amelia suryaningsih.pdf

Upload: ibnuzaer-khalilullah

Post on 29-Oct-2015

142 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 1

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    BERAT BADAN LAHIR BAYI DI RSU DR.

    SOETOMO SURABAYA

    Karya Tulis Ilmiah

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam

    Program Studi Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran

    UNAIR

    Oleh

    AMELIA SURYANINGSIH

    Nim : 010912071

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

    AIRLANGGA SURABAYA

    2010

  • 2

    SURAT PERNYATAAN

    Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan

    belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh

    gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi

    manapun.

    Surabaya, 5 Januari 2011

    Yang Menyatakan

    Nama : Amelia Suryaningsih

    Nim : 010912071

  • 3

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Telah diujikan dan disahkan

    Surabaya, 10 Januari 2011

    Penguji I

    Atika, SSi, M.Kes

    NIP. 197002091998022001

    Penguji II

    Sri Utami, S.Kep, M.Kes

    NIP. 196711141990032001

    Penguji III

    Dr. Widodo Datmowandowo, SpA (K)

    NIP. 19461230197401 1 001

    Mengetahui

    Ketua Program Studi Pendidikan Bidan

    Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

    Dr. Sunjoto, SpOG (K)

    NIP. 194811201977031001

    Penetapan panitia penguji Skripsi

  • 4

    Telah diuji pada tanggal : 10 Januari 2011

    Panitia penguji ujian Skripsi :

    Ketua : Atika, SSi, M.Kes

    .

    Anggota Penguji : 1. Sri Utami, S. Kep, M.Kes

    ...

    2. Dr. Widodo Datmowandowo, SpA (K)

    ..

  • 5

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan

    bimbinganNya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Faktor-

    faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir Bayi di RSU. Dr.

    Soetomo Surabaya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar sarjana kebidanan (S.Keb) pada program studi S1

    Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

    Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terimakasih yang

    sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

    1. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr, M.Sc, Sp.PD, K-EMD, selaku Dekan

    Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah

    memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk

    mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program studi

    pendidikan bidan.

    2. Dr. Sunjoto, Sp.OG (K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah

    memberikan kesempatan dan dorongan kepada kami untuk

    menyelesaikan program pendidikan bidan.

    3. Dr. Widodo Datmowandowo, SpA (K), selaku Pembimbing yang

    telah banyak mengarahkan, membimbing dan memberikan

    masukan serta nasehat-nasehat sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

  • 6

    4. Atika, SSi, M. Kes selaku Pembimbing Statistik dan Penguji I yang

    telah memberi banyak masukan dan bimbingan sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skirpsi ini.

    5. Sri Utami, S.Kep, M.Kes, selaku Penguji II yang telah memberi

    banyak masukan untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

    6. Prof. Dr. Lila Dewata, Sp.OG, selaku Pembimbing Klinik yang

    telah banyak membantu penulis dalam kelancaran pembuatan

    skripsi ini.

    7. Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM & H, Mars, selaku Direktur

    RSU. Dr. Soetomo Surabaya yang telah memberikan izin untuk

    melalukan penelitian di RSU. Dr. Soetomo Surabaya.

    8. Ibu Warsiti, Amd Keb, selaku Kepala Keperawatan Rawat Inap

    Kebidanan RSU. Dr. Soetomo Surabaya yang telah memberikan

    izin untuk melakukan penelitian di ruang rawat inap cendrawasih

    RSU. Dr. Soetomo Surabaya.

    9. Bapak dan ibu Dosen serta seluruh Staf di Sekretariat Program

    Studi Pendidikan Bidan Universitas Airlangga Surabaya yang

    telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam penyusunan

    skripsi ini.

    10. Orang tua, Mama (Syuryani, SE, SH, Mkn), Mami (Eli Satria, SH),

    Adek ku tersayang (Erine Martiningsih, S. Ked) dan keluarga

    besar yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

    materil, dorongan, semangat, doa restu, dan kasih sayang

  • 7

    kepada penulis selama mengikuti kuliah di Pendidikan Bidan

    Universitas Surabaya.

    11. Letda Laut (P) Astra Dinata Syukur , yang telah banyak

    memberikan dukungan, semangat dan kasih sayangnya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    12. Teman-teman Pendidikan Bidan Jalur B khususnya yang telah

    memberikan pemikiran kepada penulis selama mengikuti

    perkuliahan, memberikan masukan dan bantuan dalam

    penyelesaian skripsi ini.

    13. Teman-teman dari Padang yang sama-sama berkuliah di

    Pendidikan Bidan Jalur B, yang telah banyak membantu baik

    dalam suka maupun duka.

    Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

    memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna tapi kami

    berharap bermanfaat bagi pembaca.

    Surabaya, 10 Januari 2011

    Amelia Suryaningsih

  • 8

    SINGKATAN DAN ISTILAH

    AKB : Angka Kematian Bayi

    ASI : Air Susu Ibu

    BBLR : Berat Badan Lahir Bayi

    BMI : Indeks Masa Tubuh

    DM : Diabetes Mellitus

    Hb : Haemoglobin

    IUGR : Intra Uterine Grownth Retardation

    KEK : Kurang Energi Kronik

    KMK : Kurang Masa Kehamilan

    KPD : Ketuban Pecah Dini

    LFG : Laju Filtrasi Glomerulus

    LLA : Lingkar Lengan Atas

    NHBPEP : The National Health Blood Pressure Education

    Program

    PE : Pre Eklampsia

    PPCM` : Peripartum Cardiomyopathyl

    SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia

    SMK : Sesuai Masa Kehamilan

    TD : Tekanan Darah

    WHO : World Healht Organization

  • 9

    RINGKASAN

    Indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah

    Angka Kematian Bayi (AKB). Salah satu penyebab utama kematian bayi

    baru kahir adalah berat badan lahir rendah. Berat badan lahir bayi

    dipengaruhi oleh status gizi ibu, usia, paritas, penambahan berat badan

    selama kehamilan, jarak kehamilan, anemia, faktor penyakit yang diderita

    ibu, seperti jantung, hipertensi, dan asma, serta merokok. Latar belakang

    dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan AKB di RSU Dr. Soetomo,

    dari 15 per 1000 kelahiran hidup menjadi 107 per 1000 kelahiran hidup,

    dan jumlah kejadian BBLR pada tahun 2009 adalah sebanyak 600 kasus.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi dan seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh

    terhadap berat badan lahir bayi di RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    Metode penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross

    sectional, populasinya adalah seluruh ibu bersalin dan bayi baru lahir.

    Pada bulan oktober dan November tahun 2010 sejumlah 112.

    Pengambilan sampel dengan teknik simple purposive sampling. Besar

    sampel sebanyak 55 responden. Variabel independen adalah variable

    yang diduga sebagai faktor dari ibu yang berhubungan dengan berat

    badan lahir bayi yaitu status gizi ibu, penambahan berat badan, umur,

    paritas, jarak kehamilan, anemia, penyakit yang diderita, dan merokok

    dan variabel dependen adalah berat badan lahir bayi. Instrument yang

    digunakan lembar pengumpulan data. Sumber data dari rekam medik dan

    hasil penelitian. Analisis data menggunakan Chi-Square

    Hasil penenelitian dari 55 responden diadapatkan ada hubungan

    antrara status gizi, penambahan berat badan, umur, paritas, jarak

    kehamilan, anemia, serta merokok sebagai faktor-faktor yang

    berhubungan dengan berat badan lahir bayi dengan hasil uji Chi-Square,

    (0,0010,005)

    Adapun saran penulis adalah memberikan pendidikan kesehatan

    dengan melakukan penyuluhan gizi, memberikan informasi tentang KB

    dan kebiasaan ibu yang dapat merugikan kesehatan pada ibu selama

    kehamilan. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara petugas kesehatan,

    ibu hamil dan keluarga dalam menurunkan kejadian berat badan lahir

    bayi rendah.

    Kata Kunci: Status gizi, penambahan berat badan, umur, paritas,

    jarak kehamilan, anemia, penyakit diderita (jantung, hipertensi,

    asma), merokok, berat badan lahir bayi

  • 10

    DAFTAR ISI

    Halaman Sampul Depan. i Halaman Sampul Dalam. ii Halaman Prasyarat Gelar iii Halaman Persetujuan.. iv Halaman Penetapan panitia penguj. v Ucapa Terimakasih... vi Singkatan dan Istilah vii Ringkasan. viii Abstrak. ix DAFTAR ISI .. x DAFTAR TABEL .. xii DAFTAR GAMBAR .... . xiii DAFTAR LAMPIRAN .. xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Rumusan Masalah.. 3 1.4 Tujuan Penelitian 3

    1.4.1 Tujuan Umum .... 3 1.4.2 Tujuan Khusus

    1.5 Manfaat Penelitian.. 4 1.5.1 Bagi Peneliti 4 1.5.2 Bagi Profesi. 4 1.5.3 Bagi Ibu Hamil dan bersalin 5 1.5.4 Bagi RSU Dr. Soetomo... 5 1.5.5 Bagi Institusi Pendidikan 5

    BAB 2 TINJUAUAN PUSTAKA

    2.1 Epidemiologi. 6 2.2 Pertumbuhan Janin dalam Kandungan . 7 2.3 Definisi Berat badan lahir bayi 8 2.4 Faktoryang Mempengaruhi Berat Badan Lahir Bay.. 9

    2.4.1 Status Gizi Ibu .. 9 2.4.2 Penambahan Berat Badan Ibu .. 11 2.4.3 Umur Ibu ... 13 2.4.4 Paritas 13 2.4.5 Jarak Kehamilan 13 2.4.6 Anemia .. 14 2.4.7 Faktor Penyakit . 15 2.4.8 Kebiasaan Ibu Merokok.. 19

  • 11

    BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Konseptual . 22 3.2 Hipotesis . 23

    BAB 4 METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian ... 24 4.2 Kerangka Kerja .. 24 4.3 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel 26

    4.3.1 Populasi 26 4.3.2 Sampel . 26 4.3.3 Sampling.. 27

    4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian.. 27 4.4.1 Lokasi Penelitian.. 27 4.4.2 Waktu Penelitian.. 27

    4.5 Identifikasi Variabel Penelitian.. 28 4.6 Definisi Operasional... 28 4.7 Cara Pengumpulan Data 30

    4.7.1. Data Primer . 30 4.7.2 Data Sekunder 31

    4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data .. 31 4.8.1 Pengolahan Data . 31 4.8.2 Analisa Data 32

    BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian .. 35 5.2 Hasil Penelitian 37

    5.2.1 Analisis Univari. 37 5.2.1.1 Berat Badan Lahir Bayi 37 5.2.1.2 Status Gizi Ibu .. 38 5.2.1.3 Penambahan Berat Badan . 38 5.2.1.4 Umur Ibu ... 39 5.2.1.5 Paritas Ibu . 40 5.2.1.6 Jarak Kehamilan 40 5.2.1.7 Kadar Hb Ibu . 41 5.2.1.8 Penyakit Yang Diderita Ibu .. 42

