laporan budidaya jamur tiram

18
laporan budidaya jamur tiram LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PILIHAN BUDIDAYA JAMUR BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) Disusun Oleh : Viska Maretta (A420080009) \ LABORATORIUM BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur dengan lancar. Laporan Praktikum ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan guna sebagai salah satu tugas akhir pada Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur agar mendapat pengalaman sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Upload: ariefz-hidayatz

Post on 08-Jul-2016

120 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

jamur tiram, pembuatan, pembersihan,, dan penggunaaan, cara pembuatan baglog

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Budidaya Jamur Tiram

laporan budidaya jamur tiram

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PILIHAN BUDIDAYA JAMUR

BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

Disusun Oleh :

Viska Maretta

(A420080009)

\

LABORATORIUM BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum

Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur dengan lancar.

Laporan Praktikum ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan guna sebagai

salah satu tugas akhir pada Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur agar mendapat pengalaman

sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Page 2: Laporan Budidaya Jamur Tiram

Selama prakikum kami mendapatkan bantuan, bimbingan, petunjuk dari pihak-pihak

yang telah membantu. Maka tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Titik Suryani, M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur

2. Apririzky Dermawan, S.Pd selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Pilihan Budidaya

Jamur.

3. Teman-teman yang membantu kelancaran dalam pembuatan Laporan Praktikum

Budidaya Jamur ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Praktikum

ini, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta , Januari 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Tujuan Praktikum 2

C. Manfaat Praktikum 2

Page 3: Laporan Budidaya Jamur Tiram

BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 3

BAB III METODE PRAKTIKUM 7

A. Tempat dan Waktu 7

B. Alat dan Bahan Praktikum 7

C. Pelaksanaan Praktikum 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 10

BAB V KESIMPULAN 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: Laporan Budidaya Jamur Tiram

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Budidaya Jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang

sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari budidaya jamur memang

menjanjikan hasil yang lumayan saat ini maka dari itu banyak masyarakat yang turut serta dalam

usaha budidaya jamur ini. Selain mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak

membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang

taraf ekonominya sedang ataupun rendah, bahkan saat ini banyak petani padi, jagung, tembakau

maupun peternak yang banting stir berprofesi menjadi pembudidaya jamur, bahkan

membudidayakan jamur juga banyak diandalkan sebagai pekerjaan sampingan.

Jamur memiliki manfaat yang beragam dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai

bahan pangan maupun sebagai bahan pembuatan obat yang dapat menyembuhkan berbagai

macam penyakit kronis. Sebagai bahan pangan, jamur tiram misalnya dapat dimasak sebagai

campuran sayur sop, jamur krispi maupun keripik jamur. Banyak restoran berkelas yang

mengandalkan hidangan utamanya adalah berbahan dasar jamur. Sebagai bahan pengobatan,

jamur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, protein nabati yang tidak mengandung

kolesterol dapat digunakan sebagai obat pencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan

jantung, serta dapat mencegah penyakit diabetes dan mengurangi berat badan atau obesitas.

Kandungan asam folat yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit anemia dan obat anti tumor,

juga dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan

kekurangan zat besi.

Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada jurusan Pendidikan

Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Budidaya Jamur termasuk mata kuliah pilihan

yang dapat diambil oleh mahasiswa. Dengan adanya mata kuliah pilihan budidaya jamur ini,

diharapkan mahasiswa dapat berlatih untuk membudidayakan jamur yang bermanfaat dalam

kehidupan manusia dan nantinya dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari. Salah satu praktikum

dari budidaya jamur adalah budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang juga memiliki

banyak manfaat. Dalam praktikum ini mahasiswa dilatih untuk membudidayakan jamur tiram

Page 5: Laporan Budidaya Jamur Tiram

putih melalui berbagai tahap yaitu tahap pencampuran bahan, tahap pembuatan log, tahap

sterilisasi log, tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log, tahap inkubasi log, dan pengamatan

pertumbuhan miselium serta tahap penanaman log.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengenal spesies jamur yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mempelajari cara-cara membudidayakan jamur yang bermanfaat

C. MANFAAT PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengetahui beberapa macam spesies jamur yang bermanfaat bagi

manusia.

2. Mahasiswa mampu berlatih untuk membudidayakan jamur.

3. Mahasiswa mampu menguasai cara-cara dalam tahapan budidaya jamur dan

menerapkannya di kehidupan nyata.

4. Melatih mahasiswa untuk berwirausaha

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pringkuning (2007), menyatakan bahwa ada teknologi yang cukup praktis untuk budidaya

jamur tiram (Pleurotus sp.), yakni tahapan membuat media bibit induk (spawn) dan tahanan

memproduksi jamur tiramnya. Pada tahanan membuat media bibit induk ada 10 langkah yang

perlu dilakukan. Pertama, bahan medianya yang berupa biji-bijian atau campuran serbuk

gergajian albusia (SKG) ditambah biji millet 1 (42%) : 1 (42%). Bahan baku ini adalah yang

terbaik. Langkah kedua, bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan pressure

cooker atau panci. Langkah ketiga, bahan baku tersebut ditiriskan dengan ayakan. Tambahkan

1% kapur (CaCl3), 1% gypsum (CaSO4), vitamin B kompleks (sangat sedikit) dan atau 15

Page 6: Laporan Budidaya Jamur Tiram

persen bekatul. Kadar air 45-60 % dengan penambahan air sedikit dan pH 7. Langkah keempat,

bahan baku tersebut lalu didistribusikan ke dalam baglog polipropilen atau botol susu atau botol

jam pada hari itu juga. Perbotol diisi 50-60% media bibit, disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas

koran/alumunium foil. Langkah kelima, sterilisasi dalam autoclav selama 2 jam atau pasteurisasi

8 jam pada hari itu juga. Temperatur autoclave 121 derajat C, tekanan 1 lb, selama 2 jam.

Temperatur pasteurisasi 95 derajat C. Langkah keenam, lakukan inokulasi dengan laminar flow

satu hari kemudian. Setelah suhu media bibit turun sampai suhu kamar dilakukan inokulasi bibit

asal biakan murni pada media PDA (sebanyak 2-3 koloni miselium per botol bibit). Langkah

ketujuh, inkubasi (pertumbuhan miselium 15-21 hari) pada ruang inkubasi/inkubator, suhu 22-28

derajat C. Langkah kedelapan, botol atau baglog isi bibit dikocok setiap hari, dua hingga tiga

kali. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit jamur merata dan cepat serta media

bibit tidak menggumpal/mengeras. Kesembilan, bibit induk dipenuhi miselium jamur dengan ciri

pertumbuhan miselium jamur kompak dan merata. Langkah terakhir, jamur tersebut digunakan

sebagai inokulan/bibit induk/bibit sehat perbanyakan ke 1 dan ke 2. Bibit ini disimpan dalam

lemari pendingin selama 1 tahun, bila tidak akan segera digunakan.

Prawirahardja (2010), menyatakan bahwa di antara banyak jenis jamur, jamur tiram ini

termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Ciri yang khas ada pada tudungnya berwarna hitam

lembayung sampai kecoklatan. Bentuknya menyerupai kulit kerang dengan diameter 6-14 cm.

Selain itu, tekstur permukaan tudung licin dan mengkilap. Demikian juga bilahnya berwarna

putih, krem atau putih gading yang tersusun agak rapat. Disini terjadi fase perubahan bentuk,

yaitu sewaktu muda bilahnya berwarna putih dan semakin tua jadi krem kekuningan dengan

ukuran sekitar 1-3 cm. Jamur ini hidup baik pada kisaran suhu tinggi sekitar 25-30 °C. Untuk

melakukan budidaya jamur tiram ini, tidak sesulit yang dibayangkan. Hanya masalah perlakuan

lingkungan harus diperhatikan benar, dimana pada habitatnya ia lebih menyukai area dataran

tinggi sebagai optimalisasi proses pertumbuhan. Itu didukung pula dengan tingkat kelembaban

yang jadi sarat hidup mutlak. Kondisi lembab dan dingin yang sesuai dengan karakter jamur,

membuat bentuknya semakin besar. Namun tak perlu berkecil hati, bagi Anda yang tinggal di

dataran rendah dan berniat melakukan budidaya jamur tiram. Sebab, ada alternatif yang tetap

bisa dilakukan, seperti membuat kondisi lingkungan tempat tinggal jamur (minimal hampir

sama) dengan habitat aslinya. Namun penerapannya pun perlu dilakukan secara ekstra dari

perlakuan jamur untuk daerah dingin. Alternatifnya, bisa dengan membuat lingkungan untuk

Page 7: Laporan Budidaya Jamur Tiram

selalu dalam keadaan lembab. Menyiram bagian tanahnya secara rutin, jadi salah satu cara untuk

membuat tingkat kelembaban yang cocok. Sedangkan untuk bagian tanaman jamurnya tak perlu

disiram, karena hanya faktor lingkungan tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan.

Nurfitriana (2010), menyatakan bahwa tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis

jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organic yang ada

didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk

gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media

tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa

lignin, pentosan, zat ekstakrktif, dan abu yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur

dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis.

Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih

baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung

getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan

miselium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media

tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak

busuk dan tidak ditumbuhi jornur jenis lain Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka

dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan

tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung

jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah

menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain

yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung

merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein.

Tjitrosoepomo (2001), menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki

tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung

dan berwarna putih hingga krem, memiliki tangkai yang tumbuh menyamping, bentuknya seperti

tiram (ostreatus), permukaannya hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit

berlekuk. Pada waktu muda, tubuh buah diselubungi oleh velum universal. Jiak tubuh membesar,

tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh buah sebagai bursa. Dari tepi tubuh buah ke

tangkai terdapat pula selaput yang menutupi sisi bawah tubuh buah dinamakan velum partiale.

Jika tubuh buah membesar, maka selaput ini akan robek dan merupakan suatu cicncin (annulus)

pada bagian atas tubuh buah. Himenofora pada sisi bawah tubuh buah, membentuk papan-papan

Page 8: Laporan Budidaya Jamur Tiram

atau lamella yang tersusun radial, dapat juga himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh.

Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi dan mula-mula terletak di bawah velum partiale.

Letak himenium yang demikian itu disebut angiokarp.

Menurut Kistinnah (2010) secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua

cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu

dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu

dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan

spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar

dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya

seperti berikut:

a. Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang

berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang

berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium.

b. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang

disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Praktikum budidaya jamur ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Jamur

Page 9: Laporan Budidaya Jamur Tiram

2. Waktu

Praktikum budidaya jamur dilaksanakan pada mulai dari bulan Oktober 2010 sampai bulan

Januari 2011

B. Alat dan Bahan Praktikum

1. Alat

a. Alat yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah drum steam, kompor minyak,

thermometer, selang karburator, dan pompa.

b. Alat yang digunakan untuk fermentasi adalah sekop, plastik terpal, corong, ember,

timbangan, dan pengayak.

c. Alat yang digunakan dalam pembuatan log adalah plastik log (polipropilen), cincin

jamur, karet gelang, plastik penutup, kapas, ember, dan kertas.

d. Alat yang digunakan dalam inokulasi adalah tongkat inokulasi, ember/ baskom

e. Alat yang digunakan dalam perawatan jamur adalah penyemprot air uap.

2. Bahan

Bahan utama dalam praktikum ini adalah bibit Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dan

serbuk gergaji. Bibit Jamur Tiram Putih diperoleh dari hasil pembibitan budidaya jamur di

daerah dukuh Sembung, Bekonang.

a. Bahan utama yang digunakan adalah Bibit Jamur Tiram Putih

b. Bahan yang digunakan untuk media antara lain serbuk gergaji kayu sengon, bekatul,

kalsit, pupuk kandang sapi, dan air.

c. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah minyak tanah dan air.

C. Pelaksanaan praktikum

Page 10: Laporan Budidaya Jamur Tiram

1. Tahap pencampuran bahan

a. Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan kering.

b. Mencampur komposisi bahan dengan perbandingan :

Serbuk gergaji : 100 kg

Bekatul : 10 kg

Batu kapur/ kalsit : 4 kg

Air : 7 ember (70 liter)

c. Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal.

d. Mengecek kelembaban adukan bahan, apabila sudah lembab dihentikan.

e. Menutup adonan bahan dengan plastik terpal dan memfermentasikannya selama 3-5 hari.

2. Tahap pembuatan log

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Memasukkan komposisi bahan ke dalam plastik log.

c. Menimbang bahan seberat 0,9-1 kg.

d. Menambahkan pupuk kandang sapi sesuai perlakuan.

e. Memadatkan bahan yang dimasukkan dalam plastik hingga tidak ada ruang kosong.

f. Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik.

g. Mengikat ujung plastik pada cincin jamur dengan karet gelang.

h. Menyumbat cincin jamur dengan kapas.

i. Menutup cincin jamur yang sudah disumbat dengan kapas menggunaakan kertas dan

mengikatnya dengan karet gelang.

3. Tahap sterilisasi log

a. Memasukkan log pada drum steam

b. Menyalakan kompor

c. Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam.

d. Mendinginkan log pada tempat yang steril

Page 11: Laporan Budidaya Jamur Tiram

4. Tahapan inokulasi bibit jamur ke dalam log dan pengamatan miselium

a. Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alcohol 70%.

b. Membuka plastik/ kertas yang menutup cincin jamur pada log.

c. Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur.

d. Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam log dengan tingkat inokulasi dan

selanjutnya menamping sisa media tersebut dalam ember.

e. Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih 3 sendok makan ke dalam log

menggunakan tongkat inokulasi.

f. Menutup kembali cicncin log dengan kapas.

g. Menginkubasikan log ke dalam ruang pembibitan

h. Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat

Indonesia, selain jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping dan jamur shitake.

Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran untuk kebutuhan

sehari-hari. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor,

besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram

mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung

kolesterol. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota

dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih

hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian

tengah agak cekung.

Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan

daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah

melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu

jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus

Page 12: Laporan Budidaya Jamur Tiram

memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti

kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan dalam

budidaya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku

untuk substrat tanam dan sumber bibit.Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang

baik pada suhu 26-30 °C.

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur

ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji

steril yang dikemas dalam kantung plastik. Hal penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan

dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan

jamur tiram. Hal lain yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram

terbebas dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya jamur

tiram mendapati baglog (kantong untuk media jamur tiram) ditumbuhi tumbuhan lain selain

jamur tiram, hal ini disebabkan proses sterilisasi yang kurang baik dan lingkungan yang tidak

kondusif.

Pada praktikum yang telah kami lakukan, proses budidaya jamur tiram (Pleurotus

ostreatus) dapat dituliskan dalam bagan di bawah ini:

Persiapan tempat dan pemilihan bahan untuk media tanam

Pencampuran bahan

pembuatan log/loging

fermentasi

sterilisasi

inokulasi

inkubasi/penumbuhan miselium

pemanenan dan penanganan pasca panen

Dalam proses pembudidayaan, syarat tumbuh jamur tiram yang baik antara lain:

1. Air

Kandungan air dalam substrat berkisar antara 60-65%. Apabila kondisi kering maka

pertumbuhan jamur akan terganggu atau terhenti, begitu pula sebaliknya apabila kadar air terlalu

tinggi maka miselium akan membusuk dan mati. Penyempurnaan air dalam ruangan dapat

dilakukan untuk mengatur suhu dan kelembaban.

Page 13: Laporan Budidaya Jamur Tiram

2. Suhu

Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara 60-70%. Suhu

pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22º C.

3. Kelembaban

Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium 60-70%. Kelembaban udara Pada

pertumbuhan badan buah 80-90%.

4. Cahaya

Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Cahaya tidak

langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal

terbentuknya tubuh buah. Intentisitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur

sekitar 200 lux (10%). Sedangkan pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya.

5. Aerasi

Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu Oksigen

(O2) dan Karbon Dioksida (CO2). Oksigen merupakan unsure penting dalam respirasi sel.

Sumber energi dalam sel dioksidasi menjadi karbondioksida. Konsentrasi Karbon Dioksida

(CO2) yang terlalu banyak dalam kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal.

Didalam kumbung jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%.

6. Tingkat Keasaman (pH)

Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan petkembangan jamur tiram

putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi penyerapan air dan

hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur yang lain yang akan menganggu pertumbuhan

jamur tiram itu sendiri. pH optimum pada media tanam berkisar 6-7.

Praktikum ini dilakukan dengan cara membuat 2 buah baglog unutk menumbuhakn jamur tiram

(Pleurotus ostreatus) dan dari 2 baglog yang dibuat, hanya 1 yang tumbuh miselium dan itupun

hanya tumbuh sedikit pada bagian bawah cincin log sampai minggu ke-5. Sedangkan yang lain,

tidak tumbuh miselium dan baglog berwarna hitam sehingga ada indikasi kontaminasi.

Page 14: Laporan Budidaya Jamur Tiram

Kegagalan pada praktikum yang telah kami lakukan disebabkan oleh berbagai macam faktor

antara lain:

1. Faktor dari serbuk kayu yang digunakan

Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk

memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya jenis kayu yang digunakan

homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga

tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan

jenis kayu sengon. Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi

tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya.

Penting juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut

terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan.

2. Faktor PH

Dalam pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk gergaji harus diperhatikan yaitu di

kisaran 7. PH yang terlalu basa (7 hingga 8) dapat menyebabkan kegagalan. Karena faktor PH

ini, dalam budidaya diperlukan pengomposan. Metoda pengomposan bertujuan menurunkan PH

serbuk gergajian. Metoda itu antara lain:

a. Setelah mencampur, dibiarkan semalam, lalu baru dimasukkan ke dalam kantong baglog

b. Dengan mencampurkan EM4 untuk mempercepat pengomposan

c. Mencampur serbuk gergajian dengan kapur lalu dibiarkan minimal 3 minggu untuk

pengomposannya.

3. Faktor air

Dalam menambahkan air, seringkali kita tidak memeriksa air yang digunakan. Ada yang

menggunakan air sumur, air PDAM, atau air kali biasa. Kandungan kimia pada air tersebut

terkadang tidak diketahui, jika terdapat kandungan yang mungkin saja bisa menggagalkan dalam

proses budidaya, hal ini tentunya tidak kita inginkan. Cara sederhana untuk mengatasinya adalah,

Page 15: Laporan Budidaya Jamur Tiram

air yang akan kita gunakan hendaknya diendapkan dahulu, bisa juga dengan mencampurkan

arang untuk menetralisir dan memurnikan air.

4. Faktor campuran yang kurang baik

Kadar dari campuran memang bermacam-macam dari masing-masing pebudidaya, tetapi rata-

rata menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%, ada yang maksimal hingga 20% dari berat gergajian.

Nutrisi yang kami maksud di sini adalah perbandingan bekatul atau jagung. Pastikan bahan yang

digunakan dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya kualitasnya juga harus

baik. Penting sekali untuk segera melakukan sterilisasi setelah campuran dimasukkan ke dalam

kantong baglog. Karena setelah dimasukkan ke dalam plastik, akan timbul gas fermentasi yang

dapat melambatkan tingkat kecepatan tumbuh miselium nantinya, atau bahkan menghentikannya

sama sekali.

5. Faktor sterilisasi

Faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodenya banyak sekali, ada yang

menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton, plat baja. Ada yang langsung

dipanaskan, ada yang menggunakan boiler sebagai penghasil uap panasnya. Intinya cuma satu,

bagaimana metoda yang digunakan tersebut dapat memanaskan media baglog hingga 100 derajat

C dan mematikan semua bakteri yang ada. Sehingga baglog yang sudah steril tersebut dapat

tumbuh miseliumnya setelah ditanamkan bibit di dalamnya. Air yang digunakan dalam

memanaskan baglog juga sebaiknya harus selalu baru dan bersih. Seharusnya setelah sterilisasi,

jangka waktu untuk inokulasi tidak terlalu lama sehingga media baglog dalam keadaan steril.

Tapi pada praktikum kali ini jangka waktu antara sterilisasi dan inokulasi sangat lama yaitu

mencapai 7 hari/1 minggu sehingga kemungkinan terjadi kontaminasi.

6. Faktor kesalahan dalam inokulasi

Dalam melakukan inokulasi bibit jamur tiram putih, kondisi baglog setelah melalui proses

sterlilisasi harus memiliki suhu yang pas.. Suhu baglog yang masih terlalu panas dapat

menyebabkan kegagalan, begitu juga sebaliknya, suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat

menimbulkan kegagalan. Suhu yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C (masih hangat

Page 16: Laporan Budidaya Jamur Tiram

sedikit, tapi tidak panas). Jangan pula misalnya sudah lebih dari 2 hari keluar dari steamer proses

sterilisasi, baru dilakukan proses inokulasi, ini sudah terlalu dingin.

Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto di bawah ini, walau hanya baru 3 hari,

perkembangan miselium sudah terpantau dengan menyebarnya pengapasan.

7. Faktor bibit jamur yang kurang baik

Bibit jamur tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam

budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini sangat menentukan keberhasilan. Bibit yang sudah

terlalu tua (apalagi sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang berumur

masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik.

8. Komposisi bibit

Komposisi nutrisi pada bibit jamur tiram menentukan kualitas kekuatan miselium dalam

perkembangan di baglog nantinya. Indikasi sederhananya dapat terlihat pada warna putih

miselium di botol bibit. Jika putihnya berwarna sangat putih, ini mengindikasikan nutrisi nya

baik, tapi jika warna putihnya hanya semu saja, ini mengindikasikan nutrisi yang digunakan

kurang.

9. Faktor kebersihan ruang inkubasi

Pada ruang inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga harus sangat

diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati dengan baik, dan perkembangan miselium

juga baik, tetali karena ruang inkubasi kurang bersih, perkembangan miselium justruk menjadi

lambat dan malah terhenti sama sekali. Ada baiknya ruang inkubasi secara rutin dilakukan

sterilisasi dengan menyemprotkan formalin 2% sebelum diisi baglog, ini untuk meyakinkan

bersih dan sterilnya ruang inkubasi itu sendiri

BAB V

KESIMPULAN

Page 17: Laporan Budidaya Jamur Tiram

1. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya.

2. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok

Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum

tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah

lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.

3. Tahap pembuatan baglog dapat dilakukan dengan cara tahap pencampuran bahan,

tahap pembuatan log, tahap steri;isasi log, tahap inokulasi

4. Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama temperature,

kelembapan relatif, waktu , kandungan CO2, dan cahaya.

5. Pada praktikum yang telah dilakukan, miselium tumbuh sangat lambat dan hanya

1 dari 2 baglog yang dibuat yang tumbuh miseliumnya. Yang lain mengalami

kegagalan.

6. Penyebab kegagalan dalam budidaya jamur antara lain:

a. Faktor dari serbuk kayu yang digunakan

b. Faktor Ph

c. Faktor air

d. Faktor campuran yang kurang baik

e. Faktor sterilisasi

f. Faktor kesalahan dalam inokulasi

g. Faktor bibit jamur yang kurang baik

h. Komposisi bibit

i. Faktor kebersihan ruang inkubasi

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Laporan Budidaya Jamur Tiram

Pringkuning. 2007. “Cara Praktis Budidaya Jamur Tiram”.

http://pringkuning.multiply.com/journal/item/2. Diakses tanggal 8 Januari 2011.

Prawirahardja. 2010. “Cara Budidaya Jamur Tiram”. tabloidgallery.wordpress.com. Diakses tanggal 8

Januari 2011.

Nurfitriana, Alfia. 2010. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat-B ( PTPSP-B )

Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Media Tanam Jamur Tiram. Lampung: Universitas

Lampung.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Kistinnah, Idun. 2010. Biologi : Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta : Erlangga.