lapak makrozoobenthos

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Odum (1971) benthos adalah berbagai jenis organisme yang mendiami suatu perairan. Benthos dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu makroinvertebrata dan mikroinvertebrata. Benthos meliputi organisme nabati yang disebut fitobenthos dan organisme hewani yang disebut zoobenthos. Secara umum benthos dibagi menjadi tiga kelompok yaitu makrobenthos yang merupakan benthos dengan ukuran besar dari 1 mm, meiobenthos dengan ukuran antara 0,1 mm sampai 1 mm dan mikrobenthos dengan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 mm (Mann, 1982 dalam Muhyin, 2006). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa makrozoobenthos merupakan organisme hewani yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan dengan ukuran lebih besar dari 1 mm. Dilihat dari segi makanannya, Cummins (1974) menyatakan bahwa makrozoobenthos dapat bersifat autochthonous (misalnya vegetasi meti, periphiton, dan makrophita) dan bersifat allotochthonous (misalnya vegetasi tepian sungai, limbah dan sampah dari aktivitas manusia). Sumber makanan organik berasal dari vegetasi tepian sungai yang jatuh dan langsung masuk ke dalam sungai, maupun yang telah diproses di darat dan langsung masuk ke dalam sungai melalui air permukaan

Upload: novel-firdaus

Post on 30-Sep-2015

183 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

lapak

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Odum (1971) benthos adalah berbagai jenis organisme yang mendiami suatu perairan. Benthos dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu makroinvertebrata dan mikroinvertebrata. Benthos meliputi organisme nabati yang disebut fitobenthos dan organisme hewani yang disebut zoobenthos. Secara umum benthos dibagi menjadi tiga kelompok yaitu makrobenthos yang merupakan benthos dengan ukuran besar dari 1 mm, meiobenthos dengan ukuran antara 0,1 mm sampai 1 mm dan mikrobenthos dengan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 mm (Mann, 1982 dalam Muhyin, 2006). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa makrozoobenthos merupakan organisme hewani yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan dengan ukuran lebih besar dari 1 mm. Dilihat dari segi makanannya, Cummins (1974) menyatakan bahwa makrozoobenthos dapat bersifat autochthonous (misalnya vegetasi meti, periphiton, dan makrophita) dan bersifat allotochthonous (misalnya vegetasi tepian sungai, limbah dan sampah dari aktivitas manusia). Sumber makanan organik berasal dari vegetasi tepian sungai yang jatuh dan langsung masuk ke dalam sungai, maupun yang telah diproses di darat dan langsung masuk ke dalam sungai melalui air permukaan dan melalui air tanah. Selain itu klasifikasi benthos juga dapat dibedakan berdasarkan ukuran, tempat hidupnya, jenis, cara memperoleh makanan, dan kepekaannya terhadap bahan pencemar organik (Odum, 1993). Makrozoobenthos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga benthosik sampai konsumen tingkat tinggi (Rosenberg, 1993). Benthos juga sering digunakan sebagai indikator atau petunjuk kualitas air. Menurut Purnomo (1989) kelebihan penggunaan makrozoobenthos sebagai indikator pencemaran organik adalah mudah diidentifikasi, bersifat immobil, dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap berbagai kandungan bahan organik, Makrozoobenthos ini dipengaruhi oleh kondisi fisika, kimia, dan biologi. Faktor fisika meliputi substrat, kekeruhan, arus, kedalaman, dan suhu. Faktor kimia meliputi pH, DO, dan bahan bahan toksik dan faktor biologi meliputi predator dan competitor. Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kenaekaragaman serta mengetahui enumerasi dan biomassa benthos yang terdapat di suatu lingkungan perairan dengan metode sampling.1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari pelaksanaan praktikum Pendugaan Produktivitas Sekunder Dengan Menghitung Enumerasi dan Biomassa Benthos ini adalah :

1. Untuk mempelajari penghitungan enumerasi dan biomassa benthos di suatu perairan.

2. Untuk mengetahui keanekaragaman benthos yang terdapat di suatu ekosistem.

3. Untuk mengidentifikasi jenis benthos yang dijadikan sampling.

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat dari pelaksanaan praktikum Pendugaan Produktivitas Sekunder Dengan Menghitung Enumerasi dan Biomassa Benthos ini adalah :

