review masterplan persampahan
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
1/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
I - 1P O R N P E N D H U L U N
1.1
LATAR BELAKANG
Sampah merupakan salah satu isu perkotaan yang perlu diperhatikan dari
pemerintah, masyarakat maupun swasta. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan dan
perkembangan suatu kota dan berbagai macam aktivitas yang dilakukan masyarakatnya,
baik aktivitas sosial maupun ekonomi, memberikan pengaruh terhadap peningkatan volume
timbulan sampah yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan tersebut. Adapun sampah yang
ditimbulkan dalam bentuk sampah padat, sampah cair dan sampah gas. Peningkatan
timbulan sampah ini akan berdampak terhadap kebutuhan suatu kota untuk mendapatkan
pelayanan di bidang persampahan secara efektif, efisien dan berkelanjutan.
Pengelolaan sampah sangat dibutuhkan dalam perkembangan suatu kota, dimana
jaringan persampahan merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap citra suatu
kota. Pengelolaan sampah yang baik dan terarah akan menciptakan keindahan dan
kebersihan pada suatu kota ataupun lingkungan permukiman. Oleh sebab itu, pengelolaan
sampah yang baik harus segera diadakan sebagai bentuk dari pengendalian dan
penanggulangan atas segala dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari keberadaan
sampah yang tidak tertangani dengan baik.
Kota kota di Indonesia sebagian besar dihadapkan dengan permasalahan sampah
dan pengelolaannya. Pengelolaan sampah yang dilakukan sampai saat ini belum sesuai
dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Oleh karena
itu, Pemerintah Pusat menerbitkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah yang mengatur tentang kewajiban Pemerintah Daerah untuk
menyediakan sistem pengelolaan sampah dengan standar tertentu sesuai dengan kondisi
dan situasi masing-masing daerah. Kemudian salah satu amanat dari Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 ini adalah kewajiban pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan TPA yang masih menggunakan sistem terbuka (open dumping) dalam upaya
untuk mewujudkan citra lingkungan kota yang sehat dan bersih dari sampah.
PENDAHULUAN1
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
2/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
I - 2P O R N P E N D H U L U N
Kabupaten Balangan merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Hulu Sungai
Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai kabupaten yang berkembang cukup pesat,
terutama dalam hal pembangunan fisik dan jumlah penduduknya, hal itu berimbas pada
peningkatan volume timbulan sampah yang dihasilkan. Sampah organik dan rumah tangga
mendominasi komposisi sampah yang dihasilkan. Sampai dengan saat ini, luasan lahan TPA
yang dibangun di kawasan Perkotaan Paringin cukup melayani seluruh kebutuhan
pengelolaan akhir sampah, akan tetapi TPA yang terletak di Desa Batumerah Kecamatan
Lampihong dengan luas lahan 8,1 Ha dan kapasitas TPA 50,60 m3 ini masih menggunakan
sistem open dumping. Berdasar pada prospek perkembangan Kabupaten Balangan serta
sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, maka saat ini sedang
diupayakan adanya peningkatan sistem pengelolaan TPA dengan menggunakan sistemcontrolled landfillhingga sanitary landfill.
Secara umum, karakteristik pengelolaan sampah di bagian hulu di Kabupaten
Balangan sama dengan kondisi di daerah perkotaan lain di Indonesia, khususnya di Pulau
Kalimantan. Dengan kharakteristik masyarakat masih terbiasa membuang sampah dan
limbah langsung ke badan sungai karena kurangnya pemahaman dan tidak adanya
kesadaran masyarakat. Hal ini didukung dengan mudahnya akses pembuangan ke sungai
karena sementara ini sugai masih menjadibackgrounddari semua bangunan permukiman.
Selain itu sistem pembuangan sampah di Kabupaten Balangan pada umumnya masih
dilakukan secara konvensional, yakni langsung ditangani oleh masyarakat setempat secara
individual.
Untuk meningkatkan situasi dan kondisi pengelolaan persampahan, sangat
diperlukan kajian tersendiri secara cermat agar proses pengelolaan sampah dapat
ditingkatkan sehingga menjadi lebih baik dan terpadu dalam menyikapi volume timbulan
sampah. Secara khusus, kajian pengelolaan persampahan seharusnya dititikberatkan pada
teknik inovasi pengelolaan persampahan, kajian kelayakan, dan pelibatan pihak ketiga. Dari
kajian tersebut diharapkan dapat menjadi pedoman sebagai acuan dalam pembangunan
pengelolaan persampahan yang dapat mengakomodir perkembangan-perkembangan di
Kabupaten Balangan saat ini serta menjalankan amanat Undang-Undang RI Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Balangan tahun
2013 2032. Dengan demikian, review terhadap masterplan persampahan Kabupaten
Balangan menjadi perlu untuk membangun acuan pelaksanaan kebijakan pengelolaan
sampah di Kabupaten Balangan untuk periode 2014 2033.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
3/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
I - 3P O R N P E N D H U L U N
1.2
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1 Maksud
Maksud dari Review Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan KabupatenBalangan adalah membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Balangan, khususnya Badan
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Balangan untuk mewujudkan pelaksanaan
pengelolaan persampahan yang berwawasan dan berkelanjutan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
adalah:
1. Meningkatkan pengelolaan persampahan di Kabupaten Balangan;
2. Meningkatkan pelayanan kebersihan di Kabupaten Balangan sesuai dengan
ketentuan, standar, dan prosedur yang telah ditetapkan;
3. Menghasilkan dokumen rencana induk persampahan, yang dapat menjadi pedoman
pengelolaan persampahan di Kabupaten Balangan hingga tahun 2034.
1.2.3 Sasaran
Sasaran dari dilaksanakan Review Penyusunan Master Plan Persampahan
Kabupaten Balangan, antara lain:
1. Tersusunnya dokumen masterplan persampahan Kabupaten Balangan 2014-2034;
2. Terlaksananya pengelolaan sampah Kabupaten Balangan sesuai dengan Masterplan
Persampahan yang telah disusun.
1.3 RUANG LINGKUP
1.3.1
Ruang Lingkup LokasiLokasi pelaksanaan studi meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Balangan,
Propinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, dengan luas wilayah 1.878,3 km2. Kabupaten
Balangan terletak di koordinat geografis 1145024 sampai 115 5024 Bujur Timur dan
20137 sampai dengan 23558 Lintang Selatan. Berdasarkan pembagian wilayahnya
Kabupaten Balangan terbagi atas 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Lampihong,
Kecamatan Batu Mandi, Kecamatan Awayan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
4/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
I - 4P O R N P E N D H U L U N
Paringin, Kecamatan Paringin Selatan, Kecamatan Juai, dan Kecamatan Halong, dengan
batas batas wilayah administrasi, yaitu :
Sebelah Utara : Kab. Tabalong dan Kabupaten Paser, Prop. Kalimantan Timur
Sebelah Barat : Kab. Hulu Sungai Utara
Sebelah Selatan : Kab. Hulu Sungai Tengah
Sebelah Timur : Kab. Paser, Prop. Kalimantan Timur dan Kab. Kota Baru
1.3.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten
Balangan meliputi:
1. Identifikasi kondisi pengelolaan persampahan di Kabupaten Balangan, hal ini terkait
kondisi faktual yang sekarang berjalan dalam hal pengelolaan persampahan di
Kabupaten Balangan dari berbagai aspek, antara lain:
a. Aspek Regulasi;
b. Aspek Kelembagaan;
c. Aspek Pendanaan;
d. Aspek Partisipasi Masyarakat/Sosial Budaya;
e. Aspek Teknis dan Operasional.
2. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan di Kabupaten
Balangan. Pada lingkup ini diharapkan konsultan dapat mengiventarisasi sarana dan
prasarana eksisting yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan
(BLHK) Kabupaten Balangan, baik dari tahapan di pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah yang dimiliki BLHK
Kabupaten Balangan, swasta dan instansi lain.
3. Membuat dan memetakan pola penanganan eksisting berikut ketersediaan sarana
dan prasarana di wilayah Kabupaten Balangan dengan mengacu pada RTRW
Kabupaten Balangan;
4. Melakukan identifikasi dan analisa timbulan sesuai dengan daerah pelayanan
pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan serta menganalisa komposisi dan
karateristik sampah;
5. Menganalisa hasil kajian pada point 1 s/d 4 serta memanfaatkan data sekunder
terkait.
6. Menyusun Standar Pelayanan Minimal dan Pengumpulan Sampah.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
5/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
I - 5P O R N P E N D H U L U N
7. Konsultan diharapkan dapat merekomendasikan kriteria dan standar pelayanan
pemilahan dan pengumpulan sampah termasuk konsep desain dan
modifikasi/perbaikan desain tempat pemilahan sampah dan sarana pengumpulan
sampah yang memamsukkan konsep pemilahan sampah secara praktis mulai dari
sumber.
8. Menyusun sistem pelayanan pengangkutan dari sumber dan atau tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat pemrosesan akhir;
9. Mengkaji tempat pemrosesan akhir sampah yang berbasis teknologi lingkungan
tinggi ramah lingkungan.
