laporan 2

17
LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN “Preparasi Media Kultur Jaringan” Oleh: KELAS B KELOMPOK 3 CINDRA ALIMRAN D1B113 005 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGROTEKNOLOGI

Upload: cindraalimran

Post on 12-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cindra

TRANSCRIPT

Page 1: laporan 2

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

“Preparasi Media Kultur Jaringan”

Oleh:

KELAS B

KELOMPOK 3

CINDRA ALIMRAND1B113 005

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2015

Page 2: laporan 2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman

seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik,

sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi

tanaman lengkap kembali Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan

tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara

konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol

kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut

kultur In Vitro. Dikatakan In Vitro (bahasa Latin), berarti "di dalam kaca" karena

jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi

tertentu. Teori dasar dari kultur In Vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini

mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh

bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua

organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis

dengan induknya.

Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung

kehidupan jaringan yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah wadah dan

media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan

mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh

menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan

memperbanyak dirinya.

Ada dua penggolongan media tumbuh. Media padat dan media cair. Media

padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan

pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat

tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media

yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan

komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan

eksplan yang ditumbuhkan secara In Vitro. Media Murashige dan Skoog (MS) sering

digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk

Page 3: laporan 2

pertumbuhan tanaman. Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme,

dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk

regulasi. Pada media MS, tidak terdapat ZPT (ZPT) oleh karena itu ZPT

ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT

yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen

menentukan arah perkembangan suatu kultur.

Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan

parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan

berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada

lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi.

Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel,

dan perkembangan jaringan.

ZPT merupakan senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit

dapat mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan.

Menurut Imelda Jeanette Lawalata (2011) perlakuan kombinasi ZPT yang terdiri

dari auksin, fulvic acid dan sitokinin. Auksin yang digunakan yaitu NAA (0; 2,5; 5,0

mgl-1), fulvic acid (0; 1,0 mgl-1) dan sitokinin (BA 5 mgl-1; Novelgro 5 mgl-1; air

kelapa 20%)

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui komponen

penyusun dengan fungsinya masing-masing dalam media kultur jaringan serta dapat

mempraktekan cara membuat larutan stok yang akan dipergunakan dalam membuat

media kultur jaringan sesuai komposisi medium yang diinginkan.

Kegunaan dari praktikum ini praktikan dapat memahami komponen penyusun

dengan fungsinya masing-masing dalam media kultur jaringan serta dapat

mempraktekan cara membuat larutan stok yang akan dipergunakan dalam membuat

media kultur jaringan sesuai komposisi medium yang diinginkan.

Page 4: laporan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

Melalui perbanyakan konvensional sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan

bibit yang sangat banyak dengan waktu relatife cepat. Dengan demikian, teknologi

kultur jaringan telah terbukti dapat digunakan sebagai teknologi pilihan yang sangat

menjanjikan untuk pemenuhan kebutuhan bibit tanaman yang akan dieksploitasi

secara luas. Namun demikian, ada faktor terten-tu yang harus diantisipasi, yaitu

penyimpangan genetik yang dapat terjadi karena metode In Vitro. Untuk itu, perlu

dimengerti mekanisme fisiologi apa yang terjadi, faktor apa saja yang

menyebabkannya sehingga mutasi dapat dihindarkan (Mariska, 2002).

Salah satu alternatif metode perbanyakan yang dapat ditempuh adalah melalui

kultur In Vitro. Metode ini diharapkan mampu menghasilkan tanaman dalam skala

besar dengan waktu yang relatif cepat (Diny dkk, 2010).

Manfaat kultur jaringan yaitu diperoleh sifat fisiologi dan morfologi tanaman

yang sama persis dengan tanaman induknya (Hendaryono, 1994), sehingga

menghomogenkan tanaman tembakau yang khas di Madura. Untuk menunjang

keberhasilan kultur jaringan maka perlu diperhatikan faktor – faktor yang

mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan. Salah satu faktor yang berpengaruh

adalah ZPT (Nisak dkk, 2012).

Saat ini teknik perbanyakan tanaman melalui kultur In Vitro telah banyak

diterapkan pada tanaman pangan industri salah satunya pada tanaman pisang (Musa

paradisiaca L.) karena Abaca secara morfologi tidak jauh berbeda dengan pisang

lainnya, maka teknik kultur In Vitro dimungkinkan dapat menghasilkan bibit-bibit

Abaca yang seragam dan berproduksi tinggi. Para petani penanam pisang Abaca

sangat menyukai bibit pisang hasil kultur jaringan karena bila dibandingkan dengan

bibit asal biji atau anakan biasa, bibit pisang hasil kultur jaringan pertumbuhannya

lebih pesat, seragam, dapat disediakan dalam jumlah banyak dengan waktu yang

singkat, dan bebas patogen berbahaya (Shintiavira, 2012)

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman

seperti protoplasma, sel, jaringan, organ serta menumbuhkannya dalam kondisi

aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi

menjadi tanaman utuh kembali (Nursyamsi, 2010).

Page 5: laporan 2

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur

jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada

kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap partum-buhan dan perkembangan

eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Tuhuteru dkk, 2012).

Menurut Santoso dan Fatimah (2003) kultur jaringan akan berhasil dengan

baik apabila syarat-syarat yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Syarat-syarat tersebut

meliputi, pemilihan eksplan/bahan tanam, penggunaan media yang cocok dan

keadaan yang aseptik (Nursetiadi, 2008)

Page 6: laporan 2

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 13 November 2015, Pukul

08.00 WITA sampai selesai dan bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit In

Vitro Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu timbangan analitik, aluminium

foil, pipet ukur, gelas ukur, labu takar, beaker glass, pengaduk, hot plate, erlenmeyer,

pH meter, autoclave, botol kultur, plastik, karet, kertas label dan kamera, dan alat

tulis menulis

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu ZPT (ZPT) Auksin (2,4D),

media murashige dan skoog (MS), NaOH, HCl, gula pasir, agar-agar aquades.

3.3  Prosedur Kerja

Prosedur pelaksanaan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

Cara pembuatan media :

1. Menimbang media MS 1 gram.

2. Mengukur 200 ml (awal) menggunakan gelas ukur.

3. Memasukan media MS ke dalam gelas ukur yang berisi aquades 200 ml.

4. Mengocok larutan menggunakan hot plate sampai homogen.

5. Menimbang gula 7,5 gram dan memasukan ke dalam larutan media MS.

6. Menimbang agar-agar 1,75 gram.

7. Memasukan ZPT (2,4D) 75 mikro liter ke dalam larutan.

8. Menambahkan aquades sampai cukup 250 ml.

9. Mengocok lalu mengukur pH (5,6 – 5,8)

10. Jika pH < 5,6 ditambahkan larutan NaOH untuk menaikan pH, sedangkan untuk

menurunkan pH >5,8 menggunakan larutan HCl.

11. Setelah pH sudah sesuai, kemudian masukan agar-agar yang telah ditimbang

kedalam larutan.

Page 7: laporan 2

12. Mengocok dan memanaskan sampai mendidih hingga larutan jernih.

13. Memasukan larutan yang telah siap kedalam botol yang telah disterilkan

sebanyak 10 botol.

14. Menutup botol menggunakan plastik, kemudian diikat menggunakan karet

hingga kuat, agar tidak terjadi kontaminasi.

15. Memasukan botol yang telah berisi larutan media kedalam autoclove selama 20

menit.

16. Setelah di masukan selama 20 menit suhu 1210C dengan tekanan 1,5 atm dan

kemudian media di simpan di ruangan inkubasi atau rak kultur.

17. Pengamatan pada 2 hari yaitu satu kali pengamatan pertama pada saat praktikum dan kedua harinya setelah praktikum.

Page 8: laporan 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari praktikum preparasi media kultur jaringan tanaman di peroleh  hasil sebagai berikut :

Tabel hasil percobaan pembuatan media biakan.

No Media Fungsi Gambar

1 PDADigunakan sebagai media untuk mengisolasi atau perbanyakan cendawan/fungi

2 MS Digunakan untuk pertumbuhan

dalam botol.

4.2 Pembahasan

Dari hasil praktikum preparasi media kultur jaringan yang ada maka dapat

dibahas bahwa Media Murashige & Skoog (media MS) merupakan perbaikan

komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik yang mendukung

pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS mengandung 40

mM N dalam bentuk NO3 dan 29 m MN dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini,

lima kali lebih.

Media Murashige & Skoog (media MS) merupakan media digunakan

hampir pada semua macam tanaman terutama herbaceous. Media ini memiliki

konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi, terutama kebutuhan garam anorganik

yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau dan senyawa

N dalam bentuk NO3- dan NH4

+. Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi

pengendapan persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair. Kebanyakan dari

persenyawaan yang mengendap adalah fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang

Page 9: laporan 2

lebih sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn. Senyawa paling sedikit adalah senyawa

yang mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S, Ca dan Co. Setelah tujuh hari

dibiarkan, maka kira-kira 50% dari Fe dan 13% dari PO4+, mengendap.

 Pengendapan unsur-unsur tersebut mungkin tidak penting, karena unsur-

unsur tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan pengaruh pengendapannya

belum diketahui. Untuk mengatasi pengendapan Fe, konsentrasi Fe dikurangi sampai

1/3 dengan EDTA yang tetap.

            Menurut Bagus (2010) yang menyatakan bahwa banyak media, seperti media

alami, media sintetik, tetapi prosedur dengan bahan alami diambil dari contoh

pembuatan PDA (Potato Dextrose Agar) yang digunakan untuk isolasi dan kultur

jamur. Media PDA adalaha media yang dibuat dan digunakan sebagai media bakteri

dan jamur yang memiliki komposisi utama yaitu kentang sebanyak 250gr, agar-agar

bening sebanyak 20gr dan dextrose sebanyak 20gr, serta ada penambahan 500ml

aquades.

            Menurut George & Sherrington (1984) yang menyatakan bahwa 4/5 bagian

dari potensial osmotik dalam media White disebabkan oleh gula, sedangkan dalam

media MS hanya 1/2 dari potensial osmotiknya disebabkan adanya gula.

            Keuntungan dari pemakaian agar adalah :

1. Agar membeku pada temperatur ≤ 45o C dan mencair pada temperatur 100o C,

sehingga dalam kisaran temperatur kultur, agar akan berada dalam keadaan beku

yang stabil.

2. Tidak dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh jaringan tanaman.

3. Tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaan penyusun media.

Page 10: laporan 2

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa :

1. Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur

jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media.

2. Media MS adalah media yang digunakan untuk perbanyakan hampir semua

tanaman hortikultura. Stok-stok yang digunakan yaitu stok A, B, C,  D, E, F dan

hormon zat pengatur tumbuh.

3. Media PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan salah satu media yang baik di

gunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa

cendawan/fungsi maupun sel mahluk hidup.

5.2 Saran

Saran saya untuk para pembaca laporan ini yaitu, lakukan kajian lebih

mendalam tentang kultur jaringan

Page 11: laporan 2

DAFTAR PUSTAKA

Diny Dinarti, Urip Sayekti, dan Yayu Alitalia. 2010. Kultur Jaringan Kantong Semar (Nepenthes mirabilis. J. Hort. Indonesia. 1(2). 59-60.

Ika Mariska. 2010. Perkembangan Penelitian Kultur In Vitro pada Tanaman Industri, Pangan, dan Hortikultura. Buletin Agrobio. 5.(2). 46-77.

Nursyamsi. 2010. Teknik Kultur Jaringan sebagai Alternative Perbanyakan Tanaman untuk Mendukung Rehabilitasi Lahan. Balai Penelitian Kehutanan. Makassar.

Nisak, K. et al. 2012. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP pada Kultur Jaringan Tembakau Nicotiana tabacum var. Prakcak 95. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 1(1). 1-2.

Nursetiadi Eka. 2008. Kajian Macam Media dan Konsentrasi BAP terhadap Multiplikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Secara Invitro. Sebuah Skripsi pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret: Tidak diterbitkan.

S. Tuhuteru, M. L., Hehanusa, S.H.T., dan Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In Vitro dengan beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Agrologia. 1(1). 1-2.

Shintiavira, H. et al. 2012. Studi Pengaruh Substitusi Hara Makro dan Mikro Media MS dengan Pupuk Majemuk dalam Kultur In Vitro Krisan. J.Hord. 21(4). 334-335.

Sholeh Avivi dan Ikrarwati. 2008. Mikropropagasi Pisang Abaca (Musa textillis Nee) Melalui Teknik Kultur Jaringan. Ilmu Pertanian. 11(2). 28.