahwa apabila urusan bidang

persampahan dibentuk dalam lembaga Dinas, karena jumlah rancangan Dinas

Daerah saat ini baru sebanyak 13 Dinas.

2.4.2.Stuktur Organisasi

Organisasi merupakan suatu alat dalam suatu manajemen untuk mencapai

suatu tujuan. Untuk menjalankan organisasi secara baik dan terarah, maka

diperlukan sebuah struktur yang dapat melingkupi seluruh fungsi organisasi agar

tujuan dapat tercapai. Organisasi sebagai bagian dari fungsi manajemen, maka

struktur organisasi juga harus memiliki dan meliputi fungsi untuk menjalankan

peran:

a. Perencanaan (Planning)

b. Pengorganisasian (Organizing)

c. Pelaksanaan (Actuating)

d. Pengawasan (Controling)

Struktur organisasi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung yang ada saat ini

apabila dievaluasi berdasarkan fungsi-fungsi tersebut menunjukkan sebagai

berikut:

a. Perencanaan

Struktur organisasi yang ada belum terdapat unit kerja yang secara khusus

melaksanakan kegiatan perencanaan dalam skala Dinas Kebersihan. Belum

terdapatnya unit kerja perencanaan ini diprediksikan bahwa fungsi

perencanaan dibidang kebersihan atau pengelolaan persampahan menjadi

bagian tugas yang berada dalam SKPD Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (Bappeda). Peran perencanaan pada skala Pemerintah

Page 85: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-75

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Kabupaten sudah tepat bahwa perencanaan persampahan ada dalam SKPD

Bappeda, namun tetap diperlukan unit kerja yang berperan dalam

menyusun dan merancang perencanaan pada skala Dinas Kebersihan yang

akan akan mencadi acuan dalam operasional pengelolaan kebersihan.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi pengorganisasian dalam struktur organisasi Dinas Kebersihan

Kabupaten Bandung, sudah tercermin dalam unit kerja Bagian Tata Usaha.

Pada bagian ini mengorganisasikan dukungan sarana dan prasarana serta

keuangan untuk berjalannya pengelolaan kebersihan.

c. Pelaksanaan (Actuating)

Fungsi dan peran pelaksanaan (actuating) dalam pengelolaan sampah atau

kebersihan sudah tercermin dalam struktur organisasi Dinas Kebersihan

Kabupaten Bandung, karena unit kerja ini yang menjadi pelaksana

utamanya. Semua unit kerja dalam struktur organisasi yang dihubungkan

dengan garis lini dari Kepala Dinas, yaitu Sub Dinas Operasional, Sub Dinas

Pemeliharaan dan Sub Dinas Kemitraan, merupakan unit kerja yang

berfungsi dalam pelaksanaan langsung pengelolaan sampah.

d. Pengawasan (Controling)

Unit kerja dalam struktur organisasi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung

yang berperan secara khusus melaksanakan fungsi pengawasan (controlling)

belum ada. Lingkup pengawasan yang dimaksud adalah melaksanakan

evaluasi dan pemantauan terhadap program kerja atau perencanaan,

terhadap hasil kerja yang telah dilakukan secara internal pada skala Dinas

Kebersihan. Fungsi dan peran ini sangat penting sebagai media umpan balik

dalam melakukan perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan program

kerja atau perencanaan.

2.4.3.Tugas Pokok

Tugas pokok dari Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung belum secara jelas

menyebutkan bahwa tugas pokoknya adalah menyelenggarakan pelayanan

Page 86: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-76

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

pengelolaan sampah, dan tugas pelayanan lainnya secara jelas. Tugas pokok

yang tertera dalam Perda Nomor 9 tahun 2002 pasal 369 merumuskan

kebijaksanaan teknis pelaksanaan kewenangan sub bidang pekerjaan umum.

Perumusan tugas pokok Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung sebagaimana

tersebut dalam Perda, mengikuti sepenuhnya sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat

Daerah yang saat ini telah diganti dengan PP Nomor 41 Tahun 2007, tetapi

materinya masih sama.

Tugas pokok dari Dinas Kebersihan seperti tersebut perlu dirumuskan ulang

dengan tujuan agar jelas kearah sasaran yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan. Dapat dimaklumi bahwa tugas pokok dari Dinas Daerah

seperti Dinas Kebersihan sebagaimana diamantkan dalam PP No. 41 tahun 2007

adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi

dan tugas pembantuan. Namun demikian, sudah secara jelas urusan pemerintah

daerah yang harus dilaksanakan sebagaimana dalam PP 38 Tahun 2007 yang

harus dijalankan dalam urusan persampahan. Oleh karena itu tugas pokok dari

Dinas Kebersihan perlu dirumuskan secara jelas dan akan dibahas lebih lanjut

dalam pengembangan kelembagaan.

2.4.4.Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia atau personil dalam organisasi pengelola sampah memiliki

peran yang sangat penting untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi dalam

pengelolaan sampah. Dua aspek utama dalam sumber manusia yang akan

berpengaruh terhadap kinerja adalah aspek kualitas dan kuantitas SDM.

a. Kualitas SDM

Status kepegawaian dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung

dalam wadah kelembagaan berbentuk Dinas Kebersihan, terdapat dua status

pegawai yaitu:

Pegawai negeri sipil (PNS)

Pegawai Kontrak

Page 87: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-77

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pegawai dengan status pegawai negeri sipil sangat sulit untuk bersifat

permanen menjadi pegawai dengan tugas selamanya di Dinas Kebersihan, tetapi

dalam kerangka peningkatan karir sebagai pegawai pemerintah sering terjadi

mutasi antar dinas atau lembaga. Pada sisi lain pengelolaan sampah

memerlukan pegawai dengan profesi sebagai ahli bidang persampahan yang

memerlukan pembinaan, pendidikan dan pelatihan sehingga menjadi pegawai

professional dibidangnya. Berkaitan dengan hal tersebut pengelolaan

persampahan yang dikelola oleh personil PNS, akan sulit membangun

kompetensi manakala pegawai yang telah dibina, dididik dan dilatih dalam

bidang persampahan tetapi oleh karena kebutuhan peningkatan karir akhirnya

harus mengikuti program mutasi ke unit kerja lain. Terlebih lagi pegawai yang

menduduki jabatan dalam eselon II, III dan IV, sering terjadi mutasi antar unit

kerja keluar unit kerja Dinas Kebersihan. Jadi kondisi yang demikian ini yang

menjadi kendala untuk membangun kompetensi atau kualitas tenaga

persampahan dalam lembaga atau organisasi pengelola persampahan berbentuk

Dinas Kebersihan atau lembaga lain yang merupakan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD).

Pengelolaan sampah merupakan bagian dari urusan dibidang pekerjaan umum

dan juga merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan lingkungan sehingga

memerlukan sumberdaya manusia atau personil dengan kualifikasi keahlian

bidang sipil dan lingkungan. Berdasarkan kualifikasi personil yang ada bahkan

pada level pimpinan di Dinas Kebersihan tidak terdapat pegawai dengan

kualifikasi tersebut.

Personil dalam pengelolaan sampah terdiri dari beberapa tingkatan structural

yaitu personil dengan kualifikasi sebagai pemegang jabatan pimpinan,

pelaksana perencana dan administrasi serta personil pekerja lapangan.

Pengadaan Pegawai sangat tergantung kepada Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung Cq. Badan Kepegawaian Daerah) dan selama ini tidak

memperhitungkan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan unit kerja.

Page 88: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-78

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung

sangat tergantung antara lain pada kebijakan rekruitmen personil yang dianut.

Sebagai contoh Dinas Kebersihan kurang memerlukan tenaga tambahan untuk

pegawai lapangan dengan status tenaga kontrak kerja yang berkualifikasi

pendidikan Sarjana (S1) dan D3, tetapi yang sangat diperlukan adalah tenaga

kontrak kerja dari tingkat pendidikan SMA ke bawah.

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung memerlukan

dukungan personil dengan keahlian khusus, sehingga pada umumnya personil

yang dibutuhkan harus memiliki latar belakang pendidikan Teknik Sipil, Teknik

Lingkungan, Teknik Mesin dan Teknik Penunjang lainnya.

b. Kuantitas SDM

Pelaksanaan pengelolaan sampah merupakan jenis pekerjaan rutin harian dan

bersifat padat karya. Jumlah SDM Dinas Kebersihan yang ada saat ini belum

seimbang:

a. Antara jumlah kebutuhan dengan jumlah yang ada

b. Antara satu unit kerja dengan unit kerja lainnya

c. Antara tingkat penambahan peralatan dengan penambahan personil

d. Antara tenaga administrasi dan tenaga lapangan

Sejak dikeluarkannya Keputusan Bupati Bandung Nomor 05 Tahun 2003 tentang

tata cara pengadaan pegawai tidak tetap/ Kontrak Kerja dilingkungan

Pemerintah Kabupaten Bandung yang telah diperbaharui dengan Keputusan

Bupati Bandung Nomor 29 Tahun 2004 tentang Pengadaan dan Pembinaan

Pegawai Tidak Tetap di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bandung, mulai

dirasakan adanya banyak tugas-tugas yang tidak dapat dikerjakan disebabkan

oleh kekurangan personil.

Pada umumnya para tenaga lapangan terdiri dari pegawai Non PNS/Tenaga

Kontrak Kerja/Pegawai Harian Lepas yang memiliki masa kerja sudah lama,

tetapi karena semakin bertambahnya waktu usia mereka sehingga tidak

memenuhi ketentuan undang-undang untuk pengangkatan Calon Pegawai

Negeri Sipil.

Page 89: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-79

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Dalam recruitment Pegawai untuk Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung

tidak memiliki keleluasaan untuk melaksanakan, sehingga perlu mekanisme

agar ada kesesuaian antara rencana kebutuhan dan kenyataan. Mekanisme

ini ditempuh melalui Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung mengusulkan

personil yang memiliki kompetensi sesuai dan telah lama melaksanakan

tugas lapangan untuk dapat ditingkatkan statusnya.

Sementara itu untuk pemenuhan kebutuhan personil (PNS) dapat melalui

penyusunan formasi. Hal itu pun harus sesuai dengan latar belakang

pendidikan/kompetensi yang diperlukan.

Pegawai yang secara strategis diperlukan adalah beberapa tenaga teknis

dalam penyusunan suatu program persampahan yang lebih dimasa yang

akan datang dan memerlukan pengisian segera.

Usulan recruitment Tenaga Kontrak Kerja yang dilaksanakan oleh Dinas

Kebersihan akan lebih efektif sebab sangat mendasar pada kebutuhan

lapangan dengan tetap mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas

penggunaan tenaga lapangan.

22..55.. AAssppeekk PPeemmbbiiaayyaaaann

Evaluasi aspek pembiayaan dilakukan dengan mengukur tingkat efektifitas

penarikan retribusi saat ini. Efektifitas diukur dengan membandingkan

pendapatan retribusi yang tercatat di bagian keuangan Dinas Kebersihan

terhadap potensi retribusi yang sesungguhnya. Tinjauan terhadap anggaran

belanja yang diusulkan dan yang terealisasi dilakukan untuk melihat besarnya

alokasi anggaran Pemerintah Kabupaten terhadap tugas pengelolaan

kebersihan.

Kriteria yang disyaratkan mengenai keuangan untuk pengelolaan kebersihan

adalah bersifat cost recovery (mampu membiayai sendiri). Berdasarkan

Pengolahan Data dan Penganalisaan Dinas Kebersihan pada tahun 2007,

anggaran yang dikeluarkan Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung adalah 14,3

milyar (untuk biaya umum dan pengelolaan kebersihan dengan tingkat

Page 90: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-80

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

pelayanan 20,8%), dan untuk pengelolaan sampah itu sendiri (biaya O&M)

adalah sebesar Rp. 13.000.722.629 per tahun.

Berdasarkan Pengolahan Data dan Penganalisaan Dinas Kebersihan pada tahun

2006, hasil pemungutan retribusi untuk tahun 2006 diperkirakan hanya

827.610.000 atau sekitar 6,36% dari kebutuhan biaya pengelolaan sampah.

Untuk mencapai target cost recovery tersebut maka perlu adanya peningkatan

perolehan retribusi.

22..66 AAssppeekk PPeerraattuurraann

Peraturan hukum yang mengatur tentang pengelolaan sampah di Kabupaten

Bandung, terdiri dari peraturan hukum berbentuk Peraturan Daerah, Peraturan

Bupati dan Keputusan Bupati, dengan materi pengaturan meliputi:

1. Perda Kabupaten Bandung No. 31 Tahun 2000 Tentang Kebersihan,

Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan

2. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 9 Tahun 2002 Tentang

Pembentukan Organisasi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung

3. Surat Keputusan Bupati No. 21 tahun 2001 Tentang Pelimpahan

Sebagian Kewenangan Bupati Kepada Camat jo Surat Keputusan Bupati

No 8 Tahun 2004

4. Keputusan Bupati No. 13 Tahun 2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 31 Tahun 2000 Tentang

Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan

5. Keputusan Bupati Bandung No. 660.2/Kep. 134 A-DPUK/2002 Tentang

Penentapan Klasifikasi Retribusi Kebersihan

6. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 10 Tahun 2002 Tentang

Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bandung

7. Peraturan Bupati Bandung No. 8 Tahun 2006 Tentang Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kebersihan Di Lingkungan Pemerintah

Kabupaten Bandung

Page 91: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-81

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Berdasarkan kepada jenis dan materi peraturan hukum sebagaimana tersebut di

atas, berikut adalah hal-hal yang perlu di kritisi untuk kebutuhan

pengembangan di masa mendatang :

1. Belum terdapat peraturan hukum dalam bentuk Peraturan Daerah yang

mengatur secara khusus tentang pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah

meliputi berbagai aspek yang memerlukan pengaturan secara komprehensif

dan dalam kapasitas Perda agar memiliki kekuatan hukum yang memadai

untuk dijalankan dan dipatuhi bagi seluruh komponen masyarakat dan

pemerintah.

Peraturan Daerah yang mengatur tentang pengelolaan sampah saat ini

diatur dalam satu kesatuan peraturan daerah berupa Kebersihan,

Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan, sehingga ruang yang

tersedia terbatas dan belum secara komprehensif mengatur ketentuan-

ketentuan secara umum pengelolaan sampah dalam seluruh aspeknya. Oleh

karena itu perlu disusun ketentuan-ketentuan pengelolaan sampah di

wilayah Kabupaten Bandung berdasarkan kebutuhan dan perkembangan

paradigma yang ada dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan

Sampah di Kabupaten Bandung.

2. Peraturan tentang tarip retribusi kebersihan saat ini diatur dalam satu

kesatuan dalam Perda Kebersihan, Keindahan, Keteriban dan Kesehatan

Lingkungan, sehingga materinya terbatas kepada besaran tarip retibusi

kebersihan yang dikenakan kepada masyarakat dan ketentuan umum dalam

membiayai pengelolaan sampah belum tercakup dalam pasal-pasal pada bab

kebersihan dalam perda tersebut. Oleh karena itu diperlukan pengaturan

dengan materi aspek pembiayaan (keuangan) yang meliputi sumber

pembiayaan, proporsi jumlah biaya dan tarip retribusi pengelolaan sampah

yang akan dikenakan kepada masyarakat yang merupakan muatan ketentuan

pembiayaan dalam Perda Pengelolaan Persampahan.

3. Keberadaan Peraturan Bupati Bandung Nomor 8 Tahun 2004 tentang

Pelimpahan sebagian kewenangan Bupati kepada Camat dan Standar

pelayanan minimal (SPM) bidang kebersihan, melalui Keputusan Bupati

Bandung Nomor 8 Tahun 2006 sudah cukup baik sebagai kelengkapan

peraturan dan pedoman dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.

Page 92: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-82

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Keputusan Bupati diperlukan dalam pedoman teknis penyelenggaraan

pengelolaan sampah dari mulai pedoman penyapuan, pengumpulan,

pemindahan dan pengangkutan sampah dari setiap jenis sumber sampah,

demikian pula pedoman teknis untuk tata cara pemungutan retribusi

pengelolaan sampah.

Berdasarkan kepada analisis kondisi peraturan hukum tentang pengelolaan

persampahan di Kabupaten Bandung sebagaimana tersebut di atas, maka dalam

kerangka pengembangan produk peraturan hukum memperhatikan referensi-

referensi yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan (Rancangan UU

Persampahan, Standar Nasional Indonesia-SNI tentang Persampahan, Peraturan

dan Keputusan Menteri PU tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), Norma, Pedoman,

Standard dan Manual-NPSM). Konsep rancangan pengembangan system

persampahan di wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi konsep rancangan

terpilih harus terakomodir dalam rancangan peraturan hukum untuk ditetapkan

menjadi peraturan yang bersifat mengikat untuk dilaksanakan/direalisasikan.

Garis-garis besar kebutuhan jenis peraturan hukum yang diperlukan dan materi

yang perlu diakomodir dalam peraturan adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung tentang Pengelolaan Sampah di

Kabupaten Bandung merupakan perda tersendiri dan tidak menjadi satu

kesatuan dengan pengaturan bidang lain (saat ini menjadi satu dengan

pengaturan bidang Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan).

Materi pokok pengaturan dalam Perda Pengelolaan sampah ini meliputi:

Aspek Kelembagaan, mengatur bentuk dan jenis kelembagaan yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah dari mulai lembaga

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendalian.

Pembagian peran ini harus secara jelas (walaupun tidak secara rinci,

karena dapat diatur lebih lanjut dalam bentuk Keputusan Bupati)

diatur dan ditetapkan dalam Perda. Lembaga pemerintah,

lembaga/organisasi masyarakat, lembaga swasta dari mulai skala

Page 93: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-83

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

lingkungan, local Kabupaten dan regional yang diberikan peran

dalam pengelolaan sampah.

Aspek tehnik dan operasional, mengatur dan menetapkan

pola/sistem tehnik dan operasional pengelolaan sampah yang

dibangun dari paradigma baru seperti pola 3 R dan pemilahan

sampah sejak dari sumbernya, 3 R skala kawasan, pengangkutan dan

pemrosesan akhir berorientasi ramah lingkungan. Lingkup daerah

pelayanan wilayah urban dan non urban, pengelolaan sampah B3,

pengelolaan tingkat Kecamatan.

Aspek pembiayaan, mengatur tentang proporsi biaya (anggaran)

pengelolaan sampah terhadap APBD Kabupaten, proporsi biaya yang

bersumber dari hasil pungutan retribusi terhadap sumber APBD

Kabupaten, sumber-sumber biaya lainnya dan besarnya tarip

retribusi pengelolan sampah.

Aspek peranserta masyarakat, mengatur keikutsertaan setiap lapisan

masyarakat dan setiap penimbul sampah dalam pengelolaan sampah

baik dalam kaitannya aspek teknik operasional, aspek kelembagaan

dan aspek pembiayaan.

Disamping mengatur tentang kewajiban, hak dan larangan secara

umum dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar serta

berwawasan lingkungan berkelanjutan.

2. Penjabaran dari Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Persampahan

kedalam Peraturan Bupati dan/atau Keputusan Bupati sebagai pedoman

dan/atau petunjuk teknis untuk setiap aspek dalam pengelolaan

persampahan seperti:

1) Peraturan Bupati Bandung tentang Pedoman Tehnik dan Operasional

Penanganan Sampah di Kabupaten Bandung, mengatur tentang tata

cara penanganan sampah di pemukiman, pasar, perkantoran, daerah

komersial dan lainnya dari mulai penyapuan, pengumpulan, 3 R,

pengangkutan dan pemrosesan baik antara maupun akhir.

2) Peraturan Bupati Bandung tentang Pedoman Tarip dan Tatacara

pemungutan retribusi pengelolaan sampah, mengatur tentang

Page 94: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-84

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Struktur tarip, besaran tarip dan tatacara penetapan dan

pemungutan retribusi pengelolaan sampah.

3) Peraturan Bupati Bandung tentang partisipasi dan peranserta

masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah.

4) Peraturan Bupati Bandung tentang pedoman pembentukan

organisasi/lembaga masyarakat dan swasta dalam pengelolaan

sampah.

Struktur materi Perda dan penjabarannya dalam bentuk Peraturan dan

atau Keputusan Bupati dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.19Struktur Materi Perda dan Penjabarannya

Perda Pengelolaan Sampah

Ketentuan Kelembagaan

Ketentuan Tehnik dan Operasional

Ketentuan Pembiayaan

Ketentuan Peranserta Masy.

Pdoman Kelembagaan

Pedoman Tehnik dan Operasional

Pedoman Pembiayaan

Pdoman Peranserta Masy.

Peraturan/Keputusan Bupati tentang Pengelolaan Sampah

Page 95: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-85

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

22..77 AAssppeekk PPeerraann SSeerrttaa MMaassyyaarraakkaatt

Berdasarkan pada hasil studi pengetahuan, sikap dan

perilalu masyarakat terhadap sampah yang dilakukan,

diperoleh beberapa kesimpulan yang menunjukkan

gambaran umum persepsi masyarakat Kabupaten

Bandung :

Dari studi KAP di kedua kasus yaitu di Desa Mekar

Jaya dan Desa Sukasari, dapat dikatakan

pengetahuan masyarakat akan pengelolaan

sampah yang lebih baik yaitu konsep memilah,

mengomposkan dan mendaur ulang umumnya

berada pada tahap sudah mengetahui namun

belum mau melakukan. Hal ini disebabkan karena terpaan media yang cukup

tinggi (TV, radio, pertemuan-pertemuan informal berbagai kelompok

masyarakat-terutama di Mekar Jaya, buku, kecuali koran di Mekar Jaya), maka

pengetahuan masyarakat tentang. Masyarakat di Desa Mekar Jaya juga

mengalami terpaan komunikasi informal (dari mulut ke mulut) yang tinggi,

karena sifat ‘guyub’ mereka masih sangat tinggi. Ada berbagai pengajian

maupun pertemuan kelompok yang berjalan baik disini, sehingga informasi bisa

cepat menyebar.

Ibu-ibu di kedua lokasi tersebut juga sudah tahu

tentang pemilahan, terutama karena lihat di TV.

Tapi belum ada niat untuk melakukannya dengan

konsisten, karena mereka pun belum terlalu

merasakan manfaat pemilahan tersebut.

Pengomposan memang menjadi salah satu yang paling dikenal oleh masyarakat.

Tetapi, karena dalam mengomposkan, yang diharapkan adalah bisa dijual,

maka mereka berpikir, harus serius. Dan untuk serius melakukan hal itu,

mereka merasa tidak ada waktu. Kebanyakan masyarakat di kedua lokasi,

memiliki sikap: “sampah bukan urusan saya”. “kalau ada yang mau

memanfaatkan sampah saya, ya silakan. Tapi saya mah tidak ada waktu” dll.

Page 96: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-86

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Jadi secara sikap, masalah sampah memang belum menjadi perhatian serius

mereka.

Bagi masyarakat, kebersihan lingkungan adalah urusan masing-masing. Mereka

tidak mau saling mengingatkan jika ada tetangga atau masyarakat lain di

sekitar mereka yang melakukan tindakan yang merusak kebersihan

lingkungannya. Apalagi di Sukasari, mereka justru berpersepsi, bahwa

mengingatkan pihak lain adalah urusan orang luar (misal jika ada proyek khusus

itu, ya itu urusan para pelaksana proyek ybs. Atau bisa juga dimaksudkan

bahwa pihak pemerintahlah yang harus turun tangan mengingatkan). Kesadaran

akan kebersihan nampa lebih mendahului kesadaran akan pengelolaan sampah

itu sendiri.

Belajar dari dua kasus di Mekar Jaya dan Sukasari, beberapa strategi sempat

meluncur dari mulut masyarakat. Dan jika memang kita menginginkan suatu

program pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, maka, saran-saran ini

perlu diperhatikan.

Warga desa Mekar Jaya memandang ibu-ibu dan anak-anak perempuan adalah

paling penting dalam siklus pengelolaan sampah. ”Kalau mau ada program

pengelolaan sampah, lebih baik lewat ibu-ibu. Merekalah orang pertama yang

menyentuh sampah di dapur, membuang dan menyapunya di halaman.” Di desa

ini, ada beberapa kelompok ibu-ibu yang aktif, antara lain Kelompok Pengajian,

Dasawisma, GSI (Gerakan Sayang Ibu), PKK, dan Remaja Masjid.

Warga desa juga menyarankan agar program pengelolaan sampah jangan

membentuk lembaga baru. Tetapi memanfaatkan atau mengaktifkan kelompok-

kelompok yang sudah ada. Jika ada suatu bantuan atau insentif tertentu,

hendaknya jangan diberikan kepada orang per orang.

Jangan bentuk lembaga baru, libatkan saja kelompok-kelompok yang

sudah ada di masyarakat.

Page 97: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-87

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pemerintah desa bisa berperan dalam hal menyediakan lahan desa untuk

tempat pembuangan sampah. Warung-warung sembako juga diharapkan

terlibat, dalam bentuk membuat tempat sampah sendiri di sekitar warung.

Melibatkan Perusahaan Swasta lokal untuk membangun masyarakat

Banjaran adalah salah satu pusat industri tekstil dan garment di Kabupaten

Bandung. Terdapat setidaknya 12 perusahaan yang beroperasi di wilayah Desa

Sukasari. Perusahaan-perusahaan tersebut terikat dengan apa yang disebut

sebagai corporate social responsibility (tanggungjawab sosial perusahaan).

Perusahaan harus ikut bertanggungjawab dan terlibat dalam penyelesaian

masalah-masalah sosial dan lingkungan di mana mereka beroperasi. Sangat

mungkin untuk melibatkan mereka dalam program pengelolaan sampah.

Ketika pengkaji melontarkan pernyataan itu, sebagian besar warga

membenarkan. Desa berpenduduk selitar 8.700 jiwa ini punya sejarah panjang

dalam urusan dengan perusahaan. Mereka pernah melakukan demonstrasi

kepada salah satu perusahaan garmen yang nyata-nyata membuang limbah ke

sungai-sungai kecil yang melintasi desa.

Setahu warga, sejak peristiwa demonstrasi itu perusahaan secara rutin

memberikan dana pengelolaan lingkungan kepada pemerintah desa. Hanya saja

sejauh ini mereka tidak tahu jumlah dan peruntukkannya. “Tetapi gagasan itu

baik. Kalau saja dulu perusahaan itu berperan, dengan misalnya memberikan

sedikit uang untuk mengupah tenaga keamanan dan tenaga pemilah sampah di

lokasi proyek, tentu pencurian mesin itu tidak perlu terjadi”.

Fokus pada apa yang dibutuhkan Masyarakat, karena sampah belum

menjadi perhatian utama masyarakat

Berbicara soal manajemen sampah dengan masyarakat di kedua lokasi tersebut,

berbeda dengan berbicara tentang bagaimana cara mencari makan. Sampah

memang bukan isu yang sepenting ekonomi, maupun bertani bagi masyarakat.

Hal ini mirip juga dengan situasi yang dihadapi program-program seperti

Page 98: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-88

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

kampanye AIDS, dimana masyarakat merasa, bahwa itu bukan kebutuhan pokok

mereka. Masyarakat lebih memikirkan bagaimana makan besok daripada

memikirkan mengelola sampah, atau bagaimana dapat uang untuk

menyekolahkan anak daripada memikirkan memilah sampah. Sehingga, ketika

suatu program masuk, dan hanya tunggal membahas sampah, maka masyarakat

tidak akan terlalu tertarik (dalam POD, karakteristik belajar orang dewasa

memang demikian: mereka hanya tertarik pada ilmu-ilmu yang bisa segera

mereka manfaatkan dan nyata hasilnya).

Dewasa ini memang terdapat kecenderungan di dunia community Development

maupun Community Organizing, agar menggunakan pendekatan program yang

holistik. Artinya, meskipun spesialisasi kita di bidang pertanian misalnya, tetapi

harus siap juga untuk membahas politik atau ekonomi bersama masyarakat.

Mengapa? Karena memang masyarakat menghadapi masalah yang kompleks,

multifaktor, saling terkait antar faktor/masalah.

Masalah sampah, bukanlah hanya soal membuat lingkungan kita bersih, tetapi

harus dijelaskan juga oleh program ini bahwa melalui entry point sampah, akan

ada banyak masalah di masyarakat yang teratasi.

Perlu public figure dalam Campagne Kebersihan

Oleh karena itu, penggiat program harus lebih kreatif dalam ‘mengemas’

programnya. Misalnya, meskipun ini hanya program yang titik beratnya

kampanye pemilahan sampah, tetapi perancang program harus mempersiapkan

suatu metodologi yang bisa membuat paham masyarakat bahwa gerakan ini

merupakan bagian dari sebuah upaya untuk memperbaiki aspek-aspek lain dari

kehidupan masyarakat, seperti meningkatkan ekonomi masyarakat,

mempengaruhi kebijakan, bahkan mungkin menyelamatkan bumi dari isu

pemanasan global.

Pendampingan masyarakat, harus bisa membuka cakrawala berpikir

masyarakat, dan meningkatkan minat mereka untuk menjaga sustainabilitas

program secara mandiri (setelah program/proyek selesai). Oleh karena itu,

Page 99: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-89

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

‘kecanggihan’ metode pembelajaran harus diterapkan. Pendekatan program

yang konvensional, misalnya dengan penyuluhan/ceramah oleh petugas, tidak

akan ada manfaatnya untuk menimbulkan minat masyarakat. Tetapi, jika yang

memberi penyuluhan adalah para pelaku yang ‘pernah’ nampang di TV sebagai

pengusaha sukses, mungkin hal ini akan lebih membekas di hati masyarakat.

Disamping penelitian kualitatif, dilakukan pula penelitian kuantitatif dengan

mengembangkan metoda Quesioner yang diarahkan untuk mengukur :

Pengetahuan masyarakat akan keberadaan sistem pengelolaan sampah oleh

Pemerintah

Persepsi masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah

Persepsi masyarakat untuk peran aktifnya dalam pengelolaan sampah

Tingkat kesanggupan membayar retribusi

Pengetahuan masyarakat akan adanya pelayanan pengelolaan sampah oleh

Pemerintah sudah sangat melekat, demikian halnya dengan keberadaan

pengelola di lingkungan tempat tinggalnya yaitu petugas RT/RW.

Pada kenyataannya nampak ada kecenderungan bahwa persepsi masyarakat

yang paling kuat adalah bahwa masalah kebersihan dan pengelolaan sampah

adalah urusan Pemerintah semata.

Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan sampah terukur masih

sangat rendah. Terlihat dari persepsi masyarakat akan keberadaan sarana dan

prasarana yang dinilainya masih belum memadai.

Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat belum merasa puas dengan

pengelolaan sampah yang dijalankan oleh Pemerintah, namun demikian peran

aktif yang seharusnya muncul dari masyarakat nampak belum tumbuh. Bahkan

pengetahuan akan peran aktif seperti apa yang seharusnya tumbuh di

masyarakat nampaknya masih rendah. Masyarakat mengetahui bahwa mereka

harus berpartisipasi dalam pengelolaan sampah, tetapi baru pada tahap

partisipasi aktif individual berupa :

Menjaga kebersihan di rumah sendiri, belum di lingkungannya

Page 100: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-90

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Membayar retribusi,

Pengukuran terhadap persepsi masyarakat ini diarahkan pada pengetahuan akan

adanya bagi peran sehingga ada biaya pengumpulan yang menjadi wewenang

kelompok warga dan biaya pengangkutan yang menjadi wewenang Pemerintah.

Dalam hal ini, umumnya masyarakat tidak banyak tahu, alasannya karena

memang mereka tidak pernah mendapatkan informasinya.

Adapun persepsi akan kecukupan besaran retribusi nampaknya masih

menganggap bahwa retribusi saat ini sudah cukup besar. Karenanya tidak

sanggup bila adanya peningkatan dari besaran yang ada saat ini, yang umumnya

membayar Rp. 5.000,- per bulan. Bahkan sebagian besar mengharapkan

penurunan pada nilai Rp. 3.000,- per bulan. Melihat praktek penarikan retribusi

saat ini yang hanya berkisar antara Rp. 1.500,- sampai Rp.5.000,- diperkirakan

nilai yang dimaksud oleh responden adalah iuran yang dipungut atas

kesepakatan RT/RW setempat. Selanjuntya dalam pengukuran “willingness to

pays” terbukti bahwa sebagian besar masyarakat berada pada nilai Rp. 5.000,- ,

walau ada sebagian kecil saja yang mampu dan mau membayar di atas itu (Rp,

8.000 – 9.000), lebih dari itu nampaknya belum ada kesanggupan.

Page 101: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-1

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

33..11 VViissii ddaann MMiissii

Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolaan Sampah dimaksudkan sebagai

pedoman dalam penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemprograman

dan kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan persampahan baik di

lingkungan Dinas dan Lembaga terkait lainnya, juga bagi masyarakat maupun

kelompok lainnya yang memiliki perhatian terhadap pengelolaan sampah.

Semua yang tertuang di dalam kebijakan yang dikembangkan ditujukan untuk

mendukung pencapaian sasaran pembangunan persampahan melalui rencana,

program dan pelaksanaan kegiatan terpadu, efektif dan efisien.

Perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah pada dasarnya adalah

untuk mewujudkan visi pengelolaan sampah perkotaan yang diharapkan akan

dapat terjadi pada masa yang akan datang. Perumusan visi tersebut didasarkan

pada isu-isu utama yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan pada saat

ini.

33..11..11 VViissii

Dinas Kebersihan Kabupaten telah mencanangkan Visinya yaitu :

“Terwujudnya Kebersihan Lingkungan di Kabupaten Bandung”

Page 102: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-2

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Namun demikian, mempelajari seluruh permasalahan yang dihadapi dalam

pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, terdapat dua hal yang semestinya

dimunculkan dan ditetapkan sebagai Visi Kota dalam membangun Sistem

Pengelolaan Sampah yaitu :

a. Perwujudkan Lingkungan bersih bebas dari sampah

b. Pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan, dan menjalankan

sistem pengelolaan kebersihan di lingkungannya sendiri.

Diselaraskan dengan Visi Nasional Pengelolaan Sampah maka Visi Kabupaten

Bandung dalam Pengelolaan Sampah adalah :

Visi di atas merupakan suatu keadaan yang ingin dicapai di masa depan bahwa

kebersihan lingkungan terwujud bukan saja atas kekuatan Pemerintah semata,

tetapi juga diperlukan adanya partisipasi warga di seluruh Kabupaten.

Visi ini secara bertahap diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan

secara sinergis antar pemangku kepentingan yang secara langsung maupun tidak

dalam pengelolaan persampahan.

Visi tersebut di atas selanjutnya dirumuskan dalam beberapa misi sebagai

terjemahan lebih lanjut arti visi yang telah ditetapkan, untuk dapat

mengidentifikasi arah kebijakan yang akan ditempuh.

33..11..22 MMiissii

Misi yang dikembangkan oleh Dinas Kebersihan dalam tugasnya mengelola

kebersihan Kota Kabupaten Bandung adalah :

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia / SDM di bidang

pengelolaan kebersihan

2. Meningkatkan sistem pelayanan persampahan

3. Mengembangkan infrastruktur TPSA yang memadai

4. Mengembangkan sistem pengelolaan dan pemanfaatan sampah

Page 103: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-3

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Sementara itu, untuk dapat mewujudkan visi pengembangan sistem

pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung, maka dirumuskan beberapa

misi sebagai berikut :

1. Membangun kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sampah

Masyarakat merupakan penghasil sampah, karena itu masyarakat merupakan

aktor utama dalam pengelolaan sampah, yang perlu diberdayakan agar

mampu melakukan berbagai upaya penanganan sampah untuk lingkungannya

sendiri. Membangun kemandirian masyarakat ini dilakukan melalui

pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat yang

diorientasikan untuk wilayah perdesaan. Sementara itu, adanya

keterbatasan Pemerintah dalam pembiayaan, maka perlu dibuka seluas-

luasnya kesempatan masyarakat kelompok usaha (swasta) untuk bermitra

dalam pengelolaan sampah dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki

kriteria khusus.

2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan

sampah ke seluruh Wilayah Kabupaten Bandung.

Pelayanan sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung harus mampu

menjangkau 30 Kecamatan yang terbagi dalam 3 wilayah pelayanan. Dalam

mengembangkan pelayanan Dinas Kebersihan akan menetapkan dua pola

pelayanan, yaitu Pelayanan Teknis langsung oleh Dinas, dan Pelayanan

Pembinaan bagi wilayah yang menjadi target pengembangan sistem

pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

3. Menjalankan Paradigma Minimasi Timbulan Sampah dengan

Mengembangkan Pengolahan dan atau Daur Ulang Sampah

Timbulan sampah yang selalu indentik dengan perkembangan jumlah

penduduk, sedangkan kapasitas pengelolaan tidak mungkin ditingkatkan

sampai kondisi maksimum, maka Kabupaten Bandung dalam 10 tahun

bahkan 20 tahun mendatang menetapkan minimasi sampah sebagai sasaran

utama pelaksanaan pengelolaan sampah.

Page 104: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-4

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam

sistem pengelolaan sampah sesuai dengan prinsip good and

coorperate governance, yang berupa :

a. Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam

pengelolaan sampah

b. Penyelenggaraan pengelolaan sampah yang transparan,

partisipatif serta akuntabel dalam pengelolaannya,

c. Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan persampahan

d. Pengelolaan persampahan secara efektif, efisien dan profesional

e. Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan

kewenangan kelembagaan pengelola persampahan

5. Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem

pengelolaan persampahan

a. Peningkatan prioritas dan alokasi pendanaan bagi

penyelenggaraan pelayanan persampahan

b. Pengembangan potensi pendanaan untuk pengelolaan

persampahan baik melalui anggaran kota/kabupaten, propinsi,

pusat, bahkan dana luar negeri, termasuk kerjasama dengan

dunia usaha/swasta.

c. Pengembangan dan perkuatan pendanaan sistem pengelolaan

berbasis masyarakat melalui penyertaan modal atau bentuk

lainnya

6. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk

meningkatkan sistem pengelolaan persampahan

a. Memperbaharui produk hukum yang ada untuk disesuai dengan

visi misi saat ini

b. Melengkapi produk hukum yang diperlukan bagi landasan

penyelenggaraan pengelolaan persampahan.

c. Penegakan dan Penaatan Hukum, dengan mengembangkan

mekanisme yang sesuai dengan perkembangan budaya

masyarakat dengan melibatkan seluruh stakeholder.

Page 105: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-5

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

33..22 IIssuu SSttrraatteeggiiss PPeennggeelloollaaaann SSaammppaahh ddii KKaabbuuppaatteenn BBaanndduunngg

Analisis terhadap kondisi eksisting pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung,

menunjukkan adanya beberapa pokok permasalahan penting , yaitu :

(1) Kapasitas Pengelolaan Sampah

Yang menjadi permasalahan utama dalam pengelolaan sampah di Kabupaten

Bandung adalah tingginya beban pengelolaan yang tidak diimbangi dengan

kemampuan dalam aspek operasional dari Dinas Kebersihan yang menjadi

pelaksana teknis pengelolaan.

a. Tingginya Beban Pelayanan

Beban pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten dikategorikan tinggi

disebabkan karena 2 faktor utama yaitu : besarnya jumlah penduduk dan

luasnya wilayah administrasi, sehingga pelayanan saat ini terkesan tidak

terfokus.

b. Rendahnya Kualitas dan Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan Dinas Kebersihan dilihat dari jumlah penduduk yang

mampu dilayani oleh sistem eksisting, baru mencapai 20,8 %. Demikian

halnya dari Tingkat Keterangkutan sampah ke TPSA, baru mencapai 20,8 %.

Kualitas operasional yang masih rendah terlihat dari tingkat kebersihan di

seluruh TPS yang ada, masih jauh dari kondisi bersih. Disamping itu, tingkat

kebersihan di permukiman, sarana kota, badan air dan fasilitas lainnya,

menujukkan rendahnya kualitas pelayanan yang ada.

(2) Kemampuan Kelembagaan

Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak

seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai ke TPA. Kondisi

kebersihan suatu kota atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan

manajemen pengelolaan persampahan yang keberhasilannya dipengaruhi oleh

banyak faktor. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola persampahan

menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul

dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan

Page 106: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-6

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

cenderung cukup rumit sejalan dengan makin tingginya dan kompleknya

aktifitas kota.

Saat ini Dinas Kebersihan di Kabupaten Bandung sesungguhnya mengemban dua

fungsi yaitu sebagai regulator dan operator. Penggabungan kedua fungsi ini

mengakibatkan tidak berjalannya fungsi pengawasan. Kehadiran Badan

Perencana Daerah dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung ini akan

menjadi sebuah peluang untuk peningkatan kinerja Dinas Kebersihan. Fungsi

yang tepat untuk diemban oleh Bapeda adalah fungsi regulator, sehingga Dinas

Kebersihan dapat menjalankan fungsi operator dengan lebih efektif.

Ketimpangan fungsi tersebut juga tidak didukung dengan SDM yang memadai

baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Kemampuan SDM intern Dinas

Kebersihan dalam 2 tahun mendatang selayaknya harus mendapat perhatian

besar.

(3) Kemampuan Pembiayaan

Saat ini alokasi APBD untuk pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung

baru 0,8%. Hal ini menunjukkan perhatian Eksekutif kota dan Legislatif perlu di

tingkatkan. Pemikiran bahwa pengelolaan sampah ala kadarnya sudah harus

segera ditinggalkan. Dan segera disadari bahwa untuk menjadikan kota bersih

memerlukan biaya tinggi.

Demikian halnya, dengan efektifitas retribusi yang masih sangat rendah baik

dari segi kuantitas maupun kualitas mekanisme penarikannya, menyebabkan

pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung semata hanya menjadi beban APBD.

(4) Peran Serta Masyarakat

a. Potensi masyarakat belum dikembangkan.

Sudah sejak lama sesungguhnya masyarakat telah mampu melakukan

sebagian sistem pengelolaan sampah baik secara individual maupun

skala lingkungan terutama di lingkungan permukiman. Hal ini diperkuat

dengan ketentuan yang digariskan dalam Peraturan Daerah, sehingga

Page 107: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-7

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

sudah selayaknya kemampuan masyarakat ini akan menjadi potensi yang

dapat dikembangkan

b. Rendahnya investasi Dunia Usaha

Di Kabupaten Bandung saat ini minat sektor swasta bisa dikatakan mulai

ada, walau masih dalam tahap studi kelayakan. Namun implementasinya

masih belum ada. Hal ini perlu diantisipasi dengan adanya pengaturan

dan penetapan wilayah garapan yang akan diserahkan pada swasta.

(5) Lemahnya Penegakan dan Penaatan Hukum

Secara umum, peraturan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung sudah

cukup lengkap dari kehadiran perangkatnya, akan tetapi kesempurnaan materi

peraturan memerlukan penyempurnaan.

33..33 TTaannttaannggaann PPeennggeelloollaaaann SSaammppaahh ddii KKaabbuuppaatteenn BBaanndduunngg

Berdasarkan observasi terhadap sistem secara menyeluruh dari berbagai

aspeknya, tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah di Kabupaten

Bandung, adalah sebagai berikut :

Kebutuhan peningkatan cakupan pelayanan dari 20,8% saat ini, menjadi 60%

di tahun 2010 dan 70% di tahun 2015, untuk mencapai total pelayanan

secara nasional yang selaras dengan Milenium Development Goals, selain

memerlukan investasi sarana dan prasarana persampahan yang cukup besar

juga harus di dukung oleh kesiapan manajemen dan dukungan peraturan

perundangan yang memadai

Kebutuhan peningkatan kemampuan lembaga yang memungkinkan

dilaksanakannya pengelolaan sampah secara lebih profesional dengan

dukungan SDM ahli yang memadai serta dimungkinkan kerjasama dengan

Kota Bandung dan Kota Cimahi, dalam pengadaan TPA secara regional.

Demikian juga pengembangan kemampuan memfasilitasi pengembangan

sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Disamping itu, penataan

kelembagaan dalam konteks pemisahan peran regulator dan operator pun

menjadi tantangan dalam tahun-tahun mendatang.

Page 108: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-8

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pengembangan komitmen pihak eksekutif dan legislatif dalam pengalokasian

dana dalam penataan sistem pengelolaan sampah secara terintegrasi dan

berkelanjutan

Penggalian sumber dana untuk investasi dan biaya O/M baik dari APBD

maupun modal swasta, yang harus sinergis dengan penerapan pola

pemulihan biaya (cost recovery) secara bertahap yang merupakan tantangan

yang harus di carikan solusinya.

Pengintegrasian 3R di dalam sistem operasi pengelolaan dari hulu ke hilir

yang selama ini masih belum dan sulit untuk dilakukan merupakan

tantangan yang memerlukan kesungguhan terutama dalam masalah

pengembangan komunitas (Community Development).

Pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat terutama di

daerah-derah perdesaan, menjadi tantangan yang membutuhkan pemikiran

sungguh-sungguh sehingga dapat diimplementasikan.

Kondisi TPSA yang ada yang masih dioperasikan secara open dumping,

memerlukan upaya rehabilitasi agar pencemaran lingkungan dapat

diminimalkan.

Penegakan dan Penaatan Hukum, atas pelanggaran pembuangan sampah

merupakan tantangan aparat hukum bagaimana penerapan Perda dapat

dilaksanakan secara sungguh-sungguh.

Adopsi teknologi pengolahan sampah yang kini banyak ditawarkan pihak

investor yaitu Pembangkit Tenaga Listrik sampah, merupakan peluang,

disebabkan hal ini akan mampu mengurangi beban pelayanan Pemerintah,

akan tetapi merupakan tantangan terutama dari faktor masalah pembiayaan

dan dampaknya terhadap lingkungan. Karena itu, apabila PLTSa akan

menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi masalah pengelolaan sampah

di Kabupaten Bandung, selayaknya menjadi komplemen atau pendukung

bukan menjadi strategi utama.

Dalam Jangka pendek diperlukan upaya pembinaan wilayah pengelolaan

sampah berbasis masyarakat. Disamping penyadaran masyarakat umum

diseluruh kota agar mau berpartisipasi aktif dalam membiayai pengelolaan

sampah kota. Dalam jangka panjang diharapkan muncul peran aktif

masyarakat dalam bentuk tindakan nyata dalam mengelola sampah yang

Page 109: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-9

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

ditimbulkannya. Dalam jangka panjang kehadiran masyarakat bermodal

(swasta) untuk mengelola sampah di wilayah strategis perlu dikembangkan.

33..44 KKeebbiijjaakkaann ddaann SSttrraatteeggii PPeennggeemmbbaannggaann SSiisstteemm PPeennggeelloollaaaann

SSaammppaahh

3.4.1 Skenario Pengelolaan Sampah Nasional dan Regional

Secara nasional, pengelolaan sampah ditujukan untuk mendukung tercapainya

visi pembangunan perkotaan dan perdesaan yaitu meningkatnya kemandirian

daerah dalam pengelolaan dan pengembangan perkotaan yang layak huni,

berkeadilan, berbudaya, produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

khususnya dalam pengelolaan bidang persampahan yang sudah menjadi

tanggung jawabnya.

Secara lebih spesifik pengelolaan sampah dilaksanakan untuk :

1. Mencegah pencemaran terhadap sumber daya air akibat penanganan

sampah yang tidak sesuai ketentuan teknis,

2. Melindungi investasi sektor lainnya dari kerusakan akibat sampah,

3. Menunjang kawasan strategis,

4. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sumber retribusi kebersihan.

