laporan akhir magang riset peran diskominfo …pemerintahan.umm.ac.id/files/file/lap magang...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR MAGANG RISET
PERAN DISKOMINFO DALAM UPAYA PELAKSANAAN KONSEP
SMART CITY DI KOTA BATU
OLEH:
KELOMPOK DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KOTA BATU
1. FIRDAUS MAULANA ABDILLAH (201410050311005)2. RIZAL ZULMI (201410050311012)3. RIFKI ANANDA HIMAWAN (201410050311089)
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4C. Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB II LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET ...................................... 5
A. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu......................................... 5B. Visi dan Misi Diskominfo Kota Batu........................................................ 5C. Susunan, Struktur, Tugas, dan Fungsi Organisasi SKPD ......................... 6D. Aktifitas Magang Riset ............................................................................. 8
BAB III ANALISA HASIL KEGIATAN..........................................................10
A. Pembahasan...............................................................................................101. Smart City di Kota Batu ......................................................................102. Dampak Positif dan Negatif pada Penyelenggaraan Smart City .........123. Upaya atau Peran yang Dilakukan Diskominfo dalam
Penyelenggaraan Smart City ...............................................................154. Smart Farming/Among Tani ...............................................................215. Tantangan Implementasi Smart City ...................................................226. Kondisi Sebelum dan Sesudah Diterapkannya Smart City
Di Kota Batu .......................................................................................24B. Target atau Fokus yang Dicapai................................................................26
BAB IV PENUTUP .............................................................................................27
A. Kesimpulan ...............................................................................................27B. Saran..........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................29
DOKUMENTASI MAGANG RISET ...............................................................30
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat beberapa masalah penduduk terkait dengan urbanisasi yang
menimpa kota-kota di dunia seperti transportasi, layanan kesehatan, polusi,
pelayanan publik, pendidikan, dan sosial-ekonomi. Indonesia sebagai negara
dengan populasi penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan 259 juta penduduknya,
yang 54% di antaranya adalah penduduk kota.1 Akibtanya tantangan yang dihadapi
kota-kota di Indonesia kian kompleks, guna menghadapi kompleksitas ini kota
dituntut untuk menjadi kota cerdas
Bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun serta terbatasnya sumber
daya alam menjadikan pengelolaan kota menjadi semakin kompleks. Kondisi ini
menuntut pemerintah daerah untuk dapat memaksimalkan potensi sumber daya
yang dimiliki serta meminimalisir kendala atau masalah yang dihadapi. Dibutuhkan
interaksi intens antara masyarakat dan pemerintah daerah setempat, diharapkan
dengan interaksi dua arah ini akan terus berkembang dan berproses sehingga
nantinya kota akan menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali serta tangguh
dalam merespon perubahan dan tantangan yang baru dengan lebih cepat.
Konsep kota cerdas (smart city) yang menjadi isu besar di kota-kota besar di
seluruh dunia mendorong peran aktif dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
kota menggunakan pendekatan citizen centric sehingga terjadi interaksi yang lebih
dinamis dan erat antara warga dengan penyedia layanan, dalam hal ini adalah
pemerintah daerah. Kota cerdas bukan tentang teknologi semata, ada 6 indikator
yang harus dipenuhi seperti smart living, smart economy, smart mobility, smart
governance, smart people, dan smart environment. Konsep ini menghendaki adanya
penduduk yang aktif, kreatif, humanis, dan melek teknologi.
1 Kominfo.go.id; Hari Kependudukan Dunia 2017: Masa Depan Demografi Indonesia danKeseimbangan Pertumbuhan Penduduk
2
Dalam rangka mewujudkan Batu Smart City, Pemerintah Kota Batu sudah
melakukan beberapa langkah di antaranya adalah dengan melakukan kerjasama
bersama akademisi dan pihak swasta. Meski telah berkali-kali menemui kegagalan,
hal ini bukan alasan untuk tidak melanjutkan program smart city yang diharapkan
mampu memudahkan masyarakat dalam berinteraksi dengan pemerintah. Apalagi
dalam pengaplikasian smart city nanti, pelayanan dan atau fasilitas yang diberikan
oleh Pemerintah Kota Batu dapat dikritik langsung oleh masyarakat, hal ini dapat
dilakukan melalui gadget yang dimiliki oleh warga.
Pemerintah Kota Batu melalui Dinas Informasi dan Komunikatika untuk
menunjang program smart city ini sudah memasang 50 unit perangkat keras, selain
itu anggaran sebesar 9,3 miliar dari APBD juga sudah disiapkan demi kelancaran
program ini. Seperti yang diketahui, sudah terpasang 50 workstation di 24
desa/kelurahan, 3 kecamatan, dan 23 Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Berkaitan dengan hal tersebut dalam riset ini akan memfokuskan pada bagaimana
peran dan upaya yang diberikan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu
dalam menyelenggarakan konsep smart city ini yang mana nanntinya konsep ini
akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Kota Batu dan juga bagi kota itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa upaya yang dilakukan Diskominfo dalam penyelenggaraan Smart
city?
2. Apa pengaruh Smart city dalam peningkatan pelayanan publik di Kota
Batu?
3. Apa saja tantangan penerapan Smart city di Kota Batu?
C. Tujuan
1. Mengetahui peran Diskominfo dalam penyelenggaraan Smart city.2. Mengetahui upaya yang dilakukan Diskominfo dalam penyelenggaraan
Smart city.3. Mengetahui pengaruh Smart city dalam peningkatan pelayanan publik di
Kota Batu.4. Mengetahui tantangan penerapan Smart city di Kota Batu.
3
BAB II
LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET
A. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu merupakan suatu bagian dari
pemerintahan daerah tepatnya pemerintahan Kota Batu yang mana dalam
pejalanannya telah berdiri sejak awal tahun 2017, sebelum Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Batu ini berdiri sendiri, pada tahun 2002 – 2016 Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Batu ini merupakan bagian dari Dinas
Perhubungan, lalu menginjak awal tahun 2017 Dinas Komunikasi dan Informatika
Kota Batu resmi berdiri sendiri menjadi dinas baru.
Dalam kerjanya Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu ditugaskan
untuk menyediakan data statistik daerah yang valid dan mutakhir, meningkatkan
pengamanan informasi dan keamanan daerah yang berklasifikasi dan mewujudkan
pelakasanaan sistem informasi dan komunikasi yang terintegrasi, yang mana
nantinya diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan data secara aktual dan
terukur, meningkatnya pengelolaan sistem keamanan informasi yang berklasifikasi
serta meningkatnya pembinaan jaringan komunikasi masyarakat yang berdaya guna
dan juga diharapkan akan meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan
infrastruktur TIK (teknologi, informasi, dan komunikasi) yang efektif dan merata.
B. Visi dan Misi Diskominfo Kota Batu
Adapun VISI Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu adalah sebagai
berikut:
“Terwujudnya komunikasi dan informasi terpadu yang efektif dan efisien bagi
pembangunan masyarakat Kota Wisata Batu”.
MISI Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu adalah :
4
”Meningkatkan keterbukaan dan kemudahan layanan komunikasi dan informasi
yang menumbuhkan kreativitas dan inovasi masyarakat bagi pembangunan
masyarakat Kota Wisata Batu ”
C. Susunan, Struktur, Tugas, dan Fungsi Organisasi SKPD
1) Susunan Organisasi
Kepala Dinas;
Sekretariat, dipimpin oleh Sekretaris yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas membawahi:
a. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan;
b. Sub Bagian Keuangan; dan
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
Bidang Pengelolaan dan Layanan Informasi,
dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas membawahi:
a. Seksi Layanan Informasi;
b. Seksi Pengelolaan Informasi; dan
c. Seksi Media Informasi.
Bidang Komunikasi, dipimpin oleh Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
membawahi:
a. Seksi Kemitraan Komunikasi dan Kelembagaan;
b. Seksi Pemberdayaan Komunikasi Publik; dan
c. Seksi Prasarana dan Sarana Komunikasi.
Bidang Jaringan Infrastruktur TIK dan Aplikasi,
dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas membawahi:
a. Seksi Jaringan Infrastruktur TIK;
b. Seksi Pengembangan Aplikasi; dan
c. Seksi E-Government dan Pemberdayaan TIK.
5
Bidang Statistik dan Persandian, dipimpin oleh KepalaBidang yang berada di bawah dan bertanggung jawabkepada Kepala Dinas membawahi:a. Seksi Statistik;b. Seksi Pengelolaan dan Evaluasi Data; danc. Seksi Persandian dan Keamanan Informasi.
UPTD; dan Kelompok Jabatan Fungsional.
2) Struktur Organisasi
6
3) Tugas, Pokok, dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika
Dinas Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas
membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah di bidang komunikasi dan
informatika.
Dinas Komunikasi dan Informatika dalam melaksanakan
tugas menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dan rencana strategis di
bidang komunikasi dan informatika;
b. Penetapan rencana kerja dan anggaran di bidang
komunikasi dan informatika;
c. Pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi dan
informatika;
d. Penyelenggaraan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia aparatur di bidang komunikasi dan
informatika;
e. Pelaksanaan administrasi dinas di bidang
komunikasi dan informatika;
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang
komunikasi dan informatika;
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Walikota terkait dengan tugas dan fungsinya.
D. Aktifitas Magang Riset
Magang riset yang dilakukan oleh peserta magang selama 2 bulan di Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Batu, khususnya di Sub. Bagian Program dan
Pelaporan. Sebelum melaksanakan kegiatan magang, peserta magang riset telah
membuat proposal yang dikonsultasikan sebelumnya pada dosen pembimbing,
yang kemudian dikirim ke Kesbangpol Kota Batu untuk didisposisi. Setelah
menunggu lebih-kurang 3 hari akhirnya surat peserta magang yang telah
dilampirkan dengan proposal tadi dapat dikirim ke Diskominfo Kota Batu. Di
7
Diskominfo Kota Batu peserta magang diarahkan kepada sekretaris yang kemudian
menempatkan peserta di Sub Bagian Program dan Pelaporan.
Dengan judul proposal “PERAN DINAS KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA KOTA BATU DALAM UPAYA
MENYELENGGARAKAN SMART CITY DI KOTA BATU (STUDI KASUS
PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK)” peserta magang ingin mencari
outcome tentang bagaimana Diskominfo Kota Batu mengelola Smart city yang baru
dirintis di tahun 2017 ini. Namun seiring berjalannya waktu dan atas saran dari
Kepala Bidang Jaringan Infrastruktur TIK dan Aplikasi akhirnya peserta mengganti
judul proposal magang riset menjadi “PERAN DISKOMINFO DALAM UPAYA
PELAKSANAAN KONSEP SMART CITY DI KOTA BATU”.
Magang riset yang dilakukan peserta magang terhitung sejak tanggal 4
September 2017 sampai dengan tanggal 13 November 2017 sudah masuk ke dalam
syarat minimal yang dikeluarkan jurusan untuk melaksanakan magang riset yakni
selama dua bulan atau delapan pekan. Pembelajaran yang dapat peserta magang
riset ambil selama di Diskominfo Kota Batu yakni kerjasama antara 3 pihak
(Diskominfo, swasta, dan akademisi) dalam mensukseskan konsep smart city.
Adapun mengenai hal mendasar mengapa konsep smart city dibutuhkan di Kota
Batu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengendalian, merupakan suatu
hal yang menjadi fokus dari kegiatan magang riset peserta.
Umumnya, peserta magang selama berada di Diskominfo Kota Batu jarang
menemukan kendala dalam pelaksanaan magang. Setiap pekerjaan yang diberikan
oleh pembimbing lapang maupun pegawai yang ada di Diskominfo Kota Batu,
apabila kami kurang mengerti dan mengajukan pertanyaan, kami selalu mendapat
bimbingan agar dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Salah satu tugas
yang peserta magang riset sangat berharga baik bagi peserta maupun Dskominfo
Kota Batu adalah pelibatan peserta dalam pembuatan buku profil dinas di bawah
bimbingan pembimbing lapang
.
8
BAB III
ANALISA HASIL KEGIATAN
A. Pembahasan
1. Smart City di Kota Batu
Perkembangan pembangunan kota di dunia belakangan ini telah
mengalami perubahan signifikan karena dipengaruhi oleh teknologi informasi
(TI), sehingga kota-kota ini didefinisikan sebagai kota cerdas atau smart city.
Umumnya di kota seperti ini terdapat beberapa faktor pendukung konsep smart
city seperti faktor manusia, faktor teknologi, dan faktor kelembagaan. Di
Indonesia untuk mendukung terbentuknya smart nation, maka Direktur Jenderal
Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri tengah menyiapkan regulasi
mengenai smart city.
Smart City atau kota cerdas didefinsikan sebagai sebuah konsep
pengembangan dan pengelolaan kota dengan pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan, memonitor, dan mengendalikan
berbagai sumber daya yang ada didalam kota dengan lebih efektif dan efisien
untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung
pembangunan yang berkelanjutan.
Sebagai kota yang tumbuh dan berkembang dengan usaha agribisnis,
Kota Batu dijuluki sebagai Kota Agropolitaan. Mulai merintis konsep smart city
dengan didirikannya command center di Balaikota Among Tani dan sudah
terpasangnya 50 perangkat keras di daerah Kota Batu, tujuannya jelas yakni
untuk memajukan sektor pertanian di Kota Batu. Mengacu pada grand design
Kota Batu poin pertama yakni tata kelola e-Government dan Smart city, maka di
tahun 2017 ini smart city baru dapat menjalankan pembangunan tahap 1 dari 5
tahapan yang direncanakan.
Smart city di Kota Batu sendiri merupakan sebuah konsep yang
dijalankan Diskominfo, menggunakan single platform dengan bantuan
teknologi, secara umum smart city ini dibantu oleh tiga infrastruktur yang saling
9
berkaitan. Ketiga infrastruktur ini adalah interkonektifiti, instrumen, dan
intelegensi.
Kebutuhan interkonektifiti smart city Kota Batu sejauh ini telah
terpenuhi dengan penyaluran bandwith/kanal jaringan dalam jumlah 900 mbps
yang terdiri dari bandwith internal dan eksternal. Bandwith internal yang
dimaksud adalah percepatan koneksi internet di dalam lingkungan Balai Kota
Among Tani, sedang untuk bandwith eksternal disalurkan di seluruh wilayah
administratif Kota Batu (3 kecamatan, dan 24 desa/kelurahan). Diharapkan
dengan penambahan bandwith ini transfer kebutuhan data secara real time dapat
terpenuhi. Mengingat topografi wilayah Kota Batu yang berbukit dan berada di
dataran tinggi, tentu respon cepat tanggap dibutuhkan untuk memberi pelayanan
dan informasi yang berkualitas.
Untuk instrumen yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan smart
city beberapa sensor dan cctv telah dipasang, selain itu 50 workstation juga
merupakan bagian dari instrumen smart city Kota Batu. Instrumen yang
digunakan ini nantinya diharapkan dapat mengoptimalkan implementasi smart
city terutama untuk mengkoordinasikan masyarakat dengan command center
yang ada di Balaikota Batu. Untuk saat ini sensor yang ada masih dimiliki oleh
BPBD untuk mengawasi daerah rawan bencana. Infrastruktur terakhir
(intelegensi), untuk saat ini smart city di Kota Batu telah memiliki command
center yang berada di lantai lima Balaikota Among Tani. Command center
sendiri merupakan pusat dari segala informasi yang ada di Kota Batu. Nantinya
dari command center ini, Pemkot Batu dapat mengambil langkah yang tepat
dalam mengatasi masalah di Kota Batu.
10
2. Dampak Positif dan Negatif pada Penyelenggaraan Smart city
Permasalahan kota yang semakin kompleks menciptakan keinginan
beberapa kota di Indonesia untuk memberikan suatu solusi yang nantinya dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut, ditambah lagi dengan adanya era digital
yang saat ini sedang berlangsung yang membuat pemerintahan Indonesia harus
menjalankan konsep smart city atau yang dikenal juga sebagai kota pintar.
Konsep smart city memang merupakan suatu hal yang menarik. Sebuah kota
dengan dukungan teknologi pintar dalam menunjang aktivitas sehari – hari tentu
akan semakin memudahkan manusia.
Melalui bentuk kerjasama anatara pemerintah dengan swasta (Public,
Private, Partnership) pembangunan infrastruktur yang tadinya menggunakan
anggaran yang cukup besar dapat dikurangi. Selain itu manfaat yang diraskaan
adalah dalam bentuk investasi dan peningkatan kualitas pelayanan, akan tetapi
kerjasama ini juga membawa dampak negatif karena kepentingan pemerintah
yang bersifat sosial kemasyarakatan, sedangkan pihak swasta yang mempunyai
kepentingan yang bersifat profit oriented (berbasis pada keuntungan).
Salah satu kota yang sadar akan itu salah satunya yaitu Kota Batu,
pemerintah kota Batu saat ini sedang mengimplementasian tahap 1 seperti yang
sudah dijelaskan pada bagian – bagian sebelumnya, yang mana dalam
implementasi tahap 1 tersebut salah satunya seperti menciptakan dan
menjalankan empat aplikasi pelayanan masyarakat. Aplikasi yang dimaksdud
yaitu Among Tani, Among Warga, Among Warga - Responder, dan Among
Kota. Karena bentuk/skema kerjasama PPP antar Pemerintah Kota Batu dengan
PT. Lintasarta yang berupa BTO (Build, Transfer, Operate). Pihak PT.
Lintasarta membangun dan menyerahkan infrastruktur berupa command center
beserta aplikasi yang telah dibuat kepada Pemerintah Kota Batu.
11
Dari keempat aplikasi tersebut memiliki tujuan yang berbeda, berikut
penjelasannya.
1. Among Tani
Aplikasi ini ditujukan kepada petani, dengan tujuan dapat
memudahkan para petani dalam menjual produk hasil pertaniannya,
kemudian petani dapat memangkas biaya yang sebelumnya mahal karena
campur tangan tengkulak. Selain itu dengan aplikasi ini petani juga dapat
mengetahui tanaman apa yang dapat ditanam dan sedang menjadi komoditas
saat itu. Hal ini tidak terlepas dengan fitur dari aplikasi Among Tani dalam
menyediakan informasi-informasi tersebut.
2. Among Warga
Pelayanan dan informasi dari Pemkot Batu sudah dapat diketahui
tanpa harus berkunjung langsung ke Balaikota Among Tani, hal ini dapat
dilakukan dengan membuka aplikasi Among Warga yang sudah
diintegrasikan dengan seluruh OPD yang ada, dengan tujuan masyarakat Kota
Batu dapat mengetahui informasi layanan yang dibutuhkan warga.
3. Among Warga-Responder
Aplikasi ini digunakan untuk menghubungkan warga dengan
pemerintah di Balaikota Among Tani, masyarakat Kota Batu dapat
menyampaikan keluhan-keluhannya pada aplikasi yang kemudian akan
ditindaklanjuti oleh instansi terkait. Informasi dari masyarakat perihal
keluhannya nanti akan nampak di command center, dinas-dinas yang ada di
Balaikota Among Tani diharap dapat saling berintegrasi demi memudahkan
aksi cepat tanggap yang diharapkan.
4. Among Kota,
Segala informasi mengenai Kota Batu mulai dari wisata, kondisi kota,
kehidupan sosial, UMKM, hingga potensi alam yang ada terdapat dalam
aplikasi ini. Diharapkan Among Kota dapat memudahkan para wisatawan
yang berkunjung ke Kota Batu untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan. Pengguna aplikasi tidak terbatas pada masyarakat Kota Batu,
namun seluruh warga di dunia dapat mengunduh dan mengaplikasikannya
karena aplikasi yang bersifat global.
12
Pada analisis yang didapat bahwa dampak atau pengaruh yang diberikan
oleh konsep smart city di kota Batu sendiri cukup baik khususnya dengan
menggunakan beberapa aplikasi – aplikasi yang telah disediakan, seperti halnya
1)Memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi – informasi
mengenai pemerintahan, anggaran, kepengurusan administrasi, informasi kota
batu mulai dari wisata hingga kondisi dari Kota Batu, 2)Memudahkan
masyarakat dalam memberikan keluhan – keluhannya terhadap kinerja dan
pelayanan pemerintah Kota Batu, 3)Memudahkan para petani dalam
menjalankan usaha pertanian mulai dari pemasaran hingga penyediaan tanaman
yang menjadi komoditasi. Fasilitas – fasilitas yang diberikan dari konsep smart
city tersebut nantinya akan turut berpengaruh pada tingkat standart pelayanan
pemerintah kota Batu.
Selain itu pada konsep ini juga memiliki pengaruh negatif yang mana
sesuai dengan hasil wawancara kami yakni.
“Dengan adanya konsep smart city di Kota Batu pastinya ada beberapa
pengaruh yang diberikan bersifat negative, yang untuk saat ini telah
ditemukan dan diprediksi salah satunya yaitu masyarakat akan
menitikberatkan segala sesuatu dengan instan, dan juga adanya
penyebaran konsep ini nantinya akan berpengaruh pada ketergantungan
masyarakat terhadap teknologi dan ini dianggap pengaruh negative.”
Melihat hal tersebut adanya pengaruh positif dan juga pengaruh negative
yang diberikan oleh konsep smart city ini nanntinya, akan menciptakan suatu
kepekaan dari pemerintah pusat ataupun daerah sebagai roda jalannya konsep
smart city untuk lebih mengkaji dengan benar apakah konsep ini sangat
diperlukan dalam kebutuhan sehari – hari ataupun tidak, seperti kota Batu
kebutuhan pertanian lah yang menginginkan adanya implementasi konsep Smart
city.
13
3. Upaya atau Peran yang Dilakukan Diskominfo dalam
Penyelenggaraan Smart city
Smart city merupakan salah satu strategi pembangunan dan manajemen
kota yang sangat baru. Konsep ini muncul dan berkembang seiring dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Smart city adalah konsep kota cerdas yang
dirancang guna membantu berbagai kegiatan masyarakat serta memberikan
kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat. Konsep ini menekankan
pada tiga konsep, pertama, sebuah konsep yang diterapkan oleh sistem
pemerintahan daerah dalam mengelola masyarakat perkotaan, kedua,
mensyaratkan pengelolaan daerah terhadap segala sumber daya dengan efektif
dan efisien dan ketiga, smart city diharapkan mampu menjalankan fungsi
penyedia informasi secara tepat kepada masyarakat dan mampu mengantisipasi
kejadian yang tak terduga. Smart city diharapkan menjadikan kota bisa melayani
warga dan menghadirkan solusi bagi permasalahan di daerah. PT. Lintasarta
yang berupa BTO (Build, Transfer, Operate). Pihak PT. Lintasarta membangun
dan menyerahkan infrastruktur berupa command center beserta aplikasi yang
telah dibuat kepada Pemerintah Kota Batu.dari segala jenis bidang mulai dari
jalan tol, pelabuhan, bandara, hingga permasalahan kota lainnya.
Pemerintah Kota tentunya tidak berjalan sendiri dalam mengupayakan
konsep smart city di Kota Batu ini, PT. Lintasarta menjadi partner yang
membantu Pemkot Batu dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur smart city di
Kota Batu. Hubungan antar kedua pihak (pemerintah dan swasta) ini kemudian
dikenal dengan teori PPP (Public-Private-Partnership) Menurut William J.
Parente dari USAID Environmental Services Program, definisi PPP adalah ”an
agreement or contract, between a public entity and a private party, under which
: (a) private party undertakes government function for specified period of time,
(b) the private party receives compensation for performing the function, directly
or indirectly, (c) the private party is liable for the risks arising from performing
14
the function and, (d) the public facilities, land or other resources may be
transferred or made available to the private party.”2
PPP di Indonesia telah diatur dalam Kepres Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Presiden Republik
Indonesia. Dijelaskan dalam Perpres tersebut yakni bahwa pelaksanaan PPP
dilakukan berdasarkan atas prinsip-prinsip, seperi adil, terbuka, transparan, dan
bersaing. Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan pendanaaan program
pemerintah secara berkelanjutan melalui pengerahan dana swasta, serta
meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan
infrastruktur yang selama ini dianggap kurang baik.
Pada penyelenggaraan smart city ini, Kota Batu sendiri telah menerapkan
Public Private Partnership (PPP), yang mana dalam proses pengembangan atau
pembuatan konsep smart city ini Kota Batu menjalin kemitraan dengan swasta
untuk yang nantinya akan membangun kebutuhan infrastruktur dari konsep smart
city tersebut. Melihat bahwasanya konsep smart city ini menggunakan basis
Teknologi dalam pengaplikasiannya dan juga kurang baiknya kualitas sumber daya
yang dimiliki oleh pemerintah Kota Batu dalam pengembangan konsep ini, maka
pemerintah kota Batu melalui Diskominfo telah menjalin kerjasama dengan
perusahaan yang bergerak dibidang teknologi yakni PT. Lintas sarta. PT. Lintas
sarta sendiri merupakan suatu anakan perusahan teknologi yakni perusahan Indosat
sebagaimana yang telah kita ketahui bersama perusahaan indosat bergerak di
bidang teknologi. Pada prinsipnya skema atau bentuk kerja sama dalam model
Public Private Partnership (PPP) ada bentuk yakni sebagai berikut.
1. BOT (Build, Operate, Transfer), Swasta membangun, mengoperasikan
fasilitas dan mengembalikannya ke pemerintah setelah kontrak berakhir.
2. BTO (Build, Transfer, Operate), Swasta membangun, menyerahkan
asetnya ke pemerintah dan mengoperasikan fasilitas sampai masa
konsesi/kontrak berakhir.
2 Parente, William J., ”Public Private Partnerships” dalam Workshop on “Fundamental Principlesand Techniques for Effective Public Private Partnerships in Indonesia”, Jakarta, 2006
15
3. ROT (Rehabilitate, Operate, Transfer), Swasta memperbaiki,
mengoperasikan fasilitas dan mengembalikannya ke pemerintah setelah masa
konsesi/kontrak berakhir.
4. BOO (Build, Own, Operate), Swasta membangun, swasta merupakan
pemilik fasilitas dan mengoperasikannya.
5. O&M (Operation and Maintenance), Untuk kasus khusus, pemerintah
membangun, swasta mengoperasikan dan memelihara. 3
Pada pembangunan Konsep Smart city dikota batu skema/bentuk kerjasama
pemerintah dengan swasta yang hampir mendekati skema BTO (Build, Transfer,
Operate) karena dalam prakteknya PT. Lintasarta berperan sebagai penyedia dari
perangkat lunak dan perangkat keras penunjang smart city. Diskominfo dengan
konsep smart city yang dimiliki, mengirim permintaan infrastruktur kepada
Lintasarta. Kemudian Lintasarta mengirim (deliver) penunjang yang diminta
Diskominfo Kota Batu seperti perangkat keras (command center, dan video worn),
perangkat lunak (IOC), dan 3 Aplikasi.
Lalu dalam pengoperasiannya pemerintah tidak menjalin secara khusus PT.
Lintasarta tetapi pemerintah memilih untuk mengoperasikan sendiri dengan cara
bekerja sama dengan masyarakat kota Batu yang telah paham teknologi yang
nantinya untuk bisa mengoperasikan dan juga bisa memberikan arahan untuk para
pengguna Aplikasi tadi. Tetapi dalam hal perawatan dan pemeliharaan pemerintah
memberikan otoritasnya kepada PT. Lintasarta karena dianggap lebih mengetahui
permasalahan atau perkembangan teknologi yang telah dijalankan.
Lintasarta memiliki platform Smart City yang berbasis cloud yang
memungkinkan pemerintah daerah membuat, mengembangkan, melakukan uji
coba, dan mengelola aplikasi tanpa perlu berinvestasi infrastruktur seperti storage,
server, operating system, dan middle ware. Kelebihan lainnya pada platform Smart
City yang disediakan, semua aplikasi sudah terintegrasi dan tidak berdiri sendiri-
sendiri. Aplikasi yang telah dibuat juga dapat direplikasi dan dibagikan kepada
3 Dwinata Utama. Prinsip dan strategi Penerapan “Public Private Partnership (PPP)” dalampenyediaan infrastruktur Transportasi. 2010. Hlm. 146
16
pemerintah daerah lainnya, sehingga tidak perlu membuat aplikasi baru untuk setiap
daerah. Hal ini akan mendukung percepatan implementasi Smart City di berbagai
daerah di seluruh Indonesia. Sehingga, dari berbagai Smart City ini, indonesia bisa
menjadi Smart Nation.
Di dalam aplikasi Smart City nanti, masyarakat bisa langsung mengkritik
terkait pelayanan ataupun fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah Kota Batu.
Seperti ada jalan berlubang, atau fasilitas umum yang rusak atau tidak layak,
bencana alam, laporan keluhan pelayanan listrik dan lain sebagainya, bisa langsung
dilaporkan melalui gadget masing-masing. Semua lembaga terkait tersebut
diharapkan memiliki Tim Quick Response atau tim gerak cepat yang bekerja
dengan batas waktu untuk merespon pengaduan.
Teknologi Smart City yang diberikan Lintasarta kepada Kota Batu antara
lain laporan masyarakat, informasi kota, dan smart farming. Teknologi ini akan
berkolaborasi dengan Command Center Smart City yang sudah dimiliki oleh
Pemerintah Kota Batu. Maksudnya adalah segala bentuk laporan dan informasi
mengenai Kota Batu terpapar dan dapat dipantau melalui command center yang
ada.
Layanan laporan masyarakat memungkinkan masyarakat di Kota Batu
melaporkan keadaan lingkungan di sekitarnya kepada pemerintah kota tersebut
sementara, informasi kota, memudahkan masyarakat dan wisatawan untuk
mengetahui kegiatan, tempat wisata dan tempat-tempat penting lainnya seperti
rumah sakit, kantor polisi dan lainnya di Kota Batu. Kemudian, smart farming
memungkinkan petani khususnya di Kota Batu dapat berinteraksi dengan
pemerintah daerah dan para ahli pertanian, sehingga diharapkan pengetahuan para
petani akan meningkat, serta membantu petani lokal untuk memasarkan langsung
hasil panennya kepada para calon pembeli.
Berkaitan juga dengan hal tersebut, kota Batu juga telah menggunakan
kebijakan pelayanan Single Platform. Single platform service sendiri merupakan
kategori layanan komputasi awan yang menyediakan platform yang memungkinkan
pelanggan untuk mengembangkan, menjalankan, dan mengelola aplikasi tanpa
kompleksitas membangun dan memelihara infrastruktur yang biasanya terkait
17
dengan pengembangan dan peluncuran aplikasi. Single platform service dapat
disampaikan dalam dua cara yaitu, sebagai publik layanan cloud dari penyedia, di
mana konsumen kontrol penyebaran perangkat lunak dengan sedikit pilihan
konfigurasi, dan provider yang menyediakan jaringan, server, penyimpanan, OS,
'middleware' (yaitu; java runtime, net runtime, integrasi, dll.), database dan layanan
lainnya untuk menjadi tuan rumah konsumen aplikasi; atau sebagai layanan pribadi
(perangkat lunak atau alat) di dalam firewall, atau sebagai perangkat lunak yang
digunakan pada public infrastructure as a service.
Infrastruktur di dalam penyelenggaraan smart city ada 3 yaitu;
interkonektifiti, instrumen, dan intelegensi. Dalam tahap 1 dalam perwali (master
plan) ada 5 tahap, pada tahun 2017 ini yang dilakukan ialah tahap 1. Di tahap 1 ini
Diskominfo dengan interkonektifitasnya telah menyalurkan bandwith/kanal
jaringan dalam jumlah 900 Mbps yang terdiri dari internal (dalam balai kota) dan
eksternal (luar balai kota). Untuk di luar balai kota yakni ada 3 kecamatan dan 24
desa/kelurahan. Kemudian instrumen masih memanfaatkan instrumen yang ada
dalam bentuk sensor, CCTV (baru ada 14), untuk sensor anti bencana seperti alarm
gempa dll hanya barulah ada pada BPBD kota Batu guna mengantisipasi daerah –
daerah yang terkena rawan bencana. Selain itu adanya pengadaan 50 titik
workstastion, dari 100 workstation yang masih direncanakan. Untuk intelegensinya
Diskominfo pada tahun 2017 ini telah adanya pengadaan command center
yangmana nantinya berguna untuk mengontrol beberapa aplikasi – apikasi, CCTV.
Pada implementasinya konsep Smart City di Kota Batu tidak di kelola ole
Pemrintah kota Batu sendiri, melainkan adanya partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan konsep Smart City Kota Batu. Yang mana bisa dilihat dengan adanya
perekrtutan tenaga ahli lepas berjumlah 80 orang. 32 tenaga IT, 48 tenaga
pendamping petani. Dengan adanya perekrutan ini juga nantinya akan berdampak
pada upaya pemerintah ke masyarakat khusunya petani dalam memberikan suatu
arahan atau edukasi terkait dengan cara penggunaan dan transaksi lewat Aplikasi
yang telah dibuat oleh pihak swasta.
Pada saat ini juga imlplementasi tahap 1 dari Konsep Smart City semakin
serius dilakukan oleh pemerintah Kota Batu melalui Diskominfo dengan terus
memberikan suatu sosialisasi – sosialisai yang bersifat mendukung, memotivasi,
18
dan mendidik masyarakat khususnya petani untuk turut berpartisipasi dalam
pembangunan Kosenp smart City ini. Karena pemerintah yakin dengan
telaksananya konsep Smart City ini nantinya akan berdampak pada perekonomian
petani dan juga meningkatnya pendapatan asli daerah. Dengan begitu peran dari
diskominfo dalam pelaksanaan Konsep Smart City di Kota Batu menjadi begitu
penting karena pemerintah Kota Batu melalui Diskominfo Kota Batu sebagai actor
pencipta suatu program dan juga sebagai pelaksanaan dari program tersebut.
Bayangkan jika dihapusnya peran pemerintah dalam pelaksanaannya maka akan
menimbulkan tidak adanya konsistens terhadap prakteknya.
Dalam mensosialisasikan konsep ini kepada masyarakat, Pemerintah Kota
Batu melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu melakukan sosialisasi
formal seperti yang disampaikan Berger dan Luckman bahwa sosialisasi ini
terbentuk melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang
memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan
yang harus dipelajari oleh masyarakat.
Program kebijakan pemerintah harus disosialisaikan agar dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Interaksi antara pemerintah dengan masyarakat sebagai
objek program kebijakan yang disosialisasikan. Sosialisasi harus dilakukan secara
menyeluruh, dengan tujuan dan target yang jelas, prioritas dan sumber daya
pendukung yang jelas juga. Pemerintah Kota Batu dibantu oleh para pendamping
lapangan yang sudah direkrut sebelumnya melakukan seminar-seminar dan
pelatihan yang dilakukan di setiap keluarahan dengan tujuan memperkenalkan
masyarakat terhadap konsep smart city ini.
19
4. Smart Farming/Among Tani
Smart farming atau bisa disebut dengan aplikasi among tani sesuai
program Smart City ini diprioritaskan kepada para petani. Petani sebagai proritas
utama dipilih karena Kota Batu adalah sebuah kota yang memiliki potensi
perekonomian pada bidang pertanian . Dengan adanya aplikasi ini, para petani
juga bisa mengelola hasil pertaniannya secara mandiri. Ada 80 tenaga harian
lepas yang direkrut untuk membantu para petani dan menjalankan program
aplikasi. Sebanyak 48 orang berada di bawah koordinasi Dinas Pertanian
bertugas mendampingi para petani di lapangan. Ada dua orang petugas di satu
desa/kelurahan. Sedangkan 32 orang lainnya berada di bawah koordinasi
Diskominfo Kota Batu yang bertugas di dalam ruangan mengatur operasional
aplikasi.
Pendampingan kepada para petani ini sangat penting. Pasalnya, sejumlah
petani masih awam terhadap teknologi. Namun begitu, dalam upaya percobaan
beberapa waktu yang lalu ada petani yang terbilang berhasil menggunakan
aplikasi yang bisa didownload di www.batukota.go.id. Diskominfo juga akan
menggandeng beberapa pihak dari lembaga keuangan seperti perbankan untuk
bertransaksi online. Karena fokusnya pada pertanian, maka setiap petani
nantinya akan lebih dimudahkan dalam mengelola dan memasarkan hasil tani
yang mereka miliki dengan langsung bertatap muka dengan pembeli. Hal ini
nantinya untuk mendorong sektor pertanian di kota Batu agar lebih maju. Para
pendamping tani tadi harus bisa membimbing para petani Kota Batu untuk
membantu dalam pemakainan aplikasi untuk peningkatkan produksi pertanian
mereka. Pendamping ini harus peka terhadap adanya potensi hama, kendala
cuaca, sekaligus memberikan solusi bagi petani.
Adapun untuk tenaga yang bertugas sebagai operator harus mampu
membantu para petani dalam menjual produksi pertaniannya melalui online atau
internet, termasuk melakukan pengadaan alat dan obat-obatan pertanian. Untuk
itu, setelah terseleksi, para PHL (pegawai harian lepas). Smart City ini akan
mendapatkan pelatihan khusus dari Dinas Pertanian dan Dinas Kominfo.
Diketahui, Smart city merupakan program Pemerintah Kota yang bertujuan
20
sebagai sarana informasi pengelolaan sumber daya alam dan manusia di kota
Batu. Hal ini bertujuan untuk mendukung pelayanan publik yang akuntabel dan
partisipatif.
Diskominfo memfokuskan pada program ini adalah kepada para
petani. Jika sebelumnya aplikasi untuk pertanian dinamakan Smart Farmer, kini
namanya di ganti dengan Among Tani. Lalu terkait dengan informasi tentang
perkotaan, namanya Among Kota. Untuk yang menerima responder dari
masyarakat adalah Among Warga.
5. Tantangan Smart city
Penerapan IoT (Internet of Things) untuk mewujudkan smart city dalam
sistem tata kota memang bukan pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam satu
malam. Selain untuk mempersiapkan sarana dan prasarana guna mendukung
pelaksanaan smart city, masyarakat sebagai salah satu objek konsep ini juga
merupakan tantangan tersendiri. Dengan menghubungkan beberapa sektor
kehidupan seperti transportasi, kesehatan publik, dan manajemen energi dalam
sebuah sistem. Dengan begitu data-data dari setiap area tersebut bisa
dikumpulkan dan dianalisis, lalu didistribusikan untuk kepentingan masyarakat.
Untuk menjadikan Kota Batu sebagai kota berlabel Smart City tidaklah
mudah, sehingga dalam Implementasi Kebijakan Smart City masih banyak
permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Batu. Salah satu inti
suksesnya implementasi sebuah kebijakan adalah sampai atau tidaknya
kebijakan tersebut kepada pihak yang dituju. Satu faktor penting adalah
membuat publik mengetahui berbagai layanan dan informasi, serta turut serta
membangun daerah, hal ini dapat direalisasikan melalui konsep smart city.
Di Indonesia, rata-rata masyarakat memilih untuk tinggal di kota karena
berbagai faktor, salah satunya adalah tersedianya informasi secara luas. Namun
demikian, penyelenggaraan smart city di level daerah masih belum merata, ada
banyak kabupaten/kota yang penyelenggaraannya sudah sangat baik, tapi masih
banyak pula yang belum menerapkan konsep smart city sepenuhnya. Faktor
utama yakni jaringan internet di seluruh Indonesia belum merata. Pada dasarnya,
21
sebuah kebijakan yang memanfaatkan teknologi informasi sebagai alat bantu,
disamping aspek manajemen dan pembiayaan yang harus diperhatikan juga
aspek ketersediaan sarana dan prasarana yakni hardware, software dan jaringan
internet serta aspek human resourse yakni sumber daya manusia yang akan
mengelolanya.
Mengacu pada hasil wawancara dengan Pak Adiek Iman Santoso, Kepala
Bidang Jaringan Infrastruktur dan Aplikasi, kendala yang dirasakan Diskominfo
dalam mengimplementasikan smart city adalah masalah dana. Dana yang
dulunya diharapkan dapat cair tepat waktu, namun harus mundur diakibatkan
oleh tertangkapnya walikota Batu dalam kasus korupsi oleh KPK. Selain itu
terdapat permasalahan terkait komunikasi, yaitu sosialisasi yang dilakukan
Pemerintah Kota Batu belum merata di setiap wilayah daerah serta kebijakan
tersebut belum seluruhnya diterapkan. Padahal Sosialisasi mengenai Smart City
telah dilakukan oleh Pemerintahan Kota Batu salah satunya dengan berkunjung
ke beberapa daerah di wilayah Kota Batu, terakhir yang kami ketahui adalah
ketika pihak Diskominfo berkunjung ke Kelurahan Temas untuk
mensosialisasikan smart city.
Sejauh ini, tantangan yang ditemukan Kota Batu dalam mewujudkan
terciptanya smart city adalah kurangnya pengetahuan petani untuk
mengoperasikan teknologi informasi. Seperti yang diketahui bersama untuk
mendukung penerapan smart city dibutuhkan peran dari setiap unsur di wilayah
Kota Batu, salah satunya adalah masyarakat. Kemudian masih ada beberapa
perangkat daerah yang belum bisa berpindah menggunakan teknologi informasi
dalam aktivitasnya, pengolahan data secara manual yang sudah digunakan sejak
lama belum dapat ditinggalkan. Pengumpulan data yang ada di Kota Batu untuk
melancarkan smart city juga masih terhalang oleh ego sektoral antar OPD yang
ada. Perilaku birokrasi sangat berpengaruh dalam membangun sebuah kota yang
smart, sehingga dalam pelaksanaan program smart city menjadikan kota yang
efisien untuk masyarakat, kota yang layak tinggal, pelayanan publik dengan
baik, tingkat perekonomian tinggi, serta tingkat infrastruktur kota tertata dan
rapih. Untuk itu Pemerintah Kota Batu ingin mewujudkan itu semua dengan
membangun Smart People sebagai penunjang Smart City.
22
6. Kondisi sebelum dan sesudah diterapkannya Konsep Smart city di
Kota Batu
Kota Batu merupakan suatu kota yang saat ini dalam perkembangan
menuju kota yang berbasis teknologi, dalam kurun waktu satu tahun pemerintah
kota Batu melalui Diskominfo telah mengkaji, merencanakan serta telah
menjalankan konsep smart city dengan menggunakan beberapa infrastrtuktur
penunjang seperti penggunaan aplikasi, adanya rekrtutmen pegawai, penambahan
bandwith, pembangunan command center, 50 workstation, sensor dan CCTV.
Infrastruktur – infrastrtuktur tersebut untuk saat ini akan membantu
pengimplementasian dari konsep smart city kota Batu.
Bidang pertanian menjadi salah satu fokus utama pembangunan di
Kota Batu yang mana berkaitan pula dengan pelaksanaan konsep smart city. Salah
satu alasan terlaksananya konsep smart city Kota Batu yakni, adanya
permasalahan – permasalahan yang melibatkan terganggunya pendapatan dari
para petani Kota Batu. Seperti halnya, permasalahan petani dengan tengkulak
yang mana masalah ini menjadi permasalahan utama, karena pemerintah Kota
Batu melihat bahwa adanya penjualan yang diperantarai itu akan menghambat
pendapatan petani itu sendiri, petani tidak mengetahui harga yang berlaku
dipasaran dan juga petani tidak memiliki beberapa hubungan dengan penjual
dipasar yang menyebabkan petani harus berurusan dengan tengkulak. Oleh sebab
itu Pemerintah Kota Batu ingin menjalankan konsep smart city yang mana
nantinya adanya konsep smart city ini akan menolong pendapatan dan
meningkatkan beberapa pelayananan kepada petani sebagai pembangunan yang
diutamakan di Kota Batu.
Lalu pada perkembangannya, saat ini konsep smart city ini telah
memberikan cukup perubahan pada paradigma petani yang mana sebelumnya
mereka sangat menggantungkan penjualan hasil tani mereka pada tengkulak, dan
sekarang setelah adanya pelaksanaan Konsep smart city dengan menggunakan
infrastruktur seperti aplikasi Among tani yang menjadikan petani mendapatkan
23
kemudahan dalam hal pemasaran, penjualan, dan transaksi pada konsumen, tetapi
dalam penggunaannya para petani tetap mendapatkan edukasi serta bimbingan
dari pegawai smart city agar penggunaanya sesuai dengan yang diinginkan.
Selain itu setelah adanya konsep smart city ini masyarakat kota Batu
mendapatkan suatu pelayanan yang bersifat online dengan media aplikasi yang
penggunaanya bisa digunakan mulai dari remaja hingga lansia, seperti halnya jika
masyarakat Kota Batu ingin memberikan suatu keluhan-keluhan, mencari
informasi tentang kondisi kota dan juga pemerintahan bisa langsung mengakses
aplikasi tersebut. Sebelum adanya konsep smart city ini masyarakat belum
mendapatkan akses tersebut, walaupun sebelumnya telah ada website yang
tersedia pada setiap OPD yang digunakan untuk memberikan suatu keluhan atau
mencari informasi – informasi, tetapi menurut pemerintah kota Batu penggunaan
website pada setiap OPD tersebut belum efektif karena dianggap adanya
pelayanan yang tidak terpadu.
Dengan adanya konsep smart city ini beberapa permasalahan yang ada
pada masyarakat bisa ditangani langsung secara bersama- sama baik itu
pemerintah, masyarakat ataupun stakeholder. Walaupun pada imlementasiannya
konsep smart city di Kota Batu masih pada tahap 1, tetapi telah memiliki
pengaruh penting terhadap kondisi – kondisi permasalahan kota.
24
B. Target atau Fokus yang Dicapai
Adapun target yang ingin dicapai oleh peserta magang dalam program magang
riset ialah mengetahui peran Diskominfo Kota Batu dalam upaya pelaksanaan konsep
smart city di Kota Batu. Berikut poin penting dari pelaksanaan konsep smart city di
Kota Batu:
1. Smart city di Kota Batu terselenggara atas kerjasama antar 3 pihak yakni
pemerintah yaitu Pemkot Batu (Dinas Komunikasi dan Informatika), swasta
yaitu Lintasarta, dan akademisi yang diwakili oleh Universitas Brawijaya
(Fakultas Ilmu Komputer).
2. Smart farmer adalah fokus dari konsep smart city di Kota Batu, mengingat
hasil pertanian menjadi komoditas andalan kota yang hanya terdiri atas 3
kecamatan ini.
3. Terbagi menjadi dua, lokus dari konsep smart city di Kota Batu adalah
citizen service dan government service.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan yang cepat, tepat, dan efisien mendorong Pemerintah Kota Batu
untuk mengadakan Smart city. Konsep kota cerdas/pintar yang diharapkan mampu
membantu masyarakat yang berada di dalamnya dengan mengelola sumber daya
yang ada dengan efisien, serta memberikan informasi yang tepat kepada
masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya.
Melalui bentuk kerjasama anatara pemerintah dengan swasta (Public, Private,
Partnership), Pemerintah Kota Batu menjalin kerjasama dengan PT. Lintasarta
yakni berupa BTO (Build, Transfer, Operate). Pihak PT. Lintasarta membangun
dan menyerahkan infrastruktur berupa command center beserta aplikasi yang telah
dibuat kepada Pemerintah Kota Batu.
Terdapat 3 (tiga) aplikasi yang menjadi andalan smart city di Kota Batu,
yakni Among Tani, Among Kota, dan Among Warga. Oleh karena itu Smart city di
Kota Batu dikelola langsung oleh masyarakat karena ditujukan untuk kepentingan
masyarakat. Kritik, saran, dan laporan dari masyarakat akan dikumpulkan di
command center yang berada di lantai 5 Balai Kota Among Tani, selanjutnya akan
diberikan tindakan lanjutan dari dinas terkait yang berwenang untuk menyelesaikan
masalah yang ada. Penerapan konsep ini memudahkan masyarakat dalam mencari
informasi yang ada seputar Kota Batu, selain itu layanan yang diberikan oleh
pemerintah dapat diketahui dari mana saja dan kapan saja.
Upaya pelaksanaan konsep smart city di Kota Batu tidak berhenti sampai
dengan peluncuran 3 aplikasi yang telah disebutkan di atas, namun ke depannya
Dinas Komunikasi dan Informatika memiliki tugas mengedukasi masyarakat
tentang pentingnya smart city untuk menghadapi era globalisasi yang serba modern
seperti saat ini.
26
B. Saran
Implementasi smart city di Kota Batu memerlukan kerjasama yang baik dari
pihak-pihak terkait, seperti Dinas Komunikasi Informatika, Lintasarta, dan Fakultas
Ilmu Komputer dari Universitas Brawijaya. Selanjutnya ego-sektoral antara
Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) di dalam Pemerintah Kota Batu harus
dihilangkan karena secara tidak langsung dapat menghambat terselenggaranya
konsep smart city, pengumpulan data dari setiap OPD sangat dibutuhkan untuk
mengintegrasikan data yang nantinya akan ditampilkan di command center agar
dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
Saran kami kedepanya pada pelaksanaan program magang riset khususnya di
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu adalah dengan mempersiapkan
kemampuan peserta magang, khususnya dalam bidang TI (Teknologi Informasi).
Adapun mata kuliah yang sekiranya mampu dimaksimalkan adalah Sistem
Informasi Manajemen Pemerintahan, karena di Dinas Komunikasi dan Informatika
Kota Batu peserta magang seringkali mendapat tugas yang berkaitan dengan TI
seperti mengoperasikan Microsoft Excel, Microsoft Word, CorelDRAW, dan
Adobe Photoshop.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Direktur Perkotaan dan Perdesaan, Kementerian PPN/ Bappenas., 2015.
Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia
Dwinata Utama. Prinsip dan strategi Penerapan “Public Private Partnership (PPP)”
dalam penyediaan infrastruktur Transportasi. 2010.
Fajar P. Pongsapan, Yaulie D.Y. Rindengan, Xavireius B.N. Najoan., 2014. Desain
Arsitektur Jaringan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Manado
Smart City; Studi Kasus Pemerintah Kota Manado
Katalog BPS. 1102001.8579. Statistik Daerah Kota Batu Tahun 2016
Nurmandi, Achmad. 2014. Manajemen Perkotaan. Yogyakarta: Jusuf Kalla School
of Government Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (JKSG UMY)
Oktavia, V., 2014. Ubiqitous City dan Perkembangannya Menuju Smart City
(Kasus : Kota Seoul). Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Parente, William J., ”Public Private Partnerships” dalam Workshop on “Fundamental
Principles and Techniques for Effective Public Private Partnerships in Indonesia”,
Jakarta, 2006
Rencana Strategis Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu Tahun 2016
Siti Widharetno Mursal. 2017. Implementasi Kebijakan Smart City Di Kota
Bandung. Bandung: Universitas Sangga Buana YPKP Bandung
Syafiie, Inu Kenana. 2013. Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Bumi Aksara
Tim PSPPR UGM ., 2016. Working Paper Smart City Yogyakarta
Widyaningsih, D., 2014. Kota Surabaya Menuju Smart City. Tesis. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
28
Website:
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/10088/hari-kependudukan-dunia-
2017-masa-depan-demografi-indonesia-dan-keseimbangan-pertumbuhan-
penduduk/0/artikel_gpr (Diakses Pada 28 September 2017)
DOKUMENTASI MAGANG RISET
Foto Di Depan Ruang Dinas Komunikasi danInformatika Kota Batu
Foto Ketika Mengerjakan Tugas dari Kepala SubBagian Program dan Pelaporan
29
Foto Ketika Menjaga Front OfficeDiskominfo Kota Batu
Foto Ketika Mendapat Pengarahan dari Kepala SubBagian Program dan Pelaporan