laporan kp lia amelia

57
Laporan Kerja Praktek : Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa Lia Amelia (03081006040) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa perkuliahan, para mahasiswa mempelajari teori-teori di kelas yang menjadi landasan pemikiran suatu disiplin ilmu. Selain itu mahasiswa juga dituntuk untuk bisa menerapkannya teori-teori yang ia dapat di kelas dengan mengaplikasikan terori-teori tersebut di lapangan. Salah satu sarana perkuliahannya adalah mata kuliah Kerja Praktek. Salah satu inti bentuk penerapan disiplin ilmu arsitektur adalah dalam bidang perencanaan dan perancangan. Perencanaan sebagai padanan kata asing “planning”, dapat diartikan sebagai suatu sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan dapat dilaksanakan dengan teratur (William A. Shrode, 1974). Perencanaan merupakan suatu proses menyusun konsepsi dasar suatu rencana yang meliputi kegiatan-kegiatan: 1) Mengidentifikasi. Menentukan komponen-komponen yang menunjang terhadap objek, yang merupakan kompleksitas fakta-fakta yang memiliki kontribusi terhadap kesatuan pembangunan. 2) Mengadakan studi. Mencari hubungan-hubungan dari factor-faktor terkait, yang memiliki pengaruh spesifik. 3) Mendeterminasi. Menentukan setepat mungkin faktor-faktor yang dominan dengan memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang spesifik yang memberikan perubahan terhadap faktor lain. 4) Memprediksi. Mengadakan ramalan bagaimana suatu factor akan berubah sehingga mencapai keadaan lebih baik di masa depan. 5) Melakukan Tindakan. Berdasarkan prediksi di atas, melakukan tindakan terstruktur untuk mencapai tujuan pembangunan. (William L. Lassey, 1977).

Upload: amelia-lia-amel

Post on 25-Oct-2015

206 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa perkuliahan, para mahasiswa mempelajari teori-teori di

kelas yang menjadi landasan pemikiran suatu disiplin ilmu. Selain itu

mahasiswa juga dituntuk untuk bisa menerapkannya teori-teori yang ia dapat

di kelas dengan mengaplikasikan terori-teori tersebut di lapangan. Salah satu

sarana perkuliahannya adalah mata kuliah Kerja Praktek. Salah satu inti

bentuk penerapan disiplin ilmu arsitektur adalah dalam bidang perencanaan

dan perancangan.

Perencanaan sebagai padanan kata asing “planning”, dapat diartikan

sebagai suatu sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai

kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan dapat

dilaksanakan dengan teratur (William A. Shrode, 1974).

Perencanaan merupakan suatu proses menyusun konsepsi dasar suatu

rencana yang meliputi kegiatan-kegiatan:

1) Mengidentifikasi. Menentukan komponen-komponen yang menunjang

terhadap objek, yang merupakan kompleksitas fakta-fakta yang

memiliki kontribusi terhadap kesatuan pembangunan.

2) Mengadakan studi. Mencari hubungan-hubungan dari factor-faktor

terkait, yang memiliki pengaruh spesifik.

3) Mendeterminasi. Menentukan setepat mungkin faktor-faktor yang

dominan dengan memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang

spesifik yang memberikan perubahan terhadap faktor lain.

4) Memprediksi. Mengadakan ramalan bagaimana suatu factor akan

berubah sehingga mencapai keadaan lebih baik di masa depan.

5) Melakukan Tindakan. Berdasarkan prediksi di atas, melakukan

tindakan terstruktur untuk mencapai tujuan pembangunan.

(William L. Lassey, 1977).

Page 2: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 2

Salah satu komponen dalam kegiatan perancangan bangunan adalah

penyusunan tata ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan spesifikasi

kegiatan yang akan diwadahi ruang tersebut. Dalam perencanaan ruang

terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek struktur, aspek

arsitektural serta aspek utilitas. Aspek utilitas sangatlah penting dalam

perencanaan ruang, karena bisa menjadi salah satu faktor penentu

kenyamanan ruang.

Persyaratan utilitas ruang secara umum diartikan sebagai suatu

persyaratan fisik lingkungan dan suasana suatu ruang yang mengarah pada

terciptanya ruang berkualitas, ditinjau dari aspek kesehatan, kenyamanan

dan kemudahan, yang bisa diformulasikan lagi sebagai suatu ruang yang

menyenangkan

Dalam hal ini penulis telah mengadakan Kerja Praktek di sebuah

Konsultan yang tengah menangani Proyek Perencanaan dan Perancangan

Pengembangan Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Sungai

Baturusa Pangkal Pinang. Kawasan PPI Baturusa terdiri dari beberapa

fasilitas, yaitu Tempat Pelelangan Ikan, Dermaga, Kolam Dermaga, Kantor

Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan, fasilitas Drainase, Jalan dan Pagar,

dan Mess Karyawan. Kawasan ini merupakan kawasan pengembangan PPI

Muara Sungai Baturusa.

PPI Baturusa yang telah berdiri saat ini kondisinya sangat

memprihatinkan. Kurangnya perawatan dan pengelolaan yang baik, yang

tampak dari tidak adanya system pembuangan dan pengelolaan sampah yang

baik. Sehingga pada titik tertentu terdapat tumpukan sampah.

Gambar 1-1. Tumpukan Sampah

Page 3: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 3

Hal inilah yang menjadi pusat perhatian penulis, sehingga hal

diharapkan pada perencanaan dan perancangan Kawasan PPI yang baru,

system pengelolaan dan pembuangan limbah lebih teratur, sehingga limbah

tidak lagi menjadi momok perusak bagi PPI Baturusa dan lingkungan di

sekitarnya.

1.2 Gambaran Umum Proyek

Proyek Perencanaan dan Perancangan Kawasan Muara Sungai Batu Rusa ini

berupa kawasan Pusat Industri Pelabuhan Pendaratan Ikan, yang meliputi:

a) Perencanaan kolam dermaga.

b) Perencanaan dermaga arah alur sungai.

c) Perencanaan jalan, drainase, dan pagar

d) Perencanaan bangunan mess karyawan.

e) Perencanaan kantor balai keterampilan penangkapan ikan, bengkel

kerja/workshop.

f) Perencanaan Tempat Pelelangan Ikan

Dalam rangka pengembangan sektor kelautan dan perikanan, Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung bermaksud

melaksanakan program pembangunan Pelabuhan Perikanan, serta

meningkatkan kualitas lingkungan kawasan. Pelabuhan yang dirancang

sebagai tempat pelayanan bongkar muat ikan dan perbekalan serta kegiatan

lain yang terkait dengan pendaratan ikan yang hygenis serta memenuhi

standar pelabuhan, dan merupakan tempat untuk pembinaan dan

pemantauan kegiatan sektor perikanan di Provinsi Bangka Belitung

maupun skala Regional dan Nasional.

Selaras dengan visi Pemerintah Kota Pangkalpinang “Meningkatnya

Kesejahteraan Rakyat Melalui Pembangunan Yang Berbasis

Perdagangan Dan Jasa Dengan Dukungan Sektor Industri Unggulan”

dengan demikian semua potensi daerah baik sumberdaya alam maupun

Page 4: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 4

sumberdaya manusia sedapat mungkin memberikan andil terhadap

pembangunan daerah.

Agar cita-cita organisasi dapat tercapai dengan baik, Dinas Kelautan

dan Perikanan mempunyai beberapa misi yang salah satunya adalah

meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana dalam mendorong

pengembangan usaha dan investasi dibidang kelautan dan perikanan serta

mewujudkan kawasan industri perikanan Muara Sungai Baturusa, serta

mengembangkan dan mengelola secara optimal sumberdaya kelautan,

perikanan dan wilayah pesisir.

Dalam rangka mewujudkan kawasan industri perikanan Muara Sungai

Batu Rusa serta mengembangkan dan mengelola secara optimal sumber

daya kelautan, perikanan dan wilayah pesisir, merupakan pertimbangan yang

kuat untuk mewujudkan perencanaan penataan kawasan PPI Muara Sungai

Batu Rusa yang mampu memenuhi secara optimal fungsi dan

pemanfaatannya, tata letak dan arsitektural serta kontribusi positif bagi

perkembangan di daerah.

Selain untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan tangkap

di Muara Sungai Batu Rusa, Juga melihat kondisi muara sungai Batu Rusa

yang sangat strategis karena berdekatan dengan Pelabuhan Pangkal Balam

selain itu juga telah dibangun jembatan Batu Rusa yang bisa digunakan pada

tahun 2013. Sehingga pelabuhan perikanan yang direncanakan di Muara

Sungai Batu Rusa ini bisa disebut sebagai Pelabuhan Perikanan Lingkar

Luar (Outer Ring Fishing Port). Dengan demikian, tujuan dari rencana

pembangunan pelabuhan perikanan ini adalah :

a. Penyediaan sarana dan prasarana bagi nelayan Pangkal Pinang dan

sekitarnya,

b. Pengembangan kawasan minapolitan perikanan tangkap,

c. Pengembangan jaringan pemasaran produk perikanan,

d. Dalam kondisi darurat dapat dijadikan sebagai basis pertahanan negara

Page 5: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 5

1.3 Permasalahan

Dari latar belakang dan gambaran umum proyek di atas dapat

dirumuskan beberapa permasalahan yaitu, bagaimana mengetahui proses

perencanaan system sanitasi PPI yang baik, agar dapat mewadahi kegiatan

yang sesuai dengan fungsinya dan memenuhi tujuan yang ada sesuai dengan

apa yang direncanakan.

Permasalahan sanitasi yang terjadi pada proses perencanaan dan

perancangan kawasan PPI Batu Rusa adalah :

a. Bagaimana mengetahui proses perencanaan sebuah kawasan Pusat

Pelelanan Ikan yang bersih, teratur, dan nyaman.

b. Bagaimana menciptakan pusat pelelangan ikan dengan system

pembuangan limbah yang baik sehingga bisa mengurangi dampak

negatif terhadap lingkungan di sekitarnya.

c. Bagaimana menciptakan master plan serta memiliki pola integrasi

yang baik dengan sarana prasarana serta lingkungan sekitarnya,

sehingga memberikan effek positif di bidang ekonomi.

1.4 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari kerja praktek ini adalah mahasiswa diharapkan

dapat menerapkan teori-teori yang didapat di bangku perkuliahan ke

lapangan.

