gagal napas lia

Upload: dian-natalia

Post on 06-Apr-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    1/24

    GAGAL NAPAS

    Dian Natalia*, Wahyu Hendarto**

    ABSTRACT:

    Breathing is take oxygen to body and carbondioxyde expences process. Oxygen needs for

    metabolism process, carbondioxyde is result of metabolism and must be expend from the body.

    Respiratory system consists of upper respiratory tract and lower respiratory tract. When disturb

    in breathing happened, caused inflammation, disease and trauma can result in respiratory

    failure. Respiratory failure is emergency condition and needs quick and precise treatment for

    prevent futhter complication.

    Keyword : Breathing, respiratory failure, treatment of respiratory failure.

    ABSTRAK :

    Bernapas merupakan proses memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Oksigen

    diperlukan untuk proses metabolism, sedangkan karbondioksida merupakan hasil dari

    metabolism dan harus dikeluarkan dari tubuh. System pernapasan terdiri dari saluran napas atas

    dan saluran napas bawah. Jika terjadi gangguan dalam bernapas yang dapat dikarenakan adanya

    inflamasi, penyakit dan trauma bisamenyebabkan terjadinya gagal napas. Gagal napas

    merupkana keadaan kegawatdaruratan dan memerlukan terapi yang cepat dan tepat untuk

    mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

    Kata kunci : pernapasan, gagal napas, penatalaksanaan gagal napas.

    *Coassitan FK Universitas Tarumanagara

    ** Dokter Spesialis Anestesiologi BLU RSUD Kota Semarang

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    2/24

    Pendahuluan

    Respirasi adalah pertukaran gas antara makhluk hidup dengan lingkungannya, sedangkan

    peran dan fungsi respirasi adalah menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan gas

    karbondioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi respirasi merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan,

    dimana O2 merupakan sumber tenaga bagi tubuh yang harus dipasok secara terus-menerus,

    sedangkan CO2 merupakan bahan toksik yang harus dikeluarkan dari tubuh.

    Pernapasan tercapai melalui 3 proses utama, yaitu :

    1. Ventilasi (V) : proses udara bebas diantarkan ke alveoli.2. Difusi (D) : perpindahan atau pertukaran dari oksigen dan karbondioksida secara

    berlawanan melewati alveolus dan dinding pembukuh darah.

    3. Perfusi (Q) : pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat.Ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara

    antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan normal akan menyebabkan

    terjadinya gagal napas. Dimana sistem pulmoner tidak dapat mencukupi kebutuhan metabolisme,

    yaitu eliminasi CO2 dan oksigenasi darah. Gagal napas terjadi bila tekanan parsial oksigen

    arterial (PaO2) < 60 mmHg atau tekanan parsial karbondioksida arterial (PaCO2) > 45 mmHg.

    Gagal napas diklasifikasikan menjadi gagal napas hipoksemia, dan gagal napas hiperkapnia.

    Gagal napas hipoksemia ditandai dengan PaO2 < 60 mmHg dengan PaCO2 normal atau rendah.

    Gagal napas hiperkapnia, ditandai dengan PaCO2

    > 45 mmHg. Sedangkan menurut waktunya

    dapat dibagi menjadi gagal napas akut dan gagal napas kronik.

    Penyebab gagal napas dapat diakibatkan oleh kelainan pada otak, susunan neuromuscular,

    dinding thoraks dan diafragma, paru, serta sistem kardiovaskuler. Gagal napas akut merupakan

    salah satu kegawatdaruratan, sehingga membutuhkan penangan yang cepat dan tepat. Tujuan

    penatalaksanaan pasien dengan gagal nafas akut adalah: membuat oksigenasi arteri adekuat,

    sehingga meningkatkan perfusi jaringan, serta menghilangkan underlying disease, yaitu penyakit

    yang mendasari gagal nafas tersebut.1,2

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    3/24

    GAGAL NAPAS

    Definisi

    Gagal napas merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat ketidakmampuan sistem

    pulmoner untuk mencukupi kebutuhan metabolisme (eliminasi CO2 dan oksigenasi darah).

    Sistem pernapasan gagal untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer

    dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan normal.

    Gagal napas terjadi bila: 1). PO2 arterial (PaO2) < 60 mmHg, atau 2). PCO2 arterial

    (PaCO2) > 45 mmHg (ada yang mengatakan PaCO2 > 50 mmHg), kecuali jika peningkatan PCO2

    merupakan kompensasi dari alkalosis metabolic.

    PaO2 < 60 mmHg, yang berarti ada gagal napas hipoksemia, berlaku bila bernapas pada

    udara ruangan biasa (fraksi O2 inspirasi [F1O2] = 0,21), maupun saat mendapat bantuan oksigen.

