skizofrenia residual (f 20.5)
TRANSCRIPT
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Abidin
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bincau Kecamatan Martapura
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Berobat tanggal : 5 Juni 2012
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Alloanamnesa dengan ayah pasien pada tanggal 5 Juni 2012, pukul 13.00
WITA dengan ayah pasien
Autoanamnesa dengan pasien pada tanggal 5 Juni 2012, pukul 14.00 WITA
A. KELUHAN UTAMA
Bicara sendiri
KELUHAN TAMBAHAN
Suka marah sendiri, tertawa sendiri
1
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada tanggal 5 Juni 2012, os datang ke Poli Jiwa RS Ulin rujukan dari
Bedah Plastik RS Ulin karena sering berbicara sendiri, dan yang dibicarakan tidak
jelas. Os juga sering mengumpat “Mauk” kepada orang yang tidak dikenalnya. Os
masih bisa makan dan minum sendiri. Os juga masih bisa tidur. Os tidak ada
mendengar bisikan dan bayangan.
Menurut keluarga, os memang sebelumnya telah mengalami perubahan
perilaku sejak usia 14 tahun. Saat itu os mencari ikan di sungai, ketika pulang os
mulai berbicara sendiri, mengamuk hingga melempar barang-barang disekitarnya.
Ketika mengamuk os tidak pernah melukai diri sendiri. Os juga mengancam jika
tidak diberi rokok akan memukul. Saat itu os sulit tidur dan tidak mau makan
karena menurut os makanan tersebut bau bensin. Os juga melihat polisi disekitar
rumah dan mengepung rumah os namun sebenarnya tidak ada. Menurut keluarga,
os juga mendengar bisikan namun kelurga tidak tahu bisikan apa yang didengar
os. Keluarga os tidak tahu stressor apa yang menyebabkan perubahan perilaku os
saat itu. Os kemudian dibawa ke RS Ansari Saleh dan dirawat inap selama 3
bulan. Os dinyatakan sembuh dan dirawat jalan. Selama rawat jalan, os selalu
mengambil obat di RS Tamban Martapura. Keluarga os mengaku selama rawat
jalan os pernah putus obat karena persyaratan jaminan kesehatan tidak lengkap.
Agustus 2011 os kembali masuk ke RSJ Sambang Lihum karena os
kembali mengamuk dan melempar barang. Os mengamuk tanpa ada alasan yang
jelas. Os juga sering berbicara sendiri dan tidak jelas. Kemudian os dirawat inap
selama 6 bulan. Menurut keluarga, pada Desember 2011 os dipulangkan kerumah
2
oleh perawat rumah sakit dengan alasan jaminan kesehatan os hanya sampai 6
bulan. Kondisi os saat dipulangkan masih bicara sendiri namun tidak mengamuk
lagi. Os kemudian melanjutkan pengobatan dengan mengkonsumsi obat yang
diberikan di Puskesmas hingga sekarang.
Autoanamnesis :
Saat dianamnesis os tidak koperatif dan sering berkata “Mauk”. Saat
ditanya penyakit os menjawab dengan tidak jelas. Saat ditanya kenapa mengamuk
os menjawab karena tidak ada uang. Saat ditanya kenapa putus sekolah os
menjawab karena takut dengan guru os yang kejam dan suka memukul. Os
mengaku pernah dipukul namun os tidak menjawab alasan dipukul guru tersebut.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Saat usia 14 tahun pernah dirawat inap 3 bulan di RS Ansari Saleh dengan
keluhan mengamuk dan berbicara sendiri, kemudian dinyatakan sembuh
dan dirawat jalan di RS Tambun Martapaura. Os pernah putus obat karena
persyaratan jaminan kesehatan tidak lengkap.
Agusutus 2011 os kembali masuk ke RSJ Sambang Lihum dengan keluhan
yang sama dan dirawat inap selama 6 bulan. Menurut keluarga, os
dipulangkan karena jaminan kesehatan os hanya sampai 6 bulan. Kondisi
os saat dipulangkan masih berbicara sendiri namun sudah tidak mengamuk
lagi. Os kemudian melanjutkan mengkonsumsi obat yang diberikan di
Puskesmas hingga sekarang
Tidak pernah kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
Tidak pernah ada riwayat demam dengan penurunan kesadaran
3
Tidak ada riwayat kejang atau sakit berat lainnya
Os merokok saat masih sekolah namun tidak ada riwayat mengkonsumsi
obat-obatan dan alkohol.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal
Saat hamil ibu os tidak ada menderita kejang atau penyakit serius
lainnya. Ibu os tidak pernah memeriksakan kandungannya. Os lahir cukup
bulan, menangis kuat, tidak ada kuning dan kejang. Os lahir dibantu oleh
dukun kampung.
2. Riwayat Infancy (0-1 Tahun) Trust vs Mistrust
Hingga usia 2 tahun os masih menyusui ASI. Sebelum usia 6 bulan os
juga diberi tambahan bubur pengganti ASI. Selama menyusu os sering
tertidur, dan jarang rewel. Pada usia 9 bulan os sudah bisa berjalan dan
mengucapkan kata.
3. Riwayat Early Childhood (1–3 tahun) Autonomy vs Shame
Os mulai belajar berlari-lari dan makan sendiri. Os sudah berbicara
lancar.
4. Riwayat Preschool age (3-6 tahun) Initiative vs Guilt
Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya. Bermain
sepeda bersama teman-temannya. Os tidak pernah sakit serius tidak pernah
kejang.
4
5. Riwayat School age (6-12 tahun) Industry vs Inferiority
Os masuk sekolah saat usia 7 tahun. os termasuk anak yang lambat
dalam menyerap pelajaran. Os bisa membaca dan berhitung. Os sering
mendapat nilai 60. Os tidak pernah tinggal kelas. Menurut orangtua os,
asal membayar iuran maka semua murid akan naik kelas. Saat disekolah os
takut terhadap seorang guru karena menurut os guru tersebut kejam dan
mau memukul. Os termasuk anak yang nakal dan mulai merokok karena
terpengaruh oleh teman-temannya. Os putus sekolah saat kelas 4. Alasan
os putus sekolah karena takut dengan guru tersebut.
6. Riwayat Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role Diffusion
Os bekerja ikut dengan ayahnya dengan mencari ikan dan bertani.
7. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
5
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Penderita :
Sepupu ayah os menderita penyakit yang sama.
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Pasien sekarang tinggal bersama dengan ayah, ibu, dan dua orang adik
laki-laki os. Orangtua os bertani dan baru pulang sore hari sedangkan os di
rumah saja dan tidak ikut bekerja sejak mengalami perubahan perilaku.
G. PERSEPSI OS TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Sulit dievaluasi karena pembicaraannya tidak jelas
III. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pada tanggal 5 Juni 2012 pukul 11.30 WITA os datang diantar oleh
ayah kandung ke Poliklinik Jiwa RS Ulin Banjarmasin menggunakan
kursi roda dengan keadaan diinfus. Os memakai kaos berkerah dan
celana pendek. Kulit terdapat ekskoriasis bekas garukan ditangan dan
kaki. Sesekali liur os jatuh ke pakaian.
Kesan : tidak terawat
2. Kesadaran
Komposmentis
6
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Hypoaktif
4. Pembicaraan
Inkoheren
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Non-kooperatif
6. Kontak Psikis
Kontak ada, tidak wajar dan tidak dapat dipertahankan
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF
KESERASIAN SERTA EMPATI
1. Afek (mood) : tumpul
2. Ekspresi afektif : bingung, curiga
3. Keserasian : inappropriate
4. Empati : tidak dapat dirabarasakan
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : komposmentis
2. Orientasi
Waktu : tidak baik
Tempat : baik
Orang : tidak baik
3. Konsentrasi: SDE
4. Daya Ingat :
Jangka pendek : SDE
7
Jangka panjang : SDE
Segera : SDE
5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum :
SDE
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : tidak ada
2. Ilusi : tidak ada
3. Waham : tidak ada
4. Depersonalisasi / Derealisasi : SDE
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : tidak sesuai
b. Kontinuitas : tidak relevan
c. Hendaya berbahasa : ada
2. Isi Pikir
a. Preocupasi : tidak ada
b. Gangguan pikiran:
Waham : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Pasien tidak dapat mengendalikan impuls
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : SDE
2. Uji Daya nilai : SDE
8
3. Penilaian Realita : SDE
H. TILIKAN
Derajat 1 = penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Tidak dapat dipercaya
STATUS INTERNUS
Keadaan umum : tampak baik
Gizi : kurang
Tanda vital : TD = 100/50 mmHg
N = 82 kali/menit
RR = 20 kali/menit
T = 36,9° C
Kepala:
Mata : tampak cekung, palpebra tidak edema, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya
+/+
Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal
Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor
Mulut : bentuk asimetris, rahang kiri os bergeser ke kanan, mukosa
bibir tidak kering dan tidak pucat, terdapat pembengkakan
gusi dan terlihat ada sedikit darah, lidah tidak tremor.
Sesekali liur menetes dari mulut.
9
Leher : pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak
meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks:
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
Palpasi : fremitus terraba dan simetris
Perkusi :
- pulmo : sonor
- cor : batas jantung normal
Auskultasi :
- pulmo : vesikuler
- cor : S1 S2 tunggal
Abdomen :
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) tidak meningkat
Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi,
tremor (-), terdapat ekskoriasis bekas garukan di tangan dan
kaki.
STATUS NEUROLOGIKUS
N I – XII : Tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : Tidak ada
Gejala TIK meningkat : Tidak ada
10
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks patologis : Tidak ada
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA.
Sejak usia 14 tahun, os mulai mengamuk dan berbicara sendiri.
Terdapat halusinasi auditorik, visual, dan olfaktori.
Pernah dirawat inap 3 bulan di RS Ansari dan dinyatakan sembuh
kemudian dirawat jalan. Selama rawat jalan os pernah putus obat.
Agustus 2011 dirawat inap 6 bulan di RSJ Sambang Lihum. Os
dipulangkan dalam keadaan belum sembuh dan kemudian
melanjutkan pengobatan dengan mengkonsumsi obat yang diberikan
di Puskesmas hingga sekarang.
Pada tanggal 5 Juni 2012, os datang ke Poli Jiwa RS Ulin rujukan dari
Bedah Plastik RS Ulin karena sering berbicara sendiri, tertawa sendiri.
Makan dan minum sendiri masih bisa tidur jika minum obat dari
puskesmas. Tidak ada mendengar bisikan dan bayangan.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F 20.5 (Skizofrenia Residual)
Aksis II : None
Aksis III : Deformitas mandibula
Aksis IV : Masalah ekonomi dan pendidikan
Aksis V : GAF scale 40-31
11
VII. DAFTAR MASALAH
1. ORGANOBIOLOGIK
Tidak didapatkan data yang mendukung.
2. PSIKOLOGIK
Perilaku dan aktivitas psikomotorik hipoaktif, pembicaraan
inkoheren, afek tumpul, ekspresi afektif bingung dan curiga, kontak
ada, tidak wajar dan tidak dapat dipertahankan, tilikan derajat 1 dan
tidak dapat dipercaya.
3. SOSIAL/KELUARGA
Terdapat permasalahan dalam sosial ekonomi dan keluarga.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : dubia ad malam
Perjalanan penyakit : dubia ad malam
Stressor psikososial : dubia ad malam
Riwayat herediter : dubia ad malam
Usia saat menderita : dubia ad malam
Pendidikan : dubia ad malam
Aktivitas pekerjaan : dubia ad malam
Perkawinan : dubia ad malam
Ekonomi : dubia ad malam
Lingkungan sosial : dubia ad malam
Organobiologi : dubia ad malam
Kesimpulan : dubia ad malam
12
IX. RENCANA TERAPI
Medika mentosa :
Chlorpromazine tablet 3 x 100 mg (malam 2 tablet)
Haloperidol tablet 3 x 5 mg
Trihexiphenidyl 3 x 2 mg
Psikoterapi : Psikoterapi suportif terhadap penderita dan keluarga
Rehabilitasi : Sesuai bakat dan minat penderita
Usul pemeriksaan penunjang:
- Laboratorium darah rutin, fungsi hati dan urin rutin (termasuk
untuk monitoring efek samping obat)
- Test Psikologi
X. DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa dan autoanamnesa) serta
pemeriksaan status mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ
III, penderita dalam kasus ini dapat didiagnosa sebagai Skizofrenia Residual
(F20.5). Pedoman diagnostik secara umum skizofrenia telah terpenuhi dan
secara spesifik digolongkan ke dalam skizofrenia residual.
Gejala yang ada pada penderita telah memenuhi pedoman umum
diagnostik untuk skizofrenia, yaitu adanya penyimpangan yang fundamental
dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar.
Kesadaran tetap jernih dan kemampuan intelektual tetap terjaga. Dalam
13
diagnosa skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala yang sangat jelas
diantara gejala-gejala berikut :
Thought echo, atau Thought insertion, atau Thought broadcasting
Delution of control, delution of influence, delution of passivity,
delution perception
Halusinasi auditorik
Waham-waham menetap jenis lainnya.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini :
Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan
Perilaku katatonik
Gejala-gejala “negatif”.
Adanya gejala tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan, dan harus ada
perubahan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa perilaku pribadi
(personal behavior). Pada penderita ini, terdapat perubahan perilaku pribadi
yaitu sering berbicara sendiri, kemudian penderita menunjukkan gejala aktif
berupa tiba-tiba mengamuk tanpa alasan yang jelas, sukar tidur malam yang
diikuti halusinasi olfaktori yang menganggap semua makanan berbau bensin,
halusinasi visual dimana pasien melihat bayangan polisi yang mengepung
rumah penderita, dan halusinasi auditorik yang menurut keluarga penderita
tidak dapat menjelaskan apa yang dibisikkan.
Pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual dalam PPDGJ III, yaitu
memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia; dan semua persyaratan
14
berikut ini harus dipenuhi semua: (a) gejala “negatif” dari skizofrenia yang
menonjol, misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas
atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri
dan kinerja soaial yang buruk; (b) sedikitnya ada riwayat satu episode
psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia; (c) sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana
intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah
sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari
skizofrenia; (d) tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik
lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas
negatif tersebut.
Pada penderita dapat ditemukan adanya gejala negatif dari skizofrenia
berupa afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, ekspresi wajah yang bingung, kontak
mata yang kurang dan kinerja sosial yang buruk.
Sewaktu dirawat inap di RS Ansari Saleh dan dinyatakan sembuh.
Penderita hanya berobat jalan karena menurut keluarga tingkah laku
penderita masih dapat diatasi oleh keluarganya, sampai akhirnya karena
penderita mulai tidak mau diatur untuk minum obat mulai mengamuk lagi,
maka penderita dibawa ke rumah sakit dan dirawat inap di RSJ Sambang
Lihum selama 6 bulan. Namun, penderita dipulangkan walaupun
15
keadaannya belum membaik. Akibat hal ini penderita mengalami beberapa
gejala ringan dan menetap, dan terjadi disabilitas ringan dalam fungsi,
walaupun secara umum masih baik, dimana penderita masih mampu
mengurus dirinya sendiri (dalam hal mandi, makan, minum, BAB dan
BAK), tetapi penderita tidak mau bekerja dan hubungan sosialnya agak
terganggu.
Diagnosa banding pada kasus ini adalah skizofrenia hebefrenik (F20.1)
dimana onset psikotik terjadi pada usia remaja atau dewasa muda. Akan
tetapi untuk meyakinkan diagnosa ini diperlukan pengamatan yang kontinyu
selama 2 atau 3 bulan mengenai perilaku yang tidak bertanggung jawab,
kecenderungan untuk menyendiri, terkadang cekikikan, senyum sendiri dan
sebagainya. Sampai sejauh ini menurut keluarga pada penderita tidak
ditemukan hal-hal tersebut.
Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena dilihat dari
perjalanan penyakit, pendidikan, ada riwayat herediter, keadaan ekonomi,
dan usia saat menderita, dan organobiologik.
Penderita ini dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka dengan
chlorpromazine 3x100 mg/hari yang merupakan obat anti psikotik yang
berguna untuk menghindari terjadinya gejala peningkatan aktivitas fisik dan
mental, serta kurang tidur. Pada malam hari penderita diberi dua tablet
karena riwayat pengobatan sebelumnya penderita hanya bisa tidur jika
diberikan 2 tablet 100 mg sekaligus. Selain itu ditambah dengan Haloperidol
3x5 mg yang juga sebagai anti psikotik yang mempunyai efek sedasi lemah
16
dan membantu menghilangkan gejala psikotik berupa perasaan tumpul,
kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham dan halusinasi.
Obat antipsikotik kuat seperti Haloperidol, sering menyebabkan gejala
ekstrapiramidal seperti sindroma Parkinson (berupa gemetar, badan kaku
seperti robot, hipersalivasi) dan gejala ekstrapiramidal lainnya, untuk
mengatasi hal ini, digunakan obat Trihexiphenidyl 3 x 2 mg tablet.
Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine pada
reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan
sistem ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis adalah 1)
sedasi dan inhibisi psikomotor; 2) gangguan otonomik (hipotensi ortostatik,
antikolonergik berupa mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur; 3) gangguan endokrin; 4) gangguan ekstrapiramidal
(distonia akut, sindrom Parkinson), dan 5) hepatotoksik. Sindrom Parkinson
terdiri dari tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek samping ini ada yang cepat
dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang sampai
membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan penderitaan pasien.
Bila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya: hentikan obat anti
psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan diberikan
Trihexiphenidyl 3 x 2 mg/hari p.o. atau Sulfas Atropin 0,5 – 0,75 mg im.
Apabila sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis
secara bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan
obat antiparkinson.
17
Usulan terapi selanjutnya yang dapat diajukan bila penderita telah agak
tenang adalah psikoterapi untuk menguatkan mental penderita terutama
dalam menghadapi masalah. Juga diperlukan rehabilitasi yang disesuaikan
dengan bakat dan minat penderita.
Pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk
memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) diperlukan karena efek samping obat
antipsikosis salah satunya adalah hepatotoksik. Selain melalui pemeriksaan
laboratorium, dapat juga dari pemeriksaan fisik berupa tanda ikterik, palpasi
hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik dari
pemeriksaan fisik.
Psikoterapi dianjurkan pemberian support pada penderita dan keluarga
agar mempercepat penyembuhan penderita dan untuk rehabilitasi
disesuaikan dengan tes psikologi sehingga bisa dipilih metode yang sesuai.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.
2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press, 2009.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry 10th Ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
19