modul biokim

17
MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 1

Upload: kharismakhabibillah

Post on 30-Sep-2015

48 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

modul praktikum biokim

TRANSCRIPT

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

ACARA IEKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT

Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Sudah sejak lama rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan pangan, obat-obatan dan kosmetika, salah satu diantaranya adalah alginat. Alginat yang memiliki mutu food grade harus bebas dari selulose dan warnanya sudah dilunturkan sehinggga terang dan putih.

Alginat

Sargassum sp

Alginat merupakan senyawa pikokoloid yang mempunyai kemampuan membentuk gel. Secara kimiawi alginat merupakan polimer dari asam guluronat (yaitu (-D-mannopiranosil uronat dan (-L-gulopiranosil uronat, yang membentuk rantai polimer memanjang. Alginat tidak terdapat dalam bentuk bebas, tetapi umumnya membentuk garam dengan unsur lain seperti sodium, kalium dan amonium.

Alginat adalah polimer linier organik polisakarida yang terdiri dari monomer -L asam guluronat (G) dan -D asam manuronat (M), atau dapat berupa kombinasi dari kedua monomer tersebut.[1] Alginat dapat diperoleh dari ganggang coklat yang berasal dari genus Ascophyllum, Ecklonia, Durvillaea, Laminaria, Lessonia, Macrocystis, Sargassum, dan Turbinaria.[1]Struktur dasar dari monomer alginat adalah cincin tetrahydopyran dan dapat membentuk 2 konfigurasi, yaitu C1 dan 1C seperti gambar di atas.[2] -D-manuronat di alam terdapat dalam konfigurasi C1.[2] Pada konfigurasi 1C -D-manuronat, interaksi -COOH pada C-5 dan -OH pada C-3 akan kaku, sedangkan pada C1 gugus-gugus ini berada pada posisi ekuatorial sehingga lebih stabil.[2] Sebaliknya, untuk alasan yang sama, -L-guluronat terdapat dalam konfigurasi 1C dibandingkan C1 [2].

Polimer alginat dibentuk dari hubungan antara C-1 dan C-4 tiap monomer dan dihubungkan oleh ikatan eter oksigen.[2] Polimer alginat terdiri dari 3 jenis, yaitu polimer M (manuronat), polimer G (guluronat), dan polimer MG.[3] Polimer M dibentuk dari struktur ekuatorial gugus C-1 dan C-4 dan membentuk polimer lurus, sedangkan polimer G dibentuk dari struktur aksial.[3] Perbedaan struktur polimer ini menyebabkan polimer G lebih banyak digunakan untuk proses pembentukan gel alginat dengan penambahan ion Ca2+.[3] Ion tesebut akan menggantikan ion H+ pada gugus karboksilat dan membentuk jembatan ion penghubung antara polimer G yang satu dengan yang lainnya.[3] Hubungan antar polimer G ini akan membentuk struktur egg-box.[3]Sifat koloid, membentuk gel, dan hidrofilik menyebabkan senyawa ini banyak digunakan sebagai emulsifier, pengental, dan stabilizer dalam industri.[4] Sifat hidrofilik alginat dimanfaatkan untuk mengikat air dalam proses pembekuan makanan.[4] Pada makanan yang dibekukan, polimer ini mempertahankan jaringan makanan.[4] Selain itu, polimer ini dapat digunakan sebagai emulsi lemak dalam pembuatan saus dan mengenyalkan, menjaga tekstur, serta menghasilkan rasa yang enak dalam pembuatan pudding.[4] Alginat juga dimanfaatkan dalam dunia kosmetik karena sifatnya yang dapat mengikat air dan mudah menembus jaringan.[4] Hal ini menyebabkan polimer ini terikat sempurna pada jaringan kulit dan mempertahankan kelembaban (hidrofilik) dan elastisitas kulit [4].

Tujuan : Ekstraksi dan mengisolasi alginat dari rumput laut Sargassum spAlat :

1. Timbangan

2. Pemanas/kompor

3. Penangas air

4. Kain mori

Bahan :

1. Rumput laut Sargassum sp2. Larutan HCl 0,5% dan Larutan HCl pekat

3. Larutan NaOH 1%

4. Larutan Na2CO3 4 %5. Larutan NaOCl 12 %6. Butanol

Cara kerja :

1. keringkan rumput laut Sargassum sp, lalu timbang 50 gr

2. potonglah dengan ukuran 0,5 1,0 cm

3. rendam dalam larutan HCl 0,5 % pada suhu 50 oC selama 10 menit, kemudian saring dan cucilah

4. rendam dalam NaOH 1 % pada suhu 50 oC selama 10 menit, kemudian saring dan cuci

5. lakukan ekstraksi dengan Na2CO3 4 % pada suhu 50 oC selama 30 menit, kemudian disaring

6. tambahkan NaOCl 12 % ke dalam filtrat, dinginkan pada suhu 10 oC.

7. asamkan dengan HCl pekat sampai pH = 3, kemudian saring dan angin-anginkan asam alginat yang diperoleh

8. tambahkan larutan NaOH 0,1 N sampai pH = 7

9. endapkan dengan butanol selama 24 jam

10. saring endapan sodium alginat yang terjadi, kemudian keringkan di bawah sinar matahari selama 7 hari

11. timbanglah sodium alginat yang diperoleh, hitung kadar alginat dalam sargassum sp

Hasil Pengamatan :

Berat rumput lautBerat alginatRendemen

Pertanyaan :

1. Tuliskan struktur alginat !2. Apakah maksud perendaman dengan HCl?

3. Apakah maksud perendaman dengan NaOH?4. Apakah fungsi NaOCl dalam cara kerja di atas ?

5. Dengan cara kerja seperti di atas, akan diperoleh garam alginat. Berikan penjelasan !

ACARA II UJI LEMAK/MINYAK

Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Struktur umum minyak ialah

R1, R2 dan R3 adalah gugus alkil mungkin sama atau mungkin juga berbeda. Gugus alkil tersebut dibedakan sebagai gugus alkil jenuh (tidak terdapat ikatan rangkap) dan tidak jenuh (mengandung ikatan rangkap). Minyak yang berasal dari jaringan hewan disebut minyak hewani dan dari tumbuhan disebut minyak nabati misalnya minyak kelapa, minyak sawit, dsb. Minyak hewani diperoleh dengan cara memanaskan jaringan lemak hewan sedangkan minyak nabati diperoleh dengan cara pengepresan, pemanasan atau ekstraksi dengan pelarut non polar. Umumnya jumlah atom pada rantai alkilnya adalah genap, tetapi minyak yang berasal dari biota laut juga mengandung asam lemak dengan jumlah atom C ganjil. Asam lemak merupakan asam karboksilat rantai panjang dengan jumlah atom karbon lebih dari 8. Hampir semua asam lemak yang dijumpai di alam mempunyai jumlah atom karbon genap, tidak bercabang dan memiliki tingkat ketidak jenuhan yang berbeda-beda. Asam palmitat dan asam oleat merupakan asam lemak yang paling luas penyebarannya, diikuti oleh asam linoleat, palmitoleat, miristat dan stearat (Robinson, 1991). Asam lemak umumnya terdapat dalam bentuk terikat, teresterkan dengan gliserol, sebagai lemak atau lipida. (Harborne, 1984).

Asam lemak secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acids/SAFA) dan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acids/UFA). Asam lemak tidak jenuh sendiri dibedakan menjadi asam lemak tidak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acids/MUFA) dan asam lemak tidak jenuh banyak (polyunsaturated fatty acids/PUFA) (Xu and Beardall, 1997). Berdasarkan letak ikatan rangkapnya asam lemak tidak jenuh dikelompokkan menjadi asam lemak omega-3, omega-6 dan omega-9. Oleh karena ketidak jenuhannya, asam lemak tidak jenuh lebih reaktif daripada asam lemak jenuh sehingga mudah mengalami kerusakan/oksidasi (Lee, 1983)Komposisi asam lemak biota laut lebih kompleks daripada biota daratan. Panjang rantai asam lemak biota laut umumnya antara C14 sampai dengan C24, namun asam lemak C12 dan C26 jarang ditemukan. Asam lemak dari biota laut umumnya banyak mengandung ketidakjenuhan. Pada asam lemak C14 dan 16 mengandung satu ikatan rangkap, pada C22 C24 mengandung 3 sampai 6 ikatan rangkap. Umumnya PUFA biota laut merupakan (3, hanya beberapa persen saja yang merupakan (6. Disamping itu asam lemak biota laut kadang juga mengandung atom karbon ganjil seperti C15, C17, dan C19 (Sikorski, 1990; Pettit et al, 1989). Menurut Pettit et al (1989), kandungan asam lemak dalam biota laut berbeda dengan tumbuhan darat. Ikan lemuru banyak mengandung asam lemak tidak jenuh rantai panjang (polienoat) > C18 yang tidak banyak ditemukan dalam biota darat.

Bilangan penyabunan didefinisikan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menyabunkan 1 g minyak. Bilangan ini juga menyatakan indeks berat molekul minyak, jika molekul asam lemaknya berantai pendek maka jumlah gliseridanya semakin banyak sehingga bilangan penyabunannya bertambah besar. Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah (mg) KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 g minyak. Asam lemak bebas ini berasal dari proses oksidasi enzimatis selama pengolahan dan penyimpanan.Tujuan :

Menentukan bilangan penyabunan dan bilangan asam sampel minyak/lemak ikanAlat :

1. Buret dan statif

2. Erlenmeyer

3. Pipet tetes

4. Pipet ukur

5. Labu ukur

6. Beker gelas

Bahan :

1. Minyak ikan

2. NaOH

3. KOH

4. Metanol

5. HCl

6. Etanol

7. Indikator fenolftalein dan metil orange

8. Eter

9. Heksana

10. Na2CO3Cara kerja

1. Penentuan bilangan penyabunan

Masukkan 1,5 g minyak ke dalam erlenmeyer kemudian tambahkan NaOH metanolat. Panaskan selama 30 menit sambil diaduk setelah itu dinginkan. Setelah dingin tambahkan 2 tetes indikator pp dan titrasi dengan menggunakan HCl 0,5 N. Catat volume HCl yang diperlukan (v1). Lakukan cara yang sama untuk larutan blangko (v2). Larutan blangko dibuat dengan cara yang sama seperti di atas tetapi tidak ditambahkan minyak.

(v2 v1) . N HCl . BM NaOH

Bilangan penyabunan = --------------------------------------

Berat minyak (g)

2. Penentuan bilangan asam

Masukkan 4 g minyak ke dalam erlenmeyer tambahkan 10 ml etanol. Panaskan selama 30 menit pada suhu 80 oC, setelah itu dinginkan. Titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan indikator pp. Catat volume NaOH sebagai v1. Kerjakan pula untuk larutan blangko sebagai v2

(v2 v1) . N NaOH . BM NaOH

Bilangan asam = ------------------------------------------

Berat minyak (g)

3. Uji Kelarutan Minyak/Lemak

Siapkan 5 buah tabung reaksi, berturut-turut diisi denga 1 ml eter, heksana, air, alkohol dan larutan Na2CO3 1%. Kemudian ke dalam tabung tersebut tambahkab 1 tetes minyak/lemak ikan. Tutup mulut tabung dengan ibu jari dan kocoklah selama 1 menit, selanjutnya biarkan selama 5 menit. Amati perubahan pada masing-masing tabung !

Pertanyaan :

1. Sebutkan dan gambarkan struktur kimia asam lemak jenuh dan tidak jenuh !

2. Bagaimanakah cara penamaan asam lemak tidak jenuh ?

3. Berikan contoh dan struktur asam lemak omega3, omega6 dan omega9

4. Tuliskan reaksi antara minyak/lemak dengan KOH !

ACARA IIIEKSTRAKSI LIPID

Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul. Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena.[4] Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori:[5] asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).

Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol.[6] Meskipun manusia dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan.

Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.Soxhlet merupakan alat yang terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, still pot (wadah penyuling) bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out. Soxhlet biasa digunakan dalam pengekstrasian emak pada suatu bahan makanan. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas (Harper 1979).Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Penetapan kadar lemak dengan metode soxhlet ini dilakukan dengan cara mengeluarkan lemak dari bahan dengan pelarut anhydrous. Pelarut anhydrous merupakan pelarut yang benar-benar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut hexana (Darmasih 1997).Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang dan kemudian dibungkus dengan kertas saring atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel), di atas sample ditutup dengan kapas. Kertas saring ini berfungsi untuk menjaga tidak tercampurnya bahan dengan pelarut lemak secara langsung. Pelarut dan bahan tidak dibiarkan tercampur secara langsung agar bahan-bahan lain seperti fosfolipid, sterol,asam lemak bebas,pigmen karotenoid, klorofil dan lain-lain tidak ikut terekstrak sebagai lemak. Hal ini dilakukan agar hasil akhir dari penentuan kadar lemak ini lebih akurat. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan pelarut anhydrous (Lucas 1949).Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Alat ekstraksi soxhlet disambungkan dengan labu lemak yang telah diisi pelarut lemak dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan. Penentuan kadar lemak pada bahan tersebut dilakukan selama beberapa jam tergantung dari jumlah emak yang terkandung dalam bahan. Semakin banyak kadungan lemak yang terdapat pada bahan, semakin lama proses ekstraksi lemak dilakukan (Darmasih 1997).Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan (Darmasih 1997).Tujuan :

Menentukan kadar lipid dalam daging ikan/kerang

Alat :

1. Alat Soxhlet lengkap

2. Seperangkat alat destilasi

3. Neraca

4. Erlenmeyer

5. Pipet tetes

6. Pipet ukur

7. Labu ukur

8. Gelas ukur

9. Beker gelas

Bahan :

1. Ikan kering

2. n-heksana

3. Kertas saring

Cara Kerja :

1. Cuci ikan sampai bersih, buang bagian kepala, ekor, sisik dan organ dalam

2. Iris daging ikan menjadi kecil-kecil atau di blender sampai lembut3. Siapkan kertas saring, gulung menjadi seperti silinder sedemikian sehingga dapat dimasukkan ke dalam soxhlet, masukkan kapas pada bagian bawah kertas saring4. Ambil 20 gram daging ikan yg telah dilembutkan, masukkan ke dalam kertas saring yang telah disiapkan5. Siapkan labu alas bulat, isi dengan n-heksana 300 ml, masukkan batu didih

6. Rangkai alat Soxhlet seperti gambar/menurut petunjuk asisten7. Alirkan air pendingin Soxhlet, inlet pada bagian bawah8. Panaskan sampai mendidih, lakukan ekstraksi selama 1 jam9. Setelah selesai, pisahkan lemak dari pelarut dengan cara destilasi

10. Hitung kadar lemak

Pertanyaan

1. Apakah yang dimaksud dengan ekstraksi

2. Sebutkan jenis-jenis ekstraksi

3. Mengapa n-heksana digunakan sebagai pelarut?

4. Apakah kelebihan dan kekurangan ekstraksi Soxhlet dibandingkan dengan maserasi?ACARA IVEKSTRAKSI CAIR-CAIR

Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia berdasarkan atas kelarutan suatu komponen dalam pelarut tertentu. Dalam ekstraksi cair-cair terjadi pemindahan zat terlarut/zarut/solut/ dari satu pelarut ke pelarut lain. Kedua pelarut (solven) harus tidak dapat bercampur dan membentuk 2 lapisan yang terpisah. Ekstraksi cair-cair banyak digunakan dalam bidang Kimia Hasil Alam (natural product) yaitu pengambilan komponen kimia dari suatu bahan alam (tumbuhan/ hewan). Pelarut organik yang banyak digunakan dalam ekstraksi cair-cair antara lain adalah heksana, eter, kloroform, dan etilasetat.

Zarut akan terdistribusi diantara kedua pelarut sehingga tercapai suatu keadaan kesetimbangan . Pada saat kesetimbangan ini banyaknya komponen pada kedua pelarut tidak berubah (konstan). Perbandingan antara jumlah komponen dalam kedua pelarut pada kesetimbangan disebut koefisien distribusi (koefisien partisi) (K) yang didefinisikan sebagai :

K = C1/C2, di mana :

C1 = Konst (g/ml) zarut dalam pelarut 1 (organic)

C2 = Konst (g/ml) zarut dalam pelarut 2 (anorganic)

Dalam ekstraksi cair-cair lebih baik menggunakan beberapa kali ekstraksi dengan jumlah pelarut yang sedikit daripada dengan cara 1 kali ekstraksi dengan jumlah pelarut yang banyak.

Salah satu alat yang biasa digunakan dalam ekstraksi cair-cair adalah corong pisah (separatory funnel). Caranya adalah dengan menambahkan pelarut organik ke dalam larutan berair kemudian dikocok, didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan, selanjutnya kedua lapisan pelarut dipisahkan dengan cara mengalirkan lapisan pelarut bagian bawah melalui keran.

Tujuan : Memisahkan komponen kimia berdasarkan kepolarannya

Alat :

1. Separatory funnel / corong pisah dengan statifnya 500 ml

2. Corong

3. Gelas ukur 25 mL

4. Pipet tetes

5. Erlenmeyer 250 mL

6. Beker gelas 500 mL

Bahan :

1. Metanol

2. Heksana / petroleum eter

3. Akuades

4. Daun mangrove segar / rumput laut

Cara kerja :

1. Rendamlah 25 g sampel (mangrove, seagrass, rumput laut) dalam 100 ml metanol selama 1 jam sambil sekali-sekali dikocok.

2. Saringlah campuran tersebut dan tampung filtratnya

3. Rendam kembali ampas sampel dengan metanol, disaring, filtratnya dicampur dengan larutan dari perendaman pertama

4. Masukkan 50 ml larutan tersebut ke dalam corong pisah

5. Tambahkan kepadanya 20 ml n-heksana kemudian kocoklah dengan hati-hati kurang lebih selama 5 menit (mintalah petunjuk dari asisten), selanjutnya diamkan sampai terbentuk 2 lapisan.

6. Alirkan lapisan bawah melalui keran sampai bersih

7. Tambahkan lagi 20 ml n-heksana ke dalam pelarut air lagi dan lakukan pemisahan kembali.

8. Uapkan pelarut sampai kering dari kedua fase dengan Evaporaotr Buchhi

9. Timbanglah berat masing-masing ekstrak dalam pelarut nonpolar (heksana) dan polar (metanol)

10. Amati sifat fisik dari tiap ekstrak yang diperolehPertanyaan :

1. Ekstraksi pelarut lebih baik dilakukan dengan cara diulang dengan pelarut yang sedikit daripada sekaligus dengan jumlah pelarut yang banyak. Jelaskan!KELOMPOK

KELAS A

Kelompok 1Kelompok 2Kelompok 3Kelompok 4

Rio AgungIka AyuningtyasKurnia AdiHaries Sukandar

Muhammad HafisAnisa UlmursidaMurrayaRangga Fachturohman

Fita MirawaTISukron AlfiDeska DwiIntan Lestari

Azhari MuhammadArief NaikoNovita FitrianingrumArdiati Widya

Fadli JakaMuhamad FajriEsti EstuningtyasVictoria Ratna

Aldico SatriaMuhammad TeguhRetno DamayantiIvan Riza M

M Faisal JKepak Mega SArdiani WidyaDaniel Valdano

Eduard M TielmanTasha IaryMuhamad RahadianM Ridwan

Denanda ChristinaM Adi SaputroM Fikri HudiDodi Rachman

Luthfianna FatmaPrastyo AbiRia Yulianti SAgus Rachman

M SyahrialMiftah KhudinAnindya PutriDuastarini Purba

Ghea Ken JGiovanny Eveline

KELAS B

KELOMPOK 1KELOMPOK 2KELOMPOK 3KELOMPOK 4

RR. Dyah ArtatiGanang WibisonoSarina ArifianiReza Hidayat

Tria Nidya PFikri RamadhanWahyu BagioDadang Farista

Ibnu WardaniCintya PramesthiThomas SasmoyoSoca Hardiyanto

Imam MishbachReza AuliaSiti NurhayatiEga Hagita

Dimas J MBramantyo DhuhaAchmad AgustianNurul Maulida

Haryo FarrasJibriel Firman SSurya RhayatiAditya Dwi

Nita PuspitaWoro WinarahShinta Wahyu JJulian Aditya

Ammarizal azmieTaridaM SyaifudienRizky Aulia

Humairah ArifiaDinuarca EndraAdi LaksonoBima Agung

Dea SasanggaNur CahyoArgina DewiDyah Wijaya

Septhy KusumaNoer Chozin HJohannes RiterMuhammad Irfan

Rafika PuspitaKiki Amalia RCherenny AgmeliaGita Lestari

Dinda RizkyFaishal Widiafutra

PAGE 13