masterplan pendidikan

285

Click here to load reader

Upload: nandang-sukmara

Post on 29-Nov-2014

1.166 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Masterplan pendidikan

2007

MASTER PLAN PENDIDIKANKABUPATEN BANDUNG

2008-2025

Page 2: Masterplan pendidikan

KATA PENGANTAR

Bismillah-Alhamdulillah… Sungguh tidak dapat disangkal lagi

bahwa manusia pada saat dilahirkan ke dunia, merupakan sosok

makhluk yang paling tidak berdaya. Tidak berdaya, karena harus diajari

oleh Sang Ibu agar dapat membuka mulut, menetek, bicara, berdiri dan

berjalan, mengenal simbol-simbol benda yang ada di sekelilingnya, dan

diajari pula keterampilan praktis sampai tata pergaulan dengan manusia

lainnya. Itulah pendidikan. Sesungguhnya, di mana pun proses

pendidikan terjadi, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai

yang dalam, karena jika mambicarakan pendidikan pada hakekatnya

membicarakan martabat serta nilai-nilai kemanusiaan. Namun ternyata,

belakangan lembaga pendidikan yang namanya ‘sekolah’ ini hanya

menyediakan waktu yang sangat terbatas, dan penuh dengan aturan

yang ketat.

Seiring perkembangan jaman, dimana pengetahuan dan

keterampilan yang harus dipelajari bertambah dan berkembang semakin

kompleks, kemudian upaya-upaya pembelajaran tersebut mulai

diformalkan dalam bentuk apa yang sekarang dikenal dengan

persekolahan. Dan ‘sekolah’ tersebut cenderung dianggap sebagaii

satu-satunya wadah pembelajaran generasi. Padahal pengetahuan dan

keterampilan untuk bekal hidup dan kehidupan tidak hanya didapat dan

dipelajari di ‘sekolah’, di luar ‘sekolah’ pun jauh lebih banyak.

Akibat kompleksitas dan heterogenitas jenis, sifat, dan situasi yang

disebut ‘sekolah’ tersebut, sering diidentikkan dengan pendidikan.

Tatkala membahas sistem pendidikan cenderung yang dibahas sistem

persekolahan. Membicarakan pengelolaan pendidikan, yang dibahas

terbatas pada pengelolaan sekolah. Dan ketika merencanakan

pendidikan, ternyata hanya merencanakan sekolah. Akibatnya,

paradigma pendidikan yang begitu universal hanya dipandang secara

terbatas, dan lebih banyak adaptif daripada inisiatif. Akhirnya, sistem

pengelolaan pendidikan pun lebih banyak tergantung pada sistem politik

yang dianut dalam menyelenggarakan pemerintahan.

Pandangan tentang pendidikan seperti itu tidaklah mengherankan

karena memang beranjak dari asumsi yang hanya sebatas itu. Namun,

upaya pendidikan yang didasari pada pandangan seperti itu, ternyata

tidak cukup membawa masyarakat kita ke arah tujuan-tujuan pendidikan

yang universal. Gejala denka-densi moral bukan saja terjadi pada

generasi muda, bahkan terjadi pada pada generasi tua. Diakui atau

tidak, denka-densi moral tersebut merupakan sebagian dari kegagalan-

kegagalan yang dicapai proses pendidikan selama ini. Karena itu, untuk

Page 3: Masterplan pendidikan

melakukan perencanaan dalam pendidikan, tidak cukup hanya sekedar

latah karena alasan-alasan politis.

Baru saja bangsa ini membenahi segala kemelut akibat ‘huru-hara’

menggulingkan tirani pemerintahan, sekarang harus pula berkemas

dengan segala ‘sampah-sampah’ yang dibawa arus globalisasi. Belajar

dari pengalaman, kita pun maklum bahwa setiap permasalahan yang

kita hadapi hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan

peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan tingkatan kualitas

sumber daya manusia (SDM). Dari sejarah peradaban pula kita dapat

menyimpulkan bahwa hanya manusia yang berkualitaslah yang mampu

berperan dalam kehidupan. Karena itu, peningkatan kualitas SDM harus

segera diupayakan secara terencana, terorganisasi, terarah, dan

terkendali.

Peningkatan kualitas SDM ternyata tidak bisa dilakukan tanpa

melalui pendidikan, dan karenanya melalui peningkatan kualitas

pendidikanlah kualitas SDM dapat ditingkatkan. Menyadari betapa

pentingnya peningkatan kualitas pendidikan tersebut, pemerintah

Kabupaten Bandung telah melakukan berbagai upaya, dan berbagai

kebijakan telah dilaksanakan. Namun, sepertinya tetap saja belum

berhasil membawa masyarakat Kabupaten Bandung memenangkan

persaingan dengan masyarakat lainnya, baik di lingkungan regional,

nasional atau masyarakat internasional.

Kenyataan tersebut di antaranya disebabkan oleh pendekatan

dan metode pembangunan yang selalu mengarah pada input oriented

dan macro oriented. Pendekatan input ditunjukkan hampir pada semua

kebijakan yang dengan keyakinan akan menghasilkan output yang

berkualitas. Tetapi pada kenyataannya, pendekatan dan metode itu

hanya efektif di lingkungan ekonomi dan bisnis. Sedangkan pendektan

makro, ditunjukkan oleh manajemen yang terpusat. Perencanaan

pendidikan yang didasarkan pada proyeksi secara makro, pada

kenyataannya sering kurang menyentuh persoalan-persoalan mendasar

yang dihadapi para pelaksana pendidikan pada tingkat kelembagaan

satuan pendidikan. Kondisi-kondisi tersebut, tentu saja memerlukan

pembaharuan-pembaharuan mendasar, baik yang menyangkut

pendektan dan metodologi pembangunan, maupun kebijakan stratejik

dalam pelaksanaan pembangunan.

Berdasarkan pemikiran tersebut tampaknya cukup memberi

alasan, mengapa Pemerintah Kabupaten Bandung memerlukan adanya

Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan. Rencana Induk ini sangat

penting artinya sebagai dokumen perencanaan dalam pembangunan

pendidikan yang memberikan pedoman bagi para pengelola

pendidikan dalam menyusun rencana-rencana strategis

Page 4: Masterplan pendidikan

penyelenggaraan pendidikan, baik yang menyangkut bidang-bidang

garapan pendidikan yang menjadi kewenangan masyarakat dan

pemerintah daerah, maupun untuk proses-proses pengelolaan pada

setiap jalur, jenjang dan jenis kelembagaan satuan pendidikan.

Ahkir kata, kepada Allah SWT jualah kita bersyukur, dengan diiringi

do’a, semoga upaya-upaya yang kita rencanakan dalam dokumen ini

merupakan bagian dari ihtiar dan ijtihad untuk mendapat ridho-Nya. Dan

semoga pula dalam pelaksanaannya mendapat petunjuk dan

pertolongan serta kemudahan-kemudahan dalam memperoleh hasilnya.

Amiin…

Bandung, November 2007

TIM PERUMUS

Page 5: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 1

MASTER PLAN PENDIDIKAN

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025

(Ringkasan Eksekutif)

A. PENDAHULUAN

Secara filosofis tanggungjawab pendidikan melekat pada keluarga,

masyarakat dan pemerintah. Dalam kontek rumah tangga negara

pendidikan merupakan hak setiap warga negara, maka di dalamnya

mengandung makna bahwa negara berkewajiban memberikan layanan

pendidikan kepada warganya. Karena itu pengelolaan sistem

pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara

bermutu, efektif dan efisien. Pelayanan pendidikan harus berorentasi pada

upaya peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga

masyarakat. Dalam konteks inilah Pemerintah Kabupaten Bandung

memiliki kewajiban dan tugas dalam memberikan pelayanan

pembangunan pendidikan bagi warganya sebagai hak warga yang harus

dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Demikian pula bahwa

pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung merupakan fondasi

untuk melaksanakan pembangunan dalam berbagai bidang lainnya

mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah untuk

membangun potensi manusianya yang kelak akan menjadi pelaku

pembangunan diberbagai bidang pembangunan lainnya.

Dalam setiap upaya pembangunan, penting untuk senantiasa

mempertimbangkan karatkteristik dan potensi setempat. Dalam kontek ini,

masyarakat Kabupaten Bandung yang mayoritas suku Sunda memiliki

potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis

falsafah kehidupan masyarakat Sunda yang telah diakui mengandung

makna yang mendalam adalah Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer.

Dalam kaitan ini filosofis tersebut harus dijadikan pedoman dalam

mengimplementasikan setiap rencana pembangunan termasuk dibidang

pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani.

Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah tamah bertatakrama. Bener

yaitu jujur, amanah, penyayang dan taqwa. Pinter artinya memiliki ilmu

pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif. Sebagai sebuah upaya

untuk mewujudkan falsafah tersebut maka ditempuh pendekatan social

cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir

peran aktif masyarakat dalam pembangunan pendidikan yang digulirkan

pemerintah.

Apa yang tersurat dan tersirat dalam pasal 31 UUD 1945 diperjelas

dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi

Page 6: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 2

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.

Filosofis dalam penyusunan Master Plan dijiwai oleh cita-cita luhur

sebagaimana rumusan yang termaktub dalam amanat konsititusi tersebut.

Master Plan pendidikan ini sebagai acuan/pedoman bagi para

pemangku kepentingan di bidang pendidikan dalam rangka

pembangunan manusia yang berilmu, berpengetahuan, mampu

membangun dan menguasai teknologi, serta berdaya saing, yang

berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dokumen tersebut dapat menjadi arah kebijakan dan rencana

implementasi bidang pendidikan di Kabupaten Bandung.

B. MASALAH YANG PERLU DIBENAHI

1. Pendidikan Formal

Sebagai gambaran umum data menunjukan bahwa pencapaian

APM SD/MI pada tahun 2006 adalah 97,45%. APM SMP/MTs tahun 2006

mencapai 69,38%. APM SMA/SMK sederajat pada tahun 2006 mencapai

25,36%. APK SD/MI sederajat tahun 2006 110,14%, APK SMP/MTS pada 2006

mencapai 89,12%. APK SMA/SMK sederajat pada 2006 menjadi 31,25%.

Peningkatan RLS 2006 mencapai 9,53. AMH pada 2006 menjadi 98,26%.

Pada jalur pendidikan nonformal pun, masih rendahnya jumah warga

belajar yang mengikuti layanan program pendidikan kesetaraan (Paket A,

B, dan Paket C). Di samping itu, masih rendahnya jumlah anak luar biasa

(ALB) yang membutuhkan layanan pendidikan yang setara dengan

pendidikan formal.

Persoalan lain adalah masih ditemukan ketimpangan dari mutu

pendidikan antara lain: (1) masih tingginya jumlah ruang kelas yang rusak

di SD/MI dan SMP/MTs, SMA/SMK/MA sehinga Kabupaten Bandung masih

menduduki peringkat kedua terbanyak jumlah sekolah yang rusak di Jawa

Barat; (2) Pengadaan, distribusi, penertiban, perbaikan, dan pemeliharaan

tanah, gedung, perabot dan alat peraga sekolah yang bervariasi, tidak

berdasarkan standarisasi; (3) Masih lemahnya managemen aset oleh

pemerintah daerah sehingga masih banyak fasilitas pendidikan yang

belum memiliki bukti hukum; (4) Masih banyaknya sekolah yang

kekurangan buku paket dan alat peraga edukatif sehingga menyulitkan

guru dalam melaksanakan pembelajaran; (5) Masih lemahnya sistem

manajemen SDM guru dan tenaga pengelola kependidikan, terutama

dalam pola rekrutmen, seleksi, penempatan dan pendistribusian,

pembinaan karier, kesejahteraan dan remunerasi, serta pemberhentian

Page 7: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 3

tenaga guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga

kependidikan lainnya yang sering keliru; (6) Masih belum meratanya

distribusi guru SD di wilayah Kabupaten Bandung. Jika dilihat dari rasio

murid per guru masih terdapat kelebihan guru di beberapa kecamatan

dan kekurangan guru kecamatan lainnya; (7) Masih kurangnya guru untuk

beberapa mata pelajaran, yaitu di tingkat SLTP dan SLTA kekurangan guru

mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan BP; di tingkat

SMU/SMK kekurangan guru untuk mata pelajaran Matematika, Fisika,

Biologi, Lingkungan Hidup dan BP; (8) Masih rendahnya tingkat

kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya; (9) Kurikulum

pendidikan yang terlalu teoritis, kurang praktis, kurang kontekstual,

sehingga kurang memberikan makna yang berarti bagi bekal kehidupan

murid di masa depan, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai religius,

bekal kecakapan hidup (life skills), tata pergaulan, budi-pekerti, seni

budaya lokal, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek

pembentuk karakter bangsa sering terabaikan; (10) Masih sulitnya

mengembangkan Sekolah Kejuruan di daerah yang berorientasi pada

potensi daerah setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat

daerah, nasional maupun untuk pasar kerja internasional; (11) Masih

tingginya angka putus sekolah pada beberapa kecamatan yang tingkat

geografisnya sulit untuk dijangkau, sehingga turut menyebabkan perilaku

destruktif dan gangguan keamanan dan ketertiban; (12) Masih belum

difahaminya tentang perlunya layanan pendidikan bagi anak-anak yang

berkebutuhan khusus, baik bagi anak karena ketunaan, kenakalan,

maupun kebutuhan khusus lainnya; (13) Masih berkembang anggapan

bahwa anak luar biasa merupakan anak ‘sakit’ sehingga pemberian

layanan pendidikan masih menggunakan pendekatan medis, bukan

melalui pendekatan pendidikan kekhususan; (14) Masih rendahnya

perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap pentingnya

kelembagaan pendidikan keagamaan, karena masih tumpang tindih

kewenangan dengan instansi vertikal Departemen Agama. Akibatnya,

perkembangan jumlah dan kualitas lembaga-lembaga pendidikan

keagamaan, khususnya di jalur nonformal masih merana; (15)

Pembiayaan dan anggaran penyelenggaraan satuan pendidikan masih

didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis, tidak didasarkan pada

perhitungan satuan biaya operasional (SBO) secara faktual; (16)

Mekanisme sistem penganggaran pun tidak didasarkan pada sistem

pemetaan alokasi (budget mapping alocation) untuk kebutuhan setiap

penyelenggaraan satuan program pendidikan. Sekalipun sudah dibantu

dengan adanya BOS, masih tetap saja belum dapat mengangkat

persoalan-persoalan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan; (17) Masih lemahnya kemampuan administratif

dan manajerial para pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah, tata

usaha sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah); (18) Partisipasi

Page 8: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 4

dunia usaha terhadap pembiayaan program-program pendidikan yang

disalurkan melalui pemerintah masih rendah. Partisipasi yang baru

dilakukan hanya disalurkan sendiri terhadap lembaga-lembaga ‘binaan’

dunia usaha itu sendiri.

2. Pendidikan Nonformal (PNF)

Berkenaan dengan problema pendidikan di jalur pendidikan

nonformal di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007 masih ditemukan

gambaran bahwa: (1) Eksistensi PNF masih dianggap belum mendapat

perhatian yang profesional dari pemerintah maupun masyarakat dalam

sistem pembangunan daerah, baik berkenaan dengan peraturan

perundangan maupun dukungan anggaran; (2) Upaya memformalkan

pendidikan kesetaraan (Paket A, B dan C) dengan pola pembelajaran,

penyelenggaraan ujian yang harus menunggu waktu ujian dengan

sertifikasi/ijasah yang mengikuti pola pendidikan formal, turut merugikan

dan menyurutkan minat masyarakat untuk mengikuti program pendidikan

kesetaraan; (3) Kurikulum dan proses pembelajaran keaksaraan masih

belum benar-benar berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat, sehingga

hasil pemebelajaran yang diberikan pada warga belajar belum fungsional

dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat; (4) Masih terbatasnya

jumlah dan mutu tenaga profesional pada instansi PNF mulai tingkat

kabupaten sampai ke tingkat desa dalam mengelola, mengembangkan

dan melembagakan PNF; (5) Masih terbatasnya sarana dan prasarana

edukatif PNF baik yang menunjang penyelenggaraan maupun proses

pembelajaran PNF dalam rangka memperluas kesempatan, peningkatan

mutu dan relevansi hasil program PNF dengan kebutuhan pembangunan

daerah; (6) Terselenggaranya kegiatan PNF di lapangan masih

mengandalkan tenaga sukarela yang tidak ada kaitan struktural dengan

pemerintah sehingga tidak ada jaminan kesinambungan pelaksanaan

program PNF; (7) Perhatian dan pengembangan pendidikan kesetaraan

jender, pemberdayaan wanita dan sebagai ibu rumah tangga yang turut

menopang ekonomi keluarga, dan kader-kader wanita pelayan

pembangunan masyarakat di pesedaan, masih relatif sangat rendah;

Pada beberapa daerah tertentu di Kabupaten Bandung, masih ada

budaya yang berpandangan bahwa perempuan tidak diwajibkan untuk

sekolah lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal tersebut menyebabkan satu

kesenjangan tingkat pendidikan antara laki-laki dengan perempuan; (8)

Masih belum terjadinya koordinasi yang terpadu antara Dinas Pendidikan

dan Dinas Tenaga Kerja, terhadap Lembaga Latihan Luar Sekolah (LLLS)

dan LKK (Latihan Keterampilan Kerja) sehingga kedua jenis lembaga

tersebut kurang berkembang; (9) Masih rendahnya jumlah, sebaran

pelayanan perpustakaan masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan

pusat-pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) sebagai media dan

sumber belajar dan pembelajaran masyarakat; (10) Masih rendahnya

Page 9: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 5

pelayanan pendidikan kepemudaan, baik yang menyangkut pelayanan

pendidikan kepribadian, budi pekerti, kecakapan hidup, maupun yang

bersifat kebangsaan.

3. Pendidikan Informal

Pada jalur pendidikan informal pun pada umumnya masyarakat

belum begitu memahami tentang eksistensi pendidikan informal yang

telah dijamin oleh undang-undang, sehingga layanan pendidikan informal

masih dianggap tidak penting bagi pendidikan anak. Di samping itu,

pemerintah pun, baik pemerintah pusat, provinsi, maupun pemerintah

kabupaten belum dapat merumuskan peraturan perudang-undangan

terpasuk pedoman penyelenggaraan pendidikan informal bagi

masyarakat. Sehingga, kecenderungan pendidikan informal yang

berkembang sekarang ini lebih mirip layanan pendidikan nonformal yang

diselenggaraakan oleh keluarga.

Merujuk gambaran persoalan-persoalan seperti diungkapkan di

muka, dapat disimpulkan bahwa pokok permasalahan pendidikan di

Kabupaten Bandung masih dihadapkan pada rendahnya APK/APM/AM

pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan, termasuk sebarannya

yang masih bervariasi di antara masing-masing wilayah kecamatan

sehingga pencapaian target wajar dikdas 9 tahun dihadapkan pada

kondisi yang amat variatif. Permasalahan lainnya, masih rendahnya mutu

hasil pendidikan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Persoalan

lainnya adalah keterbatasan akses masyarakat karena persoalan

kemampuan ekonomi, budaya maupun geografis. Dalam upaya

memberikan pelayanan pendidikan yang semakin menjangkau maka

pembebasan biaya sekolah kepada setiapan warga usia sekolah

(khususnya usia wajib belajar) amat diperlukan baik pada sekolah formal

maupun nonformal. Peningkatan layanan pendidikan kesetaraan (Paket A

dan B) untuk anak usia wajib belajar harus diupayakan secara konsisten.

Perumusan dan pengembangan prosedur operasional standar penerapan

kurikulum berbasis budaya daerah dan kearifan lokal, budi pekerti,

kecakapan hidup dan jiwa entrepreneur, teknologi dasar, serta lingkungan

hidup yang sesuai dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan

pendidikan pada setiap wilayah.

Di samping itu, perlu upaya mengembangkan jaringan kemitraan

dengan lembaga-lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dunia

perusahaan, pesantren, dan atau komunitas masyarakat lainya dalam

rangka pendalaman penerapan kurikulum berbasis budaya daerah dan

kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup dan jiwa entrepreneur,

teknologi dasar, olah raga dan seni, serta lingkungan hidup yang sesuai

dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan. Kedepan

perlu segera dirintis pengembangan sekolah-sekolah

unggulan/percontohan/model yang berbasis pada budaya daerah dan

Page 10: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 6

kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup teknologi dasar yang sesuai

dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan.

Dalam garis kebijakan nasional seiring dengan diterbitkanya PP

Nomor 19 tahun 2004, tentang Standar Nasional Pendidikan, maka target

pelayanan pembangunan pendidikan saampai Tahun 2025 dipola dalam

4 tahap, yaitu: (1) Tahun 2006-2010 peningkatan kapasitas dan

modernisasi; (2) Tahun 2011-2015 penguatan pelayanan; (3) Tahun 2016-

2020 mencapai daya saing regional; dan (4) Tahun 2021-2025 mencapai

daya saing internasional.

Untuk mewujudkannya minimal dibutuhkan kondisi: Pertama,

diperlukan daya tampung yang seimbang dengan populasi penduduk

pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan; Kedua, masyarakat harus

memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anaknya; Ketiga, komitmen

sepenuh hati pemerintah dalam melaksanakan pendidikan untuk semua

(education for all) termasuk membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi

masyarakatnya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya

semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar biaya pendidikan yang

dibutuhkan. Peranan pemerintah adalah membangun akses yang luas

kepada seluruh warga agar dapat memperoleh pelayanan pendidikan

tanpa terkecuali.

C. AGENDA PENDIDIKAN TAHUN 2008-2025

Untuk menyusun agenda pembangunan pendidikan yang

dituangkan dalam prioritas program diperlukan kesepahaman tentang

substansi, proses dan konteks kelembagaan pendidikan yang menjadi

kewenangan pemerintah daerah untuk mengurusnya.

Secara substantif, pembangunan pendidikan di Kabupaten

Bandung akan berkenaan dengan tugas-tugas pengelolaan dalam

bidang: (1) pengembangan dan implementasi kurikulum; (2) pengelolaan

peserta didik; (3) pengelolaan ketenagaan; (4) pengelolaan tanah,

bangunan/gedung/sarana/prasarana dan fasilitas serta sumber belajar;

(5) pengelolaan anggaran dan pembiayaan pendidikan; (6) pengelolaan

kerjasama kelembagaan pendidikan dengan masyarakat; (7)

pengelolaan bidang-bidang khusus lainnya yang sesuai dengan jenis dan

karakteristik kelembagaan pendidikan.

Pemahaman tentang proses-proses pendidikan di Kabupaten

Bandung akan berkenaan dengan serangkaian prosedur manajerial,

antara lain: (1) proses pembuatan keputusan yang dituangkan dalam

bentuk-bentuk produk kebijakan; (2) proses perencanaan yang disertai

dengan dokumen-dokumen rencana dan program; (3) pengorganisasian

dan mengkomunikasikan program-program pendidikan; (4) pelaksanaan,

pengendalian dan evaluasi program pendidikan; (5) pelaporan dan

tindak lanjut dari setiap pencapaian program pendidikan.

Page 11: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 7

Pemahaman tentang konteks kelembagaan pendidikan di

Kabupaten Bandung tidak dipandang hanya terbatas pada

kelembagaan persekolahan di jalur pendidikan formal semata. Tetapi,

memandang bahwa kelembagaan pendidikan di Kabupaten Bandung

ternyata dapat dipandang dari aspek jalur, jenjang dan jenisnya. Jalur

pendidikan di Kabupaten Bandung, ternyata terdapat di jalur pendidikan

formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal; Jenjang

pendidikan di Kabupaten Bandung ternyata merentang sejang

pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi; Jenis pendidikan di Kabupaten Bandung ternyata ada

pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan, dan

pendidikan khusus (pendidikan luar biasa).

Jenis kelembagaan satuan pendidikan akan lebih variasi lagi

apabila dilihat secara faktual diselenggarakan pada jalur pendidikan

nonformal, terutama bila melihat eksistensi pendidikan berkelanjutan,

seperti halnya Kelompok Belajar Usaha (Kejar Usaha/KBU), kursus-kursus,

magang, pendidikan kepemudaan (kelompok pemuda sebaya),

pemberdayaan wanita/ pengarusutamaan jender, kelompok wanita

usaha, kader pembangunan dan sejenisnya, dan pusat-pusat kegiatan

belajar masyarakat (PKBM), Sanggar Kebiatan Belajar (SKB) dan

Pesantren-pesantren yang secara nyata telah lebih dahulu melaksanakan

program-program pendidikan nonformal keagamaan, baik secara

individu maupun kelompok, yang merentang dari jenjang MDA sampai ke

jenjang Mualimin.

Di samping itu, kelembagaan lain yang secara eksis telah menggali,

melestarikan, memlihara dan mengembangan nilai-nilai sosial budaya

melalui pendidikan nonformal ialah lembaga-lembaga atau kelompok-

kelompok kesenian dan kebudayaan, seperti halnya padepokan seni-

budaya, lingkung seni budaya daerah, taman/cagar budaya, sejarah dan

kepurbakalaan, dan jenis-jenis kelembagaan lainnya yang bergerak

dalam penggalian, pelestarian dan pengembangan nilai-nilai

kebudayaan masyarakat daerah.

Merujuk agenda Pembangunan Nasional sebagaimana telah

ditetapkan dalam Rencana Strategis Pendidikan Nasional, maka agenda

pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung ditetapkan dalam

empat periode, yaitu (1) peningkatan kapasitas dan modernisasi (2008-

2010); (2) penguatan pelayanan kelembagaan (2011-2015); (3)

pengembangan ke arah daya saing regional (2016-2020); dan (4)

pengembangan ke arah daya saing internasional (2021-2025).

Kemudian, dengan merujuk misi dan tujuan pembangunan

pendidikan jangka panjang (RPJP bidang Pendidikan) di Kabupaten

Bandung Tahun 2008-2025, maka misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan

Page 12: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 8

program pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung Tahun

2008-2025, dapat diuraikan pada Tabel 1 pada bagian ahir ringkasan ini.

D. REKOMENDASI

Master Plan ini hanyalah gambaran dari suatu keinginan, cita-cita

dan harapan yang dikemas dalam bentuk rencana jangka panjang.

Master Plan ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan arah bagi para

pengelola pendidikan dalam melaksanakan pembangunan pendidikan di

Kabupaten Bandung, baik pengelola pada tingkat satuan pendidikan,

maupun pengelola pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait dalam Pembangunan

Pendidikan di Kabupaten Bandung. Namun sebaliknya, Master Plan

Pendidikan ini akan menjadi sebuah dokumen yang tidak akan

memberikan makna apa-apa, jika tidak ditindaklanjuti dengan

pelaksanaannya.

Kebijakan dan program sebagaimana terurai dalam Tabel 1

merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam

pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung.

Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi oleh tarik-menarik dan

konfigurasi sistem pembagian kekuasaan dan kewenangan antara

pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah

Kabupaten Bandung. Ada bidang garapan yang menjadi kewenangan

pemerintah pusat, ada bidang garapan yang menjadi kewenangan

pemerintah provinsi, dan ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi

urusan Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi

masyarakat Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang

garapan yang menjadi kewenangan untuk melaksanakannya, yang

paling penting ialah seluruh bidang garapan pendidikan dapat

dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Tim Perumus memandang

perlu memberikan rekomendasi, bahwa:

1. Kebijakan dan program, merupakan bidang garapan yang perlu

dilaksanakan dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan di

Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak

dipengaruhi oleh tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian

kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah

Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada

bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada

bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan

ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah

Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi masyarakat Kabupaten

Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang garapan yang menjadi

kewenangan untuk melaksanakannya, yang paling penting ialah

Page 13: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 9

seluruh bidang garapan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai

dengan peruntukannya.

2. Diperlukan keputusan dan keberanian politik dari Pemerintah Daerah

untuk menjadikan Marter Plan Pendidikan ini sebagai produk kebijakan

yang mempunyai ketetapan hukum yang mengikat bagi seluruh

aparatur pengelola, pelaksana, masyarakat dan stakeholder

pendidikan di Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, Master Plan

Pendidikan ini semestinya segera ditindaklanjuti menjadi Peraturan

Daerah atau serendah-rendahnya ditetapkan sebagai Peraturan

Bupati.

3. Namun demikian, sebagaimana pernyataan pada butir pertama di

atas, konfigurasi politik pemerintahan akan berpengaruh pada

adanya sejumlah bidang garapan, terutama dengan masuknya

bidang kesenian dan kebudayaan ke dalam satu naungan

pengelolaan di bawah SKPD Pendidikan dan Kebudayaan, sekaligus

merupakan langkah maju dalam pembaharuan pembangunan

pendidikan. Kesenian dan kebudayaan daerah akan semakin maju

dan berkembang, seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan bersatunya kembali bidang kesenian dan kebudayaan, akan

mencegah aset kesenian dan kebudayaan milik masyarakat dan

bangsa diakui negara lain. Oleh karena itu, Bapeda (sebagai pihak

perencana), SKPD Pengelola Pendidikan/Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan (sebagai pengelola), dan Dewan Pendidikan (sebagai

representasi masyarakat dan stakeholders), agar segera berkoordinasi

dengan ‘duduk satu meja’ untuk membahas berbagai penyesuaian,

dan menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) atau

Rancangan Peraturan Bupati (Raperbup), yang kemudian dibahas

bersama DPRD; Siapa pun yang menjadi pimpinan perencana di

Bapeda, siapa pun yang menjadi pimpinan di SKPD pengelola

pendidikan, dan siapa pun yang menjadi pimpinan Dewan

Pendidikan, senantiasa mempunyai gerakan yang sama terhadap misi

yang tertuang dalam Master Plan Pendidikan; Dengan demikian, tidak

ada lagi istilah ‘ganti pimpinan’ ganti kebijakan, atau sistem dan

kebijakan sudah ditata dan dilaksanakan dengan baik malah

berantakan kembali akibat berubahnya kebijakan pimpinan baru.

4. Setelah Master Plan ini mempunyai ketetapan hukum, pihak SKPD

Pengelola Pendidikan berkoordinasi kembali dengan pihak Bapeda

dan Dewan Pendidikan untuk melakukan peninjauan ulang terhadap

rencana-rencana strategis yang telah dibuatnya, dan kemudian

menataulang rencana strategisnya dengan merujuk pada Master Plan

Pendidikan;

5. Setelah melakukan penyesuaian terhadap rencana strategis pada

SKPD pengelola pendidikan, kemudian harus segera pula

Page 14: Masterplan pendidikan

Badan Perencanaan Daerah Kebupaten Bandung, 2007

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Ringkasan Eksekutif 1

disosialisasikan dan dipublikasikan kepada seluruh pengelola satuan

pendidikan (baik formal maupun nonformal, lembaga-lembaga

keswadayaan masyarakat pengelola kelembagaan satuan

pendidikan, dan komunitas-komunitas stakeholders pendidikan di

Kabupaten Bandung;

6. Pihak Bapeda sebagai instansi perencana masih mempunyai

kewajiban untuk pengamanan dan pengendalian Master Plan

Pendidikan, melalui penyusunan dan penyiapan perangkat sistem

pendukung. Oleh karena itu, pihak Bapeda seharusnya menyiapkan

pula Prosedur Operasional Standar (norma, instrument, dan prosedur)

tatakelola setiap butir program yang termaktub dalam rumusan Master

Plan Pendidikan tersebut.

7. Komitmen bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat

Kabupaten Bandung untuk menumbuhkan kekuatan kolektif

(collective power) dengan senantiasa menjadikan Master Plan

Pendidikan sebagai rujukan utama dalam merumuskan,

melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi program-program

strategis pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan posisi, peran dan

kewenangannya.

Demikian sebuah refleksi yang dapat Tim Penulis sampaikan,

mudah-mudahan sekecil apa pun naskah ini kami buat, merupakan

sumbangan terbesar kami, sebagai salah satu perwujudan partisipasi kami

dalam membangun pendidikan di Kabupaten Bandung.

Page 15: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan KKKKabupaten abupaten abupaten abupaten BBBBandungandungandungandung 2008 2008 2008 2008----2025202520252025

Bab I : Pendahuluan 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amanat konstitusi mengenai peningkatan mutu pendidikan

tercantum dalam UUD 1945, pasal 28C ayat (1), bahwa setiap

orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan

kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan

memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni

dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi

kesejahteraan umat manusia;

Pasal 31 menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka menghidupkan

kecerdasan bangsa; (4) Negara memprioritaskan anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran

pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan

dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

pendidikan nasional; serta (5) pemerintah memajukan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta

kesejahteraan umat manusia.

Apa yang tersurat dan tersirat dalam pasal 31 UUD 1945

diperjelas dalam UU.No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab.

Pemerintah telah menjabarkan mengenai rencana

pembangunan jangka panjang yang telah ditetapkan untuk

periode 2005-2025, antara lain: periode 2005-2010 ditargetkan untuk

meningkatkan kapasitas dan modernisasi guna terciptanya insan

Indonesia yang cerdas dan kompetitif dalam tataran masyarakat

Page 16: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan KKKKabupaten abupaten abupaten abupaten BBBBandungandungandungandung 2008 2008 2008 2008----2025202520252025

Bab I : Pendahuluan 2

lokal dan global difokuskan pada peningkatan daya tampung

satuan pendidikan yang ada. Periode tersebut mendukung pada

program pemerintah yaitu pendidikan untuk semua (education for

all). Pemerataan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat

yang berada di seluruh pelosok negeri agar dapat mengurangi

angka buta aksara khususnya pada aspek membaca, menulis, dan

berhitung sebagai kompetensi dasar guna mewujudkan

masyarakat yang berbasis pengetahuan (based knowledge

society).

Periode 2010-2015 ditargetkan untuk menguatkan

pelayanan, menitik beratkan pada rasio kebutuhan dan kesediaan

sarana dan prasarana pendidikan nasional menjadi optimal agar

mutu pendidikan menjadi relevan dan berdaya saing dengan

penggunaan strategi milestone peralihan fokus atau penekanan

dari pembangunan aspek kuantitas kepada aspek kualitas. Periode

2015-2020 untuk meningkatkan daya saing regional difokuskan

pada kualitas pendidikan yang memiliki daya saing regional pada

tingkat ASEAN terlebih dahulu dengan berdasarkan pada standar

benchmarking yang objektif dan realistis. Harapan Indonesia pada

akhir periode ini sudah bisa menjadi titik pusat gravitasi sosial ASEAN

sebagai sebuah entitas sosiokultural.

Periode 2020-2025 memiliki target untuk meningkatkan daya

saing internasional dengan dicanangkannya pencapaian nilai

kompetitif secara internasional. Berbagai program-program yang

dicanangkan oleh pemerintah pusat tentunya harus bersinergi

dengan keberhasilan (milestone) pada level daerah baik tingkat

provinsi, kota, dan kabupaten. Tolak ukur keberhasilan berada

pada bagaimana cara untuk mengejewantahkan berbagai

kebijakan strategis di bidang pendidikan baik pada saat proses

perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang

berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan kondisi daerah

yang ada (existing condition) agar tercapai kondisi yang dicita-

citakan (excepted condition). Sehingga visi insan cerdas Indonesia

mampu berkompetitif baik pada tingkat lokal, regional, dan global.

Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten yang

memiliki daya topang pada aspek pendidikan baik kepada level

provinsi maupun pusat yang memiliki luas wilayah 307.475 ha dan

jumlah penduduk pada Tahun 2006 mencapai 4.399.472 jiwa, yang

terbagi 2.224.108 jiwa laki-laki dan 2.175.374 jiwa perempuan.

Penerapan konsep pendidikan untuk semua harus mampu

menyentuh level usia masyarakat kabupaten Bandung dari nol

sampai dengan angka harapan hidup.

Page 17: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan KKKKabupaten abupaten abupaten abupaten BBBBandungandungandungandung 2008 2008 2008 2008----2025202520252025

Bab I : Pendahuluan 3

Pemerataan dan perluasan akses pendidikan di Kabupaten

Bandung diarahkan pada penuntasan wajar dikdas 9 tahun

sebagai prioritas sampai Tahun 2008 yang diawali dengan

perintisan dan penuntasan wajar 12 tahun dengan standar mutu

yang semakin baik (kompetitif). Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun

menjadi prioritas, mengingat program ini secara nasional telah

menetapkan target sebagaimana diatur dalam Kepres Nomor 5

Tahun 2006 tentang percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun

dan pemberantasan buta aksara. APM SD/MI Kabupaten Bandung

tahun 2006 sebesar 91,01%, APM SMP/MTs sebesar 63,27%, APM

SMA/MA sebesar 35,91%, pencapaian AMH sebesar 98,70%, APK

SD/MI sebesar 129,90%, SMP/MTs sebesar 75,90% dan SMA/SMK/MA

sebesar 43,43%. Jika pada Tahun 2008 secara Nasional termasuk

Kabupaten Bandung harus tuntas madia yang dicirikan dengan

APM antara 86 s.d 90% dan APK mencapai angka 98%, maka

Kabupaten Bandung harus mengejar point standar tersebut dalam

kurun waktu yang tersisa tinggal 2 tahun berjalan.

Berdasarkan data BPS tahun 2005, menjelaskan bahwa

sebagian besar (76%) keluarga menyatakan penyebab utama

anak putus sekolah atau tidak menlanjutkan sekolah adalah karena

alasan ekonomi, yang bervariasi dari tidak memiliki biaya sekolah

(67%) serta harus bekerja dan mencari nafkah (8,7%) jika dikaitkan

dengan pendidikan tinggi (PT) partisipasi jumlah penduduk dalam

usia 19-24 tahun yang memperoleh kesempatan belajar di

perguruan tinggi masih relatif kecil. Pada Tahun 2004 angka

partisipasi pendidikan ke perguruan tinggi hanya mencapai 14,26%

dan pada Tahun 2006 APM kabupaten Bandung mencapai 7,78%

hal tersebut mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar

6,23%, menurun hampir mencapai 50% dari APM 2004. Hal ini

menunjukkan bahwa masih rendahnya partisipasi penduduk

terhadap perguruan tinggi akibat rendahnya akses terhadap

pendidikan dari sisi ekonomi.

Berkaitan dengan misi ke-3 Pemerintah Kabupaten Bandung

yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia dan misi ke-5

adalah meningkatkan kesalehan sosial berlandaskan iman dan

taqwa, maka misi ini menuntut pembangunan pendidikan yang

memfokuskan program pada pendidikan budi pekerti, pendidikan

yang menggabungkan antara qolbu, akal dan jasadiah. Tidak

hanya pendidikan yang sekedar menstransfer ilmu tapi juga

membangun manusia yang memiliki karakter sehingga mutu

lulusannya mampu menjadi tenaga kerja yang siap pakai,

produktif, cerdas, berdaya saing serta memiliki iman dan taqwa.

Page 18: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan KKKKabupaten abupaten abupaten abupaten BBBBandungandungandungandung 2008 2008 2008 2008----2025202520252025

Bab I : Pendahuluan 4

Terjadinya dekadensi moral atau penurunan budi pekerti

(akhlakul karimah) di kalangan anak-anak dan kelompok pemuda

sebaya, ditandai dengan maraknya penyalahgunaan narkoba,

meningkatnya kriminalitas di kalangan remaja serta meningkatnya

jumlah anak jalanan dan anak terlantar, dapat berpengaruh

terhadap menurunnya kualitas pendidikan dengan meningkatnya

angka putus sekolah maupun angka mengulang. Menurut data

dari Dinas Sosial Kabupaten Bandung tercatat korban narkoba

sebanyak 367 orang, anak nakal sebanyak 169 orang, anak

terlantar sebanyak 660 orang, serta wanita tuna susila 250 orang.

Hal ini dapat dimengerti bahwa pendidikan budi pekerti

dipendidikan formal dalam aplikasinya masih bersifat kognitif belum

kepada apektif (perilaku) dan praktik, sementara pendidikan non

formal dan informal sebagai salah satu wahana untuk membina

moral atau akhlak anak-anak dan remaja baik dirumah, di

Mesjid/Pondok Pesantren maupun di tempat lainnya masih

terbatas.

Berkaitan dengan akuntabilitas dan pencitraan publik,

tuntutan masyarakat dewasa ini serba membutuhkan data dan

informasi yang cepat, akurat, dan transparan. Menyikapi

pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terkesan

sporadis, parsial, dan pragmatis, pemerintah Kabupaten Bandung

telah melakukan terobosan seperti menyusun standarisasi

pengembangan telematika, pengintegrasian pengelolaan Sistem

Iinformasi Manajemen (SIM) di Dinas Pendidikan dan Kantor PDE

yang dapat mengakses SIM ke setiap satuan, jenjang dan jenis

pendidikan di seluruh wilayah Kabupaten Bandung, namun dalam

pelaksanaannya belum berjalan secara optimal.

Untuk memberikan arahan yang jelas dalam mengatasi

permasalahan pendidikan di Kabupaten Bandung, dipandang

perlu menyusun Master Plan Pendidikan yang diselaraskan dengan

visi dan misi Kabupaten Bandung jangka panjang (RPJP). Selain itu

diselaraskan pula dengan Kebijakan Pembangunan Pendidikan

Nasional Jangka Menengah yang menekankan pada 3 pilar

(tantangan utama) untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan 5

tahun kedepan yaitu: (1) Pemerataan dan Perluasan Akses

Pendidikan; (2) Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing; (3)

Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik.

Agar tujuan penyusunan Master Plan dapat dicapai dengan

efektif maka pengembangan program perlu didasarkan pada

persoalan-persoalan prioritas yang secarasubstantif memiliki

peluang lebih besar untuk berkembang baik dari aspek kuantitatas

Page 19: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan KKKKabupaten abupaten abupaten abupaten BBBBandungandungandungandung 2008 2008 2008 2008----2025202520252025

Bab I : Pendahuluan 5

maupun kualitasnya. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian

visi Kabupaten Bandung (relegius, kultural dan berwawasan

lingkungan) dipandang perlu mengembangkan program-program

yang bersifat inovatif.

Adapun sasaran pendidikan yang akan dijabarkan di

Kabupaten Bandung mememiliki tiga unsur yang terdapat pada visi

kabupaten Bandung sebagai daerah yang berbasis religius,

kultural, dan berwawasan lingkungan. Ketiga visi tersebut harus

mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembangunan

dan pelaksanaan program pendidikan di kabupaten Bandung

periode 2008-2025 dapat menghasilkan insan-insan yang memiliki

tingkat kecerdasan dan karakter yang berlandaskan iman dan

taqwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat

mengembangkan potensi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki

oleh setiap insan. Oleh karena itu perlu disusunnya kerangka

program pendidikan yang utuh dan rinci dalam bentuk Master Plan

Pendidikan Kabupaten Bandung periode 2008-2015.

B. Tujuan

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Master Plan

Pendidikan Kabupaten Bandung secara khusus bertujuan, sebagai

berikut:

1. Menyusun dokumen Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan Tahun 2008-2025 sebagai acuan/pedoman bagi para

pemangku kepentingan di bidang pendidikan dalam rangka

pembangunan Sumber Daya Manusia yang memiliki ilmu

pengetahuan dan teknologi (cerdas), serta berdaya saing

yang berlandaskan Iman dan Taqwa (IMTAK). Dokumen

tersebut dapat menjadi arah kebijakan dan rencana

implementasi bidang pendidikan di Kabupaten Bandung

berdasarkan strategi dan rekomendasi yang diperoleh dari

hasil analisis berupa isu prioritas, indikasi program, kegiatan

dan sasaran dan indikator keberhasilan yang diharapkan

dalam pembangunan bidang pendidikan.

2. Memberikan pedoman dan arah dalam meningkatkan koordinasi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan

pemangku kepentingan lainnya yang terkait dalam

Pembangunan Pendidikan.

C. Keluaran yang Diharapkan

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Master

Plan Pendidikan di Kabupaten Bandung ini, ialah tersusunnya

Page 20: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan KKKKabupaten abupaten abupaten abupaten BBBBandungandungandungandung 2008 2008 2008 2008----2025202520252025

Bab I : Pendahuluan 6

dokumen perencanaan pendidikan untuk tahun 2008-2025, yang

berisi:

1. Deskripsi terintegrasi tentang permasalahan dan tantangan dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

sampai Tahun 2025.

2. Tujuan dan sasaran manajemen pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025.

3. Strategi manajemen untuk setiap substansi, proses, dan konteks pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

sampai Tahun 2025.

4. Program prioritas yang perlu dikembangkan pada setiap periode pembangunan di Kabupaten Bandung sampai

Tahun 2025.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan penyusunan Master Plan Pendidikan

di Kabupaten Bandung ini meliputi:

1. Analisis tentang existing condition tentang pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007, yang

mencakup: (a) Penyelenggaran pendidikan prasekolah di

jalur formal dan nonformal; (b) Penyelenggaraan pendidikan

dasar di jalur formal dan nonformal; (c) Penyelenggaraan

pendidikan menengah di jalur formal dan nonformal;

2. Analisis tentang tujuan dan sasaran pembangunan

pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025.

3. Analisis tentang strategi manajemen untuk setiap substansi, proses, dan konteks pembangunan pendidikan di Kabupaten

Bandung sampai Tahun 2025.

4. Program prioritas yang perlu dikembangkan pada setiap periode pembangunan di Kabupaten Bandung sampai

Tahun 2008-2025, yang mencakup:

a. Peningkatan pemerataan pendidikan pada setiap jenis, jenjang dan jalur pendidikan yang perlu ditanggulangi

sampai Tahun 2025.

b. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan sampai tahun 2025.

c. Peningkatan kualitas tatakelola, akuntabilitas dan

pencitraan publik dalam penyelenggaraan pembangunan

pendidikan sampai tahun 2025.

E. Sumber Data

Page 21: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan KKKKabupaten abupaten abupaten abupaten BBBBandungandungandungandung 2008 2008 2008 2008----2025202520252025

Bab I : Pendahuluan 7

Sumber data dalam kajian ini berkenaan dengan eksistensi

penyelenggaraan pembangunan pendidikan yang tidak lepas

kaitannya dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.

Berdasarkan pada aspek-aspek kelembagaan pemerintahan

daerah kabupaten, maka sumber data yang diperlukan dalam

studi ini dikelompokkan:

1. Perangkat perundang-undangan yang menjadi penentu arah penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tingkat

nasional provinsi sampai ke tingkat pemerintah kabupaten.

2. Perangkat proses manajemen penyelenggaraan pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan di tingkat

pemerintahan kabupaten;

3. Lingkungan sosial, budaya, ekonomi dan politik proses manajemen penyelenggaraan pendidikan yang berkaitan

dengan unsur lokasi, situasi, peristiwa-peristiwa, serta aset-aset

yang menjadi hak dan kewajiban masyarakat dan

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam

penyelenggaraan pendidikan.

F. Proses dan Instrumen Pengumpulan Data

Merujuk keluaran yang ingin diperoleh, maka dibutuhkan

dukungan kelengkapan dan akurasi data tentang kondisi existing

pendidikan dan kebutuhan tentang pendidikan di masa depan.

Untuk itu, data dicari, dikumpulkan dan dianalisis melalui teknik

survey dan telaah dokumen, yang hasilnya dibahas dalam FGD

(Focus Group Discussion) dan Uji-Publik.

Ada pun instrumen yang digunakan ialah: (1) Pedoman

Observasi (Survey) dan Studi Dokumen; (2) Pedoman Wawancara;

(3) Format-format Analisis. Tahap ahir perumusan hasil kajian,

diarahkan pada penggunaan teknik perencanaan pembangunan

pendidikan dengan ditempuh melalui tahapan: (1) pengkajian

kondisi dan persoalan, (2) analisis kebutuhan, tujuan dan sasaran;

(3) pengembangan model dan asumsi-asumsi strategis, dan (4)

pengembangan alternatif rencana dan program.

G. Unit Analisis

Unit analisis bagi kepentingan penyusunan Master Plan

Pendidikan di Kabupaten Bandung meliputi: (1) Unsur Kepala

Daerah dan DPRD; (2) Unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

seperti Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas

Tenaga Kerja, Dinas Kependudukan, dan SKPD terkait lainnya; (3)

Unsur Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah; (4) Unsur Pelaku

Page 22: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan KKKKabupaten abupaten abupaten abupaten BBBBandungandungandungandung 2008 2008 2008 2008----2025202520252025

Bab I : Pendahuluan 8

Usaha dan Masyarakat (stakeholders); (5) Dokumen-dokumen

seperti: (a) Rencana Strategis Pendidikan Nasional; (b) Rencana

Strategis Pendidikan Provinsi Jawa Barat; (c) Rencana Strategis

Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung; (d) Perda RTRW, (e) RPJPD,

(f) RPJMD 2005-2010; (g) Renstra Pendidikan Provinsi Jawa Barat; (h)

RKPD 2007; (i) Perundang-undangan pendidikan.

H. Kerangka Analisis

Produk akhir dari serangkaian langkah kegiatan ini adalah

Rumusan Master Plan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten

Bandung untuk lima tahun ke depan (2008-2015). Fungsinya, akan

dijadikan dokumen akademik dan dokumen yuridis bagi

Pemerintah Daerah dan pengelola pendidikan di Kabupaten

Bandung dalam melaksanakan pembangunan pendidikan yang

menjadi kewenangannya. Karena itu, untuk tujuan tersebut,

dilakukan serangkaian uji-validasi tentang format dan isi dokumen

tersebut dengan stakeholders dan pemangku kepentingan

pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung.

Secara skematis, kerangka analisis pelaksanaan kegiatan

penyusunan master plan ini, diilustrasikan pada gambar berikut:

Karakteristik

Kelembag

aan

Pendidikan

Kebijakan

Pendidikan

Nasional,

Provinsi,

dan

Kabupaten

Legalitas

Manajemen

Sistem

Penyelenggaraa

n Pendidikan di

Daerah

Problema

Pembangun

an

Pendidikan

di Kab.

Bandung

Tuntutan

Peningkatan Mutu

Pendidikan Kurikulum,

Ketenaga

an, Sarana

Inprastruktu

r Sosek

Masyarakat

Survey, Telaah

Dokumen & FGD Asumsi

Pendekatan

dan Strategi

Pembangun

an

Pendidikan

sampai

Tujuan dan

Sasaran

Pembangun

an

Pendidikan

di Kab.

Bandung

Pengembang

an Alternatif

Rencana

Pembangunan

Pendidikan di

Kab. Bandung

Sampai Tahun

2025

Implementasi

Penyelenggaraan

Pendidikan di

Kabupaten

Bandung 5 Tahun

Terakhir

Pemerataan

Pendidikan

Mutu dan

Relevansi

Pendidikan

Akuntabilitas,

Tata Kelola dan

Pencitraan

Publik

Page 23: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan Master Plan Pendidikan KKKKabupaten abupaten abupaten abupaten BBBBandungandungandungandung 2008 2008 2008 2008----2025202520252025

Bab I : Pendahuluan 9

Gambar 1.1

Kerangka Analisis Penyusunan Master Plan Pendidikan

Kabupaten Bandung

Page 24: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 8

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

A. Pembaharuan Pendidikan: Membangun Peradaban

Menengok sejarah peradaban manusia telah begitu banyak upaya untuk mewariskan pengetahuan dan keterampilan kepada generasi berikutnya. Seiring perjalanan jaman dan semakin bertambahnya pengetahuan dan keterampilan yang harus diwariskan kepada anak-anaknya, pada akhirnya para orang tua semakin menunjukkan ketidaksanggupan lagi untuk mengajarkan semua pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada anak-anaknya. Dan sejak saat itu, mulailah ada upaya-upaya pembelajaran melalui cara-cara yang tidak formal sesuai pengetahuan dan keterampilan yang diinginkan para anaknya.

Selanjutnya, seiring pembaharuan dan perkembangan jaman, di mana pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari bertambah dan berkembang semakin kompleks, kemudian upaya-upaya pembelajaran tersebut mulai diformalkan dalam bentuk apa yang sekarang dikenal dengan persekolahan. Munculnya pendidikan persekolahan ini pada awalnya adalah suatu proses yang bertujuan untuk menyempurnakan harkat dan martabat manusia yang diupayakan secara terus menerus. Di mana pun proses pendidikan terjadi, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai yang hakiki tentang harkat dan martabat kemanusiaan.

Namun ternyata, belakangan lembaga pendidikan yang namanya 'sekolah' ini hanya menyediakan waktu yang sangat terbatas, dan penuh dengan aturan yang ketat dan jelimet. Dan pada saat sekarang, 'sekolah' tersebut cenderung menganggap dirinya sebagai satu-satunya wadah pembelajaran bagi kelanjutan generasi. Kebanyakan orang sering melupakan bahwa pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dan kehidupan tidak hanya didapat dan dipelajari di 'sekolah'.

Akibat kompleksitas dan heterogenitas jenis, sifat, dan situasi yang disebut sekolah tersebut kebanyakan orang sering mengidentikkan dengan pendidikan; Manakala membicarakan pendidikan cenderung yang dibahas adalah sistem persekolahan; Akibatnya, paradigma pendidikan yang begitu universal hanya

Page 25: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 9

dipandang secara terbatas, dan lebih banyak adaptif daripada inisiatif. Akhirnya, sistem pembangunan pendidikan pun lebih banyak tergantung pada sistem politik yang dianut dalam menyelenggarakan pemerintahan.

Baru saja bangsa ini membenahi segala kemelut akibat 'huru-hara' menggulingkan tirani pemerintahan, sekarang harus pula berkemas dengan segala dampak negatif arus globalisasi. Dengan belajar dari pengalaman, dimaklumi bahwa setiap permasalahan yang dihadapi hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan tingkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dari sejarah peradaban pula kita dapat belajar bahwa hanya manusia yang berkualitaslah yang akan mampu berperan dalam kehidupan. Karena itu, peningkatan kualitas SDM sudah merupakan suatu keharusan untuk segera diupayakan secara terencana, terarah, dan terkendali.

Peningkatan kualitas SDM ternyata tidak bisa dilakukan kecuali hanya melalui pendidikan, dan karenanya hanya melalui peningkatan kualitas pendidikanlah kualitas SDM dapat ditingkatkan. Menyadari betapa pentingnya peningkatan kualitas pendidikan tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan dan berbagai upaya pula telah dilaksanakan. Namun, sepertinya tetap saja belum berhasil membawa masyarakat dan bangsa untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bahkan, bila kualitas SDM Bangsa Indonesia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), hampir setiap tahun peringkat Indonesia selalu berada pada tingkatan yang memalukan harkat dan martabat bangsa.

Kenyataan tersebut ternyata di antaranya disebabkan oleh ketidaktersediaan rencana induk pembangunan pendidikan yang komprehensif, antisipatif dan berwawasan jauh ke depan. Di samping itu, pendekatan dan strategi pembangunan yang dilakukan pun hampir selalu mengarah pada input oriented dan macro oriented. Pendekatan terhadap input ini ditunjukkan hampir pada semua kebijakan yang selalu bersandar pada pemenuhan semua kebutuhan komponen masukan pendidikan, dengan keyakinan akan menghasilkan output yang berkualitas. Tetapi pada kenyataannya, pendekatan dan strategi ini hanya efektif di lingkungan ekonomi dan bisnis. Sedangkan pendekatan makro, ditunjukkan oleh manajemen yang terpusat. Kebijakan yang didasarkan pada proyeksi secara makro, pada kenyataannya

Page 26: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 10

sering kurang menyentuh persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi para pelaksana pendidikan pada tingkat kelembagaan satuan pendidikan. Kondisi-kondisi tersebut, tentu saja memerlukan pembaharuan-pembaharuan mendasar, baik yang menyangkut objek pembangunan maupun metodologi dalam pelaksanaan pembangunan.

Apabila proses-proses pembangunan pendidikan dipandang dari sudut keilmuan, akan berkaitan dengan makna imperative yang merujuk paradigma filsafat keilmuan dengan objek dan metodologi studi yang jelas. Objek pembangunan pendidikan sepatutnya merujuk pula pada paradigma ilmu pendidikan, bukan pada paradigma ilmu non-kependidikan. Ilmu pendidikan mempunyai paradigma yang berbeda dengan paradigma ketatanegaraan maupun politik, baik dalam aspek ontology, aksiologi dan epistemologinya. Walaupun dalam tatanan praktek kependidikan lebih banyak menyesuaikan diri dengan bentuk konstelasi dan proses politik ketatanegaraan, tetapi hal tersebut sebetulnya hanya bersifat kontekstual. Metodologi implementasi teori pembangunan pendidikan, dapat saja merujuk paradigma keilmuan yang selama ini digunakan dalam disiplin ilmu sosial lainnya, namun, dalam aspek substansi ilmu pendidikan mempunyai kekhususan yang sulit didekati dengan paradigma keilmuan lainnya.

Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan pada dasarnya akan selalu menyentuh perangkat kendali sistem pendidikan yang universal. Paradigma pendidikan yang selalu didasarkan pada paradigma ilmu-ilmu obyektif, telah terbukti hanya menghasilkan manusia-manusia mekanis yang kurang kreatif. Karena itu, untuk melakukan pembangunan pendidikan di Indonesia, tidak ada altematif lain kecuali melakukan pembaharuan orientasi dan pendekatan dalam manajemen pembangunan pendidikan itu sendiri. Di samping itu, pandangan nilai tentang pembaharuan pendidikan tidak hanya sekedar etika dalam arti 'baik' atau 'tidak baik', namun lebih ditekankan pada tujuan mengapa perlu ada pembaharuan dalam pembangunan pendidikan. 'Nilai' dan tujuan 'baik' dari pembaharuan hanya akan ada apabila pembaharuan itu sendiri dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Jika pembaharuan pembangunan pendidikan harus dilakukan, menunjukkan bahwa dalam pembangunan pendidikan selama ini ada sesuatu yang kurang bermanfaat. Dengan kata lain, kekurangan atau kelebihan dalam pembangunan pendidikan harus dapat ditemukan, dianalisis,

Page 27: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 11

disintesa, kemudian dipraktekkan kembali sampai menunjukan hasil yang lebih bermanfaat.

B. Pendidikan dalam Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi

dan Politik

Reformasi pendidikan telah dilakukan, dan regulasi atas perubahan kebijakan pembangunan pendidikan nasional telah dimulai. Untuk itu, seluruh kebijakan yang terkait dengan perubahan, penyempurnaan dan pengembangan program pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan harus dilakukan, yang kesemua itu diarahkan pada upaya untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu, sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan. Pembangunan pendidikan nasional merupakan upaya bersama seluruh komponen pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk mewujudkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan amanat UU.No.20 Tahun 2003 pasal l butir 1, pendidikan mempunyai posisi strategis untuk meningkatkan kualitas, harkat dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Dalam konteks tersebut pendidikan harus dilihat sebagai human investment yang mempunyai perspektif multidimensional baik sosial, budaya, ekonomi dan politik.

Dalam perspektif sosial, pendidikan akan melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam proses transformasi sosial di dalam masyarakat. Pendidikan menjadi faktor determinan dalam mendorong percepatan mobilitas vertikal dan horisontal masyarakat, yang mengarah pada pembentukan konstruksi sosial baru. Konstruksi sosial baru ini terdiri atas lapisan masyarakat kelas menengah terdidik, yang menjadi elemen penting dalam memperkuat daya rekat sosial (social cohesion). Pendidikan yang melahirkan lapisan masyarakat terdidik itu menjadi kekuatan perekat yang menautkan unit-unit sosial di dalam masyarakat: keluarga, komunitas masyarakat, dan organisasi sosial yang kemudian menjelma dalam bentuk organisasi besar berupa lembaga negara. Dengan demikian, pendidikan dapat memberikan sumbangan penting pada upaya memantapkan integrasi sosial untuk terwujudnya integrasi nasional.

Page 28: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 12

Dalam perspektif budaya, pendidikan juga merupakan

wahana penting dan medium yang efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat menjadi instrumen untuk memupuk kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan jati diri bangsa. Bahkan peran pendidikan menjadi lebih penting ketika arus globalisasi semakin kuat, yang membawa pengaruh nilai-nilai dan budaya yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, pendidikan dapat menjadi wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif (collective conscience) sebagai warga mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku-bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional.

Dalam perspektif ekonomi, pendidikan merupakan upaya

mempersiapkan sumber daya manusia (human invesment) yang akan menghasilkan manusia-manusia yang handal untuk menjadi subyek penggerak pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan bermutu yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi, dan mempunyai keterampilan teknis yang memadai. Pendidikan juga harus dapat menghasilkan tenaga-tenaga profesional yang memiliki kemampuan kewirausahaan, yang menjadi salah satu pilar utama aktivitas perekonomian nasional. Bahkan peran pendidikan menjadi sangat penting dan strategis untuk meningkatkan daya saing nasional dan membangun kemandirian bangsa, yang menjadi prasyarat mutlak dalam memasuki persaingan antarbangsa di era global.

Di era global sekarang ini, berbagai bangsa di dunia telah mengembangkan knowledge-based economy (KBE), yang mensyaratkan dukungan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Karena itu, pendidikan mutlak diperlukan guna menopang pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan - education for the knowledge economy (EKE). Dalam konteks ini, satuan pendidikan harus pula berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan (research and development), yang menghasilkan produk-produk riset unggulan yang mendukung KBE. Pengembangan ekonomi nasional berbasis pada keunggulan sumber daya alam dan sosial yang tersedia, ditambah dengan ketersediaan SDM bermutu yang menguasai Iptek sangat menentukan kemampuan bangsa dalam memasuki kompetensi global dan ekonomi pasar bebas, yang menuntut daya saing

Page 29: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 13

tinggi. Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat menyiapkan sumber daya manusia-manusia unggul yang mampu meningkatkan daya saing nasional dan mengantarkan bangsa Indonesia meraih keunggulan bersaing ditingkat global.

Dalam perspektif politik, pendidikan harus mampu

mengembangkan kapasitas individu untuk menjadi warga negara yang baik (good citizens), yang memiliki kesadaran akan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Karena itu, pendidikan harus dapat melahirkan individu yang memiliki visi dan idealisme untuk membangun kekuatan bersama sebagai bangsa. Visi dan idealisme itu haruslah merujuk dan bersumber pada paham ideologi nasional, yang dianut oleh seluruh komponen bangsa. Dalam jangka panjang, pendidikan niscaya akan melahirkan lapisan masyarakat terpelajar yang kemudian membentuk critical mass, yang menjadi elemen pokok dalam upaya membangun masyarakat madani. Dengan demikian, pendidikan merupakan usaha seluruh komponen bangsa untuk meletakkan landasan sosial yang kokoh bagi terciptanya masyarakat demokratis, yang bertumpu pada golongan masyarakat kelas menengah terdidik yang menjadi pilar utama civil society, yang menjadi salah satu tiang penyangga bagi upaya perwujudan pembangunan masyarakat demokratis.

C. Tantangan Pembangunan Pendidikan di Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah, khususnya dalam bidang manajemen pembangunan pendidikan dewasa ini merupakan sesuatu yang baru, yang memerlukan kecermatan dalam pelaksanaannya, agar tidak menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif ini perlu diantisipasi, karena di samping masih dihadapkan pada berbagai problema, juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus dihadapi.

Problema-problema yang berkaitan dengan kualitas pendidikan di daerah, penanganannya memang tidak sesederhana seperti yang dibayangkan. Diakui, bahwa keragaman letak geografis dengan aneka ragam budaya, adat-istiadat, dan bahasa, menuntut adanya pola-pola pelaksanaan pendidikan yang tidak seragam. Keragaman latar belakang lingkungan alam dan pekerjaan, menuntut pula adanya isi dan pola layanan pendidikan yang berbeda.

Tantangan berat pendidikan yang dihadapi dewasa ini sebenarnya telah disinyalir oleh Coombs (1976), yang mengemukakan bahwa krisis yang melanda dunia pendidikan

Page 30: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 14

karena muncul ketidakseimbangan peran. Bahwa krisis pendidikan disebabkan oleh empat faktor: Pertama, the increase in popular aspirations for education, yang ditandai oleh tumbuh kembangnya sekolah-sekolah dan universitas di mana-mana; Kedua, the acute scarsity of the resources, yang ditandai oleh kurang responsifnya sistem pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat secara menyeluruh; Ketiga, the inherent innertia of educational system, yang ditandai oleh mengapa pendidikan selalu terlambat berantisipasi untuk menyesuaikan diri terhadap hal-hal di luar dunia pendidikan; Keempat, the innertia of sociaties themselves, hal-hal seperti sikap tradisional, prestige and incentive pattern

menghalangi meningkatkan tenaga kerja pembangunan. Tampaknya, apa yang disinyalir oleh Coombs tersebut, masih relevan dengan kondisi di Indonesia.

Tantangan-tantangan berat yang harus dihadapi dalam pembangunan pendidikan di daerah khususnya, berkenaan dengan aspek: (1) peningkatan mutu pendidikan, (2) pemerataan pendidikan, (3) efisiensi manajemen, (4) peranserta masyarakat, dan (5) akuntabilitas. Keenam aspek tantangan tersebut diilustrasikan pada Gambar 2.1.

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung: Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006, hal.59.

Gambar 2.1 Tantangan dalam Pembangunan Pendidikan di Daerah

Kelima aspek yang menjadi tantangan berat pembangunan pendidikan di Indonesia, yaitu:

Pertama, dalam aspek peningkatan mutu, berkenaan dengan urgensi pemberian otonomi daerah, yang salah satunya adalah untuk menghadapi persaingan global. Setidaknya ada tiga kemampuan dasar yang diperlukan agar masyarakat Indonesia dapat ikut dalam persingan global, yaitu: kemampuan manajemen, kemampuan teknologi, dan kualitas manusianya sendiri. Mutu yang diinginkan bukan hanya sekedar memenuhi

Tantangan Pendidikan

Peningkatan Mutu

Pemerataan Pendidikan

Efisiensi Manajemen

Peran Serta Masyarakat

Akuntabilitas

Page 31: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 15

standar lembaga, atau standar nasional semata-mata, tetapi harus memenuhi standar internasional.