    PCO2 > 45 mmHg yang berarti gagal napas hiperkapnia, kecuali ada keadaan asidosis

    metabolic. Tubuh pasien yang asidosis metabolic secara fisiologis akan menurunkan PaCO2

    sebagai kompensasi terhadap PH darah yang rendah. Tetapi jika ditemukan PaCO2 meningkat

    secara tidak normal, meskipun masih dibawah 45 mmHg pada keadaan asidosis metabolic, hal

    ini dianggap sebagai gagal napas tipe hiperkapnia.1,2,3

    Etiologi

    Penyebab gagal napas berkaitan dengan system tubuh :3,4,5

    No Sistem Kejadian

    1 System saraf Trauma kepala

    Batang otak Poliomyelitis

    Medula spinalis Fraktur cervical

    Saraf Over dosis obat

    2 System otot

    Primer-diafragma Miasrenia gravis

    Sekunder-pernafasan Guillian Bare Syndrome

    3 System rangka Flail chest

    Kifoskoliosis

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    4/24

    Tabel 1. Penyebab gagal napas menurut system tubuh

    Gambar 1.Penyebab-penyebab gagal napas menurut system tubub

    4 System pernafasan

    Jalan nafas Obstruksi, oedem laring,

    bronchitis, asama

    Alveoli Pneumonia, emfisema,

    fibrosis

    Sirkulasi paru Emboli paru

    5 System kardiovaskular Gagal jantung kongestif,

    infark miokard

    6 System gastrointestinal Aspirasi

    7 System hematologis DIC

    8 System genitourinaria Gagal ginjal

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    5/24

    Tabel 2. Penyebab-penyebab gagal napas

    Klasifikasi Gagal Napas

    Gagal napas dapat diklasifikasikan menjadi gagal napas hiperkapnia dan gagal napas

    hipoksemia. Berdasarkan waktunya dapat dibagi menjadi gagal napas akut dan gagal napas

    kronik. Gagal napas akut berkembang dalam waktu menit sampai jam, PH darah kurang dari 7,3.

    Gagal napas kronik berkembang dalam beberapa hari atau lebih lama, terdapat waktu untuk

    ginjal mengkompensasi dan meningkatkan konsentrasi bikarbonat, oleh karena itu biasanya PH

    hanya menurun sedikit.

    1. GAGAL NAPAS HIPOKSEMIA / GAGAL NAPAS TIPE I / GAGALOKSIGENASI

    Gagal napas hipoksemia lebih sering dijumpai daripada gagal napas hiperkapnia. Pasien tipe

    ini mempunyai nilai PaO2 yang rendah tetapi PaCO2 normal atau rendah. PaCO2 tersebut

    membedakannya dari gagal napas hiperkapnia, yang masalah utamanya adalah hipoventilasi

    alveolar. Selain pada lingkungan yang tidak biasa, dimana atmosfer memiliki kadar oksigen yang

    sangat rendah, seperti pada ketinggian, atau saat oksigen digantikan oleh udara lain, gagal napas

    hipoksemia menandakan adanya penyakit yang mempengaruhi parenkim paru atau sirkulasi

    paru. Contoh klinis yang umum menunjukkan hipoksemia tanpa peningkatan PaCO2 ialah

    pneumonia, aspirasi isi lambung, emboli paru, asma, dan ARDS.

    Patofisiologi gagal napas hipoksemia

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    6/24

    Hipoksemia dan hipoksia

    Istilah hipoksemia menunjukkan PO2 yang rendah di dalam darah arteri (PaO2) dan dapat

    digunakan untuk menunjukkan PO2 pada kapiler, vena dan kapiler paru. Istilah tersebut juga

    dipakai untuk menekankan rendahnya kadar O2 darah atau berkurangnya saturasi oksigen didalam hemoglobin.

    Hipoksia berarti penurunan penyampaian (delivery) O2 ke jaringan atau efek dari penurunan

    penyampaian O2 ke jaringan.

    Hipoksemia berat akan menyebabkan hipoksia. Hipoksia dapat pula terjadi akibat penurunan

    penyampaian O2 karena faktor rendahnya curah jantung, anemia, syok septic atau keracunan

    karbon monoksida, dimana PaO2 dapat meningkat atau normal.

    Mekanisme hipoksemia

    Mekanisme fisiologi hipoksemia dibagi dalam dua golongan utama, yaitu 1) berkurangnya

    PO2 alveolar dan 2) meningkatnya pengaruh campuran darah vena (venous admixture). Jika

    darah vena yang bersaturasi rendah kembali ke paru, dan tidak mendapatkan oksigen selama

    perjalanan di pembuluh darah paru, maka darah yang keluar di arteri akan memiliki kandungan

    oksigen dan tekanan parsial oksigen yang sama dengan darah vena sistemik. PO2 darah vena

    sistemik (PVO2) menentukan batas bawah PaO2. Bila semua darah vena yang bersaturasi rendah

    melalui sirkulasi paru dan mencapai keseimbangan dengan gas di rongga alveolar, maka PO2 =

    PAO2. Maka PO2 alveolar (PAO2) menentukan batas atas PO2 arteri. Semua nilai PO2 berada

    diantara PVO2 dan PAO2.

    Hipoksemia arteri selalu merupakan akibat penurunan PO2 alveolar, atau peningkatan jumlah

    darah vena bersaturasi rendah yang bercampur dengan darah kapiler pulmonal (campuran vena).

    Penurunan PO2Alveolar

    Tekanan total di ruang alveolar ialah jumlah dari PO2, PCO2, PH2O, dan PN2. Bila PH2O dan

    PN2 tidak berubah bermakna, setiap peningkatan pada PACO2 akan menyebabkan penurunan

    PaO2. Hipoventilasi alveolar menyebabkan penurunan PAO2, yang menimbulkan penurunan

    PaO2 bila darah arteri dalam keseimbangan dengan gas di ruang alveolus. Persamaan gas

    alveolar, bila disederhanakan menunjukkan hubungan antara PO2 dan PCO2 alveolar:

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    7/24

    PAO2 = FiO2 x PB - PACO2

    R

    FiO2 adalah fraksi oksigen dari udara inspirasi. PB ialah tekanan barometric, dan R ialah

    rasio pertukaran udara pernapasan, menunjukkan rasio steady-state CO2 memasuki dan O2

    meninggalkan ruang alveolar. Dalam praktek, PCO2 arteri digunakan sebagai nilai perkiraanPCO2 alveolar (PaCO2). PAO2 berkurang bila PACO2 meningkat. Jadi, hipoventilasi alveolar

    menyebabkan hipoksemia (berkurangnya PaO2).

    Persamaan gas alveolar juga mengindikasikan bahwa hipoksemia akan terjadi jika tekanan

    barometric total berkurang, seperti pada ketinggian, atau bila FiO2 rendah (seperti saat seseorang

    menghisap campuran gas dimana sebagian oksigen digantikan gas lain). Hal ini juga akibat

    penurunan PO2. Pada hipoksemia, yang terjadi hanya karena penurunan PaO2. Perbedaan PO2

    alveolar - arteri adalah normal pada hipoksemia karena hipoventilasi.

    Pencampuran Vena (Venous Admixture)

    Meningkatnya jumlah darah vena yang mengalami deoksigenasi, yang mencapai arteri tanpa

    teroksigenasi lengkap oleh paparan gas alveolar. Perbedaan PO2 alveolar arterial meningkat

    dalam keadaan hipoksemia karena peningkatan pencampuran darah vena. Dalam pernapasan

    udara ruangan, perbedaan PO2 alveolar arterial normalnya sekitar 10 dan 20 mmHg, meningkat

    dengan usia dan saat subyek berada pada posisi tegak.

    Hipoksemia terjadi karena salah satu penyebab meningkatnya pencampuran vena, yang

    dikenal sebagai pirau kanan ke kiri (right-to-left-shunt). Sebagian darah vena sistemik tidak

    melalui alveolus, bercampur dengan darah yang berasal dari paru, akibatnya adalah percampuran

    arterial dari darah vena sistemik dan darah kapiler paru dengan PO2 diantara PAO2 dan PVO2.

    Pirau kanan ke kiri dapat terjadi karena: 1). Kolaps lengkap atau atelektasis salah satu paru atau

    lobus sedangkan aliran darah dipertahankan. 2). Penyakit jantung congenital dengan defek

    septum. 3). ARDS, dimana dapat terjadi edema paru yang berat, atelektasis lokal, atau kolaps

    alveolar sehingga terjadi pirau kanan ke kiri yang berat.

    Petanda terjadinya pirau kanan ke kiri ialah: 1). Hipoksemia berat dalam pernapasan udara

    ruangan. 2). Hanya sedikit peningkatan PaO2jika diberikan tambahan oksigen. 3). Dibutuhkan

    FiO2 > 0,6 untuk mencapai PaO2 yang diinginkan. 4). PaO2 < 550 mmHg saat mendapat O2

    100%. Jika PaO2 < 550 mmHg saat bernapas dengan O2 100% maka dikatakan terjadi pirau

    kanan ke kiri.

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    8/24

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    9/24

    Manifestasi gagal napas hipoksemik merupakan kombinasi dari gambaran hipoksemia

    arterial dan hipoksemia jaringan. Hipoksemia arterial meningkatkan ventilasi melalui stimulus

    kemoreseptor glomus karotikus, diikuti dispnea, takipnea, hiperpnea, dan biasanya hiperventilasi.

    Derajat respon ventilasi tergantung kemampuan mendeteksi hipoksemia dan kemampuan sistem

    pernapasan untuk merespon. Pada pasien yang fungsi glomus karotikusnya terganggu maka tidak

    ada respon ventilasi terhadap hipoksemia. Mungkin didapatkan sianosis, terutama di ekstremitas

    distal, tetapi juga didapatkan pada daerah sentral di sekitar membrane mukosa dan bibir. Derajat

    sianosis tergantung pada konsentrasi hemoglobin dan keadaan perfusi pasien.

    Manifestasi lain dari hipoksemia adalah akibat pasokan oksigen ke jaringan yang tidak

    mencukupi atau hipoksia. Hipoksia menyebabkan pergeseran metabolisme ke arah anaerobik

    disertai pembentukan asam laktat. Peningkatan kadar asam laktat di darah selanjutnya akan

    merangsang ventilasi. Hipoksia dini yang ringan dapat menyebabkan gangguan mental, terutama

    untuk pekerjaan kompleks dan berpikir abstrak. Hipoksia yang lebih berat dapat menyebabkan

    perubahan status mental yang lebih lanjut, seperti somnolen, koma, kejang dan kerusakan otak

    hipoksik permanen. Aktivitas sistem saraf simpatis meningkat. Sehingga menyebabkan

    terjadinya takikardi, diaphoresis dan vasokonstriksi sistemik, diikuti hipertensi. Hipoksia yang

    lebih berat lagi, dapat menyebabkan bradikardia, vasodilatasi, dan hipotensi, serta menimbulkan

    iskemia miokard, infark, aritmia dan gagal jantung.

    Manifestasi gagal napas hipoksemik akan lebih buruk jika ada gangguan hantaran oksigen ke

    jaringan (tissue oxygen delivery). Pasien dengan curah jantung yang berkurang, anemia, atau

    kelainan sirkulasi dapat diramalkan akan mengalami hipoksia jaringan global dan regional pada

    hipoksemia yang lebih dini. Misalnya pada pasien syok hipovolemik yang menunjukkan tanda-

    tanda asidosis laktat pada hipoksemia arterial ringan.

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    10/24

    Gambar 2. Tanda & gejal gagal napas tipe I

    2. GAGAL NAPAS HIPERKAPNIA / GAGAL NAPAS TIPE II / GAGALVENTILASI

    Berdasarkan definisi, pasien dengan gagal napas hiperkapnia mempunyai kadar PaCO2 yangabnormal tinggi. Karena CO2 meningkat dalam ruang alveolus, O2 tersisih di alveolus dan PaO2

    menurun. Maka pada pasien biasanya didapatkan hiperkapnia dan hipoksemia bersama-sama,

    kecuali bila udara inspirasi diberi tambahan oksigen. Paru mungkin normal atau tidak pada

    pasien dengan gagal napas hiperkapnia, terutama jika penyakit utama mengenai bagian

    nonparenkim paru seperti dinding dada, otot pernapasan, atau batang otak. Penyakit paru

    obstruktif kronis yang parah sering mengakibatkan gagal napas hiperkapnia. Pasien dengan asma

    berat, fibrosis paru stadium akhir, dan ARDS (Acute Respiratory Distres syndrome) berat dapat

    menunjukkan gagal napas hiperkapnia.

    Patofisiologi gagal napas hiperkapniaHipoventilasi alveolar

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    11/24

    Dalam keadaan stabil, pasien memproduksi sejumlah CO2 dari proses metabolic setiap menit

    dan harus mengeliminasi sejumlah CO2 tersebut dari kedua paru setiap menit. Jika keluaran

    semenit CO2 (VCO2) menukarkan CO2 ke ruang pertukaran gas di kedua paru, sedangkan VA

    adalah volume udara yang dipertukarkan di alveolus selama semenit (ventilasi alveolar),

    didapatkan rumus:

    VCO2 (L/men) = PaCO2 (mmHg) x VA (L/men) x 1__

    863

    Untuk output CO2 yang konstan, hubungan antara PaCO2 dan VA menggambarkan hiperbola

    ventilasi, dimana PaCO2 danVA berhubungan terbalik. Jadi hiperkapnia selalu ekuivalen dengan

    hipoventilasi alveolar, dan hipokapnia sinonim dengan hiperventilasi alveolar. Karena ventilasi

    alveolar tidak dapat diukur, perkiraan ventilasi alveolar hanya dapat dibuat dengan menggunakanPaCO2 rumus diatas.

    Ventilasi Semenit

    Pada pasien dengan hipoventilasi alveolar, VA berkurang (dan PaCO2 meningkat). Meskipun

    VA tidak dapat diukur secara langung, jumlah total udara yang bergerak masuk dan keluar kedua

    paru setiap menit dapat diukur dengan mudah. Ini didefinisikan sebagai minute ventilation

    (ventilasi semenit, VE, L/men). Konsep fisiologis menganggap bahwa VE merupakan

    penjumlahan dari VA (bagian dari VE yang berpartisipasi dalam pertukaran gas) dan ventilasi

    ruang rugi (dead spce ventilation, VD) :

    VE = VA + VD VA = VE - VD

    VCO2 (L/men) = PaCO2 (mmHg) x VE (L/men) x (1-VD/VT)

    863

    VD/VT menunjukkan derajad insufisiensi ventilasi kedua paru. Pada orang normal yang

    sedang istirahat sekitar 30% dari ventilasi semenit tidak ikut berpartisipasi dalam pertukaran

    udara. Pada kebanyakan penyakit paru proporsi VE yang tidak ikut pertukaran udara meningkat,

    maka VD/VT meningkat juga.

    Hiperkapnia (hipoventilasi Alveolar) terjadi saat:

    1. nilai VE dibawah normal.

    2. nilai VE normal atau tinggi, tetapi rasio VD/VT meningkat.

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    12/24

    3. nilai VE di bawah normal, dan rasio VD/VT meningkat.

    Trakea dan saluran pernapasan menjadi penghantar pergerakan udara dari dan ke dalam paru

    selama siklus pernapasan, tetapi tidak ikut berpartisipasi pada pertukaran udara dengan darah

    kapiler paru (difusi). Komponen ini merupakan ruang rugi anatomis. Jalan napas buatan dan

    bagian dari sirkuit ventilator mekanik yang dilalui udara inspirasi dan ekspirasi juga merupakan

    ruang rugi anatomis. Pada pasien dengan penyakit paru, sebagian besar peningkatan ruang rugi

    total terdiri dari ruang rugi fisiologis. Ruang rugi fisiologis terjadi karena ventilasi regional

    melebihi jumlah aliran darah regional (ventilation-perfusion [V/Q] mismatching). Walaupun V/Q

    mismatching umumnya dianggap sebagai mekanisme hipoksemia dan bukan hiperkapnia, secara

    teori V/Q mismatching juga akan menyebabkan peningkatan PaCO2. Kenyataannnya dalam

    hampir semua kasus, kecuali dengan V/Q mismatching yang berat, hiperkapnia merangsang

    peningkatan ventilasi, mengembalikan PaCO2 ke tingkat normal. Jadi V/Q mismatching

    umumnya tidak menyebabkan hiperkapnia, tetapi normokapnia dengan peningkatan VE.

    Gambaran KlinisHiperkapnia akut terutama berpengaruh pada sistem saraf pusat. Peningkatan PaCO2

    merupakan penekanan sistem saraf pusat, mekanismenya terutama melalui turunnya PH cairan

    cerebrospinal yang terjadi karena peningkatan akut PaCO2. Karena CO2 berdifusi secara bebas

    dan cepat ke dalam cairan serebrospinal, PH turun secara cepat dan hebat karena hiperkapnia

    akut.

    Peningkatan PaCO2 pada penyakit kronik berlangsung lama sehingga bikarbonat serum dan

    cairan serebrospinal meningkat sebagai kompensasi terhadap asidosis respiratorik kronik. Kadar

    pH yang rendah lebih berkorelasi dengan perubahan status mental dan perubahan klinis lain

    daripada nilai PaCO2 mutlak.

    Gejala hiperkapnia dapat tumpang tindih dengan gejala hipoksemia. Hiperkapnia

    menstimulasi ventilasi pada orang normal, pasien dengan hiperkapnia mungkin memiliki

    ventilasi semenit yang meningkat atau menurun, tergantung pada penyakit dasar yang

    menyebabkan gagal napas. Jadi, dispnea, takipnea, hiperpnea, bradipnea, dan hipopnea dapat

    berhubungan dengan gagal napas hiperkapnea.

    Pasien dengan gagal napas hiperkapnea akut harus diperiksa untuk menentukan mekanisme.

    Diagnosis banding utama ialah gagal napas hiperkapnea karena penyakit paru versus penyakit

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    13/24

    nonparu. Pasien dengan penyakit paru seringkali menunjukkan hipoksemia yang tidak sesuai

    dengan derajad hiperkapnia. Hal ini dapat dinilai menggunakan perbedaan PO2 alveolar-arterial.

    Tetapi pasien dengan masalah nonparu dapat pula mempunyai hipoksemia sekunder sebagai efek

    kelemahan neuromuscular (sebagai contoh) yang mengakibatkan atelektasis atau pneumonia

    aspirasi. Kelainan pada paru berhubungan dengan peningkatan VD/VT dan karenanya sering

    menunjukkan peningkatan VE dan frekuensi pernapasan. Tetapi pasien yang mengalami

    kelumpuhan otot pernapasan sering ditemui takipneu. Efek dari hiperkapnea dan hipoksemia

    dapat menyamarkan gangguan neurologis, pengobatan berlebih dengan sedative, mixedema, atau

    trauma kepala.4,5

    Gambar 3. Tanda & gejala gagal napas tipe II

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    14/24

    Tabel 3. Efek-efek hipoksia & hiperkapnia

    Diagnosis Gagal Napas

    Tidak mungkin untuk memperkirakan tingkat hipoksemia dan hiperkapnia dengan

    mengamati tanda dan gejala pasien. Gambaran klinis gagal napas sangat bervariasi pada setiap

    pasien. Hipoksemia dan hiperkapnia yang ringan dapat pergi tanpa disadari sepenuhnya.

    Kandungan oksigen dalam darah harus jatuh tajam untuk dapat terjadi perubahan dalam bernafas

    dan irama jantung. Untuk itu, cara mendiagnosa gagal napas adalah dengan mengukur gas darah

    pada arteri (arterial blood gases, ABG), PaO2 dan PaCO2. Selain itu dapat dilakukan

    pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mengetahui apakah ada anemia, yang dapat

    menyebabkan hipoksia jaringan. Pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis

    underlying disease (penyakit yang mendasarinya).

    Pemeriksaan penunjang :

    a.

    BGA Hipoksemia Ringan : PaO2 < 80 mmHg Sedang : PaO2 < 60 mmHg Berat : PaO2 < 40 mmHg pCO2 : < 35mmHg atau >45mmHg

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    15/24

    Hb : 7,45 BE : -2 atau di atas +2 SaO2 : < 90%

    b. Pemeriksaan Rontgen dadaUntuk melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak

    diketahui. Terdapat gamabran akumulasi udara/cairan, dapat terlihat perpindahan letak

    mediastinum.

    c. Hemodinamik : tipe I terjadi peningkatan PCWPd. EKG :

    Memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan dan menunjukkan

    disritmia.5,6,7

    Penatalaksanaan

    Gagal napas akut merupakan salah satu kegawat daruratan. Untuk itu, penanganannya tidak bisa

    dilakukan pada area perawatan umum (general care area) di rumah sakit. Perawatan dilakukan

    di Intensive Care Unit (ICU), dimana segala perlengkapan yang diperlukan untuk menangani

    gagal napas tersedia. Tujuan penatalaksanaan pasien dengan gagal nafas akut adalah: membuat

    oksigenasi arteri adekuat, sehingga meningkatkan perfusi jaringan, serta menghilangkanunderlying disease, yaitu penyakit yang mendasari gagal nafas tersebut.

    Dasar-dasar fisiologis terapiGagal napas hiperkapnea

    Pada hiperkapnea berarti ada hipoventilasi alveolar, tatalaksana suportif bertujuan

    memperbaiki ventilasi alveolar menjadi normal, hingga diketahui dan diterapi penyakit yang

    mendasari. Kadang-kadang ventilasi alveolar dapat ditingkatkan dengan mengusahakan tetap

    terbukanya jalan napas yang efektif, bisa dengan penyedotan sekret, stimulasi batuk, drainase

    postural. Atau dengan membuat jalan napas artifisial dengan selang endotrakeal atau

    trakeostomi. Alat bantu napas mungkin diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan

    ventilasi alveolar yang normal sampai masalah primer diperbaiki. Meskipun secara teoritis

    ventilator mekanik dapat memperbaiki ventilasi sesuai yang diinginkan, namun pada pasien

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    16/24

    dengan hiperkapnea kronik harus hati-hati dalam menurunkan hiperkapnia, karena koreksi

    PaCO2 hingga batas normal pada kasus tersebut dapat menyebabkan alkalosis yang berat dan

    mengancam nyawa karena sudah terjadi kompensasi berupa peningkatan kadar bikarbonat

    serum.

    Hipoksemia sering ditemukan pada gagal napas hiperkapnia, terutama yang didasari oleh

    penyakit paru, dan pemberian oksigen tambahan seringkali dibutuhkan. Tetapi pada beberapa

    pasien dengan hiperkapnia, oksigen tambahan dapat berbahaya bila tidak dimonitor dan

    disesuaikan secara hati-hati.

    Pasien dengan gagal napas hiperkapnik karena overdosis obat sedatif atau botulisme, dan

    kebanyakan pasien dengan trauma dada akan membaik seiring dengan berjalannya waktu, dan

    penatalaksanaan bersifat suportif. Penyakit primer yang membutuhkan terapi khusus ialah

    miastenia gravis, kelainan elektrolit, penyakit paru obstruktif, obstructive sleep apnea, dan

    miksedema.

    Gagal Napas Hipoksemia

    Suplementasi oksigen ialah terapi terpenting untuk gagal napas hipoksemik. Pada penyakit

    berat seperti ARDS, mungkin diperlukan ventilasi mekanik, positive end-expiratory pressure

    (PEEP) dan terapi respirasi tipe lain. Walaupun umumnya tidak didapatkan hiperkapnea, tetapi

    dapat terjadi karena beban kerja pernapasan menyebabkan kelelahan otot pernapasan.

    Transportasi oksigen penting untuk diperhatikan, jika ada anemia berat harus dikoreksi serta

    curah jantung yang adekuat harus dipertahankan. Penyakit dasar yang menyebabkan gagal napas

    hipoksemik harus diatasi.

    Pada beberapa pasien dengan penyakit paru yang tidak merata pada semua bagian paru

    (tidak mengenai kedua paru), memiringkan pasien pada posisi dimana area paru yang tidak

    terlibat atau yang kurang terlibat berada lebih bawah dapat meningkatkan oksigenasi, hal ini

    karena adanya gaya gravitasi. Pasien dengan hemoptisis berat atau sekretnya banyak tidak boleh

    diposisikan seperti ini karena dapat terjadi aspirasi darah atau sekret ke area yang belum terlibat.

    Pada pasien ARDS dengan edema paru nonkardiogenik difus, dianjurkan dalam posisi pronasi

    (tengkurap), paru akan jarang mengalami kolaps pada bagian yang tergantung. Selain itu lebih

    sedikit area paru yang mendapat penekanan oleh jantung atau isi abdomen.

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    17/24

    Dasar pengobatan gagal napas dibagi menjadi pengobatan nonspesifik dan yang spesifik.

    Umumnya diperlukan kombinasi keduanya. Pengobatan nonspesifik adalah tindakan secara

    langsung ditujukan untuk memperbaiki pertukaran gas paru, sedangkan pengobatan spesifik

    ditujukan untuk mengatasi penyebabnya.

    Pengobatan nonspesifikPengobatan ini dapat dan harus dilakukan segera untuk mengatasi gejala-gejala yang

    timbul, agar pasien tidak jatuh ke dalam keadaan yang lebih buruk. Sambil menunggu dilakukan

    pengobatan spesifik sesuai dengan etiologi penyakitnya.

    Pengobatan nonspesifik pada gagal napas akut:

    1. Stabilisasi pasien.2. Atasi hipoksemia: terapi oksigen3. Atasi hiperkapnia: perbaiki ventilasi

    Perbaiki jalan napas

    Ventilasi bantuan: memompa dengan sungkup muka berkantung (bag and mask), IPPB

    4. Ventilasi kendali5. Fisioterapi dada

    Stabilisasi pasien

    Hipoksemia membunuh pasien dan merupakan penyebab utama kematian dalam

    kegagalan pernapasan. Oleh karena itu, tujuan pertama dari manajemen kegagalan

    pernapasan adalah membalik dan mencegah hipoksemia. Tujuan sekunder adalah

    kendali asidosis PaCO2 dan pernafasan dan manajemen yang tepat penyakit yang mendasari "

    Sementara stabilisasi awal pasien mengalami kemajuan, upaya harus dilakukan

    untuk menentukan keberadaan gagal napas akut berdasarkan hasil

    penilaian, oxymetry danABG klinis. Untuk mengobati pasien tertentu dan masalah mendasar dan

    bukan hanya gas darah adalah aturan yang berguna untuk diingat.

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    18/24

    Gambar 4. Stabilisasi pasien dengan gagal napas akut

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    19/24

    Terapi Oksigen

    Pada keadaan O2 turun secara akut, perlu tindakan secepatnya untuk menaikkan PaO2

    sampai normal. Berlainan sekali dengan gagal napas dari penyakit kronik yang menjadi akut

    kembali dan pasien sudah terbiasa dengan keadaan hiperkapnia sehingga pusat pernapasan tidak

    terangsang oleh hipercarbic drive melainkan terhadap hypoxemic drive. Akibat kenaikan PaO2

    pasien dapat apnea.

    Terapinya dengan menaikkan konsentrasi oksigen fraksi inspirasi (FiO2), menurunkan

    konsumsi oksigen dengan hipotermi sampai 34C atau pemberian obat pelumpuh otot. Ventilasi

    dilakukan secara bantuan atau terkendali. Cara pemberian oksigen dapat dilakukan dengan

    kateter nasal, atau sungkup muka. Sungkup muka tipe venture dapat mengatur kadar O2 inspirasi

    secara lebih tepat, bila ventilasi kembali dengan ventilator maka konsentrasi O2 dapat diatur dari

    21-100%.

    Alat Aliran O2 (L/men) Konsentrasi O2 (%)

    Kateter nasal 2-6 30-50

    Sungkup muka 4-12 35-65

    Sungkup muka tipe venturi 4-8 24, 28, 35, 40

    Ventilator Bervariasi 21-100

    Inkubator 3-8 30-40

    Tabel.4 Cara Pemberian O2, hubungan antara besarnya aliran udara dengan konsentrasi O2

    Inspirasi.

    Atasi Hiperkapnia, perbaiki Ventilasi

    Hiperkapnia diperbaiki dengan memperbaiki ventilasinya, dari cara sederhana hingga

    dengan ventilator. Hiperkapnia berat serta akut akan mengakibatkan gangguan PH darah atau

    asidosis respiratorik, hal ini harus diatasi segera dan biasanya diperlukan ventilasi kendali

    dengan ventilator. Akan tetapi pada gagal napas dari penyakit paru kronis yang menjadi akut

    kembali (acute on chronic), keadaan hiperkapnia kronik dengan PH darah tidak banyak berubah

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    20/24

    karena sudah terkompensasi oleh ginjal atau dikenal sebagai asidosis respiratorik terkompensasi

    sebagian atau penuh.

    Dalam hal ini, penurunan PaCO2 secara cepat dapat menyebabkan PH darah meningkat

    menjadi alkalosis, keadaan ini justru dapat membahayakan, dapat menimbulkan gangguan

    elektrolit darah terutama kalium menjadi hipokalemia, gangguan pada jantung seperti aritmia

    jantung hingga henti jantung. Penurunan tekanan CO2 harus secara bertahap dan tidak melebihi 4

    mmHg/jam.

    a. Perbaiki jalan napas (Air Way)Terutama pada obstruksi jalan napas bagian atas, dengan hipereksistensi kepala

    mencegah lidah jatuh ke posterior menutupi jalan napas, apabila masih belum menolong maka

    mulut dibuka dan mandibula didorong ke depan (triple airway maneuver), biasanya berhasil

    untuk mengatasi obstruksi jalan nafas bagian atas. Sambil menunggu dan mempersiapkan

    pengobatan spesifik, maka diidentifikasi apakah ada obstruksi oleh benda asing, edema laring

    atau spasme bronkus, dan lain-lain. Mungkin juga diperlukan alat pembantu seperti pipa

    orofaring, pipa nasofaring atau pipa trakea.

    Gambar 5. Pembebasan jalan napas (airway control)

    b. Ventilasi BantuPada keadaan darurat dan tidak ada fasilitas lengkap, bantuan napas dapat dilakukan

    mulut ke mulut (mouth to mouth) atau mulut ke hidung (mouth to nose). Apabila kesadaran

    pasien masih cukup baik, dapat dilakukan bantuan ventilasi menggunakan ventilator, seperti

    ventilator bird, dengan ventilasi IPPB (Intermittent Positive Pressure Breathing), yaitu pasien

    bernapas spontan melalui mouth piece atau sungkup muka yang dihubungkan dengan ventilator.

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    21/24

    Setiap kali pasien melakukan inspirasi maka tekanan negative yang ditimbulkan akan

    menggerakkan ventilator dan memberikan bantuan napas sebanyak sesuai yang diatur.

    Gambar 6. Pemberian napas buatan

    Gambar 7 Ventilasi IPPB (Intermittent Positive Pressure Breathing

    c. Ventilasi KendaliPasien diintubasi, dipasang pipa trakea dan dihubungkan dengan ventilator. Ventilasi

    pasien sepenuhnya dikendalikan oleh ventilator. Biasanya diperlukan obat-obatan seperti

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    22/24

    sedative, narkotika, atau pelumpuh otot agar pasien tidak berontak dan parnapasan pasien dapat

    mengikuti irama ventilator.

    Gambar 8. Ventilator mekanik

    Fisioterapi Dada

    Ditujukan untuk membersihkan jalan napas dari sekret dan sputum. Tindakan ini selain

    untuk mengatasi gagal napas juga untuk tindakan pencegahan. Pasien diajarkan bernapas dengan

    baik, bila perlu dengan bantuan tekanan pada perut dengan menggunakan kedua telapak tangan

    pada saat inspirasi. Pasien melakukan batuk yang baik dan efisien. Dilakukan juga tepukan-

    tepukan pada dada dan punggung, kemudian perkusi, vibrasi dan drainase postural. Kadang-

    kadang diperlukan juga obat-obatan seperti mukolitik, bronchodilator, atau pernapasan bantuan

    dengan ventilator.

    Pengobatan SpesifikPengobatan spesifik ditujukan pada underlying disease, sehingga pengobatan untuk masing-

    masing penyakit akan berlainan. Kadang-kadang memerlukan persiapan yang membutuhkan

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    23/24

    banyak waktu seperti operasi atau bronkhoskopi. Macam-macam pengobatan spesifik dapat

    dilihat pada tabel.6,7,8

    Etiologi Pengobatan Spesifik

    OtakNeoplasma

    Epilepsi

    Hematoma Subdural

    Keracunan Morfin

    CVA

    Rawat Operasi

    Antikonvulsi

    Operasi

    Nalokson

    Rawat Intensif

    Susunan Neuro-muskular

    Miastenia Gravis

    Polyneuritis, demyelinisasi

    Analgesia spinal tinggi

    Pelumpuh otot

    Prostigmin, Piridostigmin

    Rawat dan bantuan napas ventilasi

    terkendali

    Dinding Thoraks dan

    Diafragma

    Luka tusuk Thoraks

    Ruptur diafragma

    Operasi

    Operasi

    Paru

    Asma

    Infeksi paru

    Benda asing

    Pneumothoraks, hemathoraks

    Edema Paru

    ARDS

    Aspirasi

    Steroid, Bronkodilator

    Antibiotik

    Bronkhoskopi

    Drainase paru

    Diuretika, Ventilasi kendali

    Kardiovaskuler

    Renjatan, Gagal jantung

    Emboli paru

    Obat-obatan

    Terapi cairan

    Pasca bedah Thoraks Bantuan napas

    Tabel.4 Macam-macam pengobatan spesifik penyebab gagal napas

  • 8/3/2019 GAGAL NAPAs lia

    24/24

    Kesimpulan

    Gagal napas merupakan ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan

    suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan

    kebutuhan normal. Gagal napas diklasifikasikan menjadi gagal napas hipoksemia, dan gagal

    napas hiperkapnia. Gagal napas hipoksemia ditandai dengan PaO2 < 60 mmHg dengan PaCO2

    normal atau rendah. Gagal napas hiperkapnia, ditandai dengan PaCO2 > 45 mmHg. Penyebab

    gagal napas dapat diakibatkan oleh kelainan pada otak, susunan neuromuscular, dinding thoraks

    dan diafragma, paru, serta sistem kardiovaskuler. Penatalaksanaan pasien dengan gagal nafas

    akut yang utama adalah membuat oksigenasi arteri adekuat, sehingga meningkatkan perfusi

    jaringan, serta menghilangkan underlying disease, yaitu penyakit yang mendasari gagal nafas

    tersebut.

    Daftar Pustaka

    1. Guyton and Hall. Textbook of Medical Physiology. 9th ed. Philadelphia: W.B.Saunders Company. 1997. 2007. pp 334-345

    2. Price SA dan Wilson LM. Patofisiologi : konsep klinis proses penyakit. Alih bahasa:Anugerah P. jakarta: EGC, 1994.

    3. Davey, Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga ; hal 147-148. 20054. Ward, Jeremy P.T. At a Glance Sistem respirasi. Jakarta : Erlangga ; hal 62. 20075. Latief, A. Said. (2002), Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan TerapiIntesif, Jakarta: FK UI.

    6. Kaynar, Ata Murat; Sharma, Sat. (2010). Respiratory Failure. Diakses pada tanggal 23Juli 2011 dari http://emedicine.medscape.com/article/167981-overview

    7. Krishnan Qatar (2010). Management of acute respiratoryfailure http://www.hmc.org.qa/mejem/march2004/edited/review1.html

    8. M-----------, Breathing Failure. Diakses pada tanggal 23 Juli 2011 dariwww.healthatoz.com.

    http://www.hmc.org.qa/mejem/march2004/edited/review1.htmlhttp://www.hmc.org.qa/mejem/march2004/edited/review1.htmlhttp://www.hmc.org.qa/mejem/march2004/edited/review1.html