home visit ayuqq

42
LAPORAN KEGIATAN HOME VISIT KEPANITERAAN KLINIK SENIOR KELUARGA : Sumarni ALAMAT : jalan denai gang III no 18 DISUSUN OLEH : NAMA : Rahayu Mentari NPM : 1008260031 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Upload: intan-meiripalta-cuakerz

Post on 30-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

qq

TRANSCRIPT

Page 1: Home Visit Ayuqq

LAPORAN KEGIATAN HOME VISIT

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

KELUARGA : Sumarni

ALAMAT : jalan denai gang III no 18

DISUSUN OLEH :

NAMA : Rahayu Mentari

NPM : 1008260031

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Page 2: Home Visit Ayuqq

Log Book Home Visit

Identitas

Nama : Rahayu Mentari

Alamat : 1008260031

Blok : Public Health (Kesehatan Masyarakat)

Dosen Pembimbing : dr. Mila Trisna Sari

Dosen Pembimbing Mahasiswa

( dr. Mila Trisna Sari ) ( Rahayu Mentari )

Page 3: Home Visit Ayuqq

BAGIAN 1

BAGIAN UTAMA

1.1. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.1.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan

Ny. Sumarni:

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Nama

Kedudukan

Dalam

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.

Sumarni ibu perempuan60

tahunSD IRT Penderita

Bahri

Efendianak Laki-laki

40

tahunSD tukang

M. Amirul cucu Laki-laki12

tahunSD Siswa

1.1.2 BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga

besar (Extended family). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan

bahwa keluarga besar merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap

paling ideal. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak,

tinggal dalam satu rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu

rumah tangga.

1.1.3 GENOGRAM KELUARGA

Page 4: Home Visit Ayuqq

Keterangan :

= Laki-laki sehat

= Perempuan sehat

= Perempuan sakit

= Laki-laki sakit

1.2 STATUS PENDERITA

Ayah penderita Ibu penderita

50 alm460

40 38

,

335 2833

Page 5: Home Visit Ayuqq

1.2.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Sumarni

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pekerjaan : IRT

Suku/Bangsa : minang

Alamat : jalan denai gang III no 18

Status : janda

BAGIAN 2

HOME VISIT

Tanggal Home Visit : 20 November 2015

Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

1. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak

- Penggunaan alat bantu Ya Tidak

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak

- Gangguan sensoris Ya Tidak

2. Nutrisi

Page 6: Home Visit Ayuqq

Makanan:

Variasi dan kualitas makanan

Dapur : bersih

Kulkas

o Ikan : ada

o Daging : tidak ada

o Sayur : ada

o Buah : ada

Status nutrisi:

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Kesan :

Konsumsi alkohol Ya Tidak

3. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Baik

Eksterior rumah

o Atap : terbuat dari seng

o Pintu rumah : terbuat dari kayu

o Dinding Rumah : semen

o Jendela : kaca

Page 7: Home Visit Ayuqq

o Ventilasi : ada

o Halaman : banyak bunga

Interior rumah

o Kepadatan : padat

o Kebersihan : bersih

o Kenyamanan : nyaman

o Hewan peliharaan : tidak ada

o Buku-buku : tidak ada

o Televisi : ada

4. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak

Semangat hidup Ya Tidak

Sumber penghasilan : Dari hasil pekerjaan anak dan kontrakan

Sikap pasien dan keluarga : Menyambut dengan ramah dan baik

5. Medikasi

Obat resep Ya Tidak

Obat non-resep Ya Tidak

Suplemen diet Ya Tidak

Obat tertata rapi Ya Tidak

Page 8: Home Visit Ayuqq

Kepatuhan minum obat Ya Tidak

6. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

Berat Badan : Kg Tinggi Badan : cm

Tekanan darah : 150/ 100 mmHg

a. Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : sakit kepala

Telaah : pasien merasakan sakit kepala ± 3 hari yang lalu

yang disertai dengan tengkuk terasa sakit dan mual. Sebulan lalu pasien

pernah berobat ke praktek dokter terdekat karena merasa benar-benar sakit

kepala, dan tengkuknya sakit. Pasien diberi obat dan merasa membaik.

Sebelumnya pasien juga pernah berobat ke puskesmas dan saat itu tekanan

darah pasien adalah 160/110 pasien diberi obat untuk darah tinggi. Pasien

mengakui minum obat yang diberi setiap kali berobat sesuai anjuran.

Tekanan darah yang paling tinggi 180/120 sekitar 3 tahun yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Terdahulu : hipertensi ± sudah 4 tahun

c. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat : captopril

d. Riwayat Penyakit Keluarga : ayah dan abang pasien menderita

hipertensi.

e. Riwayat Pribadi

Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan oleh dukun

beranak

Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk

pauk berupa ikan dan sayur konsumsi

Page 9: Home Visit Ayuqq

buah jarang.

Sikap : Pasien cukup aktif

f. Riwayat social ekonomi : Pasien tinggal dengan seorang anak laki-lakinya

serta bersama seorang cucu laki-lakinya. Pasien tinggal di dalam sebuah

rumah. Suami pasien sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Pasien

memiliki 6 anak, namun cuma satu dari anak pasien yang mau tinggal

bersama nya.

g. Riwayat lingkungan : Pasien dan keluarganya tinggal di rumah milik

sendiri dengan halaman yang cukup luas dan berlantai semen, dengan

dinding tembok, dan beratap seng. Terdapat ruang tamu dengan 6 jendela

dan pintu depan. Terdapat 1 ruang keluarga, Terdapat 2 buah kamar, kedua

kamar tersebut memiliki jendela. Terdapat 1 buah dapur dengan ventilasi,

terdapat 1 kamar mandi dengan jamban jongkok. Lantai bawah terlihat

bersih. Sumber air yang digunakan pasien dan keluarganya sehari-hari berasal

dari sumur bor. Sistem penyaluran limbah ke parit yang mengalir. Pasien

tidur dikamar dengan ukuan 4x4 dengan lantai keramik dan dinding semen

serta sirkulasi udara baik karena kamar mempunyai jendela, pencahayaan

cukup, kebersihan baik.

h. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KG : baik/baik

Kesadaran : Compos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, RC (+),

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,

sonor pada kedua lapangan paru, ve sikuler pada

Page 10: Home Visit Ayuqq

kedua lapangan paru

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

perut, peristaltik (+) normal

Ekstremitas: Atas : Akral hangat, edema (-)

Bawah : Akral hangat, edema (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Diagnosa : Hipertensi

Terapi :- captopril 2x 12,5 mg

:- amlodipin 1x5 mg

:- vitamin B com 1x10mg

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : Cukup bersih

Dapur : bersih dan terdapat ventilasi.

Lantai : keramik

Pencahayaan : Cukup

Listrik : Ada

Tangga : tidak ada

Perabotan : terdapat lemari, kursi, meja makan, tv, kulkas

Sumber air : sumur bor

AC/Kipas angin : kipas angin

Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid

Page 11: Home Visit Ayuqq

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada

Lampiran : Dokumentasi Home Visit

1. Ketika anamnesis dan pemeriksaan tekanan darah

Page 12: Home Visit Ayuqq

2. Interior rumah

Ruang tamu

Ruang keluarga

Page 13: Home Visit Ayuqq

Dapur

Page 14: Home Visit Ayuqq

Kamar mandi

Kamar tidur

Page 15: Home Visit Ayuqq

3. Ekterior

Page 16: Home Visit Ayuqq

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri.

Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi

berkaitan dengan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-duanya secara

terus menerus.

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling

tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai

usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik-usia. Namun,

secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya

≥ 140 mmHg sistolik dan ≥90 mmHg diastolik.

2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

3. Faktor resiko Hipertensi

Page 17: Home Visit Ayuqq

Obesitas (kegemukan)

Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa

penyakit degeneratif dan metabolik termasuk hipertensi. Obesitas dan tekanan

darah tinggi sering dikatakan berjalam bersama-sama. salah satu pertimbangan

utama dalam perawatan tekanan darah tinggi adalah pengurangan berat badan

sampai ke tingkat normal.

Pada penderita obesitas banyak diketahui terjadi resistensi insulin. Akibat dari

resistensi insulin adalah diproduksinya insulin secara berlebihan oleh sel beta

pankreas, sehingga insulin di dalam darah menjadi berlebihan (hiperinsulinemia).

Hal ini akan meningkatkan tekanan darah dengan cara menahan pengeluaran

natrium oleh ginjal dan meningkatkan kadar plasma norepinerphrin.

Kegemukan merupakan ciri khas pada populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa

faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian

hari. Belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan hubungan antara

obesitas dengan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan dibuktikan

bahwa, curah jantung dan sirkulasi volume darah, penderita obesitas dengan

hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat

badan normal.

Pengamatan Framingham study selama 18 tahun menunjukkan bahwa obesitas

merupakan salah satu faktor yang penting dalam kejadian penyakit kardiovaskuler,

terutama kejadian hipertensi. Pada penelitian ini juga ditunjukkan bahwa

prevalensi adalah 10 kali lebih besar pada kelompok obesitas. Pada penelitian

Framingham terhadap orang dengan penurunan 15% berat badannya, tekanan

sistole akan menurun 10% sedangkan bila beratnya meningkat 15% terjadi

peningkatan tekanan sistolik sebesar 18%.

Sejak permulaan 1920, telah diketahui bahwa berat badan berhubungan dengan

tekanan darah arteri. Levy, dkk melaporkan pada tahun 1994, bahwa hipertensi 2,5

kali lebih banyak pada tentara Amerika yang kegemukan. Dari data-data tersebut

dapat dikatakan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor penting hipertensi.

Pada obesitas atau kelebihan berat badan >20% diatas berat badan normal, akan

mengalami hipertensi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan

Page 18: Home Visit Ayuqq

obesitas. Beberapa mekanisme yang diduga berperan dalam meningkatkan tekanan

darah adalah:

a. Peningkatan intake kalori, protein dan karbohidrat akan meningkatkan katekolamin

plasma dan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Faktor ini akan

meningkatkan retensi natrium pada ginjal dan stimulasi sistem renin angiotensin-

aldosteron. Akibatnya akan terjadi peningkatan curah jantung dan resistensi

perifer.

b. Intake kalori yang tinggi pada obesitas biasanya disertai dengan konsumsi natrium

yang tinggi.

c. Terjadinya hypervolemia dan peningkatan curah jantung tanpa penurunan dari

resistensi perifer.

d. Peningkatan intake kalori akan meningkatkan plasma insulin yang merupakan

suatu natriuretic yang kuat yang menyebabkan meningkatnya reabsorbsi natrium

oleh ginjal dan akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah (Kaplan, NM 1982).

Konsumsi Garam yang Berlebihan

Garam merupakan hal yang sangat netral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi

hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam

yang minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3g perhari prevalensi hipertensi

akan beberapa persen saja, sedangkan asupan garam 5-15g perhari, prevalensi

hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya

hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan

darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam

sehingga akan kembali pada keadaan hemodinamik yang normal (Sidabutar R.P

dan Wigono 1990).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang

berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium

yang meningkat menyebabkan tubuh menyerap kembali cairan yang meningkatkan

volume darah. Disamping itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari

arteri. Jantung akan memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang

meningkat melalui ruang yang makin sempit yang mengakibatkan hipertensi

(Hull.A. 1993).

Page 19: Home Visit Ayuqq

Peranan natrium dalam patogenesis hipertensi telah lama diketahui. Pada populasi

dengan konsumsi garam natrium yang tinggi tekanan darahnya meningkat lebih

cepat dengan meningkatnya umur dan hipertensi lebih banyak ditemukan.

Walaupun penelitian epidemiologi membuktikan adanya hubungan antara

tingginya intake natrium dengan tingginya prevalensi hipertensi, namun ditemukan

bahwa konsumsi natrium tinggi ternyata tidak meningkatkan tekanan darah pada

semua orang. Hal ini diduga akibat adanya perbedaan kepekaan orang terhadap

natrium yang diturunkan secara genetik (Budiman .H. 1999).

Merokok dan Kopi

Rokok dan kopi juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun mekanisme secara

pasti belum diketahui. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan

yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya sehingga

bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga

meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi jantung.

Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon

pertumbuhan, serta meningkatkan asam lemak bebas, gliserol dan kaltat,

menyebabkan penurunan HDL (High Density Lipid) kolesterol, meningkatkan

DLD (Low Density Lipid) kolesterol dan trigliserida, juga berperan sebagai

penyebab peningkatan resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang pada akhirnya

menyebabkan kelainan jantung, pembuluh darah dan hipertensi serta meningkatkan

resiko penyakit jantung koroner maupun kematioan otot jantung (Sani A. 1994).

Dr. Logan Clending, dalam bukunya, The Human Body, menulis: Tembakau

mempunyai efek yang cukup besar. Pada prinsipnya efek tersebut merupakan

penyempitan pembuluh darah, melalui lapisan otot pembuluh itu dan kenaikan

tekanan darah.

Dr Emil Bogen, profesor Kesehatan Masyarakat , University of Cincinnati, dan

pengarang banyak kajian ilmiah dan biokimia sehubungan dengan tembakau

mengungkapkan pendapat bahwa sirkulasi darah bereaksi terhadap nikotin dengan

penyempitan pembuluh darah yang diikuti dengan kenaikan tekanan darah.

Bermacam peralatan yang digunakan untuk merekam tekanan darah menunjukkan

perubahan pada catatan sistolik setelah seseorang merokok beberapa batang. Juga

Page 20: Home Visit Ayuqq

ada bukti positif bahwa merokok menyebabkan sekresi kelenjar adrenalin yang

pada gilirannya menaikkan tekanan darah.

Jose Roesma, dari subbagian ginjal dan hipertensi bagian ilmu penyakit dalam

FKUI/RSCM dalam bahasanya mengenai rokok dan hipertensi menyatakan bahwa

asap rokok diketahui mengandung tidak kurang dari 4000 jenis bahan kimia yang

merugikan kesehatan baik bagi perokok aktif maupun pasive, dimana jika

seseorang yang menghisap rokok, denyut jantungnya akan meningkat sampai 30%

setelah 10 menit, tekanan sistolik naik 10% dan diastoliknya naik 7%. Secara

kronis, pengaruhnya belum diketahui dengan jelas tetapi dari penelitian

epidemiologi diketahui bahwa kalangan perokok menderita komplikasi

kardiovaskuler 2-3 kali lebih sering bila dibandingkan dengan yang bukan

perokok.

Selain rokok, kopi juga berakibat bagi penderita hipertensi. Kopi mengandung

kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Pemberian

kafein 150 mengajar atau 2-3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah ini

bertahan sampai 2 jam. Diduga kafein mempunyai efek langsung pada mendula

adrenal untuk mengeluarkan epinefrin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung

meningkat dan terjadi peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole.

Hal ini terlihat pada orang yang bukan peminum kopi atau peminum kopi yabg

menghentikannya paling sedikit 12 jam sebelumnya.

Alkohol

Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Organ-organ yang minum

alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinngi

daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit (Hull A. 1993)

Menurut Hendra Budiman, dari FK-UNIKA Atmajaya. pada penelitian

epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat

bila intake alkohol diatas 3 gelas perhari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi

alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi

alkohol. Puddey, salah satu pusat penelitian kesehatan di Australia, menemukan

penurunan tekanan darah yang bermakna pada peminum alkohol jenis standard

beer (5% alkohol) dan menggantinya dengan swan spesial light (0,9 alkohol).

Page 21: Home Visit Ayuqq

Beberapa peneliti melaporkan terjadinya defisiensi vitamin B6 pada peminum

alkohol kronik, defisiensi vitamin B6 pada tikus percobaab menyebabkan

hipertensi (Budiman H 1993).

Alkohol menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat sehingga dapat

meningkatkan tensi dan mengacu pada timbulnya trombosis, serta menigkatkan

sistensi katekolamin yang dalam jumlah besar akan mengakibatkan kanaikan

tekanan darah (Leonard M, 1995).

Stress atau Ketegangan Jiwa

Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang menimbulkan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan lebih

cepat, kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan

meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap darah akan

meningkat yang pada akhirya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah.

Hubungan antara stress dengan hipertensi, diperkirakan melalui aktivitas saraf

simpatik, yang dapat meningkatakan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres

menjadi berkepanjangan, akibatnya tekanan darah akan menetap tinggi. Hal ini

secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan dibuktikan bahwa

pemaparan terhadap stress membuat binatang tersebut menjadi hipertensi. Pada

survei hipertensi, didapatkan angka prevalensi pada masyarakat kota lebih tinggi

dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal tersebut mungkin dikaitkan

dengan pengaruh stress psikososial yang lebih banyak dialami oleh kelompok

masyarakat yang tinggal di kota, dibandingakan dengan masyarakat pedesaan

(Sidabutar R.P dan Wigono, 1990).

Kurang Olahraga

Dari studi epidemiologi diharapkan bahwa latihan fisik yang teratur mempunyai

keuntungan dalam pencegahan penyakit kardiovaskuler. Baik pada studi

observasi maupun pada studi eksperimental terdapat bukti penurunan tekanan

darah dengan melakukan exercise dan meningkatnya kesegaran jasmani pada

orang dewasa. Pada kebanyakan studi longitudinal terbukti adanya efek

antihipertensi dari exercise pada penderita hipertensi sekitar 6-15 mmHg (Andang

J.Hm 1994).

Page 22: Home Visit Ayuqq

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena

olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan

menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada

hipertensi. Dengan kurangnya olahraga, kemungkinan timbulnya obesitas akan

meningkat dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.

4. Gejala Klinis Hipertensi Gejala yang timbul pada hipertensi pada umumnya tergantung pada tinggi

rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Sedangkan pada

hipertensi essensial sering berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah

terjadi komplikasi para organ target seperti: ginjal, otak, mata dan jantung.

Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita tekanan darah tinggi

sebagai berikut:

- Sakit kepala

- Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

- Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

- Berdebar atau debar jantung terasa cepat

- Telinga berdengung

Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang

dihubungkan dengan hipertensi diantaranya yaitu: pusing, marah, sukar tidur,

telinga berdengung, mimisan, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, rasa mudah lelah,

mata berkunang-kunang.

Gejala lain akibat komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan,

gangguan neurologi, gejala payah jantung dan gangguan ginjal. Gangguan selebral

akibat hipertensi dapat berupa kejang, atau gejala-gejala akibat pendarahan

pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan

sampai koma.

5. Diagnosa

Diagnosis hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan

darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali kunjungan atau

Page 23: Home Visit Ayuqq

lebih dengan menggunakan cuff yang meliputi minimal 80% lengan atas pada

pasien dengan posisi duduk dan setelah beristirahat 5 menit. Pada 70-80 kasus

hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga, walaupun hal

ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi esensial. Apabila riwayat

hipertensi didapatkan pada kedua organ tua, maka dengan hipertensi esensial lebih

besar. Mengenai usia penderia hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia

25-45 tahun dan hanya 20% pada usia dibawah 20 tahun dan di atas 50

tahun.Keterangan mengenai obat yang sedang dimakan penderita yang mungkin

dapat menimbulkan hipertensi sangat diperlukan seperti: golongan kortikosteroid,

golongan penghambat monoamin oksidase dan golongan simptomimetik. Dalam

mendiagnosa hipertensi perlu dipertimbangkan kemungkinan hipertensi sekunder

apabila dijumpai pada penderita usia muda dengan hipertensi berat, atau dijumpai

kelainan pada pemeriksaan urin yang menyokong kemungkinan kelainan ginjal .

6. Penatalaksanaan Hipertensi

Non farmakologi

Penatalaksanaan Secara Non Farmakologis

1. Mengurangi Konsumsi Garam konsumsi garam sangat dianjurkan,

maksimal 2 gram dapur untuk diet setiap hari.

2. Menghindari Kegemukan (Obesitas)

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)

normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan

lebih dari 10% dari berat badan normal. Cara penentuan berat badan normal

dan berat badan ideal ada beberapa macam, mengukur IMT (Indeks Massa

Tubuh) dan dapat menggunakan rumus Bioca:

B.B. Normal = T.B. – 100

B.B. ideal = (T.B – 100) – 10% (T.B – 100)

Keterangan:

B.B. : Berat Badan (kg)

T.B. : Tinggi Badan (cm)

Page 24: Home Visit Ayuqq

3. Membatasi Konsumsi Lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak

terlalu tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya

endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama- kelamaan, jika

endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh darah. Dengan

demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tersebut langsung

mempermudah hipertensi.

Kadar kolesterol normal dalam darah dibatasi maksimal 200mg-250mg per

00 cc serum darah. Untuk menjaga agar kadar kolesterol darah tidak

bertambah tinggi. Himpunan Ahli Jantung Amerika (America Heart

Association) menganjurkan agar konsumsi kolesterol dalam makanan

dibatasi tidak leih dari 300 mg setiap hari.

4. Olahraga Teratur

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap atau

menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olahraga yang

dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan

isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, naik sepeda. Tidak dianjurkan

melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat

besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

5. Makan banyak buah dan sayuran segar

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah

yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan

tekanan darah.

6. Tidak merokok dan minum alkohol

7. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan

jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan

otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah dan

menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan

musik atau bernyanyi.

8. Berusaha dan membina hidup yang positif

Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:

Page 25: Home Visit Ayuqq

a. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah

Jika suatu masalh mengganggu pikiran, jangan menyimpan sendiri

masalah itu hingga berlarut-larut. Coba ceritakan masalah itu kepada

orang tua, suami/istri, teman atau rohaniawan. Dengan adanya

komunikasi, hati akan terasa lebih lega karena masalahnya (Jw : unek-

unek) sudah dikeluarkan. Dari sini akan timbul saran atau ide yang

biasanya akan membantu menyelesaikan masalah.

b. Membuat jdwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk

kegiatan santai.

Agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan lancar, mutlak diperlakukan

jadwal kerja yang teratur, termasuk waktu istirahat. Istirahat berguna

untuk menyegarkan pikiran, mengurangi stres, dan secara tidak langsung

dapat meningkatkan efisiensi kerja.

Jika dalam pekerjaan menemui kesulitan, janganlah menjadi tegang dan

terus memikirkannya. Lebih baik istirahat atau melakukan kegiatan

santai (misalnya olahraga atau jalan-jalan), sambil melupakan kesulitan

itu. Sesudah pikiran segar kembali, akan didapatkan cara atau jalan baru

untuk mengatasi kesulitan.

c. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain

menyelesaikan bagiannya.

Orang yang berpendapatan dirinya mampu melakukan segala hal dengan

sempurna biasa disebut perfeksionis. Orang ini akan selalu stres dan

menanggung beban kerja dan pikiran berlebihan. Stres yang terlalu besar

dan terus menerus akan menimbulkan penyakit. Untuk itu, agar

terhindar dari ketegangan berlebihan yang dapat merusak kesehatan,

sebaiknya menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja. Kita harus sadar

bahwa kemampuan setiap orang terbatas, tidak ada “orang super”

(superman) yang mampu mengerjakan segala-galanya. Berilah

kesempatan kepada orang lain untuk membantu menyelesaikan tugas

kita. Kita akan menemukan rasa bahagia dengan banyak teman, sedikit

lawan bersaing.

d. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai

Page 26: Home Visit Ayuqq

Dalam kehidupan bermasyarakat atau dalam pergaulan sehari-hari,

sering timbul beda pendapat antara suami-istri, teman kerja atau

tetangga rumah. Beda pendapat sering menjadi cekcok atau perselisihan

yang menyebabkan marah atau dendam dihati. Rasa marah atau dendam

yang berkepanjangan dapat merusak kesehatan diri sendiri. Untuk

menghindari timbulnua rasa marah atau dendam yang berlebihan, orang

harus belajar menerima kenyataan yang sering berbeda dengan

keinginan atau angan-angan. Sekali-sekali belajar mengalah, tentu akan

membuat orang lain juga mengalah. Suasana marah atau tegang akan

lenyap, yang ada damai dan bahagia.

e. Cobalah menolong orang lain

Banyak ketegangan saraf atau rasa frustasi disebabkan pikiran atau

perasaan akibat terlalu mementingkan diri sendiri. Sikap mementingkan

diri sendiri adalah keinginan hanya selalu memikirkan keadaan dirinya

saja. Biasanya mereka tidak bahagia dalam hidupnya walaupun

mempunyai segala sesuatu yang diingkannya. Kebahagiaan hidup justru

terletak dalam sikap suka memberi dan menolong orang lain. Dengan

melakukan kegiatan semacam itu, seseorang akan menemukan rasa

bahagia, bebas dari rasa tertekan dan kecemasan.

f. Menghilangkan perasaan iri dan dengki

Perasaan iri dan dengki dapat diartikan sebagai sikap yang selalu mau

menang sendiri. Sikap demikian banyak menimbulkan pertentangan.

Juga, membuat orang selalu menanggung beban untuk bersaing menjadi

yang terbaik dan lebih unggul dalam segala hal. Adanya perasaan tegang

untuk bersaing akan membuat orang tertekan, kalah, takut dan tidak

bahagia. Untuk itu penting membina rasa nrimo dan pasraj kepada

Tuhan. Dengan hilangnya rasa iri dan dengki, akan didapatkan

ketentraman hati (Lenny G, 2001)

Page 27: Home Visit Ayuqq

Farmakologi menurut JNC 8

Rekomendasi 1

Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, terapi farmakologi dimulai

ketika tekanan darah sistolik ≥ 150 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg.

Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 150

mmHg dan diastolik menjadi < 90 mmHg. (Rekomendasi kuat, tingkat

rekomendasi A). Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, bila

terapi farmakologi menghasilkan penurunan tekanan darah sitolik yang

lebih rendah dari target (misalnya < 140 mmHg) dan pasien dapat

mentoleransi dengan baik, tanpa efek samping terhadap kesehatan dan

kualitas hidup, maka terapi tersebut tidak perlu disesuaikan lagi (Opini

ahli, tingkat rekomendasi E). 

Rekomendasi 2

Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai

ketika tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target penurunan tekanan

darahnya adalah < 90 mmHg. (Untuk umur 30 – 59 tahun, rekomendasi

kuat, tingkat rekomendasi A) (Untuk umur 18 – 29 tahun, opini ahli,

tingkat rekomendasi E).

Rekomendasi 3

Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai

ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg. Target terapi adalah

menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg (Opini ahli,

rekomendasi E).

Rekomendasi 4

Page 28: Home Visit Ayuqq

Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita penyakit ginjal kronik,

terapi farmakologi dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg

atau tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah

menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik <

90 mmHg. (Opini ahli, tingkat rekomendasi E)

Rekomendasi 5

Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita diabetes, terapi

farmakologi dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau

diatoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah

sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg. (Opini ahli,

tingkat rekomendasi E)

Rekomendasi 6

Pada populasi umum yang bukan ras berkulit hitam, termasuk yang

menderita diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk

diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium, penghambat enzim

ACE, atau penghambat reseptor angiotensin. (Rekomendasi sedang,

tingkat rekomendasi B).

Rekomendasi 7

Pada populasi umum ras berkulit hitam, termasuk yang menderita

diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe

tiazida atau penghambat saluran kalsium. (Untuk populasi kulit hitam

secara umum: rekomendasi sedang, tingkat rekomendasi B) (Untuk ras

kulit hitam dengan diabetes: rekomendasi lemah, tingkat rekomendasi C)

Rekomendasi 8

Pada populasi berumur ≥ tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi

antihipertensi awal atau tambahan hendaknya temasuk penghambat enzim

ACE atau penghambat reseptor angiotensin untuk memperbaiki fungsi

ginjal. Hal ini berlaku bagi semua pasien penderita penyakit ginjal kronik

tanpa melihat ras atau status diabetes. (Rekomendasi sedang, tingkat

rekomendasi B).

Page 29: Home Visit Ayuqq

Rekomendasi 9

Tujuan utama tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan menjaga

target tekanan darah. Bila target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu

sebulan terapi, naikkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari

kelompok obat hipertensi pada rekomendasi 6 (diuretika tipe tiazida,

penghambat saluran kalsium, penghambat enzim ACE, dan penghambat

reseptor angiotensin). Penilaian terhadap tekanan darah hendaknya tetap

dilakukan, sesuaikan regimen terapi sampai target tekanan darah tercapai.

Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan terapi oleh 2 jenis obat,

tambahkan obat ketiga dari kelompok obat yang tersedia. Jangan

menggunakan obat golongan penghambat ACE dan penghambat reseptor

angiotensin bersama-sama pada satu pasien.

Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat-obat antihipertensi

yang tersedia pada rekomendasi 6 oleh karena kontra indikasi atau

kebutuhan untuk menggunakan lebih dari 3 macam obat, maka obat

antihipertensi dari kelompok yang lain dapat digunakan. Pertimbangkan

untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi.

Page 30: Home Visit Ayuqq

DAFTAR PUSTAKA

1. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Himmelfarb CD, Handler

J, dkk, 2014, 2014 evidence based guideline for the management of high

blodd pressure in adults: report from the panel member appointed to the

eight joint national committee (JNC 8), JAMA, 311 (5): 507-520) Diakses

dari http://www.farmakoterapi.com/tatalaksana-hipertensi-menurut-jnc-8/

2. Sudoyo, Aru dkk. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi

IV.Jakarta : FKUI

3. Sigarlaki H.dkk.karakteristik dan faktor yang berhubungan dengan

hipertensi. 2006. Diakses dari:Vol 2. jurnal

kesehatan.www.jurnalkeshatanmakara.com

4. Mansjoer A, kapita selecta kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 1.FK UI. Media

Aesculapius. Jakarta. 2001

5. Corwin E.J. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.2001

6. Price S.A. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.edisi 6. Vol

1. EGC. Jakarta. 2002

7. Soeparman,dkk, ilmu penyakit dalam jilid II.edisi kedua.

Jakarta.FKUI.2000