laporan kasus kti sc+mow
DESCRIPTION
LAPORAN KASUS KTI SC+MOWTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. G DENGAN POST OP
SECTIO CAESAREA+MOW DI RUANG BOUGENVILLE RSUD
ADHIYATMA,MPH SEMARANG
TAHUN 2013
Disusun Oleh :
DANIAR REZA HERMAWAN
13.0142.N
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI-NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN-PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian dari semua kanker ginekologi. Di
Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita kanker
ovarium sebanyak 623 .400 dengan angka kematian sebesar 13.900 orang.
Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering tanpa gejala dan tanpa
menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui dimana sekitar 60% - 70%
penderita datang pada stadium lanjut. Maka penyakit ini disebut juga silent
killer Angka kejadian kanker ovarium di Indonesia belum diketahui secara
pasti karena pencatatan dan pelaporan di negeri kita kurang baik., kanker
dharmais ditemukan penderita kanker ovarium sebanyak 30 kasus setiap tahun.
Study epidemologie menyatakan beberapa faktor resiko nullipata, melahirkan
pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga
dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun.
Penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium
sebanyak 30–60%.(Dharmais,2007)
Walaupun penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan
dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai saat ini belum
menggembirakan termasuk pengobatan dan pengobatan yang dilakukan di
pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun
penderita kanker ovarium pada stadium lanjut berkisar 20 – 30 %.
B.Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan
Kista Ovarium
2. Tujuan Khusus Perawat
a. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan post
op Kista Ovarium.
b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien
dengan post op Kista Ovarium
c. Untuk mengetahui nursing care plan pada pasien dengan
post op Kista Ovarium
d. Untuk mengetahui implementasi pada pasien dengan post
op Kista Ovarium
e. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien pasien dengan
post op Kista Ovarium
3. Tujuan Khusus Klien
Klien dapat mengetahui tentang penyakit dan tindakan
keperawatan pada penyakitnya.
C.Manfaat Penulisan
1. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan gambaran bagi perawat mengenai
asuhan keperawatan pada pasien post op Kista Ovarium
sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Post
Ovarium yang menjalani perawatan dan pengobatan di
rumah sakit
2. Bagi Institusi Pelayanan/Rumah Sakit
Memberikan wacana dalam meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dengan salah satu caranya yakni
mengembangkan metode pendekatan mental/ psikologis
dan spiritual/ religi terhadap pasien post op Kista Ovarium
di unit pelayanannya.
3. Bagi Peneliti
Mengetahui perubahan fisik dan psikologi pada
pasien dengan post op Kista Ovarium yang menjalani
perawatan dan pengobatan di rumah sakit.
D. Metode dan Teknik Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan kasus askep adalah metode
deskriptif berbentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan.
Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi lisan yang
didapat secara langsung dari klien maupun keluarga yang berhubungan
dengan masalah kesehatan yang sedang dirasakan klien saat ini.
2. Observasi
Mengamati keadaan klien dan respon klien untuk memperoleh
data objektif tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Memeriksa keadaan fisik klien secara sistematis dan menyeluruh
dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
4. Studi Dokumentasi
Membaca catatan keperawatan dan catatan medis yang
berhubungan dengan klien, serta mendokumentasikan asuhan
keperawatan selama klien ada di rumah sakit.
5. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi dari bahan-bahan bacaan sebagai
literatur yang relevan dengan kasus yang diambil sebagai bahan dalam
pembuatan kasus askep kelolaan.
E.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari V BAB, yaitu :
a. BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode dan teknik pengumpulan data, serta sistematika
penulisan.
b. BAB II Tinjauan teoritis yang berisi konsep kista ovarium : pengertian
kista ovarium, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi. Serta konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien kista ovarium pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan.
c. BAB III Tinjauan kasus yang berisi, pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
d. BAB IV Pembahasan yang berisi penjelasan apakah ada kesenjangan
antara teori dan kenyataan dalam kasus asuhan keperawatan kista ovari.
e. BAB V Penutup yang berisi, kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong
abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa,
2000).
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi
( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana
ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista
ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan
terpisah dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada
pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).
B. Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada
beberapa factor pemicu yaitu :
1. Gaya hidup tidak sehat diantaranya
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan
2. Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi
memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena
suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang
bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia
tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat
berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
C. Klasifikasi
Jenis kista indung telur meliputi:
1. Kista Fungsional
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila
disertai komplikasi seprti terpuntir/ pecah, tetapi
komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada
kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3
bulan.
2. Kista Dermoid
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak
dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan
seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada
kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul
gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.
3. Kista Cokelat (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya
terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan
seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi melekat
pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap
kali haid, lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang
akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini
bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu
rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual intercourse.
4. Kistadenoma
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh
menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung
telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat
penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga
dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi
mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun
atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma ;
Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya
unilokuler, bila multilokuler perlu dicurigai adanya
keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak
sebesar kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain
teraba massa intraabdominal, dapat timbul asites.
Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma
ovarii musinosum.
Kistadenoma ovarii musinosum
Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini
berasal dari teratoma, pendapat lain mengemukakan
kista ini berasal dari epitel germinatifum atau
mempunyai asal yang sama dengan tumor Brener.
Bentuk kista multilobuler, biasanya unilatelar dapat
tumbuh menjadi sangat bersar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista
dan perubahan degenerative sehingga timbul pelekatan
kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal.
Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan
produksi musin yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista
tanpa pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa
salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.
D. Tanda dan gejala
Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda
dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah
akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi
tumor tersebut.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa ;
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin
terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah
panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit
diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut;
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ
di dalam rongga perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu
makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
E. Patofisiologi
1. Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam
timbul invaginasi dari permukaan epitelium yang
berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk
variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis,
endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai
beberapa cm.
b. Kista fungsional
1). Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang
matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak
matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus
menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut
pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau
laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum
pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari 8
cm.
2). Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi
dikarenakan meningkatnya hormon progesteron.
Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau
menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah
atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial,
terapinya adalah operasi oovorektomi.
3). Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola,
terjadi pada 50 % dari semua kehamilan. Dibentuk
sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari
berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat
mola.
4). Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang
berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium
dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia
endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi.
Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan
produksi LH dan oovorektomi.
2. Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)
a. Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai dan dapat
menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini
adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium.
b. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor belum
diketahui secara pasti, namun diduga berasal dari
teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan
elemen yang lain, atau berasal dari epitel
germinativum.
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista
terdapat implantasi pada peritonium disertai asites
maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas,
dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.
d. Kista endometroid. Kista biasanya unilateral dengan
permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu
lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel
endometrium.
e. Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik yang jinak
dimana struktur¬struktur ektoderma dengan
diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi
dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak
nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen
ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari sel telur
melalui proses patogenesis.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui
apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan
untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan
batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium,
atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan
dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan
adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid
kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan
pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna
menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan
tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan
kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)
5. Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan
kemungkinan adaya kanker/kista.
G. Penatalaksanaan
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah
melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau
laparatomi salpingooforektomi.
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk
mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan
perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat
dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada
klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri
dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres
hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
i. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang
tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan
mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar
atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
ii. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena
keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan
operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan
dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena,
antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi
mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian
terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan
pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton,
1995).
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan
umum penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu
juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan
dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-
tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan
perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan
bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah
pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah
satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai
atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan
mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas
ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis,
aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah
operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah
sesuai anjuran (Long, 1996).
H. Komplikasi
Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium
yaitu :
a. Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri
abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang
cepat.
b. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri
abdomen.
c. Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada
abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari.
d. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan
sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.
e. Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan
pada usia diatas 45 tahun.
I. Pengkajian
a. Biodata Meliputi identitas pasien, identitas penanggung
jawab dan identitas masuk.
b. Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat
kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.
c. Status Obstetrikus, meliputi :
Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan
bau
Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia
perkawinan
Riwayat persalinan
Riwayat KB
d. Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram,
Barbara, 1999)
Kaji tingkat kesadaran
Ukur tanda-tanda vital
Auskultasi bunyi nafas
Kaji turgor kulit
Pengkajian abdomen
Inspeksi ukuran dan kontur abdomen-
Auskultasi bising usus-
Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa-
Tanyakan tentang perubahan pola defekasi-
Kaji status balutan-
Kaji terhadap nyeri atau mual
Kaji status alat intrusive
Palpasi nadi pedalis secara bilateral
Evaluasi kembajinya reflek gag
Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang
diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi.
