laporan kinerja -...
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
TAHUN 2018
KEMENTERIAN PERTANIAN-RI
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN-RI
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
Kotak Pos 7264, 7201/JKSPM
Telepon : (021) 7806819
Faximile : (021) 7806309
E-mail : [email protected],
Website : http/tanamanpangan.pertanian.go.id
LA
PO
RA
N K
IN
ER
JA
DIR
EK
TO
RA
T JE
ND
ER
AL T
AN
AM
AN
P
AN
GA
N
TA
HU
N 2018
KEMENTAN RIDITJEN TP
2019
Laporan Kinerja 2018
1 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 2018 adalah Tahun keempat menjelang berakhirnya masa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019.
Pada RPJMN 2015-2019, NAWA CITA menjadi agenda prioritas
Kabinet Kerja dengan mengarahkan pembangunan pertanian ke
depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Peningkatan
kedaulatan merupakan salah satu bagian dari Agenda 7 Nawa Cita
yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Menindaklanjuti agenda
tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfokuskan pada
program “Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil
Tanaman Pangan”. Program ini adalah program yang
berkesinambungan dalam pembangunan pertanian tanaman pangan
periode 2015-2019.
Selama periode pembangunan 2015-2019, telah ditetapkan indikator
kinerja sasaran program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang
tertuang pada peraturan Menteri Pertanian Nomor
68/Permentan/RC.020/12/2016, dan untuk perbaikan akuntabilitas
dan kinerja Kementerian Pertanian, Permentan tersebut direvisi
dengan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor
43/Permentan/RC.020/11/2017. Perubahan IKU ini ditindaklanjuti
dengan revisi renstra Kementan, dan untuk memberikan efektivitas
kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal tanaman pangan, maka
Rencana Strategis (renstra) Ditjen Tanaman Pangan direvisi dari
Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor
59.a/HK.310/C/4/2016 menjadi Nomor 86/HK.310/C/9/2018.
Pada renstra revisi telah memuat Sasaran Program, Indikator
Kinerja Sasaran Program (IKSP) dan target dari Tahun 2018 sd
2019, yang selanjutnya dijadikan dasar penetapan Perjanjian Kinerja
Laporan Kinerja 2018
2 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
(PK). Untuk sasaran, indikator dan target Tahun 2015 – 2017 yang
tidak tertuang pada renstra tersebut, masih mengacu pada renstra
sebelumnya.
Sasaran program yang tertuang pada IKU Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan 2017-2019 antara lain terpenuhinya kebutuhan
pangan strategis tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai),
meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian
tanaman pangan, tersedianya infrastruktur pertanian pasca panen
tanaman pangan yang sesuai dengan kebutuhan, terkendalinya
penyebaran OPT dan DPI pada tanaman pangan, terwujudnya
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan meningkatnya kualitas layanan
publik Ditjen Tanaman Pangan.
Capaian kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada Tahun
2018, Tahun ke-4 menjelang berakhirnya masa Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019 adalah
gambaran keberhasilan program Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan, yang menjadi salah
satu pendukung agenda prioritas nawacita, yaitu mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
Kegiatan APBN 2018 menjadi pendukung tercapainya sasaran
program tanaman pangan Tahun 2018 yaitu kegiatan utama
pengelolaan produksi tanaman serealia, pengelolaan produksi
tanaman aneka kacang dan umbi, pengelolaan sistem penyediaan
benih tanaman pangan, penguatan perlindungan tanaman pangan
dari gangguan OPT dan DPI, pengolahan dan pemasaran hasil
tanaman pangan, pengembangan pengujian mutu benih, dan
pengembangan peramalan serangan OPT, serta dukungan
manajemen dan teknis lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan.
Laporan Kinerja 2018
3 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1.2 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan merupakan salah satu unit Eselon I
pada Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal
yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri
Pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bertugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
produksi padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya, serta
menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan,
penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen,
pengolahan, dan pemasaran hasil produksi padi, jagung,
kedelai, dan tanaman pangan lainnya, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan tanaman pangan;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan,
penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen,
pengolahan, dan pemasaran hasil produksi padi, jagung,
kedelai, dan tanaman pangan lainnya, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan tanaman pangan;
3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya,
peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil
produksi padi, jagung, kedelai, dan tanaman pangan lainnya,
serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan tanaman
pangan;
4) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyediaan
perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan
Laporan Kinerja 2018
4 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi padi,
jagung, kedelai, dan tanaman pangan lainnya, serta
pengendalian hama penyakit dan perlindungan tanaman
pangan;
5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyediaan
perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan
pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi padi,
jagung, kedelai, dan tanaman pangan lainnya, serta
pengendalian hama penyakit dan perlindungan tanaman
pangan;
6) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;
7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
1.3 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian, susunan organisasi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, meliputi: (1) Sekretariat Direktorat Jenderal, (2)
Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, (3) Direktorat Serealia, (4)
Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, (5) Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan, dan (6) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan.
Selain enam unit kerja Eselon II tersebut, juga dilengkapi tiga Unit
Pelaksana Teknis, yaitu: (1) Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor
392/Kpts/OT.130/6/2004, (2) Balai Besar Pengembangan dan
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura sesuai
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2006,
dan (3) Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman sesuai Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 393/Kpts/OT.130/6/2004.
Laporan Kinerja 2018
5 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Gambar 1. Struktur Organisasi Ditjen Tanaman Pangan
Masing-masing unit kerja Eselon II dan Unit Pelaksana Teknis
lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tersebut di atas
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal, bertugas memberikan
pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
serta menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran,
serta kerjasama di bidang tanaman pangan;
b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana,
pengelolaan urusan kepegawaian, penyusunan rancangan
peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan hubungan
masyarakat serta informasi publik;
Edi Purnawan, SP. M.Sc
Laporan Kinerja 2018
6 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan, serta
pemberian layanan rekomendasi di bidang tanaman pangan;
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan.
2. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, bertugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih padi, jagung,
kedelai, dan tanaman pangan lain, serta menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
penyediaan varietas, pengawasan mutu, dan produksi benih
tanaman pangan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan
varietas, pengawasan mutu, dan produksi benih tanaman
pangan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan penyediaan varietas, pengawasan mutu, dan
produksi benih tanaman pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan penyediaan varietas, pengawasan mutu, dan
produksi benih tanaman pangan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan penyediaan varietas, pengawasan mutu, dan
produksi benih tanaman pangan;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan
Tanaman Pangan.
3. Direktorat Serealia, bertugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
produksi padi, jagung dan serealia lain, serta menyelenggarakan
fungsi:
Laporan Kinerja 2018
7 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan
kering serta jagung dan serealia lain;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi padi
irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta
jagung dan serealia lain;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan
dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan
dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan
dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Serealia.
4. Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, bertugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan produksi kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu dan
aneka umbi lain, serta menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
produksi kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu dan aneka
umbi lain;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi
kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu dan aneka umbi lain;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
produksi kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu dan aneka
umbi lain;
Laporan Kinerja 2018
8 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan produksi kedelai, aneka kacang lain,ubi kayu
dan aneka umbi lain;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan produksi kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu
dan aneka umbi lain;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Aneka Kacang dan
Umbi.
5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, bertugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengendalian hama penyakit dan
perlindungan tanaman pangan, serta menyelenggarakan fungsi:
a. Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu
tumbuhan;
b. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan;
c. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang
dan umbi, serta penanggulangan dampak perubahan iklim;
d. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi,
serta penanggulangan dampak perubahan iklim;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia,
aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak
perubahan iklim;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia,
aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak
perubahan iklim;
Laporan Kinerja 2018
9 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia,
aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak
perubahan iklim;
h. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan.
6. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan, bertugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen,
pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan, serta
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan
standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman
pangan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen,
pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta
pemasaran dan investasi tanaman pangan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan;
Laporan Kinerja 2018
10 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta
penerapan standar mutu di bidang tanaman pangan;
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
7. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH), bertugas
melaksanakan pengembangan pengujian mutu benih dan
pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen
mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan
hortikultura, serta menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan program dan evaluasi pengembangan pengujian
mutu benih dan bimbingan teknis penerapan sistem
manajemen mutu laboratorium pengujian benih;
b. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metoda pengujian
laboratorium, sertifikasi dan pengawasan peredaran benih
tanaman pangan dan hortikultura;
c. Pelaksanaan uji banding (uji profisiensi, unjuk kerja metode,
uji arbitrase dan uji acuan) antar laboratorium pengujian benih
tanaman pangan dan hortikultura;
d. Pelaksanaan uji petik mutu benih tanaman pangan dan
hortikultura yang beredar;
e. Pelaksanaan sertifikasi benih untuk tujuan ekspor (orange,
green, and blue certificate);
f. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem
manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman
pangan dan hortikultura;
g. Pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan pemberian hak
penandaan SNI pada pelaku usaha perbenihan tanaman
pangan dan hortikultura;
Laporan Kinerja 2018
11 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
h. Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil pengembangan
pengujian mutu benih dan pelaksanaan kerjasama
laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan
hortikultura;
i. Pelaksanaan pengelolaan urusan tata usaha dan rumah
tangga Balai Besar.
8. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
(BBPOPT), bertugas melaksanakan dan mengembangkan
peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura, serta
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan program dan rencana kerja/teknis/
program;
b. Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT dan
faktor penentu perkembangan OPT;
c. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT berdasarkan
sistem Pengendalian Hama Terpadu;
d. Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan dan
pengendalian OPT;
e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT;
f. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan
sistem mutu dan standar laboratorium Pengamatan Hama
dan Penyakit;
g. Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan
peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura;
h. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.
Laporan Kinerja 2018
12 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
9. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT), bertugas
melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk
tanaman pangan, hortikultura, serta menyelenggarakanfungsi:
a. Pelaksanaan pengelolaan sampel pestisida, pupuk, dan
produk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;
b. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida,
pupuk, dan produk tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan;
c. Pelaksanaan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian
mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan;
d. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan
dan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan;
e. Pelaksanaan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang
beredar, serta produk tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan;
f. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu
pestisida, pupuk, dan produk tanaman pangan, hortikultura,
dan perkebunan;
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga BPMPT.
1.4 Dukungan Anggaran
Pagu awal APBN Sektoral (BA.018) Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan Tahun 2018 sebesar Rp6,486 triliun. Dalam
pelaksanaannya, terjadi beberapa revisi, sehingga pagu terakhir
menjadi Rp6,675 triliun.
Sebagian besar (98,61%) anggaran APBN Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dialokasikan untuk belanja barang di pusat dan
daerah dalam bentuk dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,
Laporan Kinerja 2018
13 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
yang didalamnya terdapat alokasi bantuan pemerintah (banper).
Pada Tahun 2018, jumlah Satuan Kerja (Satker) APBN lingkup
Ditjen Tanaman Pangan sebanyak 70 Satker, yakni: 3 Satker Pusat,
33 Satker Dana Dekonsentrasi Dinas Pertanian Provinsi, 33 Satker
Dana Tugas Pembantuan Dinas Pertanian Provinsi, dan 1 Satker
Dana Tugas Pembantuan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Sementara itu, jika dilihat alokasi anggaran menurut kelompok
kegiatan, meliputi: (1) Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi Rp563.039.940.000, (8,43%) (2) Pengelolaan
Produksi Tanaman Serealia Rp2.856.447.065.000, (42,79%), (3)
Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
Rp825.351.100.000, (12,36%), (4) Penguatan Perlindungan
Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu
Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim Rp276.133.654.000
(4,14%), (5) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Rp1.884.501.969.000, (28,23%), (6) Pengembangan Metode
Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium
Pengujian Benih Rp 11.814.000.000, (0,18%), (7) Pengembangan
Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Rp16.068.446.000, (0,24%), dan (8) Dukungan Manajemen dan
Teknis Lainnya Rp242.053.321.000, (3,63%).
Laporan Kinerja 2018
14 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2018
15 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis 2015-2019
Tahun 2018 merupakan Tahun keempat pelaksanaan Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Renstra Ditjen
Tanaman Pangan) periode 2015-2019. Untuk melanjutkan
kontribusinya dalam membangun sub sektor tanaman pangan yang
berperan strategis dalam perekonomian nasional, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan menyusun Renstra Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan 2015-2019. Renstra yang dituangkan dalam
Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 31.
a/HK.310/C/4/2015 sebagaimana telah direvisi dengan Keputusan
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 59.a/HK.310/C/4/2016
tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-
2019 dan dilakukan perubahan dengan Keputusan Direktur Jenderal
Tanaman Pangan Nomor 86/HA.310/C/9/2018 tentang Perubahan
Atas Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor
59.a/HK.310/C/4/2016 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pertanian Tahun 2015-2019 tersebut disusun dengan mengacu
pada Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019.
Sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun
2015-2019, kedepan Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
masih akan fokus pada meningkatkan kapasitas produksi dalam
negeri untuk penguatan ketahanan pangan menuju tercapainya
kedaulatan pangan. Fokus lainnya adalah pada meningkatkan nilai
tambah dan daya saing sub sektor tanaman pangan melalui
peningkatan agroindustri agar memiliki keunggulan dalam
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai berlaku pada 31
Desember 2015. Sementara itu, sejalan dengan SIPP 2015-2045,
pembangunan pada subsektor tanaman pangan dalam lima Tahun
Laporan Kinerja 2018
16 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
kedepan (2015-2019) akan mengacu pada Paradigma Pertanian
untuk Pembangunan (Agriculture for Development). Dengan
perubahan paradigma tersebut, sub sektor tanaman pangan tidak
lagi hanya diposisikan sebagai sub sektor utama yang menjadi
tumpuan ketahanan pangan, tetapi juga sebagai sub sektor yang
memiliki fungsi strategis lainnya dalam pembangunan nasional. Hal
ini sesuai dengan fokus kedua RPJMN 2015-2019 Bidang Pangan
dan Pertanian, yaitu meningkatkan nilai tambah dan daya saing
sektor pertanian, yang dapat meningkatkan pangsa ekspor dan
membendung masuknya komoditas dari negara-negara lain
sehingga dapat berkontribusi memperkuat ekonomi nasional. Dalam
Renstra, keselarasan dengan kedua hal tersebut secara eksplisit
terurai dalam visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Kementerian
Pertanian.
Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2015-2019
merupakan dokumen perencanaan yang berisi visi, misi, tujuan,
sasaran strategis, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
pertanian yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan selama lima Tahun (2015-2019). Renstra
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan digunakan sebagai acuan dan
arahan bagi unit kerja di jajaran birokrasi di lingkup Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan tanaman pangan periode 2015-2019
secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis baik di dalam maupun
antar sektor/sub sektor terkait. Pada Gambar 2, Tabel 1 dan 2
disajikan penjabaran Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagaimana yang tercantum
dalam Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-
2019.
Laporan Kinerja 2018
17 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Gambar 2. Visi dan Misi Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2015-2019
Tabel 1. Tujuan dan Indikator Tujuan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2015-2019
No Tujuan Indikator Tujuan
1 Terwujudnya kemandirian pangan nasional
Indeks Ketahanan Pangan (The global food security index)
2 Terwujudnya pengelolaan pertanian terpadu berkelanjutan
Rasio desa yang menerapkan sistem pertanian terpadu terhadap total desa di Indonesia
3 Berkembangnya komoditas pertanian bernilai ekonomi
Pertumbuhan indeks keunggulan komparatif andalan ekspor pertanian
4 Meningkatnya kesejahteraan petani
PDB pertanian sempit per jumlah tenaga kerja pertanian
5 Terwujudnya reformasi birokrasi Kementerian Pertanian
Nilai reformasi birokrasi Kementerian Pertanian
Sumber: Renstra Direktorat Jendeal Tanaman Pangan Tahun 2015-2019 (Revisi II)
Laporan Kinerja 2018
18 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Sasaran strategis merupakan kondisi yang inginkan dan dapat
dicapai oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Penyusunan dan
penentuan sasaran strategis ini menggunakan metode Balance
Scorecard (BSC) dengan pendekatan empat perspektif yaitu
stakeholders, customer, internal process dan learning and growth
perspective.
Sasaran Strategis beserta Indikator Kinerja yang ingin dicapai dalam
periode 2018-2019 terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sasaran Strategis dan Target Indikator Kinerja
Tahun 2018-2019
Program/Sasaran Indikator Satuan Target
2018 2019
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan
1 Terpenuhinya kebutuhan pangan strategis tanaman pangan
Produksi Padi Juta ton 82,50 84
Produksi jagung Juta ton 30 33
Produksi kedelai Juta ton 2,2 2,8
2 Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian tanaman pangan
Pertumbuhan volume ekspor untuk produk pertanian tanaman pangan
% 8 10
Penurunan volume impor untuk produk pertanian tanaman pangan
% 5 5
3 Tersedianya infrastruktur pertanian pasca panen tanaman pangan yang sesuai dengan kebutuhan
Rasio ketersediaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen tanaman pangan berdasarkan kebutuhan
% 42,5 50
4 Terkendalinya penyebran OPT dan DPI pada tanaman pangan
Rasio serangan OPT dan DPI terhadap luas tanam tanaman pangan
% 5 5
Laporan Kinerja 2018
19 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Program/Sasaran Indikator Satuan Target
2018 2019
5 Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Nilai AKIP Ditjen TP berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
Nilai 84 85
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 Tahun 2011)
Nilai 73 74
6 Meningkatnya kualitas layanan public Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Ditjen TP
Indeks 3,2 3,3
Sumber: Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-2019 (Revisi II)
Indikator sebagaimana tabel 2 merupakan indikator yang tertera di
Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2018-2019
(revisi II), dengan target sebanyak 10 indikator. Sebagai tindak
lanjut, maka telah ditetapkan permentan No. 43/2017, tentang
Indikator Kinerja Utama (IKU) lingkup Kementerian Pertanian
dengan indikator-indikator yang menjadi dasar penyusunan
Perjanjian Kinerja.
2.2. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2018
Perjanjian Kinerja merupakan pelaksanaan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan sesuai dengan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dokumen perjanjian kinerja
merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan
instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan
indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja terwujudlah komitmen
Laporan Kinerja 2018
20 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi
amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan
wewenang serta sumberdaya yang tersedia.
Sesuai dengan kedua peraturan tersebut diatas (Perpres No.
29/2014 dan Permen PAN & RB No. 53/2014), pada Tahun 2018
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah menetapkan Perjanjian
Kinerja sebagai komitmen dalam mewujudkan pencapaian sasaran
strategis pembangunan tanaman pangan Tahun 2018. Perjanjian
Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2018 adalah
turunan dari Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2017-2019 Ditjen
Tanaman Pangan yang telah direvisi pada bulan November 2017,
mengikuti direvisinya IKU Kementan 2015-2019 Nomor
68/Permentan/RC.020/12/2016. Sasaran Program, Indikator Kinerja
Sasaran Program (IKSP) dan target yang tertuang dalam IKU
menjadi dasar penetapan Perjanjian Kinerja. Jika seluruh IKU yang
telah diformalkan tersebut telah diperjanjikan dalam PK maka
semakin selaras IKU dengan PK tersebut. Keselarasan ini menjadi
salah satu kriteria bahwa Ditjen Tanaman Pangan telah menetapkan
target kinerja dengan baik dalam rangka peningkatan pengukuran
akuntabilitas kinerja.
Perjanjian Kinerja Direktur Jenderal Tanaman Pangan 2018 yang
ditetapkan bulan Januari 2018 memiliki 6 sasaran program dan 10
indikator kinerja sasaran program, beserta targetnya dengan
mempertimbangkan kriteria: spesifik, dapat diukur (measureable),
dapat dicapai (attainable), berjangka waktu tertentu (time bound),
serta dapat dipantau dan dikumpulkan. IKU yang telah diperjanjikan
dalam PK Ditjen Tanaman Pangan merupakan turunan dari IKU
yang telah diperjanjikan dalam PK Menteri Pertanian. Keselerasan
ini menjadi prasyarat kualitas pengukuran yang baik. Sasaran
program dan indikator kinerja yang tertuang dalam PK Direktur
Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2018 disajikan pada Tabel 2 dan
PK disajikan pada Lampiran 1.
Laporan Kinerja 2018
21 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 3. Perjanjian Kinerja Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2018
2.3. Pengukuran Indikator Kinerja
1. Produksi Padi
Produksi padi nasional dihitung berdasarkan data produksi
pangan dari BPS, dengan mengalikan produktivitas padi dan
luas panen padi. Produksi padi adalah total produksi padi
nasional (ton), produktivitas padi adalah hasil produksi padi per
satuan lahan (ton/ha), luas panen adalah luasan tanaman yang
dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur (ha).
Produksi padi dihitung dalam bentuk gabah kering giling (GKG)
yang berasal dari padi irigasi dan rawa, serta padi ladang dan
padi lahan kering.
1. Produksi Padi (Juta Ton) 82,50
2. Produksi Jagung (Juta Ton) 30,00
3. Produksi Kedelai (Juta Ton) 2,20
4. Pertumbuhan volume ekspor untuk produk
pertanian tanaman pangan (%)
8,00
5. Penurunan volume impor untuk produk pertanian
tanaman pangan (%)
5,00
C. Tersedianya infrastruktur
pertanian pascapanen
tanaman pangan yang
sesuai dengan
kebutuhan
6. Rasio Ketersediaan Alat Mesin Pertanian
(Alsitan) pascapanen tanaman pangan
berdasarkan kebutuhan (%)
42,50
D. Terkendalinya
penyebaran OPT dan
DPI pada tanaman
pangan
7. Rasio serangan OPT dan DPI terhadap luas
tanam tanaman pangan (%)
5,00
8. Nilai AKIP Ditjen TP berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
(Nilai)
84,00
9. Nilai Kinerja/NK berdasarkan PMK 249 tahun
2011 (Nilai)
73,00
F. Meningkatnya kualitas
layanan publik Ditjen
Tanaman Pangan
10
.
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan
publik Ditjen TP (Indeks)
3,20
NO. SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
Terpenuhinya kebutuhan
pangan strategis
tanaman pangan
A.
B. Meningkatnya nilai
tambah dan daya saing
komoditas pertanian
tanaman pangan
E. Terwujudnya
akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah di
lingkungan Direktorat
Jenderal Tanaman
Laporan Kinerja 2018
22 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2. Produksi Jagung
Produksi jagung nasional dihitung berdasarkan data produksi
pangan dari BPS, dengan mengalikan produktivitas jagung dan
luas panen jagung. Produksi jagung adalah total produksi
jagung nasional dalam bentuk pipilan kering (ton), produktivitas
jagung adalah hasil produksi jagung per satuan lahan (ton/ha),
luas panen adalah luasan tanaman yang dipungut hasilnya
setelah tanaman tersebut cukup umur (ha).
3. Produksi Kedelai
Produksi kedelai nasional dihitung berdasarkan data produksi
pangan dari BPS, dengan mengalikan produktivitas kedelai dan
luas panen kedelai. Produksi kedelai adalah total produksi
kedelai nasional dalam bentuk biji kering (ton), produktivitas
kedelai adalah hasil produksi kedelai per satuan lahan (ton/ha),
luas panen adalah luasan tanaman yang dipungut hasilnya
setelah tanaman tersebut cukup umur (ha).
4. Pertumbuhan Volume Ekspor Untuk Produk Pertanian
Tanaman Pangan
Komoditas tanaman pangan yang dijadikan target pertumbuhan
volume ekspor adalah ubi jalar dan kacang tanah. Pertumbuhan
volume ekspor (%) dihitung berdasarkan total volume ekspor
komoditas tersebut tahun berjalan (kg) dibandingkan dengan
total volume ekspor tahun sebelumnya (kg).
5. Penurunan volume impor untuk produk pertanian tanaman
pangan
Komoditas tanaman pangan yang dijadikan target penurunan
volume impor adalah komoditas impor (ubi kayu dan kacang
hijau). Penurunan volume impor (%) dihitung berdasarkan total
volume impor komoditas tersebut Tahun berjalan (kg)
Laporan Kinerja 2018
23 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
dibandingkan dengan total volume impor Tahun sebelumnya
(kg).
6. Rasio Ketersediaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) Pasca
Panen Tanaman Pangan Berdasarkan Kebutuhan
Alat dan atau mesin pertanian pasca panen tanaman pangan
adalah peralatan yang dioperasikan dengan motor penggerak
maupun tanpa motor penggerak untuk kegiatan pascapanen
tanaman pangan. Pascapanen meliputi proses pascapanen
berdasarkan Permentan nomor 44 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal
Tanaman Yang Baik (Good Handling Practices). Rasio ini
dihitung dengan membandingkan jumlah alsintan yang tersedia
untuk pasca panen dengan jumlah kebutuhan alsintan untuk
pasca panen. Tersedia yaitu Alsintan yang dimaksud sudah
diadakan (dilakukan pengadaan), diedarkan dan layak pakai.