Kedua, dalam aspek pemerataan, berkenaan dengan peningkatan aspirasi masyarakat diperkirakan juga akan meningkatnya pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan. Tetapi ini akan membutuhkan ongkos yang tinggi, dengan semakin tingginya jarak antar daerah dalam pemerataan fasilitas pendidikan, sangat potensial memunculkan ketimpangan dalam perolehan mutu pendidikan. Tanpa intervensi manajemen, anggota masyarakat dari daerah kabupaten/kota yang kaya dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit, akan dapat menikmati fasilitas pendidikan yang jauh lebih baik dari anggota masyarakat pada daerah kabupaten/kota yang miskin. Dan apabila kesempatan pendidikan ini juga mempengaruhi kesempatan untuk memperoleh penghasilan, maka dalam jangka panjang akan berpotensi meningkatnya jurang kesenjangan ekonomi antar daerah.

Ketiga, dalam aspek efisiensi manajemen, berkenaan dengan keterbatasan sumber pendanaan dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan (technical efficiency) maupun efisiensi dalam mengalokasikan anggaran (economic afficiency). Fiske, pernah mengungkap pengalaman di Papua New Guinea dan Jamaica, bahwa dengan pelaksanaan otonomi daerah, pembiayaan justru meningkat karena bertambahnya struktur organisasi daerah yang menambah lebih banyak personil pemerintahan tetapi tidak mampu melaksanakan otonomi daerah. Hal ini dapat dijadikan pelajaran, mengingat di Indonesia selama 32 tahun menganut sistem pengelolaan yang sangat sentralistik.

Keempat, dalam aspek peranserta masyarakat, berkenaan dengan filosofi diberikannya otonomi kepada daerah. Peranserta masyarakat dalam pendidikan dapat berupa perorangan, kelompok, lembaga industri atau lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Namun, perlu diantisipasi bahwa peranan masyarakat tersebut cenderung terbatas pada lingkup kabupaten/kota yang bersangkutan. Karena itu, menurut Djam'an Satori, perlu juga intervensi kebijakan nasional yang dapat menerapkan subsidi silang supaya peranserta masyarakat dalam sistem desentralisasi tidak memperlebar jurang ketimpangan pemerataan fasilitas pendidikan antar daerah.

Kelima, dalam aspek akuntabilitas. Melalui otonomi, pengambilan keputusan yang menyangkut pelayanan jasa

Page 32: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 16

pendidikan semakin dekat dengan masyarakat yang dilayaninya, sehingga akuntabilitas layanan tersebut bergeser dari yang lebih berorientasi kepada kepentingan pemerintah pusat kepada akuntabilitas yang lebih berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Hal ini menuntut lebih besar partisipasi masyarakat dan orang tua dalam pengambilan keputusan tentang pelaksanaan pendidikan di daerah masing-masing.

Merujuk kelima tantangan berat pendidikan sebagaimana dikemukakan di muka, dapat disimpulkan bahwa kewajiban berat yang dibebankan kepada "Kereta Pendidikan" menjadikan manajemen pendidikan itu sendiri kebingungan menentukan apa yang harus dikerjakannya. Karena, di satu sisi upaya pendidikan harus berfungsi sebagai pengawet kebudayaan negara yang sekaligus berorientasi pada perkembangan dan keterwujudan kemampuan manusia atau Human Capacity Development (HCD) yang memiliki daya saing dan bermoral. Oleh sebab itu, pendidikan harus disediakan buat masyarakat secara merata (equality) dan menjadi aspirasi masyarakat. Di sisi lain lagi, upaya pendidikan harus dinyatakan dalam "kebijakan ekonomi", sebab pendidikan mempengaruhi secara langsung pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan harus dapat menjadikan SDM lebih bisa mengerti dan siap dalam menghadapi pertempuran dan perubahan di lingkungan kerja.

Bila kita mau jujur tentang hasil pendidikan dewasa ini yang kita rasakan, tentunya kita berharap bahwa hasil-hasil pendidikan yang seharusnya diupayakan ialah bagaimana hasil pendidikan itu dapat memberikan makna untuk hidup dan kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk masa depan. Kita kurang berani mengatakan bahwa pendidikan kita sedang kehilangan 'kebermaknaan'. Semakin tinggi tingkat pendidikan, bangsa ini semakin 'manja', semakin `konsumtif, kurang `kreatif. Akhirnya, masyarakat bergelimang dengan orang-orang berpendidikan, tapi rendah dalam iman dan ahlaq. Sebetulnya hanya bergelimang dengan 'kefakiran' dan 'kebodohan', yang kalau tidak ditangani dengan sungguh-sungguh bangsa ini akan penuh dengan SDM-SDM bergelimang dengan 'kekufuran'.

D. Urgensi Rencana Induk (Master Plan) Pembangunan

Pendidikan

Page 33: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 17

1. Perencanaan Pembangunan Pendidikan

Pada kasus organisasi pendidikan, sekalipun sudah diberlakukan kebijakan otonomi daerah, manajemen sistem pendidikan di daerah masih mempunyai ruang lingkup kewilayahan. Secara teoritis, perencanaan pendidikan dapat dibagi ke dalam tingkat-tingkat perencanaan seperti: tingkat perencanaan makro, meso dan tingkat perencanaan mikro. Dengan istilah yang lebih populer, perencanaan makro adalah perencanaan pada tingkat pusat (nasional), perencanaan meso adalah perencanaan pada tingkat provinsi, sedangkan perencanaan mikro adalah perencanaan pada tingkat kabupaten atau kecamatan. Demarkasi dari pembagian tersebut sebenarnya lebih bersifat kontekstual daripada bersifat konseptual dan teknikal.

Lahirnya UU.No.32 Tahun 2004 merupakan langkah strategis dalam sejarah pembaharuan pendidikan di Indonesia. Namun apakah langkah strategis ini sudah ditunjang oleh sub sistem perencanaan yang mantap dan terintegrasi, sistem informasi yang akurat untuk mendukung pelaksanaan undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut? Seandainya sudah memiliki, apakah sistem perencanaan tersebut masih relevan dengan tuntutan undang-undang dan peraturan pemerintah itu? Pendekatan mana yang mesti kita ambil yang sesuai dengan kondisi objektif Indonesia yang beranekaragam?

Penerapan desentralisasi wewenang untuk mengemban fungsi perencanaan nampaknya merupakan alternatif yang perlu segera dilaksanakan. Pola ini tidak berbeda dengan konsep perencanaan mikro yang pada dasarnya merupakan lanjutan dari suatu konsep perencanaan pada semua tingkat perencanaan. Namun perencanaan mikro lebih berakar pada tingkat yang paling bawah (grassroot level).

Perencanaan pada tingkatan makro biasanya hanya memperhatikan berbagai sasaran dan prioritas pada tingkat nasional dan atau provinsi. Sebaliknya perencanaan pendidikan pada tingkatan mikro, memodifikasi sasaran dan prioritas tersebut kemudian disesuaikan dengan kondisi sosio-kultural dan dinamika kehidupan pada tingkat lokal. Perincian sasaran dan prioritas pada tingkat mikro dapat menyajikan suatu latar belakang yang lebih realistik daripada norma-norma yang bersifat abstrak yang dikembangkan pada tingkat nasional.

Implikasi pada sistem perencanaan pendidikan di daerah, paling tidak menyangkut dua aspek:

Page 34: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 18

Pertama, dalam aspek pendekatan (approach) pendidikan paling sedikit ada tiga pilihan, yaitu pendekatan Tuntutan Sosial, yang didasarkan pada penyaluran kebutuhan masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang paling minimal; Pendekatan

Ketenagakerjaan, dapat dinyatakan sebagai usaha mengarahkan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan tertentu pada tingkat nasional; Pendekatan Untung-Rugi, dinyatakan bahwa pendidikan merupakan investasi manusia yang harus memberikan keuntungan secara ekonomis baik secara individu maupun untuk negara, dengan pendekatan ekonomis, yang lebih ditekankan pada efisiensi penggunaan dana.

Melihat kondisi umum di daerah, tampaknya belum memungkinkan memilih salah satu pendekatan untuk diterapkan dalam sistem perencanaan pembangunan pendidikan. Karena itu, perlu dipertimbangkan pendekatan secara integratif dari keempat pendekatan itu, sesuai dengan tujuan dan jenjang, jenis dan jalur pendidikan.

Kedua, masalah proses perencanaan dikenal dalam bentuk pendekatan perencanaan administratif dan pendekatan perencanaan grass-roots. Pendekatan proses perencanaan pendidikan menurut UU.No.32 Tahun 2004 pun masih tergolong pendekatan administratif, karena hampir semua perencanaan pendidikan dirumuskan dan ditetapkan secara administratif, karena hampir semua perencanaan pendidikan didominasi Depdiknas. Namun demikian, kesempatan pengembangan perencanaan yang bersifat grass-roots approach sangat terbuka. Pendekatan ini memberi hak kepada para pengelola program pembangunan pendidikan di daerah untuk mengembangkan sistem perencanaan yang dinilai paling cocok dengan daerah atau lembaganya. Hal inilah yang sesungguhnya harus diimplementasikan dalam Rencana Induk (Master Plan) Pembangunan Pendidikan di masing-masing daerah. Bila model yang dikembangkan dinilai baik, maka melalui proses bottom-up bisa disebarkan sebagai model yang pantas untuk diterapkan.

2. Pendekatan dan Metodologi

"Pembaharuan" pada hakekatnya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan hidup dan penghidupan. Apa yang berbeda dalam setiap langkah dan prospek pembaharuan yang akan datang, akan semakin cepat dan mempengaruhi setiap bagian dari kehidupan, termasuk nilai-nilai kepribadian, kesusilaan, kedaerahan, baik secara individu maupun kelompok. Pandangan

Page 35: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 19

ini menunjukkan bahwa dorongan untuk melakukan pembaharuan mempunyai kekuatan dan sumber-sumber pendorong tertentu. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat saja berupa: budaya kerja, teknologi, kecenderungan sosial, globalisasi, dan mungkin dalam tatanan politik dunia. Sumber kekuatan budaya kerja, kemungkinan dari perbedaan cultural, peningkatan professional, dan banyaknya hal baru yang memerlukan keterampilan baru pula. Sumber kekuatan teknologi, dapat bersumber dari otomatisasi sistem atau merekayasa kembali. Sumber kecenderungan sosial, mungkin dari pertumbuhan dan peningkatan pendidikan tinggi, penangguhan usia perkawinan. Sumber kekuatan globalisasi, mungkin dari pengaruh pasang-surut pasar dunia dan persaingan global.

a. Analisis Posisi

Langkah berikutnya dalam proses pembaharuan adalah untuk menganalisis posisi kinerja pendidikan di daerah. Perbedaan antara apa yang harus dilakukan pendidikan dan keuntungan apa yang dapat diambil dari peluang itu. Kesenjangan tersebut boleh jadi positif, seperti halnya pada kasus peluang baru akibat dari pembaharuan selera stakeholders. Atau mungkin bisa negatif, jika suatu kemunduran keinginan masyarakat atau hilang oleh karena adanya pengaruh-pengaruh lain. Kesenjangan tersebut bisa terjadi ketika upaya-upaya dalam pembangunan pendidikan bersifat temporer. Ketika kesenjangan diketahui terjadi, maka harus menjamin kebenarannya bahwa kesenjangan tersebut memang betul-betul terjadi.

Sumber data untuk menganalisis posisi pendidikan ialah lingkungan masyarakat, baik internal maupun eksternal. Metode yang digunakan biasanya Analisa SWOT, yaitu Strength (Kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threaths (ancaman). Analisa internal adalah Strength dan Weaknesses sedang analisa eksternal adalah Opportunity dan Threats. Untuk menginterpretasikan SWOT, pimpinan harus menggunakan cara yang disebut benchmaking. Konsep benchmaking merupakan sederetan kegiatan manajerial yang menjadi dasar dari analisa posisi, yaitu scaning, interpretation dan choice.

Tujuan SWOT adalah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang berkembang yang dimungkinkan menghambat, menghalangi, atau mengganggu berlangsungnya kehidupan masyarakat. Dengan analisa SWOT akan lebih memahami dan menanggapi faktor-faktor penting dari kinerja pendidikan. Dengan analisa posisi, akan menghasilkan kedudukan

Page 36: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 20

dan tingkat kemampuan organisasi pendidikan dalam menghadapi teknologi baru, kecenderungan kehidupan masyarakat. Sebelum strategi disusun, data tersebut selanjutnya diinterpretasikan ke dalam pilihan-pilihan tindakan sesuai dengan kegiatannya, sehingga dapat menentukan pilihan sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat.

Untuk mendapatkan data yang akurat maka seorang perencana pendidikan harus membina kerja sama dengan beberapa pihak yang memegang peranan, terutama orang-orang yang berperan dalam pengambilan keputusan. Kemudian melakukan scanning terhadap pilihan-pilihan tindakan. Ada tiga cara yang dapat dilakukan, yaitu: (1) Sistem irregular scanning, yang menitikberatkan pada kejadian-kejadian yang telah terjadi, (2) Sistem regular scanning, yang mereview posisi organisasi pada kondisi tertentu, dan (3) Sistem continuing scanning, sistem ini secara kontinyu dan terus menerus memonitor komponen-komponen dari lingkungan eksternal dan internal organisasi. Setelah melakukan scanning, kemudian melakukan forecasting, yaitu langkah yang paling sulit dalam analisa SWOT. Dalam langkah ini dilakukan indentifikasi isu-isu strategis yang mempengaruhi posisi organisasi pendidikan di masa datang. Forecasting dilakukan misalnya pada masalah kondisi politik, sosial-ekonomi atau laju perkembangan teknologi. Metoda forecasting posisi biasanya tidak terlepas dari analisis lintas-dampak dan pendapat para ahli.

b. Mendiagnosa Permasalahan

Pada umumya, hampir semua proses pembaharuan sering dimulai secara terburu-buru. Para perencana pendidikan sering tidak sabar menemukan solusinya sebelum dirinya sendiri mendapat kejelasan posisinya. Permasalahan yang paling krusial menyangkut: (1) Permasalahan apa yang khusus harus diutamakan? (2) Apa yang menjadi penyebab masalah ini muncul dan paling utama mendapat penyelesaian? (3) Aspek apa yang harus diubah untuk memecahkan permasalahan ini? (4) Kekuatan apa yang dapat mendukung dan menghalangi jika upaya itu dilakukan? (5) Apakah tujuan utama penyelesaian masalah itu dan bagaimana mengukur hasilnya?

Berbagai teknik pengumpulan data untuk mendiagnosa permasalahan perlu digunakan, misalnya: survei sikap, konferensi, wawancara informal, pertemuan kelompok. Hasil-hasil dari teknik ini, selanjutnya dianalisis dengan teknik Critical Success Factor Identification (CSF-Identification), yaitu analisis untuk mengetahui

Page 37: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 21

faktor-faktor penentu keberhasilan dalam melaksakan setiap alternatif tindakan yang dipilih. CSF-Identification pun terbagi atas dua bagian, yaitu identifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor penentu internal ialah faktor-faktor penentu yang terkena dampak langsung dari tindakan yang dipilih. Sedangkan faktor-faktor penentu eksternal ialah faktor-faktor di luar konteks alternatif tindakan yang kemungkinan berpengaruh terhadap pelaksanaannya.

c. Memilih dan Menentukan Strategi

Langkah berikutnya adalah memilih dan menentukan prioritas strategi pembaharuan yang lebih praktis. Pembaharuan dapat dilakukan dengan merubah kekuatan aspek tertentu yang paling krusial dan dapat berpengaruh pada aspek-aspek lainnya. Ada empat pilihan strategi yang saling berhubungan yaitu: teknologi, struktur, tugas dan orang-orang yang terkena dalam pembaharuan. Pembaharuan yang terjadi pada masing-masing umumnya mempengaruhi yang lainnya, dan kita harus memilih aspek mana yang akan dijadikan prioritas.

Dalam perencanaan pendidikan di daerah, penggunaan teknologi pada dasarnya ada dua cara untuk meningkatkan pelayanan, yaitu: tuntutan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, atau efisiensi dengan mengurangi unit biaya. Mungkin, untuk mengubah suatu teknologi pelayanan sudah dianggap strategi umum, namun strategi ini mempunyai efek jangkauan yang lebih luas, baik pada unit biaya dan cara-cara personil dalam melakukan pelayanan sepanjang organisasi itu melakukan tugasnya. Kemungkinan besar, pengaruhnya bukan hanya terhadap para anggota organisasi salah satu unit organisasi, tetapi akan berpengaruh pula pada unit-unit lainnya, seperti terhadap sistem anggaran biaya, mekanisme pelaksanaan tugas, pola-pola koordinasi, sistem evaluasi dan sistem pertanggungjawaban, baik pertanggungjawaban terhadap tugas, hubungan antara individu dan pertanggungjawaban terhadap hasil-hasil yang diperoleh.

Penggunaan strategi struktur, berkaitan dengan tujuan untuk efisiensi dalam segala aspek kinerja organisasi, baik yang menyangkut tugas dan fungsi, reposisi individu, daya dukung dan kebutuhan sarana-prasarana, atau anggaran pembiayaan program. Strategi ini dalam wacana sekarang sering disebut dengan istilah 'ramping struktur kaya fungsi'.

Page 38: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 22

Penggunaan strategi tugas, berkaitan dengan dimensi waktu kapan pekerjaan dapat diubah, apakah karena penggunaan teknologi baru, atau karena reorganisasi struktur internal, atau karena perilaku manajerial. Pembaharuan tugas ini mempunyai tujuan-tujuan yang lebih spesifik, yaitu: (1) peningkatan atau pengurangan yang mendasar antara individu dengan volume pekerjaan, (2) peningkatan sikap dan apresiasi terhadap tugas ke arah yang lebih positif, (3) peningkatan peluang untuk memulai pembaharuan ke arah yang lebih humanis.

Penggunaan pada strategi orang sering melalui metode pengembangan organisasi (organization development). Metoda ini dipakai untuk mengubah pekerjaan anggota organisasi yang berhubungan dengan perilaku dan sikap yang mengarah pada individu, kelompok, atau organisasi secara keseluruhan. Metoda ini biasanya berbentuk sebuah program-program jangka panjang dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas kinerja mereka. Fokus dasamya adalah pada pembaharuan individu melalui pembaharuan mekanisme feed-back, pembentukan tim kerjasama, pemecahan masalah, penanganan dan pengendalian konflik, pola-pola hubungan antar pribadi, dan semacamnya.

Metode-metode dari setiap strategi yang dipilih dapat dikemukakan pada gambar berikut:

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:

Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006, ha1.74.

Gambar 2.2

Alternatif Metode Pembaharuan Pendidikan

Teknologi

Struktur

Tugas

Ketenagaan

Modifikasi metode Teknik Modifikasi penggunaan Mesin-mesin Otomatisasi dan mekanisme sistem

Pembaharuan deskripsi-deskripsi posisi Modifikasi hubungan-hubungan otoritas dan pertanggung jawaban Modifikasi sistem penghargaan formal

Deskripsi dan spesifikasi tugas, simplikasi tugas, dan

pengembangan tim kerja sama

Pendidikan dalam jabatan Kursus-kursus pengembangan manajemen Program-program pengembangan organisasi

Page 39: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 23

d. Implementasi dan Tindak Lanjut

Langkah berikut di dalam proses pembaharuan pendidikan adalah bagaimana setiap persiapan yang dilakukan dapat diterapkan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama dan ditunda-tunda. Kemampuan utama untuk mendukung penerapan perencanaan pembangunan pendidikan tergantung pada seberapa baik pemerintah daerah menguatkan perilaku yang telah dipelajari dan disiapkan selama dan setelah usaha pembaharuan. Sebetulnya, implementasi yang efektif dalam perencanaan pendidikan memerlukan perilaku yang sama sekali baru. Namun, patut jadi pertimbangan, bahwa ketika perilaku baru secara wajar diganti, masyarakat menjadi lebih mungkin untuk mengembangkan dan memelihara pilihan untuk berperilaku dan berpartisipasi secara baru pula.

Dalam lima tahun mendatang, pembangunan pendidikan di daerah sudah semestinya diprioritaskan pada upaya meningkatkan kinerja pendidikan melalui tiga pilar strategi pembangunan, yang mencakup: (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; (3) tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Ketiga prioritas tersebut harus ditunjang dengan dukungan anggaran yang rasional, realistis dan proporsional baik dari APBN, APBD provinsi maupun APBD tingkat kabupaten.

Pada tahap pertama, merupakan tahap perencanaan yang dititikberatkan pada upaya meminimalkan kekuatan perlawanan terhadap pembaharuan dengan memutuskan kapan mulainya persiapan menentukan misi, memilih pimpinan tim dan alokasi sumber-sumber. Dalam tahap ini mulai menentukan fungsi dan proses atau produk dan pelayanan yang spesifik yang akan dilakukan, termasuk menetapkan tujuan, serta tindakan-tindakan secara lebih terperinci. Di samping itu, pada tahap ini dibutuhkan dukungan data awal mengenai hasil-hasil identifikasi variabel kinerja kelembagaan pendidikan berdasarkan ukuran-ukuran kebutuhan, keinginan dan harapan-harapan stakeholders. Variabel kinerja kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kumpulan yang luas dari faktor kualitatif dan kuantitatif, yang mempengaruhi kinerja kelembagaan pendidikan.

Pada tahap kedua, merupakan tahap pergerakan, dengan mengubah orang, individu maupun kelompok, tugas-tugas, struktur organisasi, dan teknologi. Dapat dilakukan dengan riset terhadap

Page 40: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab II : Kerangka Pemikiran 24

aktivitas internal, dengan memfokuskan pada keefektifan proses yang sedang berjalan, mengidentifikasi permasalahan yang kemungkinan dijawab oleh upaya-upaya pembaharuan yang diinginkan, dan mengidentifikasi organisasi dan kelembagaan pendidikan yang terbaik di kelasnya yang layak dijadikan pembanding. Kesimpulan-kesimpulan hasil riset ini dapat dijadikan bahan untuk assesment lembaga yang dirumuskan dalam program operasional. Dalam tahapan implementasinya, proses-proses manajemen pembangunan lebih lanjut harus memberikan dukungan politis dan membantu mengatasi berbagai perlawanan dan hambatan.

Pada tahap terakhir, merupakan tahap penstabilan pembaharuan, dengan upaya penguatan dampak pembaharuan, evaluasi basil pembaharuan, dan modifikasi-modifikasi yang bersifat konstruktif. Perlu dipertimbangkan bahwa pembaharuan merupakan proses yang berkesinambungan. Berdasarkan implementasi, harus direncanakan assesment secara periodik mengenai proses atau produk yang telah ditingkatkan dan benchmark selanjutnya; Dan berupaya mengintegrasikan pembaharuan ke dalam program-program peningkatan mutu dan perencanaan strategis kelembagaan pendidikan.

Langkah selanjutnya, para perencana dihadapkan pada permasalahan dalam memutuskan apakah proses pembaharuan sudah berhasil atau belum dicapai. Penentuan ini berupaya mengukur kecenderungan dalam peningkatan hasil-hasil dalam periode waktu tertentu. Dasar pertimbangannya ialah: (1) Apakah setelah dilakukan pembaharuan ada peningkatan produktivitas dan kepuasan dibandingkan dengan sebelum proses pembaharuan dimulai? (2) Seberapa besar peningkatan/kemunduran yang dihasilkan? dan (3) Berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan dalam peningkatan/kemunduran yang dicapai itu?

Karena itu, di awal pembahasan telah disebutkan bahwa, sebelum menerapkan program pembaharuan, pihak manajemen perlu menetapkan tujuan dan sasaran internal dan eksternal untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan. Upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan regulasi proses feed-back melalui optimalisasi Team Building. Tim building adalah suatu metoda yang dirancang untuk membantu tim beroperasi secara lebih efektif dengan mengevaluasi dan meningkatkan struktur, proses, kepemimpinan, komunikasi, resolusi konflik dan kepuasan masyarakat secara umum.

Page 41: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 22

BAB III

PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2003-2006

(Belajar dari Pengalaman)

A. Kabupaten Bandung dalam Catatan Sejarah

Sejarah mencatat bahwa Kabupaten Bandung lahir tanggal

20 April Tahun 1641 M, di bawah kepemimpinan Bupati Pertama

Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M), dengan pusat

pemerintahan (Ibukota Kabupaten) di Karapyak (Dayeuh Kolot).

Pada masa Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794-

1829) Ibukota Kabupaten Bandung di pindahkan dari Karapyak

(Dayeuh Kolot) ke pinggir sungai Cikapundung atau Alun-alun Kota

Bandung sekarang. Pemindahan Ibukota itu atas dasar perintah

dari Gubernur Jendral Hindia Belanda Daendels tanggal 25 Mei

1810, dengan alasan karena daerah baru tersebut dinilai akan

memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan

wilayah tersebut.

Kabupaten Bandung mulai berkembang pesat setelah

kepala pemerintahan di pegang oleh Bupati Wiranatakusumah IV

(1846-1874). Beliau dikenal sebagai Dalem Bintang, karena telah

mendapat penghargaan dari Pemerintah Hindia Belanda atas jasa-

jasanya dalam membangun Kabupaten Bandung di segala

bidang, di antaranya: Bupati yang progresif dan dianggap

sebagai peletak dasar Master Plan Kabupaten Bandung, yang

disebut Negorij Bandoeng; Mendirikan Pendopo Kabupaten

Bandung dan Mesjid Agung (1850); Memprakarsai pembangunan

Sekolah Raja (Pendidikan Guru) dan mendirikan sekolah untuk para

menak (Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren).

Pada masa pemerintahan RAA Martanegara (1893-1918),

kota Bandung sebagai Ibukota Kabupaten Bandung berubah

statusnya menjadi Gementee (Kotamadya). Kemudian pada masa

transisi kehidupan politik Orde Lama ke Orde Baru adalah Kolonel

Masturi. Pada masa Pimpinan Kolonel R.H. Lily Sumantri tercatat

peristiwa penting yaitu rencana pemindahan Ibukota Kabupaten

Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten Bandung yang semula

berada di Kotamadya Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten

Bandung yaitu daerah Baleendah. Peletakan Batu Pertamanya

Page 42: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 23

pada tanggal 20 April 1974 yaitu pada saat Hari Jadi Kabupaten

Bandung yang ke 333.

Rencana kepindahan Ibukota tersebut berlanjut hingga

jabatan Bupati dipegang oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman

(1980 1985). Atas pertimbangan secara fisik geografis daerah

Baleendah tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai Ibukota

Kabupaten, maka ketika Jabatan bupati dipegang oleh Kolonel

H.D. Cherman Affendi (1985-1990), Ibukota Kabupaten Bandung

pindah ke lokasi baru yaitu Kecamatan Soreang. Dipinggir Jalan

Raya Soreang tepatnya di Desa Pamekaran inilah di Bangun Pusat

Pemerintahan Kabupaten Bandung seluas 24 Ha, dengan

menampilkan arsitektur khas gaya Priangan sehingga kompleks

perkantoran ini disebut-sebut sebagai kompleks perkantoran

termegah di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan perkantoran yang

belum rampung seluruhnya dan dilanjutkan oleh bupati berikutnya

yaitu Kolonel H.U. Djatipermana, sehingga pembangunan tersebut

dirampungkan dalam kurun waktu 1990-1992.

PadaTahun 2007, di bawah kepemimpinan Bupati H. Obar

Sobarna, menata kembali pembangunan sumber daya manusia di

Kabupaten Bandung, seperti yang pernah dirintis pada jaman

Bupati Wiranatakusumah IV, dengan merancang kembali

pembangunan bidang pendidikan melalui Master Plan Pendidikan

Tahun 2008-2025, sebagai penguat Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Kabupaten Bandung Tahun 2008-2025.

Gambaran wilayah Kabupaten Bandung sebelum

dimekarkan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten

Bandung secara geografis terletak pada: 6o 41’ – 7o 19’ Lintang

Selatan dan diantara 107o 22’ – 108o 5’ Bujur Timur. Luas Wilayah

Kabupaten Bandung ± 307.061 Ha, terbagi ke dalam 45 wilayah

administrasi kecamatan, 431 desa dan 9 kelurahan.

Topografi sebagian besar adalah pegunungan. Di antara

puncak-puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung

Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076m) di

perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan

terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m),

serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249

m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut.

Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bandung sebelum

pemekaran (Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Angka

Rata-rata Sekolah, Daya Beli, dan Indeks Pembangunan Manusia),

sejak Tahun 2003 sampai dengan 2006 senantiasa menunjukkan

peningkatan.

Page 43: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 24

Tabel 3.1

Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bandung Sebelum Pemekaran

NNoo KKoommppoonneenn 22000033 22000044 22000055 22000066

11 AAnnggkkaa HHaarraappaann HHiidduupp ((AAHHHH)) 6655,,44 tthhnn 6655,,8855 tthhnn 6666,, 2233 tthhnn 6666,,9966 tthhnn

22 AAnnggkkaa MMeelleekk HHuurruuff ((AAMMHH)) 9977,,5533 %% 9988,,2233 %% 9988,,6655 %% 9988,,7700 %%

33 RRaattaa--rraattaa LLaammaa SSeekkoollaahh ((RRLLSS)) 77,,6655 tthhnn 88,,0033 tthhnn 88,,2266 tthhnn 88,,3399 tthhnn

44 DDaayyaa BBeellii RRpp.. 553300..220000 RRpp.. 553344..332200 RRpp.. 553366..449900 RRpp..

554411..993300

55 IIPPMM 6677,,5500 6688,,5522 6699,,1166 7700..1111

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Tahun 2006 sebesar 5,65

persen, lebih besar dibanding Tahun 2005 sebesar 5,01 persen.

Grafik 3.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Sebelum Pemekaran

Dilihat dari penghasilan yang diterima oleh penduduk yang

bekerja, maka 303.025 orang (44,35%) memperoleh gaji kurang dari

500.000; 255.058 orang (23,33%) menerima gaji antara 500.000-

749.999; 233.409 orang (23,88%) menerima gaji 750.000 – 999.999;

83.291 orang (6,46%) menerima gaji 1.000.000-1.500.000; 108.873

orang (1,97%) menerima gaji di atas 1.500.000.

Tabel 3.2

Prosentase Penduduk Kabupaten Bandung Usia 10 tahun ke Atas

yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2006

No Jenis Lapangan Usaha Jumlah %

1 Pertanian 407.945 25,86

2 Industri 416.793 26,42

3 Perdagangan 300.656 19,06

4 Jasa 169.703 10,76

5 Lainnya 282.452 17,90

Jumlah 1.577.549 100 Sumber : Suseda 2006

Page 44: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 25

Tabel 3.3

Prosentase Penduduk Kabupaten Bandung 10 tahun ke Atas

yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2006

No Jenis pekerjaan Jumlah %

1 Tenaga Professional 54,177 3.43

2 Tenaga Kepemimpinan dan

Ketatalaksanaan 13,463 0.85

3 Pelaksana dan Tenaga TU 76,951 4.88

4 Tenaga Usaha Penjualan 292,433 18.54

5 Tenaga Usaha Jasa 79,387 5.03

6 Tenaga Usaha Pertanian 390,652 24.76

7 Tenaga Produksi 664,123 42.10

8 Anggota TNI dan Keamanan lainnya 6,363 0.40

Jumlah 1,577,549 100 Sumber : Suseda 2006

Tabel 3.4

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bandung Tahun 2002-2005

Tahu

n

Pajak

Daerah

Retribusi

Daerah

Bagian Laba

Usaha

Daerah

Lain-lain

PAD PAD

Pertum

-buhan

(%)

2002 37.012.000.00

0

30.241.874.00

0 1.333.000.000 7.110.820.000 75.697.694.000 20.53

2003 38.240.500.00

0

37.962.840.50

0 4.114.853.000

10.919.254.00

0 91.237.447.500 31.50

2004 46.190.000.00

0

43.318.739.50

0 6.347.000.000

24.120.265.00

0 119.976.004.000 13.63

2005 52.310.000.00

0

49.093.000.00

0

12.610.200.00

0

22.318.598.00

0 136.331.798.000 -9.22

Sumber: Diolah dari Data Seri Suseda Kabupaten Bandung, Basis Data Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2005.

Pasca pemekaran wilayah berdasarkan UU Nomor: 12 Tahun

2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat, secara

administrasi Kabupaten Bandung luas wilayah Kabupaten Bandung

menyusut menjadi ± 176.239 Ha, dengan laju pertambahan

penduduk (LPP) sebesar 3,2%, jumlah Kecamatan menjadi 30

Kecamatan, dan jumlah Desa/Kelurahan menjadi 266 Desa serta 9

Kelurahan.

Page 45: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 26

Gambar 3.1

Peta Wilayah Administratif Kabupaten Bandung Pasca Pemekaran

Adapun batas-batas administrasi Kabupaten Bandung: (1)

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Subang, (2) Sebelah

Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, (3) Sebelah

Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Cianjur bagian

Selatan, (4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Garut

dan Sumedang. (5) Bagian tengah terletak Kota Bandung dan Kota

Cimahi.

Sarana transportasi terdiri dari Jalan Nasional sepanjang

29.94 Km, Jalan Provinsi sepanjang 176.01 Km dan Jalan

Kabupaten sepanjang 816.07 Km. Tingkat infrastruktur jalan, 60%

kondisi baik dan 40% kondisi rusak, dan sering terjadi kemacetan

pada titik-titik tertentu.

Kebutuhan perumahan yang belum terpenuhi (backlog)

sebanyak ± 178.984 unit rumah; Jumlah timbunan sampah per hari ±

8.322 m3. Dengan kapasitas pengangkutan 11,78%; Desa yang

sudah teraliri listrik sekitar 70,9%; Kapasitas Terpasang 3.017.088 m3

dengan debit rata-rata 98 l/dt yang seluruhnya telah

dimanfaatkan; Prosentase masyarakat yang sudah menikmati air

bersih baru mencapai 55,56%.

B. Kondisi Pendidikan: Sebuah Kenyataan

Sejarah Kabupaten Bandung mencatat bahwa

perkembangan peradaban masyarakat Kabupaten Bandung mulai

berkembang pesat sejak pemerintahan Bupati Wiranatakusumah IV

(1846-1874), yaitu sejak dibukanya Sekolah Guru, sebagai lembaga

Page 46: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 27

penyiapan tenaga pendidik masyarakat agar dapat hidup di masa

depan yang lebih bermakna.

Sesuai kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam

penyelenggaraan pendidikan sejak Tahun 2003 sampai awal Tahun

2006, berikut ini.

1. Pendidikan Pra Sekolah

a. Taman Kanak-Kanak (TK)

Gambaran umum proporsi kelembagaan Taman Kanak-

kanak (TK) di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 tertera pada

table dan grafik berikut. Tabel 3.5

Proporsi Kelembagaan pada TK Kabupaten Bandung 2003-2006

TK Tahun

Negeri % Swasta %

2003 1 0,33 302 99,99

2004 1 0,31 324 99,99

2005 1 0,27 367 99,99

2006 1 0,26 390 99,99 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006.

0

100

200

300

400

Jum

lah

Tahun

Proporsi Kelembagaan TK

Negeri 1 1 1 1

Sw asta 302 324 367 390

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.2

Proporsi Kelembagaan TK di Kabupaten Bandung 2003-2006

Berdasarkan gambaran pada tabel dan grafik di atas,

menunjukkan bahwa perkembangan kelembagaan TK negeri dari

Tahun 2003 sampai Tahun 2006 tidak mengalami peningkatan, yaitu

hanya satu TK. Jumlah TK yang berstatus swasta setiap tahun

mengalami perubahan yang meningkat dan signifikan. Tingkat

perkembangan jumlah lembaga TK yang berstatus swasta setiap

tahunnya rata-rata mencapai 8,97%.

Pada Tahun 2003 jumlah anak usia 0-6 tahun di Kabupaten

Bandung sebanyak 506908 orang, dari jumlah tersebut yang

Page 47: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 28

mengikuti pendidikan di TK sebanyak 13052 (2,57%) orang, dengan

daya dukung ruang kelas sebanyak 755 kelas. Sedangkan pada

Tahun 2006 dari jumlah anak usia 0-6 tahun sebanyak 553217 orang

yang mengikuti pendidikan di TK sebanyak 15569 (2,81%) dengan

daya dukung 896 ruang kelas. Tabel 3.6

Jumlah Kelas dan Siswa TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

TK

Tahun Kelas Siswa %

Jumlah anak Usia 0-6 tahun

2003 755 13051 2,57 506908

2004 749 13237 2,73 484890

2005 778 14065 2,75 510742

2006 896 15569 2,81 553217

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

.

Grafik 3.3

Jumlah Kelas dan Siswa TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat jumlah anak usia 0-6 tahun yang demikian besar

maka dapat dikemukakan bahwa angka partisipsi di tingkat TK

masih relatif kecil. Rendahnya tingkat partisipasi perlu mendapat

perhatian, dengan komitmen pemerintah harus mendorong

masyarakat dan menyediakan pelayanan pendidikan di tingkat TK

secara lebih masif.

Pada Tahun 2003 jumlah guru TK (Negeri+Swasta) sebanyak

1138 sekolah, dari jumlah tersebut sebanyak 9 (0,79%) TK Negeri dan

1129 (99,21%) TK Swasta. Pada Tahun 2006 jumlah TK sebanyak 1217

sekolah, dari jumlah tersebut sebanyak 8 (0,66%) TK Negeri dan 1209

(99,34%) TK Swasta. Tabel 3.7

Jumlah Guru TK Negeri dan Swasta di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

5000

10000

15000

20000

Jumlah

Tahun

Jumlah Kelas dan Siswa TK

Kelas 755 749 778 896

Siswa 13051 13237 14065 15569

2003 2004 2005 2006

Page 48: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 29

TK

Tahun Negeri % Swasta % Jumlah

2003 9 0,79 1129 99,21 1138

2004 8 0,69 1152 99,31 1160

2005 8 0,68 1162 99,32 1170

2006 8 0,66 1209 99,34 1217 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006.

Melihat data tersebut bahwa penyelengaraan TK hampir

seluruhnya oleh masyarakat/swasta dan hanya sebagian kecil saja

diselenggarakan pemerintah. Melihat fenomena ini pemerintah

harus mengambil peranan dalam pembinaan kelembagaan dan

edukasi agar penyelenggaraan TK memenuhi koridor aspek legal

dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Tabel 3.8

Status Kepegawaian Guru TK di Kabupaten Bandung 2003-2006

TK

PNS DIKNAS PNS NON DIKNAS NON PNS Tahun

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Jumah

2003 147 12,92 26 2,28 965 84,80 1138

2004 150 12,93 26 2,24 984 84,83 1160

2005 62 5,30 0 0,00 1108 94,70 1170

2006 76 5,89 74 5,73 1141 88,38 1291 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data menunjukan bahwa secara umum status Guru TK di

Kabupaten Bandung mayoritas adalah Guru non-PNS. Data Tahun

2006 menunjukan Guru TK yang berstatus PNS Diknas berjumlah 76

(5,89%) orang dan PNS non-Diknas 74 (5,73%) orang sementara

jumlah Guru TK non-PNS sebanyak 1141 (88,38%) orang. Tabel 3.9

Jenjang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

TK Tahun

2003 % 2004 % 2005 % 2006 %

SLTA 386 33.92 393 33.88 276 22.90 258 21.03

SPG 362 31.81 301 25.95 308 25.56 258 21.03

D1 175 15.38 179 15.43 210 17.43 249 20.29

D2 119 10.46 165 14.22 268 22.24 300 24.45

D3 25 2.20 32 2.76 52 4.32 54 4.40

S1 67 5.89 90 7.76 91 7.55 104 8.48

S2 4 0.35 0 0.00 0 0.00 4 0.33

JUMLAH 1138 100 1160 100 1205 100 1227 100 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data pada Tahun 2006 menunjukan jumlah Guru TK sebanyak

1227 orang. Dari jumlah tersebut 258 (21,03%) berpendidikan SLTA,

258 (21,03%) berpendidikan SPG, 249 (20,29%) berpendidikan D1,

300 (24,45%) berpendidikan D2, 54 (4,40%) berpendidikan D3, 104

Page 49: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 30

(8,48%) berpendidikan S1, 4 (0,03%) berpendidikan S2. Dari data

tersebut terlihat bahwa baru 104 (8,4%) saja yang berpendidikan S1.

Fenomena umum menunjukan trend peningkatan kualifikasi

pendidikan di atas 60% berpendidikan Diploma ke atas.

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Jum

lah

Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan Guru TK

2003 386 362 175 119 25 67 4

2004 393 301 179 165 32 90 0

2005 276 308 210 268 52 91 0

2006 258 258 249 300 54 104 4

SLTA SPG D1 D2 D3 S1 S2

Grafik 3.4

Jenjang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa setiap tahun

jumlah Guru TK yang berpendidikan SLTA mengalami penurunan,

sedangkan jumlah guru yang berpendidikan D1, D2, D3 dan S1

setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Tabel 3.10

Latar Belakang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Pendidikan Guru TK

Tahun Keguruan % Non-Keguruan % Jumlah

2003 684 60.58 445 39.42 1129

2004 669 57.67 491 42.33 1160

2005 806 69.36 356 30.64 1162

2006 893 73.26 326 26.74 1219

Jumlah 3052 65.35 1618 34.65 4670 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006.

Page 50: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 31

0

500

1000

Jum

lah

Tahun

Latar Belakang Pendidikan Guru TK

Keguruan 684 669 806 893

Non-Keguruan 445 491 356 326

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.5

Latar Belakang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tabel dan grafik di atas menunjukan gambaran bahwa dari

4670 guru TK, sebanyak 3052 (65,35%) berpendidikan keguruan,

sedangkan sisanya, 1618 (34,65%) masih berlatarbelakang

pendidikan non-keguruan.

b. Roudhotul Athfal (RA)

Gambaran umum penyelenggaraan Roudhatul Athfal (RA) di

Kabupaten Bandung, sejak Tahun 2003 sampai Tahun 2006 berikut

ini. Tabel 3.11

Proporsi Kelembagaan RA di Kabupaten Bandung 2003-2006

RA Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 0 0 116 100 116

2004 0 0 234 100 234

2005 0 0 276 100 276

2006 0 0 327 100 327 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006.

0

100

200

300

400

Jum

lah

Tahun

Proporsi Kelembagaan RA

Negeri 0 0 0 0

Sw asta 116 234 276 327

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.6

Kelembagaan RA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 51: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 32

Data menunjukan bahwa penyelenggaraan RA seluruhnya

oleh masyarakat (swasta). Jumlah kelembagaan RA setiap

tahunnya mengalami peningkatan. Data Tahun 2006 menunjukan

jumlah RA sebanyak 327 lembaga. Hal ini berarti bahwa

pertumbuhan lembaga pendidikan RA cukup pesat seiring dengan

tinginya animo masyarakat dan kesadaran orang tua untuk

memberikan pendidikan sejak dini bagi putra-putrinya.

Tabel 3.12

Jumlah Kelas dan Siswa RA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

RA Tahun

Kelas Siswa %

Jumlah anak Usia 0-6 tahun

2003 357 3939 0,78 506908

2004 447 7760 1,60 484890

2005 536 10641 2,08 510742

2006 676 11897 2,15 553217

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Jum

lah

Tahun

Jumlah Kelas dan Siswa RA

Kelas 357 447 536 676

Sisw a 3939 7760 10641 11897

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.7

Jumlah Kelas dan Siswa RA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Pada Tahun 2003 jumlah anak usia 0-6 tahun di Kabupaten

Bandung sebanyak 506,908 orang, dari jumlah tersebut yang

mengikuti pendidikan di RA sebanyak 3939 (0,78%) orang, dengan

daya dukung ruang kelas sebanyak 357 kelas. Sedangkan pada

Tahun 2006 jumlah anak usia 0-6 tahun sebanyak 553217 orang, dari

jumlah tersebut 11897 (2,15%) orang mengikuti pendidikan di RA

Page 52: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 33

dengan daya dukung 676 ruang kelas. Walaupun pertumbuhan RA

cenderung mengalami peningkatan, tetapi jika dibandingkan

jumlah anak usia 0-6 tahun yang cukup besar jumlahnya maka hal

ini merefleksikan masih sangat kecilnya tingkat partisipasi

masyarakat, maupun pelayanan pendidikan anak usia dini yang

masuk RA. Tabel 3.13

Jumlah Guru RA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

RA Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 0 0 456 100 456

2004 0 0 887 100 887

2005 0 0 1059 100 1059

2006 0 0 1186 100 1186 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Secara umum perkembangan jumlah guru RA di Kabupaten

Bandung mengalami peningkatan yang signifikan. Dari Tahun 2003-

2006 peningkatannya hampir mencapai dua kali lipat. Tabel 3.14

Status Kepegawaian Guru RA di Kabupaten Bandung 2003-2006

RA

Tahun PNS

DIKNAS %

PNS NON

DIKNAS % NON PNS %

Jumlah

2003 7 1,54 0 0 449 98,46 456

2004 7 0,79 0 0 880 99,21 887

2005 26 2,46 0 0 1033 97,54 1059

2006 10 0,84 0 0 1176 99,16 1186 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006.

Berdasarkan data jumlah status guru pada RA, disimpulkan

bahwa: (1) Mayoritas dari Guru RA adalah non PNS yang mencapai

rata-rata 98%. Hal ini mengambarkan bawah masih minimnya Guru

RA yang berstatus PNS; (2) Perkembangan Guru RA yang berstatus

non PNS setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan

sekali, hal ini terlihat dari perkembangan Tahun 2003 sampai 2006;

(3) Untuk Guru RA yang berstatus PNS Diknas mengalami

peningkatan dari Tahun 2003-2005, hanya saja pada Tahun 2006

mengalami penurunan. Tabel 3.15

Jenjang Pendidikan Guru RA Kabupaten Bandung 2003-2006

RA

Tahun 2003 % 2004 % 2005 % 2006 %

SLTA 147 31,01 204 23,86 268 25,28 - -

Page 53: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 34

SPG 204 43,04 138 16,14 112 10,57 - -

D1 47 9,92 165 19,30 190 17,92 - -

D2 39 8,23 193 22,57 258 24,34 - -

D3 3 0,63 152 17,78 55 5,19 - -

S1 9 1,90 3 0,35 177 16,70 - -

S2 25 5,27 0 0,00 0 0,00 - -

Jumlah 474 100.00 855 100.00 1060 100.00 0

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

50

100

150

200

250

300

Jum

lah

Jenjang

Jenjang Pendidikan Guru RA

2003 147 204 47 39 3 9 25

2004 204 138 165 193 152 3 0

2005 268 112 190 258 55 177 0

2006 0 0 0 0 0 0 0

SLTA SPG D1 D2 D3 S1 S2

Grafik 3.8

Jenjang Pendidikan Guru RA di Kabupaten Bandung 2003-2006

Perkembangan guru berdasarkan latar belakang jenjang

pendidikannya dapat disimpulkan bahwa: (1) Secara umum jumlah

guru berpendidikan SLTA pada RA masih banyak, bahkan setiap

tahunnya mengalami peningkatan; (2) Guru RA yang memiliki latar

belakang pendidikan SPG setiap tahunnya terus menurun; (3) Guru

yang berlatar belakang pendidikan D1 dan D2 setiap tahunnya

mengalami peningkatan yang signifikan. Tabel 3.16

Latar Belakang Pendidikan Guru RA di Kabupaten Bandung 2003-2006

RA Tahun

Guru % Non Guru % Jumlah

2003 309 65,19 165 34,81 474 2004 147 17,15 710 82,85 857 2005 126 11,90 933 88,10 1059 2006 - - - - -

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006.

Page 54: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 35

Gambaran umum jumlah guru berdasarkan latar pendidikan

keguruan dan non keguruan pada RA secara umum masih berlatar

belakang pendidikan keguruan pada Tahun 2003, sedangkan

Tahun 2004-2005 mayoritas gurunya bukan berasal dari pendidikan

keguruan.

c. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Gambaran umum penyelenggaraan PAUD di Kabupaten

Bandung, sejak Tahun 2003 sampai Tahun 2006 digambarkan beikut

ini. Tabel 3.17

Penduduk 0-6 Tahun yang Terlayani PAUD di Kabupaten Bandung Tahun 2007

Jumlah penduduk Jumlah Penduduk yg Terlayani

Usia

L % P % Jumlah L % P %

Jumla

h %

0-2 87779 48.06 94880 51.94 182659 2585 2.94 2965 3.13 5550 3.04

2-4 122332 48.43 130271 51.57 252603 8893 7.27 8745 6.71 17638 6.98

4-6 115137 48.77 120952 51.23 236089 17316 15.04 18817 15.56 36133 15.30

Sumber: Subdin PLSPO Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung 2007

0

5000

10000

15000

20000

Jum

lah

Penduduk 0-6 Tahun

Penduduk 0-6 Tahun yang Terlayani PAUD

L 2585 8893 17316

P 2965 8745 18817

0-2 4-Feb 4-6

Grafik 3.9

Penduduk 0-6 Tahun yang Terlayani PAUD di Kabupaten Bandung Tahun 2007

Secara umum jumlah penduduk usia 0-6 tahun pada Tahun

2007 seimbang antara laki-laki dan perempuan. Penduduk usia 4-6

tahun adalah penduduk yang paling banyak terlayani oleh

pendidikan non formal, hal ini terlihat dari bagaimana laki-laki

mencapai 15% begitu juga perempuan yang terlayani dalam usia

406 tahun adalah 15% juga, sehingga jumlah total penduduk usia 4-

06 tahun yang terlayani adalah 15%. Untuk penduduk usia 0-2

ataupun 2-4 tahun yang terlayani oleh pendidikan non formal rata-

rata 3- 6% saja. Berdasarkan data tersebut sekitar 24% saja

penduduk 0-6 tahun yang terlayani oleh pendidikan non formal.

Page 55: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 36

Tabel 3.18

Penduduk 0-6 Tahun yang Tidak Terlayani PAUD

di Kabupaten Bandung Tahun 2007

Jumlah penduduk Jumlah Penduduk yg Tidak terlayani

Usia L % P % Jml L % P % Jml %

0-2 87779 48.06 94880 51.94 182659 78101 88.97 85712 90.34 163813 89.68

2-4 122332 48.43 130271 51.57 252603 107996 88.28 115373 88.56 223369 88.43

4-6 115137 48.77 120952 51.23 236089 95084 82.58 103305 85.41 198389 84.03

Sumber: Subdin PLSPO Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung 2007

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

Jum

lah

Penduduk 0-6 Tahun

Penduduk Usia 0-6 Tahun yang Tidak Terlayani PAUD

L 78101 107996 95084

P 85712 115373 103305

0-2 2-4 4-6

Grafik 3.10

Penduduk 0-6 Tahun yang Tidak Terlayani PAUD Tahun 2007

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada

Tahun 2007 di kabupaten Bandung penduduk yang tidak terlayani

sebagai berikut: Penduduk usia 0-2 tahun paling banyak tidak

terlayani oleh pendidikan non formal hampir 89%, begitu juga

dengan penduduk yang berusia 2-4, atau 4-6 tahun rata-rata 80%

ke atas penduduk yang tidak terlayani. Tabel 3.19

Jumlah Lembaga dan Tenaga Pendidik PAUD di kabupaten Bandung 2007

Jenis Kelamin Kober % TPA % PAUD

posyandu % SPS % Jumlah

Lembaga 305 71.43 5 1.17 55 12.88 62 14.52 427

L 88 82.24 4 3.74 3 2.80 12 11.21 107

P 973 66.51 25 1.71 250 17.09 215 14.70 1463

L + P 1061 67.58 29 1.85 253 16.11 227 14.46 1570

Sumber: Subdin PLSPO Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung 2007

Page 56: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 37

0

200

400

600

800

1000

Jum

lah

Lembaga non Formal

Jumlah Lembaga dan Tenaga Pendidik PAUD

Lembaga 305 5 55 62

L 88 4 3 12

P 973 25 250 215

Kober TPAPAUD

posyanduSPS

Grafik 3.11

Jumlah Lembaga dan Tenaga Pendidik PAUD di Kabupaten Bandung Tahun 2007

Gambaran umum PAUD non formal dapat terlihat sebagai

berikut: (1) Jumlah lembaga pendidikan nonformal mayoritas

adalah keompok bermain, hal ini terlihat dari jumlah lembaga

kelompok bermain hampir 71,43% dari jumlah keseluruhan lembaga

pendidikan PAUD non formal.

Jumlah tenaga pendidik pada lembaga pendidikan PAUD

non formal berdasarkan tabel di atas lebih didominasi oleh tenaga

pendidik yang berasal dari kelompok bermain. (2) Lembaga

pendidikan PAUD nonformal yang paling sedikit di Kabupaten

Bandung adalah lembaga TPA (Tempat Penitipan Anak) yaitu

hanya 5 lembaga atau 1,17% saja.

Sebagaimana gambaran yang dipaparkan di atas

menunjukkan sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Sampai

di penghujung Tahun 2007, jumlah anak usia 0-6 tahun di

Kabupaten Bandung yang paling banyak (tinggi) terdapat di

Kecamatan Baleendah yaitu 25.520 orang; Wilayah kecamatan

yang angka partsispasi pendidikan pra sekolah yang cukup tinggi

adalah Cileunyi, Margahayu, Rancaekek, Baleendah, Katapang.

Wilayah yang jumlah TK-nya cukup banyak adalah Cileunyi,

Margahayu, Rancaekek, Baleendah, Cimenyan, Margaasih. Jumlah

kelembagaan pendidikan pra sekolah yang cukup banyak

terdapat di Kecamatan Cileunyi, Margahayu, Margaasih,

Katapang, Rancaekek, Baleendah, Cimenyan. Sebaran guru

banyak terdapat di Kecamatan Cileunyi, Margahayu, Katapang,

Rancaekek, Baleendah. Di kecamatan tersebut APK/APM juga

relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya (Lihat Tabel dan

Grafik Kondisi Umum Pendidikan di Kabupaten Bandung 2003-2006

Page 57: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 38

pada lampiran). Di Kecamatan Baleendah dengan jumlah

penduduk usia 0-6 tahun paling banyak (25.520 orang), tetapi

tingkat partispasinya tergolong sangat rendah (616 orang).

Di samping gambaran kauntitatif tersebut, dari hasil survey

menunjukkan gambaran kualitatif bahwa kondisi TK/RA pada Tahun

2007 hampir 98,61 persen lembaga pendidikan pra sekolah dikelola

oleh masyarakat (swasta), dan sisanya sebesar 1,40 persen dikelola

oleh pemerintah. Jumlah lembaga pendidikan pra sekolah yang

ada paga pendidika pra sekolah adalah tercatat 430 yang

tersebar di 275 desa. Jika dirata-ratakan maka tiap desa ada 1

sampai 2 lembaga. Sebaran lembaga pendidikan pra sekolah

yang paling sedikit penyebarannya ada di Kecamatan Ibun,

Cikancung dan Cilengkrang. Dari jumlah tersebut, masih ada

lembaga yang belum memiliki ijin operasional tapi sudah

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Alasannya karena

sangat rumitnya mengurus perijinan. Sehingga masalah ini

cenderung diabaikan. Namun dari dinas terkait, bagi lembaga

yang belum memiliki ijin operasional terus didorong agar mengurus

perijinannya, sehingga keberadaannya tersebut legal secara

formal.

Kondisi tenaga pengajar atau guru yang mengajar di

lembaga pendidikan pra sekolah sebagian besar berstatus sebagai

guru honorer atau guru yayasan. Hanya sebagian kecil saja guru

pendidikan pra sekolah yang berstatus sebagai PNS. Sedangkan

latar belakang pendidikan sudah cukup banyak guru

berpendidikan sampai dengan D2 PGTK. Namun banyak juga

yang berijazah SMA/Aliyah. Untuk mengatasi pendidikan guru

pendidikan pra sekolah, mereka diharapkan mengikuti program

penyetaraan atau mengikuti pembinaan yang dilakukan di gugus-

gugus secara rutin. Untuk tenaga administrasi dan kepala sekolah

di lembaga pendidikan pra sekolah kebanyakan dijabat rangkap

oleh guru.

Ketersediaan sarana dan prasarana dalam

penyelenggaraan pendidikan pra sekolah pun belum memadai.

Bahkan di beberapa kecamatan bangunan yang ada berupa

rumah yang dijadikan tempat belajar (seperti di Cilengkrang dan

Kertasari). Sehingga tempat dan alat bermain anak sangat kurang.

Ditambah dengan alat peraga yang sifatnya edukatif rata-rata

masih kurang memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran.

Pembiayaan bagi operasional pendidikan pra sekolah lebih

banyak mengandalkan sumbangan dari orang tua siswa. Terutama

lembaga-lembaga yang dikelola oleh Yayasan/Swasta. Sehingga

Page 58: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 39

pemenuhan sarana dan prasarana yang mendukung proses

pembelajaran terasa lambat. Karena itu, mereka berharap

Pemerintah Daerah melalui Dinas terkait mau peduli dengan

memberikan bantuan untuk perbaikan dan pengadaan

sarana/prasarana termasul Alat Peraga Edukatif (APE), khususnya

bagi lembaga pendidikan pra sekolah yang dikelola

yayasan/swasta, seperti BOS yang ada di SD atau SMP. Sehingga

masyarakat pun akan semakin termotivasi untuk mengikutsertakan

anaknya pada pendidikan anak usia dini.

Gambaran tersebut menunjukkan bahwa jika menilik jumlah

penduduk usia 0-6 tahun yang cukup tinggi di setiap kecamatan

tetapi angka partisipasi sekolahnya masih rendah. Hal ini amat

terkait dengan pemahaman masyarakat dan pemerintah tentang

jenis kelembagaan pendidikan pra sekolah yang dibangun di

setiap kecamatan yang masih belum proporsional dengan jumlah

penduduk usia 0-6 tahun.

2. Pendidikan Dasar

a. Sekolah Dasar (SD)

Gambaran umum tentang kelembagaan SD di Kabupaten

Bandung Tahun 2003-2006 dapat dilihat pada tabel dan grafik

sebagai berikut.

Tabel 3.20

Jumlah Kelembagaan SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SD

Tahun Negeri % Swasta % jumlah

2003 2140 98,57 31 1,42 2171

2004 2138 98,29 37 1,70 2175

2005 2134 98,02 43 1,97 2177

2006 2132 98,06 42 1,93 2174 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 59: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 40

0

500

1000

1500

2000

2500

Jum

lah

Tahun

Perkembangan Kelembagaan SD

Negeri 2140 2138 2134 2132

Sw asta 31 37 43 42

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.12

Perkembangan Kelembagaan SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Berdasarkan data tersebut proporsi penyelenggaraan

kelembagaan SD sebagian besar berstatus negeri (lebih dari 98%),

sementara sebagian kecil (>1%) diselenggarakan oleh

masyarakat/swasta. Tabel 3.21

Jenis Kelamin Siswa SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SD Tahun

L % P % Jumlah

2003 250.723 50.87 242.128 49.13 492.851

2004 251.247 50.90 242.331 49.10 493.578

2005 257.941 50.98 248.073 49.02 506.014

2006 269.689 51.10 258.053 48.90 527.742 Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

220000

230000

240000

250000

260000

270000

Jum

lah

Tahun

Jenis Kelamin Siswa SD

L 250723 251247 257941 269689

P 242128 242331 248073 258053

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.13

Page 60: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 41

Jenis Kelamin Siswa SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Dilihat dari aspek gender, perbedaan jumlah siswa laki-laki

dan perempuan yang bersekolah di SD tidak terlalu jomplang.

Pada Tahun 2006 jumlah siswa laki-laki relatif lebih besar dari

perempuan, yaitu 269.689 (51,10%) dari 527.742 siswa SD, sementara

siswa perempuan sebanyak 258.053 (48,90%). Tabel 3.22

Jumlah Kelas dan Siswa SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SD

Tahun Siswa Kelas

Jumlah rata-rata siswa setiap kelas

2003 492851 15516 31.76

2004 493578 15368 32.12

2005 506014 15058 33.60

2006 527742 15536 33.97

Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

Jum

lah

Tahun

Jumlah Kelas dan Siswa SD

Sisw a 492851 493578 506014 527742

Kelas 15516 15368 15058 15536

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.14

Jumlah Kelas dan Siswa SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat rata-rata jumlah siswa perkelas maka relatif termasuk

katagori baik jika kita mengasumsikan jumlah siswa ideal perkelas

40 orang. Tetapi hal tersebut belum menunjukan fakta aktual

kondisi kelas dan daya tampung yang senyatanya mengingat

bahwa jumlah ruang kelas yang rusak dan tidak dapat

dipergunakan jumlahnya amat besar. Tabel 3.23

Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) SD

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 SD

Tahun Siswa: sekolah

Siswa: Kelas

Siswa: Guru

Kelas: RKM

Kelas: Guru

2003 227:1 32:1 30:1 1:1,23 1:0,77

2004 227:1 32:1 34:1 1:1,24 1:1,07

Page 61: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 42

2005 232:1 34:1 29:1 1:1,29 1: 1,07

2006 223:1 33:1 28:1 1:1,28 1:0,86

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Dengan menjadikan standar satu kelas/rombongan belajar

maksimal 40 siswa per kelas di SD maka rasio siswa/kelas di

Kabupaten Bandung termasuk kategori baik bahkan di bawah

standar maksimal yakni rata-rata 32 siswa perkelas. Demikian pula

rasio siswa/guru menunjukan angka yang cukup ideal bila asumsi

rombel 40 orang setiap kelas. Tabel 3.24

Status Guru SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SD

Tahun GT % GTT % Jumlah

2003 14366 46.87 1921 53.13 16287

2004 13308 92.87 1022 7.13 14330

2005 12548 72.49 4761 27.51 17309

2006 12839 68.40 5932 31.60 18771 Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data terakhir Tahun 2006 menunjukan jumlah guru SD di

Kabupaten Bandung sebanyak 18.771 orang. Dari jumlah tersebut

sebanyak 12.839 (68,40%) orang berstatus guru tetap (GT) dan 5.932

(31,60%) masih berstatus guru tidak tetap (GTT). Tabel 3.25

Penugasan Guru SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SD

Tahun Negeri % Swasta % Jumlah

2003 15979 98.11 308 1.89 16287

2004 13887 97.38 443 2.62 14261

2005 16711 96.55 598 3.45 17309

2006 17719 96.36 670 3.64 18389 Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data terakhir Tahun 2006 menunjukan jumlah guru SD di

Kabupaten Bandung sebanyak 18389 orang. Dari jumlah tersebut,

guru yang bertugas di SD negeri sebanyak 17719 (96,36%) dan di SD

swasta sebanyak 670 (3,64%).

Berdasarkan gambaran sebagaimana dipaparkan di muka,

dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk usia 7-12 tahun

sebaran yang paling banyak terdapat di kecamatan Margahayu,

Margaasih, Pangalengan, Rancaekek, Ciparay, Balendah,

Majalaya, Soreang. Sebaran jumlah SD yang paling banyak

terdapat di Dayeuhkolot, Pangalengan, Cicalengka, Rancaekek,

Page 62: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 43

Ciparay, Pacet, Kertasari, Baleendah, Majalaya, Paseh, Ibun,

Soreang.

SD yang paling sedikit di Cilengkrang dan Cangkuang.

Jumlah siswa SD usia 7-12 Tahun yang paling banyak terdapat di

wilayah Pangalengan, Rancaekek, Ciparay, Baleendah, Majalaya,

dan Soreang. Jumah siswa yang paling sedikit adalah di

Cilengkrang, Nagreg, Rancabali, dan Cangkuang. SD yang berada

di wilayah Kabupaten Bandung saat ini lebih banyak yang dikelola

pemerintah atau biasa disebut SD Negeri dari pada SD yang

dikelola pihak Yayasan/Swasta. Jumlah SD Negeri mencapai

97,08% sedangkan SD Swasta hanya mencapai 2,92% saja. Jika

dirata-ratakan maka tiap desa ada 4 sampai 5 SD. Penyebaran SD

Swasta hanya ada dibeberapa kecamatan saja. Jika

diprosentasekan sebesar 40% dari 30 kecamatan yang ada.

Penyebaran SD swasta yang paling banyak berada di kecamatan

Majalaya, dan Margahayu, selanjutnya kecamatan yang ada SD

swastanya adalah Soreang, Banjaran, Katapang, Ciparay,

Cileunyi, Bojongsoang, Cimenyan, Baleendah, Arjasari dan Ibun.

Sedangkan wilayah yang paling Banyak SDnya adalah kecamatan

Soreang, Baleendah, dan Majalaya.

Jumlah kelas yang paling banyak terdapat di Pangalengan,

Margahayu, Soreang, dan yang paling sedikit terdapat di

Cilengkrang, Nagreg, dan Cangkuang. Kondisi ruang kelas yang

rusaknya paling banyak terdapat di Cilengkrang, Dayeukolot,

Banjaran, Pangalengan, Cimaung, Nagreg, Cikancung, Ciparay,

Kertasari, Baleendah, Paseh, Soreang, Pasirjambu, Ciwidey,

Rancabali, dan Cangkuang. Sebaran jumlah guru SD yang paling

banyak terdapat di Cileunyi, Dayeuhkolot, Pangalengan,

Rancaekek, Ciparay, Baleendah, Majalaya, Soreang, dan yang

paling sedikit terdapat di Kecamaan Cilengkrang, Pameungpeuk,

Nagreg, Kertasari, Ciwidey, Rancabali, dan Cangkuang. Nilai rata-

rata UN-SD yang masuk jajaran tertinggi (≥7,00) adalah Kecamatan

Ciparay, Paseh, Pasirjambu, Cilenyi, Dayeuhkolot, Pameungpeuk,

Arjasari, Rancaekek, Majalaya, Ibun. Wilayah yang kategori paling

rendah (≤6,00) adalah kecamatan Katapang dan Cangkuang.

Kondisi bangunan SD berdasarkan hasil survey (termasuk

ruang kelas) sekitar 50,92% masih dalam keadaan baik dan layak

pakai. Tetapi ada juga gedung yang mengalami rusak ringan

namun masih layak pakai yaitu sebesar 31,89%. Namun ada juga

gedung SD yang mengalami rusak tapi sedang mengalami rehab

yaitu 2,70%. Sedangkan gedung SD yang mengalami rusak berat

cukup banyak yaitu sebesar 14,49%. Gedung atau ruang kelas

Page 63: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 44

yang mengalami rusak berat hampir di setiap kecamatan pasti

ada. Kecamatan yang gedung atau ruang kelasnya paling

banyak mengalami kerusakan adalah Cangkuang, Pasirjambu dan

Pangalengan. Berdasarkan hasil survey ada juga kecamatan yang

SD nya tidak mengalami rusak berat yaitu, Margahayu,

Dayeuhkolot, dan Rancabali.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang belum memadai

merupakan kendala yang menimpa hampir setiap SD.

Ketersediaan WC, ruang perpustakaan, tempat olah raga dan

ruang serbaguna menjadi sulit terwujud bagi sekolah-sekolah yang

hanya mengandalkan bantuan pemerintah saja tanpa mampu

menggali dari masyarakat. Ditambah lagi dengan alat peraga

yang sifatnya edukatif rata-rata masih kurang memenuhi tahapan

ideal. Sehingga untuk mengembangkan proses pembelajaran

yang efektif akan mengalami kesulitan.

Kondisi tenaga pengajar atau guru yang mengajar di SD

sebagian besar berstatus sebagai guru PNSD, yaitu sebesar 67,37%.

Sedangkan sisanya sebesar 32,63 berstatus sebagai guru non PNS

(guru honor, guru swasta, guru kontrak). Sehubungan adanya

peningkatan kualifikasi pendidikan bagi guru SD minimal D2 PGSD,

maka latar belakang pendidikan sudah cukup banyak guru

berpendidikan sampai dengan D2 PGSD (kurang lebih 50,69%).

Bahkan bagi guru yang masih berpendidikan SLTA (kurang lebih

20,61%), secara bertahap diikutkan dalam program penyetaraan

sampai dengan D2. Bahkan diusahakan sampai jenjang S1.

Sementara yang masih D1 berkisar 1,28%. Dan yang berijazah D3

berjumlah 2,23%. Guru yang sudah mencapai tingkat pendidikan S1

berkisar 21,12%. Yang patutu dibanggakan adalah guru SD ada

yang sudah berpendidikan sampai dengan S2 kurang lebih 0,07%.

Dengan demikian tidak ada guru SD yang tidak layak mengajar.

Guru yang ada hanya semi layak sekitar 20,15% dan yang sudah

layak sekitar 79,85%. Mengenai tenaga administrasi di SD masih

dirangkap oleh guru dan Kepala Sekolah. Di beberapa SD masih

kekurangan guru (yang berstatus PNS), terutama guru agama, guru

kesenian, guru keterampilan dan guru olah raga, seperti di

Kecamatan Cikancung, Cilengkrang, Kertasari, Majalaya,

Cicalengka dan Pacet.

b. Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Berkenaan dengan gambaran kelembagaan pendidikan

keagamaan pada jenjang pendidikan dasar dapat dijelaskan

berikut ini. Tabel 3.26

Page 64: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 45

Proporsi Kelembagaan MI Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MI Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 3 1.07 277 98.93 280

2004 3 1.13 262 98.87 265

2005 3 1.15 258 98.85 261

2006 3 1.16 256 98.84 259 Sumber data: diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

50

100

150

200

250

300

Jum

lah

Tahun

Proporsi Kelembagaan M I

Negeri 3 3 3 3

Sw asta 277 262 258 256

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.15

Proporsi Kelembagaan MI Kabupaten Bandung 2003-2006

Data menunjukan bahwa pada Tahun 2006

penyelenggaraan MI hampir seluruhnya diselenggarakan oleh

swasta (98,84%) dan hanya 3 sekolah (1,16%) yang berstatus negeri.

Setiap tahunnya MI berstatus swasta mengalami penurunan dari

Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2006. Tabel 3.27

Penduduk Usia 7-12 Tahun dan Jumlah Siswa MI (Negeri dan Swasta)

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MI Tahun

Penduduk

Usia 7-12

Tahun Negeri % Swasta % Jumlah %

2003 502.092 1063 3.0 34938 97 36.001 7.17

2004 493.566 1098 3.1 34490 97 35.588 7.21

2005 494.384 1134 3.1 35750 97 36.884 7.46

2006 563.195 1194 3.0 38062 97 39.256 6.97 Sumber: diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 65: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 46

0

10000

20000

30000

40000

Jum

lah

Tahun

Jumlah Siswa MI

Negeri 1063 1098 1134 1194

Sw asta 34938 34490 35750 38062

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.16

Penduduk Usia 7-12 Tahun dan Jumlah Siswa MI (Negeri dan Swasta)

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Berdasarkan data diatas maka dari jumlah penduduk usia 7-

12 Tahun, yang bersekolah di MI tidak lebih dari 9%. Jumlah siswa

yang berada di MI negeri lebih kecil dibandingkan dengan siswa

yang berada di MI swasta. Tabel 3.28

Jenis Kelamin Siswa MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MI Tahun

L % P %

Jumlah

(L+P)

2003 18.148 50 17.853 49.59 36.001

2004 17.897 50 17.691 49.71 35.588

2005 18.675 51 18.240 49.41 36.915

2006 19.706 50 19.550 49.80 39.256 Sumber: diolah dari Statistik Penddikan 2003-2006

16000

17000

18000

19000

20000

Jum

lah

Tahun

Jenis Kelamin Siswa M I

L 18148 17897 18675 19706

P 17853 17691 18240 19550

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.17

Jenis Kelamin Siswa MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 66: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 47

Data Tahun 2006 menunjukan bahwa jumlah penduduk usia

7-12 Tahun sebanyak 563.195 orang. Sementara pilihan bersekolah

ke MI baru mencapai 39.256 (8,59%) orang. Tabel 3.29

Jumlah Kelas dan Siswa MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MI Tahun

Siswa Kelas

2003 36.001 1.554

2004 35.588 1.551

2005 36.915 1.568

2006 39.256 1.593

Sumber: diolah dari Profil Pendidikan 2003-2006

0

10000

20000

30000

40000

Jum

lah

Tahun

Jumlah Kelas dan Siswa MI

Sisw a 36001 35588 36915 39256

Kelas 1554 1551 1568 1593

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.18

Jumlah Kelas dan Siswa MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tingkat pertumbuhan siswa yang masuk ke MI diimbangi

dengan semakin bertambahnya jumlah kelas, hal ini terlihat dari

tabel dan grafik peningkatan jumlah kelas dan siswa. Tabel 3.30

Jumlah Rombel MI Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 MI

Tahun Negeri % Swasta %

Jumlah

2003 30 1.93 1.524 98.07 1.554 2004 30 1.93 1.521 98.07 1.551 2005 34 2.17 1.534 97.83 1.568 2006 36 2.26 1.557 97.74 1.593

Sumber: diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 67: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 48

0

500

1000

1500

2000

Jum

lah

Tahun

Jumlah Rombongan Belajar M I

Negeri 30 30 34 36

Sw asta 1524 1521 1534 1557

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.19

Jumlah Rombel MI Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Secara umum pada Tahun 2003 rombel MI negeri ada 30

rombel (1,93%) dan rombel MI swasta sebanyak 1524 rombel

(98,07%). Sedangkan pada Tahun 2006 rombel MI negeri

mengalami kenaikan menjadi 36 (2,26%), dan rombel MI swasta

malah mengalami penurunan menjadi 1557 (97,74%). Tabel 3.31

Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) MI

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MI

Tahun Siswa: sekolah

Siswa: Kelas

Siswa: Guru

Kelas: RKM

Kelas: Guru

2003 129:1 23:1 23:1 1:1,22 1:0,80

2004 134:1 23:1 19:1 1:1,16 1:0,82

2005 141:1 24:1 19:1 1:1,19 1:0,82

2006 151:1 25:1 27:1 1:1,11 1:1,30

Sumber: diolah dari Profil Pendidikan 2003-2006

Melihat rasio yang ada secara keseluruhan dalam katagori

baik. Yang harus menjadi fokus kajian kedepan adalah seberapa

tingginya tingkat partisipasi sekolah penduduk usia 7-12 tahun pada

MI. Secara nyata bahwa masyarakat lebih tertarik untuk bersekolah

di SD dibandingkan di MI. Posisi MI yang selama ini hanya lembaga

alternatif dan pelengkap bagi SD. Selama ini pula bahwa perhatian

pemerintah daerah kurang signifikan terhadap pengelolaan dan

pengembangan MI. Ke depan kebijakan pembangunan

pendidikan di Kabupaten Bandung harus lebih memperhatikan

pengembangan MI mengingat secara yuridis MI memiliki posisi

yang sama dengan SD. Tabel 3.32

Status Guru MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 68: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 49

MI

Tahun Guru Tetap % Guru Tidak Tetap % Jumlah

2003 555 35.02 1030 64.98 1585

2004 714 37.62 1184 62.38 1898

2005 806 42.00 1113 58.00 1919

2006 413 27.51 1088 72.49 1501 Sumber: data diolah dari Statistik Pendidikan 2003-2006

0

200

400

600

800

1000

1200

Jumlah

Tahun

Status Guru MI

Guru Tetap 555 714 806 413

Guru Tidak Tetap 1030 1184 1113 1088

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.20

Status Guru MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Secara keseluruhan status guru MI hampir 60% berstatus guru

tidak tetap (GTT) dan sisanya 30% guru tetap. Perkembangan guru

tetap dari Tahun 2003-2005 mengalami peningkatan, hanya pada

Tahun 2006 menurun, dan guru tidak tetap dari tahun ke tahun

mengalami pluktuasi. Tabel 3.33

Penugasan Guru MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MI Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 40 2.52 1545 97.48 1585

2004 47 2.48 1851 97.52 1898

2005 119 6.91 1800 93.09 1919

2006 105 7.00 1396 93.00 1501 Sumber: data diolah dari Statistik Pendidikan 2003-2006

Page 69: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 50

0

500

1000

1500

2000

Jumlah

Tahun

Penugasan Guru M I

Negeri 40 47 119 105

Sw asta 1545 1851 1800 1396

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.21

Penugasan Guru MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Gambaran umum jumlah guru yang bertugas di MI negeri

jumlahnya 5% dan 95% berada di swasta. Setiap tahun

perkembangan guru yang berada di Negeri mengalami

peningkatan dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2006.

Sedangkan untuk guru yang berada di swasta dari Tahun 2003-

2004 meningkat dan dari Tahun 2005 menurun, kemudian Tahun

2006 kembali naik.

Berasarkan gambaran sebagaimana dipaparkan di muka,

maka dapat ditafsirkan bahwa kondisi MI jauh lebih

memprihatinkan dari masalah yang dihadapi SD. Keadaan

bangunan rusak, perhatian pemerintah terhadap pendidikan

berbasis agama masih kurang teutama dalam hal honorarium guru,

dan kesempatan kerja bagi lulusannya belum terbuka, bantuan

bangunan dan sarana/prasarana masih kurang.

Daerah yang tingkat kerusakan ruang kelas MI yang paling

tinggi (≥ 70%) adalah Kecamatan Cimenyan, Pangalengan,

Cimaung, Nagreg, Baleendah, Soreang, Rancabali, Cangkuang.

Sedangkan jumlah guru MI negeri/tetap secara umum masih sedikit

jumlahnya, kebanyakan berstatus honorer/tidak tetap. Nilai rata-

rata UN-MI yang termasuk kateori tinggi (≥7,00) adalah Kecamatan

Cimenyan, Cilengkrang, Bojogsoang, Margasih, Pangalengan,

Rancaekek, Ciparay, Baleendah, Majalaya, Paseh, Ibun, Ciwidey,

Rancabali. Nilai UN-MI yang paling rendah (≤6,00) adalah

Kecamatan Arjasari (5,70) dan Cangkuang (5,50). Rata-rata UN

paling tinggi diraih Pangalengan (8,61) dan Kecamatan Paseh

(8,50).

c. Paket A (Setara SD)

Page 70: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 51

Berdasarkan hasil survey, keberadaan Paket A yang

dilaksanakan oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) pada

umumnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat banwa hanya ada 11

oleh swasta dan 3 oleh lembaga lain yang melaksanakan proses

kegiatan ini, dengan jumlah murid yang aktif adalah sebanyak 307.

Dari sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing oleh tutor

sebanyak 32 orang yang meliputi 9 orang pamong tetap dan 23

orang tidak tetap , tenaga administrasi sebanyak 33 orang dan

ketersediaan tempat belajar sebanyak 7 unit untuk ruang belajar,

dan 3 untuk tempat praktek.

Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan Paket A ini

hanya ada 7 kecamatan yang mampu menyelenggarakan

kegiatan pembelajaran yaitu di kecamatan Katapang, ciwidey,

Cimenyan, Arjasari, Pacet, Kertasari dan Ibun. Jika dilihat dari total

kecamatan keseluruhan yang ada di Kabupaten Bandung, berarti

ada sekitar 23,3%. Namun demikian, tingkat pencapaian

pendidikan ini dapat diilustrasikan berikut. Tabel 3.34

APK/APM SD Tahun 2003-2006

SD

Tahun

Jumlah

Penduduk

usia 7-12

Tahun

Siswa usia

7-12 Tahun

Jumlah

Siswa SD APK APM

2003 502092 427137 492851 98.16% 85.07%

2004 493566 433472 493578 100% 87.82%

2005 494384 443737 506014 102.35% 89.76%

2006 563195 457168 527759 93.71% 81.17% Sumber: diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tabel 3.35

APK/APM SD + Paket A Tahun 2003-2006 SD+ Paket A

Tahun APK APM

2003 106,13 91,26

2004 107,26 94,07

2005 109,85 96,52

2006 100,73 87,47

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 71: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 52

0

20

40

60

80

100

120

Jumlah

Tahun

APK/APM SD + Paket A

APK 106.13 107.26 109.85 100.73

APM 91.26 94.07 96.52 87.47

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.22

APK/APM SD + Paket A di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data pada Tahun 2006 dalam tabel di atas menunjukan

bahwa pencapaian APM SD+Paket A di kabupaten Bandung

mencapai 87,47%. Hal ini sudah dapat dikategorikan tuntas bila

mengacu pada parameter ketuntasan wajar 6 tahun secara

nasional yakni di atas 85% baik pada SD/MI/setara. Pencapaian

kuantitatif ini mengandung arti bahwa pemerataan pelayanan

pendidikan SD/setara sudah dapat berlangsung dengan baik. Tabel 3.36

APK/APM SD + MI Tahun 2003-2006 SD + MI

Tahun APK APM

2003 105,33 91,21

2004 107,21 54,77

2005 109,81 96,48

2006 109,81 96,48 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

20

40

60

80

100

120

Jumlah

Tahun

APK/APM M I+SD

APK 105.33 107.21 109.81 109.81

APM 91.21 54.77 96.48 96.48

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.23

APK/APM MI+SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat gambaran data APK/APM MI+SD perkembangan

Tahun 2006 telah mencapai 96,48%. Artinya penyelenggaraan

pendidikan pada jenjang MI/SD di Kabupaten Bandung dapat

dikategorikan sudah tuntas.

Page 72: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 53

Tabel 3.37

Angka Melanjutkan SD ke SLTP (SMP dan MTs) di Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006 Angka Melanjutkan

Tahun SMP MTS SMP+MTS

2003 58,14 1,88 60,02

2004 59,25 2,25 61,50

2005 65,31 2,49 67,80

2006 65,31 2,49 67,80 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

20

40

60

80

100

%

Tahun

SMP

MTS

SMP+MTS

SMP 58.14 59.25 65.31 65.31

MTS 1.88 2.25 2.49 2.49

SMP+MTS 71.24 75.14 82.75 82.75

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.24

Angka melanjutkan SD ke SLTP (SMP dan MTs) di Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006

Selama kurun waktu 2003-2006 angka melanjutkan siswa SD

ke SLTP (SMP dan MTs) menunjukan angka kenaikan yang cukup

signifikan. Tahun 2006 APM SD 67,80 dan MI 96,48 dengan tingkat

melanjutkan ke SLTP mencapai 82,75%. Data menunjukan pula

bahwa siswa sebagian besar melanjutkan ke SMP dengan rata-

rata 62% dan sisanya sekitar 2% melanjutkan ke MTs.

d. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Dimensi pemerataan dan perluasan akses pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006 dapat digambarkan berikut ini. Tabel 3.38

Jumlah Kelembagaan SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMP Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 77 28.10 197 71.90 274

2004 80 28.88 197 71.12 277

2005 80 28.07 205 71.93 285

2006 84 27.01 227 72.99 311 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006

Page 73: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 54

Grafik 3.25

Jumlah Kelembagaan SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa

penyelenggaraan SMP masih dominan pihak masyarakat/swasta.

Data publikasi Tahun 2006 memperlihatkan jumlah SMP negeri 84

buah (27,01% dari seluruh jumlah SMP), sementara SMP swasta

sebanyak 227 buah (72,99% dari seluruh jumlah SMP).

Perkembangan jumlah SMP swasta bahkan relatif lebih cepat dan

dinamis, jika Tahun 2003 sebanyak 197 sekolah maka Tahun 2006

mencapai 227 sekolah, atau terjadi penambahan sebanyak 30

sekolah. SMP negeri pada Tahun 2003 sebanyak 77 sekolah, Tahun

2006 sebanyak 84 sekolah, terjadi penambahan sebanyak 7

sekolah. Tabel 3.39

Penduduk Usia 13-15 Tahun dan Siswa SMP (Negeri dan Swasta) Tahun 2003-2006

SMP

Tahun

Jumlah

penduduk usia

13-15 tahun Negeri % Swasta % Jumlah %

2003 228.612 72.779 59.28 49.994 40.72 122.773 53.70

2004 206.656 73.283 58.66 51.637 41.34 124.920 60.45

2005 206.988 77.864 58.27 55.761 41.73 133.625 64.56

2006 269.831 82.803 57.32 61.649 42.68 144.452 53.53 Sumber: Diolah dari Propil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung tahun 2003-2006

Page 74: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 55

Grafik 3.26

Jumlah Siswa Berdasarkan Status SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data menunjukan perkembangan terakhir Tahun 2006 dari

269.831 jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang bersekolah di SMP

sebanyak 144.452 orang (53,53%). Siswa SMP negeri lebih banyak

dibanding dengan di SMP Swasta. Tabel 3.40

Jenis Kelamin Siswa SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Siswa Tahun

L % P % Jumlah

2003 60.689 49.43 62.084 50.57 122.773

2004 61.601 49.31 63.319 50.69 124.920

2005 66.196 49.54 67.429 50.46 133.625

2006 71.132 49.24 73.325 50.76 144.457

Jumlah 259.618 49.38% 266.157 50.62% 525.775 Sumber: Diolah dari Propil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.27

Jumlah Siswa SMP Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

Pada Tahun 2006 dari 144.457 siswa SMP tercatat siswa laki-

laki sebanyak 71.132 orang (49,24%), siswa perempuan 73.325 orang

(50,76%). Total penduduk laki-laki yang bersekolah di SMP sejak

kurun waktu Tahun 2003-2006 sebanyak 259.618 (49,38%) dan

penduduk perempuan sebanyak 266.157 (50,62%). Tabel 3.41

Guru SMP Berdasarkan Sekolah Tempat Bekerja di Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006

Page 75: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 56

SMP Tahun

Negeri % Swasta %

Jumlah

2003 3825 48.49 4063 51.51 7888

2004 3851 47.59 4241 52.41 8092

2005 4019 47.84 4382 52.16 8401

2006 4155 46.48 4784 53.52 8939

Sumber: Diolah dari Propil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006

0

2000

4000

6000

Jumlah

Tahun

Jumlah Guru SMP Berdasarkan Sekolah Tempat Bekerja

Negeri 3825 3851 4019 4155

Swasta 4063 4241 4382 4784

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.28

Jumlah Guru SMP Berdasarkan Sekolah Tempat Bekerja di Kabupaten Bandung

Tahun 2003-2006

Sebaran guru antara SMP Negeri dan SMP Swasta pada

Tahun 2006 terdapat perbedaan yang relatif signifikan yaitu

sejumlah 4.155 orang (46,48%) : 4.784 orang (53,52%), bila

dibandingkan dengan jumlah siswa negeri dan swasta yang pada

Tahun 2006 berjumlah 82.803 (57,32%) dan 61.649 (42,68%) terdapat

ketidaksamaan rasio jumlah guru dan murid dimana pada SMP

negeri perbandingan siswa dengan guru lebih besar dibandingkan

SMP Swasta. Tabel 3.42

Status Kepegawaian Guru SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMP Tahun

GT % GTT % Jumlah

2003 3313 42.00 4575 58.00 7888

2004 3271 40.42 4821 59.58 8092

2005 3202 38.11 5199 61.89 8401

2006 3207 35.88 5732 64.12 8939

2007 3116 46.75 3549 53.25 6665 Sumber: Propil dan statistik pendidikan kabupaten Bandung 2003-2006

Page 76: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 57

Grafik 3.29

Status Kepegawaian Guru SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Proporsi jumlah GT dan GTT selalu didominasi oleh guru tidak

tetap dimana pada perkembangan terakhir perbandingan

diantara keduanya adalah 46,75 % berbanding 53,25 %. Tabel 3.43

Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru)SMP

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2004

SMP Tahun

Siswa:

sekolah

Siswa: Kelas Siswa: Guru Kelas: RKM Kelas: Guru

2003 448:1 42:1 16:1 1:1.30 0.37

2004 343:1 40:1 14:1 1:1.28 0.34

2005 358:1 41:1 14:1 1:1.24 0.34

2006 358:1 41:1 14:1 1:1.24 0.34 Sumber: Propil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006

Melihat rasio yang ada maka dapat disimpulkan bahwa

kondisi ketersediaan dan kecukupan sarana dan ketenagaan yang

bersifat mendasar seperti gedung sekolah, ruang kelas, guru, relatif

proporsional.

Berdasarkan gambaran seperti dipaparkan di muka, dapat

ditambahkan bahwa sebaran jumlah siswa SMP yang banyak

terdapat di Kecamatan Margahayu, Dayeuhkolot, Cicalengka,

Banjaran, Rancaekek, Ciparay, Baleendah, Majalaya, Soreang.

Sebaran yang paling rendah di kecamatan Cimenyan,

Cilengkrang, Pameungpeuk, Nagreg, Cikancung, Kertasari,

Pasijambu, Rancabali. Sementara sebaran jumlah SMP yang

termasuk kategori tinggi adalah di wilayah Kecamatan Banjaran,

Rancaekek, Ciparay, Baleendah, Paseh.

Berbeda dengan SD, jumlah SMP lebih banyak berstatus

swasta dibanding dengan Negeri. Hal ini berarti bahwa jumlah SMP

Negeri hanya sebesar 27,59% dan sebaliknya 72,41 SMP Swasta.

Dengan demikian jika dirata-ratakan maka setiap kecamatan ada

1 - 2 SMP Negeri serta setiap kecamatan ada 4 - 5 SMP swasta.

Page 77: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 58

Kecamatan yang paling banyak SMPnya adalah Baleendah,

Ciparay, dan Majalaya.

Disamping itu, ada juga SMP Terbuka, yang sasarannya

adalah masyarakat usia sekolah yang tidak bisa sekolah di SMP

Negeri atau SMP swasta. Jumlahnya berdasarkan hasil survey ada

22 buah. Dimana 68,18% dikelola oleh pemerintah melalui sekolah

negeri. Sementara sisanya sebesar 31,82% dikelola oleh swasta.

Kondisi kerusakan ruang yang termasuk katagori tinggi

adalah di Kecamatan Katapang, Pangalengan, Nagreg,

Rancaekek, Pacet, Baleendah. SMP yang paling rendah tingkat

kerusakannya terdapat di wilayah Kecamatan Bojongsoang,

Margasih, Cimaung, Cicalengka, Soreang. Sedangkan sebaran

jumlah guru yang termasuk tinggi adalah Kecamatan Cileunyi,

Margahayu, Dayeuhkolot, Rancaekek, Ciparay, Baleendah.

Nilai rata-rata UN/NEM/UAS SMP yang termasuk kategori

paling tinggi (≥7,00) adalah Kecamatan Cimenyan (7,03),

Margaasih (7,12), Banjaran (7,29). Sementara yang termasuk

katagori paling rendah (≤6,00) adalah Kecamatan Margahayu

(6,00), Pagalengan (5,24), Arjasari (5,64), Soreang (5,48).

e. Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Dimensi pemerataan dan perluasan akses pendidikan pada

jenjang MTs di Kabupaten Bandung digambarkan berikut. Tabel 3.44

Proporsi Kelembagaan MTs di kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MTs Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 7 4.24 158 95.76 165

2004 7 3.98 169 96.02 176

2005 8 4.42 173 95.58 181

2006 8 4.30 178 95.70 186 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 78: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 59

Grafik 3.30

Proporsi Lembaga MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data Tahun 2006 menunjukan dari 186 MTs yang ada di

Kabupaten Bandung sebanyak 178 (95,70%) diselenggarakan oleh

swasta dan hanya 8 (4,30%) MTs yang berstatus negeri. Dalam kurun

waktu Tahun 2003 - 2006 MTs Negeri bertambah 1 sekolah,

sedangkan MTs swasta bertambah 20 sekolah. Melihat data yang

ada maka kebijakan ke depan diperlukan pembinaan MTs yang

lebih proporsional dan tidak diskriminatif dengan sekolah umum.

Tabel 3.45

Jumlah Siswa MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MTs Tahun

Anak usia

13-15 th Negeri % Swasta % Jumlah %

2003 228.612 3.621 14.09 22.079 85.91 25.700 11.24

2004 206.656 3.821 12.50 26.571 87.43 30.392 14.71

2005 206.988 4.247 12.85 28.805 87.15 33.052 15.97

2006 269.831 4.914 12.66 33.894 87.34 38.808 14.38 Sumber: Diolah dari Propil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.31

Jumlah Siswa MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Dalam kurun waktu Tahun 2003-2006 tergambarkan tingkat

partisispasi bersekolah ke MTs setiap tahunnya tidak lebih dari 16%.

Data terakhir tahun 2006 menunjukan dari 269.831 penduduk

Kabupaten Bandung berusia 13-15 tahun hanya 38.808 (14,38%)

yang melanjutkan sekolahnya ke MTs.

Tabel 3.46

Page 79: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 60

Jenis Kelamin Siswa MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MTs

Tahun

Penduduk

usia 13-15

tahun L % P %

Jumla

h

Siswa

Jumla

h

Kelas

2003 228.612 12.74

4

49.59

12.956

50.41 25.700

678

2004 206.656 15.12

0 49.75 15.272 50.25 30.392 632

2005 206.988 16.21

5

49.06

16.837

50.94 33.052

632

2006 269.831 19.04

7

49.08

19.760

50.92 38.807

632 Sumber: Profil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.32

Jenis Kelamin Siswa MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Secara umum dapat direfleksikan bahwa di MTs jumlah siswa

perempuan lebih besar dibandingkan siswa laki-laki. Dalam kurun

waktu tahun 2003-2006 jumlah siswa perempuan di atas 50% dan

siswa laki-laki di bawah 50%. Tabel 3.47

Penugasan Guru MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2004

MTS Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 230 9.01 2.323 90.99 2.553

2004 207 6.08 3.198 93.92 3.405

2005 271 7.42 3.382 92.58 3.653

2006 271 7.42 3.382 92.58 3.653 Sumber: Profil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 80: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 61

Grafik 3.33

Penugasan Guru MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Pada Tahun 2003 jumlah guru di kabupaten Bandung

berjumlah 2553 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 230 (9,01%)

bertugas di sekolah negeri dan 2323 orang bertugas di sekolah

swasata. Pada tahun 2006 jumlah guru sebanyak 3653 orang, dari

jumlah tersebut sebanyak 271 (7,42%) bertugas di sekolah negeri

dan 3882 (92,58%) bertugas di sekolah negeri. Tabel 3.48

Status Kepegawaian Guru MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MTs Tahun

GT % GTT % Jumlah

2003 264 10.34 2289 89.66 2553

2004 300 8.81 3105 91.19 3405

2005 327 8.95 3326 91.05 3653

2006 327 8.95 3326 91.05 3653 Sumber: Diolah dari Profil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.34

Status Kepegawaian Guru MTs Berdasarkan di Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

Page 81: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 62

Sebagian besar guru MTs berstatus GTT Tahun 2006 GTT

tercatat sebanyak 3326 (91,05%), sementara GT sebanyak 327

(8,95%).

Tabel 3.49

Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) MTs

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MTS

Tahun Siswa:

sekolah

Siswa:

Kelas

Siswa:

Guru

Kelas:

RKM

Kelas:

Guru

2003 156:1 38:1 10:1 1:1.08 1:0.27

2004 343:1 40:1 14:1 1:1.28 1:0.34

2005 358:1 41:1 14:1 1:1.24 1:0.34

2006 358:1 41:1 14:1 1:1.24 1:0.34 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat data diatas dapat diasumsikan bahwa fasilitas jumlah

sekolah, kelas dan ruang gerak siswa sudah relatif baik dan

proporsional.

Gambaran kuantitatif tersebut sangat berbeda dengan

kondisi riil di lapangan. Hasil survey menunjukkan bahwa sebaran

jumlah siswa MTs yang termasuk kategori paling tinggi adalah di

Kecamatan Arjasari, Ciparay, Pacet, Soreang. MTs yang termasuk

Kategori paling sedikit adalah Kecamatan Margahayu,

Dayeuhkolot, Cimaung, solokanjeruk, Ibun, Pasijambu, Rancabali,

Cangkuang.

Tingkat kerusakan gedung/ruang kelas MTs yang termasuk

kategori paling tinggi terdapat di Kecamatan Margaasih,

Dayeuhkolot, Pangalengan, Arjasari, Ciparay, Baleendah,

Solokanjeruk, Paseh, Ibun, Ciwidey. MTs yang termasuk kategori

paling rendah tingkat kerusakanya adalah Kecamatan

Margahayu, Pameungpeuk, Cicalengka, Majalaya.

Nilai rata-rata UN/UAS/NEM yang termasuk kategori paling

tinggi (≥7,00) adalah Kecamatan Cileunyi (7,95), Dayeuhkolot

(7,00), Pameungpeuk (7,00), Cikancung (8,50). Yang termasuk

kategori paling rendah (≤6,00) adalah Kecamatan Pangalengan,

Cimaung.

Sedangkan capaian APK/APM MTs yang termasuk kategori

paling tinggi adalah Kecamatan Bojongsoang, Arjasari, Pacet,

Soreang, Ciwidey. Sedangkan yang termasuk kategori paling

rendah adalah Kecamatan Cileunyi, Cimenyan, Margahayu,

Margaasih, Katapang, Dayeuhkolt, Pangalengan, Cimaung,

Rancaekek, Baleendah, Majalaya, Solokanjeruk, Paseh, Ibun,

Page 82: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 63

Pasirjambu, Rancabali, Cangkuang. Angka melanjutkan MTs yang

termasuk kategori tinggi adalah di Kecamatan Cileunyi,

Cilengkrang, Baleendah, Majalaya, Soreang, dan Cangkuang.

f. Paket B (Setara SMP)

Berdasarkan hasil survey, keberadaan Paket B yang

dilaksanakan oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) pada

umumnya masih rendah, hal ini dapat dilihat banwa hanya ada 3

oleh Negeri, 28 oleh swasta dan 7 oleh lembaga lain yang

melaksanakan proses kegiatan ini, dengan jumlah murid yang aktif

adalah sebanyak 1227 orang se Kabupaten Bandung. Dari

sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing oleh tutor

sebanyak 214 orang yang meliputi 142 orang pamong tetap dan 72

orang tidak tetap, tenaga administrasi sebanyak 24 orang dan

ketersediaan tempat belajar untuk kegiatan ini sebanyak 36 unit

untuk ruang belajar, dan 9 untuk tempat praktek.

Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan Paket B ini

hanya ada 18 kecamatan yang mampu menyelenggarakan

kegiatan pembelajaran yang di dalam prosesnya diberikan

pengetahuan dan keterampilan yang sesuia dengan

kebutuhannya, yaitu di kecamatan Pasirjambu, pamengpeuk,

Soreang, Katapang, Margaasih, Ciwidey, Ciparay Cileunyi,

Cimenyan, Arjasari, Rancabali, Pangalengan, Pacet, Majalaya,

Kertasari, Ibun, Cilengkrang, dan Solokanjeruk. Jika dilihat dari total

kecamatan keseluruhan yang ada di Kabupaten Bandung yaitu

sebanyak 30 kecamatan, berarti ada sekitar 60 % Kecamatan yang

menyelengarakan pendidikan ini, oleh karena itu diharapkan

pemerintah dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada

kecamatan yang belum menyelenggarakan kegiatan Paket B agar

pada setiap kecamatan terdapat penyelenggaraan Paket B.

Secara umum, permasalahan yang muncul berkenaan

dengan kesadaran akan minat warga untuk mengikuti

pembelajaran Paket B ini masih kurang, kurangnya alat peraga

edukatif, modul yang tersedia tidak sesuai dengan kondisi,

kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan

Paket B, belum adanya pembinaan manajemen/SDM, serta

keterbatasan dana yang sangat minim bagi terciptanya proses

dan hasil pendidikan yang berkualitas.

Berdasarkan gambaran faktual dari keenam jenis

kelembagaan pendidikan dasar tersebut dapat disimpulkan

bahwa proses penyelenggaraan pendidikan dasar bagi

Page 83: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 64

masyarakat masih memerlukan perhatian semua pihak. Tingkat

pencapaian pendidikan dasar dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 3.50

APK/APM/AM SLTP (SMP+MTs+ Paket B) ke SLTA

SLTP Tahun

APK APM AM (ke SLTA)

2003 66.23 50.03 40,28

2004 76.45 54.77 40,05

2005 80.87 63.66 46,35

2006 68.87 54.06 46,35 Sumber: Diolah dari Propil Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006

Grafik 3.35

APK/APM/AM SLTP (SMP+MTs+ Paket B) ke SLTA

Data Tahun 2006 menunjukan angka APK 68,87%, APM 54,06

% dan AM 46,35%. Capaian ini masih belum signifikan bila akan

mengejar target penuntasan wajar 9 tahun. Kondisi ini

mengisyaratkan belum optimalnya peningkatan partisispasi

masyarakat dalam pendidikan.

3. Pendidikan Menengah

a. Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pemerataan dan perluasan akses pendidikan pada jenjang

SMA Tahun 2003-2006 berikut ini. Tabel 3.51

Jumlah SMA di Kabupaten Bandung tahun 2003-2006 SMA

Tahun Negeri % Swasta %

Jumlah

2003 22 21 85 79 107

2004 23 21 89 79 112

Page 84: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 65

2005 28 22 100 78 128

2006 32 23 107 77 139

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.36

Jumlah SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tahun 2003 Jumlah SMU di Kabupaten Bandung sebanyak

107 sekolah, terdiri dari 22 (21%) SMU Negeri dan 85 (79%) SMU

Swasta. Sedangkan pada tahun 2006 Jumlah SMU di Kabupaten

Bandung 139 sekolah, terdiri dari 32 SMU Negeri dan 107 SMU

Swasta. Dalam periode 2003-2006 terjadi penambahan SMU

sebanyak 32 sekolah (Negeri bertambah 10 sekolah, Swasta 22

sekolah). Tabel 3.52

Penduduk Usia 16-18 Tahun dan Jumlah Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006

SMA Tahun

Usia 16-18 Tahun Negeri % Swasta %

Jumlah %

2003 308240 17932 45 22064 55 39996 13

2004 294739 18469 47 21016 53 39485 13

2005 311347 20849 47 23629 53 44478 14

2006 242236 22647 47 25379 53 48026 20

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung tahun 2003-2006

Grafik 3.37

Jumlah SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tabel 3.53

Jenis Kelamin Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tahun SMA Jumlah

Page 85: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 66

L % P %

2003 19129 48 20867 52 39996

2004 18778 48 20707 52 39485

2005 21201 48 23277 52 44478

2006 22504 47 25522 53 48026

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.38

Jenis Kelamin Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Pada Tahun 2006 dari 48.026 siswa SMA tercatat siswa laki-laki

sebanyak 22.504 orang (47%), siswa perempuan 25.522 orang (53%).

Total penduduk laki-laki yang bersekolah di SMA sejak kurun waktu

Tahun 2003-2006 sebanyak 81.612 (47.45%) dan penduduk

perempuan sebanyak 90.373 (52,55%). Tabel 3.54

Rombel SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 SMA

Tahun Negeri Swasta Jumlah

2003 412 541 953

2004 440 549 989

2005 486 666 1152

2006 554 694 1248

Sumber: diolah dari Statistik Penddikan Kabupaten Bandung 2003-2006

Grafik 3.39

Rombongan Belajar Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik tersebut menunjukkan gambaran bahwa romongan

belajar pada tingkat SMA memang tiap tahun ada kenaikan,

Page 86: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 67

namun kenaikan tersebut belum begitu signifikan apabila dilihat

dari jumlah lulusan dari pendidikan dasar. Tabel 3.55

Jumlah Kelas dan Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 SMA

Tahun Kelas Siswa

2003 932 39996

2004 962 39485

2005 1133 44478

2006 1232 48026

Sumber: diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006

Grafik 3.40

Jumlah Kelas dan Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Secara umum perkembangan jumlah kelas dan siswa setiap

tahun mengalami peningkatan, hal ini menunjukan tingkat

partisipasi dan angka melanjutkan ke SLTA menunjukan

kecenderungan meningkat. Tabel 3.56

Penugasan Guru SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 SMA

Tahun Negeri % Swasta %

Jumlah

2003 1180 37 2034 63 3214

2004 1206 37 2029 63 3235

2005 1407 38 2318 62 3725

2006 1503 37 2571 63 4074

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.41

Penugasan Guru SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 87: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 68

Dari tabel di atas bisa dicermati bahwa perkembangan

terakhir Tahun 2006 guru yang bertugas di SMA Negeri sebanyak

1503 orang, dan di SMA Swasta 2571 orang. Hal ini logis mengingat

lebih banyak SMA Swasta dibandingkan SMA Negeri. Tabel 3.57

Status Kepegawaian Guru SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Status Tahun

GT % GTT % Jumlah

2003 1267 39 1947 61 3214

2004 1178 36 2057 64 3235

2005 1144 31 2581 69 3725

2006 1195 29 2879 71 4074

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.42

Status Kepegawaian Guru SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Berdasarkan data jumlah status kepegawaian guru pada

SMA, disimpulkan bahwa 1) Mayoritas guru SMA berstatus guru tidak

tetap (GTT). Tahun 2003 GTT sebanyak 1947 (61%) dan Tahun 2006

sebanyak 2879 (71%). Hal ini mengambarkan bawah masih

minimnya guru SMA yang berstatus guru tetap (GT). Perkembangan

guru yang berstatus GTT setiap tahunnya cenderung terus

meningkat, hal ini terlihat dari trend Tahun 2003 sampai 2006.

Tabel 3.58

Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) SMA

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMA

Tahun Siswa:

sekolah

Siswa:

Kelas

Siswa:

Guru

Kelas:

RKM

Kelas:

Guru

2003)* 275:1 42:1 11:1 1: 0,94 1: 0,26

2004 356:1 40:1 12:1 1:1.05 1:1.06

2005 269:1 37:1 11:1 1:1.09 1:0.28

2006 340:1 38:1 12:1 1:1.01 1:0.31 Sumber: Data diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006

Page 88: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 69

Ket: )*Data tahun 2003 gabungan SMA+MA

Melihat rasio siswa:kelas pada Tahun 2006 dengan rerata 340

siswa persekolah mencapai rerata 38 siswa perkelas dan 1 orang

guru melayani 12 siswa, secara kuantitatif kondisi ini cukup bagus.

Data dari hasil survey 2007 menunjukkan bahwa wilayah

kecamatan dengan jumlah penduduk usia 16-18 tahun termasuk

kategori paling tinggi (≥8000 orang) adalah Kecamatan Margaasih,

Ciparay, Pacet, Baleendah, Majalaya, Paseh. Sedangkan wilayah

kecamatan yang jumlah penduduk usia 16-18 tahun-nya termasuk

kategori paling rendah ( ≤4000 orang) adalah Kecamatan

Pameungpeuk Pangalengan, Arjasari, cimaung, Nagreg,

Cikancung, Ibun, Ciwidey, Rancabali, Cangkuang.

Jumlah siswa SMA terbanyak (≥2000) adalah di Kecamatan

Cileunyi, Margahayu, Banjaran, Cicalengka, Ciparay, Baleendah,

Majalaya. Sedangkan yang termasuk kategori sedikit (≤1000)

adalah diKecamatan Cimenyan, Cilengkrang, Bojongsoang,

Margaasih, Katapang, Pameungpeuk, Cimaung, Nagreg,

Cikancung, Pacet, Kertasari, Paseh, Ibun, Pasirjambu, Rancabali,

Cangkuang. Sedangkan kondisi tingkat kerusakan SMA yang paling

tinggi (≥40%) adalah di Kecamatan Paseh Ibun, Cangkuang.

Sedangkan kondisi tingkat kerusakan SMA yang paling rendah (≤

20%) adalah di Kecamatan Bojongsoang, Banjaran, pameungpeuk,

Arjasari, cicalengka, Rancaekek, Pacet, Majalaya, Solokanjeruk,

Soreang.

Jumlah guru SMA yang paling banyak (≥150 orang) adalah di

Kecamatan Cileunyi, Margahayu, Banajaran, Cicalengka, Ciparay,

Majalaya, Soreang. Sedangkan jumlah guru SMA yang paling

sedikit (≤50 orang) adalah di Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang,

Bojongsoang, Margaasih, Katapang, Cimaung, Pacet, Kertasari,

Ibun, Pasirjambu, Rancabali, Cangkuang.

Rata-rata jumlah UN SMA yang termasuk kategori paling

tinggi (≥7,00) adalah Kecamatan Cileunyi , Margahayu,

Dayeuhkolot, Banjaran, Cicalengka, Ciparay, Solokanjeruk. UN SMA

yang paling rendah (≤5,00) adalah Bojongsoang (4,65), Pasirjambu

(4,56). Capaian APK/APM SMA yang termasuk kategori tertinggi

adalah di Kecamatan Cicalengka, Cileunyi, Margahayu, Bnjaran,

Arjasari. Yang paling rendah adalah Kecamatan Cimenyan,

Cilengkrang, Katapang, Margaasih, Pameungpeuk, Cimaung,

Pacet, Kertasari, Paseh, Ibun, Pasirjambu, Cangkuang.

Namun demikian, tingkat pencapaian pendidikan SMA

dalam kurun empat tahun terahir, dapat dilihat pada tabel dan

grafik di bawah ini.

Page 89: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 70

Tabel 3.59

APK/APM SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMA SLTA Tahun

APK APM APK APM

2003 17.94 12,63 20.77 14.95

2004 13.40 9.17 22.02 16.00

2005 14.25 9.38 22.35 15.56

2006 19.78 13.42 30.91 22.02 Sumber: Data diolah dari Profil penddikan 2003-2006

Grafik 3.43

APK/APM SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Mencermati data yang ada tergambarkan bahwa APK/APM

SMA di Kabupaten Bandung masih rendah, capaian APK/APM

tertinggi Tahun 2006 yakni APK 19,78 dan APM 13,42 (dengan

pencapaian APK/APM SLTA 20.77). Kedepan harus terus

diprogramkan pencapaian minimum tingkat pendidikan bagi

warga Kabupaten Bandung, semakin tinggi partisipasi pendidikan

pada jenjang yang lebih tinggi maka akan semakin baik

keterdidikan/keterpelajaran masyarakat.

b. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Pemerataan dan perluasan akses pendidikan pada jenjang

SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 digambarkan

sebagai berikut. Tabel 3.60

Jumlah Kelembagaan SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMK Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 5 9 51 91 56

2004 5 9 52 91 57

2005 7 11 54 89 61

2006 7 11 59 89 66 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung tahun 2003-2006

Page 90: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 71

Grafik 3.44

Perkembangan SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Pada Tahun 2006 Jumlah SMK di Kabupaten Bandung 66

sekolah, 7 SMK Negeri dan 59 SMK Swasta. Selama kurun waktu

Tahun 2003 sampai Tahun 2006 terjadi pertambahan SMK yakni dari

56 SMK tahun 2003 mencapai 66 SMK atau bertambah 10 buah. Tabel 3.61

Penduduk Usia 16-18 dan Siswa SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Jumlah Siswa SMK

Tahun

Penduduk

Usia 16-18

Tahun Negeri % Swasta %

Jumlah %

2003 308240 1703 11 13646 89 15349 4.98

2004 294739 1788 12 13142 88 14930 5.07

2005 311347 2046 13 13547 87 15593 5.01

2006 242236 2455 15 13692 85 16147 6.67 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung tahun 2003-2006

Grafik 3.45

Perkembangan Siswa SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data menunjukan perkembangan terakhir tahun 2006 dari

242.236 jumlah penduduk usia 16-18 Tahun yang bersekolah di SMK

sebanyak 16.147 orang (6,67%). Yang bersekolah di negeri 2.455

(15%) di swasta 13.692 (85%). Dari data tersebut tergambar bahwa

siswa yang bersekolah di SMK negeri jauh lebih sedikit dibanding

dengan di SMK Swasta. Tabel 3.62

Jenis Kelamin Siswa SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tahun Jenis Kelamin Siswa SMK Jumlah

Page 91: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 72

L % P %

2003 10015 65 5334 35 15349

2004 10116 68 4814 32 14930

2005 10385 67 5208 33 15593

2006 9911 61 6236 39 16147 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung tahun 2003-2006

Grafik 3.46

Perkembangan Jenis Kelamin Siswa SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Pada Tahun 2006 dari 16147 siswa SMK tercatat siswa laki-laki

sebanyak 9.911 orang (61%), siswa perempuan 6.236 orang (39%).

Total penduduk laki-laki yang bersekolah di SMK sejak kurun waktu

Tahun 2003-2006 sebanyak 40.427 (65,18%) dan penduduk

perempuan sebanyak 21592 (38,83%). Tabel 3.63

Jumlah Siswa dan Kelas SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMK Tahun

Jumlah Siswa Jumlah Kelas

2003 15349 402

2004 14930 435

2005 15593 492

2006 16147 478 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung tahun 2003-2006

Grafik 3.47

Jumlah Kelas dan Siswa SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat gambaran tabel dan grafik di atas, ada penurunan

jumlah kelas dari Tahun 2005 ke Tahun 2006 sekalipun pada tahun

itu ada kenaikan. Tabel 3.64

Penugasan Guru di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 92: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 73

Guru SMK Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 156 12 1133 88 1289

2004 172 12 1233 88 1405

2005 207 14 1302 86 1509

2006 217 14 1363 86 1580 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.48

Penugasan Guru SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Secara umum perkembangan pertahun jumlah guru pada

sekolah negeri dan swasta mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Guru yang berada di negeri pada Tahun 2003-2006, dari

jumlah 156 (125) naik menjadi 217 (14%), atau mengalami

peningkatan sebesar 2%, dan guru yang berada di swasta pola

perubahannya cenderung mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Tabel 3.65

Status Kepegawaian Guru SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

SMK Tahun

Tetap % T. Tetap % Jumlah

2003 156 12 1133 88 1289

2004 168 12 1237 88 1405

2005 153 10 1356 90 1509

2006 147 9 1433 91 1580 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-200

Grafik 3.49

Satus Kepegawaian Guru SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 93: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 74

Proporsi jumlah guru tetap dan tidak tetap pada SMK selalu

didominasi oleh guru tidak tetap dimana pada perkembangan

terakhir perbandingan diantara keduanya adalah 91% berbanding

9%. Tabel 3.66

Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) SMK

Di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

SMK

Tahun Siswa:

sekolah

Siswa:

Kelas

Siswa:

Guru

Kelas:

RKM

Kelas:

Guru

2003 278:1 38:1 12:1 1:1.03 1:0.32

2004 262:1 35:1 11:1 1:1.06 1:0.31

2005 256:1 36:1 10:1 1:1.06 1:0.30

2006 245:1 35:1 10:1 1:0.97 1:0.29

2007 307:1 30:1 11:1 1:0.89 1:1.68 Sumber: data diolah: Hasil Pengolahan dari profil penddikan Tahun 2003-2006

Melihat rasio siswa:kelas pada Tahun 2006 dengan rerata 307

siswa persekolah mencapai rerata 30 siswa perkelas dan 1 orang

guru melayani 11 siswa, secara kuantitatif kondisi ini cukup bagus.

Berdasarkan hasil survey dapat dijelaskan bahwa jumlah

siswa SMK paling tinggi adalah di kecamatan Katapang, Banjaran,

Ciparay, Baleendah. Yang masuk kategori paling sedikit adalah

Kecamatan Pangaelengan, Arjasari, Cicalengka, Solokanjeruk,

Paseh, Ibun, Soreang, Ciwidey.

Kondisi kerusakan ruang kelas yang paling banyak adalah di

Kecamatan Ibun (50%) dan yan paling rendah di kecamatan

Katapang. Jumlah guru SMK yang paling banyak terdapat di

Kecamatan Baleendah, Katapang, Margahayu. Yang paling

rendah di kecamatan Cicalengka, solokanjeryuk, Ibun, Ciwidey.

Namun demikian, dilihat dari tingkat pencapaian tujuan

pendidikan SMK dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata

UN/UAS/NEM SMK yang paling tinggi (≥7,00) adalah di Kecamatan

Cileunyi, Cicalenka, Majalay, Ibun. Nilai UN yang paling rendah

adalah Kecamatan Margahayu (6,00). Wilayah yang APK/APM SMK

paling tinggi adalah Kecamatan Banjaran, Margahayu, Katapang.

Yang paling rendah adalah Solokanjeruk, Paseh, Ibun. Tabel 3.67

APK/APM SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMK SLTA Tahun

APK APM APK APM

2003 4.98 - 20.77 14.95

2004 5.07 3.65 22.02 16.00

2005 5.03 3.65 22.35 15.56

Page 94: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 75

2006 6.70 4.80 30.91 22.02 Sumber data diolah: Hasil Pengolahan dari profil penddikan Tahun 2003-2006

Grafik 3.50

APK dan APM SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.51

APK dan APM SLTA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Mencermati data yang ada terlihat bahwa APK/APM SMK di

Kabupaten Bandung masih rendah, capaian APK/APM tertinggi

Tahun 2006. Hal ini bisa imaklumi bila dibandingkan dengan

APK/APM SMU yang nilainya lebih tinggi dan yang menjadi pilihan

pertama untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP.

c. Madrasah Aliyah (MA)

Pemerataan dan perluasan akses pendidikan pada jenjang

MA Tahun 2003-2006 digambarkan berikut ini. Tabel 3.68

Proporsi Kelembagaan MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MA Tahun

Negeri % Swasta % Jumlah

2003 3 4 66 96 69

2004 3 4 72 96 75

2005 3 4 76 96 79

2006 3 4 82 96 85 Sumber: Diolah Dari Profil Pendidikan Dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 95: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 76

Grafik 3.52

Proporsi Kelembagaan MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Pada Tahun 2006 Jumlah MA, 85 sekolah, 3 MA Negeri dan 82

MA Swasta. Selama kurun waktu 2003 sampai 2006 terjadi

pertambahan SMU yakni dari 69 MA Tahun 2003 mencapai 85 MA

atau bertambah 16 buah. Tabel 3.69

Penduduk Usia 16-18 Tahun dan Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

MA Tahun

Penduduk

Usia 16-18

Tahun Negeri % Swasta %

Jumlah %

2003 308240 1680 19 7008 81 8688 3

2004 294739 1740 16 8862 84 10602 4

2005 311347 1851 20 7415 80 9266 3

2006 242236 1952 18 9157 82 11109 5 Sumber: Diolah Dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.53

Jumlah Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Berdasarkan jumlah diatas bisa kita cermati bahwa dengan

jumlah penduduk usia 16-18 tahun, ternyata jumlah penduduk yang

sekolah pada MA dalam 4 tahun terakhir tidak bisa melebihi dari

5%.

Page 96: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 77

Tabel 3.70

Jenis Kelamin Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MA Tahun

L % P % Jumlah

2003 4144 47 4574 53 8688

2004 5186 49 5416 51 10602

2005 4372 47 4894 53 9266

2006 5159 46 5950 54 11109 Sumber: Diolah Dari Profil Pendidikan Dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.54

Jenis Kelamin Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data Tahun 2006 menunjukan bahwa jumlah penduduk usia

16-18 tahun sebanyak 242.236 orang. Sementara pilihan bersekolah

ke MA baru mencapai 11.109 orang. Tabel 3.71

Rombel MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 Rombel MA

Tahun Negeri Swasta

Jumlah

2003 36 162 198 2004 48 255 303

2005 51 242 293 2006 51 242 293

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 97: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 78

Grafik 3.55

Rombel MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tabel 3.72

Jumlah Kelas dan Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MA Tahun

Jumlah Kelas Jumlah Siswa

2003 295 8688 2004 572 10602 2005 289 9266 2006 307 11109

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.56

Jumlah Kelas dan Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tabel 3.73

Penugasan Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MA Tahun Negeri % Swasta %

Jumlah

2003 117 10 1074 90 1191

2004 108 8 1330 92 1438

2005 140 10 1229 90 1369

2006 140 10 1229 90 1369 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 98: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 79

Grafik 3.57

Penugasan Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Perkembangan terakhir Tahun 2006 guru yang bertugas di

MA Negeri sejumlah 1229 (90%), dan di SMA Swasta 140 (10%)

orang. Tabel 3.74

Status Kepegawaian Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Status Kepegawaian Guru Tahun

GT % GTT % Jumlah

2003 119 10 1072 90 1191

2004 158 11 1280 89 1438

2005 164 12 1205 88 1369

2006 164 12 1205 88 1369 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.58

Status Kepegawaian Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Secara keseluruhan status guru MA di kabupaten Bandung

hampir seluruhnya (88%) berstatus guru tidak tetap (GTT). Pada

tahun 2006 jumlah GTT sebanyak 1205 orang (88%), dan guru tetap

(GT) sebanyak 164 orang (12%). Tabel 3.75

Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) MA

Di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

Rasio

Tahun Siswa:

sekolah

Siswa:

Kelas

Siswa:

Guru

Kelas:

RKM

Kelas:

Guru

2003 126:1 44:1 7:1 1:0.67 1:0.17

Page 99: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 80

2004 141:1 35:1 7:1 1:0.80 1:0.21

2005 117:1 32:1 7:1 1:1.05 1:0.21

2006 131:1 38:1 8:1 1:1.02 1:0.21

2007 172:1 35:1 8:1 1:1.44 1:0.86 Sumber Data Diolah Dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat rasio siswa:kelas pada Tahun 2006 dengan rerata 172

siswa persekolah mencapai rerata 35 siswa perkelas dan 1 orang

guru melayani 8 siswa, secara kuantitatif kondisi ini cukup bagus.

Namun demikian, gambaran tingkat keberhasilan

penyelenggaraan MA di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada

tabel dan grafik berikut. Tabel 3.76

APK/APM MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MA SLTA Tahun

APK APM APK APM

2003 2.83 2.33 20.77 14.95

2004 3.67 3.13 22.02 16.00

2005 2.97 2.53 22.35 15.56

2006 4.42 3.80 30.91 22.02 Sumber : Data Diolah Dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.59

APK/APM MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat data yang ada terlihat bahwa APK/APM MA di

Kabupaten Bandung masih rendah, capaian APK/APM tertinggi

Tahun 2006 yakni APK 4,42 dan APM 3,80.

d. Paket C (Setara SMA)

Berdasarkan hasil hasil survey, keberadaan Paket C yang

dilaksanakan oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) pada

umumnya masih rendah, hal ini dapat dilihat banwa hanya ada 1

oleh Negeri, 10 oleh swasta dan 2 oleh lembaga lain yang

melaksanakan proses kegiatan ini, dengan jumlah murid yang aktif

adalah sebanyak 434 orang se Kabupaten Bandung. Dari sejumlah

warga belajar tersebut, mereka dibimbing oleh tutor sebanyak 80

orang yang meliputi 62 orang pamong tetap dan 82 orang tidak

tetap , tenaga administrasi sebanyak 11 orang dan ketersediaan

Page 100: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 81

tempat belajar untuk kegiatan ini sebanyak 13 unit untuk ruang

belajar, dan 3 untuk perpustakaan.

Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan Paket C ini

hanya ada 11 kecamatan yang mampu menyelenggarakan

kegiatan pembelajaran yang di dalam prosesnya diberikan

pengetahuan dan keterampilan yang sesuia dengan

kebutuhannya, yaitu di kecamatan Pasirjambu, Soreang,

Katapang, Ciwidey, Cileunyi, Cimenyan, Rancabali, Majalaya,

Kertasari, Ibun, dan Solokanjeruk. Jika dilihat dari total kecamatan

keseluruhan yang ada di Kabupaten Bandung yaitu sebanyak 30

kecamatan, berarti ada sekitar 36,7% kecamatan yang

menyelengarakan pendidikan ini, oleh karena itu diharapkan

pemerintah dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada

kecamatan yang belum menyelenggarakan kegiatan Paket C

tersebut,agar pada setiap kecamatan terdapat penyelenggaraan

Paket C, karena sangat penting bagi masyarakat yang belum

sempat memperoleh pengetahuan untuk tingkat menengah atau

bagi wajib belajar yang pernah mengikuti pendidikan formal di

tingkat menengah tetapi tidak berhasil mendapatkan ijazah/tidak

lulus.

4. Pendidikan Luar Biasa (Pendidikan Khusus)

Pemerataan dan perluasan akses pendidikan pada PLB

Pendidikan Khusus Tahun 2003-2006 digambarkan berikut ini. Tabel 3.77

Proporsi Kelembagaan SLB di Kabupaten Bandung Tahun 2006

SLB Tahun

Negeri Swasta

2006 2 39 Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006

Tabel 3.78

Jumlah Siswa di SLB Per Jenis Ketunaan di Kabupaten Bandung Tahun 2006

Jenis Ketunaan Siswa

A B C C1 D D1 G Autisme

L 1 22 40 40 2 4 3 27 TKLB

P - 24 32 16 2 3 1 10

L 17 114 225 130 20 4 11 45 SDLB

P 13 115 169 127 10 1 6 13

L 12 48 70 55 4 2 14 5 SMPLB

P 6 59 68 45 3 3 19 1

L 2 23 29 29 5 - 2 2 SMLB

P 2 23 29 26 1 - 5 -

Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006

Page 101: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 82

Tabel 3.79

Rombongan Belajar/Jumlah Kelas SLB Pada TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMLB

di Kabupaten Bandung Tahun 2006 Jumlah Kelas pada Jenis Ketunaan

SLB A B C C1 D D1 G Autisme

TKLB 3 23 26 12 - 3 2 19

SDLB 20 93 129 83 21 4 6 32

SMPLB 12 45 44 26 7 3 4 3

SMLB 6 25 21 19 3 0 3 - Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006

Tabel 3.80

Tamatan Sekolah Luar Biasa Per Jenis Ketunaan di Kabupaten Bandung Tahun

2006

Jenis Ketunaan Siswa

A B C C1 D D1 G Autisme

L 4 18 15 5 - - - - TKLB

P 3 8 9 - - - - -

L 7 23 25 23 - 2 2 - SDLB

P 8 20 29 11 1 - 1 -

L 4 26 35 8 5 - 1 - SMPLB

P 3 17 26 6 - - 1 -

L 12 1 9 5 - - - - SMLB

P 2 1 9 4 1 - - - Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006

Tabel 3.81

Status Kepegawaian Guru SLB di Kabupaten Bandung Tahun 2006

Guru Menurut Status Kepegawaian

PNS PNS DPK Guru Tetap Guru Tdk TTP Jumlah Tahun

L P L P L P L P L P

2006 998 142 - - 5 3 68 130 1071 275 Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006

Tabel 3.82

Ijazah Tertinggi Guru SLB di Kabupaten Bandung Tahun 2006

Pendidikan SLB Tahun 2006

< SLTA 68

Sarjana Muda PLB 24

Sarjana Muda Lain 15

Sarjana PLB 103

Sarjana Lain 761

S2 dan S3 7 Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006

Tabel 3.83

Jumlah Tenaga Administrasi SLB di Kabupaten Bandung Tahun 2006

Tenaga Administrasi SLB Tahun 2006

L 17 TU

P 4

Penjaga Sekolah L -

Page 102: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 83

P - Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006

Tabel 3.84

Kondisi Bangunan Gedung SLB di Kabupaten Bandung Tahun 2006

SLB

Kondisi Bangunan Gedung

Milik Tahun

Baik Rusak Bukan Milik

2006 19 10 9 Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006

Berdasarkan gambaran data sebagaimana dijelaskan pada

tabel-tabel di atas, dan hasil survey di lapangan menunjukkan

masih adanya hambatan pada pola pikir masyarakat yang

mengabaikan potensi anak cacat. Pada umumnya masyarakat

memandang kecacatan (disability) sebagai penghalang

(handicap) untuk berbuat sesuatu. Mereka tidak banyak melihat

bukti-bukti yang menunjukkan bahwa orang cacat mampu

melakukan sesuatu dengan berhasil. Masyarakatpun belum

mengerti bahwa pada hakikatnya kecacatan seseorang bukanlah

merupakan penghalang untuk melakukan sesuatu.

5. Pendidikan Berkelanjutan

a. Kelompok Belajar Usaha (KBU)

Berdasarkan hasil survey, keberadaan KBU yang dilaksanakan

oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) pada umumnya masih

rendah, hal ini dapat dilihat banwa negeri tidak melaksanakan

untuk KBU ini, hanya ada 4 oleh swasta dan 3 oleh lembaga lain

yang melaksanakan proses kegiatan ini, dengan jumlah warga

belajar yang aktif adalah sebanyak 94 orang se Kabupaten

Bandung. Dari sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing

oleh tutor sebanyak 21 orang yang meliputi 12 orang pamong

tetap dan 9 orang tidak tetap , tenaga administrasi sebanyak 4

orang dan ketersediaan tempat belajar untuk kegiatan ini

sebanyak 6 unit untuk ruang belajar, dan 12 unit untuk ruang

praktek.

Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan KBU ini hanya

ada 3 kecamatan yang mampu menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran yang di dalam prosesnya diberikan pengetahuan

dan keterampilan yang sesuia dengan kebutuhannya, yaitu di

kecamatan Pasirjambu, Cimenyan, dan Ibun. Jika dilihat dari total

kecamatan keseluruhan yang ada di Kabupaten Bandung yaitu

sebanyak 30 kecamatan, berarti ada sekitar 10% Kecamatan yang

menyelengarakan pendidikan ini, oleh karena itu diharapkan

Page 103: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 84

pemerintah dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada

kecamatan yang belum menyelenggarakan kegiatan KBU tersebut,

agar pada setiap kecamatan terdapat penyelenggaraan KBU,

karena sangat penting bagi masyarakat untuk mengaplikasikan

keterampilannya sesuai dengan harapan yang ingin dicapainya.

Secara umum, permasalahan yang muncul adalah

berkenaan dengan tidak memadainya sarana prasarana yang

khusus untuk penyelenggaraan KBU, bantuan modal belum

ada/terbatas, jenis KBU yang ditentukan dari pusat tidak sesuai

dengan kondisi lapangan, kurangnya alat peraga edukatif, modul

yang tersedia tidak sesuai dengan kondisi, kurangnya

pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan KBU, belum

adanya pembinaan manajemen/SDM, serta keterbatasan dana

yang sangat minim bagi terciptanya proses dan hasil pendidikan

yang berkualitas dimana biaya untuk penyelenggaran pendidikan

relatif tinggi, juga kurangnya sosialisasi kepada masyarakat

tentang fungsi dan kegunaan KBU.

Hal lainnya yang menjadi kendala dalam proses

pembelajaran ini adalah minimnya kesejahteraan bagi tenaga

pendidik/tutor yang mempunyai tanggungjawab melaksanakan

kewajibannya untuk menerapkan perilaku positif bagi peserta,

sehingga proses pembelajaran tidak maksimal, karena jika

dibandingkan dengan standar UMR, pemberian kesejahteraan

untuk ketenagaan ini masih dibawah rata-rata UMR.

b. Magang

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang disebar di

wilayah Kabupaten Bandung, keberadaan Magang yang

dilaksanakan oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) tidak ada

pelaksanaannya, hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan

pengumpulan data di lapangan yang terbukti tidak ada satu

kecamatan pun yang melaksanakan kegiatan magang ini.

Tetapi dapat diuraikan secara umum, bahwa kegiatan

magang ini tidak di laksanakan oleh masyarakat karena tidak

adanya peluang, bantuan, dan modal yang tersedia dari instansi

terkait untuk pelaksanaan ini. Karena di lapangan tidak ada fasilitas

atau tempat bagi wajib belajar untuk melaksanakan magang.

Oleh karena itu, diharapkan pihak pemerintah dapat memberikan

pengarahan tentang kebermanfaatan dan kegunaan praktek

magang ini bagi kepentingan warga, dan adanya pengalokasian

dana dari pemerintah yang memadai dalam melaksanakan

kegiatan Magang ini.

Page 104: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 85

c. Kursus-Kursus

Berdasarkan hasil survey, keberadaan kursus yang

dilaksanakan oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) pada

umumnya masih rendah, hal ini dapat dilihat banwa negeri tidak

melaksanakan untuk kursus ini, hanya ada 1 oleh swasta untuk

kursus mengemudi yaitu di kecamatan Cicalengka, dimana jumlah

warga belajar yang aktif adalah sebanyak 16 orang. Dari sejumlah

warga belajar tersebut, mereka dibimbing oleh pamong sebanyak

2 orang, tenaga administrasi sebanyak 1 orang dan ketersediaan

tempat belajar dan kantor untuk kegiatan ini sebanyak 1 unit untuk

ruang belajar.