Adapun pendekatan pelaksanaan pengelolaan sampah yang harus dianut dalam

pengembangan sistem pengelolaan sampah di Indonesia adalah bahwa timbulan

sampah harus dikurangi, dengan penggunaan kembali dan atau di daur ulang.

Konsep 3R (Reduce-Reuse-Recycle) selayaknya menjadi jiwa di dalam setiap

tahapan operasi pengelolaan sampah.

Secara global, kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan

mengacu pada sasaran terukur yang tertuang dalam RPJMN 2004 – 2009 dan

sasaran dalam pencapaian MDG 2015 serta beberapa sasaran terukur lainnya.

Sasaran yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

2004-2009 adalah meningkatkan jumlah sampah terangkut hingga 75% hingga

Page 110: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-10

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

akhir tahun 2009 serta meningkatkan kinerja pengelolaan TPA yang berwawasan

lingkungan pada semua kota-kota metropolitan, kota besar dan kota sedang.

Sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum

2005-2009 adalah sebagai berikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

melalui pengelolaan sanitasi di 276 kota/kabupaten serta pengembangan

drainase dan sistem pengelolaan persampahan serta meningkatnya kualitas

lingkungan permukiman kawasan kumuh dan nelayan .

Disamping kedua sasaran perencanaan tersebut, sasaran pembangunan bidang

persampahan juga mengakomodir sasaran Millenium Development Goals tahun

2015 untuk menyediakan akses pelayanan persampahan kepada masyarakat

mampu melayani masyarakat dengan kapasitas 80% atau 1004,6 juta di

perkotaan dan 50% atau 57,5 juta jiwa di perdesaan, dan total seluruh

Indonesia mencapai 66% atau 162,1 jita jiwa.

Dengan memperhatikan berbagai sasaran yang telah disebutkan sebelumnya

dan dengan memperhatikan berbagai kendala, tantangan dan peluang yang ada,

maka ditetapkan beberapa sasaran utama yang hendak dicapai pada tahun

2006-2010 yang meliputi :

Tercapainya kondisi kota dan lingkungan yang bersih termasuk saluran

drainase perkotaan

Pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%

Pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk

Pencapaian kualitas pelayanan yang sesuai atau mampu melayani

standar pelayanan minimal persampahan

Tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPSA menjadi Sanitary

Landfill untuk Kota Metropolitan dan Kota Besar, serta controlled

landfill untuk Kota Sedang dan Kota Kecil, serta tidak dioperasikannya

TPSA secara open dumping.

Tercapainya peningkatan kinerja institusi pengelola persampahan yang

mantap dan berkembangnya pola kerjasama regional.

Page 111: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-11

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Adapun di tingkat regional, sampai saat skenario pengelolaan sampah diarahkan

terhadap terselenggaranya pengelolaan sampah bersama antara Kota Bandung,

Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Sumedang dan sebagian Kabupaten Garut.

Sasaran utamanya adalah terbangunnya TPA Regional di wilayah Metropolitan

Bandung bagian barat dengan alternatif lokasi TPA Leuwigajah dan wilayah

timur dengan alternatif lokasi TPA di Citiis, Legok Nangka. Untuk mengelola

kegiatan pengelolaan sampah bersama Metropolitan Bandung ini, saat ini

tengah dipersiapkan sebuah manajemen pengelola persampahan regional oleh

Dinas Tata Ruang Permukiman Propinsi.

3.4.2 Strategi Umum Pengelolaan Sampah Kabupaten Bandung

Berdasarkan pada isu-isu strategis di atas, dikembangkan strategi pengelolaan

sampah di Kabupaten Bandung untuk 20 tahun mendatang. Rendahnya tingkat

pelayanan Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung yaitu baru mencapai 20,8%,

bukan disebabkan karena masalah teknik semata, melainkan lebih disebabkan

karena lemahnya sistem manajemen intern Dinas Kebersihan itu sendiri. Belum

optimalnya manajemen di setiap fungsi Dinas menjadi penyebab kelemahan ini.

Penyebab lemahnya sistem kelembagaan antara lain disebabkan karena

minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pengelolaan kebersihan kota.

Harus segera disadari Kabupaten Bandung adalah Kota Besar yang memerlukan

biaya pembangunan yang cukup tinggi. Retribusi kebersihan dari masyarakat

yang diharapkan menjadi sebagian besar sumber pembiayaan pengelolaan

ternyata masih sangat rendah dalam efektifitas. Kehadiran lembaga pengelola

kebersihan dalam bentuk Dinas Kebersihan dalam 10 (sepuluh) tahun

mendatang diperkirakan masih layak untuk menanggung beban kerja

pengelolaan. Dalam jangka pendek, dukungan besar dari seluruh stakeholder,

baik Pemerintah maupun yang lainnya, sangat dibutuhkan guna memperkuat

kinerja Dinas Kebersihan. Dalam jangka menengah peningkatan kemampuan

SDM harus menjadi prioritas, mengingat adanya beban yang tinggi dalam aspek

operasional.

Selama ini dengan beban pengelolaan masih termasuk Kab. Bandung barat,

permasalahan di dalam aspek operasional merupakan akibat dari lemahnya

Page 112: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-12

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

lembaga pada jenjang struktural dan operasional, sehingga efisiensi kerja

rendah. Jumlah armada yang masih gabungan antara kedua kota terukur masih

bekerja pada beban dibawah rata-rata. Namun ketika aset Kab. Bandung Barat

sudah diserahkan, terukur kapasitas angkut berada pada kondisi optimal.

Namun demikian belum meratanya pelayanan ke seluruh wilayah perkotaan,

menuntut adanya peningkatan beban pelayanan sehingga dibutuhkan

pengembangan sarana dan prasarana dalam jangka menengah dan panjang.

Kinerja sistem operasional pengelolaan sampah Kabupaten Bandung tidak akan

mencapai tingkat optimum tanpa adanya peran aktif masyarakat. Masyarakat

bukan lagi hanya sebagai obyek pelayanan, tetapi harus dipandang sebagai

salah satu stakeholders yang dituntut peran aktifnya dalam pengelolaan

sampah.

Analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari faktor yang

mempengaruhi dan menentukan dalam penentuan arah pengembangan sistem

diuraikaikan dalam analisis SWOT (terlampir).

Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa kelemahan faktor internal sistem sangat

tinggi, akan tetapi terdapat kekuatan bahwa Dinas Kebersihan sebagai satu-satunya

lembaga formal pengelola sampah di Kab. Bandung, dan dengan memanfaatkan

peluang adanya inisiatif lokal dari masyarakat dalam pengelolaan sampah secara

mandiri dan juga peluang pelimpahan sebagian kewenangan pengelolaan kebersihan

kepada Camat, maka dalam Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung perlu

dikembangkan strategi sebagai berikut :

A. Perkuatan Lembaga Formal Pengelola Sampah, agar menjadi lembaga yang

handal dalam menjalankan kewenangannya dan mampu bermitra dengan

kelompok informal dan atau masyarakat lainnya yang ingin berperan aktif dalam

pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung

B. Perluasan jangkauan pelayanan di wilayah perkotaan dan perdesaan dengan

desentrasilasi pengelolaan di tingkat Kecamatan melalui implementasi 3R dan

Page 113: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-13

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

penerapan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat

C. Kemitraan antara Pemerintah, Masyarakat dan Swasta untuk berpartisipasi

dalam pengelolaan sampah

D. Pengembangan Pendidikan Masyarakat dengan penguatan strategi komunikasi,

guna pemaparan pengetahuan untuk mencapai perubahan sikap, persepsi dan

keterampilan masyarakat di seluruh Kabupaten Bandung.

3.4.3 Strategi Peningkatan Teknis Pengelolaan

Strategi di dalam aspek teknik operasional pengelolaan sampah berpijak pada

beban pengelolaan terhadap sistem yang akan dikembangkan selama periode

perencanaan. Beban pengelolaan sampah Kabupaten Bandung saat ini telah

mencapai 2,803 m3/hari dan akan menjadi 4,041 m3/hari di Tahun 2020 serta

5,246 m3/hari di tahun 2008 mendatang. Kendala utama dalam operasional

pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung ini adalah penyebaran area

pelayanan yang sangat luas. Oleh karena itu dalam pengoperasian diarahkan

terhadap upaya efiensi kerja, yaitu dengan menerapkan konsep minimasi

sampah terangkut ke TPA dengan meningkatkan upaya pengolahan sampah

sedekat mungkin dengan sumbernya. Untuk itu reduksi sampah yang harus

ditimbun di TPA merupakan target sub sistem operasional.

Namun demikian, pergeseran suatu pola pengelolaan sampah dalam sistem

yang sudah ‘eksist’ terlebih dahulu merupakan suatu pekerjaan besar dan

tentunya diperlukan peran aktif dari seluruh stakeholders dalam sistem

tersebut. Perubahan tersebut tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat,

melainkan diperlukan adanya waktu peralihan. Panjang atau singkatnya waktu

peralihan tersebut akan sangat ditentukan oleh faktor konsistensi dari setiap

stakeholders terutama Pemerintah Kota sebagai fasilitator.

Untuk mencapai efektifitas kerja yang tinggi, operasi pengelolaan sampah di

Kabupaten Bandung, ditetapkan hal-hal berikut :

Page 114: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-14

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tanggung jawab pengelolaan kebersihan oleh Dinas Kebersihan dalam

20 tahun mendatang adalah seluruh wilayah Kabupaten Bandung,

melingkupi 30 Kecamatan. Adapun beban operasional dengan konsep

pelayanan teknis adalah wilayah perkotaan yang mencapai 32%

penduduk, selebihnya 68% adalah di wilayah perdesaan, yang merupakan

beban pengelolaan dengan konsep pengembangan sistem berbasis

masyarakat.

Wilayah pelayanan terbagi menjadi 3 wilayah operasional. Penguatan

manajemen operasional masing-masing wilayah dalam hal ini menjadi

prioritas pengembangan program kelembagaan

Penerapan konsep 3R di setiap tahapan operasi pengelolaan akan

menjadi pertimbangan utama dalam rencana pengembangan sarana dan

prasarana

Pemilahan sebagai konsep awal pola 3R, akan dilakukan sejak di

sumbernya, dengan prioritas dalam pelaksanaannya.

Operasi pengumpulan sampah dari sumber ke TPS , sesuai dengan Perda

yang ada tetap menjadi tanggung jawab masyarakat dibawah koordinasi

RT/RW setempat.

TPS akan dikembangkan untuk melayani maksimal 1 Kelurahan atau 5000

penduduk. TPS tingkat kelurahan ini difungsikan sebagai tempat

pengomposan dan pengumpulan sementara sampah anorganik serta B3

Rumah Tangga, dengan operasi pengelolaan Komunal Tidak Langsung.

Sampah anorganik di bawa ke TPS tingkat Kecamatan.

Sampah anorganik dari TPS Kelurahan akan dibawa ke TPS Kecamatan,

untuk ditangani lebih lanjut, yaitu dengan pengembangan kegiatan

pengepulan dan daur ulang plastik di tahun-tahun mendatang. Di TPST

Kecamatan ini pula sampah residu dikumpulkan untuk diangkut ke TPA

Kota.

Di TPA residu sampah, dalam jangka pendek yaitu hingga tahun 2015,

akan ditimbun. Selanjutnya dalam jangka panjang akan dikembangkan

Page 115: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-15

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

pengolahan residu sampah menjadi pelet bahan bakar, sebagai

penerapan konsep Waste to Energy.

3.4.4 Strategi Peningkatan Kelembagaan

Berdasarkan analisis kendala dan peluang yang ada di dalam subsistem

organisasi kelembagaan maka diperlukan strategi berikut :

1. Meningkatkan status dan kapasitas lembaga pengelola kebersihan,

dimana saat ini ada di bawah Bidang Kebersihan dan UPTD

Pengangkutan sampah pada Dinas Perumahan, Tata Ruang dan

Permukiman, perlu pengkajian ulang untuk kembali menjadi Dinas

tersendiri, mengingat semakin tingginya beban pengelolaan sampah di

Kab. Bandung.

2. Menginisiasi terbentuknya sub sistem kelembagaan yang dapat

menjalankan fungsi sesuai perannya masing-masing. Hal ini

menyangkut peningkatan peran lembaga formal maupun non formal

yang telah ada, dan juga pengembangan lembaga lain yang dibutuhkan

kehadirannya. Kehadiran lembaga lain dilakukan dengan pola

pendekatan bottom-up, dimana kehadiran lembaga tersebut

merupakan kebutuhan dan merupakan inisiatif warga bukan bentukan

pemerintah. Kehadiran lembaga eksternal ini tidak saja menyangkut

aspek teknik operasional tetapi diharapkan juga untuk mendukung

penegakan hukum di dalam sistem.

3. Meningkatkan kinerja lembaga pengelola persampahan, salah satunya

dengan meingkatkan kualitas SDM Lembaga Pengelola Kebersihan.

4. Melakukan pemisahan fungsi /unit regulator dan operator

5. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar stakeholder lokal

maupun regional, dan juga membangun kemitraan yang harmonis

dengan masyarakat dalam upaya membangun sistem pengelolaan

berbasis masyarakat.

Page 116: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-16

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

3.4.5 Strategi Peningkatan Hukum

Strategi bidang hukum dan peraturan difokuskan untuk menunjang

terlaksananya strategi pada keempat aspek lainnya. Strategi ini menyangkut :

1. Penataan kembali perangkat hukum dan peraturan disesuaikan dengan

rencana jangka pendek, menengah dan panjang

2. Penegakan dan penaatan hukum/peraturan, dengan terbentuknya

masyarakat yang peka terhadap aturan/hukum.

3. Membangun tatanan hukum di masyarakat bersamaan dengan

pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat

3.4.6 Strategi Peningkatan Pembiayaan

Pembiayaan penyelenggaraan pengelolaan sampah merupakan unsur pokok

berlangsungnya sistem pelayanan. Permasalahan sampah kota adalah persoalan

permanen dan rutin terus bertambah besar sehingga menuntut pada konsep

pembiayaannya. Selama pengelolaan sampah masih menjadi tanggung jawab

pemerintah, maka strategi pembiayaan pengelolaan sampah kota harus menjadi

bagian yang tak terpisahkan dalam pembiayaan pengelolaan infrastruktur kota.

Penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang

harus dan pasti dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu model atau

konsep pembiayaannya baik sumber atau pun alokasinya harus memiliki

kejelasan dan kepastian.

Mengingat bahwasanya Pengelolaan sampah merupakan bagian pelayanan

umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan

demikian pengaturan pembiayaan menjadi tugas dan tanggung jawab

Pemerintah. Target yang ingin dicapai dalam aspek pembiayaan selama 10

tahun mendatang adalah :

Terpenuhinya anggaran pengelolaan kebersihan sesuai dengan

perhitungan kebutuhan pelayanan standar,

Terciptanya keseimbangan antara realisasi retribusi dengan anggaran

operasional sehingga subsidi dapat dikurangi secara bertahap,

Page 117: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-17

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Untuk itu dikembangkan suatu strategi pembiayaan sebagai berikut :

1. Penguatan unit penagihan dalam struktur organisasi lembaga Dinas

Kebersihan, dengan mengembangkan mekanisme penagihan retribusi

yang disepakati oleh seluruh pihak berkaitan,

2. Pengalokasian anggaran secara proporsional per unit kegiatan

3.4.7 Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Faktor utama yang menjamin pencapaian sistem pengelolaan sampah adalah

faktor manusia, baik petugas pelaksana pengelola dan masyarakat umum

sebagai penimbul sampah.

Untuk dapat merealisasikan strategi operasional yang telah dikembangkan,

perlu adanya sebuah upaya besar, menyentuh manusia sebagai faktor utama

keberhasilan. Dalam kurun waktu 10 tahun mendatang sasaran yang paling

realistis adalah menjadikan masyarakat Kabupaten Bandung sebagai masyarakat

yang bersikap dan berperilaku positif terhadap sampah, dengan indikator

tumbuhnya sikap dan tingkah laku yang didasari oleh kesadaran akan lingkungan

bersih, sehingga sikap dan perilaku terhadap sampah tidak didasari pada

kewajiban tetapi sebagai nilai kebutuhan.

Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan pola-

pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan pemahaman bahwa

masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai mitra yang

mengandung makna keselarasan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan sangat

sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang memadai.

Disamping itu, pihak swasta/dunia usaha juga memiliki potensi yang besar

untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan

yaitu :

(1) Menyebar luaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada

masyarakat umum

Page 118: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-18

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(2) Mengembangkan pendidikan masyarakat tentang pengelolaan sampah

sejak usia dini

(3) Mengembangkan pola pembelajaran kepada masyarakat yang terintegrasi

dalam pengembangan sistem pengelolaan berbasis masyarakat.

(4) Mengembangkan pola-pola insentif dan iklim kondusif bagi dunia usaha /

swasta

33..55 PPrrooggrraamm KKeerrjjaa PPeenniinnggkkaattaann PPeennggeelloollaaaann SSaammppaahh KKaabb.. BBaanndduunngg

Berdasarkan pada strategi dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung

dalam peningkatan pelayanan pengelolaan sampah, dikembangkan

program kerja yang menjadi kerangka garis besar pengembangan

kegiatan selama 20 tahun mendatang.

Program kerja pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung dari tahun

2008 sampai dengan tahun 2028 secara tabularis diprlihatkan pada Tabel

3.1.

Page 119: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-19

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 3.1Kabupaten Bandung SMWI Action Plan

No Strategi Program Kegiatan

1 Desentralisasi Pengelolaan

Sampah di Tingkat Kecamatan 1.1 Pengembangan Pilot Project Pengelolaan Sampah 1.1.1 Penyusunan Rencana Detail Pengelolaan Smp di Kecamatan Contoh

Tingkat Kecamatan 1.1.2Implementasi Desentralisasi Pengelolaan Sampah TingkatKecamatan

1.2Penyiapan lembaga Mitra Pengelolaan Sampah diTingkat

1.2.1 Penyusunan SOTK Lembaga Kemitraan Tingkat Kecamatan

Kecamatan 1.2.2 Training Peningkatan Kemampuan Lembaga Kemitraan

2 Implementasi 3R dari hulu ke hilir 2.1 Peningkatan Pengomposan Sampah 2.1.1 Evaluasi Potensi Kompos dari Sampah di Kabupaten Bandung

2.1.2 Analisa Pasar Kompos

2.1.3 Penyusunan Rencana Pengomposan Terpadu Se Kab Bdg

2.1.4 Monitoring Pengomposan dan Pemasaran kompos dari

Instalasi Pengomposan di Babakan

2.1.5 Integrasi Pengomposan dan WTE

2.1.6 Pengembangan Instalasi Pengomposan di Kecamatan Contoh

2.1.7 Mengaktifkan Kembali Unit Pengomposan yang ada (5 Kel)

2.1.8 Pengembangan Jaringan Pelaku Pengomposan

2.2 Implementasi Daur Ulang Sampah Anorganik 2.2.1 Evaluasi Timbulan Sampah Potensi Daur Ulang

2.2.2 Identifikasi Pelaku Daur Ulang di seluruh wil Kabupaten

2.2.3 Penyusunan Rencana Detail Program Daur Ulang Sampah Anorganik

2.2.4 Analisa Kelayakan Usaha Daur Ulang Skala Kecamatan & Kota

2.2.5 Implementasi Daur Ulang Plastik di Kecamatan Contoh

Page 120: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-20

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Strategi Program Kegiatan

2.3 Peningkatan Reduksi Sampah Terbuang ke TPA 2.3.1 Kajian Kelayakan Teknis dan Ekonomis Pengolahan Residu Sampah

2.3.2 Implementasi Pengolahan Residu Sampah

2.3.3 Analisis Pasar Produk Daur Ulang Residu Sampah

2.4 Pengelolaan Sampah B3 RT 2.4.1 Penyusunan Rencana Detail Pengelolaan Sampah B3 RT

2.4.2 Implementasi Pengelolaan Sampah B3 RT

3 Pengembangan Sistem Pengelolaan 3.1 Adopsi Inisiatif Lokal dalam Pengelolaan 3.1.1 Survey Inisiatif Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan

Sampah Berbasis Masyarakat Lingkungan yang terkait pengelolaan sampah 3.1.2 Menyusun konsep Pembangunan Pengelolaan

Sampah Berbasis Masyarakat

3.1.3 Implementasi Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

terutama dalam mekanisme insentif dan desinsentif bagi masy

3.1.4 Pengembangan Forum Masyarakat Pelaku Pengelolaan Sampah

4 Pengembangan Sarana Prasarana 4.1 Pengadaan Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah 4.1.1 Penyusunan Detail Enggineering Desain Sarana Prasarana

Pengelolaan Sampah Terpadu berbasis 3R Pengelolaan Sampah Berbasis 3R dari hulu ke hilir

4.1.2 Pengadaan Sarana dan implementasi pemilahan di sumber

4.1.3 Pembangunan TPS (Tempat Penampungan Sementara)

4.1.4 Pembangunan TPST Kecamatan

4.1.5 Pembangunan TPST Kota di Babakan

4.1.6 Pengadaan Kendaraan Pengumpul

4.1.7 Pengadaan Kendaraan Pengangkut Sampah dan Residu

4.1.8 Pengadaan Peralatan Pengomposan

4.1.9 Pengadaan Peralatan Daur Ulang Plastik

Page 121: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-21

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Strategi Program Kegiatan

4.2 Pembangunan TPST Kota Berbasis Pembangunan 4.2.1 Studi Kelayakan Lahan TPST

Wilayah dengan konsep Partisipatif 4.2.2 Penyusunan Detail Enggeering Design TPST Kota secara partisipatif

4.2.3 Implementasi TPST Baru

Peningkatan Peran Swasta dalam Dunia UsahaPenyiapan kerangka aturan peran swasta dalam pengelolaansampah

Ujicoba pengelolaan oleh swasta

4.3 Kerjasama Regional dalam Pengelolaan Residu 4.3.1 Penyiapan Konsep Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional

4.3.2 Implementasi Pengelolaan Residu di tingkat Regional

5 Penguatan Pembiayaan 5.1Peningkatan Alokasi APBD untuk PengelolaanSampah

5.1.1 Evaluasi Tingkat Kecukupan Pembiayaan Pengelolaan

Pengelolaan Sampah Sampah dari APBD dan Retribusi

5.1.2 Penyampaian hasil kajian pada pihak Eksekutif dan Legislatif

5.2 Penataan Sistem Retribusi Sampah 5.2.1 Identifikasi Potensi Retribusi

5.2.2 Penyiapan aparat pelaksana sistem retribusi

5.2.3 Penyusunan Sistem Retribusi dikaitkan dengan mekanisme

implementasi 3R

5.3 Pengembangan Kemitraan Pemerintah vs Swasta 5.3.1 Implementasi Kemitraan Pemerintah Swasta di Kecamatan Contoh

5.3.2 Menyiapkan konsep kemitraan Pemerintah-Swasta-Masyarakat

6 Re-fungsionalisasi Lembaga 6.1 Peninjauan kembali UPTD menjadi Dinas 6.1.1 Pembahasan Ulang Lembaga Pengelola Sampah

Page 122: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-22

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Strategi Program Kegiatan

Dinas Kebersihan, dengan fungsi mengarah pada refungsionalisasi lembaga Dinas

utama sebagai operator 6.1.2 Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)

Dinas Kebersihan

6.2 Peningkatan Kapasitas Lembaga Formal Pengelola 6.2.1 Motivation Training untuk Seluruh Staf

Sampah 6.2.2 Training peningkatan Kemampuan Teknis, dan Pembiayaan

6.3 Evaluasi Betuk Lembaga Dinas 6.3.1 Evaluasi Lembaga Dinas Menjadi Lembaga yang

Lebih memadai dalam penyelenggaraan pengelolaan

sampah, misal Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

7 Penataan Hukum dan 7.1 Evaluasi Hukum dan Peraturan tentang 7.1.1 Evaluasi Perda Nomor 8 Tahun 2008, untuk penyiapan

Peraturan Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung Perda tentang Pengelolaan Sampah tersendiri, tidak menjadi satu

dengan pengaturan bidang lainnya (saat ini bersamaan dengan

pengaturan K3)

7.1.2 Pemantapan Peraturan Daerah tentang Perubahan UPTD kembali

menjadi Dinas Kebersihan

7.1.3 Penyiapan penjabaran Peraturan Daerah tentang Pengelolaan

Persampahan ke dalam Peraturan Bupati dan/atau Kebuptusan

Bupati sebagai pedoman dan/atau petunjuk teknis untuk setiap

aspek dalam pengelolaan sampah

8Kampanye Mengenai PeningkatanHidup

8.1 Kampanye Tingkat Kota 8.1.1 Penyusunan Strategi Komunikasi tingkat kota

dan Lingkungan Sehat, yang terkait 8.1.2 Implementasi Kampanye Tingkat Kota

Page 123: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-23

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Strategi Program Kegiatan

pada pengelolaan persampahan 8.2 Kampanye Tingkat Kecamatan 8.1.3 Penyusunan Strategi Komunikasi di Kecamatan Contoh

8.1.4 Implementasi Kampanye di Kecamatan Contoh dengan

Kerangka Community Development

33..66 PPeennggeemmbbaannggaann SSkkeennaarriioo

Sasaran pelayanan pengelolaan sampah Kabupaten Bandung di tetapkan berdasarkan pada beban

permasalahan sampah yang dihadapi pada kondisi saat ini sampai pada masa 10 dan 20 tahun

mendatang. Sebagaimana ditetapkan dalam strategi aspek operasional, bahwa beban pengelolaan

sampah selama 20 tahun mendatang terdiri atas dua cakupan yaitu :

1. Sebesar 32% penduduk, merupakan penduduk perkotaan yang akan dilayani

dengan pendekatan pelayanan teknis

2. Sebesar 68% penduduk perdesaan, yang akan dilayani dengan pendekatan

pembangunan Community Base Solid Waste Management (CBSWM) atau

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

Page 124: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-24

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Beban pelayanan Dinas Kebersihan dan beban perdesaan dalam periode 5

tahunan selama 20 tahun mendatang diperlihatkan dalam satuan volume dan

berat adalah seperti pada Tabel 3.2

Tabel 3.2Beban Pelayanan Pengelolaan Sampah di Kab.Bandung

TahunJumlah

Penduduk Kota(Jiwa)

TimbulanSampah(m3/hr)

TimbulanSampah(Ton/hr)

JumlahPenduduk Desa

(Jiwa)

TimbulanSampah(m3/hr)

TimbulanSampah(Ton/hr)

2008 997,348 2,803 561 2,119,363 2,077 415

2009 1,027,043 2,886 577 2,182,466 2,139 428

2015 1,230,179 3,457 691 2,614,129 2,562 512

2020 1,438,190 4,041 808 3,056,154 2,995 599

2025 1,690,304 4,750 950 3,591,897 3,520 704

2028 1,867,037 5,246 1,049 3,967,455 3,888 778

Sumber : Analisis Konsultan, Buku Report-Studi Timbulan, 2008

Dalam upaya mendekati target Nasional dalam pelayanan persampahan, perlu

dipertimbangkan berbagai faktor internal maupun eksternal, terutama

mengingat pengelolaan sampah sangat bergantung pada kebijakan Pemerintah,

maka dikembangkan skenario peningkatan pelayanan yang mewakili skenario

optimis, moderat dan pesimis.

Skenario optimis diarahkan sesuai dengan target dan sasaran Nasional.

Skenario moderat adalah skenario pencapaian sasaran Nasional pada akhir

periode perencanaan. Adapun skenario pesimis, adalah skenario yang

dikembangkan atas dasar pesimistis bahwa Kab. Bandung akan mampu

mencapai tingkat pelayanan sesuai dengan target yang ada di tingkat Nasional,

karena itu Tingkat Pelayanan dalam skenario ini ditetapkan dengan pendekatan

kemampuan Pemerintah lokal dalam membiayai pengelolaan

sampah.Kemampuan Pemerintah Lokal diukur dari pemahaman terhadap pola

pembiayaan 5 tahun terakhir.

Page 125: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-25

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Sementara itu, pelayanan Dinas dalam bentuk

pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis

Masyarakat (Community Based Solid Waste

Management), dilaksanakan secara

bertahap dimulai dari daerah-

daerah yang sekarang sudah memiliki sarana

pengelolaannya, walau terhenti. Ditargetkan ke 6 lokasi

daur ulang yang kini terhenti yaitu Parung Serab,

Margahayu, Sukamanah Pangalengan, Gunung Leutik Ciparay, Katapang,

Sukasari, akan dioperasikan kembali, secara bertahap. Selain itu, ditargetkan

mengembangkan Desa-Desa yang sudah mendapat bantuan sarana pengolahan

pada tahun 2007 yaitu Desa Ciherang Nagreg, Desa Cikoneng Ciparay, Desa

Sangkan Hurip Katapang, Desa Bojong Majalaya, Desa Sekarwangi Katapang.

Dalam upaya implementasi 3R, selain pengembangan

lokasi CBSWM yang harus mengedepankan pengomposan

dan daur ulang sampah, kehadiran para pemulung,

penampung barang rongsokan di Kabupaten Bandung

(SIDUS) tidak boleh diabaikan. Kehadiran mereka harus

diangkat dan diintegrasikan ke dalam sistem yang dikembangkan. Namun

berdasarkan pengalaman, perlakukan terhadap kelompok

ini bukanlah untuk menjadikan mereka sebagai sistem

formal atau formalisasi kelompok informal, tetapi sebatas

memfasilitasi keberadaaannya. Pemerintah memberikan

peluang agar kinerja mereka bisa meningkat, dengan cara

menyiapkan fasilitas di lokasi kerja mereka. Usaha

penataan TPS yang ada di Kabupaten Bandung, dikondisikan untuk juga

menyiapkan fasilitas mereka. Kinerja SIDUS pada dasarnya sangat tergantung

dari si pelaku dan mereka adalah manusia pekerja, disamping itu, mereka pun

bekerja karena kebutuhan, sehingga kinerja akan sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor tersebut. Dengan demikian, besarnya kontribusi mereka

terhadap peningkatan sampah tertangani dianggap sama untuk setiap kebijakan

terhadap aspek lainnya.

Page 126: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-26

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Dengan demikian, selain Dinas Kebersihan, dalam jangka pendek, akan telah

hadir pengelola sampah lainnya yaitu Lembaga Masyarakat Pengelola Sampah

sebagai bentukan dari Community Based Solis Waste Management, dan para

pelaku daur ulang (sektor informal). Berikut adalah tiga alternatif skenario

tingkat pelayanan dengan mengedepankan kehadiran seluruh pelaku-pelaku

pengelolaan sampah.

Page 127: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-27

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Skenario-1, merupakan skenario optimasi target Nasional dalam sistem

pengelolaan sampah, dengan konsep :

Pencapaian 60% tingkat pelayanan di tahun 2010 dan 70% pada tahun 2015.

Selanjutnya dengan optimasi tingkat pelayanan ini akan mencapai 85% pada

tahun 2028.

Strategi reduksi sampah di sumber diimplementasikan dengan intensif dalam 10

tahun pertama melalui program kampanye dan pendidikan masyarakat, sehingga

tercapai penurunan angka timbulan sampah perkapita pada tahun 2019, yang

berdampak pada penurunan beban penimbunan di TPA yang cukup signifikan.

Optimasi minimasi sampah di TPA sebagai implementasi konsep 3R, dilakukan

dengan peningkatan pengomposan hingga 22% tahun 2015, 33% di tahun 2028,

hal ini dilakukan dalam 10 tahun pertama sehingga,

Implementasi 3R dengan upaya daur ulang anorganik dilakukan dengan intensif

dengan mencapai 22% pada tahun 2015 dan 27% tahun 2028,

Pengolahan lain pada skenario difokuskan pada upaya pemanfaatan sampah

menjadi energi (WTE) yang terintegrasi dengan konsep 3R. Ditargetkan mencapai

13% tahun 2010 dan 31% tahun 2028.

Pembangunan Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di perdesaan,

dilakukan dengan intensif, hingga mencapai 20% tahun 2010, dan 38% tahun

2028.

Orientasi pengolahan sampah anorganik dilakukan dengan pemberdayaan sektor

informal, hingga mencapai 40% pada tahun 2010, meningkat 42% di tahun 2015,

dan pada tahun 2028 mencapai 48%.

Proporsi beban pengelolaan oleh setiap stakeholders untuk skenario ini dapat dilihat

pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.1.

Page 128: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-28

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 3.3Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1

No Pelaku Pengelolaan SatuanTahun

2008 2010 2015 2020 2025 2028

1 Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,176 6,019 6,691 7,323 7,790

2 Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,973 3,457 3,696 3,803 3,902

Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,203 2,562 2,995 3,520 3,888

3Pelayanan Perkotaan

Penimbunan m3/hr 567.0 475.7 452.4 378.9 232.5 15.8

% 20.2% 16.0% 13.1% 10.3% 6.1% 0.4%

Pengomposan m3/hr 0.0 355.0 540.0 670.0 850.0 1,000.0

% 0.0% 11.9% 15.6% 18.1% 22.3% 25.6%

Daur Ulang Anorganik m3/hr 0.0 577.9 772.8 910.1 998.1 1062.0

% 0.0% 19.4% 22.4% 24.6% 26.2% 27.2%

Pengolahan Lain m3/hr 0.0 375.0 620.0 850.0 1,000.0 1,200.0

% 0.0% 12.6% 17.9% 23.0% 26.3% 30.8%

Tingk. Pelayanan Perkotaan m3/hr 567 1,784 2,385 2,809 3,081 3,278

% 20.2% 60.0% 69.0% 76.0% 81.0% 84.0%

4Pelayanan Peningkatan Part. Masy.

Sistem Berbasis Masyarakat m3/hr 105.4 442.6 751.7 1,032.7 1,313.7 1,482.3

% 5.1% 20.1% 29.3% 34.5% 37.3% 38.1%

Informal m3/hr 343.3 879.2 1,074.9 1,309.4 1,611.5 1,861.5

% 16.5% 39.9% 42.0% 43.7% 45.8% 47.9%

Tingk. Partisipasi Masy. m3/hr 449 1,322 1,827 2,342 2,925 3,344

% 21.6% 60.0% 71.3% 78.2% 83.1% 86.0%

5Sampah Terkelola

m3/hr 1014.9 3105.3 4213.1 5152.2 6005.1 6621.7

% 20.8% 60.0% 70.0% 77.0% 82.0% 85.0%

6 Sampah Tak Terkelola m3/hr 3,864.6 2,070.2 1,805.6 1,539.0 1,318.2 1,168.5

% 79.2% 40.0% 30.0% 23.0% 18.0% 15.0%

Sumber : Lampiran A,Tabel A.1.1.

Page 129: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-29

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku

Untuk Skenario I

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2008 2010 2015 2020 2025 2028

Tahun

%Sampah Tak Terkelola

Informal

CBSWM

Pengolahan Lain

Daur Ulang anorganik

Pengomposan

Penimbunan

Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku

Untuk Skenario I

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2008 2010 2015 2020 2025 2028

Tahun

%Sampah Tak Terkelola

Informal

CBSWM

Pengolahan Lain

Daur Ulang anorganik

Pengomposan

Penimbunan

Gambar 3.1Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1

Skenario-2, merupakan skenario pelayanan yang ditetapkan dengan pendekatan

pencapaian sasaran Nasional pada periode akhir perencanaan :

Pelayanan 60% baru tercapai pada Tahun 2025, dengan tahapan pencapaian 31% di

tahun 2015, dan pada tahun 2010 sebesar 26%.

Pengomposan sebagai implementasi 3R, dengan target 1,3% di tahun 2010,

meningkat menjadi 4% pada tahun 2015 dan 18,3% di tahun 2025.

Daur Ulang Anorganik sebagai implementasi 3R, ditargetkan 8% di tahun 2010,

meningkat menjadi 9% ditahun 2015 dan 21% pada tahun 2028.

Pengolahan sampah anorganik hanya mengandalkan kemandirian sektor informal,

sehingga peningkatan dalam 10 tahun pertama hanya mencapai 12% dan pada

akhir tahun 2028, mencapai 27%. Adapun pengolahan lain seperti pengembangan

teknologi WTE, dilakukan sebatas adanya kerjasama dari pihak ketiga dalam

bentuk hibah, tanpa ada beban untuk Pemerintah Kabupaten Bandung.

Pengembangan sistem pengelolaan berbasis masyarakat di perdesaan, dilakukan

secara konsisten, sehingga mencapai 22% pada tahun 2015, dan 48% pada tahun

2028.

Proporsi beban pengelolaan oleh setiap stakeholders untuk skenario ini dapat dilihat

pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.2.

Page 130: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-30

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 3.4Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2

No Pelaku Pengelolaan SatuanTahun

2008 2010 2015 2020 2025 2028

1 Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,176 6,019 7,036 8,270 9,134

2 Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,973 3,457 4,041 4,750 5,246

Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,203 2,562 2,995 3,520 3,888

3Pelayanan Perkotaan

Penimbunanm3/hr 567.0 392.3 412.7 382.8 308.1 240.7

% 20.2% 13.2% 11.9% 9.5% 6.5% 4.6%

Pengomposanm3/hr - 40.0 140.0 430.0 870.0 1,200.0

% 0.0% 1.3% 4.0% 10.6% 18.3% 22.9%

Daur Ulang Anorganikm3/hr 0.0 231.1 324.8 523.8 861.8 1121.9

% 0.0% 7.8% 9.4% 13.0% 18.1% 21.4%

Pengolahan Lainm3/hr - 50.0 125.0 280.0 620.0 900.0

% 0.0% 1.7% 3.6% 6.9% 13.1% 17.2%

Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 567.0 713.4 1,002.5 1,616.5 2,659.9 3,462.6

% 20.2% 24.0% 29.0% 40.0% 56.0% 66.0%

4 Pelayanan Peningkatan Part. Masy.

Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 105 260 400 836 1,496 1,637

% 5.1% 11.8% 15.6% 27.9% 42.5% 42.1%

Informalm3/hr 161.4 372.3 462.9 571.7 805.8 1,294.8

% 8.0% 16.9% 18.1% 19.1% 22.9% 33.3%

Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 161.4 632.3 863.3 1407.7 2302.1 2,931.6

% 8.0% 28.7% 33.7% 47.0% 65.4% 75.4%

5 Sampah Terkelolam3/hr 1,015 1,346 1,866 3,026 4,962 6,394

% 20.8% 26.0% 31.0% 43.0% 60.0% 70.0%

6 Sampah Tak Terkelolam3/hr 3,865 3,830 4,153 4,011 3,308 2,740

% 79.2% 74.0% 69.0% 57.0% 40.0% 30.0%

Sumber : Lampiran A,Tabel A.1.2.

Page 131: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-31

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku

Untuk Skenario II

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2008 2010 2015 2020 2025 2028

Tahun

%

Sampah Tak Terkelola

Informal

CBSWM

Pengolahan Lain

Daur Ulang Anorganik

Pengomposan

Penimbunan

Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku

Untuk Skenario II

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2008 2010 2015 2020 2025 2028

Tahun

%

Sampah Tak Terkelola

Informal

CBSWM

Pengolahan Lain

Daur Ulang Anorganik

Pengomposan

Penimbunan

Gambar 3.2Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2

Skenario-3, merupakan skenario yang di dasarkan pada kemampuan pembiayaan

Pemerintah dalam mengelola sampah selama beberapa tahun terakhir, yaitu :

Dalam 2 tahun pertama, atau jangka pendek, dilakukan optimalisasi sarana

eksisting, dengan meningkatkan performansi sarana dan prasarana, sehingga Tingkat

Pelayanan mencapai 25% pada tahun 2010, dan meningkat hingga 32% di pada Tahun

2015, 40% pada tahun 2028.

Peningkatan sarana mulai dilakukan dalam jangka panjang hingga jangka panjang

sebanyak 40%.

Konsep 3R dilakukan secara bertahap mulai jangka menengah dengan meningkatkan

pengomposan di TPA dan ditingkatkan Kelurahan, hingga tingkat pengomposan

mencapai 8% pada 2028.

Pengolahan sampah anorganik dilakukan di TPS Kecamatan , hingga tingkat

pengolahan mencapai 15,2% di tahun 2028.

Tingkat Pelayanan Total pada Tahun 2010 diperkirakan mencapai 25%, meningkat

ditahun 2015 hingga 41%, dan pada tahun 2025 mencapai 40%.

Proporsi beban pengelolaan oleh setiap stakeholders untuk skenario ini dapat dilihat pada

Tabel 3.5 dan Gambar 3.3.

Page 132: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-32

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 3.5Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3

No Pelaku Pengelolaan SatuanTahun

2009 2010 2015 2020 2025 2028

1 Timbulan Sampah Total m3/hr 5,025 5,176 6,019 7,036 8,270 9,134

2Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,886 2,973 3,457 4,041 4,750 5,246

Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,139 2,203 2,562 2,995 3,520 3,888

3

Pelayanan Perkotaan

Penimbunan m3/hr 692.6 695.8 773.0 888.4 1,028.7 1,092.0

% 24.0% 23.4% 22.4% 22.0% 21.7% 20.8%

Pengomposan m3/hr - 4.0 148.0 184.0 232.0 420.0

% 0.0% 0.1% 4.3% 4.6% 4.9% 8.0%

Daur Ulang Anorganik m3/hr - 335.4 454.5 549.9 661.7 798.2

% 0.0% 11.3% 13.1% 13.6% 13.9% 15.2%

Pengolahan Lain m3/hr - - 27.4 75.0 120.0 153.4

% 0.0% 0.0% 0.8% 1.9% 2.5% 2.9%

Tingk. Pelayanan Perkotaan m3/hr 692.6 1,035.2 1,402.9 1,697.4 2,042.4 2,463.6

% 24.0% 34.8% 40.6% 42.0% 43.0% 47.0%

4

Pelayanan Peningkatan Part. Masy.

Sistem Berbasis Masyarakat m3/hr 84 105 246 329 422 611

% 3.9% 4.8% 10.0% 11.0% 12.0% 15.7%

Informal m3/hr 171 176 256 359 493 583

% 8.0% 8.0% 10.0% 12.0% 14.0% 15.0%

Tingk. Partisipasi Masy. m3/hr 255 282 502 689 915 1,194

% 11.9% 12.8% 19.6% 23.0% 26.0% 30.7%

5Sampah Terkelola m3/hr 948 1,317 1,905 2,386 2,958 3,658

% 18.9% 25.4% 31.7% 33.9% 35.8% 40.0%

6Sampah Tak Terkelola m3/hr 4,077 3,859 4,114 4,650 5,312 5,476

% 81.1% 74.6% 68.3% 66.1% 64.2% 60.0%

Sumber : Lampiran A,Tabel A.1.3.

Page 133: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-33

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku Untuk

Skenario 3

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2009 2010 2015 2020 2025 2028

Tahun

Sampah Tak Terkelola

Informal

CBSWM

Pengolahan Lain

Daur Ulang Anorganik

Pengomposan

Penimbunan

Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku Untuk

Skenario 3

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2009 2010 2015 2020 2025 2028

Tahun

Sampah Tak Terkelola

Informal

CBSWM

Pengolahan Lain

Daur Ulang Anorganik

Pengomposan

Penimbunan

Gambar 3.3Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3

Dari ketiga skenario dapat dilihat bahwa sebesar apapun proporsi beban

pengelolaan yang ditetapkan bagi Dinas, tetap memerlukan adanya peran

dari dua kelompok pengelola lainnya untuk mencapai tingkat sampah

tertangani yang paling optimal.

Penentuan skenario mana yang akan dipilih, sangat ditentukan oleh kebijakan

Pemerintah. Banyaknya aspek pembangunan yang masih harus menjadi prioritas

di Kabupaten Bandung, ketiga skenario di atas perlu dianalisis dengan

pendekatan tidak saja dari aspek pembiayaan tetapi juga dari aspek stratgies

pembangunan kota.

Page 134: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-1

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

44..11 SSiisstteemm OOppeerraassii PPeennggeelloollaaaann

Telah dipaparkan dalam strategi dan kebijakan

pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, dalam

kurun waktu 20 tahun mendatang akan dikembangkan

dua model pelayanan pengelolaan sampah di

Kabupaten Bandung, yaitu sistem pengelolaan sampah

berbasis masyarakat (Community Based Solis Waste

Management-CBSWM) dan sistem pengelolaan sampah yang berbasis pelayanan

teknis oleh Dinas Kebersihan. Model pelayanan

teknis dari Dinas Kebersihan diberikan dalam

bentuk pelayanan penanganan dan pengolahan

sampah, yang diprioritaskan untuk daerah

perkotaan. Adapun sistem pengelolaan

berbasis masyarakat diprioritaskan untuk

wilayah perdesaan dan menjadi tanggung

jawab Dinas dalam pengembangan dan

pembinaannya. Namun demikian, kedua sistem ini akan menerapkan konsep

penanganan dan pengelolaan sampah dimana upaya pengurangan sampah

(Reduce), pemanfaatan kembali (Reuse) dan daur ulang (Recyle) diterapkan dalam

setiap tahapan penanganan sampah dari hulu ke hilir.

Konsep penanganan dan pengolahan yang direncanakan selama 20 tahun

mendatang adalah sebagai berikut :

1. Lingkup pelayanan pengelolaan sampah adalah seluruh wilayah administrasi

Kabupaten Bandung, baik perkotaan maupun perdesaan.

Page 135: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-2

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

2. Wilayah perkotaan dilayani secara intensif oleh Dinas Kebersihan , adapun

wilayah perdesaan dileyani dengan pola pembinaan untuk dikembangkannya

Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.

3. Jenis sampah yang dikelola oleh Dinas Kebersihan adalah sampah domestik,

yaitu sampah yang bersumber dari aktifitas rumah tangga/domestik, tidak

termasuk limbah industri dan medis.

4. Limbah industri, atau sampah hasil proses produksi, adalah tanggung jawab

setiap lembaga atau individu dan atau badan yang menghasilkannya dan tidak

menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan. Hal tersebut telah diatur oleh

undang-undang tentang pengelolaan limbah B3 dari industri untuk dikelola oleh

pihak yang telah ditunjuk pemerintah.

5. Pengelolaan sampah B3 rumah tangga, misalnya kaleng bekas kemasan

insektisida, batu baterai bekas, neon bekas dan lain sebagainya secara

bertahap harus menjadi tanggung jawab Pemerintah. Dinas Kebersihan tidak

bertanggung jawab atas pengolahan sampah jenis ini. Akan tetapi disebabkan

sampah jenis ini terkandung di dalam sampah domestik, maka Dinas

Kebersihan harus menanganinya dengan memisahkannya dari sampah lainnya.

6. Pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan di sumber diarahkan menuju

sistem terpilah. Sampah dipilah menjadi 3 jenis, yaitu : sampah organik,

anorganik dan B3 Rumah Tangga. Dalam jangka pendek, pemilahan

diperkenalkan diseluruh aktifitas penimbul sampah, dan pada jangka

menengah akan diimplementasikan secara bertahap, dengan prioritas

pengadaan sarana prasarana di wilayah non permukiman. Di permukiman,

pemilahan di sumber akan dilakukan secara bertahap sejalan dengan

pengembangan sarana pengolahan lainnya.

7. Operasi pengumpulan sampah dari rumah-rumah ke Tempat Pengolahan

Sampah Skala Kelurahan (TPS-Kelurahan), dilakukan oleh masyarakat secara

mandiri dengan membentuk organisasi pada tingkat RT/RW atau menunjuk

pihak pengelola swasta.