10.Membuat rekomendasi teknis pemanfaatan tempat pengelolaan sampah terpadu(TPST) berbasis teknologi tinggi ramah lingkungan;
11.Mengkaji aspek kelembagaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari
pengelolaan persampahan;
12.Mengkaji aspek regulasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari
pengelolaan persampahan;
13.Mengkaji aspek pendanaan yang meliputi perkiraan biaya kegiatan pengelolaan
sampah jangka pendek (tahunan), jangka menengah (lima tahunan), dan jangka
panjang, termasuk juga perhitungan besaran tipping fee pengolahan sampah;
14.Mengkaji aspek peran serta masyarakat dan sosial budaya sesuai yang diamanatkan
dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan kemungkinan
kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan sampah.
15.Membuat skala prioritas program pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan dan
menyusun strategi dan program pengelolaan persampahan dengan pola investasi
dan lainnya.
16.Menyusun materi Master Plan persampahan dengan memperhatikan rencana
pengelolaan persampahan, rencana tata ruang wilayah (RTRW), kebijakan dan
strategi pembangunan di Kabupaten Balangan.
1.4 DASAR HUKUM
Landasan hukum yang dipergunakan pada Review Penyusunan Master Plan
Persampahan Kabupaten Balangan adalah sebagai berikut.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
6/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
I - 6P O R N P E N D H U L U N
1. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
2. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah;
3. Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan;
4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
5. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air bersih;
6. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal;
7. Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
8.
Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Srategi NasionalPengembangan dan Pengelolaan Persampahan;
9. Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga.
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Persampahan;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Balangan No. 2 Tahun 2012 tentang pengelolaan
sampah dan kebersihan lingkungan;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Balangan No. 12 tahun 2012 tentang retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan; dan
13. SNI 19-2454-2002 Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Laporan Pendahuluan ini merupakan proses Review Penyusunan Master PlanPersampahan Kabupaten Balangan. Adapun sistematika pembahasan yang disajikan dalam
Laporan Pendahuluan ini adalah sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup lokasi,
lingkup materi dan landasan hukum pengerjaan Penyusunan Master Plan
Persampahan Kabupaten Balangan dan sistematika pembahasan.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
7/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
I - 7P O R N P E N D H U L U N
BAB II : TINJAUAN KEBIJAKAN
Pada bab ini berisikan mengenai kedudukan Kabupaten Balangan dalam RTRW
Provinsi Kalimantan Selatan dan tinjauan kebijakan terkait Master Plan
Persampahan Kabupaten Balangan.
BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN BALANGAN
Pada bab ini berisikan mengenai gambaran umum wilayah Kabupaten Balangan
yang meliputi wilayah administrasi, fisik dasar Kabupaten Balangan dan
kependudukan, serta gambaran sistem pengelolaan sampah Kabupaten
Balangan, yang meliputi aspek teknis, aspek ekonomi dan pembiayaan, aspek
hukum dan kelembagaan, dan aspek peran serta masyarakat.
BAB IV : METODOLOGI STUDIPada bab ini berisikan mengenai metodologi studi yang digunakan dalam
pengerjaan Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan,
metodologi tersebut berupa pendekatan studi yang meliputi: pendekatan
teknologi, pendekatan kelembagaan/institusional, pendekatan sosial-ekonomi-
budaya, kajian kebijakan, metode pelaksanaan yang meliputi: tahap persiapan,
survei dan pendataan, tahap analisa, dan tahap studi pengelolaan
persampahan, Metodologi Perencanaan.
BAB V : MOBILISASI TENAGA KERJA
Bab ini berisikan mengenai mobilisasi tenaga kerja yang meliputi kewajiban
konsultan dan susunan tenaga ahli dan struktur organisasi pelaksanaan
kegiatan dalam penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan.
BAB VI : JADWAL KEGIATAN
Bab ini berisikan mengenai jadwal kegiatan pelaksanaan penyusunan Master
Plan Persampahan Kabupaten Balangan yang meliputi jadwal kegiatan dan
waktu penyelesaian kegiatan, serta sistem pelaporan yang meliputi materi
pelaporan dan teknik penyajian laporan.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
8/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
I - 8P O R N P E N D H U L U N
Contents
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1
1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN ........................................................................ 3
1.2.1 Maksud ............................................................................................................... 3
1.2.2 Tujuan ................................................................................................................. 3
1.2.3 Sasaran ............................................................................................................... 3
1.3 RUANG LINGKUP ................................................................................................. 3
1.3.1 Ruang Lingkup Lokasi .......................................................................................... 3
1.3.2 Ruang Lingkup Materi .......................................................................................... 4
1.4 DASAR HUKUM ................................................................................................... 5
1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN ................................................................................ 6
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
9/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 1P O R N P E N D H U L U N
2.1 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KABUPATEN BALANGAN
2.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Balangan meliputi pusat-pusat Kegiatan.
Sesuai dengan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-2032, rencana
pengembangan pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Balangan meliputi:
1. PKL (Pusat Kegiatan Lokal)
Sesuai dengan RTRW Kabupaten Balangan, wilayah yang menjadi pusat kegiatan
lokal adalah kawasan Perkotaan Paringin yang terbagi menjadi dua kawasan
Perkotaan yaitu Kawasan Perkotaan Kecamatan Paringin dan Kawasan Perkotaan
Kecamatan Paringin Selatan. Fungsi pelayanan yang terdapat di kawasan Perkotaan
Paringin adalah sebagai berikut.
a.
Perkotaan Paringin di Kecamatan Paringin, dengan fungsi pelayanan:
Pusat pelayanan perekonomian, yaitu sebagai kawasan perdagangan skala
regional Kabupaten dan Provinsi, meliputi pusat perbelanjaan dan pasar skala
regional Kabupaten.
1) Pusat pelayanan jasa yaitu perbankan cabang, lembaga asuransi cabang,
perhotelan dan perusahaan jasa swasta lainnya;
2) Pusat pelayanan kesehatan berupa rumah sakit tipe C, dokter spesialis,
apotik;3) Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (PAUD, TK, SD, SLTP dan SLTA /
Kejuruan, pesantren dan Perguruan tinggi);
4) Pusat olah raga/rekreasi meliputi gedung olah raga (GOR) yang merupakan
kompleks fasilitas olahraga dan gedung hiburan;
5) Pengembangan ruang terbuka hijau yang dapat dijadikan tempat rekreasi
bagi masyarakat;
6)Pengembangan sarana transportasi terminal tipe C;
7)
Pengembangan wisata buatan dan budaya atau spiritual;
TINJAUAN KEBIJAKAN
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
10/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 2P O R N P E N D H U L U N
8)Pusat pengembangan perkantoran Kabupaten meliputi kantor-kantor
Pemerintahan skala Kabupaten;
9)Pusat pelayanan pertahanan dan keamanan;
10)
Pusat pengembangan industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan,
perbengkelan dan pergudangan; dan
11)Pusat pengembangan permukiman perkotaan dan fasilitas penunjang.
b. Perkotaan Paringin Selatan di Kecamatan Paringin Selatan, dengan fungsi
pelayanan:
1) Pusat jasa pendukung kegiatan Pemerintahan (perkantoran), pelayanan
umum dan layanan sosial;
2)
Pusat pelayanan jasa yaitu perbankan cabang, lembaga asuransi cabang,perhotelan dan perusahaan jasa swasta lainnya;
3) Pusat pelayanan kesehatan;
4) Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (PAUD, TK, SD, SLTP dan
SLTA/Kejuruan, Pesantren dan Perguruan Tinggi);
5) Pengembangan ruang terbuka hijau yang dapat dijadikan tempat rekreasi
bagi masyarakat;
6)Pengembangan sarana transportasi terminal tipe C;
7) Pengembangan wisata buatan dan budaya atau spiritual;
8)Pusat pengembangan industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan;
9)Pusat pengembangan permukiman perkotaan dan fasilitas penunjang; dan
10)Pusat kegiatan keagamaan.
2. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi)
Sesuai dengan RTRW Kabupaten Balangan, wilayah yang menjadi pusat kegiatan
lokal promosi adalah kawasan Perkotaan Batumandi di Kecamatan Batumandi.
Fungsi pelayanan yang terdapat di kawasan Perkotaan Batumandi adalah sebagai
berikut.
a. Pusat Pemerintahan Kecamatan;
b. Pusat perdagangan dan jasa meliputi perbankan, pasar lokal dan pasar hewan
serta pelayanan kesehatan berupa Puskesmas, bidan;
c. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (PAUD, TK, SD, SLTP dan SLTA dan
Kejuruan serta Pesantren);
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
11/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 3P O R N P E N D H U L U N
d. Transportasi terminal tipe C dan terminal agribisnis untuk mendukung
agropolitan;
e. Pelayanan pemerintah, meliputi kantor Kecamatan dan depo kebersihan;
f.
Pusat pelayanan lintas Kecamatan;
g. Pusat pengembangan perumahan dan fasilitas penunjangnya;
h. Pusat kegiatan industri kecil rumah tangga pengolahan hasil pertanian;
i. Pusat pengembangan komoditas pertanian dan hortikultura; dan
j. Pusat pengembangan kegiatan keagamaan.
3. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan)
Sesuai dengan RTRW Kabupaten Balangan Tahun 2013-2032, wilayah yang menjadi
pusat pelayan kawasan di Kabupaten Balangan adalah sebagai berikut.a. PPK Muara Pitap berada di Kecamatan Paringin Selatan, dengan fungsi
pelayanan:
1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.
2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan dan umum.
3) Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.
4) Pusat pengembangan perkantoran.
5) Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA
atau sederajat.
b. PPK Simpang Tiga berada di Kecamatan Lampihong dengan fungsi pelayanan:
1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.
2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan dan umum.
3) Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian dan hortikultura, perikanan
dan peternakan.
4) Pusat pengembangan industri kecil.
5)
Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.
6)Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD, SLTP,
SLTA.
c. PPK Putat Basiun berada berada di Kecamatan Awayan dengan fungsi
pelayanan:
1) Pusat Pemerintahan.
2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan, dan umum.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
12/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 4P O R N P E N D H U L U N
3) Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian, hortikultura
danpeternakan.
4) Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.
5)
Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA
atau sederajat.
d. PPK Tebing Tinggi berada di Kecamatan Tebing Tinggi dengan fungsi
pelayanan:
1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.
2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan dan umum.
3) Pusat pengembangan pariwisata alam dan budaya.
4)
Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian dan hortikultura.5) Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.
6)Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, SD, SLTP, SLTA
atau sederajat.
e. PPK Mungkur Uyam berada di Kecamatan Juai dengan fungsi pelayanan:
1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.
2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan, dan umum.
3) Pusat pengembangan industri kecil.
4) Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian dan hortikultura.
5) Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.
6)Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, SD, SLTP, SLTA
atau sederajat.
f. PPK Halong berada di Kecamatan Halong dengan fungsi pelayanan:
1) Pusat Pemerintahan Kecamatan.
2) Pusat pelayanan sosial, kesehatan, dan umum.
3)
Pusat pengembangan pariwisata alam dan budaya
4) Pusat pengumpul komoditas pertanian dan hortikultura.
5) Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian dan hortikultura.
6)Pusat pengembangan perdagangan dan jasa lokal.
7) Pusat pengembangan industri kecil.
8)Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA
atau sederajat.
9)Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjang.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
13/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 5P O R N P E N D H U L U N
g. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan)
Sesuai dengan RTRW Kabupaten Balangan, wilayah yang menjadi pusat pelayan
lingkungan di Kabupaten Balangan adalah sebagai berikut.
1)
PPL Mantimin berada di Kecamatan Batumandi.
2) PPL Pudak berada di Kecamatan Awayan.
3) PPL Bihara berada di Kecamatan Awayan.
4) PPL Tabuan berada di Kecamatan Halong.
5) PPL Mauya berada di Kecamatan Halong.
6) PPL Haur Batu berada di Kecamatan Paringin.
7) PPL Gunung Pandau berada di Kecamatan Paringin Selatan.
8)
PPL Layap berada di Kecamatan Paringin.9) PPL Bungin berada di Kecamatan Paringin Selatan.
2.1.2 Rencana Pola Ruang Wilayah
Terdapat 2 jenis kawasan yang akan ditetapkan dalam rencana pola ruang
Kabupaten Balangan, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.
A. Rencana Kawasan Lindung
Wilayah Kawasan Lindung di Kabupaten Balangan berdasarkan daerah limitasi yang
meliputi 77.840,77 ha atau sekitar 41,44% dari keseluruhan luas Kabupaten Balangan.
Rencana Kawasan Non Budidaya/Kawasan Lindung di Kabupaten Balangan dapat
dikelompokkan kedalam tiga kawasan, masing-masing kawasan mempunyai fungsi yang
berbeda, demikan juga dalam hal penanganannya. Berikut merupakan penjelasan tiap jenis
kawasan lindung di Kabupaten Balangan.
1. Kawasan Hutan Lindung
Lokasi hutan lindung di Kabupaten Balangan secara umum berada di wilayah
Kabupaten Balangan bagian Timur tepatnya di Kecamatan Halong dan Tebing
Tinggi. Rencana pengelolaan hutan lindung di Kabupaten Balangan perlu dilakukan
dengan cara:
a. Kawasan lindung yang saat ini berupa hutan lindung, dipertahankan
keberadaannnya dan dijaga keletariannya.
b. Rehabilitasi hutan lindung pada kawasan hutan lindung yang telah mengalami
kerusakan dan penggundulan hutan secara liar.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
14/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 6P O R N P E N D H U L U N
c. Hutan lindung yang terlanjur berubah fungsi harus dievaluasi, apabila menurut
analisis mengenai fungsi lindung, maka perkembangannya harus dicegah dan
fungsi sebagai kawasan lindung dikembalikan secara bertahap.
d.
Perlu adanya rehabilitasi hutan atau reboisasi pada unit lahan pada hutan
lindung saat ini tidak berfungsi sebagai kawasan lindung.
e. Pembentukan lembaga atau tim khusus yang melibatkan seluruh komponen
masyarakat, swasta dan pemerintah di semua tingkatan pemerintah untuk
mengelola kawasan lindung.
f. Memonitor dan membina semua kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan secara
terpadu dan berkesinambungan.
2.
Kawasan Perlindungan SetempatLokasi yang diduga sesuai untuk kawasan perlindungan setempat adalah
sekitar Sungai Pitap, Sungai Balangan, Sungai Mantuyan, Sungai Tabuan, Sungai
Galombang, Sungai Halong, Sungai Huren, Sungai Ninian, Sungai Jauk, Sungai
Batumandi, Sungai Lokbatu dan Sungai Juai. Berikut merupakan rencana
pengelolaan kawasan konservasi dan resapan air di Kabupaten Balangan.
a. Kegiatan pada kawasan konservasi dan resapan air harus dapat mendukung
terjaganya siklus hidrologi, seperti pengembangan tanaman perkebunan yang
memiliki akar panjang (berfungsi menyimpan air).
b. Penguasaan lahan sebagian besar oleh pemerintah pada kawasan peruntukan
konservasi dan resapan air dapat dilakukan dengan cara pemerintah membeli
lahan (sebagian besar) pada kawasan konservasi tersebut dengan
memanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
c. Pengawasan dan pengendalian pada kawasan konservasi dan resapan air
dilakukan dengan cara pemerintah daerah memberikan wewenang dan
tanggungjawab terhadap pengawasan dan pengendalian kawasan konservasi
dan resapan air pada pemerintahan kecamatan dan desa, pada wilayah terkait
kawasan konservasi dan resapan air.
Rencana pengelolaan sempadan sungai di Kabupaten Balangan dilakukan
dengan cara:
a. Kawasan sempadan sungai, dipertegas batas-batasnya, segera dikuasai
pemerintah dan diperkuat statusnya.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
15/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 7P O R N P E N D H U L U N
b. Perwujudan lahan-lahan sempadan sungai dapat dilakukan dengan cara
partisipatif masyarakat, atau penertiban terutama di kawasan lindung yang
membahayakan kelangsungan penduduk yang tinggal di kawasan sekitarnya.
c.
Sempadan sungai setelah dikuasai pemerintah, maka untuk mempermudah
pengawasan dan pengendaliannya dilakukan pembangunan jalan inspeksi.
d. Untuk wilayah sekitar sempadan sungai bangunan boleh didirikan setelah
adanya pembangunan jalan inspeksi.
e. Rehabilitasi dan pengerukan lumpur sungai pada aliran sungai yang telah
mengalami pendangkalan.
f. Bangunan yang didirikan di sekitar wilayah sempadan sungai harus menghadap
sungai.g. Di wilayah yang lahannya sudah memiliki nilai ekonomis tinggi, untuk
mewujudkan sempadan sungai di tanah yang dikuasai oleh masyarakat dapat
dilakukan dengan cara penggantian sesuai dengan kesepakatan.
Rencana pengelolaan kawasan sempadan mata air di Kabupaten Balangan
dilakukan dengan cara:
h. Kawasan sekitar mata air beserta mata airnya yang bersifat publik dan
menguasai hajat hidup orang banyak, dipertegas batas-batasnya, segera
dikuasai pemerintah dan diperkuat statusnya.
i. Perwujudan lahan-lahan kawasan sekitar mata air dilakukan dengan cara
partisipatif masyarakat atau penertiban terutama di sekitar mata air yang
membahayakan kelangsungan penduduk yang tinggal di kawasan sekitarnya.
j. Untuk melindungi dan menjaga kelestarian sumber air ini maka perlu diselidiki
catchment area yang diupayakan untuk dilestarikan pembanguan pada
umumnya.
3.
