laporan kp lia amelia
TRANSCRIPT
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa perkuliahan, para mahasiswa mempelajari teori-teori di
kelas yang menjadi landasan pemikiran suatu disiplin ilmu. Selain itu
mahasiswa juga dituntuk untuk bisa menerapkannya teori-teori yang ia dapat
di kelas dengan mengaplikasikan terori-teori tersebut di lapangan. Salah satu
sarana perkuliahannya adalah mata kuliah Kerja Praktek. Salah satu inti
bentuk penerapan disiplin ilmu arsitektur adalah dalam bidang perencanaan
dan perancangan.
Perencanaan sebagai padanan kata asing “planning”, dapat diartikan
sebagai suatu sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai
kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan dapat
dilaksanakan dengan teratur (William A. Shrode, 1974).
Perencanaan merupakan suatu proses menyusun konsepsi dasar suatu
rencana yang meliputi kegiatan-kegiatan:
1) Mengidentifikasi. Menentukan komponen-komponen yang menunjang
terhadap objek, yang merupakan kompleksitas fakta-fakta yang
memiliki kontribusi terhadap kesatuan pembangunan.
2) Mengadakan studi. Mencari hubungan-hubungan dari factor-faktor
terkait, yang memiliki pengaruh spesifik.
3) Mendeterminasi. Menentukan setepat mungkin faktor-faktor yang
dominan dengan memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang
spesifik yang memberikan perubahan terhadap faktor lain.
4) Memprediksi. Mengadakan ramalan bagaimana suatu factor akan
berubah sehingga mencapai keadaan lebih baik di masa depan.
5) Melakukan Tindakan. Berdasarkan prediksi di atas, melakukan
tindakan terstruktur untuk mencapai tujuan pembangunan.
(William L. Lassey, 1977).
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 2
Salah satu komponen dalam kegiatan perancangan bangunan adalah
penyusunan tata ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan spesifikasi
kegiatan yang akan diwadahi ruang tersebut. Dalam perencanaan ruang
terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek struktur, aspek
arsitektural serta aspek utilitas. Aspek utilitas sangatlah penting dalam
perencanaan ruang, karena bisa menjadi salah satu faktor penentu
kenyamanan ruang.
Persyaratan utilitas ruang secara umum diartikan sebagai suatu
persyaratan fisik lingkungan dan suasana suatu ruang yang mengarah pada
terciptanya ruang berkualitas, ditinjau dari aspek kesehatan, kenyamanan
dan kemudahan, yang bisa diformulasikan lagi sebagai suatu ruang yang
menyenangkan
Dalam hal ini penulis telah mengadakan Kerja Praktek di sebuah
Konsultan yang tengah menangani Proyek Perencanaan dan Perancangan
Pengembangan Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Sungai
Baturusa Pangkal Pinang. Kawasan PPI Baturusa terdiri dari beberapa
fasilitas, yaitu Tempat Pelelangan Ikan, Dermaga, Kolam Dermaga, Kantor
Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan, fasilitas Drainase, Jalan dan Pagar,
dan Mess Karyawan. Kawasan ini merupakan kawasan pengembangan PPI
Muara Sungai Baturusa.
PPI Baturusa yang telah berdiri saat ini kondisinya sangat
memprihatinkan. Kurangnya perawatan dan pengelolaan yang baik, yang
tampak dari tidak adanya system pembuangan dan pengelolaan sampah yang
baik. Sehingga pada titik tertentu terdapat tumpukan sampah.
Gambar 1-1. Tumpukan Sampah
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 3
Hal inilah yang menjadi pusat perhatian penulis, sehingga hal
diharapkan pada perencanaan dan perancangan Kawasan PPI yang baru,
system pengelolaan dan pembuangan limbah lebih teratur, sehingga limbah
tidak lagi menjadi momok perusak bagi PPI Baturusa dan lingkungan di
sekitarnya.
1.2 Gambaran Umum Proyek
Proyek Perencanaan dan Perancangan Kawasan Muara Sungai Batu Rusa ini
berupa kawasan Pusat Industri Pelabuhan Pendaratan Ikan, yang meliputi:
a) Perencanaan kolam dermaga.
b) Perencanaan dermaga arah alur sungai.
c) Perencanaan jalan, drainase, dan pagar
d) Perencanaan bangunan mess karyawan.
e) Perencanaan kantor balai keterampilan penangkapan ikan, bengkel
kerja/workshop.
f) Perencanaan Tempat Pelelangan Ikan
Dalam rangka pengembangan sektor kelautan dan perikanan, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung bermaksud
melaksanakan program pembangunan Pelabuhan Perikanan, serta
meningkatkan kualitas lingkungan kawasan. Pelabuhan yang dirancang
sebagai tempat pelayanan bongkar muat ikan dan perbekalan serta kegiatan
lain yang terkait dengan pendaratan ikan yang hygenis serta memenuhi
standar pelabuhan, dan merupakan tempat untuk pembinaan dan
pemantauan kegiatan sektor perikanan di Provinsi Bangka Belitung
maupun skala Regional dan Nasional.
Selaras dengan visi Pemerintah Kota Pangkalpinang “Meningkatnya
Kesejahteraan Rakyat Melalui Pembangunan Yang Berbasis
Perdagangan Dan Jasa Dengan Dukungan Sektor Industri Unggulan”
dengan demikian semua potensi daerah baik sumberdaya alam maupun
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 4
sumberdaya manusia sedapat mungkin memberikan andil terhadap
pembangunan daerah.
Agar cita-cita organisasi dapat tercapai dengan baik, Dinas Kelautan
dan Perikanan mempunyai beberapa misi yang salah satunya adalah
meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana dalam mendorong
pengembangan usaha dan investasi dibidang kelautan dan perikanan serta
mewujudkan kawasan industri perikanan Muara Sungai Baturusa, serta
mengembangkan dan mengelola secara optimal sumberdaya kelautan,
perikanan dan wilayah pesisir.
Dalam rangka mewujudkan kawasan industri perikanan Muara Sungai
Batu Rusa serta mengembangkan dan mengelola secara optimal sumber
daya kelautan, perikanan dan wilayah pesisir, merupakan pertimbangan yang
kuat untuk mewujudkan perencanaan penataan kawasan PPI Muara Sungai
Batu Rusa yang mampu memenuhi secara optimal fungsi dan
pemanfaatannya, tata letak dan arsitektural serta kontribusi positif bagi
perkembangan di daerah.
Selain untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan tangkap
di Muara Sungai Batu Rusa, Juga melihat kondisi muara sungai Batu Rusa
yang sangat strategis karena berdekatan dengan Pelabuhan Pangkal Balam
selain itu juga telah dibangun jembatan Batu Rusa yang bisa digunakan pada
tahun 2013. Sehingga pelabuhan perikanan yang direncanakan di Muara
Sungai Batu Rusa ini bisa disebut sebagai Pelabuhan Perikanan Lingkar
Luar (Outer Ring Fishing Port). Dengan demikian, tujuan dari rencana
pembangunan pelabuhan perikanan ini adalah :
a. Penyediaan sarana dan prasarana bagi nelayan Pangkal Pinang dan
sekitarnya,
b. Pengembangan kawasan minapolitan perikanan tangkap,
c. Pengembangan jaringan pemasaran produk perikanan,
d. Dalam kondisi darurat dapat dijadikan sebagai basis pertahanan negara
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 5
1.3 Permasalahan
Dari latar belakang dan gambaran umum proyek di atas dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yaitu, bagaimana mengetahui proses
perencanaan system sanitasi PPI yang baik, agar dapat mewadahi kegiatan
yang sesuai dengan fungsinya dan memenuhi tujuan yang ada sesuai dengan
apa yang direncanakan.
Permasalahan sanitasi yang terjadi pada proses perencanaan dan
perancangan kawasan PPI Batu Rusa adalah :
a. Bagaimana mengetahui proses perencanaan sebuah kawasan Pusat
Pelelanan Ikan yang bersih, teratur, dan nyaman.
b. Bagaimana menciptakan pusat pelelangan ikan dengan system
pembuangan limbah yang baik sehingga bisa mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan di sekitarnya.
c. Bagaimana menciptakan master plan serta memiliki pola integrasi
yang baik dengan sarana prasarana serta lingkungan sekitarnya,
sehingga memberikan effek positif di bidang ekonomi.
1.4 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari kerja praktek ini adalah mahasiswa diharapkan
dapat menerapkan teori-teori yang didapat di bangku perkuliahan ke
lapangan.
Tujuan dari kerja praktek ini adalah:
a. Mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman tentang sistem sanitasi
secara umum dan khusus di bidang perencanaan Kawasan Pangkalan
Pendaratan Ikan.
b. Mahasiswa memiliki pemahaman dalam merencanakan Pusat
Pelalangan Ikan yang memiliki sistem pembuangan limbah yang baik
sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
c. Mahasiswa memiliki pemahaman dalam merencanakan suatu master
plan PPI yang memilik pola intergrasi yang baik dengan sarana
prasarana serta lingkungan di sekitarnya.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 6
1.5 Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah disajikan, maka
dalam pembahasan ini hanya dibatasi pada proses Perencanaan Sistem
Sanitasi Kawasan Pangkalan Pelelangan Ikan (PPI) Baturusa Pangkal
Pinang, sehingga dapat diketahui kendala yang dihadapi selama proses
perencanaan dan perancangan, serta membandingkan antara teori yang telah
didapat dengan kondisi di lapangan.