Kaji status psikologis pasien setelah operasi
e. Data penunjang
pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap
(NB, HT, SDP)
terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik
injeksi maupun peroral
J. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Oprerasi
1. Cemas b.d prosedur operasi, perubahan konsep diri.
2. Nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi)
jaringan pada organ ruang abdomen
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d mual, muntah intake yang tidak adekuat.
4. Gangguan harga diri b.d masalah tentang
ketidaknyamanan mempunyai anak, perubahan
feminimitas dan efek hubungan seksual.
5. Disfungsi seksual, resiko tinggi terhadap kemungkinan
pola respon seksual
6. Eliminasi urinarius, perubahan / retensi b.d adanya
edema pada jaringan lokal
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan /
mengingat, salah interpretasi informasi.
b. Post Operasi
1. Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan
2. Risiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap
pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit b.d pengangakatan bedah
kulit.( jaringan, perubahan sirkulasi).
4. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler,
nyeri / ketidaknyamanan, pembentukan edema.
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan
berlebih.
6. Gangguan harga diri b.d biofisikal prosedur bedah yang
mengubah gambaran tubuh, psikososial, masalah
tentang ketertarikan social.
K. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
Dx 1 : cemas b.d prosedur operasi perubahan konsep diri.
Intervensi;
1. Yakinkan informasi klien tenteng diagnosis, harapan,
intervensi pembedahan dan terapi yang akan datang.
2. Jelaskan tujuan dan persipan untuk tes diagnostic
3. Berikan lingkungan perhatian, kterbukaan dan
penerimaan juga privasi untuk pasien / orang terdekat.
4. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk
mengekspresikan takut.
5. Kaji tersedianya dukungan pada pasien.
6. Diskusikan / jelaskan peran rehabilitasi setelah
pembedahan.
Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan prases penyakit
(penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen
Intervensi
1. Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghilang
nyeri
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok
punggung), hiburan dan lingkungan.
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Kembangkan rencana manajemen nyeri antara pasien
dan dokter
5. Berikan analgesic sesuai resep.
b. Post Operasi
Dx 1 : Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan
Intervensi:
1. Kaji keluhan nyeri, perhataikan lokasi, lama dan
intensitas (skala 0-10), perhatikan petunjuk verbal dan
nonverbal
2. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
3. Berikan tindakan kenyamanan dasar
4. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal terakhir
5. Kolaborasi : berikan / analgetik sesuai indikasi
Dx 2 : Resiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap
pembedahan
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV
2. Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien
3. Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum mendekati pasien
4. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi
5. Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter
Dx 3 : kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah
kulit / jaringan, perubahan sirkulasi.
Intervensi:
1. Kaji balutan / untuk karakteristik drainase, kemerahan
dan nyeri pada insisi dan lengan.
2. Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung / sisi
yang tidak sakit dengan lengan tinggi dan disokong
dengan bantal.
3. Jangan melakukan pengukaran TD, menginjeksikan obat
/ memasukan IV pada lengan yang sakit.
4. Inspeksi donor/ sisi donor ( bila dilakukan ) terhadap
warna, pembentukan lepuh perhatikan drinase dan sisi
donor
5. Kosongkan drain luka, secara periodic( catat jumlah dan
karakeristik drainase)
6. Dorong klien untuk menggunakan pakaian yang tidak
sempit / ketat.
7. Kolaborasi: berikan antibiotic sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan
Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan
Maternal / Bayi. Jakarta : EGC.
Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care.
Seventh edition. Philadelphia : Mosby.
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-
kista-ovarium.html
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
Riwayat Keperawatan
Tanggal pasien datang : 03 Oktober 2013
Jam pasien datang : 13.30 WIB
Tanggal pengkajian : 1 Oktober 2012
Jam pengkajian : 18.30 WIB
Diagnosa medis : Sectio
Caesarea+MOW
A. Biodata
1.Biodata Klien
Nama klien : Ny. L
Umur : 38 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Semarang
2.Biodata penanggung jawab
Nama : Tn. D
Umur : 46 tahun
Pekerjaan :
Alamat : Semarang
B.Riwayat kesehatan Umum
1.Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit DM,
jantung dan Hipertensi. Namun klien mengatakan sudah pernah dua kali
menjalani operasi caesar.