8. Di wilayah yang memungkinkan untuk dikembangkan Sistem Pengelolaan

Berbasis Masyarakat, ditetapkan bahwa operasi pengelolaan harus menerapkan

prinsip-prinsip 3R.

9. Di lingkungan RT/RW, diberikan peluang untuk dikembangkannya pengolahan

sampah skala komunal, dan kawasan, juga dengan menerapkan prinsip-prinsip

3R.

10. Dalam duatu wilayah Kelurahan wajib memiliki area satu TPS Kelurahan dan di

dalam suatu lingkungan Kecamatan, wajib memiliki TPS Kecamatan. Keduanya

Page 136: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-3

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

dikelola oleh Dinas Kebersihan, bekerja sama dengan aparat Kelurahan,

Kecamatan, Masyarakat dan bahkan pihak swasta.

11. TPS Kelurahan adalah lokasi penampungan sampah, dan pengomposan sampah

organik. Ditempatkan di setiap Kelurahan untuk melayani 5000 penduduk.

Dikelola oleh Dinas Kebersihan dengan mengembangkan kemitraan dengan

masyarakat atau pihak swasta.

12. Pengomposan dilakukan sebagai usaha minimasi sampah tertimbun di TPA,

bukan untuk mencari keuntungan ekonomis. Kerja sama dengan pihak atau

instansi atau dinas lainnya yang terkait dengan penggunaan produk kompos

akan dijalin dalam kerangka pengembangan tanaman organik.

13. TPS Kecamatan adalah pusat pengolahan sampah anorganik, yaitu plastik,

kertas, logam dan gelas,

14. TPA sebagai lokasi pemrosesan akhir sampah, sampah Tahun 2015

direncanakan akan tetap menggunakan TPA Babakan di Desa Arjasari.

15. TPA Babakan dalam jangka panjang dipersiapkan hanya untuk penanganan

residu olahan sampah dan sampah B3 RT, pengomposan di TPA dioperasikan

untuk mengantisipasi ketika pengomposan dalam jangka pendek ketika belum

ada operasi pengomposan di TPS Kelurahan.

16. Penanganan akhir sampah di TPA, selama mekanisme daur ulang di hulu belum

berjalan 100%, dilakukan penimbunan secara controlled landfill. Bahkan

metoda ini akan tetap dipakai untuk menangani residu.

17. Pelayanan berbasis masyarakat di kembangkan di Desa-Desa yang telah

mendapat bantuan teknis peralatan pengelolaan sampah. Adapun

pengembangannya dilakukan secara bertahap di seluruh wilayah perdesaan.

18. Pengolahan sampah dengan teknologi lainnya seperti diorientasikan untuk

mengembangkan model pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar.

19. Pengolahan sampah menjadi energi dilakukan ujicoba dalam jangka pendek,

dan pada jangka menengah, akan dilakukan kelayakan untuk dikembangkan

menjadi skala besar.

Sistem operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, dalam kurun waktu 20

tahun mendatang, digambarkan pada Gambar 4.1.

Page 137: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-4

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 4.1Sistem operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung

Menuju terbentuknya sistem pengelolaan di atas telah dikembangkan skenario

operasional seperti diuraikan dalam sub bab 3.6. Skenario-1, skenario optimis

diarahkan sesuai dengan target dan sasaran Nasional. Skenario-2, skenario

moderat adalah skenario pencapaian sasaran Nasional pada akhir periode

perencanaan. Adapun skenario-3, skenario pesimis, adalah skenario yang

dikembangkan atas dasar pesimistis bahwa Kab. Bandung akan mampu mencapai

tingkat pelayanan sesuai dengan target yang ada di tingkat Nasional, karena itu

Tingkat Pelayanan dalam skenario ini ditetapkan dengan pendekatan kemampuan

Pemerintah lokal dalam membiayai pengelolaan sampah.

4.2 Pewadahan Sampah

Pewadahan sampah adalah aktifitas penanganan

sampah di sumber sampah. Wadah sampah adalah

tempat untuk menyimpan sampah di sumber, sebelum

sampah itu dikelola. Konsep pewadahan yang akan

diterapkan adalah dengan sistem terpilah dalam 3

jenis, yaitu : sampah organik, anorganik dan B3 Rumah Tangga. Akan tetapi

pemilahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

Pewadahan terpilah mencapai 50 % wilayah pelayanan, dalam 20 mendatang.

Jangka Pendek (2009-2010), diorientasikan sebagai pengenalan pemilahan

kepada masyarakat umum, dengan memasang wadah sampah terpilah 3 (lihat

foto), dijalan protokol, taman kota, atau fasilitas umum lainnya, kantor-

kantor Pemerintah dan institusi pendidikan.

Jangka menengah (2011-2015), merupakan masa pengenalan yang lebih

intensif dengan melakukan pembinaan di lingkungan permukiman yang

Page 138: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-5

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

menjadi sasaran pengembangan sampah berbasis masyarakat. Dalam periode

ini pula di cari bentuk dan mekanisme pemilahan yang dapat diterima sesuai

dengan tatanan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Bandung.

Jangka Panjang (2016-2028), merupakan masa kampanye di seluruh wilayah

yang termasuk katagori pelayanan intensif, yaitu di 12 Kecamatan berikut ini:

o Margahayu

o Dayeuhkolot

o Margaasih

o Katapang

o Majalaya

o Baleendah

o Pameungpeuk

o Cileunyi

o Rancaekek

o Ciparay

o Solokanjeruk

o Bojongsoang

Ketentuan Umum Wadah sampah terpilah di sumber adalah sebagai berikut :

Wadah terbuat dari plastik atau bahan anti karat lainnya

Kapasitas minimal 20 liter per jenis sampah.

Wadah Organik,berwarna hijau

Wadah Anorganik, berwarna kuning

Wadah B3 RT, berwarna merah.

44..33 OOppeerraassii PPeenngguummppuullaann

Pengumpulan sampah merupakan kegiatan operasional pelayanan yang

berhubungan langsung dengan hasil tingkat kebersihan di sumber atau tempat asal

sampah yaitu berupa lingkungan bersih dan sehat yang dapat dinikmati oleh

masyarakat. Kelancaran dan keberhasilan sistem pengumpulan sampah merupakan

syarat pertama tercapainya sanitasi lingkungan dari gangguan sampah. Dengan

demikian lingkungan menjadi bersih tidak terdapat sampah yang tercecer, dibuang

ke saluran, ke sungai ke tempat-tempat ilegal lainnya.

Target dari sistem pengumpulan dalam adalah tercapainya tingkat sanitasi

lingkungan dari gangguan sampah melalui pembentukan sistem pengumpulan yang

menjamin rutinitas dan stabilitas pelayanan. Sistem pengumpulan yang dibangun

disesuaikan dengan kondisi fisik geografi, ekonomi, fasilitas jalan dan kondisi

lainnya supaya dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Page 139: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-6

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

44..33..11 KKeetteennttuuaann UUmmuumm

Ketentuan pengumpulan di Kab. Bandung, ditetapkan sebagai berikut :

Pengumpulan dari setiap sumber aktifitas ditujukan ke TPS Kelurahan, tidak

ada sistem langsung pengumpulan ke TPA mengingat adanya tujuan

pengomposan di tingkat Kelurahan

Pengumpulan adalah tanggung jawab masyarakat dan atau penimbul sampah.

Secara berkelompok, masyarakat dan atau penimbul sampah membentuk

organisasi RT/RW atau penunjukkan pihak swasta, dalam pengumpulan sampah,

Untuk wilayah pelayanan terpilah disumber, disyaratkan ada pengaturan jadwal

pengangkutan berdasarkan jenis sampah,

Frekuensi pengumpulan sampah organik, disyaratkan harus setiap hari

Frekuensi pengumpulan sampah anorganik disyarakatkan minimal 3 kali dalam

seminggu,

Sistem pengumpulan disesuaikan dengan mempertimbangkan jenis alat

pengumpul, fasilitas jalan dan kemampuan membayarnya.

4.3.2 Pengumpulan Sampah Permukiman/ Rumah Tangga

Saat ini terdapat 3 (tiga) pola operasi yang dilaksanakan yaitu : (1) Individual

langsung, (2) Individual Tidak Langsung, dan (3) Komunal Tidak Langsung. Data

eksisting menunjukkan pola individual langsung paling banyak dioperasikan.

Namun pola ini terukur kurang efisien, terutama pada waktu angkut dari titik

pengumpulan ke TPA. Demikian terdapat kekurangan dari pola operasi individual

tidak langsung dan komunal langsung saat ini. Karena itu dengan adanya rencana

pengomposan di TPS Kelurahan dan pengolahan sampah anorganik di TPS

Anorganik, diharapkan dapat mengatasi inefisiensi ketiga pola ini dari sisi waktu

operasi. Tujuan pengumpulan yang semula menuju TPA Babakan kini menuju TPS

Kelurahan yang terletak relatif jauh lebih dekat.

Dengan demikian, ketiga pola operasi pengumpulan yang ada saat ini akan

ditransformasi menuju peningkatan kinerja sebagai berikut.

1) Sistem Individual Langsung

Yaitu pola operasi dimana sampah dari sumber langsung dibawa ke TPS

Kelurahan atau TPS Kecamatan

Dioperasikan di daerah permukiman teratur seperti Real Estate atau

kompleks, di daerah jalan utama dan protokol,

Sampah dari sumber dikumpulkan, dan langsung diangkut oleh kendaraan

pengumpul sampah ke TPS Kelurahan,berdasarkan jenisnya.

Page 140: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-7

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Sampah organik di TPS Kelurahan di komposkan

Sampah anorganik dan residu di pindahkan ke TPS Kecamatan dengan

menggunakan dump truck 6m3.

Batas minimum frekuensi pengumpulan adalah :

Dua hari sekali ketika pemilahan belum dilakukan,

Setiap hari sekali untuk sampah organik,

Dua kali seminggu untuk sampah anorganik.

Perubahan pola operasi pengumpulan sistem individual langsung, dijelaskan

pada gambar berikut.

Gambar 4.2Pola Operasi Sistem Door to Door Eksisting

Gambar 4.3Pola Baru Operasi Door to Door

Page 141: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-8

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(2) Sistem Individual Tidak Langsung

Yaitu pola operasi pengumpulan dimana sampah dari sumber

dikumpulkan di TPS terlebih dahulu sebelum di bawa ke TPS Kelurahan

atau Kecamatan.

Dioperasikan di daerah permukiman tidak teratur, dimana kendaraan/alat

pengumpul besar sulit masuk,

Sampah dari sumber sampah diangkut dengan menggunakan motor

sampah, kemudian sampah dibawa ke TPS (Tempat Penampungan

Sementara) atau langsung ke TPS Kelurahan,

Sampah organik di TPS Kelurahan di komposkan

Sampah anorganik dan residu di pindahkan ke TPS Kecamatan dengan

menggunakan dump truck 6m3.

Apabila pemilahan telah berlangsung seutuhnya, sampah anorganik

langsung dikumpulkan ke TPS Kecamatan,

Residu yang tersisa diangkut ke TPA menggunakan Dump Truck 6 m3.

Frekuensi pengumpulan oleh motor sampah direncanakan sendiri oleh

pihak pengelola lingkungan setempat,

Batas minimum frekuensi pengumpulan adalah :

Dua hari sekali untuk sampah tercampur,

Setiap hari sekali untuk sampah organik,

Seminggu sekali untuk sampah anorganik.

Pola operasi pengumpulan sistem individual tidak langsung dapat dilihat pada

Gambar 4.4. Adapun perubahan Pola operasi pengumpulan sistem individual tidak

langsung diperlihatkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.4Pola Operasi Pengumpulan Sistem Individual Tidak Langsung

Page 142: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-9

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 4.5Perubahan Pola Operasi Pengumpulan

Sistem Individual Tidak Langsung

(2) Komunal Langsung

Yaitu pola operasi pengumpulan oleh masing-masing penimbul sampah ke

suatu tempat penampungan skala kecil dan langsung dibawa ke TPS

Kelurahan atau TPS Kecamatan. Dalam prakteknya pola ini menggunakan

lahan terbuka untuk mengumpulkan sampah tanpa sarana. Hal ini yang

perlu diperbaiki, dengan ketentuan berikut :

Pola ini dioperasikan di permukiman padat, pasar dan daerah komersil,

Penimbul sampah mengumpulkan sampahnya masing-masing ke Container

6m3, atau container lebih kecil dari itu, bila lokasi tidak memugkinkan,

sebagai Tempat Penampungan Sementara (TPS),

Sampah di dalam Container diangkut dengan kendaraan pengumpul ke TPS

Kelurahan

Di TPS sampah dipilah, organik langsung di komposkan, sampah anorganik

diangkut ke TPS Kecamatan.

Page 143: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-10

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Perubahan Pola operasi pengumpulan sistem komunal langsung diperlihatkan pada

Gambar 4.6.

Gambar 4.6Pola Operasi Sistem Komunal Langsung Eksisting

Gambar 4.7Perubahan Operasi Pengumpulan Sistem Komunal Langsung

44..33..33 PPeenngguummppuullaann SSaammppaahh PPaassaarr

Timbulan Sampah pasar di Kabupaten Bandung saat ini merupakan peringkat kedua

terbesar setelah sampah rumah tangga, yaitu 20% dari timbulan sampah rata-rata

harian. Dalam hal komposisi, sampah pasar didominasi oleh sampah organik yaitu

mencapai 87%, hal ini merupakan potensi kompos yang tinggi. Terdapat 2 (dua)

alternatif lokasi pengomposan sampah pasar yaitu :

Page 144: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-11

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(1) Di lokasi dekitar pasar itu sendiri, bila ada lahan yang cukup memadai,

maka di lokasi tersebut dapat menjadi lokasi TPS Kelurahan sebagai lokasi

pengomposan

(2) Di TPA, yaitu pada instalasi pengomposan yang tengah berjalan saat ini,

diprioritaskan adalah sampah pasar.

Dengan demikian, di sumber yaitu sejak dari kios-kios pasar, sampah dipisahkan

antara sampah organik dan anorganik. Sedangkan sampah anorganik dibawa ke

TPS Kecamatan terdekat. Namun tentu saja hal ini memerlukan waktu untuk

proses pembinaan. Direncanakan proses ini dijalankan dalam jangka menengah.

Ketentuan Pengelolaan Sampah Pasar :

Pengelolaan sampah pasar diserahkan pada pihak pengelola pasar setempat

kerjasama dengan masyarakat di lingkungan kelurahan dimana pasar berada.

Sistem pengumpulan sampah pasar diarahkan terpisah menurut dua jenis

sampah yaitu sampah organk dan anorganik.

Sampah organik langsung dikomposkan di TPS Pasar/kelurahan, sedangkan

untuk sampah anorganik dibawa ke TPS Kecamatan terdekat untuk dilakukan

pengolahan.

Ketika TPS Pasar/ Kelurahan masih belum di bangun, maka pengomposan

sampah pasar akan dikomposkan di TPA.

Adanya orientasi pemilahan sampah organik dan anorganik, yang dimulai pada

setiap kios pasar, maka sarana pewadahan yang disediakan oleh setiap kios

adalah terpisah antara sampah organik dan anorganik.

Wadah yang disediakan bisa berupa karung, kantong plastik atau lainnya sesuai

kemampuan pemilik kios tersebut.

Perubahan operasi pengumpulan sampah pasar diperlihatkan pada Gambar 4.9.

Gambar 4.8Operasi Pengumpulan Sampah Pasar

Page 145: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-12

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 4.9Perubahan Operasi Pengumpulan Sampah Pasar

44..33..44 FFaassiilliittaass UUmmuumm ddaann KKoommeerrssiiaall

Dalam hal ini yang dimaksud dengan fasilitas umum meliputi institusi

pemerintahan dan swasta, sekolah, rumah sakit, bangunan ibadah, alun-alun kota

dan tempat umum lainnya yang berada di sepanjang jalan utama. Sedangkan

komersial merupakan pertokoan dan niaga.

Ketentuan Umum : Pewadahan untuk fasilitas umum dan komersial akan menggunakan wadah yang

lebih tahan lama dan ditempatkan/digunakan secara komunal yaitu berupa

“bin terpilah-3”.

Volume Wadah 80-120 L.

Pengangkutan minimal sekali dalam sehari.

Kendaraan pengangkut berupa pick up terpilah 2(organik-anorganik) dengan

kapasitas 4 m3

Sampah dalam wadah-wadah bin dituang sampahnya ke dalam kendaraan

pengangkut untuk dibawa ke TPS Kelurahan. Pola operasional ini digambarkan

pada Gambar 4.10 berikut.

Page 146: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-13

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 4.10Perubahan Pola Operasi Pelayanan Kebersihan

daerah Komersial dan Fasilitas Umum

Adapun ketentuan bagi setiap kelompok pelayanan adalah sebagai berikut :

Daerah Komersial (Pertokoan dan Niaga)

Sistem individual langsung, pewadahan dibiayai secara individu,

Pengumpulan dilakukan oleh Dinas Kebersihan atau swasta yang ditunjuk, atas

perjanjian frekuensi pengangkutan dan besarnya retribusi yang harus

dibayarkan,

Frekuensi pengangkutan minimal 2 shift dalam sehari, yaitu pagi dan siang

atau malam.

Institusi (perkantoran, sekolah) dan Hotel

Institusi / Hotel diwajibkan mengembangkan program minimisasi sampah di

dalam lingkungannya sendiri, sehingga mampu mereduksi timbulan sampah,

Pewadahan dilakukan dengan pemilahan antara 3 (tiga) jenis sampah yaitu

organik, anorganik dan B3,

Pengomposan dilakukan di lingkungan setempat dengan metoda sederhana.

Dinas Kebersihan memberikan jasa pengumpulan sampah anorganik dengan

menyediakan sarana pengumpul berupa Kontainer, dengan ketentuan :

Institusi/Hotel tunggal, tidak lebih dari satu gedung berlantai 3. Dilayani

dengan metoda individual langsung. Wadah sampah di sumber disediakan

secara mandiri oleh institusi bersangkutan.

Institusi/ Hotel gabungan, berupa kawasan perkantoran/hotel atau

sejenisnya dilayani dengan menempatkan kontainer secara permanen di

lokasi tersebut, untuk selanjutnya diangkut pada jadwal tertentu,

Setiap institusi yang dilayani wajib memberikan imbalan jasa pelayanan kepada

Dinas Kebersihan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Page 147: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-14

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Taman

Penanggung jawab pengelolaan di dalam taman adalah Bidang Pertamanan

Sampah dikumpulkan dengan proses penyapuan oleh Bidang Pertamanan,

Mengingat sampah taman didominasi oleh sampah organik compostable, maka

pewadahan dilakukan terpisah antara organik dan anorganik,

Sampah organik dikumpulkan ke TPS Kelurahan untuk dikomposkan,

Sampah anorganik diangkut ke TPS Kecamatan.

Saluran Drainase Jalan dan Pengairan

Drainase dan atau Badan Air harus bebas dari sampah,

Keberadaan sampah di dalam saluran dan badan air adalah kewenangan

lembaga atau dinas yang menangani masalah pemeliharaan drainase jalan dan

pengairan. Pembersihan saluran dan atau badan air dari sampah adalah

tanggung jawab Dinas bersangkutan.

Dinas Kebersihan melayani pengumpulan dan pengangkutan sampah dari

drainase dan badan air atas permintaan Dinas Pengelola,

Biaya pelayanan ditentukan berdasarkan aturan yang berlaku.

44..33..55 PPeennyyaappuuaann JJaallaann

Sampah yang berada di jalan, baik yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia

maupun tumbuhan (tanaman penghijau) apabila tidak dikelola akan menimbulkan

dampak negatif terhadap lingkungan seperti akan terlihat merusak keindahan dan

kebersihan jalan. Sistem pelayanan kebersihan jalan sudah harus disesuaikan

dengan perkembangan sosial dan teknologi agar dapat terselenggara secara

efektif dan efisien. Opersional penyapuan jalan dengan alat pengumpul gerobak

sudah tidak sesuai dengan perkembangan sosial dan teknologi disamping kurang

efektif karena lambat.

Oleh karena itu perlu dipilih alternatif sistem pengumpulan sampah dari hasil

kerja penyapuan jalan yang paling sesuai dengan mempertimbangkan volume

beban sampah hasil sapuan jalan yang memiliki karakteristik tertentu pada

masing-masing lokasi jalan.

Rangkaian kegiatan pengelolaan kebersihan sampah di jalan meliputi penyapuan,

pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan. Berikut mekanisme penyapuan

sampah jalan pada saat ini dan rencana pengembangannya yang digambarkan pada

Gambar 4.11 berikut.

Page 148: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-15

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 4.11Perubahan Operasi Penyapuan Sampah Jalan

44..44 TTrraannssffeerr ((PPeemmiinnddaahhaann))

Tahap selanjutnya ketika sampah telah dikumpulkan, maka untuk sistem operasi

pengumpulan tidak langsung, diperlukan adanya proses pimindahan. Walau dengan

konsep pengolahan di TPS Kelurahan, dan kecamatan, pola operasi pengumpulan

tidak langsung akan menjadi sangat sedikit dilaksanakan. Namun demikian, akan

ketika masih belum bisa dibangun TPS Kelurahan dan menuju TPS Kecamatan

masih terlalu jauh, maka akan TPS atau tempat penampungan sementara masih

diperlukan.

Target dari sistem pemindahan adalah terciptanya mekanisme pemindahan yang

praktis, memudahkan bagi para petugas pengumpul dalam memindahkan sampah

dari kendaraan pengumpul ke kontainer. Pembinaan kedisiplinan para petugas

dalam proses pemindahan juga menjadi target sistem.

Saat ini di Kabupaten Bandung, dari seluruh TPS yang ada, dapat dikategorikan

sebagai berikut :

(1) TPS dengan container yang diberi landasan (TPS-LC), 15 titik.

(2) TPS dengan container tanpa landasan (TPS – C), 8 titik.

Page 149: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-16

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(3) TPS bak pasangan bata (TPS – Bak), 20 titik.

(4) TPS darurat, di atas lahan tanpa prasarana (TPS – Darurat), 14 titik.

Dari keempat bentuk fisik TPS tersebut, TPA jenis

Landasan Container yang masih layak dipertahankan,

sedangkan ketiga bentuk lainnya, selayaknya segera

diperbaiki. Kesulitan utama dalam pengadaaan TPS

umumnya ada pada pengadaan lahan, akan tetapi

kendala ini bisa diatas dengan koordinasi dengan

berbagai pihak dan antar Dinas di dalam lingkungan Pemerintah Daerah.

Berdasarkan evaluasi terhadap jenis TPS yang ada dapat disimpulkan bahwa

permasalahan utama adalah menyangkut faktor kemudahan dalam proses

pemindahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan TPS agar para petugas

pengumpul dapat dengan mudah memindahkan sampah dari gerobak atau

kendaraan pengumpul lainnya ke dalam kontainer. TPS dengan kriteria seperti ini

dikenal dengan TPS Model RAM.

Berdasarkan evaluasi terhadap jenis TPS yang ada dapat disimpulkan bahwa

permasalahan utama adalah menyangkut faktor kemudahan dalam proses

pemindahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan TPS agar para petugas

pengumpul dapat dengan mudah memindahkan sampah dari gerobak ke dalam

kontainer. TPS dengan kriteria seperti ini dikenal dengan TPS Model RAM.

Karena itu TPS model RAM akan menjadi opsi bagi TPS yang berfungsi hanya

sebagai penampungan sementara. Gambaran TPS Model RAM, dapat dilihat pada

Album Gambar.

Perubahan jenis TPS dan pola operasi pemindahan sampah, dijelaskan pada

Gambar berikut.

Page 150: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-17

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 4.12Rencana Perubahan Jenis TPS di Kabupaten Bandung

4.5 Pengolahan

4.5.1 Pengomposan

Ketentuan Umum

Pengomposan sampah di Kabupaten Bandung bertujuan mengurangi laju aliran

timbulan sampah ke TPA, disamping untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan.

Karena itu pengomposan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber.

Mengacu pada strategi yang telah dikembangkan, dan berdasarkan alasan utama

pengembangan pengomposan di Kabupaten Bandung, maka Prinsip dasar dalam

Rencana Pengomposan untuk 20 tahun adalah sebagai berikut :

(1) Terintegrasi di dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota

Bahwa pengomposan sampah dimana pun dalam skala bagaimana pun harus

menjadi bagian dalam sistem pengelolaan sampah kota. Hal ini dilakukan agar

kinerja pengomposan akan menjadi bagian dari kinerja sistem kota, sehingga

kontribusi pengomposan terhadap beban pengelolaan sistem kota menjadi lebih

terukur dan signifikan.

Page 151: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-18

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(2) Minimasi di sumber.

Pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, saat ini masih manganut pola

konvensional atau paradigma lama yaitu ‘kumpul-angkut-buang’. Pelaksanaan

pengomposan itu sendiri dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya, dengan

sasaran pengurangan beban pengelolaan sampah kota yang terkait dengan

pengurangan kebutuhan area pembuangan akhir. Pelaksanaan teknis dengan

pendekatan ini yaitu seluruh sampah yaitu rumah tangga, pasar dan daerah

komersil, perkantoran dan sekolah, industri dan penyapuan jalan serta taman,

harus dikomposkan di lingkungannya sendiri. Namun demikian adakalanya kendala

keberadaan lahan muncul, maka direncanakan TPS yang berfungsi untuk

mengomposkan dalam lingkup wilayah Kelurahan.

(3) Kewilayahan

Pengomposan sampah dilakukan untuk suatu wilayah Kelurahan. Dimana lokasi unit

kerja kompos berada maka dari wilayah Kelurahan tersebut sampah sebagai bahan

baku kompos diambil. Hal ini dilakukan dengan maksud agar kehadiran unit kerja

kompos benar-benar dirasakan sebagai solusi masalah pengelolaan sampah di

wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan penolakan akan kehadiran lokasi

pengomposan dapat dihindari dan menumbuhkan kesertaan masyarakat. Dalam

aplikasinya, akan kehadiran unit pengomposan di setiap lingkungan RT, RW, unit

pasar, unit toko, unit gedung atau isntasi tertentu, unit sekolah atau kegiatan

lainnya di Kabupaten Bandung.

(4) Kemitraan dengan Masyarakat dan Swasta

Berdasarkan pengamatan terhadap kapasitas sumber daya manusia di lingkungan

intern Dinas Kebersihan , dalam menangani sampah dinilai belummenunjukkan

kinerja yang tinggi, maka untuk menjamin kapasitas kerja yang tinggi,

pelaksanaan pengomposan dilakukan untuk menjalin kemitraan antara

pemerintah-masyarakat dan swasta.

Sebagai salah satu kelompok stakeholder dalam pengelolaan sampah kota,

masyarakat sudah seharusnya ditempatkan dengan tepat. Disamping itu, kehadiran

swasta yang secara profesional memberikan jasa pengomposan dan atau

pengelolaan sampah pun menjadi peluang untuk kemitraan dalam pelaksaaan

pengomposan.

Ketentuan teknis

Page 152: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-19

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Sistem pengomposan yang akan dikembangkan di Kabupaten Bandung dalam

periode perencanaan ditetapkan sebagai berikut :

Pengomposan dilakukan di TPS Kelurahan dan di TPA dan juga di sumber

sampah lainnya dengan keberadaan lahan untuk proses pengomposan. Dengan

demikian, metode yang dipilih adalah metode Pengomposan Komunal.

Pengomposan di TPS Kelurahan diutamakan untuk sampah yang bersumber dari

permukiman, sedangkan sampah dari Pasar akan diproses di TPA. Namun

demikian, bila TPS Kelurahan sudah cukup banyak, dan dapat dijangkau maka

pengomposan sampah pasar dilakukan di sini.

Satu unit TPS Kelurahan untuk pengomposan dipersiapkan untuk melayani 5000

penduduk.

Pengomposan sampah di TPS Kelurahan difasilitasi oleh Dinas Kebersihan

namun dalam manajemen operasional, dilakukan olah Dinas Kebersihan.

Metode pengomposan dipilih sistem box methode yang dimodifikasi dengan

sistem open windrow.

Standar sarana dalam sebuah unit kerja pengomposan adalah sebagai berikut :

1. Area penampungan sampah

2. Area pemilahan dan pencacahan

3. Area residu

4. Area pengomposan

5. Area pematangan, pengayakan dan pengemasan

6. Gudang alat dan tempat penyimpan kompos

Dengan ketentuan teknis seperti di atas, maka kebutuhan sarana prasarana

pengomposan di TPS Kelurahan adalah sebagai berikut :

(1) Lahan, seluas 200 m2, (perhitungan lihat lampiran)

(2) Standar bangunan TPS dengan pengomposan, (Gambar lihat Lampiran-3)

(3) Mesin pencacah organik, kapasitas minimal 23 HP, 2-3 m3/jam.

(4) Mesin Pengayak kompos

(5) Peralatan pendukung proses

Adapun konsep pengomposan sampah di TPS Kelurahan dijelaskan pada gambar

berikut.

Page 153: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-20

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 4.13Konsep Pengomposan Sampah di TPS Kelurahan

Pada tahap awal, pengembangan TPS Kelurahan direncanakan dibangun di 5

Kecamatan prioritas, yang termasuk wilayah kritis pelayanan yaitu :

1. Margahayu

2. Dayeuhkolot

3. Margaasih

4. Katapang

5. Majalaya

4.5.2 Pengolahan Sampah Anorganik

Ketentuan Umum

Berdasarkan studi timbulan sampah anorganik yang paling tinggi kehadirannya

adalah kertas, plastik dan gelas, namun demikian, sampah plastik lebih bernilai

jual tinggi, sehingga peluang untuk dikembangkannya usaha daur ulang plastik

lebih besar dari jenis sampah lainnya. Oleh karena itu, dalam pengolahan sampah

anorganik direncanakan dipusatkan di TPS Kecamatan dengan dasar pemikiran,

pengumpulan sampah anorganik akan semakin besar dalam lingkup pelayanan yang

lebih luas.

Page 154: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-21

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Ketentuan Teknis

Rencana pengolahan sampah anorganik di TPS Kecamatan mengikuti ketentuan

sebagai berikut :

Pengolahan sampah anorganik di pusatkan di TPS Kecamatan

Sampah anorganik yang masuk ke TPS Kelurahan dipindahkan ke TPS

Kecamatan dengan menggunakan dump truk 6m3

Sampah anorganik yang masuk ke TPS Kecamatan di pilah berdasarkan jenis

anorganik potensi daur ulang yaitu : plastik, kertas, gelas dan logam,

Sampah anorganik bukan plastik, seperti kertas, gelas dan logam, akan dikelola

dengan mengembangkan kegiatan pengepulan atau usaha penjualan ke para

pelaku pengumpulan yang lebih besar.

Khusus plastik keras di cacah dengan mesin pencacahan, dikemas siap di jual

ke pabrik daur ulang,

Khusus plastik halus, dipress, siap dijual ke pabrik daur ulang plastik

Skema penanganan sampah anorganik di perlihatkan pada gambar berikut.

Gambar 4.13Skema Penanganan Sampah Anorganik di TPS Kecamatan

Kebutuhan sarana pengolahan sampah anorganik di TPS Kecamatan adalah sebagai

berikut :

Bangunan 150 m2

Standar bangunan TPS Kecamatan, lihat Lampiran-3

Mesin pencacah plastik kapasitas minimal 24 HP

Mesin pressing plastik, kapasitas 10 HP.

Page 155: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-22

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pada tahap awal Kecamatan yang menjadi prioritas pembangunan TPS Kecamatan

adalah : (1) Margahayu, (2) Dayeuhkolot, (3) Margaasih, (4) Katapang, (5)

Majalaya.

4.5.3 Pengolahan Sampah B3 RT

Mengingat timbulan sampah B3 RT di sumber sangat kecil, maka tidak diperlukan

wadah khusus. Masyarakat perlu diajak untuk memahami cara-cara penangan

sampah B3 RT ini dengan aman dan cara yang lebih sederhana, tanpa memerlukan

peralatan khusus., melainkan dengan menggunakan alat atau bahan yang bisa

diperoleh dengan murah dan mudah.

Rencana penanganan sampah B3 RT, dijelaskan pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14Rencana Penanganan Sampah B3 RT

Ketentuan teknis sarana penanganan B3 RT :

Wadah di sumber :

(1) Wadah harus kering, dan tidak lembab seperti kardus bekas

(2) Wadah di simpan khusus, jauh dari jangkauan anak-anak

(3) Wadah jauh dari api.

Pengumpulan:

Sampah B3 RT disimpan oleh setiap penimbul, dan dikumpulkan pada

petugas Dinas Kebersihan untuk kemudian disimpan di Bak Penampung

Khusus Sampah B3 RT yang ada di TPS Kecamatan.

Dari TPS Kecamatan secara periodik, diangkut ke TPA. Di TPA, sampah B3

RT akan dikumpulkan di dalam bangunan khusus, sebelum ditangani secara

khusus. Alternatif penanganan, yaitu diangkut ke Pusat Pengelolaan Limbah

Page 156: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-23

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Industri khusus B3, yaitu di Cileungsi. Alternatif lain yaitu ditimbun dengan

cara-cara sesuai peraturan pengelolaan B3.

Apabila TPS Kecamatan belum ada, maka sampah B3 RT dikumpulkan oleh

petugas pengumpul dan dibawa ke TPA.

Bak Pengumpul di TPS :

Bak terbuat dari bahan anti karat, dan tidak mudah terbakar, minimal

dinding dari beton,

Bak tertutup, dan kedap air.

Terdapat lubang / pintu pengumpul untuk memasukkan sampah tanpa

harus membuka pinti bak,

Di dalam Bak terdapat kontainer penampungan yang bisa langsung di bawa

ketika proses pengumpulan di lakukan

Bak berpintu untuk memudahkan pengambilan kontainer,

Pintu terbuat dari baja,di cat warna merah pertanda Bahan Beracun

Berbahaya.

Typical bak pengumpul B3 RT, di TPS dan Bangunan Pengumpul di TPA,

diperlihatkan dalam Lampiran-3.

4.5.4 Pengolahan Lain

Di dalam pengembangan strategi, ditetapkan porsi timbulan sampah yang akan

dikelola dengan pengolahan lain. Yang dimaksud dengan pengolahan lain adalah

teknologi lain di luar pengomposan dan pengolahan anorganik dengan konsep daur

ulang. Porsi ini pun ditetapkan untuk mengantisipasi adanya tawaran dari Investor

yang selalu menawaran teknologi tinggi.

Sebagai contoh yaitu PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah), atau bahkan

incinerator biasa.

Namun demikian, konsep pengembangan pengolahan sampah dengan alternatif

pengolahan lain ini diketahui memerlukan biaya investasi bahkan biaya operasional

dan pemeliharaannya pun tinggi. Karena itu, di Kabupaten Bandung, ditetapkan

konsep sebagai berikut :

Pengembangan teknologi lain selain pengomposan metode konvensional

dan daur ulang anorganik, dalam 20 tahun mendatang merupakan porsi

pengelola swasta , investor, atau adanya Hibah dari Perusahaan Negara

tertentu.

Page 157: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-24

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pemerintah Kab. Bandung akan memusatkan pendanaan pengelolaan

sampah pada penataan sistem dari hulu ke hilir , tidak menanamkan

investasi yang tinggi pada pengolahan sampah di hilir.

Untuk pengembangan PLTSa direncanakan diintegrasikan dengan upaya

pengomposan, mengingat PLSTa menghasilkan panas yang bermanfaat

untuk membantu proses pengomposan, sedangkan pengomposan

memproduksi residu kompos yang memiliki kalor bakar yang lebih baik dari

sampah itu sendiri. Konsep PLTSa yang terintegrasi dengan sistem

pengomposan dijelaskan pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15Konsep PLTSa dan Pengomposan

Dengan segala kendala pembiayaan dalam pengembangan sebuah PLTSa,

selayaknya PLTSa dikembangkan dalam jangka waktu panjang, lebih dari 20

tahun mendatang. Adapun ujicoba pembangunan yang tengah dijalankan

dengan adanya hibah dari PLN akan menjadi ajang studi kelayakan dari

segala aspek, sehingga kelayakan pengembangannya untuk masa

mendatang dapat diperoleh dalam periode uji coba ini.

4.5.5 Penanganan Residu

Yang dimaksud dengan residu adalah sampah sisa proses pengolahan, artinya akan

terkandung jenis sampah organik dan anorganik yang tidak lagi dapat diolah.

Sampah ini umumnya memiliki kadar air yang sangat rendah dan memiliki nilai

kalor bakar yang lebih baik dari sampah murni. Oleh karena penanganan residu

direncanakan di integrasikan dengan ujicoba pengembangan PLTSa.

Disamping itu, dalam priode akhir tahun perencanaan, akan dilakukan kajian

kelayakan pemanfaatan residu sampah menjadi bahan bakar, yaitu melalui proses

Page 158: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-25

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

pembuatan biomassa. Konsep pemanfaatan sampah menjadi briket biomassa

dijelaskan dalam

Gambar 4.16Konsep Penangan Residu

4.6 Pengembangan TPA

Program utama pengembangan tempat pemrosesan akhir sampah di Kabupaten

Bandung adalah optimasi TPA Babakan di Desa Arjasari. Hal ini didasarkan pada

analisis umur pakai, yang menyatakan bahwa dengan beban penimbunan tertinggi

yang direncanakan, TPA Babakan mampu melayani hingga tahun 2010.

Namun demikian, sesuai dengan analisis kelayakan umur TPA, direkomendasikan

untuk meningkatkan kapasitas dilakukan perluasan lahan penimbunan. Adapun

rencana pengembangan area penimbunan direkomendasikan yaitu ke arah barat

area penimbunan saat ini atau ke arah palung, dengan luas area 3,1 Ha.

Diperkirakan area ini mampu memiliki volume ruang 969.393 m3.

Rencana pengembangan TPA Babakan adalah sebagai berikut :

1. Optimasi proses pengomposan pada sarana eksisting hingga mencapai

kapasitas proses 40 ton/hari.

2. Pembangunan sarana pendukung berupa jembatan timbang, dan pintu masuk

3. Perluasan area penimbunan, ke arah palung, tentunya dengan melakukan

kajian teknis terlebih dahulu.

4. Kajian pengintegrasian pengomposan dan pengolahan residu dengan PLTSa

yang rencananya akan dibangun tahun 2008 ini.

Site Plan rencana pengembangan TPA Babakan diperlihatkan pada Gambar 4.17.

Page 159: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-26

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 4.17 site plan tpa

Page 160: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-27

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Adanya rencana regional Metropolitan dalam pengembangan TPA, yaitu dengan

ditetapkannya TPA Legok Nangka yang masih masuk ke wilayah Kabupaten

Bandung, sebagai TPA bersama wilayah timur Metropolitan, dapat menjadi opsi

lain kebutuhan TPA bagi Kabupaten Bandung, setalah optimasi TPA Babakan

dilakukan.

Dalam rencana ini, perlu dilakukan analisas kelayakan finansial terhadap rencana

pemrosesan di TPA Regional atau dengan terus melakukan optimasi terhadap TPA

Babakan.

Sementara itu, di wilayah Barat, TPA Leuwigajah pun terus diupaya

pengoperasiannya oleh Pemerintah Propinsi untuk menjadi TPA Regional

Metropolitan Wilayah Barat.

Dengan adanya 2 pilihan TPA di Barat dandi Timur, dengan jarak relatif dekat

dengan wilayah pelayanan di Kabupaten Bandung, maka semakin kuat bahwa

Kabupaten Bandung cukup mengembangkan TPA Babakan tanpa harus mencari TPA

baru.

Tata letak lahan TPA yang menjadi potensi bagi Kabupaten Bandung,

diperlihatkan pada Gambar 4.18.

Page 161: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-28

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

'W

'W

'W

'] 'W

$

$

$

&&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

& &

&

&&

&

&&

CILIL IN

PA SIRJ A MB U

PA NG ALE NG AN

PA CE T

CIPA TA T

KE RT AS ARI

RON GG A

RA N CA BA LI

IB UN

GUN UN G HA LU

LE MB AN G

CIPE UN DE U Y

BA TU JA JAR

PA SE H

CI PO NG KOR

SOR E AN GSINDA NG K ERTA

AR JAS AR I

CI KA LON G W ET AN

CI MA UNG

CIPA RAY

CISA RU A

BA NJA RAN

CIW IDEY

NA GR EG

CIME U NY AN

PA DA LARA NG

RA N CAE KE K

CIKA CU NG

BA LEE ND A H

CILEUN YI

CICALE NGKA

PA RO NG PON G

CILENGK R AN G

NGA MP R AH

MAJA LAY A

KA TAP AN G

BOJONG SOA N G

MAR GA AS IH

SOLOK AN JE RU K

PA ME UNGP EUK

MAR GA HAY UDA YE UH K OLOT

TP A'W1 . TPA L EGO K N AN GKA

2 . TPA B ABA KAN C IP ARAY

3 . TPA P ASI R BU LUH

4 . TPA S AR IM UK TI

LOK AS I P OOL K ENDA RAA N']

LOK AS I USULA N POOL KEN DARA AN$T

LOK AS I USULA N TPS P KE CAMA TAN&V

3 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H III

2 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H II

1 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H I

LEG ENDA :

BATAS KAB UPATEN

BATAS KECA MATA N

BATAS KOTA

JA LA N KE RETA A PI

JA LA N LO KAL

JA LA N NAS IO NA L

JA LA N UTAMA

SUNG AI

KABUP ATEN SUMEDANG

KABUP ATEN SUBANG

KABUP ATEN PURW AKARTA

KABUP ATEN CIANJUR

KABUP ATEN GARUT

KOTA B ANDUNG

KOT A C IMAH I

SEBARAN TPA , USULAN TPSP KEC AMATANDAN PO OL KENDARAAN T IAP W ILAYAH

D I KABUPATEN BANDUNG

KEGIATAN PEN YUSUNAN KEBIJA KANMANAJ EMEN PENGELOLAAN PE RSAMP AH AN

D I KA BUPATEN BAN DUNG

SUMB ER

- PE TA RUPA BUMI SK ALA 25.0 00

- HAS IL A NAL ISIS- HAS IL S URV EY G PS ( MAP 7 6 ) TAHUN 2 007

DITE TAP KA N DI

PAD A TANG GA L

SO REA NG:

:

:

:NO. GA MBA R 08

0 3.5 7 10.5 14 17.5 21

Kilometers

SKALA 1 : 350.000

N

EW

S

740 000

740 000

760 000

760 000

780 000

780 000

800000

800000

820000

820000

920

000

0 92000

00

922

000

0

92

200

00

924

000

0 92400

00

926

000

0

92

600

00

( 1 )

( 2 )

( 3 )( 4 )

KEL . PA TENG A N

KEL . M ARG A MUL YA

KE L . L EBA K M UNCANG

KE L . P ADA SU KA

KE L . P ANG AUBAN

KE L . R ANCA M ULY A

KE L . K AM A SA N

KEL . C IMAU NG

KEL . M ARG AME KA R

KE L . M ARUYUN G

KE L . I B UN

KEL . C IP AKU

KE L . C IHA NYIR

KEL . L A NGE N S ARI

KE L . N AGREG

KEL . BA BA KAN PET EUY

KE L . J ALE GO NG

KEL . BU AH BAT U

KEL . PA SAW AHANKEL . SA YAT I

KE L . M ARG AA SI H

KEL . C IMEK AR

KEL . C IP ANJAL UKE L . C IME U NYAN

KEL . TA RUM AJA YA

KE L . A R JA SA RI

KEL . BA L EE NDAH

KEL . PA KU TAN DANG

KE L . PA DA M UL YA

LEM BAGA PENELIT IAN DAN PENGABDIAN KEPAD A MASYARAKAT( LPPM - ITB )

BAPEDAKABUP ATEN BANDUNG

JL. RAY A SOR EA NG KM. 17 K AB. B ANDUNG

( 2 )

( 1 )

( 3 )

KABUP ATEN BANDUNG BARAT

KABUP ATEN BANDUNG

BATA S W ILA YAH I

BATA S W ILA YAH II

BATA S W ILA YAH III

KABUP ATEN B ANDUNG BA RAT

TPASarimukti

TPAPasir Buluh

TPABabakan Ciparay

TPALegok Nangka Citiis

Lokasi TPA di KabupatenBandung

Lokasi TPA di KabupatenBandung Barat

Gambar 4.18

Page 162: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-29

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

4.7 Rencana Penempatan Pool Kendaraan Operasional

Dengan adanya rencana pengembangan seperti diuraikan di atas, dan adanya

wilayah pelayanan yang terbagi dalam 3 wilayah, direncanakan lokasi pool

kendaraan adalah sebagai berikut :

Pool kendaraan adalah garasi kendaraan pengumpul dan pengangkut

sampah, berupa Arm Roll, 10 m3 dan pengangkut residu, berupa Dump

Truck 10m3. Lokasi pool adalah centroid masing-masing wilayah, yaitu :

o Wilayah I, di Kecamatan Pasir Jambu

o Wilayah II, di Kecamatan Pangalengan

o Wilayah III, di Kecamatan Rancaekek

Kendaraan operasional lain, yaitu : pick up 4m3, pool ditempatkan di

TPS Kecamatan.

Lokasi TPS Kecamatan, dan Pool Wilayah Pelayanan, digambarkan pada Gambar

4.19.

Page 163: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-30

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

'W

'W

'W

'] 'W

$

$

$

&&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

&

& &

&

&&

&

&&

CILIL IN

PA SIRJ A MB U

PA NG ALE NG AN

PA CE T

CIPA TA T

KE RT AS ARI

RON GG A

RA N CA BA LI

IB UN

GUN UN G HA LU

LE MB AN G

CIPE UN DE U Y

BA TU JA JAR

PA SE H

CI PO NG KOR

SOR E AN GSINDA NG K ERTA

AR JAS AR I

CI KA LON G W ET AN

CI MA UNG

CIPA RAY

CISA RU A

BA NJA RAN

CIW IDEY

NA GR EG

CIME U NY AN

PA DA LARA NG

RA N CAE KE K

CIKA CU NG

BA LEE ND A H

CILEUN YI

CICALE NGKA

PA RO NG PON G

CILENGK R AN G

NGA MP R AH

MAJA LAY A

KA TAP AN G

BOJONG SOA N G

MAR GA AS IH

SOLOK AN JE RU K

PA ME UNGP EUK

MAR GA HAY UDA YE UH K OLOT

TP A'W1 . TPA L EGO K N AN GKA

2 . TPA B ABA KAN C IP ARAY

3 . TPA P ASI R BU LUH

4 . TPA S AR IM UK TI

LOK AS I P OOL K ENDA RAA N']

LOK AS I USULA N POOL KEN DARA AN$T

LOK AS I USULA N TPS P KE CAMA TAN&V

3 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H III

2 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H II

1 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H I

LEG ENDA :

BATAS KAB UPATEN

BATAS KECA MATA N

BATAS KOTA

JA LA N KE RETA A PI

JA LA N LO KAL

JA LA N NAS IO NA L

JA LA N UTAMA

SUNG AI

KABUP ATEN SUMEDANG

KABUP ATEN SUBANG

KABUP ATEN PURW AKARTA

KABUP ATEN CIANJUR

KABUP ATEN GARUT

KOTA B ANDUNG

KOT A C IMAH I

SEBARAN TPA , USULAN TPSP KEC AMATANDAN PO OL KENDARAAN T IAP W ILAYAH

D I KABUPATEN BANDUNG

KEGIATAN PEN YUSUNAN KEBIJA KANMANAJ EMEN PENGELOLAAN PE RSAMP AH AN

D I KA BUPATEN BAN DUNG

SUMB ER

- PE TA RUPA BUMI SK ALA 25.0 00

- HAS IL A NAL ISIS- HAS IL S URV EY G PS ( MAP 7 6 ) TAHUN 2 007

DITE TAP KA N DI

PAD A TANG GA L

SO REA NG:

:

:

:NO. GA MBA R 08

0 3.5 7 10.5 14 17.5 21

Kilometers

SKALA 1 : 350.000

N

EW

S

740 000

740 000

760 000

760 000

780 000

780 000

800000

800000

820000

820000

920

000

0 92000

00

922

000

0

92

200

00

924

000

0 92400

00

926

000

0

92

600

00

( 1 )

( 2 )

( 3 )( 4 )

KEL . PA TENG A N

KEL . M ARG A MUL YA

KE L . L EBA K M UNCANG

KE L . P ADA SU KA

KE L . P ANG AUBAN

KE L . R ANCA M ULY A

KE L . K AM A SA N

KEL . C IMAU NG

KEL . M ARG AME KA R

KE L . M ARUYUN G

KE L . I B UN

KEL . C IP AKU

KE L . C IHA NYIR

KEL . L A NGE N S ARI

KE L . N AGREG

KEL . BA BA KAN PET EUY

KE L . J ALE GO NG

KEL . BU AH BAT U

KEL . PA SAW AHANKEL . SA YAT I

KE L . M ARG AA SI H

KEL . C IMEK AR

KEL . C IP ANJAL UKE L . C IME U NYAN

KEL . TA RUM AJA YA

KE L . A R JA SA RI

KEL . BA L EE NDAH

KEL . PA KU TAN DANG

KE L . PA DA M UL YA

LEM BAGA PENELIT IAN DAN PENGABDIAN KEPAD A MASYARAKAT( LPPM - ITB )

BAPEDAKABUP ATEN BANDUNG

JL. RAY A SOR EA NG KM. 17 K AB. B ANDUNG

( 2 )

( 1 )

( 3 )

KABUP ATEN BANDUNG BARAT

KABUP ATEN BANDUNG

BATA S W ILA YAH I

BATA S W ILA YAH II

BATA S W ILA YAH III

KABUP ATEN B ANDUNG BA RAT

Gambar 4.19

Page 164: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-31

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

4.8 Rencana Pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat

4.8.1 Konsep Dasar

Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (CBSWM), merupakan strategi

Kabupaten Bandung dalam menangani sampah di wilayah perdesaan. Alasan

dipilihnya CBSWM sebagai pola penanganan sampah di perdesaan adalah karena

karakteristik CBSWM itu sendiri yang sangat sepadan dengan budaya masyarakat

perdesaan. CBSWM dapat diartikan sebagai suatu sistem persampahan yang :

1. Direncanakan, dikembangkan, dioperasikan, dikelola, dan dimiliki

oleh warga setempat.

2. Kehadirannya dapat merupakan inisiatif lokal atau difasilitasi oleh

insiator ektern. Inisiator ektern dapat merupakan :

□ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

□ Lembaga Pemerintah yang berkompeten di dalam

pengelolaan sampah, dalam hal ini Dinas Kebersihan dan atau

Dinas Lingkungan Hidup,

□ Lembaga Pengabdian Masyarakat dari suatu Perguruan Tinggi

yang memberikan perhatian terhadap masalah lingkungan

pada umumnya, khususnya pada masalah pengelolaan sampah

Terdapat 5 (lima) prinsip utama yang menjadi dasar pengembangan Sistem

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, yaitu :

1. Prinsip Keterlibatan Warga; dimana suatu CBSWM harus

direncanakan, dikembangkan, dioperasikan, dan diawasi dengan

melibatkan setiap warga yang memiliki hak dan kewajiban setara.

2. Prinsip Kemandirian; dimana suatu CBSWM harus dikelola secara

mandiri sesuai dengan kemampuan sumber daya menerus yang dapat

dimanfaatkan oleh kelompok warga.

3. Prinsip Efisiensi; dimana suatu CBSWM harus dikelola se-efisien

mungkin dengan biaya yang minimal dan penggunaan sumber daya

yang optimal untuk memperoleh manfaat yang maksimal.

Page 165: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-32

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

4. Prinsip Pelestarian Lingkungan; dimana suatu CBSWM harus mampu

a) menciptakan lingkungan pemukiman yang bersih dari sampah, b)

melakukan upaya pemanfaatan sampah (waste recovery) se-optimal

mungkin, dan c) mencegah dampak buruk lain yang dapat terjadi

dari kegiatan pengelolaan sampahnya.

5. Prinsip Keterpaduan; dimana suatu CBSWM harus memiliki elemen

sistem yang terpadu dengan sistem pengelolaan luar-wilayah yang

dikelola oleh instansi kebersihan milik pemerintah setempat.

Mengacu kepada ke-5 prinsip di atas, suatu wilayah yang menerapkan pola

CBSWM harus memenuhi beberapa persyaratan aspek teknis, sosial-budaya,

lingkungan, ekonomi, kelembagaan, dan peraturan, sebagai berikut :

1. Kejelasan batasan wilayah

Wilayah CBSWM harus memiliki batas-batas yang jelas sesuai dengan

kesepakatan warga. Wilayah layanan sebaiknya ditentukan dengan

batasan wilayah yang umum dikenal misalnya RT, RW, maupun desa

atau lebih luas dari itu.

2. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat di dalam pengelolaan sampah dapat

didefinisikan sebagai suatu proses pelibatan seluruh stakeholder

dalam menentukan arah, menjalankan proses dan mencapai tujuan

bersama.

Seluruh kelompok stakeholder harus selalu dilibatkan dalam proses

perencanaan, pengoperasian, penentuan anggaran, perolehan dana

operasional, penilaian kinerja, penentuan struktur organisasi

pengelola, dan lainnya. Mekanisme keterlibatan stakeholder harus

diatur dengan jelas dan dipahami semua pihak.

3. Strategi pengelolaan sampah yang terpadu

Strategi yang dimiliki oleh suatu CBSWM harus menguraikan secara

rinci dan kuantitatif tentang pola tindakan terhadap berbagai jenis

sampah yang timbul, mulai dari upaya pewadahannya sampai ke

Page 166: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-33

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

upaya penampungan atau pemusnahannya. Termasuk ke dalam

strategi pengelolaan sampah ini adalah keterkaitan antara sistem

CBSWM dengan sistem kebersihan yang dijalankan oleh instansi

kebersihan pemerintah. Sesuai prinsip sebelumnya, penentuan

strategi ini harus dilakukan melalui proses pelibatan warga

(participatory process) dan konsultasi dengan pemerintah.

4. Upaya pemanfaatan sampah yang optimal;

CBSWM harus mengoptimalkan upaya pemanfaatan sampah untuk

mendukung ;

a) upaya pelestarian lingkungan, b) pemanfaatan produk sampah, c)

perolehan dana operasional, dan d) pengurangan beban kerja

instansi pengelola kebersihan pemerintah. Tanpa adanya upaya

tersebut, makna keberadaan CBSWM akan tidak berarti. Minimal

CBSWM harus mempertimbangkan adanya tindakan pengkomposan

terhadap sampah layak-kompos (compostable) dan tindakan

penjualan sampah layak-daur (recyclable). Optimasi pemanfaatan

sampah akan didukung oleh rencana pemilahan, penyiapan, proses

produksi, penyaluran produknya, dan mekanisma jual-belinya.

5. Sarana persampahan yang memadai

Sarana yang dimiliki CBSWM harus mampu mendukung

keberlangsungan strategi pengelolaan sampah terpadu. Sarana yang

dibutuhkan antara lain adalah a) wadah sampah (yang mendukung

upaya pemilahan sampah pada sumbernya), b) gerobak pengumpul

sampah, c) depo penampungan sementara, d) fasilitas

pengkomposan, e) fasilitas penyiapan bahan layak daur ulang. dan f)

fasilitas penampungan sementara.

6. Minimalisasi dampak lingkungan

Sarana dan pola kerja yang digunakan dalam suatu CBSWM tidak

boleh menimbulkan dampak lingkungan lain yang ternyata lebih

berbahaya dari dampak sampah itu sendiri.

Page 167: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-34

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

7. Kejelasan organisasi pengelola sampah

Kehadiran organisasi baik formal maupun non formal yang memegang

kendali kegiatan CBSWM, harus difasilitasi oleh pihak insiator. Hal ini

menjadi penting untuk keberlajutan CBSWM ketika inisiator tidak

lagi mendampingi masyarakat.

Sedapat mungkin, organisasi dibetuk atas kebutuhan warga, dan

berangotakan warga setempat.

8. Optimasi sumber pendanaan sendiri;

CBSWM harus memiliki sumber pendanaan yang jelas untuk

memenuhi biaya operasi dan biaya pengembangannya. CBSWM harus

dapat mengandalkan sumber dananya sendiri, seperti iuran warga,

penjualan produk pemanfaatan sampah, kontribusi pihak lain yang

diupayakan sendiri. Bantuan pendanaan dari pemerintah sebaiknya

diberikan sesuai dengan manfaat keberadaan CBSWM terhadap

sistem persampahan yang dikelola pemerintah.

9. Mekanisma pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja;

CBSWM harus memiliki mekanisma pertanggungjawaban yang jelas,

baik terhadap kinerja administrasi, kinerja teknis, maupun kinerja

keuangan. Mekanisma pertanggungjawaban harus didukung dengan

sistem penilaian yang konsisten agar mempermudah proses

pembandingan kinerjanya secara periodik.

10. Integrasi CBSWM dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota;

Kehadiran CBSWM harus terintegrasi dengan sistem pengelolaan

sampah kota. Pengakuan CBSWM sebagai bagian dari Sistem

Pengelolaan yang dijalankan oleh Pemerintah adalah penting. Tanpa

itu, eksistensi CBSWM akan selalu menjadi pertanyaan berbagai

pihak yang meragukan kemampuan masyarakat.

Page 168: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-35

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Persyaratan di atas dalam pelaksanaan pengembangan suatu CBSWM, akan

sangat bervariasi tergantung dari karakteristik tiap wilayah CBSWM itu sendiri.

4.8.2 Rencana Pengembangan

4.8.2.1 Wilayah Pengembangan

Sejak beberapa tahun terakhir ini di Kabupaten Bandung, telah banyak

diupayakan pengembangan pengelolaan sampah bersama masyarakat.

Masyarakat mengajukan permohonan bantuan peralatan, dan Pemerintah

mengadakannya. Namun demikian, konsep yang diterapkan tidak satu pun

memenuhi kriteria sebuah CBSWM. Dan umumnya bantuan Pemerintah berupa

peralatan pengolahan sampah tidak dimanfaatkan. Permasalahan utama adalah

belum terbangunnya sistem itu sendiri sehingga tidak dapat dipastikan

keberlanjutannya. Kunci utama pengembangan sistem pengelolaan berbasis

masyarakat adalah pelibatan masyarakat itu sendiri. Pelibatan masyarakat di

dalam suatu program pembangunan CBSWM, merupakan suatu proses

berkesinambungan dengan tahapan sebagai berikut :

i. pengumpulan informasi dan

ii. penyebaran informasi, sebelum meningkat ke

iii. pertukaran informasi dan

iv. konsultasi.

Masyarakat tidak mungkin terlibat tanpa adanya penyampain informasi dan

konsultasi antara pembawa pesan dengan masyarakat. Kegiatan pengembangan

CBSWM memerlukan persiapan strategi komunikasi dengan prinsip partisipatif

dan community development. Diperlukan bauran media yang luas dan bervariasi

sehingga komunikasi yang dijalankan lebih efektif.

Sarana dan prasarana pengelolaan sampah senantiasa menjadi kebutuhan

bersamaan dengan proses pembelajaran yang tengah dilakukan.

Oleh karena itu, sebagai sebuah langkah besar, Sistem Pengelolaan Sampah

Berbasis Masyarakat akan dikembangkan di Kabupaten Bandung dengan

ketentuan umum sebagai berikut :

Page 169: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-36

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(1) Sistem di bangun dengan prioritas di perdesaan, terutama perdesaan

yang termasuk dalam katagori Kecamatan dengan kebutuhan

pelayanan rendah dan sedang.

a. Kecamatan Prioritas Utama, yaitu : Nagreg, Pangalengan,

Kertasari, Rancabali dan Pasir Jambu.

b. Kecamatan Prioritas Kedua, yaitu : Cikancung, Cimaung, Pacet,

Cicalengka, Banjaran, Cangkuang, Soreang, Paseh, Cimenyan,

Ciwidey, Cilengkrang, Arjasari dan Ibun

(2) Di wilayah yang menjadi perioritas pelayanan Dinas Kebersihan seperti

: Margahayu, Dayeuhkolot, Margaasih, Katapang, Majalaya, Baleendah,

Pemeungpeuk, Cileunyi, Rancaekek, Ciparay, Solokan Jeruk dan

Bojongsoang, dapat dikembangkan CBSWM sepanjang sistem itu adalah

pilhan masyarakat atau keinginan muncul dari masyarakat.

(3) Sistem dikembangkan oleh kelompok masyarakat bersama Pemerintah,

dalah hal ini Dinas Kebersihan dengan bantuan aparat di Kecamatan.

(4) Kapasitas Sistem ditentukan atas dasar kesepakatan kelompok inisiator

bersama Dinas Kebersihan.

(5) Kapasitas minimal, satu sistem melayani 5000 jiwa. Atau dalam

lingkup satu Desa atau Kelurahan.

4.8.2.2 Tahap pengembangan CBSWM

Mengembangkan sebuah CBSWM, diperlukan berbagai persiapan baik dari pihak

insiator itu sendiri maupun dari pihak masyarakat yang menjadi target. Pada

dasarnya inisiator adalah seorang atau sekelompok masyarakat yang telah

memahami masalah pengelolaan sampah. Salah satu tujuan pembangunan

CBSWM ini adalah pelibatan peran serta masyarakat seluas-luasnya, maka

inisiator kegiatan juga memerlukan bekal yang cukup akan strategi

peningkatan peran serta secara partisipatif.

Di keempat wilayah studi CBSWM dikembangkan dengan tahapan sebagai

berikut :

1. Perencanaan di pihak Inisiator, yaitu proses penentuan tujuan dan

penyiapan tenaga pelaksana lapangan.

Page 170: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-37

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

2. Sosialisasi dan Pengumpulan Informasi, yaitu proses penyampaian tujuan

insiator kepada seluruh masyarakat, beserta pengumpulan informasi

yang berkaitan dengan pengelolaan sampah.

3. Analisa Masalah dan Penjajagan Kebutuhan dalam Pengelolaan Sampah.

Pada tahap ini masyarakat sudah mulai dilibatkan. Proses ini bertujuan

untuk mengajak masyarakat menyadari segala permasalahan yang ada

terkait pengelolaan sampah dan mengajak masyarakat untuk mencari

solusi berdasarkan harapan dan keinginannya. Biasanya dari tahap ini

dihasilkan susunan prioritas masalah .

4. Perencanaan Aktifitas di Masyarakat. Proses ini pada dasarnya mencari

solusi atas permasalahan yang ditemukan. Karena itu, pada tahapan ini

direncanakan berbagai aktifitas dalam kerangka pemecahan masalah,

bersama dengan kebutuhan sumber daya.

5. Pelaksanaan Kegiatan atau selayaknya dikatakan sebagai proses

pengorganisasian kegiatan masyarakat dalam kerangka membangun

CBSWM.

6. Pemantauan atau Monitoring . Tahap ini bertujuan untuk menilai apakah

program memang berjalan pada arah yang benar, mengidentifikasi

permasalahan dalam pelaksanaan program dan kegiatan,

memperkirakan antisipasi yang dibutuhkan untuk menjaga alur

pelaksanaan program.

7. Evaluasi. Dilakukan setelah melihat adanya perkembangan dan atau

perubahan yang terjadi pada masyarakat dengan adanya CBSWM.

Evaluasi dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu misalnya

bulanan, atau tahunan. Di dalam CBSWM, evaluasi harus dikemas secara

partisipatif, yaitu dilakukan oleh masyarakat sendiri yang merasakan

manfaat kegiatan yang dikembangkan bersama.

4.8.2.3 Keterlibatan Stakeholder

Dalam membangun CBSWM keterlibatan stakeholder berikut akan memberikan

dampak positif terhadap pencapaian sasaran :

1. Masyarakat penimbul sampah baik sebagai individu yaitu perannya

sebagai tokoh masyarakat, atau sebagai kelompok seperti kelompok ibu-

Page 171: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-38

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

ibu, bapak-bapak atau kelompok pemuda yang memberikan perhatian

terhadap masalah sampah.

2. Kelompok masyarakat penyokong dana (kelompok industri, pengusaha,

dsb).

3. LSM lokal atau Lembaga Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi, yang

telah memahami permasalahan persampahan lokal.

4. Petugas atau pelaksana pengelolaan sampah yang telah ada. Terkadang,

sebuah wilayah tujuan CBSWM sudah memiliki swakelola sampah yang

dijalankan oleh datu atau dua orang petugas. Petugas inilah harus

dilibatkan dalam berbagai kegiatan CBSWM.

5. Petugas pengelola sampah di TPS, baik petugas formal dari Dinas

Kebersihan, atau para pemulung yang bekerja di TPS, juga merupakan

kelompok strategis yang kehadirannya tidak bisa diabaikan dalam

membangun CBSWM.

6. Aparat pemerintah lokal yaitu Ketua RT/RW. Kelurahan atau bahkan

sampai Kecamatan.

7. Lembaga Pemerintah terkait dengan pengelolaan sampah, yaitu : Dinas

Kebersihan, Dinas Pengembangan Sarana dan Prasarana Permukiman,

atau Dinas Tata Ruang dan Permukiman.

8. Lembaga Pemerintah terkait Pembangunan Kota, yaitu Badan

Perencanaan Daerah.

4.8.2.4 Sumber Daya Yang Dibutuhkan

Kebutuhan mengenai sumber daya (baik material maupun sumberdaya manusia)

dapat bervariasi atau berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah

lainnya. Hal ini sangat tergantung dari besarnya kegiatan yang dikembangkan.

Dalam pemenuhan sumber daya hendaknya selalu melibatkan masyarakat

setempat, agar tumbuh rasa memiliki.

Kebutuhan material pada dasarnya merupakan kebutuhan yang berasal dari

kegiatan-kegiatan :

Pengadaan alat bantu kegiatan diskusi dan penyuluhan, berupa belajar

mengajar. Seringkali proses komunikasi yang harus dilakukan di tengah

Page 172: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-39

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

masyarakat, berkaitan dengan adanya informasi yang relatif baru,

konsep-konsep baru, gagasan-gagasan baru, keterampilan-keterampilan

baru, ataupun cara-cara baru. Komunikasi ini akan mudah dilakukan

dengan dikembangkannya alat bantu komunikasi.

Pengadaan sarana prasarana pengelolaan sampah. Sedapat mungkin

sarana dan prasarana dipilih dan ditentukan oleh masyarakat dari mulai

pengembangan design sampai pada pengadaannya. Meskipun pihak

inisiator dapat memberikan sarana dan prasarana dengan gratis, namun

sebaiknya hal ini jangan dilakukan. Apabila masyarakat menyadari

bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah mereka bersama, maka

sedapat mungkin sejak awal masyarakat tidak dibiasakan untuk hanya

mengharapkan bantuan dari luar melainkan juga mengupayakan

sebagian dari kebutuhan dana.

Biaya pengembangan program. Ketika masyarakat telah mulai

berpartisipasi, sedapat mungkin kendali pelaksanaan kegiatan berada

pada masyarakat, pihak inisiator tinggal memfasilitasinya. Salah satu

yang harus difasilitasi adalah pengadaan biaya pelaksanaan kegiatan.

Adapun di dalam proses pengembangan CBSWM, dimana usaha peningkatan

peran serta masyarakat menjadi sasarannya, dibutuhkan :

Proses pendampingan. Proses ini menjadi tanggung jawab pihak

inisiator. Biasanya terdiri dari beberapa orang yang memiliki

kemampuan dalam penggunaan Metodologi Partisipatif. Kelompok ini

bertugas mendampingi masyarakat, mulai dari tahap awal ketika

memasuki suatu wilayah, melakukan pendekatan kepada masyarakat,

memotivasi masyarakat, bekerjasama dengan masyarakat hingga

menyiapkan masyarakat untuk dapat mengembangkan dirinya sendiri.

Kelompok pendamping dan juga kelompok masyarakat masih perlu

didampingi oleh sedikitnya seorang coacher yang akan memberikan

konsultasi mengenai permasalahan yang dihadapi di tingkat pelaksanaan

program. Kualifikasi Coacher ini sedikitnya adalah orang yang menguasai

Metodologi Pendekatan Partisipatif, memiliki pengalaman dalam hal

pengembangan masyarakat (community development), terampil dalam

Page 173: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-40

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

hal manajemen proyek, menguasai keterampilan dalam hal pendidikan

masyarakat dan dia seorang fasilitator yang baik.

Pelatih-pelatih atau narasumber-narasumber yang berkaitan dengan isu

program. Ketika program telah berjalan dan kegiatan semakin

berkembang, maka akan muncul kebutuhan pelatihan singkat yang

berkaitan dengan isu program. Misalnya, pelatihan pengkomposan, daur

ulang kertas, pelatihan pemanfaatan kain perca dan lain sebagainya.

Keberlanjutan atau kesinambungan program yang telah berkembang

oleh masyarakat harus menjadi kriteria keberhasilan CBSWM. Sedangkan

untuk keberlanjutan masyarakat membutuhkan keterampilan-

keterampilan yang memungkinkan mereka melanjutkan upaya-upaya

perbaikan, tanpa harus tergantung kepada pihak lain. Karenanya

diperlukan suatu proses pelatihan untuk masyarakat agar

berkemampuan menjadi fasilitator. Diharapkan dari pelatihan fasilitator

ini diharapkan masyarakat akan mampu menjalankan dan

mengembangkan program. Pada tahap yang lebih jauh, fasilitator lokal

ini akan mampu mengambil inisiatif sendiri untuk memfasilitasi

masyarakat.

4.8.3 Aspek Pembiayaan CBSWM

Salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal

pengembangan CBSWM adalah mengurangi atau bahkan menghilangkan

ketergantungan masyarakat terhadap pihak luar, terutama dari sisi pembiayaan

sistem. Walau pada dasarnya CBSWM menempatkan upaya-paya peningkatan

peran serta mesyarakat terhadap pengelolaan sampah, sebagai tujuan utama.

Namun masalah pembiayaan kegiatan di dalam CBSWM merupakan salah satu

faktor penentu dalam perkembangannya.

Adalah penting untuk segera membangun mekanisme pembiayaan pengelolaan

sampah dengan pola CBSWM di Kabupaten Bandung sebelum pola ini

diimplementasikan. Selayaknya konsep pembiayaan pun dikembangkan bersama

dengan masyarakat, sehingga pola partisipatif sudah terbangun sejak awal.

Page 174: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-41

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Namun demikian, berikut diusulkan hal-hal penting dari aspek pembiayaan

dalam pengembangan CBSWM, yang masih harus didiskusikan secara partisipatif

bersama seluruh stakeholder.

Dalam kerangka sumber pendanaan penyelenggaraan CBSWM di Kabupaten

Bandung harus difahami konsep-konsep sebagai berikut :

1. CBSWM adalah bagian terintegrasi dari Sistem Pengelolaan sampah kota

yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Bandung. Walau di

dalam CBSWM operasi pengelolaan sampah dilaksanakan dengan pola

pemberdayaan masyarakat, namun demikian pengaturan pembiayaan

minimal untuk biaya investasi masih menjadi tugas dan tanggung jawab

Pemerintah Kota Kabupaten Bandung.

2. Dengan pengembangan CBSWM maka sesungguhnya Pemerintah dalam

hal ini Dinas Kebersihan mendelegasikan penyelenggaraan pelayanan

pengelolaan sampah di wilayah tertentu kepada Kelompok Masyarakat.

3. Agar pelaksanaan pengelolaan sampah di wilayah tujuan pengembangan

CBSWM, menjadi bagian upaya reduksi sampah di sumber, dan upaya

pengolahan sampah di dalamnya memberikan peluang pemberdayaan

masyarakat, maka suatu CBCWM perlu bekerjasama dengan pihak ketiga

terutama dalam kerangka pengembangan pasar produk olahan.

4. Sumber pembiayaan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah

oleh CBSWM pada dasarnya berasal dari penerimaan atau pendapatan

CBSWM yang bersumber dari masyarakat.

5. Pengolahan sampah yang dikelola oleh CBSWM , merupakan upaya

pengolahan sampah dari rumah tangga, karenanya biaya operasional

bersumber dari masyarakat yang mendapat jasa pelayanan CBSWM.

6. Alternatif sumber biaya bagi CBSWM adalah iuran warga, penjualan

kompos, produksi kegiatan pemanfaatan kompos dan atau barang lapak,

serta kontribusi pihak lain yang diupayakan secara mandiri. Model

pembiayaan ditentukan dan disepakati secara musyawarah antara

masyarakat dan pihak pengelola CBSWM.

Page 175: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-42

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

7. Dengan adanya kebutuhan sarana dan prasarana dasar CBSWM,

Pemerintah menanamkan investasinya di awal pengembangan, dan

reinvestasi dimungkinkan untuk diulangi dalam periode tertentu.

8. CBSWM memiliki kewenangan penuh terhadap produksi olahan sampah,

namun demikian pasar utama kompos yang di produksi oleh CBSWM

adalah CBSWM itu sendiri dan Pemerintah Kabupaten Bandung melalui

mekanisme kerjasama dengan seluruh Dinas Terkait.

9. Atas jasa reduksi sampah terhadap beban pengelolaan sampah di tingkat

kota, CBSWM berhak mendapatkan penghargaan (reward) dari

Pemerintah dalam bentuk yang ditetapkan Pemerintah.

Sebagaimana ditetapkan bahwa CBSWM merupakan bagian terintegrasi dengan

sistem kota, karena itu dalam hal ketetapan retribusi persampahan

direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

Masyarakat yang dilayani CBSWM, terkena wajib iuran yang ditetapkan oleh

pengelola CBSWM setempat, namun bebas retribusi atau biaya pengelolaan

dari TPS ke TPA selama CBSWM sudah mampu menghabiskan seluruh sampah

di dalam wilayah pelayanan.

Masyarakat pelayanan CBSWM terkena biaya pengelolaan dari TPS ke TPA

dan akan di tarik oleh Pemerintah apabila wilayah pelayanan CBSWM masih

menimbulkan residu sampah yang harus diangkut ke TPA.

Biaya tersebut di perhitungkan berdasarkan biaya satuan pengelolaan

sampah yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam Peraturan Daerah

4.9 Tahapan Pelaksanaan Pengembangan Operasi Pengelolaan

Seluruh rencana pengembangan operasi pengelolaan sampah sebagaimana

diuraikan di atas, tentunya memerlukan pentahapan dalam pelaksanaannya.

Pentahapan selayaknya disesuaikan dengan pencapaian target pelayanan yang

ditetapkan dalam setiap skenario yang dikembangkan. Perubahan besar

dibutuhkan dalam pelaksanaan Skenario-1 dan Skenario-2, mengingat target

yang ingin dicapai dalam Tingkat Pelayanan.

Page 176: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-43

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Skenario-1, sebagai skenario optimis melakukan transformasi pola operasi

model konvensional menjadi pola pengelolaan berbasis 3R sejak awal tahun

2009, dan melakukan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana setiap

tahunnya. Sasaran yang ingin di capai adalah seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1Tahapan Pengembangan Siste Operasional Skenario-1

JANGKA PENDEK2009 - 2010

JANGKA MENENGAH2011 – 2015

JANGKA PANJANG2016 – 2028

Perubahan sistem operasimodel konvensional, menjadimodel 3R

Mempertahankan kinerjaoperasi sistem yang telah dibangun dalam jangka pendekmelalui peningkatan disiplindan etos kerja,

Mempertahankan kinerjaoperasi sistem yang telah dibangun dalam jangka pendekdan menengah, terutama dalamupaya pemanfaatan danpemasaran produk olahansampah

Sasaran :(1) Tingkat Pelayanan 60%,

dengan kapasitas 1.035m3/hr

(2) Tingkat Pengomposan0,1%

(3) Tingkat pengolahananorganik 11,3%

(4) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0%

(5) Tingkat Penimbunan23,4%

Sasaran :(1) Tingkat Pelayanan 75 %,

dengan kapasitas 1.403m3/hr

(2) Tingkat Pengomposan4,3%

(3) Tingkat pengolahananorganik 13,1%

(4) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0,8%

(5) Tingkat Penimbunan22,4%

Sasaran :(1) Tingkat Pelayanan 85 %

dengan kapasitas 1.515m3/hr

(2) Tingkat Pengomposan8%

(3) Tingkat PengolahanAnorganik 15,2%

(4) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 2,9%

(5) Tingkat Penimbunan20,8%

Skenario-2, sebagai skenario dimana target Nasional akan dicapai dalam 20

tahun ini dilakukan dengan pentahapan yang hampir sama dengan Skenario-1,

namun dengan kapasitas yang lebih kecil. Tabel 4.2, menunjukkan sasaran yang

ingin dicapai dalam skenario-2.

Tabel 4.2Tahapan Pengembangan Sistem Operasional Skenario-2

JANGKA PENDEK2009 - 2010

JANGKA MENENGAH2011 – 2015

JANGKA PANJANG2016 – 2028

Perubahan sistem operasimodel konvensional, menjadimodel 3R

Mempertahankan kinerjaoperasi sistem yang telah dibangun dalam jangka pendekmelalui peningkatan disiplindan etos kerja,

Mempertahankan kinerjaoperasi sistem yang telah dibangun dalam jangka pendekdan menengah, terutama dalamupaya pemanfaatan danpemasaran produk olahansampah

Page 177: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-44

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

JANGKA PENDEK2009 - 2010

JANGKA MENENGAH2011 – 2015

JANGKA PANJANG2016 – 2028

Sasaran :(6) Tingkat Pelayanan 60%,

dengan kapasitas 1.035m3/hr

(7) Tingkat Pengomposan0,1%

(8) Tingkat pengolahananorganik 11,3%

(9) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0%

(10)Tingkat Penimbunan23,4%

Sasaran :(6) Tingkat Pelayanan 75 %,

dengan kapasitas 1.403m3/hr

(7) Tingkat Pengomposan4,3%

(8) Tingkat pengolahananorganik 13,1%

(9) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0,8%

(10)Tingkat Penimbunan22,4%

Sasaran :(6) Tingkat Pelayanan 85 %

dengan kapasitas 1.515m3/hr

(7) Tingkat Pengomposan8%

(8) Tingkat PengolahanAnorganik 15,2%

(9) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 2,9%

(10)Tingkat Penimbunan20,8%

Berbeda dengan Skenario-3, pentahapan kegiatan dilakukan untuk selanjutnya

dihitung Tingkat Pelayanan yang dapat dicapai dengan tahapan yang

dikembangkan. Tabel 4.3 memperlihatkan tahapan pengembangan operasi

pelayanan pengelolaan sampah skenario-3.

Tabel 4.3Tahapan Pengembangan Sistem Operasional Skenario-3

JANGKA PENDEK2009 - 2010

JANGKA MENENGAH2011 – 2015

JANGKA PANJANG2016 – 2028

Optimasi pelayanan TPS LC,dengan frekuensi setiap hari, 1rit/arm roll/hari

Mempertahankan kinerjaoperasi sistem eksisting,melalui peningkatan disiplindan etos kerja, dan pengenalanterhadap sistem baru

Pengintegrasian sistem lamaterhadap sistem baru

Optimasi kapasitaspenampungan TPS C, denganmenjadi 10 m3/hari

Peningkatan cakupanpelayanan dengan :(1) Membangun 5 lokasi TPS

Kecamatan, di 5 wilayahbeban pelayanan tinggi

Optimasi kinerja TPSKecamatan terbangun

Membangun TPS Kecamatandi seluruh wilayah bebanpelayanan tinggi (7Kecamatan dari 12 yangmembutuhkan)

Mengoperasikan daur ulangplastik di seluruh lokasi TPSKecamatan (12 Unit)

Rehabiliasi TPS Bak dan TPSDarurat menjadi TPS Container6 m3

(2) Membangun TPS , dengankapasitas pelayanan 5000penduduk, 2 unit per tahun(10 unit dalam periode 5tahun), di wilayah bebanpelayanan tinggi

Membangun 1 TPS Kelurahan diwilayah pelayanan sedang danringan (46 unit)

Optimasi Dump Truk yang adauntuk pelayanan DTD, dengan

Optimasi DTD, dengan hanyamengangkut ke TPS Kecamatan

Seluruh wilayah DTDmengangkut sampah hanya

Page 178: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-45

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

JANGKA PENDEK2009 - 2010

JANGKA MENENGAH2011 – 2015

JANGKA PANJANG2016 – 2028

frekuensi peng akutan 3kali/minggu

terdekat, untuk wilayah dimanasudah terbangun TPSKecamatan atau TPS Kelurahan

sampai ke TPS Kelurahan atauTPS Kecamatan

Optimasi pengomposan sampahterangkut ke TPA, hingga 1ton/hari

Peningkatan kapasitaspengomposan di TPA menjadi3,5 ton/hari.

Menjalankan pengomposan diTPS Kelurahan.

Optimasi pengomposan diTPA menjadi 5 ton/hari

Menjalankan pengomposan diseluruh TPS Kelurahan

Mengaktifkan kembali 6 lokasisistem pengelolaan berbasiswarga yang telah ada denganmelayani 30.000 penduduk. Danmembantu 5 lokasi baru dalamsarananya dengan melayani7.500 penduduk.

Membangun 10 lokasi sistempengelolaan sampah berbasiswarga, melayani 50.000penduduk

Membangun 42 lokasi sistempengelolaan sampah berbasiswarga, melayani 210.000penduduk.

Sasaran :(11)Tingkat Pelayanan 35%,

dengan kapasitas 1.035m3/hr

(12)Tingkat Pengomposan0,1%

(13)Tingkat pengolahananorganik 11,3%

(14)Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0%

(15)Tingkat Penimbunan23,4%

Sasaran :(11)Tingkat Pelayanan 41 %,

dengan kapasitas 1.403m3/hr

(12)Tingkat Pengomposan4,3%

(13)Tingkat pengolahananorganik 13,1%

(14)Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0,8%

(15)Tingkat Penimbunan22,4%

Sasaran :(11)Tingkat Pelayanan 47 %

dengan kapasitas 1.515m3/hr

(12)Tingkat Pengomposan8%

(13)Tingkat PengolahanAnorganik 15,2%

(14)Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 2,9%

(15)Tingkat Penimbunan20,8%

Keterangan :TPS LC = TPS dengan Landasan Container

4.10 Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Dari ketiga skenario di atas, analisis kebutuhan sarana prasarana

dikembangkan. Untuk ketiganya jumlah kebutuhan akan berlainan satu dengan

yang lain, namun jenis dari sarana yang dikembangkan pada dasarnya sama.

4.10.1 Jenis Sarana Prasarana

Pola operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung untuk 20 tahun

mendatang, pada dasarnya mengikuti pola seperti tergambar pada Gambar 4.20

di bawah ini.

Page 179: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-46

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Gambar 4.20Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan dari Hulu ke Hilir

Dari gambar di atas, sarana prasarana yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem operasi pengelolaan sampah di Kabupaten

Bandung adalah :

1. Wadah sampah terpilah di sumber

2. Motor Sampah

Page 180: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-47

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

3. Kontainer penampung sampah di TPS, kapasitas 6m3

4. Arm Roll 6 m3 untuk container di atas

5. Pick Up kapasitas 4 m3, untuk sistem pengumpulan Door to Door dan

pemindahan sampah anorganik dari TPS Kelurahan ke TPS Kecamatan

6. Bangunan TPS Kelurahan beserta perlengkapan pengomposan kapasitas

5000 penduduk.

7. Dump Truck 10 m3, untuk pemindahan residu dari TPS Kelurahan keTPS

Kecamatan dan ke TPA.

8. Bangunan TPS Kecamatan beserta sarana pengolahan plastik

9. Bangunan Pengumpul B3 RT di TPS Kecamatan dan di TPA.

4.10.2 Prediksi Kebutuhan Sarana Prasarana

Kebutuhan sarana dan prasarana ditentukan oleh kapasitas pelayanan yang

direncanakan. Sebagaimana dijelaskan dalam Bab Pengembangan Strategi,

dalam perencanaan ini telah dikembangkan 3 skenario pelayanan. Karenanya

prediksi kebutuhan sarana prasarana di jelaskan dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 4.4Prediksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Skenario 1

No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

I Data Pelayanan

1 Penduduk Kota orang 1,057,846 1,230,179 1,867,037

2 Total Timbulan m3/hr 5,176 6,019 7,790

3 Tingkat Pelayanan Perkotaan % 60% 69% 84%

4 Penduduk Terlayani Orang 634,707 848,823 1,568,311

5 Sampah Tertangani Pemerintah m3/hr 3105.3 4213.1 6621.7

II Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana1 Penanganan Sampah

Motor Sampah

Kebutuhan unit 641 857 1178

Pengadaan unit 641 216 321

Pick Up 4 m3

Kebutuhan unit 107 143 196

Pengadaan unit 107 36 53

Dump Truck 6 m3

Kebutuhan unit 7 7 0

Pengadaan unit 0 0 0

Kontainer 6 m3

Page 181: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-48

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Kebutuhan unit 32 31 0

Pengadaan unit 27 0 0

Arm Roll 6 m3

Kebutuhan unit 16 15 0

Pengadaan unit 0 0 0

Kontainer 10 m3

Kebutuhan unit 5 5 0

Pengadaan unit 0 0 0

Arm Roll 10 m3

Kebutuhan unit 2 2 0

Pengadaan unit 0 0 02 Implementasi 3R

TPS Kelurahan

Kebutuhan unit 25 38 71

Pengadaan unit 25 13 33

TPS Kecamatan

Kebutuhan unit 10 18 30

Pengadaan unit 10 8 12

Pengembangan CBSWM

Kebutuhan unit 32 54 106

Pengadaan unit 32 22 52

Tabel 4.5Perkiraan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Skenario 2

No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

I Data Pelayanan

1 Penduduk Kota orang 1,057,846 1,230,179 1,867,037

2 Total Timbulan m3/hr 5,176 6,019 9,134

3 Tingkat Pelayanan Perkotaan % 24% 29% 66%

4 Penduduk Terlayani Orang 253,883 356,752 1,232,245

5 Sampah Tertangani Pemerintah m3/hr 1345.6 1865.8 6394.1

II Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana1 Penanganan Sampah

Motor Sampah

Kebutuhan unit 256 360 1244

Pengadaan unit 256 104 884

Pick Up 4 m3

Kebutuhan unit 43 60 207

Pengadaan unit 43 17 147

Dump Truck 6 m3

Kebutuhan unit 6 6 4

Pengadaan unit 0 0 0

Kontainer 6 m3

Page 182: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-49

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Kebutuhan unit 27 28 16

Pengadaan unit 21 1 0

Arm Roll 6 m3

Kebutuhan unit 13 14 8

Pengadaan unit 0 0 0

Kontainer 10 m3

Kebutuhan unit 4 4 2

Pengadaan unit 0 0 0

Arm Roll 10 m3

Kebutuhan unit 2 2 1

Pengadaan unit 0 0 02 Implementasi 3R

TPS Kelurahan

Kebutuhan unit 3 10 85

Pengadaan unit 3 7 75

TPS Kecamatan

Kebutuhan unit 3 8 30

Pengadaan unit 3 5 22

Pengembangan CBSWM

Kebutuhan unit 19 29 117

Pengadaan unit 19 10 88

Tabel 4.6Kebutuhan Sarana dan Prasarana Skenario 3

No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

I Data Pelayanan

1 Penduduk Kota orang 1,057,846 1,230,179 1,867,037

2 Total Timbulan m3/hr 5,176 6,019 9,134

3 Tingkat Pelayanan Perkotaan % 35% 41% 47%

4 Penduduk Terlayani Orang 368,399 499,253 876,726

5 Sampah Tertangani Pemerintah m3/hr 1035.2 1402.9 1655.8

II Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana

1 Penanganan Sampah

Kontainer 10 m3

Kebutuhan unit 23 23 33

Pengadaan unit 3 0 10

Kontainer 6 m3

Kebutuhan unit 34 34 48

Pengadaan unit 28 0 14

Arm Roll 10m3

Kebutuhan unit 8 8 10

Pengadaan unit 3 0 2

Arm Roll 6m3

Page 183: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-50

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Kebutuhan unit 11 11 16

Pengadaan unit 0 0 0

Dump Truck 6 m3

Kebutuhan unit 36 36 43

Pengadaan unit 0 5 7

2 Pelaksanaan 3R

Pembiayaan Pengembangan CBSWM

Pengadaan unit 5 10 42

TPS Kelurahan

Pengadaan unit 0 10 56

TPS Kecamatan

Pengadaan unit 0 5 7

Page 184: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-1

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

55..11 RReennccaannaa PPeennggeemmbbaannggaann AAssppeekk KKeelleemmbbaaggaaaann

5.1.1 Acuan Kebijakan

A. Kebijakan Pemerintah Pusat

Kebijakan Pemerintah Pusat berkaitan

dengan pengaturan kelembagaan di daerah

yaitu terkait dengan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia

Nomor : 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan peraturan

ini:

(1) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya

menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi

bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.

(2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah meliputi

politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal

nasional, serta agama.

Page 185: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-2

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(3) Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau

susunan pemerintahan adalah semua urusan pemerintahan di luar urusan

politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal

nasional, serta agama.

(4) Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau

susunan pemerintahan terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan

pemerintahan meliputi:

a. pendidikan;

b. kesehatan;

c. pekerjaan umum;

d. perumahan;

e. penataan ruang;

f. perencanaan pembangunan;

g. perhubungan;

h. lingkungan hidup;

i. pertanahan;

j. kependudukan dan catatan sipil;

k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

m. sosial;

n. ketenagakerjaan dan ketransmigrasian;

o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;

p. penanaman modal;

q. kebudayaan dan pariwisata;

r. kepemudaan dan olah raga;

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan

daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;

u. pemberdayaan masyarakat dan desa;

v. statistik;

w. kearsipan;

x. perpustakaan;

y. komunikasi dan informatika;

Page 186: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-3

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

z. pertanian dan ketahanan pangan;

aa. kehutanan;

bb. energi dan sumber daya mineral;

cc. kelautan dan perikanan;

dd. perdagangan; dan

ee. perindustrian.

Pengelolaan persampahan merupakan urusan yang dibagi menjadi kewenangan

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kota/Kabupaten sebagai urusan di bidang Pekerjaan Umum dengan Sub Bidang

Persampahan.

Sub Bidang Persampahan terdiri dari Sub Sub Bidang:

1. Pengaturan

2. Pembinaan

3. Pembangunan

4. Pengawasan.

Kewenangan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Daerah dalam urusan bidang PU, Sub Bidang Persampahan adalah sebagai

berikut:

Tabel 5.1Kewenangan Pemerintah Pusat

No. Sub Sub Bidang Kewenangan

1 Pengaturan 1. Penetapan kebijakan dan strategi nasionalpengembangan PS persampahan.

2. Penetapan lembaga tingkat nasional penyelenggarapengelolaan persampahan (bila diperlukan).

3. Penetapan NSPK pengelolaan persampahan secaranasional termasuk SPM.

4. Memberikan izin penyelenggara pengelolaanpersampahan lintas provinsi.

2 Pembinaan 1. Fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan antarprovinsi.

2. Peningkatan kapasitas manajemen dan fasilitasikerjasama pemda/dunia usaha dan masyarakat dalampenyelenggaraan pengembangan Sistem persampahan.

Page 187: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-4

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No. Sub Sub Bidang Kewenangan

3. Fasilitasi bantuan teknis penyelenggaraan pengembanganPS persampahan.

3 Pembangunan 1. Fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaanpembangunan PS persampahan secara nasional (lintasprovinsi).

2. Penyusunan rencana induk pengembangan PSpersampahan lintas provinsi.

4 Pengawasan 1. Pengawasan dan pengendalian pengembanganpersampahan secara nasional.

2. Evaluasi kinerja penyelenggaraan PS persampahan secaranasional.

3. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK.

Tabel 5.2Kewenangan Pemerintah Provinsi

No. Sub Sub Bidang Kewenangan

1 Pengaturan 1. Penetapan peraturan daerah kebijakan pengembangan PSpersampahan lintas kabupaten/kota di wilayah provinsimengacu pada kebijakan nasional.

2. Penetapan lembaga tingkat provinsi penyelenggarapengelolaan persampahan lintas kabupaten/kota diwilayah provinsi.

3. Penetapan peraturan daerah NSPK pengelolaanpersampahan mengacu kepada SPM yang ditetapkan olehpemerintah.

4. Memberikan izin penyelenggara pengelolaanpersampahan lintas kabupaten/kota.

2 Pembinaan 1. Fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan antarkabupaten/kota.

2. Peningkatan kapasitas manajemen dan fasilitasikerjasama pemda/dunia usaha dan masyarakat dalampenyelenggaraan pengembangan PS persampahan lintaskabupaten/kota.

3. Memberikan bantuan teknis dan pembinaan lintaskabupaten/kota.

3 Pembangunan 1. Fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaanpembangunan PS persampahan secara nasional di wilayahprovinsi.

2. Penyusunan rencana induk pengembangan PSpersampahan lintas kabupaten/kota.

4 Pengawasan 1. Pengawasan dan pengendalian pengembanganpersampahan di wilayah provinsi.

2. Evaluasi kinerja penyelenggaraan yang bersifat lintaskabupaten/kota.

3. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK.

Page 188: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-5

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 5.3Kewenangan Pemerintah Kota / Kabupaten

No. Sub Sub Bidang Kewenangan

1 Pengaturan 1. Penetapan peraturan daerah kebijakan pengembanganSistem persampahan di kabupaten/kota mengacu padakebijakan nasional dan provinsi.

2. Penetapan lembaga tingkat kabupaten/kotapenyelenggara pengelolaan persampahan di wilayahkabupaten/kota.

3. Penetapan peraturan daerah berdasarkan NSPK yangditetapkan oleh pemerintah dan provinsi.

4. Pelayanan perizinan dan pengelolaan persampahan skalakabupaten/kota.

2 Pembinaan 1. Peningkatan kapasitas manajemen dan fasilitasikerjasama dunia usaha dan masyarakat dalampenyelenggaraan pengembangan Sistem persampahankabupaten/kota.

2. Memberikan bantuan teknis kepada kecamatan,pemerintah desa, serta kelompok masyarakat dikabupaten/kota.

3 Pembangunan 1. Penyelengaraan dan pembiayaan pembangunan PSpersampahan di kabupaten/kota.

2. Penyusunan rencana induk pengembangan PSpersampahan kabupaten/kota.

4 Pengawasan 1. Pengawasan terhadap seluruh tahapan pengembanganpersampahan di wilayah kabupaten/kota.

2. Evaluasi kinerja penyelenggaraan di wilayahkabupaten/kota.

3. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK.

