lapak kimpang lemak
DESCRIPTION
lemakTRANSCRIPT
Poppy Lukytasari240210130045
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Menurut Kusnandar (2010), lemak dan minyak adalah senyawa ester non
polar yang tidak larut dalam air, yang dihasilkan oleh tanaman dan hewan. Lemak
dan minyak yang dihasilkan dari tanaman disebut lemak nabati, sedangkan yang
dari hewan disebut lemak hewani.Lemak dan minyak terutama disusun oleh atom
utama karbon (C), Hidrogen, (H) dan oksigen (O), tetapi jumlah hidrogen lebih
banyak dan oksigen lebih sedikit dibandingkan karbohidrat.
Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein.Satu gram minyak atau lemak dapat
menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4
kkal/gram. Minyak atau lemak , khususnya minyak nabati mengandung asam
lemak esensial seperti asam linoleat, linolenat dan arakidonat. Minyak dan lemak
juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin A, D, E, K.Lemak dan
minyak banyak digunakan dalam proses pengolahan pangan, baik sebagai
ingredient maupun media pindah panas dalam proses penggorengan. Sifat
fisikokimia lemak dan minyak banyak memengaruhi mutu, umur simpan dan
karakteristik pangan ynag dihasilkan (Winarno, 1992).
Lemak memiliki kandungan kalori yang sangat tinggi yakni 9 kal per gram
serta memiliki sifat tertentu seperti shortening, lubrikasi, emulsifikasi dan
pengocokan. Sifat lemak dan minyak ini dipengaruhi oleh jenis-jenis asam lemak
yang teresterifikasi pada molekul gliserol yang selanjutnya mempengaruhi proses
pengolahan dan pemanfaatan lemak dan minyak tersebut (Tjahjadi dan Marta,
2011). Lemak yang ditambahkan ke dalam bahan pangan atau dijadikan bahan
pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Contohnya persyaratan
atau sifat lemak yang digunakan dalam pembuatan margarin atau mentega
berbeda dengan persyaratan minyak yang digunakan pada pembuatan shortening,
minyak goreng atau lemak yang digunakan untuk pembuatan kembang gula.
Lemak dalam pangan juga berfungsi untuk menigkatkan palatibilatas (rasa
enak, lezat). Sebagian besar besar senyawa atau zat yang bertanggunga jawab
terhadar flavor pangan bersifat larut dalam dalam lemak. Juga diduga bahwa
Poppy Lukytasari240210130045
lemak dalam pangan akan menstimulir mengalirnya cairan pencernaan (Buckle,
1985).
Praktikum kali ini akan membahas mengenai lemak dan identifikasi sifat-
sifatnya secara kualitatif dan kuantitatif. Identifikasi sifat-sifat lemak dilakukan
dengan berbagai metode tergantung sifat apa yang ingin diidentifikasi serta
disesuaikan dengan sampelnya. Berikut adalah hasil identifikasi sifat-sifat lemak
pada beberapa sampel lemak dan minyak.
5.1 Warna dan Aroma Berbagai Minyak dan Lemak
Pengujian warna dan aroma dari berbagai minyak dan lemak yaitu sampel
yang digunakan adalah minyak jagung, minyak kelapa, minyak oryzae, minyak
canola, minyak sawit, dan sampel lemak yang digunakan adalah margarin,
mentega, shortening, gajih sapi.
Warna dan aroma pada minyak dan lemak ini ada bermacam-macam,
tergantung pada sumbernya. Adanya zat warna pada lemak akan mempengaruhi
warna makanan yang dicampur atau diolah. Zat warna dalam minyak tersebut ada
2 golongan, yaitu zat warna alami yang ikut terekstrak bersama minyak pada
waktu proses ekstraksi dan warna gelap sebagai hasil degradasi dari zat warna
alami. Zat warna alami antara lain terdiri dari α dan β karoten, xanthofil, klorofil
dan anthocyanin. Zat-zat inilah yang menyebabkan minyak berwarna kuning,
kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerahan. Warna gelap terjadi selama proses
pengolahan dan penyimpanan sebagai akibat dari suhu pemanasan dan tekanan
pengepresan yang terlalu tinggi, penggunaan campuran pelarut organik tertentu,
adanya logam seperti Fe, Cu, Mn serta adanya peristiwa oksidasi bahan tidak
tersabunkan.
Aroma minyak dan lemak dapat terjadi secara alami juga karena
pembentukan asam-asam berantai C sangat pendek hasil penguraian minyak atau
lemak. Seperti bau khas minyak kelapa karena nonyl methyl keton yang
merupakan komponen bukan minyak.
Poppy Lukytasari240210130045
Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Warna dan Aroma Minyak
Karakteristik
Minyak
Canola Sawit Kelapa Bekatul Jagung
Warna Kuning +
Kuning +++
Putih Keruh
Kuning ++ Kuning ++++
Aroma Khas +++++
Khas ++++ khas ++
khas bekatul
+Khas +++
Gambar
(Sumber: Dokumentasi pribadi TIP A, 2014
Tabel 2. Tabel Hasil Pengamatan Warna dan Aroma Lemak
Karakteristik
Lemak
Lard Tallow Margarin Mentega Shortening
Warna Putih Gading
Putih Kusam
Kuning+
Kuning++ Putih
Aroma Amis++
Amis+
khas margarine
++
khas mentega
+++
khas shortenin
g +
Gambar
(Sumber: Dokumentasi pribadi TIP A, 2014)
Poppy Lukytasari 240210130045
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa setiap jenis minyak memiliki
warna dengan tingkatan yang berbeda-beda, selain itu tingkat aroma yang terdapat
pada sampel berbeda-beda. Hal ini bergantung pada sumber atau bahan dan cara
pengolahan minyak dan lemak tersebut. Minyak sawit berwarna kuning karena
kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin A (Pahan, 2006). Minyak
jagung, dan minyak kelapa kandungan pigmen karotenoid ini berkurang karena
proses hidrogenasi, sedangkan pada minyak kelapa sawit kandungan karotenoid
tinggi hal ini disebabkan karena pada minyak kelapa sawit kandungan
karotenoidnya jarang dihilangkan sepenuhnya karena merupakan provitamin A.
Warna minyak tidak hanya ditentukan oleh karotenoid tapi juga ditentukan oleh
komponen-komponen lain seperti pengotor dan produk reaksi millard seperti pada
minyak kelapa. Kelapa sawit mengandung karotenoid dalam jumlah tinggi
terutama beta karoten. Pigmen pada minyak jagung adalah karotenoid yang terdiri
dari xanthopyl (7,4 ppm) dan caroten (1,6 ppm) (Ketaren, 2005).
Dapat di tinjau dari hasil pengamatan, pada sampel minyak canola adalah
minyak goreng terkaya sumber alfa-linolenat, asam lemak omega-3 yang sangat
baik bagi kesehatan jantung. Minyak canola juga serbaguna, memiliki rasa yang
netral, cahaya tekstur dan media-tinggi titik didih, sehingga bekerja dengan baik
untuk menumis dan memanggang. Lalu pada minyak sawit berwarna kuning
bening sama seperti minyak jagung namun lebih jernih minyak sawit, memilki
aroma yang tidak menyengat, umumnya digunakan untuk menggoreng dan
menumis masakan. Kemudian pada minyak kelapa memiliki warna putih keruh
dan aromanya sedikit seperti kelapa. Minyak kelapa adalah minyak yang dibuat
dari bahan baku kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa
pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia dan RDB. Penyulingan minyak kelapa
memiliki kandungan senyawa-senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh tetap
utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan utama asam laurat ini memiliki
sifat antibiotik, anti bakteri dan jamur. Lalu pada minyak jagung memiliki warna
kuning bening bahkan bila di lihat lebih lama warna minyak jagung jernih dengan
aromanya seperti jagung mentah. Pembuatan minyak jagung menggunakan
Poppy Lukytasari 240210130045
metode ekstraksi dan menggunakan pelarut hexane, mungkin karena proses inilah
minyak jagung memiliki warna yang jernih.
Aroma pada minyak berbeda-beda tergantung pada sumbernya. Minyak
jagung, kelapa sawit, canola dan bekatul masing-masing memiliki aroma yang
khas yang berasal dari komoditas asalnya. Bahan baku tersebut mengandung
senyawa betainone dan nonyl metil keton. Selan itu juga karena adanya asam
lemak C berantai pendek akibat kerusakan yang trejadi pada lemak dan minyak
tersebut. Aroma yang terkandung dalam lemak menghasilkan bau yang khas
sesuai dengan protein yang diambilnya. Misalkan pada saat pengujian adanya
perlakuan shortening tidak didapatkan aroma karena adanya pencampuran antara
2 atau lebih minyak dan mentega atau margarin.
Shortening berasal dari lemak hewani, lemak nabati, atau campuran dari
keduanya. Di pasaran, shortening lebih dikenal dengan mentega putih, karena
warnanya yang putih. Shortening dapat memberikan tekstur empuk serta rasa
gurih pada roti dan biskuit.
Butter berasal dari cream (susu). Biasanya kandungannya hanya cream dan
salt (untuk salted butter). Karena bahan dasarnya cream, maka bila disimpan lama
di suhu ruang akan lumer.
Mentega dan margarin juga memiliki pigmen karoten, namun margarin
memiliki warna kuning yang lebih pekat dari mentega karena bahan bakunya
adalah minyak kelapa sawit yang memiliki kandungan beta karoten yang lebih
tinggi. Karotenoid bersifat sangat larut dalam minyak dan merupakan hidrokarbon
dengan banyak ikatan tidak jenuh. Bila minyak dihidrogenasi maka akan terjadi
hidrogenasi kareotenoid dan warna merah akan berkurang. Hal ini dapat terlihat
pada margarin dan mentega yang memiliki warna kuning pudar. Selain itu, proses
hidrogenasi pada margarin menyebabkan lemak tak jenuh berubah menjadi lemak
jenuh sehingga margarin menjadi lebih tahan terhadap oksidasi sehingga tidak
mudah tengik.
Jenis lemak yang diamati selanjutnya adalah gajih atau lard. Gajih adalah
lemak yang diperoleh dari jaringan lemak ternak. Pada umumnya lemak banyak
terdapat pada rongga perut. Lemak ini memilki aroma daging yang sangat tajam.
Lemak ini memiliki warna putih kemerahan karena diambil dari jaringan lemak
Poppy Lukytasari 240210130045
ternak. Lemak ini sangat mudah tengik sehingga dalam pembuatannya diperlukan
antioksidan. Lemak ini dapat distabilkan dengan cara interesterifikasi ester-ester
asam lemak dalam molekul gliserol. Gajih dapat dicampur dengan lemak nabati
yang diperoleh dari proses hidrogenasi.
Aroma minyak dan lemak selain terjadi secara alami, juga terjadi karena
pembentukan asam-asam yang berantai C sangat pendek sebagai hasil penguraian
pada kerusakan minyak atau lemak. Akan tetapi pada umumnya aroma ini
disebabkan oleh adanya komponen bukan munyak seperti bau khas minyak kelapa
karena nonyl methyl keton. Warna dan aroma pada minyak dan lemak ditentukan
dari bahan dasar pembuatannya. Akan tetapi aromanya lama kelamaan dapat rusak
akibat faktor-faktor tertentu yang ada di lingkungannya.
Zat warna dalam minyak tersebut ada 2 golongan, yaitu golongan pertama
yaitu zat warna alami yang ikut terekstrak bersama minyak pada waktu proses
ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α dan β karoten, xanthofil,
klorofil dan anthocyanin. Zat-zat inilah yang menyebabkan minyak berwarna
kuning, kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerahan. Golongan kedua yaitu warna
gelap sebagai hasil degradasi dari zat warna alami. Warna gelap ini terjadi selama
proses pengolahan dan penyimpanan sebagai akibat dari suhu pemanasan dan
tekanan pengepresan yang terlalu tinggi, penggunaan campuran pelarut organik
tertentu, adanya logam seperti Fe, Cu, Mn serta adanya peristiwa oksidasi bahan
tidak tersabunkan.
Dari hasil pengamatan tersebut, ternyata minyak dan lemak memang
memiliki aroma dan warna yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada
sumber/bahan dan cara pengolahan minyak/lemak. Aroma dari minyak dan lemak
inilah yang nantinya juga akan mempengaruhi rasa, aroma, serta warna makanan
yang diolah bersamanya dan kadang juga mempengaruhi teksturnya juga. Dapat
dikatakan bahwa jika pada minyak, semakin kurangnya penilaian yang diberikan
dengan tanda (+) maka warna pada bahan pangan tersebut akan tampak memudar.
Sedangkan jika pada lemak, akan diketahui bahwa warna dari setiap bahan pangan
tersebut akan mempengaruhi aroma.
Poppy Lukytasari 240210130045
5.2 Kelarutan
Lemak atau minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam
pelarut organik non-polar sperti heksana, petroleum eter, atau dietil eter. Sifat
kelarutan lemak atau minyak dalam pelarut organik non-polar digunakan untuk
melakukan ekstrasi lemak atau minyak. Lemak atau minyak tidak larut dalam air
karena air bersifat polar (Kusnandar, 2010).
Tiap pelarut lemak mempunyai tingkatan kelarutan berbeda-beda pada
minyak dan lemak, dan untuk mengetahui tingkat kelarutan itu dilakukan
percobaan ini, dengan membandingkan pelarut organik (etanol, n-heksana, dan
kloroform) serta pelarut polar (air) (Sudarmadji, dkk., 1996).
Tabel 3. Tabel Kelarutan Berbagai Minyak
Pelarut
Minyak
Minyak
kelapa
Minyak
canola
Minyak
Sawit
Minyak
bekatul
Minyak
jagung
Air Terpisah Terpisah Terpisah Terpisah Terpisah
Heksan Larut Sebagian Larut Larut Larut
Etanol Larut Terpisah Larut Larut Larut
Aseton Sebagian larut Larut Larut larut
Klorofor
m Sebagian Larut Larut Larut Larut
(Sumber: Dokumentasi pribadi TIP A, 2014)
Hasil pengamatan menunjukan bahwa semua sampel minyak tidak larut
dalam air, dan umumnya membentuk dua lapisan yaitu lapisan atas bewarna
kuning/ putih, lapisan bawah bening. Menurut Sudarmadji, dkk (1996), sebagai
senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak umumnya tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai
untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada
dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya.
Oleh karena polaritas lipida berbeda-beda, maka tidak ada bahan pelarut umum
(universal) untuk semua bahan lipida
Seluruh sampel minyak larut pada heksan dan kloroform namun dengan
tingkat kelarutan yang berbeda-beda, sampel minyak yang paling larut dengan
Poppy Lukytasari 240210130045
heksan adalah minyak canola dan yang hanya terlarut sebagian kecilnya yaitu
pada sampel minyak sawit, sedangkan minyak yang paling larut dengan kloroform
adalah minyak jagung, minyak canola, dan minyak kelapa, sedangkan terlarut
sebagian kecil adalah minyak sawit dan bekatul. Menurut Ketaren (2005), semua
sampel minyak larut dalam heksan, metanol, etil asetat karena heksan, metanol,
etil asetat merupakan pelarut organik yang bersifat nonpolar. Hal tersebut
menyebabkan lemak atau minyak dapat larut. Sampel alkohol menunjukan bahwa
masing-masing minyak mengalami kelarutan sebagian, umunya membentuk dua
lapisan, lapisan atas bewarna bening, dan lapisan bawah bewarna kuning. Menurut
Ketaren (2005), lemak hanya larut sebagian dalam alkohol karena alkohol
memiliki keelektronegatifan antara karbon dan oksigen sehingga menyebabkan
alkohol bersifat sedikit polar, oleh karena itu minyak hanya sebagian larut dalam
alkohol. Minyak yang dilarutkan dalam alkohol membentuk 2 fasa yaitu metanol
dibagian atas dan lemak dibagian bawah karena massa jenis minyak lebih besar
dari massa jenis alkohol.
Setelah dilakukan percobaan kelarutan dengan aseton didapatkan hasil
bahwa minyak kelapa, minyak canola, minyak bekatul dapat larut dalam pelarut
aseton, Hal ini disebabkan karena lipid merupakan senyawa nonpolar dan pelarut
aseton, kloroform, dan dietileter juga merupakan pelarut nonpolar. Pada pelarut
air dan etanol yang merupakan pelarut polar, keenam sampel lipid tersebut tidak
dapat larut.
Bahan-bahan pelarut yang umum dipakai untuk ekstraksi lipida adalah n-
heksana, eter atau kloroform. Untuk golongan lipida, yang lebih polar, bahan
pelarut yang dipakai untuk ekstraksi juga dipilih yang lebih polar misalnya
kloroform, etanol, metanol atau campuran beberapa bahan pelarut. Cara ektraksi
lipida dengan pelarut organik ini memiliki spesifitas atau kekhasan yang tinggi
(Sudarmadji dkk., 1996).
Lemak merupakan senyawa yang tidak larut dalam air yang dapat
dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut
organik yang relatif non polar, misalnya dietil eter atau kloroform. Oleh sebab itu,
lemak dibagi menurut sifat fisiknya yaitu lemak yang larut dalam pelarut non
polar atau yang tidak larut dalam air. Meskipun struktur lemak bermacam-macam,
Poppy Lukytasari 240210130045
semua lemak mempunyai struktur yang spesifik, yaitu mempunyai gugusan
hidrokarbon hidrofob yang banyak sekali dan hanya sedikit, jika ada, gugusan
hidrokarbon hidrofil. Hal ini menggambarkan sifat lemak yang tidak larut dalam
air tetapi larut dalam pelarut non polar. Perbedaan lemak dan minyak adalah pada
sifat fisiknya. Pada temperatur kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat
cair. Minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada temperatur 21-25 ºC,
hampir sama dengan temperatur kamar di daerah beriklim dingin dan di bawah
temperatur kamar di daerah tropis. Lemak dan minyak pada umumnya merupakan
trigliserida yang tidak homogen. Oleh sebab itu kebanyakan trigliserida
mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda, misalnya satu asam
palmitat, satu asam stearat dan satu asam oleat sebagai esternya. Golongan asam
lemak yang spesifik yang ada dalam trigliserida tergantung pada jenis spesies dan
kondisi lainnya (De Man, J.M. 1997).
Selanjutnya dilakukan tes bercak lemak menggunakan kertas saring.
Adanya bercak pada kertas saring menandakan adanya lemak pada sampel. Pada
percobaan didapatkan hasil bahwa senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar
menghasilkan bercak pada kertas saring hal tersebut disebabkan senyawa yang
larut tersebut ketika diambil untuk penetesan ikut terbawa dalam pipet dan
membuat bercak pada kertas saring. Uji coba tes bercak lemak menunjukkan
bahwa terdapat bercak noda pada minyak jagung menggunakan uji kelarutan
heksan, air, aseton, kloroform, namun tidak pada etanol. Minyak canola terdapat
bercak pada uji sampel heksan, kloroform, dan tidak tedapat bercak pada uji air,
aseton, dan etanol. Lalu pada minyak sawit terdapat noda pada sampel pelarut
heksan, air, aseton, kloroform, namun tidak pada etanol kemudian pada minyak
kelapa terdapat bercak pada uji pelarut heksan, aseton, kloroform, etanol, namun
tidak pada air. Selanjutnya pada minyak bekatul terdapat bercak pada uji kelarutan
dengan air, aseton, namun tidak pada heksan, kloroform dan etanol. Berdasar
teori, jika semakin tinggi kandungan lipidnya, maka bercak yang dihasilkan pada
kertas semakin transparan.
Adapun sifat fisika dari lemak adalah (De Man, J.M. 1997):
1. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari pelarut organik
misalnya eter, aseton, kloroform dan benzena;
Poppy Lukytasari 240210130045
(2) ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya;
(3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.
Jadi berdasarkan sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari hewan atau
tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau pelarut
lemak yang lain. Macam-macam senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh
melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang
digunakan. Jaringan bawah kulit di sekitar perut, ginjal mengandung banyak lipid
terutama lemak kira-kira 90% .
5.3 Emulsifikasi
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang
lain, yang molekul antara kedua cairan tersebut tidak dapat saling berbaur, akan
tetapi saling antagonistik. Pada suatu emulsi terdapat tiga bagian utama yaitu
bagian yang pertama butiran terdispersi biasanya berupa lemak, bagian 2 fase
pendispersi biasanya berupa air dan bagian ketiga adalah emulsifier yang bertugas
menjaga butir minyak tetap tersuspensi dalam air (Winarno, 1991).
Cara kerja emulsifier adalah dengan membentuk sebuah selaput (film) di
sekeliling butiran yang terdispersi, sehingga mencegah bersatunya kembali
butiran-butiran tersebut. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk
molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. (Winarno, 1991)
Ilustrasi cara kerja emulsifier adalah: bila butir-butir lemak telah terpisah
karena adanya tenaga mekanik (pengocokan), maka butir-butir lemak yang
terdispersi tersebut segera terselubungi oleh selaput tipis dari emulsifier. Bagian
molekul emulsifier yang nonpolar, larut dalam lapisan luar butir-butir lemak,
sedangkan bagian yang polar menghadap kepelarut (air). (Kusnandar, 2010).
Poppy Lukytasari 240210130045
Tabel 3. Hasil Pengamatan Emulsifikasi
Sampel Sebelum emulsifier
(+)
Kuning Telur Gelatin
Minyak
jagung
-
Ada perbatasan
seimbang setelah
dikocok, minyak
lebih banyak dan
berwarna kuning
Larut
Terdapat endapan.
Tidak ada batas
Kuning
Air menyatu dengan
minyak namun ada
batas dimana cairan
kekuningan lebih
banyak- dan benda
diatas air yang
berubah menjadi
putih.
Minyak
bekatul
Air menjadi keruh Larut
Teridiri dari 2
bagian
Ada batas berwarna
puith
Terpisah air menjadi
keruh-
Minyak
kelapa
-
Terpisah
Larut
Berwarna Kuning,
endapan berwarna
kuning
-
Tidak Lariut
Minyak
sawit
Tidak bersatu,
terdapat busa
Larut -
Tidak bersatu
Minyak
canola
-
Tidak bersatu
Larut
Larutan Kuning
-
Tidak larut
(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2014)
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat peristiwa emulsifikasi pada
berbagai jenis minyak. Setelah minyak ditambahkan air dan dikocok maka
terdapat gelembung air dalam minyak. Menururt Ketaren (2005), gelembung air
dan minyak ialah butir-butir lemak dan telah terbentuk emulsi. Tetapi bila
dibiarkan maka partikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari
molekul-molekul air. Jenis emulsi ini dikenal sebagai emulsi temporer.
Poppy Lukytasari 240210130045
5.4 Creaming Effect
Creaming effect adalah kemampuan lemak untuk menangkap udara saat
dilakukan pengocokan bersama dengan gula. Perbandingan jumlah penambahan
lemak yang dalam adonan mempengaruhi jumlah volume udara yang dapat
terserap oleh lemak. Lemak yang digunakan dalam praktikum ini adalah margarin,
perbandingan margarin dengan gula yang digunakan dalam praktikum berbeda-
beda, antara lain 1:2, 2:1, 3:2, 3:1, dan 2:3. Perbedaan perbandingan tersebut
menghasilkan warna, rasa, dan tekstur yang berbeda-beda.
Tabel 4. Hasil Pengaamatan Creaming Effect
Perbandingan
Mentega : Gula
Warna Tekstur Gambar
1 : 2 Putih
kekuningan
Kasar
3 : 1 Putih
kekuningan
Halus ++++
2 : 1 Putih
kekuningan
Halus +++
Poppy Lukytasari 240210130045
3 : 2 Putih
kekuningan
Halus ++
2 : 3 Putih
kekuningan
Halus +
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai shortening effect, perbandingan
antara mentega dan gula yang digunakan sangat mempengaruhi warna, tekstur,
dan aroma cream yang dibuat. Adapun semakin besar perbandingan diantara
keduanya maka warna, tekstur dan aroma akan semakin baik. Cream dengan
perbandingan 2:1 memiliki warna putih yang terbaik, cream dengan perbandingan
3:1 memiliki hasil campuran yang paling baik. Walau demikian, menurut Ketaren
(2005), perbandingan lemak dan berat gula 2:3 akan menghasilkan daya gabung
udara dengan lemak yang maksimal.
Prinsip pengocokan krim yaitu pada awal proses pengocokan, sel-sel udara
agak besar dengan lamela yang tebal di dekat sel-sel udara, pada tahap ini emulsi
krim tidak stabil dan cairan akan keluar dari lamela serta lemak tidak
mendapatkan pengadukan yang cukup untuk menggumpalkan globula-globula
menjadi massa yang cukup besar. Bila pengocokan dilanjutkan, sel-sel udara
terpisah dan lamela lebih tipis karena protein dan cairan harus menutupi
permukaan yang luas. Pengocokan selanjutnya menyebabkan sel-sel udara
terpisah lagi dan menggumpal, atau sebagian massa lemak churning yang dapat
mengubah sel-sel udara. Pengocokan krim pada tahap akhir seharusnya
menunjukkan kekakuan yang maksimum.
Poppy Lukytasari 240210130045
5.5 Shortening Effect
Shortening effect adalah kemampuan lemak untuk melumas dan
mengempukkan biskuit atau pastry.Lemak dapat bersifat shortening disebabkan
sifat yang tidak larut dalam air. Pada adonan yang ditambahkan shortening,
terbentuk massa serabut-serabut gluten dari gandum yang padat dan \keras dapat
dihalangi (Winarno, 1991). Dengan demikian serabut-serabut gluten menjadi lebih
pendek (shortening), sehingga produk akhirnya (roti atau kue) menjadi lebih
empuk.
Hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa pada adonan yang diberi
shortening, setelah dipanggang dalam oven lapisannya tidak menempel dan
mudah dilepaskan dari lipatannya. Selain hal tersebut terdapat rongga-rongga
lapisan udara antara lapisan tersebut.Adapun pada adonan yang tidak diberi
shortening, lapisannya cenderung menempel dan sulit dibuka. Lapisan yang
mudah dibuka dan empuk akibat pemberian shortening menunjukkan adanya
lemak yang menutupi molekul gluten sehingga strukturnya tidak kontinu dan
serabut gluten menjadi lebih pendek.
5.6 Polymorphism
Polymorphism pada minyak dan lemak adalah suatu keadaan dimana
terdapat lebih dari satu bentuk kristal. Polymorphism sering dijumpai pada
beberapa komponen yang mempunyai rantai karbon panjang, dan pemisahan
kristal tersebut sangat sukar. Namun demikian, untuk beberapa komponen, bentuk
dari kristal-kristalnya sudah dapat diketahui. Polymorphysm perlu untuk
mempelajari titik cair minyak atau lemak, dan asam lemak beserta ester-seternya.
Untuk selanjutnya, polymorphysm mempunyai peranan penting dalam berbagai
proses untuk mendapatkan minyak atau lemak (Ketaren, 2005).
Bila suatu lemak didinginkan, hilangnya panas akan memperlambat
gerakan molekul-molekul dalam lemak, sehingga jarak antar molekul lebih kecil.
Jika jarak antar molekul mencapai 5 A maka akan timbul gaya tarik-menarik
antarmolekul yang disebut gaya Van der Waals. Adanya gaya ini menyebabkan
radika-radikal asam lemak dalam molekul lemak akan tersusun berjajar dan saling
bertumbuk serta berikatan membentuk kristal. Menurut Winarno (1991), kristal
Poppy Lukytasari 240210130045
lemak mempunyai bentuk polimer yaitu α (bentuk rapuh, transparan, pipih), β’
(berbentuk halus),β (bentuk besar-besar dan kelompok). Bentuk polimer tersebut
tergantung pada kondisi terbentuknya kristal, perlakuan lemak setelah kristalisasi
dan komponen asam lemak.
Kekuataan ikatan antar radikal asam lemak dalam kristal mempengaruhi
pembentukan kristal. Hal ini mempengaruhi titik cair lemak. Makin kuat ikatan
antar molekul asam lemak, maka makin banyak panas yang dibutuhkan untuk
pencairan kristal. Titik lebur suatu lemak dipengaruhi oleh sifat asam lemak yaitu
daya tarik antar asam lemak, yang ditentukan oleh panjang rantai C, jumlah ikatan
rangkap, dan bentuk cis atau trans pada asam lemak tidak jenuh. Makin panjang
rantai C, maka titik lebur semakin tinggi. Titik lebur menurun dengan
bertambahnya jumlah ikatan rangkap.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa pada semua sampel
terdapat kristal. Pada sampel coklat ayam jago, kristal yang terbentuk lebih
banyak dibandingkan dengan sampel coklat batangan.
5.7 Penyerapan Bau (Tainting)
Lemak memiliki sifat mudah menyerap bau dan salah satu sifat yang dapat
menyebabkan kerusakan pada lemak. Apabila bahan pembungkus dapat menyerap
lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak
dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan teroksidasi oleh udara
sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap
oleh lemak yang ada dalam bungkusan mengakibatkan seluruh lemak menjadi
rusak (Winarno, 1991).
Biskuit merupak salah satu produk olahan yang memiliki kandungan
lemak yang cukup tinggi karena pembuatannya menggunakan lemak (margarin
atau mentega). Praktikum ini dilakukan uji tainting yang sampelnya adalah
biskuit. Disimpan dalam desikator yang berisi sabun. Biskuit tersebut ada yang
dibungkus dengan kertas roti, sabun, alumunium foil + sabun, dan tanpa kemasan.
Berdasarkan hasil pengamatan, bau dari biskuit tersebut semakin hari semakin
Poppy Lukytasari 240210130045
berkurang aroma khas biskuitnya dan semakin hari baunya menjadi bau sabun, hal
ini menunjukkan bahwa lemak dalam biskuit tersebut menyerap aroma sabun.
Percobaan ini dilakukan dengan memberikan empat perlakuan yang berbeda
pada sampel biskuit. Diantaranya yaitu pertama tanpa perlakuan, biskuit langsung
dimasukkan ke dalam desikator, perlakuan kedua, biskuit dimasukkan ke dalam
desikator berisi sabun, perlakuan ketiga, biskuit dibungkus kertas dan dalam
desikator berisi sabun, dan perlakuan keempat, biskuit coklat dibungkus
alumunium foil dan ditempatkan sabun. Terlihat bahwa dalam vahan pembungkus
asli dan kertas roti, bau yang diserap biskuit masih dalam keadaan baik dimana
bau biskuit tersebut masih memiliki bau yang asli dari biskuit tersebut. Adanya
pembungkusan biskuit menggunakan berbagai macam pembungkus,
menyebabkan pembungkus tersebut dapat menyerap bau sabun yang diletakkan di
dasar. Bau sabun tersebut kemudian diserap oleh biskuit sehingga biskuit pun
menjadi berbau sabun pula. biskuit kontrol, yakni yang tidak diberi potongan
sabun di dasarnya dan tidak diberi pembungkus, tidak tercium aroma sabun sama
sekali.
Hasil pengamatan kue krim yang tidak diberi perlakuan apa-apa aromanya
tetap seperti biskuit dari hari ke hari namun semakin pekat wanginya. Lalu pada
kue krim yang di letakkan di atas sabun tanpa menggunakan pembungkus dari
hari ke hari aroma biskuitnya berkurang sedangkan aroma sabun semakin
menyengat. Kue memiliki kemapuan untuk menyerap keadaan udara di
sekitarnya. Pada sampel kue cream di bungkus dengan kertas roti dan di simpan
di atas sabun, dari hari ke hari aroma sabun semakin menempel pada kue. Dan
pada sampel kue ceram dibungkus alumunium foil dan ditaruh di atas sabun,
aroma bikuit semakin berkurang. Hal ini karena pada kandungan komposisi sabun
terdapat zat kimia yang dapat mempertahankan wangi sabun tersebut.
5.8 Penentuan Bilangan Peroksida (Uji Ketengikan)
Uji ketengikan dilakukan untuk menentukan derajat ketengikan dengan
mengukur senyawa-senyawa hasil oksidasi.Penentuan yang dilakukan salah
satunya adalah penetapan bilangan peroksida.Bilangan peroksida ditentukan
berdasarkan jumlah iodin yang dibebaskan setelah lemak atau minyak direaksikan
Poppy Lukytasari 240210130045
dengan KI.Lemak direaksikan dengan KI dalam pelarut asam asetat dan
kloroform, kemudian iodin yang terbentuk ditentukan dengan titrasi menggunakan
natrium tiosulfat (Winarno, 1991).
Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat
kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat
oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida ini
dapat ditentukan dengan metode iodometri. Bilangan peroksida menunjukan
kualitas minyak dan tingkat oksidasi yang terjadi pada minyak. Semakin tinggi
bilangan asam, maka minyak telah mengalami tingkat oksidasi yang semakin
tinggi. Bilangan peroksida ini ditentukan berdasarkan jumlah iodin yang
dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan KI dalam pelarut asetat dan
kloroform. Kemudian iodin yang terbentuk ditentukan dengan titrasi memakai
Na2S2O3 (Winarno, 1991).
5.9 Penentuan Bilangan Asam
Penetapan bilangan asam merupakan salah satu uji kimia untuk lemak dan
minyak. Menurut Anonim (2010), bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah
miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang
terdapat dalam satu gram minyak atau lemak. Bilangan asam yang besar
menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisis minyak
atau karena proses pengolahan yang kurang baik. Semakin tinggi bilangan asam
maka semakin rendah kualitasnya.
Tabel 4. Hasil Pengaamatan Bilangan Asam dan Kadar AsamKel Sampel Vtitrasi BA KA
1 Minyak baru
5300 ml
0,2 2,17 ×10−4 9,9×10−4
2 Minyak Baru
5105
0,2 2,19 ×10−4 1,03 ×10−3
3 Minyak Lama
5070
0,4 4,42 ×10−4 2,07 ×10−3
Poppy Lukytasari 240210130045
4 Minyak Lama
5002
0,6 6,7×10−4 3,15 ×10−3
5 Minyak Lama
5001,9
1,02 1,1×10−3 5,3 ×10−3
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Kadar asam lemak bebas atau Angka asam dinyatakan sebagai jumlah
miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang
terdapat dalam satu gram minyak atau lemak. Angka asam yang besar
menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisa minyak
maupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam
makin rendah kualitasnya (Soedarmadji, 2007).
Kadar asam yang tinggi pada minyak menunjukkan bahwa tingkat
kemurniannya sudah rendah dan banyak mengandung asam lemak bebas yang
dapat menyebabkan terjadinya ketengikan. Asam lemak bebas tersebut merupakan
hasil dari hidrolisis pada minyak.
Poppy Lukytasari 240210130045
VI. KESIMPULAN
Dalam pengolahan makanan, minyak dan lemak berfungsi sebagai
penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening (mentega putih),
lemak (gajih), mentega,dan margarin.
Warna dan aroma minyak berbeda-beda tergantung sumber dari minyak
tersebut.
Kelarutan minyak dan lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat
polaritas asam lemaknya.
Emulsi merupakan suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan
yang lain, yang molekul-moleku kedua cairan tersebut tidak saling berbaur
tetapi saling antagonistik.
Kue yang dibungkus kertas roti dan dibagian bawah diletakkan sabun
aroma akan terpengaruhi bau sabun tersebut.
Pada minyak baru persentase kadar asam lebih kecil, dan terbukti minyak
baru lebih baik.
Poppy Lukytasari 240210130045
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wotton. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan oleh Hari Purnomo dan Adiono.Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
De Man, J.M. 1997. Kimia Makanan. Penerbit ITB, Bandung.
Keraten, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, Jakarta.
Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Soedarmadji, S. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Tjahjadi, Carmencita dan H.Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan, Universitas Padjadjaran.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.