laporan praktikum ekologi hewan “pola aktivitas jarak edar harian hewan”

33
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara atau interaksi hewan dan lingkungannya dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Hal ini menunjukkan adanya interaksi yang dilakukan oleh hewan dan lingkungannya. Terlepas dari hal tersebut perubahan kondisi yang terjadi pada lingkungan dapat berpengaruh pada hewan. Adanya perubahan yang terjadi pada lingkungannya, maka hewan juga dapat merespon perubahan tersebut dengan suatu perubahan berupa perubahan secara fisik, fisiologis, serta tingkah laku untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hewan merupakan mahluk hidup perlu melakukan aktivitas dalam kesehariannya yaitu bergerak, mencari makan, mencari tempat untuknya berlindung, serta untuk hewan yang telah memasuki masa dewasa juga butuh berkembang biak dengan cara kawin, beranak atau bertelur hewan juga membutuhkan istirahat guna memulihkan tenaga yang ada dalam dirinya setelah beraktivitas penuh Di alam ini, semua mahluk hidup mengambil pola-pola perilaku yang membutuhkan kecerdasan agar bisa bertahan hidup. Pola-pola perilaku ini, yang mendasari kecakapan, kepiawaian dan kemampuan-kemampuan perencanaan unggul memiliki satu kesamaan. Masing-masing perilaku ini mensyaratkan adanya kemampuan. Kecakapan yang hanya dapat dikuasai manusia dengan cara belajar, latihan ulang dan pengalaman ini, telah ada pada mahluk-mahluk hidup sejak pertama kali mereka lahir. Pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup sangat dipengaruhi oleh lingkungan sebagai tempat hidupnya. Perubahan lingkungan sehari-hari yang ditentukan oleh perputaran bumi mengelilingi matahari mengakibatkan mahluk hidup akan beradaptasi untuk mengoptimalkan daya hidupnya dengan jalan mengorganisasi aktivitasnya dalam siklus 24 jam. Organisme-organisme mempunyai mekanisme secara fisiologi untuk mengukur waktu, yang dikenal dengan jam biologi (biological clock). Manisfestasi yang paling umum adalah yang disebut ritme circadian (cyrcadian rythme), atau kemampuan untuk menentukan waktu dan mengulangi fungsi-

Upload: zakia-hasan-thalib

Post on 24-Sep-2015

1.944 views

Category:

Documents


382 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN “POLA AKTIVITAS JARAK EDAR HARIAN HEWAN”

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Hubungan antara atau interaksi hewan dan lingkungannya dapat terjadi

    kapan saja dan dimana saja. Hal ini menunjukkan adanya interaksi yang

    dilakukan oleh hewan dan lingkungannya. Terlepas dari hal tersebut perubahan

    kondisi yang terjadi pada lingkungan dapat berpengaruh pada hewan. Adanya

    perubahan yang terjadi pada lingkungannya, maka hewan juga dapat merespon

    perubahan tersebut dengan suatu perubahan berupa perubahan secara fisik,

    fisiologis, serta tingkah laku untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

    Hewan merupakan mahluk hidup perlu melakukan aktivitas dalam

    kesehariannya yaitu bergerak, mencari makan, mencari tempat untuknya

    berlindung, serta untuk hewan yang telah memasuki masa dewasa juga butuh

    berkembang biak dengan cara kawin, beranak atau bertelur hewan juga

    membutuhkan istirahat guna memulihkan tenaga yang ada dalam dirinya setelah

    beraktivitas penuh

    Di alam ini, semua mahluk hidup mengambil pola-pola perilaku yang

    membutuhkan kecerdasan agar bisa bertahan hidup. Pola-pola perilaku ini, yang

    mendasari kecakapan, kepiawaian dan kemampuan-kemampuan perencanaan

    unggul memiliki satu kesamaan. Masing-masing perilaku ini mensyaratkan

    adanya kemampuan. Kecakapan yang hanya dapat dikuasai manusia dengan

    cara belajar, latihan ulang dan pengalaman ini, telah ada pada mahluk-mahluk

    hidup sejak pertama kali mereka lahir. Pertumbuhan dan perkembangan mahluk

    hidup sangat dipengaruhi oleh lingkungan sebagai tempat hidupnya. Perubahan

    lingkungan sehari-hari yang ditentukan oleh perputaran bumi mengelilingi

    matahari mengakibatkan mahluk hidup akan beradaptasi untuk

    mengoptimalkan daya hidupnya dengan jalan mengorganisasi aktivitasnya

    dalam siklus 24 jam.

    Organisme-organisme mempunyai mekanisme secara fisiologi untuk

    mengukur waktu, yang dikenal dengan jam biologi (biological clock).

    Manisfestasi yang paling umum adalah yang disebut ritme circadian (cyrcadian

    rythme), atau kemampuan untuk menentukan waktu dan mengulangi fungsi-

  • 2

    fungsi pada sekitar interval-interval 24 jam sekalipun dalam keadaan tanpa

    adanya tanda-tanda siang yang nyata. Keuntungan ekologi atau selektif dari jam

    biologi ini yaitu merangkaikan ritme-ritme lingkungan dengan fisiologi serta

    memungkinkan makhluk- makhluk itu mengetahui lebih dahulu atau merasakan

    lebih dahulu periodisitas harian, musiman, dan lain-lainnya dari sinar, suhu,

    pasang dan sebagainya.

    Selama sehari dan dari hari ke hari, suatu hewan menjalani waktu itu dengan

    berbagai aktivitas yang diperlukan bagi keberhasilan hidupnya. Hewan yang

    mobil akan bergerak untuk mencari makan, dan mencari tempat berlindung agar

    terhindar dari kondisi lingkungan yang kurang baik baginya. Pada hewan

    dewasa, seksual yang sudah siap kawin, aktivitas hariannya akan mencakup

    berbagai kegiatan perkembangbiakan seperti menemukan pasangan,

    berkopulasi, bertelur dan sebagainya. Di samping kegiatan-kegiatan tersebut

    hewan juga memerlukan istirahat (inaktif).

    Dengan mengambil bekicot (keong racun, Achatina fulica) sebagai hewan

    objek pengamatan dalam praktikum ini, kami ingin mengetahui bagaimana pola

    aktivitas harian dari Achatina fulica sehubungan dengan fluktuasi kondisi

    faktor-faktor lingkungannya dan keperluan hidupnya. Selain itu kami juga

    membuat suatu estimasi mengenai berapa jauh jarak yang ditempuh hewan

    tersebut dalam melakukan aktivitas hidupnya, serta mengetahui korelasi antara

    jarak edar dengan ukuran tubuh. Hal tersebut dilakukan karena adanya variasi

    individual dari Achatina fulica meliputi berat, panjang, dan cangkang

    Faktor abiotik lingkungan tempat hidup suatu hewan tidaklah konstan,

    melainkan dalam rentang sehari itu fluktuasi dari waktu ke waktu. Suhu udara

    misalnya, pada pagi hari rendah dan makin siang makin naik hingga mencapai

    tingkat suhu maksimum untuk hari itu. Pada sore dan malam hari, suhu terus

    menurun sampai tingkat suhu minimum sekitar subuh, dan begitu seterusnya.

    Akibat adanya faktor abiotik lingkungan tempat hidup suatu hewan yang

    tidak konstan maka kami melakukan secara berkala menurut selang waktu

    tertentu dan meliputi rentang waktu yang relatif lebih lama di lapangan sehingga

    akan didapatkan time series data. Rentang waktu yang diperlukan dalam

    pengamatan ini adalah sehari (24 jam) dengan interval waktu 2 jam.

  • 3

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Berapa rata-rata jarak yang ditempuh Achatina fulica dalam melakukan

    aktivitas hidupnya dan pola aktivitas harian Achatina fulica?

    1.2.2 Apakah jarak edar harian Achatina fulica berkorelasi dengan ukuran

    tubuh?

    1.2.3 Apa sajakah faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi jarak edar dan

    pola aktivitas harian Achatina fulica?

    1.2 Tujuan

    1.3.1 Untuk mengetahui pola aktivitas dan jarak edar harian Achatina fulica.

    1.3.2 Untuk mengetahui hubungan jarak edar harian Achatina fulica dengan

    ukuran tubuh

    1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap aktivitas

    Achatina fulica.

    1.4 Manfaat

    1.4.1 Mengetahui pola aktivitas dan jarak edar harian Achatina fulica.

    1.4.2 Mengetahui hubungan jarak edar harian Achatina fulica dengan ukuran

    tubuh

    1.4.3 Mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap aktivitas Achatina

    fulica

  • 4

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    Jarak edar adalah sebuah gerakan periodik hewan dari tempat di mana ia telah

    tinggal ke daerah yang baru dan kemudian melakukan perjalanan kembali ke habitat asli.

    Jarak edar pergerakan binatang dipengaruhi oleh distribusi dan sumber daya seperti

    makanan atau habitat pemeliharaan keturunannya, dan dengan struktur fisik bentang lahan

    (Aprianto, 2010).

    Ruang lingkup jarak edar hewan bisa menjadi luas seperti migrasi. Migrasi

    hewan umumnya menggunakan rute yang sama dari tahun ke tahun dari generasi

    ke generasi. Tanah lintas hewan bisa berupa gunung, sungai, dan padang tanahyang

    luas. Burung, kelelawar, dan serangga terbang dalam jangkauan jarak yang panjang,

    kadang-kadang melampaui seluruh benua atau lautan. hewan yang berenang sering

    kali bermigrasi hampit meliputi jarak setengah dari seluruh dunia (Kusumaningsih,

    2004).

    Bumi ini dihuni oleh berjuta jenis hewan yang berbeda dan setiap jenis

    memiliki perbedaan sendiri. Demikian juga dengan perilaku, hewan memiliki

    perilaku umum yang dimiliki oleh banyak jenis dan sedikit pola perilaku yang

    dimiliki oleh banyak jenis. Ketika semua jenis hewan memerlukan reproduksi,

    makan dan juga mencoba untuk tidam menjadi santapan oleh makhluk apapun,

    semua jenis hewan memiliki beberapa jenis tipe perilaku reproduksi, perilaku

    mencari makan dan perilaku bertahan. Untuk sekian lama, seleksi alam juga

    memungkinkan jenis hewan tertentu memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan-

    tujuan perilaku termasuk perilaku komunikasi, perilaku penguasaan wilayah,

    perilaku penyebaran dan perilaku sosial (Tomiyama, 1996).

    Gerakan berpindah hewan biasanya terkait dengan perubahan musim. Banyak

    hewan bermigrasi ke daerah utara selama bulan-bulan dalam musim panas. karena

    pada hari musim panas yang panjang di bagian paling utara dunia dapat menjamin

    pemberian pasokan makanan yang baik. Seperti pada pendekatan ramalan cuaca

    musim gugur dan dingin, banyak hewan bermigrasi ke selatan untuk mencari cuaca

    yang hangat pada musim dingin dan tersedianya makanan (Browidjojo, 1989:92).

    Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara

    organisme dan lingkungannya. Perilaku dapat terjadi sebagai akibat stimulus dari

  • 5

    luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus, saraf diperlukan untuk

    mengkoordinasikan respon dan efektor untuk melaksanakan aksi.Perilaku dapat

    pula terjadi sebagai stimulus dari dalam. Stimulus dari dalam, misalnya rasa lapar,

    memberikan motivasi akan aksi yang akan diambil bila makanan benar-benar

    terlihat atau tercium.Umumnya perilaku suatu organisme merupakan akibat

    gabungan stimulus dari dalam dan dari luar (Struthers, 2002).

    Hewan memiliki perilaku umum yang dimiliki oleh banyak jenis dan sedikit

    pola perilaku yang dimiliki oleh banyak jenis. Ketika semua jenis hewan

    memerlukan reproduksi, makan dan juga mencoba untuk tidam menjadi santapan

    oleh makhluk apapun, semua jenis hewan memiliki beberapa jenis tipe perilaku

    reproduksi, perilaku mencari makan dan perilaku bertahan. Untuk sekian lama,

    seleksi alam juga memungkinkan jenis hewan tertentu memiliki kemampuan untuk

    mencapai tujuan-tujuan perilaku termasuk perilaku komunikasi, perilaku

    penguasaan wilayah, perilaku penyebaran dan perilaku sosial (Sukarsono,

    2009:63).

    Perilaku hewan dibedakan menjadi beberapa bagian, diataranya:

    1. Perilaku reproduksi, kebanyakan hewan harus menemukan pasangan untuk

    bereproduksi. Umumnya jantan, mencoba untuk berperilaku atraktif untuk

    menarik lawan jenisnya.

    2. Perilaku mencari makan, hewan memperlihatkan beberapa tipe perilaku

    mencari makan yang berbeda. Beberapa jenis hewan sangat selektif terhadap

    apa yang mereka makan.

    3. Perilaku bertahan, beberapa jenis hewan memiliki kemampuan perilaku untuk

    melepaskan diri dari pemangsa.

    4. Perilaku komunikasi, memegang peran penting bagi hewan dengan

    menggunakan tanda (signal) dan suara, beberapa jenis hewan melakukan

    komunikasi dengan menggunakan baha-bahan kimia.

    5. Perilaku territorial, perancangan dan pemeliharaan kawasanmerupakan

    perilaku yang diperlihatkan oleh hewan. Pemilik hewan pada umumnya

    mencoba mengusir individu lain yang memasuki kawasannya.

    6. Perilaku sosial, temasuk perilaku penyebaran yang diperlihatkan oleh individu

    hewan dengan menjauhi area dimana mereka dilahirkan. Perilaku sosial

  • 6

    didefinisikan sebagai interaksi diantara individu, secara normal di dalam

    spesies yang sama yang saling mempengaruhi satu sama lain

    7. Perilaku migrasi, banyak jenis hewan melakukan perjalanan untuk bersarang

    atau berpinda dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk melakukan hal ini,

    hewan harus melakukan sendiri jalur terbang dengan stimulus lingkungan.

    Perjalanan sekelompok hewan dalam jarak jauh disebut migrasi. Tujuan atau

    orientasi pergerakan sudah jelas untuk menghindari kondisi lingkungan yang

    sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup populasinya atau untuk

    kegiatan bereproduksi (Sukarsono, 2009:82).

    Kehidupan hewan sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan

    kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan

    keadaan daerah itu. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan populasi

    suatu jenis hewan tanah disuatu daerah tergantung dari faktor lingkungan, yaitu

    lingkungan abiotik dn lingkungan biotik. Dalam studi ekologi hewan, pengukuran

    faktor lingkungan abiotik penting dilakukan karena besarnya pengaruh faktor

    abiotik itu terhadap keberadaan dan kepadatan populasi kelompok hewan ini.

    Dengan dilakukan pengukuran faktor lingkungan abiotik, maka akan dapat

    diketahui faktor besar yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan

    populasi hewan yang diteliti. Pada studi tentang cacing tanah, misalnya,

    pengukuran pH tanah akan dapat memberikan gambaran tentang penyebaran suatu

    jenis cacing tanah (Wirahadikusumah, 2003:101).

    Bekicot (Achatina fulica) merupakan hewan yang paling banyak ditemukan

    diberbagai daerah di Indonesia, meskipun demikian hewan ini bukan spesies

    pribumi Indonesia melainkan merupakan pendatang dari benua Afrika yang telah

    menetap 50 tahun lamanya. Bekicot bersifat hermaprodit namun perkawinan tidak

    dapat dilakukan oleh satu individu saja melainkan membutuhkan individu lain pada

    proses kawinnya. Pada waktu kopulasi penis masing-masing individu yang

    berwarna keputih-putihan dan lembab, akan masuk ke dalam lubang genital

    individu pasangan kawinnya. Bekicot dikenal sebagai hewan nokturnal dan

    herbivora, karena kebiasaan makannya itu, sehingga bekicot digolongkan dalam

    sebagai kelompok hewan yang berpotensi sebagai hama bagi kebun sayuran dan

    bunga-bungaan. Bekicot termasuk dalam golongan hewan lunak dan biasanya

  • 7

    disebut Molusca. Anggota bekicot ini sangat banyak hidup di bebagai alam (darat,

    air tawar, air payau dan di laut) misalnya cumi-cumi, gurita dan kerang-kerangan.

    Bekicot termasuk ke dalam kelas Gastropoda atau berkaki perut. Di Indonesia

    dikenal ada dua jenis (spesies) bekicot yaitu Achatina fulica dan Achatina

    fariegata. Secara garis besar tubuh bekicot terdiri atas dua bagian yaitu cangkang

    bekicot; berfungsi sebagai alat untuk melindungi tubuhnya dari mangsanya.

    Cangkang bekicot dewasa dapat mencapai 7,5 11,5 cm diukur dari ujung

    cangkang sampai kedasar cangkang. Achatina fulica mempunyai cangkang

    bergaris-garis semar, ramping dan runcing, sedangkan Achatina fariegata memiliki

    cangkang bergaris tebal, lebih gemuk, dan membulat, dan badan bekicot; yang

    sederhana terdiri atas kepala dan perut (Majidsyahreza, 2012).

    Faktor yang berpengaruh dalam interaksi populasi adalah faktor biotik

    lingkungan yang pada dasarnya bersifat acak tidak langsung terkait dengan

    perubahan komunitas, terutama faktor iklim dan curah hujan. Banyak data

    mengarahkan perubahan acak iklim itulah yang pertama-tama menentukan

    kerapatan populasi. Perubahan yang cocok dapat meningkatkan kerapatan populasi,

    sebaliknya poipulasi dapat mati kalau tidak cocok. Pada dasarnya pengaruh yang

    baru diuraikan berlaku bagi kebanyakan organisme tetapi pengaruh yang

    sebenarnya malah dapat memicu perubahan mendasar sampai kepada variasai.

    Persaingan dalam komunitas dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada

    interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama.

    Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang sejenis ataupun antara indifidu

    yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu yang sejenis disebut

    dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi antara individu

    yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik (Herliani, 2013).

    Molusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewamn

    triploblastik, bilateral simetri, umummnya memiliki mantel yang dapat

    mengahsilkan bahan cangkok berupa kalsium karbonat. Cangkok tersebut

    berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya kerang,

    tiram, siput dan bekicot. Namun ada pula molusca yang tidak memiliki cangkok

    seperti cumi-cumi sotong, gurita,. Molusca memilki struktur berotot yang disebut

    kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap kelasya. Molllusca

  • 8

    merupakan filum Arthropoda. Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis, serta 35 ribu

    jenis kedalam bentuk fosil. Mollusca hidup dilaut, air tawar, payau dan darat

    (Gembong, 2004:89).

    Gastropoda merupakan hewan jenis mollusca yang menggunakan perut,

    tubuh memiliki cangkang yang melintir, kepala dibagian depan, pada bagian kepala

    terdapat tentakel panjang yang terdapat bintik mata dan tentakel pendek berfungsi

    untuk indera pembau dan peraba. Hidup didarat, air tawar, air laut. Bersifat

    hermafrodit, perkawinan silanng. Pembuahan terjadi ditubuh betina. Contoh

    Achatina fulica atau bekicot, Lymnea atau siput sawah, Melania atau sumpil

    (Pechenik, 2000:156).

    Bekicot menggunakan perutnya untuk bergerak. Sebagian dari badannya

    digunakan sebagai alat gerak yang disebut dengan kaki. Pada bekicot sewaktu

    bergerak pada ujung depan kaki terdapat suatu kelenjar yang mengeluarkan lendir

    untuk memudahkan pergerakannya. Anus terletak disebelah sisi kanan kepala,

    sebagai tempat pengeluaran sisa makanan. Biasanya anus terbuka pada rongga

    tersebut. Sedang lubang genital terdapat di dekat kepala. Bekicot memiliki dua

    macam tentakel berupa sepasang tentakel panjang dengan mata untuk menerima

    rangsang gelap terang dan sepasang tentakel pendek sebagai alat peraba dan alat

    pembau, bagian tubuh yang peka terhadap rangsangan-rangsangan luar adalah kaki

    dan tentakel yang panjang, yang peka terhadap sinar dengan intensitas tertentu.

    Kaki dan kepala dapat disimpan dalam cangkang bila keadaan tidak mengijinkan.

    bila keadaan aman tubuh dijulurkan keluar dan yang nampak pertama kali adalah

    kakinya. Kebanyakan hewan mencari makanan pada malam hari (Campbell,

    2000:235).

  • 9

    BAB 3. METODE PERCOBAAN

    3.1 Tempat dan Waktu Percobaan

    Tempat : Halaman Depan Gedung Pendidikan Biologi (Parkiran

    Mobil) FKIP Gedung 3, Universitas Jember

    Hari/Tanggal : Sabtu dan Minggu, 2-3 Mei 2015

    Waktu Percobaan : Pukul 09.00 WIB - 09.00 WIB ( 24 Jam)

    3.2 Alat dan Bahan Percobaan

    Alat :

    o Neraca analitik/ ohaus

    o Jangka sorong

    o Penggaris

    o Thermohigrometer

    o Soil tester

    o Lux meter

    o Meteran

    o Patok bambu

    o Bendera

    o Senter

    o Tali rafia

    Bahan :

    o Bekicot (Achatina fulica)

    o Penanda (cat putih/ tipe-ex) Bambu atau Kayu

    o Bendera untuk menandai jarak edar bekicot (untuk kelompok 4C Biru)

  • 10

    3.3 Desain percobaan

    3.4 Prosedur Percobaan

    3.3.1 Tahap Persiapan

    Persiapan dilakukan dengan menentukan tempat/daerah yang akan

    dijadikan area percobaan jarak edar bekicot.

    3.3.2 Tahap Koleksi

    Berikut ini adalah prosedur pengambilan data :

    1. Mengambil bekicot sebanyak 10 buah dengan panjang cangkang

    kurang lebih 40 mm

    2. Mencuci bekicot dengan air yang mengalir (dari kran) keringkan

    dengan menggunakan tissu

    36 m

    2 m

    1 m

    86 m

  • 11

    3. Melakukan penimbangan terhadap berat dan pengukuran panjang

    cangkang bekicot sebagai berat awal dan panjang awal

    4. Memilih bekicot yang memiliki berat yang seragam

    5. Memberi tanda berupa nomor kelompok dan nomor bekicot pada

    cangkang bekicot dengan menggunakan cat putih atau tip-x

    6. Meletakkan bekicot di tempat yang ternaung cahaya (di bawah

    pohon) Setelah bekicot diberi tanda.

    7. Memberi pasak yang telah diberi tanda (bendera) sebagai lokasi awal

    bekicot

    8. Melakukan pengukuran terhadap faktor faktor fisik (pH tanah,

    suhu, kelembaban udara, kelembaban tanah)

    9. Melakukan pengamatan tiap 2 jam sekali dengan interval 24 jam

    10. Memberikan tanda dengan menggunakan pasak pada bekicot yang

    ditemukan di tempat tertentu

    11. Mengukur jarak edar bekicot dari titik awal ke titik dimana bekicot

    ditemukan.

    12. Melakukan pengukuran faktor fisik (suhu, kelembaban udara,

    kelembaban tanah dan pH tanah), begitu seterusnya dengan interval

    13. Mencatat data pengamatan dalam tabel yang di sediakan, membuat

    peta jarak edar bekicot pada kertas millimeter blok

    14. Mencatat data pengamatan dalam tabel yang di sediakan, membuat

    peta jarak edar bekicot pada kertas millimeter blok

    3.5 Skema Alur Percobaan

    Mengambil bekicot sebanyak 10 buah dengan panjang cangkang kurang

    lebih 40 mm

    Mencuci bekicot dengan air yang mengalir (dari kran) keringkan dengan

    menggunakan tissu

    Melakukan penimbangan terhadap berat dan pengukuran panjang

    cangkang bekicot sebagai berat awal dan panjang awal

  • 12

    Memilih bekicot yang memiliki berat yang seragam

    Memberi tanda berupa nomor kelompok dan nomor bekicot pada

    cangkang bekicot dengan menggunakan cat putih atau tip-x

    Meletakkan bekicot di tempat yang ternaung cahaya (di bawah pohon)

    Setelah bekicot diberi tanda.

    Memberi pasak yang telah diberi tanda (bendera) sebagai lokasi awal

    bekicot

    Melakukan pengukuran terhadap faktor faktor fisik (pH tanah, suhu,

    kelembaban udara, kelembaban tanah)

    Melakukan pengamatan tiap 2 jam sekali dengan interval 24 jam

    Memberikan tanda dengan menggunakan pasak pada bekicot yang

    ditemukan di tempat tertentu

    Mengukur jarak edar bekicot dari titik awal ke titik dimana bekicot

    ditemukan.

    Melakukan pengukuran faktor fisik (suhu, kelembaban udara, kelembaban

    tanah dan pH tanah), begitu seterusnya dengan interval

  • 13

    Mencatat data pengamatan dalam tabel yang di sediakan, membuat peta

    jarak edar bekicot pada kertas millimeter blok

    Mencatat data pengamatan dalam tabel yang di sediakan, membuat peta

    jarak edar bekicot pada kertas millimeter blok

  • 14

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    Analisis Data Regresi

    Tabel 4.1 Descriptive Statistics

    Mean

    Std.

    Deviation N

    Jarak Edar 137.6154 182.29971 130

    Berat Awal 28.5410 .83620 130

    Panjang Awal 6.7160 .24127 130

    PH 5.6200 1.32887 130

    Kelembapan Udara 82.8846 20.30762 130

    Suhu 24.2592 13.98844 130

    Kelembapan Tanah 2.7138 1.45734 130

    Kecepatan Angin 9.1915 15.07541 130

    Intensitas Cahaya 574.6800 680.53845 130

    Tabel 4.1 Descriptive Statistics diatas, menjelaskan hasil Rata-rata (Mean) dan

    Simpangan baku (Std.Deviation) serta Jumlah Siput, yaitu 10 siput dikalikan 13 kali

    waktu pengamatan. Jadi untuk N diperoleh angka 130.

    1) Jarak Edar dari 10 siput pada 13 kali waktu pengamatan, memiliki rata-rata

    137,62 cm dengan Simpangan baku yaitu 182,30.

    2) Berat awal siput memiliki rata-rata 28,54 gram dengan simpangan baku

    yaitu 0,84.

    3) Panjang awal siput memiliki rata-rata 6,72 cm dengan simpangan baku yaitu

    0,24.

    4) PH tanah yang merupakan faktor lingkungan, memiliki rata-rata 5,62 yang

    berarti memiliki rata-rata PH basa, dengan simpangan baku yaitu 1,33.

    5) Kelembapan udara yang juga merupakan faktor lingkungan, memiliki rata-

    rata 82,89% dengan simpangan baku yaitu 20,3.

  • 15

    6) Suhu yang merupakan faktor lingkungan, memiliki rata-rata suhu yaitu

    24,260C, dengan simpangan baku 13,99.

    7) Kelembapan tanah yang merupakan faktor luar, memiliki rata-rata sebesar

    2,72 m/hg, dengan simpangan baku 1,46.

    8) Kecepatan angin yang juga merupakan faktor luar, memiliki rata-rata

    keceparan angin sebesar 9,19 m/s, dengan simpangan baku yaitu 15,07.

    9) Intensitas cahaya yang merupakan faktor luar, memiliki rata-rata sebesar

    574,68 cd, dengan simpangan baku 680,54.

    Tabel 4.2 Correlations

    Jarak

    Edar

    Berat

    Awal

    Panja

    ng

    Awal PH

    Kelem

    bapan

    Udara Suhu

    Kelem

    bapan

    Tanah

    Kecepa

    tan

    Angin

    Intensit

    as

    Cahaya

    Pearson

    Correlatio

    n

    Jarak Edar 1.000 .277 .044 -.083 .061 .041 -.186 -.247 -.316

    Berat Awal .277 1.000 -.079 .000 .000 .000 .000 .000 .000

    Panjang

    Awal

    .044 -.079 1.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

    PH -.083 .000 .000 1.000 -.423 .047 .374 .194 .386

    Kelembapan

    Udara

    .061 .000 .000 -.423 1.000 .074 -.160 .003 -.068

    Suhu .041 .000 .000 .047 .074 1.00

    0

    -.202 .118 .296

    Kelembapan

    Tanah

    -.186 .000 .000 .374 -.160 -.202 1.000 .681 .614

    Kecepatan

    Angin

    -.247 .000 .000 .194 .003 .118 .681 1.000 .586

    Intensitas

    Cahaya

    -.316 .000 .000 .386 -.068 .296 .614 .586 1.000

    Tabel 4.2 Correlation menjelaskan adanya hubungan antara semua variabel.

    Hasil yang diperoleh dari tabel correlation yaitu:

  • 16

    1) Besar korelasi (Pearson Correlation) antara Jarak Edar Bekicot (faktor

    dependent) terhadap dirinya sendiri (Jarak Edar) adalah sebesar 1,000,

    karena diproyeksikan terhadap dirinya sendiri.

    2) Besar korelasi (Pearson Correlation) antara Berat Awal Bekicot (faktor

    independent) terhadap Jarak Edar Bekicot (faktor dependent) sebesar 0,277,

    artinya Berat Awal Bekicot berkorelasi sebesar 27% terhadap Jarak Edar

    Bekicot.

    3) Besar korelasi (Pearson Correlation) antara Panjang Cangkang Awal

    Bekicot (faktor independent) terhadap Jarak Edar Bekicot (faktor

    dependent) sebesar 0,044, artinya Panjang Cangkang Awal Bekicot

    berkorelasi sebesar 4,4% terhadap Jarak Edar Bekicot.

    4) Besar korelasi (Pearson Correlation) antara pH Tanah (faktor independent)

    terhadap Jarak Edar Bekicot (faktor dependent) sebesar -0,083, artinya pH

    Tanah berkorelasi sebesar 8,3% terhadap Jarak Edar Bekicot.

    5) Besar korelasi (Pearson Correlation) antara Kelembaban Udara (faktor

    independent) terhadap Jarak Edar Bekicot (faktor dependent) sebesar 0,061,

    artinya Kelembaban Udara berkorelasi sebesar 6,1% terhadap Jarak Edar

    Bekicot.

    6) Besar korelasi (Pearson Correlation) antara Suhu (faktor independent)

    terhadap Jarak Edar Bekicot (faktor dependent) sebesar 0,041, artinya Suhu

    berkorelasi sebesar 4,1% terhadap Jarak Edar Bekicot.

    7) Besar korelasi (Pearson Correlation) antara Kelembaban Tanah (faktor

    independent) terhadap Jarak Edar Bekicot (faktor dependent) sebesar -

    0,186, artinya Kelembaban Tanah berkorelasi sebesar 18,6% terhadap Jarak

    Edar Bekicot.

    8) Besar korelasi (Pearson Correlation) antara Kecepatan Angin (faktor

    independent) terhadap Jarak Edar Bekicot (faktor dependent) sebesar -

    0,247, artinya Kecepatan Angin berkorelasi sebesar 24,7% terhadap Jarak

    Edar Bekicot.

    9) Besar korelasi (Pearson Correlation) antara Intensitas Cahaya (faktor

    independent) terhadap Jarak Edar Bekicot (faktor dependent) sebesar -

  • 17

    0,316, artinya Intensitas Cahaya berkorelasi sebesar 32,6% terhadap Jarak

    Edar Bekicot.

    Tabel 4.3 Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardize

    d

    Coefficients

    T Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) -2132.481 676.407 -3.153 .002

    Berat Awal (X1) 61.598 17.394 .283 3.541 .001

    Panjang Awal (X2) 50.108 60.286 .066 .831 .408

    PH (X3) 6.750 13.347 .049 .506 .614

    Kelembapan Udara (X4) .698 .799 .078 .874 .384

    Suhu (X5) 3.218 1.304 .247 2.469 .015

    Kelembapan Tanah (X6) 34.753 18.019 .278 1.929 .056

    Kecepatan Angin (X7) -2.561 1.444 -.212 -1.773 .079

    Intensitas Cahaya (X8) -.120 .033 -.449 -3.632 .000

    a. Dependent Variable: Jarak Edar

    Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

    Y = -2132,481 + 61,598 X1 + 50,108 X2 + 6,750 X3 + 0,698 X4 + 3,218 X5

    + 34,753 X6 2,561 X7 0,12 X8

    Konstanta sebesar 2132,48, artinya jika X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8

    nilainya adalah 0, maka Jarak Edar Y nilainya adalah 544.577.

    1) Koefisien regresi dengan variable independen Berat Awal Bekicot (X1)

    adalah sebesar 61,598. Koefisien bernilai positif, artinya kenaikan Berat

    Awal Bekicot (X1) diikuti dengan kenaikan Jarak Edar Bekicot.

    2) Koefisien regresi dengan variable independen Panjang Cangkang Awal

    Bekicot (X2) adalah sebesar 50,108. Koefisien bernilai positif, artinya

    kenaikan Panjang Cangkang Awal Bekicot (X2) diikuti dengan kenaikan

    Jarak Edar Bekicot.

  • 18

    3) Koefisien regresi dengan variable independen pH Tanah (X3) adalah

    sebesar 6,750. Koefisien bernilai positif, artinya kenaikan pH Tanah (X3)

    diikuti dengan kenaikan Jarak Edar Bekicot.

    4) Koefisien regresi dengan variable independen Kelembaban Udara (X4)

    adalah sebesar 0,698. Koefisien bernilai positif, artinya kenaikan

    Kelembaban Udara (X4) diikuti dengan kenaikan Jarak Edar Bekicot.

    5) Koefisien regresi dengan variable independen Suhu (X5) adalah sebesar

    3,218. Koefisien bernilai positif, artinya kenaikan Suhu (X5) diikuti

    dengan kenaikan Jarak Edar Bekicot.

    6) Koefisien regresi dengan variable independen Kelembaban Tanah (X6)

    adalah sebesar 34,753. Koefisien bernilai positif, artinya kenaikan

    Kelembaban Tanah (X6) diikuti dengan kenaikan Jarak Edar Bekicot.

    7) Koefisien regresi dengan variable independen Kecepatan Angin (X7)

    adalah sebesar 2,561. Koefisien bernilai negatif, artinya kenaikan

    Kecepatan Angin (X7) diikuti dengan penurunan Jarak Edar Bekicot.

    8) Koefisien regresi dengan variable independen Intensitas Cahaya (X8)

    adalah sebesar 0,12. Koefisien bernilai negatif, artinya kenaikan

    Intensitas Cahaya (X8) diikuti dengan penurunan Jarak Edar Bekicot.

    4.2 Pembahasan

    Pembahasan Konsep Umum

    Pada praktikum kali ini adalah dilakukan pengamatan terhadap pola

    aktivitas dan jarak edar harian hewan yang menggunakan bekicot (Acatina fulica)

    sebagai hewan uji cobanya. Kusumaningsih (2004) menjelaskan bahwa jarak edar

    adalah sebuah gerakan periodik hewan dari tempat di mana ia telah tinggal ke

    daerah yang baru dan kemudian melakukan perjalanan kembali ke habitat asli. Jarak

    edar pergerakan binatang dipengaruhi oleh distribusi dan sumber daya seperti

    makanan atau habitat pemeliharaan keturunannya, dan dengan struktur fisik

    bentang lahan. Dengan demikian, ketika suatu hewan akan optimum menyesuaikan

    diri pada lahan yang lembab, maka hewaan tersebut akan bergerak mencari tempat

    yang lembab. Konsekuensinya adalah lahan yang lembab akan menjadi suatu

  • 19

    teritori bagi hewan tersebut dan di tempat itu sebagian besar dari mereka akan

    berkumpul sedangkan kalau di lahan yang kering, akan sepi dengan spesies hewan

    tersebut. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada keseimbangan

    ekosistem. Begitu juga dengan jarak edar pada bekicot (Achatina fulica). Bekicot

    (Achatina fulica) dikenal sebagai hewan nocturnal, dengan demikian akan diketahui

    bagaimana pola aktivitasnya di siang dan di malam hari. Tujuan penggunaan hewan

    bekicot (Acatina fulica) untuk bisa mempermudah dalam mengontrol jarak edar

    suatu hewan dalam interval waktu tertentu yang telah ditentukan. Bekicot (Acatina

    fulica) merupakan salah satu hewan yang memiliki pola pergerakan yang sangat

    lambat sehingga memungkinkan untuk peneliti mengamati seberapa jauh bekicot

    (Acatina fulica) itu akan bergerak. Hal ini didukung oleh sebuah literatur menurut

    Campbell, dkk. (2000) yang menyatakan bahwa bekicot menggunakan perutnya

    untuk bergerak. Sebagian dari badannya digunakan sebagai alat gerak yang disebut

    dengan kaki. Dengan pergerakan menggunakan perutnya itulah yang membuat

    bekicot berjalan dengan lambat, pergerakan yang lambat itupun sudah dibantu

    dengan menggunakan lendir. Pada bekicot sewaktu bergerak pada ujung depan kaki

    terdapat suatu kelenjar yang mengeluarkan lendir untuk memudahkan

    pergerakannya. Berbeda dengan menggunakan hewan yang memiliki daya gerak

    yang relatif tinggi, misalnya kelinci yang mudah untuk berpindah tempat sehingga

    peneliti tidak akan bisa mengontrol dalam interval waktu yang cukup lama (sekitar

    2 jam). Selain untuk mengetahui jarak edarnya, praktikum ini juga bertujuan untuk

    mengetahui bagaimana pola aktifitas hariannya sehubungan dengan fluktuasi

    kondisi faktor-faktor lingkungannya dan keperluan hidupnya. Oleh karena itu,

    dalam praktikum ini dilakukan pengukuran baik faktor yang berasal dari dalam

    tubuh bekicot itu sendiri atau faktor abiotik lain yang ada di lingkungan sehingga

    dapat dibuat acuan faktor apa saja yang akan mempengaruhi jarak edar dari bekicot

    (Acatina fulica) sebagai hewan nocturnal.

    Pembahasan Langkah Kerja

    Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan

    menggunakan lahan kebun di sekitar FKIP-UNEJ gedung 3 yaitu di sekitar parkiran

    dosen. Hal ini dikarenakan pada lingkungan itu merupakan lahan yang sangat luas

  • 20

    sehingga masih memungkinkan untuk bisa dijangkau oleh bekicot ketika bekicot

    itu bergerak. Dalam artian lain, dengan lahan yang sangat luas maka bekicot hanya

    memiliki kemungkinan yang sangat sedikit untu bergerak melebihi garis yang

    membatasi lahan. Setelah dilakukan pemetaan lahan secara ke seluruhan dengan

    ukuran 1x1 m. Tujuannya agar memudahkan peneliti untuk membuat skala pada

    milimeter blok dan memudahkan peneliti untuk mengetahui ke arah mana bekicot

    itu bergerak (bekicot itu bergerak melewati berapa petak lahan). Dimana dalam satu

    petak satuan 1 cm milimeter block kita skalakan sebagai 1 m. Inilah tujuan kenapa

    lahan yang luas tersebut dipetakkan dengan ukuran 1x1 m. Cara pemetakannya

    adalah dengan menentukan 1 titik paling ujung sebagai acuan kemudian dari satu

    titik ujung itu dilakukan pengukuran baik searah ke nanan atau ke kiri dengan

    ukuran 1 m. Setelah itu menandaai dengan patok setiap 1 m sekali (dari semua sisi

    mata angin yaitu dari sisi utara, selatan, timur dan barat). Tujuannya agar

    didapatkan ukuran yang benar-benar valid yaitu 1x1 m. Jika tidak dilakukan

    pemaatokan secara keseluran dari 4 arah, maka ditakutkan pada salah satu sisi tidak

    memiliki panjang 1x1 m sehingga akan membuat kesulitan ketika dipetaakkan

    dalam milimeter block. Setelah dilakukan pematokan dengan pasak, maka langkah

    selanjutnya adalah memasang tali rafia. Pemasangan tali rafia harus diselang-seling

    seperti anyaman. Tujuannya adalah agar tali rafia tidak mudah bergeser ketika

    terkena angin atau terkena faktor lain yang memungkinkan tali rafia itu bergeser.

    Disisi lain, anggota yang lain melakukan penimbangan berat badan bekicot dan

    pengukuran panjang cangkang bekicot. Tujuannya adalah untuk mengetahui

    apakah berat badan bekicot itu memiliki kontribusi yang sangat tinggi atau tidak

    terhadap jarak edarnya. Begitu juga dengan panjang cangkang bekicot apakah

    panjang cangkang bekicot akan memiliki kontribusi yang cukup tinggi atau tidak

    terhadap jarak edar bekicot. Selain itu juga digunakan sebagai pembanding dengan

    berat badan bekicot ketika bekicot selesai melakukan aktivitas selama 24 jam.

    Apakah bekicot itu akan bertambah berat setelah melakukan aktivitas atau tidak dan

    apakah panjang cangkang akan bertambah setelah bekicot melakukan aktivitas

    selama 24 jam. Untuk berat badan bekicot setelah aktivitas 24 jam, cenderung

    mengalami peningkatan yang kemungkinan pada lahan yang lepas tersedia banyak

    sumber makanan yang emmungkinkan bekicot itu terus makan dan bisa bertambah

  • 21

    berat badan. Selain itu, selama pergerakannya bekict akan mengeluarkan lendir

    terus-menerus. Dimungkinkan lendir yang dikeluarkan itu akan menyelimuti

    seluruh permukaan tubuhnya dan tubuhnya akan menjadi banyak air jika

    dibandingkan ketika bekicot diam. Hal inilah yang mungkin juga mampu

    menyebabkan berat badan bekicot bertambah setelah seharian beraktivitas.

    Setelah bekicot itu ditimbang berat badan dan diukur panjang

    cangkangnya maka setiap kelas harus memilih satu pohon besar yang digunakan

    sebagai titik awal strart. Selain itu, juga untuk mengetahui ke arah mana bekicot itu

    akan bergerk (ke arah vertikal atau ke arah orizontal). Perhitungan jarak edar hanya

    lebih difokuskan pada jarak edar secara horizotal karena akan memudahkan

    memetakan dalam milimeter block. Sedangkan untuk yang pergerakan secara

    vertikal jika digambarkan pada milimeter block akan hanya terlihat titik 0 saja (tidak

    bisa di gambar). Namun untuk seberapa jauh pergerakannya, maka tetap ditulis

    sebagai keterangan. Setelah memilih pohon besar sebagai titik awal bekicoit

    diletakkan maka dipasang juga bendera strart yang tujuangnya untuk bisa

    mengetahui dimana persis bekicot tiap kelompok di letakkan. Peletakkan bekicot

    pada satu pohon, tidak hanya satu kelompok saja namun semua kelompok dalam

    satu kelas, bekicotnya juga diletakkan pada satu pohon ynag sama. jika tiap

    kelompok tidak memasang bendera strat, maka tidak akan bisa dilakukan

    pengukuran seberapa jauh jarak edar bekicot ke titik selanjutnya karena tidak ada

    acuan disana. Pengukuran jarak edar dilakukan selama 2 jam (dengan interval yang

    sama) sehingga dapat diketahui dalam interval waktu yang sama namun dengan

    kondisi lingkungan yang berbeda akan memberikan efek yang sama atau berbeda

    terhadap pola aktivitas dan jarak edar tiap bekicotnya. Setelah 2 jam sekali dilkukan

    pengamatan terhadap jarak edar dengan acuan bendera awal hingga letak bekicot

    selanjutanya. Langkah ini dilakukan ingga bekicot bergerak sampai 10 kali.

    Pengukuran jarak edar yang sekarang diacukan pada bendera yang sebelumnya.

    Setelah dilakukan pengukuran jarak edar bekicot, juga dilakukan pengamatan

    terhadap aktivitas masing-masing bekicot. Apakah bekicot itu inaktif (tidur) atau

    aktif (makan, ataupun reproduksi). Tujuannya adalah untuk mengetahui lebih aktif

    mana bekicot pada malam hari atau pada siang hari. Hal ini dikaitkan dengan

    karakter bekicot sebagai hewan nocturnal. Hewan nokturnal merupakan hewan

  • 22

    yang lebih aktif pada malanm hari jika dibandingkan dengan siang hari. Oleh karena

    itu, dengan pengamatan pola aktivitas bekicot maka akan bisa dibuktikan apakah

    bekicot adalah benar-benar hewan nokturnal atau hewan diurnal. Dan dari hasil

    pengamatan, bekicot lebih aktif pada malam hari jika dibandingkan dengan siang

    hari. Kebnyakan pada siang hari mereka inaktif sesangkan pada malam hari mereka

    cenderung berjalan yang jauh. Hal ini kemungkinan dipengarui oleh faktor

    lingkungan yang mana bekicot akan mampu bergerak dengan cepat ketika tubuhnya

    mengeluarkan lendir dan salah satu adaptasinya dengan lingkungan adalah dia

    selalu membasahi dirinya denagn lendir tersebut untuk mengurangi penguapan. Jika

    bekicot aktif pada siang hari maka akan banyak sinar matahari yang terpancar ke

    dalam tubuhnya. Ketika dia aktif pada siang hari maka tubuhnya akan sebagian

    besar keluar dari cangkangnya dan ketika semakin banyak tubuhnya keluar dari

    cangkangnya, maka akan semakin banyak pula cairan dalam tubuhnya mengalami

    penguapan. Denagn demikian pada siang hari bekicot akan inaktif dan pada malam

    hari saat tidak ada cahaya dia aktif yang tujuannya untuk mempertahankan kondisi

    tubuhnya.

    Selain pengukuran tersebut, juga dilakukan pula pengukuran faktor-faktor

    lingkungan yang mempengaruhi jarak edar bekicot. Misalnya suhu udara,

    kecepatan angin, kelembaban udara, kelembaban tanah dan pH tanah.

    Tujuan dari pengukuran faktor lingkungan ini adalah untuk mengetahui

    apakah faktor-faktor itu mempengaruhi jarak edar bekicot. Selain itu juga untuk

    mengetahui faktor mana yang paling berkontribusi secara langsung terhadap

    tingginya jarak edar bekicot ketika dilakukan uji terhadap spss. Sehingga kita dapat

    menyimpulkan faktor apa yang paling berpengaruh terhadap jarak edar bekict dan

    apa alasannya yang mendasari sehingga faktor itu bisa berkontribusi secara langsug

    pada jarak edar bekicot.

    Pembahasan Hasil

    Setelah hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan,

    maka langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis data menggunakan spss dengan

    menggunakan analisis data regresi linier (bila setiap tahapan kenaikan X diikuti

    dengan kenaikan Y secara konsisten. Sehingga tujuan dari regresi adalah selain

  • 23

    untuk mengetahui keterkaitan antara X dan Y juga dgunakan untuk mengetahui

    kemiringan dari alfa atau kemiringan dari garis linier yang terbentuk akibat korelasi

    dari X dan Y. Keunggulan dari regresi juga terletak pada adanya uji anova.

    Sehingga selain untuk mengetahui keterkaitan antara faktor pengaruh dan faktor

    akibat, juga bisa digunakan untuk mengetahui suatu pengaruh dari faktor sebab

    terhadap akibat. Keunggulan lain dari analisis data regresi adalah terletak pada

    metode pencarian data yang hilang. Ketika ada suatu data yang ilang, maka dengan

    menggunakan regresi data yang hilang itu bisa dicari meskipun hilang pada tengah-

    tengah posisi.

    Analisis Deskriptif

    Dalam analisis regresi, terdapat kolom deskriptif, tabel korelasi dan tabel

    koefisient. Tabel deskriptif adalah tabel yang didalamnya data-data tertentu untuk

    mendeskripsikan data yang ada pada tabel misalnya rata-rata, simpangan baku

    maupun jumlah tiap variabel. Pada tabel deskriptif ini, tidak terdapat kolom untuk

    menganalisis data dan tidak ada besaran signifikansi. Karena pada tabel in anya

    digunakan untuk memberikan informasi seputar data saja tidak untuk mengolah

    data. Pada tabel ini terlihat jumlah yang sama antara semua variabel yaitu 130. 130

    ini diperoleh dari jumlah siput, yaitu 10 siput dikalikan 13 kali waktu pengamatan.

    Jadi untuk N diperoleh angka 130. Untuk kolom mean, digunakan untuk

    menampilkan rata-rata tiap variabel. Dengan demikian, dapat diketahui rata-rata

    berapa yang mungkin terjadi setelah dilakukan banyak kai pengamatan.Dari kolom

    rata-rata yang dibanadingkan dengan tabel hasil pengamatan yang secara rinci maka

    dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi satuan pengukuran maka semakin tinggi

    pula rata-rata yang akan diperoleh pada tabel deskriptif. Misalnya perbandingan

    pada jarak edar dan pH tanah. Jarak edar bekicot, pengukurannya denga

    menggunakan satuan cm sedangkan perjalanan bekicot ada yang mencapai satuan

    meter. Maka jika dikonversikan dari meter menjadi cm maka akan naik dalam

    satuan yaitu dari 1 m menjadi 100 cm. sedangkan untuk pH hanya memiliki rentang

    antara 1-14 saja. Dimana pH 1-6 bersifat asam, 7 netral dan selebihnya adalah basa.

    Dengan demikian jika dibandingkan diantara keduanya maka unuk jarak, akan

    memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan pH tanah. Dengan

  • 24

    demikian rata-rata yang emmiliki satuan kecil, tidak akan bisa melebihi rata-rata

    dengan satuan yang besar. Semakin tinggi satuan hitung maka semakin tinggi pula

    rata-rata yang akan diperoleh.

    Pada hasil analisis data deskriptif, maka dapat dilakukan pendeskripsian

    data sebagai berikut: untuk jarak edar bekicot, jarak edar dari 10 siput pada 13 kali

    waktu pengamatan, memiliki rata-rata 137,62 cm dengan Simpangan baku yaitu

    182,30. Sedangkan untuk berat awal siput memiliki rata-rata 28,54 gram dengan

    simpangan baku yaitu 0,84. Panjang awal siput memiliki rata-rata 6,72 cm dengan

    simpangan baku yaitu 0,24. Untuk pH tanah yang merupakan faktor lingkungan,

    memiliki rata-rata 5,62 yang berarti memiliki rata-rata pH asam, dengan simpangan

    baku yaitu 1,33. pH ini termasuk asam karena pada rentang 1-6 adalah asam, 7

    netral dan selebihnya adalah basa. Maka semakin tinggi angka yang ditunjukkan

    pada alat ukur pH maka ph tanah tersebut berarti basa begitu juga sebaliknya jika

    semakin rendah angka ynag tertera pada alat ukur pH maka menandakan pH tanah

    tersebut adalah asam. Sedangkan untuk kelembapan udara yang juga merupakan

    faktor lingkungan, memiliki rata-rata 82,89% dengan simpangan baku yaitu 20,3.

    Dari data ini maka dapat disimpulkan bahwa pada lahan tersebut memiliki

    kelembaban yang tinggi namun karena analisis hanya menggunakan tabel deskriptif

    maka kita tidak bisa mengetahui bagaimana peran kelembaban tanah terhadap jarak

    edar bekicot. Apakah dengan kelembaban yang tinggi akan meningkatkan jarak

    edar bekicot ataukah mungkin sebaliknya, kelembaban yang tinggi akan

    menurunkan jarak edar bekicot. Karena sekali lagi tabel analisis deskriptif ini hanya

    bisa digunakan untuk mendeskripsikan data saja tidak bisa untuk mengolah data

    atau menganalisis data yang lebih. Selanjutnya adalah suhu yang merupakan faktor

    lingkungan, memiliki rata-rata suhu yaitu 24,260C, dengan simpangan baku 13,99.

    Selanjutnya adalah kelembapan tanah yang merupakan faktor luar, memiliki rata-

    rata sebesar 2,72 m/hg, dengan simpangan baku 1,46. Jika dalam tabel krelasi

    ataupun tabel koefisien maka akan diketahui korelasi antara faktor dan jarak edar.

    Ketika semakin tinggi korelasi yang tertera maka akan seamkin tinggi pengaruh

    yang ditimbulkan oleh faktor-faktr tertentu terhadap jarak edar bekicot. Selanjutnya

    adalah kecepatan angin yang juga merupakan faktor luar, memiliki rata-rata

    keceparan angin sebesar 9,19 m/s, dengan simpangan baku yaitu 15,07. Dan

  • 25

    intensitas cahaya yang merupakan faktor luar, memiliki rata-rata sebesar 574,68 cd,

    dengan simpangan baku 680,54. Untuk kecepatan angin dan itensitas cahaya

    biasanya memiliki korelasi yang negatif artinya semakin tinggi kecepatan angin dan

    semakin tinggi intensitas cahaya, maka akan semakin rendah jarak edar bekicot

    tersebut. Namun untuk hipotesis ini tidak bisa dibuktikan selama belum

    menggunakan tabel korelasi, karena pada tabel ini hanya tabel deskripsi yang hanya

    mendeskripsikan saja dari tiap data tanpa adanya angka signifikansi.

    Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa analisis deskriptif

    membatasi generalisasinya pada kelompok individu tertentu yang diobservasi dan

    data deskriptif hanya menggambarkan suatu kelompok dan hanya untuk kelompok

    itu sendiri, tidak untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dari variabel satu

    terhadap variabel yang lainnya.

    Tabel Korelasi

    Tabel selanjutnya adalah tabel korelasi, tabel ini menunjukkan adaanya

    hubungan antar satu variabel dengan variabel yang lain. Korelasi ini akan

    memberikan hubungan antara prediktor terhadap asil. Dimana prediktor yang ada

    pada tabel korelasi ini adalah faktor-faktor baik faktor lingkungan maupun faktor

    internal bekicot terhadap akibat atau hasil yaitu jarak edar dari bekicot tersebut.

    Dalam tabel korelasi ini akan tampak koefisien korelasi yang positif dan negati.

    Jika koefisien korelasi yang tampak adalah positif maka data tersebut menunjukkan

    bahwa peningkatan faktor lingkungan atau faktor internal tubuh bekicot tertentu

    diikuti dengan peningkatan daya edar dan jika koefisien korelasi itu menunjukkan

    negatif maka data tersebut menunjukkan bahwa peningkatan faktor lingkungan atau

    faktor internal tubuh bekicot diikuti dengan penurunan jarak edar bekicot. Jadi

    untuk analisis korelasi ini hanya menunjukkan hubungan antara variabel X dan Y

    saja dimana seri X memiliki hubungan atau tidak dengan seri Y. Pada analisis ini

    tidak ada kontrol dan treathment karena yang dikorelasikan ya hanya dua variabel

    itu saja yang merupakan data tunggal. Berbeda dengan anova yang menggunakan

    treathment dan kontrol yang menjadikan data lebih dan mengetahui pengaruh dari

  • 26

    antara kontrol dan treathment terhadap hasil. Pada analisis korelasi ini banyaknya

    X selalu diikuti dengan banyaknya Y.

    Maka dalam data korelasi dapat dilakukan interpretasi bahwa besar

    korelasi (pearson correlation) antara jarak edar bekicot (faktor dependent) terhadap

    dirinya sendiri (jarak edar) adalah sebesar 1,000, karena diproyeksikan terhadap

    dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan data yang sangat valid. Jika saja data ini tidak

    sama dengan satu maka terdapat error dalam data yang dianalisis. Tidak mungkin

    jika diri sendiri dikorelasikan dengan dirinya sendiri akan menghasilkan koefisien

    korelasi kurang dari 1,00. Yang kedua adalah korelasi antara berat awal bekicot dan

    jarak edar bekicot. Besar korelasi (pearson correlation) antara berat awal bekicot

    (faktor independent) terhadap jarak edar bekicot (faktor dependent) sebesar 0,277,

    artinya berat awal bekicot berkorelasi sebesar 27% terhadap jarak edar bekicot. Dan

    ini menandakan bahwa terjadi grafik naik (naiknya berat tubuh akan diikuti dengan

    jarak edar bekicot). Korelasi yang ketiga adalah korelasi antara panjang cangkang

    terhadap jarak edar bekicot. Besar korelasi (pearson correlation) antara panjang

    cangkang awal bekicot (faktor independent) terhadap jarak edar bekicot (faktor

    dependent) sebesar 0,044, artinya panjang cangkang awal bekicot berkorelasi

    sebesar 4,4% terhadap jarak edar bekicot. Hal ini menandakan bahwa terjadi grafik

    naik (naiknya panjang cangkang akan diikuti dengan jarak edar bekicot), namun

    koefisien korelasinya hanya sedikit yang hanya sekitar 4,4%. Besar korelasi

    (pearson correlation) antara ph tanah (faktor independent) terhadap jarak edar

    bekicot (faktor dependent) sebesar -0,083, artinya ph tanah berkorelasi sebesar

    8,3% terhadap jarak edar bekicot. Namun tanda negatif menunjukkan bahwa

    kenaikan variabel X yang sebagai prediktor yaitu ph tanah diikuti dengan

    penurunan variabel Y sebagai hasil yaitu jarak edar. Sehingga dapat disimpulkan

    bahwa semakin tinggi ph tanah maka kondisi tanah tersebut akan semakin basah.

    Dan ketika semakin basah ph tanah maka analisis korelasi ini menunjukkan

    semakin menurunnya jarak edar bekicot. Korelasi selanjutnya adalah antara

    prediktor kelembaban udara terhadap jarak edar bekicot. Besar korelasi (pearson

    correlation) antara kelembaban udara (faktor independent) terhadap jarak edar

    bekicot (faktor dependent) sebesar 0,061, artinya kelembaban udara berkorelasi

    sebesar 6,1% terhadap jarak edar bekicot. Dengan koefisien tanda positif tersebut

  • 27

    berarti menunjukkan bahwa semakin tinggi kelembaban udara akan semakin tinggi

    jarak edar bekicot karena tanda positif koefisien korelasi menunjukan bahwa

    peningkatan variabel X yang sebagai prediktor yaitu kelembaban suhu diikuti

    dengan peningkatan jarak edar bekicot. Korelasi yang selanjutnya adalah korelasi

    antara suhu terhadap jarak edar bekicot. Besar korelasi (pearson correlation) antara

    suhu (faktor independent) terhadap jarak edar bekicot (faktor dependent) sebesar

    0,041, artinya suhu berkorelasi sebesar 4,1% terhadap jarak edar bekicot. Suhu

    sebenarnya jika dilakukan analisis, maka suhu yang tinggi akan menyebabkan jarak

    edar bekicot semakin rendah. Hal ini terkait dengan tubuh bekicot yang cenderung

    lunak dan berlendir, ketika suhu tingga maka bekicot cenderung untuk diam

    tujuannya adalah untuk mengurangi penguapan. Misalkan saja bekicot aktif

    bergerak pada suhu yang tinggi maka semakin banyak pula bagian tubuh yang

    terkena cahaya matahari. Hal ini akan menyebabkan semakin banyak lendir tubuh

    yang terkena cahaya dan terjadi penguapan. Oleh karena itu siput merupakan hewan

    nokturnal yang lebih aktif pada malam hari yang tujuannya adalah untuk

    mengurangi penguapan pada dalam dirinya. Dengan pernyataan yang seperti inilah

    maka semakin tinggi suhu akan semakin rendah jarak edar. Dan dengan demikian

    seharusnya koefisien korelasi akan menunjukkan angka yang negatif. Karena jika

    semakin tinggi variabel X yang sebagai prediktor akan diikuti dengan penurunan

    jarak edar bekicot. Korelasi yang selanjutnya adalah antara kelembaban tanah

    terhadapjarak edar bekicot. Besar korelasi (pearson correlation) antara kelembaban

    tanah (faktor independent) terhadap jarak edar bekicot (faktor dependent) sebesar -

    0,186, artinya kelembaban tanah berkorelasi sebesar 18,6% terhadap jarak edar

    bekicot. Untuk analisis korelasi antara kelembaban tanah terhadap jarak edar

    bekicot ini sangat sulit untuk di percaya. Dalam kontribusi kelembaban tanah

    terhadap jarak edar bekicot, maka kelembaban tanah ini dimungkinkan memiliki

    kontribusi yang paling tinggi terhadap jarak edar bekicot. Jika dikaitkan dengan

    analisis teori, maka bekicot akan mudah bergerak dalam tanah yang lembab.

    Kelembaban tanah tersebut dengan bantuan lendir dari dalam tubuhnya, akan

    memudahkan bekicot tersebut untuk mudah dalam bergerak. Bagian gasternya

    bekicot, terjadi kontak langsng dengan dengan tanah sehingga akan memungkinkan

    ketika semakin lembab tanah yang digunakan untuk bekicot bergerak maka akan

  • 28

    semakin mudah bekicot tersebut menyensor tanah tersebut sehingga semakin tinggi

    kelembaban tanah maka akan semakin tinggi jarak edar bekicot. Keadaan yang

    berbalik denagn teori ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kesalahan praktikan

    saat melakukan pengukuran atau saat melakukan pemasukan data pada tabel

    pengamtan. Selanjutnya adlah korelasi antara kecepatan angin terhadap jarak edar.

    Besar korelasi (pearson correlation) antara kecepatan angin (faktor independent)

    terhadap jarak edar bekicot (faktor dependent) sebesar -0,247, artinya kecepatan

    angin berkorelasi sebesar 24,7% terhadap jarak edar bekicot. Dan korelasi yang

    terakhir adalah antara intensitas cahaya terhadap jarak edar bekicot. Besar korelasi

    (pearson correlation) antara intensitas cahaya (faktor independent) terhadap jarak

    edar bekicot (faktor dependent) sebesar -0,316, artinya intensitas cahaya berkorelasi

    sebesar 32,6% terhadap jarak edar bekicot. Dari keseluruhan data tersebut maka

    tingkat koefisien korelasi antara prediktor terhadap hasil memiliki tingkat yang

    berbeda-beda. Ada yang memiliki tingkat korelasi yag positif yang menandakan

    bahwa peningkatan prediktor diikuti dengan peningkatan jarak edar bekicot.

    Namun untuk tingkat korelasi yang negatif, maka menandakan bahwa peningkatan

    presiktor diikuti denagn penurunan hasil (variabel Y).

    Tabel Koefisien

    Analisis tabel yang selanjutnya adalah tabel koefisien. Tabel koefisien ini

    merupakan tabel yang menggambarkan regresi antara varibel yang satu dengan

    variabel yang lainnya. Analisis regresi ini yang biasa dilakukan adalah tipe linier

    yaitu bila tiap step-step penaikan X diikuti denngan penaikan Y, sehingga akan

    terlihat garis lurus. Namun yang dijadikan acuan bukan seberapa besar nilai

    penaikan tapi nilai penaikan akan menyesuaikan dengan garis linier tersebut

    sehingga akan tampak garis yang lurus. Regresi ini sebenarmya sama dengan

    korelasi namun regresi lebih kompleks karenakita juga bisa mengetahui besarnya

    Y ketika koefisien dan intercept-nya telah diketahui.

    Dalam hasil tabel kefisien ini didapatkan persamaan regresi sebagai

    berikut: Y = a+bX. Dan hasil dari analisis koefisien tersebut didapatkan bahwa Y=

    -2132,481 + 61,598 X1 + 50,108 X2 + 6,750 X3 + 0,698 X4 + 3,218 X5 + 34,753 X6

    2,561 X7 0,12 X8. Nilai Y menunjukkan variabel yang terikat terhadap X. -

  • 29

    2132,481 merupakan suatu intercept, makna dari angka intercept atau konstanta

    adalah besarnya adalah sama dengan intercept ketika besarnya nilai X adalah sama

    dengan 0. Ketika angka intercept adalah -2132,481 maka nilai Y juga -2132,481.

    Sedangkan b adalah koefisien regresi, yang mana koefisien regresi ini merupakan

    kemiringan atau slope dari suatu hubungan variabel X terhadap Y. Besarnya

    kemiringan tersebut adalah yang bisa dilihat dari perbandingan antara

    yang

    disebut dengan tangen . Semakin besar nilai maka semakin besar kemiringan X

    terhadap Y.

    Dengan melihat hasil interpretasi data tersbut maka yang memiliki

    kntribusi paling tinggi adalah berat awal sebesar 61,598, kemudian disusul dengan

    panjang awal sebesar 50,108, kemudian kelembaban tanah yaitu sebesar 34,753,

    kemudian disusul oleh Ph sebesar 6,750, suhu sebesar 3,218, kelembaban udara

    sebesar 0,698, intensitas cahaya sebesar -0,12 dan kecepatan angin sebesar -2,561.

    Dengan demikian maka ada koefisien yang memiliki nilai positif dan ada koefisien

    yang memiliki nilai negatif. Kebanyak faktor memiliki nilai koefisien yang positif

    kecuali pada intensitas cahaya dan kecepatan angin.

    Analisis Regresi Berdasarkan Faktor Prediksi

    Jika dikaitkan dengan faktor kecepatan angin dan intensitas cahaya, maka

    dapat dipercaya jika nilai koefisiennya adalah negatif. Hal ini dikaitkan dengan sifat

    bekicot sebagai hewan nokturnal yaotu hewan yang aktif beraktivitas pada malam

    hari. Sehingga pada siang hari maka hewan ini cenderung akan diam. Apalagi

    dengan intensitas cahaya yang tinggi dan kecepatan angin yang tingi. Bekicot

    cenderung selalu mensekresikan lendir untuk menjaga homeostasis dalam tubuhnya

    karena aktivitas bekicot cenderung menjadikan tubuhnya keluar dari angkangnya,

    maka semakin tinggi cahaya dan semakin tinggi kecepatan angin dn bekicot tetap

    keluar dari cangkang, maka semakin cepat pula lendir yang dikeluarkan itu akan

    mengalami penguapan. Dengan demikian untuk mengurangi penguapan tersebut,

    bekicot akan cenderung diam pada siang hari. Apalagi semakin tinggi intensitas

    cahaya dan kecepatan angin maka akan semakin tinggi suhu yang akan membuat

    bekicot cenderung menyensor keadaan tersebut untuk tidak keluar dari cangkang.

  • 30

    Dengan melihat koefisien yang positif maka yang paling tinggi

    kontribusinya adalah berat awal dan panjang sedangkan kelembaban tanah

    menempati keddudukan ketiga. Kemungkinan berat yang tinggi dan panjang yang

    lebih akan tersedia banyak visera dalam cangkang bekicot sehingga untuk mejaga

    homeostasis bekicot tersebut maka semakin banyak lendir yang di sekresikan.

    Kembali lagi dengan kaitannya fungsi lendir adalah sebagi pelicin tubuh bekicot

    yang memudahkan dalam pergerakan. Maka dimungkinkan semakin besar berat

    tubuh dan semakin panjang cangkang tubuh maka akan semakin banyak visera

    tubuh dan menyebakan pula semakin banyak lendir yang disekresikan. Dengan

    demikian akan mempermudah dalam pergerakan bekicot. Namun dalam suatu

    literatur lain ada yang mengatakan bahwa kelembaban yang tinggi akan memiliki

    kontribusi yang paling tinggi juga terhadap jarak edar bekicot. Hal ini disebabkan

    bekict akan lebih mudah mensensor keadaan lingkungan saat keadaan tanah itu

    dengan kelembaban yang tinggi. Dimana bagian perut bekicot yang digunakan

    sebagai kaki untuk berjalan mengalai kontak langsung dengan tanah. Maka semakin

    lembab kondisi tanah maka akan menyebabkan semakin jauh pula jarak edar

    bekicot.

    Ph terlihat lebih tinggi kontribusinya terhadap jarak edar bekicot jika

    dibandingkan dengan suhu. Dan suhu lebih tinggi jika dibandingkan dengan

    kelembaban udara. Dimungkinkan bekicot suka dengan tanah yang memiliki

    phyang tinggi maka semakin tinggi ph akan semakin tinggi pula jarak edar bekicot.

    Untuk kaitannya dengan suhu maka suhu kontribusinya akan lebih rendah jika

    dibandingkan denagn kelembaban tanah. Karena bekicot suka dengan kelembaban

    yang tinggi dan suhu lingkungan yang rendah. Dengan demikian tubuh bekicot

    khusunya bagian perutnya akan bersentuhan langsung dengan tanah sedangkan

    untuk yang suhu lingkungan memang benar akan memberikan dampak pada jarak

    edar bekicot namun untuk suhu lingkungan, tidak bisa terjadi kontak langsung

    dengan tubuh bekicot karena sebagian besar suhu lingkungan berada pada udara

    yang mana udara berada pada bagian atas tubuh bekicot. Sehingga suhu akan

    terhalangi oleh cangkang bekicot. Namun dalam literatur lain dijelaskan bahwa

    suhu memiliki hubungan yang negatif dengan jarak edar bekicot karena semakin

    tinggi suhu maka akan membuat bekicot semakin diam. Sehingga memberikan

  • 31

    perbandingan yang terbalik. Untuk kelembaban udara juga memiliki kntribusi

    langsung namun tidak sebesar kelembaban tanah. Karena kelembaban tanah akan

    bersentuhan langsung dengan tubuh bekicot sedangkan kelembaban tanah sama

    kasusnya dengan suhu yang mana akan terhalang oleh cangkang dari siput tersebut.

    Namun bedanya kelembaban suhu akan memberikan angka yang positif karena

    bekicot akan mudah bergerak dengan kondisi kelembaban udara yang tinggi.

    Dengan demikian semakin tinggi kelembaban udara maka semakin tinggi pula jarak

    edar bekicot meskipun kelembaban udara tersebut sedikit terhalangi oleh cangkang

    tubuh yang menutupi tubuh bekicot tersebut.

    Pembahasan Pola Aktivitas Bekicot

    Bekicot merupakan hewan nokturnal yang cenderung melakukan aktivitas

    pada malam hari berbeda dengan hewan diurnal yang cenderung melakukan

    aktivitas pada siang hari ketika ada cahaya. Hal ini didukung oleh Campbell, dkk.

    (2000) yang menyatakan bahwa bekicot (Achatina fulica) dikenal sebagai hewan

    nocturnal, dengan demikian akan diketahui bagaimana pola aktivitasnya di siang

    dan di malam hari. Oleh karena itu, dalam hasil pengamatan maka didapatkan

    bahwa banyaknya aktivitas bekicot baik makan, ataupun bereproduksi, bekicot akan

    cenderung terjadi pada malam hari sehingga pada saat malam hari pun, akan

    ditemukan perpindahan bekicot yang cukup jauh. Hal ini ditunjukka denagn ukuran

    jarak edar pada malam hari lebih tinggi jika dibandingkan dengan pada siang hari.

    Dijumpai juga pada malam hari, bekicot ada yang melakukan reproduksi denagn

    lawan jenisnya.

  • 32

    BAB V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari praktikum Pola aktivitas dan jarak edar harian Achatina fulica yang telah

    dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa

    5.2 Rata-rata jarak yang ditempuh Achatina fulica dalam melakukan

    aktivitas hidupnya dan pola aktivitas harian byaitu 137,62 cm untuk

    jumlah 10 siput pada 13 kali pengamatan.

    5.3 Jarak edar harian Achatina fulica berkorelasi dengan ukuran tubuh,

    dimungkinkan semakin besar berat tubuh dan semakin panjang cangkang

    tubuh maka akan semakin banyak visera tubuh dan menyebakan pula

    semakin banyak lendir yang disekresikan. Dengan demikian akan

    mempermudah dalam pergerakan bekicot.

    5.4 Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi jarak edar dan pola

    aktivitas harian Achatina fulica adalah suhu udara, kecepatan angin,

    kelembaban udara, kelembaban tanah dan pH tanah.

    5.5 Saran

    Perlu dilakukan uji lanjutan terkait pola aktifitas dan jarak edar harian ini sebab

    pada pelaksanaan praktikum sangat dimungkinkan terjadi kesalahan praktikan

    baik dalam hal metode pengambilan sampel, perhitungan menggunakan alat,

    atau yang lainnya.

  • 33

    DAFTAR PUSTAKA

    Aprianto. 2010. Pola Perpindahan Beruang Kutub. http://chusnan.web.ugm.

    ac.id/index.php?subaction=showfull&id=1196835229&archive=&start_fro

    m = & ucat =2&do=artikel. [Diakses, 19 Mei 2015]

    Browidjojo, M. Dj. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga : Jakarta

    Campbell, Neil. A. 2000. Biologi Jilid I. Erlangga : Jakarta

    Herliani, Mica. 2008. Kompetisi Intraspesifik. http://Pengetahuan.com [Diakses,

    19 Mei 2015]

    Kusumaningsih, Triana. 2004. Pembuatan Kitosan dari Kitin Cangkang Bekicot

    (Achatina fulica) . Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sebelas Maret

    Surakarta. Vol.2(6).

    Majidsyahreza. 2012. Kinerja Hewan Di Lingkungannya Dengan Menentukan Pola

    Aktifitas Dan Jarak Edar Serta Luas Daerah Harian

    Hewan. http://majidsyahreza89.wordpress.com [Diakses, 19 Mei 2015]

    Pechenik, J. 2000. Biology of The Invertebrates. Four Edition : Mc Graw Hill.

    Struthers, M. 2002. The physical and chemical microstructure of the Achatina

    fulica epiphragm. Department of Chemistry and Department of Petroleum

    EngineeringHeriot watt University Edinburgh EH144AS, UK. Vol.68 : 166

    Sukarsono. 2009. Ekologi Hewan. UMM Press : Malang

    Tjitrosoepomo, Gembong, dkk. 2004. Biologi II. Jakarta : Dedikbud

    Tomiyama, Kiyonori. 1996. Mate-choice criteria in a protandrous simultaneously

    hermaphrodit ic land snail Achatina Fulica (FERUSSAC)

    (STYLOMMATOPHORA: ACHATINIDAE). Laboratory of Wildlife

    Conservation, National Institute for Environmental Studies, Onogawa 16-2,

    Tsukuba 305, Japan. Vol . 62 : 102.

    Wirahadikusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta