laboratorium pengamatan hama dan penyakit...

13
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Kegiatan gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) hortikultura di Indonesia dilaksanakan pada tingkat provinsi dan kabupaten dimana kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan kegiatan pengendalian OPT di lapang yang merupakan stimulan atau pengungkit terlaksananya pengendalian OPT hortikultura oleh petani, dengan pelaksanaan gerakan pengendalian OPT yang dibina oleh pelaku perlindungan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) / Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) pada lahan usaha kelompok tani dengan difasilitasi sarana prasarana pengendalian OPT. Cakupan komponen kegiatan gerakan pengendalian OPT meliputi koordinasi, pembinaan, bimbingan tingkat lapang, supervisi, fasilitasi sarana prasarana dukungan pelaksanaan operasional gerakan pengendalian OPT berupa peralatan dan komponen bahan pendukung perbanyakan bahan pengendalian OPT ramah lingkungan berupa pestisida biologi (agens pengendali hayati) di tingkat LPHP/Laboratorium Agens Hayati, Klinik PHT dan Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH), pelaksanaan gerakan pengendalian OPT, penyebarluasan informasi, pengamatan, monitoring dan pelaporan keadaan OPT di tingkat lapang. Operasional lapang pelaksanaan pengendalian OPT sebenarnya telah menjadi kewenangan pemerintah, yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi, sehingga bantuan tidak sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Pusat. Namun karena sifat tingkat serangan berkisar antara ancaman, eksplosif dan endemik maka Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan sarana atau mengelola atau mengendalikan risiko terjadinya eksplosi OPT hortikultura, antara lain dengan: memberikan pembinaan, bimbingan teknis, penyediaan informasi, peningkatan kemampuan, penyediaan berbagai pelayanan teknis perlindungan tanaman hortikultura. Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) merupakan institusi perlindungan tanaman di tingkat lapangan di bawah pembinaan dan koordinasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi / Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) di tingkat provinsi. Sebagai institusi yang menangani masalah perlindungan tanaman di tingkat lapangan, LPHP diharapkan dapat berperan sebagai pusat pengembangan teknologi terapan perlindungan tanaman berbasis pengendalian hama terpadu (PHT). Pengembangan teknologi perlindungan tanaman di tingkat LPHP, mencakup kegiatan pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT, serta penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Peran dan kondisi LPHP cukup beragam, tergantung pada kebijakan dan komitmen daerah dalam meningkatkan peran perlindungan tanaman untuk mendukung pencapaian sasaran produksi hortikultura. Di Indonesia sampai akhir tahun 2016, telah ada total 95 LPHP yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebaran LPHP tersebut, terdiri dari : a. Provinsi Pemerintah Aceh 4 LPHP (LPHP Keumala, Pidie; LPHP Pulo’le Nagan Raya; LPHP Peureulak Aceh Timur; dan LPHP Banda Aceh. b. Provinsi Sumatera Utara 4 LPHP (LPHP Medan Johor; LPHP/LAH Tanjung Morawa; LPHP / LAH Pematang Kerasaan; LPHP/LAH Padang Balangka). c. Provinsi Sumatera Barat 4 LPHP (LPHP Bandarbuat; LPHP Bukititnggi; LPHP Air Mutus; LPHP Sukamenanti). d. Provinsi Riau 1 LPHP (LPHP Pekanbaru). e. Provinsi Jambi 2 LPHP ( LPHP Sei Tiga, Muaro Jambi; LPHP Kayu Ar, Kerinci).

Upload: doantruc

Post on 05-Mar-2018

288 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)

Kegiatan gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) hortikultura di

Indonesia dilaksanakan pada tingkat provinsi dan kabupaten dimana kegiatan tersebut merupakan satu

kesatuan kegiatan pengendalian OPT di lapang yang merupakan stimulan atau pengungkit

terlaksananya pengendalian OPT hortikultura oleh petani, dengan pelaksanaan gerakan pengendalian

OPT yang dibina oleh pelaku perlindungan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) /

Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) pada lahan usaha kelompok tani dengan

difasilitasi sarana prasarana pengendalian OPT. Cakupan komponen kegiatan gerakan pengendalian

OPT meliputi koordinasi, pembinaan, bimbingan tingkat lapang, supervisi, fasilitasi sarana prasarana

dukungan pelaksanaan operasional gerakan pengendalian OPT berupa peralatan dan komponen

bahan pendukung perbanyakan bahan pengendalian OPT ramah lingkungan berupa pestisida biologi

(agens pengendali hayati) di tingkat LPHP/Laboratorium Agens Hayati, Klinik PHT dan Pos Pelayanan

Agens Hayati (PPAH), pelaksanaan gerakan pengendalian OPT, penyebarluasan informasi,

pengamatan, monitoring dan pelaporan keadaan OPT di tingkat lapang.

Operasional lapang pelaksanaan pengendalian OPT sebenarnya telah menjadi kewenangan

pemerintah, yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi, sehingga bantuan tidak

sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Pusat. Namun karena sifat tingkat serangan berkisar antara

ancaman, eksplosif dan endemik maka Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan sarana atau

mengelola atau mengendalikan risiko terjadinya eksplosi OPT hortikultura, antara lain dengan:

memberikan pembinaan, bimbingan teknis, penyediaan informasi, peningkatan kemampuan,

penyediaan berbagai pelayanan teknis perlindungan tanaman hortikultura.

Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) merupakan institusi perlindungan

tanaman di tingkat lapangan di bawah pembinaan dan koordinasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai

Proteksi / Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) di tingkat provinsi. Sebagai

institusi yang menangani masalah perlindungan tanaman di tingkat lapangan, LPHP diharapkan dapat

berperan sebagai pusat pengembangan teknologi terapan perlindungan tanaman berbasis

pengendalian hama terpadu (PHT). Pengembangan teknologi perlindungan tanaman di tingkat LPHP,

mencakup kegiatan pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT, serta penanganan Dampak

Perubahan Iklim (DPI). Peran dan kondisi LPHP cukup beragam, tergantung pada kebijakan dan

komitmen daerah dalam meningkatkan peran perlindungan tanaman untuk mendukung pencapaian

sasaran produksi hortikultura.

Di Indonesia sampai akhir tahun 2016, telah ada total 95 LPHP yang tersebar di seluruh

Indonesia. Sebaran LPHP tersebut, terdiri dari :

a. Provinsi Pemerintah Aceh 4 LPHP (LPHP Keumala, Pidie; LPHP Pulo’le Nagan Raya; LPHP

Peureulak Aceh Timur; dan LPHP Banda Aceh.

b. Provinsi Sumatera Utara 4 LPHP (LPHP Medan Johor; LPHP/LAH Tanjung Morawa; LPHP / LAH

Pematang Kerasaan; LPHP/LAH Padang Balangka).

c. Provinsi Sumatera Barat 4 LPHP (LPHP Bandarbuat; LPHP Bukititnggi; LPHP Air Mutus; LPHP

Sukamenanti).

d. Provinsi Riau 1 LPHP (LPHP Pekanbaru).

e. Provinsi Jambi 2 LPHP ( LPHP Sei Tiga, Muaro Jambi; LPHP Kayu Ar, Kerinci).

Page 2: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

f. Provinsi Sumatera Selatan 4 LPHP (LPHP Sukarami; LPHP Tugumulyo; LPHP Belitang; LPHP

Muara Enim).

g. Provinsi Bengkulu 2 LPHP (LPHP Sidomulyo; LPHP Mojorejo).

h. Provinsi Lampung 3 LPHP (LPHP Trimurjo; LPHP Semuli Raya; LPHP Gading Rejo).

i. Provinsi Bangka Belitung 2 LPHP (LPHP BPTPH Babel; LPHP Lapangan).

j. Provinsi DKI Jakarta 1 LPHP (LPHP Cibubur).

k. Provinsi Jawa Barat 5 LPHP (LPHP Dayeuh Kolot / Instalasi PPOPT Bandung; LPHP Bojong

Picung / Instalasi PPOPT Cianjur; LPHP Indramayu; LPHP Cilembang / Instalasi PPOPT

Tasikmalaya; LPDP Subang.

l. Provinsi Jawa Tengah 6 LPHP (LPHP Tajum; LPHP Petarukan; LPHP Kedu; LPHP Semarang;

LPHP Solo; LPHP Winong).

m. Provinsi DI Yogyakarta 1 LPHP (LPHP Bantul).

n. Provinsi Jawa Timur 7 LPHP (LPHP Pandaan; LPHP Sumber Gompol; LPHP Jabon; LPHP

Tanggul; LPHP Pamekasan; LPHP Pilangkenceng; LPHP Bojonegoro.

o. Provinsi Banten 2 LPHP (LPHP Cangkring; LPHP Rangkasbitung).

p. Provinsi Bali 3 LPHP (LPHP Celuk; LPHP Tangguwisia; LPHP Denpasar).

q. Provinsi NTB 1 LPHP (LPHP Narmada).

r. Provinsi NTT 3 LPHP (LPHP Kupang; LPHP Waingapu; LPHP Mbay).

s. Provinsi Kalimantan Barat 2 LPHP (LPHP Sambas; LAH Pontianak (BPTPH)).

t. Provinsi Kalimantan Tengah 3 LPHP (LPHP Mampai, Kapuas; LPHP Sampit; LAH Palangkaraya).

u. Provinsi Kalimantan Selatan 4 LPHP (LPHP Sei Raya; LPHP Sei Tabuk; LPHP Mundalang; LPHP

Banjarbaru).

v. Provinsi Kalimantan Timur 1 LPHP (LPHP Sempaja).

w. Provinsi Sulawesi Utara 1 LPHP (LPHP / LAH Kalasey).

x. Provinsi Sulawesi Tengah 6 LPHP (LPHP Biromaru; LPHP Dolago; LPHP Banggai / Toili; LPHP

Ginunggung; LPHP Pantangolemb; LPHP Morowali).

y. Provinsi Sulawesi Selatan 5 LPHP (LPHP Maros; LPHP Bulukumba; LPHP Luwu; LPHP Pinrang;

LPHP Bone).

z. Provinsi Sulawesi Tenggara 2 LPHP (LPHP Lambuya; LPHP Kendari).

aa. Provinsi Gorontalo 2 LPHP (LPHP / LAH Kota Gorontalo; LPHP Kab. Gorontalo).

bb. Provinsi Sulawesi Barat 1 LPHP (LPHP Salugatta).

cc. Provinsi Maluku 5 LPHP (LPHP BPTPH Maluku; LAH Kairatu; LAH Mako; LAH Kobisonta; LPHP

Ambon).

dd. Provinsi Maluku Utara 1 LPHP (LPHP Agens Hayati Ternate Selatan).

ee. Provinsi Papua 5 LPHP (LPHP BPTPH Provinsi; LPHP Lap. Merauke; LPHP Lap. Nabire; LPHP

Lap. Timika; LPHP Lap. Yaen Serui).

ff. Provinsi Papua Barat 2 LPHP (LPHP Sorong; LPHP Manokwari).

Keberhasilan penerapan PHT di lapangan sangat ditentukan oleh pembinaan dan

pendampingan kepada petani. Pembinaan di tingkat lapangan dilakukan oleh petugas perlindungan

tanaman yang dikoordinasikan oleh UPTD BPTPH Provinsi dengan pelaksana teknis LPHP yang

wilayah kerjanya meliputi beberapa kabupaten sesuai kondisi agroklimat. LPHP sebagai institusi

terdepan perlindungan tanaman mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan

kegiatan pengamanan produksi hortikultura. Peran LPHP tidak hanya sebagai institusi / wadah bagi

Page 3: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan pembinaan terhadap

kelembagaan PHT di tingkat lapangan, tetapi juga sebagai institusi yang dituntut untuk

mengembangkan teknologi terapan di bidang perlindungan tanaman berbasis PHT.

Kegiatan utama terkait fungsi LPHP sebagai pusat pengembangan teknologi terapan

perlindungan tanaman hortikultura meliputi kegiatan pengamatan, peramalan, pengendalian OPT dan

penanganan DPI, pengembangan SDM, penyebaran informasi / publikasi dan pelayanan masyarakat.

Kegiatan pendukung LPHP meliputi pengamatan, pengendalian OPT dan penanganan peramalan serta

kegiatan penyebaran informasi / publikasi.

KEGIATAN UTAMA

A. Pengamatan

Pengamatan merupakan kegiatan penghitungan serta pengumpulan data dan informasi tentang

keadaan populasi atau serangan OPT dan DPI (banjir dan kekeringan). Pengamatan bertujuan

untuk menget

ahui jenis dan kepadatan populasi OPT, luas dan intensitas serangan OPT/kerusakan DPI, daerah

penyebaran, serta faktor – faktor yang memengaruhi perkembangan OPT.

a. Pengamatan OPT/DPI

Pengamatan OPT dilakukan untuk mengetahui jenis dan kepadatan populasi OPT, luas dan

intensitas serangan OPT, daerah penyebaran dan faktor – faktor yang memengaruhi

perkembangan OPT. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, diharapkan dapat dilakukan

analisis data dan informasi sejak dini untuk menentukan langkah – langkah penanganan yang

tepat dalam mengendalikan OPT hortikultura di lapangan. Kegiatan pengamatan OPT

dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling. Pengamatan

tetap merupakan pengamatan yang dilakukan secara berkala pada lokasi/alat yang tetap dan

mewakili bagian terbesar dari wilayah pengamatan, antara lain melalui pengamatan lampu

perangkap, penakar curah hujan, petak tetap (contoh).

Pengamatan keliling merupakan pengamatan yang dilakukan dengan menjelajahi

wilayah pengamatan untuk mengetahui luas tanaman terserang dan terancam, luas

pengendalian, bencana alam serta informasi tentang penggunaan, peredaran, dan

penyimpanan pestisida. Pengamatan keliling diawali dengan mencari sumber informasi yang

akurat dengan menemui petani / kelompok tani atau sumber lain yang dapat dipercaya untuk

memeroleh informasi tentang serangan OPT dan kegiatan pengendalian di wilayahnya.

Informasi tersebut digunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai sebagai sumber

serangan OPT maupun berpotensi terkena gangguan OPT / DPI. Penentuan daerah yang

dicurigai berdasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap OPT utama, stadia

pertumbuhan tanaman, jarak lokasi pertanaman dengan daerah seumber serangan, serta

daerah rawan terkena banjir, kekeringan dan bencana alam lain.

Dalam kegiatan pengamatan (tetap dan keliling), LPHP berkewajiban melakukan

pembinaan secara berjenjang melalui Koordinator POPT-PHP, maupun secara langsung

kepada petugas lapangan (POPT-PHP). Pembinan dilakukan dengan melakukan pertemuan

rutin bulanan atau pendampingan langsung dalam berbagai kegiatan terkait di lapangan.

Page 4: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

b. Surveilans

Surveilans merupakan kegiatan pengamatan dalam rangka mengumpulkan dan mencatat data

tentang dinamika populasi atau tingkat serangan OPT serta faktor – faktor yang

memengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu. Dalam pelaksanaannya, surveilans

dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu surveilans umum dan surveilans khusus (deteksi dan

pest list).

- Surveilans Umum merupakan kegiatan resmi yang dilakukan untuk mendapatkan informasi

tentang suatu OPT disuatu daerah yang dikumpulkan dari berbagai sumber untuk

melakukan deteksi awal perkembangan OPT sehingga mempermudah dalam penyusunan

rekomendasi pengendalian dan pengelolaan OPT di wilayah tertentu. Tujuan pelaksanaan

surveilans untuk : 1). Mengetahui keberadaan, kepadatan populasi, sebaran dan dinamika

OPT sasaran; 2).memeroleh data dasar dalam analisa peramalan dan penerapan sistem

peringatan dini (early warning system) dan 3). evaluasi keberhasilan kegiatan

pengendalian OPT

- Surveilans khusus merupakan prosedur kegiatan yang dilaksanakan oleh National Plant

Protection Organization (NPPO) dan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang suatu

OPT pada area dan periode tertentu. Langkah – langkah dalam pelaksanaan surveilans

khusus adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan judul dan penyusunan rencana survei;

2. Tujuan survei; 3. Identifikasi OPT sasaran; 4. Identifikasi tanaman inang sasaran;

5. Tanaman inang alternatif; 6. Penelaahan rencana survei yang telah dilaksanakan

sebelumnya; 7. Pemilihan lokasi (Identifikasi area survei, Identifikasi wilayah yang akan di

survei, Identifikasi tempat survei, lokasi lahan, lokasi pengambilan sampel dan titik

pengambilan sampel; serta metode untuk pemilihan lokasi); 8. Penetapan jumlah dan jenis

sampel; 9). Waktu pelaksanaan survei; 10). Perencanaan pengumpulan data dari

lapangan; 11). Metode pengumpulan spesimen OPT; 12). Penyimpanan data secara

elektronik; 13). Petugas survei; 14). Perizinan dan akses; 15). Studi pendahuluan;

16). Pelaksanaan survei (pengumpulan data dan spesimen); 17). Analisis data; dan

18). Pelaporan hasil survei.

c. Dinamika populasi OPT

Dinamika populasi merupakan kombinasi keadaan dari setiap komponen populasi yang saling

memiliki keterkaitan. Misalnya keadaan sistem interaksi antara predator dan prey (mangsa)

ditentukan oleh kepadatan populasi predator dan populasi mangsa, sehingga dinamika

populasi dapat digambarkan dalam grafik x-y (koordinat).

Pengamatan dinamika populasi dilaksanakan untuk memeroleh informasi tentang fluktuasi

kepadatan/ jumlah populasi OPT pada satuan ruang dan waktus erta pada musim tertentu

(hujan atau kemarau) serta untuk memeroleh data yang lengkap (komprehensif) dan

representatif. Dinamika populasi sebaiknya dilakukan di berbagai lokasi yang berbeda dan

dilakukan setiap musim selama minimal 5 tahun.

d. Light Trap

Light trap (lampu perangkap) adalah sarana kerja yang berfungsi memerangkap serangga.

Pemasangan light trap merupakan salah satu strategi pemantauan populasi OPT. Lampu

perangkap sangat efektif untuk memantau serangga – serangga nokturnal (aktif pada malam

Page 5: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

hari) seperti famili Noctuidae, Saturniidae, dan Sphingidae. Serangga – serangga yang

biasanya tertangkap antara lain wereng batang cokelat (dewasa makroptera), ngengat

penggerek batang padi, orong – orong, kepinding tanah (Scotinophara coarctata), Coccinella

sp, Paederus sp, Ophionea sp dan serangga lainnya.

e. Pengelolaan SMPK dan AWS

Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK) merupakan tempat pengamatan

faktor – faktor iklim (suhu, kelembaban, curah hujan, arah kecepatan angin, penyinaran dll)

secara periodik dan berkelanjutan. Alat yang digunakan dalam SMPK berupa alat pengukur

manual maupun otomatis. Alat – alat meliputi : pengukur curah hujan, pengukur kelembaban

nisbi udara, pengukur suhu (udara dan air), pengukur intensitas penyinaran, pengukur panjang

penyinaran, pengukur kecepatan angin, serta pengukur evaporasi. Pengamatan masing –

masing alat ukur disesuaikan dengan waktu dan tujuan pemanfaatannya. Waktu pengamatan

cuaca banyak ditentukan oleh letak tata surya. Setiap tempat/wilayah mempunyai sistem waktu

tertentu, tergantung letak tempat di permukaan bumi (koordinat menurut Lintang atau Bujur

Timur).

Automatic Weather Station (AWS) adalah alat yang terdiri dari beberapa sensor

terintegrasi yang digunakan untuk melakukan pengukuran tekanan udara, suhu, kelembaban,

arah dan kecepatan angin, radiasi matahari, serta curah hujan yang direkam secara otomatis.

AWS bertujuan untuk meningkatkan intensitas dan keakuratan pengukuran, menyediakan data

terus menerus, meningkatkan realibilitas data, keseragaman jaringan melalui standardisasi

teknik pengukuran, mengurangi human error, dan rekapitulasi data yang banyak dan mudah

pengelolaannya. Dalam kegiatan pengamanan produksi, fungsi AWS sangat diperlukan dalam

mendukung kelancaran kegiatan penanganan DPI khususnya dalam mengantisipasi terjadinya

banjir, kekeringan, dan bencana alam lainnya seperti longsor, badai dan bencana lain.

B. Peramalan / Forecasting OPT

Peramalan OPT adalah kegiatan untuk mendeteksi atau memprediksi populasi / serangan OPT

serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkannya dalam ruang dan waktu tertentu.

Tujuan peramalan adalah untuk menyusun tindakan pengelolaan OPT sesuai dengan pronsip,

strategi, dan langkah operasional penerapan PHT. Peramalan DPI adalah kegiatan untuk

mendeteksi atau memrediksi kemungkinan terjadinya banjir dan kekeringan serta akibat yang

ditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu. Tujuan peramalan DPI untuk mengantisipasi banjir

dan kekeringan di suatu wilayah sehingga dapat memperkecil risiko yang terjadi.

Kegiatan peramalan merupakan komponen penting dalam strategi pengamanan produksi,

sebagai salah satu dasar penyampaian informasi peringatan dini untuk mempersiapkan upaya

antisipasi. Informasi yang diberikan berupa tingkat dan luas kerusakan pertanaman yang

diakibatkan oleh serangan OPT dan/atau kejadian DPI serta upaya penangannya.

Kegiatan peramalan meliputi :

1. Pemetaan daerah serangan OPT / daerah rawan DPI;

a. Sumber data,

b. Pengolahan data (tahap pertama rekapitulasi dan tabulasi data; tahap kedua verifikasi

data; tahap ketiga menghitung jumlah Luas Tambah Serangan (LTS); tahap keempat

menghitung jumlah LTS terkena dan puso), dan

Page 6: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

c. Analisis data

- Metode analisis untuk tanaman musiman meliputi menghitung Kumulatif Luas

Tambah Serangan Musiman; Klasifikasi rata – rata terkena; Klasifikasi rata – rata

puso; Klasifikasi rasio puso; Klasifikasi frekuensi serangan; dan Analisa kriteria

daerah serangan.

- Metode analisis untuk tanaman tahunan meliputi menghitung KLTS Tahunan;

Klasifikasi rata – rata terkena; Klasifikasi rata – rata puso; Klasifikasi rasio puso;

Klasifikasi frekuensi serangan; dan Analisa kriteria daerah serangan.

d. Membuat Peta (nilai klasifikasi daerah serangan (tanaman musiman maupun tahunan)

didistribusikan ke masing – masing lokasi untuk dibuat peta penyebaran daerah

serangan dengan menggunakan fasilitas Sistem Informasi Geografis (SIG).

2. Early Warning System (Sistem Peringatan Dini)

Sistem Peringatan Dini serangan OPT merupakan serangkaian proses pengumpulan

dan analisis data yang dilanjutkan dengan diseminasi informasi potensi peningkatan

intensitas, padat populasi dan luas serangan OPT. Sedangkan sistem peringatan dini

penanggulangan banjir dan kekeringan (DPI) mengacu kepada informasi prakiraan rutin

dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan analisis hasil pengamatan

faktor iklim pada SMPK.

Peringatan dini di tingkat LPHP dibuat dan disampaikan kepada institusi terkait

berdasarkan hasil surveilans maupun hasil pemantauan rutin. Untuk meningkatkan

kecepatan alur informasi keberadaan, perkembangan dan penyebaran OPT/kejadian DPI

diperlukan sistem pelaporan dengan memanfaatkan teknologi informasi (melalui sms dan

internet).

Komponen utama dari sistem peringatan dini adalah sumber informasi dari deteksi dini

terhadap serangan OPT. Kegiatan deteksi dini OPT di areal pertanaman harus

mempertimbangkan prinsip – prinsip dasar diantaranya :

- Mengetahui ciri – ciri OPT dan gejala serangan yang ditimbulkan. Gejala merupakan

reaksi spesifik dari tanaman terhadap infeksi OPT;

- Mengetahui bentuk morfologis patogen penyebab penyakit;

- Mengetahui tanaman inang alternatif patogen;

- Melakukan pengamatan dini terhadap indikator perkembangan penyakit dan kondisi

lingkungan seperti : data faktor iklim terutama faktor suhu dan kelembaban,

pemasangan spore trap (perangkap spora) untuk pengamatan keberadaan cendawan

patogen, keberadaan vektor serangga penular patogen dan tanaman inang di sekitar

pertanaman.

- Analisa faktor – faktor kunci dinamika populasi serangga penular (vektor) penyakit.

C. Pengendalian OPT dan Penanganan DPI

Gerakan Pengendalian OPT

Gerakan pengendalian OPT merupakan kegiatan pengendalian OPT berdasarkan hasil

pengamatan dan sesuai ketentuan dengan melibatkan berbagai unsur terkait serta secara teknis

dibimbing oleh POPT-PHP dan petugas LPHP. Sarana pengendalian OPT yang dibutuhkan

dimobilisasi dari berbagai sumber, antara lain dengan memanfaatkan sarana pengendalian OPT

Page 7: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

yang tersedia di tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi dan pusat. Sesuai prinsip PHT, dalam

kegiatan pengendalian OPT di lapangan, penggunaan agensd hayati merupakan strategi

pengendalian yang paling dianjurkan karena ramah lingkungan dan juga tidak berpotensi

menimbulkan resistensi dan resurgensi.

Penanganan DPI

Penanganan DPI dilakukan dengan strategi antisipasi, mitigasi dan adaptasi.

a. Upaya antisipasi

Merupakan upaya pencegahan untuk menghindari atau mencegah pengaruh yang

merugikan dari ancaman bahaya/bencana. Beberapa upaya yang dapat dilakukan

diantaranya :

1. Penyampaian informasi prakiraan iklim ke daerah

Informasi iklim sangat penting untuk merencanakan kegiatan usaha tani (pra tanam,

tanam dan pasca tanam). Sumber informasi berasal dari BMKG yang didesiminasikan

oleh Kementerian Pertanian kepada Dinas Pertanian Provinsi sekaligus rekomendasi

kewaspadaan terrhadap kemungkinan terjadinya DPI (banjir dan kekeringan) serta

serangan OPT.

2. Pemetaan wilayah rawan kering dan banjir

- Pendekatan meteorologis

Pemetaan dilakukan dengan melihat dampak yang ditimbulkan dari kejadian

perubahan iklim global terhadap sifat hujan, yang banyak digunakan dengan

melihat kondisi hujan.

- Pendekatan Agronomis

Pemetaan wilayah rawan dengan menggunakan data kerusakan tanaman (data

agronomis) akibat kejadian iklim ekstrim. Teknik pemetaan wilayah rawan kering

dan banjir yang terdiri atas beberapa tahap analisis, yaitu : a. Berdasarkan data

luas bencana kekeringan dan banjir, dihitung berdasarkan banyaknya kejadian

banjir/kekeringan pada bulan ke-i (Fi) dalam periode tersebut; b. Menghitung luas

pertanaman yang rusak akibat bencana (Ri) pada masing – masing bulan;

c. Menghitung perkiraan penurunan produksi (Ppi) akibat terjadi bencana pada

bulan ke-i selama periode yang telah ditentukan; d. Menentukan nilai selang

penurunan produksi akibat bencana dan memberikan skor (Si) untuk setiap nilai

selang yang sudah ditentukan; e. Menghitung jumlah skor untuk kabupaten ke-j

(SSi) dengan cara mejumlahkan nilai Si untuk seluruh bulan; f. Menentukan nilai

indeks kerawanan bencana (IBi) masing – masing kabupaten berdasarkan sebaran

nilai SSj.

3. Pemahaman terhadap informasi prakiraan iklim/musim

Tingkat pemahaman informasi prakiraan iklim sangat berpengaruh terhadap upaya

antisipasi atau pencegahan terhadap kemungkinan dampak kejadian iklim ekstrim.

Informasi iklim yang disampaikan kepada petani harus menggunakan bahasa yang

sederhana, jelas, mudah dimengerti dan diterapkan (aplikatif).

Page 8: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

4. Penguatan Sistem Kelembagaan dalam Penyampaian Informasi Prakiraan Iklim

Beberapa dukungan kelembagaan yang diperlukan dalam upaya antisipasi kejadian

iklim yang ekstrim adalah bantuan dalam menerjemahkan informasi prakiraan

iklim/musim tersebut ke dalam bentuk langkah operasional. Untuk menyebarluaskan

informasi tersebut dapat digunakan perangkat/media sms, radio, internet, mobil

penerangan (keliling), petugas lapangan di wilayah masing – masing dll.

b. Upaya adaptasi

Strategi adaptasi adalah tindakan penyesuaian kegiatan dan penerapan teknologi yang

disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Berbagai teknologi inovasi yang dapat

diterapkan untuk antisipasi penyimpangan musim hujan antara lain : pemilihan varietas;

pengolahan tanah dan pengelolaan air irigasi serta pengendalian OPT

c. Upaya mitigasi

Strategi mitigasi merupakan kegiatan aktif untuk mencegah / mempelambat terjadinya

dampak perubahan iklim, meliputi penanaman tananan rendah emisi, pemupukan berimbang

dengan penggunaan pupuk organik, olah tanam minimal untuk mengurangi penggunaan

pupuk organik, olah tanah minimal untuk mengurangi penggunaan pestisida melalui

penerapan PHT.

Pengembangan Agens Hayati / Pestisida Nabati

Pengembangan agens hayati / pestisida nabati dilakukan secara bertahap dengan melakukan

beberapa kegiatan, diawali dengan mengeksplorasi dan mengetahui potensi agens hayati

dan/atau pestisida nabati dalam menekan perkembangan OPT pada pertanaman, melakukan

kajian/pengujian dan memasyarakatkan pemanfaatannya.

Eksplorasi agens hayati dilakukan dengan tahapan/prosedur yaitu :

- Isolasi (merupakan kegiatan untuk memisahkan mikroorganisme (agens hayati) dari

inangnya, sehingga diperoleh isolat murni. Isolasi dapat dilaksanakan dengan berbagai

metode sesuai dengan jenis dan sifat mikrooirganismenya;

- Identifikasi (dilakukan untuk mengetahui jenis dan peran agens hayati sebagai musuh

alami hama atau patogen tanaman);

- Uji keefektifan skala laboratorium (in vitro), yang dilakukan untuk mendapatkan musuh

alami yang berpotensi sebagai sarana / agens pengendali OPT. Pengujian dilakukan

dengan mengacu kaidah Postulat Koch;

- Uji keefektifan skala rumah kaca, dilakukan untuk mengetahui pengaruh agens hayati

terhadap OPT pada pertanaman dalam lingkungan yang terkendali;

- Uji keefektifan lapangan, berupa demo plot (demplot) untuk menguji keefektifan agens

hayati pada lahan pertanaman dengan standar mutu yang mendekati skala laboratorium;

- Penyediaan isolat murni, ditujukan untuk menjamin kualitas /mutu agens hayati yang

selanjutnya dapat diperbanyak dan diaplikasikan di tingkat petani melalui Pos Pelayanan

Agens Hayati (PPAH) maupun langsung kepada petani dengan bimbingan petugas yang

kompeten.

Page 9: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

Pestisida nabati merupakan ramuan pestisida yang terbuat dari tumbuhan yang diolah sehingga

dapat digunakan sebagai bahan pengendali hama tanaman. Dalam pemilihan tumbuhan

berpotensi sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu :

- Eksplorasi tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional;

- Eksplorasi tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai agens pengendali serangga

hama secara tradisional;

- Eksplorasi pada tumbuhan yang satu famili dengan tumbuhan yang pernah dilaporkan

memiliki sifat pestisida;

- Eksplorasi pada tumbuhan yang secara ekologi tidak pernah dijadikan inang oleh serangga

hama;

- Eksplorasi secara acak, dengan melakukan pengujian pada tumbuhan yang ditemui.

Kegiatan yang perlun diperhatikan dalam eksplorasi adalah kegiatan pencatatan semua

keadaan lingkungan tumbuhan tersebut ditemukan, seperti : nama lokasi, kondisi tanah,

ketinggian tempat, pertanaman di sekitar lokasi, tanggal pengambilan contoh, identitas

tumbuhan dan nama kolektor.

Rekomendasi Pengendalian OPT

Merupakan saran tindakan pengendalian yang perlu dilakukan untuk mencegah peningkatan dan

penyebaran serangan OPT. Rekomendasi pengendalian OPT pada petani/kelompok tani dapat

dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu preemtif dan responsif.

- Pendekatan preemtif

Upaya pengelolaan agroekosistem yang sehat dan toleran terhadap perkembangan OPT

sehingga tidak terjadi spot populasi/serangan OPT. Upaya preemtif dapat dilakukan

dengan : a). Tanam serentak; b). Pergiliran / rotasi tanaman; c). Menanam varietas tahan;

d). Penggunaan pupuk berimbang; e). Penggunaan agens hayati.

- Pendekatan responsif

Upaya pengendalian OPT yang dilakukan sesegera mungkin berdasarkan hasil spot

populasi / serangan OPT sehingga spot populasi tersebut tidak meluas ke lahan/wilayah

sekitar pertanaman. Teknologi pengendalian OPT yang dilakukan mengutamakan

penerapan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan yang efektif dan efisien sesuai

prinsip – prinsip PHT. Rekomendasi pengendalian tersebut berdasarkan data hasil

pengamatan lapangan oleh POPT-PHP maupun petugas LPHP untuk disampaikan kepada

petugas/kelompok tani, mantri tani/KCD, PPL, Dinas Pertanian Kabupaten atau Kepala

UPTD BPTPH Provinsi.

D. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengembangan SDM merupakan faktor penting dalam suatu kelembagaan/institusi/organisasi yaitu

sebagai alat (means) maupun sebagai tujuan akhir pembangunan.

Bimbingan Petugas Lapangan

Bentuk kegiatan yang dapat difasilitasi LPHP dalam peningkatan kemampuan POPT-PHP

dengan melaksanakan pelatihan teknis, magang, pertemuan/seminar, studi banding, maupun

pembinaan langsung kepada POPT-PHP. Materi pembinaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua)

jenis kegiatan yaitu pembinaan yang langsung terkait dengan kemampuan teknis (pengamatan,

peramalan dan pengendalian OPT) serta kegiatan yang terkait dengan kemampuan sosial

kemasyarakatan (kepemanduan, komunikasi kebersamaan, kerjasama dan kegiatan lain).

Page 10: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

Bimbingan Kelompok Tani Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH)

PPAH berawal dari program sains petani yaitu kajian atau penelitian agens hayati oleh petani

alumni SLPHT di lahan pertanaman nya. Anggota PPAH terdiri dari alumni SLPHT yang

mempunyai peran dan fungsi sebagai pos pelayanan yang mengusahakan, menyiapkan,

memanfaatkan, memperbanyak dan mengembangkan agens hayati dan pestisida nabati sebagai

bahan pengendali OPT.

Pembinaan PPAH dilakukan oleh UPTD – BPTPH Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

melalui LPHP, POPT – PHP, PPL dan Mantri Tani. Bimbingan tersebut dapat dilakukan melalui

pelatihan teknis, magang, pertemuan/seminar, studi banding dan kunjungan pembinaan

langsung ke kelompok tani PPAH. Materi pembinaan antara lain meliputi cara perbanyakan

agens hayati, pembuatan pestisida nabati dan pupuk organik, peme,iharaan mutu agens hayati,

penguatan jaringan PPAH, serta cara aplikasi agens hayati dan pestisida nabati pada

pertanaman.

Pembinaan Regu Pengendali Hama (RPH)

RPH mempunyai fungsi melakukan kegiatan pengendalian OPT khususnya pada daerah –

daerah endemis (sumber infeksi / spot) atau eksplosi; memotivasi dan mengggerakan petani

dalam melaksanaan kegiatan perlindungan tanaman secara cepat, tepat, akurat dan serempak;

serta menerapkan prinsip 6 Tepat (sasaran, jenis, dosis dan konsentrasi, cara, waktu dan mutu)

berdasarkan PHT. Selain itu RPH diharapkan dapat membantu penanganan DPI (banjir dan

kekeringan) di wilayahnya.

Materi utama pelatihan yang diberikan meliputi pengenalan OPT, populasi OPT dan tingkat

serangan OPT, pengenalan bahan dan alat pengendali OPT, bongkar pasang alat, cara kalibrasi

dan pengenalan alat, dinamika kelompok serta Rencana Tindak Lanjut (RTL).

E. Penyebaran Informasi / Publikasi

Penyebaran informasi / publikasi bertujuan memberikan pelayanan berupa informasi di bidang

pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT/DPI kepada institusi terkait dan masyarakat.

Koordinasi / sarasehan bertujuan untuj menyampaikan hasil kegiatan pengamatan, peramalan dan

rekomendasi pengendalian OPT dan penanganan DPI. Peserta sarasehan terdiri dari POPT-PHP,

Mantri Tani, unsur – unsur Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Badan Pelaksana Penyuluhan

(Bapeluh) serta Koordinasi / PPL.

Materi yang disampaikan dalam sarasehan diantaranya : 1. Peramalan dan perkembangan

serangan OPT/DPI; 2. Penyampaian / penyebarluasan peta daerah serangan OPT dan daerah

rawan DPI, 3. Penyampaian rekomendasi pengendalian OPT, diberikan berdasarkan hasil

pengamatan dan peramalan OPT di lapangan; 4. Pembahasan permasalahan dan peningkatan

koordinasi antar petugas; dan 5. Penyusunan rencana kerja tindak lanjut (RKTL) dalam rangka

kegiatan pengamanan produksi.

F. Pelayanan Masyarakat

Klinik tanaman merupakan kegiatan LPHP dalam rangka memberikan pelayanan terkait

permasalahan/gangguan tanaman kepada masyarakat umum dan/atau perusahaan / lembaga /

instansi yang memerlukan. Pelayanan yang diberikan dapat berupa penyuluhan langsung kepada

petani di lapangan, identifikasi sampel tanaman yang terserang OPT, konsultasi permasalahan

terkait gangguan tanaman, diagnosis OPT dan rekomendasi pengendalian OPT.

Page 11: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

Klinik tanaman dapat menjadi media bagi petani untuk memecahkan permasalahan terkait

kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh serangga hama, patogen dan penyebab kerusakan lain.

Klinik tanaman dapat digunakan sebagai wadah penyaluran (diseminasi) informasi yang

berhubungan dengan ilmu pertanian, sehingga berfungsi sebagai media bersama untuk saling

bertukar informasi.

KEGIATAN PENDUKUNG

A. Pengamatan

Pemantauan OPT dan Gangguan Fisiologis Potensial

Kegiatan ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar, sehingga dapat mengantisipasi

secara dini kerugian yang ditimbulkan akibat OPT. Upaya antisipasi dini tersebut

dilakukandengan mempelajari epidemiologi, dinamika populasi dan spesifikasi dari gangguan

fisiologis tanaman. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan pemantauan tersebut adalah :

1. Terpantaunya jenis dan upaya penanganan dini keberadaan OPT dan gangguan fisiologis

potensial di wilayah kerja LPHP; 2. Terdeteksinya kajian – kajian terkait dinamika serta teknologi

pengendalian OPT dan gangguan fisiologis potensial; 3. Tersedianya teknologi pengamatan,

peramalan dan pengendalian OPT (P3OPT) untuk penanganan OPT dan gangguan fisiologis

potensial di wilayah kerja LPHP.

Tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi : a). Menyiapkan ATK untuk pengamatan;

b). Mencari informasi dari berbagai sumber tentang keberadaan OPT dan gangguan fisiologis

potensial; c). Melakukan pengamatan dan pengambilan sampel OPT dan gangguan fisiologis

potensial; d). Melakukan indentifikasi OPT dan gangguan fisiologis potensial di laboratorium;

e). Melakukan kajian awal (pre lemminary test) untuk OPT dan gangguan fisiologis potensial;

f). Melakukan dokumentasi OPT dan gangguan fisiologis potensial; g). Membuat laporan tentang

keberadaan OPT dan gangguan potensial di wilayah kerja LPHP.

B. Pengendalian OPT dan Penanganan DPI

Pengembangan Indigenous Technology (Teknologi Pengendalian OPT Spesifik Lokasi)

Studi / kajian teknologi pengendalian yang dapat diterapkan secara efektif dan efisien diperlukan

untuk mengatasi permasalahan OPT yang semakin kompleks dan dinamis. Teknologi

pengendalian OPT spesifik lokasi adalah suatu hasil kegiatan pengkajian yang memenuhi

kesesuaian lahan dan agroklimat setempat dan mempunyai potensi untuk diuji lebih lanjut

menjadi paket teknologi pengendalian OPT di masing – masing wilayah agroklimat. Di antara

teknologi pertanian spesifik lokasi tersebut ada yang berpotensi untuk menjadi teknologi

pertanian unggulan pada skala nasional.

C. Penyebaran Informasi / Publikasi

Penyebaran Informasi melalui Media Massa

Media informasi yang dapat dimanfaatkan untuk penyebaran informasi diantaranya : 1). Media

cetak antara lain koran dan majalah; 2). Media elektronik antara lain televisi dan radio; 3). Media

on-line dengan perangkat internet. Tujuan penyebaran informasi melalui media adalah untuk

menyampaikan pesan/informasi antara lain terkait perkembangan serangan OPT dan/atau

kejadian DPI (bajir dan kekeringan), petunjuk pelaksanaan kegiatan operasional perlindungan

tanaman, perubahan status OPT, OPT potensial dan/atau OPT baru dll. Informasi tersebut

diharapkan dapat diterima oleh masyarakat luas secara cepat. Substansi yang diinformasikan

Page 12: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

harus faktual dan aktual, disampaikan secara runtut/sistematis dengan penggunaan bahasa

yang baik, benar dan mudah diterima masyarakat umum.

Penyusunan Pest List komoditas hortikultura utama

Tahapan penyusunan pest list meliputi kegiatan surveilans, identifikasi, pembuatan voucher

specimen OPT, database OPT, penyebaran informasi pest list dan penulisan laporan /

dokumentasi pest list.

- Survei / surveilans untuk Pest List

Survei khusus untuk pest list mencakup pengamatan OPT secara menyeluruh dan intensif

pada tanaman inang sasaran. Untuk peningkatan kewaspadaan dan tindak lanjutnya,

kegiatan surveilans dapat dipadukan dengan identifikasi, pembuatan voucher specimen,

dan pembuatan data base OPT. Dalam penyusunan pest list, informasi tentang OPT

tersebut harus dicatat dengan baik. Informasi dasar yang diperlukan dalam penyusunan

pest list, antara lain : Nama Ilmiah terakhir organisme termasuk strain, biotipe; Stadia;

Klasifikasi dalam taksonomi; Metode identifikasi; Waktu : tahun, bulan, tanggal; Lokasi :

kode lokasi, alamat, koordinasi GPS, kondisi penting laiinnya; Nama ilmiah tanaman inang;

Tingkat kerusakan; Cara koleksi; Prevalensi (tingkat kejadian) OPT; Referensi.

- Rekapitulasi

Rekapitulasi hasil survei dibuat dalam sebuah formulir khusus, formulir tersebut digunakan

untuk mendata semua spesimen sampel yang didapat dari kegiatan surveilans.

- Data Base

Informasi yang disimpan dalam database dapat digunakan untuk memetakan penyebaran

OPT/OPTK, keperluan karantina dan analisis risiko OPT. Data disimpan secara teratur,

sehingga mudah dicari, diperoleh kembali, dianalisa, dan diperbarui bila perlu. Database

sederhana dapat berupa tabel yang dibuat dalam program lembar bentangan

(spreadsheet) seperti Microsoft Excel. Untuk menambah kepercayaan pasar bahwa

surveilans dilakukan dokumentasi yang baik dan benar, pest List dapat dilengkapi dengan

berbagai informasi teknis OPT.

- Menyiapkan lembaran informasi untuk publikasi

Lembaran informasi teknologi pengendalian OPT hasil surveilans dibuat untuk

meningkatkan kesadaran publik terkait dengan keberadaan suatu spesies OPT, deskripsi

dan gejala OPT, deskripsi tanaman inang atau lingkungan OPT, waktu OPT ditemukan,

misalnya terkait dengan musim atau stadium pertumbuhan tanaman inang, penjelasan

tentang kelompok (tim) penyusun lembaran informasi.

- Penyebaran informasi Pest List

Penyampaian informasi Pest List untuk kepentingan komunikasi perdagangan dengan

negara mitra dagang, hanya dapat dilakukan oleh NPPO. Di Indonesia sekretariat NPPO

berada di Badan Karantina Pertanian dengan anggota instansi Direktorat Perlindungan

Tanaman. Dalam operasionalnya NPPO didampingi oleh pakar perlindungan tanaman

dalam melakukan komunikasi dan negosiasi perdagangan produk pertanian dengan

negara mitra dagang.

Page 13: Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/03/... · Peran dan kondisi ... daerah yang dikumpulkan dari berbagai ... banjir

- Penulisan laporan/dokumentasi Pest List

Dokumentasi pencatatan hasil penyusunan pest list sebaiknya dilakukan secara baik

dalam bentuk buku cetakan yang memuat hal – hal terkait pelaksanaan surveilans (lokasi

survei, anggota tim, alasan survei, latar belakang OPT, pemilihan lokasi, waktu survei,

interpretasi data dan kesimpulan), koleksi dan identifikasi OPT yang reliable.

Gambar 1. Kegiatan Lapang rutin berupa persiapan Gerakan Pengendalian OPT yang dilakukan oleh LPHP dan petani

Gambar 2. Kegiatan Lapang rutin berupa persiapan Bimbingan Pengendalian OPT yang dilakukan oleh LPHP dan petani

Disusun dan diolah dari berbagai sumber oleh : Hendry Puguh Susetyo, SP, M.Si

Fungsional POPT Ahli Muda Direktorat Perlindungan Hortikultura