home visit ayuqq
DESCRIPTION
qqTRANSCRIPT
LAPORAN KEGIATAN HOME VISIT
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
KELUARGA : Sumarni
ALAMAT : jalan denai gang III no 18
DISUSUN OLEH :
NAMA : Rahayu Mentari
NPM : 1008260031
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Log Book Home Visit
Identitas
Nama : Rahayu Mentari
Alamat : 1008260031
Blok : Public Health (Kesehatan Masyarakat)
Dosen Pembimbing : dr. Mila Trisna Sari
Dosen Pembimbing Mahasiswa
( dr. Mila Trisna Sari ) ( Rahayu Mentari )
BAGIAN 1
BAGIAN UTAMA
1.1. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1.1.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan
Ny. Sumarni:
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Nama
Kedudukan
Dalam
Keluarga
Jenis
KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Sumarni ibu perempuan60
tahunSD IRT Penderita
Bahri
Efendianak Laki-laki
40
tahunSD tukang
M. Amirul cucu Laki-laki12
tahunSD Siswa
1.1.2 BENTUK KELUARGA
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga
besar (Extended family). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa keluarga besar merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap
paling ideal. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak,
tinggal dalam satu rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu
rumah tangga.
1.1.3 GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
= Laki-laki sehat
= Perempuan sehat
= Perempuan sakit
= Laki-laki sakit
1.2 STATUS PENDERITA
Ayah penderita Ibu penderita
50 alm460
40 38
,
335 2833
1.2.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : Sumarni
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : minang
Alamat : jalan denai gang III no 18
Status : janda
BAGIAN 2
HOME VISIT
Tanggal Home Visit : 20 November 2015
Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
1. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak
- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
- Gangguan sensoris Ya Tidak
2. Nutrisi
√
√
√
√
Makanan:
Variasi dan kualitas makanan
Dapur : bersih
Kulkas
o Ikan : ada
o Daging : tidak ada
o Sayur : ada
o Buah : ada
Status nutrisi:
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Kesan :
Konsumsi alkohol Ya Tidak
3. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Baik
Eksterior rumah
o Atap : terbuat dari seng
o Pintu rumah : terbuat dari kayu
o Dinding Rumah : semen
o Jendela : kaca
√
o Ventilasi : ada
o Halaman : banyak bunga
Interior rumah
o Kepadatan : padat
o Kebersihan : bersih
o Kenyamanan : nyaman
o Hewan peliharaan : tidak ada
o Buku-buku : tidak ada
o Televisi : ada
4. Orang Lain
Dukungan sosial Ya Tidak
Semangat hidup Ya Tidak
Sumber penghasilan : Dari hasil pekerjaan anak dan kontrakan
Sikap pasien dan keluarga : Menyambut dengan ramah dan baik
5. Medikasi
Obat resep Ya Tidak
Obat non-resep Ya Tidak
Suplemen diet Ya Tidak
Obat tertata rapi Ya Tidak
√
√
√
√
√
√
√
Kepatuhan minum obat Ya Tidak
6. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)
Berat Badan : Kg Tinggi Badan : cm
Tekanan darah : 150/ 100 mmHg
a. Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : sakit kepala
Telaah : pasien merasakan sakit kepala ± 3 hari yang lalu
yang disertai dengan tengkuk terasa sakit dan mual. Sebulan lalu pasien
pernah berobat ke praktek dokter terdekat karena merasa benar-benar sakit
kepala, dan tengkuknya sakit. Pasien diberi obat dan merasa membaik.
Sebelumnya pasien juga pernah berobat ke puskesmas dan saat itu tekanan
darah pasien adalah 160/110 pasien diberi obat untuk darah tinggi. Pasien
mengakui minum obat yang diberi setiap kali berobat sesuai anjuran.
Tekanan darah yang paling tinggi 180/120 sekitar 3 tahun yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Terdahulu : hipertensi ± sudah 4 tahun
c. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat : captopril
d. Riwayat Penyakit Keluarga : ayah dan abang pasien menderita
hipertensi.
e. Riwayat Pribadi
Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan oleh dukun
beranak
Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
buah jarang.
Sikap : Pasien cukup aktif
f. Riwayat social ekonomi : Pasien tinggal dengan seorang anak laki-lakinya
serta bersama seorang cucu laki-lakinya. Pasien tinggal di dalam sebuah
rumah. Suami pasien sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Pasien
memiliki 6 anak, namun cuma satu dari anak pasien yang mau tinggal
bersama nya.
g. Riwayat lingkungan : Pasien dan keluarganya tinggal di rumah milik
sendiri dengan halaman yang cukup luas dan berlantai semen, dengan
dinding tembok, dan beratap seng. Terdapat ruang tamu dengan 6 jendela
dan pintu depan. Terdapat 1 ruang keluarga, Terdapat 2 buah kamar, kedua
kamar tersebut memiliki jendela. Terdapat 1 buah dapur dengan ventilasi,
terdapat 1 kamar mandi dengan jamban jongkok. Lantai bawah terlihat
bersih. Sumber air yang digunakan pasien dan keluarganya sehari-hari berasal
dari sumur bor. Sistem penyaluran limbah ke parit yang mengalir. Pasien
tidur dikamar dengan ukuan 4x4 dengan lantai keramik dan dinding semen
serta sirkulasi udara baik karena kamar mempunyai jendela, pencahayaan
cukup, kebersihan baik.
h. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KG : baik/baik
Kesadaran : Compos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),
pupil isokor, diameter 2-3 mm, RC (+),
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri sama,
sonor pada kedua lapangan paru, ve sikuler pada
kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan
perut, peristaltik (+) normal
Ekstremitas: Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Diagnosa : Hipertensi
Terapi :- captopril 2x 12,5 mg
:- amlodipin 1x5 mg
:- vitamin B com 1x10mg
Keselamatan, kesehatan Spiritual
Kamar mandi : Cukup bersih
Dapur : bersih dan terdapat ventilasi.
Lantai : keramik
Pencahayaan : Cukup
Listrik : Ada
Tangga : tidak ada
Perabotan : terdapat lemari, kursi, meja makan, tv, kulkas
Sumber air : sumur bor
AC/Kipas angin : kipas angin
Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
Lampiran : Dokumentasi Home Visit
1. Ketika anamnesis dan pemeriksaan tekanan darah
2. Interior rumah
Ruang tamu
Ruang keluarga
Dapur
Kamar mandi
Kamar tidur
3. Ekterior
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri.
Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi
berkaitan dengan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-duanya secara
terus menerus.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai
usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik-usia. Namun,
secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya
≥ 140 mmHg sistolik dan ≥90 mmHg diastolik.
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
3. Faktor resiko Hipertensi
Obesitas (kegemukan)
Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa
penyakit degeneratif dan metabolik termasuk hipertensi. Obesitas dan tekanan
darah tinggi sering dikatakan berjalam bersama-sama. salah satu pertimbangan
utama dalam perawatan tekanan darah tinggi adalah pengurangan berat badan
sampai ke tingkat normal.
Pada penderita obesitas banyak diketahui terjadi resistensi insulin. Akibat dari
resistensi insulin adalah diproduksinya insulin secara berlebihan oleh sel beta
pankreas, sehingga insulin di dalam darah menjadi berlebihan (hiperinsulinemia).
Hal ini akan meningkatkan tekanan darah dengan cara menahan pengeluaran
natrium oleh ginjal dan meningkatkan kadar plasma norepinerphrin.
Kegemukan merupakan ciri khas pada populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa
faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian
hari. Belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan hubungan antara
obesitas dengan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan dibuktikan
bahwa, curah jantung dan sirkulasi volume darah, penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat
badan normal.
Pengamatan Framingham study selama 18 tahun menunjukkan bahwa obesitas
merupakan salah satu faktor yang penting dalam kejadian penyakit kardiovaskuler,
terutama kejadian hipertensi. Pada penelitian ini juga ditunjukkan bahwa
prevalensi adalah 10 kali lebih besar pada kelompok obesitas. Pada penelitian
Framingham terhadap orang dengan penurunan 15% berat badannya, tekanan
sistole akan menurun 10% sedangkan bila beratnya meningkat 15% terjadi
peningkatan tekanan sistolik sebesar 18%.
Sejak permulaan 1920, telah diketahui bahwa berat badan berhubungan dengan
tekanan darah arteri. Levy, dkk melaporkan pada tahun 1994, bahwa hipertensi 2,5
kali lebih banyak pada tentara Amerika yang kegemukan. Dari data-data tersebut
dapat dikatakan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor penting hipertensi.
Pada obesitas atau kelebihan berat badan >20% diatas berat badan normal, akan
mengalami hipertensi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan
obesitas. Beberapa mekanisme yang diduga berperan dalam meningkatkan tekanan
darah adalah:
a. Peningkatan intake kalori, protein dan karbohidrat akan meningkatkan katekolamin
plasma dan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Faktor ini akan
meningkatkan retensi natrium pada ginjal dan stimulasi sistem renin angiotensin-
aldosteron. Akibatnya akan terjadi peningkatan curah jantung dan resistensi
perifer.
b. Intake kalori yang tinggi pada obesitas biasanya disertai dengan konsumsi natrium
yang tinggi.
c. Terjadinya hypervolemia dan peningkatan curah jantung tanpa penurunan dari
resistensi perifer.
d. Peningkatan intake kalori akan meningkatkan plasma insulin yang merupakan
suatu natriuretic yang kuat yang menyebabkan meningkatnya reabsorbsi natrium
oleh ginjal dan akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah (Kaplan, NM 1982).
Konsumsi Garam yang Berlebihan
Garam merupakan hal yang sangat netral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam
yang minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3g perhari prevalensi hipertensi
akan beberapa persen saja, sedangkan asupan garam 5-15g perhari, prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya
hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan
darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam
sehingga akan kembali pada keadaan hemodinamik yang normal (Sidabutar R.P
dan Wigono 1990).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang
berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium
yang meningkat menyebabkan tubuh menyerap kembali cairan yang meningkatkan
volume darah. Disamping itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari
arteri. Jantung akan memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang
meningkat melalui ruang yang makin sempit yang mengakibatkan hipertensi
(Hull.A. 1993).
Peranan natrium dalam patogenesis hipertensi telah lama diketahui. Pada populasi
dengan konsumsi garam natrium yang tinggi tekanan darahnya meningkat lebih
cepat dengan meningkatnya umur dan hipertensi lebih banyak ditemukan.
Walaupun penelitian epidemiologi membuktikan adanya hubungan antara
tingginya intake natrium dengan tingginya prevalensi hipertensi, namun ditemukan
bahwa konsumsi natrium tinggi ternyata tidak meningkatkan tekanan darah pada
semua orang. Hal ini diduga akibat adanya perbedaan kepekaan orang terhadap
natrium yang diturunkan secara genetik (Budiman .H. 1999).
Merokok dan Kopi
Rokok dan kopi juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun mekanisme secara
pasti belum diketahui. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan
yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya sehingga
bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga
meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi jantung.
Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon
pertumbuhan, serta meningkatkan asam lemak bebas, gliserol dan kaltat,
menyebabkan penurunan HDL (High Density Lipid) kolesterol, meningkatkan
DLD (Low Density Lipid) kolesterol dan trigliserida, juga berperan sebagai
penyebab peningkatan resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang pada akhirnya
menyebabkan kelainan jantung, pembuluh darah dan hipertensi serta meningkatkan
resiko penyakit jantung koroner maupun kematioan otot jantung (Sani A. 1994).
Dr. Logan Clending, dalam bukunya, The Human Body, menulis: Tembakau
mempunyai efek yang cukup besar. Pada prinsipnya efek tersebut merupakan
penyempitan pembuluh darah, melalui lapisan otot pembuluh itu dan kenaikan
tekanan darah.
Dr Emil Bogen, profesor Kesehatan Masyarakat , University of Cincinnati, dan
pengarang banyak kajian ilmiah dan biokimia sehubungan dengan tembakau
mengungkapkan pendapat bahwa sirkulasi darah bereaksi terhadap nikotin dengan
penyempitan pembuluh darah yang diikuti dengan kenaikan tekanan darah.
Bermacam peralatan yang digunakan untuk merekam tekanan darah menunjukkan
perubahan pada catatan sistolik setelah seseorang merokok beberapa batang. Juga
ada bukti positif bahwa merokok menyebabkan sekresi kelenjar adrenalin yang
pada gilirannya menaikkan tekanan darah.
Jose Roesma, dari subbagian ginjal dan hipertensi bagian ilmu penyakit dalam
FKUI/RSCM dalam bahasanya mengenai rokok dan hipertensi menyatakan bahwa
asap rokok diketahui mengandung tidak kurang dari 4000 jenis bahan kimia yang
merugikan kesehatan baik bagi perokok aktif maupun pasive, dimana jika
seseorang yang menghisap rokok, denyut jantungnya akan meningkat sampai 30%
setelah 10 menit, tekanan sistolik naik 10% dan diastoliknya naik 7%. Secara
kronis, pengaruhnya belum diketahui dengan jelas tetapi dari penelitian
epidemiologi diketahui bahwa kalangan perokok menderita komplikasi
kardiovaskuler 2-3 kali lebih sering bila dibandingkan dengan yang bukan
perokok.
Selain rokok, kopi juga berakibat bagi penderita hipertensi. Kopi mengandung
kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Pemberian
kafein 150 mengajar atau 2-3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah ini
bertahan sampai 2 jam. Diduga kafein mempunyai efek langsung pada mendula
adrenal untuk mengeluarkan epinefrin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung
meningkat dan terjadi peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole.
Hal ini terlihat pada orang yang bukan peminum kopi atau peminum kopi yabg
menghentikannya paling sedikit 12 jam sebelumnya.
Alkohol
Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Organ-organ yang minum
alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinngi
daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit (Hull A. 1993)
Menurut Hendra Budiman, dari FK-UNIKA Atmajaya. pada penelitian
epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat
bila intake alkohol diatas 3 gelas perhari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi
alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi
alkohol. Puddey, salah satu pusat penelitian kesehatan di Australia, menemukan
penurunan tekanan darah yang bermakna pada peminum alkohol jenis standard
beer (5% alkohol) dan menggantinya dengan swan spesial light (0,9 alkohol).
Beberapa peneliti melaporkan terjadinya defisiensi vitamin B6 pada peminum
alkohol kronik, defisiensi vitamin B6 pada tikus percobaab menyebabkan
hipertensi (Budiman H 1993).
Alkohol menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat sehingga dapat
meningkatkan tensi dan mengacu pada timbulnya trombosis, serta menigkatkan
sistensi katekolamin yang dalam jumlah besar akan mengakibatkan kanaikan
tekanan darah (Leonard M, 1995).
Stress atau Ketegangan Jiwa
Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang menimbulkan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan lebih
cepat, kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan
meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap darah akan
meningkat yang pada akhirya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah.
Hubungan antara stress dengan hipertensi, diperkirakan melalui aktivitas saraf
simpatik, yang dapat meningkatakan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres
menjadi berkepanjangan, akibatnya tekanan darah akan menetap tinggi. Hal ini
secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan dibuktikan bahwa
pemaparan terhadap stress membuat binatang tersebut menjadi hipertensi. Pada
survei hipertensi, didapatkan angka prevalensi pada masyarakat kota lebih tinggi
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal tersebut mungkin dikaitkan
dengan pengaruh stress psikososial yang lebih banyak dialami oleh kelompok
masyarakat yang tinggal di kota, dibandingakan dengan masyarakat pedesaan
(Sidabutar R.P dan Wigono, 1990).
Kurang Olahraga
Dari studi epidemiologi diharapkan bahwa latihan fisik yang teratur mempunyai
keuntungan dalam pencegahan penyakit kardiovaskuler. Baik pada studi
observasi maupun pada studi eksperimental terdapat bukti penurunan tekanan
darah dengan melakukan exercise dan meningkatnya kesegaran jasmani pada
orang dewasa. Pada kebanyakan studi longitudinal terbukti adanya efek
antihipertensi dari exercise pada penderita hipertensi sekitar 6-15 mmHg (Andang
J.Hm 1994).
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan
menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Dengan kurangnya olahraga, kemungkinan timbulnya obesitas akan
meningkat dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.
4. Gejala Klinis Hipertensi Gejala yang timbul pada hipertensi pada umumnya tergantung pada tinggi
rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Sedangkan pada
hipertensi essensial sering berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi para organ target seperti: ginjal, otak, mata dan jantung.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita tekanan darah tinggi
sebagai berikut:
- Sakit kepala
- Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
- Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
- Berdebar atau debar jantung terasa cepat
- Telinga berdengung
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang
dihubungkan dengan hipertensi diantaranya yaitu: pusing, marah, sukar tidur,
telinga berdengung, mimisan, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, rasa mudah lelah,
mata berkunang-kunang.
Gejala lain akibat komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan,
gangguan neurologi, gejala payah jantung dan gangguan ginjal. Gangguan selebral
akibat hipertensi dapat berupa kejang, atau gejala-gejala akibat pendarahan
pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan
sampai koma.
5. Diagnosa
Diagnosis hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan
darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali kunjungan atau
lebih dengan menggunakan cuff yang meliputi minimal 80% lengan atas pada
pasien dengan posisi duduk dan setelah beristirahat 5 menit. Pada 70-80 kasus
hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga, walaupun hal
ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi esensial. Apabila riwayat
hipertensi didapatkan pada kedua organ tua, maka dengan hipertensi esensial lebih
besar. Mengenai usia penderia hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia
25-45 tahun dan hanya 20% pada usia dibawah 20 tahun dan di atas 50
tahun.Keterangan mengenai obat yang sedang dimakan penderita yang mungkin
dapat menimbulkan hipertensi sangat diperlukan seperti: golongan kortikosteroid,
golongan penghambat monoamin oksidase dan golongan simptomimetik. Dalam
mendiagnosa hipertensi perlu dipertimbangkan kemungkinan hipertensi sekunder
apabila dijumpai pada penderita usia muda dengan hipertensi berat, atau dijumpai
kelainan pada pemeriksaan urin yang menyokong kemungkinan kelainan ginjal .
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Non farmakologi
Penatalaksanaan Secara Non Farmakologis
1. Mengurangi Konsumsi Garam konsumsi garam sangat dianjurkan,
maksimal 2 gram dapur untuk diet setiap hari.
2. Menghindari Kegemukan (Obesitas)
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)
normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan
lebih dari 10% dari berat badan normal. Cara penentuan berat badan normal
dan berat badan ideal ada beberapa macam, mengukur IMT (Indeks Massa
Tubuh) dan dapat menggunakan rumus Bioca:
B.B. Normal = T.B. – 100
B.B. ideal = (T.B – 100) – 10% (T.B – 100)
Keterangan:
B.B. : Berat Badan (kg)
T.B. : Tinggi Badan (cm)
3. Membatasi Konsumsi Lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama- kelamaan, jika
endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tersebut langsung
mempermudah hipertensi.
Kadar kolesterol normal dalam darah dibatasi maksimal 200mg-250mg per
00 cc serum darah. Untuk menjaga agar kadar kolesterol darah tidak
bertambah tinggi. Himpunan Ahli Jantung Amerika (America Heart
Association) menganjurkan agar konsumsi kolesterol dalam makanan
dibatasi tidak leih dari 300 mg setiap hari.
4. Olahraga Teratur
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan
isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, naik sepeda. Tidak dianjurkan
melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat
besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
5. Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah
yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
6. Tidak merokok dan minum alkohol
7. Latihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan
jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan
otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah dan
menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan
musik atau bernyanyi.
8. Berusaha dan membina hidup yang positif
Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:
a. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
Jika suatu masalh mengganggu pikiran, jangan menyimpan sendiri
masalah itu hingga berlarut-larut. Coba ceritakan masalah itu kepada
orang tua, suami/istri, teman atau rohaniawan. Dengan adanya
komunikasi, hati akan terasa lebih lega karena masalahnya (Jw : unek-
unek) sudah dikeluarkan. Dari sini akan timbul saran atau ide yang
biasanya akan membantu menyelesaikan masalah.
b. Membuat jdwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk
kegiatan santai.
Agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan lancar, mutlak diperlakukan
jadwal kerja yang teratur, termasuk waktu istirahat. Istirahat berguna
untuk menyegarkan pikiran, mengurangi stres, dan secara tidak langsung
dapat meningkatkan efisiensi kerja.
Jika dalam pekerjaan menemui kesulitan, janganlah menjadi tegang dan
terus memikirkannya. Lebih baik istirahat atau melakukan kegiatan
santai (misalnya olahraga atau jalan-jalan), sambil melupakan kesulitan
itu. Sesudah pikiran segar kembali, akan didapatkan cara atau jalan baru
untuk mengatasi kesulitan.
c. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
Orang yang berpendapatan dirinya mampu melakukan segala hal dengan
sempurna biasa disebut perfeksionis. Orang ini akan selalu stres dan
menanggung beban kerja dan pikiran berlebihan. Stres yang terlalu besar
dan terus menerus akan menimbulkan penyakit. Untuk itu, agar
terhindar dari ketegangan berlebihan yang dapat merusak kesehatan,
sebaiknya menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja. Kita harus sadar
bahwa kemampuan setiap orang terbatas, tidak ada “orang super”
(superman) yang mampu mengerjakan segala-galanya. Berilah
kesempatan kepada orang lain untuk membantu menyelesaikan tugas
kita. Kita akan menemukan rasa bahagia dengan banyak teman, sedikit
lawan bersaing.
d. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai
Dalam kehidupan bermasyarakat atau dalam pergaulan sehari-hari,
sering timbul beda pendapat antara suami-istri, teman kerja atau
tetangga rumah. Beda pendapat sering menjadi cekcok atau perselisihan
yang menyebabkan marah atau dendam dihati. Rasa marah atau dendam
yang berkepanjangan dapat merusak kesehatan diri sendiri. Untuk
menghindari timbulnua rasa marah atau dendam yang berlebihan, orang
harus belajar menerima kenyataan yang sering berbeda dengan
keinginan atau angan-angan. Sekali-sekali belajar mengalah, tentu akan
membuat orang lain juga mengalah. Suasana marah atau tegang akan
lenyap, yang ada damai dan bahagia.
e. Cobalah menolong orang lain
Banyak ketegangan saraf atau rasa frustasi disebabkan pikiran atau
perasaan akibat terlalu mementingkan diri sendiri. Sikap mementingkan
diri sendiri adalah keinginan hanya selalu memikirkan keadaan dirinya
saja. Biasanya mereka tidak bahagia dalam hidupnya walaupun
mempunyai segala sesuatu yang diingkannya. Kebahagiaan hidup justru
terletak dalam sikap suka memberi dan menolong orang lain. Dengan
melakukan kegiatan semacam itu, seseorang akan menemukan rasa
bahagia, bebas dari rasa tertekan dan kecemasan.
f. Menghilangkan perasaan iri dan dengki
Perasaan iri dan dengki dapat diartikan sebagai sikap yang selalu mau
menang sendiri. Sikap demikian banyak menimbulkan pertentangan.
Juga, membuat orang selalu menanggung beban untuk bersaing menjadi
yang terbaik dan lebih unggul dalam segala hal. Adanya perasaan tegang
untuk bersaing akan membuat orang tertekan, kalah, takut dan tidak
bahagia. Untuk itu penting membina rasa nrimo dan pasraj kepada
Tuhan. Dengan hilangnya rasa iri dan dengki, akan didapatkan
ketentraman hati (Lenny G, 2001)
Farmakologi menurut JNC 8
Rekomendasi 1
Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah sistolik ≥ 150 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg.
Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 150
mmHg dan diastolik menjadi < 90 mmHg. (Rekomendasi kuat, tingkat
rekomendasi A). Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, bila
terapi farmakologi menghasilkan penurunan tekanan darah sitolik yang
lebih rendah dari target (misalnya < 140 mmHg) dan pasien dapat
mentoleransi dengan baik, tanpa efek samping terhadap kesehatan dan
kualitas hidup, maka terapi tersebut tidak perlu disesuaikan lagi (Opini
ahli, tingkat rekomendasi E).
Rekomendasi 2
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target penurunan tekanan
darahnya adalah < 90 mmHg. (Untuk umur 30 – 59 tahun, rekomendasi
kuat, tingkat rekomendasi A) (Untuk umur 18 – 29 tahun, opini ahli,
tingkat rekomendasi E).
Rekomendasi 3
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg. Target terapi adalah
menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg (Opini ahli,
rekomendasi E).
Rekomendasi 4
Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita penyakit ginjal kronik,
terapi farmakologi dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg
atau tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah
menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik <
90 mmHg. (Opini ahli, tingkat rekomendasi E)
Rekomendasi 5
Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita diabetes, terapi
farmakologi dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau
diatoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah
sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg. (Opini ahli,
tingkat rekomendasi E)
Rekomendasi 6
Pada populasi umum yang bukan ras berkulit hitam, termasuk yang
menderita diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk
diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium, penghambat enzim
ACE, atau penghambat reseptor angiotensin. (Rekomendasi sedang,
tingkat rekomendasi B).
Rekomendasi 7
Pada populasi umum ras berkulit hitam, termasuk yang menderita
diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe
tiazida atau penghambat saluran kalsium. (Untuk populasi kulit hitam
secara umum: rekomendasi sedang, tingkat rekomendasi B) (Untuk ras
kulit hitam dengan diabetes: rekomendasi lemah, tingkat rekomendasi C)
Rekomendasi 8
Pada populasi berumur ≥ tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
antihipertensi awal atau tambahan hendaknya temasuk penghambat enzim
ACE atau penghambat reseptor angiotensin untuk memperbaiki fungsi
ginjal. Hal ini berlaku bagi semua pasien penderita penyakit ginjal kronik
tanpa melihat ras atau status diabetes. (Rekomendasi sedang, tingkat
rekomendasi B).
Rekomendasi 9
Tujuan utama tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan menjaga
target tekanan darah. Bila target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu
sebulan terapi, naikkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari
kelompok obat hipertensi pada rekomendasi 6 (diuretika tipe tiazida,
penghambat saluran kalsium, penghambat enzim ACE, dan penghambat
reseptor angiotensin). Penilaian terhadap tekanan darah hendaknya tetap
dilakukan, sesuaikan regimen terapi sampai target tekanan darah tercapai.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan terapi oleh 2 jenis obat,
tambahkan obat ketiga dari kelompok obat yang tersedia. Jangan
menggunakan obat golongan penghambat ACE dan penghambat reseptor
angiotensin bersama-sama pada satu pasien.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat-obat antihipertensi
yang tersedia pada rekomendasi 6 oleh karena kontra indikasi atau
kebutuhan untuk menggunakan lebih dari 3 macam obat, maka obat
antihipertensi dari kelompok yang lain dapat digunakan. Pertimbangkan
untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Himmelfarb CD, Handler
J, dkk, 2014, 2014 evidence based guideline for the management of high
blodd pressure in adults: report from the panel member appointed to the
eight joint national committee (JNC 8), JAMA, 311 (5): 507-520) Diakses
dari http://www.farmakoterapi.com/tatalaksana-hipertensi-menurut-jnc-8/
2. Sudoyo, Aru dkk. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi
IV.Jakarta : FKUI
3. Sigarlaki H.dkk.karakteristik dan faktor yang berhubungan dengan
hipertensi. 2006. Diakses dari:Vol 2. jurnal
kesehatan.www.jurnalkeshatanmakara.com
4. Mansjoer A, kapita selecta kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 1.FK UI. Media
Aesculapius. Jakarta. 2001
5. Corwin E.J. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.2001
6. Price S.A. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.edisi 6. Vol
1. EGC. Jakarta. 2002
7. Soeparman,dkk, ilmu penyakit dalam jilid II.edisi kedua.
Jakarta.FKUI.2000