2.Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan selama kehamilan ini selalu
memeriksakan kehamilannya di poli kandungan RS
Tugurejo. Pada saat periksa yang terakhir dokter poli
kandungan menganjurkan klien untuk opname di RS
Tugurejo sebelum muncul kenceng-kenceng karena klien
sudah dua kali menjalani operasi caesar. Klien dirawat di
ruang Bougenville kelas III. Karena klien akan menjalani
operasi caesar yang ketiga maka dokter menyarankan
untuk dilakukan tindakan MOW (steril), klien bersedia
dilakukan SC dan MOW.
3.Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri di bagian perut. P : post op SC
hari ke 0, Q : perih dan panas, R : abdomen, S : 6 (sedang),
T : menetap
Klien tampak meringis sambil mengusap-usap perutnya
4.Riwayat kesehatan keluarga (Genogram)
Keterangan
Laki-laki
perempuan
meninggal
pasien
tinggal dalam satu rumah
5.Alergi
Pasien tidak memiliki alergi, baik pada udara, obat ataupun
makanan
6.Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
Klien tidak pernah merokok, tidak pernah minum-minuman
keras.
7.Riwayat sosial
Hubungan dengan masyarakat baik, tidak ada masalah
dengan masyarakat tempat tinggalnya.
8.Personal hygiene
Sebelum hamil selama
hamil
Mandi 2x sehari 2x
sehari
Gosok gigi 2x sehari 2x sehari
Cuci rambut 3 hari sekali
2 hari sekali
Potong kuku jika panjang
jika panjang
Ganti pakaian sehari sekali
sehari sekali
Masalah/ keluhan: tidak ada keluhan
9.Riwayat keperawatan untuk pola nutrisi-metabolik
(porsi dan jenis)
Klien menyatakan sebelum operasi makan 3x sehari, porsi
sedang, dengan nasi, lauk pauk, sayur, kadang-kadang
buah, dan minum air putih 7-8 gelas/hari. Setelah operasi
klien belum memiliki nafsu makan, makan malam cuma
habis satu sendok.
Masalah/keluhan: tidak nafsu makan.
10. Riwayat keperawatan untuk pola eliminasi
Klien mengatakan sebelum sakit BAB lancar setiap hari,
selama hamil ini BAB 2 hari sekali, konsistensi lunak, tidak
ada masalah dalam BAB. Sebelum sakit BAK 4-6 x/ hari,
warna kuning jernih. Selama sakit BAK 6-8x/ hari, lancar
tidak ada masalah/keluhan dan tidak terasa nyeri, warna
kuning jernih.
11. Riwayat keperawatan untuk pola aktivitas
latihan
Sebelum sakit klien bekerja sebagai buruh di Warung
makan, klien tidak merasa sakit ketika terasa kecapekan
12. Istirahat atau Tidur
Klien mengatakan sebelum sakit klien tidur siang 1 jam
(12.00-13.00) dan tidur malam 7 jam – (22.00-05.00)
nyenyak. Selama sakit klien tidur siang 1 jam, dan tidur
malam 6 jam, klien mengeluh nyeri saat tidur sehingga
sering terbangun.
C.Riwayat kebidanan Obstetrik
1.Riwayat menstruasi
Menstruasi siklus 28 hari, waktu menstruasi 5-6 hari tdak
nyeri pada saat menstruasi.menarche klien umur 13 tahun
2.Riwayat pernikahan
Klien mengatakan ini adalah pernikahan pertama.
3.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Klien mengatakan ini adalah kehamilan ketiga, anak
pertama lahir dengan SC karena panggul sempit, anak
kedua lahir dengan SC karena pengapuran plasenta, dan
anak ketiga secara otomatis dilahirkan dengan SC karena
sudah dua kali SC sebelumnya.
