laporan biokim
DESCRIPTION
biokimiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Pemeriksaan Glukosa Darah
B. Tanggal Praktikum
Hari : Senin
Tanggal : 25 Oktober 2010
C. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kadar glukosa dalam darah
dengan metode GOD-PAP.
2. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan dan dapat
melakukan diagnosis dini apa saja keabnormalan hasilnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
A.1. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah perubahan asam laktat menjadi
glukosa. Asam Laktat dan piruvat terbentuk dari oksidasi yang tidak
sempurna dari glukosa. Salah satu cara menghilangkan asam laktat
adalah dengan mengoksidasinya menjadi CO2 dan H2O. Proses oksidasi
asam laktat terjadi dalam jaringan otot lurik, jantung, dan otak. Asam
laktat merupakan senyawa yang dapat berubah menjadi asam piruvat dan
sebaliknya. Perubahan itu terjadi dalam peristiwa glikolisis (peristiwa
pemecahan gula yang terjadi di sitoplasma sel) (Triman, 2009).
Gambar 1. Pemecahan glukosa menjadi asam laktat
Gambar 1. Pemecahan glukosa menjadi laktat (Triman, 2009).
Ini adalah reaksi dari pemecahan glukosa tanpa menggunakan
O2. Pemecahan glukosa menjadi asam laktat dan H+ digunakan sebagai
pengganti pembakaran sempurna glukosa menjadi CO2 dan H2O.
Terbentuknya asam laktat ini menghasilkan ATP tanpa menggunakan
COO-
∣
C2
H12O2
2 HO
— C — H + 2 H+
Glukosa ∣
CH2
L-laktat
O2. Hal ini dapat terjadi karena adanya enzim laktat dehidrogenase yang
mengubah menjadi asam piruvat secara bolak balik (Triman, 2009).
Peristiwa pemecahan glukosa menjadi asam laktat dan piruvat
dalam keadaan tanpa O2 dan menghasilkan ATP ini merupakan jalur
cepat penghasil energi untuk keperluan kontraksi otot pada keadaan
kerja berat. Peristiwa demikian disebut Glikolisis Jalur Embden
Meyerhof.
COO-
COO-
∣ Laktat dehidrogenase
∣
2 HO
— C — H +NAD+ C
=O+ NAD
H+ H+
∣ ∣
CH2
CH3
L-laktat Piruvat
Gambar 2. Asam laktat menjadi piruvat (Triman, 2009).
Asam laktat yang terbentuk dari glikolisis yang terjadi di
sitoplasma sel sebagian akan dibawa oleh darah menuju jaringan lain
untuk dioksidasi. Sebagian besar sisanya akan diubah kembali menjadi
gugusan glukosa atau bila persediaan glukosa masih cukup maka akan
diubah menjadi lemak (Triman, 2009).
Perubahan glukosa menjadi asam laktat melalui jalur embden-
meyerhof bersifat irreversibel (tidak dapat bolak-balik). Oleh karena itu
harus ada jalur lain untuk mengubah kembali laktat menjadi glukosa.
Dalam jalur Embden-Meyerhof 2 ATP diperlukan untuk
mengubah glukosa menjadi dua triofosfat :
(1) glukosa + 2 ATP 2 triofosfat + 2 ADP
Perubahan selanjutnya dari triofasfat menjadi laktat
menghasilkan 4 ATP. Sedangkan jumlah hasil ATP untuk tiap
perubahan glukosa menjadi laktat adalah 2 ATP.
(2) 2 triofosfat + 4 ADP + 2 Pi 2 laktat + 4 ATP
Jumlah : glukosa + 2 ATP + 2 Pi 2 laktat + 2 ATP
Reaksi glikolisis keseluruhan bersifat irreversible, berarti
glukosa tidak dapat dibentuk dari laktat. Berarti harus ada cara yang
memerlukan energi tinggi lebih banyak (fosfat) untuk membentuk
glukosa dari laktat, yaitu berupa modifikasi dari jalur Embden-Meyerhof
(Triman, 2009).
Sebagian besar laktat yang terbentuk dalam serat otot kerangka
putih kembali membentuk glikogen (glikogen disimpan dalam hati).
Perlu diketahui serat otot kerangka putih tergolong otot lurik. Ingat pula
bahwa otot lurik memiliki 3 macam serat, yaitu putih, merah dan
intermediate. Perubahan asam laktat yang terjadi dalam hati dan ginjal
menjadi glukosa kembali dikenal sebagai Siklus Cori (Siklus Asam
Laktat) (Triman, 2009).
ASAM
AMINO
GLIKOGE
N
I
K
GLUKOSA
GLIKOGEN
Tahap-
tahap
PIRUVAT
FOSFOENOL
PIRUVAT
3-
FOSFOGLIE
SERAT
GLUKOSA 6-
FOSFAT
ASAM
LAKTAT
ZAT
ANTARA
SIKLUS
KREB
MONOSA
KARIDA/
DISAKA
RIDA
LAIN
POLISAKARIDA
Gambar 3. Glukoneogenesis (Triman, 2009).
A.2. Pengelolaan Metabolisme Karbohidrat dan Lipid di seluruh tubuh
Glukosa merupakan kebutuhan metabolik bagi otak dan eritrosit
dalam semua status nutrisi. Glukoneogenesis menjadi proses yang penting,
terutama karena jenis jaringan dan sel tertentu, yang mencakup sistem saraf
pusat serta eritrosit, tergantung pada pasokan glukosa yang
berkesinambungan. Pasokan minimal glukosa mungkin diperlukan dalam
jaringan ekstrahepatik untuk mempertahankan konsentrasi oksaloasetat dan
keutuhan siklus asam sitrat. Di samping itu, glukosa merupakan sumber
utama gliserol 3-fosfat dalam jaringan yang tidak mempunyai enzim gliserol
kinase, seperti jaringan adiposa. Dengan demikian, ada kecepatan minimal
dan wajib untuk proses oksidasi glukosa dalam segala kondisi.
Kecenderungan penggunaan badan keton dan asam lemak bebas
menghindarkan glukosa dari oksidasi agar glukosa dapat memenuhi
fungsinya yang esensial (Mayes, 2003).
Penggunaan badan keton dan asam lemak bebas akan
menghindarkan oksidasi glukosa dalam otot dengan mengganggu aliran
masuknya ke dalam sel, mencegah proses fosforilasinya menjadi glukosa 6-
fosfat, menghalangi reaksi fosfofruktokinase dan mengganggu dekarboksilasi
oksidatif piruvat. Oksidasi asam lemak bebas dan badan keton akan
meningkatkan konsentrasi sitrat intrasel yang selanjutnya secara alosterik
menghambat fosfofruktokinase. Oksidasi substrat ini juga menyebabkan
peningkatan rasio [asetil-KoA]/[KoA] dan [ATP]/[ADP] dengan
menghambat aktivitas enzim piruvat dehidrogenase. Kombinasi berbagai efek
lemak bebas dalam menghindarkan pemakaian glukosa di dalam otot serta
jantung, dan efek umpan-balik glukosa yang diselamatkan tersebut dalam
menghambat mobilisasi asam lemak bebas di dalam jaringan adiposa
dinamakan siklus glukosa-asam lemak (Mayes, 2003).
A.3. Pengaturan kadar glukosa darah
Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme
metabolik dan hormonal. Pengaturan tersebut termasuk bagian dari
homeostatik. Aktivitas metabolik yang mengatur kadar glukosa darah
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
(1) Mutu dan Jumlah Glikolisis dan glukoneogenesis,
(2) Aktivitas enzim-enzim, seperti glukokinase dan heksokinase.
Hormon penting yang memainkan peranan sentral dalam pengaturan
kadar glukosa darah adalah insulin. Insulin dihasilkan dari sel-sel B dari
pulau-pulau langerhans pankreas dan disekresikan langsung ke dalam darah
sebagai reaksi langsung bila keadaan hiperglikemia (Mayes, 2003).
Proses pelepasan insulin dari sel B pulau langerhans pankreas
dijelaskan sebagai berikut, glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B
langerhans karena adanya GLUT 2 transporter. Glukosa kemudian
difosforilasi oleh enzim glukokinase yang kadarnya tinggi. Konsentrasi
glukosa darah mempengaruhi kecepatan pembentukan ATP dari proses
glikolisis, glukoneogenesis, siklus Kreb dan Electron Transport System di
mitokondria. Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium
(K+ pump) sehingga membran sel-sel B mengalami depolarisasi sehingga ion-
ion Kalsium (Ca2+) masuk ke dalam membran dan mendorong terjadinya
eksositosis insulin. Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah glukosa
yang kadarnya tinggi menjadi glikogen (Haznam, 1998).
Obat-obat untuk penderita Diabetes mellitus, seperti sulfonilurea
berkhasiat menekan (menghambat) pompa kalium, sehingga penderita DM
tipe II yang tidak tergantung insulin dari luar dapat menghasilkan insulinnya
sendiri. Senyawaan lain yang mendorong pelepasan insulin dari sel-sel B
langerhans adalah asam amino, asam lemak bebas, badan keton, glukagon,
dan preparat obat tolbutamid. Insulin memiliki efek langsung terhadap
aktivitas enzim glikogen sintetase (Haznam, 1998).
Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukagon.
Glukagon dihasilkan oleh sel-sel A langerhans pankreas. Sekresi hormon ini
distimulasi oleh keadaan hipoglikemia. Bila glukagon yang dibawa darah
sampai di hepar maka akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga
mendorong terjadinya glukoneogenesis. Keadaan hiperglikemia juga direspon
oleh ginjal dengan mengadakan pengaturan melalui penyaringan oleh
glomerulus secara terus menerus. Kemampuan filtrasi glukosa oleh ginjal
adalah 350 mg/menit. Bila kadar glukosa darah terus meningkat maka filtrat
glomerulus dapat mengandung glukosa yang kemudian dibuang bersama
urin. Keadaan semacam ini disebut glikosuria. Keadaan glikosuria dapat
digunakan sebagai indikasi adanya Diabetes mellitus (Haznam, 1998).
Keadaan yang berhubungan dengan kadar gula dan enzim tertentu
dapat menyebabkan hipoglikemia. Contoh penyebab hipoglikemia defisiensi
fruktosa 1,6 bifosfat, gangguan oksidasi asam lemak, dan selama kehamilan
dan neonatus (bayi lahir prematur atau dengan berat badan rendah). Glukosa
merupakan prekursor gula susu (laktosa) dalam kelenjar payudara dan secara
aktif diambil oleh janin ibu yang mengandung (Haznam, 1998).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan Praktikum
1. Alat
a. Spuit 3cc
b. Tourniquet
c. Plakon
d. Epenndorf
e. Sentrifugator
f. Tabung reaksi 3ml
g. Rak tabung reaksi
h. Kuvet
i. Mikropipet (10 μl -100μl)
j. Mikropipet (100 μl -1000 μl)
k. Yellow tip
l. Blue tip
m.Spektrofotometer
2. Bahan
a. Sample (serum)
b. Reagen GOD
B. Cara Kerja :
1. Persiapan sampel
a. Diambil darah probandus 3cc dengan menggunakan spuit.
b. Darah dimasukan ke dalam tabung eppendorf dan di sentrifugasi dengan
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil serumnya
untuk sampel.
2. Masukan reagen glukosa 1 cc dengan blue tip ke kuvet.
3. Ambil plasma darah 10 µl dengan yellow tip dan homogenkan.
4. Inkubasi selama 15 menit dengan suhu ruangan (20-25o C), kemudian
diukur pada spektrofotometer dengan pajang gelombang 546 nm.
C. Nilai Normal
Kadar glukosa plasma : 75-115 mg/dl
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Probandus : Irma Widyaningtyas
Umur : 19 tahun
Jenin kelamin : Perempuan
Kondisi Umum : Baik
Hasil : 88 mg/dl
Interpretasinya : Normal
B. Pembahasan
Dalam pemeriksaan kadar glukosa darah ini dilakukan dengan
diawali mengambil darah dari probandus sebanyak 3 cc lalu disentrifugasi
dalam 4000 rpm selama 10 menit dan diambil plasmanya yang akan
dihomogenkan dengan reagen GOD lalu diinkubasi. Didapatkan kadar
glukosa darah 88 mg/dl. Interpretasinya itu adalah normal karena nilai normal
kadar glukosa itu adalah 75-115 mg/dl. Selain itu, bisa saja terjadi kesalahan
dalam pemeriksaannya, misalnya kesalahan pada alatnya.
Glukosa adalah suatu gula enam-karbon yang sederhana. Glukosa
dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk disakarida dan sebagai
kanji polisakarida kompleks. Kadar glukosa dalam plasma yang diukur dapat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik eksogen maupun endogen.
Faktor eksogen misalnya makanan. Makanan sangat berpengaruh terhadap
kadar glukosa dalam plasma. Bila pengukuran dilakukan setelah probandus
makan terutama makanan yang mengandung karbohidrat maupun lemak akan
menyebabkan kadar glukosa darah yang diukur menjadi tinggi. Oleh karena
itu, terdapat berbagai jenis pemeriksaan yang mempunyai kespesifikkan
tersendiri. Misalnya, pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa dan
lain-lain. Sedangkan faktor-faktor endogen misalnya, kadar dan kerja hormon
terutama hormon-hormon yang dapat berhubungan erat dengan metabolisme,
seperti insulin, glukagon, kortisol dan tiroid. Gangguan terhadap hormon-
hormon tersebut akan mengakibatkan kadar glukosa yang abnormal pula
(Prince, 2003).
C. Aplikasi Klinis
1. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan kecepatan insulin
oleh sel-sel beta pulau langerhans. Sebagian besar patologi diabetes
melitus dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin
sebagai berikut:
a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsetrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg
per 100 ml.
b. Peningkatan nyata mobilitas lemak dari daerah-daerah penyimpanan
lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun
pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
aterosklerosis.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Diabetes melitus ini dapat disebabkan oleh faktor herediter,
yang dapat menyebabkan timbulnya diabetes melitus melalui
peningkatan kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus
atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun yang selanjutnya
akan melawan sel-sel beta pankreas yang mengakibatkan penghancuran
sel-sel beta. Jika sel-sel beta hancur maka tubuh tidak dapat
memproduksi insulin karena sel beta merupakan sel yang mampu
mensekresi hormon insulin. Sehingga tubuh akan kekurangan insulin
bahkan tidak ada insulin sehingga fungsi insulin pun terganggu sehingga
akan menggangu fisiologi tubuh. Obesitas juga memainkan peranan
dalam proses penyakit diabetes ini karena dengan adanya kelebihan
lemak dalam tubuh dapat menyebabkan resistensi insulin yang akan
menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam sel target insulin di seluruh
tubuh sehingga akhirnya akan menyebabkan defisiensi insulin dan
jumlah insulin yang diproduksi kurang efektif (Prince, 2003).
Selain itu, defisisensi insulin yang terjadi dalam diabetes melitus
dapat menyebabkan berbagai gejala termasuk gejala klasiknya yaitu 3P,
meliputi polifagi, polidipsi dan poliuri serta berat badan yang turun
(Prince, 2003).
Apabila kadar glukosa tidak terkontrol pada penderita diabetes
melitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain
microalbuminemia, retinopati, penyakit kardiovaskuler, maupun
gangguan pada saraf.
DM dibagi menjadi 4 yaitu
1. DM tipe 1
2. DM tipe 2
3. DM gestasional
4. DM lainnya.
(Prince, 2003)
2. Hiperglikemia
Hiperglikemia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
kadar glukosa darah yang tinggi dari rentang kadar puasa normal 80-90
mg/100ml darah, atau rentang non-puasa sekitar 140-160 mg/100ml
darah. Kelebihan gula darah ini dapat disebabkan oleh defisiensi insulin
(seperti pada DM tipe 1), penurunan responsivitas sel terhadap insulin
(seperti pada DM tipe 2), dipicu karena konsumsi makanan yang manis
yang terlalu banyak atau tidak minum obat untuk menekan gula darah.
Jika kadar glukosa darah sangat tinggi, bisa menyebabkan hilangnya
kesadaran sampai terjadi koma. Biasanya sebelum terjadi koma,
mengalami gejala-gejala antara lain : penglihatan kabur, haus, sering
buang air kecil, kulit gatal dan kering, serta terasa lelah (Corwin, 2000).
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
glukosa darah yang kurang dari 50 mg/100 ml darah. Hipoglikemia
dapat disebabkan oleh puasa, olahraga yang terlalu berat, asupan
makanan yang kurang, kelebihan dosis insulin pada penderita diabetes
dependen-insulin. Jika tidak segera diatasi, dapat terjadi kejang, pingsan,
atau koma, karena gangguan pada sistem saraf pusat otak yang
memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utamanya.
Hipoglikemia dapat menyebabkan sakit kepala, gemetar, pusing, rasa
lapar, berkeringat, takikardi, dan gelisah (Corwin, 2000).
BAB V
KESIMPULAN
1. Glukoneogenesis adalah perubahan asam laktat menjadi glukosa. Asam
Laktat (dan piruvat) terbentuk dari oksidasi yang tidak sempurna dari
glukosa. Salah satu cara menghilangkan asam laktat adalah dengan
mengoksidasinya menjadi CO2 dan H2O. Proses oksidasi asam laktat
terjadi dalam jaringan otot lurik, jantung, dan otak.
2. Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik
dan hormonal. Pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatik.
Aktivitas metabolik yang mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu :
a. Mutu dan Jumlah Glikolisis dan glukoneogenesis,
b. Aktivitas enzim-enzim, seperti glukokinase dan heksokinase.
3. Dalam pemeriksaan kadar glukosa darah ini dilakukan dengan diawali
mengambil darah dari probandus sebanyak 3 cc lalu disentrifugasi dalam
4000 rpm selama 10 menit dan diambil plasma nya yang akan
dihomogenkan dengan reagen GOD lalu diinkubasi. Didapatkan kadar
glukosa darah 88 mg/dl. Interpretasinya itu adalah normal karena nilai
normal kadar glukosa itu adalah 75-115 mg/dl.
4. Aplikasi klinis dari ketidakacbnormalan kadar glukosa yaitu :
a. Diabetes mellitus
b. Hiperglikemia
c. Hipoglikemia
DAFTAR PUSTAKA
Asscalbiass.2010.Pemeriksaan Glukosa.Buku Panduan Praktikum Biokimia
Kedokteran Blok Endokrin metabolisme. Purwokerto : Laboratorium
Biokimia FK Unsoed 15-16 hal.
Corwin, Elizabeth J.2000. Pankreas dan Diabetes Melitus. Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta : EGC. 542-6 hal.
Guyton, Arthur C. and Hall. 1997. Metabolisme Karbohidrat dan Pembentukan
Adenosin Trifosfat. Fisiologi Kedokteran. EGC. 1075 hal.
Haznam.1998. Endocrine Pankreas. Endokrinologi. Bandung. Angkasa Offset. 41,
43-5 hal.
Mayes, Peter A. 2003. Glukoneogenesis dan Pengendalian Kadar Glukosa Darah.
Biokimia Harper. Edisi : 24. Robert K. Murrey, Peter A. Mayes, Victor
W. Rodwell. Jakarta : EGC. 199-210 hal.
Price, Sylvia A. 2003. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.
Patofisiologi. Jakarta : EGC. 1259-72 hal.
Tesfaye, Solomon; et all. 2005. Vascular Risk Factors and Diabetic Neuropathy.
NEJM 352: 341-350 hal.
Triman, Katrina.2009.Pengantar Kuliah Materi Biokimia.Manado:
Universitas Negeri Manado : 1-15 hal.