1. Mahasiswa dapat melakukan identifikasi jenis benthos dan penghitungan enumerasi dan biomassanya.2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan sampling benthos dari dasar perairan.3. Mahasiswa dapat melakukan identifikasi jenis benthos dan penghitungan enumerasi dan biomassanya.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Benthos

Benthos adalah organisme yang hidup didasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap, maupun menggali lubang. Benthos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan benthos (Mulyadi, 1990). Menurut Odum (1971) benthos adalah berbagai jenis organisme yang mendiami suatu perairan. Benthos dapat hidup pada dan didalam dasar perairan. Gerakannya sangat terbatas pada perairan sehingga sangat baik dijadikan indikator biologi untuk menerangkan atau menunjukkan kondisi perairan apakah perairan itu tercemar atau tidak. Odum (1971) menyatakan bahwa yang termasuk kedalam makrozobenthos antara lain insekta, annelida, bivalve, dan gastropoda. Makrozoobenthos ini dipengaruhi oleh kondisi fisika, kimia, dan biologi. Faktor fisika meliputi substrat, kekeruhan, arus, kedalaman, dan suhu. Faktor kimia meliputi pH, DO, dan bahan bahan toksik dan faktor biologi meliputi predator dan competitor.3.2. Jenis BenthosBenthos dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu makroinvertebrata dan mikroinvertebrata. Menurut fungsinya benthos dibedakan atas fitobenthos dan zoobenthos. Menurut ukurannya zoobenthos dibedakan menjadi zoobenthos (ukuran antara 0,1 1 mm) dan makrobenthos (ukuran > 3 mm) (Mulyadi, 1999). Makrozoobenthos adalah organisme hewani yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan dengan ukuran lebih besar dari 1 mm. Klasifikasi benthos dibedakan berdasarkan ukuran, tempat hidupnya, jenis, cara memperoleh makanan, dan kepekaannya terhadap bahan pencemar organik (Odum, 1993).Klasifikasi benthos menurut ukurannya :

a. MikrofaunaMemiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Contohnya bakteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata.b. MeiofaunaMemiliki ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Contohnya nematoda, copepoda, dan foraminifera.

c. MakrofaunaMemiliki kuran lebih dari 1 mm (0,04 inch). Contohnya cacing, annelida, molusca, spone, dan crustacea (Ardi, 2012)

Klasifikasi benthos berdasarkan tempat hidupnya :

a. EpifaunaHidup di atas permukaan dasar lautan. Contohnya kepiting, siput laut, dan bintang laut.

b. Infauna Hidup dengan cara menggali lubang pada dasar lautan. Contohnya cacing, tiram, macoma, dan remis (Nybakken, 1997)

Klasifikasi benthos berdasarkan jenisnya :a. ZoobenthosPayne (1989) menyatakan bahwa zoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau selurus siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Zoobenthos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Berbagai jenis zoobenthos ada yang berperan sebagai konsumen primer dan ada pula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen yang menempati tempat yang lebih tinggi (Sri, 2001). Pada umumnya, zoobenthos merupakan makanan alami bagi ikan ikan pemakan di dasar (bottom feeder) (Pennak, 1978).

b. FitobenthosFitobenthos merupakan makanan utama untuk benthos adalah alga dan bahan organik limpasan dari tanah. di periran pantai dan tempat-tempat lain di mana cahaya mencapai bagian bawah, hewan bentik seperti diatom yang mampu berfotosintesis dapat berkembang biak. adapun cara dari setiap benthos untuk memperoleh makanannya adalah sebagai berikut :

Filter feeder (suspension feeder) adalah hewan yang makan dengan cara menyaring padatan tersuspensi dan partikel makanan dari air, biasanya dengan melewatkan air melalui struktur penyaringan khusus. contohnya seperti spons dan bivalvia yang memiliki tubuh yang keras. proses ini dapat terjadi pada daerah yang berpasir.

Deposit feeder adalah hewan tyang mengkonsumsi sisa sisa makanan pada substrat di bagian bawah air. seperti polychaeta yang memiliki permukaan tubuh yang lunak.

Klasifikasi benthos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemar karena bahan organik:a. Organisme intoleranOrganisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya bahan organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas.

b. Organisme fakultatifOrganisme fakultatif adalah organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang kaya bahan organik, namun tidak dapat mentolelir tekanan lingkungan.

c. Organisme toleran

Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik. jumlah organisme.3.3. Benthos Sebagai Bioindikator

Benthos sering digunakan sebagai indikator atau petunjuk kualitas air. Suatu perairan yang sehat (belum tercemar) akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang dari hampir semua spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi (Patrick, 1949 dalam Odum, 1994). Dalam penilaian kualitas perairan, pengukuran keanekaragaman jenis organisme sering lebih baik daripada pengukuran bahan-bahan organik secara langsung. Makrozoobenthos sering dipakai untuk menduga ketidakseimbangan lingkungan fisik, kimia dan biologi perairan. Perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme makrozoobenthos karena makrozoobenthos merupakan biota air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik bahan pencemar kimia maupun fisik (Odum, 1994). Hal ini disebabkan makrozoobenthos pada umumnya tidak dapat bergerak dengan cepat dan habitatnya di dasar yang umumnya adalah tempat bahan tercemar.

Menurut Wilhm (1975) dalam Marsaulina (1994) perubahan sifat substrat dan penambahan pencemaran akan berpengaruh terhadap kemelimpahan dan keanekaragamannya. Menurut Vemiati (1987) dalam Fachrul (2007) jenis yang berbeda menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap pencemaran, sehingga dengan adanya jenis benthos tertentu dapat dijadikan petunjuk untuk menafsir kualitas suatu badan air tertentu, misalnya keberadaan cacing Polychaeta dari suku Capitellidae, yaitu Capitella capitella menunjukkan perairan tercemar dan Capitella ambiesta terdapat pada lingkungan yang tidak tercemar selanjutnya Tesky (2002) mengatakan spesies indikator merupakan organisme yang dapat menunjukkan kondisi lingkungan secara akurat yang juga dikenal dengan bioindikator. Makrozoobenthos umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan perairan yang ditempatinya, karena itulah makroinvertebrata ini sering dijadikan sebagai indikator ekologi di suatu perairan dikarenakan cara hidup, ukuran tubuh, dan perbedaan kisaran toleransi di antara spesies di dalam lingkungan perairan. Alasan pemilihan makrozoobenthos sebagai indikator ekologi menurut Wilhm (1978), dan Oey et al, (1980) dalam Wargadinata (1995) adalah sebagai berikut: Mobilitas terbatas sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel. Ukuran tubuh relatif besar sehingga memudahkan untuk identifikasi. Hidup di dasar perairan, relatif diam sehingga secara terus menerus terdedah (exposed) oleh air sekitarnya. Pendedahan yang terus menerus mengakibatkan makrozoobenthos dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

Menurut Purnomo (1989) kelebihan penggunaan makrozoobenthos sebagai indikator pencemaran organik adalah mudah diidentifikasi, bersifat immobil, dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap berbagai kandungan bahan organik, sedangkan kelemahannya adalah karena penyebarannya mengelompok dipengaruhi oleh faktor hidrologis seperti arus dan kondisi substrat dasar. Menurut Cole (1983) zoobenthos juga berperan dalam proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik, baik yang berasal dari perairan (autokton) maupun dari daratan (allokton) serta menduduki urutan kedua dan ketiga dalam rantai kehidupan suatu komunitas perairan.

2.4. Parameter-parameter yang Mempengaruhi Keberadaan Benthos

Sifat fisika kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik seperti makrozoobenthos, perlu juga dilakukan pengamatan faktor-faktor abiotik perairan. Dengan mempelajari aspek saling ketergantungan antara organisme dengan faktor-faktor abiotiknya maka akan diperoleh gambaran tentang kualitas suatu perairan. 2.4.1. Parameter Fisika

Tipe substrat dasar perairan pesisir ditentukan oleh arus dan gelombang. Disamping itu juga oleh kelandaian (slope) pantai. Menurut Sumich (1992), Nybakken (1997) dan Barnes and Hughes (1999) substrat daerah pesisir terdiri dari bermacam-macam tipe, antara lain: lumpur, lumpur berpasir, pasir, dan berbatu. Pada daerah pesisir dengan kecepatan arus dan gelombang yang lemah, subtrat cenderung berlumpur. Daerah ini biasa terdapat di daerah muara sungai, teluk atau pantai terbuka dengan kelandaian yang rendah. Sedangkan pada daerah pesisir yang mempunyai arus dan gelombang yang kuat disertai dengan pantai yang curam, maka substrat cenderung berpasir sampai berbatu.

Kedalaman air mempengaruhi kelimpahan dan distribusi zoobenthos. Dasar perairan yang kedalaman airnya berbeda akan dihuni oleh makrozoobenthos yang berbeda pula, sehingga terjadi stratifikasi komunitas menurut kedalaman. Pada perairan yang lebih dalam makrozoobenthos mendapat tekanan fisiologis dan hidrostatis yang lebih besar. Karena itu makrozoobenthos yang hidup di perairan yang dalam ini tidak banyak. Berdasarkan kedalaman laut Wright (1984), mengelompokkan keberadaan hewan benthos dibagi atas tiga zone yaitu (1) zona intertidal (intertidal zone), (2) zona paparan benua (continental shelf) dan (3) zona laut dalam (deep sea).

Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air, apabila suhu air naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun. Bersamaan dengan peningkatan suhu juga akan mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolisme akuatik, sehingga kebutuhan akan oksigen juga meningkat (Sastrawijaya, 2000). Brehm dan Meijering (1990) dalam Barus (1996) menyatakan bahwa akibat meningkatnya laju respirasi akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara di sisi lain dengan naiknya suhu akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Menurut Suriawiria (1996) kenaikan suhu pada perairan dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut. Suhu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan hewan benthos. Batas toleransi hewan terhadap suhu tergantung kepada spesiesnya. Umumnya suhu di atas 30oC dapat menekan pertumbuhan populasi hewan benthos (Nybakken, 1992). 2.4.2. Parameter Kimia

Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang sangat basa maupun yang sangat asam akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 1996). Adanya ion-ion seperti besi sulfur (FeS) dalam jumlah yang tinggi dalam air meningkatkan keasaman karena FeS dengan udara dan air akan membentuk H2SO4 dan besi yang larut (Fardiaz, 1992).

Oksigen terlarut sangat penting bagi pernafasan zoobenthos dan organisme-organisme akuatik lainnya (Odum, 1993). Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh faktor suhu, pada suhu tinggi kelarutan oksigen rendah dan pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi. Tiap-tiap spesies biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap konsentrasi oksigen terlarut di suatu perairan. Spesies yang mempunyai kisaran toleransi lebar terhadap oksigen penyebarannya luas dan spesies yang mempunyai kisaran toleransi sempit hanya terdapat di tempat-tempat tertentu saja. Berdasarkan kandungan oksigen terlarut (DO), Lee et al. (1978) mengelompokkan kualitas perairan atas empat yaitu; tidak tercemar (> 6,5 mg/l), tercemar ringan (4,5 6,5 mg/l), tercemar sedang (2,0 4,4 mg/l) dan tercemar berat (< 2,0 mg/l).3.4. Alat untuk Mengambil Benthos

Sampel makrozoobenthos diambil menggunakan jala surber apabila lokasipengambilan sampel dangkal dan menggunakan Eckman grabb jika lokasi pengambilan sampel dalam. Jala surber diletakkan di dasar danau, kemudian substrat dikeruk sehingga makrozoobenthos terjaring dalam jala sedangkan pengambilan sampel dengan Eckman grabb dilakukan dengan cara menurunkannya hingga ke dasar danau dengan kondisi terbuka. Pada saat mencapai dasar danau, pemberat diturunkan sehingga Eckman grabb menutup bersamaan dengan masuknya substrat. Sampel yang didapat disortir menggunakan tangan untuk sampel yang berukuran besar dan metode pengapungan untuk sampel berukuran kecil (yang tidak bisa disortir) selanjutnya sampel dibersihkan dengan air dan dimasukkan kedalam wadah untuk selanjutnya diamati di laboratorium. BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Pendugaan Produktivitas Sekunder Dengan Menghitung Enumerasi dan Biomassa Benthos dilakukan pada hari Senin, 27 Oktober 2014 pukul 12.30 WIB sampai dengan selesai. Pelaksanaan praktikum dilakukan di Laboratorium Akuakultur FPIK Universitas Padjadjaran.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

1. Eckman Grabb : alat ini dibuat dari baja yang beratnya kurang lenih 3,2 kg dan mempunyai 3 macam ukuran yaitu : 15 cm x 15 cm, 23cm x 23 cm, dan 30 cm x 30 cm. Alat ini dipergunakan untuk pengambilan contoh perairan yang mempunyai dasar yang terdiri dari lumpur, pasir dan sungai yang arusnya kecil.

2. Jala Surber : alat ini adalah sejenis jaring yang digunakan untuk mengoleksi benthos yang bersifat epifauna.3. Saringan bertingkat : untuk menyaring lumpur atau substrat lainnya.4. Timbangan : untuk menimbang sampel benthos yang telah diidentivikasi5. Kaca pembesar : untuk membantu mengidentifikasi sampel benthos.3.2.2. Bahan

1. Lumpur hasil sampling, untuk bahan pengamatan.3.3. Prosedur Kerja

3.4. Analisis Data

Dalam praktikum Pendugaan Produktivitas Sekunder Dengan Menghitung Enumerasi dan Biomassa Benthos ini dilakukan analisis dengan melakukan pengidentifikasian jenis jenis benthos yang ditemukan dengan melihat pada buku yang dijadikan sumber dan kemudian dilakukan penghitungan jumlah masing masing jenis yang selanjutnya dihitung berat benthos menggunakan timbangan analitik kemudian dihitung berat total keseluruhan jumlah spesies yang diidentifikasi.3.4.1. Perhitungan Enumerasi Benthos

Sampel yang diidentifikasi, dianalisis dengan menghitung secara langsung sampel yang didapatkan. Sampel yang didapatkan ditimbang beratnya menggunakan timbangan analitik kemudian dihitung berat total keseluruhan jumlah spesies yang diidentifikasi. Setelah itu dihitung kelimpahannya dan indeks diversitasnya menggunakan rumus indeks diversitas Shannon Wiener dan indeks dominasi Simpson sebagai berikut : Kelimpahan

Indeks Diversitas Shannon Wiener Benthos

H = -pi ln pi

Indeks Dominasi SimpsonD = 1- (Pi)23.4.2. Perhitungan Biomassa Benthos

Sampel yang diidentifikasi, dianalisis dengan cara menghitung biomassa sampel dengan menggunakan timbangan analitik. Kemudian hasilnya di catat. Berikut adalah rumus penghitungan biomassa : Biomassa Total

Biomassa Total = berat total keseluruhan tiap spesies BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Data Hasil Enumerasi Benthos Kelompok Tabel 1. Hasil Pengamatan Enumerasi BenthosSpesiesJumlahBeratRata - rata

Pilsbryoconcha exilis124,43 gram24,43 gram

Pila ampullacea13,98 gram3,98 gram

Goniobasis sp176,89 gram0,41 gram

Pleurocera acuta62,29 gram0,38 gram

Perhitungan kelimpahan benthos pada pengamatan kelompok 5 adalah sebagai berikut: Kelimpahan

K = 625 individu/ m2

Indeks Diversitas Shannon- Wiener Benthos

H Pilsbryoconcha exilis

= -pi ln pi

= -1 x -3,22

= 3,22H Pila ampullacea

= -pi ln pi

= -1x -3,22

= 3,22H Goniobasis sp

= -pi ln pi

= -1x -0,38

= 0,38

H Pleurocera acuta

= -pi ln pi

= -1 x -1,43

= 1,43

Perhitungan Indeks Dominasi SimpsonD = 1- (Pi)2

= 1- (0,04)2 + (0,04)2 + (0,68)2 + (0,24)2

= 1- 0,5232

= 0,47684.1.2. Data Hasil Biomassa Benthos Kelompok Tabel 2. Hasil Pengamatan Biomassa BenthosSpesiesJumlahBerat (gram)Berat rata-rata (gram)Pi LnPi HD

Pilsbryoconcha exilis124,43 24,43 0,04-3,223,22

Pila ampullacea13,98 3,98 0,04-3,223,22

Goniobasis sp176,89 0,41 0,68-0,380,380,4768

Pleurocera acuta62,29 0,38 0,24-1,431,43

Jumlah 2537,591-8,258,25

Biomassa Total

Biomassa Total = 24,43 + 3,98 + 6,89 + 2,29

= 37,594.2 Pembahasan4.2.1 Hasil Enumerasi BenthosDari hasil identifikasi sampel kelompok 5, terdapat empat jenis spesies yaitu Pilsbryoconcha exilis, Pila ampullacea, Goniobasis sp, dan Pleurocera acuta. Pilsbryoconcha exilis terdapat sebanyak 1 ekor dengan bobot rata rata 24,43 gram. Pila ampullacea terdapat sebanyak 1 ekor dengan bobot rata rata 3,98 gram. Goniobasis sp terdapat sebanyak 17 ekor dengan bobot rata rata 0,41 gram. Pleurocera acuta terdapat sebanyak 6 ekor dengan bobot rata rata 0,38 gram. Menurut (Krebs, 1989 dalam Setianingsih, 2001) komunitas adalah kumpulan beberapa populasi dalam suatu area atau habitat. Karakteristik struktur komunitas makrozoobenthos yang dapat dipelajari meliputi keanekaragaman spesies, pola pertumbuhan, dominansi spesies, kepadatan relatif dan struktur trofik.Hasil perhitungaan kelimpahan yang diperoleh yaitu 625 ind/m2. Nybakken (1992) menyatakan bahwa faktor pembatas yang mempengaruhi kelimpahan benthos ialah arus, pH, oksigen terlarut, suhu dan salinitas. Tingginya kelimpahan makrozoobenthos juga diakibatkan oleh tingginya bahan organik yang dapat mempengaruhi organisme dasar. Menurut Wood (1987) menyatakan bahwa bahan organik yang mengendap di dasar perairan merupakan sumber makanan bagi organisme bentik, sehingga jumlah dan laju pertambahannya dalam sedimen mempunyai pengaruh yang besar terhadap populasi organisme dasar. Allard dan Moreau dalam APHA (1992) menyatakan bahwa kelimpahan hewan benthos pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh berbagai factor lingkungan baik biotik maupun abiotik Indeks diversitas Shannon Wiener dari jenis Pilsbryoconcha exilis sebesar 3,22, Pila ampullacea sebesar 3,22, Goniobasis sp sebesar 0,38, dan Pleurocera acuta sebesar 1,43. Menurut Krebs (1989) dalam Setiawan (2008) kategori indeks diversitas Shannon Wiener H < 1 menunjukkan keanekaragaman spesies tergolong rendah, 1< H 3 menunjukkan keanekaragaman spesies tinggi. Indeks dominasi Simpson yang mendekati 0 (C < 0,5) menunjukkan bahwa tidak ada jenis yang mendominasi dan apabila mendekati 1 (C > 0,5) menunjukkan ada jenis yang mendominasi. Indeks dominasi Simpson yang didapatkan oleh kelompok 5 yaitu sebesar 0,4768 yang berarti ada jenis yang mendominasi. Menurut Simpson (dalam Odum, 1971) bahwa jika nilai indeks dominansi mendekati nol berarti tidak ada jenis yang dominan dan dari nilai indeks dominansi (C) dapat dilihat bahwa indeks dominansi tertinggi akan didapatkan nilai indeks keragaman terendah dan demikian pula sebaliknya. Odum (1993) dalam Syamsurisal (2011) menyatakan bahwa nilai indeks dominansi yang tinggi menyatakan konsentrasi dominansi yang tinggi (ada individu yang mendominansi), sebaliknya nilai indeks dominansi yang rendah menyatakan konsentrasi yang rendah (tidak ada yang dominan).4.2.2 Hasil Biomassa BenthosDari hasil identifikasi kelompok kami, biomasa total yang didapat yaitu sebesar 37,59 gram. Pilsbryoconcha exilis memiliki biomassa terbesar yaitu 24,43 gram dan Pleurocera acuta memiliki biomassa terkecil yaitu 2,29 gram. Menurut Nina (2012) biomassa makrozoobenthos yang terdapat dalam lingkungan perairan dapat mencerminkan struktur komunitas lingkungan perairan tersebut. Perbedaan biomassa makrozoobenthos ini dipengaruhi oleh ukuran dari organisme tertentu, kepadatan dan beragam jenis makrozoobenthos yang ditemukan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari hasil identifikasi, terdapat berbagai macam benthos dengan spesies yang berbeda. Spesies yang ditemukan diantaranya adalah Pilsbryoconcha exilis, Pila ampullacea, Goniobasis sp, dan Pleurocera acuta. Perbedaan spesies yang ditemukan ini dikarenakan parameter fisik maupun kimia yang berbeda dari setiap lokasi stasiun pengambilan sampel. Dari hasil perhitungan, kelimpahan yang diperoleh yaitu 625 ind/m2. Indeks diversitas Shannon - Wiener menunjukan jenis Pilsbryoconcha exilis dan Pila ampullacea memiliki keanekaragaman yang paling tinggi sedangkan keanekaragaman terendah adalah jenis Goniobasis sp. Indeks dominasi Simpson sebesar 0,4768 menunjukkan adanya dominasi dari jenis spesies yang ditemukan. Biomassa terbesar adalah jenis Pilsbryoconcha exilis yaitu 24,43 gram.5.2. Saran

Dalam melakukan praktikum ini dibutuhkan pemahaman yang benar agar dalam pelaksanaannya bisa berjalan dengan baik. Selain itu juga dibutuhkan keseriusan dan ketelitian dari praktikan agar mendapatkan hasil akhir yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

APHA, AWWA, and WEF (1992), Standard Methods for the Examination of Water and

Wastewater, 17th edition, American Public Health Association, Washington DC.

Cole, G.A 1983. Buku Teks Limnologi. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan

Malaysia, Kuala Lumpur. Hlm. 73-78

Dian Ayu et al. 2013. Struktur Komunitas Makrozoobenthos Pada Sedimen Mangrove Di

Pulau Los Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang. FIKP UMRAH. Kepulauan RiauFachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta. Hlm. 22-24.

Lee et al. 1978. Benthic Macroinvertebrate and Fish as Biological Indicator of Water

Quality With Reference to Community Diversity Development Countries. Bangkok. P. 233.

Marsaulina, L. 1994. Keberadaan dan Keanekaragaman Makrozoobenthos di Sungai

Semayang Kecamatan Sunggal. Karya Tulis. Lembaga Penelitian USU, Medan. Hlm. 2, 6-10

Muhaimin, Haidir. 2013. DISTRIBUSI MAKROZOOBENTHOS PADA SEDIMEN BAR

(PASIR PENGHALANG) DI INTERTIDAL PANTAI DESA MAPPAKALOMPO KABUPATEN TAKALAR. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Univeristas Hasanuddin. Makassar

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh M.

Ediman, D. G. Bangen, M. Hutomo dan S. Sukarjo. Gramedia. Jakarta. 402 halaman

Nybakken, J.W. 1997. Marine Biology; An Ecologycal Approach. Edisi ke -4. California:

Addison-Wesley Education Publishers Inc

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd. Philadelphia.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah mada University Press.

Jogjakarta.

Pennak, R.W. 1978. Fresh Water Invertebrates of United States. Second Edition. A. Willey

Interscience Publ. John Willey and Sons, New York. Hlm. 1-645.

Hezim, Faisol. 2013. Benthos http://fairulfh.blogspot.com/2013/12/benthos.html diakses 28November 2014 pukul 22.30 WIB

Santosa, Doddy. 2010. Organisme Benthos

http://doddysantosa-doddysantosa.blogspot.com/2010/11/organisme-benthos.html diakses 29 November 2014 pukul 6.49 WIB

Sinaga, Tiorinse. 2009. KEANEKARAGAMAN MAKROOZOOBENTHOS SEBAGAI

INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DANAU TOBA BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan Setianingsih, I. 2001. Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Sedimen Dasar Sungai

Cileungsi-Bekasi, Kabupaten Bogor dan Bekasi Jawa Barat. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor

Setiawan, D. 2008. Struktur Komunitas Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas

Lingkungan Perairan Hilir Sungai Musi. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor

Syamsurisal. 2011. Studi Beberapa Indeks Komunitas Makrozoobenthos Di Hutan Mangrove

