masterplan sampah
DESCRIPTION
Masterplan SampahTRANSCRIPT
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-1
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
11..11 LLaattaarr BBeellaakkaanngg
“Kebun adalah tempat sampah kami. Kami mengolah
sampah dengan cara membuang dan membakarnya di
kebun atau pekarangan rumah. Dari dulu seperti itu,
sampah tidak menjadi masalah. Sekarang menjadi
masalah setelah ada plastik” pernyataan senada itu
kerap muncul dari masyarakat di Kabupaten
Bandung khususnya di perdesaan.
Pernyataan itu melukiskan sedang terjadi perubahan penting dalam kehidupan
keseharian masyarakat di Kabupaten Bandung, utamanya dalam soal
persampahan.
Sepintas, Kabupaten Bandung dengan luas lahan yang membentang seluas
176.239 Ha di 30 Kecamatan, nampak seperti belum menghadapi masalah.
Namun demikian, dibalik semua ini, di Kabupaten Bandung saat ini
sesungguhnya tersimpan problem sampah yang cukup besar. Berdasarkan hasil
sampling, timbulan sampah perkapita yang mencapai 2,81 liter/orang/hari, dan
dengan penduduk tahun 2007 sebanyak 3.027.233 jiwa, ternyata berpotensi
menimbulkan sampah sebanyak 2.803 m3/hari di wilayah perkotaan. Belum lagi
sampah dari aktifitas masyarakat di perdesaan, yang masih merupakan
karakteristik sebagian besar wilayah di Kabupaten Bandung. Total timbulan
sampah Kabupaten Bandung baik di perkotaan dan perdesaan diperkirakan saat
ini mencapai 4.880 m3/hari.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-2
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Rendahnya kemampuan Pemerintah dalam menjalankan fungsi pengelolaan
kebersihan kotanya yang diantaranya disebabkan oleh rendahnya anggaran
biaya mengingat APBD saat ini di Kabupaten Bandung masih merupakan sumber
pembiayaan pengelolaan sampah andalan. Penyebab lain adalah belum
tumbuhnya peran aktif masyarakat dalam hal kebersihan. Hal ini disebabkan
karena kurang efektifnya pola sosialisasi yang selama ini dijalankan. Budaya
‘bebersih’ yang dahulu menjadi ciri khas masyarakat priangan, nampaknya
telah hilang, tidak hanya diperkotaan tetapi juga di perdesaan. Saat ini di
beberapa wilayah Kabupaten Bandung yang masih tergolong wilayah perdesaan,
sudah tidak lagi mencerminkan adanya budaya bersih.
Permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, tidak saja dalam hal
pembiayaan dan peran serta masyarakat, dalam hal sistem operasional pun
dihadapi masalah yang cukup rumit. Paradigma ’kumpul – angkut – buang’ yang
masih dijalankan, menjadikan beban pengelolaan sampah di TPA Babakan, satu-
satunya TPA milik Pemerintah Kabupaten Bandung terukur sangat tinggi.
Antisipasi untuk mengurangi beban di TPA telah dilakukan, yaitu dengan
pengembangan unit-unit pengomposan, namun umumnya kini terhenti. Satu-
satunya unit pengomposan yang baru diujikan untuk dioperasikan kembali
adalah pengomposan di TPA Babakan, belum bisa menunjukkan optimalisasi
kerja. Usaha lainnya adalah dengan mengembangkan kerjasama pembangunan
PLTSa dengan pihak swasta, hal ini pun baru akan terwujud pada skala ujicoba.
Rendahnya kinerja pengelolaan sampah di
kabupaten ini berdampak secara langsung terhadap
kualitas lingkungan dan sanitasi masyarakat.
Penumpukan dan
pembuangan sampah
ilegal kerap ditemukan di
saluran, sungai, tanah kosong, serta tempat lainnya
sehingga menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan, kenyaman, dan estetika.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-3
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Letak Kabupaten Bandung yang strategis sebagai
kota penyangga dalam menopang laju
perkembangan wilayah dengan berbagai
aspeknya serta dinamika perubahan yang begitu
pesat memberikan konstribusi yang cukup besar
dalam masalah menjaga kebersihan lingkungan.
Munculnya berbagai permasalahan lingkungan khususnya yang dikaitkan dengan
kecenderungan akan meningkatnya eksploitasi sumber daya dan lingkungan di
berbagai daerah sebagai implikasi diterapkannya desentralisasi
penyelenggaraan pemerintahan memerlukan adanya suatu kebijakan yang
rasional, terpadu, dan holistik.
Tidak seimbangnya beban pengelolaan sampah dengan kemampuan
pengelolaannya selayaknya segera dicarikan solusinya. Paradigma pengelolaan
sampah yang selama ini dijalankan yaitu ’kumpul-angkut-buang’, harus segera
digeser pada paradigma minimasi di sumbernya. Demikian halnya Paradigma
’state goverment’ dengan pendekatan Pemerintah sebagai satu-satunya
Pelayan Publik, tanpa disadari menyebabkan masyarakat senantiasa
menyerahkan bahkan menimpakan permasalahan pengelolaan sampah kepada
Pemerintah. Tidak ada lagi peran yang lebih dari sekedar membayar retribusi.
Pemikiran ini harus segera digeser, bahwanya pengelolaan sampah bukan
semata-mata tugas Pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab
masyarakat sebagai penimbul dan harus melibatkan seluruh kelompok yang
memberikan kontribusi terhadap timbulnya sampah seperti dunia industri.
Pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung harus diarahkan menuju terciptanya
reduksi beban pengelolaan dengan meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan
sampah melalui pendekatan pola partisipasi masyarakat.
11..22 MMaakkssuudd ddaann TTuujjuuaann
1.2.1 Maksud
Maksud dari Kegiatan Penyusunan Kebijakan Manajemen Pengelolaan
Persampahan adalah menyusun perencanaan jangka pendek, menengah, dan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-4
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
panjang mengenai aspek teknik, finansial, kelembagaan, aturan atau hukum
serta aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan.
Perencanaan didasarkan pada kaidah pengembangan sistem pengelolaan
sampah terpadu (Integrated Solid Waste Management System) dengan
pendekatan paradigma baru yaitu minimasi sampah tertimbun di TPA. Rencana
Induk juga akan berintegrasi dengan program GBWMC dan program kerjasama
regional lainnya.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah tersedianya rencana tindak dan rencana
strategi pengelolaan persampahan Kabupaten Bandung untuk jangka pendek,
menengah dan jangka panjang yang bisa dipertanggung jawabkan, sehingga
terbentuk program peningkatan kinerja sistem yang dapat diandalkan.
1.2.3 Sasaran Pekerjaan
Target yang ingin dicapai dengan mengembangkan proyek ini adalah :
Bertambahnya tingkat pelayanan pengelolaan sampah oleh Pemerintah,
Sampah dari berbagai aktifitas kota dapat dikelola dengan tepat,
Tempat-tempat penampungan sampah yang ada dapat diperbaharui
dengan tepat, sehingga tidak terlihat timbulan sampah menggunung,
Terciptanya sistem pengelolaan sampah yang menerapkan konsep
minimasi sampah tertimbun di TPA dengan mengembangkan teknologi
tepat guna dan ramah lingkungan.
Manfaat yang diharapkan diperoleh dengan dilaksanakannya kegiatan ini adalah
terciptanya sebuah sistem pengelolaan sampah terpadu (Integrated Solid Waste
Management) yang mampu menjadi pedoman bagi semua pemangku
kepentingan dalam melakukan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-5
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Adapun dampak dari kegiatan ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan
sebagai akibat dari pengelolaan persampahan dengan paradigma baru yang
sistematis dan terintegrasi.
11..33 RRuuaanngg LLiinnggkkuupp PPeellaappoorraann
Laporan Final merupakan laporan tahap akhir dari keseluruhan pelaksanaan
pekerjaan. Laporan ini berisikan kajian-kajian terhadap kondisi wilayah
perencanaan dan kondisi eksisting pengelolaan sampah Kabupaten Bandung.
Evaluasi terhadap kondisi eksisting dilakukan sebagai langkah indentifikasi
masalah yang menjadi landasan dalam pengembangan perencanaan. Kebijakan
dan Strategi dikembangkan untuk diturunkan ke dalam rencana aksi
pengelolaan sampah 20 tahun mendatang.
Buku Laporan Final ini disertai dengan buku pelengkap yang disajikan dalam
bentuk Buku Laporan tersendiri , yaitu :
1. Buku Kondisi Eksisting, menampilkan data-data pengelolaan sampah
Kabupaten Bandung Tahun 2007.
2. Buku Laporan Studi Timbulan dan Karakteristik Sampah Kabupaten
Bandung
3. Buku Laporan Studi KAP Masyarakat Kab. Bandung
4. Buku Kumpulan Peraturan terkait Pengelolaan Sampah di Kabupaten
Bandung
5. Album Peta Sistem Pengolaan Sampah Kabupaten Bandung
6. Ringkasan Eksekutif
11..44 PPeennggeerrttiiaann
Dalam Laporan Akhir ini dipergunakan beberapa istilah yang banyak
dipergunakan. Penting dipaparkan untuk diketahui, mengingat perbedaan
penafsiran akan menimbulkan arti yang berlainan. Adapun istilah yang yang
banyak dipergunakan tersebut adalah sebagai berikut :
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-6
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
1. Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
2. Sampah perkotaaan adalah sampah yang ditimbulkan dari aktifitas kota
termasuk didalamnya sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah
tangga.
3. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk terdiri dari bekas
makanan, bekas sayuran , kulit buah lunak, daun-daunan dan rumput.
4. Sampah anorganik adalah sampah kering yang sukar atau tidak membusuk
seperti kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi dan logam lainnya.
5. Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang dan
per hari dalam satuan volume maupun berat.
6. Sampah B3 Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari aktifitas RT,
mengandung bahan dan/atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya/
atau beracun karena sifat kandungannya tersebut baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup
dan atau membahayakan kesehatan manusia.
7. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
8. Pewadahan sampah adalah cara penampungan sampah sementara di
sumbernya, baik individual maupun komunal.
9. Pewadahan individual adalah cara penampungan sampah sementara di
masing-masing sumbernya.
10. Pewadahan komunal adalah cara penampungan sampah sementara secara
bersama-sama pada satu tempat.
11. Pengumpulan sampah adalah proses penanganan dengan cara
pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat
pembuangan sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa
melalui proses pemindahan.
12. Pola pengumpulan individual langsung adalah cara pengumpulan sampah
dari rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat
pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-7
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
13. Pola pengumpulan individual tidak langsung adalah cara mengumpulkan
sampah dari masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan
(menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan
akhir.
14. Pola pengumpulan komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah
dari masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat
pembuangan akhir.
15. Pola pengumpulan komunal tidak langsung adalah adalah cara
pengumpulan sampah dari masing-masing titik wadah komunal dibawa ke
lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke
tempat pembuangan akhir.
16. Pola penyapuan jalan adalah proses pengumpulan sampah hasil penyapuan
jalan dengan menggunakan gerobak.
17. Pemindahan sampah adalah tahap memindahkan sampah hasil
pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat
pembuangan akhir.
18. Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat
pembuangan akhir.
19. Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah
atau merubah bentuk menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan cara
pembakaran, pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan, dan
pendaurulangan.
20. Pengomposan (composting) adalah sistem pengolahan sampah organik
dengan bantuan mikroorganisme sehingga terbentuk pupuk organik (pupuk
kompos).
21. Potensi Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah yang berpotensi
untuk dikomposkan.
22. Tingkat Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah organik yang
berhasil dikomposkan di bandingkan terhadap timbulan sampah organik
potensi pengomposan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-8
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
23. Pembakaran sampah adalah salah satu teknik pengolahan sampah dengan
membakar sampah secara terkendali, sehingga terjadi perubahan bentuk.
Reduksi dari sampah padat menjadi abu, gas dan cairan.
24. Pemadatan adalah uapaya mengurangi volume sampah dengan cara
dipadatkan baik secara manual maupun mekanis sehingga pembuangan ke
tempat pembuangan akhir lebih efisien.
25. Daur ulang adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan
produk yang bermanfaat lagi.
26. Potensi Daur Ulang adalah sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali
atau di daur ulang.
27. Tingkat Daur Ulang adalah jumlah atau volume timbulan sampah anorganik
yang berhasil di daur ulang dari timbulan sampah anorganik potensi daur
ulang.
28. Tingkat pelayanan adalah jumlah sampah yang berhasil dikelola baik
dengan cara konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan
pendekatan pengolahan dan atau daur ulang.
29. Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat sebelum
sampah diangkut ke tempat pendauran-ulang, pengolahan, dan/atau
pemrosesan akhir.
30. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan,
pengumpulan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Khusus di
Kabupaten Bandung, TPST dibedakan atas skala Kelurahan untuk proses
pengomposan, Skala Kecamatan untuk proses pengolahan sampah
anorganik dan Skala Kota untuk penanganan residu.
31. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk pemrosesan akhir
sampah kota setelah direduksi melalui proses-proses di hulu.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-9
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
11..55 SSiisstteemmaattiikkaa PPeellaappoorraann
Sistematika Laporan Akhir terdiri dari 7 (tujuh) Bab, yang terdiri dari :
Bab I Pendahuluan
Bab ini merupakan pengantar dalam Laporan Akhir ini, serta didalamnya
tertuang mengenai ruang lingkup dan sistematika Laporan Akhir.
Bab II Evaluasi Sistem Pengelolaan Kebersihan Kota
Bab ini akan menguraikan evaluasi sistem pengelolaan sampah kota eksisting
mulai dari sistem teknik operasional, sistem pengelolaan/pelayanan, daerah
dan tingkat pelayanan yang diterapkan di Wilayah Perencanaan. Dalam bab ini
juga dibahas berbagai aspek mencakup data – data kelembagaan, aspek
pembiayaan, aspek peraturan, dan aspek peran serta masyarakat.
Bab III Strategi Pengelolaan Sampah Kabupaten Bandung
Tahun 2008-2028
Pada bab ini akan dibahas strategi-strategi untuk mendukung kinerja dalam hal
pengembangan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung, yang meliputi
strategi-strategi teknik operasional, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan,
aspek peraturan, dan aspek peran serta masyarakat.
Bab IV Rencana Operasi Pengelolaan
Perencanaan pelayanan pengelolaan sampah Kabupaten Bandung di dasarkan
pada beban permasalahan sampah yang dihadapi pada kondisi saat ini sampai
pada masa 10 dan 20 tahun mendatang.
Bab V Rencana Pengembangan Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Pada Bab ini akan diuraikan rencana tinjauan dan strategi khusus dalam
pengembangan aspek peraturan dan kelembagaan yang ada di Kabupaten
Bandung.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal I-10
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Bab VI Rencana Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Pada bab ini dikembangkan strategi-strategi partisipatif dalam hal pelibatan
masyarakat untuk mendukung sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten
Bandung.
Bab VII Rencana Pembiayaan Pengelolaan Sampah
Pada bab ini akan diuraikan mengenai rencana-rencana dalam pengembangan
aspek pembiayaan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung.
Bab VIII Penutup
Merupakan bagian akhir dari Laporan Akhir. Dalam bab ini akan dituangkan
kesimpulan dan point penting dari strategi dan perencanaan yang telah
dikembangkan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-1
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 21/PRT/M2006, tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan bahwa kondisi
yang ingin dicapai dalam pengembangan sistem
pengelolaan sampah adalah :
a. Seluruh masyarakat, baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan
memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari aktifitas
sehari-hari, baik di lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran,
maupun tempat-tempat umum lainnya,
b. Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena sampah
yang dihasilkan dapat ditangani secara benar,
c. Masyarakat mampu memelihara kesehatan karena tidak terdapat sampah
yang berpotensi menjadi bahan penularan penyakit
d. Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh
manfaat bagi kesejahteraannya.
Untuk itulah evaluasi dimaksudkan guna menilai kinerja sistem yang berlaku pada
saat ini. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara kondisi kebersihan
kota saat ini dan target yang semestinya dicapai dalam pengelolaan kebersihan
kota. Evaluasi melingkupi seluruh aspek pengelolaan kebersihan kota yaitu:
pembiayaan, teknik operasional, kelembagaan, peraturan dan peran serta
masyarakat. Melalui evaluasi diharapkan akan terdeteksi permasalahan secara
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-2
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
komprehensif demikian pula terhadap upaya penyelesaian dan pengembangannya dimasa yang akan datang.
Berdasarkan kajian terhadap data-data sekunder dan data primer sistem persampahan di Kabupaten Bandung (Lihat Buku 1), diperoleh data-data
sebagaimana di rangkum dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1Matrik Evaluasi Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung
No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting
Tahun 2007Satuan
Standar /
TargetSumber
I ASPEK TEKNIS
A. Beban Pelayanan
1. Jumlah Penduduk Pelayanan
a. Penduduk Total
3,027,233
Jiwa
b. Penduduk di Perkotaan
968,715
Jiwa Rasio Penduduk Kota dan Desa, ditetap
c. Penduduk di Perdesaan
2,058,518
Jiwa Kan oleh Bappeda sebesar 32: 68
d. Penduduk Terlayani
201,411.0
Jiwa
2. Kuantitas Timbulan Sampah
a. Timbulan perkapita di perkotaan 2.8 liter/orang/hari 2.75 - 3.25 SNI Tata Cara Peng. Sampah Permukiman
0.4 kg/orang/hari 0.70 - 0.80 SNI Tata Cara Peng. Sampah Permukiman
b. Timbulan perkapita di perdesaan 1.0 liter/orang/hari 2.5 - 2.75 SNI Tata Cara Peng. Sampah Permukiman
0.2 kg/orang/hari 0.625 - 0.70 SNI Tata Cara Peng. Sampah Permukiman
c. Timbulan sampah perkotaan 2,722 m3/hari
544 ton/hari
d. Timbulan sampah perdesaan 2,017 m3/hari
403 ton/hari
e. Total Timbulan sampah 4,739 m3/hari
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-3
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting
Tahun 2007Satuan
Standar /
TargetSumber
948 ton/hari
B. Kualitas Pelayanan
1. Tingkat Pelayanan
a. Terhadap Penduduk Total
15.4
% 100 NAP Persampahan 2010 - 2015
b. Terhadap Penduduk Perkotaan 20.8 % 60 - 70
2. Tingkat Pelayanan Sistem Berbasis Masyarakat 0.0 %
2. Kinerja Operasi Pengelolaan
a. Pewadahan di sumber Bervariasi/Swadaya
tercampur
b. Pengumpulan
* Jenis Alat Pengumpul
(1) Permukiman Teratur Dump Truck(Door to
Door)(2) Permukiman Tidak Teratur Gerobak
(3) Non Permukiman (1) Dump Truck
(2) Container Arm Roll
* Frekuensi Pengumpulan 2 - 3 hari/minggu
* Rasio Alat Pengumpulan vs beban pengumpulan 1 gerobak / RW121 - 135 lokasi TPS Peraturan Bupati No. 8 Th 2006
* Pengadaan Sarana 1 grbk/800 jiwa SNI 03-3242-1994
c. Pengolahan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-4
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting
Tahun 2007Satuan
Standar /
TargetSumber
(1) Tingkat Pengolahan
Pengomposan
* Beban Pengomposan Sampah
Organik1,505.3 m3/hari
* Volume Sampah di komposkan - m3/hari
* Tingkat Pengomposan - %
Daur Ulang Sampah Anorganik
* Potensi Daur Ulang Sampah
Anorganik881.4 m3/hari
* Perolehan Kembali Sampah
Potensi Daur Ulang- m3/hari
* Tingkat Perolehan Kembali
Sampah Potensi Daur Ulang- %
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
* Volume Sampah Bahan Baku
Pembakaran (Residu)410.6
* Volume Sampah Terolah di
PLTSa- m3/hari / ton/hari
* Tingkat Pengolahan dg PLSTa - % 25 - 40 NAP Persampahan 2010 - 2015
Total Volume Sampah terolah -
(2) Tingkat Reduksi Sampah Karena
Pengolahan- % 20 Per Men PU No. 21/PRT/M/2006
(3) Sarana dan Prasarana
PengolahanA. TPS / UPS skala Kelurahan atau Desa
* Rasio Lokasi TPS/ UPS 1 TPS/2000 Pndk Kriteria dlm Master Plan Persampahan
* Jumlah TPS yang ada
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-5
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting
Tahun 2007Satuan
Standar /
TargetSumber
* Kebutuhan pembangunan TPS /
UPS
B. TPST Kecamatan
* Rasio Lokasi TPST1 setiap kecamatan Kriteria dlm Master Plan Persampahan
* Kebutuhan pembangunan TPST
Kecamatan
d. Pengangkutan
* Frekuensi 1 - 3 hari / minggu
* Ritasi Arm Roll 2 - 3 trip / hari / unit 3 Peraturan Bupati No. 8 Th 2006
* Ritasi Dump Truck
* Beban Pengangkutan Sampah
ke TPA2,722
* Sampah Terangkut ke TPA 567 m3/hari
* Tingkat Keterangkut sampah ke
TPA 20.8% 75 RPJMN 2004 - 2009
d. Penanganan Akhir
* Lokasi TPA Babakan, Kec. Arjasari
* Luas TPA Efektif 4.0 Ha
* Metoda Operasi Open Dumping Controlled Landfill,
Tahun 2010
Per Men PU No. 21/PRT/M/2006
Ket : TPA Baru, Sanitary Landfill
Peraturan Bupati No. 8 Th 2006
100% infrastruktur TPA terpenuhi th 2010
* Beban Penimbunan di TPA 2,722 m3/hari
* Sampah tertimbun di TPA 567 m3/hari
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-6
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting
Tahun 2007Satuan
Standar /
TargetSumber
* Tingkat Penimbunan di TPA
20.8
%
* Kebutuhan lahan untuk
PenimbunanHa
II ASPEK KELEMBAGAAN
1. Bentuk Lembaga Dinas -->UPTD
Kebersihan
Dinas --> PD Per Men PU No. 21/PRT/M/2006
2. Struktur Organisasi
a. Perencanaan √ Per Men PU No. 21/PRT/M/2006
b. Pengendalian √ Per Men PU No. 21/PRT/M/2006
c. Pelaksanaan √ √ Per Men PU No. 21/PRT/M/2006
d. Pengawasan √ Per Men PU No. 21/PRT/M/2006
3. Penyediaan SDM
a. Jumlah total personil 410.0 Pegawai
b. Rasio Personil per 1000
pendudukPenduduk/1 SDM 1.5 - 2 penduduk/1SDM NAP Persampahan 2010 - 2015
c. Kualitas Personil
III ASPEK FINANSIAL
1. Rasio Anggaran terhadap APBD 0.80 % 8 - 10 NAP Persampahan 2010 - 2015
a. Anggaran Sampah Tahun
Terakhir 13,585,324,579b. Total APBD Kota
1,700,000,000,000
2. Efektifitas Retribusi100.0
% target retribusi
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-7
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Parameter EvaluasiKondisi Eksisting
Tahun 2007Satuan
Standar /
TargetSumber
a. Penerimaan Retribusi dari
masyarakat827,610,000 50 - 60 NAP Persampahan 2010 - 2015
3. Mekanisme Penarikan Retribusi
IV. ASPEK HUKUM
1. Ketersediaan Perda
a. Organisasi Kelembagaan
Pengelola Sampah Kota√ √ Peraturan Bupati No. 8 Th 2006
tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kebersihanb. Ketertiban Umum √ √
c. Retribusi Sampah √ √
d. Dasar Hukum √ 100% Ketersediaan Perangkat
Hukum dan Peraturan
V. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT
1. Masyarakat
a. Keberadaan Program Pembinaan intensifikasi Per Men PU No. 21/PRT/M/2006
- Jumlah kegiatan per tahun kegiatan/tahun 70 - 92 Peraturan Bupati No. 8 Th 2006
- Jumlah penduduk target
Pembinaanjiwa/tahun 3500 - 4600 Peraturan Bupati No. 8 Th 2006
b. Keberadaan Sistem Pengelolaan
Berbasis Masyarakatkurang dari 3 intensifikasi dan Per Men PU No. 21/PRT/M/2006
replikasi contoh
2. Swasta / BUMD - % timbulan kota 10 - 30 NAP Persampahan 2010 - 2015
rit/hari 1 - 3 Peraturan Bupati No. 8 Th 2006
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, Tahun 2007
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-8
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
22..11 AAnnaalliissiiss BBeebbaann KKeerrjjaa
22..11..11 WWiillaayyaahh PPeellaayyaannaann
Penyelenggaraan pelayanan
pengelolaan sampah merupakan
kegiatan yang memiliki rutinitas yang
sangat tinggi dan memerlukan alokasi
sumberdaya yang cukup tinggi pula.
Pelayanan pengelolaan sampah
merupakan pelayanan publik yang
diperlukan setiap hari. Kondisi bersih
merupakan dambaan setiap individu di
mana pun mereka berada.
Beban pengelolaan sampah dapat dilihat berdasarkan
beban kuantitatif dan beban kualitatif. Secara
kuantitatif, beban terukur dari besarnya timbulan
sampah yang harus dikelola sistem. Timbulan sampah
ini diukur dari jumlah penduduk yang menimbulkan
sampah setiap hari. Secara kualitatif beban diukur
berdasarkan tingkat kesulitan pengelolaan sampah. Kesulitan pengelolaan
sampah tergantung pada karakteristik sampah yang
ada. Sedangkan karakteristik sampah sangat
dipengaruhi oleh pola konsumsi
masyarakat. Semakin tinggi kehadiran
sampah anorganik, semakin tinggi tingkat
kesulitan pengolahannya. Saat ini, dimana
tingkat konsumerisme masyarakat mulai
berubah kearah pengemasan segala jenis
barang, kehadiran sampah plastik dan
kertas semakin tinggi. Terlihat dari hasil sampling komposisi sampah di
Kabupaten Bandung, di daerah permukiman maupun non permukiman,
kehadiran sampah kertas mencapai 19%, sedangkan plastik mencapai 17%,
mendominasi kehadiran sampah anorganik lainnya. Hal ini pun telah terjadi di
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-9
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
lingkungan perdesaan, kecenderungan tinggi dalam pemanfaatan plastik telah
berdampak pada kondisi lingkungan. Hal ini terlihat dari observasi di Desa
Mekar Jaya, masyarakat menilai bahwa permasalahan sampah di desanya mulai
dirasakan bermasalah ketika pemakaian plastik mulai meningkat.
Faktor lain yang mempengaruhi beban pelayanan adalah kepadatan penduduk.
Semakin padat penduduk di suatu wilayah, kompleksitas permasalahan semakin
tinggi, sehingga beban pengelolaan semakin berat.
Berdasarkan data kependudukan Tahun 2007, rata-rata kepadatan penduduk di
Kab. Bandung mencapai 25.75 Jiwa/Ha, dengan rentang antara 3-106 Jiwa/Ha.
Angka tersebut, masih tergolong kepadatan rendah. Dari 30 kecamatan, hanya
ada 2 kecamatan yang lebih dari 100 Ha, yaitu Margahayu dan Dayeuhkolot.
Kedua Kecamatan ini dapat dikategorikan daerah urban. Sementara itu, daerah
urban lain seperti Margaasih, Majalaya dan Katapang, kepadatan penduduk
berkisar pada angka 50 jiwa/Ha. Dengan rentang kepadatan penduduk tersebut,
maka dapat di kembangkan 3 Kategori wilayah berdasarkan kepadatannya dan
masing-masing menandakan karakteristik pelayanan persampahan, yaitu :
(1) Kepadatan lebih tinggi dari 30 Jiwa/ha merupakan beban pelayanan
tinggi.
(2) Kepadatan diantara 10 – 30 jiwa/Ha merupakan beban pelayanan
menengah.
(3) Kepadatan kurang dari 10 jiwa/Ha , beban pelayanan rendah
Berdasarkan pada data kepadatan penduduk tahun 2007, maka Tabel 2.2
menunjukkan Klasifikasi Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan berdasarkan
Beban Pelayanan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-10
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.2Klasifikasi Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan
Berdasarkan Kepadatan Penduduk
No KECAMATANJml penddk
2007
Luas Kepadatan(Jiwa/ha)
Kepadatan(Jiwa/Km2)Km2 Ha
Beban Pelayanan Tinggi
1 Margahayu * 119.589 10,5434 1.054 113 11.343
2 Dayeuhkolot * 116.271 11,0269 1.103 105 10.544
3 Margaasih * 127.752 17,9653 1.834 70 7.111
4 Katapang * 129.854 21,1624 2.154 60 6.136
5 Majalaya * 149.548 25,3599 2.536 59 5.897
6 Baleendah * 186.868 41,8212 4.156 45 4.468
7 Pameungpeuk * 64.426 14,6229 1.462 44 4.406
8 Cileunyi * 132.996 31,5750 3.158 42 4.212
9 Rancaekek * 167.403 45,2991 4.525 37 3.696
10 Ciparay * 145.829 46,1762 4.618 32 3.158
11 Solokanjeruk * 75.626 24,0100 2.401 31 3.150
12 Bojongsoang * 86.267 27,3359 2.781 31 3.156
Beban Pelayanan Sedang
13 Cicalengka * 102.480 35,6635 3.599 28 2.874
14 Banjaran * 110.743 42,9231 4.292 26 2.580
15 Cangkuang 59.553 24,6082 2.461 24 2.420
16 Soreang * 149.839 67,3717 6.700 22 2.224
17 Paseh * 112.610 58,2490 5.103 22 1.933
18 Cikancung 76.126 40,5337 4.014 19 1.878
19 Cimenyan * 90.434 52,8712 5.308 17 1.710
20 Ciwidey * 75.193 49,8400 4.847 16 1.509
21 Cilengkrang * 40.709 29,9066 3.012 14 1.361
22 Arjasari * 92.519 64,9779 6.498 14 1.424
23 Ibun * 72.867 54,5653 5.457 13 1.335
24 Cimaung 72.034 54,9979 5.500 13 1.310
25 Pacet 98.349 91,9401 9.194 11 1.070
Beban Pelayanan Ringan
26 Nagreg 46.185 48,5900 4.930 9 951
27 Pangalengan * 132.401 195,4236 19.541 7 678
28 Kertasari 65.859 152,0738 15.207 4 433
29 Rancabali 48.766 147,0000 14.837 3 332
30 Pasirjambu 78.140 239,4936 23.958 3 326
J U M L A H 3.027.233 176.239 823 82.281
Rata-rata 27 2.743
Sumber : Analisis Konsultan berdasarkan data dasar dari RTRW Tahun 2007
Keterangan : *) Daerah Pelayanan Eksisting Dinas Kebersihan Tahun 2007
Berdasarkan Tabel di atas, dari 30 Kecamatan di Kabupaten Bandung, terdapat
18% wilayah (12 Kecamatan) yang selayaknya mendapat pelayanan intensif, 37%
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-11
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(13 Kecamatan) dengan Tingkat Pelayanan Menengah dan 45% (5 Kecamatan)
dengan Pelayanan Minimum.
Gambar 2.1 menunjukkan Klasifikasi Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan
berdasarkan kepadatan penduduk.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-12
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
CILILIN
PASIRJAMBUPANGALENGAN
PACET
CIPATAT
KERTASARI
RONGGA
RANCA BALI
IBUN
GUNUNG HALU
LEMBANG
CIPEUNDEUY
BATUJAJAR
PASEH
CIPONGKOR
SOREANG
SINDANG KERTA
ARJASARI
CIKALONG WETAN
CIMAUNG
CIPARAY
CISARUA
BANJARAN
CIW IDEY
NAGREG
CIMEUNYAN
PADALARANG
RANCAEKEK
CIKACUNG
BALEENDAH
CILEUNYI
CICALENGKA
PARONGPONG
CILENGKRANG
NGAMPRAH
MAJALAYA
KATAPANG
BOJONG SOANG
MARGAASIH
SOLOKAN JERUKPAMEUNGPEUK
MARGAHAYUDAYEUH KOLOT
740000
740000
760000
760000
780000
780000
800000
800000
820000
82000091800
00
918
0000
92000
00
920
0000
92200
00
922
0000
924
0000
92400
00
926
0000
92600
00
N
EW
S
2 0 2 4 6 8
Kilometers
SKALA 1 : 200.000
PETA BEBAN PELAYANANKABUPATEN BANDUNG
BATAS KABUPATEN
BATAS KECAMATAN
BATAS KOTA
JALAN KERETA API
JALAN LOKAL
JALAN NASIONAL
JALAN UTAMA
SUNGAI
TIDAK ADA PELAYANAN
PELAYANAN TINGGI
PELAYANAN SEDANG
PELAYANAN RINGAN
KEGIATAN PENYUSUNAN KEBIJAKANMANAJEMEN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
DI KABUPATEN BANDUNG
BAPPEDAKABUPATEN BANDUNG
BAPEDA
KABUPATEN BANDUNG
Kabupaten Bsandung Barat
Gambar 2.1
Pelayanan Tinggi (> 30 jiwa/Ha)
Pelayanan Sedang (10-30 jiwa/Ha)
Pelayanan Rendah (< 10 jiwa/Ha)
KABUPATENBANDUNG BARAT
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-13
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Dibandingkan terhadap wilayah pelayanan Dinas
Kebersihan saat ini, yaitu melingkupi 22 Kecamatan
(baca tanda *), terlihat bahwa Dinas Kebersihan telah
memberikan prioritas pelayanan kepada daerah-
daerah kritis, yaitu dengan kepadatan tinggi yang
menunjukkan tingginya tingkat permasalahan sampah.
Adapun Kecamatan yang tergolong kepadatan rendah yang sudah mendapat
pelayanan yaitu Pangalengan, pelayanan yang diberikan tercatat hanya
pengangkutan dari PT. Magma sebuah industri migas dengan pelayanan 1
rit/minggu. Demikian pula di beberapa Kecamatan lainnya, pelayanan baru
melingkup satu wilayah kecil umumnya yaitu wilayah pasar atau rumah sakit
dan daerah industri.
Beban pelayanan tinggi umumnya menyebar di
daerah pemukiman, ditambah lokasi pelayanan
umum seperti terminal/sub terminal, perkantoran,
pusat perbelanjaan, daerah komersial, daerah
industri, rumah sakit dll.
Penyelenggaraan pelayanan terhadap obyek-obyek tersebut di atas,
memerlukan perencanaan dengan baik, penyediaan prasarana dan sarana yang
memadai, teknik operasional yang efektif, pembiayaan yang efisien, personil
yang produktif dan pengawasan dan pengendalian yang konsisten.
Melihat lingkup luas daerah administrasi Kabupaten Bandung setelah berdirinya
Kabupaten Bandung Barat, Wilayah Pelayanan II kini hanya tinggal Kecamatan
Margaasih. Untuk meningkatkan efisiensi kerja, Kecamatan Margaasih
selayaknya bergabung ke dalam Wilayah Pelayanan I. Dengan demikian di
Kabupaten Bandung wilayah pelayanan saat ini terbagi ke dalam 3(tiga)
wilayah, seperti terlihat pada Tabel 2.3. Adapun peta wilayah pelayanan,
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-14
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.3Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan Tahun 2007 *)
Wilayah KecamatanJml Penddk
2007**)
Luas Kepadatan(Jiwa/ha)
Kepadatan(Jiwa/km2)Km2 Ha
I
1. Soreang 149.839 67,3717 6.700 22 2.224
2. Pasir Jambu 78.140 239,4936 23.958 3 326
3. Ciwidey 75.193 49,8400 4.847 16 1.509
4. Rancabali 48.766 147,0000 14.837 3 332
5. Margahayu 119.589 10,5434 1.054 113 11.343
6. Katapang 129.854 21,1624 2.154 60 6.136
7. Margaasih 127.752 17,9653 1.834 70 7.111
8. Pameungpeuk 64.426 14,6229 1.462 44 4.406
9. Bojongsoang 86.267 27,3359 2.781 31 3.156
10. Dayeuhkolot 116.271 11,0269 1.103 105 10.544
996.096 606,3621 60.730
II
11. Banjaran 110.743 42,9231 4.292 26 2.580
12. Cimaung 72.034 54,9979 5.500 13 1.310
13. Baleendah 186.868 41,8212 4.156 45 4.468
14. Arjasari 92.519 64,9779 6.498 14 1.424
15. Ciparay 145.829 46,1762 4.618 32 3.158
16. Pangalengan 132.401 195,4236 19.541 7 678
17. Kertasari 65.859 152,0738 15.207 4 433
18. Pacet 98.349 91,9401 9.194 11 1.070
19. Cangkuang 59.553 24,6082 2.461 24 2.420
964.154 1.321,3041 71.467
III
20. Cileunyi 132.996 31,5750 3.158 42 4.212
21. Cimenyan 90.434 52,8712 5.308 17 1.710
22. Cilengkrang 40.709 29,9066 3.012 14 1.361
23. Cicalengka 102.480 35,6635 3.599 28 2.874
24. Rancaekek 167.403 45,2991 4.525 37 3.696
25. nagreg 46.185 48,5900 4.930 9 951
26. Cikancung 76.126 40,5337 4.014 19 1.878
27. Solokanjeruk 75.626 24,0100 2.401 31 3.150
28. Paseh 112.610 58,2490 5.103 22 1.933
29. Majalaya 149.548 25,3599 2.536 59 5.897
30. Ibun 72.867 54,5653 5.457 13 1.335
1.066.982 415,0483 44.042
Total 3.027.233 2.343 176.239
Sumber : Analisis KonsultanKeterangan :*) Setelah Pembentukan Kabupaten Bandung Barat**) Jumlah penduduk diambil dari RTRW Tahun 2007
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-15
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
KABUPATEN BANDUNGBARAT
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Gambar 2.2WP. KAB. BANDUNG SETELAH
PEMBENTUKAN KAB. BANDUNG BARAT
BAPEDA
KABUPATEN BANDUNG
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-16
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Mengacu pada sasaran utama yang ingin dicapai secara Nasional dalam bidang
persampahan yaitu, pencapaian cakupan pelayanan 60% penduduk pada Tahun
2010, maka di Kabupaten Bandung direkomendasikan hal-hal berikut :
Pelayanan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung melingkupi 100%
penduduk, dengan perbandingan antara perkotaan dan perdesaan sebesar
32 : 68.
Seluruh wilayah Kabupaten yaitu 30 Kecamatan dalam 10 tahun periode
perencanaan pertama dibagi kedalam 3 wilayah pelayanan inti. Sedangkan
untuk peningkatan efektifitas kerja, dalam periode 10 tahun kedua,
direncanakan masing-masing wilayah akan dikembangkan ke dalam wilayah
yang lebih kecil, berdasarkan tingkat intensitas pelayanan.
Dalam 20 tahun mendatang, beban pelayanan teknis Dinas Kebersihan
Kabupaten Bandung adalah sebesar 32% penduduk total Kabupaten Bandung.
Diprioritaskan untuk wilayah Pelayanan Kritis dan Pelayanan Sedang.
Adapun 68% penduduk di perdesaaan akan disentuh dengan pola pembinaan
dengan pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat. Wilayah
prioritas adalah wilayah yang termasuk dalam kategori pelayanan rendah
dan sedang.
22..11..22 KKuuaannttiittaass TTiimmbbuullaann SSaammppaahh
Berdasarkan hasil studi timbulan sampah, diperoleh nilai rerata sampah
terkumpul dari setiap aktifitas di Kabupaten Bandung adalah seperti terlihat
pada Tabel 2.4 dan Gambar 2.3.
Tabel 2.4Rerata Harian Sampah Terkumpul di Kabupaten Bandung
Komponen SumberSampah
Rerata Harian(m3/hr)
Pemukiman
Rumah Permanen 0,154
Rumah Semi Permanen 0,247
Rumah Non Permanen 0,253
Perdesaan 0,058
Non Permukiman
Kantor 0,166
Komersil 0,368
Sekolah 0,135
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-17
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Komponen SumberSampah
Rerata Harian(m3/hr)
Pasar 0,287
Industri 0,025
Rumah Sakit 0,642Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007
Gambar 2.3Rerata Harian Timbulan Sampah di Kabupaten Bandung
Dari Grafik 2.3 dan Tabel 2.4 terlihat bahwa sampah terkumpul di Permukiman
masih mendominasi mencapai proporsi terbesar. Adapun dari sumber non
permukiman, terukur kegiatan pasar, komersil, dan rumah sakit mencapai
volume yang tinggi.
Adapun berdasarkan identifikasi terhadap data aktifitas di Kabupaten Bandung,
tergambar sebuah pola timbulan sampah berdasarkan sumber aktifitas seperti
pada Tabel 2.5. Data ini sangat diperlukan guna menentukan timbulan sampah
di setiap sumbernya.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-18
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.5Timbulan Sampah di Kabupaten Bandung Berdasarkan Sumbernya
SumberTimbulan Sampah
(m3/hr) %
Rumah Tangga 1.851,0 68,0%
Pasar 544,4 20,0%
Komersial 95,3 3,5%
Kantor 8,2 0,3%
Sekolah 40,8 1,5%
Rumah Sakit 46,3 1,7%
Industri 122,5 4,5%
Lain-Lain 13,6 0,5%
Total 2.722,1 100,0%Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007
Gambar 2.4Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya
Sumber : Tabel 2.5
Rekapitulasi angka timbulan sampah masing-masing sumber aktifitas sampling
dapat dilihat pada Tabel 2.6.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-19
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.6Rekapitulasi Timbulan Sampah di Kab. Bandung
Komponen Sumber
Sampah Satuan
Hasil Sampling SNI
Volume Berat Volume Berat
(Liter) (kg) (liter) (kg)
Permukiman
Rumah Permanen Per orang/hr 1,32 0,21 2,25 - 2,50 0,350 - 0,400
Rumah Semi Permanen Per orang/hr 2,58 0,58 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350
Rumah Non Permanen Per orang/hr 2,00 0,17 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300
Perdesaan Per orang/hr 0,67 0,11
Non Permukiman
Kantor Per pegawai/hr 0,58 0,04 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100
Sapuan Jalan Per meter/hr 1,16 0,09
Komersil Per meter/hr 0,12 0,01 2,50 - 3,00 0,150 - 0,350
Sekolah Per siswa/hr 0,19 0,02 0,10 - 0,15 0,010 - 0,020
Pasar Per meter/hr 1,31 0,30 0,20 - 0,60 0,1 - 0,3
Industri Per karyawan/hr 1,14 0,06
Rumah Sakit
Per tempat
tidur/hr 4,72 0,76
Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007
Studi timbulan sampah di Kab. Bandung, menunjukkan bahwa timbulan permukiman untuk masyarakat tingkat ekonomi
menengah ke atas, memiliki angka timbulan lebih kecil dibandingkan timbulan sampah masyarakat dengan tingkat ekonomi
menengah, yaitu dengan timbulan berkisar antara 1,5 liter/orang/hari sampai 2,5 liter/orang/hari. Adapun aktifitas permukiman
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-20
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
non permanen sebagai kelompok masyarakat kelas ekonomi menengah ke
bawah, timbulan mencapai angka lebih kecil, yaitu 0,6 liter/orang/hari sampai
2 liter/orang/hari.
Sampah dari aktifitas non permukiman, di dominasi oleh sampah rumah sakit,
dengan timbulan harian mencapai 0,642 m3/hari, menyusul pasar dan daerah
komersil.
Dalam penentuan timbulan sampah suatu kota lebih sering diperlukan angka
timbulan sampah dalam satuan liter/orang/hari atau kg/orang/hari.
Selanjutnya angka ini diekuivalensikan terhadap penduduk untuk mencapai
angka timbulan sampah kota. Berdasarkan analisis terhadap data-data
keberadaan permukiman dan aktifitas non permukiman di Kabupaten Bandung
(lihat Tabel 2.5), diperoleh perkiraan bahwa timbulan sampah permukiman
mencapai 70% sedangkan non permukiman mencapai 30%. Karena itu dari hasil
kompilasi data sampling, diperoleh kesimpulan :
Timbulan sampah perkotaan ditetapkan sebesar 2,81 liter/orang/hari atau
0,45 kg/orang/hari.
Timbulan di perdesaan, mencapai 0,96 liter/orang/hari atau
0,15 kg/orang/hari.
Dengan nilai-nilai tersebut di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan proyeksi
timbulan sampah Kabupaten Bandung baik di perkotaan dan perdesaan.
Dalam proyeksi diperhitungkan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi
besaran timbulan sampah, terutama adalah pola konsumerisme masyarakat
yang cenderung meningkatkan angka timbulan. Sementara paradigma reduksi
sampah ke TPA yang akan di anut dalam sistem pengelolaan sampah di
Kabupaten Bandung diharapkan akan menurunkan angka timbulan. Dengan
pertimbangan-pertimbangan tersebut, proyeksi sampah perkotaan dan
perdesaan di Kab. Bandung untuk periode 2008 – 2028, diperlihatkan pada
Gambar 2.5, Tabel 2.7 dan Tabel 2.8.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-21
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.7Proyeksi Timbulan Sampah Perkotaan di Kabupaten Bandung
WilKecamatan
2008 2010 2015 2020 2025 2028
Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr
I
1. Soreang 49.001 137,7 27,5 51.175 143,8 28,8 57.043 160,3 32,1 63.583 178,7 35,7 70.874 199,2 39,8 75.643 212,6 42,5
2. Pasir jambu 25.477 71,6 14,3 26.450 74,3 14,9 29.045 81,6 16,3 31.896 89,6 17,9 35.026 98,4 19,7 37.050 104,1 20,8
3. Ciwidey 24.323 68,3 13,7 24.855 69,8 14,0 26.236 73,7 14,7 27.694 77,8 15,6 29.233 82,1 16,4 30.197 84,9 17,0
4. Rancabali 15.754 44,3 8,9 16.055 45,1 9,0 16.835 47,3 9,5 17.652 49,6 9,9 18.509 52,0 10,4 19.043 53,5 10,7
5. Margahayu 39.677 111,5 22,3 42.651 119,8 24,0 51.098 143,6 28,7 61.217 172,0 34,4 73.341 206,1 41,2 81.740 229,7 45,9
6. Katapang 43.448 122,1 24,4 47.501 133,5 26,7 59.365 166,8 33,4 74.192 208,5 41,7 92.723 260,6 52,1 105.994 297,8 59,6
7.Margaasih 42.914 120,6 24,1 47.289 132,9 26,6 60.280 169,4 33,9 76.839 215,9 43,2 97.946 275,2 55,0 113.301 318,4 63,7
10. Pameungpeuk 21.207 59,6 11,9 22.439 63,1 12,6 25.843 72,6 14,5 29.764 83,6 16,7 34.279 96,3 19,3 37.310 104,8 21,0
11. Bojongsoang 29.254 82,2 16,4 32.851 92,3 18,5 43.901 123,4 24,7 58.667 164,9 33,0 78.400 220,3 44,1 93.297 262,2 52,4
13. Dayeuhkolot 38.286 107,6 21,5 40.539 113,9 22,8 46.768 131,4 26,3 53.954 151,6 30,3 62.244 174,9 35,0 67.818 190,6 38,1
329.340 925 185 351.805 989 198 416.413 1.170 234 495.458 1.392 278 592.575 1.665 333 661.394 1.859 372
II
8. Banjaran 36.892 103,7 20,7 39.980 112,3 22,5 48.881 137,4 27,5 59.763 167,9 33,6 73.069 205,3 41,1 82.434 231,6 46,3
9. Cimaung 23.656 66,5 13,3 24.915 70,0 14,0 28.363 79,7 15,9 32.288 90,7 18,1 36.756 103,3 20,7 39.728 111,6 22,3
12. Baleendah 62.156 174,7 34,9 67.156 188,7 37,7 81.485 229,0 45,8 98.873 277,8 55,6 119.970 337,1 67,4 134.733 378,6 75,7
14. Arjasari 30.943 86,9 17,4 33.800 95,0 19,0 42.151 118,4 23,7 52.566 147,7 29,5 65.553 184,2 36,8 74.840 210,3 42,1
15. Ciparay 47.986 134,8 27,0 50.742 142,6 28,5 58.343 163,9 32,8 67.082 188,5 37,7 77.131 216,7 43,3 83.869 235,7 47,1
16. Pangalengan 42.443 119,3 23,9 42.592 119,7 23,9 42.968 120,7 24,1 43.348 121,8 24,4 43.731 122,9 24,6 43.962 123,5 24,7
17. Kertasari 21.353 60,0 12,0 21.920 61,6 12,3 23.406 65,8 13,2 24.992 70,2 14,0 26.686 75,0 15,0 27.756 78,0 15,6
18. Pacet 32.239 90,6 18,1 33.832 95,1 19,0 38.166 107,2 21,4 43.055 121,0 24,2 48.570 136,5 27,3 52.213 146,7 29,3
19. Cangkuang 19.839 55,7 11,1 21.500 60,4 12,1 26.286 73,9 14,8 32.138 90,3 18,1 39.293 110,4 22,1 44.329 124,6 24,9
317.507 892 178 336.437 945 189 390.049 1.096 219 454.105 1.276 255 530.758 1.491 298 583.864 1.641 328
III
20. Cileunyi 44.440 124,9 25,0 48.455 136,2 27,2 60.153 169,0 33,8 74.675 209,8 42,0 92.703 260,5 52,1 105.547 296,6 59,3
21. Cimenyan 29.328 82,4 16,5 30.121 84,6 16,9 32.198 90,5 18,1 34.419 96,7 19,3 36.793 103,4 20,7 38.296 107,6 21,5
22. Cilengkrang 13.257 37,3 7,5 13.731 38,6 7,7 14.990 42,1 8,4 16.364 46,0 9,2 17.865 50,2 10,0 18.830 52,9 10,6
23. Cicalengka 33.351 93,7 18,7 34.493 96,9 19,4 37.524 105,4 21,1 40.821 114,7 22,9 44.407 124,8 25,0 46.709 131,3 26,3
24. Rancaekek 56.467 158,7 31,7 62.742 176,3 35,3 81.652 229,4 45,9 106.262 298,6 59,7 138.289 388,6 77,7 161.969 455,1 91,0
25. Nagreg 15.013 42,2 8,4 15.491 43,5 8,7 16.756 47,1 9,4 18.123 50,9 10,2 19.602 55,1 11,0 20.547 57,7 11,5
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-22
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
WilKecamatan
2008 2010 2015 2020 2025 2028
Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr
26. Cikancung 25.006 70,3 14,1 26.349 74,0 14,8 30.030 84,4 16,9 34.225 96,2 19,2 39.007 109,6 21,9 42.191 118,6 23,7
27. Solokanjeruk 24.510 68,9 13,8 25.141 70,6 14,1 26.792 75,3 15,1 28.551 80,2 16,0 30.425 85,5 17,1 31.608 88,8 17,8
28. Paseh 36.817 103,5 20,7 38.433 108,0 21,6 42.789 120,2 24,0 47.638 133,9 26,8 53.038 149,0 29,8 56.567 159,0 31,8
29. Majalaya 48.525 136,4 27,3 49.894 140,2 28,0 53.486 150,3 30,1 57.337 161,1 32,2 61.466 172,7 34,5 64.084 180,1 36,0
30. Ibun 23.787 66,8 13,4 24.754 69,6 13,9 27.346 76,8 15,4 30.211 84,9 17,0 33.376 93,8 18,8 35.432 99,6 19,9
350.500 985 197 369.603 1.039 208 423.716 1.191 238 488.627 1.373 275 566.971 1.593 319 621.779 1.747 349
Jumlah 997.348 2.803 561 1.057.846 2.973 595 1.230.179 3.457 691 1.438.190 4.041 808 1.690.304 4.750 950 1.867.037 5.246 1.049
Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007
Keterangan :
Beban Penduduk Pelayanan, 32% Penduduk Kabupaten Bandung
Data Penduduk berdasarkan RTRW tahun 2007
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-23
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.8Proyeksi Timbulan Sampah Perdesaan di Kabupaten Bandung
Wil Kecamatan2008 2010 2015 2020 2025 2028
Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr
I
1. Soreang 104.126 102,0 20,4 108.747 106,6 21,3 121.216 118,8 23,8 135.114 132,4 26,5 150.606 147,6 29,5 160.742 157,5 31,5
2. Pasir jambu 54.139 53,1 10,6 56.205 55,1 11,0 61.721 60,5 12,1 67.779 66,4 13,3 74.430 72,9 14,6 78.731 77,2 15,4
3. Ciwidey 51.687 50,7 10,1 52.817 51,8 10,4 55.752 54,6 10,9 58.850 57,7 11,5 62.120 60,9 12,2 64.168 62,9 12,6
4. Rancabali 33.477 32,8 6,6 34.118 33,4 6,7 35.774 35,1 7,0 37.511 36,8 7,4 39.332 38,5 7,7 40.467 39,7 7,9
5. Margahayu 84.313 82,6 16,5 90.632 88,8 17,8 108.582 106,4 21,3 130.087 127,5 25,5 155.851 152,7 30,5 173.698 170,2 34,0
6. Katapang 92.327 90,5 18,1 100.940 98,9 19,8 126.151 123,6 24,7 157.659 154,5 30,9 197.036 193,1 38,6 225.238 220,7 44,1
7.Margaasih 91.192 89,4 17,9 100.490 98,5 19,7 128.094 125,5 25,1 163.282 160,0 32,0 208.136 204,0 40,8 240.764 235,9 47,2
10. Pameungpeuk 45.065 44,2 8,8 47.684 46,7 9,3 54.917 53,8 10,8 63.248 62,0 12,4 72.843 71,4 14,3 79.285 77,7 15,5
11. Bojongsoang 62.164 60,9 12,2 69.808 68,4 13,7 93.289 91,4 18,3 124.667 122,2 24,4 166.600 163,3 32,7 198.257 194,3 38,9
13. Dayeuhkolot 81.357 79,7 15,9 86.145 84,4 16,9 99.381 97,4 19,5 114.652 112,4 22,5 132.269 129,6 25,9 144.113 141,2 28,2
699.848 686 137 747.586 733 147 884.878 867 173 1.052.848 1.032 206 1.259.223 1.234 247 1.405.463 1.377 275
II
8. Banjaran 78.395 76,8 15,4 84.958 83,3 16,7 103.872 101,8 20,4 126.997 124,5 24,9 155.271 152,2 30,4 175.173 171,7 34,3
9. Cimaung 50.270 49,3 9,9 52.944 51,9 10,4 60.271 59,1 11,8 68.611 67,2 13,4 78.105 76,5 15,3 84.422 82,7 16,5
12. Baleendah 132.082 129,4 25,9 142.706 139,9 28,0 173.157 169,7 33,9 210.105 205,9 41,2 254.937 249,8 50,0 286.307 280,6 56,1
14. Arjasari 65.753 64,4 12,9 71.825 70,4 14,1 89.571 87,8 17,6 111.702 109,5 21,9 139.301 136,5 27,3 159.034 155,9 31,2
15. Ciparay 101.971 99,9 20,0 107.826 105,7 21,1 123.978 121,5 24,3 142.549 139,7 27,9 163.903 160,6 32,1 178.221 174,7 34,9
16. Pangalengan 90.191 88,4 17,7 90.509 88,7 17,7 91.308 89,5 17,9 92.114 90,3 18,1 92.928 91,1 18,2 93.419 91,6 18,3
17. Kertasari 45.375 44,5 8,9 46.581 45,6 9,1 49.738 48,7 9,7 53.108 52,0 10,4 56.707 55,6 11,1 58.982 57,8 11,6
18. Pacet 68.509 67,1 13,4 71.893 70,5 14,1 81.102 79,5 15,9 91.492 89,7 17,9 103.212 101,1 20,2 110.953 108,7 21,7
19. Cangkuang 42.157 41,3 8,3 45.686 44,8 9,0 55.858 54,7 10,9 68.293 66,9 13,4 83.498 81,8 16,4 94.200 92,3 18,5
674.702 661 132 714.929 701 140 828.855 812 162 964.972 946 189 1.127.861 1.105 221 1.240.711 1.216 243
III
20. Cileunyi 94.435 92,5 18,5 102.967 100,9 20,2 127.825 125,3 25,1 158.685 155,5 31,1 196.994 193,1 38,6 224.287 219,8 44,0
21. Cimenyan 62.321 61,1 12,2 64.006 62,7 12,5 68.421 67,1 13,4 73.141 71,7 14,3 78.186 76,6 15,3 81.378 79,8 16,0
22. Cilengkrang 28.172 27,6 5,5 29.178 28,6 5,7 31.853 31,2 6,2 34.774 34,1 6,8 37.962 37,2 7,4 40.014 39,2 7,8
23. Cicalengka 70.870 69,5 13,9 73.298 71,8 14,4 79.738 78,1 15,6 86.744 85,0 17,0 94.366 92,5 18,5 99.257 97,3 19,5
24. Rancaekek 119.993 117,6 23,5 133.327 130,7 26,1 173.511 170,0 34,0 225.807 221,3 44,3 293.864 288,0 57,6 344.185 337,3 67,5
25. Nagreg 31.902 31,3 6,3 32.919 32,3 6,5 35.606 34,9 7,0 38.512 37,7 7,5 41.655 40,8 8,2 43.662 42,8 8,6
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-24
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Wil Kecamatan2008 2010 2015 2020 2025 2028
Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr Pnddk (m3/hr) Ton/hr
26. Cikancung 53.137 52,1 10,4 55.991 54,9 11,0 63.813 62,5 12,5 72.729 71,3 14,3 82.890 81,2 16,2 89.656 87,9 17,6
27. Solokanjeruk 52.084 51,0 10,2 53.425 52,4 10,5 56.933 55,8 11,2 60.670 59,5 11,9 64.653 63,4 12,7 67.167 65,8 13,2
28. Paseh 78.237 76,7 15,3 81.670 80,0 16,0 90.926 89,1 17,8 101.232 99,2 19,8 112.705 110,5 22,1 120.204 117,8 23,6
29. Majalaya 103.116 101,1 20,2 106.024 103,9 20,8 113.658 111,4 22,3 121.842 119,4 23,9 130.615 128,0 25,6 136.179 133,5 26,7
30. Ibun 50.546 49,5 9,9 52.601 51,5 10,3 58.111 56,9 11,4 64.199 62,9 12,6 70.924 69,5 13,9 75.292 73,8 14,8
744.813 730 146 785.407 770 154 900.397 882 176 1.038.333 1.018 204 1.204.813 1.181 236 1.321.281 1.295 259
Jumlah 2.119.363 2.077 415 2.247.922 2.203 441 2.614.129 2.562 512 3.056.154 2.995 599 3.591.897 3.520 704 3.967.455 3.888 778
Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007
Keterangan :
Beban Penduduk Pelayanan, 68% Penduduk Kabupaten Bandung
Data Penduduk berdasarkan RTRW tahun 2007
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-25
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 2.5Grafik Proyeksi Timbulan Sampah Perkotaan dan Perdesaan
Sampling terhadap timbulan non permukiman,
diperoleh hasil bahwa timbulan sampah pasar relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan timbulan sampah
dari aktifitas lainnya. Sementara itu, Pasar Soreang
timbulannya lebih tinggi dibandingkan dengan Pasar
Majalaya. Hal ini disebabkan aktifitas perdagangan
Pasar Soreang lebih tinggi dibandingkan dengan Pasar Majalaya. Banyak faktor
yang menjadi penentu besar kecilnya timbulan sampah pasar diantaranya yaitu
sumber komoditas perdagangan dan jumlah itu sendiri. Komoditas perdagangan
di Pasar Soreang terutama sayuran, sebagian besar berasal langsung dari
produsen sayuran yaitu para petani. Sedangkan di Pasar Majalaya sumber
komiditas sebagian besar berasal dari pasar lain yang
lebih besar. Komoditas yang berasal dari produsen
menimbulkan sampah lebih banyak dibandingkan
dengan komoditas yang berasal dari pasar lainnya.
Mengingat Pasar Soreang merupakan satu-satunya
pasar di Kecamatan tersebut sementara di Majalaya,
terdapat dua pasar, dimungkinkan kepadatan
pengunjung di Pasar Soreang menjadi lebih tinggi sehingga menghasilkan
sampah yang tinggi. Dari sumber timbulan sampah lainnya, terukur aktifitas
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-26
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
industri, sapuan jalan dan rumah sakit menimbulkan sampah cukup besar.
Sementara aktifitas penimbul sampah yang paling minim, adalah kantor dan
sekolah. Timbulan sampah di Kabupaten Bandung berdasarkan sumber aktifitas
perkotaan, dapat dilihat pada Tabel 2.9 dan Gambar 2.6.
Tabel 2.9Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Aktifitas
SumberTimbulan Sampah (m3/hr)
2008 2009 2015 2020 2025 2028
Rumah Tangga 1.905,7 1.962,5 2.350,6 2.748,1 3.229,8 3.567,5
Pasar 560,5 577,2 691,4 808,3 950,0 1.049,3
Komersial 98,1 101,0 121,0 141,4 166,2 183,6
Kantor 8,4 8,7 10,4 12,1 14,2 15,7
Sekolah 42,0 43,3 51,9 60,6 71,2 78,7
Rumah Sakit 47,6 49,1 58,8 68,7 80,7 89,2
Industri 126,1 129,9 155,6 181,9 213,7 236,1
Lain-Lain 14,0 14,4 17,3 20,2 23,7 26,2
Total 2.803 2.886 3.457 4.041 4.750 5.246Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007
2.1.3. Karakteristik Sampah
Sebagaimana misi Nasional dalam Pengelolaan sampah
yaitu mengurangi timbulan sampah sehingga mampu
mengurangi beban pengelolaan, maka selain besarnya
timbulan sampah juga harus diketahui karakteristik
sampah, sehingga dapat diketahui potensi-potensi yang
ada dalam upaya pengurangan timbulan tersebut. Target antara yang semesti
dapat dicapai oleh Kabupaten Bandung dalam upaya reduksi sampah adalah
penurunan timbulan sampah yang harus dikelola. Saat ini di Kabupaten Bandung
selain ada pengelolaan sampah secara formal oleh
Dinas Kebersihan, juga berkembang pengelolaan
sampah oleh para pelaku informal seperti para Laskar
Mandiri (Pemulung), Lapak, bahkan Bandar dan Lapak.
Mereka adalah para pelaku informal yang
sesungguhnya memberikan kontribusi besar terhadap
reduksi beban pengelolaan sampah kota. Disamping
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-27
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
itu, upaya pengomposan yang telah banyak dilakukan di Kabupaten Bandung,
juga diperhitungkan sebagai kerangka minimasi timbulan tersebut.
Rekapitulasi hasil sampling timbulan sampah di beberapa wilayah di Kabupaten
Bandung, baik terhadap permukiman maupun non permukiman, diperlihatkan
pada Tabel 2.10 dan Gambar 2.7.
Tabel 2.10Komposisi Sampah di Kabupaten Bandung
No. SumberKomposisi Sampah (%-Berat)
Organik Plastik Kertas Logam KainGelasKaca B3 Lainnya Medis
1 Permukiman Kota 57,06 12,24 11,34 1,31 1,63 3,75 1,18 11,48 0,00
2 Perdesaan 85,14 12,57 2,29 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3 Kantor 50,89 13,23 28,19 1,32 0,00 1,98 1,12 3,26 0,00
4 Sapuan Jalan 66,29 17,35 16,36 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Komersil 51,23 23,16 11,58 0,00 6,67 2,46 0,35 4,56 0,00
6 Sekolah 35,80 30,78 26,39 5,28 0,00 0,53 0,53 0,70 0,00
7 Pasar 87,10 7,24 5,39 0,05 0,17 0,03 0,01 0,01 0,00
8 Industri 29,73 24,32 45,95 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
9 Rumah Sakit 64,31 11,83 10,00 0,80 0,94 2,40 0,42 7,87 1,41
Rata-rata Kota 55,30 17,52 19,40 1,10 1,18 1,39 0,45 3,49 0,18Sumber : Report Studi Timbulan Tahun 2007
Gambar 2.6Komposisi Sampah di Kabupaten Bandung
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-28
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 2.7Rata-rata Komposisi Sampah Kota di Kabupaten Bandung
Terlihat bahwa timbulan sampah di Kabupaten Bandung masih didominasi oleh
sampah organik, dengan rata-rata kehadiran lebih dari 50%. Hal ini sesuai
dengan karakteristik umum sampah di Indonesia. Adapun sampah anorganik
yang kehadirannya cukup tinggi adalah sampah plastik dan kertas.
Hasil uji komposisi menunjukkan adanya potensi untuk menekan beban
pengelolaan bila sampah organik compostable dapat dikomposkan di sumber.
Dari observasi di lapangan, diperkirakan 95% sampah organik merupakan
sampah organik yang dapat dikomposkan. Potensi bahan baku kompos dan
peluang perolehan kompos bila seluruh bahan baku tersebut di komposkan
diperlihatkan pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11Potensi Pengomposan Sampah Kab. Bandung
TahunTimbulan Sampah Organik Potensi Bahan Baku Kompos Potensi Kompos Jadi
m3/hr ton/hr m3/hr ton/hr m3/hr ton/hr
2008 1549,8 310,0 1472,3 294,5 441,7 88,3
2010 1643,8 328,8 1561,6 312,3 468,5 93,7
2015 1911,6 382,3 1816,0 363,2 544,8 109,0
2020 2234,8 147,2 2123,1 424,6 636,9 127,4
2025 2626,6 172,7 2495,3 499,1 748,6 149,7
2028 2901,2 580,2 2756,2 551,2 826,9 165,4Sumber : Buku-2, Report Studi Timbulan dan Karakteristik Sampah, Tahun 2007
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-29
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Upaya pengurangan (reduksi) yang sudah berlangsung sampai saat ini baru
merupakan pengurangan akibat pengambilan barang lapak oleh pemulung. Para
pemulung melakukan kegiatan pemulungan atas dasar pemenuhan kebutuhan
hidup, bukan atas pertimbangan pengurangan beban bagi pengelola sampah.
