tugas ekologi hewan

30
TUGAS EKOLOGI HEWAN EKOLOGI TINGKAH LAKU HEWAN : Ekologi Tingkah laku Semut Sebagai Makhluk Sosial OLEH : MARIANIM (G1A008028) SRI NUR FITHRIYANI (G1A008018) NURHAIDA HAFNI (G1A008005) UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS MIPA PROGRAM STUDI BIOLOGI

Upload: arrayyan-doublesun

Post on 02-Jul-2015

1.185 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS EKOLOGI HEWAN

TUGAS EKOLOGI HEWAN

EKOLOGI TINGKAH LAKU HEWAN : Ekologi Tingkah laku Semut

Sebagai Makhluk Sosial

OLEH :

MARIANIM (G1A008028)

SRI NUR FITHRIYANI (G1A008018)

NURHAIDA HAFNI (G1A008005)

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS MIPA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

2011

Page 2: TUGAS EKOLOGI HEWAN

EKOLOGI TINGKAH LAKU SEMUT SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

ABSTAK

Marianim , Sri Nur fithriyani, Nurhaida hafni[1]

[1] Mahasiswa Program Studi Biologi Fakultas Mipa Universitas Mataram

Semut merupakan hewan berukuran kecil dengan populasi terpadat di dunia, bersifat

sosial yang hidup berkoloni dengan tatanan yang terorganisir dengan baik sehingga

memiliki tingkah laku/prilaku yang unik. Tanpa kita sadari, prilaku semut yang unik ini

dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam pengembangan keilmuan modern, salah satunya

adalah proses pewarnaan graf yang terinspirasi dari prilaku semut dalam mencari makan.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengatahui beberapa ekologi prilaku semut.

Metode yang digunakan adalah metode telaah pustaka dari beberapa sumber bacaan

seperti jurnal maupun internet.

Kata kunci ; prilaku, semut, sosial.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kajian tentang tingkah laku hewan adalah salah satu aspek tertua dalam

bidang biologi dan merupakan pengetahuan yang penting bagi kelangsungan hidup

manusia, karena dengan mempelajari kebiasaan-kebiasaan berbagai hewan yang ada

disekitarnya, manusia purba dapat meningkatkan peluangnya dalam mendapatkan

ketersediaan makanan serta dapat menurunkan peluang mereka untuk menjadi

mangsa bagi hewan-hewan lain (Campbell, 2004).

Salah satu yang menjadi perdebatan pada kajian mengenai perilaku hewan

yang sudah lama berlangsung adalah suatu pertanyaan mengenai apakah perilaku

merupakan sesuatu yang bersifat spontan atau merupakan kombinasi dari reaksi-

reaksi sederhana terhadap lingkungan. Kebanyakan ahli fisiologis, secara objektif

mengklaim bahwa perilaku adalah semua reaksi. Hal ini sejalan dengan penemuan

adanya gerak refleks yang ditemukan pada hewan. Pada akhirnya para ahli fisiologis

menyimpulkan bahwa refleks dan refleks yang dikondisikan hanyalah merupakan

Page 3: TUGAS EKOLOGI HEWAN

elemen dari perilaku. Ada dua opini tentang perilaku, bahwa perilaku merupakan

reaksi terhadap stimulus eksternal. Sementara perilaku spontan dipengaruhi faktor

dari dalam, misalnya faktor motivasi (Suhara, 2010).

Dalam komposisi biomassa serangga di dunia, setidaknya sepertiganya terdiri

atas semut. Jumlah tersebut cukup besar mengingat jumlah total spesies semut kurang

dari 2% jumlah total spesies serangga (Suhara, 2010). Semut merupakan hewan

berukuran kecil dengan populasi terpadat di dunia, bersifat sosial yang hidup

berkoloni dengan tatanan yang terorganisir dengan baik sehingga memiliki tingkah

laku/prilaku yang unik jika dilihat dari caranya mencari makan kemudian membawa

makanannya, mempertahankan diri dari ganguang musuh, cara komunikasi dengan

semut lain, dan masih banyak lagi keunikan-keunikan prilaku yang terdapat pada

hewan yang satu ini. Sehingga mempelajari tingkah laku semut merupakan salah satu

aspek yang menarik dalam ekologi.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui bagaiaman prilaku/kebiasaan semut dalam ekologi tingkah laku

hewan

1.3 Manfaat

Dapat mengetahui prilaku semut dalam kaitannya dengan ekologi tingkah laku

hewan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 4: TUGAS EKOLOGI HEWAN

