skripsi lia utuh

51
1 KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN PERTUMBUHAN BAKTERI PADA SUSU PASTEURISASI DENGAN PENAMBAHAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) SELAMA PENYIMPANAN Oleh : FADLIAH M. I411 10 901 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 SKRIPSI

Upload: herry-wildan-fawzi

Post on 03-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsinya si Lia

TRANSCRIPT

  • 1

    KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN PERTUMBUHAN BAKTERI PADA

    SUSU PASTEURISASI DENGAN PENAMBAHAN KAYU SECANG

    (Caesalpinia sappan L.) SELAMA PENYIMPANAN

    Oleh :

    FADLIAH M.

    I411 10 901

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

    JURUSAN PRODUKSI TERNAK

    FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

    SKRIPSI

  • 2

    KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN PERTUMBUHAN BAKTERI PADA

    SUSU PASTEURISASI DENGAN PENAMBAHAN KAYU SECANG

    (Caesalpinia sappan L.) SELAMA PENYIMPANAN

    Oleh :

    FADLIAH M.

    I411 10 901

    Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

    Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

    JURUSAN PRODUKSI TERNAK

    FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

    SKRIPSI

  • 3

    PERNYATAAN KEASLIAN

    1. Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Fadliah M.

    NIM : I 411 10 901

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

    a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

    b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab

    Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan

    atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

    2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

    sepenuhnya.

    Makassar, Juni 2014

    Fadliah M.

  • 4

    ABSTRAK

    Fadliah M. (I41110901). Kualitas Organoleptik dan Pertumbuhan Bakteri

    pada Susu Pasteurisasi dengan Penambahan Kayu Secang(Caesalpinia

    sappan L.) Selama Penyimpanan. Dibawah bimbingan Ratmwati Malaka

    dan Farida Nur Yuliati

    Susu adalah media yang baik bagi pertumbuhan mikroba sehingga susu

    mudah mengalami kerusakan dan masa simpan relatif singkat. Masa simpan susu

    pada suhu rendah hanya berkisar 5 - 6 hari, setelah waktu tersebut mikroba akan

    cepat berkembang dan toksin sudah terbentuk. Penelitian dilaksanakan pada bulan

    Februari sampai Maret 2014 di Laboratorium Bioteknologi Pengolahan Susu.

    Tujuan penelitian untuk mengetahui kulitas organoleptik dan jumlah bakteri pada

    susu pasteurisasi dengan penambahan kayu secang selama penyimpanan.

    Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali

    ulangan, yaitu pada suhu penyimpanan 4oC dengan lama penyimpanan 0 hari, 3

    hari, 6 hari, dan 9 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas

    organoleptik selama penyimpanan yaitu warna adalah mendekati warna orange,

    aroma adalah aroma susu dan konsistensi mendekati encer. Lama penyimpanan

    susu pasteurisasi adalag berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bakteri.

    Jumlah bakteri pada penyimpanan 0, 3, 6 dan 9 hari adalah 2,20 (log cfu/ml),2,99

    (log cfu/ml), 2,63 (log cfu/ml),dan1,67 (log cfu/ml). Kesimpulan dari penelitian

    ini adalah selama penyimpanan 9 hari warna dan aroma susu tidak megalami

    perubahan, dankonsistensi yang dibentuk mendekati nilai encer. Jumlah bakteri

    selama penyimpanan mengalami penurunan dan tidak melebihi batas cemaran

    mikroba.

    Kata kunci :Susu Pasteurisasi, Rebusan Kayu Secang, Kualitas Organoleptik,

    Lama Penyimpanan

  • 5

    ABSTRACT

    Fadliah M. (I41110901). Organoleptic Quality and Growth of Bacteria in

    Pasteurized Milk by Addition Secang Wood (Caesalpinia sappan L.) during

    storage. Under the Supervisor of Ratmawati Malaka and Farida Nur

    Yuliati.

    Milk is a good medium for microbial growth so milk susceptible to

    deteriorate and a relatively short storage. Storage time of milk at low temperature

    about 5 6 days, after this time the microbial will growth quickly and toxin formed. The study was carried out in February until March 2014 at Milk

    Processing Biotechnology Laboratory. The purpose of this study was to know the

    quality of organolepthic and total bacteria of pasteurization milk with adding kayu

    secang during storage. This study using Full Random Design with 3 replicate, at

    storage temperature 40C with storage time 0, 3, 6 and 9 days. The results of this

    study indicate that the organoleptic quality during storage that is closer to the

    color orange, flavored milk, flavored cup and dilute the value of consistency of

    approach. The result of this study indicate that the quality of organolepthic during

    storage was the color was closer with orange, flavor is milk flavor and aqueous in

    consistency. The shelf life pasteurized milk was very significant effect on total

    number of bacteria. Total bacteria at storage time 0, 3, 6 and 9 days was 2.20 (log

    cfu/ml), 2.99 (log cfu/ml), 2.63 (log cfu/ml) and 1.67 (log cfu/ml) respectively.

    The result of this study was during storage 9 days the color and smell of milk is

    not deteriorate, and consistency is formed near liquid value. The number of

    bacteria during storage was decreased and microbial contamination limits was not

    exceeded.

    Keywords: pasteurization milk, kayu secang boiled, organolepthic quality,

    storage time.

  • 6

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Puji dan syukur penulis senantiasa panjatkan kehadirat Allah SWT yang

    senantiasa memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis

    dapat menyelesaikan Tugas Akhir/ Skripsi pada waktu yang tepat. Skripsi tersebut

    berjudul Kualitas Organoleptik dan Pertumbuhan Bakteri pada Susu

    Pasteurisasi dengan Penambahan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)

    Selama Penyimpanan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

    Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Penulis

    menghanturkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua

    Ayahanda Muhlis dan Ibunda Hasnawati yang telah melahirkan, membesarkan,

    mendidik dan mengiringi setiap langkah penulis sertal limpahan doa, kasih sayang

    serta dukungan moral dan materil yang telah diberikan tanpa henti kepada penulis.

    Penulis juga menghanturkan terima kasih kepada saudara-saudaraku Fitriani,

    Fatmawati, Ahmad Khalil, Ahmad Nawir dan Fadilah Jusniati yang telah

    menjadi inspirasi dalam hidupku.

    Penyusunan skripsi ini terdapat berbagai kesulitan. Oleh karena itu, penulis

    menghaturkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada:

    1. Prof. Dr. drh. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Pembimbing utama dan Ibu

    drh. Hj. Faridah Nur Yuliati, M.Si selaku pembimbing Anggota, atas

    segala bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, motivasi,

  • 7

    nasehat dan saran-saran sejak pembuatan proposal sampai selesainya

    penulisan skripsi ini..

    2. Ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Fatma Maruddin, S.Pt, Hajrawati,

    S.Pt, M.Si, dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sjamsuddin Garantjang, M. Sc atas

    masukan, arahan dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.

    3. Dr.Rr. Sri Rachma A. Bugiwati, M.Sc, Ph.D selaku Penasehat Akademik

    yang telah membimbing dalam melaksanakan kegiatan akademik mulai

    penulis masuk sampai selesai di Fakultas Peternakan.

    4. Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas

    Peternakan, Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Ketua Jurusan

    Produksi Ternak, Prof. Dr. Ir. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua

    Program Studi Teknologi Hasil Ternak beserta seluruh Dosen dalam lingkup

    Fakultas Peternakan yang telah memberikan motivasi, petunjuk serta ilmu

    kepada penulis.

    5. Terima kasih kepada Rajmi Faridah, S.Pt, Hasniar Burhan,S.Pt, Afdaliah

    Amir, Andi Nurul Mukhlisah, Rani Asjayani, yang telah membantu dan

    memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian sampai

    skripsi.

    6. Teman seperjuangan Syachroni, Andri Teguh Prabowo, Lukman, Rizki

    Ariska, Nur Asmi N, S.Pt, Dewi Ramadani, Hendra A. Malaringan, Dwi

    Maryana, Imam Jupri, Nirwana, Sinta Karangan, A. Abd. Malik, A.

    Jayalangkara, Abdullah Magfirah, serta teman-teman Crew THT 2010

    yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

  • 8

    7. Kepada kanda Colagen 06, Rumput 07, Bakteri 08, Merpati 09, yang telah

    memberikan ilmu berupa pengalaman-pengalaman dalam berorganisasi dan

    keakraban yang terjalin sangat baik.

    8. Terima Kasih kepada teman-teman Angkatan 2010 : L10N, Matador 10

    dan Situasi 10 serta Dinda Solandeven 11, yang telah berbagi ilmu kepada

    penulis.

    9. Terima Kasih kepada Kak Syamsuddin dan Kak Aham Janwar atas

    dukungan dan masukannya kepada penulis.

    10. Buat sahabatku Raviqa, Fadliah, Sul Fia, Hasniar, S.E, Fitriani, S.P, dan

    Nurul Ilmi, teriama kasi atas segala kebersamaan dan dukungannya kepada

    penulis.

    11. Terima Kasih buat Riyan Suryanto untuk semua dukungan, semangat,

    masukan, motivasi, maupun materi dan kasih sayang yang diberikan kepada

    penulis.

    12. Semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini dan

    tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

    kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritikan dan

    saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi

    ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis sendiri.

    Makassar, Juni 2014

    Fadliah M.

  • 9

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL . ........................................................................... i

    HALAMAN JUDUL . .............................................................................. ii

    PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv

    ABSTRAK ............................................................................................... v

    ABSTRACT ............................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................. vii

    DAFTAR ISI . .......................................................................................... x

    DAFTAR TABEL. ................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR . .............................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN . .......................................................................... xiv

    PENDAHULUAN. .................................................................................... 1

    TINJAUAN PUSTAKA . ......................................................................... 3

    Tinjauan Umum Susu . ........................................................................ 3

    Susu Pasteurisasi ................................................................................. 4

    Kayu Secang (Caesalpania sappan L.) sebagai Pengawet ................ 7

    METODE PENELITIAN. ....................................................................... 11

    Waktu dan Tempat . ............................................................................ 11

    Materi Penelitian. ................................................................................ 11

    Rancangan Penelitian. ......................................................................... 11

    Prosedur Penelitian ............................................................................. 12

    Parameter yang diukur. ....................................................................... 12

    Analisis Data ....................................................................................... 14

    Diagram Alir. ...................................................................................... 15

  • 10

    HASIL DAN PEMBAHASAN. ............................................................... 16

    Jumlah Total Bakteri (Total Plate Count) . ........................................ 16

    Oraganoleptik . ................................................................................... 19

    Warna . ................................................................................................ 19

    Aroma . ............................................................................................... 21

    Konsistensi ......................................................................................... 24

    KESIMPULAN DAN SARAN. ............................................................... 27

    Kesimpulan. ........................................................................................ 27

    Saran. .................................................................................................. 27

    DAFTAR PUSTAKA. .............................................................................. 28

    LAMPIRAN. ............................................................................................. 31

    RIWAYAT HIDUP

  • 11

    DAFTAR TABEL

    Teks

    No. Halaman

    1. Syarat Mutu Susu Segar. ..................................................................... 3

    2. Syarat Mutu Susu Pasteurisasi ............................................................ 6

  • 12

    DAFTAR GAMBAR

    Teks

    No. Halaman

    1. Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 15

    2. Pertumbuhan Bakteri. ......................................................................... 17

    3. Warna Susu. ........................................................................................ 20

    4. Aroma Susu. ........................................................................................ 22

    5. Aroma Secang. .................................................................................... 23

    6. Konsistensi. ......................................................................................... 25

  • 13

    DAFTAR LAMPIRAN

    Teks

    No. Halaman

    1. Analisi Ragam Jumlah Total Bakteri . ................................................ 31

    2. Analisis Ragam Warna Susu. .............................................................. 32

    3. Analisis Ragam Aroma Susu. ............................................................. 32

    4. Analisis Ragam Aroma Secang........................................................... 33

    5. Analisis Ragam Konsistensi ............................................................... 34

    6. Dokumentasi Penelitian. ..................................................................... 35

  • 14

    PENDAHULUAN

    Susu merupakan bahan pangan yang tersusun atas berbagai nilai gizi

    dengan proporsi seimbang. Tingginya kandungan gizi pada susu merupakan

    media yang baik bagi pertumbuhan mikrobia, sehingga susu merupakan salah satu

    bahan pangan yang mudah rusak atau perishable. Faktor penyebab kerusakan susu

    dapat meliputi faktor kimia, fisik, dan mikrobiologi. Namun kerusakan susu

    akibat pengaruh faktor mikrobiologi menjadi penyebab utama terjadinya

    kerusakan susu. Hal ini diakibatkan karena susu sangat mudah tercemar oleh

    mikroba, baik pada waktu proses pemerahan maupun pengolahan, sehingga

    menjadikan masa simpan susu relatif singkat, yaitu hanya sekitar 5 (lima) jam

    apabila disimpan dalam suhu ruang (Hariyadi, 2000).

    Kelemahan susu dalam hal masa simpan yang relatif' singkat

    membutuhkan sentuhan teknologi modern berupa pasteurisasi. Pasteurisasi efektif'

    membunuh bakteri yang berpotensi patogenik di dalam susu. Proses pasteurisasi

    ini ternyata tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora bakteri yang bersifat

    termoresisten atau tahan terhadap suhu tinggi, sehingga diperlukan aplikasi proses

    penanganan lainnya berupa pengawetan yang bertujuan untuk memperpanjang

    masa simpan susu pasteurisasi (Hariyadi, 2000).

    Penambahan kayu secang (Caesalpinia sappan L.) pada susu pasteurisasi

    dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pengawet alami, karena kayu tersebut

    mengandung senyawa antibakteri (phenol dan flavonoid) yang dapat membuat

    susu lebih awet. Kayu secang sangat dikenal terutama di Sulawesi, sebagai

    pemberi warna pada air minum yang dikenal dengan nama air seppang. Kayu

  • 15

    secang sebagai minuman herbal digunakan untuk pengobatan darah kotor,

    antidiabetik, antitumor, antimikroba, antivirus, antikoagulan, antiinflamasi,

    sebagai imunostimulan, bersifat sitotoksik. Ekstrak metanol kayu secang

    mengandung brazilin, protosappanin A dan sappanone B. Kayu secang

    mengandung senyawa antibakteri dan memiliki sifat antikoagulan (anti

    penggumpalan). Kayu secang dapat digunakan sebagai pewarna dan pengawet

    alami. Penggunaan kayu secang diharapkan dapat mengganti pewarna sintetik

    yang berbahaya bagi kesehatan . Kayu secang apabila direbus akan memberikan

    warna merah muda. Kayu secang juga berkhasiat sebagai pengawet, antioksidan

    dan antibakteri sehingga dapat mengurangi bakteri dalam bahan pangan (Hariana,

    2006).

    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas organoleptik dan jumlah

    bakteri pada susu pasteurisasi dengan penambahan kayu secang selama

    penyimpanan. Kegunaan dari penelitian adalah sebagai sumber informasi kepada

    masyarakat (ilmiah dan umum) tentang kualitas organoleptik dan jumlah bakteri

    pada susu pasteurisasi dengan penambahan kayu secang selama penyimpanan

    sebagai bahan pengawet alami.

  • 16

    TINJAUAN PUSTAKA

    Tinjauan Umum Susu

    Susu adalah cairan berwarna putih, yang diperoleh dari pemerahan sapi

    atau hewan yang menyusui lainnya, yang dapat diminum atau digunakan sebagai

    bahan pangan yang sehat, serta padanya tidak dikurangi komponen-komponennya

    (Hadiwiyoto, 1994). Aspek yang penting dalam menilai kualitas susu yaitu,

    komposisi dan cemaran mikroorganisme yang terkandung didalamnya. Syarat

    mutu susu segar menurut BSN (2011) tentang susu segar dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Tabel 1. Syarat mutu susu segar menurut BSN (2011) tentang Susu Segar

    No. Karakteristik Syarat

    1 Berat jenis (pada suhu 27.5 C) minimum 1.0270 g/ml 2 Kadar lemak minimum 3.0%

    3 Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 7.8%

    4 Kadar protein minimum 2.8%

    5 Warna, bau, rasa, kekentalan tidak ada perubahan

    6 Derajat asam 6.0-7.5 SH

    7 pH 6.3-6.8

    8 Uji alkohol (70%) v/v negatif

    9 Cemaran mikroba, maksimum

    a. Total plate count 1 106

    cfu/ml

    b. Staphyloccous aureus 1 102

    cfu/ml

    c. Enterobacteriaceae 1 103 cfu/ml

    10 Jumlah sel somatis maksimum 4 105 sel/ml

    11 Residu antibiotika (Penisilin, Tetrasiklin,

    Aminoglikosida, Makrolida) negatif

    12 Uji pemalsuan negatif

    13 Titik beku -0.520 s.d -0.560 C

    14 Uji peroxidase positif

    15 Cemaran logam berat, maksimum

    a. Timbal (Pb) 0.02 g/ml

    b. Merkuri (Hg) 0.03 g/ml

    c. Arsen (As) 0.1 g/ml

    Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2011)

  • 17

    Susu menjadi minuman yang bergizi dilihat dari komposisi nutrisinya,

    yang sangat dibutuhkan bagi perkembangan khususnya pada perkembangan

    tulang anak serta untuk menjaga kepadatan tulang pada orang dewasa. Susu juga

    dapat membahayakan atau dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan

    manusia apabila terjadi kerusakan pada susu tersebut. Menurunnya mutu atau

    kerusakan susu bisa saja disebabkan karena tercemarnya susu oleh

    mikroorganisme atau benda asing lain seperti penambahan komponen lain yang

    berlebihan (gula, lemak nabati, pati, dan lain-lain) (Hasanuddin, 2001).

    Perkembangan teknologi yang semakin maju, saat ini sudah banyak

    usaha-usaha pengolahan susu segar menjadi berbagai bentuk olahan.

    Perkembangan teknologi ini dimaksudkan agar supaya konsumsi susu dapat

    menyebar ke segala lapisan masyarakat, jumlah yang dikonsumsi masyarakat juga

    semakin banyak, penganekaragaman hasil olahan sesuai dengan selera konsumen,

    dan mencegah adanya kerusakan susu lebih banyak. Susu dapat diolah menjadi

    berbagai macam produk, antara lain susu pasteurisasi, susu steril, susu bubuk, es

    krim, susu kental, dan lain-lain. Bentuk-bentuk olahan tersebut, perlu disadari

    bahwa untuk mengolah susu segar menjadi produk olahan yang baik diperlukan

    mutu susu yang baik seperti susu segar yang disajikan dalam bentuk segar atau

    dipasteurisasi (Hadiwiyoto, 1994).

    Susu Pasteurisasi

    Pasteurisasi pada susu pertama kali dilakukan oleh Franz vonSoxhlet pada

    tahun 1886. Susu pasteurisasi atau dikenal dengan istilah pasteurized milk adalah

    produk susu yang diperoleh dari hasil pemanasan susu pada suhu minimum 161F

  • 18

    selama minimum 15 detik, segera dikemas pada kondisi yang bersih dan terjaga

    sanitasinya. Ada beberapa bakteri yang bertahan pada suhu pasteurisasi, dalam

    jumlah sedikit, namun dipertimbangkan tidak berbahaya dan tidak akan merusak

    susu selama kondisi pendinginan yang normal (Shearer, dkk., 1992).

    Pasteurisasi pada susu dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu LTLT dan

    HTST. Cara pasteurisasi yang dilakukan juga berpengaruh terhadap kandungan

    gizi dan roma produk pangan. Pada susu HTST dinilai lebih efektif, karena lebih

    sedikit menimbulkan kerusakan pada kandungan gizi dan karakteristik

    organoleptik pada susu, dibandingkan dengan LTLT. Proses pasteurisasi HTST

    (minimum 72 C selama 15 detik) disarankan untuk continuous flow

    pasteurization dan LTLT (minimum 63C selama 30 menit) untuk batch

    pasteurization (Codex, CAC/RCP 57-2004).

    Bahan baku susu untuk memproduksi susu pasteurisasi di Indonesia,

    produsen (industri pengolahan susu) diperbolehkan menggunakan susu

    rekombinasi atau susu rekonstitusi, karena pasokan susu segar dalam negeri masih

    belum mencukupi kebutuhan susu dan produk susu dalam negeri. Bray (2008)

    menjelaskan bahwa standar kualitas bahan baku susu berdasarkan Total Plate

    Count (TPC) dan Somatic Cell Count (SCC) harus dijadikan landasan

    kepentingan perlindungan kesehatan publik, bukan hanya semata untuk

    memaksimasi kepentingan produsen produk susu dengan memperpanjang daya

    simpannya.

    Produk hasil pasteurisasi bila disimpan pada suhu kamar hanya bertahan 1-2

    hari, sedangkan jika disimpan pada suhu rendah dapat bertahan selama 1 minggu

  • 19

    (Sarinengsih, 2009). Persyaratan mutu susu pasteurisasi berdasarkan BSN (1995)

    tentang Susu Pasteurisasi dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Syarat mutu susu pasteurisasi menurut BSN (1995) tentang Susu

    Pasteurisasi

    Karakteristik Syarat

    A B

    Bau khas khas

    Rasa khas khas

    Warna khas khas

    Kadar lemak minimum 2.80 1.50

    Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 7.7 7.5

    Uji reduktase dengan methylen blue 0 0

    Kadar protein minimum 2.5 2.5

    Uji fosfatase 0 0

    Total plate count maksimum 3 104 3 10

    4

    Koliform maksimum 10 10

    Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1995)

    A = susu pasteurisasi tanpa penyedap cita rasa

    B = susu pasteurisasi yang diberi penyedap cita rasa

    Produk susu pasteurisasi dihasilkan dengan cara pemanasan bahan baku

    susu dengan suhu dan selama waktu tertentu, kemudian segera didinginkan untuk

    menghambat pertumbuhan bakteri. Ada beberapa kelompok bakteri yang disebut

    thermoduric, yakni bakteri yang bertahan hidup pada suhu pasteurisasi, demikian

    juga ada bakteri yang disebut psychrotrophic merupakan kontaminan utama pada

    produk susu, tetap hidup pada susu pendinginan, namun tidak bertahan hidup

    selama proses pasteurisasi, dan menghasilkan flavor yang tidak sedap. Valik dkk.

    (2003) telah meneliti bagaimana salah satu bakteri, yakni Bacillus cereus, bakteri

    pembentuk spora yang mampu bertahan hidup selama proses pasteurisasi, juga

    bertahan pada suhu pendinginan, dan penghasil enterotoxin, yang menjadi

    penyebab keracunan pangan, dapat berkembang biak pada susu pasteurisasi

    selama masa penyimpanan.

  • 20

    Penelitian Valik dkk. (2013) menyimpulkan bahwa susu pasteurisasi pada

    suhu penyimpanan 9C dan di atasnya, daya simpan hanya sekitar 5 hari.

    Penyimpanan di bawah 9C akan tetap aman, namun bakteri lainnya yang bersifat

    psychrotrophic akan menjadi penyebab kerusakan dan keracunan pada susu. Dari

    penelitian tersebut, diperlukan tanggungjawab produsen susu pasteurisasi untuk

    menjamin bahwa daya simpan yang dicantumkan pada produknya dapat diteliti

    secara seksama, berdasarkan TPC, disesuaikan dengan suhu penyimpanan yang

    disarankan pada konsumennya.

    Pemeriksaan dan penyortiran bahan baku susu berdasarkan TPC menjadi

    faktor penting untuk menghasilkan susu pasteurisasi yang berkualitas baik dan

    memiliki daya simpan yang cukup lama. Pengendalian TPC yang terkandung pada

    susu segar dalam negeri masih menjadi persoalan, batas jumlah mikroba 3 juta per

    ml saja masih sulit dicapai, lebih berat lagi bila dihadapkan pada standar yang

    berlaku secara internasional (1 juta per ml).

    Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) sebagai Pengawet/Antibakteri

    Kayu secang (Caesalpinia sappan L) merupakan perdu yang umumnya

    tumbuh di tempat terbuka sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut

    seperti di daerah pegunungan yang berbatu tetapi tidak terlalu dingin. Tingginya

    5-10 m. Batangnya berkayu, bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Batang dan

    percabangannya terdapat duri-duri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya

    tersebar. Daun sepang merupakan daun majemuk menyirip ganda dengan panjang

    25-40 cm, jumlah anak daunnya 10-20 pasang yang letaknya berhadapan. Bunga

    sepang adalah bunga majemuk berbentuk malai, bunganya keluar dari ujung

  • 21

    tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bunga berbentuk tabung berwarna

    kuning. Buah sepang adalah buah polong, panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, ujung

    seperti paruh berisi 3-4 biji, jika masak berwarna hitam. Bijinya bulat memanjang

    dengan panjang 15-18 mm dan lebar 8-11 mm, tebalnya 5-7 mm, warnanya

    kuning kecoklatan. Akar sepang adalah akar tunggang berwarna coklat kotor

    (Hariana, 2006).

    Klasifikasi botani tanaman sepang adalah sebagai berikut (Tjitrosoepomo,

    1994):

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicolyledonae

    Bangsa : Resales

    Suku : Cesalpiniaceae

    Marga : Caesalpinia

    Jenis : Caesalpinia sappan L

    Nama Umun : Secang

    Kandungan kimia kayu secang (Caesalpinia sappan L.) adalah sebagai

    berikut (Hariana, 2006):

    1. Bazilin adalah golongan senyawa yang memberi warna merah pada sepang

    dengan struktur C6H14O5 dalam bentuk kristal. Brazilin merupakan senyawa

    antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur mempunyai efek

    melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Brazilin diduga

    mempunyai efek anti-inflasi dan anti bakteri (Staphylococcus aureus dan

    Escherichia coli).

    2. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik

    yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi kebanyakan flavonoid

    dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi

  • 22

    jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang berasal dari

    proses-proses dalam tubuh atau dari luar. Pada beberapa penelitian disebutkan

    bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan dan juga

    antibakteri (Widowati, 2011).

    3. Tanin adalah komponen zat organik yang sangat komplek dan terdiri dari

    senyawa fenolik yang mempunyai berat molekul 500-3000, dapat bereaksi

    dengan protein membentuk senyawa komplek larut. Tanin bersifat sebagai

    antibakteri dan astringent atau menciutkan dinding usus yang rusak karena

    asam atau bakteri. Kadar tanin tertinggi diperoleh dengan cara pemasakan

    selama 20 menit dan kadar terendah pada perlakuan penyeduhan selama 10

    menit, kadar tanin yang diperoleh pada perebusan 20 menit adalah 0,137%

    (Winarti dan Sembiring, 1998)

    Komponen kimia yang terkandung pada kayu secang, seperti brazilin

    menjadi pewarna alami makanan. Pewarna makanan merupakan benda

    berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang diwarnainya.

    Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna

    sehingga menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud

    cair dan bubuk yang larut di air. Pewarna makanan dapat berupa pewarna jenis

    direct, mordant dan vat, dan penggunaannya secara ketat dikontrol hukum

    (Anonim, 2012). Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang

    berupa pigmen. Pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain:

    klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid terdapat pada

  • 23

    kayu secang, wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah) (Suhanda,

    2006).

    Kayu secang memiliki kandungan brazilin yang merupakan senyawa

    antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur kimianya namun yang

    paling berperan sebagai antioksidan yaitu kadar fenol kayu secang. Penelitian

    Miksusanti, dkk. (2011) berkesimpulan bahwa (Caesalpinia sappan L.) dapat

    menghambat aktivitas bakteri Bacillus cereus dengan kadar fenol 590,428

    mg/g. Penelitian Kumala, dkk. (2009) dan Kumala, dkk. (2013) berkesimpulan

    bahwa rebusan kayu secang menghambat aktivitas bakteri Salmonella thypii

    dan Escherichia coli secara in vivo diduga yang berperan adalah tanin dan

    asam galat.

  • 24

    METODE PENELITIAN

    Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2014.

    Dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Susu Fakultas Peternakan,

    Universitas Hasanuddin, Kampus Tamalanrea, Makassar, Sulawesi-Selatan.

    Materi Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer, penangas air,

    petridish, lemari pengeram (inkubator), mikropipet, alat penghitung koloni

    (colony counter), tabung reaksi, alat penghomogen (vortex), rak tabung reaksi,

    tissue, bunsen, kompor, panci, sendok, penyaring, gelas ukur, timbangan,

    autoklaf, kulkas, dan sendok.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu secang

    (Caesalpinia sappan L.), susu bubuk, Nutrien Agar (NA), alkohol 70%, akuades,

    dan spiritus.

    Rancangan Penelitian

    Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan.

    A0 = Kontrol (0 hari) pada suhu 40C

    A1 = Penyimpanan 3 hari pada suhu 40C

    A2 = Penyimpanan 6 hari pada suhu 40C

    A3 = Penyimpanan 9 hari pada suhu 40C

  • 25

    Prosedur Penelitian :

    Pembuatan sediaan rebusan kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)

    Pembuatan rebusan kayu secang 2%, yaitu dengan cara perebusan selama

    20 menit (Winarti dan Sembiring, 1998) pada kondisi ini kadar tanin yang

    diperoleh sangat tinggi. Perebusan dilakukan dengan suhu 95-1000C

    dipertahankan selama 20 menit.

    Pembuatan Susu Pasteurisasi

    Susu pasteurisasi dibuat dari susu rekonstitusi 10%. Susu bubuk

    ditambahkan sediaan rebusan kayu secang masing-masing 2% dengan

    penggunaan gula 8% (modifikasi Malaka dan Asrif, 2010). Campuran tersebut

    dipasteurisasi dengan metode High Temperature Short Time (HTST) pada suhu

    72oC selama 15 detik (Codex, CAC/RCP 57-2004).

    Penyimpanan

    Penyimpanan dilakukan pada suhu 4oC dengan lama penyimpanan masing

    masing 0 hari (kontrol), 3 hari, 6 hari dan 9 hari untuk melihat daya simpan susu

    pateurisasi dengan penambahan rebusan kayu secang terhadap jumlah total bakteri

    dan kualitas organoleptik

    Parameter yang Diukur

    Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah uji TPC (Total Plate

    Count):

    1. Uji TPC (Total Plate Count)

  • 26

    Uji TPC (Total Plate Count) yang dilakukan adalah untuk mengetahui

    jumlah bakteri yang terdapat pada sampel. Angka lempeng total yaitu jumlah

    bakteri mesofil aerob yang hidup pada sampel. Bakteri mesofil aerob adalah

    golongan bakteri yang tumbuh baik pada suhu 25-40C dalam suasana

    mengandung asam (Wahyu, dkk., 2012).

    Prosedur pengujian TPC (Total Plate Count) yaitu semua alat yang telah

    dibungkus kertas buram disterilkan pada autoklaf selama 15 menit pada suhu

    121C, mendinginkan alat dan bahan yang telah disterilisasi, melakukan

    pengenceran, sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml NaCl

    0,85% yang telah steril pengenceran (10-1

    ), dilakukan secara aseptis, kemudian

    divortex. Pengenceran berikutnya 1 ml dari tabung reaksi 10-1

    dimasukkan ke

    tabung reaksi pengenceran (10-2

    ), dan selanjutnya pengenceran 10-3

    . Cawan

    petri yang telah berisi masing masing sampel 1 ml sampel pengenceran (10-1

    -

    10-3

    ) ditambahkan Nutrien Agar (NA) digoyang-goyangkan, tunggu hingga

    media padat. Cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi

    terbalik pada suhu 351C selama 24-48 jam, mencatat pertumbuhan koloni

    pada masing-masing cawan yang mengandung 25-250 koloni dan menghitung

    jumlah bakteri yang tumbuh dengan colony counter (Wahyu, dkk., 2012).

    2. Uji Organoleptik

    Kriteria penilaian yang diuji berupa warna, aroma, dan konsistensi. Uji

    organoleptik terdiri dari 10 panelis semi terlatih. Volume sampel yang diuji

    pada panelis 30 ml (Kartika, dkk., 1988). Indikator penilaian warna, aroma,

    rasa, dan konsistensi seperti terlihat sebagai berikut:

  • 27

    Warna

    Tidak orange orange

    1 6

    Aroma Susu

    Tidak beraroma susu Beraroma susu

    1 6

    Aroma Secang

    Beraroma secang Tidak beraroma secang

    1 6

    Konsistensi

    Encer Kental

    1 6

    Analisa Data

    Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan

    Analisis Ragam berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gaspersz, 1991)

    dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Model statistik yang digunakan adalah

    sebagai berikut :

    Yij = + i + ij

    i = 1, 2, 3, 4 i = perlakuan

    j = 1, 2, 3, 4, 5 j = ulangan

    Keterangan :

    Yij = variabel respon pengamatan

    = nilai rata rata hasil pengamatan

    i = pengaruh lama penyimpanan susu ke-i

    ij = Pengaruh galat percobaan dari penyimpanan susu ke-i dan ulangan

    ke-j

    Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka akan

    dilanjutkan dengan uji Duncan (Gaspersz, 1991).

  • 28

    Diagram alir

    Secara sederhana skema metode penelitian sebagai berikut:

    `

    Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

    Susu 10% dan gula 8 %

    Pasteurisasi HTST (suhu

    720C selama 15 detik)

    TPC (Total Plate Count) Organoleptik

    Warna

    Aroma

    Konsistensi

    9 Hari 6 Hari 0 Hari 3 Hari

    Rebus kayu secang 2%

    Susu Pasteurisasi

    Pnyimpanan Suhu 4oC

  • 29

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pasteurisasi efektif membunuh bakteri yang berpotensi patogenik di dalam

    susu tetapi tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora bakteri yang bersifat

    termoresisten, sehingga diperlukan aplikasi proses penanganan lainnya berupa

    pengawetan yang bertujuan memperpanjang masa simpan susu pasteurisasi

    (Hariyadi, 2000). Kayu secang berperan sebagai antibakteri sehingga mampu

    menghambat pertumbuhan bakteri (total plate count) pada susu. Penambahan

    kayu secang pada susu pasteurisasi juga berpengaruh terhadap kualitas

    organoleptik susu.

    Jumlah Total Bakteri (Total Plate Count)

    Total plate count (TPC) adalah pemeriksaan kualitas susu dengan cara

    menghitung jumlah koloni pada beberapa pengenceran, kemudian ditumbuhkan

    pada media plate count agar dan diinkubasi 37oC selama 2 x 24 jam sehingga

    diketahui jumlah koloni per mil sampel. Standar kualitas bahan baku susu

    berdasarkan TPC dijadikan landasan kepentingan perlindungan kesehatan

    publik, bukan hanya semata untuk memaksimasi kepentingan produsen produk

    susu dengan memperpanjang daya simpannya (Bray, 2008). SNI 01-6366-2000

    mensyaratkan pemeriksaan TPC perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas susu.

    Jumlah TPC >106 cfu/ml menyebabkan mikroba cepat berkembang dan toksin

    sudah terbentuk.

    Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada susu pateurisasi

    dengan penambahan rebusan kayu secang lebih rendah dibanding dengan susu

  • 30

    pasteurisasi tanpa penambahan kayu secang. Hal ini disebabkan karena kayu

    secang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri yang terkandung

    di dalam susu selama penyimpanan. Hariana (2006) menyatakan bahwa kayu

    secang juga berkhasiat sebagai pengawet, antioksidan dan antibakteri sehingga

    dapat mengurangi bakteri dalam bahan pangan.

    Hasil perhitungan jumlah bakteri menggunakan metode (poure plate)

    dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Pertumbuhan Bakteri Selama Penyimpanan pada Susu Pasteurisasi

    Keterangan:abcd

    superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P

  • 31

    penyimpanan terjadi penurunan jumlah bakteri yang terkandung di dalam susu

    pasteurisasi dari penyimpanan 0 hari sampai pada penyimpanan 9 hari. Hal ini

    disebabkan karena susu pasteurisasi mendapat perlakuan penambahan rebusan

    kayu secang dan disimpan pada suhu 4oC sehingga pertumbuhan bakteri

    dihambat. Penelitian kumala dan Yuliani (2009); Kumala, dkk. (2013)

    menyatakan bahwa, rebusan kayu secang dapat menghambat aktivitas bakteri

    Salmonella thypii dan Escherichia coli secara in vivo dan zat yang berperan

    adalah tanin dan asam galat.

    Dianasari (2009) dan Fajariah (2009) melakukan uji efektivitas ekstrak

    etanol kayu secang terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Shigella

    dysentriae penyebab penyakit diare dan disentri. Sedangkan Fazri (2009)

    menguji ekstrak kayu secang terhadap bakteri Helicobacter pylori penyebab

    inflamasi kronik saluran pencernaan pada perlakuan 5,0 mg/ml sampai 7,5

    mg/ml terlihat adanya aktivitas penghambatan pertumbuhan isolat Helicobacter

    pylori, yang diduga karena adanya asam galat didalam ekstrak kayu secang.

    Gambar 2 menunjukkan jumlah total bakteri susu pasteurisasi dengan

    penambahan rebusan kayu secang selama penyimpanan diperoleh jumlah total

    bakteri tertinggi pada penyimpanan 3 hari sebesar 2,99 (log cfu/ml) dan terendah

    pada penyimpanan 9 hari sebesar 1,67 (log cfu/ml). Hal ini memenuhi standar SNI

    karena tidak melewati batas maksimun cemaran mikroba susu pasteurisasi yang

    ditetapkan SNI No. 01-6366 Tahun 2000 yaitu 3x104

    (cfu/ml) atau 4,47 (log

    cfu/ml).

  • 32

    Penelitian Ambarwati (2004) melaporkan pengaruh penambahan madu

    dan lama penyimpanan terhadap total bakteri dan daya terima susu pasteurisasi.

    Hasil pemeriksaan total bakteri berdasarkan pengaruh lama penyimpanan

    diperoleh nilai tertinggi pada lama penyimpanan 96 jam sebesar 1,2 x 103

    koloni/ml atau 3,68 (log cfu/ml) dan terendah pada lama penyimpanan 144 jam

    sebesar 0,8 x 103 koloni/ml atau 2,90 (log cfu/ml).

    Penelitian sawitri dkk., (2010) tentang kajian kualitas susu pasteurisasi

    selama penyimpanan dalam refrigerator sampai hari ke-5 mengalami peningkatan

    lebih dari 104 cfu/ml. Hasil ini mengindikasikan bahwa selama penyimpanan susu

    pasteurisasi dalam refrigerator terjadi pertumbuhan mikroorganisme yang

    signifikant. Banyaknya jumlah mikroorganisme dalam susu pasteurisasi selama

    penyimpanan di refrigerator menurut Jay (1999) kemungkinan akibat

    pertumbuhan bakteri thermodurik dan penghasil spora. Jenis dan jumlah bakteri

    tersebut tergantung pada populasi mikroba susu segar dan bahan baku lainnya

    seperti gula, kesempurnaan proses pasteurisasi, pengemasan sampai kecepatan

    penyimpanan di refrigerator.

    Organoleptik

    1. Warna

    Warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    penerimaan konsumen terhadap suatu produk pangan. Kayu secang

    mengandung brazilin yang merupakan sumber zat warna merah yang

    dapat dipakai sebagai bahan pewarna alami. Hariana (2006)

    mengemukakan bahwa brazilin adalah golongan senyawa yang memberi

  • 33

    warna merah pada secang dengan struktur C6H14O5 dalam bentuk kristal.

    Hasil uji organoleptik warna pada susu pasteurisasi selama penyimpanan

    dengan penambahan rebusan kayu secang dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Warna Susu Selama Penyimpanan pada Pasteurisasi

    Hasil analisi ragam menunjukkan lama penyimpanan susu

    pasteurisasi berpengaruh nyata (P

  • 34

    terjadi aktivitas mikroba dalam susu yang menyebabkan kerusakan pada

    susu. Sanusi (1989) telah mengisolasi zat warna merah yang terkandung

    dalam kayu secang yang dikenal sebagai senyawa golongan brazilin.

    Brazilin merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai katekol

    dalam struktur kimianya. Berdasarkan aktivitas antioksidannya, brazilin

    diharapkan mempunyai efek melindungi tubuh dari keracunan akibat

    radikal kimia (Moon et al. 1992). Selanjutnya (Lim et al. 1997)

    membuktikan bahwa indeks antioksidatif dari ekstrak kayu secang lebih

    tinggi daripada antioksidan komersial (BHT BHA). Peneliti lain

    mengungkapkan bahwa brazilin diduga mempunyai efek anti-inflamasi

    (Sundari et al. 1998).

    2. Aroma

    Aroma susu mudah berubah dari yang dikehendaki menjadi aroma

    yang tidak dikehendaki, hal ini dipengaruhi oleh sifat lemak susu yang

    mudah menyerap bau disekitarnya. Nurwanto (2009) menyatakan bahwa

    bau susu umumnya sedap, namun juga sangat mudah berubah bila terkena

    benda-benda tertentu. Susu terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu 87,25%

    air dan 12,7% zat padat. Zat padat tersebut terbagi menjadi 3,08% lemak,

    3,5% protein, 4,8% laktosa, 0,65% mineral. Zat-zat padat tersebut

    memberi aroma khas pada susu. Hasil uji organoleptik aroma susu selama

    penyimpanan dengan penambahan rebusan kayu secang dapat dilihat pada

    gambar 4.

  • 35

    Gambar 4. Aroma Susu Selama Penyimpanan pada Pasteurisasi

    Keterangan:abcd

    superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata

    (P0,05)

    terhadap aroma susu selama penyimpanan. Hasil uji beda nyata LSD

    menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang nyata antara

    penyimpanan 0 hari terhadap 3 hari, penyimpanan 6 hari terhadap 9 hari

    namun berbeda nyata pada penyimpanan 3 hari terhadap 9 hari. Nilai

    organoleptik aroma susu pasteurisasi selama penyimpan berkisar antara

    4,33-5 yaitu lebih dekat kearah aroma susu.

    Gambar 4 menunjukkan bahwa selama penyimpanan tidak terjadi

    penurunan aroma susu karena rebusan kayu secang yang ditambahkan

    pada susu mampu mempertahankan aroma susu karena adanya anti bakteri

    yang menghambat pertumbuhan mikroba terhadap bau yang tak

    dikehendaki. Punc dan Olson (1984) melaporkan bahwa kondisi zat gizi

    0.00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    5.00

    6.00

    0 3 6 9

    Aro

    ma

    Lama Penyimpanan (Hari)

    4,33ab

    5b 4,67ab

    4,3a

  • 36

    yang baik pada susu juga memberi peluang yang baik pula bagi

    pertumbuhan mikroba seperti bakteri, kapang, dan khamir, karena dalam

    pertumbuhannya mikroba juga membutuhkan bahan makanan.

    Pertumbuhan berbagai mikroba tersebut akan mengubah mutu susu,

    ditandai dengan perubahan rasa, aroma, warna, dan penampakan, yang

    akhirnya menyebabkan susu tersebut rusak. Buckle dkk., (1995)

    menambahkan bahwa kerusakan pada air susu diakibatkan oleh

    terbentuknya asam laktat sebagai hasil fermentasi laktosa oleh bakteri

    coli. Fermentasi oleh bakteri ini menyebabkan aroma susu menjadi

    berubah dan tidak disukai oleh konsumen.

    Hasil uji organoleptik aroma secang selama penyimpanan dengan

    penambahan rebusan kayu secang dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Aroma Secang Selama Penyimpanan pada Pasteurisasi

    Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian kayu secang

    tidak berpengaruh terhadap aroma susu yang dipasteurisasi (p>0,05).

    Selama penyimpanan dari 0 hari sampai pada penyimpanan 9 hari nilai

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    0 3 6 9

    Aro

    ma

    Sec

    an

    g

    Lama Penyimpana (Hari)

    4 4 4 4

  • 37

    aroma secang yang dihasilkan tetap yaitu 4 lebih dekat kerah tidak

    beraroma secang. Penambahan kayu secang pada susu pasteurisasi selama

    penyimpanan tidak terjadi perubahan aroma. Hal ini terjadi karena masing-

    masing perlakuan ditambahkan rebusan kayu secang 2%. Kayu secang

    merupakan bahan pengawet yang dapat mempertahankan kualitas susu.

    Kayu secang juga berkhasiat sebagai pengawet, antioksidan dan

    antibakteri sehingga dapat mengurangi bakteri dalam bahan pangan

    (Hariana, 2006). Padmaningrum, dkk. (2012) menyatakan bahwa tanaman

    secang diperoleh dari komponen senyawa-senyawa kimia yang terkandung

    di dalamnya. Kandungan kimia kayu secang meliputi asam galat, tanin,

    resin, resorsin, brasilin, brasilein, d-alfa-phellandrene, oscimene, minyak

    atsiri. kandungan minyak atsiri pada kayu secang memberi bau yang

    sangat menyenangkan (Hariana 2006).

    Konsistensi

    Konsistensi (kekentalan) susu merupakan sifat fisik susu yang harus

    diperhatikan dalam penentuan kualitas susu. Konsistensi susu menurut SK

    Direktorat Jendral Peternakan No.17/Kpts/DJP/Deptan/1983 adalah encer. Nilai

    konsisten susu pasteurisasai selama penyimpanan dengan penambahn kayu secang

    dapat dilihat pada Gambar 6.

  • 38

    Gambar 6. Konsistensi Selama Penyimpanan pada Susu Pasteurisasi

    Hasil analasis ragam nenunjukkan bahwa susu pasteurisasi dengan

    penambahan kayu secang tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap

    penyimpanan. Konsistensi susu selama penyimpanan 0 hari sampai pada

    penyimpanan 9 hari nilai rataan yang dihasilkan adalah 2,33 yaitu mendekati nilai

    encer.

    Gambar 6 menunjukkan bahwa selama penyimpanan konsistensi susu tdak

    mengaalami perubahan. Hal ini sesuai dengan SNI No. 01-3951-2011 bahwa

    syarat mutu susu terhadap kekentalan tidak mengalami perubahan. Selama

    penyimpan berlangsung tidak terjadi penggumpalan. Buckle, et all., (1987)

    menyatakan bahwa penggumpalan merupakan sifat susu yang paling khas.

    Penggumpalan dapat disebabkan oleh kegiatan enzim atau penambahan asam.

    Enzim proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri dapat menyebabkan

    penggumpalan susu. Kerja enzim ini biasanya terjadi dalam tiga tahap yaitu

    penyerapan enzim ke dalam partikel-partikel kasein, diikuti dengan perubahan

    0

    1

    2

    3

    4

    0 3 6 9

    Kon

    sist

    ensi

    Lama Penyimpana (Hari)

    2 2,33 2,33 4,33

  • 39

    keadaan partikel kasein itu sebagai akibat kerja enzim dan terakhir

    mengendapnya kasein yang telah berubah itu sebagai garam kalsium atau

    garam kompleks. Adanya ion-ion kalsium dalam susu diperlukan untuk proses

    pengendapan. Jika terjadi penyimpangan maka susu dapat berubah cair

    bahkan dapat terlalu kental.

  • 40

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

    sebagai berikut:

    1. Selama penyimpanan kualitas organoleptik warna dan aroma susu tidak

    megalami perubahan , dan konsistensi yang dibentuk mendekati nilai encer.

    2. Selama penyimpanan 9 hari jumlah bakteri pada susu pasteurisasi dengan

    penambhan kayu secang mengalami penurunan dan tidak melebihi batas

    cemaran mikroba.

    Saran

    Penyimpanan pada suhu 4oC baik digunakan untuk mempertahankan

    kualitas organoleptik dan menghambat pertumbuhan jumlah bakteri pada susu

    pasteurisasi yang ditambahkan rebusan kayu secang 2% dan baik digunakan untuk

    memperpanjang masa simpan susu hingga penyimpanan 9 hari .

  • 41

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2012a. Pewarna Makanan. http: //id. Wikipedia .org /wiki/ Pewarna

    _makanan. Diakses 25 September 2013.

    Ambarwati Y. K. 2004. Pengaruh penambahan madu dan lama penyimpanan

    terhadap total bakteri dan daya terima susu pasteurisasi. Skripsi.

    Universitas Diponegoro. Semarang.

    Badan Standardisasi Nasional. 1995. Susu Pasteurisasi. SNI 01-3951-1995.

    Jakarta.

    Badan Standardisasi Nasional. Susu Segar. 1998. SNI 01-3141-1998. Jakarta.

    Bray, D. R. 2008. Milk Quality is More than Somatic Cell Count and Standard

    Plate Count, its Now Shelf-life. Department of Animal Sciences-University of Florida, USA.

    Buckle, K.A., R.A. Edwards., G.H Fleet., dan M. Wotton. 1995. Ilmu Pangan.

    Universitas Indonesia. Jakarta.

    Dianasari N. 2009. Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol kayu secang

    (Caesalpinia sappan L., ) terhadap Staphylococcus aureus dan Shigella

    dysentriae serta Bioautografinya. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas

    Muhammadiayah Surakarta. Surakarta.

    Fajariah, I. N. 2009. Uji efektivitas antibakteri fraksi etil asetat ekstrak etanol

    kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap staphylococcus aureus dan

    Shigella dysentriae serta bioautografinya. Skripsi. Fakultas Farmasi,

    Universitas Muhammadiayah Surakarta. Surakarta.

    Fazri, M. E. 2009. Uji efektivitas antibakteri ekstrak metanol kayu secang

    (Caesalpinia sappan L.,) terhadap Helicobacter pylori secara in vitro,

    Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiayah Surakarta.

    Surakarta.

    Gaspersz, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan. Arminco. Bandung.

    Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil

    Olahannya. Liberty. Jakarta.

    Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Niaga Swadaya. Depok.

  • 42

    Hasanuddin. 2001. Pengaruh santan kelapa sebagai substansi sumber lemak

    terhadap kualitas es krim. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas

    Hasanuddin. Makassar.

    Hariyadi, P. 2000. Dasar dasar Teori dan Praktek Proses Termal. Pusat Studi

    Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

    Kartika, B., P. Hastuti, dan W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan

    Pangan. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadja Mada.

    Yogyakarta.

    Jay, M. J. 1999. Modern Food Microbiology 2nd

    Edition. Detroit. Michigan.

    Kumala, S., Yuliani, D., dan Tulus. 2009. Pengaruh pemberian rebusan kayu

    secang(Caesalpinia sappan L.) terhadap mencit yang diinfeksi bakteri

    Escherichia coli. Jurnal Farmasi Indonesia 4 (4): 188 -198.

    Kumala, S., Devana, D., dan Tulus. 2013. Aktivitas antibakteri rebusan secang

    (caesalpinia sappan l.) terhadapSalmonella thypii secara in vivo. Jurnal.

    AGRITECH. 33: 54-71.

    Lim, D.K., U. Choi, and D.H. Shin. 1997. Antioxidative activity of some solvent

    extract from Caesalpinia sappan Linn. Korean J. Food Sci. Technol. 28(1):

    7782.

    Moon, C. K., K.S. Park, S.G. Kim, and H.S. Won. 1992. Drug and chemical

    toxicology. Drug Chem. Toxicol. 15(1): 8191.

    Miksusanti, Fitrya, N., dan Marfinda. 2011. Aktivitas campuran ekstrak kulit

    manggis (Garcinia mangostana L.) secang (Caesalpina sappan L.)

    terhadap Bacilluscereus. Jurnal Penelitian dan Kayu Sains. 14 (3): 141-

    152.

    Nurwantoro. 2009. Bahan Ajar Dasar teknologi Hasil Ternak. Fakultas

    Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang.

    Padmaningrum, R. T., S. Marwati, dan A. Wiyarsi. 2012. Karakteristik ekstrak zat

    warna kayu secang (Caesalpinia sappan L) sebagai indikator titrasi asam

    basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan

    MIPA. Fakultas MIPA., Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

    Punc, I.D. and J.C. Olson. 1984. Comparison between standard methods

    procedure and surface plate method for estimating psychrophylicbacteria

    in milk. J. Milk Food Tech. 37(2):101-103.

  • 43

    Rahman A., S. Fardiaz, W.P. Rahayu, Suliantari dan C. C. Nurwitri. 1992.

    Teknologi Fermentasi Susu. PAU IPB. Bogor.

    Sanusi, M. 1989. Isolasi dan Identifikasi Zat Warna Kayu Sappang. Balai Industri

    Ujung Pandang.

    Sarinengsih, M. 2009. Pengaruh penambahan asam Dokosaheksaenoat (DHA)

    terhadap ketahanan susu pasteurisasi rasa cokelat. skripsi. Bandung

    (ID): FMIPA. UPI. Bandung.

    Sawitri, E. M., A. Manab, M. C. Padaga, T. E. Susilorini, U. Wisaptiningsih dan

    Ghozi, K. 2010. Kajian kualitas susu pasteurisasi yang diproduksi u.d.

    gading mas selama penyimpanan dalam refrigerator. Jurnal Ilmu dan

    Teknologi Hasil Ternak. 5(2): 4-5.

    Shearer, J. K., K. C. Bachman, and J. Boosinger. 1992. The production of quality

    milk this document is ds61, one of a series of the animal

    sciencedepartment. Florida cooperative extension service. Institute of Food

    and Agricultural Sciences. University of Florida. USA.

    Suhanda, I. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Buku Kompas. Jakarta.

    Sundari, D., L. Widowati, dan M.W. Winarno. 1998. Informasi khasiat, keamanan

    dan fitokimia tanaman secang (Caesalpinia sappanL.). Warta Tumbuhan

    Obat Indonesia 4(3): 13.

    Valik L., F. Gorner, and D. Laukova. 2003. Growth dynamics of Bacillus cereus

    and shelf-life of pasteurised milk. Czech J. food SCI. (21): 195202.

    Wahyu, S. S., S. Julaikha, Suranto, S. Susanti, Y. Lorentina, Y. Sopian, dan Z. Y.

    Arfah. 2012. Pengujian Total Bakteri/Total Plate Count (TPC).

    Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

    Widowati, W. 2011.Uji fitokimia dan potensi antioksidan ekstrak etanol kayu

    secang (Caesalpinia sappan L.). Jurnal. JKM. 11 (1): 23-31.

    Winarti, C. dan Sembiring B.S. 1998. Pengaruh cara dan lama ekstraksi terhadap

    kadar tanin ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L). Balitro Bogor.

    Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1998. 4: 17-18.

  • 44

    Lampiran 1. Tabel Anova dan Uji Lanjut LSD Total Plate Count (Jumlah Total

    Bakteri ) pada Susu Pasteurisasi dengan Penambahan Kayu Secang

    ANOVA

    Jumlah Total Bakteri

    Source

    Type III Sum

    of Squares Df Mean Square F Sig.

    Corrected Model 2.944a 3 .981 25.442 .000

    Intercept 67.593 1 67.593 1.752E3 .000

    penyimpanan 2.944 3 .981 25.442 .000

    Error .309 8 .039

    Total 70.845 12

    Corrected Total 3.253 11

    a. R Squared = ,905 (Adjusted R Squared = ,870)

    LSD

    Jumlah Total Bkateri

    (I)

    penyi

    mpana

    n

    (J)

    penyi

    mpana

    n

    Mean

    Difference (I-

    J) Std. Error Sig.

    95% Confidence Interval

    Lower Bound Upper Bound

    LSD 0 3 -.7933* .16036 .001 -1.1631 -.4235

    6 -.4333* .16036 .027 -.8031 -.0635

    9 .5333* .16036 .010 .1635 .9031

    3 0 .7933* .16036 .001 .4235 1.1631

    6 .3600 .16036 .055 -.0098 .7298

    9 1.3267* .16036 .000 .9569 1.6965

    6 0 .4333* .16036 .027 .0635 .8031

    3 -.3600 .16036 .055 -.7298 .0098

    9 .9667* .16036 .000 .5969 1.3365

    9 0 -.5333* .16036 .010 -.9031 -.1635

    3 -1.3267* .16036 .000 -1.6965 -.9569

    6 -.9667* .16036 .000 -1.3365 -.5969

    Based on observed means.

    The error term is Mean Square(Error) = ,039.

    *. The mean difference is significant at the 0,05 level.

  • 45

    Lampiran 2. Tabel Anova Organoleptik Warna pada Susu Pasteurisasi dengan

    Penambahan Kayu Secang

    ANOVA

    Warna

    Source

    Type III Sum of

    Squares Df Mean Square F Sig.

    Corrected Model 1.000a 3 .333 4.000 .052

    Intercept 176.333 1 176.333 2.116E3 .000

    penyimpanan 1.000 3 .333 4.000 .052

    Error .667 8 .083

    Total 178.000 12

    Corrected Total 1.667 11

    a. R Squared = ,600 (Adjusted R Squared = ,450)

    Lampiran 3. Tabel Anova dan Uji Lanjut LSD Organoleptik Aroma Susu pada

    Susu Pasteurisasi dengan Penambahan Kayu Secang

    ANOVA

    Aroma Susu

    Source

    Type III Sum of

    Squares Df Mean Square F Sig.

    Corrected Model 1.667a 3 .556 3.333 .077

    Intercept 243.000 1 243.000 1.458E3 .000

    penyimpanan 1.667 3 .556 3.333 .077

    Error 1.333 8 .167

    Total 246.000 12

    Corrected Total 3.000 11

    a. R Squared = ,556 (Adjusted R Squared = ,389)

    LSD

    Aroma Susu

    (I) (J) Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

  • 46

    penyi

    mpana

    n

    penyi

    mpana

    n

    Difference (I-

    J)

    Lower Bound Upper Bound

    LSD 0 3 .33 .333 .347 -.44 1.10

    6 -.33 .333 .347 -1.10 .44

    9 -.67 .333 .081 -1.44 .10

    3 0 -.33 .333 .347 -1.10 .44

    6 -.67 .333 .081 -1.44 .10

    9 -1.00* .333 .017 -1.77 -.23

    6 0 .33 .333 .347 -.44 1.10

    3 .67 .333 .081 -.10 1.44

    9 -.33 .333 .347 -1.10 .44

    9 0 .67 .333 .081 -.10 1.44

    3 1.00* .333 .017 .23 1.77

    6 .33 .333 .347 -.44 1.10

    Based on observed means.

    The error term is Mean Square(Error) = ,167.

    *. The mean difference is significant at the 0,05 level.

    Lampiran 4. Tabel Anova Organoleptik Aroma Secang pada Susu Pasteurisasi dengan

    Penambahan Kayu Secang

    ANOVA

    Aroma Secang

    Source

    Type III Sum of

    Squares Df Mean Square F Sig.

    Corrected Model .000a 3 .000 . .

    Intercept 192.000 1 192.000 . .

    penyimpanan .000 3 .000 . .

    Error .000 8 .000

    Total 192.000 12

    Corrected Total .000 11

    a. R Squared = . (Adjusted R Squared = .)

  • 47

    Lampiran 5. Tabel Anova Konsistensi pada Susu Pasteurisasi dengan

    Penambahan Kayu Secang

    ANOVA

    Konsistensi

    Source

    Type III Sum of

    Squares Df Mean Square F Sig.

    Corrected Model .250a 3 .083 .333 .802

    Intercept 60.750 1 60.750 243.000 .000

    penyimpana .250 3 .083 .333 .802

    Error 2.000 8 .250

    Total 63.000 12

    Corrected Total 2.250 11

    a. R Squared = ,111 (Adjusted R Squared = -,222)

  • 48

    Lampiran 6. Gambar Hasil Pengamatan Pertumbuhan Bakteri

    Gambar 7. . Gambar Hasil Pengamatan Pertumbuhan Bakteri

    Keterangan A : Penyimpanan 0 hari

    B : Penyimpanan 3 hari

    C : Penyimpanan 6 hari

    D : Penyimpanan 9 hari

    A B

    C D

  • 49

    Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

    Penyimpanan susu dilemari pendingin (4

    oC)

    Uji jumlah bakteri (TPC) Sterilisasi

  • 50

    Uji Organoleptik

    Menghitung jumlah bakteri

  • 51

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama lengkap Fadliah M. lahir pada tanggal

    12 Maret 1992 di Tarakan dari pasangan Muhlis dan

    Hasnawati merupakan anak pertama dari enam

    bersaudara.

    Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1998 di

    SD Impres Balosi dan lulus pada tahun 2004. Kemudian

    melanjutkan ke SMP Negeri 1 Maros Utara dan lulus pada tahun 2007.

    Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Maros lulus pada tahun

    2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Teknologi Hasil

    Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin melalui jalur POSK

    dengan Beasisiwa BIDIK MISI.

    Semasa kuliah penulis aktif sebagai asisten Abatoir dan Teknik

    Pemotongan Ternak, dan Aktif di Laboratorium Teknologi Pengolahan Susu.

    Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM)

    yang diselenggarakan oleh DIKTI dan aktif dalam kegiatan Program Mahasiwa

    Wirausaha Mandiri. Penulis juga Aktif di Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak

    dan Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan.

    Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas

    Peternakan, penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul

    Kualitas Organoleptik dan Pertumbuhan Bakteri pada Susu Pasteurisasi dengan

    Penambahan Kayu Secang (Caesalpania sappan L.) Selama Penyimpanan.