Kawasan Rawan Bencana
Lokasi Kawasan bencana di Kabupaten Balangan secara umum berada di
wilayah Kabupaten Balangan bagian Timur dan tengah tepatnya di Kecamatan
Halong dan Tebing Tinggi, Sedangkan potensi rawan bencana lainnya adalah rawan
banjir yang berada pada areal sekitar Sungai Balangan dan Sungai Pitap yakni sekitar
Kecamatan Lampihong, Paringin dan Kecamatan Juai. Berikut merupakan rencana
pengelolaan kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Balangan.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
16/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 8P O R N P E N D H U L U N
a. Perkembangan penduduk perlu diawasi dan dikendalikan dan atau
menghutankan Kawasan Rawan Bencana Alam dengan cara reboisasi.
b. Pencegahan terhadap longsor dapat memanfaatkan unsur alam, seperti
penanaman pohon pada wilayah potensial longsor.
c. Pengembangan organisasi masyarakat, yang siap dan siaga terhadap
kemungkinan tejadinya bencana alam.
d. Pembuatan Check Damspenahan erosi di lereng gunung dan celah antar bukit
dan atau pembuatan DAM penahan dan kantong-kantong pasir yang mengatur
erosi di daerah pegunungan.
e. Membangun sumur resapan di area pemukiman untuk meresapkan air hujan ke
tanah.f. Melindungi dan meningkatkan fungsi hutan sebagai sarana penyimpan air.
g. Menjaga kolam-kolam penampungan dan rawa sebagai penyangga air dan
sumber air sungai.
h. Membangun checkdamdi hulu untuk menghambat aliran sedimentke hilir.
i. Konservasi tumbuhan pada daerah aliran sungai sebagai daerah peresapan air.
B. Rencana Kawasan Budidaya
Berdasarkan analisis kemampuan lahan diperoleh bahwa sebagian besar wilayah
Kabupaten Balangan tingkat kemampuan lahannya sedang sampai tinggi sehingga sangat
mendukung untuk peningkatan atau pengembangan berbagai jenis kegiatan yang bersifat
budidaya. Rencana kawasan budidaya di Kabupaten Balangan sebesar 109.989,23 ha atau
sebesar 58,56%, yang tersebar diseluruh daerah di Kabupaten Balangan. Berikut merupakan
penjelasan tiap jenis kawasan budidaya di Kabupaten Balangan.
1. Perwujudan Kawasan Hutan Produksi
hutan produksi merupakan salah satu komponen yang dapat diperhitungkan
dalam rangka mendukung perekonomian wilayah mengingat potensi dari sektor ini
cukup dapat menunjang perekonomian wilayah. Adanya kecenderungan melakukan
penebangan dan pembakaran hutan dan membiarkan kondisi hutan yang telah
ditebang dalam rangka membuka lahan baru untuk kegiatan budidaya, maka akan
menimbulkan ancaman bagi mahluk hidup dan lingkungan sekitarnya. Sehingga
untuk mencegah bencana alam akibat pemanfaatan hutan yang tidak ramah
lingkungan diperlukan pengelolaan hutan produksi yang memperhatikan
kesinambungan lingkungan hidup.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
17/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 9P O R N P E N D H U L U N
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pengelolaan kawasan hutan
produksi dilakukan dengan cara:
a. Pengembangan budidaya tanaman industri bernilai ekonomis seperti bahan
baku kertas, kerajinan tangan dan lain-lain.
b. Untuk menciptakan kondisi tersebut perlu adanya akses (kemudahan) dalam
memperoleh ijin pengelolaan hutan produksi pada swasta dan masyarakat
setempat.
c. Melakukan pengawasan dan pengendalian kawasan hutan produksi dengan
cara pemerintah daerah memberikan wewenang dan tanggungjawab terhadap
pemerintahan kecamatan dan desa yang terkait dengan kegiatan yang dapat
mengganggu dan merusak kawasan hutan produksi.d. Pemerintah memberikan instruksi yang mengikat pada program tebang-pilih
pada kawasan hutan produksi.
e. Pemerintah memberikan instruksi/arahan yang mengikat pada program tebang-
tanam pada kawasan hutan produksi dalam rangka memberikan fungsi lindung
pada semua hutan produksi yang ada di wilayah Kabupaten Balangan.
2. Perwujudan Kawasan Pertanian
Wilayah potensial untuk pengembangan pertanian tersebar di seluruh
kecamatan Kabupaten Balangan. Oleh sebab itu apabila dikembangkan seluruh
lahan potensial pertanian, maka pendapatan daerah dari sektor pertanian dapat
ditingkatkan. Guna meningkatkan produksi pertanian, maka perlu menggalakan
program penggunaan bibit unggul serta menciptakan prasarana irigasi, agar
pengembangan pertanian lahan basah tidak tergantung pada musim, dan
pengembangan irigasi harus memperhatikan kemampuan dan bentuk alam guna
tetap terjangganya bentang alam yang berarti kecilnya biaya fisik, maupun resiko
yang ditimbulkannya terhadap lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, maka bentuk pengelolaan kawasan pertanian adalah
sebagai berikut.
a. Pengembangan infrastruktur yang mendukung seperti jaringan jalan, irigasi,
dan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi pertanian.
b. Pengembangan perusahaan pengumpul dan distribusi (dapat berbentuk
koperasi, pasar khusus, dan lain-lain) bagi pertanian dengan memperhatikan
jarak minimum (mudah dijangkau).
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
18/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 10P O R N P E N D H U L U N
c. Pemberian penguatan modal bagi petani dalam rangka menunjang
kesinambungan usaha pertaniannya.
d. Menciptakan prasarana irigasi sehingga pengembangan pertanian lahan basah
agar tidak tergantung pada musim dengan memperhatikan kemampuan alam
dalam pembangunan irigasi.
e. Memperluas wilayah pemasaran produksi pertanian, baik lokal maupun pasar
ekspor.
f. Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi
pertanian wilayah pinggiran dan pengembangan pusat pengumpul dan
distribusi bagi pertanian dengan memperhatikan jarak minimum (mudah
dijangkau).g. Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan, dan bibit.
h. Membangun balai penyuluhan dan pelatihan usaha tani.
3. Perwujudan Kawasan Peternakan dan Perikanan
Sektor perikanan Adalah sektor prospektif dalam peningkatan perekonomian
wilayah. Untuk menunjang minat masyarakat dalam pengelolaan kawasan
peternakan dan perikanan, maka diperlukan upaya-upaya yang dapat mendorong
pengembangan pada sektor perikanan dan peternakan. Dalam kondisi eksisting,
manajemen/pengelolaan produksi peternakan dan perikanan belum optimal, yang
ditunjukkan dengan kontribusi ekonomi yang relatif rendah (berbanding terbalik
dengan potensi yang dimiliki). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
diperlukan bentuk pengelolaan kawasan peternakan dan perikanan antara lain:
a. Peternakan dikembangkan diseluruh kecamatan
b. Perikanan dikembangkan di seluruh kecamatan dengan prioritas utama :
Perikanan darat di Kecamatan Lampihong dan Juai.
c.
Pemberian penguatan modal bagi usaha peternakan dan perikanan dalam
rangka menunjang kesinambungan usaha peternakan dan perikanan
d. Menggalakan program penggunaan bibit unggul.
e. Memperluas wilayah pemasaran produksi peternakan dan perikanan, baik lokal
maupun pasar ekspor.
f. Pengembangan pusat pengumpul dan distribusi bagi usaha peternakan dan
perikanan dengan memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).
g. Membangun balai penyuluhan dan pelatihan.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
19/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 11P O R N P E N D H U L U N
4. Perwujudan Kawasan Perkebunan/Tanaman Tahunan
Guna mencapai arahan pengembangan kawasan perkebunan diperlukan intervensi
berupa pembangunan yang dapat menarik aktivitas kegiatan pertanian
tahunan/perkebunan dan pengembangan infrastruktur yang mendukung kegiatan
tanaman tahunan/perkebunan seperti jaringan jalan, irigasi dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut tersebut, maka pengelolaan kawasan
perkebunan/tanaman tahunan adalah sebagai berikut.
a. Kawasan perkebunan/tanaman tahunan dikembangkan di seluruh kecamatan.
b. Memperluas wilayah pemasaran produksi perkebunan/tanaman tahunan, baik
lokal maupun pasar ekspor.
c.
Menggalakkan program penggunaan bibit unggul, serta menciptakanprasarana irigasi (pengembangan tidak tergantung pada musim) yang
mendukung perkembangan perkebunan/tanaman tahunan.
d. Pemberian penguatan modal bagi petani tanaman tahunan/perkebunan dalam
rangka menunjang kesinambungan usaha tanaman tahunan/perkebunan.
e. Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi
(basis komoditas) tanaman tahunan/perkebunan dan pengembangan pusat
pengumpul dan distribusi bagi pertanian tanaman tahunan/perkebunan dengan
memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).
f. Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan, dan bibit tanaman
tahunan/perkebunan.
5. Perwujudan Kawasan Pertambangan
Sektor pertambangan dan galian merupakan sektor yang cukup penting dalam
menunjang perekonomian wilayah Kabupaten Balangan dan merupakan sektor
dengan kontribusi terhadap PDRB terbesar (66,45%). Potensi bahan galian di
Kabupaten Balangan berupa bahan galian golongan C, terutama yang terdapat
dalam kawasan hutan di Kabupaten Balangan. Berbagai jenis bahan tambang
lainnya tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Balangan seperti bijih besi,
kaolin, lempung, pasir kuarsa, batu gamping sirtu bahkan batu bara.
