laporan boraks pada bahan pangan

22
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas pangan yang dikonsumsinya. Berdasarkan UU. No 7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa syarat diantaranya aman, bergizi, bermutu, dan tejangkau oleh masyarakat. Aman yang dimaksud adalah bebas dari cemaran biologi, kimia dan cemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Depkes, 1996) Kondisi makanan dan minuman yang tidak aman sangat merugikan bagi konsumen karena dapat terinfeksi atau sakit bahkan keracunan dengan gejala antara lain mual, sakit perut, muntah, diare bahkan dapat menyebabkan kejang dan akhirnya fatal bila tidak segera mendapatkan pertolongan. Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang memang jelas- jelas dilarang, seperti bahan pengawet yang melampaui ambang batas yang telah ditentukan. Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh masyarakat termasuk dalam pembuatan makanan. Namun dalam prakteknya masih banyak produsen makanan yang menggunakan bahan tambahan yang berlebih sehingga dapat menjadi racun dan berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan

Upload: nawa-a-rohmah-arusqo

Post on 07-Feb-2016

324 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

analisisi penngujian boraks pada bahan pangan

TRANSCRIPT

Page 1: laporan boraks pada bahan pangan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh

kualitas pangan yang dikonsumsinya. Berdasarkan UU. No 7 tahun 1996 tentang

pangan menyatakan bahwa pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa

syarat diantaranya aman, bergizi, bermutu, dan tejangkau oleh masyarakat. Aman

yang dimaksud adalah bebas dari cemaran biologi, kimia dan cemaran lain yang

dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Depkes,

1996)

Kondisi makanan dan minuman yang tidak aman sangat merugikan bagi

konsumen karena dapat terinfeksi atau sakit bahkan keracunan dengan gejala

antara lain mual, sakit perut, muntah, diare bahkan dapat menyebabkan kejang

dan akhirnya fatal bila tidak segera mendapatkan pertolongan. Penggunaan bahan

tambahan pangan (BTP) yang memang jelas- jelas dilarang, seperti bahan

pengawet yang melampaui ambang batas yang telah ditentukan. Dalam kehidupan

sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh masyarakat termasuk dalam

pembuatan makanan. Namun dalam prakteknya masih banyak produsen makanan

yang menggunakan bahan tambahan yang berlebih sehingga dapat menjadi racun

dan berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam

makanan, baik mengenai sifat-sifat keamanan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

(Fadilah, 2006).

Salah satu penyalah gunaaan yang dilakukan oleh produsen adalah

penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan. Biasanya boraks disalah

gunakan oleh produsen nakal untuk pembuatan kerupuk beras, mie, lontong

(sebagai pengeras), ketupat (sebagai pengeras), bakso (sebagai pengenyal dan

pengawet), kecap (sebagai pengawet), bahkan pembuatan bubur ayam (sebagai

pengental dan pengawet). Padahal fungsi boraks yang sebenarnya adalah

digunakan dalam dunia industri non pangan sebagai bahan solder, bahan

pembersih, pengawet kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhanda, 2012).

Page 2: laporan boraks pada bahan pangan

Sering mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks akan

menyebabkan gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak,

boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang

sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun,

kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian (Nasution, 2009).

Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan tersebut maka pada praktikum

ini dilakukan pengujian borak pada beberapa sampel makanan yang sering

dikonsumsi masyarakat. Pengujian boraks dilakukan degan uji kertas kunyit.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui cara pengujian kandungan boraks pada produk pangan

dan hasil pertanian

2. Untuk mengethaui ada tidaknya kandungan boraks pada produk pangan

dan hasil pertanian

Page 3: laporan boraks pada bahan pangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Botraks Dan Karakteristiknya

Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada

suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat

(NaB4O7 10 H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat

(H3BO3). Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat

deterjen dan antiseptic. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak

berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi

sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Larangan

penggunaan boraks juga diperkuat dengan adanya Permenkes RI No

235/Menkes/VI/1984 tentang bahan tambahan makanan, bahwa Natrium

Tetraborate yang lebih dikenal dengan nama Boraks digolongkan dalam bahan

tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, tetapi pada kenyatannya

masih banyak bentuk penyalahgunaan dari zat tersebut (Subiyakto, 1991).

Senyawa-senyawa asam borat mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut :

jarak lebur sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air

mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air

bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah

menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu

1000C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam

borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai

bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih

tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).

2.2 Fungsi penggunaan boraks

Fungsi sebbenarnya boraks adalah sebagai antiseptika (zat yang

menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya

dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan

juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan

pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).

Page 4: laporan boraks pada bahan pangan

Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau klorida

pada boraks. Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata yang

dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur,

semprot hidung dan salep luka kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum atau

digunakan pada bekas luka luas, karena beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno

dan Rahayu, 1994).

2.3 Ciri Ciri Makanan Yang Mengandung Boraks

Untuk mengetahui makanan yang mengandung boraks ciri cirinya sebagi

berikut(suara media,2011):

- Mi basah: Teksturnya kental, lebih mengilat, tidak lengket, dan tidak cepat

putus.

- Bakso: Teksturnya sangat kental, warna tidak kecoklatan seperti

penggunaan daging, tetapi lebih cenderung keputihan.

- Snack: Misalnya lontong, teksturnya sangat kenyal, berasa tajam, sangat

gurih, dan memberikan rasa getir.

- Kerupuk: Teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir

2.4 Macam Macam Metode Pengujian Boraks

Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menguji kandungan

boraks pada makanan. Uji tersebut dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu uji

kandungan boraks secara kualitatif dan uji kandungan boraks secara kuantitatif.

Uji kandungan boraks secara kualitatif hanya mampu menunjukkan seberapa

banyak kandungan boraks didalamnya. Uji secara kuantotatif selain bias

menunjukkan apakah suatu makanan mengandung boraks atau tidak juga

menunjukkan berapa besar kandungan boraks tersebut. ( Rohman dan Sumantri,

2007)

1. Uji kandungan boraks secara kualitatif

a. Metode sentrifugasi

Pada metode uji kandungan boraks secara sentrifugasi ini bahan makanan

yang akan di uji dicampur dengan air panas kemudian diblender halus dan

dimasukkan dalam sentrifugasu ( diputar selama 2 menit dengan kecepatan

3000 rpm) sehingga diperoleh supernatant. Untuk mengetahui apakah

Page 5: laporan boraks pada bahan pangan

bahan makanan yang diuji mengandung boraks ayau tidak, langakah

selanjutnya supernatant terbentuk bias diuji dengan 2 cara yaitu:

1. Supernatant dipanaskan diatas penangas air, ditambahkan H2so4 pekat

dan etanol. Apabila dibakar nyala api berwarna hijau maka bahan

makanan tersebut mengandung bi=oraks.

2. Supernatant ditambahkan beberapa tetes HCL 5 N kemudian disaring.

Hasil saringan ditambahkan asam oksalat jenuh dan 1 ml kurkumin 1 %

yang terlatut dalam methanol. Setelah itu diuapkan diatas penangas air

kemudian residunya ditambahkan uap ammonia. Apabila uap berwarna

hijau tua kehitaman maka dapat dipastikan makanan yang diuji

mengandung boraks. (Rohman dan Sumantri, 2007)

b. Metode pengabuan

Metode uji boraks dengan pegabuan ini mempunyai langkah kerja yang

mirip dengan cara sentrifugasi. Perbedaannya hanya terletak pada langkah

awalnya. Pada metode pengabuan ini bahan makanan yang akan diuji

ditambahkan garam dapur yang kemudian dikeringkan dalam ven hingga

menjadi abu. Proses selanjutnya untuk mengintifikasi adanya borak pada

bahan pangan yang di uji menggunakan cara yang sama dengan uji

sentrifugasi.

c. Metode Easy test Boraks

Metode ini menggunakan alat tes kit boraks. Alat ini dalam makanan

adalah alat uji cepat kualitatif untuk mendeteksi kandungan boraks dalam

makanan dengan waku 10 menit dengan batas sensitivitas 100mg/Kg (100

ppm)

2. Uji kandungan boraks secara kuantitatif

Page 6: laporan boraks pada bahan pangan

a. Metode titri metri

Metode titri metri merupakan metode yang rumit dalam mnguji kandungan

boraks dalam makanan. Namun dengan metode ini tidak hanya diketahui

apakah makanan yang diuji positif mengandung boraks atau tidak, tetapi

juga dapat diketahui seberapa banyak boraks yang terkandung didalam

makanan tersebut. Adapun tahapan yang harus dilalui pada saat

melaakukan uji kandungan boraks pada makanan sebagaimana

digambarkan pada gambar 2.4

Page 7: laporan boraks pada bahan pangan

2.5 Karakteristik Bahan Atau Sampel Yang Digunakan Pada Saat

Praktikum

2.5.1 Pentol ciok

Pentol cilok adalah makanan ringan yang menyerupai pentol dan

terbuat dari tepung kanji, berasa gurih dan kenyal. Awalnya makanan ini

merupakan khas dari Jawa Barat, namun sekarang sudah mulai merambah

kedaerah lain. Cilok termasuk makanan jajanan. Makanan jajanan menurut

FAO didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan

dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat tempat keramaian

umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau

persiapan lebih lanjut.

Perlu diwaspadai akan kemananpangan dari pentol cilok tersebut,

karena biasanya pent olcilok dijual dalam keadaan terbuka dan dibiarkan

dalamwaktu yang lama, sehingga memungkinkan terjadinyacemaran oleh

mikroba. Cemaran oleh mikroba pada pentol cilok juga di pengaruhi oleh

sanitasi selama proses pengolahan serta higiene dari penjamah makanan.

Selain cemaran oleh mikroba, keamanan pangan pentol

cilok  juga dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan, kualitas dari

bahan-bahan tersebut, penggunaan bahan tambahan makanan serta

keberadaan bahan berbahaya dalam pembuatan pentol cilok

2.5.2 Pindang

Pindang merupakan hasil olahan ikan dengan cara kombinasi

perebusan atau pemasakan dan penggaraman. Pindang mempunyai

kenampakan, cita rasa, tekstur dan keawetan yang khas dan bervariasi sesuai

dengan jenis ikan, kadar garam, dan lama perebusan. Kan yang digunakan

sebagai bahan baku sebaiknya ikan yang masih segar. Ikan pindang yang

dihasilkan dari ikan yang kurang segar mempunyai kenampakan yang jelek(

karena hancur pada saat perebusan ) dan rasa yang terlalu asin( karena

terjadi penetrasi garam akan berlangsung lebih cepat. Daya awet ikan

pindang tidak tterlalu lama. Pindang hanya tahan kira kira 3-4 hari,

Page 8: laporan boraks pada bahan pangan

sedangkan pindang paso mampu bertahan kira kira 6- 7 hari setelah tutup

wadah dibuka. (warintek, 2011)

2.5.3 Bakso

Bakso merupakan salah satu produk olahan yang sangat populer. Banyak

orang menyukainya, dari anak-anak sampai orang dewasa. Bakso tidak saja

hadir dalam sajian seperti sajian mie bakso maupun mie ayam. Bola-bola

daging ini  juga biasa digunakan dalam campuran beragam masakan

lainnya, sebut saja misalnya nasi goreng, mie goreng, capcay, dan aneka sop

(Widyaningsih, 2006). Bakso merupakan produk dari protein daging, baik

daging sapi, ayam ikan maupun udang. Bakso dibuat dari daging giling

dengan bahan tambahan utama garam dapur (NaCl), tepung tapioka, dan

bumbu berbentuk bulat seperti kelereng dengan berat 25-30 gr per butir.

Setelah Bakso memiliki tekstur kenyal seperti ciri spesifiknya, kualitas

bakso sangat bervariasi karena perbedaan bahan baku dan  bahan tambahan

yang digunakan, proporsi daging dan tepung dan proses  pembuatannya

(Widyaningsih, 2006).

2.5.4 Pempek

Pempek merupakan makanan tradisional Palembang, yang dibuat

dari adonan daging ikan cincang atau giling, tepung, dan bumbu, kemudian

direbus. Pempek dapat dibuat dari berbagai jenis ikan, karena protein yang

akan mengalami gelasi ketika dilakukan perebusan. Ikan yang biasa

digunakan dalam pembuatan pempek di Palembang adalah ikan tengiri, ikan

gabus danikan belida tetapi yang diperdagangkan sering kali djumpai

pempek terbuat dari jenis-jenis ikan lainnya, bahkan juga dari udang, daging

cumi-cumi, dan lainnya. Lele dumbo merupakan jenis ikan air tawar yang

banyak dibudidaya di berbagai daerah.Provinsi Yogyakarta menempati

urutan ketujuh provinsi penghasil lele di Indonesia dengan produksi 7.902

ton pada tahun 2010 (Andhi,2010).Menurut Balai Besar Riset Pengolahan

Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan

dan Perikanan (2010) , ikan Lele Dumbo memiliki kandungan protein

Page 9: laporan boraks pada bahan pangan

sebesar 19,91 %.Kandungan protein yang tinggi dan jumlah produksi yang

tinggi dapat dijadikan dasar inovasi pembuatan pempek dari lele dumbo.

Pempek termasuk makanan yang berkadar air tinggi. Kadar airnya dapat

mencapai 50-60% wb. Kadar air yang tinggi ini memicu aktivitas enzim dan

mikrobia, sehingga penyimpanan terlalu lama akan menyebabkan nilai gizi

dan sensorisnya berubah. Salah satu metode pengawetan untuk

memperpanjang umur simpan pempek yang saat ini sudah dilakukan adalah

pengeringan. Pengeringan bertujuan menurunkan kadar air pempek,

sehingga dapat menurunkan aktivitas enzim dan mikrobia. Dengan demikian

pempek kering dapat disimpan di suhu kamar lebih lama. Pempek yang

telah kering dapat direkonstitusi dengan perendaman dalam air dan

perebusan agar dapat dinikmati seperti pempek pada umumnya. Pempek

kering juga dapat dijadikan krupuk pempek.

2.5.5 Kerupuk

Kerupuk merupakan makanan kudapan yang bersifat kering, ringan

yang terbuat dari bahan yang mengandung pati yang cukup tinggi.

Kerupuk merupakan makanan kudapan yang popular, mudah cara

membuatnya beragam warna dan rasa, disukai oleh segala lapisan usia

(Wahyuni, 2007).

Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung

tapioca dicampurbahan perasa seperti udangatau ikan. Kerupuk dibuat

dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di

bawah sinar mataharidan digoreng dengan minyak gorengyang banyak

(Soemarmo, 2009).

Kerupuk pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu kerupuk halus

dan kerupukkasar. Kerupuk kasar dibuat hanya dari bahan pati yang

ditambahkan bumbu, sedangkan kerupuk halus ditambah lagi dengan bahan

berprotein seperti ikan sebagai bahan tambahan. Kerupuk tapioka

mempunyai kandungan protein yang rendah. Hal ini dikarenakan kadar

protein bahan baku yang digunakan (tepung tapioka) rendah Penambahan

ikan, tepung udang dan sumber protein lainnya pada adonan kerupuk

Page 10: laporan boraks pada bahan pangan

diharapkan akan meningkatkan kandungan protein kerupuk yang dihasilkan

(Wijandi et al., 1975).

Page 11: laporan boraks pada bahan pangan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Skema kerja dan fungsi perlakuan

Pada praktikum uji boraks pada sampel yang pertama kali dilakukan pada

adalah menyiapkan sampel dan bahan-bahan lainnya serta alat yang akan

digunakan. Pada uji boraks ini menggunakan lima (5) sampel yaitu bakso,

pempek, krupuk, cilok, dan pindang. Disiapkan bahan 10 gram dari masing-

masing sampel, setelah itu masing-masing sampel dicincang halus agar

kandungan dalam sampel lebih mudah terekstrak. Sampel diberi 2 perlakuan yaitu

dengan direndam air mendidih dan tanpa perendaman. Perendaman menggunakan

air mendidih bertujuan untuk mengetahui keefektifan air dalam melarutkan boraks

sehingga kandunagn boraks yang terdapat pada sampel dapat berkurang, karena

boraks dapat larut dalam air. Selanjutnya sampel yang direndam ditiriskan terlebih

dahulu. Kedua sampel dari dua perlakuan ditambah dengan air mendidih sebanyak

10 ml lalu dilakukan pengadukan agar homogen. Kemudian ditambahkan dengan

5ml HCl dan 4 tetes reagent cair. Penambahan reagent bertujuan untuk

mengkondisikan ekstrak agar dapat menunjukkan indikator perubahan apabila

sampel terdeteksi positif sedangkan penambahan HCl bertujuan agar pH bekstrak

mendekati asam, sehingga dapat terdeteksi saat diuji menggunakan kertas kit.

Kertas uji dicelupkan sebagian kedalam larutan suspensi lalu dikering anginkan

untuk dapat mengetahui perubahan warna pada kertas. Kertas uji yang sudah

kering kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna atau tidak. Jika kertas

uji berubah warna menjadi merah bata maka hal itu menunjukkan bahwa sampel

positif terdeteksi mengandung boraks.

5.2 Analisa data

Praktikum ini dilakukan karena boraks sering disalah gunakan sebagai

bahan tambahan pangan, boraks tidak diizinkan penggunaannya dalam makanan

yang disesuaikan dengan Permenkes RI No.1168/Menkes/Per/X/1999 tentang

bahan pangan. Hasil uji secara kualitatif senyawa boraks terhadap sampel

mengindikasikan keberadaan senyawa boraks pada sampel pentol bakso, krupuk,

Page 12: laporan boraks pada bahan pangan

cilok dan pindang. Pada praktikum uji boraks dilakukan 2 perlakuan yang berbeda

yaitu perlakuan tanpa perendaman dan perlakuan dengan air panas.

5.2.1 Perlakuan tanpa perendaman

Uji boraks dari perlakuan tanpa perendaman didapatkan hasil uji sampel

bahwa hampir semua sampel mengandung boraks kecuali dengan sampel pempek.

Hasil uji adanya boraks dapat dilihat dari kertas kit yang digunakan saat

pengujian. Semakin warna yang dihasilkan merah bata maka sampel tersebut

mengandung boraks. Namun dalam uji kualitatif menggunakan kertas kunyit

mempunyai kelemahan bahwa tidak dapat memastikan besarnya kandungan borak

yang ada padaa sampel. Kertas kit hanya mampu mnegidentigfikasi ada tiidaknya

boraks pada bahan pangan. Dari uji menggunakan kertas kunyit, kerupuk

mempunyai warna yang lebih terlihhat dibandingkan sampel lainnnya. Hal ini

menunjukkan bahwa bkadar ppm boraks pada kerupuk lebih tinggi dibandiingkan

sampel lainya.hal ini sesuai dengan litelatur bahwa kemampuan paper test kit

sederhana ini adalah mendeteksi kandungan boraks pada makanan dengan kadar

minimal 200 ppm. Semakin besar kadar ppm dari boraks maka semakin jelas

warna coklat pada paper test kit.

5.2.2 Perendaman Dengan Air Panas

Uji boraks dengan perlakuan perendaman dengan air panas didapatkan

hasil bahwa sampel yang mengandung boraks berkurang dari sampel yang

mengandung boraks pada perlakuan tanpa perendaman. Sampel yang

mengandung boraks adalah kerupuk,cilok dan pindang. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa proses perendaman menggunakan air panas mempengaruhi kandungan

boraks, yaitu dapat menurunkan kandungan boraksnya. Untuk pindang memiliki

warna yang terlihat jelas, dibandingkan dengan pegujian tanpa perendaman.

Sedangakan tingakat warna yang dihasilkan pada kerupuk menurun dibandingkan

dengan perlakuan sebelumnya. Hal ini dikarenakan karakteristik sampel yang

berbeda. Kerupuk akan memembentuk gel pada saat direndam dengan air panas.

Gel ini dikarenakan komposisis kerupuk yaitu amilosa dan amilopektin yang

akan membentu gel. Sehingga boraks akan larut pada air dan filtrate yang

dihasilkan mempunyai kndungan boraks yang sedikit. Sedangkan pada pindang

Page 13: laporan boraks pada bahan pangan

mempunyyai komposisi yang sulit untuk larut (hancur) pada perendaman,

sehingga borak yang terkandung dapat keluar dari partikel pindang sehingga saat

diambil filttrat dari dendeng kadar borak yang keluar dari sampel tinggi.

Page 14: laporan boraks pada bahan pangan

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan

diantaranya:

1. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil

pada suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama

natrium tetraborat (NaB4O7 10 H2O). Pada pengujian formalin

dilakukan dengan 2 perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan tanpaa

perendaman dan perlakuan dengan perendaman air panaas. Dalam

praktikum ini menggunakan 5 sampel yang bebeda yaitu

pempek,pindang, bakso ,krupuk dan pentol cilok.

2. Dalam pengujian formalin dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan

cara kualitatif dan kuantitatif.

3. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa perlakuan dengan perendaman

akan mempengaruhi uji boraks yaitu kandungan boraks akan larut pada

air sehingga formalin tidak terbaca ataupun hilang.

4. Dalam pengujian boraks dilakukan dengaan kertas kit, prinsip dari

pengujian ini adalah jika warna dari kertas berubah menjadi ungu maka

sudah teridentifikasi bahwa bahan pangan tersebut mengandung

formalin.

6.2 Saran

Adapun praktikum yang dilakukan sudah sangat baik, namun alaangkaah

baikya dalam pengujian formalin menggunakan alat yang lebih berstandart dalam

skala labolatorium. Sehingga mahasiswa dapat menegtahui kadar boraksyang

terkandung dalam bahan pangan.

Page 15: laporan boraks pada bahan pangan

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 111. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

Depkes R.I. 1999. Permenkes RI No.1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan

Tambahan Pangan. Jakarta

Fadilah. 2006. Identifikasi Kandungan Bahan Tambahan Makanan (BTM) Pada

Makanan Jajanan Anak SDN Kompleks Kota Palopo Tahun 2006.

Skripsi. Makassar: Universitas Hasauddin.

Rohman, A dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Bandung: Institut Teknologi

Bandung

Suhanda, Rikky. 2012. Higiene Sanitasi Pengolahan dan Analisa Boraks pada

Bubur Ayam yang Dijual diKecamatan Medan Sunggal Tahun

2012.Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara

Wahyuni, M. 2007. Kerupuk Tinggi Kalsium: Nilai Tambah Limbah Cangkang \

Kerang Hijau Melalui Aplikasi Teknologi Tepat Guna

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama