laporan pbl apotek menmari (1)

62
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI APOTEK MENMARI Disusun Oleh : RUTH FEBRINA G1F011006 IIN SOLIHATI G1F011013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2014

Upload: thea-widi-indiani

Post on 25-Dec-2015

259 views

Category:

Documents


46 download

DESCRIPTION

farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

DI APOTEK MENMARI

Disusun Oleh :

RUTH FEBRINA G1F011006

IIN SOLIHATI G1F011013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2014

Page 2: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

ii

Page 3: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

karena atas berkat rahmat dan Hidayah-Nya lah Laporan Praktek Belajar

Lapangan ini dapat penulis selesaikan. Laporan ini merupakan hasil Praktek

Belajar Lapangan yang dilakukan di Apotek Menmari Banyumas. Dalam laporan

ini, penulis memberi uraian mengenai bidang manajemen, administrasi, dan

pelayanan kefarmasian di apotek

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Laporan Praktek Belajar

Lapangan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai

pihak yang sungguhberarti dan berharga bagi penulis. Penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan

makalah ini, terutama kepada dosen pengampu, Ibu Esti Dyah Utami, M.Sc, Apt.,

yang telah membimbing penulis.

Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Belajar Lapangan ini masih

jauh dari sempurna yangdisebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan

pengalaman yang dimiliki. Olehkarena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demikesempurnaan pada kesempatan lain. Penulis berharap

Laporan Praktek Belajar Lapangan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Purwokerto, Februari 2014

Penulis

Page 4: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

iv

DAFTAR ISI

Halaman Sampul………………………………………………………. i

Lembar Pengesahan……………………………………………………. ii

Kata Pengantar………………………………………………………… iii

Daftar Isi………………………………………………………………. iv

Daftar Lampiran……………………………………………………….. v

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Praktek Belajar Lapangan…………………… 1

B. Tujuan Praktek Belajar Lapangan……………………………. 2

C. Manfaat Praktek Belajar Lapangan…………………………... 2

Bab II. Tinjauan Pustaka

A. Pengertian, Tugas dan Fungsi Apotek……………………….. 3

B. Manajemen Apotek…………………………………………… 4

C. Administrasi Apotek…………………………………………. 7

D. Pelayanan Apotek…………………………………………….. 10

E. Drug Related Problem………………………………………… 12

Bab III Hasil dan Pembahasan

A. Profil Apotek………………………………………………….. 18

B. Manajemen Apotek……………………………………………. 18

C. Administrasi Apotek…………………………………………... 25

D. Pelayanan Apotek……………………………………………… 27

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan……………………………………………………. 43

B. Saran………………………………………………………….. 43

Daftar Pustaka………………………………………………………… 44

Lampiran……………………………………………………………… 46

Page 5: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Buku Penjualan Obat…………………………….. 47

Lampiran 2. Format Buku Resep…………………………………….... 47

Lampiran 3. Format Buku Swamedikasi……………………………… 47

Lampiran 4. Format Buku Pembayaran……………………………….. 47

Lampiran 5. Format Buku Pencatatan Obat Masuk…………………... 47

Lampiran 6. Format Surat Pesanan Prekursor………………………… 48

Lampiran 7. Format Surat Pelaporan Prekursor………………………. 49

Lampiran 8. Format Surat Pelaporan Pelayanan Kefarmasian………… 50

Lampiran 9. Surat Pesanan Obat Bebas, Bebas Terbatas, dan Obat Keras 51

Lampiran 10. Format Buku Pencatatan Psikotropika………………… 51

Lampiran 11. Format Surat Pesanan Psikotropik…………………….. 52

Lampiran 12. Format Pelaporan Psikotropika dan Narkotika………... 53

Lampiran 13. Kelengkapan Resep……………………………………. 54

Lampiran 14. Kelengkapan salinan resep……………………………... 55

Lampiran 15. Kelengkapan etiket…………………………………….. 56

Lampiran 16. Foto Apotek…………………………………………… 57

Page 6: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Belajar Lapangan

Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan bagi setiap manusia. Terwujudnya

kesehatan ini dapat dilakukan melalui optimasi bidang pelayanan, salah satunya

pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasianmerupakan salah satu kegiatan

pokok dalam menunjang upaya kesehatan. Pelayanan kefarmasian menjadi kian

penting karena saat ini pelayanan kefarmasian telah menjadi pelayanan yang

komprehensif dan berorientasi kepada pasien.

Perkembangan yang sangat pesat dibidang kesehatan menuntuttersedianya

tenaga kesehatan yang trampil dan profesional. Pendidikan tinggi farmasi

mempunyai peranan yang penting dalam menghasilkan lulusan farmasi yang

terampil dan berkompeten. Untuk menciptakan lulusan yang berkompeten, setiap

mahasiswa diwajibkan tidak hanya menguasai ilmu secara teoritis saja, melainkan

juga menguasai praktek di lapangan. Salah satu lapangan kerja para lulusan

farmasi dan profesi apoteker adalah apotek. Terdapat tiga bidang pengelolaan di

apotek yang perlu di pahami oleh mahasiswa, yaitu bidang mamajemen, bidang

administrasi, dan bidang pelayanan. Untuk memahami ketiga bidang tersebut dan

membentuk lulusan yang berkompeten maka diadakanlah Praktek Belajar

Lapangan.

Kegiatan Praktik Belajar Lapangan (PBL) merupakan mata kuliah yang

bertujuan mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia nyata dengan

memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses

pendidikan.Adapun hasil akhir yang diharapkan adalah kemampuan untuk

menghasilkan lulusan farmasi yang dapat bekerja secara profesional dalamsistem

pelayanan kesehatan dibidang kefarmasian.

Page 7: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

2

B. Tujuan Praktek Belajar Lapangan

1. Meningkatkan pengetahuan dan keahlian mahasiswa sebagai calon tenaga

teknis kefarmasian khususnya di bidang farmasi klinik dan komunitas

2. Meningkatkan kemampuan problem solving mahasiswa dalam masalah-

masalah yang terjadi dalam praktek farmasi klinik dan komunitas

3. Meningkatkan interaksi mahasiswa dengan praktisi farmasi klinik dan

komunitas.

C. Manfaat Praktek Belajar Lapangan

Memahami pekerjaan kefarmasian khususnya dalam bidang manajemen,

administrasi, dan pelayanan kepada pasien.

Page 8: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Tugas dan Fungsi Apotek

Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian,

penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Pengertian ini didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek (Anonim, 2002).

Pekerjaan kefarmasian menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 yaitu

meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat (Bidang Manajemen), Bidang

administrasi apotek, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat

serta pengembangan obat (Bidang Pelayanan Kefarmasian), bahan obat dan obat

tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (DPR RI,

2009a).

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan

kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan

menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.

Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas

pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk

oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh

izin dari Suku Dinas Kesehatan setempat.

Tugas dan fungsi apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun

2009, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut :

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan Apoteker

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian

Page 9: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

4

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi

antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

(DPR RI, 2009b)

B. Manajemen Apotek

1. Perencanaan Dan Pengadaan Obat

Perencanaan merupakan dasar tindakan manejer untuk dapat menyelesaikan

tugasnya dengan baik. Dalam perencanaan pengadaan sedian farmasi seperti obat-

obatan dan alat kesehatan yang dilakukan adalah pengumpulan data obat-obatan

yang akan di tulis dalam buku defacta. Sebelum perencanaan di tetapkan,

umumnya di dahulukan oleh prediksi atau ramalan tentang peristiwa yang akan

datang (Taufiq, 2011).

Sesuai dengan Keputusan Menkes No.1027 tahun 2004, dalam membuat

perencanaan pengadaan sedian farmasiperlu memperhatikan :

a. Pola peresepan

b. Pola penyakit

c. Tingkat perekonomian masyarakat

d. Budaya masyarakat

e. Ketersedian barang / perbekalan farmasi

(Anonim, 2004)

Tahap perencanaan kebutuhan obat meliputi :

a. Tahap Persiapan

Perencanaan dan pengadaan obat merupakan suatu kegiatan dalam rangka

menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit serta kebutuhan

pelayanan kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan membentuk tim

perencanaan pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan

Page 10: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

5

efektifitas penggunaan dana obat melalui kerjasama antar instansi yang terkait

dengan masalah obat (Taufiq, 2011).

b. Tahap Perencanaan

1) Tahap pemilihan obat

Tahap ini untuk menentukan obat-obat yang sangat diperlukan sesuai

dengan kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan jenis obat yang akan

digunakan atau dibeli.

2) Tahap perhitungan kebutuhan obat

Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat.

Dengan koordinasi dari proses perencanaan dan pengadaan obat diharapkan

obat yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu.

Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu :

i. Metode konsumsi

Secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi obat

individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang

berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya.

ii. Metode morbiditas

Memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah kehadiran pasien,

kejadian penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari

penyakit yang ada.

iii. Metode penyesuaian konsumsi

Metode ini menggunakan data pada insiden penyakit, konsumsi

penggunaan obat. Sistem perencanaan pengadaan didapat dengan

mengekstrapolasi nilai konsumsi dan penggunaan untuk mencapai

target sistem suplai berdasarkan pada cakupan populasi atau tingkat

pelayanan yang disediakan.

iv. Metode proyeksi tingkat pelayanan dari keperluan anggaran

Metode ini digunakan untuk menaksir keuangan keperluan pengadaan

obat berdasarkan biaya per pasien yang diobati setiap macam-macam

level dalam sistem kesehatan yang sama (Taufiq, 2011).

Page 11: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

6

Pengadaan biasanya di lakukan berdasarkan perencanaan yang telah di buat

dan di sesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadan barang meliputi:

pemesanan, cara pemesanan, mengatasi kekosongan dan pembayaran.

a. Pemesanan barang atau order dilakukan oleh asisten apoteker berdasarkan

catatan yang ada dalam buku habis berisi catatan barang-barang yang hampir

habis atau yang sudah habis di apotek. Sebelum dilakukan order, obat yang

tertulis dalam buku habis dicocokkan dengan buku defacta.

b. Cara pemesanan barang dilakukan dengan menuliskan surat pesanan (SP).

Selain narkotika dan psikotropika meliputi tanggal, nomor pesanan, kode

supplie, nama barang, satuan barang, dan jumlah barang. SP akan diambil

selesman dari masing-masing PBF, apabila selesman PBF tidak datang order

bisa dilakukan melalui telpon (untuk obat selainnarkotika dan psikotropika)

c. Mengatasi pemesanan obat akibat waktu antara pemesanan dan kedatangan

barang yang lama.

d. Pembayaran dapat dilakukan dengan cara COD (cast on delivery) atau kredit

(Anonim, 2012).

2. Penerimaan Obat

Penerimaan barang harus dilakukan dengan mengecek kesesuain barang

yang datang dengan faktur dan SP. Kesesuain meliputi : nama barang, jumlah

barang, satuan, harga, diskon, dan nama PBF serta mengecek masa kadaluarsanya.

Faktur di periksa tanggal pesan dan tanggal jatuh temponya, lalu di tanda tangani

dan di cap oleh Apoteker pengelola Apotek (APA) atau Asisten Apoteker (AA),

yang mempunnyai SIK. Kemudian faktur yang sudah di tanda tangani tersebut di

masukkan kedalam format pembelian (Taufiq, 2011).

