bab 3 inti penelitian 3.1 gambaran umum perusahaan 3.1.1...

22
40 BAB 3 INTI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Profil Yayasan Puteri Indonesia (YPI) Gambar 3.1. Logo Yayasan Puteri Indonesia Sumber : YPI Yayasan Puteri Indonesia didirikan pada tanggal 18 Agustus 1992 oleh BRA Mooryati Soedibyo S.S., M.Hum presiden Direktur PT. Mustika ratu Tbk. Bekerja sama dengan Tanri Abeng, MBA Ketua Badan pengembangan Pariwisata Indonesia (BPPI), RM Suryosumarno, SH Kepala BPPI, Rudy Lengkong Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Ponco Sutowo Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). 3.1.2 Tujuan Yayasan Puteri Indonesia Tujuan Yayasan Puteri Indonesia adalah membentuk tokoh remaja puteri yang dapat menjadi panutan dan tauladan serta pendorong kemajuan wanita dalam

Upload: phungkhanh

Post on 11-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

40

BAB 3

INTI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

3.1.1 Profil Yayasan Puteri Indonesia (YPI)

Gambar 3.1. Logo Yayasan Puteri Indonesia

Sumber : YPI

Yayasan Puteri Indonesia didirikan pada tanggal 18 Agustus 1992 oleh

BRA Mooryati Soedibyo S.S., M.Hum – presiden Direktur PT. Mustika ratu Tbk.

Bekerja sama dengan Tanri Abeng, MBA – Ketua Badan pengembangan

Pariwisata Indonesia (BPPI), RM Suryosumarno, SH – Kepala BPPI, Rudy

Lengkong – Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Ponco

Sutowo – Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

3.1.2 Tujuan Yayasan Puteri Indonesia

Tujuan Yayasan Puteri Indonesia adalah membentuk tokoh remaja puteri

yang dapat menjadi panutan dan tauladan serta pendorong kemajuan wanita dalam

41

berbagai bidang yang sesuai dengan tujuan dan kriteria Yayasan Puteri Indonesia,

yaitu:

1. Brain : Intelegensia, memiliki kecerdasan, memiliki ilmu pengetahuan

dan mandiri

2. Beauty : Pandai merawat diri, bersih, cantik dan berpenampilan rapi

3. Behaviour : Percaya kepada Tuhan YME, berkepribadian luhur, memiliki

etika hidup dan kepedulian terhadap sesama

Menjadi Puteri Indonesia sebagai Duta Bangsa dalam berbagai event pada

forum – forum Nasional maupun Internasional untuk memperkenalkan Indonesia,

Pariwisata, Budaya, Ekonomi, Komoditi Perdagangan Indonesia.

3.1.3 Visi dan Misi Yayasan Puteri Indonesia

Visi YPI :

1. Membina Remaja muda untuk dapat mengembangkan diri menambah ilmu

pengetahuan sesuai cita-cita dan bakatnya.

2. Berobsesi menjadi perempuan yang mandiri dan berprestasi dibidang profesi

yang dipilih

3. Aktif berperan serta dalam pembangunan Bangsa dan Negara

4. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Misi YPI :

1. Mengikuti pendidikan yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki (life skill).

42

2. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna bagi dirinya,dalam masyarakat dan

memiliki kepedulian sosial yang tinggi, membantu mereka yang terkena

musibah.

3. Membina kesatuan, persaudaraan dan perdamaian dengan perempuan muda di

dalam negeri dan perempuan muda di seluruh dunia.

4. Aktif memperkenalkan Indonesia ke Manca negara dan aktif dalam berbagai

kegiatan-kegiatan yang mengangkat masalah-masalah kemajuan kaum

perempuan, seperti kursus-kursus, seminar-seminar, konperensi, lomba,

pemilihan puteri di dalam negeri dan diluar negeri.

5. Aktif memperkenalkan keindahan negara Indonesia khususnya untuk menarik

wisatawan manca negara, budaya, pariwisata dan produk-produk buatan

Indonesia

6. Berbagai kegiatan-kegatan tersebut memiliki arti dan tujuan yang dapat

merupakan batu loncatan (stepping stone) untuk mencapai kemajuan dibidang

karier yang lebih baik sesuai yang dicita-citakan.

3.1.4 Struktur organisasi Yayasan Puteri Indonesia

PEMBINA

Ketua : Ny. Putri Kuswisnu Wardani

Anggota : Tn. Tanri Abeng

Tn. Rudi Lengkong

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Menteri Negara Lingkungan Hidup

43

PENGAWAS : Tn. Haryo Tedjo Baskoro

PENGURUS

Ketua Umum : Tn. Prof. Dr. Dipl. Ing. Wardiman Djojonegoro

Wakil Ketua Umum : Tn. Arman S. Tjitrosoebono

Sekretaris : -

Bendahara : Ny. Francisca Sestri

Ketua Bidang Marketing & Acara : Tn. Samudro Putranto

Ketua Bidang Pendidikan & Pelatihan : Ny. Kusuma Dewi Sutanto

Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi : Tn. Mega Angkasa

Ketua Bidang Activity Development : Tn. Ary Putranto

Gambar 3.2 Struktur Organisasi YPI

Sumber : YPI

Badan Pembina

Badan Pengurus

Ketua Umum

Wakil Ketua Umum

Bendahara Sekretaris

Bidang

Marketing dan

acara

Bidang

Pendidikan dan

Pelatihan

Bidang

Informasi dan

Komunikasi

Bidang Activity

Development

Badan Pengawas

44

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Corp. Public Relations

Sumber : YPI

3.1.5 Program kerja Yayasan Puteri Indonesia

Untuk mewujudkan tujuan dan turut mencerdaskan bangsa, YPI

menyelenggarakan serangkaian program-program pendidikan dan pelatihan

diantaranya:

1. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mooryati Soedibyo (LPPMS)

Untuk mengantisipasi era globalisasi yang membutuhkan sumber daya manusia

yang profesional dan terampil, didirikanlah lembaga ini dengan tujuan untuk

mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional dan terampil melalui

jalur pendidikan luar sekolah.

Visi dari lembaga ini adalah menjadikan LPPMS sebagai pusat kegiatan

belajar-mengajar yang terpecaya bagi pria dan wanita, dengan hasil lulusan

Mega Angkasa, MM

Corp. Public Relation Mgr

Ahmad R.Subing

Ass. Corp. PR Mgr

Dwi Ridha N.S Si.kom

Superintendent

Sri Jumiarsih

Staff

Superintendent

Pingkan S Kaparang

Superintendent

45

bermutu internasional dan bepribadian mantap. Sedangkan misi dari LPPMS

ialah menciptakan tenaga-tenaga profesional dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan, keterampilan, dan teknologi sesuai perkembagan zaman, serta

siap kerja, mandiri dan berdaya saing tinggi.

2. Bekerjasama dengan LPPMS

YPI memberikan kursus bagi masyarakat luas mengenai berbagai bidang

pengetahuan bagi para remaja puteri, ibu rumah tangga di kota dan pedesaan

dan masyarakat pria dan wanita yang ingin mengembangkan pengetahuannya

dalam segala bidang, pendidikan dan pelatihan yang diberikan antara lain:

a) Mendirikan bisnis SPA, konsep perawatan SPA

b) Fisio terapis SPA

c) Perawatan SPA untuk keluarga (Home SPA)

d) Pembawa acara dan humas

e) Pranatacara perkawinan dan upacara adat

f) Berwirausaha dan cara mengelolahnya

g) Meramu jamu sendiri dan mengenal khasiat tumbuh-tumbuhan

h) Pengembangan diri, modeling, dan MC

i) Latihan mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia

j) Bahasa Inggris, Indonesia, Jawa dan China

k) Ngadi Saliro dan Ngadi Busono

l) Tata kecantikan kulit dan rambut, dasar, terampil, mahir, Post-Graduated

m) Tata rias dan busana pengantin-pengantin daerah, seni mengemas hantaran

n) Kepariwisataan

o) Tata busana, tata ruang rumah dan menjahit

46

3. YPI melakukan berbagai kegiatan sosial antara lain:

a) Memberikan sumbangan secara langsung kepada masyarakat yang terkena

musibah di berbagai tempat

b) Memberikan Beasiswa Pendidikan Khusus kepada remaja Puteri yang

putus sekolah dan yang tidak mampu

c) Menyelenggarakan Pelatihan Kewirausahaan bagi pimpinan remaja,

anggota organisasi, ibu-ibu rumah tangga dan swadaya masyarakat luas.

d) Turut memprakarsai terbentuknya konsorsium di Direktorat Pendidikan

Masyarakat – Departemen Pendidikan Nasional untuk menciptakan standar

akreditasi Pendidikan Pengelolaan SPA Usaha

e) Membantu lembaga-lembaga, organisasi-organisasi, institusi-institusi

swadaya masyarakat yang berminat menyelenggarakan event-event dalam

negeri dan forum internasional

f) Memperkenalkan Indonesia dibidang Pariwisata, seni budaya, produk

komoditi Indonesia dan bekerjasama dengan misi-misi dan delegasi

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

g) Membina sumber daya manusia (life skill) agar siap mandiri dan mampu

menciptakan tenaga kerja

h) Melakukan kerjasama bidang pendidikan dengan perguruan tinggi untuk

program-program S2 serta bekerjasama dengan beberapa negara dalam

beberapa sistem pendidikan, dengan ijazah luar negeri.

47

4. Menyelenggarakan ajang Pemilihan Puteri Indonesia secara rutin tiap

tahunnya.

5. Duta BNN

Turut aktif mendukung kampanye anti narkoba yang diselenggarakan oleh

Badan Narkotika Nasional (BNN), dengan menjadikan Puteri Indonesia selaku

Duta Anti Narkoba yang bertugas untuk membantu kegiatan penyuluhan

Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

(P4GN) dan bahaya HIV/AIDS di seluruh provinsi di Indonesia

6. Duta Komnas Perlindungan Anak (PA)

Yayasan puteri Indonesia secara konsisten peduli terhadap anak-anak

Indonesia, dengan berpartisipasi dalam kegiatan KOMNAS Perlindungan Anak

pimpinan Kak Seto Mulyadi dimana Puteri Indonesia berperan selaku duta

Komnas PA

7. Duta Komite Penanggulangan AIDS

Yayasan Puteri Indonesia bekerjasama dengan komite Penanggulangan AIDS

dalam rangka membantu pelaksanaan kampanye pencegahan dan penularan

HIV/AIDS

8. Duta Lingkungan Hidup

Runner Up I Puteri Indonesia akan diberikan gelar sebagai Puteri Indonesia

Lingkungan Hidup, yang akan bertugas sebagai Duta membantu kegiatan

Kementrian Lingkungan Hidup.

3.1.6 Persyaratan Puteri Indonesia

a. Warga negara Indonesia, berusia 18-25 tahun, belum menikah, mahasiswi /

karyawati dengan tinggi badan minimum 170 cm.

48

b. Peserta daerah harus berdomisili atau berasal dari daerah yang diwakilinya.

c. Memiliki pengetahuan umum dan berwawasan luas tentang pariwisata dan

kebudayaan Indonesia.

d. Berpenampilan menarik / cantik, cerdas dan berkepribadian.

e. Mampu berkomunikasi dalam Bahasa asing akan memberikan nilai tambah.

f. Diutamakan yang memiliki keahlian khusus / prestasi pada suatu bidang

(misalnya musik, tari, tarik suara, kepemimpinan, bahasa dan lain-lain)

Puteri Indonesia harus memenuhi antara lain 3B, yaitu : kecerdasan (brain),

penampilan menarik (beauty), dan kepribadian / berprilaku baik (behavior). Selain

itu, terampil dalam berkomunikasi, dapat berpikir secara rasional, memiliki

pengetahuan umum yang luas dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi serta

berwawasan pariwisata.

3.1.7 Kegiatan finalis Puteri Indonesia masa karantina

Finalis Puteri Indonesia yang telah terpilih mewakili provinsi daerahnya

akan melakukan serangkaian kegiatan selama berada di Jakarta, antara lain:

a. Panel diskusi / lokakarya

b. Pelatihan dalam bidang perawatan kesehatan dan kecantikan, tata busana dan

pengembangan diri

c. Pembinaan kepribadian

d. Pembinaan untuk menjadi public speaker

e. Apresiasi budaya dan pariwisata

f. Kunjungan ke perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor

g. Aksi sosial dan lingkungan

49

h. Audiensi dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Menteri Perindustrian,

Menteri Perdagangan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Gubernur

DKI, Ibu Negara atau Ibu Wakil Negara. Berbagai aktivitas lainnya yang

bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan.

3.2 Metodologi

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moelong

(2005, hal6), penelitian kualitatif adalah

“penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-

lain secara holistic dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode

penelitian.”

Berdasarkan pendekatan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian yang

relevan dengan penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Moleong (2005, hal11).

Tujuan penelitian deskriptif, yaitu:

“Mengumpulkan data penelitian berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa

yang sudah diteliti. Laporan penelitian dengan tujuan deskriptif, akan berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyiaran laporan tersebut. Pada

penulisan laporan ini, peneliti menganalisis data yang sangat banyak tersebut dan

sejauh mungkin dalam bentuk aslinya, hal ini hendaknya dilakukan seperti orang

merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata

Tanya mengapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa

dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang

bahwa sesuatu itu sudah memang demikian keadaannya.”

Dengan demikian, penelitian ini berdasarkan tujuan deskriptif berusaha

memaparkan hasil pengumpulan data dan memilah data tersebut satu persatu dan

50

juga menganalisis data tersebut serta mengkomparasi data yang didapat dengan

teori yang relevan dengan fokus penelitian yang penulis gunakan.

3.2.2 Bahan penelitian dan unit analisis

Bahan penelitian dari penelitian ini adalah kegiatan media relations yang

dilakukan oleh Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia dalam rangka

meningkatkan publisitas Puteri Indonesia di media cetak dan internet. Selain itu,

bahan penelitian juga didapat dari data pendukung berupa catatan lapangan, foto,

serta dokumen pendukung lainnya.

Unit analis adalah satuan tertentu yang akan menjadi subjek dalam

penelitian. Dalam penelitian unit analisis terdiri dari dua. Pertama, individu yaitu

digunakan apabila informasi yang diharapkan dari seseorang hanya mewakili

dirinya sendiri bukan orang lain. Kedua, non individu yaitu digunakan apabila

informasi yang diharapkan dari seseorang atau lebih dan mewakili kelompoknya

atau organisasinya.

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan unit analisisnya bersifat non

individu karena Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia dan wartawan

sebagai subjek yang akan diteliti tidak mewakili individunya. Dalam penelitian ini

mereka mewakili lembaga atau perusahaan tempat mereka bekerja. Pihak Public

Relations Manager dan Public Relations Officer mewakili Yayasan Puteri

Indonesia sedangkan wartawan mewakili media massa tempat mereka bekerja.

51

3.2.3 Informan dan key-informan

3.2.3.1 Informan

Menurut Moelong (2005, hal132) informan adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

belakang penelitian. Jadi untuk menjadi informan harus mempunyai banyak

pengalaman tentang latar belakang penelitian dan berkewajiban secara sukarela

menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.

Dalam penelitian ini yang layak untuk menjadi informan adalah pihak

Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia bagian media relations, karena

mereka merupakan orang yang terlibat langsung dalam kegiatan media relations

yang dilakukan oleh Yayasan Puteri Indonesia.

Menurut Kriyantono (2006, hal154-155) Penerapan ini berdasarkan pada

teknik sampling purposive yaitu

“Teknik yang mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria tertentu

yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang

dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sample.

Persoalan utama dalam teknik purposive adalah menentukan kriteria, dimana

kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Biasanya teknik purposive dipilih

untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk

tujuan representatif yang digeneralisasikan.”

Berdasarkan penjelasan Kriyantono diatas, penerapan orang-orang yang

dijadikan sebagai informan adalah sesuai dengan kriteria tertentu yang

berhubungan dengan penelitian. Untuk penelitian ini, yang memenuhi kriteria

sebagai informan adalah Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia yang

menangani kegiatan-kegiatan media relations, dilihat dari tingkat keseringannya

berhubungan dengan wartawan untuk kegiatan media relations yang dilakukan

52

oleh PR Yayasan Puteri Indonesia dan sejauhmana pengetahuan PR tersebut

mengenai kegiatan media relations Yayasan Puteri Indonesia serta

pendekatannya dengan wartawan dalam upaya meningkatkan publisitas Puteri

Indonesia di media cetak dan internet.

Sedangkan kriteria yang tepat bagi wartawan untuk dijadikan sebagai

informan dalam penelitian dilihat dari tingkat keseringan wartawan menangani

atau meliput kegiatan media relations yang dilakukan Yayasan Puteri Indonesia.

Wartawan yang menjadi informan dalam penelitian ini berasal dari media cetak

dan internet.

3.2.3.2 Key-informan

Menurut Moelong (2005, hal133) key- informan adalah mereka yang

tidak hanya bisa memberikan keterangan tentang sesuatu kepada peneliti, tetapi

juga bisa memberi saran tentang sumber bukti yang mendukung serta

menciptakan sesuatu terhadap sumber yang bersangkutan.

Dikaitkan dengan penelitian, untuk menjadi key-informan, tidak hanya

sekedar terlibat, tetapi harus menguasai seluk beluk kegiatan dan pendekatan

media relations yang dilakukan oleh Yayasan Puteri Indonesia. Untuk itu, key-

informan baru bisa ditentukan setelah melakukan penelitian terhadap informan.

Dari informan yang memenuhi syarat,kemudian baru dipilih key-informan. Key-

informan didapat melalui wawancara mendalam terhadap informan yang sesuai

dengan kriteria.

53

3.2.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah si peneliti itu

sendiri. Sedangkan wawancara mendalam dan observasi hanyalah alat (tools) bagi

peneliti untuk mengumpulkan data dalam menjawab fokus penelitian. Alat yang

digunakan disini tidak baku, tetapi bisa berkembang sesuai jawaban dari informan

dan key-informan. (Dalam modul metode penelitian komunikasi Ritonga, 2009)

Ada dua jenis data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini, yaitu data

primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer menurut Moleong (2005, hal157) adalah kata-kata dan

tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai yang didapat melalui

catatan tertulis atau melalui rekaman video atau audio tapes, pengambilan

foto atau film.

Untuk penelitian ini, data primer yang relevan adalah informasi yang

menjawab dari tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan dan pendekatan media

relations Yayasan Puteri Indonesia dalam membangun hubungan dengan

wartawan media cetak dan internet

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan dan pendekatan media

relations Yayasan Puteri Indonesia dalam upaya meningkatkan publisitas

Puteri Indonesia 2010 di media cetak dan internet.

54

3. Untuk mengevaluasi publisitas Puteri Indonesia 2010 bulan November

2010 sampai Maret 2011.

Alat yang digunakan untuk mendapatkan data primer adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam menurut Moleong (2005,

hal186) adalah:

“Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara tersebut mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.”

Menurut Paton (1990) dalam buku “Metode Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif” (Sarwono, 2006, hal224) teknik wawancara mendalam dalam

penelitian pendekatan kualitatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1.

Wawancara dengan pembicara formal, 2. Wawancara umum dan terarah dan

3. Wawancara terbuka yang standar.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan ketiga kategori wawancara

mendalam diatas yang nantinya disesuaikan dengan situasi pada saat

wawancara mendalam berlangsung dalam karakteristik dari orang yang

diwawancarai. Keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari

obyek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam

melakukan wawancara. Cara melakukan wawancara ini mirip dengan saat

melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita. Dimulai dengan

mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami

perspektif makna yang diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi data

55

penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat

membeberkan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya yaitu perspektif dari

peneliti sendiri.

Selain wawancara mendalam, alat yang digunakan untuk memperoleh

data primer dalam penelitian ini adalah observasi. Menurut Sarwono (2006,

hal224) kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik

kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang

diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap

awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau

informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan

observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang

diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan

hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka

peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti. Salah satu peranan

pokok dalam melakukan observasi adalah untuk menemukan interaksi yang

kompleks dengan latar belakang sosial yang alami. Menurut Kriyantono

(2008, hal64), ada jenis observasi yaitu observasi partisipan, yaitu periset ikut

berpartisipasi sebagai anggota kelompok yang diteliti, dan observasi

nonpartisipan, yaitu observasi dimana periset tidak memosisikan dirinya

sebagai anggota kelompok yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis

melakukan observasi jenis partisipan dimana penulis terlibat langsung dalam

kegiatan media relations yang dilakukan oleh PR Yayasan Puteri Indonesia

selama kurang lebih dua bulan.

56

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip,

dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong, 2005, hal159).

Sedangkan menurut Sarwono (2006, hal209-210), data sekunder

berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti

dengan cara membaca, melihat atau mendengar. Data ini biasanya berasal

dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya. Termasuk

dalam kategori data tersebut adalah:

1. Data bentuk teks: dokumen, pengumuman, surat-surat, spanduk.

2. Data bentuk gambar : foto, animasi, billboard.

3. Data bentuk suara: hasil rekaman kaset

4. Kombinasi teks, gambar dan suara : film, video, iklan di televisi, dll.

Dalam penelitian ini data sekunder yang ingin penulis dapatkan yaitu

data yang dapat menunjang data primer yang sesuai dengan tujuan penelitian

ini berupa dokumen perusahaan, foto, surat-surat, dan data lain yang

berkaitan dengan kegiatan media relations dalam konteks pendekatan media

relations yang dilakukan oleh Public Relations (PR) Yayasan Puteri

Indonesia terhadap wartawan yang mewakili media massa. Pada intinya data

kualitatif dapat berupa apa saja termasuk kejadian atau gejala yang tidak

menggambarkan hitungan, angka atau kuantitas.

57

3.2.5 Keabsahan Data

Keabsahan data tidak dapat dilihat dari instrumennya, tetapi dilihat dari

data yang diperoleh saat penelitian. Menurut Moleong (2005, hal330), triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Di luar ini, triangulasi juga untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Teknik triangulasi menurut Denzin (1978) dibedakan atas 4

macam : (Moleong, 2005, hal330-332)

1. Triangulasi sumber

Membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal

itu dapat dicapai dengan jalan: 1) membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara 2) membandingkan apa yang dikatakan orang

didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi;

3)membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa

yang dikatakannya sepanjang waktu; 4) membandingkan keadaan dan

perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti

rakyat biasa, orang yang pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan; 5)membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

58

2. Triangulasi metode

Terdapat 2 strategi, yaitu 1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan 2) pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi penyidik

Dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya

membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Pada

dasarnya penggunaaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi

teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seseorang analisis

dengan analisis lainnya.

4. Triangulasi teori

Berdasarkan tanggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat

kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain, Patton (1987)

bahwa hal ini dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding

(rival explanation). Jika analisis telah menguraikan pola hubungan dan

menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk

mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing.

Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-

perbedaan konstruksi pernyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu

mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai

pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck

temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode,

atau teori. Untuk itu peneliti dapat melakukannya dengan jalan:

59

1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan

2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data

3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat

dilakukan.

Untuk menentukan keabsahan data pada penelitian ini penulis

menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teori yaitu penulis akan

mengkomparasi antara konsep atau teori dalam penelitian ini dengan data yang

penulis dapatkan selama penelitian berlangsung baik data primer maupun data

sekunder. Penulis menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teori karena

triangulasi inilah yang sesuai dengan data dari hasil penelitian yang penulis

lakukan.

3.2.6 Analisis Data

Analisis data harus sesuai dengan desain penelitian yang digunakan.

Karena itu, dalam penelitian kualitatif ada empat macam analisis data untuk studi

kasus: pertama, deskriptif (tipe1); kedua, deskriptif analitis (tipe2); ketiga,

deskriptif komparatif (tipe 3); keempat, deskriptif analitis komparatif (tipe 4).

(modul metode penelitian komunikasi ritonga, 2009)

Sesuai dengan desain penelitian dari penelitian ini yaitu desain penelitian

Tipe 4, maka teknik analisis data yang penulis gunakan deskriptif analitis

komparatif, yaitu membandingkan dan menganalisa kasus yaitu pendekatan media

relations Yayasan Puteri Indonesia dalam kegiatan media relations baik secara

60

formal dan informal dengan data yang didapat dalam penelitian dan teori yang

menjadi landasan penelitian. Begitu juga dengan hasil wawancara dan terhadap

unit analisis yaitu PR dan wartawan yang terlibat dalam kegiatan media relations

Yayasan Puteri Indonesia, akan dianalisis dan dikomparasi dengan teori yang

menjadi landasan penelitian dan sumber data yang didapat dalam penelitian.

3.3 Operasionalisasi Konsep

Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Pendekatan Media Relations Yayasan

Puteri Indonesia dalam meningkatkan publisitas Puteri Indonesia”, maka penulis

melakukan operasionalisasi konsep dari judul tersebut, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep

No Variabel Dimensi Indikator

1 Media

Relations

Fungsi Media Relations Fungsi Media Relations YPI

Tujuan Media Relations Tujuan Media Relations YPI

Manfaat Media Relations Manfaat Media Relations YPI

Pentingnya Media

Relations

Sejauhmana PR YPI memandang pentingnya

Media Relations

Bentuk kegiatan Media

Relations

Bentuk kegiatan Media Relations YPI

Waktu pelaksanaan kegiatan Media Relations

Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan Media

Relations

2 Pendekatan

Media

Relations

Bentuk pendekatan

Media Relations

Bentuk pendekatan YPI dalam kegiatan

Media Relations

Kapan pendekatan Media Relations dilakukan

Kepada siapa saja pendekatan Media

Relations dilakukan

Strategi pendekatan

Media Relations

Strategi khusus yang dilakukan YPI dalam

membina hubungan yang baik dengan

wartawan

61

No Variabel Dimensi Indikator

Hambatan pendekatan

Media Relations

Hambatan yang dihadapi dalam berhubungan

dengan media dan cara mengatasinya

3 Publisitas Manfaat publisitas Manfaat publisitas bagi YPI

Kerugian publisitas Kerugian YPI akibat publisitas

Hasil publisitas Media monitoring

3.4 Permasalahan yang ada

Melihat dari kondisi dan situasi yang ada tentang fungsi media relations

Yayasan Puteri Indonesia dalam meningkatkan publikasi Puteri Indonesia,

ditemukan perumusan masalah yang ada, antara lain:

1. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan dan pendekatan media relations Yayasan

Puteri Indonesia dalam membangun hubungan dengan wartawan media cetak

dan internet?

2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan media relations Yayasan Puteri Indonesia

dalam upaya meningkatkan publisitas Puteri Indonesia khususnya di media

cetak dan internet?

3. Bagaimana hasil publisitas Puteri Indonesia 2010 pada bulan November 2010

sampai Maret 2011?

3.5 Alternatif Pemecahan Masalah

1. Mengevaluasi bentuk-bentuk kegiatan media relations yang telah dilakukan.

2. Mengevaluasi pendekatan media relations yang telah dilakukan.

3. Mengevaluasi publisitas yang telah dihasilkan dengan melakukan media

monitoring.