Diperlukan upaya-upaya pengawasan dan pengendalian pada kawasan
pertambangan pada cara atau teknik pengolahannya dalam rangka menjaga
keseimbangan kawasan pertambangan. Berikut merupakan bentuk pengelolaan
kawasan pertambangan yang dapat dilakukan.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
20/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 12P O R N P E N D H U L U N
a. Eksplorasi pertambangan harus didahului dengan studi kelayakan teknis,
ekonomis, dan lingkungan bahkan melalui AMDAL.
b. Agar ramah lingkungan dan berkelanjutan, maka pengelolaan pertambangan
dilaksanakan harus menerapkan ISO:14000, Sistem Manajemen Lingkungan.
c. Untuk mengendalikan erosi akibat pertambangan, penanganan utama harus
membuat kolam pengendapan (settling pond).
d. Perlu adanya program pemenuhan kebutuhan masyarakat yang ada di sekitar
lokasi tambang dengan melibatkan pihak stakeholder melalui Community
Development Programme.
6. Perwujudan Kawasan Pariwisata
Jumlah lokasi obyek wisata alam yang potensial di Kabupaten Balangan adalahsebanyak 9 lokasi terdiri dari 8 lokasi obyek wisata alam dan 1 lokasi obyek wisata
religi. Kawasan wisata yang ada di Kabupaten Balangan jika dikelompokkan dapat
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu wisata alam pegunungan, wisata religi dan wisata
budaya. Berdasarkan hal tersebut, maka pengelolaan kawasan pariwisata adalah
sebagai berikut.
a. Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten
Balangan dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata.
b. Membangkitan usaha wisata, sebagai industri pariwisata (mempermudah
upaya investor untuk investasi pada sektor pariwisata).
c. Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten
Balangan dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata melalui kegiatan
pameran, pengadaan sarana promosi, event kepariwisataan (pentas seni,
lomba-lomba wisata) untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten
Balangan.
d.
Pengembangan infrastuktur yang mendukung terrhadap pengembangan
pariwisata di Kabupaten Balangan.
e. Menciptakan kemudahan jangkauan terhadap obyek wisata.
f. Pengembangan obyek wisata melalui kegiatan penataan-penataan kawasan
obyek wisata di Kabupaten Balangan.
7. Perwujudan Kawasan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Kebutuhan rumah adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan tempat awal
segala aktivitas sehingga pengembangannya harus memperhatikan keterkaitan
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
21/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 13P O R N P E N D H U L U N
dengan kebutuhan dan aktivitas lainnya. Dalam rangka meningkatkan aktivitas
sosial ekonomi, diperlukan pengembangan kegiatan permukiman sehingga aktivitas
non permukiman dapat meningkat akibat bertambahnya penduduk yang
ditimbulkan oleh pengembangan permukiman. Oleh sebab itu bentuk pengelolaan
kawasan permukiman di Kabupaten Balangan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan
permukiman tinggi adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi
Kecamatan Halong dan Juai dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan
terbangunnya adalah > 25 unit/km2.
b. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan
permukiman sedang adalah kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputiKecamatan Lampihong, Batumandi dan Paringin dengan rata-rata jumlah
bangunan pada kawasan terbangunnnya adalah 10 - 25 unit/km2.
c. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan
permukiman rendah adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi
Kecamatan Awayan, Tebin Tinggi dan paringin Selatan dengan rata-rata jumlah
bangunan pada kawasan terbangunnya adalah < 10 unit/km2.
d. Pembangunan Kasiba dan Lisiba (kawasan siap bangun dan lahan siap bangun)
di kecamatan-kecamatan dengan rencana pengembangan kegiatan sosial
ekonomi dan atau perkotaan tinggi seperti Paringin, Halong dan Juai dengan
mempersiapkan lahan siap bangun dan pembuatan prasarana permukiman
pendukungnya seperti jalan lingkungan, prasarana air bersih dan atau limbah,
jaringan telekomunikasi dan penerangan pada kawasan yang sesuai dengan
peruntukkan Kasiba dan Lisiba.
2.1.3 Sistem Transportasi Wilayah
Sistem transportasi Kabupaten Balangan terdiri dari:
1. Jaringan Jalan Raya
a. Jaringan jalan arteri primer (A1) yang merupakan jalan Nasional, terdiri atas
ruas jalan:
1) Desa HamparayaBatumandiMantimin
2) MantiminParingin
3) ParinginDahai
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
22/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 14P O R N P E N D H U L U N
b. Jaringan jalan kolektor primer (K1) yang merupakan jalan Provinsi, terdiri atas
ruas jalan:
1) Desa Teluk KaryaBampihong
2)
Lampihong
Mantimin
3) LampihongParingin
4) ParinginHalong
5) BatumandiLokbatuTariwin
c. Jaringan jalan Kabupaten terdiri atas:
1) Rencana pengembangan jalan kolektor primer (K1) yang menghubungkan
ibu kota Kebupaten dengan Kecamatan, terdiri atas:
a)
Paringin
Awayanb)Awayanebing Tinggi
c) Jalan lingkar barat dan jalan lingkar timur di Kecamatan Paringin dan
Kecamatan Peringin Selatan
2) Rencana pengembangan jalan kolektor sekunder (K2) yang menghubungkan
antar ibu kota Kecamatan, terdiri atas ruas jalan:
a) Lokbatu (Kecamatan Batumandi)Muara Jaya (Kecamatan Awayan)
b)Muarainian-Awayan
3) Rencana pengembangan jalan lokal yang menghubungkan ibukota
Kecamatan dengan pusat Desa serta menghubungkan antar Desa dan jalan
lingkungan.
d. Jaringan jalan khusus
1) Jaringan jalan yang melalui Desa Lasung Batu, Desa Sungai Ketapi, Desa
Dahai di Kecamatan Paringin
2) Jaringan jalan pada ruas UrenMamantangBatas Kabupaten Paser Provinsi
Kalimantan Timur
3) Jaringan jalan pada ruas HandiwinGunung RiutPuyunBatas Kabupaten
Paser Kalimantan Timur
4) Jaringan jalan pada ruas TundakanPamurusBalang
e. Jaringan jalan strategis Provinsi pada ruasMagalau (Kabupaten Kotabaru)
2. Sarana Angkutan Umum
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
23/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 15P O R N P E N D H U L U N
Moda transportasi umum yang ada d I Kabupaten Balangan terdiri atas Bis Umum
(besar), Bis Umum (sedang), Bis Umum (kecil), dan MPU. Terdapat 5 trayek
angkutan umum baik Bis Umum maupun MPU yang beroperasi hampir 24 jam.
3.
Terminal
Rencana terminal penumpang adalah:
a. Terminal penumpang tipe C di Kelurahan Paringin Kota, Kecamatan Paringin.
b. Rencana pengembangan terminal penumpang tipe C di Kelurahan Batu Piring.
c. Rencana pengembangan sub terminal penumpang di Desa Batumandi, desa
Halong, Desa Simpang Tiga, Desa Mungkur Uyam, Desa Putat Basiun, dan desa
Simpang Nandung.
2.1.4
Sistem Prasarana WilayahA. Air Bersih
Sistem jaringan air bersih di wilayah Kabupaten Balangan terdiri dari saluran air
bersih Perusahaan Air Minum Balangan yang merupakan Saluran Air Bersih (SAB) Nasional
dan jaringan air bersih Nasional. Dalam arahan perencanaanya, akan dibentuk rencana
Instalasi Pengolahan Air (IPA) bersih, meliputi:
1. IPA Buntu Pilanduk di Kecamatan Halong;
2. IPA Sungai Batung di Kecamatan Juai;
3. IPA Mantimin di Kecamatan Batumandi;
4. IPA Sungai Balangan di Kecamatan Lampihong;
5. IPA Simpang Nadung di Kecamatan Tebing Tinggi;
6. IPA Awayan di Kecamatan Awayan;
7. IPA Paringin I;
8. IPA Paringin II; dan
9. IPA Paringin III
Selain itu akan diadakan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
berupa penyediaan sarana air bersih meliputi sumur bor, sumur gali, dam hidran umum di
seluruh kecamatan.
B. Persampahan
Rencana jaringan sistem prasarana persampahan di Kabupaten Balangan antara
lain:
1. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana persampahan berupa Tempat
Pemrosesan Akhir Batu Merah di Desa Batu Merah, Kecamatan Lampihong.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
24/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 16P O R N P E N D H U L U N
2. Rencana pengembangan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dilakukan dengan
pengelolaan sampah bersistem sanitary landfill atau dengan sistem control traffic
untuk sampah domestik dan non domestik.
3.
Rencana pengembangan tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) diarahkan
untuk diletakkan di pusat-pusat permukiman dan pusat kegiatan di seluruh kawasan
perkotaan di daerah.
C. Sanitasi
Terdapat dua sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Balangan yaitu
pengolahan secara individu (on site system) dan secara kolektif atau komunal (off site
system). Pengolahan limbah secara off site system bisa disebut juga dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik.
2.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KABUPATEN
BALANGAN
Upaya melakukan pengelolaan persampahan sangat diperlukan adanya kebijakan
yang berupa produk peraturan-peraturan sistem pengelolaan sampah kota. Dasar hukum
perencanaan pengelolaan sampah di Kabupaten Balangan yang sudah ada maupun
beberapa peraturan yang memayungi kegiatan pengelolaan sampah adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 21/PRT/M/2006 tanggal 15 September
2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional dalam Rangka Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah.
4.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui Bank
Sampah.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
6. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah dan
Kebersihan Lingkungan.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
25/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 17P O R N P E N D H U L U N
7. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan.
Mengacu kepada Kebijakan dan Strategi Nasional dalam rangka pengembangan
Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 21/PRT/M/2006 tanggal 15 September 2006 yang didasari
oleh pertimbangan:
1. Bahwa dalam rangka penyehatan lingkungan permukiman yang berkelanjutan, perlu
dilakukan pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ramah
lingkungan.
2. Bahwa permukiman yang sehat dengan lingkungan yang bersih sangat diperlukan
dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sehingga
masyarakat dapat menjadi lebih produktif.3. Bahwa dalam upaya mewujudkan situasi dan kondisi permukiman yang sehat yang
diinginkan, diperlukan rencana program dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu,
efesien dan efektif.
Dalam Peraturan Menteri yang dimaksud dengan Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan yang selanjutnya ditingkat KNSP-SPP
merupakan Pedoman untuk Pengaturan, Penyelenggaraan dan Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan baik bagi Pemerintah Pusat maupun Daerah, dunia usaha, dan
masyarakat.
2.3 PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT PENYUSUNAN
MASTERPLAN PERSAMPAHAN
2.3.1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah yang
dikelola berdasarkan Undang-undang ini terdiri atas:
1. Sampah rumah tangga, berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik.
2. Sampah sejenis sampah rumah tangga, berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, atau fasilitas lainnya.
3.
Sampah spesifik, meliputi:
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
26/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 18P O R N P E N D H U L U N
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. Sampah yang timbul akibat bencana;
d.
Puing bongkaran bangunan;
e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;
f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas
berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah
sebagai sumber daya. Kemudian untuk pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga terdiri atas:
1. Pengurangan sampah, meliputi:
a. Pembatasan timbulan sampah;
b. Pendauran ulang sampah; dan/atau
c. Pemanfaatan kembali sampah.
2. Penanganan sampah, meliputi:
a.
Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuaidengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST);
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu (TPST) menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA);
d.
Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan
sampah. Pembiayaan tersebut bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
serta anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pemerintah dan pemerintah daerah secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
27/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 19P O R N P E N D H U L U N
akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat
pemrosesan akhir sampah. Kompensasi dapat berupa:
1. relokasi;
2.
pemulihan lingkungan;
3. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau
4. kompensasi dalam bentuk lain.
Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antar pemerintah daerah dalam
melakukan pengelolaan sampah. Kerja sama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
kerja sama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.
Dalam pasal 29 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2018, terdapat ketentuan larangan
setaip orang berupa:
1. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Mengimpor sampah.
3. Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun.
4. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan.
5. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan.
6. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir.
7. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan
sampah.
Dalam pasal 44 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2018, terdapat ketentuan
peralihan berupa:
1.
Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesanakhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu)
tahun terhitung sejak berlakukanya Undang-undang ini.
2. Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun terhitung
sejak berlakunya Undang-Undang ini.
Berdasarkan pasal 29 dan pasal 44 dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, penanganan sampah dengan pembuangan terbuka (open
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
28/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 20P O R N P E N D H U L U N
dumping) di TPA telah dilarang dilakukan. Konsekuensinya adalah bahwa pada tahun 2013
TPA open dumping harus ditutup atau ditingkatkan menjadi controlled landfill maupun
sanitary landfill.
2.3.2
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan
dan Srategi Nasional Pengembangan dan Pengelolaan Persampahan
Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)
dimaksudkan sebagai pedoman dalam penyusunan kebijakan teknis, perencanaan,
pemrograman dan kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan persampahan baik di
lingkungan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah,
maupun bagi masyarakat dan dunia usaha. Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem
Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) bertujuan untuk mendukung pencapaian sasaran
pembangunan persampahan melalui rencana, program, dan pelaksanaan kegiatan yang
terpadu, efektif dan efisien.
Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)
dirumuskan sebagai berikut.
1. Kebijakan (1) : Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari
sumbernya
a.
Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce-Reuse-Recycle) dan pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan
Berbahaya) rumah tangga
b.Mengembangkan dan menerapkan system insentif dan
disinsentif dalam pelaksanaan 3R
c. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian &
perdagangan
2. Kebijakan (2) : Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta
sebagai mitra pengelolaan
a. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak
dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah.
b.Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan
persampahan kepada masyarakat umum.
c. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum
perempuan dalam pengelolaan sampah.
d.
Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
29/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 21P O R N P E N D H U L U N
e.Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi
dunia usaha/swasta.
3. Kebijakan (3) : Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem
Pengelolaan.
a. Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan.
b.Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan
berkeadilan.
c. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran
pelayanan.
d.Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan.
e.
Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill.f. Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional.
g.Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan
persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.
4. Kebijakan (4) : Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan
a. Meningkatkan Status dan kapasitas institusi pengelola.
b.Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan.
c. Memisahkan fungsi / unti regulator dan operator.
d.Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku
kepentingan lain.
e.Meningkatkan kualitas SDM manusia.
f. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan
persampahan skala regional.
g.Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai
landasan dan acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan.
h.
Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan
sanksi hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat,
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.
5. Kebijakan (5) : Pengembangan alternatif sumber pembiayaan
a. Penyamaan persepsi para pengambil keputusan.
b.Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
30/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 22P O R N P E N D H U L U N
2.3.3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah
Pemerintah daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang
dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD. Rencana
pengurangan dan penanganan sampah tersebut sekurang-kurangnya memuat:
1. Target pengurangan sampah;
2. Target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah
mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA;
3. Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat;
4.Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan
masyarakat; dan
5. Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir
sampah.
Pada tahap pelaksanaan, pemerintah daerah dalam mengurangi sampah dilakukan
dengan cara pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau
pemanfaatan kembali sampah. Pengurangan sampah dilakukan melalui kegiatan:
1.
Pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan produksi
ramah lingkungan oleh pelaku usaha; dan
2. Fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan
memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan guna ulang
sampah.
Pemerintah daerah dalam menangani sampah dilakukan dengan cara:
a. Pemilahan, dilakukan melalui memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis
sampah. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat
sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman,
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas
sosial, dan fasilitas lainnya.
b. Pengumpulan, dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat sampah rumah
tangga ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah
sesuai dengan jenis sampah.
c.
Pengangkutan, dilaksanakan dengan cara:
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
31/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 23P O R N P E N D H U L U N
1) Sampah rumah tangga ke TPS/TPST menjadi tanggung jawab lembaga
pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW;
2) Sampah dari TPS/TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah;
3)
Sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan
kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS/TPST dan/atau TPA,
menjadi tanggung jawab pengelola kawasan; dan
4)Sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber
sampah dan/atau dari TPS/TPST sampai ke TPA, menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah.
3. Pelaksanaan pengangkutan sampah tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai
dengan jenis sampah. Alat pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratankeamanan, kesehatan lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.
4.Pengolahan, dilakukan dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah yang dilaksanakan di TPS/TPST dan di TPA. Pengolahan sampah
memanfaatkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan.
5. Pemrosesan akhir sampah, dilakukan dengan pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman.
Pemerintah daerah menyediakan TPS/TPST dan TPA sesuai dengan kebutuhan.
Penyediaan TPS/TPST dan TPA tersebut harus memenuhi persyaratan teknis sistem
pengolahan sampah yang aman dan ramah lingkungan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Penyediaan TPS/TPST dan TPA sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota. Pemerintah daerah memfasilitasi pengelola kawasan untuk
menyediakan TPS/TPST di kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan
kawasan khusus.
Pemerintah daerah dapat melakukan kerjasama antar pemerintah daerah atau
pemerintah daerah bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan sampah. Kerja sama
antar pemerintah daerah dapat melibatkan dua atau lebih daerah kabupaten/kota pada satu
provinsi atau antarprovinsi. Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah mencakup:
1. Penyediaan/pembangunan TPA;
2. Sarana dan prasarana TPA;
3. Pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;
4.Pengelolaan TPA; dan/atau
5.
Pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang ramah lingkungan.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
32/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 24P O R N P E N D H U L U N
Pemerintah daerah juga dapat bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan
sampah. Lingkup kemitraan dengan badan usaha ini meliputi:
1. Penarikan retribusi pelayanan persampahan;
2.
Penyediaan/pembangunan TPS atau TPST, TPA, serta sarana dan prasarana
pendukungnya;
3. Pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;
4.Pengelolaan TPA; dan/atau
5. Pengelolaan produk olahan lainnya.
Pemerintah daerah dapat mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan.
Retribusi pelayanan persampahan tersebut digolongkan pada retribusi jasa umum.
Komponen biaya perhitungan retribusi pelayanan persampahan meliputi:
1. Biaya pengumpulan dan pewadahan dari sumber sampah ke TPS/TPST;
2. Biaya pengangkutan dari TPS/TPST ke TPA;
3. Biaya penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah; dan
4.Biaya pengelolaan.
2.3.4 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle
melalui Bank Sampah
Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pelaksana kegiatan 3R
melalui bank sampah. kegiatan 3R melalui bank sampah sebagaimana dimaksud adalah
dilaksanakan terhadap sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga.
Mekanisme kerja bank sampah antara lain meliputi:
1. Pemilahan sampah;
2. Penyerahan sampah ke bank sampah;
3.
Penimbangan sampah;4.Pencatatan;
5. Hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku tabungan;
6.Bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana.
Mekanisme kerja bank sampah antara lain meliputi:
1. Penetapan jam kerja;
2. Penarikan buku tabungan;
3. Peminjaman uang;
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
33/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 25P O R N P E N D H U L U N
4.Buku tabungan;
5. Jasa penjemputan sampah;
6.Jenis tabungan;
7.
Jenis sampah;
8.Penetapan harga;
9.Kondisi sampah;
10.Berat minimum;
11.Wadah sampah;
12.Sistem bagi hasil;
13.Pemberian upah karyawan.
Kegiatan 3R melalui bank sampah dilaksanakan oleh:1. Menteri dan menteri terkait lainnya, meliputi:
a. Pembinaan teknis;
b. Pembangunan bank sampah percontohan;
c. Pengintegrasian antara bank sampah dengan penerapan EPR;
d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan bank sampah di daerah;
e. Pengembangan kerjasama internasional dalam pelaksanaan bank sampah.
2. Gubernur atau bupati/walikota, meliputi:
a. Memperbanyak bank sampah;
b. Pendampingan dan bantuan teknis;
c. Pelatihan;
d. Monitoring dan evaluasi bank sampah;
e. Membantu pemasaran hasil kegiatan 3R.
3. Masyarakat
a. Pemialahan sampah;
b.
Pengumpulan sampah;
c. Penyerahan ke bank sampah;
d. Memperbanyak bank sampah.
Extended Producer Responsibility (EPR) yang dimaksud dalam pelaksanan 3R oleh
menteri dan menteri terkait lainnya diartikan sebagai strategi yang didisain dalam upaya
mengintegrasikan biaya-biaya lingkungan ke dalam seluruh proses produksi suatu
barang sampai produk itu tidak dapat dipakai lagi (post consumer) sehingga biaya-biaya
lingkungan menjadi bagian dari komponen harga pasar produk tersebut. Dengan strategi
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
34/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 26P O R N P E N D H U L U N
EPR tersebut, para produsen harus bertanggungjawab terhadap seluruh life cycle
produk dan/atau kemasan dari produk yang mereka hasilkan. Ini artinya, perusahaan
yang menjual dan/atau mengimpor produk dan kemasan yang potensi menghasilkan
sampah wajib bertanggungjawab, baik secara finansial maupun fisik, terhadap produk
dan/atau kemasan yang masa pakainya telah usai.
Mekanisme EPR yang umum digunakan adalah melalui penarikan kembali
produk dan/atau kemasan yang habis masa pakainya (take-back systems). Melalui
skema ini, produsen (dalam hal ini termasuk di dalamnya pabrik, importer, distributor,
dan retailer) yang dikenai ketentuan EPR wajib menarik kembali produk dan/atau
kemasan yang sudah habis masa gunanya (post consumer) dari masyarakat. Sementara
itu, masyarakat wajib memilah, mengumpulkan, dan menyerahkan produk dan/ataukemasan yang sudah habis masa gunanya ke tempat-tempat yang ditentukan
(collection pointatau droping point).
Secara praktis, EPR bisa dilakukan dengan mengintegrasikan ke dalam aktivitas
Bank Sampah (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Integrasi Bank Sampah dengan Penerapan Extended Producer Responsibility
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
35/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 27P O R N P E N D H U L U N
2.3.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Perencanaan umum penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan meliputi:
1. Rencana induk;
2. Studi kelayakan; dan
3. Perencanaan teknis dan manajemen persampahan.
Perencanaan umum penyelenggaraan PSP untuk kota besar dan metropolitan
terdiri dari rencana induk dan studi kelayakan. Sementara itu, perencanaan umum
penyelenggaraan PSP untuk kota sedang dan kecil berupa perencanaan teknis dan
manajemen persampahan.
Rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan ini dapat
berupa:
1. Rencana induk di dalam satu wilayah administrasi kota;
2. Rencana induk lintas kabupaten dan/atau kota; dan
3. Rencana induk lintas provinsi.
Rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan tersebut
memuat rencana:
a. Daerah pelayanan;
b. Kebutuhan dan tingkat pelayanan;
c. Penyelenggaraan PSP yang meliputi aspek teknis, kelembagaan, pengaturan,
pembiayaan dan peran serta masyarakat; dan
d. Tahapan pelaksanaan.
Aspek teknis antara lain meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah,
pendauran ulang sampah, pemanfaatan kembali sampah, pemilahan sampah, pengumpulan
sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah; dan pemrosesan akhir sampah.
Penyusunan rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan
didasarkan pada:
a. Kondisi kota;
b. Rencana pengembangan kota;
c. Kondisi penyelenggaraan PSP; dan
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
36/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 28P O R N P E N D H U L U N
d. Permasalahan penyelenggaraan PSP.
Penyusunan rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan
harus memperhatikan:
a. Kebijakan dan strategi penyelenggaraan PSP;
b. Norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
d. Keterpaduan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum, sistem
pembuangan air limbah, dan sistem drainase perkotaan.
Rencana induk disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan
kewenangannya. Rencana induk ditetapkan untuk jangka waktu paling sedikit 10
(sepuluh) tahun dan dilakukan peninjauan secara berkala untuk disesuaikan dengan
kondisi yang berkembang. Rencana induk harus disosialisasikan oleh pemerintah sesuai
dengan kewenangannya dalam bentuk konsultasi publik sekurang-kurangnya satu kali
dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan.
Studi kelayakan diperlukan untuk kegiatan penyediaan prasarana dan sarana
persampahan yang menggunakan teknologi pengolahan dan pemrosesan akhir berupa
proses biologi, termal atau teknologi lain dengan kapasitas lebih besar dari 100 ton/hari.
Studi kelayakan disusun berdasarkan:
a. Rencana induk penyelenggaraan PSP yang telah ditetapkan;
b. Kelayakan teknis, ekonomi, dan keuangan; dan
c. Kajian lingkungan, sosial, hukum dan kelembagaan.
Kelayakan teknis antara lain memuat:
a. Rencana teknik operasional;
b. Kebutuhan lahan;
c.
Kebutuhan air dan energi;
d. Kebutuhan prasarana dan sarana;
e. Gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan;
f. Masa layanan sistem; dan
g. Kebutuhan sumber daya manusia.
Kelayakan teknis didasarkan atas kajian:
a. Timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah;
b.
Teknologi dan sumber daya setempat;
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
37/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 29P O R N P E N D H U L U N
c. Keterjangkauan pengoperasian dan pemeliharaan; dan
d. Kondisi fisik setempat.
Kelayakan teknis dilakukan dengan membandingkan usulan atau perencanaan
teknik dengan norma, standar, prosedur dan kriteria. Kegiatan dinyatakan layak teknis, jika
sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria.
Kelayakan ekonomi berdasarkan:
a. Nisbah hasil biaya ekonomi (Economic Benefit Cost Ratio(EBCR));
b. Nilai ekonomi kini bersih (Economic Net Present Value (ENPV));
c. Laju pengembalian ekonomi internal (Economic Internal Rate of Return
(EIRR)).
Kelayakan ekonomi memperhitungkan:
a. Manfaat yang dapat diukur dengan nilai uang (tangible) berupa manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung; dan
b. Manfaat yang tidak dapat diukur dengan nilai uang (intangible).
Manfaat langsung antara lain:
a. Pendapatan dari material yang dapat didaur ulang;
b. Pemanfaatan kompos sebagai pupuk dan/atau pengganti tanah penutup
TPA;
c. Pemanfaatan gas bio sebagai sumber energi; dan
d. Pendapatan dari pemanfaatan lahan bekas TPA untuk keperluan ruang
terbuka hijau.
Manfaat tidak langsung antara lain:
a. Peningkatan nilai harga tanah dan bangunan; dan
b. Pengurangan biaya pengolahan air baku air minum.
Manfaat yang tidak dapat diukur dengan nilai uang antara lain:
a. Pengurangan tingkat pencemaran;
b. Terjaganya kelestarian sumber daya air; dan
c. Penurunan derajat konflik yang disebabkan oleh pencemaran persampahan.
Kelayakan ekonomi dilakukan dengan membandingkan manfaat yang diterima oleh
masyarakat dengan biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasi, pemeliharaan
maupun biaya pengembalian modal. Kegiatan dinyatakan layak ekonomi, jika manfaat
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
38/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 30P O R N P E N D H U L U N
ekonomi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasi, pemeliharaan
maupun biaya pengembalian modal.
Kelayakan keuangan diukur berdasarkan:
a. Periode pengembalian pembayaran (Pay Back Period);
b. Nilai keuangan kini bersih (Financial Net Present Value (FNPV));
c. Laju pengembalian keuangan internal (Financial Internal Rate of Return
(EIRR)).
Kelayakan keuangan memperhitungkan antara lain:
a. Tingkat inflasi;
b. Jangka waktu proyek;
c. Biaya investasi;
d. Biaya operasi dan pemeliharaan;
e. Biaya umum dan administrasi;
f. Biaya penyusutan;
g. Tarif retribusi; dan
h. Pendapatan retribusi.
Kelayakan keuangan dilakukan dengan membandingkan pendapatan dari tarif
atau retribusi dengan biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasional maupun
biaya pengembalian modal. Kegiatan yang dinyatakan layak keuangan, jika pendapatan dari
tarif atau retribusi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasi,
pemeliharaan maupun biaya pengembalian modal.
Kajian lingkungan didasarkan atas studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL), dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kajian sosial harus mempertimbangkan aspirasi masyarakat untuk menerima rencana
penyelenggaraan PSP.
Kajian hukum antara lain:
a. Ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Kebijakan; dan
c. Perijinan yang diperlukan.
Kajian kelembagaan meliputi:
a.
Sumber daya manusia;
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
39/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 31P O R N P E N D H U L U N
b. Struktur dan tugas pokok institusi penyelenggara; dan
c. Alternatif kelembagaan kerjasama pemerintah dan swasta.
2.3.6 Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pegelolaan Sampah dan Kebersihan Lingkungan
Pengelolaan sampah yang dimaksud adalah pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga yang terdiri dari pengurangan sampah dan
penanganan sampah. kegiatan pengurangan sampah meliputi:
1. Kegiatan pembatasan timbulan sampah
2. Pendaur ulang sampah
3. Pemanfaatan kembali sampah
Kegiatan penanganan sampah yang dimaksud meliputi:
1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sesuai dengan jenis,
dan/atau sifat sampah;
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengelolaan sampah
terpadu;
3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengelolaan sampah terpadu
menuju ketempat pemrosesan akhir;
4. Pengelolaan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah;
dan/atau
5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Dalam pengelolaan sampah, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan melalui:
1. Pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada Pemerintah Daerah.
2.
Perumusan kebijakan pengelolaan sampah.
3. Pemberian saran dan pendaat dalam penyelesaian sengketa persampahan.
Dalam proses pembiayaan, Pemerintah Daerah wajib membiayai penyelenggaraan
pengelolaan sampah. Pembiayaan tersebut bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah dan/atau sumber pembiayaan lainnya yang tidak mengikat dan sah.
Dalam hal kompensasi, Pemerintah Daerah dapat memberikan kompensasi kepada
orang yang terpengaruh dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan
sampah di tempat pemrosesan akhir sampah. Kompensasi tersebut berupa:
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
40/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 32P O R N P E N D H U L U N
1. Relokasi
2. Pemulihan lingkungan
3. Biaya kesehatan dan pengobatan
4.
Kompensasi dalam bentuk lain
Dalam hal kemitraan, Pemerintah Daerah secara mandiri atau bersama-sama dapat
bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah untuk menyelenggarakan
pengelolaan sampah. Kemitraan sebagaimana dimaksud dituangkan dalam bentuk
perjanjian antara Pemerintah Daerah dan badan usaha yang bersangkutan.
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
41/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
II - 33P O R N P E N D H U L U N
Contents
2.1 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KABUPATEN BALANGAN ............................................ 12.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah ............................................................................. 12.1.2 Rencana Pola Ruang Wilayah .................................................................................. 5
A. Rencana Kawasan Lindung .............................................................................................. 5B. Rencana Kawasan Budidaya ............................................................................................ 8
2.1.3 Sistem Transportasi Wilayah................................................................................... 132.1.4 Sistem Prasarana Wilayah ....................................................................................... 15
2.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KABUPATEN BALANGAN ..................... 162.3 PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT PENYUSUNAN MASTERPLAN
PERSAMPAHAN ........................................................................................................................... 17
2.3.1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah .............. 172.3.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan danSrategi Nasional Pengembangan dan Pengelolaan Persampahan .................................. 202.3.3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang PedomanPengelolaan Sampah ........................................................................................................... 222.3.4 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui BankSampah ............................................................................................................................... 242.3.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentangPenyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga ..........................................27
2.3.6 Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 2 Tahun 2012 tentangPegelolaan Sampah dan Kebersihan Lingkungan ............................................................. 31
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
42/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
III - 1P O R N P E N D H U L U N
3.1
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BALANGAN
3.1.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Balangan
Kabupaten Balangan terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Secara
geografis Kabupaten Balangan terletak pada koordinat 1145024 sampai 1155024 Bujur
Timur dan 2 0137 sampai dengan 2 3558 Lintang Selatan. Berdasarkan pembagian
wilayahnya, Kabupaten Balangan terbagi atas 8 (delapan) Kecamatan, yaitu Kecamatan
Lampihong, Kecamatan Batu Mandi, Kecamatan Awayan, Kecamatan Tebing Tinggi,
Kecamatan Paringin, Kecamatan Paringin Selatan, Kecamatan Juai, dan Kecamatan Halong.
Berikut merupakan batas administrasi wilayah Kabupaten Balangan.
Sebelah Utara : Kab. Tabalong dan Kab. Paser Prov. Kalimantan Timur;
Sebelah Barat : Kab. Hulu Sungai Utara;
Sebelah Selatan : Kab.Hulu Sungai Tengah;
Sebelah Timur : Kab. Paser Prov. Kalimantan Timur dan Kab. Kotabaru.
Tabel 3.1 Kondisi Administratif Kabupaten Balangan
KECAMATAN IBUKOTALUAS WILAYAH
(KM2)
PRESENTASE DARI LUAS
KABUPATEN (%)
Lampihong Simpang Tiga 96,9 5,16
Batu Mandi Batu Mandi 147,96 7,88
Awayan Putat Basiun 142,57 7,59
Tebing Tinggi Tebing Tinggi 257,25 13,70
Paringin Paringin Kota 100,04 5,33
Paringin Selatan Muara Pitap 86,80 4,62
Juai Mungkur Uyam 386,80 20,59
Halong Halong 659,84 35,13
Sumber: Kabupaten Balangan dalam Angka, 2013
GAMBARAN UMUM3
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
43/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
III - 2P O R N P E N D H U L U N
3.1.2 Fisik Dasar
A. Kondisi iklim
Iklim yang berada di Kebupaten Balangan merupakan iklim hutan tropika humid
dengan curah hujan rata-rata 1.962 2.671,5 mm. Curah hujan terendah jatuh sekitar
bulan Juni, Juli, Agustus dan September, sedangkan curah hujan tertinggi jatuh sekitar
bulan Desember, Januari, Februari dan Maret. Terdapat tiga stasiun pengamatan hujan
di Kabupaten Balangan yang data curah dan hari hujannya diuraikan sebagai berikut.
Tabel 3.2 Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Stasiun Pengamatan
STASIUN PENGAMATANJUMLAH CURAH
HUJAN
JUMLAH HARI
HUJAN
RATA-RATA CURAH
HUJAN/ HARI
Batu Mandi 1.962 94 20,9
Paringin 1.316,2 133 9,9
Juai 2.671,5 129 20,7
Rata-Rata 1.983,2 118,7 16,7
Sumber: Kabupaten Balangan Dalam Angka, 2013
B. Topografi dan Kelerengan
Wilayah Kabupaten Balangan terletak pada ketinggian antara 25-500 meter diatas
permukaan laut (mdpl). Kecamatan Halong merupakan kecamatan yang sebagian besar
wilayahnya berada di dataran tinggi (ketinggian 100 500 mdpl). KecamatanLampihong merupakan kecamatan yang sebagian besar wilayahnya berada di dataran
rendah (ketinggian 0-25 mdpl).
Tabel 3.3 Ketinggian Wilayah Tiap Kecamatan (dalam Ha)
KECAMATANKELAS KETINGGIAN (M DPL)
0-7 7-25 25-100 100-500 >500
Lampihong 1.512 8.136 48 - -
Batu Mandi 2.018 7.462 5.262 54 -
Awayan*) - - 17.326 13.206 9.450
Tebing Tinggi - - - - -
Paringin - 7.384 11.300 - -
Paringin Selatan**) - - - - -
Juai - 7.170 19.346 12.172 -
Halong - 6.230 18.802 33.450 7.502
BALANGAN 3.530 36.382 72.084 58.882 16.952
*) Termasuk Kecamatan Tebing
**) Termasuk Kecamatan Paringin Selatan
Sumber: Kabupaten Balangan Dalam Angka, 2013
-
7/25/2019 Review Masterplan Persampahan
44/99
Review Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Balangan
III - 3P O R N P E N D H U L U N
Kemudian untuk kondisi kemiringan atau kelerengan lahan pada wilayah Kabupaten
Balangan terdiri dari 6 (enam) kelas, yaitu kurang dari 2%, 28%, 815%, 2540% serta
lebih besar dari 40%. Kemiringan lahan ini terkait dengan kepekaan tanah terhadap
erosi. Semakin tinggi/terjal lereng maka lahan semakin peka terhadap erosi. Berikut
diuraikan kondisi kemiringan lereng lahan pada wilayah Kabupaten Balangan secara
umum, yaitu:
1. Sekitar 68% wilayah Kabupaten Balangan, memiliki kemiringan lereng 0-2%. Kondisi
ini sangat cocok bagi pengembangan fungsi budidaya ataupun kegiatan perkotaan.
2. Sekitar 24% wilayah Ka