4.Riwayat KB
Klien mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik
dengan jangka waktu satu bulan
5.Riwayat Kehamilan sekarang
Klien mengatakan hari pertama haid terakhir 28 Juni 2013, Hari perkiraan
lahir 31 Maret 2014. Usia kehamilan saati ini 12 minggu. Klien selalu
mengunjungi ANC tepat waktu
D. Pemeriksaan Fisik
1.Parameter umum
Kesadaran : composmentis
Keadaan Umum: lemah
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/ menit
2.Pemeriksaan fisik
Kepala
Inspeksi : Rambut nampak bersih, tidak ada ketombe,
hitam, ikal
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan dikepala
Muka
Inspeksi : tidak ada edema
Mata
Inspeksi : conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus,
tidak ada sekret/bersih
Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris kanan dan kiri, lubang
hidung bersih
Palpasi : tidak ada fraktur dan nyeri tekan
Telinga
Inspeksi : lubang telinga bersih tidak ada serumen,
simetris kanan dan kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pendengaran : masih berfungsi dengan baik
Mulut
Inspeksi : tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi :
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar `tiroid
Dada
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, pengembangan dada
sama antara kanan dan kiri
Palpasi : getaran dinding dada sama, konfigurasi
dada 1: 2
Perkusi : terdengar sonor pada paru-paru dan pekak
pada area jantung
Auskultasi : vesikuler pada paru-paru dan bunyi jantung I,
II terdengar reguler
Payudara
Inspeksi : bentuk simetris, puting susu kecil
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : terlihat luka post operasi kurang lebih 10 cm
Genitalia dan Anus
Inspeksi : tidak ada perdarahan
Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : varises tidak ada, tidak ada edema
Kulit
inspeksi : tidak sianosis, tidak kering
palpasi : teraba hangat, turgor kulit baik < 3
detik
E.Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium
Hb 11, 2 g/dL
2.USG
Tanggal 23 September 2012
3.Terapi
Per oral:
Vomizol 2x500 mg
Amoxilin 3x500 mg
Fe 9
Vit B complek
Ranitidin
Per IV :
Cefotaxim
Novalgim
Semarang, 1 Oktober
2012
Yang Mengkaji
II. PENGELOMPOKAN DATA
Data Subyektif
1. Klien mengatakan nyeri pada perut, nyeri sedang perih dan
panas, nyeri terjadi pada bagian perut, skala nyeri 6, nyeri
menetap.
2. Klien mengatakan tidak nafsu makan
3. Klien mengatakan telah dilakukan operasi SC+steril, operasi
ke 3
Data Obyektif
1. Ekspresi wajah tampak meringis
2. Klien makan habis 1 sendok
3. Tekanan darah 110/70 mmHg
4. Nadi 80 x/ menit
5. HB : 11, g/dl
6. USG tanggal 23 September 2012
III. ANALISA DATA
Data Fokus Masalah Etiologi
DS: Klien mengatakan yeri
pada perut, nyeri sedang
seperti disayat-sayat, nyeri
pada terjadi pada perut pada
luka insisi bedah, skala nyeri 7,
nyeri terjadi hilang timbul.
DO: ekspresi wajah tampak
meringis kesakitan,
Nyeri akut Luka insisi
bedah
DS: Klien mengatakan telah
dilakukkan pos op kista
ovarium, post op ke 3
DO: Luka post post bersih
Resiko infeksi dengan adnya
luka isisi
bedah
DS: Klien mengatakan tidak
nafsu makan
DO: Klien makan habis ½ porsi
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Masukan
makanan
tidak cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolik
IV. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi bedah
2. Resiko infeksi berhubungan dengan post op kista ovarium
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Masukan
makanan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
V. INTERVENSI
Nama: Ny. P No. RM :
Umur : 18 THN DX. Medis : pot op Kista
ovarium
Tgl/
jam
No.
