lap prak biokim fix enzim

Upload: arini-eka-pratiwi

Post on 19-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 TujuanMembuktikan bahwa aktivitas suatu enzim dapat dipengarihu oleh beberapa faktor diantaranya adalah suhu, pH, dan konsentrasi enzim.

1.2Landasan TeoriEnzimReaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis. Katalis ini dikenal sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang sangat spesifik yang disebut enzim. merupakan katalis yang sedang dikembangkan dalam industri kimia. Pengembangan katalis biologis ditujukan untuk mengurangi konsumsi energi proses serta menghilangkan terikutnya senyawa-senyawa pengotor dalam produk suatu proses. Katalis ini digunakan sebagai alternatif katalis anorganik seperti natrium, kalium atau kalsium hidroksida. Enzim merupakan biokatalisator yang sangat efektif yang akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata, dimana reaksi ini tanpa enzim akan berlangsung lambat. Sifat-sifat istimewa enzim adalah kapasitas katalitik dan spesifisitasnya yang sangat tinggi. Disamping itu enzim mempunyai peran dalam transformasi berbagai jenis energi.Kata enzim berasal dari bahasa Yunani enzyme yang berarti di dalam sel. Willy Kuchne (1876) mendefinisikan enzim sebagai fermen (ragi) yang bentuknya tidak tertentu dan tidak teratur, yang dapat bekerja tanpa adanya mikroba dan dapat bekerja di luar mikroba. Definisi tersebut berubah setelah dilakukan penelitian lanjutan oleh Buchner pada tahun 1897. Enzim dapat diproduksi oleh mikroba atau bahan lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Enzim juga dapat diisolasi dalam bentuk murni. Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh reaksi kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi yangsederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi. Percepatan reaksi terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat molekul substrat membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat sementara dan lalu terurai membentuk enzim bebas dan produknya.E = S ES E + PE = enzim S = substrat P= Produk

Enzim memiliki keunggulan sifat, antara lain mempunyai aktivitas yang tinggi, efektif, spesifik dan ramah lingkungan, enzim memiliki sifat yang khas, yaitu sangat aktif walaupun konsentrasinya amat rendah, sangat selektif dan bekerja pada kondisi yang ramah (mild), yaitu tanpa temperatur atau tekanan tinggi dan tanpa logam yang umumnya beracun. Hal inilah yang menyebabkan reaksi yang dikatalisis secara enzimatik menjadi lebih efisien dibandingkan dengan reaksi yang dikatalisis oleh katalis kimia.Enzim mempunyai kekhususan aktivitas, yaitu peranannya sebagai katalis hanya terhadap satu reaksi atau beberapa reaksi yang sejenis saja. Jadi dapat melibatkan beberapa jenis substrat. Sifat spesifik (spesifisitas enzim) didefinisikan sebagai kemampuan suatu enzim untuk mendiskriminasikan substratnya berdasarkan perbedaan afinitas substrat-substrat untuk mencapai sisi aktif enzim. Sifat spesifinitas ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan reaksi atau jenis produk yang diharapkan. Sifat ini sangat menguntungkan karena tidak akan dijumpai reaksi-reaksi samping, sehingga lebih ramah lingkungan.

Aktivitas EnzimAktivitas enzim ternyata dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut menentukan efektivitas kerja suatu enzim. Apabila faktor pendukung tersebut berada pada kondisi yang optimum, maka kerja enzim juga akan maksimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim:1) Suhu Enzim merupakan makromolekul yang peka terhadap lingkungannya. Dengan demikian harus ditangani dengan sangat hati-hati agar sifat-sifatnya dapat dipertahankan, kecuali enzim termostabil yang dapat aktif pada suhu tinggi. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzimatik disajikan pada Gambar 2.1

Pada prakteknya, aktivitas enzimatik diukur pada berbagai suhu (sebagai contoh antara 150C dan 400C). Umumnya, semakin tinggi temperatur, semakin naik laju reaksi baik yang tidak dikatalisis maupun yang dikatalisis oleh enzim. Namun demikian, enzim merupakan senyawa protein yang sangat peka terhadap perubahan temperatur. Semakin tinggi temperatur akan terjadi perubahan struktur enzim yang diikuti oleh hilangnya aktivitas katalitik dari enzim tersebut. Pada temperatur rendah, laju inaktivasi enzim berjalan lambat dan sangat kecil, sehingga boleh diabaikan.Di Indonesia, temperatur optimum bagi proses enzimatis dilakukan pada temperatur kamar. Hampir semua enzim memiliki aktivitas optimum pada temperatur sekitar 30oC dan denaturasi dimulai pada temperatur 45oC. 2) Pengaruh pHUmumnya enzim bersifat amfolitik, yang berarti enzim mempunyai konstanta disosiasi pada gugus basanya, terutama pada gugus residu terminal karboksil dan gugus terminal aminonya. Perubahan aktivitas enzim akibat perubahan terjadinya perubahan ionisasi enzim, substrat atau kompleks enzim substrat, serta perubahan kemampuan peningkatan dan pengaruh laju reaksi. Bila aktivitas enzim diukur pada pH yang berlainan, maka sebagian besar enzim didalam tubuh akan menunjukan aktivitas optimum antara pH 5,0 - 9,0, kecuali beberapa enzim misalnya pepsin(pH optimum = 2). Ini disesbabkan oleh : 1. Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami denaturasi. 2. Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim. Misalnya suatu reaksi enzim dapat berjalan bila enzim tadi bermuatan negatif (Enz-) dan substratnya bermuatan positif (SH+) : Enz- + SH+ EnzSH Pada pH rendah Enz- akan bereaksi dengan H+ menjadi enzim yang tidak bermuatan. Enz- + H+ Enz-H Demikian pula pada pH tinggi, SH+ yang dapat bereaksi dengan Enz-, maka pada pH yang extrem rendah atau tiggikonsentrasi efektif SH+ dan enz akan berkurang, karena itu kecepatan reaksinya juga berkurang. Seperti pada gambar berikut. Di sekitar pH optimum enzim mempunyai stabilitas yang tinggi. Dalam hal ini, enzim yang sama sering kali pH optimumnya berbeda tergantung antara aktivitas enzimatik dengan pH secar Gambar 2.2

Berdasarkan gambar diatas : (a) kurva aktivitas menyajikan secara umum nilai pH optimum yang mempunyai bentuk lonceng, (b) nili pH optimum tergantung pada enzim dan ketergantungan ini dapat lebih kurag tajam, (c) untuk beberapa enzim, aktivitasnya tidak bergantung pada suatu pH tertentu.3) Pengaruh konsentrasi enzimKecepatan rekasi enzim (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (Enz). Makin besar jumlah enzim makin cepat reaksinya. Lihat pada gambar. Dalam reaksinya Enz akan mengadakan ikatan dengan substrat S dan membentuk kompleks enzim-substrat, Enzs. EnzS ini akan dipecah menjadi hasil reaksi P dan enzim bebas Enz. Enz + S EnzS Enz + P Enz + S Enz + P Makin banyak Enz terbentuk, makin cepat reaksi ini berlangsung. Ini terjadi sampai batas tertentu.

4) Pengaruh konsentrasi subtratBila konsentrasi substrat (S) bertambah, sedangkan keadaan lainya tetap sama, kecepatan reaksi juga akan meningkat sampai suatu batas maksimum V. Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan subtrat. Seperti pada gambar. Pada titik-titik A dan B belum semua enzim bereaksi dengan subtrat, maka pada A dan B penambahan subtrat S akan menyebabkan jumlah EnzS bertambah dan kecepatan reaksi v akan bertambah, sesuai dengan penambahan S. Pada titik C semua enzim telah bereaksi denagn subtrat, sehingga penambahan S tidak akan menambah kecepatan reaksi, karena tidak ada lagi enzim bebas. Pada titik B kecepatan reaksi tepat setengah kecepatan maksimum. Konsentrasi subtrat yang menghasilkan setengah kecepatan maksimum dinamakan harga Km atau konstanta Michaelis.

Mekanisme kerja enzima) Prinsip umum Pembicaraan tentang mekanisme yang digunakan untuk mempercepat kecepatan reaksi melalui 3 contoh yang akan diberikan : katalis asam dan basa pada umumnya, katalis oleh ion-ion logam, dan katalis oleh enzim yang mengandung piridoksal fosfat.

b) Katalisis asam-basa umum Reaksi yang kecepatanya berubah-ubah akibat perubahan konsentrasi ion hidrogen atau konsentrasi ion hidronium dalam larutan, tetapi tidak tergantung pada konsentrasi asam atau basa lainya yang terdapat dalam larutan, dikatakan dapat mengalami katalisis asam spesifik atau katalisis basa spesifik. Reaksi yang kecepatanya tergantung pada semua asam dan basa yang terdapat dalam larutan dikatakan dapat menglami katalisis asam umum (general acid) atau katalisis basa umum (general base). Mutarotasi glukosa adalah salah satu rekasi yang tunduk pada katalisis asam-basa umum.

c) Peranan ion logam Ion logam melaksanakan peranan katalisi dan struktural yang penting pada protein. Sebenarnya, lebih dari seperempat dari semua enzim yang dikenal mengandung ion logam yang berikatan erat atau memerlukan ion logam untuk beraktivitasnya. Fungsi ion logam ini diselidiki dengan cara fisika, lebih-lebihdengan kristalografi sinar-X, nuclearmagnetic (ESR). Keterangan ini digabungkan dengan pengetahuan pembentukan dan kerusakan kompleks logam dan reaksi dalam lingkaran koordinasi ion logam untuk memberi pengertian tentang peranan ion logam pada reksi yang dikatalisi oleh enzim.

Enzim amylaseEnzim amylase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar pancreas, amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amylase memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltose. Amylase mengubah amilum menjadi disakarida. Enzim amylase yaitu pada reaksi hidrolisisi amilum menjadi maltose. Enzim ini dibagi menjadi 3 macam yaitu : amylase-, amylase , dan amylase . Yang terdapat dalam ludah hanya amylase , enzim ini memecah amilum pada ikatan 1-4 glikosidanya bukan pada ikatan 1-6 yang merupakan cabang dari molekul amilum ( poedjiadi: 1994 ) karena enzim merupakan biokatalis dan sebagian besar enzim tersusun atas protein maka kerja enzim dipengaruhi secara langsung pada aktivitas enzim tersebut.Kelenjar ludah, terdapat 3 pasang kelenjar ludah didalam rongga mulut, yaitu glandula parotis, glandula submaksilaris, dan glandula sublingualis atau glandula submandi bularis. Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kmiawi yang terjadi didalam mulut. Setelah makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah berperan secara kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan. Ludah terdidi atas air (99%) dan enzim amylase. Enzim ini menguraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana (glukosa dan maltose). Makanan yang telah dilumatkan dengan dikunyah dan dilunakan didalam mulut oleh air liur disebut bolus. Bolus ini diteruskan kesistem ke system pencernaan selanjutnya.Klasifikasi enzim amylase1. -amilase (alpha-amilase, 1,4-alpha-D-glucan glucanohydrolase, pancreatic alpha-amilase, -amilase PA), adalah salah satu enzim yang berperan dalam proses degradasi pati, sejenis makromolekul karbohidrat. Struktur molekuler enzim ini adalah -1,4-glukanohidrolase. Bersama dengan enzim pendegredasi pati lain, pulpulanase, -amilase termasuk kedalam golongan enzim kelas 13 dlikosil hidrolase (E>C.3.2.1.1) -amilase ini memiliki beberapa sisi aktif yang dapat mengikat 4-10 molekulsuntrat sekaligus.2. -amilase (E.C.3.2.1.2) Merupakan enzim golongan hidrolase kelas 14 yang digunakan dalam proses sakarifikasi pati (sejenis karbohidrat). Sakarifikasi banyak berperan dalam pemecahan makromolekul karbohidrat. Pemecaha makromolekul karbohidrat ini akan menghasilkanb molekul karbohidrat rantai pendek (sederhana).3. glukoamilase (E.C.3.2.1.3)Salah satu enzim kelas 15 yang berperan dalam proses sakarifikasi pati (sejenis karboidrat). Serupa dengan enzim beta-amilase, glukoamilase dapat memecah struktur pati yang merupakan polisakarida kompleks berukuran besar menjadi molekul yang berukuran kecil. Pada umumnya, enzim ini berkerja pada suhu 45 60 C dengan kisaran pH 4,5 5,0.Tempat kerja dan cara kerja enzim amylase1. -amilasePada umumnya aktif berkerja pada kisaran suhu 25 C 95 C. penambahan ion kalsium dan klorida dapat meningkatkan aktivitas kerja dan menjaga kestabilan enzim ini. Alfa-amilase akan memotong ikatan glikosidik -1,4 pada molekul.2. -amilaseAkan memotong ikatan glikosidik pada gugus amilosa, amilopektin, dan glikogen. Amilosa merupakan struktur rantai dari pati, sedangkan amilopektrin metrupakan struktur percabangan dari pati. Hasil pemotongan oleh enzim ini akan didominasi oleh molekul maltose beta limit dekstrin sering kali dihindari karna membentuk viskositas atau kekentakan terlalu pekat.3. glukoamilosaGlukoamilasa akan memotong ikatan alfa-1,4 pada molekul pati. Enzim ini juga dapat memecah ikatan alfa-1,6, tetapi pada frekuensi yang lebih rendah. Hasil utama pemecahan adalah glukosa, suatu bentuk sederhana dari molekul kerbohidrat berjumlah atom C 6.

Cara mendapatkan enzim amylaselfa-amilase dapat diperoleh dari berbagai macam sumber diantaranya: bisa dalam bentuk tepung malt, gandum yang berkecambah, bisa dari bakteri bacillus bacillus subtilis, bisa berasal dari cacing tanah, pakai cendawan aspergillus sp, bisa berasal dari pancreas sapid an babi, banyak terdapat di air liur dan pencernaan manusia.Beta-amilase banyak ditemukan pada tanaman tingkat tinggi, seperti gandum, ubi, dan kacang kedelai. Disamping itu beta-amilase juga dapat ditemukan pada beberapa mikroorganisme, antara lain pseudomonas sterpilococcus, basillus, dan clostridium thermosulfurigines. Enzim yang berasal dari C.thermosulfurigines umumnya lebih disukai karena memiliki toleransi suhu dan pH yang lebih tinggi.Glukoamilase enzim ini memiliki peranan yang cukup besar didalam metabolism energy diberbagai jenis organism. Oleh karena itu, enzim banyak ditemukan dalam berbagai jenis tanaman dan mikroorganisme, seperti saccharomyces, endomycopsis, aspergillus, penicillium, mucor, dan clostridium. BAB IISKEMA KERJA, HASIL, DAN PEMBAHASAN2.1Skema KerjaA. Bahan Amilase liur, 1 ml dalam 100 ml aqua dest (pengenceran 100 X) Larutan pati 0,4 mg/L dan larutan iodium

B. Cara kerja1. Pengaruh suhu

A BC D E

B U B U B U B U B U

+ larutan pati 1 mL

diinkubasi selama 5 menitPada suhu 100 (A), 250 (B), 370 (C), 680 (D), dan 1000 (E)

Ditambahkan dengan 200 L air liur 100X

Didiamkan selama 1 menit

Ditambahkan iodium 1 ml

Diencerkan dengan 8 mL aqua dest

Dibaca serapan tiap tabung pada panjang gelombang 680 nm

2. Pengaruh pHBahan : Amilase liur yang telah diencerkan 100 X Larutan pati 0,4 mg/mL pada berbagai pH (3, 5, 7, 11) Larutan iodiumBagan kerja : A B C D

B U B U B U B U

Ditambahkan dengan pati 0,4 mg/mL pada pH 3 (A), 5 (B), 7 (C), 11 (D)

Diinkubasi pada suhu 370 selama 5 menit

Ditambahkan dengan 200 L air liur 100X

Didiamkan selama 1 menit

Ditambahkan iodium 1 ml

Diencerkan dengan 8 mL aqua dest

Dibaca serapan tiap tabung pada panjang gelombang 680 nm

3. Pengaruh konsentrasi enzimBahan : Liur yang telah diencerkan 100X, 200X, 400X, 800X Larutan pati 0,4 mg/mL dan larutan iodium

Bagan kerja : A B C D

B U B U B U B U

Ditambahkan liur dengan berbagai konsentrasi 100X (A), 200X (B), 400X (C), 800X (D)

Diinkubasi pada suhu 370 selama 5 menit

Ditambahkan dengan 200 L air liur 100X

Didiamkan selama 1 menit

Ditambahkan iodium 1 ml

Diencerkan dengan 8 mL aqua dest

Dibaca serapan tiap tabung pada panjang gelombang 680 nm

2.2 Hasil Tabel hasil perhitungan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzimSuhu (OC)ABAU A/menit (V)

00,0000,0000,000

250,0000,0080,008

370,0000,0010,001

600,000-0,0360,036

1000,000-0,0030,013

Tabel hasil perhitungan pengaruh pH terhadap aktivitas enzimpHABAU A/menit (V)

10,4740,4730,001

30,8390,7040,135

50,0440,0180,026

70,0370,0250,012

110,2010,1670,034

Tabel hasil perhitungan pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzimPengenceran LiurABAU A/menit (V)

1000,0320,056-0,024

2000,0320,064-0,032

4000,0320,064-0,032

8000,0320,074-0,042

2.3PembahasanPada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatik. Enzim yang kami gunakan adalah enzim amylase yang terdapat dalam air liur manusia, sedangkan substratnya adalah larutan amilum dan iod sebagai pendeteksi adanya karbohidrat. Larutan pati merupakan larutan yang tidak berwarna, sehingga untuk melakukan pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer larutan pati harus dijadikan larutan kompleks agar menjadi berwarna dan dapat diukur absorbansinya. Jika larutan pati tidak dikomplekskan maka tidak dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer, karena larutan pati tersebut tidak menyerap warna komplementer dari sinar putih sehingga tidak ada warna yang diteruskan.Pada percobaan ini untuk pengukuran absorbansi semuanya dilakukan pada panjang gelombang 680 nm. Pada panjang gelombang tersebutyang diserap larutan pati terkomplekskan untuk mengahasilkan warna Biru-Hijau (yang dilihat oleh mata kita) terletak pada rentang= 620-750 nmPada teorinya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH, konsentrasi substrat dan enzim dan inhibitor, tetapi yang kami lakukan hanya pengaruh suhu( 00,250,370,600 dan 1000c), pH( 3, 5, 7 ,11), dan konsentrasi enzim(100,200,400,600 dan 800x pengenceran). Pengaruh suhu Pengujian pertama adalah pengaruh suhu terhadap kerja enzim. Suhu yang kami gunakan adalah 00,250,370,600 dan 1000c. Pada praktikum ini kami menggunakan 10 tabung reaksi, dimana 5 tabung reaksi digunakan untuk blanco yaitu tanpa enzim dan 5 selanjutnya untuk uji yaitu dengan menggunakan enzim. Hasil yang kami dapatkan pada pengaruh suhu terhadap kerja enzim tidak sesuai dengan teorinya, yaitu seharusnya pada suhu 370c terjadi puncak kecepatan enzim mengkatalis reaksi karena suhu optimum dari enzim amylase adalah pada suhu tubuh yaitu pada suhu 370c dan pada suhu kurang dan lebih dari 370c, yaitu suhu 250c seharusnya menghasilkan adsorbansi yang lebih kecil karena ketika suhu sangat rendah yang kami pakai adalah suhu 00c akan menyebabkan terhentinya kerja enzim secara reversible, karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara molekul enzim(E) dan substrat (S) akibatnya kompleks E-S yang sangat penting dalam reaksi enzimatik tidak terbentuk, sehingga produk(P) juga tidak terbentuk.Sedangkan pada suhu yang jauh lebih tinggi dari suhu optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi (rusaknya bentuk tiga dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya) secara ireversibel(tidak dapat kembali lagi), akibatnya meskipun benturan E dan S semakin sering , kompleks E-S tidak terbentuk karena enzim terdenaturasi, akibatnya pembentukan P berkurang. Hasil yang kami peroleh dari peraktikum ini terjadinya pucak reaksi pada suhu 600c, padahal seharusnya pada suhu segitu mulai terjadi penurunan reaksi, karena enzim nya sudah mulai terdeanturasi. Hal ini disebabkan dari kesalahan praktikan dalam melakukan pembacaan serapan menggunakan spektrofotometer ultraviolet-visible, seharusnya blanko yang digunakan berupa aquadest bukan blanko yang sudah kami perlakukan yaitu campuran amilum dengan iod, sehingga hasil ini mengalami kesalahan sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada.Pengaruh pHPercobaan yang kedua adalah pengaruh pH terhadap aktivitas enzim, Ph yang kami gunakan adalah 1,3,5,7,dan11. Pada praktikum ini kami menggunakan 10 tabung reaksi, dimana lima tabung digunakan untuk blanco dan lima tabungnya lagi digunakan untuk uji. Perbedaannya blanco tidak ditambahakan air liur dimana air liur inilah yang menjadi enzimnya karena mengandung enzim amilasse.Hal pertama yang kami lakukan adalah menginkubasi pati sesuai Ph selama kurang lebih lima menit, hal ini bertujuan agar pati terdegradasi secara sempurna, kemudian untuk blanco langsung ditambahkan iodium sedangkan tabung uji ditambahkan air liur terlebih dahulu kemudian baru ditambahkan iodium. Fungsi iodium adalah sebagai indicator adanya amilum. Berdasarkan teori, enzim yang kami gunakan yaitu enzim amylase mempunyai aktivitas optimum pada kisaran pH 5-7, sehingga seharusnya pada kisaran pH tersebut warna larutan uji menjadi warna kuning dan nilai absorbansinya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan uji dengan ph yang lainnya karena pada saat rentang ph tersebut enzim amilase bekerja secara optimum, larutan uji menjadi kuning dikarenakan amilum sudah dihidrolisis oleh enzim amylase menjadi maltose, karena pada teorinya iodium akan menghasilkan warna biru jika terdeteksi amilum.Hasil praktikum yang kami dapatkan adalah untuk perubahan warna mempunyai kesamaan dengan teori yaitu menghasilkan warna kuning pada rentang ph 5-7 sedangkan nilai absorbansi reaksi enzimatik tidak sesuai teori yaitu pada kisaran ph 5-7 aktivitas enzim tidak bekerja secara optimum. Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh ketidak cermatan praktikan saat melakukan pembacaan serapan menggunakan spektrofotometer ultaraviolet-visibel, seperti tidak bersih saat pencucian kuvet sehingga hasilnya sedikit menyimpang dari teori yang ada.Pengaruh konsentrasi Pada percobaan yang ketiga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amilase yang terdapat pada saliva dalam memecah amilum menjadi maltosa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kerja dari enzim adalah konsentrasi, yaitu baik dari konsentrasi enzim itu sendiri maupun dari konsentrasi substrat. Namun, kali ini kelompok kami hanya menguji pengaruh konsentrasi enzim dengan cara pengenceran bertingkat.Hal pertama yang dilakukan adalah pengenceran terhadap saliva. Saliva diencerkan 100x, 200x, 400x, dan 600x kali pengenceran. Cara pengencerannya : Pengenceran 100 kali : 1 mL saliva diencerkan pada labu ukur 100 mL Pengenceran 200 kali : Diambil 1 mL saliva dari pengenceran 100 kali lalu ditambahkan 1 mL aquades Pengenceran 400 kali : Diambil 1 mL saliva dari pengenceran 100 kali lalu ditambahkan 3 mL aquades Pengenceran 600 kali : Diambil 1 mL saliva dari pengenceran 100 kali lalu ditambahkan 5 mL aquadesa. BlankoDiambil 1 mL pati dan dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi, dalam percobaan ini pati (amilum) berperan sebagai substratnya. Selanjutnya pati didiamkan 5 menit, hal ini bertujuan agarpati terdegradasi secara sempurna.Lalu ditambahkan 1 mL iodium dan larutan menjadi kuning kecoklatan. Penambahan iodiumberfungsi sebagai indikator untuk menentukan adanya amilumdan ditambahkan 8 mL aquades, dimana aquades ini berfungsi agar larutan tidak terlalu pekat dan dapat diukur aborbansinya pada Spektronik-20, karena pada Spektronik-20 jika larutan terlalu pekat maka tidak dapat terbaca absorbansi pada larutan.Pada larutan blanko tidak diberi penambahan enzim, karena larutan blanko disini sebagai pembanding larutan uji. Larutan blanko hanya berisi larutan pati dan iodium sehingga menghasilkan warna kuning kecoklatan.Pada percobaan ini akan dihasilkan nilai absorbansi blanko yang berfungsi sebagai larutan sebenarnya yang tanpa adanya pengotor-pengotor.b. Larutan ujiDiambil masing-masing 1 mL pati pada 4 tabung reaksi, dalam percobaan ini pati (amilum) berperan sebagai substratnya. Selanjutnya pati didiamkan 5 menit, hal ini bertujuan agarpati terdegradasi secara sempurna.Selanjutnya ditambahkan 0,2 mL saliva pada semua tabung, dan didiamkan selama 1 menit.Dimana pada keadaan ini akan terjadi hidrolisis parsial. Larutan pati merupakan polisakarida yang dapat dihidrolisis oleh enzim amilase pada saliva sehingga menjadi glukosa.Lalu ditambahkan 1 mL iodium juga ke semua tabung reaksi. Penambahan iodium iniberfungsi sebagai indikator untuk menentukan adanya amilum dan ditambahkan 8 mL aquades.Konsentrasi enzim mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Pengaruh konsentrasi enzim ini yaitu pembentukan produk, dimana makin besar konsentrasi enzim makin banyak pula produk yang dihasilkan sehingga dapat dinyatakan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Jadi jika di lakukan sesuai dengan teori maka kurva akan linier dengan seiring dengan pengenceran yang bertingkat tersebut.Hasil yang didapat dalam praktikum kali ini menunjukan gravik yang tidak liner pada konsentrasi 200x 400x pengenceran yang seharusnya absorbansi emnunjukan gerafik menurun tetapi menunjukan grafik yang statis shingga ada kemungkinan bahwa ada kesalahan dalam pembuatan dan preparasi sampel seperti pengotor atau kesalahan dalam pengenceran amilum atau penambahan pati. Grafik 100x-200x pengenceran dan 400x-800x pengenceran menunjukan grafik yang bagus karena memang seperti itu grafik yang seharunya. Ketika konsentrasi amilum berkurang maka absorbansi dari sampel tersebut akan juga berkurang karena berkurangnya kompleks substart dan enzim yang terbentuk.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN3.1 KesimpulanDari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa laju reaksi enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, suhu, pH, dan konsentrasi. Laju reaksi enzim semakin meningkat seiring bertambahnya suhu. tetapi aktivtasnya menurun setelah melewati suhu optium. Dari hasil diketahui bahwa suhu optimum enzim amilase adalah 60oC. sama dengan suhu, laju reaksi enzim semakin meningkat seiring meningkatnya pH, tetapi laju reaksinya menurun setelah melewati pH optimum. Suhu optimum enzim amylase adalah 3. Factor terakhir adalah konsentrasi. Dari hasil terlihat bahwa laju reaksi mencapai titik tertinggi pada pengenceran 100x, konsentrasi -0,024 dan titik terendah pada pengenceran 800x, konsentrasi -0,042. Hasil tersebut membuktikan teori bahwa aktivitas enzim berbanding lurus dengan konsentrasi enzim.3.2SaranKarena didapatkan hasil yang berbeda dengan teori sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan.

DAFTAR PUSTAKAChampe P C PhD , Harvey R A PhD. Lippincotts Illustrated Reviews: Biochemistry 2nd .1994 : 47-60 Colbi, S.D (1985). Biochemistry : A synopsis. California : Lange medical publikationsLehninger A, Nelson D , Cox M M .Principles of Biochemistry 2nd 1993 : 198-236 Murray R K, et al. Harpers Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000 : 67-113 Stryer L .1995. Biochemistry 4th : 181-237 BIOKIMIA Eksperimen Laboratorium. Penerbit Widya Medika. 2000. Bagian Biokimia FK-UI. Jakarta; 50-65.

LAMPIRAN

BlankoBlanko aquadest Uji aquadest

Uji air liurUji iodiuminkubasi

Spektroambil pati ber pH Uji blanko pH 5

Uji blanko pH 7Uji Uji blanko pH 3

18