studi biologi dan ekologi hewan filum crustacea di …repository.umrah.ac.id/23/1/studi biologi dan...

12
Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri 37 ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48) STUDI BIOLOGI DAN EKOLOGI HEWAN FILUM Crustacea DI ZONA LITORAL PESISIR TIMUR PULAU BINTAN Henky Irawan dan Falmi Yandri Jurusan Ilmu Kelauatan FIKP, Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang Pengutipan ditulis: Irawan, H dan Yandri, F. 2015. Studi Biologi dan Ekologi Hewan Filum Crustacea di Zona Litoral Pesisir Timur Pulau Bintan. Dinamika Maritim Vol 5.No 2. Hal 37-48. ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di pesisir timur Pulau Bintan yang masuk dalam kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan (KKLD kab Bintan). Pemilihan lokasi berada pada KKLD di karenakan pada kawasan tersebut di lindungi sehingga organisme yang berada di kawasan tersebut masih dalam kondisi yang alami dan keberadaannya tidak terganggu. Lokasi yang di jadikan tempat pengambilan sampel di sekitar daerah KKLD tersebut adalah Desa Malang Rapat, Desa Teluk Bakau, dan Desa Gunung Kijang yang berada di Kelurahan Kawal, wilayah perairan laut Pesisir Timur Kecamatan Gunung Kijang. Pada lokasi-lokasi tersebut penelitian dilakukan pada zona litoral. Hasil penelitian ini telah menemukan 21 spesies hewan Filum Crustacea dimana terdiri dari 13 spesies, 3 spesies Kelomang / Umang-umang, 4 spesies Udang, dan 1spesies Isopoda di pesisir timur pulau bintan. Keberadaan hewan Filum Crustacea ini terkait dengan lingkungannya adalah ketersediaan makanan dan kebiasaan makan dimana dalam kebiasaan makan hewan –hewan tersebut yaitu pemakan hewan lainnya (Carnivora), dan penyaring makanan pada endapan sediman (Fiilder feeder deposit feeder). Substrat pada zona litoral tersebut adalah sedimen pasir dan lumpur yang juga di temukan dalam pencernaan hewan-hewan tersebut Kata kunci: Crustacea, Biologi, Ekologi dan Zona Litoral ABSTRACT This research was carried out on the east coast of Bintan Island which is included in the area of Marine Conservation District Bintan (Bintan district KKLD). The choice of location is at KKLD in because in the protected area so that organisms within the region is still in a natural condition and whereabouts are not disturbed. The location was made in the sampling in the surrounding area is the village of Malang KKLD Meeting, Mangrove Bay Village, and the village of Mount Deer residing in the Village Guard, East Coast marine waters Gunung Kijang. At these locations the research conducted in the littoral zone. Results of this research have found 21 species of crustacean animal phylum which consists of 13 species, three species of Hermit crabs / Umang crab, 4 species of shrimp, and 1spesies Isopods on the east coast of the island of Bintan. The existence of this crustacean animal phyla related to the environment is the availability of food and eating

Upload: lynhu

Post on 08-Apr-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

37

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

STUDI BIOLOGI DAN EKOLOGI HEWAN FILUM Crustacea DI ZONA

LITORAL PESISIR TIMUR PULAU BINTAN

Henky Irawan dan Falmi Yandri

Jurusan Ilmu Kelauatan

FIKP, Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang

Pengutipan ditulis:

Irawan, H dan Yandri, F. 2015. Studi Biologi dan Ekologi Hewan Filum Crustacea di

Zona Litoral Pesisir Timur Pulau Bintan. Dinamika Maritim Vol 5.No 2. Hal 37-48.

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di pesisir timur Pulau Bintan yang masuk dalam

kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan (KKLD kab Bintan). Pemilihan

lokasi berada pada KKLD di karenakan pada kawasan tersebut di lindungi sehingga

organisme yang berada di kawasan tersebut masih dalam kondisi yang alami dan

keberadaannya tidak terganggu. Lokasi yang di jadikan tempat pengambilan sampel di

sekitar daerah KKLD tersebut adalah Desa Malang Rapat, Desa Teluk Bakau, dan Desa

Gunung Kijang yang berada di Kelurahan Kawal, wilayah perairan laut Pesisir Timur

Kecamatan Gunung Kijang. Pada lokasi-lokasi tersebut penelitian dilakukan pada zona

litoral.

Hasil penelitian ini telah menemukan 21 spesies hewan Filum Crustacea

dimana terdiri dari 13 spesies, 3 spesies Kelomang / Umang-umang, 4 spesies

Udang, dan 1spesies Isopoda di pesisir timur pulau bintan. Keberadaan hewan

Filum Crustacea ini terkait dengan lingkungannya adalah ketersediaan makanan

dan kebiasaan makan dimana dalam kebiasaan makan hewan –hewan tersebut

yaitu pemakan hewan lainnya (Carnivora), dan penyaring makanan pada endapan

sediman (Fiilder feeder deposit feeder). Substrat pada zona litoral tersebut adalah

sedimen pasir dan lumpur yang juga di temukan dalam pencernaan hewan-hewan

tersebut

Kata kunci: Crustacea, Biologi, Ekologi dan Zona Litoral

ABSTRACT

This research was carried out on the east coast of Bintan Island which is included in the

area of Marine Conservation District Bintan (Bintan district KKLD). The choice of

location is at KKLD in because in the protected area so that organisms within the region

is still in a natural condition and whereabouts are not disturbed. The location was made

in the sampling in the surrounding area is the village of Malang KKLD Meeting,

Mangrove Bay Village, and the village of Mount Deer residing in the Village Guard, East

Coast marine waters Gunung Kijang. At these locations the research conducted in the

littoral zone.

Results of this research have found 21 species of crustacean animal phylum which

consists of 13 species, three species of Hermit crabs / Umang crab, 4 species of shrimp,

and 1spesies Isopods on the east coast of the island of Bintan. The existence of this

crustacean animal phyla related to the environment is the availability of food and eating

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

38

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

habits in eating habits where the -hewan animals are eating other animals (Carnivora),

and the food in the sediment filter sediman (Fiilder feeder deposit feeder). Substrates in

the littoral zone is a sediment of sand and mud are also found in the digestive animals

Keywords: crustacean, Biology, Ecology and littoral zone

PENDAHULUAN

Hewan dari filum Crustacea

merupakan hewan avertebrata air yang

banyak di kaji dalam beberapa mata

kuliah yang di ajarkan di Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan (FIKP),

Universitas Maritim Raja Ali Haji

(UMRAH) yang terletak di

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau.

Dari pengamatan dan

penelitian pendahuluan yang telah di

lakukan selama tiga tahun di daerah

perairan laut Pulau Bintan maka

sangat banyak keanekaragaman

hewan-hewan di zona litoral pesisir

timur pulau Bintan yang di temukan

sehingga sangat berpotensi untuk di

teliti karena mengingat telah adanya

lembaga akademis yang juga bergerak

di bidang penelitian seperti Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan

UMRAH dan belum adanya data

mengenai hewan-hewan dari filum

Crustacea ini secara terperinci di

Kepulauan Riau umumnya dan Pulau

Bintan khususnya.

Beberapa hewan dari filum

Crustacea yang sudah dikenal umum

adalah rajungan, kepiting, kelomang,

teritip dan udang. Hingga saat ini

belum ada informasi yang terperinci

mengenai biologi dan ekologi hewan-

hewan tersebut yang terdapat di

perairan laut Pulau Bintan, maka oleh

karena itu sangat perlu di lakukan

penelitian agar dapat memperoleh

data mengenai biologi dan ekologi

hewan-hewan filum Crustacea

tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Agustus hingga November 2013 yang

bertempat di Kawasan Konservasi Laut

Daerah Kabupaten Bintan (KKLD kab

Bintan). Pemilihan lokasi berada pada

KKLD di karenakan pada kawasan tersebut

di lindungi sehingga organisme yang berada

di kawasan tersebut masih dalamm kondisi

yang alami dan keberadaannya tidak

terganggu, lalu dari hasil pengamatan

penelitian pendahulian yang telah di lakukan

di sekitar daerah KKLD tersebut hewan

filum Crustacea dapat dengan mudah di

temukan.

Lokasi yang di jadikan tempat

pengambilan sampel di sekitar daerah

KKLD tersebut adalah Desa Malang Rapat,

Desa Teluk Bakau, dan Desa Gunung Kijang

yang berada di Kelurahan Kawal, wilayah

perairan laut Pesisir Timur Kecamatan

Gunung Kijang.

Gambar 1. Peta Kawasan Konservasi

Laut Perairan Laut Daerah Pulau Bintan,

Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan

Riau. Sumber Satker Direktorat

Konservasi dan Taman Nasional Laut

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir,

Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan

Dan Perikanan. 2009.

