laporan kasus tbc

26
PENDAHULUAN Penyakit TB paru merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah utama kesehtan masyarakat Indonesia. Laporan TB dunia oleh WHO (2006) masih menemptkan Indonesia sebagai penyumbang pasien TB terbesar ke-3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan julah kematian seitar 101.000 pertahun. Berdasarkan hasil survey pravelensi Tuberculosis di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB paru berdasrarkan mikroskopis BTA positif: 110/100.000 penduduk. Selanjutnya Riset Kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2010 menunjukkan prevalensi TB berdasarkan pengakuan responden yang diagonis tenaga kesehatan secara nasional sebesar 0.7 persen, dan dalam hal ini terjadi peningkatan Angka prevalensi di bandingkan dengan Riskesdas 2007 (0,4%). STATUS PASIEN Anamnesis Pribadi: Nama : ZI Umur : 26 tahun

Upload: tejo-pramono

Post on 24-Nov-2015

87 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Menceritakan tentang Laporan Kasus TBC

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Penyakit TB paru merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah utama kesehtan masyarakat Indonesia. Laporan TB dunia oleh WHO (2006) masih menemptkan Indonesia sebagai penyumbang pasien TB terbesar ke-3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan julah kematian seitar 101.000 pertahun. Berdasarkan hasil survey pravelensi Tuberculosis di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB paru berdasrarkan mikroskopis BTA positif: 110/100.000 penduduk. Selanjutnya Riset Kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2010 menunjukkan prevalensi TB berdasarkan pengakuan responden yang diagonis tenaga kesehatan secara nasional sebesar 0.7 persen, dan dalam hal ini terjadi peningkatan Angka prevalensi di bandingkan dengan Riskesdas 2007 (0,4%).

STATUS PASIENAnamnesis Pribadi:Nama: ZIUmur: 26 tahunJenis kelamin : Laki-lakiStatus kawin: Belum menikahAgama : IslamPekerjaan : TetapAlamat: PeureulakSuku: AcehTanggal masuk:25 April 2013Anamnesis PenyakitKeluhan Utama: Sesak nafasTelaah : Pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas di alami sejak 1 bulan yang lalu, memberat dalam 1 minggu dan semakin memberat sejak 2 hari yang lalu. Sesak dirasakan saat os istirahat, berjalan ke kamar mandi dan membuat sulit berbicara. Pasien juga mengeluhkan batuk berdarah sejak 1 bulan yang lalu, sebelumnya batuk telah dirasakan sejak 4 bulan yang lalu, mula-mulanya batuk tidak berdahak, setelah 1,5 bulan kemudian batuk disertai dahak, batuk berdahak berwarna kuning kehijauan. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 2,5 bulan yang lalu, demam dirasakan os saat menjelang malam. Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat malam dan merasa berat badan semakin turun, dan badan terasa lemas.Pasien mempunyai riwayat kontak dengan teman sekamar yang mempunyai keluhan yang sama dengan os.Pasien sudah pernah mengobati sakitnya, namun os lupa nama obatnya, diberikan 3 macam obat, 2 berwarna putih dan satu berwarna, dan sekitar 1 bulan tidak mengkonsumsi obat tersebut.

Anamnesis organ:Jantung : tidak ada kelainanTulang: tidak ada kelainan

Sirkulasi perifer : tidak ada kelainanOtot : tidak ada kelainan

Saluran pernafasan : sesak, batuk berdarah, Darah : tidak ada kelainan

Ginjal dan saluran kencing : tidak ada kelainanEndokrin : tidak ada kelainan

Saluran cerna : tidak ada kelainanGenitalia : tidak ada kelainan

Hati dan saluran empedu : tidak ada kelainanPanca indra : tidak ada kelainan

Sendi : tidak ada kelainanPsikis : tidak ada kelainan

Status Present :Sensorium : ComposmentisTekanan Darah :100/70 mmHgNadi :114 x/menitPernafasan :44x/menitTemperatur :39 celcius

Keadaan Penyakit:Anemia : (-)Ikterus : (-)Sianosis : (-)Dispnoe : (+)Edema : (-)Eritema : (-)Turgor : (-)Sikap tidur paksa : (+)

Pemeriksaan fisik :1. KepalaInspeksi: Rambut : tidak ada kelainan Alis mata : tidak ada kelainan Bulu mata: tidak ada kelainan Mata : tidak ada kelainan Hidung : cupping hidung Bibir : tidak ada kelainan Leher Inspeksi : Struma : (-) Kelenjar bengkak : (-)

Palpasi: Posisi trakea : Deviasi kekanan. Sakit/ nyeri tekan : (-) TVJ : R-2 cmH2o

2. Thorax DepanThorax belakang- inspeksi -Inspeksi Bentuk: Simetris fusiformis Bentuk : simetris Ketinggalan bernafas : (-) Ketinggalan bernafas : (-) Venektasi: (-)-Palpasi-Palpasia. paru nyeri tekan: (-)nyeri tekan : (-) fremitus suara : mengeras kanan>kirifremitus suara : mengeras kanan>kiri

b. jantung ictus cordis: normal

-Perkusia. ParuSuara perkusi paru : sonor memendek pada kedua lapangan paruBatas paru-hati :Relatif : ICS V dextraAbsolut: ICS VI dextra

b. Jantung Batas jantung atas: ICS II linea parasternalis sinistra Batas jantung kiri: ICS V satu jari medial linea midclavicularis sinistra Batas jantung kanan : Linea parasternalis dextra

-Auskultasi a. paruSuara pernafasan : Bronkial Suara tambahan : Rh basah kasar dikedua lap. Paru b. jantungsuara katup: M1>M2A2>A1 P2>P1A2>P23. Abdomen -inspeksi Bengkak : (-) Venektasi: (-)

-PalpasiNyeri tekan: (-)Defens muscular: (-)Hepar : tidak terabaLien : tidak teraba

-PerkusiPekak beralih: (-)

-AuskultasiPeristaltik usus : (+) Normal

4. Genitalia Luka: (-)Hernia : (-)Nanah : (-)

5. Ektremitas-Ekstremitas atas -Ekstremitas bawahBengkak: (-)edema : (-)Merah : (-)merah : (-)Pucat: (-)pucat : (-) Gangguan fungsi : (-)

Pemeriksaan penunjangHasil laboratorium:Darah rutin (25 April 2013)Haemoglobin: 9,1 gr%Haematocryt: 25,2%Leukosit: 12.500Trombosit: 356.000RBC: 3,27 x 10 6/lMCV: 77,1 FlMCH: 27,8 pgMCHC: 36,1 g/dlPLT: 356 x 103/lPCT: 0,256 %

Urin rutin (25 april 2013) :Protein: (-)Biluribin: (-)Reduksi: (-)Leukosit: 0-1Eritrosit: (-)Epitel: (+)

Kimia klinik darah (27 april 2013)Total bilirubin: 0,5 mg/100 mlDirect bilirubin: 0,3 mg/100 mlSGOT: 60 U/ISGPT: 69 U/IAlk. Phospatase : 233 U/IUreum : 11 mg/100 mlKreatinin : 0,5 mg/100 ml

Defenisi TuberculosisTBC adalahsuatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.

EtiologiAgens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah: Mycobakterium tuberculosis Varian asian Varian african I Varian asfrican II Mycobakterium bovisKelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal) adalah : Mycobacterium cansasli Mycobacterium avium Mycobacterium intra celulase Mycobacterium scrofulaceum Mycobacterium malma cerse Mycobacterium xenopi

EpidemiologiBerdasarkan pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia yang utama. Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara lain disebabkan: 1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang berkembang tetapi juga di negara maju. 2. Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan dari struktur usia manusia yang hidup. 3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk di kelompok yang rentan terutama di negara-negara miskin. 4. Tidak memadainya pendidikan tentang TB di antara para dokter. 5 terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostic, dan pengawasan tentang TB dimana terjadi deteksi dan tata laksana kasus yang tidak adekuat. 6. Adanya epidemic HIV terutama di afrika dan asia.Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke 3 tertinggi di dunia setelah china dan India. Dimana berdasarkan survey kesehatan rumah tangga 1985 dan survey kesehatan nasional 2001, TB menempati rangking 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Sedangkan di Aceh dari survey depkes pada tahun 2011, aceh menempati posisi 22 (50,14%).Klasifikasi TBPembagian secara patologis : Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ). Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).

Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu : Tuberkulosis Paru BTA positif. Tuberkulosis Paru BTA negative

Pembagian secara aktifitas radiologis : Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif. Tuberkulosis non aktif . Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).

Pembagian secara radiologis ( Luas lesi ) Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru. Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru. For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.

Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society memberikan klasifikasi baru: Karegori 0, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes tuberculin negatif. Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif. Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit. Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.

Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori : Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk TB berat. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum BTA positf. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TBC ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I. Kategori IV : ditujukan terhadap TBC kronik.

Gejala Klinis

Gejala Penyakit TBCGejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut: Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus, antara lain sebagai berikut: Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Komplikasi Penyakit TBC

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu : Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

Pemeriksaan Diagnostik TBCPemeriksaan Laboratorium Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda. Anemia bila penyakit berjalan menahun Leukosit ringan dengan predominasi limfosit LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan. GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.Radiologi Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB. Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).Pemeriksaan fungsi paru Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

Pencegahan Penyakit TBC

Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

TerapiPengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. (WHO,2010). Berdasarkan pedoman Departemen Kesehatan RI (2007), pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan, dan OAT tidak dapat digunakan secara tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).c. Menurut Depkes RI (2002), persyaratan seorang PMO adalah :1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun penderita, selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita.2. Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita.3. Bersedia membantu penderita dengan sukarela.4. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita.d. Menurut Depkes RI (2002), obat TB Paru diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, agar semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh. Pengobatan TB Paru diberikan dalam dua tahap, yaitu1. tahap intensifPada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari selama dua bulan dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.2. Tahap LanjutanPada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama yaitu selama minimal empat bulan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. (Depkes RI,2002)

Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TB Paru akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOTS = Directly Observed Treatment Shortcourse) oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO). (Depkes, 2007)Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia: (Depkes, 2007)a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif, atau pasien TB ekstra paru.b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya, yakni pasien yang kambuh, pasien gagal OAT, dan pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default).c. Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE).d. Kategori Anak: 2HRZ/4HR.Terdapat beberapa tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu: a. Baru: penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT < 4 minggu.b. Kambuh (Relaps): penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).c. Putus berobat (Default): penderita yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.d. Gagal (Failure): penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.e. Kronik: penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.7. Efek samping obata. Rifampisin tidak ada nafsu makan, flu like syndrome, mual, sakit perut, warna kemerahan pada air seni (urin), gatal dan kemerahan kulit, purpura dan renjatan (syok), hepatotoksik. Penatalaksanaanya: tidak perlu diberi apa-apa, hanya penjelasan pada pasien (jika urin berwarna merah) dan semua OAT diminum sebelum tidur malam, hentikan pemakaian obat jika terdapat keadaan hepatotoksik. (Sudoyo, 2007)b. Pirazinamid nyeri sendi, gatal dan kemerahan kulit, hepatotoksik, hiperurisemia. Penatalaksanaannya: beri aspirin, allopurinol, dan hentikan obat jika terdapat keadaan hepatotoksik. (Sudoyo, 2007)c. Isoniazid kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki, gatal dan kemerahan kulit, hepatitis. Penatalaksanaannya: vitamin B6 100 mg/hr. 34d. Etambutol gatal dan kemerahan kulit, gangguan penglihatan (neuritis optika), nefrotoksik. Penatalaksanaannya: hentikan obat. (Sudoyo, 2007)e. Streptomisin gatal dan kemerahan kulit, tuli, gangguan keseimbanngan, nefrotoksik. Penatalaksanaannya: hentikan obat. (Sudoyo, 2007)8. PrognosisSebelum ditemukan obat anti tuberkulosis penderita tuberkulosis paru memiliki masa depan yang suram. Tetapi sejak ditemukan jenis obat-obat anti tuberkulosis seperti Isoniazid, Rimfapicin, Pirazinamid, Streptomicin, Etambutol, dll tidak menutup kemungkinan bagi penderita tuberkulosis dapat sembuh bahkan bisa sembuh total jika penanganannya secara cepat dan tepat. Kecuali penderita yang relaps atau ada penyakit penyerta atau penyulit maka penyakit ini sulit disembuhkan. Apalagi jika penderita memiliki daya tahan tubuh (imunitas) yang buruk (contohnya : seorang penderita tuberkulosis dengan penyertanya HIV) maka penyakit tuberkulosis ini sangat sulit disembuhkan bahkan dapat menyebabkan kematian yang lebih cepat. (Price,2007).

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Dua Edisi Lima.1. Manalu PSH, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya Penanggulangannya, Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol 9 No. 4, 2010: 1340-1346. 1. http://www.pustakasekolah.com/tbc.html#ixzz2S3yTCOA1