Dari observasi terhadap proses pemulungan barang potensi daur ulang,
diperkirakan besarnya pemulungan mencapai 5,6% terhadap timbulan sampah
total.
Demikian halnya dengan hasil sampling sampah pasar
menunjukkan kehadiran sampah organik compostable
sebesar lebih dari 85%. Disamping itu karaktersitik
kimia sampah organik dari pasar umumnya sangat
potensial untuk dikomposkan karena tingginya
kehadiran unsur kimia yang diperlukan kehadirannya dalam kompos yaitu C
(Carbon), N (Nitrogen), O (Oksigen), P (Phospor). Dengan demikian, sampah
pasar seharusnya menjadi prioritas untuk ditangani melalui pengomposan.
Potensi sampah organik lainnya yang cukup bersar adalah dari aktifitas sapuan
jalan, mencapai 67%. Kehadirannya banyak didominasi oleh dedaunan dan
ranting pohon. Sampah rumah sakit pun memiliki kandungan organik cukup
tinggi yaitu mencapai 64%.
Adapun potensi daur ulang sampah anorganik, diperkirakan mencapai 32,4%
dari timbulan sampah total. Pada tahun 2008, di Kab. Bandung terdapat
181,49 ton/hari bahan potensi daur ulang. Potensi tersebut terdiri atas jenis
kertas, mencapai 59,9%, plastik 32,5%, logam 4% dan gelas 3%.
Tabel 2.12 berikut menunjukkan potensi daur ulang sampah anorganik di Kab.
Bandung.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-30
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.12Potensi Daur Ulang Sampah di Kabupaten Bandung
KomposisiBerat Sampah (Ton/hr)
2008 2010 2015 2020 2025 2028
Plastik
a. Recycable 58.92 62.49 72.68 84.96 99.86 110.30
b. Unrecycable 39.28 41.66 48.45 56.64 66.57 73.53
Kertas (Recycable) 108.74 115.33 134.12 156.80 184.29 203.56
Logam (Recycable) 6.04 6.41 7.45 8.71 10.24 11.31
Gelas (Recycable) 7.79 8.26 9.61 11.23 13.20 14.58
Total Potensi Daur Ulang 181.49 192.50 223.86 261.72 307.59 339.76
Total Timbulan Sampah 561 595 691 808 950 1049Sumber : Buku-2, Report Studi Timbulan dan Karakteristik Tahun 2007.
Proporsi masing-masing bahan potensi daur ulang diperlihatkan pada Gambar
2.8 berikut ini.
Gambar 2.8Potensi Daur Ulang Sampah Anorganik
Sampah dari aktifitas komersial, industri dan
institusi, diperkirakan memiliki potensi barang
layak daur lebih tinggi. Dengan demikian potensi
reduksi beban pengelolaan dapat dilakukan dengan
mendorong para pemilik untuk mendaur ulang
sampah anorganik tersebut.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-31
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Sementara itu sampah yang bersumber dari aktifitas
rumah sakit, dibedakan antara sampah domestik dari
aktifitas rumah tangga atau dari dapur dan kantin di
dalam rumah sakit dan dari aktifitas medis. Pada saat
ini Dinas Kebersihan melayani pengangkutan sampah
dari rumah sakit. Seharusnya sampah yang boleh
diangkut ke TPA adalah sampah domestik non B3 (bahan beracun berbahaya)
atau non infectious. Dari pemantauan lapangan ditemukan bahwa sampah
rumah sakit yang diangkut ke TPA ternyata masih bercampur antara sampah
domestik dengan sampah klinis seperti jarum suntik, dan bekas perban operasi.
Dengan demikian sampah dari rumah sakit tersebut sudah bercampur dengan
B3. Kondisi sampah yang masih bercampur tersebut sangat dikhawatirkan bila
sampah medis tersebut akan menyebabkan pemaparan penyakit pada petugas
dan pemulung yang berada di TPA.
Hal ini perlu diperbaiki dengan cara melarang pihak rumah sakit untuk
menyatukan sampah medis pada sampah domestik yang akan diangkut ke TPA.
Dalam hal ini sampah medis seharusnya dibakar terlebih dahulu dalam
insinerator, selanjutnya sisa abu dibuang ke TPA. Upaya reduksi sampah dari
rumah sakit dilakukan oleh para pemulung setempat. Sampah-sampah yang
didaur ulang tersebut antara lain bekas botol infus, botol bekas obat suntikan,
suntikan dan jarum suntik.
Berdasarkan studi timbulan dan karakteristik yang telah dilakukan,
direkomendasikan beberapa hal berikut dalam upaya pengolahan sampah sesuai
dengan hasil yang diperoleh :
Besarnya kuantitas timbulan sampah di Kabupaten Bandung
(2,81 liter/orang/hari atau 0,45 kg/orang/hari), hampir setara dengan
karakter Kota Besar, diperlukan kebijakan yang mengarah pada upaya
minimasi sampah di sumbernya.
Pola pemilahan sejak dari sumbernya perlu segera dilaksanakan, dan
dioperasikan secara konsisten dari hulu ke hilir.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-32
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pelaksanaan pemilahan dapat menerapkan pola 2 kompartemen yaitu
Organik – Anorganik. Pemilahan Sampah khusus seperti B3 RT selayaknya
diperkenalkan sejak awal namun bertahap penerapannya, mengingat
timbulan sampah ini terukur sangat kecil.
Khusus untuk Rumah Sakit, pemilahan sampah harus dilakukan dengan pola
4 kompartemen yaitu : organik – anorganik – B3 RT – Infectious. Masih
adanya sampah medis yang tercampur ke dalam sampah domestik
selayaknya menjadi perhatian dalam kebijakan pengelolaan sampah umum
dan limbah B3.
Upaya minimasi sampah tertimbun di TPA perlu segera dilaksanakan dengan
melaksanakan pengomposan di perdesaan dan juga di perkotaan terutama
untuk sampah yang bersumber dari permukiman, pasar, dan rumah sakit.
Masih tingginya Kadar Air sampah di Kabupaten Bandung, yaitu lebih dari
60%, maka sistem operasi yang mengandalkan sistem kompaksi, tidak
dianjurkan.
Sampah anorganik yang berpotensi adalah kertas dan plastik. Dari keduanya
plastik memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dari lainnya. Kehadiran sampah
plastik yang tinggi sebaiknya diantisipasi melalui daur ulang. Demikian
halnya dengan kertas, logam dan gelas.
Peluang masuknya investor dengan teknologi pilihan PLTSa selayaknya
diintegrasikan dengan upaya pengomposan, mengingat PLSTa menghasilkan
panas yang bermanfaat untuk membantu proses pengomposan, sedangkan
pengomposan memproduksi residu kompos yang memiliki kalor bakar yang
lebih baik dari sampah itu sendiri.
22..22 TTiinnggkkaatt PPeellaayyaannaann
Banyak pendekatan yang dapat dikembangkan untuk mengukur efektifitas
pengelolaan sampah perkotaan. Paramater yang paling umum dipergunakan
adalah Tingkat Pelayanan sistem terhadap penduduk. Mengingat selama ini
orientasi pelayanan Dinas Kebersihan adalah terhadap aktifitas penduduk di
perkotaan, maka Tingkat Pelayanan di peroleh dengan membandingkan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-33
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
besarnya penduduk terlayani terhadap jumlah penduduk di wilayah perkotaan
(hanya 32% penduduk total).
Tingkat pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung saat ini
mencapai 20,8%. Angka ini diperoleh dari operasi pengangkutan terhadap 22
Kecamatan yaitu mencapai 567m3 / hari dengan penduduk terlayani mencapai
201.411 jiwa. untuk lebih jelasnya, tingkat pelayanan Dinas Kebersihan
Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.13.
Tabel 2.13Tingkat Pelayanan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung
Wilayah∑ Penduduk ∑ Penduduk
TerlayaniSampah
TerangkutTingk.
Pelayanan
Tingk.Pelayanan
KotaJiwa Jiwa (m3/hr)
I 233.322 65.082 182,9 27,8%
20,8%II 393.958 57.299 162,5 10,9%
III 341.434 79.030 222,1 23,1%
Jumlah 968.715 201.411 567Sumber : Kompilasi Tabel 12 – Tabel 15, Buku-1.
Observasi di lapangan menginformasikan bahwa sampai
saat ini masih banyak warga yang memiliki kebiasaan
membuang sampah ke sungai atau
selokan, dan membuang sampah di lahan
kosong terlantar. Hal ini mencerminkan
bahwa tingkat pelayanan pengelolaan
sampah pada warga Kabupaten Bandung
belum optimal.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-34
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Kebiasaan membuang sampah ke sungai ini dapat disebabkan oleh beberapa hal
:
- Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap akibat
pembuangan sampah ke sungai. Hal ini dapat disebabkan karena
akibatnya tidak dirasakan oleh mereka sendiri.
- Jalan terlalu sempit sehingga tidak masuk gerobak pengumpul, akibatnya
masyarakat harus berjalan jauh ke TPS pengumpul. Daripada harus
berjalan jauh ke TPS pengumpul, mereka memilih membuang sampah ke
selokan atau sungai terdekat dari mereka
- Rendahnya kesadaran dan perhatian aparat kelurahan/RW terhadap
pengelolaan sampah. Bila pihak kelurahan atau RW tidak peduli untuk
menyediakan TPS atau gerobak bagi para warganya, maka warga akan
mencari cara paling mudah untuk membuang sampahnya yaitu ke sungai
atau selokan
- Kurangnya penerangan mengenai pengelolaan sampah yang benar kepada
masyarakat.
- Lemahnya pemantauan dan penerapan sanksi bagi masyarakat yang
memiliki kebiasaan buruk.
Sementara itu di daerah perdesaan, ternyata
masalah sampah kini sesungguhnya sudah mulai
mendesak. Belum mendukungnya sikap warga,
walau mereka sudah tahu cara–cara mengelola
sampah dengan benar, menyebabkan kebiasaan
membuang sampah ke pekarangan masih sangat
membudaya. Sepuluh tahun ke belakang sangat
dimungkinkan komposisi sampah yang sulit
terdekomposisi masih rendah, sehingga tumpukan
sampah cepat hilang. Permasalahannya, saat ini di
pedesaan pun komposisi sampah yang sulit
terdekomposisi seperti plastik, mulai banyak
sehingga tumpukan samah di sembarang tempat memerlukan waktu lama
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-35
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
untuk bisa tidak terlihat oleh pandangan mata. Akhirnya, obervasi ke
beberapa desa membuktikan bahwa di wilayah perdesaan pun sudah sering
terlihat suasana kotor terkesan jorok dan kumuh.
22..33 AAnnaalliissiiss EEffiissiieennssii OOppeerraassiioonnaall PPeennggeelloollaaaann SSaammppaahh
Analisis efisiensi dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan menghitung rasio
perbandingan antara beban pelayanan dengan sarana dan prasarana yang
dipergunakan dalam pelayanan. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat efisiensi
yang dicapai, dilakukan perbandingan terhadap standar yang berlaku. Dalam
hal ini dipergunakan standar SNI-03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan
Sampah di Permukiman dan SNI SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Pengelolaan Sampah Perkotaan. Adapun penilaian secara kualitatif dilakukan
dengan menilai hasil kerja yang diukur berdasarkan tingkat kebersihan di
wilayah pelayanan dan di titik-titik sarana prasarana.
Kajian terhadap kondisi eksisting menunjukkan sistem operasi pengelolaan
sampah untuk setiap aktifitas perkotaan di Kabupaten Bandung, diperlihatkan
pada Gambar 2.9.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-36
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 2.9Sistem Operasi Pengelolaan Sampah Untuk Setiap Aktifitas Perkotaan
di Kabupaten Bandung
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-37
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
22..33..11.. OOppeerraassii PPeenngguummppuullaann
Dari Gambar 2.9 di atas, operasi pengumpulan sampah yang dijalankan di Kab.
Bandung dibedakan atas 4 pola operasi pengumpulan yaitu : Individual Langsung
(Door to Door), Individual Tidak Langsung, Komunal Langsung dan Komunal
Tidak langsung.
Pola individual langsung (door to door) dimana sampah dari sumber sampah
dikumpulkan, dan langsung diangkut oleh kendaraan pengangkut sampah ke
TPA. Lokasi yang menggunakan sistem ini diantaranya adalah kawasan
industri, kawasan perkantoran, komersil dan permukiman terutama
permukiman teratur/real estate. Pola ini terhitung sangat banyak di
terapkan, saat ini ada 71 titik yang dilayani dengan sistem ini. Menurut
Dinas Kebersihan pola ini dijalankan di wilayah yang tidak bisa menyediakan
sarana TPS. Namun demikian, berdasarkan observasi, waktu operasi pola ini
memakan waktu cukup lama untuk setiap wilayah pelayanan. Sebagai
contoh observasi di sebuah area perumahan yang dilayani secara Door to
door, terukur waktu operasional selama 5 jam 31 menit 1 detik. (Lihat
Tabel berikut). Apabila jam kerja TPA dibatasi hanya 8 jam perhari, di
pastikan pola door to door hanya bisa dijalankan 1 rit dalam sehari.
Gambar 2.10Pola Operasional Individual Langsung
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-38
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.14Waktu Operasi Pola Pengumpulan Door to Door
Ritasi PengumpulanSampah (Dari – Ke)
Waktu Pengumpulan(Menit)
Pool – Area pelayanan 42 menit 29 detikRata-rata Pengumpulan 3 menit 5 detik / titik pelayananPengangkutan ke TPA 56 menit 47 detikTotal Per Rit 4 Jam 8 menit 30 detik, untuk 50 titik pelayananOperasi di TPA 36 menit 50 detikPerjalanan Pulang 45 menit 41 detik
Total Waktu Operasi 5 Jam 31 menit 1 detikSumber : Observasi lapangan, lihat Lampiran
Di dalam SNI 19-2454-2002, mengenai Tata Cara
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan, di sebutkan pola individual langsung
diperuntukan bagi permukiman di jalan
protokol dan kondisi serta kesediaan alat sudah
memadai. Pola ini juga di khususnya bagi
daerah yang memiliki kondisi jalan yang tidak layak untuk alat/kendaraan
kecil. Inefisiensi dimungkinkan akan terjadi bila pola ini diterapkan pada
permukiman umum yang tidak memenuhi kriteria di atas. Pelaksanaan door
to door yang terjadi di Kab. Bandung berjalan tidaklah optimal, karena
pada proses operasionalnya selain memerlukan minimal 3(tiga) orang
petugas dan juga menggunakan 1(satu) unit kendaraan besar (jenis dump
truk) juga membutuhkan waktu yang panjang. Selain itu, dari segi
pelayanan jenis operasional ini hanya mampu melayani 1 rit/hari. Padahal
dengan kapasitas tersebut seharusnya bisa melayani 2-3 rit/harinya. Berikut
ini Evaluasi Kinerja dengan pola Door to door diperlihatkan pada Tabel 2.15.
Tabel 2.15Evaluasi Kinerja Pola Operasi Door to Door / Individual LangsungSNI 19-2454-2002 Pelaksanaan di Kab. Bandung
Karakteristik Wilayah :Jalan bergelombang (>15-40%)Sulit dijangkau kendaraan non mesinPerumahan di Jalan Protokol
Permukiman teratur / Kompleks Realestate
Timbulan Sampah> 0,3 m3/hari 0,2 – 0,25 m3/hariKondisi dan jumlah alat memadai Jumlah kendaraan angkut 69 Unit,
Untuk pengangkutan 567 m3/hari.Beban Kerja : 8,2 m3/unit/hari
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-39
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pola operasional individual tidak langsung,
yaitu pengumpulan dari sumber oleh gerobak,
dibawa ke TPS dan diangkut ke TPA oleh
kendaraan pengangkutan. Pola operasi
individual tidak langsung dalam SNI ditetapkan
untuk melayani daerah dengan tingkat
partisipasi masyarakat yang rendah namun
tersedia lahan untuk TPS.
Pada pola ini terdapat dua jenis kendaraan pengumpulan yang umum
dipergunakan yaitu :
1. Gerobak besar volume (1-1,5) m3 , kapasitas kerja 3 RW/gerobak atau
800 KK/ gerobak, dengan frekuensi 3 rit/minggu (2-3 hari sekali).
2. Gerobak kecil volume (0,2 – 0,3) m3, kapasitas kerja 8 KK/gerobak,
dengan frekuensi 6 rit/minggu.
Standar yang harus terpenuhi terhadap sarana
pengumpul berupa gerobak menurut SNI adalah setiap
satu gerobak volume 1 m3 disiapkan untuk melayani
800 jiwa atau 200 KK. Dengan demikian, kendaraan
pengumpul di Kab. Bandung umumnya berada pada
kapasitas kerja yang melampaui kapasitas optimal (Beban Tinggi).
Gambar 2.11Pola Pengangkutan Sistem Individual Tidak Langsung
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-40
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Keberadaan lahan untuk TPS merupakan faktor penentu
efektifitas kerja pola ini. Tipe TPS pada pola ini adalah
TPS yang dilengkapi dengan container, baik berlandasan
atau pun tidak. Pada kondisi dimana partisipasi
masyarakat masih pasif,
sementara lahan untuk TPS belum tersedia,
dilakukan pola operasi TPS Bayangan, atau TPS non
permanen, dimana tidak terdapat bangunan khusus
untuk TPS melainkan hanya berupa area tempat
pertemuan gerobak dengan truk pengangkut.
Berikut ini adalah lokasi operasi pola individual tidak langsung, tanpa adanya
TPS, yaitu di Protokol Banjaran dan Protokol
Soreang.
Dari sisi kemudahan operasi terukur pola ini
sangat memudahkan pihak pengelola, karena
tidak diperlukan adanya lokasi TPS
permanen. Terlebih kendala pengadaan
lahan sering menjadi alasan utama. Hal
ini tentunya akan mengurangi kebutuhan
biaya pengadaan sarana. Namun
demikian, dari aspek efektifitas pola
tidak lagi tepat untuk diterapkan
terlebih bila proses pemindahan dilakukan di daerah komersil atau di jalan
protokol. Seperti layaknya di Kopo Sayati dan Protokol Banjaran, dinilai sudah
sangat tidak layak. Pada kasus di kedua lokasi ini selayaknya pihak pengelola
terus mengupayakan pencarian lahan untuk TPS permanen, resiko adanya
kebutuhan biaya pengadaan sarana yang tinggi selayaknya sudah menjadi
konsekuensi yang harus diterima.
Kendala utama pola ini selain estetika dan kenyamanan penduduk, adalah
masalah waktu operasi. Mengingat biasanya lokasi pengumpulan berada di
daerah komersil dan protokol, selayaknya pola ini dijalankan di malam hari.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-41
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Namun, pada umumnya para petugas pengumpul gerobak, tidak bersedia
bekerja malam hari, disamping itu TPA pun tidak dioperasikan di waktu malam.
Waktu operasi pagi atau siang ini sering menimbulkan gangguan lalu lintas.
Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 31 Tahun 2000
tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan, diatur
bahwa :
a. Pengumpulan sampah dari rumah tinggal ke TPS dilaksanakan oleh
petugas yang ditunjuk oleh RT/RW
b. Jika tidak ada petugas RT/RW maka pengumpulan dapat dilaksanakan
oleh Dinas Kebersihan atas permintaan RT/RW yang bersangkutan
Ketetapan dalam Perda ini menunjukkan adanya pola Bagi Peran dalam
pengelolaan sampah antara Pemerintah dan Masyarakat di tingkat Kecamatan.
Pola operasi individual tidak langsung merupakan metoda yang cukup tepat
untuk terapkan di beberapa wilayah di Kab. Bandung, terutama pada
Kecamatan yang termasuk pada kategori pelayanan kritis atau kepadatan
tinggi. Penerapan pola ini di daerah padat penduduk, perlu pembinaan bagi
masyarakat untuk bisa tertib buang sampah di TPS secara individual.
Pola operasi Komunal langsung, yaitu penimbul sampah mengumpulkan
sampahnya sendiri ke suatu tempat (bak atau lahan terbuka), sampah yang
terkumpul akan diangkut oleh Dinas Kebersihan pada waktu tertentu. Pola ini
dilaksanakan di wilayah dengan ketersediaan lahan TPS, dengan partisipasi
masyarakat yang cukup tinggi. Efisiensi kerja dari pola ini sangat tergantung
dari operasi pengangkutannya (Pembahasan lihat sub bab 2.3.4). Semakin tinggi
frekuensi pengangkutan sampah di lokasi komunal tersebut akan menjamin
kondisi kebersihan di lingkungan TPS tersebut. Yang sering terjadi adalah
frekuensi pengangkutan sangat jarang terkesan, sehingga sampah tersimpan
terlalu lama.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-42
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 2.12Pola Pengangkutan Komunal Langsung (Bring System)
22..33..22.. PPeennyyaappuuaann JJaallaann
Merupakan hal penting memperhatikan praktek operasi penyapuan jalan di
suatu kota, mengingat penyapuan jalan sangat menentukan pemandangan kota
tersebut secara umum. Penyapuan jalan sangat diperlukan terutama di jalur
utama dan di pusat kota serta di daerah komersil.
Saat ini operasi penyapuan jalan di Kabupaten Bandung secara intensif baru
melayani dua ruas jalan utama yaitu Jalan Alfatu dan Jalan Soreang. Kedua
jalur utama ini merupakan prioritas disebabkan adalah jalan utama dan
protokol.
Operasi penyapuan dilakukan secara manual dengan jumlah total petugas
penyapu jalan 5 orang. Sampah hasil sapuan dibawa gerobak ke lokasi TPS
terdekat, selanjutnya diangkut ke TPA. Melihat dari jam kerja (2 jam per hari)
dan jumlah tenaga kerja (5 orang) yang dikerahkan untuk menyapu kedua jalur
tersebut, terukur sudah cukup baik walau belum bisa di katakan optimal.
Selayaknya untuk operasi manual, dengan 2 jam kerja, tenaga berjumlah 3
orang, dengan proporsi seorang menarik gerobak, 2 orang menyapu jalan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-43
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.16Evaluasi Kinerja Pola Operasi Penyapuan Jalan
Kondisi Eksisting StandardPola Operasi Manual Manual di permukiman dan
daerah komersil.Mekanik di jalan protokol
Kendaraan Pengumpul Gerobak Manual, kendaraanbermotor, kapasitas kecil(Motor sampah / BajajSampah)Mekanik, kendaraanpenyapuan
Tenaga Kerja Jalan protokol5 orang, 2 jalur jalan
Manual :3 orang per jalurpenyapuanMekanik :1 orang per kendaraan
Waktu kerja 2 jam, 2 jalur jalan Manual :2 jam, 1 jalurMekanik :1 kendaraan per 2 kmMesin, 6 jam/hari
Di beberapa wilayah seperti Kopo Sayati Margahayu, Banjaran, Majalaya dan
Katapang, penyapuan dilakukan oleh petugas gerobak sampah. Operasi
penyapuan dilakukan ketika petugas menarik sampah ke lokasi TPS.
Selain memperhatikan operasi penyapuan yang benar, keselamatan kerja dan
kesehatan petugas juga perlu diperhatikan. Sebaiknya petugas diberi
perlengkapan yang memadai untuk kemudahan pekerjaannya seperti alat bantu
untuk memudahkan pekerjaannya. Petugas penyapu sebaiknya menggunakan
masker pada saat bekerja untuk menyaring debu agar tidak mengganggu
kesehatannya. Pada musim hujan sebaiknya petugas diberi jas hujan, demi
kesehatan dan kelancaran tugasnya.
Dari hasil sampling, diketahui bahwa komposisi sampah organik dari sampah
sapuan jalan adalah 66 %. Hal ini menjadi sebuah potensi dalam pengolahan.
Sampah sapuan jalan yang umumnya organik ini harus dipilah antara sampah
kering dengan sampah basah. Sampah basahnya dapat langsung dikumpulkan
untuk diangkut ke tempat pengomposan, sedangkan sampah keringnya diangkut
ke TPA.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-44
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pola operasi pengumpulan yang dilakukan saat ini sudah tepat, yaitu sampah di
kumpulkan dengan gerobak ke TPS terdekat. Namun untuk mempercepat
operasi, sehingga dapat meningkatkan kapasitas, penggantian kendaraan
pengumpul yang semula gerobak, menjadi kendaraan kecil seperti motor
sampah atau bajaj sampah. Pola operasi seperti ini baik untuk terus
dilaksanakan, namun tujuan lokasinya adalah lokasi pengomposan terdekat.
Gambar 2.13Pola Pelayanan Penyapuan Jalan di Kabupaten Bandung
22..33..33.. OOppeerraassii PPeemmiinnddaahhaann
Yang dimaksud dengan operasi pemindahan adalah proses pengalihan sampah
dari alat dan atau sarana pengumpulan ke alat dan atau sarana pemindahan.
Dengan demikian, proses pemindahan terjadi pada pola operasi tidak langsung,
di sebuah lokasi TPS (Tempat Penampungan Sementara).
Saat ini di Kabupaten Bandung, dari seluruh TPS yang ada, dapat dikategorikan
sebagai berikut :
(1) TPS dengan container yang diberi landasan (TPS-LC), 15 titik.
(2) TPS dengan container tanpa landasan (TPS – C), 8 titik.
(3) TPS bak pasangan bata (TPS – Bak), 20 titik.
(4) TPS darurat, di atas lahan tanpa prasarana (TPS – Darurat), 14 titik.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-45
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Dari keempat bentuk fisik TPS tersebut, TPA jenis
Landasan Container yang masih layak dipertahankan,
sedangkan ketiga bentuk lainnya, selayaknya segera
diperbaiki. Kesulitan utama dalam pengadaaan TPS
umumnya ada pada pengadaan lahan, akan tetapi
kendala ini bisa diatas dengan koordinasi dengan
berbagai pihak dan antar Dinas di dalam lingkungan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, operasi pemindahan sampah, belum
baik diukur dari hal-hal berikut ini :
o Proses pemindahan dari Gerobak ke TPS, umumnya dituang begitu saja,
dengan bantuan seorang atau dua orang petugas yang hanya dilengkapi
dengan sebuah singkup. Pada operasi ini kendala utama yang dihadapi
adalah adanya kontak antara petugas dengan sampah yang relatif lama.
o Untuk pemindahan dari TPS dengan kontainer dilakukan langsung dengan
menukar kontainer isi dengan yang kosong. Permasalahan yang sering
dihadapi adalah
- Sampah meluap dari kontainer sehingga banyak sampah yang
tercecer di pelataran
- Untuk membersihkan TPS sering petugas harus menumpuk sampah
ke dalam kontainer sehingga sering terjadi pemadatan yang
berlebih.
o Untuk pemindahan dari TPS berbentuk bak atau pelataran, dilakukan
secara manual oleh satu atau dua orang petugas dengan sebuah singkup.
- Waktu operasi pemuatan relatif lama,
- Waktu kontak antara sampah dengan petugas panjang.
- Pembongkaran hanya dilakukan seorang atau dua orang petugas
dengan sebuah singkup.
- Banyak sampah yang berceceran dan berserakan di pelataran TPS
.
o Permasalahan krusial lain dalam operasi pemindahan adalah operasi
pemindahan sistem tidak langsung tanpa TPS yang dilakukan di Kopo
Sayati dan Protokol Banjaran. Pada operasi ini kendala teknis pada
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-46
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
dasarnya sama dengan kedua pola operasi di atas, bahkan lebih kritis
yaitu :
- Walaupun waktu datangnya kendaraan angkut sudah ditetapkan,
akan tetapi sering gerobak yang telah berisi sampah menunggu
lama, dan mengganggu jalan serta estetika
- Proses pemindahan sangat manual, sehingga waktu yang
diperlukan untuk memuat sampah ke dalam kendaraan angkut,
relatif sangat lama (lebih dari 2 jam).
- Sebersih apa pun petugas setempat membersihkan lokasi, namun
kondisi tempat tetap saja nampak kotor sehingga terlihat adanya
tapak yang kotor.
Dari pengamatan di atas, dapat disimpulkan operasi pemindahan yang
dijalankan di wilayah kerja Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung sangat
tidak efisien dalam penggunaan tenaga dan waktu serta pembenahan model
operasi pemindahan.
Salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan dalam operasi pemindahan ini
adalah pengembangan TPS menjadi sebuah
transfer depo model Ram, dimana para
penarik gerobak datang di transfer depo
sebelum dump truk. Pada saat dump truk
datang, mereka secara bergilir memasukan
sampah dengan cara menuangkan isi gerobak ke dalam bak truk. Cara seperti
ini akan menghemat penggunaan waktu dan tenaga untuk pemindahan
sehingga ritasi pengumpulan dan pengangkutan dapat ditingkatkan. Bila
transfer depo model Ram belum dapat dibuat, maka penarik gerobak tetap
datang di transfer depo sebelum dump truk datang, dan mereka
memasukkan sampahnya ke dalam karung untuk memudahkan pemindahan
sampah ke dalam dump truk. Dengan cara demikian, maka dump truk tidak
perlu parkir telalu lama di transfer depo, sehingga diperoleh efisiensi waktu
pengangkutan. Dengan demikian ritasinya dapat ditingkatkan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-47
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Dalam upaya pengembangan sistem dengan paradigma 3R, yaitu minimasi
sampah ke TPA dengan pengomposan dan daur ulang, TPS selayaknya
dikembangkan menjadi pusat pengelolaan sampah skala kelurahan, dengan
inti proses adalah pengomposan. Dengan demikian, TPS merupakan tempat
pemindahan sampah anorganik saja, sampah organik tidak lagi dipindahkan
melainkan langsung dikomposkan di lokasi TPS tersebut.
Ada kalanya di TPS tidak memungkinkan dikembangkan operasi
pengomposan, maka TPS berfungsi sebagai lokasi pemindahan kedua jenis
sampah ini dengan pola sampah terpilah, sehingga sarana prasarananya pun
harus disediakan sedemikian rupa. Container terpilah antara organik dan
anorganik harus sudah dipertimbangkan keberadaannya.
22..33..44.. OOppeerraassii PPeennggaannggkkuuttaann
Faktor yang mempegaruhi kinerja operasi pengangkutan adalah : (1) Jarak titik
akhir pengumpulan terhadap TPA, (2) Model kendaraan angkut dan kondisi
fisiknya, (3) Kondisi jalan baik kepadatan arus lalu lintas maupun kualitas jalan
yang dilaluinya.
Melihat luasnya area administrasi di setiap Kecamatan yang ada dalam wilayah
pelayanan dan dengan hanya ada satu lokasi TPA, yaitu di Desa Babakan,
Kecamatan Argasari, dapat dipastikan jarak antara lokasi pengumpulan ke TPA
sangat jauh. Lokasi TPA Babakan itu sendiri berjarak kurang lebih 12 km dari
jalan raya. Sebagai contoh, jarak dari Soreang dimana jaraknya relatif masih
dekat, jarak ke TPA terukur 30 km.
Bila melihat cara operasional pengangkutan yang
ada, maka kinerja pengangkutan sampah
Kabupaten Bandung masih perlu ditingkatkan lagi,
terutama untuk menghemat waktu pengangkutan
agar ritasi dapat dioptimumkan. Optimasi ritasi
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-48
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
armada pengangkut ini perlu dilakukan dengan meninjau ulang praktek
pemindahan dan rute pengangkutan.
Cara pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah yang dijalankan di
Kabupaten Bandung, terukur jumlah waktu yang sangat panjang mencapai 8
Jam 59 menit, untuk sistem tidak langsung tanpa keberadaan TPSS, serti di
Kopo Sayati. Untuk sistem langsung (door to door), observasi di wilayah Gading
Tutuka menunjukkan waktu operasional selama 6 jam 56 menit. (Lihat Tabel
2.17)
Tabel 2.17Perbadingan Waktu Operasi Pengumpulan dan Pengangkutan
Sistem Tidak Langsung Sistem LangsungTahap Operasi Waktu
(menit)Tahap
OperasiWaktu(menit)
Persiapan Administrasi 14,42 6,42Bergerak dari Pool ke TPS 46,4 42,8Pemindahan Dari Gerobak keKontainer
246,37 197,33
Persiapan keberangkatan keTPA
8,16 9,77
Waktu Pemindahan 315,35 Pengumpulan 256,32Pengangkutan ke TPA 110,48 56,78Waktu masuk ke TPA 11,48 4,58Pembongkaran di TPA 0,21 0,53
Waktu Proses di TPA 122,17 61,89Dari TPA ke Pool 101,05 45,68TOTAL 538,57
atau8 jam 59
menit
TOTAL 363,89Atau 6 jam
56 menit
Sumber : Hasil Pengukuran di Lapangan, 2007
*) Keterangan Titik Sampling:1. Lokasi Sistem Langsung : Wilayah protokol Banjaran dan sekitarnya (Wilayah II)
2. Lokasi Sisitem tidak Langsung TPS Jl. Alfathu-soreang, dan TPS Kopo Sayati.(Wilayah I)
Berdasarkan data di atas dapat diperkirakan bahwa dalam satu hari, untuk
sistem langsung maupun tidak langsung hanya bisa menjalankan operasi satu
kali jalan (1 rit/hari/kendaraan). Hal ini menyebabkan kebutuhan jumlah
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-49
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
kendaraan yang lebih besar untuk mencapai tingkat pengangkutan yang lebih
tinggi.
Alasan lain kurang efisiennya operasi pengangkutan sampah yang dilaksanakan
oleh Dinas Kebersihan, adalah :
Terpusatnya Pool Kendaraan di satu titik yaitu di Kantor Dinas Kebersihan,
yang terletak di Jl. Raya Banjaran-Soreang Km 3, sementara wilayah
pelayanan sangat luas sebarannya.
Berdasarkan pengukuran di peta, centroid wilayah saat ini berpusat di
Soreang, jarak dari Pool ke titik centroid ± 10 km, sedangkan dari centroid
ke TPA Babakan adalah ± 33 km.
Gambaran jarak pool kendaraan pengangkut, titik centroid pelayanan dan TPA
di Kabupaten Bandung, dapat dilihat pada Gambar 2.14.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-50
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
POOL KENDARAANþ
PENGOMPOSAN#³
DTD%a
TPA'W
#Y TPSS
BATAS KABUPATEN
BATAS KECAMATAN
BATAS KOTA
JALAN KERETA API
JALAN LOKAL
JALAN NASIONAL
JALAN UTAMA
SUNGAI
PETA SEBARAN SARANA PERSAMPAHANKABUPATEN BANDUNG
2 0 2 4 6 8
Kilometers
SKALA 1 : 200.000
N
EW
S
740000
740000
760000
760000
780000
780000
800000
800000
820000
82000091
80
00
0
91
80
00
0
92
00
00
0
92
00
00
0
92
20
00
0
92
20
00
0
92
40
00
0
92
40
00
0
92
60
00
0
92
60
00
0
#Y
#Y #Y#Y#Y #Y
#Y
#Y#Y
#Y
#Y#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y
#Y#Y#Y
#Y
#Y #Y#Y #Y
#Y
#Y
#Y
#Y#Y#Y
#Y
#Y
#Y
#Y#Y
#Y
%a
%a%a%a%a%a
%a
%a
%a
%a
%a%a%a %a
%a%a
%a%a%a
%a%a
%a%a
%a
%a
%a
%a%a%a
%a%a%a
%a%a
%a
%a
%a
%a
%a
%a%a
%a%a%a
%a
%a%a
%a
%a
%a%a
%a%a
%a
%a%a
%a
%a
%a %a
%a
'W
'W
'W
#³#³
#³
#³
#³
þ
CILILIN
PASIRJAMBU
PANGALENGAN
PACET
CIPATAT
KERTASARI
RONGGA
RANCA BALI
IBUN
GUNUNG HALU
LEMBANG
CIPEUNDEUY
BATUJAJAR
PASEH
CIPONGKOR
SOREANGSINDANG KERTA
ARJASAR I
CIKALONG W ETAN
CIMAU NG
CIPARAY
CISAR UA
BANJARAN
CIW IDEY
NAGREG
CIM EUNYAN
PADALARANG
RANCAEKEK
CIKACUNG
BALEENDAH
CILEUN YI
CICALENGKA
PARONGPONG
CILENGKRANG
NGAMPRAH
MAJALAYA
KATAPANG
BOJONG SOANG
MARGAASIH
SOLOKAN JERU KPAMEUNGPEUK
MARGAHAYUDAYEUH KOLOT
KEGIATAN PENYUSUNAN KEBIJAKANMANAJEMEN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
DI KABUPATEN BAN DUNG
BAPPEDAKABUPATEN BANDUNG
TPA Babakan
TPA Pasir BuluhTPA Sarimukti
Gambar 2.14
TPA Legok Nangka
TPA Leuwigajah
TPAWilayah Barat
TPAWilayah Timur
BAPEDAKABUPATENBANDUNG
Centroid WP I
Centroid WP II
Centroid WP III
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-51
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Berdasarkan observasi dan data operasi pengangkutan di Dinas Kebersihan,
diperoleh data pengangkutan seperti pada Tabel 2.18. Dari data tersebut, dan
dibandingkan terhadap beban timbulan sampah di seluruh kota, maka Tingkat
Pengangkutan sampah di Kabupaten Bandung saat ini baru mencapai 20,8%,
sejalan dengan tingkat pelayanan, dimana volume timbulan terangkut
mencapai 567 m3/hari, dari total timbulan 2.722 m3/hari.
Tabel 2.18Tingkat Pengangkutan Sampah di Kabupaten Bandung
WilayahSampah
TerangkutTot. Timbulan
Kota
Tingk.Pengangkutan
Total Tingk.Pengangkutan
Kota(m3/hr) (m3/hr)
I 205 896 22,9%
20,8%II 140 867 16,2%
III 222 959 23,1%
Jumlah 567 2722Sumber : Hasil Observasi dan Perhitungan Tahun 2007
Kapasitas angkut Kendaraan angkut yang dioperasikan di Kab. Bandung saat ini
dapat dilihat pada Tabel 2.19.
Tabel 2.19Kapasitas Angkut Sampah Eksisting
No. Jenis SaranaVolume
(m3)Jumlah(unit)
KapasitasAngkut/unit
(m3)
Total(m3)
1 Dump Truck 6 31 9.6 298
2 Arm Roll 10 5 16 80
3 Arm Roll 6 16 9.6 154
532
Keterangan : Faktor Pemadatan 1,6
Catatan : Prasarana eksisting tidak termasuk Aset Bandung Barat
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-52
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Dengan demikian jumlah armada pengangkutan harus ditambah sehingga
pengangkutan sampah dapat ditingkatkan.
22..33..55.. OOppeerraassii PPeennggoollaahhaann
Sampai akhir Tahun 2007, Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung belum
menjalankan pengolahan. Akhir tahun 2007, pengomposan di TPA Babakan baru
dijalankan dan masih tersendat-sendat. Sementara itu PLTSa yang
dikembangkan atas kerjasama dengan PLN pun baru akan dimulai
pembangunannya pada Tahun 2008.
Namun demikian, bila sektor informal dengan aktifitas pengumpulan sampah
potensi daur ulang dapat diperhitungkan sebagai kegiatan pengolahan oleh
sektor informal, maka diperkirakan saat ini baru mencapai 8% terhadap
timbulan desa, atau 3,4% terhadap Potensi Daur Ulang dari timbulan total.
Dengan demikian, kegiatan perolehan kembali bahan potensi daur ulang oleh
sistem informal memberikan kontribusi reduksi beban penimbunan sampah di
TPA sebesar 1,48%.
Dari hasil studi timbulan, terukur potensi bahan daur ulang sampah anorganik di
Kabupaten Bandung yang tinggi adalah kertas (19,4%) dan plastik (17,52%).
Namun demikian, observasi di lapangan memperlihatkan nilai ekonomis plastik
jauh lebih tinggi dari kertas, sehingga daur ulang plastik lebih berkembang
dibandingkan kertas. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pengembangan daur
ulang sampah anorganik di Kabupaten Bandung, selayaknya plastik menjadi
prioritas penanganan.
Data dari Dinas Kebersihan, rata-rata frekuensi pengangkutan
mencapai 2 rit/unit/hari, dengan tingkat pemadatan 1,6 di dalam alat
angkut, maka akan diperoleh kapasitas maksimum 532 m3/hari. Saat ini
sampah terangkut mencapai 567 m3/hari, dengan kata lain kapasitas
angkut kendaraan telah melampaui kapasitas maksimumnya.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-53
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Bila dilakukan pendataan dengan seksama sesungguhnya saat ini di seluruh
wilayah Kabupaten Bandung telah banyak inisiatif warga dalam upaya
menangani sampah. Umumnya mereka mengembangkan pengelolaan secara
komunal, namun sering sekali tidak berlandaskan pada perencanaan yang
komprehensif dan akhirnya terhenti. Belum adanya pencatatan yang baik oleh
Dinas terhadap lokasi-lokasi swadaya masyarakat ini menyebabkan kinerjanya
belum bisa terukur.
Terhentinya Unit Pengolahan Sampah (UPS) baik yang dibantu oleh Pemerintah
maupun dana dari luar umumnya disebabkan karena masalah pengelolaan bukan
masalah teknis. Belum terbangunnya kemampuan masyarakat lokal dalam
mengelola sebuah unit produksi baik yang berorientasi bisnis maupun tidak,
perlu diperhatikan ketika akan mengembangkan pengolah.
Melihat berbagai praktek pengolahan sampah di beberapa kota di Indonesia,
Dinas Kebersihan sesungguhnya dapat mengembangkan kemitraan dengan
masyarakat dalam hal pengolahan sampah ini. Terbukti, kelompok informal
dapat menjalankan berbagai usaha daur ulang dan pengomposan pun lebih baik
ketika dikelola oleh masyarakat, dengan catatan dilakukan pemberdayaan
secara total. Kemitraan pengelolaan sampah dengan masyarakat dapat berupa
pemberian tugas pengelolaan dalam suatu wilayah, dimana kelompok
masyarakat diberi insentif. Adapun insentif tersebut dapat berasal dari biaya
operasi pengelolaan yang biasanya dikeluarkan oleh Pemerintah, tentunya
dengan besaran yang telah direduksi untuk efisiensi.
Pada studi timbulan, terukur timbulan sampah di Kab. Bandung masih di
dominasi oleh sampah organik. Pengomposan adalah alternatif pengolahan
sampah jenis ini.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-54
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 2.20Potensi Pengomposan Sampah Kab. Bandung
TahunTimbulan Sampah Organik Potensi Bahan Baku Kompos Potensi Kompos Jadi
m3/hr ton/hr m3/hr ton/hr m3/hr ton/hr
2008 1549,8 310,0 1472,3 294,5 441,7 88,3
2010 1643,8 328,8 1561,6 312,3 468,5 93,7
2015 1911,6 382,3 1816,0 363,2 544,8 109,0
2020 2234,8 147,2 2123,1 424,6 636,9 127,4
2025 2626,6 172,7 2495,3 499,1 748,6 149,7
2028 2901,2 580,2 2756,2 551,2 826,9 165,4Sumber : Buku-3, Studi Timbulan dan Karakteristik Sampah
Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam pengomposan yaitu :
(1) Pelaku pengomposan atau pelaksananya
(2) Teknologi pengomposan dan
(3) Skala pengomposan
Pengomposan dapat dilakukan oleh masyarakat maupun oleh Dinas Kebersihan
sendiri. Tinjauan terhadap praktek-praktek pengomposan yang dilakukan di
berbagai kota di Indonesia, pengomposan akan lebih efektif dan efisien jika
dilakukan dengan pola kemitraan bersama masyarakat atau swasta, tentunya
yang perlu diperhatikan adalah mekanisme kemitraannya itu sendiri. Sering
terjadi, masyarakat diajak mengomposkan sampah, akan tetapi tidak
dikembangkan mekanisme insentifnya, sehingga sering terjadi masyarakat
merasa berat dengan biaya operasi pengomposan tersebut.
Dalam aspek teknologi pengomposan, banyak alternative yang sudah
dikembangkan dan bahkan teruji di Indonesia. Teknologi pengomposan sudah
tersedia mulai dari teknologi sederhana hingga teknologi canggih. Pemilihan
teknologi akan ditentukan oleh pelaku pengomposan itu sendiri. Pengomposan
yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kiranya cukup menggunakan
metoda sederhana, sedangkan untuk pelaku swasta untuk meningkatkan
efisiensi, selayaknya perlu dipilih teknologi tinggi, seperti biodegester.
Skala pengomposan seharusnya menjadi perhatian, mengingat hal ini akan
menentukan besar kecilnya sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan untuk
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-55
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
itu. Melihat besarnya potensi bahan baku kompos, selayaknya di Kabupaten
Bandung dikembangkan pengomposan dalam beberapa skala, yaitu :
(1) Skala lingkungan, di tingkat RT/RW dengan melibatkan masyarakat
(2) Skala kawasan, di tingkat Kelurahan dengan pendekatan kemitraan
antara Pemerintah, Masyarakat dan atau Swasta. Pola ini dapat
dilakukan di TPS-TPS yang ada.
(3) Skala kota, yaitu pengomposan yang dilakukan di TPA, untuk melayani
wilayah yang tidak memungkinkan dikembangkannya skala kawasan dan
skala lingkungan
Cara penanganan sampah lain yang banyak di pakai dalam mengatasi sampah
kota adalah pemusnahan dengan pembakaran (incinerasi). Namun demikian,
karakteristik sampah Kabupaten Bandung dengan kelembaban dan kandungan
organik tinggi menyebabkan Nilai Kalor yang diperoleh masih lebih kecil dari
Nilai Kalor yang dibutuhkan yaitu 2000 kkal/kg-BK. Teknologi incinerasi ini
dalam implementasinya selain memerlukan biaya tinggi juga memerlukan
ketelitian yang tinggi dari pihak pengelola, mengingat dampak dari pembakaran
tersebut terhadap lingkungan. Disamping itu, saat ini dengan kehadiran sampah
plastik di dalam sampah, merupakan potensi emisi dioksin dari pembakaran
dibawah 800oC, dapat diperkirakan bahaya yang mengancam.
Karena itu, di dalam perkembangan pengolahan sampah di Indonesia, teknologi
pembakaran kurang berkembang. Namun demikian, saat ini banyak ditawarkan
teknologi pembakaran sampah yang digabungkan dengan pemanfaatan panas
yang dihasilkannya menjadi listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah/PLTSa).
Teknologi ini kini menjadi alternatif disebabkan karena peluang perolehan
keuntungan dari penghasilan listrik.
Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat
(dalam hal ini sampah) menjadi materi gas (gas buang), serta materi padatan
yang sulit terbakar, yaitu abu ( bottom ash) dan debu (fly ash). Panas yang
dihasilkan dari proses insinerasi juga dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi
suatu materi lain dan energi, misalnya untuk pembangkitan listrik dan air
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-56
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
panas. Insinerasi adalah metode pengolahan sampah dengan cara membakar
sampah pada suatu tungku pembakaran. Di beberapa negara maju, teknologi
insinerasi sudah diterapkan dengan kapasitas besar (skala kota). Teknologi
insinerator skala besar terus berkembang, khususnya dengan banyaknya
penolakan akan teknologi ini yang dianggap bermasalah dalam sudut
pencemaran udara. Salah satu kelebihan yang dikembangkan terus dalam
teknologi terbaru dari insinerator ini adalah pemanfaatan enersi, sehingga
nama insinerator cenderung berubah seperti waste-to-energy, thermal,
converter.
Meskipun teknologi ini mampu melakukan reduksi volume sampah hingga 70%,
namun teknologi insinerasi membutuhkan biaya investasi, operasi dan
pemeliharaan yang cukup tinggi. Fasilitas pembakaran sampah dianjurkan
hanya digunakan untuk memusnahkan/membakar sampah yang tidak bisa
dikomposkan, di daur ulang, ataupun tidak layak untuk diurug.
Pada implementasi teknologi incinerasi ini, harus dipastikan instalasi ini harus
dilengkapi dengan sistem pengendalian dan control untuk memenuhi batas-
batas emisi partikel dan gas buang, sehingga dipastikan asap yang keluar dari
tempat pembakaran sampah merupakan asap/gas yang sudah netral. Abu yang
dihasilkan dari proses pembakaran bisa digunakan untuk bahan bangunan, atau
dibuang ke landfill.
Energi panas yang dapat dikonversi menjadi listrik dan recovery panas
merupakan salah satu keunggulan yang ditawarkan dari incinerator jenis baru.
Enersi tersebut berasal dari panas dalam tungku, yang biasanya didinginkan
dengan air dan uap air yang terjadi dapat digunakan sebagai penggerak turbin
pembangkit listrik.
Namun untuk penerapan PLTSa di Kabupaten Bandung perlu pemahaman
bahwa:
(1) Produk panas yang nanti dikonversi menjadi listrik, akan tergantung dari
nilai kalor sampah itu sendiri. Nilai kalor sampah di Kabupaten Bandung
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-57
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
tidak mencapai angka 2000 Kcal/Kg-kering. Komponen sampah yang dikenal
mempunyai nilai kalor tinggi adalah kertas dan plastik. Dilema yang muncul
adalah, bila yang dikejar adalah nilai kalor tinggi, maka upaya daur ulang
tidak mendukung teknologi ini.
(2) Dari hasil studi komposisi sampah di Kabupaten Bandung, mengandung
sampah organik 55% dengan kadar air tinggi (60-70%). Pada musim hujan,
serta sistem pewadahan sampah yang tidak tertutup, akan menambah
tingginya kadar air. Secara logika, tambah tinggi kadar air, maka akan
tambah banyak energi yang dibutuhkan untuk memulai sampah itu
terbakar.
(3) Proses termal menawarkan destruksi massa limbah secara cepat. Namun
semua proses termal tetap akan menghasilkan residu (bagian non-
combustible) yang tidak bisa terbakar pada temperature operasi. Tambah
tinggi panas, maka residu-nya akan tambah sedikit. Residu ini berada
dalam bentuk abu, debu dan residu lain. Abu biasanya dikenal mempunyai
potensi sebagai bahan bangunan, karena mengandung silikat tinggi. Sampah
Indonesia mengandung abu sampai mencapai 30% berat. Debu atau
partikulat akan merupakan salah satu permasalahan pencemaran udara
yang perlu diperhatikan dan akan menjadi bahan yang perlu difikirkan
penanganannya. Biasanya jalan terakhir yang dilakukan adalah diurug.
(4) Dalam proses termal, beberapa logam berat yang berada dalam sampah,
akan teruapkan seperti Zn dan Hg, yang tergantung dari titik uapnya.
Merkuri (Hg) pada temperatur kamarpun akan menguap. Tambah tinggi
temperatur, akan tambah banyak jenis logam berat yang akan menguap.
Agak sulit menangani jenis pencemaran ini.
(5) Dioxin akan muncul sebagai proses antara dalam pembakaran material,
bukan hanya pada incinerator. Tambah tinggi temperature, maka biasanya
tambah sedikit bahan antara ini. Bila terjadi kegagalan dalam
mempertahankan panas atau pada awal operasi atau di akhir operasi,
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-58
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
dimana temperature berada pada level yang rendah, maka masalah ini
dapat muncul.
(6) Apapun material berbasis khlor terbakar, maka akan dihasilkan produk gas
khlor, yang sangat berbahaya karena korosif maupun karena toksik. Namun
dengan adanya uap air, gas yang sangat reaktif ini dengan mudah akan
menangkap uap air menjadi HCL. Ini juga perlu diklasifikasikan dalam
teknologi yang ditawarkan dalam air pollution control, guna mengurangi
terjadinya hujan asam.
(7) Bila pemanasan dilakukan tanpa oksigen, maka proses ini dikenal sebagai
pirolisis. Modifikasi dari pirolisis adalah gasifikasi yang memasukan sedikit
udara dalam proses. Akan dihasilkan 3 jenis produk yaitu: (a) gas hasil
oksidasi seperti: CH4 dan H2 (b) (C2H4 (ethyelene) dan tar dan (c) arang
atau karbon. Seperti halnya insinerasi, maka karena yang digunakan
sebagai bahan adalah sampah yang sangat heterogen, maka akan dihasilkan
by-product lain seperti gas pencemar, dioxin, residu yang belum dapat
terurai. Proporsi produk yang dihasilkan (gas, cair atau padat) tergantung
dari temperatur dan waktu pembakaran.
(8) Terdapat serangkaian upaya konversi energi dalam sistem incinerator
penghasil panas, mulai dari combustor – boiler – steam generator sampai ke
elektrik generator, yang tidak akan mampu mengkonversi enersi secara
mulus 100%. Bila sampah yang digunakan adalah jenis sampah di Negara
industri, maka enersi listrik sebesar 20MW/1000 ton-kering sampah dapat
dicapai. Dengan kondisi sampah di Kabupaten Bandung yang mempunyai
nilai kalor belum mencapai 2000 Kkal/Kg-kering, apalagi bila kertas dan
plastiknya dikeluarkan untuk di daur ulang, serta kadar air yang cukup
tinggi, maka sebetulnya berdasarkan perhitungan yang konvensional akan
diperoleh paling sekitar 2,5 MW per Kg Sampah-basah. Nilai ini terukur
masih belum relevan dengan nilai investasi yang harus dikeluarkan untuk
pengembangan instalasi ini.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-59
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Memahami segala konsekuensi dari penerapan tekonologi pembakaran sampah,
dan merujuk pada kemampuan lokal, maka penerapan pembakaran di
Kabupaten Bandung selayaknya menjadi alternatif ketiga setelah pengomposan
dan daur ulang sampah anorganik. Namun demikian pengembangannya pun
selayaknya bermitra dengan pihak ke-3, bukan semata modal dari Pemerintah.
22..33..66.. SSiisstteemm PPeemmbbuuaannggaann AAkkhhiirr
22..33..66..11 OOppeerraassii PPeemmbbuuaannggaann
Observasi terhadap TPA Babakan, mengarah pada
satu kesimpulan bahwa TPA tersebut masih belum
ditata dengan baik. Penimbunan open dumping
hanya sebagian kecil saja area penimbunan yang
dioperasikan secara controlled landfill, tidak ada
pengolahan lindi, dan operasi yang ada hanyalah
buang tanpa pengolahan. Untuk menghindari dampak negatif, perlu ditargetkan
pengoperasi penimbunan segera dirubah menjadi sistem Controlled Landfill
secara total, walaupun bentuk operasi yang ideal
adalah sistem Sanitary Landfill. Melihat kondisi
eksisting TPA Babakan yang sudah lama
dioperasikan secara Open Dumping, sistem
Sanitary Landfill tidak akan memberi pengaruh
yang cukup berarti karena lahan dan air tanahnya
sudah terlanjur tercemar.
Dengan menerapkan sistem Controlled Landfill, maka akan diperoleh dua
macam perbaikan yaitu dengan aplikasi tanah penutup dan pemasangan saluran
pengumpul biogas.
Aplikasi tanah penutup pada sistem Controlled Landfill akan membantu
menutup sampah sehingga efek Lup dapat dikurangi, sehingga dapat menekan
efek kepulan asap dari kebakaran sampah di permukaan TPA.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-60
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Melalui pemasangan saluran biogas, maka gas metan dan biogas lain dari
timbunan sampah akan tersalur dengan baik sehingga tidak menyebar di
permukaan TPA. Gas metan yang dikumpulkan ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar untuk mendukung kegiatan di TPA. Bila belum dapat
dimanfaatkan, maka gas Metan ini dibakar supaya tidak menyebar ke udara
bebas. Dengan demikian akan mengurangi efek terhadap pencemaran udara
dan kesehatan.
Untuk penanganan leachate/lindi dalam rangka me-minimasi dampak
pencemaran air tanah, maka sebaiknya leachate di-resirkulasikan ke dalam
timbunan sampah. Overflow dari resrikulasi sebaiknya disaring dengan land
treatment (lahan sanitasi).
Pada saat ini areal timbunan sampah di TPA Babakan belum dilengkapi dengan
saluran drainase. Saluran drainase ini sangat penting dibangun supaya
mengurangi jumlah limpasan air hujan yang meresap ke dalam timbunan
sampah. Bila resapan air hujan ke dalam timbunan sampah dapat dikurangi,
maka jumlah produksi leachate dapat ditekan, sehingga efek pencemaran air
tanah dan air permukaan di lingkungan sekitar TPA dapat dikurangi.
Pada saat ini TPA belum dilengkapi dengan pagar. Pemagaran sangat diperlukan
untuk menghindari pembuangan liar ke TPA.
Hal lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan operasional TPA adalah
pengawasan terhadap sampah yang boleh masuk ke TPA. Pada saat ini sampah
rumah sakit telah merupakan campuran antara sampah domestik dan B3
(seperti limbah klinis dan jarum suntik). Untuk ke depan, perlu diberlakukan
larangan terhadap limbah B3 baik dari rumah sakit, industri atau sumber lain
kecuali sampah B3 yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti kemasan
cairan pembersih, kemasan pembasmi serangga dan lainnya, yang masih
tergolong sampah rumah tangga). Untuk memantaunya setiap truk yang datang
perlu diperiksa muatannya oleh petugas Pos di TPA. Petugas wajib melarang
masuk truk yang membawa limbah B3 Non Rumah Tangga.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-61
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
2.3.6.2 Analisa Kebutuhan Lahan TPA
Pemetaan topografi TPA Babakan dilakukan guna mengetahui kontur terakhir,
sehingga dapat diperkirakan volume ruang tersisa, yang identik dengan sisa
umur TPA. TPA Babakan sebagai satu-satunya TPA yang dimiliki Pemerintah
Kota Kabupaten Bandung, dengan luas total area TPA 10,2 Ha. Akan tetapi luas
area efektif untuk seluruh sarana prasarana TPA terukur 4,005 Ha. Dengan
adanya pembangunan sarana prasarana pengomposan, maka luas area efektif
untuk penimbunan terukur 1,8 Ha.
Gambar berikut memperlihatan Site Plan TPA Babakan hasil pengukuran Bulan
Desember 2007.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-62
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 2.15 Site Plan TPA
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-63
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Di atas area penimbunan 1,8 Ha, yang sebagian besar sudah terisi sampah,
diperoleh volume ruang tersisa sekitar 220.000m3. Tabel 2.21 menunjukkan
bahwa semakin tinggi beban penimbunan, semakin singkat umur TPA. Dari 3
simulasi yang dikembangkan terlihat bahwa pada skenario dimana beban
penimbunan terus meningkat, umur TPS Babakan hanya mencapai tahun 2009.
Jika ada upaya penurunan beban penimbunan dengan melakukan reduksi di
sumber, seperti pada skenario 1 dan 2, umur TPS lebih lama yaitu sampai tahun
2010. Sisa Umur TPA Babakan, diperlihatkan pada Tabel 2.21 dan Gambar 2.16.
Tabel 2.21Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan Tanpa Perluasan
Tahun
Beban Timb.Per hari
scenario 1(m3/hr)
Beban Timb. PerHari seknario 2
(m3/hr)
Beban Timb. PerHari scenario 3
(m3/hr)
AkumulasiTimb. Skenario
1 (m3/th)
AkumulasiTimb. Skenario
2 (m3/th)
AkumulasiTimb. Skenario
3 (m3/th)
KapasitasTPA(m3)
2007 567.0 567.0 567.0 68,985.0 68,985.0 68,985.0 220,000
2008 567.0 567.0 567.0 137,970.0 137,970.0 137,970.0 220,000
2009 480.4 388.7 692.6 196,415.2 185,263.5 222,240.9 220,000
2010 475.7 392.3 695.8 254,287.8 232,989.2 306,896.0 220,000
2011 472.8 397.5 709.3 311,810.3 281,356.1 393,188.3 220,000
2012 467.5 404.6 722.3 368,694.6 330,584.2 481,063.2 220,000
2013 462.0 403.6 735.4 424,909.6 379,688.3 570,540.6 220,000
2014 455.8 404.6 754.9 480,364.6 428,912.1 662,384.1 220,000
2015 452.4 412.7 773.0 535,405.5 479,120.5 756,427.9 220,000
2016 442.0 407.1 792.1 589,177.1 528,648.8 852,797.2 220,000
2017 440.0 400.3 815.2 642,709.3 577,357.7 951,982.3 220,000
2018 410.5 397.7 841.6 692,658.5 625,742.2 1,054,373.1 220,000
2023 312.3 343.9 967.5 730,659.6 667,587.9 1,172,080.2 220,000
2028 15.8 240.7 1,092.0 732,578.6 696,875.8 1,304,936.2 220,000
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan
Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan
Tanpa Perluasan
-
200,000.0
400,000.0
600,000.0
800,000.0
1,000,000.0
1,200,000.0
1,400,000.0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2023 2028Tahun
Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 1
Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 2
Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 3
Kap. TPA Babakan
Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan
Tanpa Perluasan
-
200,000.0
400,000.0
600,000.0
800,000.0
1,000,000.0
1,200,000.0
1,400,000.0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2023 2028Tahun
Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 1
Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 2
Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 3
Kap. TPA Babakan
Gambar 2.16Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan Tanpa Perluasan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-64
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Walau konsep pengelolaan yang akan dikembangkan di Kabupaten Bandung
pada periode 2008-2028 akan menganut paradigma minimasi sampah
tertimbun di TPA, namun keberadaan TPA tetap diperlukan yaitu untuk
menimbun residu dari pengolahan yang dilakukan di sumber. Berdasarkan
simulasi di atas terlihat pada tahun 2010, diperlukan adanya area baru untuk
penimbunan sampah. Berdasarkan kajian PT. Uta Engineering Consultant
dalam Penyusunan DED TPA Babakan pada tahun 2000, direkomendasikan
perluasan lahan TPA ke arah barat area penimbunan saat ini atau ke arah
palung, dengan luas area 3,1 Ha. (Lihat Gambar). Diperkirakan area ini
mampu memiliki volume ruang 969.393 m3, sehingga apabila dilakukan upaya
reduksi di sumber, umur pakai TPA mencapai 2028. Sedangkan bila reduksi di
sumber tidak dioptimalkan akan tercapai umum pakai hingga tahun 2018.
Umur pakai TPA Babakan setelah Perluasan, diperlihatkan pada Tabel dan
Gambar berikut ini.
Tabel 2.22Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan dengan Perluasan
Tahun
Beban Timb. Per Beban Timb. Per Beban Timb. Per AkumulasiTimb.
Skenario 1
AkumulasiTimb.
Skenario 2
Akumulasi Timb. Kapasitas
hari Skenario 1 hari Skenario 2 hari Skenario 3 Skenario 3 TPA
(m3/hr) (m3/hr) (m3/hr) (m3/th) (m3/th) (m3/th) (m3)
2007 567.0 567.0 567.0 68,985.0 68,985.0 68,985.0 969,393
2008 567.0 567.0 567.0 137,970.0 68,985.0 137,970.0 969,393
2009 480.4 388.7 692.6 196,415.2 47,293.5 222,240.9 969,393
2010 475.7 392.3 695.8 254,287.8 95,019.2 306,896.0 969,393
2011 472.8 397.5 709.3 311,810.3 143,386.1 393,188.3 969,393
2012 467.5 404.6 722.3 368,694.6 192,614.2 481,063.2 969,393
2013 462.0 403.6 735.4 424,909.6 241,718.3 570,540.6 969,393
2014 455.8 404.6 754.9 480,364.6 290,942.1 662,384.1 969,393
2015 452.4 412.7 773.0 535,405.5 341,150.5 756,427.9 969,393
2016 442.0 407.1 792.1 589,177.1 390,678.8 852,797.2 969,393
2017 440.0 400.3 815.2 642,709.3 439,387.7 951,982.3 969,393
2018 410.5 397.7 841.6 692,658.5 487,772.2 1,054,373.1 969,393
2023 312.3 343.9 967.5 730,659.6 529,617.9 1,172,080.2 969,393
2028 15.8 240.7 1,092.0 732,578.6 558,905.8 1,304,936.2 969,393
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-65
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Kapasitas dan Sisa Umur TPA Babakan
Dengan Perluasan
-
200,000.0
400,000.0
600,000.0
800,000.0
1,000,000.0
1,200,000.0
1,400,000.0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2023 2028Tahun
Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 1Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 2Akumulasi Timbulan Sampah Skenario 3Kap. TPA
Gambar 2.17Kapasitas dan Umur TPA Babakan Dengan Perluasan
Untuk menjamin agar umur pakai TPA Babakan dapat diperpanjang , diperlukan
kajian yang menyeluruh, mulai dari analisis mekanika tanah di lokasi perluasan
sampai pada metoda penimbunan yang selayaknya diatur sedemikian hingga
memungkinkan adanya alternatif penimbunan ketika zona utama mengalami
gangguan. Juga direkomendasikan agar metoda penimbunan dipersiapkan agar
dapat diterapkan konsep reuse landfill.