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

39

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

Gambar 2. Peta Kecamatan

Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan

Riau. Sumber Bappeda Kabupaten

Bintan.2009.

Prosedur Kerja Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode survey lapangan

untuk mengambil hewan Crustacea

yang ditemukan, metode wawancara

dengan nelayan dan penduduk sekitar

lokasi, dan metode sampling dengan

mengambil hewan Crustacea sebanyak

3 individu sebagai sampel untukstudi

biologi yaitu pengamatan morfologi dan

anatomi di laboratorium dan mengambil

data kualitas perairan dengan 3 kali

ulangan. Setiap kegiatan penelitian di

dokumentasikan dengan menggunakan

kamera digital.

Biologi Crustacea

A. Identifikasi

Identifikasi henwan-hewan

filum Crustacea di lakukan dengan

membawa sampel henwan-hewan

filum Crustacea dari setiap lokasi

pengamatan ke laboratorium dan

mengidentifikasi ciri-ciri spesies

yang mengacu pada panduan

identifikasi filum Crustacea

(Suginyo, Widigdo, Wardianto,

Krisanti,. 2005) dan Natural Histori

Museum Rotterdan http://www.nmr-

pics.nl setelah itu dilakukan

konfirmasi ke World Register of

Marine Spesies dengan alamat

website

http://www.marinespecies.org.

B. Pengamatan Morfologi

Pengamatan morfologi juga

di lakukan di laboratorium dan yang

dilakukan adalah dengan

menggambarkan bentuk, tubuh, ciri-

ciri spesifik, lalu melakukan

pengukuran panjang dan berat

dengan penggaris dan timbangan.

Panduan pengamatan bagian-bagian

tubuh mengacu pada bahan ajar

praktikum hewan avertebrata air

filum Crustacea (Irawan. 2012).

Ekologi Crustacea

A. Gambaran habitat

Penggambaran habitat

Crustacea dilakukan dengan mengamati

keadaan lingkungan sekitar lokasi

penelitian secara deskriptif.

B. Pengamatan kondisi perairan

Pengamatan kondisiperairan

dengan melihat parameter: Fisika, Kimia

dan Biologi dalam pengamatan in ijuga

di lakukan sampling hewan Crustacea yang diamati lebih lanjut di

laboratorium.Parameter fisika yang di

amati adalah: suhu, salinitas kecerahan,

kekruhan, arus, dan sedimen. Parameter

Kimia yang di amati adalah DO dan pH,

baik yang ada di permukaandan di dasar

perairan.

C. Pengamatan sedimen

Pengamatan sedimen dilakukan

dengan mengambil sedimen permukaan

di lokasi ditemukannya Crustacea.

Sedimen dibawa kelaboratorium untuk

diamatis truktur dan jenisnya secara

deskriptif dengan

mikroskop.Karakteristik sedimen yang

diamati adalah tipe sedimen, warna

sedimen, dan organisme yang menempel

pada sedimen tersebut.

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

40

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biologi

Telah ditemukan 21 spesies

hewan Filum Crustacea dimana

terdiri dari 13 spesies Kepiting, 3

spesies Kelomang / Umang-umang, 4

spesies Udang, dan 1spesies Isopoda

di pesisir timur pulau bintan.

Tabel 1. Spesies dan tempat ditemukannya hewan filum Crustacea di pessir timur

pulau Bintan No Nama ilmiah

Desa malang Rapat Desa

teluk

bakau

Kelurah

an

kawal

Desa

galang

batang Daerah

teluk

dalam

Daerah

pulau

pucung

Daerah

tanjung

keling

1

Bangkang

X X

2

Kepiting duri

Rock crab

Leptodius sp.*

Family Xanthidae WS

X X

3

Kepiting pantai

smooth-handed ghost crab Ocypode

cordimanus

http://en.wikipedia.org/wiki/Ocypode_c

ordimanus

Horn-eyed ghost crab (Ocypode

X X X X

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

41

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

ceratophthalmus) WS

4

Kepiting loreng

Sally-light-foot crab (Grapsus

albolineatus)

http://www.wildsingapore.com

X

5

Kepiting serinti capit kanan merah

besar

Orange Fiddler Crab (Uca. vocans)

WS

X

6

Kepiting akar bakau

Mangrove tree-dwelling crab (Selatium

brockii) WS

X X X

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

42

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

7

Kepiting tentara

Soldier Crab (Dotilla myctiroides) WS

X

8

Kepiting bola pasir

Sand bubbler crab

Scopimera sp.

Family Dotillidae WS

X X

9

Kepiting bakau

Mud crab

Scylla sp.

Family Portunidae WS

X X

10

Rajungan abu loreng

Flower crabs (Portunus pelagicus) WS

X X X X

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

43

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

11

Rajungan biru

Blue swimming crab (Thalamita danae)

WS

X X X X X

12

Kepiting berlumut

Piluminid crabs

Family Pilumnidae WS

hairy crab Pilumnus vespertilio

(Fabricius, 1793) WS

X

13

Rajungan putih

Spotted moon crab (Ashtoret lunaris)

WS

X X X X

14

Udang putih rostrum pendek

X X X

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

44

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

15

Udang putih

X X

16

Udang capit kanan besar

X

17

Udang mantis

X

18

Umang-umang biru gelap

X X X X

19

Umang umang putih

X

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

45

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

Ekologi

1. Suhu

Hasil pengukuran suhu perairan

Desa Galang Batang berkisar antara 28-

30,5oC. Kawal 27-32,1

oC. Teluk Bakau

29-30 o

C dan Malang Rapat 29-34,5 o

C.

Adapun waktu pengukuran suhu di tiap

lokasi dilakukan pada pagi dan siang

hari. Hasil pengukuran siang hari

dengan suhu tertinggi terjadi di perairan

Malang Rapat dengan 34,5oC dan pagi

hari suhu terendah terdapat di Kawal

dengan 26 oC. Sementara kisaran suhu

perairan pada malam hari yang diukur

pada perairan Desa Galang Batang 28,6

– 29.1 o

C. Kelurahan Kawal 29.5 – 30

oC, Teluk Bakau 30,1 – 30,5

oC dan

Malang Rapat 28,3 – 30,6 oC.

Perubahan suhu mengalami

kenaikan dari pagi menjeleng siang hari

dan kembali turun pada sore hari. Tinggi

rendah suhu perairan sangat dipengaruhi

oleh intensitas penyinaran matahari.

Tingginya suhu pada siang hari

dikarenakan posisi matahari tegak lurus

dan tidak condong. Sementara kisaran

suhu yang hampir sama dengan siang

hari, ini berkaitan dengan sifat air yang

akan melepaskan energi panas pada

malam hari ke udara. Berdasarkan

standar baku mutu perairan untuk biota

yang dikeluarkan oleh KEPMEN-LH

kisaran suhu alam untuk biota 28 – 30 oC

dengan nilai toleransi sebesar 2 oC,

dengan demkian suhu perairain yang

didapat di masing-masing lokasi masih

dalam kondisi normal atau mendukung

kehidupan biota.

2. Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan

atau kadar garam yang terlarut dalam

air. Salinitas perairan sangat penting

untuk mengetahui karakteristik dari

suatu perairan tersebut. Hasil

pengukuran salinitas perairan Desa

Galang Batang berkisar antara 20-

32,7‰. Kawal 18 – 33,7‰. Teluk

Bakau 30,1 – 35‰ dan Malang Rapat

20

Umang umang merah

Spotted hermit crab (Dardanus

megistos) WS

X

21

Isopoda

X X X

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

46

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

34,9-37,3 ‰. Hasil pengukuran salinitas

pada saat pasang tertinggi terdapat di

Malang Rapat dan waktu terendah

terdapat di Kawal.

Tinggi rendahnya salinitas suatu

perairan sangat tergantung dari suplai air

tawar dan air asin. Kisaran salinitas di

daerah Teluk Bakau dan Malang Rapat

pada waktu pasang maupun surut

dikarenakan suplai air asin dari laut

lebih dominan dibandingkan air tawar

dari sungai dan ini ditunjang dengan

kondisi di daerah tersebut relativ tidak

ditemukan sungai sebagai pensuplai air

tawar keperairan.

3. Keruhan

Hasil pengukuran tingkat

keruhan di masing-masing tempat

didapatkan rata-rata di Galang Batang

1,5 ntu, Kawal 1,6 ntu. Teluk Bakau

0,49 ntu dan Malang Rapat 0,39 ntu.

Kekeruhan suatu perairan sangat

dipengaruhi oleh banyak sedikitnya

jumlah partikel tersuspensi yang

terdapat di kolom perairan yang

bersumber dari aliran sungai yang

memasuki perairan, maupun hasil

pengadukan sedimen didasar perairan

yang disebabkan oleh arus maupun

gelombang. Meningkatnya kekeruhan

dikolom perairan menyebabkan

kecerahan di perairan menjadi

berkurang.

4. Kecerahan

Hasil pengukuran tingkat

kecerahan perairan Kampung Galang

Batang berkisar antara 130 cm – 150.5

cm, Kawal 145 - 153 cm. Teluk Bakau

100 % dan Malang Rapat 100%.

Pengukuran kecerahan perairan

dilakukan pada siang hari karena

intensitas cahaya dan posisi matahari

berada tegak lurus dengan bumi,

rendahnya nilai kecerahan di desa

Galang Batang dan Kawal sangat erat

dengan suplai air tawar yang bersal dari

sungai karena di daerah ini terdapat

sungai yang bermuara kelaut yang

membawa partikel-partikel tersuspensi.

Sementara di Malang Rapat dan Teluk

Bakau tingginya tingkat kecerahan

menunjukan bahwa perairan tersebut

sangat sedikit mengandung partikel-

partikel tersuspensi. tingkat

kecerahannya 100%, Hal ini di

karenakan pada saat pengukuran letak

piringan sechidisk menyentuh dasar

perairan

Kecerahan sangat penting

karena erat kaitanya dengan proses

fotosintesis yang terjadi diperairan. Dari

hasil pengukuran yang didapat di

Kampung Galang Batang Desa Gunung

Kjang termasuk perairan yang subur.

Syukur. (2002) dalam Iman,M.S, (2010)

kecerahan keeping secchi < 3 m adalah

tipe perairan yang subur eutropik, antara

3-6 m kesuburan sedang mesotrofik dan

> 6 meter digolongkan pada tipe

perairan kurang subur oligotrofik.

5. Arus

Arus yang diukur adalah arus

permukaan. Arus selama pengukuran di

perairan Galang Batang berkisar antara

0,14 – 1,25 m/dtk. Kawal 0,25 – 3,29

m/dtk. Teluk Bakau 1,1- 1,24 m/dtk dan

Malang Rapat 1,7-2,1 m/dtk. Cepat

lambatnya arus sangat berpengaruh

terhadap karakteristek endapan sedimen

didasar perairan. Pada arus yang kuat

karakteristik sedimen di dasar perairan

cendrung pasir dan berbatuan dan arus

yang lambat cendrung dasar perairannya

berlumpur.

6. Derajat Keasaman ( pH )

Kisaran pH hasl pengukuran

yang di lakukan di Galang Batang 6.79

– 6,85. Kawal 7,6 – 8.2. Teluk Bakau

7.35 – 7,72 dan Malang Rapat 6.9 – 9,1.

Hasil pengukuran ditemukan bahwa

nilai pH perairan di masing-masing

tempat mendekati dan berada diatas 7,

ini dapat dinyatakan bahwa perairan

tersebut cendrung bersifat basa yang

disebabkan oleh banyaknya suplai air

asin dari laut yang mendominasi di

perairan pantai karena parairan laut

cendrung bersifat basa.

7. Dissolved Oxygen ( DO )

Hasil pengukuran kandungan

oksigen terlarut pada siang hari di

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

47

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

perairan dengan rata-rata desa Galang

Batang 7,12. Kawal 6,8. Teluk Bakau

7,2 dan Malang Rapat 7,9. Sementara

pengukuran pada malam hari didapatkan

Desa Galang Batang 4.3 – 5, Kelurahan

Kawal 3.8 – 6,7, Desa Teluk Bakau 1,3

– 1,5 dan Desa Malang Rapat 3,5 – 4,1.

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

ada siang di masing-masing perairan

tergolong baik untuk organisme akuatik

dalam perairan, dengan demikian pada

siang hari kandungan oksigen terlarut

akan tinggi hal ini di karenakan

seiringnya tingginya intensitas cahaya

matahari yang menyinari perairan akan

menyebabkan lajunya proses fotosintesis

oleh tumbuh-tumbuhan terutama jenis

fitoplankton yang menghasilkan

kandungan oksigen.

Rendahnya kandungan oksigen

terlarut pada malam hari disebabkan

oleh tidak terjadinya proses fotosintesis

oleh tumbuhan terutama jenis

fitoplankton yang menghasilkan

oksigen, sementara proses respirasi yang

mengkonsumsi oksigen oleh biota terus

terjadi..

8. Substrat.

Tipe tanah/substrat secara tidak

langsung juga menjadi salah satu faktor

penentu kehidupan biota bentos

terutama Filum Crustacea, dimana tipe

suptrat seperti yang kita ketahui, pada

substrat yang berlumpur pekat dan

selalu tergenang air laut menyebabkan

tanah kekurangan oksigen dan mudah

menempel sehingga dibutuhkan adaptasi

yang tinggi dalam merespon situasi ini

seperti yang terjadi pada jenis-jenis

Crustacea yang mengembangkan

adaptasi morfologinya dengan setae (

bulu halus ) untuk mencegah terjadinya

penyumbatan pada system respirasi.

Hasil pengukuran substrat di

laboratorium, dengan menggunakan

saringan bertingkat dengan ukuran mesh

2,36mm, 2,00mm, 1,18mm,

500μm(0,5mm), 250μm(0,25mm),

125μm(0,125mm), dan

106μm(0,106mm), di dapat

penggolongan substrat menurut

Wenworth pada subtrat dasar perairan

Galang Batang cendrung lumpur

berpasir, Kawal cendrung pasir

berlumpur, Teluk Bakau berpasir dan

Malang Rapat berpasir.

KESIMPULAN DAN SARAN

Jenis hewan Filum Crustacea

yang di temukan di zona litoral pesisir

timur Pulau Bintan ada 22 spesies

dimana terdiri dari 11 spesies Kepiting,

2 spesies Rajungan, 3 spesies Kelomang

/ Umang-umang, 4 spesies Udang, dan

1spesies Isopoda.

kulalitas air di di zona litoral

pesisir timur Pulau Bintan mendukung

untuk kehidupan hewan-hewan tersebut.

Ekosistem ditemukan hewan dari Filum

Crustacea ini adalah ekosistem hutan

mangrove, padang lamun dan terumbu

karang.

Keberadaan hewan Filum

Crustacea ini terkait dengan

lingkungannya adalah ketersediaan

makanan dan kebiasaan makan dimana

dalam kebiasaan makan hewan –hewan

tersebut yaitu pemakan hewan lainnya

(Carnivora), dan penyaring makanan

pada endapan sediman (Fiilder feeder

deposit feeder). Substrat pada zona

litoral tersebut adalah sedimen pasir dan

lumpur yang juga di temukan dalam

pencernaan hewan-hewan tersebut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Lembaga Penelitian

Universitas Maritim Raja Ali Haji yang

telah memberikan dana untuk kegiatan

penelitian studi biologi dan ekologi

hewan filum Crustacea di zona litoral

pesisir timur pulau bintan

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kabupaten Bintan.2009. Peta

Admin Kab. Bintan. Bank

Data Bappeda Bintan.

Kabupaten Bintan.

Bupati Bintan 2007 Keputusan Bupati

Bintan Nomor : 36/VIII/2007

TENTANG Kawasan

Konservasi Laut Daerah

Studi Biologi dan Ekologi.... Henky Irawan dan Falmi Yandri

48

ISSN: 2086-8049 Dinamika Maritim Volume 5 nomor 2 tahun 2015 (37-48)

Kabupaten Bintan. KAbupaten

Bintan.

COREMAP. 2013.

http://www.coremap.or.id

Irawan, H. 2012. Bahan Ajar Avetebrata

Air, Filum Crustacea. Handout

Irawan, H. 2012. Penuntun Praktikum

Avertebrata Air, , Filum

Crustacea.

McKenzie, L. 2007. Undertanding

Sediment. Seagrass Watch.

Nuraini dan Rusliadi. 2009. Buku Ajar

Avertebrata Air.

PUSBANGDIK UNRI.

Pekanbaru.

Satker Direktorat Konservasi dan Taman

Nasional Laut Direktorat

Jenderal Kelautan, Pesisir,

Pulau-Pulau Kecil Departemen

Kelautan Dan Perikanan. 2009.

Mengenal Kawasan Konservasi

Perairan (Laut) Daerah.

Program rehabilitasi dan

pengelolaan terumbu karang

(COREMAM II). Direktorat

Jenderal Kelautan, Pesisir,

Pulau-Pulau Kecil Departemen

Kelautan Dan Perikanan. Jakarta

Selatan. ISBN 978-602-8717-

30-4.

Suginyo.S., Widigdo,B., Wardianto,Y.,

dan Krisanti,M. 2005.

Avertebrata Air Jilid I. Penebar

Swadaya. Jakarta

World Register of Marine Species.

2013.

http://www.marinespecies.org