Diedarkan adalah penyaluran alat dan atau mesin pertanian di
dalam negeri untuk keperluan paca panen. Layak pakai adalah
kondisi atau keadaan alat dan atau mesin pertanian yang sesuai
standar dan spesifik lokasi sehingga dapat memperoleh kinerja
yang optimal.
7. Rasio Serangan OPT dan DPI Terhadap Luas Tanam
Tanaman Pangan
Luas serangan OPT dan DPI merupakan luas maksimum gagal
panen akibat serangan OPT dan DPI. Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian pada
tumbuhan. Perubahan Iklim adalah keadaan cuaca yang
berubah-ubah diluar pengendalian manusia yang berdampak
buruk langsung atau tidak langsung pada usaha pertanian,
seperti banjir, kekeringan, dan serangan OPT. Dampak
Perubahan Iklim (DPI) adalah gangguan atau kondisi kerugian
Laporan Kinerja 2018
24 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
dan keuntungan, baik secara fisik maupun sosial dan ekonomi
yang disebabkan oleh cekaman perubahan iklim (Berdasarkan
Penelitian Litbang Pertanian). Rasio serangan dihitung dengan
cara membandingkan jumlah luas serangan OPT dan DPI
Tahun berjalan yang menyebabkan gagal panen dengan luas
tanam tanaman pangan Tahun berjalan. Komoditas yang
dihitung rasionya adalah seluruh komoditas tanaman pangan
nasional, termasuk komoditas ekspor dan komoditas substitusi
impor pada Tahun berjalan.
8. Nilai AKIP Ditjen Tanaman Pangan Berdasarkan Penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
Nilai AKIP merupakan evaluasi atas implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah berdasarkan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman
Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Nilai SAKIP diperoleh dari kertas kerja reviu
pendampingan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian atas
evaluasi akuntabilitas kinerja unit kerja Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Tahun 2017 dari tanggal 26 April s.d 3 Mei
2018. Kertas kerja tsb menilai 5 komponen Akuntabilitas Kinerja,
yaitu perencanaan kinerja (bobot 30%), pengukuran kinerja
(bobot 25%), pelaporan kinerja (bobot 15%), Evaluasi Internal
(Bobot 10%), dan Pencapaian sasaran/kinerja organisasi (bobot
20%).
9. Nilai Kinerja Berdasarkan PMK 214 Tahun 2017
Nilai kinerja berdasarkan PMK 249 Tahun 2011 merupakan nilai
akhir hasil perpaduan antara nilai penyerapan anggaran,
realisasi keluaran, konsistensi penyerapan dana terhadap
rencana penarikan dana dan efisiensi penggunaan anggaran.
Nilai Kinerja dianggap Baik jika: 1) Capaian keluaran baik, 2)
Laporan Kinerja 2018
25 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Terdapat efisiensi, 3) Penyerapan sangat baik, dan 4)
Konsistensi sangat baik. Nilai Kinerja dinyatakan dengan angka
dan kategori sebagai berikut:
a. Sangat Baik, nilai kinerja 91 – 100
b. Baik, nilai kinerja 81 – 90
c. Cukup, nilai kinerja 71 – 80
d. Kurang, nilai kinerja 61 – 70
e. Sangat K
10. Indeks Kepuasan Masyarakat Atas Layanan Publik Ditjen
Tanaman Pangan
Nilai Kepuasan Masyarakat diperoleh dari hasil survey
kepuasan masyarakat dari seluruh unit kerja pelayanan publik
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Indeks Kepuasan
Masyarakat dihitung dengan cara menghitung rata-rata hasil
survey kepuasan masyarakat sesuai PermenPAN RB Nomor 16
Tahun 2014 dari seluruh unit kerja pelayanan publik di lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Interval IKM berdasarkan
PermenPAN RB Nomor 16 Tahun 2014 adalah:
1. Nilai persepsi 1 = interval 1,00 – 1,75 (24 – 43,75), Mutu
Pelayanan D (Tidak Baik)
2. Nilai persepsi 2 = interval 1,76 – 2,50 (43,76 – 62,50), Mutu
Pelayanan C (Kurang baik)
3. Nilai persepsi 3 = interval 2,51 – 3,25 (62,51 – 81,25), Mutu
Pelayanan B (Baik)
4. Nilai persepsi 4 = interval 3,26 – 4,00 (81,26 – 100), Mutu
Pelayanan A (Sangat baik)
Laporan Kinerja 2018
26 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2018
27 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Indikator Kinerja
Capaian indikator kinerja sasaran program Ditjen Tanaman Pangan
Tahun 2018, dapat dilihat pada Tabel 4. Target indikator kinerja
diklasifikasikan menjadi maximize dan minimize. Pada target
maximize, capaian semakin tinggi jika realisasi semakin tinggi,
sedangkan pada target minimize, capaian semakin tinggi jika
realisasi semakin rendah. Indikator kinerja yang termasuk target
maximize antara lain produksi padi, produksi jagung, produksi
kedelai, pertumbuhan volume ekspor untuk produk pertanian
tanaman pangan, Rasio ketersediaan Alat Mesin Pertanian
(Alsintan) pascapanen tanaman pangan berdasarkan kebutuhan,
Nilai AKIP Ditjen TP berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian, Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249
Tahun 2011), dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan
publik Ditjen TP. Indikator kinerja yang termasuk target minimum
adalah rasio serangan OPT dan DPI terhadap luas tanam serta
penurunan volume impor untuk produk pertanian tanaman pangan,.
Capaian kinerja dengan indikator target maksimum dilakukan
dengan membagi realisasi terhadap target, dan capaian indikator
kinerja minimum dilakukan dengan membagi target terhadap
realisasi. Tingkat capaian kinerja dikelompokkan berdasarkan
metode scoring dengan kategori sebagai berikut : sangat berhasil
dengan capaian >100%, berhasil dengan capaian 80-100%, cukup
berhasil dengan capaian 60-79%, kurang berhasil dengan capaian
<60%. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Program Ditjen Tanaman
Pangan pada Tabel 4.
Laporan Kinerja 2018
28 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Program Ditjen
Tanaman Pangan Tahun 2018
Keterangan: Indikator nomor 5 (capaian 98,81%) dan indikator 7
(capaian 170,07%) menggunakan kategori minimize
1. Produksi Padi
Berdasarkan Aram I Tahun 2018, Produksi padi Tahun 2018
mencapai 83,04 juta ton, atau mencapai 100,65 % dari target
indikator kinerja 82,50 juta ton dan meningkat 2,33% dari
produksi Tahun 2017. Capaian produksi 2018 adalah capaian
tertinggi selama periode RPJMN 2015 – 2019, dan tertinggi
selama 6 Tahun terakhir. Apabila dibandingkan terhadap target
produksi Tahun 2019 (akhir RPJMN 2015-2019) sebesar 84,00
juta ton, produksi padi masih harus mengejar peningkatan 0,96
juta ton untuk mencapai target RPJMN. Target dan realisasi
1. Produksi Padi (Juta Ton) 82,50 83,04 100,65 Sangat Berhasil
2. Produksi Jagung (Juta Ton) 30,00 30,06 100,19 Sangat Berhasil
3. Produksi Kedelai (Juta Ton) 2,20 0,98 44,66 Kurang Berhasil
4. Pertumbuhan volume ekspor
untuk produk pertanian tanaman
pangan (%)
8,00 7,70 96,25 Berhasil
5. Penurunan volume impor untuk
produk pertanian tanaman pangan
(%) *
5,00 5,06 98,81 Berhasil
C. Tersedianya infrastruktur
pertanian pascapanen
tanaman pangan yang
sesuai dengan kebutuhan
6. Rasio Ketersediaan Alat Mesin
Pertanian (Alsitan) pascapanen
tanaman pangan berdasarkan
kebutuhan (%)
42,50 16,95 39,88 Kurang Berhasil
D. Terkendalinya penyebaran
OPT dan DPI pada tanaman
pangan
7. Rasio serangan OPT dan DPI
terhadap luas tanam tanaman
pangan (%) *
5,00 2,94 170,07 Sangat Berhasil
8. Nilai AKIP Ditjen TP berdasarkan
penilaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian (Nilai)
84,00 87,49 104,15 Sangat Berhasil
9. Nilai Kinerja/NK berdasarkan PMK
249 tahun 2011 (Nilai)
73,00 71,42 97,84 Berhasil
F. Meningkatnya kualitas
layanan publik Ditjen
Tanaman Pangan
10. Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) atas layanan publik Ditjen TP
(Indeks)
3,20 3,46 108,13 Sangat Berhasil
KeteranganCapaian
(%)RealisasiNo Sasaran Program Indikator Kinerja Target
Terpenuhinya kebutuhan
pangan strategis tanaman
pangan
A.
B. Meningkatnya nilai tambah
dan daya saing komoditas
pertanian tanaman pangan
E. Terwujudnya akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah
di lingkungan Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2018
29 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
produksi padi Tahun 2018 dibandingkan Tahun 2017 dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi Padi Tahun 2018
Terhadap Tahun 2017
Perkembangan produksi padi Tahun 2013-2018 menunjukkan
bahwa terdapat pertumbuhan setiap Tahunnya. Rata-rata
pertumbuhan produksi Tahun 2013-2018 sebesar 4,01%. Target
dan realisasi capaian produksi padi Tahun 2018 dibandingkan
beberapa Tahun sebelumnya (2013-2018) dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Target dan Realisasi Produksi Padi Tahun 2013-2018
Target produksi yang tertuang di Renstra dan IKU sama sebesar
82,5 juta ton dan terealisasi 83,04 juta ton. Target dan realisasi
capaian produksi padi Tahun 2018 dibandingkan target produksi
padi jangka menengah (Renstra) dapat dilihat pada Tabel 7.
TahunTarget
(juta ton)
Realisasi
(juta ton)
Capaian
(%)
Pertumbuhan
(%)Keterangan
2017 78,13 81,15 103,86 2,28 ATAP
2018 82,50 83,04 100,65 2,33 ARAM 1
TahunTarget
(juta ton)
Realisasi
(juta ton)
Capaian
(%)
Pertumbuhan
(%)Keterangan
2013 70,57 71,28 101,01 8,39 ATAP
2014 72,34 70,85 97,94 -0,61 ATAP
2015 73,45 75,40 102,65 6,42 ATAP
2016 76,23 79,35 104,10 5,25 ATAP
2017 78,13 81,15 103,86 2,26 ATAP
2018 82,50 83,04 100,65 2,33 ARAM I
4,01Rata -Rata
Laporan Kinerja 2018
30 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 7. Target dan Realisasi Produksi Padi Tahun 2018
terhadap Renstra (Jangka Menengah)
Produksi padi Tahun 2018 terdapat pertumbuhan 2,33%.
Pertumbuhan produksi padi 5 Tahun terakhir juga mengalami
tren kenaikan. Hal ini didukung oleh peningkatan luas panen
dan provitas. Rata-rata pertumbuhan provitas Tahun 2017-2018
yaitu 0,52% dan rata-rata pertumbuhan luas panen 1,8%.
Pertumbuhan produktivitas, luas panen, dan produksi Tahun
2013-2018 pada Tabel 8, dan rincian per provinsi pada lampiran
2,3, dan 4.
Tabel 8. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen, dan
Produksi Padi Tahun 2013-2018
Realisasi
2013 2014 2015 2016 2017 2018 **) 2013-2017 2017-2018
1 Produktvitas (Ku/Ha) 51,52 51,35 53,41 52,36 51,65 51,92 0,09 0,52
2 Luas Panen (juta Ha) 13,84 13,80 14,12 15,16 15,71 15,99 3,27 1,80
3 Produksi (juta Ton) 71,28 70,85 75,40 79,35 81,15 83,04 3,33 2,33
No. UraianRealisasi Tahun* % Pertumbuhan
Keterangan : *) Angka Tetap (ATAP) *) Angka Ramalan I (ARAM I) 2018
Dibanding Tahun 2013, terdapat kenaikan luas panen 2,15 juta
ha dan provitas 0,4 ku/ha di Tahun 2018. Hal ini yang
mendukung peningkatan produksi padi Tahun 2018 sebesar
11,75 juta ton dari Tahun 2013. Gambar perkembangan
produktivitas, luas panen, dan produksi pada Gambar 3.
IKU RENSTRA IKU RENSTRA
2018 82,50 82,50 83,04 100,65 100,65
Capaian (juta ton)Target (juta ton)Tahun
Realisasi
(juta ton)
Laporan Kinerja 2018
31 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Gambar 3. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen, dan
Produksi Padi Tahun 2013-2018
Produksi padi sebagai indikator kinerja sasaran program
ditunjang oleh dua indikator kinerja sasaran kegiatan, yaitu:
A. Produksi Padi
Indikator ini menjadi indikator kegiatan pengelolaan produksi
tanaman serealia. Peningkatan produksi padi Tahun 2018
dipengaruhi oleh peningkatan luas panen 0,55 juta ha dan
peningkatan produktivitas 0,27 ku/ha.
Peningkatan luas panen padi Tahun 2018 dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) di lahan yang masih
berpotensi antara lain tegalan, lahan perhutani,
perkebunan yang belum menghasilkan, lahan yang belum
13,84 13,80 14,12
15,16 15,71
15,99
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Luas panen padi (juta ha)
51,52 51,35
53,41
52,36
51,56 51,92
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Provitas Padi (ku/ha)
71,28 70,85
75,40
.079 81,15 83,04
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Produksi (juta ton)
Laporan Kinerja 2018
32 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
diusahakan, dan pekarangan. Dokumentasi kegiatan
pada Gambar 4.
2. Percepatan tanam untuk meningkatkan indeks
pertanaman (IP).
3. Penerapan sistem pola tanam tumpangsari
Selain peningkatan luas panen, peningkatan produksi juga
dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas. Peningkatan
produktivitas padi di Tahun 2018 dipengaruhi oleh :
1. Penggunaan benih varietas unggul spesifik lokasi
dengan produktivitas tinggi.
2. Peningkatan jumlah populasi tanaman dengan sistem
tanam jajar legowo.
3. Pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta
berimbang dengan pemakaian pupuk organik.
4. Pengelolaan pengairan dengan memanfaatkan sumber
air yang tersedia dan melalui pompanisasi.
5. Penggunaan inovasi teknologi.
6. Optimalisasi sarana prasarana pertanian dan perbaikan
budidaya lainnya.
Laporan Kinerja 2018
33 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Gambar 4. Perluasan Areal Tanam Baru Padi (Integrasi
Kelapa Sawit, Kelapa), dan Tumpangsari
Padi-Jagung dan Padi-Kedelai
Kegiatan utama yang mendukung peningkatan produksi padi
Tahun 2018 melalui APBN Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Budidaya Padi
Kegiatan budidaya padi Tahun 2018 mencakup 9 kegiatan,
yang terdiri atas Kegiatan budidaya padi inbrida sawah,
Kegiatan budidaya padi inbrida eks cetak sawah,
Pengembangan budidaya padi khusus lainnya,
Laporan Kinerja 2018
34 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pengembangan budidaya padi sub optimal spesifik lokasi,
mina padi, Budidaya padi gogo/lahan kering,
pengembangan desa pertanian organik padi, peningkatan
produksi padi berbasis korporasi, dan budidaya padi rawa.
Dokumentasi pengembangan padi lahan kering/gogo pada
Gambar 5.
Target kegiatan utama padi adalah 1.240.250 ha dengan
pagu Rp652.152.775.000. Realisasi fisik kegiatan utama
padi sampai keadaan Desember mencapai 1.080.114 ha
(87,09%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp568.066.330.540, atau (87,11%) terhadap
pagu.
Realisasi tanam kegiatan budidaya padi 860.231 ha dengan
realisasi panen 185.500 ha.
Gambar 5. Pengembangan Padi Pada Lahan Kering
Laporan Kinerja 2018
35 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2. Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)
Peningkatan produktivitas padi dipengaruhi oleh pemupukan
seperti penggunaan pupuk organik. Oleh karena itu, Tahun
2018 dilaksanakan kegiatan UPPO sebanyak 1.000 unit.
Adapun kegiatan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)
telah realisasi 987 unit (98,70%) dari sasaran 1.000 unit
dengan realisasi keuangan mencapai Rp194.856.097.133,
(97,43%) terhadap pagu Rp200.000.000.000.
B. Rasio Benih Padi
Rasio benih padi yang tersedia sebelum masa tanam
selesai terhadap total benih yang dibutuhkan
Indikator ini menjadi indikator kegiatan Pengelolaan Sistem
Penyediaan Benih Tanaman.
Benih padi yang tersedia sebelum masa tanam selesai
adalah 184.073 ton sedangkan total benih padi yang
dibutuhkan 407.370 ton sehingga rasio benih yang tersedia
sebelum masa tanam selesai terhadap total benih yang
dibutuhkan adalah 45,19% dari target 61%. Keberhasilan
capaian ini mendorong penggunaan benih unggul
bersertifikat dalam berbudiaya padi, yang menjadi salah
satu kunci peningkatkan produktivitas.
Penyediaan benih padi sangat berpengaruh terhadap
peningkatan produksi padi. Penyediaan benih padi di
lapangan didukung oleh beberapa kegiatan perbenihan
yang semakin mantap, antara lain:
1. Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber Padi
Target Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber Padi adalah
294 ha dengan pagu Rp9.637.642.000. Realisasi fisik
mencapai 294 ha (100%) terhadap sasaran dan realisasi
Laporan Kinerja 2018
36 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
keuangan mencapai Rp9.284.651.925, (96,34%)
terhadap pagu.
2. Bantuan Benih Pusat (Padi Inbrida)
Target bantuan benih pusat adalah 1.145.000 ha dengan
pagu Rp333.337.500.000, Realisasi fisik mencapai
1.079.194 ha (94,25%) terhadap sasaran dan realisasi
keuangan mencapai Rp323.993.079.573, (97,20%)
terhadap pagu.
Bantuan benih padi tersebut telah ditanam seluas
1.079.194 ha dan sampai saat ini telah panen 863.355
ha.
3. Pengenalan Budidaya Padi Varietas Unggul Baru
Alokasi kegiatan Pengenalan Bubidaya Padi Varietas
Unggul Baru seluas 5.000 ha dengan pagu anggaran
senilai Rp. 15.262.500.000,-. Realisasi fisik sampai
dengan bulan akhir Desember 2018 adalah mencapai
5.000 ha atau 100,00 % dari sasaran dan realisasi
keuangannya adalah Rp. 15.262.500.000,- atau
mencapai 100,00 % dari pagu anggaran.
4. Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan Berbasis
Koorporasi
Alokasi kegiatan Pengembangan Perbenihan Tanaman
Pangan Berbasis Koorporasi seluas 8.000 ha dengan
pagu anggaran senilai Rp. 14.952.000.000. Realisasi fisik
sampai dengan bulan akhir Desember 2018 adalah
mencapai 7.776,4 ha atau 97,21 % dari sasaran dan
realisasi keuangannya adalah Rp. 13.951.050.250,- atau
mencapai 93,31% dari pagu anggaran.
Laporan Kinerja 2018
37 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2. Produksi Jagung
Berdasarkan Aram I Tahun 2018, produksi jagung Tahun 2018
mencapai 30,06 juta ton, atau mencapai 100,19 % dari target
indikator kinerja 30,00 juta ton dan meningkat 3,91% dari
produksi Tahun 2017. Capaian produksi 2018 adalah capaian
tertinggi selama periode RPJMN 2015 – 2019, dan tertinggi
selama 6 Tahun terakhir. Apabila dibandingkan terhadap target
produksi Tahun 2019 (akhir RPJMN 2015-2019) sebesar 33,00
juta ton, produksi jagung masih harus mengejar peningkatan 3
juta ton untuk mencapai target RPJMN. Target dan realisasi
Tahun 2018 dibanding Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Target dan Realisasi Produksi Jagung Tahun 2018
Terhadap Tahun 2017
Perkembangan produksi jagung Tahun 2013-2018
menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan setiap tahunnya.
Pertumbuhan tertinggi pada Tahun 2017 (22,67%) dan 2016
(20,22). Rata-rata pertumbuhan produksi jagung Tahun 2013-
2018 sebesar 9,60%. Target dan realisasi capaian produksi
jagung Tahun 2013-2018 dilihat pada Tabel 10.
TahunTarget
(Juta Ton)
Realisasi
(Juta Ton)
Capaian
(%)
Pertumbuhan
(%)Keterangan
2017 25,20 28,92 114,78 22,66 ATAP
2018 30,00 30,06 100,19 3,91 ARAM 1
Laporan Kinerja 2018
38 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 10. Target dan Realisasi Produksi Jagung Tahun 2018
dibandingkan Tahun 2013-2017
Sumber data:
Target 2013 - 2014 Renstra 2010-2014
Target 2015 - 2016 Renstra Revisi I
Target 2017 - 2018 Renstra Revisi 2
Target produksi jagung yang tertuang di Renstra dan IKU
sama sebesar 30,00 juta ton dan terealisasi 30,06 juta ton.
Target dan realisasi capaian Tahun 2018 dibandingkan target
produksi jagung jangka menengah (Renstra) dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Target dan realisasi produksi Jagung Tahun 2018
Terhadap Renstra (Jangka Menengah)
Produksi jagung Tahun 2018 terdapat pertumbuhan 3,91%.
Pertumbuhan produksi jagung 5 Tahun terakhir juga
mengalami tren kenaikan. Hal ini didukung oleh peningkatan
luas panen dan provitas. Rata-rata pertumbuhan provitas
Tahun 2013-2018 yaitu 0,27% dan rata-rata pertumbuhan luas
panen 3,64%. Pertumbuhan produktivitas, luas panen, dan
produksi Tahun 2013-2018 pada Tabel 12.
TahunTarget
(Juta Ton)
Realisasi
(Juta Ton)
Capaian
(%)
Pertumbuhan
(%)Keterangan
2013 19,83 18,51 93,35 4,94 ATAP
2014 19,00 19,01 100,04 2,68 ATAP
2015 20,31 19,61 96,57 3,18 ATAP
2016 24,00 23,58 98,24 20,22 ATAP
2017 26,00 28,92 111,25 22,67 ATAP
2018 30,00 30,06 100,19 3,91 ARAM I
9,60 Rata -Rata
IKU RENSTRA IKU RENSTRA
2018 30,00 30,00 30,06 100,19 100,19
Capaian (juta ton)Target (juta ton)Tahun
Realisasi
(juta ton)
Laporan Kinerja 2018
39 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 12. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen, dan
Produksi Jagung Tahun 2013-2018
Keterangan : *) Angka Tetap (ATAP) **) Angka Ramalan I (ARAM I) 2018
Dibanding Tahun 2013, terdapat kenaikan luas panen 1,91 juta
ha dan provitas 3,97 ku/ha di Tahun 2018. Hal ini yang
mendukung peningkatan produksi jagung Tahun 2018 sebesar
11,55 juta ton dari Tahun 2013. Gambar perkembangan
produktivitas, luas panen, dan produksi pada Gambar 6.
Gambar 6. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan
Produksi Jagung Tahun 2013-2018
.048.050
.052
.053.052 .052
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Provitas Jagung (ku/ha)
004 004 004004
006 006
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Luas Panen (juta ha)
.019 .019 .020 .024
.029 .030
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Produksi jagung (juta ton)
Realisasi
2013 2014 2015 2016 2017 2018 **) 2013-2017 2017-2018
1 Produktvitas (Ku/Ha) 48,44 49,54 51,78 53,05 52,27 52,41 1,94 0,27
2 Luas Panen (juta Ha) 3,82 3,84 3,79 4,44 5,53 5,73 10,24 3,64
3 Produksi (juta Ton) 18,51 19,01 19,61 23,58 28,92 30,06 12,19 3,91
No. UraianRealisasi Tahun*) % Pertumbuhan
Laporan Kinerja 2018
40 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Produksi jagung sebagai indikator kinerja sasaran program
ditunjang oleh dua indikator kinerja sasaran kegiatan, yaitu :
A. Produksi Jagung
Indikator ini menjadi indikator kegiatan pengelolaan produksi
tanaman serealia. Peningkatan produksi jagung Tahun 2018
dipengaruhi oleh peningkatan luas panen 0.2 juta ha dan
peningkatan produktivitas 0.14 ku/ha.
Peningkatan luas panen jagung Tahun 2018 dipengaruhi
oleh:
1. Penambahan areal tanam baru yang belum pernah
ditanami jagung (PATB).
2. Percepatan tanam untuk meningkatkan indeks
pertanaman (IP)
Dokumentasi peningkatan luas tanam melalui PATB dan
tumpangsari pada Gambar 7.