3. Pencatatan Keuangan Dan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan administrasi keuangan meliputi adminitrasi untuk uang masuk,

uang keluar, pembayaran tunai, pembayaran kredit,pembukuan keuangan, laporan

keuangan, pajakatauretribusi dan lalu lintas uang di apotek. Catatan mengenai

uang masuk meliputi laporan penjualan harian sedangkan uang yang keluar

tercatat dalam buku pengeluaran apotek (Taufiq, 2011).

Page 12: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

7

4. Penataan Dan Penyimpanan Obat

Obat dan bahan obat harus di simpan dalam wadah yang cocok dan harus

memenuhi ketentuan pengemasan dan penandaan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.Penyimpanan obat di golongkan berdasarkan bentuk bahan baku seperti :

bahan padat di pisahkan dari bahan cair atau bahan yang setengah padat di

pisahkan dari bahan cair. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan zat-zat yang

bersifat higroskopis demikian pula halnya terhadap barang-barang yang mudah

terbakar dan obat-obat yang mudah rusak dan meleleh pada suhu kamar.

Penyimpanan dilakukan dengan cara/ berdasarkan nama penyakit, khasiat obat,

dan nama generik dan paten untuk memudahkan pengambilan obat saat

diperlukan (Taufiq, 2011).

C. Administrasi Apotek

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter

hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlakukepada apoteker pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat,

meracik serta menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006). Resep harus

ditulis dengan lengkap dan jelas, adapun tujuannya adalah untuk menghindari

adanya salah persepsi diantara dokter dan apoteker dalam mengartikan sebuah

resep (Rahmawati, 2002).

Menurut Jas (2009), resep terdiri dari 6 bagian :

1. Inscriptio : Nama dokter, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat, tanggal

penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi.

Sebagai identitas dokter penulis resep. Format inscriptio suatu resep dari rumah

sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”

artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan

apoteker di apotek.

3. Prescriptio/ Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang

diinginkan.

Page 13: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

8

4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval

waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan

keberhasilan terapi.

5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai

legalitas dan keabsahan resep tersebut.

6. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan umur pasien. Teristimewa untuk

obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat pasien (untuk pelaporan ke

Dinkes setempat).

Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004 mengenai

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Anonim, 2004) terdapat peraturan

yang mengatur tentang pelayanan resep meliputi skrining resep dan penyiapan

obat (peracikan, etiket, kemasan obat, penyerahan obat, informasi obat, konseling,

dan monitoring penggunaan obat).Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

1. Persyaratan Administratif :

a. Nama, SIP dan alamat dokter

b. Tanggal penulisan resep

c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

e. Cara pemakaian yang jelas

f. Informasi lainnya

2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian

3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,

durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya

dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan

dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah

pemberitahuan.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 704/Ph/63/b

mengatakan bahwa penyimpanan resep disimpan selama 3 tahun berdasarkan

nomor urut dan tanggal pembuatan. Pemusnahan resep hanya bolehdengan jalan

Page 14: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

9

pembakaran, pemusnahan dengan membuat BAP. Dalam pasal 7 Kepmenkes No.

280 Tahun 1981 mengatur tentang tata cara penyimpanan dan pemusnahan resep

sebagai berikut:

1. Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang tealh dikerjakan menurut

urutan tanggal dan nomor urutan penerimaan resep dan harus disimpan

sekurang–kurangnya tiga tahun.

2. Resep yang mengandung Narkotika harus dipisahkan dengan resep lainnya.

3. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu dimaksud ayat 1 pasal ini

dapat dimusnahkan.

4. Pemusnahan resep dimaksud dalam ayat 3 pasal ini, dilakukan dengan cara

dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotek

bersama dengan sekurang–kurangnya petugas apotek.

5. Pada pemusnahan resep, harus dibuat Berita cara pemusnahan sesuai dengan

bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat dan ditandatangani oleh

mereka yang dimaksud pada ayat 4 pasal ini.

Salinan resep (copy resep, apograph, exemplum, atau afschrift) adalah

salinan yang dibuat oleh apotek, bukan hasil fotokopi. Salinan resep selain

memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula :

1. Nama dan alamat apotek

2. Nama dan nomor S.I.K Apoteker pengelola apotek

3. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek

4. Tanda “det” = “detur” untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda “nedet” =

“ne detur” untuk obat yang belum diserahkan

5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.

(Syamsuni, 2006)

Salinan resep harus ditanda tangani apoteker, apabila apoteker pengelola

apotek berhalangan, penanda tangan atau paraf pada salinan resep dapat dilakukan

oleh apoteker pendamping atau apoteker pengganti dengan mencantumkan nama

terang dan status yang bersangkutan. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di

apotek dengan baik selama waktu 3 tahun. Resep atau salinan resep hanya boleh

Page 15: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

10

diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita-penderita

yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Syamsuni,2006).

Penyerahan obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi atas dasar

resep harus dilengkapi dengan etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket

warna biru untuk obat luar. Yang dimaksud obat dalam ialah obat yang digunakan

melalui mulut dan masuk ke dalam kerongkongan kemudian ke perut atau saluran

pencernaan (oral), sedangkan yang dimaksud obat luar adalah obat yang

digunakan melalui kulit, mata, hidung, telinga, vagina, rektum, dan termasuk pula

obat parenteral atau injeksi atau obat suntik dan obat kumur (Syamsuni, 2006)

Pada etiket harus tercantum :

1. Nama dan alamat apotek

2. Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek

3. Nomor dan tanggal pembuatan

4. Nama pasien

5. Aturan pemakaian

6. Tanda lain yang diperlukan misalnya : kocok dahulu, tidak boleh diulang tanpa

resep baru dari dokter

(Syamsuni, 2006)

D. Pelayanan Kefarmasian di Apotek

1. Pelayanan Non Resep

Penjualan meliputi obat bebas / obat bebas terbatas, kosmetik, alat

kesehatan, serta barang lain yang dapat dijual tanpa resep dokter. Misalnya : jamu

dan fitofarmaka.

Kriteria obat yang dapat diberikan tanpa resep dokter sesuai permenkes No.

919 / Menkes / per / X / 1993 /adalah sebagai berikut :

a. Tidak dikordinasikan pada wanita hamil atau anak-anak dibawah usia 2 tahun

dan orang tua diatas 65 tahun.

Page 16: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

11

b. Penggunaanya tidak menggunakan cara dan alat khusus yang harus dilakukan

oleh tenaga kesehatan.

c. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksudkan tidak memberikan resiko

pada kelanjutan penyakit.

d. Penggunaannya dapat dilakukan dengan mudah untuk pasien.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio keamanan yang dapat dipertanggung

jawabkan untuk pengobatan sendiri.

f. Penggunaanya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

indonesia.

2. Pelayanan Resep

Penjualan obat dengan resep dokter pada umumnya penjualan terpenting

atau tunai. Penjualan secara tunai untuk pembelian umum, pembeli membayar

langsung harga obat yang dibelinya (Anonim, 2012).

3. Pelayanan KIE

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya dengan benar dan tepat, sehingga

dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan

kesehatan lainnya.

Adapun konseling yang diberikan :

a. Kegunaan atau indikasi suatu obat

b. Cara penggunaan atau aturan pakai

c. Efek samping obat

d. Kontra indikasi obat

e. Interaksi obat sesuai kebutuhan pasien

f. Pola hidup

g. Kepatuhan pasien

Setelah konseling dilakukan, maka obat dapat diserahkan kepada pasien atau

pelanggan yang membeli obat di apotek. Untuk penderita penyakit tertentu seperti

Page 17: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

12

kardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker

harus memberikan konseling secara berkelanjutan.Setelah penyerahan obat

kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat,

terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan

penyakit kronis lainnya (Anonim, 2012).

E. Drug Related Problem (DRP)

Drug Related Problem (DRP) dapat didefinisikan sebagai kejadian tidak di

inginkan yang menimpa pasien yang berhubungan dengan terapi obat dan secara

nyata maupun potensial berpengaruh terhadap perkembangan pasien yang

diinginkan.

1. Komponen DRP

Suatu kejadian dapat disebut DRP bila memenuhi dua komponen berikut :

a. Kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien

Kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosis penyakit,

ketidakmampuan (disability) atau sindrom; dapat merupakan efek dari

kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultural atau ekonomi.

b. Hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat

Bentuk hubungan ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat maupun

kejadian yang memerlukan terapi obat sebagai solusi maupun preventif.

Sebagai pengemban tugas pelayanan kefarmasian, seorang farmasis

memiliki tanggung jawab terhadap adanya DRP yaitu dalam hal:

1) Mengidentifikasi masalah

2) Menyelesaikan masalah

3) Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya DRP

(Sulistyawan, 2009)

2. Klasifikasi DRP

Klasifikasi drug related problem menurut Sulistyawan (2009) adalah sebagai

berikut:

Page 18: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

13

a. Indikasi

Pasien mengalami masalah medis yang memerlukan terapi obat (indikasi

untuk penggunaan obat), tetapi tidak menerima obat untuk indikasi

tersebut.

1) Pasien memerlukan obat tambahan

Keadaan yang ditemukan pada DRP adalah suatu keadaan ketika

pasien menderita penyakit sekunder yang mengakibatkan keadaan

yang lebih buruk daripada sebelumnya, sehingga memerlukan terapi

tambahan. Penyebab utama perlunya terapi tambahan antara lain ialah

untuk mengatasi kondisi sakit pasien yang tidak mendapatkan

pengobatan, untuk menambahkan efek terapi yang sinergis, dan terapi

untuk tujuan preventif atau profilaktif. Misalnya, penggunaan obat

AINS biasanya dikombinasikan dengan obat antihistamin 2 dengan

tujuan untuk mencegah terjadinya iritasi lambung.

2) Pasien menerima obat yang tidak diperlukan

Pada kategori ini termasuk juga penyalahgunaan obat, swamedikasi

yang tidak benar, polifarmasi dan duplikasi. Merupakan

tanggungjawab farmasi agar pasien tidak menggunakan obat yang

tidak memiliki indikasi yang tepat. DRP kategori ini dapat

menimbulkan implikasi negatif pada pasien berupa toksisitas atau efek

samping, dan membengkaknya biaya yang dikeluarkan diluar yang

seharusnya. Misalnya, pasien yang menderita batuk dan flu

mengkonsumsi obat batuk dan analgesik-antipiretik terpisah padahal

dalam obat batuk tersebut sudah mengandung paracetamol.

b. Efektivitas

1) Pasien menerima regimen terapi yang salah

i. Terapi multi obat (polifarmasi)

Polifarmasi merupakan penggunaan obat yang berlebihan oleh

pasien dan penulisan obat berlebihan oleh dokter dimana pasien

menerima rata-rata 8-10 jenis obat sekaligus sekali kunjungan

dokter atau pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang

Page 19: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

14

diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. Jumlah obat

yang diberikan lebih dari yang diperlukan untuk pengobatan

penyakit dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

ii. Frekuensi pemberian

Banyak obat harus diberikan pada jangka waktu yang sering untuk

memelihara konsentrasi darah dan jaringan. Namun, beberapa obat

yang dikonsumsi 3 atau 4 kali sehari biasanya benar-benar manjur

apabila dikonsumsi sekali dalam sehari.

iii. Durasi dari terapi

Contohnya penggunaan antibiotik harus diminum sampai habis

selama satu kurum pengobatan, meskipun gejala klinik sudah

mereda atau menghilang sama sekali. Interval waktu minum obat

juga harus tepat, bila 4 kali sehari berarti tiap enam jam, untuk

antibiotik hal ini sangat penting agar kadar obat dalam darah

berada diatas kadar minimal yang dapat membunuh bakteri

penyebab penyakit.

2) Pasien menerima obat yang benar tetapi dosisnya terlalu rendah

Pasien menerima obat dalam jumlah lebih kecil dibandingkan dosis

terapinya. Hal ini dapat menjadi masalah karena menyebabkan tidak

efektifnya terapi sehingga pasien tidak sembuh, atau bahkan dapat

memperburuk kondisi kesehatannya. Hal-hal yang menyebabkan

pasien menerima obat dalam jumlah yang terlalu sedikit antara lain

ialah kesalahan dosis pada peresepan obat, frekuensi dan durasi obat

yang tidak tepat dapat menyebabkan jumlah obat yang diterima lebih

sedikit dari yang seharusnya, penyimpanan juga berpengaruh terhadap

beberapa jenis sediaan obat, selain itu cara pemberian yang tidak benar

juga dapat mengurangi jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh

pasien.

Ada beberapa faktor pendukung yang menyebabkan kejadian

tersebut yaitu antara lain obat diresepkan dengan metode fixed model

(hanya merujuk pada dosis lazim) tanpa mempertimbangkan lebih

Page 20: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

15

lanjut usia, berat badan, jenis kelamin dan kondisi penyakit pasien

sehingga terjadi kesalahan dosis pada peresepan. Adanya asumsi dari

tenaga kesehatan yang lebih menekankan keamanan obat dan

meminimalisir efek toksik terkadang sampai mengorbankan sisi

efektivitas terapi. Ketidakpatuhan pasien yang menyebabkan konsumsi

obat tidak tepat jumlah, antara lain disebabkan karena faktor ekonomi

pasien tidak mampu menebus semua obat yang diresepkan, dan pasien

tidak paham cara menggunakan obat yang tepat. Misalnya pemberian

antibiotik selama tiga hari pada penyakit ISFA Pneumonia.

c. Keamanan

1) Pasien menerima obat dalam dosis terlalu tinggi

Pasien menerima obat dalam jumlah dosis terlalu tinggi dibandingkan

dosis terapinya. Hal ini tentu berbahaya karena dapat terjadi

peningkatan resiko efek toksik dan bisa jadi membahayakan Hal-hal

yang menyebabkan pasien menerima obat dalam jumlah dosis terlalu

tinggi antara lain ialah kesalahan dosis pada peresepan obat, frekuensi

dan durasi minum obat yang tidak tepat.

2) Pasien mengalami efek obat yang tidak diinginkan (Adverse drug

reaction)

Dalam terapinya pasien mungkin menderita ADR (Adverse drug

reaction) yang dapat disebabkan karena obat tidak sesuai dengan

kondisi pasien, cara pemberian obat yang tidak benar baik dari

frekuensi pemberian maupun durasi terapi, adanya interaksi obat, dan

perubahan dosis yang terlalu cepat pada pemberian obat-obat tertentu.

ADR merupakan respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan tidak

diharapkan serta terjadi pada dosis lazim yang dipakai oleh manusia

untuk tujuan profilaksis, diagnosis maupun terapi.

d. Kepatuhan

Page 21: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

16

Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu

dengan nasehat medis atau kesehatan. Kepatuhan pasien untuk minum

obat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1) Persepsi tentang kesehatan

2) Pengalaman mengobati sendiri

3) Pengalaman dengan terapi sebelumnya

4) Lingkungan (teman, keluarga)

5) Adanya efek samping obat

6) Keadaan ekonomi

Interaksi dengan tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat).

Akibat dari ketidakpatuhan (non-compliance) pasien untuk mengikuti

aturan selama pengobatan dapat berupa kegagalan terapi dan toksisitas.

Ketidakpatuhan seolah-olah diartikan akibat kelalaian dari pasien, dan

hanya pasienlah yang bertanggung jawab terhadap hal-hal yang terjadi

akibat ketidakpatuhannya. Padahal penyebab ketidakpatuhan bukan

semata-mata hanya kelalaian pasien dalam mengikuti terapi yang telah

ditentukan, namun banyak faktor pendorongnya, yaitu :

1) Obat tidak tersedia

2) Regimen yang kompleks

3) Usia lanjut

4) Lamanya terapi

5) Hilangnya gejala

6) Takut akan efek samping,

7) Rasa obat yang tidak enak

8) Tidak mampu membeli obat

9) Pasien lupa dalam pengobatan.

10) Kurangnya pengetahuan terhadap kondisi penyakit, pentingnya terapi

dan petunjuk penggunaan obat.

Dari beberapa faktor pendorong terjadinya ketidakpatuhan, apoteker

memiliki peran untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan memberikan

informasi tentang pentingnya pengobatan pada keadaan penyakit pasien.

Page 22: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

17

Selain itu, diperlukan juga komunikasi yang efektif antara dokter dan

apoteker sehingga upaya penyembuhan kondisi penyakit pasien dapat

berjalan dengan baik.

e. Pemilihan Obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis

ditegakkan dengan benar. Obat yang dipilih untuk mengobati setiap

kondisi harus yang paling tepat dari yang tersedia. Banyak reaksi

merugikan dapat dicegah, jika dokter serta pasien melakukan

pertimbangan dan pengendalian yang baik. Pasien yang bijak tidak

menghendaki pengobatan yang berlebihan. Pasien akan bekerjasama

dengan dokter untuk menyeimbangkan dengan tepat keseriusan penyakit

dan bahaya obat. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang

memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.

f. Interaksi Obat

Interaksi obat adalah peristiwa dimana kerja obat dipengaruhi oleh

obat lain yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan. Efek obat

dapat bertambah kuat atau berkurang karena interaksi ini akibat yang

dikehendaki dari interaksi ini ada dua kemungkinan yakni meningkatkan

efek toksik atau efek samping atau berkurangnya efek klinik yang

diharapkan.Interaksi obat dapat terjadi sebagai berikut:

1) Obat-Makanan

2) Obat-Uji Laboratorium

3) Obat-Penyakit

4) Obat-Obat

Page 23: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

18

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Apotek

Apotek Menmari merupakan salah satu apotek yang berada di daerah

Banyumas. Apotek ini terletak di Jalan Gatot Subroto nomor 470, Kedunguter,

Banyumas. Apotek yang berdiri sejak bulan Juni tahun 2003 ini didirikan oleh

Dwi Jaka Laksana sebagai pemilik saham apotek. Apotek ini terdaftar dengan

nomor SIA (Surat Ijin Apotek) 024/SIA P.APA/BMS/P/IX/2011. Apoteker

penanggung jawab Apotek Menmari saat ini adalah Laely Hidayati, S. Farm., Apt

dan apoteker pendamping Rizky Yuda P., S.Farm., Apt. Jumlah pegawai di apotek

ini adalah 3 orang dengan jam operasional pukul 08.00-20.00.

Visi Apotek Menmari adalah menjadi apotek yang menerapkan

kefarmasian yang berkualitas dan terpercaya serta menguntungkan masyarakat

dan karyawan. Misi apotek in adalah menyediakan obat, alat kesehatan serta

perbekalan kefarmasian lainnya yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat

serta melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat,cepat, ramah, daninformatif

dengan menerapkan konsep pharmaceutiacal care secara professional.

B. Manajemen Apotek

1. Pemesanan obat

Setiap minggunya (pada hari jumat) di Apotek Menmari selalu di cek

obat-obat apa saja yang stoknya tersisa sedikit kemudian pada hari sabtu obat-

obat yang stoknya sedikit tersebut dibuat daftar atau dengan kata lain dibuat

defekta. Defekta tersebut berisi obat-obat atau barang-barang apa saja yang

akan dipesan pada minggu selanjutnya, defekta dibuat untuk mempermudah

pemesanan obat kepada PBF. Jika ada sales dari PBF yang datang maka

pertama Apoteker Pengelola Apotek (APA) melihat defekta terlebih dahulu

untuk mengetahui barang-barang apa saja yang akan dipesan kepada PBF

Page 24: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

19

tersebut. Selanjutnya APA menulis pesanan di surat pesanan, surat pesanan

ada bermacam-macam jenisnya.

Macam-macam jenis surat pesanan yaitu ada surat pesanan yang

digunakan untuk memesan obat-obat biasa seperti obat keras, obat wajib

apotek, obat bebas, obat bebas terbatas serta alat-alat kesehatan dan produk

lainnya. Surat pesanan biasa ini terdiri atas 2 rangkap, rangkap yang asli

diserahkan kepada sales dari PBF yang didalamnya tertulis nama obat serta

jumlah obat yang akan dipesan dan rangkap copyannya untuk arsip di apotek.

Terdapat pula surat pesanan untuk obat-obat narkotika, surat pesanan ini

terdiri dari 4 rangkap dengan warna yang berbeda yaitu warna putih untuk

Pedagang Besar Farmasi (PBF), warna biru untuk Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM), warna merah muda untuk Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, dan warna kuning untuk arsip Apotek. Surat pesanan

narkotika hanya digunakan untuk memesan 1 obat narkotika. Apotek

menmari tidak menyediakan obat-obat narkotika sehingga tidak mempunyai

surat pesanan narkotika. Jenis surat pesanan psikotropika digunakan untuk

memesan obat dengan golongan psikotropika. Surat pesanan psikotropika

terdiri dari 2 rangkap, rangkap pertama berwarna putih untuk Pedagang Besar

Farmasi dan rangkap kedua untuk arsip apotek. Surat Pesanan yang terakhir

yaitu surat pesanan untuk obat-obat prekursor atau obat yang mengandung

prekursor. Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang

dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika. Surat pesanan

untuk prekursor juga terdiri dari dua rangkap, rangkap pertama untuk PBF

dan rangkap kedua untuk arsip apotek.

Setelah APA menulis obat yang akan dipesan pada surat pesanan, surat

pesanan tersebut ditandatangani oleh APA dan diberi stempel apotek.

Kemudian lembar pertama dari surat pesanan diserahkan pada sales dari PBF,

lalu akan ditindaklanjuti oleh sales yang nantinya akan mengirimkan barang

yang telah dipesan.

Page 25: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

20

2. Penerimaan, Penataan, dan Penyimpanan Barang

Standar Operasional Pelaksanaan Penerimaan dan Penyimpanan Barang

a. Saat barang datang dari PBF

b. Cek kesesuaian antara SP (Surat Pesanan) dengan faktur dan barangnya

(kecocokan tentang nama barang , bentuk, jumlah sediaan, nomor batch,

dan tanggal ED (expired date)

c. Cek kondisi barang (rusak, pecah, tersegel atau tidak)

d. Apabila barang tidak sesuai pesanan atau dalam kondisi rusak, barang

dikembalikan ke PBF

e. Apabila semua barang sesuai pesanan dan dalam kondisi baik, barang

diterima dan faktur ditandatangani oleh apoteker atau asisten apoteker

dilengkapi dengan nomor SIK/SIA serta dibubuhi stempel apotek

f. Faktur diambil satu lembar untuk arsip apotek

g. Serahkan faktur kepada bagian administrasi untuk dimasukkan kedalam

buku atau komputer

h. Cocokkan harga yang sudah ada di buku atau komputer dengan harga yang

tertera pada faktur baru, apakah ada kenaikan atau tidak

i. Hargai barang-barang atau obat bebas dan letakkan sesuai dengan

spesifikasinya. Untuk obat keras langsung disimpan kedalam almari

berdasarkan abjad

j. Buat kwitansi pembayaran faktur

k. Arsip faktur sesuai dengan nama PBF masing-masing

Proses penerimaan barang di apotek menmari sudah sesuai dengan SOP

yang ada disana. Saat ada barang datang, barang dicek kesesuaiannya dengan

SP dan faktur. Hal-hal yang harus dicek kesesuaiannya adalah nama barang,

bentuk sediaan, jumlah barang, bobot/volume barang, nomor batch serta

tanggal kadaluarsa dari barang tersebut. Selain hal-hal tersebut kita juga harus

mengecek kondisi barang yang kita terima apakah barang tersebut rusak,

pecah, tersegel atau tidak, kondisi barang yang kita terima harus dalam

keadaan baik. Jika semua barang yang datang sudah sesuai dan keadaaannya

pun telah diketahui baik maka barang diterima dan faktur ditandatangani oleh

Page 26: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

21

apoteker dan distempel dengan stempel apotek. Faktur salinan pada lembaran

paling bawah pada faktur diambil 1 lembar untuk arsip apotek.

Barang-barang yang sudah diterima selanjutnya dihargai, cara memberi

harga barang-barang atau obat di apotek menmari yaitu pertama harga beli

dari PBF ditambahkan PPN atau pajak sebesar 10% kemudian ditambahkan

lagi dengan persentase keuntungan. Persentase keuntungan masing-masing

obat berbeda-beda tergantung golongan obat tersebut. Persentase keuntungan

yang ditambahkan untuk obat-obat keras dan obat wajib apotek sebesar 20%,

obat bebas; obat bebas terbatas; produk jamu serta alat kesehatan sebesar

10%, dan yang terakhir produk susu sebesar 5%. Setelah harga+pajak

ditambahkan persentase keuntungan telah dijumlahkan maka hasilnya

merupakan harga jual untuk produk tersebut. Kemudian masing-masing

barang yang sudah dihargai diberi label yang tertulis harga barang tersebut

dan selanjutnya ditata atau diletakkan pada lemari atau etalase atau di tempat

penyimpanan barang.

Kemudian kita menginput data barang yang datang sesuai dengan faktur

yang telah diterima ke dalam komputer berdasarkan nama obatnya masing-

masing. Data yang dimasukkan adalah data-data tentang obat tersebut seperti

nama obat, nama PBF, bentuk kemasan obat, jumlah obat, satuan obat,

diskon, harga asli obat, harga + PPN, harga jual serta tanggal kadaluarsa.

Faktur yang sudah di input datanya disimpan dalam tempat penyimpanan

faktur atau dikelompokkan berdasarkan nama PBF yang telah diurutkan

berdasarkan nomor. Namun sebelumnya dibuat dahulu kwitansi pembayaran

faktur, sesuai dengan nominal yang tertera pada faktur, lalu digabungkan

bersama faktur dan disimpan pada tempat yang sesuai atau yang telah

disesuaikan.

Penyimpanan barang di apotek menmari sudah ditentukan untuk masing-

masing barangnya. Untuk obat-obat keras dan obat wajib apotek ditaruh di

etalase bagian dalam apotek, jadi tidak diperlihatkan atau tidak dipajang

diluar dan disimpan dengan konsep alfabetis, dari A hingga Z. Obat-obat

bebas, bebas terbatas, produk jamu, produk susu, alat kesehatan serta

Page 27: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

22

perlengkapan bayi dipajang pada etalase depan dan bisa dilihat oleh

pembeli/pengunjung apotek dan disimpan sesuai dengan efek farmakologi

dan bentuk sediaan. Selain itu juga ada lemari khusus untuk penyimpanan

obat-obat psikotropika.

3. Pencatatan obat di buku obat

Setiap menerima barang dari PBF, data yang ada di faktur selalu di input

ke dalam komputer, disesuaikan dengan penyimpanan obat tersebut apakah

termasuk obat dalam (obat keras dan obat wajib apotek) atau obat luar (obat

bebas, bebas terbatas, jamu, susu, alat kesehatan). Obat-obat yang keluar

dicatat di dalam buku obat yang keluar, terdapat 2 buah buku yaitu buku

dalam untuk obat-obat yang ditempatkan didalam dan buku luar untuk obat-

obat yang ditempatkan diluar. Pencatatan tersebut dilakukan untuk

mengetahui pendapatan apotek dari obat yang keluar setiap harinya.

4. Pembayaran (Inkaso)

Pembelian obat dan alat kesehatan di Apotek Menmari secara umum

dibagi 2 yaitu :

a. Pembelian Tunai

Pembelian tunai adalah pembelian yang dilakukan dengan membayar

langsung secara tunai

b. Pembelian Kredit

Pembelian kredit adalah pemebelian yang membayar setelah jatuh

tempo/dengan kredit. Biasanya PBF memberikan masa jatuh tempo sekitar 21

hari atau 1 bulan. Pada saat pembayaran, apotek akan membayar sejumlah

uang yang sesuai dengan nominal yang ada dalam kwitansi. Setelah

dibayarkan maka faktur yang asli diserahkan kepada apotek dan pada

kwitansi dituliskan kata “Lunas” dan ditandatangani oleh sales dari PBF.

Faktur asli kemudian digabungkan dengan faktur yang sebelumnya telah

dimiliki oleh apotek dengan Surat Pesanan dan Kwitansi kemudian disimpan

Page 28: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

23

sebagai arsip. Di apotek menmari juga terdapat buku pembayaran, setiap

barang datang maka jumlah yang harus dibayarkan dicatat dalam buku

tersebut, nanti ketika sudah dibayarkan maka diberi keterangan lunas. Buku

pembayaran ada datu namun didalamnya dipisahkan antar masing-masing

PBF-nya.

5. Pengembalian Barang atau Obat (Retur)

Apabila barang yang dikirim tidak cocok dengan pesanan atau terdapat

kerusakan maka barang tersebut dapat diretur.

Barang tersebut diretur karena :

1. Tidak cocok dengan surat pesanan

2. Kemasan rusak

3. Mendekati Expire date atau sudah masuk Expire date

Obat yang tidak sesuai dengan surat pesanan atau rusak saat diterima

oleh apotek dapat diretur. Hal pertama yang dilakukan adalah menuliskan

nama barang serta alasan kenapa barang tersebut diretur pada formulir retur

yang disediakan oleh PBF atau jika tidak disediakan oleh PBF maka

menggunakan formulir retur dari Apotek sendiri. Tanda retur ditandatangani

oleh APA dan dibubuhi stampel apotek. Barang yang akan diretus akan

dibawa oleh sales dari PBF. Setelah tanda retur dan barang yang diretur

dibawa oleh sales dan nanti sales akan datang kembali untuk menyerahkan

faktur retur dan mengembalikan uang penggantian dari barang yang telah

diretur atau ditukar dengan barang yang sama namun waktu kadaluarsanya

masih panjang. Faktur retur akan ditandatangani oleh APA dan dibubuhi

stampel apotek.

Cara meretur obat yang mendekati waktu kadaluarsa atau sudah

kadaluarsa yaitu pertama dengan mengecek Distributor asal barang tersebut

dipesan serta tanggal fakturnya. Kita dapat mengecek dari data yang ada

didalam komputer. Selanjutnya faktur dicari pada tempat penyimpanan faktur

sesuai dengan masing-masing Distributor. Ketika sales Distributor tersebut

datang barang tersebut dapat diretur, APA akan membuat tanda retur dan

Page 29: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

24

tanda retur serta barang yang akan diretur diserahkan untuk dibawa oleh

sales. Jika sales kembali, sales akan menyerahkan faktur retur untuk

ditandatangani dan menyerakan biaya pengganti dari barang tersebut atau jika

tidak maka sales bisa memotong uang yang akan dibayarkan oleh apotek

kepada PBF untuk barang yang akan dibayarkan selanjutnya.

6. Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Pelayanan Kefarmasian

(Resep dan Swamedikasi)

Setiap bulannya kegiatan di apotek selalu dilaporkan. Ada beberapa

macam pelaporan yang dilakukan yaitu pelaporan obat Narkotika,

Psikotropika, Prekursor, serta Pelayanan Kefarmasian (Resep dan

swamedikasi.

a. Pelaporan obat golongan Narkotika dan Psikotropika

Obat golongan Narkotika dan Psikotropika dilaporkan secara online ke

Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan

Nasional (http://sipnap.binfar.depkes.go.id). Pelaporan jenis obat golongan

tersebut dilakukan setiap bulannya maksimal tanggal 10. Apoteker pengelola

apotek akan melaporkan secara online dan akan mengisi borang yang telah

disediakan.

b. Pelaporan Prekursor

Obat-obat Prekursor tunggal dilaporkan setiap bulannya ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apoteker pengelola apotek akan

mengisi lembaran pelaporan prekursor yang berisi nama obat, satuan, saldo

awal, jumlah prekursor yang masuk dan dari PBF mana, Jumlah prekursor

yang keluar dan ditujukan untuk siapa, serta stok akhir yang tersedia di

apotek. Laporan untuk melaporkan prekursor dapat diisi untuk lebih dari 1

obat prekursor. Laporan dikirimkan melalui fax dan pos.

c. Pelaporan Pelayanan Kefarmasian (Resep dan Swamedikasi)

Pelaporan untuk pelayanan kefarmasian ditujukan setiap bulannya ke

dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Sama seperti prekursor, Apoteker

pengelola apotek akan membuat surat pelaporan yang akan diisi, formatnya

Page 30: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

25

berisi Jumlah Resep yang masuk, Jumlah Swamedikasi tertulis yang pernah

diberikan, serta Jumlah informasi obat tertulis yang diberikan kepada pasien.

Laporan tersebut dikirimkan via fax dan lewat pos, namun pengiriman lewat

pos tidak dilakukan setiap bulan melainkan beberapa bulan sekali. Apotek

menmari setiap bulannya selalu melaporkan obat-obat narkotika psikotropika,

prekursor dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan aturan.

C. Administrasi Apotek

Bidang administrasi merupakan salah satu bidang penting dalam

kefarmasian. Hal-hal yang dilakukan dalam bidang administrasi di Apotek

Menmari adalah skrining resep, menyimpan resep, membuat salinan resep dan

membuat etiket. Skrining resep yang dilakukan berupa skrining administratif,

skrining farmasetik, dan skrining farmakologi. Ketika ada pasien datang dengan

membawa resep atau salinan resep, apoteker harus melakukan skrining terhadap

resep ataupun atau salinan resep tersebut. Skrining administratif resep merupakan

pemeriksaan kelengkapan resep yang meliputi nama doker, nomor SIP (Surat Izin

Praktek), alamat dan nomor telepon tempat praktek, identitas pasien (nama, usia,

dan alamat), tanggal penulisan resep, nama obat, dosis, bentuk sediaan, jumlah

obat, cara penggunaan obat, paraf dokter.

Skrining administratif salinan resep meliputi identitas apotek, nama

apoteker penanggung jawab, nomor SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker), nomor

resep, tanggal penulisan resep, nama dokter, apotek asal salinan resep, identitas

pasien, nama obat, dosis, bentuk sediaan, jumlah obat, cara penggunaan obat,

tanggal penulisan salinan resep, dan paraf apoteker. Salinan resep diberikan jika

pasien menginginkan adanya salinan resep atau ada obat dalam resep yang belum

ditebus oleh pasien. Pembuatan salinan resep ini harus memperhatikan

kelengkapan salinan resep dan ditulis sesuai dengan resep aslinya. Obat yang

sudah ditebus oleh pasien diberi tanda det (detur), tanda did (da in dimidio) jika

jumlah obat yang ditebus adalah setengahnya sedangkan yang belum ditebus

Page 31: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

26

diberi tanda nedet (ne detur). Jika ada penggantian obat, nama obat pengganti

tersebut dituliskan dalam salinan resep.

Apoteker perlu memperhatikan adanya obat-obat narkotik dan psikotropik

ataupun adanya tanda pengulangan resep (iter). Jika terdapat tanda pengulangan,

apoteker perlu memperhatikan jumlah pengulangan yang telah didapat pasien

sebelumnya dan membuat salinan resep jika masih ada sisa pengulangan resep.

Perlu diperhatikan juga untuk resep yang mengandung obat-obat narkotik dan

psikotropik tidak boleh ada tanda pengulangan. Jika ada penulisan resep yang

tidak dimengerti, apoteker dapat menanyakan kepada dokter pemberi resep. Hal

ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pelayanan resep.

Resep yang terpenuhi kelengkapan administratifnya kemudian dilakukan

skrining farmasetik dan farmakologinya. Skrining farmasetik meliputi bentuk

sediaan, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.

Sedangkan skrining farmakologis meliputi indikasi obat, interaksi obat, adanya

alergi pada pasien, efek samping, kesesuaian dosis, dan kontraindikasi. Semua hal

ini perlu diperhatikan dalam skrining resep untuk menghindari terjadinya

kesalahan terapi. Alergi obat perlu ditanyakan kepada pasien atau keluarganya

untuk menghindari efek samping berbahaya yang mungkin muncul. Jika terdapat

ketidaksesuaian terkait farmasetik dan farmakologi dalam resep, apoteker perlu

menanyakan kepada dokter untuk mengkonfirmasi ataupun memilih terapi lainnya

yang tepat bagi pasien.

Obat yang akan diberikan kepada pasien terlebih dahulu diberi etiket yang

berisikan cara penggunaan obat. Obat yang digunakan secara oral diberi etiket

berwarna putih, sedangkan untuk obat-obatan selain yang digunakan secara oral

(misalnya injeksi, salep, tetesmata, tetes telinga, dan lain-lain) diberi etiket

berwarna biru. Pada etiket terdapat nama, alamat dan nomor telepon apotek, nama

apoteker dan nomor SIPA. Kemudian pada etiket ditulis nomor dan tanggal, nama

pasien, cara penggunaan obat, dan paraf apoteker.

Penyimpanan resep dan salinan resep di apotek haruslah dilakukan secara

teratur. Setiap resep yang masuk ke apotek diberi nomor urut setiap harinya,

kemudian diurutkan berdasarkan nomor resep tersebut. Setelah itu di akhir hari,

Page 32: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

27

atau di awal hari selanjutnya resep-resep tersebut disalin ke dalam buku resep.

Buku resep ini berisikan tanggal resep, nomor resep, identitas pasien, nama

dokter, isi resep, dan total biaya. Disetiap akhir bulan semua resep dikumpulkan

kemudian disimpan ke tempat penyimpanan resep yang telah dipisahkan

berdasarkan urutan tahunnya. Khusus untuk resep yang terdapat obat-obatan jenis

narkotika dan psikotropika disimpan di tempat yang terpisah untuk memudahkan

pelaporan penggunaan obat-obat narkotika dan psikotropika. Resep haruslah

disimpan minimal selama 3 tahun. Setelah lebih dari waktu tersebut, resep dapat

dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan bersama dengan apotek lainnya di daerah

tersebut kemudian didampingi oleh petugas yang berwenang dari dinas kesehatan

setempat. Terdapat berita acara yang perlu disiapkan dalam pemusnahan resep ini.

Berita acara ini berisikan identitas apotek, identitas apoteker pendamping,

identitas saksi, jumlah resep yang dimusnahkan, serta tanggal dan tempat

pemusnahan resep. Berita acara ini ditandangi oleh saksi dari dinas kesehatan

setempat.

D. Pelayanan Apotek

1. Pelayanan Resep

Standar Operasional Pelaksanaan Pelayanan resep

a. Menerima resep pasien

b. Lakukan skrining resep meliputi kelengkapan, kerasionalan, dan legalitas

resep

c. Menghitung harga dan minta persetujuan pasien terhadap nominal harga

d. Pasien diberi nomor antrian

e. Siapkan obat sesuai dengan resep

f. Jika obat racikan maka patuhi SOP meracik

g. Buat etiket dan cocokkan dengan resep

h. Teliti kembali obat sebelum diserahkan pada pasien termasuk salinan resep

dan kwitansi (jika diminta oleh pasien)

Page 33: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

28

i. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang obat

meliputi dosis, frekuensi pemakaian sehari, waktu penggunaan obat, cara

penggunaan dan efek sampingobat yang mungkin timbul setelah

penggunaan obat dan jika diperlukan cara mengatasi efek samping yang

ditimbulkan

j. Catat nama pasien, alamat, dan nomor pasien dalam buku resep.

Standar Operasional Pelaksanaan Meracik Obat

a. Siapkan segala alat yang akan digunakan dan bersihkan meja untuk

meracik

b. Buatlah instruksi meracik meliputi: nomor resep, nama pasien, jumlah dan

cara mencampur

c. Siapkan etiket, obat, wadah obat, sertakan instruksinya untuk diracik

d. Cucilah tangan dan bila perlu gunakan sarung tangan dan masker

e. Siapkan obat sesuai resep

f. Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan terlebih dahulu

g. Bacalah instruksi untuk meracik dengan seksama dan lakukanlah dengan

hati-hati

h. Pastikan hasil racikan sesuai dengan instruksinya

i. Masukkan kedalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket

j. Teliti kembali obat sebelum diserahkan pada pasien

k. Bersihkan peralatan dan meja meracik setelah selesai

l. Cucilah tangan sampai bersih

Standar Operasional Pelaksanaan Konseling Resep

a. Obat diserahkan kepada pasien sekaligus dicocokkan dengan data pasien

b. Mencocokkan obat dengan kondisi pasien dengan cara menanyakan pada

pasien tentang keluhan yang dialaminya

c. Memberitahukan kepada pasien tentang obat yang diberikan dan tujuan

pemberian obat tersebut

Page 34: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

29

d. Memberikan informasi kepada pasien tentang obat yang diberikan dan

tujuan pemberian obat tersebut

e. Menanyakan kembali tentang semua informasi yang telah disampaikan

untuk memastikan bahwa pasien telah paham dan mengerti tentang aturan

penggunaan obat

f. Memberitahukan kepada pasien tentang ESO obat yang mungkin terjadi

dan cara penanganan yang mungkin bisa dilakukan oleh pasien terhadap

efek samping yang terjadi

g. Menyarankan kepada pasien untuk pergi ke dokter bila dirasa ESO cukup

berat dan mengganggu

h. Informasikan kepada pasien tentang hal apa saja yang perlu dihindari dan

yang perlu dilakukan untuk menunjang keberhasilan pengobatan

i. Catat nama pasien, umur, alamat dan nomor telepon pasien, dibuat catatan

khusus tentang pasien yang nantinya sebagai pasien data record.

Pelayanan resep di Apotek Menmari sudah sesuai dengan SOP yang

terdapat disana. Ketika ada pasien datang membawa resep, maka hal yang

pertama dilihat adalah kelengkapan resep yang akan dilayani, apakah resep

tersebut resmi seperti memiliki kop resep yang berisi nama dokter pembuat

resep, nomor SIP, alamat serta nomor telepon dokter pembuat resep.

Selanjutnya dilihat ketersediaan obat dalam resep yang ada di apotek, jika obat

ada maka apoteker akan menentukan harga obat tersebut, dan akan

menginformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju apoteker akan

menanyakan identitas pasien untuk mengecek ulang karena biasanya identitas

pasien yang ada di resep kurang lengkap, apoteker akan menanyakan nama,

umur, alamat, serta berat badan pasien jika pasien masih anak-anak untuk

perhitungan dosis. Kemudian apoteker akan menyiapkan obat seperti yang

tercantum dalam resep. Untuk resep obat racikan apoteker akan menyiapkan

sesuai dengan SOP yang ada.

Alat-alat untuk meracik obat disiapkan di meja untuk meracik. Instruksi

pembuatan dilihat dalam resep, apa saja obat yang akan diracik, berapa jumlah

Page 35: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

30

obat yang akan diracik, serta bentuk sediaan apa yang akan dibuat.

Selanjutnya obat disiapkan dan langsung diracik sesuai prosedur. Etiket serta

wadah obat dipersiapkan. Obat yang sudah selesai diracik dimasukkan dalam

wadah dan diberi etiket yang memuat informasi seperti nomor etiket, tanggal,

nama pasien, aturan pemakaian obat, dan informasi lainnya. Selanjutnya teliti

kembali obat tersebut sebelum diserahkan kepada pasien dan bersihkan

peralatan dan meja setelah selesai.

Obat yang sudah selesai dibuat atau disiapkan selanjutnya diserahkan

kepada pasien sembari dicocokkan dengan data pasien. Obat dicocokkan

dengan cara menanyakan apa keluhan atau penyakit yang diderita oleh pasien,

apakah sesuai atau tidak. Kemudian Apoteker akan memberitahukan informasi

tentang obat yang akan diberikan kepada pasien, informasi obat yang

diberikan meliputi indikasi obat, tujuan pemberian obat, efek samping obat,

aturan pemakaian, interaksi obat dan informasi lainnya. Selain memberikan

informasi tentang obat, apoteker juga memberitahukan terapi non farmakologi

untuk pasien tersebut seperti makanan apa saja yang dapat dimakan dan tidak

bisa dimakan, pola hidup yang harus dijalani pasien seperti istirahat yang

cukup, berolahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman

beralkohol, dan terapi non farmakologi lainnya. Setelah itu pasien ditanyakan

kembali tentang kejelasan informasi yang sudah diberikan oleh apoteker.

Setelah pasien mengerti obat diberikan sembari apoteker mengucapkan

terimakasih kepada pasien.

2. Pelayanan Swamedikasi

Standar Operasional Pelaksanaan Pelayanan OTC (over the counter)

a. Pasien datang

b. Menyapa pasien dengan ramah dan menanyakan kepada pasien obat apa

yang dibutuhkan

c. Tanyakan terlebih dahulu keluhan atau penyakit yang diderita, kemudian

bantu pasien untuk mendapatkan obat yang tepat

d. Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal harga

Page 36: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

31

e. Bila sudah terjadi persetujuan, ambilkan obat yang diminta pasien sesuai

dengan permintaan meliputi: nama obat dan jumlah obat

f. Bila sudah terjadi persetujuan, ambilkan obat yang diminta pasien sesuai

dengan permintaan meliputi: dosis, frekuensi pemakaian sehari, waktu

penggunaan obat, cara penggunaan dan efek samping obat yang mungkin

timbul setelah penggunaan obat, dan jika diperlukan cara mengatasi efek

samping yang ditimbulkan.

Pelayanan OTC (over the counter) yang dilakukan di Apotek Menmari

sudah memenuhi standar operasional pelaksanaan. Ketika pasien datang,

petugas apotek menyapa pasien kemudian menanyakan obat yang dibutuhkan

pasien. Petugas juga menanyakan siapa yang membutuhkan obat tersebut,

usia, keluhan yang dialami, dan riwayat penyakit. Hal ini dilakukan untuk

membantu memilih terapi yang tepat. Kemudian petugas apotek memberikan

beberapa pilihan obat yang dapat digunakan pasien dengan memberi tahu

nominal harganya. Setelah pasien menyetujui obat yang akan dibeli dengan

nominal harga yang tersebut, maka petugas apotek dapat menyiapkan obat

tersebut dengan jumlah yang sesuai. Setelah itu petugas dapat melakukan

transaksi dan memberikan obatnya kepada pasien dengan menjelaskan dosis,

cara penggunaan, frekuensi pemakaian dalam sehari, dan efek samping obat

yang mungkin timbul.

Standar Operasional Pelaksanaan Konseling OTC (over the counter)

a. Menanyakan keluhan pasien dan mengapa menggunakan obat tersebut dan

sudah berapa lama pasien mengalami keluhan tersebut

b. Menanyakan bagaimana kondisi pasien setelah menggunakan obat tersebut

c. Apabila obat yang diminta sesuai dengan kondisi pasien dan memberikan

efek seperti yang diharapkan maka obat boleh diberikan

d. Apabila obat yang diminta tidak sesuai dengan kondisi pasien maka pasien

dipilihkan obat yang tepat untuk kondisinya

Page 37: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

32

e. Menanyakan tentang bagaimana pasien menggunakan obat tersebut, bila

ada yang kurang atau salah maka apoteker wajib membenarkan dan

melengkapinya

Pelaksanaan konseling di Apotek Menmari juga sudah memenuhi standar

operasinal pelaksanaan. Ketika pasein datang, apoteker menyapa pasien

kemudian menanyakan keluhan yang dialami oleh pasien. Apoteker juga

menanyakan mengenai identitas pasien, usia dan alamat, serta riwayat

pengobatan yang dilakukan sebelumnya, riwayat alergi, atau pun riwayat

penyakit yang berhubungan dengan keluhan atau terapi yang akan diberikan.

Semua itu dituliskan dalam lembar konseling yang dimiliki apotek. Kemudian

apoteker menjelaskan sekilas tentang keluhan pasien dan memberitahukan

obat yang dapat digunakan untuk terapi beserta dengan nominal harganya. Hal

ini dilakukan untuk meminta persetujuan pasien terhadap nominal harga yang

harus dibayarkan. Setelah pasien menyetujuinya, apoteker dapat menyiapkan

obat tersebut dan menuliskan terapi yang diberikan ke dalam lembar

konseling. Obat diserahkan oleh apoteker disertai dengan penjelasan mengenai

aturan pemakaian, dosis, dan himbauan atau edukasi lainnya terkait terapi

tersebut. Apoteker juga menayakan kembali bagaimana pasien menggunakan

obat tersebut, jika pasien belum paham apoteker dapat menjelaskannya

kembali.

Berikut ini merupakan beberapa kasus pelayanan swamedikasi dan kasus

drug related problem yang terjadi di Apotek Menmari.

a. Kasus Swamedikasi

1) Kasus ke 1 (Ruth Febrina)

Seorang pasien wanita datang ke Apotek Menmari dengan keluhan

sakit gigi. Apoteker menanyakan keluhan lainnya yang dialami pasien.

Pasien mengeluhkan nyeri pada gusi yang sudah dialami beberapa hari

disertai dengan bengkak. Kemudian apoteker menanyakan adanya riwayat

alergi obat dan penyakit gangguan lambung kepada pasien. Tidak ada

alergi obat dan gangguan lambung yang pernah dialami, namun pasien saat

Page 38: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

33

ini masih menyusui anaknya. Atas dasar pertimbangan tersebut apoteker

memberikan beberapa obat yaitu parasetamol, amoksisilin, dan betadine

kumur. Parasetamol digunakan sebagai analgesik. Amoksisilin sebagai

antibiotik untuk mengurangi gejala bengkak pada gusi yang dimungkinkan

karena adanya infeksi. Betadine kumur digunakan sebagai antiseptik.

Apoteker menanyakan kesediaan pasien terkait dengan pemilihan obat

tersebut. Setelah pasien menyetujui, apoteker memberikan penjelasan

mengenai cara pemakaian masing-masing obat. Parasetamol dan

amoksisilin digunakan tiga kali sehari dan betadine kumur digunakan dua

kali sehari dengan cara dikumur tanpa menggunakan tambahan air.

Amoksisilin harus diminum secara teraur sampai habis untuk menghindari

terjadinya resistensi. Pemilihan parasetamol ini sudah tepat baik

berdasarkan terapi terhadap penyakit yang dialami pasien maupun

berdasarkan kondisi patologis pasien. Terapi yang digunakan untuk pasien

yang mengalami sakit gigi adalah analgesik, salah satunya parasetamol.

Jika disertai dengan pembengkakan gusi dapat diberikan antibiotik karena

pembengkakan merupakan indikasi terjadinya infeksi. Parasetamol tepat

digunakan untuk pasien yang menyusui karena konsentrasi parasetamol

yang di ekskresi melalui air susu ibu sangatlah kecil dan bahkan tidak

mampu menimbulkan efek apapun bagi bayi (Rubin dan Margaret, 2008).

Begitu pula dengan pemilihan amoksisilin sudahlah tepat, karena kadar

amoksisilin pada air susu ibu sangat kecil sehingga dinilai aman untuk

digunakan untuk ibu hamil dan menyusui (Tjay dan Kirana, 2007).

2) Kasus ke 2 (Ruth Febrina)

Seorang pasien wanita datang dengan kesulitan sulit buang air

meskipun ada rasa ingin buang air kecil. Ketika buang air kecil ada rasa

nyeri. Keluhan ini sudah dialami selama 1 minggu dan belum mendapat

terapi. Apoteker menanyakan adanya alergi obat dan riwayat penyakit

kepada pasien, dan asilnya tidak ada alergi ataupun riwayat penyakit pada

pasien. Sebagai terapinya apoteker menyarankan untuk memberikan

Page 39: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

34

nephrolit dan antibiotik ciprofloxacin. Nephrolit mengandung ekstrak

Orthosiphon stamnineus folium, Trobilantus crispus folium, Sonchus

arvensis folium, Phyllantus niruri folium, vitamin B6 dan asam folat 200.

Indikasi dari obat ini adalah membantu meluruhkan batu urin dan batu

saluran kemih serta membantu memperlancar keluarnya urin. Sedangkan

ciprofloxacin dipilih karena mampu untuk mengatasi infeksi saluran kemih

yang mungkin terjadi diakibatkan sulitnya urin keluar selama 1 minggu

sehingga dapat mengakibatkan infeksi di saluran kemih. Apoteker

menjelaskan aturan penggunaanya yaitu untuk nephrolit diminum empat

kali sehari masing-masing 1 tablet dan ciprofloxacin diminum tiga kali

sehari masing-masing 1 tablet. Ciprofloxacin merupakan antibiotik

sehingga harus digunakan secara teratur hingga habis untuk mencegah

terjadinya resistensi. Pemilihan obat ini dinilai sudah tepat indikasi.

Kemudian pasien juga dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak air putih

sehingga akan melancarkan buang air kecil.

3) Kasus ke 3 (Iin Solihati)

Seorang ibu berumur 60 tahun datang ke apotek dengan keluhan

pusing dan menginginkan dicek tensinya. Setelah dicek tekanan darahnya

ternyata nilainya tinggi yaitu 205/113 dengan nilai tekanan darah tersebut

hipertensi yang dialami pasien termasuk kedalam hipertensi stadium 2

menurut JNC/ DETH yaitu dengan nilai sistolik 180-209 mmHg dan nilai

diastolik 110-119 mmHg. Apoteker menanyakan riwayat pengobatan

sebelumnya, ibu biasanya mengkonsumsi captopril 1 x sehari 1 tablet

namun sudah tidak dikonsumsi semenjak 2 bulan yang lalu. Lalu apoteker

mengambilkan obat captopril dan parasetamol. Apoteker tersebut

memberikan KIE kepada ibu tersebut tentang informasi obat tersebut, dan

informasi lainnya.

KIE :

i. Captopril digunakan sebagai antihipertensi (penurun tekanan darah)

dikonsumsi 2 x sehari 1 tablet pagi dan malam setelah makan.

Page 40: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

35

ii. Paracetamol digunakan untuk mengobati gejala pusing yang diderita

oleh ibu, diminum 3x sehari 1 tablet.

iii. Dalam 5 hari ibu harus mengecek kembali tekanan darahnya, untuk

mengetahui apakah ada perubahan atau tidak.

iv. Ibu harus istirahat yang cukup, kurangi makanan berlemak,

mengandung garam tinggi, dan harus mengatur pola hidup.

4) Kasus ke 4 (Iin Solihati)

Seorang bapak datang ke apotek dengan keluhan pusing, cengeng,

dan mata berkunang-kunang. Memiliki riwayat penyakit maag. Setelah

ditensi nilai tekanan darahnya 113/70 berarti mengalami tekanan darah

rendah. Apoteker memberikan obat Solvitron (Fe dan Multivitamin) dan

Fevrin (Paracetamol). Apoteker memberikan KIE kepada pasien tentang

informasi obat yang diberikan dan terapi non farmakologinya.

KIE :

a. Solvitron berisi zat besi dan multivitamin sebagai penambah darah

karena bapak memiliki tekanan darah rendah. Solvitron diminum 1 kali

sehari 1 tablet.

b. Fevrin mengandung paracetamol digunakan untuk mengobati gejala

pusing yang dialami bapak. Diminum sehari 3 kali 1 tablet.

Parasetamol memang dikenal efektif untuk mengurangi nyeri (pusing,

sakit kepala, dan lain-lain) dan demam. Selain itu, relatif aman

(misalnya tidak memicu sakit maag dan perdarahan lambung).

c. Bapak harus istirahat yang cukup

d. Banyak mengkonsumsi buah dan sayur

e. Berolahraga secara rutin

b. Kasus drug related problem

1) Kasus ke 1 (Ruth Febrina)

Seorang pasien laki-laki diberi dokter resep sebagai berikut:

R/ Furosemide 40 mg NO XXX

Page 41: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

36

S1dd1___________________

R/ Spironolakton 25 mg NO XXX

S.1.d.d.1___________________

R/ Digoxin NO XXX

S.1.d.d.1___________________

R/ Simarc NO XXX

S.1.d.d.1___________________

R/ Captopril 12,5 mg NO LX

S.1-0-1___________________

Berdasarkan resep tersebut pasien diduga mengalami gangguan

jantung. Furosemide termasuk dalam golongan obat diuretik kuat yang

berfungsi dalam mengurangi reabsorpsi natrium. Pada pasien yang

berpotensi menderita tekanan darah tinggi, banyaknya cairan di dalam

tubuh dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu fungsi furosemide

adalah untuk terapi gagal jantung dengan kemampuan venodilasi dari obat

tersebut. Meningkatnya diameter pembuluh vena akan mengurangi preload

atau cairan yang kembali ke jantung. Hal ini akan menyebabkan

berkurangnya beban kerja jantung sehingga terjadi perbaikan simptomatik

terhadap kondisi pasien. Efek samping obat ini adalah dapat menyebakan

hipokalemia (Aldoferly, 2012). Spironolakton adalah suatu antagonis

aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Obat ini merupakan

diuretik hemat kalium yang dapat meningkatkan ekskresi natrium dan

menahan kalium dengan mekanisme pada tubulus distal. Obat ini sering

digunakan dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk mempertahankan

keseimbangan kalium (Stringer,2006). Digoksin merupakan obat untuk

meningkatkan kemampuan memompa kontraksi jantung dalam keadaan

kegagalan jantung atau congestive heart failure (CHF). Simarc

mengandung warfarin yaitu antikoagulan yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penggumpalan darah atau thrombosis di pembuluh darah vena

ataupun arteri. Captopril merupakan obat yang digunakan untuk

menurunkan tekanan darah. Obat ini merupakan obat yang sangat baik

Page 42: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

37

pada pasien hipertensi dengan gangguan jantung seperti gagal jantung atau

pasca serangan jantung (Anonim,2013).

Pada resep ini tidak teradapat usia pasien yang merupakan salah

satu syarat kelengkapan resep. Seharusnya dokter menuliskan usia pasien

sebagai pertimbangan apoteker dalam penentuan dosis yang tepat bagi

pasien. Drug related problem yang terjadi pada resep tersebut adalah

adanya interaksi obat yang dapat menimbulkan efek samping yang tidak

diinginkan. Interaksi antara captopril dan digoksin akan menyebabkan

peningkatan efek digoksin. Terdapat interaksi obat antara digoksin dan

obat diuretik yang akan menyebabkan peningkatan efek bahkan toksisitas

digoksin ini (Tatro,2003). Terdapat pula interaksi antara digoksin dan

warfarin yaitu penggunaan bersama obat ini akan meningkatkan resiko

perdarahan pada pasien. Berdasarkan resep tersebut penggunaan

kombinasi antara diuretik kuat dan dan diuretik hemat kalium sudah tepat

untuk mengurangi banyaknya kalium yang diekskresikan. Namun dalam

penggunaan jangka panjang obat diuretik resiko terjadi hipokalemia sangat

besar sehingga diperlukan adanya tambahan berupa suplemen kalium yang

pada resep ini belum diberikan oleh dokter.

Penyelesaian dari kasus ini adalah dengan mengatur pemberian

obat tersebut. Furosemid dan spironolakton diberikan satu kali sehari pada

pagi hari setelah makan, digoksin diberikan satu kali sehari pada sore hari

setelah makan, simarc diberikan satu kali sehari pada malam hari,

sedangkan captopril diminum pagi dan malam hari 30 menit sebelum

makan. Selain itu disarankan juga disarankan untuk mengkonsumsi

suplemen kalium untuk mencegah hypokalemia.

2) Kasus ke 2 (Ruth Febrina)

Seorang pasien wanita diberi dokter resep sebagai berikut:

R/ Dexanta syr fls NO I

S.2.d.d.1.C_____________

R/ Lansoprazole NO XXX

Page 43: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

38

S.2.d.d.1______________

R/ Sohobion NO XV

S.1.d.d.1______________

R/ Ulsikral syr fls NO I

S.2.d.d.1.C_____________

Berdasarkan resep tersebut, diduga pasien mengalami gangguan

saluran pencernaan yaitu ulkus. Dexanta merupakan antasida yang

mengandung aluminium hidroksida, magnesium hidroksida, dan

simetikon. Obat ini diindikasikan untuk gangguan lambung akibat kadar

asam yang berlebihan, tukak lambung, dan perut kembung. Lansoprazole

merupakan golongan obat proton pump inhibitor yang berfungsi

menghambat sekresi asam lambung berlebih (Tatro,2003). Sohobion

merupakan multivitamin B kompleks yang digunkan sebagai terapi

defisiensi vitamin B1, B6 dan B12 misalnya beri-beri, neuritis perifer dan

neuralgia. Ulsikral merupakan sukralfat yang memiliki mekanisme

membentuk lapisan pelindung yang menutupi ulkus serta melindungi dari

serangan asam lambung, pepsin dan garam empedu (Cepu, 2013).

Drug related problem yang terjadi pada resep tersebut adalah

adanya interaksi obat yang dapat menimbulkan penurunan efektivitas

beberapa obat. Interaksi antara dexanta dan sohobion akan menyebabkan

pembentukan khelat sehingga akan menghambat penyerapan dari

sohobion, sedangkan interaksi lansoprazole dengan sukralfat akan

menghambat dan mengurangi penyerapan lansoprazole (Tatro,2003).

Solusinya yaitu dengan mengatur jadwal pemberian masing-masing obat.

Ulsikral diminum 2 jam sebelum makan karena obat ini efektif pada

kondisi perut kosong. Kemudian lansoprazole diminum 1 jam sebelum

makan, sohobion dapat diminum bersama dengan makanan atau segera

setelah makan, dan dexanta diminum 1 jam setelah makan.

Page 44: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

39

3) Kasus ke 3 (Iin Solihati)

Seorang pasien berumur 39 tahun datang ke apotek membawa resep,

pasien memiliki keluhan sakit gigi.

Resep

R/ Bimaflox 500 mg No.VI

S.2.d.d.1_____________

R/ Katidic 25 mg No.X

S.3.d.d.1_____________

R/ Neuromec No.X

S.3.d.d.1_____________

Bimaflox : berisi ciprofloxacin yang merupakan antibiotik. Pemberian

antibiotik ini ditujukan karena terjadi infeksi pada gigi dan gusi

pasien tersebut.

Katidic : berisi Natrium Diklofenak sebagai antiinflamasi, analgesik dan

antipiretik.

Neuromec :berisi Metampiron, Vit B1, B6 dan B12. Metampiron memiliki

fungsi sebagai analgetik dan antipiretik, dan Vit B komplek

berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri dan linu yang

neurogenic.

Dalam resep ini terdapat Drug Related Problem yaitu ada dua

jenis obat berbeda yang memiliki khasiat sama yang diberikan. Kedua obat

tersebut memiliki indikasi yang sama yaitu sebagai analgesik dan

antipiretik, namun pada natrium diklofenak juga sebagai antiinflamasi, dan

pada Neuromec memiliki kandungan Vit B1, B6 dan B12. Jika ada 2 obat

yang memiliki indikasi sama sebaiknya hanya 1 obat saja yang diberikan,

hal ini dilakukan untuk menghindari poli farmasi. Obat yang akan

dihilangkan disini adalah Katidic (Natrium Diklofenak) karena pada

Neuromec terdapat tambahan Vit B1, B6, dan B12 yang berguna juga

untuk menghilangkan perasaan nyeri dan linu yang neurogenic.

Selain itu, Natrium diklofenak lebih banyak memiliki efek samping

dibandingkan dengan Neuromec. Efek samping Na diklofenak yaitu

Page 45: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

40

seperti sakit perut, gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, dan

sebagainya. Natrium diklofenak juga kontraindikasi pada pasien yang

memiliki tukak lambung atau perdarahan saluran cerna. Problem solving :

tidak memberikan Natrium Diklofenak (Katidic).

4) Kasus 4

Seorang pasien pria berumur 40 tahun datang ke apotek membawa resep

sebagai berikut :

R/ Bisoprolol 5 mg No.XV

S.1.d.d.1/2______________

R/ Furosemid 4 mg No.XXX

S.1-0-0_________________

R/ Aspar K No.XXX

S.1.d.d.1_______________

R/ Captopril 25 mg No.90

S.1-0-1_________________

R/ Amdixal 10 mg No.XXX

S.1.d.d.1_______________

R/ Cardismo 20 mg No.XXX

S.2.d.d.1/2_____________

R/ Aspilet 8 mg No.XXX

S.1.d.d.1_______________

Bisoprolol : Antihipertensi golongan Beta bloker

Furosemid : Antihipertensi golongan loops diuretik

Aspar K : Kalium yang berguna untuk menggantikan kalium yang

hilang

Captopril :Antihipertensi golongan Inhibitor enzim pengkonversi

angiotensin (ACE Inhibitor)

Amdixal : Merupakan Amlodipin yaitu Antihipertensi Pemblok

kanal kalsium

Aspilet : Antiplatelet

Page 46: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

41

Cardismo :Merupakan Isosorbid Mononitrate yaitu Antihipertensi

golongan Nitrat

Resep ini berisi banyak sekali obat-obat antihipertensi. Kemungkinan

pasien mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan sudah mengkonsumsi

3 obat antihipertensi namun belum juga turun tekanan darahnya. Disini

apoteker tidak tahu bagaimana data laboratorium pasien, pasien

mengalami hipertensi stage berapa, dan lain sebagainya. Dalam resep ini

terdapat DRP jenis Polifarmasi. Polifarmasi merupakan penggunaan obat

yang berlebihan oleh pasien dan penulisan obat berlebihan oleh dokter

dimana pasien menerima rata-rata 8-10 jenis obat sekaligus sekali

kunjungan dokter atau pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang

diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. Jumlah obat yang

diberikan lebih dari yang diperlukan untuk pengobatan penyakit dapat

menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Alternatif terapi pasien ini

adalah pengurangan obat-obat antihipertensi. Obat antihipertensi yang

akan dikurangi dalam resep ini adalah Amdixal (amlodipin) karena

amlodipin dapat berinteraksi dengan Captopril dan Cardismo (Isosorbide

Mononitrate) yang akan menyebabkan efek hipotensif. Dalam kasus ini

Furosemid dan Aspar K harus diberikan karena pasien mempunyai

penyakit jantung.

Interaksi obat

i. Amlodipin (CCB) dengan Captopril (ACE I)

Amlodipin dan captopril yang digunakan bersama-sama cenderung

berinteraksi menyebabkan efek hipotensif. ACE Inhibitor juga akan

bekerja pada sistem kanal kalsium, meski tidak secara langsung, begitu

pun Furosemid.

Saran : Kombinasi captopril, furosemid, dan amlodipin perlu dipantau

efeknya menghindari terjadi hipotensi.

ii. Captopril dengan makanan

Page 47: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

42

Captopril berinteraksi dengan makanan dan menyebabkan absorpsi

kaptopril menurun.

Saran : konsumsi captopril 1 jam sebelum makan untuk menghindari

interaksinya dengan makanan.

iii. Furosemid dengan Captopril

Diuretik merangsang sekresi renin dan mengaktifkan sistem Renin

Angiotensin Aldosteron (RAA) sehingga memberikan efek sinergistik

dengan penghambat ACE (ACE I). Efeknya berupa peningkatan

ekskresi natrium, klorida, kalium, air sehingga mengurangi volume

plasma dan cairan ekstraseluler.

Saran : Pasien harus dimonitoring status cairan dan berat badannya

secara hati-hati. Juga diberikan preparat kalium karena furosemid

diuretik kuat, dalam resep ini sudah diberi preparat kalium yaitu Aspar

K.

iv. Captopril dengan Preparat Kalium (Aspar K)

Pemberian captopril dengan Aspar K harus dilakukan dengan hati-hati

karena adanya bahaya hiperkalemia. Namun Aspar K disini diberikan

karena pada resep tercantum obat diuretik kuat yang akan

mengekskresi banyak kalium dari dalam tubuh sehingga Aspar K

diberikan agar jumlah kalium didalam tubuh normal.

v. Cardismo (Isosorbide Mononitrate) dengan Amdixal (Amlodipin)

Cardismo (Isosorbide mononitrate) pemberian bersama dengan obat

antihipertensi (antagonis Ca2+

dan obat vasodilatasi yang lain) dapat

meningkatkan potensi efek penurunan tekanan darah dari Isosorbid

mononitrate.

Saran : Penggunaan bersama Cardismo dan Amdixal harus diawasi

untuk mencegah terjadinya hipotensi.

Pasien harus selalu dimonitoring tekanan darahnya :

i. Jika tekanan darah pasien turun namun belum seberapa maka terapi

tersebut tetap dilanjutkan

Page 48: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

43

ii. Jika tekanan darah pasien normal maka obat tersebut dapat diturunkan

dosisnya, penurunan dosis harus dilakukan secara perlahan.

iii. Jika pasien mengalami hipotensi maka penggunaaan obat antihipersi

dihentikan sementara namun tekanan darah pasien tetap harus

dimonitoring. Selain itu pasien juga harus dicek kondisi fungsi

jantungnya.

Terapi non farmakologi yang dianjurkan untuk pasien hipertensi.

i. Menghindari makanan yang mengandung banyak natrium (garam),

makanan berlemak, dan makanan dengan kadar kolesterol tinggi

ii. Istirahat yang cukup

iii. Rajin berolahraga

iv. Menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari minuman

beralkohol.

Page 49: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

44

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kegiatan perencanaan di Apotek Menmari dilakukan setiap hari sabtu

yaitu dengan cara membuat defekta yang berisi daftar nama obat yang

akan dipesan.

2. Penyimpanan obat-obat di Apotek Menmari dilakukan secara alfabetis

untuk obat keras dan obat wajib apotek, berdasarkan efek farmakologis

dan bentuk sediaan untuk obat bebas, bebas terbatas, jamu, dan alat

kesehatan.

3. Setiap bulannya Apotek Menmari melakukan kegiatan pelaporan

psikotropika, prekursor, dan pelayanan kefarmasian (resep dan

swamedikasi).

4. Kegiatan pelayanan di apotek menmari meliputi pelayanan obat resep,

obat tanpa resep, swamedikasi, dan KIE. Semua kegiatan tersebut sudah

dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada.

B. Saran

1. Saran untuk Jurusan Farmasi Unsoed, sebaiknya waktu PBL diperpanjang

tidak hanya 2 minggu, selain itu juga sebaiknya diadakan PBL selain di

apotek misal di rumah sakit, puskesmas, pabrik, dan lain-lain.

2. Saran kami untuk Apotek Menmari yaitu selalu menjaga dan meningkat

mutu pelayanan yang sudah ada sehingga akan meningkatkan loyalitas

pasien terhadap apotek. Selain itu perlu juga disediakan leaflet yang berisi

tentang informasi penyakit yang sering dialami pasien serta cara

pencegahan dan pengobatannya.

Page 50: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

45

DAFTAR PUSTAKA

Aldoferly, 2012, Furosemide: Sahabat Karib Dokter Untuk Gagal Jantung,

http://www.aldoferly.com/furosemide-sahabat-karib-dokter-untuk-gagal-

jantung/, diakses pada 30 Januari 2014.

Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/Menkes/Sk/Ix/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2012, Pelayanan Farmasi di Apotek, http://heartburn.wordpress.com,

diakses 18 Januari 2014.

Anonim, 2012, Praktek Kerja Lapangan di Apotek, http://gudang-

laporan.blogspot.com,diakses 18 Januari 2014.

Anonim, 2013, Apa itu Captopril, http://internis.org/apa-itu-captopril, diakses

pada 31 Januari 2014.

Cepu, T., 2013, Ulsicral, http://compolite.blogspot.com/2013/08/ulsicral-

ikapharmindo.html, diakses pada 31 Januari 2014.

DPR RIa, 2009, Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian, Sekertariat Negara, Jakarta.

DPR RIb, 2009, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

Sekertariat Negara, Jakarta.

Rahmawati, F, 2002, Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek Legalitas dan

Kelengkapan Resep di Apotek-apotek, Majalah Farmasi Indonesia., 13:(2),

86-94.

Page 51: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

46

Rubin, P., dan Ramsay, M., 2008, Prescribing in Pregnancy, Blackwell

Publishing, USA.

Stringer, J.L., 2006, Konsep Dasar Farmakologi, EGC, Jakarta.

Sulistyawan, 2009, Drug Related Problem, http://iwansulistyawan.blogspot.com,

diakses pada 29 Januari 2013.

Syamsuni, H.A., 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.

Taufiq, 2011,Perencanaan, Pengadaan, dan Distribusi Perbekalan Farmasi di

Rumah Sakit (IFRS), http://buletinfarmasi.blogspot.com, diakses 18 Januari

2014.

Tjay, T. H., dan Rahardja, K, 2007, Obat-Obat Penting, Alex Media Komputindo,

Jakarta.

Page 52: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

47

LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Buku Penjualan Obat

Nama Obat Jumlah Obat Harga

Lampiran 2. Format Buku Resep

No. Tanggal No

Resep

Nama

Pasien Usia Alamat

Nama

Dokter Resep Harga Ket.

Lampiran 3. Format Buku Swamedikasi

No. Tanggal Nama Umur Alamat Keluhan Terapi

obat

Harga Ket.

Lampiran 4. Format Buku Pembayaran

Nama Distributor No. Distributor

Tgl. URAIAN MUTASI SALDO KETERANGAN

DEBET KREDIT

Lampiran 5. Format Buku Pencatatan Obat Masuk

Tgl

Faktur

PBF Jumlah

Obat

Satuan Harga Diskon Harga

+ PPN

Harga

Jual

ED

Page 53: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

48

Lampiran 6. Format Surat Pesanan Prekursor

SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PREKURSOR FARMASI

Nomor :

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Laely Hidayati, S.Farm,.Apt.

Alamat : Perum Kalibagor Indah Blok F51 Rt 04 Rw 05 Kalibagor

Banyumas

Jabatan : Apoteker Penanggungjawab Apotek Menmari

Mengajukan permohonan kepada

Nama :

Alamat :

Jenis Obat Mengandung Prekursor Farmasi sebagai berikut :

No. Nama Obat Bentuk

Sediaan

Kekuatan

Sediaan

Jenis dan Isi

Kemasan

Jumlah dan

Satuan

Untuk keperluan PBF/ Apotek/ RS/ Toko Obat Berijin

Nama : Apotek Menmari

Alamat : Jl. Jendral Gatot Subroto No. 470 Banyumas

No Ijin : 024/SIA P-APA/BMS/P/IX/2011

No Telp/ Fax : (0281) 796357

Penanggung Jawab

Laely Hidayati, S.Farm,.Apt.

No.SIPA. 19830303/SIPA 33.02/2011/2081

Page 54: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

49

Lampiran 7. Format Surat Pelaporan Prekursor

FORMAT PELAPORAN PRODUK JADI PREKURSOR

NAMA APOTEK : MENMARI

ALAMAT : JL. JENDRAL GATOT SUBROTO NO.470

BANYUMAS

NOMOR IJIN APOTEK : 024/SIA P-APA/BMS/P/IX/2011

PENANGGUNG JAWAB : LAELY HIDAYATI, S.FARM,.APT.

NO. SIPA : 19830303/SIPA 33.02/2011/2081

JENIS LAPORAN : PREKURSOR

BULAN/TAHUN : MEI/2013

NO. NAMA

OBAT SATUAN

SALDO

AWAL

PEMASUKAN PENGELUARAN STOK

AKHIR DARI JUMLAH UNTUK JUMLAH

Page 55: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

50

Lampiran 8. Format Surat Pelaporan Pelayanan Kefarmasian

LAPORAN PELAYANAN KEFARMASIAN APOTEK

Nama Apotek : MENMARI

Nama Apoteker Penanggung jawab : LAELY HIDAYATI, S.FARM,.APT.

Kabupaten / Kota : BANYUMAS

Provinsi : JAWA TENGAH

Laporan Bulan / Tahun : MEI / Tahun 2013

JUMLAH RESEP KONSELING INFORMASI OBAT

BANYUMAS, 24 JUNI 2013

Apoteker Penanggung Jawab

LAELY HIDAYATI, S.FARM,.APT.

STRA. 19830303/STRA-UMP/2007/25304

Catatan:

- Kolom (1) : diisi jumlah lembar resep yang diterima dari rawat jalan dan rawat inap

dalam 1 bulan

- Kolom (2) : diisi jumlah pasien yang mendapatkan konseling obat dalam 1 bulan serta

didokumentasikan

- Kolom (3) : diisi jumlah pasien yang mendapatkan informasi obat tentang penggunaan,

cara penyimpanan, efek samping, dll dalam 1 bulan serta didokumentasikan

Laporan ditujukan kepada (fax/email)

1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

3. Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian – Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes (

fax : 021-5203878 / email [email protected] )

Page 56: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

51

Lampiran 9. Surat Pesanan Obat Bebas, Bebas Terbatas, dan Obat Keras

Lampiran 10. Format Buku Pencatatan Psikotropika

No Tgl

Stock

awal

Pemasukan Pengeluaran

Sisa Ket.

Dari No.

faktur Jml Pasien Alamat Dokter Jml

Page 57: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

52

Lampiran 11. Format Surat Pesanan Psikotropik

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : .............................................................................

Alamat : .............................................................................

Jabatan : .............................................................................

Mengajukan permohonan kepada :

Nama Perusahaan : .............................................................................

Alamat : .............................................................................

Jenis Psikotropika sebagai berikut :

1. ....................................sebanyak.........................................

2. ....................................sebanyak.........................................

3. ....................................sebanyak.........................................

4. ....................................sebanyak.........................................

Untuk keperluan apotek:

Nama : Apotek Menmari

Alamat : Jl. Jend.Gatot Subroto 470 – Banyumas

Banyumas, tanggal

Apoteker Pengelola Apotek,

Page 58: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

53

Lampiran 12. Format Pelaporan Psikotropika dan Narkotika

Page 59: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

54

Lampiran 13. Kelengkapan Resep

Tanggal

penulisan resep

Nama dokter,

SIP, Alamat

praktek, nomor

telepon

Nama obat,

jumlah, dan cara

penggunaan

Paraf dokter

Identitas pasien

(Nama, umur,

alamat)

Nomor

resep

Page 60: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

55

Lampiran 14. Kelengkapan salinan resep

Nama dan alamat

apotek

Nama dan

SIPA APA

Nomor resep, tanggal

penulisan resep, nama

dokter, nama pasien

Nama dan alamat

apotek

Page 61: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

56

Lampiran 15. Kelengkapan etiket

Nama, alamat , dan

nomor telepon apotek

Nama dan SIPA APA Nomor dan tanggal

Nama pasien

Cara Pemakaian obat

Identitas apotek, nama

dan SIPA APA

Cara Pemakaian

obat

Tanggal etiket Nomor etiket

Nama Pasien

Cara Pemakaian obat

Tanggal etiket

Identitas apotek, nama

dan SIPA APA

Nomor etiket

Nama Pasien

Page 62: Laporan PBL Apotek Menmari (1)

57

Lampiran 16. Foto Apotek