laporan home visit kusta

43
LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT HOME VISIT DI JATIWARNO, JATIPURO, KARANGANYAR Disusun Oleh: Daniel Purbo R. G99141132 Mifta Wiraswesti G99141133 Silvia Imnatika F. I. G99141134 M. Luthfiyanto G99141135 Diah Nahdliana G99141136 KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 1

Upload: daniel-purbo-rinanto

Post on 14-Sep-2015

99 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

laporan kusta

TRANSCRIPT

LAPORAN KEPANITERAAN KLINIKILMU KESEHATAN MASYARAKATHOME VISITDI JATIWARNO, JATIPURO, KARANGANYAR

Disusun Oleh: Daniel Purbo R. G99141132Mifta WiraswestiG99141133Silvia Imnatika F. I.G99141134M. LuthfiyantoG99141135Diah NahdlianaG99141136

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2015

BAB IKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

A. Anggota KeluargaNama Kepala Keluarga: Tn. SAlamat: Dusun Sonosari, Desa Jatiwarno, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarBentuk Keluarga: Extended FamilyStruktur Komposisi Keluarga :Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu RumahNoNamaKedu-dukanL/PUmurPendi-dikanPeker-jaanPasien klinikKet.

1Tn. SKepala KeluargaL35 thSDBuruh Tani, Serabutan YaPasien menderita kusta

2Ny. FMIstriP25 thSDIRTTidak-

3Ny. KIbuP60 thSDTaniTidak-

4Tn. SrKakakL45 thSDSerabutanTidak-

5Ny. MKakakP40 thSDIRTTidak-

6Sdr. HKKeponakanL24 thSDPelajarTidak-

7.Sdr. SKeponakanL15 thSDPelajarTidak-

Kesimpulan: Keluarga Tn. S termasuk ke dalam extended family yang terdiri atas 7 orang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. S (35 tahun), Ny. FM (25 tahun), Ny. K (60 tahun), Tn.S (45 tahun), Ny. M (40 tahun), Sdr. HK (24 tahun), Sdr. S (10 th). Semuanya tinggal bersama dalam satu rumah namun tidak selalu dikarenakan keadaan masing-masing anggota keluarga yang sering berpindah dan merantau.

B. Identifikasi Aspek Personal1. Keluhan pasien Pasien mengeluhkan gambaran seperti bercak-bercak di lengan kanan dan kiri 2. Persepsi pasien tentang penyakitnyaPasien belum mengetahui dan menyadari tentang penyakitnya. Pasien hanya mengira penyakirnya adalah penyakit kulit biasa. Namun, pasien belum mengetahui sepenuhnya mengenai komplikasi, pentingnya kontrol terhadap penyakitnya.3. Harapan PasienPasien berharap agar bercak di kulitnya cepat sembuh 4. Kekhawatiran pasienPasien mengaku cemas akan penyakitnya mengalami komplikasi lebih lanjut sehingga tidak dapat bekerja.

BAB IISTATUS PASIEN

A. Identitas PenderitaNama: Tn. SUmur: 35 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAgama: IslamPekerjaan: SerabutanStatus: Menikah Tanggal Pemeriksaan: 18 Juni 2015, .................................,.....................