Urusan Sub Bidang Persampahan sudah jelas

menjadi bagian dari kewenangan Pemerintah

Kota/Kabupaten, sehingga Pemerintah

Kabupaten perlu membentuk kelembagaan

untuk menjalankan urusan kewenangan

persampahan.

Atas dasar pembagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah

Kota/Kabupaten tersebut di atas, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang

dijadikan acuan dan landasan dalam membentuk kelembagaan baik di

lingkunganPemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota/Kabupaten.

Page 189: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-6

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 sebagai pendahulu dari Pemerintah

Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah belum

cukup memberikan pedoman yang menyeluruh bagi penyusunan dan

pengendalian organisasi perangkat daerah yang dapat menangani seluruh

urusan pemerintahan, sehingga perlu dicabut dan dibentuk Peraturan

Pemerintah yang baru yaitu Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah.

Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan

dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas.

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU), adalah pola

pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk

menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diatur dalam Peraturan

Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan

negara pada umumnya.

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung memiliki potensi untuk dapat

dikelola dengan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

Penyelenggaraan pelayanan persampahan merupakan jenis pelayanan jasa

pemerintah yang dapat dijual kepada masyarakat yang dilayani walaupun tidak

dengan tujuan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk meningkatkan

pelayanan. Kebijakan ini masih terbatas dalam pola pengelolaan keuangan dan

masih diperlukan pedoman teknis untuk membentuk lembaga Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD).

Page 190: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-7

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

B. Kebijakan Pemerintah Daerah

Sejalan dengan adanya kebijakan Pemerintah sebagaimana PP 38 Tahun 2007

dan PP 41 Tahun 2007, maka didaerah dibentuk dinas-dinas daerah yang tugas

dan tanggung jawabnya dapat melingkupi penyelenggaraan pengelolaan sampah

atau kebersihan sebagaimana urusan yang diserahkan dari Pemerintah kepada

pemerintah daerah. Lembaga yang dibentuk oleh pemerintah daerah untuk

menyelenggarakan pelayanan kebersihan di daerah sangat bervariasi. Ada

lembaga berbentuk Dinas Kebersihan yaitu dinas yang secara khusus memiliki

tugas tanggungjawab dan wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan

kebersihan, tetapi ada pula yang berbentuk Dinas bersama yang tidak hanya

mengelola kebersihan tetapi juga mengelola bidang tugas lainnya seperti

pertamanan, pemakaman dan kebakaran dan bahkan masih terdapat tugas

lainnya dalam dinas tersebut.

Penetapan bentuk lembaga pengelola kebersihan merupakan bagian dari

kebijakan dari Kepala Daerah dan dapat memberikan gambaran tingkat

perhatian terhadap permasalahan kebersihan. Suatu kota yang memberikan

perhatian secara proporsional terhadap masalah kebersihan kota dan

menempatkannya sejajar dengan pengelolaan infrastruktur lainnya maka

bentuk lembaga yang ditetapkan merupakan lembaga yang memiliki

kewenangan secara memadai. Walaupun demikian, kesejajaran bentuk lembaga

pengelola kebersihan terhadap lembaga pengelola infrastruktur lainnya belum

cukup untuk mampu menyelenggarakan pelayanan dengan baik bila ternyata

perlakuan dalam penganggaran, penempatan SDM tidak secara proporsional.

Penempatan sumberdaya manusia di lembaga pengelola kebersihan yang

berperan sebagai Dinas Fungsional Teknis penyelenggara pengelola sampah,

sangat jarang ditemukan yang memiliki kompetensi di bidangnya. Kalaupun

kemudian dilakukan program pendidikan dan latihan bidang pengelolaan

sampah, tidak ada jaminan bahwa yang bersangkutan akan tetap

mengembangkan karir pada bidangnya tetapi masih sangat rentan terhadap

proses mutasi ke bidang lain.

Page 191: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-8

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Sebagaimana kebijakan yang termuat dalam PP. RI No 38 Tahun 2007, bahwa

Pemerintah Propinsi memiliki wewenang dalam pengaturan, pembinaan,

pembangunan dan pengawasan dalam hal penyelenggaraan dan pembiayaan

pembangunan prasarana dan sarana persampahan, Pemerintah Provinsi Jawa

Barat telah mulai menjalankan peran ini.

Orientasi struktur organisasi di Daerah adalah perampingan organisasi dengan

prinsip miskin struktur tetapi kaya fungsi. Akibatnya akhir-akhir ini terjadi

penyatuan lembaga-lembaga dan Dinas daerah termasuk lembaga

penyelenggara kebersihan. Lembaga pengelola kebersihan yang semula

berbentuk Dinas Tersendiri (Dinas Kebersihan) digabung atau disatukan menjadi

Dinas Kebersihan dan Pertamanan, atau Dinas Kebersihan, Pertamanan dan

Pemakaman, atau UPTD Kebersihan dari Dinas Pemukiman dan Tata Wilayah

atau Dinas Cipta Karya, atau Seksi Kebersihan dalam Dinas Lingkungan Hidup

atau lainnya.

5.1.2 Acuan Kebutuhan

(1) Kapasitas Kelembagaan yang Memadai

Secara umum terjadi bahwa kecepatan

pertumbuhan masalah persampahan masih

lebih tinggi dari kemampuan untuk

mengelolanya. Hal ini terlihat secara fisik

bahwa saat ini timbulan sampah Kabupaten

Bandung baru mampu terkelola 20,8 %.

Timbulan sampah akan terus bertambah banyak

dan diperlukan upaya yang berlipat ganda

untuk mampu mengelola sampah secara tuntas.

Penetapan tanggung jawab lingkup tugas yang harus dilakukan oleh lembaga

pengelola sampah Dinas Kebersihan harus secara jelas. Ruang lingkup

pengelolaan kebersihan kota sangat luas, dan bila dihubungkan dengan sumber-

sumber timbulan diantaranya sampah permukiman, pasar, perkantoran, industri

dan perdagangan, komerial, rumah sakit, jalan, saluran, sungai dan masih

Page 192: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-9

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

banyak lagi. Apabila tanggungjawab pengelola sampah kota tidak secara jelas

ditetapkan, maka akan terjadi saling lempar tanggungjawab diantara pengelola

infrastruktur yang akibatnya dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab tidak

berjalan efektif dan efisien.

Luasnya ruang lingkup pengelolaan sampah tidak saja disebabkan oleh luasnya

sumber-sumber asal sampah, tetapi juga jenis dan karakteristiknya. Sampah

dengan karakteristik tertentu tidak dapat dikelola secara bersama-sama dengan

sampah dengan karakteristik lainnya. Sebagai contoh, sampah medis atau yang

berasal dari rumah sakit atau tempat-tempat pengobatan lainnya harus dikelola

secara terpisah dari sampah rumah tangga. Demikian juga sampah yang berasal

dari industri terutama yang mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3).

Dengan demikian maka harus ada kejelasan jenis sampah yang mana yang

menjadi tanggungjawab dalam pengelolaannya.

Penetapan kejelasan tanggungjawab biasanya lebih terarah pada lingkup tugas

secara operasional. Pengelolaan sampah tidak hanya terbatas pada pembagian

tugas dan tanggungjawab secara operasional, tetapi juga dalam hal

kewenangan dalam pengaturan. Pengaturan kewenangan perlu dilakukan

diantara lembaga dalam Pemerintah Kabupaten, mengingat seperti

kewenangan dalam investasi peralatan, kewenangan dalam penagihan,

kewenangan dalam penerapan sanksi dan lainnya.

Pengelolaan sampah Kabupaten Bandung yang semula diserahkan kepada Dinas

Daerah namun kini digabung dengan Dinas Permukiman dan Tata Ruang dengan

dengan UPTD , dinilai mengalami kemunduran fungsi dan kewenangan. Bentuk

Dinas Kebersihan, dipandang sudah tepat untuk pelayanan saat ini bahkan

untuk 5 tahun mendatang. Bahkan bentuk Dinas Kebersihan selanjutnya dapat

dikembangkan kapasitas otonominya sebagai lembaga yang mandiri dalam

pengelola persampahan secara berjenjang, dalam hal:

a. Kemampuan menjalankan kewenangan dalam perencanaan

pengembangan sistem pelayanan dan pengelolaan sampah

b. Kemampuan penagihan retribusi kebersihan

Page 193: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-10

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

c. Memperoleh perhatian dalam pengalokasian anggaran dan penempatan

personil secara proporsional dengan tuntutan profesionalisme.

(2) Struktur organisasi

Struktur organisasi merupakan alat bagi

kelembagaan untuk mencapai tujuan.

Pengelolaan sampah Kabupaten Bandung

memerlukan struktur organisasi yang

memadai agar seluruh rangkaian kegiatan

terkait dengan penyelenggaraan pelayanan

dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Tujuan

yang akan dicapai adalah terwujudnya sistem

pengelolaan sampah yang berkelanjutan sehingga kondisi kebersihan kota dapat

terjamin.

Organisasi pengelola kebersihan harus memiliki kedudukan yang jelas di dalam

struktur organisasi Pemerintah Kabupaten. Dengan kedudukan yang jelas,

akan diketahui bagaimana hubungan kerja (komando, delegasi wewenang dan

koordinasi) antara organisasi pengelola kebersihan terhadap komponen

organisasi lain dalam organisasi Pemerintah Kabupaten baik secara vertikal

maupun horizontal.

Struktur organisasi lembaga pengelola kebersihan itu sendiri, meliputi

pengaturan unit-unit kerja yang harus ada dalam struktur untuk menjalankan

fungsi organisasi sehingga seluruh tugas dan tanggungjawab dari pengelola

kebersihan dapat terselenggara dan dapat mencapai tujuan organisasi.

Apabila mengacu kepada referensi tentang fungsi-fungsi organisasi yang

diperlukan dalam organisasi pengelola sampah kota (David Wilson dkk., 2001)

dapat digambarkan sebagai berikut:

(i) Perencanaan / Planning

Dalam struktur organisasi pengelola sampah Kabupaten Bandung harus ada

unit kerja yang menangani perencanaan, baik perencanaan strategis

Page 194: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-11

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

maupun perencanaan operasional. Termasuk didalamnya adalah

perencanaan terhadap program dan rencana pengendaliannya.

(ii) Operasional

Unit kerja yang memiliki fungsi operasional merupakan unit kerja yang

bertanggungjawab pelaksanaan pelayanan pengelolaan sampah dari hari ke

hari. Unit kerja dengan fungsi ini sangat menentukan keberhasilan

organisasi karena merupakan unsure utama dalam menjalankan tugas

berbagai aspek dalam pelayanan pengelolaan sampah mulai dari

penyapuan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan

akhir sampah. Unit kerja ini berperan sebagai operator dari organisasi

dalam menjalankan pelayanan.

(iii) Pembiayaan/Keuangan

Unit organisasi dengan fungsi pembiayaan (financial) memiliki tugas yang

difocuskan terutama dalam sistem akunting.

(iv) Pendapatan/Income

Unit kerja ini memiliki fungsi difocuskan untuk meningkatkan pengumpulan

jasa pelayanan (retribusi kebersihan) dari pengguna jasa (generating and

collecting revenues)

(v) Administrasi

Unit kerja administrasi merupakan unit kerja penunjang berjalannya

organisasi secara keseluruhan. Dalam unit kerja ini termasuk menjalankan

fungsi manajemen SDM, perlengkapan dan asset, pelayanan hukum, public

relations dan lain-lain.

(vi) Pengawasan dan Pengendalian

Unit kerja ini mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan fungsi

organisasi mengoreksi adanya penyimpangan dan memberrikan umpan

balik untuk perbaikan kinerja organisasi.

Page 195: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-12

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(3) Koordinasi

Objek sampah yang harus dikelola oleh lembaga pengelola sampah Kabupaten

Bandung berada diberbagai lokasi sumber sampah. Diantaranya lokasi sumber

sampah misalnya jalan, saluran, pasar, kawasan komersial, perkantoran dan

lainnya. Lokasi sumber sampah sebagai bagian prasarana kota, memiliki

organisasi pengelola. Agar pengelolaan sampah yang dilakukan oleh lembaga

pengelola sampah Kabupaten Bandung dapat berjalan lancar, maka koordinasi

antara keduanya harus berjalan lancar pula. Sebagai contoh koordinasi antar

organisasi yang harus dibangun dengan baik antara pengelola sampah kota

dengan Dinas Bina Marga, Dinas Pasar, Dinas Pertamanan dan Pertambangan,

Dinas Pengairan, dan lain-lain.

Kebutuhan koordinasi tidak saja dalam hal pelaksanaan pelayanan pengelolaan

sampah secara operasional, tetapi juga dalam hal perencanaan dan

pengawasan. Dalam hal perencanaan diantaranya dalam penempatan fasilitas

persampahan yang perlu didukung oleh perencanaan penggunaan ruang (tata

ruang). Koordinasi dalam pengawasan terutama penerapan peraturan tentang

kebersihan, terkait dengan unit kerja penegak hukum seperti Satuan Polisi

Pamong Praja, Kejaksaan dan Pengadilan.

(4) Kerjasama antar Stakeholder

Keberhasilan penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah ditentukan oleh

peranserta atau kerjasama dari seluruh aktor yang terkait dengan sistem

pengelolaan sampah kota. Lembaga pengelola sampah kota pada satu sisi

berperan sebagai penyedia layanan kepada para pengguna jasa, tetapi diantara

pengguna jasa itu sendiri adalah lembaga-lembaga yang ada dalam organisasi

Pemerintah Kabupaten.

Kerjasama antara lembaga penyedia jasa dengan pengguna jasa sangat penting

untuk mencapai sukses baik pada tataran perencanaan maupun pelaksanaan.

Satu hal penting adalah efektifitas dan kelangsungan sistem pengelolaan

sampah tergantung komitmen dari seluruh pihak sebagai stakeholder untuk

berperanserta/bekerjasama.

Page 196: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-13

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Stakeholder utama dalam pengelolaan sampah dan aktivitas yang harus

diperankan oleh masing-masing diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Lembaga pengelola sampah, yaitu yang paling bertanggung jawab dalam

penyediaan pelayanan pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan

pembuangan akhir sampah, pembiayaan dan penyediaan peralatan

operasional.

2. Bapeda, Dinas Pertanahan yang terlibat dalam konsultasi terutama dalam

rencana pembangunan infrastruktur pengelolaan sampah. Hal ini sangat

diperlukan terutama untuk kegiatan proses pemilihan lokasi untuk

pembuangan akhir dan fasilitas lainnya yang memerlukan penyediaan ruang.

3. Pemerintah Propinsi, yang harus berperanserta dalam kewajiban

penyediaan prasarana dan sarana pembuangan akhir, pengolahan, transfer

station, composting, dimana dalam wilayah Kabupaten itu sendiri tidak

tersedia lahan dalam wilayah kotanya.

4. Masyarakat penimbul sampah didaerah perkotaan berperanserta dalam

penyelenggaraan pelayanan seperti pemilahan sampah disumbernya,

pengumpulan sampah ke lokasi pengumpulan komunal, membayar jasa

pelayanan dan lainnya yang berperan penting terhadap keseluruhan sistem.

5. Kalangan pebisnis. Mereka juga menimbulkan sampah dan punya peran

penting dalam pengelolaan sampah terutama membayar secara langsung

jasa pelayanan sesuai dengan jasa yang diterimanya.

6. Perusahaan sektor swasta punya peran dalam pengumpulan sampah,

penyapuan jalan, pengolahan/daur ulang sampah, pengomposan dan

kegiatan lainnya sebagai mitra dari Pemerintah.

7. Pekerja sektor informal, para pemulung dan para pengusaha pengumpul

barang pulungan skala kecil punya peran yang penting dalam pengurangan

sampah.

8. Lembaga Swadaya Masyarakat memiliki peran untuk ikut meningkatkan

kualitas lingkungan terutama lingkungan masyarakat yang marginal serta

berperan dalam meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Mereka berperan sebagai mitra pemerintah.

Page 197: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-14

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

9. Organisasi masyarakat yang dinamakan Rukun Tetangga dan Rukun Warga

(RT/RW) berperan aktif dalam penyelenggaraan pelayanan pengumpulan

sampah terutama pada daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan dari

pemerintah.

10. Masyarakat miskin kota yang tinggal di hunian liar yang kebanyakan

menggunakan ruang-ruang publik dan sering kena gusur bahkan sama sekali

tidak terjangkau oleh pelayanan jasa kebersihan perlu mendapat perhatian.

11. Kelompok perempuan memiliki peran penting dalam pengelolaan sampah

secara praktis terutama dari mulai rumah tangga.

(5) Kapasitas Sumber Daya Manusia

Kualitas sumberdaya manusia dalam lembaga

pengelola sampah menjadi kriteria kunci

keefektifan dan keberlanjutan pelayanan

pengelolaan sampah. Agar lembaga pengelola

sampah Kabupaten Bandung mampu

menyelenggarakan pelayanan pengelolaan sampah

secara berkelanjutan, dibutuhkan SDM yang berkualitas, diantaranya:

Kepala Dinas Kebersihan yang memiliki kemampuan secara menyeluruh

tentang sistem pengelolaan sampah dan memiliki komitment terhadap

maksud dan tujuan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah.

Seorang Pimpinan yang memiliki pengalaman cukup dan senioritas untuk

menjalankan pekerjaannya.

Memiliki staf yang sudah dilatih secara cukup dibidang pengelolaan

sampah dan manajemen secara umum.

(6) Kerjasama Antar Daerah

Pengelolaan sampah sebagai salah satu unsur

dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan

di Kabupaten Bandung, dalam aktifitasnya

membutuhkan keterlibatan Pemerintah

Kota/Kabupaten lainnya sebagai hubungan

Page 198: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-15

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

timbal balik. Penduduk perkotaan di di luar wilayah Kabupaten Bandung dan

perkembangan aktifitasnya mengakibatkan permasalahan sampah yang timbul

tidak dapat diselesaikan di dalam wilayah administrasi kota tersebut.

Kabupaten Bandung memiliki potensi lahan yang memungkinkan menjadi

potensi untuk membangun sarana pengolahan sampah bersama yang dapat

memberikan manfaat lebih apabila dibandingkan hanya untuk kepentingan

sendiri.

Kerjasama antar lembaga pemerintah dalam hal penyelenggaraan sistem

pengelolaan sampah untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh kedua

atau antar pemerintah kota menjadi sangat penting. Keberadaan lembaga

tertentu yang bertugas untuk mengatur kerjasama antar pemerintah

diperlukan, dan harus pula ditindak lanjuti kerjasa antar lembaga pelaksana

pengelolaan sampah dari masing-masing kota/daerah.

5.1.3 Rencana Pengembangan

Berdasarkan pada analisis kebutuhan sebagaimana diuraikan di atas,

disampaikan rekomendasi yang merupakan arah rencana pengembangan aspek

kelembagaan dalam periode 20 tahun mendatang.

(1) Bentuk Lembaga

Bentuk lembaga pengelola kebersihan di Kabupaten Bandung saat ini yaitu

Dinas Kebersihan pada dasarnya sudah cukup memadai untuk mengelola

kebersihan di wilayah Kabupaten Bandung pada periode 5 tahun dengan

pertimbangan:

a. Jumlah penduduk urban yang harus dilayani,

b. Jumlah beban timbulan sampah yang harus dikelola,

c. Jumlah prasarana dan sarana yang digunakan,

d. Jumlah pegawai yang cukup besar,

e. Kebutuhan alokasi anggaran,

f. Kebutuhan kapasitas kelembagaan yang memadai,

g. Urusan kewenangan yang harus dijalankan sudah jelas,

Page 199: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-16

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Berdasarkan kebutuhan dalam jangka panjang, maka bentuk lembaga yang saat

ini dan 5 tahun ke depan berupa Dinas Kebersihan dapat berkembang dan

menuju menjadi lembaga yang secara financial dan ekonomi dapat mandiri

melalui proses dan tahapan:

a. Peningkatan kinerja pembiayaan untuk menjadi Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD).

b. Pengelolaan BLUD yang mengarah kepada kinerja keuangan secara impas

(cost recovery).

c. Peningkatan kinerja BLUD mengarah kepada lembaga Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD).

d. Pengembangan BUMD menjadi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) dan

mengarah kepada PT Persero.

(2) Penguatan Kelembagaan Non Pemerintah dan Swasta Formal

Penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah Kabupaten Bandung tidak akan

mampu hanya diselenggarakan oleh lembaga formal Pemerintah. Pelayanan

pengumpulan sampah dari rumah ke rumah, kegiatan pengurangan,

pemanfaatan dan pengolahan sampah, pendidikan dan peningkatan kesadaran

masyarakat dibidang kebersihan kegiatan kemasyarakatan dan permasalahan

lingkungan, merupakan bentuk kegiatan yang sangat membutuhkan peran

lembaga non formal dan swasta formal atau lembaga non pemerintah.

Pemerintah Kabupaten Bandung harus membuka ruang bagi keterlibatan

lembaga non pemerintah dan menjadikan mereka sebagai bagian dalam

menjalankan roda sistem pengelolaan sampah kota.

Pengelolaan sampah merupakan pekerjaan yang harus terus menerus berjalan,

sehingga lembaga yang terlibat dalam pengelolaan sampah harus merupakan

lembaga yang bersifat permanen dan harus berkelanjutan. Penguatan

kelembagaan Non Pemerintah dan Swasta sebagai pelaku pengelola sampah

dibangun melalui mekanisme insentif dan atau subsidi pada fase awal dan

perkembangan lembaga dan membangun kemandirian untuk mampu hidup

berkelanjutan.

Page 200: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-17

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

(3) Sumber Daya Manusia

Pemenuhan kebutuhan sumberdaya manusia untuk menyelenggarakan

pelayanan pengelolaan sampah, didasarkan kepada struktur organisasi yang

digunakan dan perkembangan beban kerja.

Perhitungan kebutuhan pegawai ini dengan asumsi bahwa kebutuhan prasarana

dan sarana sesuai dengan skenario operasional.

Tabel 5.4Perhitungan Kebutuhan Pegawai

Penyapuan & Pengumpulan 40 70 120

Pengangkutan dan Pembuangan 60 135 150

Prasarana dan Sarana 10 20 30

Administrasi 6 20 20

Perencanaan & Pengawasan 4 5 10Jumlah 120 250 330

Perkiraan Kebutuhan PegawaiUnit Kerja

2008 - 2010 2010 - 2018 2028

(4) Mekanisme Koordinasi

Tujuan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan

sampah akan dapat tercapai dengan baik apabila

seluruh kegiatan dilaksanakan secara

terkoordinasi baik dari mulai perencanaan,

pelaksanaan maupun dalam pengawasan dan

pengendalian.

Berikut ini adalah pihak-pihak atau lembaga yang harus terlibat dalam

koordinasi sebagaimana dimaksud.

Page 201: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-18

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 5.5Mekanisme Koordinasi

Mekanisme koordinasi tidak hanya dilakukan secara internal dalam lingkup

Pemerintahan Kabupaten Bandung, tetapi juga secara horizontal antar

Pemerintahan (Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi,

Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang) dan koordinasi secara vertical kepada

Pemerintah Provinsi.

Bidang Koordinasi Kelembagaan

Koordinasi Perencanaan

Konsep Kebijakan Pengelolaan Sampah Walikota, DPRD, Ormas,LSM

Penggunaan ruang fasilitas kebersihan Bappeda, Dinas Kimtawil

Konsep Teknik Operasional Pakar Persampahan, Akademisi dan Praktisi

Konsep Kelembagaan Bagian Organisasi

Konsep Pembiayaan Bagian Keuangan

Konsep Peraturan Bagian Hukum

Konsep Peranserta Masyarakat Bagian Humas, Tokoh Masyarakat, Ormas, LSM

Koordinasi dalam pelaksanaan pelayanan

Pengelolaan Kebersihan Pemukiman RT, RW, Lurah dan Camat, Ormas, LSM

Pengelolaan Kebersihan Jalan, saluran Dinas Bina Marga/Permukiman danTata Wil.

Pengelolaan Kebersihan Pasar Dinas Pengelola Pasar/Industri dan perdagangan

Pengelolaan Kebersihan Rumah Sakit Dinas Kesehatan

Pengelolaan Kebersihan Terminal dan Stasiun Dinas Perhubungan

Pengelolaan TPA Pengelola sampah Kota/Kabupaten Bandung

Koordinasi dalam pengawasan pelayanan

Pengelolaan Kebersihan Pemukiman RT, RW, Lurah dan Camat, Ormas, LSM

Pengelolaan Kebersihan Jalan, saluran Dinas Bina Marga/Permukiman dan Tata Wil.

Pengelolaan Kebersihan Pasar Dinas Pengelola Pasar/Industri dan perdagangan

Pengelolaan Kebersihan Rumah Sakit Dinas Kesehatan

Pengelolaan Kebersihan Terminal dan Stasiun Dinas Perhubungan

Pengelolaan TPA Pengelola sampah Kota/Kabupaten Bandung

Penerapan Peraturan Daerah Sat.Polisi Pamong Praja, PPNS

Page 202: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-19

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

55..22 RReennccaannaa PPeennggeemmbbaannggaann AAssppeekk PPeerraattuurraann

5.2.1 Jenis Peraturan

Jenis peraturan yang saat ini digunakan sebagai dasar penyelenggaraan

pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung meliputi :

Perda No. 31 Tahun 2000 tentang Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, dan

Kesehatan Lingkungan

Perda No. 27 tahun 2001 tentang Izin Restribusi Pengelolaan Limbah Padat

Perda No. 9 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah

Kabupaten Bandung

Berdasarkan kebutuhan jenis peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan

pengelolaan persampahan, maka jenis peraturan yang ada saat ini perlu

ditambah jenisnya sehingga meliputi:

1. Peraturan hukum yang mengatur tentang ketertiban umum, kewajiban

melaksanakan pemenuhan sistem pengelolaan sampah dan larangan

memperlakukan sampah yang mengakibatkan gangguan kesehatan,

pencemaran lingkungan dan keselamatan umum. Perturan ini ditujukan

kepada setiap pemeran baik perorangan atau badan.

2. Peraturan hukum yang menetapkan status perencanaan strategis/master

plan/rencana induk pengelolaan sampah kota untuk menjamin konsistensi

kebijakan dan program pengelolaan sampah secara terintegrasi dengan

pengelolaan prasarana lainnya.

3. Peraturan hukum yang menetapkan bentuk lembaga dan organisasi pengelola

sampah.

4. Peraturan hukum yang mengatur tentang tatacara penyelenggaraan

pengelolaan sampah yang mencakup seluruh lokasi sumber timbulan sampah.

5. Peraturan hukum yang mengatur tentang tarif jasa pelayanan kebersihan

dengan besaran yang memadai dan fleksibel terhadap perubahan kondisi

finansial.

6. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama antar daerah dalam

penyelenggaraan pengolahan dan pembuangan akhir.

7. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama dan peranserta swasta

dalam pengelolaan sampah.

Page 203: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-20

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

5.2.2. Materi Pengaturan

Materi pengaturan yang tertuang dalam setiap jenis peraturan dirancang secara

komprehensif, sehingga mengandung materi pengaturan secara memadai untuk

mampu membangun sistem pengelolaan sampah secara berkelanjutan.

1. Materi pengaturan Kewajiban dan larangan bagi penimbul sampah

a. Kewajiban umum dalam pengelolaan sampah

Menyediakan dan menggunakan wadah sampah yang sesuai

kapasitas, estetis, higienis, mudah dikosongkan, (layak teknis)

Gunakan wadah terpisah untuk sampah organik dan non organik

pada daerah yang sudah diberlakukan

Tidak membuang sampah ke jalan, sarana transportasi, taman

dan tempat umum lainnya

Waktu dan tempat menaruh sampah

Tidak membakar sampah di halaman rumah, di kontainer dan

tempat-tempat umum lainnya

Tidak membuang sampah ke saluran drainase dan sungai, atau

lahan-lahan kosong/lahan tidur perkotaan

Membayar penuh tagihan ongkos jasa yang ditetapkan (retribusi)

Bertanggung jawab atas kebersihan jalan di muka persilnya,

termasuk saluran air, pejalan kaki

Sampah B3, makanan kadaluwarsa, pecahan gelas

b. Kewajiban pedagang

Menjalankan kewajiban secara umum

Membayar tagihan jasa pelayanan atau retribusi kebersihan

Bila menggunakan jasa cleaning service, gunakan cleaning

service yang terdaftar

Menggunakan wadah sampah yang higienis dan mudah

dioperasikan/dikosongkan

Membersihkan halaman depan dan trotoar didepan usahanya

Page 204: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-21

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tidak menyembunyikan makanan kedaluwarsa atau sampah

lainnya

Membersihkan saluran drainase dan roil

Minimasi bungkus yang diberikan pada pembeli

c. Kewajiban institusi, komersial dan industri

Menjalankan kewajiban umum

Menyediakan wadah sampah untuk menampung sampah yang

ditimbulkannya : higienis, estetis, mudah dikosongkan,

Membayar jasa pelayanan yang ditetapkan/retribusi kebersihan

Menggunakan jasa cleaning service yang terdaftar

Menggunakan fasilitas TPA yang ditetapkan

Dilarang membakar sampah di tempat tanpa menggunakan

instalasi pembakaran yang aman (tidak polutif)

Membersihkan area dan tempat disekelilingnya

Menjaga catatan tentang sampahnya

d. Kewajiban pengelola sampah swasta

Menjalankan kewajiban umum

Boleh beroperasi bila ada lisensi

Memenuhi administrasi untuk memperoleh dan pencabutan

lisensi

Membayar penuh sesuai dengan ketetapan

Mengoperasikan kendaraan dan container yang memadai

Menggunakan TPA resmi

Mendaftarkan pelanggan yang dilayani

Menjaga catatan tentang sampah yang dikelola

e. Kewajiban pengelola daur ulang

Menjalankan kewajiban umum

Mendaur ulang dan mengolah hanya pada lokasi yang disetujui

Tidak membakar dan memotong kabel PVC dan material lainnya

Menyimpan material daur ulang

Page 205: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-22

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Membuang residu di TPA resmi

f. Sanksi terhadap orang atau badan yang tidak memenuhi kewajiban

dan melanggar dari larangan.

2. Materi pengaturan pengumpulan, penyapuan, pengangkutan,

pengolahan dan pembuangan sampah dengan mengakomodasi prinsip

pengelolaan sampah terkini dan ketentuan perlindungan lingkungan

a. Metode dan teknik, tingkat kualitas, periodisasi, pelayanan

pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber sampah

pemukiman, pasar, tempat umum, daerah komersial

b. Jenis,teknologi, bahan Sarana dan prasarana pengumpulan dan

pengangkutan

c. Penjadwalan pengumpulan dan pengangkutan

d. Pelayanan penyapuan jalan, jenis jalan dan frekuensi penyapuan

e. Penetapan lokasi tempat penampungan sampah sementara dan

persyaratan kesehatan lingkungannya

f. Penetapan lokasi pengolahan dan jenis pengolahan

g. Pemilihan dan penetapan lokasi tempat pembuangan

h. Ketentuan pembuangan yang aman bagi lingkungan

3. Materi pengaturan tentang tarif pelayanan

a. Jenis pelayanan yang diselenggarakan (termasuk pelayanan minimal)

b. Kelompok wajib bayar atau objek wajib bayar

c. Penetapan kelompok disubsidi dan mensubsidi dengan prinsip, yang

kaya mensubsidi yang miskin, yang komersial, mensubsidi yang sosial.

d. Mulai diupayakan retribusi sebagai alat pengendalian tingkat timbulan

sampah dan pemilahan sampah.

e. Ketentuan penetapan besaran (besaran yang memadai untuk mampu

membiayai pelayanan minimal), yang sebaiknya juga merefleksikan

jumlah sampah yang diserahkan

f. Besaran tarif yang harus dibayar

Page 206: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-23

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

g. Ketentuan pembayaran/penagihan (tahunan, bulanan, mingguan,

harian, setiap membuang)

h. Sanksi keterlambatan atau penunggakan

4. Materi pengaturan pembentukan lembaga pengelola sampah kota

a. Bentuk, Kedudukan, tugas pokok dan fungsi lembaga

b. Kepemilikan aset/permodalan

c. Struktur organisasi

d. Sistem manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

e. Kepengurusan lembaga (persyaratan pengangkatan dan

pemberhentian)

f. Uraian tugas

g. Pertanggungjawaban pengelolaan

5. Materi pengaturan tata letak, perancangan, konstruksi dan operasional

saarana persampahan

a. Penetapan lokasi TPS, tempat pengolahan dan TPA dalam peraturan

tata ruang kota

b. Penyediaan ruang tempat penampungan sampah dan atau pengolahan

bagi setiap pembangunan yang potensial menimbulkan sampah

seperti pemukiman baru, apartemen, pasar, dan lainnya

c. Memperhatikan kaidah teknik sarana dan prasarana kebersihan yang

telah ditetapkan

d. Perijinan pengolahan sampah

e. Perijinan pembuangan sampah

f. Perancangan, pembangunan dan pengoperasian TPA

g. Konsultasi masyarakat tentang pembangunan TPS, pengolahan dan

pembuangan sampah

h. Kelengkapan sarana perlindungan lingkungan.

6. Materi pengaturan kerjasama antar kota/daerah

a. Kerjasama antar daerah dan kota dalam hal pengendalian aliran

material potensi sampah.

Page 207: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-24

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

b. Kerjasama antar daerah dalam pengelolaan TPA

c. Kerjasama antar daerah dalam pengelolaan kebersihan sungai

d. Ketentuan penetapan kelembagaan pengelola fasilitas kerjasama

e. Fungsi dan status lembaga

f. Ketentuan pengambilan keputusan

g. Ketentuan pengawasan kerjasama

7. Peraturan tentang kerjasama dengan swasta/peranserta swasta dan

investasi di bidang pengelolaan sampah kota

a. Jenis-jenis /lingkup kegiatan pengelolaan sampah yang dapat

dikerjasamakan dengan swasta

b. Jenis-jenis investasi dalam pengelolaan sampah

c. Kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah untuk menarik investor

d. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh swasta/investor dengan

penekanan kepada pemenuhan kompetensi

e. Bentuk kerjasama atau jenis investasi yang akan dilakukan

f. Insentif dan disinsentif

5.2.3. Penerapan Peraturan

Rancangan pengembangan jenis peraturan dan materi pengaturan tidak akan

memberikan manfaat dalam perbaikan sistem pengelolaan persampahan,

apabila tidak secara konsisten dilaksanakan. Oleh karena itu rancangan

langkah-langkah penerapan peraturan adalah sebagai berikut:

1. Seluruh peraturan yang ada dan telah diterbitkan, disosialisasikan

kepada masyarakat luas, termasuk kewajiban dalam melaksanakan

pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan

sampah.

2. Dokumen peraturan yang telah diterbitkan mudah diperoleh oleh

masyarakat dan harus tersedia di kantor pelayanan masyarakat terdekat

yaitu di kantor Kelurahan.

Page 208: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-25

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

3. Setiap lembaga yang tugas dan tanggungjawabnya terkait dengan materi

pengaturan dalam peraturan yang telah diterbitkan, bertanggungjawab

dalam pelaksanaannya.

4. Polisi Pamong Praja memberikan porsi yang sama dalam penegakan

aturan pengelolaan sampah/kebersihan seperti halnya peraturan daerah

lainnya yang terkait dengan masalah ketertiban umum.

5. Penerapan hukum dengan mengedepankan pendekatan persuasif, dan

tindakan represif dilakukan sebagai tindakan akhir.

6. Frekuensi sidang tindak pidana ringan terhadap pelanggaran peraturan

ditingkatkan terutama di tempat-tempat umum.

Page 209: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-1

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung seperti diuraikan

pada bab sebelumnya bahwa, dalam setiap aspek menghadapi permasalahan

yang bermuara pada satu pertanyaan, bagaimana menciptakan Kabupaten

Bandung bersih, bebas sampah di setiap

aktifitas kota. Jawabannya jelas

memerlukan partisipasi, atau peran aktif

setiap komponen masyarakat Kabupaten

Bandung. Tidak saja Pemerintah,

masyarakat umumnya, atau kelompok

masyarakat khusus seperti masyarakat

industri sangat menentukan pencapaian

sasaran tersebut. Munculnya partisipasi

aktif dari setiap komponen masyarakat

merupakan target yang dituju.

6.1 Analsisis Kebutuhan Pengembangan Program Peningkatan Peran Sertamasyarakat

Sangat disadari bahwa dalam upaya peningkatan

peran serta masyarakat perlu adanya upaya

besar, menyentuh manusia sebagai faktor utama

keberhasilan. Untuk itu perlu adanya suatu

program menyeluruh yang dilaksanakan secara

Page 210: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-2

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

intensif. Kunci efektifitas program ini adalah tumbuhnya partisipasi aktif

masyarakat dalam pengelolaan sampah. Hal ini dimaksudkan agar masalah

pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah,

melainkan menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Agar partisipasi

masyarakat terwujud secara nyata perlu adanya usaha yang membangkitkan

motivasi, kemampuan, kesempatan, dan menggali serta mengembangkan

potensi yang ada pada masyarakat, sehingga masyarakat bersedia berpartisipasi

dalam pengelolaan sampah secara berkesinambungan dan konsisten. Secara

mendasar sentuhan aspek manusia harus mencapai perubahan persepsi, sikap

dan perilaku. Dengan demikian, upaya peningkatan partisipasi aktif masyarakat

merupakan proses pendidikan, dimana masyarakat ditempatkan tidak hanya

sebagai obyek melainkan sedapat mungkin sebagai pelaku proses.

Pola pendidikan yang efektif akan sangat

tergantung dari tingkat pengetahuan, sikap

dan perilaku yang telah ada saat ini di

masyarakat. Tingkat pengetahuan

masyarakat Kab. Bandung akan pengelolaan

sampah yang baik dan benar, terukur sudah

cukup, terutama didapat dari terpaan

media. Karakter masyarakat yang masih

cukup ‘guyub’ memungkinkan penyebaran

informasi yang cepat. Namun demikian, pengetahuan yang cukup belum

menandakan sikap dan perilaku yang baik. Masyarakat yang sudah tahu, belum

tentu melakukannya. Kebanyakan masyarakat di Kab. Bandung, memiliki sikap:

“sampah bukan urusan saya”. “kalau ada yang mau memanfaatkan sampah

saya, ya silakan. Tapi saya mah tidak ada waktu” dll. Jadi secara sikap,

masalah sampah memang belum menjadi perhatian serius masyarakat

Kab.Bandung.

Persepsi masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, adalah urusan masing-

masing. Mereka tidak mau saling mengingatkan jika ada tetangga atau

masyarakat lain di sekitar mereka yang melakukan tindakan yang merusak

Page 211: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-3

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

kebersihan lingkungannya. Ada persepsi bahwa mengingatkan pihak lain adalah

urusan orang luar (misal jika ada proyek khusus itu, yaitu urusan pengelola

sampah. Atau bisa juga dimaksudkan bahwa pihak pemerintahlah yang harus

turun tangan mengingatkan).

Adapun persepsi masyarakat tentang hidup sehat, masih dianggap hal ini

penting. Di Mekar jaya misalnya, mereka biasa membersihkan halaman dan

lingkungan rumahnya sendiri dua hari sekali. Hal ini agak berbeda dengan

masyarakat Sukasari, yang lebih ‘kota’. Karena ada pembantu, misalnya, ya

pembantu itu yang harus membersihkan setiap hari. Secara fisik, bisa dilihat

juga bahwa lingkungan di Mekar Jaya relatif bersih dan rapi. Sedangkan di

lokasi Sukasari, pengkaji menemukan bahwa walaupun ada lokasi pembuangan

sampah yang tidak terlalu jauh, tetapi terdapat beberapa titik tumpukkan

sampah di tepi sungai/parit.

Fenomena di masyarakat Kab.Bandungmemperlihatkan suatu kondisi di mana

persepsi masyarakat terhadap masalah kebersihan ada pada tatanan

pengetahuan belum masuk pada tatanan sikap. Ketika suatu program masuk,

dan hanya tunggal membahas sampah, maka masyarakat tidak akan terlalu

tertarik. Masyarakat hanya tertarik pada ilmu-ilmu yang bisa segera mereka

manfaatkan dan nyata hasilnya.

Karena itu, Dewasa ini memang terdapat kecenderungan di dunia community

Development maupun Community Organizing, agar menggunakan pendekatan

program yang holistik. Artinya, meskipun maksud kita adalah membangun

bidang pertanian misalnya, tetapi harus siap juga untuk membahas politik atau

ekonomi bersama masyarakat. Hal ini disebabkan arena memang masyarakat

menghadapi masalah yang kompleks, multifaktor, saling terkait antar

faktor/masalah. Masalah sampah, bukanlah hanya soal membuat lingkungan

kita bersih, tetapi harus dijelaskan juga oleh program ini bahwa melalui entry

point sampah, akan ada banyak masalah di masyarakat yang teratasi .

Page 212: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-4

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Berdasarkan pada fenomena ini, usaha peningkatan pelayanan kepada

masyarakat yang dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat,

harus dikemas dengan lebih kreatif. Misalnya, meskipun ini hanya program yang

titik beratnya kampanye pemilahan sampah, tetapi perancang program harus

mempersiapkan suatu metodologi yang bisa membuat paham masyarakat bahwa

gerakan ini merupakan bagian dari sebuah upaya untuk memperbaiki aspek-

aspek lain dari kehidupan masyarakat, seperti meningkatkan ekonomi

masyarakat, mempengaruhi kebijakan, bahkan mungkin menyelamatkan bumi

dari isu pemanasan global.

Pendampingan masyarakat, harus bisa membuka cakrawala berpikir

masyarakat, dan meningkatkan minat mereka untuk menjaga sustainabilitas

program secara mandiri (setelah program/proyek selesai). Oleh karena itu,

‘kecanggihan’ metode pembelajaran harus diterapkan. Pendekatan program

yang konvensional, misalnya dengan penyuluhan/ceramah oleh petugas, tidak

akan ada manfaatnya untuk menimbulkan minat masyarakat. Tetapi, jika yang

memberi penyuluhan adalah para pelaku yang ‘pernah’ nampang di TV sebagai

pengusaha sukses, mungkin hal ini akan lebih membekas di hati masyarakat.

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kab.

Bandung, yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang mampu

berpatisipasi secara aktif dalam pengelolaan sampah di lingkungannya pada

dasaranya bertujuan agar masyarakat turut serta aktif baik secara individu atau

berkelompok dalam mewujudkan kebersihan lingkungan, tindakan nyata yang

diharapkan adalah :

Partisipasi aktif individual, berupa keikutsertaan setiap individu untuk

membantu terciptanya mekanisme pengelolaan sampah yang kondusif.

Sebagai individu di sumber, masyarakat dituntut untuk mampu

mengelola sampah secara mandiri. Tindakan nyata yang dapat dilakukan

adalah memilah sampah atas organik dan anorganik sedemikian hingga

memudahkan dilakukannya perolehan kembali oleh pihak atau lembaga

lain yang akan melakukan proses pendayagunaan sampah.

Page 213: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-5

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Partsipasi komunal, berupa kesertaan masyarakat secara komunal dalam

upaya mengatasi permasalahan sampah di lingkungannya. Tindak nyata

yang dapat dilakukan misalnya melakukan usaha pengomposan komunal,

dan usaha pendayagunaan sampah lainnya yang sesuai dengan potensi

yang ada di lingkungan setempat.

Diharapkan dengan program ini masyarakat dapat memahami dan melaksanakan

tata cara pengelolaan sampah sesuai dengan yang ditetapkan di Kabupaten

Bandung untuk lingkungannya. Atau masyarakat diberi keleluasaan untuk

menentukan cara pengelolaan sampah yang sesuai dengan wilayahnya, tetapi

tidak menyalahi aturan yang ditetapkan. Dan juga, tumbuhnya kesadaran

masyarakat akan kewajibannya membayar retribusi menjadi sasaran dari

program ini.

Program terpadu dalam upaya peningkatan

partsipasi aktif masyarakat, perlu dilakukan

secara terus menerus, terarah dan terencana,

berkesinambungan serta melibatkan berbagai

unsur baik pemerintah maupun masyarakat.

Untuk itu perlu dikembangkan strategi dengan

pendekatan edukatif-persuasif dengan penerapan prinsip bottom-up. Edukatif

berkaitan dengan pendidikan atau pemaparan pengetahuan tentang sampah

dan segala permasalahannya pada seluruh lapisan masyarakat. Namun

demikian, kendala adanya perilaku masyarakat dewasa yang apatis terhadap

program-program pembangunan kota akan menjadi penghambat dalam

pelaksanaannya. Untuk itu perlu dicari kelompok-kelompok sasaran dengan

kriteria masih memiliki idealisme dan atau belum terkotori/ terpengaruhi oleh

pemikiran negatif. Persuasif berkaitan dengan upaya menghadirkan contoh

nyata bagi masyarakat sehingga akan menggugah perilaku dan sikap

masyarakat.

Page 214: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-6

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Selanjutnya penyebaran informasi merupakan

langkah penting yang perlu dilakukan dalam

kerangka peningkatan partisipasi aktif masyarakat.

Pendidikan masyarakat akan menjadi efektif bila

pemaparan menggunakan media masyarakat

setempat. Para inisiator yang telah hadir dari

masyarakat harus diangkat untuk tampil menjadi contoh bagi masyarakat

lainnya. Dengan demikian, penyebaran informasi dengan menggunakan

berbagai media masyarakat perlu dilakukan secara terprogram yang menjamin

kontinuitas pemaparan.

Ketika persepsi, sikap dan perilaku menunjukkan

arah pergeseran positif, maka sistem insentif bagi

para partisipan harus telah siap. Pengembangan

pola insentif bagi masyarakat dan transparansi

manajemen lembaga pengelola kebersihan,

terutama yang berkaitan dengan imbalan dan jasa

yang telah dibayarkan masyarakat kepada lembaga pengelola harus segera

digulirkan. Hal ini dimaksudkan sebagai pola dasar pengembangan partsipasi

masyarakat sebagai penentu kebijakan. Dengan adanya transparansi,

masyarakat diajak untuk berfikir, dan turut serta memberikan solusi dalam

segala permasalahan yang dihadapi sistem. Wujud keberhasilan keterbukaan

antara masyarakat dan manajemen pengelola adalah terciptanya saling

kepercayaan, dan menjadikan masyarakat sebagai penentu kebijakan bagi

pihak pengelola sampah kota.

6.2 Tahapan Pengembangan Program

Jika kita merencanakan untuk menggunakan pendekatan yang holistik, maka

untuk kampanye pengelolaan sampah akan lebih pas jika kita menekankan

kepada perilaku bersih. Karena tema ini jauh lebih sistemik daripada hanya

membicarakan sampah atau daur ulang sampah. Dalam tema ini, akan termasuk

Page 215: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-7

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

manajemen sampah, kebersihan lingkungan, kebersihan diri, pemanfaatan

sampah, pengurangan sampah, dll. Oleh karena itu, program peningkatan peran

serta aktif masyarakat di Kab. Bandung perlu dilakukan dalam dua arah yaitu

membangun suatu kelompok contoh di wilayah tertentu dan mengembangkan

kampanye tingkat kota sehingga masalah sampah dapat terisu kan dengan

spektrum yang luas.

Pelaksanaan Kampanye pengelolaan sampah di tingkat kota, harus didasarakan

pada suatu kerangka strategi komunikasi massa. Pengembangan strategi

komunikasi itu mencakup pemilihan media-media dan kombinasi media,

pengembangan pesan-pesan, dan pemilihan pendekatan yang tepat serta

menumbuhkan partisipasi khalayak, dalam upaya pencapaian tujuan program

Pengembangan strategi komunikasi ini pada umumnya lakukan melalui tahapan

sebagai berikut:

Mempelajari dan mengkaji tujuan komunikasi yang telah ditetapkan

Mengkaji perubahan tingkat PSP/K dan kepercayaan yang diinginkan

Mengkaji kembali indikator keberhasilan yang telah ditetapkan

Mengembangkan pesan-pesan pokok yang cocok dengan tingkat PSP/K

khalayak strategis kita

Memilih metode-metode komunikasi yang cocok untuk menjangkau khalayak

strategis kita sesuai dengan prubahan yang diinginkan

Memilih alternatif jenis-jenis media yang cocok dan kombinasinya

Mengkaji jenis-jenis media yang teridentifikasi dilihat dari dana, fungsi

media, saluran media dan karakteristik khalayak kita

Menentukan jenis media dan kombinasinya

6.3 Kerangka Program Pengembangan Peran Serta Masyarakat (dalam

kampanye pengelolaan sampah)

Berkaca dari realita terpaan media (berdasarkan survei KAP) kecenderungan

masyarakat kota dan kabupaten Bandung adalah masyarakat yang telah

memiliki pengetahuan yang tinggi tentang pengelolaan sampah yang seharusnya

Page 216: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-8

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

dilakukan. Hanya saja, karena belum didukung oleh adanya motivasi/sikap,

maka pengetahuan tersebut belum digunakan untuk mengatasi masalah

kebersihan sehari-hari. Ketiadaan motivasi ini juga yang menyebabkan upaya

untuk memperoleh keterampilan yang mendukung, kurang diminati.

Oleh karena itu, kelihatannya ada kebutuhan akan suatu program yang

integratif, memanfaatkan tingkat terpaan media yang cukup tinggi, untuk men-

suply masyarakat dengan contoh-contoh baik dan nyata (terjadi di lingkungan

yang sama dengan mereka) agar timbul motivasi untuk meningkatkan

keterampilan dan menggunakan pengetahuan serta keterampilan mereka untuk

tindakan nyata.

Program ini harus menyentuh beberapa aspek kebutuhan masyarakat, misalnya:

menyajikan keuntungan ekonomis yang masuk akal, teknik/metode yang tidak

terlalu sulit atau sederhana untuk dilakukan, dampak yang cukup relevan

terhadap kebersihan lingkungan. Program secara bertahap berkembang, mulai

dari mendukung inisiatif-inisiatif lokal yang sudah ada, menyebarluaskan ‘virus’

inisiatif ke wilayah yang lebih luas, dan pada gilirannya, didukung oleh

kebijakan penguasa.

Dua manfaat yang menjadi target program adalah bagi masyarakat dan bagi

aparat pemerintah. Bagi masyarakat, bisa diharapkan dalam beberapa tahun

tercipta lingkungan yang lebih sehat dan indah, sehingga bisa terjadi penurunan

tingkat penyakit yang disebabkan sanitasi yang buruk. Selain itu, program ini

juga diharapkan dapat lebih menyebarluaskan semangat kewiraswastaan untuk

mengurangi tingkat pengangguran. Bagi pemerintah, program ini bisa menjadi

bahan share learning bagi daerah-daerah lain, tentang bagaimana sebuah

pemerintahan membangun kebijakan yang berbasis masyarakat. Semangat

kewiraswastaan yang meningkat dari masyarakat, berarti berkurangnya beban

pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja. Inisiatif lokal yang didukung

oleh pemerintah, bisa membantu terciptanya sistem pengelolaan

sampah/kebersihan yang jauh lebih hemat dan efektif. Sehingga beban

pemerintah untuk membuat/mencari TPA diharapkan bisa berkurang.

Page 217: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-9

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Secara garis besar, program kampanye ini akan terdiri dari tiga tahapan besar,

yakni:

1. Best Practises Campaign

2. Share Learning

3. Advokasi kebijakan publik

Pada tahap pertama, personil program akan mengadakan identifikasi inisiatif-

inisiatif lokal di kalangan masyarakat maupun kantor/instansi. Identifikasi bisa

berdasarkan beberapa hal:

Berdasarkan jenis sampahnya: best practises dalam daur ulang sampah

kaleng, plastik, kompos, bokasi, dll

Berdasarkan komunitasnya: best practises komunitas pasar yang berhasil

mengelola sampahnya dengan baik, atau dari komunitas suatu instansi,

terminal, lingkungan warga: RT, RW,dll.

Hasil identifikasi best practises tersebut kemudian dipublikasikan melalui

beberapa cara misalnya:

Penerbitan buletin sampah yang terbit berkala

Press tour ke lokasi-lokasi best practises tersebut

Program ‘membeli’ kolom di koran lokal untuk memberitakan/mem-

blow up best practises tersebut

Pembuatan modul bagi bahan pembelajaran pengelolaan sampah

berdasarkan pengalaman masyarakat

Lokakarya untuk mengangkat suara para praktisi best practises tersebut

tentang alternatif gerakan ‘menuju Kab. Bandung bersih, sehat, dan

sejahtera 2013’ (misalnya). Bisa saja beberapa gagasan diangkat disitu,

seperti misalnya kebutuhan para praktisi akan adanya ‘pasar sampah’,

dll.

Proses ini harus didukung dengan dokumentasi yang baik. Terutama untuk

mengabadikan konsep-konsep pengelolaan sampah, yang akan menjadi media

pembelajaran di fase berikutnya (share learning).

Page 218: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-10

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pada tahap kedua, fase share-learning, program akan memfasilitasi para

praktisi tersebut untuk berbagi dengan menggunakan media pembelajaran yang

telah dihasilkan sebelumnya (modul, buletin, dll). Sehingga, justru para praktisi

tersebut yang akan menjadi garis depan program untuk menimbulkan motivasi

masyarakat untuk bergerak.

Program bisa menentukan beberapa lokasi percobaan (pilot project) bagi para

praktisi tersebut untuk berbagi ilmu dengan masyarakat/komunitas lain.

Tahapan ini pun sebaiknya tetap di back-up oleh media-media publikasi seperti

buletin maupun press release. Sehingga masyarakat akan termotivasi, dan

memunculkan best practises tahap kedua (generasi praktisi berikutnya).

Pada tahap ketiga, setidaknya dengan adanya pengalaman-pengalaman

tersebut, program mulai mengajak masyarakat dan pemerintah duduk bersama

untuk menjadikan gerakan program ini menjadi gerakan bersama yang didukung

oleh kebijakan.

Adapun keluaran yang bisa diharapkan per tahapan adalah sebagai berikut:

1. Tahun pertama : akan teridentifikasi best-practises dalam pengelolaan

sampah dan produksi media-media tentangn best practises tersebut.

Media yang dimaksud bisa berupa: rangkaian roadshow itu sendiri, dan

atau media-media program seperti buletin, artikel di koran, dll.

2. Tahun kedua : tersosialisasikannya best practises kepada komunitas lain

3. Tahun ketiga : tumbuh dan berkembangnya praktek-praktek pengelolaan

sampah

4. Tahun keempat : terdokumentasikannya praktek-praktek baru tersebut

(identifikasi best practises tahap berikut)

5. Tahun keempat : gerakan bersama komunitas untuk mengadvokasi

kebijakan publik tentang kebersihan

6. Tahun kelima : keluarnya kebijakan publik yang berbasis partisipasi

masyarakat, dan pengawalan implementasinya.

Page 219: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-11

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

7. Tahun keenam dan seterusnya : ter-lembaga-kannya gerakan ini menjadi

bagian dari sistem pengelolaan sampah/kebersihan berbasis masyarakat.

Page 220: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-1

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tiga skenario peningkatan pelayanan pengelolaan

sampah di Kabupaten Bandung telah dikembangkan

(Lihat Bab 3). Skenario optimis diarahkan sesuai

dengan target dan sasaran Nasional. Skenario

moderat adalah skenario pencapaian sasaran

Nasional dalam periode perencanaan. Adapun

skenario pesimis, adalah skenario dengan mempertimbangkan kemampuan

Pemerintah lokal dalam membiayai pengelolaan sampah yang diukur dari

pemahaman terhadap pola pembiayaan 2 tahun terakhir.

Ketiga skenario dikembangkan dengan pendekatan bagi peran antara pelaku-

pelaku pengelolaan sampah yaitu Pemerintah, Masyarakat, Swasta dan juga

sektor informal. Pemerintah dengan Dinas Kebersihannya, merupakan pelaku

utama pengelolaan sampah di Perkotaan, sedangkan masyarakat merupakan

pelaku pengelolaan berbasis masyarakat yang menjadi strategi pelayanan untuk

perdesaan. Swasta pada dasarnya untuk 20 tahun mendatang, masih menjadi

suatu opsi lain yang belum prioritas. Adapun target obyek pengelolaan yang

diberikan kepada swasta adalah dalam upaya pengolahan sampah sehingga

beban penimbunan TPA dapat berkurang. Sektor informal, kehadirannya

diharapkan akan tetap memberikan kontribusi pada penanganan sampah

anorganik.

Page 221: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-2

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 7.1 berikut memperlihatkan perbandingan ketiga skenario.

Tabel 7.1Perbandingan Ketiga Skenario Peningkatan Pelayanan Pengelolaan Sampah

Komponen Satuan Jangka Pendek

2009 – 2010

Jangka Menengah

2011 - 2015

Jangka Panjang

2016 - 2028Skenario-1

1) Timbulan Sampah Total m3/hr 5.176 6.019 7.790

2) Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2.973 3.457 3.902

3) Beban Pelayanan Perdesaan m3/hr 2.203 2.562 3.888

4) Tingkat Penimbunan % 16,0% 13,1% 0,4%

5) Tingkat Pengomposan % 11,9% 15,6% 25,6%

6) Tingkat Daur Ulang Anorganik % 19,4% 22,4% 27,2%

7) Tingkat Pengolahan Lain % 12,6% 17,9% 30,8%

8) Pelayanan Sistem Berbasis Masyarakat % 20,1% 29,3% 38,1

9) Tingkat Kontribusi Sektor Informal % 39,9% 42,0% 47,9%

10) Tingkat Sampah Terkelola % 60,0% 70,0% 85,0%

11) Tingkat Sampah Tak Terkelola % 40,0% 30,0% 15,0%

Skenario-2

1) Timbulan Sampah Total m3/hr 5.176 6.019 9.134

2) Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2.973 3.457 5.246

3) Beban Pelayanan Perdesaan m3/hr 2.203 2.562 3.888

4) Tingkat Penimbunan % 13,2% 11,9% 4,6%

5) Tingkat Pengomposan % 1,3% 4,0% 22,9%

6) Tingkat Daur Ulang Anorganik % 7,8% 9,4% 21,4%

7) Tingkat Pengolahan Lain % 1,7% 3,6% 17,2%

8) Tingkat Pelayanan Sistem Berbasis

Masyarakat

% 11,8% 15,6% 42,1%

10) Tingkat Kontribusi Sektor Informal % 16,9% 18,1% 33,3%

11) Tingkat Sampah Terkelola % 26,0% 31,0% 70,0%

12) Tingkat Sampah Tak Terkelola % 74,0% 69,0% 30,0%

Skenario-3

1) Timbulan Sampah Total m3/hr 5.176 6.019 9.134

2) Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2.973 3.457 5.246

3) Beban Pelayanan Perdesaan m3/hr 2.203 2.562 3.888

4) Tingkat Penimbunan % 25,12% 25,00% 24,74%

5) Tingkat Pengomposan % 0,1% 4,4% 8,0%

6) Tingkat Daur Ulang Anorganik % 11,3% 13,1% 15,2%

7) Tingkat Pengolahan Lain % 0,0% 0,8% 2,9%

8) Tingkat Pelayanan Sistem Berbasis

Masyarakat% 5% 10% 16%

9) Tingkat Iinformal % 8% 10% 15%

10) Tingkat Sampah Terkelola % 25% 32% 40%

11) Tingkat Sampah Tak Terkelola % 75% 68% 60%

Sumber : Tabel 3.3 - Tabel 3.5, Sub Bab 3.6

Dari ketiga skenario dapat dilihat bahwa sebesar apapun proporsi beban

pengelolaan yang ditetapkan bagi Dinas, tetap memerlukan adanya peran dari

Page 222: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-3

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

kelompok pelaku pengelolaan lainnya yaitu masyarakat, swasta dan sektor

informal, untuk mencapai target tingkat pelayanan yang diinginkan.

Penentuan skenario mana yang akan dipilih, sangat ditentukan oleh kebijakan

Pemerintah. Ketiga skenario dimunculkan sebagai opsi bagi penentu kebijakan

dalam menentukan arah. Dalam Bab ini akan diuraikan aspek terkait

pembiayaan berbasiskan pada ketiga skenario di atas.

Pemaparan dimulai dengan menghitung besarnya pembiayaan dari ketiga

skenario, sebagai investasi yang harus ditanamkan oleh Pemerintah dalam

pembiayaan pengelolaan sampah. Selanjutnya sebagai dasar perhitungan dalam

penentuan biaya rutin yang harus dikeluarkan setiap tahun anggaran, dihitung

biaya satuan pengelolaan per m3 sampah. Biaya satuan dihitung dengan dua

pendekatan yaitu pendekatan kebutuhan optimum berdasarkan kebutuhan

minimal pengelolaan dan pendekatan kemampuan pemerintah berdasarkan

APBD.

7.1 Kebutuhan Investasi

Kebutuhan investasi dalam pengelolaan sampah merupakan informasi yang

sangat penting bagi para pengambil keputusan dalam rangka menyusun APBD

setiap tahunnya.

Perhitungan proyeksi investasi didasarkan pada kebutuhan sarana dan prasarana

untuk masing-masing skenario, diperlihatkan dalam Tabel 7.2, Tabel 7.3, dan

Tabel 7.4.

Adapun sarana yang diperhitungkan adalah seluruh item yang menjadi tanggung

jawab Pemerintah dalam pengadaannya, yaitu :

1. Motor Sampah

2. Kontainer penampung sampah di TPS dengan landasan, kapasitas 6m3

3. Arm Roll 6 m3 untuk container 6m3

4. Pick Up kapasitas 4 m3, untuk sistem pengumpulan Door to Door dan

pemindahan sampah anorganik dari TPS Kelurahan ke TPS Kecamatan

Page 223: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-4

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

5. Bangunan TPS Kelurahan beserta perlengkapan pengomposan kapasitas

5000 penduduk.

6. Dump Truck 10 m3, untuk menangani sampah yang tidak terolah dan

pemindahan residu dari TPS Kelurahan keTPS Kecamatan dan ke TPA.

7. Bangunan TPS Kecamatan beserta sarana pengolahan plastik

8. Bangunan Pengumpul B3 RT di TPS Kecamatan dan di TPA.

Page 224: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-5

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 7.2Proyeksi Kebutuhan Investasi Skenario-1

No Komponen Satuan

Jangka Pendek(Tahun 2010)

Jangka Menengah(Tahun 2015)

Jangka Panjang(Tahun 2028)

KuantitasHarga Satuan Jumlah

KuantitasHarga Satuan Jumlah

KuantitasHarga Satuan Jumlah

(Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 227 25 6,376 62 30 2,331 20 30 1,604

Pick Up 4m3 Unit 38 120 5,124 11 120 1,985 4 120 1,539

Kontainer 6 m3 Unit 0 17 - 0 17 - 0 17 -

Arm Roll 6 m3 Unit 0 210 - 0 210 - 0 210 -

Kontainer 10 m3 Unit 0 20 - 0 20 - 0 20 -

Arm Roll 10 m3 Unit 0 280 - 0 280 - 0 280 -

Dump Truck 6 m3 Unit 0 150 - 2 150 451 4 150 1,924

2 Implementasi 3R

TPST Skala Kelurahanan Unit 12 240 3,236 3 240 1,083 4 240 3,079

TPST Skala Kecamatan Unit 7 172,5 1,357 1 172,5 259 1 172,5 553

Sarana Prasarana PengembanganCBSWM

Unit 14 200 3,146 6 200 1,804 4 200 2,566

Jumlah 19,239 7,913 11,265

Sumber : Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario 1, Lampiran A-21

Page 225: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-6

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 7.3Proyeksi Kebutuhan Investasi Skenario-2

No Komponen Satuan

Jangka Pendek(Tahun 2010)

Jangka Menengah(Tahun 2015)

Jangka Panjang(Tahun 2028)

KuantitasHarga Satuan Jumlah

KuantitasHarga Satuan Jumlah

KuantitasHarga Satuan Jumlah

(Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 18 25 506 23 865 3.544 114 25 9,140

Pick Up 4m3 Unit 3 120 404 4 722 3.223 19 120 7,312

Kontainer 6 m3 Unit 1 17 19 1 26 71 0 17 -

Arm Roll 6 m3 Unit 1 210 236 1 316 1.129 0 210 -

Kontainer 10 m3 Unit 0 20 - 0 - - 0 20 -

Arm Roll 10 m3 Unit 0 280 - 0 - - 0 280 -

Dump Truck 6 m3 Unit 0 150 - 0 - - 6 150 2,886

2 Implementasi 3R

TPST Skala Kelurahanan Unit 1 240 270 2 722 3.241 10 290 7,697

TPST Skala Kecamatan Unit 1 172,5 194 1 259 1.158 3 210 1,660

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 2 200 449 2 601 2.686 5 200 3,207

Jumlah 2,078 15.052 31,903

Sumber : Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario 2, Lampiran A-25

Page 226: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-7

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 7.4Proyeksi Kebutuhan Investasi Skenario-3

No Komponen Satuan

Jangka Pendek(Tahun 2010)

Jangka Menengah(Tahun 2015)

Jangka Panjang(Tahun 2028)

KuantitasHarga Satuan Jumlah

KuantitasHarga Satuan Jumlah

KuantitasHarga Satuan Jumlah

(Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Kontainer 10 m3 Unit 18 20 404 0 20 - 2 20 128

Arm Roll 10 m3 Unit 0 280 - 0 280 - 0 280 -

Kontainer 6 m3 Unit 2 17 56 0 17 - 2 17 160

Arm Roll 6 m3 Unit 2 210 562 0 210 - 0 210 -

Dump Truck 10 m3 Unit 0 150 - 1 150 301 1 150 641

2 Implementasi 3R

TPST Skala Kelurahan Unit 0 240 - 2 290 722 0 290 -

TPST Skala Kecamatan Unit 0 172,5 - 1 210 259 1 210 552

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 5 200 1,124 2 200 601 4 200 2,566

Peralatan Unit 0 97 - 0 97 - 0 97 -

Pendampingan Unit 0 103 - 0 103 - 0 103 -

TOTAL BIAYA INVESTASI 2,146 1,883 4,047

Sumber : Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario 2, Lampiran A-29

Page 227: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-8

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Dari proyeksi perhitungan investasi tersebut terlihat bahwa kebutuhan investasi

untuk pola pengelolaan konvensional (wadah – kumpul – angkut – buang) tahun 2009

dan tahun 2010 pada skenario 1 menunjukkan kebutuhan investasi yang cukup besar

dibanding dengan tahun-tahun berikutnya. Begitu pula biaya investasi untuk

pengelolaan sampah pola 3R. Hal ini disebabkan karena skenario-1 merupakan

skenario optimasi pencapaian target Nasional. Pada tahun 2010, tingkat pelayanan

harus mencapai 60% total penduduk kota. Saat ini, tahun 2007, Tingkat Pelayanan

Kabupaten Bandung baru mencapai 20,8%. Selanjutnya pada tahun 2015, Tingkat

Pelayanan harus mencapai 70%. Hal ini menuntut ketersediaan sarana yang cukup

tinggi pada awal tahun perencanaan dengan peningkatan yang cukup merata dalam

setiap tahun perencanaan.

Pada skenario 2 lonjakan investasi baik untuk pola pengelolaan konvensional maupun

untuk pola 3R terjadi hanya pada tahun pertama implementasi (2009). Hal ini

disebabkan karena target pencapaian tingkat pelayanan dalam skenario ini

dikembangkan merata hingga mencapai 60% pada lima tahun terakhir periode

perencanaan. Dengan pencapai tingkat pelayanan 26% pada tahun 2010, kebutuhan

peningkatan sarana prasarana tidak terlampau tinggi di tahun-tahun selanjutnya.

Sementara itu pada skenario 3 investasi baik untuk pola pengelolaan sampah secara

konvensional maupun dengan pola 3R jauh lebih rendah dibanding dua scenario

sebelumnya. Lonjakan investasi terjadi hanya pada tahun kedua (2010) sedangkan

tahun-tahun berikutnya relatif mengalami peningkatan yang proporsional. Kondisi ini

dipastikan terjadi mengingat dari sisi pencapaian Tingkat Pelayananan, skenario-3

menetapkan angka yang paling rendah, yaitu 40% di tahun akhir perencanaan, 2028.

7.2 Analisis Biaya Satuan

Analisis biaya satuan ini dimaksudkan untuk mengetahui biaya operasional dan

pemeliharaan yang dibutuhkan per satuan sampah yang dikelola (dalam hal ini per

m3). Hal ini diperlukan untuk mengestimasi kebutuhan biaya operasional dan

pemeliharaan (O&M) seiring dengan peningkatan kapasitas pengelolaan. Oleh karena

itu khusus untuk perhitungan biaya satuan pengelolaan sampah secara konvensional

maka biaya yang dihitung hanya biaya yang langsung berhubungan dengan biaya

Page 228: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-9

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

pengelolaan sampah Kabupaten Bandung. Analisis biaya satuan dilakukan untuk pola

pengelolaan sampah secara konvensional (wadah – kumpul – angkut – buang) dan pola

3R.

Untuk analisis biaya pengelolaan sampah secara konvensional menggunakan 2

pendekatan yaitu :

(a) Pendekatan data historical kemampuan Pemerintah dalam 2 tahun terakhir.

Dalam hal ini digunakan data APBD 2007 untuk bidang Dinas Kebersihan

Kabupaten Bandung sebagai dasar,

(b) Pendekatan Nilai Optimum. Yaitu perhitungan didasarkan atas kebutuhan

ideal dalam pelayanan oleh Dinas Kebersihan.

Adapun analisis biaya satuan pola pengelolaan sampah 3R dilakukan berdasarkan

rancangan 3R yang diusulkan.

Untuk perhitungan biaya satuan Pengelolaan sampah pola konvensional yang

didasarkan pada APBD 2007, maka terlebih dahulu dipisahkan biaya-biaya yang

langsung berhubungan dengan kegiatan pengangkutan dan pembuangan sampah.

Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 7.5 bahwa total

biaya pengangkutan dan pembuangan sampah Kabupaten Bandung dalam satu tahun

berdasarkan APBD 2007 adalah sebesar Rp 7.878.439.150,- . Kemudian sampah yang

terkelola pada tahun yang sama adalah sebanyak 305,760 m3 selama tahun 2007

(asumsi : sampah terlayani tahun 2007 adalah 980 m3). Berdasarkan kedua data

tersebut maka biaya satuan pengumpulan dan pembuangan sampah di TPA adalah

sebesar Rp 25,767 per m3.

Pendekatan kedua yaitu perhitungan biaya satuan pengelolaan sampah pola

konvensional berdasarkan kebutuhan ideal dibedakan untuk biaya satuan

pengangkutan dan biaya satuan untuk pengelolaan di TPA. Untuk pengangkutan

diasumsikan dilakukan dengan menggunakan arm roll truck berkapasitas 6 m3 dengan

jumlah ritasi 2 rit per hari. Kemudian untuk biaya pengelolaan sampah di TPA

diasumsikan tekonologi yang digunakan adalah Controlled Landfill. Biaya satuan

pengangkutan berdasarkan kebutuhan ideal adalah Rp 39.128,- per m3, dan untuk

Page 229: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-10

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

pengelolaan di TPA Rp 20.085,- per m3. Biaya tersebut sudah termasuk biaya

manajemen dan depresiasi. (Rincian perhitungan, Lihat Tabel 7.5)

Tabel 7.5Biaya Satuan Pengelolaan Sampah di TPA

Tahun Biaya O & PSampah Masuk

Berat (ton)Biaya Satuan O & P

(Rp/ton)Volume (m3) (Rp/m3)

2009 5,003,455,950 249,120 99,648 20,085 50,211

2010 5,303,663,307 250,200 100,080 21,198 52,994

2011 6,805,192,950 255,240 102,096 26,662 66,655

2012 7,213,504,527 259,920 103,968 27,753 69,382

2013 7,646,314,799 264,600 105,840 28,898 72,244

2014 8,105,093,687 271,440 108,576 29,860 74,649

2015 8,591,399,308 278,280 111,312 30,873 77,183

2016 9,106,883,266 285,120 114,048 31,941 79,851

2017 9,653,296,262 293,400 117,360 32,901 82,254

2018 10,232,494,038 302,760 121,104 33,797 84,493

2023 10,846,443,680 348,120 139,248 31,157 77,893

2028 11,497,230,301 393,120 157,248 29,246 73,115

Sumber : Analisis Konsultan, 2008

Kemudian untuk menghitung biaya satuan pola pengelolaan sampah dengan 3R

dilakukan dengan pendekatan modul pengolahan dalam skala Kelurahan. Kebutuhan

biaya O&M pengelolaan sampah dengan pola 3R untuk satu modul skala Kelurahan

dalam satu tahun adalah sebesar Rp 114.152.031,-. Sampah yang terkelola dengan

pola tersebut dalam skala Kelurahan adalah sebanyak 4.046,4 m3 per tahun. Dengan

demikian maka biaya satuan pengelolaan sampah dengan pola 3R tersebut adalah

sebesar Rp 28.211,- per m3 dimana biaya tersebut sudah termasuk depresiasi,

artinya setelah habis umur teknisnya, secara akutansi pengelola memiliki dana untuk

melakukan reinvestasi.

Selengkapnya hasil perhitungan biaya satuan baik untuk pola pengelolaan sampah

secara konvensional maupun dengan pola 3R disajikan dalam Tabel 7.6 dan Tabel 7.7

berikut.

Page 230: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-11

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 7.6Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Pola Konvensional

Analisa Biaya Satuan Pengangkutan Sampah

(Berdasarkan APBD 2007)

Sampah Terlayani (M3 Per Tahun) : 305.760 *

Biaya O&M Per Tahun (Berdasarkan Realisasi APBD 2007) :

A. Kegiatan Pengangkutan dan Pengelolaan di TPA

1 Upah langsung Rp 2.781.000.000 **

Tenaga kerja kontrak 173 orang x Rp 9.000.000 Rp 1.557.000.000

Pekerja harian lepas 136 orang x Rp 9.000.000 Rp 1.224.000.000

2 BBM/Gas/Pelumas Rp 3.997.202.600

3 Perawatan kendaraan Rp 1.100.236.550

Belanja jasa service Rp 46.000.000

Belanja penggantian suku cadang Rp 817.410.100

Belanja BBM/Gas dan Pelumas Rp 236.826.450

Total Biaya Pengangkutan dan TPA Rp 7.878.439.150 Per tahun

Biaya Satuan Pengangkutan dan TPA Rp 25.767 Per M3

B Biaya Tak Langsung/Manajemen/Pendukung Operasional Rp 5.122.283.479

1 Belanja Pegawai Rp 1.787.696.439

2 Prog. Pelayanan Adm. Perkantoran Rp 1.112.271.500

3 Prog. Peningkatan Sarana & Prasarana Aparatur Rp 301.117.000

4 Prog. Peningkatan Disiplin Aparatur Rp 84.000.000

5 Prog. Pengemb. Kinerja Pengelolaan Persampahan Rp 1.837.198.540

Total Biaya Tidak langsung Rp 5.122.283.479 Per tahun

Biaya Satuan dari Biaya Tak Langsung/Manajemen/Pendukung Operasional Rp 16.753 Per M3

TOTAL BIAYA (A + B) Rp 13.000.722.629 Per tahun*

BIAYA SATUAN DARI TOTAL BIAYA (Per M3) Rp 42.519,37 Per M3***

Page 231: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-12

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Analisa Biaya Satuan Pengelolaan Persampahan(Berdasarkan Kebutuhan Ideal)

BIAYA PENGANGKUTAN 1 UNIT ARM ROLL PER TAHUN

A. BIAYA OPERASIONAL

1. Gaji (Sopir + kernet) Rp 18,000,000

2. Tunjangan (beras, DPLK, Kesehatan, THR) Rp 3,300,000

3. Insentif Rp -

4. Bahan bakar minyak Rp 80,496,000

5. Oli mesin Rp 2,400,000

6. Oli hidrolik Rp 600,000

7. Oli gardan Rp 400,000

8. Ban Rp 12,000,000

Jumlah Biaya Operasional Rp 117,196,000

B. BIAYA PERB. & PEMELIHARAAN

1. Sparepart/bahan Rp 5,859,800

2. Perbaikan/jasa service Rp 5,859,800

Biaya Perb. & Pemel. Rp 11,719,600

C. DEPRESIASI Rp 25,875,000

D. BIAYA MANAJEMEN Rp 25,783,120

TOTAL BIAYA PENGANGKUTAN (PER TRUCK PER TAHUN) Rp 180,573,720

SAMPAH YANG TERANGKUT (M3 PER TAHUN) Rp 2,995

BIAYA SATUAN PENGANGKUTAN (PER M3) Rp 39,128

Page 232: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-13

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 7.7Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Pola 3R (Skala Kelurahan)

Analisa Biaya Satuan Pengelolaan Persampahan

Dengan Pola 3R Skala Kelurahan

Biaya O&M Pengelolaan Sampah Pola 3R Skala Kelurahan/Tahun :

Sampah Terolah 4046,4 m3/Tahun 10 m3/hari

A Biaya Langsung

1 Upah Langsung

- Petugas gerobak 4 orang x Rp 9.000.000 Rp 36.000.000

- Operator 1 orang x Rp 9.000.000 Rp 9.000.000

- Petugas pemilah 1 orang x Rp 9.000.000 Rp 9.000.000

Rp 54.000.000

2 Bahan langsung

- Bensin motor gerobak 100 liter x Rp 54.000 Rp 5.400.000

- Solar mesin cacah 100 liter x Rp 51.600 Rp 5.160.000

- Karung 25 kg 120 buah x Rp 1.800 Rp 216.000

- Kantong plastik 5 kg 120 buah x Rp 600 Rp 72.000

- Peralatan pendukung Rp 7.500.000

- Biaya pembuangan residu 809,3 m3 x Rp 16.753 Rp 13.557.567

Rp 31.905.567

TOTAL BIAYA LANGSUNG Rp 85.905.567

B Biaya Tidak langsung

1 Gaji Manajer 1 orang x Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

2 Gaji Petugas Administrasi 1 orang x Rp 500.000 Rp 500.000

3 Listrik 12 x Rp 100.000 Rp 1.200.000

4 Pemeliharaan Rp 250.000

5 Depresiasi gedung dan mesin* Rp 24.166.667

TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG Rp 27.116.667

HARGA POKOK PRODUKSI Rp 113.022.233

HARGA POKOK PRODUKSI PER M3 SAMPAH Rp 27.932 **

Page 233: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-14

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

7.3 Proyeksi Kebutuhan Biaya O&M

Perhitungan biaya O&M pengelolaan sampah baik secara konvensional maupun

dengan pola 3R dilakukan dengan menggunakan biaya satuan yang telah dihitung

sebelumnya. Berdasarkan proyeksi jumlah sampah yang dikelola baik dengan pola

konvensional maupun dengan pola 3R untuk masing-masing skenario maka dapat

diestimasi kebutuhan biaya O&M per tahun. Khusus biaya O&M untuk pola

pengelolaan sampah dengan pola konvensional diasumsikan biaya yang tidak langsung

berhubungan dengan kegiatan pengangkutan dan pembuangan di TPA dianggap tetap.

Peningkatan yang terjadi hanya disebabkan karena faktor inflasi yang diasumsikan 6%

per tahun.

Perhitungan biaya Operasi dan Perawatan (O&M), untuk ketiga skenario,

diperlihatkan pada Tabel 7.8 sampai Tabel 7.10.

Tabel 7.8Biaya Operasi dan Perawatan (O&M) Skenario 1

No KomponenTahun Perencanaan

Jangka Pendek(Tahun 2010)

Jangka Menengah(Tahun 2015)

Jangka Panjang(Tahun 2028)

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 556,461 744,180 1,022,665

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 30,689 Rp 41,068 Rp 87,596

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 17,076,997,764 Rp30,562,199,259 Rp 89,580,993,401

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,854,770,767 Rp 9,173,229,569 Rp 19,565,840,585

- Total biaya Rp 23,931,768,531 Rp39,735,428,828 Rp 109,146,833,987

Persen Peningkatan Anggaran 121% 12% 7%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 556,461 744,180 1,022,665

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 46,602 Rp 62,364 Rp 133,018

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 25,932,176,465 Rp46,410,051,421 Rp 136,032,700,882

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 21,198 Rp 30,873 Rp 29,246

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 11,795,681,867 Rp22,975,240,979 Rp 29,908,957,800

- Total biaya Rp 37,727,858,332 Rp69,385,292,401 Rp 165,941,658,683

Persen peningkatan Anggaran 293% 13% 5%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 110,760 168,480 312,000

- Biaya satuan pengelolaan Rp 37,379 Rp 50,021 Rp 106,692

- Biaya O&M Rp 4,140,066,776 Rp 8,427,564,385 Rp 33,287,759,705

Persen peningkatan Anggaran 88% 14% 12%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp 28,071,835,308 Rp48,162,993,213 Rp 142,434,593,691

Persen peningkatan Anggaran 116% 13% 8%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 41,867,925,108 Rp77,812,856,785 Rp 199,229,418,387

Persen Peningkatan Anggaran 255% 13% 6%

Page 234: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-15

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 7.9Biaya Operasi dan Perawatan (O&M) Skenario 2

No KomponenTahun Perencanaan

Jangka Pendek(Tahun 2010)

Jangka Menengah(Tahun 2015)

Jangka Panjang(Tahun 2028)

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 122,387 128,753 75,105

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 30,689 Rp 41,068 Rp 87,596

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 3,755,884,239 Rp 5,287,683,244 Rp 6,578,916,742

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,854,770,767 Rp 9,173,229,569 Rp 19,565,840,585

- Total biaya Rp 10,610,655,006 Rp14,460,912,813 Rp 26,144,757,327

Persen peningkatan Anggaran 6% 7% 3%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 122,387 128,753 75,105

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 46,602 Rp 62,364 Rp 133,018

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 5,703,476,349 Rp 8,029,580,894 Rp 9,990,376,075

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 21,198 Rp 30,873 Rp 29,246

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 2,594,321,099 Rp 3,975,034,510 Rp 2,196,543,438

- Total biaya Rp 8,297,797,449 Rp12,004,615,403 Rp 12,186,919,513

Persen peningkatan Anggaran 7% 7% -7%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 11,520 40,320 345,600

- Biaya satuan pengelolaan Rp 37,379 Rp 50,021 Rp 106,692

- Biaya O&M Rp 430,602,828 Rp 2,016,853,015 Rp 36,872,595,365

Persen peningkatan Anggaran 41% 24% 20%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp 11,041,257,834 Rp16,477,765,828 Rp 63,017,352,692

Persen peningkatan Anggaran 7% 9% 12%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 8,728,400,277 Rp14,021,468,419 Rp 49,059,514,878

Persen peningkatan Anggaran 8% 9% 12%

Page 235: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-16

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 7.10Biaya Operasi dan Perawatan (O&M) Skenario 3

No KomponenTahun Perencanaan

Jangka Pendek(Tahun 2010)

Jangka Menengah(Tahun 2015)

Jangka Panjang(Tahun 2028)

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 232,972 269,585 340,694

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 30,689 Rp 41,068 Rp 87,596

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 7,149,592,669 Rp11,071,377,206 Rp 29,843,312,901

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,854,770,767 Rp 9,173,229,569 Rp 19,565,840,585

- Total biaya Rp 14,004,363,437 Rp20,244,606,775 Rp 49,409,153,486

Persen peningkatan Anggaran 10% 14% 6%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 232,972 Rp 269,585 Rp 340,694

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 46,602 Rp 62,364 Rp 133,018

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 10,856,972,714 Rp16,812,376,004 Rp 45,318,390,688

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 21,198 Rp 30,873 Rp 29,246

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 4,938,474,653 Rp 8,322,946,825 Rp 9,963,970,618

- Total biaya Rp 15,795,447,367 Rp25,135,322,828 Rp 55,282,361,306

Persen peningkatan Anggaran 14% 20% 4%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 17,280 34,560 72,000

- Biaya satuan pengelolaan Rp 37,379 Rp 50,021 Rp 106,692

- Biaya O&M Rp 645,904,242 Rp 1,728,731,156 Rp 7,681,790,701

Persen peningkatan Anggaran 27% 16% 10%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp 14,650,267,679 Rp21,973,337,931 Rp 57,090,944,187

Persen peningkatan Anggaran 11% 14% 7%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 16,441,351,609 Rp26,864,053,984 Rp 62,964,152,007

Persen peningkatan Anggaran 15% 20% 5%

Perbandingan biaya O&M hasil perhitungan terhadap APBD Tahun 2007 menunjukkan

(Lihat Lampiran Tabel Biaya O&M, A-35 sampai A-43) terlihat bahwa perkiraan biaya

O&M pengelolaan sampah secara konvensional untuk skenario 1,2 dan 3 umumnya

mengalami penurunan bila dibanding dengan anggaran 2007 dimana anggaran Dinas

Kebersihan diluar Air Limbah adalah sebesar Rp 13.000.722.629,-. Ini disebabkan

karena beban pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan kini dikurangi beban dari

wilayah Bandung Barat, sehingga beban pengelolaan Kab. Bandung inti sebesar

567 m3/hari.

Kebutuhan biaya O&M pada setiap skenario, akan mengalami peningkatan sesuai

dengan proporsi peningkatan kuantitas sampah yang dikelola. Skenario-1, dengan

konsep pencapaian target pelayanan 60% di Tahun 2010, terlihat mengalami lonjakan

biaya OM yang sangat tinggi dari tahun 2009 ke tahun 2010, hingga lebih dari 200%

Page 236: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-17

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

untuk biaya satuan ideal. Demikian halnya dengan biaya satuan berdasarkan

kemampuan APBD pun mengalami lonjakan hingga lebih dari 100%. Namun di lihat

dari kenaikan biaya OM tahunan, pada skenario ini mencapai angka paling rendah di

bandingkan dengan kedua skenario lainnya.

Mengingat ketiga skenario selalu menunjukkan kebutuhan investasi tinggi dan biaya

OM yang terus meningkat, maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan

pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, dalam jangka pendek yaitu

hingga tahun 2010, selayaknya Pemerintah memilih untuk menambah investasi dan

menetapkan biaya satuan sesuai dengan biaya ideal.

7.4 Alternatif Sumber Pembiayaan

Sebagai sebuah sektor yang termasuk dalam pelayanan publik maka sumber

pembiayaan pengelolaan sampah, baik untuk investasi maupun untuk biaya

operasional dan perawatan, seharusnya adalah dari APBD Kabupaten Bandung. Hal ini

sebagaimana diamanatkan dalam Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Sampah

Bab VII Pasal 24. Namun demikian tidak menutup kemungkinan Pemerintah

Kabupaten bandung dapat bekerja sama dengan pihak lain (swasta) dalam

pengelolaan sampah. Hal ini juga merujuk pada Rancangan Undang-Undang

Pengelolaan Sampah Bab VIII terutama Pasal 27. Berdasarkan uraian tersebut maka

sumber biaya khususnya investasi bisa saja bekerja sama dengan Swasta yang

dianggap memenuhi syarat untuk dilibatkan dalam sebuah kemitraan.

Tabel di bawah ini memperlihatkan alternatif sumber biaya baik untuk investasi

maupun biaya O&M untuk pola pengelolaan konvensional maupun 3R :

Page 237: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-18

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel 7.11Alternatif Sumber Biaya Pengelolaan Sampah

Komponen Biaya Alternatif Sumber BiayaPola konvensional :- Investasi - APBD

- APBD Propinsi (program bantuan insidentil)- APBN (program bantuan insidentil)- Swasta (melalui bentuk kerja sama)

- Biaya O&M - APBDPola 3R- Investasi - APBD

- APBD Propinsi (program bantuan insidentil)- APBN (program bantuan insidentil)- Swasta (melalui bentuk kerja sama)

- Biaya O&M - APBD (dalam bentuk kompensasi dari penghematanbiaya pengangkutan dan pengelolaan di TPA)

- Masyarakat (swakelola dan swadana)

7.5 Struktur Tarif dan Mekanisme Penarikan Retribusi

Untuk menunjang keberhasilan program persampahan ini sebagian besar akan

ditentukan oleh manajemen pengelolaannya karena investasi ini menjadi tidak

berhasil apabila pengelolaan dilapangannya tidak mendukung. Faktor-faktor yang

mendukung keberhasilan program persampahan ini diantaranya adalah :

1. Peraturan, yaitu peraturan mengenai tarif persampahan dalam bentuk Perda.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Kabupaten Bandung telah memiliki

peraturan mengenai retribusi sampah tetapi sampai saat ini nampaknya

peraturan tersebut belum jalan sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan Keputusan Bupati Bandung No. 660.2/Kep. 134 A-DPUK/2002,

tarif retribusi sampah yang diberlakukan kepada lingkungan rumah tinggal

dibagi kedalam 4 (empat) kelas tarif per bulannya, yaitu :

Kelas Utama Rp. 5.000,-

Kelas 1 Rp. 3.500,-

Kelas 2 Rp. 2.500,-

Kelas 3 Rp 1.500,-

2. Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung sampai saat ini masih belum memiliki

data base klasifikasi jumlah rumah tinggal berdasarkan (4 kelas) seperti yang

dimaksudkan dalam Keputusan Bupati tersebut. Untuk itu Dinas Kebersihan

Page 238: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-19

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

diharapkan segera melakukan pendataan klasifikasi rumah tinggal berdasarkan

4 kelas di atas dengan melakukan survey, yang dikemas dalamkerangka studi

Potensi Retribusi.

3. Sampai saat ini cara penangihan retribusi persampahan di Kabupaten Bandung

masih belum memiliki standar operasional prosedur yang baku, untuk itu

sebaiknya prosedur itu harus diperbaiki agar pencapaian efisiensi penagihan

retribusi dapat direalisasikan. Di dalam Keputusan Bupati Bandung No.

660.2/Kep. 134 A-DPUK/2002, ditetapkan bahwa :

Biaya pengelolaan sampah yang berasal dari bukan rumah tinggal,

retribusi penagihan dilaksanakan melalui langsung oleh petugas penagih

yang ditunjuk oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung.

Pemungutan biaya pengelolaan persampahan yang berasal dari retribusi

rumah tinggal dilaksanakan melalui loket-loket tempat pembayaran

rekening listrik atau KUD yang telah ditetapkan oleh Pemerintah

Kabupaten Bandung bekerjasama dengan PLN.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, Keputusan Bupati tersebut tidak dilaksanakan,

akan tetapi mekanisme yang dilakukan yaitu penagihan retribusi dilakukan oleh

petugas Dinas Kebersihan melalui RT/RW yang kemudian diserahkan ke Kas Daerah.

Dalam prosedur atau mekanisme penarikan retribusi rumah tinggal,

direkomendasikan agar dipergunakan pola-pola yang menghindari ada kesan bahwa

masyarakat membayar dua kali yaitu melalui iuran RT/RW dan melalui KUD.

Walaupun pada dasarnya biaya pengelolaan sampah memang dibedakan atas dua

tahap yaitu pengelolaan di lingkungan RT/RW dan dari TPS ke TPA, namun persepsi

masyarakat bahwa hal ini membayar dua kali nampaknya merupakan salah satu

fenomena yang harus dirubah.

Oleh karena itu, direkomendasikan mekanisme pembayaran untuk rumah tinggal

adalah sebagai berikut :

Setiap kepala keluarga yang mendelegasikan pengelolaan sampah kepada

petugas swakelola RT/RW atau petugas swasta, dikenakan wajib retribusi.

Page 239: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-20

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Besarnya retribusi yang harus dibayarkan meliputi : biaya pengumpulan dari

rumah ke TPS dan sekaligus biaya dari TPS ke TPA. Biaya dari rumah ke TPS

ditetapkan secara musyawarah, sedangkan biaya dari TPS ke TPA mengikuti

Perda yang berlaku.

Selanjutnya petugas RT/RW atau pengelola swasta menyerahkan retribusi

yang hanya meliputi biaya pengelolaan dari TPS ke TPA (sesuai Perda) kepada

Dinas Kebersihan dan seterusnya diserahkan kepada Kas Daerah.

Untuk penerapan mekanisme seperti ini diperlukan basis data pengelola RT/RW dan

atau pengelola swasta sesuai dengan lingkup pelayanannya.

Adapun tatacara penetapan wajib bayar non rumag tinggal masuk ke dalam kategori

dalam wajib retribusi kebersihan, maka perlu dibuat suatu “Surat Penetapan Wajib

Bayar Retribusi”. Selanjutnya agar dapat dilakukan pengawasan dan pengendalian,

perlu adanya Tanda Bukti Pembayaran untuk jenis wajib bayar non rumah tinggal.

Tanda bukti dapat berupa karcis atau menggunkan kuitansi.

Untuk pengelolaan sampah pasar, mekanisme penarikan retribusi disarankan sebagai

berikut :

Sampah di dalam pasar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengelola pasar

dalam hal ini Dinas Pasar.

Pembuangan sampah pasar ke TPS dikenakan retribusi pengelolaan sebesar

yang ditetapkan dalam Perda.

Retribusi yang dimaksud point kedua, dibayarkan oleh pengelola pasar (Dinas

Pasar) kepada Dinas Kebersihan untuk diserahkan ke Kas Daerah.

Retribusi sampah yang dipungut dari masyarakat adalah merupakan sumber

pendapatan utama Pemerintah Daerah untuk mengelola sampah khususnya untuk

biaya O&M. Namun demikian perolehan retribusi selalu jauh di bawah dari biaya yang

dibutuhkan untuk mengelola sampah. Rendahnya perolehan retribusi dapat

disebabkan oleh 2 hal :

- Tarif retribusi tidak dihitung berdasarkan analisis biaya satuan sehingga tarif

retribusi terlalu rendah.

- Metode penarikan retribusi yang kurang efektif

Page 240: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-21

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Perhitungan tarif retribusi didasarkan pada analisis biaya satuan yang dihitung pada

tahun ketika akan dilakukan evaluasi 5 tahunan. Untuk tahun 2009 tarif dasar

retribusi yang dihitung berdasarkan analisis biaya satuan untuk kebutuhan

pengelolaan sampah ideal adalah sebesar Rp 39.128,- per m3 untuk biaya

pengangkutan dan Rp 20.085,- per m 3 untuk biaya pengelolaan di TPA. Dengan

demikian maka tarif dasar berdasarkan kebutuhan ideal adalah Rp 59.213,- per m3.