2.3.6.3 Kebutuhan Peningkatan Sarana dan Prasarana TPA Babakan
Melihat kondisi TPA Babakan saat ini, selayaknya penataan segera dilakukan
sehingga kondisi lingkungan di sekitarnya tidak semakin buruk dan untuk
menjaga persepsi masyarakat jangan sampai tumbuh ketidak percayaan
terhadap kehadiran TPA. Berdasarkan pada perkiraan kapasitas TPA Babakan
yang masih berpotensi untuk dikembangkan hingga tahun 2017, maka
diperlukan peningkatan sarana prasarana sebagai berikut:
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-66
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 2.18Usulan Peningkatan Sarana & Prasana TPA Babakan
Saat ini di TPA Babakan telah tersedia instalasi pengomposan yang sangat
lengkap, selayaknya pengelolaannya dilakukan dengan cermat sehingga
Pembangunan Jembatan Timbang, selain sebagai pengukurkinerja operasi pengelolaan sampah secara menyeluruh diTPA, unit ini sangat diperlukan sebagai kontrol ketikakonsep reduksi di sumber sudah dilaksanakan.
Perbaikan operasi penimbunan dari sebagian kecil saja operasi
controlled landfill, menjadi sepenuhnya. Hal ini menuntut
keberadaan alat berat. Saat ini yang ada adalah 2 unit buldozer, 1
unit excavator dan 1 wheel loader, seharusnya sudah mampu
mendukung pelaksanaan penimbunan secara baik.
Penataan lahan penimbunan dengan terlebih dahulu
dilakukan analisa kebutuhan tanggul penahan tanah, untuk
mencegah pergeseran zona penimbunan atau kelongsoran.
Pemeliharaan sistem drainase makro, untuk
mengurangi run-off ke dalam zona penimbunan.
Drainase yang ada sudah cukup baik dari segi
kontruksi, akan tetapi disebabkan tidak adanya
pemeliharaan, maka saat ini berada pada kondisi
kurang berfungsi.
Perbaikan sistem pengolahan lindi, dengan
meningkatkan kinerja instalasi eksisting melalui upaya
resirkulasi lindi ke lahan urug.
Pembangunan Green Belt, di sekeliling lahan TPA
terutama yang terdekat dengan penduduk
JembatanTimbang
IPAL LINDI
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-67
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
pengomposan dapat menjadi alternatif proses reduksi sampah tertimbun di
TPA. Berdasarkan pendataan sarana pengomposan yang ada, yaitu :
(1) Luas Bangunan 1500 m2.
(2) Ruang pemilahan dengan conveyor belt.
(3) Mesin pencacah 2 unit, kapasitas @ 2 ton/ unit
(4) Mesin penyaring kompos
Dengan keberadaan sarana di atas, selayaknya instalasi tersebut dapat memiliki
kapasitas minimal 40 ton/hari. Pengoperasian pada tahap awal,
direkomendasikan untuk mengomposkan sampah dari pasar atau area
pengangkutan door to door, mengingat kondisi sampah relatif lebih segar.
Adapun kapasitas operasi diupayakan minimal satu rit pengangkutan, yaitu
sekitar 10 m3/hari.
22..44 AAssppeekk KKeelleemmbbaaggaaaann
22..44..11 Bentuk Lembaga
Evaluasi bentuk kelembagaan yang melaksanakan tugas
pengelolaan kebersihan atau pengelolaan sampah di
Kabupaten Bandung, ditujukan untuk mengetahui :
1. Kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan
sampah.
2. Kewenangan yang dimiliki.
Bentuk lembaga pengelola sampah di Kabupaten Bandung adalah Dinas
Kebersihan.
Lembaga berbentuk Dinas Kebersihan, merupakan satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) yang memiliki kedudukan sama dengan SKPD
Dinas lainnya dalam Pemerintahan Kabupaten Bandung.
Dalam kapasitasnya, Dinas Kebersihan ditempatkan sejajar dengan SKPD
Dinas lainnya karena penyelenggaraan pengelolaan sampah atau
kebersihan memiliki tingkat urgenitas yang sama dengan pelayanan
bidang lainnya, serta memiliki bobot pelayanan yang sama bagi
kepentingan pelayanan masyarakat.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-68
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lembaga pengelola persampahan berbentuk Dinas Kebersihan, berarti
memiliki kapasitas penuh sebagai Dinas Tersendiri dalam menjalankan
pelayanan pengelolaan sampah.
Pelayanan pengelolaan sampah merupakan kegiatan rutin harian dengan
beban kerja yang tinggi serta diperlukan alokasi sumber daya finansial,
sumberdaya manusia dan sumber daya material yang cukup besar,
sehingga diperlukan kapasitas lembaga yang selalu fokus dengan satu
bidang pelayanan.
Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung sebagai Dinas Teknis Daerah, berfungsi
menjalankan urusan pemerintahan dalam bidang teknis pengelolaan sampah.
Sebagai Dinas Teknis, maka kapasitasnya sebagai penyelenggara teknis atau
sebagai operator dalam pengelolaan sampah.
Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung memiliki Dinas
Lingkungan Hidup yang memiliki kaitan erat dengan penyelenggaraan
pengelolaan sampah yaitu dalan hal pengaturan kebijakan lingkungan hidup.
Dalam kaitan antara penyelenggaraan dan pengawasan, maka Dinas Lingkungan
Hidup dapat berperan sebagai Regulator sedangkan Dinas Kebersihan bertindak
sebagai Operator dalam pelayanan pengelolaan sampah.
Penyelenggaraan pengelolaan sampah dalam bentuk lembaga Dinas Kebersihan
dan pengelolaan lingkungan hidup dalam bentuk Lembaga Dinas Lingkungan
Hidup merupakan kebijakan kelembagaan yang sudah dinilai tepat dari aspek
pemisahan fungsi antara fungsi Operator dan fungsi Regulator. Melalui
kebijakan ini maka diharapkan tidak terjadi adanya fungsi dan peran rangkap
dari satu lembaga yang melaksanakan fungsi operator dan juga fungsi regulator
karena hal yang demikian ini tidak terjadi mekanisme control yang baik dari
kegiatan pelayanan pengelolaan sampah.
Berdasarkan evaluasi beban kerja pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten
Bandung, bahwa jumlah penduduk yang yang tinggal dalam wilayah urban
diprediksi 32 % dari jumlah penduduk wilayah Kabupaten Bandung tahun 2007
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-69
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
adalah 968.715 jiwa dengan prediksi beban sampah yang harus dikelola adalah
2.722 m3/hari atau 544 ton/hari. Walaupun wilayah Kabupaten Bandung tidak
dikelola melalui bentuk Pemerintahan Kota, tetapi apabila ditinjau dari jumlah
penduduk urban yaitu sebanyak 968.715 jiwa, maka hal ini sudah setara dengan
kriteria Kota Besar dan bahkan Kota Metropolitan. Beban tugas pelayanan
pengelolaan sampah tersebut sudah sangat layak dikelola oleh lembaga
berbentuk Dinas Kebersihan dan bahkan potensial untuk ditingkatkan kapasitas
kelembagaannya menjadi lembaga yang lebih otonom.
Berdasarkan kriteria jumlah penduduk urban yang diarahkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum, maka bentuk lembaga pengelola sampah adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.23Bentuk Lembaga Pengelola Kebersihan Berdasarkan Klasifikasi Kota
NoJumlah Penduduk
UrbanKlasifikasi Kota Bentuk Lembaga Pengelola
1 s/d 200.000 Kota Kecil Suklu Dinas/Seksi dari Dinas PU2 200.000 – 500.000 Kota Sedang Sub Dinas dari Dinas Kebersihan dan
Pertamanan3 500.000 – 1.000.000 Kota Besar Dinas Tersendiri, Dinas Kebersihan4 Diatas 1.000.000 Kota Metropolitan Dinas Tersendiri, BLUD, BUMD, PT
Wilayah urban di Kabupaten Bandung tersebar di beberapa titik yaitu di ibukota
kecamatan. Dikaitkan antara jumlah penduduk urban dari wilayah Kabupaten
Bandung dengan arahan bentuk lembaga sebagaimana tabel di atas, maka
bentuk lembaga pengelola persampahan saat ini yaitu DINAS KEBERSIHAN sudah
memadai, dan bahkan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi lembaga
yang lebih otonom pada masa yang akan datang sejalan dengan perkembangan
beban pelayanan yang harus diselenggarakan.
Permasalahan dan pengelolaan sampah tidak hanya merupakan persoalan yang
bersifat teknis, tetapi juga menyangkut persoalan yang bersifat sosial
kemasyarakatan sehingga tidak mungkin persoalan pengelolaan persampahan
dapat diselesaikan oleh Dinas Teknis Daerah yaitu Dinas Kebersihan secara
sendirian. Oleh karena itu keterkaitan antar lembaga pemerintah dan lembaga
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-70
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
kemasyarakatan sangat penting agar terjadi sinergi kelembagaan dalam
pengelolaan sampah.
Perlu adanya lembaga kemasyarakatan sebagai mitra dari lembaga pemerintah
yang mengelola sampah pada tingkatan lingkungan masyarakat, sehingga dapat
memaksimalkan fungsi dan peran dari partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah.
Mengikuti perkembangan yang ada, struktur organisasi Dinas Kebersihan
Kabupaten Bandung sejak Tanggal 27 Desember 2007 telah dirubah menjadi
bagian dari struktur organisasi DINAS PERUMAHAN, TATA RUANG DAN
KEBERSIHAN (PERTASIH). Perubahan struktur organisasi perangkat daerah yang
terjadi dan dialami oleh dinas-dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bandung merupakan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung dari adanya
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota serta Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Berdasarkan Konsep Akhir Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Bandung bahwa organisasi yang akan membidangi pengelolaan
sampah di Kabupaten Bandung, yang semula dikelola dalam kapasitas
kelembagaan berbentuk DINAS KEBERSIHAN akan turun kapasitasnya menjadi
Bidang Pengelolaan Kebersihan dengan UPTD Pengangkutan Sampah.
Berdasarkan kepada Eselonering jabatan menurut PP 41 :
Eselon Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
Pasal 35
(1) Sekretaris Daerah merupakan jabatan struktural eselon II.a.
(2) Asisten, sekretaris DPRD, kepala dinas, kepala badan, Inspektur,
direktur rumah sakit umum daerah kelas A dan kelas B, dan Direktur
rumah sakit khusus daerah kelas A merupakan jabatan struktural
eselon II.b.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-71
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(3) Kepala kantor, camat, kepala bagian, sekretaris pada dinas, badan
dan inspektorat, inspektur pembantu, direktur rumah sakit umum
daerah kelas C, direktur rumah sakit khusus daerah kelas B, wakil
direktur rumah sakit umum daerah kelas A dan kelas B, dan wakil
direktur rumah sakit khusus daerah kelas A merupakan jabatan
struktural eselon III.a.
(4) Kepala bidang pada dinas, dan badan, kepala bagian dan kepala
bidang pada rumah sakit umum daerah, direktur rumah sakit umum
daerah kelas D, dan sekretaris camat merupakan jabatan struktural
eselon III.b.
(5) Lurah, kepala seksi, kepala subbagian, kepala subbidang, dan
kepala unit pelaksana teknis dinas dan badan merupakan
jabatan struktural eselon IV.a.
(6) Sekretaris kelurahan, kepala seksi pada kelurahan, kepala
subbagian pada unit pelaksana teknis, kepala tata usaha sekolah
kejuruan dan kepala sub bagian pada sekretariat kecamatan
merupakan jabatan struktural eselon IV.b.
Eselon jabatan menggambarkan kapasitas jabatan atau kapasitas lembaga.
Semakin tinggi eselon jabatan yang memimpin dalam suatu lembaga, maka
semakin tinggi pula kapasitas kelembagaan dan kapasitas jabatan yang diemban
dan sebaliknya. Semakin tinggi eselon jabatan yang melaksanakan tugas urusan
dan kewenangan pemerintahan, semakin tinggi prioritas urusan pemerintahan
tersebut, dan sebaliknya.
Perubahan bentuk kelembagaan yang bertugas dan berwenang menjalankan
urusan dalam bidang Persampahan di Kabupaten Bandung, dari yang semula
berbentuk Dinas Kebersihan menjadi Bidang Kebersihan dan UPTD
Pengangkutan sampah menggambarkan:
1. Penurunan kapasitas kelembagaan,
Lembaga pengelola persampahan dalam bentuk Dinas
Kebersihan, maka lembaga tersebut 100 % kapasitasnya untuk
mengelola masalah sampah.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-72
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lembaga pengelola persampahan dalam bentuk Dinas
Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan yang memiliki rentang
kendali 6 Bidang termasuk Bidang Kebersihan, maka kapasitas
Dinas dalam pengelolaan sampah hanya 1/6 (16,6 %).
2. Penurunan kewenangan jabatan,
Pengelolaan sampah dalam lembaga Dinas Kebersihan,
kewenangannya dimiliki oleh seorang pejabat struktural Kepala
Dinas dengan eselon jabatan adalah IIa.
Pengelolaan sampah dalam bentuk Bidang Kebersihan dalam
Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan, kewenangannya
dipegang oleh seorang pejabat struktural Kepala Bidang dengan
eselon jabatan IIb dan bahkan oleh pejabat structural Kepala
UPTD dengan eselon jabatab IVa.
3. Penurunan prioritas,
Terjadinya penurunan kapasitas lembaga dan penurunan eselon
jabatan struktural yang menangani langsung urusan
persampahan, maka hal ini juga menggambarkan adanya
penurunan prioritas dalam pengelolaan sampah dari sebelum
adanya perubahan kelembagaan.
Penurunan kapasitas lembaga pengelola persampahan dari Dinas Kebersihan
menjadi Bidang Kebersihan dan UPTD Pengangkutan Sampah, mungkin
disebabkan adanya batasan jumlah Dinas Daerah yang boleh dibentuk
berdasarkan PP 41 Tahun 2007, sehingga urusan persampahan yang semula
diurus melalui lembaga Dinas harus disatukan dengan urusan bidang lainnya
dalam Dinas bersama. Berdasarkan Perumusan akhir dari Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Bandung tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah,
jumlah Organisasi Dinas Daerah sebanyak 13 Dinas dengan jumlah Organisasi
Lembaga Teknis Daerah sebanyak 8 Badan dan Kantor.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-73
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Berdasarkan kepada variabel yang menentukan besaran organisasi perangkat
daerah khususnya jumlah Dinas Daerah menurut PP 41 Tahun 2007, yaitu
berdasarkan:
a. Jumlah penduduk
b. Luas wilayah dan
c. Jumlah anggaran,
Maka nilai (skore) untuk kabupaten Bandung adalah seperti pada Tabel berikut.
Tabel 2.24Penetapan Variabel Besaran Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten
NO VARIABEL KELAS INTERVAL NILAI
1 2 3 4
1JUMLAH PENDUDUK (jiwa)Untuk Kabupaten di Pulau Jawa dan Madura.
< 250.000250.001 - 500.000500.001 – 750.000
750.001 – 1.000.000> 1.000.001
816243240
2.JUMLAH PENDUDUK (jiwa)Untuk Kabupaten di luar Pulau Jawa dan Madura.
< 150.000150.001 - 300.000300.001 – 450.000450.001 – 600.000.
> 600.001
816243240
3.LUAS WILAYAH (KM2)Untuk Kabupaten di Pulau Jawa dan Madura.
< 500501 - 1.000
1.001 – 1.5001.501 – 2.000
> 2.001
714212835
4LUAS WILAYAH (KM2)Untuk Kabupaten di luar Pulau Jawa dan Madura.
< 1.0001.000 – 2.0002.001 – 3.0003.001 – 4.000
> 4.001
714212835
5JUMLAH APBD
< 200 M200,1 – 400 M400,1 – 600 M600,1 – 800 M
> 800,1 M
510152025
Jumlah Nilai = 100
Besaran Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dalam Pasal
21 PP 41 Tahun 2007 yang berbunyi:
(3) Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh)
terdiri dari:
a. sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 4 (empat) asisten;
b. sekretariat DPRD;
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-74
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
c. dinas paling banyak 18 (delapan belas);
d. lembaga teknis daerah paling banyak 12 (dua belas);
Dengan Nilai sebesar 100, maka besaran organisasi perangkat daerah di
Kabupaten Bandung yang boleh dibentuk menurut PP 41 Tahun 2007 di atas
adalah 18 Dinas Daerah dan 12 Lembaga Teknis Daerah. Dengan demikian maka
secara ketentuan yuridis memungkinkan bahwa apabila urusan bidang
persampahan dibentuk dalam lembaga Dinas, karena jumlah rancangan Dinas
Daerah saat ini baru sebanyak 13 Dinas.
2.4.2.Stuktur Organisasi
Organisasi merupakan suatu alat dalam suatu manajemen untuk mencapai
suatu tujuan. Untuk menjalankan organisasi secara baik dan terarah, maka
diperlukan sebuah struktur yang dapat melingkupi seluruh fungsi organisasi agar
tujuan dapat tercapai. Organisasi sebagai bagian dari fungsi manajemen, maka
struktur organisasi juga harus memiliki dan meliputi fungsi untuk menjalankan
peran:
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Pelaksanaan (Actuating)
d. Pengawasan (Controling)
Struktur organisasi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung yang ada saat ini
apabila dievaluasi berdasarkan fungsi-fungsi tersebut menunjukkan sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Struktur organisasi yang ada belum terdapat unit kerja yang secara khusus
melaksanakan kegiatan perencanaan dalam skala Dinas Kebersihan. Belum
terdapatnya unit kerja perencanaan ini diprediksikan bahwa fungsi
perencanaan dibidang kebersihan atau pengelolaan persampahan menjadi
bagian tugas yang berada dalam SKPD Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda). Peran perencanaan pada skala Pemerintah
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-75
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Kabupaten sudah tepat bahwa perencanaan persampahan ada dalam SKPD
Bappeda, namun tetap diperlukan unit kerja yang berperan dalam
menyusun dan merancang perencanaan pada skala Dinas Kebersihan yang
akan akan mencadi acuan dalam operasional pengelolaan kebersihan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi pengorganisasian dalam struktur organisasi Dinas Kebersihan
Kabupaten Bandung, sudah tercermin dalam unit kerja Bagian Tata Usaha.
Pada bagian ini mengorganisasikan dukungan sarana dan prasarana serta
keuangan untuk berjalannya pengelolaan kebersihan.
c. Pelaksanaan (Actuating)
Fungsi dan peran pelaksanaan (actuating) dalam pengelolaan sampah atau
kebersihan sudah tercermin dalam struktur organisasi Dinas Kebersihan
Kabupaten Bandung, karena unit kerja ini yang menjadi pelaksana
utamanya. Semua unit kerja dalam struktur organisasi yang dihubungkan
dengan garis lini dari Kepala Dinas, yaitu Sub Dinas Operasional, Sub Dinas
Pemeliharaan dan Sub Dinas Kemitraan, merupakan unit kerja yang
berfungsi dalam pelaksanaan langsung pengelolaan sampah.
d. Pengawasan (Controling)
Unit kerja dalam struktur organisasi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung
yang berperan secara khusus melaksanakan fungsi pengawasan (controlling)
belum ada. Lingkup pengawasan yang dimaksud adalah melaksanakan
evaluasi dan pemantauan terhadap program kerja atau perencanaan,
terhadap hasil kerja yang telah dilakukan secara internal pada skala Dinas
Kebersihan. Fungsi dan peran ini sangat penting sebagai media umpan balik
dalam melakukan perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan program
kerja atau perencanaan.
2.4.3.Tugas Pokok
Tugas pokok dari Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung belum secara jelas
menyebutkan bahwa tugas pokoknya adalah menyelenggarakan pelayanan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-76
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
pengelolaan sampah, dan tugas pelayanan lainnya secara jelas. Tugas pokok
yang tertera dalam Perda Nomor 9 tahun 2002 pasal 369 merumuskan
kebijaksanaan teknis pelaksanaan kewenangan sub bidang pekerjaan umum.
Perumusan tugas pokok Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung sebagaimana
tersebut dalam Perda, mengikuti sepenuhnya sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah yang saat ini telah diganti dengan PP Nomor 41 Tahun 2007, tetapi
materinya masih sama.
Tugas pokok dari Dinas Kebersihan seperti tersebut perlu dirumuskan ulang
dengan tujuan agar jelas kearah sasaran yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan. Dapat dimaklumi bahwa tugas pokok dari Dinas Daerah
seperti Dinas Kebersihan sebagaimana diamantkan dalam PP No. 41 tahun 2007
adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan. Namun demikian, sudah secara jelas urusan pemerintah
daerah yang harus dilaksanakan sebagaimana dalam PP 38 Tahun 2007 yang
harus dijalankan dalam urusan persampahan. Oleh karena itu tugas pokok dari
Dinas Kebersihan perlu dirumuskan secara jelas dan akan dibahas lebih lanjut
dalam pengembangan kelembagaan.
2.4.4.Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia atau personil dalam organisasi pengelola sampah memiliki
peran yang sangat penting untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi dalam
pengelolaan sampah. Dua aspek utama dalam sumber manusia yang akan
berpengaruh terhadap kinerja adalah aspek kualitas dan kuantitas SDM.
a. Kualitas SDM
Status kepegawaian dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung
dalam wadah kelembagaan berbentuk Dinas Kebersihan, terdapat dua status
pegawai yaitu:
Pegawai negeri sipil (PNS)
Pegawai Kontrak
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-77
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pegawai dengan status pegawai negeri sipil sangat sulit untuk bersifat
permanen menjadi pegawai dengan tugas selamanya di Dinas Kebersihan, tetapi
dalam kerangka peningkatan karir sebagai pegawai pemerintah sering terjadi
mutasi antar dinas atau lembaga. Pada sisi lain pengelolaan sampah
memerlukan pegawai dengan profesi sebagai ahli bidang persampahan yang
memerlukan pembinaan, pendidikan dan pelatihan sehingga menjadi pegawai
professional dibidangnya. Berkaitan dengan hal tersebut pengelolaan
persampahan yang dikelola oleh personil PNS, akan sulit membangun
kompetensi manakala pegawai yang telah dibina, dididik dan dilatih dalam
bidang persampahan tetapi oleh karena kebutuhan peningkatan karir akhirnya
harus mengikuti program mutasi ke unit kerja lain. Terlebih lagi pegawai yang
menduduki jabatan dalam eselon II, III dan IV, sering terjadi mutasi antar unit
kerja keluar unit kerja Dinas Kebersihan. Jadi kondisi yang demikian ini yang
menjadi kendala untuk membangun kompetensi atau kualitas tenaga
persampahan dalam lembaga atau organisasi pengelola persampahan berbentuk
Dinas Kebersihan atau lembaga lain yang merupakan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD).
Pengelolaan sampah merupakan bagian dari urusan dibidang pekerjaan umum
dan juga merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan lingkungan sehingga
memerlukan sumberdaya manusia atau personil dengan kualifikasi keahlian
bidang sipil dan lingkungan. Berdasarkan kualifikasi personil yang ada bahkan
pada level pimpinan di Dinas Kebersihan tidak terdapat pegawai dengan
kualifikasi tersebut.
Personil dalam pengelolaan sampah terdiri dari beberapa tingkatan structural
yaitu personil dengan kualifikasi sebagai pemegang jabatan pimpinan,
pelaksana perencana dan administrasi serta personil pekerja lapangan.
Pengadaan Pegawai sangat tergantung kepada Pemerintah Daerah Kabupaten
Bandung Cq. Badan Kepegawaian Daerah) dan selama ini tidak
memperhitungkan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan unit kerja.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-78
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung
sangat tergantung antara lain pada kebijakan rekruitmen personil yang dianut.
Sebagai contoh Dinas Kebersihan kurang memerlukan tenaga tambahan untuk
pegawai lapangan dengan status tenaga kontrak kerja yang berkualifikasi
pendidikan Sarjana (S1) dan D3, tetapi yang sangat diperlukan adalah tenaga
kontrak kerja dari tingkat pendidikan SMA ke bawah.
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung memerlukan
dukungan personil dengan keahlian khusus, sehingga pada umumnya personil
yang dibutuhkan harus memiliki latar belakang pendidikan Teknik Sipil, Teknik
Lingkungan, Teknik Mesin dan Teknik Penunjang lainnya.
b. Kuantitas SDM
Pelaksanaan pengelolaan sampah merupakan jenis pekerjaan rutin harian dan
bersifat padat karya. Jumlah SDM Dinas Kebersihan yang ada saat ini belum
seimbang:
a. Antara jumlah kebutuhan dengan jumlah yang ada
b. Antara satu unit kerja dengan unit kerja lainnya
c. Antara tingkat penambahan peralatan dengan penambahan personil
d. Antara tenaga administrasi dan tenaga lapangan
Sejak dikeluarkannya Keputusan Bupati Bandung Nomor 05 Tahun 2003 tentang
tata cara pengadaan pegawai tidak tetap/ Kontrak Kerja dilingkungan
Pemerintah Kabupaten Bandung yang telah diperbaharui dengan Keputusan
Bupati Bandung Nomor 29 Tahun 2004 tentang Pengadaan dan Pembinaan
Pegawai Tidak Tetap di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bandung, mulai
dirasakan adanya banyak tugas-tugas yang tidak dapat dikerjakan disebabkan
oleh kekurangan personil.
Pada umumnya para tenaga lapangan terdiri dari pegawai Non PNS/Tenaga
Kontrak Kerja/Pegawai Harian Lepas yang memiliki masa kerja sudah lama,
tetapi karena semakin bertambahnya waktu usia mereka sehingga tidak
memenuhi ketentuan undang-undang untuk pengangkatan Calon Pegawai
Negeri Sipil.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-79
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Dalam recruitment Pegawai untuk Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung
tidak memiliki keleluasaan untuk melaksanakan, sehingga perlu mekanisme
agar ada kesesuaian antara rencana kebutuhan dan kenyataan. Mekanisme
ini ditempuh melalui Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung mengusulkan
personil yang memiliki kompetensi sesuai dan telah lama melaksanakan
tugas lapangan untuk dapat ditingkatkan statusnya.
Sementara itu untuk pemenuhan kebutuhan personil (PNS) dapat melalui
penyusunan formasi. Hal itu pun harus sesuai dengan latar belakang
pendidikan/kompetensi yang diperlukan.
Pegawai yang secara strategis diperlukan adalah beberapa tenaga teknis
dalam penyusunan suatu program persampahan yang lebih dimasa yang
akan datang dan memerlukan pengisian segera.
Usulan recruitment Tenaga Kontrak Kerja yang dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan akan lebih efektif sebab sangat mendasar pada kebutuhan
lapangan dengan tetap mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas
penggunaan tenaga lapangan.
22..55.. AAssppeekk PPeemmbbiiaayyaaaann
Evaluasi aspek pembiayaan dilakukan dengan mengukur tingkat efektifitas
penarikan retribusi saat ini. Efektifitas diukur dengan membandingkan
pendapatan retribusi yang tercatat di bagian keuangan Dinas Kebersihan
terhadap potensi retribusi yang sesungguhnya. Tinjauan terhadap anggaran
belanja yang diusulkan dan yang terealisasi dilakukan untuk melihat besarnya
alokasi anggaran Pemerintah Kabupaten terhadap tugas pengelolaan
kebersihan.
Kriteria yang disyaratkan mengenai keuangan untuk pengelolaan kebersihan
adalah bersifat cost recovery (mampu membiayai sendiri). Berdasarkan
Pengolahan Data dan Penganalisaan Dinas Kebersihan pada tahun 2007,
anggaran yang dikeluarkan Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung adalah 14,3
milyar (untuk biaya umum dan pengelolaan kebersihan dengan tingkat
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-80
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
pelayanan 20,8%), dan untuk pengelolaan sampah itu sendiri (biaya O&M)
adalah sebesar Rp. 13.000.722.629 per tahun.
Berdasarkan Pengolahan Data dan Penganalisaan Dinas Kebersihan pada tahun
2006, hasil pemungutan retribusi untuk tahun 2006 diperkirakan hanya
827.610.000 atau sekitar 6,36% dari kebutuhan biaya pengelolaan sampah.
Untuk mencapai target cost recovery tersebut maka perlu adanya peningkatan
perolehan retribusi.
22..66 AAssppeekk PPeerraattuurraann
Peraturan hukum yang mengatur tentang pengelolaan sampah di Kabupaten
Bandung, terdiri dari peraturan hukum berbentuk Peraturan Daerah, Peraturan
Bupati dan Keputusan Bupati, dengan materi pengaturan meliputi:
1. Perda Kabupaten Bandung No. 31 Tahun 2000 Tentang Kebersihan,
Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan
2. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 9 Tahun 2002 Tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung
3. Surat Keputusan Bupati No. 21 tahun 2001 Tentang Pelimpahan
Sebagian Kewenangan Bupati Kepada Camat jo Surat Keputusan Bupati
No 8 Tahun 2004
4. Keputusan Bupati No. 13 Tahun 2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 31 Tahun 2000 Tentang
Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan
5. Keputusan Bupati Bandung No. 660.2/Kep. 134 A-DPUK/2002 Tentang
Penentapan Klasifikasi Retribusi Kebersihan
6. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 10 Tahun 2002 Tentang
Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bandung
7. Peraturan Bupati Bandung No. 8 Tahun 2006 Tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kebersihan Di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bandung
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-81
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Berdasarkan kepada jenis dan materi peraturan hukum sebagaimana tersebut di
atas, berikut adalah hal-hal yang perlu di kritisi untuk kebutuhan
pengembangan di masa mendatang :
1. Belum terdapat peraturan hukum dalam bentuk Peraturan Daerah yang
mengatur secara khusus tentang pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah
meliputi berbagai aspek yang memerlukan pengaturan secara komprehensif
dan dalam kapasitas Perda agar memiliki kekuatan hukum yang memadai
untuk dijalankan dan dipatuhi bagi seluruh komponen masyarakat dan
pemerintah.
Peraturan Daerah yang mengatur tentang pengelolaan sampah saat ini
diatur dalam satu kesatuan peraturan daerah berupa Kebersihan,
Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan, sehingga ruang yang
tersedia terbatas dan belum secara komprehensif mengatur ketentuan-
ketentuan secara umum pengelolaan sampah dalam seluruh aspeknya. Oleh
karena itu perlu disusun ketentuan-ketentuan pengelolaan sampah di
wilayah Kabupaten Bandung berdasarkan kebutuhan dan perkembangan
paradigma yang ada dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Sampah di Kabupaten Bandung.
2. Peraturan tentang tarip retribusi kebersihan saat ini diatur dalam satu
kesatuan dalam Perda Kebersihan, Keindahan, Keteriban dan Kesehatan
Lingkungan, sehingga materinya terbatas kepada besaran tarip retibusi
kebersihan yang dikenakan kepada masyarakat dan ketentuan umum dalam
membiayai pengelolaan sampah belum tercakup dalam pasal-pasal pada bab
kebersihan dalam perda tersebut. Oleh karena itu diperlukan pengaturan
dengan materi aspek pembiayaan (keuangan) yang meliputi sumber
pembiayaan, proporsi jumlah biaya dan tarip retribusi pengelolaan sampah
yang akan dikenakan kepada masyarakat yang merupakan muatan ketentuan
pembiayaan dalam Perda Pengelolaan Persampahan.
3. Keberadaan Peraturan Bupati Bandung Nomor 8 Tahun 2004 tentang
Pelimpahan sebagian kewenangan Bupati kepada Camat dan Standar
pelayanan minimal (SPM) bidang kebersihan, melalui Keputusan Bupati
Bandung Nomor 8 Tahun 2006 sudah cukup baik sebagai kelengkapan
peraturan dan pedoman dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-82
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Keputusan Bupati diperlukan dalam pedoman teknis penyelenggaraan
pengelolaan sampah dari mulai pedoman penyapuan, pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan sampah dari setiap jenis sumber sampah,
demikian pula pedoman teknis untuk tata cara pemungutan retribusi
pengelolaan sampah.
Berdasarkan kepada analisis kondisi peraturan hukum tentang pengelolaan
persampahan di Kabupaten Bandung sebagaimana tersebut di atas, maka dalam
kerangka pengembangan produk peraturan hukum memperhatikan referensi-
referensi yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan (Rancangan UU
Persampahan, Standar Nasional Indonesia-SNI tentang Persampahan, Peraturan
dan Keputusan Menteri PU tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), Norma, Pedoman,
Standard dan Manual-NPSM). Konsep rancangan pengembangan system
persampahan di wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi konsep rancangan
terpilih harus terakomodir dalam rancangan peraturan hukum untuk ditetapkan
menjadi peraturan yang bersifat mengikat untuk dilaksanakan/direalisasikan.
Garis-garis besar kebutuhan jenis peraturan hukum yang diperlukan dan materi
yang perlu diakomodir dalam peraturan adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung tentang Pengelolaan Sampah di
Kabupaten Bandung merupakan perda tersendiri dan tidak menjadi satu
kesatuan dengan pengaturan bidang lain (saat ini menjadi satu dengan
pengaturan bidang Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan).
Materi pokok pengaturan dalam Perda Pengelolaan sampah ini meliputi:
Aspek Kelembagaan, mengatur bentuk dan jenis kelembagaan yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah dari mulai lembaga
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendalian.
Pembagian peran ini harus secara jelas (walaupun tidak secara rinci,
karena dapat diatur lebih lanjut dalam bentuk Keputusan Bupati)
diatur dan ditetapkan dalam Perda. Lembaga pemerintah,
lembaga/organisasi masyarakat, lembaga swasta dari mulai skala
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-83
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
lingkungan, local Kabupaten dan regional yang diberikan peran
dalam pengelolaan sampah.
Aspek tehnik dan operasional, mengatur dan menetapkan
pola/sistem tehnik dan operasional pengelolaan sampah yang
dibangun dari paradigma baru seperti pola 3 R dan pemilahan
sampah sejak dari sumbernya, 3 R skala kawasan, pengangkutan dan
pemrosesan akhir berorientasi ramah lingkungan. Lingkup daerah
pelayanan wilayah urban dan non urban, pengelolaan sampah B3,
pengelolaan tingkat Kecamatan.
Aspek pembiayaan, mengatur tentang proporsi biaya (anggaran)
pengelolaan sampah terhadap APBD Kabupaten, proporsi biaya yang
bersumber dari hasil pungutan retribusi terhadap sumber APBD
Kabupaten, sumber-sumber biaya lainnya dan besarnya tarip
retribusi pengelolan sampah.
Aspek peranserta masyarakat, mengatur keikutsertaan setiap lapisan
masyarakat dan setiap penimbul sampah dalam pengelolaan sampah
baik dalam kaitannya aspek teknik operasional, aspek kelembagaan
dan aspek pembiayaan.
Disamping mengatur tentang kewajiban, hak dan larangan secara
umum dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar serta
berwawasan lingkungan berkelanjutan.
2. Penjabaran dari Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Persampahan
kedalam Peraturan Bupati dan/atau Keputusan Bupati sebagai pedoman
dan/atau petunjuk teknis untuk setiap aspek dalam pengelolaan
persampahan seperti:
1) Peraturan Bupati Bandung tentang Pedoman Tehnik dan Operasional
Penanganan Sampah di Kabupaten Bandung, mengatur tentang tata
cara penanganan sampah di pemukiman, pasar, perkantoran, daerah
komersial dan lainnya dari mulai penyapuan, pengumpulan, 3 R,
pengangkutan dan pemrosesan baik antara maupun akhir.
2) Peraturan Bupati Bandung tentang Pedoman Tarip dan Tatacara
pemungutan retribusi pengelolaan sampah, mengatur tentang
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-84
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Struktur tarip, besaran tarip dan tatacara penetapan dan
pemungutan retribusi pengelolaan sampah.
3) Peraturan Bupati Bandung tentang partisipasi dan peranserta
masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah.
4) Peraturan Bupati Bandung tentang pedoman pembentukan
organisasi/lembaga masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
sampah.
Struktur materi Perda dan penjabarannya dalam bentuk Peraturan dan
atau Keputusan Bupati dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.19Struktur Materi Perda dan Penjabarannya
Perda Pengelolaan Sampah
Ketentuan Kelembagaan
Ketentuan Tehnik dan Operasional
Ketentuan Pembiayaan
Ketentuan Peranserta Masy.
Pdoman Kelembagaan
Pedoman Tehnik dan Operasional
Pedoman Pembiayaan
Pdoman Peranserta Masy.
Peraturan/Keputusan Bupati tentang Pengelolaan Sampah
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-85
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
22..77 AAssppeekk PPeerraann SSeerrttaa MMaassyyaarraakkaatt
Berdasarkan pada hasil studi pengetahuan, sikap dan
perilalu masyarakat terhadap sampah yang dilakukan,
diperoleh beberapa kesimpulan yang menunjukkan
gambaran umum persepsi masyarakat Kabupaten
Bandung :
Dari studi KAP di kedua kasus yaitu di Desa Mekar
Jaya dan Desa Sukasari, dapat dikatakan
pengetahuan masyarakat akan pengelolaan
sampah yang lebih baik yaitu konsep memilah,
mengomposkan dan mendaur ulang umumnya
berada pada tahap sudah mengetahui namun
belum mau melakukan. Hal ini disebabkan karena terpaan media yang cukup
tinggi (TV, radio, pertemuan-pertemuan informal berbagai kelompok
masyarakat-terutama di Mekar Jaya, buku, kecuali koran di Mekar Jaya), maka
pengetahuan masyarakat tentang. Masyarakat di Desa Mekar Jaya juga
mengalami terpaan komunikasi informal (dari mulut ke mulut) yang tinggi,
karena sifat ‘guyub’ mereka masih sangat tinggi. Ada berbagai pengajian
maupun pertemuan kelompok yang berjalan baik disini, sehingga informasi bisa
cepat menyebar.
Ibu-ibu di kedua lokasi tersebut juga sudah tahu
tentang pemilahan, terutama karena lihat di TV.
Tapi belum ada niat untuk melakukannya dengan
konsisten, karena mereka pun belum terlalu
merasakan manfaat pemilahan tersebut.
Pengomposan memang menjadi salah satu yang paling dikenal oleh masyarakat.
Tetapi, karena dalam mengomposkan, yang diharapkan adalah bisa dijual,
maka mereka berpikir, harus serius. Dan untuk serius melakukan hal itu,
mereka merasa tidak ada waktu. Kebanyakan masyarakat di kedua lokasi,
memiliki sikap: “sampah bukan urusan saya”. “kalau ada yang mau
memanfaatkan sampah saya, ya silakan. Tapi saya mah tidak ada waktu” dll.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-86
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Jadi secara sikap, masalah sampah memang belum menjadi perhatian serius
mereka.
Bagi masyarakat, kebersihan lingkungan adalah urusan masing-masing. Mereka
tidak mau saling mengingatkan jika ada tetangga atau masyarakat lain di
sekitar mereka yang melakukan tindakan yang merusak kebersihan
lingkungannya. Apalagi di Sukasari, mereka justru berpersepsi, bahwa
mengingatkan pihak lain adalah urusan orang luar (misal jika ada proyek khusus
itu, ya itu urusan para pelaksana proyek ybs. Atau bisa juga dimaksudkan
bahwa pihak pemerintahlah yang harus turun tangan mengingatkan). Kesadaran
akan kebersihan nampa lebih mendahului kesadaran akan pengelolaan sampah
itu sendiri.
Belajar dari dua kasus di Mekar Jaya dan Sukasari, beberapa strategi sempat
meluncur dari mulut masyarakat. Dan jika memang kita menginginkan suatu
program pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, maka, saran-saran ini
perlu diperhatikan.
Warga desa Mekar Jaya memandang ibu-ibu dan anak-anak perempuan adalah
paling penting dalam siklus pengelolaan sampah. ”Kalau mau ada program
pengelolaan sampah, lebih baik lewat ibu-ibu. Merekalah orang pertama yang
menyentuh sampah di dapur, membuang dan menyapunya di halaman.” Di desa
ini, ada beberapa kelompok ibu-ibu yang aktif, antara lain Kelompok Pengajian,
Dasawisma, GSI (Gerakan Sayang Ibu), PKK, dan Remaja Masjid.
Warga desa juga menyarankan agar program pengelolaan sampah jangan
membentuk lembaga baru. Tetapi memanfaatkan atau mengaktifkan kelompok-
kelompok yang sudah ada. Jika ada suatu bantuan atau insentif tertentu,
hendaknya jangan diberikan kepada orang per orang.
Jangan bentuk lembaga baru, libatkan saja kelompok-kelompok yang
sudah ada di masyarakat.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-87
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pemerintah desa bisa berperan dalam hal menyediakan lahan desa untuk
tempat pembuangan sampah. Warung-warung sembako juga diharapkan
terlibat, dalam bentuk membuat tempat sampah sendiri di sekitar warung.
Melibatkan Perusahaan Swasta lokal untuk membangun masyarakat
Banjaran adalah salah satu pusat industri tekstil dan garment di Kabupaten
Bandung. Terdapat setidaknya 12 perusahaan yang beroperasi di wilayah Desa
Sukasari. Perusahaan-perusahaan tersebut terikat dengan apa yang disebut
sebagai corporate social responsibility (tanggungjawab sosial perusahaan).
Perusahaan harus ikut bertanggungjawab dan terlibat dalam penyelesaian
masalah-masalah sosial dan lingkungan di mana mereka beroperasi. Sangat
mungkin untuk melibatkan mereka dalam program pengelolaan sampah.
Ketika pengkaji melontarkan pernyataan itu, sebagian besar warga
membenarkan. Desa berpenduduk selitar 8.700 jiwa ini punya sejarah panjang
dalam urusan dengan perusahaan. Mereka pernah melakukan demonstrasi
kepada salah satu perusahaan garmen yang nyata-nyata membuang limbah ke
sungai-sungai kecil yang melintasi desa.
Setahu warga, sejak peristiwa demonstrasi itu perusahaan secara rutin
memberikan dana pengelolaan lingkungan kepada pemerintah desa. Hanya saja
sejauh ini mereka tidak tahu jumlah dan peruntukkannya. “Tetapi gagasan itu
baik. Kalau saja dulu perusahaan itu berperan, dengan misalnya memberikan
sedikit uang untuk mengupah tenaga keamanan dan tenaga pemilah sampah di
lokasi proyek, tentu pencurian mesin itu tidak perlu terjadi”.
Fokus pada apa yang dibutuhkan Masyarakat, karena sampah belum
menjadi perhatian utama masyarakat
Berbicara soal manajemen sampah dengan masyarakat di kedua lokasi tersebut,
berbeda dengan berbicara tentang bagaimana cara mencari makan. Sampah
memang bukan isu yang sepenting ekonomi, maupun bertani bagi masyarakat.
Hal ini mirip juga dengan situasi yang dihadapi program-program seperti
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-88
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
kampanye AIDS, dimana masyarakat merasa, bahwa itu bukan kebutuhan pokok
mereka. Masyarakat lebih memikirkan bagaimana makan besok daripada
memikirkan mengelola sampah, atau bagaimana dapat uang untuk
menyekolahkan anak daripada memikirkan memilah sampah. Sehingga, ketika
suatu program masuk, dan hanya tunggal membahas sampah, maka masyarakat
tidak akan terlalu tertarik (dalam POD, karakteristik belajar orang dewasa
memang demikian: mereka hanya tertarik pada ilmu-ilmu yang bisa segera
mereka manfaatkan dan nyata hasilnya).
Dewasa ini memang terdapat kecenderungan di dunia community Development
maupun Community Organizing, agar menggunakan pendekatan program yang
holistik. Artinya, meskipun spesialisasi kita di bidang pertanian misalnya, tetapi
harus siap juga untuk membahas politik atau ekonomi bersama masyarakat.
Mengapa? Karena memang masyarakat menghadapi masalah yang kompleks,
multifaktor, saling terkait antar faktor/masalah.
Masalah sampah, bukanlah hanya soal membuat lingkungan kita bersih, tetapi
harus dijelaskan juga oleh program ini bahwa melalui entry point sampah, akan
ada banyak masalah di masyarakat yang teratasi.
Perlu public figure dalam Campagne Kebersihan
Oleh karena itu, penggiat program harus lebih kreatif dalam ‘mengemas’
programnya. Misalnya, meskipun ini hanya program yang titik beratnya
kampanye pemilahan sampah, tetapi perancang program harus mempersiapkan
suatu metodologi yang bisa membuat paham masyarakat bahwa gerakan ini
merupakan bagian dari sebuah upaya untuk memperbaiki aspek-aspek lain dari
kehidupan masyarakat, seperti meningkatkan ekonomi masyarakat,
mempengaruhi kebijakan, bahkan mungkin menyelamatkan bumi dari isu
pemanasan global.
Pendampingan masyarakat, harus bisa membuka cakrawala berpikir
masyarakat, dan meningkatkan minat mereka untuk menjaga sustainabilitas
program secara mandiri (setelah program/proyek selesai). Oleh karena itu,
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-89
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
‘kecanggihan’ metode pembelajaran harus diterapkan. Pendekatan program
yang konvensional, misalnya dengan penyuluhan/ceramah oleh petugas, tidak
akan ada manfaatnya untuk menimbulkan minat masyarakat. Tetapi, jika yang
memberi penyuluhan adalah para pelaku yang ‘pernah’ nampang di TV sebagai
pengusaha sukses, mungkin hal ini akan lebih membekas di hati masyarakat.
Disamping penelitian kualitatif, dilakukan pula penelitian kuantitatif dengan
mengembangkan metoda Quesioner yang diarahkan untuk mengukur :
Pengetahuan masyarakat akan keberadaan sistem pengelolaan sampah oleh
Pemerintah
Persepsi masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah
Persepsi masyarakat untuk peran aktifnya dalam pengelolaan sampah
Tingkat kesanggupan membayar retribusi
Pengetahuan masyarakat akan adanya pelayanan pengelolaan sampah oleh
Pemerintah sudah sangat melekat, demikian halnya dengan keberadaan
pengelola di lingkungan tempat tinggalnya yaitu petugas RT/RW.
Pada kenyataannya nampak ada kecenderungan bahwa persepsi masyarakat
yang paling kuat adalah bahwa masalah kebersihan dan pengelolaan sampah
adalah urusan Pemerintah semata.
Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan sampah terukur masih
sangat rendah. Terlihat dari persepsi masyarakat akan keberadaan sarana dan
prasarana yang dinilainya masih belum memadai.
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat belum merasa puas dengan
pengelolaan sampah yang dijalankan oleh Pemerintah, namun demikian peran
aktif yang seharusnya muncul dari masyarakat nampak belum tumbuh. Bahkan
pengetahuan akan peran aktif seperti apa yang seharusnya tumbuh di
masyarakat nampaknya masih rendah. Masyarakat mengetahui bahwa mereka
harus berpartisipasi dalam pengelolaan sampah, tetapi baru pada tahap
partisipasi aktif individual berupa :
Menjaga kebersihan di rumah sendiri, belum di lingkungannya
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal II-90
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Membayar retribusi,
Pengukuran terhadap persepsi masyarakat ini diarahkan pada pengetahuan akan
adanya bagi peran sehingga ada biaya pengumpulan yang menjadi wewenang
kelompok warga dan biaya pengangkutan yang menjadi wewenang Pemerintah.
Dalam hal ini, umumnya masyarakat tidak banyak tahu, alasannya karena
memang mereka tidak pernah mendapatkan informasinya.
Adapun persepsi akan kecukupan besaran retribusi nampaknya masih
menganggap bahwa retribusi saat ini sudah cukup besar. Karenanya tidak
sanggup bila adanya peningkatan dari besaran yang ada saat ini, yang umumnya
membayar Rp. 5.000,- per bulan. Bahkan sebagian besar mengharapkan
penurunan pada nilai Rp. 3.000,- per bulan. Melihat praktek penarikan retribusi
saat ini yang hanya berkisar antara Rp. 1.500,- sampai Rp.5.000,- diperkirakan
nilai yang dimaksud oleh responden adalah iuran yang dipungut atas
kesepakatan RT/RW setempat. Selanjuntya dalam pengukuran “willingness to
pays” terbukti bahwa sebagian besar masyarakat berada pada nilai Rp. 5.000,- ,
walau ada sebagian kecil saja yang mampu dan mau membayar di atas itu (Rp,
8.000 – 9.000), lebih dari itu nampaknya belum ada kesanggupan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-1
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
33..11 VViissii ddaann MMiissii
Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolaan Sampah dimaksudkan sebagai
pedoman dalam penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemprograman
dan kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan persampahan baik di
lingkungan Dinas dan Lembaga terkait lainnya, juga bagi masyarakat maupun
kelompok lainnya yang memiliki perhatian terhadap pengelolaan sampah.
Semua yang tertuang di dalam kebijakan yang dikembangkan ditujukan untuk
mendukung pencapaian sasaran pembangunan persampahan melalui rencana,
program dan pelaksanaan kegiatan terpadu, efektif dan efisien.
Perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah pada dasarnya adalah
untuk mewujudkan visi pengelolaan sampah perkotaan yang diharapkan akan
dapat terjadi pada masa yang akan datang. Perumusan visi tersebut didasarkan
pada isu-isu utama yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan pada saat
ini.
33..11..11 VViissii
Dinas Kebersihan Kabupaten telah mencanangkan Visinya yaitu :
“Terwujudnya Kebersihan Lingkungan di Kabupaten Bandung”
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-2
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Namun demikian, mempelajari seluruh permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, terdapat dua hal yang semestinya
dimunculkan dan ditetapkan sebagai Visi Kota dalam membangun Sistem
Pengelolaan Sampah yaitu :
a. Perwujudkan Lingkungan bersih bebas dari sampah
b. Pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan, dan menjalankan
sistem pengelolaan kebersihan di lingkungannya sendiri.
Diselaraskan dengan Visi Nasional Pengelolaan Sampah maka Visi Kabupaten
Bandung dalam Pengelolaan Sampah adalah :
Visi di atas merupakan suatu keadaan yang ingin dicapai di masa depan bahwa
kebersihan lingkungan terwujud bukan saja atas kekuatan Pemerintah semata,
tetapi juga diperlukan adanya partisipasi warga di seluruh Kabupaten.
Visi ini secara bertahap diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
secara sinergis antar pemangku kepentingan yang secara langsung maupun tidak
dalam pengelolaan persampahan.
Visi tersebut di atas selanjutnya dirumuskan dalam beberapa misi sebagai
terjemahan lebih lanjut arti visi yang telah ditetapkan, untuk dapat
mengidentifikasi arah kebijakan yang akan ditempuh.
33..11..22 MMiissii
Misi yang dikembangkan oleh Dinas Kebersihan dalam tugasnya mengelola
kebersihan Kota Kabupaten Bandung adalah :
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia / SDM di bidang
pengelolaan kebersihan
2. Meningkatkan sistem pelayanan persampahan
3. Mengembangkan infrastruktur TPSA yang memadai
4. Mengembangkan sistem pengelolaan dan pemanfaatan sampah
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-3
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Sementara itu, untuk dapat mewujudkan visi pengembangan sistem
pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung, maka dirumuskan beberapa
misi sebagai berikut :
1. Membangun kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sampah
Masyarakat merupakan penghasil sampah, karena itu masyarakat merupakan
aktor utama dalam pengelolaan sampah, yang perlu diberdayakan agar
mampu melakukan berbagai upaya penanganan sampah untuk lingkungannya
sendiri. Membangun kemandirian masyarakat ini dilakukan melalui
pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat yang
diorientasikan untuk wilayah perdesaan. Sementara itu, adanya
keterbatasan Pemerintah dalam pembiayaan, maka perlu dibuka seluas-
luasnya kesempatan masyarakat kelompok usaha (swasta) untuk bermitra
dalam pengelolaan sampah dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki
kriteria khusus.
2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan
sampah ke seluruh Wilayah Kabupaten Bandung.
Pelayanan sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung harus mampu
menjangkau 30 Kecamatan yang terbagi dalam 3 wilayah pelayanan. Dalam
mengembangkan pelayanan Dinas Kebersihan akan menetapkan dua pola
pelayanan, yaitu Pelayanan Teknis langsung oleh Dinas, dan Pelayanan
Pembinaan bagi wilayah yang menjadi target pengembangan sistem
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
3. Menjalankan Paradigma Minimasi Timbulan Sampah dengan
Mengembangkan Pengolahan dan atau Daur Ulang Sampah
Timbulan sampah yang selalu indentik dengan perkembangan jumlah
penduduk, sedangkan kapasitas pengelolaan tidak mungkin ditingkatkan
sampai kondisi maksimum, maka Kabupaten Bandung dalam 10 tahun
bahkan 20 tahun mendatang menetapkan minimasi sampah sebagai sasaran
utama pelaksanaan pengelolaan sampah.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-4
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam
sistem pengelolaan sampah sesuai dengan prinsip good and
coorperate governance, yang berupa :
a. Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam
pengelolaan sampah
b. Penyelenggaraan pengelolaan sampah yang transparan,
partisipatif serta akuntabel dalam pengelolaannya,
c. Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan persampahan
d. Pengelolaan persampahan secara efektif, efisien dan profesional
e. Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan
kewenangan kelembagaan pengelola persampahan
5. Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem
pengelolaan persampahan
a. Peningkatan prioritas dan alokasi pendanaan bagi
penyelenggaraan pelayanan persampahan
b. Pengembangan potensi pendanaan untuk pengelolaan
persampahan baik melalui anggaran kota/kabupaten, propinsi,
pusat, bahkan dana luar negeri, termasuk kerjasama dengan
dunia usaha/swasta.
c. Pengembangan dan perkuatan pendanaan sistem pengelolaan
berbasis masyarakat melalui penyertaan modal atau bentuk
lainnya
6. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk
meningkatkan sistem pengelolaan persampahan
a. Memperbaharui produk hukum yang ada untuk disesuai dengan
visi misi saat ini
b. Melengkapi produk hukum yang diperlukan bagi landasan
penyelenggaraan pengelolaan persampahan.
c. Penegakan dan Penaatan Hukum, dengan mengembangkan
mekanisme yang sesuai dengan perkembangan budaya
masyarakat dengan melibatkan seluruh stakeholder.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-5
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
33..22 IIssuu SSttrraatteeggiiss PPeennggeelloollaaaann SSaammppaahh ddii KKaabbuuppaatteenn BBaanndduunngg
Analisis terhadap kondisi eksisting pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung,
menunjukkan adanya beberapa pokok permasalahan penting , yaitu :
(1) Kapasitas Pengelolaan Sampah
Yang menjadi permasalahan utama dalam pengelolaan sampah di Kabupaten
Bandung adalah tingginya beban pengelolaan yang tidak diimbangi dengan
kemampuan dalam aspek operasional dari Dinas Kebersihan yang menjadi
pelaksana teknis pengelolaan.
a. Tingginya Beban Pelayanan
Beban pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten dikategorikan tinggi
disebabkan karena 2 faktor utama yaitu : besarnya jumlah penduduk dan
luasnya wilayah administrasi, sehingga pelayanan saat ini terkesan tidak
terfokus.
b. Rendahnya Kualitas dan Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan Dinas Kebersihan dilihat dari jumlah penduduk yang
mampu dilayani oleh sistem eksisting, baru mencapai 20,8 %. Demikian
halnya dari Tingkat Keterangkutan sampah ke TPSA, baru mencapai 20,8 %.
Kualitas operasional yang masih rendah terlihat dari tingkat kebersihan di
seluruh TPS yang ada, masih jauh dari kondisi bersih. Disamping itu, tingkat
kebersihan di permukiman, sarana kota, badan air dan fasilitas lainnya,
menujukkan rendahnya kualitas pelayanan yang ada.
(2) Kemampuan Kelembagaan
Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak
seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai ke TPA. Kondisi
kebersihan suatu kota atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan
manajemen pengelolaan persampahan yang keberhasilannya dipengaruhi oleh
banyak faktor. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola persampahan
menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul
dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-6
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
cenderung cukup rumit sejalan dengan makin tingginya dan kompleknya
aktifitas kota.
Saat ini Dinas Kebersihan di Kabupaten Bandung sesungguhnya mengemban dua
fungsi yaitu sebagai regulator dan operator. Penggabungan kedua fungsi ini
mengakibatkan tidak berjalannya fungsi pengawasan. Kehadiran Badan
Perencana Daerah dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung ini akan
menjadi sebuah peluang untuk peningkatan kinerja Dinas Kebersihan. Fungsi
yang tepat untuk diemban oleh Bapeda adalah fungsi regulator, sehingga Dinas
Kebersihan dapat menjalankan fungsi operator dengan lebih efektif.
Ketimpangan fungsi tersebut juga tidak didukung dengan SDM yang memadai
baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Kemampuan SDM intern Dinas
Kebersihan dalam 2 tahun mendatang selayaknya harus mendapat perhatian
besar.
(3) Kemampuan Pembiayaan
Saat ini alokasi APBD untuk pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung
baru 0,8%. Hal ini menunjukkan perhatian Eksekutif kota dan Legislatif perlu di
tingkatkan. Pemikiran bahwa pengelolaan sampah ala kadarnya sudah harus
segera ditinggalkan. Dan segera disadari bahwa untuk menjadikan kota bersih
memerlukan biaya tinggi.
Demikian halnya, dengan efektifitas retribusi yang masih sangat rendah baik
dari segi kuantitas maupun kualitas mekanisme penarikannya, menyebabkan
pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung semata hanya menjadi beban APBD.
(4) Peran Serta Masyarakat
a. Potensi masyarakat belum dikembangkan.
Sudah sejak lama sesungguhnya masyarakat telah mampu melakukan
sebagian sistem pengelolaan sampah baik secara individual maupun
skala lingkungan terutama di lingkungan permukiman. Hal ini diperkuat
dengan ketentuan yang digariskan dalam Peraturan Daerah, sehingga
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-7
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
sudah selayaknya kemampuan masyarakat ini akan menjadi potensi yang
dapat dikembangkan
b. Rendahnya investasi Dunia Usaha
Di Kabupaten Bandung saat ini minat sektor swasta bisa dikatakan mulai
ada, walau masih dalam tahap studi kelayakan. Namun implementasinya
masih belum ada. Hal ini perlu diantisipasi dengan adanya pengaturan
dan penetapan wilayah garapan yang akan diserahkan pada swasta.
(5) Lemahnya Penegakan dan Penaatan Hukum
Secara umum, peraturan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung sudah
cukup lengkap dari kehadiran perangkatnya, akan tetapi kesempurnaan materi
peraturan memerlukan penyempurnaan.
33..33 TTaannttaannggaann PPeennggeelloollaaaann SSaammppaahh ddii KKaabbuuppaatteenn BBaanndduunngg
Berdasarkan observasi terhadap sistem secara menyeluruh dari berbagai
aspeknya, tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah di Kabupaten
Bandung, adalah sebagai berikut :
Kebutuhan peningkatan cakupan pelayanan dari 20,8% saat ini, menjadi 60%
di tahun 2010 dan 70% di tahun 2015, untuk mencapai total pelayanan
secara nasional yang selaras dengan Milenium Development Goals, selain
memerlukan investasi sarana dan prasarana persampahan yang cukup besar
juga harus di dukung oleh kesiapan manajemen dan dukungan peraturan
perundangan yang memadai
Kebutuhan peningkatan kemampuan lembaga yang memungkinkan
dilaksanakannya pengelolaan sampah secara lebih profesional dengan
dukungan SDM ahli yang memadai serta dimungkinkan kerjasama dengan
Kota Bandung dan Kota Cimahi, dalam pengadaan TPA secara regional.
Demikian juga pengembangan kemampuan memfasilitasi pengembangan
sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Disamping itu, penataan
kelembagaan dalam konteks pemisahan peran regulator dan operator pun
menjadi tantangan dalam tahun-tahun mendatang.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-8
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pengembangan komitmen pihak eksekutif dan legislatif dalam pengalokasian
dana dalam penataan sistem pengelolaan sampah secara terintegrasi dan
berkelanjutan
Penggalian sumber dana untuk investasi dan biaya O/M baik dari APBD
maupun modal swasta, yang harus sinergis dengan penerapan pola
pemulihan biaya (cost recovery) secara bertahap yang merupakan tantangan
yang harus di carikan solusinya.
Pengintegrasian 3R di dalam sistem operasi pengelolaan dari hulu ke hilir
yang selama ini masih belum dan sulit untuk dilakukan merupakan
tantangan yang memerlukan kesungguhan terutama dalam masalah
pengembangan komunitas (Community Development).
Pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat terutama di
daerah-derah perdesaan, menjadi tantangan yang membutuhkan pemikiran
sungguh-sungguh sehingga dapat diimplementasikan.
Kondisi TPSA yang ada yang masih dioperasikan secara open dumping,
memerlukan upaya rehabilitasi agar pencemaran lingkungan dapat
diminimalkan.
Penegakan dan Penaatan Hukum, atas pelanggaran pembuangan sampah
merupakan tantangan aparat hukum bagaimana penerapan Perda dapat
dilaksanakan secara sungguh-sungguh.
Adopsi teknologi pengolahan sampah yang kini banyak ditawarkan pihak
investor yaitu Pembangkit Tenaga Listrik sampah, merupakan peluang,
disebabkan hal ini akan mampu mengurangi beban pelayanan Pemerintah,
akan tetapi merupakan tantangan terutama dari faktor masalah pembiayaan
dan dampaknya terhadap lingkungan. Karena itu, apabila PLTSa akan
menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi masalah pengelolaan sampah
di Kabupaten Bandung, selayaknya menjadi komplemen atau pendukung
bukan menjadi strategi utama.
Dalam Jangka pendek diperlukan upaya pembinaan wilayah pengelolaan
sampah berbasis masyarakat. Disamping penyadaran masyarakat umum
diseluruh kota agar mau berpartisipasi aktif dalam membiayai pengelolaan
sampah kota. Dalam jangka panjang diharapkan muncul peran aktif
masyarakat dalam bentuk tindakan nyata dalam mengelola sampah yang
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-9
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
ditimbulkannya. Dalam jangka panjang kehadiran masyarakat bermodal
(swasta) untuk mengelola sampah di wilayah strategis perlu dikembangkan.
33..44 KKeebbiijjaakkaann ddaann SSttrraatteeggii PPeennggeemmbbaannggaann SSiisstteemm PPeennggeelloollaaaann
SSaammppaahh
3.4.1 Skenario Pengelolaan Sampah Nasional dan Regional
Secara nasional, pengelolaan sampah ditujukan untuk mendukung tercapainya
visi pembangunan perkotaan dan perdesaan yaitu meningkatnya kemandirian
daerah dalam pengelolaan dan pengembangan perkotaan yang layak huni,
berkeadilan, berbudaya, produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
khususnya dalam pengelolaan bidang persampahan yang sudah menjadi
tanggung jawabnya.
Secara lebih spesifik pengelolaan sampah dilaksanakan untuk :
1. Mencegah pencemaran terhadap sumber daya air akibat penanganan
sampah yang tidak sesuai ketentuan teknis,
2. Melindungi investasi sektor lainnya dari kerusakan akibat sampah,
3. Menunjang kawasan strategis,
4. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sumber retribusi kebersihan.
Adapun pendekatan pelaksanaan pengelolaan sampah yang harus dianut dalam
pengembangan sistem pengelolaan sampah di Indonesia adalah bahwa timbulan
sampah harus dikurangi, dengan penggunaan kembali dan atau di daur ulang.
Konsep 3R (Reduce-Reuse-Recycle) selayaknya menjadi jiwa di dalam setiap
tahapan operasi pengelolaan sampah.
Secara global, kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan
mengacu pada sasaran terukur yang tertuang dalam RPJMN 2004 – 2009 dan
sasaran dalam pencapaian MDG 2015 serta beberapa sasaran terukur lainnya.
Sasaran yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2004-2009 adalah meningkatkan jumlah sampah terangkut hingga 75% hingga
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-10
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
akhir tahun 2009 serta meningkatkan kinerja pengelolaan TPA yang berwawasan
lingkungan pada semua kota-kota metropolitan, kota besar dan kota sedang.
Sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum
2005-2009 adalah sebagai berikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pengelolaan sanitasi di 276 kota/kabupaten serta pengembangan
drainase dan sistem pengelolaan persampahan serta meningkatnya kualitas
lingkungan permukiman kawasan kumuh dan nelayan .
Disamping kedua sasaran perencanaan tersebut, sasaran pembangunan bidang
persampahan juga mengakomodir sasaran Millenium Development Goals tahun
2015 untuk menyediakan akses pelayanan persampahan kepada masyarakat
mampu melayani masyarakat dengan kapasitas 80% atau 1004,6 juta di
perkotaan dan 50% atau 57,5 juta jiwa di perdesaan, dan total seluruh
Indonesia mencapai 66% atau 162,1 jita jiwa.
Dengan memperhatikan berbagai sasaran yang telah disebutkan sebelumnya
dan dengan memperhatikan berbagai kendala, tantangan dan peluang yang ada,
maka ditetapkan beberapa sasaran utama yang hendak dicapai pada tahun
2006-2010 yang meliputi :
Tercapainya kondisi kota dan lingkungan yang bersih termasuk saluran
drainase perkotaan
Pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%
Pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk
Pencapaian kualitas pelayanan yang sesuai atau mampu melayani
standar pelayanan minimal persampahan
Tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPSA menjadi Sanitary
Landfill untuk Kota Metropolitan dan Kota Besar, serta controlled
landfill untuk Kota Sedang dan Kota Kecil, serta tidak dioperasikannya
TPSA secara open dumping.
Tercapainya peningkatan kinerja institusi pengelola persampahan yang
mantap dan berkembangnya pola kerjasama regional.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-11
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Adapun di tingkat regional, sampai saat skenario pengelolaan sampah diarahkan
terhadap terselenggaranya pengelolaan sampah bersama antara Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Sumedang dan sebagian Kabupaten Garut.
