kel lia dkk

Upload: kabul-astuti

Post on 13-Jul-2015

2.754 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernahkah Anda berpikir, mengapa hampir seluruh mahasiswa di kampus Anda menggunakan celana jeans pada saat yang bersamaan, atau mengapa temanteman Anda lebih senang menghabiskan waktu di Starbucks atau Dunkin Donnut yang harganya lebih mahal enam sampai delapan kali lipat dibandingkan dengan harga di warung pinggiran. Tidakkah timbul rasa heran di benak Anda mengapa sebagian besar penduduk dunia sangat menyukai tontonan sepakbola yang membutuhkan waktu ekstra pada dini hari yang akan mengurangi waktu tidur. Aneh jika Anda berpikir bahwa hal itu dipicu atas kesepakatan bersama. Hal inilah yang dinamakan budaya populer atau lebih dikenal sebagai budaya pop, yaitu budaya yang banyak diminati oleh masyarakat tanpa batasan geografis. Budaya pop saat ini tidak hanya berasal dari dominasi budaya Barat, tetapi juga Asia yang mulai menunjukkan eksistensinya dengan menjadi pengekspor budaya pop. Selain Jepang, Korea mulai menunjukkan eksistensinya sebagai negara pengekspor budaya pop melalui tayangan hiburannya dan menjadi saingan berat bagi Amerika dan negara-negara Eropa. Hal ini sejalan dengan globalisasi industri hiburan Korea dan kestabilan ekonomi mereka. Globalisasi budaya pop Korea yang lebih dikenal dengan Korean Wave (Hallyu) berhasil mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia. ada pendapat yang menyatakan bahwa Korea pada abad ke-21 berhasil menyaingi karya-karya dari tanah Hollywood dan Bollywood dalam memperkenalkan budayanya ke dunia internasional. Tidak hanya di kawasan Asia, tetapi sudah merambah ke kawasan Amerika dan Eropa. Berbagai produk budaya Korea drama, film, lagu, fashion, produk-produk industri menghiasi kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia. Beberapa film Korea diadopsi Hollywood dan di re-make seperti Il-Mare, My Wife is a Gangster, My Sassy Girl, Hi dan Dharma. Saat ini artis Korea pun sudah masuk jajaran artis Hollywood. Misalnya, Rain yang sukses dengan film Ninja Assasin meraih penghargaan Biggest Badast dan mengalahkan Angelina

Jolie. Selain itu, produk-produk elektronik yang sering digunakan dalam tayangan Korea tidak kalah tenarnya, yakni kesuksesan Samsung dan LG, dua merek elektronik internasional milik Korea. Kedua merek ini tidak asing digunakan, baik dalam serial drama maupun film Korea. Menurut beberapa situs forum Korea Lovers, penggemar Korea, mengutarakan salah satu alasan mengapa mereka menggunakan dua produk ini. Mereka berpendapat bahwa selain memberi kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaan, produk ini digunakan oleh ikon pop Korea. Strategi pemasan ini berbeda dengan budaya Pop Jepang. Tidak bisa dipungkiri, Korean Wave yang berlangsung saat ini mengacu pada popularitas berbagai produk Korea Selatan yang meningkat di seluruh dunia. Potensi itu disadari pemerintah Korea bahwa dengan merebaknya Korean Wave, akan membuka jalan bagi kemajuan ekonomi Korea. Oleh karena itu, pemerintah Korea rela mengucurkan dana untuk membiayai produksi hiburan, mulai dari film, serial drama, hingga musik. Biaya besar yang dikucurkan tidak sia-sia karena pendapatan negara dari kunjungan wisatawan asing meningkat dari sektor pariwisata. Sementara itu, sektor industri dalam penjualan produk-produk Korea juga meningkat. Hal ini dibuktikan dengan tersebarnya produk-produk industri Korea, seperti barangbarang elektronik, pakaian, dan assesoris. Dengan demikian, secara tidak langsung hal ini meningkatkan citra nasional Korea. Mengingat merebaknya Korean Wave, demam budaya pop Korea juga mulai melanda Indonesia. Fenomena ini dilatarbelakangi oleh ajang Piala Dunia Korea-Jepang pada 2002 lalu yang berakhir dengan masuknya Korea sebagai kekuatan empat besar dunia dalam hal persepakbolaan. Kesuksesan Korea di ajang itu semakin mempersohor nama Korea di dunia internasional. Beberapa waktu menjelang, selama, dan pasca-Piala Dunia, beberapa stasiun televisi swasta di tanah air lebih sering menayangkan film-film, serial-serial drama, dan musikmusik Korea. Dari berbagai produk yang ditawarkan budaya pop Korea, banyak hal yang menjadi faktor penyebab mengapa budaya pop Korea mulai digemari masyarakat

4

Indonesia, khususnya remaja. Selain itu, ada hal-hal yang memengaruhi budaya lokal Indonesia atas merebaknya budaya pop Korea dalam kehidupan remaja di Indonesia. Yogyakarta, misalnya, adalah salah satu kota besar di Indonesia yang tidak luput dari merebaknya Korean Wave. Kegilaan penggemar di kota pendidikan ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, seperti Bandung dan Jakarta. Di sepanjang jalan dan pusat perbelanjaan dapat dengan mudah kita temui pengaruh Korean Wave. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas Pengaruh Budaya Pop Korea Bagi Remaja di Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1.2.1 1.2.2 Mengapa budaya pop Korea digemari remaja di Yogyakarta? Bagaimana pengaruh budaya pop Korea dalam kehidupan remaja di Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, disusun tujuan penelitian sebagai berikut. 1.3.1 Untuk menjelaskan alasan mengapa budaya pop Korea digemari remaja di Yogyakarta. 1.3.2 Untuk mendeskripsikan bagaimana pengaruh budaya pop Korea dalam kehidupan remaja di Yogyakarta.

1.4 Landasan Teori 1.4.1 Globalisasi Budaya dan Terbentuknya Budaya Media

Globalisasi merupakan suatu proses antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara yang saling berinteraksi, bergantung, berkaitan, dan berpengaruh satu sama lain, tanpa batas geografis. Wacana globalisasi yang melibatkan budaya Amerika telah menimbulkan perdebatan yang cukup lama. Masyarakat Asia, khususnya, mulai bosan dengan budaya populer Amerika yang telah menguasai pasar selama bertahun-tahun. Kebosanan tersebut memunculkan adanya budaya global alternatif yang tidak lagi didominasi oleh budaya populer Amerika, tetapi mulai menyisipkan nilai-nilai Asia. Penyisipan nilai-nilai Asia ditawarkan oleh Korea sebagai salah satu eksportir program televisi yang sukses, khususnya di wilayah Asia, bahkan mulai merambah ke Eropa dan Amerika. Pada abad ke-21 Korea dapat dikatakan berhasil menjadi saingan berat Hollywood dan Bollywood dalam melebarkan sayap budayanya ke dunia internasional melalui tayangan hiburan seperti drama dan musik yang bernuansa Asia. Budaya pop Korea dengan segala kemajuan yang dialaminya tetap mengemas nilai-nilai Asia sehingga dapat menarik masyarakat Asia. Dalam hal ini, media menjadi pelaku utama globalisasi budaya. Dapat dikatakan bahwa media menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya tertentu dalam ranah global. Dengan demikian, media menempati posisi primer dalam kehidupan manusia. Faktanya, orang menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan radio, menonton televisi, menonton film di bioskop, mendengarkan musik, dan membaca majalah atau koran. 1.4.2 Media Massa sebagai Sarana Penyebaran Budaya Massa

Menurut Damono, massa mengandung pengertian kelompok manusia yang tidak dapat dipilah-pilahkan, bahkan semacam kerumunan, di dalamnya tidak ada lagi individu (Ibrahim: 1997:5). Kebudayaan massa diciptakan semata-mata untuk konsumsi kelompok masyarakat serupa itu. Dapat dikatakan bahwa budaya pop

6

yang diproduksi secara massa ditawarkan untuk pasar massa dan dipublikasikan melalui media massa yang memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, baik kaum kapitalis maupun pemerintah, yang disebut budaya massa. Media massa mempunyai peran penting dalam menyebarkan budaya massa tersebut. Hal ini tampak dalam salah satu fungsi yang dijalankan media massa fungsi transmisi , yaitu media yang digunakan untuk memperkenalkan warisan sosial dan budaya. Melalui fungsi transmisi, media dapat mewariskan nilai dan norma tertentu dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Salah satu budaya yang diperkenalkan melalui media adalah budaya populer Korea. Budaya pop Korea yang marak di Indonesia pada mulanya ditujukan untuk menyaingi komoditi impor budaya luar dan menambah pendapatan ekonomi negara. Oleh karena itu, penyebaran budaya pop Korea ini menjadi sarana untuk melanggengkan kapitalisme Korea. Para kapitalis memanfaatkan kesempatan ini untuk memproduksi budaya pop Korea secara massal di berbagai wilayah Asia, termasuk Indonesia. Penyebaran budaya pop Korea yang begitu pesat merupakan andil besar dari para pemegang modal (kapitalis) dan pemerintah Korea. Para pemegang modal membiayai produksi, misalnya tayangan hiburan Korea dan memudahkan penyebarannya. Sementara itu, pemerintah mendukungnya dengan memberikan bantuan modal bagi produksi tayangan tersebut. Hal ini dilakukan untuk melanggengkan ideologi Korea melalui tayangan hiburan agar Korea mudah diterima di dunia internasional. 1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini berlangsung di Yogyakarta, tepatnya di kalangan mahasiswa dan remaja. Peneliti memilih lingkungan tersebut disebabkan oleh sebagian besar dari mahasiswa dan remaja mengikuti perkembangan industri hiburan Korea. Oleh karena itu, lokasi yang tepat tersebut diharapkan dapat membantu penelitian ini agar selesai pada waktu yang telah ditentukan. Setelah memilih lokasi yang tepat, peneliti menentukan jangka waktu yang

dimafaatkan untuk pengambilan data yang selanjutnya akan dianalisis. Waktu penelitian ini berlangsung selama seminggu sebelum data dianalisis. Selama seminggu tersebut, data akan dikumpulkan melalui berbagai teknik pengumpulan data sehingga peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan selama menganalisis data tersebut.

1.5.2

Tipe Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif yang berfokus pada rumusan masalah yang telah disebutkan, yaitu bagaimana pengaruh budaya pop Korea yang saat ini sedang mewabah di kalangan mahasiswa dan remaja. Mereka mengadopsi budaya tersebut sehingga mempengaruhi gaya hidup, seperti dari segi fashion yang banyak mereka lihat dalam musik dan film Korea. Melalui penggambaran adopsi tersebut, peneliti akan mudah menemukan kelompok-kelompok yang antusias terhadap fenomena ini dan kelompokkelompok yang tidak terlalu tertarik mengikutinya. Perbedaan ini akan dideskripsikan dalam pengaruh budaya Pop Korea berdasarkan data-data yang telah diperoleh selama pengumpulan data. Hasil penelitian dideskripsikan melalui analisis sesuai dengan landasan teori yang digunakan.\

1.5.3

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survei kepada mahasiswa dan remaja melalui penyebaran kuesioner yang berisi pertanyaan tentang fashion, musik, dan film Korea. Dari kuesioner tersebut dihasilkan data yang berupa pendapat pengisi kuesioner tentang perkembangan fashion, musik, dan film Korea pada saat ini, khususnya di Yogyakarta, Indonesia. Jumlah kuesioner yang disebarkan ada 54 lembar. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang fashion, musik, dan film Korea dalam lingkungan mahasiswa dan remaja Yogyakarta pada khususnya, serta dalam lingkungan masyarakat pada umumnya.

8

2. PENGARUH

BUDAYA

KOREA

DALAM

KEHIDUPAN

REMAJA, KHUSUSNYA DI YOGYAKARTA Sekitar satu dekade yang lalu, budaya populer Korea tidak memiliki kapasitas ekspor, bahkan tidak diakui para peneliti. Sebagai contoh, The Oxford History of World Cinema edisi 1996 tidak membuat referensi bioskop Korea meskipun mereka memberikan perhatian kepada kepada Taiwan, Hong Kong, Cina, dan film Jepang. Musik Korea juga diabaikan oleh para peneliti. Namun kini, semua hal yang berbau Korea mulai dari makanan dan musik sampai bentuk alis dan gaya sepatu menjadi tren di Asia, di mana budaya pop telah lama didominasi oleh Jepang dan Hollywood. Korea telah berubah dari sebuah sinema lokal menuju pasar film terpopuler di Asia. Kemunculan drama seri berjudul Autumn in My Heart atau Endless Love pada 2002 telah menandai masuk dan berkembangnya budaya Korea di Indonesia. Sejak itu, puluhan drama seri Korea secara massal ditayangkan oleh stasiunstasiun televisi di Indonesia, sebut saja Full House, My Sassy Girl dan Princess Hours. Pada perkembangannya, gelombang budaya Korea tidak hanya masuk melalui drama, tetapi juga musik dan fashion. Pesatnya perkembangan budaya Korea dalam sepuluh sampai dengan limabelas tahun terakhir ini, telah menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea pada tingkat global yang dikenal dengan istilah hallyu. Hallyu atau Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia, atau secara singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea. Adanya pengaruh budaya Korea dalam kehidupan sosial remaja Indonesia memang sudah tidak diragukan lagi. Hal itu terlihat melalui gaya hidup sehari-hari para remaja Indonesia. Akan tetapi, seberapa besar pengaruh budaya Korea dalam kehidupan remaja di Indonesia, khususnya di Yogyakarta? Berdasarkan survei terhadap 54 responden, diperoleh hasil sebagai berikut.

Hasil kuesioner di atas menunjukkan bahwa sebanyak 21 responden menyebutkan adanya pengaruh budaya Korea dalam kehidupan mereka seharihari, 15 di antaranya menyatakan tidak ada, 17 responden menyatakan sedikit/banyak, dan 1 responden menyatakan hal lainnya. Dalam survei ini, responden yang kami libatkan berkisar pada usia 14-23 tahun. Kisaran usia tersebut merupakan kisaran usia remaja yang masih mudah terpengaruh oleh tren yang sedang berkembang. Hal itu menunjukkan bahwa pengaruh budaya Korea terhadap kehidupan remaja Indonesia cukup besar. Sebanyak 38% dari keseluruhan responden menyatakan adanya pengaruh budaya pop Korea dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh budaya pop Korea dalam kehidupan remaja Indonesia sebagian besar muncul dalam bentuk penggunaan kosakata bahasa Korea dalam percakapan sehari-hari. Para remaja menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Korea yang diperoleh melalui drama atau lagu. Misalnya, mereka menggunakan bahasa Korea untuk saling menyapa, yaitu menggunakan kata onnie (seorang perempuan untuk kakak perempuan), noona (laki-laki memanggil kakak perempuan), hyung (lakilaki memanggil kakak laki-laki), oppa (perempuan memanggil kakak laki-laki). Terkadang, mereka tanpa sadar meniru gerakan dan mimik khas orang-orang Korea. Sebagian di antara mereka tertarik untuk belajar bahasa Korea. Selain itu, pengaruh yang paling ringan dimunculkan dalam bentuk kegemaran menonton drama-drama Korea, menyanyikan lagu-lagu Korea, atau ngefans dengan artis Korea. Tidak hanya itu, budaya Korea juga berpengaruh

3

dalam warna musik, tarian, dan fashion remaja di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Trend fashion yang berkiblat pada gaya berpakaian artis-artis Korea, dan kemunculan boyband dan girlband dalam industri musik Indonesia dewasa ini merupakan salah satu bukti nyata pengaruh budaya Korea dalam kehidupan remaja di Yogyakarta. Secara lebih rinci, pengaruh budaya Korea dikelompokkan ke dalam dua kategori besar. Yang pertama, pengaruh budaya Korea dalam bidang film atau drama, dan yang kedua adalah pengaruh budaya Korea dalam bidang industri musik Indonesia.

2.1 Pengaruh Budaya Korea dalam Bidang Film/Drama

Budaya Korea telah berkembang begitu pesat hingga sukses menjangkau popularitas di mancanegara. Di Indonesia, invasi budaya Korea diawali oleh serial drama. Berbagai stasiun televisi mulai menayangkan drama yang produksi Korea Selatan setelah salah satu stasiun televisi Indonesia sukses menayangkan drama Endless Love (Autumn in My Heart) pada 2002. Drama seri Korea ini berada dalam peringkat ke-10 karena ditonton sekitar 2,8 juta orang di Indonesia. Didukung oleh merebaknya teknologi dubbing dan bilingual programming, drama seri Korea yang ditayangkan dapat diterima oleh pemirsa televisi. Trans TV pada 2002 menayangkan drama seri Glass Shoes dan Lover. Setelah itu, menyusul TV7 yang pada 2003 menayangkan Beautiful Days. Walaupun peringkat ketiga drama seri tersebut tidak sehebat Endless Love yang merupakan pioneer drama Korea di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pada 2002 -- 2003 mulai marak penayangan drama seri Korea.

Selain Indosiar, Trans TV, dan TV7, SCTV pun selama kurun waktu 2002 -- 2003 menayangkan beberapa sinetron Korea berjudul Invitation, Pop Corn, Four Sisters, Successful Bride Girl, Sunlight Upon Me, dan Winter Sonata. Akan tetapi, di antara sinetron-sinetron tersebut, yang paling populer dan menarik perhatian masyarakat Indonesia adalah Winter Sonata. Kesuksesan dari Endless Love dan Winter Sonata di Indonesia telah memberikan warna baru dalam sinetron Asia yang marak ditayangkan di berbagai stasiun televisi tanah air. Dari 2002 -- 2005 drama-drama Korea yang populer di Asia, termasuk Indonesia, antara lain, Endless Love, Winter Sonata, Love Story from Harvard, Glass Shoes, Stairway to Heaven, All In, Hotelier, Memories in Bali, dan Sorry I Love You, merupakan serial drama melankolis.

Drama komedi romantis muncul berikutnya, antara lain Full House, Sassy Girl Chun Hyang, Lovers in Paris, Princess Hours, My name is Kim Sam-soon, My Girl, Hello Miss!, dan Coffee Prince. Genre drama berlatar belakang sejarah ikut mencetak peringkat yang tinggi, antara lain drama Dae Jang Geum, Queen Seon Deok, Hwang Jini, hingga Jumong. Pada 2008 -- 2009, drama Korea yang banyak mendapatkan perhatian adalah Boys Before Flowers (BBF). Romantisme dan kisah tragis yang menyedihkan senantiasa mewarnai drama seri Korea, menarik emosi penonton untuk hanyut dalam meresapi alur cerita. Dengan demikian, drama-drama ini sukses memikat perhatian para pecinta drama Indonesia, yang sebagian besar adalah para perempuan. Selain orisinalitas cerita, drama ini juga diperankan oleh aktor dan aktris yang rupawan dengan kemampuan akting yang baik sehingga sukses menjadi titik balik bagi meluasnya budaya pop Korea di Indonesia. Setelah pemirsa Indonesia cukup akrab dengan wajah-wajah Korea lewat TV, film layar lebar juga diputar di bioskop-bioskop 21 di beberapa kota Indonesia. Film Korea pertama yang mendapatkan kehormatan itu adalah My Sassy Girl (Yeobgijeogin Geunyeo). Film yang di negara asalnya sangat laris ini dibeli hak putar bioskopnya oleh jaringan bioskop 21. Melihat suksesnya film ini di beberapa negara Asia, film ini ternyata juga mendapat sambutan dari label Hollywood yang berminat untuk melakukan re-make film tersebut. Beberapa film Korea yang kemudian juga diadopsi Hollywood dan di re-make antara lain, IlMare, My Wife is a Gangster, dan Dharma. Selain itu, artis Korea pun sudah masuk jajaran artis Hollywood. Sebut saja Rain yang sukses dengan film Ninja Assasin dan meraih penghargaan Biggest Badast mengalahkan Angelina Jolie.

Film Korea dikenal karena alur ceritanya yang kuat dan genre yang bervariasi sehingga menarik banyak penonton. Pertumbuhan industri film mereka tidak terlepas dari peran pemerintah Korea yang begitu royal mengucurkan dana produksi. Para sineas drama di Korea menyadari daya jual drama Korea sangat tinggi di negara-negara tetangganya sehingga produksi serial mereka menjadi komoditi ekspor. Berdasarkan survei yang kami lakukan terhadap 54 responden di Yogyakarta. Hasil yang didapat terkait dengan pendapat mereka tentang film-film drama Korea yang cukup dominan. Sebanyak 40 responden (74%) menilai bahwa film-film Korea bagus dengan alasan totalitas akting, kostum yang menarik, make-up yang sesuai, dan adanya nilai-nilai kehidupan dalam film tersebut.

Tingginya antusiasme remaja Indonesia dalam menonton drama seri atau film Korea membawa sejumlah pengaruh positif maupun negatif. Apabila hendak dibandingkan, berapa besar rating sinetron-sinetron Indonesia dibandingkan dengan rating drama seri Korea di mata pemirsa Indonesia? Dalam beberapa kasus, remaja Indonesia justru lebih antusias terhadap drama Korea daripada sinetron Indonesia yang memang kualitasnya dipertanyakan oleh banyak pihak. Melihat fenomena ini, sejumlah sineas Indonesia justru bersikap tidak kreatif dengan membuat epigon terhadap film-film Korea tersebut. Acara-acara televisi pun mulai mengemas program acaranya dengan kesan Korea. Beberapa sinetron Indonesia muncul dengan tema, jalan cerita, aksesori, dan para pemain yang sengaja dimiripkan dengan drama seri Korea. Apabila di Korea ada Full House yang menampilkan Rain dan Athena yang melibatkan boyband Super Junior, di Indonesia muncul sinetron Cinta Cenat Cenut yang melibatkan SMASH sebagai pemeran utama. Dalam sinetron tersebut, digambarkan bagaimana gaya rambut, dandanan, fashion dan pernak-pernik Korea menjadi muatan penting. Melihat realita semacam itu, akhirnya kita tidak melihat film Indonesia, melainkan film Korea dalam wajah Indonesia yang tentu kualitasnya berada jauh di bawah. Drama Korea merupakan media efektif dalam mengenalkan pemirsa Indonesia terhadap kebudayaan Korea. Banyak orang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut bahasa dan kebudayaan negara tersebut. Dalam film, sejumlah responden yang terlibat dalam survey peneliti juga menyebutkan adanya nilai-nilai

3

kehidupan atau pelajaran yang dapat diambil dari film-film Korea. Oleh karena itu, kesuksesan drama seri dan film Korea di Indonesia seharusnya dapat memicu bangkitnya dunia perfilman nasional agar tidak larut dalam invasi budaya populer Korea. Film Korea yang menuai kesuksesan, bukan kemudian diepigoni dengan film serupa, tetapi seharusnya dapat dijadikan referensi atau pelajaran bagaimana menghasilkan film yang berkualitas.

2.2 Pengaruh Budaya Korea dalam Bidang Industri Musik Indonesia

Seiring dengan drama Korea yang semakin diterima publik Indonesia, muncul pula kegemaran akan musik Korea. Salah satu pemicunya adalah menariknya backsound yang digunakan dalam drama, sehingga khalayak mulai menaruh perhatian pada musik-musik Korea. Musik dari Korea ini dikenal dengan nama K-Pop. Sejumlah pemeran drama Korea juga berprofesi sebagai penyanyi, misalnya drama Korea Athena yang melibatkan boyband Super Junior atau Full House dibintangi oleh Rain. Mereka turut memperkenalkan musik Korea di Indonesia. Musik Korea yang masuk ke Indonesia sebagian besar diwakili oleh boyband dan girlband. Ciri khas boyband dan girlband K-pop adalah memadukan unsur menyanyi dengan dance. Hal inilah yang membuat banyak remaja tergilagila. Tarian dance ala Korea pun banyak ditiru oleh para penggemarnya. Selain perpaduan musik, tari dan suara yang keren, wajah tampan dan cantik ikut menunjang kepopuleran boyband dan girlband Korea. Mereka mengusung genre musik dance pop, yaitu musik pop barat dikombinasikan dengan kemampuan menari dan wajah yang menawan. Lirik lagu pun di-mix antara bahasa Korea dan bahasa Inggris di bagian tertentu. Hal ini membuat grup musik K-Pop benar-benar digemari di pasaran Indonesia. Grup musik Korea yang digandrungi anak-anak muda Indonesia antara lain Super Junior, SNSD, dan Shinee. Dewasa ini, demam Korean pop atau K-pop mulai marak di kancah musik Indonesia. Hegemoni K-pop di Indonesia dibuktikan dengan digelarnya konser Kpop pertama kali di Indonesia bertajuk KIMCHI K-POP (Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia) pada tanggal 4 Juni 2011. Bertempat di Istora Senayan Jakarta, konser tersebut menghadirkan sejumlah bintang tamu dari Korea yaitu Super Junior, Park Jung Min, The Boss, Girl's Day dan X-5. Konser KIMCHI (Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia) ini pun berhasil menyihir para audiens. Kesuksesan boyband dan girlband Korea di Indonesia, membawa pengaruh bagi industri musik Indonesia. Terinspirasi oleh boyband dan girlband Korea, lahirlah sejumlah boyband dan girlband Indonesia, di antaranya SM*SH, Max 5, 7 Icons, MR. Bee, Cherrybelle, dan sebagainya. Di antara sekian banyak boyband yang bermunculan tersebut, yang paling menyita perhatian khalayak

3

Indonesia adalah grup musik SM*SH dengan single berjudul I Heart You. Fenomena kemunculan boyband asal Bandung ini sempat menuai hujatan dan mendapat label sebagai boyband plagiat. SM*SH dinilai plagiat karena kehadirannya di tengah booming boyband Korea serta penampilan mereka yang menyerupai boyband Korea. Selain fashion dan gaya rambut, mereka juga memiliki koreografi yang menyerupai boyband Korea. Namun, terlepas dari itu banyak pula orang memuja boyband yang beranggotakan tujuh orang ini. Mereka menilai SM*SH mampu membangkitkan kembali keberadaan boyband Indonesia yang sempat marak di era 1980-an dengan salah satu boyband Indonesia terkenal yaitu Trio Libels. Konser-konser boyband ini selalu dipenuhi oleh para fans yang sebagian besar terdiri atas gadis remaja. Setelah SM*SH, kemudian bermunculan boyband lain yaitu Max 5, Mr. Bee serta girlband ala Indonesia yang juga mirip girlband Korea, 7 Icons. Sejak kemunculan mereka, aliran boyband dan girlband seolah menjadi mainstream musik Indonesia dewasa ini. Lagu-lagu mereka menempati posisi teratas dalam deretan tangga lagu. Berbagai audisi untuk menemukan girlband dan boyband baru pun bermunculan. Hasil survei di bawah ini merupakan pendapat 54 responden di Yogyakarta dalam melihat fenomena boyband dan girlband Indonesia. Sejumlah 33 responden menyatakan bahwa fenomena kemunculan boyband dan girlband merupakan satu fenomena yang biasa-biasa saja. Hanya 6 responden yang mengaku suka, sementara 14 lainnya langsung menyatakan tidak suka. Sebagian besar responden menyatakan bahwa fenomena boyband dan girlband di Indonesia ini hanya merupakan tren sesaat. Sebelum terpengaruh oleh boyband dan girlband Indonesia, sejatinya boyband dan girlband juga telah ada di Indonesia, misalnya Indra Bekti dengan boyband FBI pada 1980-an.

Pembahasan di atas merupakan pembahasan yang dilakukan dari masingmasing bidang yang banyak terpengaruh oleh budaya pop Korea, yaitu drama dan musik. Selain drama seri dan musik, sebenarnya tidak ketinggalan iklan televisi pun ikut bermain dengan melirik kesan Korea dalam tayangan iklan di televisi. Misalnya saja, iklan salah satu produk shampo antiketombe yang menggunakan Rain sebagai bintang iklannya. Oleh karena itu, secara umum berikut ini beberapa dampak meluasnya budaya pop Korea atau Korean Wave di Indonesia. 1. Mulai dikenalnya produk sinetron Korea di Indonesia.

Drama-drama Korea bergenre drama melankolis yang populer di Indonesia antara lain Endless Love, Winter Sonata, Love Story from Harvard, Glass Shoes, Stairway to Heaven, All In, Hotelier, Memories in Bali, dan Sorry I Love You. Selain itu, adapula drama komedi romantis, antara lain Full House, Sassy Girl Chun Hyang, Lovers in Paris, Princess Hours, My name is Kim Sam-soon, My Girl, Hello Miss!, dan Coffee Prince. 2. Mulai dikenalnya wajah-wajah baru pemain sinetron Korea. Ada banyak artis Korea yang digandrungi oleh remaja di Indonesia, sebut saja Bae Yongjoon, Rain, Song Seungheon, Kwon Sangwoo, Yun Eunhye, Choi Jiwoo, BoA, Song Hyekyo, Hyun Bin, dan Lee Young-ae. 3. Munculnya klub-klub penggemar pemain sinetron Korea (Fans Club). Para penggemar atau yang biasa disebut fandom Korea merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kesuksesan budaya pop Korea. Fandom mendukung tetap hidup dan berkembangnya budaya pop Korea di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Selain itu, di Indonesia juga telah banyak bermunculan grup-grup Korea Lovers yang seringkali diikuti oleh merebaknya kafe-kafe bernuansa Korea sebagai tempat kelompok ini berkumpul. 4. Munculnya forum tukar informasi seputar sinetron, film, berikut aktor dan aktris Korea di dunia maya (internet). Tercatat ada sekitar puluhan situs dan blog di Indonesia yang rutin memuat informasi dan berita mengenai dunia hiburan Korea. Di antara situs-situs tersebut, yang paling aktif meng-update berita dan memiliki pengunjung paling banyak adalah situs Asian Fans Club (asianfansclub.wordpress.com). Yang menarik, situs tersebut kebanyakan bersifat non-komersial dan independen karena aktivitas menulis di dalamnya bersifat voluntary. 5. Munculnya situs-situs internet di Indonesia yang berhubungan dengan sinetron/drama Korea dan film Korea. 6. Munculnya ringtone lagu-lagu sinetron Korea. 7. Munculnya VCD, DVD film Korea, kaset, dan CD lagu-lagu sinetron Korea di pasaran Indonesia

3

Media menjadi salah satu penunjang utama berhasilnya gerakan Korean Wave atau globalisasi budaya Korea di dunia internasional. Media yang banyak berperan dalam persebaran nilai-nilai budaya Korea pada mulanya adalah televisi, yang menayangkan drama-drama Korea. Jenis media yang mengantarkan produkproduk budaya Korea ke tangan khalayak Indonesia itu punsemakin beragam, yaitu VCD, DVD, dan yang paling fenomenal, tentu saja, internet. Internet bahkan bisa disebut sebagai media yang paling berpengaruh dalam globalisasi budaya Korea karena awalnya tak banyak film dan musik Korea mendapatkan tempat di media mainstream internasional. Di Indonesia, demam budaya Korea juga terlihat melalui peningkatan minat untuk mempelajari bahasa dan budaya Korea yang ditandai oleh semakin menjamurnya kursus-kursus bahasa Korea, setelah sebelumnya didominasi oleh Jepang dan Mandarin. Menu-menu masakan Korea juga mulai dicari, begitu juga hanbok yang merupakan pakaian tradisional Korea. Dengan besarnya obsesi mereka terhadap budaya Korea, hal itu telah menyebabkan banyaknya orang pergi ke Korea untuk belajar budaya dan bahasa Korea secara langsung. Sebagai contoh, jumlah peserta uji kelancaran dalam berbahasa Korea (Test of Proficiency in Korean: TOPIK) di seluruh dunia telah meningkat menjadi 189.320 pada tahun 2009 dari 2.692 pada tahun 1997, sebagian besar disebabkan oleh drama televisi Korea. Berkat kepopuleran kebudayaan Korea, Korea National Tourism Organization (KNTO) mengembangkan program perjalanan untuk mendapatkan lebih banyak wisatawan luar negeri. Program perjalanan ini berupa wisata ke tempat-tempat syuting film Korea. Hasilnya di luar ekspektasi, bahkan sangat luar biasa. Peningkatan jumlah wisatawan luar negeri meningkat pesat dari 1,5 juta di tahun 2000 menjadi 8,5 juta di akhir tahun 2010. Pemerintah Korea memang memberikan perhatian tersendiri dalam hal pengembangan kebudayaan Korea di kancah global, utamanya melalui film, drama, dan musik. Meluasnya budaya pop Korea mampu mempengaruhi pola hidup dan cara berpikir masyarakat yang dipengaruhi. Efek meluasnya budaya pop Korea ini terbagi dalam tiga tataran, yaitu tataran kognitif, afektif, dan perilaku. Efek budaya pop Korea pada kelompok penggemar diawali dari meningkatnya

pemahaman kultural terhadap budaya pop Korea yang dibawa melalui media massa, kemudian menumbuhkan ketertarikan terhadap budaya pop Korea,dan beranjak pada pola perilaku komunikasi yang berujung pada upaya difusi dan preservasi budaya pop Korea oleh kelompok penggemar itu sendiri. Sebagian pihak mencemaskan pengaruhnya terhadap kelestarian budaya Indonesia. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus, tentunya akan dapat menimbulkan krisis identitas budaya. Hal itu ada benarnya, meski tampaknya juga bukan merupakan suatu hal yang patut untuk terlalu dikhawatirkan. Apabila melihat realita yang ada di pasar, budaya Korea yang masuk ke Indonesia merupakan budaya populer. Budaya pop oleh Antonio Gramsci dikaitkan dengan konsep hegemoninya, mengacu pada cara kelompok dominan dalam suatu masyarakat mendapatkan dukungan dari kelompok subordinasi melalui proses kepemimpinan, intelektual, dan moral. Budaya pop adalah budaya massa, budaya yang diproduksi massa untuk konsumsi massa. Untuk itulah, ada relevansi antara popular culture dengan commercial culture (kebudayaan komersil). Budaya yang dibutuhkan sifatnya massal (common people), tentu diproduksi berlandaskan keinginan pasar (komersil). Budaya populer ini didukung oleh industri kebudayaan (industrial culture) yang sebagian besar disebarkan lewat media massa. Masyarakat yang terbentuk dari hasil polesan industri inilah yang kemudian dikenal sebagai masyarakat massa (mass society). Masyarakat massa adalah suatu kategori industrial. Sementara budaya massa mewakili korelasi budaya dari masyarakat massa dan media massa (Damono dalam Ibrahim, 1997: xxi). Budaya massa sering terlihat sebagai prilaku meniru budaya asing atau barat atau juga Amerika. Ia nyatakan berupa kecenderungan dengan perilaku didatanginya konsumen dan dipaksa menerima budaya. Budaya yang telah diestetika-kan (diberi bentuk ekspresi) dalam dunia imajiner yang dibentuk untuk konsumen. Hannah Arendt menanggapinya dengan menegaskan bahwa masyarakat massa tidak butuh budaya melainkan butuh konsumsi hiburan. Dalam budaya populer terdapat bentuk-bentuk memaksa dan pembatasan suatu pengalaman yaitu dengan pemahaman yang umum, kesederhanaan sikap, pikiran dangkal, tidak terukur, dan cepat usang. Budaya ini membentuk arus dan

5

pusaran, dalam artian sekelompok orang di area tertentu akan tertarik pada suatu kecenderungan budaya umum sebagai kesadaran parsial. Demikian juga dengan budaya pop Korea, budaya yang satu ini banyak ditunjang oleh industri kapitalisme global seperti televisi, internet, dan media massa lainnya. Fenomena meluasnya budaya pop Korea ini merupakan salah satu contoh efek yang diakibatkan oleh komunikasi antar budaya melalui media (mediated intercultural communication) di tingkat global. Apabila kemudian dikhawatirkan mampu mengikis kecintaan remaja terhadap budaya Indonesia asli, tampaknya tidak akan terlalu signifikan. Hal itu karena budaya pop Korea di Indonesia hanya bersifat musiman, mungkin beberapa tahun atau beberapa bulan kemudian tren budaya pop Korea tersebut surut dan khalayak remaja Indonesia akan kembali tersihir dengan budaya lain yang datang. Budaya pop Korea bukan merupakan suatu kebudayaan yang dominan mempengaruhi remaja Indonesia. Seperti halnya boyband dan girlband di Indonesia yang saat ini tengah mendapat angin segar, mungkin dalam beberapa waktu selanjutnya trend boyband-girlband tersebut akan tergeser oleh trend musik yang lain. Terlepas dari itu, dalam konteks sebuah bangsa yang berinteraksi dengan bangsa lain, masuknya suatu budaya asing, seperti budaya pop Korea ini, merupakan hal yang tak terelakkan. Adanya kebudayaan yang silih berganti datang dan saling mempengaruhi itu telah menjadi sebuah dinamika tersendiri dalam kehidupan berbudaya. Hal itulah yang justru akan mendewasakan sebuah bangsa dalam menyikapi keanekaragaman masyarakat. 3. PENYEBAB BUDAYA KOREA DIGEMARI OLEH PARA REMAJA KHUSUSNYA DI YOGYAKARTA Secara garis besar, budaya pop Korea yang dibicarakan dalam makalah ini berbicara mengenai drama, film, musik, dan segala aspek yang melingkupi ketiga hal tersebut. Banyak hal yang membuat para remaja menggemari budaya Korea. Alasan-alasan itu misalnya akan dijelaskan dibawah ini. a. Budaya pop Korea secara keseluruhan mempunyai keunikan. Budaya Korea menjadi begitu diterima di Indonesia karena budaya tersebut

disebarluaskan dalam kemasan budaya pop. Budaya Korea, yang pada dasarnya terdiri dari nilai-nilai tradisional yang cukup kompleks dan beorientasi ritual, agar lebih diterima oleh publik dunia dikemas menjadi sebuah budaya yang diketahui dan diikuti banyak orang, yang pembentukannya berdasarkan kemauan masyarakat untuk diminati oleh masyarakat itu sendiri, dan biasanya sifatnya temporer atau disebut dengan budaya popular. Pembentukan budaya popular Korea mencakup proses aktif membentuk dan menyebarluaskan makna bagi kepuasan masyarakat di dalam sebuah sistem sosial. Kepuasan ini diwujudkan dengan mengemas budaya Korea sesuai selera masyarakat. b. Meskipun memadukan elemen modernisme dalam drama atau filmnya, kandungan kuat budaya khas Korea-nya masih terlihat dengan segar. Kemampuan mengharmoniskan nilai Timur dan Barat ini membuat drama dan film Korea lebih disukai di Indonesia. Sebaliknya, sinema Jepang tidak disukai karena dianggap mengandung elemen yang terlalu ekstrem dan kebarat-baratan. Di Indonesia, film layar lebar Korea disambut hangat karena menawarkan tema-tema alternatif dan mengandung segi hiburan yang tinggi. c. Film-film Korea muncul dari sebuah negara yang sudah memiliki tradisi televisi sangat kuat. Karena memiliki hubungan perkerabatan sesama Asia dengan Indonesia, film atau drama Korea dapat dengan mudah diterima di Indonesia. Dengan emosi Asia, dikemas dalam melodrama yang efektif dan efisien, film Korea jadi amat laris. Belum lagi rumus-rumus melodrama yang amat kuat di setiap ceritanya, seperti pertentangan kaya miskin, baik hati-keras kepala, dan pemainnya rupawan. Rumus-rumus melodrama semacam itu amat kental dalam film-film Korea. Hal yang khas dari Korea ialah menampilkan cerita dengan alur yang dramatis, biasanya mengusung tokoh utama wanita yang berpendirian dan berkemauan keras, dibalut dengan romantisme yang indah tanpa harus menonjolkan sisi erotis sehingga sukses membuat emosi penonton terhanyut dalam cerita. Hal ini membuat para remaja semakin menggilai

7

budaya Korea. d. Lagu pop Korea sangat laris di Indonesia karena berirama dinamis, tidak konvensional, dan dianggap mampu memuaskan jiwa dan keinginan generasi muda. Dalam hal musik, music Korea dikemas dalam genre musik dance pop, yaitu musik pop barat dikombinasi kandengan kemampuan menari dan penampilan fisik yang menawan sehingga dapat menarik hati para penggemar, khususnya wanita. K-pop di masa sekarang, lebih banyak didominasi boy-band dan girl band. Sebut saja Super Junior dan Wonder Girls yang menjadi simbol dan paling banyak diminati di dalam maupun di luar Korea. Ciri khas boy band dan girl band K-pop adalah memadukan unsur menyanyi dengan dance. Hal inilah yang membuat banyak remaja tergila-gila. Tarian ala Korea pun banyak ditiru oleh para penggemarnya. e. Penampilan fisik para artis yang menarik juga mendongkrak kepopuleran budaya Korea yang disebarkan ke Indonesia. Selain perpaduan musik, tari dan suara yang keren, wajah tampan dan cantik ikut menunjang kepopuleran boy band dan girl band Korea. Selain itu, film dan drama Korea juga dihiasi dengan aktor dan aktris yang sangat rupawan. Berdasarkan survei yang dilakukan, banyak remaja mengaku tertarik dengan budaya Korea karena wajah artis laki-laki dan perempuan sangat tampan dan jelita. f. Jika ditelisik lebih jauh, etos kerja para artis Korea dapat dijadikan pelajaran yang sangat berharga untuk ditiru oleh para remaja. Perjuangan mereka untuk menempuh kesuksesan patut dicermati. Perjalanan para artis dimulai sejak sukses mengikuti program magang yang diadakan agensi musik di Korea seperti SM Entertainment dan DSP Entertainment selama beberapa tahun sebelum akhirnya mereka dapat mengeluarkan album sendiri. Menjadi seorang artis di korea tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang harus mereka korbankan. Motto mereka penggemar adalah segalanya. Jadi, mereka berusaha menampilkan yang terbaik dan bahkan rela mematuhi kontrak untuk tidak pacaran atau

bahkan menikah selama masih terikat kontrak demi menjaga perasaan para fans-nya. Artis Korea dituntut tidak hanya memiliki satu skill. Mereka juga dilatih untuk memiliki kemampuan akting plus nyanyi agar bisa bersaing di pasaran. Selain itu, dari segi skill saja tidak cukup, mereka juga wajib memiliki nilai raport di atas rata-rata bagi yang masih menempuh pendidikan dan menjaga agar nilai mereka tidak anjlok selama menjadi artis. Saat nilai sekolah anjlok, maka mereka harus bersiap-siap untuk dikeluarkan dari manajemen artis yang menaunginya. Hal ini membuat para penggemar artis-artis Korea tersebut menjadi semakin tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi bintang pujaan mereka. g. Korean wave menyebar ke negara di luar Korea berkat teknologi canggih semacam social networking yang sedang berkembang (Facebook, Twitter, Youtube). Hal ini membuat para idola semakin dekat dengan penggemar mereka yang berada di luar Korea. Para fans di Indonesia juga tidak merasa kesulitan untuk mengetahui setiap detail perkembangan dari artis idola mereka karena kemajuan pesat teknologi membuat jarak semakin menyempit. Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan penggunanya. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan teknologi, para fans semakin menggemari budaya Korea. Contohnya saja, dengan melihat Youtube, para fans dapat melihat penampilan sang idola yang sedang mengadakan tur konser ke berbagai negara tanpa harus berada di lokasi konser tersebut. Kepopuleran Youtube di dunia maya sangat membantu para fans mendapatkan informasi mengenai bintang pujaan mereka. Youtube membantu pasar agensi musik yang ada di luar Korea tanpa harus membuka cabang di negara tersebut. Dengan adanya Youtube, idola K-Pop banyak yang memiliki penggemar dari seluruh belahan dunia.

4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh budaya pop Korea bagi remaja di Yogyakarta melalui kuisioner dan kajian pustaka, pengaruh budaya Korea dalam kehidupan sosial remaja Indonesia memang sudah tidak diragukan

9

lagi. Hal itu terlihat melalui gaya hidup sehari-hari para remaja Indonesia, khususnya Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan menghasilkan tinjauan terhadap beberapa pengaruh budaya Korea terhadap kehidupan sehari-hari remaja Yogyakarta, pengaruh budaya Korea dalam bidang film/drama dan pengaruh budaya Korea dalam bidang industri musik Indonesia. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 54 responden, 21 responden menyebutkan adanya pengaruh budaya Korea dalam kehidupan mereka seharihari, 15 di antaranya menyatakan tidak ada, 17 responden menyatakan sedikit/banyak, dan 1 responden menyatakan hal lainnya. Dalam survey ini, responden yang kami libatkan berkisar pada usia 14 -- 23 tahun. Kisaran usia tersebut merupakan kisaran usia remaja yang masih mudah terpengaruh oleh tren yang sedang berkembang. Hal itu menunjukkan bahwa pengaruh budaya Korea terhadap kehidupan remaja Indonesia cukup besar. Sebanyak 38% dari keseluruhan responden menyatakan adanya pengaruh budaya Korea dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pendapat 54 responden tentang bagusnya film-film drama Korea juga cukup dominan. Sebanyak 40 responden (74%) menilai bahwa film-film Korea bagus dengan alasan totalitas akting, kostum yang menarik, make-up yang sesuai, dan adanya nilai-nilai kehidupan dalam film tersebut.

Seiring dengan drama Korea yang semakin diterima publik Indonesia, muncul pula kegemaran akan musik Korea. Salah satu pemicunya adalah menariknya backsound yang digunakan dalam drama, sehingga khalayak mulai menaruh perhatian pada musik-musik Korea. Musik dari Korea ini dikenal dengan nama K-Pop. Musik Korea yang masuk ke Indonesia sebagian besar diwakili oleh boyband dan girlband. Ciri khas boyband dan girlband K-pop adalah memadukan unsur menyanyi dengan dance. Oleh karena itu, demam Korean pop atau K-pop mulai marak di kancah musik Indonesia. Sejumlah 33 responden menyatakan bahwa fenomena kemunculan boyband dan girlband merupakan satu fenomena yang biasa-biasa saja. Hanya 6 responden yang mengaku suka, sementara 14 lainnya langsung menyatakan tidak suka. Sebagian besar responden menyatakan bahwa fenomena boyband dan girlband di Indonesia ini hanya merupakan tren sesaat. Selain drama seri dan musik, sebenarnya tidak ketinggalan iklan televisi pun ikut bermain dengan melirik kesan Korea dalam tayangan iklan di televisi. Secara umum, terdapat beberapa dampak meluasnya budaya pop Korea atau Korean Wave di Indonesia, yaitu mulai dikenalnya produk sinetron Korea di Indonesia, mulai dikenalnya wajah-wajah baru pemain sinetron Korea, munculnya klub-klub penggemar pemain sinetron Korea (Fans Club), munculnya forum tukar informasi seputar sinetron, film, berikut aktor dan aktris Korea di dunia maya (internet), munculnya situs-situs internet di Indonesia yang berhubungan dengan sinetron/drama Korea dan film Korea, munculnya ringtone lagu-lagu sinetron Korea, munculnya VCD, DVD film Korea, kaset, dan CD lagu-lagu sinetron Korea di pasaran Indonesia. Berdasarkan pengaruh yang ditimbulkan budaya Korea terhadap kehidupan remaja Indonesia dapat dirumuskan faktor-faktor penyebab budaya Korea tersebut digemari remaja Indonesia khususnya Yogyakarta. Faktor-faktor tersebut adalah keunikan budaya Korea yang terdiri dari nilai-nilai tradisional, adanya kandungan kuat budaya khas Korea yang masih terlihat dengan segar, adanya film-film yang muncul dari sebuah negara (Korea) yang memiliki hubungan perkerabatan sesama Asia dengan Indonesia. Selain itu, faktor penyebab budaya Korea dalam bidang musik digemari

3

remaja Yogyakarta karena iramanya dinamis, tidak konvensional, dan dianggap mampu memuaskan jiwa dan keinginan generasi muda. Hal itu masih ditunjang dengan penampilan fisik para artis yang menarik juga mendongkrak kepopuleran budaya Korea yang disebarkan ke Indonesisa. Hal yang tidak kalah penting adalah etos kerja para artis Korea dapat dijadikan pelajaran yang sangat berharga untuk ditiru oleh para remaja. Perjuangan mereka untuk menempuh kesuksesan patut dicermati. Faktor penyebab yang terakhir dan yang cukup dominan adalah teknologi canggih semacam social networking yang sedang berkembang (Facebook, Twitter, Youtube) yang mampu menyebarkan budaya Korea ke negara di luar Korea. Hal ini berkesinambungan dengan teori budaya massa yang telah diungkapkan.

Daftar Pustaka Ibrahim, Idy Subandi. 1997. Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra. Daftar Laman

http://www.gen22.net/2011/08/10-boyband-korea-paling-populer.html/ diunduh pada Jumat, 2 Desember 2011/ pukul 18.30 WIB.

http://showbiz.vivanews.com/news/read/263375-penggemar-boybandkorea-2pm-padati-jitec/ diunduh pada Jumat, 2 Desember 2011/ pukul 18.35 WIB.

http://koreanchingu.wordpress.com/2011/06/16/daftar-seluruh-boyband-girl-band-indonesia/ diunduh pada Jumat, 2 Desember 2011/ pukul 18.42 WIB.

http://hallyucafe.wordpress.com/category/hallyu-stars/ diunduh pada Jumat, 2 Desember 2011/ pukul 18.50 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu diunduh pada Jumat, 2 Desember 2011/ pukul 18.53 WIB.

http://carapedia.com/boy_band_korea_2011_info379.html diunduh pada Jumat, 2 Desember 2011/ pukul 18.59 WIB.

http://unik-qu.blogspot.com/2011/07/kumpulan-korean-girlbandpilihan.html diunduh pada Jumat, 2 Desember 2011/ pukul 19.12 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/K-pop diunduh pada Jumat, 2 Desember 2011/ pukul 19.15 WIB.

http://www.aplausthelifestyle.com/fokus_detail.php? reqID=3298&kat=36 diunduh pada Jumat, 2 Desember 2011/ pukul 19.20 WIB.

http://id.post.yahoo.com/t?s=QrqNBtqpT8Su9PstTbijlA/AjJYA.xQ._W9aaUe4Qf63I3xXRpyxUQ&currentPage=1 diunduh pada Minggu, 4 Desember 2011/ pukul 20.34 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_Korea diunduh pada Minggu, 4 Desember 2011/ pukul 20.40 WIB.

http://www.anneahira.com/musik-asia.html diunduh pada Minggu, 4 Desember 2011/ pukul 21.03 WIB.