Tujuan dari kerja praktek ini adalah:

a. Mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman tentang sistem sanitasi

secara umum dan khusus di bidang perencanaan Kawasan Pangkalan

Pendaratan Ikan.

b. Mahasiswa memiliki pemahaman dalam merencanakan Pusat

Pelalangan Ikan yang memiliki sistem pembuangan limbah yang baik

sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.

c. Mahasiswa memiliki pemahaman dalam merencanakan suatu master

plan PPI yang memilik pola intergrasi yang baik dengan sarana

prasarana serta lingkungan di sekitarnya.

Page 6: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 6

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah disajikan, maka

dalam pembahasan ini hanya dibatasi pada proses Perencanaan Sistem

Sanitasi Kawasan Pangkalan Pelelangan Ikan (PPI) Baturusa Pangkal

Pinang, sehingga dapat diketahui kendala yang dihadapi selama proses

perencanaan dan perancangan, serta membandingkan antara teori yang telah

didapat dengan kondisi di lapangan.

1.6 Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang dilakukan adalah bersifat analisis –

deskriptif, yaitu dengan pengumpulan data primer dan sekunder, kemudian

merumuskan dan menafsirkan data-data yang ada sehingga memberikan

gambaran yang jelas tentang proyek tersebut. Pengumpulan data-data

tersebut dilakukan dengan menggabungkan data yang didapat dari :

a. Data proyek yang diperoleh dengan mengikuti kegiatan Perencanaan dan

perancangan proyek, secara tulisan maupun lisan.

b. Konsultasi dengan Pimpinan Proyek, rekan satu tim pada proyek

Kawasan Pusat Pelelangan Ikan Batu Raja.

c. Konsultasi dengan dosen pembimbing.

d. Mempelajari literature yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

1.7 Sistematika Pembahasan

Secara garis besar sistematika pembahasan dan laporan ini dapat diuraikan

sebagai berikut:

BAB I Berisi tentang uraian secara umum latar balakang objek, gambaran

umum proyek, maksud dan tujuan, permasalahan, ruang lingkup

pembahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan.

BAB II Berisi tentang teori Perencanaan Sistem Sanitasi dan gambaran

umum proyek Pangkalan Pendaratan Ikan yang serupa yang

Page 7: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 7

dijadikan sebagai studi objek Perencanaan Pangkalan Pendaratan

Ikan Baturusa.

BAB III Berisi tentang penggambaran proyek Perencanaan dan

Perancangan kawasan Pusat Pelelangan Ikan yang meliputi

Perencanaan kolam dermaga, Perencanaan dermaga arah alur

sungai, Perencanaan jalan, drainase, dan pagar, Perencanaan

bangunan mess karyawan, Perencanaan kantor balai keterampilan

penangkapan ikan, bengkel kerja/workshop, dan Perencanaan

Tempat Pelelangan Ikan, serta sejarah dan struktur konsultan

perencaannya, terutama pada system Sanitasi.

BAB IV Berisi tentang pembahasan dengan membandingkan antara teori

dan kondisi di lapangan, sehingga bisa memberikan penggambaran

yang akurat tentang proyek tersebut.

BAB V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 8

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Pelabuhan Perikanan

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian RI

(1981) dalam Murdiyanto (2003), Pelabuhan Perikanan adalah pelabuhan

yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat

dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya.

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.

16/MEN/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan ikan adalah tempat

yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya denga batas-batas

tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan system bisnis

perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar,

berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan peleyaran dan kegiatan penjunjang perikanan.

Peraturan Menteri Kelauatan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006

Tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan dapat diklasifikasikan

menjadi empat kelas, yaitu:

1. Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS)

- Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan

di laut territorial, ZEE Indonesia dan laut lepas

- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan

berukuran sekurangkurangnya 60GT

- Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan

kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m

- Mampu menampung sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal

perikanan sekaligus

- Ikan yang didaratkan sebgaian untuk tujuan ekspor

- Terdapat indrustri perikanan

2. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Page 9: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 9

- Melayani kapal perikanan yang melakukan kegaitan perikanan

di laut territorial dan ZEE Indonesia

- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan

berukuran sekurang-kurangnya 30 GT

- Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan

kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m

- Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan

atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal

perikanan sekaligus

- Terdapat industri perikanan

3. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

- Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan

di perariran pedalaman, perairan kepulauan dan laut territorial

- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan

berukuran sekurang-kurangnya 10 GT

- Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan

kedalaman kolam sekurang-kurangnya 2 m

- Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan

atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal

perikanan sekaligus

4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

- Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan

di perairan pedalaman dan perairan kepulauan

- Memiliki fasiltas tambat labuh untuk kapal perikanan

berukuran sekurang kurangnya 3 GT

- Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman

kolam minus 2 ,

- Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan

atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal

perikanan sekaligus

Page 10: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 10

2.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2.2.1 Definisi

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan tempat bertambat

dan labuh perahu / kapal perikanan, tempat pendaratan hasil perikanan

dan merupakan lingkungan kerja ekonomi perikanan yang meliputi

areal perairan dan daratan, dalam rangka memberikan pelayanan

umum dan jasa untuk memperlancar kegiatan perahu / kapal dan

usaha perikanan. Lebih lanjut PPI merupakan salah satu unsur

prasarana ekonomi yang dibangun dengan maksud untuk menunjang

tercapainya pembangunan perikanan terutama untuk perikanan skala

kecil. Mengingat peranan PPI sangat strategis, maka pengelolaannya

harus dilakukan secara profesional agar asset pembangunan tersebut

dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat nelayan dan pada

gilirannya akan dapat memberikan kontribusi berupa pendapatan asli

daerah (PAD) pemerintah daerah setempat. (Direktorat Jenderal

Perikanan, 1996/ 1997).

Menurut Ayodhyoa (1975), PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan)

adalah pelabuhan khusus yang merupakan pusat pengembangan

ekonomi perikanan, baik dilihat dari aspek produksi maupun

pemasarannya.

2.2.2 Ruang Lingkup Kegiatan PPI

Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan tempat bertambat dan

labuh perahu / kapal perikanan, tempat pendaratan hasil perikanan

dan melelangkannya yang meliputi areal perairan dan daratan dalam

rangka memberikan pelayanan umum serta jasa, untuk memperlancar

kegiatan usaha perikanan baik penangkapan ikan mauoun

pengolahannya. Pangkalan Pendaratan Ikan sebgai salah satu unsure

prasarana ekonomi, dibangun dengan tujuan untuk menunjang

keberhasilan pembangunan perikanan, terutama perikanan skala kecil.

Page 11: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 11

Sesuai dengan fungsinya, ruang lingkup kegiatan PPI dibedakan

menjadi 3 (tiga) hal pokok, yakni :

a. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi meliputi: tambat labuh

perahu / kapal perikanan, bongkar muat ikan hasil tangkapan,

penyaluran perbekalan / logistik kapal dan awak kapal, serta

pemeliharaan kapal dan alat-alat perikanan.

b. Kegiatan yang berkaitan dengan pengawetan, pengolahan dan

pemasaran meliputi : penanganan / handling hasil penangkapan,

pelelangan ikan (bakul dan nelayan), pengepakan, penyaluran /

distribusi, pengolahan dan pengawetan.

c. Kegiatan pembinaan dan pengembangan masyarakat nelayan

meliputi : penyuluhan dan pelatihan, pengaturan (keamanan,

pengawasan dan perijinan), pengumpulan data statistik perikanan,

serta pembinaan perkoperasian dan ketrampilan nelayan.

Ditinjau dari fungsinya, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

merupakan prasarana penangkapan yang diperuntukkan bagi

pelayanan masyarakat nelayan berskala usaha kecil dalam rangka

mendukung pengembangan ekonomi perikanan, pengembangan

wilayah, agribisnis dan agroindustri serta sebagai pendukung dalam

pelaksanaan otonomi daerah. Fasilitas yang tersedia di PPI terdiri dari

fasilitas dasar (pokok), fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.

(Direktorat Jenderal Perikanan, 1996/ 1997)

2.3 Definisi dan Syarat Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Ikan merupakan komoditi yang mudah busuk. Sesudah diangkat

dari kapal, ikan harus segera ditangani secara tepat untuk

mempertahankan mutu ikan secara maksimum. Sistem pemasaran

menjadi kompleks karena sifatnya yang mudah busuk. Beberapa cara

pelayanan untuk mendistribusikan produk perikanan yang dapat

dilakukan :

Page 12: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 12

1. Melalui tempat pelelangan ikan di pelabuhan perikanan dan pasar

induk di luar kota sebelum akhirnya sampai pada konsumen.

2. Diangkut dengan kapal langsung ke pasar di kota konsumen tanpa

melewati tempat pelelangan ikan.

3. Para pengolah membeli ikan untuk bahan mentah di tempat

pelelangan.

4. Setelah membeli ikan di pelelangan ikan, tengkulak memasok

para konsumen di lingkungan perkotaan seperti restoran, pabrik,

rumah sakit, pasar swalayan dan sebagainya.

Hasil tangkapan yang dibongkar dari kapal ikan perlu

mendapatkan pelayanan yang memudahkan terlaksananya pekerjaan

dalam serangkaian proses seperti sortasi, pencucian, penimbangan,

penjualan dan pengepakan di tempat pelelangan ikan (TPI) tersebut.

Setelah itu ikan dikirim sebagian untuk konsumsi lokal dalam bentuk

segar, sebagian lainnya ke pabrik untuk prosesing dan sisanya ke

tempat pembekuan ikan untuk diawetkan.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fasilitas

fungsional yang disediakan di setiap Pangkalan Pendaratan Ikan

(PPI). Dengan demikian TPI merupakan bagian dari pengelolaan PPI.

Fasilitas lain yang disediakan oleh PPI adalah fasilitas dasar seperti

dermaga, kolam pelabuhan, alur pelayaran serta fasilitas penunjang

seperti gudang, MCK, keamanan dan lain sebagainya.

Berdasarkan Keputusan Bersama 3 Menteri yaitu Menteri Dalam

Negeri, Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan

Pengusaha Kecil Nomor : 139 Tahun 1997; 902/Kpts/PL.420/9/97;

03/SKB/M/IX/1997 tertanggal 12 September 1997 tentang

penyelengaraan tempat pelelangan ikan, bahwa yang disebut dengan

Tempat Pelelangan Ikan adalah tempat para penjual dan pembeli

melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses

penjualan ikan dilakukan di hadapan umum dengan cara penawaran

Page 13: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 13

bertingkat. Ikan hasil tangkapan para nelayan harus dijual di TPI

kecuali :

a. Ikan yang digunakan untuk keperluan lauk keluarga

b. Ikan jenis tertentu yang diekspor dan ikan hasil tangkapan pola

kemitraan dengan pertimbangan dan atas dasar persetujuan dari

Kepala Daerah.

TPI merupakan tempat pembongkaran hasil tangkapan yang

diperoleh untuk selanjutnya mengalami proses sortasi, pencucian,

penimbangan, penjualan dan pengepakan. Setelah in

ti produk akan didistribusikan, sebagian untuk konsumsi lokal

dalam bentuk segar, sebagian untuk prosesing, ekspor, maupun

disalurkan ke tempat pembekuan untuk selanjutnya diawetkan.

Tempat Pelelangan ikan mempunyai fungsi yaitu untuk

melelangkan ikan baik hasil tangkapan maupun budidaya, dimana

terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Menurut Lubis (2006)

letak dan pembagian ruang di gudang pelelangan harus direncanakan

supaya aliran produk (flow of product) berjalan dengan cepat

(Faubiany, 2008).

Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.

Kep. 01/MEN/2007 tanggal 5 Januari 2007 Bab IV A poin satu,

tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, bahwa tempat

pelelangan ikan (TPI) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk

dibersihkan.

b) Mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan

disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan

mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang hygiene.

Page 14: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 14

c) Dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan

toilet dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus

dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali

pakai.

d) Mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam

pengawasan hasil perikanan.

e) Kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat

mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada

dalam Tempat Pelelangan Ikan/Pasar grosir.

f) Dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan;

wadah harus dibersihkan dan dibilas dengan air bersih atau air laut

bersih.

g) Dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah,

makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat

dengan jelas.

h) Mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih

yang cukup

i) Mempunyai wadah khusus yang tahan karat dan kedap air untuk

menampung hasil perikanan yang tidak-layak untuk dimakan.

Menurut Lubis (2006) tempat pelelangan ikan harus miring 2°

ke arah saluran pembuangan agar air dari penyemprotan kotoran sisa-

sisa ikan setelah aktivitas pelelangan dapat mengalir ke saluran

pembungan dengan mudah sehingga tempat pelelangan terpelihara

dengan bersih (Faubiany, 2008)

2.4 Sistem Utilitas : Sanitasi

2.4.1 Pengertian Sanitasi

Sanitasi mempunyai definisi yang bermacam-macam.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 965 tahun 1992,

sanitasi didefinisikan sebagai segala upaya yang dilakukan untuk

Page 15: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 15

menjamin terciptanya kondisi yang memenuhi persyaratan

kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 1992). Menurut Dr. Azrul

Azwar, MPH yang dikutip dalam artikel hygiene sanitasi, sanitasi

mempunyai pengertian cara yang dilakukan masyarakat dalam

pengawasan yang menitikberatkan pada pengawsan berbagai factor

lingkungan yang berkemungkinan dapat mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat (Ain Jie, 2009).

Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa

faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia,

terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak

perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup. Sanitasi

juga membantu mempertahankan lingkungan biologik sehingga

posisi berkurang dan membantu melestarikan hubungan ekologik

yang seimbang (Liswati, 2000 vide Rusmali, 2004).

Dalam memenuhi persyaratan kesehatan ini, maka dalam

setiap upaya membangun fasilitas sanitasi ini harus terencana dan

teratur. Fasilitas-fasilitas sanitasi ini antara lain adalah sarana

penyediaan air besih, kamar kecil, tempat cuci tangan, kamar ganti

pakaian, tempat sampah, dan sarana pembuangan air limbah

(Kementerian Kesehatan RI, 1992).

Dalam pengembangan industri perikanan, pelabuhan

perikanan merupakan bagian dari rantai produksi yang harus

memenuhi persyaratan kelayakan dasar sanitasi dan hygiene yang

meliputi (Departemen Pertanian, 2002 vide Rusmali, 2004):

1) Lokasi dan lingkungan

2) Konstruksi bangunan

3) Dinding, penerangan dan ventilasi

4) Saluran pembuangan

5) Pasokan air dan bahan bakar

6) Es

7) Penanganan limbah

Page 16: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 16

8) Toilet

9) Konstruksi dan pemeliharaan alat

10) Peralatan dalam penanganan awal

11) Pembersihan dan sanitasi

12) Kontrol sanitasi

Selanjutnya dikatakan bahwa hasil yang diharapkan dengan

dijalankannya program sanitasi di pelabuhan perikanan antara lain

yaitu terciptanya lingkungan kerja yang bersih, mutu ikan yang

tetap terjaga dan kebersihan para pelaku di pelabuhan perikanan.

Seluruh kelayakan dasar sanitasi di pelabuhan perikanan harus

dapat dipenuhi untuk memperbaiki kinerja dan operasional

pelabuhan, apalagi bila pelabuhan tersebut memiliki wilayah

distribusi yang luas dan berkapasitas besar.

2.4.2 Peraturan Sanitasi Menurut Codex Alimentarius 2009

Codex Alimentarius 2009 merupakan suatu badan hukum

antar negara yang memiliki anggota lebih dari 180 negara, yang

bergerak dalam program standardisasi suatu produk makanan yang

didirikan oleh FAO (Food And Agriculture Organization of the

United Nation) dan WHO (World Health Organization), dengan

tujuan menjaga kesehatan para konsumen dan menjamin praktek

perdagangan makanan yang sesuai persyaratan. Peraturan tersebut

juga dibuat dengan mempertimbangkan koordinasi dari semua

negara berkenaan dengan standardisasi suatu produk makanan

berskala internasional.

Selain itu, Codex Alimentarius 2009 juga mengatur

mengenai hasil tangkapan dan produk perikanan yang bertujuan

untuk mengatur semua hal yang berhubungan dengan penanganan,

produksi, penyimpaan, distribusi, ekspor, impor, serta penjualan

hasil tangkapan dan produk perikanan. Peraturan ini akan

Page 17: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 17

membantu dalam mencapai keamanan dan kegunaan produk

perikanan sehingga bisa dijual di pasar nasional dan internasional.

Peraturan yang tercantum dalam Code of Practice for Fish

and Fishery Products (Codex Alimentarius, 2009) tersebut terdiri

dari:

a. Konstruksi bangunan: permukaan dinding dan batas dinding

dengan lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air dan

mudah dibersihkan; fasilitas yang digunakan harus memadai,

menggunakan bahan yang halus, tahan karat, dan mudah

dibersihkan; lantai harus mudah dibersihkan dan disertai

dengan sistem drainase yang memadai; penerangan di area

penanganan ikan harus cukup; langit-langit atau atap dan

semua perlengkapan harus dapat mencegah akumulasi kotoran,

menghambat pertumbuhan jamur dan jatuhnya partikel; serta

setiap bak pencuci atau fasilitas lainnya yang disediakan untuk

mencuci hasil tangkapan harus memiliki pasokan air yang

cukup sesuai persyaratan dan harus tetap bersih.

b. Saluran pembuangan: saluran pembuangan harus mampu

menampung sampah/limbah dalam jumlah yang banyak;

akumulasi limbah padat, semi padat atau cair harus

diminimalisir untuk mencegah kontaminasi.

c. Pasokan air: pasokan air bersih harus cukup dan air yang

digunakan untuk mencuci hasil tangkapan harus terhindar dari

kontaminasi.

d. Es: harus diproduksi dengan menggunakan air bersih dan harus

terlindung dari kontaminasi.

e. Penanganan limbah/sampah: limbah/sampah harus dijauhkan

dari area penanganan dan pengolahan ikan; dan fasilitas untuk

menampung sampah/limbah harus dipelihara dengan baik.

f. Kebersihan pelaku: para pelaku penanganan ikan harus

dibiasakan mencuci tangan pada awal penanganan ikan dan

Page 18: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 18

saat kembali memasuki area pengolahan, serta segera setelah

menggunakan toilet; dan para pelaku di area penanganan ikan

tidak diizinkan untuk merokok, meludah, makan, bersin dan

batuk pada saat hasil tangkapantidak ditutup, memakai

perhiasan yang menimbulkan ancaman bagi keselamatan.

2.4.3 Sistem Penyediaan Air Bersih

Air merupakan suatu kebutuhan yang mendasar dan penting

untuk kehidupan manusia. Air bersih adalah air yang digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dengan kuantitas dan kualitas

yang memenuhi syarat kesehatan serta dapat digunkian sebagai air

minum apabila air tersebut sudah dimasak terlebih dahulu (Ginanjar,

2008).

a. Sumber Air Bersih

Air minum dapat diambil dari air hujan, air sungai dan

sebagainya, serta dari mata air atau air tanah (kedalaman > 3 m).

a. Penampungan dan pengolahan air hujan

Air hujan dari langit, bersih (tidak mengandung kuman-

kuman), dikumpulkan dari tirisan arap melewati talang dan

pipa lembahan, dpat digunakan segai air minum, meskipun

tidak mengandung mineral yang berguna untuk gigi, tulang

dan lain-lain. (Frick. Setiawan, 2002)

Penggunaan air hujan merupakan salah satu alternative,

terutama di wilayah di mana terjadi kekurangan air bersih,atau

air perusahaan air minum sering kali tidak mengalir.

Penampung air hujan dapat dibangun di bawah rumha tau

tertanam di dalam tanah sehingga air tidak memanas oleh suhu

matahari. Supaya air tidak berlumut atau membusuk,

penampung harus dibuat dari beton atau batu alam yang

Page 19: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 19

diplester kedap air, harus gelap (tanpa lubang cahaya), bebas

dari nyamuk dan binatang sejenis yang bertelur di air.

b. Air sungai atau air danau

Karena air sungai atau air danau senagai air dari permukaan

tanah tercemar secara fisik, kimi, dan bakteriologis, maka air

itu belum bersih dan tidak dapat langsung diminum, sehingga

perlu adanya penyaringan.

c. Air dari mata air

Penggunaan air dari mata air sebagai air minum harus

memenuhi persyaratam seperti air dari permukaan tanah yang

telah diuraikan. Supaya mata air bebas tanah, maka ditanami

batu kali yang ditutupi denga tanah liat atau pelat beton

sehingga tidak dapat dikotori dari atas, lalu air dialirkan ke

penampungan. Lahan yang mengelilingi mata air ditanami

rumput dan dipagari, sehingga tidak ada orang atau binatang

yang bisa mencemari mulut mata air. Bak penampung

tertanam di dalam tanah lengkap dengan lubang pemeriksaan,

ventilasi, dan sambungan pipa air minum dan pipa

pembersihan.

d. Air tanah

Air tanah sebagai sumber air minum harus sedalam >3 m dari

permukaan tanah, dan jarak ke septic tank terdekat harus >10

m, sehingga kebersihan air terjamin. Penggunaan air dari

dalam tanah dilakukan denga penggalian sumur atau dengan

pipa pancang. Sumur yang digali oleh tukang yanag ahli dapat

dibuat dari bis beton atau batu bata >Ø80 cm. penggalian

sumur dengan bis beton mirip dengan fondasi sumur. Dasar

sumur harus cukup dalam, sehingga tinggi air pada musim

kemarau masih > 0,5 m. dasar sumur dibuat dari kerikil kasar

Ø30-80 mm setebal 30 cm. Dinding selubung sekeliling sumur

harus setinggi ±70 cm dari permukaan tanah, demi keamanan

Page 20: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 20

anak-anak kecil dan binatang ternak. Lubang sumur selalu

haru ditutup sehingga air tidak mudah tercemar.

Berikut persyaratan teknis kesehatan dari sumber

penyediaan air bersih (Depkes RI, n.d):

Sumur Gali

- Lokasi : jarak minimal 10 meter dari sumber tercemar

misalnya jamban, tempat penampungan air

kotor/comberan, tempat pembuangan sampah, atau

kandang ternak.

- Lantai : harus kedap air, minimal 1 meter dari

tepi/dinding sumur, tidak retak/bocor, mudah dibersihkan

dan tidak tergenang air (kemiringan minimal 1%-5%)

- Bibir sumur : tinggi bibir sumur 80 cm dari lantai, terbuat

dari bahan yang kuat dan rapat air.

- Dinding sumur : minimal sedalam 3 meter dari lantai dari

bahan kedap air dan kuat (tidak mudah retak/longsor).

- Tutup sumur : jika pengambilan air dengan pompa listrik

harus di tutup rapat. Jika pengambilan air dengan ember

harus ada ember khusus dengan tali timbanya.

Penampungan air hujan (PAH)

- Talang air : talang air yang masuk ke bak PAH harus

dapat dipindahkan atau dialihkan agar air hujan pada

menit pertama tidak masuk ke dalam bak.

- Bak saringan : tinggi bak saringan minimal 20 cm

(volume bak saringan 0,6 x 0,6 x 0,2 meter agar orang

dapat masuk untuk membersihkan dan terbuat dari bahan

yang kuat dan rapat nyamuk. Susunan saringan terdiri

dari kerikil, ijuk dan pasir.

Page 21: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 21

- Pipa peluap (over flow) harus dipasang kawat kasa rapat

nyamuk

- Bak serapan : susunan batu, pasir pada bak resapan

minimal 0,6 meter dari lantai.

- Kemiringan lantai bak : mengarah ke pipa penguras,

mudah dibersihkan (tidak terdapat sudut mati)

Perpipaan

- Sumber air/ air baku : dilakukan pengolahan terlebih

dahulu sebelum didistribusikan. Kalau air baku

memenuhi persyaratan air minum langsung dapat

dimanfaatkan sebagai sumber air.

- Pipa : pipa yang digunakan tidak melarutkan atau

mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan

kesehatan. Angka kebocoran pipa tidak lebih dari 5%.

Pemasangan pipa tidak boleh terendam air kotor atau air

sungai.

- Bak penampunan : harus rapat air dan tidak dicemari oleh

sumber pencemar.

- Pengambilan air : pengambilan air dari sarana perpipaan

harus dilakukan melalui kran.

b. Kualitas Air

Tujuan terpenting dari system penyediaan air adalah

menyediakan air bersih. Penyediaan air minum denga kualitas

yang tetap baik merupakan prioritas utama. Banyak Negara telah

menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Untuk gedung-

gedung yang dibangun di tempat terpencil di pegununga atau di

pulau, penyediaan air bersih akan diambil dari sungai, air tanah

dangkal, atu dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar

kualtas air yang berlaku.

Page 22: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 22

Air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan

bakteriologis yang ditentukan oleh dinas kesehatan Negara.

Persyaratan fisik air minum adalah : harus jernih, bersih dan tidak

berwarna. Persyaratan kimia : tidak berbau, tidak memiliki rasa,

dan tidak mengandung zat kimia yang mengganggu kesehatan;

persyaratan bekteriologis : tidak mengadung bakteri coli dan

kuman lain yang mengganggu kesehatan manusia.

Pengawasan Kualitas Air

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 907 tahun

2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, air

bersih harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Fisik

Air yang akan dimanfaatkan sebaiknya tidak berwarnam tidak

berasa dan tidak berbau. Setiap air bersih harus memenuhi

ketiga persyaratan fisik air bersih tersebut.

b. Bakteriologis

Untuk menggunakan air bersih, air tersebut harus bebas dari

kuman yang dapat mengganggu kesehatan. Air bersih yang

akan dimanfaatkan sebaiknya berada jauh dari sumber

pencemar yang mengandung banyak kuman penyakit seperti

sumber air berada jauh dari pembuangan kotoran manusia.

c. Kimia

Untuk menjaga kesehatan, sebaiknya air bersih juga harus

bebas dari bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan

d. Radioaktifitas

Dalam penggunaan air bersih kadar radioaktif yang

diperbolehkan adalah gross alpha activity (0,1 Bq/L) dan

Gross beta activity (1 Bq/L)

Page 23: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 23

c. Pompa Air

Jika penampung air lebih tinggi daripada sumber air, maka

air perlu dinaikkan dengan menggunakan pompa. Pompa selalu

dipasang sedemikian sehingga tinggi penaikan (pengisap) jadi

sekecil (rendah) mungkin. Pompa air dapat dibagi atas pompa

torak atau pompa sayap yang biasa dikerjakan dengan lengan,

dengan keterbatasan menaikkan air <7.00 m, serta pompa kisaran

(pompa sentrifugal) yang biasanya menggunakna mesin listrik

atau motor bahan bakar, dengan kenaikan air <24,00 m. (Heinz

Frick, 2002)

2.4.4 Saluran Air Limbah

Air limbah adalah air buangan (air bekas pakai/air kotor) dari

air bersih yang sudah dipakai sebelum air limbah dibuang ke saluran

umum atau ke alam/tanah hendaknya diolah terlebih dahulu. Untuk

mempermudah pengolahan, sebaiknya air limbah dibagi menurut

cara pencemarannya : air gujan, air sabun (grey-water), air tinja (air

limbah manusia), dan air limbah industry, sehingga masing-masing

air limbah dapat diolah secara terpisah sesuai kebutuhannya.

1) Jenis Air Limbah dan Sistem Salurannya

Pada prinsipnya air yang akan disalurkan dibagi berdasarkan

sumber-sumbernya, : yaitu : air hujan, air sabun, air tinja, dan air

limbah industry.

a. Air Hujan akan menuntuk sistem saluran air limbah jika turun

bukan pada ladang terbuka, melainkan pada atap rumah,

jalan, atau pekarangan rumah yang kedap air. Air hujan dapat

ditampung sebagai serana air bersih, atau dikembalikan ke

tanah sedekat mungkin dengan menggunakan sumur resapan.

Air hujan yang disalurkan ke saluran umum kota akan

Page 24: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 24

menambah bahaya banjir di daerah yang lebih rendah pada

saat hujan deras.

b. Air Sabun (grey-water) berasal dari kegiatan rumah tangga

(cuci piring, cuci pakaian, mengepel lantai), kegiatan mandi,

cuci kendaraan, dan sebagainya. Air ini jika bebes dari

minyak dan bahan pelumas lain (perlu diperhatikan dengan

khusus jika mencuci kendaraan bermotor), serta bahan

larutan kimia, dapat dimanfaatkan untuk siram bunga, sayur

dan sebagainya, atau diolah secara biologis sebelum

dirembeskan ked lama tanah atau dikembalikan ke kakli atau

sungai. Air sabun dapat disalurkan lewat selokan terbuka.

c. Air Tinja (air limbah manusia) merupakan kotoran manusia

berbentuk cair maupun padat (1,5 liter per orang/hari)

ditambah air siram. Karena air tinja mengandung kolibakteri

dan kuman lain yang dapat mengganggu kesehatan manusia

serta berbau tidak sedap, maka harus disalurkan dalam pipa

tertutup. Sebagai bahan organic tinja mengalami proses

fermentasi yang membutuhkan lubang hawa pada titik

tertinggi system pemipaan , sumur pengolahan, maupun

septic tank sehingga gas-gas yang terjadi dapat menguap.

d. Air Limbah Industri merupakan air yang tercemar sehingga

tidak memenuhi standar air bersih. Selain hasil pencemaran

air oleh industry, hal ini juga terjadi jika mencuci kendaraan

bermotor, karena air itu mengandung bahan bakar, minyak,

dan bahan pelumas lainnya. Karena kebanyakan air yang

digunakan dalam proses produksi bahan kebutuhan manusia

sering dinilai terlalu rendah. Produksi 1 ton semen

membutuhkan 3.600 liter air, 1 ton besi membutuhkan

15.000-20.000 liter air ,dll. Air limbah yang tercemar oleh

siapa pun harus diolah menjadi air bersih lagi sebelum

dikembalikan ke alam. Pengolahan air limbah industry dapat

Page 25: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 25

dilakukan oleh perusahaan sendiri atau oleh instransi

pemerintah yang akan membebankan biaya pengolahan

kepada pihak industri.

2) Sistem-sistem Saluran

a. Saluran Terbuka merupakan system parit buatan yang dapat

digunakan untuk menyalurkan air hujan ke kali, sungai,

danau dan sebagainya.

b. Pemipaan Bawah Tanah merupakan system pipa-pipa (dari

tanah liat, beton, semen berserat, tau bahan sintetik) untuk

menyalurkan air sabun ke luar rumah (menuju kolam

pengolahan atau selokan kota yang merupakan system ganda,

karena membedakan antara pipa yang menyalurkan air hujan

(yang tidak tercemar) dan air limbah (yang tercemar). Pada

pemipaan air limbah industry atau system saluran kota di luar

negeri air limbah maupun air hujan disalurkan dalam pipa

yang sama, menuju ke pusat pengolahan air limbah. System

pemipaan ini merupakam system pengurasan, adalah system

yang menghemat biaya pipa tetapi mempersulit proses

pengolahan an kelestarian lingkungan.

3) Sistem Penanganan dan Pengolahan Limbah

Sistem Penanganan dan Pengolahan Limbah -Pengolahan

limbah merupakan suatu proses yang dilakukan agar dapat

menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan (tidak baik) yang

biasanya disebut dengan kontaminan dari air limbah. Proses yang

digunakan dapat dilakukan dengan cara-cara biologis, kimiawi

maupun fisika.Pengolahan limbah ini dilakukan agar dapat

menghilangkan zat yang tidak baik untuk lingkungan, misalnya

racun baik itu senyawa anorganik maupun yang organik.

Terdapat beberapa cara pengolahan air limbah pada suatu

wilayah khususnya untuk limbah rumah tangga, fasilitas sosial

Page 26: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 26

maupun umum serta industri, diantaranya terdapat 6 cara yaitu

dengan cara pembuangan dengan sistem pengenceran,

penggunaan sumur peresapan, penggunaan kolam pembuangan,

penangkap lemak, penggunaan sistem tangki pembusukan dan

saluran limbah cair buangan. Penjelasan lebih detailnya adalah

sebagai berikut ini:

1. Pembuangan dengan sistem pengenceran :

Pada badan air dengan permukaan yang besar, seperti

laut, sungai, telaga maupun danau, limbah cair dari perumahan

atau dari masyarakat dapat secara langsung dibuang ke badan

air tersebut. Dalam hal ini, pipa pemasukan limbah cair ke

badan air harus bermuara pada satu titik yang benar-benar

berada di bawah permukaan air atau air laut yang terendah,

atau biasanya di dekat dasar badan air penerima. Hal ini

dimaksudkan untuk menjamin pengenceran secara sempurna

limbah cair yang dihasilkan saat musim kemarau, atau limbah

yang beratnya lebih ringan yang biasanya akan naik dan

tersebar ke seluruh badan air pelarut.

2. Penggunaan sumur peresapan :

Sumur peresapan menerima efluen dari kolam

pembuangan, jamban air serta tangki pembusukan dan

meresapkannya ke dalam tanah. Terkadang, pembuangan

limbah cair dari ruang cuci, dapur serta kamar mandi

menggunakan sumur peresapan ini. Sumur peresapan juga

dapat dibuat pada ujung terendah dari saluran peresapan

efluen di bawah permukaan tanah untuk menangkap efluen

tangki pembusukan yang tidak teresap di sepanjang saluran.

Sumur peresapan terdiri dari sebuah lubang bulat dalam

tanah yang digali cukup dalam menembus 1,8 meter atau lebih

Page 27: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 27

ke lapisan tanah yang berpori. Lubang biasanya dibuat dengan

diameter 1,0 - 2,5 meter dan kedalaman 2 - 5 meter. Dinding

lubang diperkuat dengan pasangan bata atau batu kali tanpa

adukan semen di bawah ketinggian pipa inlet. Lubang yang

tidak memerlukan penguatan dinding dapat diisi dengan batu

kali. Sumur peresapan harus ditutup dengan penutup rapat

yang akan mencegah masuknya nyamuk, lalat, serta air

permukaan.

Minimal terdapat jarak 5 meter dari sumur atau sumber

air minum dari sumur peresapan, dan paling tidak

penempatannya pada tanah yang lebih rendah dibandingkan

dari sumber air minum tersebut. Pembuatan sumur peresapan

seharusnya tidak boleh diizinkan oleh petugas terkait pada

kawasan padat penduduk, disebabkan air tanah yang ada lebih

banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh penduduk

setempat.

3. Penggunaan kolam pembuangan :

Kolam pembuangan merupakan lubang tertutup yang

menerima buangan limbah cair kasar. Kolam pembuangan

dapat berupa tipe kedap air ataupun tipe rembes air. Kolam

pembuangan kedap air biasanya dibuat dengan kapasitas 68

liter per orang per bulan, atau 408 liter per orang apabila akan

dikosongkan setiap 1 semester. Kolam pembuangan rembes

cair berdiameter 90 cm atau lebih, dilengkapi dengan dinding

dengan sambungan terbuka di bawah ketinggian inlet.

Kolam pembuangan harus ditempatkan paling tidak 15

meter dari dari sumur serta lebih rendah dari sumur, agar dapat

mencegah terjadinya pencemaran bahan-bahan kimia,

sedangkan untuk kolam pembuangan yang lebih tinggi dari

sumur, jarak antar sumur dan kolam pembuangan tersebut

Page 28: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 28

minimal sejauh 45 meter. Kolam pembuangan tipe rembes air

harus ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 6 meter di

luar fondasi rumah.

4. Penangkap Lemak :

Limbah cair dari dapur besar, seperti dapur hotel, rumah

sakit maupun perkantoran kemungkinan mengandung banyak

lemak yang dapat masuk ke tangki pembusukan bersama-sama

dengan efluen dan dapat menyumbat pori-pori media

penyaringan pada bidang peresapan. Penangkap lemak disini

dapat memasukkan limbah cair yang panas dari pada cairan

yang sudah ada dalam bak dan didinginkan olehnya.

Hasilnya, kandungan lemak akan menjadi beku dan

secara otomatis akan naik ke permukaan, sehingga

pengambilan dapat dilakukan secara berkala. Penangkap

lemak harus dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah

proses pembersihan maupun untuk kebutuhan pemeriksaan.

Untuk penanganan limbah cair dan perumahan atau instalasi

kecil lainnya, penangkap lemak tidak perlu dibuat.

5. Penggunaan sistem tangki pembusukan :

Salah satu cara pengolahan limbah adalah dengan

tangki pembusukan. Tangki pembusukan digunakan untuk

menangani buangan dari masing-masing rumah, kelompok

perumahan, atau perkantoran yang berada di luar radius

pelayanan sistem saluran limbah cair suatu wilayah. Pada

tangki pembusukan, terdapat tangki pengendap yang harus

dalam keadaan tertutup. Melalui saluran limbah cair buangan,

limbah cair kasar akan dimasukan kedalam tangki tersebut.

Pengolahan tahap pertama terjadi di dalam tangki

Page 29: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 29

pembusukan, sedangkan untuk pengolahan tahap kedua terjadi

di bidang peresapan efluen.

6. Saluran limbah cair bangunan :

Saluran limbah cair bangunan merupakan bagian dari

perpipaan horizontal dari sistem drainase bangunan yang

membentang mulai dari satu titik yang berjarak 1,5 meter di

luar sisi dalam fondasi tembok bangunan rumah sampai ke

sambungan saluran limbah cair umum atau unit pengolahan

limbah cair perorangan (kolam pembuangan, tangki

pembusukan atau tipe sarana pembuangan lainnya).

Saluran pembuangan air limbah atau yang sering disingkat

SPAL adalah perlengkapan pengelolaan air limba, dapat berupa

saluran perpipaan maupun yang lainnya yang dapat dipergunakan

untuk membuang air buangan dari sumbernya sampai ke tempat

pengelolahan atau tempat buangan air limbah (Yasrin, 2011).

Persyaratan kesehatan sarana pembuangan air limbah adalah sebagai

berikut (Depkes RI, n.d) :

d. Tidak mencemari air tanah dan air

e. Tidak menimbulkan sarang nyamuk dan jalan tikus

f. Tidak menimbulkan kecelakaan

g. Tidak menimbulkan bau dan gangguan pemandangan

2.4.5 Sistem Pengolahan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan,

pemrosesan , pendaurulangan, atau pembuangan dari material

sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang

dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk

mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau

Page 30: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 30

keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan

sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan

zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian

khusus untuk masing-masing jenis zat.

Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju

dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan

dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan

dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya

dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari

area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan

pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak

hal, di antaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk

mengolah dan ketersediaan area.

1) Metode Pengolahan Sampah

a. Penimbunan Darat

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk

menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah

metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya

dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas

pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan

penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik

akan menjadi tempat penimbunan sampah yang higienis dan

murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang

dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai

masalah lingkungan, di antaranya angin berbau sampah,

menarik berkumpulnya Hama, dan adanya genangan air

sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan

dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di

Page 31: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 31

Bandung kandungan gas methan ini meledak dan

melongsorkan gunung sampah).

Karakteristik desain dari penimbunan darat yang

modern di antaranya adalah metode pengumpulan air sampah

menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah

biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan

kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama

(biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai

sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas

yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari

tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau

dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan

listrik.

b. Metode Daur Ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai

dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur

ulang. Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah

mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau

mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk

membangkitkan listrik. Metode-metode baru dari daur ulang

terus ditemukan dan akan dijelaskan di bawah.

Page 32: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 32

Pengolahan kembali secara fisik

Baja dibuang, dan kelengkapan dilaporkan dipilih pada

kemudahan Central European Waste Management (Eropa)

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang,

yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah

yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang

dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa

dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal

(kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah

yang sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng

minum aluminium, kaleng baja makanan/minuman,

Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton,koran,

majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti

(PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang

dari produk yang kompleks seperti komputer atau mobil lebih

susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan

dikelompokkan menurut jenis bahannya.

Page 33: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 33

Pengolahan biologis

Gambar 2. Pengkomposan

Material sampah ((organik), seperti zat tanaman, sisa

makanan atau kertas, bisa diolah dengan menggunakan

proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah

pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa

digunakan sebagai pupuk dan gas methana yang bisa

digunakan untuk membangkitkan listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik

pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong

hijau) di Toronto, Kanada, di mana sampah organik rumah

tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman

dikumpulkan di kantong khusus untuk dikomposkan

Pemulihan energi

Gambar 2. Komponen pencernaan Anaerobik di

pabrik Lübeckmechanical biological treatment diJerman, 2007

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa

diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar,

atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi

bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara "perlakuan

Page 34: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 34

panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan

bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya

untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik

dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua

bentuk perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah

dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen.

Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup

pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah

sampah menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk

cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau

dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya

bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.

Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih

digunakan untuk mengkonversi material organik langsung

menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan

hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan

listrik dan uap.

c. Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah

adalah pencegahan zat sampah terbentuk, atau dikenal juga

dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan

termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai,

memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya

bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas

belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak konsumen

untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai

(contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang

menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang

sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).

Page 35: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 35

2.4.6 Jamban

Menurut Departemen Kesehatan RI (1992), jamban adalah suatu

bangunan yang berfungsi sebagai tempat pembuangan kotoran manusia

yang terdiri dari tempat jongkok dengan leher angsa atau cemplun

yang di lengkapi dengan tempat penampungan kotoran dan air uantuk

membersihakn kotoran (Ginanjar, 2008)

Persyaratan kesehatan sarana pembuangan kotoran manusia

adalah sebagai berikut:

Tidak mencemari tanah permukaan

- Buangan kotoran tidak di sembaran tempat

Bebas dari serangga

- Lubang jamban harus ditutup

- Rumah jamban harus terang dan ada ventilasi

Tidak menimbulkan bau dan nyaman untuk digunakan

- Gunakan jambang leher angsa

- Lantai kedap air

Aman digunakan oleh pemakai

- Lantai tidak licin da kuat

- Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi

pemakai

- Lantai miring kearah lubang pembuangan

- Air cucian tidak disalurkan pada lubang jamban

- Terdapat tempat sampah

Selain itu, hal harus diperhatikan juga adalah jenis dari

pembuangan akhir tinja Tangki Septik (Septic Tank). Septic tank

adalah bangunan yang digunakan untuk mengolah dan mengurai

ekstrata manusia. Tangki ini dibangun dengan menggunakan bahan

yang kedap air sehingga air yang terdapat di dalam tangki septic tidak

dapat merembes ke tanah. Karena air yang keluar dari tangki septik ini

masih berbahaya bagi kesehatan manusia.

Page 36: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 36

BAB III

GAMBARAN UMUM PROYEK

3.1 Gambaran Umum CV. Faluya Karya Persada

3.1.1 Sejarah Singkat CV. Faluya Karya Persada

CV. FALUYA KARYA PERSADA adalah Perusahaan

Komanditer yang bergerak dalam bidang penyajian Jasa Konsultasi

dalam bidang keahlian teknik dan rangkaian kebijakan, baik untuk

sektor Pemerintah maupun untuk sektor Swasta, dalam rangka

berperan serta dalam kegiatan pembangunan di Indonesia.

Sejak didirikannya CV. Faluya Karya Persada telah

menghimpun beberapa tenaga professional dari berbagai bidang

keahlian. Mereka telah terlatih untuk bekerja-sama dalam regu-kerja

dengan pendekatan multi-disiplin yang terpadu, untuk memperoleh

hasil kerja yang optimal sesuai kebutuhan pemberi tugas dan dengan

mempertimbangkan faktor lingkungan dan kepentingan masyarakat.

Dari kenyataan pelaksanaan berbagai tugas tersebut, CV.

Faluya Karya Persada telah membuktikan kemampuannya

berkomunikasi dan berkerjasama dengan berbagai pihak yang

berkepentingan dan berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya, juga

mampu menjalin kerjasama dengan rekan konsultan lain yang

disyaratkan oleh Pemberi Tugas, dengan tujuan peningkatan

kemampuan bersama.

CV. FALUYA KARYA PERSADA dipimpin oleh Dewan

Direksi yang bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris selaku

pemegang saham perusahaan. Perusahaan mempunyai kantor pusat

yang berkedudukan di Pangkalpinang. Untuk menjaga kualitas jasa

pelayanan konsultansi, perusahaan telah mengkaryakan sejumlah

tenaga ahli teknik yang berkemampuan tinggi dari berbagai disiplin

ilmu dan telah pula mengembangkan kegiatannya melalui penerapan

peralatan/perlengkapan hasil teknologi baru.

Page 37: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 37

3.1.2 Lingkup Layanan Jasa Konsultasi

Dukungan tenaga ahli dengan berbagai tingkat bidang keahlian,

telah memungkinkan CV. FALUYA KARYA PERSADA

menyediakan tim multi disiplin untuk berbagai tingkatan proyek.

Lingkup jasa konsultan yang dapat dilayani oleh CV. FALUYA

KARYA PERSADA meliputi :

Studi Kelayakan

Survei dan Investigasi

Perencanaan Teknik

Perencanaan Umum

Pengawasan Teknik

Manajemen Proyek

Bidang Spesialisasi pekerjaan yang biasa ditangani oleh CV.

FALUYA KARYA PERSADA meliputi :

a. Bidang Pengairan : Sungai dan Studi Kelautan, Waduk &

Bendungan, Pengembangan Daerah Rawa & Pasang Surut, Irigasi,

Drainase, dan Pelabuhan.

b. Bidang Pengembangan Wilayah : Perencanaan Pemukiman, Tata

Kota, Perencanaan Prasarana Kota, dan Transmigrasi.

c. Bidang Teknologi Bangunan dan Arsitektur

d. Bidang Jalan dan Jembatan

e. Bidang Manajemen Konstruksi

f. Bidang Pertanian dan Perikanan

3.1.3 Struktur Organisai CV. Faluya Karya Persada

CV. FALUYA KARYA PERSADA dalam kesehariannya

dipimpin oleh Direktur Utama, yang secara langsung membawahi 3

Direktur, yaitu Direktur Teknik, Direktur Keuangan, dan Direktur

Page 38: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 38

Pemasaran. Struktur organisasi CV. FALUYA KARYA PERSADA

adalah seperti tergambar dalam diagram berikut ini.

Gambar : Bagan Struktur Organisasi CV. Faluya Karya Persada

3.2 Data Umum Proyek

Nama Proyek : Proyek Pengembangan Kawasan Pangkalan Pendaratan

Ikan di Muara Sungai Batu Rusa Pangkal Pinang

Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum Pangkal Pinang

Konsultan Perencana: CV. Faluya Karya Persada

Kontraktor : CV. Faluya Karya Persada

Lokasi Proyek : Muara Sungai Batu Rusa kota Pangkal Pinang

Nilai Kontrak Proyek : Rp 3.422.600.000,00 (Tiga milyar empat ratus dua

puluh dua juta enam ratus ribu rupiah)

Jenis Pekerjaan : Perencanaan dan Perancangan

Deskripsi Proyek : Bangunan pada kawasan Pangkalan Pendaratan

Ikan (PPI) Batu Rusa

Page 39: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 39

Gambar : Master Plan PPI Baturusa

3.3 Kondisi Umum Perikanan Kepulauan Bangka Belitung

Potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung dengan luas areal 65.301 km2 sebesar 499.500 ton/tahun

dengan nilai ekonomis Rp. 2.497.500.000.000. Jumlah produksi untuk tahun

2006 adalah 122.841,6 ton (24,59% dari potensi produksi) dengan nilai

produksi Rp. 1.235.632.162.000 (49,47% dari potensi nilai ekonomis). Jenis

ikan dominan antara lain: Tenggiri, Tongkol, Kembung, Layang, Selar,

Tembang, Kakap, Kerapu, Bawal Hitam, Bawal Putih, Kerisi, Ekor Kuning,

Udang Windu, dan Udang Putih.

Di samping potensi sumber daya perikanan tangkap tersebut di atas,

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan panjang pantai 1.200 km dan

251 buah pulau-pulau kecil merupakan wilayah yang cocok untuk usaha

budidaya laut seperti ikan kerapu, teripang, rumput laut dan kerang-

kerangan. Luas areal untuk budidaya laut adalah seluas 120.000 Ha dengan

potensi produksi 1.200.000 ton. Pada tahun 2006 produksi budidaya laut

hanya sebesar 17.78 ton (0.07% dari potensi produksi).

Selain sumberdaya perikanan laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

memiliki potensi lahan budidaya air payau (tambak) dan air tawar (kolong).

Page 40: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 40

Dengan panjang pantai 1.200 km potensi lahan untuk budidaya tambak

mencapai 250.000 Ha dengan potensi produksi 100.000 ton. Pada tahun

2006 produksi budidaya air payau hanya sebesar 153.55 ton (0.07% dari

potensi produksi). Untuk budaya perikanan air tawar, potensi lahan yang

dimiliki mencapai 1.602 Ha yang terdiri dari dari perairan kolong, sungai

dan kolam dengan potensi produksi 16.000 ton. Pada tahun 2006 produksi

budidaya air tawar hanya sebesar 751.24 ton (0.07% dari potensi produksi).

Peluang investasi yang ditawarkan pada sektor perikanan dan kelautan

ini adalah:

Industri Pakan Pakan ikan laut; kapasitas 50 ton/hari; 25 unit

Pakan ikan payau; kapasitas 50 ton/hari; 10 unit Pakan ikan tawar; kapasitas

50 ton/hari; 2 unit Industri Bioteknologi Benih ikan laut 40.000.000-

50.000.000 ekor/tahun Benih ikan payau 40.000.000-50.000.000 ekor/tahun

Benih ikan tawar 4000.000-5000.000 ekor/tahun Pabrik Pengolahan Cold

Storage kapasitas 200 – 500 Ton; 30 unit Pabrik Es; kapasitas 10-20

ton/hari; 10 unit Industri Tepung Ikan; kapasitas 5-10 ton/hari; 10 unit

Industri Galangan Kapasitas 60 unit/tahun; 10 unit Galangan Kapal Industri

Pembuatan Alat tangkap : 1 Unit

Gambar 3.1 PPI dan TPIyang tersebar di Kepulauan Bangka Belitung

Lokasi Pekerjaan

Page 41: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 41

Perkembangan Produksi perikanan

Dengan jumlah penduduk kota Pangkalpinang per Desember 2011

sejumlah + 193.651 jiwa dapat diasumsikan bahwa tingkat komsumsi ikan

sebesar 10.927.410 kg\193.651 = 56,428 kg\tahun\kapita

Tabel 3.1 Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya Kota Pangkalpinang Tahun 2010-

2011

Komoditas Produksi 2010 Produksi 2011 Target 2011

Lele 147,23 286 270

Nila 81 150 120

Patin 64,08 60,7 30

Gurame 3 4 3

Mas 6,4 15 4

Bawal Tawar 9,22 20 25

Vannamei 301,08 446 3000

Kepiting 46,4 42,7 0

Bandeng 1,5 1,5 0

Jumlah 659,91 1.025,90 3.452,00

Tabel 3.2 Jumkah dan Jenis Benih Ikan yang Tersalurke Pembudidayaan ikan Kota

Pangkalpinang 2011

No Jenis Ikan Jumlah Benih Jumlah Penerima

1 Lele 36.600 62

2 Nila 57.125 56

3 Mas 100 1

Jumlah 93.825 119

Produksi perikanan yang dimaksud meliputi perikanan tangkap dan

produksi perikanan budidaya laut dan budidaya perikanan darat (air tawar).

