landasan teori dan pengembangan hipotesis ii.1 …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00517-ak...

26
10 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Auditing Pada umumnya audit merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap suatu kesatuan ekonomi yang dilakukan seseorang atau kelompok yang independen dan bertujuan untuk mengevaluasi atau mengukur lembaga/perusahaan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan kriteria yang telah ditentukan, untuk kemudian mengkomunikasikan- nya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. II.1.1 Pengertian Auditing Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria yang digunakan serta mampu menetukan sejumlah bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Auditor harus objektif dan mempunyai sikap mental independen. Menurut Mulyadi (2009:9) definisi Auditing secara umum adalah: “Suatu proses sitematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegitan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta penyampaian hasil- hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”. Menurut Arens (2007) definisi auditing adalah: “Proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai suatu informasi untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriterianya. Auditing hendaknya dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.”

Upload: dinhthuy

Post on 19-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

II.1 Auditing

Pada umumnya audit merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap suatu kesatuan

ekonomi yang dilakukan seseorang atau kelompok yang independen dan bertujuan untuk

mengevaluasi atau mengukur lembaga/perusahaan dalam melaksanakan tugas atau

pekerjaan dengan kriteria yang telah ditentukan, untuk kemudian mengkomunikasikan-

nya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

II.1.1 Pengertian Auditing

Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria yang

digunakan serta mampu menetukan sejumlah bahan bukti yang diperlukan untuk

mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Auditor harus objektif dan mempunyai

sikap mental independen. Menurut Mulyadi (2009:9) definisi Auditing secara umum

adalah:

“Suatu proses sitematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegitan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.

Menurut Arens (2007) definisi auditing adalah:

“Proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai suatu informasi untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriterianya. Auditing hendaknya dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.”

Page 2: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

11

Jadi Sekalipun auditor seorang ahli, tetapi apabila dia tidak mempunyai sikap

independen dalam pengumpulan informasi, maka informasi yang digunakan untuk

mengambil keputusan dianggap bias.

II.1.2 Tujuan audit

Menurut Abdul Halim (2008:147) tujuan audit adalah sebagai berikut :“Untuk

menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan

dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap aktivitas audit yang

dilakukan selalu memiliki tuj[uan audit. Hal itu dilakukan untuk mengetahui target yang

harus dicapai oleh auditor dalam menjalankan tugasnya. Target tersebut dapat dikatakan

sukses apabila semua tujuan yang diarahkan berjalan dengan baik dan sesuai prosedur

yang berlaku.

Tujuan audit adalah hasil yang hendak dicapai dari suatu audit. Tujuan audit

mempengaruhi jenis audit yang dilakukan. Secara umum audit dilakukan untuk

menentukan apakah:

1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan serta

telah disusun sesuai dengan standar yang mengaturnya;

2. Risiko yang dihadapi organisasi telah di identifikasi dan diminimalisasi;

3. Peraturan eksrern serta kebijakan dan prosedur intern telah dipenuhi;

4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;

5. Sumber daya telah digunakan secara efesien dan diperoleh secara

ekonomis.

Page 3: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

12

II.1.3 Jenis auditor

Menurut Mulyadi (2002:28) orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Auditor Eksternal / Akuntan Publik / Auditor Independen

Auditor yang melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang

diterbitkan oleh perusahaan. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui

suatu Kantor Akuntan Publik. Auditor Independen adalah auditor professional

yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang

audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama

ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan

seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah.

2. Auditor Pemerintah

Auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi

pemerintah. Auditor Pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di

instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau

entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada

pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi

pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor

yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak.

Page 4: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

13

3. Auditor Internal

Auditor yng bekerja pada suatu perusahaan dan berstatus sebagai pegawai

perusahaan tersebut bertugas membantu manajemen perusahaan tempat dimana

ia bekerja. Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan

(perusahaan Negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah

menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen

puncak telah dipatuhi, menentukan efesiensi dan efektivitas prosedur kegiatan

organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai

bagian organisasi.

II.2 Standar Auditing

Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia, dalam

hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

1. Standar Umum.

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap

mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Page 5: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

14

2. Standar Pekerjaan Lapangan.

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus

disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat

diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat saat lingkup pengujian

yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai

untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3. Standar Pelaporan.

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak

konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan

periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut

dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,

kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan

secara keseluruhan atas suatu asersi.

Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses

untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajemen dan

Page 6: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

15

para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan

pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama

para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang

telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam

pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus

menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan

yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.

II.2.1 Kualitas Audit

Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan

melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang

lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil (Alim dkk., 2007).

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi

yang terdapat antara manajemen dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak

luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para penggguna laporan

keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada

laporan yang telah diaudit dan diberi opini oleh auditor. Hal ini berarti auditor

mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan.

Oleh karena itu, kualitas audit merupakan hal penting harus dipertahankan oleh para

auditor dalam proses pengauditan.

De angelo (1981) dalam Watkins (2004) mendefinisikan kualitas audit sebagai

kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam

Page 7: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

16

sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Sedangkan pelaporan

pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran

tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki oleh auditor

tersebut.

Dari pengertian tentang kualitas audit di atas, dapat diartikan bahwa auditor

dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan

pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen

perusahaan untuk dapat menjalankan kewajibannya. Untuk dapat memenuhi kualitas

audit yang baik maka auditor menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus

berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi dan standar akuntansi keuangan

yang berlaku di Indonesia.

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus

memegang prinsip-prinsip profesi. ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik

yaitu :

1. Tanggung jawab profesi

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam

semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan

komitmen atas profesionalisme.

Page 8: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

17

3. Integritas.

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan

intregitas setinggi mungkin.

4. Objektivitas.

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan

kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan Hati-hati,

kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

pengetahuan dan keterampilan profesional.

6. Kerahasiaan.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan

informasi tersebut tanpa persetujuan.

7. Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang

baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8. Standar Teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis

dan standar profesional yang relevan.

II.2.2 Pengalaman Kerja Auditor

Penelitian Herliansyah dkk. (2006) menyatakan bahwa secara spesifik

pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu

Page 9: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

18

pekerjaan atau tugas (job). Asih (2006) mengatakan bahwa pengalaman merupakan

suatu pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari

pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai proses yang

membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Asih (2006) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki

pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal

diantaranya: mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan, serta mencari penyebab

munculnya kesalahan.

II.2.3 Independensi Auditor

Independensi auditor merupakan suatu hal penting yang sudah sejak lama

menjadi pembicaraan baik di kalangan praktisi, pembuat kebijakan ataupun para

akademisi. Hal ini dikarenakan pendapat yang diberikan oleh auditor berkaitan dengan

kepentingan banyak pihak. Namun demikian pendapat yang diberikan oleh auditor

terhadap laporan keuangan suatu perusahaan tidak akan mempunyai nilai apabila auditor

tersebut dianggap tidak memiliki independensi oleh para pengguna laporan keuangan.

Antle (1984) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan independensi sebagai

suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa

sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti

yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip

profesionalnya.

Penelitian Muliani (2010) menguji pengaruh Independensi, Pengalaman, Due

Profesional care dan Akuntanbilitas terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini yaitu

Page 10: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

19

bahwa terdapat pengaruh pengalaman kerja dan independensi terhadap kualitas audit.

Menurut Donald dan William (1982) dalam Harhinto (2004) independensi auditor

mencakup dua aspek, yaitu:

a. Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran dalam diri akuntan

dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif,

tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan

pendapatnya.

b. Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa auditor

independen bertindak bebas atau independen, sehingga auditor harus

menghindari keadaan atau faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat

meragukan kebebasannya.

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing

yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam

semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus

dipertahankan oleh auditor. Keberadaan akuntan publik sebagai suatu profesi tidak dapat

dipisahkan dari karakteristik independensinya. Akuntan publik selalu dianggap orang

yang harus independen.

Tanpa adanya independensi, akuntan publik tidak berarti apa-apa. Masyarakat

tidak percaya akan hasil auditan akuntan publik sehingga masyarakat tidak akan

meminta jasa pengauditan dari akuntan publik. Masyarakat akan meminta pihak lain

yang dianggap independen untuk menggantikan fungsi akuntan publik. Atau dengan kata

lain, keberadaan akuntan publik ditentukan oleh independensinya. Keeratan hubungan

Page 11: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

20

akuntan publik dengan independensi ini dapat ditinjau dari posisi penting kata

independensi dalam berbagai literatur pengauditan. Dalam beberapa definisi pengauditan

yang dikemukakan oleh pakar pengauditan terkandung makna independensi, baik secara

tersurat maupun tersirat.

Menurut standar profesional akuntan publik, dalam menjalankan tugasnya

anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam

memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan

Publik yang di tetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi

independen dalam fakta (in facts) maupun dalam penampilan (in appearance).

Independen adalah bebas dan tidak di pengaruhi siapa pun.

Dari berbagai pendapat mengenai independensi diatas, terdapat satu kesepakatan

bahwa independensi merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh auditor. Terdapat

berbagai jenis independensi, tetapi dapat disimpulkan bahwa independensi yang dapat

dinilai hanyalah independensi yang kelihatan. Dan penilaian terhadap independensi yang

kelihatan ini selalu berkaitan dengan hubungan yang dapat dilihat serta diamati antara

auditor dan kliennya.

II.2.3.1 Pentingnya Independensi Auditor

Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan

pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakan

kepercayaan atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.

Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor sangat penting bagi

perkembangan profesi akuntan publik.

Page 12: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

21

Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa sikap

independensi auditor ternyata berkurang. Untuk diakui oleh pihak lain sebagai orang

yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya apakah itu

manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Sebagai contoh seorang auditor yang

mengaudit perusahaan dan ia juga menjabat sebagai direktur perusahaan tersebut

meskipun ia telah melakukan keahliannya dengan jujur, namun sulit untuk

mengharapkan masyarakat mempercayainya sebagai seorang yang independen.

Masyarakat akan menduga bahwa kesimpulan dan langkah yang diambil oleh auditor

independen selama auditnya dipengaruhi oleh kedudukan sebagai anggota direksi.

Demikian juga halnya, seorang auditor yang mempunyai kepentingan keuangan

yang cukup besar dalam perusahaan yang di auditnya, mungkin ia benar-benar tidak

memihak dalam menyatakan pendapatnya atas laporang keuangan tersebut. Namun

bagaimanapun juga masyarakat tidak akan percaya, bahwa ia bersikap jujur dan tidak

memihak. Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa

ia independen, namun ia harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan

pihak luar meragukan sikap independennya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi sangat penting bagi

profesi akuntan publik (auditor):

a. Merupakan dasar bagi auditor (akuntan publik) untuk merumuskan dan

menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa. Apabila akuntan

publik tetap memelihara independensi selama melaksanakan pemeriksaan,

Page 13: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

22

maka laporan keuangan yang telah diperiksa tersebut akan menambah

kredibilitasnya dan dapat di andalkan bagi pihak yang berkepentingan.

b. Kerena profesi auditor merupakan profesi yang memegang kepercayaan

masyarakat, kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa

independensi auditor ternyata berkurang dalam menilai kewajaran laporan

keuangan yang disajikan manajemen.

II.2.4 Objektivitas Auditor

Merupakan suatu kualitas yang memberikan nilai atau jasa yang diberikan

anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur

secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau di

bawah pengaruh pihak lain. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi

integritas pekerjaannya dan memelihara objektivitas.

Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan obyektifitas sebagai bebasnya

seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain yangberkepentingan,

sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya.Unsur perilaku yang dapat

menunjang obyektifitas antara lain :

1. Dapat diandalkan dan dipercaya,

2. Tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau pekerjaan-

pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang diperiksa,

3. Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain,

4. Dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi,

serta

Page 14: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

23

5. Dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang

logis.

II.2.5 Integritas Auditor

Yaitu suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan

patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan

seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung

jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun

kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal

(Pusdiklatwas BPKP, 2005). Integritas mengharuskan seorang anggota untuk antara lain

bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.

Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas

dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Auditor yang

mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan

permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya.

II.2.6 Kompetensi Auditor

Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP) menyebutkan bahwa audit

harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis

yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam

SPAP) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,

auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama.

Page 15: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

24

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor

adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit

dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.

Dalam Kamus Besar Indonesia, kompetensi diartikan sebagai kewenangan

(kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Sehingga dapat disimpulkan

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan

dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-

rutin.

II.2.6.1 Pengetahuan

SPAP tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit,

auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup. Pengetahuan

diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor

akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang

digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain

itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks.

Penelitian yang dilakukan Meinhard (1987) dalam Harhinto (2004) menemukan

bahwa auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pandangan yang lebih luas

mengenai beberapa hal. Auditor akan semakin mempunyai banyak pengetahuan

mengenai bidang yang digelutinya, sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara

lebih mendalam. Selain itu dengan ilmu pengetahuan yang cukup luas, auditor akan

lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks.

Page 16: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

25

Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya, setiap auditor

harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan

bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti

disyaratkan pada Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua)

fase yang terpisah:

1. Pencapaian Kompetensi Profesional

Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar

pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian

professional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus

menjadi pola pengembangan yang normal untuk auditor.

2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional

a. Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar

dan melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama

kehidupan profesional auditor.

b. Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukankesadaran untuk terus

mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya

pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik

nasional maupun internasional yang relevan.

c. Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk

memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional

yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

Page 17: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

26

II.2.6.2 Pengalaman

Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut

tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang

mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Kompetensi seorang auditor dapat diukur

melalui banyaknya ijazah atau sertifikat yang dimiliki serta banyaknya keikutsertaan

yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar. Semakin banyak sertifikat yang

dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar diharapkan auditor yang

bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya.

Penelitian yang dilakukan Hamilton dan Wright (1982) dalam Harhinto (2004)

menggunakan konsensus dan kestabilan keputusan sebagai salah satu bentuk kinerja

auditor. Tipe tugas evaluasi yang dilakukan auditor relatif sama dan berulang-ulang serta

keputusan yang diambil relatif sama atau stabil. Sehingga peningkatan kestabilan ini

akan berhubungan dengan peningkatan pengalaman. Audit menuntut keahlian dan

profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak di pengaruhi oleh pendidikan

formal tetapi banyak factor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman.

Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003) menemukan bahwa

auditor berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih

mampu member penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan

keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan

struktur dari system akuntansi yang mendasari.

Penelitian yang dilakukan Chou dan Trotman (1991) dalam Harhinto (2004)

menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan butir-butir

Page 18: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

27

yang tidak umum di banding auditor yang kurang berpengalaman. Tetapi untuk

menemukan butir-butir yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman

dan auditor yang kurang berpengalaman. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat

Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) yang melakukan pengujian mengenai efek

pengalaman terhadap kesuksesan pelaksanaan audit. Hasilnya menunjukkan bahwa

semakin berpengalaman auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan, semakin peka

dengan kesalahan yang tidak biasa dan semakin memahami hal-hal lain yang terkait

dengan kesalahan yang ditemukan.

Pemeriksaan atau audit harus dilaksanakan oleh seorang atau beberapa orang

akuntan publik yang memiliki keahlian dalam bidangnya dan telah menjalani latihan

teknis yang cukup. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang

selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik

harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai

mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum SPAP atau audit harus dilaksanakan

oleh seorang atau beberapa orang akuntan publik yang memiliki keahlian dalam

bidangnya dan telah menjalani latihan teknis yang cukup.

Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya

diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik harus

menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai mencakup

aspek teknis maupun pendidikan umum SPAP.

Page 19: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

28

Review Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian yang

digunakan. Tabel berikut ini menyajikan beberapa penelitian yang terkait dengan

penelitian yang akan dilaksanakan.

Tabel II. 1

Kajian Peneliti Terdahulu

No. Peneliti dan Tahun Judul Hasil penelitian 1 Ika Sukriah (2009) Pengaruh pengalaman kerja,

independensi, obyektivitas, integritas,dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Pengalaman kerja, obyektivitas, kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan independensi dan integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

2 Aji , Pandhit Seno (2009)

Faktor yang mempengaruhi kualitas audit ditinjau dari persepsi auditor atas independensi, pengalaman, dan akuntabilitas.

kualitas audit dipengaruhi oleh independensi, pengalaman,dan akuntabilitas.

3 M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari, Liliek Purwanti (2007)

Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi.

Kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

4 Taufiq Efendy (2010) Pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

Kompetensi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit sedangkan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

5 Teguh Harhinto (2004)

Pengaruh keahlian dan independensi terhadap kualitas audit( studi empiris pada KAP di jawa timur.

Keahlian dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Page 20: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

29

6 Nur Irawati (2011) Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit KAP di Makassar.

Kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

7 Mabruri, Winarna (2010)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah.

Objektivtas, pengalaman kerja, pengetahuan, dan integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit.

8 Elisha Muliani (2010) Pengaruh independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit

Independensi, akuntanbilitas, dan due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

9 Siti Nurmawar (2010) Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit.

Kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

10 Putri (2009) Pengaruh pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan independensi terhadap persepsi tentang kualitas audit oleh auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) di Jakarta barat.

Pendidikan, pelatihan, dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Page 21: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

30

II.3 Kerangka Pemikiran

Dalam menunjang kualitas audit yang baik, terdapat faktor-faktor pemicunya

yaitu diantaranya Pengalaman Kerja, independensi, objektivitas, integritas dan

kompetensi yang dimiliki oleh auditor. Keberhasilan dalam mengaudit laporan keuangan

tidak lepas dari faktor-faktor tersebut, sehingga auditor mendapatkan hasil yang baik

dalam menjalankan tugasnya. Pengalaman kerja merupakan suatu pembelajaran dan

pengetahuan yang dimiliki auditor. Independensi merupakan sikap auditor untuk tidak

mudah terpengaruh oleh salah satu pihak yang berkepentingan. Objektivitas yang

menunjukkan auditor tidak membela salah satu pihak. Integritas menguatkan

kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi pengandalan atas judgment mereka.

Kompetensi menerapkan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang diperlukan dalam

pelaksanaan layanan audit. Secara diagramatis, kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat

pada Gambar II.1 sebagai berikut:

II.4 Pengembangan Hipotesi

Gambar II.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Independensi (ID)

Kualitas Audit

(KA) Objektivitas (OB)

Integritas (IT)

Kompetensi Auditor (KP)

Pengalaman Kerja (PK)

Page 22: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

31

II.4 Pengembangan Hipotesis

II.4.1 Pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit

Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang

seorang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dari pada

seorang auditor yang baru memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang

berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik

dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini di karenakan

pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara

psikis.

Hasil penelitian Asih (2006) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu

proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari

pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses

yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Secara teknis, semakin banyak tugas yang dikerjakan, akan semakin mengasah

keahliannya dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan treatment atau perlakuan

khusus yang banyak dijumpai dalam pekerjaannya dan sangat bervariasi karakteristiknya

Aji (2009). Secara psikis, pengalaman akan membentuk pribadi seseorang, yaitu akan

membuat seseorang lebih bijaksana baik dalam berpikir maupun bertindak.

Jadi menurut Asih (2006), pengalaman merupakan hal sangat penting bagi

sebuah profesi yang membutuhkan profesionalisme yang sangat tinggi seperti akuntan

publik, karena pengalaman akan mempengaruhi kualitas pekerjaan seorang auditor.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dibangun adalah:

Page 23: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

32

Ha 1 : Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap kualitas audit

II.4.2 Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit

Standar Profesional Akuntan Publik menekankan betapa esensialnya kepentingan

publik yang harus dilindungi sifat independensi dan kejujuran seorang auditor dalam

berprofesi. Seluruh auditor harus independen terhadap klien ketika melaksanakan tugas.

Selain itu, auditor harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan

publik dalam melakukan pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab

profesionalnya, auditor mungkin menghadapi tekanan dan atau konflik dari objek yang

diperiksa, berbagai tingkat jabatan, dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi

independensi auditor. Dalam menghadapi tekanan atau konflik tersebut, auditor harus

profesional, berdasarkan fakta, dan tidak berpihak.

Alim dkk (2007) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit. Auditor harus mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan

dalam pengambilan keputusan audit, dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap

independen.

Auditor harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para

pengguna laporan hasil pemeriksaan. Oleh sebab itu, independensi diperlukan agar

auditor dapat mengemukakan pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari

hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak kepada pihak mana pun.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dibangun adalah:

Ha2 : Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit

Page 24: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

33

II.4.3 Objektivitas berpengaruh terhadap kualitas audit

Penelitian Wibowo (2006) menyebutkan auditor yang memiliki objektivitas yaitu

auditor yang dapat melakukan penilaian yang seimbang atas semua kondisi yang relevan

dan tidak terpengaruh oleh kepentingannya sendiri atau kepentingan orang lain dalam

membuat keputusannya. Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan semakin tinggi

objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas auditnya.

Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat

mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat

dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas

berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan (Sukriah dkk., 2009).

Standar umum dalam Standar Audit menyatakan bahwa dengan prinsip

objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak

mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas

auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Berdasarkan penjelasan

diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

Ha3 : Objektivitas berpengaruh terhadap kualitas audit

II.4.4 Intergritas berpengaruh terhadap kualitas audit

Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika

auditor memiliki integritas yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa

integritas berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor sebagai ujung tombak

Page 25: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

34

pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki

agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya.

Integritas merupakan kualitas yang menjadikan timbulnya kepercayaan

masyarakat dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua

keputusannya. Integritas mengharuskan auditor (akuntan publik), dalam segala hal, jujur

dan terus terang dalam batasan objek pemeriksaan. Pelayanan kepada masyarakat dan

kepercayaan dari masyarakat tidak dapat dikalahkan demi kepentingan dan keuntungan

pribadi. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha4 : Intergritas berpengaruh terhadap kualitas audit

II.4.5 Kompetensi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan

pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat

dan seksama. Penelitian Sukriah dkk. (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi

kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Kemudian

Ermayanti (2009) mengemukakan setiap auditor harus melaksanakan jasa

profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban

untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional.

Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan dan

kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit,

kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta

kemampuan dalam menganalisa permasalahan. Dengan memiliki kompetensi atau

Page 26: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00517-AK Bab2001.pdfHal itu dilakukan untuk mengetahui target yang harus dicapai oleh auditor dalam

35

keahlian dalam jasa profesionalnya, maka akan mempengaruhi kualitas audit yang

dikerjakannya. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dibangun adalah:

Ha5 : Kompetensi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit

II.4.6 Pengalaman kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, dan Kompetensi

Auditor secara simultan(bersama-sama)berpengaruh terhadap kualitas audit

Faktor yang berhubungan dengan kualitas audit seperti pengalaman kerja,

independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi auditor secara simultan

mempengaruhi kualitas audit secara signifikan. Artinya bahwa kelima variabel

independen tersebut secara bersama-sama dapat memberikan pengaruh yang cukup

terhadap kualitas audit secara keseluruhan di Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan

penjelasan diatas maka hipotesis yang dibangun adalah:

Ha6 : Pengalaman kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, dan

Kompetensi Auditor secara simultan(bersama-sama)berpengaruh

terhadap kualitas audit