    5.2.1.9 Kebiasaan Ibu Merokok 42 5.2.2 Analisis Bivariat 42

    5.3 Pembahasan 48 5.3.1 Hubungan Status Gizi dengan Berat Badan Lahir Bayi 49 5.3.2 Hubungan Penambahan Berat Badan dengan

    Berat Badan Lahir Bayi 49 5.3.3 Hubungan Umur Ibu dengan Berat Badan Lahir Bayi. 51 5.3.4 Hubungan Paritas Ibu dengan Berat Badan Lahir

    Bayi. 52 5.3.5 Hubungan Jarak Kehamilan dengan BBL Bayi 52 5.3.6 Hubungan Anemia (kadar Hb) dengan Berat Badan Lahir

    BayI 53

    5.3.7 Hubungan Penyakit Yang Diderita dengan

  • 12

    Berat Badan Lahir Bayi.. 54 5.3.8 Hubungan Kebiasaan Ibu Merokok dengan

    Berat Badan Lahir Bayi.. 55

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan. 57 6.2 Saran... 58

    DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN

  • 13

    ABSTRAK

    Indicators to determine the degree of public health is the infant

    mortality rate (IMR). One of the main causes of newborn deaths are low

    birth weight. Birth weight is influenced by maternal nutritional status, age,

    parity, weight gain during pregnancy, pregnancy interval, anemia,

    maternal illness factors, such as heart disease, hypertension and asthma

    and smoking. The background of this research is an increase in infant

    mortality in the hospital Dr. Soetomo, from 15 per 1000 live births to 107

    per 1000 live births, and the total incidence of low birth weight in 2009

    was as many as 600 cases. The purpose of this study was to determine the

    factors that influence and how much these factors affect birth weight

    infants in the hospital dr. Soetomo during the month of November 2010.

    This study uses an analytical method with cross sectional design,

    sampling using total sampling technique, in 55 respondents who gave birth

    mother and a baby who at the hospital dr. Soetomo during the month of

    November 2010. Analysis of data using a computer with SPSS version

    11.5

    The results based on the results of bivariate analysis found a strong

    relationship and positive figured between maternal nutritional status,

    weight gain, age, parity, pregnancy interval, Hb level, and the habit of

    smoking with infant birth weight. Mother's illness did not show the

    relationship of differences in body weight of babies born with a p-value =

    0.333. The authors suggestion is to provide health education to perform

    nutritional counseling, providing information about family planning and

    maternal habits which can harm health in the mother during pregnancy. It

    takes a good cooperation between health workers, pregnant women and

    families in reducing the incidence of low birth weight infants.

    Keywords: Birth Weight Babies, these factors

  • 14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka

    kematian bayi (AKB). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

    di Indonesia pada tahun 2002/2003 angka kematian bayi adalah 20 per 1000

    kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir adalah 25 per 1000 kelahiran

    hidup. Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya angka kematian bayi pada tahun 2009

    adalah 107 per 1000 kelahiran hidup.

    Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah karena asfiksia, berat

    badan lahir rendah (BBLR), trauma lahir dan hipotermi (Depkes RI, 2001). Saat

    ini di Indonesia sekitar 15 % bayi lahir dengan BBLR. (Depkes RI, 2002). Angka

    kejadian BBLR di RSU. Dr. Soetomo pada tahun 2009 adalah sebanyak 600 kasus

    dari 3024 persalinan.

    Berat badan bayi baru lahir dipengaruhi oleh status gizi ibu yang kurang,

    usia ibu yang terlalu muda dan terlalu tua, paritas atau urutan anak dalam

    keluarga, kebiasaan ibu merokok, pendidikan ibu, penyakit yang diderita ibu

    seperti: asma, hipertensi dan jantung (Sacharin, 2004).

    Status gizi yang kurang atau buruk sangat berpengaruh terhadap berat bayi

    yang akan dilahirkan sekitar 68% ( Angraini, 2007). Berat badan lahir rendah

    sangat dipengaruhi oleh faktor usia ibu, persentase tertinggi bayi dengan berat

    badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari

    40 tahun. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan

  • 15

    (di bawah dua tahun) mempengaruhi berat lahir bayi sekitar dua kali lebih besar

    dari pada ibu yang jarak kehamilannya lebih dari 2 tahun. (Wikepedia, 2009).

    Paritas ibu lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin

    sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat

    persalinan karena keadaan rahim sudah lemah. Pengaruh asma pada ibu terhadap

    janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin

    akan kekurangan oksigen (O2) berpengaruh pada janin sehingga berat janin tidak

    sesuai (Wikepedia, 2009). Perempuan yang merokok 1,5 sampai 3,5 kali lebih

    mungkin mendapatkan BBLR. Risiko meningkat sesuai peningkatan konsumsi

    rokok. Perokok juga memiliki risiko memiliki bayi kecil untuk masa kehamilan

    (KMK) 1,3 sampai 10 kali lipat dibandingkan bukan perokok. (Uyainah, 2008).

    RSU. Dr. Soetomo Surabaya adalah Rumah Sakit rujukan di Jawa Timur,

    dimana RSU. Dr. Soetomo Surabaya sebagai sentral dari semua rujukan kasus

    dari daerah Jawa Timur. Hal ini karena sarana dan prasarana yang ada dalam

    menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonates cukup memadai disertai

    dengan adanya tenaga kesehatan yang terlatih.

    Berdasarkan latar belakang masalah inilah peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Berat

    Badan Lahir Bayi Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya

    1.2. Identifikasi Masalah

    Berat badan lahir bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor

    diantaranya adalah status gizi ibu, penambahan berat badan ibu selama kehamilan,

  • 16

    umur ibu, paritas ibu, jarak kehamilan, anemia, faktor-faktor penyakit yang

    diderita ibu seperti : hipertensi, asma dan jantung, serta merokok.

    1.3. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah penelitian ini adalah :

    1.3.1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi berat badan lahir bayi

    di RSU Dr Soetomo Surabaya ?

    1.3.2. Seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap berat badan

    lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya ?

    1.4. Tujuan

    1.4.1. Tujuan Umum

    Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir bayi

    dan seberapa besar hubungan masing-masing faktor tersebut dengan berat badan

    lahir bayi di RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    1.4.2. Tujuan Khusus

    1.4.2.1 Mengidentifikasi faktor-faktor berikut :

    1) Status gizi ibu

    2) Penambahan berat badan ibu selama kehamilan

    3) Umur ibu

    4) Paritas ibu

    5) Jarak kehamilan

    6) Anemia

    7) Penyakit yang diderita ibu : Jantung, Hipertensi, Asma, dan DM

  • 17

    8) Merokok

    Pada bayi yang baru lahir di RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    1.4.2.2 Menganalisa hubungan masing-masing faktor :

    1) Status gizi ibu

    2) Penambahan berat badan ibu selama kehamilan

    3) Umur ibu

    4) Paritas ibu

    5) Jarak kehamilan

    6) Anemia

    7) Penyakit yang diderita ibu : Jantung, Hipertensi, Asma, dan DM

    8) Merokok

    Dengan berat badan lahir bayi di RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

    pengetahuan peneliti dalam metode penelitian dan statistika kesehatan

    sehingga peneliti lebih mampu memahami metodelogi penelitan tentang

    faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir bayi.

    1.5.2 Bagi Profesi

    Dengan penelitian ini diharapkan Bidan dapat mengetahui faktor-faktor

    yang mempengaruhi berat badan lahir bayi, sekaligus seberapa besar

    pengaruh dari masing-masing faktor tersebut mempengaruhi berat badan

    lahir bayi.

  • 18

    1.5.3 Bagi Ibu Hamil dan Bersalin

    Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

    pengetahuan kepada ibu hamil dan bersalin tentang faktor-faktor yang

    mempengaruhi berat badan lahir bayi.

    1.5.4 Bagi RSU Dr. Soetomo Surabaya

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data tentang faktor-

    faktor yang mempengaruhi berat badan lahir bayi serta sekaligus

    mendapatkan angka dan data untuk alat evaluasi dan penyempurnaan

    pelayanan bagi ibu hamil, bersalin dan bayi baru lahir.

    1.5.5 Bagi Institusi Pendidikan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian baru dalam

    bidang kesehatan ibu dan bayi serta bisa dijadikan informasi dalam

    penelitian lanjutan dan menjadi bahan kepustakaan dan referensi di

    perpustakaan Prodi S1 Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Airlangga

    khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir

    bayi.

  • 19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Epidemiologi Berat Badan Lahir Bayi.

    Indonesia memiliki informasi yang terbatas untuk bayi berat lahir rendah.

    data hanya tersedia pada prevalensi BBLR adalah dari survei demografi dan

    kesehatan. Seperti ditunjukkan dalam tabel 1, angka nasional pada tahun 1986

    sampai tahun 1997 adalah sekitar 7-8%, dengan kisaran provinsi antara 4 sampai

    16%. Studi skala kecil (Jakarta, Sulawesi Selatan, Makasar, Jawa Barat, Ciawi,

    Indramayu) mendokumentasikan tingkat bayi BBLR berkisar 9-16%. (BPS,

    2000)

    Di Surabaya pada tahun 2008 terdapat 9,79 angka kematian bayi. Dari 7051 bayi

    yang lahir, terdapat kejadian bayi dengan BBLR sebanyak 7,03 %. (Profil Kota

    Surabaya,2008)

    Kelangkaan data tentang gizi ibu selain anemia adalah merupakan

    indikator bahwa perawatan kesehatan gizi ibu masih kurang perhatian. Status gizi

    ibu diukur menggunakan pertengahan lingkar lengan (LILA) dan indeks massa

    tubuh (IMT). Titik cut-off

  • 20

    Secara umum, tingkat KEK kalangan perempuan adalah sekitar 12%, itu

    berkisar dari 22% di usia muda sampai 10% pada usia yang lebih tua. Tingkat

    kejadian lebih tinggi dari KEK antara perempuan yang lebih muda (15-19 tahun)

    bisa menjadi salah satu faktor risiko BBLR tingkat tinggi. Lagi pula, bayi dengan

    BBLR dan ibu malnutrisi juga menyebabkan tingkat yang lebih tinggi untuk

    terjadi anemia, dan prevalensi tinggi terus-menerus (di atas atas 40%).

    Informasi yang tersedia untuk anemia didasarkan pada survei kesehatan

    nasional dan rumah tangga tahun 1995 dan 2001. Tingkat kadar hemoglobin

    dalam darah digunakan sebagai indikator yang mencerminkan segala bentuk

    anemia. Namun, kekurangan zat besi diasumsikan proporsi anemia tertinggi di

    negara ini.

    Di Indonesia, proporsi merokok meningkat, dan pada tahun 2003, 20,7%

    wanita adalah perokok. (Atmarita, 2005)

    2.2. Pertumbuhan Janin Dalam Kandungan

    Kehamilan merupakan proses yang mengikuti proses pembuahan, dimana

    spermatozoa dari laki-laki dan ovum dari wanita bergabung membentuk individu

    baru. Selama kehamilan berlangsung terjadi serangkaian proses pekembangan

    embrio. Pada trimester pertama perkembangan janin dari gumpalan sel yang

    kecil, embrio berkembang dengan pesat menjadi janin. Pada akhir 12 minggu

    pertama, jantungnya berdetak, usus-usus lengkap dalam abdomen, genitalia

    eksternal mempunyai karakteristik laki-laki atau perempuan, anus sudah

    terbentuk, dan muka seperti manusia. Janin ini bisa menelan, bernafas, kencing,

    menggerakkan anggota badan, mengedipkan mata dan mengerutkan dahi.

  • 21

    Mulutnya membuka dan menutup. Berat janin 15 30 gram dan panjang 56 61

    mm.

    Pada trimester kedua dan ketiga, pada akhir 20 minggu berat janin 340

    gram dan panjang 16 17 cm. Ibu dapat merasakan gerakan bayi, mekonium

    terdapat didalam usus, dan verniks muncul pada kulit. Pada 28 minggu berat bayi

    lebih sedikit dari satu kilogram dan panjangnya 23 cm, janin mempunyai periode

    tidur dan beraktivitas, merespon pada suara, dan bernafas. Pada minggu ke 32

    berat janin 1,7 kg dan panjangnya 28 cm, kulitnya mengerut, dan testes telah

    turun ke scrotum pada janin laki-laki. Pada minggu ke 36-40 dibutuhkan gizi

    yang cukup dari ibu, jika ibunya memenuhi semua faktor seperti gizi ibu yang

    baik,penambahan berat badan selama hamil,umur ibu, paritas, jarak

    kehamilan,anemia, akan melahirkan kebanyakan berat lahir bayi antara 3 sampai

    3,5 kg dan panjang 48 - 50 cm (Pusdiknakes WHO, 2001).

    2.3. Definisi Berat Lahir Bayi

    Berat lahir bayi diketahui setelah bayi ditimbang yang dibagi atas tiga

    kelompok :

    1. Berat lahir bayi normal apabila berat badan bayi baru lahir > 2500gr

    3500gr.

    2. Berat lahir bayi rendah apabila berat bayi yang dilahirkan berat badannya

    kurang dari 2500 gr dapat disebabkan kecil masa kehamilan (KMK),

    sesuai masa kehamilan (SMK).

    3. Berat lahir bayi lebih apabila berat badan bayi > 4000 gr

    (Wiknjosastro,2002)

  • 22

    Berat lahir rata-rata dari bayi dianggap indeks kesehatan seseorang. Bayi

    cukup bulan pada waktu lahir mempunyai berat badan sekitar 3000 gr 3500 gr,

    dengan panjang sekitar 50 cm. Berat berat lahir rendah sering disebabkan oleh

    retardasi pertumbuhan selama perkembangan intra uterine (Cunningham, 2005).

    2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Lahir Bayi

    Pertumbuhan janin untuk suatu masa gestasi dikatakan baik kalau berat

    badan sesuai dengan berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi itu.

    Pertumbuhan seorang bayi yang normal biasanya mempunyai berat badan 3000

    gram dan panjang badan 48 cm sampai 50 cm (Pusdiknakes WHO,2001).

    Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat lahir bayi antara lain :

    2.4.1. Status Gizi Ibu

    Keadaan gizi seseorang mempengaruhi penampilan, kesehatan,

    pertumbuhan, dan perkembangan, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit,

    penilaian gizi adalah proses yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi,

    mengidentifikasi malnutrisi, dan menentukan individu mana yang sangat

    membutuhkan bantuan gizi.

    Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

    kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama

    kehamilan akan menyebabkan BBLR. Disamping itu akan menyebabkan

    terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru

    lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya (Supariasa, 2002). Kekurangan

    beberapa zat yang penting selama hamil dapat menimbulkan kelainan pada janin

    (Mochtar, 2008).

  • 23

    Ibu yang menderita kekurangan kalori dan protein akan menyebabkan

    kurangnya suplai zat gizi dari ibu ke janin sehingga terjadi retardasi

    perkembangan dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (FKUI,

    2005). Korelasi antara gizi ibu dan berat janin sangat nyata pada waktu akhir

    kehamilan. Kekurangan gizi akan mengurangi panjang bayi, lingkar kepala bayi,

    dan berat plasenta.

    Kekurangan energi kronik (KEK) adalah merupakan satu tipe dari

    kekurangan gizi yang disebabkan oleh masukan makanan, pencernaan, atau

    absorbsi protein atau kalori yang tidak adekuat. Ibu hamil Kurang Energi Kronik

    (KEK) mempunyai resiko terhadap kesehatan ibu dan bayi yang dilahirkan.

    Resiko KEK pada ibu hamil dapat mengakibatkan ibu cepat lelah, hingga mudah

    sakit, dan susah melahirkan. Selain itu ibu hamil dengan KEK yang telah melalui

    masa persalinan dengan selamat, akan mengalami gangguan kesehatan. Hal ini

    mempengaruhi produksi ASI dan kurangnya kemampuan merawat anak serta

    dirinya sendiri (Depkes RI,2000).

    Kondisi ibu hamil dengan KEK tidak hanya beresiko terhadap ibu saja,

    tetapi juga pada bayi yang dilahirkan. Ibu KEK akan mempunyai resiko

    melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dampak bayi BBLR

    antara lain gangguan kecerdasan, gangguan pertumbuhan, dampak imunitas dan

    morbiditas, dampak pada mortalitas, serta terjadi penyaki degeneratif pada bayi.

    Salah satu cara untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur

    Lingkar Lengan Atas (LLA).

  • 24

    1. Pengertian LLA

    Pengukuran LLA adalah satu cara untuk mengetahui resiko kekurangan

    energi protein wanita usia subur. Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk

    memantau perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek. Pengukuran LLA

    digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa

    saja (Supariasa, 2002)

    2. Keuntungan LLA

    1) Indikator yang baik untuk menilai KEK

    2) Alat ukur murah, sangat ringan dan dapat dibuat sendiri

    3) Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi,

    sehingga dapat digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis.

    3. Kategori LLA

    Normal : Ukuran LLA > 23,5 cm

    KEK : Ukuran LLA < 23,5 cm

    2.4.2. Penambahan Berat Badan Ibu

    Berat badan ibu sebelum hami dan kenaikan berat badan ibu selama

    kehamilan sangat mempengaruhi hasil dari kehamilan tersebut. Resiko akan

    meningkat pada kasus-kasus wanita hamil kekurangan berat badan. Wanita yang

    berat badannya kurang sebelum hamil cenderung akan melahirkan lebih cepat

    (premature) dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

    (Moore, 2007).

    Wanita hamil sangat rentan terhadap kekurangan energi dan protein,

    terutama masukan energi pada waktu hamil sangat berhubungan dengan kenaikan

    berat badan ibu. Pola dan besarnya kenaikan berat badan ibu berarti sekali bagi

  • 25

    kesehatan ibu dan janin. Meskipun kenaikan berat badan ibu selama trimester

    pertama kecil namun sangat penting karena pada waktu inilah janin dan placenta

    dibentuk. Kegagalan kenaikan berat badan pada trimester pertama dan kedua

    akan meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan prematur.

    Tabel 1

    Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Hamil

    Berdasarkan Indeks Masa Tubuh

    Sumber : National Akademic Press, Nutrition During Pregnancy,2000

    Wanita hamil dengan indeks masa tubuh (IMT) yang rendah sebelum

    hamil (26) harus memiliki kenaikan berat badan total

    sebanyak 7-11,5 kg. Penambahan berat badan ibu hamil >11,5 16 kg

    dikategorikan normal sedangkan penambahan berat badan yang < 11,5 kg dan >

    16 kg dikategorikan tidak normal.

    2.4.3. Umur Ibu

    Umur yang baik untuk masa kehamilan dan persalinan adalah antara 20-

    35 tahun ini disebut juga dengan usia reproduksi sehat. Wanita yang melahirkan

    dibawah usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai resiko yang lebih

    tinggi baik pada ibu maupun bayi (Muchtar, 2002). Menurut Sri Kardjati dan

    Kategori Berat Badan

    Terhadap Tinggi Badan

    IMT Rekomendasi Kenaikan

    Berat Badan Total

    Dalam Kg

    Rendah

    Normal

    Tinggi

    < 19,8

    19,8-26,0

    >26

    7-11,5

    11,5-16

    12,5-18

  • 26

    Darwin Karyadi (1986) salah satu faktor yang mempengaruhi berat badan lahir

    adalah kelompok umur ibu yang kurang dari 20 tahun 1,4 % atau usia lebih dari

    35 tahun 8,6% akan melahirkan bayi dengan BBLR. Menurut Prof.Dr. Rustam

    Mochtar,MPH ibu yang berumur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun berisiko

    dalam kehamilan (Muchtar, 2002).

    2.4.4. Paritas

    Paritas adalah jumlah kelahiran hidup atau mati dengan usia kehamilan 36

    minggu ke atas yang pernah di alami ibu. Paritas 1 3 merupakan paritas yang

    paling aman untuk kesehatan ibu maupun janin dalam kandungan. Ibu yang

    mempunyai anak lebih dari 3 orang dapat menimbulkan resiko pada ibu dan bayi.

    Pada bayi dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan dan

    mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Dapat dikategorikan ibu

    yang mempunyai paritas >3 orang berisiko dalam kehamilan dan ibu yang

    mempunyai paritas

  • 27

    prematuritas dan hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba,

    2007).

    2.4.6. Anemia Gizi

    Menurut WHO anemia adalah bila kadar haemoglobin (Hb) ibu hamil

    kurang dari 11 gr%. Kadar haemoglobin dapat dijadikan indikator tentang gizi

    wanita hamil, anemia akibat defisiensi besi dapat mempengaruhi bayi dengan

    gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan

    berat badan lahir rendah (Magdarina, 2006).

    Anemia defiensi dapat dikarenakan kekurangan besi, folat atau

    sianokobalamin (vit B12), dimana anemia defiensi besi diketahui merupakan

    kelainan organic terbesar pada manusia. Perempuan usia muda berisiko dua kali

    lebih tinggi dari pria mengalami anemia defisiensi dikarenakan tingginya

    kehilangan besi pada masa haid, melahirkan dan kandungan diet besi yang

    memang umumnya lebih rendah dari kaum pria. Anemia defiensi merupakan

    keadaan yang sering dijumpai pada kehamilan dan penyebab tersering anemia

    dalam kelompoknya, yang kekerapannya semakin meningkat pada mereka

    dengan sosial ekonomi rendah dan kurang berpendidikan.

    Dampak anemia pada ibu hamil dan hasil akhir kehamilannya pada

    dasarnya dapat diakibatkan secara langsung kerana rendahnya Hb dan secara

    tidak langsung akibat kekurangan trace element yang bersangkutan memengaruhi

    misalnya, aktivitas enzimatik yang terkait, sintesis DNA, organogenesis dan

    kerusakan saraf. Telah diketahui ADB memberikan dampak besar pada

    produktivitas, kinerja kejiwaan, rendahnya Hb neonates pasca partus,

    pertumbuhan anak, imunitas, dan berat badan bayi lahir. Kajian yang melibatkan

  • 28

    19.925 perempuan dengan antenatal care selama tahun 1994-2000 di Toulouse

    Perancis, memperlihatkan anemia pada ibu hamil merupakan faktor risiko bebas

    terjadinya kelahiran premature, kelahiran dengan secsio caesarea, perdarahan, dan

    kejadian infeksi pada bayi diseminggu pertama kehidupannya. (Cosphiadi

    Irawan, 2007)

    2.4.7. Faktor Penyakit

    Faktor penyakit yang diderita ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi

    atau mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan dan mengakibatkan bayi

    lahir dengan berat badan lahir rendah seperti : penyakit jantung, hipertensi, asma

    (Wikyosastro, 2007).

    1. Penyakit Jantung

    Penyakit jantung kehamilan (peripartum cardiomyopathyl PPCM) adalah

    kelainan otot jantung (cardiomyopathy) spesifik yang timbul pada akhir

    kehamilan atau awal puerperium. Criteria diagnostic pertama kali dibuat oleh

    Demaskis et all (1971), yaitu :

    a. Gagal jantung yang timbul pada bulan-bulan akhir kehamilan atau dalam

    kurun waktu 5 bulan setelah melahirkan.

    b. Tidak adanya penyakit jantung yang diketahui sebelumnya.

    c. Tidak adanya penyebab penyakit jantung yang dapat diidentifikasi.

    d. Disfungsi sistolik ventrikel kiri, yang memenuhi criteria secara

    ekokardiografi :

    - Fraksi ejeksi < 45 %

    - Fractional Shortening < 30 % dan atau

    - Dimensi diastolic akhir > 2,7 cm/m2

  • 29

    Berdasarkan definisi tersebut, maka untuk dapat menegakkan diagnosis

    penyakit ini harus melalui anamnesia, pemeriksaan fisis dan ekokardiografi. Pada

    workshop tahun 1997 dibuat tambahan criteria bahwa disfungsi ventrikal kiri

    harus ditunjukkan berdasarkan ekokardiografi. (Idrus Alwi, 2008)

    Ibu yang menderita penyakit jantung pada saat kehamilan mempunyai

    pengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam kandungan karena ibu sering

    mengalami hipoksia dan sianosis sehingga sirkulasi darah yang mengadung zat-

    zat makanan dan oksigen ke janin terganggu melalui aliran darah placenta dan

    dapat menyebabkan bayi lahir dengan BBLR (Wiknjosastro, 2002).

    2. Hipertensi

    Selama kehamilan, terjadi berbagai perubahan sirkulasi yang disebabkan

    oleh hormone seks dan efek plasenta pada aliran darah regional. Tahapan

    vaskuler perifer menurun pada awal kehamilan, sedangkan di akhir kehamilan

    terjadi peningkatan volume plasma yang bersirkulasi, curah jantung, aliran darah

    ginjal dan peningkatan laju filtrasi glomerulus (LFG).

    Klasifikasi menurut The National Health Blood Pressure Education Program

    (NHBPEP) Working Group (2000) di Amerika sebagai berikut:

    1. Hipertensi kronis : hipertensi dengan TD > 140/90 mmHg sebelum hamil

    atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau menetap lebih dari 6 minggu

    pascapersalinan

    2. Hipertensi gestasional (saat kehamilan) : hipertensi terdeteksi pertama kali

    setelah kehamilan 20 minggu tanpa proteinuria. Sebagian berkembang

    menjadi PE, namun jika TD menjadi normal pasca persalinan, berbarti

  • 30

    diagnosisnya merupakan hipertensi transien. Jika TD tetap meningkat

    pasca-persalinan, maka diagnosisnya adalah hipertensi kronis.

    3. PE : TD sistolik > 140 mmHg atau diastolic > 90 mmHg, hipertensi

    dideteksi pertama kali setelah 20 minggu kehamilan (atau lebih awal pada

    penyakit trofoblas) dengan proteinuria minimal 300 mg pada urin 24 jam.

    4. Eklampsia : PE disertai kejang tanpa penyebab lain. Kejang dapat muncul

    dua hari atau lebih setelah kelahiran.

    5. Preeclampsia superimposed on chronic hypertension : peningkatan TD

    mendadak bersama dengan proteinuria, trombositopenia atau tes fungsi

    hati abnormal pada perempuan dengan hipertensi kronis.

    PE adalah gangguan sistemik yang berkaitan dengan kehamilan, ditandai

    dengan hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan > 20 minggu. PE

    merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu, meningkatkan masalah

    perinatal karena Intra Uterine Grownth Retardation (IUGR) dan kelahiran

    premature. PE masih menjadi penyebab persalinan premature dan bayi berat lahir

    rendah sehingga harus dapat diidentifikasi sejak dini dan diterapi dengan tepat.

    Ibu hamil yang mengalami hipertensi mempunyai dampak buruk terhadap

    pertumbuhan janin dalam kandungan karena terbatasnya pengangkutan oksigen

    dan nutrisi dari aliran darah ke janin melalui aliran darah ke placenta sehingga

    pertumbuhan janin terganggu dan mengakibatkan bayi lahir dengan BBLR

    (Wiknjosastro, 2002).

  • 31

    3. Asma

    Selama kehamilan asma dapat memburuk, membaik atau tidak mengalami

    perubahan. Perubahan fisiologik yang terjadi baik karena faktor mekanis maupun

    hormonal akan mempengaruhi sistem respirasi maupun sistem imun. Perubahan

    mekanis antara lain disebabkan ekspansi rongga dada dan penekanan uterus yang

    membesar terhadap diafragma pada kehamilan yang lanjut akan menyebabkan

    perasaan sesak, yang sering harus dibedakan dengan rasa sesak yang disebabkan

    oleh asma. Perburukan gejala asma selama kehamilan juga dapat disebabkan

    ketidakpatuhan pasien memakai obat asma. Penelitian juga menunjukkan bahwa

    ibu hamil yang menderita asma berat atau tidak terkontrol secara statistic

    berhubungan erat dengan kejadian lahir premature, bayi lahir rendah, hipoksia

    neonates dan kematian. (Heru, 2006)

    Ibu yang menderita asma pada saat kehamilan mempunyai pengaruh

    terhadap ibu dan janin tergantung pada keadaan berat atau ringannya serangan.

    Apabila serangannya berat sehingga janin dalam kandungan kekurangan oksigen

    (hipoksia) dan dapat menimbulkan pertumbuhan janin terganggu karena tidak

    tersuplainya zat-zat makanan dan zat gizi yang dibutuhkan janin dapat

    menyebabkan bayi lahir dengan BBLR (Wiknjosastro, 2002).

    4. Diabetes Mellitus

    Penyakit diabetes mellitus pada kehamilan mempunyai dampak tidak baik

    terhadap janin. Pada keadaan diabetes yang sudah lama diderita disertai dengan

    kelainan pembuluh darah atau arterioseklerosis dapat menyebabkan dismaturitas,

    bayi makrosomia dan bayi lahir dengan cacat bawaan (Wiknjosastro, 2002).

  • 32

    2.4.8. Kebiasaan Ibu Merokok

    Terganggunya penyampaian oksigen ke janin merupakan penyebab utama

    terjadinya berbagai efek buruk akibat merokok pada perempuan hamil. Evaluasi

    patologik pada plasenta perempuan hamil yang merokok membuktikan adanya

    perubahan structural, termasuk penurunan fraksi volume kapiler dan peningkatan

    ketebalan membrane vitelinus jika dibandingkan dengan bukan perokok. Kedua

    faktor ini mungkin berperan pada penukaran gas yaqng abnormal di dalam

    plasenta. Paparan asap rokok secara akut juga menurunkan perfusi intervilosa,

    kemungkinan melalui vasospasme akibat nikotin.

    Paparan karbon monoksida akibat merokok menyebabkan pembentukan

    karboksihemoglobin, yang memiliki efek multiple pada penyampaian oksigen

    baik sistemik maupun ke janin.

    Merokok juga dapat menyebabkan kerusakan terhadap materi genetic

    janin. Suatu penelitian membandingkan instabilitas kromosom dari amniosit yang

    berasal dari perokok dan bukan perokok membuktikan adanya peningkatan

    insidens abnormalitas struktur kromosom di antara perempuan yang merokok

    secara regular.

    Kemungkinan mekanisme lain yang bertanggung jawab terhadap efek

    buruk pada janin dari ibu yang merokok adalah toksisitas langsung akibat lebih

    dari 2500 zat yang terdapat dalam rokok, seperti ammonia, hidrokarbon aromatic

    polisiklik, sianida hydrogen, vinil klorida, nitrogen oksida, dan karbon

    monoksida. Selain itu, terdapat lebih dari 4000 zat kimia di dalam asap rokok

    yang dialirkan melalui batang rokok dan keluar melalui mulut selama

  • 33

    menghembuskan asap. Jumlah komponen yang terdapat dalam asap rokok

    sebenarnya dapat melebihi 100.000.

    Paparan nikotin terhadap janin menghasilkan aktivasi simpatis yang

    menyebabkan akselerasi denyut jantung janin dan penurunan gerak pernafasan

    pada janin. Walaupun konsekuensi dari perubahan ini belum sepenuhnya

    dimengerti, kedua parameter ini digunakan sebagai indicator keadaan bayi.

    Dampak negatif merokok pada kesehatan ibu dan janin telah diketahui

    secara luas. Merokok dapat menyebabkan aborsi spontan, abrupsio plasenta,

    ketuban pecah dini (KPD), plasenta previa, persalinan preterm, berat badan lahir

    rendah, dan kehamilan ektopik. Berat dengan berat lahir rendah (

  • 34

    2.5.2 Cacat Bawaan

    Secara umum janin dengan cacat bawaan (kelainan congenital) yang hebat

    akan mengalami IUGR (Intra Uterina Growth Retardasion) khususnya

    janin yang mengalami kelainan pada jantungnya Infeksi dalam rahim.

    (Cunningham, 2005)

    2.5.3 Infeksi virus dan bakteri dapat disertai dengan retardasi pertumbuhan

    infeksi yang paling dikenal untuk Rubella dan Sitomegalo Virus.

    (Cunningham, 2005)

  • 35

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    Variabel Independent Variabel Dependent

    Keterangan : = Tidak diteliti = Diteliti

    Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Berat

    Badan Lahir Bayi

    FAKTOR IBU :

    1. Status Gizi

    2. Penambahan berat badan

    selama kehamilan

    3. Umur

    4. Paritas

    5. Jarak kehamilan

    6. Anemia

    7. Penyakit ibu : Jantung,

    Hipertensi, dan Asma

    8. Merokok

    ( Wiknjosastro, 2002)

    FAKTOR JANIN :

    1. Jenis Kelamin Janin

    2. Cacat Bawaan

    3. Infeksi Virus dan bakteri

    (Cunningham,2005)

    BERAT BADAN

    LAHIR BAYI

  • 36

    Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan berat badan lahir bayi dipengaruhi oleh

    faktor dari ibu dan faktor dari bayi. Faktor dari ibu diantarannya adalah status gizi

    ibu, penambahan berat badan ibu selama kehamilan, umur, paritas, jarak

    kehamilan, anemia gizi selama kehamilan, faktor penyakit yang diderita ibu

    selama kehamilan diantara jantung, hipertensi, dan asma, serta kebiasaan ibu

    merokok, dan faktor dari bayi diantara adalah jenis kelamin janin, cacat bawaan,

    dan infeksi.

