disee mikroo biokim
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.1.1 Maksud Praktikum
Untuk mengetahui cara untuk mengindentifikasi suatu bakteri dengan
beberapa uji biokimia dan mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan
bakteri.
1.1.2 Tujuan Praktikum
a. Untuk mengidentifikasi bakteri melalui uji biokimia
b. Untuk mengetahui dan memahami cara uji biokimia dalam mengidentifikasi
bakteri
c. Untuk mengetahui pengaruh uji biokimia terhadap pertumbuhan bakteri
1.2 Prinsip Praktikum
Mengetahui cara identifikasi suatu mikroorganisme dengan menggunakan
beberapa reaksi biokimia, mengetahui bakteri yang dapat menghidrolisa
poliskarida, protein dan lemak, mengetahui fermentasi karbohidrat dari
mikroorganisme, mengetahui mikroorganisme yang dapat memproduksi H2S,
mengetahui mikroorganisme yang dapat mencairkan gelatin, mengetahui
mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim karalase, mengetahui
kemampuan mikroorganisme membentuk asam dari hidrolisis glukosa,
mengetahui bakteri yang memiliki enzim urease. Mengetahui jenis bakteri yang
dapat mengutilisasi sitrat, dan mengetahui mikroorganisme yang memiliki enzim
lysine dekarboxylase.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Biokimia adalah studi tentang molekul dan reaksi kimia yang dikatalisis
oleh enzim yang terjadi dalam semua organisme hidup. Jutaan reaksi kimia yang
dikatalis oleh enzim berlangsung di dalam sel hidup. Reaksi-reaksi ini secara
kolektif sebagai metabolisme. Metabolisme adalah aktifitas sel yang amat
terkoordinasi, mempunyai tujuan dan mencakup berbagai kerja sama banyak
sistem multi enzim. Metabolisme mempunyai 4 fungsi spesifik yaitu 1) untuk
memperoleh energi kimia dari desradasi sari makanan yang kaya energi kimia 2)
untuk mengubah molekul nutrien menjadi prekursor unit pembangun bagi
makromolekul sel 3) menggabung unit-unit pembangun ini menjadi protein, asam
nukleat, lipid, polisakarida dan komponen sel lainnya dan 4) untuk membentuk
dan mendegradasi biomolekul yang diperlukan di dalam fungsi khusus sel.
(Sitompul, 2011)
Prinsip dasar biokimia adalah bahwa setiap aspek kehidupan melibatkan
reaksi kimia antara molekul-molekul biologis. Reaksi tersebut tunduk pada hukum
fisika dan kimia. Uji biokimia adalah teknik mendeteksi resistensi terhadap suatu
zat yang sangat esensial berdasarkan kualifikasi enzim yang bertanggung jawab
pada proses resistensi (Widiarti, 2005).
Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan mengamati hasil reaksi
biokimia yang terjadi pada bakteri, salah satu metode terbaru untuk identifikasi
pada tingkat reaksi biokimia adalah metode Biologi. Metode Biologi dirancang
untuk mengidentifikasi bakteri, jamur dan yeast berdasarkan reaksi biokimia yang
terjadi karena perbedaan sumber karbon yang terdapat di dalam gas lubang
mikroplate. Mikroplate Biologi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1989.
(Marlina,2007)
Identifikasi Bakteri berpedoman pada buku Bargey’s Determinative
Bacteriology antara lain dengan menganalisis sifat biokimia pewarnaan gram,
produksi gas H2S, uji katalase, uji oksidase “cytachrome”, uji methyl red,
fermentasi karbohidrat (glukosa, fruktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol).
(Feliatra, 1999)
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniseluler dan tidak mengandung
struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasma. Sel-selnya secara khas
berbentuk bola seperti batang dan spiral. Bakteri yang khas berdiameter sekitar
0,58µm (Pelczar,1986).
Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi beberapa factor yaitu yang
pertama, nutrisi dalam bentuk yaitu pertama, nutrisi dalam bentuk zat-zat kimiawi
meliputi karbon, nitrogen, belerang , unsure logam, vitamin dan air. Kedua suhu,
optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan (T = t 37oC). ketiga pH optimum
yang berkisar antara 6,8-7. Keempat, oksigen (O2) meliputi aerob dan anaerob.
Kelima, zat kimia yang meliputi antiseptic, fenol dan alkohol. Keenam, cahaya
yang baik untuk pertumbuhan bakteri yaitu dalam keadaan gelap (Prasetyo, 2006).
2.2 Uji Biokimia
Berikut beberapa uji biokimia yang digunakan untuk identifikasi bakteri
antara lain:
a. Uji Methyl Red
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri dapat membentuk
asam sedemikian banyaknya sehingga dapat menubah indikator metil merah
menjadi merah. Beberapa jenis bakteri dapat memebentuk asam tetpai tidak cukup
banyak untuk dapat mengubah indikator dan penurunan pH sampai 5,0, pada
umumnya adalah sudah menghambat kelanjutan hidup mikroorganisme.
Pengujian inijangan dilakukan sebelum biakan berumur 2 hari pada suhu 37oC
atau 3 hari pada suhu 30oC. reaksi ini tidak dapat dipercepat dengan meningkatkan
kadar glukosa dalam medium.
b. Uji Pencairan Gelatin
Medium pembiakan tegak dari gelatin nutrisi, tiogikolat gelatin medium,
dieramkan selama 7 hari pada suhu kamar, kemudian diperhatikan apakah terjadi
pencairan gelatin.
(Irianto, 2006)
c. Uji Katalase
Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya enzim katalase. Enzim ini terdapat
pada sel-sel yang mempunyai metabolisme aerobik. Bakteri anaerob tidak
mempunyai enzim katalase. Reagen yang digunakan sebagai pereaksi
mengandung 3% larutan hydrogen peroksida yang menghasilkan gas (oksigen).
Bakteri yang positif katalase ditandai terbentuknya gelembung udara pada kaca
objek (Marlina, 2007).
d. Uji fermentasi Karbohidrat
Substrat yang digunakan untuk tes fermentasi karbohidrat adalah glukosa,
laktosa, manitol, maltosa dan sakrosa. Uji fermentasi karbohidrat dengan substrat
glukosa dilakukan dengan menginokulasi bakteri resisten merkuri ke 50 mL
media pepton water yang mengandung 0,5 mL bromthymol blue 0,4% dan
glukosa 1% diinkubasi 24-48 jam pada temperatur 30oC. Hasil positif ditandai
dengan terbentuknya warna kuning dan tes negatif ditandai dengan terbentuknya
biru. Tes fermentasi karbohidrat dengan substrat yang digunakan adalah laktosa,
manitol, maltose, dan sukrosa.
e. Uji Tes Utilitas Citrate
Uji penggunaan sitrat dilakukan dengan menginokulasi bakteri resisten
merkuri ke media. Simmon’s citrate agar dan diinkubasi 24-48 jam pada
temperature 300C. reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna biru.
f. Uji Produksi H2S
Uji produksi H2S dilakukan dengan menginokulasi bakteri resisten merkuri ke
media TSIA (Triple Sugar Iron Agar) selama 24-48 jampada temperature 300C.
reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan hitam.
(Pratiwi, 2012)
g. Uji Tes Urease
Tes urease dilakukan dengan menginokulasi bakteri resisten merkuri ke media
padat urea christen (sigma) selama 24-48 jam pada temperature 30 oC. Tes positif
ditandai dengan terbentuknya warna merah.
Urease merupakan suatu enzim pemecah ikatan-ikatan dan nitrogen pada
senyawa amida. Senyawa amida yang dapat digunakan untuk tes urease adalah
urea. Urea dengan adanya enzim urease akan diubah menjadi karbon dioksida dan
amoniak. Keberadaan enzim dideteksi dengan berubah warna media cair urea
menjadi merah.
h. Uji Tes Lysine Dekarboxylase
Tes dekarboksilase dengan substrat DL-Lisin dilakukan dengan
menginokulasi bakteri resisten merkuri ke media Decarboxylase Broth Base
Moeller (sigma) yang mengandung DL-lisin 2% dan diatur pH 8 dengan
penambahan NaOH 0,1 N selanjutnya diinkubasi selama 24-48 jam pada
temperatur 30oC. Tes positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu. Hal yang
sama juga dilakukan untuk tes dekarboksilase dengan substrat DL-arginin dan
DL-ornithin dengan konsentrasi 2%.
i. Uji Hidrolisa Polisakarida, Protein dan Lemak
Uji hidrolisis polisakarida bertujuan untuk mengetahuiapakah suatu bakteri
mampu menghasilkan polisakarida menjadi monosakarida.uji ini menggunakan
medium starch agar dengan menggunakan iod sebagai indicator. Ketika medium
ditetesi dengan iod maka akan membentuk kompleks biru sampai coklat, namun
jika bakteri tersebut memiliki enzim hydrolase maka akan terbentuk zona bening.