Perairan umum di Kota Pangkalpinang terdiri dari Sungai Muara Batu Rusa,

Sungai rangkui, Sungai Selindung, Sungai Air Mawar di Air Itam dan

kolong-kolong bekas Penambangan Timah, dengan luas + 285 Ha.

Page 42: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 42

Kegiatan penangkapan ikan di Kota Pangkalpinang sebagian besar

didominasi oleh nelayan usaha skala kecil dengan menggunakan kapal

motor dengan bobot 1sampai 10 GT, dengan alat tangkap seperti jaring ,

pancing , bubu dan lainnya. Jumlah armada perikanan di Kota

Pangkalpinang hingga tahun 2011 berjumlah 1.160 unit yang terdiri dari 134

unit perahu tanpa motor, 388 unit motor tempel dan jumlah kapal motor

yang tercatat sebanyak 640 unit.

Jumlah masyarakat perikanan (nelayan dan pembudidayaan ikan serta

pengolah ikan) di Kota Pangkalpinang sampai dengan tahun 2011 sebanyak

+ 193.651 jiwa, maka persentase jumlah nelayan sebesar 3 %.

Tabel 3.3 Perkembangan Produksi Perikanan di Kota Pangkalpinang Tahun 2007 – 2011

No Tahun Volume (Ton) Nilai (Rp.X 1.000)

1 2007 19714,2 285132462

2 2008 19726,1 394522000

3 2009 20500,3 400550000

4 2010 24086 281213655

5 2011 28,986 347832480

Sumber: Dinas Kelautan Perikanan Kota Pangkalpinang,2011

Produksi Perikanan Kota Pangkalpinang pada tahun 2011 adalah

sebesar 28.986,04 ton dengan nilai Rp 347.832.480.000,00. Dari jumlah

produksi tersebut pemanfaatannya dapat digolongkan sebagai berikut :

Komsumsi lokal : 13.150,48 ton

Pengolahan : 4.015,42 ton

Ekspor/antar pulau via bandara : 835,58 ton

Ekspor antar pulau via pelabuhan laut : 10.984,56 ton

Wilayah Administrasi

Tempat Pembangunan PPI Batu Rusa Di kecamatan Bukit Intan yang

mana luas kecamatan + 36,54 km2 terdiri dari 7 kelurahan :

1. Kelurahan Semabung Lama

Page 43: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 43

2. Kelurahan Semabung Baru

3. Kelurahan Bukit Intan

4. Kelurahan Bukit Besar

5. Kelurahan Sriwijaya

6. Kelurahan Air Itam

7. Kelurahan Bajang

Kondisi Penataan Kawasan PPI Muara Sungai Batu Rusa berdekatan

dengan Pelabuhan PAngkal Balam yang digunakan sebagai sarana

transportasi Kelautan. Dengan kondisi yang strategis maka Penataan

Kawasan PPI Muara Sungai Batu Rusa sangat penting untuk kemajuan

kepulauan Bangka Belitung dan juga diharapkan dapat meningkatkan sector

perikanan di Kepulauan Bangka Belitung.

Daerah Penangkapan Ikan

Pengelolaan sumberdaya perikanan laut Indonesia pada awalnya dibagi

menjadi 9 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), yang didasarkan pada

Keputusan Menteri Pertanian No. 995/Kpts/IK.210/9/99. Selanjutnya,

seiring dengan lahirnya Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang

Perikanan serta kebijakan revitalisasi perikanan, maka dipandang perlu

untuk melakukan penyempurnaan atau penataan kembali WPP yang sudah

ada. Dalam kaitan ini, pada tahun 2006 dilakukan konsultasi antara satuan

kerja di lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan serta Komisi Nasional

Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan (Komnas Kajiskan), berkaitan dengan

arah dan format WPP.

Akhir dari kegiatan ini adalah lahirnya Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No. 1 tahun 2009 tentang Pengelolaan Wilayah Perikanan.

Sebagai catatan bahwa lahirnya Undang-Undang No. 45 tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan tidak

meliputi perubahan atas penetapan WPP. Dalam peraturan menteri tersebut,

Page 44: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 44

pengelolaan perikanan dibagi menjadi 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

(WPP), yaitu :

1) Wilayah Pengelolaan Perikanan I (WPP-RI 571), meliputi perairan

Selat Malaka dan laut Andaman.

2) Wilayah Pengelolaan Perikanan II (WPP-RI 572), meliputi

Samudera Hindia sebelah Barat Pulau Sumatera dan selat Sunda.

3) Wilayah Pengelolaan Perikanan III (WPP-RI 573), meliputi perairan

Samudera Hindia sebelah Selatan Pulau Jawa hingga sebelah Selatan

Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat.

4) Wilayah Pengelolaan Perikanan IV (WPP-RI 711), meliputi perairan

Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan.

5) Wilayah Pengelolaan Perikanan V (WPP-RI 712), meliputi perairan

Laut Jawa.

6) Wilayah Pengelolaan Perikanan VI (WPP-RI 713), meliputi perairan

Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali.

7) Wilayah Pengelolaan Perikanan VII (WPP-RI 714), meliputi perairan

Teluk Tolo dan Laut Banda.

8) Wilayah Pengelolaan Perikanan VIII (WPP-RI 715), meliputi

perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram

dan Teluk Berau.

9) Wilayah Pengelolaan Perikanan IX (WPP-RI 716), meliputi perairan

Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera.

10) Wilayah Pengelolaan Perikanan X (WPP-RI 717), meliputi perairan

Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik.

11) Wilayah Pengelolaan Perikanan XI (WPP-RI 718), meliputi perairan

Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur.

Parameter Penentu Utama

Parameter penentu utama ialah parameter yang memiliki pengaruh

langsung dan kuat dalam penentuan kelayakan Penataan Kawasan PPI

Sungai Batu Rusa. Parameter tersebut meliputi teknis kepelabuhanan

Page 45: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 45

perikanan, potensi perikanan tangkap dan kondisi lingkungan.

Ketidaklayakan Parameter penentu utama akan menyebabkan

ketidaklayakan pembangunan Pelabuhan Perikanan Muara Sungai Batu

Rusa; sehingga parameter-parameter berikutnya yaitu Parameter penentu

tambahan tidak perlu dikaji.

Penilaian Aspek Parameter Penentu Utama Penataan Kawasan PPI

Muara Sungai Batu Rusa

No Parameter

Score

Buruk

= 1

Sedang

= 2

Baik

= 3

1 Fisik Perairan 2

2 Fisik Lahan 3

3 Hasil Tangkapan 2

4 Daerah Penangkapan Ikan 3

5 Unit Penangkapan 2

6 Nelayan 3

7 Pemasaran dan Distribusi

HT (12)

3

8 Prasarana Umum Utama 3

Nilai 21/24 x 100 = 87,5

Secara keseluruhan, analisa terhadap Parameter Penentu Utama,

menunjukkan bahwa indikator-indikatornya memperlihatkan

dukungan bagi kelayakan pembangunan Kawasan PPI Muara Sungai

Batu Rusa.

Terdapat satu parameter penentu utama yang tidak dimasukkan dalam

analisa kelayakan yaitu aspek lingkungan, karena kelayakan dari aspek

lingkungan akan dilakukan terpisah pada Studi Analisis Dampak

Lingkungan.

Page 46: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 46

Parameter Penentu Tambahan

Parameter penentu tambahan ialah parameter yang memiliki pengaruh

tidak langsung dan kurang kuat dalam menentukan kelayakanPenataan

Kawasan PPI Muara Sungai Batu Rusa.

Tabel : Analisis Gabungan Kelayakan Pembangunan Dermaga Kawasan Sungai Batu Rusa

Parameter/subparameter Kelayakan

I. Parameter Dasar

1. Aspirasi Dasar Masyarakat

Mendukung

Kelayakan

2. Kebijakan Pemerintah

Mendukung

Kelayakan

3. Ketersediaan Lahan

Mendukung

Kelayakan

4. Potensi SDI Layak Bersyarat

5. Existing Aktifitas Perikanan Tangkap

Mendukung

Kelayakan

II. Parameter Penentu Utama

6. Teknis Kepelabuhanan

6.1 Fisik Perairan

Mendukung

Kelayakan

6.2 Fisik Lahan

Mendukung

Kelayakan

7. Kondisi Perikanan Tangkap

7.1 Hasil Tangkapan

Mendukung

Kelayakan

7.2 Daerah Penangkapan Ikan

Mendukung

Kelayakan

7.3 Unit Penangkapan

Mendukung

Kelayakan

Page 47: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 47

Parameter/subparameter Kelayakan

7.4 Nelayan

Mendukung

Kelayakan

8. Pemasaran dan Distribusi HT

Mendukung

Kelayakan

9. Prasarana Umum Utama

Mendukung

Kelayakan

III. Parameter Penentu Tambahan

9. Kondisi Umum :

9.1. Geografis

Mendukung

Kelayakan

9.2. Kependudukan

Mendukung

Kelayakan

9.3. Pendidikan

Mendukung

Kelayakan

9.4. Sosial Budaya

Mendukung

Kelayakan

10. Prasarana Umum

10.1 Pendidikan

Mendukung

Kelayakan

10.2 Kesehatan

Mendukung

Kelayakan

10.3 Ibadah

Mendukung

Kelayakan

10.4 Komunikasi

Mendukung

Kelayakan

11. Perekonomian Daerah

Mendukung

Kelayakan

12. Kelembagaan

Mendukung

Kelayakan

Page 48: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 48

Parameter/subparameter Kelayakan

14. Pengolahan Hasil Tangkapan Kurang Mendukung

Kesimpulan Akhir

Mendukung

Kelayakan

3.4 Sistem Sanitasi Kawasan PPI Baturusa

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih

dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran

dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan

menjaga dan meningkatkan kesehatanmanusia.

Gambar : Eksisting Kawasan PPI Baturusa

3.3.1 Sistem Pengolahan Sampah

Pada PPI lama tidak terdapat system pengolahan sampah yang

baik sehingga terjadi penumpukan sampah pada titik-titik tertentu.

Page 49: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 49

Hal ini tentunya sangat mengganggu kesehatan dan kebersihan pada

lingkungan PPI ini. Hal ini menjadi pertimbangan pada perencanaan

system pengolahan sampah pada kawasan PPI yang sedang direncanai

dan dirancang oleh CV. Faluya Karya Persada.

Gambar : kondisi sampah di PPI lama

3.3.2 Sistem Pengolahan Limbah

Gambar : Kondisi Pengolahan Limbah di PPI lama

Page 50: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 50

3.3.3 Sistem Air Bersih

Gambar : titik Sumur Bor

Page 51: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 51

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Standar Sistem Sanitasi

No. Katagori Parameter Ket.

1. Konstruksi

bangunan - Lantai harus kedap air dan mudah

dibersihkan

- Tinggi bibir sumur 80 cm dari lantai,

terbuat dari bahan yang kuat dan rapat air

- Dinding sumur minimal sedalam 3 meter

dari lantai dari bahan kedap air dan kuat

(tidak mudah retak/longsor).

2. Sistem Air

Bersih - Air bersih yang digunakan harus jernih,

bersih dan tidak berwarna, tidak berbau,

tidak memiliki rasa, dan tidak

mengandung zat kimia yang mengganggu

kesehatan

- Jarak sumber air bersih minimal 10 meter

dari sumber tercemar

3. Penampungan

air hujan (PAH) - talang air yang masuk ke bak PAH harus

dapat dipindahkan atau dialihkan

- Volume bak saringan 0,6 x 0,6 x 0,2 meter

- Pipa peluap (over flow) harus dipasang

kawat kasa rapat nyamuk

- Bak serapan : susunan batu, pasir pada

bak resapan minimal 0,6 meter dari lantai

- Kemiringan lantai bak : mengarah ke pipa

penguras

4. Perpipaan - Dilakukan pengolahan air dari sumber air

terlebih dahulu sebelum didistribusikan

- Pipa yang digunakan tidak melarutkan

atau mengandung bahan kimia yang dapat

membahayakan kesehatan

- Angka kebocoran pipa tidak lebih dari 5%

- Pemasangan pipa tidak boleh terendam air

kotor atau air sungai

- Bak penampungan harus rapat air dan

tidak dicemari oleh sumber pencemar

- Pengambilan air dari sarana perpipaan

Page 52: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 52

harus dilakukan melalui kran

5. Pembuanan

Saluran air

limbah

- Tidak mencemari air tanah dan air

- Tidak menimbulkan sarang nyamuk dan

jalan tikus

- Tidak menimbulkan kecelakaan

- Tidak menimbulkan bau dan gangguan

pemandangan

6. System

Pengolahan

sampah

- Penimbunan darat

- Metode Daur Ulang

- Metode Penghindaran dan Pengurangan

7. Jamban - Tidak mencemari tanah permukaan

- Rumah jamban harus terang dan ada

ventilasi

- Gunakan jambang leher angsa

- Lantai miring kearah lubang pembuangan

8. Septic tank - Dibangun dengan menggunakan bahan

yang kedap air sehingga air yang terdapat

di dalam tangki septic tidak dapat

merembes ke tanah

4.2 Sistem Sanitasi Pada Perencanaan dan Perancangan PPI Baturusa

No. Katagori Parameter Ada Tidak

1. Konstruksi

bangunan - Lantai harus kedap air dan

mudah dibersihkan

- Tinggi bibir sumur 80 cm dari

lantai, terbuat dari bahan yang

kuat dan rapat air

- Dinding sumur minimal

sedalam 3 meter dari lantai

dari bahan kedap air dan kuat

(tidak mudah retak/longsor).

√ √ √

2. Sistem Air

Bersih - Air bersih yang digunakan

harus jernih, bersih dan tidak

berwarna, tidak berbau, tidak

memiliki rasa, dan tidak

mengandung zat kimia yang

mengganggu kesehatan

- Jarak sumber air bersih

minimal 10 meter dari sumber

tercemar

Page 53: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 53

3. Penampungan

air hujan (PAH) - talang air yang masuk ke bak

PAH harus dapat dipindahkan

atau dialihkan

- Volume bak saringan 0,6 x

0,6 x 0,2 meter

- Pipa peluap (over flow) harus

dipasang kawat kasa rapat

nyamuk

- Bak serapan : susunan batu,

pasir pada bak resapan

minimal 0,6 meter dari lantai

- Kemiringan lantai bak :

mengarah ke pipa penguras

√ √

√ √ √

4. Perpipaan - Dilakukan pengolahan air dari

sumber air terlebih dahulu

sebelum didistribusikan

- Pipa yang digunakan tidak

melarutkan atau mengandung

bahan kimia yang dapat

membahayakan kesehatan

- Angka kebocoran pipa tidak

lebih dari 5%

- Pemasangan pipa tidak boleh

terendam air kotor atau air

sungai

- Bak penampungan harus rapat

air dan tidak dicemari oleh

sumber pencemar

- Pengambilan air dari sarana

perpipaan harus dilakukan

melalui kran

√ √ √

√ √

5. Pembuanan

Saluran air

limbah

- Tidak mencemari air tanah

- Tidak menimbulkan sarang

nyamuk dan jalan tikus

- Tidak menimbulkan bau dan

gangguan pemandangan

-

√ -

6. System

Pengolahan

sampah

- Penimbunan darat

- Metode Daur Ulang

- Metode Penghindaran dan

Pengurangan

√ √

7. Jamban - Tidak mencemari tanah

permukaan

- Rumah jamban harus terang

dan ada ventilasi

√ √

Page 54: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 54

- Gunakan jambang leher angsa

- Lantai miring kearah lubang

pembuangan

8. Septic tank - Dibangun dengan

menggunakan bahan yang

kedap air sehingga air yang

terdapat di dalam tangki septic

tidak dapat merembes ke tanah

Page 55: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 55

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab terdahulu, dapat disimpulkan bahwa

masih banyak yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem utilitas pada

Pengembangan Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Baturusa di

Pangkal Pinang. Belajar dari pengalaman terdahulu di PPI Baturusa yang telah

ada, masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam perencanaan sistem

sanitasinya. Hal ini berimbas pada kinerja dari PPI itu sendiri. Sehingga

kondisi lingkungan PPI menjadi tidak nyaman karena system yang tidak

berjalan dengan baik. Banyak sekali tumpukan sampah ditemui, serta

genangan air limbah ikan.

Menyesuaikan dengan standar sanitasi yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah dan sumber literatur lain, dapat diketahui masih ada beberapa

bagian yang belum sesuai, seperti jarak antara sumur gali sebagai salah satu

sumber air bersih dengan sumber tercemar kurang dari 10 meter. Pada sistem

pembuangan limbah cair, pembuangan terakhir adalah muara sungai Baturusa.

Ini juga belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan tentang

pengolahan limbah. Dan masih banyak lagi aspek lain yang harus

diperhatikan. Sehingga secara keseluruhan perencanaan sistem sanitasi pada

Perancangan Pengembangan Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Baturusa belum cukup baik.

5.2 Saran

Dari kesimpulan di atas tersebut, dapat disarankan perlunya peninjauan

kembali pada beberapa aspek perencanaan sistem sanitasi pada Perancangan

Pengembangan Kawasan PPI Baturusa, terutama pada aspek sumber air bersih

dan pengelolaan limbah serta sampah, sehingga harapan terciptanya PPI yang

bersih dan nyaman dengan sistem pengolahan sampah dan limbah yang baik

dapat terwujud.

Page 56: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 56

DAFTAR PUSTAKA

Ain Jie. Pengertian Hygiene & Sanitasi. 2009. http://ain-

hygiene.blogspot.com/2009/08/pengertian-hygiene-sanitasi.html (29 Mei

2013).

Ayodhyoa. 1975. Lokasi dan Fasilitas Pelabuhan Perikanan. Bagian

Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.

Dinas Kelautan Perikatan Kota Pangkal Pinang. 2011. Produksi Perikanan

Kota Pangkal Pinang.

Frick, Heinz. L Setiawan, Pujo. 2002. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan

Utilitas Bangunan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Frick, Heinz. Suskiyatno, FX Bambang. 1998. Dasar-Dasar Eko-Arsitektur.

Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Ginanjar, Reza. 2008. Hubungan Jenis Sumber Air Bersih dan Kondisi Fisik

Air Bersih Dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukmajaya Tahun 2008. Skripsi. Depok. Universitas Indonesia.

Irdianty, Eka. 2011. Studi Deskriptif Sanitasi Dasar di Tempat Pelelanan Ikan

Lempasing Teluk Betung Bandar Lampung Tahun 2011. Skripsi. Depok.

Universitas Indonesia

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2006. Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 16/MEN/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan.

Moh. Noerbambang, Soufyan. Morimura, Takeo. 2000. Perencanaan Dan

Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta. Pradnya Paramita.

Rusmali, K.W. 2004. Analisis Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil

Tangkapan dan Dampaknya Terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan

Samudera Jakarta, Muara Baru DKI Jakarta. Skripsi. Bogor. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta. Penerbit

Universitas Indonesia.

Page 57: Laporan Kp Lia Amelia

Laporan Kerja Praktek :

Tinjauan Perencanaan Sistem Sanitasi Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Rusa

Lia Amelia (03081006040) 57

Yasrin. 2011. Definisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2171364-definisi-saluran-

pembuangan-air-limbah/ (25 Mei 2013)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sanitasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah

http://dokter-kota.blogspot.com/2013/01/sistem-penanganan-dan-pengolahan-

limbah.html