Sedangkan untuk kursus menjahit, yang diselenggraakan oleh

keluarga penyelenggara (masyarakat) yang dikelola oleh swasta

ada 10, sedangkan oleh lembaga lainnya sebanyak 5 buah.

Kecamatan yang melaksanakan kursus menjahit ini adalah

Pasirjambu, Banjaran, Ciwidey, ciparay, Bojongsoang,

Pangalengan, Cicalengka, Kertasari, Ibun dan Solokanjeruk.

Dimana jumlah warga belajar yang aktif adalah sebanyak 170

orang. Dari sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing

oleh pamong tetap sebanyak 17 orang dan pamong tidak tetap

sebanyak 13 orang, jadi keseluruhan pamong yang bertugas

memberikan pendidikan kursus ini sebanyak 30 orang, sedangkan

untuk tenaga administrasi sebanyak 15 orang dan ketersediaan

tempat belajar sebanyak 14 unit untuk ruang belajar dan 13 unti

ruang untuk melaksanakan praktek.

Kursus tata boga, pemerintah tidak melaksanakan untuk

kursus ini, hanya ada 1 oleh swasta untuk kursus ini yaitu di

kecamatan Banjaran, dimana jumlah warga belajar yang aktif

adalah sebanyak 20 orang. Dari sejumlah warga belajar tersebut,

mereka dibimbing oleh pamong sebanyak 1 orang, tenaga

administrasi sebanyak 1 orang dan ketersediaan tempat belajar

dan kantor untuk kegiatan ini sebanyak 1 unit untuk ruang belajar.

Kursus tata buku (accounting) di tiap kecamatan tidak ada

yang menyelenggarakan kegiatan ini. Hal ini terjadi dikarenakan

kurang/tidak ada warga yang berminat untuk mengikuti jenis kursus

tersebut.

Kursus komputer, pemerintah tidak melaksanakan untuk

kursus ini, hanya ada 5 lembaga oleh swasta, adapun kecamatan

yang menyelenggarakan untuk kursus ini yaitu di kecamatan

Arjasari, Rancabali, Pangalengan, rancaekek,dan Majalaya,

dimana jumlah warga belajar yang aktif adalah sebanyak 383

Page 105: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 86

orang. Dari sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing

oleh pamong sebanyak 13 orang, yang terdiri dari pamong tetap

10 orang dan pamong tidak tetap 3 orang, tenaga administrasi

dan nara sumber sebanyak 10 orang dan ketersediaan tempat

belajar sebanyak 5 unit, dan 3 unit untuk ruang praktek.

Kursus keterampilan lainnya, pemerintah tidak melaksanakan

untuk kursus ini, hanya ada 1 oleh swasta, dan 1 oleh lembaga

lainnya, adapun kecamatan yang menyelenggarakan untuk kursus

ini yaitu di kecamatan Dayeuhkolot dan Rancaekek, dimana

jumlah warga belajar yang aktif adalah sebanyak 120 orang. Dari

sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing oleh pamong

sebanyak 8 orang, yang terdiri dari pamong tetap 7 orang dan

pamong tidak tetap 1 orang, tenaga administrasi dan nara sumber

sebanyak 2 orang dan ketersediaan tempat belajar sebanyak 3

unit, dan 2unit untuk ruang praktek.

Secara umum, permasalahan yang muncul adalah

berkenaan dengan tidak dapat menjangkau wajib belajar yang

berada di pelosok, tidak memadainya sarana prasarana yang

khusus untuk penyelenggaraan kursus, bantuan modal belum

ada/terbatas, biaya yang dimiliki calon peserta kursus terbatas,

kurangnya alat peraga edukatif, belum adanya pembinaan

manajemen/SDM, bangunan yang tersedia relative apa adanya,

serta keterbatasan dana yang sangat minim bagi terciptanya

proses dan hasil kursus yang berkualitas dimana biaya untuk

penyelenggaran pendidikan relatif tinggi, juga kurangnya

sosialisasai kepada masyarakat tentang kegunaan kursus.

d. Bimbingan Belajar (Bimbel)

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang disebar di

wilayah Kabupaten Bandung, keberadaan Bimbel untuk tingkat

TK-SD yang dilaksanakan oleh keluarga penyelenggara

(masyarakat) pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat

banwa hanya terdapat 4 bimbel yang dikelola oleh swasta,

dengan jumlah murid yang aktif adalah sebanyak 46 orang se

Kabupaten Bandung. Dari sejumlah warga belajar tersebut, mereka

dibimbing oleh guru swasta sebanyak 23 orang yang meliputi 13

orang guru dari swasta dan 10 orang guru dari lembaga lain,

tenaga administrasi sebanyak 2 orang dan ketersediaan tempat

belajar untuk kegiatan ini sebanyak 12 ruang belajar, dan 4 fasilitas

gedung.

Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan Bimbel untuk

tingkat TK-SD ini hanya ada 4 kecamatan yang mampu

Page 106: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 87

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang di dalam

prosesnya diberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai

dengan kebutuhannya, yaitu di kecamatan Pasirjambu, Katapang,

Dayeuhkolot, dan Majalaya. Jika dilihat dari total kecamatan

keseluruhan yang ada di Kabupaten Bandung, berarti ada sekitar

13,3% Kecamatan yang menyelengarakan pendidikan ini, oleh

karena itu diharapkan pemerintah dapat memberikan bimbingan

dan arahan kepada kecamatan yang belum menyelenggarakan

kegiatan Bimbel tersebut, karena sangat penting bagi masyarakat

yang ingin memperoleh pengetahuan dasar.

Sedangkan penyelenggaraan Bimbel untuk tingkat SMP

hanya ada satu kecamatan yang menyelenggarakan kegiatan ini,

yaitu ada di kecamatan Dayeuhkolot, berarti penyelenggaraan

kegiatan Bimbel ini hanya sekitar 3,33% yang dilaksanakan di

tingkat kecamatan. Keberadaan Bimbel hanya dilaksanakan oleh

keluarga penyelenggara pihak swasta, dengan jumlah murid yang

ikut serta sebanyak 24 orang, , dari sejumlah murid tersebut, mereka

dibimbing oleh satu orang guru, tanpa dibantu oleh tenaga

adminitrasi. Sedangkan ruang kelas dan gedung yang digunakan

untuk pelaksanaan ini adalah menggunakan fasilitas penduduk.

6. Pendidikan Kepemudaan

a. Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP)

Berdasarkan hasil survey, keberadaan KUPP yang

dilaksanakan oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) pada

umumnya masih rendah, hal ini dapat dilihat banwa hanya ada 2

lembaga yang dikelola oleh swasta yang melaksanakan proses

kegiatan ini, dengan kelompok sasaran sebanyak 2 kelompok,

sedangkan untuk kelompok belajar sebanyak 5 kelompok. Dari

sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing oleh guru

sebanyak 4 orang, pelaksanaan kegiatan ini menngunakan fasilitas

yang seadanya, salah satu caranya dengan menggunakan fasilitas

sarana dan prasarana sekolah formal.

Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan KUPP ini hanya

ada tiga kecamatan yang mampu menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran yang di dalam prosesnya diberikan pengetahuan

dan keterampilan yang sesuia dengan kebutuhannya, yaitu di

kecamatan Cimenyan, Rancabali, dan Solokanjeruk.

Jika dilihat dari total kecamatan keseluruhan yang ada di

Kabupaten Bandung, berarti ada sekitar 10 % Kecamatan yang

menyelengarakan pendidikan ini, oleh karena itu diharapkan

pemerintah dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada

Page 107: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 88

kecamatan yang belum menyelenggarakan kegiatan KUPP

tersebut, karena sangat penting bagi kelompok pemuda produktif

yang ingin berkreasi dan menghasilkan ide-ide untuk membangun

wilayahnya.

Secara umum, permasalahan yang muncul adalah

berkenaan dengan kegiatan sering terlambat karena factor modal

kerja yang tidak memadi, disamping itu tidak memadainya sarana

prasarana yang khusus untuk penyelenggaraan KUPP, tidak

meratanya dan tidak tepat sasaran, kurangnya alat peraga

edukatif, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap

penyelenggaraan KUPP, serta keterbatasan dana yang sangat

minim bagi terciptanya proses dan hasil pendidikan yang

berkualitas dimana biaya untuk penyelenggaran pendidikan relatif

tinggi, waktu belajar yang relatif minim, juga kurangnya sosialisasai

kepada masyarakat tentang kegunaan KUPP.

b. Kelompok Pemuda Sebaya, SP3, dan Pertukaran Pemuda

Berdasarkan hasil survey, keberadaan kelompok pemuda ini

tidak ditemukan data tentang pelaksanaan kegiatan ini. Hal

tersebut disebabkan kondisi keadaan pendataan yang tidak

merata, kurangnya koordinasi dan informasi yang tidak jelas

tentang pelaksanaan ini.

7. Pengarusutamaan Jender (PUG) dan Pemberdayaan

Perempuan

Berdasarkan hasil survey, keberadaan program PUG dan

pemberdayaan perempuan yang dilaksanakan oleh keluarga

penyelenggara (masyarakat) pada umumnya masih rendah, hal ini

dapat dilihat banwa hanya ada 1 lembaga yang dikelola oleh

swasta yang melaksanakan proses kegiatan ini, dengan kelompok

sasaran sebanyak 20 kelompok, sedangkan untuk kelompok diskusi

sebanyak 2 kelompok. Dari sejumlah warga belajar tersebut,

mereka dibimbing oleh pendamping sebanyak 2 orang,

keberadaan pendampingan ini untuk membantu warga belajar

yang mendapat kesulitan dalam melakukan pembelajarannya,

adapun jumlah pendampingan yang disediakan oleh swasta

sebanyak 2 orang, dan dari pihak lainnya sebanyak 1 orang.

Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan fasilitas yang seadanya,

salah satu caranya dengan menggunakan fasilitas sarana dan

prasarana sekolah formal atau rumah penduduk.

Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan program ini

hanya ada 1 kecamatan yang mampu menyelenggarakan

Page 108: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 89

kegiatan pembelajaran keterampilan yang sesuia dengan

kebutuhannya, yaitu di kecamatan Cimenyan. Dan bila dilihat dari

total kecamatan keseluruhan yang ada di Kabupaten Bandung,

berarti ada sekitar 6,7% Kecamatan.

8. Keaksaraan Fungsional

Berdasarkan hasil survey, keberadaan program keaksaraan

fungsional yang dilaksanakan oleh pemerintah, keluarga

penyelenggara (masyarakat) pada umumnya masih rendah. Hal ini

dapat dilihat banwa hanya ada 1 lembaga oleh pemerintah, 7

lembaga oleh swasta dan 7 lembaga oleh lembaga lain yang

melaksanakan proses kegiatan ini, dengan jumlah kelompok

belajar yang aktif adalah sebanyak 41 kober, dan 558 poksar, dan

jumlah panti yang ada sebanyak 19 buah panti se Kabupaten

Bandung. Dari sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing

oleh tutor sebanyak 82 orang yang meliputi 50 orang tutor swasta

tetap dan 32 orang dari lembaga lainnya.

Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan program

keaksaraan fungsional ini hanya ada 8 kecamatan yang mampu

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang di dalam

prosesnya diberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuia

dengan kebutuhannya, yaitu di kecamatan Cangkuang, Soreang,

ciwidey, Cileunyi, Cimenyan, Rancabali, Ibun, dan Solokanjeruk.

Jika dilihat dari total kecamatan keseluruhan yang ada di

Kabupaten Bandung, berarti ada sekitar 26,7% Kecamatan yang

menyelengarakan pendidikan ini.

Secara umum, permasalahan yang muncul adalah

berkenaan dengan kesadaran yang rendah dari warga belajar

buta huruf, pencatatan dan program belum terpadu, tidak

memadainya sarana prasarana yang khusus untuk

penyelenggaraan keaksaraan, minat warga untuk mengikuti

pembelajaran ini masih kurang, kurangnya alat peraga edukatif,

dan juga kurangnya sosialisasai kepada masyarakat tentang

kegunaan dari program ini.

C. Mutu, Relevansi dan Daya Saing: Keprihatinan yang

Dalam

Gambaran program peningkatan mutu, relevansi dan daya

saing pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 sebagai

berikut.

1. Mutu, Relevansi dan Daya Saing pada SD

Page 109: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 90

Tabel 3.85

Angka Kelulusan, Putus Sekolah dan Mengulang SD di Kabupaten Bandung 2003-

2006

SD

Tahun Lulus (%)

Angka Putus Sekolah (%)

Mengulang (%)

2003 95,80 0,38 2,32

2004 98,31 0,22 2,16

2005 95,26 0,18 1,95

2006 95,26 0,18 1,95

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

20

40

60

80

100

Prosentase

Tahun

Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Angka Kelulusan SD

Lulus 95.8 98.31 95.26 95.26

Angka Putus Sekolah 0.38 0.22 0.18 0.18

Mengulang 2.32 2.16 1.95 1.95

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.60

Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah, Angka Kelulusan SD

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kelulusan

relatif amat baik yakni rata-rata diatas 95%. Hanya persoalannya

apakah tingginya angka kelulusan dan naik kelas seiring dengan

peningkatan mutu hasil belajar (pendidikan). Tabel 3.86

Tingkat Kelayakan Mengajar (%) Guru SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006 SD

Tahun Layak Semi Layak Tidak Layak

2003 80,35 19,65 0,00

2004 77,59 22,41 0,00

2005 79,85 20,15 0,00

2006 79,85 20,15 0,00

Page 110: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 91

0

20

40

60

80

100

Prosentase

Tahun

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru SD (%)

Layak 80.35 77.59 79.85 79.85

Semi Layak 19.65 22.41 20.15 20.15

Tidak Layak 0 0 0 0

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.61

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru SD (%) di Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

Data menunjukan bahwa tidak ada guru di SD yang

termasuk kategori tidak layak. Kondisi terakhir Tahun 2006 guru SD

yang termasuk kategori Layak sebanyak 79,85%, dan terdapat

20,15% yang termasuk kategor Semi Layak. Tantangan kedepan

yakni mendorong semua guru untuk berkategori Layak secara

profesional. Sejalan dengan hal ini maka kebijakan pemerintah

melalui UU Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, dimana

kualifikasi pendidikan formal guru minimal S-1 harus menjadi arah

kebijakan pengembangan kompetensi profesional guru. Secara

konseptual data tersebut patut dicermati mengingat ukuran

kelayakan mengajar guru selama ini belum memiliki stadarisasi

yang jelas. Fakta menunjukan bahwa missmacth tenaga guru di

lapangan masih cukup tinggi. Guru menjalankan tugasnya tidak

sesuai dengan latarbelakang bidang studi yang dipelajarinya. Tabel 3.87

Kondisi Ruang Kelas SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SD Tahun

Baik Rusak Ringan Rusak Berat

2003 28,83 39,15 32,02

2004 36,16 32,27 31,57

2005 45,20 27,76 27,04

2006 45,20 27,76 27,04 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Suseda Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 111: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 92

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Prosentase

Tahun

Kondisi Ruang Kelas SD

Baik 28.83 36.16 45.2 45.2

Rusak Ringan 39.15 32.27 27.76 27.76

Rusak Berat 32.02 31.57 27.04 27.04

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.62

Kondisi Ruang Kelas SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Dalam pengkatagorian kondisi ruang kelas tersebut maka

secara umum dapat tergambar bahwa kondisi kelas yang kategori

baik mencapai 45,20%, kondisi rusak ringan 27,04% dan rusak berat

27,04%. Artinya lebih dari setengah (54,08%) jumlah SD di

Kabupaten Bandung dalam kondisi tidak baik. Tabel 3.88

Jumlah Fasilitas SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 SD

Fasilitas 2003 2004 2005 2006

Perpustakaan 465 155 298 355

Tempat Olah Raga 45 45 45 45

UKS 368 368 389 389

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data terakhir Tahun 2006 menunjukan jumlah perpustakaan

sebanyak 389 unit. Jika dibandingkan dengan jumlah SD sebanyak

2174 sekolah berarti belum semua SD memiliki unit perpustakaan,

tempat olah raga dan UKS. Tabel 3.89

Jumlah Guru SD Menurut Ijazah di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 Guru menurut ijazah Jumlah

Tahun <SLTA

SLTA Nonkeguruan

SLTA Keguruan

D-1 D-2 D-3 S1 S2 >S2

2003 - - 3102 99 10.791 208 2080 7 - 16287

2004 - - 3067 144 8491 291 2332 5 - 14.330

2005 - - 3220 268 10.273 308 3210 30 - 17.309

2006 - - 3762 228 10.083 394 3943 12 - 18.424

Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data pada Tahun 2006 menunjukan dari 18.424 guru SD di

Kabupaten Bandung yang berpendidikan kualifikasi S1 baru

mencapai 3943 orang (21,40%). Sebagian besar lainnya 14457

(78,46%) masih berpendidikan di bawah S1 (Diploma 3, Dimploma 2,

Page 112: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 93

Diploma 1, bahkan SLTA keguruan masih cukup banyak (3762).

Hanya 12 orang yang berpendidikan S2 (0,06%). Melihat data yang

ada tantangan kedepan yang harus dihadapi adalah peningkatan

kualifikasi guru minimal S1 sesuai dengan UU.No.14 Tahun 2005,

tentang Guru dan Dosen. Agenda pembangunan pendidikan di

Kabupaten Bandung harus meningkatkan kualifikasi SDM guru

melalui program sertifikasi. Melihat arus kebijakan ini maka

tantangan dalam peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru

akan menuntut strategi kebijakan yang tepat.

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Jenjang Pendidikan

Jum

lah

2003

2004

2005

2006

2003 0 0 3102 99 10791 208 2080 7 0

2004 0 0 3067 144 8491 291 2332 5 0

2005 0 0 3220 268 10273 308 3210 30 0

2006 0 0 3762 228 10083 394 3943 12 0

< SLTA

SLTA Non

Kegu

SLTA Keguruan

D-1 D-2 D-3 S1 S2 >S2

Grafik 3.63

Jumlah Guru SD Menurut Ijazah di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat bobot pencapaian nilai hasul ujian (NEM/UN)

tampaknya masih belum memuaskan. Dari Tahun 2002 sampai

Tahun 2006 rata-rata pencapaian NEM/UN masih di bawah 7

(tujuh). Tabel 3.90

Perkembangan NEM/UN SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tahun Rata-rata nilai NEM/UN

2002 6,77

2003 6,77

2004 5,89

2005 6,98

2006 6,91 Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 113: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 94

Rata-rata Nilai NEM/UN

5

5.5

6

6.5

7

7.5

Tahun

Nila

i

Rata-rata nilai NEM/UN

6.77 6.77 5.89 6.98 6.91

2002 2003 2004 2005 2006

Grafik 3.64

Perkembangan NEM/UN SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tantangan kedepan adalah penyelengaraan pendidikan

harus berorentasi mutu proses dan mutu hasil belajar baik secara

kuantitas maupun kualitas. Tidak hanya merata dan menjangkau

seluruh warga tetapi juga bermutu. Hal inilah yang akan menjadi

pilihan kebijakan dalam pembangunan pendidikan di masa

mendatang. Untuk mengejar competitiveness maka pilihan

kebijakan kedepan bagi pemerintah daerah tidak hanya

pertimbangan equity (keadilan), equality (pemerataan), melainkan

amat penting pertimbangan untuk mengejar mutu.

2. Mutu, Relevansi dan Daya Saing pada MI

Melihat perkembangan data dari Tahun 2003-2006 maka

dapat tergambarkan rata-rata tingkat kelulusan pada MI cukup

tinggi yakni 94%. Tingkat ketidaklulusan 0,58%, dan rata-rata angka

mengulang 1,53%. Tabel 3.91

Angka Kelulusan, Putus Sekolah dan Mengulang MI di Kabupaten Bandung 2003-

2006

MI

Tahun Lulus Angka Putus

Sekolah

Mengulang

2003 91,96 0,74 1,12

2004 98,31 0,77 1,80

2005 91,68 0,41 1,60

2006 95,26 0,41 1,60

Rata-rata 94.30 0.58 1.53

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006

Page 114: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 95

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

%

Tahun

Lulus

APS

Mengulang

Lulus 91.96 98.31 91.68 95.26

APS 0.74 0.77 0.41 0.41

Mengulang 1.12 1.8 1.6 1.6

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.65

Perkembangan NEM/UN SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat keterkaitan antara tingginya rata-rata kelulusan

UAN/UN antara periode 2003-2006, tidak linier dengan tingginya

nilai UAN/UN, Artinya bahwa tingkat kelulusan dapat dikatakan

relatif kurang kompetitif dan relatif longgar. Pada Tahun 2003 nilai

rata-rata UN tingi tetapi pada Tahun 2004 mengalami penurunan,

baru Tahun 2005-2006 mengalami kenaikan nilai sampai pada rata-

rata 6,0. Tabel 3.92

Rata-Rata Nilai UN MI di Kabupaten Bandung 2003-2006

Tahun Rata-rata nilai NEM/UN

2003 6.50

2004 5.89

2005 6.00

2006 6.00 Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

5.4

5.6

5.8

6

6.2

6.4

6.6

rata-rata

Tahun

Rata-ratanilai NEM/UN

Rata-rata nilai NEM /UN

6.5 5.89 6 6

2003 2004 2005 2006

Tabel 3.66

Rata-Rata Nilai UN MI di Kabupaten Bandung 2003-2006

Page 115: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 96

Gambaran umum tingkat kelayakan mengajar guru MI dapat

disimpulkan sebagai berikut: 1) secara umum rata-rata setiap tahun

tingkat kelayakan mengajaranya mencapai 46,85 %. Hal ini berarti

bahwa tingkat kelayakan mengajar guru di MI kurang begitu

optimal, sehingga perlu adanya upaya dari berbagai instansi terkait

untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. 2) tingkat kelayakan

guru MI dengan kategori semi layak masih minim sekali yaitu sekitar

19,4 % saja. Hal ini berarti bahwa guru MI yang berada pada level

tengah antara layak dan tidak layak masih banyak, walaupun

setiap tahun mengalami penurunan. Tabel 3.93

Prosentase Tingkat Kelayakan Mengajar Guru MI (%) di Kabupaten Bandung

Tahun 2003-2006

MI Tahun

Layak Semi Layak Tidak Layak

2003 51,55 19,05 0,00

2004 36,63 21,40 0,00

2005 49,61 18,60 0,00

2006 49,61 18,60 0,00

Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

20

40

60

%

Tahun

Layak

Semi Layak

Tidak Layak

Layak 51.55 36.63 49.61 49.61

Semi Layak 19.05 21.4 18.6 18.6

Tidak Layak 0 0 0 0

2003 2004 2005 2006

Grafik 3.67

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru MI (%) di Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006

Gambaran tingkat kondisi ruang kelas menurut kondisi dapat

disimpulkan sebagai berikut: 1) jumlah kondisi ruang kelas yang

baik, rusak ringan dan rusak berat hampir seimbang, hal ini

menggambarkan bahwa perlu adanya upaya perbaikan yang

terus menurus dari intsansi terkait. 2) Setiap tahunnya jumlah ruang

kelas yang baik mengalami penurunan. 3) Setiap tahun jumlah

kondisi ruang kelas yang mengalami rusak ringan menurun dan

cenderung pluktuatif. 4) Jumlah ruang kelas yang rusak berat setiap

Page 116: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 97

tahun hampir mengalami penaikan, seperti halnya Tahun 2003-2004

terus mengalami kenaikan, baru pada Tahun 2005-2006 mengalami

penurunan. Hal ini berarti bahwa pada Tahun 2005-2006 ada upaya

dari pemerintah/instansi terkait untuk melakukan perbaikan ruang

kelas. Tabel 3.94

Kondisi Ruang Kelas MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MI Tahun

Baik Rusak Ringan Rusak Berat

2003 34,59 33,10 32,31

2004 27,73 34,08 38,19

2005 33,41 31,52 35,08

2006 33,41 31,52 35,08

Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

0

10

20

30

40

50

Tahun

Po

rsen

tase Baik

Rusak Ringan

Rusak Berat

Baik 34.59 27.73 33.41 33.41

Rusak Ringan 33.1 34.08 31.52 31.52

Rusak Berat 32.31 38.19 35.08 35.08

2003 2004 2005 2006

Tabel 3.68

Kondisi Ruang Kelas MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Gambaran umum jumlah fasilitas MI seperti perpustakaan

setiap tahun mengalami pluktuasi dari Tahun 2003 sejumlah 49

buah, kemudian pada Tahun 2004 menurun hampir 65 % menjadi

15 buah dan pada Tahun 2005-2006 terus mengalami kenaikan

kembali. Sedangkan untuk jumlah tempat olah raga dan UKS setiap

tahunnya cenderung tetap yaitu untuk tempat olah raga hanya

berjumlah 12 dan UKS hanya 15.

Tabel 3.95

Jumlah Fasilitas MI Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Fasilitas MI

Page 117: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 98

2003 2004 2005 2006

Perpustakaan 49 15 19 26

Tempat Olah

Raga 12 12 12 12

UKS 15 15 15 15

Sumber: data diolah dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

Tabel 3.96

Jumlah Guru MI Menurut Ijazah di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tahun Kualifikasi

Pendidikan 2003 2004 2005 2006

SLTA Non

Keguruan - - - - - - - -

SLTA Keguruan 730 46.6 1144 60.12 931 48.41 858 44.14

D-1 38 2.43 62 3.26 38 1.98 37 1.90

D-2 535 34.19 443 23.28 564 29.33 598 30.76

D-3 21 1.34 34 1.79 46 2.39 50 2.57

S1 239 15.27 220 11.56 340 17.68 398 20.47

S2 2 0.13 0.00 4 0.21 3 0.15

Jumlah 1565 100 1903 100 1923 100 1944 100

Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung

Tahun 2003-2006

Berdasarkan data jumlah guru berdasarkan latar belakang

pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) kualifikasi guru MI

yang berasal dari SLTA dan SLTA non keguruan setiap tahunnya

tidak ada. 2) pada Tahun 2003-2006 guru MI di dominasi oleh guru

yang berasal dari pendidikan SLTA keguruan. 3) Kualifikasi D2 pada

guru MI setiap tahunnya cukup banyak kedua setelah guru yang

berasal dari SLTA keguruan. 4) Untuk guru yang berpendidikan S1 di

MI berkisar setiap tahunnya antara 11-20 % saja. Hal ini, sedangkan

untuk S2 hanya berkisar 0,13-0,15 % saja. Hal ini menggambarkan

bahwa tingkat profesionalisme guru yang berdasarkan latar

belakang pendidikan pada MI di Kabupaten Bandung masih minim

sekali, hal ini memerlukan perhatian dari instansi terkait.

Page 118: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 99

0

200

400

600

800

1000

1200

Jumlah

Jenjang pendidikan

2003

2004

2005

2006

2003 0 0 730 38 535 21 239 2 0

2004 0 0 1144 62 443 34 220 0

2005 0 0 931 38 564 46 340 4 0

2006 0 0 858 37 598 50 398 3 0

< SLTA

SLTA Non

Kegur

SLTA Keguruan

D-1 D-2 D-3 S1 S2 >S2

Tabel 3.69

Jumlah Guru MI Menurut Ijazah di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

3. Mutu, Relevansi dan Daya Saing pada SMP

Tabel 3.97

Angka Kelulusan, Putus Sekolah dan mengulang di Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006

SMP Tahun

Lulus Putus sekolah Mengulang

2003 98.73 1.14 0.16

2004 99.57 0.89 0.24

2005 95.12 0.88 0.14

2006 95.12 0.88 0.14

2007 97.83 1.29 0.88

Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.70

Page 119: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 100

Angka Kelulusan, Putus Sekolah dan mengulang di Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006

Tingkat kelulusan dan angka mengulang siswa SMP pada

Tahun 2004 mencapai titik tertinggi dalam lima tahun terakhir yaitu

99,57% untuk angka kelulusan dan 0,24% untuk angka mengulang

0,24%, sedangkan untuk angka kelulusan terendah terjadi pada

tahun 2005 dan 2006 yaitu 95,12%, Pada tahun tersebut juga angka

putus sekolah dan angka mengulang mencapai angka terendah

0,14%. Sedangkan untuk angka putus sekolah tertiggi terjadi pada

tahun 2007 dengan angka capaian 1,29%. Meskipun terjadi

pluktuasi tetapi angka kelulusan masih berada dalam rentang 95%-

99%, untuk angka mengulang anatara 0,9%-0,1% sedangkan untuk

angka putus sekolah 0,9%-1,3%.

Tabel 3.98

Tingkat Kelayakan Mengajar SMP Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Guru SMP Tahun

Layak Semi Layak Tidak Layak

2003 74.28 12.21 13.51

2004 77.08 12.14 10.79

2005 78.38 9.50 12.12

2006 78.38 9.50 12.12

Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.71

Tingkat Kelayakan Mengajar SMP Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tingkat kelayakan guru SMP dalam empat tahun terakhir

mengalami peningkatan dari 74,28% pada tahun 2003 menjadi

78,38% pada Tahun 2006 tetapi peningkatan ini juga dikuti pula oleh

peningkatan angka ketidaklayakan dari 10.79% pada Tahun 2004

menjadi 12.12% pada Tahun 2006. Tabel 3.99

Prosentasi Kondisi ruang kelas SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

Page 120: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 101

SMP

Tahun Baik Rusak

Ringan

Rusak Berat

2003 78.88 14.48 6.64

2004 76.76 15.46 7.77

2005 73.45 16.89 9.65

2006 73.45 16.89 9.65

2007 64,82 28,33 6,85 Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.72

Prosentasi Kondisi ruang kelas SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2007

Dari tahun ke tahun kondisi ruang kelas SMP dikabupaten

Bandung mengalami penurunan yang tinggi. Kondisi bangunan

yang dalam keadaan baik pada Tahun 2003 mencapai 78,88% dari

jumlah keseluruhan ruang kelas menjadi 64,82% pada Tahun 2007.

penurunan kodisi ruang kelas tampak juga pada kelas rusak ringan

yang pada Tahun 2003 mencapai 14.48% bertabah menjadi

28,33% pada Tahun 2007. hal yang sama juga terjadi pada kelas

yang rusak berat. Perbaikan dan pembangunan yang telah

dilakukan dalam kurun waktu 2003-2007 tidak mencukupi untuk

meningkatan kondisi ruang kelas untuk menjadi lebih baik. Tabel 3.100

Jumlah Fasilitas SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMP Fasilitas

2003 2004 2005 2006

Perpustakaan 140 175 183 214

T. Olah Raga 135 198 191 206

Laboratorium 166 219 301 332 Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 121: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 102

Grafik 3.73

Jumlah Fasilitas SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Seiring dengan peningkatan jumlah sekolah SMP baik negeri

maupun swasta, fasilitas pendukung pendidikanpun bertambah

setiap tahunnya. Jumlah perpustakaan bertambah sebanyak 74

unit dalam kurun waktu 2003-2006, Sedangkan untuk tempat olah

raga bertambah sebanyak 71 unit, laboratorium merupakan unit

pendukung yang penambahannya paling banyak dibanding dua

fasilitas pendukung lainnya. Tabel 3.101

Jumlah Guru Menurut Ijazah Pada SMP Tahun2003-2006

MTS Sumber

Biaya 2003 % 2004 % 2005 % 2006 %

< SLTA 494 6.19 126 1.51 435 5.01 584 6.31

D-1 572 7.17 747 8.98 583 6.71 551 5.95

D-2 658 8.24 728 8.75 590 6.79 607 6.56

D-3 1748 21.90 1824 21.93 1533

17.6

5 1536 16.59

S1 4510 56.50 4892 58.82 5546

63.8

4 5980 64.59

S2 33 0.41 35 0.42 52 0.60 55 0.59

>S2 - - - -

Jumlah 7982 100 8317 100 8687 100 9258 100 Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.74

Page 122: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 103

Jumlah Guru Menurut Ijazah Pada SMP Tahun2003-2006

Secara umum dapat digambarkan bahwa kualifikasi guru

SMP di kabupaten Bandung rata-rata sudah mencapai jenjang S1

dengan kisara prosentase 56% yang terus meningkat sampai

dengan 65%. Untuk jenjang SMA sampai dengan D3 terjadi

perubahan yang fluktuatif antara Tahun 2003-2006. Peningkatan

juga terjadi pada guru dengan jenjang pendidikan pasca sarjana

baik dari sudut jumlah maupun dari sudut prosentasenya.

4. Mutu, Relevansi dan Daya Saing pada MTs

Tabel 3.102

Angka Mengulang, Putus Sekolah dan Kelulusan MTs di Kabupaten

Bandung Tahun 2003- 2006 MTs

Tahun Kelulusan Putus Sekolah Mengulang

2003 85.41 1.06 0.10

2004 88.17 11.37 0.09

2005 74.90 2.53 0.13

2006 74.90 2.53 0.13 Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.75

Angka Mengulang, Putus Sekolah dan Kelulusan MTs di Kabupaten

Bandung

Tahun 2003- 2006

Angka pertumbuhan kelulusan, putus sekolah dan

mengulang pada MTs dapat disimpulkan sebagai berikut: (1).

Angka kelulusan setiap tahun mengalami perubahan yang

pluktuasi, hal ini terlihat dari Tahun 2003 ke Tahun 2004 mengalami

peningkatan 3% dan pada Tahun 2005 mengalami penurunan -15%

sedangkan pada Tahun 2006 meningkat 30%. Rata-rata perubahan

setiap tahunnya adalah 4%, sehingga pada tahun berikutnya

diarahkan minimal mengalami peningkatan sekitar 4%. sedangkan

Page 123: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 104

untuk rata-rata kelulusan setiap tahunnya adalah 80,84%, artinya

sekitar 80,84% siswa lulus dari MTs. (2). Angka putus sekolah setiap

tahunnya mengalami perubahan dan kecenderungannya

meningkat, seperti pada Tahun 2003 angka putus sekolah hanya

1,06% saja tetapi pada tahun 2004 meningkat menjadi 11,37% dan

tahun berikutnya 2005 dan 2006 dapat ditekan menjadi 2,53%.

Dengan kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa pada

Tahun 2004 puncak tertinggi angka putus sekolah hampir 11%, hal

ini salah satu dampak dari upaya peningkatan standar kualitas

lulusan yang diterapkan pemerintah pusat. Kondisi pada Tahun

2004 merupakan kondisi terpuruk dibanding dengan tahun yang

lain. Untuk rata-rata angka putus sekolah setiap tahunnya adalah

4,37. (3). Angka mengulang setiap tahunnya mengalami pola

perubahan yang cenderung naik turun. Berbanding berbalik

dengan angka putus sekolah, jumlah angka mengulang pada

Tahun 2004 mengalami penurunan sedangkan Tahun 2005 dan

2006 naik kembali menjadi 0,13 sedangkan rata-rata dari angka

mengulang setap tahunnya adalah 0,1. Angka mengulang di

Kabupaten Bandung cenderung naik setiap tahunnya, hal ini harus

dapat teratasi pada tahun beriktunya agar dapat ditekan jumlah

angka mengulang dan angka putus sekolahnya, sehingga angka

kelulusan dapat mencapai 95% ke atas. Tabel 103

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MTs Tahun

Layak Semi Layak Tidak Layak

2003 72,42 13,42 12,89

2004 83,5 10,81 5,64

2005 76,65 12,48 10,87

2006 76,65 12,48 10,87 Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.76

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Pada perkembangan terakhir Tahun 2006 guru MTs yang dapat

dikategorikan layak sebanyak 76,65% dan kategaori tidak layak

Page 124: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 105

(semi layak+tidak layak) 23,35%. Secara umum setiap tahun

perkembangan tingkat kelayakan guru mengajar cenderung

pluktuasi. Deskripsi dari data diatas dapat disimpulkan sebagai

berikut: (1). Kecenderungan guru yang layak pada MTs mengalami

peningkatan dan penurunannya setiap tahunnya, seperti pada

T2003 ke Tahun 2004 mengalami peningkatan guru yang layak,

tetapi pada tahun 2004 ke Tahun 2005 mengalami penurunan dan

Tahun 2006 cenderung statis, rata-rata setiap tahunnya 77,33 %. (2).

Pola kecenderungan guru yang semi layak setiap tahunnya

mengalami pluktuasi, terlihat pada Tahun 2003 yaitu 13,42% dan

pada tahun berikutnya mengalami penurunan 10,81% dan tahun

berikutnya naik 12,65%. Rata-rata setiap tahunnya guru semi layak

adalah 12,29%. Pada Tahun 2004 tingkat kelayakan guru yang semi

layak rendah dikarenakan pada tahun yang sama tingkat

kelayakan guru yang layak paling tinggi dibandingkan dengan

tahun berikutnya. (3). Kondisi guru yang tidak layak cukup

memprihatinkan pada tahun 2003 yaitu 12,89% dan yang paling

menggembirakan terjadi pada Tahun 2004 yaitu 5,64. Dengan

kondisi tersebut prioritas pengembangan profesionalisme diarahkan

agar tahun-tahun berikutnya guru yang layak dapat mencapai

angka diatas 90%. Tabel 104

Prosentasi Kondisi Ruang Kelas MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MTs Tahun

Baik Rusak Ringan Rusak Berat

2003 46.43 38.51 15.06

2004 55.70 28.16 16.14

2005 55.70 28.16 16.14

2006 55.70 28.16 16.14

Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.77

Prosentasi Kondisi Ruang Kelas MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Kecenderungan kondisi ruang kelas setiap tahunnya

mengalami perubahan kearah positif. (1) Pada kondisi ruang kelas

Page 125: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 106

yang baik setiap tahun kecenderungan grafiknya meningkat.

Presentase perubahan setiap tahunnya yaitu 4%, hanya saja pada

Tahun 2004-2006 cenderung statis. Gambaran data tersebut

mendeskripsikan bahwa di Kabupaten Bandung angka

peningkatan presentase kondisi ruang kelas pada Tahun 2004-2006

cenderung sama. Jika dirata-ratakan setiap tahunnya jumlah

bangunan yang baik adalah 53,38%. (2). Pada kondisi ruang kelas

yang rusak ringan mengalami penurunan dari Tahun 2003 ke 2004

yaitu -27%. Hal ini berarti bahwa pemerintah telah dapat menekan

angka kerusakan pada Tahun 2004, hanya saja pada Tahun 2004-

2006 cenderung statis dengan tidak adanya perubahan pada

penekanan jumlah kelas yang rusak ringan,sehingga rata-rata

presentase setiap tahun. (3) Dari 100% kondisi ruang kelas, kondisi

ruang kelas yang rusak berat masih jauh berada dibawah ruang

kelas yang baik dan rusak ringan. Pada Tahun 2003-2004 terjadi

peningkatan jumlah kondisi ruang kelas yang rusak berat, disisi lain

kondisi ruang kelas yang rusak berat dari 2004-2006 cenderung

sama.

Tabel 3.105

Prosentase Fasilitas Sekolah MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MTs Fasilitas

2003 2004 2005 2006

Perpustakaan 60 61 61 61

T. Olah Raga 32 32 32 32

Laboratorium 15 15 15 15 Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.78

Prosentase Fasilitas Sekolah MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Data yang ada menyatakan bahwa keadaan jumlah fasilitas

penukung pendidikan MTs cenderung mengalami perubahan yang

kurang signifikan bahkan cenderung statis.

5. Mutu, Relevansi dan Daya Saing pada SMA

Tabel 3.106

Angka Mengulang, Putus Sekolah dan Kelulusan SMA Tahun 2003-2006

Page 126: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 107

SMA Tahun

Lulus Tidak lulus Mengulang

2003 85.41 0.93 0.18

2004 88,17 0,72 0,20

2005 74.90 0,92 0,12

2006 74,90 0,92 0,12 Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.79

Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Kelulusan SMA

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Dari data diatas bila kita cermati, dalam 2 tahun sebelumnya

tingkat kelulusan mengalami penurunan yang relatif cukup besar

dan perlu menjadi perhatian bagi para stakeholder. Meskipun

pada tahun terakhir (2006) tidak terjadi penurunan maupun

kenaikan, namun untuk kedepannya perlu diperhatikan kembali

secara intensif proses pembelajaraan yang terjadi di sekolah, baik

dalam rangka pencapaian peningkatan mutu belajar yang

diharapkan maupun aspek-aspek penunjang lainnya. Sehingga

prosentase ketidaklulusan maupun siswa yang mengulang dapat

mengalami pengurangan. Tabel 3.107

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMA Tahun

Layak Semi Layak Tidak Layak

2003 66.45 21.03 10.52

2004 73.42 17.96 8.62

2005 75.97 17.54 6.49

2006 75.97 17.54 6.49

Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006

Page 127: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 108

Grafik 3.80

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat data yang ada bahwa secara umum guru SMA yang

masuk katagori layak mengajar semakin meningkat jumlahnya dan

guru yang tidak layak (Semi layak+tidak layak) semakin berkurang.

Dan diharapkan untuk kedepannya lagi pihak sekolah dapat lebih

menekankan akan pentingnya output pendidikan sekolah yang

bermutu yang dihasilkan dari guru-guru yang berkualitas dan layak

sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tabel 3.108

Kondisi Ruang Kelas SMA di Kabupaten Bandung Tahun Tahun 2003-2006

SMA Tahun

Baik Rusak Ringan Rusak Berat

2003 90.13 6.65 3.22

2004 90.35 6.57 3.08

2005 83.97 8.73 7.29

2006 83.97 8.73 7.29

Sumber: di olah dari Statistik Penddikan Kabupaten Bandung 2003-2006

Tabel 3.81

Kondisi Ruang Kelas SMA di Kabupaten Bandung Tahun Tahun 2003-2006

Dalam pengkategorian kondisi ruang kelas tersebut, maka

secara umum dapat tergambarkan bahwa kondisi kelas yang

berkategori baik untuk tahun terakhir (2006) mencapai 83,97 %.

Kondisi rusak ringan 8,73% dan rusak berat 7,29% persen. Ruang

Page 128: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 109

kelas yang rusak ringan dalam kenyataanya amat rentan dengan

kondisi yang terus memburuk. Dalam kaitan ini maka antisipasi

untuk perbaikan fisik gedung yang sesuai standar gedung yang

baik amat diperlukan. Perlu pula dikembangkan standar

pembangunan gedung sekolah-sekolah yang terukur masa

kekuatannya. Tabel 3.109

Jumlah Fasilitas SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

SMA Fasilitas

2003 2004 2005 2006

Perpustakaan 42 75 76 86

Tempat Olah Raga 40 82 94 94

UKS 27 23 39 43

Laboratorium 55 55 149 161

Keterampilan 12 12 21 18

BP 37 37 76 75

Ruang Serbaguna 17 17 20 24

Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006

Grafik 3.82

Jumlah Fasilitas SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

Bila kita cermati tabel diatas, dapat digambarkan bahwa

tiap tahunnya jumlah fasilitas sebagai penunjang pendidikan bagi

siswa-siswinya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal

ini baik adanya karena dengan bertambahnya fasilitas pendukung

tersebut, menjadikan siswa-siswi belajar lebih berkreatif dan

mampu mengeksplorasi kemampuannya dalam menerima

masukan ilmu maupun mempersembahkan kemampuan yang

dimilikinya. Tabel 3.110

Jumlah Guru Menurut Ijazah pada SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMA

Pendidikan 2003 %

200

4 % 2005 % 2006 %

SLTA 58 1.80 40 1.24 63 1.85 56 1.37

D-1 30 0.93 24 0.74 34 1 31 0.76

Page 129: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 110

SMA

Pendidikan 2003 %

200

4 % 2005 % 2006 %

D-2 36 1.12 46 1.42 36 1.06 69 1.69

D-3 346 10.77 310 9.58 294 8.62 305 7.49

Sarjana Muda 283 8.81 224 6.92 150 4.40 92 2.26

S1 2428 75.54

254

2 78.58 2785 81.70 3464

85.0

3

S2 33 1.03 49 1.51 47 1.38 57 1.40

Jumlah 3214 100

323

5 100 3409 100 4074 100

Sumber: Data Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

Grafik 3.83

Jumlah Guru Menurut Ijazah pada SMA di Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006 Perkembangan data terakhir Tahun 2006 dilihat dari kualifikasi

akademiknya maka sebagian besar guru SMA di Kabupaten

Bandung berpendidikan sarjana (S1) yakni sebanyak 3464 orang

(85.03%). Sedangkan yang lainnya sebanyak 497 (12,20%) masih

berpendidikan Diploma dan sarjana muda bahkan masih ada 56

orang (1,37%) yang berpendidikan SLTA. Kedepan guru harus

memenuhi kualifikasi akademik minimal Sarjana sebagai mana

yang ditetapkan melalui UUGD.

6. Mutu, Relevansi dan Daya Saing pada MA

Tabel 3.111

Prosentase Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Kelulusan MA

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

MA Tahun

Lulus Putus Sekolah Mengulang

2003 89.42 0.92 0.27

2004 92,85 0,70 0,00

Page 130: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 111

2005 77,33 0,58 0,01

2006 77,33 0,58 0,01

Rata-rata 89.42 0.92 0.27

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten

Bandung

Tahun 2003-2006

Grafik 3.84

Prosentase Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Kelulusan MA

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

Melihat perkembangan data dari Tahun 2003-2006 maka

dapat tergambarkan rata-rata tingkat kelulusan yang cukup tinggi

yakni 89.42%. Tingkat ketidaklulusan 0,92%, dan rata-rata angka

mengulang 0.27%. yang menjadi persoalannya apakah tingginya

angka kelulusan seiring dengan peningkatan mutu hasil belajar

(pendidikan). Inilah yang harus menjadi perhatian semua

stakeholders pendidikan di Kabupaten Bandung. Kedepan evaluasi

kelulusan harus didorong semakin kredibel dan berorentasi mutu. Tabel 3.112

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MA Tahun

Layak Semi Layak Tidak Layak

2003 65.73 27.13 13.10

2004 70.03 22.04 11.68

2005 72.83 19.65 10.59

2006 72.83 19.65 10.59

Rata-rata 70.35 22.12 11.49

Sumber: Hasil Pengolahan dari Profil dan Statistik Pendidikan 2003-2006

Page 131: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 112

Grafik 3.85

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Melihat data yang ada bahwa secara umum guru MA yang

masuk katagori layak mengajar bila di rata-ratakan dari Tahun

2003-2006 sebesar 70.35% dan guru yang tidak layak sebesar 11.49%

, serta 22.12 % untuk guru dalam kategori semi layak. Tabel 3.113

Presentasi Kondisi Ruang Kelas MA di Kabupaten Bandung Tahun Tahun 2003-

2006

MA

Tahun Baik Rusak Ringan

Rusak

Berat

2003 73.56 22.37 4.07

2004 72.40 20.07 7.53

2005 72.40 20.07 7.53

2006 72.40 20.07 7.53

Sumber: Hasil Pengolahan dari Profil dan Statistik Pendidikan 2003-2006

Grafik 3.86

Presentasi Kondisi Ruang Kelas MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Dalam pengkategorian kondisi ruang kelas tersebut maka

secara umum untuk Tahun 2006 dapat tergambar bahwa kondisi

kelas yang kategori baik mencapai 72,40%. Kondisi rusak ringan

20,07% dan rusak berat 7,53%. Ruang kelas yang rusak ringan dalam

kenyataanya amat rentan dengan kondisi yang terus memburuk. Tabel 3.114

Jumlah Fasilitas MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

MA Fasilitas

2003 2004 2005 2006

Page 132: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 113

Perpustakaan 17 17 17 17

Tempat Olah Raga 13 13 13 13

UKS 5 5 5 5

Laboratorium 6 6 6 6

Keterampilan 1 1 1 1

BP 5 5 5 5

Ruang Serbaguna 7 7 7 7

Sumber: Hasil Pengolahan dari Profil dan Statistik Pendidikan 2003-2006

Tabel 3.87

Jumlah Fasilitas MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

Perkembangan data terakhir Tahun 2006 dilihat dari kualifikasi

akademiknya maka sebagian besar guru MA di Kabupaten

Bandung berpendidikan sarjana (S1) yakni sebanyak 1111 orang

(81,15%). Sedangkan yang lainnya sebanyak 243 (17,75%) masih

berpendidikan Diploma dan sarjana muda. Pada guru yang

berpendidikan SLTA dapat dilihat dengan jumlah guru 8 orang

(0,58%), yang mana merupakan hal yang baik dan diharapkan

akan mengalami penurunan kembali untuk tahun kedepan. Tabel 3.115

Jumlah Guru Menurut Ijazah pada MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MA Pendidikan

2003 % 2004 % 2005 % 2006 %

SLTA 39 3.27 10 0.70 8 0.58 8 0.58

D-1 31 2.60 28 1.95 24 1.75 24 1.75

D-2 71 5.96 61 4.24 49 3.58 49 3.58

Page 133: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 114

MA Pendidikan

2003 % 2004 % 2005 % 2006 %

D-3 113 9.49 138 9.60 114 8.33 114 8.33

Sarjana

Muda 22 1.85 59 4.10 56 4.09 56 4.09

S1 911 76.49 1135

78.9

3 1111 81.15 1111 81.15

S2 4 0.34 7 0.49 7 0.51 7 0.51

Jumlah 1191 100 1438 100 1369 100 1369 100

Sumber: Data Diolah dari Statistik Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

Grafik 3.88

Jumlah Guru Menurut Ijazah pada MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

7. Mutu, Relevansi dan Daya Saing pada SMK

Tabel 3.116

Presentase Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Kelulusan SMK

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

SMK Tahun

Lulus Putus Sekolah Mengulang

2003 99.60 1.30 0.22

2004 93,15 0,08 0,20

2005 88,05 1,45 0,15

2006 88,05 1,45 0,15

Page 134: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 115

Grafik 3.89

Presentase Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Kelulusan SMK

di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

Angka pertumbuhan kelulusan, putus sekolah dan mengulang

pada SMK dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) angka kelulusan

setiap tahun mengalami perubahan yang pluktuasi, hal ini terlihat

dari Tahun 2003 ke Tahun 2004 mengalami pengurangan - 6,45 %

dan pada tahun 2005 mengalami penurunan -5,1% dan tidak

mengalami peningkatan pada tahun 2006. (2). angka putus

sekolah setiap tahunnya mengalami perubahan dan

kecenderungannya meningkat (tahun 2004-2006) sebesar 1,37%,

terkecuali pada tahun 2003 dimana angka putus sekolah dapat

ditekan sampai 1,22%. (3) Pada angka mengulang setiap tahunnya

mengalami pola perubahan yang cenderung turun. Berbanding

berbalik dengan angka putus sekolah, jumlah angka mengulang

pada Tahun 2003-2006 mengalami penurunan sebesar 0,07%. Rata-

rata dari angka mengulang setap tahunnya adalah 0,22%. Tabel 3.117

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru SMK Tahun Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

SMK Tahun

Layak Semi Layak Tidak Layak

2003 59.58 23.97 16.45

2004 63.35 22.14 14.52

2005 64.15 22.60 13.25

2006 64.15 22.60 13.25

Sumber: Hasil Pengolahan dari Profil dan Statistik Penddikan 2003-2006

Page 135: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 116

Grafik 3.90

Tingkat Kelayakan Mengajar Guru SMK Tahun Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

Melihat data yang ada bahwa secara umum guru SMK yang

masuk katagori layak mengajar mengalami peningkatan jumlah

yang cukup baik dan guru yang tidak layak (Semi layak+tidak

layak) mengalami penurunan meskipun penurunannya dalam

kategori cukup dengan prosentase penurunan dihitung dari Tahun

2003-2006 sekitar 1,37 % untuk Semi layak dan 3,20 % untuk guru

yang tidak layak mengajar. Tabel 3.118

Prosentasi Kondisi Ruang Kelas SMK Kabupaten Bandung Tahun Tahun 2003-2006

SMK Tahun

Baik Rusak Ringan Rusak Berat

2003 90.13 6.65 3.22

2004 90.35 6.57 3.08

2005 83.97 8.73 7.29

2006 83.97 8.73 7.29

Sumber: Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-

2006

Grafik 3.91

Prosentasi Kondisi Ruang Kelas SMK Kabupaten Bandung Tahun Tahun 2003-2006

Kecenderungan kondisi ruang kelas setiap tahunnya

mengalami perubahan kearah penurunan. (1) Pada kondisi ruang

kelas yang baik setiap tahun kecenderungan grafiknya lebih

kepada penurunan. Prosentase rata-rata perubahan setiap

Page 136: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 117

tahunnya yaitu 0,22%, hanya saja pada tahun 2004-2005

cenderung fluktuasi sebesar 6.38%. Pada Tahun 2005-2006

prosentase kondisi ruang kelas cebderung statis, gambaran data

tersebut mendeskripsikan bahwa di Kabupaten Bandung angka

peningkatan prosentase kondisi ruang kelas pada tahun 2005-2006

cenderung sama. (2) Pada kondisi ruang kelas yang rusak ringan

mengalami penurunan dari tahun 2003 ke 2004 yaitu -1.20%. Hal ini

berarti bahwa pemerintah telah dapat menekan angka kerusakan

pada tahun 2004, hanya saja pada Tahun 2004-2006 cenderung

fluktuatif dengan tidak adanya perubahan pada penekanan

jumlah kelas yang rusak ringan. (3) Pada kondisi ruang kelas yang

rusak berat mengalami penurunan dari tahun 2003 ke 2004 yaitu -

4.35%. Hal ini berarti bahwa pemerintah telah dapat menekan

angka kerusakan pada Tahun 2004, hanya saja pada tahun 2004-

2006 cenderung fluktuatif dengan tidak adanya perubahan pada

penekanan jumlah kelas yang rusak ringan. Bahkan prosentase

penurunannya meningkat sampai dengan 4.21%. Tabel 3.119

Jumlah Fasilitas SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

SMK Fasilitas

2003 2004 2005 2006

Perpustakaan 36 39 40 43

Tempat Olah Raga 28 40 28 28

UKS 14 15 14 19

Laboratorium 37 58 37 82

Keterampilan 9 11 9 16

BP 25 29 25 37

Ruang Serbaguna 12 15 12 18

Bengkel 19 25 19 34

Ruang Praktek 50 50 50 47

Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006

Page 137: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 118

Grafik 3.92

Jumlah Fasilitas SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007

Perkembangan data terakhir tahun 2006 dilihat dari kualifikasi

akademiknya maka sebagian besar guru SMK di Kabupaten

Bandung berpendidikan sarjana (S1) yakni sebanyak 1260 orang

(80,72%). Sedangkan yang lainnya sebanyak 268 (17,17%) masih

berpendidikan Diploma dan sarjana muda. Pada guru yang

berpendidikan SLTA yang berjumlah 15 orang (0,96%), yang mana

merupakan hal yang baik dan diharapkan akan mengalami

penurunan kembali untuk tahun selanjutnya. Sehingga dapat

memenuhi kualifikasi akademik minimal Sarjana sebagai mana

yang ditetapkan melalui UUGD. Tabel 3.120

Jumlah Guru Menurut Ijazah pada SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMK Pendidikan

2003 % 2004 % 2005 % 2006 %

SLTA 68 5.28 8 0.57 24 1.59 15 0.96

D-1 24 1.86 26 1.85 25 1.66 23 1.47

D-2 15 1.16 18 1.28 27 1.79 20 1.28

D-3 149 11.56 176 12.53 178 11.80 171 10.95

Sarjana Muda 103 7.99 154 10.96 96 6.36 54 3.46

S1 923 71.61 1015 72.24 1142 75.68 126

0 80.72

S2 7 0.54 8 0.57 17 1.13 18 1.15

Jumlah 1289 100 1405 100 1509 100 1561 100

Page 138: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 119

Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun

2003-2006

Grafik 3.93

Jumlah Guru Menurut Ijazah pada SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

D. Tata Kelola: Akuntabilitas Publik

Pemerintah Kabupaten Bandung sejak Tahun 2003 sampai

2006 terefleksikan adanya trend kenaikan dalam anggaran

pendidikan di tingkat SD. Jika Tahun 2003 total anggaran yang

dipergunakan dari berbagai sumber mencapai Rp. 98.61 Milyar

maka Tahun 2004 meningkat menjadi Rp. 169.6 Milyar. Pada Tahun

2005 mencapai 293.91 Milyar dan tahun 2006 mencapai Rp. 148.18

Milyar. Tampak terjadi lompatan jumlah anggaran yang cukup

tinggi. Hal ini dapat dimaknai bahwa semakin besarnya sumber

daya finansial yang dikelurkan baik oleh pemerintah daerah dan

msyarakat untuk membiayai pendidikan di SD.

Hal yang menarik bahwa peranan orang tua juga amat

besar, jika tahun 2003 mencapai Rp. 98,61 Milyar, maka Tahun 2004

dan 2005 mencapai Rp. 30.24 Milyar. Tidak kalah menarik pula dan

patut dikaji lebih lanjut adalah kontribusi biaya dari sumber lain-lain

yang juga cukup besar.

Jika pada Tahun 2005 mencapai Rp. 117.7 Juta, maka pada

tahun 2006 mencapai jumlah yang cukup fantastik yaitu mencapai

Rp. 6.1 Milyar. Kesimpulan umum dari gambaran tersebut

menunjukkan bahwa kontribusi pemerintah (pusat+daerah) untuk

pembiayaan program-program pendidikan di tingkat SD relatif

tinggi. Tabel 3.121

Besaran Biaya Sumber Pendidikan SD di Kabupaten Bandung Tahun 2004-2006 2003 2004 2005 2006 Sumber

Pembiayaan Jumlah (Ribuan rupiah)

Page 139: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 120

Pusat 44.652.000.000 46.585.843.080 45.484.815.000 123.491.628.000

Provinsi 0 0 0 0

Kabupaten 43.963.183.000 218.009.062.000 218.515.386.000 18.523.744.200

Yayasan 100.779.000 100.779.000 54.019.000 0

Orang tua 9.861.003.000 30.246.765.670 30.246.766.000 0

Lainnya 117.701.000 117.701.000 117.701.050 6.174.581.400

Jumlah Total 98.694.666.000 269.607.296.080 293.912.363.000 148.189.953.600

Sumber : Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Tabel 3.122

Sumber Pembiayaan SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 2003 2004 2005 2006

Sumber Pembiayaan Jumlah (%)

Pemerintah pusat 45,24 15,79 15,48 15,43

Pemerintah provinsi)* 0 0 0 0

Pemerintah daerah 44,54 73,89 74,35 74,35

Yayasan 0,10 0,03 0,02 0,02

Orang tua 9,99 10,25 10,29 10,29

Lainnya 0,12 0,04 0,04 0,04

Biaya satuan 200.250 597.800 580.840 580.840

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Dalam pembiayaan SD dapat disimpukan bahwa

pemerintah baik pusat maupun daerah masih dominan. Pada

Tahun 2006 kontribusi pemerintah pusat sebesar 15,43% dan

pemerintah daerah 74,35%. Kontribusi orang tua sebesar 10,29%,

dan pihak lain 0,04%.

0

100

200

300

400

500

600

Pro

sentase

2003 2004 2005 2006

Tahun

Sumber Pembiayaan di SD

Pemerintah pusat

Pemerintah provinsi)*

Pemerintah daerah

Yayasan

Orang tua

Lainnya

Biaya satuan

Grafik 3.94

Sumber Pembiayaan di SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Mencermati data yang ada, terjadi kecenderungan semakin

kecilnya kontribusi pemerintah pusat dan semakin besarnya

kontribusi peerintah daerah. Jika pada Tahun 2003 kontribusi

pemerintah pusat relatif lebih besar (45,24%) maka Tahun 2004

menjadi 15,79%, sementara kontribusi pemerintah daerah pada

Page 140: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 121

Tahun 2004 mencapai 73,89%, Tahun 2005 dan 2006 mencapai

74,35%. Kesimpulan umum bahwa kontribusi pemerintah dalam

pembiayaan SD masih dominan. Tabel 3.123

Besaran Biaya Sumber Pendidikan MI di Kabupaten Bandung Tahun 2004-2006

Tahun

2003 2004 2005 2006 Sumber Biaya

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pemerintah Pusat 1.005.560.000 27.43 1.005.560.000 26.43 1.005.560.000 26.47 9.185.978.880 83.33

Pemerintah provinsi 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Pemerintah daerah 733.891.180 20.02 733.891.000 19.29 733.891.000 19.32 1.377.896.832 12.50

Yayasan 135.171.000 3.69 149.171.000 3.92 149.171.000 3.93 0.00

Orang tua 140.948.0850 38.44 1.534.133.000 40.32 152.7971.000 40.22 0.00

Lainnya 382.300.000 10.43 382.300.000 10.05 382.300.000 10.06 459.298.944 4.17

Jumlah 3.666.403.030 100 3.805.055.000 100 3.798.893.000 100 11.023.174.656 100

Sumber : Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Untuk biaya satuan (unit cost) siswa pada Tahun 2003

mencapai Rp.200.250/siswa/tahun. Pada Tahun 2004 mencapai

597.800/siswa/ tahun, pada Tahun 2005 dan 2006 mencapai

580.840. Trend kenaikan unit cost merefleksikan bahwa tersirat

komitmen pemerintah semakin kuat dan positif dalam pendidikan

di SD. Namun, unit cost harus diimbangi peningkatan kepuasan

masyarakat dari capaian kinerja manajemen pendidikan baik di

tingkat birokasi maupun satuan pendidikan. Tabel 3.124

Besaran Biaya Sumber Pendidikan SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

SMP Sumber Biaya

2003 % 2004 % 2005 % 2006 %

Pemerintah pusat 7.555.157.000 8.13 5.109.804.000 4.79 10.400.475.000 9.57 38.455.257.000 26.38

Pemerintah provinsi

- - - - - 2.957.386.000 2.03

Pemerintah daerah

62.240.436.000 67.00 69.418.010.000 65.12 60.788.365.000 55.96 75.736.544.000 51.95

Yayasan 1.671.201.000 1.80 1.713.770.000 1.61 4.537.871.000 4.18 2.017.159.000 1.38

Orang tua 20.708.651.000 22.29 28.841.793.000 27.05 30.922.399.000 28.47 23.252.526.000 15.95

Lainnya 719.286.000 0.77 1.524.274.000 1.43 1.982.021.000 1.82 3.375.248.000 2.32

Jumlah 92.894.730.000 100 106.607.651.000 100 108.631.131.000 100 145.794.120.000 100

Sumber : Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Kontribusi pembiayaan untuk MI Pada Tahun 2003 proporsi

Pemerintah (pusat+daerah) dalam pembiayaan MI sebesar 47,45%

sementara dari masyarakat 52,56%, Tahun 2004 proporsi pemerintah

45,72% dari masyarakat 54,29%, Tahun 2005 proporsi pemerintah

Page 141: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 122

45,79 dari masyarakat 54,21, Tahun 2006 proporsi pemerintah 95,83%

dari masyarakat 4,17%. Rata-rata perbandingan proporsi

pembiayaan selam kurun waktu 4 tahun sebesar 58,70% dari

pemerintah dan 41,31% dari masyarakat.

Grafik 3.95

Sumber Pembiayaan di SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Subsidi pemerintah pusat dalam penyelenggaraan bidang

pendidikan SMP terus meningkat melalaui program Bantuan

operasional sekolah, indikator nyata dari hal tersebut adalah

meningkatnya prosentase pembiayaan yang dikeluakan oleh

pemerintah pusat dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2003-

2006 dari 8,13% menjadi 26,38%. Dengan demikian beban

pemerintah daerah dan orang tua siswa dalam pembiayaan

pendidikan menjadi berkurang.

Tabel 3.125

Besaran Biaya Sumber Pendidikan MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

MTS Sumber Biaya

2003 % 2004 % 2005 % 2006 %

Pemerintah pusat

497.590 27.91 497.590 27.91 497.590 27.91 8.929.720 76

Pemerintah provinsi

- - - 0

Pemerintah daerah

96.460 5.41 96.460 5.41 96.460 5.41 2.060.704 18

Yayasan 162.625 9.12 162.625 9.12 162.625 9.12 0

Orang tua 971.000 54.46 971.000 54.46 971.000 54.46 0

Lainnya 55.430 3.11 55.430 3.11 55.430 3.11 686.901 6

Jumlah 1.783.105 100 1.783.105 100 1.783.105 100 11.677..325 100

Sumber : Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 142: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 123

Grafik 3.96 Sumber Pembiayaan di MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Berdasarkan tabel proporsi biaya satuan dalam prosentase

pada MTs dapat disimpulkan bahwa: 1) Pola perubahan

cenderung statis dari Tahun 2003-2005, tetapi pada Tahun 2006

mengalami perubahan. Hal ini berarti bahwa prosentase sumber

biaya yang diterima oleh MTs baik dari pemerintah pusat, daerah,

yayasan, orang tua, biaya satuan dan lainnya cenderung tetap,

hanya saja pada Tahun 2006 penerimaan difokuskan dari

pemerintah pusat dan lainnya, hal ini disebabkan oleh adanya

program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 2) Setiap tahun

peranan orang tua memiliki peranan yang sangat peting sekali

bagi pertumbuhan MTs. Hal ini disebabkan bahwa setiap tahun

prosentase penerimaan biaya yang diterima oleh MTs dari orang

tua paling tingi, di susul oleh pemerintah pusat. Tetapi pada Tahun

2006 penerimaan biaya dari 3) keberadaan pemerintah daerah

dalam pemberian dana pada MTs belum optimal setiap tahunnya,

hal ini ditunjang oleh data yang menyatakan bahwa peran serta

pemda hanya sekitar 5,41 % saja. Dengan demikian perlu adanya

kerjasama yang sinergi antara Depag, dinas pendidikan dan

Pemda dalam menata sistem pembiayaan MTs. Tabel 3.126

Besaran Biaya Sumber Pendidikan SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 SMA Sumber

Biaya 2003 % 2004 % 2005 % 2006 % Jml %

Pemerintah Pusat

6,772,911 18,60

4,823,368 2.41 9,790,270 17.93 2,954,959 5.10 24,341,508 12.78

Pemerintah provinsi

- - - - - - 529,132 0.91 529,132 0.28

Pemerintah daerah

13,661,400 37,52

18,453,705 49.13 20,797,619 38.09 24,281,545 41.92 77,194,269 40.54

Yayasan 1,869,320 5,13 3,126,074 8.32 2,790,482 5.11 2,994,180 5.17 10,780,056 5.66

Orang tua 13,590,893 37,32

14,490,056 38.58 19,963,543 36.56 26,297,361 45.40 74,341,853 39.04

Lainnya 520,399 1,43 585,997 1.56 1,256,463 2.30 866,948 1.50 3,229,807 1.70

Page 143: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 124

SMA Sumber Biaya 2003 % 2004 % 2005 % 2006 %

Jml %

Jumlah 36,415,834 100 41,480,252 100 54,599,605 100 57,925,331 100 190,416,625 100

Biaya Satuan (Unit Cost)

911 - 1,052 - 1,228 - 1,206 - 4,397 -

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Grafik 3.97

Sumber Pembiayaan di SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Dari data yang ada tergambarkan bahwa proporsi biaya

untuk SMA sebagian besar berasal dari masyarakat (Yayasan,

Orang Tua, Lainnya) yakni sebesar Rp. 88,351,716 (46,40%).

