laporan lbp
DESCRIPTION
laporan lbp belum lengkapTRANSCRIPT
Di kawasan yang beriklim tropika basah, rumah tanaman berfungsi sebagai bangunan
perlindungan tanaman baik pada budidaya tanaman dengan media tanah maupun dengan system
hidroponik. Untuk kawasan yang beriklim tropika basah seperti di Indonesia konsep rumah
tanaman dengan umbrella effect dipandang lebih sesuai. Rumah tanaman lebih ditujukan untuk
melindungi tanaman dari hujan, angin, dan hama. Selain itu, rumah tanaman dibangun untuk
mengurangi intensitas radiasi matahari yang berlebihan, mengurangi penguapan air dari daun dan
media, serta memudahkan perawatan tanaman.
Berdasarkan fungsi tersebut maka tidak tepat jika rancangan rumah tanaman di kawasan
yang beriklim tropika basah menggunakan rancangan rumah tanaman subtropika yang umumnya
dikembangkan dengan konsep greenhouse eflect. Untuk kawasan yang beriklim tropika basah,
rancangan rurnah tanaman yang telah dikembangkan di kawasan yang beriklim subtropika perlu
diadaptasi dengan konsep umbrella effect tersebut. Rancangan nunah tanaman untuk kawasan
yang beriklim tropika basah sering disebutjuga adapted greenhouse.
Adaptasi tersebut menjadi tiga jenis rumah tanarnan yang kemudian umum digunakan di
kawasan yang beriklim tropika, yaitu semi monitor, modified standardpeak, dan modified arch,
sebagaimana disajikan dalam Gambar. Masing-masing tipe rumah tanaman tersebut dilengkapi
dengan bukaan ventilasi pada bubungan. Bukaan ventilasi ini dibuat agar udara di dalam rumah
tanaman yang suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan udara luar dapat mengalir keluar
melalui bukaan tersebut secara lancar.
Menurut Rault (1988) perancangan ideal sebuah rumah tanaman untuk kawasan yang
beriklim tropika perlu memperhatikan kriteria berikut.
1. Bukaan rumah tanaman hams merupakan kombinasi yang baik antara bukaan untuk
ventilasi dan perlindungan tanaman terhadap air hujan,
2. Kerangka konstruksi hams cukup kuat sebagai antisipasi terhadap kemunglunan angin
kencang,
3. Biaya pembangunan hams cukup murah dan tata Jetaknya mempertimbangkan adanya
kernunman untuk perluasan rumah tanaman. Ketika rumah tanaman mulai diperkenalkan
di kawasan yang beriklim tropika, terjadi adaptasi rancangan atap dari berbagai rumah
tanaman yang umum digunakan di kawasan yang beriklim subtropika.
Bentuk rumah tanaman yang kami amati masih tergolong sederhana dan masih jauh dari
standar rumah tanaman kawasan beriklim tropis. Dari segi bentuk struktur bangunan lebih
mengarah ke bentuk rumah tanaman (greenhouse) iklim subtropika tipe flat. Di bangunan
tersebut juga tidak terdapat system ventilasi alamiah yang mengatur sirkulasi udara, satu-satunya
jalur masuk sirkulasi udara di dalam rumah tanaman ada di bagian penutup yang dibuka saat pagi
hari. Fungsi dari rumah tanaman yang praktikan amati lebih berfungsi sebagai pelindung
tanaman dari hujan dan evaporasi yang berlebihan. Bahan atap yang digunakan adalah bahan
polyethylene yang dilengkapi UV Stabilizer sebagai pengganti kaca. Bahan kaca tidak dipilih
karena merangkap gelombang panjang matahari didalam rumah tanaman yang menyebabkan
suhu meningkat secara ekstrem. Secara umum, bahan konstruksi rumah tanaman tersebut
menggunakan bahan bamboo. Bahan tersebut dipilih karena nilai komoditas yang ditanam tidak
terlalu tinggi dan bahan bamboo lebih ekonomis dibandingkan menggunakan kayu atau besi.
Daftar Pustaka
Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk Iklim Tropika Basah : Pemodelan dan
Pengendalian Lingkungan. IPB Press. Bogor.