review masterplan persampahan

Upload: danar-pramono

Post on 01-Mar-2018

262 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    1/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    I - 1P O R N P E N D H U L U N

    1.1

    LATAR BELAKANG

    Sampah merupakan salah satu isu perkotaan yang perlu diperhatikan dari

    pemerintah, masyarakat maupun swasta. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan dan

    perkembangan suatu kota dan berbagai macam aktivitas yang dilakukan masyarakatnya,

    baik aktivitas sosial maupun ekonomi, memberikan pengaruh terhadap peningkatan volume

    timbulan sampah yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan tersebut. Adapun sampah yang

    ditimbulkan dalam bentuk sampah padat, sampah cair dan sampah gas. Peningkatan

    timbulan sampah ini akan berdampak terhadap kebutuhan suatu kota untuk mendapatkan

    pelayanan di bidang persampahan secara efektif, efisien dan berkelanjutan.

    Pengelolaan sampah sangat dibutuhkan dalam perkembangan suatu kota, dimana

    jaringan persampahan merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap citra suatu

    kota. Pengelolaan sampah yang baik dan terarah akan menciptakan keindahan dan

    kebersihan pada suatu kota ataupun lingkungan permukiman. Oleh sebab itu, pengelolaan

    sampah yang baik harus segera diadakan sebagai bentuk dari pengendalian dan

    penanggulangan atas segala dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari keberadaan

    sampah yang tidak tertangani dengan baik.

    Kota kota di Indonesia sebagian besar dihadapkan dengan permasalahan sampah

    dan pengelolaannya. Pengelolaan sampah yang dilakukan sampai saat ini belum sesuai

    dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Oleh karena

    itu, Pemerintah Pusat menerbitkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

    Pengelolaan Sampah yang mengatur tentang kewajiban Pemerintah Daerah untuk

    menyediakan sistem pengelolaan sampah dengan standar tertentu sesuai dengan kondisi

    dan situasi masing-masing daerah. Kemudian salah satu amanat dari Undang-Undang

    Nomor 18 Tahun 2008 ini adalah kewajiban pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerja

    pengelolaan TPA yang masih menggunakan sistem terbuka (open dumping) dalam upaya

    untuk mewujudkan citra lingkungan kota yang sehat dan bersih dari sampah.

    PENDAHULUAN1

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    2/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    I - 2P O R N P E N D H U L U N

    Kabupaten Balangan merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Hulu Sungai

    Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai kabupaten yang berkembang cukup pesat,

    terutama dalam hal pembangunan fisik dan jumlah penduduknya, hal itu berimbas pada

    peningkatan volume timbulan sampah yang dihasilkan. Sampah organik dan rumah tangga

    mendominasi komposisi sampah yang dihasilkan. Sampai dengan saat ini, luasan lahan TPA

    yang dibangun di kawasan Perkotaan Paringin cukup melayani seluruh kebutuhan

    pengelolaan akhir sampah, akan tetapi TPA yang terletak di Desa Batumerah Kecamatan

    Lampihong dengan luas lahan 8,1 Ha dan kapasitas TPA 50,60 m3 ini masih menggunakan

    sistem open dumping. Berdasar pada prospek perkembangan Kabupaten Balangan serta

    sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, maka saat ini sedang

    diupayakan adanya peningkatan sistem pengelolaan TPA dengan menggunakan sistemcontrolled landfillhingga sanitary landfill.

    Secara umum, karakteristik pengelolaan sampah di bagian hulu di Kabupaten

    Balangan sama dengan kondisi di daerah perkotaan lain di Indonesia, khususnya di Pulau

    Kalimantan. Dengan kharakteristik masyarakat masih terbiasa membuang sampah dan

    limbah langsung ke badan sungai karena kurangnya pemahaman dan tidak adanya

    kesadaran masyarakat. Hal ini didukung dengan mudahnya akses pembuangan ke sungai

    karena sementara ini sugai masih menjadibackgrounddari semua bangunan permukiman.

    Selain itu sistem pembuangan sampah di Kabupaten Balangan pada umumnya masih

    dilakukan secara konvensional, yakni langsung ditangani oleh masyarakat setempat secara

    individual.

    Untuk meningkatkan situasi dan kondisi pengelolaan persampahan, sangat

    diperlukan kajian tersendiri secara cermat agar proses pengelolaan sampah dapat

    ditingkatkan sehingga menjadi lebih baik dan terpadu dalam menyikapi volume timbulan

    sampah. Secara khusus, kajian pengelolaan persampahan seharusnya dititikberatkan pada

    teknik inovasi pengelolaan persampahan, kajian kelayakan, dan pelibatan pihak ketiga. Dari

    kajian tersebut diharapkan dapat menjadi pedoman sebagai acuan dalam pembangunan

    pengelolaan persampahan yang dapat mengakomodir perkembangan-perkembangan di

    Kabupaten Balangan saat ini serta menjalankan amanat Undang-Undang RI Tahun 2008

    tentang Pengelolaan Sampah dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Balangan tahun

    2013 2032. Dengan demikian, review terhadap masterplan persampahan Kabupaten

    Balangan menjadi perlu untuk membangun acuan pelaksanaan kebijakan pengelolaan

    sampah di Kabupaten Balangan untuk periode 2014 2033.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    3/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    I - 3P O R N P E N D H U L U N

    1.2

    MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

    1.2.1 Maksud

    Maksud dari Review Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan KabupatenBalangan adalah membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Balangan, khususnya Badan

    Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Balangan untuk mewujudkan pelaksanaan

    pengelolaan persampahan yang berwawasan dan berkelanjutan.

    1.2.2 Tujuan

    Tujuan dari Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    adalah:

    1. Meningkatkan pengelolaan persampahan di Kabupaten Balangan;

    2. Meningkatkan pelayanan kebersihan di Kabupaten Balangan sesuai dengan

    ketentuan, standar, dan prosedur yang telah ditetapkan;

    3. Menghasilkan dokumen rencana induk persampahan, yang dapat menjadi pedoman

    pengelolaan persampahan di Kabupaten Balangan hingga tahun 2034.

    1.2.3 Sasaran

    Sasaran dari dilaksanakan Review Penyusunan Master Plan Persampahan

    Kabupaten Balangan, antara lain:

    1. Tersusunnya dokumen masterplan persampahan Kabupaten Balangan 2014-2034;

    2. Terlaksananya pengelolaan sampah Kabupaten Balangan sesuai dengan Masterplan

    Persampahan yang telah disusun.

    1.3 RUANG LINGKUP

    1.3.1

    Ruang Lingkup LokasiLokasi pelaksanaan studi meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Balangan,

    Propinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, dengan luas wilayah 1.878,3 km2. Kabupaten

    Balangan terletak di koordinat geografis 1145024 sampai 115 5024 Bujur Timur dan

    20137 sampai dengan 23558 Lintang Selatan. Berdasarkan pembagian wilayahnya

    Kabupaten Balangan terbagi atas 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Lampihong,

    Kecamatan Batu Mandi, Kecamatan Awayan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    4/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    I - 4P O R N P E N D H U L U N

    Paringin, Kecamatan Paringin Selatan, Kecamatan Juai, dan Kecamatan Halong, dengan

    batas batas wilayah administrasi, yaitu :

    Sebelah Utara : Kab. Tabalong dan Kabupaten Paser, Prop. Kalimantan Timur

    Sebelah Barat : Kab. Hulu Sungai Utara

    Sebelah Selatan : Kab. Hulu Sungai Tengah

    Sebelah Timur : Kab. Paser, Prop. Kalimantan Timur dan Kab. Kota Baru

    1.3.2 Ruang Lingkup Materi

    Ruang lingkup materi Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten

    Balangan meliputi:

    1. Identifikasi kondisi pengelolaan persampahan di Kabupaten Balangan, hal ini terkait

    kondisi faktual yang sekarang berjalan dalam hal pengelolaan persampahan di

    Kabupaten Balangan dari berbagai aspek, antara lain:

    a. Aspek Regulasi;

    b. Aspek Kelembagaan;

    c. Aspek Pendanaan;

    d. Aspek Partisipasi Masyarakat/Sosial Budaya;

    e. Aspek Teknis dan Operasional.

    2. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan di Kabupaten

    Balangan. Pada lingkup ini diharapkan konsultan dapat mengiventarisasi sarana dan

    prasarana eksisting yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan

    (BLHK) Kabupaten Balangan, baik dari tahapan di pemilahan, pengumpulan,

    pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah yang dimiliki BLHK

    Kabupaten Balangan, swasta dan instansi lain.

    3. Membuat dan memetakan pola penanganan eksisting berikut ketersediaan sarana

    dan prasarana di wilayah Kabupaten Balangan dengan mengacu pada RTRW

    Kabupaten Balangan;

    4. Melakukan identifikasi dan analisa timbulan sesuai dengan daerah pelayanan

    pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan serta menganalisa komposisi dan

    karateristik sampah;

    5. Menganalisa hasil kajian pada point 1 s/d 4 serta memanfaatkan data sekunder

    terkait.

    6. Menyusun Standar Pelayanan Minimal dan Pengumpulan Sampah.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    5/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    I - 5P O R N P E N D H U L U N

    7. Konsultan diharapkan dapat merekomendasikan kriteria dan standar pelayanan

    pemilahan dan pengumpulan sampah termasuk konsep desain dan

    modifikasi/perbaikan desain tempat pemilahan sampah dan sarana pengumpulan

    sampah yang memamsukkan konsep pemilahan sampah secara praktis mulai dari

    sumber.

    8. Menyusun sistem pelayanan pengangkutan dari sumber dan atau tempat

    penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu

    menuju ke tempat pemrosesan akhir;

    9. Mengkaji tempat pemrosesan akhir sampah yang berbasis teknologi lingkungan

    tinggi ramah lingkungan.

