laporan front kelompok 4

34
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Kamis/8 April 2009 Analisis Meteorologi Asisten 1. Victor Mahan G24050927 2. Yunus Bahar G24104019 ANALISIS FRONT Disusun oleh : KELOMPOK IV Sutrisni Susilowati G24060110 (25%) Rahmi Ariani G24060306 (25%) Fajar Santiabudi G24062439 (25%) Ria Hamida G24062989 (25%)

Upload: hanifah-nurhayati

Post on 14-Jun-2015

2.093 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan front kelompok 4

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Kamis/8 April 2009

Analisis Meteorologi Asisten 1. Victor Mahan G24050927

2. Yunus Bahar G24104019

ANALISIS FRONTDisusun oleh :

KELOMPOK IV

Sutrisni Susilowati G24060110 (25%)

Rahmi Ariani G24060306 (25%)

Fajar Santiabudi G24062439 (25%)

Ria Hamida G24062989 (25%)

MAYOR METEOROLOGI TERAPAN

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: Laporan front kelompok 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Front di dalam meteorologi merupakan wilayah transisi tempat

bertemunya dua massa udara yang berbeda sifat fisik dan kekuatannya. Ketika

sebuah front melewati suatu area, itu menandakan terjadinya perubahan pada

temperatur, embun, laju angin, arah angin, tekanan atmosfir, dan suatu perubahan

dalam pola curah hujan. Pergerakan front berhubungan dengan kekuatan gradien

tekanan (perbedaan horisontal di dalam tekanan atmosfir) dan efek Coriolis, yaitu

disebabkan oleh perputaran bumi terhadap porosnya. Zona front mungkin menjadi

berubah bentuk oleh fitur geografis seperti pegunungan dan badan air yang besar.

Angin terjadi karena adanya perbedaan suhu dan tekanan udara di suatu

wilayah. Angin bergerak dari suatu tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke

tempat yang memiliki tekanan udara rendah (Handoko, 1995). Antara zona

bertekanan udara rendah dengan zona bertekanan udara tinggi terdapat zona

dimana keduanya bertemu, zona ini dinamakan front.

Front berperan penting dalam cuaca karena dapat mempengaruhi cuaca,

suhu dan tekanan udara atau musim yang berlangsung di suatu wilayah. Ketika

musim dingin, front dingin memiliki daya dorong jauh lebih kuat daripada front

panas, sehingga front panas tak mampu menembus wilayah tersebut. Sedangkan

ketika musim panas, yang terjadi adalah kontradiksi. Front panas mendominasi

dan mampu mendorong front dingin.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa dapat membedakan dan mengetahui jenis-jenis atau ciri front.

b. Mahasiswa mengetahui proses pembentukan, perkembangan, penguatan

dan pelenyapan front.

c. Mahasiswa dapat menjelaskan, menganalisis serta mengidentifikasi front

pada peta permukaan (surface chart).

d. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh front terhadap kondisi cuaca dan

iklim suatu wilayah.

1

Page 3: Laporan front kelompok 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Front didefinisikan sebagai wilayah transisi tempat bertemunya dua massa

udara yang berbeda sifat fisik dan kekuatannya. (Effendy dan Turyanti, 2006).

Front cuaca adalah nama yang diberikan pada daerah perbatasan tempat

bertemunya dua massa udara. Adanya front mengakibatkan cuaca yang mudah

berubah, seringkali menyebabkan banyak awan dan terjadi hujan

(http://books.google.co.id). Lokasi kejadian lintang tinggi sekitar 66,5°C lintang

utara atau selatan. Awal pembentukan, perkembangan hingga penguatan front

dikenal denganistilah FRONTOGENESIS, sedangkan fase akhir pelenyapan atau

penghancuran front dikenal sebagai FRONTOLISIS. secara grafis disajukan pada

gambar dibawah ini.

Gambar 1. Pada kondisi normal (a) dan tingkat pembentukan front (b) .

(Effendy dan Turyanti, 2006)

Suatu wilayah bisa dikatakan terjadi front jika :

Sepanjang garis front terjadi angin yang bergerak dari arah yang

berlawanan

2

Page 4: Laporan front kelompok 4

Sepanjang front terdapat perbedaan suhu yang tajam

Cuaca buruk seperti hujan badai 2 jam pada front dingin, hujan gerimis

yang lama (2 hari) pada front panas dan adanya kabut pada awal

pembentukan front.

Pada lokasi dekat front beda suhu udara T dan Td (suhu titik embun) kecil

bahkan hampir sama.

Garis isobar (garis-garis yang menghubungkan lokasi-lokasi yang

memiliki tekanan udara yang sama) berbetuk patahan dan patahan terjadi

pada lokasi siklon (tekanan rendah). (Effendy dan Turyanti, 2006)

Jenis-jenis front ada bermacam-macam diantaranya:

1. FRONT DINGIN

Cuaca yang tidak stabil sering terjadi di daerah garis lintang sedang

(separuh jalan antara khatulistiwa dan daerah kutub), tempat massa udara tropis

yang panas bertemu dengan massa udara kutub yang dingin. Pada front ini massa

udara dingin menggilas massa udara panas (http://books.google.co.id). Front

dingin menunjukkan suatu wilayah dimana udara yang dingin, kering dan stabil

mendorong udara yang hangat, lembab, dan tak stabil (Ahrens, 2007). Dengan

gerakan yang lambat, Awan dan presipitasi biasanya menutupi area di belakang

front. Dan ketika udara hangat yang naik tersebut menjadi stabil, awan-awan

seperti nimbostratus terbentuk. Sering kali di ujung front dingin terbentuk kabut,

hujan deras, atau bahkan kilat (Thunderstorm) (Lutgens, 1982).

Selain nimbostratus awan yang menjadikan ciri dari front dingin adalah

awan cumulus, dan cumulunimbus. Jika suatu daerah terjadi front panas

(dilewati) maka daerah tersebut akan terjadi hujan badai sangat besar, guntur dan

kilat selama 2-3 jam. Adapun proses kejadian front ini adalah seperti bongkahan

tanah, udara panas terdesak cepat sehingga membentuk cuaca buruk. (Effendy

dan Turyanti, 2006)

3

Page 5: Laporan front kelompok 4

Gambar 2. Front dingin (www.uwsp.edu)

2. FRONT PANAS

Front panas adalah kebalikan dari front dingin dimana massa udara panas

mendesak masaa udara dingin . proses terjadinya front panas dicirikan dengan

naiknya udara di pegunungan, sehingga terbentuk kabut yang sering kali

membuat hujan gerimis yang berkepanjangan. Awan-awan yang mendominasi

diantaranya awan cirrus, cirocumulus, cirostratus, altostratus, nimbostratus dan

cumulu. Indikator selama terjadinya front panas adalah hujan gerimis hingga

sedang yang berlangsung selama 2-3 hari (Effendy dan Turyanti, 2006).

Gambar 3. Front Panas (www.uwsp.edu)

Kecepatan rata-rata dari front panas adalah sekitar 10 knot, atau sekitar

setengah dari kecepatan rata-rata front dingin. Saat ujung front panas melaju, arah

angin akan berbelok, temperatur akan meningkat, dan kondisi cuaca keseluruhan

4

Page 6: Laporan front kelompok 4

akan berubah. Ketika siang hari, terjadi pencampuran pada kedua front, sehingga

pergerakannya bisa lebih cepat (Ridley, 1979).

3. FRONT CAMPURAN

Merupakan front dingin dan front panas yang bertemu sehingga front

dingin akan lebih cepat mengambil alih lokasi front panas. Sehingga pada daerah

front campuran memiliki ciri-ciri front yang kurang lebih hampir sama seperti

front dingin. (Effendy dan Turyanti, 2006)

Gambar 4. Front Campuran (www.wikipedia.org)

4. FRONT QUASI STASIONER

Suatu ketika, ada kalanya suatu front tidak cukup kuat untuk mendorong

front lainnya, sehingga udara menjadi tidak bergerak. Baik itu front panas

maupun front dingin. Kondisi ini dinamakan Front Stasioner (Ahrens, 2007).

Kondisi cuaca di sepanjang Front stasioner ini umumnya cerah atau sedikit

berawan, dengan udara yang jauh lebih dingin di salah satu sisi. Hal ini

disebabkan karena kedua massa udara relatif kering dan tanpa presipitasi. Tetapi

front tersebut tak berlangsung lama. Jika udara yang lebih hangat mulai bergerak

dan mendorong udara dingin, front tak lagi dalam kondisi stasioner. Kondisinya

akan berubah menjadi front panas. Begitu pula ketika udara yang lebih dingin

mendapat daya dorong yang lebih kuat, maka kondisi akan berubah menjadi front

dingin dan udara hangat tersebut akan tergeser (Lutgens, 1982).

5

Page 7: Laporan front kelompok 4

BAB IV

BAHAN DAN METODE

BAHAN

1. Peta cuaca permukaan waktu sekarang (MAP I).

2. Peta cuaca permukaan 24 jam dari sekarang (MAP II).

3. Data unsur cuaca dari beberapa stasiun yang terdapat pada peta cuaca

seperti :

Suhu (T)

Suhu titik embun (Td)

Tekanan (P)

Keawanan

4. Seperangkat komputer lengkap dengan sofware surfer 8

METODE

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Membuat peta isobar, isotherm dan isodrotherm untuk peta MAP I dan

MAP II dengan menggunakan data dari keterangan simbol peta sinoptik

pada kedua peta tersebut

3. Membuat garis-garis front dengan mengikuti kelima petunjuk yang ada

pada peta sinoptik sesuai dengan ciri front pada peta isobar

4. Mewarrnai front sesuai jenis, BIRU untuk front DINGIN, MERAH untuk

front PANAS serta BIRU dan MERAH untuk front STASIONER, UNGU

untuk front CAMPURAN. Ciri front dingin runcing seperti segitiga di

bawah garis isobar, ciri front panas setengah bulatan di atas isobar

5. Memberi warna sekitar stasiun dengan warna HIJAU untuk stasiun yang

mengalami HUJAN, KUNING untuk stasiun yang mengalami KABUT,

dan MERAH untuk stasiun yang mengalami HUJAN BADAI

6. Memberi label H pada daerah bertekanan tinggi (gunakan warna BIRU),

dan L untuk tekanan rendah (gunakan warna MERAH)

7. Membahas serta menyimpulkan

6

Laju dan arah angin

Visibility

Cuaca

Page 8: Laporan front kelompok 4

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

PARAMETER STASIUN 422 STASIUN 424 STASIUN 426

Kondisi awan (langit) 8/8 8/8 CLEAR

Laju angin 5 knots 15 knots 10 knots

Arah angin S SW N

Jarak pandang 2 mil 2 mil >10 mil

Cuaca Rain Shower Rain -

Suhu 68 °F 63 °F 50 °F

Suhu titik embun 67 °F 63 °F 39 °F

Tekanan 1040mb 995mb 1048mb

Tabel 1. Hasil analisis peta sekarang (Present Maptime) MAP I

PARAMETER STASIUN 422 STASIUN 424 STASIUN 426

Kondisi awan (langit) 8/8 8/8 clear

Laju angin 8-12 knots 13-17 knots 13-17 knots

Arah angin W SWW NNW

Jarak pandang >10 mil >10 mil >10 mil

Cuaca - Thunderstrom

with rain

-

Suhu 60 °F 59 °F 35 °F

Suhu titik embun 58 °F 59 °F 19 °F

Tekanan 1034mb 1000mb 1018mb

Tabel 2. Hasil analisis 24 jam setelah waktu sekarang (MAP II)

7

Page 9: Laporan front kelompok 4

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kita mencoba menganalis kejadian front yang

terjadi di suatu kawasan dibekali dengan data peta sinoptik dari stasiun-stasiun

yang berada di kawasan tersebut. Data yang ada pada peta sinoptik tersebut yaitu

Suhu (T), Suhu titik embun (Td), Tekanan (P), keawanan, Laju dan arah angin,

Visibility, Cuaca. Dari data ini kita bisa membuat peta isobar, isotherm, dan

isodotherm yang diperlukan untuk menentukan daerah mana yang sedang

mengalami front. Sebab penentuan front awalnya bisa dilihat dari garis isobar

yang patah karena terdapat pusat tekanan rendah. Juga bisa dilihat dari garis

isotherm, karena jika ada front berarti garis isotherm akan sangat rapat disebabkan

perbedaan suhu yang besar pada daerah yang sempit. Data yang diberikan juga

data dari dua waktu berbeda, ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah yang

terjadi front dingin atau front panas mengingat kedua front tersebut mempunyai

karakteristik yang berbeda dalam lamanya waktu kejadian yang ditimbulkan. Peta

yang diberikan itu adalah waktu sekarang dan peta waktu 24 jam dari sekarang

(MAP 2).

Berikut yang akan dibahas adalah data dari 3 stasiun yaitu Stasiun 422,

424, dan 426. Berdasarkan data dari MAP 1 stasiun 422 memiliki awan yang

mendung (penutupan awan adalah 8/8) karena sedang terjadi gerimis, dengan laju

kecepatan angin adalah 5 knots atau 9,25 km/jam dari arah selatan. Jarak pandang

2 mil dengan suhu lingkungan sekitar 68 °F dan suhu titik embunnya adalah 67 °F.

Pada stasiun 424 memiliki awan yang mendung juga (penutupan awan adalah

8/8), dengan laju kecepatan angin adalah 15 knots atau 27,75 km/jam dari arah

barat daya dengan jarak pandang 2 mil juga. Pada stasiun tersebut sedang terjadi

hujan dengan suhu lingkungan dan suhu titik embunnya sama yaitu 63 °F. Dari

kedua stasiun yang terletak berdekatan tersebut ada kemungkinan terjadinya front.

Dilihat dari langit yang tertutup penuh dengan awan dan gerimis yang terjadi pada

stasiun 422 lalu hujan yang terjadi di stasiun 424. Bisa juga diduga dari suhu

udara dan suhu titik embunnya yang tidak berbeda jauh bahkan pada stasiun 424

sama. Kecepatan angin juga rendah karena ada dua massa udara atau angin yang

berlawanan arah sedang bertemu. Kecepatan angin dengan rata-rata 10 knot

menandakan bahwa jenis front adalah front panas.

8

Page 10: Laporan front kelompok 4

Dan pada stasiun 426 langit tidak tertutup awan dalam artian keadaan

cuaca saat itu cerah atau clear sky, dengan laju kecepatan angin adalah 10 knots

atau 18,5 km/jam dari arah selatan dan jarak pandang >10 mil. Jarak pandang

pada stasiun ini tinggi karena cuaca sedang cerah. Suhu lingkungan 50°F dan suhu

titik embunnya yaitu 39 °F. Stasiun ini jaraknya sudah agak berjauhan dengan

stasiun 422 dan 424. Dan dari peta keterangan peta sinoptik bisa disimpulkan

bahwa pada stasiun ini bukan daerah terjadinya front. Dilihat dari cuaca yang

cerah, jarak pandang yang jauh, suhu udara yang berbeda jauh dari suhu titik

embunnya.

Sedangkan pada MAP II yang merupakan keadaan cuaca 24 jam

setelahnya. Pada stasiun 422 tetap memiliki penutupan awan adalah 8/8, dengan

laju kecepatan angin bertambah dari 5 knots (9,25 Km/jam) menjadi 8-12 knots

(14,8-22,22 km/jam). Arah angin berubah datang dari arah barat dengan jarak

pandang >10 mil. Suhu lingkungan sekitar 60 °F dan suhu titik embunnya adalah

58 °F. Sedangkan pada stasiun 424 pun memiliki penutupan awan adalah 8/8,

dengan laju kecepatan angin adalah 13-17 knots (24,25-31,45 km/jam) dari arah

barat daya dengan jarak pandang >10 mil. Pada stasiun tersebut sedang terjadi

thunderstom yang dibarengi hujan dengan suhu lingkungan dan suhu titik

embunnya sama yaitu 59 °F. Dan pada stasiun 426 tidak memiliki awan dalam

artian keadaan cuaca saat itu cerah tak berawan, dengan laju kecepatan angin

adalah (13-17 knots (24,25-31,45 km/jam) dari arah barat laut dengan jarak

pandang >10 mil, karena cuaca cerah maka jarak pandangnya tinggi. Suhu

lingkungan 35°F dan suhu titik bekunya sama yaitu 19°F.

Dengan membandingkan kedua map yang berbeda waktu selama 24 jam

tersebut, ini membantu kita untuk menentukan jenis front yang sedang terjadi.

Dari map 1 kita hanya bisa menduga bahwa daerah pada stasiun 422 dan 424

terjadi front karena suhu titik embunnya sama dengan suhu udara, lalu terjadi

hujan pada stasiun 424 dan gerimis pada stasiun 422. Dari keterangan ini

kemungkinan yang paling besar adalah front panas karena hujan yang hanya

berupa gerimis saja dan kecepatan angin. Namun jika dibandingkan dengan situasi

yang tejadi pada map 2, pada stasiun 424 terjadi thunderstorm yang sangat

mencirikan front dingin. Jadi jika dilihat dari kejadian yang berlangsung dalam 24

9

Page 11: Laporan front kelompok 4

jam ini, daerah ini paling tepat dikatakan mengalami front jenis campuran. Pada

waktu sekarang terjadi front panas yang kemudian 24 jam setelah itu front dingin

mulai mendominasi.

Gambar 5. Garis front kondisi sekarang

Gambar 6. Kondisi 24 jam setelah

10

Page 12: Laporan front kelompok 4

KESIMPULAN

Front yang terjadi di lintang 66,5° dapat dianalisis dari data yang ada di

peta permukaan/peta sinoptik. Data tersebut lalu dibandingkan dengan ciri-ciri

front. Daerah yang dilewati front atau tempat terjadinya front ini dapat di analisis

juga dari garis isobar, isodotherm, dan isotherm. Daerah yang dilalui front

isobarnya akan berbentuk patahan, garis isotherm dan isodotherm akan sangat

rapat karena perbedaan suhu yang besar di daerah yang sempit.

Front yang terjadi adalah front campuran. Pada map 1 front yang

mendominasi adalah front panas, terlihat dari gerimis dan hujan yang terjadi pada

stasiun 422 dan 424. Setelah 24 jam kemudian yang mendominasi adalah masa

udara dingin karena beberapa stasiun termasuk stasiun 424 mengalami

thunderstorm yang disertai hujan. Daerah yang dilewati front ini adalah stasiun

422 dan 424, sedangkan stasiun 426 yang letaknya agak berjauhan dari stasiun

424 dan 422 tidak mengalami yang kejadian front. Daerah disekitarnya tidak ada

penutupan awan dan hujan dan apapun yang mencirikan terjadinya front.

11

Page 13: Laporan front kelompok 4

LAMPIRAN

Tabel 3. Hasil analisis peta cuaca permukaan waktu sekarang stasiun 407-

442 (MAP 1)

No. Stasiun Tekanan(mb)

Suhu(oF)

Suhu titik embun(oF)

407 1012.8 70 65408 1011.0 70 65409 1010.9 69 65410 1008.0 67 67411 1007.2 68 65412 1010.4 71 65413 1011.3 70 63414 1006.0 50 42415 1004.8 66 66416 1005.3 65 65417 1009.5 72 67418 1010.2 70 65419 1005.8 50 39420 1004.2 48 39421 998.0 57 53422 1004.0 68 67423 1007.6 71 66424 999.5 63 63425 1003.2 67 67426 1004.8 50 39427 1002.7 55 43428 1004.0 57 50429 1008.3 58 55430 1007.6 65 65431 1010.0 57 56432 1009.0 47 36433 1008.6 52 35434 1010.0 56 51435 1011.1 46 32436 1012.0 53 37437 1014.6 52 38438 1005.8 54 36439 1013.8 55 50

12

Page 14: Laporan front kelompok 4

440 1011.6 55 54441 1012.3 57 53442 1014.2 59 56

Tabel 4. Hasil analisis peta cuaca 24 jam dari sekarang stasiun 407-442

(MAP 2)

No. St

Tekanan(mb)

Suhu(oF)

Suhu titik embun(oF)

407 1001,0 72 58408 1002,0 60 59409 1001,0 50 45410 1003,1 50 50411 1005,2 58 57412 1007,8 59 57413 1011,0 63 50414 1006,9 37 20415 1006,1 42 40416 1007,5 55 55417 1009,1 60 58418 1013,0 65 50419 1008,3 37 19420 1009,0 35 19421 1008,8 43 40422 1013,4 60 58423 1016,3 64 50424 1010,0 59 59425 1014,8 60 57426 1011,8 35 19427 1011,0 41 20428 1013,0 47 45429 1015,0 57 57430 1018,0 60 55431 1019,3 63 60432 1012,3 32 14433 1014,0 36 18434 1014,5 45 42435 1013,8 33 14436 1016,0 38 18437 1017,3 43 25438 1013,5 43 25

13

Page 15: Laporan front kelompok 4

439 1018,4 44 38440 1020,7 61 58441 1021,5 65 58442 1023,8 65 60

14

Page 16: Laporan front kelompok 4

Gambar 7. Peta Isobar Map 1

15

Page 17: Laporan front kelompok 4

Gambar 4. Peta Isotherm Map 1

16

Page 18: Laporan front kelompok 4

Gambar 5. Peta Isodrotherm Map 1

17

Page 19: Laporan front kelompok 4

Gambar 6. Peta Isobar Map 2

18

Page 20: Laporan front kelompok 4

Gambar 7. Peta Isotherm Map 2

19

Page 21: Laporan front kelompok 4

Gambar 8. Peta Isodrotherm Map 2

20

Page 22: Laporan front kelompok 4

——————————Gridding Report——————————

Sun Mar 30 21:33:06 2009Elasped time for gridding: 0.05 seconds

Data Source

Source Data File Name: D:\BAHAN KULIAH.ppt\SMT 6\Ansmet\isobarprak5.blnX Column: AY Column: BZ Column: C

Data Counts

Active Data: 36

Original Data: 36Excluded Data: 0Deleted Duplicates: 0Retained Duplicates: 0Artificial Data: 0Superseded Data: 0

Univariate Statistics

———————————————————————————————————————————— X Y Z————————————————————————————————————————————Minimum: 192.739150015 13.7011925593 99825%-tile: 666.226131104 528.360996541 1005.3Median: 1238.52745323 956.557620178 1008.675%-tile: 1856.1191677 1277.7055045 1011.1Maximum: 2811.32751943 1446.51369802 1014.6

Midrange: 1502.0333347225 730.10744528965 1006.3Range: 2618.588369415 1432.8125054607 16.6Interquartile Range: 1189.893036596 749.344507959 5.8000000000001Median Abs. Deviation: 572.301322126 370.555058862 2.8000000000001

21

Page 23: Laporan front kelompok 4

Mean: 1251.9087335678 865.40579394468 1008.0583333333Trim Mean (10%): 1237.1955217352 873.36452033615 1008.1617647059Standard Deviation: 703.07018052673 414.96786358731 3.9385823027525Variance: 494307.67874588 172198.32781022 15.512430555556

Coef. of Variation: 0.0039070976078625Coef. of Skewness: -0.49350428846334————————————————————————————————————————————

Inter-Variable Correlation

————————————————————————————X Y Z

————————————————————————————X: 1.000 0.387 -0.126Y: 1.000 -0.288Z: 1.000 ————————————————————————————

Inter-Variable Covariance

————————————————————————————————X Y Z

————————————————————————————————X: 494307.67874588 112810.30468976 -348.95347912615Y: 172198.32781022 -470.90310078452Z: 15.512430555556————————————————————————————————

Planar Regression: Z = AX+BY+C

Fitted Parameters———————————————————————————————————————————— A B C————————————————————————————————————————————Parameter Value: -9.6231727324057E-005 -0.0026716122981805

1010.4908354352Standard Error: 0.0010124452299437 0.0017153618702817

1.6691552296074

22

Page 24: Laporan front kelompok 4

————————————————————————————————————————————

Inter-Parameter Correlations————————————————————————————

A B C————————————————————————————A: 1.000 0.387 -0.415B: 1.000 0.596 C: 1.000 ————————————————————————————

ANOVA Table————————————————————————————————————————————Source df Sum of Squares Mean Square F ————————————————————————————————————————————Regression: 2 46.499432779849 23.249716389924 1.4987Residual: 33 511.94806722552 15.513577794713 Total: 35 558.44750000536 ————————————————————————————————————————————

Coefficient of Multiple Determination (R^2): 0.083265540233239

Nearest Neighbor Statistics

————————————————————————————————— Separation |Delta Z|—————————————————————————————————Minimum: 134.11213253039 0.1000000000000225%-tile: 157.80502610971 0.79999999999995Median: 209.05053765271 1.275%-tile: 243.61607517998 1.8Maximum: 376.8376558951 3.6

Midrange: 255.47489421275 1.85Range: 242.72552336471 3.5Interquartile Range: 85.811049070263 1Median Abs. Deviation: 36.609768556794 0.50000000000011

Mean: 206.70032073616 1.3944444444444Trim Mean (10%): 203.83122817871 1.3676470588235Standard Deviation: 50.510901930173 0.89905643267584

23

Page 25: Laporan front kelompok 4

Variance: 2551.3512137996 0.8083024691358

Coef. of Variation: 0.24436779657758 0.64474166486714Coef. of Skewness: 0.83701908315496 0.94248979996354

Root Mean Square: 212.78245652833 1.6591497152993Mean Square: 45276.373806229 2.7527777777777—————————————————————————————————

Complete Spatial Randomness

Lambda: 9.595020408671E-006Clark and Evans: 1.2805427969971Skellam: 98.265237644676

Exclusion Filtering

Exclusion Filter String: Not In Use

Duplicate Filtering

Duplicate Points to Keep: FirstX Duplicate Tolerance: 0.00031 Y Duplicate Tolerance: 0.00017

No duplicate data were found.

Breakline Filtering

Breakline Filtering: Not In Use

Gridding Rules

Gridding Method: KrigingKriging Type: Point

Polynomial Drift Order: 0Kriging std. deviation grid: no

Semi-Variogram ModelComponent Type: LinearAnisotropy Angle: 0

24

Page 26: Laporan front kelompok 4

Anisotropy Ratio: 1Variogram Slope: 1

Search ParametersNo Search (use all data): true

Output Grid

Grid File Name: D:\BAHAN KULIAH.ppt\SMT 6\Ansmet\isobarprak5.grdGrid Size: 55 rows x 100 columnsTotal Nodes: 5500Filled Nodes: 5500Blanked Nodes: 0

Grid Geometry

X Minimum: 192.73915X Maximum: 2811.32752X Spacing: 26.450387575758

Y Minimum: 13.70119255Y Maximum: 1446.513699Y Spacing: 26.533564934259

Grid Statistics

Z Minimum: 998.14567301027Z 25%-tile: 1006.3295635243Z Median: 1009.7495254316Z 75%-tile: 1012.0545704665Z Maximum: 1015.0834410672

Z Midrange: 1006.6145570388Z Range: 16.937768056973Z Interquartile Range: 5.7250069422486Z Median Abs. Deviation: 2.6289378540498

Z Mean: 1008.9317923709Z Trim Mean (10%): 1009.1266711526Z Standard Deviation: 3.7646143057417Z Variance: 14.172320870995

Z Coef. of Variation: 0.0037312872229896Z Coef. of Skewness: -0.70511791057038

25

Page 27: Laporan front kelompok 4

Z Root Mean Square: 1008.9388157751Z Mean Square: 1017957.5339777

26