laporan praktikum ekologi hewan

20
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN ESTIMASI KELIMPAHAN DAN DISTRIBUSI KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI ZONA INTERTIDAL GILI MENO DENGAN METODE TRANSEK KUADRAT KELOMPOK I MARIANIM G1A008028 KRISDIANAWATI G1A008019 AGUNG PRIYANTO G1A008 DEVI YURYANA H G1A008 SITI NUR A G1A008002 ISLIANSYAH S G1A008 ARRYAN B G1A008024 AHMAD RUHARDI G1A006002 PUTRI MARSELIA G1A006 DIANA HIDAYATI G1A006 WINDA KARISMA G1A006 UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS MIPA PROGRAM STUDI BIOLOGI JUNI, 2011

Upload: animaria-ajah

Post on 06-Jul-2015

1.850 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 1/20

 

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

ESTIMASI KELIMPAHAN DAN DISTRIBUSI KOMUNITAS

MAKROZOOBENTOS DI ZONA INTERTIDAL GILI MENO DENGAN

METODE TRANSEK KUADRAT

KELOMPOK I

MARIANIM G1A008028

KRISDIANAWATI G1A008019AGUNG PRIYANTO G1A008

DEVI YURYANA H G1A008

SITI NUR A G1A008002ISLIANSYAH S G1A008ARRYAN B G1A008024AHMAD RUHARDI G1A006002

PUTRI MARSELIA G1A006DIANA HIDAYATI G1A006

WINDA KARISMA G1A006

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS MIPAPROGRAM STUDI BIOLOGI

JUNI, 2011

Page 2: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 2/20

 

ESTIMASI KELIMPAHAN DAN DISTRIBUSI KOMUNITAS

MAKROZOOBENTOS DI ZONA INTERTIDAL GILI MENO DENGAN

METODE TRANSEK KUADRAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Zona intertidal merupakan kawasan pesisir yang paling sempit karena dibatasi

oleh pasang surut air laut. Zona intertidal merupakan zona pesisisr yang terletak 

antara pasang tertinggi dan surut terendah sehingga kondisi tersebut menyebabkan

zona intertidal menjadi zona yang paling ekstrim dan fluktuatif baik kondisi abiotik 

maupun biotiknya.

Salah satu komunitas hewan yang banyak hidup di zona tersebut adalah

makrozoobentos. akrozoobentos terutama hidup di zona intertidal memiliki peranan

ekologi yang sangat penting. Sebagian besar dari kelompok hewan tersebut

menempati lingkungan tropik kedua atpupun ketiga dalam rantai makanan, selain itu

 berperan dalam mineralisasi bahan-bahan organik baik yang berasal dari perairan dan

daratan. Selain memiliki manfaat ekologi, makrozoobentos memiliki manfaat

ekonomi yang tinggi sehigga faktor tersebut merupakan pemicu utama para peneliti

untuk mengkaji keberadaan hewan atau preferensi habitat makrozoobentos. Beberapa

indikator preferensi habitat yang banyak dikaji adalah kemelimpahan dan distribusi

serta kaitannya dengan kondisi habitat sehingga dalam praktikum ini dilakukan

  pengambilan data dengan metode transek kuadrat untuk mengetahui

kemelimpahannya.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui distribusi dan kemelimpahan makrozoobnetos di zona intertidal

Gili Meno.

1.3 Manfaat

Dapat mengetahui distribusi dan kemelimpahan makrozoobnetos di zona intertidal

Gili Meno.

Page 3: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 3/20

 

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

Bentos dapat dibedakan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan cara

mengidentifikasi ukuran dari bentos tersebut, pengklasifikasian menurut ukuran mereka

dibagi menjadi 3 yaitu: a). Microfauna: hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1

mm, seluruh protozoa masuk dalam golongan ini, b). Meiofauna: golongan hewan-hewan

yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk protozoa yang

  bergolongan besar, cnidaria, cacing-cacing yang berukuran sangat kecil, dan beberapa

crustacea yang berukuran sangat kecil, c). Macrofauna: Hewan-hewan yang mempunyai

ukuran lebih besar dari 1,0 mm. Ini termasuk golongan echinodermata, crustacea,

annelida, mollusca dan beberapa anggota phylum yang lain. Selain itu juga bentos dapat

diklasifikasikan berdasarkan tempat hidupnya, dalam hal ini bentos dibagi menjasi 2

macam yaitu: a). Epifauna : hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan.

Contoh hewan epifauna diantara nya yaitu kepiting berduri Spiny stonecrab, siput laut

(Sea slug), bintang laut (Brittlle star), b). Infauna : hewan yang hidupnya dengan cara

menggali lubang pada dasar lautan. Contoh hewan infauna yaitu cacing (Lugworm),

tiram (Cockle), macoma, Remis (Maydo dkk , 2010).

Diantara benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan

lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebratamakro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobenthos (Rosenberg, 1993).

Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya

 berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini

memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan

mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa

tingkatan trofik dalam rantai makanan (Mayo dkk, 2010).

Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea,

Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida (Cummins, 1975).

Taksa-taksa tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam komunitas perairan

karena sebagian dari padanya menempati tingkatan trofik kedua ataupun ketiga.

Sedangkan sebagian yang lain mempunyai peranan yang penting di dalam proses

Page 4: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 4/20

 

mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik, baik yang berasal dari perairan

maupun dari daratan (Nurifdinsyah, 1993).

Makrozoobentos umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan perairan

yang ditempatinya, karena itulah makroinvertebrata ini sering dijadikan sebagai indikator 

ekologi di suatu perairan dikarenakan cara hidup, ukuran hidup, dan perbedaan kisaran

toleransi di antara spesies di dalam lingkungan perairan. Alasan pemilihan

makrozoobentos sebagai indikator ekologi menurut Wilhim (1987) dan Oey et al (1980)

dalam Wargadimata (1995) adalah sebagai berikut :

a.  Obilitas terbatas sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel

 b.  Ukuran tubuh relatif besar sehingga memudahkan identifikasi

c.  Hidup di dasar perairan, relatif diam sehingga secara terus menerus terdedah

(exposed) oleh air sekitarnya

d.  Pendedahan yang terus menerus mengakibatkan makrozoobentos dipengaruhi

oleh keadaan lingkungan.

Menurut Purnomo (1989) kelebihan penggunaan makrozoobentos sebagai

indikator pencemaran organik adalah mudah diidentifikasi, bersifat immobil dan

memberikan tanggapan yang berbeda terhadap berbagai kandungan bahan organik,

sedangkan kelemahannya adalah karena penyebarannya mengelompok, dipengaruhi oleh

faktor hidrologis seperti arus dan kondisi substrat dasar. Zoobentos juga berperan dalam

  proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik, baik yang berasal dari

  perairan (autokton) maupun dari daratan (allokton) serta menduduki urutan kedua dan

ketiga dalam rantai kehidupan suatu komunitas perairan.

Page 5: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 5/20

 

BAB III

METODE

3.`1 Pelaksanaan praktikum

Hari/tanggal : Minggu, 5 juni 2011

Tempat : Pantai Gili Meno

3.2 Alat dan bahan

Alat : Kuadart plot 1mx1m, botol sample, ermometer, refraktometer, tali rafia,

meteran, alat tulis, snorkle, pelampung, kamera

Bahan : alkohol,

3.3 Prosedur kerja

3.3.1 Pemasangan transek kuadrat

Desain rancangan pemasangan plot menggunakan Systematic random

Sampling Desain (Desain acak sistemik), yaitu dengan penempatan kuadrat

  plot pada jarak tertentu atau tersistematis mengikuti alur transek yang

digunakan. Adapun tahap pemasangan transek kuadrat sebagai berikut :

a.  Tali transek atau meteran sepanjang 50 meter dipasang tegak lurus garis

 pantai dan setiap ujungnya diikiat dengan patok 

 b.  Kuadrat plot ditempatkan sepanjang garis transek dengan jarak antar plot

10 meter, sehingga terdapat 5- plot.

c.  Pada setiap lokasi dipasang 2-3 transek sebagai ulangan dengan jarak antar 

transek maksimal 100 m.

3.3.2 Pengambilan data

Data praktikum yang dikumpulkan adalah data keragaman, kemelimpahan, dandistribusi spesies makrozoobentos dan kondisi lingkungannya. Tahapan

 pengambilan data sebagai berikut :

a.  Diidentifikasi setiap spesies makrozoobentos yang ditemukan di dalam plot.

Setipa spesies difoto dan diawetkan sebagai sample menggunakan alkohol 70

% .

Page 6: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 6/20

 

 b.  Dihitung jumlah individu atau koloni setiap spesies makrozoobentos yang

ditemukan pada setiap plot.

c.  Dihitung kehadiran spesies ( distribusi) makrozoobentos pada lokasi

 penelitian.

d.  Diukur kondisi lingkungan antara lain : kondisi substrat, suhu,

salinitas,kecepatan arus pada setiap plot.

Page 7: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 7/20

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Jenis-jenis makrozoobentos yang ditemukan

Klp. Transek ke- Nama Spesies Luas

Tutupan

Substrat jumlah

I

II

III

IV Branching coral 2 % pasir 2

1.

V

I Bulu babi

Karang

Kerang (Trochus )

1 %

1 %

1 %

1

1

5

II Opiothrixkarang

1 %2 %

12

III Opiothrix

Timun laut

Karang

1 %

1 %

2 %

1

1

2

IV Opiothrix

Karang massive

1 %

1 %

1

1

2

V

I Patahan

karang

 berpasir 

3

II Ophiothrix

(bintang ular)

2 % Patahan

karang

2

Page 8: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 8/20

 

 berpasir 

III Branching coral

Coral massive

2  %

2 %

Patahan

karang

 berpasir 

2

2

IV Bulu babi 1 % Patahan

karang

 berpasir 

1

V Dead coral 60 % Patahan

karang

 berpasir 

60

I Berpasir 

II Karang 0,5 % Berpasir 1

III Karang massive 4 % Patahan karag

 berpasir 

4

IV Sponge 4% Patahan

karang

 berpasir 

4

4

V - Patahan

karang

 berpasir 

Keterangan:

-  Transek I (0-10 m)

-  Transek II (10-20 m)

-  Transek III (20-30 m)

-  Transek IV (30-40 m)

-  Transek IV (40-50 m)

Page 9: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 9/20

 

4.2 Hasil pengukuran suhu dan salinitas

4.2.1 Hasil pengukuran salinitas : 4,5 ‰

4.2.1 hasil pengukuran suhu : 300

C4.2.3 Kecepatan arus : 1/6 meter/ sekon

4.2.4 gambar ( Dari hasil pengamatan dan internet)

Gambar : Ophiotrix Gambar : branching coral

Gambar : landak laut gambar : timun laut

Page 10: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 10/20

 

 

Gambar : massive coral Gambar : sponge (Demospongia)

Gambar : kerang (Trochus)4.3 Analisis Data

4.3.1 Analisis kemelimpahan spesies makrozoobentos

K = A

ni 

•  K branching coral = A

ni=

250

4

m= 0,08 spesies/50m

•  K bulu babi = A

ni=

250

2

m= 0,04 spesies/50m

 

Keterangan:

K : Kemelimpahan spesies ke-I (spesies/50 m2)

ni : Jumlah spesies i

A : luas area kajian (50 m2)

Page 11: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 11/20

 

•  K karang = A

ni=

250

7

m= 0,14 spesies/50m

•  K kerang = Ani =

250

5m

= 0,01 spesies/50m2 

•  K Ophiotrix = A

ni=

250

4

m= 0,08 spesies/50m

•  K sponge =

 A

ni=

2

50

4

m

= 0, 08 spesies/50m2 

4.3.2 Analisis keanekaragaman spesies (indeks diversitas) makrozoobentos

menggunakan Indeks Shannon-Wienner  

H’=

 

  

  

  

 ∑= N 

ni

 N 

nin

i

ln1

 

H’Branching coral =

 

  

  

  

 ∑= N 

ni

 N 

nin

i

ln1

 

=26

4ln

26

= 0,15 . (-1,87)

= - 0, 28

H’Bulu babi =

 

  

  

  

 ∑= N 

ni

 N 

nin

i

ln1

 

=26

2ln

26

 

Keterangan :

H’:: Indeks diversitas spesies

ni : Jumlah individu spesies i

 N : Jimlah total individu makrozoobentos

Page 12: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 12/20

 

= 0,07 . (-2,56)

= - 0,18

H’Karang =

 

  

  

  

 ∑= N 

ni

 N 

nin

i

ln1

 

=26

7ln

26

= 0,26 . (-1,31)

= - 0, 34

H’kerang =

 

  

  

  

 ∑= N 

ni

 N 

nin

i

ln1

 

=

26

5ln

26

= 0,19 . (-1,64)

= - 0, 31

H’Ophiotrix =

 

  

  

  

 ∑= N 

ni

 N 

nin

i

ln1

 

=26

4ln

26

= 0,15 . (-1,87)

= - 0, 28

H’Sponge =

 

  

  

  

 ∑= N 

ni

 N 

nin

i

ln1

 

=26

4ln

26

= 0,15 . (-1,87)

= - 0, 28

4.3.3 Analisis distribusi spesies makrozoobentos berdasarkan frekuensi kehadiran spesies

di lokasi penellitian.

Fi =∑ P 

 Pi 

Fr = 100 X  F 

 Fi

∑%

Keterangan :Fi : Frekuensi spesies i

Pi : Jumlah petak tempat ditemukannya spesies i

P : Jumlah petak praktikumFr : Frekuensi relatif spesies i

F : Total frekuensi makrozoobentos

Page 13: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 13/20

 

 

Fi Branching coral =∑ P 

 Pi 

= 20

2

 

= 0,1

Fi Bulu babi =∑ P 

 Pi 

=20

= 0,1

Fi Karang =∑ P  Pi  

=20

= 0,25

Fi kerang =∑ P 

 Pi 

= 20

1

 

= 0,05

Fi Ophiotrix =∑ P 

 Pi 

=20

= 0,2

Fi Branching coral = ∑ P 

 Pi 

=20

= 0,05

F total makrozoobentos : 0,1 + 0,1+ 0,25 + 0,05 + 0,2 + 0,05 = 0,75

Page 14: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 14/20

 

Fr branching coral = 100 X  F 

 Fi

∑%

=75,0

1,0X 100 %

= 13 %

Fr Bulu babi = 100 X  F 

 Fi

∑%

=75,0

1,0X 100 %

= 13 %

Fr karang = 100 X 

 F 

 Fi

%

=75,0

25,0X 100 %

= 33 %

Fr kerang = 100 X  F 

 Fi

∑%

=75,0

05,0X 100 %

= 6,6 %

Fr Ophiotrix = 100 X  F 

 Fi

∑%

=75,0

2,0X 100 %

= 0,26 %

Fr kSponge = 100 X 

 F 

 Fi

∑%

=75,0

05,0X 100 %

= 6,6 %

Page 15: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 15/20

 

Kemelimpahan (K) Keanekaragaman (H’) Distribusi (Fr)

K B. coral : 0,08 spesies/50m2

H’B. coral : - 0, 28 13 %

K bulu babi : 0,04 spesies/50 m2

H’Bulu babi : - 0, 18 13 %

K karang : 0,14 spesies/50 m2

H’karang : - 0, 34  33 %

K kerang : 0,01 spesies/50m2

H’kerang : - 0, 31  6,6 %

K ophiotrix : 0,08 spesies/50m2

H’Opohiotrix : - 0, 28  0,26 %

K sponge : 0,08 spesies/50m2

H’Sponge : - 0, 28 6,6 %

Keterangan : Nilai Indeks Shannon dan kategorinya

> 3 : Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan

kestabilan komunitas tinggi.

1-3 : Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan

kestabilan komunitas sedang.

< 1 : Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan

kestabilan komunitas rendah.

Page 16: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 16/20

 

4.4 Pembahasan

Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas

makrozoobentos ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik 

  perairan seperti pasang surut, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan,

substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan

karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh terhadap

hewan bentos. Sifat-sifat fisika-kimia air berpengaruh langsung maupun tidak langsung

  bagi kehidupan bentos. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan dapat

menimbulkan akibat yang merugikan terhadap populasi makrozoobentos yang hidup di

ekosistem perairan (Setyobudiandi, 1997).

Adanya pengaruh sifat fisik dan sifat kimia perairan terhadap kehidupan

makrozoobentos dapat dilihat dari hasil praktikum yang sudah dilakukan di perairan

zona intertidal Gili Meno pada tanggal 05 Juni 2011. Hasil yang diperoleh menunjukkan

  bahwa di daerah tersebut kemelimpahan makrozoobentosnya sangat rendah.

Kemelimpahan paling tinggi ditempati oleh spesies karang, yaitu sekitar 0,14

individu/50 m2

dan kemelimpahan paling rendah adalah dari spesies bulu babi sekitar 

0,04 individu/50 m2. Begitu juga dengan distribusi frekuensinya. Distribusi spesies

karang mencapai 33%, paling tinggi di antara enam spesies lainnya. Sementara, yang

 paling rendah tingkat distribusinya adalah dari spesies Ophiotrix, hanya sekitar 0,26%.

Apabila dilihat dari nilai keanekaragamannya, rata-rata dari enam spesies yang

  berhasil diamati semuanya termasuk dalam kategori keanekaragaman rendah karena

hasil perhitungannya < 1 (Indeks Shannon). Rendahnya tingkat keanekaragaman

tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia perairan seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Terjadinya perubahan pada kedua kondisi parameter lingkungan

yangdisebabkan oleh gejala alam maupun aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan

 preferendum dari makrozoobentos akan mengakibatkan terjadinya penurunan populasi.

Kondisi kimia, seperti kadar O2 dan pH berpengaruh terhadap kehidupan

makrozoobentos karena kedua parameter tersebut amat penting bagi hewan. Perubahan

Page 17: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 17/20

 

kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air.

Kebutuhan oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktivitas. Kandungan

oksigen terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrobentos di perairan. Semakin

tinggi kadar O2 terlarut maka jumlah bentos semakin besar. Sementara, nilai pH yang

menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu perairan berpengaruh terhadap

menurunnya daya stress.

Untuk kondisi atau parameter fisik yang meliputi penetrasi cahaya, tipe substrat,

dan perubahan tekanan memiliki pengaruh yang sama terhadap keberadaan

makrozoobentos. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air,

membatasi zona fotosintesis dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Pada saat

air laut surut jumlah dan keanekaragaman makrozoobentos yang dapat diamati lebih banyak daripada pada saat ai laut pasang. Kondisi surut, berarti kedalaman air lautnya

menjadi berkurang sehingga hewan-hewan yang berpotensi sebagai pemangsa atau

 predator (jaring makanan) bagi makrozoobentos menghindari tempat tersebut. Kondisi

ini mmenguntungkan bagi kehidupan makrozoobentos sehingga memberi peluang bagi

mereka untuk keluar dari liang persembunyiannya yang ada di dalam pasir. Pada saat air 

laut sudah pasang kembali, maka makrozoobentos akan kembali masuk ke liang masing-

masing untuk menghindari predasi mereka. Adanya pasang surut air laut ini sangat

memegang oeranan penting dalam persebaran makrozoobentos itu sendiri.

Kekeruhan, terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang mengendap,

seringkali penting sebagai faktor pembatas. Kekeruhan dan kedalaman air pempunyai

 pengaruh terhadap jumlah dan jenis hewan bentos. Tipe substrat dasar ikut menentukan

 jumlah dan jenis hewan bentos yang ada di perairan zona intertidal Gili Meno. Macam

dari substrat sangat penting dalam perkembangan komunitas hewan bentos. Pasir 

cenderung memudahkan untuk bergeser dan bergerak ke tempat lain. Karena zonaintertidal tempat dilakukannya pengamatan bersubstrat pasir, seharusnya

makrozoobentos yang berhasil diamati berada dalam kondisi berlimpah. Akan tetapi

karena pada saat pengamatan air laut sedang pasang dan tekanan arus cukup tinggi

menyebabkan persebaran dari makrozoobentos menjadi terbatas, kecuali untuk jenis

Page 18: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 18/20

 

karang yang merupakan makrozoobentos yang langsung hidup menempel pada substrat

(tidak ada pergerakan).

Page 19: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 19/20

 

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang sudah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa tingkat distribusi dan kemelimpahan makrozoobentos di zona

intertidal Gili Meno masih sangat rendah, yaitu kemelimpahan dan distribusi tertinggi

ditempati oleh kelompok karang dengan nilai masing-masing sebesar 0,15 spesies/ 50

m2

dan 33%.

5.2 Saran

Pada saat praktikum lapangan, sebaiknya acara praktikum yang dilakukan tidak 

terlalu banyak sehingga praktikan dan Co. Ass dapat lebih fokus.

Page 20: Laporan Praktikum Ekologi Hewan

5/7/2018 Laporan Praktikum Ekologi Hewan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-ekologi-hewan 20/20

 

DAFTAR PUSTAKA

Cummins, K. W. 1975. Fishes dalam Whitton B. A. (ed.). River Ecology. Black-well

Scient Publ. Oxford.

Maydo, dkk. Laporan Praktikum Oseanografi : Bentos. [online].

http://marinebiologi.blogspot.com/. [ 12 Juni 2011]

  Nurifdinsyah, J. 1993. Studi kualitas Sungai Cikaranggelam menggunakan Mak-

rozoobentos sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan Perairan. Tesis S2.

Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Rosenberg, D. M. and V. H. Resh. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic

Macroinvertebrates. Chapman and Hall : New York, London.

Setyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wargadinata, D.T. 2006. Makrozoobentos sebagai Indikator Ekologi Di Sungai Percut.

Tesis. Program Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Sumber daya Alam dan

Lingkungan USU. Medan. Hlm 10-15.Purnomo, K. 1989. Struktur dan Komunitas Makrozoobentos dalam Kaitan Pemantauan

Dampak Aktivitas manusia di daerah Sungai Cikao, kabupaten Purwakarta Jawa

 barat. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor : 9.