(Nofiani, 2009)
2.3 Uraian Bakteri
2.3.1. Escherchia coli
a. Klasifikasi
Phylum: Protophyta, Kelas: Schizomycetes, Ordo: Eubacteriales, Family:
Enterobacteriaceae, Genus: Escherchia, Spesies: Escherchia coli.
b. Morfologi
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, tumbuh baik pada
media sederhana. Dapat melakukan fermentasi laktosa dan fermentasi glukosa,
serta menghassilkan gas.
c. Penyebab penyakit
Escherchia coli merupakan flora normal di dalam usus manusia dan akan
menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam organ atau jaringan lain. Escherchia
coli merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang baru lahir dan
penyebab penyakit infeksi tractus urinarius (pyelonephritis/cystisis) pada manusia
yang dirawat di rumah sakit. Stran (jenis) tertentu dapat menyebabkan diarrhea
pada anak.
2.3.2. Staphylococcus aureus
a. Klasifikasi
Phylum: protopyta, Kelas: schizomycetes, Ordo: eubacteriales, Family:
micrococcaceae, Genus: Staphylococcus, Spesies: Staphylococcus aureus.
b. Morfologi
Bentuk coccus, gram positif, formasi staphylae, menegluarkan endotoxin tidak
bergerak, tidak mapu membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan terhadap
pengeringan, mati pada suhu 6 setelah 60 menit, merupakan flora normal pada
kulit dan saluran pernapasan bagian atas. Pada pemeriksaan padat koloninya
berwarna emas. Di dalam terdapat pada tanah, air dan debu di udara.
c. Penyebab penyakit
Menimbulkan infeksi bernanah dan abses. Infeksi akan lebih berat bila
menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun,
seperti penderita diabetes mellitus, luka bakar dan AIDS. Selain itu dapat
menyebabkan penyakit seperti infeksi pada felikel rambut, dan kelenjar keringat,
bisul, infeksi pada luka, meningitis, endocarditis, pneumonia, pyelonephritis,
osteoroyolitis.
2.3.3. Salmonella thyphosa
a. Klasifikasi
Phylum: protopyta, Kelas: schizomycetes, Ordo: eubacteriales, Family:
enterobacteriaceae, Genus: Salmonella, Spesies: Salmonella typhosa.
b. Morfologi
Bentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel
penitriah, mudah tumbuh pada pembenihan biasa dan tumbuh baik pada
pembenihan yang mengandung empedu. Di alam bebas Salmonella typhi dapat
tahan hidup lama dalam air, tanah atau pada bahan makanan. Dalam fese di luar
tubuh manusia tahan hidup 1-2 bulan. Dalam air susu dapat berkembang biak dan
hidup lebih lama sehingga sering merupakan batu loncatan untuk penularan
penyakitnya.
c. Penyebab penyakitnya
Pada manusia menimbulkan penyakit typhus abdominalis. Masa inkubasinya
antara 7-14 hari. Gejalanya berupa: demam dengan suhu tinggi 40 oC. Terutama
sore hari, sering kali meracau dan gelisah. Penderita sangat lemah dan apatis,
anorexia, tetapi umumnya mengalami konstipasi (tidak bisa buang air besar).
2.3.4. Bacillus subtilis
a. Klasifikasi
Phylum: protopyta, Kelas: schizomycetes, Ordo: eubacteriales, Family:
bacillaceae, Genus: Bacillus, Spesies: Bacillus subtillis.
b. Morfologi
Bentuk batang, gram positif, menghasilkan exotoxin, tidak bergerak,
mempunyai kapsul, mampu membentuk spora, biasanya menyusun diri berupa
rantai yang panjang. Bakteri ini hidup sebagai parasite pada ternak, kuda,
kambing, biri-biri dan burung unta. Bentuk spora bertahan lama (beberapa tahun),
pda kulit dan bulu binatang, wol dan tanah hewan.
c. Penyebab penyakit
Bakteri ini menggunakan sumber N dan C untuk energi pertumbuhan. Spora
resiten terhadap perubahan lingkungan. Bacillus subtillis menyebabkan penyakit
pada manusiadengan fungsi imun terganggu, misalnya meningitis dan
gastroenteritis akut (Absor, 2006).
2.4. Uraian medium
2.4.1. Lysine Iron Agar
Uji agar ini diperkenalkan oleh Edward dan fite (1961) untuk deteksi
simultan dekarboksilase lisin (LDC) dan hidrogen sulfide (H2S) untuk
mengidentifikasi Enterobactericeae terutama Salmonella dan Arizona.
Jonson (1996) dan Timms (1971) memperoleh hasil yang baik dengan
lysine iron agar. Identifikasi ditingkatkan dengan menggunakan medium ini dalam
kombinasi dengan Iron Tripler Sliger Agar (MERCK No. 3915) (THATCHER
and CLARK, 1968).
Komposisi: pepton daging 5,0; ekstrak ragi 3,0; D(+) glukosa 1,0; lysine
monohidroklorida 10,0; natrium tiosulfat 0,04; amonium besi (III) sitrat 0,5;
bromocresol ungu 0,02; agar-agar 12,5.
2.4.2. Methyl Red
Tes kultur media untuk methyl red (CLARK dan LUBS tes VOBES
DROSKAUER (1989) yang digunakan untuk diferensial biokimia terutama dalam
kelompok Coll-Aerogenes. Komposisi: pepton daging 7,0 ; D (+) glukosa 5,0 ; di-
kalium hydrogen fosfat 5,0.
2.4.3. Milk Agar
Untuk menentukan jumlah bakteri aerobic susu, produk susu, air, es krim
dan bahan lainnya. Medium kultur ini sesuai dengan rekomendasi dari
EUROGLACE (MEE, lembaga industry es krim) yang disampaikan ke komisi
MEE untuk pemeriksaan es krim (ICLOSE 1968). Komposisi pepton daging 5.0 ;
ekstrak ragi 3.0 ; susu bubuk 7.0 ; agar-agar 12.0
2.4.4. Kliger Iron Agar
Tes kultur media yang diusulkan oleh kliger (1917) untuk
mengidentifikasi bakteri grm negative usus. Kliger iron agar dapat dimodifikasi
seperti yang diusulkan oleh Bader dan Hotz (1951) dengan menambahkan urea
0.2% untuk memberikan iron urea agar.
Komposisi pepton kasein 15.0 ; pepton daging 5.0 ; ekstrak daging 3.0 ;
ekstrak ragi 3.0 ; natrium klorida 5.0 ; laktosa 10.0 ; D (+) glukosa 7.0 ; besi
amonium (III) sitrat 0.5 ; sodium tiosulfat 0.5 ; fenol merah 0.024 ; agar-agar
12.0.
2.4.5. Nutrient Agar
Kultur media umum yang untuk perkembang biakan mikroorgansme yang
kurang tepat. Sesuai acua American Public Associatin (1971). Komposisi: pepton
daging 5.0 ; ekstrak daging 3.0 ; agar-agar 12.0.
2.4.6. Gelatin
Untuk menentukan jumlah bakteri dalam air dengan konsentrasi rendah.
Komposisi: ekstrak daging 10.0; pepton daging 10.0; sodium klorida 5.0 ; gelatin
12.0.
2.4.7. Manitol
Seleksi agar diperkenalkan oleh PITZSCH (1967) untuk isolasi
Proteusterutama dari daging dan produk daging.
Komposisi: pepton daging 10.0; ekstrak daging 7.0; sodium klorida 3.0;
di-natrium hidrogen fosfat 2,0; D(-) manitol 15,0; air biru 0,625; metacrome
kuning 1,875.
2.4.8. Simmon’s Citrate Agar
Uji agar sintetik yang diusulkan oleh simmons (1926) untuk
mengidentifikasi mikroorganisme 9terutama enterobacteriaceae dan jamur
tertentu) atas dasar metabolism sitrat, sitrat sebagai sumber karbohidrat satunya.
Kultur media ini sesuai dengan acuan dan American Public Health
Association (1975) untuk pemeriksaan air. Bila dibandingkan dengan koser
Citrate Broth , media padat ini memiliki keuntungan berupa kekeruhan akibat
pertumbuhan mikroba tidak digunakan sebagai cirri-ciri identifikasi.
Komposisi: pepton daging 1,0; D (+) glukosa 1,0; natrium klorida 5,0; di-
kalium hidrogen fosfat 2,0; fenol merah 0,012; agar-agar 12,0; juga ditambahkan
urea 20,0.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Autoklaf
b. Batang pengaduk
c. Cawan petri
d. Drigalsky
e. Freezer
f. Hot plate
g. Inkubator
h. Jarum ose bulat
i. Jarum ose lurus
j. Labu Erlenmeyer
k. Laminar Air Flow (LAF)
l. Object glass
m. Pembakar spiritus
n. Pipet tetes
o. Pipet volume
p. Pro pipet
q. Rak tabung
r. Sendok tanduk
s. Spatula
t. Spoid
u. Tabung durham
v. Tabung reaksi
w. Timbangan digital
3.1.2 Bahan
a. Alumunium foil
b. Aquades
c. H2O2 3%
d. Kapas
e. Medium
1) Nutrient Agar (Agar, pepton, ekstrak daging)
2) Kliger Iron Agar (KIA)
3) Lysine Iron Agar (LIA)
4) Manitol
5) Methyl red
6) Gelatin
7) Simmons Citrate Agar (SCA)
8) Urea agar
9) Milk agar
f Sampel
1) Air got
2) Air sumur
3) Air sungai karang mumus
4) Air sungai mahakam
5) Tanah sampah
g. Bakteri
1) Bacillus subtillis
2) Esherichia coli
3) Salmonella thyposa
4) Staphylococcus aureus
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Medium
a. Nutrient Agar (NA)
1) Ditimbang ekstrak daging 0,3 gram, pepton 0,5 gram, dan agar 1,5 gram
2) Dimasukkan bahan ke dalam labu Erlenmeyer
3) Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan
4) Dipanaskan dengan hot plate hingga mendidih
5) Didinginkan dan labu erlenmeyer ditutup dengan kaps dan alumunium foil
6) Disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit dan tekanan
2 atm
b. Milk Agar
1) Ditimbang Milk Agar instan sebanyak 1,2 gram
2) Dimasukkan bahan ke dalam labu Erlenmeyer
3) Ditambahkan aquades hingga 50 mL dan dihomogenkan
4) Dipanaskan dengan hot plate hingga mendidih
5) Didinginkan dan labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil
6) Disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit dan tekanan
2 atm
c. Manitol
1) Ditimbang Manitol instan sebanyak 10,8 gram
2) Dimasukkan bahan ke dalam labu Erlenmeyer
3) Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan
4) Dipanaskan dengan hot plate hingga mendidih
5) Didinginkan dan labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil
6) Disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit dan
tekanan2 atm
d. Kliger Iron Agar (KIA)
1) Ditimbang Kliger Iron Agar instan sebanyak 2,25 gram
2) Dimasukkan bahan ke dalam labu Erlenmeyer
3) Ditambahkan aquades hingga 50 mL dan dihomogenkan
4) Dipanaskan dengan hot plate hingga mendidih
5) Didinginkan dan labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil
6) Disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit dan tekanan
2
atm
e. Gelatin
1) Ditimbang Gelatin sebanyak 7,5 gram
2) Dimasukkan bahan ke dalam labu Erlenmeyer
3) Ditambahkan aquades hingga 50 mL
4) Dihomogenkan dengan cara diaduk menggunakan batang pengaduk
5) Ditutup labu erlenmeyer dengan kapas dan alumunium foil
6) Disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit dan tekanan
2
atm
f. Methyl Red
1) Ditimbang Methyl Red instan sebanyak 1,7 gram
2) Dimasukkan bahan ke dalam labu Erlenmeyer
3) Ditambahkan aquades hingga 100 mL
4) Dihomogenkan dengan cara diaduk menggunakan batang pengaduk
5) Ditutup labu erlenmeyer dengan kapas dan alumunium foil
6) Disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit dan tekanan
2
atm
g. Urea Agar
1) Ditimbang Urea Agar instan sebanyak 2,5 gram
2) Dimasukkan bahan ke dalam labu erlenmeyer
3) Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan
4) Dipanaskan dengan hot plate hingga mendidih
5) Didinginkan dan labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil
6) Disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit dan tekanan
2
atm
h. Simmons Citrate Agar (SCA)
1) Ditimbang Simmons Citrate Agar instan sebanyak 2,3 gram
2) Dimasukkan bahan ke dalam labu erlenmeyer
3) Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan
4) Dipanaskan dengan hot plate hingga mendidih
5) Didinginkan dan labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil
6) Disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit dan tekanan
2
atm
i. Pembuatan larutan H2O2 3 %
1) Dambil larutan H2O2 50 % sebanyak 0,6 mL
2) Dimasukkan dalam labu takar 10 mL
3) Ditambahkan aquades hingga tanda batas
4) Dihomogenkan larutan
j. Lysine Iron Agar (LIA)
1) Ditimbang Lysin Iron Agar instan sebanyak 3,4 gram
2) Dimasukkan bahan ke dalam labu erlenmeyer
3) Ditambahkan aquades hingga 100 mL dan dihomogenkan
4) Dipanaskan dengan hot plate hingga mendidih
5) Didinginkan dan labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil
6) Disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit dan tekanan
2 atm
3.2.2 Pembuatan Kultur Sampel
a. Tanah sampah (Metode sebar)
1) Disiapkan sampel tanah sampah
2) Disiapkan cawan petri yang telah disterilisasi
3) Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL dengan menggunakan spoid
4) Ditunggu hingga medium Na memadat
5) Disebarkan sampel tanah sampah dengan menggunakan spatula
6) Ditutup cawan petri dan dibungkus
7) Diinkubasi sampel dalam keadaan steril
8) Diletakkan dalam inkubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam
b. Air Sungai Mahakam (Metode tuang)
1) Disiapkan sampel air sungai mahakam
2) Disiapkan cawan petri yang telah disterilisasi
3) Dimasukkan sampel dengan menggunakan spoid sebanyak 2 mL
4) Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL dengan menggunakan spoid
5) Dihomogenkan sampel dan medium
6) Ditunggu hingga medium Na memadat
7) Ditutup cawan petri dan dibungkus
8) Diinkubasi sampel dalam keadaan steril
9) Diletakkan dalam inkubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam
c. Air Sungai Karang Mumus ( Metode tuang)
1) Disiapkan sampel air sungai karang mumus
2) Disiapkan cawan petri yang telah disterilisasi sebelumnya
3) Dimasukkan sampel dengan menggunakan spoid sebanyak 2 mL
4) Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL dengan menggunakan spoid
5) Dihomogenkan sampel dan medium
6) Ditunggu hingga medium Na memadat
7) Ditutup cawan petri dan dibungkus
8) Diinkubasi sampel dalam keadaan steril
9) Diletakkan dalam inkubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam
d. Air Sumur (Metode tuang)
1) Disiapkan sampel air sumur
2) Disiapkan cawan petri yang telah disterilisasi sebelumnya
3) Dimasukkan sampel dengan menggunakan spoid sebanyak 2 mL
4) Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL dengan menggunakan spoid
5) Dihomogenkan sampel dan medium
6) Ditunggu hingga medium Na memadat
7) Ditutup cawan petri dan dibungkus
8) Diinkubasi sampel dalam keadaan steril
9) Diletakkan dalam inkubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam
e. Air Got (Metode tuang)
1) Disiapkan sampel air got
2) Disiapkan cawan petri yang telah disterilisasi sebelumnya
3) Dimasukkan sampel dengan menggunakan spoid sebanyak 2 mL
4) Dimasukkan medium NA sebanyak 10 mL dengan menggunakan spoid
5) Dihomogenkan sampel dan medium
6) Ditunggu hingga medium Na memadat
7) Ditutup cawan petri dan dibungkus
8) Diisolasi sampel dalam keadaan steril
9) Diletakkan dalam inkubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam
3.2.3 Pembuatan Biakan Sampel
a. Disiapkan sampel yang sudah di isolasi di dalam cawan petri
b. Dimasukkan medium NA ke dalam tabung reaksi, dibuat agar miring dan
ditunggu
hingga medium memadat
c. Diambil sampel pada cawan petri dengan jarum ose bulat lalu digoreskan
secara
zigzag pada medium di dalam tabung reaksi
d. Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan diinkubasi didalam inkubator selama
1x24
jam dengan suhu 370 C
3.2.4 Pembuatan Biakan Bakteri
a. Esherichia coli
1) Disiapkan biakkan murni Esherichia coli
2) Disiapkan tabung reaksi yang telah berisi medium agar miring
3) Digoreskan secara zigzag dengan ose bulat steril pada biakkan murni kemudian
digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring
4) Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil
5) Dilakukan seluruh pengerjaan pada LAF
6) Diletakkan tabung reaksi pada incubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam
b. Bacillus subtillis
1) Disiapkan biakkan murni Bacillus subtillis
2) Disiapkan tabung reaksi yang telah berisi medium agar miring
3) Digoreskan secara zigzag dengan ose bulat steril pada biakkan murni kemudian
digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring
4) Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil
5) Dilakukan seluruh pengerjaan pada LAF
6) Diletakkan tabung reaksi pada incubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam
c. Staphylococcus aureus
1) Disiapkan biakkan murni Staphylococcus aureus
2) Disiapkan tabung reaksi yang telah berisi medium agar miring
3) Digoreskan secara zigzag dengan ose bulat steril pada biakkan murni kemudian
digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring
4) Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil
5) Dilakukan seluruh pengerjaan pada LAF
6) Diletakkan tabung reaksi pada incubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam
d. Salmonella thyposa
1) Disiapkan biakkan murni Salmonella thyposa
2) Disiapkan tabung reaksi yang telah berisi medium agar miring
3) Digoreskan secara zigzag dengan ose bulat steril pada biakkan murni kemudian
digoreskan pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring
4) Ditutup tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil
5) Dilakukan seluruh pengerjaan pada LAF
6) Diletakkan tabung reaksi pada incubator dengan suhu 370 C selama 1x24 jam
3.2.5 Prosedur Uji Biokimia
a. Uji Hidrolisis Polisakarida, Protein, dan Lemak
1) Disiapkan 3 cawan petri yang berisi medium Milk Agar
2) Dibagi atau ditandai menjadi dua bagian setiap cawan petri, lalu sampel dan
biakkan bakteri digoreskan secara zigzag dengan ose bulat steril pada medium
3) Ditutup cawan petri dan dibungkus dengan kertas
4) Diinkubasi dalam incubator selama 2x24 jam pada suhu 370 C
5) Diamati reaksi positif bila terdapat daerah bening disekeliling biakan pada
cawan
petri
b. Uji Katalase
1) Ditetesi larutan H2O2 3% (2-3 tetes) pada object glass
2) Diambil biakan menggunakan ose bulat secara steril (E. coli, S.aureus, dan 3
sampel)
3) Diamati bila reaksi positif terdapat gelembung O2
c. Uji Methyl Red
1) Disiapkan 6 tabung reaksi berisi medium Methyl red dan tabung durham
didalamnya
2) Ditanamkan biakkan pada medium ( 1 biakkan bakteri E.coli, 4 sampel dan 1
kontrol)
3) Diinkubasi biakkan selama 5-7 x 24 jam dengan suhu optimum 370 C
4) Diamati bila reaksi positif bila warna medium menjadi warna kuning
dibandingkan dengan control
d. Uji Fermentasi Karbohidrat
1) Disiapkan 8 tabung reaksi dan diisi dengan medium manitol sebanyak 5 mL
2) Dimiringkan 100 dan ditunggu hingga padat
3) Dogoreskan biakkan/sampel menggunakan ose bulat pada tabung reaksi (3
bakteri,
4 sampel, dan 1 kontrol)
4) Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 370 C
5) Dimati bila reaksi positif terjadi perubahan warna medium menjadi bening
dibandingkan kontrol
e. Uji Produksi H2S
1) Disiapkan 7 tabung reaksi, diisi dengan medium KIA, diletakkan di rak tabung
dan
di tunggu hingga memadat
2) Ditusuk biakkan/sampel menggunakan ose lurus pada tabung reaksi (4 sampel,
3
bakteri dan 1 kontrol)
3) Diinkubasi selama 7x24 jam pada suhu 370 C
4) Diamati bila reaksi positif terdapat warna hitam disepanjang tusukan pada
medium
dibandingkan dengan kontrol
f. Uji Pencairan Gelatin
1) Disiapkan 7 tabunng nreaksi dan dimasukkan medium gelatin
2) Ditanamkan biakkan/sampel uji dengan ose bulat pada tabung yang berisi
medium
cair gelatin (4 sampel, 2 biakkan dan 1 kontrol)
3) Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 370 C
4) Dimasukkan ke dalam freezer selama 10-15 menit sampai 1x24 jam
5) Diamati bila reaksi positif medium gelatin menjadi cair dibandingkan dengan
kontrol
g. Uji Tes Urease
1) Disiapakan 7 tabung reaksi dan dimasukkan medium urea agar
2) Ditunggu hingga medium memadat
3) Ditusuk biakkan/sampel uji dengan ose lurus pada medium di tabung reaksi (4
sampel, 2bakteri dan 1 kontrol)
4) Diinkubasi 24 jam pada suhu 370 C
5) Diamati bila reaksi positif terjadi perubahan warna menjadi merah dan
dibandingkan dengan kontrol
h.Uji Tes Utilisasi Citrate
1) Disipakan 7 tabung reaksi dan dimasukkan medium SCA, lalu dimiringkan 100,
dan dibiarkan hingga memadat
2) Ditanamkan biakkan sampel/bakteri dengan ose bulat (zigzag) pada tabung
reaksi
(4 sampel, 2 bakteri, dan 1 kontrol)
3) Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370 C
4) Diamati bila reaksi positif terjadi perubahan warna medium menjadi warna biru
tua/ biru gelap dibandingankan dengan kontrol
i. Uji Tes Lysine Decarboxylase
1) Disipakan 7 tabung reaksi dan dimasukkan medium LIA
2) Ditunggu hingga memadat
3) Ditanamkan biakkan sampel/bakteri dengan ose lurus pada tabung reaksi (4
sampel, 2 bakteri, dan 1 kontrol)
4) Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370 C
5) Diamati bila reaksi positif bila ada tusukan violet di dalam medium
BAB IVHASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
4.1.1 Warna medium
No Nama Medium Warna Medium
.Awal Sterilisasi Padat + Sterilisasi
1. Lysine Iron Agar (LIA) Deep Red Deep Red Violet
2. Kliger Iron Agar (KIA) Red Red Red
3. Simmons Citrate Agar (SCA)Deep
Green
Deep
GreenDeep Green
4. Mannitol Red Red Red
5. Milk Agar Yellow Yellow Yellow
6. Urea Agar Yellow Orange Orange
7. Methyl Red Yellow Yellow Deep Yellow
8. Gelatin Yellow Yellow Yellow
9. Nutrient Agar Yellow Yellow Yellow
4.1.2 Hidrolisa Polisakarida, protein, dan lemak
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
Awal Akhir
1. Bacillus subtilis - Kuning Tidak Ada Zona Bening
2. Escherichia coli - Kuning Tidak Ada Zona Bening
3. Air Sumur - Kuning Tidak Ada Zona Bening
4. Air Sungai Karang Mumus - Kuning Tidak Ada Zona Bening
5. Tanah Sampah - Kuning Tidak Ada Zona Bening
Positif (+) : Adanya daerah bening di sekeliling biakan pada cawan petri
menunjukkan bakteri dan sampel mampu menghidrolisis polisakarida, protein,
dan lemak.
4.1.3 Fermentasi Karbohidrat
a) Kelompok 2
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
Awal Akhir
1. Bacillus subtilis + Merah Jingga
2. Escheriachia coli + Merah Kuning (Butt)
3. Air Sumur + Merah Kuning (Butt)
4. Air Sungai Karang Mumus + Merah Kuning (Butt)
5. Tanah Sampah + Merah Kuning (Butt)
6. Kontrol - Merah Merah
b) Kelompok 6
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
Awal Akhir
1. Bacillus subtilis + Merah Kuning
2. Escherichia coli + Merah Kuning
3. Air Sumur + Merah Kuning
4. Air Sungai Karang Mumus + Merah Kuning
5. Tanah Sampah + Merah Kuning
6. Kontrol - Merah Merah
Positif (+) : Perubahan warna medium menjadi bening/kuning, menunjukkan
bakteri dan sampel mampu memfermentasikan karbohidrat.
4.1.4 Uji Produksi H2S
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
Awal Akhir
1. Escherichia coli + Merah Hitam (slant surface)
Kuning (butt)
2. Salmonella thyposa + Merah Merah (slant surface)
Kuning (butt)
3. Air Sumur + Merah Hitam (slant surface)
Kuning (butt)
4. Air Sungai Karang Mumus + Merah Hitam (slant surface)
Kuning (butt)
5. Tanah Sampah + Merah Hitam (slant surface)
Kuning (butt)
6. Kontrol - Merah Merah
Positif (+) : Perubahan warna terdapat warna hitam di sepanjang tusukan pada
medium dan dibandingkan dengan kontrol menunjukkan bakteri dan sampel
mampu mengahasilkan H2S.
4.1.5 Pencairan Gelatin
No
.Bakteri / sampel Hasil
Keterangan
Awal Akhir
1. Bacillus subtilis - Cair Beku
2. Escherichia coli - Cair Beku
3. Air Sumur - Cair Beku
4. Air Sungai Karang Mumus - Cair Beku
5. Tanah Sampah - Cair Beku
6. Kontrol - Cair Beku
Positif (+) : Perubahan medium gelatin menjadi cair dan dibandingkan dengan
kontrol, menunjukkan bakteri dan sampel memiliki enzim gelatinase.
4.1.6 Uji Katalase
No.Nama
Medium
Kelompo
kHasil
Keterangan
Awal Akhir
1. Escherichia coli 1 + tidak ada
gelembung
O2
Ada Gelembung
O2
(Sedikit)
2 + tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
3 + tidak ada
gelembung
Ada gelembung
O2
O2 (Sedikit)
4 + tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
5 + tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
6 + tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
2. Staphylococcus
aureus 1 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
2 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
3 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
4 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
5 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
6 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
3. Air Sumur 1 + tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
2 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
3 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
4 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
5 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
6 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
4.. Air Sungai Karang
Mumus 1 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
2 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
3 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
4 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
5 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Sedikit)
6 + tidak ada Ada gelembung
gelembung
O2
O2
(Banyak)
5. Tanah Sampah
1 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
2 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
3 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
4 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
5 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
6 +
tidak ada
gelembung
O2
Ada gelembung
O2
(Banyak)
Positif (+): Jika terdapat gelembung menunjukkan bakteri dan sampel memilki
enzim katalase.
4.1.7 Uji Methyl Red
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
GelembungAwal Akhir
1. Escherichia coli + Jingga kuning, ↓ putih +++
2. Streptococcus mutans + Jingga kuning, ↓ putih +
3. Air Sumur + Jingga kuning, ↓ putih ++
4. Air Sungai Karang + Jingga kuning, ↓ putih ++
Mumus
5. Tanah Sampah + Jingga kuning, ↓ putih ++
6. Kontrol - Jingga jingga -
Positif (+) : Perubahan warna medium menjadi warna merah.
4.1.8 Tes Urease
a) Kelompok 1
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
Awal Akhir
1. Bacillus subtilis + Jingga Merah (slant surface)
2. Escherichia coli + Jingga Merah (slant surface)
3. Air Sumur + Jingga Merah (slant surface)
4. Air Sungai Karang Mumus + Jingga Merah (slant surface)
5. Tanah Sampah + Jingga Merah (slant surface)
6. Kontrol - Jingga Jingga
b) Kelompok 2
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
Awal Akhir
1. Bacillus subtilis + Jingga Merah (slant surface)
2. Escherichia coli + Jingga Merah (slant surface)
3. Air Sumur + Jingga Merah (slant surface)
4. Air Sungai Karang Mumus + Jingga Merah (slant surface)
5. Tanah sampah + Jingga Merah (slant surface)
6. Kontrol - Jingga Jingga
Positif (+) : Perubahan warna dari warna awal menjadi warna merah dibanding
kontrol, menunjukkan bakteri dan sampel memiliki enzim urease.
4.1.9 Tes Lysine Decarboxylase
a) Kelompok 3
No. Bakteri / sampel Hasil Keterangan
Awal Akhir
1. Escherichia coli + Violet Violet (butt)
2. Salmonella thyposa+ Violet
Violet (Slant surface)
Yellow (butt)
3. Air Sumur + Violet Violet (butt)
4. Air Sungai Karang Mumus + Violet Violet (butt)
5. Tanah sampah+ Violet
Violet (Slant surface)
Yellow (butt)
6. Kontrol - Violet Violet
b) Kelompok 4
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
Awal Akhir
1. Escherichia coli + Violet Violet (butt)
2. Salmonella thyposa+ Violet
Violet (Slant surface)
Yellow (butt)
3. Air Sumur+ Violet
Violet (Slant surface)
Yellow (butt)
4. Air Sungai Karang Mumus + Violet Violet (butt)
5. Tanah Sampah+ Violet
Violet (Slant surface)
Yellow (butt)
6. Kontrol - Violet Violet
Positif (+) : Warna violet (ungu tua) pada permukaan medium dan warna kuning
pada tusukan.
4.1.10 Tes Utilisasi Citrate
a) Kelompok 5
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
Awal Akhir
1. Staphyllococcus aureus + Hijau Biru
2. Escherichia coli + Hijau Biru
3. Air Sumur + Hijau Biru
4. Air Sungai Karang Mumus + Hijau Biru
5. Tanah sampah + Hijau Biru
6. Kontrol - Hijau Hijau
b) Kelompok 6
No. Bakteri / sampel HasilKeterangan
Awal Akhir
1. Staphyllococcus aureus + Hijau Biru
2. Escheriachia coli + Hijau Biru
3. Air Sumur + Hijau Biru
4. Air Sungai Karang Mumus + Hijau Biru
5. Tanah Sampah + Hijau Biru
7. Kontrol - Hijau Biru
Positif (+) : Perubahan warna medium menjadi warna biru tua/biru gelap dan
dibanding dengan kontrol, menunjukkan bakteri dan sampel mampu
menggunakan sitrat sebagai sumber energi.
4.2 Perhitungan
4.2.1 Gelatin
Instan = 15 % atau 15 gram / 100 mL → dibuat 50 mL
Gelatin = 151000
x 50 = 7,5 gram
Jadi, dibutuhkan gelatin instan sebanyak 7,5 gram untuk membuat 50 mL medium gelatin.
4.2.2 Kligler Iron Agar (KIA)
Instan = 55 g / 1 L → dibuat 50 mL
KIA = 551000
x 50 = 2,75 gram
Jadi, dibutuhkan KIA instan sebanyak 2,75 gram untuk membuat 50 mL medium KIA.
4.2.3 Larutan H2O2 3%
Stok = 50 % → dibuat 10 mL
Larutan H2O2 50 % = = 3 %50 %
x 10 = 0,6 mL
Jadi, dibutuhkan 0,6 mL larutan H2O2 50 % untuk membuat larutan H2O2 3 %
sebanyak 10 mL.
4.2.4 Lysine Iron Agar (LIA)
Instan = 34 g / 1 L → dibuat 100 mL
LIA = 341000
x 100 = 3,4 gram
Jadi, dibutuhkan LIA instan sebanyak 3,4 gram untuk membuat 100 ml medium
LIA.
4.2.5 Mannitol
Instan = 108 g / 1 L → dibuat 100 mL
Mannitol =1081000
x 100 = 10,8 gram
Jadi, dibutuhkan Mannitol instan sebanyak 10,8 gram untuk membuat 100 mL
medium Mannitol.
4.2.6 Methyl Red
Instan = 17 g / 1 L → dibuat 100 mL
Methyl Red = 171000
x 100 = 1,7 gram
Jadi, dibutuhkan Methyl Red instan sebanyak 1,7 gram untuk membuat 100 mL
medium Methyl Red.
4.2.7 Milk Agar
Instan = 24 g / 1 L → dibuat 50 mL
Milk Agar = 241000
x 100 = 1,2 gram
Jadi, dibutuhkan Milk Agar instan sebanyak 1,2 gram untuk membuat 50 mL
medium Milk Agar.
4.2.8 Nutrient Agar (NA)
Komposisi :Ekstrak daging = 3 g / 1L
Pepton = 5 g / 1L dibuat 250 mL
Agar = 15 g / 1L
Ekstrak Agar = 31000
x 250 = 0,75 gram
Pepton = 51000
x 250 = 1,25 gram
Agar = 151000
x 250 = 3,75 gram
Jadi, dibutuhkan 0,75 gram ekstrak daging 1,25 gram pepton dan 3,75 gram agar
untuk membuat 250 mL medium NA.
4.2.9 Simmons Citrate Agar (SCA)
Instan = 23 g / 1 L → dibuat 100 mL
SCA =231000
x 100 = 2,3 gram
Jadi, dibutuhkan SCA instan sebanyak 2,3 gram untuk membuat 100 mL medium
SCA.
4.2.10 Urea Agar
Instan = 2,4 g / 1 L → dibuat 100 mL
Urea Agar = 2 ,495
x 100 = 2,53 gram
Jadi, dibutuhkan Urea Agar instan sebanyak 2,53 gram untuk membuat 100 mL
medium Urea Agar.
BAB VPEMBAHASAN
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang senyawa-senyawa
yang ada dalam sistem hidup, penyusun senyawa-senyawa tersebut ke dalam sel-
sel dan interaksi kimia yang terjadi sel-sel pada makhluk hidup tersusun dari
biomolekul untuk dapat mempertahankan hidup sel-sel mengalami metabolisme
sel menyerap energy dan makanan atau nutrisinya. Energi ini digunakan untuk
membentuk biomolekul penyusun sel.
Karakterisasi dan klasifikasi sebagian besar mikroba seperti bakteri
berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada
beberapa tipe media. Memproduksi tipe metabolit tertentu yang dideteksi dengan
interaksi mikroba dengan reagent test yang menghasilkan warna reagent. Reaksi
dalam sel akan teridentifikasi dengan melakukan pengujian-pengujian tertentu. Sel
akan member respon sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, misalnya
menghasilkan enzim katalase, enzim gelatinase atau kemampuan untuk
menghidrolisis lemak.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini antara lain adalah air sumur,
air sungai karang mumus, dan tanah sampah. Sampel-sampel tersebut terlebih
dahulu dibuat kulturnya dengan medium nutrient agar (NA), sedangkan bakteri
yang digunakan antara lain adalah Escherchia coli, Salmonella thyposa, Bacillus
subtilis dan Staphlococcus aureus.
Staphylococcus aureus mempunyai bentuk yang bulat mangenyerupai
bentuk buah anggur yang tersusun rapi dan tidak beraturan, memiliki diameter
kira – kira 1,5 Nm, merupakan bakteri gram positif dan tidak aktifmelakukan
pergerakan. Bakteri ini mudah tumbuh dalam berbagai macam media,
bermetabolisme aktif dengan menghasilkan pigmen dari yang berwarna putih
sampai kuning tua. Staphylococcus bersifat pathogen dan menyebabkan berbagai
macam penyakit. Bakteri ini mampu menghemolisis darah agar, katalase oksidase
positif dan negative, dapat tumbuh pada suhu sekitar 15 – 45oC.
Streptococcus mutans adalah salah satu jenis dari bakteri yang mendapat
perhatian khusus, karena kemampuannya dalam proses pembentukan plak dan
karies gigi. Bakteri ini pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun
1924 yang memiliki kecenderungan berbentuk coccus dengan formasi rantai
panjang apabila ditanam pada medium yang diperkaya seperti pada Brain Heart
Infusion (BHI) Broth, sedangkan bila ditanam di media agar memperlihatkan
rantai pendek dengan bentuk sel tidak beraturan.
Bacillus subtilis berbentuk batang lurus, dengan panjang tumbuh 0,5–2,5 x
1,2–10 Nm. Bakteri ini sering tersusun berpasangan atau membentuk rantai,
membulat atau melingkar. Bacillus subtilis termasuk dalam bakteri Gram positif
dan mampu bergerak dengan flagella. Bersifat aerobic dengan kemampuannya
yang beragam terhadap panas, pH dankadar garam. Bakteri ini tumbuh dengan
baik pada suhu antara 25-35oC. Bakteri ini biasanya ditemukan pada tanah dan
mampu menghasilkan enzim protease yaitu enzim proteolitik yang mengkatalisis
pemutusan ikatan peptide pada protein akan menimbulkan penyakit bila masuk
kedalam organ ataupun jaringan lainnya. Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif.
Escherichia coli adalah flora normal di dalam usus manusia dapat
menghasilkan ATP secara respirasi aerobic jika terdapat oksigen, tetapi juga
mampunmelakukan fermentasi tanpa oksigen. Bakteri ini merupakan bakteri
pathogen yang banyak ditemukan pada saluran pencernaan manusia. Bentuk dai
bekteri ini adalah seperti batang dengan ukuran 1,1–1,5 Nm x 2,0–6,0 Nm,
tumbuh dengan mudah pada medium nutrient sederhana pada rentang suhu 20-40 oC dan suhu optimum adalah 37 oC.
Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari
interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia.
Kemampuan bakteri menggunakan senyawa tertentu sebagai sumber karbon dan
sumber energi yang didapat digunakan untuk diidentifikasi. Identifikasi bakteri
dapat dilakukan dengan beberapa uji produsi H2S, uji pencairan gelatin, uji
katalase, uji methyl red, uji tes urease, uji tes lysine decarboxylase dan uji utilisasi
sitrate.
Nutrient agar (NA) adalah medium umum yang digunakan untuk isolasi
bakteri atau mikroorganisme. Nutrient agar memiliki komposisi berupa pepton
sebagai sumber nitrogen, agar untuk memedatkan medium serta, ekstrak daging
sebagai sumbernutrisi lainnya. Hampir seluruh bakteri dapat tumbuh dalam
medium nutrien agar oleh karena itu nutrien agar disebut sebagai medium umum.
Nutrien agar memang merupakan medium khusus untuk bakteri, namun
adakalanya jika pengujian kurang steril akan tumbuh jamur sebab air merupakan
faktor pertumbuhan utama untuk jamur.
Kliger Iron Agar (KIA) adalah medium yang digunakan untuk pegujian H2S.
Medium ini juga merupakan medium kultur terbaik untuk mengidentifikasi
bakteri gram negatif yang berkaitan dengan usus. Komposisi dari KIA adalah
pepton dari kasain, pepton dari daging, ekstrak daging, ekstrak ragi, sodium
klorida, laktosa, glikosa, magnesium besi (III) sitrat, sodium tiosulfat, fenol merah
dan agar. Medium ini memiliki warna awal merah dan tertap merah saat dalam
penyimpanannya. Sehinnga uji positifnya adalahsaat medium berubah warna
kunng.
Lysine Iron Agar (LIA) adalah merupakan medium yang digunakan untuk
pengujian tes lysine decarboxylase. Medium LIA memiliki komposisi yaitu
pepton dari daging, ekstrak ragi, D(+) glukosa, lysine monihidra, sodium tiosulfat,
ammonium besi (III) sulfat, bromocreso ungu dan agar. Medium LIA memiliki
warna awal merah dan pada saat dalam keadaan akan berubah menjadi warna
violet. Cara pembuatan medium LIA sama seperti medium padat lainnya yaitu
dilarutkan didalam aquadest lalu dipanaskan hingga mendidih dan dapat
disterilisasi setelah itu baru disimpan.
Simmons Citrate Agar (SCA) adalah medium selektif untik uji tes utilisasi
sitrat. SCA memiliki komposisiyaitu ammonium dehidrogen phosfat, di-potasium
hidrogen hosfat, sodium klorida, sodium sitrat, magnesium sulfat, bromtymel biru
dan agar. Medium ini memiliki warna awal deep green dan saat penyimpanan
padat serta sterilisasi warnanya tetap deep green tidak ada pertumbuhan.
Methyl red merupakan medium yang konsistensinyacair dan juga digunakan
untuk pengujian methyl red. Methyl red memiliki komposisi indikator methyl red,
pepton, dan ekstrak daging. Methyl red berwarna kuning pada awal pembuatan
dan pada saat disterilisasi konsistensinya tetap cair dan warnanya pun tetap
kuning.
Gelati adalah medium yang konsistensinya cair. Umumnya medium gelati
ini digunakan untuk menguji bakteri pendegradasi galetin. Komposisi dari
medium galetin adalah khusus pepton dari daging dan ekstrak daging. Galetin
memiliki warna awal kuning dan saat disterilisasi atau pun penyimpanan warna
gelatin tidak berubah yakni tetap kuning.
Manitol adalah medium yang konsistensinya padat dan pada umumnya
digunakan untuk uji fermentasi karbohidrat. Manitol memiliki komposisi yaitu
pepton, dari daging, ekstrak daging, sodium klorida.
Urea agar adalah medium yang konsistensinya padat dan pada umumnya
digunakan untuk uji tes urease. Urea agar memiliki komposisi berupa pepton dari
daging, glukosa, sodium klorida, pottasium dihidrogen phosfat, D(+) glikosa,
fenol merah dan agar. Urea agar memiliki warna awal jingga dan pada saat
sterilisasi dan penyimpanan juga warnanya tetap jingga. Cara pembuatannya sama
dengan cara pembuatan pada medium yang lainnya yaitu hanya dilarutkan dan
dipanaskan hingga mendidih lalu didiamkan sampai dingin dan disterilisasi.
Milk agar adalah medium yang konsistensinya padat dan juga umumnya
digunakan untuk uji hidrolisa polisakarida, protein dan lipid. Milk agar memiliki
komposisi yaitu pepton dari daging, ekstrak ragi, susu bubuk dan agar. Milk agar
juga digunakan untuk menentukan bakteri aerob dan kadang juga mengandung ice
cream. Milk agar memiliki warna awal kuning dan saat sterilisasi ataupun saat
padat warna milk agar tetap kuning.
Setelah semua medium dibuat maka dilakukan isolasi mikroorganisme dan
dalam percobaan ini. Ada beberapa sampel yang digunakan untuk isolasi bakteri
yaitu air sumur, air sungai karang mumus, dan tanah sampah. Medium yang
digunakan untuk isolasi bakteri adalah medium nutrien agar. Nutrien agar
digunakan kerena nutrien agar ini merupakan medium umum dan tidak selektif
sehingga dapat ditumbuhi oleh bakteri apa saja.
Tanah sampah adalah sampel yang digunakan untuk isolasi. Konsistensi
bentuk tanah sampah adalah padatan maka yang digunakan adalah metode tabur
untuk isolasi. Cara melakukan metode tabur yaitu medium NA dipadatkan dahulu
didalam cawan petri agar tidak tumpah. Setelah pdat barulah tanah sampah ditabur
atau disebar di atas medium menggunakan spatula. Kemudian diisolasi lalu
disterilisasi selama 2x24 jam dengan tujuan agar didapat hasil yang bagus dan
steril.
Air sumur, air sungai mahakam dan air sungai karang mumus adalah ketiga
sampel yang diisolasi dengan metode sebar. Cara melakukan metode sebar yaitu
medium dimasukkan didalam cawan petri dan kemudian dibiarkan hingga padat.
Setelah padat baru sampel dimasukkan dan diratakan menggunakan drigalsky.
Setelah itu disterilisasi 2x24 jam pada 37 oC tujuannya agar pertumbuhan dari
bakterinya maksimal. Hasil pengamatannya adalah hanya sedikit bakteri yang
tumbuh saat diisolasi. Hal ini dapat disebabkan karena kontak dari medium
dengan sampel hanya di permukaannya saja sehingga hanya sedikit bakteri yang
tumbuh. Artinnya metode tuang lebih cocok untuk sampel cair dibandingkan
dengan metode sebar.
Pengujian pertama yaitu uji hidrolisa polisakarida protein dan lemak.
Medium yang digunakan adalah milk agar dengan waktu inkubasi 2x24 jam pada
suhu 37 oC. Bakteri dapat mengahsilkan enzim amolitik yang dapat memecah pati
menjadi monosakarida yang dibutuhkan untuk metabolisme pada media dengan
nitrogen. Bakteri yang dapat menghidrolisis protein adalah bakteri yang
memproduksi enzim proteinase ekstraseluler, semua bakteri mempunyai enzim
proteinase seluler. Bakteri yang mampu menghidrolisis lemak menjadi senyawa
sederhana yaitu asam lemak dan gliserol. Reaksi positif daro pengujian ini adalah
adanya daerah bening disekeliling biakan pada cawan petri. Daerah bening
tersebut menunujukkan adanya kemampuan bakteri atau sampel untuk
memproduksi antibiotik. Berdasarkan pengujian Bacillus subtilis, Escherchia coli,
kultur air sumur, air sungai karang mumus dan tanah sampah menunjukkan reaksi
negative. Sebenarnya Bacillus subtilis memiliki kemampuan memproduksi
antibiotic dalam bentuk lipopeptida seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Reaksi negatif tersebut dapat disebabkan karena penginokulan yang dilakukan
berulang kali sehingga daerah bening tidak dapat teramati dengan jelas.
Uji fermentasi karbohidrat menggunakan medium manitol. Fermentasi
karbohidrat merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh beberapa bakteri
untuk memetabolisme karbohidrat tanpa mengunakan atau membutuhkan oksigen
sehingga dapat menghasilkan karbondioksida dan air. Manitol disini berfungsi
sebagai sumber karbohidrat yang nantinya akan difermentasikan oleh indikator
brom cresol ungu yang kemudian akan menumbuhkan bakteri pada medium cair.
KH akan mengalami fermentasi dan kemudian akan menghasilkan asam, asam
yang telah dihasilkan tersebut akan menurunkan pH dari medium dan
menyebabkan perubahan warna pada medium. Metode yang digunakan pada
pengujian ini adalah metode gores dengan medium agar miring dengan waktu
inkubasi selama 2x24 jam pada suhu optimum yaitu 37 oC, waktu tersebut
merupakan waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk memfermentasi KH dengan
baik.
Hasil positif pada uji ini adalah apabila medium yang awalnya berwarna
merah berubah menjadi bening atau kuning. Perubahan warna tersebut disebabkan
karena adanya indikator fenol merah serta pada pH diatas 7 dan indikator ini
berwarna merah dan pada pH dibawah 7 maka indikator akan berwarna kuning,
dan ini menandakan telah terjadi reaksi fermentasi yang menghasilkan asam-asam
seperti asam laktat. Bakteri yang digunakan dalam pengujian permentasi adalah
Escherichia coli, dan Bacillus subtilis. Sampel yang digunakan adalah air sungai
karang mumus, air sumur dan tanah sampah. Hasil uji untuk seluruh sampel
ataupun bakteri adalah positif dengan adanya perubahan warna medium menjadi
kuning. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel terdapat banyak kemungkinan
golongan bakteri baik bakteri gram positif maupun gram negatif.
Uji pembentukan H2S adalah uji untuk melihat apakah suatu bakteri dapat
menghasilkan H2S dari asam amino. Selain itu uji ini dilakukan untuk
mengidentifikasi mikroba yang dapat menguraikan asam amino yang mengandung
sulfur. Mikroorganisme yang dapat bereaksi positif akan menghasilkan enzim
desulfurase saat dibiakkan di dalam medium yang mengandung asam amino,
dimana akan terdapat sulfur sehingga diuraikan menjadi H2S. Dimana pada
medium terkandung logam Fe2+ yang akan bereaksi dengan H2S dan kemudian
menghasilkan FeS yang berwarna hitam. Medium yang digunakan untuk
pengujian ini adalah Kliger Iron Agar atau KIA. Bakteri yang digunakan untuk
pengujian ini adalah Escherichia coli, dan Salmonella thyposa. Sedangkan sampel
yang digunakan adalah tanah sampah, air sungai karang mumus dan air sumur.
Uji positif yang ditunjukkan adalah medium berubah menjadi kuning dan
ada yang terjadi slant surfacenyamerah dengan butt hitam atau dirty dan tidak
green serta seluruhnya menunjukkan uji positif terbentukknya H2S. Dibutuhkan
waktu selama 7 hari untuk inkubasi, agar bakteri atau sampel dari bakteri mampu
bereaksi pada asam amino yang mengandung S dari H2, sedangkan untuk Fe
menjadi FeS dibutuhkan waktu selama 7x24 jam agar bisa bereaksi.
Uji katalase adalah uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya enzim
katalase. Enzim ini terdapat pada sel-sel yang mempunyai metabolisme aerobic
serta untuk mengidentifikasi bakteri aerobic atau anaerobic. Bakteri anaerobik
tidak mempunyai enzim katalase. Reagen atau pereksi adalah H2O2 3 %. Enzim
dengan H2O2 akan bereaksi positif membentuk O2 yang ditandai dengan adanya
gelembung. Bakteri dan sampel yang digunakan dalam pegujian ini adalah
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, air sungai karang mumus, air sumur dan
tanah sampah. Bakteri yang paling banyak gelembung adalah Escherichia coli dan
sampel yang paling banyak adalah air sungai mahakam. Seharusnya Escherichia
coli hanya terdapat sedikit gelembung karena bukan merupakan bakteri yang
aerob, namun kesalah ini mungkin pada penggunaan jarum ose yang masih sama
untuk semua bakteri.
Enzim katalase pada bakteri pada umumnya berperan dalam menetralisir
efek bakterisidal hidrogen peroksida. Uji positif pada pengujian ini biasanya
sampel mengandung genus Staphylococcus dan family Enterobacteriaceae.
Enterobactereriaceae merupakan kelompok bakteri yang dapat
memnyebabkan infeksi pada saluran pencernaan manusia beserta hewan. Bakteri
ini merupakan bakteri Gram negatif yang biasanya memiliki bentuk seperti basil
dan tidak membentuk spora, berkapsul serta memiliki flagel. Bakteri ini dapat
tumbuh baik hampir pada semua medium buatan serta mampu mengurai
karbohidrat seperti glukosa dan laktosa menjadi asam dan gas seperti bakteri
Escherichia coli.
Uji pencairan gelatin. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu
bakteri memiliki enzim gelatin yang mampu menghidrolisis gelatin. Medium yang
digunakan adalah gelatin, dengan waktu inkubasi 2x24 jam pada suhu 37 oC.
sebelum pengamatan medium yang berisi biakan terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam frezer 10-15 menit, agar pengamatan pencairan gelatin lebih mudah
teramati. Berdasarkan pengujian Escherchia coli, Bacillus subtilis air sumur, air
sungai karang mumus dan tanah sampah menunjukkan reaksi negatif. Sehingga
diduga semua sampel bakteri tidak memiliki enzim gelatin yang mampu
menghidrolisis gelatin.
Uji methyl red adalah uji yang digunakan untuk melihat sejumlah besar
bakteri gram negatif seperti Escherichia coli. Selain itu untuk membedakan antara
mikroorganisme yang mampu mengubah glukosa menjadi piruvat. Medium
methyl red mengndung indikator metil merah yang akan berubah menjadi merah
jika suasananya semakin asam dan menjadi kuning jika berda dalam suasana basa.
Uji positif pada reaksi ini adalah apabila terjadi perubahan warna medium
menjadi kuning atau merah. Bakteri yang digunakan pada uji ini adalah
Escherichia coli dan Streptococcus mutans, dan sampelnya adalah air sungai
karang mumus, air sumur, dan tanah sampah. Lama waktu inkubasi untuk
pengujian ini adalah selama 5–7 hari, tujuannya agar fermentasi atau reaksi yang
terjadi dapat sempurna.
Uji methyl red digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam
campuran dimana beberapa bakteri dapat memfermentasikan glukosa dan
menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH
media pertumbuhannya menjadi 5,0 atau lebih rendah. Uji ini dilakukan untuk
menghasilkan asam Melalui proses hidrolisis yang menghasilkan asam organik
sederhana pada percobaan ini adanya indikator methyl red dalam medium dapat
menunjukkan perubahan pH asam methyl red akan menjadi merah pada suasana
asam pH 4,4 dan akan berwarna kuning pada suasana basa pH 6,2. Uji ini
berguna dalam identifikasi kelompok bakteri yang menempati saluran pencernaan,
seperti pada golongan coliform dan enterobacteriaceae.
Uji ini berhubungan dengan uji fermentasi karbohidrat menggunakan
medium monitol. Sehingga selain perubahan warna medium hasil positif uji ini
adalah pembentukan gas yang terdapat dalam tabung durham. Medium
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sebelumnya telah dimasukkan tabung
durham. Diinokulasikan selama 7x24 jam dalam inkubator pada suhu 37 oC. Hasil
pengamatan ialah pada semua tabung menunjukkan hasil dengan adanya
perubahan warna dari terbentuknya gelembung udara pada tabung durham. Hal ini
dapat membuktikan bahwa terdapat bakteri yang mampu membentuk asam dari
hidrolisis glukosa pada sampel.
Tes urease adalah tes untuk mengidentifikasi bakteri yang dapat
menguraikan urea, dimana urea tersebut merupakan pathogen terhadap sel. Urea
kemudian akan dipecah menjadi NH3 dan CO. Prinsip uji ini adalah urea yang
terdapat pada media, terhidrolisis menjadi karbondioksida dan ammonia dengan
enzim urease. Amonia akan menyebabkan terjadinya suasana yang alkalis atau
basa. Bakteri yang digunakan dalam tesini adalah Escherichia coli dan Bacillus
subtilis. Dan sampel yang digunakan adalah air sumur, air sungai karang mumus,
dan tanah sampah.
Hasil reaksi positif pada tes urease adalah medium berubah warna merah.
Perubahan warna pada medium ini terjadi karena adanya indikator fenol merah.
Ketika urea terurai menjadi NH3 dan CO2 maka suasana dari menjadi basa dan
indikator ini akan menimbulkan warna dari kuning, merah hingga ungu
tergantung pH dari Escherichia coli mendapatkan hasil positif menggunakan tes
ureas sedangkan Bacillus subtilis hasil tesnya adalah negatif. Bakteri Escherichia
coli adalah bakteri adalah bakteri gram negatif yang mampu mengurai urea menjdi
ammonia dan CO2. Sedangkan Bacillus subtilis adalah bakteri gram positif
sehingga tidak menghidrolisis urea. Sampel yang mengalami tes positif adalah air
sumur, air sungai karang mumus dan tanah sampah dimana menunjukkan slant
surface merah (negatif). Hasil dari data menyatakan bahwa kemungkinan di dalam
air sungai karang mumus, air sumur, dan tanah sampah terdapat bakteri
Escherichia coli dan pada biakan terdapat bakteri Bacillus subtilis.
Tes utilisasi sitrat adalah tes menggunakan medium Simmons Citrate
Agar (SCA). Uji ini dilakukan untuk melihat kemampuan dari mikroorganisme
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Apabila
mikroorganisme tersebut dapat menggunakan sitrat tersebut maka asam akan
dihilangkan dari medium dan akan menyebabkan terjadinya peningkatan pH
sehingga dapat mengubah warna dari hijau menjadi biru. Agar sitrat ini
merupakan medium sintetik dengan sumber karbon satu-satunya adalah sitrat dan
sumber nitrogennya adalah amonium dan bukan asam amino. Kemudian juga
terdapat indikator bromtimol biru yang akan berubah menjadi warna biru dalam
suasana alkalis. Sehingga jika baktri menggunakan sitrat sebagai sumber terhadap
satu-satunya maka suasana menjadi basa dan medium berubah menjadi warna
biru. Bakteri yang digunakan pada tes ini adalah Escherichia coli, dan
Staphylococcus aureus.Sampelnya adalah air sumur, air sungai karang mumus,
dan tanah sampah. Tes positif terjadi pada seluruh sampel uji maupun pada
bakteri, hal ini menandakan bahawa ada bakteri yang mengunakan sitrat sebagai
sumber energi mereka. Karena tes utilisasi saat ini tidak berfokus atau spesifik
untuk golongan gram positif tetapi gram negatif saja.
Pengujian terakhir ialah pengujian lysine dekarboksilase sampel yang
digunakan ialah Escherchia coli, dan Salmonella thyposa sampel air sumur, air
sungai karang mumus dan tanah sampah. Sedangkan medium yang digunakan
adalah lysine iron agar (LIA). Komposisi LIA adalah pepton, ekstrak ragi, D(+)
glukosa, L-lysin monohidroklorida, Na2SO3 dan ammonium iron (III) sitrat
indikator BTB dan agar. Lysine dekarboksilase oleh mikroorganisme LDC. Positif
menghasilkan cadavenin amine yang menyebabkan pH indikator bromoaerosol
berwarna ungu menjadi violet sebagai dekarboksilase yang hanya terjadi pada
medium asam (dibawah pH 6,0). Medium biakan pertama-tama harus diasamkan
dengan fermentasi glukosa selanjutnya medium ini hanya bisa digunakan untuk
pembanding biakan fermentasinya glukosa menyebabkan keseluruhan biakan
medium menjadi berwarna kuning. Perubahan warna juga dapat terjadi karena
terbentuknya ion sulfida dari produksi H2S oleh enzim lysine dekarboksilse. Pada
inkubasi jangka panjang, alkalinisasi permukaan medium bakteri dapat
menghasilkan warna violet. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka
dapat diidentifikasi bahwa seluruh bakteri positif memiliki enzim lysine
dekarboksilase.
Suhu dan waktu yang digunakan disesuaikan dengan pengujian yang
dilakukan. Hal ini dikarenakan suhu dan waktu tersebut adalah suhu dan waktu
optimum tumbuhnya biakan. Sehingga dapat diperoleh hasil pengujian yang
maksimal dan sesuai dengan literatur yang ada. Selain itu juga merupakan suhu
dan waktu optimum untuk pengujian enzim.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada uji hidrolisis polisakarida bakteri maupun sampel menunjukan hasil
yang negatife sehiga tidak bisa digunakan untuk pengembangan antibiotik.
2. Pada uji fermentasi karbohidrat bakteri maupun sampel yang menunjukan
hasil positif adalah bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan
Staphylococcus aureus, Serta pada sampel adalah air sungai mahakam,
tanah sampah, dan air got.
3. Pada uji katalase bakteri maupun sampel yang menunjukan hasil yang
positif adalah bakteri Escherichia coli, serta pada sampel adalah air sungai
Mahakam.
4. Pada uji pencairan gelatin bakteri maupun sampel menunjukan hasil yang
negatif.
5. Pada uji Produksi H2S bakteri maupun sampel yang menunjukan hasil
positif adalah bakteri Escherichia coli, Salmonella thyposa dan
Streptococcus mutans, Serta pada sampel adalah tanah sampah, air sungai
karang mumus dan air got.
6. Pada uji methyl red bakteri maupun sampel yang menunjukan hasil positif
adalah bakteri Escherichia coli dan Streptococcus mutans, dan sampelnya
adalah air sungai karang mumus, air got, dan tanah sampah.
7. Pada uji tes urease bakteri maupun sampel yang menunjukan hasil positif
adalah bakteri Escherichia coli, dan sampelnya adalah air got, air sumur,
dan tanah sampah.
8. Pada uji tes Lysine Dekarboksilase bakteri maupun sampel yang
menunjukan hasil positif adalah bakteri Escherichia coli, Salmonella
thyposa, dan Streptococcus mutans, Sampelnya yaitu air got dan tanah
sampah.
9. Pada Uji tes utilisasi sitrat bakteri maupun sampel yang menunjukan hassil
positif adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus
mutans, Sampelnya adalah air sungai mahakam, air sungai karang mumus,
dan tanah sampah.
6.2 Saran
Sebaiknya pengerjaan dilakukan dengan kondisi yang steril agar bakteri
maupun sampel yang digunakan tidak terjadi kontaminasi, serta dalam pengujian
harus benar – benar teliti agar bakteri maupun sampel yang digunakan tidak salah
dan susuai dengan pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
Absor, Ulii. 2006. Aktivitas Antibakteri Ranting Patah Tulang (Euphorbia
tirucalli Linn.). Program Studi Biokimia FMIPA ITB: Bogor.
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Citra Aditya Bakti:
Bandung.
Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Pada Patogen (Vibrio sp) di Perairan Nongsa
Batam Provinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia volume 11 nomor 1.
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme 2. Yrama
Widya: Bandung.
Marks, Dawn B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis.
EGC: Jakarta.
Marlina. 2007. Identifikasi Bakteri Vibrio Parahaemolitycus PCR. Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi volume 12 nomor 1.
Merck, E. Handbook Culture Media MERCK Frankturter Strabe 250 D-6100
Darmstadt 1.
Nofiani, Risa. 2004. Bakteri Resisten Merkuri Spektrum Sempit dari Daerah
Bekas Penambangan Emas Tanpa Izin Mandor Kalimantan Barat. Jurnal
Natur Indonesia volume 6 nomor 2.
Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Pres: Jakarta.
Prasetyo, Heru. 2006. Kandungan Selenium Total Dalam Bakteri Termofilik
Terseleksi Dari Sumber Air Panas. Program Studi Biokimia FMIPA ITB:
Bogor.
Pratiwi , Arena Yogi. 2012. Penapisan Bakteri Resisten Terhadap Merkuri
Sebagai Alternatif Agen Bioremidiasi pada Pencemaran Tanah
Pertambangan. Departemen Biokim FMIPA ITB: Bogor.
Sitompul, S.M. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia Tanaman. Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya: Malang.