laporan akhir magang riset peran perum perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/laporan magang...

33
LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani BKPH Ngantang dalam Pelaksanaan Program PHBM (Studi Kasus di Perum Perhutani BKPH Ngantang, KPH Malang) Anoki Arief Wijaya OLEH : (201410050311150) Firdaus Agus Wahyudi (201410050311131) Andi Sulfikar Alibutto (201410050311065) Risky Wiratama (201410050311040) Ridho Putra Hajati (201410050311066) Harsan jani (201410050311044) PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2017

Upload: nguyenthuy

Post on 06-Mar-2019

322 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

LAPORAN AKHIR MAGANG RISET

Peran Perum Perhutani BKPH Ngantang dalam Pelaksanaan ProgramPHBM

(Studi Kasus di Perum Perhutani BKPH Ngantang, KPH Malang)

Anoki Arief Wijaya

OLEH :

(201410050311150)

Firdaus Agus Wahyudi (201410050311131)

Andi Sulfikar Alibutto (201410050311065)

Risky Wiratama (201410050311040)

Ridho Putra Hajati (201410050311066)

Harsan jani (201410050311044)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017

Page 2: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru (1967) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.1.2 Pengelolaan Hutan Masa Reformasi dan Otonomi Daerah (1999) . . . . . . . . . . .

1.1.3 PHBM Sebagai Resulusi Dari Permasalahan Pengelolaan Hutan (2001) . . . . . .

1.1.4 Peningkatan Pendapatan Masyarakat Kecamatan Ngantang Dalam

Pelaksanaan Program PHBM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.1.5 Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.3 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

2.1 Definisi Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.2 Definisi Operasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB III GAMBARAN UMUM PERHUTANI

3.1 Perum Perhutani BKPH Ngantang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3.2 Struktur BKPH Ngantang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Peran Perum Perhutani Dalam Pelaksanaan Program PHBM

4.1.1 Peran Perum Perhutani Sebagai Regulator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4.1.2 Peran Perum Perhutani Sebagai Fasilitator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4.1.3 Peran Perum Perhutani Dalam Memberikan Pengarahan dan

Pembinaan LMDH/LKPDH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4.1.4 Peran Perum Perhutani Dalam Pembagian Lahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4.1.5 Peran Perum Perhutani Dalam Pemberdayaan Masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . .

Page 3: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

DOKUMENTASI

Page 4: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pentingnya pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan dengan melihat

betapa pentingnya kelestarian sumber daya hutan bagi kehidupan manusia dan lingkungan,

demikian juga betapa besar bencana yang ditimbulkan akibat kerusakan pada sumber daya

hutan seperti banjir, tanah longsor, erosi, pendangkalan sungai, rusaknya ekosistem hutan

, hilangnya spesies-spesies penting baik flora maupun fauna, terganggunya iklim mikro,

rendahnya kesehatan masyarakat yang disebabkan kurangnya filter udara yang

mengakibatkan pencemaran udara atau pun air serta kemiskinan yang terjadi pada

masyarakat di sekitar hutan.

Maka dari itu, pemerintah tidak main-main dalam pengelolaan sumber daya hutan.

Dalam pengelolaan sumber daya hutan pemerintah memberikan perhatian khusus dan

selalu berupaya dalam memberikan regulasi yang terbaik bagi semua pihak. Berikut sejarah

pengelolaan hutan di Indonesia.

1.1.1 Pengelolaan Hutan Pada Masa Orde Baru (1967)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Kehutanan Pasal 14 Ayat 2 yang berbunyi “Pemerintah dapat bersama-sama dengan pihak

lain menyelenggarakan usaha bersama di bidang kehutanan”. Dengan Undang-undang ini

dimulailah era sistem Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Indonesia kepada perusahaan-

perusahaan swasta, baik perusahaan yang disinyalir dekat dengan pusat kekuasaan di

negara asalnya maupun perusahaan swasta nasional yang sebagian diantaranya memiliki

keterkaitan dengan petinggi institusi militer atau polisi, dan keluarga serta kerabat Presiden

Soeharto yang berkuasa pada masa itu. Para elit penguasa ini kemudian membangun

kerjasama dengan para pedagang untuk mengeksploitasi hutan dengan keterlibatan yang

sangat terbatas dari para rimbawan (forester). Di sebagian besar perusahaan HPH

keterlibatan para rimbawan ini bahkan tidak lebih dari sekedar pemenuhan syarat

administratif untuk mendapatkan ijin atau pengesahan Rencana Karya Tahunan (RKT).

Page 5: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Kehutanan bagian Umum poin 2 yakni “makin majunya ekspor hasil hutan serta

makin banyaknya permintaan luar negeri“, pemerintah merasa perlu mengeksploitasi

kawasan-kawasan hutan secara langsung dengan membentuk perusahaan negara kehutanan

(BUMN) untuk mendapatkan areal-areal konsesi HPH di luar Jawa. Sejak semula,

penerapan sistem konsesi HPH telah menjadi bagian dari skenario politik kekuasaan untuk

menjamin dominasi militer dalam pemerintahan, disamping tujuan resmi untuk

meningkatkan penerimaan pendapatan pemerintah juga untuk melaksanakan pembangunan

ekonomi.

Penerapan sistem konsesi HPH sejak awal sudah cacat politik dan hukum.

Sebagaian besar dari areal konsesi HPH yang diberikan kepada perusahaan penebangan

hutan berada di kawasan-kawasan hutan yang belum dikukuhkan yang artinya bahwa

kawasan-kawasan yang belum dikukuhkan ini tidak memiliki bukti-bukti hukum

menyatakan bahwa kawasan hutan tersebut adalah hutan negara yang bebas dari atau sama

sekali tidak dibebani hak milik pihak lain. Dengan demikian, penerapan sistem konsesi

HPH di masa Orde Baru adalah bentuk penjarahan hutan nasional yang terencana dan resmi

oleh kelompok kepentingan yang dominan pada waktu itu.

Selanjutnya, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Kehutanan pada Pasal 15 ayat 2 menyebutkan bahwa “Perlindungan hutan meliputi

usaha-usaha untuk (a) mencegah dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan dan hasil

hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia dan ternak, kebakaran, daya-daya alam,

hama dan penyakit; (b) mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara atas hutan dan hasil

hutan. Adanya peraturan ini secara langsung membatasi akses dan partisipasi masyarakat

untuk mengelola hutan, sementara masyarakat Indonesia sebagian besar sangat bergantung

pada hutan untuk pakan ternak, contohnya seperti di Kabupaten Malang kecamatan

Ngantang dan Pujon.

Page 6: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

1.1.2 Pengelolaan Hutan Pada Masa Reformasi dan Otonomi Daerah (1999)

Di era otonomi daerah ini, yang secara formal ditandai dengan keluarnya Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, ada kehendak

dari para pembuatnya untuk memperbaharui hubungan antara pemerintah pusat dengan

daerah melalui penyerahan kewenangan pusat ke daerah atau desentralisasi, antara

eksekutif atau Pemerintah Daerah dengan lesislatif atau DPRD melalui kemitraan sejajar

diantara keduanya, dan terakhir mendekatkan secara politik antara penentu kebijakan yang

kewenangannya deserahkan ke daerah, sehingga diharapkan kebijakan yang dihasilkan

akan lebih sesuai dengan hajat hidup rakyat banyak.

Dalam konteks memberi jalan bagi tumbuhnya demokrasi di Indonesia, hal-hal

yang dikehendaki tersebut perlu dikaji dan dicermati bahwa Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 ini hanya mengatur sistem

pemerintahan (government system) bukan sistem pengurusan (governance system). Ini

berarti bahwa kedua Undang-undang ini baru mengatur hubungan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah, belum menyentuh pada persoalan mendasar tentang hubungan masyarakat

dengan pemerintah yang selama Orde Baru justru merupakan akar dari segala

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adat atau lokal.

Akibat yang muncul dari Undang-undang ini adalah tumbuh suburnya perilaku

politik pengurusan hutan di kalangan elit politik, khususnya pada bupati atau walikota yang

mendapatkan wewenang cukup besar. Para pemimpin daerah berlomba-lomba

mengeluarkan PERDA untuk menarik Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebanyak-

banyaknya, termasuk dengan pemberian ijin HPHH skala daerah, IPK dan sebagainya

tanpa perhitungan ketersediaan sumber daya hutan yang matang. Jika kecenderungan ini

tidak segera dikendalikan maka otonomi daerah tidak dapat disebut sebagai solusi, bahkan

akan meningkatkan laju pengrusakan hutan karena bentuk-bentuk kegiatan penjarahan

hutan secara resmi semakin beragam dibanding sebelumnya.

Dengan diberlakukannya Undang-undang ini, kepala daerah justru mendapatkan

tekanan yang kuat dari DPRD untuk meningkatkan PAD yang penggunaannya salah

Page 7: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

satunya adalah untuk gaji dan biaya operasional DPRD yang bersumber dari eksploitasi

hutan dengan cara mengeluarkan ijin sebanyak-banyaknya penebangan hutan skala kecil,

sebagaimana terjadi di banyak kabupaten saat ini. Dengan orientasi politik demikian maka

kepentingan pengusaha kehutanan, baik perusahaan penebangan hutan maupun industri

pengolahan kayu, akan lebih dekat dengan kepala daerah untuk tetap memproduksi kayu

sebanyak-banyaknya. Operasi penebangan seperti ini berpindah-pindah, terorganisir

dengan baik dan melibatkan masyarakat (preman) yang mendapatkan dukungan kuat dari

militer atau polisi.

Bagi masyarakat lokal, fenomena pengelolaan hutan dengan sistem seperti ini

berbahaya untuk keberlanjutan budaya, sosial, ekonomi serta ekologi mereka, khususnya

jika di dalam bisnis penebangan ini terlibat para tokoh-tokoh adat, atau jika kebanyakan

dari anggota komunitas terlibat. Dalam kasus ini keterlibatan mereka pada umumnya

karena desakan ekonomi yang kemudian difasilitasi oleh mafia penebangan kayu liar dan

menimbulkan konflik antara masyarakat lokal dengan Perum Perhutani. Namun, apapun

alasannya, masyarakat atau pemimpin komunitas masyarakat lokal yang menebang pohon

di hutan desa atau adatnya tanpa memenuhi prosedur dan mekanisme hukum adat yang

berlaku, sudah semestinya dikategorikan sebagai penjarahan hutan.

Oleh sebab itu, proses-proses dialog multi-pihak dalam suatu ruang sudah

semestinya menjadi pilihan terbaik untuk membangun saling percaya satu sama lain dan

saling mempengaruhi satu sama lain secara terbuka. Hanya dengan proses-proses demikian

kita bisa membangun pengelolaan hutan yang lestari. Adanya kerjasama pemerintah dan

masyarakat lokal menjadi penentu dalam keberhasilan pengelelolaan hutan, yang

selanjutnya disebut Pengelolaan Hutan Bersama masyarakat (PHBM).

1.1.3 PHBM Sebagai Resolusi Dari Permasalahan Pengelolaan Hutan (2001)

Pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat adalah suatu sistem

pengelolaan sumber daya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum

Perhutani dan masyarakat desa hutan atau pihak yang berkepentingan dalam upaya

mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan yang optimal. Dengan

Page 8: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

adanya program PHBM Perum Perhutani manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh

masyarakat sekitar hutan yang kehidupannya bergantung pada keberadaan hutan. Hal

tersebut dikarenakan pertanggungjawaban Perum Perhutani salah satunya harus

memperhatikan kondisi sekitar perusahaan. (Susanto, 2012: 10)

Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) pertama kali dicanangkan

oleh Perum Perhutani pada tahun 2001 yang membuka akses atau kesempatan bagi

masyarakat desa hutan untuk terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan hutan. Saat ini

pedoman pelaksanaan program tersebut mengacu pada SK Direksi Perum Perhutani Nomor

682/KPTS/DIR/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Hutan

Bersama Masyarakat.

Agar kegiatan PHBM terlaksana dan lebih terkoordinir, maka dibentuk suatu

wadah untuk masyarakat desa hutan yang dihimpun dalam suatu lembaga yaitu LMDH

(LMDH). Menurut Awang et al (2008: 13), lembaga tersebut dibentuk oleh masyarakat

desa yang berada di dalam atau disekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi

kebutuhannya melalui interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan

budaya yang berkepentingan dalam kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan, yang

anggotanya berasal dari unsur lembaga desa dan atau masyarakat yang berada di desa

tersebut mempunyai kepedulian terhadap sumber daya hutan.

Dengan adanya program PHBM dari Perum Perhutani, masyarakat sekitar hutan

dapat memperoleh manfaat secara ekonomi yaitu berupa pemenuhan kebutuhan dan

peningkatan pendapatan masyarakat. Dimana dalam kegiatan PHBM masyarakat

memperoleh pekerjaan dan mendapatkan upah yang sudah disesuaikan dengan sistem

pembayaran yang ada di masyarakat. Selain itu adanya kegiatan tumpangsari yaitu dimana

masyarakat sebagai pesanggem atau petani hutan diberikan lahan (wengkon) oleh Perum

Perhutani secara gratis untuk dikelola menjadi lahan pertanian dibawah tanaman tegakan

dengan sistem kontrak. Dan hasilnya, sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat.

Page 9: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

Tabel 1.1 Data pembagian wengkon LKDPH di kecamatan Ngantang

N0. KABUPATEN KECAMATAN DESA NAMA

LKDPH

LUAS

WENGKON

Ha

1. Malang Kasembon Bayem Margo

Lestari

584.00

2. Malang Kasembon Pondok

Agung

Agung

Lestari

2176.80

3. Malang Kasembon Wono

Agung

Wono

Lestari

835.40

4. Malang Kasembon Pait Sumber

Rejeki

1666.90

5. Malang Ngantang Jombok Bumi Lestari 685.00

6. Malang Ngantang Tulung Rejo Wono Asri 387.20

7. Malang Ngantang Sumber

Agung

Wono Mulyo 322.50

8. Malang Ngantang Mulyo Rejo Wono

Lestari

170.20

9. Malang Ngantang Kaumrejo Gading

Lestari

370.50

10. Malang Ngantang Waturejo Sumber

Lancar

93.20

11. Malang Ngantang Purworejo Wono Asri

Lestari

572.30

12. Malang Ngantang Banjarejo Wono Tirto

Lestari

173.00

13. Malang Ngantang Sidodadi Wono Dadi 1016.90

14. Malang Ngantang Pagersari Wono

Lestari

1079.00

15. Malang Ngantang Ngantru Wono Asri 273.50

Page 10: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

16. Malang Ngantang Banturejo Wono

Makmur

Lestari

171.40

17. Malang Ngantang Pandansari Lestari

Buono

2089.40

Sumber: diolah penulis, 2017

Pembagian wengkon ini membuktikan bahwa program PHBM telah membuka

lebar akses bagi masyarakat desa di sekitar hutan dalam pengelolaan hutan bersama Perum

Perhutani. Adanya pembagian wengkon juga bermanfaat dalam keberlanjutan hutan,

keamanan hutan, kelestarian hutan, peningkatan pendidikan sosial dan budaya serta

meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar hutan.

1.1.4 Peningkatan Pendapatan Masyarakat Kecamatan Ngantang dalam

Pelaksanaan program PHBM

Dalam pelaksanaannya, PHBM melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan

(LMDH) atau Lembaga Kemitraan Desa Pengelola Hutan (LKDPH) seperti yang ada di

Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, telah menunjukkan adanya pengaruh positif

terhadap pengembangan ekonomi lokal, yaitu meningkatnya pendapatan masyarakat yang

menjadi anggota PHBM.

Masyarakat anggota PHBM di kecamatan ini dapat memanfaatkan lahan perhutani

untuk bercocok tanam secara tumpangsari dengan tanaman produktif dibawah tegakan

(tanaman obat, porang, bawang, cabai, kopi dan lain-lain). Seluruh hasil dari tanaman

produktif dipanen oleh penggarap (pesanggem). Pemasaran hasilnya pun sangat mudah,

yaitu melalui pedagang pengepul meskipun terkadang terjadi ketidak pemerataan harga.

Selain hasil panen dari tanaman pangan, mereka juga dapat menanam rumput gajah sebagai

pakan ternak, sehingga meningkatkan kegiatan ekonomi alternatif seperti ternak sapi perah.

Pendapatan masyarakat di kecamatan Ngantang bersumber dari pengelolaan lahan

pertanian di lahan Perum Perhutani yang berupa ladang atau tegalan, lahan pertanian milik

Page 11: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

sendiri berupa sawah, lading dan kebun ternak sapi dan pekerjaan lainnya seperti usaha,

upah dan lainnya.

Rata-rata pendapatan per hari petani yang ikut program PHBM di kecamatan

Ngantang lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang tidak ikut program. Di desa Ngantru,

kecamatan Ngantang rata-rata pendapatan per hari petani anggota PHBM sebesar Rp.

6.153, sedangkan petani yang bukan anggota PHBM hanya sebesar Rp. 4.418. hal ini

membuktikan bahwa program PHBM dapat meningkatkan rata-rata pendapatan

masyarakat per hari sebesar Rp. 1. 735 (39%) bagi yang mengikuti program PHBM di

kecamatan Ngantang.

Gambar 1.1 Rata-rata pendapatan per hari di kecamatan Ngantang

7000600050004000300020001000

0

Rata-rata pendapatan per hari(Rupiah)

PHBM Non PHBM

PHBM Non PHBM

Sumber: diolah penulis, 2017

Perbedaan rata-rata pendapatan per hari antara petani PHBM dengan petani non

PHBM di kecamatan Ngantang yaitu 39% belum termasuk pendapatan dari bagi hasil

(sharing) kayu dan penyadapan getah, karena pohon yang dipelihara oleh petani di lahan

yang mereka kelola belum mencapai umur panen (penebangan). Perbedaan tersebut hanya

berasal dari hasil tumpangsari tanaman produktif. Pendapatan dari sektor pertanian pada

Page 12: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

lahan milik negara (lahan Perum Perhutani) berperan dalam mengurangi kemiskinan, hal

ini dapat dilihat dari besarnya proporsi pendapatan petani dari lahan Perum Perhutani.

Namun demikian, petani anggota program PHBM telah merasakan adanya

peningkatan pendapatan dan mereka berharap pendapatan tersebut akan lebih meningkat

dengan adanya pembentukan koperasi di dalam LKDPH. Menurut Kiswanadi selaku ketua

LKDPH Wonotirto desa Banjarejo Kecamatan Ngantang “kami berharap pendapatan dari

program PHBM akan lebih meningkat dengan adanya pembentukan koperasi di dalam

LKDPH Wonotirto”. Dengan adanya koperasi di dalam LKDPH, maka pendapatan

anggota akan meningkat karena nantinya para petani dapat menyetorkan hasil tanaman

langsung ke koperasi dengan sistem pemerataan harga.

1.1.5 Permasalahan

Program PHBM menunjukkan bahwa negara telah membuka lebar akses bagi

masyarakat di sekitar hutan, program tersebut juga telah memberikan dampak pada

peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar hutan. Keberhasilan ini tidak lepas dari

kerja keras Perum Perhutani selaku aktor utama dalam menjalankan program PHBM di

pulau Jawa, Madura dan Aceh. Perum Perhutani berhasil membangun kerjasama dengan

masyarakat di sekitar hutan dengan baik sehingga dapat meminimalisir konflik dalam

pengelolaan hutan serta menjaga kelestarian hutan sacara berkelanjutan bersama

masyarakat.

Berkaitan dengan sejarah pengelolaan hutan dan keberhasilan program PHBM

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang telah dipaparkan penulis diatas,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Perum Perhutani

BKPH Ngantang dalam Pelaksanaan Program PHBM (Studi Kasus di Perum Perhutani

BKPH Ngantang, KPH Malang)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta permasalahan yang dipaparkan penulis sebelumnya,

maka dapat ditarik rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Peran Perum Perhutani dalam pelaksanaan program PHBM?

Page 13: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program PHBM?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peran Perum Perhutani dalam pelaksanaan program PHBM.

2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program

PHBM.

Page 14: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL

2.1 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

2.1.1 Definisi Konsep

a. Peran Perum Perhutani

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud peran

adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa. Adapun makna

kata peran dapat dijelaskan melalui beberapa cara lain adalah sebagai berikut:

1. Penjelasan historis yakni peran menunjuk pada karakterisasi yang disandang

untuk dibawakan oleh seseorang dalam pentas suatu drama.

2. Penjelasan yang merujuk pada satu konotasi ilmu sosial mengartikan peran

sebagai fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakterisasi

(posisi) dalam struktur sosial.

3. Suatu penjelasan operasional. (Edi Suhardono, 1994: 13)

Peran lebih menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu

proses, (Soerjono Soekanto, 1992: 268). Menurut Soerjono Soekanto unsur peranan

atau role meliputi:

1. Aspek dinamis dari kedudukan.

2. Perangkat hak-hak dan kewajiban.

3. Perilaku sosial dari pemegang kedudukan.

4. Bagian dari aktifitas yang dimainkan seseorang.

Pada dasarnya konsep peran dapat dikaitkan dengan posisi. Dengan

demikian maka kata “posisi” adalah suatu kategori secara kolektif tentang orang-

orang yang menjadi dasar bagi orang lain dalam memberikan sebutan, perilaku atau

reaksi umum terhadapnya. Dengan demikian definisi peran merupakan seperangkat

Page 15: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

patokan yang membatasi perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang

menduduki suatu posisi. (Edi Suhardono, 1994: 14)

b. Implementasi Program

Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan

sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan.

Jones dalam Arif Rohman (2009: 101-102) menyebutkan program merupakan salah

satu komponen dalam suatu kebijakan. Program merupakan upaya yang berwenang

untuk mencapai tujuan. Menurut Charles O. Jones dalam Siti Erna Suryana (2009:

28) ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program yaitu:

1. Pengorganisasian

Struktur organisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan program

sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang

kompeten dan berkualitas.

2. Interpretasi

Para pelaksana harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk

teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

3. Penerapan atau Aplikasi

Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat

berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan

program lainnya.

Terkait landasan dan mutu implementasi, menurut Islamy dalam buku

Maryono (2010: 43) yang berjudul Menakar Kebijakan RSBI: Analisis Kritis Studi

Implementasi, untuk bisa melihat apakah proses implementasi telah berjalan

dengan baik ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, diantaranya yakni:

1. Apakah unit pelaksana teknis telah disiapkan?

2. Apakah pelaksana kebijakan telah mengerti akan rencana, tujuan, dan sasaran

kebijakan?

3. Apakah aktor-aktor utama telah ditetapkan dan siap menerima tanggungjawab

pelaksanaan kebijakan tersebut?

4. Apakah koordinasi pelaksanaan telah dilakukan dengan baik?

Page 16: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

5. Apakah hak dan kewajiban, kekuasaan dan tanggung jawab telah diberikan dan

dipahami serta dilaksanakan dengan baik oleh pelaksana kebijakan?

6. Apakah kriteria penilaian keberhasilan pelaksanaan kebijakan telah ada, jelas

dan diterapkan dengan baik?

c. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

PHBM adalah suatu sistem pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan

bersama dengan jiwa berbagi antara perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak

yang berkepentingan, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan

fungsi dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan secara optimal. (Perum

Perhutani Unit II Jawa Timur, 2010: 10)

Hal tersebut dilaksanakan dengan mengikutsertakan masyarakat desa hutan

dalam pengelolaan hutan, secara kelompok atau kelembagaan. Sesuai dengan visi

dan misi perusahaan maka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat

desa hutan menjadi penting dan strategis sehingga perlu dimaknai, diwadahi dan

difasilitasi dalam program PHBM.

Pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat dimaksudkan untuk

memberikan arah pengelolaan sumber daya hutan dengan memadukan aspek-aspek

ekonomi, ekologi dan sosial secara proporsional, adapun prinsip dasar dalam

PHBM yaitu:

1. Prinsip keadilan dan demokratis.

2. Prinsip keterbukaan dan kebersamaan.

3. Prinsip pembelajaran bersama dan saling memahami.

4. Prinsip kejelasan hak dan kewajiban.

5. Prinsip pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

6. Prinsip kerjasama kelembagaan.

7. Perencanaan partisipatif.

8. Prinsip kesederhanaan sistem dan prosedur.

9. Prinsip perusahaan (negara) sebagai fasilitator.

Page 17: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

10. Prinsip kesesuaian pengelolaan dengan karakteristik wilayah.

Selain itu, ada 3 indikator yang menjadi tolak ukur dalam keberhasilan dari

pelaksanaan PHBM yakni: (1) Perbaikan biofisik lingkungan (keberhasilan

reboisasi, perbaikan fungsi lingkungan dan penurunan gangguan keamanan hutan

selama 5 tahun terakhir); (2) Aspek sosial berupa peningkatan pendidikan,

kesehatan, jejaring kelembagaan dan tingkat keharmonisan antara PHT dengan

masyarakat; (3) Aspek ekonomi berupa peningkatan usaha produktif dan daya beli

masyarakat.

d. Good Foerst Governance

Good forest governance berhubungan dengan permasalahan bagaimana

kebijakan yang berkaitan dengan hutan dan relasi antara masyarakat, siapa yang

bertanggungjawab, bagaimana mereka menggunakan kekuasaan serta bagaimana

mereka memper-tanggungjawabkannya. Konsep ini menyangkut dengan proses-

proses pengambilan keputusan dan kelembagaan di tingkat lokal, nasional, regional

dan global.

Good forest governance berkenaan dengan berbagai keputusan dan

tindakan yang mampu menghilangkan kendala atau hambatan, dan proses

penetapan kebijakan serta sistem kelembagaan kelembagaan yang mendorong

keberhasilan pengelolaan hutan di tingkat lokal. (Morrison, 2007: 56)

Dalam aplikasi di lapangan, good forest governance harus

mempertimbangkan paling tidak dua aspek, yaitu aspek sosial dan aspek ekologis.

Kondisi ekologis yang berada mengharuskan adanya model pengelolaan hutan

yang berbeda pula, dan begitu pula dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di

sekitarnya.

1. Pertimbangan Aspek Sosial dan Partisipasi Masyarakat

Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya

hutan, negara harus memperhatikan kondisi dan permasalahan sosial ekonomi

Page 18: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

masyarakat di sekitar hutan, antara lain yaitu kepadatan penduduk yang

semakin tinggi dibarengi dengan kebutuhan pangan serta tingkat pengangguran.

Pengelolaan hutan menjadi sesuatu hal yang mustahil tanpa dukungan dan

peran serta dari masyarakat. Agar partisipasi tersebut dapat berjalan berjalan

optimal, maka ada dua strategi yang harus dilakukan yaitu pengembangan

kelembagaan dan peningkatan kapasitas sumber daya masyarakat.

Kemauan negara untuk berbagi peran dan kewenangan juga dengan aktor

lain juga menjadi salah satu kunci dari terwujudnya good forest governance.

Konsep ini menginginkan adanya wadah untuk masyarakat di sekitar hutan agar

nantiya masyarakat dan negara dapat bekerjasama dengan baik dalam

pengelolaan hutan serta saling mendapatkan kontribusi.

Negara harus mampu menjadi fasilitator yang baik guna terwujudnya

partisipasi aktif masyarakat. Skema pemberdayaan dan pemberian beberapa

intensif kepada masyarakat harus lebih dulu dilaksanakan oleh negara sebelum

menuntut partisipasi mereka.

2. Pertimbangan Aspek Ekologis

Konsep ini juga menginginkan adanya partisipasi dan peran masyarakat

terkait dengan hal ekologis yaitu:

1. Ikut menjaga keutuhan dan keaslian kondisi alamiah flora dan fauna yang

ada di sekitar hutan dengan tidak mengganggu, mengambil atau

merusaknya.

2. Berperan dalam menjaga keamanan kawasan tersebut dari ancaman

pencurian atau pengrusakan oleh orang atau pihak luar.

3. Pemanfaatan kawasan hutan tersebut dalam batas-batas yang tidak

mengganggu kestabilan dan keaslian ekosistem.

Page 19: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

2.1.2 Definisi Operasional

a. Peran Perum Perhutani Dalam Pelaksanaan Program PHBM

i. Sebagai Regulator PHBM

1. Hutan Lindung

2. Hutan Produksi

ii. Sebagai Fasilitator PHBM

1. Hutan Lindung

2. Hutan Produksi

iii. Peran Perum Perhutani Dalam Memberikan Pengarahan dan Pembinaan

LMDH/LKDPH

iv. Peran Perum Perhutani Dalam Pembagian Lahan (Wengkon)

v. Peran Perum Perhutani Dalam Pemberdayaan Masyarakat

1. Persemaian

2. Penanaman

3. Pemeliharaan dan Penjarangan

4. Produksi Getah

5. Produksi Kayu

6. Keamanan

7. Agrobisnis (Wisata)

b. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Program PHBM

i. Persaingan Ekonomi

ii. Kualitas Sumber Daya Manusia Setempat

iii. Cuaca

iv. Perbedaan Kharakter Masyarakat

v. Geografis

Page 20: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

BAB III

LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET

3.1 Gambaran Umum Perum Perhutani

Perum Perhutani merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan,

pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. Sehingga dituntut untuk

memberikan perhatian yang besar kepada masalah sosial dan ekonomi, terutama masalah

sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan di pulau Jawa yang sebagian besar tinggal di

sekitar hutan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003 tentang Perusahaan

Umum Kehutanan Negara mengemban tugas dan tanggung jawab pengelolaan hutan yang

dikelola seluas 2, 426 juta hektar, terdiri dari hutan produksi seluas 1, 767 juta hektar dan

sisanya hutan lindung. Secara struktural Perum Perhutani dibawah kementrerian BUMN

dengan Pembina Teknis Departemen Kehutaan.

Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara yang terdapat di

wilayah provinsi Jawa Tengah, provinsi Jawa Timur, provinsi Jawa Barat serta provinsi

Banten, kecuali kawasan hutan konservasi seluas 2.426.206 hektar. Berikut ini adalah tabel

wilayah kerja Perum Perhutani:

Tabel 1.2 Wilayah kerja Perum Perhutani

Unit

Kerja

Provinsi Hutan

Produksi

(Ha)

Hutan

Lindung

(Ha)

Total Luas

(Ha)

Unit I Jawa Tengah 546.290 84.430 630.720

Unit II Jawa Timur 809.959 326.520 1.136.479

Unit III Jawa Barat

Banten

349.649

61.406

230.708

17.244

580.357

78.650

Jumlah 1.767.304 658.902 78.650

Sumber: diolah penulis, 2017

Page 21: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

Unit-unit kerja dibagi menjadi Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) yang mengelola

kegiatan yang dimulai dari perencanaan, persemaian, penanaman, pemeliharaan dan

penjarangan, produksi getah, produksi kayu, keamanan dan agrobisnis (wisata). KPH

dibagi lagi menjadi Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) yang mengurusi wilayah

lebih kecil, dalam lingkup KPH dan BKPH kemudian dibagi lagi menjadi Kesatuan Resot

Pemangku Hutan (KRPH). Untuk memudahkan dalam memahami unit kerja Perum

Perhutani, dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

Gambar 1.2 Unit kerja Perum Perhutani

Perum Perhutani Pusat

Unit I Unit II Unit III

KPH KPH KPH

BKPH BKPH BKPH

KRPH KRPH KRPH

3.1.1 Perum Perhutani BKPH Ngantang

Secara geografis BKPH Ngantang memiliki hutan yang rimbun. Tanah yang subur

dengan ketinggian rata-rata 700-800 Dpl. Yang pengelolaannnya berada pada Unit

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang Devisi Regional Jawa Timur. Posisi wilayah

berada pada ujung bagian barat kabupaten Malang dengan jarak lebih kurang 51 Km, dari

kota Malang. Adapun batas wilayahnya yaitu:

Sebelah Utara : KPH Jombang

Page 22: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

Sebelah Timur : BKPH Pujon

Sebelah Selatan : KPH Blitar

Sebelah Barat : KPH Kediri

Berdasarkan fungsinya BKPH Ngantang mempunyai keluasan : 12.809.10 Ha, yang terdiri

dari:

Hutan Produksi : 6.314.90 Ha

Hutan Lindung : 6.494.20 Ha

Dalam pengelolaannya terbagi menjadi 3 RPH:

1. RPH Ngantang, luas wilayah : 4.672.80 Ha. Terdiri dari:

Hutan Produksi : 2.136.10 Ha.

Hutan Lindung : 2.536.70 Ha.

2. RPH Sekar, luas wilayah : 5.375.50 Ha. Terdiri dari:

Hutan Produksi : 2.162.90 Ha.

Hutan Lindung : 3.212.60 Ha.

3. RPH Kasembon, luas wilayah: 2.760.80 Ha. Terdiri dari:

Hutan Produksi : 2.195.20 Ha.

Hutan Lindung : 565.60 Ha.

Page 23: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

Wilayah Teritorial BKPH Ngantang

Tabel 1.3 Wilayah teritorial BKPH Ngantang

RPH DESA KECAMATAN NAMA LKDPH KABUPATEN

Ngantang Kaumrejo Ngantang Gading Lestari Malang

Sumberagung Ngantang Wono Mulyo Malang

Tulungrejo Ngantang Wono Asri Malang

Mulyorejo Ngantang Wono Lestari Malang

Waturejo Ngantang Sumber Lancar Malang

Jombok Ngantang Bumi Lestari Malang

Pait Kasembon Sumber Rejeki Malang

Wonoagung Kasembon Wono Lestari Malang

Medowo Kandangan - Malang

Sekar Purworejo Ngantang Wono Asri

Lestari

Malang

Banjarejo Ngantang Wono Tirto

Lestari

Malang

Sidodadi Ngantang Wono Dadi Malang

Pagersari Ngantang Wono Lestari Malang

Ngantru Ngantang Wono Asri Malang

Banturejo Ngantang Wono Makmur

Lestari

Malang

Pandansari Ngantang Lestari Buono Malang

Kasembon Kasembon Kasembon - Malang

Bayem Kasembon Margo Lestari Malang

Pondokagung Kasembon Agung Lestari Malang

Mlancu Kandangan - Malang

Page 24: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

Data Penduduk Yang Berinteraksi Langsung Dengan Hutan

Tabel 1.4 Data penduduk yang berinteraksi langsung dengan hutan

RPH DESA KECAMA

TAN

NAMA

LEMBAGA

LUAS

PANGKU

AN HA

JML

PENDUD

UK

JML

KK

JML

INTERA

KSI KK

%

Ngantang Wonoagung Kasembon Wono Lestari 713.50 4.325 1.440 974 67

Pait Kasembon Sbr. Rejeki 557.20 4.301 716 691 97

Jombok Ngantang Bumi Lestari 773.10 4.823 965 324 34

Kaumrejo Ngantang Gading

Lestari

370.50 5.438 906 302 33

Waturejo Ngantang Sbr. Lancar 93.20 3.617 724 674 93

Tulungrejo Ngantang Wonoasri 344.20 3.518 879 812 92

Sbr.agung Ngantang Wonomulyo 1.650.90 5.694 949 431 45

Mulyorejo Ngantang Wonolestari 306.80 4.521 904 802 89

Sekar Purworejo Ngantang Wonoasri 948 4.158 1.040 216 20

Ngantru Ngantang Wonoasri 244.20 5.449 1.089 941 86

Pandansari Ngantang Lestaribuana 2.225.4 4.383 1.461 976 67

Pagersari Ngantang Wonolestari 876.9 3.716 929 815 87

Sidodadi Ngantang Wonodadi 758.7 5.337 1.067 685 64

Banjarejo Ngantang Wonotirto 227.20 4.423 1.105 870 78

Banturejo Ngantang Wn. Makmur 64.7 4.462 1.115 987 88

Kasembo

n

Bayem Kasembon Wonolestari 478.5 6.056 1.078 930 86

pondokagun

g

Kasembon Wonoagung 2.176.80 6.309 1.779 1.554 87

Page 25: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

3.1.1 Struktur BKPH Ngantang

Asper NgantangHARI PRAMONO

KAUR TUTKAGUS

KRPH NGANTANGLARAHADI

KRPH SEKARMULYONO

KRPH KASEMBONSUHARTO

TU ASPERLESTARI S

POLHUTERARIFIN

POLHUTERPURDIANTO

POLHUTERAGUS SETIONO

Mdr. LingkunganJUWARNO

POLHUTERSUWADI

POLHUTERGUNAWAN

POLHUTERHENDRIYAN S

PENJAGASUGIONO

Mdr. PersemaianWINARSO

Mdr. TanamNANANG H

Mdr. PemeliharaanSULAKSONO W

Mdr. TanamSUPRIADI

Mdr. TanamSAMPURNO

Mdr. TanamSUWANTO

Mdr. SadapSUNADI

Mdr. TanamJUMALI

Mdr. TanamMARIONO

Mdr. SadapMUSTAMAR

Mdr. SadapYATMAJI

Mdr. SadapSANTOK W

Mdr. SadapTEGUH R

Page 26: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Peran Perum Perhutani Dalam Pelaksanaan Program PHBM

4.1.1 Peran Perum Perhutani Sebagai RegulatorHutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagaiperlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Agarkelestarian hutan lindung tetap terjaga maka harus ada kegiatan rehabilitasi jika hutantersebut tidak memenuhi standar. Dalam pelaksanaan rehabilitasi hutan lindung PerumPerhutani bekerjasama dengan LMDH/LKDPH untuk meningkatkan keterlibatanmasyarakat dalam pengelolaan hutan.

Adapun tahap-tahapan dalam rehabilitasi di hutan lindung yakni: (1) Perencanaan;(2) Pelaksanaan; (3) Pengorganisasian Kelembagaan; (4) Pengawasan dan Pengendalian.Dalam rehabilitasi dibutuhkan kerjasama antara Perum Perhutani dengan masyarakat disekitar hutan agar impian menjadikan hutan lindung yang rimbun tercapai. Kerjasamaantara Perum Perhutani dengan LMDH/LKDPH diwujudkan dalam bentuk PerjanjianKerjasama (PKS) dengan perincian hak dan kewajiban saat penanaman, pemeliharaan,pemungutan, pemasaran dan bagi hasilnya (Sharing).

Setelah terwujudnya kerjasama antara Perum Perhutani dengan LMDH/LKDPH,Perum Perhutani melakukan sosialisasi, penyuluhan, pendampingan, pelatihan dalamrangka meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat desa di sekitar hutan danLMDH/LKDPH dilakukan di tingkat Pusat, Divisi dan KPH. Untuk pendampinganmasyarakat desa di sekitar hutan dilakukan oleh mandor dan pejabat struktural PerumPerhutani serta Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) yang sudah ada di PerumPerhutani.

Di kawasan hutan lindung masyarakat diperbolehkan menanam tanaman buah-buahanseperti alpukat, durian dan lain-lain. Dalam hutan lindung masyarakat tidak diperbolehkanuntuk menanam sayur-sayuran dikarenakan sayur-sayuran dapat merusak tanah serta pada

Page 27: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

penanaman sayur membutuhkan pengolahan tanah secara intensif, hal ini akan berdampakpada tanaman-tanaman pokok hutan lindung. Di kawasan hutan lindung juga tidakdiperbolehkan menebang pohon.

Hutan ProduksiBerbeda halnya dengan hutan produksi, jika di hutan lindung tidak diperbolehkan

untuk menanam sayur-sayuran di hutan produksi diperbolehkan untuk menanam sayur-sayuran tetapi hanya pada saat awal penanaman tanaman pokok, dari tahun pertama sampaidengan ke tiga atau habis kontrak. Setelah tiga tahun penanaman Perum Perhutani akanmelakukan evaluasi terhadap tanaman, jika hasilnya dikatakan bagus yaitu mencapai 98%maka di tahun selanjutnya masyarakat penggarap diperbolehkan untuk menggarapkembali. Tetapi jika hasil pohon tegakan dikatakan tidak bagus atau tidak mencapai 98%maka penggarap tersebut diberi peringatan dan dituntut untuk menyulam. Untuk kawasanhutan produksi biasanya masyarakat Ngantang menanam tanaman cabai, jahe, bawang danlain-lain

4.1.2 Peran Perum Perhutani Sebagai FasilitatorHutan Lindung

Pemberian bibit kepada masyarakat dilakukan jika sebelumnya ada perencanaandari Perum Perhutani, pemberian bibit dimaksudkan untuk merehabilitasi hutan lindungbersama masyarakat. Jika tidak ada rencana untuk merehabilitasi maka personel dari PerumPerhutani akan memberikan bibit kepada masyarakat penggarap secara swadaya.

Hutan ProduksiPada hutan produksi penggarap diberikan fasilitas berupa alat penyadap getah, bibit

tegakan serta pupuk. hal ini diterapkan agar masyarakat di sekitar hutan tertarik untukmenggarap hutan produksi sekaligus menjaga. Para penggarap diberikan lahan (wengkon)terlebih dahulu dan selanjutnya penggarap akan diberikan tugas untuk menyadap getah danmenjaga tanaman tegakan.

4.1.3 Peran Perum Perhutani Dalam Memberikan Pengarahan dan PembinaanLMDH/LKDPH

Dalam memberikan pengarahan dan pembinaan LMDH/LKDPH Perum Perhutaniakan menjelaskan tentang pentingnya hutan bagi masyarakat di sekitar hutan. Selanjutnyanmereka akan diajarkan bagaimana menanam dan cara menyadap getah yang baik, membuatterasering pengairan sampai dengan memberikan peringatan jika masyarakat melanggaraturan yang telah disepakati. Kegiatan ini dilakukan agar kelestarian hutan akan tetapterjaga serta nantinya akan meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar hutan.Adapun hak LMDH/LKDPH sebagai berikut:

Page 28: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

1. Menyusun rencana, melaksanakan, memantau dan menilai pelaksanaan PHBMbersama Perum Perhutani dan pihak yang berkepentingan.

2. Memperoleh hasil sumberdaya hutan sesuai dengan perjanjian kerjasama3. Melakukan kerjasama dengan LMDH lainLMDH/LKDPH memiliki kewajiban:1. membina kelompok kerja.2. melindungi dan melestarikan sumber daya untuk berkelanjutan fungsi dan manfaatnya.

4.1.4 Peran Perum Perhutani Dalam Pembagian Lahan (Wengkon)Pembagian lahan merupakan pintu gerbang bagi masyarakat di sekitar hutan dalam

akses untuk mengelola sumber daya hutan. Pembagian lahan dilakukan melalui berbagaipertimbangan salah satunya adalah apakah orang tersebut memiliki perhatian terhadaphutan atau tidak, jika masyarakat tersebut memiliki rasa perhatian terhadap hutan yangtinggi meskipun perekonomiannya tergolong tinggi masyarakat tersebut akan mendapatkanlahan yang lebih luas dibandingkan masyarakat yang tidak memberikan perhatian terhadaphutan meskipun ekonominya rendah. Hal ini dilakukan sebagai tindakan Perum Perhutanidalam mencegah kerusakan hutan.

4.1.5 Peran Perum Perhutani Dalam Pemberdayaan Masyarakat1. Persemaian

Persemaian tanaman melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya, masyarakatdilibatkan untuk mencari bibit jika bibit tidak ada di Perum Perhutani bibit dari PerumPerhutani, setelah itu bibit tersebut akan dibeli oleh Perum Perhutani seharga Rp.500per bibit.

2. PenanamanPenanaman dilakuklan setelah proses pembibitan, dalam penanaman masyarakatdiberdayakan untuk melakukan penanaman pada lokasi yang telah ditentukan PerumPerhutani

3. Pemeliharaan dan PenjaranganSetelah melakukan proses penanaman masyarakat diberdayakan untuk memelihjaradan melakukan penjarangan

4. Produksi GetahPengambilan getah (sadap) dilakukan oleh masyarakat yang disebut pesanggem, getahyang sudah dikumpulkan oleh pesanggem akan dibeli oleh Perum Perhutani sehargaRp. 4.500 untuk getah kelas premium.

5. Produksi KayuPenebangan kayu dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan oleh Perum Perhutani,penebangan dilakukan oleh masyarakat yang ahli dalam penebangan, setelah itu untukmengangkut kayu ke dalam truk juga membutuhkan masyarakat sekitar yang memilikikeahlian khusus.

Page 29: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

6. KeamananPatroli dibagi menjadi dua yakni persuatif dan preventif, kegiatan ini juga melibatkanmasyarakat setempat dengan cara membangun kesadaran masyarakat bahwa menjagahutan ini sangat penting. Dalam keamanan juga melibatkan pihak lain yaitu Kepolisiandan juga TNI.

7. Agrobisnis (Wisata)Pengelolaan wisata melibatkan LMDH/LKDPH sebagai pekerja di dalamnya, mulaidari pembuatan fasilitas wisata sampai dengan penjagaan lokasi wisata.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Peran Perhutani sangat penting bagi kelestarian hutan serta bagi peningkatanekonomi masyarakat. Adapun peran perhutani yakni sebagai: (1) Regulator pada hutanlindung dan hutan produksi (2) Fasilitator pada hutan produksi dan hutan lindung (3)Berperan dalam pembagian lahan kepada masyarakat (4) Memberikan pengarahan danpembinaan kepada LMDH/LKDPH (5) Berperan dalam pemberdayaan masyarakat yangdimulai dari persemaian sampai dengan agrobisnis (wisata).

Memberikan aturan di kawasan hutan produksi dan hutan lindung agar masyarakatsekitar hutan tidak semena-mena atau merusak dalam mengelolanya, selain itu PerumPerhutani juga memberikan pengarahan dan pembinaan dalam suatu forum kepadaLMDH/LKDPH. Dalam pemberdayaan masyarakat disetiap kegiatannya mempunyai nilaiintensif. Hal ini sangat menunjang untuk peningkatan pendapatan masyarakat sertamengurangi tingkat pengangguran.

Page 30: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen

DOKUMENTASI

Page 31: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen
Page 32: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen
Page 33: LAPORAN AKHIR MAGANG RISET Peran Perum Perhutani …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/LAPORAN MAGANG RISET_DINAS... · 1.1.1 Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru ... Selain hasil panen