Sasaran utamanya adalah terbangunnya TPA Regional di wilayah Metropolitan
Bandung bagian barat dengan alternatif lokasi TPA Leuwigajah dan wilayah
timur dengan alternatif lokasi TPA di Citiis, Legok Nangka. Untuk mengelola
kegiatan pengelolaan sampah bersama Metropolitan Bandung ini, saat ini
tengah dipersiapkan sebuah manajemen pengelola persampahan regional oleh
Dinas Tata Ruang Permukiman Propinsi.
3.4.2 Strategi Umum Pengelolaan Sampah Kabupaten Bandung
Berdasarkan pada isu-isu strategis di atas, dikembangkan strategi pengelolaan
sampah di Kabupaten Bandung untuk 20 tahun mendatang. Rendahnya tingkat
pelayanan Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung yaitu baru mencapai 20,8%,
bukan disebabkan karena masalah teknik semata, melainkan lebih disebabkan
karena lemahnya sistem manajemen intern Dinas Kebersihan itu sendiri. Belum
optimalnya manajemen di setiap fungsi Dinas menjadi penyebab kelemahan ini.
Penyebab lemahnya sistem kelembagaan antara lain disebabkan karena
minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pengelolaan kebersihan kota.
Harus segera disadari Kabupaten Bandung adalah Kota Besar yang memerlukan
biaya pembangunan yang cukup tinggi. Retribusi kebersihan dari masyarakat
yang diharapkan menjadi sebagian besar sumber pembiayaan pengelolaan
ternyata masih sangat rendah dalam efektifitas. Kehadiran lembaga pengelola
kebersihan dalam bentuk Dinas Kebersihan dalam 10 (sepuluh) tahun
mendatang diperkirakan masih layak untuk menanggung beban kerja
pengelolaan. Dalam jangka pendek, dukungan besar dari seluruh stakeholder,
baik Pemerintah maupun yang lainnya, sangat dibutuhkan guna memperkuat
kinerja Dinas Kebersihan. Dalam jangka menengah peningkatan kemampuan
SDM harus menjadi prioritas, mengingat adanya beban yang tinggi dalam aspek
operasional.
Selama ini dengan beban pengelolaan masih termasuk Kab. Bandung barat,
permasalahan di dalam aspek operasional merupakan akibat dari lemahnya
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-12
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
lembaga pada jenjang struktural dan operasional, sehingga efisiensi kerja
rendah. Jumlah armada yang masih gabungan antara kedua kota terukur masih
bekerja pada beban dibawah rata-rata. Namun ketika aset Kab. Bandung Barat
sudah diserahkan, terukur kapasitas angkut berada pada kondisi optimal.
Namun demikian belum meratanya pelayanan ke seluruh wilayah perkotaan,
menuntut adanya peningkatan beban pelayanan sehingga dibutuhkan
pengembangan sarana dan prasarana dalam jangka menengah dan panjang.
Kinerja sistem operasional pengelolaan sampah Kabupaten Bandung tidak akan
mencapai tingkat optimum tanpa adanya peran aktif masyarakat. Masyarakat
bukan lagi hanya sebagai obyek pelayanan, tetapi harus dipandang sebagai
salah satu stakeholders yang dituntut peran aktifnya dalam pengelolaan
sampah.
Analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari faktor yang
mempengaruhi dan menentukan dalam penentuan arah pengembangan sistem
diuraikaikan dalam analisis SWOT (terlampir).
Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa kelemahan faktor internal sistem sangat
tinggi, akan tetapi terdapat kekuatan bahwa Dinas Kebersihan sebagai satu-satunya
lembaga formal pengelola sampah di Kab. Bandung, dan dengan memanfaatkan
peluang adanya inisiatif lokal dari masyarakat dalam pengelolaan sampah secara
mandiri dan juga peluang pelimpahan sebagian kewenangan pengelolaan kebersihan
kepada Camat, maka dalam Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung perlu
dikembangkan strategi sebagai berikut :
A. Perkuatan Lembaga Formal Pengelola Sampah, agar menjadi lembaga yang
handal dalam menjalankan kewenangannya dan mampu bermitra dengan
kelompok informal dan atau masyarakat lainnya yang ingin berperan aktif dalam
pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung
B. Perluasan jangkauan pelayanan di wilayah perkotaan dan perdesaan dengan
desentrasilasi pengelolaan di tingkat Kecamatan melalui implementasi 3R dan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-13
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
penerapan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat
C. Kemitraan antara Pemerintah, Masyarakat dan Swasta untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan sampah
D. Pengembangan Pendidikan Masyarakat dengan penguatan strategi komunikasi,
guna pemaparan pengetahuan untuk mencapai perubahan sikap, persepsi dan
keterampilan masyarakat di seluruh Kabupaten Bandung.
3.4.3 Strategi Peningkatan Teknis Pengelolaan
Strategi di dalam aspek teknik operasional pengelolaan sampah berpijak pada
beban pengelolaan terhadap sistem yang akan dikembangkan selama periode
perencanaan. Beban pengelolaan sampah Kabupaten Bandung saat ini telah
mencapai 2,803 m3/hari dan akan menjadi 4,041 m3/hari di Tahun 2020 serta
5,246 m3/hari di tahun 2008 mendatang. Kendala utama dalam operasional
pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung ini adalah penyebaran area
pelayanan yang sangat luas. Oleh karena itu dalam pengoperasian diarahkan
terhadap upaya efiensi kerja, yaitu dengan menerapkan konsep minimasi
sampah terangkut ke TPA dengan meningkatkan upaya pengolahan sampah
sedekat mungkin dengan sumbernya. Untuk itu reduksi sampah yang harus
ditimbun di TPA merupakan target sub sistem operasional.
Namun demikian, pergeseran suatu pola pengelolaan sampah dalam sistem
yang sudah ‘eksist’ terlebih dahulu merupakan suatu pekerjaan besar dan
tentunya diperlukan peran aktif dari seluruh stakeholders dalam sistem
tersebut. Perubahan tersebut tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat,
melainkan diperlukan adanya waktu peralihan. Panjang atau singkatnya waktu
peralihan tersebut akan sangat ditentukan oleh faktor konsistensi dari setiap
stakeholders terutama Pemerintah Kota sebagai fasilitator.
Untuk mencapai efektifitas kerja yang tinggi, operasi pengelolaan sampah di
Kabupaten Bandung, ditetapkan hal-hal berikut :
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-14
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tanggung jawab pengelolaan kebersihan oleh Dinas Kebersihan dalam
20 tahun mendatang adalah seluruh wilayah Kabupaten Bandung,
melingkupi 30 Kecamatan. Adapun beban operasional dengan konsep
pelayanan teknis adalah wilayah perkotaan yang mencapai 32%
penduduk, selebihnya 68% adalah di wilayah perdesaan, yang merupakan
beban pengelolaan dengan konsep pengembangan sistem berbasis
masyarakat.
Wilayah pelayanan terbagi menjadi 3 wilayah operasional. Penguatan
manajemen operasional masing-masing wilayah dalam hal ini menjadi
prioritas pengembangan program kelembagaan
Penerapan konsep 3R di setiap tahapan operasi pengelolaan akan
menjadi pertimbangan utama dalam rencana pengembangan sarana dan
prasarana
Pemilahan sebagai konsep awal pola 3R, akan dilakukan sejak di
sumbernya, dengan prioritas dalam pelaksanaannya.
Operasi pengumpulan sampah dari sumber ke TPS , sesuai dengan Perda
yang ada tetap menjadi tanggung jawab masyarakat dibawah koordinasi
RT/RW setempat.
TPS akan dikembangkan untuk melayani maksimal 1 Kelurahan atau 5000
penduduk. TPS tingkat kelurahan ini difungsikan sebagai tempat
pengomposan dan pengumpulan sementara sampah anorganik serta B3
Rumah Tangga, dengan operasi pengelolaan Komunal Tidak Langsung.
Sampah anorganik di bawa ke TPS tingkat Kecamatan.
Sampah anorganik dari TPS Kelurahan akan dibawa ke TPS Kecamatan,
untuk ditangani lebih lanjut, yaitu dengan pengembangan kegiatan
pengepulan dan daur ulang plastik di tahun-tahun mendatang. Di TPST
Kecamatan ini pula sampah residu dikumpulkan untuk diangkut ke TPA
Kota.
Di TPA residu sampah, dalam jangka pendek yaitu hingga tahun 2015,
akan ditimbun. Selanjutnya dalam jangka panjang akan dikembangkan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-15
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
pengolahan residu sampah menjadi pelet bahan bakar, sebagai
penerapan konsep Waste to Energy.
3.4.4 Strategi Peningkatan Kelembagaan
Berdasarkan analisis kendala dan peluang yang ada di dalam subsistem
organisasi kelembagaan maka diperlukan strategi berikut :
1. Meningkatkan status dan kapasitas lembaga pengelola kebersihan,
dimana saat ini ada di bawah Bidang Kebersihan dan UPTD
Pengangkutan sampah pada Dinas Perumahan, Tata Ruang dan
Permukiman, perlu pengkajian ulang untuk kembali menjadi Dinas
tersendiri, mengingat semakin tingginya beban pengelolaan sampah di
Kab. Bandung.
2. Menginisiasi terbentuknya sub sistem kelembagaan yang dapat
menjalankan fungsi sesuai perannya masing-masing. Hal ini
menyangkut peningkatan peran lembaga formal maupun non formal
yang telah ada, dan juga pengembangan lembaga lain yang dibutuhkan
kehadirannya. Kehadiran lembaga lain dilakukan dengan pola
pendekatan bottom-up, dimana kehadiran lembaga tersebut
merupakan kebutuhan dan merupakan inisiatif warga bukan bentukan
pemerintah. Kehadiran lembaga eksternal ini tidak saja menyangkut
aspek teknik operasional tetapi diharapkan juga untuk mendukung
penegakan hukum di dalam sistem.
3. Meningkatkan kinerja lembaga pengelola persampahan, salah satunya
dengan meingkatkan kualitas SDM Lembaga Pengelola Kebersihan.
4. Melakukan pemisahan fungsi /unit regulator dan operator
5. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar stakeholder lokal
maupun regional, dan juga membangun kemitraan yang harmonis
dengan masyarakat dalam upaya membangun sistem pengelolaan
berbasis masyarakat.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-16
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
3.4.5 Strategi Peningkatan Hukum
Strategi bidang hukum dan peraturan difokuskan untuk menunjang
terlaksananya strategi pada keempat aspek lainnya. Strategi ini menyangkut :
1. Penataan kembali perangkat hukum dan peraturan disesuaikan dengan
rencana jangka pendek, menengah dan panjang
2. Penegakan dan penaatan hukum/peraturan, dengan terbentuknya
masyarakat yang peka terhadap aturan/hukum.
3. Membangun tatanan hukum di masyarakat bersamaan dengan
pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat
3.4.6 Strategi Peningkatan Pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaraan pengelolaan sampah merupakan unsur pokok
berlangsungnya sistem pelayanan. Permasalahan sampah kota adalah persoalan
permanen dan rutin terus bertambah besar sehingga menuntut pada konsep
pembiayaannya. Selama pengelolaan sampah masih menjadi tanggung jawab
pemerintah, maka strategi pembiayaan pengelolaan sampah kota harus menjadi
bagian yang tak terpisahkan dalam pembiayaan pengelolaan infrastruktur kota.
Penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang
harus dan pasti dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu model atau
konsep pembiayaannya baik sumber atau pun alokasinya harus memiliki
kejelasan dan kepastian.
Mengingat bahwasanya Pengelolaan sampah merupakan bagian pelayanan
umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan
demikian pengaturan pembiayaan menjadi tugas dan tanggung jawab
Pemerintah. Target yang ingin dicapai dalam aspek pembiayaan selama 10
tahun mendatang adalah :
Terpenuhinya anggaran pengelolaan kebersihan sesuai dengan
perhitungan kebutuhan pelayanan standar,
Terciptanya keseimbangan antara realisasi retribusi dengan anggaran
operasional sehingga subsidi dapat dikurangi secara bertahap,
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-17
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Untuk itu dikembangkan suatu strategi pembiayaan sebagai berikut :
1. Penguatan unit penagihan dalam struktur organisasi lembaga Dinas
Kebersihan, dengan mengembangkan mekanisme penagihan retribusi
yang disepakati oleh seluruh pihak berkaitan,
2. Pengalokasian anggaran secara proporsional per unit kegiatan
3.4.7 Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Faktor utama yang menjamin pencapaian sistem pengelolaan sampah adalah
faktor manusia, baik petugas pelaksana pengelola dan masyarakat umum
sebagai penimbul sampah.
Untuk dapat merealisasikan strategi operasional yang telah dikembangkan,
perlu adanya sebuah upaya besar, menyentuh manusia sebagai faktor utama
keberhasilan. Dalam kurun waktu 10 tahun mendatang sasaran yang paling
realistis adalah menjadikan masyarakat Kabupaten Bandung sebagai masyarakat
yang bersikap dan berperilaku positif terhadap sampah, dengan indikator
tumbuhnya sikap dan tingkah laku yang didasari oleh kesadaran akan lingkungan
bersih, sehingga sikap dan perilaku terhadap sampah tidak didasari pada
kewajiban tetapi sebagai nilai kebutuhan.
Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan pola-
pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan pemahaman bahwa
masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai mitra yang
mengandung makna keselarasan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan sangat
sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang memadai.
Disamping itu, pihak swasta/dunia usaha juga memiliki potensi yang besar
untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan
yaitu :
(1) Menyebar luaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada
masyarakat umum
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-18
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(2) Mengembangkan pendidikan masyarakat tentang pengelolaan sampah
sejak usia dini
(3) Mengembangkan pola pembelajaran kepada masyarakat yang terintegrasi
dalam pengembangan sistem pengelolaan berbasis masyarakat.
(4) Mengembangkan pola-pola insentif dan iklim kondusif bagi dunia usaha /
swasta
33..55 PPrrooggrraamm KKeerrjjaa PPeenniinnggkkaattaann PPeennggeelloollaaaann SSaammppaahh KKaabb.. BBaanndduunngg
Berdasarkan pada strategi dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung
dalam peningkatan pelayanan pengelolaan sampah, dikembangkan
program kerja yang menjadi kerangka garis besar pengembangan
kegiatan selama 20 tahun mendatang.
Program kerja pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2028 secara tabularis diprlihatkan pada Tabel
3.1.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-19
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 3.1Kabupaten Bandung SMWI Action Plan
No Strategi Program Kegiatan
1 Desentralisasi Pengelolaan
Sampah di Tingkat Kecamatan 1.1 Pengembangan Pilot Project Pengelolaan Sampah 1.1.1 Penyusunan Rencana Detail Pengelolaan Smp di Kecamatan Contoh
Tingkat Kecamatan 1.1.2Implementasi Desentralisasi Pengelolaan Sampah TingkatKecamatan
1.2Penyiapan lembaga Mitra Pengelolaan Sampah diTingkat
1.2.1 Penyusunan SOTK Lembaga Kemitraan Tingkat Kecamatan
Kecamatan 1.2.2 Training Peningkatan Kemampuan Lembaga Kemitraan
2 Implementasi 3R dari hulu ke hilir 2.1 Peningkatan Pengomposan Sampah 2.1.1 Evaluasi Potensi Kompos dari Sampah di Kabupaten Bandung
2.1.2 Analisa Pasar Kompos
2.1.3 Penyusunan Rencana Pengomposan Terpadu Se Kab Bdg
2.1.4 Monitoring Pengomposan dan Pemasaran kompos dari
Instalasi Pengomposan di Babakan
2.1.5 Integrasi Pengomposan dan WTE
2.1.6 Pengembangan Instalasi Pengomposan di Kecamatan Contoh
2.1.7 Mengaktifkan Kembali Unit Pengomposan yang ada (5 Kel)
2.1.8 Pengembangan Jaringan Pelaku Pengomposan
2.2 Implementasi Daur Ulang Sampah Anorganik 2.2.1 Evaluasi Timbulan Sampah Potensi Daur Ulang
2.2.2 Identifikasi Pelaku Daur Ulang di seluruh wil Kabupaten
2.2.3 Penyusunan Rencana Detail Program Daur Ulang Sampah Anorganik
2.2.4 Analisa Kelayakan Usaha Daur Ulang Skala Kecamatan & Kota
2.2.5 Implementasi Daur Ulang Plastik di Kecamatan Contoh
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-20
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Strategi Program Kegiatan
2.3 Peningkatan Reduksi Sampah Terbuang ke TPA 2.3.1 Kajian Kelayakan Teknis dan Ekonomis Pengolahan Residu Sampah
2.3.2 Implementasi Pengolahan Residu Sampah
2.3.3 Analisis Pasar Produk Daur Ulang Residu Sampah
2.4 Pengelolaan Sampah B3 RT 2.4.1 Penyusunan Rencana Detail Pengelolaan Sampah B3 RT
2.4.2 Implementasi Pengelolaan Sampah B3 RT
3 Pengembangan Sistem Pengelolaan 3.1 Adopsi Inisiatif Lokal dalam Pengelolaan 3.1.1 Survey Inisiatif Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan
Sampah Berbasis Masyarakat Lingkungan yang terkait pengelolaan sampah 3.1.2 Menyusun konsep Pembangunan Pengelolaan
Sampah Berbasis Masyarakat
3.1.3 Implementasi Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
terutama dalam mekanisme insentif dan desinsentif bagi masy
3.1.4 Pengembangan Forum Masyarakat Pelaku Pengelolaan Sampah
4 Pengembangan Sarana Prasarana 4.1 Pengadaan Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah 4.1.1 Penyusunan Detail Enggineering Desain Sarana Prasarana
Pengelolaan Sampah Terpadu berbasis 3R Pengelolaan Sampah Berbasis 3R dari hulu ke hilir
4.1.2 Pengadaan Sarana dan implementasi pemilahan di sumber
4.1.3 Pembangunan TPS (Tempat Penampungan Sementara)
4.1.4 Pembangunan TPST Kecamatan
4.1.5 Pembangunan TPST Kota di Babakan
4.1.6 Pengadaan Kendaraan Pengumpul
4.1.7 Pengadaan Kendaraan Pengangkut Sampah dan Residu
4.1.8 Pengadaan Peralatan Pengomposan
4.1.9 Pengadaan Peralatan Daur Ulang Plastik
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-21
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Strategi Program Kegiatan
4.2 Pembangunan TPST Kota Berbasis Pembangunan 4.2.1 Studi Kelayakan Lahan TPST
Wilayah dengan konsep Partisipatif 4.2.2 Penyusunan Detail Enggeering Design TPST Kota secara partisipatif
4.2.3 Implementasi TPST Baru
Peningkatan Peran Swasta dalam Dunia UsahaPenyiapan kerangka aturan peran swasta dalam pengelolaansampah
Ujicoba pengelolaan oleh swasta
4.3 Kerjasama Regional dalam Pengelolaan Residu 4.3.1 Penyiapan Konsep Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional
4.3.2 Implementasi Pengelolaan Residu di tingkat Regional
5 Penguatan Pembiayaan 5.1Peningkatan Alokasi APBD untuk PengelolaanSampah
5.1.1 Evaluasi Tingkat Kecukupan Pembiayaan Pengelolaan
Pengelolaan Sampah Sampah dari APBD dan Retribusi
5.1.2 Penyampaian hasil kajian pada pihak Eksekutif dan Legislatif
5.2 Penataan Sistem Retribusi Sampah 5.2.1 Identifikasi Potensi Retribusi
5.2.2 Penyiapan aparat pelaksana sistem retribusi
5.2.3 Penyusunan Sistem Retribusi dikaitkan dengan mekanisme
implementasi 3R
5.3 Pengembangan Kemitraan Pemerintah vs Swasta 5.3.1 Implementasi Kemitraan Pemerintah Swasta di Kecamatan Contoh
5.3.2 Menyiapkan konsep kemitraan Pemerintah-Swasta-Masyarakat
6 Re-fungsionalisasi Lembaga 6.1 Peninjauan kembali UPTD menjadi Dinas 6.1.1 Pembahasan Ulang Lembaga Pengelola Sampah
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-22
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Strategi Program Kegiatan
Dinas Kebersihan, dengan fungsi mengarah pada refungsionalisasi lembaga Dinas
utama sebagai operator 6.1.2 Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
Dinas Kebersihan
6.2 Peningkatan Kapasitas Lembaga Formal Pengelola 6.2.1 Motivation Training untuk Seluruh Staf
Sampah 6.2.2 Training peningkatan Kemampuan Teknis, dan Pembiayaan
6.3 Evaluasi Betuk Lembaga Dinas 6.3.1 Evaluasi Lembaga Dinas Menjadi Lembaga yang
Lebih memadai dalam penyelenggaraan pengelolaan
sampah, misal Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
7 Penataan Hukum dan 7.1 Evaluasi Hukum dan Peraturan tentang 7.1.1 Evaluasi Perda Nomor 8 Tahun 2008, untuk penyiapan
Peraturan Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung Perda tentang Pengelolaan Sampah tersendiri, tidak menjadi satu
dengan pengaturan bidang lainnya (saat ini bersamaan dengan
pengaturan K3)
7.1.2 Pemantapan Peraturan Daerah tentang Perubahan UPTD kembali
menjadi Dinas Kebersihan
7.1.3 Penyiapan penjabaran Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Persampahan ke dalam Peraturan Bupati dan/atau Kebuptusan
Bupati sebagai pedoman dan/atau petunjuk teknis untuk setiap
aspek dalam pengelolaan sampah
8Kampanye Mengenai PeningkatanHidup
8.1 Kampanye Tingkat Kota 8.1.1 Penyusunan Strategi Komunikasi tingkat kota
dan Lingkungan Sehat, yang terkait 8.1.2 Implementasi Kampanye Tingkat Kota
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-23
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Strategi Program Kegiatan
pada pengelolaan persampahan 8.2 Kampanye Tingkat Kecamatan 8.1.3 Penyusunan Strategi Komunikasi di Kecamatan Contoh
8.1.4 Implementasi Kampanye di Kecamatan Contoh dengan
Kerangka Community Development
33..66 PPeennggeemmbbaannggaann SSkkeennaarriioo
Sasaran pelayanan pengelolaan sampah Kabupaten Bandung di tetapkan berdasarkan pada beban
permasalahan sampah yang dihadapi pada kondisi saat ini sampai pada masa 10 dan 20 tahun
mendatang. Sebagaimana ditetapkan dalam strategi aspek operasional, bahwa beban pengelolaan
sampah selama 20 tahun mendatang terdiri atas dua cakupan yaitu :
1. Sebesar 32% penduduk, merupakan penduduk perkotaan yang akan dilayani
dengan pendekatan pelayanan teknis
2. Sebesar 68% penduduk perdesaan, yang akan dilayani dengan pendekatan
pembangunan Community Base Solid Waste Management (CBSWM) atau
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-24
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Beban pelayanan Dinas Kebersihan dan beban perdesaan dalam periode 5
tahunan selama 20 tahun mendatang diperlihatkan dalam satuan volume dan
berat adalah seperti pada Tabel 3.2
Tabel 3.2Beban Pelayanan Pengelolaan Sampah di Kab.Bandung
TahunJumlah
Penduduk Kota(Jiwa)
TimbulanSampah(m3/hr)
TimbulanSampah(Ton/hr)
JumlahPenduduk Desa
(Jiwa)
TimbulanSampah(m3/hr)
TimbulanSampah(Ton/hr)
2008 997,348 2,803 561 2,119,363 2,077 415
2009 1,027,043 2,886 577 2,182,466 2,139 428
2015 1,230,179 3,457 691 2,614,129 2,562 512
2020 1,438,190 4,041 808 3,056,154 2,995 599
2025 1,690,304 4,750 950 3,591,897 3,520 704
2028 1,867,037 5,246 1,049 3,967,455 3,888 778
Sumber : Analisis Konsultan, Buku Report-Studi Timbulan, 2008
Dalam upaya mendekati target Nasional dalam pelayanan persampahan, perlu
dipertimbangkan berbagai faktor internal maupun eksternal, terutama
mengingat pengelolaan sampah sangat bergantung pada kebijakan Pemerintah,
maka dikembangkan skenario peningkatan pelayanan yang mewakili skenario
optimis, moderat dan pesimis.
Skenario optimis diarahkan sesuai dengan target dan sasaran Nasional.
Skenario moderat adalah skenario pencapaian sasaran Nasional pada akhir
periode perencanaan. Adapun skenario pesimis, adalah skenario yang
dikembangkan atas dasar pesimistis bahwa Kab. Bandung akan mampu
mencapai tingkat pelayanan sesuai dengan target yang ada di tingkat Nasional,
karena itu Tingkat Pelayanan dalam skenario ini ditetapkan dengan pendekatan
kemampuan Pemerintah lokal dalam membiayai pengelolaan
sampah.Kemampuan Pemerintah Lokal diukur dari pemahaman terhadap pola
pembiayaan 5 tahun terakhir.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-25
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Sementara itu, pelayanan Dinas dalam bentuk
pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis
Masyarakat (Community Based Solid Waste
Management), dilaksanakan secara
bertahap dimulai dari daerah-
daerah yang sekarang sudah memiliki sarana
pengelolaannya, walau terhenti. Ditargetkan ke 6 lokasi
daur ulang yang kini terhenti yaitu Parung Serab,
Margahayu, Sukamanah Pangalengan, Gunung Leutik Ciparay, Katapang,
Sukasari, akan dioperasikan kembali, secara bertahap. Selain itu, ditargetkan
mengembangkan Desa-Desa yang sudah mendapat bantuan sarana pengolahan
pada tahun 2007 yaitu Desa Ciherang Nagreg, Desa Cikoneng Ciparay, Desa
Sangkan Hurip Katapang, Desa Bojong Majalaya, Desa Sekarwangi Katapang.
Dalam upaya implementasi 3R, selain pengembangan
lokasi CBSWM yang harus mengedepankan pengomposan
dan daur ulang sampah, kehadiran para pemulung,
penampung barang rongsokan di Kabupaten Bandung
(SIDUS) tidak boleh diabaikan. Kehadiran mereka harus
diangkat dan diintegrasikan ke dalam sistem yang dikembangkan. Namun
berdasarkan pengalaman, perlakukan terhadap kelompok
ini bukanlah untuk menjadikan mereka sebagai sistem
formal atau formalisasi kelompok informal, tetapi sebatas
memfasilitasi keberadaaannya. Pemerintah memberikan
peluang agar kinerja mereka bisa meningkat, dengan cara
menyiapkan fasilitas di lokasi kerja mereka. Usaha
penataan TPS yang ada di Kabupaten Bandung, dikondisikan untuk juga
menyiapkan fasilitas mereka. Kinerja SIDUS pada dasarnya sangat tergantung
dari si pelaku dan mereka adalah manusia pekerja, disamping itu, mereka pun
bekerja karena kebutuhan, sehingga kinerja akan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut. Dengan demikian, besarnya kontribusi mereka
terhadap peningkatan sampah tertangani dianggap sama untuk setiap kebijakan
terhadap aspek lainnya.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-26
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Dengan demikian, selain Dinas Kebersihan, dalam jangka pendek, akan telah
hadir pengelola sampah lainnya yaitu Lembaga Masyarakat Pengelola Sampah
sebagai bentukan dari Community Based Solis Waste Management, dan para
pelaku daur ulang (sektor informal). Berikut adalah tiga alternatif skenario
tingkat pelayanan dengan mengedepankan kehadiran seluruh pelaku-pelaku
pengelolaan sampah.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-27
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Skenario-1, merupakan skenario optimasi target Nasional dalam sistem
pengelolaan sampah, dengan konsep :
Pencapaian 60% tingkat pelayanan di tahun 2010 dan 70% pada tahun 2015.
Selanjutnya dengan optimasi tingkat pelayanan ini akan mencapai 85% pada
tahun 2028.
Strategi reduksi sampah di sumber diimplementasikan dengan intensif dalam 10
tahun pertama melalui program kampanye dan pendidikan masyarakat, sehingga
tercapai penurunan angka timbulan sampah perkapita pada tahun 2019, yang
berdampak pada penurunan beban penimbunan di TPA yang cukup signifikan.
Optimasi minimasi sampah di TPA sebagai implementasi konsep 3R, dilakukan
dengan peningkatan pengomposan hingga 22% tahun 2015, 33% di tahun 2028,
hal ini dilakukan dalam 10 tahun pertama sehingga,
Implementasi 3R dengan upaya daur ulang anorganik dilakukan dengan intensif
dengan mencapai 22% pada tahun 2015 dan 27% tahun 2028,
Pengolahan lain pada skenario difokuskan pada upaya pemanfaatan sampah
menjadi energi (WTE) yang terintegrasi dengan konsep 3R. Ditargetkan mencapai
13% tahun 2010 dan 31% tahun 2028.
Pembangunan Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di perdesaan,
dilakukan dengan intensif, hingga mencapai 20% tahun 2010, dan 38% tahun
2028.
Orientasi pengolahan sampah anorganik dilakukan dengan pemberdayaan sektor
informal, hingga mencapai 40% pada tahun 2010, meningkat 42% di tahun 2015,
dan pada tahun 2028 mencapai 48%.
Proporsi beban pengelolaan oleh setiap stakeholders untuk skenario ini dapat dilihat
pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.1.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-28
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 3.3Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1
No Pelaku Pengelolaan SatuanTahun
2008 2010 2015 2020 2025 2028
1 Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,176 6,019 6,691 7,323 7,790
2 Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,973 3,457 3,696 3,803 3,902
Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,203 2,562 2,995 3,520 3,888
3Pelayanan Perkotaan
Penimbunan m3/hr 567.0 475.7 452.4 378.9 232.5 15.8
% 20.2% 16.0% 13.1% 10.3% 6.1% 0.4%
Pengomposan m3/hr 0.0 355.0 540.0 670.0 850.0 1,000.0
% 0.0% 11.9% 15.6% 18.1% 22.3% 25.6%
Daur Ulang Anorganik m3/hr 0.0 577.9 772.8 910.1 998.1 1062.0
% 0.0% 19.4% 22.4% 24.6% 26.2% 27.2%
Pengolahan Lain m3/hr 0.0 375.0 620.0 850.0 1,000.0 1,200.0
% 0.0% 12.6% 17.9% 23.0% 26.3% 30.8%
Tingk. Pelayanan Perkotaan m3/hr 567 1,784 2,385 2,809 3,081 3,278
% 20.2% 60.0% 69.0% 76.0% 81.0% 84.0%
4Pelayanan Peningkatan Part. Masy.
Sistem Berbasis Masyarakat m3/hr 105.4 442.6 751.7 1,032.7 1,313.7 1,482.3
% 5.1% 20.1% 29.3% 34.5% 37.3% 38.1%
Informal m3/hr 343.3 879.2 1,074.9 1,309.4 1,611.5 1,861.5
% 16.5% 39.9% 42.0% 43.7% 45.8% 47.9%
Tingk. Partisipasi Masy. m3/hr 449 1,322 1,827 2,342 2,925 3,344
% 21.6% 60.0% 71.3% 78.2% 83.1% 86.0%
5Sampah Terkelola
m3/hr 1014.9 3105.3 4213.1 5152.2 6005.1 6621.7
% 20.8% 60.0% 70.0% 77.0% 82.0% 85.0%
6 Sampah Tak Terkelola m3/hr 3,864.6 2,070.2 1,805.6 1,539.0 1,318.2 1,168.5
% 79.2% 40.0% 30.0% 23.0% 18.0% 15.0%
Sumber : Lampiran A,Tabel A.1.1.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-29
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku
Untuk Skenario I
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2008 2010 2015 2020 2025 2028
Tahun
%Sampah Tak Terkelola
Informal
CBSWM
Pengolahan Lain
Daur Ulang anorganik
Pengomposan
Penimbunan
Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku
Untuk Skenario I
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2008 2010 2015 2020 2025 2028
Tahun
%Sampah Tak Terkelola
Informal
CBSWM
Pengolahan Lain
Daur Ulang anorganik
Pengomposan
Penimbunan
Gambar 3.1Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1
Skenario-2, merupakan skenario pelayanan yang ditetapkan dengan pendekatan
pencapaian sasaran Nasional pada periode akhir perencanaan :
Pelayanan 60% baru tercapai pada Tahun 2025, dengan tahapan pencapaian 31% di
tahun 2015, dan pada tahun 2010 sebesar 26%.
Pengomposan sebagai implementasi 3R, dengan target 1,3% di tahun 2010,
meningkat menjadi 4% pada tahun 2015 dan 18,3% di tahun 2025.
Daur Ulang Anorganik sebagai implementasi 3R, ditargetkan 8% di tahun 2010,
meningkat menjadi 9% ditahun 2015 dan 21% pada tahun 2028.
Pengolahan sampah anorganik hanya mengandalkan kemandirian sektor informal,
sehingga peningkatan dalam 10 tahun pertama hanya mencapai 12% dan pada
akhir tahun 2028, mencapai 27%. Adapun pengolahan lain seperti pengembangan
teknologi WTE, dilakukan sebatas adanya kerjasama dari pihak ketiga dalam
bentuk hibah, tanpa ada beban untuk Pemerintah Kabupaten Bandung.
Pengembangan sistem pengelolaan berbasis masyarakat di perdesaan, dilakukan
secara konsisten, sehingga mencapai 22% pada tahun 2015, dan 48% pada tahun
2028.
Proporsi beban pengelolaan oleh setiap stakeholders untuk skenario ini dapat dilihat
pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.2.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-30
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 3.4Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2
No Pelaku Pengelolaan SatuanTahun
2008 2010 2015 2020 2025 2028
1 Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,176 6,019 7,036 8,270 9,134
2 Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,973 3,457 4,041 4,750 5,246
Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,203 2,562 2,995 3,520 3,888
3Pelayanan Perkotaan
Penimbunanm3/hr 567.0 392.3 412.7 382.8 308.1 240.7
% 20.2% 13.2% 11.9% 9.5% 6.5% 4.6%
Pengomposanm3/hr - 40.0 140.0 430.0 870.0 1,200.0
% 0.0% 1.3% 4.0% 10.6% 18.3% 22.9%
Daur Ulang Anorganikm3/hr 0.0 231.1 324.8 523.8 861.8 1121.9
% 0.0% 7.8% 9.4% 13.0% 18.1% 21.4%
Pengolahan Lainm3/hr - 50.0 125.0 280.0 620.0 900.0
% 0.0% 1.7% 3.6% 6.9% 13.1% 17.2%
Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 567.0 713.4 1,002.5 1,616.5 2,659.9 3,462.6
% 20.2% 24.0% 29.0% 40.0% 56.0% 66.0%
4 Pelayanan Peningkatan Part. Masy.
Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 105 260 400 836 1,496 1,637
% 5.1% 11.8% 15.6% 27.9% 42.5% 42.1%
Informalm3/hr 161.4 372.3 462.9 571.7 805.8 1,294.8
% 8.0% 16.9% 18.1% 19.1% 22.9% 33.3%
Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 161.4 632.3 863.3 1407.7 2302.1 2,931.6
% 8.0% 28.7% 33.7% 47.0% 65.4% 75.4%
5 Sampah Terkelolam3/hr 1,015 1,346 1,866 3,026 4,962 6,394
% 20.8% 26.0% 31.0% 43.0% 60.0% 70.0%
6 Sampah Tak Terkelolam3/hr 3,865 3,830 4,153 4,011 3,308 2,740
% 79.2% 74.0% 69.0% 57.0% 40.0% 30.0%
Sumber : Lampiran A,Tabel A.1.2.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-31
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku
Untuk Skenario II
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2008 2010 2015 2020 2025 2028
Tahun
%
Sampah Tak Terkelola
Informal
CBSWM
Pengolahan Lain
Daur Ulang Anorganik
Pengomposan
Penimbunan
Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku
Untuk Skenario II
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2008 2010 2015 2020 2025 2028
Tahun
%
Sampah Tak Terkelola
Informal
CBSWM
Pengolahan Lain
Daur Ulang Anorganik
Pengomposan
Penimbunan
Gambar 3.2Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2
Skenario-3, merupakan skenario yang di dasarkan pada kemampuan pembiayaan
Pemerintah dalam mengelola sampah selama beberapa tahun terakhir, yaitu :
Dalam 2 tahun pertama, atau jangka pendek, dilakukan optimalisasi sarana
eksisting, dengan meningkatkan performansi sarana dan prasarana, sehingga Tingkat
Pelayanan mencapai 25% pada tahun 2010, dan meningkat hingga 32% di pada Tahun
2015, 40% pada tahun 2028.
Peningkatan sarana mulai dilakukan dalam jangka panjang hingga jangka panjang
sebanyak 40%.
Konsep 3R dilakukan secara bertahap mulai jangka menengah dengan meningkatkan
pengomposan di TPA dan ditingkatkan Kelurahan, hingga tingkat pengomposan
mencapai 8% pada 2028.
Pengolahan sampah anorganik dilakukan di TPS Kecamatan , hingga tingkat
pengolahan mencapai 15,2% di tahun 2028.
Tingkat Pelayanan Total pada Tahun 2010 diperkirakan mencapai 25%, meningkat
ditahun 2015 hingga 41%, dan pada tahun 2025 mencapai 40%.
Proporsi beban pengelolaan oleh setiap stakeholders untuk skenario ini dapat dilihat pada
Tabel 3.5 dan Gambar 3.3.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-32
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 3.5Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3
No Pelaku Pengelolaan SatuanTahun
2009 2010 2015 2020 2025 2028
1 Timbulan Sampah Total m3/hr 5,025 5,176 6,019 7,036 8,270 9,134
2Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,886 2,973 3,457 4,041 4,750 5,246
Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,139 2,203 2,562 2,995 3,520 3,888
3
Pelayanan Perkotaan
Penimbunan m3/hr 692.6 695.8 773.0 888.4 1,028.7 1,092.0
% 24.0% 23.4% 22.4% 22.0% 21.7% 20.8%
Pengomposan m3/hr - 4.0 148.0 184.0 232.0 420.0
% 0.0% 0.1% 4.3% 4.6% 4.9% 8.0%
Daur Ulang Anorganik m3/hr - 335.4 454.5 549.9 661.7 798.2
% 0.0% 11.3% 13.1% 13.6% 13.9% 15.2%
Pengolahan Lain m3/hr - - 27.4 75.0 120.0 153.4
% 0.0% 0.0% 0.8% 1.9% 2.5% 2.9%
Tingk. Pelayanan Perkotaan m3/hr 692.6 1,035.2 1,402.9 1,697.4 2,042.4 2,463.6
% 24.0% 34.8% 40.6% 42.0% 43.0% 47.0%
4
Pelayanan Peningkatan Part. Masy.
Sistem Berbasis Masyarakat m3/hr 84 105 246 329 422 611
% 3.9% 4.8% 10.0% 11.0% 12.0% 15.7%
Informal m3/hr 171 176 256 359 493 583
% 8.0% 8.0% 10.0% 12.0% 14.0% 15.0%
Tingk. Partisipasi Masy. m3/hr 255 282 502 689 915 1,194
% 11.9% 12.8% 19.6% 23.0% 26.0% 30.7%
5Sampah Terkelola m3/hr 948 1,317 1,905 2,386 2,958 3,658
% 18.9% 25.4% 31.7% 33.9% 35.8% 40.0%
6Sampah Tak Terkelola m3/hr 4,077 3,859 4,114 4,650 5,312 5,476
% 81.1% 74.6% 68.3% 66.1% 64.2% 60.0%
Sumber : Lampiran A,Tabel A.1.3.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal III-33
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku Untuk
Skenario 3
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2009 2010 2015 2020 2025 2028
Tahun
Sampah Tak Terkelola
Informal
CBSWM
Pengolahan Lain
Daur Ulang Anorganik
Pengomposan
Penimbunan
Proporsi Beban Pengelolaan Setiap Pelaku Untuk
Skenario 3
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2009 2010 2015 2020 2025 2028
Tahun
Sampah Tak Terkelola
Informal
CBSWM
Pengolahan Lain
Daur Ulang Anorganik
Pengomposan
Penimbunan
Gambar 3.3Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3
Dari ketiga skenario dapat dilihat bahwa sebesar apapun proporsi beban
pengelolaan yang ditetapkan bagi Dinas, tetap memerlukan adanya peran
dari dua kelompok pengelola lainnya untuk mencapai tingkat sampah
tertangani yang paling optimal.
Penentuan skenario mana yang akan dipilih, sangat ditentukan oleh kebijakan
Pemerintah. Banyaknya aspek pembangunan yang masih harus menjadi prioritas
di Kabupaten Bandung, ketiga skenario di atas perlu dianalisis dengan
pendekatan tidak saja dari aspek pembiayaan tetapi juga dari aspek stratgies
pembangunan kota.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-1
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
44..11 SSiisstteemm OOppeerraassii PPeennggeelloollaaaann
Telah dipaparkan dalam strategi dan kebijakan
pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, dalam
kurun waktu 20 tahun mendatang akan dikembangkan
dua model pelayanan pengelolaan sampah di
Kabupaten Bandung, yaitu sistem pengelolaan sampah
berbasis masyarakat (Community Based Solis Waste
Management-CBSWM) dan sistem pengelolaan sampah yang berbasis pelayanan
teknis oleh Dinas Kebersihan. Model pelayanan
teknis dari Dinas Kebersihan diberikan dalam
bentuk pelayanan penanganan dan pengolahan
sampah, yang diprioritaskan untuk daerah
perkotaan. Adapun sistem pengelolaan
berbasis masyarakat diprioritaskan untuk
wilayah perdesaan dan menjadi tanggung
jawab Dinas dalam pengembangan dan
pembinaannya. Namun demikian, kedua sistem ini akan menerapkan konsep
penanganan dan pengelolaan sampah dimana upaya pengurangan sampah
(Reduce), pemanfaatan kembali (Reuse) dan daur ulang (Recyle) diterapkan dalam
setiap tahapan penanganan sampah dari hulu ke hilir.
Konsep penanganan dan pengolahan yang direncanakan selama 20 tahun
mendatang adalah sebagai berikut :
1. Lingkup pelayanan pengelolaan sampah adalah seluruh wilayah administrasi
Kabupaten Bandung, baik perkotaan maupun perdesaan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-2
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
2. Wilayah perkotaan dilayani secara intensif oleh Dinas Kebersihan , adapun
wilayah perdesaan dileyani dengan pola pembinaan untuk dikembangkannya
Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
3. Jenis sampah yang dikelola oleh Dinas Kebersihan adalah sampah domestik,
yaitu sampah yang bersumber dari aktifitas rumah tangga/domestik, tidak
termasuk limbah industri dan medis.
4. Limbah industri, atau sampah hasil proses produksi, adalah tanggung jawab
setiap lembaga atau individu dan atau badan yang menghasilkannya dan tidak
menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan. Hal tersebut telah diatur oleh
undang-undang tentang pengelolaan limbah B3 dari industri untuk dikelola oleh
pihak yang telah ditunjuk pemerintah.
5. Pengelolaan sampah B3 rumah tangga, misalnya kaleng bekas kemasan
insektisida, batu baterai bekas, neon bekas dan lain sebagainya secara
bertahap harus menjadi tanggung jawab Pemerintah. Dinas Kebersihan tidak
bertanggung jawab atas pengolahan sampah jenis ini. Akan tetapi disebabkan
sampah jenis ini terkandung di dalam sampah domestik, maka Dinas
Kebersihan harus menanganinya dengan memisahkannya dari sampah lainnya.
6. Pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan di sumber diarahkan menuju
sistem terpilah. Sampah dipilah menjadi 3 jenis, yaitu : sampah organik,
anorganik dan B3 Rumah Tangga. Dalam jangka pendek, pemilahan
diperkenalkan diseluruh aktifitas penimbul sampah, dan pada jangka
menengah akan diimplementasikan secara bertahap, dengan prioritas
pengadaan sarana prasarana di wilayah non permukiman. Di permukiman,
pemilahan di sumber akan dilakukan secara bertahap sejalan dengan
pengembangan sarana pengolahan lainnya.
7. Operasi pengumpulan sampah dari rumah-rumah ke Tempat Pengolahan
Sampah Skala Kelurahan (TPS-Kelurahan), dilakukan oleh masyarakat secara
mandiri dengan membentuk organisasi pada tingkat RT/RW atau menunjuk
pihak pengelola swasta.
8. Di wilayah yang memungkinkan untuk dikembangkan Sistem Pengelolaan
Berbasis Masyarakat, ditetapkan bahwa operasi pengelolaan harus menerapkan
prinsip-prinsip 3R.
9. Di lingkungan RT/RW, diberikan peluang untuk dikembangkannya pengolahan
sampah skala komunal, dan kawasan, juga dengan menerapkan prinsip-prinsip
3R.
10. Dalam duatu wilayah Kelurahan wajib memiliki area satu TPS Kelurahan dan di
dalam suatu lingkungan Kecamatan, wajib memiliki TPS Kecamatan. Keduanya
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-3
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
dikelola oleh Dinas Kebersihan, bekerja sama dengan aparat Kelurahan,
Kecamatan, Masyarakat dan bahkan pihak swasta.
11. TPS Kelurahan adalah lokasi penampungan sampah, dan pengomposan sampah
organik. Ditempatkan di setiap Kelurahan untuk melayani 5000 penduduk.
Dikelola oleh Dinas Kebersihan dengan mengembangkan kemitraan dengan
masyarakat atau pihak swasta.
12. Pengomposan dilakukan sebagai usaha minimasi sampah tertimbun di TPA,
bukan untuk mencari keuntungan ekonomis. Kerja sama dengan pihak atau
instansi atau dinas lainnya yang terkait dengan penggunaan produk kompos
akan dijalin dalam kerangka pengembangan tanaman organik.
13. TPS Kecamatan adalah pusat pengolahan sampah anorganik, yaitu plastik,
kertas, logam dan gelas,
14. TPA sebagai lokasi pemrosesan akhir sampah, sampah Tahun 2015
direncanakan akan tetap menggunakan TPA Babakan di Desa Arjasari.
15. TPA Babakan dalam jangka panjang dipersiapkan hanya untuk penanganan
residu olahan sampah dan sampah B3 RT, pengomposan di TPA dioperasikan
untuk mengantisipasi ketika pengomposan dalam jangka pendek ketika belum
ada operasi pengomposan di TPS Kelurahan.
16. Penanganan akhir sampah di TPA, selama mekanisme daur ulang di hulu belum
berjalan 100%, dilakukan penimbunan secara controlled landfill. Bahkan
metoda ini akan tetap dipakai untuk menangani residu.
17. Pelayanan berbasis masyarakat di kembangkan di Desa-Desa yang telah
mendapat bantuan teknis peralatan pengelolaan sampah. Adapun
pengembangannya dilakukan secara bertahap di seluruh wilayah perdesaan.
18. Pengolahan sampah dengan teknologi lainnya seperti diorientasikan untuk
mengembangkan model pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar.
19. Pengolahan sampah menjadi energi dilakukan ujicoba dalam jangka pendek,
dan pada jangka menengah, akan dilakukan kelayakan untuk dikembangkan
menjadi skala besar.
Sistem operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, dalam kurun waktu 20
tahun mendatang, digambarkan pada Gambar 4.1.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-4
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 4.1Sistem operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung
Menuju terbentuknya sistem pengelolaan di atas telah dikembangkan skenario
operasional seperti diuraikan dalam sub bab 3.6. Skenario-1, skenario optimis
diarahkan sesuai dengan target dan sasaran Nasional. Skenario-2, skenario
moderat adalah skenario pencapaian sasaran Nasional pada akhir periode
perencanaan. Adapun skenario-3, skenario pesimis, adalah skenario yang
dikembangkan atas dasar pesimistis bahwa Kab. Bandung akan mampu mencapai
tingkat pelayanan sesuai dengan target yang ada di tingkat Nasional, karena itu
Tingkat Pelayanan dalam skenario ini ditetapkan dengan pendekatan kemampuan
Pemerintah lokal dalam membiayai pengelolaan sampah.
4.2 Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah adalah aktifitas penanganan
sampah di sumber sampah. Wadah sampah adalah
tempat untuk menyimpan sampah di sumber, sebelum
sampah itu dikelola. Konsep pewadahan yang akan
diterapkan adalah dengan sistem terpilah dalam 3
jenis, yaitu : sampah organik, anorganik dan B3 Rumah Tangga. Akan tetapi
pemilahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
Pewadahan terpilah mencapai 50 % wilayah pelayanan, dalam 20 mendatang.
Jangka Pendek (2009-2010), diorientasikan sebagai pengenalan pemilahan
kepada masyarakat umum, dengan memasang wadah sampah terpilah 3 (lihat
foto), dijalan protokol, taman kota, atau fasilitas umum lainnya, kantor-
kantor Pemerintah dan institusi pendidikan.
Jangka menengah (2011-2015), merupakan masa pengenalan yang lebih
intensif dengan melakukan pembinaan di lingkungan permukiman yang
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-5
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
menjadi sasaran pengembangan sampah berbasis masyarakat. Dalam periode
ini pula di cari bentuk dan mekanisme pemilahan yang dapat diterima sesuai
dengan tatanan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Bandung.
Jangka Panjang (2016-2028), merupakan masa kampanye di seluruh wilayah
yang termasuk katagori pelayanan intensif, yaitu di 12 Kecamatan berikut ini:
o Margahayu
o Dayeuhkolot
o Margaasih
o Katapang
o Majalaya
o Baleendah
o Pameungpeuk
o Cileunyi
o Rancaekek
o Ciparay
o Solokanjeruk
o Bojongsoang
Ketentuan Umum Wadah sampah terpilah di sumber adalah sebagai berikut :
Wadah terbuat dari plastik atau bahan anti karat lainnya
Kapasitas minimal 20 liter per jenis sampah.
Wadah Organik,berwarna hijau
Wadah Anorganik, berwarna kuning
Wadah B3 RT, berwarna merah.
44..33 OOppeerraassii PPeenngguummppuullaann
Pengumpulan sampah merupakan kegiatan operasional pelayanan yang
berhubungan langsung dengan hasil tingkat kebersihan di sumber atau tempat asal
sampah yaitu berupa lingkungan bersih dan sehat yang dapat dinikmati oleh
masyarakat. Kelancaran dan keberhasilan sistem pengumpulan sampah merupakan
syarat pertama tercapainya sanitasi lingkungan dari gangguan sampah. Dengan
demikian lingkungan menjadi bersih tidak terdapat sampah yang tercecer, dibuang
ke saluran, ke sungai ke tempat-tempat ilegal lainnya.
Target dari sistem pengumpulan dalam adalah tercapainya tingkat sanitasi
lingkungan dari gangguan sampah melalui pembentukan sistem pengumpulan yang
menjamin rutinitas dan stabilitas pelayanan. Sistem pengumpulan yang dibangun
disesuaikan dengan kondisi fisik geografi, ekonomi, fasilitas jalan dan kondisi
lainnya supaya dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-6
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
44..33..11 KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Ketentuan pengumpulan di Kab. Bandung, ditetapkan sebagai berikut :
Pengumpulan dari setiap sumber aktifitas ditujukan ke TPS Kelurahan, tidak
ada sistem langsung pengumpulan ke TPA mengingat adanya tujuan
pengomposan di tingkat Kelurahan
Pengumpulan adalah tanggung jawab masyarakat dan atau penimbul sampah.
Secara berkelompok, masyarakat dan atau penimbul sampah membentuk
organisasi RT/RW atau penunjukkan pihak swasta, dalam pengumpulan sampah,
Untuk wilayah pelayanan terpilah disumber, disyaratkan ada pengaturan jadwal
pengangkutan berdasarkan jenis sampah,
Frekuensi pengumpulan sampah organik, disyaratkan harus setiap hari
Frekuensi pengumpulan sampah anorganik disyarakatkan minimal 3 kali dalam
seminggu,
Sistem pengumpulan disesuaikan dengan mempertimbangkan jenis alat
pengumpul, fasilitas jalan dan kemampuan membayarnya.
4.3.2 Pengumpulan Sampah Permukiman/ Rumah Tangga
Saat ini terdapat 3 (tiga) pola operasi yang dilaksanakan yaitu : (1) Individual
langsung, (2) Individual Tidak Langsung, dan (3) Komunal Tidak Langsung. Data
eksisting menunjukkan pola individual langsung paling banyak dioperasikan.
Namun pola ini terukur kurang efisien, terutama pada waktu angkut dari titik
pengumpulan ke TPA. Demikian terdapat kekurangan dari pola operasi individual
tidak langsung dan komunal langsung saat ini. Karena itu dengan adanya rencana
pengomposan di TPS Kelurahan dan pengolahan sampah anorganik di TPS
Anorganik, diharapkan dapat mengatasi inefisiensi ketiga pola ini dari sisi waktu
operasi. Tujuan pengumpulan yang semula menuju TPA Babakan kini menuju TPS
Kelurahan yang terletak relatif jauh lebih dekat.
Dengan demikian, ketiga pola operasi pengumpulan yang ada saat ini akan
ditransformasi menuju peningkatan kinerja sebagai berikut.
1) Sistem Individual Langsung
Yaitu pola operasi dimana sampah dari sumber langsung dibawa ke TPS
Kelurahan atau TPS Kecamatan
Dioperasikan di daerah permukiman teratur seperti Real Estate atau
kompleks, di daerah jalan utama dan protokol,
Sampah dari sumber dikumpulkan, dan langsung diangkut oleh kendaraan
pengumpul sampah ke TPS Kelurahan,berdasarkan jenisnya.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-7
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Sampah organik di TPS Kelurahan di komposkan
Sampah anorganik dan residu di pindahkan ke TPS Kecamatan dengan
menggunakan dump truck 6m3.
Batas minimum frekuensi pengumpulan adalah :
Dua hari sekali ketika pemilahan belum dilakukan,
Setiap hari sekali untuk sampah organik,
Dua kali seminggu untuk sampah anorganik.
Perubahan pola operasi pengumpulan sistem individual langsung, dijelaskan
pada gambar berikut.
Gambar 4.2Pola Operasi Sistem Door to Door Eksisting
Gambar 4.3Pola Baru Operasi Door to Door
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-8
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(2) Sistem Individual Tidak Langsung
Yaitu pola operasi pengumpulan dimana sampah dari sumber
dikumpulkan di TPS terlebih dahulu sebelum di bawa ke TPS Kelurahan
atau Kecamatan.
Dioperasikan di daerah permukiman tidak teratur, dimana kendaraan/alat
pengumpul besar sulit masuk,
Sampah dari sumber sampah diangkut dengan menggunakan motor
sampah, kemudian sampah dibawa ke TPS (Tempat Penampungan
Sementara) atau langsung ke TPS Kelurahan,
Sampah organik di TPS Kelurahan di komposkan
Sampah anorganik dan residu di pindahkan ke TPS Kecamatan dengan
menggunakan dump truck 6m3.
Apabila pemilahan telah berlangsung seutuhnya, sampah anorganik
langsung dikumpulkan ke TPS Kecamatan,
Residu yang tersisa diangkut ke TPA menggunakan Dump Truck 6 m3.
Frekuensi pengumpulan oleh motor sampah direncanakan sendiri oleh
pihak pengelola lingkungan setempat,
Batas minimum frekuensi pengumpulan adalah :
Dua hari sekali untuk sampah tercampur,
Setiap hari sekali untuk sampah organik,
Seminggu sekali untuk sampah anorganik.
Pola operasi pengumpulan sistem individual tidak langsung dapat dilihat pada
Gambar 4.4. Adapun perubahan Pola operasi pengumpulan sistem individual tidak
langsung diperlihatkan pada Gambar 4.5.
Gambar 4.4Pola Operasi Pengumpulan Sistem Individual Tidak Langsung
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-9
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 4.5Perubahan Pola Operasi Pengumpulan
Sistem Individual Tidak Langsung
(2) Komunal Langsung
Yaitu pola operasi pengumpulan oleh masing-masing penimbul sampah ke
suatu tempat penampungan skala kecil dan langsung dibawa ke TPS
Kelurahan atau TPS Kecamatan. Dalam prakteknya pola ini menggunakan
lahan terbuka untuk mengumpulkan sampah tanpa sarana. Hal ini yang
perlu diperbaiki, dengan ketentuan berikut :
Pola ini dioperasikan di permukiman padat, pasar dan daerah komersil,
Penimbul sampah mengumpulkan sampahnya masing-masing ke Container
6m3, atau container lebih kecil dari itu, bila lokasi tidak memugkinkan,
sebagai Tempat Penampungan Sementara (TPS),
Sampah di dalam Container diangkut dengan kendaraan pengumpul ke TPS
Kelurahan
Di TPS sampah dipilah, organik langsung di komposkan, sampah anorganik
diangkut ke TPS Kecamatan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-10
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Perubahan Pola operasi pengumpulan sistem komunal langsung diperlihatkan pada
Gambar 4.6.
Gambar 4.6Pola Operasi Sistem Komunal Langsung Eksisting
Gambar 4.7Perubahan Operasi Pengumpulan Sistem Komunal Langsung
44..33..33 PPeenngguummppuullaann SSaammppaahh PPaassaarr
Timbulan Sampah pasar di Kabupaten Bandung saat ini merupakan peringkat kedua
terbesar setelah sampah rumah tangga, yaitu 20% dari timbulan sampah rata-rata
harian. Dalam hal komposisi, sampah pasar didominasi oleh sampah organik yaitu
mencapai 87%, hal ini merupakan potensi kompos yang tinggi. Terdapat 2 (dua)
alternatif lokasi pengomposan sampah pasar yaitu :
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-11
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(1) Di lokasi dekitar pasar itu sendiri, bila ada lahan yang cukup memadai,
maka di lokasi tersebut dapat menjadi lokasi TPS Kelurahan sebagai lokasi
pengomposan
(2) Di TPA, yaitu pada instalasi pengomposan yang tengah berjalan saat ini,
diprioritaskan adalah sampah pasar.
Dengan demikian, di sumber yaitu sejak dari kios-kios pasar, sampah dipisahkan
antara sampah organik dan anorganik. Sedangkan sampah anorganik dibawa ke
TPS Kecamatan terdekat. Namun tentu saja hal ini memerlukan waktu untuk
proses pembinaan. Direncanakan proses ini dijalankan dalam jangka menengah.
Ketentuan Pengelolaan Sampah Pasar :
Pengelolaan sampah pasar diserahkan pada pihak pengelola pasar setempat
kerjasama dengan masyarakat di lingkungan kelurahan dimana pasar berada.
Sistem pengumpulan sampah pasar diarahkan terpisah menurut dua jenis
sampah yaitu sampah organk dan anorganik.
Sampah organik langsung dikomposkan di TPS Pasar/kelurahan, sedangkan
untuk sampah anorganik dibawa ke TPS Kecamatan terdekat untuk dilakukan
pengolahan.
Ketika TPS Pasar/ Kelurahan masih belum di bangun, maka pengomposan
sampah pasar akan dikomposkan di TPA.
Adanya orientasi pemilahan sampah organik dan anorganik, yang dimulai pada
setiap kios pasar, maka sarana pewadahan yang disediakan oleh setiap kios
adalah terpisah antara sampah organik dan anorganik.
Wadah yang disediakan bisa berupa karung, kantong plastik atau lainnya sesuai
kemampuan pemilik kios tersebut.
Perubahan operasi pengumpulan sampah pasar diperlihatkan pada Gambar 4.9.
Gambar 4.8Operasi Pengumpulan Sampah Pasar
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-12
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 4.9Perubahan Operasi Pengumpulan Sampah Pasar
44..33..44 FFaassiilliittaass UUmmuumm ddaann KKoommeerrssiiaall
Dalam hal ini yang dimaksud dengan fasilitas umum meliputi institusi
pemerintahan dan swasta, sekolah, rumah sakit, bangunan ibadah, alun-alun kota
dan tempat umum lainnya yang berada di sepanjang jalan utama. Sedangkan
komersial merupakan pertokoan dan niaga.
Ketentuan Umum : Pewadahan untuk fasilitas umum dan komersial akan menggunakan wadah yang
lebih tahan lama dan ditempatkan/digunakan secara komunal yaitu berupa
“bin terpilah-3”.
Volume Wadah 80-120 L.
Pengangkutan minimal sekali dalam sehari.
Kendaraan pengangkut berupa pick up terpilah 2(organik-anorganik) dengan
kapasitas 4 m3
Sampah dalam wadah-wadah bin dituang sampahnya ke dalam kendaraan
pengangkut untuk dibawa ke TPS Kelurahan. Pola operasional ini digambarkan
pada Gambar 4.10 berikut.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-13
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 4.10Perubahan Pola Operasi Pelayanan Kebersihan
daerah Komersial dan Fasilitas Umum
Adapun ketentuan bagi setiap kelompok pelayanan adalah sebagai berikut :
Daerah Komersial (Pertokoan dan Niaga)
Sistem individual langsung, pewadahan dibiayai secara individu,
Pengumpulan dilakukan oleh Dinas Kebersihan atau swasta yang ditunjuk, atas
perjanjian frekuensi pengangkutan dan besarnya retribusi yang harus
dibayarkan,
Frekuensi pengangkutan minimal 2 shift dalam sehari, yaitu pagi dan siang
atau malam.
Institusi (perkantoran, sekolah) dan Hotel
Institusi / Hotel diwajibkan mengembangkan program minimisasi sampah di
dalam lingkungannya sendiri, sehingga mampu mereduksi timbulan sampah,
Pewadahan dilakukan dengan pemilahan antara 3 (tiga) jenis sampah yaitu
organik, anorganik dan B3,
Pengomposan dilakukan di lingkungan setempat dengan metoda sederhana.
Dinas Kebersihan memberikan jasa pengumpulan sampah anorganik dengan
menyediakan sarana pengumpul berupa Kontainer, dengan ketentuan :
Institusi/Hotel tunggal, tidak lebih dari satu gedung berlantai 3. Dilayani
dengan metoda individual langsung. Wadah sampah di sumber disediakan
secara mandiri oleh institusi bersangkutan.
Institusi/ Hotel gabungan, berupa kawasan perkantoran/hotel atau
sejenisnya dilayani dengan menempatkan kontainer secara permanen di
lokasi tersebut, untuk selanjutnya diangkut pada jadwal tertentu,
Setiap institusi yang dilayani wajib memberikan imbalan jasa pelayanan kepada
Dinas Kebersihan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-14
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Taman
Penanggung jawab pengelolaan di dalam taman adalah Bidang Pertamanan
Sampah dikumpulkan dengan proses penyapuan oleh Bidang Pertamanan,
Mengingat sampah taman didominasi oleh sampah organik compostable, maka
pewadahan dilakukan terpisah antara organik dan anorganik,
Sampah organik dikumpulkan ke TPS Kelurahan untuk dikomposkan,
Sampah anorganik diangkut ke TPS Kecamatan.
Saluran Drainase Jalan dan Pengairan
Drainase dan atau Badan Air harus bebas dari sampah,
Keberadaan sampah di dalam saluran dan badan air adalah kewenangan
lembaga atau dinas yang menangani masalah pemeliharaan drainase jalan dan
pengairan. Pembersihan saluran dan atau badan air dari sampah adalah
tanggung jawab Dinas bersangkutan.
Dinas Kebersihan melayani pengumpulan dan pengangkutan sampah dari
drainase dan badan air atas permintaan Dinas Pengelola,
Biaya pelayanan ditentukan berdasarkan aturan yang berlaku.
44..33..55 PPeennyyaappuuaann JJaallaann
Sampah yang berada di jalan, baik yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia
maupun tumbuhan (tanaman penghijau) apabila tidak dikelola akan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan seperti akan terlihat merusak keindahan dan
kebersihan jalan. Sistem pelayanan kebersihan jalan sudah harus disesuaikan
dengan perkembangan sosial dan teknologi agar dapat terselenggara secara
efektif dan efisien. Opersional penyapuan jalan dengan alat pengumpul gerobak
sudah tidak sesuai dengan perkembangan sosial dan teknologi disamping kurang
efektif karena lambat.
Oleh karena itu perlu dipilih alternatif sistem pengumpulan sampah dari hasil
kerja penyapuan jalan yang paling sesuai dengan mempertimbangkan volume
beban sampah hasil sapuan jalan yang memiliki karakteristik tertentu pada
masing-masing lokasi jalan.
Rangkaian kegiatan pengelolaan kebersihan sampah di jalan meliputi penyapuan,
pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan. Berikut mekanisme penyapuan
sampah jalan pada saat ini dan rencana pengembangannya yang digambarkan pada
Gambar 4.11 berikut.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-15
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 4.11Perubahan Operasi Penyapuan Sampah Jalan
44..44 TTrraannssffeerr ((PPeemmiinnddaahhaann))
Tahap selanjutnya ketika sampah telah dikumpulkan, maka untuk sistem operasi
pengumpulan tidak langsung, diperlukan adanya proses pimindahan. Walau dengan
konsep pengolahan di TPS Kelurahan, dan kecamatan, pola operasi pengumpulan
tidak langsung akan menjadi sangat sedikit dilaksanakan. Namun demikian, akan
ketika masih belum bisa dibangun TPS Kelurahan dan menuju TPS Kecamatan
masih terlalu jauh, maka akan TPS atau tempat penampungan sementara masih
diperlukan.