Sementara kontribusi dari pemerintah (pusat+daerah+Provinsi)

sebesar Rp.102,064,909 (53,60%). Ini menunjukan bahwa peranan

masyarakat amat signifikan dan dapat disimpulkan bahwa tanpa

partispasi masyarakat pembangunan pendidikan tidak akan

berlangsung dengan optimal. Tabel 3.127

Besaran Biaya Sumber Pendidikan MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 MA Sumber

Biaya 2003 % 2004 % 2005 % 2006 % Jml %

Pusat 45600 3.99 45600 3.99 45600 3.99 45600 3.99 182400 3.99

Provinsi - - - - - - - - - -

Pemkab 78700 6.89 78700 6.89 78700 6.89 78700 6.89 314800 6.89

Yayasan 366959 32.12 366959 32.12 366959 32.11 366959 32.12 1467836 32.12

OrgTua 574189 50.26 574189 50.26 574189 50.25 574189 50.25 2296756 50.26

Lainnya 77042 6.74 77042 6.74 77042 6.74 77042 6.74 308168 6.74

Jumlah 1,142,493.958 100 1,142,490.000 100 1,142,719.840 100 1,142,592.840 100 4,569,960.000 100

Biaya Satuan

3.958 - - - 229.84 0.02 102.84 0.01 336.63 -

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 144: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 125

Grafik 3.98

Sumber Pembiayaan di MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Mencermati data yang ada tergambarkan bahwa proporsi

biaya untuk MA sebagian besar berasal dari masyarakat (Yayasan,

Orang Tua, Lainnya) yakni sebesar Rp. 4,072,760 (89,12%).

Sementara kontribusi dari pemerintah (pusat+daerah+Provinsi)

sebesar Rp. 497,200 (10,88%). Ini menunjukan bahwa peranan

masyarakat amat signifikan. Tabel 3.128

Besaran Biaya Sumber Pendidikan SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006 SMK

Sumber Biaya 2003 2004 2005 2006

Jmh %

Pusat 754970 9.33 742180 6.41 454050 1.54 225068 1.47 2176268 3.38

Provinsi - - - 114210 114210 0.18

Pemkab 492534 6.09 1948893 16.83 15798115 53.72 3225912 21.04 21465454 33.3

3

Yayasan 540064 6.68 885843 7.65 1407673 4.79 1381215 9.01 4214795 6.54

Orang tua 5995665 74.11 7693615 66.43 10761802 36.59 9643269 62.91 34094351 52.9

3

Lainnya 307060 3.80 310330 2.68 986446 3.35 739286 4.82 2343122 3.64

Jumlah 8,090,293 100 11,580,861 100 29,408,086 100 15,328,960 100 64,408,200

.

100

%

Jumlah

satuan (Unit

Cost)

11,944 - - - 1,973.96 - 951.20 - 14869,16 -

Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Page 145: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab III : Belajar dari Pengalaman 126

Grafik 3.99

Sumber Pembiayaan di SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006

Proporsi biaya untuk SMK sebagian besar berasal dari

masyarakat (Yayasan, Orang Tua, Lainnya) yakni sebesar Rp.

40,652,268 (63,12%). Sementara kontribusi dari pemerintah

(pusat+daerah+Provinsi) sebesar Rp. 23,755,932 (36,88%). Ini

menunjukan bahwa peranan masyarakat amat signifikan dan

dapat disimpulkan bahwa tanpa partispasi masyarakat

pembangunan pendidikan tidak akan berlangsung dengan

optimal.

Page 146: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 115

BAB IV

ARAH KEBIJAKAN UMUM PENDIDIKAN

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025

A. Masalah yang Perlu Dibenahi

1. Pendidikan Formal

Beberapa catatan dari hasil survey menunjukkan bahwa

penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai

Tahun 2007, antara lain:

Pertama, kalau melihat data versi Dinas Pendidikan

Kabupaten Bandung, sesungguhnya ada keberhasilan yang telah

dicapai, umpamanya dalam hal peningkatan angka partisipasi

murni (APM) SD/MI sederajat dari 97,29% pada Tahun 2005 menjadi

97,45% pada Tahun 2006 dan target 2010 adalah 100%;

Meningkatnya APM SMP/MTs sederajat dari 65,07% pada 2005

menjadi 69,38% pada 2006 dan target di 2010 adalah 90%.

Demikian juga APM SMA/SMK sederajat dari 24,95% pada 2005

menjadi 25,36% pada 2006 dan target 2010 adalah 60%. Dilaporkan

juga tentang meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) SD/MI

sederajat dari 110,03% pada 2005 menjadi 110,14% pada 2006 dan

target 2010 adalah 120 %. Di samping itu, meningkatnya APK

SMP/MTS sederajat dari 84,32% pada 2005 menjadi 89,12% pada

2006 dan target pada 2010 adalah 100%. Demikian juga

meningkatnya APK SMA/SMK sederajat dari 30,77% pada 2005

menjadi 31,25% pada 2006 dan target pada 2010 menjadi 70%.

Peningkatan RLS (rata-rata lama sekolah) dari 8,26 tahun pada

2005 menjadi 9,53 tahun pada 2006. Lalu meningkatnya AMH

(angka melek hurup) dari 98,23% pada 2005 menjadi 98,26% pada

2006. Target 2010 adalah 99,59%.

Kedua, kenaikan APK/APM dan AM di jalur pendidikan formal

tersebut, jika dilihat sebarannya masih bervariasi di antara masing-

masing wilayah kecamatan; Sehingga pencapaian target wajar

dikdas 9 tahun, yang keadaannya tidak sama. Ada kecamatan

yang hampir mencapai 100% , tetapi ada pula kecamatan yang

kurang dari 70%. Pada jalur pendidikan nonformal pun, masih

rendahnya jumLah warga belajar yang mengikuti layanan program

pendidikan kesetaraan (Paket A, B, dan Paket C); Di samping itu,

masih rendahnya jumlah anak luar biasa (ALB) yang membutuhkan

layanan pendidikan yang setara dengan pendidikan formal;

Page 147: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 116

Ketiga, di samping keberhasilan tersebut di sisi lain masih

ditemukan ketimpangan dari mutu pendidikan, seperti berikut:

a. Masih tingginya jumlah ruang kelas yang rusak bukan hanya terjadi di SD/MI dan SMP/MTs, SMA/SMK/MA, termasuk juga

pada Kantor Dinas Pendidikan Kantor Kecamatan, sehingga

Kabupaten Bandung masih menduduki peringkat kedua

terbanyak jumlah sekolah yang rusak di Jawa Barat;

b. Pengadaan, distribusi, penertiban, perbaikan, dan

pemeliharaan tanah, gedung, perabot dan alat peraga

sekolah yang bervariasi, tidak berdasarkan standarisasi.

c. Masih ada tanah dan bangunan sekolah yang digugat masyarakat lalu disegel oleh pihak-pihak yang mengaku

keluarga dari pemilik sah atas tanah yang dipakai bangunan

sekolah tersebut, sehingga murid-murid terpaksa belajar tidak

semestinya;

d. Masih banyaknya sekolah yang kekurangan buku paket dan alat peraga edukatif sehingga menyulitkan guru dalam

melaksanakan pembelajaran;

e. Masih lemahnya sistem manajemen SDM guru dan tenaga pengelola kependidikan, terutama dalam pola rekruitmen,

seleksi, penempatan dan pendistribusian, pembinaan karier,

kesejahteraan dan remunerasi, serta pemberhentian tenaga

guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga

kependidikan lainnya yang sering keliru;

f. Masih belum meratanya distribusi guru SD di wilayah Kabupaten

Bandung. Jika dilihat dari rasio murid per guru masih terdapat

kelebihan guru di beberapa kecamatan dan kekurangan guru

kecamatan lainnya;

g. Masih kurangnya guru untuk beberapa mata pelajaran, yaitu di tingkat SLTP dan SLTA kekurangan guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Matematika dan BP; di tingkat SMU/SMK kekurangan

guru untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi,

Lingkungan Hidup dan BP;

h. Masih banyak guru yang belum sarjana dan relevan dengan bidang studi yang diajarkannya, sehingga mempersulit dalam

mengembangkan kariernya;

i. Masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru dan tenaga

kependidikan lainnya;

j. Kurikulum pendidikan yang terlalu teoritis, kurang praktis, kurang

kontekstual, sehingga kurang memberikan makna yang berarti

bagi bekal kehidupan murid di masa depan, baik yang

Page 148: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 117

berkenaan dengan nilai-nilai religius, bekal kecakapan hidup

(life skills), tata pergaulan, budi-pekerti, seni budaya lokal,

kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek

pembentuk karakter bangsa sering terabaikan;

k. Masih sulitnya mengembangkan Sekolah Kejuruan di daerah

yang berorientasi pada potensi daerah setempat untuk

memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah, nasional

maupun untuk pasar kerja internasional;

l. Masih tingginya angka putus sekolah pada beberapa

kecamatan yang tingkat geografisnya sulit untuk dijangkau,

sehingga turut menyebabkan perilaku destruktif dan gangguan

keamanan dan ketertiban;

m. Masih belum difahaminya tentang perlunya layanan

pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, baik

bagi anak karena ketunaan, kenakalan, maupun kebutuhan

khusus lainnya.

n. Masih berkembang anggapan bahwa anak luar biasa merupakan anak ‘sakit’ sehingga pemberian layanan

pendidikan masih menggunakan pendekatan medis, bukan

melalui pendekatan pendidikan kekhususan;

o. Masih rendahnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap pentingnya kelembagaan pendidikan keagamaan,

karena masih tumpang tindih kewenangan dengan instansi

vertikal Departemen Agama. Akibatnya, perkembangan jumlah

dan kualitas lembaga-lembaga pendidikan keagamaan,

khususnya di jalur nonformal masih merana;

p. Pembiayaan dan anggaran penyelenggaraan satuan

pendidikan masih didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis, tidak

didasarkan pada perhitungan satuan biaya operasional (SBO)

secara faktual;

q. Mekanisme sistem penganggaran pun tidak didasarkan pada sistem pemetaan alokasi (budget mapping alocation) untuk

kebutuhan setiap penyelenggaraan satuan program

pendidikan. Sekalipun sudah dibantu dengan adanya BOS,

masih tetap saja belum dapat mengangkat persoalan-

persoalan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan;

r. Masih lemahnya kemampuan administratif dan manajerial para

pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah, tata usaha

sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah);

Page 149: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 118

s. Partisipasi dunia usaha terhadap pembiayaan program-

program pendidikan yang disalurkan melalui pemerintah masih

rendah. Partisipasi yang baru dilakukan hanya disalurkan sendiri

terhadap lembaga-lembaga ‘binaan’ dunia usaha itu sendiri.

2. Pendidikan Nonformal (PNF)

Berkenaan dengan problema pendidikan di jalur pendidikan

nonformal di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007 masih

ditemukan gambaran bahwa:

a. Eksistensi PNF masih dianggap belum mendapat perhatian yang profesional dari pemerintah maupun masyarakat dalam sistem

pembangunan daerah, baik berkenaan dengan peraturan

perundangan maupun dukungan anggaran;

b. Upaya memformalkan pendidikan kesetaraan (Paket A, B dan C) dengan pola pembelajaran, penyelenggaraan ujian yang

harus menunggu waktu ujian dengan sertifikasi/ijasah yang

mengikuti pola pendidikan formal, turut merugikan dan

menyurutkan minat masyarakat untuk mengikuti program

pendidikan kesetaraan;

c. Kurikulum dan proses pembelajaran keaksaraan masih belum benar-benar berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat,

sehingga hasil pembelajaran yang diberikan pada warga

belajar belum fungsional dalam meningkatkan taraf hidup

masyarakat;

d. Masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesional pada instansi PNF mulai tingkat kabupaten sampai ke tingkat desa

dalam mengelola, mengembangkan dan melembagakan PNF;

e. Masih terbatasnya sarana dan prasarana edukatif PNF baik yang menunjang penyelenggaraan maupun proses

pembelajaran PNF dalam rangka memperluas kesempatan,

peningkatan mutu dan relevansi hasil program PNF dengan

kebutuhan pembangunan daerah;

f. Terselenggaranya kegiatan PNF di lapangan masih

mengandalkan tenaga sukarela yang tidak ada kaitan

struktural dengan pemerintah sehingga tidak ada jaminan

kesinambungan pelaksanaan program PNF;

g. Perhatian dan pengembangan pendidikan kesetaraan jender, pemberdayaan wanita dan sebagai ibu rumah tangga yang

turut menopang ekonomi keluarga, dan kader-kader wanita

pelayan pembangunan masyarakat di pedesaan, masih relatif

sangat rendah; Pada beberapa daerah tertentu di Kabupaten

Page 150: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 119

Bandung, masih ada budaya yang berpandangan bahwa

perempuan tidak diwajibkan untuk sekolah lebih tinggi

dibanding laki-laki. Hal tersebut menyebabkan satu

kesenjangan tingkat pendidikan antara laki-laki dengan

perempuan;

h. Masih belum terjadinya koordinasi yang terpadu antara Dinas Pendidikan dan Dinas Tenaga Kerja, terhadap Lembaga

Latihan Luar Sekolah (LLLS) dan LKK (Latihan Keterampilan Kerja)

sehingga kedua jenis lembaga tersebut kurang berkembang;

i. Masih rendahnya jumlah, sebaran pelayanan perpustakaan

masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan pusat-pusat

kegiatan belajar masyarakat (PKBM) sebagai media dan

sumber belajar dan pembelajaran masyarakat;

j. Masih rendahnya pelayanan pendidikan kepemudaan, baik

yang menyangkut pelayanan pendidikan kepribadian, budi

pekerti, kecakapan hidup, maupun yang bersifat kebangsaan.

Kesepuluh problema tersebut, dapat kita nyatakan bahwa

sasaran PLS merupakan sasaran yang sangat besar dan multi

segmen. Peserta didik dalam program PLS merentang mulai

penduduk usia dini hingga penduduk lanjut usia, dari mulai putus

sekolah hingga mereka yang berkeinginan untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan praktis untuk bekerja dan memperoleh

penghasilan. Dengan kata lain, garapan pendidikan luar sekolah

melebihi garapan pendidikan sekolah dengan latar belakang dan

segmen masyarakat yang beragam. Berdasarkan pemikiran

tersebut maka pada era baru ke depan, PLS perlu terus dibina dan

dikembangkan agar memiliki peran yang sama pentingnya

dengan pendidikan sekolah dalam mengembangkan kualitas SDM.

Untuk itu PLS perlu ditata dan dikembangkan sehingga menjadi

komponen yang integral, saling membangun dan saling

melengkapi dengan komponen persekolahan.

3. Pendidikan Informal

Masyarakat belum begitu memahami tentang eksistensi

pendidikan informal yang telah dijamin oleh undang-undang,

sehingga layanan pendidikan informal masih dianggap tidak

penting bagi pendidikan anak. Di samping itu, pemerintah pun,

baik pemerintah pusat, provinsi, maupun pemerintah kabupaten

belum dapat merumuskan peraturan perudang-undangan

termasuk pedoman penyelenggaraan pendidikan informal bagi

masyarakat. Sehingga, kecenderungan pendidikan informal yang

berkembang sekarang ini lebih mirip layanan pendidikan nonformal

Page 151: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 120

yang diselenggarakan oleh keluarga yang tidak percaya dengan

pendidikan formal maupun nonformal.

4. Administrasi dan Manajemen

Berita-berita keprihatinan terkait dunia pendidikan di atas,

mau tidak mau seolah menafikan keberhasilan sisi lainnya di sektor

pendidikan di Kabupaten Bandung. Jika pada Tahun 2008 secara

nasional termasuk Kabupaten Bandung harus tuntas madia yang

dicirikan dengan APM antara 86-90% dan APK mencapai angka

98%, maka Kabupaten Bandung harus mengejar point standar

tersebut dalam kurun waktu yang tersisa tinggal 1 tahun berjalan.

Problema-problema pokok dalam aspek manajerial

kelembagaan berkaitan dengan:

Pertama, perencanaan pembangunan pendidikan masih

bersifat terpusat dan belum komprehensif. Pendidikan hanya

dipandang sebagai sekolah. Padahal, jenis-jenis kelembagaan

satuan pendidikan yang sering terabaikan dan banyak berperan

ialah lembaga satuan pendidikan luar biasa, luar sekolah

(nonformal), dan keagamaan. Hal ini disebabkan oleh masih

lemahnya kapasitas pemahaman, apresiasi dan keterampilan dari

aparat pemerintah dan masyarakat tentang karakteristik

kelembagaan pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis-jenis

kelembagaan satuan pendidikan. Sehingga menyebabkan pula

kurangnya perhatian pemerintah terutama dalam sistem

penganggaran dan pembinaannya;

Kedua, elemen-elemen penopang pelaksanaan kebijakan

otonomi manajemen pemerintahan berdasarkan UU.No.32/2004

belum memberikan keleluasaan penuh dalam manajemen

pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung. Struktur

Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) setiap SKPD masih berubah-ubah,

kurang berorientasi pada tugas, fungsi dan tujuan. Sehingga

otoritas dan kewenangan dalam melaksanakan pembinaan

pendidikan pun sering tumpang tindih, baik di lingkungan instansi

horizontal (beberapa SKPD seperti Bidang Kesejahteraan Rakyat,

Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, Badan Diklat, serta SKPD

lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan), maupun

dengan instansi vertikal (Departemen teknis seperti halnya

Departemen Agama dan departemen lain yang

menyelenggarakan pendidikan).

Ketiga, masih lemahnya sistem pengawasan mutu

pendidikan, baik yang menyangkut kerangka acuan dan instrumen

yang yang digunakan, maupun dalam aspek prosedur

Page 152: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 121

pelaksanaannya. Sistem pengawasan yang dilakukan cenderung

bersifat administratif, temporer, dan kurang berkelanjutan, bahkan

lebih mengarah pada pelaksanaan pola-pola pengawasan

pembangunan di bidang di luar kependidikan yang lebih bersifat

mencari-cari kesalahan. Sehingga membuat ketidaknyamanan

dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan dalam pendidikan;

Keempat, masih lemahnya sistem evaluasi pendidikan, baik

evaluasi hasil belajar maupun evaluasi program, sehingga sering

diintervensi oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

Kebijakan UAN yang merugikan peserta didik merupakan bukti

masih adanya ketidakpercayaan pemerintah pusat terhadap

pemerintah daerah dalam penyelenggaraan evaluasi pendidikan.

Kelima, bahwa data tentang pendidikan, kesehatan dan

perekonomian (mulai input, proses, dan output) di Kabupaten

Bandung juga sangat miskin. Masih sering ditemukan data

pendidikan yang kurang terintegrasi secara terpadu, banyak

versinya, ada versi pemerintah pusat, ada versi pemerintah provinsi,

dan ada versi pemerintah kabupaten. Di lingkungan pemerintah

Kabupaten Bandung pun, ada data versi Dinas Pendidikan, versi

Dinas Kependudukan, versi Dinas Tenaga Kerja, dan versi Badan

Perencana Daerah (Bapeda). Di samping itu, akses masyarakat

dan pemerintah untuk mendapatkan data yang akurat sangat sulit

didapat. Sehingga setiap kebijakan tentang pembangunan

pendidikan kurang menyentuh permasalahan sebenarnya.

Di samping itu, komitmen “ragu-ragu” terhadap amanat

Forum Pendidikan Dunia (Dakar, Sinegal 26-28 April 2000) tentang

Education for All (EFA) atau Pendidikan Untuk Semua (PUS) yang

meminta pemerintah di seantero negara agar memastikan bahwa

tujuan-tujuan PUS dapat tercapai pada Tahun 2015, disadari atau

tidak turut menyebabkan munculnya problema-problema

pendidikan di Kabupaten Bandung. Problema-problema itu

semakin memilukan bila melihat pendidikan di desa-desa terpencil.

Namun itulah kenyataannya, hal-hal yang sudah dapat

dikatakan ada kemajuan tersebut telah menurunkan ‘citra’ para

pengelola pendidikan di mata publik. “Karena nila setitik rusak susu

sebelanga”, citra yang baik begitu saja tenggelam karena satu

kekurangan/keteledoran dalam aspek tata kelola.

Dari gambaran di atas, kebijakan tentang (1) pemerataan

dan perluasan akses pendidikan, (2) peningkatan mutu, relevansi

dan daya saing, (3) peningkatan kualitas tata kelola, akuntabilitas

dan pencitraan publik, hanya sekedar komoditas politik, dan

Page 153: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 122

kalaupun dipaksakan dengan setengah-setengah, tetap akan

‘berjalan di tempat’.

Sebenarnya kebijakan yang ke-3 itulah akar

permasalahannya. Karena salah satu diantaranya tak pernah

(sedikit) dijamah, yaitu meningkatkan efisiensi dan efektifitas

manajemen (tata kelola). Saya menganggap bahwa bila

kebijakan keempat ini memperoleh perhatian serius, maka ketiga

kebijakan lainnya akan dapat diselenggarakan dengan baik.

Perlu diketahui bahwa organisasi kependidikan yang dikelola

oleh bukan instansi Pemerintah, adalah wadah kegiatan yang

dibentuk oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat.

Pemerintah hanya memberikan bantuan berbentuk “Technical

Assistance” yang pelakunya adalah Pengawas/Penilik dan atau

Tenaga Lapangan Dikmas (TLD), dan mungkin juga bantuan lain

yang berupa barang dan atau dana. Bila unit kerja operasional

yang menyusun rencana, maka pemimpin unit kerja tersebut perlu

dibekali dengan kemampuan untuk menyusun rencana, dan

mengelola unit kerjanya dengan semestinya.

Di samping keenam problema dalam manajemen

pendidikan di Kabupaten Bandung, perlu diperhatikan dua kondisi

sosial yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan

pendidikan di Kabupaten Bandung, yaitu:

Pertama, kondisi umum kehidupan masyarakat Kabupaten

Bandung dari sisi kesehatannya sangat memprihatinkan. Persoalan

gizi buruk, tingginya AKI (angka kematian ibu) dan AKB (angka

kematian bayi), penyakit lama yang menghinggapi masyarakat,

menjangkitnya penyakit baru seperti HIV AIDS, Flu Burung, serta

penyakit endemis lainnya. Jumlah yang rawan terkena penyakit

juga bisa jadi masih akan bertambah jika melihat masih banyaknya

jumlah keluarga yang tinggal di rumah tidak layak huni dan masih

banyaknya keluarga miskin (Gakin).

Kedua, daya beli masyarakat yang masih rendah. Disadari

atau tidak, sekalipun komoditi perekonomian masyarakat semakin

sempit, karena terdesak usaha-usaha konglomerasi kaum ‘borjuis’,

tetapi pada saat masyarakat Kabupaten Bandung dilanda krisis

ekonomi, golongan merekalah yang paling dapat bertahan hidup.

Persoalannya ialah, seberapa besar tingkat perhatian pemerintah

daerah terhadap golongan masyarakat seperti itu. Kebijakan-

kebijakan perekonomian khususnya yang menyangkut

perlindungan dan pengembangan usaha-usaha kecil dan

menengah sering digulirkan, namun kebijakan tersebut sering

tergeser oleh kebijakan subsidi terhadap kaum pemilik modal yang

Page 154: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 123

nyata-nyatanya telah meluluhlantahkan sistem perekonomian

nasional, sehingga kebijakan terhadap pengembangan usaha

kecil dan menengah ini sering dituding sebagai kebijakan “lain di

mulut lain di hati”.

Ketiga, diakui atau tidak bahwa dalam melaksanakan

pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung terkadang

masih ditemukan fakta yang saling bertentangan antara dimensi

konsumtif dengan dimensi investatif. Dimensi konsumtif berkaitan

dengan kebutuhan untuk memproduksi barang dan jasa,

sedangkan dimensi investatif berkenaan dengan kebutuhan untuk

menciptakan kemampuan menghasilkan barang dan jasa di masa

depan. Pilihan terhadap kedua tujuan tersebut pada

kenyataannya harus melalui ‘debat politik’ dan pertimbangan-

pertimbangan politis dan ekonomis. Pertimbangan politis

didasarkan kepada tujuan masyarakat secara menyeluruh, dan

pertimbangan ekonomis didasarkan pada kemampuan fiskal

otoritas penentu anggaran pembangunan daerah.

Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung betul-betul

ingin mengelola sistem pendidikan dengan sebaik-baiknya, maka

status atau fungsi pengelola pendidikan di setiap jenjang, jalur dan

jenis pendidikan yang ada di lingkungan pemerintahan kabupaten

memerlukan perangkat hukum dan perundang-undangan yang

dapat memberikan keleluasaan untuk merubah pola pikir, apresiasi,

dan kebiasaan dalam mengelola pendidikan yang lebih akuntabel.

Sehingga, mengelola sistem pendidikan yang dilakukan baik oleh

SKPD (Dinas Pendidikan) maupun unit kerja yang ditugasi (Satuan

Pendidikan) terutama pada jalur pendidikan formal, non formal

dan informal berada dalam satuan sistem tata kelola, bukannya

terpisah seperti yang sekarang ini.

Investasi dalam bidang pendidikan secara dini akan

menjamin terwujudnya pemenuhan hak asasi manusia,

meningkatnya kualitas SDM, pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan, terwujudnya masyarakat sejahtera, mempunyai

kemampuan mengelola teknologi, mempunyai keunggulan

kompetitif yang tinggi, dan menjamin kelangsungan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Tantangan ke Depan

Globalisasi dalam tatanan kehidupan masyarakat

Kabupaten Bandung pengaruhnya sungguh luar biasa, seluruh

tatanan hidup dan kehidupan masyarakat berubah ke arah yang

Page 155: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 124

tidak menentu. Secara tidak disadari, globalisasi bukan saja

membawa kehidupan masyarakat ke arah persaingan yang begitu

berat, tetapi juga telah melunturkan sendi-sendi keimanannya.

Pengaruh yang paling berbahaya dari pengaruh globalisasi

bagi masyarakat kabupaten Bandung ialah lunturnya keimanan

sebagai masyarakat yang agamis. Terjadinya dekadensi moral

atau penurunan budi pekerti (akhlakul karimah) di kalangan anak-

anak dan kelompok pemuda sebaya, maraknya penyalahgunaan

narkoba, meningkatnya kriminalitas di kalangan remaja serta

meningkatnya jumlah anak jalanan dan anak terlantar,

meningkatnya keluarga miskin, meningkatnya angka putus sekolah

dan angka mengulang, meningkatnya wanita tuna susila, dan

derajat kesehatan masyarakat yang buruk, turut mempengaruhi

kualitas kehidupan dan jati diri sebagai manusia hati, manusia

rasional, dan manusia spiritual, yang mengemban amanat

kelangsungan peradaban masyarakat Kabupaten Bandung di

masa depan.

Misalnya, berkenaan dengan rendahnya kemampuan anak

dalam mengikuti pendidikan lebih lanjut, lulusan yang tidak

diterima di dunia kerja, moral dan budi pekerti yang ‘amburadul’,

sehingga setelah masuk dunia kerja pun bukan menunjukkan

kinerja yang dapat memperbaiki proses-proses pembangunan,

malahan terbawa arus, bahkan lebih korup dibanding para

pendahulunya. Bagaimana mungkin proses pembangunan dapat

menghasilkan tujuan dengan efektif dan efisien bila para pengelola

pembangunan sendiri dalam keadaan tidak dapat memberikan

keteladanan. Sekalipun visi, misi, prinsip, tujuan, strategi, program

pembangunan dirumuskan dengan sangat hebat, namun tidak

ada maknanya manakala para pengelolanya dihasilkan dari

lulusan-lulusan pendidikan yang tidak berkualitas. Apabila proses-

proses pembangunan pendidikan dilaksanakan seperti itu terus-

menerus, maka bangsa ini selamanya tidak akan mendapat

hidayah untuk bangkit menuju kehidupan yang lebih baik. Bahkan

akan hancur sebagaimana bangsa-bangsa terdahulu yang

‘durhaka’ terhadap Alloh SWT.

Gambaran di atas bukan hanya sekedar cerita, bahwa

permasalahan mendasar bagi pemerintah dan masyarakat

Kabupaten Bandung dalam pengembangan sumber daya

manusia (SDM) sekarang ini ialah bagaimana mendayagunakan

segala potensi yang dimiliki untuk mencapai berbagai tujuan hidup

dan kehidupan yang dicita-citakan. Potensi-potensi tersebut terdiri

dari para tenaga kerja, modal, teknologi dan sumber-sumber alam

Page 156: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 125

lainnya. Tenaga kerja dapat dikategorikan menurut pengetahuan,

kemampuan dan keterampilannya, dan sumber-sumber lainnya

dapat dikategorikan menurut jumlah dan tingkatan kualitasnya.

Di samping itu, disadari pula bahwa dalam peranan

pembangunan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) yang berkecimpung dalam dunia internasional,

pembangunan SDM di Kabupaten Bandung pun tidak terlepas dari

kebijakan pembangunan nasional maupun regional (provinsi). Dan

telah menjadi kesepakatan pula bahwa penyelenggaraan

pendidikan di daerah merupakan tanggung jawab bersama

antara pihak orang tua, masyarakat, dan pemerintah kabupaten.

Dengan demikian, dalam rangka upaya pencapaian target

IPM berikutnya perlu dilakukan upaya-upaya yang lebih terfokus

pada pencapaian komponen-komponen pembentuknya yaitu

indeks pendidikan, dengan merujuk pada:

Pertama, amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu: “Kemudian

daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia

yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial, …dan teknologi, seni dan budaya, demi

meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat

manusia”. Kemudian, pada pasal 31 ayat (1) mengamanatkan

pula bahwa: “Setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan”, pasal 31 ayat (2): “Setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.

Pasal 31 ayat (3): “Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang-undang”. Pasal 31 ayat (4): “Negara memprioritaskan

anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran

pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan

dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

pendidikan nasional”.

Kedua, amanat UU.No.20/2003 Bab II pasal 3, yang

menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

Page 157: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 126

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlaq mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Ketiga, deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM), mengamanatkan

bahwa: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh

dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi”. Pasal 28C ayat 1: “Setiap orang berhak

mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapat pendidikan dan manfaat dari ilmu

pengetahuan.

Keempat, amanat Kerangka Aksi Dakkar (KAD) tentang

‘Pendidikan Untuk Semua’ (PUS), yang harus diupayakan oleh

bangsa-bangsa di dunia, yaitu:

(1) Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak dini usia, terutama bagi anak-anak yang

sangat rawan dan kurang beruntung;

(2) Menjamin bahwa menjelang Tahun 2015 semua anak,

khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit

dan mereka yang termasuk minoritas etnik, mempunyai akses

dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib

dengan kualitas baik;

(3) Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-

program belajar dan kecakapan hidup (life skills) yang sesuai;

(4) Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang Tahun 2015, terutama bagi kaum

perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan

berkelanjutan bagi semua orang dewasa;

(5) Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah menjelang Tahun 2005 dan mencapai persamaan

gender dalam pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu

fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dalam

pendidikan dengan kualitas yang baik;

(6) Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan

terukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan,

angka dan kecakapan hidup (life skills) yang penting

Kelima, amanat masyarakat Kabupaten Bandung

sebagaimana yang dirumuskan dalam visi dan misi pembangunan

daerah, yaitu ingin mewujudkan “masyarakat Kabupaten Bandung

yang repeh, rapih, kertaraharja melalui akselerasi pembangunan

Page 158: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 127

partisipatif yang berbasis religius, kultural dan berwawasan

lingkungan dengan berorientasi pada peningkatan kinerja

pembangunan desa”. Visi tersebut ingin diupayakan melalui lima

butir misi pembangunan, yaitu: (1) Peningkatan pemahaman nilai-

nilai luhur agama dan budaya serta penerapannya dalam

kehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan; (2) Peningkatan

akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas melalui

peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, peningkatan

kualitas dan kesejahteraan tenaga kependidikan, peningkatan

sarana/prasarana pendidikan dan penuntasan wajar dikdas 9

tahun; (3) Peningkatan perekonomian daerah, melalui

pemberdayaan ekonomi masyarakat (UMKM), revitalisasi pertanian,

pengembangan industri manufaktur dan pengembangan iklim

usaha yang kondusif; (4) Peningkatan derajat kesehatan

masyarakat, melalui peningkatan kesadaran budaya sehat,

peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

yang berkualitas, peningkatan sarana/prasarana kesehatan, dan

perbaikan gizi masyarakat; dan (5) Peningkatan ketersediaan dan

kualitas infrastruktur sebagai upaya mendukung percepatan

pembangunan, peningkatan keterpaduan pemanfaatan ruang

kota dan pusat pertumbuhan, peningkatan gairah investasi serta

aktivitas ekonomi lainnya.

Keenam, keinginan mencapai target IPM sampai 80%

merupakan sesuatu yang berat, sangat memerlukan komitmen dan

keberanian politik yang sungguh-sunggung antara Pemerintah

Kabupaten dan DPRD), untuk memberi peluang dan keleluasaan

untuk menyiapkan SDM yang memadai, terutama yang berkenaan

dengan pola hidup, lingkungan dan pelayanan yang sehat,

tumbuh-kembang anak secara dini, perlindungan anak dari

eksploitasi dan kekerasan, penanggulangan HIV-AIDS, serta

pelayanan pendidikan yang bermakna bagi kehidupan keluarga,

masyarakat dan negara.

C. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Dibutuhkan

Keenam amanat sebagaimana dijelaskan di atas, diperlukan

kerja keras semua pihak, terutama terhadap program-program

yang memiliki kontribusi besar terhadap Indeks Pendidikan harus

benar-benar dioptimalkan untuk mengejar ketimpangan antara

target dengan realisasinya. Untuk sampai pada kondisi tersebut

memerlukan dukungan potensi insan-insan yang memiliki

kemampuan untuk berkiprah pada jaman tertentu yang sesuai

Page 159: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 128

dengan gambaran kondisi yang dicita-citakan masyarakat

Kabupaten Bandung di masa depan.

Secara teoritis, untuk melihat gambaran masyarakat yang

dicita-citakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, sebaiknya

merujuk konsep yang pernah diilustrasi Hartanto (lihat: Mengelola

Perubahan di Era Pengetahuan, 1999).

Hartanto menganalisis kondisi masyarakat yang dimulai dari

kondisi apa yang disebutnya masyarakat peramu sampai pada

akhirnya menjadi masyarakat pengetahuan. Pada kondisi

masyarakat peramu, untuk kelangsungan hidupnya cukup hanya

mengandalkan daya tahan fisik dan naluri. Pada masyarakat

pertanian tujuan hidupnya hanya untuk kebutuhan fisiologik dan

cukup dengan mengandalkan kemampuan dan energi fisik. Pada

masyarakat industri, masih berorientasi pada kebutuhan fisiologi

dari orde yang sedikit lebih meningkat, dan cukup hanya

mengandalkan keterampilan dan kecekatan dalam bekerja. Pada

masyarakat pelayanan, orientasi kehidupan sudah mengarah

pada kebutuhan hidup yang nyaman, dan cukup hanya

mengandalkan kemampuan bekerja secara cerdas. Dan pada

masyarakat golongan terakhir yaitu masyarakat berpengetahuan,

orientasi hidupnya sudah berada pada tingkatan yang lebih tinggi,

yaitu kehidupan yang harus serba bermakna, dan tidak cukup

hanya mengandalkan berbagai kemampuan dan keterampilan

pada masyarakat-masyarakat sebelumnya, tetapi harus dibarengi

dengan kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara

cerdas.

Gambar 4.1

Hartanto, Mengelola Perubahan di Era Pengetahuan, 1999

DAYA TAHAN FISIK

DAN NALURI

MASYARAKAT KELANGSUNGAN

KEMAMPUAN DAN

ENERGI FISIK

MASYARAKAT

PERTANIAN

KEBUTUHAN

FISIOLOGIK

KETERAMPILAN DAN

KECEKATAN KERJA

MASYARAKAT

INDUSTRI

KEBUTUHAN FISIK

DARI ORDE LEBIH

TINGGI

KEMAMPUAN

BEKERJA CERDAS

MASYARAKAT

PELAYANAN

KEHIDUPAN YANG

NYAMAN

KEMAMPUAN

BEKERJA SAMA

CERDAS

MASYARAKAT

PENGETAHUAN

KEHIDUPAN YANG

BERMAKNA

Page 160: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 129

Gambaran Kondisi Masyarakat yang Dicita-citakan

Gambaran masyarakat seperti yang dikemukakan Hartanto

tadi, pada dasarnya berkenaan dengan aspek-aspek kehidupan

yang hakiki, yaitu aspek perilaku (psiko-sosial), budaya dan politik,

serta mata pencaharian. Ketiga aspek tersebut saling

mempengaruhi sehingga akan berpengaruh pula terhadap tingkat

kesiapan masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri dalam

persaingan global.

Merujuk pada makna dasar dan dimensi yang hakiki

kehidupan masyarakat, maka tidak ada pilihan lain bagi

masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung untuk

secepatnya mempersiapkan kondisi masyarakat yang diinginkan

tersebut, sehingga akan muncul kondisi masyarakat yang serba

siap dalam menghadapi segala tantangan kehidupan di masa

depan.

Masyarakat Kabupaten Bandung yang serba siap tersebut,

dapat diamati dari indikator-indikator sebagai berikut:

(1) Besarnya Rasa memiliki dari warga masyarakat Kabupaten

Bandung (termasuk kelembagaannya) terhadap program-

program yang dirancang atau diluncurkan oleh pemerintah,

baik pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi, maupun

pemerintah pusat;

(2) Kepercayaan diri yang mapan dari masyarakat dan pemerintah

Kabupaten Bandung terhadap potensi, sumber daya dan

kemampuan untuk membangun diri, masyarakat, bangsa dan

negaranya.

(3) Besarnya Kemandirian atau keswadayaan masyarakat

Kabupaten Bandung baik sebagai penggagas, pelaksana

maupun pemanfaat hasil-hasil pembangunan;

Untuk meraih kondisi masyarakat yang dicita-citakan tersebut

diperlukan SDM yang memiliki ketangguhan dalam keilmuan,

keimanan, dan perilaku shaleh, baik secara pribadi maupun sosial.

Keshalehan pribadi dan keshalehan sosial dibentuk dari

keseimbangan antara ilmu, iman dan amal seseorang, yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku. Insan-insan yang shaleh ini

sangat diperlukan, bukan hanya sekedar untuk kepentingan politik

dalam mendongkrak IPM, tetapi yang lebih utama adalah

membentuk ‘kader-kader tenaga pembangunan’ yang siap

‘berjihad’ membangun kembali masyarakat dan bangsanya untuk

bangkit dari keterpurukan.

Page 161: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 130

Dimensi-dimensi keshalehan pribadi seseorang mencakup

shaleh dalam aqidah, ibadah, ahlak, dan keluarga. Keshalehan

dalam aqidah adalah jiwa yang berwujud dalam motivasi untuk

hidup lebih baik, dan semangat kejuangan ke arah yang lebih

bermakna. Keshalehan dalam ibadah merupakan konsistensi

terhadap tujuan hidup yang berwujud dalam disiplin, komitmen,

kekeluargaan, dan kemasyarakatan. Keshalehan dalam akhlak

ialah perilaku sehari-hari sebagai perwujudan dari aqidah dan

ibadah. Dan kesalehan dalam keluarga merupakan perwujudan

dari ketiganya (Solihin Abu Izzudin, Zero to Hero, 2006).

Potret individu yang memiliki keshalehan pribadi ialah orang-

orang yang: (1) Suka mengajak kebaikan kepada orang lain,

dengan contoh, teladan dan fasilitasi terhadap orang lain; (2)

Berorientasi sebagai pemberi kontribusi, bukan sebagai peminta-

minta; (3) Lapang dada terhadap perbedaan dan keragaman; (4)

Respek terhadap keunikan orang lain.

Sedangkan potret individu yang memiliki keshalehan sosial

ialah:

a. Orang yang paling kokoh sikapnya (atsbatuhum mauqiifan),

mencakup kekokohan dalam: maknawiyah, fikriyah, da’awiyah,

jasadiyah, dan kemandirian finansial;

b. Orang yang paling lapang dadanya (arhabuhum shadran),

mengandung arti mampu menahan diri dan emosi ketika

marah, menguasai keadaan, selalu berfikir positif dan

mendoakan orang lain pada kebaikan, lapang dada dengan

kebodohan orang lain, tidak mudah menyalahkan, tetapi

membimbing dan mengarahkan, dan selalu berharap pada

kebaikan;

c. Orang yang paling dalam pemikirannya (a’maquhum fikran),

berfikir alternatif dan berbeda sehingga menghasilkan solusi

yang cerdas, memandang persoalan tidak dari kulitnya, tetapi

mendalami hingga ke akarnya, berfikir visioner jauh ke depan,

di luar ruang, lebih cepat dan lebih cerdas dari masanya,

menggunakan momentum keburukan untuk dijadikan

kebaikan, mengasah pengalaman dan penderitaan untuk

melahirkan sikap bijak dan empati, sensitif, luwes dan antisipatif;

d. Orang yang paling luas cara pandangnya (aus’uhum

nazharan), belajar sepanjang hayat secara serius dalam

menguatkan spesialisasinya, mau menekuni sebuah keahlian

sebagai amal unggulan, melakukan pembelajaran agar ahli di

bidang yang ditekuninya, menghasilkan karya sebagai bukti

Page 162: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 131

meski sederhana, mau belajar menguasai ilmu kontemporer

untuk menguatkan dan mengembangkan ilmu yang

ditekuninya, mampu menghubungkan data global menjadi

sebuah kekuatan, bersiap selalu agar mampu berpindah dari

suatu keadaan ke keadaan lain dengan keahlian-keahlian

yang dimilikinya, dan mampu bekerjasama untuk

memberdayakan potensi dirinya;

e. Orang yang paling rajin amal-amalannya (ansyatuhum

‘amalan), berdisiplin tinggi, bersemangat, konsisten, kontinyu,

pantang menyerah, dan berusaha memberikan yang terbaik

bagi orang lain;

f. Orang yang paling solid penataan organisasinya (aslabuhum

tanzhiman), rajin membangun rasa kebersamaan

(cohesiveness) dan memunculkan gerakan kolektif (collective

movement), selalu berpartisipasi pada kepentingan bersama

sebab kontribusi yang paling besar ialah partisipasi;

g. Orang yang paling banyak manfaatnya (aktsaruhum naf’an),

berfikir, bertindak dan berkarya menghasilkan manfaat bukan

saja bagi dirinya pribadi tetapi bermanfaat bagi orang lain,

seperti halnya pepatah lama, “gajah mati meninggalkan

gading, harimau mati meninggalkan belang”, manusia mati

meninggalkan amal shaleh yang bermanfaat bagi sesamanya.

Keshalehan pribadi dan keshalehan sosial akan tercermin

dalam kehidupan keluarga, karena keluarga merupakan wujud

konkrit unit organisasi masyarakat yang paling sederhana, tetapi

memiliki kekuatan pengaruh yang sangat besar. Keluarga yang

shaleh merupakan keluarga dambaan setiap orang. Keluarga yang

memiliki keshalehan pribadi dan keshalehan sosial merupakan

tiang-tiang yang kokoh masyarakat dan bangsanya. Karena itu,

bangsa yang berkualitas terdiri dari golongan masyarakat yang

berkualitas, dan masyarakat yang berkualitas merupakan

kumpulan keluarga-keluarga yang shaleh, dan keluarga yang

berkualitas terdiri dari individu-individu yang memiliki keshalehan

pribadi dan keshalehan sosial.

D. Tujuan dan Arah Kebijakan Pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup, dari

sejak dalam kandungan, kemudian melalui seluruh proses dan

siklus kehidupan manusia. Oleh karenanya secara hakiki

pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya

Page 163: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 132

pembangunan di bidang pendidikan pada dasarnya diarahkan

untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Dalam

kontek kehidupan berbangsa dan bernegara pembangunan

pendidikan merupakan wahana dan alat untuk mencerdaskan

dan mensejahterakan kehidupan warga negara.

Karena pendidikan merupakan hak setiap warga negara,

maka di dalamnya mengandung makna bahwa pemberian

layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga

Negara adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah,

masyarakat dan keluarga. Karena itu manajemen sistem

pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara

terpadu dan diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang

seluas-luasnya bagi warga masyarakat, bermutu, efektif dan efisien

dari perspektif manajemn.

Pemerintah Kabupaten Bandung memiliki tugas dalam

memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya

sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan

pemerintahan. Visi Kabupaten Bandung yaitu gemah ripah

lohjinawi, repeh rapih kertaraharja secara etis merupakan

kehendak, harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif

pemerintah bersama seluruh warga Kabupaten Bandung dalam

mencapai tujuan pembangunnya.

Demikian pula bahwa pembangunan pendidikan

merupakan fondasi pertama dan utama untuk pelaksanaan

pembangunan Kabupaten Bandung dalam berbagai bidang

lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi

pembangunan bidang-bidang lainnya mengingat secara hakiki

upaya pembangunan pendidikan adalah untuk membangun

potensi manusianya yang kelak akan menjadi pelaku

pembangunan diberbagai bidang pembangunan lainnya.

Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk

senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat.

Dalam kontek ini, masyarakat Kabupaten Bandung yang mayoritas

suku Sunda memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri.

Secara sosiologis-antropologis falsafah kehidupan masyarakat

Sunda yang telah diakui memili makna yang mendalam adalah

Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer. Dalam kaitan ini filosofis

tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan

setiap rencana pembangunan termasuk dibidang pendidikan.

Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur

berperilaku baik, sopan santun, ramah tamah bertatakrama. Bener

Page 164: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 133

yaitu jujur, amanah, penyayang dan taqwa. Pinter artinya memiliki

ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif.

Sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan pembangunan

pendidikan yang berfalsafahkan Cageur, Bageur, Bener, Pinter,

Singer tersebut maka ditempuh pendekatan social cultural heritage

approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif

masyarakat dalam mensukseskan program pembangunan

pendidikan yang digulirkan pemerintah.

Aspek yang harus disadari oleh segenap komponen

masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Bandung adalah kondisi

dan kenyataan pahit sebagai gambaran ‘prestasi’ pembangunan

pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini, berimplikasi luas

terhadap kehidupan masyarakat Kabupaten Bandung baik yang

terkait dengan masalah kehidupan agama, sosial, budaya, politik

maupun ekonomi. Dengan kata lain, kualitas pelayanan

pendidikan yang rendah, rendahnya akses masyarakat terhadap

pendidikan, buruknya manajemen sistem pendidikan akan menjadi

bagian dari problema yang berkepanjangan dalam menghadapi

tantangan dan persaingan kehidupan di masa mendatang.

Mencermati realitas tersebut, diperlukan berbagai langkah

inovasi dan penguatan strategi pembangunan pendidikan di

setiap kecamatan dengan tidak hanya mengandalkan sumber

daya yang dimiliki oleh pemerintah (baik daerah maupun pusat),

melainkan menggali keterlibatan aktif dari seluruh komponen

masyarakat. Peningkatan peranserta masyarakat dalam

pembangunan pendidikan tersebut diharapkan menjadi salah satu

akselerator untuk menuntaskan berbagai permasalahan

pendidikan di disetiap kecamatan dan pedesaan.

Pembangunan pendidikan sebagai wahana pembangunan

SDM yang berkualitas, tetap menjadi prioritas utama baik dalam

pembangunan jangka pendek, menengah maupun jangka

panjang. Hal tersebut dibuktikan dengan diprioritaskannya

pembangunan pendidikan dalam dokumen-dokumen

perencanaan baik di tingkat pemerintah pusat, pemerintah

provinsi, maupun pemerintah kabupaten, untuk jangka waktu

tahunan, lima tahunan, maupun dua puluh tahun ke depan. Hal ini

menunjukkan betapa pendidikan memegang peranan yang

sangat penting dalam proses pembangunan suatu negara

maupun suatu daerah.

Secara umum dalam lingkup kebijakan daerah,

pemerintahan daerah Kabupaten Bandung berpedoman pula

kedalam lingkup kebijakan makro pembangunan Provinsi Jawa

Page 165: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 134

Barat yang mengagendakan akselerasi dalam berbagai bidang

pembangunan termasuk di dalamnya pembangunan bidang

pendidikan. Upaya tersebut diaktualisasikan dalam lima misi

sebagai Agenda Prioritas Pembangunan untuk kurun waktu lima

tahun ke depan sebagaimana tertuang dalam Renstra Pemerintah

Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2009. Kelima agenda tersebut

meliputi: (1) meningkatkan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya

Manusia. (2) mengembangkan struktur Perekonomian Daerah yang

tangguh. (3) memantapkan kinerja Pemerintah Daerah, (4)

meningkatkan implementasi pembangunan berkelanjutan. (5)

meningkatkan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama

dan budaya daerah.

Ada pun misi yang diemban Pemerintah Kabupaten

Bandung telah pula dituangkan dalam RPJP 2008-2025 Bidang

Pendidikan yaitu: (1) meningkatkan kualitas iman dan taqwa

masyarakat, dan (2) meningkatnya kecerdasan kreativitas,

keterampilan, produktivitas, dan kemandirian masyarakat

berdasarkan iman dan taqwa.

Selain itu berbagai wacana pendidikan yang berkembang di

masyarakat melalui berbagai media juga perlu mendapatkan

respon positif dari pemerintah. Wacana-wacana tersebut

diantaranya desakan dari berbagai stakeholders pendidikan

tentang pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari

total APBN maupun APBD, pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dan

berbagai kendala yang dihadapi, tindak kekerasan yang terjadi di

kalangan pelajar, moralitas dan akhlak para pelajar yang sering

menimbulkan instabilitas.

Hal lain yang perlu mendapatkan kajian mendalam yaitu

terdapatnya keberagaman potensi sumber daya yang dimiliki dan

ketimpangan antara realitas dan kebutuhan telah memberikan

warna terhadap pengelolaan pendidikan di Kabupaten Bandung.

Di samping itu potensi yang dimiliki antara satu kecamatan dengan

kecamatan lainnya tidak sama. Satu kecamatan memiliki

keunggulan potensi, namun daerah lain memiliki berbagai

keterbatasan. Kondisi ini menuntut perlakuan yang tidak sama agar

pada akhirnya semua daerah bisa mencapai tujuan yang sama

dalam waktu relatif sama.

Dalam garis kebijakan nasional seiring dengan diterbitkannya

PP.No:19 Tahun 2004, tentang Standar Nasional Pendidikan, maka

target pelayanan pembangunan pendidikan harus semakin

ditingkatkan demi penyediaan pelayanan pembangunan

pendidikan yang semakin berkualitas dan berkeadilan. Seluruh garis

Page 166: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 135

kebijakan tersebut dipola dalam target kebijakan nasional yang

menyangkut pelayanan pembangunan pendidikan yakini: (1)

Pemerataan dan Perluasan akses, (2) Peningkatan Mutu, Relevansi

dan Daya Saing, (3) Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan

Publik.

1. Pemerataan dan Perluasan Kesempatan Pendidikan

Tujuan dan sasaran dalam aspek pemerataan dan perluasan

kesempatan pendidikan, sebaiknya tidak hanya sekedar diarahkan

pada upaya memberikan kesempatan kepada semua penduduk

usia sekolah untuk memperoleh pendidikan dengan hanya sekedar

mewajibkan kepada masyarakat, akan tetapi harus disertai

dengan tanggungjawab dalam memberikan konsekuensi yang

harus ditanggung pemerintah, serta memberikan keadilan bagi

seluruh lapisan masyarakat yang pluralistik.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya semakin tinggi

jenjang pendidikan semakin besar biaya pendidikan yang

dibutuhkan, maka tidak heran jika jumlah masyarakat yang mampu

menyekolahkan anaknya pada jenjang lebih rendah, jauh lebih

banyak dibandingkan dengan masyarakat yang mampu

menyekolahkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi. Makin

tingginya biaya pendidikan sejalan dengan makin tingginya

jenjang pendidikan merupakan konsekuensi logis dari peta sebaran

lembaga pendidikan terhadap persebaran penduduk, karena

materi dan proses pembelajaran yang membutuhkan alat dan

sumber belajar yang lebih kompleks bahkan tidak jarang

berteknologi tinggi, serta metode yang variatif dan inovatif

memerlukan media yang variatif pula.

Berdasarkan persoalan-persoalan terbut, maka tujuan jangka

panjang dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

dalam bidang ini ialah:

a. Tercapainya keseimbangan jumlah dan kapasitas pelayanan kelembagaan PAUD dengan jumlah populasi PAUD yang

ada pada setiap RW;

b. Tercapainya kesimbangan kesempatan dan pemerataan pelayanan jenis satuan Pendidikan Dasar formal maupun

nonformal dengan populasi anak usia wajib belajar sampai

ke tingkat pedesaan;

c. Tercapainya keseimbangan kesempatan dan pemerataan pelayanan jenis satuan Pendidikan Menengah formal

maupun nonformal dengan populasi Aanak Usia Wajib

Belajar (AUWB) Dikmen 12 tahun;

Page 167: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 136

d. Terpenuhinya rasio ruang kelas terhadap rombongan belajar lembaga satuan pendidikan; dengan rasio rombel dan kelas

berbanding 1:1;

e. Tingginya dukungan dan peranserta masyarakat, dunia usaha, dan komunitas pemerhati pendidikan, baik yang

bersifat materiil, maupun non material dalam setiap

perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian program

pendidikan;

Untuk mewujudkannya minimal dibutuhkan 2 kondisi, yaitu:

Pertama, bahwa diperlukan daya tampung yang seimbang

dengan populasi anak usia sekolah pada setiap jenjang

pendidikan; dan kedua, masyarakat harus memiliki kemampuan

untuk menyekolahkan anaknya.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing

Peningkatan pemerataan dan perluasan akses berbarengan

dengan peningkatan mutu menjadi suatu keniscayaan. Mutu,

relevansi dan daya saing sebagai karakter yang melekat pada

komponen input, proses dan output. Artinya output yang bermutu,

memiliki relevansi dengan kebutuhan pembangunan dan pangsa

pasar, dan sangat berarti pula dengan kepemilikan daya saing

tinggi lebih banyak dihasilkan dari input dan proses yang bermutu

pula.

Input pendidikan berkenaan dengan kondisi dan karakteristik

peserta didik, muatan kurikulum, tenaga guru dan kependidikan,

dana, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana,

serta suasana lingkungan pembelajaran. Ketersediaan komponen-

komponen input tersebut pada kenyataannya belum memenuhi

standar yang telah ditentukan secara nasional karena berbagai

alasan.

Proses pendidikan adalah pemanfaatan sumber daya yang

tersedia diramu dalam satu metode pembelajaran. Orientasi

kurikulum pada dewasa ini menuntut kreativitas dan inovasi yang

tinggi pada saat terjadi proses pembelajaran. Sejalan dengan

kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan, kreativitas dan

inovasi belum sepenuhnya memenuhi harapan. Masih sering terjadi

tenaga pendidik dan kependidikan terjebak pada rutinitas yang

sudah nyaman dijalani. Pembinaan professional, diklat dan

reorientasi yang diberikan pemerintah pun belum ditata dan

dilaksanakan secara terencana, terorganisasi, terkendali dan

berkelanjutan.

Page 168: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 137

Jika hasil Ujian Nasional jadi salah satu standar ukuran mutu

pendidikan yang dicapai, dapat dikatakan bahwa mutu lulusan

pendidikan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan belum

menggembirakan. Rata-rata nilai untuk mata pelajaran yang

diujikan dengan batas minimal kelulusan yang hanya 4,25 (Tahun

2006) sama sekali belum menggambarkan ketuntasan belajar.

Padahal menurut seharusnya seorang peserta didik dapat

melanjutkan ke materi berikutnya jika sudah tuntas pada materi

sebelumnya. Mutu output proses pembelajaran tersebut relatif lebih

mudah diamati dampaknya pada level jenjang pendidikan

menengah ketika memasuki perguruan tinggi dan atau bersaing

dalam meraih pasar kerja pada berbagai sektor baik di dalam

maupun di luar negeri.

Oleh karena itu, tujuan dan sasaran dalam peningkatan

mutu proses pembelajaran, bukan hanya ditujukan pada

banyaknya jumlah pembaharuan yang harus diterapkan dalam

proses pembelajaran, namun diarahkan juga pada regulasi

tuntutan perubahan yang dinamis dan akseleratif. Ujian kelulusan

program pendidikan harus diserahkan kepada lembaga lembaga

satuan pendidikan, dan Ujian Nasional harus diarahkan pada

upaya mendiagnosa pencapaian standarisasi pendidikan yang

ditetapkan pemerintah, bukan dimaksudkan untuk menghalangi

kesempatan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Di samping itu, perubahan tersebut bukan

semata-mata menjadi kewajiban dan tanggungjawab para

pendidik secara formal di lingkungan lembaga satuan pendidikan,

keluarga dan para peserta didik sebagai bagian dari subjek

pembelajaran, tetapi juga harus menjadi bagian yang dinamis,

adaptif, dan penuh inisiatif.

Berdasarkan persoalan-persoalan terbut, maka tujuan jangka

panjang dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

dalam bidang ini ialah:

a. Meningkatnya kualitas sumber daya tenaga pendidikan keagamaan dan meningkatnya motivasi masyarakat

terhadap pendidikan keagamaan;

b. Tercapainya target-target pencapaian SNP pada setiap jenis satuan pendidikan baik yang berkenaan dengan

penerapan kurikulum berbasis nilai-nilai religius (keimanan,

ketaqwaan, dan amal shaleh), tata pergaulan/budi-pekerti,

teknologi dasar, olahraga dan seni budaya, kesehatan dan

lingkungan hidup, serta aspek-aspek pembentuk karakter

kehidupan berbangsa dan bernegara;

Page 169: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 138

c. Meningkatnya kompetensi dan kemampuan dan

profesionalitas guru/ tutor/pamong bejlajar, dan tenaga

kependidikan lainnya sesuai dengan tugas pokoknya pada

setiap lembaga satuan pendidikan. Rasio siswa SD terhadap

kelas 1:30;

d. Terpenuhinya kebutuhan tentang sarana dan prasarana (Sapras) dan sumber-sumber belajar yang relevan dalam

pendukung penerapan kurikulum berbasis budaya daerah

dan kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup (life skills)

dan jiwa entrepreneur, teknologi dasar, serta lingkungan

hidup yang sesuai dengan Standar Internasional;

e. Meningkatnya lembaga satuan pendidikan (sekolah model) berbasis keunggulan dalam kecakapan hidup (life-skills), nilai-

nilai religius (keimanan, ketaqwaan, dan amal shaleh), tata

pergaulan/budi-pekerti, teknologi dasar, olahraga dan seni

budaya, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek

pembentuk karakter kebangsaan, yang memiliki daya saing

internasional;

f. Makin banyaknya murid, guru dan tenaga kependidikan lainnya yang memiliki kemampuan teruji untuk bersaing baik

pada tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional.

Dan Makin banyaknya murid, guru dan tenaga kependidikan

lainnya mendapat penghargaan yang memadai;

g. Meningkatnya sekolah-sekolah kejuruan berbasis potensi wilayah dan berorientasi pasar tenaga kerja lokal, nasional

dan internasional. Rasio SMA:SMK 60:40;

h. Tercapainya proses pembelajaran berbasis TIK di seluruh mata pelajaran di setiap jenis kelembagaan satuan

pendidikan. Terselenggaranya proses pembelajaran berbasis

TIK sebesar 50% pada setiap jenis satuan pendidikan;

Untuk mengatasi ketiga komponen mutu tersebut dibutuhkan

beberapa kondisi, antara lain: (1) Adanya standarisasi untuk setiap

komponen pendidikan baik yang menyangkut, input, proses, dan

output pada setiap jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan; (2)

Adanya regulasi sosialisasi, pembinaan dan fasilitasi yang

berkesinambungan dalam peningkatan kapasitas pengelolaan

pendidikan pada setiap tingkatan kelembagaan pendidikan, baik

yang menyangkut perencanaan dan program, pengorganisasian,

pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, evaluasi dan

pelaporan, serta akuntabilitas dalam penyelenggaraan

pendidikan; (3) Adanya kebijakan yang mengatur standarisasi

Page 170: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 139

prosedur operasional tentang kerjasama kelembagaan satuan

pendidikan dengan stakeholders pendidikan (masyarakat, dunia

usaha dan kelembagaan masyarakat lainnya);

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

Tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik merupakan

satu rangkaian yang memiliki hubungan sebab-akibat. Pengelolaan

yang baik menjadikan proses dan output dapat

dipertanggungjawabkan dan diterima oleh masyarakat dan

secara organisasi tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.

Memperhatikan fenomena dan kecenderungan di

masyarakat, masalah utama yang dihadapi berkaitan pula dengan

etos dan budaya kerja yang masih lemah pada sebagian tingkatan

pengelolaan pendidikan. Etos kerja berkaitan dengan sikap mental

yang sudah menjadi karakter kepribadian. Budaya kerja berkenaan

dengan pikiran, perasaan, dan kebiasaan). Etos kerja dan budaya

kerja akan membentuk sikap mental yang akan diwujudkan pula

dalam perilaku yang nampak pada saat melaksanakan tugas.

Kemauan untuk berubah dari kebiasaan lama sepertinya sulit

ditumbuhkan pada pengelola pendidikan. Apabila kolusi, korupsi,

dan nepotisme (KKN) telah menjadi perilaku para pengelola

pendidikan, maka untuk mencapai tujuan tata kelola, akuntabilitas

dan pencitraan publik sangat sulit dilaksanakan

Di sisi lain, arus informasi dan komunikasi pada era otonomi

daerah menjadi kurang intensif, kurang dapat dipercaya, kurang

akurat, dan susah didapat. Pemanfaatan dan optimalisasi fungsi

teknologi Sistem Informasi dan Komunikasi (SIK) ternyata tidak

semudah yang dibayangkan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

Kabupaten Bandung beberapa kali diupayakan membangun SIK

yang koneksitasnya menjangkau hingga tingkat kecamatan, akan

tetapi tidak berhasil mengkomunikasikan informasi yang akurat,

bahkan imprastruktur yang telah diadakan saja cenderung

digunakan untuk kepentingan yang lain.

Bukan hanya itu, perhatian para pengambil kebijakan dalam

mengalokasikan dana operasional dan pemeliharaan untuk

pengembangan SIK pun menjadi sangat menentukan untuk hidup

tumbuh dan berkembangnya sistem yang dibangun. Namun

demikian, kesadaran akan pentingnya teknologi informasi dan

komunikasi sebetulnya masih terus hidup bahkan tumbuh dan

berkembang, dengan munculnya kegiatan yang berhubungan

dengan pembangunan teknologi SIK, baik pada berbagai SKPD

maupun komunitas-komunitas masyarakat. Namun sungguh

Page 171: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 140

disesalkan, terkesan sangat parsial, insidental, dan tidak

terkoordinasikan, serta cenderung hanya sekedar menyikapi

masalah yang bersifat kebutuhan jangka pendek, tidak sampai

menyentuh kepentingan utama yang lebih luas.