Bila tingkat timbulan sampah di Kabupaten Bandung 2,81 liter/orang/hari, dengan

asumsi jumlah anggota keluarga dalam 1 KK adalah 5 orang maka jumlah sampah

yang dihasilkan per KK adalah sebanyak 0,4 m3 per bulan. Hal ini berarti tarif dasar

retribusi per KK adalah sebesar Rp 24.958 per bulan.

Untuk menentukan tarif retribusi dilakukan dengan cara subsidi silang antara

kelompok wajib retribusi. Perhitungan tarif retribusi dengan cara subsidi silang antar

kelompok wajib retribusi (KWR), selayaknya dilakukan dalam periode tertentu.

Page 241: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VIII-1

Kegiatan Penyusunan Kebijakan

Manajemen Pengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Kegiatan Penyusunan Kebijakan Manajemen Pengelolaan Persampahan

Kabupaten Bandung telah menghasilkan kajian komprehensif dari berbagai

aspek pengelolaan sampah dan siap untuk dilaksanakan. Upaya peningkatan

pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, akan sangat berarti bila

berbagai alternatif pengembangan yang telah dilakukan segera dipilih dan

diimplemantasikan. Diperlukan adanya perhatian besar dari seluruh stakeholder

dalam mencapai berbagai target yang harus diraih. Pola distribusi wilayah yang

sangat luas, menuntut adanya desentralisasi pengelolaan sampah di tingkat

Kecamatan dan dengan menjalankan strategi pengembangan sistem berbasis

masyarakat di wilayah perdesaan. Dalam pelaksanaannya, konsep ‘bola

bergulir’ dapat dilakukan. Penanganan sampah di satu kecamatan ditata dengan

baik, kemudian di gulirkan ke kecamatan lain, dari tahun ke tahun sehingga

dalam 20 tahun mendatang minimal seluruh kecamatan yang termasuk dalam

wilayak kritis penanganan sampah sudah teratasi.

Untuk wilayah perkotaan yang kritis, seperti Margahayu, Katapang, Majalaya,

strategi pengolahan di TPS Kelurahan dan TPS Kecamatan harus segera

dilaksanakan, disamping meningkatkan keberadaan sarana pengangkut sampah

langsung ke TPA.

Sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang menjadi strategi

penanganan sampah di perdesaan, diprioritaskan akan dikembangkan di wilayah

perdesaan yang kini telah mendapat bantuan peralatan pengolahan sampah.

Page 242: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VIII-2

Kegiatan Penyusunan Kebijakan

Manajemen Pengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Pada sistem ini, penanganan sampah dilakukan oleh masyarakat. Pemerintah

berperan sebagai fasilitator dan tetap bertanggung jawab dalam investasi awal

dan dalam membangun mekanisme pembiayaan, untuk menjaga keberlanjutan

sistem.

Pengomposan sampah yang direncanakan dipusatkan di TPS-TPS Kelurahan

selayaknya dikembangkan dengan seksama, mengingat tingginnya potensi bahan

baku kompos yang terkandung dalam timbulan sampah di Kabupaten Bandung.

Pemanfaatan kompos di dalam pertanian, juga akan menjadi perhatian besar

dalam pengembangan pengomposan, terlebih dengan alasan bahwa aktifitas

pertanian di Kabupaten Bandung, terukur sangat tinggi.

Pengolahan sampah anorganik direncanakan dipusatkan di TPS Kecamatan.

Adapun orientasi pengolahan dalam 10 tahun pertama adalah terhadap sampah

plastik, yaitu dengan dikembangkannya usaha daur ulang, baik pada tingkat

yang paling sederhana yaitu usaha pengepulan, pencacahan, pelelehan dan

pemanfaatannya dalam penyediaan bahan bakar bagi pabrik yang memiliki daya

bakar tinggi lebih dari 1000oC.

Pengolahan sampah B3 Rumah Tangga di Kabupaten Bandung, akan dilakukan

sejak awal dengan tahapan pengenalan melalui penempatan wadah sampah

terpilah 3, di daerah komersil, perkantoran dan fasilitas umum. Tahapan

selanjutnya, yang menjadi prirotas penanganan B3 Rumah Tangga ini tentunya

di permukiman. Sistem pengelolaan dimulai dari pemilahan atas tiga jenis

sampah yaitu organik, anorganik dan B3 RT. Selanjutnya sampah B3 RT

dikumpulkan di dalam bak khusus di TPS-TPS, dan bermuara di TPA dalam suatu

bangunan khusus penampung B3 RT,sebelum di bawa ke lokasi pengolahan

khsusus atau ditimbun di TPA sesuai dengan kaidah penimbunan sampah B3 RT.

Keberadaan TPA atau Tempat Pemrosesan Akhir dalam 20 tahun mendatang

ditetapkan akan mengoptimalkan TPA Babakan yang masih menyimpan potensi

cukup besar. Pembukaan lahan TPA baru, tidak direncanakan dalam 20 tahun

mendatang. Kebutuhan perluasan, selain dengan optimasi lahan TPA Babakan,

Page 243: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VIII-3

Kegiatan Penyusunan Kebijakan

Manajemen Pengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

juga akan dilakukan kerjasama pemanfaatan TPA regional di wilayah

Metropolitan yang rencananya terdapat dua yaitu Legok Nangka untuk wilayah

timur dan TPA Leuwigajah untuk wilayah barat. Keberadaan kedua rencana TPA

regional Metropolitan ini merupakan peluang besar yang harus dimanfaatkan

oleh Kabupaten Bandung.

Sebagai lokasi pemrosesan akhir, TPA sampah di Kabupaten Bandung, akan

menjadi lokasi pengolahan sampah terpadu dengan proses pengomposan,

pengolahan anorganik dan pengolahan residu sampah. Kehadiran investor untuk

mengembangkan ujicoba pengolahan sampah menjadi listrik (PLTSa) akan

dipadukan terhadap upaya peningkatan efisiensi pengomposan dan pengolahan

residu.

Operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung harus di dukung dengan

ketersediaan dana yang cukup. Hal ini dituntut adanya political will dari para

penentu kebijakan. Kebutuhan biaya minimal dalam penanganan sampah di

Kabupaten Bandung terukur tinggi, diperlukan pentahapan kearah peningkatan

biaya yang signifikan dari tahun ke tahun. Dari aspek pertaruan dan hukum,

banyak hal yang perlu di tata,terutama dalam konteks isi peraturan itu sendiri.

Namun tidak kalah pentingnya adalah dalam penegakannya, perlu usaha besar

agar bisa mendukung tercapainya sasaran. Membangun hukum yang berbasiskan

pada budaya lokal pun harus menjadi bagian dalam proses pembangunan sistem

pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Usaha peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung,

memerlukan usaha kuat dalam membangun peran serta masyarakatnya. Budaya

‘guyub’ yang masih kental dari masyarakat di Kabupaten Bandung, selayaknya

di bangun dan menjadi sarana menuju terciptanya tatanan masyarakat yang

‘guyub’ dalam memelihara kebersihan. Target utama dalam 20 tahun

mendatang yaitu terselenggarnya program peningkatan peran serta terhadap

pengelolaan sampah, hanya akan terwujud bila tumbuh pemahaman mendasar

dari seluruh penentu kebijakan bahwa proses tersebut merupakan investasi

jangka panjang yang akan sangat menguntungkan.

Page 244: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VIII-4

Kegiatan Penyusunan Kebijakan

Manajemen Pengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Untuk mengemban tugas dalam penataan pelayanan pengelolaan sampah di

Kabupaten Bandung, diperlukan lembaga dengan kompetensi tinggi. Tidak

hanya mengoperasikan tetapi juga menjalankan pembinaan pada masyarakat,

dan membangun kemandirian lembaga tersebut. Lembaga dalam bentuk Dinas

Kebersihan, terukur merupakan bentuk yang dibutuhkan saat ini. Dalam jangka

panjang lembaga ini harus terus di bina dan di tingkatkan kemampuannya

sehingga menjadi lembaga yang lebih profesional.

Buku ini sebagai Laporan Akhir, dapat dikatakan sebagai kerangka acuan

seluruh stakeholder di Kabupaten Bandung dalam menangani sampah, karena

itu buku ini dapat dikatakan sebagai Master Plan. Selayaknya sebuah Master

Plan, perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan kegiatan kecil dan lebih rinci,

adapun kegiatan prioritas dapat diplihat pada Matrik Action Plan (lihat Tabel

3.1).

Page 245: Masterplan Sampah

BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-1

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Aktifitas

SumberTimbulan Sampah (m3/hr)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Rumah Tangga 1,905.7 1,962.5 2,021.3 2,082.4 2,145.8 2,211.5 2,279.8 2,350.6 2,424.2 2,500.6 2,580.0

Pasar 560.5 577.2 594.5 612.5 631.1 650.4 670.5 691.4 713.0 735.5 758.8

Komersial 98.1 101.0 104.0 107.2 110.4 113.8 117.3 121.0 124.8 128.7 132.8

Kantor 8.4 8.7 8.9 9.2 9.5 9.8 10.1 10.4 10.7 11.0 11.4

Sekolah 42.0 43.3 44.6 45.9 47.3 48.8 50.3 51.9 53.5 55.2 56.9

Rumah Sakit 47.6 49.1 50.5 52.1 53.6 55.3 57.0 58.8 60.6 62.5 64.5

Industri 126.1 129.9 133.8 137.8 142.0 146.3 150.9 155.6 160.4 165.5 170.7

Lain-Lain 14.0 14.4 14.9 15.3 15.8 16.3 16.8 17.3 17.8 18.4 19.0

Total 2,803 2,886 2,973 3,062 3,156 3,252 3,353 3,457 3,565 3,677 3,794

Lanjutan Tabel Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Aktifitas

SumberTimbulan Sampah (m3/hr)

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Rumah Tangga 2,662.4 2,748.1 2,837.1 2,929.6 3,025.8 3,125.8 3,229.8 3,338.0 3,450.5 3,567.5

Pasar 783.1 808.3 834.4 861.7 890.0 919.4 950.0 981.8 1,014.9 1,049.3

Komersial 137.0 141.4 146.0 150.8 155.7 160.9 166.2 171.8 177.6 183.6

Kantor 11.7 12.1 12.5 12.9 13.3 13.8 14.2 14.7 15.2 15.7

Sekolah 58.7 60.6 62.6 64.6 66.7 69.0 71.2 73.6 76.1 78.7

Rumah Sakit 66.6 68.7 70.9 73.2 75.6 78.1 80.7 83.4 86.3 89.2

Industri 176.2 181.9 187.8 193.9 200.2 206.9 213.7 220.9 228.3 236.1

Lain-Lain 19.6 20.2 20.9 21.5 22.2 23.0 23.7 24.5 25.4 26.2

Total 3,915 4,041 4,172 4,308 4,450 4,597 4,750 4,909 5,074 5,246

Page 246: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-2

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Tingkat Pelayanan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung

Wilayah Kecamatan

∑ PendudukPerkotaan

∑ PendudukTerlayani

SampahTerangkut

Tingk.PelayananKecamatan

Tingk.PelayananWilayah

Tingk.PelayananTotal Kab.

Jiwa Jiwa (m3/hr)

I

Soreang 47,948 14,968 42.06 31.2%

27.8%

20.8%

Ciwidey 24,062 6,662 18.72 27.7%

Margahayu 38,268 28,762 80.82 75.2%

Katapang 41,553 7,548 21.21 18.2%

Pasir Jambu 25,005 - - 0.0%

Rancabali 15,605 - - 0.0%

Margaasih 40,881 7,142 20.07 17.5%

Pamengpeuk 20,616 2,669 7.50 12.9%

Bojongsoang 27,605 5,317 14.94 19.3%

Dayeuhkolot 37,207 15,544 43.68 41.8%

II

Banjaran 35,438 13,324 37.44 37.6%

10.9%

Baleendah 59,798 13,495 37.92 22.6%

Arjasari 29,606 1,612 4.53 5.4%

Ciparay 46,665 2,658 9.00 5.7%

Pangalengan 42,368 534 1.50 1.3%

Cangkuang 19,057 2,146 6.03 11.3%

Cimaung 23,051 - - 0.0%

Kertasari 21,075 - - 0.0%

Pacet 31,472 - - 0.0%

III

Cileunyi 42,559 23,931 67.25 56.2%

23.1%

Cicalengka 32,793 10,665 29.97 32.5%

Rancaekek 53,569 19,270 54.15 36.0%

Solokanjeruk 24,200 534 1.50 2.2%

Paseh 36,035 1,078 3.03 3.0%

Majalaya 47,855 16,057 45.12 33.6%

Cimenyan 28,939 3,203 9.00 11.1%

Cilengkrang 13,027 4,292 12.06 32.9%

Nagreg 14,779 - - 0.0%

Cikancung 24,360 - - 0.0%

Ibun 23,317 - - 0.0%

jumlah 968,715 201,411 567

Page 247: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-3

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Tingkat Pengangkutan Sampah di Kabupaten Bandung

Wilayah NamaKecamatan

SampahTerangkut(m3/hr)

TotalTimbulan Kota

(m3/hr)

Tingk.Pengangkutan

Tingk.Pengangkutan

Wil

Total Tingk.Pengangkutan

I

Soreang 42.1 134.73 31.2%

22.9%

20.8%

Ciwidey 18.7 67.61 27.7%

Margahayu 80.8 107.53 75.2%

Katapang 21.2 116.76 18.2%

Pasir Jambu 0.0 70.26 0.0%

Rancabali 0.0 43.85 0.0%

Margaasih 0.0 114.87 0.0%

Pamengpeuk 20.1 57.93 34.6%

Bojongsoang 7.5 77.57 9.7%

Dayeuhkolot 14.9 104.55 14.3%

II

Banjaran 43.7 99.58 43.9%

16.2%

Baleendah 37.4 168.03 22.3%

Arjasari 37.9 83.19 45.6%

Ciparay 4.5 131.13 3.5%

Pangalengan 9.0 119.05 7.6%

Cangkuang 1.5 53.55 2.8%

Cimaung 6.0 64.8 0.0%

Kertasari 0.0 59.2 0.0%

Pacet 0.0 88.4 0.0%

III

Cileunyi 0.0 119.59 0.0%

23.1%

Cicalengka 67.2 92.15 73.0%

Rancaekek 30.0 150.53 19.9%

Solokanjeruk 54.2 68.00 79.6%

Paseh 1.5 101.26 1.5%

Majalaya 3.0 134.47 2.3%

Cimenyan 45.1 81.32 55.5%

Cilengkrang 9.0 36.61 24.6%

Nagreg 12.1 41.5 0.0%

Cikancung 0.0 68.5 0.0%

Ibun 0.0 65.5 0.0%

jumlah 567 2722

Page 248: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-4

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1

Pelaku Pengelolaan SatuanTahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,025 5,176 5,332 5,494 5,662 5,837 6,019 6,207 6,403 6,491

Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,886 2,973 3,062 3,156 3,252 3,353 3,457 3,565 3,677 3,679

Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,139 2,203 2,270 2,339 2,410 2,485 2,562 2,642 2,725 2,812

Pelayanan Perkotaan

Penimbunanm3/hr 567 480 476 473 468 462 456 452 442 440 411

% 20.2% 16.6% 16.0% 15.4% 14.8% 14.2% 13.6% 13.1% 12.4% 12.0% 11.2%

Pengomposanm3/hr 0.0 200.0 355.0 390.0 430.0 470.0 500.0 540.0 570.0 625.0 630.0

% 0.0% 6.9% 11.9% 12.7% 13.6% 14.5% 14.9% 15.6% 16.0% 17.0% 17.1%

Daur Ulang Anorganikm3/hr 0 374.0 577.9 605.2 633.9 674.4 716.9 772.8 808.5 845.9 882.2

% 0.0% 13.0% 19.4% 19.8% 20.1% 20.7% 21.4% 22.4% 22.7% 23.0% 24.0%

Pengolahan Lainm3/hr 0 100 375 400 425 475 540 620 675 700 800

% 0.0% 3.5% 12.6% 13.1% 13.5% 14.6% 16.1% 17.9% 18.9% 19.0% 21.7%

Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 567 1,154 1,784 1,868 1,956 2,081 2,213 2,385 2,496 2,611 2,723

% 20.2% 40.0% 60.0% 61.0% 62.0% 64.0% 66.0% 69.0% 70.0% 71.0% 74.0%

Pelayanan Peningkatan Part. Masy.

Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 105.4 245.9 442.6 470.7 555.0 611.2 667.4 751.7 779.8 821.9 920.3

% 5.1% 11.5% 20.1% 20.7% 23.7% 25.4% 26.9% 29.3% 29.5% 30.2% 32.7%

Informalm3/hr 343.3 359.4 879.2 913.7 951.1 989.2 1,032.1 1,074.9 1,130.4 1,175.7 1,225.1

% 16.5% 16.8% 39.9% 40.3% 40.7% 41.0% 41.5% 42.0% 42.8% 43.1% 43.6%

Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 449 605 1322 1384 1506 1600 1699 1827 1910 1998 2145

% 21.6% 28.3% 60.0% 61.0% 64.4% 66.4% 68.4% 71.3% 72.3% 73.3% 76.3%

Sampah Terkelolam3/hr 1014.9 1,758.7 3,105.3 3,252.4 3,461.3 3,680.6 3,910.9 4,213.1 4,407.0 4,609.9 4,868.3

% 20.8% 35.0% 60.0% 61.0% 63.0% 65.0% 67.0% 70.0% 71.0% 72.0% 75.0%

Sampah Tak Terkelolam3/hr 3,864.6 3,266.1 2,070.2 2,079.4 2,032.8 1,981.9 1,926.3 1,805.6 1,800.0 1,792.8 1,622.8

% 79.2% 65.0% 40.0% 39.0% 37.0% 35.0% 33.0% 30.0% 29.0% 28.0% 25.0%

Page 249: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-5

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1

Pelaku Pengelolaan SatuanTahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Timbulan Sampah Total m3/hr 6,587 6,691 6,789 6,903 7,019 7,137 7,323 7,481 7,643 7,790

Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 3,685 3,696 3,697 3,710 3,721 3,730 3,803 3,843 3,882 3,902

Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,902 2,995 3,092 3,193 3,298 3,407 3,520 3,638 3,761 3,888

Pelayanan Perkotaan

Penimbunanm3/hr 394 379 359 346 312 267 232 205 153 16

% 10.7% 10.3% 9.7% 9.3% 8.4% 7.2% 6.1% 5.3% 4.0% 0.4%

Pengomposanm3/hr 650.0 670.0 690.0 710.0 750.0 800.0 850.0 900.0 950.0 1000.0

% 17.6% 18.1% 18.7% 19.1% 20.2% 21.4% 22.3% 23.4% 24.5% 25.6%

Daur Ulang Anorganikm3/hr 895.6 910.1 922.4 937.7 952.5 966.8 998.1 1021.1 1044.1 1062.0

% 24.3% 24.6% 24.9% 25.3% 25.6% 25.9% 26.2% 26.6% 26.9% 27.2%

Pengolahan Lainm3/hr 825 850 875 900 925 950 1000 1025 1075 1200

% 22.4% 23.0% 23.7% 24.3% 24.9% 25.5% 26.3% 26.7% 27.7% 30.8%

Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 2,764 2,809 2,847 2,894 2,940 2,984 3,081 3,151 3,222 3,278

% 75.0% 76.0% 77.0% 78.0% 79.0% 80.0% 81.0% 82.0% 83.0% 84.0%

Pelayanan Peningkatan Part. Masy.

Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 976.5 1,032.7 1,088.9 1,145.1 1,201.3 1,257.5 1,313.7 1,369.9 1,426.1 1,482.3

% 33.7% 34.5% 35.2% 35.9% 36.4% 36.9% 37.3% 37.7% 37.9% 38.1%

Informalm3/hr 1,266.5 1,309.4 1,360.0 1,415.6 1,473.2 1,539.4 1,611.5 1,689.6 1,774.1 1,861.5

% 43.6% 43.7% 44.0% 44.3% 44.7% 45.2% 45.8% 46.4% 47.2% 47.9%

Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 2243 2342 2449 2561 2674 2797 2925 3060 3200 3344

% 77.3% 78.2% 79.2% 80.2% 81.1% 82.1% 83.1% 84.1% 85.1% 86.0%

Sampah Terkelolam3/hr 5,006.2 5,152.2 5,295.5 5,453.6 5,615.2 5,780.6 6,005.1 6,209.3 6,420.1 6,621.7

% 76.0% 77.0% 78.0% 79.0% 80.0% 81.0% 82.0% 83.0% 84.0% 85.0%

Sampah Tak Terkelolam3/hr 1,580.9 1,539.0 1,493.6 1,449.7 1,403.8 1,355.9 1,318.2 1,271.8 1,222.9 1,168.5

% 24.0% 23.0% 22.0% 21.0% 20.0% 19.0% 18.0% 17.0% 16.0% 15.0%

Page 250: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-6

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2

Pelaku Pengelolaan SatuanTahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,025 5,176 5,332 5,494 5,662 5,837 6,019 6,207 6,403 6,606

Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,886 2,973 3,062 3,156 3,252 3,353 3,457 3,565 3,677 3,794

Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,139 2,203 2,270 2,339 2,410 2,485 2,562 2,642 2,725 2,812

Pelayanan Perkotaan

Penimbunanm3/hr 567 389 392 398 405 404 405 413 407 400 398

% 20.2% 13.5% 13.2% 13.0% 12.8% 12.4% 12.1% 11.9% 11.4% 10.9% 10.5%

Pengomposanm3/hr - 30 40 60 70 100 120 140 190 240 300

% 0.0% 1.0% 1.3% 2.0% 2.2% 3.1% 3.6% 4.0% 5.3% 6.5% 7.9%

Daur Ulang Anorganikm3/hr 0.0 215.1 231.1 248.0 265.8 284.5 304.1 324.8 358.1 393.2 430.2

% 0.0% 7.5% 7.8% 8.1% 8.4% 8.7% 9.1% 9.4% 10.0% 10.7% 11.3%

Pengolahan Lainm3/hr - 30 50 60 80 90 110 125 150 180 200

% 0.0% 1.0% 1.7% 2.0% 2.5% 2.8% 3.3% 3.6% 4.2% 4.9% 5.3%

Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 567 664 713 766 820 878 939 1,002 1,105 1,214 1,328

% 20.2% 23.0% 24.0% 25.0% 26.0% 27.0% 28.0% 29.0% 31.0% 33.0% 35.0%

Pelayanan Peningkatan Part. Masy.

Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 105.4 231.8 259.9 288.0 316.1 344.2 372.3 400.4 456.6 526.9 597.1

% 5.1% 10.8% 11.8% 12.7% 13.5% 14.3% 15.0% 15.6% 17.3% 19.3% 21.2%

Informalm3/hr 343.3 360.6 372.3 386.0 401.8 419.8 440.1 462.9 486.6 500.6 519.2

% 16.5% 16.9% 16.9% 17.0% 17.2% 17.4% 17.7% 18.1% 18.4% 18.4% 18.5%

Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 449 592 632 674 718 764 812 863 943 1027 1116

% 21.6% 27.7% 28.7% 29.7% 30.7% 31.7% 32.7% 33.7% 35.7% 37.7% 39.7%

Sampah Terkelolam3/hr 1,014.9 1,256.2 1,345.6 1,439.6 1,538.3 1,642.1 1,751.2 1,865.8 2,048.3 2,240.9 2,444.2

% 20.8% 25.0% 26.0% 27.0% 28.0% 29.0% 30.0% 31.0% 33.0% 35.0% 37.0%

Sampah Tak Terkelolam3/hr 3,864.6 3,768.6 3,829.9 3,892.3 3,955.7 4,020.3 4,086.1 4,152.9 4,158.7 4,161.7 4,161.7

% 79.2% 75.0% 74.0% 73.0% 72.0% 71.0% 70.0% 69.0% 67.0% 65.0% 63.0%

Page 251: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-7

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2

Pelaku Pengelolaan SatuanTahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Timbulan Sampah Total m3/hr 6,817 7,036 7,264 7,501 7,747 8,004 8,270 8,547 8,835 9,134

Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 3,915 4,041 4,172 4,308 4,450 4,597 4,750 4,909 5,074 5,246

Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,902 2,995 3,092 3,193 3,298 3,407 3,520 3,638 3,761 3,888

Pelayanan Perkotaan

Penimbunanm3/hr 399 383 373 360 344 331 308 288 267 241

% 10.2% 9.5% 8.9% 8.3% 7.7% 7.2% 6.5% 5.9% 5.3% 4.6%

Pengomposanm3/hr 350 430 500 580 650 750 870 970 1,060 1,200

% 8.9% 10.6% 12.0% 13.5% 14.6% 16.3% 18.3% 19.8% 20.9% 22.9%

Daur Ulang Anorganikm3/hr 469.4 523.8 581.3 642.1 706.4 774.5 861.8 938.4 1019.3 1121.9

% 12.0% 13.0% 13.9% 14.9% 15.9% 16.8% 18.1% 19.1% 20.1% 21.4%

Pengolahan Lainm3/hr 230 280 340 400 480 535 620 700 800 900

% 5.9% 6.9% 8.1% 9.3% 10.8% 11.6% 13.1% 14.3% 15.8% 17.2%

Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 1,449 1,617 1,794 1,982 2,180 2,390 2,660 2,896 3,146 3,463

% 37.0% 40.0% 43.0% 46.0% 49.0% 52.0% 56.0% 59.0% 62.0% 66.0%

Pelayanan Peningkatan Part. Masy.

Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 667.4 836.0 1,018.6 1,145.1 1,271.5 1,412.0 1,496.3 1,524.4 1,566.6 1,636.8

% 23.0% 27.9% 32.9% 35.9% 38.6% 41.4% 42.5% 41.9% 41.7% 42.1%

Informalm3/hr 542.6 571.7 601.6 623.8 654.3 679.7 805.8 963.9 1,118.5 1,294.8

% 18.7% 19.1% 19.5% 19.5% 19.8% 20.0% 22.9% 26.5% 29.7% 33.3%

Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 1210 1408 1620 1769 1926 2092 2302 2488 2685 2932

% 41.7% 47.0% 52.4% 55.4% 58.4% 61.4% 65.4% 68.4% 71.4% 75.4%

Sampah Terkelolam3/hr 2,658.6 3,025.6 3,414.2 3,750.6 4,106.2 4,482.0 4,961.9 5,384.4 5,831.0 6,394.1

% 39.0% 43.0% 47.0% 50.0% 53.0% 56.0% 60.0% 63.0% 66.0% 70.0%

Sampah Tak Terkelolam3/hr 4,158.4 4,010.7 3,850.1 3,750.6 3,641.3 3,521.6 3,307.9 3,162.3 3,003.8 2,740.3

% 61.0% 57.0% 53.0% 50.0% 47.0% 44.0% 40.0% 37.0% 34.0% 30.0%

Page 252: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-8

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3

Pelaku Pengelolaan SatuanTahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,025 5,176 5,332 5,494 5,662 5,837 6,019 6,207 6,403 6,606

Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,886 2,973 3,062 3,156 3,252 3,353 3,457 3,565 3,677 3,794

Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,139 2,203 2,270 2,339 2,410 2,485 2,562 2,642 2,725 2,812

Pelayanan Perkotaan

Penimbunanm3/hr 567 693 696 709 722 735 755 773 792 815 842

% 20.2% 24.0% 23.4% 23.2% 22.9% 22.6% 22.5% 22.4% 22.2% 22.2% 22.2%

Pengomposanm3/hr - - 4 24 52 80 104 148 156 164 170

% 0.0% 0% 0.1% 0.8% 1.6% 2.5% 3.1% 4.3% 4.4% 4.5% 4.5%

Daur Ulang Anorganikm3/hr 0.0 0 335 357.2 378.3 400.4 423.6 455 473.6 488.5 504.0

% 0.0% 0% 11.3% 11.7% 12.0% 12.3% 12.6% 13.1% 13.3% 13.3% 13.3%

Pengolahan Lainm3/hr - - - 12 15 20 25 27 40 40 40

% 0.0% 0% 0% 0.4% 0.5% 0.6% 0.7% 1% 1.1% 1.1% 1.1%

Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 567 693 1,035 1,102 1,168 1,236 1,308 1,403 1,462 1,508 1,556

% 20.2% 24% 35% 36% 37% 38% 39% 41% 41% 41% 41%

Pelayanan Peningkatan Part. Masy.

Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 105.4 84 105 136 140 169 199 246 264 273 281

% 5.1% 4% 5% 6% 6% 7% 8% 10% 10% 10% 10%

Informalm3/hr 343.3 171.1 176 204.3 210.5 216.9 248.5 256 264.2 299.8 309.3

% 16.5% 8% 8% 9% 9% 9% 10% 10% 10% 11% 11%

Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 449 255 282 340 351 386 447 502 528 572 590

% 21.6% 12% 13% 15% 15% 16% 18% 20% 20% 21% 21%

Sampah Terkelolam3/hr 1,014.9 948 1,317 1,443 1,518 1,621 1,755 1,905 1,990 2,080 2,146

% 20.8% 19% 25% 27% 28% 29% 30% 32% 32% 32% 32%

Sampah Tak Terkelolam3/hr 3,864.6 4,077 3,859 3,889 3,976 4,041 4,082 4,114 4,217 4,323 4,460

% 79.2% 81% 75% 73% 72% 71% 70% 68% 68% 68% 68%

Page 253: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-9

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3

Pelaku Pengelolaan SatuanTahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Timbulan Sampah Total m3/hr 6,817 7,036 7,264 7,501 7,747 8,004 8,270 8,547 8,835 9,134

Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 3,915 4,041 4,172 4,308 4,450 4,597 4,750 4,909 5,074 5,246

Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,902 2,995 3,092 3,193 3,298 3,407 3,520 3,638 3,761 3,888

Pelayanan Perkotaan

Penimbunanm3/hr 864 888 917 945 967 997 1,029 1,062 1,086 1,092

% 22.1% 22.0% 22.0% 21.9% 21.7% 21.7% 21.7% 21.6% 21.4% 20.8%

Pengomposanm3/hr 178 184 190 198 216 224 232 240 288 420

% 4.5% 4.6% 4.6% 4.6% 4.9% 4.9% 4.9% 4.9% 5.7% 8%

Daur Ulang Anorganikm3/hr 532.8 549.9 567.8 586.3 619.9 640.4 661.7 683.9 723.4 798.2

% 13.6% 13.6% 13.6% 13.6% 13.9% 13.9% 13.9% 13.9% 14.3% 15.2%

Pengolahan Lainm3/hr 70 75 78 80 110 115 120 125 135 153

% 1.8% 1.9% 1.9% 1.9% 2.5% 2.5% 2.5% 2.5% 2.7% 2.9%

Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 1,644 1,697 1,752 1,809 1,913 1,977 2,042 2,111 2,233 2,464

% 42% 42% 42% 42% 43% 43% 43% 43% 44% 47%

Pelayanan Peningkatan Part. Masy.

Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 319 329 340 351 396 409 422 473 564 611

% 11% 11% 11% 11% 12% 12% 12% 13% 15% 16%

Informalm3/hr 319.2 359.4 371.0 383.1 428.7 442.9 492.8 509.3 564.1 583

% 11% 12% 12% 12% 13% 13% 14% 14% 15% 15%

Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 638 689 711 734 824 852 915 982 1,128 1,194

% 22% 23% 23% 23% 25% 25% 26% 27% 30% 31%

Sampah Terkelolam3/hr 2,283 2,386 2,464 2,544 2,738 2,828 2,958 3,093 3,361 3,658

% 33% 34% 34% 34% 35% 35% 36% 36% 38% 40%

Sampah Tak Terkelolam3/hr 4,534 4,650 4,801 4,957 5,010 5,175 5,312 5,454 5,474 5,476

% 67% 66% 66% 66% 65% 65% 64% 64% 62% 60%

Page 254: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-10

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Kebutuhan Sarana Pengumpulan untuk Skenario 1

Komponen SatuanTahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Beban Pengumpulan m3/hr 1154.4 1783.5 1868.0 1956.4 2081.4 2212.7 2385.2 2495.5 2610.9 2722.7

Kebutuhan Motor sampah Unit 415 641 671 703 748 795 857 897 938 978

Pengadaan Motor Sampah Unit 415 226 30 32 45 47 62 40 41 40

Kebutuhan Pick Up 4m3 Unit 69 107 112 117 125 132 143 149 156 163

Pengadaan Pick Up 4m3 Unit 69 38 5 5 7 8 10 7 7 7

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengumpulan untuk Skenario 1

Komponen SatuanTahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Beban Pengumpulan m3/hr 2764.1 2809.1 2846.8 2894.1 2939.8 2983.8 3080.6 3151.4 3222.4 3277.8

Kebutuhan Motor sampah Unit 993 1009 1023 1040 1056 1072 1107 1132 1158 1178

Pengadaan Motor Sampah Unit 15 16 14 17 16 16 35 25 26 20

Kebutuhan Pick Up 4m3 Unit 166 168 170 173 176 179 184 189 193 196

Pengadaan Pick Up 4m3 Unit 2 3 2 3 3 3 6 4 4 3

Tabel Kebutuhan Sarana TPS untuk Skenario 1

Komponen SatuanTahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Beban Pengomposan m3/hr 200 355 390 430 470 500 540 570 625 630

Kebutuhan TPS Kel Unit 14 25 28 31 33 36 38 41 44 45

Pengadaan TPS Kel. Unit 14 11 2 3 3 2 3 2 4 0

Kebutuhan TPS Kec Unit 3 10 12 13 15 17 18 19 21 22

Pengadaan TPS Kec. Unit 3 7 2 1 2 2 1 1 2 1

Page 255: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-11

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana TPS untuk Skenario 1

Komponen SatuanTahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Beban Pengomposan m3/hr 650 670 690 710 750 800 850 900 950 1000

Kebutuhan TPS Kel Unit 46 48 49 51 53 57 60 64 68 71

Pengadaan TPS Kel. Unit 1 1 1 1 3 4 4 4 4 4

Kebutuhan TPS Kec Unit 22 23 23 24 24 25 26 27 29 30

Pengadaan TPS Kec. Unit 0 1 0 1 0 1 1 1 2 1

Tabel Kebutuhan Sarana Pengangkutan untuk Skenario 1

Komponen SatuanTahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Beban Penimbunan m3/hr 480.4 475.7 472.8 467.5 462.0 455.8 452.4 442.0 440.0 410.5

Sampah tercampur m3/hr 408.3 404.3 401.9 397.4 392.7 387.4 384.5 375.7 374.0 349.0

Residu Pengolahan m3/hr 72.1 71.3 70.9 70.1 69.3 68.4 67.9 66.3 66.0 61.6

DT 6m3 Unit 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6

Pengadaan DT 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Container 6m3 Unit 33 32 32 32 31 31 31 30 30 28

Pengadaan Container 6m3 Unit 27 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Arm Roll 6 m3 Unit 16 16 16 16 16 15 15 15 15 14

Pengadaan Arm Roll 6 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Container 10m3 Unit 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4

Pengadaan Container 10m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Arm Roll 10 m3 Unit 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Pengadaan Arm Roll 10 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 256: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-12

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengangkutan untuk Skenario 1

Komponen SatuanTahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Beban Penimbunan m3/hr 393.5 378.9 359.4 346.4 312.3 267.1 232.5 205.4 153.4 15.8

Sampah tercampur m3/hr 334.5 322.1 305.5 294.4 265.5 227.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Residu Pengolahan m3/hr 59.0 56.8 53.9 52.0 46.9 40.1 34.9 30.8 23.0 2.4

DT 6m3 Unit 6 6 5 5 5 4 3 3 2 0

Pengadaan DT 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Container 6m3 Unit 27 26 24 24 21 18 0 0 0 0

Pengadaan Container 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Arm Roll 6 m3 Unit 13 13 12 12 11 9 0 0 0 0

Pengadaan Arm Roll 6 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Container 10m3 Unit 4 4 4 4 3 3 0 0 0 0

Pengadaan Container 10m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Arm Roll 10 m3 Unit 2 2 2 2 2 1 0 0 0 0

Pengadaan Arm Roll 10 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel Kebutuhan Sarana Pengembangan Sistem Berbasis Masyarakat untuk Skenario 1

Komponen SatuanTahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Beban Sistem Berbasis Masy. m3/hr 245.9 442.6 470.7 555.0 611.2 667.4 751.7 779.8 821.9 920.3 976.5

Keb. Pengembangan Unit 18 32 34 40 44 48 54 56 59 66 70

Pelaksanaan Pengembangan Unit 18 14 2 6 4 4 6 2 3 7 4

Page 257: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-13

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengembangan Sistem Berbasis Masyarakat untuk Skenario 1

Komponen SatuanTahun

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Beban Sistem Berbasis Masy. m3/hr 1032.7 1088.9 1145.1 1201.3 1257.5 1313.7 1369.9 1426.1 1482.3

Keb. Pengembangan Unit 74 78 82 86 90 94 98 102 106

Pelaksanaan Pengembangan Unit 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Tabel Kebutuhan Sarana Pengumpulan untuk Skenario 2

Komponen SatuanTahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Beban Pengumpulan m3/hr 664 713 766 820 878 939 1,002 1,105 1,214 1,328

Kebutuhan Motor sampah Unit 238 256 275 295 315 337 360 397 436 477

Pengadaan Motor Sampah Unit 238 18 19 20 21 22 23 37 39 41

Kebutuhan Pick Up 4m3 Unit 40 43 46 49 53 56 60 66 73 80

Pengadaan Pick Up 4m3 Unit 40 3 3 3 3 4 4 6 6 7

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengumpulan untuk Skenario 2

Komponen SatuanTahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Beban Pengumpulan m3/hr 1,449 1,617 1,794 1,982 2,180 2,390 2,660 2,896 3,146 3,463

Kebutuhan Motor sampah Unit 520 581 645 712 783 859 956 1,041 1,130 1,244

Pengadaan Motor Sampah Unit 43 60 64 67 71 75 97 85 90 114

Kebutuhan Pick Up 4m3 Unit 87 97 107 119 131 143 159 173 188 207

Pengadaan Pick Up 4m3 Unit 7 10 11 11 12 13 16 14 15 19

Page 258: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-14

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Kebutuhan Sarana TPS untuk Skenario 2

Komponen SatuanTahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Beban Pengomposan m3/hr 30 40 60 70 100 120 140 190 240 300

Kebutuhan TPS Kel Unit 2 3 4 5 7 9 10 14 17 21

Pengadaan TPS Kel. Unit 2 1 1 1 2 1 1 4 4 4

Kebutuhan TPS Kec Unit 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pengadaan TPS Kec. Unit 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana TPS untuk Skenario 2

Komponen SatuanTahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Beban Pengomposan m3/hr 350 430 500 580 650 750 870 970 1,060 1,200

Kebutuhan TPS Kel Unit 25 31 36 41 46 53 62 69 75 85

Pengadaan TPS Kel. Unit 4 6 5 6 5 7 9 7 6 10

Kebutuhan TPS Kec Unit 12 13 14 16 18 20 22 25 27 30

Pengadaan TPS Kec. Unit 1 1 1 2 2 2 2 3 2 3

Page 259: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-15

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Kebutuhan Sarana Pengangkutan untuk Skenario 2

Komponen SatuanTahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Beban Penimbunan m3/hr 389 392 398 405 404 405 413 407 400 398

Sampah tercampur m3/hr 330 333 338 344 343 344 351 346 340 338

Residu Pengolahan m3/hr 58.3 58.8 59.6 60.7 60.5 60.7 61.9 61.1 60.1 59.7

DT 6m3 Unit 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Pengadaan DT 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Container 6m3 Unit 26 27 27 27 27 27 28 28 27 27

Pengadaan Container 6m3 Unit 20 1 0 0 0 0 1 0 0 0

Arm Roll 6 m3 Unit 13 13 13 14 14 14 14 14 14 13

Pengadaan Arm Roll 6 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Container 10m3 Unit 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Pengadaan Container 10m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Arm Roll 10 m3 Unit 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Pengadaan Arm Roll 10 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 260: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-16

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengangkutan untuk Skenario 2

Komponen SatuanTahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Beban Penimbunan m3/hr 399 383 373 360 344 331 308 288 267 241

Sampah tercampur m3/hr 339 325 317 306 292 281 262 245 227 205

Residu Pengolahan m3/hr 59.9 57.4 55.9 54.0 51.6 49.6 46.2 43.2 40.0 36.1

DT 6m3 Unit 6 6 6 5 5 5 5 4 4 4

Pengadaan DT 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Container 6m3 Unit 27 26 25 24 23 22 21 20 18 16

Pengadaan Container 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Arm Roll 6 m3 Unit 14 13 13 12 12 11 10 10 9 8

Pengadaan Arm Roll 6 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Container 10m3 Unit 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2

Pengadaan Container 10m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Arm Roll 10 m3 Unit 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1

Pengadaan Arm Roll 10 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel Kebutuhan Sarana Pengembangan Sistem Berbasis Masyarakat untuk Skenario 2

Komponen SatuanTahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Beban Sistem Berbasis Masy. m3/hr 231.8 259.9 288.0 316.1 344.2 372.3 400.4 456.6 526.9 597.1 667.4

Keb. Pengembangan Unit 17 19 21 23 25 27 29 33 38 43 48

Pelaksanaan Pengembangan Unit 17 2 2 2 2 2 2 4 5 5 5

Page 261: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-17

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengembangan Sistem Berbasis Masyarakat untuk Skenario 2

Komponen SatuanTahun

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Beban Sistem Berbasis Masy. m3/hr 836.0 1018.6 1145.1 1271.5 1412.0 1496.3 1524.4 1566.6 1636.8

Keb. Pengembangan Unit 60 73 82 91 101 107 109 112 117

Pelaksanaan Pengembangan Unit 12 13 9 9 10 6 2 3 5

Tabel Kebutuhan Sarana dan Prasarana untuk Skenario 3

No Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana

1 Penanganan Sampah

Kontainer 10 m3

Kebutuhan unit 23 23 23 23 23 23 23

Pengadaan unit 1 2 0 0 0 0 0

Kontainer 6 m3

Kebutuhan unit 34 34 34 34 34 34 34

Pengadaan unit 10 18 0 0 0 0 0

Arm Roll 10m3

Kebutuhan unit 8 8 8 8 8 8 8

Pengadaan unit 1 2 0 0 0 0 0

Arm Roll 6m3

Kebutuhan unit 11 11 11 11 11 11 11

Pengadaan unit 0 0 0 0 0 0 0

Dump Truck 10 m3

Kebutuhan unit 36 36 36 36 36 36 36

Page 262: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-18

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pengadaan unit 0 0 1 1 1 1 1

2 Pelaksanaan 3R

Pembiayaan Pengembangan CBSWM

Pengadaan unit 0 5 2 2 2 2 2

Unit Pengolahan Kompos

Pengadaan unit 0 0 2 2 2 2 2

Unit Pengolahan Plastik

Pengadaan unit 0 0 1 1 1 1 1

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Prasarana untuk Skenario 3

No Komponen SatuanJangka Panjang

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana

1 Penanganan Sampah

Kontainer 10 m3

Kebutuhan unit 23 23 24 24 25 25 26

Pengadaan unit 0 0 1 0 1 0 1

Kontainer 6 m3

Kebutuhan unit 35 36 37 38 39 40 41

Pengadaan unit 1 1 1 1 1 1 1

Arm Roll 10m3

Kebutuhan unit 8 8 8 8 8 9 9

Pengadaan unit 0 0 0 0 0 1 0

Page 263: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-19

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

No Komponen SatuanJangka Panjang

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Arm Roll 6m3

Kebutuhan unit 11 11 11 12 12 12 12

Pengadaan unit 0 0 0 0 0 0 0

Dump Truck 10 m3

Kebutuhan unit 37 37 38 38 39 39 40

Pengadaan unit 1 0 1 0 1 0 1

2 Pelaksanaan 3R

Pembiayaan Pengembangan CBSWM

Pengadaan unit 3 3 3 3 4 3 3

Unit Pengolahan Kompos

Pengadaan unit 4 4 4 5 5 4 4

Unit Pengolahan Plastik

Pengadaan unit 0 1 0 1 0 1 0

Page 264: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-20

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Kebutuhan Sarana dan Prasarana untuk Skenario 3

No Komponen SatuanJangka Panjang

2023 2024 2025 2026 2027 2028

Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana

1 Penanganan Sampah

Kontainer 10 m3

Kebutuhan unit 26 28 28 30 31 33

Pengadaan unit 0 2 0 2 1 2

Kontainer 6 m3

Kebutuhan unit 42 43 44 45 46 48

Pengadaan unit 1 1 1 1 1 2

Arm Roll 10m3

Kebutuhan unit 9 9 9 9 10 10

Pengadaan unit 0 0 0 0 1 0

Arm Roll 6m3

Kebutuhan unit 13 13 13 14 14 16

Pengadaan unit 0 0 0 0 0 0

Dump Truck 10 m3

Kebutuhan unit 40 41 41 42 42 43

Pengadaan unit 0 1 0 1 0 1

2 Pelaksanaan 3R

Pembiayaan Pengembangan CBSWM

Pengadaan unit 3 3 4 3 3 4

Unit Pengolahan Kompos

Pengadaan unit 4 3 4 3 2 0

Unit Pengolahan Plastik

Pengadaan unit 1 0 1 0 1 1

Page 265: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-21

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-1

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 25 415 10,998 227 6,376 31 923 32 1,010 45 1,506

Pick Up 4m3 Unit 120 70 8,904 38 5,124 6 858 6 909 8 1,285

Kontainer 6 m3 Unit 17 27.0 487 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 6 m3 Unit 210 1 223 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 20,611 11,500 1,781 1,919 2,790

2 Pola 3R

TPST Skala Kelurahanan Unit 240 15 3,816 12 3,236 3 858 3 909 3 964

TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 3 549 7 1,357 2 411 1 218 2 462

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 18 3,710 14 3,146 2 476 6 1,515 4 1,071

JUMLAH BIAYA POLA 3R 8,075 7,739 1,745 2,642 2,496

TOTAL BIAYA INVESTASI 28,685 19,239 3,525 4,561 5,286

Page 266: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-22

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-1

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2014 2015 2016 2017 2018

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 25 48 1,702 62 2,331 40 1,594 42 1,774 41 1,836

Pick Up 4m3 Unit 120 8 1,362 11 1,985 7 1,339 7 1,419 7 1,504

Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 2 451 3 717 3 760 3 806

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 3,064 4,767 3,650 3,953 4,146

2 Pola 3R

TPST Skala Kelurahanan Unit 240 3 1,021 3 1,083 3 1,148 4 1,622 1 430

TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 2 489 1 259 1 275 2 583 1 309

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 4 1,135 6 1,804 2 638 3 1,014 7 2,507

JUMLAH BIAYA POLA 3R 2,646 3,146 2,060 3,218 3,246

TOTAL BIAYA INVESTASI 5,710 7,913 5,710 7,172 7,392

Page 267: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-23

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-1

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2019 2020 2021 2022 2023

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 25 15 712 17 855 14 747 17 961 17 1,019

Pick Up 4m3 Unit 120 3 683 3 724 3 768 3 814 3 863

Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 6 m3 Unit 150 1 285 1 302 1 320 1 339 1 359

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 1,680 1,881 1,834 2,114 2,241

2 Pola 3R

TPST Skala Kelurahanan Unit 240 2 911 2 966 2 1,024 2 1,085 3 1,726

TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 0 - 1 347 0 - 1 390 0 -

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 4 1,519 4 1,610 4 1,706 4 1,809 4 1,917

JUMLAH BIAYA POLA 3R 2,430 2,923 2,730 3,284 3,643

TOTAL BIAYA INVESTASI 4,110 4,804 4,564 5,398 5,884

Page 268: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-24

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-1

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2024 2025 2026 2027 2028

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 25 16 1,016 35 2,356 26 1,855 26 1,967 20 1,604

Pick Up 4m3 Unit 120 3 915 6 1,939 5 1,713 5 1,815 4 1,539

Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 6 m3 Unit 150 1 381 2 808 2 856 2 908 4 1,924

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 2,312 5,103 4,424 4,690 5,067

2 Pola 3R

TPST Skala Kelurahanan Unit 240 4 2,439 4 2,585 4 2,740 4 2,905 4 3,079

TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 1 438 1 465 1 492 2 1,044 1 553

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 4 2,032 4 2,154 4 2,283 4 2,420 4 2,566

JUMLAH BIAYA POLA 3R 4,909 5,204 5,516 6,369 6,198

TOTAL BIAYA INVESTASI 7,221 10,307 9,940 11,059 11,265

Page 269: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-25

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-2

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 25 239 6,334 18 506 19 566 20 631 21 703

Pick Up 4m3 Unit 120 40 5,088 3 404 4 572 4 606 4 642

Kontainer 6 m3 Unit 17 21 378 1 19 0 - 1 21 0 -

Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 1 236 1 250 1 265 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 11,800 1,165 1,388 1,524 1,345

2 Pola 3R - - -

TPST Skala Kelurahanan Unit 240 2 509 1 270 2 572 1 303 3 964

TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 2 366 1 194 1 205 1 218 1 231

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 17 3,498 2 449 2 476 2 505 2 535

JUMLAH BIAYA POLA 3R 4,373 913 1,254 1,026 1,730

JUMLAH BIAYA INVESTASI 16,172 2,078 2,641 2,550 3,075

Page 270: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-26

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-2

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2014 2015 2016 2017 2018

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 25 22 780 23 865 37 1,474 39 1,647 42 1,880

Pick Up 4m3 Unit 120 4 681 4 722 7 1,339 7 1,419 7 1,504

Kontainer 6 m3 Unit 17 1 24 1 26 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 6 m3 Unit 210 1 298 1 316 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 1,783 1,928 2,813 3,066 3,385

2 Pola 3R - - - - -

TPST Skala Kelurahanan Unit 240 2 681 2 722 4 1,530 4 1,622 5 2,149

TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 1 245 1 259 1 275 1 291 1 309

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 2 567 2 601 4 1,275 5 1,689 5 1,791

JUMLAH BIAYA POLA 3R 1,493 1,583 3,080 3,603 4,249

JUMLAH BIAYA INVESTASI 3,276 3,510 5,893 6,669 7,633

Page 271: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-27

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-2

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2019 2020 2021 2022 2023

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 25 44 2,088 61 3,069 64 3,413 68 3,844 72 4,314

Pick Up 4m3 Unit 120 8 1,822 11 2,656 11 2,815 12 3,256 12 3,451

Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 6 m3 Unit 210 1 399 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 4,309 5,725 6,228 7,099 7,765

2 Pola 3R - - - - -

TPST Skala Kelurahanan Unit 240 4 1,822 6 2,898 5 2,560 6 3,256 5 2,876

TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 1 327 1 347 1 368 2 780 2 827

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 5 1,898 12 4,829 13 5,546 9 4,070 9 4,314

JUMLAH BIAYA POLA 3R 4,048 8,074 8,473 8,105 8,016

JUMLAH BIAYA INVESTASI 8,357 13,799 14,701 15,205 15,781

Page 272: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-28

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-2

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2024 2025 2026 2027 2028

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Motor Sampah Unit 25 76 4,827 97 6,530 85 6,065 90 6,808 114 9,140

Pick Up 4m3 Unit 120 13 3,963 17 5,493 15 5,138 15 5,446 19 7,312

Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 5 2,020 4 1,713 5 2,269 6 2,886

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 8,790 14,043 12,916 14,523 19,339

2 Pola 3R - - - - -

TPST Skala Kelurahanan Unit 240 8 4,877 9 5,816 8 5,480 7 5,083 10 7,697

TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 2 876 2 929 3 1,477 2 1,044 3 1,660

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 10 5,081 6 3,231 2 1,142 3 1,815 5 3,207

JUMLAH BIAYA POLA 3R 10,835 9,977 8,099 7,942 12,564

JUMLAH BIAYA INVESTASI 19,624 24,020 21,015 22,465 31,903

Page 273: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-29

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-3

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Kontainer 6 m3 Unit 20 10 212 18 404 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 6 m3 Unit 220 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 25 1 27 2 56 0 - 0 - 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 300 1 318 2 562 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 10 m3 Unit 200 0 - 0 - 1 238 1 252 1 268

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 557 1,022 238 252 268

2 Pola 3R

TPST Skala Kelurahan Unit 240 0 - 0 - 2 572 2 606 2 642

TPST Skala Kecamatan Unit 172 0 - 0 - 1 205 1 217 1 230

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 0 - 5 1,124 2 476 2 505 2 535

Peralatan Unit 97 5 514 0 - 0 - 0 - 0 -

Pendampingan Unit 103 6 655 0 - - - -

JUMLAH BIAYA POLA 3R 1,169 1,124 1,253 1,328 1,408

TOTAL BIAYA INVESTASI 1,726 2,146 1,491 1,581 1,675

Page 274: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-30

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-3

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2014 2015 2016 2017 2018

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Kontainer 6 m3 Unit 20 0 - 0 - 1 32 1 34 1 36

Arm Roll 6 m3 Unit 220 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 25 0 - 0 - 0 - 0 - 1 45

Arm Roll 10 m3 Unit 300 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Dump Truck 10 m3 Unit 200 1 284 1 301 1 319 0 - 1 358

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 284 301 351 34 439

2 Pola 3R

TPST Skala Kelurahan Unit 240 2 681 2 722 4 1,530 4 1,622 4 1,719

TPST Skala Kecamatan Unit 172 1 244 1 259 0 - 1 291 0 -

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 2 567 2 601 3 956 3 1,014 3 1,075

Peralatan Unit 97 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Pendampingan Unit 103 - - - -

JUMLAH BIAYA POLA 3R 1,492 1,582 2,486 2,926 2,794

TOTAL BIAYA INVESTASI 1,776 1,883 2,837 2,960 3,232

Page 275: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-31

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-3

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2019 2020 2021 2022 2023

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Kontainer 6 m3 Unit 20 1 38 1 40 1 43 1 45 1 48

Arm Roll 6 m3 Unit 220 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 25 0 - 1 50 0 - 1 57 0 -

Arm Roll 10 m3 Unit 300 0 - 0 - 1 640 0 - 0 -

Dump Truck 10 m3 Unit 200 0 - 1 402 0 - 1 452 0 -

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 38 493 683 554 48

2 Pola 3R

TPST Skala Kelurahan Unit 240 5 2,278 5 2,415 4 2,048 4 2,170 4 2,301

TPST Skala Kecamatan Unit 172 1 327 0 - 1 367 0 - 1 412

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 3 1,139 4 1,610 3 1,280 3 1,357 3 1,438

Peralatan Unit 97 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Pendampingan Unit 103 - - - - -

JUMLAH BIAYA POLA 3R 3,743 4,024 3,694 3,527 4,151

TOTAL BIAYA INVESTASI 3,781 4,517 4,377 4,081 4,199

Page 276: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-32

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-3

No Komponen Satuan

Harga Satuan 2024 2025 2026 2027 2028

(Rp- Jutaan)Kuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

JumlahKuantitas

Jumlah

Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)

1 Pola Konvensional

Kontainer 6 m3 Unit 20 1 51 1 54 1 57 1 61 2 128

Arm Roll 6 m3 Unit 220 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Kontainer 10 m3 Unit 25 2 127 0 - 2 143 1 76 2 160

Arm Roll 10 m3 Unit 300 0 - 0 - 0 - 1 908 0 -

Dump Truck 10 m3 Unit 200 1 508 0 - 1 571 0 - 1 641

JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 686 54 771 1,044 930

2 Pola 3R

TPST Skala Kelurahan Unit 240 3 1,829 4 2,585 3 2,055 2 1,452 0 -

TPST Skala Kecamatan Unit 172 0 - 1 463 0 - 1 520 1 552

Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 3 1,524 4 2,154 3 1,713 3 1,815 4 2,566

Peralatan Unit 97 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Pendampingan Unit 103 - - - - -

JUMLAH BIAYA POLA 3R 3,353 5,202 3,768 3,788 3,117

TOTAL BIAYA INVESTASI 4,039 5,256 4,538 4,832 4,047

Page 277: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-33

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Perkiraan Biaya TPA Saat Ini

SATUAN BIAYA OPERASI DAN PEMELIHARAAN , TPA BABAKAN DENGAN OPERASI CONTROLD

Biaya Personil

Diskripsi Jumlah Gaji Tunjangan Biaya / bln Biaya/ thn

Pencatatan 3 900,000 135,000 3,105,000 37,260,000

Operator Penimbunan 2 900,000 135,000 2,070,000 24,840,000

Operator Kolam 2 900,000 135,000 2,070,000 24,840,000

Operator Alat Berat 5 1,500,000 225,000 8,625,000 103,500,000

Operator Truk 3 1,300,000 195,000 4,485,000 53,820,000

Mekanik Alat Berat 2 1,300,000 195,000 2,990,000 35,880,000

Penjaga/Satpam 2 800,000 120,000 1,840,000 22,080,000

Kepala TPA 1 1,900,000 285,000 2,185,000 26,220,000

Kepala Seksi 3 1,300,000 195,000 4,485,000 53,820,000

Total Biaya Personil 31,855,000 382,260,000

Biaya O & P Mesin Buldozer Excavator Truk Biaya / bl Biaya/thn

BBM 108,360,000 54,180,000 22,275,000 184,815,000 2,217,780,000

Olie 4,800,000 2,400,000 600,000 7,800,000 93,600,000

Accu 2,200,000 1,650,000 1,200,000 5,050,000 60,600,000

suku cadang 60,000,000 35,000,000 6,250,000 101,250,000 1,215,000,000

Stempet 520,000 390,000 150,000 1,060,000 12,720,000

Total Biaya O & P Mesin 299,975,000 3,599,700,000

Tanah Penutup Vol (m3/hari) Harga Biaya/1 penutupan Biaya / bl Biaya/thn

Zona I (Zona Penimbunan Lama) 231 15,000 3,467,500 20,805,000 249,660,000

Zona II (Zona Penimbunan Baru) 364 15,000 5,460,000 163,800,000 1,965,600,000

Page 278: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-34

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Biaya Pemeliharaan Prasarana Vol satuan Harga Biaya/thn

Jalan 791 m 65,000 51,415,000

Saluran Drainase 664 m 26,000 17,264,000

Kolam 2,500 m2 65,000 162,500,000

Manuver 1,600 m2 91,000 145,600,000

Total Biaya Pemeliharaan Prasarana 376,779,000

Pemeliharaan & Pemantauan Lingkungan 175,000,000

Total Biaya O & P Tahun 2009 - 2010 4,401,139,000

Total Biaya O & P Tahun 2011 - 2028 6,117,079,000

Biaya Administrasi dan Overhead (5% x O & P) 220,056,950

305,853,950

Total Biaya Tahun 2009 - 2010 5,003,455,950

Total Biaya Tahun 2011 - 2028 6,805,192,950

Page 279: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-35

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Biaya O&M untuk Skenario-1

No KomponenJangka Pendek Jangka Menengah

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 149,876 556,461 582,825 610,404 649,404 690,367 744,180

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 28,952 Rp 30,689 Rp 32,530 Rp 34,482 Rp 36,551 Rp 38,744 Rp 41,068

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 4,339,137,500 Rp 17,076,997,764 Rp 18,959,257,074 Rp21,047,775,510 Rp23,736,104,755 Rp26,747,327,113 Rp30,562,199,259

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,466,764,875 Rp 6,854,770,767 Rp 7,266,057,013 Rp 7,702,020,434 Rp 8,164,141,660 Rp 8,653,990,160 Rp 9,173,229,569

- Total biaya Rp 10,805,902,375 Rp 23,931,768,531 Rp 26,225,314,088 Rp28,749,795,944 Rp31,900,246,416 Rp35,401,317,273 Rp39,735,428,828

-17% 121% 10% 10% 11% 11% 12%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 149,876 556,461 582,825 610,404 649,404 690,367 744,180

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 43,964 Rp 46,602 Rp 49,398 Rp 52,362 Rp 55,504 Rp 58,834 Rp 62,364

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 6,589,172,225 Rp 25,932,176,465 Rp 28,790,470,485 Rp31,961,978,111 Rp36,044,324,981 Rp40,616,999,326 Rp46,410,051,421

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 20,085 Rp 21,198 Rp 26,662 Rp 27,753 Rp 28,898 Rp 29,860 Rp 30,873

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 3,010,188,221 Rp 11,795,681,867 Rp 15,539,249,736 Rp16,940,412,130 Rp18,766,231,833 Rp20,614,082,482 Rp22,975,240,979

- Total biaya Rp 9,599,360,446 Rp 37,727,858,332 Rp 44,329,720,221 Rp48,902,390,241 Rp54,810,556,814 Rp61,231,081,808 Rp69,385,292,401

-26% 293% 17% 10% 12% 12% 13%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 62,400 110,760 121,680 134,160 146,640 156,000 168,480

- Biaya satuan pengelolaan Rp 35,263 Rp 37,379 Rp 39,621 Rp 41,999 Rp 44,519 Rp 47,190 Rp 50,021

- Biaya O&M Rp 2,200,407,535 Rp 4,140,066,776 Rp 4,821,136,916 Rp 5,634,549,247 Rp 6,528,214,965 Rp 7,361,604,110 Rp 8,427,564,385

88% 16% 17% 16% 13% 14%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp 13,006,309,909 Rp 28,071,835,308 Rp 31,046,451,004 Rp34,384,345,192 Rp38,428,461,381 Rp42,762,921,383 Rp48,162,993,213

0% 116% 11% 11% 12% 11% 13%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 11,799,767,980 Rp 41,867,925,108 Rp 49,150,857,137 Rp54,536,939,488 Rp61,338,771,779 Rp68,592,685,918 Rp77,812,856,785

-9% 255% 17% 11% 12% 12% 13%

Page 280: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-36

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-1

No KomponenJangka Panjang

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 778,596 814,611 849,480 862,390 876,431 888,192 902,952

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 43,532 Rp 46,144 Rp 48,913 Rp 51,848 Rp 54,959 Rp 58,256 Rp 61,751

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp33,894,149,324 Rp 37,589,659,147 Rp 41,550,614,099 Rp 44,712,999,977 Rp 48,167,416,032 Rp 51,742,633,710 Rp 55,758,648,697

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 9,723,623,344 Rp 10,307,040,744 Rp 10,925,463,189 Rp 11,580,990,980 Rp 12,275,850,439 Rp 13,012,401,465 Rp 13,793,145,553

- Total biaya Rp43,617,772,668 Rp 47,896,699,891 Rp 52,476,077,288 Rp 56,293,990,957 Rp 60,443,266,471 Rp 64,755,035,175 Rp 69,551,794,250

10% 10% 10% 7% 7% 7% 7%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 778,596 814,611 849,480 862,390 876,431 888,192 902,952

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 66,106 Rp 70,072 Rp 74,277 Rp 78,733 Rp 83,457 Rp 88,465 Rp 93,772

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp51,469,764,976 Rp 57,081,560,104 Rp 63,096,445,402 Rp 67,898,668,239 Rp 73,144,351,815 Rp 78,573,478,001 Rp 84,671,974,398

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,941 Rp 32,901 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp24,868,782,447 Rp 26,801,910,041 Rp 28,710,213,183 Rp 29,146,533,811 Rp 29,621,059,526 Rp 30,018,563,465 Rp 30,517,415,418

- Total biaya Rp76,338,547,423 Rp 83,883,470,145 Rp 91,806,658,585 Rp 97,045,202,050 Rp 102,765,411,342 Rp 108,592,041,466 Rp 115,189,389,816

10% 10% 9% 6% 6% 6% 6%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 177,840 195,000 196,560 202,800 209,040 215,280 221,520

- Biaya satuan pengelolaan Rp 53,022 Rp 56,204 Rp 59,576 Rp 63,151 Rp 66,940 Rp 70,956 Rp 75,213

- Biaya O&M Rp 9,429,508,151 Rp 10,959,735,350 Rp 11,710,258,027 Rp 12,806,932,985 Rp 13,993,052,009 Rp 15,275,400,358 Rp 16,661,255,521

12% 16% 7% 9% 9% 9% 9%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp53,047,280,818 Rp 58,856,435,241 Rp 64,186,335,315 Rp 69,100,923,943 Rp 74,436,318,480 Rp 80,030,435,533 Rp 86,213,049,771

10% 11% 9% 8% 8% 8% 8%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp85,768,055,574 Rp 94,843,205,496 Rp 103,516,916,612 Rp 109,852,135,035 Rp 116,758,463,351 Rp 123,867,441,824 Rp 131,850,645,336

10% 11% 9% 6% 6% 6% 6%

Page 281: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-37

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-1

No KomponenJangka Panjang

2023 2024 2025 2026 2027 2028

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 917,233 930,960 961,141 983,243 1,005,396 1,022,665

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 65,457 Rp 69,384 Rp 73,547 Rp 77,960 Rp 82,637 Rp 87,596

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 60,038,928,544 Rp 64,593,721,080 Rp 70,689,050,201 Rp 76,653,462,844 Rp 83,083,304,096 Rp 89,580,993,401

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 14,620,734,286 Rp 15,497,978,344 Rp 16,427,857,044 Rp 17,413,528,467 Rp 18,458,340,175 Rp 19,565,840,585

- Total biaya Rp 74,659,662,830 Rp 80,091,699,424 Rp 87,116,907,246 Rp 94,066,991,311 Rp101,541,644,271 Rp 109,146,833,987

7% 7% 9% 8% 8% 7%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 917,233 930,960 961,141 983,243 1,005,396 1,022,665

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 99,399 Rp 105,363 Rp 111,684 Rp 118,385 Rp 125,489 Rp 133,018

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 91,171,768,673 Rp 98,088,422,610 Rp107,344,449,493 Rp116,401,673,912 Rp126,165,672,262 Rp 136,032,700,882

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 29,246

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 28,578,403,537 Rp 29,006,108,671 Rp 29,946,456,938 Rp 30,635,093,795 Rp 31,325,306,535 Rp 29,908,957,800

- Total biaya Rp 119,750,172,210 Rp127,094,531,281 Rp137,290,906,431 Rp147,036,767,708 Rp157,490,978,797 Rp 165,941,658,683

4% 6% 8% 7% 7% 5%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 234,000 249,600 265,200 280,800 296,400 312,000

- Biaya satuan pengelolaan Rp 79,726 Rp 84,510 Rp 89,580 Rp 94,955 Rp 100,652 Rp 106,692

- Biaya O&M Rp 18,655,912,872 Rp 21,093,618,820 Rp 23,756,688,196 Rp 26,663,388,870 Rp 29,833,369,547 Rp 33,287,759,705

12% 13% 13% 12% 12% 12%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp 93,315,575,702 Rp101,185,318,244 Rp110,873,595,442 Rp120,730,380,181 Rp131,375,013,817 Rp 142,434,593,691

8% 8% 10% 9% 9% 8%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 138,406,085,081 Rp148,188,150,101 Rp161,047,594,627 Rp173,700,156,577 Rp187,324,348,344 Rp 199,229,418,387

5% 7% 9% 8% 8% 6%

Page 282: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-38

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Biaya O&M untuk Skenario-2

No KomponenJangka Pendek Jangka Menengah

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 121,279 122,387 124,031 126,240 125,922 126,229 128,753

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 28,952 Rp 30,689 Rp 32,530 Rp 34,482 Rp 36,551 Rp 38,744 Rp 41,068

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 3,511,202,124 Rp 3,755,884,239 Rp 4,034,726,480 Rp 4,352,960,676 Rp 4,602,519,827 Rp 4,890,564,630 Rp 5,287,683,244

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,466,764,875 Rp 6,854,770,767 Rp 7,266,057,013 Rp 7,702,020,434 Rp 8,164,141,660 Rp 8,653,990,160 Rp 9,173,229,569

- Total biaya Rp 9,977,966,999 Rp 10,610,655,006 Rp 11,300,783,493 Rp12,054,981,110 Rp12,766,661,487 Rp13,544,554,789 Rp14,460,912,813

-23% 6% 7% 7% 6% 6% 7%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 121,279 122,387 124,031 126,240 125,922 126,229 128,753

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 43,964 Rp 46,602 Rp 49,398 Rp 52,362 Rp 55,504 Rp 58,834 Rp 62,364

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 5,331,915,736 Rp 5,703,476,349 Rp 6,126,910,627 Rp 6,610,163,329 Rp 6,989,129,939 Rp 7,426,538,713 Rp 8,029,580,894

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 20,085 Rp 21,198 Rp 26,662 Rp 27,753 Rp 28,898 Rp 29,860 Rp 30,873

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 2,435,824,925 Rp 2,594,321,099 Rp 3,306,913,459 Rp 3,503,503,151 Rp 3,638,842,809 Rp 3,769,143,071 Rp 3,975,034,510

- Total biaya Rp 7,767,740,661 Rp 8,297,797,449 Rp 9,433,824,085 Rp10,113,666,480 Rp10,627,972,748 Rp11,195,681,784 Rp12,004,615,403

-40% 7% 14% 7% 5% 5% 7%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 8,640 11,520 17,280 20,160 28,800 34,560 40,320

- Biaya satuan pengelolaan Rp 35,263 Rp 37,379 Rp 39,621 Rp 41,999 Rp 44,519 Rp 47,190 Rp 50,021

- Biaya O&M Rp 304,671,812 Rp 430,602,828 Rp 684,658,497 Rp 846,694,341 Rp 1,282,137,145 Rp 1,630,878,449 Rp 2,016,853,015

41% 59% 24% 51% 27% 24%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp 10,282,638,812 Rp 11,041,257,834 Rp 11,985,441,990 Rp12,901,675,451 Rp14,048,798,633 Rp15,175,433,238 Rp16,477,765,828

-21% 7% 9% 8% 9% 8% 9%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 8,072,412,473 Rp 8,728,400,277 Rp 10,118,482,582 Rp10,960,360,821 Rp11,910,109,893 Rp12,826,560,233 Rp14,021,468,419

-38% 8% 16% 8% 9% 8% 9%

Page 283: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-39

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-2

No KomponenJangka Panjang

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 127,010 124,908 124,076 124,583 119,425 116,309 112,230

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 43,532 Rp 46,144 Rp 48,913 Rp 51,848 Rp 54,959 Rp 58,256 Rp 61,751

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 5,529,026,190 Rp 5,763,814,473 Rp 6,068,936,764 Rp 6,459,325,117 Rp 6,563,412,981 Rp 6,775,701,946 Rp 6,930,354,695

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 9,723,623,344 Rp 10,307,040,744 Rp 10,925,463,189 Rp 11,580,990,980 Rp 12,275,850,439 Rp 13,012,401,465 Rp 13,793,145,553

- Total biaya Rp15,252,649,534 Rp 16,070,855,217 Rp 16,994,399,952 Rp 18,040,316,097 Rp 18,839,263,419 Rp 19,788,103,412 Rp 20,723,500,248

5% 5% 6% 6% 4% 5% 5%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 127,010 124,908 124,076 124,583 119,425 116,309 112,230

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 66,106 Rp 70,072 Rp 74,277 Rp 78,733 Rp 83,457 Rp 88,465 Rp 93,772

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 8,396,070,833 Rp 8,752,607,226 Rp 9,215,948,921 Rp 9,808,770,903 Rp 9,966,832,928 Rp 10,289,203,113 Rp 10,524,050,152

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,941 Rp 32,901 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 4,056,751,746 Rp 4,109,673,791 Rp 4,193,451,097 Rp 4,210,563,774 Rp 4,036,239,903 Rp 3,930,933,242 Rp 3,793,070,997

- Total biaya Rp12,452,822,579 Rp 12,862,281,017 Rp 13,409,400,018 Rp 14,019,334,677 Rp 14,003,072,830 Rp 14,220,136,355 Rp 14,317,121,150

4% 3% 4% 5% 0% 2% 1%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 54,720 69,120 86,400 100,800 123,840 144,000 167,040

- Biaya satuan pengelolaan Rp 53,022 Rp 56,204 Rp 59,576 Rp 63,151 Rp 66,940 Rp 70,956 Rp 75,213

- Biaya O&M Rp 2,901,387,123 Rp 3,884,804,653 Rp 5,147,366,166 Rp 6,365,576,158 Rp 8,289,798,894 Rp 10,217,659,102 Rp 12,563,633,632

44% 34% 33% 24% 30% 23% 23%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp18,154,036,657 Rp 19,955,659,871 Rp 22,141,766,118 Rp 24,405,892,256 Rp 27,129,062,314 Rp 30,005,762,514 Rp 33,287,133,880

10% 10% 11% 10% 11% 11% 11%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp15,354,209,703 Rp 16,747,085,670 Rp 18,556,766,184 Rp 20,384,910,835 Rp 22,292,871,725 Rp 24,437,795,457 Rp 26,880,754,782

10% 9% 11% 10% 9% 10% 10%

Page 284: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-40

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-2

No KomponenJangka Panjang

2023 2024 2025 2026 2027 2028

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 107,309 103,233 96,117 89,803 83,217 75,105

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 65,457 Rp 69,384 Rp 73,547 Rp 77,960 Rp 82,637 Rp 87,596

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 7,024,051,925 Rp 7,162,736,712 Rp 7,069,121,294 Rp 7,000,996,690 Rp 6,876,832,605 Rp 6,578,916,742

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 14,620,734,286 Rp 15,497,978,344 Rp 16,427,857,044 Rp 17,413,528,467 Rp 18,458,340,175 Rp 19,565,840,585

- Total biaya Rp 21,644,786,212 Rp 22,660,715,056 Rp 23,496,978,338 Rp 24,414,525,157 Rp 25,335,172,780 Rp 26,144,757,327

4% 5% 4% 4% 4% 3%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 107,309 103,233 96,117 89,803 83,217 75,105

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 99,399 Rp 105,363 Rp 111,684 Rp 118,385 Rp 125,489 Rp 133,018

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 10,666,333,541 Rp 10,876,932,524 Rp 10,734,773,371 Rp 10,631,323,147 Rp 10,442,774,491 Rp 9,990,376,075

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 29,246

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 3,343,433,923 Rp 3,216,459,990 Rp 2,994,737,315 Rp 2,797,997,407 Rp 2,592,806,000 Rp 2,196,543,438

- Total biaya Rp 14,009,767,464 Rp 14,093,392,514 Rp 13,729,510,686 Rp 13,429,320,553 Rp 13,035,580,491 Rp 12,186,919,513

-2% 1% -3% -2% -3% -7%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 187,200 216,000 250,560 279,360 305,280 345,600

- Biaya satuan pengelolaan Rp 79,726 Rp 84,510 Rp 89,580 Rp 94,955 Rp 100,652 Rp 106,692

- Biaya O&M Rp 14,924,730,297 Rp 18,254,093,210 Rp 22,445,233,011 Rp 26,526,653,542 Rp 30,727,162,804 Rp 36,872,595,365

19% 22% 23% 18% 16% 20%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp 36,569,516,509 Rp 40,914,808,266 Rp 45,942,211,349 Rp 50,941,178,699 Rp 56,062,335,584 Rp 63,017,352,692

10% 12% 12% 11% 10% 12%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 28,934,497,761 Rp 32,347,485,724 Rp 36,174,743,697 Rp 39,955,974,096 Rp 43,762,743,296 Rp 49,059,514,878

8% 12% 12% 10% 10% 12%

Page 285: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-41

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Biaya O&M untuk Skenario-3

No KomponenJangka Pendek Jangka Menengah

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 216,103 Rp 232,972 Rp 221,287 Rp 225,345 Rp 230,702 Rp 235,522 Rp 269,585

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 28,952 Rp 30,689 Rp 32,530 Rp 34,482 Rp 36,551 Rp 38,744 Rp 41,068

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 6,256,507,987 Rp 7,149,592,669 Rp 7,198,435,105 Rp 7,770,274,274 Rp 8,432,314,980 Rp 9,124,986,827 Rp11,071,377,206

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,466,764,875 Rp 6,854,770,767 Rp 7,266,057,013 Rp 7,702,020,434 Rp 8,164,141,660 Rp 8,653,990,160 Rp 9,173,229,569

- Total biaya Rp 12,723,272,862 Rp 14,004,363,437 Rp 14,464,492,118 Rp15,472,294,708 Rp16,596,456,640 Rp17,778,976,987 Rp20,244,606,775

-2% 10% 3% 7% 7% 7% 14%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 216,103 Rp 232,972 Rp 221,287 Rp 225,345 Rp 230,702 Rp 235,522 Rp 269,585

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 43,964 Rp 46,602 Rp 49,398 Rp 52,362 Rp 55,504 Rp 58,834 Rp 62,364

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 9,500,784,120 Rp 10,856,972,714 Rp 10,931,142,112 Rp11,799,505,185 Rp12,804,843,281 Rp13,856,696,119 Rp16,812,376,004

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 20,085 Rp 21,198 Rp 26,662 Rp 27,753 Rp 28,898 Rp 29,860 Rp 30,873

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 4,340,324,925 Rp 4,938,474,653 Rp 5,899,929,536 Rp 6,253,945,862 Rp 6,666,754,273 Rp 7,032,599,194 Rp 8,322,946,825

- Total biaya Rp 13,841,109,045 Rp 15,795,447,367 Rp 16,831,071,648 Rp18,053,451,047 Rp19,471,597,553 Rp20,889,295,314 Rp25,135,322,828

6% 14% 7% 7% 8% 7% 20%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 14,400 17,280 23,040 25,920 28,800 31,680 34,560

- Biaya satuan pengelolaan Rp 35,263 Rp 37,379 Rp 39,621 Rp 41,999 Rp 44,519 Rp 47,190 Rp 50,021

- Biaya O&M Rp 507,786,354 Rp 645,904,242 Rp 912,877,996 Rp 1,088,607,010 Rp 1,282,137,145 Rp 1,494,971,912 Rp 1,728,731,156

27% 41% 19% 18% 17% 16%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp 13,231,059,216 Rp 14,650,267,679 Rp 15,377,370,114 Rp16,560,901,718 Rp17,878,593,786 Rp19,273,948,899 Rp21,973,337,931

2% 11% 5% 8% 8% 8% 14%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 14,348,895,399 Rp 16,441,351,609 Rp 17,743,949,644 Rp19,142,058,057 Rp20,753,734,699 Rp22,384,267,225 Rp26,864,053,984

10% 15% 8% 8% 8% 8% 20%

Page 286: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-42

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-3

No KomponenJangka Panjang

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 247,128 Rp 254,349 Rp 262,569 Rp 269,456 Rp 277,184 Rp 285,973 Rp 294,907

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 43,532 Rp 46,144 Rp 48,913 Rp 51,848 Rp 54,959 Rp 58,256 Rp 61,751

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp10,758,054,889 Rp 11,736,739,173 Rp 12,843,044,008 Rp 13,970,691,664 Rp 15,233,641,579 Rp 16,659,685,089 Rp 18,210,937,080

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 9,723,623,344 Rp 10,307,040,744 Rp 10,925,463,189 Rp 11,580,990,980 Rp 12,275,850,439 Rp 13,012,401,465 Rp 13,793,145,553

- Total biaya Rp20,481,678,233 Rp 22,043,779,917 Rp 23,768,507,196 Rp 25,551,682,644 Rp 27,509,492,018 Rp 29,672,086,555 Rp 32,004,082,633

1% 8% 8% 8% 8% 8% 8%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 247,128 Rp 254,349 Rp 262,569 Rp 269,456 Rp 277,184 Rp 285,973 Rp 294,907

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 66,106 Rp 70,072 Rp 74,277 Rp 78,733 Rp 83,457 Rp 88,465 Rp 93,772

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp16,336,582,206 Rp 17,822,757,581 Rp 19,502,730,407 Rp 21,215,113,253 Rp 23,132,958,561 Rp 25,298,468,710 Rp 27,654,113,474

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,941 Rp 32,901 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 7,893,389,624 Rp 8,368,445,861 Rp 8,874,153,593 Rp 9,106,909,337 Rp 9,368,088,247 Rp 9,665,140,297 Rp 9,967,076,768

- Total biaya Rp24,229,971,830 Rp 26,191,203,442 Rp 28,376,884,000 Rp 30,322,022,589 Rp 32,501,046,808 Rp 34,963,609,007 Rp 37,621,190,241

-4% 8% 8% 7% 7% 8% 8%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 37,440 40,320 43,200 46,080 48,960 51,840 54,720

- Biaya satuan pengelolaan Rp 53,022 Rp 56,204 Rp 59,576 Rp 63,151 Rp 66,940 Rp 70,956 Rp 75,213

- Biaya O&M Rp 1,985,159,611 Rp 2,266,136,048 Rp 2,573,683,083 Rp 2,909,977,672 Rp 3,277,362,354 Rp 3,678,357,277 Rp 4,115,673,086

15% 14% 14% 13% 13% 12% 12%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp22,466,837,843 Rp 24,309,915,965 Rp 26,342,190,279 Rp 28,461,660,317 Rp 30,786,854,371 Rp 33,350,443,831 Rp 36,119,755,720

2% 8% 8% 8% 8% 8% 8%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp26,215,131,441 Rp 28,457,339,489 Rp 30,950,567,083 Rp 33,232,000,262 Rp 35,778,409,161 Rp 38,641,966,284 Rp 41,736,863,328

-2% 9% 9% 7% 8% 8% 8%

Page 287: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-43

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-3

No KomponenJangka Panjang

2023 2024 2025 2026 2027 2028

1 Pola Konvensional

BERDASARKAN APBD 2007

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 301,846 Rp 311,128 Rp 320,942 Rp 331,310 Rp 338,921 Rp 340,694

- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 65,457 Rp 69,384 Rp 73,547 Rp 77,960 Rp 82,637 Rp 87,596

- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 19,757,817,020 Rp 21,587,298,974 Rp 23,604,297,081 Rp 25,828,904,435 Rp 28,007,575,503 Rp 29,843,312,901

- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 14,620,734,286 Rp 15,497,978,344 Rp 16,427,857,044 Rp 17,413,528,467 Rp 18,458,340,175 Rp 19,565,840,585

- Total biaya Rp 34,378,551,306 Rp 37,085,277,318 Rp 40,032,154,125 Rp 43,242,432,902 Rp 46,465,915,678 Rp 49,409,153,486

7% 8% 8% 8% 7% 6%

BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL

- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 301,846 Rp 311,128 Rp 320,942 Rp 331,310 Rp 338,921 Rp 340,694

- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 99,399 Rp 105,363 Rp 111,684 Rp 118,385 Rp 125,489 Rp 133,018

- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 30,003,119,085 Rp 32,781,268,355 Rp 35,844,169,198 Rp 39,222,333,865 Rp 42,530,742,249 Rp 45,318,390,688

- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 29,246

- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 9,404,679,289 Rp 9,693,876,270 Rp 9,999,640,172 Rp 10,322,702,728 Rp 10,559,833,862 Rp 9,963,970,618

- Total biaya Rp 39,407,798,373 Rp 42,475,144,625 Rp 45,843,809,369 Rp 49,545,036,593 Rp 53,090,576,111 Rp 55,282,361,306

5% 8% 8% 8% 7% 4%

2 Pola 3R (Skala Kelurahan)

- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 57,600 60,480 63,360 66,240 69,120 72,000

- Biaya satuan pengelolaan Rp 79,726 Rp 84,510 Rp 89,580 Rp 94,955 Rp 100,652 Rp 106,692

- Biaya O&M Rp 4,592,224,707 Rp 5,111,146,099 Rp 5,675,806,049 Rp 6,289,825,067 Rp 6,957,093,465 Rp 7,681,790,701

12% 11% 11% 11% 11% 10%

TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R

- Berdasarkan APBD 2007 Rp 38,970,776,013 Rp 42,196,423,416 Rp 45,707,960,174 Rp 49,532,257,969 Rp 53,423,009,143 Rp 57,090,944,187

8% 8% 8% 8% 8% 7%

- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 44,000,023,080 Rp 47,586,290,723 Rp 51,519,615,418 Rp 55,834,861,659 Rp 60,047,669,576 Rp 62,964,152,007

5% 8% 8% 8% 8% 5%

Page 288: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-44

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-1

Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pola Konvensional

Biaya Investasi (Juta) Rp 20,611 Rp 11,500 Rp 1,781 Rp 1,919 Rp 2,790 Rp 3,064 Rp 4,767

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 20,611 Rp 11,500 Rp 1,781 Rp 1,919 Rp 2,790 Rp 3,064 Rp 4,767

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (Juta) Rp 10,806 Rp 23,932 Rp 26,225 Rp 28,750 Rp 31,900 Rp 35,401 Rp 39,735

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 10,806 Rp 23,932 Rp 26,225 Rp 28,750 Rp 31,900 Rp 35,401 Rp 39,735

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Pola 3R

Biaya Investasi (Juta) Rp 8,075 Rp 7,739 Rp 1,745 Rp 2,642 Rp 2,496 Rp 2,646 Rp 3,146

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 8,075 Rp 7,739 Rp 1,745 Rp 2,642 Rp 2,496 Rp 2,646 Rp 3,146

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (RP) Rp 2,200 Rp 4,140 Rp 4,821 Rp 5,635 Rp 6,528 Rp 7,362 Rp 8,428

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 2,200 Rp 4,140 Rp 4,821 Rp 5,635 Rp 6,528 Rp 7,362 Rp 8,428

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Page 289: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-45

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-1

Komponen SatuanJangka Panjang

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Pola Konvensional

Biaya Investasi (Juta) Rp 3,650 Rp 3,953 Rp 4,146 Rp 1,680 Rp 1,881 Rp 1,834 Rp 2,114

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 3,650 Rp 3,953 Rp 4,146 Rp 1,680 Rp 1,881 Rp 1,834 Rp 2,114

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (Juta) Rp 43,618 Rp 47,897 Rp 52,476 Rp 56,294 Rp 60,443 Rp 64,755 Rp 69,552

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 43,618 Rp 47,897 Rp 52,476 Rp 56,294 Rp 60,443 Rp 64,755 Rp 69,552

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Pola 3R

Biaya Investasi (Juta) Rp 2,060 Rp 3,218 Rp 3,246 Rp 2,430 Rp 2,923 Rp 2,730 Rp 3,284

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 2,060 Rp 3,218 Rp 3,246 Rp 2,430 Rp 2,923 Rp 2,730 Rp 3,284

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (RP) Rp 9,430 Rp 10,960 Rp 11,710 Rp 12,807 Rp 13,993 Rp 15,275 Rp 16,661

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 9,430 Rp 10,960 Rp 11,710 Rp 12,807 Rp 13,993 Rp 15,275 Rp 16,661

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Page 290: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-46

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-1

Komponen SatuanJangka Panjang

2023 2024 2025 2026 2027 2028

Pola Konvensional

Biaya Investasi (Juta) Rp 2,241 Rp 2,312 Rp 5,103 Rp 4,424 Rp 4,690 Rp 5,067

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 2,241 Rp 2,312 Rp 5,103 Rp 4,424 Rp 4,690 Rp 5,067

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (Juta) Rp 74,660 Rp 80,092 Rp 87,117 Rp 94,067 Rp101,542 Rp 109,147

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 74,660 Rp 80,092 Rp 87,117 Rp 94,067 Rp 101,542 Rp 109,147

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Pola 3R

Biaya Investasi (Juta) Rp 3,643 Rp 4,909 Rp 5,204 Rp 5,516 Rp 6,369 Rp 6,198

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 3,643 Rp 4,909 Rp 5,204 Rp 5,516 Rp 6,369 Rp 6,198

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (RP) Rp 18,656 Rp 21,094 Rp 23,757 Rp 26,663 Rp 29,833 Rp 33,288

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 18,656 Rp 21,094 Rp 23,757 Rp 26,663 Rp 29,833 Rp 33,288

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Page 291: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-47

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-2

Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pola Konvensional

Biaya Investasi (Juta) Rp 11,800 Rp 1,165 Rp 1,388 Rp 1,524 Rp 1,345 Rp 1,783 Rp 1,928

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 11,800 Rp 1,165 Rp 1,388 Rp 1,524 Rp 1,345 Rp 1,783 Rp 1,928

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (Juta) Rp 9,978 Rp 10,611 Rp 11,301 Rp 12,055 Rp 12,767 Rp 13,545 Rp 14,461

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 9,978 Rp 10,611 Rp 11,301 Rp 12,055 Rp 12,767 Rp 13,545 Rp 14,461

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Pola 3R

Biaya Investasi (Juta) Rp 4,373 Rp 913 Rp 1,254 Rp 1,026 Rp 1,730 Rp 1,493 Rp 1,583

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 4,373 Rp 913 Rp 1,254 Rp 1,026 Rp 1,730 Rp 1,493 Rp 1,583

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (RP) Rp 305 Rp 431 Rp 685 Rp 847 Rp 1,282 Rp 1,631 Rp 2,017

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 305 Rp 431 Rp 685 Rp 847 Rp 1,282 Rp 1,631 Rp 2,017

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Page 292: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-48

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-2

Komponen SatuanJangka Panjang

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Pola Konvensional

Biaya Investasi (Juta) Rp 2,813 Rp 3,066 Rp 3,385 Rp 4,309 Rp 5,725 Rp 6,228 Rp 7,099

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 2,813 Rp 3,066 Rp 3,385 Rp 4,309 Rp 5,725 Rp 6,228 Rp 7,099

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (Juta) Rp 15,253 Rp 16,071 Rp 16,994 Rp 18,040 Rp 18,839 Rp 19,788 Rp 20,724

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 15,253 Rp 16,071 Rp 16,994 Rp 18,040 Rp 18,839 Rp 19,788 Rp 20,724

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Pola 3R

Biaya Investasi (Juta) Rp 3,080 Rp 3,603 Rp 4,249 Rp 4,048 Rp 8,074 Rp 8,473 Rp 8,105

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 3,080 Rp 3,603 Rp 4,249 Rp 4,048 Rp 8,074 Rp 8,473 Rp 8,105

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (RP) Rp 2,901 Rp 3,885 Rp 5,147 Rp 6,366 Rp 8,290 Rp 10,218 Rp 12,564

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 2,901 Rp 3,885 Rp 5,147 Rp 6,366 Rp 8,290 Rp 10,218 Rp 12,564

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Page 293: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-49

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-2

Komponen SatuanJangka Panjang

2023 2024 2025 2026 2027 2028

Pola Konvensional

Biaya Investasi (Juta) Rp 7,765 Rp 8,790 Rp 14,043 Rp 12,916 Rp 14,523 Rp 19,339

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 7,765 Rp 8,790 Rp 14,043 Rp 12,916 Rp 14,523 Rp 19,339

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (Juta) Rp 21,645 Rp 22,661 Rp 23,497 Rp 24,415 Rp 25,335 Rp 26,145

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 21,645 Rp 22,661 Rp 23,497 Rp 24,415 Rp 25,335 Rp 26,145

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Pola 3R

Biaya Investasi (Juta) Rp 8,016 Rp 10,835 Rp 9,977 Rp 8,099 Rp 7,942 Rp 12,564

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 8,016 Rp 10,835 Rp 9,977 Rp 8,099 Rp 7,942 Rp 12,564

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (RP) Rp 14,925 Rp 18,254 Rp 22,445 Rp 26,527 Rp 30,727 Rp 36,873

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 14,925 Rp 18,254 Rp 22,445 Rp 26,527 Rp 30,727 Rp 36,873

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Page 294: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-50

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-3

Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pola Konvensional

Biaya Investasi (Juta) Rp 557 Rp 1,022 Rp 238 Rp 252 Rp 268 Rp 284 Rp 301

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 557 Rp 1,022 Rp 238 Rp 252 Rp 268 Rp 284 Rp 301

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (Juta) Rp 12,723 Rp 14,004 Rp 14,464 Rp 15,472 Rp 16,596 Rp 17,779 Rp 20,245

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 12,723 Rp 14,004 Rp 14,464 Rp 15,472 Rp 16,596 Rp 17,779 Rp 20,245

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Pola 3R

Biaya Investasi (Juta) Rp 1,169 Rp 1,124 Rp 1,253 Rp 1,328 Rp 1,408 Rp 1,492 Rp 1,582

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 1,169 Rp 1,124 Rp 1,253 Rp 1,328 Rp 1,408 Rp 1,492 Rp 1,582

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (RP) Rp 508 Rp 646 Rp 913 Rp 1,089 Rp 1,282 Rp 1,495 Rp 1,729

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 508 Rp 646 Rp 913 Rp 1,089 Rp 1,282 Rp 1,495 Rp 1,729

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Page 295: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-51

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-3

Komponen SatuanJangka Panjang

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Pola Konvensional

Biaya Investasi (Juta) Rp 351 Rp 34 Rp 439 Rp 38 Rp 493 Rp 683 Rp 554

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 351 Rp 34 Rp 439 Rp 38 Rp 493 Rp 683 Rp 554

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (Juta) Rp 20,482 Rp 22,044 Rp 23,769 Rp 25,552 Rp 27,509 Rp 29,672 Rp 32,004

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 20,482 Rp 22,044 Rp 23,769 Rp 25,552 Rp 27,509 Rp 29,672 Rp 32,004

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Pola 3R

Biaya Investasi (Juta) Rp 2,486 Rp 2,926 Rp 2,794 Rp 3,743 Rp 4,024 Rp 3,694 Rp 3,527

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 2,486 Rp 2,926 Rp 2,794 Rp 3,743 Rp 4,024 Rp 3,694 Rp 3,527

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (RP) Rp 1,985 Rp 2,266 Rp 2,574 Rp 2,910 Rp 3,277 Rp 3,678 Rp 4,116

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 1,985 Rp 2,266 Rp 2,574 Rp 2,910 Rp 3,277 Rp 3,678 Rp 4,116

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Page 296: Masterplan Sampah

Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-52

Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan

Di Kabupaten Bandung

Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-3

Komponen SatuanJangka Panjang

2023 2024 2025 2026 2027 2028

Pola Konvensional

Biaya Investasi (Juta) Rp 48 Rp 686 Rp 54 Rp 771 Rp 1,044 Rp 930

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 48 Rp 686 Rp 54 Rp 771 Rp 1,044 Rp 930

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (Juta) Rp 34,379 Rp 37,085 Rp 40,032 Rp 43,242 Rp 46,466 Rp 49,409

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 34,379 Rp 37,085 Rp 40,032 Rp 43,242 Rp 46,466 Rp 49,409

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Pola 3R

Biaya Investasi (Juta) Rp 4,151 Rp 3,353 Rp 5,202 Rp 3,768 Rp 3,788 Rp 3,117

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 4,151 Rp 3,353 Rp 5,202 Rp 3,768 Rp 3,788 Rp 3,117

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

Biaya O&M (RP) Rp 4,592 Rp 5,111 Rp 5,676 Rp 6,290 Rp 6,957 Rp 7,682

- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Rp 4,592 Rp 5,111 Rp 5,676 Rp 6,290 Rp 6,957 Rp 7,682

- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -

- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -