laporan penanganan hewan

32
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan toksikologinya. Farmakologi sebagai ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum pada keterkaitannya yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit mengerti farmakologi tanpa pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia, dan ilmu kedokteran klinik. Jadi, farmakologi adalah ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu praklinik dan klinik. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi yaitu, ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat (Sudjadi, Bagad. 2007). Toksikologi berkembang luas ke bidang kimia, kedokteran hewan, kedokteran dasar klinik, 1

Upload: gledys-tham-puti

Post on 13-Aug-2015

1.389 views

Category:

Documents


39 download

DESCRIPTION

farmakologi dan toksikologi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan penanganan hewan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal

yang berkaitan dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik,

farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan toksikologinya.

Farmakologi sebagai  ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum pada

keterkaitannya yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit

mengerti farmakologi tanpa pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia,

dan ilmu kedokteran klinik. Jadi, farmakologi adalah ilmu yang

mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu praklinik

dan klinik. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi

yaitu, ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan

obat (Sudjadi, Bagad. 2007).

Toksikologi berkembang luas ke bidang kimia, kedokteran hewan,

kedokteran dasar klinik, pertanian, perikanan, industri, etimologi hukum dan

lingkungan. Perkembangan ini memungkinkan terjadinya reaksi dalam

tubuh dalam jumlah yang kecil. Beberapa macam keracunan telah diketahui

terjadi berdasarkan kelainan genetik, gejala keracunan dan tindakan untuk

mengatasinya berbeda-beda.

Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah

berjalan sejak puluhan tahun lalu. Agar mengetahui bagaimana cara kita

sebagai mahasiswa maupun sebagai seorang peneliti dalam hal ini

mengetahui tentang kemampuan obat pada seluruh aspeknya yang

1

Page 2: laporan penanganan hewan

berhubungan dengan efek toksiknya maupun efek sampingnya tentunya kita

membutuhkan hewan uji atau hewan percobaan. Hewan coba adalah hewan

yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologis. Hewan

laboratorium tersebut di gunakan sebagai uji praktek untuk penelitian

pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Beberapa jenis hewan yang

sering dipakai dalam penelitian maupun praktek yaitu : Kelinci

(Oryctolagus cuniculus) Marmut (Cavia parcellus), Mencit (Mus

musculus), Tikus (Rattus novergicus)

Pada percobaan kali ini kami melakakuan penanganan hewan coba

pada mencit (Mus musculus) dan kelinci (Oryctolagus cuniculus).

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.1.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui cara penanganan dan memegang hewan coba seperti

mencit dan kelinci.

1.1.2 Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat mengetahui cara penanganan dan memegang hewan

coba seperti mencit dan kelinci.

2

Page 3: laporan penanganan hewan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa

terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam

ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan

pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat. Karena

itu dikatakan farmakologi merupakan seni menimbang ( the art of

weighing). Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk

mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan

suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau

melumpuhkan otot rangka selama pembedahan hewan coba. Farmakologi

mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu cara membuat,

menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat(Marjono,M. 2011).

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap

tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika,

karena efek teraupetis obat berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada

hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai

racun dan merusak organisme (“sola dosis facit venenum”; hanya dosis

membuat racun. Paracelcus) (Tjay Hoan, Dkk 2007).

Hewan coba / hewan uji  atau sering disebut hewan laboratorium

adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik.

Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau

obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian

3

Page 4: laporan penanganan hewan

ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola

kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka

keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki.

Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang meng-gunakan

manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada

hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya

dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian

jelas hewan per-cobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya

menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian

biomedis (Sulaksono, M.E., 1992).

Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya,

di mana faktor keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis

yang terlihat/karakteristik hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan,

yaitu :

1) Hewan liar.

2) Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara

terbuka

3) Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang

dipelihara dengan sistim   barrier (tertutup).

4) Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan

yang dipelihara dengan sistem isolator Sudah barang tentu

penggunaan hewan percobaan tersebut di atas disesuaikan dengan

macam percobaan biomedis yang akan dilakukan. Semakin

meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil

4

Page 5: laporan penanganan hewan

percobaan yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu

percobaan dilakukan terhadap hewan percobaan yang liar, hasilnya

akan berbeda bila menggunakan hewan percobaan konvensional

ilmiah maupun hewan yang bebas kuman (Sulaksono, M.E., 1987).

II.1.1 Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Hewan Percobaan

Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa

kasih sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis

suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, antara lain (Malole, 1989):

1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin,

bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.

2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana

kandang, populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat

pemeliharaan, pengalaman hewan percobaan sebelumnya, suplai

oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara pemeliharaan.

3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon

hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan.

Penanganan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat

mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan hasil. Di

samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan

percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa

bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara

pemberian yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau

bentuk sediaan yang akan digunakan serta hewan percobaan yang

5

Page 6: laporan penanganan hewan

akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat

kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih

dahulu.

II.1.2 Rute Pemberian Obat

Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang

masuk ke dalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi

atau kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Rute pemberian obat

dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral (Priyanto, 2008).

1.  Jalur Enteral

Jalur enteral berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal

(GI), seperti pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral.

Pemberian melalui oral merupakan jalur pemberian obat paling banyak

digunakan karena paling murah, paling mudah, dan paling aman.

Kerugian dari pemberian melalui jalur enternal adalah absorpsinya

lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar atau tidak

dapat menelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini, selain

alasan di atas juga alasan kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa

sakit. Bahkan dianjurkan jika obat dapat diberikan melalui jalur ini dan

untuk kepentingan emergensi (obat segera berefek), obat harus

diberikan secara enteral.

2.  Jalur Parenteral

Parenteral berarti tidak melalui enteral. Termasuk jalur parenteral

adalah transdermal (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke

6

Page 7: laporan penanganan hewan

dalam trakea menggunakan endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian

obat melalui jalur ini dapat menimbulkan efek sistemik atau lokal.

II.1.3 Hewan-Hewan Percobaan

1. Mencit (Mus musculus) (Malole, 1989)

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak

digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk

percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut, fotofobik,

cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di

malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi

aktivitasnya.

- Cara Memegang mencit

Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya

dengan tangan kanan, biarkan menjangkau / mencengkeram alas

yang kasar (kawat kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari

dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat / setegang

mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari

kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit telah

terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

Gambar 1. Cara memegang mencit

7

Page 8: laporan penanganan hewan

- Cara Pemberian

Cara pemberian oral

Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat

suntik yang dilengkapi jarum/kanula oral (berujung tumpul).

Kanula ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan

diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai

esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu

diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang

mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah

cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru, masuk

ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan

gangguan pernafasan dan kematian.

Cara pemberian intra peritoneal

Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit

abdomennya tegang, kemudian jarum disuntikkkan dengan

membentuk sudut 100 dengan abdomen pada bagian tepi

abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala untuk menghindari

terkenanya kantung kemih dan hati.

Cara pemberian subkutan

Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit

tengkuk dicubit di antara jempol dan telunjuk kemudian jarum

ditusukkan di bawah kulit di antara kedua jari tersebut.

Cara pemberian intramuskular

Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah otot paha.

8

Page 9: laporan penanganan hewan

Cara pemberian intravena

Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan

ke dalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat

menjulang ke luar. Dilatasi vena untuk memudahkan

penyuntikan, dapat dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu

atau dengan air hangat.

- Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan

Mencit : 17-25 gram

2. Tikus putih (Rattus norvegiens) (Malole, 1989)

Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas.

Umumnya tikus putih ini tenang dan demikian mudah digarap. Tidak

begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu cenderung berkumpul

sesamanya seperti mencit. Aktivitasnya tidak begitu terganggu oleh

kehadiran manusia di sekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau

mengalami defisiensi makanan, tikus akan menjadi galak dan sering

dapat menyerang si pemegang.

Cara memegang tikus

Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan

memegang ekornya dengan menarik ekornya, biarkan kaki tikus

mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang), kemudian secara

hati–hati luncurkan tangan kiri dari belakang ke arah kepalanya

seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk

dicengkeram, cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit

kaki kanan depan tikus sedangkan kaki kiri depan tikus di antara jari

9

Page 10: laporan penanganan hewan

tengah dan jari manis. Dengan demikian tikus akan terpegang

dengan kepalanya di antara jari telunjuk dan jari tengah.

Pemegangan tikus ini dilakukan dengan tangan kiri sehingga tangan

kanan kita dapat melakukan perlakuan.

Gambar 2. Cara memegang tikus

Pemberian Obat

Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan,

seperti pada mencit. Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan

pada vena penis tikus jantan dengan bantuan pembiusan hewan

percobaan. Penyuntikan sk dapat dilakukan pula pada daerah kulit

abdomen.

- Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan

Tikus putih : 150-200 gram

3. Kelinci (Oryctolagus caniculus) (Malole, 1989)

Kelinci jarang sekali bersuara kecuali bila dalam keadaan nyeri

yang luar biasa. Kelinci cenderung berontak bila merasa terganggu.

Kelinci hendaklah diperlakukan dengan halus namun sigap karena ia

cenderung berontak. Hewan ini dapat ditangkap dengan memegang

kulit pada tengkuknya dengan tangan kiri kemudian pantatnya diangkat

dengan tangan kanan dan didekapkan ke badan.

10

Page 11: laporan penanganan hewan

Penanganan

Untuk perlakuan tertentu dapat digunakan kotak / kandang

individual kelinci yang dapat menjaga kelinci agar tak dapat

banyak bergerak (restriction box).

Cara Pemberian Obat

- Cara pemberian oral:

Dalam cara pemberian oral pada kelinci digunakan alat

penahan terbukanya mulut dan pipa lambung. Alat suntik

dihubungkan dengan pipa lambung (dapat digunakan slang

yang lunak dengan ukuran sesuai), pipa lambung dimasukkan

ke dalam kemudian diluncurkan ke dalam esophagus secara

perlahan-lahan

- Cara pemberian subkutan:

Cara pemberian ini dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk

atau daerah sisi pinggang. Cara pemberian dilakukan dengan

mengangkat kulit dan kemudian jarum ditusukkan ke bawah

kulit.

- Cara pemberian intravena:

Dilakukan pada vena marginalis telinga dan penyuntikan

dilakukan pada daerah dekat ujung telinga. Untuk memperluas

(mendilatasi vena), telinga diulas terlebih dahulu dengan air

hangat atau alkohol. Pencukuran bulu bila perlu dapat

dilakukan terutama pada hewan yang berwarna bulunya.

11

Page 12: laporan penanganan hewan

- Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan

Kelinci : 15-20 gram

4. Marmut (Cavia porcellus) (Malole, 1989)

Marmot sebenarnya jinak dan mudah diperlakukan. Marmot

dipegang dengan mengangkat badannya dengan kedua tangan.

Cara pemberian oral

Pemberian oral kepada marmot dapat dilakukan dengan pipa

lambung dengan bantuan hewan dianestetik lemah terlebih dahulu.

Cara pemberian intra pertoneal

Penyuntikan dilakukan pada daerah perut agak ke kanan dari daerah

garis tengah dan di atas tulang kematian.

Cara pemberian subkutan

Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah tengkuk: kulit dicubit

kemudian jarum disuntikkan ke bawah kulit.

Cara pemberian intra pertoneal

Kelinci dipegang menggantung pada kaki belakangnya sehingga

perut maju ke depan. Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah garis

tengah di muka kandung kemih.

Cara pemberian intramuskular

Penyuntikan dilakukan ke dalam otot paha kaki belakang.

Cara pemberian intravena

Pada marmot cara ini jarang digunakan. Penyuntikan dapat

digunakan pada vena marginalis dengan jarum yang halus dan

pendek (cara ini dapat dilakukan untuk marmot yang cukup besar)

12

Page 13: laporan penanganan hewan

atau pada vena pada bagian paha dengan bantuan anestetik terlebih

dahulu atau pada vena penis dengan bantuan anestetik.

Pada tiap cara pemberian ini kecuali oral, pembersihan dengan

antiseptik pada daerah penyuntikan perlu dilakukan pada sebelum

penyuntikan dan setelah penyuntikan perlu dilakukan. Jumlah

volume penyuntikan dari tiap cara pemberian dan pada berbagai

hewan percobaan berbeda-beda.

- Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan

Marmut : 300-500 gram

II.1 Uraian Hewan Coba

II.1.1 Mencit (Mus musculus) (Syafri, M. 2010)

a. Sistem taksonomi mencit adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Mencit memiliki beberapa data biologis, diantaranya:

Lama hidup : 1-2 tahun

Lama produksi ekonomis : 9 bulan

Lama bunting : 19-21 hari

Kawin sesudah beranak : 1-24 jam

13

Page 14: laporan penanganan hewan

Umur disapih : 21 hari

Umur dewasa : 35 hari

Umur dikawinkan : 8 minggu

Siklus kelamin : poliestrus

Perkawinan : pada waktu estrus

Berat dewasa : 20-40 gram (jantan)

18-35 gram (betina)

II.1.2 Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Syafri, M. 2010)

a. Klasifikasi

Kingdom       : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Lagumorida

Family : Leporidae

Genus : Oryctolagus

Spesies : Oryctolagus cuniculus

b. Morfologi

Kelinci mempunyai punggung melengkung dan berekor pendek,

kepalanya kecil dan telinganya tegak lurus ke atas akan tetapi bibir

terbelah dan yang bagian atasnya bersambung hingga hidung.

Mempunyai beberapa helai kumis dan pembuluh darah banyak terdapat

pada telinga.

14

Page 15: laporan penanganan hewan

c. Karakteristik

Masa reproduksi : 1-3 tahun

Masa hamil : 28-35 hari

Umur dewasa : 4-10 bulan

Umur kawin : 6-12 bulan

Siklus kelamin : Setahun 5 kali hamil

Periode eksterus : 11-15 hari

Jumlah kelahiran : 4-10

Volume darah : 10 ml/kg berat badan

Masa perkawinan : 1 minggu

II.2.3 Marmut (Cavia parcellus) (Syafri, M. 2010)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Caviae

Genus : Cavia

Spesies : Cavia parcellus

b. Morfologi

Marmut memiliki ukuran fisik sekitar 5 inch dan 2-3 polimel ,tidak

terlihat ekor dan mempunyai bulu tebal dan mengembang dan variasi

warna.

15

Page 16: laporan penanganan hewan

c. Karakteristik

Puberitas : 60-70 hari

Masa beranak : sepanjang tahun

Masa hamil : 63 hari

Jumlah lahir : 2-5 ekor

Lama hidup : 7-8 bulan

Masa tumbuh : 15 bulan

Masa laktasi : 21 hari

Frekuensi lahir  : 4

Suhu tubuh : 37,8-39,50C

Volume darah : 6% BB

II.2.4 Tikus ( Rattus novergicus) (Syafri, M. 2010)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Murinae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus novergicus

b. Morfologi

Memiliki kepala, badan, dan leher yang terlihat jelas, tubuhnya tertutup

rambut, ekornya bersisik, kadang-kadang berambut. Merupakan hewan

liar, mempunyai sepasang daun telinga dan bibir yang lentur.

16

Page 17: laporan penanganan hewan

c. Karakteristik

Lama hidup : 2-3 tahun

Lama produksi : 1 tahun

Lama hamil : 20-22 hari

Umur dewasa : 40-60 hari

Umur kawin : 10 minggu

Siklus eksterus : 9-10 gram

Berat dewasa : 300-400 gram

Jumlah anak : 9-20 ekor

17

Page 18: laporan penanganan hewan

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

1. Kandang mencit

2. Penutup kandang yang kasar (kawat)

3. Kotak atau kandang individu kelinci

III.1.2 Bahan

Berupa hewan percobaan seperti :

1. Kelinci (Oryctolagus caniculus)

2. Mencit (Mus musculus)

III.2 Cara kerja

III.2.1 Kelinci

1. Kelinci dipegang kulit tengkuknya

2. Pantat diangkat dengan tangan kanan dan didekapkan ke badan

3. Dapat digunakan kotak atau kandang individu kelinci agar tidak banyak

bergerak

III.2.1 Mencit

1. Ujung ekor diangkat dengan tangan kanan

2. Mencit dibiarkan mencengkram alas penutup kandang yang kasar

(kawat) sehingga tertahan ditempat

3. Ibu jari dan jari telunjuk kiri menjepit kulit tenguk seerat mungkin

4. Ekor dipindahkan, dijepit di antara jadi manis dankelingking tangan kiri

5. Mencit siap diberi perlakuan dengan tangan kanan

18

Page 19: laporan penanganan hewan

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.2 Pembahasan

Hewan coba / hewan uji  atau sering disebut hewan laboratorium

adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik.

Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau

obat pada manusia. Beberapa jenis hewan yang sering dipakai dalam

penelitian maupun praktikum yaitu:Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Marmut

(Cavia parcellus), Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus).

Percobaan kali ini adalah membahas tentang bagaimana cara

penanganan hewan coba sebelum kita melakukan pemberian obat terhadap

hewan coba maka dari itu kita harus mengetahui bagaimana cara

penanganan hewan coba yang baik dan benar terlebih dahulu.

Langkah awal dari percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan.

Setelah itu mulai mempraktekkan cara memperlakukan hewan percobaan

yang sebelumnya telah dijelaskan oleh asisten. Hewan yang dipakai dalam

19

Page 20: laporan penanganan hewan

percobaan ini adalah Kelinci (Oryctolagus cuniculus) dan Mencit (Mus

musculus).

Pertama-tama dilakukan perlakuan terhadap kelinci dengan cara dielus-

elus bagian kepala sampai bagian belakang tubuhnya agar kelinci tenang

dan mudah di pegang. Kemudian digenggam atau dipegang pada leher

kelinci dengan tangan kanan. Lalu bagian pantat atau bagian belakang

ekornya dengan tangan kiri diangkat bersamaan dengan pegangan pada

lehernya dan langsung didekapkan di badan kita agar agar kelinci tidak

mudah lepas atau melompat. Setelah itu kelinci siap diberi perlakuan.

Untuk percobaan tertentu pada hewan coba kelinci, biasanya kelinci

dimasukkan pada kotak percobaan agar tidak banyak bergerak dan

memudahkan peneliti atau praktikkan mengambil sampel misalnya darah

kelinci. Selain itu, kita tidak diperbolehkan sekali-kali memegang telinga

kelinci pada saat penanganan karena pada telinga kelinci syaraf dan

pembuluh darahnya dapat terganggu dan telinga kelinci juga sangat sensitif,

sehingga bila telinganya dipegang, maka dapat mempengaruhi system saraf

pada kelinci.

Untuk mencit cara penanganannya adalah yang pertama ujung dari ekor

mencit diangkat dengan tangan kiri, dibiarkan mencit mencengkram alas

penutup kandang yang kasar yang berupa kawat sehingga tertahan ditempat,

setelah itu mencit di elus-elus agar tenang dan mudah dipegang. Kemudian

ibu jari kita dan jari telunjuk kanan menjepit tengkuk mencit seerat mungkin

tetapi tidak boleh terlalu kencang karena mencit terlalu kecil selanjutnya

ekor mencit dipindahkan, dijepit di antara jadi manis dan kelingking tangan

20

Page 21: laporan penanganan hewan

kanan dengan demikian, mencit yang telah terpegang oleh tangan kanan siap

untuk diberi perlakuan.

21

Page 22: laporan penanganan hewan

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam hewan

uji digunakan di laboratorium, seperti Mencit (Mus musculus) dan Kelinci

(Oryctolagus cuniculus) yang masing-masing memerlukan penanganan

khusus. Cara perlakuan hewan coba seperti mencit dan kelinci awalnya harus

diperhatikan kondisi dari hewan coba tersebut agar hewan coba tidak

mengalami stres. Untuk perlakuan mencit awalnya ujung ekor mencit

diangkat dengan tangan kanan ataupun kiri ( tergatung kenyamanan praktikan

dalam memegang mencit ). Selanjutnya telunjuk dan ibu jari tangan kiri

menjepit kulit tengkuk, sedangkan ekornya tetap dipegang dengan tangan

kanan (ataupun sebaliknya). Kemudian, posisi tubuh mencit dibalikkan,

sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor dijepitkan diantara jari

manis dan kelingking tangan kiri. Sedangkan untuk kelinci awalnya dipegang

kulit tengkuknya, kemudian pantat diangkat dengan tangan kanan dan

didekapkan ke badan.

V.2 SARAN

Sebaiknya dalam menangani hewan coba perlu diperhatikan etika-etika

penanganan hewan coba di laboratorium.

22