Kelurahan Coppo Kabupaten Barru. (Skripsi) Universitas Hasanuddin. Makassar

Wulansari, Nina. 2012. KONEKTIVITAS KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS ANTARA

HABITAT MANGROVE, LAMUN DAN TERUMBU KARANG DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, PROVINSI DKI JAKARTA. Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

http://www.academia.edu/8569134/Benthos_adalah_organisme diakses 28 nov 2014 pukul 22.11 WIB

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Enumerasi dan Biomassa Benthos KelasTabel 3. Data Kelas Enumerasi dan Biomassa BenthosKelSpesiesJumlah IndividuBerat total (gram)Berat Rata-Rata (Gram)

1Pleuroca acuta

Pomatiosis lapidaria

Vivipapirus sp.

Goniobasis livescens

Ligumia sp.

Anadonta sp.1

4

3

2

1

10,38

0,32

9,69

0,95

24,82

87,220,38

0,08

3,32

0,47

24,82

87,82

2Ligumia sp

Turbo sp

Geniobasis sp

Peurocera sp

Tubifex sp2

2

14

10

1124,16

3,18

5,68

6,00

0,3312,08

1,59

0,40

0,6

0,03

3Ligumia Sp

Anadonta Sp

Pomatiopsis Lapidaria

Goniobosis Sp

Viviparus Sp

1

1

3

10

230,31

100,37

0,71

6,35

6,7830,31

100,37

0,23

0,63

3,39

4Goniobasis sp

Ligumia sp

Pomatiopsis Lapidara

Tubifex sp

Vivivarus sp

Tryonia Clothrata20

2

5

7

1

104,95

32,78

2,34

0,21

2,65

0,320,2475

16,39

0,468

0,03

2,65

0,032

5Pleurocera acutaPilsbryoconcha exilis

Pila ampeilacea

Goniobasis sp61

1

17

2,2924,43

3,98

6,890,3824,43

3,98

0,41

6Campeloma decisum

Anodoontoides sp

Ginobasis livescens

Pleurocera acura

Hydrobia nictikrata1

5

15

3

44,7

56,5

7,2

1,53

1,324.7

11.314

0.48

0,51

0,33

7Pisbryoconeha spGoniobasis sp

Pila ampullacea

Pleurocera sp

Pleurocera acuta 22

1

9

555,641,57

4,14

20,385

0,5327,820,785

4,14

2,315

0,106

8Pomatiapsislapidaria sp

Ligumia sp

Goniobosis

Pleurocera acura sp1

1

6

93.17

25,73

1,46

4,643,17

25,73

0,24

0,52

9Ligumia sp

Turbo sp

Goniobasis sp

Pleurocera sp

Tubifex sp1

4

2

5

323,88

12,42

1,27

0,82

0,1623,88

3,10

0,63

0,16

0,053

10Cumberlandia monodonta

Bithnia tentaculata

Goniobasis livescens

Tubifex sp1

2

12

115,41

4,43

2,30

0,0115,41

2,17

0,19

0,01

11Tubi fex sp

Ligumia sp

Ganiobasis sp

Bithynia tentaculata sp9

1

13

20,69

20,45

1,87

3,920,053

20,45

0,14

1,96

12Bithinia Tertaculata

Ligumia sp

Hydrobia nickliniana

Tubifex sp

Anculosa sp2

4

4

1

1

5,15

87,36

0,77

0,01

0,16

2,57

21,84

0,19

0,01

0,16

13Ligumia sp

Turbo sp

Goniobasis sp

Pleurocera sp

2

2

2

948,75

10,63

1,47

0,65

24,375

5,315

0,735

0,072

14Plectomerus dombe yants

Cumberlandia monodonta

Gillia altilis

Goniobosis Livescens

1

1

3

3

65

19,09

11,30

2,0365

19,09

3,76

0,67

15Ligumia sp

Bithynia tertaculata

Goniobasis Livescens

Hydrobia nickliniana1

2

2

321,89

10,94

2,11

0,4421,89

6,47

1,055

0,147

16Pleurocera ocuta

Hebetancylus sp

Lioplax subcarinata

G. Pleurocera1

1

6

30,15

17,13

9,18

1,220,15

17,13

1,53

0,40

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan