bab 3 inti penelitian 3.1 gambaran umum perusahaan 3.1.1...
TRANSCRIPT
40
BAB 3
INTI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Perusahaan
3.1.1 Profil Yayasan Puteri Indonesia (YPI)
Gambar 3.1. Logo Yayasan Puteri Indonesia
Sumber : YPI
Yayasan Puteri Indonesia didirikan pada tanggal 18 Agustus 1992 oleh
BRA Mooryati Soedibyo S.S., M.Hum – presiden Direktur PT. Mustika ratu Tbk.
Bekerja sama dengan Tanri Abeng, MBA – Ketua Badan pengembangan
Pariwisata Indonesia (BPPI), RM Suryosumarno, SH – Kepala BPPI, Rudy
Lengkong – Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Ponco
Sutowo – Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
3.1.2 Tujuan Yayasan Puteri Indonesia
Tujuan Yayasan Puteri Indonesia adalah membentuk tokoh remaja puteri
yang dapat menjadi panutan dan tauladan serta pendorong kemajuan wanita dalam
41
berbagai bidang yang sesuai dengan tujuan dan kriteria Yayasan Puteri Indonesia,
yaitu:
1. Brain : Intelegensia, memiliki kecerdasan, memiliki ilmu pengetahuan
dan mandiri
2. Beauty : Pandai merawat diri, bersih, cantik dan berpenampilan rapi
3. Behaviour : Percaya kepada Tuhan YME, berkepribadian luhur, memiliki
etika hidup dan kepedulian terhadap sesama
Menjadi Puteri Indonesia sebagai Duta Bangsa dalam berbagai event pada
forum – forum Nasional maupun Internasional untuk memperkenalkan Indonesia,
Pariwisata, Budaya, Ekonomi, Komoditi Perdagangan Indonesia.
3.1.3 Visi dan Misi Yayasan Puteri Indonesia
Visi YPI :
1. Membina Remaja muda untuk dapat mengembangkan diri menambah ilmu
pengetahuan sesuai cita-cita dan bakatnya.
2. Berobsesi menjadi perempuan yang mandiri dan berprestasi dibidang profesi
yang dipilih
3. Aktif berperan serta dalam pembangunan Bangsa dan Negara
4. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Misi YPI :
1. Mengikuti pendidikan yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki (life skill).
42
2. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna bagi dirinya,dalam masyarakat dan
memiliki kepedulian sosial yang tinggi, membantu mereka yang terkena
musibah.
3. Membina kesatuan, persaudaraan dan perdamaian dengan perempuan muda di
dalam negeri dan perempuan muda di seluruh dunia.
4. Aktif memperkenalkan Indonesia ke Manca negara dan aktif dalam berbagai
kegiatan-kegiatan yang mengangkat masalah-masalah kemajuan kaum
perempuan, seperti kursus-kursus, seminar-seminar, konperensi, lomba,
pemilihan puteri di dalam negeri dan diluar negeri.
5. Aktif memperkenalkan keindahan negara Indonesia khususnya untuk menarik
wisatawan manca negara, budaya, pariwisata dan produk-produk buatan
Indonesia
6. Berbagai kegiatan-kegatan tersebut memiliki arti dan tujuan yang dapat
merupakan batu loncatan (stepping stone) untuk mencapai kemajuan dibidang
karier yang lebih baik sesuai yang dicita-citakan.
3.1.4 Struktur organisasi Yayasan Puteri Indonesia
PEMBINA
Ketua : Ny. Putri Kuswisnu Wardani
Anggota : Tn. Tanri Abeng
Tn. Rudi Lengkong
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Menteri Negara Lingkungan Hidup
43
PENGAWAS : Tn. Haryo Tedjo Baskoro
PENGURUS
Ketua Umum : Tn. Prof. Dr. Dipl. Ing. Wardiman Djojonegoro
Wakil Ketua Umum : Tn. Arman S. Tjitrosoebono
Sekretaris : -
Bendahara : Ny. Francisca Sestri
Ketua Bidang Marketing & Acara : Tn. Samudro Putranto
Ketua Bidang Pendidikan & Pelatihan : Ny. Kusuma Dewi Sutanto
Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi : Tn. Mega Angkasa
Ketua Bidang Activity Development : Tn. Ary Putranto
Gambar 3.2 Struktur Organisasi YPI
Sumber : YPI
Badan Pembina
Badan Pengurus
Ketua Umum
Wakil Ketua Umum
Bendahara Sekretaris
Bidang
Marketing dan
acara
Bidang
Pendidikan dan
Pelatihan
Bidang
Informasi dan
Komunikasi
Bidang Activity
Development
Badan Pengawas
44
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Corp. Public Relations
Sumber : YPI
3.1.5 Program kerja Yayasan Puteri Indonesia
Untuk mewujudkan tujuan dan turut mencerdaskan bangsa, YPI
menyelenggarakan serangkaian program-program pendidikan dan pelatihan
diantaranya:
1. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mooryati Soedibyo (LPPMS)
Untuk mengantisipasi era globalisasi yang membutuhkan sumber daya manusia
yang profesional dan terampil, didirikanlah lembaga ini dengan tujuan untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional dan terampil melalui
jalur pendidikan luar sekolah.
Visi dari lembaga ini adalah menjadikan LPPMS sebagai pusat kegiatan
belajar-mengajar yang terpecaya bagi pria dan wanita, dengan hasil lulusan
Mega Angkasa, MM
Corp. Public Relation Mgr
Ahmad R.Subing
Ass. Corp. PR Mgr
Dwi Ridha N.S Si.kom
Superintendent
Sri Jumiarsih
Staff
Superintendent
Pingkan S Kaparang
Superintendent
45
bermutu internasional dan bepribadian mantap. Sedangkan misi dari LPPMS
ialah menciptakan tenaga-tenaga profesional dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan teknologi sesuai perkembagan zaman, serta
siap kerja, mandiri dan berdaya saing tinggi.
2. Bekerjasama dengan LPPMS
YPI memberikan kursus bagi masyarakat luas mengenai berbagai bidang
pengetahuan bagi para remaja puteri, ibu rumah tangga di kota dan pedesaan
dan masyarakat pria dan wanita yang ingin mengembangkan pengetahuannya
dalam segala bidang, pendidikan dan pelatihan yang diberikan antara lain:
a) Mendirikan bisnis SPA, konsep perawatan SPA
b) Fisio terapis SPA
c) Perawatan SPA untuk keluarga (Home SPA)
d) Pembawa acara dan humas
e) Pranatacara perkawinan dan upacara adat
f) Berwirausaha dan cara mengelolahnya
g) Meramu jamu sendiri dan mengenal khasiat tumbuh-tumbuhan
h) Pengembangan diri, modeling, dan MC
i) Latihan mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia
j) Bahasa Inggris, Indonesia, Jawa dan China
k) Ngadi Saliro dan Ngadi Busono
l) Tata kecantikan kulit dan rambut, dasar, terampil, mahir, Post-Graduated
m) Tata rias dan busana pengantin-pengantin daerah, seni mengemas hantaran
n) Kepariwisataan
o) Tata busana, tata ruang rumah dan menjahit
46
3. YPI melakukan berbagai kegiatan sosial antara lain:
a) Memberikan sumbangan secara langsung kepada masyarakat yang terkena
musibah di berbagai tempat
b) Memberikan Beasiswa Pendidikan Khusus kepada remaja Puteri yang
putus sekolah dan yang tidak mampu
c) Menyelenggarakan Pelatihan Kewirausahaan bagi pimpinan remaja,
anggota organisasi, ibu-ibu rumah tangga dan swadaya masyarakat luas.
d) Turut memprakarsai terbentuknya konsorsium di Direktorat Pendidikan
Masyarakat – Departemen Pendidikan Nasional untuk menciptakan standar
akreditasi Pendidikan Pengelolaan SPA Usaha
e) Membantu lembaga-lembaga, organisasi-organisasi, institusi-institusi
swadaya masyarakat yang berminat menyelenggarakan event-event dalam
negeri dan forum internasional
f) Memperkenalkan Indonesia dibidang Pariwisata, seni budaya, produk
komoditi Indonesia dan bekerjasama dengan misi-misi dan delegasi
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
g) Membina sumber daya manusia (life skill) agar siap mandiri dan mampu
menciptakan tenaga kerja
h) Melakukan kerjasama bidang pendidikan dengan perguruan tinggi untuk
program-program S2 serta bekerjasama dengan beberapa negara dalam
beberapa sistem pendidikan, dengan ijazah luar negeri.
47
4. Menyelenggarakan ajang Pemilihan Puteri Indonesia secara rutin tiap
tahunnya.
5. Duta BNN
Turut aktif mendukung kampanye anti narkoba yang diselenggarakan oleh
Badan Narkotika Nasional (BNN), dengan menjadikan Puteri Indonesia selaku
Duta Anti Narkoba yang bertugas untuk membantu kegiatan penyuluhan
Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika
(P4GN) dan bahaya HIV/AIDS di seluruh provinsi di Indonesia
6. Duta Komnas Perlindungan Anak (PA)
Yayasan puteri Indonesia secara konsisten peduli terhadap anak-anak
Indonesia, dengan berpartisipasi dalam kegiatan KOMNAS Perlindungan Anak
pimpinan Kak Seto Mulyadi dimana Puteri Indonesia berperan selaku duta
Komnas PA
7. Duta Komite Penanggulangan AIDS
Yayasan Puteri Indonesia bekerjasama dengan komite Penanggulangan AIDS
dalam rangka membantu pelaksanaan kampanye pencegahan dan penularan
HIV/AIDS
8. Duta Lingkungan Hidup
Runner Up I Puteri Indonesia akan diberikan gelar sebagai Puteri Indonesia
Lingkungan Hidup, yang akan bertugas sebagai Duta membantu kegiatan
Kementrian Lingkungan Hidup.
3.1.6 Persyaratan Puteri Indonesia
a. Warga negara Indonesia, berusia 18-25 tahun, belum menikah, mahasiswi /
karyawati dengan tinggi badan minimum 170 cm.
48
b. Peserta daerah harus berdomisili atau berasal dari daerah yang diwakilinya.
c. Memiliki pengetahuan umum dan berwawasan luas tentang pariwisata dan
kebudayaan Indonesia.
d. Berpenampilan menarik / cantik, cerdas dan berkepribadian.
e. Mampu berkomunikasi dalam Bahasa asing akan memberikan nilai tambah.
f. Diutamakan yang memiliki keahlian khusus / prestasi pada suatu bidang
(misalnya musik, tari, tarik suara, kepemimpinan, bahasa dan lain-lain)
Puteri Indonesia harus memenuhi antara lain 3B, yaitu : kecerdasan (brain),
penampilan menarik (beauty), dan kepribadian / berprilaku baik (behavior). Selain
itu, terampil dalam berkomunikasi, dapat berpikir secara rasional, memiliki
pengetahuan umum yang luas dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi serta
berwawasan pariwisata.
3.1.7 Kegiatan finalis Puteri Indonesia masa karantina
Finalis Puteri Indonesia yang telah terpilih mewakili provinsi daerahnya
akan melakukan serangkaian kegiatan selama berada di Jakarta, antara lain:
a. Panel diskusi / lokakarya
b. Pelatihan dalam bidang perawatan kesehatan dan kecantikan, tata busana dan
pengembangan diri
c. Pembinaan kepribadian
d. Pembinaan untuk menjadi public speaker
e. Apresiasi budaya dan pariwisata
f. Kunjungan ke perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor
g. Aksi sosial dan lingkungan
49
h. Audiensi dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Menteri Perindustrian,
Menteri Perdagangan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Gubernur
DKI, Ibu Negara atau Ibu Wakil Negara. Berbagai aktivitas lainnya yang
bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan.
3.2 Metodologi
3.2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moelong
(2005, hal6), penelitian kualitatif adalah
“penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-
lain secara holistic dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
penelitian.”
Berdasarkan pendekatan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian yang
relevan dengan penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Moleong (2005, hal11).
Tujuan penelitian deskriptif, yaitu:
“Mengumpulkan data penelitian berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti. Laporan penelitian dengan tujuan deskriptif, akan berisi
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyiaran laporan tersebut. Pada
penulisan laporan ini, peneliti menganalisis data yang sangat banyak tersebut dan
sejauh mungkin dalam bentuk aslinya, hal ini hendaknya dilakukan seperti orang
merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata
Tanya mengapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa
dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang
bahwa sesuatu itu sudah memang demikian keadaannya.”
Dengan demikian, penelitian ini berdasarkan tujuan deskriptif berusaha
memaparkan hasil pengumpulan data dan memilah data tersebut satu persatu dan
50
juga menganalisis data tersebut serta mengkomparasi data yang didapat dengan
teori yang relevan dengan fokus penelitian yang penulis gunakan.
3.2.2 Bahan penelitian dan unit analisis
Bahan penelitian dari penelitian ini adalah kegiatan media relations yang
dilakukan oleh Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia dalam rangka
meningkatkan publisitas Puteri Indonesia di media cetak dan internet. Selain itu,
bahan penelitian juga didapat dari data pendukung berupa catatan lapangan, foto,
serta dokumen pendukung lainnya.
Unit analis adalah satuan tertentu yang akan menjadi subjek dalam
penelitian. Dalam penelitian unit analisis terdiri dari dua. Pertama, individu yaitu
digunakan apabila informasi yang diharapkan dari seseorang hanya mewakili
dirinya sendiri bukan orang lain. Kedua, non individu yaitu digunakan apabila
informasi yang diharapkan dari seseorang atau lebih dan mewakili kelompoknya
atau organisasinya.
Dalam penelitian ini, penulis menetapkan unit analisisnya bersifat non
individu karena Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia dan wartawan
sebagai subjek yang akan diteliti tidak mewakili individunya. Dalam penelitian ini
mereka mewakili lembaga atau perusahaan tempat mereka bekerja. Pihak Public
Relations Manager dan Public Relations Officer mewakili Yayasan Puteri
Indonesia sedangkan wartawan mewakili media massa tempat mereka bekerja.
51
3.2.3 Informan dan key-informan
3.2.3.1 Informan
Menurut Moelong (2005, hal132) informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang penelitian. Jadi untuk menjadi informan harus mempunyai banyak
pengalaman tentang latar belakang penelitian dan berkewajiban secara sukarela
menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.
Dalam penelitian ini yang layak untuk menjadi informan adalah pihak
Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia bagian media relations, karena
mereka merupakan orang yang terlibat langsung dalam kegiatan media relations
yang dilakukan oleh Yayasan Puteri Indonesia.
Menurut Kriyantono (2006, hal154-155) Penerapan ini berdasarkan pada
teknik sampling purposive yaitu
“Teknik yang mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria tertentu
yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang
dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sample.
Persoalan utama dalam teknik purposive adalah menentukan kriteria, dimana
kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Biasanya teknik purposive dipilih
untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk
tujuan representatif yang digeneralisasikan.”
Berdasarkan penjelasan Kriyantono diatas, penerapan orang-orang yang
dijadikan sebagai informan adalah sesuai dengan kriteria tertentu yang
berhubungan dengan penelitian. Untuk penelitian ini, yang memenuhi kriteria
sebagai informan adalah Public Relations (PR) Yayasan Puteri Indonesia yang
menangani kegiatan-kegiatan media relations, dilihat dari tingkat keseringannya
berhubungan dengan wartawan untuk kegiatan media relations yang dilakukan
52
oleh PR Yayasan Puteri Indonesia dan sejauhmana pengetahuan PR tersebut
mengenai kegiatan media relations Yayasan Puteri Indonesia serta
pendekatannya dengan wartawan dalam upaya meningkatkan publisitas Puteri
Indonesia di media cetak dan internet.
Sedangkan kriteria yang tepat bagi wartawan untuk dijadikan sebagai
informan dalam penelitian dilihat dari tingkat keseringan wartawan menangani
atau meliput kegiatan media relations yang dilakukan Yayasan Puteri Indonesia.
Wartawan yang menjadi informan dalam penelitian ini berasal dari media cetak
dan internet.
3.2.3.2 Key-informan
Menurut Moelong (2005, hal133) key- informan adalah mereka yang
tidak hanya bisa memberikan keterangan tentang sesuatu kepada peneliti, tetapi
juga bisa memberi saran tentang sumber bukti yang mendukung serta
menciptakan sesuatu terhadap sumber yang bersangkutan.
Dikaitkan dengan penelitian, untuk menjadi key-informan, tidak hanya
sekedar terlibat, tetapi harus menguasai seluk beluk kegiatan dan pendekatan
media relations yang dilakukan oleh Yayasan Puteri Indonesia. Untuk itu, key-
informan baru bisa ditentukan setelah melakukan penelitian terhadap informan.
Dari informan yang memenuhi syarat,kemudian baru dipilih key-informan. Key-
informan didapat melalui wawancara mendalam terhadap informan yang sesuai
dengan kriteria.
53
3.2.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah si peneliti itu
sendiri. Sedangkan wawancara mendalam dan observasi hanyalah alat (tools) bagi
peneliti untuk mengumpulkan data dalam menjawab fokus penelitian. Alat yang
digunakan disini tidak baku, tetapi bisa berkembang sesuai jawaban dari informan
dan key-informan. (Dalam modul metode penelitian komunikasi Ritonga, 2009)
Ada dua jenis data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini, yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data primer
Data primer menurut Moleong (2005, hal157) adalah kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai yang didapat melalui
catatan tertulis atau melalui rekaman video atau audio tapes, pengambilan
foto atau film.
Untuk penelitian ini, data primer yang relevan adalah informasi yang
menjawab dari tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan dan pendekatan media
relations Yayasan Puteri Indonesia dalam membangun hubungan dengan
wartawan media cetak dan internet
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan dan pendekatan media
relations Yayasan Puteri Indonesia dalam upaya meningkatkan publisitas
Puteri Indonesia 2010 di media cetak dan internet.
54
3. Untuk mengevaluasi publisitas Puteri Indonesia 2010 bulan November
2010 sampai Maret 2011.
Alat yang digunakan untuk mendapatkan data primer adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam menurut Moleong (2005,
hal186) adalah:
“Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara tersebut mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.”
Menurut Paton (1990) dalam buku “Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif” (Sarwono, 2006, hal224) teknik wawancara mendalam dalam
penelitian pendekatan kualitatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1.
Wawancara dengan pembicara formal, 2. Wawancara umum dan terarah dan
3. Wawancara terbuka yang standar.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan ketiga kategori wawancara
mendalam diatas yang nantinya disesuaikan dengan situasi pada saat
wawancara mendalam berlangsung dalam karakteristik dari orang yang
diwawancarai. Keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari
obyek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam
melakukan wawancara. Cara melakukan wawancara ini mirip dengan saat
melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita. Dimulai dengan
mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami
perspektif makna yang diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi data
55
penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat
membeberkan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya yaitu perspektif dari
peneliti sendiri.
Selain wawancara mendalam, alat yang digunakan untuk memperoleh
data primer dalam penelitian ini adalah observasi. Menurut Sarwono (2006,
hal224) kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik
kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap
awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau
informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan
observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang
diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan
hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka
peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti. Salah satu peranan
pokok dalam melakukan observasi adalah untuk menemukan interaksi yang
kompleks dengan latar belakang sosial yang alami. Menurut Kriyantono
(2008, hal64), ada jenis observasi yaitu observasi partisipan, yaitu periset ikut
berpartisipasi sebagai anggota kelompok yang diteliti, dan observasi
nonpartisipan, yaitu observasi dimana periset tidak memosisikan dirinya
sebagai anggota kelompok yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan observasi jenis partisipan dimana penulis terlibat langsung dalam
kegiatan media relations yang dilakukan oleh PR Yayasan Puteri Indonesia
selama kurang lebih dua bulan.
56
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong, 2005, hal159).
Sedangkan menurut Sarwono (2006, hal209-210), data sekunder
berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti
dengan cara membaca, melihat atau mendengar. Data ini biasanya berasal
dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya. Termasuk
dalam kategori data tersebut adalah:
1. Data bentuk teks: dokumen, pengumuman, surat-surat, spanduk.
2. Data bentuk gambar : foto, animasi, billboard.
3. Data bentuk suara: hasil rekaman kaset
4. Kombinasi teks, gambar dan suara : film, video, iklan di televisi, dll.
Dalam penelitian ini data sekunder yang ingin penulis dapatkan yaitu
data yang dapat menunjang data primer yang sesuai dengan tujuan penelitian
ini berupa dokumen perusahaan, foto, surat-surat, dan data lain yang
berkaitan dengan kegiatan media relations dalam konteks pendekatan media
relations yang dilakukan oleh Public Relations (PR) Yayasan Puteri
Indonesia terhadap wartawan yang mewakili media massa. Pada intinya data
kualitatif dapat berupa apa saja termasuk kejadian atau gejala yang tidak
menggambarkan hitungan, angka atau kuantitas.
57
3.2.5 Keabsahan Data
Keabsahan data tidak dapat dilihat dari instrumennya, tetapi dilihat dari
data yang diperoleh saat penelitian. Menurut Moleong (2005, hal330), triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Di luar ini, triangulasi juga untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Teknik triangulasi menurut Denzin (1978) dibedakan atas 4
macam : (Moleong, 2005, hal330-332)
1. Triangulasi sumber
Membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal
itu dapat dicapai dengan jalan: 1) membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara 2) membandingkan apa yang dikatakan orang
didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi;
3)membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakannya sepanjang waktu; 4) membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang yang pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan; 5)membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
58
2. Triangulasi metode
Terdapat 2 strategi, yaitu 1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan 2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Triangulasi penyidik
Dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya
membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Pada
dasarnya penggunaaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi
teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seseorang analisis
dengan analisis lainnya.
4. Triangulasi teori
Berdasarkan tanggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain, Patton (1987)
bahwa hal ini dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding
(rival explanation). Jika analisis telah menguraikan pola hubungan dan
menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk
mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing.
Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan konstruksi pernyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck
temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode,
atau teori. Untuk itu peneliti dapat melakukannya dengan jalan:
59
1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data
3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
Untuk menentukan keabsahan data pada penelitian ini penulis
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teori yaitu penulis akan
mengkomparasi antara konsep atau teori dalam penelitian ini dengan data yang
penulis dapatkan selama penelitian berlangsung baik data primer maupun data
sekunder. Penulis menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teori karena
triangulasi inilah yang sesuai dengan data dari hasil penelitian yang penulis
lakukan.
3.2.6 Analisis Data
Analisis data harus sesuai dengan desain penelitian yang digunakan.
Karena itu, dalam penelitian kualitatif ada empat macam analisis data untuk studi
kasus: pertama, deskriptif (tipe1); kedua, deskriptif analitis (tipe2); ketiga,
deskriptif komparatif (tipe 3); keempat, deskriptif analitis komparatif (tipe 4).
(modul metode penelitian komunikasi ritonga, 2009)
Sesuai dengan desain penelitian dari penelitian ini yaitu desain penelitian
Tipe 4, maka teknik analisis data yang penulis gunakan deskriptif analitis
komparatif, yaitu membandingkan dan menganalisa kasus yaitu pendekatan media
relations Yayasan Puteri Indonesia dalam kegiatan media relations baik secara
60
formal dan informal dengan data yang didapat dalam penelitian dan teori yang
menjadi landasan penelitian. Begitu juga dengan hasil wawancara dan terhadap
unit analisis yaitu PR dan wartawan yang terlibat dalam kegiatan media relations
Yayasan Puteri Indonesia, akan dianalisis dan dikomparasi dengan teori yang
menjadi landasan penelitian dan sumber data yang didapat dalam penelitian.
3.3 Operasionalisasi Konsep
Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Pendekatan Media Relations Yayasan
Puteri Indonesia dalam meningkatkan publisitas Puteri Indonesia”, maka penulis
melakukan operasionalisasi konsep dari judul tersebut, sebagai berikut:
Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep
No Variabel Dimensi Indikator
1 Media
Relations
Fungsi Media Relations Fungsi Media Relations YPI
Tujuan Media Relations Tujuan Media Relations YPI
Manfaat Media Relations Manfaat Media Relations YPI
Pentingnya Media
Relations
Sejauhmana PR YPI memandang pentingnya
Media Relations
Bentuk kegiatan Media
Relations
Bentuk kegiatan Media Relations YPI
Waktu pelaksanaan kegiatan Media Relations
Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan Media
Relations
2 Pendekatan
Media
Relations
Bentuk pendekatan
Media Relations
Bentuk pendekatan YPI dalam kegiatan
Media Relations
Kapan pendekatan Media Relations dilakukan
Kepada siapa saja pendekatan Media
Relations dilakukan
Strategi pendekatan
Media Relations
Strategi khusus yang dilakukan YPI dalam
membina hubungan yang baik dengan
wartawan
61
No Variabel Dimensi Indikator
Hambatan pendekatan
Media Relations
Hambatan yang dihadapi dalam berhubungan
dengan media dan cara mengatasinya
3 Publisitas Manfaat publisitas Manfaat publisitas bagi YPI
Kerugian publisitas Kerugian YPI akibat publisitas
Hasil publisitas Media monitoring
3.4 Permasalahan yang ada
Melihat dari kondisi dan situasi yang ada tentang fungsi media relations
Yayasan Puteri Indonesia dalam meningkatkan publikasi Puteri Indonesia,
ditemukan perumusan masalah yang ada, antara lain:
1. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan dan pendekatan media relations Yayasan
Puteri Indonesia dalam membangun hubungan dengan wartawan media cetak
dan internet?
2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan media relations Yayasan Puteri Indonesia
dalam upaya meningkatkan publisitas Puteri Indonesia khususnya di media
cetak dan internet?
3. Bagaimana hasil publisitas Puteri Indonesia 2010 pada bulan November 2010
sampai Maret 2011?
3.5 Alternatif Pemecahan Masalah
1. Mengevaluasi bentuk-bentuk kegiatan media relations yang telah dilakukan.
2. Mengevaluasi pendekatan media relations yang telah dilakukan.
3. Mengevaluasi publisitas yang telah dihasilkan dengan melakukan media
monitoring.