lapkas skizofrenia residual

44
م م ي ح ر ل ا ن م ح ر ل له ا ل س ا بSTATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. D Jenis kelamin : Perempuan Tempat/tahun : Jakarta, 14 Juni 1977 Usia : 36 Tahun Agama : Islam Alamat : Depok Suku-bangsa : Betawi Pendidikan : SMA Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : IRT Tanggal masuk RSJIK : 14 februari 2013 Rawat inap : 3 kali II. RIWAYAT PSIKIATRI Berdasarkan : Autoanamnesis : Diambil tanggal 14 Februari 2013 1

Upload: insanaqid

Post on 09-Aug-2015

277 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

contoh kasus gangguan kepribadian skizofrenia

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Skizofrenia Residual

الرحيمم الرحمن الله بس

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. D

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/tahun : Jakarta, 14 Juni 1977

Usia : 36 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Depok

Suku-bangsa : Betawi

Pendidikan : SMA

Status pernikahan : Menikah

Pekerjaan : IRT

Tanggal masuk RSJIK : 14 februari 2013

Rawat inap : 3 kali

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Berdasarkan :

Autoanamnesis : Diambil tanggal 14 Februari 2013

Alloanamnesis : Diambil tanggal 14 Februari 2013, dengan suami

pasien

A. Keluhan Utama

Pasien merasa gelisah sejak 2 hari SMRS

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Autoanamnesis :

Menurut pasien dirinya dibawa ke RSIJK oleh suami dan

kakaknya dengan keluhan gelisah semenjak 2 hari SMRS, keluhan juga

1

Page 2: Lapkas Skizofrenia Residual

dirasakan takut, bingung dan pandangan kosong serta jantung

berdebar. Sebelumnya pasien tidak bisa tidur sejak 2 hari dikarenakan

merasa cemas dan takut setelah mengikuti pengajian yang bertema hari

kiamat. Pasien merasa hari kiamat tidak akan lama lagi tiba dan pasien

merasa dirinya akan menjadi dajjal. Seolah-olah akan tumbuh tanduk

di kepala kanan dan kirinya. Gejala seperti ini timbul setelah dia lelah

menghafalkan surat-surat Al-Quran sedangkan dirinya sulit untuk tidur

malam. Meurut pasien dirinya sering timbul gejala cemas, takut,

gelisah, pikiran terus menerus berulang, bicara kacau dan terkadang

perilaku yang tidak terkontrol olehnya saat dirinya lelah dan sulit tidur.

Bahakan beberapa bulan yang lalu sampai terdengar bisikan-bisikan

yang aneh tanpa ada seorangpun disampingnya. Di saat-saat tertentu

diriya lebih senang menyendiri.

Saat ini pasien menyangkal adanya bisikan-bisikan yang tidak

jelas, penglihatan yang aneh, merasa ada yang mengikutinya,

kecurigaan yang tinggi pada orang lain, percobaan bunuh diri, merasa

dirinya mempunyai keahlian khusus yang orang lain tidak memiliknya,

dan bermimpi yang mengerikan atau aneh.

Alloanamnesis :

Menurut suaminya, pasien mengalamai gangguan sering

merasa takut dan cemas ada semenjak kuliah di perguruan tinggi.

Pasien sering merasakan hal-hal yang berlebihan ketika mendengar

atau menerima informasi yang menakutkan sampai terbawa pikiran

terus menerus dan menimbukan gejala-gejala cemas. Saat tahun 2009

pasien pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan akan melompat

dari atap rumah. Bahkan pasien merasakan bahwa setiap orang yang

berhadapan dengannya bersikap sinis dan selalu memelototinnya

sering berbicara sendiri, sulit tidur dan perasaan cemas yang

berlebihan. Sempat menggap suaminya itu adalah jin yang menyamar

sebagai sebagai suaminya. 2 hari sebelum masuk RSJI pasien mulai

sulit tidur dan kelelahan karena kegiatan pengajianya yang

menyarankan untuk menghafal beberapa surat Al-Quran. Dan 1 hari

kemudian timbullah suasana hati gelisah, takut, cemas dan marah-

2

Page 3: Lapkas Skizofrenia Residual

marah sampai memecahkan gelas. Menurutnya memang akhir-akhir

ini pasien jarang minum obat.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

a. Gangguan Psikiatri

Pasien mengatakan sebelumnya pernah 3 kali masuk RSJI

klender pada tahun 2009 dan 2013 dikarenakan keluhan yang sama

dengan penyebab yang berbeda. Pada tahun 2011 pasien dibawa ke

RSJI karena masalah pekerjaan sebagai pengawas badan nuklir yang

terlalu berat dan lingkungan pekerjaan yang tidak kondusif.

Menurutnya beberapa karyawan lain tidak senang dan sering

membicarakan dirinya. Pasien beranggapan jika sebagian

pekerjaannya itu seharusnya tugas mereka yang ditumpuk kepada

dirinya dikarenakan dirinya merupakan karyawan baru. Akibat dari

lingkungan pekerjaannya itu pasien merasa depresi, cemas, sulit tidur

karena memikirkan keadaan ini, mudah marah dan berperilaku tidak

terkontrol. Saat itu pasien juga merasakan adanya bisikan. Dan

akhirnya pasien pun resign dari pekerjaannya itu.

b. Gangguan Medik

Tidak ada keluhan. Pasien tidak memiliki kelainan bawaan sejak lahir

dan tidak pernah menderita sakit berat sampai dirawat di RS, juga

tidak memiliki riwayat kejang dan trauma kepala.

c. Gangguan Zat Psikoaktif

Pasien tidak merokok dan tidak minum-minuman beralkohol. Pasien

juga tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang dan zat

psikotropika lainnya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

a. Riwayat prenatal dan perinatal

Menurut pasien, selama kehamilan ibu pasien sehat dan ia tidak

pernah mengalami sakit atau hal-hal yang dapat mempengaruhi

tumbuh kembang janin. Pasien dilahirkan cukup bulan, spontan

3

Page 4: Lapkas Skizofrenia Residual

dengan persalinan normal tanpa adanya trauma pada jalan lahir dan

kelainan bawaan, ditolong oleh seorang bidan. Kelahiran pasien

dikehendaki orangtuanya, tidak ada penggunaan obat atau zat-zat

yang berbahaya pada kehamilannya. Ibu pasien tidak ingat BB

maupun TB pasien saat lahir.

b. Masa kanak-kanak dini (0-3 tahun)

Pasien diasuh oleh orangtuanya dan diberi ASI. Pasien tidak pernah

mengalami kejang ataupun trauma pada kepalanya. Pasien juga tidak

pernah mengalami kesulitan makan dan tidak ada gangguan pada pola

tidurnya. Pasien tumbuh dan kembang secara normal seperti anak

seusianya (belajar berdiri, berjalan, berbicara dan mengontrol BAB

dan BAK), pasien aktif berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman

sebayanya, lebih suka bermain dengan teman sebayanya atau saudar-

saudaranya.

Pasien juga tidak mempunyai gangguan perilaku seperi sering

ketakutan, maupun mimpi-mimpi buruk.

c. Masa kanak-kanak dini (3-11 tahun)

Secara fisik, pasien tumbuh seperti anak-anak seusianya. Pasien tidak

ada kesulitan dan masalah dengan lingkungan sekitarnya dan

pendidikan formalnya. Sehari-hari pasien bersifat pendiam tapi

mudah bergaul dan dekat dengan keluarganya. Pasien mengaku

mendapat pendidikan agama dari sekolah dan orang tuanya.

d. Masa pubertas dan remaja

Hubungan Sosial

Pasien mengaku mempunyai banyak teman akan tetapi pasien sedikit

sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru karena sifat

pendiamnya. Pasien juga mengaku dapat dekat dengan orang tua,

kakak serta adik pasien dan juga dapat dekat teman-temannya, baik

yang berada di lingkungan rumah ataupun di lingkungan sekolahnya.

Riwayat pendidikan formal

Selama bersekolah pasien tidak pernah tinggal kelas, pasien lumayan

anak yang pintar. Pasien tidak pernah dihukum dan selalu mematuhi

peraturan disekolahnya. Setelah lulus SMA, pasien berusaha mencari

4

Page 5: Lapkas Skizofrenia Residual

dan melamar pekerjaan dan pada akhirnya pasien diterima disebuah

perusahaan swasta.

Perkembangan motorik dan kognitif

Dalam perkembangan fisik, pasien terlihat sesuai dengan usianya dan

dalam perkembangan kognitifnya tidak terlihat adanya gangguan

(dalam batas normal). Pasien juga tidak mengalami kesulitan dalam

belajar.

Gangguan emosi dan fisik

Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah kenakalan remaja. Pasien

tidak pernah berkelahi dengan teman maupun saudara-saudaranya dan

pasien tidak pernah marah pada kedua orang tuanya.

Riwayat psikoseksual

Pasien tidak mempunyai riwayat gangguan psikoseksual. Pasien

mangaku hanya 1 kali menjalin hubungan khusus dengan laki-laki

yang sekang menjadi suaminya.

E. Masa Dewasa

Riwayat pekerjaan

Setelah lulus kuliah pasien melanjutkan untuk bekerja. Pada tahun

2009 mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil dibidang

badan pengawasan teknologi nuklir.

Riwayat sosial

Pasien mengaku mempunyai banyak teman khususnya ibu-ibu

pengajian dilingkungan rumahnya.

F. Riwayat Keluarga

5

Page 6: Lapkas Skizofrenia Residual

SKEMA KELUARGA

Keterangan Gambar :

Laki-laki Meninggal dunia

Perempuan

Pasien

Pasien adalah anak ke 4 dari 6 bersaudara, ibu pasien meninggal pada tahun

1981 waktu melahirkan anak terakhir, saat itu pasien berumur 10 tahun,

kemudian 3 tahun kemudian ayah pasien meninggal karena di bunuh oleh

perampok.

Kakak pertama perempuan telah menikah dan memiliki 2 orang anak

tinggal di daerah Cakung

Kakak kedua laki-laki, Meninggal pada tahun 2006 karena menderita

penyakit Liver

Kakak ketiga laki-laki, menikah, punya 3 orang

Anak ke 4 adalah pasien.

Adik pasien pertama, anak ke 5 telah meninggal pada tahun 1986

6

Page 7: Lapkas Skizofrenia Residual

Adik pasien kedua, anak ke 6, menikah, punya 3 orang anak dan tinggal

berdekatan dengan kakak pertama.

III. STATUS MENTAL.

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seorang wanita, 36 tahun, tinggi badan ± 160 cm, berbadan

proporsional, penampilan sesuai dengan usianya, berkulit sawo matang.

Pasien berpakaian rapi dan bersih disetiap harinya selalu menggunakan

jilbab yang tidak pernah dilepas, kuku tangan dan kakinya terlihat rapi,

bersih dan pendek-pendek.

2. Aktivitas dan Perilaku Psikomotor

Aktivitas motorik pasien bagus, kooperatif, sopan dan menjawab semua

pertanyaan dengan baik. Gaya berjalan pada pasien ini baik. Selama

wawancara, pasien duduk dengan tenang dan tidak ada gerakan isyarat

atau kedutan. Perilaku pasien baik.

3. Pembicaraan

Pasien berbicara dengan pelan, sopan dan teratur serta menjawab

pertanyaan dengan baik.

Kecepatan : Sedang

Volume : Sedang

Irama : Teratur

Kelancaran : Lancar, tidak gagap dan spontan

4. Sikap terhadap pemeriksaan

Pasien kooperatif, sopan, kontak mata baik, menjawab pertanyaan dengan

baik, perhatian cukup dan bersahabat.

B. Keadaan afektif

Suasana perasaan / mood : Ketakutan

Afek / ekspresi afektif : Datar

Emosi : Tidak sesuai

Keserasian : Tidak serasi dengan yang dibicarakan

Dapat diraba atau dirasakan oleh pemeriksa : Tidak dapat dirasakan

7

Page 8: Lapkas Skizofrenia Residual

C. Gangguan persepsi

Halusinasi :

- Auditorik : Ada

- Visual : Tidak ada

- Taktil : Tidak ada.

- Olfaktorik : Tidak ada.

- Gustatorik : Tidak ada.

(sekarang, 14 februari 2008, pasien tidak pernah mendengar bisikan)

Ilusi : tidak ada.

Derealisasi : tidak ada.

Depersonalisasi : tidak ada.

D. Gangguan pikir

Proses pikir

- Produktifitas : Cukup ide.

- Kontinuitas : - Blocking : tidak ada.

- Assosiasi longgar : tidak ada.

- Inkoherensi : tidak ada.

- Word salad : tidak ada.

- Neologisme : tidak ada.

- Flight of ideas : tidak ada.

Isi pikir

- Preokupasi : Keinginan untuk pulang

Gangguan isi pikiran

a. waham : waham curiga dan bizzare

b. idea of reference : tidak ada.

c. thought echo : ada.

d. thought broadcasting : tidak ada.

e. thought withdrawal : ada.

f. thought insertion : tidak ada.

E. Fungsi kognitif dan penginderaan

Kesadaran : Compos Mentis

Orientasi

8

Page 9: Lapkas Skizofrenia Residual

o Waktu : Kurang baik (pasien tidak tahu hari, tanggal

wawancara).

o Tempat : Baik (pasien tahu bahwa ia berada di RSIJ Klender).

o Orang : Baik (pasien mengetahui bahwa ia diwawancarai

dokter muda).

Konsentrasi : Baik

Daya ingat :

o Jangka panjang : Baik (pasien dapat mengingat saat masa kecilnya)

o Jangka pendek : Baik (pasien dapat mengingat jam berapa dia tidur

semalam)

o Segera : Baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang

merawatnya)

Pemikiran abstrak : Baik (pasien dapat membedakan bentuk

jeruk dan apel)

Visuospasial : Baik (pasien dapat menghitung

pengurangani).

Intelegensi dan pengetahuan umum : Baik (pasien dapat

mengetahui nama presiden dan wakil presiden RI sekarang).

F. Daya nilai

Penilaian social : Baik ( pasien dapat menyelamatkan dirinya

apabila dalam keadaan berbahaya )

Uji daya nilai : Baik ( pasien akan mengembalikan dompet bila

tidak sengaja menemukannya dijalan ).

G. Tilikan

Derajat IV : Pasien mengatakan kalau dirinya sakit.

H. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya.

I. Hubungan antara anak dan orang tua :

Komunikasi antara pasien dengan orang tuanya terjalin baik.

9

Page 10: Lapkas Skizofrenia Residual

IV. STATUS FISIK

1. Status internus

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Suhu : 36,3 0C

Nadi : 80x/menit

Pernapasan : 20x/menit

2. Status neurologis

Gangguan rangsang meningeal : tidak ada

Mata

Gerakan : baik ke segala arah

Persepsi : baik

Bentuk pupil : bulat, isokor

Rangsang cahaya : +/+

Motorik

Tonus : baik

Turgor : baik

Kekuatan : baik

Koordinasi : baik

Refleksi : baik

Keahlian khusus : tidak ada

3. Ikhtisar penemuan bermakna

1. Kesadaran : Compos Mentis

2. Mood : ketakutan

3. Ekspresi afek : Datar

4. Emosi : Tidak serasi dengan yang dibicarakan

5. Gangguan persepsi :

6. Gangguan proses pikir :

7. Gangguan isi pikir :

8. Tilikan : Derajat IV

9. Obat-obat yang dipakai :

10. Faktor stressor :

11. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

10

Page 11: Lapkas Skizofrenia Residual

V. EVALUASI MULTIAKSIS

* Aksis I : Skizofrenia residual

* Aksis II : Ciri kepribadian cemas

* Aksis III :

* Aksis IV :

* Aksis V : GAF 55

- fungsi pekerjaan : pasien masih dapat melakukan pekerjaannya sebagai

IRT meskipun kualitasnya menurun.

- fungsi merawat diri : pasien masih mampu untuk

mengurus dirinya sendiri.

VI. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Gangguan cemas menyuluruh

VII. DAFTAR PROBLEM

1. Problem organobiologik : tidak ada

2. Problem patologis dan perilaku:

- Halusinasi : audotorik (ada)

visual (tidak ada)

olfaktorik (tidak ada)

- waham : kebesaran (tidak ada)

VIII. RENCANA TERAPI

1. Psikofarmakologi

- Luftein 2 x 25 mg

- Ridperidon 2 x 2 mg

- Aprazolam 2 x 1 mg

2. Psikoterapi

Suportif

Memberikan dukungan dan perhatian kepada pasien dalam

menghadapi masalah serta memberikan dorongan agar pasien lebih

11

Page 12: Lapkas Skizofrenia Residual

terbuka bila mempunyai masalah dan jangan memperberat pikiran

dalam menanggapi sebuah masalah terlalu serius dan berlebihan.

Kognitif

Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yangn timbul

akibat cara berpikir yang salah, mengatasi perasaan dan sikapnya

terhadap masalah yang dihadapi.

Keluarga

Memberikan penyuluhan bersama-sama dengan pasien yang

diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan

pasien.

3. Religius

Bimbingan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran agama.

Dan tidak baik jika menangapi sesuatu yang berlebihan.

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam

Ad Functionam : Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad bonam

SKIZOFRENIA

A. Pengertian

12

Page 13: Lapkas Skizofrenia Residual

Skizofrenia merupakan gangguan mental yang kompleks dan banyak

aspek tentang skizofrenia sampai saat ini belum dapat dipahami sepenuhnya.

Sebagai suatu sindrom, pendekatan skizofrenia harus dilakukan secara holistik

dengan melibatkan aspek psikososiai, psikodinamik, genetik, farmakologi, dan

lain-lain.

Mengingat kompleksnya gangguan skizofrenia, untuk mendapatkan hasil

terapi yang optimal, klinikus perlu memperhatikan beberapa fase simptom

gangguan skizofrenia, yaitu : fase prodromal, fase aktif dan fase residual.  Hasil

akhir yang ingin dicapai adalah penderita skizofrenia dapat kembali berfungsi

dalam bidang pekerjaan, sosial dan keluarga.

Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi,

biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran,

persepsi serta emosi.

B. Epidemiologi

Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang

dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per tahun.

Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya

terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai 25

tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki

laki dibandingkan wanita.

Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia

menderita penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah

penyebab umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita

skizofrenia pernah mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil

melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda

dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.

Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira-kira 30%

sampai 50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar

penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk

karena penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan

pengobatan. Hal yang biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi

nikotin, dikatakan 3 kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita

skizofrenia yang merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok

13

Page 14: Lapkas Skizofrenia Residual

meningkatkan kecepatan metabolisme obat tetapi juga menurunkan

parkinsonisme.  Beberapa laporan mengatakan skizofrenia lebih banyak dijumpai

pada orang orang yang tidak menikah tetapi penelitian tidak dapat membuktikan

bahwa menikah memberikan proteksi terhadap Skizofrenia.

C. Etiologi

Model diatesis-stress, menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor

psikososial dan lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang

memiliki kerentanan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi

skizofrenia. Secara somatogenik, etiologi penyebab skizofrenia antara lain:

Faktor Biologi

1. Komplikasi kelahiran

Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami

skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang

terhadap skizofrenia.

2. Infeksi

Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah

dilaporkan pada orang-orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan

bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan

meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.

Faktor Neurotransmitter

1. Dopamin Hyperactivity

Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap

gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun

antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi

sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan. Berdasarkan

pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan

oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.

2. Hipotesis Serotonin

Gaddum, Wooley dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid

diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis

reseptor 5-HT. Temyata zatini menyebabkan keadaan psikosis berat pada

orang normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali

mengemuka karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine yang

14

Page 15: Lapkas Skizofrenia Residual

temyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT lebih tinggi

dibandingkan reseptordopamin D2.57.

Struktur Otak

Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan

ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan

orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu dan beberapa

area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan

mikroskopis dari jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel

otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa

timbul pada trauma otak setelah lahir.

Genetika

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari

populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat

pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.

Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat kedua seperti paman, bibi,

kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum.

Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan

kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang

40%, satu orang tua 12%. 

D. Gambaran klinis

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase

prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul

gejala gejala  non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari

satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi:

hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan

fungsi perawatan diri.  Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta

membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak

seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.

Pada fase aktif gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku

katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua

individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-

15

Page 16: Lapkas Skizofrenia Residual

gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus

bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala-gejalanya sama

dengan fase prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang.

Disamping gejala-gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita

skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara

spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi,

hubungan sosial).

Diagnosis: Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. Waham bizarre, yaitu isi pikir yang salah yang berlangsung lama dan

tidak dapat dikoreksi. Waham bizarre berupa

“thought echo”, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.

“thought insertion or withdrawal”, yaitu isi yang asing dan luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).

“thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya.

“delusion of control”, yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar.

“delusion of passivitiy”, yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya

dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang ”dirinya” = secara

jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran,

tindakan, atau  penginderaan khusus).

“delusional perception”, yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar,

yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau

mukjizat.

b. Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus

terhadap perilaku pasien, atau

mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri

(diantara berbagai suara yang berbicara), atau

16

Page 17: Lapkas Skizofrenia Residual

jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian

tubuh.

c. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya

setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).

d. Inkoherensi, yaitu kata-kata yang diucapkan sudah tidak memiliki

hubungan dan tidak lagi memberikan makna.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap

hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme.

c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor.

d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya

yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal).

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan

penarikan diri secara sosial.

17

Page 18: Lapkas Skizofrenia Residual

Prognosis

Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan

orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum

25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35%

mengalami perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat

memprediksi siapa yang akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti: usia tua, faktor pencetus

jelas, onset akut, riwayat sosial/pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi,

menikah, riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik dan gejala

positif ini akan memberikan prognosis yang baik sedangkan onset muda, tidak

ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial buruk, autistik, tidak

menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem pendukung buruk,

gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun, sering relaps

dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.

E. Klasifikasi Skizofrenia menurut PPDGJ-III

F20.0 Skizofrenia Paranoid

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

F20.2 Skizofrenia Katatonik

F20.3 Skizofrenia Tak Terinci

F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia

F20.5 Skizofrenia Residual

F20.6 Skizofrenia Simpleks

F20.8 Skizofrenia Lainnya

F20.9 Skizofrenia YTT

F. Skizofrenia Residual

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus

dipenuhi semua :

Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan

psikomotorik, aktivitas menurun, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif,

kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non

verbal yang buruk seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara

dan posisi tubuh, perawatan didri dan kinerja sosial yang buruk.

18

Page 19: Lapkas Skizofrenia Residual

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau

yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.

Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas

dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah

sangat berkurang (minimal) dan telah sindrm “negatif” dari skizofrenia.

Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain,

depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas

negatif tersebut.

PSIKOFISIOLOGI

1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.

a. Tahap Comforting

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan

berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stresornya dengan

koping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.

b. Tahap Condeming

Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi

selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut

apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan

sehingga timbul perilaku menarik diri ( withdrawal ).

a. Tahap Controling

Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang

timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga

menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila

suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih.

e. Tahap Conquering

Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam

apabila diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul

perilaku suicide.1

2. Waham

Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg

umumnya menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham

19

Page 20: Lapkas Skizofrenia Residual

dapat berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya

dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak

dijumpai gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten.

Onset biasanya pada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang yang

berkaitan dengan bentuk tubuh yang salah dijumpai pada usia muda. Isi

waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dengan situasi

kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada kelompok minoritas.

Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan

wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah

normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.2

G. Diagnosis Skizofrenia Hebefrenik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia berdasarkan PPDGJ III:

Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang

menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan

diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya

diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk

memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar

bertahan : Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat

diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu

menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan

hampa perasaan; 

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering

disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied),

senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty

manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara

bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang

diulang-ulang (reiterated phrases)

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak,

serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham

20

Page 21: Lapkas Skizofrenia Residual

mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary

delusions and hallucinations).

Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang

serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan

ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty

of purpose).

Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap

agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang

memahami jalan pikiran pasien. Menurut DSM-IV skizofrenia disebut

sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.2,6,7

H. Penatalaksanaan

Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan

perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia Terdapat 2 kategori

obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu : antipsikotik konvensional

dan newer atypical antipsycotics.1

a. Antipsikotik Konvensional

---Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut

antipsikotik konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik

konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh

obat antipsikotik konvensional antara lain :

1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine (trifluoperazine)

2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine (chlorpromazine)

3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)

4. Prolixin (fluphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh

antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan

penggunaan newer atypical antipsycotic.3

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotik konvensional).

Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan)

yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping

21

Page 22: Lapkas Skizofrenia Residual

yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan

pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami

kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol injeksi dapat

diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval

2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot

formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu

dilepaskan secara perlahan-lahan.

b. Newer Atypcal Antipsycotic4

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena

prinsip kerjanya tidak spesifik bekerja pada reseptor Dopamine dan

juga bekerja pada neurotransmitter lain, serta sedikit menimbulkan efek

samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain

Risperdal (risperidone)

Seroquel (quetiapine)

Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk

menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.1,4

c. Clozaril

---- Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan

antipsikotik atipikal yang pertama. Sangat disayangkan, Clozaril

memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada

kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel

darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien

yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya

tiap bulan. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila

paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.4

Cara Penggunaan

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer

(efek klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan terutama

pada efek samping sekunder.

22

Page 23: Lapkas Skizofrenia Residual

Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala

psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat

disesuaikan dengan dosis ekuivalen.

Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis

dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang

memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari

golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil

efek samping belum tentu sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya

jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan

ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk

pemakaian sekarang

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

o Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

o Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak

efek samping(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga

tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien.1,4

----

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

----Newer atypical antipsychotic merupakan terapi pilihan untuk

penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang

ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih

rendah.

----Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat

untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat

gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba

memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu,

sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti

minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek

23

Page 24: Lapkas Skizofrenia Residual

samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi,

dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek

sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya

lebih rendah.

--Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter

dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting,

diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel

dalam penerapannya.

--Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi

obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk

menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik

konvensonal dapat diganti dengan newer atypical antipsychotic atau

diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi

cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas

gagal.4

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

----Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan

walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5

pasien yang berhenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia

dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia

episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan

sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita

Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada

episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu

diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering

kekambuhan dan makin beratnya penyakit.4

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

---- Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu

yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek

samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi

penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional yaitu

gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek

samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi

lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus

24

Page 25: Lapkas Skizofrenia Residual

bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat

beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada

tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat

antikolinergik (biasanya sulfas atropin) bersamaan dengan obat

antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.5

---- Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia

dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding

tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini

dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat

antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan

mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan

fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri

pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter

akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan

newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.5

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita

Skizofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita

yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat

membantu mengatasi masalah ini.1

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic

malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang

sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam,

penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan

yang segera.

Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku

Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial,

kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi

interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau

hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak

25

Page 26: Lapkas Skizofrenia Residual

istimewa. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau

menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di

masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorientasi-keluarga

---- Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali

dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia

kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang

singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan

segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah

proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,

anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak

saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur

terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari

ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang

keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan

pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati.

Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah

efektif dalam menurunkan relaps.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada

rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok

mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika

atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan

isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes

realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan

cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling

membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual

dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi

akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep

penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah

perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien.

Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi,

26

Page 27: Lapkas Skizofrenia Residual

jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi

seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang

ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan

hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali

kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan

kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika

seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia,

perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap

kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur

dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan

atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan

kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau

eksploitasi.1,2

V. PROGNOSIS

Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe

lainnya, prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan.

Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya

dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan

tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya

cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan

kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif

kecuali untuk waktu yang singkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

1. Keluarga 

Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari

keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami

Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami

gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

2. Inteligensi

27

Page 28: Lapkas Skizofrenia Residual

Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang

tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang

inteligensinya rendah.

3. Pengobatan

Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil

pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan

kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis

reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu

dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone

serta Clozapine.

4. Reaksi Pengobatan

Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi

terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada

orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.

28