    10.Membuat rekomendasi teknis pemanfaatan tempat pengelolaan sampah terpadu(TPST) berbasis teknologi tinggi ramah lingkungan;

    11.Mengkaji aspek kelembagaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari

    pengelolaan persampahan;

    12.Mengkaji aspek regulasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari

    pengelolaan persampahan;

    13.Mengkaji aspek pendanaan yang meliputi perkiraan biaya kegiatan pengelolaan

    sampah jangka pendek (tahunan), jangka menengah (lima tahunan), dan jangka

    panjang, termasuk juga perhitungan besaran tipping fee pengolahan sampah;

    14.Mengkaji aspek peran serta masyarakat dan sosial budaya sesuai yang diamanatkan

    dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan kemungkinan

    kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan sampah.

    15.Membuat skala prioritas program pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan dan

    menyusun strategi dan program pengelolaan persampahan dengan pola investasi

    dan lainnya.

    16.Menyusun materi Master Plan persampahan dengan memperhatikan rencana

    pengelolaan persampahan, rencana tata ruang wilayah (RTRW), kebijakan dan

    strategi pembangunan di Kabupaten Balangan.

    1.4 DASAR HUKUM

    Landasan hukum yang dipergunakan pada Review Penyusunan Master Plan

    Persampahan Kabupaten Balangan adalah sebagai berikut.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    6/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    I - 6P O R N P E N D H U L U N

    1. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;

    2. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah;

    3. Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan;

    4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup;

    5. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

    Penyediaan Air bersih;

    6. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal;

    7. Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah

    Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;

    8.

    Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Srategi NasionalPengembangan dan Pengelolaan Persampahan;

    9. Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan

    Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

    Sejenis Sampah Rumah Tangga.

    10. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan

    Persampahan;

    11. Peraturan Daerah Kabupaten Balangan No. 2 Tahun 2012 tentang pengelolaan

    sampah dan kebersihan lingkungan;

    12. Peraturan Daerah Kabupaten Balangan No. 12 tahun 2012 tentang retribusi

    pelayanan persampahan/ kebersihan; dan

    13. SNI 19-2454-2002 Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.

    1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

    Laporan Pendahuluan ini merupakan proses Review Penyusunan Master PlanPersampahan Kabupaten Balangan. Adapun sistematika pembahasan yang disajikan dalam

    Laporan Pendahuluan ini adalah sebagai berikut.

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini berisikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup lokasi,

    lingkup materi dan landasan hukum pengerjaan Penyusunan Master Plan

    Persampahan Kabupaten Balangan dan sistematika pembahasan.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    7/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    I - 7P O R N P E N D H U L U N

    BAB II : TINJAUAN KEBIJAKAN

    Pada bab ini berisikan mengenai kedudukan Kabupaten Balangan dalam RTRW

    Provinsi Kalimantan Selatan dan tinjauan kebijakan terkait Master Plan

    Persampahan Kabupaten Balangan.

    BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN BALANGAN

    Pada bab ini berisikan mengenai gambaran umum wilayah Kabupaten Balangan

    yang meliputi wilayah administrasi, fisik dasar Kabupaten Balangan dan

    kependudukan, serta gambaran sistem pengelolaan sampah Kabupaten

    Balangan, yang meliputi aspek teknis, aspek ekonomi dan pembiayaan, aspek

    hukum dan kelembagaan, dan aspek peran serta masyarakat.

    BAB IV : METODOLOGI STUDIPada bab ini berisikan mengenai metodologi studi yang digunakan dalam

    pengerjaan Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan,

    metodologi tersebut berupa pendekatan studi yang meliputi: pendekatan

    teknologi, pendekatan kelembagaan/institusional, pendekatan sosial-ekonomi-

    budaya, kajian kebijakan, metode pelaksanaan yang meliputi: tahap persiapan,

    survei dan pendataan, tahap analisa, dan tahap studi pengelolaan

    persampahan, Metodologi Perencanaan.

    BAB V : MOBILISASI TENAGA KERJA

    Bab ini berisikan mengenai mobilisasi tenaga kerja yang meliputi kewajiban

    konsultan dan susunan tenaga ahli dan struktur organisasi pelaksanaan

    kegiatan dalam penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan.

    BAB VI : JADWAL KEGIATAN

    Bab ini berisikan mengenai jadwal kegiatan pelaksanaan penyusunan Master

    Plan Persampahan Kabupaten Balangan yang meliputi jadwal kegiatan dan

    waktu penyelesaian kegiatan, serta sistem pelaporan yang meliputi materi

    pelaporan dan teknik penyajian laporan.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    8/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    I - 8P O R N P E N D H U L U N

    Contents

    1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1

    1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN ........................................................................ 3

    1.2.1 Maksud ............................................................................................................... 3

    1.2.2 Tujuan ................................................................................................................. 3

    1.2.3 Sasaran ............................................................................................................... 3

    1.3 RUANG LINGKUP ................................................................................................. 3

    1.3.1 Ruang Lingkup Lokasi .......................................................................................... 3

    1.3.2 Ruang Lingkup Materi .......................................................................................... 4

    1.4 DASAR HUKUM ................................................................................................... 5

    1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN ................................................................................ 6

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    9/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 1P O R N P E N D H U L U N

    2.1 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KABUPATEN BALANGAN

    2.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah

    Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Balangan meliputi pusat-pusat Kegiatan.

    Sesuai dengan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-2032, rencana

    pengembangan pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Balangan meliputi:

    1. PKL (Pusat Kegiatan Lokal)

    Sesuai dengan RTRW Kabupaten Balangan, wilayah yang menjadi pusat kegiatan

    lokal adalah kawasan Perkotaan Paringin yang terbagi menjadi dua kawasan

    Perkotaan yaitu Kawasan Perkotaan Kecamatan Paringin dan Kawasan Perkotaan

    Kecamatan Paringin Selatan. Fungsi pelayanan yang terdapat di kawasan Perkotaan

    Paringin adalah sebagai berikut.

    a.

    Perkotaan Paringin di Kecamatan Paringin, dengan fungsi pelayanan:

    Pusat pelayanan perekonomian, yaitu sebagai kawasan perdagangan skala

    regional Kabupaten dan Provinsi, meliputi pusat perbelanjaan dan pasar skala

    regional Kabupaten.

    1) Pusat pelayanan jasa yaitu perbankan cabang, lembaga asuransi cabang,

    perhotelan dan perusahaan jasa swasta lainnya;

    2) Pusat pelayanan kesehatan berupa rumah sakit tipe C, dokter spesialis,

    apotik;3) Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (PAUD, TK, SD, SLTP dan SLTA /

    Kejuruan, pesantren dan Perguruan tinggi);

    4) Pusat olah raga/rekreasi meliputi gedung olah raga (GOR) yang merupakan

    kompleks fasilitas olahraga dan gedung hiburan;

    5) Pengembangan ruang terbuka hijau yang dapat dijadikan tempat rekreasi

    bagi masyarakat;

    6)Pengembangan sarana transportasi terminal tipe C;

    7)

    Pengembangan wisata buatan dan budaya atau spiritual;

    TINJAUAN KEBIJAKAN

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    10/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 2P O R N P E N D H U L U N

    8)Pusat pengembangan perkantoran Kabupaten meliputi kantor-kantor

    Pemerintahan skala Kabupaten;

    9)Pusat pelayanan pertahanan dan keamanan;

    10)

    Pusat pengembangan industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan,

    perbengkelan dan pergudangan; dan

    11)Pusat pengembangan permukiman perkotaan dan fasilitas penunjang.

    b. Perkotaan Paringin Selatan di Kecamatan Paringin Selatan, dengan fungsi

    pelayanan:

    1) Pusat jasa pendukung kegiatan Pemerintahan (perkantoran), pelayanan

    umum dan layanan sosial;

    2)

    Pusat pelayanan jasa yaitu perbankan cabang, lembaga asuransi cabang,perhotelan dan perusahaan jasa swasta lainnya;

    3) Pusat pelayanan kesehatan;

    4) Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (PAUD, TK, SD, SLTP dan

    SLTA/Kejuruan, Pesantren dan Perguruan Tinggi);

    5) Pengembangan ruang terbuka hijau yang dapat dijadikan tempat rekreasi

    bagi masyarakat;

    6)Pengembangan sarana transportasi terminal tipe C;

    7) Pengembangan wisata buatan dan budaya atau spiritual;

    8)Pusat pengembangan industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan;

    9)Pusat pengembangan permukiman perkotaan dan fasilitas penunjang; dan

    10)Pusat kegiatan keagamaan.

    2. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi)

    Sesuai dengan RTRW Kabupaten Balangan, wilayah yang menjadi pusat kegiatan

    lokal promosi adalah kawasan Perkotaan Batumandi di Kecamatan Batumandi.

    Fungsi pelayanan yang terdapat di kawasan Perkotaan Batumandi adalah sebagai

    berikut.

    a. Pusat Pemerintahan Kecamatan;

    b. Pusat perdagangan dan jasa meliputi perbankan, pasar lokal dan pasar hewan

    serta pelayanan kesehatan berupa Puskesmas, bidan;

    c. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (PAUD, TK, SD, SLTP dan SLTA dan

    Kejuruan serta Pesantren);

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    11/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 3P O R N P E N D H U L U N

    d. Transportasi terminal tipe C dan terminal agribisnis untuk mendukung

    agropolitan;

    e. Pelayanan pemerintah, meliputi kantor Kecamatan dan depo kebersihan;

    f.

    Pusat pelayanan lintas Kecamatan;

    g. Pusat pengembangan perumahan dan fasilitas penunjangnya;

    h. Pusat kegiatan industri kecil rumah tangga pengolahan hasil pertanian;

    i. Pusat pengembangan komoditas pertanian dan hortikultura; dan

    j. Pusat pengembangan kegiatan keagamaan.

    3. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan)

    Sesuai dengan RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-2032, wilayah yang menjadi

    pusat pelayan kawasan di Kabupaten Balangan adalah sebagai berikut.a. PPK Muara Pitap berada di Kecamatan Paringin Selatan, dengan fungsi

    pelayanan:

    1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.

    2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan dan umum.

    3) Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.

    4) Pusat pengembangan perkantoran.

    5) Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA

    atau sederajat.

    b. PPK Simpang Tiga berada di Kecamatan Lampihong dengan fungsi pelayanan:

    1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.

    2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan dan umum.

    3) Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian dan hortikultura, perikanan

    dan peternakan.

    4) Pusat pengembangan industri kecil.

    5)

    Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.

    6)Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD, SLTP,

    SLTA.

    c. PPK Putat Basiun berada berada di Kecamatan Awayan dengan fungsi

    pelayanan:

    1) Pusat Pemerintahan.

    2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan, dan umum.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    12/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 4P O R N P E N D H U L U N

    3) Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian, hortikultura

    danpeternakan.

    4) Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.

    5)

    Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA

    atau sederajat.

    d. PPK Tebing Tinggi berada di Kecamatan Tebing Tinggi dengan fungsi

    pelayanan:

    1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.

    2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan dan umum.

    3) Pusat pengembangan pariwisata alam dan budaya.

    4)

    Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian dan hortikultura.5) Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.

    6)Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, SD, SLTP, SLTA

    atau sederajat.

    e. PPK Mungkur Uyam berada di Kecamatan Juai dengan fungsi pelayanan:

    1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.

    2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan, dan umum.

    3) Pusat pengembangan industri kecil.

    4) Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian dan hortikultura.

    5) Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.

    6)Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, SD, SLTP, SLTA

    atau sederajat.

    f. PPK Halong berada di Kecamatan Halong dengan fungsi pelayanan:

    1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.

    2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan, dan umum.

    3)

    Pusat pengembangan pariwisata alam dan budaya

    4) Pusat pengumpul komoditas pertanian dan hortikultura.

    5) Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian dan hortikultura.

    6)Pusat pengembangan perdagangan dan jasa lokal.

    7) Pusat pengembangan industri kecil.

    8)Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA

    atau sederajat.

    9)Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    13/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 5P O R N P E N D H U L U N

    g. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan)

    Sesuai dengan RTRW Kabupaten Balangan, wilayah yang menjadi pusat pelayan

    lingkungan di Kabupaten Balangan adalah sebagai berikut.

    1)

    PPL Mantimin berada di Kecamatan Batumandi.

    2) PPL Pudak berada di Kecamatan Awayan.

    3) PPL Bihara berada di Kecamatan Awayan.

    4) PPL Tabuan berada di Kecamatan Halong.

    5) PPL Mauya berada di Kecamatan Halong.

    6) PPL Haur Batu berada di Kecamatan Paringin.

    7) PPL Gunung Pandau berada di Kecamatan Paringin Selatan.

    8)

    PPL Layap berada di Kecamatan Paringin.9) PPL Bungin berada di Kecamatan Paringin Selatan.

    2.1.2 Rencana Pola Ruang Wilayah

    Terdapat 2 jenis kawasan yang akan ditetapkan dalam rencana pola ruang

    Kabupaten Balangan, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.

    A. Rencana Kawasan Lindung

    Wilayah Kawasan Lindung di Kabupaten Balangan berdasarkan daerah limitasi yang

    meliputi 77.840,77 ha atau sekitar 41,44% dari keseluruhan luas Kabupaten Balangan.

    Rencana Kawasan Non Budidaya/Kawasan Lindung di Kabupaten Balangan dapat

    dikelompokkan kedalam tiga kawasan, masing-masing kawasan mempunyai fungsi yang

    berbeda, demikan juga dalam hal penanganannya. Berikut merupakan penjelasan tiap jenis

    kawasan lindung di Kabupaten Balangan.

    1. Kawasan Hutan Lindung

    Lokasi hutan lindung di Kabupaten Balangan secara umum berada di wilayah

    Kabupaten Balangan bagian Timur tepatnya di Kecamatan Halong dan Tebing

    Tinggi. Rencana pengelolaan hutan lindung di Kabupaten Balangan perlu dilakukan

    dengan cara:

    a. Kawasan lindung yang saat ini berupa hutan lindung, dipertahankan

    keberadaannnya dan dijaga keletariannya.

    b. Rehabilitasi hutan lindung pada kawasan hutan lindung yang telah mengalami

    kerusakan dan penggundulan hutan secara liar.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    14/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 6P O R N P E N D H U L U N

    c. Hutan lindung yang terlanjur berubah fungsi harus dievaluasi, apabila menurut

    analisis mengenai fungsi lindung, maka perkembangannya harus dicegah dan

    fungsi sebagai kawasan lindung dikembalikan secara bertahap.

    d.

    Perlu adanya rehabilitasi hutan atau reboisasi pada unit lahan pada hutan

    lindung saat ini tidak berfungsi sebagai kawasan lindung.

    e. Pembentukan lembaga atau tim khusus yang melibatkan seluruh komponen

    masyarakat, swasta dan pemerintah di semua tingkatan pemerintah untuk

    mengelola kawasan lindung.

    f. Memonitor dan membina semua kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan secara

    terpadu dan berkesinambungan.

    2.

    Kawasan Perlindungan SetempatLokasi yang diduga sesuai untuk kawasan perlindungan setempat adalah

    sekitar Sungai Pitap, Sungai Balangan, Sungai Mantuyan, Sungai Tabuan, Sungai

    Galombang, Sungai Halong, Sungai Huren, Sungai Ninian, Sungai Jauk, Sungai

    Batumandi, Sungai Lokbatu dan Sungai Juai. Berikut merupakan rencana

    pengelolaan kawasan konservasi dan resapan air di Kabupaten Balangan.

    a. Kegiatan pada kawasan konservasi dan resapan air harus dapat mendukung

    terjaganya siklus hidrologi, seperti pengembangan tanaman perkebunan yang

    memiliki akar panjang (berfungsi menyimpan air).

    b. Penguasaan lahan sebagian besar oleh pemerintah pada kawasan peruntukan

    konservasi dan resapan air dapat dilakukan dengan cara pemerintah membeli

    lahan (sebagian besar) pada kawasan konservasi tersebut dengan

    memanfaatkan sesuai dengan fungsinya.

    c. Pengawasan dan pengendalian pada kawasan konservasi dan resapan air

    dilakukan dengan cara pemerintah daerah memberikan wewenang dan

    tanggungjawab terhadap pengawasan dan pengendalian kawasan konservasi

    dan resapan air pada pemerintahan kecamatan dan desa, pada wilayah terkait

    kawasan konservasi dan resapan air.

    Rencana pengelolaan sempadan sungai di Kabupaten Balangan dilakukan

    dengan cara:

    a. Kawasan sempadan sungai, dipertegas batas-batasnya, segera dikuasai

    pemerintah dan diperkuat statusnya.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    15/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 7P O R N P E N D H U L U N

    b. Perwujudan lahan-lahan sempadan sungai dapat dilakukan dengan cara

    partisipatif masyarakat, atau penertiban terutama di kawasan lindung yang

    membahayakan kelangsungan penduduk yang tinggal di kawasan sekitarnya.

    c.

    Sempadan sungai setelah dikuasai pemerintah, maka untuk mempermudah

    pengawasan dan pengendaliannya dilakukan pembangunan jalan inspeksi.

    d. Untuk wilayah sekitar sempadan sungai bangunan boleh didirikan setelah

    adanya pembangunan jalan inspeksi.

    e. Rehabilitasi dan pengerukan lumpur sungai pada aliran sungai yang telah

    mengalami pendangkalan.

    f. Bangunan yang didirikan di sekitar wilayah sempadan sungai harus menghadap

    sungai.g. Di wilayah yang lahannya sudah memiliki nilai ekonomis tinggi, untuk

    mewujudkan sempadan sungai di tanah yang dikuasai oleh masyarakat dapat

    dilakukan dengan cara penggantian sesuai dengan kesepakatan.

    Rencana pengelolaan kawasan sempadan mata air di Kabupaten Balangan

    dilakukan dengan cara:

    h. Kawasan sekitar mata air beserta mata airnya yang bersifat publik dan

    menguasai hajat hidup orang banyak, dipertegas batas-batasnya, segera

    dikuasai pemerintah dan diperkuat statusnya.

    i. Perwujudan lahan-lahan kawasan sekitar mata air dilakukan dengan cara

    partisipatif masyarakat atau penertiban terutama di sekitar mata air yang

    membahayakan kelangsungan penduduk yang tinggal di kawasan sekitarnya.

    j. Untuk melindungi dan menjaga kelestarian sumber air ini maka perlu diselidiki

    catchment area yang diupayakan untuk dilestarikan pembanguan pada

    umumnya.

    3.

    Kawasan Rawan Bencana

    Lokasi Kawasan bencana di Kabupaten Balangan secara umum berada di

    wilayah Kabupaten Balangan bagian Timur dan tengah tepatnya di Kecamatan

    Halong dan Tebing Tinggi, Sedangkan potensi rawan bencana lainnya adalah rawan

    banjir yang berada pada areal sekitar Sungai Balangan dan Sungai Pitap yakni sekitar

    Kecamatan Lampihong, Paringin dan Kecamatan Juai. Berikut merupakan rencana

    pengelolaan kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Balangan.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    16/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 8P O R N P E N D H U L U N

    a. Perkembangan penduduk perlu diawasi dan dikendalikan dan atau

    menghutankan Kawasan Rawan Bencana Alam dengan cara reboisasi.

    b. Pencegahan terhadap longsor dapat memanfaatkan unsur alam, seperti

    penanaman pohon pada wilayah potensial longsor.

    c. Pengembangan organisasi masyarakat, yang siap dan siaga terhadap

    kemungkinan tejadinya bencana alam.

    d. Pembuatan Check Damspenahan erosi di lereng gunung dan celah antar bukit

    dan atau pembuatan DAM penahan dan kantong-kantong pasir yang mengatur

    erosi di daerah pegunungan.

    e. Membangun sumur resapan di area pemukiman untuk meresapkan air hujan ke

    tanah.f. Melindungi dan meningkatkan fungsi hutan sebagai sarana penyimpan air.

    g. Menjaga kolam-kolam penampungan dan rawa sebagai penyangga air dan

    sumber air sungai.

    h. Membangun checkdamdi hulu untuk menghambat aliran sedimentke hilir.

    i. Konservasi tumbuhan pada daerah aliran sungai sebagai daerah peresapan air.

    B. Rencana Kawasan Budidaya

    Berdasarkan analisis kemampuan lahan diperoleh bahwa sebagian besar wilayah

    Kabupaten Balangan tingkat kemampuan lahannya sedang sampai tinggi sehingga sangat

    mendukung untuk peningkatan atau pengembangan berbagai jenis kegiatan yang bersifat

    budidaya. Rencana kawasan budidaya di Kabupaten Balangan sebesar 109.989,23 ha atau

    sebesar 58,56%, yang tersebar diseluruh daerah di Kabupaten Balangan. Berikut merupakan

    penjelasan tiap jenis kawasan budidaya di Kabupaten Balangan.

    1. Perwujudan Kawasan Hutan Produksi

    hutan produksi merupakan salah satu komponen yang dapat diperhitungkan

    dalam rangka mendukung perekonomian wilayah mengingat potensi dari sektor ini

    cukup dapat menunjang perekonomian wilayah. Adanya kecenderungan melakukan

    penebangan dan pembakaran hutan dan membiarkan kondisi hutan yang telah

    ditebang dalam rangka membuka lahan baru untuk kegiatan budidaya, maka akan

    menimbulkan ancaman bagi mahluk hidup dan lingkungan sekitarnya. Sehingga

    untuk mencegah bencana alam akibat pemanfaatan hutan yang tidak ramah

    lingkungan diperlukan pengelolaan hutan produksi yang memperhatikan

    kesinambungan lingkungan hidup.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    17/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 9P O R N P E N D H U L U N

    Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pengelolaan kawasan hutan

    produksi dilakukan dengan cara:

    a. Pengembangan budidaya tanaman industri bernilai ekonomis seperti bahan

    baku kertas, kerajinan tangan dan lain-lain.

    b. Untuk menciptakan kondisi tersebut perlu adanya akses (kemudahan) dalam

    memperoleh ijin pengelolaan hutan produksi pada swasta dan masyarakat

    setempat.

    c. Melakukan pengawasan dan pengendalian kawasan hutan produksi dengan

    cara pemerintah daerah memberikan wewenang dan tanggungjawab terhadap

    pemerintahan kecamatan dan desa yang terkait dengan kegiatan yang dapat

    mengganggu dan merusak kawasan hutan produksi.d. Pemerintah memberikan instruksi yang mengikat pada program tebang-pilih

    pada kawasan hutan produksi.

    e. Pemerintah memberikan instruksi/arahan yang mengikat pada program tebang-

    tanam pada kawasan hutan produksi dalam rangka memberikan fungsi lindung

    pada semua hutan produksi yang ada di wilayah Kabupaten Balangan.

    2. Perwujudan Kawasan Pertanian

    Wilayah potensial untuk pengembangan pertanian tersebar di seluruh

    kecamatan Kabupaten Balangan. Oleh sebab itu apabila dikembangkan seluruh

    lahan potensial pertanian, maka pendapatan daerah dari sektor pertanian dapat

    ditingkatkan. Guna meningkatkan produksi pertanian, maka perlu menggalakan

    program penggunaan bibit unggul serta menciptakan prasarana irigasi, agar

    pengembangan pertanian lahan basah tidak tergantung pada musim, dan

    pengembangan irigasi harus memperhatikan kemampuan dan bentuk alam guna

    tetap terjangganya bentang alam yang berarti kecilnya biaya fisik, maupun resiko

    yang ditimbulkannya terhadap lingkungan.

    Berdasarkan hal tersebut, maka bentuk pengelolaan kawasan pertanian adalah

    sebagai berikut.

    a. Pengembangan infrastruktur yang mendukung seperti jaringan jalan, irigasi,

    dan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi pertanian.

    b. Pengembangan perusahaan pengumpul dan distribusi (dapat berbentuk

    koperasi, pasar khusus, dan lain-lain) bagi pertanian dengan memperhatikan

    jarak minimum (mudah dijangkau).

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    18/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 10P O R N P E N D H U L U N

    c. Pemberian penguatan modal bagi petani dalam rangka menunjang

    kesinambungan usaha pertaniannya.

    d. Menciptakan prasarana irigasi sehingga pengembangan pertanian lahan basah

    agar tidak tergantung pada musim dengan memperhatikan kemampuan alam

    dalam pembangunan irigasi.

    e. Memperluas wilayah pemasaran produksi pertanian, baik lokal maupun pasar

    ekspor.

    f. Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi

    pertanian wilayah pinggiran dan pengembangan pusat pengumpul dan

    distribusi bagi pertanian dengan memperhatikan jarak minimum (mudah

    dijangkau).g. Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan, dan bibit.

    h. Membangun balai penyuluhan dan pelatihan usaha tani.

    3. Perwujudan Kawasan Peternakan dan Perikanan

    Sektor perikanan Adalah sektor prospektif dalam peningkatan perekonomian

    wilayah. Untuk menunjang minat masyarakat dalam pengelolaan kawasan

    peternakan dan perikanan, maka diperlukan upaya-upaya yang dapat mendorong

    pengembangan pada sektor perikanan dan peternakan. Dalam kondisi eksisting,

    manajemen/pengelolaan produksi peternakan dan perikanan belum optimal, yang

    ditunjukkan dengan kontribusi ekonomi yang relatif rendah (berbanding terbalik

    dengan potensi yang dimiliki). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka

    diperlukan bentuk pengelolaan kawasan peternakan dan perikanan antara lain:

    a. Peternakan dikembangkan diseluruh kecamatan

    b. Perikanan dikembangkan di seluruh kecamatan dengan prioritas utama :

    Perikanan darat di Kecamatan Lampihong dan Juai.

    c.

    Pemberian penguatan modal bagi usaha peternakan dan perikanan dalam

    rangka menunjang kesinambungan usaha peternakan dan perikanan

    d. Menggalakan program penggunaan bibit unggul.

    e. Memperluas wilayah pemasaran produksi peternakan dan perikanan, baik lokal

    maupun pasar ekspor.

    f. Pengembangan pusat pengumpul dan distribusi bagi usaha peternakan dan

    perikanan dengan memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).

    g. Membangun balai penyuluhan dan pelatihan.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    19/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 11P O R N P E N D H U L U N

    4. Perwujudan Kawasan Perkebunan/Tanaman Tahunan

    Guna mencapai arahan pengembangan kawasan perkebunan diperlukan intervensi

    berupa pembangunan yang dapat menarik aktivitas kegiatan pertanian

    tahunan/perkebunan dan pengembangan infrastruktur yang mendukung kegiatan

    tanaman tahunan/perkebunan seperti jaringan jalan, irigasi dan lain-lain.

    Berdasarkan hal tersebut tersebut, maka pengelolaan kawasan

    perkebunan/tanaman tahunan adalah sebagai berikut.

    a. Kawasan perkebunan/tanaman tahunan dikembangkan di seluruh kecamatan.

    b. Memperluas wilayah pemasaran produksi perkebunan/tanaman tahunan, baik

    lokal maupun pasar ekspor.

    c.

    Menggalakkan program penggunaan bibit unggul, serta menciptakanprasarana irigasi (pengembangan tidak tergantung pada musim) yang

    mendukung perkembangan perkebunan/tanaman tahunan.

    d. Pemberian penguatan modal bagi petani tanaman tahunan/perkebunan dalam

    rangka menunjang kesinambungan usaha tanaman tahunan/perkebunan.

    e. Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi

    (basis komoditas) tanaman tahunan/perkebunan dan pengembangan pusat

    pengumpul dan distribusi bagi pertanian tanaman tahunan/perkebunan dengan

    memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).

    f. Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan, dan bibit tanaman

    tahunan/perkebunan.

    5. Perwujudan Kawasan Pertambangan

    Sektor pertambangan dan galian merupakan sektor yang cukup penting dalam

    menunjang perekonomian wilayah Kabupaten Balangan dan merupakan sektor

    dengan kontribusi terhadap PDRB terbesar (66,45%). Potensi bahan galian di

    Kabupaten Balangan berupa bahan galian golongan C, terutama yang terdapat

    dalam kawasan hutan di Kabupaten Balangan. Berbagai jenis bahan tambang

    lainnya tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Balangan seperti bijih besi,

    kaolin, lempung, pasir kuarsa, batu gamping sirtu bahkan batu bara.

    Diperlukan upaya-upaya pengawasan dan pengendalian pada kawasan

    pertambangan pada cara atau teknik pengolahannya dalam rangka menjaga

    keseimbangan kawasan pertambangan. Berikut merupakan bentuk pengelolaan

    kawasan pertambangan yang dapat dilakukan.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    20/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 12P O R N P E N D H U L U N

    a. Eksplorasi pertambangan harus didahului dengan studi kelayakan teknis,

    ekonomis, dan lingkungan bahkan melalui AMDAL.

    b. Agar ramah lingkungan dan berkelanjutan, maka pengelolaan pertambangan

    dilaksanakan harus menerapkan ISO:14000, Sistem Manajemen Lingkungan.

    c. Untuk mengendalikan erosi akibat pertambangan, penanganan utama harus

    membuat kolam pengendapan (settling pond).

    d. Perlu adanya program pemenuhan kebutuhan masyarakat yang ada di sekitar

    lokasi tambang dengan melibatkan pihak stakeholder melalui Community

    Development Programme.

    6. Perwujudan Kawasan Pariwisata

    Jumlah lokasi obyek wisata alam yang potensial di Kabupaten Balangan adalahsebanyak 9 lokasi terdiri dari 8 lokasi obyek wisata alam dan 1 lokasi obyek wisata

    religi. Kawasan wisata yang ada di Kabupaten Balangan jika dikelompokkan dapat

    dibagi menjadi tiga jenis, yaitu wisata alam pegunungan, wisata religi dan wisata

    budaya. Berdasarkan hal tersebut, maka pengelolaan kawasan pariwisata adalah

    sebagai berikut.

    a. Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten

    Balangan dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata.

    b. Membangkitan usaha wisata, sebagai industri pariwisata (mempermudah

    upaya investor untuk investasi pada sektor pariwisata).

    c. Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten

    Balangan dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata melalui kegiatan

    pameran, pengadaan sarana promosi, event kepariwisataan (pentas seni,

    lomba-lomba wisata) untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten

    Balangan.

    d.

    Pengembangan infrastuktur yang mendukung terrhadap pengembangan

    pariwisata di Kabupaten Balangan.

    e. Menciptakan kemudahan jangkauan terhadap obyek wisata.

    f. Pengembangan obyek wisata melalui kegiatan penataan-penataan kawasan

    obyek wisata di Kabupaten Balangan.

    7. Perwujudan Kawasan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan

    Kebutuhan rumah adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan tempat awal

    segala aktivitas sehingga pengembangannya harus memperhatikan keterkaitan

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    21/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 13P O R N P E N D H U L U N

    dengan kebutuhan dan aktivitas lainnya. Dalam rangka meningkatkan aktivitas

    sosial ekonomi, diperlukan pengembangan kegiatan permukiman sehingga aktivitas

    non permukiman dapat meningkat akibat bertambahnya penduduk yang

    ditimbulkan oleh pengembangan permukiman. Oleh sebab itu bentuk pengelolaan

    kawasan permukiman di Kabupaten Balangan yang dapat dilakukan antara lain:

    a. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan

    permukiman tinggi adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi

    Kecamatan Halong dan Juai dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan

    terbangunnya adalah > 25 unit/km2.

    b. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan

    permukiman sedang adalah kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputiKecamatan Lampihong, Batumandi dan Paringin dengan rata-rata jumlah

    bangunan pada kawasan terbangunnnya adalah 10 - 25 unit/km2.

    c. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan

    permukiman rendah adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi

    Kecamatan Awayan, Tebin Tinggi dan paringin Selatan dengan rata-rata jumlah

    bangunan pada kawasan terbangunnya adalah < 10 unit/km2.

    d. Pembangunan Kasiba dan Lisiba (kawasan siap bangun dan lahan siap bangun)

    di kecamatan-kecamatan dengan rencana pengembangan kegiatan sosial

    ekonomi dan atau perkotaan tinggi seperti Paringin, Halong dan Juai dengan

    mempersiapkan lahan siap bangun dan pembuatan prasarana permukiman

    pendukungnya seperti jalan lingkungan, prasarana air bersih dan atau limbah,

    jaringan telekomunikasi dan penerangan pada kawasan yang sesuai dengan

    peruntukkan Kasiba dan Lisiba.

    2.1.3 Sistem Transportasi Wilayah

    Sistem transportasi Kabupaten Balangan terdiri dari:

    1. Jaringan Jalan Raya

    a. Jaringan jalan arteri primer (A1) yang merupakan jalan Nasional, terdiri atas

    ruas jalan:

    1) Desa HamparayaBatumandiMantimin

    2) MantiminParingin

    3) ParinginDahai

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    22/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 14P O R N P E N D H U L U N

    b. Jaringan jalan kolektor primer (K1) yang merupakan jalan Provinsi, terdiri atas

    ruas jalan:

    1) Desa Teluk KaryaBampihong

    2)

    Lampihong

    Mantimin

    3) LampihongParingin

    4) ParinginHalong

    5) BatumandiLokbatuTariwin

    c. Jaringan jalan Kabupaten terdiri atas:

    1) Rencana pengembangan jalan kolektor primer (K1) yang menghubungkan

    ibu kota Kebupaten dengan Kecamatan, terdiri atas:

    a)

    Paringin

    Awayanb)Awayanebing Tinggi

    c) Jalan lingkar barat dan jalan lingkar timur di Kecamatan Paringin dan

    Kecamatan Peringin Selatan

    2) Rencana pengembangan jalan kolektor sekunder (K2) yang menghubungkan

    antar ibu kota Kecamatan, terdiri atas ruas jalan:

    a) Lokbatu (Kecamatan Batumandi)Muara Jaya (Kecamatan Awayan)

    b)Muarainian-Awayan

    3) Rencana pengembangan jalan lokal yang menghubungkan ibukota

    Kecamatan dengan pusat Desa serta menghubungkan antar Desa dan jalan

    lingkungan.

    d. Jaringan jalan khusus

    1) Jaringan jalan yang melalui Desa Lasung Batu, Desa Sungai Ketapi, Desa

    Dahai di Kecamatan Paringin

    2) Jaringan jalan pada ruas UrenMamantangBatas Kabupaten Paser Provinsi

    Kalimantan Timur

    3) Jaringan jalan pada ruas HandiwinGunung RiutPuyunBatas Kabupaten

    Paser Kalimantan Timur

    4) Jaringan jalan pada ruas TundakanPamurusBalang

    e. Jaringan jalan strategis Provinsi pada ruasMagalau (Kabupaten Kotabaru)

    2. Sarana Angkutan Umum

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    23/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 15P O R N P E N D H U L U N

    Moda transportasi umum yang ada d I Kabupaten Balangan terdiri atas Bis Umum

    (besar), Bis Umum (sedang), Bis Umum (kecil), dan MPU. Terdapat 5 trayek

    angkutan umum baik Bis Umum maupun MPU yang beroperasi hampir 24 jam.

    3.

    Terminal

    Rencana terminal penumpang adalah:

    a. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Paringin Kota, Kecamatan Paringin.

    b. Rencana pengembangan terminal penumpang tipe C di Kelurahan Batu Piring.

    c. Rencana pengembangan sub terminal penumpang di Desa Batumandi, desa

    Halong, Desa Simpang Tiga, Desa Mungkur Uyam, Desa Putat Basiun, dan desa

    Simpang Nandung.

    2.1.4

    Sistem Prasarana WilayahA. Air Bersih

    Sistem jaringan air bersih di wilayah Kabupaten Balangan terdiri dari saluran air

    bersih Perusahaan Air Minum Balangan yang merupakan Saluran Air Bersih (SAB) Nasional

    dan jaringan air bersih Nasional. Dalam arahan perencanaanya, akan dibentuk rencana

    Instalasi Pengolahan Air (IPA) bersih, meliputi:

    1. IPA Buntu Pilanduk di Kecamatan Halong;

    2. IPA Sungai Batung di Kecamatan Juai;

    3. IPA Mantimin di Kecamatan Batumandi;

    4. IPA Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong;

    5. IPA Simpang Nadung di Kecamatan Tebing Tinggi;

    6. IPA Awayan di Kecamatan Awayan;

    7. IPA Paringin I;

    8. IPA Paringin II; dan

    9. IPA Paringin III

    Selain itu akan diadakan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat

    berupa penyediaan sarana air bersih meliputi sumur bor, sumur gali, dam hidran umum di

    seluruh kecamatan.

    B. Persampahan

    Rencana jaringan sistem prasarana persampahan di Kabupaten Balangan antara

    lain:

    1. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana persampahan berupa Tempat

    Pemrosesan Akhir Batu Merah di Desa Batu Merah, Kecamatan Lampihong.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    24/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 16P O R N P E N D H U L U N

    2. Rencana pengembangan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dilakukan dengan

    pengelolaan sampah bersistem sanitary landfill atau dengan sistem control traffic

    untuk sampah domestik dan non domestik.

    3.

    Rencana pengembangan tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) diarahkan

    untuk diletakkan di pusat-pusat permukiman dan pusat kegiatan di seluruh kawasan

    perkotaan di daerah.

    C. Sanitasi

    Terdapat dua sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Balangan yaitu

    pengolahan secara individu (on site system) dan secara kolektif atau komunal (off site

    system). Pengolahan limbah secara off site system bisa disebut juga dengan Instalasi

    Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik.

    2.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KABUPATEN

    BALANGAN

    Upaya melakukan pengelolaan persampahan sangat diperlukan adanya kebijakan

    yang berupa produk peraturan-peraturan sistem pengelolaan sampah kota. Dasar hukum

    perencanaan pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan yang sudah ada maupun

    beberapa peraturan yang memayungi kegiatan pengelolaan sampah adalah sebagai berikut.

    1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

    2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 21/PRT/M/2006 tanggal 15 September

    2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional dalam Rangka Pengembangan Sistem

    Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).

    3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman

    Pengelolaan Sampah.

    4.

    Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

    2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui Bank

    Sampah.

    5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang

    Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah

    Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

    6. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah dan

    Kebersihan Lingkungan.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    25/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 17P O R N P E N D H U L U N

    7. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan.

    Mengacu kepada Kebijakan dan Strategi Nasional dalam rangka pengembangan

    Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan

    Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 21/PRT/M/2006 tanggal 15 September 2006 yang didasari

    oleh pertimbangan:

    1. Bahwa dalam rangka penyehatan lingkungan permukiman yang berkelanjutan, perlu

    dilakukan pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ramah

    lingkungan.