1.6 Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang dilakukan adalah bersifat analisis –
deskriptif, yaitu dengan pengumpulan data primer dan sekunder, kemudian
merumuskan dan menafsirkan data-data yang ada sehingga memberikan
gambaran yang jelas tentang proyek tersebut. Pengumpulan data-data
tersebut dilakukan dengan menggabungkan data yang didapat dari :
a. Data proyek yang diperoleh dengan mengikuti kegiatan Perencanaan dan
perancangan proyek, secara tulisan maupun lisan.
b. Konsultasi dengan Pimpinan Proyek, rekan satu tim pada proyek
Kawasan Pusat Pelelangan Ikan Batu Raja.
c. Konsultasi dengan dosen pembimbing.
d. Mempelajari literature yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
1.7 Sistematika Pembahasan
Secara garis besar sistematika pembahasan dan laporan ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
BAB I Berisi tentang uraian secara umum latar balakang objek, gambaran
umum proyek, maksud dan tujuan, permasalahan, ruang lingkup
pembahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan.
BAB II Berisi tentang teori Perencanaan Sistem Sanitasi dan gambaran
umum proyek Pangkalan Pendaratan Ikan yang serupa yang
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 7
dijadikan sebagai studi objek Perencanaan Pangkalan Pendaratan
Ikan Baturusa.
BAB III Berisi tentang penggambaran proyek Perencanaan dan
Perancangan kawasan Pusat Pelelangan Ikan yang meliputi
Perencanaan kolam dermaga, Perencanaan dermaga arah alur
sungai, Perencanaan jalan, drainase, dan pagar, Perencanaan
bangunan mess karyawan, Perencanaan kantor balai keterampilan
penangkapan ikan, bengkel kerja/workshop, dan Perencanaan
Tempat Pelelangan Ikan, serta sejarah dan struktur konsultan
perencaannya, terutama pada system Sanitasi.
BAB IV Berisi tentang pembahasan dengan membandingkan antara teori
dan kondisi di lapangan, sehingga bisa memberikan penggambaran
yang akurat tentang proyek tersebut.
BAB V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 8
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Pelabuhan Perikanan
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian RI
(1981) dalam Murdiyanto (2003), Pelabuhan Perikanan adalah pelabuhan
yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat
dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.
16/MEN/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan ikan adalah tempat
yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya denga batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan system bisnis
perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar,
berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan peleyaran dan kegiatan penjunjang perikanan.
Peraturan Menteri Kelauatan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006
Tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan dapat diklasifikasikan
menjadi empat kelas, yaitu:
1. Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS)
- Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan
di laut territorial, ZEE Indonesia dan laut lepas
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurangkurangnya 60GT
- Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m
- Mampu menampung sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal
perikanan sekaligus
- Ikan yang didaratkan sebgaian untuk tujuan ekspor
- Terdapat indrustri perikanan
2. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 9
- Melayani kapal perikanan yang melakukan kegaitan perikanan
di laut territorial dan ZEE Indonesia
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 30 GT
- Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m
- Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan
atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal
perikanan sekaligus
- Terdapat industri perikanan
3. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
- Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan
di perariran pedalaman, perairan kepulauan dan laut territorial
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 10 GT
- Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya 2 m
- Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan
atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal
perikanan sekaligus
4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
- Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan
di perairan pedalaman dan perairan kepulauan
- Memiliki fasiltas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang kurangnya 3 GT
- Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman
kolam minus 2 ,
- Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan
atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal
perikanan sekaligus
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 10
2.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
2.2.1 Definisi
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan tempat bertambat
dan labuh perahu / kapal perikanan, tempat pendaratan hasil perikanan
dan merupakan lingkungan kerja ekonomi perikanan yang meliputi
areal perairan dan daratan, dalam rangka memberikan pelayanan
umum dan jasa untuk memperlancar kegiatan perahu / kapal dan
usaha perikanan. Lebih lanjut PPI merupakan salah satu unsur
prasarana ekonomi yang dibangun dengan maksud untuk menunjang
tercapainya pembangunan perikanan terutama untuk perikanan skala
kecil. Mengingat peranan PPI sangat strategis, maka pengelolaannya
harus dilakukan secara profesional agar asset pembangunan tersebut
dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat nelayan dan pada
gilirannya akan dapat memberikan kontribusi berupa pendapatan asli
daerah (PAD) pemerintah daerah setempat. (Direktorat Jenderal
Perikanan, 1996/ 1997).
Menurut Ayodhyoa (1975), PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan)
adalah pelabuhan khusus yang merupakan pusat pengembangan
ekonomi perikanan, baik dilihat dari aspek produksi maupun
pemasarannya.
2.2.2 Ruang Lingkup Kegiatan PPI
Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan tempat bertambat dan
labuh perahu / kapal perikanan, tempat pendaratan hasil perikanan
dan melelangkannya yang meliputi areal perairan dan daratan dalam
rangka memberikan pelayanan umum serta jasa, untuk memperlancar
kegiatan usaha perikanan baik penangkapan ikan mauoun
pengolahannya. Pangkalan Pendaratan Ikan sebgai salah satu unsure
prasarana ekonomi, dibangun dengan tujuan untuk menunjang
keberhasilan pembangunan perikanan, terutama perikanan skala kecil.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 11
Sesuai dengan fungsinya, ruang lingkup kegiatan PPI dibedakan
menjadi 3 (tiga) hal pokok, yakni :
a. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi meliputi: tambat labuh
perahu / kapal perikanan, bongkar muat ikan hasil tangkapan,
penyaluran perbekalan / logistik kapal dan awak kapal, serta
pemeliharaan kapal dan alat-alat perikanan.
b. Kegiatan yang berkaitan dengan pengawetan, pengolahan dan
pemasaran meliputi : penanganan / handling hasil penangkapan,
pelelangan ikan (bakul dan nelayan), pengepakan, penyaluran /
distribusi, pengolahan dan pengawetan.
c. Kegiatan pembinaan dan pengembangan masyarakat nelayan
meliputi : penyuluhan dan pelatihan, pengaturan (keamanan,
pengawasan dan perijinan), pengumpulan data statistik perikanan,
serta pembinaan perkoperasian dan ketrampilan nelayan.
Ditinjau dari fungsinya, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
merupakan prasarana penangkapan yang diperuntukkan bagi
pelayanan masyarakat nelayan berskala usaha kecil dalam rangka
mendukung pengembangan ekonomi perikanan, pengembangan
wilayah, agribisnis dan agroindustri serta sebagai pendukung dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Fasilitas yang tersedia di PPI terdiri dari
fasilitas dasar (pokok), fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1996/ 1997)
2.3 Definisi dan Syarat Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Ikan merupakan komoditi yang mudah busuk. Sesudah diangkat
dari kapal, ikan harus segera ditangani secara tepat untuk
mempertahankan mutu ikan secara maksimum. Sistem pemasaran
menjadi kompleks karena sifatnya yang mudah busuk. Beberapa cara
pelayanan untuk mendistribusikan produk perikanan yang dapat
dilakukan :
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 12
1. Melalui tempat pelelangan ikan di pelabuhan perikanan dan pasar
induk di luar kota sebelum akhirnya sampai pada konsumen.
2. Diangkut dengan kapal langsung ke pasar di kota konsumen tanpa
melewati tempat pelelangan ikan.
3. Para pengolah membeli ikan untuk bahan mentah di tempat
pelelangan.
4. Setelah membeli ikan di pelelangan ikan, tengkulak memasok
para konsumen di lingkungan perkotaan seperti restoran, pabrik,
rumah sakit, pasar swalayan dan sebagainya.
Hasil tangkapan yang dibongkar dari kapal ikan perlu
mendapatkan pelayanan yang memudahkan terlaksananya pekerjaan
dalam serangkaian proses seperti sortasi, pencucian, penimbangan,
penjualan dan pengepakan di tempat pelelangan ikan (TPI) tersebut.
Setelah itu ikan dikirim sebagian untuk konsumsi lokal dalam bentuk
segar, sebagian lainnya ke pabrik untuk prosesing dan sisanya ke
tempat pembekuan ikan untuk diawetkan.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fasilitas
fungsional yang disediakan di setiap Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI). Dengan demikian TPI merupakan bagian dari pengelolaan PPI.
Fasilitas lain yang disediakan oleh PPI adalah fasilitas dasar seperti
dermaga, kolam pelabuhan, alur pelayaran serta fasilitas penunjang
seperti gudang, MCK, keamanan dan lain sebagainya.
Berdasarkan Keputusan Bersama 3 Menteri yaitu Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan
Pengusaha Kecil Nomor : 139 Tahun 1997; 902/Kpts/PL.420/9/97;
03/SKB/M/IX/1997 tertanggal 12 September 1997 tentang
penyelengaraan tempat pelelangan ikan, bahwa yang disebut dengan
Tempat Pelelangan Ikan adalah tempat para penjual dan pembeli
melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses
penjualan ikan dilakukan di hadapan umum dengan cara penawaran
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 13
bertingkat. Ikan hasil tangkapan para nelayan harus dijual di TPI
kecuali :
a. Ikan yang digunakan untuk keperluan lauk keluarga
b. Ikan jenis tertentu yang diekspor dan ikan hasil tangkapan pola
kemitraan dengan pertimbangan dan atas dasar persetujuan dari
Kepala Daerah.
TPI merupakan tempat pembongkaran hasil tangkapan yang
diperoleh untuk selanjutnya mengalami proses sortasi, pencucian,
penimbangan, penjualan dan pengepakan. Setelah in
ti produk akan didistribusikan, sebagian untuk konsumsi lokal
dalam bentuk segar, sebagian untuk prosesing, ekspor, maupun
disalurkan ke tempat pembekuan untuk selanjutnya diawetkan.
Tempat Pelelangan ikan mempunyai fungsi yaitu untuk
melelangkan ikan baik hasil tangkapan maupun budidaya, dimana
terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Menurut Lubis (2006)
letak dan pembagian ruang di gudang pelelangan harus direncanakan
supaya aliran produk (flow of product) berjalan dengan cepat
(Faubiany, 2008).
Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.
Kep. 01/MEN/2007 tanggal 5 Januari 2007 Bab IV A poin satu,
tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, bahwa tempat
pelelangan ikan (TPI) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk
dibersihkan.
b) Mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan
disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan
mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang hygiene.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 14
c) Dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan
toilet dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus
dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali
pakai.
d) Mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam
pengawasan hasil perikanan.
e) Kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat
mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada
dalam Tempat Pelelangan Ikan/Pasar grosir.
f) Dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan;
wadah harus dibersihkan dan dibilas dengan air bersih atau air laut
bersih.
g) Dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah,
makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat
dengan jelas.
h) Mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih
yang cukup
i) Mempunyai wadah khusus yang tahan karat dan kedap air untuk
menampung hasil perikanan yang tidak-layak untuk dimakan.
Menurut Lubis (2006) tempat pelelangan ikan harus miring 2°
ke arah saluran pembuangan agar air dari penyemprotan kotoran sisa-
sisa ikan setelah aktivitas pelelangan dapat mengalir ke saluran
pembungan dengan mudah sehingga tempat pelelangan terpelihara
dengan bersih (Faubiany, 2008)
2.4 Sistem Utilitas : Sanitasi
2.4.1 Pengertian Sanitasi
Sanitasi mempunyai definisi yang bermacam-macam.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 965 tahun 1992,
sanitasi didefinisikan sebagai segala upaya yang dilakukan untuk
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 15
menjamin terciptanya kondisi yang memenuhi persyaratan
kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 1992). Menurut Dr. Azrul
Azwar, MPH yang dikutip dalam artikel hygiene sanitasi, sanitasi
mempunyai pengertian cara yang dilakukan masyarakat dalam
pengawasan yang menitikberatkan pada pengawsan berbagai factor
lingkungan yang berkemungkinan dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat (Ain Jie, 2009).
Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa
faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia,
terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak
perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup. Sanitasi
juga membantu mempertahankan lingkungan biologik sehingga
posisi berkurang dan membantu melestarikan hubungan ekologik
yang seimbang (Liswati, 2000 vide Rusmali, 2004).
Dalam memenuhi persyaratan kesehatan ini, maka dalam
setiap upaya membangun fasilitas sanitasi ini harus terencana dan
teratur. Fasilitas-fasilitas sanitasi ini antara lain adalah sarana
penyediaan air besih, kamar kecil, tempat cuci tangan, kamar ganti
pakaian, tempat sampah, dan sarana pembuangan air limbah
(Kementerian Kesehatan RI, 1992).
Dalam pengembangan industri perikanan, pelabuhan
perikanan merupakan bagian dari rantai produksi yang harus
memenuhi persyaratan kelayakan dasar sanitasi dan hygiene yang
meliputi (Departemen Pertanian, 2002 vide Rusmali, 2004):
1) Lokasi dan lingkungan
2) Konstruksi bangunan
3) Dinding, penerangan dan ventilasi
4) Saluran pembuangan
5) Pasokan air dan bahan bakar
6) Es
7) Penanganan limbah
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 16
8) Toilet
9) Konstruksi dan pemeliharaan alat
10) Peralatan dalam penanganan awal
11) Pembersihan dan sanitasi
12) Kontrol sanitasi
Selanjutnya dikatakan bahwa hasil yang diharapkan dengan
dijalankannya program sanitasi di pelabuhan perikanan antara lain
yaitu terciptanya lingkungan kerja yang bersih, mutu ikan yang
tetap terjaga dan kebersihan para pelaku di pelabuhan perikanan.
Seluruh kelayakan dasar sanitasi di pelabuhan perikanan harus
dapat dipenuhi untuk memperbaiki kinerja dan operasional
pelabuhan, apalagi bila pelabuhan tersebut memiliki wilayah
distribusi yang luas dan berkapasitas besar.
2.4.2 Peraturan Sanitasi Menurut Codex Alimentarius 2009
Codex Alimentarius 2009 merupakan suatu badan hukum
antar negara yang memiliki anggota lebih dari 180 negara, yang
bergerak dalam program standardisasi suatu produk makanan yang
didirikan oleh FAO (Food And Agriculture Organization of the
United Nation) dan WHO (World Health Organization), dengan
tujuan menjaga kesehatan para konsumen dan menjamin praktek
perdagangan makanan yang sesuai persyaratan. Peraturan tersebut
juga dibuat dengan mempertimbangkan koordinasi dari semua
negara berkenaan dengan standardisasi suatu produk makanan
berskala internasional.
Selain itu, Codex Alimentarius 2009 juga mengatur
mengenai hasil tangkapan dan produk perikanan yang bertujuan
untuk mengatur semua hal yang berhubungan dengan penanganan,
produksi, penyimpaan, distribusi, ekspor, impor, serta penjualan
hasil tangkapan dan produk perikanan. Peraturan ini akan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 17
membantu dalam mencapai keamanan dan kegunaan produk
perikanan sehingga bisa dijual di pasar nasional dan internasional.
Peraturan yang tercantum dalam Code of Practice for Fish
and Fishery Products (Codex Alimentarius, 2009) tersebut terdiri
dari:
a. Konstruksi bangunan: permukaan dinding dan batas dinding
dengan lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air dan
mudah dibersihkan; fasilitas yang digunakan harus memadai,
menggunakan bahan yang halus, tahan karat, dan mudah
dibersihkan; lantai harus mudah dibersihkan dan disertai
dengan sistem drainase yang memadai; penerangan di area
penanganan ikan harus cukup; langit-langit atau atap dan
semua perlengkapan harus dapat mencegah akumulasi kotoran,
menghambat pertumbuhan jamur dan jatuhnya partikel; serta
setiap bak pencuci atau fasilitas lainnya yang disediakan untuk
mencuci hasil tangkapan harus memiliki pasokan air yang
cukup sesuai persyaratan dan harus tetap bersih.
b. Saluran pembuangan: saluran pembuangan harus mampu
menampung sampah/limbah dalam jumlah yang banyak;
akumulasi limbah padat, semi padat atau cair harus
diminimalisir untuk mencegah kontaminasi.
c. Pasokan air: pasokan air bersih harus cukup dan air yang
digunakan untuk mencuci hasil tangkapan harus terhindar dari
kontaminasi.
d. Es: harus diproduksi dengan menggunakan air bersih dan harus
terlindung dari kontaminasi.
e. Penanganan limbah/sampah: limbah/sampah harus dijauhkan
dari area penanganan dan pengolahan ikan; dan fasilitas untuk
menampung sampah/limbah harus dipelihara dengan baik.
f. Kebersihan pelaku: para pelaku penanganan ikan harus
dibiasakan mencuci tangan pada awal penanganan ikan dan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 18
saat kembali memasuki area pengolahan, serta segera setelah
menggunakan toilet; dan para pelaku di area penanganan ikan
tidak diizinkan untuk merokok, meludah, makan, bersin dan
batuk pada saat hasil tangkapantidak ditutup, memakai
perhiasan yang menimbulkan ancaman bagi keselamatan.
2.4.3 Sistem Penyediaan Air Bersih
Air merupakan suatu kebutuhan yang mendasar dan penting
untuk kehidupan manusia. Air bersih adalah air yang digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dengan kuantitas dan kualitas
yang memenuhi syarat kesehatan serta dapat digunkian sebagai air
minum apabila air tersebut sudah dimasak terlebih dahulu (Ginanjar,
2008).
a. Sumber Air Bersih
Air minum dapat diambil dari air hujan, air sungai dan
sebagainya, serta dari mata air atau air tanah (kedalaman > 3 m).
a. Penampungan dan pengolahan air hujan
Air hujan dari langit, bersih (tidak mengandung kuman-
kuman), dikumpulkan dari tirisan arap melewati talang dan
pipa lembahan, dpat digunakan segai air minum, meskipun
tidak mengandung mineral yang berguna untuk gigi, tulang
dan lain-lain. (Frick. Setiawan, 2002)
Penggunaan air hujan merupakan salah satu alternative,
terutama di wilayah di mana terjadi kekurangan air bersih,atau
air perusahaan air minum sering kali tidak mengalir.
Penampung air hujan dapat dibangun di bawah rumha tau
tertanam di dalam tanah sehingga air tidak memanas oleh suhu
matahari. Supaya air tidak berlumut atau membusuk,
penampung harus dibuat dari beton atau batu alam yang
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 19
diplester kedap air, harus gelap (tanpa lubang cahaya), bebas
dari nyamuk dan binatang sejenis yang bertelur di air.
b. Air sungai atau air danau
Karena air sungai atau air danau senagai air dari permukaan
tanah tercemar secara fisik, kimi, dan bakteriologis, maka air
itu belum bersih dan tidak dapat langsung diminum, sehingga
perlu adanya penyaringan.
c. Air dari mata air
Penggunaan air dari mata air sebagai air minum harus
memenuhi persyaratam seperti air dari permukaan tanah yang
telah diuraikan. Supaya mata air bebas tanah, maka ditanami
batu kali yang ditutupi denga tanah liat atau pelat beton
sehingga tidak dapat dikotori dari atas, lalu air dialirkan ke
penampungan. Lahan yang mengelilingi mata air ditanami
rumput dan dipagari, sehingga tidak ada orang atau binatang
yang bisa mencemari mulut mata air. Bak penampung
tertanam di dalam tanah lengkap dengan lubang pemeriksaan,
ventilasi, dan sambungan pipa air minum dan pipa
pembersihan.
d. Air tanah
Air tanah sebagai sumber air minum harus sedalam >3 m dari
permukaan tanah, dan jarak ke septic tank terdekat harus >10
m, sehingga kebersihan air terjamin. Penggunaan air dari
dalam tanah dilakukan denga penggalian sumur atau dengan
pipa pancang. Sumur yang digali oleh tukang yanag ahli dapat
dibuat dari bis beton atau batu bata >Ø80 cm. penggalian
sumur dengan bis beton mirip dengan fondasi sumur. Dasar
sumur harus cukup dalam, sehingga tinggi air pada musim
kemarau masih > 0,5 m. dasar sumur dibuat dari kerikil kasar
Ø30-80 mm setebal 30 cm. Dinding selubung sekeliling sumur
harus setinggi ±70 cm dari permukaan tanah, demi keamanan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 20
anak-anak kecil dan binatang ternak. Lubang sumur selalu
haru ditutup sehingga air tidak mudah tercemar.
Berikut persyaratan teknis kesehatan dari sumber
penyediaan air bersih (Depkes RI, n.d):
Sumur Gali
- Lokasi : jarak minimal 10 meter dari sumber tercemar
misalnya jamban, tempat penampungan air
kotor/comberan, tempat pembuangan sampah, atau
kandang ternak.
- Lantai : harus kedap air, minimal 1 meter dari
tepi/dinding sumur, tidak retak/bocor, mudah dibersihkan
dan tidak tergenang air (kemiringan minimal 1%-5%)
- Bibir sumur : tinggi bibir sumur 80 cm dari lantai, terbuat
dari bahan yang kuat dan rapat air.
- Dinding sumur : minimal sedalam 3 meter dari lantai dari
bahan kedap air dan kuat (tidak mudah retak/longsor).
- Tutup sumur : jika pengambilan air dengan pompa listrik
harus di tutup rapat. Jika pengambilan air dengan ember
harus ada ember khusus dengan tali timbanya.
Penampungan air hujan (PAH)
- Talang air : talang air yang masuk ke bak PAH harus
dapat dipindahkan atau dialihkan agar air hujan pada
menit pertama tidak masuk ke dalam bak.
- Bak saringan : tinggi bak saringan minimal 20 cm
(volume bak saringan 0,6 x 0,6 x 0,2 meter agar orang
dapat masuk untuk membersihkan dan terbuat dari bahan
yang kuat dan rapat nyamuk. Susunan saringan terdiri
dari kerikil, ijuk dan pasir.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 21
- Pipa peluap (over flow) harus dipasang kawat kasa rapat
nyamuk
- Bak serapan : susunan batu, pasir pada bak resapan
minimal 0,6 meter dari lantai.
- Kemiringan lantai bak : mengarah ke pipa penguras,
mudah dibersihkan (tidak terdapat sudut mati)
Perpipaan
- Sumber air/ air baku : dilakukan pengolahan terlebih
dahulu sebelum didistribusikan. Kalau air baku
memenuhi persyaratan air minum langsung dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air.
- Pipa : pipa yang digunakan tidak melarutkan atau
mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan
kesehatan. Angka kebocoran pipa tidak lebih dari 5%.
Pemasangan pipa tidak boleh terendam air kotor atau air
sungai.
- Bak penampunan : harus rapat air dan tidak dicemari oleh
sumber pencemar.
- Pengambilan air : pengambilan air dari sarana perpipaan
harus dilakukan melalui kran.
b. Kualitas Air
Tujuan terpenting dari system penyediaan air adalah
menyediakan air bersih. Penyediaan air minum denga kualitas
yang tetap baik merupakan prioritas utama. Banyak Negara telah
menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Untuk gedung-
gedung yang dibangun di tempat terpencil di pegununga atau di
pulau, penyediaan air bersih akan diambil dari sungai, air tanah
dangkal, atu dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar
kualtas air yang berlaku.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 22
Air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan
bakteriologis yang ditentukan oleh dinas kesehatan Negara.
Persyaratan fisik air minum adalah : harus jernih, bersih dan tidak
berwarna. Persyaratan kimia : tidak berbau, tidak memiliki rasa,
dan tidak mengandung zat kimia yang mengganggu kesehatan;
persyaratan bekteriologis : tidak mengadung bakteri coli dan
kuman lain yang mengganggu kesehatan manusia.
Pengawasan Kualitas Air
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 907 tahun
2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, air
bersih harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Fisik
Air yang akan dimanfaatkan sebaiknya tidak berwarnam tidak
berasa dan tidak berbau. Setiap air bersih harus memenuhi
ketiga persyaratan fisik air bersih tersebut.
b. Bakteriologis
Untuk menggunakan air bersih, air tersebut harus bebas dari
kuman yang dapat mengganggu kesehatan. Air bersih yang
akan dimanfaatkan sebaiknya berada jauh dari sumber
pencemar yang mengandung banyak kuman penyakit seperti
sumber air berada jauh dari pembuangan kotoran manusia.
c. Kimia
Untuk menjaga kesehatan, sebaiknya air bersih juga harus
bebas dari bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan
d. Radioaktifitas
Dalam penggunaan air bersih kadar radioaktif yang
diperbolehkan adalah gross alpha activity (0,1 Bq/L) dan
Gross beta activity (1 Bq/L)
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 23
c. Pompa Air
Jika penampung air lebih tinggi daripada sumber air, maka
air perlu dinaikkan dengan menggunakan pompa. Pompa selalu
dipasang sedemikian sehingga tinggi penaikan (pengisap) jadi
sekecil (rendah) mungkin. Pompa air dapat dibagi atas pompa
torak atau pompa sayap yang biasa dikerjakan dengan lengan,
dengan keterbatasan menaikkan air <7.00 m, serta pompa kisaran
(pompa sentrifugal) yang biasanya menggunakna mesin listrik
atau motor bahan bakar, dengan kenaikan air <24,00 m. (Heinz
Frick, 2002)
2.4.4 Saluran Air Limbah
Air limbah adalah air buangan (air bekas pakai/air kotor) dari
air bersih yang sudah dipakai sebelum air limbah dibuang ke saluran
umum atau ke alam/tanah hendaknya diolah terlebih dahulu. Untuk
mempermudah pengolahan, sebaiknya air limbah dibagi menurut
cara pencemarannya : air gujan, air sabun (grey-water), air tinja (air
limbah manusia), dan air limbah industry, sehingga masing-masing
air limbah dapat diolah secara terpisah sesuai kebutuhannya.
1) Jenis Air Limbah dan Sistem Salurannya
Pada prinsipnya air yang akan disalurkan dibagi berdasarkan
sumber-sumbernya, : yaitu : air hujan, air sabun, air tinja, dan air
limbah industry.
a. Air Hujan akan menuntuk sistem saluran air limbah jika turun
bukan pada ladang terbuka, melainkan pada atap rumah,
jalan, atau pekarangan rumah yang kedap air. Air hujan dapat
ditampung sebagai serana air bersih, atau dikembalikan ke
tanah sedekat mungkin dengan menggunakan sumur resapan.
Air hujan yang disalurkan ke saluran umum kota akan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 24
menambah bahaya banjir di daerah yang lebih rendah pada
saat hujan deras.
b. Air Sabun (grey-water) berasal dari kegiatan rumah tangga
(cuci piring, cuci pakaian, mengepel lantai), kegiatan mandi,
cuci kendaraan, dan sebagainya. Air ini jika bebes dari
minyak dan bahan pelumas lain (perlu diperhatikan dengan
khusus jika mencuci kendaraan bermotor), serta bahan
larutan kimia, dapat dimanfaatkan untuk siram bunga, sayur
dan sebagainya, atau diolah secara biologis sebelum
dirembeskan ked lama tanah atau dikembalikan ke kakli atau
sungai. Air sabun dapat disalurkan lewat selokan terbuka.
c. Air Tinja (air limbah manusia) merupakan kotoran manusia
berbentuk cair maupun padat (1,5 liter per orang/hari)
ditambah air siram. Karena air tinja mengandung kolibakteri
dan kuman lain yang dapat mengganggu kesehatan manusia
serta berbau tidak sedap, maka harus disalurkan dalam pipa
tertutup. Sebagai bahan organic tinja mengalami proses
fermentasi yang membutuhkan lubang hawa pada titik
tertinggi system pemipaan , sumur pengolahan, maupun
septic tank sehingga gas-gas yang terjadi dapat menguap.
d. Air Limbah Industri merupakan air yang tercemar sehingga
tidak memenuhi standar air bersih. Selain hasil pencemaran
air oleh industry, hal ini juga terjadi jika mencuci kendaraan
bermotor, karena air itu mengandung bahan bakar, minyak,
dan bahan pelumas lainnya. Karena kebanyakan air yang
digunakan dalam proses produksi bahan kebutuhan manusia
sering dinilai terlalu rendah. Produksi 1 ton semen
membutuhkan 3.600 liter air, 1 ton besi membutuhkan
15.000-20.000 liter air ,dll. Air limbah yang tercemar oleh
siapa pun harus diolah menjadi air bersih lagi sebelum
dikembalikan ke alam. Pengolahan air limbah industry dapat
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 25
dilakukan oleh perusahaan sendiri atau oleh instransi
pemerintah yang akan membebankan biaya pengolahan
kepada pihak industri.
2) Sistem-sistem Saluran
a. Saluran Terbuka merupakan system parit buatan yang dapat
digunakan untuk menyalurkan air hujan ke kali, sungai,
danau dan sebagainya.
b. Pemipaan Bawah Tanah merupakan system pipa-pipa (dari
tanah liat, beton, semen berserat, tau bahan sintetik) untuk
menyalurkan air sabun ke luar rumah (menuju kolam
pengolahan atau selokan kota yang merupakan system ganda,
karena membedakan antara pipa yang menyalurkan air hujan
(yang tidak tercemar) dan air limbah (yang tercemar). Pada
pemipaan air limbah industry atau system saluran kota di luar
negeri air limbah maupun air hujan disalurkan dalam pipa
yang sama, menuju ke pusat pengolahan air limbah. System
pemipaan ini merupakam system pengurasan, adalah system
yang menghemat biaya pipa tetapi mempersulit proses
pengolahan an kelestarian lingkungan.
3) Sistem Penanganan dan Pengolahan Limbah
Sistem Penanganan dan Pengolahan Limbah -Pengolahan
limbah merupakan suatu proses yang dilakukan agar dapat
menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan (tidak baik) yang
biasanya disebut dengan kontaminan dari air limbah. Proses yang
digunakan dapat dilakukan dengan cara-cara biologis, kimiawi
maupun fisika.Pengolahan limbah ini dilakukan agar dapat
menghilangkan zat yang tidak baik untuk lingkungan, misalnya
racun baik itu senyawa anorganik maupun yang organik.
Terdapat beberapa cara pengolahan air limbah pada suatu
wilayah khususnya untuk limbah rumah tangga, fasilitas sosial
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 26
maupun umum serta industri, diantaranya terdapat 6 cara yaitu
dengan cara pembuangan dengan sistem pengenceran,
penggunaan sumur peresapan, penggunaan kolam pembuangan,
penangkap lemak, penggunaan sistem tangki pembusukan dan
saluran limbah cair buangan. Penjelasan lebih detailnya adalah
sebagai berikut ini:
1. Pembuangan dengan sistem pengenceran :
Pada badan air dengan permukaan yang besar, seperti
laut, sungai, telaga maupun danau, limbah cair dari perumahan
atau dari masyarakat dapat secara langsung dibuang ke badan
air tersebut. Dalam hal ini, pipa pemasukan limbah cair ke
badan air harus bermuara pada satu titik yang benar-benar
berada di bawah permukaan air atau air laut yang terendah,
atau biasanya di dekat dasar badan air penerima. Hal ini
dimaksudkan untuk menjamin pengenceran secara sempurna
limbah cair yang dihasilkan saat musim kemarau, atau limbah
yang beratnya lebih ringan yang biasanya akan naik dan
tersebar ke seluruh badan air pelarut.
2. Penggunaan sumur peresapan :
Sumur peresapan menerima efluen dari kolam
pembuangan, jamban air serta tangki pembusukan dan
meresapkannya ke dalam tanah. Terkadang, pembuangan
limbah cair dari ruang cuci, dapur serta kamar mandi
menggunakan sumur peresapan ini. Sumur peresapan juga
dapat dibuat pada ujung terendah dari saluran peresapan
efluen di bawah permukaan tanah untuk menangkap efluen
tangki pembusukan yang tidak teresap di sepanjang saluran.
Sumur peresapan terdiri dari sebuah lubang bulat dalam
tanah yang digali cukup dalam menembus 1,8 meter atau lebih
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 27
ke lapisan tanah yang berpori. Lubang biasanya dibuat dengan
diameter 1,0 - 2,5 meter dan kedalaman 2 - 5 meter. Dinding
lubang diperkuat dengan pasangan bata atau batu kali tanpa
adukan semen di bawah ketinggian pipa inlet. Lubang yang
tidak memerlukan penguatan dinding dapat diisi dengan batu
kali. Sumur peresapan harus ditutup dengan penutup rapat
yang akan mencegah masuknya nyamuk, lalat, serta air
permukaan.
Minimal terdapat jarak 5 meter dari sumur atau sumber
air minum dari sumur peresapan, dan paling tidak
penempatannya pada tanah yang lebih rendah dibandingkan
dari sumber air minum tersebut. Pembuatan sumur peresapan
seharusnya tidak boleh diizinkan oleh petugas terkait pada
kawasan padat penduduk, disebabkan air tanah yang ada lebih
banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh penduduk
setempat.
3. Penggunaan kolam pembuangan :
Kolam pembuangan merupakan lubang tertutup yang
menerima buangan limbah cair kasar. Kolam pembuangan
dapat berupa tipe kedap air ataupun tipe rembes air. Kolam
pembuangan kedap air biasanya dibuat dengan kapasitas 68
liter per orang per bulan, atau 408 liter per orang apabila akan
dikosongkan setiap 1 semester. Kolam pembuangan rembes
cair berdiameter 90 cm atau lebih, dilengkapi dengan dinding
dengan sambungan terbuka di bawah ketinggian inlet.
Kolam pembuangan harus ditempatkan paling tidak 15
meter dari dari sumur serta lebih rendah dari sumur, agar dapat
mencegah terjadinya pencemaran bahan-bahan kimia,
sedangkan untuk kolam pembuangan yang lebih tinggi dari
sumur, jarak antar sumur dan kolam pembuangan tersebut
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 28
minimal sejauh 45 meter. Kolam pembuangan tipe rembes air
harus ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 6 meter di
luar fondasi rumah.
4. Penangkap Lemak :
Limbah cair dari dapur besar, seperti dapur hotel, rumah
sakit maupun perkantoran kemungkinan mengandung banyak
lemak yang dapat masuk ke tangki pembusukan bersama-sama
dengan efluen dan dapat menyumbat pori-pori media
penyaringan pada bidang peresapan. Penangkap lemak disini
dapat memasukkan limbah cair yang panas dari pada cairan
yang sudah ada dalam bak dan didinginkan olehnya.
Hasilnya, kandungan lemak akan menjadi beku dan
secara otomatis akan naik ke permukaan, sehingga
pengambilan dapat dilakukan secara berkala. Penangkap
lemak harus dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah
proses pembersihan maupun untuk kebutuhan pemeriksaan.
Untuk penanganan limbah cair dan perumahan atau instalasi
kecil lainnya, penangkap lemak tidak perlu dibuat.
5. Penggunaan sistem tangki pembusukan :
Salah satu cara pengolahan limbah adalah dengan
tangki pembusukan. Tangki pembusukan digunakan untuk
menangani buangan dari masing-masing rumah, kelompok
perumahan, atau perkantoran yang berada di luar radius
pelayanan sistem saluran limbah cair suatu wilayah. Pada
tangki pembusukan, terdapat tangki pengendap yang harus
dalam keadaan tertutup. Melalui saluran limbah cair buangan,
limbah cair kasar akan dimasukan kedalam tangki tersebut.
Pengolahan tahap pertama terjadi di dalam tangki
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 29
pembusukan, sedangkan untuk pengolahan tahap kedua terjadi
di bidang peresapan efluen.
6. Saluran limbah cair bangunan :
Saluran limbah cair bangunan merupakan bagian dari
perpipaan horizontal dari sistem drainase bangunan yang
membentang mulai dari satu titik yang berjarak 1,5 meter di
luar sisi dalam fondasi tembok bangunan rumah sampai ke
sambungan saluran limbah cair umum atau unit pengolahan
limbah cair perorangan (kolam pembuangan, tangki
pembusukan atau tipe sarana pembuangan lainnya).
Saluran pembuangan air limbah atau yang sering disingkat
SPAL adalah perlengkapan pengelolaan air limba, dapat berupa
saluran perpipaan maupun yang lainnya yang dapat dipergunakan
untuk membuang air buangan dari sumbernya sampai ke tempat
pengelolahan atau tempat buangan air limbah (Yasrin, 2011).
Persyaratan kesehatan sarana pembuangan air limbah adalah sebagai
berikut (Depkes RI, n.d) :
d. Tidak mencemari air tanah dan air
e. Tidak menimbulkan sarang nyamuk dan jalan tikus
f. Tidak menimbulkan kecelakaan
g. Tidak menimbulkan bau dan gangguan pemandangan
2.4.5 Sistem Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan , pendaurulangan, atau pembuangan dari material
sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 30
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan
sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan
zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian
khusus untuk masing-masing jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju
dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan
dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan
dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya
dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari
area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan
pengolah sampah.
Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak
hal, di antaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk
mengolah dan ketersediaan area.
1) Metode Pengolahan Sampah
a. Penimbunan Darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk
menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah
metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya
dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan
penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik
akan menjadi tempat penimbunan sampah yang higienis dan
murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang
dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai
masalah lingkungan, di antaranya angin berbau sampah,
menarik berkumpulnya Hama, dan adanya genangan air
sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan
dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 31
Bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung sampah).
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang
modern di antaranya adalah metode pengumpulan air sampah
menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah
biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan
kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama
(biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai
sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas
yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau
dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan
listrik.
b. Metode Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai
dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur
ulang. Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah
mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau
mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk
membangkitkan listrik. Metode-metode baru dari daur ulang
terus ditemukan dan akan dijelaskan di bawah.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 32
Pengolahan kembali secara fisik
Baja dibuang, dan kelengkapan dilaporkan dipilih pada
kemudahan Central European Waste Management (Eropa)
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang,
yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah
yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa
dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal
(kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah
yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng
minum aluminium, kaleng baja makanan/minuman,
Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton,koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti
(PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang
dari produk yang kompleks seperti komputer atau mobil lebih
susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan
dikelompokkan menurut jenis bahannya.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 33
Pengolahan biologis
Gambar 2. Pengkomposan
Material sampah ((organik), seperti zat tanaman, sisa
makanan atau kertas, bisa diolah dengan menggunakan
proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa
digunakan sebagai pupuk dan gas methana yang bisa
digunakan untuk membangkitkan listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik
pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong
hijau) di Toronto, Kanada, di mana sampah organik rumah
tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman
dikumpulkan di kantong khusus untuk dikomposkan
Pemulihan energi
Gambar 2. Komponen pencernaan Anaerobik di
pabrik Lübeckmechanical biological treatment diJerman, 2007
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa
diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar,
atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi
bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara "perlakuan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 34
panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan
bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik
dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua
bentuk perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen.
Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup
pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah
sampah menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk
cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya
bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.
Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih
digunakan untuk mengkonversi material organik langsung
menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan
hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan
listrik dan uap.
c. Metode Penghindaran dan Pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah
adalah pencegahan zat sampah terbentuk, atau dikenal juga
dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan
termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai,
memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya
bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas
belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak konsumen
untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai
(contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 35
2.4.6 Jamban
Menurut Departemen Kesehatan RI (1992), jamban adalah suatu
bangunan yang berfungsi sebagai tempat pembuangan kotoran manusia
yang terdiri dari tempat jongkok dengan leher angsa atau cemplun
yang di lengkapi dengan tempat penampungan kotoran dan air uantuk
membersihakn kotoran (Ginanjar, 2008)
Persyaratan kesehatan sarana pembuangan kotoran manusia
adalah sebagai berikut:
Tidak mencemari tanah permukaan
- Buangan kotoran tidak di sembaran tempat
Bebas dari serangga
- Lubang jamban harus ditutup
- Rumah jamban harus terang dan ada ventilasi
Tidak menimbulkan bau dan nyaman untuk digunakan
- Gunakan jambang leher angsa
- Lantai kedap air
Aman digunakan oleh pemakai
- Lantai tidak licin da kuat
- Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi
pemakai
- Lantai miring kearah lubang pembuangan
- Air cucian tidak disalurkan pada lubang jamban
- Terdapat tempat sampah
Selain itu, hal harus diperhatikan juga adalah jenis dari
pembuangan akhir tinja Tangki Septik (Septic Tank). Septic tank
adalah bangunan yang digunakan untuk mengolah dan mengurai
ekstrata manusia. Tangki ini dibangun dengan menggunakan bahan
yang kedap air sehingga air yang terdapat di dalam tangki septic tidak
dapat merembes ke tanah. Karena air yang keluar dari tangki septik ini
masih berbahaya bagi kesehatan manusia.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 36
BAB III
GAMBARAN UMUM PROYEK
3.1 Gambaran Umum CV. Faluya Karya Persada
3.1.1 Sejarah Singkat CV. Faluya Karya Persada
CV. FALUYA KARYA PERSADA adalah Perusahaan
Komanditer yang bergerak dalam bidang penyajian Jasa Konsultasi
dalam bidang keahlian teknik dan rangkaian kebijakan, baik untuk
sektor Pemerintah maupun untuk sektor Swasta, dalam rangka
berperan serta dalam kegiatan pembangunan di Indonesia.
Sejak didirikannya CV. Faluya Karya Persada telah
menghimpun beberapa tenaga professional dari berbagai bidang
keahlian. Mereka telah terlatih untuk bekerja-sama dalam regu-kerja
dengan pendekatan multi-disiplin yang terpadu, untuk memperoleh
hasil kerja yang optimal sesuai kebutuhan pemberi tugas dan dengan
mempertimbangkan faktor lingkungan dan kepentingan masyarakat.
Dari kenyataan pelaksanaan berbagai tugas tersebut, CV.
Faluya Karya Persada telah membuktikan kemampuannya
berkomunikasi dan berkerjasama dengan berbagai pihak yang
berkepentingan dan berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya, juga
mampu menjalin kerjasama dengan rekan konsultan lain yang
disyaratkan oleh Pemberi Tugas, dengan tujuan peningkatan
kemampuan bersama.
CV. FALUYA KARYA PERSADA dipimpin oleh Dewan
Direksi yang bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris selaku
pemegang saham perusahaan. Perusahaan mempunyai kantor pusat
yang berkedudukan di Pangkalpinang. Untuk menjaga kualitas jasa
pelayanan konsultansi, perusahaan telah mengkaryakan sejumlah
tenaga ahli teknik yang berkemampuan tinggi dari berbagai disiplin
ilmu dan telah pula mengembangkan kegiatannya melalui penerapan
peralatan/perlengkapan hasil teknologi baru.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 37
3.1.2 Lingkup Layanan Jasa Konsultasi
Dukungan tenaga ahli dengan berbagai tingkat bidang keahlian,
telah memungkinkan CV. FALUYA KARYA PERSADA
menyediakan tim multi disiplin untuk berbagai tingkatan proyek.
Lingkup jasa konsultan yang dapat dilayani oleh CV. FALUYA
KARYA PERSADA meliputi :
Studi Kelayakan
Survei dan Investigasi
Perencanaan Teknik
Perencanaan Umum
Pengawasan Teknik
Manajemen Proyek
Bidang Spesialisasi pekerjaan yang biasa ditangani oleh CV.
FALUYA KARYA PERSADA meliputi :
a. Bidang Pengairan : Sungai dan Studi Kelautan, Waduk &
Bendungan, Pengembangan Daerah Rawa & Pasang Surut, Irigasi,
Drainase, dan Pelabuhan.
b. Bidang Pengembangan Wilayah : Perencanaan Pemukiman, Tata
Kota, Perencanaan Prasarana Kota, dan Transmigrasi.
c. Bidang Teknologi Bangunan dan Arsitektur
d. Bidang Jalan dan Jembatan
e. Bidang Manajemen Konstruksi
f. Bidang Pertanian dan Perikanan
3.1.3 Struktur Organisai CV. Faluya Karya Persada
CV. FALUYA KARYA PERSADA dalam kesehariannya
dipimpin oleh Direktur Utama, yang secara langsung membawahi 3
Direktur, yaitu Direktur Teknik, Direktur Keuangan, dan Direktur
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 38
Pemasaran. Struktur organisasi CV. FALUYA KARYA PERSADA
adalah seperti tergambar dalam diagram berikut ini.
Gambar : Bagan Struktur Organisasi CV. Faluya Karya Persada
3.2 Data Umum Proyek
Nama Proyek : Proyek Pengembangan Kawasan Pangkalan Pendaratan
Ikan di Muara Sungai Batu Rusa Pangkal Pinang
Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum Pangkal Pinang
Konsultan Perencana: CV. Faluya Karya Persada
Kontraktor : CV. Faluya Karya Persada
Lokasi Proyek : Muara Sungai Batu Rusa kota Pangkal Pinang
Nilai Kontrak Proyek : Rp 3.422.600.000,00 (Tiga milyar empat ratus dua
puluh dua juta enam ratus ribu rupiah)
Jenis Pekerjaan : Perencanaan dan Perancangan
Deskripsi Proyek : Bangunan pada kawasan Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) Batu Rusa
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 39
Gambar : Master Plan PPI Baturusa
3.3 Kondisi Umum Perikanan Kepulauan Bangka Belitung
Potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dengan luas areal 65.301 km2 sebesar 499.500 ton/tahun
dengan nilai ekonomis Rp. 2.497.500.000.000. Jumlah produksi untuk tahun
2006 adalah 122.841,6 ton (24,59% dari potensi produksi) dengan nilai
produksi Rp. 1.235.632.162.000 (49,47% dari potensi nilai ekonomis). Jenis
ikan dominan antara lain: Tenggiri, Tongkol, Kembung, Layang, Selar,
Tembang, Kakap, Kerapu, Bawal Hitam, Bawal Putih, Kerisi, Ekor Kuning,
Udang Windu, dan Udang Putih.
Di samping potensi sumber daya perikanan tangkap tersebut di atas,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan panjang pantai 1.200 km dan
251 buah pulau-pulau kecil merupakan wilayah yang cocok untuk usaha
budidaya laut seperti ikan kerapu, teripang, rumput laut dan kerang-
kerangan. Luas areal untuk budidaya laut adalah seluas 120.000 Ha dengan
potensi produksi 1.200.000 ton. Pada tahun 2006 produksi budidaya laut
hanya sebesar 17.78 ton (0.07% dari potensi produksi).
Selain sumberdaya perikanan laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
memiliki potensi lahan budidaya air payau (tambak) dan air tawar (kolong).
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 40
Dengan panjang pantai 1.200 km potensi lahan untuk budidaya tambak
mencapai 250.000 Ha dengan potensi produksi 100.000 ton. Pada tahun
2006 produksi budidaya air payau hanya sebesar 153.55 ton (0.07% dari
potensi produksi). Untuk budaya perikanan air tawar, potensi lahan yang
dimiliki mencapai 1.602 Ha yang terdiri dari dari perairan kolong, sungai
dan kolam dengan potensi produksi 16.000 ton. Pada tahun 2006 produksi
budidaya air tawar hanya sebesar 751.24 ton (0.07% dari potensi produksi).
Peluang investasi yang ditawarkan pada sektor perikanan dan kelautan
ini adalah:
Industri Pakan Pakan ikan laut; kapasitas 50 ton/hari; 25 unit
Pakan ikan payau; kapasitas 50 ton/hari; 10 unit Pakan ikan tawar; kapasitas
50 ton/hari; 2 unit Industri Bioteknologi Benih ikan laut 40.000.000-
50.000.000 ekor/tahun Benih ikan payau 40.000.000-50.000.000 ekor/tahun
Benih ikan tawar 4000.000-5000.000 ekor/tahun Pabrik Pengolahan Cold
Storage kapasitas 200 – 500 Ton; 30 unit Pabrik Es; kapasitas 10-20
ton/hari; 10 unit Industri Tepung Ikan; kapasitas 5-10 ton/hari; 10 unit
Industri Galangan Kapasitas 60 unit/tahun; 10 unit Galangan Kapal Industri
Pembuatan Alat tangkap : 1 Unit
Gambar 3.1 PPI dan TPIyang tersebar di Kepulauan Bangka Belitung
Lokasi Pekerjaan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 41
Perkembangan Produksi perikanan
Dengan jumlah penduduk kota Pangkalpinang per Desember 2011
sejumlah + 193.651 jiwa dapat diasumsikan bahwa tingkat komsumsi ikan
sebesar 10.927.410 kg\193.651 = 56,428 kg\tahun\kapita
Tabel 3.1 Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya Kota Pangkalpinang Tahun 2010-
2011
Komoditas Produksi 2010 Produksi 2011 Target 2011
Lele 147,23 286 270
Nila 81 150 120
Patin 64,08 60,7 30
Gurame 3 4 3
Mas 6,4 15 4
Bawal Tawar 9,22 20 25
Vannamei 301,08 446 3000
Kepiting 46,4 42,7 0
Bandeng 1,5 1,5 0
Jumlah 659,91 1.025,90 3.452,00
Tabel 3.2 Jumkah dan Jenis Benih Ikan yang Tersalurke Pembudidayaan ikan Kota
Pangkalpinang 2011
No Jenis Ikan Jumlah Benih Jumlah Penerima
1 Lele 36.600 62
2 Nila 57.125 56
3 Mas 100 1
Jumlah 93.825 119
Produksi perikanan yang dimaksud meliputi perikanan tangkap dan
produksi perikanan budidaya laut dan budidaya perikanan darat (air tawar).
Perairan umum di Kota Pangkalpinang terdiri dari Sungai Muara Batu Rusa,
Sungai rangkui, Sungai Selindung, Sungai Air Mawar di Air Itam dan
kolong-kolong bekas Penambangan Timah, dengan luas + 285 Ha.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 42
Kegiatan penangkapan ikan di Kota Pangkalpinang sebagian besar
didominasi oleh nelayan usaha skala kecil dengan menggunakan kapal
motor dengan bobot 1sampai 10 GT, dengan alat tangkap seperti jaring ,
pancing , bubu dan lainnya. Jumlah armada perikanan di Kota
Pangkalpinang hingga tahun 2011 berjumlah 1.160 unit yang terdiri dari 134
unit perahu tanpa motor, 388 unit motor tempel dan jumlah kapal motor
yang tercatat sebanyak 640 unit.
Jumlah masyarakat perikanan (nelayan dan pembudidayaan ikan serta
pengolah ikan) di Kota Pangkalpinang sampai dengan tahun 2011 sebanyak
+ 193.651 jiwa, maka persentase jumlah nelayan sebesar 3 %.
Tabel 3.3 Perkembangan Produksi Perikanan di Kota Pangkalpinang Tahun 2007 – 2011
No Tahun Volume (Ton) Nilai (Rp.X 1.000)
1 2007 19714,2 285132462
2 2008 19726,1 394522000
3 2009 20500,3 400550000
4 2010 24086 281213655
5 2011 28,986 347832480
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan Kota Pangkalpinang,2011
Produksi Perikanan Kota Pangkalpinang pada tahun 2011 adalah
sebesar 28.986,04 ton dengan nilai Rp 347.832.480.000,00. Dari jumlah
produksi tersebut pemanfaatannya dapat digolongkan sebagai berikut :
Komsumsi lokal : 13.150,48 ton
Pengolahan : 4.015,42 ton
Ekspor/antar pulau via bandara : 835,58 ton
Ekspor antar pulau via pelabuhan laut : 10.984,56 ton
Wilayah Administrasi
Tempat Pembangunan PPI Batu Rusa Di kecamatan Bukit Intan yang
mana luas kecamatan + 36,54 km2 terdiri dari 7 kelurahan :
1. Kelurahan Semabung Lama
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 43
2. Kelurahan Semabung Baru
3. Kelurahan Bukit Intan
4. Kelurahan Bukit Besar
5. Kelurahan Sriwijaya
6. Kelurahan Air Itam
7. Kelurahan Bajang
Kondisi Penataan Kawasan PPI Muara Sungai Batu Rusa berdekatan
dengan Pelabuhan PAngkal Balam yang digunakan sebagai sarana
transportasi Kelautan. Dengan kondisi yang strategis maka Penataan
Kawasan PPI Muara Sungai Batu Rusa sangat penting untuk kemajuan
kepulauan Bangka Belitung dan juga diharapkan dapat meningkatkan sector
perikanan di Kepulauan Bangka Belitung.
Daerah Penangkapan Ikan
Pengelolaan sumberdaya perikanan laut Indonesia pada awalnya dibagi
menjadi 9 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), yang didasarkan pada
Keputusan Menteri Pertanian No. 995/Kpts/IK.210/9/99. Selanjutnya,
seiring dengan lahirnya Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang
Perikanan serta kebijakan revitalisasi perikanan, maka dipandang perlu
untuk melakukan penyempurnaan atau penataan kembali WPP yang sudah
ada. Dalam kaitan ini, pada tahun 2006 dilakukan konsultasi antara satuan
kerja di lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan serta Komisi Nasional
Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan (Komnas Kajiskan), berkaitan dengan
arah dan format WPP.
Akhir dari kegiatan ini adalah lahirnya Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. 1 tahun 2009 tentang Pengelolaan Wilayah Perikanan.
Sebagai catatan bahwa lahirnya Undang-Undang No. 45 tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan tidak
meliputi perubahan atas penetapan WPP. Dalam peraturan menteri tersebut,
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 44
pengelolaan perikanan dibagi menjadi 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP), yaitu :
1) Wilayah Pengelolaan Perikanan I (WPP-RI 571), meliputi perairan
Selat Malaka dan laut Andaman.
2) Wilayah Pengelolaan Perikanan II (WPP-RI 572), meliputi
Samudera Hindia sebelah Barat Pulau Sumatera dan selat Sunda.
3) Wilayah Pengelolaan Perikanan III (WPP-RI 573), meliputi perairan
Samudera Hindia sebelah Selatan Pulau Jawa hingga sebelah Selatan
Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat.
4) Wilayah Pengelolaan Perikanan IV (WPP-RI 711), meliputi perairan
Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan.
5) Wilayah Pengelolaan Perikanan V (WPP-RI 712), meliputi perairan
Laut Jawa.
6) Wilayah Pengelolaan Perikanan VI (WPP-RI 713), meliputi perairan
Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali.
7) Wilayah Pengelolaan Perikanan VII (WPP-RI 714), meliputi perairan
Teluk Tolo dan Laut Banda.
8) Wilayah Pengelolaan Perikanan VIII (WPP-RI 715), meliputi
perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram
dan Teluk Berau.
9) Wilayah Pengelolaan Perikanan IX (WPP-RI 716), meliputi perairan
Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera.
10) Wilayah Pengelolaan Perikanan X (WPP-RI 717), meliputi perairan
Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik.
11) Wilayah Pengelolaan Perikanan XI (WPP-RI 718), meliputi perairan
Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur.
Parameter Penentu Utama
Parameter penentu utama ialah parameter yang memiliki pengaruh
langsung dan kuat dalam penentuan kelayakan Penataan Kawasan PPI
Sungai Batu Rusa. Parameter tersebut meliputi teknis kepelabuhanan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 45
perikanan, potensi perikanan tangkap dan kondisi lingkungan.
Ketidaklayakan Parameter penentu utama akan menyebabkan
ketidaklayakan pembangunan Pelabuhan Perikanan Muara Sungai Batu
Rusa; sehingga parameter-parameter berikutnya yaitu Parameter penentu
tambahan tidak perlu dikaji.
Penilaian Aspek Parameter Penentu Utama Penataan Kawasan PPI
Muara Sungai Batu Rusa
No Parameter
Score
Buruk
= 1
Sedang
= 2
Baik
= 3
1 Fisik Perairan 2
2 Fisik Lahan 3
3 Hasil Tangkapan 2
4 Daerah Penangkapan Ikan 3
5 Unit Penangkapan 2
6 Nelayan 3
7 Pemasaran dan Distribusi
HT (12)
3
8 Prasarana Umum Utama 3
Nilai 21/24 x 100 = 87,5
Secara keseluruhan, analisa terhadap Parameter Penentu Utama,
menunjukkan bahwa indikator-indikatornya memperlihatkan
dukungan bagi kelayakan pembangunan Kawasan PPI Muara Sungai
Batu Rusa.
Terdapat satu parameter penentu utama yang tidak dimasukkan dalam
analisa kelayakan yaitu aspek lingkungan, karena kelayakan dari aspek
lingkungan akan dilakukan terpisah pada Studi Analisis Dampak
Lingkungan.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 46
Parameter Penentu Tambahan
Parameter penentu tambahan ialah parameter yang memiliki pengaruh
tidak langsung dan kurang kuat dalam menentukan kelayakanPenataan
Kawasan PPI Muara Sungai Batu Rusa.
Tabel : Analisis Gabungan Kelayakan Pembangunan Dermaga Kawasan Sungai Batu Rusa
Parameter/subparameter Kelayakan
I. Parameter Dasar
1. Aspirasi Dasar Masyarakat
Mendukung
Kelayakan
2. Kebijakan Pemerintah
Mendukung
Kelayakan
3. Ketersediaan Lahan
Mendukung
Kelayakan
4. Potensi SDI Layak Bersyarat
5. Existing Aktifitas Perikanan Tangkap
Mendukung
Kelayakan
II. Parameter Penentu Utama
6. Teknis Kepelabuhanan
6.1 Fisik Perairan
Mendukung
Kelayakan
6.2 Fisik Lahan
Mendukung
Kelayakan
7. Kondisi Perikanan Tangkap
7.1 Hasil Tangkapan
Mendukung
Kelayakan
7.2 Daerah Penangkapan Ikan
Mendukung
Kelayakan
7.3 Unit Penangkapan
Mendukung
Kelayakan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 47
Parameter/subparameter Kelayakan
7.4 Nelayan
Mendukung
Kelayakan
8. Pemasaran dan Distribusi HT
Mendukung
Kelayakan
9. Prasarana Umum Utama
Mendukung
Kelayakan
III. Parameter Penentu Tambahan
9. Kondisi Umum :
9.1. Geografis
Mendukung
Kelayakan
9.2. Kependudukan
Mendukung
Kelayakan
9.3. Pendidikan
Mendukung
Kelayakan
9.4. Sosial Budaya
Mendukung
Kelayakan
10. Prasarana Umum
10.1 Pendidikan
Mendukung
Kelayakan
10.2 Kesehatan
Mendukung
Kelayakan
10.3 Ibadah
Mendukung
Kelayakan
10.4 Komunikasi
Mendukung
Kelayakan
11. Perekonomian Daerah
Mendukung
Kelayakan
12. Kelembagaan
Mendukung
Kelayakan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 48
Parameter/subparameter Kelayakan
14. Pengolahan Hasil Tangkapan Kurang Mendukung
Kesimpulan Akhir
Mendukung
Kelayakan
3.4 Sistem Sanitasi Kawasan PPI Baturusa
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih
dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran
dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
menjaga dan meningkatkan kesehatanmanusia.
Gambar : Eksisting Kawasan PPI Baturusa
3.3.1 Sistem Pengolahan Sampah
Pada PPI lama tidak terdapat system pengolahan sampah yang
baik sehingga terjadi penumpukan sampah pada titik-titik tertentu.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 49
Hal ini tentunya sangat mengganggu kesehatan dan kebersihan pada
lingkungan PPI ini. Hal ini menjadi pertimbangan pada perencanaan
system pengolahan sampah pada kawasan PPI yang sedang direncanai
dan dirancang oleh CV. Faluya Karya Persada.
Gambar : kondisi sampah di PPI lama
3.3.2 Sistem Pengolahan Limbah
Gambar : Kondisi Pengolahan Limbah di PPI lama
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 50
3.3.3 Sistem Air Bersih
Gambar : titik Sumur Bor
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 51
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Standar Sistem Sanitasi
No. Katagori Parameter Ket.
1. Konstruksi
bangunan - Lantai harus kedap air dan mudah
dibersihkan
- Tinggi bibir sumur 80 cm dari lantai,
terbuat dari bahan yang kuat dan rapat air
- Dinding sumur minimal sedalam 3 meter
dari lantai dari bahan kedap air dan kuat
(tidak mudah retak/longsor).
2. Sistem Air
Bersih - Air bersih yang digunakan harus jernih,
bersih dan tidak berwarna, tidak berbau,
tidak memiliki rasa, dan tidak
mengandung zat kimia yang mengganggu
kesehatan
- Jarak sumber air bersih minimal 10 meter
dari sumber tercemar
3. Penampungan
air hujan (PAH) - talang air yang masuk ke bak PAH harus
dapat dipindahkan atau dialihkan
- Volume bak saringan 0,6 x 0,6 x 0,2 meter
- Pipa peluap (over flow) harus dipasang
kawat kasa rapat nyamuk
- Bak serapan : susunan batu, pasir pada
bak resapan minimal 0,6 meter dari lantai
- Kemiringan lantai bak : mengarah ke pipa
penguras
4. Perpipaan - Dilakukan pengolahan air dari sumber air
terlebih dahulu sebelum didistribusikan
- Pipa yang digunakan tidak melarutkan
atau mengandung bahan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan
- Angka kebocoran pipa tidak lebih dari 5%
- Pemasangan pipa tidak boleh terendam air
kotor atau air sungai
- Bak penampungan harus rapat air dan
tidak dicemari oleh sumber pencemar
- Pengambilan air dari sarana perpipaan
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 52
harus dilakukan melalui kran
5. Pembuanan
Saluran air
limbah
- Tidak mencemari air tanah dan air
- Tidak menimbulkan sarang nyamuk dan
jalan tikus
- Tidak menimbulkan kecelakaan
- Tidak menimbulkan bau dan gangguan
pemandangan
6. System
Pengolahan
sampah
- Penimbunan darat
- Metode Daur Ulang
- Metode Penghindaran dan Pengurangan
7. Jamban - Tidak mencemari tanah permukaan
- Rumah jamban harus terang dan ada
ventilasi
- Gunakan jambang leher angsa
- Lantai miring kearah lubang pembuangan
8. Septic tank - Dibangun dengan menggunakan bahan
yang kedap air sehingga air yang terdapat
di dalam tangki septic tidak dapat
merembes ke tanah
4.2 Sistem Sanitasi Pada Perencanaan dan Perancangan PPI Baturusa
No. Katagori Parameter Ada Tidak
1. Konstruksi
bangunan - Lantai harus kedap air dan
mudah dibersihkan
- Tinggi bibir sumur 80 cm dari
lantai, terbuat dari bahan yang
kuat dan rapat air
- Dinding sumur minimal
sedalam 3 meter dari lantai
dari bahan kedap air dan kuat
(tidak mudah retak/longsor).
√ √ √
2. Sistem Air
Bersih - Air bersih yang digunakan
harus jernih, bersih dan tidak
berwarna, tidak berbau, tidak
memiliki rasa, dan tidak
mengandung zat kimia yang
mengganggu kesehatan
- Jarak sumber air bersih
minimal 10 meter dari sumber
tercemar
√
√
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 53
3. Penampungan
air hujan (PAH) - talang air yang masuk ke bak
PAH harus dapat dipindahkan
atau dialihkan
- Volume bak saringan 0,6 x
0,6 x 0,2 meter
- Pipa peluap (over flow) harus
dipasang kawat kasa rapat
nyamuk
- Bak serapan : susunan batu,
pasir pada bak resapan
minimal 0,6 meter dari lantai
- Kemiringan lantai bak :
mengarah ke pipa penguras
√ √
√ √ √
4. Perpipaan - Dilakukan pengolahan air dari
sumber air terlebih dahulu
sebelum didistribusikan
- Pipa yang digunakan tidak
melarutkan atau mengandung
bahan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan
- Angka kebocoran pipa tidak
lebih dari 5%
- Pemasangan pipa tidak boleh
terendam air kotor atau air
sungai
- Bak penampungan harus rapat
air dan tidak dicemari oleh
sumber pencemar
- Pengambilan air dari sarana
perpipaan harus dilakukan
melalui kran
√ √ √
√ √
√
5. Pembuanan
Saluran air
limbah
- Tidak mencemari air tanah
- Tidak menimbulkan sarang
nyamuk dan jalan tikus
- Tidak menimbulkan bau dan
gangguan pemandangan
-
√
√ -
6. System
Pengolahan
sampah
- Penimbunan darat
- Metode Daur Ulang
- Metode Penghindaran dan
Pengurangan
√ √
√
7. Jamban - Tidak mencemari tanah
permukaan
- Rumah jamban harus terang
dan ada ventilasi
√ √
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 54
- Gunakan jambang leher angsa
- Lantai miring kearah lubang
pembuangan
√
√
8. Septic tank - Dibangun dengan
menggunakan bahan yang
kedap air sehingga air yang
terdapat di dalam tangki septic
tidak dapat merembes ke tanah
√
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 55
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab terdahulu, dapat disimpulkan bahwa
masih banyak yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem utilitas pada
Pengembangan Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Baturusa di
Pangkal Pinang. Belajar dari pengalaman terdahulu di PPI Baturusa yang telah
ada, masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam perencanaan sistem
sanitasinya. Hal ini berimbas pada kinerja dari PPI itu sendiri. Sehingga
kondisi lingkungan PPI menjadi tidak nyaman karena system yang tidak
berjalan dengan baik. Banyak sekali tumpukan sampah ditemui, serta
genangan air limbah ikan.
Menyesuaikan dengan standar sanitasi yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah dan sumber literatur lain, dapat diketahui masih ada beberapa
bagian yang belum sesuai, seperti jarak antara sumur gali sebagai salah satu
sumber air bersih dengan sumber tercemar kurang dari 10 meter. Pada sistem
pembuangan limbah cair, pembuangan terakhir adalah muara sungai Baturusa.
Ini juga belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan tentang
pengolahan limbah. Dan masih banyak lagi aspek lain yang harus
diperhatikan. Sehingga secara keseluruhan perencanaan sistem sanitasi pada
Perancangan Pengembangan Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Baturusa belum cukup baik.
5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas tersebut, dapat disarankan perlunya peninjauan
kembali pada beberapa aspek perencanaan sistem sanitasi pada Perancangan
Pengembangan Kawasan PPI Baturusa, terutama pada aspek sumber air bersih
dan pengelolaan limbah serta sampah, sehingga harapan terciptanya PPI yang
bersih dan nyaman dengan sistem pengolahan sampah dan limbah yang baik
dapat terwujud.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 56
DAFTAR PUSTAKA
Ain Jie. Pengertian Hygiene & Sanitasi. 2009. http://ain-
hygiene.blogspot.com/2009/08/pengertian-hygiene-sanitasi.html (29 Mei
2013).
Ayodhyoa. 1975. Lokasi dan Fasilitas Pelabuhan Perikanan. Bagian
Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Dinas Kelautan Perikatan Kota Pangkal Pinang. 2011. Produksi Perikanan
Kota Pangkal Pinang.
Frick, Heinz. L Setiawan, Pujo. 2002. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan
Utilitas Bangunan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Frick, Heinz. Suskiyatno, FX Bambang. 1998. Dasar-Dasar Eko-Arsitektur.
Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Ginanjar, Reza. 2008. Hubungan Jenis Sumber Air Bersih dan Kondisi Fisik
Air Bersih Dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukmajaya Tahun 2008. Skripsi. Depok. Universitas Indonesia.
Irdianty, Eka. 2011. Studi Deskriptif Sanitasi Dasar di Tempat Pelelanan Ikan
Lempasing Teluk Betung Bandar Lampung Tahun 2011. Skripsi. Depok.
Universitas Indonesia
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2006. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 16/MEN/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan.
Moh. Noerbambang, Soufyan. Morimura, Takeo. 2000. Perencanaan Dan
Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta. Pradnya Paramita.
Rusmali, K.W. 2004. Analisis Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil
Tangkapan dan Dampaknya Terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan
Samudera Jakarta, Muara Baru DKI Jakarta. Skripsi. Bogor. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta. Penerbit
Universitas Indonesia.
Laporan Kerja Praktek :
Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa
Lia Amelia (03081006040) 57
Yasrin. 2011. Definisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2171364-definisi-saluran-
pembuangan-air-limbah/ (25 Mei 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Sanitasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
http://dokter-kota.blogspot.com/2013/01/sistem-penanganan-dan-pengolahan-
limbah.html