B. Anamnesis1. Keluhan UtamaPasien mengeluh muncul bercak dan kebas di lengan kanan dan kiri.2. Riwayat Penyakit SekarangKeluhan Tn. S mulai dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan pertama kali saat Tn. S bekerja sebagai buruh di Jakarta Selatan. Tn. S pertama kali merasakan berca pada lengannya. Keluhan yang dialami Tn. S hanya dianggap sebagai penyakit panu sehingga pasien mengobati sendiri dengan beli obat di warung serta disertai dengan jamu-jamuan. Ramuan yang diminum meliputi salep walet, sambiloto. Sempat agak berkurang bercaknya tetapi kemudian ketika berhenti muncul lagi. Keluhan yang dirasakan Tn. S disertai pula dengan kebas dan panas pada bercak tersebut. Sejak muncul keluhan tersebut, kurang lebih 2 bulan setelahnya setelah bercak semakin melebar, Tn. S kemudian berobat di puskesmas Jatipuro dan disarankan untuk periksa ke dokter spesialis kulit. Kemudian pasien memeriksakan dirinya ke dokter spesialis kulit dan didiagnosis dengan Morbus Hansen. Kemudian oleh dokter spesialis dirujuk kembali untuk mendapat tata laksana di puskesmas Jatipuro. Dari Puskesmas diberikan 2 macam obat pada tahap awal yakni Rifampisin, dan DDS. Kemudian setelah itu hanya diberikan DDS saja. Pasien saat kunjungan pertama home visit sudah menjalani pengobatan selama 1 minggu. Sekarang pasien tidak ada keluhan dan hanya mengeluhkan kadang masih panas selama beberapa hari terakhir. .3. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat tekanan darah tinggi : (-)b. Riwayat sakit gula: (-)c. Riwayat sakit asma: (-)d. Riwayat alergi: (-)e. Riwayat sakit kuning : (+) 7 tahun yang lalu. Sudah sembuh dengan pengobatan ramuan akar bambu kuning. 4. Riwayat Penyakit Keluargaa. Riwayat tekanan darah tinggi: (-)b. Riwayat sakit gula: (-)c. Riwayat sakit asma: (-)d. Riwayat alergi: (-)5. Riwayat Kebiasaana. Riwayat olahraga: jarangb. Riwayat merokok: (+) c. Riwayat alkohol: (-)6. Riwayat Perkawinan dan Sosial EkonomiPasien adalah seorang laki-laki berusia 35 tahun dengan status menikah dengan Ny. FM. Pasien tinggal serumah dengan istri, ke dua orang kakaknya yaitu Tn Sr (45 tahun), Ny. M (40 tahun), dan juga tinggal beserta dua keponakannya dari kakaknya Ny M yaitu Sdr HK (24 tahun), dan Sdr. S (10 tahun). Untuk saat ini Tn. S tidak bekerja dan baru akan mulai bekerja lagi setelah kondisinya pulih. Karena puasa ini keluarga besar berkumpul karena biasanya tidak serumah karena merantau. Keluarga Tn S merupakan keluarga tani dan serabutan. Untuk kebutuhan sehari-hari Tn. S dan keluarga dipenuhi dari penghasilannya sendiri disertai dengan penghasilan kakaknya, Penghasilan yang diterima pas-pasan namun cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Sampai saat ini pasien merasa penghasilan keluarganya memang sedikit dan sebenarnya mungkin tak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun keluarga ini berusaha semaksimal mungkin agar penghasilan keluarganya bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.Tn. S. rutin mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya setiap kali ada undangan rapat atau berkumpul pasien sering berkumpul juga dan tidak ada masalah dengan warga sekitar. Hanya semenjak mengidap penyakit ini pasien sedikit lebih jarang keluar rumah untuk mengurangi paparan ke warga sekitar. Tn. S rutin beribadah di Masjid. Untuk Kegiatan sehari-hari seperti mandi dan makan, pasien tidak memerlukan bantuan orang lain, pasien dapat melakukannya secara mandiri. 7. Riwayat GiziTn. S makan tiga kali sehari dengan sayur dan lauk antara lain tahu, tempe dan menu masakan sederhana.8. Anamnesis Sistema. Keluhan utama: bercak yang kebas di lengan kanan dan kirib. Kulit: gatal (-), panas (+), kebas (+)c. Kepala: sakit kepala (-), leher cengeng (+), berputar (-), luka (-), benjolan (-)d. Mata: pandangan mata bekunang-kunang (-),e. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)f. Telinga: pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-)g. Mulut: sariawan (-), mulut terasa asam (-), mukosa basah (-), papil lidah atrofi (-)h. Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)i. Pernafasan: sesak nafas (-), batuk lama (-) mengi (-), batuk darah (-), dahak (-), nyeri dada (-)j. Kardiovaskuler: berdebar-debar (-)k. Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), mudah haus (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan (2 hari sekali)l. Genitourinaria: BAK 3-4 kali sehari kuning jernih dan jumlah dalam batas normalm. Muskuloskeletal: nyeri sendi (-), nyeri otot (-)n. Ekstremitas: i. Atas : bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-)ii. Bawah : bengkak (-), pitting oedem (-), luka (-), ujung jari kaki dingin (-)o. Neurologi: Kebas pada lokasi bercak (+)

C. Pemeriksaan FisikTanggal 18 Juni 20151. Keadaan UmumTidak tampak sakit, keadaan compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup2. Tanda VitalTensi: 120/80 mmHgNadi: 84 x/menit, reguler, isi cukup, simetrisPernafasan: 18 x/menitSuhu: 36,8 0C per axiler3. Status GiziBB: 70 kgTB: 175 cmBMI: BB/TB2 = 65/(1,70)2 = 22,85 kg/m2 Status gizi: Normoweight (18,5-22,9 kg/m2)4. KulitWarna kulit sawo matang, rambut hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), petechie (-), spider nevi (-), makula eritem hipopigmentasi hipoestesi (+)5. KepalaBentuk mesochepal, rambut sukar dicabut6. MataKonjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor7. HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)8. MulutBibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-)9. TelingaMembran timpani intak (+), sekret (-)10. TenggorokanTonsil melebar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)11. LeherJVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB (Kelenjar Getah Bening) tidak membesar12. ThoraksNormochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)a. Cori. Inspeksi Ictus cordis tidak tampakii. PalpasiIctus cordis tidak kuat angkatiii. PerkusiBatas kiri atas: SIC III 2cm medial Linea Mid Clavicularis SinistraBatas kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis DextraBatas kiri bawah: SIC V Linea Mid Clavicularis SinistraBatas kanan bawah: SIC IV Para Sternalis DextraBatas jantung tidak melebar iv. AuskultasiBJ I = BJ II, bising (-)b. Pulmoi. Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiriii. Palpasi: fremitus raba kanan=kiri iii. Perkusi: sonor/sonoriv. Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-/-), inspirasi = ekspirasi 13. Abdomeni. InspeksiDinding perut sejajar dari dinding dada, venektasi (-)ii. PerkusiTimpani seluruh lapang perutiii. AuskultasiBising usus (+), 9x / menitiv. PalpasiSupel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

14. Ekstremitasi. Atas: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)ii. Bawah: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)15. NeurologiSensibilitas: (-) pada bagian tubuh yang terdapat bercakD. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan BTA di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan hasil BTA (-)

E. ResumePasien mengeluh bercak di lengan kanan dan kiri disertai dengan rasa kebas dan panas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tidak tampak sakit, compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup. Tanda Vital, Tensi: 120/80 mmHg, Nadi: 84 x/menit (reguler, isi cukup, simetris), Pernafasan: 18 x/menit, Suhu: 36,8 0C per axiler. Status Gizi, BB : 70 kg, TB : 175 cm, BMI : BB/TB2 = 65/(1,70)2 = 22,49 kg/m2 , Status gizi : gizi cukup. Jantung, paru, abdomen dan ekstremitas tidak ditemukan adanya kelainan.Pasien menderita Morbus Hansen tipe Pausibasilar. Saat ini sudah mendapat terapi Rifampisin dan DDS di hari pertama dan selama seminggu sudah mendapat terapi DDS dan vitamin. F. Patient Centered Diagnosis1. Diagnosis Holistik Pasien yang berusia 35 tahun dalam extended family dengan diagnosa Morbus Hansen tipe Pausibasilar. Hubungan yang terjadi dalam keluarga cukup harmonis. Dari segi fungsi psikologis, pasien tidak mengalami depresi, tidak mengalami ansietas, dan tidak mengalami stres. Fungsi sosial keluarga pasien masih baik. Pasien cukup aktif dalam acara yang diselenggarakan bersama masyarakat sekitar dan masih bersosialisai dalam masyarakat lewat berbagai macam bentuk kegiatan walau intensitasnya berkurang dikarenakan sakit yang diderita. Akan tetapi keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Pekerjaan pasien adalah buruh serabutan, namun untuk saat ini sedang tidak ada pekerjaan karena keluhan yang dirasakan pasien. Dari hasil pekerjaan, pasien dan keluarganya sudah cukup untuk memenuhi kegiatan sehari-hari. Untuk biaya pengobatan sendiri pasien termasuk ke dalam peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Interaksi antara pasien dengan keluarga lain cukup harmonis.. Tingkat pendidikan pasien kurang cukup untuk mengerti betul tentang kondisinya saat ini, oleh karena itu pasien berusaha mencari informasi agar bisa merubah pola hidupnya agar keluhan dari penyakitnya tidak timbul kembali. Sedangkan dalam segi budaya, pasien dan keluarga masih menjunjung budaya setempat, yaitu Budaya Suku Jawa.1. Diagnosis BiologisPasien berusia 35 tahun menderita Morbus Hansen tipe Pausibasilar.1. Diagnosis PsikologisInteraksi yang terjadi dalam keluarga ini cukup baik. Fungsi psikologis pasien diukur menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety and Stress Scale). Pada penilaian menggunakan kuesioner DASS, pasien tidak mengalami depresi, tidak mengalami ansietas, dan tidak mengalami stres. Tidak terjadi konflik yang berarti dalam keluarga pasien. Pasien masih dapat melaksanakan kehidupannya dengan baik, tampak ceria, sangat ramah dan akrab dengan orang baru.1. Diagnosis Sosial, Ekonomi, dan BudayaPasien tidak ikut mengurus organisasi yang ada di masyarakat, tetapi tetap ikut aktif dalam acara yang diselenggarakan bersama masyarakat sekitar. Dapat berinteraksi dengan orang lain. Tidak memiliki masalah di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Dari segi ekonomi, pekerjaan pasien yg hanya buruh dan keluarga sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk biaya pengobatan sendiri pasien termasuk ke dalam peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Sedangkan dalam segi budaya, pasien dan keluarga masih menjunjung budaya setempat, yaitu Budaya Suku Jawa.

28

G. Flow SheetNama: Tn. SDiagnosis: Morbus Hansen PausibasilarTabel 2.1 Flow Sheet Kunjungan Tn. S.NoTglKondisi PasienPemeriksaan FisikTerapi

1.18-6-2015Tanda Vital, Tensi: 120/80 mmHg, Nadi: 84 x/menit (reguler, isi cukup), RR: 18x /menit, Suhu: 36,80C per axiler. Status Gizi, BB: 75 kg, TB: 175 cm, BMI: BB/TB2 = 70/(1,75)2 = 22,89 kg/m2 , Status gizi: Normoweight (18,5 22,9 kg/ m2 ).

Status Generalis :GCS E4V5M6, compos mentis, Status Lokalis :Jantung, paru, abdomen dan ekstremitas tidak ditemukan adanya kelainan.Medikamentosa

Non Medikamentosa 1.

2.3-6-2015Tanda Vital, Tensi: 120/80 mmHg, Nadi: 84 x/menit (reguler, isi cukup), RR: 18x /menit, Suhu: 36,80C per axiler. Status Gizi, BB: 75 kg, TB: 175 cm, BMI: BB/TB2 = 70/(1,75)2 = 22,89 kg/m2 , Status gizi: Normoweight (18,5 22,9 kg/ m2 ).

Status Generalis :Status Lokalis :Jantung, paru, abdomen dan ekstremitas tidak ditemukan adanya kelainan.

1.

3.9-6-2015Tanda Vital, Tensi: 120/80 mmHg, Nadi: 84 x/menit (reguler, isi cukup), RR: 18x /menit, Suhu: 36,80C per axiler. Status Gizi, BB: 75 kg, TB: 175 cm, BMI: BB/TB2 = 70/(1,75)2 = 22,89 kg/m2 , Status gizi: Normoweight (18,5 22,9 kg/ m2 ).

Status Lokalis :Jantung, paru, abdomen dan ekstremitas tidak ditemukan adanya kelainan.

1.

Sumber : Data primer, Juni 2015

BAB IIIIDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Holistik1. Fungsi BiologisPasien adalah seorang laki-laki berusia 35 tahun dengan diagnosis Morbus Hansen tipe Pausibasilar status menikah dengan Ny. FM. Pasien tinggal serumah dengan istri, ke dua orang kakaknya yaitu Tn Sr (45 tahun), Ny. M (40 tahun), dan juga tinggal beserta dua keponakannya dari kakaknya Ny M yaitu Sdr HK (24 tahun), dan Sdr. S (10 tahun). . Semuanya tinggal bersama dalam satu rumah. Di keluarga Tn. S tidak ditemukan adanya penyakit menurun (herediter) seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan riwayat alergi.1. Fungsi Psikologis Hubungan yang terjadi dalam keluarga ini baik. Fungsi psikologis pasien diukur menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety and Stress Scale). Pada penilaian menggunakan kuesioner DASS, pasien tidak mengalami depresi, tidak ansietas, dan tidak stres. 1. Fungsi SosialTn. S dan anggota keluarganya tidak memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini cukup aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang dilaksanakan di lingkungannya seperti arisan PKK, pernikahan tetangga, dan menengok bila ada yang sakit atau meninggal hanya saja agak berkurang dikarenakan menghindari paparan dengan masyarakat sekitar1. Fungsi EkonomiDari segi ekonomi, pekerjaan pasien yg hanya buruh dan keluarga sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk biaya pengobatan sendiri pasien termasuk ke dalam peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

1. Fungsi FisiologisUntuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. 1. AdaptionAdaptation menunjukkan kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain. Adaptation juga menunjukkan bagaimana keluarga menjadi tempat utama anggota keluarga kembali jika dia menghadapi masalah. Contohnya, keluarga merupakan tempat pertama bagi Tn. S untuk kembali dan berbagi apabila menghadapi masalah.2. PartnershipPartnership menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut, bagaimana sebuah keluarga membagi masasalah dan membahasnya bersama-sama. Dalam hal ini Tn S sama sekali tidak bermasalah dalam hal komunikasi dengan anggota keluarga. 3. GrowthGrowth menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. 4. AffectionAffection menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga, di dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain dan saling memberi dukungan serta mengekspresikan .kasih sayangnya. Secara keseluruhan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga sudah cukup baik.5. ResolveResolve menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Adapun sistem skor untuk APGAR ini yaitu :1. Selalu/sering: 2 poin2. Kadang-kadang: 1 poin3. Jarang/tidak pernah: 0 poinDan penggolongan nilai total APGAR ini adalah :1. 8-10: baik2. 6-7: cukup3. 1-5: burukPenilaian mengenai fungsi fisiologis keluarga Tn. S dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 APGAR Anggota Keluarga Tn. SHWKodeAPGAR keluarga Tn. STn.SNy.FMTn. SrNy. MSdr. HKSdr. S.

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah222222

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya121111

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru221211

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll111122

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama222222

Total Nilai APGAR897888

Sumber : Data primer, Juni 2015Fungsi Fisiologis Keluarga = (8 + 9 + 7 + 8 + 8+8 ) : 6 = 8 (baik)Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga Tn. SHW tergolong baik. Hal ini terlihat dari total skor APGAR 8.

C. Fungsi PatologisFungsi patologis menilai setiap sumber daya yang dapat digunakan oleh keluarga ketika keluarga Tn. S menghadapi permasalahan. Fungsi patologis keluarga Tn. S dapat diamati pada Tabel 3.2.Tabel 3.2 SCREEM Keluarga Tn. SHWSumberPatologiKet.

SOCIALInteraksi sosial antar anggota keluarga maupun dengan masyarakat tergolong baik. Anggota keluarga aktif dalam kegiatan rutin kemasyarakatan meskipun tidak menjadi petinggi atau pengurus organisasi di wilayahnya dan sedikit berkurang itupun dikarenakan kondisi penyakit dari Tn S.-

CULTURALKeluarga Tn. S menerapkan adat-istiadat Jawa dalam kehidupannya, mereka menjaga nilai-nilai kesopanan dalam interaksinya. Bahasa yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari adalah bahasa Jawa-

RELIGIONTn. S dan keluarga menerapkan dan menjaga nilai-nilai islami dalam hidupnya. Mereka rutin beribadah di masjid -

ECONOMYPenghasilan keluarga Tn. S. memang tak terlalu banyak, Tn. S. yang sedang sakit tetap harus berusaha keras agar hasil selama sebulan tercukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Keluarga ini hanya berusaha membuat penghasilan yang masuk cukup untuk kebutuhan mereka.+

EDUCATIONTingkat pendidikan Tn. S hanya mencapai tingkat SD+

MEDICALApabila ada masalah kesehatan, keluarga Tn. S berobat ke Puskesmas.-

Sumber : Data primer, Juni 2015Kesimpulan:Fungsi patologis keluarga Tn. S mengalami gangguan pada area pendidikan dan ekonomi.

D. Genogram

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn. S.Sumber : Data primer, Juni 2015Gambar 3.2 Keterangan Genogram Keluarga Tn. SHW

D. Pola Interaksi Keluarga

Tn. SNy. FMSdr. SSdr. HKTn Sr.Ny K.Ny. M

Gambar 3.3 Pola Interaksi Keluarga Tn. S.Sumber : Data primer, Juni 2015Keterangan :: Hubungan harmonis: Hubungan konfliktualKesimpulan :Hubungan antar anggota keluarga harmonis dan dekat.

E. Faktor-Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan1. PengetahuanPendidikan terakhir Tn. S adalah SD dan Ny. FM juga adalah sekolah dasar sehingga kemampuan mereka untuk kesadaran untuk mencari atau mengetahui informasi tentang penyakit yang dialami mereka terbatas. Mereka jarang mencari tahu tentang penyakitnya kecuali jika terjadi gejala yang sangat mengganggu. Mereka akan memeriksakan diri kepada dokter pemeriksa. Pengetahuan pasien akan pentingnya pengendalian dan komplikasi dari penyakitnya cukup rendah. Tn. S adalah penderita Morbus Hansen tipe Pausibasiler. Akibat pengetahuan yang kurang, Tn. S belum mengetahui sakit yang dideritanya akibat gejala yang dialaminya selama kurang lebih 6 bulan terakhir. Namun setelah memeriksakan diri ke puskesmas pasien baru mengetahui bahwa dirinya menderita Morbus Hansen tipe Pausibasilar2. SikapTn. S dan keluarga mempunyai sikap terhadap kesehatan yang baik. Sehat menurut Tn. S adalah dimana beliau bisa melakukan segala aktivitas tanpa adanya keterbatasan yang dapat diperoleh dari pola makan yang sehat dan olahraga yang teratur. Keluarga ini tidak percaya pengobatan dengan dukun, mereka lebih mempercayai bidan dan dokter di Puskesmas. 3. TindakanTn. S memiliki tindakan terhadap kesehatan yang cukup baik. Beliau memeriksakan diri rutin untuk mengontrol penyakitnya. Kekurangan dari tindakan Tn. S adalah, sekalipun sangat jarang, terkadang beliau masih merokok.

F. Faktor-Faktor Non Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan1. LingkunganBerikut ini adalah keadaan rumah pasien:Tabel 3.3 Keadaan Rumah Tn. SHWNoLingkungan Tn. SKeterangan

1Status kepemilikan rumah: milik sendiriKesimpulan:Keadaan rumah Tn. SHW kurang dalam hal luas, kebersihan, pencahayaan dan kelembaban.

2Daerah perumahan: tidak padat, tidak terlalu bersiih

3Luas tanah: 60 m2 , luas bangunan: 7,5x8m2

4Jumlah penghuni dalam satu rumah: 7 orang

5Jarak antar rumah: 5m (depan), 5m(samping).

6Rumah 1 lantai

7Lantai rumah:

8Dinding rumah: tembok bata, tinggi, dicat

9Jamban keluarga: ada (1)

10Kamar mandi: ada (1)

11Dapur: ada (1) di bagian depan tepat sebelum masuk kamar

12Kamar tidur : ada 2

13Penerangan listrik @15watt x 4buah lampu= 60 watt

14Pencahayaan: kurang

15Ketersediaan air bersih: sumur dan pompa air

16Kondisi umum rumah: kondisi rumah tidak rapi, kurang bersih, dan lembab.

17Tempat pembuangan sampah: di dalam dan di luar rumah terdapat TPA

Sumber : Data primer, Juni 20152. KeturunanAda riwayat penyakit hipertensi dari keluarga Tn. SHW yang berhasil didapatkan informasinya, sedangkan dari keluarga Ny. Ya didapatkan riwayat penyakit DM, Hipertensi, dan Rhinitis Alergika.3. Pelayanan KesehatanKeluarga Tn. SHW memiliki tindakan untuk mencapai pelayanan kesehatan seperti kontrol untuk DM dan memeriksakan diri jika sakit ke Puskesmas Keliling yang diadakan setiap Senin atau Rabu.

G. Identifikasi Outdoor dan Indoor0. DAPURKAMAR TIDURRUANG KELUARGA + RUANG TAMUGUDANGKAMAR MANDIKAMAR TIDURJalur MasukLingkungan Indoor

8 m

7,5 m

Keterangan Simbol : a. : Pintub. : Tanpa Pembatas Ruangan/ Sekat

Gambar 3.4 Denah Rumah Tn. SHWKeterangan:a. Luas rumah 60m2, lantai belum dikeramik, pencahayaan kurang.b. Penggunaan air PAM untuk mandi, mencuci dan memasak.

0. Lingkungan Outdoora. Rumah terletak berhimpitan rumah lainnyadan tidak mempunyai halaman. b. Teras rumah sempit dan tidak terdapat pagar.c. Terdapat tempat pembuangan sampah yang cukupd. Jarak jamban dari sumber air bersih kurang dari 10 meter.

BAB IVPEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. Pembahasan

B. Saran Komprehensif1. Promotifa. Puskesmas aktif memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui Posyandu Lansia dan POSBINDU, khususnya di lingkungan sekitar keluarga Tn. S tentang penyakit menular dalam hal ini penyakit kulit) meliputigejala, komplikasi, kegawatan, pengobatan dan efek samping pengobatanb. Puskesmas turut aktif dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang makanan sehat gizi seimbang,gaya hidup sehat dan olahraga. c. Keluarga Tn. S harus lebih meningkatkan perilaku hidup sehat, dengan meningkatkan asupan gizi, sadar akan pentingnya kesehatan serta rutin kontrol ke layanan kesehatan.2. Preventifa. Obat diminum secara teratur sesuai dosis yang diberikan dan istirahat yang cukup.b. Makan teratur dengan makanan bergizi dan menu seimbang.c. Edukasi keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk minum obat sesuai aturan.d. Istirahat yang cukup dan kendalikan stres.e. Mengurangi aktifitas di luar rumah untuk menghindari paparan3. Kuratifa. Saat ini Tn. Sb. Konsultasi ke ahli gizi untuk perencanaan diet khusus lansia untuk mengurangi berat badan Tn. SHW. c. Mengkonsumsi obat penurun tensi dan OAD secara teratur sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. d. Tatalaksana hipertensi dan diabetes untuk lansia dengan: i. Diuretik: hidroclorotiazid dengan dosis hidroklortiazid 12,5 mg/hari ii. Penghambat kalsium: amlodipin 5 mg sekali sehari,iii. OAD golongan sulfonylurea : glibenklamid 5 mgiv. Pemberian tablet calcium: calcium laktat 500 mg 2x sehari.(Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2006)4. Rehabilitatifa. Kontrol rutin penyakit ke dokter minimal sebulan sekali, atau setiap kali ada keluhan.b. Fisioterapi atau rehabilitasi medik untuk mengatasi gangguan medis yang dialami pasien yaitu rasa tebal di anggota gerak bawah pasien.c. Monitoring i. Tekanan darah dan kadar gula darahii. Kerusakan target organ seperti: Mata (Retinopati ), Ginjal (Nefropati), Jantung (HHD), Otak (Stroke)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Keadaan rumah Tn. SHW Proses Wawancara

Proses Pemeriksaan

Foto Bersama