Dx
Rencana tujuan
dan kriteria hasil
Intervensi Rasional para
f
1/10/
12
22.0
0
1 Tujuan : pasien
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan nyeri
berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Pasien
mengatakan
nyeri berkurang
b. Skala nyeri 5
c. Ekspresi wajah
lebih rileks
a. Jelaskan pada
klien
penyebab
mules dan
nyeri perut
b. Anjurkan klien
mengatasi
nyeri dengan
teknik
relaksasi
c. Kolaborasi
dengan
dokter untuk
pemberian
obat-obat
mengurangi
Klien
mengerti dan
memahami
keadaan yang
kadang
dialaminya
Dengan
teknik
relaksasi otot
dan
pernafasan
akan
mengurangi
rasa nyeri
Analgesik
dapat
mempengaru
hi syarat yang
rasa sakit dapat
menyebabkan
rasa nyeri
hilang
1/10/
12
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
selama 1x 24 jam
diharapkan luka
jaitan pasien tetap
bersih dengan
kriteria hasil:
Tidak terdapat
tanda tanda infeksi
a. Kaji luka
inssi bedah
b. Jaga
lingkungan
tetap bersih
c. Lakukan
perawatan
luka
Untuk
megetahui
tanda tanda
infeksi
Untuk
menghndari
infeksi
Untuk
meghidari
adaya ifeksis
1/10/
12
22.0
0
2 Tujuan : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
selama 1x 24 jam
diharapkan nafsu
makan pasien
bertabah dengan
kriteria hasil:
a. Klien makan
habis 1 porsi
b. Tidak ada mual
ndan muntah
a. Lakukan
observasi
keadaan
umum klien
b. Lakukan
observasi TTV
c. Beri
penyuluhan
tentang DIIT
TKTP
Untuk
mengetahui
keadaan klien
TTV dalam
batas normal
menandakan
keadaan
umum klien
Dengan
memberikan
penyuluhan
klien dan
keluarga
d. Anjurkan klien
untuk
menghabiska
n
makanannya
diharapkan
mengerti dan
mau
melaksanakan
aa yang
diintervensika
n
Untuk
terpenuhi
kebutuhan
metabolisnya.
VI. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. P No. RM :
Umur : 18 THN DX. Medis : pot op Kista ovarium
Tgl/
jam
No.
Dx
Implementasi Respon Klien Para
f
1/10/
12
22.00
05.15
1,
2, 3
1
Mengukur tekanan darah,
suhu menghitung nadi
Menjelaskan penyebab
nyeri/ sakit klien
S: klien mengatakan
lemes
O: TD 110/70 mmHg, s:
36ºC, N: 80 x/menit, RR
18 x/ menit
S: klien mengatakan
sudah mengerti tentang
05.30
06.30
07.00
07.30
1
2
3
1,2,
3
Menganjurkan klien
mengatasi nyeri dengan
teknik relaksasi yaitu
teknik nafas dalam
Memberikan informasi
tentang maksud, tujuan
tentang menjaga
kepersihan luka post op
Menganjurkan kepada
klien untuk makan habis
dalam 1 porsi
Memberika obat per oral
Amoxilin
Fe
kondisi/ sakitnya
O: ekspresi klien tampak
nyeri
S: klien mengungkapkan
lebih nyaman, nyeri
berkurang
O: ekspresi rileks, skala
nyeri 6
S: klien mengungkapkan
cemas
O: klien tampak tegang
S: klien mengatakan iya
O: klien klien terlihat
hbs ½ porsi
2/10/
12
21.00
05.00
1
1,2,
3
Mengkaji nyeri pasien
Mengobservasi keadaan
klien, mengukur vital sign
S: klien mengatakan
nyeri pasien sedikit
berkurang
O: skala 7
S : klien mengatakan iya
O : TD 110/ 80 mmHg, S
05.30
06.00
07.00
07.30
07.35
3
1
3
3
, 3
1,2,
3
Memberikan terapi infus
RL
Menganjurkan relaksasi
nafas dalam
Memberikan penyuluhan
pendidikan kesehatan
tentang penyakit kista
ovarium, dan diit
Mengajurkan klien untuk
makan habis 1 porsi
Memberikan obat oral
Amoxilin 3x500
Ranitidin
Paracetamol
Vit. B complek
Fe
: 38ºc, N : 82 x/ menit,
S: klien mengatakan iya
O: Infus RL
S: klien mengatakan
nyeri pada pada perut
bagian kiri
O: terlihat adanya luka
insisi, ekspresi menahan
nyeri, skala nyeri 6
S: klien mengatakan iya
O: klien terlihat
mendengrkannya
S: klien mengatakan iya
O: terlihat habis 1 porsi
S: klien mengatak iya
O: sudah diminum
3/10/
12
14.30
1,2,
3
Mengobservasi keadaan
klien, mengukur tekanan
darah, nadi dan suhu klien
S: klien mengatakan iya
O: TD 120/80 mmHg, S
36,7ºc, N 88x/ menit
15.00
17.00
17.30
1
3
1,2,
3
Megobservasi nyeri klien
Mengobservasi nutrisi
makan klien
Memberikan obat per oral
Amoxilin 3x500
Raitidin
S: klien mengatakan
nyerinya sudah sedikit
O: skala nyeri 5,
ekspresi nampak rileks
S: Klien mengatakan
sekarang makan habis 1
porsi
O: habis 1 porsi
S: klien mengatak iya
O: sudah diminum
4/10/12
10.00
11.00
1,2,3
-
Mengobservasi keadaan klien,
mengukur tekanan darah, nadi
dan suhu klien
Klien berpamitan/ meninggalkan
ruang rawat inap cempaka
S: klien mengatakan tidak
nyeri,
O: TD 120/80 mmHg, S
36,7ºc, N 88x/ menit
S: klien mengatakan mau
pulang
O: ekspresi klien tampak
senang
VII. EVALUASI
Nama : Ny. P No. RM :
Umur : 18 THN DX. Medis : post op Kista ovarium
Tgl/
jam
N
o
Evaluasi Keperawatan Paraf
D
x
1/10/
12
21.30
14.30
1
2
3
S: Klien mengatakan yeri pada perut, nyeri
sedang seperti disayat-sayat, nyeri pada
terjadi pada perut pada luka insisi bedah,
skala nyeri 7, nyeri terjadi hilang timbul.
O: ekspresi wajah tampak meringis
kesakitan,
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- anjurkan klien untuk relaksasi nafas
dalam jika nyeri terjadi
S: Klien mengatakan telah dilakukkan pos
op kista ovarium, post op ke 3
O: Luka post post bersih
A: masalah belum teratasi
P: pertahankan intervensi
- pertahankan klien utuk menjga
kebersihan lukanya
S: Klien mengatakan tidak nafsu makan
O: Klien makan habis ½ porsi TD 120/ 80
mmHg, S 37,1ºC, Nadi 82 x/ menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- pertahankan maukan makanan
- anjurkan klien makan-makanan yang
bergizi
2/10/
12
21.00
21.00
1
2
3
S: klien mengatakan nyeri berkurang
O: ekspresi tampak rileks, skala nyeri 6
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- anjurkan klien untuk relaksasi nafas
dalam jika nyeri
S: Klien mengatakan telah dilakukkan pos
op kista ovarium, post op ke 4
O: Luka post post bersih
A: masalah belum teratasi
P: pertahankan intervensi
- pertahankan klien utuk menjga
kebersihan lukanya
- lakukakan perawatan luka
S: Klien mengatakan iya
O: Klien makan habis 1 porsi TD 120/ 80
mmHg, S 38,1ºC, Nadi 82 x/ menit
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
- pertahankan maukan makanan
- anjurkan klien makan-makanan yang
bergizi
5/10/
12
14.45
1
2
3
S : klien mengatakan nyeri berkurang
O: ekspresi tampak rileks, skala nyeri 5
A : masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
- anjurkan klien untuk relaksasi nafas
dalam jika nyeri
S: Klien mengatakan telah dilakukkan pos
op kista ovarium, post op ke 5
O: Luka post post bersih
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
- pertahankan klien utuk menjga
kebersihan lukanya
- lakukakan perawatan luka
S: Klien mengatakan iya
O: Klien makan habis 1 porsi TD 120/ 80
mmHg, S 38,1ºC, Nadi 82 x/ menit
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
- pertahankan maukan makanan
- anjurkan klien makan-makanan yang
bergizi
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan dikelola pada Ny. P 18 tahun dengan
diagnosa kista ovarium. Dari USG tanggal 23 september 2012
didapatkan hasil terdapat kesan adanya krista ovarium sebelah
kiri yang belum disingkirkan. Mochtar (2006, h. 404)
mengungkapkan USG digunakan untuk menilai keadaan embrio
atau janin serta luasnya daerah perdarahan intrauterin. Pada
abortus incomplitus gambarannya tidak spesifik tergantung dari
usia gestasi dan banyaknya sisa jaringan konsepsi. Selain
pemeriksaan penunjang dengan USG, diagnosa kista ovarium
ditegakkan oleh karena munculnya tanda gejala yang khas pada
kista ovarium tersebut. Tanda dan gejala kista ovarium meliputi:
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa : Gangguan haid, Jika
sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih, Dapat terjadi peregangan atau penekanan
daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit
diperut, nyeri saat bersenggama. Pada stadium lanjut
diantaranya : asites, penyebaran ke omentum (lemak perut)
serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati), perut
membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan
buang air besar dan kecil, Sesak nafas akibat penumpukan
cairan di rongga dada.
Pada Ny. p tanda yang dijumpai adanya sakit diperut atau
nyeri, nyeri sedang yang dirasakan Ny. P Asuhan keperawatan
dilakukan selama 4 hari di ruang cempaka RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan. Asuhan keperawatan pada Ny. P dengan
post kista ovarium diperoleh 3 masalah keperawatan prioritas
yaitu nyeri akut, resiko infeksi dan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Wilkinson (2006, h. 338) menyebutkan nyeri akut adalah
pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial dengan durasi kurang dari 6 bulan. Dari pengkajian
didapatkan data: klien mengatakan mules dan nyeri pada perut
bagian bawah, nyeri sedang seperti disayat-sayat, nyeri pada
terjadi pada perut bagian bawah/ diatas kemaluan, skala nyeri 7,
nyeri terjadi hilang timbul. Ekspresi wajah tampak meringis
kesakitan, USG: kista ovarium.
Risiko terhadap infeksi adalah Keadaan dimana seorang
individu berisiko terserang oleh agen patogenik dan oportunistik
(virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-
sumber eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen. Klien
mengatakan telah dilakukkan pos op kista ovarium, post op ke 3
DO: Luka post post bersih
Wilkinso (2007) mengungkapkan Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu yang
mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan metabolic. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
adalah intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolic. Dari pengkajian pada Ny. W didapatkan
Klien mengatakan tidak nafsu makan DO: Klien makan habis ½
porsi
Kista ovarium termasuk suatu tumor/benjolan yang tumbuh abnormal
namun kista ovarium tumbuhnya di ovarium/indung telur. Kista ovarium berupa
tumor yang berisi cairan bukan berisi jaringan padat dengan kata lain kista ini
perabaannya lunak bukan padat. Karena asalnya dari ovarium/indung telur maka
kista ovarium dapat terjadi pada ovarium/indung telur yang sebelah kiri atau
kanan atau bahkan keduanya (kiri dan kanan). Saat ini yang dianjurkan hanyalah
kista-kista ovarium dilakukan melalui operasi laparoskopi Selain itu dengan
laparoskopi, dimana cara operasi dengan menggunakan lensa/teleskop yang
memiliki pembesaran objek sekitar 5-10x maka laparoskopi mempunyai akurasi
yang lebih tinggi dibandingkan laparotomi untuk memisahkan jaringan kista
(jaringan abnormal/patologi) dengan jaringan ovarium yang normal sehingga
dengan laparoskopi kemampuan untuk melakukan reservasi sel telur dan jaringan
ovarium normal sangat efektif. Setelah dilakukkan tindakan pembedahan maka
selanjutnya diakukkan perawatan luka akibat insisi bedah untuk menghindari
resiko infeksi.Untuk mengatasi terjadinya infeksi dilakukkan perawatan
luka yang dilakukkan setiap pagi hari. Setelah mendapat
perawatan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan selama 2
miggu klien mengalami perubahan kondisi. Masalah keperawatan
pada Ny. A ada yang sudah teratasi. Implementasi keperawatan
yang sudah dilakukan selama 4x24 jam, masalah keperawatan
dapat teratasi semua. Intervensi dan implementasi yang sudah
dilakukan realatif sama dengan text book.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kelolaan kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.
P dengan kista ovarium berlangsung selama 4 hari. Masalah
keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut, resiko infeksi,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. P masalah
keperawatan yang muncul dapat teratasi.
B. Saran
Bagi tugas keperawatan di maternitas, penanganan kista
ovarium segera dilakukkan krena nantinya bisa mabortus
perlu dilakukan dengan cepat dan tepat. Karena bisa
mengakibatkan komplikasi Diharapkan bagi tenaga
keperawatan/ kebidanan di ruang nifas bisa tanggap
menangani atau mengurangi masalah yang terjadi. dengan
tindakan keperawatan yang sesuai.