Berdasarkan persoalan-persoalan terbut, maka tujuan jangka

panjang dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

dalam bidang ini ialah:

a. Meningkatnya kualitas Perencanan Pembangunan

Pendidikan yang dapat dijadikan arah dan pedoman oleh

para pengelola dan pelaksana penyelenggaraan

pembangunan pendidikan yang berkenaan dengan

substansi pendidikan (bidang garapan) pada setiap satuan

kelembagaan pendidikan, baik yang bersifat jangka pendek,

jangka menengah dan jangka panjang, maupun tingkatan

rencana induk, rencana/program strategis dan aktivitas-

aktivitas program;

b. Terciptanya regulasi, ontensitas dan konsistensi pengawasan, pengendalian, evaluasi, pelaporan dan

pertanggungjawaban baik internal dan eksternal, maupun

administratif, termasuk spesifikasi (norma, instrumen dan

prosedur) pengukurannya, sehingga dapat diterima dengan

wajar tanpa syarat;

c. Meningkatnya kompetensi dan kemampuan dan

profesionalitas pengawas satuan pendidikan yang sesuai

dengan tugas pokoknya pada setiap lembaga satuan

pendidikan sertifikasi diklat reguler, studi lanjut ke perguruan

tinggi ke luar negeri;

d. Meningkatnya besaran anggaran untuk membiayai

penyelenggaraan pendidikan dengan alokasi yang lebih

proporsional berdasarkan karakteristik kelembagaan satuan

pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pengelolaan

pendidikan;

e. Adanya regulasi peningkatan kesejahteraan bagi

guru/tutor/pamong belajar/TLD, kepala satuan pendidikan,

pengawas, tenaga administrasi dan tenaga kependidikan

lainnya yang sesuai dengan kemampuan anggaran daerah

dan kelayakan taraf hidup, pada setiap kelembagaan

satuan pendidikan, sehingga ada peningkatan motivasi dan

kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaannya, tanpa

diskriminasi terhadap status kepegawaiannya;

Page 172: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 141

f. Terciptanya konsistensi kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan pendidikan, baik yang

menyangkut bidang garapan maupun proses-proses

manajemen yang dapat dijadikan pedoman dalam

penyelenggaraan pendidikan;

g. Meningkatnya regulasi dan intensitas pelaksanaan sistem transparansi melalui mekanisme komunikasi dan sosialisasi

perencanaan, pelaksanaan dan hasil-hasil program

pendidikan kepada masyarakat;

h. Meningkatnya kualitas data dan informasi pendidikan yang cepat, akurat dan dapat dipercaya dalam upaya

mendukung sistem pembuatan kebijakan dan keputusan

yang menyangkut manajemen pembangunan daerah;

Oleh karena itu, untuk mencapai tatakelola, akuntabilitas

dan pencitraan publik dalam pembangunan pendidikan di

Kabupaten Bandung diperlukan beberapa kondisi: (1) Adanya

kebijakan yang mengatur standarisasi kinerja baik yang

menyangkut standarisasi kinerja kelembagaan maupun standarisasi

kinerja individu; (2) Adanya regulasi pemantauan dan evaluasi

pencapaian kinerja, baik individu maupun kelembagaan; (3)

Adanya regulasi, fasilitasi, dan pendampingan dalam

meningkatkan kompetensi individu dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya dalam struktur kelembagaan, baik yang

menyangkut kepribadian, professional, dan hubungan sosial; (4)

Adanya regulasi penguatan kapasitas dalam mengelola organisasi

pendidikan, baik yang menyangkut pemahaman tentang

kebijakan dan perundang-undangan pendidikan, pemahaman

tentang perencanaan dan program pendidikan, pemahaman

tentang pengawasan, monitoring dan evaluasi program

pendidikan, dan akuntabilitas/ pertanggungjawaban terhadap

program-program yang telah dihasilkannya; (5) Tersedianya data

dan informasi pendidikan yang akurat, dapat dipercaya dan dapat

diakses secara mudah dan cepat oleh semua lapisan masyarakat

yang membutuhkannya.

Page 173: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 138

BAB V

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2008-2025

A. Pendekatan Strategis

Pembangunan pendidikan di daerah menurut UU.No.32/2004

bukan lagi suatu konsep tetapi mulai diimplementasikan pada

semua tingkatan manajemen, tidak terkecuali pada tatanan

kelembagaan SKPD (Dinas Pendidikan) maupun pada satuan

pendidikan di jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Implementasi pada tatanan kelembagaan pendidikan sungguh

sangat berarti, karena fungsi dan peranan kelembagaan tersebut

sangat strategis dalam pembangunan peradaban masyarakan

Kabupaten Bandung. Sejarah mencatat bahwa pada organisasi

pendidikanlah kreativitas kultural kader-kader masyarakat

Kabupaten Bandung dapat dikembangkan.

1. Hakekat Otonomi Pengelolaan Pendidikan bagi Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Bandung

Tiga persoalan mendasar yang patut diantisipasi dalam

otonomi pengelolaan pendidikan, yaitu: Apakah pemberian

otonomi pengelolaan pendidikan akan menjamin setiap anggota

masyarakat Kabupaten Bandung memperoleh haknya dalam

pendidikan? Apakah dengan pemberian kewenangan

pengelolaan pendidikan kepada lembaga satuan pendidikan

dapat menjamin peran serta masyarakat akan meningkat? Apakah

pengelolaan pendidikan yang dilakukan di setiap lembaga satuan

pendidikan dapat mencapai hasil-hasil pendidikan yang bermutu?

Untuk menjawab ketiga pertanyan tersebut, perlu merujuk

sistem perundang-undangan tentang penyelenggaraan otonomi

pendidikan. Karakteristik yang melekat pada UU.No.32/2004 telah

membawa implikasi terhadap manajemen pendidikan nasional,

regional dan lokal. Implikasi tersebut diantaranya bahwa setiap

proses pengelolaan pendidikan harus pula berlandaskan bottom

up approach, karena pengelolaannya harus acceptable dan

accountable dalam melayani masyarakat terhadap kebutuhan

pendidikan. Secara teknis, pengelolaan pendidikan tingkat

kabupaten eksistensinya tidak terlepas dari rekomendasi kebutuhan

Page 174: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 139

pada tingkat satuan pendidikan. Artinya, bidang garapan, proses,

dan konteks pengelolaan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan tidak mutlak sama, baik dengan daerah lainnya yang

sederajat maupun dengan antar daerah kabupaten/kota. Secara

teoritis, keragaman itu akan memunculkan sinergisme yang

didukung oleh keunggulan komparatif dan kompetitif masing-

masing daerah dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

Dengan demikian, bahwa besar dan luasnya kewenangan

dalam pengelolaan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

akan tergantung kepada sistem politik dalam memberikan

keleluasaan tersebut. Akan tetapi, sekalipun keleluasaan itu

diberikan tidak dapat diartikan sebagai pemberian kebebasan

mutlak tanpa mempertimbangkan kepentingan pemerintah

daerah, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara

pengelola pendidikan pada tingkat kabupaten dengan pengelola

pendidikan di tingkat kelembagaan satuan pendidikan.

Sesungguhnya konflik kepentingan tersebut tidak perlu terjadi

apabila para pengelola tingkat kabupaten memahami hakekat

dan urgensi perlunya otonomi dalam pengelolaan pendidikan.

Walaupun terjadi tarik menarik kepentingan, harus berdasarkan

pada prinsip saling ketergantungan untuk menghasilkan sinergitas

bagi tujuan-tujuan pembangunan pendidikan yang lebih luas.

Dalam konsepnya, otonomi mengandung dua makna, yaitu

makna politik (otonomi politik) dan makna administratif (otonomi

administrasi). Membedakan kedua istilah ini sangat penting dalam

praktek pengelolaan pendidikan, karena pelayanan pemerintah

kepada masyarakat dalam bidang pendidikan secara politik harus

dapat menjamin hak dan masyarakat untuk memperoleh

pendidikan yang berkualitas, dan pelaksanaannya menyangkut

banyak pihak yang berkepentingan, sehingga memerlukan

kesepakatan-kesepakatan politik. Sedangkan pelayanan

pemerintah kepada masyarakat dalam bidang garapan, proses,

dan konteks penyelenggaraan pendidikan secara administrasi dan

manajerial tidak memerlukan konsensus dengan pihak-pihak di luar

kelembagaan pendidikan, karena otonomi administrasi merupakan

bagian dari strategi manajemen yang memungkinkan sangat

variatif sesuai karakteristik jalur, jenjang dan jenis kelembagaan

satuan pendidikan di masing-masing daerah.

Otonomi pengelolaan pendidikan berusaha untuk

mengurangi campur tangan atau intervensi pejabat atau unit

tingkat atas terhadap persoalan-persoalan manajemen pendidikan

yang sepatutnya bisa diputuskan dan dilaksanakan oleh unit di

Page 175: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 140

tataran bawah, sehingga diharapkan terjadi pemberdayaan peran

unit di tingkat bawah. Akan tetapi, walaupun begitu luasnya

otonomi dalam pengelolaan pendidikan yang diberikan kepada

lembaga satuan pendidikan, tetap harus konsisten dengan sistem

konstitusi.

Atas dasar alasan-alasan itu, otonomi merupakan sarana

untuk mengembangkan organisasi satuan pendidikan untuk dapat

bergerak lebih luwes dan alur informasi lebih bebas sesuai dengan

karakteristik pembuatan keputusannya. Di samping itu untuk

memenuhi kebutuhan pembangunan daerah, otonomi adalah

pola yang paling tepat dan relevan dengan tuntutan otonomi

tersebut.

Sesuai tuntutan reformasi dalam pembangunan, tampaknya

pelaksanaan otonomi dalam pengelolaan pendidikan di

Kabupaten Bandung merupakan suatu keharusan, di samping

memang sejumlah peraturan perundang-undangan yang sudah

ditetapkan menuntut untuk segera dilaksanakan. Juga, untuk

melaksanakan otonomi pengelolaan pendidikan secara nasional di

seluruh wilayah Indonesia tampaknya bukanlah hal yang mudah,

termasuk penyerahan seluruh urusan pendidikan kepada tingkat

lembaga satuan pendidikan, bukanlah hal yang gampang,

dibutuhkan waktu, dan tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya,

karena menyangkut sejumlah masalah dan kendala perlu diatasi,

termasuk kesiapan sumber pembiayaan, SDM, dan sumber-sumber

pendukung lainnya.

Karena itu, pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan

sampai ke tingkat lembaga satuan pendidikan berdasarkan

jenjang pendidikan yang selama ini kita anut, yakni meliputi jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Diperlukan pola-pola otonomi yang sesuai dengan karakteristik

kelembagaan satuan pendidikan dan karakteristik masyarakat di

masing-masing daerah. Otonomi jenjang pendidikan bisa dipilih

apakah semua jenjang pendidikan bisa ditangani oleh pemerintah

daerah, atau hanya terbatas jenjang pendidikan tertentu sesuai

dengan kemampuan pemerintah di daerah.

2. Ruang Lingkup Otonomi Pengelolaan Pendidikan yang Perlu Dikembangkan di Kabupaten Bandung

Secara teoritis terdapat tiga model otonomi dalam

pengelolaan pendidikan, yaitu: (1) Manajemen berbasis lokasi (site-

based management), (2) Pengurangan administrasi pusat, dan (3)

Inovasi kurikulum. Model manajemen berbasis lokasi ialah model

Page 176: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 141

yang dilaksanakan dengan meletakan semua urusan

penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

(sekolah). Model pengurangan administrasi pusat merupakan

konsekuensi dari model pertama. Pengurangan administrasi pusat

diikuti dengan peningkatan wewenang dan urusan pada masing-

masing sekolah. Model ketiga, inovasi kurikulum menekankan pada

inovasi kurikulum sebesar mungkin untuk meningkatkan kualitas dan

persamaan hak bagi semua peserta didik. Kurikulum ini disesuaikan

benar dengan kebutuhan peserta didik di sekolah-sekolah dan

tersebar pada daerah yang bervariasi.

Akan tetapi, otonomi pengelolaan pendidikan bisa

mencakup seluruh bidang garapan pengelolaan pendidikan, dan

dapat juga hanya salah satu atau beberapa bidang garapan saja,

antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, keuangan, dan

sarana-prasarana pendidikan. Otonomi kurikulum dapat dibedakan

dari aspek jenis dan muatannya, antara kurikulum bermuatan

internasional, nasional, regional dan lokal. Otonomi manajemen

tenaga kependidikan, dapat dibedakan dari aspek rekrutmen,

pendayagunaan, pembinaan profesional, penggajian dan

pengembangan kariernya. Otonomi keuangan dapat dibedakan

dari aspek alokasi kebutuhan dan penganggaran,

pendayagunaan, dan pertanggungjawabannya. Otonomi sarana-

prasarana pendidikan juga dapat dibedakan dari aspek

pengadaan, pendayagunaan dan pemeliharaannya. Namun

demikian, bidang-bidang garapan manajemen yang diotonomikan

akan ditentukan oleh isi dan luas kewenangan yang diberikan,

karena tidak setiap kewenangan yang diberikan disertai dengan

sumber pembiayaan, sarana dan prasarananya.

Terlepas dari bidang garapan mana yang diotonomikan,

sebetulnya aspek utama yang perlu disiapkan ialah adanya

deregulasi peraturan perundang-undangan sebagai produk dari

kebijakan pemerintah daerah yang dijadikan perangkat kendali

sistem pengelolaan pendidikan, sekaligus yang mengatur isi dan

luas kewenangan setiap bidang garapan yang diotonomikan.

Aspek inilah yang akan memberi corak, jenis dan bentuk otonomi

pengelolaan pendidikan.

Bidang hukum dan perundang-undangan dalam konteks

otonomi pengelolaan pendidikan, merupakan perangkat kendali

manajemen yang akan menentukan isi dan luas wewenang dan

tanggung jawab untuk melaksanakan setiap bidang tugas yang

diotonomikan. Setiap penataan organisasi sebagai konsekuensi

dari wewenang yang diterima, tidak terlepas dari adanya asas

Page 177: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 142

legalitas sebagai landasan berpijak dalam membangun

perangkat-perangkat operasional organisasi yang accountable

bagi kepentingan masyarakat, sekaligus untuk memenuhi

kebutuhan masyarakatnya. Dengan demikian, maka salah satu

keberhasilan dalam otonomi pengelolaan pendidikan sangat

tergantung pada dukungan peraturan perundang-undangan

tersebut.

Peraturan perundang-undangan tersebut terdiri dari dua

sumber, yaitu:

Pertama, komitmen politik yang bersumber dari amanat

masyarakat Kabupaten Bandung. Komitmen ini mencakup

komitmen internal dan eksternal. Komitmen internal berkaitan

dengan segala aktivitas pemenuhan kebutuhan, keinginan dan

harapan masyarakat untuk kesejahteraan. Sedangkan komitmen

eksternal berkaitan dengan segala aktivitas masyarakat Kabupaten

Bandung dalam percaturan regional, nasional dan global.

Kedua, political will (kemauan politik) para pembuat

kebijakan baik pada tatanan manajemen Pemerintah Daerah

Kabupaten Bandung dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat,

maupun Pemerintah Pusat. Kemauan politik ini harus konkrit dalam

wujud peraturan perundang-undangan dengan segala akibat

hukum yang menyertainya secara konsisten.

Ahirnya sampai pada kesimpulan bahwa dalam upaya

pelaksanaan otonomi pengelolaan pendidikan di Kabupaten

Bandung diperlukan prasyarat:

a. Kebijakan Umum Pengelolaan Pendidikan

Kerangka kebijakan umum ini diwujudkan dalam bentuk

Rencana Induk Pembangunan Pendidikan, sebagai kerangka

acuan yang memungkinkan para pengelola satuan pendidikan

beserta stakeholders serta masyarakat daerah menempatkannya

sebagai acuan bersama untuk mengarahkan potensi daerah

sesuai target dari tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.

Kehadiran master plan tersebut diarahkan untuk dapat

menjadi pedoman para pengelola dan penyelenggara pendidikan

di daerah, sebetulnya bukanlah sebuah dokumen yang akan

menduplikasi dokumen perncanaan daerah yang ada saat ini,

melainkan akan menjadi penguat bagi pelaksanaan agenda

pembangunan pendidikan di daerah yang secara eksplisit telah

dijadikan ketentuan hukum daerah, karena perumusannya akan

dikonsentrasikan pada pendayagunaan elemen-elemen dasar

Page 178: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 143

yang menopang pengelolaan pendidikan di daerah. Dengan

demikian kehadiran kebijakan umum tersebut seharusnya menjadi

acuan perangkat daerah dalam mendayagunakan sumber daya

daerah sehingga mampu melakukan perannya di dalam

mencapai target-target yang telah tertuang dalam dokumen

perncanaan pembangunan daerah.

b. Restrukturisasi Organisasi Pengelola Pendidikan

Bentuk dan struktur organisasi pengelolaan pendidikan yang

mencerminkan jiwa otonomi, antara lain:

(1) Struktur organisasinya lebih gemuk ke bawah, berbentuk piramid

dengan kerucut ke atas;

(2) Tidak banyak banyak unit-unit khusus, pokja, tim kerja, staf ahli

yang tidak jelas eselonisasinya;

(3) Beban tugas organisasi lebih banyak pada unit organisasi tingkatan bawah, tetapi tidak disertai dengan imbalan yang

memadai sesuai dengan beban pekerjaannya;

(4) Setiap tugas pokok dan fungsi unit-unit organisasi ditata dan diatur secara lengkap dan dituangkan dalam peraturan

perundang-undangan tertulis;

(5) Mekanisme pelaksanaan kerja, tugas, kebijakan, keputusan

yang menyangkut mekanisme sistem pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi setiap unit kerja, selalu diagendakan dan dibuat

secara tertulis serta disampaikan kepada seluruh anggota

organisasi;

(6) Mempunyai rencana strategis yang berjenjang dengan target,

acuan, alat, mekanisme pengendalian dan evaluasi serta

akuntabilitas yang jelas;

(7) Ada transparansi dalam setiap pengelolaan sumber-sumber

pembiayaan organisasi;

(8) Ada perimbangan penbiayaan dan profit sharing antara unit-

unit pusat dengan unit-unit pelakana pada tingkat bawah

c. Revitalisasi Muatan Kurikulum Pendidikan

Persyaratan utama dalam bobot muatan kurikulum harus

mendasar, kuat, dan lebih luas. Mendasar, dalam arti terkait

dengan pemberian kemampuan dalam upaya memenuhi

kebutuhan mendasar peserta didik sebagai individu maupun

anggota masyarakat. Kuat, dalam arti terkait dengan isi dan proses

pembelajaran atau penyiapan peserta didik untuk menguasai

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang kuat, sehingga

memiliki kemampuan untuk mandiri dalam meningkatkan kualitas

Page 179: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 144

pemenuhan kebutuhan mendasarnya. Luas, dalam arti terkait

dengan pemanfaatan dan pendayagunaan potensi dan peluang

yang ada dan dapat dijangkau oleh peserta didik. Potensi dan

peluang tersebut didayagunakan baik pada saat proses

pembelajaran maupun pada saat penerapan hasil pembelajaran.

Ketiga aspek tersebut secara bersama-sama memberikan

kemampuan kepada peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri

terhadap berbagai kemungkinan kondisi, potensi dan peluang

yang ada di lingkungannya.

Kompetensi yang dituntut ialah bekal pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan

sikap untuk bekerja dan berusaha secara mandiri, membuka

lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang

yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan kualitas

kesejahteraannya.

Penggunaan pendekatan dalam merumuskan kurikulum

harus memiliki cakupan yang luas, dapat mengitegrasikan

pengetahuan dengan keterampilan yang diyakini sebagai unsur

penting untuk hidup lebih mandiri.

Strategi pembelajaran dirancang untuk membimbing,

melatih dan membelajarkan peserta didik agar mempunyai bekal

dalam menghadapi masa depannya, dengan memanfaatkan

peluang dan tantangan yang ada. Metodologi pengajaran

berpegang pada prinsip belajar untuk memperoleh pengetahuan

(learning to learn), belajar untuk dapat berbuat atau bekerja

(learning to do), belajar untuk menjadi orang yang berguna

(learning to be) dan belajar untuk dapat hidup bersama dengan

orang lain (learning to live together).

Pengembangan kurikulum pendidikan ini harus didasarkan

pada perkembangan kehidupan masyarakat, pengembangan jati

diri manusia (insan kamil), yang dibutuhkan serta mampu hidup dan

menghidupi orang lain sesuai dengan fitrahnya sebagai pengelola

alam beserta isinya. Isi dan muatan kurikulum pendidikan harus

berorientasi pada dimensi-dimensi penguasaan bidang

keterampilan, keahlian dan kemahiran berkiprah sebagai anggota

keluarga yang hidup bermasyarakat bangsa dan negara, dan

mampu pula berkiprah dalam persingan global.

d. Profesionalisasi Tenaga Pengelola Kependidikan Para pengelola pendidikan pada tingkatan pengelola sistem

pendidikan nasional adalah seorang policy maker bagi segala

kegiatan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terlibat

Page 180: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 145

dalam kegiatan pendidikan, baik di lingkungan organisasi sistem

pendidikan, maupun pada lingkungan organisasi satuan

pendidikan. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang menyangkut

substansi (bidang garapan) manajemen pendidikan sangat

tergantung kepada putusan-putusan yang ditetapkan oleh para

pengelola pendidikan sebagai pimpinan dan penanggung jawab

kegiatan manajemen.

Dengan demikian, upaya pencapaian tujuan pendidikan di

Kabupaten Bandung maupun tujuan kelembagaan sekolah akan

banyak dipengaruhi oleh keterampilan-keterampilan (skills) dan

wawasan (vision) yang dimiliki oleh pengelola pendidikan dalam

melaksanakan tugas, peranan dan fungsinya sebagai pengelola

pendidikan. Apabila para pengelola pendidikan memiliki visi,

wawasan, dan kemampuan-kemampuan profesional yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pimpinan dan

penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan di daerah, akan

memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan secara efektif.

Setiap tugas yang harus dilaksanakan para pengelola pendidikan

sebagai pimpinan satuan pendidikan menuntut sejumlah

keterampilan (skills) khusus yang memungkinkan dapat

melaksanakan tugas atau peranannya secara efektif.

Kebutuhan tenaga-tenaga pengelola kependidikan

potensial yang secara umum mempunyai kualitas tertentu tersebut

dikelompokkan ke dalam tiga katagori utama, yaitu: (1) Tenaga

pengelola kependidikan berkualifikasi kemampuan berbasis

pendidikan tinggi di bidang administrasi dan pengelolaan

pembangunan pendidikan bagi unsur-unsur pimpinan pada semua

tingkatan jabatan struktural. Tenaga pengelola kependidikan ini

sangat diperlukan untuk menduduki jabatan pada eselon yang

bersifat strategis; (2) Tenaga pengelola kependidikan berkualifikasi

kemampuan manajerial berbasis pendidikan tinggi dalam bidang-

bidang keilmuan tertentu sesuai persyaratan tugasnya. Tenaga

manajemen kependidikan ini diperlukan untuk menduduki jabatan

pada eselon yang bersifat koordinatif; (3) Tenaga pengelola

kependidikan berkualifikasi kemampuan teknis operasional pada

eselon taktis operasional.

Basis pendidikan tinggi dalam bidang administrasi dan

pengelolaan pendidikan bagi tenaga kependidikan ini, dalam

perananannya sebagai orang profesional sangat diperlukan untuk

dapat mengembangkan management of educational services.

Penguasaan yang tinggi tentang sistem manajemen seperti itu

akan meningkatkan efisiensi dan responsiveness pemerintah

Page 181: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 146

daerah dalam mengemban tugas dalam bidang pelayanan

pendidikan. Di samping itu, dalam peranannya sebagai aparatur

pemerintah, diharapkan mampu berkerjasama dengan pihak

swasta atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Karena itu,

diperlukan pula basis pendidikan tinggi dalam bidang manajemen

pelayanan umum (management of public service delivery).

e. Pemetaan Alokasi Anggaran Pembiayaan Pendidikan Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam

menentukan tingkat keberhasilan pendidikan yaitu: (1) Dapat

tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih

tinggi. (2) Dapat tidaknya seseorang memperoleh pekerjaan. (3)

Besarnya penghasilan/gaji yang diterima. (4) Sikap perilaku dalam

konteks sosial, budaya dan politik.

Apabila telah sepakat dengan perlunya otonomi dalam

bidang manajemen pembiayaan pendidikan, maka setiap

lembaga pendidikan perlu diberi peluang dan kemampuan untuk

mengelola anggaran penerimaan dan pengeluaran biaya

pendidikan di lingkungan sistemnya masing-masing. Dengan asumsi

bahwa upaya dan hasil pemerataan pendidikan adalah

merupakan hak dan kewajiban bersama, partisipasi masyarakat,

pemerintah, orang tua dan dunia usaha dalam pembiayaan

pendidikan harus dipandang sebagai aset yang harus digali,

sehingga tidak sepenuhnya menjadi beban pemerintah.

Upaya-upaya dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan

pendidikan perlu diarahkan pada hal-hal pokok berikut ini: (1)

Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of access);

(2) Pemerataan untuk bertahan di sekolah (equality of survival); (3)

Pemerataan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar

(equality of output); (4) Pemerataan kesempatan menikmati

manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality of

outcome). Konsep peningkatan efisiensi pembiayaan pendidikan

akan mempunyai makna jika dihubungkan dengan konsep efisiensi,

baik secara internal maupun secara eksternal.

Berkenaan dengan jenis dan tingkatan biaya untuk

penyelenggaran pendidikan, pada dasarnya dapat dikatagorikan

ke dalam enam kategori, yaitu biaya langsung (direct cost), biaya

tidak langsung (indirect cost), biaya pribadi (private cost), biaya

sosial (social cost), biaya moneter (monetary cost), dan biaya

bukan moneter (non monetary cost). Biaya langsung adalah biaya

yang langsung menyentuh aspek dan proses pendidikan, misalnya

gaji guru dan pegawai, pengadaan fasilitas belajar (ruang tingkat,

Page 182: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 147

kantor, WC, sarana ibadah, gudang, laboratorium), ATK, buku

rujukan guru dan buku pegangan siswa. Biaya tidak langsung

adalah biaya yang dikeluarkan oleh siswa, orangtua atau

masyarakat untuk menunjang keperluan yang tidak langsung,

seperti: biaya hidup, pakaian, kesehatan, gizi, transportasi,

pemondokan, dan biaya kesempatan yang hilang selama

pendidikan. Biaya tidak langsung ini memiliki sifat kepentingan dan

tempat pengeluaran yang berbeda serta dikeluarkan dalam waktu

yang tidak terbatas dan jenis pengeluaran yang tidak pasti, seperti

hilangnya pendapatan peserta didik karena sedang mengikuti

pendidikan atau forgone earning. Di samping itu, biaya tidak

langsung dapat pula tercermin dari bebasnya pajak bagi sekolah

karena sifat sekolah yang tidak mencari laba.

Biaya pribadi adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga

untuk membiayai sekolah anaknya, di dalamnya termasuk biaya

kesempatan yang hilang (forgone opportunities). Biaya ini meliputi:

uang sekolah, ongkos, dan pengeluaran lainnya yang dibayar

secara pribadi. Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh

masyarakat untuk membiayai sekolah, termasuk di dalamnya biaya

yang dikeluarkan oleh keluarga secara perorangan (biaya pribadi).

Namun, tidak semua biaya sosial dapat dimasukkan ke dalam

biaya pribadi. Menurut Jones, biaya sosial dapat dikatakan sebagai

biaya publik, yaitu sejumlah biaya sekolah yang ditanggung

masyarakat.

f. Standarisasi Kelengkapan Fasilitas Pendidikan Bertaraf Internasional

Aspek fasilitas berkenaan dengan sarana dan prasarana

pendidikan dan kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaan

pendidikan yang tersedia. Sarana dan prasarana pendidikan masih

sangat tergantung pengadaannya dari pemerintah, sementara

pendistribusiannya belum terjamin merata sampai ke tujuannya

sehingga kemandirian dan rasa turut bertanggung jawab semua

pihak masih dirasakan kurang maksimal.

Fasilitas pendidikan ini, erat kaitannya dengan kondisi tanah,

bangunan dan perabot yang menjadi penunjang terlaksananya

proses pendidikan. Dalam aspek tanah, berkaitan dengan status

hukum kepemilikan tanah yang menjadi tempat pendidikan,

letaknya yang kurang memenuhi persyaratan lancarnya proses

pendidikan (sempit, ramai, terpencil, kumuh, labil, dan lain-lain).

Aspek bangunan berkenaan dengan kondisi gedung sekolah yang

kurang memadai untuk lancarnya proses pendidikan (lembab,

Page 183: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 148

gelap, sempit, rapuh, bahkan banyak yang sudah ambruk, dan

lain-lain) sampai membahayakan keselamatan. Aspek perabot

berkenaan dengan sarana yang kurang memadai seperti meja-

kursi yang reyot, alat peraga yang tidak lengkap, buku paket yang

tidak cukup, sarana kesehatan termasuk fasilitas kebutuhan

ekstrakurikuler.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, maka perlu

ditegaskan kembali bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung dapat

menentukan perkiraan-perkiraan kebutuhan dalam menopang

pengembangan pembangunan pendidikan di wilayahnya.

Perkiraan-perkiraan tersebut memerlukan asumsi-asumsi yang

didasarkan pada akurasi data mengenai:

(1) Kecenderungan tingkat pertumbuhan penduduk untuk 5-20

tahun ke depan;

(2) Kecenderungan jumlah enrollment atau anak usia masuk

lembaga pendidikan, untuk 5-20 tahun ke depan;

(3) Kecenderungan tingkat penghasilan perkapita masyarakat,

PDRB berdasarkan harga konstan, dan laju inflasi untuk 5-20

tahun ke depan;

(4) Kecenderungan penyusutan kondisi existing kelembagaan

pendidikan, baik dari aspek sarana dan prasarana, ketenagaan

dan proporsi kemampuan masyarakat dalam membiayai

pendidikan;

(5) Kecenderungan kemampuan anggaran pemerintah daerah

dalam mengalokasikan biaya pendidikan melalui APBD di luar

gaji pegawai dan pendidikan kedinasan pegawai untuk 5-20

tahun ke depan;

(6) Kecenderungan tuntutan perubahan masyarakat yang

dituangkan dalam pembaharuan kurikulum yang relevan untuk

5-20 tahun ke depan;

(7) Komitmen politik dan keberanian politik dan perhatian

pemerintah, masyarakat dan dunia swasta terhadap

pendidikan untuk membantu biaya dan prasarana pendidikan.

Ke-7 kecenderungan tersebut merupakan pekerjaan besar

yang harus dilakukan oleh Badan Perencana Pembangunan

Daerah yang menangani bidang pendidikan dan sosial budaya.

Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pasalah

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan

mutu dan relevansi, efisiensi manajemen dan akuntabilitas

manajemen, sudah cukup dijadikan dasar untuk menghitung

proyeksi kebutuhan pembangunan pendidikan untuk 5-20 tahun ke

depan.

Page 184: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 149

B. Pengembangan Model Di muka telah dibahas bahwa saat ini, dunia pendidikan di

Kabupaten Bandung sedang dihadapkan pada tantangan

“kebermaknaan”. Hasil-hasil yang selama ini diupayakan melalui

proses pendidikan, dianggap tidak memberikan manfaat nyata

bagi kehidupan. Apalagi bila hasil pendidikan tersebut

dibandingkan dengan di daerah lain, hasil pendidikan di

Kabupaten Bandung dianggap masih ‘terpuruk’. Keterpurukan itu

sebetulnya sangat beralasan, karena di Kabupaten Bandung masih

dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sangat mendasar,

yaitu kemiskinan dan kesehatan yang buruk. Di samping itu juga,

masih terdapat anak usia sekolah yang ke luar dari sistem

pendidikan persekolahan, masih banyak lulusan SD, SLTP, SLTA yang

tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, masih banyaknya

jumlah penduduk angkatan kerja yang menganggur karena tidak

mampu bersaing dalam pasar kerja.

Berbagai kebijakan dan pembaharuan telah banyak

dilakukan, dengan berbagai model dan kemasan, namun tetap

saja belum dapat menyelesaikan persoalan-persoalan khusus

dalam dunia pendidikan. Kebijakan pembaharuan pada

prakteknya bukan hanya sekedar isu, atau hanya sekedar merubah

aspek-aspek tertentu, tetapi dengan melihat kepentingan yang

lebih besar dan pandangan jauh ke depan. Posisi dan peran pihak-

pihak yang terkena pembaharuan (masyarakat) bukan lagi hanya

sekedar objek dari suatu kebijakan, akan tetapi berperan sebagai

mitra pemerintah dalam pembangunan. Tuntutan reformasi

pembangunan pendidikan yang diamanatkan melalui

UU.No.32/2004 dan peraturan perundang-undangan yang

menyertainya, menuntut pula perubahan-perubahan mendasar

dalam pendekatan dan metodologi pembangunan dalam

pendidikan.

Salah satu pilihan dalam pendekatan pembangunan

dewasa ini ialah Community Based Development (CBD).

Pendekatan ini dianggap mempunyai kemampuan dalam

mendorong masyarakat ke arah pemberdayaan dan kemandirian.

Sehingga masyarakat dapat meningkatkan prakarsa dan

partisipasi, peningkatan kemampuan kelembagaan yang selama

ini berakar di masyarakat, serta menjalin sinergi penanggulangan

kemiskinan yang berkelanjutan melalui kemitraan antar

kelembagaan masyarakat. Masyarakat yang demikian itu

diharapkan akan mengetahui pentingnya keputusan yang harus

Page 185: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 150

diambil masyarakat dan memahami apa saja konsekuensi, hak dan

kewajiban dari keputusan yang diambilnya itu. Paling tidak,

masyarakat pada tingkatan bawah semakin peduli akan

persoalan-persoalan yang dihadapinya.

Pendekatan CBD dewasa ini, sering dijadikan alternatif

pendekatan pembangunan yang menekankan pada pentingnya

keberlanjutan (sustainability), baik pada hasil-hasil pembangunan

itu sendiri maupun dampaknya terhadap sistem alam dan

kehidupan sosial secara lebih luas. Oleh karena itu, CBD dilakukan

dengan mengagungkan pilar-pilar yang dapat mengembangkan

semua sumber daya, menjamin keberlanjutan, sehingga

pendekatannya lebih bottom up dan partisipatif. Pilar-pilar tersebut

antara lain: equality dan equity (kesamaan dan keadilan),

partnership (kemitraan), participatory (partisipasi), empowerment

(pemberdayaan), dan democracy (demokrasi).

Menurut konsepnya, kelima pilar tersebut diharapkan akan

menjadi tenaga pendorong dalam meningkatkan imprastruktur

dasar yang ada di masyarakat, peningkatan perekonomian

masyarakat, dan kualitas sumber daya manusia. Infrastruktur dasar

yang menjadi tenaga pendorong tersebut, akan mendorong pula

upaya-upaya yang nyata, sehingga menjadi senjata-senjata

ampuh untuk keberlanjutan (sustainability) proses-proses

pembangunan dalam mencapai aktivitas-aktivitas kesejahteraan

masyarakat. Secara skematik pola pikir pendekatan CBD ini dapat

dilihat pada Gambar 5.1.

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:

Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 130.

CBD

Equality/ Equity Partnership Participatory Empowerment Democracy

Economic

Improvement

Improvement

of Basic

imprastucture

Improvement of

human

Income Generating, job

creation, small business,

redistribution of growth

Improvement / New

developmen of

infrastructure

Community/

Institutional

Capacity building

Community Activities and Welfare

S U S T A I N A B I L I T Y

Page 186: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 151

Gambar 5.1

Strategi dan Pola Pikir Community Based Development

Salah satu kelebihan otonomi dalam manajemen pendidikan

berkenaan dengan peranserta dan otoaktivitas masyarakat,

demokratisasi, pemberdayaan masyarakat, pelayanan kepada

masyarakat, keanekaragaman daerah, pemahaman terhadap

nilai-nilai dan aspirasi lokal, dan keputusan yang cepat dan tepat.

Namun, kelemahan yang patut dicermati berkenaan dengan

disparity antar daerah, pertumbuhan antar daerah tidak seimbang,

tidak ada standarisasi dan pengendalian, dan potensial untuk

disintegrasi semakin kuat.

Pada saat terjadi pelibatan masyarakat pada suatu program

intervensi dalam konteks pembangunan masyarakat, senantiasa

didasarkan pada dua alasan berikut. Pertama, upaya

menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama yang peka dan

aktif pada seluruh kegiatan yang terkait dengan substansi program

pendidikan berdasarkan: kondisi, sumber daya yang dimiliki dan

potensi sumber daya yang dapat dikuasainya. Kedua, upaya

memposisikan peran pemerintah sebagai fasilitator bagi

masyarakat pendidikan agar peka dan aktif dapat terwujud.

Kedua alasan tersebut beranjak dari pandangan bahwa suatu

program intervensi dari pihak pemerintah yang benar-benar

melibatkan masyarakat akan mengarahkan kepada keberhasilan

program dan sekaligus membangun masyarakat kelompok

sasarannya.

Masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan

mengandung arti bahwa seluruh aspek pengelolaan program

pendidikan pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat. Sehingga

konteks pelibatan masyarakat dalam program pendidikan tersebut

bukan untuk mengarahkan masyarakat sebagai pelaksana tetapi

memberikan kondisi agar masyarakat dapat melakukan

pengembangan aspek program-program pendidikan yang

dibutuhkannya, dan sekaligus memberikan perspektif terhadap

kepentingan pembangunan yang lebih luas. Fasilitasi yang

dilakukan pemerintah kabupaten seyogyanya dalam kerangka

penguatan kemampuan dan potensi masyarakat (pembelajaran

dan pemberdayaan serta perubahan ke arah pembaharuan

masyarakat). Artinya, masyarakat dihadapkan pada suatu proses

yang terbuka bagi pemikiran dan ketrampilan-keterampilan baru.

Sehingga, proses pelibatan masyarakat yang dilakukan merupakan

Page 187: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 152

media untuk terjadinya proses penerimaan dan pengalihan

kemampuan masyarakat dalam mengelola aspek program yang

dibutuhkannya.

Upaya pembangunan SDM senantiasa berkenaan dengan

tiga komponen utama, yaitu: pendidikan, kesehatan dan

perekonomian. Ketiga komponen ini merupakan sokoguru dalam

upaya pemberdayaan. Masyarakat terdidik akan menentukan

tingkat kesehatan dan perekonomian, begitu juga sebaliknya.

Karena itu sangatlah wajar apabila ukuran IPM menurut UNDP

bertumpu pada indikator-indikator tersebut. Di samping itu juga,

pelibatan masyarakat dilihat sebagai upaya pendidikan,

kesehatan dan perekonomian, bila dikaji dari unsur di luar

masyarakat, akan terkait dengan dimensi-dimensi yang menjadi

motor pemberdayaan, yaitu: dimensi perilaku (psiko-sosial), budaya

dan politik, dan mata pencaharian. Ketiga dimensi tersebut saling

mempengaruhi sehingga baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama akan berpengaruh terhadap tingkat kesiapan

masyarakat untuk dilibatkan dalam program pembangunan.

Merujuk pada makna dasar dan dimensi yang terkandung di

dalamnya maka hasil akhir dari proses pelibatan masyarakat dalam

kerangka pembangunan yang berperspektif pemberdayaan

adalah tumbuhnya:

(1) Rasa memiliki dari warga masyarakat termasuk

kelembagaannya terhadap program intervensi yang

dirancang atau diluncurkan oleh sektor;

(2) Kemandirian atau keswadayaan masyarakat baik sebagai

penggagas, pelaksana maupun pemanfaat pembangunan,

dan

(3) Kepercayaan diri yang mapan terhadap potensi, sumber

daya dan kemampuan yang dimiliki untuk membangun dirinya

sendiri.

Apabila kebijakan pembangunan lebih menekankan kepada

terwujudnya peranserta dan pemberdayaan masyarakat menjadi

satu-satunya pilihan, maka persoalan sangat mendasar yang perlu

diantisipasi adalah perbedaan persepsi antara para disainer

program (pemerintah dan konsultan) dengan keinginan,

kebutuhan dan harapan masyarakat. Dengan demikian, program

pembangunan yang berbasis kemasyarakatan harus bercirikan:

(1) Ada kebijakan yang menjamin hak dan kewajiban

masyarakat;

Page 188: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 153

(2) Ada sistem informasi yang melembaga dalam masyarakat

dalam bentuk community coalitions atau semacamnya;

(3) Ada transparansi keterpaduan visi dan misi serta akuntabilitas

program;

(4) Ada upaya penguatan kapasitas atau kemampuan aparat

dan masyarakat dalam pelaksanaan program;

(5) Ada lembaga yang menjadi mitra kerja pelaksanaan program.

Keenam ciri tersebut akan muncul apabila: (1) Masyarakat

mengetahui akan kebutuhan, keinginan dan harapannya; (2)

Masyarakat mempunyai kesempatan dan keleluasaan untuk

memutuskan keinginan, kebutuhan dan harapannya; (3)

Masyarakat memahami visi, misi, prinsip, dan tujuan program; (4)

Masyarakat mengetahui tugas dan perannya; (5) Masyarakat

mempunyai penggerak baik bersifat individual maupun

kelembagaan; (6) Masyarakat diberi kepercayaan untuk

melaksanakan program bahwa mereka mempunyai potensi.

Guna tercapai keadaan masyarakat seperti itu, menurut saya

perlu menempuh dua tahapan kegiatan sebagai berikut:

Pertama, proses objectiveness. Pada tahap ini kelompok

masyarakat sasaran program difasilitasi untuk mengetahui dan

memahami permasalahan mendasar yang mereka hadapi beserta

sumber daya yang dikuasainya. Berdasarkan pemahaman

terhadap hal tersebut, masyarakat kelompok sasaran program

dipraanggapkan memiliki cukup bahan masukan untuk

memutuskan sendiri kebutuhan atau tujuan program yang akan

dilakukannya.

Kedua; action objectives. Berdasarkan keputusan tahap

pertama selanjutnya masyarakat kelompok sasaran program

difasilitasi untuk menetapkan sendiri peranannya dan pelaksanaan

pemenuhan kebutuhannya. Hal utama yang harus dicapai pada

tahap ini adalah masyarakat kelompok sasaran program

pembangunan ialah bagaimana ia dapat memahami dan

menghayati secara jelas manfaat yang akan diperoleh dari

kegiatan yang dilaksanakannya sendiri terhadap peningkatan

tarap hidup dan kehidupannya.

Persenyawaan antara intervensi pemerintah dengan

kemauan masyarakat melahirkan sinergi harapan (expecation)

yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut

diantaranya:

Page 189: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 154

(1) Menjadikan musyawarah untuk menjalin ikatan sosial dan

kekompakan serta kebersamaan bagi perkembangan

kehidupan masyarakat;

(2) Memprogramkan setiap aktivitas, khususnya yang berkaitan

dengan penguatan kelembagaan usaha dan peningkatan

keterampilan sumber daya manusia (SDM);

(3) Memprogramkan setiap aktivitas pembelajaran dan

pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

melaksanakan program-program intervensi pembangunan.

Dengan demikian, memperhatikan beberapa tantangan

sebagaimana dipaparkan di muka dan kedua persyaratan kondisi

dalam pembangunan pendidikan, diperlukan suatu pendekatan

yang mempertimbangkan berbagai kemungkinan, baik yang

menyangkut aspek politik, ekonomi, dan waktu, serta keterampilan

mengenai pemahaman terhadap metoda keilmuan dan

pengetahuan tentang nilai-nilai kontemporer, serta peka terhadap

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Langkah-langkah

pengimplementasian pendekatan CBD disederhanakan dalam

Gambar 5.2.

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:

Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 134.

Gambar 5.2

Implementasi Konsep Community Based Development

Berdasarkan kepada kerangka konseptual tersebut, maka

strategi operasional program pendidikan, sebagai berikut:

Organisasi

Masyarakat Sivil

Organisasi

Masyarakat Sivil

Kelompok

Sasaran

Program

Aksi

Grup

Diskusi

Gerak-

kan

Pendekatan

CBD Program

Intervensi

Rasa

Kesatuan

Rasa

Kebersama

ANALISIS POSISI

BOTTOM

UP

TOP

DOWN

SWASTA

PEMERINTAH

MASYARAKAT

Page 190: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 155

Pertama, aktivitas fasilitasi langsung sebagai modus intervensi

dari pihak sentra-sentra pemberdayaan masyarakat, dilakukan

terhadap pelaksanaan tugas sebagai fasilitator. Hal ini dilakukan

untuk memberikan keleluasaan mendorong kemandirian

masyarakat untuk menjamin sustainability proses pemberdayaan

masyarakat. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh kader-kader

komunitas, diarahkan kepada standarisasi proses dan hasil

kelembagaan pendidikan yang ada di masyarakat.

Kedua, menempatkan posisi kelembagaan pendidikan

sebagai agen kuat dalam penciptaan kemandirian dan

keswadayaan satuan program pendidikan. Oleh karena itu

recruitment individu-individu atau lembaga-lembaga yang menjadi

fasilitator dilakukan dengan berorientasi kepada: (1) Pemahaman

terhadap karakteristik sosial-ekonomi masyarakat; (2) Penyiapan

kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas; (3) Transformasi

teknologi kepada kelembagan pendidikan yang dilakukan dalam

kerangka penyiapan kemampuan (enabling) melaksanakan

program lebih lanjut. Secara skematik strategi operasional ini dapat

dilihat pada Gambar 5.3.

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:

Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 135.

Gambar 5.3

Indikator Sukses Pembangunan Berbasis Masyarakat

C. Metode dan Teknik Dalam Renstra Pendidikan Nasional 2005-2025 dirumuskan

bahwa pembangunan Pendidikan Nasional terbagi ke dalam

empat tahapan strategis, yaitu (1) tahap penguatan kapasitas dan

SUKSES SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Sekses Koordinasi

dan Penguatan

Pemerintah

Sekses Program

Pendidikan

Sekses

Fasilitator

SUKSES MANAJEMEN PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Sekses

Kelembagaan

Pendidikan

Sekses

Kelompok Satuan

Program

Sekses Kader

Komunitas

Sekses Sentra

Pemberdayaan

Masyarakat

K e b e r l a n j u t a n

Manajemen

Program

Teknologi

Program

Page 191: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 156

modernisasi (2005-2010), (2) penguatan pelayanan (2011-2015), (3)

pengembangan daya saing regional (2016-2020), dan (4)

pengembangan daya saing internasional (2021-2025). Keempat

tahapan strategis tersebut harus menjadi rujukan bagi pemerintah

daerah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten.

1. Penguatan Kapasitas dan Modernisasi Kelembagaan

Pendidikan

Mengingat kompleksitas permasalahan, luas sasaran dan

keberagaman kebutuhannya masyarakat, maka pendekatan-

pendekatan pembangunan yang diarahkan pada penguatan

masyarakat sivil (civil society organization) merupakan rujukan

utama yang perlu dikedepankan. Pendekatan pembangunan ini

selanjutnya akan melahirkan pendekatan pembangunan yang

berbasis masyarakat (community based development). Dari

pendekatan inilah muncul pula pilihan-pilihan model untuk tingkat

kelembagaan, seperti halnya School Based Management (SBM)

dan Community Learning Center (CLC). Kedua model ini pada

dasarnya adalah model manajemen pembangunan masyarakat

yang diimplementasikan pada dunia pendidikan, suatu model

yang dianggap mempunyai fleksibilitas tinggi, dan merupakan

model yang paling dianggap demokratis.

Model-model seperti di atas sebetulnya dapat dilembagakan

oleh prakarsa dan partisipasi bersama, tanggungjawab bersama,

untuk produktivitas dan kepentingan bersama, secara perorangan

atau berkelompok. Model manajemen pembangunan seperti ini

dapat menunjukkan jati dirinya sebagai manajemen yang

kontekstual dengan kebutuhan pasar, kebutuhan dunia kerja,

kebutuhan dunia industri, kebutuhan pembangunan. Program-

programnya dapat disusun sesuai dengan jenis kebutuhan nyata

masyarakat dan lingkungannya.

Di Indonesia dewasa ini, pembangunan pendidikan melalui

model SBM atau CLC secara bertahap terus dipacu dan diperluas

guna memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak

mungkin dapat terlayani apabila hanya mengandalkan

pendekatan-pendekatan dan model-model konvensional. Model

SBM memberi kesempatan kepada lembaga pendidikan di jalur

formal lebih kreatif dan mandiri dalam mencapai relevansi

pendidikan. Model CLC menopang sasaran didik yang tidak

tertampung di jalur formal, dan diimplementasikan dalam bentuk

PKBM yang memprioritaskan kepada warga masyarakat yang

tidak pernah sekolah, putus sekolah, penganggur, miskin dan

Page 192: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 157

warga masyarakat lainnya yang ingin belajar untuk meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya untuk dapat

hidup lebih layak.

Merujuk pada hal tersebut, maka pendekatan strategis

pembangunan pendidikan sudah selayaknya memprioritaskan

pada penguatan sistem penyelenggaraan pendidikan berbasis

pada masyarakat. Program-program pelayanan pendidikan,

jaringan informasi, kemitraan, pembinaan, evaluasi dan

kesekretariatan untuk kemajuan masyarakat minimal di sekitar

lingkungan lokasi lembaga satuan pendidikan, serta mekanisme

koordinasi berikut peran-pemerannya dalam mendukung semua

aktivitas yang telah direncanakan oleh para pengelola

kelembagaan satuan pendidikan.

Model pendekatan dan metodologi pembangunan

pendidikan ini lebih mengutamakan pada mekanisme kerja

stakeholders sesuai tuntutan manajemen perubahan pendidikan,

dan kejelasan posisi kelembagaan satuan pendidikan dalam sistem

penyelenggaraan pendidikan di daerah. Inisiatif mengembangkan

jaringan informasi dan kemitraan memungkinkan lebih dominan

diperlukan oleh para pengelola kelembagaan satuan pendidikan.

Sedangkan pada aspek pembinaan lebih banyak diperankan oleh

pihak pemerintah.

Berdasarkan paparan tadi, maka pendekatan

pembangunan pendidikan yang berbasis masyarakat pada

hakekatnya diarahkan pada upaya membekali masyarakat dalam

bidang keterampilan, keahlian dan kemahiran dalam menggali,

memanfaatkan peluang untuk meningkatkan taraf kehidupan ke

arah yang lebih baik. Seperti apa yang dikemukakan Hartanto di

muka, yaitu masyarakat pengetahuan, yang dapat siap dan

mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang

terjadi di lingkungan kehidupannya. Indikator masyarakat seperti

itu, secara sederhana ialah:

(1) Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat

menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di

pasar global;

(2) Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan

untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarganya;

(3) Senantiasa mencari kesempatan untuk memperoleh pendidikan

dalam rangka mewujudkan kebutuhan, keinginan dan

harapan-harapannya.

Page 193: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 158

Untuk sampai pada masyarakat seperti itu, diperlukan

serangkaian kemampuan dasar yang harus diupayakan melalui

proses-proses pendidikan, yaitu:

(a) Kemampuan memahami potensi (kelebihan dan

kekurangan diri sendiri, orang lain dan lingkungannya);

(b) Kemampuan membaca dan menulis secara fungsional baik

dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing yang

menjadi pengantar bahasa internasional, atau salah satu

bahasa asing lainnya;

(c) Kemampuan merumuskan dan memecahkan masalah

yang diproses lewat pembelajaran berpikir ilmiah; penelitian

(explorative), penemuan (discovery) dan penciptaan

(inventory);

(d) Kemampuan menghitung dengan atau tanpa bantuan

teknologi guna mendukung kedua kemampuan tersebut di

atas;

(e) Kemampuan bekerja dalam tim/kelompok baik dalam

sektor informal maupun formal;

(f) Kemampuan untuk terus menerus menjadi manusia belajar;

(g) Kemampuan memanfaatkan beraneka ragam teknologi

diberbagai lapangan kehidupan (pertanian, perikanan,

peternakan, kerajinan, kerumahtanggaan, kesehatan,

komunikasi-informasi, manufaktur dan industri,

perdagangan, kesenian, pertunjukkan dan olahraga);

(h) Kemampuan mengelola sumberdaya alam, sosial, budaya

dan lingkungan;

2. Fasilitasi dan Pendampingan Pelayanan

Model-model pembaharuan pendidikan yang patut

diupayakan ialah mereformasi basis pendidikan yang berorientasi

pada prioritas pendidikan investatif tanpa meninggalkan

pendidikan yang bersifat konsumtif. Sebagaimana kita ketahui,

bahwa pendidikan dalam kehidupan masyarakat modern

merupakan kebutuhan dasar manusia. Dengan demikian

pelayanan pendidikan dan pelatihan pada setiap jenis, jenjang

dan jalur pendidikan, sudah semestinya meliputi seluruh komponen

kebutuhan, keinginan dan harapan bangsa dan menyentuh

langsung sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dari sudut pandang

pembangunan ekonomi, boleh saja dibedakan antara pendidikan

yang menambah kemampuan berproduksi (investasi) dengan

pendidikan yang tidak (konsumtif). Keduanya sangat dibutuhkan

dalam pembangunan masyarakat. Namun dalam prtakteknya,

Page 194: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 159

pada saat kebutuhan, keinginan dan harapan bangsa ditarik

dengan “Kereta Pendidikan” sangat sulit dipisahkan antara

kepentingan seseorang sebagai produsen dari kepentingannya

sebagai konsumen. Memang benar, pada umumya orang

memandang pendidikan sebagai jembatan ke jenjang pekerjaan

atau karier. Artinya, tekanan-tekanan sosial-politik terhadap

pendidikan itu didorong oleh motivasi ekonomi. Karena itu, dari

sudut pandang pembaharuan, pendidikan untuk maksud-maksud

produksi boleh saja dianggap mempunyai prioritas yang lebih

tinggi.

Akan tetapi, dalam setiap upaya pembaharuan pendidikan

tersebut, pertimbangannya harus didasarkan pada data dan

informasi yang benar-benar akurat. Terlebih-lebih pada model

pembaharuan yang berkaitan dengan kurikulum. Satu kesalahan

atau kekeliruan dalam konsep dan penerapannya berakibat

kepada ‘kegagalan generasi’.

Setiap kegagalan implementasi dari sebuah pembaharuan

terletak pada aspek lemahnya pemberdayaan para implementor.

Lemahnya pemberdayaan tersebut berkaitan dengan kualitas

pembekalan (pelatihan), pengawasan (monitoring dan suvervisi),

serta pendampingan program-program lanjutan pasca pelatihan.

Lemahnya kualitas pelatihan-pelatihan bagi para

implementor dapat ditunjukkan dengan model penyelenggaraan

pelatihan yang tidak ‘bernuansa’ pelatihan. Lebih banyak

mengarah pada ‘doktrinasi’ harus ini, harus itu, tidak boleh begini,

tidak boleh begitu. Atau hanya sekedar ‘parade ceramah’ dengan

makalah yang tebal, konseptual dan tidak praktis. Dan juga

penyelenggaraannya pun terpisah-pisah dan terkotak-kotak.

Misalkan ada pelatihan untuk guru, ada pelatihan untuk

kepala sekolah, ada pelatihan untuk pengawas/penilik. Bahkan

pelatihan untuk pelatihan pengawas/penilik di ke belakangkan

atau ditiadakan. Jarang diadakan pelatihan mengenai salah satu

implementasi kebijakan (misalkan kurikulum) diadakan pelatihan

pengawas/penilik, kepala sekolah, guru, dan tata usaha

dilaksanakan dalam satu waktu, satu tempat satu kelompok,

dengan membahas satu materi, yaitu “bagaimana menerapkan

kebijakan pembaharuan di tingkat sekolah”, dengan berbagi

peran, mana bagian pengawas, mana bagian kepala sekolah,

mana bagian guru, dan mana bagian tata usaha.

Di samping itu, anggapan para perumus kebijakan tentang

‘ketidakbecusan’ para implementor dalam melaksanakan rumusan

Page 195: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 160

kebijakan yang dihasilkannya, seyogyanya dihilangkan. Pengawas,

kepala sekolah, guru dan staf tata usaha, komite sekolah, pada

dasarnya sudah memahami apa yang disebut Standar Minimal

Manajemen (SMM), Standar Minimal Pelayanan Program (SMPP)

dan Standar Minimal Kompetensi Tenaga Kependidikan (SMTK).

Sudah waktunya para implementor dianggap mempunyai

kapasitas yang sederajat dengan para konsultan, perumus

kebijakan, atau pemikir pembaharu. Hanya saja, bagaimana

mereka dapat mengetahui, mempunyai kemauan, memiliki rasa

malu bila tidak melaksanakan pembaharuan sebagaimana yang

telah dirumuskan dengan upaya-upaya fasilitatif.

Karena itu, dalam metodologi proses pembekalan atau

pelatihan yang bersifat fasilitatif bagi para implementor

pembaharuan, berkaitan dengan metode dan teknik untuk: (1)

Memberikan pengetahuan mengenai substansi, proses dan konteks

pembaharuan; (2) Membangkitkan kemauan untuk melaksanakan

pembaharuan; (3) Menerampilkan kemampuan melaksanakan

pembaharuan; (4) Menumbuhkan rasa malu apabila tidak mau

atau menolak melaksanakan pembaharuan.

Cara-cara tersebut dapat merujuk model pelatihan

penguatan kapasitas, yang betul-betul menggunakan para

fasilitator atau trainer yang menguasai konsep, proses dan teknis

capacity building. Misalkan, dalam implementasi kebijakan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), harus dilakukan secara

integratif dengan karakteristik kelembagaan satuan pendidikan

dan keterpaduan para pelaksana (pengawas/penilik, kepala

sekolah, guru dan tata usaha). Dalam kasus ini, ada dua substansi

yang harus mendapat penguatan, yaitu: (1) Penguatan kapasitas

pada pengembangan manajemen berbasis sekolah; (2)

Penguatan kapasitas pada pengembangan manajemen

implementasi KTSP dalam kerangka penguatan manajemen

berbasis sekolah.

Kedua strategi tersebut saling berkaitan melalui capacity

building team antar unsur pengawas, kepala sekolah, guru dan

tata usaha. Bila tidak mampu secara serentak, kedua strategi

tersebut diarahkan pada sekolah model (modelling) dengan

maksud untuk melahirkan model reflika untuk didesiminasikan pada

sekolah-sekolah di luar sekolah model.

Untuk melaksanakan proses fasilitasi dan bimbingan dalam

upaya menemukan dan melaksanakan alternatif pemecahan

masalah dan hambatan yang ditemui, dapat menggunakan Teknik

Page 196: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 161

Daur Pengalaman Berstruktur, yang dimulai dengan upaya

mengalami, mengungkapkan, mengolah, menyimpulkan dan

kemudian menerapkannya.

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:

Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 141.

Gambar 5.4

Daur Pengalaman Berstruktur

Merujuk strategi operasional sebagaimana diilustrasikan pada

bagan di atas, proses supervisi dan pendampingan pelaksanaan

pembaharuan, maka program Pendampingan, berupa supervisi

klinis dan bimbingan teknis, melalui metode dan teknik “applied

approach”, mengenai: (1) Intensitas penerapan keterampilan teknis

pasca pelatihan; (2) Tingkat kesulitan dan hambatan dalam

melaksanakan hasil-hasil pelatihan; (3) Tindakan fasilitasi,

pembimbingan dan pendampingan dalam mengatasi persoalan

dan hambatan dalam setiap implementasi kebijakan

pembangunan pendidikan.

Tekniknya sangat sederhana, yaitu dapat menggunakan

“Teknik Daur 3T” (tinjau, telaah dan tindak), yaitu: (1) Tinjau, bahwa

pada para pendamping dapat mengajak orang-orang yang

didampingi untuk dapat melihat, mengamati dan mempelajari

situasi, kondisi, perkembangan atau permasalahan yang

dihadapinya. (2) Telaah, bahwa para pendamping harus dapat

mengajar orang yang didampingi untuk berfikir kritis dan dapat

mengidentifikasi, menganalisis, menemukan penyebab dan

alternatif pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya. (3)

Tindak, bahwa para pendamping harus dapat memberikan

motivasi dan membangkitkan kemauan serta keberanian untuk

melaksanakan atau melakukan tindakan-tindakan pemecahan

masalah yang dihadapinya.

3. Pengembangan Daya Saing Regional dan Internasional

Mengalami

Mengungkapkan

Mengolah Menyimpulkan

Menerapkan

Page 197: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 162

Kelembagaan pendidikan secara konvensional telah

dianggap sebagai institusi dimana masyarakat dapat menemukan

serangkaian kemampuan yang dibutuhkan tadi. Persoalannya

ialah masih mampukan kelembagaan satuan pendidikan yang

ada di masyarakat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan-

harapan masyarakatnya?

Dari beberapa kasus yang telah dipaparkan menunjukkan

bahwa hasil-hasil kelembagaan satuan pendidikan dewasa ini

banyak dianggap belum menghasilkan manusia-manusia yang

dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan masyarakat dan bangsa,

yang memiliki pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan

dirinya sendiri, masyarakat dan bangsanya. Atau dalam konsep link

and match diartikan belum mempunyai relevansi dengan

kemampuan menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat dan

bangsa.

Abad ke-21 yang dikenal dengan era globalisasi memiliki ciri:

(1) perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan masyarakat;

(2) perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat dan

berdampak pada hubungan antar negara di dunia tanpa batas.

Perubahan yang sangat mendasar tersebut berdampak pada

perubahan besar dan cepat dalam tata kehidupan masyarakat,

persaingan sangat ketat antar bangsa baik didalam maupun luar

negeri.

Perubahan-perubahan yang sangat mungkin terjadi antara lain:

(1) Membanjirnya tenaga kerja asing yang lebih berkualitas

terutama dalam kemampuan berbahasa Inggris dan keterampilan

khusus dari Negara-negara ASEAN; (2) Seluruh pelajar dari lima

Negara ASEAN akan dapat belajar di berbagai sekolah dan

universitas di Negara-negara ASEAN; (3) Akan terjadi kompetisi

silang antar bangsa ASEAN dalam bidang ekonomi, jasa,

pendidikan, dan profesi-profesi lain; (4) Sulitnya lapangan kerja bagi

tenaga kerja dengan titel sarjana sekalipun; (5) Meleburnya

budaya ASEAN membentuk budaya regional; (6) Perkembangan

komunikasi dan transportasi akan mempercepat proses perubahan

sosial budaya, warga masyarakat akan memilih status ganda

sebagai warga dunia dan warga nasional.

Adanya berbagai perubahan tersebut menuntut perlunya

peningkatan kualitas SDM Indonesia yang siap berkompetisi untuk

merebut pendidikan yang bermutu, menjadi tenaga kerja yang

dapat merebut profesi-profesi yang strategis, menjadi pelajar yang

siap berkompetisi tingkat regional maupun internasional dalam

Page 198: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 163

bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni-budaya, dan olah

raga, serta dapat berkompetisi dalam arena pertukaran pelajar

tingkat regional maupun internasional. Semua tuntutan itu menjadi

tantangan berat untuk dapat menyediakan lembaga pendidikan

yang mampu mempersiapkan SDM Indonesia sejajar dengan SDM

negara-negara lain di dunia.

Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan, baik pada

jalur formal maupun nonformal telah ditempuh pemerintah. Hal ini

terbukti lahir program-program peningkatan mutu melalui program

Sekolah Berstandar Nasional, Sekolah Unggulan, SD-SMP satu atap,

dan masih banyak program-program peningkatan mutu yang lain,

termasuk rintisan pengembangan model Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI). Namun, program-program peningkatan mutu

yang telah ditempuh tersebut ternyata masih harus dikejar untuk

dapat menyesuaikan dengan perkembangan iptek dan arus

kesejagatan.

Munculnya Program SBI pada dasarnya bertujuan untuk

menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu Warga Negara yang

unggul secara intelektual, moral, kompeten dalam IPTEKS, produktif,

dan memiliki komitmen yang tinggi dalam berbagai peran sosial,

ekonomi dan kebudayaan, serta mampu bersaing dengan bangsa

lain.

Terkait dengan tujuan SBI tersebut, dalam pasal 50 ayat (3)

UU.No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

mengamanatkan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan

pendidikan pada semua jenjang untuk dikembangkan menjadi

satuan pendidikan bertaraf internasional.

Lebih lanjut dikemukakan pula dalam PP.No.19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 61 ayat (1) yang

menyebutkan bahwa pemerintah bersama-sama pemerintah

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-

kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan

menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan

bertaraf internasional.

Di samping itu, dalam Renstra Depdiknas 2005-2009 Bab V

dikemukakan pula bahwa pembangunan SBI dimaksudkan untuk

meningkatkan daya saing bangsa perlu dikembangkan SBI pada

tingkat Kabupaten/Kota melalui kerjasama yang konsisten antara

pemerintah dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, untuk

Page 199: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 164

mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf

Internasional sebanyak 112 di seluruh Indonesia.

Page 200: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 160

BAB VI

AGENDA DAN PRIORITAS PROGRAM PENDIDIKAN

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025

Untuk menyusun agenda pembangunan pendidikan yang

dituangkan dalam prioritas program diperlukan kesepahaman

tentang substansi, proses dan konteks kelembagaan pendidikan

yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk

mengurusnya.

Secara substantif, pembangunan pendidikan di Kabupaten

Bandung akan berkenaan dengan tugas-tugas pengelolaan dalam

bidang: (1) pengembangan dan implementasi kurikulum; (2)

pengelolaan peserta didik; (3) pengelolaan ketenagaan; (4)

pengelolaan tanah, bangunan/gedung/sarana/prasarana dan

fasilitas serta sumber belajar; (5) pengelolaan anggaran dan

pembiayaan pendidikan; (6) pengelolaan kerjasama

kelembagaan pendidikan dengan masyarakat; (7) pengelolaan

bidang-bidang khusus lainnya yang sesuai dengan jenis dan

karakteristik kelembagaan pendidikan.

Pemahaman tentang proses-proses pendidikan di Kabupaten

Bandung akan berkenaan dengan serangkaian prosedur

manajerial, antara lain: (1) proses pembuatan keputusan yang

dituangkan dalam bentuk-bentuk produk kebijakan; (2) proses

perencanaan yang disertai dengan dokumen-dokumen rencana

dan program; (3) pengorganisasian dan mengkomunikasikan

program-program pendidikan; (4) pelaksanaan, pengendalian dan

evaluasi program pendidikan; (5) pelaporan dan tindak lanjut dari

setiap pencapaian program pendidikan.

Pemahaman tentang konteks kelembagaan pendidikan di

Kabupaten Bandung tidak dipandang hanya terbatas pada

kelembagaan persekolahan di jalur pendidikan formal semata.

Tetapi, memandang bahwa kelembagaan pendidikan di

Kabupaten Bandung ternyata dapat dipandang dari aspek jalur,

jenjang dan jenisnya. Jalur pendidikan di Kabupaten Bandung,

ternyata terdapat di jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal

dan pendidikan informal; Jenjang pendidikan di Kabupaten

Bandung ternyata merentang sejang pendidikan prasekolah,

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi;

Jenis pendidikan di Kabupaten Bandung ternyata ada pendidikan

umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan, dan

Page 201: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 161

pendidikan khusus (pendidikan luar biasa). Dengan demikian, jenis

kelembagaan satuan pendidikan yang secara eksis nyata di

Kabupaten Bandung sangat variasi, antara lain:

(1) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari: Taman kanak-kanak

(TK);

(2) Jenis kelembagaan satuan pendidikan umum keagamaan

Islam pada jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari:

Roudhatul Athfal (RA);

(3) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang

pendidikan prasekolah terdiri dari: Kelompok Bermain (Kober),

Tempat Penitipan Anak (TPA), dan Posyandu terintegrasi

dengan PAUD (Pos PAUD);

(4) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Sekolah Dasar (SD) dan

Sekolah Menengah Pertama (SMP);

(5) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum

keagamaan Islam pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari:

Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs);

(6) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal keagamaan

Islam pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Madrasah

Diniyah Awaliyah (MDA) dan Madrasah Diniyah Wustho (MDW);

(7) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal khusus pada

jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB);

(8) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang

pendidikan dasar disebut pendidikan kesetaraan, yaitu Paket A

setara SD dan Paket B setara SMP;

(9) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan menengah terdiri dari: Sekolah Menengah

Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK);

(10) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan menengah dasar terdiri dari: Madrasah

Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK);

(11) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada

jenjang pendidikan menengah yaitu pendidikan kesetaraan

Paket C setara SMA;

(12) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal

keagamaan pada jenjang pendidikan menengah terdiri dari:

Madrasah Diniyah Ulya (MDU);

(13) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan tinggi terdiri dari: Akademi, Sekolah Tinggi,

Institut dan Universitas;

Page 202: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 162

(14) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal

keagamaan pada jenjang pendidikan sering disebut Mualimin;

Jenis kelembagaan satuan pendidikan akan lebih variasi lagi

apabila dilihat secara faktual diselenggarakan pada jalur

pendidikan nonformal, terutama bila melihat eksistensi pendidikan

berkelanjutan, seperti halnya Kelompok Belajar Usaha (Kejar

Usaha/KBU), kursus-kursus, magang, pendidikan kepemudaan

(kelompok pemuda sebaya), pemberdayaan wanita/

pengarusutamaan jender, kelompok wanita usaha, kader

pembangunan dan sejenisnya, dan pusat-pusat kegiatan belajar

masyarakat (PKBM), Sanggar Kebiatan Belajar (SKB) dan Pesantren-

pesantren yang secara nyata telah lebih dahulu melaksanakan

program-program pendidikan nonformal keagamaan, baik secara

individu maupun kelompok, yang merentang dari jenjang MDA

sampai ke jenjang Mualimin.

Di samping itu, kelembagaan lain yang secara eksis telah

menggali, melestarikan, memlihara dan mengembangan nilai-nilai

sosial budaya melalui pendidikan nonformal ialah lembaga-

lembaga atau kelompok-kelompok kesenian dan kebudayaan,

seperti halnya padepokan seni-budaya, lingkung seni budaya

daerah, taman/cagar budaya, sejarah dan kepurbakalaan, dan

jenis-jenis kelembagaan lainnya yang bergerak dalam penggalian,

pelestarian dan pengembangan nilai-nilai kebudayaan masyarakat

daerah.

Merujuk agenda Pembangunan Nasional sebagaimana telah

ditetapkan dalam Rencana Strategis Pendidikan Nasional, maka

agenda pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

ditetapkan dalam empat periode, yaitu (1) peningkatan kapasitas

dan modernisasi (2008-2010); (2) penguatan pelayanan

kelembagaan (2011-2015); (3) pengembangan ke arah daya saing

regional (2016-2020); dan (4) pengembangan ke arah daya saing

internasional (2021-2025).

Kemudian, dengan merujuk misi dan tujuan pembangunan

pendidikan jangka panjang (RPJP bidang Pendidikan) di

Kabupaten Bandung Tahun 2008-2025, maka misi, tujuan, sasaran,

kebijakan dan program pendidikan dan kebudayaan di

Kabupaten Bandung Tahun 2008-2025, dapat diuraikan sebagai

berikut.

A. Agenda Pembangunan Pendidikan Tahun 2008-2025

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Page 203: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 163

Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan

bagi masyarakat Kabupaten Bandung, sasarannya merentang dari

golongan usia dini sampai usia dewasa, melalui peningkatan dan

pengembangan pelayanan kelembagaan pendidikan dan

kebudayaan yaitu:

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Misinya ialah menumbuhkembangkan potensi dasar

keimanan, ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan,

produktivitas, dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan

dan perluasan pendidikan sejak usia dini. Tujuannya ialah

memperluas kesempatan kepada seluruh anak usia dini (usia 0-6

tahun) untuk memperoleh PAUD, agar anak dapat

mengembangkan potensinya sehingga memiliki kesiapan untuk

mengikuti Pendidikan Dasar.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

anak usia dini (0-6 tahun) di pelosok pedesaan dapat mengikuti

PAUD, baik pada Tempat Penitipan Anak (TPA), Taman Kanak-

kanak (TK), Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) Roudhatul Athfal

(RA), Kelompok Bermain (Kober), Pos PAUD (PAUD terintegrasi

dengan POSYANDU); (2) Sebaran kelembagaan PAUD

berkembang dengan merata pada setiap pelosok pedesaan; (3)

Jumlah dan sebaran kelembagaan PAUD Terpadu berbasis

keunggulan bertaraf internasional berkembang sampai ke pelosok

pedesaan.

b. Pendidikan Dasar

Misi yang diemban ialah menumbuh-kembangkan potensi

dasar keimanan, ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas,

keterampilan, produktivitas, dan kemandirian masyarakat melalui

pemerataan dan perluasan pendidikan dasar; Tujuannya ialah

memperluas kesempatan bagi seluruh anak usia wajib belajar

(AUWB) untuk memperoleh pelayanan Pendidikan Dasar (usia 7-15

tahun) yang berkeadilan agar anak dapat mengembangkan

potensinya, sehingga memiliki bekal pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi atau kehidupan di masyarakat; Seluruh anak usia

wajib belajar (7-15 tahun) dapat menamatkan pendidikan dasar

baik melalui Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama

(SMP), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan Madrasah Diniyah Wusto

Page 204: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 164

(MDW), Pendidikan Kesetaraan Paket A (setara SD) dan Paket B

(setara SMP).

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

anak putus sekolah dan anak jalanan usia wajib belajar dapat

menamatkan pendidikan dasar melalui Program Paket A dan B; (2)

Seluruh anak luar biasa dapat menamatkan pendidikan pada

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar

Biasa (SMPLB), dan SLB Autis; (3) Seluruh anak korban narkoba usia

wajib belajar dapat menamatkan pendidikan dasar pada pusat-

pusat rehabilitasi yang menyelenggarakan pendidikan dasar; (4)

Jumlah dan sebaran kelembagaan pendidikan dasar terpadu

berbasis keunggulan bertaraf internasional berkembang dengan

merata sampai ke tingkat pedesaan.

c. Pendidikan Menengah

Misi yang dieman ialah menumbuh-kembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan menengah; Tujuannya ialah memperluas kesempatan

bagi seluruh anak usia wajib belajar (AUWB) untuk memperoleh

pelayanan Pendidikan Menegah (usia 16-18 tahun) yang

berkeadilan, sehingga memiliki bekal pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi atau untuk memperoleh pekerjaan tingkat menengah

dalam lingkungan masyarakat.

Target yang harus dicapai pada Tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

anak usia wajib belajar (16-18 tahun) dapat menamatkan

pendidikan menengah, baik pada Sekolah Menengah Atas (SMA)

dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA),

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Madrasah Diniyah Ulya

(MDU), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Pendidikan

kesetaraan Paket C; (2) Jumlah dan sebaran kelembagaan

pendidikan menengah umum dan kejuruan berkembang dengan

seimbang sesuai dengan tuntutan masyarakat; (3) Jumlah dan

sebaran kelembagaan pendidikan menengah terpadu berbasis

keunggulan bertaraf internasional berkembang sampai ke tingkat

kecamatan.

d. Pendidikan Tinggi

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan; Tujuannya ialah Memperluas kesempatan bagi seluruh

Page 205: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 165

anak lulusan pendidikan menengah untuk memperoleh pelayanan

Pendidikan Tinggi, sehingga memiliki kemampuan profesional

dalam kehidupan masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

lulusan pendidikan menengah memiliki akses lebih mudah untuk

mengikuti pendidikan tinggi, baik pada kelembagaan pendidikan

tinggi lokal regional; (2) Masyarakat dapat mengembangkan

perguruan tinggi yang memiliki keunggulan keahlian sesuai dengan

tuntutan masyarakat.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan berkelanjutan; Tujuannya ialah memperluas

kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh

pelayanan Pendidikan Berkelanjutan, sehingga memiliki bekal

keterampilan teknis untuk memperoleh pekerjaan dalam

lingkungan kehidupan di masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

masyarakat dapat meningkatkan keterampilan melalui Pendidikan

Berkelanjutan; (2) Jumlah Kelompok Belajar Usaha (Kejar

Usaha/KBU), Magang, dan kursus-kursus/pelatihan dan bimbingan

belajar dapat berkembang merata sampai ke tingkat pedesaan.

f. Pendidikan Keaksaraan

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan keaksaraan; Tujuannya ialah memperluas kesempatan

bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh pelayanan Pendidikan

Keaksaraan Fungsional, sehingga memiliki bekal pengetahuan dan

keterampilan untuk dapat meningkatkan penghasilan keluarga.

Target yang harus dicapai pada Tahun 2025 ialah seluruh

masyarakat usia dewasa sudah terbebas dari buta huruf, baik huruf

latin maupun huruf arab. Bahkan untuk membebaskan masyarakat

dari buta huruf latin, harus dicapai pada ahir Tahun 2010.

g. Pendidikan Kepemudaan

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan kepemudaan; Tujuannya ialah memperluas

Page 206: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 166

kesempatan bagi seluruh masyarakat golongan pemuda untuk

memperoleh pelayanan Pendidikan Kepemudaan, sehingga dapat

mengembangkan bakat, minat, kreativitas dan inovasi sebagai

kader pembangunan dalam bidang kehidupan sosial, ekonomi

dan politik.

Target yang harus dicapai tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

masyarakat golongan pemuda dapat mengikuti Pendidikan

kepemudaan, baik di lingkungan sekolah formal maupun

nonformal; (2) Organisasi-organisasi kepemudaan (seperti OSIS,

PMR, Kepramukaan, keprajuritan, kelompok-kelompok pemuda

sebaya, pertukaran remaja/pemuda, karang taruna/taruna karya,

ikatan remaja/pemuda mesjid, dan kader pemuda

penggerak/fasilitator pembangunan), dan lainnya yang sejenis)

dapat berkembang sampai ke tingkat pedesaan.

h. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan kewanitaan dan kesetaraan jender; Tujuannya ialah

memperluas kesempatan bagi seluruh masyarakat golongan

perempuan untuk memperoleh pelayanan Pendidikan Kewanitaan

dan kesetaraan jender.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

kaum perembuan/wanita memiliki akses yang lebih mudah untuk

mengikuti pendidikan kewanitaan, sehingga memiliki tingkat

pendidikan yang setara dengan kaum laki-laki; (2) Jumlah dan jenis

layan program pendidikan kewanitaan (Kelompok-kelompok

pemberdayaan wanita, kelompok wanita usaha, kelompok wanita

kader pembangunan, dan pendidikan kewanitaan lain sejenis)

dapat berkembang dengan merata sampai ke tingkat pedesaan.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Misinya ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

TBM dan Perpustakaan Masyarakat; Tujuannya ialah memperluas

kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh sumber-

sumber informasi dan sumber belajar.

Target yang harus dicapai tahun 2025 ialah: (1) Masyarakat

memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memperoleh sumber-

sumber informasi dan sumber belajar melalui Taman Bacaan

Masyarakat (TBM) dan Perpustakaan Masyarakat; (2) Jumlah

Page 207: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 167

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Perpustakaan Masyarakat

dapat berkembang sampai ke tingkat RW di pelosok pedesaan.

j. Pendidikan Keluarga

Misi yang diemban ialah membina keimanan, ketaqwaan

dan kemandirian masyarakat melalui pendidikan keluarga;

Tujuannya ialah memberikan fasilitasi kepada seluruh masyarakat

agar supaya memahami tentang eksistensi pendidikan informal.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

masyarakat dapat mehamami tentang eksistensi Pendidikan

informal (homeschooling);

k. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pengem-bangan seni-

budaya daerah dan nasional; Tujuannya ialah memperluas

kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan wawasan

dan apresiasi tentang seni-budaya daerah dan nasional yang

perlu dilestarikan dan dikembangkan.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

masyarakat memiliki wawasan dan apresiasi terhadap seni-budaya

daerah dan nasional; (2) Kesenian dan kebudayaan daerah dapat

digali dilestarikan dan dikembangkan melalui padepokan seni

budaya, musium, taman-taman budaya daerah dan nasional; (3)

Jumlah dan jenis kelembagaan seni-budaya dapat berkembang

sampai ke pelosok pedesaan.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan

berkenaan dengan hasil-hasil pendidikan yang belum memberikan

makna yang berarti bagi kehidupan peserta didik/warga belajar,

baik dalam aspek kehidupan beragama, bekal dan kecakapan

hidup, dan hubungan kemasyarakatan. Namun demikian, dimensi-

dimensi mutu, relevansi dan daya saing pendidikan sangat

ditentukan oleh banyak faktor, seperti halnya muatan kurikulum,

ketersediaan sarana dan prasarana, kemampuan tenaga

pengelola dan pelaksana, ketersediaan dana yang memadai,

hubungan kemitraan dengan stakeholders pendidikan, dan

lingkungan hidup yang mendukung proses pendidikan.

Karena itu, misi dan tujuan serta sasaran yang harus dicapai

dalam jangka panjang ialah sebagai berikut:

Page 208: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 168

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Misi yang diemban ialah meningkatkan potensi dasar

kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan

kemandirian masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan

melalui peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan

anak usia dini; Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan

daya saing seluruh penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) agar dapat menumbuh-kembangkan potensi seluruh anak

usia dini sehingga memiliki kesiapan untuk mengikuti pendidikan

dasar.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

program layanan pendidikan pada Tempat Penitipan Anak (TPA),

Taman Kanak-kanak (TK), Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA),

Roudhatul Athfal (RA), Kelompok Bermain (Kober), Pos PAUD, dapat

menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan, sehingga

anak usia dini memiliki kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar;

(2) Program layanan pada kelembagaan PAUD Terpadu berbasis

keunggulan memiliki kemampuan untuk bersaing pada tingkat

internasional.

b. Pendidikan Dasar

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan dasar;

Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing

seluruh penyelenggaraan Pendidikan Dasar, agar dapat

menanamkan dan menguatkan dasar-dasar pengetahuan, sikap

dan keterampilan, baik untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan

ke jenjang pendidikan tingkat menengah, maupun sebagai bekal

hidup di masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

program pada Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan

Madrasah Diniyah Wusto (MDW), Pendidikan Kesetaraan Paket A

(setara SD) dan Paket B (setara SMP); Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan

sekolah bagi anak korban narkoba dan anak berkebutuhan khusus,

sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga

lulusannya memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan, baik

untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan

tingkat menengah, maupun sebagai bekal hidup di masyarakat; (2)

Page 209: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 169

Seluruh kelembagaan satuan pendidikan dasar berbasis

keunggulan memiliki kemampuan untuk dapat bersaing pada

tingkat internasional, sehingga lulusannya dapat melanjutkan

pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan bertaraf

internasional.

c. Pendidikan Menengah

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan menengah;

Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing

seluruh penyelenggaraan Pendidikan Menengah agar dapat

menumbuh-kembangkan dan menguatkan pengetahuan, sikap

dan keterampilan, baik untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan

ke jenjang pendidikan tingkat tinggi, maupun sebagai bekal untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak di lingkungan masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

program yang diselenggarakan Sekolah Menengah Atas (SMA)

dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA),

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Madrasah Diniyah Ulya

(MDU), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan

Pendidikan kesetaraan Paket C sangat selevan dengan kebutuhan

masyarakat, sehingga lulusannya memiliki pengetahuan, sikap dan

keterampilan, baik untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan ke

jenjang pendidikan tinggi, maupun untuk mendapatkan pekerjaan

yang layak di lingkungan masyarakat; (2) Seluruh kelembagaan

pendidikan menengah berbasis keunggulan memiliki kemampuan

untuk bersaing pada tingkat internasional, sehingga lulusannya

banyak melanjutkan ke pendidikan tinggi bertaraf internasional,

dan banyak bekerja pada lembaga-lembaga perusahaan bertaraf

internasional.

d. Pendidikan Tinggi

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing tingkat pendidikan

masyarakat; Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan

daya saing seluruh penyeleggaraan Pendidikan Tinggi yang

berdomisili di Kabupaten Bandung agar dapat memberikan

manfaat yang berarti dalam meningkatkan mutu tingkat

pendidikan tinggi masyarakat.

Page 210: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 170

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah

kelembagaan pendidikan tinggi yang ada di wilayah Kabupaten

Bandung memberikan sumbangan yang signifikan dalam

meningkatkan mutu tingkat pendidikan masyarakat.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan

berkelanjutan; Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan

daya saing penyelenggaraan Pendidikan Berkelanjutan agar

dapat nguatkan sikap dan keterampilan sebagai bekal untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak di lingkungan masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

program Pendidikan Berkelanjutan pada Kelompok Belajar Usaha

(Kejar Usaha/KBU), Magang, dan Kursus-kursus/pelatihan sangat

relevan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga lulusannya

dapat bekerja baik pada sektor formal maupun informal; (2) Seluruh

program pendidikan berkelanjutan berbasis keunggulan memiliki

kemampuan untuk bersaing pada tingkat internasional, sehingga

lulusannya dapat bekerja pada perusahaan-perusahaan

multinasional.

f. Pendidikan Keaksaraan

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

keterampilan, kemandirian masyarakat berdasarkan keimanan dan

ketaqwaan melalui peningkatan mutu dan relvansi pendidikan

keaksaraan; Tujuannya ialah membebaskan seluruh masyarakat

dari buta huruf latin agar dapat membaca dan menulis, sehingga

mendapat kesempatan untuk mengikuti perkembangan iptek yang

fungsional bagi kehidupannya.

Target pada tahun 2025 ialah seluruh program pendidikan

keaksaraan fungsional bagi kelompok masyarakat usia dewasa

sangat relevan dengan kebutuhan, sehingga lulusannya memiliki

pengetahuan dan keterampilan fungsional dalam meningkatkan

penghasilan keluarganya (income generating).

g. Pendidikan Kepemudaan

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan

kepemudaan; Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan

Page 211: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 171

daya saing seluruh penyelenggaraan Pendidikan Kepemudaan

agar seluruh masyarakat golongan pemuda dapat menumbuh-

kembangkan bakat dan minat sebagai bekal kehidupan sosial,

ekonomi dan politik di masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

program Pendidikan kepemudaan (OSIS, PMR, Kepramukaan,

keprajuritan, kelompok-kelompok pemuda sebaya, pertukaran

remaja/pemuda, karang taruna/taruna karya, ikatan

remaja/pemuda mesjid, dan kader pemuda penggerak/fasilitator

pembangunan), sangat relevan dengan kebutuhan, sehingga

lulusannya memiliki kemampuan untuk berkiprah dalam dunia

sosial, ekonomi dan politik lokal, regional, nasional maupun

internasional.

h. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan kewanitaan

dan kesetaraan jender; Tujuannya ialah meningkatkan mutu,

relevansi dan daya saing penyelenggaraan seluruh Pendidikan

Kewanitaan agar dapat memberdayakan potensi, bakat dan

minat kaum wanita/perempuan memiliki kesetaraan dengan kaum

laki-laki dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik di masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

program Pendidikan kewanitaan dan kesetaraan jender

(kelompok-kelompok pemberdayaan wanita, kelompok wanita

usaha, kelompok wanita kader pembangunan, dan pendidikan

kewanitaan lainnya yang sejenis) sangat relevan dengan

kebutuhan, sehingga lulusannya memiliki kesetaraan dengan kaum

pria dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik lokal, regional,

nasional, maupun internasional.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, masyarakat berdasarkan keimanan dan

ketaqwaan melalui peningkatan mutu, relvansi dan daya saing TBM

dan Perpustakaan Masyarakat; Tujuannya ialah meningkatkan

mutu, relevansi dan daya saing penyelenggaraan seluruh Taman

Bacaan Masyarakat (TBM) dan Perpustakaan Masyarakat agar

dapat menumbuh-kembangkan kebiasan membaca dan

mengikuti perkembangan iptek dan informasi lainnya dalam

kehidupan.

Page 212: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 172

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Perpustakaan Masyarakat

sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga

keberadaannya betul-betul dapat meningkatkan minat baca,

pengetahuan dan keterampilan masyarakat setempat.

j. Pendidikan Keluarga

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas dan kemandirian masyarakat melalui peningkatan

mutu, relvansi dan daya saing pendidikan keluarga; Tujuannya

ialah Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan informal

agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang sederajat dengan hasil persekolahan; Dan target pada tahun

2025 ialah seluruh masyarakat dapat memahami tentang eksistensi

pendidikan keluarga, sehingga keluarga-keluarga penyelenggara

homeschooling dapat menghasilkan lulusan yang setara dengan

pendidikan formal.

k. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pengem-bangan mutu seni-

budaya daerah dan nasional; Tujuannya ialah memperdalam

wawasan dan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai kesenian

dan kebudayaan daerah dan nasional, sehingga dapat

menumbuh-kembangkan rasa kebanggaan sebagai anggota

masyarakat dan bangsanya.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

padepokan seni budaya, musium, taman-taman budaya daerah

dan nasional dapat berfungsi sebagai lembaga penggali, pelestari

dan pengembang kesenian dan kebudayaan, sehingga seluruh

nilai-nilai kebudayaan daera dapat diapresiasi dan dikembangkan

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, dan diakui dunia

internasional sebagai kekayaan kesenian dan kebudayaan milik

masyarakat dan Bangsa Indonesia.

3. Meningkatkan Kualitas Tata Kelola, Akuntabilitas dan

Pencitraan Publik

Aspek ini berkenaan dengan efektivitas, efisiensi, dan

produktivitas administrasi dan manajemen pembangunan

pendidikan, yang didukung oleh perangkat sistem yang memadai.

Perangkat sistem administrasi dan manajemen tersebut berkenaan

dengan ketersediaan: (1) perundang-undangan sebagai

perangkat kendali organisasi dan penyelenggaraan pendidikan; (2)

Page 213: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 173

prosedur operasional standar (POS) sebagai perangkat operasional

penyelenggaraan pendidikan; (3) sumber-sumber material dan non

material sebagai perangkat pendukung penyelenggaraan

pendidikan.

Oleh karena itu, misi, tujuan dan target yang harus dicapai

pada tahun 2025 dalam upaya meningkatkan mutu tata-kelola,

akuntabilitas dan pencitraan publik pembangunan pendidikan dan

kebudayaan di Kabupaten Bandung ialah sebagai berikut:

a. Perencanaan dan Program

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

perencanaan pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu sistem perencanaan pendidikan agar

pelaksanaan pendidikan memiliki pedoman dan arah yang jelas,

baik bagi para pengelola dan pelaksana, maupun bagi

masyarakat pengguna pendidikan dan kebudayaan dalam

pencapaiannya.

Sasaran yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah bahwa

tata kelola perencanaan dan program-program pembangunan

pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung dapat

dilaksanakan dengan efektif berdasarkan prinsip, struktur, bidang

garapan, pendekatan dan metodologi, prosedur dan media

komunikasi dan sosialisasi perencanaan pembangunan pendidikan

dan kebudayaan, sehingga fungsi dan peran sistem perencanaan

pembangunan pendidikan dan kebudayaan dapat lebih aspiratif,

partisipatif, transparan dan akuntabel.

b. Kinerja Organisasi

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik kinerja

kelembagaan pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu kinerja seluruh lembaga satuan program

pendidikan dan kebudayaan agar dapat melaksanakan

pembangunan pendidikan sesuai dengan tugas pokok, fungsi,

wewenang, tanggungjawab, dan target-target pencapaian

hasilnya, baik secara individu maupun kelompok.

Target sasaran yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah

bahwa tatakelola organisasi pendidikan dan kebudayaan di

Kabupaten Bandung didasarkan pada standar dan spesifikasi

kinerja yang jelas dan kualifikasi tugas pokok dan fungsi setiap

Page 214: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 174

kelembagaan satuan organisasi dan program pendidikan dan

kebudayaan.

c. Sistem Pengawasan dan Pengendalian

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

pengawasan pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu sistem pengawasan pendidikan agar seluruh

pelaksanaan pembangunan pendidikan dan kebudayaan tidak

terdapat penyimpangan dan penyalahgunaan, sehingga

mendapat kepercayaan dan citra yang baik di hadapan

masyarakat.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

pengawasan pembangunan pendidikan dan kebudayaan di

Kabupaten Bandung didasarkan pada norma, instrumen, dan

prosedur pengawasan administratif dan pengawasan fungsional,

pengawasan internal dan pengawasan eksternal, sehingga peran

para pengawas, supervisor dan auditor dapat lebih produktif dan

bermutu, transparan dan akuntabel.

d. Sistem Penilaian

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

penilaian pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu sistem penilaian pendidikan agar seluruh

tujuan dan sasaran pembangunan pendidikan dan kebudayaan

dapat dicapai dengan efektif, efisien dan lebih produktif.

Target sasaran yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah

bahwa tatakelola evaluasi pembangunan pendidikan di

Kabupaten Bandung didasarkan pada evaluasi input, proses,

produk dan dampak program pendidikan dan kebudayaan

secara menyeluruh, sehingga peran dan fungsi para penilai dan

asesor pendidikan dan kebudayaan yang lebih efektif transparan

dan akuntabel;

e. Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

pelaporan dan pertanggung-jawaban pendidikan dan

kebudayaan; Tujuannya ialah meningkatkan mutu laporan dan

pertanggung-jawaban, agar setiap penyelenggaraan program

Page 215: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 175

pembangunan pendidikan dan kebudayaan dapat diketahui dan

dipercaya sesuai dengan fakta sebenarnya, sehingga mendapat

kepercayaan dan citra yang baik di masyarakat.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

pelaporan dan pertanggungjawaban pendidikan dan

kebudayaan di Kabupaten Bandung didasarkan pada norma,

instrumen, prosedur, media pelaporan dan pertanggungjawaban

setiap aktivitas penyelenggaraan program pendidikan dan

kebudayaan pada setiap jenjang kelembagaan satuan organisasi

dan program pendidikan dan kebudayaan, sehingga setiap sistem

pelaporan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan program

pendidikan dan kebudayaan senantiasa dapat diterima tanpa

syarat.

f. Sistem Penganggaran Biaya

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

penganggaran pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan, agar sesuai

dengan tingkat kebutuhan dan karakteristik satuan program dan

peruntukkannya.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

penganggaran pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung didasarkan pada standar komponen dan aktivitas biaya

modal dan biaya operasional administrasi dan manajemen pada

setiap jenis, jalur dan jenjang kelembagaan satuan organisasi dan

program pendidikan dan kebudayaan, sehingga pembiayaan

program-program pendidikan dan kebudayaan dapat lebih efektif

dan efisien.

g. Kerjasama Kemitraan dengan Masyarakat

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

kerjasama dengan masyarakat pendidikan dan kebudayaan;

Tujuannya ialah meningkatkan peranserta masyarakat, dunia

perusahaan, dan stakeholders pendidikan lainnya sehingga seluruh

masyarakat memiliki rasa kebersamaan dalam memikul

tanggungjawab sebagai bagian dari subjek pembangunan

pendidikan dan kebudayaan.

Page 216: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 176

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

kerjasama kemitraan dengan masyarakat dalam pembangunan

pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung didasarkan

pada norma, instrumen dan prosedur operasional proses kerjasama

kelembagaan antar satuan pendidikan dan kebudayaan,

kerjasama kelembagaan satuan pendidikan dan kebudayaan

dengan dunia usaha, kerjasama kelembagaan satuan pendidikan

dan kebudayaan dengan perguruan tinggi, kerjasama

kelembagaan satuan pendidikan dan kebudayaan dengan

masyarakat lainnya, sehingga terjalin sistem kerjasama

kelembagaan pendidikan dan kebudayaan dengan stakeholder

yang lebih erat dan harmonis.

h. Sistem Informasi Manajemen

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

informasi manajemen pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya

ialah meningkatkan fungsi dan peran TIK dalam penyediaan dan

pemrosesan data yang cepat, akurat sehingga setiap perumusan

keputusan, kebijakan dan program pendidikan dan kebudayaan

lebih fektif, efisien dan produktif.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

infromasi pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung

didasarkan pada norma, instrumen dan prosedur operasional

proses pengelolaan data dan informasi dari seluruh bidang

garapan pembangunan pendidikan dan kebudayaan secara

komprehensif dan integratif, sehingga fungsi dan peran sistem

informasi manajemen (SIM) pendidikan dan kebudayaan dapat

lebih cepat, akurat dalam mendukung keputusan-keputusan

strategis.

i. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

manajemen SDM pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu tata-kelola SDM kependidikan dan

kebudayaan serta kepegawaian daerah agar memiliki pedoman

yang terarah, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan

aman dan nyaman.

Page 217: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 177

Target sasaran tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

ketenagaan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung

didasarkan pada norma, instrumen dan prosedur operasional

proses pengelolaan seluruh bidang garapan kepegawaian

pendidikan dan kebudayaan, baik dalam jabatan struktural

maupun jabatan fungsional, sehingga fungsi dan peran sistem

manajemen pengembangan sumber daya manusia (PSDM)

pendidikan dan kebudayaan dapat lebih efektif, transparan,

akuntabel dan berkeadilan.

j. Sistem Administrasi Sarana Perlengkapan

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan;

Tujuannya ialah meningkatkan mutu tata-kelola sarana, prasarana,

perlengkapan, barang, dan aset-aset pendidikan milik

negara/daerah agar dapat digali, digunakan dan dimanfaatkan

lebih efektif dan efisien untuk kepentingan pembangunan

pendidikan dan kebudayaan di daerah.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

sarana perlengkapan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung didasarkan pada norma, instrumen dan prosedur

operasional proses pengelolaan seluruh sarana perlengkapan dan

barang-barang milik negara/daerah dalam pembangunan

pendidikan dan kebudayaan, sehingga fungsi dan peran sistem

manajemen sarana prasarana administrasi dan manajemen

pendidikan dan kebudayaan milik negara dan daerah dapat lebih

efektif dan efisien.

B. Kebijakan dan Program Tahun 2008-2010

Strategi program pembangunan pendidikan tahun 2010

pada tingkat nasional ialah peningkatan kapasitas dan

modernisasi. Namun demikian, di Kabupaten Bandung masih

dihadapkan kepada prioritas penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun.

Oleh karena itu, mulai Tahun 2008 sampai Tahun 2010,

pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung, di samping harus menuntaskan target pencapaian Wajar

Dikdas, juga harus pula memprioritaskan pada peningkatan

kapasitas dan modernisasi pendidikan dan kebudayaan, terutama:

(1) Peningkatan kapasitas, daya tampung dan modernisasi

lembaga-lembaga satuan program pendidikan dan kebudayaan;

(2) Peningkatan kapasitas dan modernisasi kurikulum, ketenagaan,

Page 218: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 178

sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan serta sarana

penunjang lainnya, pada setiap satuan program pendidikan dan

kebudayaan; (3) Peningkatan kapasitas dan modernisasi proses-

proses administrasi dan manajemen pembanguan pendidikan dan

kebudayaan, baik pada tingkatan SKPD pengelola pembangunan

pendidikan, maupun pada tingkatan satuan program pendidikan

dan kebudayaan.

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Pada aspek pemerataan, harus diprioritaskan pada

peningkatan dan perluasan kapasitas daya tampung bagi anak

usia dini, penuntasan wajar dikdas 9 tahun, dan pendidikan

menengah pada setiap jenis kelembagaan satuan program

pendidikan dan kebudayaan, yang dapat diakses oleh seluruh

lapisan masyarakat sampai ke tiap pelosok daerah.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam pendidikan prasekolah/PAUD, diprioritaskan

pada peningkatan kapasitas dan daya tampung

kelembagaan PAUD sampai ke tingkat RW di seluruh pedesaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Perluasan daya tampung kelembagaan PAUD nonformal

dan berbasis keagamaan (TKA , RA, Kober, dan Pos PAUD);

2) Peningkatan jumlah gedung/ kelas, dan sarana

perlengkapan bermain pada TK/ TKA/RA, dan PKBM, SKB,

dan Pesantren penyelenggara TPA/Kober/Pos PAUD;

3) Peningkatan jumlah alat peraga edukatif (APE) proses

pembelajaran PAUD;

4) Peningkatan jumah guru/pengasuh/pembimbing pada

kelembagaan PAUD;

5) Penyediaan fasilitas beasiswa bagi anak tidak mampu untuk

medapatkan PAUD;

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan daya tampung dalam rangka

percepatan penuntasan wajar dikdas 9 tahun, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah dan daya tampung SD/MI, SMP/MTs,

SDLB/SMPLB, SLB Autis, SD-SMP satu atap, SDLB-SMPLB satu

atap, pusat pendidikan anak korban narkoba, atau MI-MTs

satu atap dan SMP-MTs Terbuka sampai ke tingkat

pedesaan;

Page 219: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 179

2) Perluasan program pendidikan MDA/MDW, Paket A/B, bagi

anak putus sekolah, pekerja anak dan anak jalanan usia

wajib belajar;

3) Peningkatan jumlah UGB/RKB dan sarana perlengkapan

pada sekolah-sekolah, PKBM/SKB dan Pesantren

penyelenggara satuan pendidikan dasar;

4) Peningkatan jumlah peralatan laboratorium, workshop,

perpustakaan dan sumber belajar/berlatih, serta sarana

peribadatan yang mendukung proses pembelajaran

pendidikan dasar;

5) Peningkatan jumlah guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong

belajar, laboran, pustakawan dan tenaga administrasi

kantor pada satuan program pendidikan dasar;

6) Penyediaan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan yang

berprestasi dalam penuntasan wajar dasar;

7) Penyediaan beasiswa bagi anak tidak mampu untuk

medapatkan pendidikan dasar dan anak berprestasi untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan daya tampung kelembagaan

satuan pendidikan menengah dalam melayani pendidikan

bagi anak usia 16-18 tahun, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Perintisan dan mengembangkan jumlah sekolah-sekolah

menengah kejuruan (SMK/MAK) modern, atau satuan

program pendidikan menengah terpadu berbasis

keunggulan;

2) Pembangunan UGB/RKB dan sarana perlengkapan

pendidikan menengah formal (sekolah-sekolah), maupun

pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan Pesantren

penyelenggara pendidikan menengah);

3) Peningkatan jumlah peralatan laboratorium, workshop,

perbustakaan dan sumber belajar/berlatih serta sarana

peribadatan yang mendukung pembelajaran pendidikan

menengah;

4) Peningkatan jumlah guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong

belajar, laboran, pustakawan dan tenaga administrasi

kantor pada satuan pendidikan menengah;

Page 220: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 180

5) Pemerataan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan berprestasi

dalam perintisan wajar pendidikan menengah;

6) Penyediaan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak tidak mampu untuk medapatkan layanan pendidikan

menengah.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, diprioritaskan pada

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi bagi

masyarakat Kabupaten Bandung, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Memfasilitasi aspirasi masyarakat untuk memiliki perguruan

tinggi berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur;

2) Penyediaan fasilitas beasiswa bagi anak lulusan pendidikan

menengah yang berprestasi untuk medapatkan layanan

pendidikan tinggi.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam program pendidikan berkelanjutan,

diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan daya tampung

program pendidikan berkelanjutan yang relevan dengan

kebutuhan ketenagakerjaan, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah kelompok-kelompok sasaran program

Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus yang relevan

dengan kebutuhan ketenagakerjaan;

2) Peningkatan jumlah peralatan workshop, dan sumber

belajar/berlatih pada satuan program pendidikan

berkelanjutan;

3) Peningkatan jumlah tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada

satuan program pendidikan menengah.

f. Pendidikan Keaksaraan

Kebijakan dalam pendidikan keaksaraan, diprioritaskan pada

percepatan penuntasan program keaksaraan bagi kelompok

masyarakat golongan dewasa, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah kelompok-kelompok sasaran program

keaksaraan fungsional sampai ke pelosok pedesaan;

2) Peningkatan jumlah sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih serta sarana peribadatan pada satuan

program pendidikan keaksaraan fungsional;

Page 221: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 181

3) Peningkatan jumlah tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada

program keaksaraan fungsional.

g. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan pada pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan perluasan program pendidikan

kepemudaan sampai ke tingkat RW pada setiap pedesaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah kelompok-kelompok kepemudaan

sampai ke tingkat pedesaan;

2) Peningkatan jumlah sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih, media dan saluran komunikasi dialogis

antar generasi pada satuan program kepemudaan;

3) Peningkatan jumlah pembina/pelatih/fasilitator pada

program kepemudaan.

h. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan pada pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan modernisasi program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender sampai ke tingkat RW pada

setiap pedesaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah kelompok-kelompok pemberdayaan

wanita dan kesetaraan jender sampai ke tingkat pedesaan;

2) Peningkatan jumlah sarana peralatan, sumber belajar/

berlatih, media dan saluran komunikasi antar kelompok

kewanitaan;

3) Peningkatan jumlah pembina/fasilitator dan TLD pada

satuan program kewanitaan.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan pada Taman bacaan dan Perpustakaan Masyarakat,

diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan perluasan TBM

dan Perpustakaan Masyarakat sampai ke tingkat pedesaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah TBM dan perpustakaan masyarakat

sampai ke tingkat pedesaan;

2) Peningkatan jumlah buku-buku bacaan, sarana dan fasilitas

TBM dan Perpustakaan masyarakat;

3) Peningkatan jumlah pustakawan bagi TBM dan

Perpustakaan Masyarakat;

j. Pendidikan Informal

Page 222: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 182

Kebijakan pada pendidikan informal, diprioritaskan pada

penataan sistem dan prosedur operasional penyelenggaraan

pendidikan informal.

k. Kesenian dan Kebudayaan

Kebijakan dalam bidang kesenian dan kebudayaan,

diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan modernisasi

program pengembangan seni budaya sampai ke tingkat

pedesaan, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Peningkatan jumlah lembaga pelestasi, pemelihara dan

pengembang seni budaya daerah sampai ke tingkat

kecamatan dan pedesaan;

2) Peningkatan jumlah gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih dan media pentas seni-budaya daerah

dan nasional;

3) Peningkatan jumlah pembina/pelatih/fasilitator dan

pengembang kesenian dan kebudayaan.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Pada aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

harus diprioritaskan pada penguatan pendalaman, perluasan dan

pengembangan seluruh komponen dan bidang garapan

kelembagaan satuan program pendidikan, sehingga memiliki

keunggulan komparatif dan kompetitif serta memiliki relevansi

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dala PAUD, diprioritaskan pada modernisasi

penerapan kurikulum pada setiap satuan program PAUD,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan kedalaman muatan kurikulum PAUD berbasis

iman dan taqwa, budi-pekerti, lingkungan hidup, dan

kebangsaan;

2) Modernisasi mutu alat peraga edukatif (APE) dan sarana

proses belajar/ bermain PAUD;

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

prasarana dan perlengkapan PAUD;

4) Meningkatkan kualifikasi, kompetensi dan kapasitas

kemampuan ketenagaan PAUD yang sesuai dengan

tuntutan kurikulum;

5) Penerapan TIK dalam proses pembelajaran PAUD;

Page 223: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 183

6) Peningkatan kreativitas dan inovasi anak dan

guru/pembimbing pada satuan program PAUD;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan PAUD;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

modernisasi penerapan kurikulum pada setiap satuan program

pendidikan dasar, melalui program-program yang berkenaan

dengan:

1) Pendalaman muatan kurikulum pendidikan dasar berbasis

religius, budi-pekerti, kecakapan hidup dan kewirausahaan,

seni-budaya dan keolahragaan, teknologi dasar,

lingkungan hidup, dan kebangsaan;

2) Modernisasi mutu sarana pelaksanaan kurkulum pendidikan

dasar;

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan dasar;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi

guru/ustadz/tutor/pamong belajar, laboran, pustakawan

dan tenaga administrasi pada satuan program pendidikan

dasar;

5) Penerapan TIK dalam proses pembelajaran pendidikan

dasar;

6) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan guru/ustadz/tutor/TLD/pustakawan/laboran pada

satuan program pendidikan dasar;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan dasar;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan dasar.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan relevansi muatan kurikulum satuan

pendidikan menengah, melalui pengembangan program-

program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan kapasitas dan relevansi muatan kurikulum

sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK/MAK) modern,

atau satuan program pendidikan menengah terpadu;

Page 224: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 184

2) Modernisasi sarana perlengkapan pendidikan menengah

formal (sekolah-sekolah), maupun pendidikan nonformal

(PKBM, SKB dan Pesantren penyelenggara pendidikan

menengah);

3) Moderniasi peralatan laboratorium, workshop, perbustakaan

dan sumber belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang

mendukung pembelajaran pendidikan menengah;

4) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

prasarana dan perlengkapan pendidikan menengah;

5) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

guru/pelatih/ ustadz/tutor/pamong belajar, laboran,

pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada satuan

program pendidikan menengah;

6) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta

didik dan tenaga kependidikan pada satuan program

pendidikan menengah;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan menengah;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan menengah;

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, diprioritaskan pada fasilitasi

terhadap kelembagaan pendidikan yang ada di Kabupaten

Bandung untuk melakukan kolaborasi dengan beberapa

perguruan tinggi standar nasional maupun bertaraf

internasional, melalui pengembangan program school-sisters,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Fasilitasi dalam memberikan payung hukum dalam

mengembangkan pola school-sisters dengan perguruan

tinggi sejenis;

2) Bantuan operasional manajemen peningkatan mutu SDM;

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas muatan kurikulum program pendidikan

berkelanjutan yang relevan dengan kebutuhan

ketenagakerjaan, melalui pengembangan program-program

yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan relevasi muatan kurikulum program Kejar

Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus yang relevan dengan

kebutuhan ketenagakerjaan;

Page 225: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 185

2) Moderniasi peralatan laboratorium, workshop, perbustakaan

dan sumber belajar/berlatih yang mendukung

pembelajaran pendidikan berkelanjutan;

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

prasarana dan perlengkapan pendidikan berkelanjutan;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pelatih/tutor/ pamong belajar, TLD, tenaga administrasi

pada satuan program pendidikan berkelanjutan;

5) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar warga

belajar dan pelatih/tutor/TLD pada satuan program

pendidikan berkelanjutan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan berkelanjutan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan berkelanjutan.

f. Pendidikan Keaksaraan

Kebijakan dalam pendidikan keaksaraan, diprioritaskan pada

peningkatan efektivitas dan relevansi program keaksaraan

fungsional dengan aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat,

melalui pengembangan program-program yang berkaitan

dengan:

1) Peningkatan relevansi muatan kurikulum keaksaraan

fungsional;

2) Peningkatan mutu sarana sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih pada satuan program pendidikan

keaksaraan fungsional;

3) Fasilitasi dan pendampingan penerapan keterampilan

fungsional;

4) Penyediaan biaya operasional mutu penuntasan

pendidikan keaksaraan;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan keaksaraan.

g. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas muatan kurikulum program pendidikan

kepemudaan yang relevan dengan kebutuhan pembangunan

masyarakat, melalui:

1) Peningkatan relevasi muatan kurikulum program

kepemudaan yang relevan dengan kebutuhan

pembangunan masyarakat;

2) Moderniasi peralatan dan sumber belajar/berlatih yang

mendukung pembelajaran pendidikan kepemudaan;

Page 226: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 186

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

prasarana dan perlengkapan pendidikan kepemudaan;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

fasilitator pada satuan program pendidikan kepemudaan;

5) Peningkatan kreativitas/inovasi pemuda dan fasilitator

pada satuan program pendidikan kepemudaan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kepemudaan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kepemudaan.

h. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

peningkatan evektivitas dan relevansi program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender, melalui pengembangan

program-program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan relevasi muatan kurikulum program pendidikan

kewanitaan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat;

2) Moderniasi peralatan dan sumber belajar/berlatih

pendidikan kewanitaan;

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan kewanitaan;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

fasilitator pada satuan program pendidikan kewanitaan;

5) Peningkatan kreativitas/inovasi wanita dan fasilitator pada

satuan program pendidikan kewanitaan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kewanitaan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kewanitaan.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam Taman Bacaan dan Perpustakaan

Masyarakat, diprioritaskan pada peningkatan eksistensi dan

relevansi TBM dan Perpustakaan Masyarakat dalam kehidupan

masyarakat, melalui pengembangan program-proram yang

berkenaan dengan:

1) Peningkatan mutu layanan TBM dan perpustakaan

masyarakat bagi masyarakat pedesaan;

2) Modernisasi buku-buku bacaan, sarana dan fasilitas TBM

dan Perpustakaan masyarakat;

3) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pustakawan TBM

dan Perpustakaan Masyarakat;

Page 227: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 187

4) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar

pustakawan TBM dan perpustakaan masyarakat;

5) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

TBM dan Perpustakaan Masyarakat.

j. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal, diprioritaskan pada

intensitas monitoring penyelenggaraan pendidikan informal.

k. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam kesenian dan kebudayaan, diprioritaskan

pada peningkatan wawasan dan apresiasi tentang nilai-nilai

seni budaya daerah di lingkungan daerah setempat, melalui

pengembangan program-program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan mutu gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih serta media pentas seni-budaya daerah;

2) Peningkatan regulasi media pentas dan pameran seni-

budaya daerah;

3) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi

pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang kesenian dan

kebudayaan;

4) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pengembang seni-budaya

daerah;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada

kelembagaan penggali, pemelihara dan pelestari, serta

pengembang seni-budaya daerah.

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik Aspek tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik pada

dasarnya berkenaan dengan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas

administrasi dan manajemen pembangunan pendidikan, yang

didukung oleh perangkat sistem yang memadai. Dalam periode

tahun 2008-2010, harus diprioritaskan pada program-program yang

bersifat fundamental, yaitu ketersediaanya perangkat sistem yang

dijadikan pedoman untuk meningkatkan mutu tatakelola,

akuntabilitas dan pencitraan publik penyelenggaraan

pembangunan pendidikan.

a. Perencanaan dan Program

Page 228: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 188

Kebijakan dalam perencanaan dan penyusunan program

pendidikan dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan

kapasitas dan modernisasi sistem perencanaan pembangunan

pendidikan dan kebudayaan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan dan kebudayaan;

2) Pengembangan Master Plan Pendidikan ke sejumlah

rencana-rencana strategis pada setiap bidang garapan

pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

perencana program pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit program perencana program pendidikan dan

kebudayaan.

b. Organisasi Pelaksanaan

Kebijakan dalam organisasi pelaksanaan pendidikan dan

kebudayaan, diarahkan pada peningkatan kapasitas kinerja

dan produktivitas organisasi pendidikan dan kebudayaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Standar Kinerja pelayanan publik kelembagaan

setiap jenis satuan dan program pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penyusunan Standar Kinerja individu setiap jenis tenaga

kependidikan dan kebudayaan;

3) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Standar Kinerja Individu dan Kelembagaan satuan

pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi dan aparatur

pelaksana program pendidikan dan kebudayaan;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pelaksana program pendidikan pendidikan dan

kebudayaan.

c. Pengawasan dan Pengendalian Program

Kebijakan dalam pengawasan dan pengendalian program

pendidikan dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan

kapasitas dan modersinasi sistem pengawasan dan

pengendalian pembangunan pendidikan dan kebudayaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Prosedur Operasional Standar (POS)

pengawasan dan pengendalian program-program

pendidikan dan kebudayaan;

Page 229: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 189

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Prosedur Operasional Standar (POS) pengawasan dan

pengendalian program-program pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pengawas program pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pengawasan program pendidikan dan kebudayaan.

d. Evaluasi Program

Kebijakan dalam evaluasi program pendidikan dan

kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan

modersinasi sistem penilaian pembangunan pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penyusunan Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian

program-program pendidikan dan kebudayaan;

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian pendidikan

dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi dan kemampuan aparatur penilaian

program-program pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penilaian program pendidikan dan kebudayaan.

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program

Kebijakan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban

program pendidikan dan kebudayaan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan modersinasi sistem pelaporan dan

pertanggungjawaban, melalui:

1) Penyusunan Prosedur Operasional Standar (POS) pelaporan

dan pertanggung-jawaban program-program

pembangunan pendidikan dan kebudayaan;

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang POS

pelaporan dan pertanggungjawaban program pendidikan

dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga penyusun

laporan pertanggungjawaban program pendidikan dan

kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pelaporan dan pertanggung-jawaban.

f. Anggaran Biaya Program

Page 230: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 190

Kebijakan dalam penganggaran biaya program pendidikan

dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas

pendayagunaan anggaran biaya pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program:

1) Penyusunan Pemetaan Alokasi Anggaran Biaya Pendidikan

(Budget Mapping Allocation) pembangunan pendidikan

dan kebudayaan;

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Standar Anggaran Biaya pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga kependidikan

dalam menyusun anggaran dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penganggaran program pendidikan dan kebudayaan.

g. Peranserta Masyarakat

Kebijakan dalam peran serta masyarakat dalam pembangunan

pendidikan dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan

kapasitas peranserta masyarakat, dunia perusahaan, dan

stakeholders pendidikan pembangunan pendidikan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Pedoman Operasional Standar (POS)

kerjasama kelembagaan dengan stakeholders pendidikan

dan kebudayaan;

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati POS

kerjasama kelembagaan dengan stakeholders;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

tenaga hubungan masyarakat;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

hubungan dengan masyarakat.

h. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kebijakan dalam sistem informasi manajemen pendidikan dan

kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan

modernisasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan

Kebudayaan (SIMPK) yang terintegrasi, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Pedoman Operasional Standar (POS) tentang

Disain SIM Pendidikan dan kebudayaan berbasisk TIK;

2) Modernisasi sarana prasarana perlengkapan TIK Pendidikan

dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga bidang SIM dan

TIK;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pemrosesan data.

Page 231: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 191

i. Manajemen Ketenagaan Pendidikan dan Kebudayaan

Kebijakan dalam manajemen ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan

modernisasi Manajemen SDM pendidikan dan kebudayaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Pedoman Operasional Standar (POS)

Rekrutmen Tenaga Kependidikan dan kebudayaan;

2) Penyusunan Pedoman POS Pendayagunaan, Promosi dan

Pola Karier Tenaga Pendidikan dan kebudayaan;

3) Penyusunan POS Kesejahteraan (penggajian, remunerasi,

advokasi dan penghargaan) Tenaga Pendidikan dan

kebudayaan;

4) Penyusunan POS Pemberhentian dan Pemensiunan Tenaga

Kependidikan dan kebudayaan.;

5) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Grand Design Manajemen SDM kependidikan dan

kebudayaan;

6) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga Manajemen

SDM kependidikan dan kebudayaan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola kepegawaian.

j. Administrasi Sarana Perlengkapan Pendidikan dan Kebudayaan

Kebijakan dalam administrasi sarana perlengkapan pendidikan

dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas

dan modernisasi sarana prasarana pendukung operasional

administrasi dan manajemen pembangunan pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penyusunan POS pengadaan sarana prasarana administrasi

dan manajemen pendidikan dan kebudayaan milik negara

dan daerah;

2) Penyusunan POS pendayagunaan dan pemeliharaan

sarana prasarana pendidikan dan kebudayaan milik negara

dan daerah;

3) Penyusunan POS penghapusan sarana prasarana

pendidikan dan kebudayaan milik negara dan daerah;

4) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang POS

tentang manajemen sarana prasarana milik negara dan

daerah;

5) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga administrasi dan

manajemen sarana prasarana pendidikan dan

kebudayaan;

Page 232: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 192

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola sarana, prasarana dan

barang milik negara/daerah.

C. Kebijakan dan Program Tahun 2011-2015

Strategi program pembangunan pendidikan tahun 2011-2015

pada tingkat nasional ialah penguatan pelayanan kelembagaan.

Oleh karena itu, mulai Tahun 2011 sampai Tahun 2015,

pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung, diarahkan

pada penguatan kelembagaan pendidikan dalam memberikan

pelayanan pendidikan, di samping harus sudah berani merintis

wajib belajar pendidikan menengah (Wajar Dikmen 12 tahun).

Penguatan kelembagaan pendidikan dalam memberikan

pelayanan, diharapkan akan menjadi modal dalam menyiapkan

pendidikan yang bermakna bagi masyarakat, sehingga memiliki

keunggulan kompetitif pada tingkat lokal dan regional, terutama

dalam: (1) Penguatan pelayanan lembaga-lembaga satuan

program pendidikan dan kebudayaan; (2) Penguatan pelayanan

kurikulum, ketenagaan, sarana dan prasarana pendidikan serta

sarana penunjang lainnya, pada setiap satuan program

pendidikan dan kebudayaan; (3) Penguatan pelayanan

administrasi dan manajemen pembanguan pendidikan, baik pada

tingkatan SKPD pengelola pembangunan pendidikan, maupun

pada tingkatan satuan program pendidikan dan kebudayaan.

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Pada aspek pemerataan, harus diprioritaskan pada

penguatan pelayanan bagi anak usia dini, perintisan wajar dikmen

12 tahun, dan pendidikan menengah pada setiap jenis

kelembagaan satuan program pendidikan, yang dapat diakses

oleh seluruh lapisan masyarakat sampai ke tiap pelosok daerah.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada pemerataan

pelayanan kelembagaan PAUD pada tingkat RW, melalui

program:

1) Pemerataan pelayanan kelembagaan PAUD nonformal

dan berbasis keagamaan (TKA , RA, Kober, dan Pos PAUD)

berbasis keunggulan dalam budi-pekerti, lingkungan hidup,

dan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan;

2) Pemerataan gedung/kelas dan meubeler TK/ TKA/RA, dan

PKBM, SKB, Pesantren penyelenggara TPA/Kober/ Pos PAUD

berbasis keunggulan;

Page 233: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 193

3) Pemenerataan peralatan edukatif (APE) proses

pembelajaran PAUD berbasis keunggulan;

4) Pemerataan guru/pengasuh /pembimbing pada

kelembagaan PAUD berbasis keunggulan;

5) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak tidak mampu

untuk medapatkan PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan kelembagaan pendidikan dasar

dalam rangka merintis wajib belajar 12 tahun, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan pelayanan SD/MI, SMP/MTs, SDLB/SMPLB, SLB

Autis, SD-SMP satu atap, SDLB-SMPLB satu atap, pusat

pendidikan anak korban narkoba, MI-MTs satu atap dan

SMP-MTs Terbuka menjadi lembaga pendidikan dasar

terpadu berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur, serta

penerapan teknologi dasar;

2) Pemerataan pelayanan pendidikan MDA/MDW, Paket A/B,

bagi anak putus sekolah, pekerja anak dan anak jalanan

usia wajib belajar secara terpadu;

3) Pemerataan UGB/RKB dan sarana perlengkapan pada

sekolah, PKBM/SKB dan Pesantren penyelenggara satuan

pendidikan dasar berbasis keunggulan;

4) Pemerataan peralatan laboratorium, workshop,

perpustakaan dan sumber belajar/berlatih serta sarana

peribadatan yang mendukung proses pembelajaran

pendidikan dasar berbasis keunggulan;

5) Pemerataan guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong belajar,

laboran, pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan;

6) Penyediaan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan yang

berprestasi dalam perintisan wajar dikmen;

7) Penyediaan beasiswa bagi anak tidak mampu untuk

medapatkan pendidikan dasar dan anak berprestasi untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan kelembagaan satuan pendidikan

menengah dalam rangka rintisan wajib belajar 12 tahun,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 234: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 194

1) Pemerataan pelayanan SMK/MAK, dan atau satuan

SMA/MA, SMALB, Paket C, MDU, satuan program pendidikan

menengah terpadu yang berbasis keunggulan;

2) Pemerataan UGB/RKB dan sarana perlengkapan

pendidikan menengah formal (sekolah-sekolah), maupun

pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan Pesantren

penyelenggara pendidikan menengah) berbasis

keunggulan dalam seni-budaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta penerapan

teknologi menengah;

3) Pemerataan peralatan laboratorium, workshop,

perbustakaan dan sumber belajar/berlatih serta sarana

peribadatan yang mendukung pembelajaran pendidikan

menengah berbasis keunggulan;

4) Pemerataan guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong belajar,

laboran, pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

satuan pendidikan menengah berbasis keunggulan;

5) Pemerataan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa/kecamatan berprestasi

dalam perintisan wajar dikmen;

6) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak tidak mampu untuk medapatkan pendidikan

menengah berbasis keunggulan.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan pelayanan kelembagaan

pendidikan tinggi yang ada di wilayah Kabupaten Bandung,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Memfasilitasi masyarakat dalam pendirian kelembagaan

satuan pendidikan tinggi ke arah pengembangan

pendidikan berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur;

2) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak lulusan pendidikan

menengah yang berprestasi untuk medapatkan layanan

pendidikan tinggi.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan program pendidikan berkelanjutan,

bagi masyarakat, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan kelompok-kelompok sasaran program Kejar

Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus berbasis keunggulan

Page 235: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 195

dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan hidup dan

entreupreneur, penerapan teknologi dasar/menengah;

2) Pemerataan peralatan workshop, dan sumber

belajar/berlatih pada satuan program pendidikan

berkelanjutan berbasis keunggulan;

3) Pemerataan tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan program pendidikan kepemudaan

yang komprehensif, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan aktivitas kelompok-kelompok kepemudaan

berbasis keunggulan dalam seni-udaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, penerapan teknologi

dasar, serta nilai-nilai kebangsaan;

2) Pemerataan sarana peralatan dan sumber belajar/berlatih,

media dan saluran komunikasi dialogis antar generasi pada

satuan program kepemudaan berbasis keunggulan;

3) Pemerataan pembina/pelatih/fasilitator pada program

kepemudaanl berbasis keunggulan.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan program pendidikan kewanitaan dan

kesetaraan jender sampai ke tingkat RW pada setiap

pedesaan, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pemerataan aktivitas kelompok-kelompok pemberdayaan

wanita dan kesetaraan jender secara terpadu pada satuan

pendidikan formal maupun nonformal berbasis keunggulan

dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan hidup dan

entreupreneur, serta nilai-nilai kebangsaan;

2) Pemerataan sarana peralatan, sumber belajar/berlatih,

media dan saluran komunikasi antar kelompok kewanitaan

berbasis keunggulan;

3) Pemerataan pembina/fasilitator dan TLD pada satuan

program kewanitaan berbasis keunggulan.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

1) Kebijakan dalam Taman Bacaan dan Perpustakaan

Masyarakat, diprioritaskan pada pemerataan pelayanan

TBM dan Perpustakaan Masyarakat pada tingkat

Page 236: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 196

pedesaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

2) Pemerataan pelayanan TBM dan perpustakaan masyarakat

berbasis keunggulan;

3) Pemerataan buku-buku bacaan, sarana dan fasilitas TBM

dan Perpustakaan masyarakat berbasis keunggulan;

4) Pemerataan pustakawan bagi TBM dan Perpustakaan

Masyarakat berbasis keunggulan.

i. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal diprioritaskan pada

fasilitasi dan pendampingan penyelenggaraan pendidikan

informal.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam kesenian dan kebudayaan daerah,

diprioritaskan pada pemerataan pelayanan program

pengembangan kesenian dan kebudayaan sampai ke tingkat

pedesaan, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pemerataan aktivitas kelompok-kelompok pemberdayaan

kesenian dan kebudayaan daerah berbasis keunggulan;

2) Peningkatan jumlah gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih dan media pentas seni-budaya daerah

berbasis keunggulan;

3) Peningkatan jumlah pembina/pelatih/fasilitator dan

pengembang seni-budaya dan kebudayaan berbasis

keunggulan.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Pada aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

harus diprioritaskan pada penguatan pelayanan dalam proses

pembelajaran dan pelatihan pada setiap kelembagaan satuan

program pendidikan dan kebudayaan, sehingga memiliki lebih

banyak keunggulan kompetitif serta memiliki relevansi yang tinggi

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada penguatan

relevansi kurikulum pada setiap satuan program PAUD, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan relevansi kurikulum PAUD berbasis iman dan

taqwa, budi-pekerti, lingkungan hidup, dan nilai-nilai

kebangsaan;

Page 237: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 197

2) Penguatan intensitas pendayagunaan alat peraga edukatif

(APE) dan sarana proses belajar/bermain PAUD berbasis

keunggulan;

3) Peningkatan intensitas pemeliharaan sarana prasarana dan

perlengkapan PAUD;

4) Penguatan kompetensi ketenagaan PAUD berbasis

keunggulan;

5) Penguatan mutu proses pembelajaran PAUD berbasis TIK;

6) Penguatan kreativitas dan inovasi peserta didik dan

guru/pembimbing pada satuan PAUD berbasis keunggulan;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan PAUD berbasis keunggulan;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

penguatan relevansi kurikulum pada setiap satuan program

pendidikan dasar, melalui program:

1) Penguatan relevansi muatan kurikulum pendidikan dasar

berbasis religius, budi-pekerti, kecakapan hidup dan

kewirausahaan, seni-budaya dan keolahragaan, teknologi

dasar, lingkungan hidup, dan kebangsaan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan sarana pendidikan

dasar berbasis keunggulan;

3) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemeliharaan

sarana perlengkapan pendidikan dasar;

4) Penguatan kualifikasi, kompetensi

guru/ustadz/tutor/pamong belajar, laboran, pustakawan

dan tenaga administrasi pada satuan program pendidikan

dasar berbasis keunggulan;

5) Penguatan penerapan TIK dalam proses pembelajaran

pendidikan dasar berbasis keunggulan;

6) Penguatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan guru/ustadz/tuto/TLD/laboran/pustakawan pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan dasar berbasis

keunggulan;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan dasar.

c. Pendidikan Menengah

Page 238: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 198

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

penguatan dan pendalaman relevansi muatan kurikulum

satuan pendidikan menengah, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan dan pendalaman muatan kurikulum SMK/MAK,

dan atau satuan SMA/MA, SMALB, Paket C, MDU, satuan

program pendidikan menengah terpadu unggulan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) berbasis

keunggulan;

3) Penguatan intensitas pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang mendukung

pembelajaran berbasis keunggulan;

4) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemeliharaan

sarana prasarana dan perlengkapan pendidikan

menengah;

5) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

guru/pelatih/ ustadz/tutor/pamong belajar, laboran,

pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

pendidikan menengah berbasis keunggulan;

6) Penguatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan tenaga kependidikan pada satuan program

pendidikan menengah berbasis keunggulan;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan menengah berbasis

keunggulan;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan menengah.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih diprioritaskan pada

fasilitasi untuk meningkatkan program school-sisters dengan

beberapa perguruan tinggi standar nasional maupun bertaraf

internasional, melalui:

1) Bantuan operasional manajemen pengembangan

pendidikan;

2) Penyediaan beasiswa peningkatan mutu SDM.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

penguatan relevansi muatan kurikulum program pendidikan

Page 239: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 199

berkelanjutan berbasis keunggulan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan relevansi muatan kurikulum program Kejar

Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus berbasis keunggulan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih yang mendukung pembelajaran

pendidikan berkelanjutan berbasis keunggulan;

3) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemeliharaan

sarana prasarana dan perlengkapan pendidikan

berkenajutan;

4) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pelatih/tutor/ pamong belajar, TLD, dan tenaga administrasi

pada satuan program pendidikan berkelanjutan berbasis

keunggulan;

5) Penguatan kreativitas, inovasi dan daya nalar warga

belajar dan tuto/pelatih/TLD pada satuan program

pendidikan berkelanjutan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan berkenaljutan

berbasis keunggulan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan berkelanjutan.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan dan kepemudaan, diprioritaskan

pada penguatan relevansi muatan kurikulum program

pendidikan kepemudaan, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Penguatan relevansi muatan kurikulum program

kepemudaan berbasis keunggulan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan peralatan dan

sumber belajar/berlatih pendidikan kepemudaan berbasis

keunggulan;

3) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemeliharaan

sarana perlengkapan pendidikan kepemudaan unggulan;

4) Penguatan kemampuan fasilitator pada satuan program

pendidikan kepemudaan berbasis keunggulan;

5) Penguatan kreativitas/inovasi pemuda dan fasilitator pada

satuan program pendidikan kepemudaan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kepemudaan

berbasis keunggulan;

Page 240: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 200

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kepemudaan.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

penguatan relevansi muatan kurikulum program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan relevansi muatan kurikulum program kewanitaan

dan kesetaraan jender berbasis keunggulan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan peralatan dan

sumber belajar/berlatih pendidikan kewanitaan berbasis

keunggulan;

3) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemelihara-an

sarana perlengkapan pendidikan kewanitaan;

4) Penguatan kompetensi fasilitator pada satuan program

pendidikan kewanitaan berbasis keunggulan;

5) Penguatan kreativitas/inovasi wanita dan fasilitator pada

satuan program pendidikan kewanitaan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen pendidikan kewanitaan berbasis keunggulan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kewanitaan.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam aspek ini, diprioritaskan pada penguatan

pelayanan TBM dan Perpustakaan Masyarakat bagi aktivitas

kehidupan masyarakat pedesaan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan intensitas pemeliharaan buku-buku bacaan,

sarana dan fasilitas TBM dan Perpustakaan masyarakat

berbasis keunggulan;

2) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pustakawan TBM

dan Perpustakaan Masyarakat berbasis keunggulan;

3) Penguatan kreativitas, inovasi dan daya nalar pustakawan

TBM dan perpustakaan masyarakat berbasis keunggulan;

4) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat berbasis keunggulan;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

TBM dan Perpustakaan Masyarakat.

i. Pendidikan Informal

Page 241: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 201

Kebijakan dalam pendidikan informal, diprioritaskan pada

pengembangan sistem evaluasi efektivitas penyelenggaraan

pendidikan informal.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam kesenian dan kebudayaan daerah,

diprioritaskan pada penguatan wawasan dan apresiasi

tentang nilai-nilai seni budaya unggulan daerahnya, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan aktivitas pemberdayaan kesenian dan

kebudayaan daerah berbasis keunggulan;

2) Penguatan mutu gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih serta media pentas seni-budaya daerah

berbasis keunggulan;

3) Penguatan regulasi media pentas seni-budaya unggulan

daerah;

4) Penguatan kompetensi dan kemampuan

pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang kesenian dan

kebudayaan berbasis keunggulan;

5) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pengembang seni-budaya

daerah berbasis keunggulan;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada

kelembagaan penggali, pemelihara dan pelestari, serta

pengembang seni-budaya daerah.

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik Aspek ini masih berkenaan dengan efektivitas, efisiensi, dan

produktivitas administrasi dan manajemen pembangunan

pendidikan, yang diharapkan telah memiliki perangkat sistem yang

memadai. Dalam periode tahun 2011-2015, harus sudah

diprioritaskan pada program-program yang bersifat

pengembangan dan peningkatan mutu tata-kelola, akuntabilitas

dan pencitraan publik penyelenggaraan pembangunan

pendidikan dan kebudayaan.

a. Perencanaan dan Program

Kebijakan dalam perencanaan dan program, diprioritaskan

pada penguatan pelayanan sistem perencanaan

pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang lebih

aspiratif dan partisipatif, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

Page 242: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 202

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penguatan rencana-rencana strategis pada setiap bidang

garapan pendidikan pada setiap satuan pendidikan dan

kebudayaan;

3) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

perencana pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit perencana program pendidikan dan kebudayaan.

b. Organisasi Pelaksanaan Program

Kebijakan dalam organisasi pelaksanaan program,

diprioritaskan pada peningkatan kinerja dan produktivitas

pelayanan organisasi pendidikan dan kebudayaan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Standar Kinerja Individu dan Kelembagaan satuan

program pendidikan dan kebudayaan;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan aparatur

pelaksana program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pelaksana program pendidikan pendidikan dan

kebudayaan.

c. Pengawasan dan Pengendalian Program

Kebijakan dalam pengawasan dan pengendalian program,

diprioritaskan pada peningkatan efektivitas dan produktivitas

sistem pengawasan dan pengendalian pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Prosedur Operasional Standar (POS) pengawasan

dan pengendalian program pendidikan dan kebudayaan;

2) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pengawas program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pengawasan program pendidikan dan kebudayaan.

d. Evaluasi Program

Kebijakan dalam evaluasi program, diprioritaskan pada

peningkatan efektivitas dan produktivitas sistem penilaian

pembangunan pendidikan dan kebudayaan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 243: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 203

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian

program-program pembangunan pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan aparatur penilaian

program-program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penilaian program pendidikan dan kebudayaan.

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program

Kebijakan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban

program, diprioritaskan pada peningkatan pelayanan sistem

pelaporan dan pertanggung-jawaban pembangunan

pendidikan dan kebudayaan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang POS pelaporan dan pertanggungjawaban program

pendidikan dan kebudayaan;

2) Penguatan kualifikasi, kompetensi tenaga penyusun laporan

pertanggungjawaban program pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pelaporan dan pertanggung-jawaban.

f. Penganggaran Biaya Program

Kebijakan dalam penganggaran biaya program, diprioritaskan

pada peningkatan efektivitas dan efisiensi pendayaguna-an

anggaran biaya pendidikan dan kebudayaan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Standar Anggaran Biaya pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan tenaga

kependidikan dalam menyusun anggaran dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penganggaran program pendidikan dan

kebudayaan.

g. Partisipasi Masyarakat

Kebijakan dalam partisipasi masyarakat dalam pendidikan,

diprioritaskan pada peningkatan peranserta masyarakat, dunia

usaha, dan stakeholders pendidikan pembangunan pendidikan

Page 244: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 204

dan kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang POS kerjasama kelembagaan dengan stakeholders;

2) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan tenaga

hubungan masyarakat;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

hubungan dengan masyarakat.

h. Sistem Informasi Manajemen

Kebijakan dalam pengembangan sistem informasi manajemen,

diprioritaskan pada peningkatan efektivitas dan produktivitas

Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (SIMP) pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penguatan fungsi dan peran Sistem Informasi Manajemen

(SIM) Pendidikan berbasisk TIK;

2) Penguatan intensitas pemeliharaan sarana TIK Pendidikan

dan kebudayaan;

3) Penguatan kompetensi dan kemampuan tenaga bidang

SIM dan TIK;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit SIM dan

pemrosesan data.

i. Manajemen Sumber Daya Manusia

Kebijakan dalam manajemen SDM, diprioritaskan pada

peningkatan efektivitas dan produktivitas manajemen SDM

kependidikan dan kebudayaan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Grand Design Manajemen SDM pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan tenaga bidang

Manajemen SDM kependidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola kepegawaian.

j. Administrasi Sarana Perlengkapan

Kebijakan dalam administrasi sarana perlengkapan,

diprioritaskan pada peningkatan efektivitas dan efisiensi

pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana

pendukung operasional administrasi dan manajemen

pembangunan pendidikan dan kebudayaan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 245: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 205

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang POS manajemen sarana prasarana milik negara

dan daerah;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan tenaga

administrasi dan manajemen sarana pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola sarana, prasarana dan

barang milik negara/daerah.

D. Kebijakan dan Program Tahun 2016-2020

Strategi program pembangunan pendidikan tahun 2016-2020

pada tingkat nasional ialah pencapaian hasil-hasil pendidikan yang

mampu bersaing pada tingkat regional. Oleh karena itu, mulai

Tahun 2016 sampai Tahun 2020, pembangunan pendidikan dan

kebudayaan di Kabupaten Bandung, harus diarahkan pada

keunggulan-keunggulan kompetitif pada tingkat regional, di

samping harus konsisten dalam meningkatkan pelayanan dalam

pelaksanaan wajib belajar pendidikan menengah (Wajar Dikmen).

Pencapaian target pendidikan dan kebudayaan yang memiliki

daya saing regional ini diharapkan akan menjadi modal dalam

menyiapkan pendidikan dan kebudayaan yang bermakna bagi

masyarakat, sehingga memiliki keunggulan kompetitif, baik secara

regional maupun internasional, terutama dalam: (1) Daya saing

lembaga-lembaga satuan program pendidikan pada setiap satuan

program pendidikan dan kebudayaan; (2) Daya saing pelayanan

kurikulum, ketenagaan, sarana dan prasarana pendidikan serta

sarana penunjang lainnya, pada setiap satuan program

pendidikan dan kebudayaan; (3) Daya saing pelayanan

administrasi dan manajemen pembanguan pendidikan, baik pada

tingkatan SKPD pengelola pembangunan pendidikan, maupun

pada tingkatan satuan program pendidikan pada setiap satuan

program pendidikan dan kebudayaan.

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Pada aspek pemerataan, harus tetap diprioritaskan pada

peningkatan pelayanan bagi anak usia dini, percepatan wajar

dikmen 12 tahun, dan pendidikan menengah yang dapat diakses

oleh seluruh lapisan masyarakat sampai ke tiap pelosok daerah.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada pemeratan dan

perluasan kelembagaan PAUD di tingkat RW yang mampu

Page 246: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 206

bersaing pada tingkat regional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan pelayanan TK/TKA, TPA, RA,

Kober dan Pos PAUD berbasis keunggulan dalam budi-

pekerti, lingkungan hidup, dan nilai-nilai keagamaan dan

kebangsaan standar nasional;

2) Pemerataan dan perluasan gedung/kelas dan meubeler TK/

TKA/RA, dan PKBM, SKB, Pesantren penyeleng-gara

TPA/Kober/Pos PAUD berbasis keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan dan perluasan peralatan edukatif (APE) proses

pembelajaran PAUD standar nasional;

4) Pemerataan guru/pengasuh /pembimbing pada

kelembagaan PAUD standar nasional;

5) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak tidak mampu

untuk medapatkan PAUD unggul standar nasional.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan kelembagaan pendidikan dasar

yang mampu bersaing ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan pelayanan SD/MI, SMP/MTs,

SDLB/SMPLB, SLB Autis, SD-SMP satu atap, SDLB-SMPLB satu

atap, pusat pendidikan dan rehabilitasi anak korban

narkoba, atau MI-MTs satu atap dan SMP-MTs Terbuka serta

lembaga pendidikan dasar terpadu dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur, serta

penerapan teknologi dasar standar nasional;

2) Pemerataan dan perluasan pelayanan MDA/MDW, Paket

A/B, bagi anak putus sekolah, pekerja anak dan anak

jalanan usia wajib belajar secara terpadu standar nasional;

3) Perluasan UGB/RKB dan perlengkapan pada sekolah,

PKBM/SKB dan Pesantren penyelenggara pendidikan dasar

berbasis keunggulan standar nasional;

4) Perluasan peralatan laboratorium, workshop, perpustakaan

dan sumber belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang

mendukung proses pembelajaran pendidikan dasar berbasis

keunggulan standar nasional;

5) Pemerataan guru/pelatih/ ustadz/tutor/ pamong belajar,

laboran, pustakawan, dan tenaga administrasi kantor pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan

standar nasional;

Page 247: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 207

6) Penyediaan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan yang

berprestasi dalam pelaksanaan wajar dikmen;

7) Pemerataan fasilitas dan beasiswa bagi anak berprestasi

dan anak tidak mampu untuk medapatkan pendidikan

dasar berbasis keunggulan standar nasional;

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan kelembagaan satuan pendidikan

menengah yang mampu bersaing ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan SMK/MAK, dan atau SMA/MA,

SMALB, Paket C, MDU, satuan program pendidikan

menengah terpadu yang berbasis keunggulan standar

nasional;

2) Pemerataan dan perluasan UGB/RKB dan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) berbasis

keunggulan dalam seni-budaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta penerapan

teknologi menengah standar nasional;

3) Perluasan peralatan laboratorium, workshop, perbustakaan

dan sumber belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang

mendukung pembelajaran pendidikan menengah berbasis

keunggulan;

4) Pemerataan guru/pelatih/ ustadz/tutor/ pamong belajar,

laboran, pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

satuan pendidikan menengah berbasis keunggulan standar

nasional;

5) Peningkatan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan berprestasi

dalam pelaksanaan wajar dikmen;

6) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak tidak mampu untuk medapatkan pendidikan

menengah berbasis keunggulan standar nasional.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan tinggi yang

mampu bersaing bersaing ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 248: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 208

1) Memfasilitasi kelembagaan satuan pendidikan tinggi ke

arah pengembangan pendidikan berbasis keunggulan

dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan hidup dan

entreupreneur standar nasional;

2) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak lulusan pendidikan

menengah yang berprestasi untuk medapatkan pendidikan

tinggi standar nasional.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing satuan program

pendidikan berkelanjutan yang mampu bersaing ke tingkat

regional, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pemerataan dan perluasan kelompok-kelompok sasaran

program Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus

berbasis keunggulan dalam seni-udaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, penerapan teknologi

dasar/menengah standar nasional;

2) Perluasan peralatan workshop, dan sumber belajar/berlatih

pada satuan program pendidikan berkelanjutan berbasis

keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan

standar nasional.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing satuan program

pendidikan kepemudaan yang mampu bersaing ke tingkat

regional, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

kepemudaan berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur,

penerapan teknologi dasar, serta nilai-nilai kebangsaan

standar nasional;

2) Pemerataan dan perluasan sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih, media dan saluran komunikasi dialogis

antar generasi pada program kepemudaan berbasis

keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan pembina/pelatih/fasilitator pada program

kepemudaan berbasis keunggulan standar nasional.

Page 249: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 209

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender yang mampu bersaing ke

tingkat regional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan wanita dan kesetaraan jender secara

terpadu pada satuan pendidikan formal maupun nonformal

berbasis keunggulan dalam seni-udaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta nilai-nilai

kebangsaan standar nasional;

2) Pemerataan sarana peralatan, sumber belajar/berlatih,

media dan saluran komunikasi antar kelompok kewanitaan

berbasis keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan pembina/fasilitator dan TLD pada satuan

program kewanitaan berbasis keunggulan standar nasional.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam pengembangan Taman Bacaan dan

Perpustakaan Masyarakat, diprioritaskan pada pemerataan

dan perluasan daya saing TBM dan Perpustakaan Masyarakat

yang mampu bersaing pada tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan pelayanan TBM dan

perpustakaan masyarakat berbasis keunggulan standar

nasional;

2) Pemerataan dan perluasan buku-buku bacaan, sarana

dan fasilitas TBM dan Perpustakaan masyarakat berbasis

keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan pustakawan bagi TBM dan Perpustakaan

Masyarakat unggul standar nasional.

i. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal, masih diprioritaskan

pada fasilitasi dan pendampingan penyelenggaraan

pendidikan informal, agar memiliki kesetaraan dengan

pendidikan formal.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan

daerah, diprioritaskan pada pemerataan dan perluasan daya

saing kesenian dan kebudayaan yang mampu bersaing ke

Page 250: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 210

tingkat regional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan kesenian dan kebudayaan berbasis

keunggulan standar nasional;

2) Pemerataan jumlah gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih dan media pentas seni-budaya daerah

unggulan standar nasional;

3) Pemerataan pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang

kesenian dan kebudayaan unggulan standar nasional.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Pada aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

masih tetap diprioritaskan pada penguatan dan peningkatan

pelayanan dalam proses pembelajaran pada setiap kelembagaan

satuan program pendidikan dan kebudayaan, sehingga memiliki

lebih banyak keunggulan kompetitif serta memiliki relevansi yang

tinggi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pada tingkat

regional.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada pengembangan

daya saing regional kurikulum pada setiap satuan program

PAUD, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pengembangan relevansi kurikulum PAUD berbasis iman

dan taqwa, budi-pekerti, lingkungan hidup, dan nilai-nilai

kebangsaan;

2) Pengembangan mutu alat peraga edukatif (APE) dan

sarana proses belajar/ bermain PAUD unggul standar

nasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan PAUD standar nasional;

4) Pengembangan kualifikasi, kompetensi dan kapasitas

kemampuan ketenagaan PAUD berbasis keunggulan

standar nasional;

5) Pengembangan mutu proses pembelajaran PAUD berbasis

TIK standar nasional;

6) Pengembangan kreativitas dan inovasi anak dan

guru/pembimbing pada satuan PAUD berbasis keunggulan

standar nasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan PAUD berbasis keunggulan

standar nasional;

Page 251: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 211

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

pengembangan daya saing regional kurikulum pada setiap

satuan program pendidikan dasar, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan relevansi kurikulum pendidikan dasar

berbasis religius, budi-pekerti, kecakapan hidup dan

kewirausahaan, seni-budaya dan keolahragaan, teknologi

dasar, lingkungan hidup, dan kebangsaan standar nasional;

2) Pengembangan mutu sarana pendidikan dasar berbasis

keunggulan standar nasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan dasar standar nasional;

4) Pengembangan kualifikasi, kompetensi

guru/ustadz/tutor/pamong belajar, laboran, pustakawan

dan tenaga administrasi pada satuan program pendidikan

dasar berbasis keunggulan standar nasional;

5) Pengembangan penerapan TIK dalam proses pembelajaran

pendidikan dasar berbasis keunggulan standar nasional;

6) Pengembangan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta

didik dan guru/tutor/ustadz/TLD/laboran/pustakawan pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan

standar nasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan dasar berbasis

keunggulan standar nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan dasar.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

pengembangan daya saing relevansi muatan kurikulum satuan

pendidikan menengah ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan dan perluasan muatan kurikulum SMK/MAK,

dan atau SMA/MA, SMALB, Paket C, MDU, satuan program

pendidikan menengah terpadu unggulan standar nasional;

2) Pengembangan dan perluasan pendayagunaan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Page 252: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 212

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) unggulan

standar nasional;

3) Pengembangan dan perluasan pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang mendukung

pembelajaran pendidikan menengah berbasis keunggulan;

4) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan pendidikan menengah standar nasional;

5) Pengembangan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

guru/pelatih/ ustadz/tutor/pamong belajar, laboran,

pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan

standar nasional;

6) Pengembangan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta

didik dan tenaga kependidikan pada satuan program

pendidikan menengah berbasis keunggulan standar

nasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan menengah berbasis

keunggulan standar nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan menengah.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih diprioritaskan pada

peningkatan intensitas fasilitasi dan pendampingan terhadap

kelembagaan pendidikan yang ada di Kabupaten Bandung

untuk meningkatkan program school-sisters dengan beberapa

perguruan tinggi standar nasional maupun bertaraf

internasional, sehingga memiliki kemandirian manajemen

dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan, melalui:

1) Pengembangan program studi yang relevan dengan

kebutuhan ketenagakerjaan berdaya saing regional;

2) Bantuan operasional peningkatan mutu SDM.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam program pendidikan berkelanjutan,

diprioritaskan pada pengembangan dan perluasan daya saing

relevansi muatan kurikulum satuan program pendidikan

berkelanjutan yang mampu bersaing ke tingkat regional,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus

berbasis keunggulan standar nasional;

Page 253: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 213

2) Pengembangan dan perluasan pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih yang mendukung pembelajaran pendidikan

berkelanjutan berbasis keunggulan;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan pendidikan berkelanjutan standar

nasional;

4) Pengembangan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pelatih/tutor/pamong belajar, TLD dan tenaga administrasi

pada satuan program pendidikan berkelanjutan unggulan

standar nasional;

5) Pengembangan kreativitas, inovasi dan daya nalar warga

belajar tutor/pelatih/TLD pada satuan program pendidikan

berkelanjutan standar nasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan berkelanjutan

unggulan standar nasional;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan berkelanjutan.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan dan kepemudaan, diprioritaskan

pada pengembangan dan perluasan daya saing relevansi

muatan kurikulum satuan program pendidikan kepemudaan

yang mampu bersaing ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program pendidikan kepemudaan nggulan standar

nasional;

2) Pengembangan dan perluasan pendayagunaan peralatan

dan sumber belajar/berlatih pendidikan kepemudaan

unggulan standar nasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan kepemudaan unggulan standar

nasional;

4) Pengembangan kualifikasi dan kompetensi fasilitator pada

satuan program pendidikan kepemudaan unggulan

standar nasional;

5) Pengembangan kreativitas/inovasi pemuda dan fasilitator

program pendidikan kepemudaan standar nasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kepemudaan

unggulan standar nasional;

Page 254: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 214

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kepemudaan.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

pengembangan dan perluasan daya saing relevansi muatan

kurikulum satuan program pendidikan kepemudaan yang

mampu bersaing ke tingkat regional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan relevansi muatan kurikulum program

pendidikan kewanitaan dan kesetaraan jender unggulan

standar nasional;

2) Pengembangan pendayagunaan peralatan dan sumber

belajar/berlatih pendidikan kewanitaan unggulan standar

nasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan perlengkapan

pendidikan kewanitaan unggulan standar nasional;

4) Pengembangan kualifikasi, dan kemampuan fasilitator pada

satuan program pendidikan kewanitaan unggulan standar

nasional;

5) Pengembangan kreativitas/inovasi wanita dan fasilitator

pada satuan program pendidikan kewanitaan standar

nasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen pendidikan kewanitaan unggulan standar

nasional;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kewanitaan.

h. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal, masih tetap diprioritaskan

pada pengembangan sistem evaluasi penyelenggaraan

pendidikan informal, sehingga setiap penyelenggaraan

pendidikan yang dilakukan keluarga-keluarga memiliki

kemampuan dalam meningkatkan mutu hasil pendidikannya.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam pengembangan Taman Bacaan dan

Perpustakaan Masyarakat, diprioritaskan pada pengembangan

daya saing TBM dan Perpustakaan Masyarakat yang memiliki

keunggulan ke tingkat regional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan pelayanan TBM dan perpustakaan

masyarakat unggul standar nasional;

Page 255: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 215

2) Pengembangan intensitas pemeliharaan buku-buku

bacaan, sarana dan fasilitas TBM dan Perpustakaan

masyarakat unggulan standar nasional;

3) Pengembangan kualifikasi dan kompetensi pustakawan

TBM dan Perpustakaan Masyarakat berbasis keunggulan

standar nasional;

4) Pengembangan kreativitas, inovasi dan daya nalar

pustakawan TBM dan perpustakaan masyarakat standar

nasional;

5) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat berbasis keunggulan standar nasional;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

TBM dan Perpustakaan Masyarakat.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan

daerah, diprioritaskan pada pengembangan apresiasi tentang

nilai-nilai seni budaya unggulan daerah ke tingkat regional,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan mutu gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih serta media pentas seni-budaya daerah

unggulan standar nasional;

2) Pengembangan regulasi media pentas seni-budaya

unggulan standar nasional;

3) Pengembangan kompetensi dan kemampuan

pembina/pelatih/ fasilitator dan pengembang kesenian dan

kebudayaan unggulan standar nasional;

4) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pengembang seni-budaya

daerah unggulan standar nasional;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada

kelembagaan penggali, pemelihara dan pelestari, serta

pengembang seni-budaya daerah.

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik Aspek ini masih berkenaan dengan peningkatan efektivitas,

efisiensi, dan produktivitas administrasi dan manajemen

pembangunan pendidikan, yang diharapkan bahwa perangkat

sistem tatakelola telah kokoh. Dalam periode tahun 2016-2020,

harus sudah diprioritaskan pada program-program yang bersifat

evaluasi dan pengembangan dalam mendukung pencapaian

pendidikan yang memiliki daya saing regional.

Page 256: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 216

a. Perencanaan dan Program

Kebijakan dalam perencanaan dan program, diprioritaskan

pada pengembangan sistem perencanaan pembangunan

pendidikan dan kebudayaan yang lebih aspiratif, partisipatif,

transparan dan akuntabel, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Rencana Induk Pendidikan dan kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi implementasi Rencana Induk (Master

Plan) Pembangunan Pendidikan dan kebudayaan;

3) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan

perencana pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit perencana program pendidikan dan kebudayaan.

b. Organisasi Pelaksanaan Program

Kebijakan dalam pelaksanaan program, diprioritaskan pada

pengembangan dan pencapaian standar kinerja pendidikan

dan kebudayaan yang lebih produktif dan bermutu, melalui

pengembangan program:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Standar Kinerja Individu dan satuan program

pendidikan dan kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan aparatur

pelaksana program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pelaksana program pendidikan dan kebudayaan.

c. Pengawasan dan Pengendalian Program

Kebijakan dalam pengawasan dan pengendalian program,

diprioritaskan pada pengembangan sistem pengawasan

pendidikan dan kebudayaan yang lebih produktif dan bermutu,

transparan dan akuntabel, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Prosedur Operasional Standar (POS) pengawasan

dan pengendalian program pendidikan dan kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kompetensi dan

kemampuan pengawas program pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pengawasan program pendidikan dan kebudayaan.

d. Evaluasi Program

Page 257: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 217

Kebijakan dalam evaluasi program, diprioritaskan pada

pengembangan sistem penilaian pendidikan yang lebih terukur

dengan efektif, transparan, partisipatif dan akuntabel, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian

program-program pembangunan pendidikan dan

kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan aparatur

penilaian program-program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penilaian program pendidikan dan kebudayaan.

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program

Kebijakan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban

program, diprioritaskan pada pengembangan sistem

pelaporan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan program

pendidikan yang lebih cepat, akurat dan diterima tanpa

syarat, melalui pengembangan program:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang POS pelaporan dan pertanggung-jawaban

program pendidikan dan kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kompetensi tenaga

penyusun laporan pertanggungjawaban program

pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pelaporan dan pertanggung-jawaban.

f. Penganggaran Biaya Program

Kebijakan dalam penganggaran biaya program, diprioritaskan

pada pengembangan sistem pengganggaran pelaksanaan

program pendidikan dan kebudayaan yang lebih efektif dan

efisien, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Standar Anggaran Biaya pendidikan dan

kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

kependidikan dalam menyusun anggaran;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penganggaran program pendidikan dan

kebudayaan.

g. Partisipasi Masyarakat

Page 258: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 218

Kebijakan dalam partisipasi masyarakat, diprioritaskan pada

pengembangan sistem kerjasama kelembagaan pendidikan

dengan stakeholder yang lebih erat dan harmonis, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang POS kerjasama kelembagaan dengan stakeholders;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

hubungan masyarakat;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

hubungan dengan masyarakat.

h. Sistem Informasi Manajemen

Kebijakan dalam sistem informasi manajemen, diprioritaskan

pada pengembangan sistem informasi manajemen (SIM)

pendidikan dan kebudayaan yang lebih cepat, akurat dalam

mendukung keputusan-keputusan strategis, melalui

pengembangan program:

1) Evaluasi dan strategi pengembangan Sistem Informasi

Manajemen (SIM) Pendidikan berbasisk TIK;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan sarana TIK

Pendidikan dan kebudayaan berbasis TIK;

3) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

bidang SIM dan TIK;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit SIM dan

pemrosesan data.

i. Manajemen SDM

Kebijakan dalam manajemen SDM, diprioritaskan pada

pengembangan sistem manajemen pengembangan sumber

daya manusia (PSDM) pendidikan dan kebudayaan yang lebih

efektif, transparan, akuntabel dan berkeadilan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Grand Design Manajemen SDM pendidikan dan

kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

bidang Manajemen SDM kependidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola kepegawaian.

j. Administrasi Sarana Perlengkapan

Kebijakan dalam admnistrasi sarana perlengkapan,

diprioritaskan pada pengembangan sistem manajemen sarana

prasarana administrasi dan manajemen pendidikan dan

Page 259: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 219

kebudayaan milik negara dan daerah yang lebih efektif dan

efisien, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang POS manajemen sarana prasarana milik negara

dan daerah;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

administrasi dan manajemen sarana pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola sarana, prasarana dan

barang milik negara/daerah.

E. Kebijakan dan Program Tahun 2021-2025

Strategi program pembangunan pendidikan tahun 2021-2025

pada tingkat nasional ialah pencapaian hasil-hasil pendidikan yang

memiliki daya saing internasional. Oleh karena itu, mulai Tahun 2021

sampai Tahun 2025, pembangunan pendidikan dan kebudayaan di

Kabupaten Bandung, harus diarahkan pada keunggulan-

keunggulan kompetitif pada tingkat internasional, di samping harus

mampu menuntaskan Wajar 12 tahun. Pencapaian target daya

saing internasional ini akan menjadi modal dalam meningkatkan

harkat dan martabat bangsa dan negara pada tingkat

internasional.

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Pada aspek pemerataan, harus tetap diprioritaskan pada

peningkatan pelayanan bagi anak usia dini, penuntasan wajar

dikmen 12 tahun, dan pendidikan menengah yang dapat diakses

oleh seluruh lapisan masyarakat sampai ke tiap pelosok daerah.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada pemerataan dan

perluasan kelembagaan PAUD di tingkat RW yang mampu

bersaing pada tingkat internasional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan TK/TKA, TPA, RA, Kober dan Pos

PAUD berbasis keunggulan dalam budi-pekerti, lingkungan

hidup, dan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan bertaraf

internasional;

2) Pemerataan dan perluasan gedung/kelas dan meubeler TK/

TKA/RA, dan PKBM, SKB, Pesantren penyeleng-gara

Page 260: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 220

TPA/Kober/Pos PAUD berbasis keunggulan standar

internasional;

3) Pemerataan dan perluasan peraalatan edukatif (APE)

proses pembelajaran PAUD bertaraf internasional;

4) Pemerataan guru/pengasuh /pembimbing pada

kelembagaan PAUD bertaraf internasional;

5) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak tidak mampu

untuk medapatkan PAUD unggul bertaraf internasional.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan kelembagaan pendidikan dasar

yang mampu bersaing ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan SD/MI, SMP/MTs, SDLB/SMPLB,

SLB Autis, SD-SMP satu atap, SDLB-SMPLB satu atap, pusat

pendidikan dan rehabilitasi anak korban narkoba, atau MI-

MTs satu atap dan SMP-MTs Terbuka serta pendidikan dasar

terpadu dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan

hidup dan entreupreneur, serta penerapan teknologi dasar

bertaraf internasional;

2) Pemerataan dan perluasan pelayanan MDA/MDW, Paket

A/B, bagi anak putus sekolah, pekerja anak dan anak

jalanan usia wajib belajar secara terpadu bertaraf

internasional;

3) Perluasan UGB/RKB dan perlengkapan pada sekolah,

PKBM/SKB dan Pesantren penyelenggara pendidikan dasar

berbasis keunggulan bertaraf internasional;

4) Perluasan peralatan laboratorium, workshop, perpustakaan

dan sumber belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang

mendukung proses pembelajaran pendidikan dasar berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

5) Pemerataan guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong belajar,

laboran, pustakawan, dan tenaga administrasi kantor pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan

bertaraf internasional;

6) Penyediaan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan yang

berprestasi dalam perintisan wajar dikmen;

7) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak tidak mampu untuk medapatkan pendidikan dasar

berbasis keunggulan bertaraf internasional.

c. Pendidikan Menengah

Page 261: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 221

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan kelembagaan pendidikan

menengah yang mampu bersaing ke tingkat internasional,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan SMK/MAK, dan atau SMA/MA,

SMALB, Paket C, MDU, satuan program pendidikan

menengah terpadu yang berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

2) Pemerataan dan perluasan UGB/RKB dan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) berbasis

keunggulan dalam seni-budaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta penerapan

teknologi menengah bertaraf internasional;

3) Peningkatan peralatan laboratorium, workshop,

perbustakaan dan sumber belajar/berlatih serta sarana

peribadatan yang mendukung pembelajaran pendidikan

menengah berbasis keunggulan bertaraf internasional;

4) Pemerataan guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong belajar,

laboran, pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

satuan pendidikan menengah berbasis keunggulan

bertaraf internasional;

5) Peningkatan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan berprestasi

dalam pelaksanaan wajar dikmen;

6) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak mampu untuk medapatkan pendidikan menengah

berbasis keunggulan bertaraf internasional.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan tinggi yang

mampu bersaing ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Memfasilitasi kelembagaan satuan pendidikan tinggi ke

arah pengembangan pendidikan berbasis keunggulan

dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan hidup dan

entreupreneur standar internasional;

2) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak lulusan pendidikan

menengah yang berprestasi untuk medapatkan pendidikan

tinggi bertaraf internasional.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Page 262: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 222

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing satuan program

pendidikan berkelanjutan yang mampu bersaing ke tingkat

internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan kelompok-kelompok sasaran

program Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus

keterampilan berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur,

teknologi bertaraf internasional;

2) Perluasan peralatan workshop, dan sumber belajar/berlatih

pada satuan program pendidikan berkelanjutan berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

3) Pemerataan tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan

bertaraf internasional.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam kepemudaan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing satuan program

pendidikan kepemudaan yang mampu bersaing ke tingkat

internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

kepemudaan berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur,

penerapan teknologi dasar, serta nilai-nilai kebangsaan

bertaraf internasional;

2) Pemerataan dan perluasan sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih, media dan saluran komunikasi dialogis

antar generasi pada satuan program kepemudaan

berbasis keunggulan bertaraf internasional;

3) Pemerataan pembina/pelatih/fasilitator pada program

kepemudaan berbasis keunggulan bertaraf internasional.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender yang mampu bersaing ke

tingkat internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan wanita dan kesetaraan jender secara

terpadu pada satuan pendidikan formal maupun nonformal

Page 263: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 223

berbasis keunggulan dalam seni-udaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta nilai-nilai

kebangsaan bertaraf internasional;

2) Pemerataan sarana peralatan, sumber belajar/berlatih,

media dan saluran komunikasi dialogis antar kelompok

kewanitaan berbasis keunggulan bertaraf internasional;

3) Pemerataan pembina/fasilitator dan TLD pada satuan

program kewanitaan berbasis keunggulan bertaraf

internasional.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam pengembangan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat, diprioritaskan pada pemerataan dan perluasan

daya saing TBM dan Perpustakaan Masyarakat yang mampu

bersaing pada tingkat internasional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan TBM dan perpustakaan

masyarakat berbasis keunggulan bertaraf internasional;

2) Pemerataan dan perluasan buku-buku bacaan, sarana

dan fasilitas TBM dan Perpustakaan masyarakat berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

3) Pemerataan pustakawan bagi TBM dan Perpustakaan

Masyarakat unggul bertaraf internasional.

i. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal, diprioritaskan pada

fasilitasi dan pendampingan penyelenggaraan pendidikan

informal.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan

daerah, diprioritaskan pada Pemerataan dan perluasan daya

saing kesenian dan kebudayaan yang mampu bersaing ke

tingkat internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan kesenian dan kebudayaan bertaraf

internasional;

2) Peningkatan jumlah gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih dan media pentas seni-budaya unggul- an

bertaraf internasional;

3) Peningkatan pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang

kesenian dan kebudayaan bertaraf internasional.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Page 264: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 224

Pada aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

masih tetap diprioritaskan pada penguatan dan peningkatan

pelayanan dalam proses pembelajaran pada setiap kelembagaan

satuan program pendidikan, sehingga memiliki lebih banyak

keunggulan kompetitif serta memiliki relevansi yang tinggi dengan

tuntutan kebutuhan masyarakat, baik pada tingkat lokal, regional,

nasional maupun pada tingkat internasional.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada peningkatan daya

saing internasional kurikulum pada setiap satuan program

PAUD, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Peningkatan relevansi kurikulum PAUD berbasis iman dan

taqwa, budi-pekerti, lingkungan hidup, dan nilai-nilai

kebangsaan;

2) Peningkatan mutu alat peraga edukatif (APE) dan sarana

proses belajar/ bermain PAUD unggul bertaraf internasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

PAUD bertaraf internasional;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kapasitas

kemampuan ketenagaan PAUD berbasis keunggulan

bertaraf inter nasional;

5) Peningkatan mutu proses pembelajaran PAUD berbasis TIK

bertaraf internasional;

6) Peningkatan kreativitas dan anak dan guru/pembibing

pada satuan PAUD berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan PAUD berbasis keunggulan

bertaraf nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

peningkatan daya saing internasional kurikulum pada setiap

satuan program pendidikan dasar, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan relevansi kurikulum pendidikan dasar berbasis

religius, budi-pekerti, kecakapan hidup dan kewirausahaan,

seni-budaya dan keolahragaan, teknologi dasar, lingkungan

hidup, dan kebangsaan bertaraf internasional;

Page 265: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 225

2) Peningkatan mutu sarana pendidikan dasar berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

pendidikan dasar bertaraf internasional;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi

guru/ustadz/tutor/pamong belajar, laboran, pustakawan

dan tenaga administrasi pada satuan program pendidikan

dasar berbasis keunggulan bertaraf internasional;

5) Peningkatan penerapan TIK dalam proses pembelajaran

pendidikan dasar berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

6) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan guru/tutor/ustadz/laboran/pustakawan pada satuan

program pendiidkan dasar berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan dasar berbasis

keunggulan bertaraf nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan dasar.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

peningkatan daya saing relevansi muatan kurikulum satuan

pendidikan menengah ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan relevansi muatan kurikulum SMK/MAK, dan

atau SMA/MA, SMALB, Paket C, MDU, satuan program

pendidikan menengah terpadu unggulan bertaraf

internasional;

2) Peningkatan intensitas pendayagunaan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) unggulan

bertaraf internasional;

3) Peningkatan intensitas pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang mendukung

pembelajaran pendidikan menengah berbasis keunggulan

bertaraf internasional;

4) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan pendidikan menengah bertaraf

internasional;

Page 266: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 226

5) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

guru/pelatih/ ustadz/tutor/pamong belajar, laboran,

pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan

standar internasional;

6) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan tenaga kependidikan pada satuan program

pendiidkan menengah berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan menenga berbasis

keunggulan bertaraf nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan menengah.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih tetap diprioritaskan

pada peningkatan intensitas fasilitasi dan pendampingan

terhadap kelembagaan pendidikan yang ada di Kabupaten

Bandung untuk meningkatkan program school-sisters dengan

beberapa perguruan tinggi standar nasional maupun bertaraf

internasional, sehingga memiliki kemandirian manajemen

dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan kepada

masyarakat, melalui:

1) Pembinaan program studi yang relevan dengan kebutuhan

ketenagakerjaan berdaya saing internasional;

2) Bantuan operasional peningkatan mutu SDM.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

peningkatan dan perluasan daya saing relevansi muatan

kurikulum satuan program pendidikan berkelanjutan yang

mampu bersaing ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus

berbasis keunggulan bertaraf internasional;

2) Peningkatan intensitas pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih yang mendukung pembelajaran pendidikan

berkelanjutan berbasis keunggulan bertaraf internasional;

Page 267: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 227

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan pendidikan berkelanjutan bertaraf

internasional;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pelatih/tutor/ pamong belajar, TLD dan tenaga administrasi

pada satuan program pendidikan berkelanjutan unggulan

standar internasional;

5) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar warga

belajar dan tutor/ TLD/pelatih pada satuan program

pendiidkan berkelanjutan bertaraf internasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan berkelanjutan

unggulan bertaraf nasional;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan berkelanjutan.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

peningkatan dan perluasan daya saing relevansi muatan

kurikulum satuan program pendidikan kepemudaan yang

mampu bersaing ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program pendidikan kepemudaan unggulan bertaraf

internasional;

2) Peningkatan intensitas pendayagunaan peralatan dan

sumber belajar/berlatih pembelajaran pendidikan

kepemudaan unggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan kepemudaan unggulan bertaraf

internasional;

4) Peningkatan kemampuan fasilitator pada satuan program

pendidikan kepemudaan unggulan standar internasional;

5) Peningkatan kreativitas/inovasi pemuda dan fasilitator

program pendiidkan kepemudaan bertaraf internasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kepemudaan

unggulan bertaraf nasional;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kepemudaan.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam kewanitaan, diprioritaskan pada peningkatan

dan perluasan daya saing relevansi muatan kurikulum satuan

Page 268: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 228

program pendidikan kewanitaan yang mampu bersaing ke

tingkat internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

Peningkatan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program pendidikan kewanitaan unggulan bertaraf

internasional;

1) Peningkatan intensitas pendayagunaan peralatan dan

sumber belajar/berlatih pendidikan kewanitaan eunggulan

bertaraf internasional;

2) Peningkatan kemandirian pemeliharaan perlengkapan

pendidikan kewanitaan unggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan kemampuan fasilitator pada satuan program

pendidikan kewanitaan unggulan bertaraf internasional;

4) Peningkatan kreativitas/inovasi wanita dan fasilitator pada

satuan program pendidikan kewanitaan bertaraf

internasional;

5) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen pendidikan kewanitaan unggulan bertaraf

nasional;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kewanitaan.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam pengembangan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat, diprioritaskan pada peningkatan daya saing TBM

dan Perpustakaan Masyarakat yang memiliki keunggulan ke

tingkat internasional, melalui:

1) Peningkatan pelayanan TBM dan perpustakaan masyarakat

unggul bertaraf internasional;

2) Peningkatan intensitas pemeliharaan buku-buku bacaan,

sarana dan fasilitas TBM dan Perpustakaan masyarakat

unggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pustakawan TBM

dan Perpustakaan Masyarakat berbasis keunggulan

bertaraf internasional;

4) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar pustakawan

TBM dan perpustakaan masyarakat bertaraf internasional;

5) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat berbasis keunggulan bertaraf nasional;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

TBM dan Perpustakaan Masyarakat;

i. Pendidikan Informal

Page 269: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 229

Kebijakan dalam pendidikan informal, diprioritaskan pada

pengembangan sistem evaluasi penyelenggaraan pendidikan

informal yang jelas, terukur, transparan dan akuntabel.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan

daerah, diprioritaskan pada peningkatan apresiasi tentang

nilai-nilai seni budaya unggulan daerah ke tingkat internasional,

melalui:

1) Peningkatan mutu aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan kesenian dan kebudayaan berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

2) Peningkatan mutu gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih serta media pentas seni-budaya daerah

unggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan regulasi pentas seni-budaya unggul bertaraf

internasional;

4) Peningkatan kualifikasi dan kemampuan

pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang kesenian dan

kebudayaan unggulan bertaraf internasional;

5) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen lembaga pengembang seni-budaya daerah

unggulan bertaraf nasional;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada

kelembagaan penggali, pemelihara dan pelestari, serta

pengembang seni-budaya daerah.

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

Aspek ini masih tetap berkenaan dengan peningkatan

efektivitas, efisiensi, dan produktivitas administrasi dan manajemen

pembangunan pendidikan, yang diharapkan telah memiliki

perangkat sistem yang sangat stabil dan solid. Dalam periode

tahun 2021-2025, harus sudah diprioritaskan pada program-

program yang bersifat akselerasi dan peningkatan mutu tata-

kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam mendukung

pencapaian pendidikan yang memiliki daya saing internasional.

a. Perencanaan dan Program

Kebijakan dalam perencanaan program, diprioritaskan pada

peningkatan fungsi dan peran sistem perencanaan

pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang lebih

aspiratif, partisipatif, transparan dan akuntabel, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 270: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 230

1) Peningkatan peran dan fungsi Peraturan Daerah tentang

Rencana Induk Pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan fungsi dan peran rencana-rencana strategis

pada setiap organisasi satuan pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kemampuan aparatur perencana program

pendidikan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit perencana program pendidikan dan kebudayaan.

b. Organisasi Pelaksanaan Program

Kebijakan dalam organisasi pelaksanaan program,

diprioritaskan pada peningkatan peran standar kinerja

pendidikan dan kebudayaan yang lebih produktif dan bermutu,

melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Standar Kinerja Individu dan Kelembagaan satuan program

pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan kemampuan aparatur pelaksana program

pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pelaksana program pendidikan dan kebudayaan.

c. Pengawasan dan Pengendalian Program

Kebijakan dalam pengawasan dan pengendalian program,

diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan peran sistem

pengawasan pendidikan dan kebudayaan yang lebih

produktif, transparan dan akuntabel, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Prosedur Operasional Standar (POS) pengawasan dan

pengendalian program pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan kemampuan aparatur pengawasan dan

pengendalian program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pengawasan program pendidikan dan kebudayaan.

d. Evaluasi Program

Kebijakan dalam evaluasi program, diprioritaskan pada

peningkatan fungsi dan peran sistem penilaian pendidikan

dan kebudayaan yang lebih efektif transparan dan akuntabel,

melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian program-

program pembangunan pendidikan dan kebudayaan;

Page 271: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 231

2) Peningkatan kemampuan aparatur penilaian program-

program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penilaian program pendidikan dan kebudayaan.

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program

Kebijakan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban

program, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan peran

sistem pelaporan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan

program pendidikan dan kebudayaan yang diterima tanpa

syarat, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

POS pelaporan dan pertanggungjawaban program

pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan kemampuan tenaga kependidikan dalam

menyusun laporan pertanggungjawaban program

pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pelaporan dan pertanggungjawaban.

f. Penganggaran Biaya Program

Kebijakan dalam penganggaran biaya program, diprioritaskan

pada peningkatan fungsi dan peran sistem pengganggaran

pelaksanaan program pendidikan dan kebudayaan yang

lebih efektif dan efisien, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Standar Anggaran Biaya pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan kemampuan tenaga kependidikan dalam

menyusun anggaran program pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penganggaran program pendidikan dan

kebudayaan.

g. Partisipasi Masyarakat

Kebijakan dalam partisipasi masyarakat, diprioritaskan pada

peningkatan fungsi dan peran sistem kerjasama kelembagaan

pendidikan dan kebudayaan dengan stakeholder yang lebih

erat dan harmonis, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

POS kerjasama kelembagaan dengan stakeholders

2) Peningkatan kemampuan tenaga hubungan masyarakat.

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

hubungan dengan masyarakat.

Page 272: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 232

h. Sistem Informasi Manajemen

Kebijakan dalam sistem informasi manajemen, diprioritaskan

pada peningkatan fungsi dan peran sistem informasi

manajemen (SIM) pendidikan yang lebih cepat, akurat dalam

mendukung keputusan-keputusan strategis, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Sistem Informasi Manajemen

(SIM) Pendidikan berbasisk TIK;

2) Peningkatan fungsi perlengkapan modern TIK Pendidikan

dan kebudayaan berbasis TIK;

3) Peningkatan kemampuan tenaga bidang SIM dan TIK;

4) Peningkatan kesejahteraan pada unit SIM dan pemrosesan

data.

i. Manajemen SDM

Kebijakan dalam manajemen SDM, diprioritaskan pada

peningkatan fungsi dan peran sistem manajemen

pengembangan sumber daya manusia (PSDM) pendidikan dan

kebudayaan yang lebih efektif, transparan, akuntabel dan

berkeadilan, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Grand Design Manajemen SDM pendidikan dan

kebudayaan.

2) Peningkatan kemampuan tenaga bidang Manajemen SDM

kependidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola kepegawaian.

j. Administrasi Sarana Perlengkapan

Kebijakan dalam administrasi sarana perlengkapan,

diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan peran sistem

manajemen sarana prasarana administrasi dan manajemen

pendidikan dan kebudayaan milik negara dan daerah yang

lebih efektif dan efisien, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

POS manajemen sarana prasarana milik negara dan

daerah;

2) Peningkatan kemampuan tenaga administrasi dan

manajemen sarana prasarana pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola sarana, prasarana dan

barang milik negara/daerah.

Page 273: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 233

Pengembangan strategi dan program tahunan secara lebih

rinci dapat dilihat pada Tabel 6.1 dan 6.2 di halaman berikut.

Komponen-komponen kebijakan dan program sebagaimana

diuraikan di atas, merupakan bidang garapan yang perlu

dilaksanakan dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan

di Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak

dipengaruhi oleh tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian

kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah

Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada

bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat,

ada bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah

provinsi, dan ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi

urusan Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi

masyarakat Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan

bidang garapan yang menjadi kewenangan untuk

melaksanakannya, yang paling penting ialah seluruh bidang

garapan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan

peruntukannya.

Page 274: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 273

BAB VII

CATATAN PENUTUP

(Rekomendasi)

“Kefakiran terbesar adalah kebodohan, dan karenanya

tantangan terbesar dalam pembangunan pendidikan di

Kabupaten Bandung ialah, bagaimana pemerintah dan

masyarakat Kabupaten Bandung dapat mencegah

masyarakatnya tidak menjadi kufur”.

Itulah sederet kalimat yang harus disadari sepenuhnya oleh

segenap elemen pemerintahan dan masyarakat Kabupaten

Bandung, bahwa sesungguhnya kekayaan yang paling berharga

bagi manusia adalah budi-akal, karenanya, setiap kebijakan yang

menyangkut pembaharuan pendidikan di Kabupaten Bandung

harus dapat mencegah terjadinya musibah besar bagi

masyarakatnya, yaitu keputusasaan. Kebijakan tentang

pembaharuan yang dirancang Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung sebetulnya tidak akan menjadi persoalan bagi

masyarakat, sepanjang kebijakan tersebut memberikan solusi dan

manfaat nyata bagi perbaikan dan peningkatan kualitas SDM

Kabupaten Bandung. Oleh karena itu tidak ada pilihan,

pembangunan manusia di Kabupaten Bandung harus

dititikberatkan pada aspek-aspek yang menjadi sumber kekuatan

masyarakat dan bangsa, yaitu SDM yang memiliki ilmu

pengetahuan dan teknologi, beriman dan beramal shaleh, dan

dilandasi pedoman hidup yang bersumber dari wahyu Tuhan TME,

serta diwujudkan dalam perilaku kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Page 275: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 274

Bagian penghujung naskah ini, Tim Perumus ingin

menegaskan kembali bahwa pembangunan bangsa yang harus

kita upayakan, pada hakekatnya harus merujuk pada proses

rekontruksi strutur kehidupan yang memberikan pengaruh timbal

balik, baik secara kuantitatif maupun kualitatif menuju kehidupan

mansyarakat yang lebih baik. Pembangunan yang baik ialah

pembangunan yang dapat membatu individu atau masyarakat

dalam memecahkan setiap problema kebutuhan, keinginan dan

harapan masyarakat yang lebih besar dan menyeluruh. Karena itu,

pembangunan manusia seyogyanya diupayakan dalam rangka

proses-proses penyesuaian diri setiap anggota masyarakat

terhadap lingkungan sosial masyarakat pada umumnya.

Tantangan mengerikan yang dihadapi bangsa dewasa ini,

seperti ancaman disintegrasi bangsa, krisis kepercayaan yang

diperparah lagi dengan musibah di mana-mana, seperti gempa

bumi, gunung meletus, sapuan ombak tsunami, belum lagi

kriminalitas dan teror-teror yang membuat hidup ini tidak nyaman,

telah mengakibatkan ‘lunturnya’ jatidiri sebagai bangsa yang

besar, bermartabat, dan berbudi luhur. Mengapa Bandung yang

indah dan subur ini mengalami krisis seperti itu?

Kita sering berbangga hati dengan bangsa yang besar, dan

mampu membangun negara kesatuan dengan tebusan tetesan

darah dan nyawa para pejuang kemerdekaan; serta mampu

mengalahkan para penjajah dengan revolusi heroik yang tidak

ditemukan bandingannya dengan proses kemerdekaan negara-

negara lain, dan kemerdekaan itu merupakan perwujudan

keberanian bangsa serta merupakan karunia dari Tuhan YME.

Namun kita pun sering melupakan, bahwa sesuatu yang paling keji

adalah sikap ujub, riya dan takabur, serta selalu membanggakan

Page 276: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 275

diri sendiri. Padahal kalau kita dapat menyadari bahwa karunia

yang terbesar adalah keshalehan anak-anak bangsa, serta

keberanian terbesar adalah kesabaran anak-anak bangsa dalam

memperjuangkan kemerdekaan; Masyarakat Kabupaten Bandung

pun terkadang selalu berbangga hati dengan potensi kekayaan

alam yang subur, dan potensi sumber daya insani yang begitu

pluralistik, yang dapat dijadikan modal utama untuk kesejahteraan

masyarakatnya. Namun sering melupakan, bahwa kekayaan yang

paling berharga dan mulia bagi masyarakat dan bangsa adalah

budi-akal dan akhlaq dari anak-anak masyarakat Kabupaten

Bandung sendiri, dan modal terbesar adalah kemandirian

masyarakat sendiri; Di samping itu, kita sering merasa berbangga

hati, karena masyarakat Kabupaten Bandung merupakan

masyarakat yang mempunyai martabat dan kehormatan di

hadapan masyarakat lain di lingkungan Provinsi Jawa Barat dan

Bangsa Indonesia, bahkan di mata masyarakat dunia internasional,

sehingga terkadang sering menerima berbagai tekanan bangsa

lain demi pergaulan internasional. Padahal sesungguhnya,

kehormatan terbesar dan paling berharga bagi masyarakat adalah

kesetiaan terhadap masyarakatnya Kabupaten Bandung sendiri.

Masyarakat Kabupaten Bandung patut bersyukur pada

Tuhan YME karena telah memberikan karunia, keberanian,

kekayaan, kemuliaan, modal, dan kehormatan yang terbesar-Nya,

yaitu keshalehan, kesabaran, akal dan akhlaq, kemandirian, dan

kesetiaan anak-anak bangsa; Namun, semua yang diberikan Tuhan

YME tersebut tidak akan berarti apa-apa, bila tidak dikelola dan

dimanfaatkan untuk pembangunan masyarakatnya sendiri, bahkan

potensi-potensi yang diberikan Tuhan YME tersebut akan menjadi

‘petaka’ bila masyarakat Kabupaten Bandung masih terbelenggu

Page 277: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 276

dengan ‘kebodohan’ alias tidak tahu bagaimana cara bersyukur

kepada Tuhan YME. Pengalaman sejarah menunjukkan, banyak

bangsa besar di dunia terpuruk karena ‘kebodohan’ atau

ketidaktahuan dalam bersyukur kepada Tuhannya. Masih tidak

cukupkah Tuhan YME memberikan potensi-potensi yang berlimpah

kepada masyarakat kita? Ataukah masyarakat kita tidak cukup

ilmu dan keimanan dalam mengelola dan memanfaatkan

sejumlah potensi yang diberikan Tuhan YME?

Tim Perumus berkeyakinan, bahwa kunci permasalahan

semua yang kita hadapi karena masyarakat dan bangsa kita tidak

cukup ilmu, alias ‘bodoh’ alias ‘fakir’ dan masih berada dalam

keimanan yang rendah, sehingga menyebabkan proses-proses

pembangunan dilaksanakan dengan salah dan keliru, karena

bukan merupakan suatu proses rekontruksi struktur kehidupan yang

memberikan pengaruh timbal balik, baik secara kuantitatif maupun

kualitatif menuju kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Masyarakat yang bertambah ilmunya, harus senantiasa

dapat meningkatkan keimanannya, dan kemudian diwujudkan

dalam bentuk perilaku amal shaleh sehari-hari, baik shaleh

terhadap diri, keluarga, masyarakat, alam dan Tuhannya. Ilmu

dalam pandangan Islam diperoleh dari hasil ‘belajar membaca’

tentang alam dan dari Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya.

Motivasi dan semangat masyarakat dalam mencari ilmu, hanya

dapat diperoleh apabila masyarakat itu mempunyai kesempatan,

kemauan dan selalu berusaha meningkatkan keimanannya. Begitu

pula sebaliknya, masyarakat yang mempunyai keimanan, bukan

hanya karena mendapat hidayah dan karunia secara tiba-tiba,

tetapi dihasilkan dari sebuah proses ‘ikhtiar’ dan ‘ijtihad’ yang

mustahil tidak mendapatkan suatu hidayah dan karunia dari Tuhan

Page 278: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 277

YME. Ketiga unsur ini, yaitu ilmu, iman dan amaliah, menurut

pandangan Tim Perumus merupakan aspek-aspek yang patut

diupayakan dalam mencapai insan-insan yang berkualitas dan

mempunyai daya saing tinggi. Dan upaya tersebut sesungguhnya

harus ada wujudnya serta tergambar dengan jelas dalam wujud

Master Plan Pendidikan untuk jangka pendek, jangka menengah

dan jangka panjang.

Ahirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa, Master Plan ini

hanyalah gambaran dari suatu keinginan, cita-cita dan harapan

yang dikemas dalam bentuk rencana jangka panjang. Master Plan

ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan arah bagi para

pengelola pendidikan dalam melaksanakan pembangunan

pendidikan di Kabupaten Bandung, baik pengelola pada tingkat

satuan pendidikan, maupun pengelola pada tingkat Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) dan pemangku kepentingan lainnya

yang terkait dalam Pembangunan Pendidikan di Kabupaten

Bandung. Namun sebaliknya, Master Plan Pendidikan ini akan

menjadi sebuah dokumen yang tidak akan memberikan makna

apa-apa, jika tidak ditindaklanjuti dengan pelaksanaannya.

Kebijakan dan program sebagaimana diuraikan di muka,

merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam

pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi oleh

tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian kekuasaan dan

kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa

Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada bidang garapan

yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada bidang

garapan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan ada

bidang garapan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah

Page 279: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 278

Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi masyarakat

Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang garapan

yang menjadi kewenangan untuk melaksanakannya, yang paling

penting ialah seluruh bidang garapan pendidikan dapat

dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya.

Dalam kesempatan ini Tim Perumus memandang perlu

memberikan rekomendasi, bahwa agar supaya Master Plan

Pendidikan ini memberikan makna yang optimal, diperlukan

perangkat pendukung seperti berikut:

1. Kebijakan dan program sebagaimana diuraikan di muka,

merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam

pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi

oleh tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian kekuasaan

dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah Provinsi

Jawa Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada bidang

garapan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada

bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah

provinsi, dan ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi

urusan Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi

masyarakat Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan

bidang garapan yang menjadi kewenangan untuk

melaksanakannya, yang paling penting ialah seluruh bidang

garapan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan

peruntukannya.

2. Diperlukan keputusan dan keberanian politik dari Pemerintah

Daerah untuk menjadikan Marter Plan Pendidikan ini sebagai

produk kebijakan yang mempunyai ketetapan hukum yang

mengikat bagi seluruh aparatur pengelola, pelaksana,

Page 280: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 279

masyarakat dan stakeholder pendidikan di Kabupaten

Bandung. Oleh karena itu, Master Plan Pendidikan ini semestinya

segera ditindaklanjuti menjadi Peraturan Daerah atau

serendah-rendahnya ditetapkan sebagai Peraturan Bupati.

3. Namun demikian, sebagaimana pernyataan pada butir

pertama di atas, konfigurasi politik pemerintahan akan

berpengaruh pada adanya sejumlah bidang garapan,

terutama dengan masuknya bidang kesenian dan kebudayaan

ke dalam satu naung pengelolaan di bawah SKPD Pendidikan

dan Kebudayaan, merupakan langkah maju dalam

pembaharuan pembangunan pendidikan. Kesenian dan

kebudayaan daerah akan semakin maju dan berkembang,

seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan

bersatunya kembali bidang kesenian dan kebudayaan, akan

mencegah aset kesenian dan kebudayaan milik masyarakat

dan bangsa diakui negara lain. Oleh karena itu, Bapeda

(sebagai pihak perencana), SKPD Pengelola Pendidikan/Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan(sebagai pengelola), dan Dewan

Pendidikan (sebagai representasi masyarakat dan

stakeholders), agar segera berkoordinasi dengan ‘duduk satu

meja’ untuk membahas berbagai penyesuaian, dan

menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) atau

Rancangan Peraturan Bupati (Raperbup), yang kemudian

dibahas bersama DPRD; Siapa pun yang menjadi pimpinan

perencana di Bapeda, siapa pun yang menjadi pimpinan di

SKPD pengelola pendidikan, dan siapa pun yang menjadi

pimpinan Dewan Pendidikan, senantiasa mempunyai gerakan

yang sama terhadap misi yang tertuang dalam Master Plan

Pendidikan; Dengan demikian, tidak ada lagi istilah ‘ganti

Page 281: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 280

pimpinan’ ganti kebijakan, atau sistem dan kebijakan sudah

ditata dan dilaksanakan dengan baik malah berantakan

kembali akibat berubahnya kebijakan pimpinan baru.

4. Setelah Master Plan ini mempunyai ketetapan hukum, pihak

SKPD Pengelola Pendidikan berkoordinasi kembali dengan

pihak Bapeda dan Dewan Pendidikan untuk melakukan

peninjauan ulang terhadap rencana strategis yang telah

dibuatnya dengan merujuk pada Master Plan Pendidikan yang

telah mempunyai ketetapan hukum;

5. Setelah melakukan penyesuaian terhadap rencana strategis

pada SKPD pengelola pendidikan, kemudian harus segera pula

disosialisasikan dan dipublikasikan kepada seluruh pengelola

satuan pendidikan (baik formal maupun nonformal, lembaga-

lembaga keswadayaan masyarakat pengelola kelembagaan

satuan pendidikan, dan komunitas-komunitas stakeholders

pendidikan di Kabupaten Bandung;

6. Pihak Bapeda sebagai instansi perencana masih mempunyai

kewajiban untuk pengamanan dan pengendalian Master Plan

Pendidikan, melalui penyusunan dan penyiapan perangkat

sistem pendukung. Oleh karena itu, pihak Bapeda seharusnya

menyiapkan pula Prosedur Operasional Standar (norma,

instrument, dan prosedur) pengendalian dan evaluasi setiap

butir-butir program yang termaktub dalam rumusan Master Plan

Pendidikan tersebut, dan dalam pelaksanaanya didampingi

oleh tenaga ahli atau konsultan dalam bidang administrasi dan

manajemen kependidikan.

7. Komitmen bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat

Kabupaten Bandung untuk menumbuhkan kekuatan kolektif

(collective power) dengan senantiasa menjadikan Master Plan

Page 282: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 281

Pendidikan sebagai rujukan utama dalam merumuskan,

melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi program-

program strategis pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan

posisi, peran dan kewenangannya.

Demikian sebuah refleksi yang dapat Tim Penulis sampaikan,

mudah-mudahan sekecil apa pun naskah ini kami buat,

merupakan sumbangan terbesar sebagai salah satu perwujudan

partisipasi kami dalam membangun pendidikan di Kabupaten

Bandung.

Page 283: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Referensi 280

REFERENSI

Ace Suryadi, 2002, Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan:

Isu, Teori dan Aplikasi, Jakarta: Balai Pustaka.

Alfred, Richard L. & Patricia Carter, 1995, Building the Future:

Comprehensive Educational Master Planning Report 1995-2005,

University of Alabama & Community College Consortium.

BPKB Jayagiri, 2002, Kumpulan Makalah Vocational Educational,

Bandung: BPKB Jayagiri.

Cresswell, J.W., 1994, Research Design: Qualitative and Quantitative

Approach, London: SAGE Publication, International

Educational and Professional.

Davey, K.J., 1988, Pembiayaan Pemerintahan Daerah: Praktek dan

Relevansi bagi Dunia Ketiga, Jakarta: Universitas Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Rencana Strategis

Pendidikan Nasional: Konferensi Nasional Revitalisasi

Pendidikan, Jakarta: Sesjen Depdiknas.

Fasli Jalal, 2003, “Problematik Pendidikan Luar Sekolah/Dikmas di

Indonesia”, Makalah, Pertemuan V Sentra Pemberdayaan dan

Pembelajaran Masyarakat (SPPM), Lembang-Jawa Barat, 27-31

Januari 2003.

Grindle, Merilee S., 1990, Politics and Policy Implementation in the

Third World, NJ: Priceton Press.

Gubbels, Peter & Chateryn Koss, 2001, Dari Akar Rumput: Buku

Panduan Pengembangan Kapasitas (Memperkuat Kapasitas

Organisasi Melalui Proses Penilaian Diri Terpadu), Bandung:

Studio Driya Media.

Ibtisam Abu-Duhou, 2003, School-Based Management (Manajemen

Berbasis Sekolah), Terjem: Noryamin Aini, Suparto & Abas Al-

Jauhari, Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran.

Maswood, Javed, 2000, International Political Economy and

Globalization, London: World Scientific Publishing Co.

Nataatmadja, Hidajat, 1982, Krisis Global Ilmu Pengetahuan dan

Penyebuhannya (Al-Furqon), Bandung: Penerbit Iqro.

Obsborne, David and Ted Gaebler, 1992, Reinventing Government:

How The Enterpreneurial Spirit is Transforming the Public Sector,

Mass: Addison-Wesley Publishing.

Page 284: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Referensi 281

Patton, Carl V. & Sawicki, David S., 1986, Basic Methods of Policy

Analysis and Planning, New Jersey: Prentice-Hall Englewood

Cliffs.

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, 2007, Perencanaan

Pendidikan Dasar dan Menengah Provinsi Jawa Barat,

Bandung: Bapeda Provinsi Jawa Barat.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, 2006, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Bandung Tahun 2006-2010), Bandung: Badan

Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

--------, 2007, Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten

Bandung, Bandung: Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.

--------, 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Bandung Tahun 2007-2026, Bandung: Badan Perencanaan

Daerah Kabupaten Bandung.

--------, 2007, Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bandung Tahun 2007,

Bandung: Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi Kurikulum untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.

Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional 2003, Jakarta:

CV. Ekajaya.

Sepandji, Kosasih Taruna, 2000, Manajemen Pemerintahan Daerah:

Era Reformasi Menuju Pembangunan Otonomi Daerah,

Bandung: Penerbit Universal.

Solihin Abu Izzudin, 2006, Zero to Hero, Yogyakarta: Pro U-Media.

SPPM, 2003, Membangun Masyarakat Pembelajar: Panduan

Metodologi Pendidikan Non-Formal untuk Fasilitator Lapang,

Bandung: Studio Driya Media.

Stewart, M. Aileen, 1994, Empowering People, Singapore: Pitman

Publishing.

Page 285: Masterplan pendidikan

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Referensi 282

Sweeney, Paul D., & Dean B. McFarlin, 2002, Organizational

Behavior: Solution for Management, International Edition,

Boston: McGraw-Hill Higher Education.

Tim BBE Depdiknas, 2001, Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life

Skills Education), Buku I, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah.

UNESCO, 2001, EFA Planing Guide: Southeast and East Asia,

Bangkok: Unesco.

Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Wolf Greinert, D., 1992, The Dual System of Vocational Training in The

Federal Republic of Germany, Eschborn: Holland-Josenhouse,

GT2.

World Bank. 2002, Globalization, Growth and Poverty: Building and

Inclusive World Economy, New York: A Publication of the World

Bank and Oxford University Press.

Yin Cheong CHENG, 2003, “New Principalship for Globalization,

Localization and Individualization: Paradigm Shift”, The

International Conference on Principalship and School

Management Practice in the Era of Globalization: Issues and

Challenges, The University of Malaya City Campus, Kuala

Lumpur, 22-24 April 2003, http://www.ied.edu.hk/cric/

Yoyon Bahtiar Irianto, 2000, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pelaksanaan Percontohan Otonomi Daerah dan Implikasinya

terhadap Manajemen Pendidikan: Studi Deskriptif-Analitik di

Kabupaten Bandung”, Tesis, Bandung: PPS UPI.

--------, 2006, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan

Pendidikan, Bandung: Laboratorium Administrasi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia.

---------, 2006, Otonomi dan Desentralisasi Pembangunan

Pendidikan, Bandung: Laboratorium Administrasi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia.

Yoyon Bahtiar Irianto & Uyu Wahyudin, 2003, “Pendekatan dan

Metodologi Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat”,

Visi: Media kajian Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda,

Nomor: 14/TH.XI/2003.