biokim protein
DESCRIPTION
Biokim ProteinBiokim ProteinBiokim ProteinBiokim ProteinBiokim ProteinBiokim ProteinBiokim ProteinBiokim ProteinBiokim ProteinBiokim ProteinBiokim ProteinTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ANALISIS BIOMOLEKUL ASAM AMINO, PEPTIDA DAN PROTEIN
Kelompok D-4
Christentia Steffany 110114038
Vanesa Jesslyn 110114015
Putu Agus Andika Putra 110114511
Winda Febriandani 110114461
Agnes Siyanto 110114082
Tiffanny Putri Wijaya 110114064
Ni Wayan Desi Erayanti 110114501
Fakultas Farmasi
Universitas Surabaya
2014-2015
TUJUAN PERCOBAAN
1.1. Tujuan Umum
Tujuan umum untuk analisis atau identifikasi protein. Tujuan khusus sesuai masing-
masing uji.
1.2. Tujuan Khusus
1.2.1. Uji Biuret
Tujuan uji ini adalah untuk memperlihatkan bahwa protein mempunyai ikatan
peptida yang bereaksi positif dengan uji biuret. Reaksi ini tidak terjadi pada
makromolekul lain.
1.2.2. Uji Millon
Tujuan uji ini adalah untuk mengidentifikasi asam amino yang mengandung
monohidroksi benzen.
1.2.3. Uji Xantoprotein
Tujuan uji ini adalah untuk mengidentifikasi asam amino tirosin, triptofan atau
fenilalanin.
1.2.4. Uji Heller
Tujuan uji ini adalah untuk menentukan adanya protein secara kualitatif.
1.2.5. Uji Koagulasi Panas
Tujuan uji ini adalah untuk menentukan adanya protein secara kualitatif.
1.2.6. Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat
Tujuan uji ini adalah mengetahui pengaruh logam berat terhadap kelarutan
protein.
1.2.7. Uji Pengendapan Protein oleh Garam-garam Anorganik
Tujuan uji ini adalah mengetahui pengaruh garam konsentrasi tinggi terhadap
kelaruitan protein.
HASIL PERCOBAAN
Reaksi Uji
Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji
Biu
ret Putih telur putih lembayung ungu Putih telur +
Susu putih susu lembayung ungu (muda) Susu +
Gelatin putih lembayung ungu (muda) Gelatin +
Air liur putih lembayung ungu Air liur +
Uji
Mil
lon Putih telur ada endapan pink Putih telur +
Susu ada endapan pink Susu +
Gelatin tidak ada endapan tidak berwarna Gelatin -
Air liur ada endapan tidak berwarna Air liur -
Uji
X
anto
prot
ein Putih telur
Ada endapan + NaOH 10% terdapat filtrat putih dan kuning
Air liur +
Gelatin Tidak ada endapan + NaOH 10% tidak berwarna
Gelatin -
Susu Ada endapan putih +NaOH 10% terdapat filtrat kuning
Susu +
Uji
Hel
ler
Air liur encer
Bagian atas presipitasi putihBagian tengah = kuning orange
Air liur encer +
Susu Bagian atas presipitasi putihBagian tengah = kuning
Susu +
Putih telur Bagian atas presipitasi putih Putih telur +
Uji
Koa
gula
si
Pan
as
GelatinSetelah dipanaskan = tidak ada endapan putihSetelah diteteskan = tidak berwarna
Gelatin -
SusuSetelah dipanaskan = ada endapan putihSetelah diteteskan = lebih keruh
Susu +
Putih TelurSetelah dipanaskan = ada endapan putihSetelah diteteskan = lebih keruh
putih telor +
Uji
P
eng Gelatin Pb Filtrat = merah muda keruh
Endapan = putih +
+
enda
pan
Pro
tein
den
gan
Log
am B
erat
CuFilrat = merah muda pudarEndapan = tidak ada endapan
+-
SusuPb
Filrat = putih kentalEndapan = putih
++
CuFilrat = putih cairEndapan = endapan putih
++
Putih TelurPb
Filrat = putih keruh dan cairEndapan = putih
++
CuFilrat = kuning mudaEndapan = ada sedikit endapan putih
++
Keterangan:
Reaksi Uji Biuret
(+) = Mengandung ikatan peptida
(-) = Tidak mengandung ikatan peptida
Reaksi Uji Millon
(+) = Mengandung Monohidroksibenzen
(-) = Tidak mengandung Monohidroksibenzen
Reaksi Uji Xantoprotein
(+) = Termasuk asam amino, tirosin, triptofan, dan fenilalanin
(-) = Bukan merupakan asam amino, tirosin, triptofan, dan fenilalanin.
Reaksi Uji Heller
(+) = Mengandung protein
(-) = Tidak mengandung protein
Reaksi Uji Koagulasi Panas
(+) = Mengandung protein
(-) = Tidak mengandung protein
Reaksi Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat
(+) = Protein larut
(-) = Protein tidak larut
PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein. Indikator postif ditandai dengan adanya warna lembayung atau ungu.
Warna ungu yang terjadi merupakan warna yang ditunjukkan oleh kompleks biuret. Hal ini terjadi karena pereaksi biuret mengandung ion Cu2+ dan pada suasana basa dapat bereaksi dengan polipeptida atau ikatan peptida dari protein membentuk senyawa kompleks biuret yang berwarna ungu. Reaksi ini akan menghasilkan hasil yang positif apabila direaksikan dengan protein namun negatif terhadap asam amino bebas atau dipeptida.
Pada hasil pengujian, yang menunjukkan hasil positif yaitu susu, putih telur, gelatin dan air liur sehingga bisa disimpulkan bahwa semua sampel mengandung protein. Hasil ini sesuai dengan dasar teori dimana putih telur, susu, dan gelatin mengandung protein, demikian pula dengan air liur.
Gambar 5. 1 Reaksi Pembentukan Biuret
Gambar 5.2 Reaksi Pembentukan Warna Uji Buiret
4.2. Pembahasan Uji Millon
Uji milon digunakan untuk mengidentifikasi asam amino yang mengandung
monohidroksi benzen (tirosin)
Indikator positif ditandai dengan adanya perubahan warna endapan menjadi merah
muda. Hal ini dapat terjadi karena protein yang mengandung asam amino tirosin akan
bereaksi dengan reagen Millon sehingga terbentuk endapan yang apabila diikuti dengan
pemanasan akan menghasilkan kompleks senyawa berwarna merah muda. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksifenil yang berwarna merah muda. Sehingga protein yang mengandung asam
amino tirosin dan fenilalanin akan memberikan hasil positif.
Dalam percobaan ini sampel yang memberikan hasil positif adalah susu dan ptuih
telur, sehingga disimpulkan bahwa susu dan putih telur mengandung tirosin atau
monohidroksi benzen. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyebutkankan bahwa
terdapat kandungan tirosin pada susu.
Gambar 5.3 Reaksi Positif Uji Millon
4.3. Pembahasan Uji Xantoprotein
Uji ini digunakan untuk membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau
fenilalanin dalam protein.
Hasil positif ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning hingga jingga. Hal ini
dapat terjadi karena asam amino pada protein yang mengandung cincin benzena yakni
tirosin, triptofan, dan fenilalanin dapat dinitrasi. Dalam pengujian ini cincin benzena
tersebut akan bereaksi dengan asam nitrat membentuk suatu endapan putih yang apabila
dipanaskan akan berubah menjadi warna kuning,dalam suasana basa senyawa tersebut
akan terionisasi dan berubaha warna menjadi jingga. Dalam percobaan ini yang
menunjukkan hasil positif adalah susu dan putih telur yaitu ditandai dengan adanya
warna kuning atau jingga, maka keduanya disimpulkan mengandung asam tirosin,
triptofan, atau fenilalanin. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyebutkan bahwa
susu mengandung triptofan sedangkan pada putih telur terdapat kandungan hampir
semua jenis asam essensial.
Gambar 5.4 Reaksi Positif Uji Xantoprotein
4.4. Pembahasan Uji Heller
Uji digunakan untuk menentukan adanya protein secara kualitatif. Protein yang ada
dapat diidentifikasi dengan adanya presipitasi putih. Presipitasi ini timbul karena adanya
denaturasi protein akibat penambahan asam kuat (Asam nitrat kuat). Protein akan
mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai pH isoelektris yaitu pH dimana
protein memiliki muatan positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein
mengalami denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya gumpalan.
Asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik.
Sebuah tipe reaksi penggantian dobel terjadi sewaktu ion positif dan negatif di dalam
garam berganti pasangan dengan ion positif dan negatif yang berasal dari asam atau basa
yang ditambahkan.
Semua sampel menunjukkan hasil yang positif terhadap reaksi ini maka susu, putih,
telur secara kualitatif mengandung protein. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang
menyebutkan bahwa masing-masing sampel di atas memang mengandung protein.
Gambar 5.5 Denaturasi Protein
4.5. Pembahasan Uji Koagulasi Panas
Uji digunakan untuk menentukan adanya protein secara kualitatif.
Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Koagulasi merupakan
proses lanjutan yang terjadi ketika molekul protein yang didenaturasi membentuk suatu
massa yang solid. Denaturasi akibat panas menyebabkan molekul-molekul yang
menyusun protein bergerak dengan sangat cepat. sehingga sifat protein yaitu hidrofobik
menjadi terbuka. Akibatnya, semakin panas, molekul akan bergerak semakin cepat dan
memutus ikatan hidrogen didalamnya.
Dalam peristiwa koagulasi cairan (sol) diubah menjadi padat atau setengah padat (gel)
dengan proses air yang keluar dari struktur membentuk spiral-spiral yang membuka dan
melekat satu sama lain. Koagulasi ini terjadi selama rentang waktu temperatur yang lama
dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya seperti panas,
pengocokan, pH, dan juga menggunakan gula dan garam. Hasil dari proses koagulasi
protein biasanya mampu membentuk karakteristik yang diinginkan yaitu mengental.
Dalam percobaan, yang menunjukkan hasil positif adalah susu dan putih telur,
sehingga disimpulkan bahwa kedua jenis bahan tersebut mengandung protein. Hal ini
sesuai dengan dasar teori yang menyebutkan bahwa protein maupun telur mengandung
protein. Namun terjadi perbedaan antara teori dengan hasil praktikum yang
menggunakan sampel gelatin, dimana seharusnya gelatin mengandung protein namun
pada uji kami tidak menghasilkan hasil yang postif. Dimungkinkan terjadi kesalahan
pada saat praktikum, dimana hasil endapan yang seharusnya terjadi mungkin tidak
teramati oleh praktikan karena jumlahnya yang terlalu sedikit.
4.6. Pembahasan Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh logam berat terhadap kelarutan protein.
Pengendapan protein dengan logam berat dapat terjadi akibat ion-ion logam berat
bereaksi dengan protein-protein yang bermuatan negatif sehingga menyebabkan
terjadinya koagulasi atau penggumpalan. Senyawa logam tersebut akan memutuskan
jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Ion-
ion logam positif akan bereaksi dengan ion-ion negatif dari protein, protein bermuatan
negatif apabila pH larutan di atas titik isoelektrik protein.
Seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang
mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan
membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif.
Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga
tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara
kedua elektroda tersebut. Pada pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif,
sedangkan di bawah titik isolistrik, protein bermuatan positif.
Garam logam berat seperti Ag, Pb, dan Hg akan membentuk endapan logam proteinat.
Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan memutuskan jembatan garam, sehingga
protein mengalami denaturasi. Secara bersama gugus –COOH dan gugus –NH2 yang
terdapat dalam protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan membentuk senyawa
kelat. Ion-ion tersebut adalah Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, Co2+, Mn2+ dan
Pb2+. Selain gugus –COOH dan gugus –NH2, gugus –R pada molekul asam amino
tertentu dapat pula mengadakan reaksi dengan ion atau senyawa lain. titik isolektrik
kasein susu= 4,65 dan titik protein albumin putih telur= 4,55-4,59, gelatin 5-9
Dalam percobaan ini digunakan dua macam logam berat yaitu Timbal asetat dan
tembaga sulfat dan sampel yang digunakan adalah susu, putih telur, dan gelatin. Pada
reaksi yang menggunakan Pb Asetat, yang menghasilkan endapan adalah putih telur dan
gelatin sedangkan pada susu tidak terbentuk endapan. Hal ini dapat terjadi karena putih
telur dan gelatin bermuatan negatif sehingga akan bergabung dengan ion positif logam
berat yaitu Pb2+ membentuk endapan. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang ada.
Namun pada susu tidak terbentuk endapan hal ini dapat bertentangan dengan dasar
teori, dimana seharusnya susu juga bermuatan negatif sehingga akan berikatan positif
dengan ion positif logam berat. Ketisaksesuaian bisa disebabkan karena pengamatan
yang kurang teliti terhadap ada tidaknya endapan susu, sebab susu berwarna putih mirip
dengan warna endapan sehingga butuh ketelitian mata dalam pengamatan.
Reaksi yang kedua dengan menggunakan temabaga sulfat. Yang mengalami
pengendapan adalah susu dan putih telur. Kasein dalam susu dan putih telur bermuatan
negatif sehingga akan membentuk endapan ketika berikatan dengan ion Cu2+. Namun
pada gelatin tidak tebentuk endapan hal ini dapat dikarenakan konsentrasi gelatin yang
kurang pekat sehingga endapan yang terbentuk sangat sedikit sehingga sukar diamati.
Gambar 5.6 Reaksi dengan Logam Berat
4.7. Pembahasan Uji Pengendapan Protein dengan Garam-garam Anorganik
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui pengaruh garam konsentrasi tinggi
terhadap kelarutan protein.
Pengendapan karena penambahan ammonium sulfat pekat menyebabkan terjadinya
dehidrasi protein (kehilangan air) sehingga protein yang mempunyai kelarutan yang
rendah akan mengendap.
Proses pengendapan protein sering dilakukan dengan penambahan garam
amoniumsulfat atau NaCl pada larutan dengan pengaturan pH pada titik isoelektriknya.
Pengendapan dapat juga dilakukan dengan penambahan aseton atau alkohol dalam
jumlah tertentu. Penambahan-penambahan ini dimaksudkan untuk menurunkan
kelarutan protein hingga pada titik isoelektrik kelarutan protein paling kecil, sehingga
mudah dapat diendapkan dengan baik.
Pada percobaan yang kami lakukan setelah ketiga bahan uji ditetesi larutan
ammonium sulfat, terjadi pengendapan pada putih telur dan susu sedangkan pada gelatin
tidak. Pengendapan dikarenakan penambahan ammonium sulfat pekat dapat
menyebabkan terjadinya dehidrasi protein (kehilangan air). Akibat proses dehidrasi ini
molekul protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akibatnya akan mudah
mengendap, jadi proteinnya telah mengendap di endapan. Namun pada gelatin tidak
terbentuk endapan hal ini dpaat dikarenakan terbentuknya endapan yang sangat sedikit
sekali sehingga sukar untuk diamati. Larutan yang ada kemudian disaring untuk
memisahkan antara endapan dan filtrat kemudian masing-masing dilakukan uji biuret
untuk menentukan ada tidaknya protein.
Ternyata pada filtrat dan endapan susu dan putih telur positif mengandung protein
sebagaimana yang telah disebutkan dalam dasar teori bahwa susu dan putih telur
mengandung protein. Sedangkan pada gelatin tidak ada endapan sehingga semua larutan
(filtrat) yang dilakukan pengujian hasilnya menunjukkan warna biru yang menandakan
bahwa sedikit terdapat kandungan protein.
Uji Lowry
Data Pengukuran Absorbansi Standar Protein
No Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi1 5 0.0132 40 0.0313 80 0.0734 120 0.1205 160 0.1626 200 0.190
Perhitungan Kadar Protein Sampel:
y=a+bx
a=∑ y−b . ∑ xn
=0,589−9,6496. 104 .6056
=8,659. 10−4
b=n .∑ x . y−∑ x.∑ y
n ∑x2− (∑ x )2=685,465−605.0,589
6,88025−(605 )2=156,445
162125=9,649.10−4
y=a+bx
0,058=8,659. 10−4+9,649.10−4 . x
0,058−8,659. 10−4=¿ 9,649. 10−4 . x
x= 0,0571341
0,649.10−4=59,21245 µg/ml
Kasus :
Seorang teman dari fakultas lain mengajak anda berdiskusi mengenai rencananya
untuk menurunkan berat badan dengan cara diet vegetarian yang terdiri dari banyak sayuran
tanpa daging, telur dan susu. Selain itu dia juga akan melakukan olahraga teratur. Bagaimana
menurut anda rencana diet tersebut? Apakah semua kebutuhan nutrisi terutama asam amino
untuk sintesis protein dalam tubuh terpenuhi ?
Jawab :
Rencana diet tersebut tidak tepat dan tidak dianjurkan untuk dilakukan karena daging,
telur dan susu merupakan sumber protein hewani yang sangat diperlukan tubuh untuk :
1.Pertumbuhan sel tubuh
2.Pembentukan sel darah merah
3.Pembentukan sistem kekebalan sebagai antibodi
4.Sistem kendali hormon
Diet protein hewani tersebut dapat mengganggu sistem fisiologi dan metabolisme
tubuh manusia, sedangkan olahraga teratur membutuhkan lebih banyak asupan protein untuk
memperbaiki sel tubuh yang rusak. Maka, dapat disimpulkan diet tersebut berbahaya bagi
kesehatan.
KESIMPULAN
6.1 Uji Biuret
Susu, putih telur, gelatin, air liur mengandung ikatan peptida.
6.2 Uji Millon
Pada susu dan putih telur terdapat asam amino yang mengandung monohidroksi
benzen.
6.3 Uji Xantoprotein
Susu dan putih telur mengandung asam amino tirosin, tritofan, dan fenilalanin.
6.4 Uji Heller
Susu, putih telur, air liur mengandung protein
6.5 Uji Koagulasi Panas
Susu, putih telur, gelatin mengandung protein.
6.6 Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat
Reaksi antara logam berat dan protein bermuatan negatif akan menghasilkan endapan.
6.7 Pengendapan Protein oleh Garam Anorganik
Pengaruh garam konsentrasi tinggi terhadap kelarutan protein adalah kelarutan protein
semakin berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit buku Kedokteran EGC Jakarta
LAMPIRAN
SUSU GELATIN PUTIH TELUR
Uji Biuret Uji Millon
Uji Xantoprotein Uji Koagulasi Panas
Uji Pengendapan Protein dengan Garam Anorganik
Uji Heller Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat
Uji Biuret
SUSUPUTIH TELUR
GELATIN
Filtrat
Endapan
Uji Millon
GELATIN
PUTIH TELUR
SUSU