    3.2. Hipotesis Penelitian

    1. Adanya hubungan antara status gizi ibu dengan berat badan lahir bayi di

    RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    2. Adanya hubungan antara penambahan berat badan ibu selama kehamilan

    dengan berat badan lahir bayi di RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    3. Adanya hubungan antara umur ibu dengan berat badan lahir bayi di RSU

    Dr. Soetomo Surabaya.

    4. Adanya hubungan antara paritas ibu dengan berat badan lahir bayi di RSU

    Dr. Soetomo Surabaya.

    5. Adanya hubungan antara jarak kehamilan ibu dengan berat badan lahir

    bayi di RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    6. Adanya hubungan antara anemia gizi ibu dengan berat badan lahir bayi di

    RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    7. Adanya hubungan antara faktor penyakit ibu (penyakit jantung, hipertensi,

    dan asma ) dengan berat badan lahir bayi di RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    8. Adanya hubungan antara kebisaan ibu merokok dengan berat badan lahir

    bayi di RSU Dr. Soetomo Surabaya.

  • 37

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1. Disain Penelitian

    Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian analitik dengan

    desain Cross Sectional Study, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi berat lahir bayi dan faktor dominan yang mempengaruhinya.

    Variabel independen dan variable dependen diambil pada waktu yang bersamaan

    (Notoatmodjo, 2002).

    Gambar 4.1 Disain Penelian

    4.2. Kerangka Kerja ( Frame Work )

    Merupakan langkah-langkah yang dilakukan melalui penelitian yang

    menekankan faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan lahir bayi di

    RSU. Dr. Soetomo Surabaya

    Subjek Penelitian

    Ibu melahirkan dan

    Bayi Baru Lahir

    1. Status Gizi Ibu 2. Penambahan BB

    Selama Kehamilan

    3. Umur Ibu 4. Paritas 5. Jarak Kehamilan 6. Anemia 7. Penyakit Ibu :

    Jantung, Hipertensi,

    dan Asma

    8. Merokok

    Berat Lahir Bayi

    1. BBLR

    2. Normal

  • 38

    Gambar 4.2 : Kerangka kerja penelitian

    Populasi

    Ibu melahirkan dan bayi baru lahir di Ruang Nifas

    RSU. Dr. Soetomo Surabaya berjumlah 112 ibu

    melahirkan dan 112 bayi baru lahir

    Sampel

    Ibu yang melahirkan dan bayi baru lahir yang

    memenuhi kriteria inklusi sebanyak 55 respenden

    Pengumpulan data

    Pengolahan data dengan Editing, Coding,

    Tabulating, Prossesing, Cleaning

    Analisis data

    Menggunakan Uji Statistik Korelasi

    chi square

    Penyajian data

    Sampling :

    Nonprobability sampling jenis

    Purposive Sampling

  • 39

    4.3 Populasi, Sampel, dan Besar Sampling

    4.3.1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

    (Notoadmojo, 2002). Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, populasi pada

    penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dan bayi yang dilahirkan di RSU Dr.

    Soetomo Surabaya pada bulanOktober - November tahun 2010 berjumlah 112

    orang.

    4.3.2. Sampel

    Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari keseluruhan

    objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2002).

    Dalam penelitian survei ini teknik pengambilan sampel sangat penting, sehingga

    sedapat mungkin sampel mewakili populasi yang diteliti dan pengambilan sampel

    yang baik akan mempengaruhi validitas hasil penelitian. Dalam penentuan

    kriteria sampel dibedakan menjadi dua bagian yaitu kriteria inklusi dan kriteria

    ekslusi. kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

    populasi target dan keterjangkauan yang akan diteliti (Nursalam, 2003) yaitu :

    Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

    1. Ibu yang melahirkan selama bulan November 2010.

    2. Ibu melahirkan dengan usia kehamilan 37 40 minggu.

    3. Ibu melahirkan spontan maupun dengan tindakan (section caesaria,

    ekstraksi vakum,dll).

    4. Ibu dan bayi yang berada diruangan nifas.

  • 40

    Adapun kriteria eklusi adalah sebagai berikut :

    1. Ibu yang tidak punya data penambahan berat badan.

    2. Ibu yang melahirkan bayi kembar

    3. Ibu yang melahirkan bayi dengan memiliki kecacatan.

    4. Ibu yang memiliki data-data tidak lengkap.

    4.3.3 Sampling

    Suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili suatu

    populasi. ( Arikunto, 1998). Pada penelitian ii pengambilan sampel dilakukan

    dengan non probability sampling tipe purposive yaitu sampel dipilih diantara

    populasi dengan kriteria yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut

    dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

    4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

    4.4.1 Lokasi penelitian

    Penelitian ini dilakukan di RSU Dr. Soetomo Surabaya khususnya diruang

    nifas ibu RSU Dr. Soetomo Surabaya.

    4.4.2 Waktu penelitian

    Waktu penelitian ini dilakukan selama satu bulan dimulai dari tanggal 1

    Oktober sampai 30 November 2010.

  • 41

    4.5. Identifikasi Variabel Penelitian

    F.N Kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep. Sedangkan

    Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi (Arikunto,

    Suharsimi,2006).

    Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen dan

    variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah, penambahan

    berat badan ibu selama kehamilan, status gizi ibu, umur ibu, paritas, jarak

    kehamilan, anemia, faktor penyakit seperti: jantung, hipertensi dan asma,

    merokok, sedangkan variable dependen yaitu berat badan lahir bayi.

    4.6. Definisi Operasional

    Untuk memudahkan dalam pengukuran variabel maka perlu dibuat

    batasan atau definisi operasional beserta skala pengukuran dan alat pengukuran.

    Adapun definisi operasional yang dibuat meliputi seluruh variable yang ada pada

    kerangka konsep.

    Variabel Defenisi Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

    Berat lahir

    Bayi

    Berat lahir bayi

    yang ditimbang 24

    jam pertama

    setelah lahir

    dengan

    menggunakan

    pakaian seminimal

    mungkin

    Timbangan

    bayi

    (melihat

    rekam

    medik

    bayi)

    Menimbang

    bayi baru

    lahir dengan

    timbangan

    bayi

    BBLR :< 2500 gr

    Normal: >2500gr

    Nominal

  • 42

    Status Gizi

    Ibu

    Suatu keadaan

    yang disebabkan

    oleh asupan gizi

    ibu hamil. Untuk

    menentukan status

    gizi ibu hamil

    dilakukan dengan

    cara mengukur

    LLA kemudian

    dibandingkan

    dengan standar

    yang ada,

    diperoleh dari

    status ibu waktu

    hamil

    Pita

    pengukur

    LLA

    (melihat

    rekam

    medik Ibu)

    Lengan

    harus dalam

    posisi bebas.

    Lengan baju

    dan otot

    lengan atas

    dalam

    keadaan

    tidak tegang.

    Diukur pada

    bagian

    tengah antara

    bahu dan

    siku lengan

    kiri dengan

    menggunaka

    n pita khusus

    pengukur

    LLA

    KEK

    Normal

    Nominal

    Penambahan

    Berat Badan

    Ibu

    Suatu perubahan

    bertambahnya

    berat badan ibu

    berdasarkan

    rekomendasi

    kenaikan berat

    badan

    total,sebelum

    hamil dan berat

    badan ibu mau

    melahirkan

    Rekam

    Medik Ibu

    Wawancara Kurang :35 th

    Tidak beresiko :

    20-35 tahun

    Nominal

    Paritas Banyak anak yang

    dilahirkan ibu

    termasuk yang

    meninggal

    Rekam

    Medik Ibu

    Wawancara Resiko: > 3 orang

    Tidak beresiko :

    < 3 orang

    Nominal

    Jarak

    kehamilan

    Jarak antara usia

    anak pertama

    dengan anak kedua

    dan seterusnya

    Rekam

    Medik Ibu

    wawancara Resiko: < 2 tahun

    Tidak beresiko:

    >2tahun

    Nominal

  • 43

    Anemia Kadar

    haemoglobin (Hb)

    Rekam

    Medik Ibu

    Pemeriksaan

    labor

    Resiko: < 11gr%

    Tidak beresiko:

    >11gr%

    Nominal

    Penyakit ibu Ibu menderita

    penyakit seperti

    jantung adalah ibu

    yang menderita

    penyakit jantung

    selama kehamilan,

    hipertensi adalah

    ibu hamil yang TD

    > 140/90 mmHg,

    dan asma adalah

    ibu yang

    mempunya

    riwayat asma

    Rekam

    Medik Ibu

    wawancara Resiko :

    memiliki salah

    satu penyakit tsb

    Tidak beresiko :

    Tidak memiliki

    salah satu

    penyakit tsb

    Nominal

    Merokok Sebelum dan

    selama hamil ibu

    mengonsumsi > 10

    batang rokok per

    hari

    Rekam

    Medik Ibu

    wawancara Resiko : ibu

    perokok

    Tidak beresiko:

    ibu tidak

    merokok

    Nominal

    4.7 Cara Pengumpulan Data

    4.7.1. Data Primer

    Data primer merupakan data yang diambil langsung dari responden, yang

    mencakup :

    1. Data berat badan bayi yang dilahirkan dengan menanyakan kepada ibu

    dan dicek kembali pada status bayi.

    2. Data status gizi ibu dilakukan pengukuran LLA

    3. Data penambahan berat badan ibu selama hamil dengan menanyakan berat

    badan ibu sebelum hamil dan berat badan ibu mau melahirkan serta tinggi

  • 44

    ibu yang kemudian dikategorikan penambahan berat badan ibu

    berdasarkan IMT ibu sebelum hamil.

    4. Data umur ibu dengan menanyakannya pada ibu.

    5. Data paritas ibu dengan menanyakannya pada ibu

    6. Data jarak kehamilan ibu dengan menanyakannya pada ibu

    7. Data riwayat penyakit yang diderita ibu dengan menanyakannya pada ibu

    8. Data kebiasaan merokok ibu dengan menanyakannya pada ibu

    4.7.2. Data Sekunder

    Data sekunder merupakan data yang tidak dapat diambil secara langsung pada

    responden yang dapat berupa :

    1. Gambaran umum responden

    2. Data kadar Hb ibu dengan melihat rekam medik ibu

    Data ini dilihat pada dokumen yang ada di RSU. Dr. Soetomo Surabaya dari

    tanggal 1 Oktober 30 November 2010.

    4.8. Cara Pengolahan dan Analisis Data

    4.8.1. Pengolahan Data

    1. Pemeriksaan Data (editing)

    Setiap kuisioner yang dikembalikan responden diperiksa kelengkapan

    jawabanya dan benar atau tidaknya cara pengisian pengisian kuisioner

    tersebut.

    2. Pemberian Kode ( cooding)

    Untuk merubah data yang berbentuk huruf menjadi bentuk angka gunanya

    untuk mempermudah analisa data dan mempercepat entri data.

  • 45

    3. Pengolahan Data (prosessing)

    Pemprosesan data yang dilakukan dengan cara mengentri data kuisioner

    ke program komputer yaitu SPSS

    4. Pembersihan Data (cleaning)

    Untuk pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan

    atau tidak.

    4.8.2. Analisa Data

    Analisa data dilakukan berdasarkan :

    1. Analisa Univariat

    Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa dengan teknik analisa

    persentase dengan menggunakan rumus:

    Keterangan :

    P = Persentasi

    F = Frekwensi

    N = Jumlah responden

    (Arikunto, 2002)

    2. Analisa Bivariat

    Analisa Bivariat tujuannya untuk melihat hubungan variabel dependen

    dengan menggunakan rumus:

    P = F x 100%

    N

  • 46

    Keterangan :

    x = Lambang Chi- Square

    O = Observasi

    E = Exported ( harapan )

    (Arikunto, 2002)

    Data yang telah diolah kemudian dianalisis uji chi-square dengan

    menggunakan komputer program SPSS.

    Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Merumuskan hipotesa statistik

    Ho : Tidak terdapat hubungan antara faktor status gizi ibu, penambahan

    berat badan ibu, umur ibu, paritas, jarak kehamilan, anemia,

    penyakit yang diderita ibu (jantung, hipertensi, dan asma), dan

    kebiasaan ibu merokok dengan berat badan lahir bayi.

    Ha : Terdapat hubungan antara faktor status gizi ibu, penambahan berat

    badan ibu, umur ibu, paritas, jarak kehamilan, anemia, penyakit

    yang diderita ibu (jantung, hipertensi, dan asma), dan kebiasaan

    ibu merokok dengan berat badan lahir bayi.

    2. Melakukan uji statistic dengan menggunakan software SPSS 11,5

    3. Menarik kesimpulan berdasarkan atas hasil perbandingan nilai signifikansi

    (p) yang diperoleh dengan taraf kemaknaan () yang diinginkan (Dahlan,

    2009:26).

    Pada penelitian ini taraf kemaknaan yang digunakan adalah 5 % atau 0,05.

    X = (0 E )

    E

  • 47

    Jika p > maka Ho diterima, artinya Tidak terdapat hubungan antara faktor

    status gizi ibu, penambahan berat badan ibu, umur ibu, paritas, jarak

    kehamilan, anemia, penyakit yang diderita ibu (jantung, hipertensi, dan

    asma), dan kebiasaan ibu merokok dengan berat badan lahir bayi.

    Jika p < maka Ho ditolak, Terdapat hubungan antara faktor status gizi ibu,

    penambahan berat badan ibu, umur ibu, paritas, jarak kehamilan, anemia,

    penyakit yang diderita ibu (jantung, hipertensi, dan asma), dan kebiasaan

    ibu merokok dengan berat badan lahir bayi.

    4. Untuk menentukan keeratan hubungan / korelasi antar variabel, digunakan

    nilai-nilai KK sebagai patokan.

    Tabel 4.2 Interval nilai koefisien dan kekuatan hubungan

    No Interval Nilai Kekuatan Hubungan

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    KK = 0,00

    0,00 < KK < 0,20

    0,20 < KK < 0,40

    0,40 < KK < 0,70

    0,70 < KK < 0,90

    0,90 < KK < 1,00

    KK = 1,00

    Tidak ada

    Sangat rendah/lemah sekali

    Rendah atau lemah tapi pasti

    Cukup berarti atau sedang

    Tinggi atau kuat

    Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat

    diandalkan

    Sempurna

    Sumber : Hasan, 2004:44

  • 48

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

    Rumah sakit umum Dr. Soetomo Surabaya didirikan pada tanggal 29

    Oktober 1938 di mana rumah sakit ini diberi nama RS Central Bulggerlijk

    Ziekenhuis (CBZ) oleh pemerintahan Belanda di desa Karang Menjangan. Pada

    tahun 2002, Pemerintahan Daerah Propinsi Jawa Timur menetapkan perubahan

    nama menjadi RSU. Dr. Soetomo yang berlokasi di Jl. Mayjen. Prof. Dr.

    Moestopo 6-8 Surabaya. Status pemilikan dipegang oleh Pemerintahan Propinsi

    Jawa Timur dengan kualifikasinya kelas A pendidikan.

    RSU Dr. Soetomo Surabaya memiliki luas 163.875 m2 dengan kapasitas

    tempat tidur (TT) 1.505. Dalam usaha pelayanan kesehatan rumah sakit Dr

    soetomo terdiri dari beberapa unit antara lain : Instalasi Rawat Darurat (IRD),

    Rawat Jalan (IRJ), Instalasi Paliatif (URJ Paliatif), Gedung Rawat Inap Utama

    Graha Amerta, Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT), Instalasi Rawat Inap

    Bedah, Instalasi Rawat Inap Jiwa, Instalasi Diagnostik dan Intervensi

    Kardiovaskuler, Instalasi Patologi Klinik, Instalasi Radio Diagnostik, Instalasi

    Radioterapi, Instalasi dan SMF Rehabilitasi Medik/Kedokteran Fisik dan

    Rehabilitasi, Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal (KFM), Instalasi

    Kerjasama Pembiayaan Kesehatan (IKPK), Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi dan

    Sanitasi, SMF Bedah, SMF Orthopedi dan Traumatologi, SMF Bedah Syaraf,

    SMF Bedah Plastik, SMF Urologi, SMF obstetri dan ginekologi, SMF THT-KL,

    SMF Kesehatan Mata, SMF Anestesiologi dan Reanimasi, SMF Kesehatan Anak,

  • 49

    SMF Penyakit Dalam, SMF Paru, SMF Kesehatan kulit dan Kelamin, SMF

    Penyakit Saraf, SMF Kesehatan Gigi dan Mulut, SMF Patologi anatomi dan SMF

    Mikrobiologi Klinik.

    RSU Dr. Soetomo saat ini sebagai rumah sakit pendidikan bagi Fakultas

    Kedokteran Unair. Fungsinya sebagai Rumah Sakit Pendidikan ini telah

    disandang sejak tahun 1938, dengan nama Ndelandsch Indische Artsen School

    (NIAS) yang merupakan cikal bakal Fakultas Kedokteran Unair Surabaya.

    Sehingga akhirnya RSU Dr. Soetomo dikenal sebagai RSU dengan Klasifikasi A,

    RSU Pendidikan Kedokteran Unair, RSU Pusat Rujukan untuk wilayah Timur

    Indonesia.

    Salah satu fasilitasnya adalah SMF Obstetri dan Ginekologi. Di SMF ini

    terdiri dari 3 ruangan, yaitu ruang Merak, Ruang Cendrawasih dan Melati. Ruang

    Cendrawasih merupakan ruang rawat inap untuk ibu pasca bersalin (nifas). Ruang

    cendrawasih mempunyai 25 orang tenaga medis.

    Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian yang telah

    dilaksanakan di RSU Dr. Soetomo Surabaya, yaitu tepatnya di Instalasi Rawat

    Inap Obgyn, yaitu di Ruangan Cendrawasih dari tanggal 1 November 30

    November 2010. Sampel pada penelitian ini sebanyak 55 orang, pada umumnya

    sampel berasal dari Surabaya dan dari daerah rujukan dari rumah sakit lain.

    Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data melalui

    wawancara langsung terhadap responden yang termasuk dalam criteria inklusi.

  • 50

    5.2. Hasil Penelitian

    5.2.1. Analisis Univariat

    5.2.1.1. Berat Badan Lahir Bayi

    Berat badan lahir bayi dianalisa dengan menggunakan nilai tengah yaitu

    mean (rata-rata), median, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum.

    Tabel 5.1

    Distribusi Berat Badan Lahir Bayi (gram)

    Di RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Variabel n Mean Median Minimum Maksimum Standar

    Deviasi

    Berat

    Badan

    Lahir Bayi

    55 2917,45 2900 1600 4100 487,89

    Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa rata-rata berat badan lahir bayi adalah

    2917,45 gram, dengan berat badan minimum 1600 gram dan maksimum 4100

    gram.

    Tabel 5.2

    Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Bayi

    Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    No Berat Badan Lahir Bayi Frekuensi %

    1 BBLR 10 18,2

    2 Normal 45 81,8

    Total 55 100

    Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa bayi lahir dengan berat badan lahir

    rendah (BBLR) 18,2 % dan berat badan lahir bayi normal 81,8 %.

  • 51

    5.2.1.2. Status Gizi Ibu

    Variable Status Gizi ibu juga dinilai dengan menggunakan nilai tengah,

    berdasarkan analisis univariat didapat hasil pada tabel berikut ini

    Tabel 5.3

    Distribusi Status Gizi Ibu (Cm)

    Di RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Variabel n Mean Median Minimum Maksimum Standar

    Deviasi

    Lingkaran

    Lengan

    Atas

    55 29,5 30 22 38 4,407

    Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa rata-rata Lingkar Lengan Atas adalah

    29,5 cm, dengan nilai minimum 22 cm dan maksimum 38 cm.

    Tabel 5.4

    Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu

    Di RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    No Status Gizi Ibu Frekuensi %

    1 KEK 10 18,2

    2 Non KEK 45 81,8

    Total 55 100

    Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa ibu hamil dengan Kekurangan Energi

    Kronik terdapat (KEK) 18,2 %

    5.2.1.3. Penambahan Berat Badan

    Tabel 5.5

    Distribusi Penambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan (Kg)

    Di RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Variabel n Mean Median Minimum Maksimum Standar

    Deviasi

    Penambahan

    Berat Badan

    55 13,4 13 8 18 2,54

  • 52

    Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa rata-rata Penambahan berat badan ibu

    selama kehamilan adalah 13,4 kg dengan nilai minimum 8 kg dan maksimum 18

    kg.

    Tabel 5.6

    Distribusi Frekuensi Penambahan Berat Badan

    Di RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    No Penambahan Berat Badan Frekuensi %

    1 Kurang 10 18,2

    2 Cukup 45 81,8

    Total 55 100

    Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa penambahan berat badan ibu selama

    hamil berdasarkan IMT 18,2 % masih kurang.

    5.2.1.4. Umur Ibu

    Tabel 5.7

    Distribusi Umur Ibu (Th)

    Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Variabel n Mean Median Minimum Maksimum Standar

    Deviasi

    Umur 55 30 31 16 48 6,29

    Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa rata-rata Umur Ibu adalah 30 tahun,

    dengan nilai minimum 16 tahun dan maksimum 48 tahun.

    Tabel 5.8

    Distribusi Frekuensi Umur Ibu

    Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    No Umur Ibu Frekuensi %

    1 Beresiko 12 21,8

    2 Tidak Beresiko 43 78,2

    Total 55 100

    Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa umur ibu pada saat kehamilan 21,8 %

    beresiko untuk hamil

  • 53

    5.2.1.5. Paritas ibu

    Tabel 5.9

    Distribusi Paritas Ibu

    Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Variabel n Mean Median Minimum Maksimum Standar

    Deviasi

    Paritas 55 2,56 2 1 6 1,32

    Dari tabel 5.9 dapat dilihat bahwa rata-rata Paritas Ibu saat kehamilan

    adalah 2,56 dengan nilai minimum 1 orang dan maksimum 6 orang.

    Tabel 5.10

    Distribusi Frekuensi Paritas Ibu

    Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    No Umur Ibu Frekuensi %

    1 Beresiko 14 25,5

    2 Tidak Beresiko 41 74,5

    Total 55 100

    Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa umur ibu pada saat kehamilan adalah

    25,5% beresiko untuk hamil.

    5.2.1.6. Jarak Kehamilan

    Tabel 5.11

    Distribusi Jarak Kehamilan (Th)

    Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Variabel n Mean Median Minimum Maksimum Standar

    Deviasi

    Jarak

    Kehamilan

    55 1,85 2 0 5 1,48

    Dari tabel 5.11 dapat dilihat bahwa jarak kehamilan ibu rata-rata adalah

    1,85, dengan nilai minimum 0 tahun dan maksimum 5 tahun.

  • 54

    Tabel 5.12

    Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan

    Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    No Umur Ibu Frekuensi %

    1 Beresiko 20 36,4

    2 Tidak Beresiko 35 63,6

    Total 55 100

    Dari tabel 5.12 dapat dilihat bahwa 36,4 % jarak kehamilan ibu beresiko.

    5.2.1.7. Kadar Hb Ibu

    Tabel 5.13

    Distribusi Kadar Hb Ibu (gr%)

    Di RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Variabel n Mean Median Minimum Maksimum Standar

    Deviasi

    Anemia

    (kadar Hb)

    55 11 11 9,5 11,8 0,51

    Dari tabel 5.13 dapat dilihat nilai rata-rata Anemia (kadar Hb) ibu adalah

    11 gr%, dengan nilai nimimum 9,5 gr% dan maksimum 11,8 gr%.

    Tabel 5.14

    Distribusi Frekuensi Kadar Hb Ibu

    Di RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    No Umur Ibu Frekuensi %

    1 Beresiko 9 16,4

    2 Tidak Beresiko 46 83,6

    Total 55 100

    Dari tabel 5.14 dapat dilihat anemi (kadar Hb) Ibu selama hamil 16,4 %

    adalah beresiko.

  • 55

    5.2.1.8. Penyakit Yang Diderita Ibu

    Tabel 5.16

    Distribusi Frekuensi Penyakit Yang Diderita Ibu

    Di RSU Dr Soetomo Surabaya Tahun 2010

    No Umur Ibu Frekuensi %

    1 Beresiko 2 3,6

    2 Tidak Beresiko 47 85,5

    Total 55 100

    Dari tabel 5.16 dapat dilihat 85,5 % ibu tidak ada memiliki riwayat

    penyakit jantung, hipertensi, dan asma.

    5.2.1.9. Kebiasaan Ibu Merokok

    Tabel 5.18

    Distribusi Frekuensi Kebiasaan Ibu Merokok

    Di RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    No Umur Ibu Frekuensi %

    1 Merokok 8 14,5

    2 Tidak Merokok 47 85,5

    Total 55 100

    Dari tabel 5.18 dapat dilihat 85,5 % ibu tidak mempunyai kebiasan

    merokok selama kehamilan.

    5.2.2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat pada penelitian dilakukan dengan menggunakan Korelasi

    dan Regresi Linear sederhana untuk mengetahui derajat/ keeratan hubungan dan

    mengetahui arah hubungan dua atau lebih variabel numerik dan membuat

    perkiraan (prediksi) nilai suatu variabel (variabel dependen) melalui variabel lain

    (variable independen) (Hastono, 2001).

  • 56

    Tabel 5.19 Analisis Hubungan Status Gizi Ibu Dengan Berat Badan Lahir Bayi

    DiRSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Status Gizi

    Ibu

    Berat Badan Lahir Bayi

    Jumlah

    p

    value

    KK BBLR Normal

    F % F % F %

    KEK 10 100 0 0 10 100

    Normal 0 0 45 100 45 100 0,00 0,707

    Jumlah 10 45 55

    Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang status gizi

    kurang (KEK) tidak ada yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah 10

    (1000%), dan responden yang status gizi normal tidak ada yang melahirkan bayi

    dengan berat badan lahir rendah.

    Hasil uji statistic diperoleh p-value = 0,00 (p-value < 0,05) yang berarti

    bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi ibu dengan berat badan

    lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya.

    Tabel 5.20 Hubungan Penambahan Berat Badan dengan Berat Badan Lahir Bayi

    DiRSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Penambahan

    BeratBadan

    Selama

    Kehamilan

    Berat Badan Lahir Bayi

    Jumlah

    p

    value

    KK BBLR Normal

    F % F % F %

    Kurang 10 100 0 0 10 100

    Normal 0 0 45 100 45 100 0.000 0,707

    Jumlah 10 45 55

    Dari tabel 5.20 dapat diketahui bahwa responden yang penambahan berat

    badan ibu selama hamil yang kurang dari 11,5 kg melahirkan bayi dengan BBLR

    adalah sebanyak 10 (100%) dan responden yang penambahan berat badannya

  • 57

    normal (11,5-16 kg) tidak ada yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir

    rendah.

    Hasil uji statistic diperoleh p-value = 0,000 (p-value < 0,05) yang berarti

    bahwa ada hubungan yang signifikan antara penambahan berat badan ibu selama

    kehamilan dengan berat badan lahir bayi di RSU Dr. Soetomo Surabaya .

    Tabel 5.21 Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Berat Badan Lahir Bayi Di

    RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Umur

    Ibu

    Berat Badan Lahir Bayi

    Jumlah

    p

    value

    KK BBLR Normal

    F % F % F %

    Beresiko 8 66,

    7

    4 33,3 12 100

    Tidak Beresiko 2 4,6 41 95,4 43 100 0.000 0,553

    Jumlah 10 45 55 100

    Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang umurnya < 20

    tahun dan > 35 tahun melahirkan bayi rendah 8 (80%) dan reponden yang

    umurnya antara 20 35 tahun melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

    adalah sebanyak 2 (20%).

    Hasil uji statistic diperoleh p-value = 0,000 (p-value < 0,05) yang artinya

    bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan berat badan lahir

    bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya.

  • 58

    Tabel 5.22 Analisis Hubungan Paritas Ibu dengan Berat Badan Lahir Bayi Di

    RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Paritas

    Ibu

    Berat Badan Lahir Bayi

    Jumlah

    p

    value

    KK BBLR Normal

    F % F % F %

    Beresiko 7 50 7 50 14 100

    Tidak

    Beresiko

    3 7,3 38 92,7 41 100 0.001 0,434

    Jumlah 10 45 55

    Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa paritas ibu yang > 3 melahirkan

    bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebanyak 7 responden (70 %) dan

    responden yang paritasnya < 3 melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

    adalah sebanyak 3 responden (30 %).

    Hasil uji statistic diperoleh p-value = 0,001 (p-value < 0,05) yang artinya

    bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan berat badan lahir

    bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya.

    Tabel 5.23 Analisis Hubungan Jarak Kehamilan dengan Berat Badan Lahir Bayi

    DiRSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Jarak

    Kehamilan

    Berat Badan Lahir Bayi

    Jumlah

    p

    value

    KK

    BBLR Normal

    F % F % F %

    Beresiko 7 35 13 65 20 100

    Tidak

    Beresiko

    3 32 71,1 35 100 0.026 0,313

    Jumlah 10 45 55

    Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang jarak

    kehamilannya < 2 tahun melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah

    sebanyak 7 responden (70 %) dan responden yang jarak kehamilannya > 2 tahun

  • 59

    melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebanyak 3 responden

    (30%).

    Hasil uji statistic diperoleh p-value = 0,026 (p-value < 0,05) yang artinya

    bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan ibu dengan berat

    badan lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya.

    Tabel 5.24 Analisis Hubungan Anemia (kadar Hb) Ibu dengan Berat Badan

    Lahir Bayi Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Anemia

    (kadar Hb)

    Berat Badan Lahir Bayi

    Jumlah

    p

    value

    KK BBLR Normal

    F % F % F %

    Beresiko 9 100 0 0 9 100

    Tidak

    Beresiko

    1 2,1 45 97,9 46 100 0.000 0,684

    Jumlah 10 45 55

    Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang kadar Hb < 11

    gr% melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebanyak 9

    responden (90%) dan responden yang kadar Hb > 11 gr% melahirkan bayi

    dengan berat badan lahir rendah adalah 1 responden (10%).

    Hasil uji statistic diperoleh p-valeu = 0,000 (p-value < 0,05) yang artinya

    bahwa ada hubungan yang signifikan antara anemia (kadar Hb) dengan berat

    badan lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya.

  • 60

    Tabel 5.25 Analisis Hubungan Penyakit Yang Diderita Ibu dengan Berat Badan

    Lahir Bayi Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Penyakit

    Yang

    Diderita Ibu

    Berat Badan Lahir Bayi

    Jumlah

    p

    value

    KK BBLR Normal

    F % F % F %

    Beresiko 1 50 1 50 2 100

    Tidak

    Beresiko

    9 16,9 44 83,1 53 100 0.333 0,158

    Jumlah 10 45 55

    Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang memiliki

    penyakit (jantung, hipertensi dan asma) melahirkan bayi dengan berat badan lahir

    rendah adalah 1 responden (10%) dan responden tidak memiliki penyakit

    (jantung, hipertensi, dan asma) melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

    adalah sebanyak 9 responden (90%).

    Hasil uji statistic diperoleh p-value = 0,333 (p-value > 0,05) yang berarti

    tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit yang diderita (jantung,

    hipertensi, dan asma) dengan berat badan lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo

    Surabaya.

    Tabel 5.26 Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Ibu dengan Berat Badan Lahir

    Bayi Di RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2010

    Kebiasaan

    Merokok

    Berat Badan Lahir Bayi

    Jumlah

    p

    value

    KK BBLR Normal

    F % F % F %

    Merokok 5 62,5 3 28,5 8 100

    Tidak

    Merokok

    5 10,6 42 89,4 47 100 0.003 0,428

    Jumlah 10 45 55

  • 61

    Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai

    kebiasaan merokok melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah

    sebanyak 5 responden (50%) dan responden yang tidak mempunyai kebiasaan

    merokok melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebanyak 5

    responden (50%).

    Hasil uji statistic diperoleh p-value = 0,003 (p-value < 0,05) yang berarti

    bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok ibu dengan berat

    badan lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya .

    5.3. Pembahasan

    5.3.1. Hubungan Status Gizi Ibu dengan Berat Badan Lahir Bayi

    Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata ukuran lingkaran lengan

    atas responden adalah 29,5 cm dengan standar deviasi 487,89 cm. Hal ini

    menunjukkan bahwa rata-rata status gizi ibu dalam keaadaan baik. Setelah

    dilakukan analisis dengan uji korelasi regresi linear sederhana didapatkan

    hubungan sedang dan berpola positif antara status gizi ibu dengan berat badan

    lahir bayi dengan r 0,707 akan mempengaruhi berat badan lahir bayi. Hasil uji

    statistic didapatkan hubungan yang signifikan antara status gizi ibu dengan berat

    badan lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya dengan p value = 0,000. Hal ini

    sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa status gizi ibu hamil sangat

    mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu

    buruk, baik sebelum hamil dan selama kehamilan akan menyebabkan Berat Badan

    Lahir Rendah (BBLR) (Supariasa,2002)

  • 62

    Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketut Ngurah Alit berdasarkan hasil

    penelitian yang dilakukan di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar pada

    tahun 2001 bahwa ibu hamil dengan status gizi yang kurang 28,9% melahirkan

    bayi BBLR dengan odds rasio (OR) = 3,342. Hal ini berarti bahwa ibu hamil

    dengan status gizi buruk mempunyai resiko 3,342 kali lebih besar untuk

    melahirkan BBLR.

    Penelitian yang dilakukan oleh Glureshi di India pada tahun 1973

    menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi ibu dengan

    berat badan lahir rendah (BBLR).

    Menurut peneliti tidak dapat dipungkiri bahwa makanan yang adekuat

    diperlukan oleh ibu hamil untuk memelihara kesehatan ibu sendiri maupun untuk

    perkembangan janin dalam kandungan. Status gizi ibu yang kurang terutama pada

    masa kehamilan sebenarnya dapat ditanggulangi jika penatalaksanaan ibu dalam

    kehamilan cukup baik. Penatalaksanaan kehamilan dengan memberikan Ante

    Natal Care yang memenuhi standar 7T tentu akan memberikan kontribusi yang

    sangat besar terhadap hasil kehamilan. Memberikan penyuluhan tentang gizi yang

    seimbang pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya kekurangan energi kronis

    pada ibu.

    5.3.2. Hubungan Penambahan Berat Badan dengan Berat Badan Lahir Bayi

    Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata penambahan berat badan

    responden selama kehamilan adalah 13,4 kg dengan standar deviasi 2,54. Hal ini

    menunjukkan bahwa rata-rata penambahan berat badan ibu berdasarkan IMT

    adalah cukup.

  • 63

    Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

    penambahan berat badan ibu dan kenaikan berat badan ibu selama hamil sangat

    mempengaruhi hasil kehamilan, resiko akan meningkat pada kasus-kasus wanita

    hamil kekurangan berat badan. Wanita yang berat badannya kurang sebelum

    hamil cenderung akan melahirkan lebih cepat (premature) dan melahirkan bayi

    dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Moore, 1997) sangat mempengaruhi

    pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum

    hamil dan selama kehamilan akan menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah

    (BBLR) (Supariasa, 2002)

    Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Susilowati Herman

    di RS. Dr. Karyadi, Semarang pada tahun 1986 ternyata ada hubungan antara

    penambahan berat badan ibu dengan berat badan lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo

    Surabaya (KK = 0,707) dan p value = 0.000

    Menurut Rush kenaikan berat badan ibu yang kurang selama hamil

    merupakan salah satu penyebab mengapa banyak bayi lahir small for date.

    Menurut peneliti rendahnya pertambahan berat badan ini mungkin karena

    pertambahan konsumsi kalori dan protein selama masa kehamilan. Untuk

    menurunkan kejadian berat badan lahir rendah diperlukan upaya peningkatan

    keadaan gizi sebelum dan selama hamil mutlak diperlukan. Pendidikan gizi

    memainkan peranana penting dalam pencegahan kekurangan gizi, bahwa dengan

    penyuluhan gizi dapat ditingkatkan status gizi ibu.

  • 64

    5.3.3. Hubungan Umur Ibu dengan Berat Badan Lahir Bayi

    Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata umur responden 30-31

    tahun dan standar deviasi 6,29. Setelah dilakukan analisis didapatkan ada

    hubungan antara umur ibu dengan berat badan lahir bayi dengan r 0.553. Hasil uni

    statistic didapatkan hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan berat badan

    lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya dengan p value = 0,000

    Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan wanita yang

    melahirkan dibawah usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai resiko

    yang lebih tinggi baik pada ibu maupun bayi (Muchtar, 1998). Usia ibu waktu

    hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan terjadinya

    berat badan lahir rendah (Surasmi, 2003:31).

    Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

    Ketut Ngurah Alit di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar pada tahun

    2001 bahwa umur ibu mempengaruhi berat badan lahir bayi.

    Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Khomson Ali pada tahun 2003

    mengatakan bahwa umur ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan

    kejadian berat badan lahir rendah dan penelitian di Amerika pada tahun 1994 yang

    mengungkapkan bahwa remaja berusia < 20 tahun dan > 35 tahun mempunyai

    kecendrungan melahirkan berat badan lahir rendah.

    Menurut peneliti masih adanya ibu yang hamil pada umur yang beresiko

    dikarenakan oleh terlalu cepat menikah dan terlalu lama menikah, dan kebanyakan

    dari ibu yang masih mempercayai budaya banyak anak banyak rezeki.

  • 65

    5.3.4. Hubungan Paritas Ibu dengan Berat Badan Lahir Bayi

    Berdasarkan hasil penelitian rata-rata paritas ibu adalah 2,5 dengan nilai

    standar deviasi 1,32. Setelah dilakukan analisis didapatkan ada hubungan antara

    paritas ibu dengan berat badan lahir bayi dengan KK = 0,434 yang artinya cukup

    berarti. Hasil uji statistic didapatkan hubungan yang signifikan antara paritas ibu

    dengan berat badan lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya dengan p-value =

    0,001.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan makin sering

    wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka makin banyak kekurangan zat

    besi dan semakin anemis yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan

    premature dan hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba, 2007).

    5.3.5. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Berat Badan Lahir Bayi

    Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata jarak kehamilan

    responden 1-2 tahun dengan standar deviasi 1,48. Setelah dilakukan analisis

    didapatkan hubungan yang lemah tapi pasti antara jarak kehamilan ibu dengan

    berat badan lahir bayi dengan KK = 0,313. Hasil uji statistic didapatkan hubungan

    yang signifikan dengan p-value = 0,026 antara jarak kehamilan dengan berat

    badan lahir bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan ibu sebaiknya

    mengatur jarak persalinan lebih dari 1-2 tahun agar mendapat kesejahteraan yang

    optimal (Manuaba, 2007). Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan

    melahirkan maka makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis

  • 66

    yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematuritas dan hambatan

    tumbuh kembang janin dalam rahir (Manuaba, 2007).

    Menurut peneliti sebagian besar ibu mengaku tidak menggunakan alat

    kontrasepsi atau gagal dalam berKB (Keluarga Berencana). Banyak ibu yang

    mengakui masih berprinsip banyak anak banyak rezeki dan merasa jika tidak

    memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu (laki-laki atau perempuan) belum

    lengkap rasanya.

    5.3.6. Hubungan Anemia (kadar Hb) dengan Berat Badan Lahir Bayi

    Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kadar Hb ibu selama kehamilan

    adalah 11 gr% dengan standar deviasi 0,51. Setelah dilakukan analisis di dapatkan

    ada hubungan yang cukup berarti antara anemia (kadar Hb) ibu selama kehamilan

    dengan berat badan lahir bayi dengan KK = 0,684. Hasil uji statistic didapatkan

    hubungan yang signifikan antara anemia (kadar Hb) ibu dengan berat badan lahir

    bayi di RSU. Dr. Soetomo Surabaya dengan nilai p-value = 0,000

    Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan dampak anemia

    pada ibu hamil akan berdampak pada hasil akhir kehamilannya yang diakibatkan

    oleh rendahnya kadar Hb baik secara langsung maupun tidak langsung berakibat

    besar pada produktivitas, imunitas dan berat badan lahir bayi.

    Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

    Ketut Ngurah Alit di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar pada tahun

    2001 bahwa anemia (kadar Hb) ibu selama kehamilan mempengaruhi berat badan

    lahir bayi.

  • 67

    Menurut peneliti banyaknya ibu hamil yang mengalami anemia besi

    dikarenakan ibu tidak mengonsumsi tablet Fe selama kehamilan minimal 90 tablet

    disebabkan karena faktor ketidaktahuan ibu betapa pentingnya mengkonsumsi

    tablet Fe selama kehamilan, serta kurangnya konsumsi makanan yang adekuat

    selama kehamilan.

    5.3.7. Hubungan Penyakit Yang Diderita ( Jantung, Hipertensi, dan Asma)

    Ibu dengan Berat Badan Lahir Bayi.

    Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 10 responden yang

    melahirkan BBLR hanya 1 responden yang memiliki riwayat penyakit. Setelah

    dilakukan analisis di dapatkan tidak ada hubungan antara penyakit yang diderita

    (jantung, hipertensi, dan asma) dengan berat badan lahir bayi dengan KK = 0,158

    artinya lemah sekali kekuatannya. Hasil uji statistic didapatkan hubungan yang

    tidak signifikan antara penyakit yang diderita ibu dengan berat badan lahir bayi di

    RSU. Dr. Soetomo Surabaya dengan p-value = 0,333.

    Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan faktor penyakit yang

    diderita ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi atau berakibat terganggunya

    janin dalam kandungan dan mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan yang

    kurang. (Winyoksastro, 2007 : 499)

    Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Enoch

    bahwa faktor penyakit yang diderita ibu selama kehamilan tidak memiliki

    hubungan dengan berat badan lahir bayi.

    Hasil ini tidak bermakna mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang terlalu

    sedikit dan waktu penelitian yang singkat. Namum ada kecenderungan bahwa ibu

  • 68

    yang memiliki riwayat penyakit (jantung, hipertensi, dan asma) sebagian besar

    melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

    5.3.8. Hubungan Kebiasaan Ibu Merokok dengan Berat Badan Lahir Bayi

    Dari hasil penelitian dapat dilihat dari 10 orang yang melahirkan bayi

    dengan berat badan lahir rendah 5 responden mempunyai kebiasaan merokok.

    Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan nilai p-value = 0,003 berarti ada

    hubungan yang sedang antara kebiasaan ibu merokok dengan berat badan lahir

    bayi (KK= 0,428).

    Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wanita

    yang merokok selam hamil mengakibatkan terganggunya pertumbuhan janin

    dalam kandungan dan tergantung jumlah batang rokok yang dihisap oleh ibu

    setiap hari, karena pengaruh nikotin atau tar dalam rokok dapat menyebabkan

    terganggunya aliran darah yang membawa zat makanan dari tubuh ibu ke janin

    melalui aliran darah dari placenta ke janin dan mengakibatkban bayi lahir dengan

    berat badan lahir rendah (Winyoksastro, 2007). Wanita yang berhenti merokok

    selam kehamilan menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan berat badan

    lahir bayinya. (Moore, 2007).

    Merokok dapat mengakibatkan kecepatan metabolis