Target dari sistem pemindahan adalah terciptanya mekanisme pemindahan yang
praktis, memudahkan bagi para petugas pengumpul dalam memindahkan sampah
dari kendaraan pengumpul ke kontainer. Pembinaan kedisiplinan para petugas
dalam proses pemindahan juga menjadi target sistem.
Saat ini di Kabupaten Bandung, dari seluruh TPS yang ada, dapat dikategorikan
sebagai berikut :
(1) TPS dengan container yang diberi landasan (TPS-LC), 15 titik.
(2) TPS dengan container tanpa landasan (TPS – C), 8 titik.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-16
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(3) TPS bak pasangan bata (TPS – Bak), 20 titik.
(4) TPS darurat, di atas lahan tanpa prasarana (TPS – Darurat), 14 titik.
Dari keempat bentuk fisik TPS tersebut, TPA jenis
Landasan Container yang masih layak dipertahankan,
sedangkan ketiga bentuk lainnya, selayaknya segera
diperbaiki. Kesulitan utama dalam pengadaaan TPS
umumnya ada pada pengadaan lahan, akan tetapi
kendala ini bisa diatas dengan koordinasi dengan
berbagai pihak dan antar Dinas di dalam lingkungan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan evaluasi terhadap jenis TPS yang ada dapat disimpulkan bahwa
permasalahan utama adalah menyangkut faktor kemudahan dalam proses
pemindahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan TPS agar para petugas
pengumpul dapat dengan mudah memindahkan sampah dari gerobak atau
kendaraan pengumpul lainnya ke dalam kontainer. TPS dengan kriteria seperti ini
dikenal dengan TPS Model RAM.
Berdasarkan evaluasi terhadap jenis TPS yang ada dapat disimpulkan bahwa
permasalahan utama adalah menyangkut faktor kemudahan dalam proses
pemindahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan TPS agar para petugas
pengumpul dapat dengan mudah memindahkan sampah dari gerobak ke dalam
kontainer. TPS dengan kriteria seperti ini dikenal dengan TPS Model RAM.
Karena itu TPS model RAM akan menjadi opsi bagi TPS yang berfungsi hanya
sebagai penampungan sementara. Gambaran TPS Model RAM, dapat dilihat pada
Album Gambar.
Perubahan jenis TPS dan pola operasi pemindahan sampah, dijelaskan pada
Gambar berikut.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-17
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 4.12Rencana Perubahan Jenis TPS di Kabupaten Bandung
4.5 Pengolahan
4.5.1 Pengomposan
Ketentuan Umum
Pengomposan sampah di Kabupaten Bandung bertujuan mengurangi laju aliran
timbulan sampah ke TPA, disamping untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan.
Karena itu pengomposan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber.
Mengacu pada strategi yang telah dikembangkan, dan berdasarkan alasan utama
pengembangan pengomposan di Kabupaten Bandung, maka Prinsip dasar dalam
Rencana Pengomposan untuk 20 tahun adalah sebagai berikut :
(1) Terintegrasi di dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota
Bahwa pengomposan sampah dimana pun dalam skala bagaimana pun harus
menjadi bagian dalam sistem pengelolaan sampah kota. Hal ini dilakukan agar
kinerja pengomposan akan menjadi bagian dari kinerja sistem kota, sehingga
kontribusi pengomposan terhadap beban pengelolaan sistem kota menjadi lebih
terukur dan signifikan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-18
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(2) Minimasi di sumber.
Pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, saat ini masih manganut pola
konvensional atau paradigma lama yaitu ‘kumpul-angkut-buang’. Pelaksanaan
pengomposan itu sendiri dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya, dengan
sasaran pengurangan beban pengelolaan sampah kota yang terkait dengan
pengurangan kebutuhan area pembuangan akhir. Pelaksanaan teknis dengan
pendekatan ini yaitu seluruh sampah yaitu rumah tangga, pasar dan daerah
komersil, perkantoran dan sekolah, industri dan penyapuan jalan serta taman,
harus dikomposkan di lingkungannya sendiri. Namun demikian adakalanya kendala
keberadaan lahan muncul, maka direncanakan TPS yang berfungsi untuk
mengomposkan dalam lingkup wilayah Kelurahan.
(3) Kewilayahan
Pengomposan sampah dilakukan untuk suatu wilayah Kelurahan. Dimana lokasi unit
kerja kompos berada maka dari wilayah Kelurahan tersebut sampah sebagai bahan
baku kompos diambil. Hal ini dilakukan dengan maksud agar kehadiran unit kerja
kompos benar-benar dirasakan sebagai solusi masalah pengelolaan sampah di
wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan penolakan akan kehadiran lokasi
pengomposan dapat dihindari dan menumbuhkan kesertaan masyarakat. Dalam
aplikasinya, akan kehadiran unit pengomposan di setiap lingkungan RT, RW, unit
pasar, unit toko, unit gedung atau isntasi tertentu, unit sekolah atau kegiatan
lainnya di Kabupaten Bandung.
(4) Kemitraan dengan Masyarakat dan Swasta
Berdasarkan pengamatan terhadap kapasitas sumber daya manusia di lingkungan
intern Dinas Kebersihan , dalam menangani sampah dinilai belummenunjukkan
kinerja yang tinggi, maka untuk menjamin kapasitas kerja yang tinggi,
pelaksanaan pengomposan dilakukan untuk menjalin kemitraan antara
pemerintah-masyarakat dan swasta.
Sebagai salah satu kelompok stakeholder dalam pengelolaan sampah kota,
masyarakat sudah seharusnya ditempatkan dengan tepat. Disamping itu, kehadiran
swasta yang secara profesional memberikan jasa pengomposan dan atau
pengelolaan sampah pun menjadi peluang untuk kemitraan dalam pelaksaaan
pengomposan.
Ketentuan teknis
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-19
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Sistem pengomposan yang akan dikembangkan di Kabupaten Bandung dalam
periode perencanaan ditetapkan sebagai berikut :
Pengomposan dilakukan di TPS Kelurahan dan di TPA dan juga di sumber
sampah lainnya dengan keberadaan lahan untuk proses pengomposan. Dengan
demikian, metode yang dipilih adalah metode Pengomposan Komunal.
Pengomposan di TPS Kelurahan diutamakan untuk sampah yang bersumber dari
permukiman, sedangkan sampah dari Pasar akan diproses di TPA. Namun
demikian, bila TPS Kelurahan sudah cukup banyak, dan dapat dijangkau maka
pengomposan sampah pasar dilakukan di sini.
Satu unit TPS Kelurahan untuk pengomposan dipersiapkan untuk melayani 5000
penduduk.
Pengomposan sampah di TPS Kelurahan difasilitasi oleh Dinas Kebersihan
namun dalam manajemen operasional, dilakukan olah Dinas Kebersihan.
Metode pengomposan dipilih sistem box methode yang dimodifikasi dengan
sistem open windrow.
Standar sarana dalam sebuah unit kerja pengomposan adalah sebagai berikut :
1. Area penampungan sampah
2. Area pemilahan dan pencacahan
3. Area residu
4. Area pengomposan
5. Area pematangan, pengayakan dan pengemasan
6. Gudang alat dan tempat penyimpan kompos
Dengan ketentuan teknis seperti di atas, maka kebutuhan sarana prasarana
pengomposan di TPS Kelurahan adalah sebagai berikut :
(1) Lahan, seluas 200 m2, (perhitungan lihat lampiran)
(2) Standar bangunan TPS dengan pengomposan, (Gambar lihat Lampiran-3)
(3) Mesin pencacah organik, kapasitas minimal 23 HP, 2-3 m3/jam.
(4) Mesin Pengayak kompos
(5) Peralatan pendukung proses
Adapun konsep pengomposan sampah di TPS Kelurahan dijelaskan pada gambar
berikut.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-20
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 4.13Konsep Pengomposan Sampah di TPS Kelurahan
Pada tahap awal, pengembangan TPS Kelurahan direncanakan dibangun di 5
Kecamatan prioritas, yang termasuk wilayah kritis pelayanan yaitu :
1. Margahayu
2. Dayeuhkolot
3. Margaasih
4. Katapang
5. Majalaya
4.5.2 Pengolahan Sampah Anorganik
Ketentuan Umum
Berdasarkan studi timbulan sampah anorganik yang paling tinggi kehadirannya
adalah kertas, plastik dan gelas, namun demikian, sampah plastik lebih bernilai
jual tinggi, sehingga peluang untuk dikembangkannya usaha daur ulang plastik
lebih besar dari jenis sampah lainnya. Oleh karena itu, dalam pengolahan sampah
anorganik direncanakan dipusatkan di TPS Kecamatan dengan dasar pemikiran,
pengumpulan sampah anorganik akan semakin besar dalam lingkup pelayanan yang
lebih luas.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-21
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Ketentuan Teknis
Rencana pengolahan sampah anorganik di TPS Kecamatan mengikuti ketentuan
sebagai berikut :
Pengolahan sampah anorganik di pusatkan di TPS Kecamatan
Sampah anorganik yang masuk ke TPS Kelurahan dipindahkan ke TPS
Kecamatan dengan menggunakan dump truk 6m3
Sampah anorganik yang masuk ke TPS Kecamatan di pilah berdasarkan jenis
anorganik potensi daur ulang yaitu : plastik, kertas, gelas dan logam,
Sampah anorganik bukan plastik, seperti kertas, gelas dan logam, akan dikelola
dengan mengembangkan kegiatan pengepulan atau usaha penjualan ke para
pelaku pengumpulan yang lebih besar.
Khusus plastik keras di cacah dengan mesin pencacahan, dikemas siap di jual
ke pabrik daur ulang,
Khusus plastik halus, dipress, siap dijual ke pabrik daur ulang plastik
Skema penanganan sampah anorganik di perlihatkan pada gambar berikut.
Gambar 4.13Skema Penanganan Sampah Anorganik di TPS Kecamatan
Kebutuhan sarana pengolahan sampah anorganik di TPS Kecamatan adalah sebagai
berikut :
Bangunan 150 m2
Standar bangunan TPS Kecamatan, lihat Lampiran-3
Mesin pencacah plastik kapasitas minimal 24 HP
Mesin pressing plastik, kapasitas 10 HP.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-22
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pada tahap awal Kecamatan yang menjadi prioritas pembangunan TPS Kecamatan
adalah : (1) Margahayu, (2) Dayeuhkolot, (3) Margaasih, (4) Katapang, (5)
Majalaya.
4.5.3 Pengolahan Sampah B3 RT
Mengingat timbulan sampah B3 RT di sumber sangat kecil, maka tidak diperlukan
wadah khusus. Masyarakat perlu diajak untuk memahami cara-cara penangan
sampah B3 RT ini dengan aman dan cara yang lebih sederhana, tanpa memerlukan
peralatan khusus., melainkan dengan menggunakan alat atau bahan yang bisa
diperoleh dengan murah dan mudah.
Rencana penanganan sampah B3 RT, dijelaskan pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14Rencana Penanganan Sampah B3 RT
Ketentuan teknis sarana penanganan B3 RT :
Wadah di sumber :
(1) Wadah harus kering, dan tidak lembab seperti kardus bekas
(2) Wadah di simpan khusus, jauh dari jangkauan anak-anak
(3) Wadah jauh dari api.
Pengumpulan:
Sampah B3 RT disimpan oleh setiap penimbul, dan dikumpulkan pada
petugas Dinas Kebersihan untuk kemudian disimpan di Bak Penampung
Khusus Sampah B3 RT yang ada di TPS Kecamatan.
Dari TPS Kecamatan secara periodik, diangkut ke TPA. Di TPA, sampah B3
RT akan dikumpulkan di dalam bangunan khusus, sebelum ditangani secara
khusus. Alternatif penanganan, yaitu diangkut ke Pusat Pengelolaan Limbah
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-23
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Industri khusus B3, yaitu di Cileungsi. Alternatif lain yaitu ditimbun dengan
cara-cara sesuai peraturan pengelolaan B3.
Apabila TPS Kecamatan belum ada, maka sampah B3 RT dikumpulkan oleh
petugas pengumpul dan dibawa ke TPA.
Bak Pengumpul di TPS :
Bak terbuat dari bahan anti karat, dan tidak mudah terbakar, minimal
dinding dari beton,
Bak tertutup, dan kedap air.
Terdapat lubang / pintu pengumpul untuk memasukkan sampah tanpa
harus membuka pinti bak,
Di dalam Bak terdapat kontainer penampungan yang bisa langsung di bawa
ketika proses pengumpulan di lakukan
Bak berpintu untuk memudahkan pengambilan kontainer,
Pintu terbuat dari baja,di cat warna merah pertanda Bahan Beracun
Berbahaya.
Typical bak pengumpul B3 RT, di TPS dan Bangunan Pengumpul di TPA,
diperlihatkan dalam Lampiran-3.
4.5.4 Pengolahan Lain
Di dalam pengembangan strategi, ditetapkan porsi timbulan sampah yang akan
dikelola dengan pengolahan lain. Yang dimaksud dengan pengolahan lain adalah
teknologi lain di luar pengomposan dan pengolahan anorganik dengan konsep daur
ulang. Porsi ini pun ditetapkan untuk mengantisipasi adanya tawaran dari Investor
yang selalu menawaran teknologi tinggi.
Sebagai contoh yaitu PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah), atau bahkan
incinerator biasa.
Namun demikian, konsep pengembangan pengolahan sampah dengan alternatif
pengolahan lain ini diketahui memerlukan biaya investasi bahkan biaya operasional
dan pemeliharaannya pun tinggi. Karena itu, di Kabupaten Bandung, ditetapkan
konsep sebagai berikut :
Pengembangan teknologi lain selain pengomposan metode konvensional
dan daur ulang anorganik, dalam 20 tahun mendatang merupakan porsi
pengelola swasta , investor, atau adanya Hibah dari Perusahaan Negara
tertentu.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-24
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pemerintah Kab. Bandung akan memusatkan pendanaan pengelolaan
sampah pada penataan sistem dari hulu ke hilir , tidak menanamkan
investasi yang tinggi pada pengolahan sampah di hilir.
Untuk pengembangan PLTSa direncanakan diintegrasikan dengan upaya
pengomposan, mengingat PLSTa menghasilkan panas yang bermanfaat
untuk membantu proses pengomposan, sedangkan pengomposan
memproduksi residu kompos yang memiliki kalor bakar yang lebih baik dari
sampah itu sendiri. Konsep PLTSa yang terintegrasi dengan sistem
pengomposan dijelaskan pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15Konsep PLTSa dan Pengomposan
Dengan segala kendala pembiayaan dalam pengembangan sebuah PLTSa,
selayaknya PLTSa dikembangkan dalam jangka waktu panjang, lebih dari 20
tahun mendatang. Adapun ujicoba pembangunan yang tengah dijalankan
dengan adanya hibah dari PLN akan menjadi ajang studi kelayakan dari
segala aspek, sehingga kelayakan pengembangannya untuk masa
mendatang dapat diperoleh dalam periode uji coba ini.
4.5.5 Penanganan Residu
Yang dimaksud dengan residu adalah sampah sisa proses pengolahan, artinya akan
terkandung jenis sampah organik dan anorganik yang tidak lagi dapat diolah.
Sampah ini umumnya memiliki kadar air yang sangat rendah dan memiliki nilai
kalor bakar yang lebih baik dari sampah murni. Oleh karena penanganan residu
direncanakan di integrasikan dengan ujicoba pengembangan PLTSa.
Disamping itu, dalam priode akhir tahun perencanaan, akan dilakukan kajian
kelayakan pemanfaatan residu sampah menjadi bahan bakar, yaitu melalui proses
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-25
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
pembuatan biomassa. Konsep pemanfaatan sampah menjadi briket biomassa
dijelaskan dalam
Gambar 4.16Konsep Penangan Residu
4.6 Pengembangan TPA
Program utama pengembangan tempat pemrosesan akhir sampah di Kabupaten
Bandung adalah optimasi TPA Babakan di Desa Arjasari. Hal ini didasarkan pada
analisis umur pakai, yang menyatakan bahwa dengan beban penimbunan tertinggi
yang direncanakan, TPA Babakan mampu melayani hingga tahun 2010.
Namun demikian, sesuai dengan analisis kelayakan umur TPA, direkomendasikan
untuk meningkatkan kapasitas dilakukan perluasan lahan penimbunan. Adapun
rencana pengembangan area penimbunan direkomendasikan yaitu ke arah barat
area penimbunan saat ini atau ke arah palung, dengan luas area 3,1 Ha.
Diperkirakan area ini mampu memiliki volume ruang 969.393 m3.
Rencana pengembangan TPA Babakan adalah sebagai berikut :
1. Optimasi proses pengomposan pada sarana eksisting hingga mencapai
kapasitas proses 40 ton/hari.
2. Pembangunan sarana pendukung berupa jembatan timbang, dan pintu masuk
3. Perluasan area penimbunan, ke arah palung, tentunya dengan melakukan
kajian teknis terlebih dahulu.
4. Kajian pengintegrasian pengomposan dan pengolahan residu dengan PLTSa
yang rencananya akan dibangun tahun 2008 ini.
Site Plan rencana pengembangan TPA Babakan diperlihatkan pada Gambar 4.17.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-26
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 4.17 site plan tpa
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-27
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Adanya rencana regional Metropolitan dalam pengembangan TPA, yaitu dengan
ditetapkannya TPA Legok Nangka yang masih masuk ke wilayah Kabupaten
Bandung, sebagai TPA bersama wilayah timur Metropolitan, dapat menjadi opsi
lain kebutuhan TPA bagi Kabupaten Bandung, setalah optimasi TPA Babakan
dilakukan.
Dalam rencana ini, perlu dilakukan analisas kelayakan finansial terhadap rencana
pemrosesan di TPA Regional atau dengan terus melakukan optimasi terhadap TPA
Babakan.
Sementara itu, di wilayah Barat, TPA Leuwigajah pun terus diupaya
pengoperasiannya oleh Pemerintah Propinsi untuk menjadi TPA Regional
Metropolitan Wilayah Barat.
Dengan adanya 2 pilihan TPA di Barat dandi Timur, dengan jarak relatif dekat
dengan wilayah pelayanan di Kabupaten Bandung, maka semakin kuat bahwa
Kabupaten Bandung cukup mengembangkan TPA Babakan tanpa harus mencari TPA
baru.
Tata letak lahan TPA yang menjadi potensi bagi Kabupaten Bandung,
diperlihatkan pada Gambar 4.18.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-28
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
'W
'W
'W
'] 'W
$
$
$
&&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
& &
&
&&
&
&&
CILIL IN
PA SIRJ A MB U
PA NG ALE NG AN
PA CE T
CIPA TA T
KE RT AS ARI
RON GG A
RA N CA BA LI
IB UN
GUN UN G HA LU
LE MB AN G
CIPE UN DE U Y
BA TU JA JAR
PA SE H
CI PO NG KOR
SOR E AN GSINDA NG K ERTA
AR JAS AR I
CI KA LON G W ET AN
CI MA UNG
CIPA RAY
CISA RU A
BA NJA RAN
CIW IDEY
NA GR EG
CIME U NY AN
PA DA LARA NG
RA N CAE KE K
CIKA CU NG
BA LEE ND A H
CILEUN YI
CICALE NGKA
PA RO NG PON G
CILENGK R AN G
NGA MP R AH
MAJA LAY A
KA TAP AN G
BOJONG SOA N G
MAR GA AS IH
SOLOK AN JE RU K
PA ME UNGP EUK
MAR GA HAY UDA YE UH K OLOT
TP A'W1 . TPA L EGO K N AN GKA
2 . TPA B ABA KAN C IP ARAY
3 . TPA P ASI R BU LUH
4 . TPA S AR IM UK TI
LOK AS I P OOL K ENDA RAA N']
LOK AS I USULA N POOL KEN DARA AN$T
LOK AS I USULA N TPS P KE CAMA TAN&V
3 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H III
2 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H II
1 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H I
LEG ENDA :
BATAS KAB UPATEN
BATAS KECA MATA N
BATAS KOTA
JA LA N KE RETA A PI
JA LA N LO KAL
JA LA N NAS IO NA L
JA LA N UTAMA
SUNG AI
KABUP ATEN SUMEDANG
KABUP ATEN SUBANG
KABUP ATEN PURW AKARTA
KABUP ATEN CIANJUR
KABUP ATEN GARUT
KOTA B ANDUNG
KOT A C IMAH I
SEBARAN TPA , USULAN TPSP KEC AMATANDAN PO OL KENDARAAN T IAP W ILAYAH
D I KABUPATEN BANDUNG
KEGIATAN PEN YUSUNAN KEBIJA KANMANAJ EMEN PENGELOLAAN PE RSAMP AH AN
D I KA BUPATEN BAN DUNG
SUMB ER
- PE TA RUPA BUMI SK ALA 25.0 00
- HAS IL A NAL ISIS- HAS IL S URV EY G PS ( MAP 7 6 ) TAHUN 2 007
DITE TAP KA N DI
PAD A TANG GA L
SO REA NG:
:
:
:NO. GA MBA R 08
0 3.5 7 10.5 14 17.5 21
Kilometers
SKALA 1 : 350.000
N
EW
S
740 000
740 000
760 000
760 000
780 000
780 000
800000
800000
820000
820000
920
000
0 92000
00
922
000
0
92
200
00
924
000
0 92400
00
926
000
0
92
600
00
( 1 )
( 2 )
( 3 )( 4 )
KEL . PA TENG A N
KEL . M ARG A MUL YA
KE L . L EBA K M UNCANG
KE L . P ADA SU KA
KE L . P ANG AUBAN
KE L . R ANCA M ULY A
KE L . K AM A SA N
KEL . C IMAU NG
KEL . M ARG AME KA R
KE L . M ARUYUN G
KE L . I B UN
KEL . C IP AKU
KE L . C IHA NYIR
KEL . L A NGE N S ARI
KE L . N AGREG
KEL . BA BA KAN PET EUY
KE L . J ALE GO NG
KEL . BU AH BAT U
KEL . PA SAW AHANKEL . SA YAT I
KE L . M ARG AA SI H
KEL . C IMEK AR
KEL . C IP ANJAL UKE L . C IME U NYAN
KEL . TA RUM AJA YA
KE L . A R JA SA RI
KEL . BA L EE NDAH
KEL . PA KU TAN DANG
KE L . PA DA M UL YA
LEM BAGA PENELIT IAN DAN PENGABDIAN KEPAD A MASYARAKAT( LPPM - ITB )
BAPEDAKABUP ATEN BANDUNG
JL. RAY A SOR EA NG KM. 17 K AB. B ANDUNG
( 2 )
( 1 )
( 3 )
KABUP ATEN BANDUNG BARAT
KABUP ATEN BANDUNG
BATA S W ILA YAH I
BATA S W ILA YAH II
BATA S W ILA YAH III
KABUP ATEN B ANDUNG BA RAT
TPASarimukti
TPAPasir Buluh
TPABabakan Ciparay
TPALegok Nangka Citiis
Lokasi TPA di KabupatenBandung
Lokasi TPA di KabupatenBandung Barat
Gambar 4.18
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-29
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
4.7 Rencana Penempatan Pool Kendaraan Operasional
Dengan adanya rencana pengembangan seperti diuraikan di atas, dan adanya
wilayah pelayanan yang terbagi dalam 3 wilayah, direncanakan lokasi pool
kendaraan adalah sebagai berikut :
Pool kendaraan adalah garasi kendaraan pengumpul dan pengangkut
sampah, berupa Arm Roll, 10 m3 dan pengangkut residu, berupa Dump
Truck 10m3. Lokasi pool adalah centroid masing-masing wilayah, yaitu :
o Wilayah I, di Kecamatan Pasir Jambu
o Wilayah II, di Kecamatan Pangalengan
o Wilayah III, di Kecamatan Rancaekek
Kendaraan operasional lain, yaitu : pick up 4m3, pool ditempatkan di
TPS Kecamatan.
Lokasi TPS Kecamatan, dan Pool Wilayah Pelayanan, digambarkan pada Gambar
4.19.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-30
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
'W
'W
'W
'] 'W
$
$
$
&&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
&
& &
&
&&
&
&&
CILIL IN
PA SIRJ A MB U
PA NG ALE NG AN
PA CE T
CIPA TA T
KE RT AS ARI
RON GG A
RA N CA BA LI
IB UN
GUN UN G HA LU
LE MB AN G
CIPE UN DE U Y
BA TU JA JAR
PA SE H
CI PO NG KOR
SOR E AN GSINDA NG K ERTA
AR JAS AR I
CI KA LON G W ET AN
CI MA UNG
CIPA RAY
CISA RU A
BA NJA RAN
CIW IDEY
NA GR EG
CIME U NY AN
PA DA LARA NG
RA N CAE KE K
CIKA CU NG
BA LEE ND A H
CILEUN YI
CICALE NGKA
PA RO NG PON G
CILENGK R AN G
NGA MP R AH
MAJA LAY A
KA TAP AN G
BOJONG SOA N G
MAR GA AS IH
SOLOK AN JE RU K
PA ME UNGP EUK
MAR GA HAY UDA YE UH K OLOT
TP A'W1 . TPA L EGO K N AN GKA
2 . TPA B ABA KAN C IP ARAY
3 . TPA P ASI R BU LUH
4 . TPA S AR IM UK TI
LOK AS I P OOL K ENDA RAA N']
LOK AS I USULA N POOL KEN DARA AN$T
LOK AS I USULA N TPS P KE CAMA TAN&V
3 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H III
2 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H II
1 . US UL AN L OKAS I W I LAYA H I
LEG ENDA :
BATAS KAB UPATEN
BATAS KECA MATA N
BATAS KOTA
JA LA N KE RETA A PI
JA LA N LO KAL
JA LA N NAS IO NA L
JA LA N UTAMA
SUNG AI
KABUP ATEN SUMEDANG
KABUP ATEN SUBANG
KABUP ATEN PURW AKARTA
KABUP ATEN CIANJUR
KABUP ATEN GARUT
KOTA B ANDUNG
KOT A C IMAH I
SEBARAN TPA , USULAN TPSP KEC AMATANDAN PO OL KENDARAAN T IAP W ILAYAH
D I KABUPATEN BANDUNG
KEGIATAN PEN YUSUNAN KEBIJA KANMANAJ EMEN PENGELOLAAN PE RSAMP AH AN
D I KA BUPATEN BAN DUNG
SUMB ER
- PE TA RUPA BUMI SK ALA 25.0 00
- HAS IL A NAL ISIS- HAS IL S URV EY G PS ( MAP 7 6 ) TAHUN 2 007
DITE TAP KA N DI
PAD A TANG GA L
SO REA NG:
:
:
:NO. GA MBA R 08
0 3.5 7 10.5 14 17.5 21
Kilometers
SKALA 1 : 350.000
N
EW
S
740 000
740 000
760 000
760 000
780 000
780 000
800000
800000
820000
820000
920
000
0 92000
00
922
000
0
92
200
00
924
000
0 92400
00
926
000
0
92
600
00
( 1 )
( 2 )
( 3 )( 4 )
KEL . PA TENG A N
KEL . M ARG A MUL YA
KE L . L EBA K M UNCANG
KE L . P ADA SU KA
KE L . P ANG AUBAN
KE L . R ANCA M ULY A
KE L . K AM A SA N
KEL . C IMAU NG
KEL . M ARG AME KA R
KE L . M ARUYUN G
KE L . I B UN
KEL . C IP AKU
KE L . C IHA NYIR
KEL . L A NGE N S ARI
KE L . N AGREG
KEL . BA BA KAN PET EUY
KE L . J ALE GO NG
KEL . BU AH BAT U
KEL . PA SAW AHANKEL . SA YAT I
KE L . M ARG AA SI H
KEL . C IMEK AR
KEL . C IP ANJAL UKE L . C IME U NYAN
KEL . TA RUM AJA YA
KE L . A R JA SA RI
KEL . BA L EE NDAH
KEL . PA KU TAN DANG
KE L . PA DA M UL YA
LEM BAGA PENELIT IAN DAN PENGABDIAN KEPAD A MASYARAKAT( LPPM - ITB )
BAPEDAKABUP ATEN BANDUNG
JL. RAY A SOR EA NG KM. 17 K AB. B ANDUNG
( 2 )
( 1 )
( 3 )
KABUP ATEN BANDUNG BARAT
KABUP ATEN BANDUNG
BATA S W ILA YAH I
BATA S W ILA YAH II
BATA S W ILA YAH III
KABUP ATEN B ANDUNG BA RAT
Gambar 4.19
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-31
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
4.8 Rencana Pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat
4.8.1 Konsep Dasar
Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (CBSWM), merupakan strategi
Kabupaten Bandung dalam menangani sampah di wilayah perdesaan. Alasan
dipilihnya CBSWM sebagai pola penanganan sampah di perdesaan adalah karena
karakteristik CBSWM itu sendiri yang sangat sepadan dengan budaya masyarakat
perdesaan. CBSWM dapat diartikan sebagai suatu sistem persampahan yang :
1. Direncanakan, dikembangkan, dioperasikan, dikelola, dan dimiliki
oleh warga setempat.
2. Kehadirannya dapat merupakan inisiatif lokal atau difasilitasi oleh
insiator ektern. Inisiator ektern dapat merupakan :
□ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
□ Lembaga Pemerintah yang berkompeten di dalam
pengelolaan sampah, dalam hal ini Dinas Kebersihan dan atau
Dinas Lingkungan Hidup,
□ Lembaga Pengabdian Masyarakat dari suatu Perguruan Tinggi
yang memberikan perhatian terhadap masalah lingkungan
pada umumnya, khususnya pada masalah pengelolaan sampah
Terdapat 5 (lima) prinsip utama yang menjadi dasar pengembangan Sistem
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, yaitu :
1. Prinsip Keterlibatan Warga; dimana suatu CBSWM harus
direncanakan, dikembangkan, dioperasikan, dan diawasi dengan
melibatkan setiap warga yang memiliki hak dan kewajiban setara.
2. Prinsip Kemandirian; dimana suatu CBSWM harus dikelola secara
mandiri sesuai dengan kemampuan sumber daya menerus yang dapat
dimanfaatkan oleh kelompok warga.
3. Prinsip Efisiensi; dimana suatu CBSWM harus dikelola se-efisien
mungkin dengan biaya yang minimal dan penggunaan sumber daya
yang optimal untuk memperoleh manfaat yang maksimal.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-32
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
4. Prinsip Pelestarian Lingkungan; dimana suatu CBSWM harus mampu
a) menciptakan lingkungan pemukiman yang bersih dari sampah, b)
melakukan upaya pemanfaatan sampah (waste recovery) se-optimal
mungkin, dan c) mencegah dampak buruk lain yang dapat terjadi
dari kegiatan pengelolaan sampahnya.
5. Prinsip Keterpaduan; dimana suatu CBSWM harus memiliki elemen
sistem yang terpadu dengan sistem pengelolaan luar-wilayah yang
dikelola oleh instansi kebersihan milik pemerintah setempat.
Mengacu kepada ke-5 prinsip di atas, suatu wilayah yang menerapkan pola
CBSWM harus memenuhi beberapa persyaratan aspek teknis, sosial-budaya,
lingkungan, ekonomi, kelembagaan, dan peraturan, sebagai berikut :
1. Kejelasan batasan wilayah
Wilayah CBSWM harus memiliki batas-batas yang jelas sesuai dengan
kesepakatan warga. Wilayah layanan sebaiknya ditentukan dengan
batasan wilayah yang umum dikenal misalnya RT, RW, maupun desa
atau lebih luas dari itu.
2. Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat di dalam pengelolaan sampah dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pelibatan seluruh stakeholder
dalam menentukan arah, menjalankan proses dan mencapai tujuan
bersama.
Seluruh kelompok stakeholder harus selalu dilibatkan dalam proses
perencanaan, pengoperasian, penentuan anggaran, perolehan dana
operasional, penilaian kinerja, penentuan struktur organisasi
pengelola, dan lainnya. Mekanisme keterlibatan stakeholder harus
diatur dengan jelas dan dipahami semua pihak.
3. Strategi pengelolaan sampah yang terpadu
Strategi yang dimiliki oleh suatu CBSWM harus menguraikan secara
rinci dan kuantitatif tentang pola tindakan terhadap berbagai jenis
sampah yang timbul, mulai dari upaya pewadahannya sampai ke
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-33
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
upaya penampungan atau pemusnahannya. Termasuk ke dalam
strategi pengelolaan sampah ini adalah keterkaitan antara sistem
CBSWM dengan sistem kebersihan yang dijalankan oleh instansi
kebersihan pemerintah. Sesuai prinsip sebelumnya, penentuan
strategi ini harus dilakukan melalui proses pelibatan warga
(participatory process) dan konsultasi dengan pemerintah.
4. Upaya pemanfaatan sampah yang optimal;
CBSWM harus mengoptimalkan upaya pemanfaatan sampah untuk
mendukung ;
a) upaya pelestarian lingkungan, b) pemanfaatan produk sampah, c)
perolehan dana operasional, dan d) pengurangan beban kerja
instansi pengelola kebersihan pemerintah. Tanpa adanya upaya
tersebut, makna keberadaan CBSWM akan tidak berarti. Minimal
CBSWM harus mempertimbangkan adanya tindakan pengkomposan
terhadap sampah layak-kompos (compostable) dan tindakan
penjualan sampah layak-daur (recyclable). Optimasi pemanfaatan
sampah akan didukung oleh rencana pemilahan, penyiapan, proses
produksi, penyaluran produknya, dan mekanisma jual-belinya.
5. Sarana persampahan yang memadai
Sarana yang dimiliki CBSWM harus mampu mendukung
keberlangsungan strategi pengelolaan sampah terpadu. Sarana yang
dibutuhkan antara lain adalah a) wadah sampah (yang mendukung
upaya pemilahan sampah pada sumbernya), b) gerobak pengumpul
sampah, c) depo penampungan sementara, d) fasilitas
pengkomposan, e) fasilitas penyiapan bahan layak daur ulang. dan f)
fasilitas penampungan sementara.
6. Minimalisasi dampak lingkungan
Sarana dan pola kerja yang digunakan dalam suatu CBSWM tidak
boleh menimbulkan dampak lingkungan lain yang ternyata lebih
berbahaya dari dampak sampah itu sendiri.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-34
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
7. Kejelasan organisasi pengelola sampah
Kehadiran organisasi baik formal maupun non formal yang memegang
kendali kegiatan CBSWM, harus difasilitasi oleh pihak insiator. Hal ini
menjadi penting untuk keberlajutan CBSWM ketika inisiator tidak
lagi mendampingi masyarakat.
Sedapat mungkin, organisasi dibetuk atas kebutuhan warga, dan
berangotakan warga setempat.
8. Optimasi sumber pendanaan sendiri;
CBSWM harus memiliki sumber pendanaan yang jelas untuk
memenuhi biaya operasi dan biaya pengembangannya. CBSWM harus
dapat mengandalkan sumber dananya sendiri, seperti iuran warga,
penjualan produk pemanfaatan sampah, kontribusi pihak lain yang
diupayakan sendiri. Bantuan pendanaan dari pemerintah sebaiknya
diberikan sesuai dengan manfaat keberadaan CBSWM terhadap
sistem persampahan yang dikelola pemerintah.
9. Mekanisma pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja;
CBSWM harus memiliki mekanisma pertanggungjawaban yang jelas,
baik terhadap kinerja administrasi, kinerja teknis, maupun kinerja
keuangan. Mekanisma pertanggungjawaban harus didukung dengan
sistem penilaian yang konsisten agar mempermudah proses
pembandingan kinerjanya secara periodik.
10. Integrasi CBSWM dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota;
Kehadiran CBSWM harus terintegrasi dengan sistem pengelolaan
sampah kota. Pengakuan CBSWM sebagai bagian dari Sistem
Pengelolaan yang dijalankan oleh Pemerintah adalah penting. Tanpa
itu, eksistensi CBSWM akan selalu menjadi pertanyaan berbagai
pihak yang meragukan kemampuan masyarakat.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-35
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Persyaratan di atas dalam pelaksanaan pengembangan suatu CBSWM, akan
sangat bervariasi tergantung dari karakteristik tiap wilayah CBSWM itu sendiri.
4.8.2 Rencana Pengembangan
4.8.2.1 Wilayah Pengembangan
Sejak beberapa tahun terakhir ini di Kabupaten Bandung, telah banyak
diupayakan pengembangan pengelolaan sampah bersama masyarakat.
Masyarakat mengajukan permohonan bantuan peralatan, dan Pemerintah
mengadakannya. Namun demikian, konsep yang diterapkan tidak satu pun
memenuhi kriteria sebuah CBSWM. Dan umumnya bantuan Pemerintah berupa
peralatan pengolahan sampah tidak dimanfaatkan. Permasalahan utama adalah
belum terbangunnya sistem itu sendiri sehingga tidak dapat dipastikan
keberlanjutannya. Kunci utama pengembangan sistem pengelolaan berbasis
masyarakat adalah pelibatan masyarakat itu sendiri. Pelibatan masyarakat di
dalam suatu program pembangunan CBSWM, merupakan suatu proses
berkesinambungan dengan tahapan sebagai berikut :
i. pengumpulan informasi dan
ii. penyebaran informasi, sebelum meningkat ke
iii. pertukaran informasi dan
iv. konsultasi.
Masyarakat tidak mungkin terlibat tanpa adanya penyampain informasi dan
konsultasi antara pembawa pesan dengan masyarakat. Kegiatan pengembangan
CBSWM memerlukan persiapan strategi komunikasi dengan prinsip partisipatif
dan community development. Diperlukan bauran media yang luas dan bervariasi
sehingga komunikasi yang dijalankan lebih efektif.
Sarana dan prasarana pengelolaan sampah senantiasa menjadi kebutuhan
bersamaan dengan proses pembelajaran yang tengah dilakukan.
Oleh karena itu, sebagai sebuah langkah besar, Sistem Pengelolaan Sampah
Berbasis Masyarakat akan dikembangkan di Kabupaten Bandung dengan
ketentuan umum sebagai berikut :
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-36
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(1) Sistem di bangun dengan prioritas di perdesaan, terutama perdesaan
yang termasuk dalam katagori Kecamatan dengan kebutuhan
pelayanan rendah dan sedang.
a. Kecamatan Prioritas Utama, yaitu : Nagreg, Pangalengan,
Kertasari, Rancabali dan Pasir Jambu.
b. Kecamatan Prioritas Kedua, yaitu : Cikancung, Cimaung, Pacet,
Cicalengka, Banjaran, Cangkuang, Soreang, Paseh, Cimenyan,
Ciwidey, Cilengkrang, Arjasari dan Ibun
(2) Di wilayah yang menjadi perioritas pelayanan Dinas Kebersihan seperti
: Margahayu, Dayeuhkolot, Margaasih, Katapang, Majalaya, Baleendah,
Pemeungpeuk, Cileunyi, Rancaekek, Ciparay, Solokan Jeruk dan
Bojongsoang, dapat dikembangkan CBSWM sepanjang sistem itu adalah
pilhan masyarakat atau keinginan muncul dari masyarakat.
(3) Sistem dikembangkan oleh kelompok masyarakat bersama Pemerintah,
dalah hal ini Dinas Kebersihan dengan bantuan aparat di Kecamatan.
(4) Kapasitas Sistem ditentukan atas dasar kesepakatan kelompok inisiator
bersama Dinas Kebersihan.
(5) Kapasitas minimal, satu sistem melayani 5000 jiwa. Atau dalam
lingkup satu Desa atau Kelurahan.
4.8.2.2 Tahap pengembangan CBSWM
Mengembangkan sebuah CBSWM, diperlukan berbagai persiapan baik dari pihak
insiator itu sendiri maupun dari pihak masyarakat yang menjadi target. Pada
dasarnya inisiator adalah seorang atau sekelompok masyarakat yang telah
memahami masalah pengelolaan sampah. Salah satu tujuan pembangunan
CBSWM ini adalah pelibatan peran serta masyarakat seluas-luasnya, maka
inisiator kegiatan juga memerlukan bekal yang cukup akan strategi
peningkatan peran serta secara partisipatif.
Di keempat wilayah studi CBSWM dikembangkan dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Perencanaan di pihak Inisiator, yaitu proses penentuan tujuan dan
penyiapan tenaga pelaksana lapangan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-37
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
2. Sosialisasi dan Pengumpulan Informasi, yaitu proses penyampaian tujuan
insiator kepada seluruh masyarakat, beserta pengumpulan informasi
yang berkaitan dengan pengelolaan sampah.
3. Analisa Masalah dan Penjajagan Kebutuhan dalam Pengelolaan Sampah.
Pada tahap ini masyarakat sudah mulai dilibatkan. Proses ini bertujuan
untuk mengajak masyarakat menyadari segala permasalahan yang ada
terkait pengelolaan sampah dan mengajak masyarakat untuk mencari
solusi berdasarkan harapan dan keinginannya. Biasanya dari tahap ini
dihasilkan susunan prioritas masalah .
4. Perencanaan Aktifitas di Masyarakat. Proses ini pada dasarnya mencari
solusi atas permasalahan yang ditemukan. Karena itu, pada tahapan ini
direncanakan berbagai aktifitas dalam kerangka pemecahan masalah,
bersama dengan kebutuhan sumber daya.
5. Pelaksanaan Kegiatan atau selayaknya dikatakan sebagai proses
pengorganisasian kegiatan masyarakat dalam kerangka membangun
CBSWM.
6. Pemantauan atau Monitoring . Tahap ini bertujuan untuk menilai apakah
program memang berjalan pada arah yang benar, mengidentifikasi
permasalahan dalam pelaksanaan program dan kegiatan,
memperkirakan antisipasi yang dibutuhkan untuk menjaga alur
pelaksanaan program.
7. Evaluasi. Dilakukan setelah melihat adanya perkembangan dan atau
perubahan yang terjadi pada masyarakat dengan adanya CBSWM.
Evaluasi dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu misalnya
bulanan, atau tahunan. Di dalam CBSWM, evaluasi harus dikemas secara
partisipatif, yaitu dilakukan oleh masyarakat sendiri yang merasakan
manfaat kegiatan yang dikembangkan bersama.
4.8.2.3 Keterlibatan Stakeholder
Dalam membangun CBSWM keterlibatan stakeholder berikut akan memberikan
dampak positif terhadap pencapaian sasaran :
1. Masyarakat penimbul sampah baik sebagai individu yaitu perannya
sebagai tokoh masyarakat, atau sebagai kelompok seperti kelompok ibu-
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-38
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
ibu, bapak-bapak atau kelompok pemuda yang memberikan perhatian
terhadap masalah sampah.
2. Kelompok masyarakat penyokong dana (kelompok industri, pengusaha,
dsb).
3. LSM lokal atau Lembaga Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi, yang
telah memahami permasalahan persampahan lokal.
4. Petugas atau pelaksana pengelolaan sampah yang telah ada. Terkadang,
sebuah wilayah tujuan CBSWM sudah memiliki swakelola sampah yang
dijalankan oleh datu atau dua orang petugas. Petugas inilah harus
dilibatkan dalam berbagai kegiatan CBSWM.
5. Petugas pengelola sampah di TPS, baik petugas formal dari Dinas
Kebersihan, atau para pemulung yang bekerja di TPS, juga merupakan
kelompok strategis yang kehadirannya tidak bisa diabaikan dalam
membangun CBSWM.
6. Aparat pemerintah lokal yaitu Ketua RT/RW. Kelurahan atau bahkan
sampai Kecamatan.
7. Lembaga Pemerintah terkait dengan pengelolaan sampah, yaitu : Dinas
Kebersihan, Dinas Pengembangan Sarana dan Prasarana Permukiman,
atau Dinas Tata Ruang dan Permukiman.
8. Lembaga Pemerintah terkait Pembangunan Kota, yaitu Badan
Perencanaan Daerah.
4.8.2.4 Sumber Daya Yang Dibutuhkan
Kebutuhan mengenai sumber daya (baik material maupun sumberdaya manusia)
dapat bervariasi atau berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah
lainnya. Hal ini sangat tergantung dari besarnya kegiatan yang dikembangkan.
Dalam pemenuhan sumber daya hendaknya selalu melibatkan masyarakat
setempat, agar tumbuh rasa memiliki.
Kebutuhan material pada dasarnya merupakan kebutuhan yang berasal dari
kegiatan-kegiatan :
Pengadaan alat bantu kegiatan diskusi dan penyuluhan, berupa belajar
mengajar. Seringkali proses komunikasi yang harus dilakukan di tengah
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-39
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
masyarakat, berkaitan dengan adanya informasi yang relatif baru,
konsep-konsep baru, gagasan-gagasan baru, keterampilan-keterampilan
baru, ataupun cara-cara baru. Komunikasi ini akan mudah dilakukan
dengan dikembangkannya alat bantu komunikasi.
Pengadaan sarana prasarana pengelolaan sampah. Sedapat mungkin
sarana dan prasarana dipilih dan ditentukan oleh masyarakat dari mulai
pengembangan design sampai pada pengadaannya. Meskipun pihak
inisiator dapat memberikan sarana dan prasarana dengan gratis, namun
sebaiknya hal ini jangan dilakukan. Apabila masyarakat menyadari
bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah mereka bersama, maka
sedapat mungkin sejak awal masyarakat tidak dibiasakan untuk hanya
mengharapkan bantuan dari luar melainkan juga mengupayakan
sebagian dari kebutuhan dana.
Biaya pengembangan program. Ketika masyarakat telah mulai
berpartisipasi, sedapat mungkin kendali pelaksanaan kegiatan berada
pada masyarakat, pihak inisiator tinggal memfasilitasinya. Salah satu
yang harus difasilitasi adalah pengadaan biaya pelaksanaan kegiatan.
Adapun di dalam proses pengembangan CBSWM, dimana usaha peningkatan
peran serta masyarakat menjadi sasarannya, dibutuhkan :
Proses pendampingan. Proses ini menjadi tanggung jawab pihak
inisiator. Biasanya terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kemampuan dalam penggunaan Metodologi Partisipatif. Kelompok ini
bertugas mendampingi masyarakat, mulai dari tahap awal ketika
memasuki suatu wilayah, melakukan pendekatan kepada masyarakat,
memotivasi masyarakat, bekerjasama dengan masyarakat hingga
menyiapkan masyarakat untuk dapat mengembangkan dirinya sendiri.
Kelompok pendamping dan juga kelompok masyarakat masih perlu
didampingi oleh sedikitnya seorang coacher yang akan memberikan
konsultasi mengenai permasalahan yang dihadapi di tingkat pelaksanaan
program. Kualifikasi Coacher ini sedikitnya adalah orang yang menguasai
Metodologi Pendekatan Partisipatif, memiliki pengalaman dalam hal
pengembangan masyarakat (community development), terampil dalam
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-40
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
hal manajemen proyek, menguasai keterampilan dalam hal pendidikan
masyarakat dan dia seorang fasilitator yang baik.
Pelatih-pelatih atau narasumber-narasumber yang berkaitan dengan isu
program. Ketika program telah berjalan dan kegiatan semakin
berkembang, maka akan muncul kebutuhan pelatihan singkat yang
berkaitan dengan isu program. Misalnya, pelatihan pengkomposan, daur
ulang kertas, pelatihan pemanfaatan kain perca dan lain sebagainya.
Keberlanjutan atau kesinambungan program yang telah berkembang
oleh masyarakat harus menjadi kriteria keberhasilan CBSWM. Sedangkan
untuk keberlanjutan masyarakat membutuhkan keterampilan-
keterampilan yang memungkinkan mereka melanjutkan upaya-upaya
perbaikan, tanpa harus tergantung kepada pihak lain. Karenanya
diperlukan suatu proses pelatihan untuk masyarakat agar
berkemampuan menjadi fasilitator. Diharapkan dari pelatihan fasilitator
ini diharapkan masyarakat akan mampu menjalankan dan
mengembangkan program. Pada tahap yang lebih jauh, fasilitator lokal
ini akan mampu mengambil inisiatif sendiri untuk memfasilitasi
masyarakat.
4.8.3 Aspek Pembiayaan CBSWM
Salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal
pengembangan CBSWM adalah mengurangi atau bahkan menghilangkan
ketergantungan masyarakat terhadap pihak luar, terutama dari sisi pembiayaan
sistem. Walau pada dasarnya CBSWM menempatkan upaya-paya peningkatan
peran serta mesyarakat terhadap pengelolaan sampah, sebagai tujuan utama.
Namun masalah pembiayaan kegiatan di dalam CBSWM merupakan salah satu
faktor penentu dalam perkembangannya.
Adalah penting untuk segera membangun mekanisme pembiayaan pengelolaan
sampah dengan pola CBSWM di Kabupaten Bandung sebelum pola ini
diimplementasikan. Selayaknya konsep pembiayaan pun dikembangkan bersama
dengan masyarakat, sehingga pola partisipatif sudah terbangun sejak awal.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-41
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Namun demikian, berikut diusulkan hal-hal penting dari aspek pembiayaan
dalam pengembangan CBSWM, yang masih harus didiskusikan secara partisipatif
bersama seluruh stakeholder.
Dalam kerangka sumber pendanaan penyelenggaraan CBSWM di Kabupaten
Bandung harus difahami konsep-konsep sebagai berikut :
1. CBSWM adalah bagian terintegrasi dari Sistem Pengelolaan sampah kota
yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Bandung. Walau di
dalam CBSWM operasi pengelolaan sampah dilaksanakan dengan pola
pemberdayaan masyarakat, namun demikian pengaturan pembiayaan
minimal untuk biaya investasi masih menjadi tugas dan tanggung jawab
Pemerintah Kota Kabupaten Bandung.
2. Dengan pengembangan CBSWM maka sesungguhnya Pemerintah dalam
hal ini Dinas Kebersihan mendelegasikan penyelenggaraan pelayanan
pengelolaan sampah di wilayah tertentu kepada Kelompok Masyarakat.
3. Agar pelaksanaan pengelolaan sampah di wilayah tujuan pengembangan
CBSWM, menjadi bagian upaya reduksi sampah di sumber, dan upaya
pengolahan sampah di dalamnya memberikan peluang pemberdayaan
masyarakat, maka suatu CBCWM perlu bekerjasama dengan pihak ketiga
terutama dalam kerangka pengembangan pasar produk olahan.
4. Sumber pembiayaan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah
oleh CBSWM pada dasarnya berasal dari penerimaan atau pendapatan
CBSWM yang bersumber dari masyarakat.
5. Pengolahan sampah yang dikelola oleh CBSWM , merupakan upaya
pengolahan sampah dari rumah tangga, karenanya biaya operasional
bersumber dari masyarakat yang mendapat jasa pelayanan CBSWM.
6. Alternatif sumber biaya bagi CBSWM adalah iuran warga, penjualan
kompos, produksi kegiatan pemanfaatan kompos dan atau barang lapak,
serta kontribusi pihak lain yang diupayakan secara mandiri. Model
pembiayaan ditentukan dan disepakati secara musyawarah antara
masyarakat dan pihak pengelola CBSWM.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-42
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
7. Dengan adanya kebutuhan sarana dan prasarana dasar CBSWM,
Pemerintah menanamkan investasinya di awal pengembangan, dan
reinvestasi dimungkinkan untuk diulangi dalam periode tertentu.
8. CBSWM memiliki kewenangan penuh terhadap produksi olahan sampah,
namun demikian pasar utama kompos yang di produksi oleh CBSWM
adalah CBSWM itu sendiri dan Pemerintah Kabupaten Bandung melalui
mekanisme kerjasama dengan seluruh Dinas Terkait.
9. Atas jasa reduksi sampah terhadap beban pengelolaan sampah di tingkat
kota, CBSWM berhak mendapatkan penghargaan (reward) dari
Pemerintah dalam bentuk yang ditetapkan Pemerintah.
Sebagaimana ditetapkan bahwa CBSWM merupakan bagian terintegrasi dengan
sistem kota, karena itu dalam hal ketetapan retribusi persampahan
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :
Masyarakat yang dilayani CBSWM, terkena wajib iuran yang ditetapkan oleh
pengelola CBSWM setempat, namun bebas retribusi atau biaya pengelolaan
dari TPS ke TPA selama CBSWM sudah mampu menghabiskan seluruh sampah
di dalam wilayah pelayanan.
Masyarakat pelayanan CBSWM terkena biaya pengelolaan dari TPS ke TPA
dan akan di tarik oleh Pemerintah apabila wilayah pelayanan CBSWM masih
menimbulkan residu sampah yang harus diangkut ke TPA.
Biaya tersebut di perhitungkan berdasarkan biaya satuan pengelolaan
sampah yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam Peraturan Daerah
4.9 Tahapan Pelaksanaan Pengembangan Operasi Pengelolaan
Seluruh rencana pengembangan operasi pengelolaan sampah sebagaimana
diuraikan di atas, tentunya memerlukan pentahapan dalam pelaksanaannya.
Pentahapan selayaknya disesuaikan dengan pencapaian target pelayanan yang
ditetapkan dalam setiap skenario yang dikembangkan. Perubahan besar
dibutuhkan dalam pelaksanaan Skenario-1 dan Skenario-2, mengingat target
yang ingin dicapai dalam Tingkat Pelayanan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-43
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Skenario-1, sebagai skenario optimis melakukan transformasi pola operasi
model konvensional menjadi pola pengelolaan berbasis 3R sejak awal tahun
2009, dan melakukan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana setiap
tahunnya. Sasaran yang ingin di capai adalah seperti pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1Tahapan Pengembangan Siste Operasional Skenario-1
JANGKA PENDEK2009 - 2010
JANGKA MENENGAH2011 – 2015
JANGKA PANJANG2016 – 2028
Perubahan sistem operasimodel konvensional, menjadimodel 3R
Mempertahankan kinerjaoperasi sistem yang telah dibangun dalam jangka pendekmelalui peningkatan disiplindan etos kerja,
Mempertahankan kinerjaoperasi sistem yang telah dibangun dalam jangka pendekdan menengah, terutama dalamupaya pemanfaatan danpemasaran produk olahansampah
Sasaran :(1) Tingkat Pelayanan 60%,
dengan kapasitas 1.035m3/hr
(2) Tingkat Pengomposan0,1%
(3) Tingkat pengolahananorganik 11,3%
(4) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0%
(5) Tingkat Penimbunan23,4%
Sasaran :(1) Tingkat Pelayanan 75 %,
dengan kapasitas 1.403m3/hr
(2) Tingkat Pengomposan4,3%
(3) Tingkat pengolahananorganik 13,1%
(4) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0,8%
(5) Tingkat Penimbunan22,4%
Sasaran :(1) Tingkat Pelayanan 85 %
dengan kapasitas 1.515m3/hr
(2) Tingkat Pengomposan8%
(3) Tingkat PengolahanAnorganik 15,2%
(4) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 2,9%
(5) Tingkat Penimbunan20,8%
Skenario-2, sebagai skenario dimana target Nasional akan dicapai dalam 20
tahun ini dilakukan dengan pentahapan yang hampir sama dengan Skenario-1,
namun dengan kapasitas yang lebih kecil. Tabel 4.2, menunjukkan sasaran yang
ingin dicapai dalam skenario-2.
Tabel 4.2Tahapan Pengembangan Sistem Operasional Skenario-2
JANGKA PENDEK2009 - 2010
JANGKA MENENGAH2011 – 2015
JANGKA PANJANG2016 – 2028
Perubahan sistem operasimodel konvensional, menjadimodel 3R
Mempertahankan kinerjaoperasi sistem yang telah dibangun dalam jangka pendekmelalui peningkatan disiplindan etos kerja,
Mempertahankan kinerjaoperasi sistem yang telah dibangun dalam jangka pendekdan menengah, terutama dalamupaya pemanfaatan danpemasaran produk olahansampah
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-44
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
JANGKA PENDEK2009 - 2010
JANGKA MENENGAH2011 – 2015
JANGKA PANJANG2016 – 2028
Sasaran :(6) Tingkat Pelayanan 60%,
dengan kapasitas 1.035m3/hr
(7) Tingkat Pengomposan0,1%
(8) Tingkat pengolahananorganik 11,3%
(9) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0%
(10)Tingkat Penimbunan23,4%
Sasaran :(6) Tingkat Pelayanan 75 %,
dengan kapasitas 1.403m3/hr
(7) Tingkat Pengomposan4,3%
(8) Tingkat pengolahananorganik 13,1%
(9) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0,8%
(10)Tingkat Penimbunan22,4%
Sasaran :(6) Tingkat Pelayanan 85 %
dengan kapasitas 1.515m3/hr
(7) Tingkat Pengomposan8%
(8) Tingkat PengolahanAnorganik 15,2%
(9) Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 2,9%
(10)Tingkat Penimbunan20,8%
Berbeda dengan Skenario-3, pentahapan kegiatan dilakukan untuk selanjutnya
dihitung Tingkat Pelayanan yang dapat dicapai dengan tahapan yang
dikembangkan. Tabel 4.3 memperlihatkan tahapan pengembangan operasi
pelayanan pengelolaan sampah skenario-3.
Tabel 4.3Tahapan Pengembangan Sistem Operasional Skenario-3
JANGKA PENDEK2009 - 2010
JANGKA MENENGAH2011 – 2015
JANGKA PANJANG2016 – 2028
Optimasi pelayanan TPS LC,dengan frekuensi setiap hari, 1rit/arm roll/hari
Mempertahankan kinerjaoperasi sistem eksisting,melalui peningkatan disiplindan etos kerja, dan pengenalanterhadap sistem baru
Pengintegrasian sistem lamaterhadap sistem baru
Optimasi kapasitaspenampungan TPS C, denganmenjadi 10 m3/hari
Peningkatan cakupanpelayanan dengan :(1) Membangun 5 lokasi TPS
Kecamatan, di 5 wilayahbeban pelayanan tinggi
Optimasi kinerja TPSKecamatan terbangun
Membangun TPS Kecamatandi seluruh wilayah bebanpelayanan tinggi (7Kecamatan dari 12 yangmembutuhkan)
Mengoperasikan daur ulangplastik di seluruh lokasi TPSKecamatan (12 Unit)
Rehabiliasi TPS Bak dan TPSDarurat menjadi TPS Container6 m3
(2) Membangun TPS , dengankapasitas pelayanan 5000penduduk, 2 unit per tahun(10 unit dalam periode 5tahun), di wilayah bebanpelayanan tinggi
Membangun 1 TPS Kelurahan diwilayah pelayanan sedang danringan (46 unit)
Optimasi Dump Truk yang adauntuk pelayanan DTD, dengan
Optimasi DTD, dengan hanyamengangkut ke TPS Kecamatan
Seluruh wilayah DTDmengangkut sampah hanya
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-45
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
JANGKA PENDEK2009 - 2010
JANGKA MENENGAH2011 – 2015
JANGKA PANJANG2016 – 2028
frekuensi peng akutan 3kali/minggu
terdekat, untuk wilayah dimanasudah terbangun TPSKecamatan atau TPS Kelurahan
sampai ke TPS Kelurahan atauTPS Kecamatan
Optimasi pengomposan sampahterangkut ke TPA, hingga 1ton/hari
Peningkatan kapasitaspengomposan di TPA menjadi3,5 ton/hari.
Menjalankan pengomposan diTPS Kelurahan.
Optimasi pengomposan diTPA menjadi 5 ton/hari
Menjalankan pengomposan diseluruh TPS Kelurahan
Mengaktifkan kembali 6 lokasisistem pengelolaan berbasiswarga yang telah ada denganmelayani 30.000 penduduk. Danmembantu 5 lokasi baru dalamsarananya dengan melayani7.500 penduduk.
Membangun 10 lokasi sistempengelolaan sampah berbasiswarga, melayani 50.000penduduk
Membangun 42 lokasi sistempengelolaan sampah berbasiswarga, melayani 210.000penduduk.
Sasaran :(11)Tingkat Pelayanan 35%,
dengan kapasitas 1.035m3/hr
(12)Tingkat Pengomposan0,1%
(13)Tingkat pengolahananorganik 11,3%
(14)Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0%
(15)Tingkat Penimbunan23,4%
Sasaran :(11)Tingkat Pelayanan 41 %,
dengan kapasitas 1.403m3/hr
(12)Tingkat Pengomposan4,3%
(13)Tingkat pengolahananorganik 13,1%
(14)Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 0,8%
(15)Tingkat Penimbunan22,4%
Sasaran :(11)Tingkat Pelayanan 47 %
dengan kapasitas 1.515m3/hr
(12)Tingkat Pengomposan8%
(13)Tingkat PengolahanAnorganik 15,2%
(14)Tingkat pengolahan laindengan PLTSa 2,9%
(15)Tingkat Penimbunan20,8%
Keterangan :TPS LC = TPS dengan Landasan Container
4.10 Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Dari ketiga skenario di atas, analisis kebutuhan sarana prasarana
dikembangkan. Untuk ketiganya jumlah kebutuhan akan berlainan satu dengan
yang lain, namun jenis dari sarana yang dikembangkan pada dasarnya sama.
4.10.1 Jenis Sarana Prasarana
Pola operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung untuk 20 tahun
mendatang, pada dasarnya mengikuti pola seperti tergambar pada Gambar 4.20
di bawah ini.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-46
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Gambar 4.20Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan dari Hulu ke Hilir
Dari gambar di atas, sarana prasarana yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem operasi pengelolaan sampah di Kabupaten
Bandung adalah :
1. Wadah sampah terpilah di sumber
2. Motor Sampah
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-47
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
3. Kontainer penampung sampah di TPS, kapasitas 6m3
4. Arm Roll 6 m3 untuk container di atas
5. Pick Up kapasitas 4 m3, untuk sistem pengumpulan Door to Door dan
pemindahan sampah anorganik dari TPS Kelurahan ke TPS Kecamatan
6. Bangunan TPS Kelurahan beserta perlengkapan pengomposan kapasitas
5000 penduduk.
7. Dump Truck 10 m3, untuk pemindahan residu dari TPS Kelurahan keTPS
Kecamatan dan ke TPA.
8. Bangunan TPS Kecamatan beserta sarana pengolahan plastik
9. Bangunan Pengumpul B3 RT di TPS Kecamatan dan di TPA.
4.10.2 Prediksi Kebutuhan Sarana Prasarana
Kebutuhan sarana dan prasarana ditentukan oleh kapasitas pelayanan yang
direncanakan. Sebagaimana dijelaskan dalam Bab Pengembangan Strategi,
dalam perencanaan ini telah dikembangkan 3 skenario pelayanan. Karenanya
prediksi kebutuhan sarana prasarana di jelaskan dalam tabel-tabel berikut.
Tabel 4.4Prediksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Skenario 1
No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
I Data Pelayanan
1 Penduduk Kota orang 1,057,846 1,230,179 1,867,037
2 Total Timbulan m3/hr 5,176 6,019 7,790
3 Tingkat Pelayanan Perkotaan % 60% 69% 84%
4 Penduduk Terlayani Orang 634,707 848,823 1,568,311
5 Sampah Tertangani Pemerintah m3/hr 3105.3 4213.1 6621.7
II Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana1 Penanganan Sampah
Motor Sampah
Kebutuhan unit 641 857 1178
Pengadaan unit 641 216 321
Pick Up 4 m3
Kebutuhan unit 107 143 196
Pengadaan unit 107 36 53
Dump Truck 6 m3
Kebutuhan unit 7 7 0
Pengadaan unit 0 0 0
Kontainer 6 m3
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-48
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Kebutuhan unit 32 31 0
Pengadaan unit 27 0 0
Arm Roll 6 m3
Kebutuhan unit 16 15 0
Pengadaan unit 0 0 0
Kontainer 10 m3
Kebutuhan unit 5 5 0
Pengadaan unit 0 0 0
Arm Roll 10 m3
Kebutuhan unit 2 2 0
Pengadaan unit 0 0 02 Implementasi 3R
TPS Kelurahan
Kebutuhan unit 25 38 71
Pengadaan unit 25 13 33
TPS Kecamatan
Kebutuhan unit 10 18 30
Pengadaan unit 10 8 12
Pengembangan CBSWM
Kebutuhan unit 32 54 106
Pengadaan unit 32 22 52
Tabel 4.5Perkiraan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Skenario 2
No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
I Data Pelayanan
1 Penduduk Kota orang 1,057,846 1,230,179 1,867,037
2 Total Timbulan m3/hr 5,176 6,019 9,134
3 Tingkat Pelayanan Perkotaan % 24% 29% 66%
4 Penduduk Terlayani Orang 253,883 356,752 1,232,245
5 Sampah Tertangani Pemerintah m3/hr 1345.6 1865.8 6394.1
II Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana1 Penanganan Sampah
Motor Sampah
Kebutuhan unit 256 360 1244
Pengadaan unit 256 104 884
Pick Up 4 m3
Kebutuhan unit 43 60 207
Pengadaan unit 43 17 147
Dump Truck 6 m3
Kebutuhan unit 6 6 4
Pengadaan unit 0 0 0
Kontainer 6 m3
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-49
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Kebutuhan unit 27 28 16
Pengadaan unit 21 1 0
Arm Roll 6 m3
Kebutuhan unit 13 14 8
Pengadaan unit 0 0 0
Kontainer 10 m3
Kebutuhan unit 4 4 2
Pengadaan unit 0 0 0
Arm Roll 10 m3
Kebutuhan unit 2 2 1
Pengadaan unit 0 0 02 Implementasi 3R
TPS Kelurahan
Kebutuhan unit 3 10 85
Pengadaan unit 3 7 75
TPS Kecamatan
Kebutuhan unit 3 8 30
Pengadaan unit 3 5 22
Pengembangan CBSWM
Kebutuhan unit 19 29 117
Pengadaan unit 19 10 88
Tabel 4.6Kebutuhan Sarana dan Prasarana Skenario 3
No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
I Data Pelayanan
1 Penduduk Kota orang 1,057,846 1,230,179 1,867,037
2 Total Timbulan m3/hr 5,176 6,019 9,134
3 Tingkat Pelayanan Perkotaan % 35% 41% 47%
4 Penduduk Terlayani Orang 368,399 499,253 876,726
5 Sampah Tertangani Pemerintah m3/hr 1035.2 1402.9 1655.8
II Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana
1 Penanganan Sampah
Kontainer 10 m3
Kebutuhan unit 23 23 33
Pengadaan unit 3 0 10
Kontainer 6 m3
Kebutuhan unit 34 34 48
Pengadaan unit 28 0 14
Arm Roll 10m3
Kebutuhan unit 8 8 10
Pengadaan unit 3 0 2
Arm Roll 6m3
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal IV-50
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Komponen Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Kebutuhan unit 11 11 16
Pengadaan unit 0 0 0
Dump Truck 6 m3
Kebutuhan unit 36 36 43
Pengadaan unit 0 5 7
2 Pelaksanaan 3R
Pembiayaan Pengembangan CBSWM
Pengadaan unit 5 10 42
TPS Kelurahan
Pengadaan unit 0 10 56
TPS Kecamatan
Pengadaan unit 0 5 7
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-1
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
55..11 RReennccaannaa PPeennggeemmbbaannggaann AAssppeekk KKeelleemmbbaaggaaaann
5.1.1 Acuan Kebijakan
A. Kebijakan Pemerintah Pusat
Kebijakan Pemerintah Pusat berkaitan
dengan pengaturan kelembagaan di daerah
yaitu terkait dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia
Nomor : 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan peraturan
ini:
(1) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi
bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.
(2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah meliputi
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, serta agama.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-2
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(3) Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau
susunan pemerintahan adalah semua urusan pemerintahan di luar urusan
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, serta agama.
(4) Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau
susunan pemerintahan terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan
pemerintahan meliputi:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum;
d. perumahan;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perhubungan;
h. lingkungan hidup;
i. pertanahan;
j. kependudukan dan catatan sipil;
k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. sosial;
n. ketenagakerjaan dan ketransmigrasian;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
p. penanaman modal;
q. kebudayaan dan pariwisata;
r. kepemudaan dan olah raga;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan
daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;
u. pemberdayaan masyarakat dan desa;
v. statistik;
w. kearsipan;
x. perpustakaan;
y. komunikasi dan informatika;
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-3
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
z. pertanian dan ketahanan pangan;
aa. kehutanan;
bb. energi dan sumber daya mineral;
cc. kelautan dan perikanan;
dd. perdagangan; dan
ee. perindustrian.
Pengelolaan persampahan merupakan urusan yang dibagi menjadi kewenangan
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kota/Kabupaten sebagai urusan di bidang Pekerjaan Umum dengan Sub Bidang
Persampahan.
Sub Bidang Persampahan terdiri dari Sub Sub Bidang:
1. Pengaturan
2. Pembinaan
3. Pembangunan
4. Pengawasan.
Kewenangan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Daerah dalam urusan bidang PU, Sub Bidang Persampahan adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.1Kewenangan Pemerintah Pusat
No. Sub Sub Bidang Kewenangan
1 Pengaturan 1. Penetapan kebijakan dan strategi nasionalpengembangan PS persampahan.
2. Penetapan lembaga tingkat nasional penyelenggarapengelolaan persampahan (bila diperlukan).
3. Penetapan NSPK pengelolaan persampahan secaranasional termasuk SPM.
4. Memberikan izin penyelenggara pengelolaanpersampahan lintas provinsi.
2 Pembinaan 1. Fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan antarprovinsi.
2. Peningkatan kapasitas manajemen dan fasilitasikerjasama pemda/dunia usaha dan masyarakat dalampenyelenggaraan pengembangan Sistem persampahan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-4
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No. Sub Sub Bidang Kewenangan
3. Fasilitasi bantuan teknis penyelenggaraan pengembanganPS persampahan.
3 Pembangunan 1. Fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaanpembangunan PS persampahan secara nasional (lintasprovinsi).
2. Penyusunan rencana induk pengembangan PSpersampahan lintas provinsi.
4 Pengawasan 1. Pengawasan dan pengendalian pengembanganpersampahan secara nasional.
2. Evaluasi kinerja penyelenggaraan PS persampahan secaranasional.
3. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK.
Tabel 5.2Kewenangan Pemerintah Provinsi
No. Sub Sub Bidang Kewenangan
1 Pengaturan 1. Penetapan peraturan daerah kebijakan pengembangan PSpersampahan lintas kabupaten/kota di wilayah provinsimengacu pada kebijakan nasional.
2. Penetapan lembaga tingkat provinsi penyelenggarapengelolaan persampahan lintas kabupaten/kota diwilayah provinsi.
3. Penetapan peraturan daerah NSPK pengelolaanpersampahan mengacu kepada SPM yang ditetapkan olehpemerintah.
4. Memberikan izin penyelenggara pengelolaanpersampahan lintas kabupaten/kota.
2 Pembinaan 1. Fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan antarkabupaten/kota.
2. Peningkatan kapasitas manajemen dan fasilitasikerjasama pemda/dunia usaha dan masyarakat dalampenyelenggaraan pengembangan PS persampahan lintaskabupaten/kota.
3. Memberikan bantuan teknis dan pembinaan lintaskabupaten/kota.
3 Pembangunan 1. Fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaanpembangunan PS persampahan secara nasional di wilayahprovinsi.
2. Penyusunan rencana induk pengembangan PSpersampahan lintas kabupaten/kota.
4 Pengawasan 1. Pengawasan dan pengendalian pengembanganpersampahan di wilayah provinsi.
2. Evaluasi kinerja penyelenggaraan yang bersifat lintaskabupaten/kota.
3. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-5
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 5.3Kewenangan Pemerintah Kota / Kabupaten
No. Sub Sub Bidang Kewenangan
1 Pengaturan 1. Penetapan peraturan daerah kebijakan pengembanganSistem persampahan di kabupaten/kota mengacu padakebijakan nasional dan provinsi.
2. Penetapan lembaga tingkat kabupaten/kotapenyelenggara pengelolaan persampahan di wilayahkabupaten/kota.
3. Penetapan peraturan daerah berdasarkan NSPK yangditetapkan oleh pemerintah dan provinsi.
4. Pelayanan perizinan dan pengelolaan persampahan skalakabupaten/kota.
2 Pembinaan 1. Peningkatan kapasitas manajemen dan fasilitasikerjasama dunia usaha dan masyarakat dalampenyelenggaraan pengembangan Sistem persampahankabupaten/kota.
2. Memberikan bantuan teknis kepada kecamatan,pemerintah desa, serta kelompok masyarakat dikabupaten/kota.
3 Pembangunan 1. Penyelengaraan dan pembiayaan pembangunan PSpersampahan di kabupaten/kota.
2. Penyusunan rencana induk pengembangan PSpersampahan kabupaten/kota.
4 Pengawasan 1. Pengawasan terhadap seluruh tahapan pengembanganpersampahan di wilayah kabupaten/kota.
2. Evaluasi kinerja penyelenggaraan di wilayahkabupaten/kota.
3. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK.
Urusan Sub Bidang Persampahan sudah jelas
menjadi bagian dari kewenangan Pemerintah
Kota/Kabupaten, sehingga Pemerintah
Kabupaten perlu membentuk kelembagaan
untuk menjalankan urusan kewenangan
persampahan.
Atas dasar pembagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Kota/Kabupaten tersebut di atas, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang
dijadikan acuan dan landasan dalam membentuk kelembagaan baik di
lingkunganPemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota/Kabupaten.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-6
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 sebagai pendahulu dari Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah belum
cukup memberikan pedoman yang menyeluruh bagi penyusunan dan
pengendalian organisasi perangkat daerah yang dapat menangani seluruh
urusan pemerintahan, sehingga perlu dicabut dan dibentuk Peraturan
Pemerintah yang baru yaitu Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah.
Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU), adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan
negara pada umumnya.
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung memiliki potensi untuk dapat
dikelola dengan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Penyelenggaraan pelayanan persampahan merupakan jenis pelayanan jasa
pemerintah yang dapat dijual kepada masyarakat yang dilayani walaupun tidak
dengan tujuan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk meningkatkan
pelayanan. Kebijakan ini masih terbatas dalam pola pengelolaan keuangan dan
masih diperlukan pedoman teknis untuk membentuk lembaga Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD).
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-7
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
B. Kebijakan Pemerintah Daerah
Sejalan dengan adanya kebijakan Pemerintah sebagaimana PP 38 Tahun 2007
dan PP 41 Tahun 2007, maka didaerah dibentuk dinas-dinas daerah yang tugas
dan tanggung jawabnya dapat melingkupi penyelenggaraan pengelolaan sampah
atau kebersihan sebagaimana urusan yang diserahkan dari Pemerintah kepada
pemerintah daerah. Lembaga yang dibentuk oleh pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan pelayanan kebersihan di daerah sangat bervariasi. Ada
lembaga berbentuk Dinas Kebersihan yaitu dinas yang secara khusus memiliki
tugas tanggungjawab dan wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan
kebersihan, tetapi ada pula yang berbentuk Dinas bersama yang tidak hanya
mengelola kebersihan tetapi juga mengelola bidang tugas lainnya seperti
pertamanan, pemakaman dan kebakaran dan bahkan masih terdapat tugas
lainnya dalam dinas tersebut.
Penetapan bentuk lembaga pengelola kebersihan merupakan bagian dari
kebijakan dari Kepala Daerah dan dapat memberikan gambaran tingkat
perhatian terhadap permasalahan kebersihan. Suatu kota yang memberikan
perhatian secara proporsional terhadap masalah kebersihan kota dan
menempatkannya sejajar dengan pengelolaan infrastruktur lainnya maka
bentuk lembaga yang ditetapkan merupakan lembaga yang memiliki
kewenangan secara memadai. Walaupun demikian, kesejajaran bentuk lembaga
pengelola kebersihan terhadap lembaga pengelola infrastruktur lainnya belum
cukup untuk mampu menyelenggarakan pelayanan dengan baik bila ternyata
perlakuan dalam penganggaran, penempatan SDM tidak secara proporsional.
Penempatan sumberdaya manusia di lembaga pengelola kebersihan yang
berperan sebagai Dinas Fungsional Teknis penyelenggara pengelola sampah,
sangat jarang ditemukan yang memiliki kompetensi di bidangnya. Kalaupun
kemudian dilakukan program pendidikan dan latihan bidang pengelolaan
sampah, tidak ada jaminan bahwa yang bersangkutan akan tetap
mengembangkan karir pada bidangnya tetapi masih sangat rentan terhadap
proses mutasi ke bidang lain.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-8
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Sebagaimana kebijakan yang termuat dalam PP. RI No 38 Tahun 2007, bahwa
Pemerintah Propinsi memiliki wewenang dalam pengaturan, pembinaan,
pembangunan dan pengawasan dalam hal penyelenggaraan dan pembiayaan
pembangunan prasarana dan sarana persampahan, Pemerintah Provinsi Jawa
Barat telah mulai menjalankan peran ini.
Orientasi struktur organisasi di Daerah adalah perampingan organisasi dengan
prinsip miskin struktur tetapi kaya fungsi. Akibatnya akhir-akhir ini terjadi
penyatuan lembaga-lembaga dan Dinas daerah termasuk lembaga
penyelenggara kebersihan. Lembaga pengelola kebersihan yang semula
berbentuk Dinas Tersendiri (Dinas Kebersihan) digabung atau disatukan menjadi
Dinas Kebersihan dan Pertamanan, atau Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
Pemakaman, atau UPTD Kebersihan dari Dinas Pemukiman dan Tata Wilayah
atau Dinas Cipta Karya, atau Seksi Kebersihan dalam Dinas Lingkungan Hidup
atau lainnya.
5.1.2 Acuan Kebutuhan
(1) Kapasitas Kelembagaan yang Memadai
Secara umum terjadi bahwa kecepatan
pertumbuhan masalah persampahan masih
lebih tinggi dari kemampuan untuk
mengelolanya. Hal ini terlihat secara fisik
bahwa saat ini timbulan sampah Kabupaten
Bandung baru mampu terkelola 20,8 %.
Timbulan sampah akan terus bertambah banyak
dan diperlukan upaya yang berlipat ganda
untuk mampu mengelola sampah secara tuntas.
Penetapan tanggung jawab lingkup tugas yang harus dilakukan oleh lembaga
pengelola sampah Dinas Kebersihan harus secara jelas. Ruang lingkup
pengelolaan kebersihan kota sangat luas, dan bila dihubungkan dengan sumber-
sumber timbulan diantaranya sampah permukiman, pasar, perkantoran, industri
dan perdagangan, komerial, rumah sakit, jalan, saluran, sungai dan masih
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-9
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
banyak lagi. Apabila tanggungjawab pengelola sampah kota tidak secara jelas
ditetapkan, maka akan terjadi saling lempar tanggungjawab diantara pengelola
infrastruktur yang akibatnya dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab tidak
berjalan efektif dan efisien.
Luasnya ruang lingkup pengelolaan sampah tidak saja disebabkan oleh luasnya
sumber-sumber asal sampah, tetapi juga jenis dan karakteristiknya. Sampah
dengan karakteristik tertentu tidak dapat dikelola secara bersama-sama dengan
sampah dengan karakteristik lainnya. Sebagai contoh, sampah medis atau yang
berasal dari rumah sakit atau tempat-tempat pengobatan lainnya harus dikelola
secara terpisah dari sampah rumah tangga. Demikian juga sampah yang berasal
dari industri terutama yang mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3).
Dengan demikian maka harus ada kejelasan jenis sampah yang mana yang
menjadi tanggungjawab dalam pengelolaannya.
Penetapan kejelasan tanggungjawab biasanya lebih terarah pada lingkup tugas
secara operasional. Pengelolaan sampah tidak hanya terbatas pada pembagian
tugas dan tanggungjawab secara operasional, tetapi juga dalam hal
kewenangan dalam pengaturan. Pengaturan kewenangan perlu dilakukan
diantara lembaga dalam Pemerintah Kabupaten, mengingat seperti
kewenangan dalam investasi peralatan, kewenangan dalam penagihan,
kewenangan dalam penerapan sanksi dan lainnya.
Pengelolaan sampah Kabupaten Bandung yang semula diserahkan kepada Dinas
Daerah namun kini digabung dengan Dinas Permukiman dan Tata Ruang dengan
dengan UPTD , dinilai mengalami kemunduran fungsi dan kewenangan. Bentuk
Dinas Kebersihan, dipandang sudah tepat untuk pelayanan saat ini bahkan
untuk 5 tahun mendatang. Bahkan bentuk Dinas Kebersihan selanjutnya dapat
dikembangkan kapasitas otonominya sebagai lembaga yang mandiri dalam
pengelola persampahan secara berjenjang, dalam hal:
a. Kemampuan menjalankan kewenangan dalam perencanaan
pengembangan sistem pelayanan dan pengelolaan sampah
b. Kemampuan penagihan retribusi kebersihan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-10
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
c. Memperoleh perhatian dalam pengalokasian anggaran dan penempatan
personil secara proporsional dengan tuntutan profesionalisme.
(2) Struktur organisasi
Struktur organisasi merupakan alat bagi
kelembagaan untuk mencapai tujuan.
Pengelolaan sampah Kabupaten Bandung
memerlukan struktur organisasi yang
memadai agar seluruh rangkaian kegiatan
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan
dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Tujuan
yang akan dicapai adalah terwujudnya sistem
pengelolaan sampah yang berkelanjutan sehingga kondisi kebersihan kota dapat
terjamin.
Organisasi pengelola kebersihan harus memiliki kedudukan yang jelas di dalam
struktur organisasi Pemerintah Kabupaten. Dengan kedudukan yang jelas,
akan diketahui bagaimana hubungan kerja (komando, delegasi wewenang dan
koordinasi) antara organisasi pengelola kebersihan terhadap komponen
organisasi lain dalam organisasi Pemerintah Kabupaten baik secara vertikal
maupun horizontal.
Struktur organisasi lembaga pengelola kebersihan itu sendiri, meliputi
pengaturan unit-unit kerja yang harus ada dalam struktur untuk menjalankan
fungsi organisasi sehingga seluruh tugas dan tanggungjawab dari pengelola
kebersihan dapat terselenggara dan dapat mencapai tujuan organisasi.
Apabila mengacu kepada referensi tentang fungsi-fungsi organisasi yang
diperlukan dalam organisasi pengelola sampah kota (David Wilson dkk., 2001)
dapat digambarkan sebagai berikut:
(i) Perencanaan / Planning
Dalam struktur organisasi pengelola sampah Kabupaten Bandung harus ada
unit kerja yang menangani perencanaan, baik perencanaan strategis
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-11
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
maupun perencanaan operasional. Termasuk didalamnya adalah
perencanaan terhadap program dan rencana pengendaliannya.
(ii) Operasional
Unit kerja yang memiliki fungsi operasional merupakan unit kerja yang
bertanggungjawab pelaksanaan pelayanan pengelolaan sampah dari hari ke
hari. Unit kerja dengan fungsi ini sangat menentukan keberhasilan
organisasi karena merupakan unsure utama dalam menjalankan tugas
berbagai aspek dalam pelayanan pengelolaan sampah mulai dari
penyapuan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan
akhir sampah. Unit kerja ini berperan sebagai operator dari organisasi
dalam menjalankan pelayanan.
(iii) Pembiayaan/Keuangan
Unit organisasi dengan fungsi pembiayaan (financial) memiliki tugas yang
difocuskan terutama dalam sistem akunting.
(iv) Pendapatan/Income
Unit kerja ini memiliki fungsi difocuskan untuk meningkatkan pengumpulan
jasa pelayanan (retribusi kebersihan) dari pengguna jasa (generating and
collecting revenues)
(v) Administrasi
Unit kerja administrasi merupakan unit kerja penunjang berjalannya
organisasi secara keseluruhan. Dalam unit kerja ini termasuk menjalankan
fungsi manajemen SDM, perlengkapan dan asset, pelayanan hukum, public
relations dan lain-lain.
(vi) Pengawasan dan Pengendalian
Unit kerja ini mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan fungsi
organisasi mengoreksi adanya penyimpangan dan memberrikan umpan
balik untuk perbaikan kinerja organisasi.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-12
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(3) Koordinasi
Objek sampah yang harus dikelola oleh lembaga pengelola sampah Kabupaten
Bandung berada diberbagai lokasi sumber sampah. Diantaranya lokasi sumber
sampah misalnya jalan, saluran, pasar, kawasan komersial, perkantoran dan
lainnya. Lokasi sumber sampah sebagai bagian prasarana kota, memiliki
organisasi pengelola. Agar pengelolaan sampah yang dilakukan oleh lembaga
pengelola sampah Kabupaten Bandung dapat berjalan lancar, maka koordinasi
antara keduanya harus berjalan lancar pula. Sebagai contoh koordinasi antar
organisasi yang harus dibangun dengan baik antara pengelola sampah kota
dengan Dinas Bina Marga, Dinas Pasar, Dinas Pertamanan dan Pertambangan,
Dinas Pengairan, dan lain-lain.
Kebutuhan koordinasi tidak saja dalam hal pelaksanaan pelayanan pengelolaan
sampah secara operasional, tetapi juga dalam hal perencanaan dan
pengawasan. Dalam hal perencanaan diantaranya dalam penempatan fasilitas
persampahan yang perlu didukung oleh perencanaan penggunaan ruang (tata
ruang). Koordinasi dalam pengawasan terutama penerapan peraturan tentang
kebersihan, terkait dengan unit kerja penegak hukum seperti Satuan Polisi
Pamong Praja, Kejaksaan dan Pengadilan.
(4) Kerjasama antar Stakeholder
Keberhasilan penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah ditentukan oleh
peranserta atau kerjasama dari seluruh aktor yang terkait dengan sistem
pengelolaan sampah kota. Lembaga pengelola sampah kota pada satu sisi
berperan sebagai penyedia layanan kepada para pengguna jasa, tetapi diantara
pengguna jasa itu sendiri adalah lembaga-lembaga yang ada dalam organisasi
Pemerintah Kabupaten.
Kerjasama antara lembaga penyedia jasa dengan pengguna jasa sangat penting
untuk mencapai sukses baik pada tataran perencanaan maupun pelaksanaan.
Satu hal penting adalah efektifitas dan kelangsungan sistem pengelolaan
sampah tergantung komitmen dari seluruh pihak sebagai stakeholder untuk
berperanserta/bekerjasama.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-13
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Stakeholder utama dalam pengelolaan sampah dan aktivitas yang harus
diperankan oleh masing-masing diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Lembaga pengelola sampah, yaitu yang paling bertanggung jawab dalam
penyediaan pelayanan pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan akhir sampah, pembiayaan dan penyediaan peralatan
operasional.
2. Bapeda, Dinas Pertanahan yang terlibat dalam konsultasi terutama dalam
rencana pembangunan infrastruktur pengelolaan sampah. Hal ini sangat
diperlukan terutama untuk kegiatan proses pemilihan lokasi untuk
pembuangan akhir dan fasilitas lainnya yang memerlukan penyediaan ruang.
3. Pemerintah Propinsi, yang harus berperanserta dalam kewajiban
penyediaan prasarana dan sarana pembuangan akhir, pengolahan, transfer
station, composting, dimana dalam wilayah Kabupaten itu sendiri tidak
tersedia lahan dalam wilayah kotanya.
4. Masyarakat penimbul sampah didaerah perkotaan berperanserta dalam
penyelenggaraan pelayanan seperti pemilahan sampah disumbernya,
pengumpulan sampah ke lokasi pengumpulan komunal, membayar jasa
pelayanan dan lainnya yang berperan penting terhadap keseluruhan sistem.
5. Kalangan pebisnis. Mereka juga menimbulkan sampah dan punya peran
penting dalam pengelolaan sampah terutama membayar secara langsung
jasa pelayanan sesuai dengan jasa yang diterimanya.
6. Perusahaan sektor swasta punya peran dalam pengumpulan sampah,
penyapuan jalan, pengolahan/daur ulang sampah, pengomposan dan
kegiatan lainnya sebagai mitra dari Pemerintah.
7. Pekerja sektor informal, para pemulung dan para pengusaha pengumpul
barang pulungan skala kecil punya peran yang penting dalam pengurangan
sampah.
8. Lembaga Swadaya Masyarakat memiliki peran untuk ikut meningkatkan
kualitas lingkungan terutama lingkungan masyarakat yang marginal serta
berperan dalam meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
Mereka berperan sebagai mitra pemerintah.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-14
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
9. Organisasi masyarakat yang dinamakan Rukun Tetangga dan Rukun Warga
(RT/RW) berperan aktif dalam penyelenggaraan pelayanan pengumpulan
sampah terutama pada daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan dari
pemerintah.
10. Masyarakat miskin kota yang tinggal di hunian liar yang kebanyakan
menggunakan ruang-ruang publik dan sering kena gusur bahkan sama sekali
tidak terjangkau oleh pelayanan jasa kebersihan perlu mendapat perhatian.
11. Kelompok perempuan memiliki peran penting dalam pengelolaan sampah
secara praktis terutama dari mulai rumah tangga.
(5) Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kualitas sumberdaya manusia dalam lembaga
pengelola sampah menjadi kriteria kunci
keefektifan dan keberlanjutan pelayanan
pengelolaan sampah. Agar lembaga pengelola
sampah Kabupaten Bandung mampu
menyelenggarakan pelayanan pengelolaan sampah
secara berkelanjutan, dibutuhkan SDM yang berkualitas, diantaranya:
Kepala Dinas Kebersihan yang memiliki kemampuan secara menyeluruh
tentang sistem pengelolaan sampah dan memiliki komitment terhadap
maksud dan tujuan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah.
Seorang Pimpinan yang memiliki pengalaman cukup dan senioritas untuk
menjalankan pekerjaannya.
Memiliki staf yang sudah dilatih secara cukup dibidang pengelolaan
sampah dan manajemen secara umum.
(6) Kerjasama Antar Daerah
Pengelolaan sampah sebagai salah satu unsur
dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan
di Kabupaten Bandung, dalam aktifitasnya
membutuhkan keterlibatan Pemerintah
Kota/Kabupaten lainnya sebagai hubungan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-15
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
timbal balik. Penduduk perkotaan di di luar wilayah Kabupaten Bandung dan
perkembangan aktifitasnya mengakibatkan permasalahan sampah yang timbul
tidak dapat diselesaikan di dalam wilayah administrasi kota tersebut.
Kabupaten Bandung memiliki potensi lahan yang memungkinkan menjadi
potensi untuk membangun sarana pengolahan sampah bersama yang dapat
memberikan manfaat lebih apabila dibandingkan hanya untuk kepentingan
sendiri.
Kerjasama antar lembaga pemerintah dalam hal penyelenggaraan sistem
pengelolaan sampah untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh kedua
atau antar pemerintah kota menjadi sangat penting. Keberadaan lembaga
tertentu yang bertugas untuk mengatur kerjasama antar pemerintah
diperlukan, dan harus pula ditindak lanjuti kerjasa antar lembaga pelaksana
pengelolaan sampah dari masing-masing kota/daerah.
5.1.3 Rencana Pengembangan
Berdasarkan pada analisis kebutuhan sebagaimana diuraikan di atas,
disampaikan rekomendasi yang merupakan arah rencana pengembangan aspek
kelembagaan dalam periode 20 tahun mendatang.
(1) Bentuk Lembaga
Bentuk lembaga pengelola kebersihan di Kabupaten Bandung saat ini yaitu
Dinas Kebersihan pada dasarnya sudah cukup memadai untuk mengelola
kebersihan di wilayah Kabupaten Bandung pada periode 5 tahun dengan
pertimbangan:
a. Jumlah penduduk urban yang harus dilayani,
b. Jumlah beban timbulan sampah yang harus dikelola,
c. Jumlah prasarana dan sarana yang digunakan,
d. Jumlah pegawai yang cukup besar,
e. Kebutuhan alokasi anggaran,
f. Kebutuhan kapasitas kelembagaan yang memadai,
g. Urusan kewenangan yang harus dijalankan sudah jelas,
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-16
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Berdasarkan kebutuhan dalam jangka panjang, maka bentuk lembaga yang saat
ini dan 5 tahun ke depan berupa Dinas Kebersihan dapat berkembang dan
menuju menjadi lembaga yang secara financial dan ekonomi dapat mandiri
melalui proses dan tahapan:
a. Peningkatan kinerja pembiayaan untuk menjadi Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD).
b. Pengelolaan BLUD yang mengarah kepada kinerja keuangan secara impas
(cost recovery).
c. Peningkatan kinerja BLUD mengarah kepada lembaga Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD).
d. Pengembangan BUMD menjadi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) dan
mengarah kepada PT Persero.
(2) Penguatan Kelembagaan Non Pemerintah dan Swasta Formal
Penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah Kabupaten Bandung tidak akan
mampu hanya diselenggarakan oleh lembaga formal Pemerintah. Pelayanan
pengumpulan sampah dari rumah ke rumah, kegiatan pengurangan,
pemanfaatan dan pengolahan sampah, pendidikan dan peningkatan kesadaran
masyarakat dibidang kebersihan kegiatan kemasyarakatan dan permasalahan
lingkungan, merupakan bentuk kegiatan yang sangat membutuhkan peran
lembaga non formal dan swasta formal atau lembaga non pemerintah.
Pemerintah Kabupaten Bandung harus membuka ruang bagi keterlibatan
lembaga non pemerintah dan menjadikan mereka sebagai bagian dalam
menjalankan roda sistem pengelolaan sampah kota.
Pengelolaan sampah merupakan pekerjaan yang harus terus menerus berjalan,
sehingga lembaga yang terlibat dalam pengelolaan sampah harus merupakan
lembaga yang bersifat permanen dan harus berkelanjutan. Penguatan
kelembagaan Non Pemerintah dan Swasta sebagai pelaku pengelola sampah
dibangun melalui mekanisme insentif dan atau subsidi pada fase awal dan
perkembangan lembaga dan membangun kemandirian untuk mampu hidup
berkelanjutan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-17
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
(3) Sumber Daya Manusia
Pemenuhan kebutuhan sumberdaya manusia untuk menyelenggarakan
pelayanan pengelolaan sampah, didasarkan kepada struktur organisasi yang
digunakan dan perkembangan beban kerja.
Perhitungan kebutuhan pegawai ini dengan asumsi bahwa kebutuhan prasarana
dan sarana sesuai dengan skenario operasional.
Tabel 5.4Perhitungan Kebutuhan Pegawai
Penyapuan & Pengumpulan 40 70 120
Pengangkutan dan Pembuangan 60 135 150
Prasarana dan Sarana 10 20 30
Administrasi 6 20 20
Perencanaan & Pengawasan 4 5 10Jumlah 120 250 330
Perkiraan Kebutuhan PegawaiUnit Kerja
2008 - 2010 2010 - 2018 2028
(4) Mekanisme Koordinasi
Tujuan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan
sampah akan dapat tercapai dengan baik apabila
seluruh kegiatan dilaksanakan secara
terkoordinasi baik dari mulai perencanaan,
pelaksanaan maupun dalam pengawasan dan
pengendalian.
Berikut ini adalah pihak-pihak atau lembaga yang harus terlibat dalam
koordinasi sebagaimana dimaksud.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-18
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 5.5Mekanisme Koordinasi
Mekanisme koordinasi tidak hanya dilakukan secara internal dalam lingkup
Pemerintahan Kabupaten Bandung, tetapi juga secara horizontal antar
Pemerintahan (Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang) dan koordinasi secara vertical kepada
Pemerintah Provinsi.
Bidang Koordinasi Kelembagaan
Koordinasi Perencanaan
Konsep Kebijakan Pengelolaan Sampah Walikota, DPRD, Ormas,LSM
Penggunaan ruang fasilitas kebersihan Bappeda, Dinas Kimtawil
Konsep Teknik Operasional Pakar Persampahan, Akademisi dan Praktisi
Konsep Kelembagaan Bagian Organisasi
Konsep Pembiayaan Bagian Keuangan
Konsep Peraturan Bagian Hukum
Konsep Peranserta Masyarakat Bagian Humas, Tokoh Masyarakat, Ormas, LSM
Koordinasi dalam pelaksanaan pelayanan
Pengelolaan Kebersihan Pemukiman RT, RW, Lurah dan Camat, Ormas, LSM
Pengelolaan Kebersihan Jalan, saluran Dinas Bina Marga/Permukiman danTata Wil.
Pengelolaan Kebersihan Pasar Dinas Pengelola Pasar/Industri dan perdagangan
Pengelolaan Kebersihan Rumah Sakit Dinas Kesehatan
Pengelolaan Kebersihan Terminal dan Stasiun Dinas Perhubungan
Pengelolaan TPA Pengelola sampah Kota/Kabupaten Bandung
Koordinasi dalam pengawasan pelayanan
Pengelolaan Kebersihan Pemukiman RT, RW, Lurah dan Camat, Ormas, LSM
Pengelolaan Kebersihan Jalan, saluran Dinas Bina Marga/Permukiman dan Tata Wil.
Pengelolaan Kebersihan Pasar Dinas Pengelola Pasar/Industri dan perdagangan
Pengelolaan Kebersihan Rumah Sakit Dinas Kesehatan
Pengelolaan Kebersihan Terminal dan Stasiun Dinas Perhubungan
Pengelolaan TPA Pengelola sampah Kota/Kabupaten Bandung
Penerapan Peraturan Daerah Sat.Polisi Pamong Praja, PPNS
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-19
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
55..22 RReennccaannaa PPeennggeemmbbaannggaann AAssppeekk PPeerraattuurraann
5.2.1 Jenis Peraturan
Jenis peraturan yang saat ini digunakan sebagai dasar penyelenggaraan
pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung meliputi :
Perda No. 31 Tahun 2000 tentang Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, dan
Kesehatan Lingkungan
Perda No. 27 tahun 2001 tentang Izin Restribusi Pengelolaan Limbah Padat
Perda No. 9 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah
Kabupaten Bandung
Berdasarkan kebutuhan jenis peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pengelolaan persampahan, maka jenis peraturan yang ada saat ini perlu
ditambah jenisnya sehingga meliputi:
1. Peraturan hukum yang mengatur tentang ketertiban umum, kewajiban
melaksanakan pemenuhan sistem pengelolaan sampah dan larangan
memperlakukan sampah yang mengakibatkan gangguan kesehatan,
pencemaran lingkungan dan keselamatan umum. Perturan ini ditujukan
kepada setiap pemeran baik perorangan atau badan.
2. Peraturan hukum yang menetapkan status perencanaan strategis/master
plan/rencana induk pengelolaan sampah kota untuk menjamin konsistensi
kebijakan dan program pengelolaan sampah secara terintegrasi dengan
pengelolaan prasarana lainnya.
3. Peraturan hukum yang menetapkan bentuk lembaga dan organisasi pengelola
sampah.
4. Peraturan hukum yang mengatur tentang tatacara penyelenggaraan
pengelolaan sampah yang mencakup seluruh lokasi sumber timbulan sampah.
5. Peraturan hukum yang mengatur tentang tarif jasa pelayanan kebersihan
dengan besaran yang memadai dan fleksibel terhadap perubahan kondisi
finansial.
6. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama antar daerah dalam
penyelenggaraan pengolahan dan pembuangan akhir.
7. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama dan peranserta swasta
dalam pengelolaan sampah.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-20
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
5.2.2. Materi Pengaturan
Materi pengaturan yang tertuang dalam setiap jenis peraturan dirancang secara
komprehensif, sehingga mengandung materi pengaturan secara memadai untuk
mampu membangun sistem pengelolaan sampah secara berkelanjutan.
1. Materi pengaturan Kewajiban dan larangan bagi penimbul sampah
a. Kewajiban umum dalam pengelolaan sampah
Menyediakan dan menggunakan wadah sampah yang sesuai
kapasitas, estetis, higienis, mudah dikosongkan, (layak teknis)
Gunakan wadah terpisah untuk sampah organik dan non organik
pada daerah yang sudah diberlakukan
Tidak membuang sampah ke jalan, sarana transportasi, taman
dan tempat umum lainnya
Waktu dan tempat menaruh sampah
Tidak membakar sampah di halaman rumah, di kontainer dan
tempat-tempat umum lainnya
Tidak membuang sampah ke saluran drainase dan sungai, atau
lahan-lahan kosong/lahan tidur perkotaan
Membayar penuh tagihan ongkos jasa yang ditetapkan (retribusi)
Bertanggung jawab atas kebersihan jalan di muka persilnya,
termasuk saluran air, pejalan kaki
Sampah B3, makanan kadaluwarsa, pecahan gelas
b. Kewajiban pedagang
Menjalankan kewajiban secara umum
Membayar tagihan jasa pelayanan atau retribusi kebersihan
Bila menggunakan jasa cleaning service, gunakan cleaning
service yang terdaftar
Menggunakan wadah sampah yang higienis dan mudah
dioperasikan/dikosongkan
Membersihkan halaman depan dan trotoar didepan usahanya
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-21
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tidak menyembunyikan makanan kedaluwarsa atau sampah
lainnya
Membersihkan saluran drainase dan roil
Minimasi bungkus yang diberikan pada pembeli
c. Kewajiban institusi, komersial dan industri
Menjalankan kewajiban umum
Menyediakan wadah sampah untuk menampung sampah yang
ditimbulkannya : higienis, estetis, mudah dikosongkan,
Membayar jasa pelayanan yang ditetapkan/retribusi kebersihan
Menggunakan jasa cleaning service yang terdaftar
Menggunakan fasilitas TPA yang ditetapkan
Dilarang membakar sampah di tempat tanpa menggunakan
instalasi pembakaran yang aman (tidak polutif)
Membersihkan area dan tempat disekelilingnya
Menjaga catatan tentang sampahnya
d. Kewajiban pengelola sampah swasta
Menjalankan kewajiban umum
Boleh beroperasi bila ada lisensi
Memenuhi administrasi untuk memperoleh dan pencabutan
lisensi
Membayar penuh sesuai dengan ketetapan
Mengoperasikan kendaraan dan container yang memadai
Menggunakan TPA resmi
Mendaftarkan pelanggan yang dilayani
Menjaga catatan tentang sampah yang dikelola
e. Kewajiban pengelola daur ulang
Menjalankan kewajiban umum
Mendaur ulang dan mengolah hanya pada lokasi yang disetujui
Tidak membakar dan memotong kabel PVC dan material lainnya
Menyimpan material daur ulang
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-22
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Membuang residu di TPA resmi
f. Sanksi terhadap orang atau badan yang tidak memenuhi kewajiban
dan melanggar dari larangan.
2. Materi pengaturan pengumpulan, penyapuan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan sampah dengan mengakomodasi prinsip
pengelolaan sampah terkini dan ketentuan perlindungan lingkungan
a. Metode dan teknik, tingkat kualitas, periodisasi, pelayanan
pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber sampah
pemukiman, pasar, tempat umum, daerah komersial
b. Jenis,teknologi, bahan Sarana dan prasarana pengumpulan dan
pengangkutan
c. Penjadwalan pengumpulan dan pengangkutan
d. Pelayanan penyapuan jalan, jenis jalan dan frekuensi penyapuan
e. Penetapan lokasi tempat penampungan sampah sementara dan
persyaratan kesehatan lingkungannya
f. Penetapan lokasi pengolahan dan jenis pengolahan
g. Pemilihan dan penetapan lokasi tempat pembuangan
h. Ketentuan pembuangan yang aman bagi lingkungan
3. Materi pengaturan tentang tarif pelayanan
a. Jenis pelayanan yang diselenggarakan (termasuk pelayanan minimal)
b. Kelompok wajib bayar atau objek wajib bayar
c. Penetapan kelompok disubsidi dan mensubsidi dengan prinsip, yang
kaya mensubsidi yang miskin, yang komersial, mensubsidi yang sosial.
d. Mulai diupayakan retribusi sebagai alat pengendalian tingkat timbulan
sampah dan pemilahan sampah.
e. Ketentuan penetapan besaran (besaran yang memadai untuk mampu
membiayai pelayanan minimal), yang sebaiknya juga merefleksikan
jumlah sampah yang diserahkan
f. Besaran tarif yang harus dibayar
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-23
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
g. Ketentuan pembayaran/penagihan (tahunan, bulanan, mingguan,
harian, setiap membuang)
h. Sanksi keterlambatan atau penunggakan
4. Materi pengaturan pembentukan lembaga pengelola sampah kota
a. Bentuk, Kedudukan, tugas pokok dan fungsi lembaga
b. Kepemilikan aset/permodalan
c. Struktur organisasi
d. Sistem manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
e. Kepengurusan lembaga (persyaratan pengangkatan dan
pemberhentian)
f. Uraian tugas
g. Pertanggungjawaban pengelolaan
5. Materi pengaturan tata letak, perancangan, konstruksi dan operasional
saarana persampahan
a. Penetapan lokasi TPS, tempat pengolahan dan TPA dalam peraturan
tata ruang kota
b. Penyediaan ruang tempat penampungan sampah dan atau pengolahan
bagi setiap pembangunan yang potensial menimbulkan sampah
seperti pemukiman baru, apartemen, pasar, dan lainnya
c. Memperhatikan kaidah teknik sarana dan prasarana kebersihan yang
telah ditetapkan
d. Perijinan pengolahan sampah
e. Perijinan pembuangan sampah
f. Perancangan, pembangunan dan pengoperasian TPA
g. Konsultasi masyarakat tentang pembangunan TPS, pengolahan dan
pembuangan sampah
h. Kelengkapan sarana perlindungan lingkungan.
6. Materi pengaturan kerjasama antar kota/daerah
a. Kerjasama antar daerah dan kota dalam hal pengendalian aliran
material potensi sampah.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-24
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
b. Kerjasama antar daerah dalam pengelolaan TPA
c. Kerjasama antar daerah dalam pengelolaan kebersihan sungai
d. Ketentuan penetapan kelembagaan pengelola fasilitas kerjasama
e. Fungsi dan status lembaga
f. Ketentuan pengambilan keputusan
g. Ketentuan pengawasan kerjasama
7. Peraturan tentang kerjasama dengan swasta/peranserta swasta dan
investasi di bidang pengelolaan sampah kota
a. Jenis-jenis /lingkup kegiatan pengelolaan sampah yang dapat
dikerjasamakan dengan swasta
b. Jenis-jenis investasi dalam pengelolaan sampah
c. Kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah untuk menarik investor
d. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh swasta/investor dengan
penekanan kepada pemenuhan kompetensi
e. Bentuk kerjasama atau jenis investasi yang akan dilakukan
f. Insentif dan disinsentif
5.2.3. Penerapan Peraturan
Rancangan pengembangan jenis peraturan dan materi pengaturan tidak akan
memberikan manfaat dalam perbaikan sistem pengelolaan persampahan,
apabila tidak secara konsisten dilaksanakan. Oleh karena itu rancangan
langkah-langkah penerapan peraturan adalah sebagai berikut:
1. Seluruh peraturan yang ada dan telah diterbitkan, disosialisasikan
kepada masyarakat luas, termasuk kewajiban dalam melaksanakan
pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
sampah.
2. Dokumen peraturan yang telah diterbitkan mudah diperoleh oleh
masyarakat dan harus tersedia di kantor pelayanan masyarakat terdekat
yaitu di kantor Kelurahan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal V-25
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
3. Setiap lembaga yang tugas dan tanggungjawabnya terkait dengan materi
pengaturan dalam peraturan yang telah diterbitkan, bertanggungjawab
dalam pelaksanaannya.
4. Polisi Pamong Praja memberikan porsi yang sama dalam penegakan
aturan pengelolaan sampah/kebersihan seperti halnya peraturan daerah
lainnya yang terkait dengan masalah ketertiban umum.
5. Penerapan hukum dengan mengedepankan pendekatan persuasif, dan
tindakan represif dilakukan sebagai tindakan akhir.
6. Frekuensi sidang tindak pidana ringan terhadap pelanggaran peraturan
ditingkatkan terutama di tempat-tempat umum.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-1
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung seperti diuraikan
pada bab sebelumnya bahwa, dalam setiap aspek menghadapi permasalahan
yang bermuara pada satu pertanyaan, bagaimana menciptakan Kabupaten
Bandung bersih, bebas sampah di setiap
aktifitas kota. Jawabannya jelas
memerlukan partisipasi, atau peran aktif
setiap komponen masyarakat Kabupaten
Bandung. Tidak saja Pemerintah,
masyarakat umumnya, atau kelompok
masyarakat khusus seperti masyarakat
industri sangat menentukan pencapaian
sasaran tersebut. Munculnya partisipasi
aktif dari setiap komponen masyarakat
merupakan target yang dituju.
6.1 Analsisis Kebutuhan Pengembangan Program Peningkatan Peran Sertamasyarakat
Sangat disadari bahwa dalam upaya peningkatan
peran serta masyarakat perlu adanya upaya
besar, menyentuh manusia sebagai faktor utama
keberhasilan. Untuk itu perlu adanya suatu
program menyeluruh yang dilaksanakan secara
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-2
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
intensif. Kunci efektifitas program ini adalah tumbuhnya partisipasi aktif
masyarakat dalam pengelolaan sampah. Hal ini dimaksudkan agar masalah
pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah,
melainkan menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Agar partisipasi
masyarakat terwujud secara nyata perlu adanya usaha yang membangkitkan
motivasi, kemampuan, kesempatan, dan menggali serta mengembangkan
potensi yang ada pada masyarakat, sehingga masyarakat bersedia berpartisipasi
dalam pengelolaan sampah secara berkesinambungan dan konsisten. Secara
mendasar sentuhan aspek manusia harus mencapai perubahan persepsi, sikap
dan perilaku. Dengan demikian, upaya peningkatan partisipasi aktif masyarakat
merupakan proses pendidikan, dimana masyarakat ditempatkan tidak hanya
sebagai obyek melainkan sedapat mungkin sebagai pelaku proses.
Pola pendidikan yang efektif akan sangat
tergantung dari tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku yang telah ada saat ini di
masyarakat. Tingkat pengetahuan
masyarakat Kab. Bandung akan pengelolaan
sampah yang baik dan benar, terukur sudah
cukup, terutama didapat dari terpaan
media. Karakter masyarakat yang masih
cukup ‘guyub’ memungkinkan penyebaran
informasi yang cepat. Namun demikian, pengetahuan yang cukup belum
menandakan sikap dan perilaku yang baik. Masyarakat yang sudah tahu, belum
tentu melakukannya. Kebanyakan masyarakat di Kab. Bandung, memiliki sikap:
“sampah bukan urusan saya”. “kalau ada yang mau memanfaatkan sampah
saya, ya silakan. Tapi saya mah tidak ada waktu” dll. Jadi secara sikap,
masalah sampah memang belum menjadi perhatian serius masyarakat
Kab.Bandung.
Persepsi masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, adalah urusan masing-
masing. Mereka tidak mau saling mengingatkan jika ada tetangga atau
masyarakat lain di sekitar mereka yang melakukan tindakan yang merusak
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-3
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
kebersihan lingkungannya. Ada persepsi bahwa mengingatkan pihak lain adalah
urusan orang luar (misal jika ada proyek khusus itu, yaitu urusan pengelola
sampah. Atau bisa juga dimaksudkan bahwa pihak pemerintahlah yang harus
turun tangan mengingatkan).
Adapun persepsi masyarakat tentang hidup sehat, masih dianggap hal ini
penting. Di Mekar jaya misalnya, mereka biasa membersihkan halaman dan
lingkungan rumahnya sendiri dua hari sekali. Hal ini agak berbeda dengan
masyarakat Sukasari, yang lebih ‘kota’. Karena ada pembantu, misalnya, ya
pembantu itu yang harus membersihkan setiap hari. Secara fisik, bisa dilihat
juga bahwa lingkungan di Mekar Jaya relatif bersih dan rapi. Sedangkan di
lokasi Sukasari, pengkaji menemukan bahwa walaupun ada lokasi pembuangan
sampah yang tidak terlalu jauh, tetapi terdapat beberapa titik tumpukkan
sampah di tepi sungai/parit.
Fenomena di masyarakat Kab.Bandungmemperlihatkan suatu kondisi di mana
persepsi masyarakat terhadap masalah kebersihan ada pada tatanan
pengetahuan belum masuk pada tatanan sikap. Ketika suatu program masuk,
dan hanya tunggal membahas sampah, maka masyarakat tidak akan terlalu
tertarik. Masyarakat hanya tertarik pada ilmu-ilmu yang bisa segera mereka
manfaatkan dan nyata hasilnya.
Karena itu, Dewasa ini memang terdapat kecenderungan di dunia community
Development maupun Community Organizing, agar menggunakan pendekatan
program yang holistik. Artinya, meskipun maksud kita adalah membangun
bidang pertanian misalnya, tetapi harus siap juga untuk membahas politik atau
ekonomi bersama masyarakat. Hal ini disebabkan arena memang masyarakat
menghadapi masalah yang kompleks, multifaktor, saling terkait antar
faktor/masalah. Masalah sampah, bukanlah hanya soal membuat lingkungan
kita bersih, tetapi harus dijelaskan juga oleh program ini bahwa melalui entry
point sampah, akan ada banyak masalah di masyarakat yang teratasi .
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-4
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Berdasarkan pada fenomena ini, usaha peningkatan pelayanan kepada
masyarakat yang dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat,
harus dikemas dengan lebih kreatif. Misalnya, meskipun ini hanya program yang
titik beratnya kampanye pemilahan sampah, tetapi perancang program harus
mempersiapkan suatu metodologi yang bisa membuat paham masyarakat bahwa
gerakan ini merupakan bagian dari sebuah upaya untuk memperbaiki aspek-
aspek lain dari kehidupan masyarakat, seperti meningkatkan ekonomi
masyarakat, mempengaruhi kebijakan, bahkan mungkin menyelamatkan bumi
dari isu pemanasan global.
Pendampingan masyarakat, harus bisa membuka cakrawala berpikir
masyarakat, dan meningkatkan minat mereka untuk menjaga sustainabilitas
program secara mandiri (setelah program/proyek selesai). Oleh karena itu,
‘kecanggihan’ metode pembelajaran harus diterapkan. Pendekatan program
yang konvensional, misalnya dengan penyuluhan/ceramah oleh petugas, tidak
akan ada manfaatnya untuk menimbulkan minat masyarakat. Tetapi, jika yang
memberi penyuluhan adalah para pelaku yang ‘pernah’ nampang di TV sebagai
pengusaha sukses, mungkin hal ini akan lebih membekas di hati masyarakat.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kab.
Bandung, yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang mampu
berpatisipasi secara aktif dalam pengelolaan sampah di lingkungannya pada
dasaranya bertujuan agar masyarakat turut serta aktif baik secara individu atau
berkelompok dalam mewujudkan kebersihan lingkungan, tindakan nyata yang
diharapkan adalah :
Partisipasi aktif individual, berupa keikutsertaan setiap individu untuk
membantu terciptanya mekanisme pengelolaan sampah yang kondusif.
Sebagai individu di sumber, masyarakat dituntut untuk mampu
mengelola sampah secara mandiri. Tindakan nyata yang dapat dilakukan
adalah memilah sampah atas organik dan anorganik sedemikian hingga
memudahkan dilakukannya perolehan kembali oleh pihak atau lembaga
lain yang akan melakukan proses pendayagunaan sampah.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-5
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Partsipasi komunal, berupa kesertaan masyarakat secara komunal dalam
upaya mengatasi permasalahan sampah di lingkungannya. Tindak nyata
yang dapat dilakukan misalnya melakukan usaha pengomposan komunal,
dan usaha pendayagunaan sampah lainnya yang sesuai dengan potensi
yang ada di lingkungan setempat.
Diharapkan dengan program ini masyarakat dapat memahami dan melaksanakan
tata cara pengelolaan sampah sesuai dengan yang ditetapkan di Kabupaten
Bandung untuk lingkungannya. Atau masyarakat diberi keleluasaan untuk
menentukan cara pengelolaan sampah yang sesuai dengan wilayahnya, tetapi
tidak menyalahi aturan yang ditetapkan. Dan juga, tumbuhnya kesadaran
masyarakat akan kewajibannya membayar retribusi menjadi sasaran dari
program ini.
Program terpadu dalam upaya peningkatan
partsipasi aktif masyarakat, perlu dilakukan
secara terus menerus, terarah dan terencana,
berkesinambungan serta melibatkan berbagai
unsur baik pemerintah maupun masyarakat.
Untuk itu perlu dikembangkan strategi dengan
pendekatan edukatif-persuasif dengan penerapan prinsip bottom-up. Edukatif
berkaitan dengan pendidikan atau pemaparan pengetahuan tentang sampah
dan segala permasalahannya pada seluruh lapisan masyarakat. Namun
demikian, kendala adanya perilaku masyarakat dewasa yang apatis terhadap
program-program pembangunan kota akan menjadi penghambat dalam
pelaksanaannya. Untuk itu perlu dicari kelompok-kelompok sasaran dengan
kriteria masih memiliki idealisme dan atau belum terkotori/ terpengaruhi oleh
pemikiran negatif. Persuasif berkaitan dengan upaya menghadirkan contoh
nyata bagi masyarakat sehingga akan menggugah perilaku dan sikap
masyarakat.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-6
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Selanjutnya penyebaran informasi merupakan
langkah penting yang perlu dilakukan dalam
kerangka peningkatan partisipasi aktif masyarakat.
Pendidikan masyarakat akan menjadi efektif bila
pemaparan menggunakan media masyarakat
setempat. Para inisiator yang telah hadir dari
masyarakat harus diangkat untuk tampil menjadi contoh bagi masyarakat
lainnya. Dengan demikian, penyebaran informasi dengan menggunakan
berbagai media masyarakat perlu dilakukan secara terprogram yang menjamin
kontinuitas pemaparan.
Ketika persepsi, sikap dan perilaku menunjukkan
arah pergeseran positif, maka sistem insentif bagi
para partisipan harus telah siap. Pengembangan
pola insentif bagi masyarakat dan transparansi
manajemen lembaga pengelola kebersihan,
terutama yang berkaitan dengan imbalan dan jasa
yang telah dibayarkan masyarakat kepada lembaga pengelola harus segera
digulirkan. Hal ini dimaksudkan sebagai pola dasar pengembangan partsipasi
masyarakat sebagai penentu kebijakan. Dengan adanya transparansi,
masyarakat diajak untuk berfikir, dan turut serta memberikan solusi dalam
segala permasalahan yang dihadapi sistem. Wujud keberhasilan keterbukaan
antara masyarakat dan manajemen pengelola adalah terciptanya saling
kepercayaan, dan menjadikan masyarakat sebagai penentu kebijakan bagi
pihak pengelola sampah kota.
6.2 Tahapan Pengembangan Program
Jika kita merencanakan untuk menggunakan pendekatan yang holistik, maka
untuk kampanye pengelolaan sampah akan lebih pas jika kita menekankan
kepada perilaku bersih. Karena tema ini jauh lebih sistemik daripada hanya
membicarakan sampah atau daur ulang sampah. Dalam tema ini, akan termasuk
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-7
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
manajemen sampah, kebersihan lingkungan, kebersihan diri, pemanfaatan
sampah, pengurangan sampah, dll. Oleh karena itu, program peningkatan peran
serta aktif masyarakat di Kab. Bandung perlu dilakukan dalam dua arah yaitu
membangun suatu kelompok contoh di wilayah tertentu dan mengembangkan
kampanye tingkat kota sehingga masalah sampah dapat terisu kan dengan
spektrum yang luas.
Pelaksanaan Kampanye pengelolaan sampah di tingkat kota, harus didasarakan
pada suatu kerangka strategi komunikasi massa. Pengembangan strategi
komunikasi itu mencakup pemilihan media-media dan kombinasi media,
pengembangan pesan-pesan, dan pemilihan pendekatan yang tepat serta
menumbuhkan partisipasi khalayak, dalam upaya pencapaian tujuan program
Pengembangan strategi komunikasi ini pada umumnya lakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
Mempelajari dan mengkaji tujuan komunikasi yang telah ditetapkan
Mengkaji perubahan tingkat PSP/K dan kepercayaan yang diinginkan
Mengkaji kembali indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
Mengembangkan pesan-pesan pokok yang cocok dengan tingkat PSP/K
khalayak strategis kita
Memilih metode-metode komunikasi yang cocok untuk menjangkau khalayak
strategis kita sesuai dengan prubahan yang diinginkan
Memilih alternatif jenis-jenis media yang cocok dan kombinasinya
Mengkaji jenis-jenis media yang teridentifikasi dilihat dari dana, fungsi
media, saluran media dan karakteristik khalayak kita
Menentukan jenis media dan kombinasinya
6.3 Kerangka Program Pengembangan Peran Serta Masyarakat (dalam
kampanye pengelolaan sampah)
Berkaca dari realita terpaan media (berdasarkan survei KAP) kecenderungan
masyarakat kota dan kabupaten Bandung adalah masyarakat yang telah
memiliki pengetahuan yang tinggi tentang pengelolaan sampah yang seharusnya
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-8
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
dilakukan. Hanya saja, karena belum didukung oleh adanya motivasi/sikap,
maka pengetahuan tersebut belum digunakan untuk mengatasi masalah
kebersihan sehari-hari. Ketiadaan motivasi ini juga yang menyebabkan upaya
untuk memperoleh keterampilan yang mendukung, kurang diminati.
Oleh karena itu, kelihatannya ada kebutuhan akan suatu program yang
integratif, memanfaatkan tingkat terpaan media yang cukup tinggi, untuk men-
suply masyarakat dengan contoh-contoh baik dan nyata (terjadi di lingkungan
yang sama dengan mereka) agar timbul motivasi untuk meningkatkan
keterampilan dan menggunakan pengetahuan serta keterampilan mereka untuk
tindakan nyata.
Program ini harus menyentuh beberapa aspek kebutuhan masyarakat, misalnya:
menyajikan keuntungan ekonomis yang masuk akal, teknik/metode yang tidak
terlalu sulit atau sederhana untuk dilakukan, dampak yang cukup relevan
terhadap kebersihan lingkungan. Program secara bertahap berkembang, mulai
dari mendukung inisiatif-inisiatif lokal yang sudah ada, menyebarluaskan ‘virus’
inisiatif ke wilayah yang lebih luas, dan pada gilirannya, didukung oleh
kebijakan penguasa.
Dua manfaat yang menjadi target program adalah bagi masyarakat dan bagi
aparat pemerintah. Bagi masyarakat, bisa diharapkan dalam beberapa tahun
tercipta lingkungan yang lebih sehat dan indah, sehingga bisa terjadi penurunan
tingkat penyakit yang disebabkan sanitasi yang buruk. Selain itu, program ini
juga diharapkan dapat lebih menyebarluaskan semangat kewiraswastaan untuk
mengurangi tingkat pengangguran. Bagi pemerintah, program ini bisa menjadi
bahan share learning bagi daerah-daerah lain, tentang bagaimana sebuah
pemerintahan membangun kebijakan yang berbasis masyarakat. Semangat
kewiraswastaan yang meningkat dari masyarakat, berarti berkurangnya beban
pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja. Inisiatif lokal yang didukung
oleh pemerintah, bisa membantu terciptanya sistem pengelolaan
sampah/kebersihan yang jauh lebih hemat dan efektif. Sehingga beban
pemerintah untuk membuat/mencari TPA diharapkan bisa berkurang.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-9
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Secara garis besar, program kampanye ini akan terdiri dari tiga tahapan besar,
yakni:
1. Best Practises Campaign
2. Share Learning
3. Advokasi kebijakan publik
Pada tahap pertama, personil program akan mengadakan identifikasi inisiatif-
inisiatif lokal di kalangan masyarakat maupun kantor/instansi. Identifikasi bisa
berdasarkan beberapa hal:
Berdasarkan jenis sampahnya: best practises dalam daur ulang sampah
kaleng, plastik, kompos, bokasi, dll
Berdasarkan komunitasnya: best practises komunitas pasar yang berhasil
mengelola sampahnya dengan baik, atau dari komunitas suatu instansi,
terminal, lingkungan warga: RT, RW,dll.
Hasil identifikasi best practises tersebut kemudian dipublikasikan melalui
beberapa cara misalnya:
Penerbitan buletin sampah yang terbit berkala
Press tour ke lokasi-lokasi best practises tersebut
Program ‘membeli’ kolom di koran lokal untuk memberitakan/mem-
blow up best practises tersebut
Pembuatan modul bagi bahan pembelajaran pengelolaan sampah
berdasarkan pengalaman masyarakat
Lokakarya untuk mengangkat suara para praktisi best practises tersebut
tentang alternatif gerakan ‘menuju Kab. Bandung bersih, sehat, dan
sejahtera 2013’ (misalnya). Bisa saja beberapa gagasan diangkat disitu,
seperti misalnya kebutuhan para praktisi akan adanya ‘pasar sampah’,
dll.
Proses ini harus didukung dengan dokumentasi yang baik. Terutama untuk
mengabadikan konsep-konsep pengelolaan sampah, yang akan menjadi media
pembelajaran di fase berikutnya (share learning).
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-10
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pada tahap kedua, fase share-learning, program akan memfasilitasi para
praktisi tersebut untuk berbagi dengan menggunakan media pembelajaran yang
telah dihasilkan sebelumnya (modul, buletin, dll). Sehingga, justru para praktisi
tersebut yang akan menjadi garis depan program untuk menimbulkan motivasi
masyarakat untuk bergerak.
Program bisa menentukan beberapa lokasi percobaan (pilot project) bagi para
praktisi tersebut untuk berbagi ilmu dengan masyarakat/komunitas lain.
Tahapan ini pun sebaiknya tetap di back-up oleh media-media publikasi seperti
buletin maupun press release. Sehingga masyarakat akan termotivasi, dan
memunculkan best practises tahap kedua (generasi praktisi berikutnya).
Pada tahap ketiga, setidaknya dengan adanya pengalaman-pengalaman
tersebut, program mulai mengajak masyarakat dan pemerintah duduk bersama
untuk menjadikan gerakan program ini menjadi gerakan bersama yang didukung
oleh kebijakan.
Adapun keluaran yang bisa diharapkan per tahapan adalah sebagai berikut:
1. Tahun pertama : akan teridentifikasi best-practises dalam pengelolaan
sampah dan produksi media-media tentangn best practises tersebut.
Media yang dimaksud bisa berupa: rangkaian roadshow itu sendiri, dan
atau media-media program seperti buletin, artikel di koran, dll.
2. Tahun kedua : tersosialisasikannya best practises kepada komunitas lain
3. Tahun ketiga : tumbuh dan berkembangnya praktek-praktek pengelolaan
sampah
4. Tahun keempat : terdokumentasikannya praktek-praktek baru tersebut
(identifikasi best practises tahap berikut)
5. Tahun keempat : gerakan bersama komunitas untuk mengadvokasi
kebijakan publik tentang kebersihan
6. Tahun kelima : keluarnya kebijakan publik yang berbasis partisipasi
masyarakat, dan pengawalan implementasinya.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VI-11
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
7. Tahun keenam dan seterusnya : ter-lembaga-kannya gerakan ini menjadi
bagian dari sistem pengelolaan sampah/kebersihan berbasis masyarakat.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-1
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tiga skenario peningkatan pelayanan pengelolaan
sampah di Kabupaten Bandung telah dikembangkan
(Lihat Bab 3). Skenario optimis diarahkan sesuai
dengan target dan sasaran Nasional. Skenario
moderat adalah skenario pencapaian sasaran
Nasional dalam periode perencanaan. Adapun
skenario pesimis, adalah skenario dengan mempertimbangkan kemampuan
Pemerintah lokal dalam membiayai pengelolaan sampah yang diukur dari
pemahaman terhadap pola pembiayaan 2 tahun terakhir.
Ketiga skenario dikembangkan dengan pendekatan bagi peran antara pelaku-
pelaku pengelolaan sampah yaitu Pemerintah, Masyarakat, Swasta dan juga
sektor informal. Pemerintah dengan Dinas Kebersihannya, merupakan pelaku
utama pengelolaan sampah di Perkotaan, sedangkan masyarakat merupakan
pelaku pengelolaan berbasis masyarakat yang menjadi strategi pelayanan untuk
perdesaan. Swasta pada dasarnya untuk 20 tahun mendatang, masih menjadi
suatu opsi lain yang belum prioritas. Adapun target obyek pengelolaan yang
diberikan kepada swasta adalah dalam upaya pengolahan sampah sehingga
beban penimbunan TPA dapat berkurang. Sektor informal, kehadirannya
diharapkan akan tetap memberikan kontribusi pada penanganan sampah
anorganik.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-2
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 7.1 berikut memperlihatkan perbandingan ketiga skenario.
Tabel 7.1Perbandingan Ketiga Skenario Peningkatan Pelayanan Pengelolaan Sampah
Komponen Satuan Jangka Pendek
2009 – 2010
Jangka Menengah
2011 - 2015
Jangka Panjang
2016 - 2028Skenario-1
1) Timbulan Sampah Total m3/hr 5.176 6.019 7.790
2) Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2.973 3.457 3.902
3) Beban Pelayanan Perdesaan m3/hr 2.203 2.562 3.888
4) Tingkat Penimbunan % 16,0% 13,1% 0,4%
5) Tingkat Pengomposan % 11,9% 15,6% 25,6%
6) Tingkat Daur Ulang Anorganik % 19,4% 22,4% 27,2%
7) Tingkat Pengolahan Lain % 12,6% 17,9% 30,8%
8) Pelayanan Sistem Berbasis Masyarakat % 20,1% 29,3% 38,1
9) Tingkat Kontribusi Sektor Informal % 39,9% 42,0% 47,9%
10) Tingkat Sampah Terkelola % 60,0% 70,0% 85,0%
11) Tingkat Sampah Tak Terkelola % 40,0% 30,0% 15,0%
Skenario-2
1) Timbulan Sampah Total m3/hr 5.176 6.019 9.134
2) Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2.973 3.457 5.246
3) Beban Pelayanan Perdesaan m3/hr 2.203 2.562 3.888
4) Tingkat Penimbunan % 13,2% 11,9% 4,6%
5) Tingkat Pengomposan % 1,3% 4,0% 22,9%
6) Tingkat Daur Ulang Anorganik % 7,8% 9,4% 21,4%
7) Tingkat Pengolahan Lain % 1,7% 3,6% 17,2%
8) Tingkat Pelayanan Sistem Berbasis
Masyarakat
% 11,8% 15,6% 42,1%
10) Tingkat Kontribusi Sektor Informal % 16,9% 18,1% 33,3%
11) Tingkat Sampah Terkelola % 26,0% 31,0% 70,0%
12) Tingkat Sampah Tak Terkelola % 74,0% 69,0% 30,0%
Skenario-3
1) Timbulan Sampah Total m3/hr 5.176 6.019 9.134
2) Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2.973 3.457 5.246
3) Beban Pelayanan Perdesaan m3/hr 2.203 2.562 3.888
4) Tingkat Penimbunan % 25,12% 25,00% 24,74%
5) Tingkat Pengomposan % 0,1% 4,4% 8,0%
6) Tingkat Daur Ulang Anorganik % 11,3% 13,1% 15,2%
7) Tingkat Pengolahan Lain % 0,0% 0,8% 2,9%
8) Tingkat Pelayanan Sistem Berbasis
Masyarakat% 5% 10% 16%
9) Tingkat Iinformal % 8% 10% 15%
10) Tingkat Sampah Terkelola % 25% 32% 40%
11) Tingkat Sampah Tak Terkelola % 75% 68% 60%
Sumber : Tabel 3.3 - Tabel 3.5, Sub Bab 3.6
Dari ketiga skenario dapat dilihat bahwa sebesar apapun proporsi beban
pengelolaan yang ditetapkan bagi Dinas, tetap memerlukan adanya peran dari
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-3
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
kelompok pelaku pengelolaan lainnya yaitu masyarakat, swasta dan sektor
informal, untuk mencapai target tingkat pelayanan yang diinginkan.
Penentuan skenario mana yang akan dipilih, sangat ditentukan oleh kebijakan
Pemerintah. Ketiga skenario dimunculkan sebagai opsi bagi penentu kebijakan
dalam menentukan arah. Dalam Bab ini akan diuraikan aspek terkait
pembiayaan berbasiskan pada ketiga skenario di atas.
Pemaparan dimulai dengan menghitung besarnya pembiayaan dari ketiga
skenario, sebagai investasi yang harus ditanamkan oleh Pemerintah dalam
pembiayaan pengelolaan sampah. Selanjutnya sebagai dasar perhitungan dalam
penentuan biaya rutin yang harus dikeluarkan setiap tahun anggaran, dihitung
biaya satuan pengelolaan per m3 sampah. Biaya satuan dihitung dengan dua
pendekatan yaitu pendekatan kebutuhan optimum berdasarkan kebutuhan
minimal pengelolaan dan pendekatan kemampuan pemerintah berdasarkan
APBD.
7.1 Kebutuhan Investasi
Kebutuhan investasi dalam pengelolaan sampah merupakan informasi yang
sangat penting bagi para pengambil keputusan dalam rangka menyusun APBD
setiap tahunnya.
Perhitungan proyeksi investasi didasarkan pada kebutuhan sarana dan prasarana
untuk masing-masing skenario, diperlihatkan dalam Tabel 7.2, Tabel 7.3, dan
Tabel 7.4.
Adapun sarana yang diperhitungkan adalah seluruh item yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah dalam pengadaannya, yaitu :
1. Motor Sampah
2. Kontainer penampung sampah di TPS dengan landasan, kapasitas 6m3
3. Arm Roll 6 m3 untuk container 6m3
4. Pick Up kapasitas 4 m3, untuk sistem pengumpulan Door to Door dan
pemindahan sampah anorganik dari TPS Kelurahan ke TPS Kecamatan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-4
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
5. Bangunan TPS Kelurahan beserta perlengkapan pengomposan kapasitas
5000 penduduk.
6. Dump Truck 10 m3, untuk menangani sampah yang tidak terolah dan
pemindahan residu dari TPS Kelurahan keTPS Kecamatan dan ke TPA.
7. Bangunan TPS Kecamatan beserta sarana pengolahan plastik
8. Bangunan Pengumpul B3 RT di TPS Kecamatan dan di TPA.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-5
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 7.2Proyeksi Kebutuhan Investasi Skenario-1
No Komponen Satuan
Jangka Pendek(Tahun 2010)
Jangka Menengah(Tahun 2015)
Jangka Panjang(Tahun 2028)
KuantitasHarga Satuan Jumlah
KuantitasHarga Satuan Jumlah
KuantitasHarga Satuan Jumlah
(Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 227 25 6,376 62 30 2,331 20 30 1,604
Pick Up 4m3 Unit 38 120 5,124 11 120 1,985 4 120 1,539
Kontainer 6 m3 Unit 0 17 - 0 17 - 0 17 -
Arm Roll 6 m3 Unit 0 210 - 0 210 - 0 210 -
Kontainer 10 m3 Unit 0 20 - 0 20 - 0 20 -
Arm Roll 10 m3 Unit 0 280 - 0 280 - 0 280 -
Dump Truck 6 m3 Unit 0 150 - 2 150 451 4 150 1,924
2 Implementasi 3R
TPST Skala Kelurahanan Unit 12 240 3,236 3 240 1,083 4 240 3,079
TPST Skala Kecamatan Unit 7 172,5 1,357 1 172,5 259 1 172,5 553
Sarana Prasarana PengembanganCBSWM
Unit 14 200 3,146 6 200 1,804 4 200 2,566
Jumlah 19,239 7,913 11,265
Sumber : Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario 1, Lampiran A-21
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-6
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 7.3Proyeksi Kebutuhan Investasi Skenario-2
No Komponen Satuan
Jangka Pendek(Tahun 2010)
Jangka Menengah(Tahun 2015)
Jangka Panjang(Tahun 2028)
KuantitasHarga Satuan Jumlah
KuantitasHarga Satuan Jumlah
KuantitasHarga Satuan Jumlah
(Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 18 25 506 23 865 3.544 114 25 9,140
Pick Up 4m3 Unit 3 120 404 4 722 3.223 19 120 7,312
Kontainer 6 m3 Unit 1 17 19 1 26 71 0 17 -
Arm Roll 6 m3 Unit 1 210 236 1 316 1.129 0 210 -
Kontainer 10 m3 Unit 0 20 - 0 - - 0 20 -
Arm Roll 10 m3 Unit 0 280 - 0 - - 0 280 -
Dump Truck 6 m3 Unit 0 150 - 0 - - 6 150 2,886
2 Implementasi 3R
TPST Skala Kelurahanan Unit 1 240 270 2 722 3.241 10 290 7,697
TPST Skala Kecamatan Unit 1 172,5 194 1 259 1.158 3 210 1,660
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 2 200 449 2 601 2.686 5 200 3,207
Jumlah 2,078 15.052 31,903
Sumber : Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario 2, Lampiran A-25
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-7
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 7.4Proyeksi Kebutuhan Investasi Skenario-3
No Komponen Satuan
Jangka Pendek(Tahun 2010)
Jangka Menengah(Tahun 2015)
Jangka Panjang(Tahun 2028)
KuantitasHarga Satuan Jumlah
KuantitasHarga Satuan Jumlah
KuantitasHarga Satuan Jumlah
(Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Kontainer 10 m3 Unit 18 20 404 0 20 - 2 20 128
Arm Roll 10 m3 Unit 0 280 - 0 280 - 0 280 -
Kontainer 6 m3 Unit 2 17 56 0 17 - 2 17 160
Arm Roll 6 m3 Unit 2 210 562 0 210 - 0 210 -
Dump Truck 10 m3 Unit 0 150 - 1 150 301 1 150 641
2 Implementasi 3R
TPST Skala Kelurahan Unit 0 240 - 2 290 722 0 290 -
TPST Skala Kecamatan Unit 0 172,5 - 1 210 259 1 210 552
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 5 200 1,124 2 200 601 4 200 2,566
Peralatan Unit 0 97 - 0 97 - 0 97 -
Pendampingan Unit 0 103 - 0 103 - 0 103 -
TOTAL BIAYA INVESTASI 2,146 1,883 4,047
Sumber : Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario 2, Lampiran A-29
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-8
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Dari proyeksi perhitungan investasi tersebut terlihat bahwa kebutuhan investasi
untuk pola pengelolaan konvensional (wadah – kumpul – angkut – buang) tahun 2009
dan tahun 2010 pada skenario 1 menunjukkan kebutuhan investasi yang cukup besar
dibanding dengan tahun-tahun berikutnya. Begitu pula biaya investasi untuk
pengelolaan sampah pola 3R. Hal ini disebabkan karena skenario-1 merupakan
skenario optimasi pencapaian target Nasional. Pada tahun 2010, tingkat pelayanan
harus mencapai 60% total penduduk kota. Saat ini, tahun 2007, Tingkat Pelayanan
Kabupaten Bandung baru mencapai 20,8%. Selanjutnya pada tahun 2015, Tingkat
Pelayanan harus mencapai 70%. Hal ini menuntut ketersediaan sarana yang cukup
tinggi pada awal tahun perencanaan dengan peningkatan yang cukup merata dalam
setiap tahun perencanaan.
Pada skenario 2 lonjakan investasi baik untuk pola pengelolaan konvensional maupun
untuk pola 3R terjadi hanya pada tahun pertama implementasi (2009). Hal ini
disebabkan karena target pencapaian tingkat pelayanan dalam skenario ini
dikembangkan merata hingga mencapai 60% pada lima tahun terakhir periode
perencanaan. Dengan pencapai tingkat pelayanan 26% pada tahun 2010, kebutuhan
peningkatan sarana prasarana tidak terlampau tinggi di tahun-tahun selanjutnya.
Sementara itu pada skenario 3 investasi baik untuk pola pengelolaan sampah secara
konvensional maupun dengan pola 3R jauh lebih rendah dibanding dua scenario
sebelumnya. Lonjakan investasi terjadi hanya pada tahun kedua (2010) sedangkan
tahun-tahun berikutnya relatif mengalami peningkatan yang proporsional. Kondisi ini
dipastikan terjadi mengingat dari sisi pencapaian Tingkat Pelayananan, skenario-3
menetapkan angka yang paling rendah, yaitu 40% di tahun akhir perencanaan, 2028.
7.2 Analisis Biaya Satuan
Analisis biaya satuan ini dimaksudkan untuk mengetahui biaya operasional dan
pemeliharaan yang dibutuhkan per satuan sampah yang dikelola (dalam hal ini per
m3). Hal ini diperlukan untuk mengestimasi kebutuhan biaya operasional dan
pemeliharaan (O&M) seiring dengan peningkatan kapasitas pengelolaan. Oleh karena
itu khusus untuk perhitungan biaya satuan pengelolaan sampah secara konvensional
maka biaya yang dihitung hanya biaya yang langsung berhubungan dengan biaya
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-9
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
pengelolaan sampah Kabupaten Bandung. Analisis biaya satuan dilakukan untuk pola
pengelolaan sampah secara konvensional (wadah – kumpul – angkut – buang) dan pola
3R.
Untuk analisis biaya pengelolaan sampah secara konvensional menggunakan 2
pendekatan yaitu :
(a) Pendekatan data historical kemampuan Pemerintah dalam 2 tahun terakhir.
Dalam hal ini digunakan data APBD 2007 untuk bidang Dinas Kebersihan
Kabupaten Bandung sebagai dasar,
(b) Pendekatan Nilai Optimum. Yaitu perhitungan didasarkan atas kebutuhan
ideal dalam pelayanan oleh Dinas Kebersihan.
Adapun analisis biaya satuan pola pengelolaan sampah 3R dilakukan berdasarkan
rancangan 3R yang diusulkan.
Untuk perhitungan biaya satuan Pengelolaan sampah pola konvensional yang
didasarkan pada APBD 2007, maka terlebih dahulu dipisahkan biaya-biaya yang
langsung berhubungan dengan kegiatan pengangkutan dan pembuangan sampah.
Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 7.5 bahwa total
biaya pengangkutan dan pembuangan sampah Kabupaten Bandung dalam satu tahun
berdasarkan APBD 2007 adalah sebesar Rp 7.878.439.150,- . Kemudian sampah yang
terkelola pada tahun yang sama adalah sebanyak 305,760 m3 selama tahun 2007
(asumsi : sampah terlayani tahun 2007 adalah 980 m3). Berdasarkan kedua data
tersebut maka biaya satuan pengumpulan dan pembuangan sampah di TPA adalah
sebesar Rp 25,767 per m3.
Pendekatan kedua yaitu perhitungan biaya satuan pengelolaan sampah pola
konvensional berdasarkan kebutuhan ideal dibedakan untuk biaya satuan
pengangkutan dan biaya satuan untuk pengelolaan di TPA. Untuk pengangkutan
diasumsikan dilakukan dengan menggunakan arm roll truck berkapasitas 6 m3 dengan
jumlah ritasi 2 rit per hari. Kemudian untuk biaya pengelolaan sampah di TPA
diasumsikan tekonologi yang digunakan adalah Controlled Landfill. Biaya satuan
pengangkutan berdasarkan kebutuhan ideal adalah Rp 39.128,- per m3, dan untuk
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-10
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
pengelolaan di TPA Rp 20.085,- per m3. Biaya tersebut sudah termasuk biaya
manajemen dan depresiasi. (Rincian perhitungan, Lihat Tabel 7.5)
Tabel 7.5Biaya Satuan Pengelolaan Sampah di TPA
Tahun Biaya O & PSampah Masuk
Berat (ton)Biaya Satuan O & P
(Rp/ton)Volume (m3) (Rp/m3)
2009 5,003,455,950 249,120 99,648 20,085 50,211
2010 5,303,663,307 250,200 100,080 21,198 52,994
2011 6,805,192,950 255,240 102,096 26,662 66,655
2012 7,213,504,527 259,920 103,968 27,753 69,382
2013 7,646,314,799 264,600 105,840 28,898 72,244
2014 8,105,093,687 271,440 108,576 29,860 74,649
2015 8,591,399,308 278,280 111,312 30,873 77,183
2016 9,106,883,266 285,120 114,048 31,941 79,851
2017 9,653,296,262 293,400 117,360 32,901 82,254
2018 10,232,494,038 302,760 121,104 33,797 84,493
2023 10,846,443,680 348,120 139,248 31,157 77,893
2028 11,497,230,301 393,120 157,248 29,246 73,115
Sumber : Analisis Konsultan, 2008
Kemudian untuk menghitung biaya satuan pola pengelolaan sampah dengan 3R
dilakukan dengan pendekatan modul pengolahan dalam skala Kelurahan. Kebutuhan
biaya O&M pengelolaan sampah dengan pola 3R untuk satu modul skala Kelurahan
dalam satu tahun adalah sebesar Rp 114.152.031,-. Sampah yang terkelola dengan
pola tersebut dalam skala Kelurahan adalah sebanyak 4.046,4 m3 per tahun. Dengan
demikian maka biaya satuan pengelolaan sampah dengan pola 3R tersebut adalah
sebesar Rp 28.211,- per m3 dimana biaya tersebut sudah termasuk depresiasi,
artinya setelah habis umur teknisnya, secara akutansi pengelola memiliki dana untuk
melakukan reinvestasi.
Selengkapnya hasil perhitungan biaya satuan baik untuk pola pengelolaan sampah
secara konvensional maupun dengan pola 3R disajikan dalam Tabel 7.6 dan Tabel 7.7
berikut.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-11
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 7.6Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Pola Konvensional
Analisa Biaya Satuan Pengangkutan Sampah
(Berdasarkan APBD 2007)
Sampah Terlayani (M3 Per Tahun) : 305.760 *
Biaya O&M Per Tahun (Berdasarkan Realisasi APBD 2007) :
A. Kegiatan Pengangkutan dan Pengelolaan di TPA
1 Upah langsung Rp 2.781.000.000 **
Tenaga kerja kontrak 173 orang x Rp 9.000.000 Rp 1.557.000.000
Pekerja harian lepas 136 orang x Rp 9.000.000 Rp 1.224.000.000
2 BBM/Gas/Pelumas Rp 3.997.202.600
3 Perawatan kendaraan Rp 1.100.236.550
Belanja jasa service Rp 46.000.000
Belanja penggantian suku cadang Rp 817.410.100
Belanja BBM/Gas dan Pelumas Rp 236.826.450
Total Biaya Pengangkutan dan TPA Rp 7.878.439.150 Per tahun
Biaya Satuan Pengangkutan dan TPA Rp 25.767 Per M3
B Biaya Tak Langsung/Manajemen/Pendukung Operasional Rp 5.122.283.479
1 Belanja Pegawai Rp 1.787.696.439
2 Prog. Pelayanan Adm. Perkantoran Rp 1.112.271.500
3 Prog. Peningkatan Sarana & Prasarana Aparatur Rp 301.117.000
4 Prog. Peningkatan Disiplin Aparatur Rp 84.000.000
5 Prog. Pengemb. Kinerja Pengelolaan Persampahan Rp 1.837.198.540
Total Biaya Tidak langsung Rp 5.122.283.479 Per tahun
Biaya Satuan dari Biaya Tak Langsung/Manajemen/Pendukung Operasional Rp 16.753 Per M3
TOTAL BIAYA (A + B) Rp 13.000.722.629 Per tahun*
BIAYA SATUAN DARI TOTAL BIAYA (Per M3) Rp 42.519,37 Per M3***
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-12
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Analisa Biaya Satuan Pengelolaan Persampahan(Berdasarkan Kebutuhan Ideal)
BIAYA PENGANGKUTAN 1 UNIT ARM ROLL PER TAHUN
A. BIAYA OPERASIONAL
1. Gaji (Sopir + kernet) Rp 18,000,000
2. Tunjangan (beras, DPLK, Kesehatan, THR) Rp 3,300,000
3. Insentif Rp -
4. Bahan bakar minyak Rp 80,496,000
5. Oli mesin Rp 2,400,000
6. Oli hidrolik Rp 600,000
7. Oli gardan Rp 400,000
8. Ban Rp 12,000,000
Jumlah Biaya Operasional Rp 117,196,000
B. BIAYA PERB. & PEMELIHARAAN
1. Sparepart/bahan Rp 5,859,800
2. Perbaikan/jasa service Rp 5,859,800
Biaya Perb. & Pemel. Rp 11,719,600
C. DEPRESIASI Rp 25,875,000
D. BIAYA MANAJEMEN Rp 25,783,120
TOTAL BIAYA PENGANGKUTAN (PER TRUCK PER TAHUN) Rp 180,573,720
SAMPAH YANG TERANGKUT (M3 PER TAHUN) Rp 2,995
BIAYA SATUAN PENGANGKUTAN (PER M3) Rp 39,128
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-13
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 7.7Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Pola 3R (Skala Kelurahan)
Analisa Biaya Satuan Pengelolaan Persampahan
Dengan Pola 3R Skala Kelurahan
Biaya O&M Pengelolaan Sampah Pola 3R Skala Kelurahan/Tahun :
Sampah Terolah 4046,4 m3/Tahun 10 m3/hari
A Biaya Langsung
1 Upah Langsung
- Petugas gerobak 4 orang x Rp 9.000.000 Rp 36.000.000
- Operator 1 orang x Rp 9.000.000 Rp 9.000.000
- Petugas pemilah 1 orang x Rp 9.000.000 Rp 9.000.000
Rp 54.000.000
2 Bahan langsung
- Bensin motor gerobak 100 liter x Rp 54.000 Rp 5.400.000
- Solar mesin cacah 100 liter x Rp 51.600 Rp 5.160.000
- Karung 25 kg 120 buah x Rp 1.800 Rp 216.000
- Kantong plastik 5 kg 120 buah x Rp 600 Rp 72.000
- Peralatan pendukung Rp 7.500.000
- Biaya pembuangan residu 809,3 m3 x Rp 16.753 Rp 13.557.567
Rp 31.905.567
TOTAL BIAYA LANGSUNG Rp 85.905.567
B Biaya Tidak langsung
1 Gaji Manajer 1 orang x Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
2 Gaji Petugas Administrasi 1 orang x Rp 500.000 Rp 500.000
3 Listrik 12 x Rp 100.000 Rp 1.200.000
4 Pemeliharaan Rp 250.000
5 Depresiasi gedung dan mesin* Rp 24.166.667
TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG Rp 27.116.667
HARGA POKOK PRODUKSI Rp 113.022.233
HARGA POKOK PRODUKSI PER M3 SAMPAH Rp 27.932 **
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-14
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
7.3 Proyeksi Kebutuhan Biaya O&M
Perhitungan biaya O&M pengelolaan sampah baik secara konvensional maupun
dengan pola 3R dilakukan dengan menggunakan biaya satuan yang telah dihitung
sebelumnya. Berdasarkan proyeksi jumlah sampah yang dikelola baik dengan pola
konvensional maupun dengan pola 3R untuk masing-masing skenario maka dapat
diestimasi kebutuhan biaya O&M per tahun. Khusus biaya O&M untuk pola
pengelolaan sampah dengan pola konvensional diasumsikan biaya yang tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan pengangkutan dan pembuangan di TPA dianggap tetap.
Peningkatan yang terjadi hanya disebabkan karena faktor inflasi yang diasumsikan 6%
per tahun.
Perhitungan biaya Operasi dan Perawatan (O&M), untuk ketiga skenario,
diperlihatkan pada Tabel 7.8 sampai Tabel 7.10.
Tabel 7.8Biaya Operasi dan Perawatan (O&M) Skenario 1
No KomponenTahun Perencanaan
Jangka Pendek(Tahun 2010)
Jangka Menengah(Tahun 2015)
Jangka Panjang(Tahun 2028)
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 556,461 744,180 1,022,665
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 30,689 Rp 41,068 Rp 87,596
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 17,076,997,764 Rp30,562,199,259 Rp 89,580,993,401
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,854,770,767 Rp 9,173,229,569 Rp 19,565,840,585
- Total biaya Rp 23,931,768,531 Rp39,735,428,828 Rp 109,146,833,987
Persen Peningkatan Anggaran 121% 12% 7%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 556,461 744,180 1,022,665
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 46,602 Rp 62,364 Rp 133,018
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 25,932,176,465 Rp46,410,051,421 Rp 136,032,700,882
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 21,198 Rp 30,873 Rp 29,246
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 11,795,681,867 Rp22,975,240,979 Rp 29,908,957,800
- Total biaya Rp 37,727,858,332 Rp69,385,292,401 Rp 165,941,658,683
Persen peningkatan Anggaran 293% 13% 5%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 110,760 168,480 312,000
- Biaya satuan pengelolaan Rp 37,379 Rp 50,021 Rp 106,692
- Biaya O&M Rp 4,140,066,776 Rp 8,427,564,385 Rp 33,287,759,705
Persen peningkatan Anggaran 88% 14% 12%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp 28,071,835,308 Rp48,162,993,213 Rp 142,434,593,691
Persen peningkatan Anggaran 116% 13% 8%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 41,867,925,108 Rp77,812,856,785 Rp 199,229,418,387
Persen Peningkatan Anggaran 255% 13% 6%
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-15
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 7.9Biaya Operasi dan Perawatan (O&M) Skenario 2
No KomponenTahun Perencanaan
Jangka Pendek(Tahun 2010)
Jangka Menengah(Tahun 2015)
Jangka Panjang(Tahun 2028)
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 122,387 128,753 75,105
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 30,689 Rp 41,068 Rp 87,596
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 3,755,884,239 Rp 5,287,683,244 Rp 6,578,916,742
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,854,770,767 Rp 9,173,229,569 Rp 19,565,840,585
- Total biaya Rp 10,610,655,006 Rp14,460,912,813 Rp 26,144,757,327
Persen peningkatan Anggaran 6% 7% 3%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 122,387 128,753 75,105
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 46,602 Rp 62,364 Rp 133,018
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 5,703,476,349 Rp 8,029,580,894 Rp 9,990,376,075
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 21,198 Rp 30,873 Rp 29,246
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 2,594,321,099 Rp 3,975,034,510 Rp 2,196,543,438
- Total biaya Rp 8,297,797,449 Rp12,004,615,403 Rp 12,186,919,513
Persen peningkatan Anggaran 7% 7% -7%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 11,520 40,320 345,600
- Biaya satuan pengelolaan Rp 37,379 Rp 50,021 Rp 106,692
- Biaya O&M Rp 430,602,828 Rp 2,016,853,015 Rp 36,872,595,365
Persen peningkatan Anggaran 41% 24% 20%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp 11,041,257,834 Rp16,477,765,828 Rp 63,017,352,692
Persen peningkatan Anggaran 7% 9% 12%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 8,728,400,277 Rp14,021,468,419 Rp 49,059,514,878
Persen peningkatan Anggaran 8% 9% 12%
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-16
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 7.10Biaya Operasi dan Perawatan (O&M) Skenario 3
No KomponenTahun Perencanaan
Jangka Pendek(Tahun 2010)
Jangka Menengah(Tahun 2015)
Jangka Panjang(Tahun 2028)
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 232,972 269,585 340,694
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 30,689 Rp 41,068 Rp 87,596
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 7,149,592,669 Rp11,071,377,206 Rp 29,843,312,901
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,854,770,767 Rp 9,173,229,569 Rp 19,565,840,585
- Total biaya Rp 14,004,363,437 Rp20,244,606,775 Rp 49,409,153,486
Persen peningkatan Anggaran 10% 14% 6%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 232,972 Rp 269,585 Rp 340,694
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 46,602 Rp 62,364 Rp 133,018
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 10,856,972,714 Rp16,812,376,004 Rp 45,318,390,688
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 21,198 Rp 30,873 Rp 29,246
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 4,938,474,653 Rp 8,322,946,825 Rp 9,963,970,618
- Total biaya Rp 15,795,447,367 Rp25,135,322,828 Rp 55,282,361,306
Persen peningkatan Anggaran 14% 20% 4%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 17,280 34,560 72,000
- Biaya satuan pengelolaan Rp 37,379 Rp 50,021 Rp 106,692
- Biaya O&M Rp 645,904,242 Rp 1,728,731,156 Rp 7,681,790,701
Persen peningkatan Anggaran 27% 16% 10%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp 14,650,267,679 Rp21,973,337,931 Rp 57,090,944,187
Persen peningkatan Anggaran 11% 14% 7%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 16,441,351,609 Rp26,864,053,984 Rp 62,964,152,007
Persen peningkatan Anggaran 15% 20% 5%
Perbandingan biaya O&M hasil perhitungan terhadap APBD Tahun 2007 menunjukkan
(Lihat Lampiran Tabel Biaya O&M, A-35 sampai A-43) terlihat bahwa perkiraan biaya
O&M pengelolaan sampah secara konvensional untuk skenario 1,2 dan 3 umumnya
mengalami penurunan bila dibanding dengan anggaran 2007 dimana anggaran Dinas
Kebersihan diluar Air Limbah adalah sebesar Rp 13.000.722.629,-. Ini disebabkan
karena beban pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan kini dikurangi beban dari
wilayah Bandung Barat, sehingga beban pengelolaan Kab. Bandung inti sebesar
567 m3/hari.
Kebutuhan biaya O&M pada setiap skenario, akan mengalami peningkatan sesuai
dengan proporsi peningkatan kuantitas sampah yang dikelola. Skenario-1, dengan
konsep pencapaian target pelayanan 60% di Tahun 2010, terlihat mengalami lonjakan
biaya OM yang sangat tinggi dari tahun 2009 ke tahun 2010, hingga lebih dari 200%
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-17
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
untuk biaya satuan ideal. Demikian halnya dengan biaya satuan berdasarkan
kemampuan APBD pun mengalami lonjakan hingga lebih dari 100%. Namun di lihat
dari kenaikan biaya OM tahunan, pada skenario ini mencapai angka paling rendah di
bandingkan dengan kedua skenario lainnya.
Mengingat ketiga skenario selalu menunjukkan kebutuhan investasi tinggi dan biaya
OM yang terus meningkat, maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, dalam jangka pendek yaitu
hingga tahun 2010, selayaknya Pemerintah memilih untuk menambah investasi dan
menetapkan biaya satuan sesuai dengan biaya ideal.
7.4 Alternatif Sumber Pembiayaan
Sebagai sebuah sektor yang termasuk dalam pelayanan publik maka sumber
pembiayaan pengelolaan sampah, baik untuk investasi maupun untuk biaya
operasional dan perawatan, seharusnya adalah dari APBD Kabupaten Bandung. Hal ini
sebagaimana diamanatkan dalam Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Sampah
Bab VII Pasal 24. Namun demikian tidak menutup kemungkinan Pemerintah
Kabupaten bandung dapat bekerja sama dengan pihak lain (swasta) dalam
pengelolaan sampah. Hal ini juga merujuk pada Rancangan Undang-Undang
Pengelolaan Sampah Bab VIII terutama Pasal 27. Berdasarkan uraian tersebut maka
sumber biaya khususnya investasi bisa saja bekerja sama dengan Swasta yang
dianggap memenuhi syarat untuk dilibatkan dalam sebuah kemitraan.
Tabel di bawah ini memperlihatkan alternatif sumber biaya baik untuk investasi
maupun biaya O&M untuk pola pengelolaan konvensional maupun 3R :
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-18
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel 7.11Alternatif Sumber Biaya Pengelolaan Sampah
Komponen Biaya Alternatif Sumber BiayaPola konvensional :- Investasi - APBD
- APBD Propinsi (program bantuan insidentil)- APBN (program bantuan insidentil)- Swasta (melalui bentuk kerja sama)
- Biaya O&M - APBDPola 3R- Investasi - APBD
- APBD Propinsi (program bantuan insidentil)- APBN (program bantuan insidentil)- Swasta (melalui bentuk kerja sama)
- Biaya O&M - APBD (dalam bentuk kompensasi dari penghematanbiaya pengangkutan dan pengelolaan di TPA)
- Masyarakat (swakelola dan swadana)
7.5 Struktur Tarif dan Mekanisme Penarikan Retribusi
Untuk menunjang keberhasilan program persampahan ini sebagian besar akan
ditentukan oleh manajemen pengelolaannya karena investasi ini menjadi tidak
berhasil apabila pengelolaan dilapangannya tidak mendukung. Faktor-faktor yang
mendukung keberhasilan program persampahan ini diantaranya adalah :
1. Peraturan, yaitu peraturan mengenai tarif persampahan dalam bentuk Perda.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Kabupaten Bandung telah memiliki
peraturan mengenai retribusi sampah tetapi sampai saat ini nampaknya
peraturan tersebut belum jalan sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan Keputusan Bupati Bandung No. 660.2/Kep. 134 A-DPUK/2002,
tarif retribusi sampah yang diberlakukan kepada lingkungan rumah tinggal
dibagi kedalam 4 (empat) kelas tarif per bulannya, yaitu :
Kelas Utama Rp. 5.000,-
Kelas 1 Rp. 3.500,-
Kelas 2 Rp. 2.500,-
Kelas 3 Rp 1.500,-
2. Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung sampai saat ini masih belum memiliki
data base klasifikasi jumlah rumah tinggal berdasarkan (4 kelas) seperti yang
dimaksudkan dalam Keputusan Bupati tersebut. Untuk itu Dinas Kebersihan
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-19
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
diharapkan segera melakukan pendataan klasifikasi rumah tinggal berdasarkan
4 kelas di atas dengan melakukan survey, yang dikemas dalamkerangka studi
Potensi Retribusi.
3. Sampai saat ini cara penangihan retribusi persampahan di Kabupaten Bandung
masih belum memiliki standar operasional prosedur yang baku, untuk itu
sebaiknya prosedur itu harus diperbaiki agar pencapaian efisiensi penagihan
retribusi dapat direalisasikan. Di dalam Keputusan Bupati Bandung No.
660.2/Kep. 134 A-DPUK/2002, ditetapkan bahwa :
Biaya pengelolaan sampah yang berasal dari bukan rumah tinggal,
retribusi penagihan dilaksanakan melalui langsung oleh petugas penagih
yang ditunjuk oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung.
Pemungutan biaya pengelolaan persampahan yang berasal dari retribusi
rumah tinggal dilaksanakan melalui loket-loket tempat pembayaran
rekening listrik atau KUD yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Bandung bekerjasama dengan PLN.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Keputusan Bupati tersebut tidak dilaksanakan,
akan tetapi mekanisme yang dilakukan yaitu penagihan retribusi dilakukan oleh
petugas Dinas Kebersihan melalui RT/RW yang kemudian diserahkan ke Kas Daerah.
Dalam prosedur atau mekanisme penarikan retribusi rumah tinggal,
direkomendasikan agar dipergunakan pola-pola yang menghindari ada kesan bahwa
masyarakat membayar dua kali yaitu melalui iuran RT/RW dan melalui KUD.
Walaupun pada dasarnya biaya pengelolaan sampah memang dibedakan atas dua
tahap yaitu pengelolaan di lingkungan RT/RW dan dari TPS ke TPA, namun persepsi
masyarakat bahwa hal ini membayar dua kali nampaknya merupakan salah satu
fenomena yang harus dirubah.
Oleh karena itu, direkomendasikan mekanisme pembayaran untuk rumah tinggal
adalah sebagai berikut :
Setiap kepala keluarga yang mendelegasikan pengelolaan sampah kepada
petugas swakelola RT/RW atau petugas swasta, dikenakan wajib retribusi.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-20
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Besarnya retribusi yang harus dibayarkan meliputi : biaya pengumpulan dari
rumah ke TPS dan sekaligus biaya dari TPS ke TPA. Biaya dari rumah ke TPS
ditetapkan secara musyawarah, sedangkan biaya dari TPS ke TPA mengikuti
Perda yang berlaku.
Selanjutnya petugas RT/RW atau pengelola swasta menyerahkan retribusi
yang hanya meliputi biaya pengelolaan dari TPS ke TPA (sesuai Perda) kepada
Dinas Kebersihan dan seterusnya diserahkan kepada Kas Daerah.
Untuk penerapan mekanisme seperti ini diperlukan basis data pengelola RT/RW dan
atau pengelola swasta sesuai dengan lingkup pelayanannya.
Adapun tatacara penetapan wajib bayar non rumag tinggal masuk ke dalam kategori
dalam wajib retribusi kebersihan, maka perlu dibuat suatu “Surat Penetapan Wajib
Bayar Retribusi”. Selanjutnya agar dapat dilakukan pengawasan dan pengendalian,
perlu adanya Tanda Bukti Pembayaran untuk jenis wajib bayar non rumah tinggal.
Tanda bukti dapat berupa karcis atau menggunkan kuitansi.
Untuk pengelolaan sampah pasar, mekanisme penarikan retribusi disarankan sebagai
berikut :
Sampah di dalam pasar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengelola pasar
dalam hal ini Dinas Pasar.
Pembuangan sampah pasar ke TPS dikenakan retribusi pengelolaan sebesar
yang ditetapkan dalam Perda.
Retribusi yang dimaksud point kedua, dibayarkan oleh pengelola pasar (Dinas
Pasar) kepada Dinas Kebersihan untuk diserahkan ke Kas Daerah.
Retribusi sampah yang dipungut dari masyarakat adalah merupakan sumber
pendapatan utama Pemerintah Daerah untuk mengelola sampah khususnya untuk
biaya O&M. Namun demikian perolehan retribusi selalu jauh di bawah dari biaya yang
dibutuhkan untuk mengelola sampah. Rendahnya perolehan retribusi dapat
disebabkan oleh 2 hal :
- Tarif retribusi tidak dihitung berdasarkan analisis biaya satuan sehingga tarif
retribusi terlalu rendah.
- Metode penarikan retribusi yang kurang efektif
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VII-21
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Perhitungan tarif retribusi didasarkan pada analisis biaya satuan yang dihitung pada
tahun ketika akan dilakukan evaluasi 5 tahunan. Untuk tahun 2009 tarif dasar
retribusi yang dihitung berdasarkan analisis biaya satuan untuk kebutuhan
pengelolaan sampah ideal adalah sebesar Rp 39.128,- per m3 untuk biaya
pengangkutan dan Rp 20.085,- per m 3 untuk biaya pengelolaan di TPA. Dengan
demikian maka tarif dasar berdasarkan kebutuhan ideal adalah Rp 59.213,- per m3.
Bila tingkat timbulan sampah di Kabupaten Bandung 2,81 liter/orang/hari, dengan
asumsi jumlah anggota keluarga dalam 1 KK adalah 5 orang maka jumlah sampah
yang dihasilkan per KK adalah sebanyak 0,4 m3 per bulan. Hal ini berarti tarif dasar
retribusi per KK adalah sebesar Rp 24.958 per bulan.
Untuk menentukan tarif retribusi dilakukan dengan cara subsidi silang antara
kelompok wajib retribusi. Perhitungan tarif retribusi dengan cara subsidi silang antar
kelompok wajib retribusi (KWR), selayaknya dilakukan dalam periode tertentu.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VIII-1
Kegiatan Penyusunan Kebijakan
Manajemen Pengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Kegiatan Penyusunan Kebijakan Manajemen Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Bandung telah menghasilkan kajian komprehensif dari berbagai
aspek pengelolaan sampah dan siap untuk dilaksanakan. Upaya peningkatan
pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, akan sangat berarti bila
berbagai alternatif pengembangan yang telah dilakukan segera dipilih dan
diimplemantasikan. Diperlukan adanya perhatian besar dari seluruh stakeholder
dalam mencapai berbagai target yang harus diraih. Pola distribusi wilayah yang
sangat luas, menuntut adanya desentralisasi pengelolaan sampah di tingkat
Kecamatan dan dengan menjalankan strategi pengembangan sistem berbasis
masyarakat di wilayah perdesaan. Dalam pelaksanaannya, konsep ‘bola
bergulir’ dapat dilakukan. Penanganan sampah di satu kecamatan ditata dengan
baik, kemudian di gulirkan ke kecamatan lain, dari tahun ke tahun sehingga
dalam 20 tahun mendatang minimal seluruh kecamatan yang termasuk dalam
wilayak kritis penanganan sampah sudah teratasi.
Untuk wilayah perkotaan yang kritis, seperti Margahayu, Katapang, Majalaya,
strategi pengolahan di TPS Kelurahan dan TPS Kecamatan harus segera
dilaksanakan, disamping meningkatkan keberadaan sarana pengangkut sampah
langsung ke TPA.
Sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang menjadi strategi
penanganan sampah di perdesaan, diprioritaskan akan dikembangkan di wilayah
perdesaan yang kini telah mendapat bantuan peralatan pengolahan sampah.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VIII-2
Kegiatan Penyusunan Kebijakan
Manajemen Pengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Pada sistem ini, penanganan sampah dilakukan oleh masyarakat. Pemerintah
berperan sebagai fasilitator dan tetap bertanggung jawab dalam investasi awal
dan dalam membangun mekanisme pembiayaan, untuk menjaga keberlanjutan
sistem.
Pengomposan sampah yang direncanakan dipusatkan di TPS-TPS Kelurahan
selayaknya dikembangkan dengan seksama, mengingat tingginnya potensi bahan
baku kompos yang terkandung dalam timbulan sampah di Kabupaten Bandung.
Pemanfaatan kompos di dalam pertanian, juga akan menjadi perhatian besar
dalam pengembangan pengomposan, terlebih dengan alasan bahwa aktifitas
pertanian di Kabupaten Bandung, terukur sangat tinggi.
Pengolahan sampah anorganik direncanakan dipusatkan di TPS Kecamatan.
Adapun orientasi pengolahan dalam 10 tahun pertama adalah terhadap sampah
plastik, yaitu dengan dikembangkannya usaha daur ulang, baik pada tingkat
yang paling sederhana yaitu usaha pengepulan, pencacahan, pelelehan dan
pemanfaatannya dalam penyediaan bahan bakar bagi pabrik yang memiliki daya
bakar tinggi lebih dari 1000oC.
Pengolahan sampah B3 Rumah Tangga di Kabupaten Bandung, akan dilakukan
sejak awal dengan tahapan pengenalan melalui penempatan wadah sampah
terpilah 3, di daerah komersil, perkantoran dan fasilitas umum. Tahapan
selanjutnya, yang menjadi prirotas penanganan B3 Rumah Tangga ini tentunya
di permukiman. Sistem pengelolaan dimulai dari pemilahan atas tiga jenis
sampah yaitu organik, anorganik dan B3 RT. Selanjutnya sampah B3 RT
dikumpulkan di dalam bak khusus di TPS-TPS, dan bermuara di TPA dalam suatu
bangunan khusus penampung B3 RT,sebelum di bawa ke lokasi pengolahan
khsusus atau ditimbun di TPA sesuai dengan kaidah penimbunan sampah B3 RT.
Keberadaan TPA atau Tempat Pemrosesan Akhir dalam 20 tahun mendatang
ditetapkan akan mengoptimalkan TPA Babakan yang masih menyimpan potensi
cukup besar. Pembukaan lahan TPA baru, tidak direncanakan dalam 20 tahun
mendatang. Kebutuhan perluasan, selain dengan optimasi lahan TPA Babakan,
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VIII-3
Kegiatan Penyusunan Kebijakan
Manajemen Pengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
juga akan dilakukan kerjasama pemanfaatan TPA regional di wilayah
Metropolitan yang rencananya terdapat dua yaitu Legok Nangka untuk wilayah
timur dan TPA Leuwigajah untuk wilayah barat. Keberadaan kedua rencana TPA
regional Metropolitan ini merupakan peluang besar yang harus dimanfaatkan
oleh Kabupaten Bandung.
Sebagai lokasi pemrosesan akhir, TPA sampah di Kabupaten Bandung, akan
menjadi lokasi pengolahan sampah terpadu dengan proses pengomposan,
pengolahan anorganik dan pengolahan residu sampah. Kehadiran investor untuk
mengembangkan ujicoba pengolahan sampah menjadi listrik (PLTSa) akan
dipadukan terhadap upaya peningkatan efisiensi pengomposan dan pengolahan
residu.
Operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung harus di dukung dengan
ketersediaan dana yang cukup. Hal ini dituntut adanya political will dari para
penentu kebijakan. Kebutuhan biaya minimal dalam penanganan sampah di
Kabupaten Bandung terukur tinggi, diperlukan pentahapan kearah peningkatan
biaya yang signifikan dari tahun ke tahun. Dari aspek pertaruan dan hukum,
banyak hal yang perlu di tata,terutama dalam konteks isi peraturan itu sendiri.
Namun tidak kalah pentingnya adalah dalam penegakannya, perlu usaha besar
agar bisa mendukung tercapainya sasaran. Membangun hukum yang berbasiskan
pada budaya lokal pun harus menjadi bagian dalam proses pembangunan sistem
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Usaha peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung,
memerlukan usaha kuat dalam membangun peran serta masyarakatnya. Budaya
‘guyub’ yang masih kental dari masyarakat di Kabupaten Bandung, selayaknya
di bangun dan menjadi sarana menuju terciptanya tatanan masyarakat yang
‘guyub’ dalam memelihara kebersihan. Target utama dalam 20 tahun
mendatang yaitu terselenggarnya program peningkatan peran serta terhadap
pengelolaan sampah, hanya akan terwujud bila tumbuh pemahaman mendasar
dari seluruh penentu kebijakan bahwa proses tersebut merupakan investasi
jangka panjang yang akan sangat menguntungkan.
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal VIII-4
Kegiatan Penyusunan Kebijakan
Manajemen Pengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Untuk mengemban tugas dalam penataan pelayanan pengelolaan sampah di
Kabupaten Bandung, diperlukan lembaga dengan kompetensi tinggi. Tidak
hanya mengoperasikan tetapi juga menjalankan pembinaan pada masyarakat,
dan membangun kemandirian lembaga tersebut. Lembaga dalam bentuk Dinas
Kebersihan, terukur merupakan bentuk yang dibutuhkan saat ini. Dalam jangka
panjang lembaga ini harus terus di bina dan di tingkatkan kemampuannya
sehingga menjadi lembaga yang lebih profesional.
Buku ini sebagai Laporan Akhir, dapat dikatakan sebagai kerangka acuan
seluruh stakeholder di Kabupaten Bandung dalam menangani sampah, karena
itu buku ini dapat dikatakan sebagai Master Plan. Selayaknya sebuah Master
Plan, perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan kegiatan kecil dan lebih rinci,
adapun kegiatan prioritas dapat diplihat pada Matrik Action Plan (lihat Tabel
3.1).
BAPEDA | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-1
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Aktifitas
SumberTimbulan Sampah (m3/hr)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rumah Tangga 1,905.7 1,962.5 2,021.3 2,082.4 2,145.8 2,211.5 2,279.8 2,350.6 2,424.2 2,500.6 2,580.0
Pasar 560.5 577.2 594.5 612.5 631.1 650.4 670.5 691.4 713.0 735.5 758.8
Komersial 98.1 101.0 104.0 107.2 110.4 113.8 117.3 121.0 124.8 128.7 132.8
Kantor 8.4 8.7 8.9 9.2 9.5 9.8 10.1 10.4 10.7 11.0 11.4
Sekolah 42.0 43.3 44.6 45.9 47.3 48.8 50.3 51.9 53.5 55.2 56.9
Rumah Sakit 47.6 49.1 50.5 52.1 53.6 55.3 57.0 58.8 60.6 62.5 64.5
Industri 126.1 129.9 133.8 137.8 142.0 146.3 150.9 155.6 160.4 165.5 170.7
Lain-Lain 14.0 14.4 14.9 15.3 15.8 16.3 16.8 17.3 17.8 18.4 19.0
Total 2,803 2,886 2,973 3,062 3,156 3,252 3,353 3,457 3,565 3,677 3,794
Lanjutan Tabel Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Aktifitas
SumberTimbulan Sampah (m3/hr)
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Rumah Tangga 2,662.4 2,748.1 2,837.1 2,929.6 3,025.8 3,125.8 3,229.8 3,338.0 3,450.5 3,567.5
Pasar 783.1 808.3 834.4 861.7 890.0 919.4 950.0 981.8 1,014.9 1,049.3
Komersial 137.0 141.4 146.0 150.8 155.7 160.9 166.2 171.8 177.6 183.6
Kantor 11.7 12.1 12.5 12.9 13.3 13.8 14.2 14.7 15.2 15.7
Sekolah 58.7 60.6 62.6 64.6 66.7 69.0 71.2 73.6 76.1 78.7
Rumah Sakit 66.6 68.7 70.9 73.2 75.6 78.1 80.7 83.4 86.3 89.2
Industri 176.2 181.9 187.8 193.9 200.2 206.9 213.7 220.9 228.3 236.1
Lain-Lain 19.6 20.2 20.9 21.5 22.2 23.0 23.7 24.5 25.4 26.2
Total 3,915 4,041 4,172 4,308 4,450 4,597 4,750 4,909 5,074 5,246
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-2
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Tingkat Pelayanan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung
Wilayah Kecamatan
∑ PendudukPerkotaan
∑ PendudukTerlayani
SampahTerangkut
Tingk.PelayananKecamatan
Tingk.PelayananWilayah
Tingk.PelayananTotal Kab.
Jiwa Jiwa (m3/hr)
I
Soreang 47,948 14,968 42.06 31.2%
27.8%
20.8%
Ciwidey 24,062 6,662 18.72 27.7%
Margahayu 38,268 28,762 80.82 75.2%
Katapang 41,553 7,548 21.21 18.2%
Pasir Jambu 25,005 - - 0.0%
Rancabali 15,605 - - 0.0%
Margaasih 40,881 7,142 20.07 17.5%
Pamengpeuk 20,616 2,669 7.50 12.9%
Bojongsoang 27,605 5,317 14.94 19.3%
Dayeuhkolot 37,207 15,544 43.68 41.8%
II
Banjaran 35,438 13,324 37.44 37.6%
10.9%
Baleendah 59,798 13,495 37.92 22.6%
Arjasari 29,606 1,612 4.53 5.4%
Ciparay 46,665 2,658 9.00 5.7%
Pangalengan 42,368 534 1.50 1.3%
Cangkuang 19,057 2,146 6.03 11.3%
Cimaung 23,051 - - 0.0%
Kertasari 21,075 - - 0.0%
Pacet 31,472 - - 0.0%
III
Cileunyi 42,559 23,931 67.25 56.2%
23.1%
Cicalengka 32,793 10,665 29.97 32.5%
Rancaekek 53,569 19,270 54.15 36.0%
Solokanjeruk 24,200 534 1.50 2.2%
Paseh 36,035 1,078 3.03 3.0%
Majalaya 47,855 16,057 45.12 33.6%
Cimenyan 28,939 3,203 9.00 11.1%
Cilengkrang 13,027 4,292 12.06 32.9%
Nagreg 14,779 - - 0.0%
Cikancung 24,360 - - 0.0%
Ibun 23,317 - - 0.0%
jumlah 968,715 201,411 567
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-3
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Tingkat Pengangkutan Sampah di Kabupaten Bandung
Wilayah NamaKecamatan
SampahTerangkut(m3/hr)
TotalTimbulan Kota
(m3/hr)
Tingk.Pengangkutan
Tingk.Pengangkutan
Wil
Total Tingk.Pengangkutan
I
Soreang 42.1 134.73 31.2%
22.9%
20.8%
Ciwidey 18.7 67.61 27.7%
Margahayu 80.8 107.53 75.2%
Katapang 21.2 116.76 18.2%
Pasir Jambu 0.0 70.26 0.0%
Rancabali 0.0 43.85 0.0%
Margaasih 0.0 114.87 0.0%
Pamengpeuk 20.1 57.93 34.6%
Bojongsoang 7.5 77.57 9.7%
Dayeuhkolot 14.9 104.55 14.3%
II
Banjaran 43.7 99.58 43.9%
16.2%
Baleendah 37.4 168.03 22.3%
Arjasari 37.9 83.19 45.6%
Ciparay 4.5 131.13 3.5%
Pangalengan 9.0 119.05 7.6%
Cangkuang 1.5 53.55 2.8%
Cimaung 6.0 64.8 0.0%
Kertasari 0.0 59.2 0.0%
Pacet 0.0 88.4 0.0%
III
Cileunyi 0.0 119.59 0.0%
23.1%
Cicalengka 67.2 92.15 73.0%
Rancaekek 30.0 150.53 19.9%
Solokanjeruk 54.2 68.00 79.6%
Paseh 1.5 101.26 1.5%
Majalaya 3.0 134.47 2.3%
Cimenyan 45.1 81.32 55.5%
Cilengkrang 9.0 36.61 24.6%
Nagreg 12.1 41.5 0.0%
Cikancung 0.0 68.5 0.0%
Ibun 0.0 65.5 0.0%
jumlah 567 2722
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-4
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1
Pelaku Pengelolaan SatuanTahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,025 5,176 5,332 5,494 5,662 5,837 6,019 6,207 6,403 6,491
Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,886 2,973 3,062 3,156 3,252 3,353 3,457 3,565 3,677 3,679
Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,139 2,203 2,270 2,339 2,410 2,485 2,562 2,642 2,725 2,812
Pelayanan Perkotaan
Penimbunanm3/hr 567 480 476 473 468 462 456 452 442 440 411
% 20.2% 16.6% 16.0% 15.4% 14.8% 14.2% 13.6% 13.1% 12.4% 12.0% 11.2%
Pengomposanm3/hr 0.0 200.0 355.0 390.0 430.0 470.0 500.0 540.0 570.0 625.0 630.0
% 0.0% 6.9% 11.9% 12.7% 13.6% 14.5% 14.9% 15.6% 16.0% 17.0% 17.1%
Daur Ulang Anorganikm3/hr 0 374.0 577.9 605.2 633.9 674.4 716.9 772.8 808.5 845.9 882.2
% 0.0% 13.0% 19.4% 19.8% 20.1% 20.7% 21.4% 22.4% 22.7% 23.0% 24.0%
Pengolahan Lainm3/hr 0 100 375 400 425 475 540 620 675 700 800
% 0.0% 3.5% 12.6% 13.1% 13.5% 14.6% 16.1% 17.9% 18.9% 19.0% 21.7%
Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 567 1,154 1,784 1,868 1,956 2,081 2,213 2,385 2,496 2,611 2,723
% 20.2% 40.0% 60.0% 61.0% 62.0% 64.0% 66.0% 69.0% 70.0% 71.0% 74.0%
Pelayanan Peningkatan Part. Masy.
Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 105.4 245.9 442.6 470.7 555.0 611.2 667.4 751.7 779.8 821.9 920.3
% 5.1% 11.5% 20.1% 20.7% 23.7% 25.4% 26.9% 29.3% 29.5% 30.2% 32.7%
Informalm3/hr 343.3 359.4 879.2 913.7 951.1 989.2 1,032.1 1,074.9 1,130.4 1,175.7 1,225.1
% 16.5% 16.8% 39.9% 40.3% 40.7% 41.0% 41.5% 42.0% 42.8% 43.1% 43.6%
Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 449 605 1322 1384 1506 1600 1699 1827 1910 1998 2145
% 21.6% 28.3% 60.0% 61.0% 64.4% 66.4% 68.4% 71.3% 72.3% 73.3% 76.3%
Sampah Terkelolam3/hr 1014.9 1,758.7 3,105.3 3,252.4 3,461.3 3,680.6 3,910.9 4,213.1 4,407.0 4,609.9 4,868.3
% 20.8% 35.0% 60.0% 61.0% 63.0% 65.0% 67.0% 70.0% 71.0% 72.0% 75.0%
Sampah Tak Terkelolam3/hr 3,864.6 3,266.1 2,070.2 2,079.4 2,032.8 1,981.9 1,926.3 1,805.6 1,800.0 1,792.8 1,622.8
% 79.2% 65.0% 40.0% 39.0% 37.0% 35.0% 33.0% 30.0% 29.0% 28.0% 25.0%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-5
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1
Pelaku Pengelolaan SatuanTahun
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Timbulan Sampah Total m3/hr 6,587 6,691 6,789 6,903 7,019 7,137 7,323 7,481 7,643 7,790
Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 3,685 3,696 3,697 3,710 3,721 3,730 3,803 3,843 3,882 3,902
Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,902 2,995 3,092 3,193 3,298 3,407 3,520 3,638 3,761 3,888
Pelayanan Perkotaan
Penimbunanm3/hr 394 379 359 346 312 267 232 205 153 16
% 10.7% 10.3% 9.7% 9.3% 8.4% 7.2% 6.1% 5.3% 4.0% 0.4%
Pengomposanm3/hr 650.0 670.0 690.0 710.0 750.0 800.0 850.0 900.0 950.0 1000.0
% 17.6% 18.1% 18.7% 19.1% 20.2% 21.4% 22.3% 23.4% 24.5% 25.6%
Daur Ulang Anorganikm3/hr 895.6 910.1 922.4 937.7 952.5 966.8 998.1 1021.1 1044.1 1062.0
% 24.3% 24.6% 24.9% 25.3% 25.6% 25.9% 26.2% 26.6% 26.9% 27.2%
Pengolahan Lainm3/hr 825 850 875 900 925 950 1000 1025 1075 1200
% 22.4% 23.0% 23.7% 24.3% 24.9% 25.5% 26.3% 26.7% 27.7% 30.8%
Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 2,764 2,809 2,847 2,894 2,940 2,984 3,081 3,151 3,222 3,278
% 75.0% 76.0% 77.0% 78.0% 79.0% 80.0% 81.0% 82.0% 83.0% 84.0%
Pelayanan Peningkatan Part. Masy.
Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 976.5 1,032.7 1,088.9 1,145.1 1,201.3 1,257.5 1,313.7 1,369.9 1,426.1 1,482.3
% 33.7% 34.5% 35.2% 35.9% 36.4% 36.9% 37.3% 37.7% 37.9% 38.1%
Informalm3/hr 1,266.5 1,309.4 1,360.0 1,415.6 1,473.2 1,539.4 1,611.5 1,689.6 1,774.1 1,861.5
% 43.6% 43.7% 44.0% 44.3% 44.7% 45.2% 45.8% 46.4% 47.2% 47.9%
Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 2243 2342 2449 2561 2674 2797 2925 3060 3200 3344
% 77.3% 78.2% 79.2% 80.2% 81.1% 82.1% 83.1% 84.1% 85.1% 86.0%
Sampah Terkelolam3/hr 5,006.2 5,152.2 5,295.5 5,453.6 5,615.2 5,780.6 6,005.1 6,209.3 6,420.1 6,621.7
% 76.0% 77.0% 78.0% 79.0% 80.0% 81.0% 82.0% 83.0% 84.0% 85.0%
Sampah Tak Terkelolam3/hr 1,580.9 1,539.0 1,493.6 1,449.7 1,403.8 1,355.9 1,318.2 1,271.8 1,222.9 1,168.5
% 24.0% 23.0% 22.0% 21.0% 20.0% 19.0% 18.0% 17.0% 16.0% 15.0%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-6
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2
Pelaku Pengelolaan SatuanTahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,025 5,176 5,332 5,494 5,662 5,837 6,019 6,207 6,403 6,606
Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,886 2,973 3,062 3,156 3,252 3,353 3,457 3,565 3,677 3,794
Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,139 2,203 2,270 2,339 2,410 2,485 2,562 2,642 2,725 2,812
Pelayanan Perkotaan
Penimbunanm3/hr 567 389 392 398 405 404 405 413 407 400 398
% 20.2% 13.5% 13.2% 13.0% 12.8% 12.4% 12.1% 11.9% 11.4% 10.9% 10.5%
Pengomposanm3/hr - 30 40 60 70 100 120 140 190 240 300
% 0.0% 1.0% 1.3% 2.0% 2.2% 3.1% 3.6% 4.0% 5.3% 6.5% 7.9%
Daur Ulang Anorganikm3/hr 0.0 215.1 231.1 248.0 265.8 284.5 304.1 324.8 358.1 393.2 430.2
% 0.0% 7.5% 7.8% 8.1% 8.4% 8.7% 9.1% 9.4% 10.0% 10.7% 11.3%
Pengolahan Lainm3/hr - 30 50 60 80 90 110 125 150 180 200
% 0.0% 1.0% 1.7% 2.0% 2.5% 2.8% 3.3% 3.6% 4.2% 4.9% 5.3%
Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 567 664 713 766 820 878 939 1,002 1,105 1,214 1,328
% 20.2% 23.0% 24.0% 25.0% 26.0% 27.0% 28.0% 29.0% 31.0% 33.0% 35.0%
Pelayanan Peningkatan Part. Masy.
Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 105.4 231.8 259.9 288.0 316.1 344.2 372.3 400.4 456.6 526.9 597.1
% 5.1% 10.8% 11.8% 12.7% 13.5% 14.3% 15.0% 15.6% 17.3% 19.3% 21.2%
Informalm3/hr 343.3 360.6 372.3 386.0 401.8 419.8 440.1 462.9 486.6 500.6 519.2
% 16.5% 16.9% 16.9% 17.0% 17.2% 17.4% 17.7% 18.1% 18.4% 18.4% 18.5%
Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 449 592 632 674 718 764 812 863 943 1027 1116
% 21.6% 27.7% 28.7% 29.7% 30.7% 31.7% 32.7% 33.7% 35.7% 37.7% 39.7%
Sampah Terkelolam3/hr 1,014.9 1,256.2 1,345.6 1,439.6 1,538.3 1,642.1 1,751.2 1,865.8 2,048.3 2,240.9 2,444.2
% 20.8% 25.0% 26.0% 27.0% 28.0% 29.0% 30.0% 31.0% 33.0% 35.0% 37.0%
Sampah Tak Terkelolam3/hr 3,864.6 3,768.6 3,829.9 3,892.3 3,955.7 4,020.3 4,086.1 4,152.9 4,158.7 4,161.7 4,161.7
% 79.2% 75.0% 74.0% 73.0% 72.0% 71.0% 70.0% 69.0% 67.0% 65.0% 63.0%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-7
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2
Pelaku Pengelolaan SatuanTahun
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Timbulan Sampah Total m3/hr 6,817 7,036 7,264 7,501 7,747 8,004 8,270 8,547 8,835 9,134
Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 3,915 4,041 4,172 4,308 4,450 4,597 4,750 4,909 5,074 5,246
Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,902 2,995 3,092 3,193 3,298 3,407 3,520 3,638 3,761 3,888
Pelayanan Perkotaan
Penimbunanm3/hr 399 383 373 360 344 331 308 288 267 241
% 10.2% 9.5% 8.9% 8.3% 7.7% 7.2% 6.5% 5.9% 5.3% 4.6%
Pengomposanm3/hr 350 430 500 580 650 750 870 970 1,060 1,200
% 8.9% 10.6% 12.0% 13.5% 14.6% 16.3% 18.3% 19.8% 20.9% 22.9%
Daur Ulang Anorganikm3/hr 469.4 523.8 581.3 642.1 706.4 774.5 861.8 938.4 1019.3 1121.9
% 12.0% 13.0% 13.9% 14.9% 15.9% 16.8% 18.1% 19.1% 20.1% 21.4%
Pengolahan Lainm3/hr 230 280 340 400 480 535 620 700 800 900
% 5.9% 6.9% 8.1% 9.3% 10.8% 11.6% 13.1% 14.3% 15.8% 17.2%
Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 1,449 1,617 1,794 1,982 2,180 2,390 2,660 2,896 3,146 3,463
% 37.0% 40.0% 43.0% 46.0% 49.0% 52.0% 56.0% 59.0% 62.0% 66.0%
Pelayanan Peningkatan Part. Masy.
Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 667.4 836.0 1,018.6 1,145.1 1,271.5 1,412.0 1,496.3 1,524.4 1,566.6 1,636.8
% 23.0% 27.9% 32.9% 35.9% 38.6% 41.4% 42.5% 41.9% 41.7% 42.1%
Informalm3/hr 542.6 571.7 601.6 623.8 654.3 679.7 805.8 963.9 1,118.5 1,294.8
% 18.7% 19.1% 19.5% 19.5% 19.8% 20.0% 22.9% 26.5% 29.7% 33.3%
Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 1210 1408 1620 1769 1926 2092 2302 2488 2685 2932
% 41.7% 47.0% 52.4% 55.4% 58.4% 61.4% 65.4% 68.4% 71.4% 75.4%
Sampah Terkelolam3/hr 2,658.6 3,025.6 3,414.2 3,750.6 4,106.2 4,482.0 4,961.9 5,384.4 5,831.0 6,394.1
% 39.0% 43.0% 47.0% 50.0% 53.0% 56.0% 60.0% 63.0% 66.0% 70.0%
Sampah Tak Terkelolam3/hr 4,158.4 4,010.7 3,850.1 3,750.6 3,641.3 3,521.6 3,307.9 3,162.3 3,003.8 2,740.3
% 61.0% 57.0% 53.0% 50.0% 47.0% 44.0% 40.0% 37.0% 34.0% 30.0%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-8
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3
Pelaku Pengelolaan SatuanTahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Timbulan Sampah Total m3/hr 4,880 5,025 5,176 5,332 5,494 5,662 5,837 6,019 6,207 6,403 6,606
Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 2,803 2,886 2,973 3,062 3,156 3,252 3,353 3,457 3,565 3,677 3,794
Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,077 2,139 2,203 2,270 2,339 2,410 2,485 2,562 2,642 2,725 2,812
Pelayanan Perkotaan
Penimbunanm3/hr 567 693 696 709 722 735 755 773 792 815 842
% 20.2% 24.0% 23.4% 23.2% 22.9% 22.6% 22.5% 22.4% 22.2% 22.2% 22.2%
Pengomposanm3/hr - - 4 24 52 80 104 148 156 164 170
% 0.0% 0% 0.1% 0.8% 1.6% 2.5% 3.1% 4.3% 4.4% 4.5% 4.5%
Daur Ulang Anorganikm3/hr 0.0 0 335 357.2 378.3 400.4 423.6 455 473.6 488.5 504.0
% 0.0% 0% 11.3% 11.7% 12.0% 12.3% 12.6% 13.1% 13.3% 13.3% 13.3%
Pengolahan Lainm3/hr - - - 12 15 20 25 27 40 40 40
% 0.0% 0% 0% 0.4% 0.5% 0.6% 0.7% 1% 1.1% 1.1% 1.1%
Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 567 693 1,035 1,102 1,168 1,236 1,308 1,403 1,462 1,508 1,556
% 20.2% 24% 35% 36% 37% 38% 39% 41% 41% 41% 41%
Pelayanan Peningkatan Part. Masy.
Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 105.4 84 105 136 140 169 199 246 264 273 281
% 5.1% 4% 5% 6% 6% 7% 8% 10% 10% 10% 10%
Informalm3/hr 343.3 171.1 176 204.3 210.5 216.9 248.5 256 264.2 299.8 309.3
% 16.5% 8% 8% 9% 9% 9% 10% 10% 10% 11% 11%
Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 449 255 282 340 351 386 447 502 528 572 590
% 21.6% 12% 13% 15% 15% 16% 18% 20% 20% 21% 21%
Sampah Terkelolam3/hr 1,014.9 948 1,317 1,443 1,518 1,621 1,755 1,905 1,990 2,080 2,146
% 20.8% 19% 25% 27% 28% 29% 30% 32% 32% 32% 32%
Sampah Tak Terkelolam3/hr 3,864.6 4,077 3,859 3,889 3,976 4,041 4,082 4,114 4,217 4,323 4,460
% 79.2% 81% 75% 73% 72% 71% 70% 68% 68% 68% 68%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-9
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3
Pelaku Pengelolaan SatuanTahun
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Timbulan Sampah Total m3/hr 6,817 7,036 7,264 7,501 7,747 8,004 8,270 8,547 8,835 9,134
Beban Pelayanan Perkotaan m3/hr 3,915 4,041 4,172 4,308 4,450 4,597 4,750 4,909 5,074 5,246
Beban Peningkatan Partisipasi Masy. m3/hr 2,902 2,995 3,092 3,193 3,298 3,407 3,520 3,638 3,761 3,888
Pelayanan Perkotaan
Penimbunanm3/hr 864 888 917 945 967 997 1,029 1,062 1,086 1,092
% 22.1% 22.0% 22.0% 21.9% 21.7% 21.7% 21.7% 21.6% 21.4% 20.8%
Pengomposanm3/hr 178 184 190 198 216 224 232 240 288 420
% 4.5% 4.6% 4.6% 4.6% 4.9% 4.9% 4.9% 4.9% 5.7% 8%
Daur Ulang Anorganikm3/hr 532.8 549.9 567.8 586.3 619.9 640.4 661.7 683.9 723.4 798.2
% 13.6% 13.6% 13.6% 13.6% 13.9% 13.9% 13.9% 13.9% 14.3% 15.2%
Pengolahan Lainm3/hr 70 75 78 80 110 115 120 125 135 153
% 1.8% 1.9% 1.9% 1.9% 2.5% 2.5% 2.5% 2.5% 2.7% 2.9%
Tingk. Pelayanan Perkotaanm3/hr 1,644 1,697 1,752 1,809 1,913 1,977 2,042 2,111 2,233 2,464
% 42% 42% 42% 42% 43% 43% 43% 43% 44% 47%
Pelayanan Peningkatan Part. Masy.
Sistem Berbasis Masyarakatm3/hr 319 329 340 351 396 409 422 473 564 611
% 11% 11% 11% 11% 12% 12% 12% 13% 15% 16%
Informalm3/hr 319.2 359.4 371.0 383.1 428.7 442.9 492.8 509.3 564.1 583
% 11% 12% 12% 12% 13% 13% 14% 14% 15% 15%
Tingk. Partisipasi Masy.m3/hr 638 689 711 734 824 852 915 982 1,128 1,194
% 22% 23% 23% 23% 25% 25% 26% 27% 30% 31%
Sampah Terkelolam3/hr 2,283 2,386 2,464 2,544 2,738 2,828 2,958 3,093 3,361 3,658
% 33% 34% 34% 34% 35% 35% 36% 36% 38% 40%
Sampah Tak Terkelolam3/hr 4,534 4,650 4,801 4,957 5,010 5,175 5,312 5,454 5,474 5,476
% 67% 66% 66% 66% 65% 65% 64% 64% 62% 60%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-10
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Kebutuhan Sarana Pengumpulan untuk Skenario 1
Komponen SatuanTahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Beban Pengumpulan m3/hr 1154.4 1783.5 1868.0 1956.4 2081.4 2212.7 2385.2 2495.5 2610.9 2722.7
Kebutuhan Motor sampah Unit 415 641 671 703 748 795 857 897 938 978
Pengadaan Motor Sampah Unit 415 226 30 32 45 47 62 40 41 40
Kebutuhan Pick Up 4m3 Unit 69 107 112 117 125 132 143 149 156 163
Pengadaan Pick Up 4m3 Unit 69 38 5 5 7 8 10 7 7 7
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengumpulan untuk Skenario 1
Komponen SatuanTahun
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Beban Pengumpulan m3/hr 2764.1 2809.1 2846.8 2894.1 2939.8 2983.8 3080.6 3151.4 3222.4 3277.8
Kebutuhan Motor sampah Unit 993 1009 1023 1040 1056 1072 1107 1132 1158 1178
Pengadaan Motor Sampah Unit 15 16 14 17 16 16 35 25 26 20
Kebutuhan Pick Up 4m3 Unit 166 168 170 173 176 179 184 189 193 196
Pengadaan Pick Up 4m3 Unit 2 3 2 3 3 3 6 4 4 3
Tabel Kebutuhan Sarana TPS untuk Skenario 1
Komponen SatuanTahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Beban Pengomposan m3/hr 200 355 390 430 470 500 540 570 625 630
Kebutuhan TPS Kel Unit 14 25 28 31 33 36 38 41 44 45
Pengadaan TPS Kel. Unit 14 11 2 3 3 2 3 2 4 0
Kebutuhan TPS Kec Unit 3 10 12 13 15 17 18 19 21 22
Pengadaan TPS Kec. Unit 3 7 2 1 2 2 1 1 2 1
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-11
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana TPS untuk Skenario 1
Komponen SatuanTahun
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Beban Pengomposan m3/hr 650 670 690 710 750 800 850 900 950 1000
Kebutuhan TPS Kel Unit 46 48 49 51 53 57 60 64 68 71
Pengadaan TPS Kel. Unit 1 1 1 1 3 4 4 4 4 4
Kebutuhan TPS Kec Unit 22 23 23 24 24 25 26 27 29 30
Pengadaan TPS Kec. Unit 0 1 0 1 0 1 1 1 2 1
Tabel Kebutuhan Sarana Pengangkutan untuk Skenario 1
Komponen SatuanTahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Beban Penimbunan m3/hr 480.4 475.7 472.8 467.5 462.0 455.8 452.4 442.0 440.0 410.5
Sampah tercampur m3/hr 408.3 404.3 401.9 397.4 392.7 387.4 384.5 375.7 374.0 349.0
Residu Pengolahan m3/hr 72.1 71.3 70.9 70.1 69.3 68.4 67.9 66.3 66.0 61.6
DT 6m3 Unit 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6
Pengadaan DT 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Container 6m3 Unit 33 32 32 32 31 31 31 30 30 28
Pengadaan Container 6m3 Unit 27 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Arm Roll 6 m3 Unit 16 16 16 16 16 15 15 15 15 14
Pengadaan Arm Roll 6 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Container 10m3 Unit 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
Pengadaan Container 10m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Arm Roll 10 m3 Unit 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Pengadaan Arm Roll 10 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-12
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengangkutan untuk Skenario 1
Komponen SatuanTahun
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Beban Penimbunan m3/hr 393.5 378.9 359.4 346.4 312.3 267.1 232.5 205.4 153.4 15.8
Sampah tercampur m3/hr 334.5 322.1 305.5 294.4 265.5 227.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Residu Pengolahan m3/hr 59.0 56.8 53.9 52.0 46.9 40.1 34.9 30.8 23.0 2.4
DT 6m3 Unit 6 6 5 5 5 4 3 3 2 0
Pengadaan DT 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Container 6m3 Unit 27 26 24 24 21 18 0 0 0 0
Pengadaan Container 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Arm Roll 6 m3 Unit 13 13 12 12 11 9 0 0 0 0
Pengadaan Arm Roll 6 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Container 10m3 Unit 4 4 4 4 3 3 0 0 0 0
Pengadaan Container 10m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Arm Roll 10 m3 Unit 2 2 2 2 2 1 0 0 0 0
Pengadaan Arm Roll 10 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel Kebutuhan Sarana Pengembangan Sistem Berbasis Masyarakat untuk Skenario 1
Komponen SatuanTahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Beban Sistem Berbasis Masy. m3/hr 245.9 442.6 470.7 555.0 611.2 667.4 751.7 779.8 821.9 920.3 976.5
Keb. Pengembangan Unit 18 32 34 40 44 48 54 56 59 66 70
Pelaksanaan Pengembangan Unit 18 14 2 6 4 4 6 2 3 7 4
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-13
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengembangan Sistem Berbasis Masyarakat untuk Skenario 1
Komponen SatuanTahun
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Beban Sistem Berbasis Masy. m3/hr 1032.7 1088.9 1145.1 1201.3 1257.5 1313.7 1369.9 1426.1 1482.3
Keb. Pengembangan Unit 74 78 82 86 90 94 98 102 106
Pelaksanaan Pengembangan Unit 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Tabel Kebutuhan Sarana Pengumpulan untuk Skenario 2
Komponen SatuanTahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Beban Pengumpulan m3/hr 664 713 766 820 878 939 1,002 1,105 1,214 1,328
Kebutuhan Motor sampah Unit 238 256 275 295 315 337 360 397 436 477
Pengadaan Motor Sampah Unit 238 18 19 20 21 22 23 37 39 41
Kebutuhan Pick Up 4m3 Unit 40 43 46 49 53 56 60 66 73 80
Pengadaan Pick Up 4m3 Unit 40 3 3 3 3 4 4 6 6 7
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengumpulan untuk Skenario 2
Komponen SatuanTahun
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Beban Pengumpulan m3/hr 1,449 1,617 1,794 1,982 2,180 2,390 2,660 2,896 3,146 3,463
Kebutuhan Motor sampah Unit 520 581 645 712 783 859 956 1,041 1,130 1,244
Pengadaan Motor Sampah Unit 43 60 64 67 71 75 97 85 90 114
Kebutuhan Pick Up 4m3 Unit 87 97 107 119 131 143 159 173 188 207
Pengadaan Pick Up 4m3 Unit 7 10 11 11 12 13 16 14 15 19
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-14
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Kebutuhan Sarana TPS untuk Skenario 2
Komponen SatuanTahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Beban Pengomposan m3/hr 30 40 60 70 100 120 140 190 240 300
Kebutuhan TPS Kel Unit 2 3 4 5 7 9 10 14 17 21
Pengadaan TPS Kel. Unit 2 1 1 1 2 1 1 4 4 4
Kebutuhan TPS Kec Unit 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pengadaan TPS Kec. Unit 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana TPS untuk Skenario 2
Komponen SatuanTahun
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Beban Pengomposan m3/hr 350 430 500 580 650 750 870 970 1,060 1,200
Kebutuhan TPS Kel Unit 25 31 36 41 46 53 62 69 75 85
Pengadaan TPS Kel. Unit 4 6 5 6 5 7 9 7 6 10
Kebutuhan TPS Kec Unit 12 13 14 16 18 20 22 25 27 30
Pengadaan TPS Kec. Unit 1 1 1 2 2 2 2 3 2 3
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-15
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Kebutuhan Sarana Pengangkutan untuk Skenario 2
Komponen SatuanTahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Beban Penimbunan m3/hr 389 392 398 405 404 405 413 407 400 398
Sampah tercampur m3/hr 330 333 338 344 343 344 351 346 340 338
Residu Pengolahan m3/hr 58.3 58.8 59.6 60.7 60.5 60.7 61.9 61.1 60.1 59.7
DT 6m3 Unit 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Pengadaan DT 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Container 6m3 Unit 26 27 27 27 27 27 28 28 27 27
Pengadaan Container 6m3 Unit 20 1 0 0 0 0 1 0 0 0
Arm Roll 6 m3 Unit 13 13 13 14 14 14 14 14 14 13
Pengadaan Arm Roll 6 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Container 10m3 Unit 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Pengadaan Container 10m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Arm Roll 10 m3 Unit 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Pengadaan Arm Roll 10 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-16
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengangkutan untuk Skenario 2
Komponen SatuanTahun
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Beban Penimbunan m3/hr 399 383 373 360 344 331 308 288 267 241
Sampah tercampur m3/hr 339 325 317 306 292 281 262 245 227 205
Residu Pengolahan m3/hr 59.9 57.4 55.9 54.0 51.6 49.6 46.2 43.2 40.0 36.1
DT 6m3 Unit 6 6 6 5 5 5 5 4 4 4
Pengadaan DT 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Container 6m3 Unit 27 26 25 24 23 22 21 20 18 16
Pengadaan Container 6m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Arm Roll 6 m3 Unit 14 13 13 12 12 11 10 10 9 8
Pengadaan Arm Roll 6 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Container 10m3 Unit 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2
Pengadaan Container 10m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Arm Roll 10 m3 Unit 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1
Pengadaan Arm Roll 10 m3 Unit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel Kebutuhan Sarana Pengembangan Sistem Berbasis Masyarakat untuk Skenario 2
Komponen SatuanTahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Beban Sistem Berbasis Masy. m3/hr 231.8 259.9 288.0 316.1 344.2 372.3 400.4 456.6 526.9 597.1 667.4
Keb. Pengembangan Unit 17 19 21 23 25 27 29 33 38 43 48
Pelaksanaan Pengembangan Unit 17 2 2 2 2 2 2 4 5 5 5
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-17
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana Pengembangan Sistem Berbasis Masyarakat untuk Skenario 2
Komponen SatuanTahun
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Beban Sistem Berbasis Masy. m3/hr 836.0 1018.6 1145.1 1271.5 1412.0 1496.3 1524.4 1566.6 1636.8
Keb. Pengembangan Unit 60 73 82 91 101 107 109 112 117
Pelaksanaan Pengembangan Unit 12 13 9 9 10 6 2 3 5
Tabel Kebutuhan Sarana dan Prasarana untuk Skenario 3
No Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana
1 Penanganan Sampah
Kontainer 10 m3
Kebutuhan unit 23 23 23 23 23 23 23
Pengadaan unit 1 2 0 0 0 0 0
Kontainer 6 m3
Kebutuhan unit 34 34 34 34 34 34 34
Pengadaan unit 10 18 0 0 0 0 0
Arm Roll 10m3
Kebutuhan unit 8 8 8 8 8 8 8
Pengadaan unit 1 2 0 0 0 0 0
Arm Roll 6m3
Kebutuhan unit 11 11 11 11 11 11 11
Pengadaan unit 0 0 0 0 0 0 0
Dump Truck 10 m3
Kebutuhan unit 36 36 36 36 36 36 36
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-18
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pengadaan unit 0 0 1 1 1 1 1
2 Pelaksanaan 3R
Pembiayaan Pengembangan CBSWM
Pengadaan unit 0 5 2 2 2 2 2
Unit Pengolahan Kompos
Pengadaan unit 0 0 2 2 2 2 2
Unit Pengolahan Plastik
Pengadaan unit 0 0 1 1 1 1 1
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Prasarana untuk Skenario 3
No Komponen SatuanJangka Panjang
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana
1 Penanganan Sampah
Kontainer 10 m3
Kebutuhan unit 23 23 24 24 25 25 26
Pengadaan unit 0 0 1 0 1 0 1
Kontainer 6 m3
Kebutuhan unit 35 36 37 38 39 40 41
Pengadaan unit 1 1 1 1 1 1 1
Arm Roll 10m3
Kebutuhan unit 8 8 8 8 8 9 9
Pengadaan unit 0 0 0 0 0 1 0
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-19
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
No Komponen SatuanJangka Panjang
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Arm Roll 6m3
Kebutuhan unit 11 11 11 12 12 12 12
Pengadaan unit 0 0 0 0 0 0 0
Dump Truck 10 m3
Kebutuhan unit 37 37 38 38 39 39 40
Pengadaan unit 1 0 1 0 1 0 1
2 Pelaksanaan 3R
Pembiayaan Pengembangan CBSWM
Pengadaan unit 3 3 3 3 4 3 3
Unit Pengolahan Kompos
Pengadaan unit 4 4 4 5 5 4 4
Unit Pengolahan Plastik
Pengadaan unit 0 1 0 1 0 1 0
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-20
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Kebutuhan Sarana dan Prasarana untuk Skenario 3
No Komponen SatuanJangka Panjang
2023 2024 2025 2026 2027 2028
Data Kebutuhan Sarana dan Prasarana
1 Penanganan Sampah
Kontainer 10 m3
Kebutuhan unit 26 28 28 30 31 33
Pengadaan unit 0 2 0 2 1 2
Kontainer 6 m3
Kebutuhan unit 42 43 44 45 46 48
Pengadaan unit 1 1 1 1 1 2
Arm Roll 10m3
Kebutuhan unit 9 9 9 9 10 10
Pengadaan unit 0 0 0 0 1 0
Arm Roll 6m3
Kebutuhan unit 13 13 13 14 14 16
Pengadaan unit 0 0 0 0 0 0
Dump Truck 10 m3
Kebutuhan unit 40 41 41 42 42 43
Pengadaan unit 0 1 0 1 0 1
2 Pelaksanaan 3R
Pembiayaan Pengembangan CBSWM
Pengadaan unit 3 3 4 3 3 4
Unit Pengolahan Kompos
Pengadaan unit 4 3 4 3 2 0
Unit Pengolahan Plastik
Pengadaan unit 1 0 1 0 1 1
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-21
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-1
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 25 415 10,998 227 6,376 31 923 32 1,010 45 1,506
Pick Up 4m3 Unit 120 70 8,904 38 5,124 6 858 6 909 8 1,285
Kontainer 6 m3 Unit 17 27.0 487 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 6 m3 Unit 210 1 223 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 20,611 11,500 1,781 1,919 2,790
2 Pola 3R
TPST Skala Kelurahanan Unit 240 15 3,816 12 3,236 3 858 3 909 3 964
TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 3 549 7 1,357 2 411 1 218 2 462
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 18 3,710 14 3,146 2 476 6 1,515 4 1,071
JUMLAH BIAYA POLA 3R 8,075 7,739 1,745 2,642 2,496
TOTAL BIAYA INVESTASI 28,685 19,239 3,525 4,561 5,286
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-22
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-1
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2014 2015 2016 2017 2018
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 25 48 1,702 62 2,331 40 1,594 42 1,774 41 1,836
Pick Up 4m3 Unit 120 8 1,362 11 1,985 7 1,339 7 1,419 7 1,504
Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 2 451 3 717 3 760 3 806
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 3,064 4,767 3,650 3,953 4,146
2 Pola 3R
TPST Skala Kelurahanan Unit 240 3 1,021 3 1,083 3 1,148 4 1,622 1 430
TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 2 489 1 259 1 275 2 583 1 309
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 4 1,135 6 1,804 2 638 3 1,014 7 2,507
JUMLAH BIAYA POLA 3R 2,646 3,146 2,060 3,218 3,246
TOTAL BIAYA INVESTASI 5,710 7,913 5,710 7,172 7,392
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-23
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-1
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2019 2020 2021 2022 2023
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 25 15 712 17 855 14 747 17 961 17 1,019
Pick Up 4m3 Unit 120 3 683 3 724 3 768 3 814 3 863
Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 6 m3 Unit 150 1 285 1 302 1 320 1 339 1 359
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 1,680 1,881 1,834 2,114 2,241
2 Pola 3R
TPST Skala Kelurahanan Unit 240 2 911 2 966 2 1,024 2 1,085 3 1,726
TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 0 - 1 347 0 - 1 390 0 -
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 4 1,519 4 1,610 4 1,706 4 1,809 4 1,917
JUMLAH BIAYA POLA 3R 2,430 2,923 2,730 3,284 3,643
TOTAL BIAYA INVESTASI 4,110 4,804 4,564 5,398 5,884
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-24
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-1
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2024 2025 2026 2027 2028
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 25 16 1,016 35 2,356 26 1,855 26 1,967 20 1,604
Pick Up 4m3 Unit 120 3 915 6 1,939 5 1,713 5 1,815 4 1,539
Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 6 m3 Unit 150 1 381 2 808 2 856 2 908 4 1,924
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 2,312 5,103 4,424 4,690 5,067
2 Pola 3R
TPST Skala Kelurahanan Unit 240 4 2,439 4 2,585 4 2,740 4 2,905 4 3,079
TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 1 438 1 465 1 492 2 1,044 1 553
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 4 2,032 4 2,154 4 2,283 4 2,420 4 2,566
JUMLAH BIAYA POLA 3R 4,909 5,204 5,516 6,369 6,198
TOTAL BIAYA INVESTASI 7,221 10,307 9,940 11,059 11,265
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-25
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-2
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 25 239 6,334 18 506 19 566 20 631 21 703
Pick Up 4m3 Unit 120 40 5,088 3 404 4 572 4 606 4 642
Kontainer 6 m3 Unit 17 21 378 1 19 0 - 1 21 0 -
Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 1 236 1 250 1 265 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 11,800 1,165 1,388 1,524 1,345
2 Pola 3R - - -
TPST Skala Kelurahanan Unit 240 2 509 1 270 2 572 1 303 3 964
TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 2 366 1 194 1 205 1 218 1 231
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 17 3,498 2 449 2 476 2 505 2 535
JUMLAH BIAYA POLA 3R 4,373 913 1,254 1,026 1,730
JUMLAH BIAYA INVESTASI 16,172 2,078 2,641 2,550 3,075
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-26
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-2
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2014 2015 2016 2017 2018
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 25 22 780 23 865 37 1,474 39 1,647 42 1,880
Pick Up 4m3 Unit 120 4 681 4 722 7 1,339 7 1,419 7 1,504
Kontainer 6 m3 Unit 17 1 24 1 26 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 6 m3 Unit 210 1 298 1 316 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 1,783 1,928 2,813 3,066 3,385
2 Pola 3R - - - - -
TPST Skala Kelurahanan Unit 240 2 681 2 722 4 1,530 4 1,622 5 2,149
TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 1 245 1 259 1 275 1 291 1 309
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 2 567 2 601 4 1,275 5 1,689 5 1,791
JUMLAH BIAYA POLA 3R 1,493 1,583 3,080 3,603 4,249
JUMLAH BIAYA INVESTASI 3,276 3,510 5,893 6,669 7,633
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-27
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-2
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2019 2020 2021 2022 2023
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 25 44 2,088 61 3,069 64 3,413 68 3,844 72 4,314
Pick Up 4m3 Unit 120 8 1,822 11 2,656 11 2,815 12 3,256 12 3,451
Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 6 m3 Unit 210 1 399 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 4,309 5,725 6,228 7,099 7,765
2 Pola 3R - - - - -
TPST Skala Kelurahanan Unit 240 4 1,822 6 2,898 5 2,560 6 3,256 5 2,876
TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 1 327 1 347 1 368 2 780 2 827
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 5 1,898 12 4,829 13 5,546 9 4,070 9 4,314
JUMLAH BIAYA POLA 3R 4,048 8,074 8,473 8,105 8,016
JUMLAH BIAYA INVESTASI 8,357 13,799 14,701 15,205 15,781
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-28
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-2
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2024 2025 2026 2027 2028
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Motor Sampah Unit 25 76 4,827 97 6,530 85 6,065 90 6,808 114 9,140
Pick Up 4m3 Unit 120 13 3,963 17 5,493 15 5,138 15 5,446 19 7,312
Kontainer 6 m3 Unit 17 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 6 m3 Unit 210 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 20 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 280 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 6 m3 Unit 150 0 - 5 2,020 4 1,713 5 2,269 6 2,886
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 8,790 14,043 12,916 14,523 19,339
2 Pola 3R - - - - -
TPST Skala Kelurahanan Unit 240 8 4,877 9 5,816 8 5,480 7 5,083 10 7,697
TPST Skala Kecamatan Unit 172.5 2 876 2 929 3 1,477 2 1,044 3 1,660
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 10 5,081 6 3,231 2 1,142 3 1,815 5 3,207
JUMLAH BIAYA POLA 3R 10,835 9,977 8,099 7,942 12,564
JUMLAH BIAYA INVESTASI 19,624 24,020 21,015 22,465 31,903
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-29
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-3
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Kontainer 6 m3 Unit 20 10 212 18 404 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 6 m3 Unit 220 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 25 1 27 2 56 0 - 0 - 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 300 1 318 2 562 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 10 m3 Unit 200 0 - 0 - 1 238 1 252 1 268
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 557 1,022 238 252 268
2 Pola 3R
TPST Skala Kelurahan Unit 240 0 - 0 - 2 572 2 606 2 642
TPST Skala Kecamatan Unit 172 0 - 0 - 1 205 1 217 1 230
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 0 - 5 1,124 2 476 2 505 2 535
Peralatan Unit 97 5 514 0 - 0 - 0 - 0 -
Pendampingan Unit 103 6 655 0 - - - -
JUMLAH BIAYA POLA 3R 1,169 1,124 1,253 1,328 1,408
TOTAL BIAYA INVESTASI 1,726 2,146 1,491 1,581 1,675
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-30
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-3
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2014 2015 2016 2017 2018
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Kontainer 6 m3 Unit 20 0 - 0 - 1 32 1 34 1 36
Arm Roll 6 m3 Unit 220 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 25 0 - 0 - 0 - 0 - 1 45
Arm Roll 10 m3 Unit 300 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dump Truck 10 m3 Unit 200 1 284 1 301 1 319 0 - 1 358
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 284 301 351 34 439
2 Pola 3R
TPST Skala Kelurahan Unit 240 2 681 2 722 4 1,530 4 1,622 4 1,719
TPST Skala Kecamatan Unit 172 1 244 1 259 0 - 1 291 0 -
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 2 567 2 601 3 956 3 1,014 3 1,075
Peralatan Unit 97 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Pendampingan Unit 103 - - - -
JUMLAH BIAYA POLA 3R 1,492 1,582 2,486 2,926 2,794
TOTAL BIAYA INVESTASI 1,776 1,883 2,837 2,960 3,232
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-31
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-3
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2019 2020 2021 2022 2023
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Kontainer 6 m3 Unit 20 1 38 1 40 1 43 1 45 1 48
Arm Roll 6 m3 Unit 220 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 25 0 - 1 50 0 - 1 57 0 -
Arm Roll 10 m3 Unit 300 0 - 0 - 1 640 0 - 0 -
Dump Truck 10 m3 Unit 200 0 - 1 402 0 - 1 452 0 -
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 38 493 683 554 48
2 Pola 3R
TPST Skala Kelurahan Unit 240 5 2,278 5 2,415 4 2,048 4 2,170 4 2,301
TPST Skala Kecamatan Unit 172 1 327 0 - 1 367 0 - 1 412
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 3 1,139 4 1,610 3 1,280 3 1,357 3 1,438
Peralatan Unit 97 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Pendampingan Unit 103 - - - - -
JUMLAH BIAYA POLA 3R 3,743 4,024 3,694 3,527 4,151
TOTAL BIAYA INVESTASI 3,781 4,517 4,377 4,081 4,199
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-32
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Kebutuhan Sarana dan Biaya Investasi untuk Skenario-3
No Komponen Satuan
Harga Satuan 2024 2025 2026 2027 2028
(Rp- Jutaan)Kuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
JumlahKuantitas
Jumlah
Base : 2008 (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan) (Rp- Jutaan)
1 Pola Konvensional
Kontainer 6 m3 Unit 20 1 51 1 54 1 57 1 61 2 128
Arm Roll 6 m3 Unit 220 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Kontainer 10 m3 Unit 25 2 127 0 - 2 143 1 76 2 160
Arm Roll 10 m3 Unit 300 0 - 0 - 0 - 1 908 0 -
Dump Truck 10 m3 Unit 200 1 508 0 - 1 571 0 - 1 641
JUMLAH BIAYA POLA KONVENSIONAL 686 54 771 1,044 930
2 Pola 3R
TPST Skala Kelurahan Unit 240 3 1,829 4 2,585 3 2,055 2 1,452 0 -
TPST Skala Kecamatan Unit 172 0 - 1 463 0 - 1 520 1 552
Sarana Prasarana Pengembangan CBSWM Unit 200 3 1,524 4 2,154 3 1,713 3 1,815 4 2,566
Peralatan Unit 97 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Pendampingan Unit 103 - - - - -
JUMLAH BIAYA POLA 3R 3,353 5,202 3,768 3,788 3,117
TOTAL BIAYA INVESTASI 4,039 5,256 4,538 4,832 4,047
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-33
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Perkiraan Biaya TPA Saat Ini
SATUAN BIAYA OPERASI DAN PEMELIHARAAN , TPA BABAKAN DENGAN OPERASI CONTROLD
Biaya Personil
Diskripsi Jumlah Gaji Tunjangan Biaya / bln Biaya/ thn
Pencatatan 3 900,000 135,000 3,105,000 37,260,000
Operator Penimbunan 2 900,000 135,000 2,070,000 24,840,000
Operator Kolam 2 900,000 135,000 2,070,000 24,840,000
Operator Alat Berat 5 1,500,000 225,000 8,625,000 103,500,000
Operator Truk 3 1,300,000 195,000 4,485,000 53,820,000
Mekanik Alat Berat 2 1,300,000 195,000 2,990,000 35,880,000
Penjaga/Satpam 2 800,000 120,000 1,840,000 22,080,000
Kepala TPA 1 1,900,000 285,000 2,185,000 26,220,000
Kepala Seksi 3 1,300,000 195,000 4,485,000 53,820,000
Total Biaya Personil 31,855,000 382,260,000
Biaya O & P Mesin Buldozer Excavator Truk Biaya / bl Biaya/thn
BBM 108,360,000 54,180,000 22,275,000 184,815,000 2,217,780,000
Olie 4,800,000 2,400,000 600,000 7,800,000 93,600,000
Accu 2,200,000 1,650,000 1,200,000 5,050,000 60,600,000
suku cadang 60,000,000 35,000,000 6,250,000 101,250,000 1,215,000,000
Stempet 520,000 390,000 150,000 1,060,000 12,720,000
Total Biaya O & P Mesin 299,975,000 3,599,700,000
Tanah Penutup Vol (m3/hari) Harga Biaya/1 penutupan Biaya / bl Biaya/thn
Zona I (Zona Penimbunan Lama) 231 15,000 3,467,500 20,805,000 249,660,000
Zona II (Zona Penimbunan Baru) 364 15,000 5,460,000 163,800,000 1,965,600,000
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-34
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Biaya Pemeliharaan Prasarana Vol satuan Harga Biaya/thn
Jalan 791 m 65,000 51,415,000
Saluran Drainase 664 m 26,000 17,264,000
Kolam 2,500 m2 65,000 162,500,000
Manuver 1,600 m2 91,000 145,600,000
Total Biaya Pemeliharaan Prasarana 376,779,000
Pemeliharaan & Pemantauan Lingkungan 175,000,000
Total Biaya O & P Tahun 2009 - 2010 4,401,139,000
Total Biaya O & P Tahun 2011 - 2028 6,117,079,000
Biaya Administrasi dan Overhead (5% x O & P) 220,056,950
305,853,950
Total Biaya Tahun 2009 - 2010 5,003,455,950
Total Biaya Tahun 2011 - 2028 6,805,192,950
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-35
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Biaya O&M untuk Skenario-1
No KomponenJangka Pendek Jangka Menengah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 149,876 556,461 582,825 610,404 649,404 690,367 744,180
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 28,952 Rp 30,689 Rp 32,530 Rp 34,482 Rp 36,551 Rp 38,744 Rp 41,068
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 4,339,137,500 Rp 17,076,997,764 Rp 18,959,257,074 Rp21,047,775,510 Rp23,736,104,755 Rp26,747,327,113 Rp30,562,199,259
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,466,764,875 Rp 6,854,770,767 Rp 7,266,057,013 Rp 7,702,020,434 Rp 8,164,141,660 Rp 8,653,990,160 Rp 9,173,229,569
- Total biaya Rp 10,805,902,375 Rp 23,931,768,531 Rp 26,225,314,088 Rp28,749,795,944 Rp31,900,246,416 Rp35,401,317,273 Rp39,735,428,828
-17% 121% 10% 10% 11% 11% 12%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 149,876 556,461 582,825 610,404 649,404 690,367 744,180
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 43,964 Rp 46,602 Rp 49,398 Rp 52,362 Rp 55,504 Rp 58,834 Rp 62,364
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 6,589,172,225 Rp 25,932,176,465 Rp 28,790,470,485 Rp31,961,978,111 Rp36,044,324,981 Rp40,616,999,326 Rp46,410,051,421
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 20,085 Rp 21,198 Rp 26,662 Rp 27,753 Rp 28,898 Rp 29,860 Rp 30,873
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 3,010,188,221 Rp 11,795,681,867 Rp 15,539,249,736 Rp16,940,412,130 Rp18,766,231,833 Rp20,614,082,482 Rp22,975,240,979
- Total biaya Rp 9,599,360,446 Rp 37,727,858,332 Rp 44,329,720,221 Rp48,902,390,241 Rp54,810,556,814 Rp61,231,081,808 Rp69,385,292,401
-26% 293% 17% 10% 12% 12% 13%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 62,400 110,760 121,680 134,160 146,640 156,000 168,480
- Biaya satuan pengelolaan Rp 35,263 Rp 37,379 Rp 39,621 Rp 41,999 Rp 44,519 Rp 47,190 Rp 50,021
- Biaya O&M Rp 2,200,407,535 Rp 4,140,066,776 Rp 4,821,136,916 Rp 5,634,549,247 Rp 6,528,214,965 Rp 7,361,604,110 Rp 8,427,564,385
88% 16% 17% 16% 13% 14%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp 13,006,309,909 Rp 28,071,835,308 Rp 31,046,451,004 Rp34,384,345,192 Rp38,428,461,381 Rp42,762,921,383 Rp48,162,993,213
0% 116% 11% 11% 12% 11% 13%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 11,799,767,980 Rp 41,867,925,108 Rp 49,150,857,137 Rp54,536,939,488 Rp61,338,771,779 Rp68,592,685,918 Rp77,812,856,785
-9% 255% 17% 11% 12% 12% 13%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-36
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-1
No KomponenJangka Panjang
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 778,596 814,611 849,480 862,390 876,431 888,192 902,952
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 43,532 Rp 46,144 Rp 48,913 Rp 51,848 Rp 54,959 Rp 58,256 Rp 61,751
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp33,894,149,324 Rp 37,589,659,147 Rp 41,550,614,099 Rp 44,712,999,977 Rp 48,167,416,032 Rp 51,742,633,710 Rp 55,758,648,697
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 9,723,623,344 Rp 10,307,040,744 Rp 10,925,463,189 Rp 11,580,990,980 Rp 12,275,850,439 Rp 13,012,401,465 Rp 13,793,145,553
- Total biaya Rp43,617,772,668 Rp 47,896,699,891 Rp 52,476,077,288 Rp 56,293,990,957 Rp 60,443,266,471 Rp 64,755,035,175 Rp 69,551,794,250
10% 10% 10% 7% 7% 7% 7%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 778,596 814,611 849,480 862,390 876,431 888,192 902,952
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 66,106 Rp 70,072 Rp 74,277 Rp 78,733 Rp 83,457 Rp 88,465 Rp 93,772
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp51,469,764,976 Rp 57,081,560,104 Rp 63,096,445,402 Rp 67,898,668,239 Rp 73,144,351,815 Rp 78,573,478,001 Rp 84,671,974,398
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,941 Rp 32,901 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp24,868,782,447 Rp 26,801,910,041 Rp 28,710,213,183 Rp 29,146,533,811 Rp 29,621,059,526 Rp 30,018,563,465 Rp 30,517,415,418
- Total biaya Rp76,338,547,423 Rp 83,883,470,145 Rp 91,806,658,585 Rp 97,045,202,050 Rp 102,765,411,342 Rp 108,592,041,466 Rp 115,189,389,816
10% 10% 9% 6% 6% 6% 6%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 177,840 195,000 196,560 202,800 209,040 215,280 221,520
- Biaya satuan pengelolaan Rp 53,022 Rp 56,204 Rp 59,576 Rp 63,151 Rp 66,940 Rp 70,956 Rp 75,213
- Biaya O&M Rp 9,429,508,151 Rp 10,959,735,350 Rp 11,710,258,027 Rp 12,806,932,985 Rp 13,993,052,009 Rp 15,275,400,358 Rp 16,661,255,521
12% 16% 7% 9% 9% 9% 9%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp53,047,280,818 Rp 58,856,435,241 Rp 64,186,335,315 Rp 69,100,923,943 Rp 74,436,318,480 Rp 80,030,435,533 Rp 86,213,049,771
10% 11% 9% 8% 8% 8% 8%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp85,768,055,574 Rp 94,843,205,496 Rp 103,516,916,612 Rp 109,852,135,035 Rp 116,758,463,351 Rp 123,867,441,824 Rp 131,850,645,336
10% 11% 9% 6% 6% 6% 6%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-37
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-1
No KomponenJangka Panjang
2023 2024 2025 2026 2027 2028
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 917,233 930,960 961,141 983,243 1,005,396 1,022,665
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 65,457 Rp 69,384 Rp 73,547 Rp 77,960 Rp 82,637 Rp 87,596
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 60,038,928,544 Rp 64,593,721,080 Rp 70,689,050,201 Rp 76,653,462,844 Rp 83,083,304,096 Rp 89,580,993,401
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 14,620,734,286 Rp 15,497,978,344 Rp 16,427,857,044 Rp 17,413,528,467 Rp 18,458,340,175 Rp 19,565,840,585
- Total biaya Rp 74,659,662,830 Rp 80,091,699,424 Rp 87,116,907,246 Rp 94,066,991,311 Rp101,541,644,271 Rp 109,146,833,987
7% 7% 9% 8% 8% 7%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 917,233 930,960 961,141 983,243 1,005,396 1,022,665
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 99,399 Rp 105,363 Rp 111,684 Rp 118,385 Rp 125,489 Rp 133,018
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 91,171,768,673 Rp 98,088,422,610 Rp107,344,449,493 Rp116,401,673,912 Rp126,165,672,262 Rp 136,032,700,882
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 29,246
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 28,578,403,537 Rp 29,006,108,671 Rp 29,946,456,938 Rp 30,635,093,795 Rp 31,325,306,535 Rp 29,908,957,800
- Total biaya Rp 119,750,172,210 Rp127,094,531,281 Rp137,290,906,431 Rp147,036,767,708 Rp157,490,978,797 Rp 165,941,658,683
4% 6% 8% 7% 7% 5%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 234,000 249,600 265,200 280,800 296,400 312,000
- Biaya satuan pengelolaan Rp 79,726 Rp 84,510 Rp 89,580 Rp 94,955 Rp 100,652 Rp 106,692
- Biaya O&M Rp 18,655,912,872 Rp 21,093,618,820 Rp 23,756,688,196 Rp 26,663,388,870 Rp 29,833,369,547 Rp 33,287,759,705
12% 13% 13% 12% 12% 12%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp 93,315,575,702 Rp101,185,318,244 Rp110,873,595,442 Rp120,730,380,181 Rp131,375,013,817 Rp 142,434,593,691
8% 8% 10% 9% 9% 8%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 138,406,085,081 Rp148,188,150,101 Rp161,047,594,627 Rp173,700,156,577 Rp187,324,348,344 Rp 199,229,418,387
5% 7% 9% 8% 8% 6%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-38
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Biaya O&M untuk Skenario-2
No KomponenJangka Pendek Jangka Menengah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 121,279 122,387 124,031 126,240 125,922 126,229 128,753
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 28,952 Rp 30,689 Rp 32,530 Rp 34,482 Rp 36,551 Rp 38,744 Rp 41,068
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 3,511,202,124 Rp 3,755,884,239 Rp 4,034,726,480 Rp 4,352,960,676 Rp 4,602,519,827 Rp 4,890,564,630 Rp 5,287,683,244
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,466,764,875 Rp 6,854,770,767 Rp 7,266,057,013 Rp 7,702,020,434 Rp 8,164,141,660 Rp 8,653,990,160 Rp 9,173,229,569
- Total biaya Rp 9,977,966,999 Rp 10,610,655,006 Rp 11,300,783,493 Rp12,054,981,110 Rp12,766,661,487 Rp13,544,554,789 Rp14,460,912,813
-23% 6% 7% 7% 6% 6% 7%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 121,279 122,387 124,031 126,240 125,922 126,229 128,753
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 43,964 Rp 46,602 Rp 49,398 Rp 52,362 Rp 55,504 Rp 58,834 Rp 62,364
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 5,331,915,736 Rp 5,703,476,349 Rp 6,126,910,627 Rp 6,610,163,329 Rp 6,989,129,939 Rp 7,426,538,713 Rp 8,029,580,894
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 20,085 Rp 21,198 Rp 26,662 Rp 27,753 Rp 28,898 Rp 29,860 Rp 30,873
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 2,435,824,925 Rp 2,594,321,099 Rp 3,306,913,459 Rp 3,503,503,151 Rp 3,638,842,809 Rp 3,769,143,071 Rp 3,975,034,510
- Total biaya Rp 7,767,740,661 Rp 8,297,797,449 Rp 9,433,824,085 Rp10,113,666,480 Rp10,627,972,748 Rp11,195,681,784 Rp12,004,615,403
-40% 7% 14% 7% 5% 5% 7%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 8,640 11,520 17,280 20,160 28,800 34,560 40,320
- Biaya satuan pengelolaan Rp 35,263 Rp 37,379 Rp 39,621 Rp 41,999 Rp 44,519 Rp 47,190 Rp 50,021
- Biaya O&M Rp 304,671,812 Rp 430,602,828 Rp 684,658,497 Rp 846,694,341 Rp 1,282,137,145 Rp 1,630,878,449 Rp 2,016,853,015
41% 59% 24% 51% 27% 24%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp 10,282,638,812 Rp 11,041,257,834 Rp 11,985,441,990 Rp12,901,675,451 Rp14,048,798,633 Rp15,175,433,238 Rp16,477,765,828
-21% 7% 9% 8% 9% 8% 9%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 8,072,412,473 Rp 8,728,400,277 Rp 10,118,482,582 Rp10,960,360,821 Rp11,910,109,893 Rp12,826,560,233 Rp14,021,468,419
-38% 8% 16% 8% 9% 8% 9%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-39
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-2
No KomponenJangka Panjang
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 127,010 124,908 124,076 124,583 119,425 116,309 112,230
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 43,532 Rp 46,144 Rp 48,913 Rp 51,848 Rp 54,959 Rp 58,256 Rp 61,751
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 5,529,026,190 Rp 5,763,814,473 Rp 6,068,936,764 Rp 6,459,325,117 Rp 6,563,412,981 Rp 6,775,701,946 Rp 6,930,354,695
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 9,723,623,344 Rp 10,307,040,744 Rp 10,925,463,189 Rp 11,580,990,980 Rp 12,275,850,439 Rp 13,012,401,465 Rp 13,793,145,553
- Total biaya Rp15,252,649,534 Rp 16,070,855,217 Rp 16,994,399,952 Rp 18,040,316,097 Rp 18,839,263,419 Rp 19,788,103,412 Rp 20,723,500,248
5% 5% 6% 6% 4% 5% 5%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 127,010 124,908 124,076 124,583 119,425 116,309 112,230
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 66,106 Rp 70,072 Rp 74,277 Rp 78,733 Rp 83,457 Rp 88,465 Rp 93,772
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 8,396,070,833 Rp 8,752,607,226 Rp 9,215,948,921 Rp 9,808,770,903 Rp 9,966,832,928 Rp 10,289,203,113 Rp 10,524,050,152
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,941 Rp 32,901 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 4,056,751,746 Rp 4,109,673,791 Rp 4,193,451,097 Rp 4,210,563,774 Rp 4,036,239,903 Rp 3,930,933,242 Rp 3,793,070,997
- Total biaya Rp12,452,822,579 Rp 12,862,281,017 Rp 13,409,400,018 Rp 14,019,334,677 Rp 14,003,072,830 Rp 14,220,136,355 Rp 14,317,121,150
4% 3% 4% 5% 0% 2% 1%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 54,720 69,120 86,400 100,800 123,840 144,000 167,040
- Biaya satuan pengelolaan Rp 53,022 Rp 56,204 Rp 59,576 Rp 63,151 Rp 66,940 Rp 70,956 Rp 75,213
- Biaya O&M Rp 2,901,387,123 Rp 3,884,804,653 Rp 5,147,366,166 Rp 6,365,576,158 Rp 8,289,798,894 Rp 10,217,659,102 Rp 12,563,633,632
44% 34% 33% 24% 30% 23% 23%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp18,154,036,657 Rp 19,955,659,871 Rp 22,141,766,118 Rp 24,405,892,256 Rp 27,129,062,314 Rp 30,005,762,514 Rp 33,287,133,880
10% 10% 11% 10% 11% 11% 11%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp15,354,209,703 Rp 16,747,085,670 Rp 18,556,766,184 Rp 20,384,910,835 Rp 22,292,871,725 Rp 24,437,795,457 Rp 26,880,754,782
10% 9% 11% 10% 9% 10% 10%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-40
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-2
No KomponenJangka Panjang
2023 2024 2025 2026 2027 2028
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 107,309 103,233 96,117 89,803 83,217 75,105
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 65,457 Rp 69,384 Rp 73,547 Rp 77,960 Rp 82,637 Rp 87,596
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 7,024,051,925 Rp 7,162,736,712 Rp 7,069,121,294 Rp 7,000,996,690 Rp 6,876,832,605 Rp 6,578,916,742
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 14,620,734,286 Rp 15,497,978,344 Rp 16,427,857,044 Rp 17,413,528,467 Rp 18,458,340,175 Rp 19,565,840,585
- Total biaya Rp 21,644,786,212 Rp 22,660,715,056 Rp 23,496,978,338 Rp 24,414,525,157 Rp 25,335,172,780 Rp 26,144,757,327
4% 5% 4% 4% 4% 3%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** 107,309 103,233 96,117 89,803 83,217 75,105
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 99,399 Rp 105,363 Rp 111,684 Rp 118,385 Rp 125,489 Rp 133,018
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 10,666,333,541 Rp 10,876,932,524 Rp 10,734,773,371 Rp 10,631,323,147 Rp 10,442,774,491 Rp 9,990,376,075
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 29,246
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 3,343,433,923 Rp 3,216,459,990 Rp 2,994,737,315 Rp 2,797,997,407 Rp 2,592,806,000 Rp 2,196,543,438
- Total biaya Rp 14,009,767,464 Rp 14,093,392,514 Rp 13,729,510,686 Rp 13,429,320,553 Rp 13,035,580,491 Rp 12,186,919,513
-2% 1% -3% -2% -3% -7%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 187,200 216,000 250,560 279,360 305,280 345,600
- Biaya satuan pengelolaan Rp 79,726 Rp 84,510 Rp 89,580 Rp 94,955 Rp 100,652 Rp 106,692
- Biaya O&M Rp 14,924,730,297 Rp 18,254,093,210 Rp 22,445,233,011 Rp 26,526,653,542 Rp 30,727,162,804 Rp 36,872,595,365
19% 22% 23% 18% 16% 20%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp 36,569,516,509 Rp 40,914,808,266 Rp 45,942,211,349 Rp 50,941,178,699 Rp 56,062,335,584 Rp 63,017,352,692
10% 12% 12% 11% 10% 12%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 28,934,497,761 Rp 32,347,485,724 Rp 36,174,743,697 Rp 39,955,974,096 Rp 43,762,743,296 Rp 49,059,514,878
8% 12% 12% 10% 10% 12%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-41
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Biaya O&M untuk Skenario-3
No KomponenJangka Pendek Jangka Menengah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 216,103 Rp 232,972 Rp 221,287 Rp 225,345 Rp 230,702 Rp 235,522 Rp 269,585
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 28,952 Rp 30,689 Rp 32,530 Rp 34,482 Rp 36,551 Rp 38,744 Rp 41,068
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 6,256,507,987 Rp 7,149,592,669 Rp 7,198,435,105 Rp 7,770,274,274 Rp 8,432,314,980 Rp 9,124,986,827 Rp11,071,377,206
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 6,466,764,875 Rp 6,854,770,767 Rp 7,266,057,013 Rp 7,702,020,434 Rp 8,164,141,660 Rp 8,653,990,160 Rp 9,173,229,569
- Total biaya Rp 12,723,272,862 Rp 14,004,363,437 Rp 14,464,492,118 Rp15,472,294,708 Rp16,596,456,640 Rp17,778,976,987 Rp20,244,606,775
-2% 10% 3% 7% 7% 7% 14%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 216,103 Rp 232,972 Rp 221,287 Rp 225,345 Rp 230,702 Rp 235,522 Rp 269,585
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 43,964 Rp 46,602 Rp 49,398 Rp 52,362 Rp 55,504 Rp 58,834 Rp 62,364
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 9,500,784,120 Rp 10,856,972,714 Rp 10,931,142,112 Rp11,799,505,185 Rp12,804,843,281 Rp13,856,696,119 Rp16,812,376,004
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 20,085 Rp 21,198 Rp 26,662 Rp 27,753 Rp 28,898 Rp 29,860 Rp 30,873
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 4,340,324,925 Rp 4,938,474,653 Rp 5,899,929,536 Rp 6,253,945,862 Rp 6,666,754,273 Rp 7,032,599,194 Rp 8,322,946,825
- Total biaya Rp 13,841,109,045 Rp 15,795,447,367 Rp 16,831,071,648 Rp18,053,451,047 Rp19,471,597,553 Rp20,889,295,314 Rp25,135,322,828
6% 14% 7% 7% 8% 7% 20%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 14,400 17,280 23,040 25,920 28,800 31,680 34,560
- Biaya satuan pengelolaan Rp 35,263 Rp 37,379 Rp 39,621 Rp 41,999 Rp 44,519 Rp 47,190 Rp 50,021
- Biaya O&M Rp 507,786,354 Rp 645,904,242 Rp 912,877,996 Rp 1,088,607,010 Rp 1,282,137,145 Rp 1,494,971,912 Rp 1,728,731,156
27% 41% 19% 18% 17% 16%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp 13,231,059,216 Rp 14,650,267,679 Rp 15,377,370,114 Rp16,560,901,718 Rp17,878,593,786 Rp19,273,948,899 Rp21,973,337,931
2% 11% 5% 8% 8% 8% 14%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 14,348,895,399 Rp 16,441,351,609 Rp 17,743,949,644 Rp19,142,058,057 Rp20,753,734,699 Rp22,384,267,225 Rp26,864,053,984
10% 15% 8% 8% 8% 8% 20%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-42
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-3
No KomponenJangka Panjang
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 247,128 Rp 254,349 Rp 262,569 Rp 269,456 Rp 277,184 Rp 285,973 Rp 294,907
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 43,532 Rp 46,144 Rp 48,913 Rp 51,848 Rp 54,959 Rp 58,256 Rp 61,751
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp10,758,054,889 Rp 11,736,739,173 Rp 12,843,044,008 Rp 13,970,691,664 Rp 15,233,641,579 Rp 16,659,685,089 Rp 18,210,937,080
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 9,723,623,344 Rp 10,307,040,744 Rp 10,925,463,189 Rp 11,580,990,980 Rp 12,275,850,439 Rp 13,012,401,465 Rp 13,793,145,553
- Total biaya Rp20,481,678,233 Rp 22,043,779,917 Rp 23,768,507,196 Rp 25,551,682,644 Rp 27,509,492,018 Rp 29,672,086,555 Rp 32,004,082,633
1% 8% 8% 8% 8% 8% 8%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 247,128 Rp 254,349 Rp 262,569 Rp 269,456 Rp 277,184 Rp 285,973 Rp 294,907
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 66,106 Rp 70,072 Rp 74,277 Rp 78,733 Rp 83,457 Rp 88,465 Rp 93,772
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp16,336,582,206 Rp 17,822,757,581 Rp 19,502,730,407 Rp 21,215,113,253 Rp 23,132,958,561 Rp 25,298,468,710 Rp 27,654,113,474
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,941 Rp 32,901 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797 Rp 33,797
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 7,893,389,624 Rp 8,368,445,861 Rp 8,874,153,593 Rp 9,106,909,337 Rp 9,368,088,247 Rp 9,665,140,297 Rp 9,967,076,768
- Total biaya Rp24,229,971,830 Rp 26,191,203,442 Rp 28,376,884,000 Rp 30,322,022,589 Rp 32,501,046,808 Rp 34,963,609,007 Rp 37,621,190,241
-4% 8% 8% 7% 7% 8% 8%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 37,440 40,320 43,200 46,080 48,960 51,840 54,720
- Biaya satuan pengelolaan Rp 53,022 Rp 56,204 Rp 59,576 Rp 63,151 Rp 66,940 Rp 70,956 Rp 75,213
- Biaya O&M Rp 1,985,159,611 Rp 2,266,136,048 Rp 2,573,683,083 Rp 2,909,977,672 Rp 3,277,362,354 Rp 3,678,357,277 Rp 4,115,673,086
15% 14% 14% 13% 13% 12% 12%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp22,466,837,843 Rp 24,309,915,965 Rp 26,342,190,279 Rp 28,461,660,317 Rp 30,786,854,371 Rp 33,350,443,831 Rp 36,119,755,720
2% 8% 8% 8% 8% 8% 8%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp26,215,131,441 Rp 28,457,339,489 Rp 30,950,567,083 Rp 33,232,000,262 Rp 35,778,409,161 Rp 38,641,966,284 Rp 41,736,863,328
-2% 9% 9% 7% 8% 8% 8%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-43
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Biaya O&M untuk Skenario-3
No KomponenJangka Panjang
2023 2024 2025 2026 2027 2028
1 Pola Konvensional
BERDASARKAN APBD 2007
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 301,846 Rp 311,128 Rp 320,942 Rp 331,310 Rp 338,921 Rp 340,694
- Biaya satuan pengangkutan & TPA (per m3) Rp 65,457 Rp 69,384 Rp 73,547 Rp 77,960 Rp 82,637 Rp 87,596
- Biaya O&M pengangkutan dan TPA Rp 19,757,817,020 Rp 21,587,298,974 Rp 23,604,297,081 Rp 25,828,904,435 Rp 28,007,575,503 Rp 29,843,312,901
- Biaya manajemen kedinasan/tidak langsung** Rp 14,620,734,286 Rp 15,497,978,344 Rp 16,427,857,044 Rp 17,413,528,467 Rp 18,458,340,175 Rp 19,565,840,585
- Total biaya Rp 34,378,551,306 Rp 37,085,277,318 Rp 40,032,154,125 Rp 43,242,432,902 Rp 46,465,915,678 Rp 49,409,153,486
7% 8% 8% 8% 7% 6%
BERDASARKAN KEBUTUHAN IDEAL
- Jumlah sampah terlayani (m3/tahun)** Rp 301,846 Rp 311,128 Rp 320,942 Rp 331,310 Rp 338,921 Rp 340,694
- Biaya satuan pengangkutan (per m3) Rp 99,399 Rp 105,363 Rp 111,684 Rp 118,385 Rp 125,489 Rp 133,018
- Total biaya O&M Pengangkutan Rp 30,003,119,085 Rp 32,781,268,355 Rp 35,844,169,198 Rp 39,222,333,865 Rp 42,530,742,249 Rp 45,318,390,688
- Biaya satuan TPA (Controled) Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 31,157 Rp 29,246
- Total biaya pengelolaan di TPA (Controled) Rp 9,404,679,289 Rp 9,693,876,270 Rp 9,999,640,172 Rp 10,322,702,728 Rp 10,559,833,862 Rp 9,963,970,618
- Total biaya Rp 39,407,798,373 Rp 42,475,144,625 Rp 45,843,809,369 Rp 49,545,036,593 Rp 53,090,576,111 Rp 55,282,361,306
5% 8% 8% 8% 7% 4%
2 Pola 3R (Skala Kelurahan)
- Jumlah sampah terlayani (m3 per tahun) 57,600 60,480 63,360 66,240 69,120 72,000
- Biaya satuan pengelolaan Rp 79,726 Rp 84,510 Rp 89,580 Rp 94,955 Rp 100,652 Rp 106,692
- Biaya O&M Rp 4,592,224,707 Rp 5,111,146,099 Rp 5,675,806,049 Rp 6,289,825,067 Rp 6,957,093,465 Rp 7,681,790,701
12% 11% 11% 11% 11% 10%
TOTAL BIAYA POLA KONVENSIONAL + 3R
- Berdasarkan APBD 2007 Rp 38,970,776,013 Rp 42,196,423,416 Rp 45,707,960,174 Rp 49,532,257,969 Rp 53,423,009,143 Rp 57,090,944,187
8% 8% 8% 8% 8% 7%
- Berdasarkan kebutuhan ideal Rp 44,000,023,080 Rp 47,586,290,723 Rp 51,519,615,418 Rp 55,834,861,659 Rp 60,047,669,576 Rp 62,964,152,007
5% 8% 8% 8% 8% 5%
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-44
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-1
Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pola Konvensional
Biaya Investasi (Juta) Rp 20,611 Rp 11,500 Rp 1,781 Rp 1,919 Rp 2,790 Rp 3,064 Rp 4,767
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 20,611 Rp 11,500 Rp 1,781 Rp 1,919 Rp 2,790 Rp 3,064 Rp 4,767
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (Juta) Rp 10,806 Rp 23,932 Rp 26,225 Rp 28,750 Rp 31,900 Rp 35,401 Rp 39,735
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 10,806 Rp 23,932 Rp 26,225 Rp 28,750 Rp 31,900 Rp 35,401 Rp 39,735
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Pola 3R
Biaya Investasi (Juta) Rp 8,075 Rp 7,739 Rp 1,745 Rp 2,642 Rp 2,496 Rp 2,646 Rp 3,146
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 8,075 Rp 7,739 Rp 1,745 Rp 2,642 Rp 2,496 Rp 2,646 Rp 3,146
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (RP) Rp 2,200 Rp 4,140 Rp 4,821 Rp 5,635 Rp 6,528 Rp 7,362 Rp 8,428
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 2,200 Rp 4,140 Rp 4,821 Rp 5,635 Rp 6,528 Rp 7,362 Rp 8,428
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-45
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-1
Komponen SatuanJangka Panjang
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Pola Konvensional
Biaya Investasi (Juta) Rp 3,650 Rp 3,953 Rp 4,146 Rp 1,680 Rp 1,881 Rp 1,834 Rp 2,114
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 3,650 Rp 3,953 Rp 4,146 Rp 1,680 Rp 1,881 Rp 1,834 Rp 2,114
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (Juta) Rp 43,618 Rp 47,897 Rp 52,476 Rp 56,294 Rp 60,443 Rp 64,755 Rp 69,552
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 43,618 Rp 47,897 Rp 52,476 Rp 56,294 Rp 60,443 Rp 64,755 Rp 69,552
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Pola 3R
Biaya Investasi (Juta) Rp 2,060 Rp 3,218 Rp 3,246 Rp 2,430 Rp 2,923 Rp 2,730 Rp 3,284
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 2,060 Rp 3,218 Rp 3,246 Rp 2,430 Rp 2,923 Rp 2,730 Rp 3,284
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (RP) Rp 9,430 Rp 10,960 Rp 11,710 Rp 12,807 Rp 13,993 Rp 15,275 Rp 16,661
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 9,430 Rp 10,960 Rp 11,710 Rp 12,807 Rp 13,993 Rp 15,275 Rp 16,661
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-46
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-1
Komponen SatuanJangka Panjang
2023 2024 2025 2026 2027 2028
Pola Konvensional
Biaya Investasi (Juta) Rp 2,241 Rp 2,312 Rp 5,103 Rp 4,424 Rp 4,690 Rp 5,067
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 2,241 Rp 2,312 Rp 5,103 Rp 4,424 Rp 4,690 Rp 5,067
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (Juta) Rp 74,660 Rp 80,092 Rp 87,117 Rp 94,067 Rp101,542 Rp 109,147
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 74,660 Rp 80,092 Rp 87,117 Rp 94,067 Rp 101,542 Rp 109,147
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Pola 3R
Biaya Investasi (Juta) Rp 3,643 Rp 4,909 Rp 5,204 Rp 5,516 Rp 6,369 Rp 6,198
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 3,643 Rp 4,909 Rp 5,204 Rp 5,516 Rp 6,369 Rp 6,198
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (RP) Rp 18,656 Rp 21,094 Rp 23,757 Rp 26,663 Rp 29,833 Rp 33,288
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 18,656 Rp 21,094 Rp 23,757 Rp 26,663 Rp 29,833 Rp 33,288
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-47
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-2
Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pola Konvensional
Biaya Investasi (Juta) Rp 11,800 Rp 1,165 Rp 1,388 Rp 1,524 Rp 1,345 Rp 1,783 Rp 1,928
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 11,800 Rp 1,165 Rp 1,388 Rp 1,524 Rp 1,345 Rp 1,783 Rp 1,928
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (Juta) Rp 9,978 Rp 10,611 Rp 11,301 Rp 12,055 Rp 12,767 Rp 13,545 Rp 14,461
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 9,978 Rp 10,611 Rp 11,301 Rp 12,055 Rp 12,767 Rp 13,545 Rp 14,461
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Pola 3R
Biaya Investasi (Juta) Rp 4,373 Rp 913 Rp 1,254 Rp 1,026 Rp 1,730 Rp 1,493 Rp 1,583
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 4,373 Rp 913 Rp 1,254 Rp 1,026 Rp 1,730 Rp 1,493 Rp 1,583
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (RP) Rp 305 Rp 431 Rp 685 Rp 847 Rp 1,282 Rp 1,631 Rp 2,017
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 305 Rp 431 Rp 685 Rp 847 Rp 1,282 Rp 1,631 Rp 2,017
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-48
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-2
Komponen SatuanJangka Panjang
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Pola Konvensional
Biaya Investasi (Juta) Rp 2,813 Rp 3,066 Rp 3,385 Rp 4,309 Rp 5,725 Rp 6,228 Rp 7,099
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 2,813 Rp 3,066 Rp 3,385 Rp 4,309 Rp 5,725 Rp 6,228 Rp 7,099
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (Juta) Rp 15,253 Rp 16,071 Rp 16,994 Rp 18,040 Rp 18,839 Rp 19,788 Rp 20,724
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 15,253 Rp 16,071 Rp 16,994 Rp 18,040 Rp 18,839 Rp 19,788 Rp 20,724
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Pola 3R
Biaya Investasi (Juta) Rp 3,080 Rp 3,603 Rp 4,249 Rp 4,048 Rp 8,074 Rp 8,473 Rp 8,105
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 3,080 Rp 3,603 Rp 4,249 Rp 4,048 Rp 8,074 Rp 8,473 Rp 8,105
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (RP) Rp 2,901 Rp 3,885 Rp 5,147 Rp 6,366 Rp 8,290 Rp 10,218 Rp 12,564
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 2,901 Rp 3,885 Rp 5,147 Rp 6,366 Rp 8,290 Rp 10,218 Rp 12,564
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-49
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-2
Komponen SatuanJangka Panjang
2023 2024 2025 2026 2027 2028
Pola Konvensional
Biaya Investasi (Juta) Rp 7,765 Rp 8,790 Rp 14,043 Rp 12,916 Rp 14,523 Rp 19,339
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 7,765 Rp 8,790 Rp 14,043 Rp 12,916 Rp 14,523 Rp 19,339
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (Juta) Rp 21,645 Rp 22,661 Rp 23,497 Rp 24,415 Rp 25,335 Rp 26,145
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 21,645 Rp 22,661 Rp 23,497 Rp 24,415 Rp 25,335 Rp 26,145
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Pola 3R
Biaya Investasi (Juta) Rp 8,016 Rp 10,835 Rp 9,977 Rp 8,099 Rp 7,942 Rp 12,564
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 8,016 Rp 10,835 Rp 9,977 Rp 8,099 Rp 7,942 Rp 12,564
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (RP) Rp 14,925 Rp 18,254 Rp 22,445 Rp 26,527 Rp 30,727 Rp 36,873
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 14,925 Rp 18,254 Rp 22,445 Rp 26,527 Rp 30,727 Rp 36,873
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-50
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-3
Komponen SatuanJangka Pendek Jangka Menengah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pola Konvensional
Biaya Investasi (Juta) Rp 557 Rp 1,022 Rp 238 Rp 252 Rp 268 Rp 284 Rp 301
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 557 Rp 1,022 Rp 238 Rp 252 Rp 268 Rp 284 Rp 301
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (Juta) Rp 12,723 Rp 14,004 Rp 14,464 Rp 15,472 Rp 16,596 Rp 17,779 Rp 20,245
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 12,723 Rp 14,004 Rp 14,464 Rp 15,472 Rp 16,596 Rp 17,779 Rp 20,245
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Pola 3R
Biaya Investasi (Juta) Rp 1,169 Rp 1,124 Rp 1,253 Rp 1,328 Rp 1,408 Rp 1,492 Rp 1,582
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 1,169 Rp 1,124 Rp 1,253 Rp 1,328 Rp 1,408 Rp 1,492 Rp 1,582
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (RP) Rp 508 Rp 646 Rp 913 Rp 1,089 Rp 1,282 Rp 1,495 Rp 1,729
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 508 Rp 646 Rp 913 Rp 1,089 Rp 1,282 Rp 1,495 Rp 1,729
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-51
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-3
Komponen SatuanJangka Panjang
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Pola Konvensional
Biaya Investasi (Juta) Rp 351 Rp 34 Rp 439 Rp 38 Rp 493 Rp 683 Rp 554
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 351 Rp 34 Rp 439 Rp 38 Rp 493 Rp 683 Rp 554
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (Juta) Rp 20,482 Rp 22,044 Rp 23,769 Rp 25,552 Rp 27,509 Rp 29,672 Rp 32,004
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 20,482 Rp 22,044 Rp 23,769 Rp 25,552 Rp 27,509 Rp 29,672 Rp 32,004
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Pola 3R
Biaya Investasi (Juta) Rp 2,486 Rp 2,926 Rp 2,794 Rp 3,743 Rp 4,024 Rp 3,694 Rp 3,527
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 2,486 Rp 2,926 Rp 2,794 Rp 3,743 Rp 4,024 Rp 3,694 Rp 3,527
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (RP) Rp 1,985 Rp 2,266 Rp 2,574 Rp 2,910 Rp 3,277 Rp 3,678 Rp 4,116
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 1,985 Rp 2,266 Rp 2,574 Rp 2,910 Rp 3,277 Rp 3,678 Rp 4,116
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Bapeda | Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Hal A-52
Kegiatan Penyusunan Kebijakan ManajemenPengelolaan Persampahan
Di Kabupaten Bandung
Lanjutan Tabel Alternatif Pembiayaan untuk Skenario-3
Komponen SatuanJangka Panjang
2023 2024 2025 2026 2027 2028
Pola Konvensional
Biaya Investasi (Juta) Rp 48 Rp 686 Rp 54 Rp 771 Rp 1,044 Rp 930
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 48 Rp 686 Rp 54 Rp 771 Rp 1,044 Rp 930
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (Juta) Rp 34,379 Rp 37,085 Rp 40,032 Rp 43,242 Rp 46,466 Rp 49,409
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 34,379 Rp 37,085 Rp 40,032 Rp 43,242 Rp 46,466 Rp 49,409
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Pola 3R
Biaya Investasi (Juta) Rp 4,151 Rp 3,353 Rp 5,202 Rp 3,768 Rp 3,788 Rp 3,117
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 4,151 Rp 3,353 Rp 5,202 Rp 3,768 Rp 3,788 Rp 3,117
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Biaya O&M (RP) Rp 4,592 Rp 5,111 Rp 5,676 Rp 6,290 Rp 6,957 Rp 7,682
- APBD % 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jumlah Rp 4,592 Rp 5,111 Rp 5,676 Rp 6,290 Rp 6,957 Rp 7,682
- Swasta % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
- Masyarakat % 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Jumlah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -