lapak nutrisi

158
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan ikan merupakan salah satu faktor utama dalam pembudidayaan ikan sangat menentukan tingkat produktivitas usaha dan mutu ikan yang dihasilkan. Pakan ikan yang baik sangat bergantung pada nilai gizi yang dikandungnya dan komposisi bahan baku yang digunakan. Produksi pakan ikan di Indonesia sebagian besar telah dihasilkan oleh pabrik pakan di dalam negeri. Namun demikian, sebagian besar bahan baku pakan ikan masih diimpor dari luar negeri. Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang . Pakan buatan adalah pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia. Pakan buatan bersifat basa , seperti bentuk pasta atau emulsi (cairan pekat), tidak perlu disimpan. Jenis pakan basah sebaiknya dihabiskan dalam satu kali pemberian/ 1

Upload: rizkiaaliyah

Post on 18-Jul-2016

203 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

lapak nutrisi

TRANSCRIPT

Page 1: LAPAK NUTRISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan ikan merupakan salah satu faktor utama dalam pembudidayaan ikan

sangat menentukan tingkat produktivitas usaha dan mutu ikan yang dihasilkan.

Pakan ikan yang baik sangat bergantung pada nilai gizi yang dikandungnya dan

komposisi bahan baku yang digunakan. Produksi pakan ikan di Indonesia

sebagian besar telah dihasilkan oleh pabrik pakan di dalam negeri. Namun

demikian, sebagian besar bahan baku pakan ikan masih diimpor dari luar negeri.

Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan

kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan

berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral

dan vitaminnya seimbang.

Pakan buatan adalah pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan

dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia. Pakan buatan

bersifat basa, seperti bentuk pasta atau emulsi (cairan pekat), tidak perlu disimpan.

Jenis pakan basah sebaiknya dihabiskan dalam satu kali pemberian/ aplikasi

karena pakan jenis ini mudah rusak jenis kandungannya. Namun bila memang

harus disimpan, sebaiknya disimpan dalam ruangan pendingin (lemari es), itu pun

tidak bisa terlalu lama, hanya 2 s.d 3 hari. Jika terlalu lama disimpan, kualitas

pakan turun dan tidak bagus untuk dikonsumsi. Bahan baku yang digunakan untuk

menentukan kualitas pakan buatan harus memenuhi beberapa syarat diantaranya ,

bernilai gizi, mudah dicerna, tidak mengandung racun, mudah diperoleh, dan

bukan merupakan kebutuhan pokok manusia.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikan dapat mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan pakan.

1

Page 2: LAPAK NUTRISI

2

1.3. Manfaat Praktikum

Praktikan dapat mengidentifikasi sumber protein untuk pakan ikan.

Page 3: LAPAK NUTRISI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Bahan Baku Pakan Ikan

Jenis-jenis bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan buatan

dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku hewani, bahan

baku nabati dan bahan baku limbah industry pertanian. Selain ketiga jenis bahan

baku tersebut untuk melengkapi ramuan dalam pembuatan pakan buatan biasanya

diberikan beberapa bahan  tambahan. Jumlah bahan tambahan (feed additive)

yaitu bahan makanan atau suatu zat yang ditambahkan dalam komposisi pakan

untuk meningkatkan kualitas dari pakan (Anonim, 2010).

2.1.1 Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Basal

Bahan pakan basal yaitu pakan protein basal dan pakan protein suplemen.

Pakan protein basal adalah bahan pakan, baik hewani maupun nabati yang

kandungan proteinnya dibawah 20%. Contohnya : Dedak halus 15,58%, Tepung

Jagung 9,50%,

- Dedak halus

Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak

yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan

beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%, Lemak=12,15%,

Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%,

Nilai ubah= 8.

- Tepung Jagung

Terdapat 2 jenis, yaitu: (1) Jagung kuning, mengandung protein dan energi

tinggi, daya lekatnya rendah; (2) Jagung putih, mengandung protein dan

enrgi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang

digunakan.

3

Page 4: LAPAK NUTRISI

4

2.1.2. Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Suplemen

Bahan pakan suplemen yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari

nabati, hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein lebih dari 20%.

Contohnya : Tepung ikan 62,99%, Tepung kedelai 43,36%.

- Tepung ikan

Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis)

yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan

difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang

dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan,

bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan

kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling

essensial sampai 8%. Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%;

Abu=26,65%; Serat=1,80%; Air=10,72%; Nilai ubah=1,5–3.

Cara pembuatannya:

1. Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.

2. Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.

3. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

- Tepung kedelai

Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial yang paling

essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya ± 10%.

Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin,

dapat dikendalikan dengan cara memasak. Kandungan gizi: Protein:

39,6%, Lemak=14,3%, Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%,

Air=8,4%, Nilai ubah=3-5.

2.1.3 Bahan Pakan Ikan Tambahan

Bahan pakan ikan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dengan

sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki

penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan.Selain itu

dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Contohnya :

Page 5: LAPAK NUTRISI

5

1. Vitamin dan Mineral

1. Cara memperoleh: dari toko penjual makanan ayam (poultry shop)

yang sudah dikemas dalam bentuk premiks (premix).

2. Premix tersebut mengandung vitamin, mineral, dan asam-asam

amino tertentu.

3. Contoh-contoh merek dagang:

Top mix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B

kompleks), 2 asam amino essensial (metionin dan lisin) dan

6 mineral (Mn, Fe, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan

(BHT)

Rhodiamix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B

kompleks), asam amino essensia metionin, dan 8 mineral

(Mg, Fe, Mo, Ca, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan.

Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO3, FeSO4,

MnSO4, KI, CuSO4, dan ZnCO3, serta vitamin B12

(sianokobalamin).

Merek lain: Aquamix, Rajamix U, Pfizer Premix A, Pfizer

Premix B.

Penggunaannya : Untuk ikan 1-2% dan untuk udang 10-

15%.

Page 6: LAPAK NUTRISI

6

Garam Dapur (NaCl)

4. Fungsi: sebagai bahan pelezat (gurih), mencegah terjadinya proses

pencucian zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan makanan ikan.

5. Penggunaannya cukup 2%.

2. Bahan Perekat

1. Contoh bahan perekat: agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung

sagu, dll. Yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka.

2. Penggunaannya cukup 10%.

3. Antioksidan

1. Bahan: fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikulin (1,2dihydro-6-

etoksi-2,2,4 trimethyquinoline), BHT (butylated hydroxytoluena),

dan BHA (butylated hydroxyanisole). 

2. Penggunaannya: etoksikulin 150 ppm, BHT dan BHA 200 ppm. 

4. Ragi dan Ampas Bir

1. Ragi adalah sejenis cendawan yang dapat merubah karbohidrat

menjadi alkohol dan CO2.

2. Macam ragi: ragi tape, ragi roti, dan bir.

3. Kandungan gizi: Protein=59,2%, Lemak=0, Karbohidrat=38,93%,

Abu=4,95%, Serat kasar=0, Air=6,12%.

4. Ampas bir merupakan limbah pengolahan bir.

5. Kandungan gizinya: Protein=25,9%, Serat kasar=15%

6. Penggunaannya: ampas bir basah 3-6% dan kering 10%.

2.1.3.1 Feed Aditif

Feed additive merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada

ternak melalui pencampuran pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan

pelengkap yang bukan zat makanan. Penambahan feed additive dalam pakan

bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak yang optimal.Feed additive ada

dua jenis yaitu feed additive alami dan sintetis (Wahju, 2004).

Page 7: LAPAK NUTRISI

7

            Menurut Ravindran (2012), feed additive dapat digolongkan menjadi dua

macam, yaitu nutritive feed additive dan non nutritive feed additive. Nutritive feed

additive ditambahkan ke dalam ransum untuk melengkapi atau meningkatkan

kandungan nutrien ransum, misalnya suplemen vitamin, mineral, dan asam

amino. Non nutritive feed additive tidak mempengaruhi kandungan nutrien

ransum, kegunaannya tergantung pada jenisnya, antara lain untuk meningkatkan

palatabilitas (flavoring / pemberi rasa, colorant / pewarna), pengawet pakan

(antioksidan), penghambat mikroorganisme patogen dan meningkatkan kecernaan

nutrien (antibiotik, probiotik, prebiotik), anti jamur, membantu pencernaan

sehingga meningkatkan kecernaan nutrien (acidifier, enzim).

Feed additive yang bersifat nutritif antara lain adalah suplemen mineral,

yang mencakup major mineral dan trace mineral. Mineral dapat berasal dari

bahan organik, misalnya batu kapur (limestone), grit cangkang kerang, grit

cangkang telur. Mineral organik tidak boleh digunakan melebihi 3% dalam

ransum. Mineral dapat juga berasal dari bahan anorganik, misalnya dikalsium

fosfat, garam dapur (NaCl),defluorinated phosphate, trikalsium fosfat, sodium

bikarbonat (Na2CO3) dalam bentuk baking soda dengan dosis 0,2 – 0,3% dalam

ransum. Trace mineral seperti Cu, Zn, Fe, Mn, Co dibutuhkan hanya sedikit, yaitu

0,01% dalam ransum. Suplemen mineral dibutuhkan sebanyak 0,05% dalam

ransum. Asam amino esensial (L-lisin, DL-metionin, L-treonin, L-triptofan) dapat

ditambahkan dalam ransum untuk memenuhi keseimbangan asam amino

(Ravindran, 2012).

            Penggunaan non nutritive feed additive umumnya tidak lebih dari 0,05%

dari ransum. Jenis-jenisnya antara lain yaitu pengikat pellet (bentonit,

hemiselulosa, guar meal); pemberi aroma/ flavoring agent; enzim (xylanase, ß-

glukanase, fitase); antibiotika; anti jamur (natrium propionat, asam propionat,

gentian violet, nistatin);  koksidiostat untuk mencegah koksidiosis (amprolium,

bithionol, polystat, zoalin, nitrofurazon, furazolidon); anti cacing (piperazin,

phenothiazin, dichlorophen); antioksidan (ethoxyquin, BHT, BHA) untuk

Page 8: LAPAK NUTRISI

8

mencegah ketengikan oksidatif dari lemak yang merusak vitamin A, E, dan D;

pewarna (karotenoid) untuk meningkatkan pigmentasi pada ayam broiler dan

kuning telur; serta bahan-bahan pemicu metabolisme (zat thyroaktif) seperti

kasein dan iodium (Wahju, 2004).

            Sebagai bahan pengganti antibiotik, digunakan bahan-bahan aditif pakan

seperti probiotik, prebiotik, asam organik, herbal, dan protein antimikrobial.

Probiotik digunakan untuk meningkatkan populasi bakteri menguntungkan dalam

saluran pencernaan seperti lactobacilli dan streptococci. Prebiotik seperti FOS

(frukto oligosakarida) dan MOS (mannan oligosakarida) digunakan untuk

mencegah penempelan dan pertumbuhan bakteri patogen di saluran pencernaan,

sebagai nutrien bagi bakteri menguntungkan. Asam organik seperti asam

propionat dan asam format digunakan sebagai acidifier, yaitu menurunkan pH

saluran pencernaan sehingga merangsang aktivitas enzim pencernaan dan

mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen. Herbal seperti rempah-rempah,

minyak esensial, ekstrak tumbuhan, madu dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme patogen, meningkatkan imunitas, merangsang aktivitas enzim

pencernaan. Protein antimikrobial seperti lisozim, laktasin F, laktoferrin, α-

laktalbumin dapat mencegah pertumbuhan mikroba patogen (Ravindran, 2012).

2.1.3.2 Feed Suplemen

Feed-supplement merupakan  bahan makanan tambahan esensial yang

berguna untuk merangsang pertumbuhan dan mencegah penyakit, serta

memperbaiki mutu ransum. Feed-supplement ini berisikan sebagian atau beberapa

unsur zat-zat makanan dan obat-obatan. Unsur zat makanan yang biasa terdapat di

dalamnya ialah vitamin-vitamin, asam-asam amino dan mineral. Sedangkan unsur

obat-obatan yang biasa ialah antibiotic dan ciccodiostat.

1. Feed suplemen antibiotik

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu organisme untuk

menghambat atau merusak pertumbuhan organisme lain. Contohnya

penisilin, aureomisin( klor tetrasiklin), terramisin (oksitetrasiklin ), feet

Page 9: LAPAK NUTRISI

9

suplemen ini bisa dicampur dengan pakan atau dicampur dengan air

minum.Ayam yang di beri anti biotik pada pakannya, lebih terangsang

pertumbuhannya daripada yang tidak.dosisnya 1 s/d 10 g /100kg

pakan.

2. Feed suplemen pemacu pertumbuhan

Feed suplemen pemacu pertumbuhan adalahfeed suplemen anti biotik

tidak mengandung zat antigenik dan dapat dieliminasikan secara cepat

tanpa residu setelah 24 jam.

Feed suplemen ini antara lain olaku indoks, basitrasin, flavomisin, Zn

dan lain lain. Beberapa merk feed suplemen antara lain Grobig,

Rodhiamix. Dosis pemakaian untuk Ayam pedaging yaitu untuk stater

gunakan grobig stater 500 g/100 kg pakan untuk finisher, Grobig

broiler 500g /100kg pakan. Jika menggunakan rodiamix, maka dosis

yang di anjurkan untuk pedaging finisher. Gunakan rodiamix 22

sebanyak 500 g, atau rodiamix CFT 22 sebanyak 140 g, atau Rodiamix

784 sebanyak 179 g tiap 100 kg pakan.

3. Asam amino sintetis

Biasanya ada dua asam amino esensial yaitu DL-Methionin bahan ini

mengandung 98 -99% methionin dan L-Lisinmengandung 60-99%

lisin.Gunanya untuk melengkapi kekurangan protein hewani.

4. Koksidiostat (coccidiostat)

Obat untuk mencegah berak darah (koksidiosis). Banyak macam obat

yang bisa di campurkan, misalnya Bambermycine, Amprolium,

Monensin. Nikarbazin, Neomicine, Salinomycine, Sulfakuinoksalin

yang tersedia dalam berbagai merk paten.dan jangan lupa perhatikan

dosis yang ada dlm kemasannya

5. Anti jamur (anti mold)

Jika bahan baku nyag di pakai mudah berjamur, maka sebaik nya di

beri anti jamur antara lain, Asam propionat, asam asetat asam sorbat,

Page 10: LAPAK NUTRISI

10

amoniumpropionat atau kombinasi dari bahan bahan tersebut.

Dosisnya 0,09-0,1%.

6. Anti racun (anti toksik)

Jika pakan berjamur maka akan menimbulkan racun bagi ternak. Maka

berilah anti racun pada pakan. Tapi jika sudah di beri anti jamur maka

tidak perlu di beri anti jamur.

7. Anti oksidan

Udara yang lembab, panas matahari, oksidasi pengaruh luar ,bisa

merusak nutrisi dan kwalitas pakan. Untuk mengantisipasinya ,maka di

beri antioksidan. Misalnya, BHT (Butylated hidroksi toluen), BHA

(`butylated hydroksi anisol), EQ (etoxyquin), PG (prophilgallate).

Page 11: LAPAK NUTRISI

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Pelaksanaan kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah :

1. Wadah bahan

3.2.2 Bahan Bahan

Adapun bahan yang digunakan untuk diidentifikasi adalah :

1. Pollard

2. Daun pepaya

3. Sengon

4. Tepung darah

5. Dedak

6. Tepung ikan

7. Tepung daging ikan

8. Daun sente

9. Ampas kecap

10. Tepung kedelai

11. Tepung jagung

12. Tepung tulang ikan

11

Page 12: LAPAK NUTRISI

12

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Identifikasi Karakteristik Bahan Pakan Ikan

Bahan yang berada pada wadah dilihat

↓ Lalu dicium baunya

↓Setelah itu dipegang untuk mengetahui teksturnya

↓ Lalu disimpulkan

Page 13: LAPAK NUTRISI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Karakteristik Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Basal

Tabel 1. Karakteristik Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Basal

No Nama Bahan Asal Bahan Ciri fisik Aroma KesimpulanBentuk Warna Tekstur

1Pollard

/MaizenaTritium asetium Serbuk Coklat Kasar

Khas gandum Nabati, Limbah

2Tepung jagung Zea Mass Serbuk Putih Halus

Khas jagung Nabati

3 DedakOryza Sativa Remah Cream Kasar Khas padi Hewani, komersil,

4.1.2 Data Karakteristik Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Suplemen

Tabel 2. Karakteristik Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Suplemen

No Nama Bahan

Asal Bahan

Ciri fisik Aroma KesimpulanBentuk Warna Tekstur

1Tepung darah Ikan Bubuk Hitam Halus

Khas tepung

Hewani, limbah, menyengat

2 Sengon Albasia sp Serbuk Kehitaman KasarKhas daun Nabati

3Tepung

ikan Ikan Remah Coklat Kasar Amis Hewani

4

Tepung daging ikan Ikan Remah Coklat Kasar

Bau Ikan Nabati

5Daun sente

Alocosia Macrorhiza Remah

Hijau kecoklatan Kasar

Daun kering Nabati, komersil

6Ampas kecap

Soybean Meal Butiran Hitam

Besar, Lembut Asam

Nabati, Limbah, kelas 4, suplemen

7Tepung kedelai

Soybean Meal Tepung Coklat Halus

Khas kedelai

Nabati, komersil,kelas 5,

suplemen

8Daun

pepayaCarila papaya Serbuk Coklat Kasar

Khas daun Nabati, by product

9

Tepung tulang ikan

Fish bone meal Tepung

Putih pucat Halus

Bau ikan asin

Hewani by product, Kelas5, Suplemen

13

Page 14: LAPAK NUTRISI

14

4.2 Pembahasan

Dalam membuat pakan buatan untuk ikan/udang, hal pertama yang harus

dipertimbangkan ádalah karakteristik bahan baku pakan. Lusiawiaty (2008)

menyatakan faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan pembuatan

pakan ikan adalah memilki nilai nutrisi sesuai kebutuhan ikan, mudah diperoleh

dan selalu tersedia, mudah diolah dan dibentuk, tahan lama, bukan zat antinutrien.

Jenis-jenis bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan buatan dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku hewani, bahan baku

nabati dan bahan baku limbah industry pertanian. Dari hasil praktikum kami

terdapat 7 yang merupakan bahan baku dari nabati dan 5 yang merupakan hewani.

Yang merupakan bahan baku ikan sumber protein basal yaitu dedak,tepung

jagung, maizena, bahan-bahan inilah yang kandungan proteinnya dibawah 20%

atau disebut basal. Dan yang merupakan bahan baku suplemen atau kandungan

proteinnya diatas 20% yaitu tepung darah, sengon, tepung daging ikan, tepung

ikan, ampas kecap, daun sente, tepung kedelai, daun papaya, dan tepung tulang

ikan.

4.2.1 Karakteristik Masing-masing Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Basal

Pada praktikum kali ini bahwa :

1. Pollard merupakan dedak gandum yang berasal dari bahan: hasil samping

perusahaan tepung terigu. Tepung yang paling baik untuk pakan ikan adalah

“wheat pollard” dengan kandungan gizi: Protein=11,99%, Lemak=1,48%,

Karbohidrat=64,75%, Abu=0,64%, Serat kasar=3,75%, Air=17,35%, Nilai

ubah=2-3. Yang berarti termasuk pakan basal.

2. Tepung jagung memiliki kandungan karbohidrat (terutama pati 80% dari bahan

kering), protein 15% dari bahan kering dan lemak 15,5% dari bahan kering nutrisi

jagung kuning adalah 1,7% abu, 2,2% SK, 68,6% BETN dan 8,9% PK dan air.

Jagung kuning merupakan jenis dari sereals, berwarna kuning yang mempunyai

kandungan lisin dan protein yang lebih tinggi daripada gandum. Jagung kuning

disamping mengandung karoten, juga menjadi sumber energi dalam ransum.

Page 15: LAPAK NUTRISI

15

3. Dedak. Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar.

Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan

beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%, Lemak=12,15%,

Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%, Nilai

ubah= 8.

4.2.2 Karakteristik Masing-masing Bahan Pakan Ikan Sumber Protein

Sumplemen

1. Tepung darah Bahan: darah, limbah dari rumah pemotongan ternak, Kandungan

gizinya: Protein= 71,45%, Lemak= 0,42%,Karbohidrat= 13,12%, Abu= 5,45%,

Serat= 7,95%, Air= 5,19. Proteinnya sukar dicerna, sehingga penggunaannya

untuk ikan < 3% dan untuk udang < 5%.

2. Sengon sejenis pohon anggota suku Fabaceae. Pohon peneduh dan penghasil

kayu ini tersebar secara alami di India, Asia Tenggara, Cina selatan,

dan Indonesia. Kandungan proteinnya lebih dari 20%.

3. Tepung ikan bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai

ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan

difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat

merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih

dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin

yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8%.

Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%; Abu=26,65%; Serat=1,80%;

Air=10,72%; Nilai ubah=1,5–3.

Cara pembuatannya:

1. Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.

2. Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.

3. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.

Page 16: LAPAK NUTRISI

16

4. Tepung daging ikan Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%;

Abu=26,65%; Serat=1,80%; Air=10,72%; Nilai ubah=1,5–3.

5. Daun sente kadar proteinnya 32 % dan kandungan energi per gram protein (c/p

rasio) 8,5 -9,37 kkal DE/gram protein.

6. Ampas kecap protein sebesar 20-27%. Selain itu pemanfaatan ampas kecap

juga merupakan salah satu upaya untuk menghindari pencemaran lingkungan dari

limbah kecap tersebut

7. Tepung kedelai. Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial yang

paling essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya ± 10%.

Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin, dapat

dikendalikan dengan cara memasak. Kandungan gizi: Protein: 39,6%,

Lemak=14,3%, Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%, Air=8,4%, Nilai

ubah=3-5.

8. Daun pepaya. Daun pepaya memiliki kandungan gizi yang cukup beragam

diantaranya vitamin A 18250 SI, vitamin B1 0,15 miligram per 100 gram, vitamin

C 140 miligram per 100 gram daun pepaya, kalori 79 kal per 100

gram, protein 8,0 gram per 100 gram, lemak 2,0 gram per 100 gram, hidrat

arang/karbohidrat 11,9 gram per 100 gram, kalsium 353 miligram per 100 gram,

dan air 75,4 gram per 100 gram. Daun pepaya juga mengandung carposide yang

dapat berfungsi sebagai obat cacing. Daun pepaya mengandung zat papainyang

tinggi sehingga menjadikan rasanya pahit, namun zat ini justru bersifat stomakik

yaitu dapat meningkatkan nafsu makan.

9. Tepung tulang ikan Kandungan gizinya: Protein=25,54%, Lemak=3,80%,

Abu=61,60%, Serat=1,80%, Air=5,52%.

Page 17: LAPAK NUTRISI

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulannya yang dapat ditarik pada praktikum ini bahwa identifikasi

bahan pakan sangat diperlukan karena dapat digunakan untuk mengukur takaran

serta mengetahui karakteristik dari bahan tersebut yang akan digunakan dalam

pembuatan pellet ikan.

5.2 Saran

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum lebih diperbanyak agar

praktikan dapat mengetahui bahan baku lainnya.

17

Page 18: LAPAK NUTRISI

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Andika. 2002. Pengaruh Daun Sente {Alocasia macrorrhiza (L) Schott)

Yang Difermentasi Rhizopus oligosporus Sebagai Bahan Substitusi

Tepung Bungkil Kedelai Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurame

{Osphronemus gouramy, Lac.).

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22021 (Diakses pada tanggal

5 Juni 2014)

Randifarm. 2011. Menghitung Kebutuhan Bahan Baku Pelet.

http://www.randifarm.co.id/2011/11/menghitung-kebutuhan-bahan-baku-

pakan.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)

Rinastiti, Lintang. 2013. Feed Aditive.

http://lintangrinastiti.blogspot.com/2013/07/feed-additive-antibiotik-

probiotik.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)

http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=07620044 (Diakses pada tanggal 5

Juni 2014)

18

Page 19: LAPAK NUTRISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan dalam melakukan kegiatan budidaya dipengaruhi oleh 3

faktor penting yaitu Breeding (bibit), feeding (pakan), dan management. Namun

selama ini faktor terpenting yang menjadi kendala dan problematika dalam

melakukan kegiatan budidaya yaitu makanan atau pakan ikan. Pakan merupakan

salah satu faktor pembatas dalam melakukan kegiatan budidaya karena

mempunyai peranan yang sangat penting baik ditinjau dari faktor penentu

pertumbuhan maupun dilihat dari segi biaya produksi. Sebagaimana yang telah

diketahui, bahwa dilihat dari total biaya produksi dalam kegiatan budidaya, pakan

(pakan buatan) memberikan kontribusi kebutuhan biaya operasional mencapai

60% dari biaya produksi. Tentunya dalam hal ini pakan merupakan kebutuhan

termahal dari kegiatan budidaya. Untuk itu diperlukan adanya manajemen aplikasi

pakan yang baik yang harus sesuai kondisi dengan media hidup serta jenis ikan

dan tingkat kebutuhan ikan yang dibudidayakan agar pakan dapat dimanfaatkan

secara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup

ikan tersebut.

Ikan merupakan organisme air yang menggunakan protein sebagai sumber

energi utama. Lain halnya dengan manusia yang menggunakan karbohidrat

sebagai sumber energi utamanya. Sehingga sebelum membuat suatu formulasi

pakan, hal penting untuk diketahui adalah kebutuhan nutrisi bagi organisme yang

akan memanfaatkan bahan pakan tersebut. Selain itu juga harus diketahui jenis

bahan pakan apa saja yang digunakan serta bagaimana kandungan gizi dalam

bahan pakan tersebut, sehingga dapat ditentukan berapa banyak bahan pakan yang

diperlukan untuk membuat suatu formulasi pakan.

Dalam membuat formulasi pakan, kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan

perlu diketahui terlebih dahulu. Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ikan

tergantung dari spesies, ukuran serta kondisi lingkungan ikan itu hidup. Nilai

19

Page 20: LAPAK NUTRISI

20

nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilakukan melalui analisa proksimat. Beberapa

kandungan gizi yang perlu untuk diketahui dalam rangka menyusun ransum pakan

yaitu protein, lemak, karbohidrat yang terdiri dari BETN dan serat, serta abu.

Selain itu juga perlu diketahui kandungan airnya, sehingga dapat ditentukan perlu

tidaknya ditambahkan suatu bahan antioksidan dalam suatu formulasi pakan.

Dengan mengetahui semua itu diharapkan pakan yang dibuat memiliki kualitas

yang tinggi yakni dapat meningkatkan pertumbuhan, perkembangan dan

kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum teknik dasar formulasi pakan ikan yaitu :

1. Untuk mengatahui cara menghitung formulasi pakan dengan berbagai

metode.

2. Untuk mengatahui komposisi gizi dari masing-masing bahan baku pakan

yang tersedia.

3. Untuk mengetahui cara cepat dan tepat dalam menghitung formulasi .

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum teknik dasar

formulasi pakan ikan diantaranya :

1. Praktikan mampu membuat formulasi pakan sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh ikan tertentu.

2. Praktikan memahami cara menghitung formulasi pakan dengan berbgai

metode.

Page 21: LAPAK NUTRISI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Formulasi Pakan

Formulasi yang baik berarti mengandung semua zat gizi yang diperlukan

ikan dan secara ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga dapat

meinberikan keuntungan.

Penyusunan formulasi pakan terutama memperhatikan penghitungan nilai

kandungan protein karena zat gizi ini merupakan komponen utama untuk

pertumbuhan mbuh ikan.  Setelah diketahui kandungan protein dari pakan yang

akan dibuat maka langkah selanjutnya adalah perhitungan untuk komponen zat-zat

gizi lainnya.

Berikut ini diberikan beberapa contoh cara menghitung/menyusun formulasi

pakan dengan cara/mecode tersebut. Contoh-contoh ini dapat diperluas sendiri

tergantung keinginan atau ketersediaan bahan baku.

Cara yang digunakan dalam penyusunan pakan yaitu metode bujur sangkar

(pearson square method), metode coba-coba (trial and error method), dan

berbagai metode dengan program komputer (Suprijatna et al., 2005). Aspek yang

perlu diperhatikan dalam membuat formulasi pakan adalah ketersediaan bahan

pakan, kualitas pada bahan pakan, harga bahan pakan, banyaknya bahan pakan

yang dapat digunakan dalam formula pakan, jenis unggas, dan juga umur unggas

(Rahayu et al., 2011).

Berikut ini diberikan beberapa contoh cara menghitung/menyusun formulasi

pakan dengan cara/mecode tersebut. Contoh-contoh ini dapat diperluas sendiri

tergantung keinginan atau ketersediaan bahan baku.

2.1.1 Metode Percent Square

Metode segiempat kuadrat adalah suatu metode yang pertama kali dibuat

oleh ahli pakan ternak dalam menyusun pakan ternak yang bernama Pearsons..

Metode ini ternyata dapat diadaptasi oleh para ahli pakan ikan dan digunakan

untuk menyusun formulasi pakan ikan.Dalam menyusun formulasi pakan ikan

21

Page 22: LAPAK NUTRISI

22

dengan metode ini didasari pada pembagian kadar protein bahan-bahan pakan

ikan. Berdasarkan tingkat kandungan protein, bahan-bahan pakan ikan initerbagi

atas dua bagian yaitu :

Protein Basal, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari nabati,

hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein kurang dari 20%.

Protein Suplement, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari

nabati, hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein lebih dari

20%.

       Dalam metode segi empat ini langkah pertama adalah melakukan

pemilihan bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan.

Disarankan untuk memilih bahan baku pembuatan pakan ikan ini tidak hanya dari

satu sumber bahan saja tetapi menggunakan beberapa bahan baku dari sumber

nabati, hewani atau limbah hasil pertanian. Misalnya kita akan membuat pakan

ikan dengan kadar protein 35% dengan menggunakan bahan baku terdiri dari

tepung ikan, dedak halus, tepung jagung, tepung terigu dan tepung kedelai.