    2. Bahwa permukiman yang sehat dengan lingkungan yang bersih sangat diperlukan

    dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sehingga

    masyarakat dapat menjadi lebih produktif.3. Bahwa dalam upaya mewujudkan situasi dan kondisi permukiman yang sehat yang

    diinginkan, diperlukan rencana program dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu,

    efesien dan efektif.

    Dalam Peraturan Menteri yang dimaksud dengan Kebijakan dan Strategi Nasional

    Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan yang selanjutnya ditingkat KNSP-SPP

    merupakan Pedoman untuk Pengaturan, Penyelenggaraan dan Pengembangan Sistem

    Pengelolaan Persampahan baik bagi Pemerintah Pusat maupun Daerah, dunia usaha, dan

    masyarakat.

    2.3 PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT PENYUSUNAN

    MASTERPLAN PERSAMPAHAN

    2.3.1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

    Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

    berbentuk padat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

    berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah yang

    dikelola berdasarkan Undang-undang ini terdiri atas:

    1. Sampah rumah tangga, berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak

    termasuk tinja dan sampah spesifik.

    2. Sampah sejenis sampah rumah tangga, berasal dari kawasan komersial, kawasan

    industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, atau fasilitas lainnya.

    3.

    Sampah spesifik, meliputi:

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    26/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 18P O R N P E N D H U L U N

    a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

    b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

    c. Sampah yang timbul akibat bencana;

    d.

    Puing bongkaran bangunan;

    e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;

    f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.

    Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas

    berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas

    keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah ditujukan untuk

    meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah

    sebagai sumber daya. Kemudian untuk pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah

    sejenis sampah rumah tangga terdiri atas:

    1. Pengurangan sampah, meliputi:

    a. Pembatasan timbulan sampah;

    b. Pendauran ulang sampah; dan/atau

    c. Pemanfaatan kembali sampah.

    2. Penanganan sampah, meliputi:

    a.

    Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuaidengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

    b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

    sumber sampah ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau Tempat

    Pengolahan Sampah Terpadu (TPST);

    c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari

    tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan

    sampah terpadu (TPST) menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA);

    d.

    Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

    sampah; dan/atau

    e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau

    residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

    Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan

    sampah. Pembiayaan tersebut bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara

    serta anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pemerintah dan pemerintah daerah secara

    sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    27/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 19P O R N P E N D H U L U N

    akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat

    pemrosesan akhir sampah. Kompensasi dapat berupa:

    1. relokasi;

    2.

    pemulihan lingkungan;

    3. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau

    4. kompensasi dalam bentuk lain.

    Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antar pemerintah daerah dalam

    melakukan pengelolaan sampah. Kerja sama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk

    kerja sama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.

    Dalam pasal 29 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2018, terdapat ketentuan larangan

    setaip orang berupa:

    1. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    2. Mengimpor sampah.

    3. Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun.

    4. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan

    lingkungan.

    5. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan.

    6. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat

    pemrosesan akhir.

    7. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan

    sampah.

    Dalam pasal 44 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2018, terdapat ketentuan

    peralihan berupa:

    1.

    Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesanakhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu)

    tahun terhitung sejak berlakukanya Undang-undang ini.

    2. Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang

    menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun terhitung

    sejak berlakunya Undang-Undang ini.

    Berdasarkan pasal 29 dan pasal 44 dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008

    tentang Pengelolaan Sampah, penanganan sampah dengan pembuangan terbuka (open

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    28/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 20P O R N P E N D H U L U N

    dumping) di TPA telah dilarang dilakukan. Konsekuensinya adalah bahwa pada tahun 2013

    TPA open dumping harus ditutup atau ditingkatkan menjadi controlled landfill maupun

    sanitary landfill.

    2.3.2

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan

    dan Srategi Nasional Pengembangan dan Pengelolaan Persampahan

    Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)

    dimaksudkan sebagai pedoman dalam penyusunan kebijakan teknis, perencanaan,

    pemrograman dan kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan persampahan baik di

    lingkungan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah,

    maupun bagi masyarakat dan dunia usaha. Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem

    Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) bertujuan untuk mendukung pencapaian sasaran

    pembangunan persampahan melalui rencana, program, dan pelaksanaan kegiatan yang

    terpadu, efektif dan efisien.

    Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)

    dirumuskan sebagai berikut.

    1. Kebijakan (1) : Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari

    sumbernya

    a.

    Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce-Reuse-Recycle) dan pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan

    Berbahaya) rumah tangga

    b.Mengembangkan dan menerapkan system insentif dan

    disinsentif dalam pelaksanaan 3R

    c. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian &

    perdagangan

    2. Kebijakan (2) : Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta

    sebagai mitra pengelolaan

    a. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak

    dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah.

    b.Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan

    persampahan kepada masyarakat umum.

    c. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum

    perempuan dalam pengelolaan sampah.

    d.

    Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    29/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 21P O R N P E N D H U L U N

    e.Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi

    dunia usaha/swasta.

    3. Kebijakan (3) : Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem

    Pengelolaan.

    a. Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan.

    b.Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan

    berkeadilan.

    c. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran

    pelayanan.

    d.Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan.

    e.

    Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill.f. Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional.

    g.Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan

    persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.

    4. Kebijakan (4) : Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan

    a. Meningkatkan Status dan kapasitas institusi pengelola.

    b.Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan.

    c. Memisahkan fungsi / unti regulator dan operator.

    d.Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku

    kepentingan lain.

    e.Meningkatkan kualitas SDM manusia.

    f. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan

    persampahan skala regional.

    g.Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai

    landasan dan acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan.

    h.

    Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan

    sanksi hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat,

    masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

    5. Kebijakan (5) : Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

    a. Penyamaan persepsi para pengambil keputusan.

    b.Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    30/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 22P O R N P E N D H U L U N

    2.3.3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman

    Pengelolaan Sampah

    Pemerintah daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang

    dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD. Rencana

    pengurangan dan penanganan sampah tersebut sekurang-kurangnya memuat:

    1. Target pengurangan sampah;

    2. Target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah

    mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA;

    3. Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat;

    4.Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan

    masyarakat; dan

    5. Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam

    memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir

    sampah.

    Pada tahap pelaksanaan, pemerintah daerah dalam mengurangi sampah dilakukan

    dengan cara pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau

    pemanfaatan kembali sampah. Pengurangan sampah dilakukan melalui kegiatan:

    1.

    Pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan produksi

    ramah lingkungan oleh pelaku usaha; dan

    2. Fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan

    memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan guna ulang

    sampah.

    Pemerintah daerah dalam menangani sampah dilakukan dengan cara:

    a. Pemilahan, dilakukan melalui memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis

    sampah. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat

    sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman,

    kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas

    sosial, dan fasilitas lainnya.

    b. Pengumpulan, dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat sampah rumah

    tangga ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah

    sesuai dengan jenis sampah.

    c.

    Pengangkutan, dilaksanakan dengan cara:

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    31/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 23P O R N P E N D H U L U N

    1) Sampah rumah tangga ke TPS/TPST menjadi tanggung jawab lembaga

    pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW;

    2) Sampah dari TPS/TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah;

    3)

    Sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan

    kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS/TPST dan/atau TPA,

    menjadi tanggung jawab pengelola kawasan; dan

    4)Sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber

    sampah dan/atau dari TPS/TPST sampai ke TPA, menjadi tanggung jawab

    pemerintah daerah.

    3. Pelaksanaan pengangkutan sampah tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai

    dengan jenis sampah. Alat pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratankeamanan, kesehatan lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.

    4.Pengolahan, dilakukan dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

    sampah yang dilaksanakan di TPS/TPST dan di TPA. Pengolahan sampah

    memanfaatkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan.

    5. Pemrosesan akhir sampah, dilakukan dengan pengembalian sampah dan/atau residu

    hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman.

    Pemerintah daerah menyediakan TPS/TPST dan TPA sesuai dengan kebutuhan.

    Penyediaan TPS/TPST dan TPA tersebut harus memenuhi persyaratan teknis sistem

    pengolahan sampah yang aman dan ramah lingkungan sesuai ketentuan peraturan

    perundang-undangan. Penyediaan TPS/TPST dan TPA sesuai dengan rencana tata ruang

    wilayah kabupaten/kota. Pemerintah daerah memfasilitasi pengelola kawasan untuk

    menyediakan TPS/TPST di kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan

    kawasan khusus.

    Pemerintah daerah dapat melakukan kerjasama antar pemerintah daerah atau

    pemerintah daerah bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan sampah. Kerja sama

    antar pemerintah daerah dapat melibatkan dua atau lebih daerah kabupaten/kota pada satu

    provinsi atau antarprovinsi. Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah mencakup:

    1. Penyediaan/pembangunan TPA;

    2. Sarana dan prasarana TPA;

    3. Pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;

    4.Pengelolaan TPA; dan/atau

    5.

    Pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang ramah lingkungan.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    32/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 24P O R N P E N D H U L U N

    Pemerintah daerah juga dapat bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan

    sampah. Lingkup kemitraan dengan badan usaha ini meliputi:

    1. Penarikan retribusi pelayanan persampahan;

    2.

    Penyediaan/pembangunan TPS atau TPST, TPA, serta sarana dan prasarana

    pendukungnya;

    3. Pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;

    4.Pengelolaan TPA; dan/atau

    5. Pengelolaan produk olahan lainnya.

    Pemerintah daerah dapat mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan.

    Retribusi pelayanan persampahan tersebut digolongkan pada retribusi jasa umum.

    Komponen biaya perhitungan retribusi pelayanan persampahan meliputi:

    1. Biaya pengumpulan dan pewadahan dari sumber sampah ke TPS/TPST;

    2. Biaya pengangkutan dari TPS/TPST ke TPA;

    3. Biaya penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah; dan

    4.Biaya pengelolaan.

    2.3.4 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13

    Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle

    melalui Bank Sampah

    Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pelaksana kegiatan 3R

    melalui bank sampah. kegiatan 3R melalui bank sampah sebagaimana dimaksud adalah

    dilaksanakan terhadap sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga.

    Mekanisme kerja bank sampah antara lain meliputi:

    1. Pemilahan sampah;

    2. Penyerahan sampah ke bank sampah;

    3.

    Penimbangan sampah;4.Pencatatan;

    5. Hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku tabungan;

    6.Bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana.

    Mekanisme kerja bank sampah antara lain meliputi:

    1. Penetapan jam kerja;

    2. Penarikan buku tabungan;

    3. Peminjaman uang;

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    33/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 25P O R N P E N D H U L U N

    4.Buku tabungan;

    5. Jasa penjemputan sampah;

    6.Jenis tabungan;

    7.

    Jenis sampah;

    8.Penetapan harga;

    9.Kondisi sampah;

    10.Berat minimum;

    11.Wadah sampah;

    12.Sistem bagi hasil;

    13.Pemberian upah karyawan.

    Kegiatan 3R melalui bank sampah dilaksanakan oleh:1. Menteri dan menteri terkait lainnya, meliputi:

    a. Pembinaan teknis;

    b. Pembangunan bank sampah percontohan;

    c. Pengintegrasian antara bank sampah dengan penerapan EPR;

    d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan bank sampah di daerah;

    e. Pengembangan kerjasama internasional dalam pelaksanaan bank sampah.

    2. Gubernur atau bupati/walikota, meliputi:

    a. Memperbanyak bank sampah;

    b. Pendampingan dan bantuan teknis;

    c. Pelatihan;

    d. Monitoring dan evaluasi bank sampah;

    e. Membantu pemasaran hasil kegiatan 3R.

    3. Masyarakat

    a. Pemialahan sampah;

    b.

    Pengumpulan sampah;

    c. Penyerahan ke bank sampah;

    d. Memperbanyak bank sampah.

    Extended Producer Responsibility (EPR) yang dimaksud dalam pelaksanan 3R oleh

    menteri dan menteri terkait lainnya diartikan sebagai strategi yang didisain dalam upaya

    mengintegrasikan biaya-biaya lingkungan ke dalam seluruh proses produksi suatu

    barang sampai produk itu tidak dapat dipakai lagi (post consumer) sehingga biaya-biaya

    lingkungan menjadi bagian dari komponen harga pasar produk tersebut. Dengan strategi

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    34/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 26P O R N P E N D H U L U N

    EPR tersebut, para produsen harus bertanggungjawab terhadap seluruh life cycle

    produk dan/atau kemasan dari produk yang mereka hasilkan. Ini artinya, perusahaan

    yang menjual dan/atau mengimpor produk dan kemasan yang potensi menghasilkan

    sampah wajib bertanggungjawab, baik secara finansial maupun fisik, terhadap produk

    dan/atau kemasan yang masa pakainya telah usai.

    Mekanisme EPR yang umum digunakan adalah melalui penarikan kembali

    produk dan/atau kemasan yang habis masa pakainya (take-back systems). Melalui

    skema ini, produsen (dalam hal ini termasuk di dalamnya pabrik, importer, distributor,

    dan retailer) yang dikenai ketentuan EPR wajib menarik kembali produk dan/atau

    kemasan yang sudah habis masa gunanya (post consumer) dari masyarakat. Sementara

    itu, masyarakat wajib memilah, mengumpulkan, dan menyerahkan produk dan/ataukemasan yang sudah habis masa gunanya ke tempat-tempat yang ditentukan

    (collection pointatau droping point).

    Secara praktis, EPR bisa dilakukan dengan mengintegrasikan ke dalam aktivitas

    Bank Sampah (Gambar 2.1).

    Gambar 2.1 Integrasi Bank Sampah dengan Penerapan Extended Producer Responsibility

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    35/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 27P O R N P E N D H U L U N

    2.3.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang

    Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan

    Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

    Perencanaan umum penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan meliputi:

    1. Rencana induk;

    2. Studi kelayakan; dan

    3. Perencanaan teknis dan manajemen persampahan.

    Perencanaan umum penyelenggaraan PSP untuk kota besar dan metropolitan

    terdiri dari rencana induk dan studi kelayakan. Sementara itu, perencanaan umum

    penyelenggaraan PSP untuk kota sedang dan kecil berupa perencanaan teknis dan

    manajemen persampahan.

    Rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan ini dapat

    berupa:

    1. Rencana induk di dalam satu wilayah administrasi kota;

    2. Rencana induk lintas kabupaten dan/atau kota; dan

    3. Rencana induk lintas provinsi.

    Rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan tersebut

    memuat rencana:

    a. Daerah pelayanan;

    b. Kebutuhan dan tingkat pelayanan;

    c. Penyelenggaraan PSP yang meliputi aspek teknis, kelembagaan, pengaturan,

    pembiayaan dan peran serta masyarakat; dan

    d. Tahapan pelaksanaan.

    Aspek teknis antara lain meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah,

    pendauran ulang sampah, pemanfaatan kembali sampah, pemilahan sampah, pengumpulan

    sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah; dan pemrosesan akhir sampah.

    Penyusunan rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan

    didasarkan pada:

    a. Kondisi kota;

    b. Rencana pengembangan kota;

    c. Kondisi penyelenggaraan PSP; dan

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    36/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 28P O R N P E N D H U L U N

    d. Permasalahan penyelenggaraan PSP.

    Penyusunan rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan

    harus memperhatikan:

    a. Kebijakan dan strategi penyelenggaraan PSP;

    b. Norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah;

    c. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan

    d. Keterpaduan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum, sistem

    pembuangan air limbah, dan sistem drainase perkotaan.

    Rencana induk disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan

    kewenangannya. Rencana induk ditetapkan untuk jangka waktu paling sedikit 10

    (sepuluh) tahun dan dilakukan peninjauan secara berkala untuk disesuaikan dengan

    kondisi yang berkembang. Rencana induk harus disosialisasikan oleh pemerintah sesuai

    dengan kewenangannya dalam bentuk konsultasi publik sekurang-kurangnya satu kali

    dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan.

    Studi kelayakan diperlukan untuk kegiatan penyediaan prasarana dan sarana

    persampahan yang menggunakan teknologi pengolahan dan pemrosesan akhir berupa

    proses biologi, termal atau teknologi lain dengan kapasitas lebih besar dari 100 ton/hari.

    Studi kelayakan disusun berdasarkan:

    a. Rencana induk penyelenggaraan PSP yang telah ditetapkan;

    b. Kelayakan teknis, ekonomi, dan keuangan; dan

    c. Kajian lingkungan, sosial, hukum dan kelembagaan.

    Kelayakan teknis antara lain memuat:

    a. Rencana teknik operasional;

    b. Kebutuhan lahan;

    c.

    Kebutuhan air dan energi;

    d. Kebutuhan prasarana dan sarana;

    e. Gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan;

    f. Masa layanan sistem; dan

    g. Kebutuhan sumber daya manusia.

    Kelayakan teknis didasarkan atas kajian:

    a. Timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah;

    b.

    Teknologi dan sumber daya setempat;

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    37/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 29P O R N P E N D H U L U N

    c. Keterjangkauan pengoperasian dan pemeliharaan; dan

    d. Kondisi fisik setempat.

    Kelayakan teknis dilakukan dengan membandingkan usulan atau perencanaan

    teknik dengan norma, standar, prosedur dan kriteria. Kegiatan dinyatakan layak teknis, jika

    sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria.

    Kelayakan ekonomi berdasarkan:

    a. Nisbah hasil biaya ekonomi (Economic Benefit Cost Ratio(EBCR));

    b. Nilai ekonomi kini bersih (Economic Net Present Value (ENPV));

    c. Laju pengembalian ekonomi internal (Economic Internal Rate of Return

    (EIRR)).

    Kelayakan ekonomi memperhitungkan:

    a. Manfaat yang dapat diukur dengan nilai uang (tangible) berupa manfaat

    langsung dan manfaat tidak langsung; dan

    b. Manfaat yang tidak dapat diukur dengan nilai uang (intangible).

    Manfaat langsung antara lain:

    a. Pendapatan dari material yang dapat didaur ulang;

    b. Pemanfaatan kompos sebagai pupuk dan/atau pengganti tanah penutup

    TPA;

    c. Pemanfaatan gas bio sebagai sumber energi; dan

    d. Pendapatan dari pemanfaatan lahan bekas TPA untuk keperluan ruang

    terbuka hijau.

    Manfaat tidak langsung antara lain:

    a. Peningkatan nilai harga tanah dan bangunan; dan

    b. Pengurangan biaya pengolahan air baku air minum.

    Manfaat yang tidak dapat diukur dengan nilai uang antara lain:

    a. Pengurangan tingkat pencemaran;

    b. Terjaganya kelestarian sumber daya air; dan

    c. Penurunan derajat konflik yang disebabkan oleh pencemaran persampahan.

    Kelayakan ekonomi dilakukan dengan membandingkan manfaat yang diterima oleh

    masyarakat dengan biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasi, pemeliharaan

    maupun biaya pengembalian modal. Kegiatan dinyatakan layak ekonomi, jika manfaat

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    38/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 30P O R N P E N D H U L U N

    ekonomi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasi, pemeliharaan

    maupun biaya pengembalian modal.

    Kelayakan keuangan diukur berdasarkan:

    a. Periode pengembalian pembayaran (Pay Back Period);

    b. Nilai keuangan kini bersih (Financial Net Present Value (FNPV));

    c. Laju pengembalian keuangan internal (Financial Internal Rate of Return

    (EIRR)).

    Kelayakan keuangan memperhitungkan antara lain:

    a. Tingkat inflasi;

    b. Jangka waktu proyek;

    c. Biaya investasi;

    d. Biaya operasi dan pemeliharaan;

    e. Biaya umum dan administrasi;

    f. Biaya penyusutan;

    g. Tarif retribusi; dan

    h. Pendapatan retribusi.

    Kelayakan keuangan dilakukan dengan membandingkan pendapatan dari tarif

    atau retribusi dengan biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasional maupun

    biaya pengembalian modal. Kegiatan yang dinyatakan layak keuangan, jika pendapatan dari

    tarif atau retribusi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasi,

    pemeliharaan maupun biaya pengembalian modal.

    Kajian lingkungan didasarkan atas studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan

    Lingkungan (UPL), dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Kajian sosial harus mempertimbangkan aspirasi masyarakat untuk menerima rencana

    penyelenggaraan PSP.

    Kajian hukum antara lain:

    a. Ketentuan peraturan perundang-undangan;

    b. Kebijakan; dan

    c. Perijinan yang diperlukan.

    Kajian kelembagaan meliputi:

    a.

    Sumber daya manusia;

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    39/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 31P O R N P E N D H U L U N

    b. Struktur dan tugas pokok institusi penyelenggara; dan

    c. Alternatif kelembagaan kerjasama pemerintah dan swasta.

    2.3.6 Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 2 Tahun 2012 tentang

    Pegelolaan Sampah dan Kebersihan Lingkungan

    Pengelolaan sampah yang dimaksud adalah pengelolaan sampah rumah tangga dan

    sampah sejenis sampah rumah tangga yang terdiri dari pengurangan sampah dan

    penanganan sampah. kegiatan pengurangan sampah meliputi:

    1. Kegiatan pembatasan timbulan sampah

    2. Pendaur ulang sampah

    3. Pemanfaatan kembali sampah

    Kegiatan penanganan sampah yang dimaksud meliputi:

    1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sesuai dengan jenis,

    dan/atau sifat sampah;

    2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber

    sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengelolaan sampah

    terpadu;

    3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat

    penampungan sampah sementara atau dari tempat pengelolaan sampah terpadu

    menuju ketempat pemrosesan akhir;

    4. Pengelolaan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah;

    dan/atau

    5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu

    hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

    Dalam pengelolaan sampah, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan melalui:

    1. Pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada Pemerintah Daerah.

    2.

    Perumusan kebijakan pengelolaan sampah.

    3. Pemberian saran dan pendaat dalam penyelesaian sengketa persampahan.

    Dalam proses pembiayaan, Pemerintah Daerah wajib membiayai penyelenggaraan

    pengelolaan sampah. Pembiayaan tersebut bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah dan/atau sumber pembiayaan lainnya yang tidak mengikat dan sah.

    Dalam hal kompensasi, Pemerintah Daerah dapat memberikan kompensasi kepada

    orang yang terpengaruh dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan

    sampah di tempat pemrosesan akhir sampah. Kompensasi tersebut berupa:

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    40/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 32P O R N P E N D H U L U N

    1. Relokasi

    2. Pemulihan lingkungan

    3. Biaya kesehatan dan pengobatan

    4.

    Kompensasi dalam bentuk lain

    Dalam hal kemitraan, Pemerintah Daerah secara mandiri atau bersama-sama dapat

    bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah untuk menyelenggarakan

    pengelolaan sampah. Kemitraan sebagaimana dimaksud dituangkan dalam bentuk

    perjanjian antara Pemerintah Daerah dan badan usaha yang bersangkutan.

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    41/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    II - 33P O R N P E N D H U L U N

    Contents

    2.1 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KABUPATEN BALANGAN ............................................ 12.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah ............................................................................. 12.1.2 Rencana Pola Ruang Wilayah .................................................................................. 5

    A. Rencana Kawasan Lindung .............................................................................................. 5B. Rencana Kawasan Budidaya ............................................................................................ 8

    2.1.3 Sistem Transportasi Wilayah................................................................................... 132.1.4 Sistem Prasarana Wilayah ....................................................................................... 15

    2.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KABUPATEN BALANGAN ..................... 162.3 PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT PENYUSUNAN MASTERPLAN

    PERSAMPAHAN ........................................................................................................................... 17

    2.3.1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah .............. 172.3.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan danSrategi Nasional Pengembangan dan Pengelolaan Persampahan .................................. 202.3.3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang PedomanPengelolaan Sampah ........................................................................................................... 222.3.4 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui BankSampah ............................................................................................................................... 242.3.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentangPenyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah

    Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga ..........................................27

    2.3.6 Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 2 Tahun 2012 tentangPegelolaan Sampah dan Kebersihan Lingkungan ............................................................. 31

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    42/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    III - 1P O R N P E N D H U L U N

    3.1

    GAMBARAN UMUM KABUPATEN BALANGAN

    3.1.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Balangan

    Kabupaten Balangan terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Secara

    geografis Kabupaten Balangan terletak pada koordinat 1145024 sampai 1155024 Bujur

    Timur dan 2 0137 sampai dengan 2 3558 Lintang Selatan. Berdasarkan pembagian

    wilayahnya, Kabupaten Balangan terbagi atas 8 (delapan) Kecamatan, yaitu Kecamatan

    Lampihong, Kecamatan Batu Mandi, Kecamatan Awayan, Kecamatan Tebing Tinggi,

    Kecamatan Paringin, Kecamatan Paringin Selatan, Kecamatan Juai, dan Kecamatan Halong.

    Berikut merupakan batas administrasi wilayah Kabupaten Balangan.

    Sebelah Utara : Kab. Tabalong dan Kab. Paser Prov. Kalimantan Timur;

    Sebelah Barat : Kab. Hulu Sungai Utara;

    Sebelah Selatan : Kab.Hulu Sungai Tengah;

    Sebelah Timur : Kab. Paser Prov. Kalimantan Timur dan Kab. Kotabaru.

    Tabel 3.1 Kondisi Administratif Kabupaten Balangan

    KECAMATAN IBUKOTALUAS WILAYAH

    (KM2)

    PRESENTASE DARI LUAS

    KABUPATEN (%)

    Lampihong Simpang Tiga 96,9 5,16

    Batu Mandi Batu Mandi 147,96 7,88

    Awayan Putat Basiun 142,57 7,59

    Tebing Tinggi Tebing Tinggi 257,25 13,70

    Paringin Paringin Kota 100,04 5,33

    Paringin Selatan Muara Pitap 86,80 4,62

    Juai Mungkur Uyam 386,80 20,59

    Halong Halong 659,84 35,13

    Sumber: Kabupaten Balangan dalam Angka, 2013

    GAMBARAN UMUM3

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    43/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    III - 2P O R N P E N D H U L U N

    3.1.2 Fisik Dasar

    A. Kondisi iklim

    Iklim yang berada di Kebupaten Balangan merupakan iklim hutan tropika humid

    dengan curah hujan rata-rata 1.962 2.671,5 mm. Curah hujan terendah jatuh sekitar

    bulan Juni, Juli, Agustus dan September, sedangkan curah hujan tertinggi jatuh sekitar

    bulan Desember, Januari, Februari dan Maret. Terdapat tiga stasiun pengamatan hujan

    di Kabupaten Balangan yang data curah dan hari hujannya diuraikan sebagai berikut.

    Tabel 3.2 Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Stasiun Pengamatan

    STASIUN PENGAMATANJUMLAH CURAH

    HUJAN

    JUMLAH HARI

    HUJAN

    RATA-RATA CURAH

    HUJAN/ HARI

    Batu Mandi 1.962 94 20,9

    Paringin 1.316,2 133 9,9

    Juai 2.671,5 129 20,7

    Rata-Rata 1.983,2 118,7 16,7

    Sumber: Kabupaten Balangan Dalam Angka, 2013

    B. Topografi dan Kelerengan

    Wilayah Kabupaten Balangan terletak pada ketinggian antara 25-500 meter diatas

    permukaan laut (mdpl). Kecamatan Halong merupakan kecamatan yang sebagian besar

    wilayahnya berada di dataran tinggi (ketinggian 100 500 mdpl). KecamatanLampihong merupakan kecamatan yang sebagian besar wilayahnya berada di dataran

    rendah (ketinggian 0-25 mdpl).

    Tabel 3.3 Ketinggian Wilayah Tiap Kecamatan (dalam Ha)

    KECAMATANKELAS KETINGGIAN (M DPL)

    0-7 7-25 25-100 100-500 >500

    Lampihong 1.512 8.136 48 - -

    Batu Mandi 2.018 7.462 5.262 54 -

    Awayan*) - - 17.326 13.206 9.450

    Tebing Tinggi - - - - -

    Paringin - 7.384 11.300 - -

    Paringin Selatan**) - - - - -

    Juai - 7.170 19.346 12.172 -

    Halong - 6.230 18.802 33.450 7.502

    BALANGAN 3.530 36.382 72.084 58.882 16.952

    *) Termasuk Kecamatan Tebing

    **) Termasuk Kecamatan Paringin Selatan

    Sumber: Kabupaten Balangan Dalam Angka, 2013

  • 7/25/2019 Review Masterplan Persampahan

    44/99

    Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan

    III - 3P O R N P E N D H U L U N

    Kemudian untuk kondisi kemiringan atau kelerengan lahan pada wilayah Kabupaten

    Balangan terdiri dari 6 (enam) kelas, yaitu kurang dari 2%, 28%, 815%, 2540% serta

    lebih besar dari 40%. Kemiringan lahan ini terkait dengan kepekaan tanah terhadap

    erosi. Semakin tinggi/terjal lereng maka lahan semakin peka terhadap erosi. Berikut

    diuraikan kondisi kemiringan lereng lahan pada wilayah Kabupaten Balangan secara

    umum, yaitu:

    1. Sekitar 68% wilayah Kabupaten Balangan, memiliki kemiringan lereng 0-2%. Kondisi

    ini sangat cocok bagi pengembangan fungsi budidaya ataupun kegiatan perkotaan.

    2. Sekitar 24% wilayah Ka