home visit tb paru
DESCRIPTION
Home Visit TB ParuTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status kesehatan dan
mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah dengan memperkuat
system kesehatan primer, salah satunya dengan pelayanan Kedokteran Keluarga
yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang holistik, dengan adanya prinsip
utama pelayanan dokter keluarga tersebut, perlulah diketahui berbagai latar belakng
pasien yang menjadi tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan
pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat
melakukan pelayanan kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang dapat
dilakukan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peran yang amat
penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) serta melakukan
perawatan pasien di rumah (home care) terhadap pasien yang membutuhkan
(Murti,2010).
Diterapkannya pelayanan Kedokteran Keluarga yang melaksanakan pelayanan
kesehatan holistik pada akhirnya diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah
kesehatan di Indonesia. Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang
menyebabkan Indonesia dianggap tertinggal dalam sektor kesehatan dibanding
dengan negara-negara lain di Asia Tenggara adalah tingginya angka penyakit
menular. Satu dari sekian banyak penyakit menular yang paling mematikan dan
endemik di Indonesia yaitu Tuberkulosis atau TB.
Indonesia merupakan penyumbang penderita TB terbesar ke-3 di dunia setelah
India dan China, serta diperkirakan setiap tahun terjadi 539.000 kasus baru TB
dengan kematian karenaTB sekitar 101.000 orang. Insiden kasus TB BTA positif
sekitar 110 per 100.000 penduduk (Widyaningsih, 2008).
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bisa berakibat fatal,
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau
Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini bukan penyakit yang menakutkan
sampai penerita harus dikucilkan, tetapi penyakit kronik ini dapat menyebabkan cacat fisik
atau kematian. Penularan TB paru hanya terjadi dari penderita tuberkulosis terbuka
(Depkes RI, 2007). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kunjungan rumah
1
mempunyai peran yang cukup besar terhadap keberhasilan pengobatan klien dengan
Tuberkulosis Paru (Aminuddin,2005).
Mengingat pengetahuan mengenai latar belakang pasien merupakan kunci
pokok terwujudnya pelayanan kedokteran menyeluruh dan juga penentu
keberhasilan pelayanan dokter keluarga, maka perlu pemahaman sejak dini bagi
para dokter dan calon dokter untuk dapat memahami serta terampil melakukan
kunjungan dan perawatan pasien di rumah tersebut.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Umum :
Setelah mengikuti kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan
mahasiswa dapat memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
diporoleh di fakultas pada masyarakat, dan dapat bekerjasama dengan instansi
kesehatan maupun instansi pemerintahan yang terkait.
2. Khusus :
Setelah mengikuti kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan
mahasiswa dapat memiliki kemampuan:
1. Menjelaskan dasar-dasar kunjungan rumah (home visit) dalam kedokteran
keluarga.
2. Melakukan tahapan-tahapan dan prosedur kegiatan kunjungan rumah (home
visit) dalam pelayanan kedokteran keluarga.
3. Mencari kausa biopsikososial ekonomi penyakit dalam tahap keluarga.
4. Mempelajari dampak penyakit terhadap keluarga dan komunitas.
5. Memotret fungsi keluarga berjalan
6. Merekomendasikan untuk pasien, keluarga dan komunitas dan memberi
pelayanan kesehatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kunjungan Rumah (Home Visit)
Secara sedehana, yang dimaksud dengan kunjungan rumah (home visit)
adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal
kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan pasien, sedangkan yang dimaksud dengan perawatan
pasien di rumah (home care) adalah apabila pertolongan kedokteran yang
dilakukan di rumah tersebut tidak termasuk lagi dalam kelompok pelayanan
rawat jalan (ambulatory services), melainkan dalam kelompok rawat inap
(hospitalization). Ruang lingkup kegiatan pada kunjungan rumah hanya untuk
lebih mengenal kehidupan pasien serta melakukan pertolongan kedokteran yang
bersifat rawat jalan saja, sedangkan pada perawatan pasien di rumah, ruang
lingkup kegiatan tersebut mencakup kegiatan pertolongan kedokteran jiwa
bersifat rawat inap (Murti,2010).
1. Alasan Dilakukan Kunjungan dan Perawatan di Rumah dalam Kedokteran
Keluarga
a. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
Telah disebutkan bahwa pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan
kedokteran menyeluruh. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kedokteran menyeluruh ini, diperlukan antara lain tersedianya data yang
lengkap tentang keadaan pasien, sedemikian rupa sehingga dapat dikenal
kehidupan pasien secara lebih lengkap.
b. Untuk melakukan pertolongan kedokteran
Telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik pokok pelayanan
dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang berkesinambungan. Untuk
dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini, pelayanan dokter
keluarga yang baik harus bersifat aktif, dalam arti, jika memang diperlukan,
melakukan kunjungan dan atau merawat pasien di rumah pasien.
3
2. Manfaat Kunjungan dan Perawatan Pasien di Rumah
a. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah dimengerti,
karena dengan dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah
tersebut, dokter akan memperoleh banyak keterangan tentang pasien yang
dimaksud.
b. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter -pasien
Sama halnya dengan pemahaman, peningkatan hubungan dokter - pasien
ini adalah juga sebagai hasil dari dilakukannya kunjungan dan atau perawatan
pasien di rumah.
c. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
Dengan makin meningkatnya pemahaman dokter tentang keadaan pasien
dan dengan makin baiknya hubungan dokter - pasien, berarti sekaligus akan
meningkatkan pula pemahaman dokter tentang kebutuhan serta tuntutan
kesehatan pasien.
d. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien
Pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien, apalagi jika disertai dengan hubungan dokter - pasien yang
baik, pasti mempunyai peranan yang amat besar dalam meningkatkan kepuasan
pasien (patient satisfaction).
3. Masalah Kunjungan dan Perawatan di Rumah
a. Terbatasnya pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan
Untuk dapat memberikan pertolongan kedokteran yang lengkap,
diperlukan antara lain peralatan yang lengkap pula. Tentu mudah dipahami
karena peralatan kedokteran lengkap tidak mungkin dibawa pada waktu
kunjungan rumah, menyebabkan pertolongan kedokteran yang dapat
dilakukan akan sangat terbatas sekali.
b. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan
Terjadinya peristiwa yang seperti ini tentu saja tidak diinginkan. Jika
ditinjau dari sudut dokter hanya membuang waktu dan tenaga, yang apabila
4
berlanjut sampai timbul rasa kesal, dapat membuat hubungan dokter-pasien
menjadi buruk, yang tentu saja akan merugikan pasien sendiri.
c. Ketergantungan pasien atau keluarga yang berlebihan
Maksud dilakukannya kunjungan rumah antara lain adalah untuk
memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan pasien. Tentu
amat diharapkan dengan pertolongan kedokteran yang dilakukan tersebut
sekaligus dapat ditingkatkan pula kemandirian pasien memelihara
kesehatannya. Sayangnya untuk beberapa pasien atau keluarga tertentu,
kemandirian yang diharapkan ini tidak pernah muncul sehingga pasien atau
keluarga tersebut akhirnya sangat tergantung dengan dokter, yang tentu saja
apabila banyak ditemukan, akan memberatkan pekerjaan dokter..
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Perawatan Pasien di
Rumah
a. Makin mudahnya sistem komunikasi
Faktor pertama yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan
kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena makin
mudahnya sistem komunikasi, baik berupa mobil pribadi dan atau kendaraan
umum. Akibatnya, apabila kebetulan ada anggota keluarga yang jatuh sakit,
tidak perlu memanggil dokter ke rumah, tetapi dapat langsung membawa si
sakit ke tempat praktek dokter. Di dalam faktor kemudahan sistem
komunikasi ini, termasuk pula penggunaan pesawat telepon yang makin
sering dilakukan. Sehingga pasien untuk penyakit yang sederhana, tidak perlu
memanggil dokter ke rumah, tetapi cukup menghubungi dokter melalui
telepon.
b. Makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran
Akibat kemajuan dalam bidang pencegahan penyakit, jumlah pasien
yang menderita penyakit akut, terutama bayi dan anak, yang sering dipakai
sebagai alasan memanggil dokter ke rumah, mulai berkurang.
c. Penggunaan berbagai alat kedokteran canggih
Faktor ketiga yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan
kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena makin banyak
dipergunakannya alat kedokteran canggih yang sulit dibawa berpergian.
5
Sehingga pasien, untuk hasil pertolongan kedokteran yang optimal, lebih
memilih untuk datang langsung berobat ke tempat praktek dokter, bukan
memanggilnya datang ke rumah.
d. Sikap dan perilaku dokter
Faktor keempat yang mempengaruhi makin berkurangnya pelayanan
kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah adalah karena adanya sikap
dan perilaku dokter tertentu yang enggan atau menolak untuk melakukan
kunjungan dan merawat pasien di rumah.
Bersamaan dengan ditemukannya berbagai faktor yang berperan sebagai
penyebab makin berkurangnya pelayanan kunjungan dan pcrawatan pasien di
rumah sebagaimana dikemukakan di atas, ditemukan pula berbagai faktor lainnya
yang berperan sebagai pendorong makin perlu dilakukannya kunjungan dan
perawatan pasien di rumah tersebut. Faktor - faktor pendorong yang
dimaksudkan di sini secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yakni:
a. Makin meningkatnya usia hidup rata - rata anggota masyarakat
Faktor pertama yang diperkirakan mempunyai peranan yang amat
besar dalam mendorong makin pentingnya pelayanan kunjungan dalam
perawatan pasien di rumah adalah makin meningkatnya usia hidup rata - rata
dari anggota masyarakat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia akan
semakin banyak ditemukan. Keadaan yang seperti ini pasti akan besar
peranannya dalam mengubah sistem pelayanan kedokteran. Sebagai
akibat dari masalah kesehatan penduduk lanjut usia yang bersifat khas,
menyebabkan pelayanan kedokteran telah tidak dapat lagi jika hanya
mengandalkan diri pada pelayanan yang bersifat pasif saja. Untuk hasil
yang optimal dari pelayanan kedokteran orang usia lanjut tersebut
diperlukan pelayanan kedokteran yang lebih aktif, yang antara lain dapat
diwujudkan melalui pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah.
b. Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat map di rumah sakit
Pada saat ini, sebagai pengaruh dari berbagai faktor, termasuk
penggunaan berbagai alat kedokteran canggih, menyebabkan biaya pelayanan
kesehatan, terutama pelayanan rawat inap di rumah sakit, tampak semakin
meningkat.
6
Dalam keadaan yang seperti ini tidak mengherankan jika banyak
anggota masyarakat mencoba menghindar dari perawatan rumah sakit Atau
kalaupun sempat dirawat, berusaha untuk segera pulang, meskipun sebenaraya
keadaan kesehatan orang tersebut belum sepenuhnya pulih. Untuk dapat tetap
memperoleh pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan, banyak
anggota masyarakat akhimya memang lebih suka memilih perawatan di rumah
saja untuk hasil yang optimal, jelas sangat memerlukan pelayanan kunjungan
dan ataupun perawatan pasien di rumah.
c. Karena desakan program asuransi kesehatan
Pada akhir - akhir ini, sebagai akibat dari makin meningkatnya biaya
kesehatan, banyak pihak mulai mengembangkan program asuransi kesehatan.
Untuk memperkecil risiko finansial, perusahaan asuransi kesehatan biasanya
tidak memperlakukan sistem pembiayaan atas dasar tagihan (indemnity),
melainkan atas dasar kapitasi (capitation). Dengan sistem pembiayaan yang
seperti ini, tidak ada pilihan lain bagi dokter kecuali aktif menyelenggarakan
pelayanan pencegahan penyakit, yang antara lain dapat dilakukan melalui
pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah.
5. Tata Cara Kunjungan Pasien Di Rumah
a. Untuk Mengumpulkan Data Tentang Pasien
1) Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
2) Mengatur jadwal kunjungan
3) Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
4) Melakukan pengumpulan data
5) Melakukan pencatatan data
6) Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan
b. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Dokter Keluarga
1) Mempersiapkan jadwal kunjungan
2) Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada pasien
3) Mempersiapkan keperluan kunjungan
4) Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
5) Mengisi rekam medis keluarga
6) Menyusun rencana tidak lanjut
7
c. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatlf Pasien atau Pihak
Keluarga
1) Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
2) Mempersiapkan keperluan kunjungan
3) Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
4) Mengisi rekam medis keluarga
5) Menyusun rcncana tindak lanjut
B. Tuberkulosis
1. Definisi
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bisa
berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini
bukan penyakit yang menakutkan sampai penerita harus dikucilkan, tetapi
penyakit kronik ini dapat menyebabkan cacat fisik atau kematian. Penularan TB
paru hanya terjadi dari penderita tuberkulosis terbuka (Depkes RI, 2007).
2. Penyebab
Mycobacterium tuberculosis.
3. Gambaran Klinis
a) Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk terus
menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
b) Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan
perkembangan penyakit. Pada akhirnya dahak akan berwarna kemerahan
karena mengandung darah.
c) Masa inkubasi berkisar antara 4 – 12 minggu.
d) Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di malam
hari tanpa aktivitas.
e) Keluhan dapat berupa demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri dada,
batuk darah, sesak nafas.
8
f) Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan
(efusi pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan
dalam bentuk efusi pleura.
g) Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke
dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem
pertahanan tubuh alami bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan
berlanjut dan bakteri menjadi dorman.
h) Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung
bronkial dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin menyebabkan
penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran getah bening dan
membentuk sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada
kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.
4. Diagnosis
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA) melalui pemeriksaan dahak mikroskopis.
a) Yang seringkali merupakan petunjuk awal dari tuberkulosis adalah foto
rontgen dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya
tidak teratur dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan
efusi pleura atau pembesaran jantung (perikarditis).
b) Minimal 2 kali sputum BTA (+) : didiagnosis sebagai TB paru BTA (+)
c) Bila BTA (+) 1 kali, maka perlu dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau
pemeriksaan dahak SPS diulang.
d) Upaya pertama dalam Diagnosis TB paru pada anak adalah melakukan uji
Tuberkulin. Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm pada anak yang telah
mendapatkan BCG, ditambah dengan gambaran radiologi dada yang
menunjukkan infeksi spesifik, LED yang tinggi, limfadenitis leher dan
limfositisis relatif sudah dapat digunakan untuk membuat diagnosis kerja
TB paru.
5. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Terdapat beberapa cara untuk mencegah tuberkulosis:
a) Sinar ultraviolet pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri yang
terdapat di dalam udara.
9
b) Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko
tinggi tuberkulosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberkulin
positif, tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid
diminum setiap hari selama 6 – 9 bulan.
c) Di negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah
infeksi oleh M. tuberculosis.
6. Pengobatan (DOTS)
Pengobatan TB paru memerlukan panduan antituberkulosis untuk
memperoleh hasil terapi yang baik dan mencegah/memperkecil kemungkinan
timbulnya resistensi.
a) Antibiotik yang paling sering digunakan adalah : isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, streptomisin; dan etambutol, isoniazid, rifampisin dan
pirazinamid dapat digabungkan dalam 1 kapsul, sehingga mengurangi
jumlah pil yang harus ditelan oleh penderita.
b) Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang relatif tinggi untuk
membantu mengurangi jumlah bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan,
dosisnya dikurangi untuk menghindari efek samping yang berbahaya
terhadap mata.
c) Streptomisin merupakan obat pertama yang efektif melawan tuberkulosis,
tetapi harus diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diberikan dalam dosis
tinggi atau pemakaiannya berlanjut sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin
bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan.
d) Panduan obat untuk orang dewasa yang dianjurkan oleh Program P2M
adalah sebagai berikut :
1) Panduan obat jangka panjang terdiri dari streptomisin, INH + B6, dan
pirazinamida untuk jangka pengobatan 12 bulan. Cara pemberian :
(a) Tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24
kali pengobatan) berupa : streptomisin 0,75 mg, INH 400 mg, Vit.
B6 10 mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu (48 kali
pengobatan).
(b) Tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama
48 minggu (96 kali pengobatan) dengan streptomisin 0,75 mg, INH
700 mg, ditambah Vit. B6 10 mg.
10
2) Panduan obat jangka pendek terdiri dari rifampisin, etambutol, INH dan
Vit. B6 untuk jangka pengobatan 6 – 9 bulan. Cara pemberian :
(a) Tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24
kali pengobatan) berupa: rifampisin 450 mg, etambutol 1 gram, INH
400 mg ditambah Vit. B6 10 mg.
(b) Tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama
22 minggu (44 kali pengobatan) berupa: rifampisin 600 mg, INH
700 mg ditambah Vit. B6 10 mg.
(c) Wanita yang dalam pengobatan jangka pendek sebaiknya tidak
menggunakan pil atau suntikan KB karena keampuhan pil dan
suntikan KB dapat berkurang sehingga dapat terjadi kehamilan.
(d) Penderita harus diberitahu bahwa rifampisin menyebabkan warna
merah pada air liur, air mata, dan air seni.
(e) Pengobatan jangka pendek ini tidak boleh diberikan pada wanita
hamil dan wanita yang sedang menyusui.
e) Khusus pengobatan TB pada penderita anak diperlukan kerja sama yang
baik dengan orang tua pasien karena angka drop out cukup tinggi.
f) Selama terapi, kemajuan pengobatan dipantau dengan pemeriksaan darah
dan radiologi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati, mengingat
efek rifampisin dan INH terhadap hati.
g) Buku-buku acuan baku hanya menganjurkan pengobatan intensif selama 6
bulan dengan dosis yang lebih kecil. Pengobatan berselang dengan dosis
besar hanya dilakukan dengan pertimbangan bahwa ada ketidakpatuhan
penderita, atau kesulitan dalam supervisi terapi. Akan tetapi, dengan cara itu
kemungkinan toksisitas lebih besar, terutama terhadap hati masih perlu
diteliti lebih lanjut.
h) Panduan terapi untuk dewasa:
1) Rifampisin 450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 – 2 gram dan
etambutol 25 mg/kg BB, semua ini diberikan selama 2 bulan
2) 4 bulan berikutnya : rifampisin 450 – 600 mg dan INH 300 mg.
i)Panduan untuk anak:
1) Rifampisin 10 mg/kgBB/hari, INH 10 mg/kgBB/hari, pirazinamid 15
mg/kgBB/ hari selama 2 bulan pertama
11
2) Dilanjutkan dengan rifampisin dan INH dengan dosis yang sama selama
4 bulan berikutnya.
BAB III
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Kelompok B9 melaksanakan kegiatan Field Lab dengan topik Ketrampilan
Kedokteran Keluarga Kunjungan Pasien di Rumah di wilayah kerja Puskesmas
Wonogiri I. Pelaksanaan Field Lab ini diadakan dalam tiga hari, yakni tanggal 7, 11
dan 18 Oktober 2010. Adapun kegiatan pokok yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
A. Persiapan dan Pembekalan di Fakultas
Sebelum kegiatan Field Lab di lapangan, pihak IKM ( Ilmu Kesehatan
Masyarakat) memberikan kuliah sebagai bekal awal, sehingga mahasiswa
memiliki pengetahuan serta gambaran yang cukup tentang apa yang akan
dilakukan pada pelaksanan Field Lab di lapangan nantinya. Sebelum pemberian
kuliah, terlebih dahulu dilakukan pretest dengan maksud memacu mahasiswa
untuk belajar topik yang bersangkutan, selain itu mahasiswa juga dituntut untuk
membuat buku rencana kerja yang nantinya akan dikumpulkan dan ditanda
tangani oleh pihak Puskesmas, tujuan dari pembuatan buku rencana kerja ini juga
sama, yakni memacu mahasiswa untuk membaca dan mempelajari buku panduan
yang telah dibagikan oleh pihak fakultas.
B. Field Lab Hari Pertama
Kegiatan Field Lab kali ini, kelompok XIX mendapat kesempatan untuk
melaksanakan Field Lab topik Ketrampilan Kedokteran Keluarga Kunjungan
Pasien di Rumah di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri I.
Kunjungan pertama, tanggal 7 Oktober kami berkesempatan untuk
beramah tamah dan memperkenalkan diri dengan pihak Puskesmas, setelah itu
dr. Hananto Sulistyo selaku Kepala Puskesmas mempersilahkan kami untuk
menemui dr. Indri, serta Ibu Idayu selaku Promkes Penyuluhan Kesehatan.
Hari pertama Field Lab ini kami gunakan untuk berdiskusi dan
merencanakan kegiatan berupa kunjungan pasien di rumah (home visit) yang
akan kami lakukan pada pertemuan selanjutnya, serta pengarahan dari pihak
12
Puskesmas. Kegiatan berupa diskusi, pengarahan, serta perencanaan tersebut
kami lakukan di Aula Puskesmas yang berlokasi di lantai dua Puskesmas
Wonogiri I, pada diskusi dan pengarahan tersebut kami diminta untuk membagi
kelompok kami menjadi 3 subkelompok, subkelompok pertama bertugas untuk
melakukan home visit di wilayah Buluhsulur dengan kasus hipertensi,
subkelompok kedua bertugas untuk melakukan home visit di wilayah Wonoboyo
dengan kasus stroke, sedangkan subkelompok ketiga bertugas melakukan home
visit di wilayah Pokoh Kidul dengan kasus TBC. Selaku instruktur, dr. Indri
berpesan kepada kami agar dalam penyuluhan nanti kita dapat mengedepankan
aspek kesopanan dalam mewawancarai atau menggali informasi dari pasien,
sedangkan Ibu Idayu berpesan agar nantinya dalam penulisan laporan, kami
memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang benar. Saya mendapat tugas untuk
melakukan kegiatan home visit di wilayah Pokoh Kidul dengan kasus TBC.
Setelah melakukan diskusi akhirnya kami dan pihak Puskesmas sepakat
melakukan survey lapangan terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi daerah
tempat kami akan melakukan kunjungan rumah sekaligus berkenalan dengan
binwil yang membawahi daerah tersebut.
C. Field Lab Hari Kedua
Kunjungan kedua, yakni pada tanggal 11 Oktober 2010, kelompok kami
diberi kesempatan untuk melakukan kunjungan rumah di wilayah Pokoh Kidul,
Wonogiri. Setelah persiapan dan pengarahan di Puskesmas selesai, kami
didampingi petugas dari Puskesmas serta binwil wilayah pokoh kidul yakni ibu
Imelda melakukan kunjungan rumah pada pasien penderita TB. Sebelum
melakukan wawancara, petugas dari Puskesmas bersama Ibu Imelda
memperkenalkan kami terlebih dahulu kepada penghuni rumah serta menjelaskan
maksud dan tujuan dari pelaksanan kunjungan rumah tersebut.
Wawancara dilakukan dengan bantuan formulir yang sudah dipersiapkan
pihak fakultas, sehingga diharapkan kami memperoleh semua informasi yang
penting dan tidak ada satupun informasi yang terlewatkan, selain formulir dari
pihak fakultas, kami juga dibantu oleh petugas pendamping dari Puskesmas
dalam menggali informasi yang mengarah pada diagnosis pasien.
13
Setelah wawancara selesai, kami memohon ijin untuk menggambar denah
rumah serta mendokumentasikan keadaan lingkungan rumah tersebut. Setelah
semua kegiatan selesai, kami mengucapkan terima kasih kepada para penghuni
rumah serta memberikan bingkisan sebagai bentuk tanda terima kasih, kemudian
kami kembali ke Puskesmas untuk mengucapkan terima kasih dan berpamitan
dengan pihak Puskesmas.
D. Field Lab Hari Ketiga
Kunjungan ketiga Field Lab, yakni tanggal 18 Oktober 2010, kelompok
kami diberi kesempatan untuk melakukan evaluasi dan presentasi mengenai apa
saja yang telah kami kerjakan selama Field Lab kali. Presentasi dilakukan di
Aula Puskesmas Wonogiri I dan dihadiri oleh tujuh Ketua Pokja serta petugas
kesehatan Puskesmas Wonogiri I.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Kegiatan Field Lab dengan topik Ketrampilan Kedokteran Keluarga Kunjungan
Pasien di Rumah di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri I berjalan lancar. Sambutan
penghuni rumah pada waktu dilakukan kunjungan rumah tersebut sangat baik, sehingga
mahasiswa mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara secara menyeluruh
dalam rangka mengggali informasi penting serta melihat kondisi lingkungan rumah pada
waktu kunjungan rumah tersebut. Mahasiswa juga dapat berlatih mengisi formulir
wawancara dari pihak fakultas serta menerapkan teori yang sudah didapatkan di kampus.
Pada waktu melakukan kunjungan rumah, penulis melakukan anamnesis dalam
rangka mendapatkan data atau informasi mengenai pasien. Data tersebut antara lain
sebagai berikut :
a) Nama pasien : Marsudiyanto
b) Nama Kepala Keluarga : Kamino
c) Umur : 31 tahun
d) Pendidikan : Tamat SD
e) Pekerjaan : sopir angkot/ truk
f) Penghasilan perbulan : Rp 840.000,-
g) Jenis Kelamin : Laki-laki
h) Alamat : Naraga, Pokoh Kidul RT01 RW07, Wonogiri
i) Riwayat penyakit sekarang : TB (dalam masa pengobatan tahap lanjutan)
j) Riwayat penyakit terdahulu : Tifus
k) Hubungan dengan keluarga : Baik
l) Hubungan dengan masyarakat : Baik
m)Informasi lain : Perokok aktif(6 batang perhari) /putih dan kretek
n) Kondisi rumah : a) Dinding : kayu
b) Lantai : semen
c) Pencahayaan : kurang
d) Ventilasi : kurang
15
o) Sumber air : Sumur
p) Pembuangan sampah : Dibakar
q) Asuransi : Jamkesmas
Berdasarkan informasi yang didapat dari pasien serta kartu pencatatan untuk
pasien TB, diperoleh data bahwa saat ini pasien sedang menjalankan tahap pengobatan
lanjutan TB karena pada pemeriksaan dahak terakhir didapatkan BTA (-) atau telah
mengalami konversi. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk
membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Sumber penularan bakteri Mikobakterium tuberkulosa diperkirakan berhubungan
dengan lingkungan kerja, lingkungan kerja sebagai seorang sopir truk atau angkot
memungkinkan pasien kontak dengan banyak orang yang status kesehatannya belum
jelas, kemungkinan sumber penularan lain yakni dari keluarga maupun lingkungan dapat
dieliminasi karena baik keluarga maupun tetangga terdekat tidak ada yang menderita
TB. Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB dapat
menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh
yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TB ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme
pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan
bakteri TB akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
16
Gambar 1. Penyebaran Bakteri TBC
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel
bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-
paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang
yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TB.
Saran yang dapat kita berikan kepada pasien kunjungan rumah adalah agar
meneruskan pengobatan yang telah dijalani dengan tuntas serta selalu menjaga pola
hidup bersih dan sehat, karena berdasarkan data wawancara serta pengamatan langsung
di lapangan, lingkungan tempat tinggal maupun pola hidup pasien tersebut mendukung
untuk terjadinya penyebaran penyakit, hal ini dibuktikan dengan riwayat pasien yang
juga pernah menderita penyakit tifus. Demam Tifoid atau tifus abdominalis adalah suatu
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang ditularkan melalui makanan
yang tercemar oleh tinja dan urine penderita.
17
Secara umum pelaksanaan Field Lab di Puskesmas Wonogiri I sudah berjalan
lancar. Sambutan dan bantuan dari pihak puskesmas sangat baik. Semoga ilmu yang
telah didapat dapat berguna dan dapat diterapkan di masa yang akan datang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Umum:
a. Program Kunjungan Pasien di Rumah ( Home Visit) serta Perawatan pasien
di Rumah (Home Care) adalah program pelayanan kedokteran keluarga yang
termasuk dalam sistem pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care)
berbasis pada keluarga atau Family Oriented Medical Education (FOME)
dan merupakan kunci untuk meningkatkan status kesehatan dan mencapai
Millenium Development Goals (MDGs) 2015.
b. Program Kunjungan Pasien di Rumah ( Home Visit) serta Perawatan pasien
di Rumah (Home Care) di Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi
pelaksanaannya.
2. Khusus :
Pelaksanaan kegiatan Field Lab dengan topik Ketrampilan Kedokteran
Keluarga Kunjungan Pasien di Rumah yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa
berjalan dengan lancar berkat bantuan dari berbagai pihak, meliputi pihak
Puskesmas Wonogiri I, pihak binwil Pokoh Kidul, dan Tim Field Lab Fakultas
Kedokteran UNS.
B. Saran
1. Kendala dalam Pelayanan Program Kunjungan Pasien di Rumah (Home Visit)
serta Perawatan Pasien di Rumah (Home Care) dapat diminimalisir dengan cara:
a. Dokter dapat mengumpulkan data selengkapnya tentang keadaan pasien
sebelum melakukan kunjungan rumah. Dengan lengkapnya keterangan
tersebut, di satu pihak dokter dapat mempersiapkan diri sebelum
berkunjung ke rumah, serta di pihak lain, dapat secara bijaksana menolak
melakukan kunjungan, jika memang keadaan penyakit pasien tidak
memerlukannya.
18
b. Melakukan pendidikan kesehatan tentang hak dan kewajiban pasien
terhadap diri dan atau penyakitnya sendiri, pada setiap kali berkomunikasi
dengan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2005. Hubungan Home Visit Perawat Terhadap Keteraturan Minum Obat
Klien TB Peru di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi‐Kassi. Skripsi. FK UNHAS.
Depkes RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI, pp:
234-237.
Murti M., Hanim D., Lestari A., Poncorini E. 2010. Ketrampilan Kedokteran Keluarga
Kunjungan Pasien di Rumah (MTBS). Surakarta : Sebelas Maret University
Press.
Widyaningsih V. 2008. Ketrampilan Pengendalian Penyakit Menular Tubercolusis.
Surakarta : Sebelas Maret University Press.
19
LAMPIRAN
Gambar 2. Denah Rumah Saudara Marsudiyanto
20
Gambar 3. Genogram Keluarga Saudara Marsudiyanto
Ket: 1. Ibu Wagiyem (80 th)2. Bapak Kamino (*) (65 th) , pendidikan SR , pekerjaan bertani3. Ibu Tunem (*) (65 th) , pendidikan SR4. Bapak Yadi (*) (37 th) , pekerjaan bertani5. Ibu Mariyam (*) (35 th) , pendidikan SD6. Mas Marsudiyanto (*) (31 th) , pendidikan SD, pekerjaan angkot/ truk7. Bapak Wardi (30 th) , pendidikan SD, merantau8. Ibu Krismi (29 th) 9. Ibu Lasmini (25 th) , pendidikan SMP, merantau10. Bapak Gito (27th)11.Seri (*) (4th)12.Trisna (1 th)13. Sadan (10 th)
(*) : tinggal satu rumah
21