Metode ini berpegang pada empat sudut dari segi empat, perhitungan yang

digunakan hanya pengolahan dasar seperti kurang dan tambah saja. Metode ini

cukup sederhana, mudah dan banyak digunakan sebelum ada alat hitung seperti

sekarang (Rasyaf, 2007). Prosedur kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai

berikut (Kartadisastra, 2002) :

a. Gambar kotak segi empat

b. Tentukan tingkat protein yang diinginkan di tengah-tengah kotak

tersebut

c. Kelompokkan bahan-bahan sesuai dengan sumber protein(SP) dan

sumber karbohidrat(SK) kemudian hitung masing-masing rata-rata

sumber tersebut.

d. Tempatkan kelompok SK sebelah atas pojok kiri dan SP pada pojok

kiri bagian bawah

Page 23: LAPAK NUTRISI

23

e. Kurangkan jumlah SK dan SP pada protein yang diinginkan secara

diagonal dan tempatkan hasilnya di sudut kanan (hasil tetap positif.

f. Jumlahkan kedua hasil pengurangan tersebut

g. Kalikan tiap bahan baku dalam kelompok sesuai dengan proporsinya

bahan.

Metode ini disebut persen square karena dibuat dalam 100% dan diilustrasikan

dengan bangun bujur sangkar dibawah ini:

Bagian yg dibutuhkan

Persentase Penggunaan

Prot. Suplemen

(A) atau Proten yang lebih dari X

Prot yg dibutuhkan dikurangi Prot basal

(X – B)

(X- B)

Y

(X- B) x100 %

Y

Protein yang

Dibutuhkan

(X)

Protein basal

(B) atau Proten yang kurang dari

X

Prot Suplemen dikurangi Prot yg

dibutuhkan

(A – X)

(A – X)

Y

(A – X) x100 %

Y

Jumlah (Y) = (X – B) + (A – X)

Jumlah 100%

Gambar 1. Rumus umum metode percent square

Page 24: LAPAK NUTRISI

24

2.1.2 Simultan

Metode aljabar merupakan suatu metode penyusunan formulasi yang

didasari pada perhitungan matematika yang bahan bakunya dikelompokkan

menjadi X dan Y. X merupakan jumlah berat bahan baku dari kelompok sumber

protein utama (protein suplement) dan Y merupakan jumlah berat kelompok

sumber protein basal. Perhitungannya menggunakan rumus aljabar sehingga

didapat formulasi pakan ikan sesuai dengan kebutuhan. Pada persamaan aljabar

dalam matematika ada dua metode yang digunakan dalam mencari nilai pada

komponen X dan Y yaitu metode substitusi dan metode eliminasi. Metode

substitusi adalah suatu metode mencari nilai x dan y dengan cara mengganti

dengan beberapa persamaan sedangkan metode eliminasi adalah suatu metode

mencari nilai x dan y dengan cara menghilangkan salah satu komponen dalam

persamaan tersebut.Berikut adalah prinsip dari metode persamaan simultan :

AX + BY = Z

A = kandungan protein bahan x (per seratus)

B = kandungan protein bahan y (per seratus)

X = jumlah penggunaan bahan x (gram)

Y = jumlah penggunaan bahan y (gram)

Z = jumlah protein yang dibutuhkan (gram)

2.1.3 Trial and Erorr

Metode coba-coba (Trial and Error) merupakan metode yang banyak

digunakan oleh pembuat pakan skala kecil dimana metode ini relatif sangatmudah

dalam membuat formulasipakan ikan. Metode ini prinsipnyaadalah semua bahan

baku yang akan digunakan harus berjumlah 100%. Jika bahan baku yang dipilih

untuk penyusunan formulasi sudah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah

mengalikan antara jumlah bahan baku dengan kandungan protein bahan baku.

Langkah tersebut dilakukan sampai diperoleh kandungan protein pakan sesuai

dengan yang diinginkan. Dalam metode ini maka si pembuat formula harus sudah

Page 25: LAPAK NUTRISI

25

mengetahui dan memahami kebutuhan bahan baku yang akan digunakan tersebut

sesuai dengan kebutuhan ikan dan kebiasaan makan setiap jenis ikan serta

kandungan optimal setiap bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi

tersebut. Para peneliti yang menggunakan metode ini biasanya menggunakan

rumus matematika biasa yang digunakan dalam persamaam kuadrat atau dengan

menggunakan perkalian biasa atau menggunakan metode berat yaitu menghitung

dengan caramencoba dan mencoba lagi berdasarkan satuan berat.

Dasar metode ini adalah menentukan dahulu bahan makanan yang akan

digunakan, kemudian mencoba-coba atau diduga-duga presentase tiap bahan dan

kandungan nutrisinya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut. Bila

hasil perhitungan lebih atau kurang, maka presentasi pemakaian tiap bahan pakan

ditambah atau dikurangi hingga relatif mendekati kebutuhan nutrisi tersebut

(Rasyaf, 2006).

Metode ini merepotkan bila kandungan nutrisi yang kita ikut sertakan

lebih dari sepuluh bahan. Metode ini mempunyai kelebihan mudah dilakukan oleh

semua peternak yang mahir dalam hitung-menghitung. Kelemahan metode ini

adalah bagi mereka yang belum pernah melakukannya, maka untuk memperoleh

satu formula ransum memerlukan waktu yang lama (Rasyaf, 2007).

Prinsip dari metode trial and error merupakan metode coba-coba karena

dalam metode ini dihitung berbagai macam bahan yang akan dipakai dalam

bentuk tabel.

Page 26: LAPAK NUTRISI

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum teknik dasar formulasi pakan ikan dilaksanakan pada hari Rabu, 23

April 2014 , pukul 14.30 – 15.30 WIB bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan

FPIK UNPAD.

3.2 Prosedur Kerja

26

Kebutuhan Gizi Pakan yang akan diformulasi ditetapkan berdarkan tujuan pembuatan pellet.Bahan pakan yang akan digunakan ditetapkan sesuai peruntukannya.Perhitungan awal dilakukan berdasarkan kandungan protein.Hasil perhitungan dicek kembali berdasarkan variabel lain seperti kandungan energi, harga, batasan serat, lemak, dan sebagainya.Bahan baku yang akan digunakan disusun ulang berikut jumlah penggunaannya (Kg) dan komposisi gizinya.

Page 27: LAPAK NUTRISI

27

3.3 Analisa Data

3.3.1 Metode Persen Square

Bagian yg dibutuhkan

Persentase Penggunaan

Prot. Suplemen

(A) atau Proten yang lebih dari X

Prot yg dibutuhkan dikurangi Prot basal

(X – B)

(X- B)

Y

(X- B) x100 %

Y

Protein yang

Dibutuhkan

(X)

Protein basal

(B) atau Proten yang kurang dari

X

Prot Suplemen dikurangi Prot yg

dibutuhkan

(A – X)

(A – X)

Y

(A – X) x100 %

Y

Jumlah (Y) = (X – B) + (A – X)

Jumlah 100%

3.3.2 Metode Simultan

AX + BY = Z

A = kandungan protein bahan x (per seratus)

B = kandungan protein bahan y (per seratus)

X = jumlah penggunaan bahan x (gram)

Y = jumlah penggunaan bahan y (gram)

Z = jumlah protein yang dibutuhkan (gram)

Page 28: LAPAK NUTRISI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Formulasi Pakan Dengan Metode Percent Square

a.Campuran 5 kg dedak padi dan b kg bungkil kelapa mengandung15%

protein. Berapa b ?

Dedak padi 11,5 % 3,5 % = 5 kg

Bungkil Kelapa 21 % 6% = b

63,5

=5b

6 b = 5 . 3,5

6 b = 17,5

b = 17,5

6=2,9 kg

Jadi bungkil kelapa yang dibutuhkan adalah sebanyak 2,9kg.

b.Campuran 4 kg dedak padi 3,5 kg bungkil kelapa dan c kg tepung ikan

mengandung 23% protein. Berapa c ?Buatlah Formulasi pakan ikan dengan

bahan

60% 59,75 -23= 36,75

36,75 .100% = 49,8 % (c )

73,75

(11,5 . 4 )+ (21 . 3,5 ) 60- 23 =37 .100%=50,2 %

2 73,75

= 119,5 = 59,75 % Presentase penngguna=36,75+73,75

28

Page 29: LAPAK NUTRISI

29

2

Campuran dedak +bungkil kelapa

4+3,5 =7,5

49,8 = c

50,2 7,5

50,2 c = 373,5

C= 373,5 =7,4kg

50,2

Jadi tepung ikan yang digunakan adalah sebanyak 7,4kg.

4.1.2 Data Formulasi Pakan Dengan Metode Simultan

a.Kandungan protein per kg tepung ikan setara dengan:

A. kg bungkil kedele 43%43/100. (x) =0,6

43X = 60

X = 1,39 kg

B. kg bungkil kelapa 21%

21/100. (x) =0,6

21X = 60

X = 2,85 kg

C. kg tepung darah 80%

80/100. (x) =0,6

80X = 60

X =0,75 kg

D. kg jagung 9,6%

9,6/100. (x) =0,6

9,6X = 60

Page 30: LAPAK NUTRISI

30

X =6,25 kg

E. kg dedak padi 11,5%

11,5/100. (x) =0,6

11,5X = 60

X =5 ,21 kg

b.Protein 5 kg jagung dapat diganti dengan protein dari campuran 1,75 kg

dedak padi dan q kg bungkil kedele. Berapa q ?

AX + BY = Z ( 5000 . 9,6 )

(11,5 . 1750) + (43 . y ) = 48000 gr

20125 + 43y = 48000 gr

43y = 48000 – 20125 / 1000

y = 0,648 kg

Jadi jumlah kedelai yang dibutuhkan adalah 0,648 kg

4.1.3 Data Formulasi Pakan Dengan Metode Trial and Erorr

Data Terlampir

4.2 Pembahasan

4.2.1 Formulasi Pakan Dengan Metode Percent Square

Dalam metode Percent Square ini kita dapat mengetahui presentase bahan

baku pakan yang akan digunakan dalam pembuatan pakan ikan agar kandungan

nutrisi dalam pakan tersebut dapat lebih terkontrol dan sesuai. Langkah pertama

adalah memilah antara protein suplemen dan protein basal. Kemudian dimasukkan

ke dalam rumus Percent Square.

Pada data di atas, diketahui bahwa kita akan membuat pakan dengan

jumlah protein yang dibutuhkan adalah 15% dengan menggunakan bahan baku

pakan yang terdiri dari dedak padi, tepung ikan dan bungkil kelapa. Dengan

Page 31: LAPAK NUTRISI

31

metode percent square, hal yang pertama dilakukan adalah pengelompokkan

bahan baku suplemen dan basal. Adapun protein basal sesuai data di atas adalah

dedak padi 60%. Sementara protein suplemen adalah bungkil kelapa 21 % dan

tepung ikan 23%. Kemudian dilakukan perhitungan rata-rata kandungan bahan

baku dari protein basal dan protein suplemen dengan cara melakukan

penjumlahan semua bahan baku yang berasal dari protein basal dan membagi

dengan berapa macam jumlah bahan baku protein basal. Jika dalam komposisi

bahan baku pembuatan pakan ikan akan ditambahkan bahan tambahan maka

jumlah bahan baku utama harus dikurangi dengan jumlah bahan tambahan yang

akan digunakan. Begitu juga dengan bahan baku suplemen dilakukan

penjumlahan kadar protein suplemen kemudian dibagi dengan berapa macam

jumlah bahan baku protein suplemen. Pada soal nomor 2 diperoleh hasil bahwa

banyaknya bungkil kelapa yang diperlukan adalah sebesar 2,92 kg. Sedangkan

pada nomor 3 diperoleh hasil bahwa jumlah tepung ikan yang dibutuhkan adalah

7,4 kg yang merupakan total dari penyusunan formulasi pakan berupa campuran 4

kg dedak padi dan 3,5 kg bungkil kelapa dan 7,4 kg tepung ikan dimana dikatuhui

total protein yang terkandung dalam formulasi pakan sebesar 23% protein.

4.2.2 Formulasi Pakan Dengan Metode Simultan

Metode Simultan adalah metode penghitungan formulasi pakan dengan

prinsip aljabar, yaitu AX + BY = Z, di mana A adalah kandungan protein bahan x,

B adalah kandungan protein bahan Y, X adalah bobot / jumlah bahan x, Y adalah

bobot / jumlah bahan y, dan Z adalah jumlah protein campuran bahan x dan y.

Pada soal nomor 1 diperoleh hasil kandungan protein per kilogram tepung

ikan setara dengan 1,39 kg bungkil kedele, 2,85 kg bungkil kelapa, 0,75 kg

tepung darah, 6,25 kg jagung, dan 5,21 kg dedak padi.

Metode ini lebih mudah dilakukan karena hanya mengandalkan

penguasaan matematika yaitu Aljabar sehingga dalam melakukan formulasi pakan

dapat diketahui berapa jumlah bahan baku yang sesuai khususnya dalam

pencampuran bahan baku pakan sehingga kandungan nutrisi dalam pakan dapat

tercukupi.

Page 32: LAPAK NUTRISI

32

4.2.3 Formulasi Pakan Dengan Metode Trial and Erorr

Pada metode trial and error menggunakan Microsoft excel yaitu dengan

membuat tabel bahan baku pakan disertai kandungan protein kasar, lemak kasar,

serat kasar, abu, dan BETN pakan sampai semua bahan baku yang digunakan

berjumlah 100%. Pada worksheet disertakan juga metode percent square yang

akan membantu dalam memperoleh hasil presentase dan jumlah bahan baku yang

digunakan.

Dari hasil yang didapat jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram

bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%. Dengan

menggunakan percent square diperoleh hasil yaitu penggunaan tepung darah

sebanyak 134,73 g; tepung terigu 134,73 g; tepung ikan 134,73 g; tepung biji

kapas 247,91 g; sorghum 247,91; binder 50 g; vitamin 30 g; dan minyak ikan 20

g. Hasil ini sudah disesuaikan dengan protein yang dibutuhkan.

Dalam formulasi ikan, yang juga perlu diperhatikan adalah protein kasar pada

bahan baku suplemen tidak boleh kurang dari protein yang dibutuhkan dan pada

bahan baku basal protein kasar tidak boleh lebih dari protein yang dibutuhkan

karena dapat menghasilkan error pada perhitungan dengan percent square.

Metode ini jarang digunakan karena dibutuhkan keahlian khusus khususnya

pada pengoperasian Microsoft excel karena apabila pengguna kurang mahir atau

kurang teliti hasil yang diperoleh tidak akurat.

Page 33: LAPAK NUTRISI

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan teknik dasar formulasi pakan ikan ,maka

disimpulkan bahwa formulasi pakan dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu

Metode Percent Square, Metode Simultan, dan Metode Trial and error. Ketiga

metode dapat digunakan sesuai kemampuan pengguna. Formulasi pakan

diperlukan agar dalam pembuatan pakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan

target. Nutrisi yang diperoleh akan cukup karena sudah diperhitungkan terlebih

dahulu sehingga dalam pemberian pakan pada ikan khususnya di sector budidaya,

pembudidaya dapat memperoleh hasil yang maksimal karena kebutuhan nutrisi

yang sesuai.

5.2 Saran

Adapun saran pada praktikum ini yaitu bahan baku pakan agar lebih

variatif.

33

Page 34: LAPAK NUTRISI

34

Page 35: LAPAK NUTRISI

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Andika. 2002. Pengaruh Daun Sente {Alocasia macrorrhiza (L) Schott)

Yang Difermentasi Rhizopus oligosporus Sebagai Bahan Substitusi

Tepung Bungkil Kedelai Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurame

{Osphronemus gouramy, Lac.).

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22021 (Diakses pada tanggal

5 Juni 2014)

Forsum. 2011. Metode Pearsons Square.

http://forsum.wordpress.com/metode/pearsons-square-method/ (Diakses

pada tanggal 5 Juni 2014)

Randifarm. 2011. Menghitung Kebutuhan Bahan Baku Pelet.

http://www.randifarm.co.id/2011/11/menghitung-kebutuhan-bahan-baku-

pakan.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)

Rinastiti, Lintang. 2013. Feed Aditive.

http://lintangrinastiti.blogspot.com/2013/07/feed-additive-antibiotik-

probiotik.html (Diakses pada tanggal 5 Juni 2014)

35

Page 36: LAPAK NUTRISI

36

LAMPIRAN

TUGAS PRAKTIKUM NUTRISI

NAMA Rizkia AliyahNPM 230110110116'KELAS BKEL 8

Diketahuin kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah 34%

NO BAHAN PGN PK LK SK BENT (%)  1 Tepung darah   93 1.4 1.1 4.52 Tepung gluten jagung   46.8 2.4 4.8 46.03 Tepung ikan   66.7 10.5 1.0 21.84 Rice bran   14.1 5.1 12.8 58.05 Sorghum   12.4 3.1 2.6 81.96 Binder 5        7 Vitamin 3        8 Minyak Ikan 2        

Sisa 90        

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%

MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE

Protein suplemen Tepung darah + Tepung jagung + Tepung ikan,. 1:1:1 = (93 + 46,8 + 66,7) / 3 = 68,83%

Protein basal tdd campuran Rice bran + Sorghum 1:1 = (14,1 + 12,4) / 2 = 13,25 %

Perhitungan Metode Persen Square :selisih Bagian persentase masing-masing bahan

68.83 24.53 0.15 13.2437.78

13.25 31.05 0.28 25.1455.58

Page 37: LAPAK NUTRISI

37

NO BAHAN % PGN

GRAMPK LK SK

  % % %1 Tepung darah 13.2 132.40 12.31 0.19 0.152 Tepung gluten jagung 13.2 132.40 6.20 0.32 0.643 Tepung ikan 13.2 132.40 8.83 1.39 0.134 Rice bran 25.1 251.39 3.54 1.28 3.225 Sorgum 25.1 251.39 3.12 0.78 0.656 Binder 5.0 50      7 Vitamin 3.0 30      8 Minyak Ikan 2.0 20      

Sisa 89.0        JUMLAH 100.0 1000 34 4 5

Page 38: LAPAK NUTRISI

38

NAMA Ega Adhi WicaksonoNPM 230110110103'KELAS B

KEL 8

Diketahuin kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah 34%

NO BAHAN PGN PK LK SK Ash BEN

T (%)

1 Tepung daging/meat meal   54.8 9.7 2.8 28.8 3.9

2 Tepung ikan tuna / fish meal tuna   63.6 7.4 0.9 23.6 4.5

3 Tepung daging dan tulang   54.1 10.4 2.4 31.5 1.6

4 Wheat Flour   13.4 1.4 1.5 0.5 83.25 Sorghum   12.4 3.1 2.6 2.0 79.96 Binder 5          7 Vitamin 3          8 Minyak Ikan 2          

Sisa 90          

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%

MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUAREProtein suplemen Tepung daging + Tepung ikan tuna + Tepung daging dan tulang,. 1:1:1 = (54,8 + 63,6 + 54,1) / 3 = 57,5%

Page 39: LAPAK NUTRISI

39

NAMA Tabita DeborahNPM 230110110081KELAS BKEL 8

Diketahui kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah 34%

NO BAHAN PGN PK LK SK Ash BETN (%)

1 Tepung darah   93 1.4 1.1 1.1 3.42 Tepung terigu   13.4 1.4 1.5 0.5 83.23 Tepung ikan   66.7 10.5 1.0 20.8 1.04 Tepung biji kapas   45.2 1.6 13.3 7.1 32.85 Sorghum   12.4 3.1 2.6 2.0 79.96 Binder 5          7 Vitamin 3          8 Minyak Ikan 2          

Sisa 90          

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%

MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUARE

Protein suplemen Tepung darah + Tepung ikan + Tepung biji kapas,. 1:1:1 = (93 + 66.7 + 45.2) / 3 = 68.3%Protein basal tdd campuran tepung terigu + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 = 12,9 %

Perhitungan Metode Persen Square :selisih Bagian persentase masing-masing bahan

68.3 24.88 0.15 13.4737.78

12.9 30.52 0.28 24.7955.40

NO BAHAN % PGN

GRAMPK LK SK

  % % %1 Tepung darah 13.5 134.73 12.53 0.19 0.152 Tepung terigu 13.5 134.73 1.81 0.19 0.203 Tepung ikan 13.5 134.73 8.99 1.41 0.134 Tepung biji kapas 24.8 247.91 11.21 0.40 3.305 Sorgum 24.8 247.91 3.07 0.77 0.64

Page 40: LAPAK NUTRISI

40

6 Binder 5.0 50      7 Vitamin 3.0 30      8 Minyak Ikan 2.0 20      

Sisa 89.0        

JUMLAH 100.0 1000 38

3

4

Nama : Roy Anugerah Reyne

NPM : 230110110111

NO

BAHAN PGN PK GE LK SK BETN

1 TEPUNG DARAH

93 1,4 1,1 4,5

2 TEPUNG IKAN

66,7 10,5 1 21,8

3 TEPUNG BERAS

14,1 15,1 12,8 58

4 TEPUNG TERIGU

13,4 1,4 1,5 83,7

5 TEPUNG DAING

54,8 9,2 2,8 33,2

Page 41: LAPAK NUTRISI

41

93+66,7+54,8 = 71,5 30 – 13,75= 16, 25

3 16,25 × 100%

(16,26+41,5)

=28,13

19,1+13,4 = 13,75 71,5-30=41,5

2 41,5 ×100%

(16,25+41,5)

= 71,86

28,13 = 9,37% 71,86 = 35,93%

3 2

Jadi tepung darah, tepung ikan dan tepung daging yang diperlukan 9,37% . Tepung beras dan tepung terigu 35,93%

LAMPIRAN JEN

30%

Page 42: LAPAK NUTRISI

42

Page 43: LAPAK NUTRISI

43

LAMPIRAN NIKA

Page 44: LAPAK NUTRISI

44

Nurussahra Sya'bani230110110037 (B)Kelompok 8

Diketahuin kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah 34%

NO BAHAN PGN PK LK SK Ash BENT (%)

1 Tepung daging   54.8 9.7 2.8 28.8 3.92 Tepung ikan herring   78.3 9.2 0.7 11.4 0.43 Tepung ikan tuna   63.6 7.4 0.9 23.6 4.54 Tepung Terigu 13.4 1.4 1.1 4.5 79.65 Sorgum 12.4 3.1 2.6 2.0 79.96 Binder 5 7 Vitamin 3 8 Minyak Ikan 2

Sisa 90

Page 45: LAPAK NUTRISI

45

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78%MEMBUAT FORMULASI 34 % PROTEIN PAKAN DEGAN CARA PERSEN SQUAREProtein suplemen Tepung daging + Tepung ikan herring + Tepung ikan tuna,. 1:1:1 = (54,8 + 78,3+63,6) / 3 = 65,56%Protein basal tdd campuran Wheat Flour + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 = 12,9 %

Perhitungan Metode Persen SquareSelisih Bagian Persentase masing-masing bahan

65.56 24.88

0.1574883

14.174

37.78

12.9 27.780.263767

623.73

952.66

NO BAHAN % PGN GRAM

PK LK SK  % % %

1Tepung daging/meat meal 16.7 167.35 6.322

61.62333

60.468

6

2 Tepung ikan herring 16.7 167.35 6.3226

1.539659

0.1171

3Tepung ikan tuna / fish meal tuna 16.7 167.35 6.322

61.23842

20.150

6

4 Tepung Terigu 19.9 198.97 7.5170.27855

60.218

9

5 Sorgum 19.9 198.97 7.5170.61680

30.517

36 Binder 5.0 50 7 Vitamin 3.0 30 8 Minyak Ikan 2.0 20

Sisa 89.0  

Jumlah 100.0 1000.0034.00

25.29677

61.472

5

Page 46: LAPAK NUTRISI

46

Page 47: LAPAK NUTRISI

47

LAMPIRAN RIJAL

Page 48: LAPAK NUTRISI

48

Page 49: LAPAK NUTRISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengeluaran pembudidaya untuk  pellet sebagai pakan ikan mencapai 60%

dari total biaya poduksi, padahal  harganya terus membubung dan makin tidak

terjangkau oleh para pembudidaya ikan. Selain lebih murah, dengan membuat

pakan sendiri, komposisi nutrisi bisa disesuaikan dengan kebutuhan ikan. Pakan

dengan keseimbangan protein, lemak, dan serat yang tepat  memacu pertumbuhan

ikan. Namun, bila nutrisi yang dibutuhkan kurang maka pertumbuhan ikan

lambat. Imbasnya, biaya produksi melambung dan waktu panen melebihi

perkiraan.

Biaya pakan dalam usaha budidaya ikan dibutuhkan sekitar antara 50-60%

dari total biaya produksi, sehingga perluadanya upaya untuk menahan biaya

tersebut, dengan membuat pakan sendiri. Untuk mengatasi penyediaan pakan

buatan (Pellet) dengan jumlah dan kualitas yang baik. Ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam pembuatan pellet yaitu pellet harus mudah dicerna oleh

ikan, mempunyai kandungan gizi yang cukup, terutama kandungan proteinnya

harus diatas 25, selain itu harus juga mengandung lemak, vitamin, mineral, zat

kapur dan karbohidrat, pellet harus mempunyai daya apung serta tidak cepat

hancur di air dan pellet harus dapat disimpan dalam jangka waktu yang

lama.Pakan buatan yang dibutuhkan harus mempunyai formula yang

lengkap,mengandung bahan-bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan

mempertahankan sintasan kultivan yang pada ahirnya dapat meningkatkan

produktifitas dan keuntungan. Hal ini dapat diperoleh dari pakan buatan yang

dibuat dengan cermat dan perhitungan kandungan nutrien yang teliti dari bahan-

bahan penyusunnya.

1.2 Tujuan Praktikum

Membuat Pellet Ikan bernutrisi tinggi

49

Page 50: LAPAK NUTRISI

50

1.3 Manfaat Praktikum

Mahasiswa dapat membuat pellet ikan bernutrisi tinggi dengan mandiri

Mahasiswa dapat mengetahui tahapan-tahapan pembuatan pellet

Page 51: LAPAK NUTRISI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Pakan Buatan

 Untuk menunjang kelangsungan hidupnya dan juga untuk mempercepat

pertumbuhannya, ikan membutuhkan nutrisi yakni zat-zat gizi yang terdapat

dalam pakan yang diberikan.  Setiap jenis ikan memiliki kebutuhan nutrisi baik

jumlah maupun komposisi yang berbeda-beda menurut spesies, ukuran, jenis

kelamin, kondisi tubuh dan kondisi lingkungan.  Zat-zat gizi tersebut dapat

digolongkan menjadi dua kelompok yakni zat gizi yang menghasilkan energi dan

zat gizi yang tidak mengasikan energi (Afrianto, 2005).

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu

berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan

pada pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai

ekonomis. Dengan pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pkan buatan yang

disukai ikan, tidak mudah hancur dalam air, aman bagi ikan.

Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan buatan disediakan untuk

memenuhi kebutuhan ikan, dimana biaya pakan dapat mencapai 60% dari biaya

produksi. Berdasarkan tingkat kebutuhannnya pakan buatan dapat dibagi menjadi

tiga kelompok : yaitu pakan tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama. Pakan

tambahan adalah pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan pakan.

Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari alam,

namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh dengan baik sehingga perlu

diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan. Pakan suplemen adalah pakan yang

sengaja dibuat untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang tidak mampu

disediakan pakan alami. Sementara pakan buatan adalah pakan yang sengaja

dibuat untuk menggantikan sebagian besar atau keseluruhan pakan alami.  

Menurut Djarijah (1998), pakan tambahan yang baik untuk ikan adalah

pakan yang mengandung kadar protein 20-40 %.  Selain dilihat dari kadar

proteinnya, kulaitas dari pakan tambahan untuk ikan juga ditentukan oleh

kehalusan dari bahanya.  Semakin halus bahan baku pellet maka daya apung dari

51

Page 52: LAPAK NUTRISI

52

pelet tersebut akan semakin tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan ikan untuk

memakannya juga semakin panjang.

2.2 Tinjauan Umum Pembuatan Pelet Ikan

Pakan ikan yang diproduksi dari bahan baku lokal, biasanya akan

menghasilkan kualitas produk yang lebih bagus dibandingkan pakan dengan

bahan baku impor. Bahan baku lokal yang dapat digunakan untuk pembuatan

pakan ikan antara lain jagung, tepung ikan, dedak padi atau gandung, bungkil

kedelai, minyak ikan, minyak sawit, mineral serta asam amino. Yang terpenting

bahan tersebut mengandung protein, bernutrisi tinggi, mudah diolah dan

dihaluskan, tidak mengandung racun, serta mudah diperoleh di daerah tersebut.

Gambar 2. Pellet Ikan

Sumber: mesin-pelet.blogspot.com

Agar pakan yang diproduksi, mencukupi nutrisi yang dibutuhkan setiap

ikan. Maka para produsen meramu pakan untuk masing – masing ikan, dengan

komposisi yang berbeda disesuaikan dengan jenis ikan.Sebagai gambaran berikut

kami berikan informasi 5 garis besar pembuatan pelet ikan

1. Masing – masing bahan (bahan baku utama dapat menggunakan ikan)

dihaluskan dengan bantuan mesin hammer mill

2. Setelah itu, bahan yang telah dihaluskan kemudian diayak

3. Bahan yang sudah jadi tepung kemudian ditakar sesuai komposisi masing –

masing, dan dicampur dalam mesin mixer

4. Supaya aroma pakan mucul,bahan baku dikukus dalam peranti steam

5. Selanjutnya dicetak menjadi butiran pelet, menggunakan mesin cetak pelet

6. Dan terakhir proses pendinginan, yaitu dengan cara mengeringkan pelet

menggunakan alat blower.

Page 53: LAPAK NUTRISI

53

2.3 Tinjauan Umum Rendemen Pakan

Rendemen konsentrat protein ikan yang tertinggi diperoleh pada

konsentrat protein ikan yang dibuat dengan cara pengukusan yaitu 3,43%

sedangkan konsentrat protein ikan dengan perlakuan kontrol memiliki rendemen

terendah yaitu 2,05%.Rendemen tertinggi yaitu pada konsentrat protein ikan yang

dibuat dengan cara pengukusan (3,43%). Hal ini disebabkan karena pada saat

pengukusan, kandungan air yang terdapat dalam daging ikan lebih tinggi dan

dilakukan tanpa adanya kontak langsung dengan air dan hanya menggunakan uap

panas, sehingga hal tersebut mempengaruhi rendemen konsentrat protein ikan

yang dihasilkan.

Tinggi atau rendahnya rendemen produk konsentrat protein ikan juga

ditentukan oleh penanganan pada saat penggilingan. Biasanya pada proses ini

apabila tidak ditangani dengan baik, maka banyak tepung yang terbuang karena

ukuran butiran yang kecil dan halus sehingga mudah keluar akibat tiupan udara

melalui celah-celah yang terdapat pada sepanjang aliran tepung sampai pada

kemasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rendemen tepung ikan

adalah banyaknya kandungan air yang terkandung dalam bahan baku pada saat

perebusan dapat meningkatkan kandungan air sehingga berpengaruh terhadap

rendemen. Faktor lain yang mempengaruhi seperti bahan baku yang tidak sesuai

dengan standar operating procedure (ikan yang tidak segar), proses penggilingan

yang tidak ditangani dengan baik dan terjadinya kehilangan daging ikan selama

pengolahan.

Page 54: LAPAK NUTRISI

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Pembuatan Pellet Ikan dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Mei

2014 Pukul 12.00 WIB di Laboratorium Nutrisi Ikan Gedung Expedca, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-alat

1. Mesin generator sebagai alat untuk menggiling bahan baku pakan dengan daya

putaran

2. Rangka besi sebagai tempat meletakan alat penggiling

3. Karet penghubung sebagai alat untuk penghubung antara alat penggiling

dengan mesin generator

4. Alat penggiling (Hammer mill) sebagai alat untuk menggiling bahan baku

menjadi lebih halus

5. Alat pencetak pellet sebagai alat untuk mencetak pellet menjadi ukuran yang

diinginkan

6. Saringan sebagai alat untuk mengayak bahan baku yang kasar menjadi lebih

halus

7. Baskom dan tampah sebagai wadah untuk menampung hasil ayakan yang

lebih halus

8. Timbangan sebagai alat untuk menimbang bahan baku sesuai dengan takaran

yang diinginkan

9. Pisau sebagai alat untuk memotong ukuran pellet yang sudah dicetak menjadi

lebih kecil ukurannya

10. Wadah penjemuran sebagai tempat untuk menjemur pellet agar kering

3.2.2 Bahan-bahan

1. Protein 25%

2. Tepung Ikan 98 gram

3. Tepung Kedelai 98 gram

54

Page 55: LAPAK NUTRISI

55

4. Pollard

5. Dedak 85 gram

6. Jagung

7. Minyak 5 ml

8. Tepung tulang 5 gram

9. Vitamin 5 gram

10. CMC 35 gram

11. Air

3.3 Prosedur Kerja

Aduk-aduk dan kepal-kepal

Mencampurkan Bahan utama, bahan pengisi, binder dan feed aditif (vitamin & mineral)

Memasukan minyak 5 ml dan air 150 ml

Memasukan dalam pencetak pellet

Menggilingkembali bahan-bahan yang teksturnya kasar.

Menyaring bahan yang telah digiling tersebut dengan ayakan yang berukuran mesh 250

Menimbang sesuai hasil perhitungan formulasi.

Page 56: LAPAK NUTRISI

56

Penggilingan

Penepungan(milling)

Pengeringan (drying)

Penimbangan(scalling),

Pencampuran(mixing),

Pencetakan Pellet(pelleting),

Campurkanlah seluruh bahan yang telah ditimbah dalam baskom, aduklah dengan merata.

Mengkukus lalu campurkan semua bahan (kecuali vitamin dan mineral)

kemudian dikukus selama 15 menit. Setelah ditiriskan baru premix dimasukan.

dicetak : Tambahkan air biasa pada seluruh bahan yang telah diaduk rata

Meletakanadonan yang telah dicampurkan,

dengan panjang sekitar 125 mm

Jemurlah pellet yang telah jadi sampai kering

Page 57: LAPAK NUTRISI

57

3.4 Analisis Data

Pembuatan pellet ikan yang dipraktikumkan merupakan pellet untuk ikan-

ikan dewasa karena menggunakan protein 25%. Hasil ayakan bahan baku pellet

ikan akan menghasilkan rendemen dari masing tepung jagung dan tepung kedelai.

Conditioning

Page 58: LAPAK NUTRISI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Rendemen Jagung dan kedelai

Rendemen = Setelah diayak x 100%

Sebelum diayak

Rendemen Tepung jagung = Setelah diayak x 100%

Sebelum diayak

= 33 x 100% = 33 + 52= 85 gram

100

Rendemen Tepung Kedelai = Setelah diayak x 100%

Sebelum diayak

= 66,9 x 100% = 66,9 + 31,1 = 98 gram

100

Tabel 3. Formulasi pakan

58

No Bahan Pakan Penggunaan

1 Tepung Ikan 72/98

2 Tepung Kedelai 72/98

3 Pollard 102/85

4 Tepung Jagung 102/85

5 Dedak 102/85

6 Minyak 5/5

7 Binder 30/35

8 Tepung tulang 5/5

9 Vitamin 5/5

Page 59: LAPAK NUTRISI

59

4.2 Pembahasan

Formula pakan ikan didasarkan pada kandungan protein, lemak dan serat.

Formula ikan dapat dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan kebutun ikan,  pakan

ikan untuk anak ikan atau benih akan membutuhkan 50% protein, 8% lemak,.

Sedangkan untuk ikan dewasa membutuhkan protein antara 25-30% protein, 

lemak 7%. Pembuatan pellet ikan yang dipraktikumkan merupakan pellet untuk

ikan-ikan dewasa karena menggunakan protein 25%.

Pembuatan pakan ikan menurut Djarijah (1998), tidak mutlak harus

disesuaikan dengan hasil perhitungan formulasi tersebut, tetapi komponen-

komponen penyusunannya tidak boleh menyimpang. Hasil ayakan tepung jagung

dan tepung kedelai akan menghasilkan nilai rendemen. Pada rendemen tepung

jagung adalah 85 gram sedangkan rendemen tepung kedelai adalah 98 gram.

Ukuran pellet ikan yang telah dicetak dalam praktikum berukuran relatif besar

karena disesuaikan oleh bukaan mulut ikan yang akan diberikan pakan tersebut.

Setelah jumlah setiap bahan ditentukan, dalam praktek dilakukan

penimbangan bahan-bahan tersebut dengan menggunakan timbangan kue karena

jumlah bahan yang digunakan hanya sedikit. Apabila ingin membuat jumlah

pakan yang banyak sebaiknya digunakan timbangan yang mempunyai kapasitas

besar. Pengadukan dalam jumlah kecil cukup menggunakan tangan sampai bahan-

bahan tersebut dapat tercampur homogen (merata) dan ditambahkan air sedikit

demi sedikit sampai adonan berbentuk pasta dan lebih memudahkan pada saat

penggilingan.

Pencetakan adonan diawali dengan memasukkan campuran bahan yang

telah berbentuk pasta dan tercampur secara merata kedalam alat penggiling.

Bahan baku yang telah tercetak menjadi pellet kemudian dikeringkan dengan

bantuan sinar matahari atau diangin-anginkan saja. Pengeringan ini berfungsi

untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pellet sehingga

menjadi minimal dan stabil. Dengan demikian pakan tersebut tidak mudah

ditumbuhi oleh jamur. Pakan yang dikeringkan akan mengalami penyusutan.

Page 60: LAPAK NUTRISI

60

Pakan yang berkualitas baik adalah pakan yang memilki bau yang khas

dan tidak memilki bau yang tengik karena bau yang tengik ini mengindikasikan

bahwa pakan tersebut sudah rusak dan berjamur. Dan adanya bau khas pada pakan

akan menyebabkan ikan tertarik untuk memakannya sehingga dapat meningkatkan

kualitas pakan tersebut.Pakan yang berkualitas baik mendorong ketertarikan ikan

untuk mengkonsumsi pakan tersebut sehingga daya terima ikan terhadap pakan

(pallatabilitas) akan tinggi. Sedangkan tidak ditimbulkannya bau tengik pada

pakan tersebut disebabkan karena lama penyimpanan pakan tersebut belum terlalu

lama yakni berselang satu hari dari waktu pembuatan sehingga reaksi kimia pada

bahan-bahan yang ada di dalam pakan belum terjadi. Padahal kadar lemak yang

ada dalam pakan tersebut sangat tinggi sehingga akan sangat cepat menyebabkan

bau tengik.

Page 61: LAPAK NUTRISI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Bahan yang digunakandalampembuatan pellet dapatberasaldaribahanhewani

(tepungikan dan tepung tulang ikan) dannabati (tepungkedelai, tepungjagung,

pollard, dan dedakhalus).

2. Jumlah vitamin yang digunakandalampembuatan pellet yaitu5 gram dari total

bahan yang digunakan. Jumlah CMC sebesar 35 gram.

3. Pembuatan pellet ikan yang dipraktikumkan merupakan pellet untuk ikan-

ikan dewasa karena menggunakan protein 25%.

5.2   Saran

1. Sebaiknya dalam pembuatan adonan pellet,  penambahan air harus dilakukan

sedikit demi sedikit  untuk menghindari terjadinya pengenceran adonan.

Sehingga pada saat pencetakan pakan tidak mengalami masalah dan adonan

pellet menjadi agak padat.

2. Ketelitian dan ketertiban selama melakukan praktikum pembuatan pellet ikan

harus ditingkatkan

61

Page 62: LAPAK NUTRISI

62

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2005.  Pakan Ikan.  Kanisius. Yogyakarta.

Andri, 2011. Pembuatan pakan pellet. Diakses dari http://www.trubus-

online.co.id/kiat-buat-pakan-ikan-bermutu-2/. Diaksestanggal 5 Juni 2014

Djarijah S., 1998.  Membuat Pellet Pakan Ikan.  Kanisius : Yogyakarta.

Mushodiq, Makli. 2011.Diakses dari http://www.penyuluhanrembang.org/serba-

serbi/50-pakan-ikan.html. Diakses tanggal 5 Juni 2014

Ika. 2011. Studi pembuatan konsentrat protein ikan gabus. Diakses dari

http://epetani.deptan.go.id/budidaya/studi-pembuatan-konsentrat-protein-ikan-

gabus-1941.Diakses tanggal 5 Juni 2014

Page 63: LAPAK NUTRISI

63

LAMPIRAN

1. Dedak 2. Tepung Ikan 3. Vitamin

4. Pollard 5. Tepung Kedelai 6. Tepung tulang ikan

Page 64: LAPAK NUTRISI

64

7. Tepung Jagung 8. Kegiatan Menimbang bahan 9. Kegiatan Mengayak

Page 65: LAPAK NUTRISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dicerna

sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang

memakannya.Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk

pertumbuhan maupun untuk mempertahankan hidupnya. Fungsi lain dari pakan

adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan, agar ikan dapat tumbuh

sesuai dengan yang diharapkan. Pakan yang diberikan pada ikan harus

mengandung nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ikan. Analisis proksimat

merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan-kandungan nutrien yang

ada di dalam bahan pakan. Analisis proksimat digunakan untuk mengetahui

kandungan air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan bahan ekstrak

tanpa nitrogen (BETN) yang terkandung dalam bahan pakan.

1.2 Tujuan

MengetahuiBETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen).

Mengetahui cara perhitungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen).

1.3 Manfaat

Dapat membedakan bebagai macam BETN (Bahan Ekstrak Tanpa

Nitrogen).

Dapat menghitung penggunaan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen).

65

Page 66: LAPAK NUTRISI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Kebutuhan Nutrisi

Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit kritis dapat

menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar dari tunjangan nutrisi

yaitu:

a. mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas yaitu

starvation dan infrastruktur.

b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak sakit kritis

hendaknya dilakukan berulang ulang untuk menentukan kecukupan nutrisi

dan untuk menentukan tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan yang

berulangulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di ruang

Intensif mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah anak dirawat.

Disamping itu disfungsi/gagal organ multiple dapat terjadi sesudah

trauma, sepsis atau gagal nafas yang berhubungan dengan

hipermetabolisme yang berlangsung lama (Setiati,2000).

Gambar 3.Bahan baku pakan

Sumber: modul praktikum nutrisi

66

Page 67: LAPAK NUTRISI

67

2.1.1 Protein Kasar

Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan

produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan

nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25

diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan

analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang

digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan

protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa

kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak

selalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non

protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan

protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen

tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak.Jika konsumsi N makanan

rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah.Jika nilai hayati protein

dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di

dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.

2.1.2 Serat Kasar

Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa

tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi,

1994).Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang

pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya

kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998).

Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak

ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya

mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991).Langkah pertama metode

pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang

terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut

dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali.Residu

yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).

Page 68: LAPAK NUTRISI

68

2.1.3 Lemak Kasar

Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode

soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990).

Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni.Selain

mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin),

asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan

lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994).Penetapan kandungan lemak

dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut.Fungsi dari n heksan adalah

untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah

warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

2.1.4 Abu

Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan

perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu

ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur,

pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu

tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya

merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu

juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan

beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan

sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah

sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif

maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994).

2.1.5 Tinjauan Umum Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen

lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar.Jika jumlah abu,

protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu

disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).BETN merupakan

karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida

yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang

tinggi (Anggorodi, 1994).

Page 69: LAPAK NUTRISI

69

Gambar 4. Komposisi zat dalam pakan

Sumber: modul praktikum nutrisi

2.2 Tinjauan Umum Digestible Energy Pakan Ikan

Digestible Energy (DE) adalah gross energy dari pakan yang dikonsumsi

dikurangi gross energy yang keluar bersama feses (Kartadisastra, 2012).

Kebutuhan energi pada ikan di bagi menjadi tiga komponen utama yaitu pertama

energi untuk hidup pokok (maintenance) atau sering juga disebut metabolisme

basal, untuk aktivitas dan enrgi yang dibutuhkan untuk memproduksi telur (Bahri

dan Rusdi, 2008).

Gambar 5. Komposisi zat dalam pakan

Sumber: modul praktikum nutrisi

Page 70: LAPAK NUTRISI

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Waktu praktikum Nutrisi Ikan dilaksanakan pada tanggal 30 Apri 2014

mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum di

laboraturium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Padjadjaran.

3.2 Prosedur Kerja

3.3 Analisis Data

Analisi data yang digunakan adalahBETN = 100 – ( PK +SK + LK +

ABU)

Dimana:

BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen LK : Lemak Kasar

PK : Protein Kasar

SK : Serat Kasar

70

Pilih bahan yang akan di hitung BETN

Pilih bahan yang akan di hitung BETN

Pemilihan dilihat dari modul praktikumPilih bahan yang akan di hitung BETN

Pilih bahan yang akan di hitung BETN

Dipilih 3 bahan basal dan 2 bahan suplemen

hitung BETN

Pilih bahan yang akan di hitung BETN

Hitung BETN dengan rumus yang ada di modul praktikumbahan yang akan di hitung BETN

Pilih bahan yang akan di hitung BETN

Page 71: LAPAK NUTRISI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Deskripsi Kegiatan

Diketahui kebutuhan protein untuk kelompok 8 adalah 34%

Tabel Data 3. Hasil Penghitungan BETN.

NO BAHAN PGN PK LK SK AshBENT

(%)

1 Tepung daging   54.8 9.7 2.8 28.8 3.9

2 Tepung ikan herring   78.3 9.2 0.7 11.4 0.4

3 Tepung ikan tuna   63.6 7.4 0.9 23.6 4.5

4 Tepung Terigu   13.4 1.4 1.1 4.5 79.6

5 Sorgum   12.4 3.1 2.6 2.0 79.9

6 Binder 5          

7 Vitamin 3          

8 Minyak Ikan 2          

  Sisa 90          

Jika formulasi protein 34 % untuk mengisi 90 gram bahan, dapat dihitung bahan

dengan protein 34 x 100 / 90 = 37,78% PROTEIN PAKAN DENGAN CARA

PERSEN SQUARE

Protein suplemen Tepung daging + Tepung ikan herring + Tepung ikan tuna,.

1:1:1 = (54,8 + 78,3+63,6) / 3 = 65,56%

Protein basal tdd campuran Wheat Flour + Sorghum 1:1 = (13,4 + 12,4) / 2 =

12,9 %

71

Page 72: LAPAK NUTRISI

72

Perhitungan Metode Persen Square

Selisih Bagian Persentase masing-masing bahan

65.5

6 24.88

0.157488

3 14.174

37.78

12.9 27.78

0.263767

6 23.739

52.66

Tabel Data 4. Hasil Penghitungan BETN

N

OBAHAN

% PGN

GRA

M

PK LK SK

  % % %

1

Tepung daging/meat

meal16.7

167.3

5

6.32

26

1.6233

36

0.46

86

2Tepung ikan herring 16.7

167.3

5

6.32

26

1.5396

59

0.11

71

3

Tepung ikan tuna / fish

meal tuna16.7

167.3

5

6.32

26

1.2384

22

0.15

06

4Tepung Terigu 19.9

198.9

7

7.51

7

0.2785

56

0.21

89

5Sorgum 19.9

198.9

7

7.51

7

0.6168

03

0.51

73

6 Binder 5.0 50      

7 Vitamin 3.0 30      

8 Minyak Ikan 2.0 20      

  Sisa 89.0        

 Jumlah

100.

0

1000.

00

34.0

02

5.2967

76

1.47

25

Page 73: LAPAK NUTRISI

73

4.2 Pembahasan

Dari hasil penghitungan yang diperoleh dengan perlakuan 3 komposisi

bahan dari protein basal dan 2 bahan dari protein suplemen didapat hasil BETN

(bahan ekstrak tanpa nitrogen) yang dipengaruhi oleh kadar air, abu, protein kasar,

lemak kasar dan serat kasar dikurangi dari 100% karena setiap bahan baku

memiliki komposisi yang berbeda beda sehingga hasil perhitungan BETNnya pun

berbeda beda.

BETN merupakan karbohidrat yang mudah larut dalam larutan asam dan

basa serta memiliki daya cerna yang tinggi.Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak

eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa

nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).

Page 74: LAPAK NUTRISI

74

Page 75: LAPAK NUTRISI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Jika dilihat dari kadar air yang tinggi dalam tepung, kandungan nutrien

lainnya seperti abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan bahan ekstrak

tanpa nitrogen (BETN) memiliki kadar yang rendah. Kandungan nutrien cukup

tinggi dipengaruhi oleh kandungan nutrien dalam pakan yang

dikonsumsi.Kandungan nutrien yang cukup tinggi dalam tepung membuktikan

bahwa bahan pakan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan bahan

pakan ikan.

5.2 Saran

Pelaksanaan Praktikum Bahan Pakan berjalan dengan lancar, namun

kurangnya ketelitian menyebabkan waktu yang digunakan untuk menganalisis

komposisi bahan kimia bahan pakan terlalu banyak. Harapan kedepannya,

praktikum dilaksanakan lebih teliti terutama pada analisis kadar protein kasar

yang prosesnya cukup panjang serta penjabaran dalam pembuatan laporan.

75

Page 76: LAPAK NUTRISI

DAFTAR PUSTAKA

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman.1997. Tabel Komposisi Pakan

untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sudarmaji, Slamet, Haryono, dan B. Suhadi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan

Pertanian.Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah

Mada. Liberty, Yogyakarta.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.Penerbit : PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

76

Page 77: LAPAK NUTRISI

77

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis ikan

baik itu ukuran, kebutuhan protein dan kebiasaan ikan. Pakan buatan ini biasanya

dinamakan pellet. Pelet untuk ikan terbagi kedalam 2 jenis yaitu: Pelet terapung

dan pelet tenggelam. Pakan alami adalah pakan yang biasa sudah tersedia di alam

seperti daun sente, daun talas, daun ubi jalar, plankton dan lain–lain. Untuk

pemberian pakan pada ikan, besaran pakan harus disesuaikan dengan besaran

mulut ikan begitu pula dengan kadar protein yang dibutuhkan harus disesuaikan

dengan jenis ikan yang di budidaya (Deny, 2009).

Menurut Anggraeni (2010), pakan alami adalah pakan ikan yang

keberadaannya tersedia di alam. Terbatasnya ketersediaan pakan alami

dipengaruhi dan sangat tergantung pada faktor-faktor alam seperti suhu, intensitas

cahaya, serta kandungan bahan organik yang terkandung dilokasi perairan. Secara

prinsip pakan alami dibedakan menjadi 2, yaitu: pakan alami nabati, contohnya:

plankton nabati, tumbuhan air dan sayuran segar; dan pakan alami hewani,

contohnya: plankton hewani, seperti rotifera, daphnia, dan lain-lain adalah jenis

protozoa, golongan invertebrata mikroskopis, golongan invertebrata besar yakni

cacing, golongan crustacea, siput, kerang serta serangga – serangga kecil. Pakan

buatan terdiri dari beberapa macam campuran bahan makanan yang berasal dari

protein hewani maupun nabati dan pada umumnya dilengkapi dengan vitamin dan

mineral. Sumber protein hewani antara lain tepung ikan, telur ayam, tepung tulang

dan ikan rucah, sedangkan sumber protein nabati bisa diperoleh dari limbah

industri pertanian, seperti bungkil, kacang tanah, ampas tahu, kedelai, kacang

hijau, shorghum dan ubi kayu. Pakan buatan bersifat mengapung di air karena

mengandung bahan perekat yang berasal olahan tepung kanji menjadi cairan

kental seperti lem yang memiliki daya serap air cukup tinggi tetapi minim air.

Semakin rendah mutu perekat yang digunakan akan semakin mudah hancur dan

Page 78: LAPAK NUTRISI

78

tenggelam di dasar kolam, maka pakan ini memmiliki mutu rendah. Berdasarkan

bahan bakunya tergolong menjadi dua, yaitu: Pakan Basah dan Pakan Kering.

1.2 Tujuan Paktikum

Tujuan dari Praktikum Nutrisi Ikan adalah

untuk mengetahui kualitas dari suatu sampel pakan.

Untuk mengetahui seberapa lama sampel pakan dapat terapung,

menyerap air

Untuk mengetahui seberapa besar stabilitas pakan tersebut.

1.3 Manfaat Praktikum

Tujuan dari Praktikum Nutrisi Ikan adalah untuk mengetahui kualitas dari

suatu sampel pakan. Hal yang perlu diketahui adalah seberapa lama sampel pakan

dapat terapung, menyerap air dan seberapa besar stabilitas pakan tersebut.

Page 79: LAPAK NUTRISI

BAB II

TINJAUAN PUSAKA

2.1 Tinjauan Umum Uji Fisik Pakan

Metode pengujian pakan ikan dapat dilakukan dengan pengamatan in dera

penciuman, indera peraba dan indera penglihat. Pengamatan dengan indera

penciuman dapat menentukkan aroma khas dari pakan. Pengamatan dengan indera

peraba seperti lidah dan kulit dapat menentukkan kualitas penggilingan pakan.

Pengamatan dengan indera penglihatan meliputi warna dan ukuran pakan

(Nurafni, 2010).

Berdasarkan evaluasi fisik, pakan buatan dianggap berkualitas baik

apabila mempunyai ukuran partikel bahan baku yang halus dan seragam serta

homogenitas tinggi. Selain itu, ukuran pakan harus sesuai dengan ukuran ikan.

Demikian juga, kekerasan dan ketahanan dalam air (water stability) sesuai bagi

kebutuhan ikan. Daya apung pakan buatan dapat diukur dengan menjatuhkan atau

menebarkan pakan tersebut kedalam benjana kaca yang telah diisi air hingga

kedalam 15 – 25 cm. Waktu yang diperlukan oleh pakan sejak ditebarkan hingga

tenggelam di dasar bejana merupakan gambaran mengenai daya apung akan

buatan tersebut. Kekerasan pakan buatan dapat di uji dengan memberikan beban

dengasn bobot tertentu hingga pakan tersebut hancur. Smakin berat bobot beban

yang dapat ditahan oleh pakan, berarti pakan buatan tersebut semakin keras.

Pakan buatan dengan kekerasan lebih tinggi dibuat dari bahan baku yang relatif

lebih halus (Mamduh, 2010).

Pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan sensasi dari rasa,

bau/ aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan suara/pendengaran pada saat

makanan dimakan. Sebagai contoh rasa enak adalah hasil dari sejumlah faktor

pengamatan yang masing-masing mempunyai sifat tersendiri. Contoh keterlibatan

panca indera dalam uji organoleptik, yaitu  Rasa (taste) dengan 4 dasar sifat rasa,

yaitu manis, asam, asin dan pahit; Tekstur (konsistensi) adalah hasil pengamatan

yang berupa sifat lunak, liat, keras, halus, kasar, dan sebagainya; Bau (odour)

dengan berbagai sifat seperti harum, amis, apek, busuk, dan sebagainya; Warna

79

Page 80: LAPAK NUTRISI

80

merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yang dapat membedakan antara

satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram, bening, dan sebagainya

(Hernawati, 2009).

2.2 Uji Stabilitas Pakan

Pengujian daya tahan (stabilitas) pelet dilakukan dengan cara merendam

contoh pelet yang akan diuji selama beberapa waktu di dalam air. Tingkat daya

tahan pelet dalam air (water stability) diukur sejak pelet direndam sampai pecah.

Makin lama waktu yang dibutuhkan untuk membuyarkan pelet dalam proses

perendaman, berarti makin baik mutunya. Pelet ikan yang baik mempunyai daya

tahan dalam air minimal 10 menit.

Menurut Fishblog (2008), water stability feed yaitu stabilitas pakan dalam

air yang merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan. Pakan

yangtahan dalam air yang hanya mengalami sedikit perubahan kualitasdan

kuantitas adalah pakan yang mempunyai persyaratan fisik yang cukup baik.

Pada dasarnya semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun

pakan, bentuk fisiknya akan semakin baik pula, karena akan tercampur lebih baik

sehingga menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air,

sehingga relatif lebih mudah dicerna.

Menurut Aslamyah dan Yushinta (2009), pengujian fisik yang dilakukan

pada pakan uji adalah pengamatan waterstability meliputi kecepatan pecah dan

dispersi padatan, tingkat kekerasan, serta kecepatan tenggelam. Water Stability

ataustabilitas pakan dalam air adalah tingkat ketahanan pakan di dalam air atau

berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur, meliputi

uji kecepatan pecah dan dispersi padatan. Uji kecepatan pecah mengukur berapa

lama waktu sampai pakan hancur di dalam air, uji pecah diamati secara visual.

Pakan buatan dengan waterstability yang rendah, untukkepitingpakan mudah

hancur dan terdespersi menyebabkan tidak dapat terpegang. Secara umum pakan

uji sudah mempunyai tingkat stabilitas dalam air ( yang sangat baik, yaitu di atas

5 jam. Menurut Balazs,et al.(1973) secara umum, stabilitas pakan dalam air

berkisar dari 3–5 jam. Stabilitas pakan dalam air menggambarkan kekompakan

Page 81: LAPAK NUTRISI

81

pakan buatan, semakin lama waktu yang akan dibutuhkan untuk menghancurkan

pakan, berarti semakin tinggi kekompakan pakan buatan tersebut.

Uji kecepatan pecah mengukur berapa lama waktu sampai pakan hancur di

dalam air. Uji pecah diamati secara visual. Pakan sebanyak 10 batang dimasukkan

ke dalam gelas beaker yang diisi 1L air, pengamatan dilakukan setiap 5 menit

untuk mengetahui pakan sudah lembek atau belum. Pengamatan dilanjutkan

sampai pakan pecah/hancur.

Dispersi padatan diamati dengan menggunakan metode Balazs dkk. (1973).

Pakansebanyak 5g dimasukkan ke dalam kotak kasa berukuran 10 x 10 cm dengan

pori-pori sekitar 1mm,selanjutnya direndam dalam aquarium. Setelah 4 jam pakan

yang masih tersangkut dalam kotak kasa dikeringkan beserta kotak kasa dalam

oven pada suhu 105οC selama 10 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator,

lalu ditimbang sampai berat konstan. Dispersi padatan dihitung dengan

menggunakan formula:

Dispersi padatan (%) = Berat kering pakan akhir X 100%

Berat kering pakan awal

Daya larut pakan dalam air (water stability feed) dapat diukur dengan cara

merendam pakan dalam air di dalam gelas. Letakkan pengukur waktu di dekat

gelas itu. Cata waktu sampai semuanya melarut.yang baik daya larutnya antara 2-

3 jam. Apabila lebih dari batas tersebut, berarti pakan sulit dicerna. Sedangkan

bila kurang, bisa jadi pakan tersebut tidak ditemukan (tidak dimakan) udang

karena terlalu cepat melarut (Kordi, 2010).

Menurut Murdinah (1989), beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas

pakan dalam air, seperti kehalusan bahan baku pakan dan proses pencampuran

bahan dalam proses pembuatan pakan. Semakin halus bahan pakan, semakin baik

pula pakan yang dihasilkan. Bahan pakan akan tercampur merata sehingga

menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air.

Dominy dan Lim (1991), menyatakan disamping proses pembuatan, bahan

perekat yang tepat juga sangat menentukan stabilitas pakan dalam air dan sifat-

Page 82: LAPAK NUTRISI

82

sifat fisik pellet yang lain.Daya larut pakan dalam air (water stability feed) dapat

di ukur dengan cara merendam pakan dalam air di dalam gelas. Letakan pengukur

wktu didekat gelas itu. Catat waktu samlpai semuanya melarut. Pada umumnya

pakan yang baik untukkepiting atau lobster daya larutnya antara 23 jam. Apabila

lebih dari batas tersebut, berarti pakan sulit dicerna. Sedangkan bila kurang, bisa

jadi pakan tersebut tidak ditemukan (tidak dimakan) lobster karena terlalu cepat

melarut (Kordi,2010).

2.3 Uji Durabilitas Pakan

Durabilitas pelet adala ketahan partikel pelet yang dirumuskan sebagai

presentase dari banyaknya pakan pelet utuh setelah melalui perlakuan fisik dalam

alat uji tumbling caneterhadap jumah akan semula sebelum dimasukan ke dalam

alat. Pelet yang bik mempunyai durabilitas di atas 90 % atau kandungan tepung

dibawah 10%. Nilai durabilitas pellet sangat ditentukan oleh pengguaan bahan

baku dalam formulasi pakan dan teknis oprasional pellet. Untuk memperoleh

durabilitas tinggi digunkan bahan baku pelet yang mempunyai pelebilitas

tingi ,sebagai conntoh jagung bernilai sedang ,katul bernilai rendah, dan wheat

pollard bernilai tinggi. Apabila perhitungan leastcost tidak memungkinkan maka

bisa ditambahkan biner untuk meningkatkan duraboltas.

Penyesuaian operasional teknis pelleting dapat mempengaruhi durabilitas

yaitu penggunaan ukuran diameter yang tepat/ perbandingan antara panjang

lubang efektif terhadap ketebalan diameter, kombinasi stam condioner dan

kecepatan feeder yang efektif, kerja cooler pendingin yang optimal dll. Uji

durabilitas menggunakan tumblingcane terbaik dilakkan setelah bahan pelet

melewati cooler pada saat suhu partikel diangga dingin.

2.4 Binder Pakan

Bender atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang digunakan untuk

menyatukan semua bahan baku dalam pembuatan pakan. Bahan tambahan yang

digunakan sebagai perekat sangat menentukan stabilitas pakan dalam air (Meyer

dan Zein-Eldin, 1972). Menurut Dominy dan Lim (1991) stabilitas pakan dalam

Page 83: LAPAK NUTRISI

83

air merupakan problem utama dalam pelleting pakan udang, terutama dengan

kandungan bahan nabati yang tinggi. Oleh karena membutuhkan bahan perekat

atau binder, dengan demikian stabilitas pakan dalam air dapat ditingkatkan.

Beberapa bahan baku yang dapat dipakai sebagai bahan perekat pakan udang,

yaitu gandum, tepung terigu, tepung tapioka, dedak halus, tepung biji kapas, dan

tepung rumput laut.

Bahan perekat yang tidak mengandung nutrisi, seperti CMC, alginat, agar-

agar, dan beberapa macam getah (Mujiman, 2007). Rumput laut sebagai salah satu

bahan perekat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pakan. Rumput laut

memiliki berbagai macam manfaat antara lain sebagai bahan makanan, obat-

obatan, bahan kosmetik, dan perekat. Tepung rumput laut dapat menjadi bahan

perekat karena rumput laut mengandung senyawa hidrokoloid. Senyawa

hidrokoloid sangat diperlukan keberadaannya dalam suatu produk karena

berfungsi sebagai pembentuk gel, penstabil, pengemulsi, dan pensuspensi.

Senyawa hidrokoloid dibangun oleh senyawa polisakarida yang menghasilkan gel

dapat dimanfaatkan sebagai bahan perekat (Anggadiredja, 2006).

Page 84: LAPAK NUTRISI

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Uji fisik pakan dan durabilitas dilaksanakan pada tanggal 21

Mei 2014; Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumber Daya

Perairan Fakultas Perikanan dan Keautan Universitas Padjajaran

3.1.1 Alat dan Bahan

3.1.2 Alat-alat

1. Toples untuk merendam pelet

2. Saringan untuk merendam pelet agar pelet yang hancur tidak

berantakan

3. Plastik untuk membawa pulang pelet yang sudah dilakukkan uji

ketahanan stabilitas

4. Timbangan untuk menimbang berat pelet sesudah dan sebelum

dilakukan uji stabilitas dan durabilitas

3.1.3 Bahan-bahan

1. Air bersih untuk merendam pelet

2. Pakan atau pelet yang sudah jadi untuk diujikan

84

Page 85: LAPAK NUTRISI

85

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Water Stability

3.2.2 Durabilitas

3.3 Analisis Data3.3.1 Uji Stabilitas (Water Stability)

Yo−Y 1Yo x 100

Ket : Yo = Berat sebelum

Page 86: LAPAK NUTRISI

86

Y1 = Berat sesudah

3.3.2 Uji Durabilitas

Beratpelet sebelum diputar x 100Berat pelet sesudah diputar

Page 87: LAPAK NUTRISI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Uji Stabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder Tapioka

dan CMC

Tabel 5. Nilai Stabilitas Beberapa Kandungan Protein Pakan dengan Penggunaan

Binder Tapioka dan CMC

BinderKandungan

Protein PeletKelompok NilaiStabilitas Rata-rata

Tapioka

20 % 1 27.8 %

25 % 3 22.9 %

20 % 5 3.3 %

25 % 7 27 %

CMC

20% 2 9.4%

25% 4 5.3%

20% 6 11.97%

25% 8 11%

87

Page 88: LAPAK NUTRISI

88

4.1.2 Data Durabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder Tapioka dan CMC

b) Data Kelas

Tabel 6. Nilai Durabilitas Beberapa Kandungan Protein Pakan dengan Penggunaan Binder Tapioka dan CMC

Binder

Kandung

an

Protein

Pelet

Kelompok NilaiDurabilitas

Tapioka

20 % 1 89.7

25% 3 94,01

20 % 5 108.82

25 % 7 86,21

CMC

20% 2 94.21

25% 4 90.21

20% 6 99,41

25% 8 97.02

4.2 Pembahasan

4.2.1 Stabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder Tapioka

Data rata-rata berbagai parameter uji fisik pada setiap perlakuan

penggunaan tepung tapioka dan CMC sebagai bahan perekat, meliputi

stabilitas pakan dalam air, yaitu kecepatan peah dan dispersi padatan

disajikan pada Tabel 5. Perbedaan presentase masing-masing pakan

disebabkan oleh kandungan protein yang berbeda pada saat praktikum

digunakan kandungan protein 20% dan 25%, dari hasil ini didapatkan

bahwa kandungan protein yang lebih tinggi memungkinkan water stability

pakan kurang baik.

Selain dari kandungan protein proses pencampuran bahan pakan

pun memberikan pengaruh terhadap water stability pakan sendiri, Pada

Page 89: LAPAK NUTRISI

89

dasarnya semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun

pakan, bentuk fisiknya akan semakin baik pula, karena akan tercampur

lebih baik sehingga menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di

dalam air, sehingga relatif lebih mudah dicerna.

4.2.2 Stabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder CMC

Jika dilihat dari data yang terdapat pada Tabel.6 , maka dapat dilihat

bahwa tepung CMC memiliki stabilitas yang sangat baik. Hal ini dikarenkan sifat

CMC adalah ester polimer selulosa yang larut dalam air dibuat dengan

mereaksikan Natrium Monoklorasetat dengan selulosa basa sebagai pengental,

stabilisator, pembentuk gel.

Namun penggunaan CMC tidak boleh terlalu berlebihan karena pada

dasarnya CMC merupakan binder tanpa nutrisi ada didalamnya. Jika dilihat dari

data yang ada dengan stabilitas yang tinggi adalah kelompok 6, sedangkan yang

memiliki stabilitas kurang baik adalah kelompok 4. Hal demikian dapat terjadi

karena perbedaan kandungan protein yang terdapat pada masing masing

kelompok, juga perbedaan proses pengolahan di masing masing kelompok.

4.2.3 Perbandingan Stabilitas Pakan yang Menggunakan Tapioka dan CMC

Tepung tapioca merupakan binder yang sudah sejak lama

digunakan sebagai bahan pencampur sekaligus pengikat dalam pembuatan

pakan ikan,selain itu pada tepung tapioca juga terdapat kandungan nutrisi

yang melengkapi nutrisi pakan yang ada,namun memang penggunaanya

masih kurang baik jika dibandingkan dengan CMC yang merupakan bahan

binder buatan. Hal ini dikarenakan CMC memiliki sifat menstabilkan

emulsi yang baik.

Dari data di atas terdapat perbandingan yang cukup beragam ,

namun jika dilihat secara keseluruhan pakan yang menggunakan CMC

memiliki water stability yang cukup baik bila dibandingkan dengan tepung

tapioca.

Page 90: LAPAK NUTRISI

90

4.2.4 Durabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder Tapioka

Baik tidaknya nilai durabilitas suatu bahan pakan ditentukan oleh bahan

binder yang digunakan. Pada praktikum ini terdapat tiga kelompok yang

menggunakan tepung tapioca.Berdasarkan hasil praktikum pada pakan uji yang

menggunakan binder tapioka memiliki nilai durabilitas yang variatif yakni

terendah 86.21 dan tertinggi 108,82. Hasil 108.82% tidak relevan,kemungkinan

hal ini disebabkan oleh salah perhitungan yang dilakukan oleh kelompok yang

bersangkutan.

Pellet yang baik mempunyaidurabilitas di atas 90 % atau

kandungantepung di bawah10%.Nilai durabilitas pellet sangat ditentukan

oleh penggunaan bahanbakudalam formulasi pakan dan teknis operasional

pellet mill.Dapat dikatakan semakin kecil ukuran pellet maka

durabilitasnya akan semakin baik.

4.2.5 Durabilitas Pakan dengan Penggunaan Binder CMC

Durability indexdipengaruhiolehpenggunan binder yaitu

CMC.Hasil dari praktikum durabilitas pakan menggunakan CMC sebagai

binder menunjukkan bahwa jenis perekat berpengaruh sangat nyata,

terhadap pellet durability index. Persentase durability tertinggi terdapat

pada kelompok 6 sebesar 99,41% dengan kandungan protein 20%,

kemudian kelompok 8 dengan durabilitas 97,02% dengan kandungan

protein 25%, sedangan kelompok 2 dengan kandungan protein 20% nilai

durabilitasnya adalah 94.21% dan nilai durabilitas terendah adalah 90.21%

yaitu kelompok 4 dengan kandungan protein 25%.

Perbedaan nilai durabilitas antar kelompok ini dikarenakan perlakuan

saat pembuatan pakan baik dari proses pencampuran ,pencetakan maupun

saat proses penjemuran berbeda-beda. Pada proses pemasakan selama

Page 91: LAPAK NUTRISI

91

pembuatan pellet.

Penambahan gula juga berpengaruh pada kekentalan gel yang

terbentuk. Gula akan menurunkan kekentalan , hal ini disebabkan gula

akan mengikat air sehingga pembengkakan butir – butir pati terjadi

lebihlambat akibatnya gelatinnya lebih tinggi.

Pelet harus memiliki indeks ketahanan (PDI) yang baik sehingga pelet memiliki

tingkat kekuatan dan ketahanan yang baik selama proses penanganan dan

transportasi. Standar spesifikasi durability index yang digunakan adalah minimum

80% (Dozier, 2001). Jadi, secara keseluruhan kelompok memenuhi standar

minimum nilai durability sebesar 80%

4.2.6 Perbandingan Durabilitas Pakan yang Menggunakan Tapioka dan CMC

Dari data yang telah ada nilai durabilitas pakan yang menggunakan binder

CMC memiliki nilai durabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan

yang menggunakan binder tepung tapioka. Jenis perekat tapioka menghasilkan

durability lebih rendah dibandingkan dengan CMC jika dilihat dari nilai rata-

ratanya. Hal tersebut dapat diduga karena kandungan pati yang hanya 37.70%

(Laboratorium PAU IPB, 2012). Jika melihat kandungan CMC, Sebagai

pengemulsi, CMC sangat baik digunakan untuk memperbaiki kenampakan tekstur

dari produk berkadar gula tinggi. Sebagai pengental, CMC mampu mengikat air

sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh

CMC (Manifie, 1989). Menurut Harlim (1989) agar adalah senyawa karbohidrat

netral yang terdiri atas satuan- satuan molekul asam, bersifat koloid, dan

membentuk gel dalam air. Selanjutnya Pujiastuti dan Hatta (1998)

mengemukakan agar merupakan polisakarida, yang terdiri atas fraksi agarose

yang berperan penting sebagai substansi dan sifat penjendalan (kekuatan gel),

serta agaropektin berperan pada kapasitas gel atau viskositas.

Page 92: LAPAK NUTRISI

92

Page 93: LAPAK NUTRISI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum nutrisi ikan materi analisis fisik didapatkan kesimpulan

sebagai berikut :

Daya apung pakan buatan dapat di ukur dengan menjatuhkan atau menebarkan

pakan tersebut kedalam bejana kaca yang telah di isi air hingga kedalaman 15–

25 cm. Waktu yang di perlukan oleh pakan sejenak ditebarkan hingga

tenggelam di dasar bejana merupakan gambaran mengenai daya apung pakan

buatan tersebut.

 Pelet bisa terapung karena ada pori pori dalam pelet yang terjadi karena

gesekan dari bahan yang dibawa oleh ekstruder.

Water Stability atau Stabilitas Pakan dalam Air Stabilitas pakan dalam air

adalah tingkat ketahanan pakan di dalam air atau berapa lama waktu yang

dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur, meliputi uji kecepatan pecah dan

dispersi padatan.

5.2 Saran

Diharapkan ketelitian praktikan dalam menghitung rumus formulasi pakan

sangat diperlukan karena menunjang nilai keabsahan data pengamatan. Baik

proses ataupun penggunaan bahan pembuatan pellet sangat menentukan kualitas

pellet yang dibuat.

93

Page 94: LAPAK NUTRISI

DAFTAR PUSTAKA

Jefry. 2009. Pembuatan Pakan Ikan.

http://jefry-bp09.blogspot.com/2011/12/pembuatan-pakan-

ikan.html.Diakses tanggal 3 Juni 2014

Prihartono,et al.2000. Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia,. Jakarta, 1979.

Saade1 Edison, Aslamyah Siti. 2009. Uji Fisik dan Kimawi Pakan Buatan untuk

Udang Windu Penaeus monodon Fab. yang Menggunakan Berbagai Jenis

Rumput Laut Sebagai Bahan Perekat. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan

Perikanan ). Vol. 19 (2) Agustus 2009: 107 – 115. Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makasar.

Winarno. 2002. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.

Yogyakarta.

Widiyastuti, Titin., Prayitno C H, dan Munasik. 2004. Kajian Kualitas Pellet

Pakan Komplit Dengan Sumber Hijauan dan Binder yang Berbeda.

Journal Animal Production Vol. 6 : No.1. hlm 43-48.

94

Page 95: LAPAK NUTRISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, pertumbuhan penduduk telah semakin besar. Pembukaan

lahan sebagai tempat pemukiman telah banyak dijumpai terutama di kota-kota

besar. Dilain pihak, kebutuhan manusia akan bahan pangan juga semakin tinggi.

Namun keberadaan lahan untuk penedia produksi pangan semakin sedikit.

Ikan adalah salah satu bahan pangan yang berpotensi untuk menjadi

konsumsi utama manusia. Ikan memiliki rasa yang lezat serta memiliki

kandungan gizi yang tinggi, Namun, pada praktik budidayanya dibutuhkan lahan

yang cukup luas, sehigga diciptakanlah metode budidaya intensif dengan

kepadatan tinggi pada proses budidayanya. Masalah baru yang ditimbulkan dari

proses budidaya intensif ini adalah keberadaan limbah budidaya yang tinggi.

Untuk mengurangi dampak negatif limbah budidaya terhadap lingkungan,

budidaya udang dapat dilakukandengan sistem zero exchange water sehingga

dapat mengurangi resiko pencemaran limbah budidaya udang ke perairanumum

(Crab, et al. 2009). Namun pergantian air yang terbatas dan kepadatan tinggi

berpotensi menaikan resiko akumulasibahan organik yang berasal dari pakan yang

tidak termakan, residu ekskresi ammonia dan sisa metabolisme (Read

&Fernandes, 2003). Reduksi ammonia dan nitrit dapat dilakukan dengan

perlakuan kimia, fisika dan biologi, salah satunyaadalah dengan penerapan

teknologi bioflok (bio-floc technology system) (Avnimelech, 1999). Penerapan

teknologibioflok dalam kegiatan budidaya udang/ikan prinsipnya memanfaatkan

limbah ammonia dan nitrit pada kolam budidayamenjadi bahan pakan alami

dengan bantuan bakteri heterotrofik, akan tetapi proses penyerapan nitrogen

anorganik olehbakteri hanya terjadi ketika rasio C/N lebih tinggi dari 10 (Burford,

2003). Ballester et al (2010) mengatakan bahwateknologi bioflok pada budidaya

ikan dan udang dapat mengurangi konsumsi tepung ikan dan rasio konversi pakan

ikandapat dikurangi karena tergantikan oleh produksi pakan alami berupa

95

Page 96: LAPAK NUTRISI

96

bioflok.Sehingga penting untuk mengetahui bagaimana konsep bioflok

diaplikasikan pada praktik budidaya ikan.

1.2 Tujuan Praktikum

- Mengetahui peranan bioflok dalam penyedia pakan alami

- Mengetahui bagaimana cara membuat bioflok dan mengidentifikasi

kualitanya

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum kali ini yaitu:

- Diperoleh kemampuan dasar untuk memproduksi bioflok

- Diperoleh kemampuan mengidentifikasi kualitas bioflok

Page 97: LAPAK NUTRISI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan Alami

Pakan alami adalah organisme hidup yang tersedia di alam dan terkadang

bisa dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai makanan ikan, terutama pada

ikan berukuran larva. Organisme pakan alami umumnya bersifat planktonik baik

fitoplankton maupun zooplankton.

Ikan, terutama yang masih berukuran larva memiliki kebutuhan pakan

yang khusus. Terutama pada fase dimana proses perolehan energi dari fase

endogenous menuju eksogenous. Pada fase ini morfologi dari saluran cerna ikan

belumah sempurna begitu pula dengan kuantitas dan kualitas enzim yang

dihasilkan. Keadaan ini membuat ikan membutuhkan pakan yang sesuai. Pakan

alami adalah pakan yang telah lama digunakan dalam pemeliharaan larva ikan.

Selain disukai ikan, pakan alami juga memberikan asam amino esensial yang

lengkap serta memberikan antibodi alami pada ikan. Sehingga pertumbuhan dan

kesehatan ikan tetap terjaga.

Selain berfungsi sebagai pemberi nutrisi, beberapa pakan alami dari

fitoplankton juga dapat memberikan manfaat lain berupa penjagaan kestabilan

kualitas air. Beberapa fitoplankton dapat memanfaatkan senyawa-senyawa yang

bersifat racun menjadi cenderung tidar beracun. Konsep ini banyak diterapkan

pada proses budidaya Green Water dan bioflok.

2.2 Tinjauan Umum Bioflok

Teknologi bioflok (bio-floc technology system) (Avnimelech, 1999).

Penerapan teknologi bioflok dalam kegiatan budidaya udang/ikan prinsipnya

memanfaatkan limbah ammonia dan nitrit pada kolam budidayamenjadi bahan

pakan alami dengan bantuan bakteri heterotrofik, akan tetapi proses penyerapan

nitrogen anorganik olehbakteri hanya terjadi ketika rasio C/N lebih tinggi dari 10

(Burford, 2003). Ballester et al (2010) mengatakan bahwateknologi bioflok pada

budidaya ikan dan udang dapat mengurangi konsumsi tepung ikan dan rasio

97

Page 98: LAPAK NUTRISI

98

konversi pakan ikandapat dikurangi karena tergantikan oleh produksi pakan alami

berupa bioflok.

2.2.1 Pengertian Bioflok

Bioflok merupakan komunitas mikroba yang terdiri atas bakteria,

protozoa, dan zooplankton, dapat juga sebagai suplemen pakan mengandung asam

amino methionin, vitamin, mineral, dan enzim. Dengan demikian bila

diaplikasikan pada tambak/kolam akan menghemat pakan yang diberikan karena

dapat bersifat subtitusi terhadap pakan bagi ikan yang dibudidayakan.

Kualitas bioflok sangat dipengaruhi oleh karakteristik morfologi dan nilai

nutrisinya. Beberapa aspek penting masih harus diteliti lebih lanjut meliputi

seleksi bakteri yang hidup dalam bioflok, mekanisme antar organisme dalam

bioflok serta faktor-faktor yang berpengaruh didalam biflok.

2.2.2 Pembuatan Bioflok

Banyak cara dan metode yang digunakan dalam pembuatan bioflok.

Diantaranya adalah cara yang diungkapkan gunarto (2011). Untuk menumbuhkan

bioflok digunakan bak fiber glass dengan volume 250 L sebanyak dua unit,

masing-masing diisi air tambak dengan salinitas 30 ppt sebanyak 200L yang

disterilkan terlebih dahulu dengan kaporit. Kemudian diberikan aerasi secara terus

menerus. Probiotik yang mengandung Bacillus subtillis dan Bacillus Cereus

diberikan sebanyak 5 mg/L sebagai inokulum. Diberikan molase dan pupuk untuk

menambahkan kandungan C. Dalam waktu 6 hari Flok akan terbentuk.

Page 99: LAPAK NUTRISI

BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur FPIK Unpad. Proses

pembuatan bioflok dilakukan pada tanggal 21 mei 2014, sedangkanpengambilan

data dilakukan pada tanggal 27Mei 2014.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

sebagai berikut:

1. Bak Fiber, untuk wadah media kultur

2. Gelas ukur, untuk menakar bahan kultur

3. Mikroskop, untuk alat bantu pengamatan bioflok

4. Aerator, untuk alat bantu aerasi pada kultur

3.2.2. Bahan-bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah

sebagai berikut:

1. Aquasimba. , Sebagai Inokulum mikroorganisme

2. Tepung Terigu , Sebagai nutrien pada media

3. Molase, Sebagai nutrien pada media

4. Gula pasir. , sebagai bahan aktivasi

5. Air, sebagai media kultur

99

Page 100: LAPAK NUTRISI

100

3.3 Prosedur Kerja

Dalam percobaan ini langkah pertama adalah dengan melakukan aktivasi

mikroorganisme inokulum untuk dikultur, prosedur aktivasi digambarkan dalam

bagan alir berikut.

Setelah dilakukan aktivasi maka dilakukanlah kultur yang digambarkan dalam

bagan alir berikut:

100 ml aquasimba + 100 ml air

Ditambah 50 g gula pasir

Diamkan 5 jam sambil diadkuk 3/5 kali

Diaerasi dan diberikan nutrien pakan 5 gr dan molase 6,4 gr

Dikultur hingga 4 hari

Probiotik hasil aktivasi dimasukan dalam 150 L air

Page 101: LAPAK NUTRISI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Kelimpahan Mikroorganisme Plankton Pada Bioflok dengan

Penambahan Molase dan Terigu

a) Data Kelompok

Kelompok : 8

Penambahan : Terigu

Tabel 7. Data Kelimpahan Mikroorganisme plankton pada Bioflock dengan

penambahan Molase

Huruf Fitoplankton jumlah zooplankton jumlah

A

Chlorella sp

32

Paramecium sp

85

B

Micrastories sp

27

Keratella sp

18

C

Lyngbya sp

8

D

Anabaena sp

16

101

Page 102: LAPAK NUTRISI

102

Perhitungan Kelimpahan :

FP=50 ml2 ml

× 1 L1 L

=25

Fitoplankton

82 ×25=2050 sel /ml

Zooplankton

103 ×25=2575 indv /ml

Jadi,

Nilai kelimpahan Fitoplankton = 2050 sel/mL

Nilai Kelimpahan Zooplankton = 2575 Indv/mL

b) Data Kelas

Tabel 8. Nilai Kelimpahan Mikroorganisme Plankton Pada Bioflock dengan

Penambahan Molase dan Terigu

Penambahan Kelompok

Nilai Kelimpahan

Fitoplankton

(sel/mL)

Zooplankton

(indiv/mL)

Molase

1 150 6825

3 3800 3675

5 225 9475

7 300 3125

Terigu

2

4

6

8

10750 300

1150 4725

4025 4575

2050 2575

4.2 Pembahasan

Page 103: LAPAK NUTRISI

103

4.2.1 Bioflok dengan Penambahan Molase

Pada bioflok dengan perlakuan penambahan molase, dapat teramati

kepadatan fitoplankton terendah adalah 150 sel/ml dan yang tertinggi adalah 3800

sel/ml. Sedangkan untuk zooplankton, kepadaan terendah adalah 3125 ind/ml dan

yang tertinggi adalah 9475 ind/ml. Secara umum, rata-rata kepadatan fitoplankton

adalah 1119 sel/ml dan rata-rata kepadatan zooplankton adalah 5775 ind/ml.

Bioflok dengan penambahan molase cenderung menghasilkan kepadatan

zooplankton lebih tinggi dibandingkan kepadatan fitoplankton. Hal ini mungkin

dikarenakan sifat dari molase yang cenderung cair. Sehingga zooplankton lebih

dapat menerima molase sebagai pakan lebih baik dibandingkan dalam bentuk

butiran tepung yang cenderung banyak mengandung serat kasar seperti tepung

terigu.

4.2.2 Bioflok dengan Penambahan Terigu

Pada bioflok dengan perlakuan penambahan Tepung terigu, dapat teramati

kepadatan fitoplankton terendah adalah 1150 sel/ml dan yang tertinggi adalah

10750 sel/ml. Sedangkan untuk zooplankton, kepadaan terendah adalah 300

ind/ml dan yang tertinggi adalah 4725 ind/ml. Secara umum, rata-rata kepadatan

fitoplankton adalah 4494 sel/ml dan rata-rata kepadatan zooplankton adalah 3043

ind/ml. Bioflok dengan penambahan tepung terigu cenderung menghasilkan

kepadatan fitoplankton lebih tinggi dibandingkan kepadatan zooplankton. Hal ini

mungkin dikarenakan zooplankton cenderung tidak menyukai tepung terigu yang

berbentuk bubuk sebagai bahan pakan, sedangkan fitoplankton dapat

memanfaatkan tepung secara langsung sebagai sumber C sehingga kepadatan nya

cenderung lebuh tinggi.

4.2.3 Perbandingan Bioflok dengan Penambahan Molase dan Terigu

Pada perbandingan perlakuan penambahan molase dan penambahan

terpung terigu, diketahui bahwa kepadatan fitoplankton tertinggi didapatkan dari

perlakuan penambahan terpung terigu dengan kepadatan hingga 10750 sel/ml

Page 104: LAPAK NUTRISI

104

sedangkan untuk zooplankton kepadatan tertinggi diperoleh dari perlakuan

penambahan molase dengan kepadatan hingga 9475 indv/ml.

Secara umum perlakuan molase memberikan kepadatan yang tinggi untuk

spesies zooplankton, sedangkan perlakuan tepung terigu memberikan kepadatan

yang tinggi untuk spesies fitoplankton. Perbedaan keduanya mungkin diakibatkan

perbedaan sifat dari zat penghasil C. Pada dasarnya penambahan senyawa yang

mengandung C sangatlah penting untuk diberikan pada bioflok sebagai dasar dari

penyedia nutrien, terutama untuk menjaga perbandingan rasio C/N.

Molase diberikan dalam flok berupa dalam bentuk cenderung cair,

sedangkan tepung terigu diberikan dalam bentuk cenderung lebih padat/bubuk.

Perbedaan bentuk zat ini diduga menjadi salah satu faktor penentu dari kecepatan

pemanfaatan C oleh komunitas mikroorganisme bioflok. Dengan bentuk yang

cenderung lebih cair, keberadaan nutrien juga bisa dimanfaatkan langsung oleh

zooplankton, akibatnya pada perlakuan molase kepadatan zooplankton cenderung

lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan molase. Pada perlakuan penambahan

tepung terigu, nutrien yang diberikan berupa padatan, diduga tidak begitu disukai

oleh zooplankton sehingga pemanfaatan nutrien hanya dilakukan oleh bakteri dan

fitoplankton saja, sedangkan kepadatan zooplankton meningkat berdasarkan

keberadaan organisme dengan tingkat trofik yang berada dibawahnya.

Page 105: LAPAK NUTRISI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Biflok merupakan komunitas mikroorganisme yang saling berinteraksi

yang dapat berguna sebagai pelengkap pakan pada proses budidaya. Hasil dari

bioflok dapat berbeda berdasarkan perlakuan pemberian nutrien C kedalam media

kultur. Perlakuan molase pada pembuatan bioflok memberikan kepadatan yang

lebih tinggi pada zooplankton 5775 indv/ml sedangkan perlakuan tepung terigu

memberikan kepadatan tertinggi pada fitoplankton dengan kepadatan 4494 sel/ml.

Perbedaan dikarenakan perbedaan bentuk zat dari nutrien tersebut

5.2 Saran

Peralatan praktikum harus lebih dipersiapkan dan diperbanyak lagi sesuai

kebutuhan mahasiswa agar mempermudah jalannya praktikum. Ketersediaan alat

dan bahan diusahakan sesuai dengan banyaknya mahasiswa sehingga mahasiswa

dapat mencoba.

Pada praktiknya, jika menginginkan kepadatan zooplankton yang tinggi,

maka penyedia nutrien nya disarankan berupa molase dan bila kepadatan

fitoplankton yang diharapkan tinggi maka yang digunakan adalah tepung terigu.

105

Page 106: LAPAK NUTRISI

DAFTAR PUSTAKA

Gunarto. 2011. Produksi bioflok dan nilai nutrisinya dalam skala laboratorium.

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau : Sulawesi selatan.

Ma’in. 2013. Penilaian ekoefisiensi budidaya intensif udang vanname berbasis

teknologi bioflok. Seminar Nasional pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan, semarang.

Sari, Nora Putri. 2012. Komposisi mikroorganisme penyusun dan kandungan

nutrisi bioflok dalam media pemeliharaan induk ikan nila dengan aplikasi

teknik bioflok. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

106