2.1 Ekologi Prilaku

Kajian mengenai prilaku hewan sangat penting untuk dapat memahami evolusi

dan interaksi-interaksi ekologis pada hewan. Definisi prilaku pada kamus mungkin

berupa bertindak, bereaksi, atau berfungsi dalam suatu cara tertentu sebagai respon

terhadap beberapa rangsangan (stimulus). Banyak prilaku memang terdiri atas

aktivitas otot yang dapat diamati secara eksternal, yaitu komponen bertindak dan

bereaksi dari definisi tersebut. Ketika kita mengamati suatu prilaku tertentu, kita

cenderung untuk menanyakan pertanyaan proksimat dan ultimat. Dalam kajian prilaku

hewan, proksimat merupakan mekanistik berkaitan dengan stimulus lingkungan jika

ada, yang memicu suatu prilaku, dan juga mekanisme genetik dan fisiologis yang

mendasari suatu tindakan. Sedangkan pertanyaan ultimat ini berkenaan dengan makna

evolusioner prilaku. Prilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi fenotipik (suatu

norma reaksi) yang bergantung pada lingkungan, dimana genotip itu diekspresikan.

Prilaku dapat diubah oleh pengalaman di lingkungan. Pada sisi lainnya, bentuk

pnyelesaian masalah yang paling berkembang ditandai oleh norma reaksi yang sangat

luas. Namun demikian, prilaku juga memiliki suatu komponen genetik yaitu prilaku

bergantung pada gen-gen yang ekspresinya menghasilkan sistem neuron yang tanggap

terhadap kemajuan pembelajaran. Sebagian besar ciri prilaku adalah filogenik, dengan

norma reaksi yang luas. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi prilaku

adalah semua kondisi di mana gen yang mendasari prilaku itu diekspresikan. Hal ini

meliputi lingkungan kimiawi di dalam sel,dan juga semua kondisi hormonal dan

kondisi kimiawi dan fisik yang dialami sebuah telur atau di dalam rahim. Prilaku juga

meliputi interaksi beberapa komponen sistem saraf hewan dengan efektor , dan juga

berbagai interaksi kimia, penglihatan, pendengaran, atau sentuhan dengan organisme

lain (Campbell, 2004).

2.2 Prilaku Sosial

Secara luas, prilaku sosial dapat didefinisikan sebagai setiap jenis interaksi antara

dua hewan atau lebih, umumnya dari spesies yang sama. Meskipun sebagian besar

spesies yang bereproduksi secara seksual harus bersosialisasi pada siklus hidup

mereka dengan tujuan untuk bereproduksi, beberapa spesies menghabiskan sebagian

besar hidupnya dalam hubungan yang dekat dengan spesies sejenisnya. Interaksi sosial

Page 5: TUGAS EKOLOGI HEWAN

telah lama menjadi suatu fokus penelitian bagi peneliti yang mempelajari prilaku.

Kerumitan prilaku meningkat secara dramatis ketika interaksi antarindividu

dipertimbangkan. Penyerangan, percumbuan, kerjasama, dan bahkan kebohongan

merupakan bagian dari keseluruhan prilaku sosial. Prilaku sosial memiliki keuntungan

dan biaya bagi anggota spesies yang berinteraksi secara ekstensif (Campbell, 2004).

2.2 Semut

Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut

termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi

atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan

tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang

terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut

pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai

sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala

disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah

kesatuan (Anonim, 2011).

2.2.1 Morfologi

Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan

metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain

yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang

berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara

mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang

abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node

(hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).

Page 6: TUGAS EKOLOGI HEWAN

Sumber: http://forum.kompas.com/showthread.php?33345-S-e-m-u-t

Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka

luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot,

berbeda dengan kerangka manusia dan hewan bertulang belakang. Serangga tidak

memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada

bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga

tidak memiliki sistem peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki

saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut

"aorta punggung" yang fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri

dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan

beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam

tubuhnya.

Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga

lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih

kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga

punya tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya

dan polarisasi.

Page 7: TUGAS EKOLOGI HEWAN

Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Ant_head_closeup.jpg&filetimestamp=20060810164230

Gambar : gambar dekat memperlihatkan rahang bawah dan mata semut yang kecil

Kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan

beberapa jenis dari mereka buta. Namun, beberapa spesies semut, semisal semut

bulldog Australia, memiliki penglihatan yang baik. Pada kepalanya juga terdapat

sepasang antena yang membantu semut mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena

semut juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon

yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat

peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan

kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk

membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan.

Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam kantung kecil

untuk menyimpan makanan untuk sementara waktu sebelum dipindahkan ke semut

lain atau larvanya.

Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya

terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada

permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap.

Namun, setelah kawin betina akan menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut

yang tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit tidak memiliki sayap.

Di bagian metasoma (perut) semut terdapat banyak organ dalam yang penting,

termasuk organ reproduksi. Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang

Page 8: TUGAS EKOLOGI HEWAN

terhubung dengan semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan

melindungi sarangnya. Spesies semut seperti Formica yessensis memiliki kelenjar

penghasil asam semut yang bisa disemprotkan ke arah musuh untuk pertahanan

(Anonim,2011).

2.3 Jenis-Jenis Semut

Semut kayu Semut merah

Semut hitam

Sumber: http://jurnallaporan.blogspot.com/

Page 9: TUGAS EKOLOGI HEWAN

2.4 Interaksi antara sesama semut

A B

C

Sumber: http://unic77.info/

Keterangan:

A: Semut Pristomyrmex punctatus dengan aphid yang menjadi pasangan simbiosisnya:

B: Semut Crematogaster sp. bersama anakannya di dalam kayu lapuk:

C: Semut Paratrechina longicornis saling berinteraksi:

2.4 Hewan yang hidup bersama semut

Sejak lebih dari seabad yang lalu diketahui bahwa sejumlah spesies serangga

hidup bersimbiosis dengan semut. Sebagian besar dari spesies ini merampok makanan

dari koloni semut, sementara sebagian lainnya menggantungkan sebagian atau seluruh

hidupnya pada koloni semut. Spesies yang hidup sebagai parasit termasuk berbagai

serangga, misalnya kumbang, kutu, lalat, dan tawon.

Page 10: TUGAS EKOLOGI HEWAN

Sebagian parasit ini hidup di sarang semut dan menarik keuntungan dari

kehidupan sosial semut. Dalam beberapa kasus, semut tidak berkeberatan meskipun

serangga larva dan telurnya dimakan parasit ini. Bahkan, serangga ini tidak hanya

diperbolehkan memasuki sarang, larva mereka juga diberi makan dan dibesarkan

sebagaimana layaknya larva semut.

Sebagaimana diketahui, dalam komunitas semut terdapat sistem komunikasi

yang rumit. Dengan sistem ini, semut dapat membedakan anggota koloni mereka

dengan pendatang. Kemampuan ini berfungsi sebagai "sistem pertahanan bersama".

Namun, serangga pendatang dapat masuk ke sarang semut dengan berbagai cara. Hal

ini menunjukkan bahwa mereka telah berhasil memecahkan sandi komunikasi dan

identifikasi yang digunakan semut. Dengan kata lain, mereka mampu berkomunikasi

dengan bahasa semut, baik secara mekanik maupun kimiawi (Yahya, 2004).

BAB III

METODE

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah telaah pustaka dari

buku dan browsing internet.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Riset

Dari hasil riset yang diperoleh dari suatu jurnal, maka diperoleh suatu informasi

bahwa prilaku semut khususnya prilaku dalam mencari makan dapat dimanfaatkan

untuk menyelesaikan pewarnaaan graf. Informasi ini didapatkan dalam jurnal

penelitian yang berjudul Pemanfaatan Algoritma Semut untuk Penyelesaian Masalah

Pewarnaan Graf, yang di tulis oleh Anugrah Adeputra, seorang mahasisiwa dari,

Sekolah Teknik Elektro & Informatika ITB, Program Studi Informatika. Selain itu,

dari suatu artikel diperoleh pula informasi bahwa semut dapat mencium aroma

kematian, hal ini merupakan penemuan dari Dong-Hwan Choe, peneliti utama riset di

University of California, Riverside, Amerika Serikat.

Page 11: TUGAS EKOLOGI HEWAN

Penelitian lain dilakukan oleh para peneliti dari Amerika. Penelitian ini tentang

pengujian tingkat ketertarikan garam dan gula antara semut pedalam dengan semut di

dekat laut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semut pedalaman memiliki

ketertarikan lebih terhadap garam dari pada gula. Mereka mempelajari perilaku semut

dari Amerika Tengah, Selatan, dan Utara yang hidup di lokasi berbeda-beda. Semut

yang hidup di habitat berjarak 96 kilometer dari garis pantai ternyata lebih suka

larutan garam satu persen daripada larutan gula 10 persen.

4.2 PEMBAHASAN

Berikut ini merupakan pemaparan mengenai prilaku-prilaku semut berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan.

Prilaku Semut mencari makan

Hewan kecil ini dalam hidupnya membentuk satu kesatuan dalam

koloninya. Suatu perilaku yang penting dan menarik untuk ditinjau dari suatu

koloni semut adalah perilaku mereka pada saat mencari makan, terutama

bagaimana mereka mampu menentukan rute untuk menghubungkan antara

sumber makanan dengan sarang mereka. Ketika berjalan menuju sumber makanan

dan sebaliknya, semut meninggalkan jejak berupa suatu zat yang disebut

Pheromone. Semut-semut dapat mencium Pheromone, dan ketika memilih rute

yang akan dilalui, semut akan memiliki kecenderungan untuk memilih rute yang

memiliki tingkat konsentrasi Pheromone yang tinggi. Jejak Pheromone tersebut

memungkinkan semut untuk menemukan jalan kembali ke sumber makanan atau

sarangnya. Seiring waktu, bagaimanapun juga jejak Pheromone akan menguap

dan akan mengurangi kekuatan daya tariknya. Lebih lama seekor semut pulang

pergi melalui suatu jalur, lebih tinggi pula jumlah Pheromone yang menguap.

Sebagai perbandingan, sebuah jalur yang pendek akan diikuti oleh semut lainnya

dengan lebih cepat, dan dengan demikian konsentrasi Pheromone akan tetap

tinggi. Penguapan Pheromone juga mempunyai keuntungan untuk mencegah

konvergensi pada penyelesaian optimal secara lokal. Jika tidak ada penguapan

sama sekali, jalur yang dipilih semut pertama akan cenderung menarik secara

berlebihan terhadap semut-semut yang mengikutinya. Pada kasus yang demikian,

eksplorasi ruang penyelesaian akan terbatasi. Oleh karena itu, ketika seekor semut

Page 12: TUGAS EKOLOGI HEWAN

menemukan jalur yang bagus (jalur yang pendek) dari koloni ke sumber makanan,

semut lainnya akan mengikuti jalur tersebut, dan akhirnya semua semut akan

mengikuti sebuah jalur tunggal. Ide algoritma koloni semut adalah untuk meniru

perilaku ini melalui 'semut tiruan' berjalan seputar grafik yang menunjukkan

masalah yang harus diselesaikan. Perilaku mengikuti jejak Pheromone tersebut

telah dibuktikan secara eksperimental, digunakan oleh koloni semut untuk

mengetahui rute terpendek untuk mencapai sarang atau sumber makanan

berdasarkan jejak-jejak Pheromone yang ditinggalkan oleh masing-masing semut

yang ada. Berdasarkan perilaku tersebut, maka dikembangkanlah suatu algoritma

untuk menyelesaikan suatu masalah komputasi dengan menemukan jalur terbaik

melalui grafik (Adeputra, ).

Prilaku Semut Pedalaman lebih menyukai garam daripada gula

Prilaku ketertarikan semut pedalaman terhadap garam lebih besar jika

dibandingkan dengan gula disebabkan karena asupan garam yang diperolehnya

sedikit jika dibandingkan dengan semut yang hidup di dekat laut, sebagaimana

yang tuturkan oleh Profesor Robert Dudley yang merupakan salah satu peneliti

dari Universitas California Berkeley, AS menyatakan bahwa Ketertarikan

terhadap garam meningkat seiring jarak dari laut. Kesimpulan ini tentunya

diambil setelah Dudley dan koleganya dari Universitas Arkansas Little Rock

(UALR) dan Universitas Oklahoma membandingkan sejumlah populasi semut di

Amerika yaitu di Amerika Tengah, Selatan, dan Utara yang hidup di lokasi

berbeda-beda seperti yang telah dipaparkan pada hasil riset di atas.

kecenderungan ini tampak sekali pada semut pemakan daun daripada

semut pamakan daging, seperti semut merah. Semut pemakan daun mungkin

membutuhkan asupan garam tambahan lebih banyak karena tidak memperoleh

sebanyak semut pemakan daging. Alasan ini sama halnya dengan seekor bison,

kijang, atau badak yang suka menjilat tanah untuk menambah asupan garam.

Sementara hewan pemakan daging seperti singa gunung dan srigala tidak

melakukannya karena sudah cukup mendapatkan garam dari mangsanya (Anonim,

2008).

Page 13: TUGAS EKOLOGI HEWAN

Prilaku Semut Dapat Mencium Aroma Kematian

Semut dapat mengetahui rekannya mati. Suatu teori yang menyebutkan

bahwa semut dapat mengetahui rekan semutnya mati karena semut yang telah

mati tersebut melepas zat kimia yang dihasilkan oleh pembusukan, semisalnya

asam lemak. Bau zat kimia itu menjadi suatu pertanda kematian mereka bagi

koloni semut yang masih hidup. Prof. Dong-Hwan Choe menemukan hal lain

dalam penelitiannya mengenai mekanisme tersebut. Beliau meneliti semut

argentina yang merupakan serangga galak yang sangat teritorial dan menemukan

bukti adanya adanya mekanisme lain di balik necrophoresis (pembuangan anggota

koloni yang mati).

Ketika seekor semut mati, teman satu sarangnya dengan segera

mengevakuasi dan menyingkirkannya. Dengan begitu, risiko koloni tersebut

terinfeksi suatu wabah penyakit dapat diminimalisir. Tetapi bagaimana mereka

mengetahui rekannya sudah mati? Ada teori yang menyebutkan bahwa semut mati

melepas zat kimia yang dihasilkan oleh pembusukan, semisal asam lemak. Bau

zat kimia itu menjadi pertanda kematian mereka bagi koloni semut yang masih

hidup. Kini ahli serangga yang meneliti semut Argentine, serangga galak yang

sangat teritorial, menyodorkan bukti adanya mekanisme lain di balik

necrophoresis, pembuangan anggota koloni yang mati. Beliau menyatakan bahwa

semua semaut, baik hidup maupun mati mempunyai zat kimia kematian, akan

tetapi semut hidup memiliki zat kimia lain yang diasosiasikan dengan kehidupan,

yaitu zat kimia kehidupan.

Ketika seekor semut mati, maka zat kimia kehidupannya memudar atau

terurai, dan hanya zat kimia kematianlah yang tersisa. Itu karena semut mati tidak

lagi tercium seperti semut hidup sehingga langsung diangkut ke kuburan, bukan

karena tubuhnya mengeluarkan zat kimia unik baru yang terbentuk setelah dia

mati seperti teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan adanya

pemahaman mekanisme yang tepat tentang necrophoresis semut, dapat membantu

para peneliti mengembangkan strategi manajemen hama yang ramah lingkungan

Page 14: TUGAS EKOLOGI HEWAN

sehingga mencapai hasil maksimal dengan jumlah insektisida lebih sedikit. Dari

studi ini memengindikasikan bahwa sesama penghuni sarang mendistribusikan

insektisida yang bekerja lambat dan non-repellent yang efisien di antara mereka

lewat necrophoresis. Ketika seekor semut yang terpapar insektisida itu mati di

dalam sarang, semut lainnya akan menggotong jasadnya berkeliling, dan

insektisida pun dengan mudah tersebar dari mayat semut kepada semut sehat.

Selain prilaku di atas semut juga mempunyai prilaku sebagai berikut :

Pemberani dan rela berkorban.

Semut berani menyerang organisme lain yang mengganggu meskipun

ukuran tubuhnya 100 kali lebih besar dari mereka. Keberanian semut bisa menjadi

inspirasi bagi upaya tidak takut kepada orang lain bila kita memang benar.

Kebanyakan daripada kita lebih baik diam dan tidak ikut memecahkan masalah

saudara kita yang terancam. Ada kesamaan sikap dan satu suara antar masyarakat

semut, terutama ketika menghadapi musuh. Semut mampu membunuh binatang

yang fisiknya lebih besar dari mereka karena keberanian dan kekompakannya

yang luar biasa. Di lingkungan masyarakat semut tidak dikenal istilah berselisih

maupun bercerai-berai. Salah seorang ahli biologi meneliti bahwa terkadang

sebagian semut mengusulkan untuk pindah dari sarangnya, tetapi sebagian yang

lain tidak setuju untuk pindah sarang. Lantas apa yang terjadi ? Mereka akan

berunding, apakah perlu pindah atau tidak tidak. Bila disepakati untuk pindah

maka mereka semua akan pindah dan bila disepakati untuk tetap tinggal, maka

mereka semua akan tetap tinggal di sarang semula. Disinilah letak keberanian dan

juga kekompakan semut dalam menentukan kesepakatan bersama. Disinilah perlu

kita pelajari perilaku semut dalam mengemukakan pendapat. Semua pendapat

ditampung dan dimusyawarahkan bersama. Bila disepakati secara bersama-sama

maka harus dilaksanakan secara bersama-sama juga.

Di antara karakter semut yang sangat mengagumkan adalah sifat rela

berkorban. Seekor semut rela menyerahkan dirinya sebagai tebusan atau

pengorbanan demi rekan-rekannya, berdasarkan  hasil penelitian, ketika kelompok

semut menyusuri jalan, tiba-tiba di hadapan mereka ada sebuah aliran air / sungai

kecil maka mereka akan sulit berenang. Untuk bisa mennyeberangi sungai maka

Page 15: TUGAS EKOLOGI HEWAN

semut akan menggunakan cara membentuk jaringan. Antara semut satu dengan

semut lainnya saling berpegangan sehingga akan membentuk jalinan yang sangat

panjang berupa semacam tali yang melintasi sungai kecil tersebut, sehingga bisa

berfungsi sebagai jembatan darurat. Semut yang lain  akan menyeberang melewati

jalinan jembatan teman-temannya sehingga berhasillah mereka semua ke seberang

sungai. Inilah bukti kerjasama semut yang sangat mengagumkan. Ada juga teknik

semut yang sangat luar biasa dalam menyeberangi sungai yaitu dengan cara

menyeberangi sungai dengan cara berenang, padahal tidak sedikit dari mereka

yang tenggelam terbawa arus sungai, tetapi dengan segala daya dan upaya mereka

berusaha keras menyeberangi sungai. Sungguh ini menjadi pelajaran kepada kita

bahwa semut sangat luar biasa jiwa tolong menolongnya.

Penyamaran

Ketika dua ekor semut bertemu, ia melakukan gerakan tertentu, yaitu

menyentuh kawannya dengan antena serta mencium feromonnya. Kemudian,

kedua semut melanjutkan perjalanan. Mereka melakukan gerakan ini untuk saling

mengenali dan untuk melindungi diri dari makhluk asing (Yahya, 2004).

Semut pekerja melakukan hal yang sama ketika bertemu serangga yang

tinggal di sarang mereka. Kadang-kadang mereka menyadari bahwa serangga

yang ditemuinya bukan dari golongan mereka dan mengusirnya keluar sarang.

Akan tetapi, kadang-kadang mereka memperlakukan serangga lain seolah-olah ia

juga seekor semut. Biasanya semut menerima serangga asing seperti ini jika

serangga tersebut mampu menyamar secara kimiawi. Dapat dipastikan bahwa

serangga menyamar secara kimiawi, karena semut terbukti mengusir serangga lain

yang berbeda secara kimiawi, meskipun bentuk fisiknya mirip dengan mereka.

Namun, parasit tertentu yang sama sekali tidak mirip dengan semut diterima

sebagai warga sarang semut. Sulit dijelaskan bagaimana spesies-spesies serangga

belajar meniru ciri khas kimiawi semut. Hal ini hanya dapat dimengerti apabila

serangga ini memang dirancang untuk memiliki feromon yang mirip dengan

semut.

Page 16: TUGAS EKOLOGI HEWAN

Perang antar koloni

Salah satu penyebab terpenting terjadinya perang antar-koloni adalah

sulitnya berbagi sumber makanan. Dalam perang semacam ini, spesies semut

yang pertama kali menemukan makanan biasanya menang. Hal ini karena koloni

semut yang menemukan makanan tersebut mengelilingi makanannya, sehingga

koloni lain tidak bisa mencapai makanan itu. Mereka juga meninggalkan bau di

sekitarnya, sehingga anggota koloni lain tidak dapat menemukan makanan itu

melalui penciuman. Sementara beberapa semut pekerja yang paling dahulu

sampai di sumber makanan melaksanakan operasi blokade, beberapa anggota

koloni tidak langsung ikut berperang. Mereka kembali ke sarang sambil

meninggalkan jejak bau sepanjang perjalanan. Ketika mereka tiba di sarang,

mereka memberi tahu anggota sarang lainnya, dengan cara menggerakkan tubuh

maju-mundur dan menyentuh antena semut lainnya dengan antenanya sendiri.

Dengan taktik cerdik ini, mereka mengumpulkan pasukan tambahan untuk

membantu para penjaga. Selain blokade biasa yang dilaksanakan pada siang hari,

semut men-jadi sangat agresif pada masa paceklik sampai-sampai saling

membunuh. Sebuah koloni semut dapat memusnahkan koloni lain dalam waktu

10-14 hari. Penyebab perang lain adalah ketika suatu koloni memasuki wilayah

kekuasaan koloni lain. Semut menandai koloni mereka dengan feromon.

Ketika koloni lain memasuki daerah itu, mereka mengenali feromon yang

dikeluarkan koloni sebelumnya, sehingga biasanya tidak menetap di daerah itu.

Akan tetapi, jika koloni yang baru datang ini memutuskan untuk tetap tinggal,

peperangan tidak dapat dihindari

Memiliki taktik pertahanan yang unik

Dalam perang antarkoloni terdapat sejumlah taktik yang digunakan semut.

Mereka berjalan sambil meluruskan kaki seperti egrang, meng-angkat kepala dan

perut, serta terkadang sedikit menggembungkan perut. Tujuannya adalah

membuat dirinya terlihat lebih besar daripada sesungguhnya.

Page 17: TUGAS EKOLOGI HEWAN

Pada gambar atas tampak semut-semut yang kelihatan lebih tinggi dan lebih besar

daripada ukuran sebenarnya.

Taktik pertahanan lain yang mereka gunakan adalah "menjinakkan musuh".

Semut jenis S. invoila mengeluarkan racun selagi bertempur, dengan cara

menggerakkan perut dan membuka rahang bawahnya perlahan-lahan. Musuhnya,

yang mencoba melindungi diri dari racun ini, membuka rahangnya dan

meneteskan air gula ke rahang semut beracun yang terbuka. Hal ini dilakukan

karena serangan semut racun menurun kalau sudah mendapatkan makanan.

Pendek kata, tujuannya adalah mengalihkan perhatian semut dan menjinakkannya.

Semut dapat berhitung

Bagaimana mungkin seekor serangga sederhana dapat mengukur kekuatan

lawan? Menariknya, semut dapat melakukannya dengan kemampuan

matematisnya. Ada beberapa cara yang digunakan semut pekerja untuk mengukur

kekuatan lawannya secara tidak langsung. Salah satunya adalah "meng-hitung

kepala" ketika berpindah dari satu penyerang ke penyerang berikutnya. Jika teman

sesarangnya menang jumlah - misalnya tiga lawan satu - mereka menyadari

ketidakseimbangan ini dan semakin cenderung melawan. Jika kondisi sebaliknya

terjadi, mereka akan mundur. Metode kedua adalah "menyensus" musuh. Jika

sebagian besar semut pekerja lawan yang ditemuinya adalah pimpinan (mayor),

koloni lawannya mungkin jumlahnya lebih besar, karena koloni yang memiliki

banyak mayor biasanya adalah koloni sudah cukup tua/lama.

Page 18: TUGAS EKOLOGI HEWAN

Bom Berjalan

Pengorbanan terbesar yang dilakukan semut demi koloninya adalah

menghancurkan koloni musuh dengan cara bunuh diri untuk membela koloninya.

Banyak jenis semut siap melakukan teknik kamikaze ini, tetapi yang paling

dramatis adalah semut pekerja dari spesies Camponotous dari kelompok saundersi

yang hidup di hutan hujan Malaysia. Semut Camponotous pertama kali ditemukan

pada tahun 1970 oleh dua orang ahli entomologi. Secara anatomi dan tingkah

laku, semut ini diprogram untuk menjadi bom berjalan. Mereka memiliki dua

kelenjar raksasa yang mengeluarkan racun. Kedua kelenjar ini berada dari pangkal

rahang bawah sampai ujung belakang tubuh. Ketika semut terdesak selagi

bertempur, baik oleh semut lawan atau oleh pemangsa yang menyerang, otot

perutnya berkontraksi secara cepat, membuat dinding tubuhnya meledak, dan

menyemprotkan sekresinya ke arah musuh. Pengorbanan besar seperti ini

tentunya tidak dapat dijelaskan de-ngan teori seleksi alam maupun proses

sosialisasi yang dipercayai para pendukung evolusi. Sebagaimana ditekankan

sebelumnya, makhluk yang mampu berkorban ini bukanlah seorang manusia yang

memiliki kecerdasan, pendidikan, perasaan, dan kehendak, melainkan seekor se-

mut. Andaipun kita menganggap bahwa semut telah mengalami per-ubahan fisik -

meskipun ada fosil semut yang tidak berubah sedikit pun selama 80 juta tahun -

jelas sekali bahwa perubahan fisik semata tidak cukup untuk menghasilkan

kemampuan semut di atas. Tidak ada mutasi yang dapat menyebabkan

transformasi mendadak yang membuat semut menjadi makhluk yang mampu

berpikir, mempertimbangkan, merasakan, dan meraba. Andaipun kita asumsikan

bahwa ada seekor semut yang pada suatu hari mau berkorban demi membela

koloninya, tidak mungkin pengorbanan ini ada dalam gen semut dan diwariskan

kepada semut lainnya.

Memberi makan kepada sesama

Bila koloni mengalami paceklik, semut pekerja segera berubah men-jadi

semut "pemberi makan" dan mulai memberi makan sesamanya de-ngan partikel

makanan dalam perut cadangannya. Bila koloni kelebihan makanan, mereka

melepaskan identitas ini dan kembali menjadi semut pekerja.

Page 19: TUGAS EKOLOGI HEWAN

Pengorbanan yang ditunjukkan ini benar-benar pengorbanan ting-kat tinggi.

Sementara manusia belum berhasil memerangi kelaparan di dunia, semut telah

menemukan penyelesaian praktis untuk masalah ini: berbagi segalanya, termasuk

makanan. Ya, inilah contoh pengorbanan nyata. Memberi segala miliknya

termasuk makanan, tanpa ragu, agar semut lain tetap hidup, hanyalah salah satu

contoh pengorbanan di alam yang tak mampu dijelaskan teori evolusi. Bagi semut

tidak ada masalah kepadatan penduduk. Sementara kota-kota besar milik manusia

saat ini menjadi sulit ditinggali akibat migrasi, ketiadaan infrastruktur, salah

alokasi sumber daya dan pe-ngangguran, semut dapat mengelola kota bawah

tanah mereka, yang berpopulasi 50 juta ekor, dengan keteraturan luar biasa tanpa

merasa kurang sesuatu apa. Setiap semut mampu cepat beradaptasi dengan

perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Agar hal seperti ini bisa terjadi,

semut tentu telah diprogram secara fisik dan psikologis.

Page 20: TUGAS EKOLOGI HEWAN

DAFTAR PUSTAKA

Adeputra, Anugrah. Pemanfaatan Algoritma Semut untuk Penyelesaian Masalah

Pewarnaan Graf. 3-5

Anonim. 2008. Semut Pedalaman Lebih Suka Garam Daripada Gula. http://ceritakan

.com/2008/11/semut-pedalaman-lebih-suka-garam-daripada-gula/.[1Maret 2011.

Anonim. 2010. Semut. http://id.wikipedia.org/wiki/Semut_%28disambguasi%29. [1

maret 2011.].

Anonim. 2010. Sisi Lain, Semut Dapat Mencium Aroma Kematian. http://www.blog-

santai.com/2010/11/sisi-lain-semut-dapat-mencium-aroma.html?m=0. Diakses

Pada Tanggal 2 Maret 2011 Pukul 16.30 WITA.

Anonim. 2011. Fakta Semut Dari Hal Menarik Sampai Menjijikan [Part 2].[online].

http://jurnallaporan.blogspot.com/. [19 Maret 2011].

Campbell, Neil A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.

Jakarta: Erlangga.

Dong-Hwan Choe1, Jocelyn G. Millar, and Michael K. Rust. 2009. Chemical Signals

Associated With Life Inhibit Necrophoresis In Argentine Ants. 2-5

Suhara. 2010. Ilmu Kelakuan Hewan: Animal Behaviour.

Yahya, Harun. 2004. Menjelajah Dunia Semut. www.harunyahya.com/indo. Diakses

Pada Tanggal 2 Maret 2011 Pukul 14.00 WITA.