Selain dipengaruhi luas panen, peningkatan produksi jagung
Tahun 2018 juga dipengaruhi oleh peningkatan
produktivitas. Beberapa hal yang mempengaruhi
produktivitas sebagai berikut:
1. Penggunaan benih varietas unggul spesifik lokasi
dengan produktivitas tinggi.
2. Peningkatan jumlah populasi tanam melalui jarak tanam
yang lebih rapat.
3. Pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta
berimbang dengan pemakaian pupuk organik.
4. Pengelolaan pengairan.
5. Penggunaan inovasi teknologi.
Laporan Kinerja 2018
41 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
6. Optimalisasi sarana prasarana pertanian dan perbaikan
budidaya lainnya.
Gambar 7. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Jagung di
Kebun, Lahan Eks Tambang, Integrasi Sawit dan
Kelapa, Serta Tumpangsari Jagung-Padi
Jagung-Kedelai
Laporan Kinerja 2018
42 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kegiatan yang mendukung peningkatan produksi jagung
Tahun 2018 melalui APBN Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Budidaya Jagung
Kegiatan budidaya jagung Tahun 2018 mencakup 6
kegiatan, yang terdiri atas kegiatan budidaya jagung
hibrida varietas umum 2, budidaya jagung hibrida varietas
litbang/umum 3, budidaya jagung komposit, budidaya
jagung hibrida lahan marginal, pilot project jagung
berbasis koperasi, dan peningkatan produksi jagung
melalui varietas unggul baru (VUB).
Target kegiatan budidaya jagung adalah 2.805.800 ha
dengan pagu Rp1.905.713.388.750. Realisasi fisik
(SP2D) sampai keadaan Desember mencapai 2.704.480
ha (96,39%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp1.806.388.295.234, (94,79%) terhadap
pagu.
Realisasi tanam jagung 1.820.583 ha dengan realisasi
panen 448.173 ha
B. Rasio Benih Jagung
Rasio benih jagung yang tersedia sebelum masa tanam
selesai terhadap total benih yang dibutuhkan (80.30%)
Indikator ini menjadi indikator kegiatan Pengelolaan Sistem
Penyediaan Benih Tanaman
Benih jagung yang tersedia sebelum masa tanam selesai
adalah 35.490 ton, sedangkan total benih jagung yang
dibutuhkan 121.855 ton, sehingga rasionya adalah 29,12%
dari target 80,30%. Keberhasilan capaian ini mendorong
peningkatan produksi jagung dengan penggunaan benih
unggul bersertifikat dalam berbudiaya jagung.
Laporan Kinerja 2018
43 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Penyediaan benih jagung sangat berpengaruh terhadap
peningkatan produksi jagung. Penyediaan benih jagung di
lapangan didukung oleh beberapa kegiatan perbenihan,
antara lain:
1. Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber Jagung
Target Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber jagung
adalah 93 ha dengan pagu Rp1.648.601.000. Realisasi
fisik mencapai 93 ha (100%) terhadap sasaran dan
realisasi keuangan mencapai Rp1.612.001.764, (97,78%)
terhadap pagu.
2. Desa Mandiri Benih Jagung
Target Fasilitasi Desa Mandiri Benih Jagung adalah 8 unit
dengan pagu Rp2.400.000.000. Realisasi fisik mencapai
8 unit (100%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp1.707.345.000, (71,14%) terhadap pagu.
Realisasi tanam dari fasilitasi DMB jagung adalah 40 ha
dan belum ada yang panen.
3. Produksi Kedelai
Berdasarkan Aram I Tahun 2018, Produksi kedelai Tahun 2018
mencapai 0,98 juta ton, atau mencapai 44,66% dari target
indikator kinerja 2,20 juta ton dan meningkat 82,39% dari
produksi Tahun 2017. Capaian produksi 2018 adalah capaian
tertinggi selama periode RPJMN 2015 – 2019, dan tertinggi
selama 6 Tahun terakhir. Apabila dibandingkan terhadap target
produksi Tahun 2019 (akhir RPJMN 2015-2019) sebesar 2,80
juta ton, produksi kedelai masih harus mengejar peningkatan
1,82 juta ton untuk mencapai target RPJMN. Suatu
peningkatan yang membutuhkan upaya terobosan yang luar
biasa, dengan pertimbangkan permasalahan budidaya kedelai
selama ini, harga kedelai di tingkat petani relatif rendah dan
Laporan Kinerja 2018
44 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
kebijakan impor kedelai dengan harga yang murah. Target dan
realisasi produksi kedelai Tahun 2018 dibandingkan Tahun
2017 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Target dan Realisasi Produksi Kedelai Tahun 2018
dibandingkan Tahun 2017
Perkembangan produksi kedelai Tahun 2013-2018
menunjukkan bahwa terdapat kenaikan dan penurunan.
Pertumbuhan terjadi pada Tahun 2014 (22,44%), 2015
(0,86%), dan 2018 (82,39%). Rata-rata pertumbuhan produksi
kedelai Tahun 2013-2018 sebesar 11,52%. Target dan
realisasi capaian produksi kedelai Tahun 2013-2018 dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Target dan Realisasi Capaian Produksi KEdelai
Tahun 2018 dibandingkan Tahun 2013-2018
Sumber data:
Target 2013 s.d 2014 Renstra 2010 2014
Target 2015 s.d 2016 Renstra Revisi I
Target 2017 s.d 2018 Renstra Revisi 2
TahunTarget
(Juta ton)
Realisasi
(Juta ton)
Capaian
(%)
Pertumbuhan
(%)Keterangan
2017 1,20 0,54 44,89 -37,36 ATAP
2018 2,20 0,98 44,66 82,39 ARAM 1
TahunTarget
(Juta Ton)
Realisasi
(Juta Ton)
Capaian
(%)
Pertumbuhan
(%)Keterangan
2013 1,50 0,78 52,00 (7,14) ATAP
2014 1,00 0,95 95,50 22,44 ATAP
2015 1,20 0,96 80,27 0,86 ATAP
2016 1,10 0,86 78,15 (10,75) ATAP
2017 1,20 0,54 44,89 (37,33) ATAP
2018 2,20 0,98 44,66 82,39 ARAM I
11,52 Rata -Rata
Laporan Kinerja 2018
45 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Target produksi kedelai yang tertuang di Renstra dan IKU
sama sebesar 2,2 juta ton dan terealisasi 0,98 juta ton. Target
dan realisasi capaian produksi kedelai Tahun 2018
dibandingkan target jangka menengah (Renstra) dapat dilihat
pada Tabel 15.
Tabel 15. Target dan Realisasi Capaian Produksi Kedelai
Tahun 2018 dibandingkan Target Jangka Menengah
(Renstra)
Produksi kedelai Tahun 2018 terdapat pertumbuhan 82,39%.
Pertumbuhan produksi kedelai 5 Tahun terakhir juga
mengalami tren kenaikan. Hal ini didukung oleh peningkatan
luas panen. Untuk provitas terjadi penurunan sebesar 4,62%,
namun terjadi pertumbuhan luas panen 91,22%. Pertumbuhan
produktivitas, luas panen, dan produksi kedelai Tahun 2013-
2018 pada Tabel 16, dan rincian per provinsi pada lampiran 8,
9, dan 10.
Tabel 16. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen, dan
Produksi Kedelai Tahun 2013-2018
Keterangan : *) Angka Tetap (ATAP)
**) Angka Ramalan I (ARAM I) 2018
Dibanding Tahun 2013, terdapat kenaikan luas panen 0,13 juta
ha dan provitas 0,28 ku/ha di Tahun 2018. Hal ini yang
mendukung peningkatan produksi jagung Tahun 2018 sebesar
IKU RENSTRA IKU RENSTRA
2018 2,20 2,20 0,98 44,66 44,66
Capaian (%)Target (juta ton)Tahun
Realisasi
(juta ton)
Realisasi
2013 2014 2015 2016 2017 2018 **) 2013-2017 2017-2018
1 Produktvitas (Ku/Ha) 14,16 15,51 15,68 14,90 15,14 14,44 1,82 (4,62)
2 Luas Panen (juta Ha) 0,55 0,62 0,61 0,58 0,36 0,68 (8,21) 91,22
3 Produksi (juta Ton) 0,78 0,95 0,96 0,86 0,54 0,98 (6,20) 82,39
No. UraianRealisasi Tahun*) % Pertumbuhan
Laporan Kinerja 2018
46 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
0,2 juta ton dari Tahun 2013. Gambar perkembangan
produktivitas, luas panen, dan produksi pada Gambar 8.
Gambar 8. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen, dan
Produksi Kedelai Tahun 2013-2018
Produksi kedelai sebagai indikator kinerja sasaran program
ditunjang oleh dua indikator kinerja sasaran kegiatan, yaitu:
A. Produksi Kedelai
Indikator ini menjadi indikator kegiatan pengelolaan produksi
tanaman aneka kacang dan umbi. Produksi kedelai Tahun
2018 dipengaruhi oleh peningkatan luas panen 0,68 juta ha
dan peningkatan produktivitas 14,44 ku/ha.
Kegiatan yang mendukung peningkatan produksi kedelai
Tahun 2018 melalui APBN Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, adalah sebagai berikut:
.014
.016 .016
.015.015
.014
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Provitas Kedelai (ku/ha)
001001 001 001
000
001
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Luas Panen (juta ha)
.001.001 .001
.001
.001
.001
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Produksi Kedelai (juta ton)
Laporan Kinerja 2018
47 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1. Fasilitas Bantuan Saprodi Peningkatan Produksi Kedelai
Fasilitas Bantuan Saprodi Peningkatan Produksi Kedelai
Tahun 2018 seluas 546.586 ha dengan pagu
Rp520.349.872.000. Realisasi fisik penyaluran adalah
543.473 ha (99,43%) dengan serapan anggaran
Rp517.383.877.000, (98,43%).
Realisasi tanam fasilitasi kedelai sampai dengan akhir
Desember 2018 adalah 412.741 ha, dengan luas panen
248.149 ha. Terdapat carry over yang akan ditanam pada
Bulan Januari 2019 seluas 23.176 ha. Terdapat
pengembalian ke Kas Negara seluas 102.310 ha dan
tidak terserap 3.112 ha.
Produksi kedelai Tahun 2018 meningkat 82.39% dari
Tahun 2017, namun capaian produksi tersebut belum
mencapai target yang ditetapkan. Beberapa
permasalahan yang menyebabkan tidak tercapainya
target produksi kedelai sebagai berikut:
1. Permasalahan pada aspek kebijakan
a. Adanya perubahan rencana penganggaran, yang
semula direncanakan fasilitasi bantuan berupa
kegiatan peningkatan produksi kedelai seluas
1.000.000 direvisi menjadi 546.586 ha yang
dialokasikan pada DIPA 2018 (revisi bulan Juli
2018).
b. Perubahan kebijakan ini tidak diikuti dengan
pengurangan target produksi kedelai nasional.
c. Kebijakan impor yang semakin meningkat
volumenya dan murahnya harga kedelai impor akan
semakin melemahkan daya saing kedelai lokal.
Laporan Kinerja 2018
48 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2. Pemasalahan pada aspek produksi
a. Terjadi carry over karena musim tanam lewat,
perubahan iklim dan permasalahan teknis lainnya,
untuk komoditas kedelai seluas 23.176 ha, yang
direncanakan ditanam pada bulan Januari 2019.
Selain itu terdapat pengembalian/setor ke Kas
Negara seluas 102.310 ha dan tidak terserap 3.112
ha.
Kendala iklim yang terjadi pada Tahun 2018 adalah
musim kemarau s.d bulan Nopember, sehingga di
beberapa wilayah yang seharusnya kedelai dapat
ditanam pada awal Oktober, mundur hingga
Desember, namun sebagian petani memilih tanam
padi di bulan Desember karena alasan air yang
cukup. Kondisi ini menyebabkan kedelai mundur
tanam/carry over pada Tahun 2019.
b. Terbatasnya ketersediaan benih unggul bermutu
baik dari segi jumlah maupun kualitas saat
diperlukan.
c. Kurangnya minat petani menanam kedelai karena
keuntungannya (insentif yang didapatkan) relatif
kecil, sehingga petani kurang mempunyai daya
saing yang kompetitif terhadap produk pertanian
lainnya.
d. Ketersediaan alat, khususnya peralatan panen,
pascapanen, dan sarana gudang penyimpanan
yang masih sangat terbatas.
e. Ketersediaan teknologi yang bersifat spesifik lokasi,
dan rendahnya adopsi teknologi di tingkat petani.
Laporan Kinerja 2018
49 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
f. Ketiadaan jaminan pemasaran hasil kedelai,
menyebabkan harga jual kedelai di tingkat petani
rendah.
Rekomendasi solusi atas permasalahan tersebut, antara
lain:
1. Dalam menetapkan sasaran produksi komoditas
kedelai ke depan harus mempertimbangkan hasil
capaian produksi dan produktivitas Tahun
sebelumnya.
2. Penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) kedelai
petani sesuai Permendag No. 27 Tahun 2017 dengan
harga Rp 8.500,- dan penugasan Perum Bulog untuk
membeli kedelai dengan harga acuan dan HPP jika
harga pasar di bawah harga acuan atau HPP sesuai
Perpres No. 48 Tahun 2016.
3. Program tumpang sari Padi-Kedelai atau Jagung-
Kedelai pada TA 2019.
4. Penanaman kedelai menggunakan pola tanam yang
disesuaikan dengan karakter wilayah dan musim
serta mempertimbangkan kearifan lokal yang ada.
5. Melakukan koordinasi dengan produsen dan
penangkar benih dalam penyediaan dan penyaluran
benih.
6. Memantapkan persiapan pelaksanaan kegiatan
kedelai di tingkat kelompok tani, Dinas Pertanian
Kabupaten, Provinsi, Pusat dan stakeholder yang
terkait.
7. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan, bekerjasama
dengan perkebunan dan kehutanan dalam
Laporan Kinerja 2018
50 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
memanfaatkan lahan untuk meningkatkan indeks
pertanaman, sehingga meningkatkan produksi.
8. Meningkatkan peran penyuluh di tingkat petani agar
mempercepat adopsi teknologi oleh petani.
9. Kelembagaan petani dan kelompok tani lebih
diberdayakan terutama dalam menjaga komitmen
bisnis dengan industri, sehingga ada kepastian dalam
pemasaran hasil dengan jaminan harga yang lebih
baik.
10. Meningkatkan sosialisasi, bimbingan dan
pendampingan terhadap upaya-upaya efisiensi usaha
tani dalam peningkatan produktivitas/produksi
kedelai, khususnya pada daerah-daerah sentra
produksi dalam upaya peningkatan daya saing.
11. Perbaikan infrastruktur jaringan pemasaran, akses
sistem informasi harga dan pemasaran yang akurat
dan mudah didapat, mempercepat pengembangan
agribisnis pola kemitraan dengan stakeholder terkait;
12. Mendorong konsistensi daerah untuk melaporkan
pelaksanaan kegiatan secara rutin.
13. Pencitraan kedelai nasional melalui program branding
dan labelling kedelai nasional yang sudah dimulai
oleh Ditjen Tanaman Pangan bekerjasama dengan
berbagai pihak seperti menyelenggarakan festival
dan promosi produk olahan kedelai.
B. Rasio Benih Kedelai
Rasio benih kedelai yang tersedia sebelum masa tanam
selesai terhadap total benih yang dibutuhkan
Indikator ini menjadi indikator kegiatan Pengelolaan Sistem
Penyediaan Benih Tanaman.
Laporan Kinerja 2018
51 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Benih kedelai yang tersedia sebelum masa tanam selesai
adalah 22.149 ton, sedangkan total benih kedelai yang
dibutuhkan 36.925 ton, sehingga rasionya adalah 59,98%
dari target 36,50%. Keberhasilan capaian ini mendorong
penggunaan benih unggul bersertifikat dalam berbudiaya
kedelai, yang menjadi salah satu kunci peningkatkan
produktivitas.
Penyediaan benih kedelai yang memenuhi kriteria 6 Tepat
sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi kedelai.
Penyediaan benih kedelai di lapangan didukung oleh
beberapa kegiatan perbenihan, antara lain:
1. Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber kedelai
Target Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber kedelai
adalah 205 ha dengan pagu Rp3.447.825.000. Realisasi
fisik mencapai 199 ha (97,07%) terhadap sasaran dan
realisasi keuangan mencapai Rp3.264.785.635, (94,69%)
terhadap pagu.
2. Desa Mandiri Benih Kedelai
Target Fasilitasi Desa Mandiri Benih kedelai adalah 200
unit/2.000 ha dengan pagu Rp35.000.000.000. Realisasi
fisik mencapai 191 unit/1,910 ha (95,50%) terhadap
sasaran dan realisasi keuangan mencapai
Rp33.089.822.113, (94,54%) terhadap pagu.
Realisasi tanam dari fasilitasi DMB kedelai adalah 900 ha
dengan luas panen 277 ha.
Laporan Kinerja 2018
52 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
4. Pertumbuhan Volume Ekspor Untuk Produk Pertanian
Tanaman Pangan
Data volume ekspor untuk produk pertanian tanaman pangan,
khususnya ubi jalar dan kacang tanah diambil dari data
Pusdatin Kementerian Pertanian. Volume ekspor ubi jalar,
2018 adalah 10.856 ton, dan volume ekspor kacang tanah
sebesar 5.439 ton. Perhitungan pertumbuhan volume ekspor
secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 17.
Kacang tanah dan ubi jalar merupakan komoditas unggulan
tanaman pangan yang berdaya saing ekspor. Malaysia,
Hongkong, dan Amerika Serikat merupakan Negara importir
produk segar kacang tanah asal Indonesia. Sedangkan
Jepang, Malaysia, dan Singapura merupakan tiga negara
terbesar pengimpor ubi jalar segar.
Tabel 17. Pertumbuhan Volume Ekspor Produk Tanaman
Pangan Tahun 2018
Indikator pertumbuhan volume ekspor produk tanaman pangan
Tahun 2018 adalah 7,70%, yang artinya ekspor produk
tanaman pangan Tahun 2018 mencapai 96,26% dari target
8.00% di Tahun 2017 atau dengan kata lain volume ekspor
2018 masih dibawah Tahun 2017. Komoditas ubi jalar
mengalami capaian ekspor 7,79% dan kacang tanah 7,52%
jika dibandingkan dengan target 8%.
2018 2017
1 Ubi Jalar 10.856 11.142 7,79 -
2 Kacang Tanah 5.439 5.786 7,52 -
16.295 16.928 7,70 8
Target PK
2018
Jumlah
Volume (ton)
KomoditasNo
Pertumbuhan
Volume Ekspor
2018
Laporan Kinerja 2018
53 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 18. Persentase Realisasi Ekspor Produk Tanaman
Pangan (Kacang Tanah dan Ubi Jalar) Tahun 2018
Terhadap Target 2018
Target dan realisasi ekspor produk pertanian (ubi jalar dan
kacang tanah) sesuai dengan target IKU Tahun 2018 dapat
dilihat pada Tabel 18. Realisasi capaian ekspor produk
pertanian (khususnya ubi jalar dan kacang tanah) Tahun 2018
dibandingkan Tahun 2013-2018 dapat dilihat pada Tabel 19
dan 20. Rincian ekspor ubi jalar dan kacang tanah per kode HS
Tahun 2013-2015 pada lampiran 11 dan 12.
Target dan realisasi pertumbuhan ekspor produk tanaman
pangan Tahun 2018 terhadap target jangka menengah
(Renstra) dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 19. Pertumbuhan Ekspor Produk Ubi Jalar
Tahun 2013-2018
TahunVolume Ekspor
Ubi Jalar (ton)
Pertumbuhan
(%)
2013 9.797 1,53
2014 9.593 -2,08
2015 11.873 23,77
2016 9.539 -19,66
2017 11.142 16,80
2018 10.856 -2,57
2,97Rata -Rata
Volume ekspor ubi jalar Tahun 2013-2018 terjadi pertumbuhan
sebesar 2,97%, tertinggi pada Tahun 2015 (23,77%), dan
Tahun 2017 (16,80%).
TahunTarget
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
2018 8,00 7,70 96,25
Laporan Kinerja 2018
54 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 20. Pertumbuhan Ekspor Produk Kacang Tanah
Tahun 2013-2018
Pertumbuhan volume ekspor kacang tanah terjadi pada Tahun
2015 sebesar 42,66%, sedangkan secara keseluruhan ekspor
kacang tanah Tahun 2013-2018 terjadi penurunan 1,62%.
Target ekspor Tahun 2013 s.d 2016 tidak tersedia karena
Ditjen P2HP bergabung dengan Ditjen Tanaman Pangan
Tahun 2016. Sedangkan target IKU pertumbuhan volume
ekspor produk tanaman pangan menjadi PK Direktur Jenderal
Tanaman Pangan mulai Tahun 2018. Tahun sebelumnya tidak
menjadi PK Dirjen Tanaman.
Tabel 21. Target dan Realisasi Pertumbuhan Volume Ekspor
Produk Tanaman Pangan Tahun 2018 Terhadap
Target Jangka Menengah (Renstra)
Target pertumbuhan volume ekspor yang tertuang di Renstra
dan IKU sama sebesar 8,0 % dan terealisasi 7,7%.
Tahun
Volume Ekspor
Kacang Tanah
(ton)
Pertumbuhan
(%)
2013 6.414 -6,21
2014 6.292 -1,90
2015 8.976 42,66
2016 6.387 -28,84
2017 5.786 -9,41
2018 5.439 -6,00
-1,62Rata -Rata
IKU RENSTRA IKU RENSTRA
2018 8,00 8,00 7,70 96,25 96,25
Capaian (%)Target (%)Tahun
Realisasi
(%)
Laporan Kinerja 2018
55 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Dibanding Tahun 2013, terdapat kenaikan volume ekspor ubi
jalar Tahun 2018 sebesar 1.059 ton dari Tahun 2013,
sedangkan kacang tanah terjadi penurunan volume ekspor
sebesar 975 ton dari Tahun 2013. Gambar perkembangan
volume ekspor ubi jalar dan kacang tanah pada Gambar 9.
Gambar 9. Perkembangan Volume Ekspor Ubi Jalar dan
Kacang Tanah Tahun 2013-2018
2013 2014 2015 2016 2017 2018
9797,0 9593,0
11873,0
9539,0 11142,0 10856,0
Volume Eskpor Ubi Jalar (ton)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
6.414 6.292
8.976
6.387 5.786 5.439
Volume Ekspor Kc. tanah (ton)
Selain 2 komoditas ekspor diatas, untuk ekspor jagung Tahun
2018 mengalami peningkatan hampir enam kali lipat atau
627% dibandingkan Tahun 2017, hal ini disebabkan dukungan
kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi
dan indeks pertanaman jagung. Penanganan pascapanen
yang baik menjadi salah satu penyebab meningkatnya kualitas
jagung, sehingga berdaya saing. Tujuan Ekspor terbesar
jagung Tahun 2018 adalah ke beberapa negara antara lain
Filipina, Malaysia dan Jepang. Pertumbuhan volume ekspor
jagung dapat dilihat pada Tabel 22.
Laporan Kinerja 2018
56 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 22. Pertumbuhan Ekspor Produk Jagung
Tahun 2013-2018
Pertumbuhan ekspor produk tanaman pangan tidak mencapai
target, karena:
1. Penerapan labelisasi maupun standardisasi di Indonesia
masih sangat kurang.
2. Kurangnya pengembangan komoditas yang bernilai tambah.
3. Daya saing produk dalam negeri untuk mancanegara belum
optimal dan masih perlu ditingkatkan.
Rekomendasi solusi atas permasalahan tersebut, antara lain :
1. Kebijakan ekspor untuk labelisasi dan mendorong pelaku
usaha untuk meningkatkan mutu hasil produksi kacang
tanah dan ubi jalar sesuai standar.
2. Pembinaan kelompok dalam pengolahan hasil yang bernilai
tambah agar memenuhi standar mutu ekspor.
3. Peningkatan daya saing produk dalam negeri dengan
branding dan labelling.
Pertumbuhan Volume Ekspor Untuk Produk Pertanian
Tanaman Pangan sebagai indikator kinerja sasaran program
TahunVolume Ekspor
Jagung (ton)
Peningkatan
(%)
2013 20.495 -71,08
2014 44.843 118,80
2015 250.831 459,35
2016 41.875 -83,31
2017 47.002 12,24
2018 341.522 626,61
177,10Rata -Rata
Laporan Kinerja 2018
57 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
ditunjang oleh lima indikator kinerja sasaran kegiatan yang
berada di 3 kegiatan, yaitu:
1. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan pada Sasaran Kegiatan
Terpenuhinya kebutuhan perbenihan tanaman pangan untuk
komoditas ekspor dan pengendali impor, ada 2 indikator
yaitu:
a. Rasio Benih Ubi Jalar yang tersedia sebelum masa
tanam selesai terhadap total benih yang dibutuhkan.
Benih Ubi Jalar yang tersedia sebelum masa tanam
selesai adalah 1.000.000 stek, sedangkan total benih ubi
jalar yang dibutuhkan 2.391.975.300 stek, sehingga
Rasio benih ubi jalar yang tersedia sebelum masa tanam
tehadap total benih yang dibutuhkan adalah 0,04% dari
target 5,5%.
b. Rasio Benih Kacang Tanah yang tersedia sebelum masa
tanam selesai terhadap total benih yang dibutuhkan
Benih kacang tanah yang tersedia sebelum masa tanam
selesai adalah 20 ton, sedangkan total benih kacang
tanah yang dibutuhkan 37.411 ton, sehingga Rasio Benih
Kacang Tanah yang tersedia sebelum masa tanam
terhadap total benih yang dibutuhkan adalah 0,05 % dari
target 10,5%.
2. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan pada Sasaran Kegiatan
Meningkatnya produksi kacang tanah, kacang hijau, ubi
kayu, ubi jalar dan talas, ada 2 indikator yaitu:
Laporan Kinerja 2018
58 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
a. Produksi Ubi Jalar
Berdasarkan data ARAM I BPS 2018, produksi ubi jalar
nasional Tahun 2018 adalah sebesar 2,03 juta ton atau
84,94% dari target nasional (2,39 juta ton). Produksi ubi
jalar 2018 meningkat 6,28 % dari produksi Tahun 2017
(1,91 juta ton).
b. Produksi Kacang Tanah
Berdasarkan data ARAM I BPS 2018, produksi kacang
tanah nasional Tahun 2018 adalah sebesar 0,51 juta ton
atau 80,95% dari target nasional (0,63 juta ton), dan
meningkat 3,43% dari produksi Tahun 2017 (0,50 juta
ton).
3. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan pada Sasaran Kegiatan
Meningkatnya pengolahan dan pemasaran hasil tanaman
pangan untuk komoditas ekspor dan pengendali impor, ada
1 indikator yaitu:
a. Rasio Komoditas Ekspor Tanaman Pangan yang ditolak
Negara tujuan terhadap total komoditas ekspor per
Negara tujuan (kualitas tidak memenuhi persyaratan) (5
komoditas/Negara tujuan.
Berdasarkan data Notification of Non-Compliance (NNC)
untuk produk tanaman pangan Tahun 2018 tidak
ditemukan atau dengan kata lainnya tidak ada
komoditas ekspor tanaman pangan yang ditolak oleh
Negara tujuan ekspor.
Kegiatan yang mendukung pertumbuhan ekspor tanaman
pangan Tahun 2018 melalui APBN Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja 2018
59 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1. Fasilitasi Bantuan Saprodi Peningkatan Produksi Ubi Jalar
Fasilitas Bantuan Saprodi Peningkatan Produksi Ubi Jalar
Tahun 2018 seluas 500 ha dengan pagu Rp300.000.000.
Realisasi fisik penyaluran adalah 500 ha (100%) dengan
serapan anggaran Rp300.000.000, (100%).
Realisasi tanam fasilitasi ubi jalar sampai dengan akhir
desember 2018 adalah 500 ha, dengan realisasi panen
149 ha.
2. Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber Palawija
Target Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber palawija
adalah 8 ha dengan pagu Rp163.680.000. Realisasi fisik
mencapai 8 ha (100%) terhadap sasaran dan realisasi
keuangan mencapai Rp157.654.250. (94,49%) terhadap
pagu.
5. Penurunan Volume Impor Untuk Produk Pertanian Tanaman
Pangan
Data volume impor produk pertanian tanaman pangan untuk ubi
kayu dan kacang hijau, diambil dari data Pusdatin Kementerian
Pertanian.
Volume impor 2018 untuk kacang hijau 97.226 ton, ubi kayu
375.898 ton. Perhitungan pertumbuhan volume impor secara
lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Penurunan Volume Impor Produk Tanaman Pangan
Tahun 2018
2018 2017
1 Ubi Kayu 375.898 388.822 4,83 -
2 Kacang Hijau 97.226 78.786 6,17 -
473.124 467.608 5,06 5
Target PK
2018
Jumlah
Volume (Ton)KomoditasNo
Penurunan
Volume Impor
Tahun 2018
Laporan Kinerja 2018
60 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Indikator penurunan volume impor produk tanaman pangan
Tahun 2018 adalah 5,06%, yang artinya adanya kenaikan
impor Tahun 2018, tidak dapat memenuhi impor maksimum
yang ditargetkan, sehingga capaiannya 98,81% dibandingkan
target 5%.
Capaian penurunan impor Tahun 2018 dibandingkan target
2018 dapat dilihat pada Tabel 24. Penurunan volume impor
ubi kayu Tahun 2013-2018 dapat dilihat pada Tabel 25.
Penurunan volume impor kacang hijau Tahun 2013-2018 dapat
dilihat pada Tabel 26. Rincian impor ubi kayu dan kacang hijau
per kode HS Tahun 2013-2018 pada lampran 13 dan 14.
Target dan realisasi capaian penurunan impor Tahun 2018
dibandingkan target jangka menengah (Renstra) dapat dilihat
pada Tabel 27.
Tabel 24 Persentase Target dan Realisasi Impor Produk
Pertanian Tahun 2018
Tabel 25. Penurunan Volume Impor Ubi Kayu
Tahun 2013-2018
TahunTarget
(%)
Realisasi
(%)Capaian (%)
2018 5,00 5,06 98,81
Tahun
Volume Impor
Ubi Kayu
(Ton)
Penurunan
(%)
2013 220.189 71,45
2014 365.085 -65,81
2015 600.163 -64,39
2016 642.667 -7,08
2017 388.823 39,50
2018 375.898 3,32
Laporan Kinerja 2018
61 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Penurunan volume impor ubi kayu Tahun 2013-2018 sebesar
3,32%. Penurunan tertinggi pada Tahun 2017 sebesar 39,50%.
Tabel 26. Penurunan Volume Impor Kacang Hijau
Tahun 2013-2018
Rata-rata impor kacang hijau Tahun 2013-2018 mengalami
kenaikan, meskipun Tahun 2015 pernah mengalami penurunan
yang cukup signifikan sampai 48,37%. Tahun 2018 terjadi
kenaikan impor sebesar 23,41%.
Target impor Tahun 2013 sd 2016 tidak tersedia karena
Direktorat Jenderal P2HP baru bergabung dengan Ditjen
Tanaman Pangan Tahun 2016. Sedangkan target IKU
penurunan volume impor produk tanaman pangan menjadi PK
Direktur Jenderal Tanaman Pangan mulai Tahun 2018. Tahun
sebelumnya tidak menjadi PK Dirjen Tanaman.
Tabel 27. Target dan Realisasi Penurunan Volume Impor
Produk Tanaman Pangan Tahun 2018 Terhadap
Target Jangka Menengah (Renstra)
Tahun
Volume Impor
Kacang Hijau
(Ton)
Penurunan
(%)
2013 95.587 -44,36
2014 87.580 8,38
2015 45.214 48,37
2016 64.736 -43,18
2017 78.786 -21,70
2018 97.226 -23,41
-12,65Rata -Rata
IKU RENSTRA IKU RENSTRA
2018 5,00 5,00 5,06 98,81 98,81
Capaian (%)Target (%)Tahun
Realisasi
(%)
Laporan Kinerja 2018
62 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Target penurunan volume impor yang tertuang di Renstra dan
IKU sama sebesar 5,0 % dan terealisasi 5,06%.
Impor kacang hijau Tahun 2018 terjadi kenaikan 1.639 ton dari
Tahun 2013. Impor ubi kayu Tahun 2018 juga terjadi kenaikan
sebesar 155.709 ton dari Tahun 2013. Gambar perkembangan
volume ekspor ubi jalar dan kacang tanah pada Gambar 10.
Gambar 10. Perkembangan Volume Impor Ubi Kayu dan
Kacang Hijau Tahun 2013-2018
2013 2014 2015 2016 2017 2018
95.587 87.580
45.214
64.736 78.786
97.226
Volume Impor Kacang Hijau (ton)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
220.189
365.085
600.163 642.667
388.823 375.898
Volume Impor Ubi Kayu (ton)
Penurunan impor produk tanaman pangan tidak mencapai
target, dikarenakan kenaikan impor tanaman pangan,
khususnya ubi kayu dan kacang hijau yang disebabkan oleh:
1. Masih rendahnya produksi kacang hijau dan ubi kayu dalam
negeri.
2. Upaya – upaya peningkatan budidaya di tingkat hulu hingga
penanganan di hilir masih kurang.
3. Negara pesaing menawarkan harga dan mutu yang lebih
kompetitif dari produk dalam negeri agar bisa memasuki
pasar Indonesia yang sangat diminati mancanegara
4. Kurangnya promosi produk kacang hijau dan ubi kayu
Laporan Kinerja 2018
63 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rekomendasi solusi atas permasalahan tersebut, antara lain:
1. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas tanaman
pangan yang berdaya saing.
2. Pengembangan teknik budidaya, infrastruktur,
kelembagaan, dan sarana pemasaran komoditas tanaman
pangan.
3. Meningkatkan mutu produk kacang hijau dan ubi kayu.
4. Promosi produk pertanian di dalam negeri.
Penurunan volume impor untuk Produk Pertanian Tanaman
Pangan sebagai indikator kinerja sasaran program ditunjang
oleh lima indikator kinerja sasaran kegiatan yang berada di 3
kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan Pengelolaan Sistem Perbenihan
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan pada Sasaran Kegiatan
Terpenuhinya kebutuhan perbenihan tanaman pangan untuk
komoditas ekspor dan pengendali impor, ada 2 indikator
yaitu:
a. Rasio Benih ubi kayu yang tersedia sebelum masa tanam
selesai terhadap total benih yang dibutuhkan.
Benih Ubi kayu yang tersedia sebelum masa tanam
selesai adalah 64.000 stek, sedangkan total benih ubi
kayu yang dibutuhkan 5.504.074.000 stek, sehingga
rasionya adalah 0,001% dari target 5,5%.
b. Rasio Benih kacang hijau yang tersedia sebelum masa
tanam selesai terhadap total benih yang dibutuhkan
Benih kacang hijau yang tersedia sebelum masa tanam
selesai adalah 32.76 ton, sedangkan total benih kacang
hijau yang dibutuhkan 4.867 ton, sehingga rasionya
adalah 0,67% dari target 10.5%.
Laporan Kinerja 2018
64 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2. Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi
a. Produksi Ubi kayu untuk komoditas substitusi impor (20,9
juta ton)
Berdasarkan ARAM I BPS 2018, produksi ubi kayu
nasional Tahun 2018 adalah sebesar 19,34 juta ton atau
92,54% dari target nasional (20,90 juta ton), dan
meningkat 1,52% dari produksi Tahun 2017 (19,05 juta
ton).
b. Produksi Kacang hijau
Berdasarkan ARAM I BPS 2018, produksi kacang hijau
nasional Tahun 2018 adalah sebesar 0,23 juta ton atau
36,51% dari target nasional (0,28 juta ton), dan menurun
4,17% dari produksi Tahun 2017 (0,24 juta ton).
3. Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan pada Sasaran Kegiatan
Meningkatnya pengolahan dan pemasaran hasil tanaman
pangan untuk komoditas ekspor dan pengendali impor, ada
1 indikator yaitu: Rasio penurunan impor produk pangan
segar tanaman pangan tahun berjalan terhadap tahun
sebelumnya.
Rasio penurunan impor produk pangan segar tanaman pangan
untuk komoditas kacang hijau, ubi kayu, kacang tanah, ubi jalar
Tahun 2018 adalah minus 24,75% (Tahun 2018 sebesar
291.635 kuintal sedangkan Tahun 2017 sebesar 363.822
kuintal). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada penurunan
impor, justru terjadi kenaikan impor, khususnya untuk kacang
tanah dan kacang hijau. Sedangkan untuk ubi jalar mengalami
penurunan impor.
Laporan Kinerja 2018
65 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kegiatan yang mendukung penurunan impor tanaman pangan
Tahun 2018 melalui APBN Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, adalah sebagai berikut:
1. Fasilitasi Bantuan Saprodi Peningkatan Produksi Kacang
Hijau
Fasilitas Bantuan Saprodi Peningkatan Produksi Kacang
hijau Tahun 2018 seluas 5.000 ha dengan pagu
Rp3.128.000.000. Realisasi fisik penyaluran adalah 4.975
ha (99,50%) dengan serapan anggaran Rp3.103.400.000,
(99.21%).
Realisasi tanam fasilitasi kacang hijau sampai dengan akhir
Desember 2018 adalah 4.435 Ha dan realisasi panen seluas
2.003 ha.
2. Fasilitasi Bantuan Saprodi Peningkatan Produksi ubi kayu
Seluas 1.500 ha
Fasilitas Bantuan Saprodi Peningkatan Produksi ubi kayu
Tahun 2018 seluas 1.500 ha dengan pagu Rp900.000.000.
Realisasi fisik penyaluran adalah 1.500 ha (100%) dengan
serapan anggaran Rp900.000.000, (100,00%).
Realisasi tanam fasilitasi ubi kayu sampai dengan akhir
Desember 2018 adalah 1.500 Ha dan realisasi panen seluas
75 ha.
6. Rasio Ketersediaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan)
Pascapanen Tanaman Pangan Berdasarkan Kebutuhan
Salah satu sarana untuk meningkatan infrastruktur pertanian
adalah melalui penyaluran alat mesin pertanian pascapanen.
Bantuan pemerintah berupa sarana pascapanen bertujuan
untuk membantu petani dalam meningkatkan jumlah produksi,
efisiensi kerja, dan kualitas produk pertanian.
Laporan Kinerja 2018
66 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Ketersediaan alsintan pascapanen sangat penting untuk
mendukung indikator kinerja utama Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan. Untuk mengetahui rasio ketersediaan
alsintan pascapanen harus dilakukan analisis kebutuhan
alsintan pascapanen tanaman pangan terlebih dahulu.
Kemudian dilakukan perbandingan antara kebutuhan dengan
pengadaan alsintan pasca panen tanaman pangan.
Ketersediaan ditunjukkan dengan yang sudah diadakan
(dilakukan pengadaan, diedarkan/didistribusikan dan layak
pakai).
Rasio ketersediaan alsintan pascapanen tanaman pangan
berdasar kebutuhan yaitu 16,95%. Kebutuhan alsintan
pascapanen sebanyak 302.816 unit, sedangkan alsintan
pascapanen yang tersedia sebanyak 51.325 unit. Apabila
dibandingkan dengan target kinerja Tahun 2018 (42,5%) baru
tercapai 39,88%. Rasio ketersediaan alsintan pascapanen
berdasar kebutuhan terlihat pada Tabel 28.
Belum tercapainya kebutuhan alsintan dikarenakan proses
pengadaan bertahap menyesuaikan dengan ketersediaan
anggaran (APBN). Untuk mendukung penyediaan alsintan
pascapanen, Tahun 2019 dilakukan pengadaan alsintan
sebanyak 8.105 unit melalui APBN. Selain itu perlu dukungan
dari APBD dalam rangka mencapai ketersediaan alsintan yang
dibutuhkan.
Laporan Kinerja 2018
67 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 28. Rasio Ketersediaan Alsintan Pascapanen Tanaman
Pangan Berdasar Kebutuhan Tahun 2018
1 Combine Harvester 54.316 18.323 33,73
2 Corn Sheller 75.439 13.027 17,27
3 Corn Combine Harvester Besar 39.389 1.216 3,09
4 Power Thresher / Power Threser Multiguna 133.672 18.759 14,03
302.816 51.325 16,95
Ketersediaan
(unit)
Rasio
(%)No
Jumlah
Kebutuhan
(unit)Jenis Sarana Pasca Panen
Terlihat bahwa jumlah alsintan yang tersedia masih jauh dari
kebutuhan. Untuk memenuhi kekurangan kebutuhan tersebut,
Tahun 2018 dilakukan pengadaan sarana pascapanen
tanaman pangan yang terbagi atas pengadaan pusat dan
pengadaan tugas pembantuan (TP) provinsi. Total pengadaan
sarana pascapanen Tahun 2018 sejumlah 12.617 unit
(96,62%) dari target pengadaan sebanyak 13.059 unit. Target
dan realisasi pengadaan sarana pascapanen Tahun 2018
seperti pada Tabel 29.
Tabel 29. Target dan Realisasi Pengadaan Sarana
Pascapanen Tahun 2018
No Pengadaan Target (Unit) Realisasi (Unit) Capaian (%)
1 Pusat 8.760 8.461 96,59
2 Daerah 4.299 4.156 96,67
13.059 12.617 96,62 Total
Target pengadaan sarana pascapanen pengadaan pusat
sebanyak 8.760 unit dan terealisasi sejumlah 8.461 unit
(96,59%). Target pengadaan sarana pascapanen tanaman
pangan pengadaan daerah (Tugas Pembantuan Provinsi),
Laporan Kinerja 2018
68 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
sebanyak 4.299 unit dan terealisasi sejumlah 4.156 unit
(96,67%).
Target rasio ketersediaan Alsintan pasca panen tanaman
pangan berdasarkan kebutuhan yang tertuang di Renstra dan
IKU sama sebesar 42,5% terealisasi 16,95%. Target dan
Realisasi ketersediaan alsintan pascapanen dibanding target
jangka menengah pada Tabel 30.
Tabel 30. Target dan Realisasi Capaian Rasio Ketersediaan
Alsintan Pascapanen Tahun 2018 dibandingkan
dengan Target Jangka Menengah (Renstra)
Alsintan yang disediakan dari Tahun ke Tahun secara umum
mengalami peningkatan. Jenis alsintan yang tersedia dan
paling banyak dibutuhkan antara lain Power Thresher dan
Power Thresher Multiguna, Corn Sheller, dan Combine
Harvester. Rincian alsintan yang tersedia Tahun 2013-2018
dapat dilihat pada Tabel 31.
IKU RENSTRA IKU RENSTRA
2018 42,50 42,50 16,95 39,88 39,88
Capaian (%)Target (%)Tahun
Realisasi
(%)
Laporan Kinerja 2018
69 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 31. Rincian Alsintan Yang Tersedia Tahun 2013-2018
Alsintan yang tersedia Tahun 2018 paling besar dibandingkan
Tahun sebelumnya. Bagan alsintan yang disediakan Tahun
2013-2018 dapat dilihat pada Gambar 11. Rincian bantuan
alsintan pascapanen padi, jagung, dan kedelai Tahun 2013-
2018 pada lampiran 15, 16, dan 17.
Gambar 11. Perkembangan Bantuan Alsin Pascapanen (Unit)
Tahun 2013 – 2018
1 Combine Harvester Kecil - 148 3,060 6,281 789 130 10,408
2 Combine Harvester Sedang - - - 2,884 853 102 3,839
3 Combine Harvester Besar 19 32 125 428 2,634 572 3,810
4 Vertical Dryer Padi 19 29 166 5 17 735 971
5 Vertical Dryer Jagung 8 236 1 5 66 316
6 Flat Bed Dryer Jagung 8 33 - - 41
7 Flat Bed Dryer Kedelai 55 - - - 55
8 Power Thresher - - - 3,103 319 3,141 6,563
9 Power Thresher Multiguna 310 201 1,654 6,500 868 2,150 11,683
10 Corn Sheller 25 - 2,220 6,276 2,258 2,000 12,779
11 Corn Combine Harvester - 25 177 126 500 828
12 Rice Milling Unit 203 144 1,142 - 31 97 1,617
647 554 8,661 25,655 7,900 12,617 56,034 Total
No Jenis AlsintanTahun
2013 2014 2015Jumlah
2016 2017 2018
Laporan Kinerja 2018
70 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kegiatan yang mendukung Rasio Ketersediaan Alat Mesin
Pertanian (Alsintan) Pascapanen Tanaman Pangan
Berdasarkan Kebutuhan Tahun 2018 melalui APBN Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, adalah Alokasi Fasilitas Alsintan
Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2018 sebanyak 13.059
unit dengan pagu Rp1.831.998.712.600. Realisasi fisik
penyaluran adalah 12.617 unit (96.62%) dengan serapan
anggaran Rp1.659.589.863.163, (90,59%).
7. Rasio Serangan OPT dan DPI Terhadap Luas Tanam
Tanaman Pangan
Rasio luas serangan OPT utama dan DPI Tahun 2018
berdasarkan luas terkena untuk tanaman pangan padi, jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar
sebesar sebesar 2,94% atau mencapai 170,07% dari target
serangan 5%. Jika dibandingkan dengan rasio luas serangan
OPT utama dan DPI Tahun 2017 (3,75%), terjadi penurunan
rasio serangan sebesar 21,60%. Total luas serangan OPT dan
DPI seluas 713.482 ha dari luas tanaman sebesar 24.231.750
ha. Perhitungan rasio serangan OPT utama dan DPI secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Rasio Luas Serangan OPT Utama dan DPI
Tahun 2018
OPT DPI
1 Padi 308.753 337.199 645.952 16.294.808 3,96
2 Jagung 21.016 35.293 56.309 5.908.296 0,95
3 Kedelai 3.480 3.505 6.985 738.496 0,95
4 Kacang Tanah 1.217 100 1.317 349.865 0,38
5 Kacang Hijau 447 29 476 194.676 0,24
6 Ubi Kayu 1.546 528 2.074 662.378 0,31
7 Ubi Jalar 370 1 371 83.231 0,45
336.827 376.655 713.482 24.231.750 2,94 Jumlah
Luas Serangan (ha) Luas Serangan
OPT dan DPI
(Ha)
Luas Tanam
(ha)
Rasio
Serangan
(%)
No Komoditas
Laporan Kinerja 2018
71 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Dari luas serangan OPT dan DPI tersebut, luas pertanaman
yang mengalami puso (gagal panen) akibat OPT dan DPI
seluas 99.160 ha (dari luas serangan 713.482 ha) dalam
hamparan luas tanam 24.231.750 ha. Perhitungan rasio luas
gagal panen akibat serangan OPT dan DPI secara lengkap
dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Rasio Luas Gagal Panen Akibat Serangan OPT dan
DPI Tahun 2018
Dibandingkan Tahun 2017, target dan realisasi rasio serangan
OPT dan DPI Tahun 2018 capaiannya lebih tinggi (mencapai
170,07%) dibandingkan capaian Tahun 2017 (133,33%).
Target dan realisasi rasio serangan OPT dan DPI Tahun 2018
dibandingkan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Target dan Realisasi Rasio serangan OPT dan DPI
Tahun 2018 dibanding Tahun 2017
Rasio serangan OPT dan DPI Tahun 2018 merupakan rasio
paling rendah (2,94%) dibanding 5 Tahun sebelumnya. Rasio
OPT DPI
1 Padi 3.237 90.037 93.274 16.294.808 0,57
2 Jagung 181 4.553 4.734 5.908.296 0,08
3 Kedelai 109 925 1.034 738.496 0,14
4 Kacang Tanah - 28 28 349.865 0,01
5 Kacang Hijau - - - 194.676 -
6 Ubi Kayu - 90 90 662.378 0,01
7 Ubi Jalar - - - 83.231 -
3.527 95.633 99.160 24.231.750 0,41
Luas
Tanam (ha)
Rasio Gagal
Panen OPT
dan DPI (%)
Jumlah
No Komoditas
Luas Puso/Gagal
Panen (ha)Gagal Panen
OPT dan DPI
(ha)
TahunTarget
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
2017 5 3,75 133,33
2018 5 2,94 170,07
Laporan Kinerja 2018
72 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
serangan OPT dan DPI terhadap luas tanam Tahun 2013-2018
untuk tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 35. Rasio
serangan OPT dan DPI Tahun 2013-2018 per provinsi pada
lampiran 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24.
Tabel 35. Rasio Serangan OPT dan DPI Tahun 2013-2018
Target rasio luas serangan OPT dan DPI Tahun 2018 yang
tertuang di IKU sudah sesuai dengan target yang tertuang di
Renstra. Target dan realisasi capaian rasio luas serangan OPT
dan DPI Tahun 2018 terhadap target jangka menengah
(Renstra) dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Target, Realisasi dan Capaian Tahun Berjalan VS
Target Jangka Menengah Renstra Rasio Serangan
OPT dan DPI Terhadap Luas Tanam Tanaman
Pangan
Penurunan rasio serangan OPT dan DPI Tahun 2018 sebesar
2,22% dari Tahun 2013, dan merupakan rasio terendah
Tahun
Luas Serangan
OPT dan DPI
(Ha)
Luas Tanam
(Ha)
Rasio serangan Thd
Luas Tanam (%)
2013 1.049.716 20.355.635 5,16
2014 1.087.404 20.149.482 5,40
2015 1.236.367 20.389.367 6,06
2016 997.159 23.744.648 4,20
2017 905.228 23.440.349 3,75
2018 713.482 24.231.750 2,94
IKU RENSTRA IKU RENSTRA
2018 5,00 5,00 2,94 170,07 170,07
Capaian TargetTahun Realisasi
Laporan Kinerja 2018
73 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
5.16 5.40
6.06
4.20 3.75
2.94
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rasio serangan OPT&DPI Tahun 2013-2018
dibandingkan Tahun-Tahun sebelumnya. Grafik rasio serangan
OPT dan DPI Tahun 2013-2018 dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Rasio Serangan OPT dan DPI Tanaman Pangan
Tahun 2013 - 2018
Keberhasilan penekanan luas serangan OPT dan DPI
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan penguatan perlindungan
tanaman, pengendalian OPT melalui pengamatan dan
pengendalian sedini mungkin, bantuan pestisida sebagai
trigger, penguatan kelembagaan perlindungan, antisipasi dan
mitigasi DPI, dan terobosan-terobosan kegiatan perlindungan
seperti Dem Area Budidaya Tanam Sehat dan Dem Area DPI.
Rasio Serangan OPT dan DPI terhadap luas tanam tanaman
pangan sebagai indikator kinerja sasaran program ditunjang
oleh dua indikator kinerja sasaran kegiatan Penguatan
Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme
Pengganggu Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim, yaitu:
1. Rasio luas serangan OPT terhadap luas tanaman pangan
Luas serangan OPT utama tanaman pangan adalah
336.827 ha dari luas total tanaman pangan 24.231.750 ha,
sehingga capaian rasionya adalah 1,39% dari target 3%.
Laporan Kinerja 2018
74 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2. Rasio luas serangan DPI terhadap luas tanaman pangan
Luas serangan DPI adalah 376.655 ha dari luas total
tanaman pangan 24.231.750 ha, sehingga capaian rasionya
adalah 1,55% dari target 2%.
Kegiatan yang mendukung Rasio Serangan OPT dan DPI
terhadap luas tanam tanaman pangan Tahun 2018 melalui
APBN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, adalah sebagai
berikut:
1. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT)
Target kegiatan kegiatan PPHT padi, jagung, kedelai adalah
10.845 ha dengan pagu Rp18.895.756.000. Realisasi fisik
kegiatan PPHT mencapai 10.770 ha (99.31%) terhadap
sasaran dan realisasi keuangan mencapai
Rp18.707.562.000, (99,00%) terhadap pagu.
2. Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI)
Target kegiatan kegiatan PPDPI adalah 400 ha dengan
pagu Rp1.853.825.000. Realisasi fisik kegiatan PPDPI
mencapai 400 ha (100%) terhadap sasaran dan realisasi
keuangan mencapai Rp1.845.250.000, (99,54%) terhadap
pagu.
3. Gerakan Pengendalian OPT
Target kegiatan Gerakan Pengendalian OPT adalah 863 kali
dengan pagu Rp5.609.500,000. Realisasi fisik kegiatan
Gerakan Pengendalian OPT mencapai 862 kali (99,88%)
terhadap sasaran dan realisasi keuangan mencapai
Rp5.566.160.000, (99.23%) terhadap pagu.
4. Penguatan Agroekosistem
Target kegiatan Penguatan Agroekosistem adalah 2.695 ha
dengan pagu Rp1.333.500,000. Realisasi fisik kegiatan
Laporan Kinerja 2018
75 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
mencapai 2,685 ha (98,16%) terhadap sasaran dan realisasi
keuangan mencapai Rp1.311.250.000, (98,33%) terhadap
pagu.
5. Dem Area Budidaya Tanaman Sehat dan DPI
Target kegiatan Dem Area Budidaya Tanaman Sehat dan
DPI adalah 34.000 ha dengan pagu Rp60.680.000.000.
Realisasi fisik kegiatan mencapai 34.000 ha (100%)
terhadap sasaran dan realisasi keuangan mencapai
Rp60.680.000.000, (100%) terhadap pagu.
6. Pengadaan Pestisida
Target pengadaan pestisida adalah 3 paket dengan pagu
Rp33.311.500.000. Realisasi fisik kegiatan mencapai 3
paket (100%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp33.280.941.000, (99,91%) terhadap pagu.
7. Handsprayer
Target pengadaan handsprayer adalah 1.700 unit dengan
pagu Rp900.000.000. Realisasi fisik kegiatan mencapai
1.700 unit (100%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp 853.550.000 (94,84%) terhadap pagu.
8. Motor Operasional POPT
Target pengadaan motor operasional POPT adalah 1.043
unit dengan pagu Rp24.571.201.000. Realisasi fisik
kegiatan mencapai 1.043 unit (100%) terhadap sasaran dan
realisasi keuangan mencapai Rp24.443.782.000, (99,48%)
terhadap pagu.
9. Mobil Operasional LPHP
Target pengadaan mobil operasional LPHP adalah 85 unit
dengan pagu Rp15.892.049.000. Realisasi fisik kegiatan
mencapai 85 unit (100%) terhadap sasaran dan realisasi
Laporan Kinerja 2018
76 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
keuangan mencapai Rp15.499.259.600, (97,53%) terhadap
pagu.
10. Petani Pengamat
Target perekrutan petani pengamat adalah 3.923 orang
dengan pagu Rp14.122.800.000. Realisasi fisik mencapai
3.923 orang (100%) terhadap sasaran dan realisasi
keuangan mencapai Rp13.290.000.000, (94,10%) terhadap
pagu.
8. Nilai AKIP Ditjen TP Berdasarkan Penilaian Inspektorat
Jenderal Kementerian Pertanian
Nilai AKIP merupakan evaluasi atas implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah berdasarkan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Berdasarkan Kertas Kerja Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Unit
Kerja, SAKIP Ditjen Tanaman Pangan 2017 mendapatkan nilai
87,49 (A/Memuaskan) atau mencapai 104,15% dari target
indikator kinerja 2018 sebesar 84.
Komponen perencanaan kinerja mencapai nilai 24,86 dari bobot
30%. Pengukuran kinerja mencapai nilai 23,65 dari bobot 25%.
Pelaporan kinerja mencapai nilai 14,16 dari bobot 15%. Evaluasi
Internal mencapai nilai 8,50 dari bobot 10%. Pencapaian
sasaran/kinerja mencapai nilai 16,33 dari bobot 20%. Total nilai
dari keseluruhan komponen tersebut menjadi nilai SAKIP Ditjen
Tanaman Pangan 2017. Perolehan nilai SAKIP dari Tahun 2015
sd 2017 untuk setiap komponen dapat dilihat pada tabel 37.
Laporan Kinerja 2018
77 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 37. Perolehan Nilai SAKIP Ditjen Tanaman Pangan
Tahun 2015-2017
NO KOMPONEN 2015 2016 2017
1 Perencanaan Kinerja 22,31 24,88 24,86
2 Pengukuran Kinerja 17,08 21,25 23,65
3 Pelaporan Kinerja 14,72 14,72 14,16
4 Evaluasi Kinerja 8,25 8,38 8,50
5 Capaian Kinerja 12,77 12,77 16,33
TARGET IKU/PK - - 84,00
NILAI SAKIP 75,13 82,00 87,49
Dari Tahun 2015 s.d 2017, nilai SAKIP mengalami peningkatan
rata-rata 7,92% khususnya pada komponen pengukuran kinerja.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh dorongan untuk memperoleh
predikat SAKIP A. Berdasarkan KemenPAN&RB Tahun 2016,
prasyarat memperoleh SAKIP A antara lain kontribusi unit kerja
yang semakin besar, komitmen pimpinan tertinggi, cascading
kinerja, rencana aksi pencapaian kinerja, dan penggunaan
aplikasi sistem informasi kinerja berbasis elektronik. Wujud
rencana aksi peningkatan Sakip lingkup tanaman pangan adalah
sebagai berikut :
1. Cascading IKU Eselon I s.d IV Lingkup Ditjen Tanaman
Pangan (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/
RC.020/11/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 68/Permentan/RC.020/12/2016 tentang
Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian Pertanian
Tahun 2015-2019)
2. Revisi Renstra Eselon I dan II Lingkup Ditjen Tanaman
Pangan (Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Nomor 86/HK.310/C/9/2018 tentang Perubahan atas
Laporan Kinerja 2018
78 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor
59.a/HK.310/C/4/2016 tentang Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-2019
3. Aplikasi E SAKIP sebagai media elektronik untuk menyajikan
data dan informasi aspek perencanaan, pengukuran,
pelaporan dan evaluasi
4. Aplikasi KRISNA sebagai media elektronik untuk pengisian
RENJA untuk memastikan komponen dan sub komponen
kegiatan mendukung sasaran program Ditjen Tanaman
Pangan.
5. Laporan Kinerja berdasarkan IKU dan RENSTRA revisi.
Kegiatan yang mendukung capaian Nilai AKIP Ditjen TP Tahun
2018 melalui APBN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, adalah
sebagai berikut:
1. Layanan Perencanaan
Target layanan perencanaan adalah 12 bulan dengan pagu
Rp99.614.708.000. Realisasi fisik kegiatan mencapai 12
bulan (100%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp67.875.478.666, (68,14%) terhadap pagu.
2. Layanan Keuangan dan Perlengkapan
Target layanan keuangan dan perlengkapan adalah 12 bulan
dengan pagu Rp13.287.390.000. Realisasi fisik kegiatan
mencapai 12 bulan (100%) terhadap sasaran dan realisasi
keuangan mencapai Rp11.789.878.423, (88,73%) terhadap
pagu.
3. Layanan Umum
Target layanan umum adalah 12 bulan dengan pagu
Rp18.694.219.000. Realisasi fisik kegiatan mencapai 12
Laporan Kinerja 2018
79 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
bulan (100%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp18.151.092.017, (97,10%) terhadap pagu.
4. Layanan Evaluasi dan Pelaporan
Target layanan evaluasi dan pelaporan adalah 12 bulan
dengan pagu Rp4.939.741.000. Realisasi fisik kegiatan
mencapai 12 bulan (100%) terhadap sasaran dan realisasi
keuangan mencapai Rp4.544.894.699, (92,05%) terhadap
pagu.
9. Nilai Kinerja (NK) Berdasarkan PMK 249 Tahun 2011
Terdapat perubahan peraturan terkait metode penghitungan nilai
kinerja yang semula berdasarkan PMK 249 Tahun 2011, berganti
menjadi PMK 214 Tahun 2017 tentang pengukuran dan evaluasi
kinerja anggaran atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran
kementerian Negara/lembaga. Berdasarkan peraturan terbaru,
Nilai kinerja Unit Eselon I/Penanggung jawab program bukan
hanya dihitung dari capaian aspek implementasi, tetapi juga
memperhitungkan capaian keluaran program (aspek manfaat),
dan rata-rata nilai kinerja Satker. Sementara Nilai Kinerja K/L
dihitung berdasarkan nilai kinerja aspek manfaat yakni capaian
sasaran strategis dan nilai kinerja rata-rata unit Eselon I.
Nilai Kinerja Ditjen Tanaman Pangan 71,42 atau mencapai
97,84% dari target indikator kinerja 2018 sebesar 73%. Nilai ini
diperoleh langsung dari dashboard aplikasi Monev SMART
(Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu) Kementerian
Keuangan. Nilai Kinerja berdasarkan PMK 214 Tahun 2017 ini
merupakan hasil perhitungan dengan membandingkan beberapa
komponen indikator antara lain capaian keluaran program (10%),
penyerapan anggaran (91,39%), konsistensi penyerapan
anggaran terhadap perencanaan (74,42%), capaian sasaran
program (100,00%), dan rata-rata nilai satker (67,23%), dan
realisasi volume keluaran (98,58%).
Laporan Kinerja 2018
80 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Jika dibandingkan nilai kinerja Tahun sebelumnya yang masih
menggunakan PMK 249, Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2017
memperoleh nilai 84,08 dan 2016 memperoleh nilai 71,94.
Penilaian kinerja baru dimulai Tahun 2016 meskipun aplikasi ini
sudah dikembangkan sejak 2011.
Nilai kinerja yang masih rendah ini disebabkan oleh adanya
metode perhitungan yang baru sesuai PMK 214/2017 yang
memperhitungkan nilai rata-rata kinerja satker, sementara itu
sebagian besar satker nilainya rendah disebabkan oleh adanya
salah satu output yang tidak memiliki indikator output pada
kegiatan 1763.633 (perbenihan) akibat tidak melakukan
penginputan indikator tersebut pada aplikasi perencanaan. Untuk
itu, dibutuhkan koordinasi dengan tim perencanaan tingkat pusat
maupun propinsi agar dapat melakukan penginputan indikator
output secara lengkap sesuai dengan pengembangan aplikasi
SMART yang baru.
10. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Terhadap Layanan Publik
Ditjen Tanaman Pangan
Metode penilaian IKM pada Tahun 2018 mengalami perubahan
dibandingkan dengan Tahun-Tahun sebelumnya. Pada periode
2014 – 2017 penilaian IKM menggunakan 14 unsur berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 78/Permentan/
OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pengukuran Indeks Kepuasan
Masyarakat di Lingkungan Kementerian Pertanian. Perubahan
unsur penilaian pada Tahun 2018 menjadi 9 unsur berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/PPERMENTAN/
OT/080/4/2018 tentang Pedoman Survey Kepuasan Masyarakat
Unit Kerja Pelayanan Publik Lingkup Kementerian Pertanian.
Berdasarkan Permentan Nomor 19/PERMENTAN/OT/080/4/2018,
nilai IKM terhadap Layanan Publik Ditjen Tanaman Pangan 2018
mencapai 3,46 atau mencapai 108,13% dari target indikator
Laporan Kinerja 2018
81 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
kinerja 3,2 dan meningkat 2,37% dari IKM 2017. Perhitungan
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap Layanan Publik
Ditjen Tanaman Pangan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
38.
Tabel 38. Nilai IKM Ditjen Tanaman Pangan
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap Layanan Publik
Ditjen Tanaman Pangan ditunjang oleh dua indikator kinerja
sasaran kegiatan, yaitu:
1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balai
Besar PPMB-TPH
Indikator ini menjadi indikator kegiatan Pengembangan
Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu
Laboratorium Pengujian Benih. IKM Balai Besar PPMB-TPH
Tahun 2018 mencapai 3,54 atau 108,59% dari target 3,26.
2. Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas layanan publik
BBPOPT
Indikator ini menjadi indikator kegiatan Pengembangan
Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan.
IKM Balai Besar PPMB POPT Tahun 2018 mencapai 3,37
atau 96,29 % dari target 3,5.
Nilai IKM Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2018 naik 0,08
dibanding Tahun 2017. Realisasi Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) terhadap Layanan Publik Ditjen Tanaman Pangan Tahun
2018 terhadap Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 39.
No Unit Kerja Nilai IKM
1 Balai Besar PPMB-TPH 3,54
2 Balai Besar POPT 3,37
3,46Rata -Rata IKM DJTP
Laporan Kinerja 2018
82 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 39. Realisasi IKM Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2018
dibandingkan Tahun 2017
Secara umum IKM Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2013-2018
mengalami kenaikan. Realisasi capaian Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) terhadap Layanan Publik Ditjen Tanaman
Pangan Tahun 2013-2018 dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Realisasi IKM Ditjen Tanaman Pangan
Tahun 2013-2018
Target IKM yang ada di IKU sama dengan target yang tertuang di
Renstra, yaitu 3,2. Target dan realisasi capaian Tahun 2018
terhadap target jangka menengah (Renstra) atas Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap Layanan Publik Ditjen
Tanaman Pangan dapat dilihat pada Tabel 41.
Tahun IKM BBPPMB-TPH IKM BBPOPTRata-Rata IKM
Ditjen TP
2017 3,26 3,50 3,38
2018 3,54 3,37 3,46
Tahun IKM BBPPMB-TPH IKM BBPOPTRata-Rata IKM
Ditjen TP
2013 3,15 3,52 3,34
2014 3,16 3,50 3,33
2015 3,16 3,51 3,33
2016 3,23 3,49 3,36
2017 3,26 3,50 3,38
2018 3,54 3,37 3,46
Laporan Kinerja 2018
83 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 41. Target dan Realisasi IKM Ditjen Tanaman Pangan
Tahun 2018 terhadap Target Jangka Menengah
(Renstra)
Keberhasilan capaian IKM terhadap Layanan Publik Ditjen
Tanaman Pangan disebabkan oleh:
1. Peningkatan pelayanan yang diberikan oleh Balai Besar
sehingga memberikan tingkat kepuasan yang cukup tinggi
bagi pelanggan/costumer.
2. Peningkatkan kompetensi petugas pelaksana pelayanan
melalui bimbingan teknis, pelatihan, inhouse training, dan
lain-lain
Kegiatan yang mendukung Keberhasilan capaian IKM terhadap
Layanan Publik Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2018 melalui
APBN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, adalah sebagai
berikut:
1. Pelayanan Pengujian Mutu Benih
Target kegiatan Pelayanan Pengujian Mutu Benih adalah
1.000 sampel dengan pagu Rp163.600.000. Realisasi fisik
kegiatan mencapai 1.295 sampel (129.50%) terhadap
sasaran dan realisasi keuangan mencapai Rp163.339.400,
(99,84%) terhadap pagu.
2. Laboratorium Penyelenggara Uji Profisiensi (PUP)
Target kegiatan Laboratorium Penyelenggara Uji Profisiensi
(PUP) adalah 1 sertifikat dengan pagu Rp75.450.000.
Realisasi fisik kegiatan mencapai 1 sertifikat (100%) terhadap
IKU RENSTRA IKU RENSTRA
2018 3,20 3,20 3,46 108,13 108,13
Capaian TargetTahun Realisasi
Laporan Kinerja 2018
84 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
sasaran dan realisasi keuangan mencapai Rp75.228.800,
(99,71%) terhadap pagu.
3. Penyelenggaraan Uji Profisiensi
Target kegiatan Penyelenggaraan Uji Profisiensi adalah 35
laboratorium dengan pagu Rp159.750.000. Realisasi fisik
kegiatan mencapai 55 laboratorium (157,14%) terhadap
sasaran dan realisasi keuangan mencapai Rp159.589.300,
(99,90%) terhadap pagu.
4. Fasilitasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
Target kegiatan Fasilitasi Penerapan Sistem Manajemen
Mutu Laboratorium adalah 8 laboratorium dengan pagu
Rp158.900.000. Realisasi fisik kegiatan mencapai 8
laboratorium (100%) terhadap sasaran dan realisasi
keuangan mencapai Rp158.855.600, (99,97%) terhadap
pagu.
5. Bimbingan Teknis
Target kegiatan bimbingan teknis adalah 30 orang dengan
pagu Rp198.265.000. Realisasi fisik kegiatan mencapai 40
orang (133,33%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp198.087.500, (99,91%) terhadap pagu.
6. Penyelenggaraan Pelatihan P3OPT
Target kegiatan Penyelenggaraan pelatihan P3OPT adalah
60 orang dengan pagu Rp294.700.000. Realisasi fisik
kegiatan mencapai 60 orang (100%) terhadap sasaran dan
realisasi keuangan mencapai Rp294.583.100, (99,96%)
terhadap pagu.
7. Penyelenggaraan Pelatihan Agens Hayati
Target kegiatan Penyelenggaraan pelatihan agens hayati
adalah 30 orang dengan pagu Rp150.690.000. Realisasi fisik
Laporan Kinerja 2018
85 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
kegiatan mencapai 30 orang (100%) terhadap sasaran dan
realisasi keuangan mencapai Rp 150.440.000,- (99,83%)
terhadap pagu.
8. Penyediaan isolat agens hayati
Target kegiatan Penyediaan isolat agens hayati adalah 7.000
test tube dengan pagu Rp 155.415.000. Realisasi fisik
kegiatan mencapai 8.211 test tube (117%) terhadap sasaran
dan realisasi keuangan mencapai Rp155.402.000 (99,99%)
terhadap pagu.
9. Pelayanan pengujian sampel agens hayati, penyakit, dan
molekuler
Target kegiatan Pelayanan pengujian sampel agens hayati,
penyakit, dan molekuler adalah 94 pengujian dengan pagu
Rp173.415.000. Realisasi fisik kegiatan mencapai 164
pengujian (174%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp173.361.960, (99,97%) terhadap pagu.
10. Bimbingan teknis pengamatan dan pengendalian OPT
Target kegiatan bimbingan teknis adalah 31 kab/kota dengan
pagu Rp87.842.000. Realisasi fisik kegiatan mencapai 42
kab/kota (133,33%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan
mencapai Rp 86.976.300, (99,01%) terhadap pagu.
11. Bimbingan teknis pengembangan peramalan spesifik lokasi
Target kegiatan bimbingan teknis pengembangan peramalan
spesifik lokasi adalah 24 provinsi dengan pagu
Rp310.687.000. Realisasi fisik kegiatan mencapai 29 provinsi
(121%) terhadap sasaran dan realisasi keuangan mencapai
Rp 310.548.165, (99,96%) terhadap pagu.
Laporan Kinerja 2018
86 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3.2. Capaian Kinerja Lainnya
1. Capaian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Hasil penilaian maturitas penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2018 dengan nilai 4,32
atau dengan Kategori Level “Terkelola dan Terukur”.
Pengukuran dilakukan terhadap 25 fokus penilaian maturitas.
Dengan tingkat maturitas “Terkelola dan Terukur”, maka
karakteristik penyelenggaraan SPIP Ditjen Tanaman Pangan
secara umum menunjukkan bahwa telah menetapkan
kebijakan dan prosedur pengendalian untuk beberapa
kegiatan pokok unit organisasi sesuai PP Nomor 60 Tahun
2008, dan telah melaksanakan praktik pengendalian intern,
serta evaluasi dan tindak lanjut atas pengendalian intern telah
terdokumentasi dengan baik.
Namun demikian belum ada pengembangan berkelanjutan
dan terintegrasi, belum mengantisipasi perubahan yang
terjadi, belum melakukan pemantauan yang berkelanjutan,
terintegrasi dalam pelaksanaan beberapa kegiatan yang
didukung oleh pemantauan otomatis menggunakan aplikasi
komputer.
Gambar 13. Penghargaan Penyelenggaraan SPIP Ditjen
Tanaman Pangan Tahun 2018
Laporan Kinerja 2018
87 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2. Capaian Wilayah Bebas Korupsi (WBK)
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
841/Kpts/PW.410/12/2018 tanggal 4 Desember 2018 tentang
Unit Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi lingkup
Kementerian Pertanian Tahun 2018 ditetapkan bahwa
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memperoleh predikat
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) Tahun 2018. Predikat
WBK bertujuan untuk menanamkan jiwa pengabdian dan
antikorupsi, serta dalam rangka percepatan pemberantasan
korupsi di Kementerian Pertanian.
Gambar 14. Surat Keputusan Menteri Pertanian WBK Ditjen
Tanaman Pangan Tahun 2018
3.3. Realisasi Anggaran
Realisasi serapan anggaran APBN sektoral (BA.018) Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2018 mencapai Rp6,10 triliun
atau 91,39% dari pagu Rp6,67 triliun, dengan rincian seperti Tabel
42.
Laporan Kinerja 2018
88 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 42. Realisasi Serapan APBN Sektoral Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Berdasarkan Kewenangan Tahun 2018
Realisasi serapan anggaran berdasarkan kegiatan, menunjukkan
bahwa serapan tertinggi diperoleh kegiatan Pengembangan
Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan yang mencapai
95,85%, sedangkan serapan terendah pada Kegiatan Dukungan
Manajemen dengan capaian serapan 82,53%. Rincian lengkap
realisasi serapan anggaran berdasarkan kegiatan seperti pada
Tabel 43.
Tabel 43. Realisasi Serapan APBN Sektoral Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Berdasarkan Kegiatan Utama
Tahun 2018
Pagu
(Rp.000) (Rp.000) (%)
1 Kantor Pusat 2.379.941.621 2.135.419.448 89,73
2 UPT Pusat 27.882.446 26.278.822 94,25
3 Dekonsentrasi (Provinsi) 199.782.412 195.733.265 97,97
4 Tugas Pembantuan (Prov/Kab/Kota) 4.067.803.011 3.743.076.699 92,02
6.675.409.490 6.100.508.235 91,39 Jumlah
No KewenanganRealisasi
Pagu
(Rp.000) (Rp.000) (%)
1 Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 563.039.940 509.305.045 90,46
2 Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia 2.856.447.065 2.677.012.894 93,72
3 Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan 825.351.100 740.239.984 89,69
4 Penguatan Perlindungan TP Dari Gangguan OPT dan DPI 276.133.654 248.468.290 89,98
6 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen TP 242.053.321 199.775.491 82,53
7 Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih 11.814.000 10.877.366 92,07
8 Pengembangan Peramalan Serangan OPT 16.068.446 15.401.457 95,85
5 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 1.884.501.969 1.699.427.752 90,18
6.675.409.495 6.100.508.279 91,39 Jumlah
RealisasiNo. Kegiatan
Laporan Kinerja 2018
89 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3.4. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Tahun 2018
Analisis efisiensi pengunaan sumber daya dilakukan dengan
menghitung penghematan anggaran dalam mencapai output
kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214 Tahun
2017, pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan
penjumlahan dari selisih antara perkalian pagu anggaran keluaran
dan realisasi anggaran keluaran dengan capaian keluaran dan
realisasi anggaran keluaran dengan penjumlahan dari perkalian
pagu anggaran keluaran dengan capaian keluaran. Rumus untuk
pengukuran tersebut adalah:
E = ( PAKi x CKi − RAKi)𝑛
𝑖=1
(PAKi x CKi)𝑛𝑖=1
𝑥 100%
Keterangan:
E : Efisiensi
PAKi : Pagu Anggaran Keluaran i
RAKi : Realisasi Anggaran Keluaran i
CKi : Capaian keluaran i
Semakin sedikit anggaran yang digunakan untuk mencapai indikator
kinerja yang maksimal maka nilai efisiensi samakin tinggi atau
dalam definisi lain, jika rasio penggunaan anggaran lebih rendah
dari rasio pagu anggaran untuk menghasilkan satu satuan capaian
output kegiatan maka menunjukkan penggunaan anggaran efisien,
dan sebaliknya. Hasil analisis efisiensi penggunaan sumber daya
untuk setiap capaian output kegiatan ditunjukkan pada tabel 41.
Rata-rata efisiensi penggunaan anggaran terhadap output yang
dihasilkan yaitu 6,71%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
efisiensi dalam pencapaian indikator kinerja. Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dapat mengoptimalkan anggaran yang telah
dialokasikan untuk menghasilkan capaian indikator kinerja yang
telah ditetapkan. Efisiensi ini merupakan gambaran upaya
memaksimalkan penyerapan anggaran untuk dimanfaatkan dalam
Laporan Kinerja 2018
90 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
rangka mendukung program dan kegiatan. Ada satu indikator yang
penggunaan sumber dayanya kurang efisien, yaitu produksi kedelai
(-0,21%). Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Tahun 2018 (6,71%)
lebih besar dibanding Tahun 2017 (1,09%).
Tabel 44. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Pada Setiap
Indikator Kinerja
Rincian efisiensi penggunaan sumber daya per indikator kinerja
terdapat pada Tabel 45.
Efisiensi
Pagu Realisasi Pagu Realisasi (%)
1 Produksi Padi 2.399.544 2.215.428 1.284.734.516.000 1.172.663.111.331 2,61
2 Produksi Jagung 2.805.901 2.697.777 1.909.761.989.750 1.809.707.641.998 10,83
3 Produksi Kedelai 546.991 543.855 558.797.697.000 553.738.484.748 -0,21
4Pertumbuhan Volume Ekspor Untuk Produk
Pertanian Tanaman Pangan508 508 463.680.000 457.654.250 1,84
5Penurunan Volume Impor untuk Produk Pertanian
Tanaman Pangan 6.500 6.475 4.028.000.000 4.003.400.000 0,14
6
Rasio ketersediaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan)
pasca panen tanaman pangan berdasarkan
kebutuhan
13.059 12.617 1.831.998.712.600 1.659.589.863.163 6,24
7Rasio serangan OPT dan DPI terhadap luas tanam
tanaman pangan55.557 55.471 177.170.131.000 175.477.754.600 1,69
8Nilai AKIP Ditjen TP berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian12 12 136.536.058.000 102.361.343.805 13,51
9Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun
2011)12 12 136.536.058.000 102.361.343.805 13,51
10Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan
publik Ditjen TP8.313 9.935 1.928.714.000 1.926.412.125 16,96
6,71
Fisik
(ha/unit/sampel/orang/
sertifikat/provinsi/
kabupaten/kali/paket)
Keuangan (Rp) Indikator KinerjaNo
Rata-Rata Efisiensi
Laporan Kinerja 2018
91 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 45. Rincian Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Pada
Masing-Masing Indikator Kinerja
A. PRODUKSI PADI
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Budidaya Padi Inbrida Sawah Ha 169.500 167.000 43.646.250.000 41.434.539.700 3,65
2 Budidaya Padi Inbrida Eks Cetak Sawah Ha 3.000 2.842 1.792.500.000 1.697.069.810 0,07
3 Pengembangan Budidaya Padi Khusus Lainnya Ha 3000 2.430 2.520.000.000 2.041.200.000 0,00
4Pengembangan Budidaya Padi Sub Optimal
Spesifik Lokasi Ha 50000 50.000 151.150.000.000 150.978.139.110 0,11
5 Mina Padi Ha 1500 1.484 3.243.750.000 3.209.545.250 0,02
6 Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi Ha 10000 7.170 4.930.000.000 3.533.690.000 0,03
7 Padi Lahan Kering Ha 1000000 845.937 437.500.000.000 357.941.551.070 3,28
8 Budidaya Padi Rawa Ha 3000 3.000 6.776.400.000 6.776.400.000 0,00
9 Budidaya Padi Berbasis Korporasi Ha 250 250 593.875.000 454.195.600 23,52
10 Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) Unit 1000 987 200.000.000.000 194.856.097.133 1,29
11 Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber Padi Ha 294 294 9.637.642.000 9.284.651.925 3,66
12 Bantuan Benih Pusat (Padi Inbrida) Ha 1.145.000 1.079.194 333.337.500.000 323.993.079.573 -3,12
13 Pengenalan Budidaya Padi Varietas Unggul Baru Ha 5.000 5.000 15.262.500.000 15.262.500.000 0,00
14Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan
Berbasis KoorporasiHa 8.000 7.776 14.952.000.000 13.951.050.250 4,01
Rata - Rata 2.399.544 2.173.365 1.225.342.417.000 1.125.413.709.421 2,61
EfisiensiNo Kegiatan SatuanFisik Keuangan (Rp)
B. PRODUKSI JAGUNG
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kegiatan Budidaya Jagung Ha 2.805.800 2.697.676 1.905.713.388.750 1.806.388.295.234 1,41
2 Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber Jagung Ha 93 93 1.648.601.000 1.612.001.764 2,22
3 DMB Jagung unit 8 8 2.400.000.000 1.707.345.000 28,86
Rata-Rata 2.805.901 2.697.777 1.909.761.989.750 1.809.707.641.998 10,83
EfisiensiNo Kegiatan SatuanFisik Keuangan (Rp)
C. PRODUKSI KEDELAI
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kegiatan Budidaya Kedelai Ha 546586 543.473 520.349.872.000 517.383.877.000 0,00
2 Fasilitasi Perbanyakan Benih Sumber Kedelai Ha 205 191 3.447.825.000 3.264.785.635 -1,63
3 DMB Kedelai Unit 200 191 35.000.000.000 33.089.822.113 1,00
Rata - Rata 546991 543855 558.797.697.000 553.738.484.748 -0,21
No Kegiatan SatuanFisik Keuangan (Rp)
Efisiensi
Laporan Kinerja 2018
92 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
D. PERTUMBUHAN VOLUME EKSPOR
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kegiatan Budidaya Ubi Jalar Ha 500 500 300.000.000 300.000.000 0,00
2 Fasilitiasi Perbanyakan Benih Sumber Palawija Ha 8 8 163.680.000 157.654.250 3,68
Rata - Rata 508 508 463.680.000 457.654.250 1,84
No Kegiatan SatuanFisik Keuangan (Rp)
Efisiensi
E. PENURUNAN VOLUME IMPOR
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kegiatan Budidaya Kacang Hijau Ha 5000 4.975 3.128.000.000 3.103.400.000 0,29
2 Kegiatan Budidaya Ubi Kayu Ha 1500 1.500 900.000.000 900.000.000 0,00
Rata - Rata 6.500 6.475 4.028.000.000 4.003.400.000 0,14
No Kegiatan SatuanFisik Keuangan (Rp)
Efisiensi
F. RASIO KETERSEDIAAN ALSIN
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Fasilitasi Alsintan Unit 13059 12.617 1.831.998.712.600 1.659.589.863.163 6,24
No Kegiatan SatuanFisik Keuangan (Rp)
Efisiensi
G. Rasio Serangan OPT dan DPI terhadap luas tanam tanaman pangan
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) Ha 10.845 10.770 18.895.756.000 18.707.562.000 0,31
2 Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI)Ha 400 400 1.853.825.000 1.845.250.000 0,46
3 Gerakan Pengendalian OPT Kali 863 862 5.609.500.000 5.566.160.000 0,66
4 Penguatan Agroekosistem Ha 2.695 2.685 1.333.500.000 1.311.250.000 1,30
5 Dem Area Budidaya Tanaman Sehat dan DPI Ha 34.000 34.000 60.680.000.000 60.680.000.000 0,00
6 Pengadaan Pestisida Paket 3 3 33.311.500.000 33.280.941.000 0,09
7 Handsprayer unit 1.700 1.700 900.000.000 853.550.000 5,16
8 Motor Operasional POPT unit 1.043 1.043 24.571.201.000 24.443.782.000 0,52
9 Mobil Operasional LPHP unit 85 85 15.892.049.000 15.499.259.600 2,47
10 Petani Pengamat orang 3.923 3.923 14.122.800.000 13.290.000.000 5,90
Rata rata 55.557 55.471 177.170.131.000 175.477.754.600 1,69
EfisiensiNo Kegiatan SatuanFisik Keuangan (Rp)
Laporan Kinerja 2018
93 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
H. IKM
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kegiatan BBPPMB TPH
a. Pelayanan Pengujian Mutu Benih sample 1.000 1.295 163.600.000 163.339.400 22,90
b. Laboratorium Penyelenggara Uji Profisiensi
(PUP)
sertifika
si1 1 75.450.000 75.228.800 0,29
c. Penyelenggaraan Uji Profisiensi lab 35 55 159.750.000 159.589.300 36,43
d. Fasilitasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu
Laboratoriumlab 8 8 158.900.000 158.855.600 0,03
e. Bimbingan teknis orang 30 40 198.265.000 198.087.500 25,07
2 Kegiatan BBPOPT
a. Penyelenggaraan pelatihan P3OPT orang 60 60 294.700.000 294.583.100 0,04
b. Penyelenggaraan pelatihan agens hayati orang 30 30 150.690.000 150.440.000 0,17
c. Penyediaan isolat agens hayatitest
tube7.000 8.211 155.415.000 155.402.000 14,76
d. Pelayanan pengujian sampel agens hayati,
penyakit, dan molekuler
penguji
an94 164 173.415.000 173.361.960 42,70
e. Bimbingan teknis pengamatan dan
pengendalian OPT
kab/kot
a
31 42 87.842.000 86.976.300 26,92
f. Bimbingan teknis pengembangan peramalan
spesifik lokasi provinsi 24 29 310.687.000 310.548.165 17,28
Rata rata 8.313 9.935 1.928.714.000 1.926.412.125 16,96
SatuanFisik Keuangan (Rp)
EfisiensiNo Kegiatan
I. SAKIP dan NK
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Layanan Perencanaan bulan 12 12 99.614.708.000 67.875.478.666 31,86
2 Layanan Keuangan dan Perlengkapan bulan 12 12 13.287.390.000 11.789.878.423 11,27
3 Layanan Umum bulan 12 12 18.694.219.000 18.151.092.017 2,91
4 Layanan Evaluasi dan Pelaporan bulan 12 12 4.939.741.000 4.544.894.699 7,99
Rata - Rata 136.536.058.000 102.361.343.805 13,51
EfisiensiNo Kegiatan SatuanFisik Keuangan (Rp)
Laporan Kinerja 2018
94 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3.5 Rencana Aksi Pencapaian Target Kinerja 2019 dan
Perbaikan Kinerja Tahun 2018
Target indikator kinerja utama Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Tahun 2019, antara lain: 1) produksi padi sebesar 84 juta ton, 2)
produksi jagung sebesar 33 juta ton, 3) produksi kedelai 2,2 juta ton,
4) pertumbuhan volume ekspor untuk produk pertanian tanaman
pangan sebesar 10%, 5) penurunan volume impor untuk produk
pertanian tanaman pangan sebesar 5%, 6) rasio ketersediaan Alat
Mesin Pertanian (Alsintan) pascapanen tanaman pangan
berdasarkan kebutuhan sebesar 50%, 7) rasio serangan OPT dan
DPI terhadap luas tanam tanaman pangan sebesar 5%, 8) nilai
AKIP Ditjen TP berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian sebesar 85, 9) Nilai Kinerja (NK)
(berdasarkan PMK 249 Tahun 2011) sebesar 74, dan 10) Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Ditjen TP sebesar
3,3.
Untuk pencapaian target tersebut dan perbaikan kinerja Tahun 2018
diperlukan rencana aksi yang akan mendukung pencapaian target-
target Tahun 2019. Rencana aksi Tahun 2019 terlihat pada tabel 46.
Laporan Kinerja 2018
95 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 46. Rencana Aksi Tindak Lanjut Pencapaian Produksi
Tahun 2019 dan Perbaikan Kinerja dalam Peningkatan
Produksi Padi Tahun 2018
NOINDIKATOR
KINERJAKEGIATAN
WAKTU
PELAKSANAAN
PENANGGUNG
JAWAB
ANGGARAN YANG
DIBUTUHKAN (Rp)
Mengalokasikan fasilitasi penerapan
budidaya padi melalui tumpangsari padi-
jagung dan padi-kedelai, kegiatan Serasi,
padi lahan kering/padi gogo, padi hibrida
dan inbrida, dan padi bebas residu seluas
1.371.880 ha
Jan - Des 2019 Direktorat Serealia 2.005.050.000.000
Penyediaan benih padi bersertifikat
1.429.120 haJan - Des 2019
Direktorat
Perbenihan415.634.400.000
Mengembangkan perbanyakan benih
sumber padi sebanyak 912.000 kgJan - Des 2019
Direktorat
Perbenihan2.052.000.000
Mengalokasikan fasilitasi penerapan
budidaya jagung melalui tumpangsari
jagung-padi dan jagung kedelai seluas
700.000 ha
Jan - Des 2019 Direktorat Serealia 735.567.000.000
Mengalokasikan bantuan benih jagung
hibrida, pengembangan jagung korporasi
seluas 1.500.000 ha
Jan - Des 2019Direktorat
Perbenihan912.645.000.000
Mengembangkan perbanyakan benih
sumber jagung sebanyak 6.000 kgJan - Des 2019
Direktorat
Perbenihan36.000.000
Mengalokasikan fasilitasi penerapan
budidaya kedelai melalui tumpangsari
kedelai-padi dan kedelai-jagung dan
budidaya kedelai monokultur seluas
1.000.000 ha
Jan - Des 2019 Direktorat Akabi 444.005.750.000
Pengembangan Petani Produsen Benih
Kedelai (P3BK) seluas 2.000 haJan - Des 2019
Direktorat
Perbenihan14.286.000.000
Mengembangkan perbanyakan benih
sumber kedelai sebanyak 163.200 kgJan - Des 2019
Direktorat
Perbenihan950.200.000
Mengalokasikan kegiatan untuk
peningkatan produksi ubi jalar seluas 1.100
ha dan kacang tanah 6.500 ha
Jan - Des 2019 Direktorat Akabi 22.980.000.000
Mengembangkan perbanyakan benih
sumber palawija lainnya sebanyak 2.000 kgJan - Des 2019
Direktorat
Perbenihan40.000.000
Mengalokasikan kegiatan sertifikasi
Jaminan Mutu sebanyak 30 sertifikatJan - Des 2019 Direktorat PPHTP 3.082.500.000
Mengalokasikan kegiatan Pemasaran dan
Investasi Hasil Tanaman Pangan sebanyak
245 informasi
Jan - Des 2019 Direktorat PPHTP 5.358.750.000
3 Produksi Kedelai
1 Produksi Padi
2 Produksi Jagung
4
Pertumbuhan
Volume Ekspor
Untuk Produk
Pertanian
Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2018
96 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
NOINDIKATOR
KINERJAKEGIATAN
WAKTU
PELAKSANAAN
PENANGGUNG
JAWAB
ANGGARAN YANG
DIBUTUHKAN (Rp)
Mengalokasikan kegiatan untuk
peningkatan produksi kacang hijau seluas
6.500 ha, ubi kayu seluas 1.500 ha, kacang
tanah seluas 6.500 ha, dan ubi jalar seluas
1.100 ha
Jan - Des 2019 Direktorat Akabi 28.432.500.000
Mengembangkan perbanyakan benih
sumber palawija lainnya sebanyak 2.000 kgJan - Des 2019
Direktorat
Perbenihan40.000.000
Mengalokasikan kegiatan sertifikasi
Jaminan Mutu sebanyak 30 sertifikatJan - Des 2019 Direktorat PPHTP 3.002.500.000
Mengalokasikan kegiatan Pemasaran dan
Investasi Hasil Tanaman Pangan sebanyak
322 informasi
Jan - Des 2019 Direktorat PPHTP 4.663.500.000
Mengalokasikan Sarana Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan sebanyak 100 unitJan - Des 2019 Direktorat PPHTP 10.000.000.000
6
Rasio ketersediaan
Alat Mesin
Pertanian
(Alsintan) pasca
panen tanaman
pangan
berdasarkan
kebutuhan
Penyediaan sarana pasca panen sebanyak
8.105 unitJan - Des 2019 Direktorat PPHTP 866.690.198.000
7
Rasio serangan
OPT dan DPI
terhadap luas
tanam tanaman
pangan
Mengalokasikan kegiatan perlindungan
tanaman terhadap OPT dan DPI sebanyak
125.327 ha/unit/paket/orang/kali
Jan - Des 2019Direktorat
Perlindungan 327.379.100.000
8
Nilai AKIP Ditjen
TP berdasarkan
penilaian
Inspektorat
Jenderal
Kementerian
Pertanian
Mengalokasikan kegiatan dukungan
manajemen selama 12 bulanJan - Des 2019 Sekretariat Ditjen TP 311.853.302.000
9
Nilai Kinerja (NK)
(berdasarkan PMK
249 tahun 2011)
Mengalokasikan kegiatan dukungan
manajemen selama 12 bulanJan - Des 2019 Sekretariat Ditjen TP 311.853.302.000
Mengalokasikan kegiatan untuk melakukan
pelayanan terhadap pengujian mutu benih
sebanyak 12 bulan
Jan - Des 2019 BBPPMBTPH 14.062.988.000
Mengalokasikan kegiatan untuk melakukan
pelayanan terhadap peramalan OPT
sebanyak 12 bulan
Jan - Des 2019 BBPOPT 21.925.019.000
5
Penurunan
Volume Impor
untuk Produk
Pertanian
Tanaman Pangan
10
Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM)
atas layanan
publik Ditjen TP
Laporan Kinerja 2018
97 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
BAB IV
PENUTUP
Capaian indikator kinerja yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja
Tahun 2018 menjadi bagian tolak ukur keberhasilan sasaran
program Direktorat Jenderal Tanaman pangan. Dari sepuluh
indikator kinerja sasaran strategis yang digunakan untuk mengukur
kinerja program pembangunan tanaman pangan, lima diantaranya
dapat tercapai dengan kategori sangat berhasil (capaian >100%),
tiga indikator dengan kategori berhasil (capaian 80-100%), dua
indikator dengan kategori kurang berhasil (capaian <60%).
Lima indikator dengan capaian kategori Sangat Berhasil (capaian
diatas 100%) meliputi produksi padi, produksi jagung, rasio
serangan OPT dan DPI terhadap luas tanam tanaman pangan, nilai
AKIP Ditjen TP berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian dan Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas
layanan publik Ditjen TP. indikator yang dikategorikan berhasil
adalah Nilai Kinerja/NK berdasarkan PMK 249 Tahun 2011,
pertumbuhan volume ekspor dan penurunan volume impor untuk
produk pertanian tanaman pangan. Dua indikator yang dikategorikan
kurang berhasil adalah produksi kedelai dan rasio ketersediaan alat
mesin pertanian (Alsintan) pascapanen tanaman pangan
berdasarkan kebutuhan. Meskipun produksi kedelai Tahun 2018
tidak mencapai target, tetapi produksi tersebut meningkat 82,39%
dari Tahun 2017. Salah satu upaya untuk peningkatan produksi
kedelai adalah Program tumpang sari Padi-Kedelai atau Jagung-
Kedelai pada TA 2019.
Dalam hal tidak tercapainya pertumbuhan volume ekspor dan
penurunan volume impor, peningkatan produksi dan produktivitas
komoditas tanaman pangan yang berdaya saing (tidak hanya pajale)
tetap menjadi upaya prioritas disamping rekomendasi kebijakan
Laporan Kinerja 2018
98 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
ekspor dan impor. Komoditas pendorong pertumbuhan ekspor dan
penurunan impor (kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dna ubi
jalar) akan lebih didorong lagi dalam mendukung indikator kinerja
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2019 sehingga apa
yang ditargetkan akan tercapai.
Laporan Kinerja 2018
99 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
LAMPIRAN
Laporan Kinerja 2018
100 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2018
101 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 1. PK Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2018
102 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 1 (lanjutan)
Laporan Kinerja 2018
103 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 2. Produksi Padi Tahun 2013 – 2018 (Ton)
No Lokasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 1,956,940 1,820,062 2,331,046 2,205,056 2,494,613 2,516,221
2 Sumatera Utara 3,727,249 3,631,039 4,044,829 4,609,791 5,136,186 5,423,154
3 Sumatera Barat 2,430,384 2,519,020 2,550,609 2,503,452 2,824,509 2,754,079
4 Riau 434,144 385,475 393,917 373,536 365,744 391,132
5 Jambi 664,535 664,720 541,486 752,811 782,049 855,944
6 Sumatera Selatan 3,676,723 3,670,435 4,247,922 5,074,613 4,943,071 5,076,831
7 Bengkulu 622,832 593,194 578,654 641,881 731,169 699,531
8 Lampung 3,207,002 3,320,064 3,641,895 4,020,420 4,248,977 4,556,378
9 Kepulauan Bangka Belitung 28,480 23,481 27,068 35,388 37,123 28,310
10 Kepulauan Riau 1,370 1,403 959 627 639 651
11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10,268 7,541 6,361 5,342 4,238 4,183
12 Jawa Barat 12,083,162 11,644,899 11,373,144 12,540,550 12,299,701 12,494,919
13 Jawa Tengah 10,344,816 9,648,104 11,301,422 11,473,161 11,396,263 11,401,821
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 921,824 919,573 945,136 882,702 881,106 878,136
15 Jawa Timur 12,049,342 12,397,040 13,154,967 13,633,701 13,060,464 13,000,475
16 Banten 2,083,608 2,045,883 2,188,996 2,358,202 2,413,477 2,470,538
17 Bali 882,092 857,944 853,710 845,559 836,097 848,698
18 Nusa Tenggara Barat 2,193,698 2,116,637 2,417,392 2,095,117 2,323,701 2,423,285
19 Nusa Tenggara Timur 729,666 825,728 948,088 924,403 1,090,821 1,213,760
20 Kalimantan Barat 1,441,876 1,372,695 1,275,707 1,364,524 1,397,953 1,625,355
21 Kalimantan Tengah 812,652 838,207 893,202 774,466 771,893 783,497
22 Kalimantan Selatan 2,031,029 2,094,590 2,140,276 2,313,574 2,452,366 2,528,593
23 Kalimantan Timur 439,439 426,567 408,782 305,337 400,102 385,544
24 Kalimantan Utara 124,724 115,620 112,102 81,854 75,831 68,793
25 Sulawesi Utara 638,373 637,927 674,169 678,151 775,847 887,758
26 Sulawesi Tengah 1,031,364 1,022,054 1,015,368 1,101,994 1,144,399 1,154,907
27 Sulawesi Selatan 5,035,830 5,426,097 5,471,806 5,727,081 6,055,404 6,196,737
28 Sulawesi Tenggara 561,361 657,617 660,720 695,329 711,401 716,156
29 Gorontalo 295,913 314,704 331,220 344,869 350,193 350,256
30 Sulawesi Barat 445,030 449,621 461,844 548,536 667,100 751,531
31 Maluku 101,835 102,761 117,791 99,088 104,716 132,852
32 Maluku Utara 72,445 72,074 75,265 82,213 84,037 101,054
33 Papua Barat 29,912 27,665 30,219 27,084 29,516 27,736
34 Papua 169,791 196,015 181,769 233,599 257,888 288,335
71,279,709 70,846,456 75,397,841 79,354,011 81,148,594 83,037,150
Sumber Data : Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian
Jumlah
Laporan Kinerja 2018
104 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 3. Luas Panen Padi Tahun 2013 – 2018 (Ha)
No Lokasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 419,183 367,137 461,060 429,486 470,351 463,485
2 Sumatera Utara 742,968 717,318 781,769 885,576 988,068 1,062,048
3 Sumatera Barat 487,820 503,198 507,545 491,876 538,277 534,017
4 Riau 118,518 106,037 107,546 99,430 92,684 94,829
5 Jambi 153,243 145,990 122,214 165,207 170,092 172,854
6 Sumatera Selatan 800,036 810,900 872,737 1,014,351 999,972 1,005,203
7 Bengkulu 147,680 147,572 128,833 148,277 165,342 153,629
8 Lampung 638,090 648,731 707,266 796,768 839,750 902,338
9 Kepulauan Bangka Belitung 10,232 9,943 11,848 15,530 16,080 14,645
10 Kepulauan Riau 379 385 263 186 197 199
11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1,744 1,400 1,137 1,002 787 787
12 Jawa Barat 2,029,891 1,979,799 1,857,612 2,073,203 2,089,291 2,120,947
13 Jawa Tengah 1,845,447 1,800,908 1,875,793 1,953,593 2,010,465 1,954,476
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 159,266 158,903 155,838 158,132 158,818 154,045
15 Jawa Timur 2,037,021 2,072,630 2,152,070 2,278,460 2,285,232 2,256,403
16 Banten 393,704 388,398 386,676 416,452 428,628 445,847
17 Bali 150,380 142,697 137,385 139,529 141,491 139,810
18 Nusa Tenggara Barat 438,057 433,712 467,503 450,662 471,728 471,882
19 Nusa Tenggara Timur 222,469 246,750 266,242 259,270 307,988 332,626
20 Kalimantan Barat 464,898 452,242 433,944 496,358 507,698 608,645
21 Kalimantan Tengah 247,473 242,488 254,670 266,974 244,969 241,529
22 Kalimantan Selatan 479,721 498,133 511,213 547,449 569,993 582,701
23 Kalimantan Timur 102,912 100,262 99,209 80,344 94,394 95,769
24 Kalimantan Utara 35,926 32,072 41,115 30,601 23,983 23,618
25 Sulawesi Utara 127,413 130,428 137,438 135,623 161,861 201,685
26 Sulawesi Tengah 224,326 219,613 209,057 228,346 243,070 251,697
27 Sulawesi Selatan 983,107 1,040,024 1,044,030 1,129,122 1,188,910 1,162,754
28 Sulawesi Tenggara 132,945 140,408 140,380 173,118 171,398 171,130
29 Gorontalo 56,894 62,690 59,668 66,199 77,209 77,503
30 Sulawesi Barat 91,195 94,351 93,470 121,421 140,841 168,549
31 Maluku 24,399 21,623 21,141 21,490 25,736 31,365
32 Maluku Utara 19,281 21,192 21,438 25,264 27,478 30,097
33 Papua Barat 7,523 6,880 7,174 6,224 6,701 6,687
34 Papua 41,111 45,493 41,354 50,500 52,536 60,713
Jumlah 13,835,252 13,790,307 14,116,638 15,156,023 15,712,015 15,994,512
Laporan Kinerja 2018
105 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 4. Produktivitas Padi Tahun 2013 – 2018 (Ku/Ha)
No Lokasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 46.68 48.39 50.56 52.35 53.04 54.29
2 Sumatera Utara 50.17 50.62 51.74 51.39 51.98 51.06
3 Sumatera Barat 49.82 50.06 50.25 52.18 52.47 51.57
4 Riau 36.63 36.35 36.63 39.23 39.46 41.25
5 Jambi 43.36 45.53 44.31 45.57 45.98 49.52
6 Sumatera Selatan 45.96 45.26 48.67 51.24 49.43 50.51
7 Bengkulu 42.17 40.2 44.92 44.46 44.22 45.53
8 Lampung 50.26 51.18 51.49 51.18 50.6 50.5
9 Kepulauan Bangka Belitung 27.83 23.62 22.85 23.38 23.09 19.33
10 Kepulauan Riau 36.15 36.44 36.46 31.43 32.45 32.73
11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 58.88 53.86 55.95 54.46 53.84 53.16
12 Jawa Barat 59.53 58.82 61.22 59.76 58.87 58.91
13 Jawa Tengah 56.06 53.57 60.25 60.39 56.68 58.34
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 57.88 57.87 60.65 57.47 55.48 57.01
15 Jawa Timur 59.15 59.81 61.13 58.21 57.15 57.62
16 Banten 52.92 52.95 56.61 56.32 56.31 55.41
17 Bali 58.66 60.12 62.14 60.41 59.09 60.7
18 Nusa Tenggara Barat 50.08 48.8 51.71 49.71 49.26 51.35
19 Nusa Tenggara Timur 32.8 33.46 35.61 34.65 35.42 36.49
20 Kalimantan Barat 31.01 30.35 29.4 28.24 27.54 26.7
21 Kalimantan Tengah 32.81 34.57 35.07 29.67 31.51 32.44
22 Kalimantan Selatan 72.34 42.05 41.87 42.44 43.02 43.39
23 Kalimantan Timur 42.7 42.55 41.2 41.77 42.39 40.26
24 Kalimantan Utara 34.72 36.05 27.27 31.69 31.62 29.13
25 Sulawesi Utara 50.1 48.91 49.05 50.19 47.93 44.02
26 Sulawesi Tengah 45.98 46.54 48.57 48.39 47.08 45.88
27 Sulawesi Selatan 51.22 52.17 52.41 51.96 50.93 53.29
28 Sulawesi Tenggara 42.23 46.84 47.07 40.45 41.51 41.85
29 Gorontalo 52.01 50.2 55.51 52.49 45.36 45.19
30 Sulawesi Barat 48.8 47.65 49.41 45.26 47.37 44.59
31 Maluku 41.74 47.52 55.72 25.83 40.69 42.36
32 Maluku Utara 37.57 34.01 35.11 30.48 30.58 33.58
33 Papua Barat 39.76 40.2 42.12 43.97 44.05 41.48
34 Papua 41.3 43.09 43.95 47.21 49.09 47.49
Rata-Rata 51.52 51.35 53.41 52.36 51.65 51.92
Laporan Kinerja 2018
106 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 5. Produksi Jagung Tahun 2013 – 2018 (Ton)
No Lokasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 177,842 202,318 205,125 316,645 387,470 347,735
2 Sumatera Utara 1,183,011 1,159,795 1,519,407 1,557,463 1,741,258 1,757,126
3 Sumatera Barat 547,417 605,352 602,549 711,518 985,847 1,052,408
4 Riau 28,052 28,651 30,870 32,850 30,765 25,723
5 Jambi 25,690 43,617 51,712 80,267 98,680 152,158
6 Sumatera Selatan 167,457 191,974 289,007 552,199 892,358 935,240
7 Bengkulu 93,988 72,756 52,785 133,902 148,090 111,816
8 Lampung 1,760,278 1,719,388 1,502,800 1,720,196 2,518,895 2,581,224
9 Kepulauan Bangka Belitung 783 721 666 1,051 3,184 3,630
10 Kepulauan Riau 790 703 473 109 77 87
11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta - - - - - -
12 Jawa Barat 1,101,998 1,047,077 959,933 1,630,238 1,424,928 1,550,966
13 Jawa Tengah 2,930,911 3,051,516 3,212,391 3,574,331 3,577,507 3,688,477
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 289,580 312,236 299,084 310,257 311,764 314,179
15 Jawa Timur 5,760,959 5,737,382 6,131,163 6,278,264 6,335,252 6,543,359
16 Banten 12,038 10,514 11,870 19,882 63,517 174,334
17 Bali 57,573 40,613 40,603 55,736 55,042 51,459
18 Nusa Tenggara Barat 633,773 785,864 959,973 1,278,271 2,127,324 2,059,222
19 Nusa Tenggara Timur 707,642 647,108 685,081 688,432 809,830 859,230
20 Kalimantan Barat 159,973 135,461 103,742 113,624 151,586 166,826
21 Kalimantan Tengah 6,217 8,138 8,189 16,308 51,053 158,964
22 Kalimantan Selatan 107,043 117,986 128,505 198,378 285,578 364,489
23 Kalimantan Timur 4,864 7,567 8,379 22,132 56,597 88,105
24 Kalimantan Utara 973 1,235 1,032 3,286 5,160 5,977
25 Sulawesi Utara 448,002 488,362 300,490 582,331 1,636,236 1,531,241
26 Sulawesi Tengah 139,266 170,203 131,123 317,717 374,323 380,650
27 Sulawesi Selatan 1,250,202 1,490,991 1,528,414 2,065,125 2,341,336 2,341,659
28 Sulawesi Tenggara 67,578 60,600 68,141 90,090 172,078 192,329
29 Gorontalo 669,094 719,780 643,512 911,350 1,551,972 1,619,649
30 Sulawesi Barat 128,327 110,665 100,811 284,213 724,222 702,339
31 Maluku 11,940 10,568 13,947 14,147 14,707 40,550
32 Maluku Utara 29,421 19,555 11,728 9,702 35,182 237,778
33 Papua Barat 2,137 2,450 2,264 1,907 2,148 12,476
34 Papua 7,034 7,282 6,666 6,478 10,049 4,218
Jumlah 18,511,853 19,008,428 19,612,435 23,578,399 28,924,015 30,055,623
Laporan Kinerja 2018
107 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 6. Luas Panen Jagung Tahun 2013 – 2018 (Ha)
No Lokasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 44,099 47,357 47,967 70,024 81,552 64,157
2 Sumatera Utara 211,750 200,603 243,770 252,729 281,423 292,388
3 Sumatera Barat 81,665 93,097 87,825 101,611 142,334 154,365
4 Riau 11,748 12,057 12,425 13,205 12,231 9,352
5 Jambi 6,504 7,937 8,486 13,209 15,508 20,768
6 Sumatera Selatan 32,558 31,939 46,315 87,316 138,232 136,210
7 Bengkulu 18,257 15,643 10,137 22,424 25,510 19,676
8 Lampung 346,315 338,885 293,521 340,200 482,607 486,313
9 Kepulauan Bangka Belitung 234 214 181 239 823 1,128
10 Kepulauan Riau 339 301 203 61 47 43
11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 152,923 142,964 126,828 199,587 177,296 203,268
13 Jawa Tengah 532,061 538,102 542,804 598,272 588,812 605,518
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 70,772 67,657 65,485 65,632 62,521 63,163
15 Jawa Timur 1,199,544 1,202,300 1,213,654 1,238,616 1,257,111 1,276,792
16 Banten 3,583 3,152 3,518 4,913 16,018 34,553
17 Bali 18,223 16,685 15,346 16,802 15,628 13,917
18 Nusa Tenggara Barat 110,273 126,577 143,117 206,885 310,990 306,899
19 Nusa Tenggara Timur 270,394 257,025 273,194 265,318 313,150 341,264
20 Kalimantan Barat 42,621 36,823 31,851 31,036 38,056 44,281
21 Kalimantan Tengah 2,062 2,594 2,507 4,415 9,237 30,497
22 Kalimantan Selatan 20,629 20,862 21,926 33,788 54,972 70,051
23 Kalimantan Timur 1,858 2,873 2,307 4,948 11,140 16,234
24 Kalimantan Utara 445 581 474 1,244 2,295 1,830
25 Sulawesi Utara 122,237 127,475 80,885 154,320 445,587 411,694
26 Sulawesi Tengah 31,174 41,647 32,503 62,175 78,993 81,405
27 Sulawesi Selatan 274,046 289,736 295,115 366,771 411,993 420,984
28 Sulawesi Tenggara 27,133 24,022 23,945 30,836 45,917 51,855
29 Gorontalo 140,423 148,816 129,131 195,606 336,001 322,022
30 Sulawesi Barat 26,781 24,341 20,752 51,346 154,174 145,121
31 Maluku 3,203 3,795 3,260 4,167 5,152 21,724
32 Maluku Utara 10,395 6,462 3,892 3,308 12,655 81,026
33 Papua Barat 1,250 1,421 1,307 1,085 1,202 4,457
34 Papua 3,005 3,076 2,736 2,274 4,006 1,375
Jumlah 3,818,504 3,837,019 3,787,367 4,444,362 5,533,169 5,734,326
Laporan Kinerja 2018
108 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 7. Produktivitas Jagung Tahun 2013 – 2018 (Ku/Ha)
No Lokasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 40.33 42.72 42.76 45.22 47.51 54.20
2 Sumatera Utara 55.87 57.82 62.33 61.63 61.87 60.10
3 Sumatera Barat 67.03 65.02 68.61 70.02 69.26 68.18
4 Riau 23.88 23.76 24.85 24.88 25.15 27.51
5 Jambi 39.5 54.95 60.94 60.77 63.63 73.27
6 Sumatera Selatan 51.43 60.11 62.4 63.24 64.56 68.66
7 Bengkulu 51.48 46.51 52.07 59.71 58.05 56.83
8 Lampung 50.83 50.74 51.2 50.56 52.19 53.08
9 Kepulauan Bangka Belitung 33.46 33.69 36.8 43.92 38.67 32.17
10 Kepulauan Riau 23.3 23.36 23.3 17.84 16.42 20.14
11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 0 0 0 0 0 -
12 Jawa Barat 72.06 73.24 75.69 81.68 80.37 76.30
13 Jawa Tengah 55.09 56.71 59.18 59.74 60.76 60.91
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 40.92 46.15 45.67 47.27 49.87 49.74
15 Jawa Timur 48.03 47.72 50.52 50.69 50.4 51.25
16 Banten 33.6 33.36 33.74 40.47 39.65 50.45
17 Bali 31.59 24.34 26.46 33.17 35.22 36.97
18 Nusa Tenggara Barat 57.47 62.09 67.08 61.79 68.4 67.10
19 Nusa Tenggara Timur 26.17 25.18 25.08 25.95 25.86 25.18
20 Kalimantan Barat 37.53 36.79 32.57 36.61 39.83 37.67
21 Kalimantan Tengah 30.15 31.37 32.66 36.94 55.27 52.12
22 Kalimantan Selatan 51.89 56.56 58.61 58.71 51.95 52.03
23 Kalimantan Timur 26.18 26.34 36.32 44.73 50.81 54.27
24 Kalimantan Utara 21.87 21.26 21.77 26.41 22.48 32.67
25 Sulawesi Utara 36.65 38.31 37.15 37.74 36.72 37.19
26 Sulawesi Tengah 40.75 40.87 40.34 51.1 47.39 46.76
27 Sulawesi Selatan 45.62 51.46 51.79 56.31 56.83 55.62
28 Sulawesi Tenggara 24.91 25.23 28.46 29.21 37.48 37.09
29 Gorontalo 47.65 48.37 49.83 46.59 46.19 50.30
30 Sulawesi Barat 47.92 45.46 48.58 55.35 46.97 48.40
31 Maluku 37.28 27.85 42.78 33.95 28.55 18.67
32 Maluku Utara 28.3 30.2 30.13 29.33 27.8 29.35
33 Papua Barat 17.1 17.24 17.32 17.58 17.87 27.99
34 Papua 23.41 23.67 24.36 28.49 25.08 30.67
Rata - Rata 18.51 19.01 19.61 23.58 28.92 30.06Rata-rata 48.44 49.54 51.78 53.05 52.27 52.41
Laporan Kinerja 2018
109 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 8. Produksi Kedelai Tahun 2013 – 2018 (Ton)
No Lokasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 45,027 63,352 47,910 22,184 6,932 15,835
2 Sumatera Utara 3,229 5,705 6,549 5,062 7,778 32,758
3 Sumatera Barat 732 911 353 95 76 1,117
4 Riau 2,211 2,332 2,145 2,654 1,119 6,488
5 Jambi 2,372 6,800 6,732 11,338 10,925 15,400
6 Sumatera Selatan 5,140 12,550 16,818 23,391 11,792 14,955
7 Bengkulu 3,987 5,715 5,388 4,664 413 3,477
8 Lampung 6,156 13,777 9,815 9,960 8,027 72,006
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 3 1 5 0 0
10 Kepulauan Riau 18 18 15 6 7 5
11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 51,172 115,261 98,938 92,078 49,261 132,099
13 Jawa Tengah 99,318 125,467 129,794 112,157 105,553 130,525
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 31,677 19,579 18,822 16,763 8,656 11,093
15 Jawa Timur 329,461 355,464 344,998 274,317 200,916 244,442
16 Banten 10,326 6,384 7,291 4,020 2,126 18,446
17 Bali 7,433 8,187 7,259 6,784 5,405 3,996
18 Nusa Tenggara Barat 91,065 97,172 125,036 109,480 56,097 91,724
19 Nusa Tenggara Timur 1,675 2,710 3,615 5,834 6,303 16,827
20 Kalimantan Barat 1,677 3,161 2,637 2,102 451 1,260
21 Kalimantan Tengah 1,684 1,397 1,262 2,682 3,210 1,413
22 Kalimantan Selatan 1,072 8,946 10,537 25,951 8,409 24,647
23 Kalimantan Timur 1,402 1,128 1,519 1,582 1,161 582
24 Kalimantan Utara 84 97 2,239 1,085 1,154 1,144
25 Sulawesi Utara 5,780 7,529 6,685 15,859 7,806 50,026
26 Sulawesi Tengah 12,654 16,399 13,270 15,358 4,962 27,691
27 Sulawesi Selatan 45,693 54,723 67,192 62,054 16,101 35,824
28 Sulawesi Tenggara 3,595 5,691 12,799 16,136 4,055 8,007
29 Gorontalo 4,411 4,273 3,203 3,911 499 3,257
30 Sulawesi Barat 1,181 3,998 4,218 6,480 4,853 15,091
31 Maluku 254 578 707 956 1,428 228
32 Maluku Utara 1,227 762 475 788 506 115
33 Papua Barat 669 945 1,439 1,696 461 359
34 Papua 4,610 3,983 3,522 2,221 2,286 1,761
Jumlah 776,992 954,997 963,183 859,653 538,728 982,598
Laporan Kinerja 2018
110 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 9. Luas Panen Kedelai Tahun 2013 – 2018 (Ha)
No Lokasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 30,579 42,784 32,796 14,559 4,437 9,732
2 Sumatera Utara 3,126 5,024 5,303 3,955 6,007 25,950
3 Sumatera Barat 690 785 296 84 72 1,244
4 Riau 1,949 2,030 1,516 2,207 966 5,287
5 Jambi 1,877 5,288 4,906 8,543 7,271 10,241
6 Sumatera Selatan 3,564 7,237 11,145 15,148 6,741 12,155
7 Bengkulu 3,720 5,375 4,235 4,002 491 3,463
8 Lampung 4,986 11,362 8,407 8,181 5,944 54,090
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 3 1 5 0 0
10 Kepulauan Riau 17 17 14 7 7 5
11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 35,682 70,719 60,172 55,019 28,022 78,477
13 Jawa Tengah 65,278 72,235 70,629 60,540 60,132 74,085
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 23,290 16,337 13,886 12,990 6,533 8,632
15 Jawa Timur 210,618 214,880 208,067 181,810 133,593 166,461
16 Banten 7,928 4,815 5,316 2,844 1,646 16,592
17 Bali 5,605 5,357 5,146 5,182 4,079 2,951
18 Nusa Tenggara Barat 86,882 68,896 94,948 84,308 43,149 77,167
19 Nusa Tenggara Timur 1,778 2,790 3,563 6,711 5,006 10,709
20 Kalimantan Barat 1,203 2,026 1,647 1,463 564 895
21 Kalimantan Tengah 1,413 1,166 1,052 1,946 2,571 1,181
22 Kalimantan Selatan 3,038 6,848 7,722 18,218 6,152 17,740
23 Kalimantan Timur 963 768 947 1,059 808 390
24 Kalimantan Utara 84 97 2,423 924 840 832
25 Sulawesi Utara 4,325 5,641 5,117 11,975 5,865 38,301
26 Sulawesi Tengah 7,642 10,138 7,094 8,868 3,451 23,139
27 Sulawesi Selatan 30,937 36,390 38,036 46,489 11,650 22,783
28 Sulawesi Tenggara 3,735 5,079 7,888 8,289 2,425 4,413
29 Gorontalo 3,367 2,842 2,375 2,494 317 2,081
30 Sulawesi Barat 942 3,410 4,106 3,802 3,103 9,293
31 Maluku 203 457 766 1,124 1,093 336
32 Maluku Utara 1,005 615 453 786 570 130
33 Papua Barat 617 890 1,362 1,610 434 342
34 Papua 3,750 3,384 2,761 1,847 1,860 1,279
Jumlah 550,793 615,685 614,095 576,989 355,799 680,373
Laporan Kinerja 2018
111 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 10. Produktivitas Kedelai 2013 – 2018 (Ku/Ha)
No Lokasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 40.33 42.72 42.76 45.22 47.51 16.27
2 Sumatera Utara 55.87 57.82 62.33 61.63 61.87 12.62
3 Sumatera Barat 67.03 65.02 68.61 70.02 69.26 8.98
4 Riau 23.88 23.76 24.85 24.88 25.15 12.27
5 Jambi 39.5 54.95 60.94 60.77 63.63 15.04
6 Sumatera Selatan 51.43 60.11 62.4 63.24 64.56 12.3
7 Bengkulu 51.48 46.51 52.07 59.71 58.05 10.04
8 Lampung 50.83 50.74 51.2 50.56 52.19 13.31
9 Kepulauan Bangka Belitung 33.46 33.69 36.8 43.92 38.67 0
10 Kepulauan Riau 23.3 23.36 23.3 17.84 16.42 10
11 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 72.06 73.24 75.69 81.68 80.37 16.83
13 Jawa Tengah 55.09 56.71 59.18 59.74 60.76 17.62
14 Daerah Istimewa Yogyakarta 40.92 46.15 45.67 47.27 49.87 12.85
15 Jawa Timur 48.03 47.72 50.52 50.69 50.4 14.68
16 Banten 33.6 33.36 33.74 40.47 39.65 11.12
17 Bali 31.59 24.34 26.46 33.17 35.22 13.54
18 Nusa Tenggara Barat 57.47 62.09 67.08 61.79 68.4 11.89
19 Nusa Tenggara Timur 26.17 25.18 25.08 25.95 25.86 15.71
20 Kalimantan Barat 37.53 36.79 32.57 36.61 39.83 14.08
21 Kalimantan Tengah 30.15 31.37 32.66 36.94 55.27 11.97
22 Kalimantan Selatan 51.89 56.56 58.61 58.71 51.95 13.89
23 Kalimantan Timur 26.18 26.34 36.32 44.73 50.81 14.94
24 Kalimantan Utara 21.87 21.26 21.77 26.41 22.48 13.75
25 Sulawesi Utara 36.65 38.31 37.15 37.74 36.72 13.06
26 Sulawesi Tengah 40.75 40.87 40.34 51.1 47.39 11.97
27 Sulawesi Selatan 45.62 51.46 51.79 56.31 56.83 15.72
28 Sulawesi Tenggara 24.91 25.23 28.46 29.21 37.48 18.15
29 Gorontalo 47.65 48.37 49.83 46.59 46.19 15.65
30 Sulawesi Barat 47.92 45.46 48.58 55.35 46.97 16.24
31 Maluku 37.28 27.85 42.78 33.95 28.55 6.78
32 Maluku Utara 28.3 30.2 30.13 29.33 27.8 8.86
33 Papua Barat 17.1 17.24 17.32 17.58 17.87 10.51
34 Papua 23.41 23.67 24.36 28.49 25.08 13.77
Jumlah 14.16 15.51 15.68 14.9 15.14 14.44
Laporan Kinerja 2018
112 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 11. Volume Ekspor Ubi Jalar 2013 – 2018 (Per Kode HS) Lampiran 12. Volume Ekspor Kacang Tanah 2013 – 2018
(Per Kode HS)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Ubi jalar beku 4.551 4.821 6.347 4.254 5.898 4.533
Ubi jalar selain beku 5.246 4.772 5.526 5.285 5.296 6.323
Jumlah 9.797 9.593 11.873 9.540 11.194 10.856
Deskripsi Ekspor Volume (Ton)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kacang tanah benih 4 12 7 9 7 1
Kacang tanah Berkulit 2.192 2.484 2.878 2.661 2.485 2.249
Dikuliti, pecah maupun tidak 168 15 2.709 220 107 62
Minyak dan lemak dari kacang tanah - 0 38 1 0 1
Kacang tanah digongseng 2.721 2.374 1.858 2.065 1.724 1.823
Mentega kacang tanah 210 105 75 295 318 262
Lain-lain dari kacang tanah 1.119 1.302 1.411 1.136 1.146 1.041
Jumlah 6.414 6.292 8.976 6.387 5.786 5.439
Deskripsi Ekspor Volume (Ton)
Laporan Kinerja 2018
113 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 13. Volume Impor Ubi Kayu 2013 – 2018 (Per Kode HS)
Lampiran 14. Volume Impor Kacang Hijau 2013 – 2018
(Per Kode HS)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Ubi Kayu diiris dalam bentuk pelet,
kepingan dikeringkan
101 - 4.194 12.163 3.071 0
Ubi kayu dalam bentuk pelet Lain-lain - - 18 377 224 -
Ubi kayu Beku - - - - - 308
Lain-lain - - - - - -
Tepung, tepung kasar dari ubi kayu - - - 0 97 1
Pati ubi kayu (cassava) 220.088 365.085 595.951 630.127 385.431 375.589
Jumlah 220.189 365.085 600.163 642.667 388.823 375.898
Impor Volume (Ton) Deskripsi
Laporan Kinerja 2018
114 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 15. Perkembangan Bantuan Alsin Pascapanen Padi Tahun 2013-2018 (Per Provinsi)
1 Aceh 19 - 65 570 153 203
2 Sumatera Utara 26 9 130 770 101 213
3 Sumatera Barat 11 12 30 116 45 170
4 R i a u 7 - 37 263 85 112
5 J a m b i 11 9 57 263 72 244
6 Sumatera Selatan 10 9 303 948 408 393
7 Bengkulu 5 - 48 198 30 125
8 Lampung 24 47 175 901 227 295
9 Kep. Bangka Belitung 2 5 20 76 12 53
10 Kepulauan Riau 14 - 27 - 1 10
11 DKI Jakarta - - - -
12 Jawa Barat 50 10 319 865 264 552
13 Jawa Tengah 53 65 477 1.209 369 624
14 DI Yogyakarta 12 - 24 102 65 50
15 Jawa Timur 64 30 454 1.676 419 504
16 Banten 14 6 27 328 84 206
17 B a l i 5 13 52 172 60 131
18 Nusa Tenggara Barat 23 37 60 370 144 90
19 Nusa Tenggara Timur 9 20 42 166 14 111
20 Kalimantan Barat 10 - 43 290 142 334
21 Kalimantan Tengah 4 3 56 279 76 173
22 Kalimantan Selatan 16 6 53 632 147 178
23 Kalimantan Timur 2 - 24 249 103 148
24 Kalimantan Utara - - 14 - 21 72
25 Sulawesi Utara 5 1 35 388 65 219
26 Sulawesi Tengah 15 34 82 300 202 78
27 Sulawesi Selatan 36 45 295 749 610 554
28 Sulawesi Tenggara 9 25 56 213 104 237
29 Gorontalo 3 10 25 141 109 108
30 Sulawesi Barat 9 19 32 309 122 59
31 Maluku 2 6 25 281 50 60
32 Maluku Utara 2 10 25 281 92 76
33 Papua Barat - 4 16 169 101 82
34 Papua 1 9 256 197 109 32
473 444 3.384 13.471 4.606 6.496 Jumlah
No. Provinsi
Alat Pascapanen Padi/Tahun (Unit)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Laporan Kinerja 2018
115 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 16. Perkembangan Bantuan Alsin Pascapanen Jagung Tahun 2013-2018 (Per Provinsi)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 5 2 94 248 20 64
2 Sumatera Utara 3 2 112 421 136 79
3 Sumatera Barat 5 6 43 71 64 19
4 R i a u 0 0 21 66 0 13
5 J a m b i 2 1 52 58 62 85
6 Sumatera Selatan 2 0 223 242 199 128
7 Bengkulu 0 0 70 63 52 40
8 Lampung 3 6 153 484 111 109
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 0 0 0 7
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 11
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 7 0 159 351 156 33
13 Jawa Tengah 8 10 195 367 190 117
14 DI Yogyakarta 1 0 17 9 57 6
15 Jawa Timur 6 0 253 653 309 126
16 Banten 2 0 17 24 31 60
17 B a l i 0 0 32 34 67 6
18 Nusa Tenggara Barat 6 5 142 434 154 36
19 Nusa Tenggara Timur 0 2 110 420 2 10
20 Kalimantan Barat 2 0 65 52 62 25
21 Kalimantan Tengah 1 1 23 22 26 46
22 Kalimantan Selatan 0 0 65 240 90 48
23 Kalimantan Timur 0 0 28 29 28 26
24 Kalimantan Utara 0 0 8 12 13 2
25 Sulawesi Utara 8 1 104 494 150 87
26 Sulawesi Tengah 7 8 110 170 12 63
27 Sulawesi Selatan 12 3 194 703 176 180
28 Sulawesi Tenggara 1 2 56 120 22 67
29 Gorontalo 4 5 99 402 78 36
30 Sulawesi Barat 2 3 43 219 45 19
31 Maluku 0 0 11 15 32 18
32 Maluku Utara 0 0 9 20 45 40
33 Papua Barat 0 1 5 4 0 6
34 Papua 0 0 9 7 0 14
Jumlah 87 58 2522 6454 2389 1626
Alat Pascapanen Jagung/Tahun (Unit)No. Provinsi
Laporan Kinerja 2018
116 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 17. Perkembangan Bantuan Alsin Pascapanen Kedelai Tahun 2013-2018 (Per Provinsi)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 4 3 50 270 6 68
2 Sumatera Utara 2 2 51 294 0 25
3 Sumatera Barat 0 8 0 0 0 15
4 R i a u 0 0 15 72 15 0
5 J a m b i 1 19 132 122 15 99
6 Sumatera Selatan 1 0 127 409 30 78
7 Bengkulu 0 0 20 98 0 4
8 Lampung 3 17 40 71 16 81
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 0 0 24 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 3 16 206 362 139 147
13 Jawa Tengah 10 51 160 166 204 222
14 DI Yogyakarta 2 0 16 0 65 15
15 Jawa Timur 14 0 205 1293 136 83
16 Banten 1 0 15 123 35 81
17 B a l i 1 3 23 9 57 1
18 Nusa Tenggara Barat 6 6 54 750 10 104
19 Nusa Tenggara Timur 0 20 64 100 0 0
20 Kalimantan Barat 1 0 17 37 10 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 13 30 0 22
22 Kalimantan Selatan 0 0 20 491 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 13 58 14 0
24 Kalimantan Utara 0 0 0 38 0 0
25 Sulawesi Utara 1 0 40 264 10 178
26 Sulawesi Tengah 1 27 94 146 9 102
27 Sulawesi Selatan 3 32 79 859 30 87
28 Sulawesi Tenggara 0 2 44 192 12 34
29 Gorontalo 0 1 15 53 14 25
30 Sulawesi Barat 0 14 30 51 6 43
31 Maluku 0 0 12 35 11 0
32 Maluku Utara 0 9 19 40 0 0
33 Papua Barat 0 5 20 30 0 30
34 Papua 0 14 52 37 0 0
Jumlah 54 249 1646 6500 868 1544
ProvinsiAlat Pascapanen Kedelai/Tahun (Unit)
No.
Laporan Kinerja 2018
117 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 18. Rasio Serangan OPT dan DPI Padi
Tahun 2013 - 2018 (Per Provinsi)
NO Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 3.62 0.71 5.57 3.00 2.43 2.72
2 Sumut 0.76 0.81 0.68 0.52 0.75 0.74
3 Sumbar 0.51 0.54 0.62 0.77 0.42 0.56
4 Riau 1.87 1.22 2.12 3.19 2.46 2.80
5 Jambi 0.58 0.44 0.51 1.34 0.77 0.59
6 Sumsel 2.53 1.80 6.26 5.08 3.48 1.98
7 Bengkulu 2.02 2.38 2.64 1.74 1.35 1.38
8 Lampung 2.15 2.55 1.36 1.76 2.69 2.04
9 Babel 53.18 11.03 2.63 6.42 2.42 3.15
10 Kepri - - - - - -
11 DKI 24.41 2.89 23.16 10.97 8.15 18.99
12 Jabar 5.15 5.68 4.19 3.90 4.84 2.79
13 Jateng 5.06 6.58 3.23 3.76 4.32 2.58
14 DIY 7.65 3.47 3.15 4.15 3.22 4.71
15 Jatim 4.53 2.88 1.80 1.76 2.48 1.36
16 Banten 4.75 3.46 1.31 2.06 3.48 2.58
17 Bali 3.45 2.45 2.77 2.46 2.50 2.20
18 NTB 2.62 1.72 1.06 1.02 0.95 0.73
19 NTT 4.74 2.01 2.23 1.88 1.93 1.41
20 Kalbar 0.93 0.52 0.75 0.92 1.73 0.94
21 Kalteng 1.05 0.69 0.79 1.15 0.45 0.63
22 Kalsel 0.22 0.75 0.25 0.27 0.28 0.29
23 Kaltim 3.49 5.72 5.09 5.09 7.17 6.30
24 Kaltara - - - - - 0.03
25 Sulut 2.41 1.77 2.17 0.57 1.34 1.38
26 Sulteng 7.01 2.76 3.91 4.11 2.49 2.42
27 Sulsel 2.48 2.23 1.66 1.97 1.16 0.99
28 Sultra 13.45 13.99 12.31 8.82 12.37 8.29
29 Gorontalo 3.45 3.24 3.47 4.90 6.85 3.55
30 Sulbar 13.89 8.07 3.71 5.35 5.02 5.00
31 Maluku 3.21 2.54 5.77 8.52 4.87 5.30
32 Malut 2.76 4.72 4.10 3.21 2.14 2.24
33 Pabar 6.10 14.96 15.01 17.07 7.61 29.30
34 Papua 2.45 3.31 3.39 4.06 2.00 3.13
Jumlah 3.67 3.27 2.67 2.60 2.81 1.89
Laporan Kinerja 2018
118 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 19. Rasio Serangan OPT dan DPI Jagung
Tahun 2013 - 2018 (Per Provinsi)
No Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 1,49 1,98 4,60 2,52 1,99 1,59
2 Sumut 0,39 0,44 0,84 0,36 0,21 0,21
3 Sumbar 0,12 0,05 0,09 0,09 0,66 0,02
4 Riau 1,32 1,77 1,03 1,64 1,73 0,91
5 Jambi 0,78 0,55 0,59 0,92 0,37 0,65
6 Sumsel 0,82 0,78 2,64 3,05 1,61 0,62
7 Bengkulu 0,59 0,11 0,46 0,35 0,25 0,37
8 Lampung 0,41 0,51 0,17 0,16 0,24 0,17
9 Babel 5,35 2,49 0,22 0,12 0,00 0,13
10 Kepri - 1,53 - - - -
11 DKI - - - - - -
12 Jabar 0,85 0,91 0,56 0,58 0,30 0,40
13 Jateng 0,72 0,78 0,56 0,52 0,30 0,41
14 DIY 0,31 0,28 0,24 0,41 0,29 0,17
15 Jatim 0,26 0,28 0,20 0,32 0,24 0,14
16 Banten - - - 0,01 0,00 0,02
17 Bali 0,05 0,01 0,04 0,05 0,01 0,01
18 NTB 0,57 0,58 0,34 0,17 0,15 0,14
19 NTT 0,48 0,64 1,15 0,76 0,34 0,43
20 Kalbar 1,05 0,38 1,07 0,71 1,05 0,63
21 Kalteng 0,13 - - 0,05 - -
22 Kalsel 0,02 - - - 0,15 0,01
23 Kaltim 7,40 3,51 3,78 2,62 1,16 2,01
24 Kaltara - - - - - -
25 Sulut 0,98 0,77 0,93 0,46 0,12 0,19
26 Sulteng 1,84 0,93 1,09 0,17 0,26 0,67
27 Sulsel 0,91 0,39 0,26 0,41 0,40 0,30
28 Sultra 3,29 3,33 1,64 2,25 1,61 2,16
29 Gorontalo 1,36 1,35 0,70 1,24 1,07 0,64
30 Sulbar 8,80 8,90 2,41 1,82 0,45 1,98
31 Maluku 1,45 1,79 2,29 1,06 0,12 0,36
32 Malut 0,55 2,68 2,06 0,38 0,12 0,06
33 Pabar 0,73 1,14 4,00 4,93 4,23 11,16
34 Papua 13,85 10,41 6,56 5,87 0,37 2,96
Jumlah 0,67 0,62 0,58 0,56 0,39 0,36
Laporan Kinerja 2018
119 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 20. Rasio Serangan OPT dan DPI Kedelai Tahun 2013-2018 (Per Provinsi)
No. Provinsi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 3,15 2,21 6,96 6,41 1,46 1,40 5,49
2 Sumut 5,52 0,93 2,07 1,50 0,50 0,36 0,40
3 Sumbar 0,25 0,56 0,06 1,78 - - 0,06
4 Riau 0,90 0,61 0,13 0,45 3,04 5,82 1,94
5 Jambi 0,43 1,56 0,65 2,76 1,74 2,40 0,67
6 Sumsel 0,13 0,02 1,83 2,32 4,24 1,34 0,84
7 Bengkulu - 0,03 0,02 1,44 0,35 0,57 1,71
8 Lampung 1,37 1,25 1,24 0,59 0,36 0,99 0,64
9 Babel - - - - - - -
10 Kepri - - - - - - -
11 DKI - - - - - - -
12 Jabar 1,76 0,61 1,20 0,38 0,52 0,09 0,07
13 Jateng 1,49 0,91 1,36 1,84 1,05 0,44 0,51
14 DIY 0,74 0,54 0,76 0,83 0,50 0,53 0,48
15 Jatim 0,20 0,32 0,40 0,26 0,13 0,19 0,18
16 Banten - - - 0,27 - - 0,40
17 Bali 0,88 0,12 0,25 0,46 0,07 - 0,38
18 NTB 1,05 2,06 1,91 0,53 0,39 0,35 0,33
19 NTT 0,14 9,44 2,24 1,39 0,52 0,40 0,58
20 Kalbar 0,38 6,33 7,70 0,39 0,41 1,57 1,46
21 Kalteng - - - - - - -
22 Kalsel - - - - - - 0,05
23 Kaltim 0,28 1,17 0,31 0,04 0,72 - -
24 Kaltara - - - - - - -
25 Sulut 0,17 0,03 0,33 0,67 0,02 0,10 0,63
26 Sulteng 1,75 29,68 1,80 1,06 0,25 - 0,44
27 Sulsel 0,35 0,28 0,94 0,62 1,69 0,30 0,36
28 Sultra 3,33 17,29 4,44 3,56 5,44 9,21 5,50
29 Gorontalo 0,47 0,02 0,29 0,74 0,04 - 0,79
30 Sulbar 4,60 0,59 1,26 0,76 0,87 0,08 0,85
31 Maluku - 0,06 - 4,52 0,10 0,10 1,26
32 Malut 8,28 5,63 1,62 1,18 0,24 1,66 -
33 Pabar 19,26 0,08 5,37 8,38 4,16 27,67 43,19
34 Papua 3,60 4,13 3,35 6,29 3,25 2,28 3,60
Jumlah 1,01 1,42 1,52 1,06 0,70 0,45 0,47
Laporan Kinerja 2018
120 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 21. Rasio Serangan OPT dan DPI Kacang Tanah Tahun 2013-2018 (Per Provinsi)
No. Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 15,88 8,35 7,89 4,59 4,96 7,97
2 Sumut 1,06 1,27 1,81 2,18 2,82 5,25
3 Sumbar 0,53 0,32 0,34 0,42 0,37 0,06
4 Riau 5,53 2,74 6,44 3,13 4,14 2,21
5 Jambi 2,54 0,33 0,72 0,53 1,11 1,47
6 Sumsel 0,54 1,48 2,38 4,18 2,19 4,12
7 Bengkulu 0,43 0,61 0,39 0,24 0,41 0,05
8 Lampung - - 0,18 - - -
9 Babel 1,71 - - - - -
10 Kepri - - - - - -
11 DKI - - - - - -
12 Jabar 0,83 1,05 0,23 0,32 0,15 0,17
13 Jateng 0,12 0,11 0,25 0,32 0,23 0,13
14 DIY 0,37 0,32 0,21 0,14 0,17 0,07
15 Jatim 0,80 0,36 1,05 0,85 0,38 0,15
16 Banten - - - - - -
17 Bali 0,45 0,01 0,33 3,60 0,09 0,09
18 NTB 0,74 0,97 0,14 0,17 0,30 1,27
19 NTT 0,98 0,11 1,00 0,37 0,64 0,50
20 Kalbar 0,50 - 3,77 - 11,80 6,17
21 Kalteng - - - - - -
22 Kalsel - - - - 0,01 0,01
23 Kaltim 0,72 1,48 3,97 1,11 3,13 0,15
24 Kaltara - - - - - -
25 Sulut 0,55 0,98 2,61 1,92 5,86 9,22
26 Sulteng 3,12 - - - - -
27 Sulsel 0,06 0,08 0,09 0,31 0,03 0,29
28 Sultra 3,11 2,13 1,82 0,12 0,12 0,37
29 Gorontalo 8,72 5,84 1,56 0,29 0,07 1,82
30 Sulbar 16,50 3,23 0,21 6,59 16,75 19,54
31 Maluku 0,28 0,11 0,56 0,22 0,20 0,07
32 Malut - 0,42 3,94 0,94 0,02 0,25
33 Pabar 0,08 - - - - -
34 Papua 1,41 0,91 1,13 1,75 2,10 6,03
Jumlah 0,73 0,47 0,64 0,57 0,40 0,39
Laporan Kinerja 2018
121 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 22. Rasio Serangan OPT dan DPI Ubi Kayu Tahun 2013- 2018 (Per Provinsi)
No. Provinsi 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 5,24 5,45 5,88 9,62 8,86 8,11 4,36
2 Sumut 0,21 0,13 0,49 0,77 0,56 0,41 0,64
3 Sumbar 0,23 0,08 0,00 - - - -
4 Riau 4,43 4,29 7,57 1,15 5,38 2,08 3,17
5 Jambi 1,74 3,20 1,54 0,37 0,49 3,25 0,93
6 Sumsel 0,15 1,58 2,88 1,43 10,10 5,64 0,58
7 Bengkulu - 0,13 0,02 0,11 - - 0,38
8 Lampung - - - - 0,00 0,00 0,01
9 Babel - - - - - - -
10 Kepri - - - - - - -
11 DKI - - - - - - -
12 Jabar 0,41 0,52 1,09 0,42 0,45 0,15 0,09
13 Jateng 0,02 0,05 0,32 0,23 0,04 - 0,02
14 DIY 0,07 0,05 0,01 0,02 0,06 0,01 -
15 Jatim 0,03 0,11 0,19 0,08 0,11 0,07 0,08
16 Banten - - - - - - -
17 Bali - - - - - 0,11 0,05
18 NTB - - - - - - -
19 NTT 0,31 0,07 1,06 0,71 0,53 0,27 1,37
20 Kalbar - - 0,01 - - - -
21 Kalteng 0,14 - - - - - -
22 Kalsel - - - - - - -
23 Kaltim 1,74 9,67 7,96 0,51 4,43 3,65 5,29
24 Kaltara #DIV/0! - - - - - -
25 Sulut 3,97 5,44 6,83 0,84 2,13 2,09 5,73
26 Sulteng 0,29 - - - - - -
27 Sulsel 0,06 0,16 0,01 - - - 0,45
28 Sultra 7,86 6,05 8,08 1,96 1,55 0,32 4,14
29 Gorontalo 0,54 - - - - - -
30 Sulbar 14,01 36,52 16,93 - 3,94 5,06 17,44
31 Maluku 2,02 0,99 0,93 0,04 0,57 0,42 0,14
32 Malut 0,01 - - - 1,18 0,68 0,31
33 Pabar - 0,51 - - - - 2,52
34 Papua - - 0,01 0,53 0,23 0,69 0,19
Jumlah 0,25 0,30 0,48 0,24 0,42 0,23 0,28
Laporan Kinerja 2018
122 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 23. Rasio Serangan OPT dan DPI Ubi Jalar Tahun 2013-2018 (Per Provinsi)
No. Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 0,83 2,12 5,76 4,17 5,04 6,27
2 Sumut 0,37 1,09 1,79 2,03 1,13 3,63
3 Sumbar - - - - - -
4 Riau 1,71 1,56 - 2,38 1,87 1,06
5 Jambi 1,65 0,57 0,10 1,17 0,80 0,25
6 Sumsel 0,17 1,33 0,02 4,63 0,37 0,74
7 Bengkulu - - - - - -
8 Lampung - - - - - -
9 Babel - - - - - -
10 Kepri - - - - - -
11 DKI - - - - - -
12 Jabar 0,16 0,20 0,04 0,11 0,09 0,02
13 Jateng - 1,05 0,08 0,22 - -
14 DIY - - - - - -
15 Jatim 0,02 0,12 0,02 - 0,00 0,10
16 Banten - - - - - -
17 Bali - - - - - 0,08
18 NTB - - - - - -
19 NTT 0,26 0,35 0,11 0,10 0,13 1,13
20 Kalbar - - - - - -
21 Kalteng - - - - - -
22 Kalsel - - - - - -
23 Kaltim 1,76 1,22 - - - -
24 Kaltara - - - - - -
25 Sulut 2,64 1,67 - 2,73 4,18 4,38
26 Sulteng - - - - - -
27 Sulsel - - - - - -
28 Sultra 5,75 4,39 0,79 0,62 0,24 0,79
29 Gorontalo - - - - - -
30 Sulbar 5,01 4,35 - 0,87 0,88 11,29
31 Maluku 0,88 0,13 - 0,18 0,08 -
32 Malut - - - - - -
33 Pabar 0,32 1,77 1,07 0,18 - 0,06
34 Papua 0,02 0,00 0,05 0,00 0,00 0,01
Jumlah 0,34 0,39 0,19 0,32 0,23 0,51
Laporan Kinerja 2018
123 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 24. Rasio Serangan OPT dan DPI Kacang Hijau
Tahun 2013- 2018 (Per Provinsi)
Laporan Kinerja 2018
124 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
No. Provinsi 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Aceh - - - - 9,45 -
2 Sumut - 0,01 0,04 0,02 1,48 0,11
3 Sumbar 0,16 - - - - -
4 Riau 0,89 0,48 0,19 1,24 1,45 0,51
5 Jambi 0,04 0,07 - - - -
6 Sumsel 0,02 2,13 4,30 3,99 4,18 0,07
7 Bengkulu - - 0,47 - - -
8 Lampung - - - 0,11 0,72 -
9 Babel - - - - - -
10 Kepri - - - - - -
11 DKI - - - - - -
12 Jabar 2,72 0,95 0,37 0,10 0,16 0,25
13 Jateng 0,40 0,47 0,47 0,70 0,07 0,18
14 DIY - 0,28 - - - -
15 Jatim 0,12 0,21 0,37 0,30 0,03 0,30
16 Banten - - - - - -
17 Bali - - - - 1,62 -
18 NTB 0,02 0,38 - 0,01 - -
19 NTT 0,04 0,75 1,64 0,71 0,66 0,62
20 Kalbar - 0,33 2,41 - - 1,43
21 Kalteng - - - - - -
22 Kalsel - - - - - -
23 Kaltim - - - - 27,85 -
24 Kaltara - - - - - -
25 Sulut 0,92 1,10 3,58 2,18 28,44 -
26 Sulteng 0,10 - - - - -
27 Sulsel 2,50 0,59 0,38 0,16 0,01 0,22
28 Sultra 3,33 1,43 0,96 0,35 0,44 0,20
29 Gorontalo - - - - - 36,99
30 Sulbar 4,70 13,45 0,95 2,08 3,70 0,83
31 Maluku 0,20 0,10 - - 0,08 -
32 Malut - - - - 7,67 -
33 Pabar - 0,60 - - - -
34 Papua - - 0,40 0,09 3,89 -
Jumlah 0,54 0,46 0,46 0,40 0,25 0,23 Lampiran 25. Reviu LAKIN Ditjen TP Tahun 2018
Laporan Kinerja 2018
125 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan