kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter

26
Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikpa disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. bukan hanya itu, Kurikulum ini pun mempunyai kelemahan dan keunggulan. kurikulum-2013 Dalam Kurikulum 2013 tersebut, mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik pada satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau pun jenjang pendidikan. Sementara untuk mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik, dipilih sesuai dengan pilihan dari nmereka. Kedua kelompok mata pelajaran bersangkutan (wajib dan pilihan) terutamanya dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan tingkat menengah yakni SMA dan SMK. Sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis dari peserta didik usia 7 – 15 tahun, maka mata pelajaran pilihan yang ada belum diberikan untuk peserta didik tingkat SD dan SMP. Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya. 2. Keterampilan Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata. 3. Sikap Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan

Upload: vinnie

Post on 26-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kurikulum sering disebut dengan kurikulum yang fokus terhadap karakter peserta didik

TRANSCRIPT

Page 1: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikpa disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. bukan hanya itu, Kurikulum ini pun mempunyai kelemahan dan keunggulan.

kurikulum-2013

Dalam Kurikulum 2013 tersebut, mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik pada satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau pun jenjang pendidikan. Sementara untuk mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik, dipilih sesuai dengan pilihan dari nmereka. Kedua kelompok mata pelajaran bersangkutan (wajib dan pilihan) terutamanya dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan tingkat menengah yakni SMA dan SMK. Sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis dari peserta didik usia 7 – 15 tahun, maka mata pelajaran pilihan yang ada belum diberikan untuk peserta didik tingkat SD dan SMP.

Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. PengetahuanUntuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya.

2. KeterampilanKeterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.

3. SikapAspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.

Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 tersebut ditulis berdasarkan pada Interval serta dihapuskannya sistem ranking yang sebelumnya ada pada kurikulum. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar peserta didik. Upaya penilaian pada Rapor di kurikulum 2013 tersebut dibagi ke dalam 3 kolom yaitu Pengetahuan, Keterampilan, danjuga Sikap. Setiap kolom nilai tersebut (Pengetahuan dan Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2bagia kolom yaitu kolom angka dan juga kolom huruf, dimana setiap kolom diisi menggunakan system nilai interval.

Page 2: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

Apa Beda Kurikulum 2013 dengan Sebelumnya

Siswa Siswi mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di sekolah SD 01 Menteng dengan menggunakan buku kurikulum 2013 yang difotocopy di Jakarta, 14 Agustus 2014. TEMPO/Dasril RoszandiTEMPO.CO, Jakarta - Kurikulum 2013 telah mulai diterapkan. Namun, kurikulum ini masih saja menuai perdebatan. Sekretaris Jenderal Forum Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti menganggap kurikulum ini bukan solusi kemajuan pendidikan Indonesia. "Memajukan pendidikan bukan dengan mengganti kurikulum," kata dia kepada Tempo, Jumat, 15 Agustus 2014.

Menurut dia, kunci kemajuan pendidikan di Indonesia ada di tangan guru-gurunya. "Yang perlu ditingkatkan adalah kualitas guru," kata dia. Retno menjelaskan jika kualitas guru bagus, kurikulum macam apa pun, bahkan tanpa kurikulum sekali pun, anak-anak didik yang dihasilkan pasti baik. "Guru-guru kita saja tak siap menjalankan kurikulum baru ini," ujarnya. (Baca: Kurikulum 2013: Murid Bingung Belajar Apa)

Retno mengibaratkan kurikulum ini seperti mobil mewah triliunan dan sopirnya adalah para guru. "Kurikulum ini kan mahal, tapi tidak bisa jalan karena sopirnya sendiri tak bisa mengendarainya," kata dia. Menurut Retno, penerapan kurikulum ini ibarat memberi obat yang salah. "Ini salah obat. Harusnya diberi obat guru yang berkualitas," ujarnya. (Baca: Kurikulum 2013, Sekolah di Jakarta Sampai Jumat)

Menurut dia, kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, lebih baik dibandingkan dengan kurikulum baru ini. Salah satunya terkait dengan penyamarataan sistem pendidikan. "KTSP itu mengakomodir masing-masing satuan pendidikan sesuai kondisi. Kalau K-13, kan, berlaku nasional," ujarnya. Inilah yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi keberagaman yang ada di Indonesia.

Kurikulum di indonesiaManado, KOMENTAR - Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Propinsi Sulut, Harold Monareh SH MSi menegaskan bahwa Kurikulum 2013 (K13) yang diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merupakan jawaban kebutuhan di abad 21. “K13 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi di abad 21. Terutama dari sisi peningkatan kemampuan kreativitas dan komunikasi yang menjadi dasar yang sangat penting yang diikuti dengan pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan,” ungkapnya.

Dalam pengembangan kualitas peserta didik, lanjut dia, Diknas Propinsi Sulut, secara terus menerus melakukan pemantapan agar sekolah-sekolah sasaran semakin berkembang. “Implementasi K 13 merupakan tuntutan terhadap perubahan, yang bukan hanya dari sisi ilmu pengetahuan yang terus berkembang, tetapi juga pada industri serta sosial-budaya masyarakat,” jelasnya sambil menambahkan K13 juga dirancang untuk mencapai pembelajaran berbasis penemuaan atau discovery learning. Hal ini dapat dibuktikan melalui berbagai kegaiatan berbasis tugas atau project based learning yang mencakup proses mengamati, menalar, mencoba dan mengkomunikasikannya. “Kajian terhadap isi mata pelajaran yang terlalu berat, kemudia disederhanakan sesuai dengan mata pelajaran yang pada intinya adalah untuk peningkatan kreativitas pembelajaran,” ujarnya.Tak itu saja, penerapan K13 juga dimaksudkan untuk membentuk karakter peserta didik agar ke depan dapat menghasilkan generasi yang berahklak mulia dan berbudi pekerti.“Pemerintah telah menyiapkan buku bagi peserta didik yang disusun berdasarkan kopentensi dasar yang kemudian diterapkan di sekolah sasaran yang jumlahnya di Sulut mencapai 120-an sekolah. Baik SD, SMP dan SMA/SMK,” tandasnya. Selanjutnya, untuk memantapkan K13, Diknas Sulut akan terus mengupayakan agar dalam penerapannya akan menambah jumlah sekolah sasaran. “Penambahan jumlah sekolah sasaran tentunya akan memberikan dampak positif. Terutama untuk meningkatkan kompetensi dan kreativitas peserta didik maupun guru,” kuncinya.(eda)

Page 3: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

“PENTINGNYA KURIKULUM TERHADAP PROSES PENDIDIKAN”

Apa sih kurikulum itu?, mengapa kurikulum begitu penting terhadap proses pendidikan?, apa pengaruh kurikulum terhadap pendidikan?. Mungkin pertanyaan-pertanyaan semacam ini pernah ada dalam pikiran pembaca sekalian dan mungkin juga sempat mencari tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut namun belum juga mendapatkan jawaban-jawaban yang konkrit. Hal yang serupa pun pernah dialami oleh penulis sendiri, oleh karena itu penulis bermaksud ingin berbagi pengetahuan yang penulis telah dapatkan, yang mungkin ini merupakan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang selama ini belum terjawab dengan benar. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Didalam buku PANDUAN MANAJEMEN MUTU KURIKULUM PENDIDIKAN yang ditulis oleh Moh. Yamin, pada bab 1 dijelaskan bahwa, Proses Pendidikan dalam kegiatan pembelajaran atau dalam kelas, akan bisa berjalan dengan lancar, kondusif, interaktif, dan lain sebagainya apabila pendidikan bisa dijalankan dengan baik ketika kurikulum menjadi penyangga utama dalam proses belajar mengajar. Kurikulum mengandung sekian banyak unsur konstruktif supaya pembelajaran berjalan dengan optimal. Sejumlah pakar kurikulum berpendapat bahwa jantung pendidikan berada pada kurikulum. Baik dan buruknya hasil pendidikan ditentukan oleh kurikulum, apakah mampu membangun kesadaran kritis terhadap peserta didik ataukah tidak.

Adanya peserta didik yang memiliki pandangan yang luar biasa dan berpikir ke depan disebabkan oleh kurikulum yang bisa membuka mindset peserta didik yang progresif. Banyaknya peserta didik yang tidak memahami realitas sosial disebabkan oleh kurikulum yang menggiring peserta didik kepada pembelajaran tekstual, bukan pada pendidikan konstektual. Dengan demikian, kurikulum memegang peran penting bagi keberhasilan sebuah pendidikan bagi peserta didik.

Prof. Dr. S. Nasution. M.A. mengatakan bahwa masa depan bangsa terletak pada tangan kreatif generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dinikmati anak-anak saat ini, terutama dalam pendidikan formal yang diterima dibangku sekolah. Apapun yang akan dicapai di sekolah harus ditentukan oleh kurikulum sekolah. Jadi, barang siapa yang menguasai kurikulum maka ia memegang peran penting dalam mengatur nasib bangsa dan Negara ke depannya.

A Ferry T. Indratno mengatakan bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu system pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah maka kurikulum dapat dipahami sebagai alat sentral baggi keberhasilan pendidikan.

Nah, dari tulisan ini mungkin sedikit banyaknya pembaca telah mengetahui tentang pentingnya kurikulum terhadap proses pendidikan. Bila disimpulkan kurikulum sejatinya dihadirkan supaya menjadi alat utama agar pendidikan yang dijalankan selaras dengan cita-cita bangsa. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Page 4: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

Perubahan Kurikulum dan Kualitas Pendidikan di Indonesia

OPINI | 24 July 2013 | 21:58  Dibaca: 2991     Komentar: 0     0

PERUBAHAN KURIKULUM DAN KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIAOleh : Saharuddin, S.PdPengurus Cabang IP-DDI Kabupaten Sidenreng RappangSetiap perubahan kurikulum selalu menjadi harapan besar bagi seluruh masyarakat Indonesia akan adanya perubahan dalam dunia pendidikan terutama untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, namun tentu harus terpahami bersama se ideal apapun kurikulum yang coba diterapkan kalau kesadaran dari setiapstakeholder untuk membangun dunia pendidikan kurang, tentu tentu sangat susah untuk membangun dunia pendidikan yang ideal.A. Sejarah perubahan kurikulum di Indonesia

1. Rencana Pelajaran 1947

Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rencana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasilanamun penerapannya baru dimulai di sekolah-sekolah pada 1950.

2. Rencana Pelajaran Terurai 1952

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran.

3. Rentjana Pendidikan 1964

Yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, spritual dan jasmani.

4. Kurikulum 1968

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.

6. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung processskill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa

Page 5: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:

1.  Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.

2.  Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).

3.  Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

4.  Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.

5.  Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

6  Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.

7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.

suplemen kurikulum 1999. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:

Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.

Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.

Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku pelajaran.

Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.

8. Kurikulum 2004

Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.

Page 6: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

9. KTSP 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)

10. Kurikulum 2013Penekanan utama pada kurikulum 2013 terdapat 6 poin mendasar yaitu :

Pertama, terkait dengan penataan sistem perbukuan.Kedua, penataan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) di dalam penyiapan dan pengadaan guru.Ketiga, penataan terhadap pola pelatihan guru.Keempat, memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler, serta penguatan peran guru bimbingan dan konseling (BK).Kelima, terkait dengan memperkuat NKRI. Melalui kegiatan ekstrakurikuler kepramukaanlah, peserta didik diharapkan mendapat porsi tambahan pendidikan karakter, baik menyangkut nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, toleransi dan lainnya.Keenam, ini juga masih terkait dengan hal kelima, memperkuat integrasi pengetahuan-bahasa-budaya.B. Kualitas Pendidikan di Indonesia.Perubahan kurikulum serta besarnya anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah untuk Pendidikan tidak berbanding lurus dengan kualitas Pendidikan Indonesia sampai hari ini, dapat dilihat beberapa aspek yaitu :1. Prestasi belajar siswa dari Ujian NasionalSecara hitungan angka-angka sebenarnya hasil ujian nasional cukup lumayan sukses karena melihat nilai-nilai hasil ujian nasionalnya diatas rata-rata dibanding tahun-tahun 90-an. Nilai matematika saja misalnya, pada tahun 90-an sangat jarang siswa mendapatkan nilai 9 tapi beberapa tahun ini sangat banyak siswa yang mendapatkan nilai tersebut bahkan beberapa siswa yang mendapatkan nilai 10, namun harus di kaji lebih jauh penyebab munculnya nilai tersebut apakah betul-betul murni hasil buah pikiran siswa atau ada yang lain, penomena ini masih teringat di benak kita maraknya peredaran kunci jawaban sebelum ujian nasional berlangsung yang berimplementasi pada hasil ujiannya, tak jarang siswa enggan belajar sebelum ujian karena asumsi yang dia miliki bahwa toh juga ada kunci jawaban yang diberikan nantinya. Apakah ini menandakan kualitas pendidikan meningkat.2. Akhlak Pelajar.Maraknya tawuran yang terjadi diseluruh indonesia menjadi bukti bahwa akhlak para pelajar hari ini sangatlah terperosok, baik itu secara nasional maupun tingkat regional. Karena ketidak mampuan beberapa stakeholder dalam membina para pelajar dengan kondisi politik, kondisi sosial yang mengalami perubahan yang begitu singnifikan.Dari beberapa opini diatas dapatlah disimpulkan keberhasilan dunia pendidikan bukan karena kurikulum yang begitu bagus, tapi lebih pada kesadaran dan kualitas setiap stakeholder yang terkait yang harus dipikirkan …………….!!!!!!!!!!!!!!!! Semoga pendidikan Indonesia Jaya dimasa akan datang…

Page 7: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

Apa Itu Kurikulum?Perkataan “kurikulum” mulai dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lalu, dimana istilah “kurikulum” itu untuk pertama kalinya digunakan dalam bidang olah raga, yaitu suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke finish. Baru pada tahun 1955 istilah “kurikulum” digunakan dalam bidang pendidikan, dengan arti sejumlah materi pelajaran dari suatu perguruan.

Menurut Hilda Taba dalam bukunya “Curriculum Development; Theory and Practice”, sebagaimana dikutip oleh Khoiron Rosyadi, kurikulum diartikan sebagai sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh anak didik. Dalam pengertian yang lain, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Pengertian ini menggarisbawahi adanya 4 (empat) komponen pokok dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/bahan, organisasi dan strategi.

Pengertian seperti tersebut di atas merupakan pengertian kurikulum yang sempit, dimana kurikulum diartikan secara terbatas karena masih belum mencakup aktivitas peserta didik dalam proses kependidikan. Hal inilah yang selama beberapa dekade ini telah “mengebiri” kurikulum pendidikan kita serta mengarahkannya pada nasionalisme yang sempit dan uniformitas (keseragaman) baik dalam berpikir dan bertindak, yang secara tidak langsung memasung kreatifitas guru dan memperendah proses perkembangan imajinasi, keberanian dan daya berpikir peserta didik.

Konsep sentralisasi tersebut merupakan bagian dari kelemahan struktur dan mekanisme praktek pendidikan kita yang selama ini terlalu menekankan pada proses. Sehingga telah melahirkan suatu kecenderungan “proses pengajaran oleh guru” (teacher teaching) dibandingkan dengan — yang seharusnya — sebagai “proses pembelajaran oleh peserta didik” (student learning). Guru diharuskan melaksanakan tugas dengan metode sebagaimana “petunjuk dari atas”, terlepas setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka dan cocok tidaknya metode tersebut dengan materi yang disampaikan. Dengan kata lain pendidikan seharusnya lebih menekankan pada aspek pembelajaran (learning) dan bukan pengajaran (teaching).

Situasi terbungkamnya dinamika keilmuan Indonesia inilah yang disebut oleh Paulo Freire sebagai “budaya bisu”, dimana penghargaan terhadap demokratisasi pendidikan sangat kurang dan nyaris tidak ada. Dalam situasi demikian, pendidikan Indonesia mulai menampakkan titik cerah begitu digulirkannya reformasi dan berkembangnya isu otonomi daerah.

Menurut Paulo Freire, mengajar bukannya memindahkan pengetahuan dengan hafalan. Mengajar tidak direduksi menjadi “mengajar” saja, tetapi mengajar menjadi efektif jika peserta didik “belajar untuk belajar” (learn to learn). Konsep mengenai pembelajaran efektif ini mulai dikedepankan di Indonesia adalah dengan pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif) dan KBK yang menekankan konsep learning by doing, dan pendekatan ketrampilan proses. Kedua konsep tersebut merupakan representasi dari desentralisasi pendidikan sebagai bagian dari upaya pemberdayaan pendidikan melalui otonomi. Dan yang paling “gress’ saat ini adalah dengan dikenalkannya “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP) oleh pemerintah.

Kembali ke masalah pengertian kurikulum, dengan kondisi tersebut di atas, tampaknya pengertian yang dikemukakan Hasan Langgulung terasa lebih luas, dimana menurut dia kurikulum adalah “Sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan”. Pengertian ini menggambarkan segala bentuk aktivitas sekolah yang sekiranya mempunyai efek bagi pengembangan peserta didik, dan bukan hanya terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja.

Pengertian lain yang senada dengan Hasan Langgulung adalah apa yang disampaikan oleh J. Galen Saylor, William M. Alexander, serta Artur J. Lewis, dalam “Curriculum Planning for Better Teaching and Learning” menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut:“The curriculum is the sum total of school’s effort to influence learning, weither in the classroom, on the playgroup, or out school.”

Jadi, segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak itu belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah, dapat dikategorikan sebagai kurikulum. Dengan demikian, kurikulum meliputi segala pengalaman yang disajikan oleh sekolah agar anak mencapai tujuan yang diinginkan. Hal demikian dikarenakan suatu tujuan tidak akan tercapai dengan suatu pengalaman saja, akan tetapi melalui berbagai pengalaman dalam bermacam-macam situasi, di dalam maupun di luar sekolah.

Pengertian kurikulum menurut Hasan Langgulung dan juga J. Galen Saylor, yang mengartikan bahwa kurikulum merupakan pengalaman belajar, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah ini

Page 8: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

nampaknya berjalan linier dengan paradigma pendidikan Post modernisme yang mengharuskan pendidikan mempunyai sifat yang “terbuka”. Terbuka dalam arti tidak hanya menjadi subyek yang masterable dan mempunyai kontrol tertentu, tetapi lebih dari itu dapat menemukan makna kontemporer dan tidak terlalu terpaku pada single definitif. Hal demikian karena pengalaman bukanlah sebuah entitas reduktif terhadap entitas yang sama, tetapi pengalaman adalah sebuah bentuk yang terbuka terhadap perbedaan. Keterbukaan tersebut melibatkan pengertian yang tidak hanya mencari makna tertentu, tetapi menjadikan peserta didik lebih terbuka terhadap pengalaman baru dan multiple.

Namun begitu, kaitannya dengan sistem pendidikan di negara Indonesia, pendidikan harus tetap mengacu pada “kesatuan dalam kebijaksanaan dan keberagaman dalam pelaksanaan”. Yang dimaksud dengan “kesatuan dalam kebijaksanaan” ditandai dengan sekolah-sekolah menggunakan perangkat dokumen KTSP yang “sama” yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional/Kementerian Agama. Sedangkan “Keberagaman dalam pelaksanaan” ditandai dengan keberagaman silabus yang akan dikembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai dengan karakteristik sekolahnya.

Page 9: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

LATAR BELAKANG MUNCULNYA KURIKULUM 2013 dan LANDASAN PENYEMPURNAAN KURIKULUMPembukaan  Undang-Undang  Dasar  1945  mengamanatkan  bahwa  pembentukan Pemerintah Negara  Indonesia  yaitu  antara  lain  untuk  mencerdaskan     kehidupan bangsa . Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (3) memerintahkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka   mencerdaskan kehidupan bangsa , yang diatur dengan undang-undang.

Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannyaUndang-Undang Nomor  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang ini menjadi  desentralisasi   dan  otonomi pendidikan  yang menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial     yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman     yang     selalu berubah.  Makna manusia yang berkualitas adalah manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada     Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus  berfungsi secara optimal sebagai wahana dalam pembangunan bangsa dan karakter.

Penyelenggaraan  pendidikan diharapkan dapat mewujudkan proses     berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi     penerus     bangsa   di   masa     depan , yangdiyakini akan menjadi  faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negaraIndonesia sepanjang jaman.

Oleh karena kurikulum dipandang sebagai salah satu unsur yang  bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik maka kurikulum 2013 perlu dikembangkan  dengan  berbasis padakompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi:

1. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah;2. Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;3. Warga negara yang  demokratis dan bertanggung  jawab.

Adapun landasan penyempurnaan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 adalah:1. Landasan yuridis:Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan. Landasan yuridis kurikulum adalah sebagai berikut:

Pancasila dan UUD 1945, UU  no. 20  tahun  2003  tentang  Sisdiknas, PP nomor 19 tahun 2005, Permendiknas no. 23 tahun 2006 tentang Standar KompetensiLulusan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

2. Landasan filosofis:Pendidikan  nasional  berfungsi  mengembangkan  dan  membentuk  watak  serta peradaban   bangsa yang  bermartabat  dalam  rangka  mencerdaskan  kehidupan bangsa. Untuk itu, pendidikan berfungsi  mengembangkan  segenap  potensi  peserta didik  “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,  berilmu,  cakap,  kreatif, mandiri, dan  menjadi  warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”. 

Berdasarkan fungsi  dan  tujuan  pendidikan  nasional  maka  pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa. Oleh karena itu, melalui   pendidikan, berbagainilai dan keunggulan budaya di   masa   lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi   budaya   dirinya, masyarakat, dan   bangsa   yang     sesuai     dengan     zaman di mana     peserta     didik     tersebut   hidup     dan     mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya  tersebut akan dimiliki peserta didik apabilapengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan     kebiasaan, keterampilan sosialmemberikan  dasar untuk  secara  aktif  mengembangkan  dirinya  sebagai individu, anggota masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia.

Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini.  Oleh  karena  itu, konten pendidikan yang  mereka  pelajari  tidak  semata berupa prestasi besar bangsa di masa lalu  tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat,bangsa, dan umat   manusia   dikemas   sebagai   konten pendidikan.  Kontenpendidikan  dari  kehidupan  bangsa  masa  kini  memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan berpartisipasi dalam    membangun kehidupan  bangsa  yang  lebih  baik, dan  memosisikan  pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya, dan alam.  Lagi pula, konten pendidikan dari

Page 10: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

kehidupan bangsa masa kini akan memberi makna yang lebih  berarti bagi keunggulan  budaya  bangsa  di masa lalu  untuk digunakan  dan  dikembangkan sebagai bagian dari kehidupan  masa kini.

Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang diperolehnya  dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan masa  depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian konten pendidikan yang dirumuskan  dalam Standar Kompetensi  Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan disesuaikan  dengan  kehidupan mereka sebagaipribadi, anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang.

3. Landasan teoritis: Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan  berdasarkan  standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajaryang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar  kualitas  nasional  dinyatakan  sebagai Standar  Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau  satuan  pendidikan yang mencakup sikap,pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005).Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yg berisikan 3 (tiga) komponen yaitu:

Komponen proses  adalah  kemampuan  minimal  untuk   mengkaji dan memproses  konten menjadi kompetensi.  

Komponen konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan.  

Komponen ruang lingkup adalah keluasan lingkungan  minimal  dimana kompetensi  tersebut  digunakan,  dan menunjukkan gradasi antara satu satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan  untuk  melaksanakan  suatu  tugas  di  sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi.  Kurikulum dirancang  untuk  memberikan  pengalaman     belajar seluas- luasnya  bagi  peserta didik untuk  mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan  pelajaran serta cara  yang digunakan  sebagai  pedoman  penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi  konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa  mendatang. Konten kurikulum tersebut dikemas dalam berbagai mata pelajaran sebagai unit organisasi konten terkecil. Dalam setiap mata pelajaran terdapat konten spesifik yaitu pengetahuan dan konten berbagi dengan mata pelajaran  lain  yaitu  sikap dan keterampilan. Secara langsung mata pelajaran menjadi sumber bahan ajar yang spesifik dan berbagi untuk dikembangkan dalam dimensi proses suatu kurikulum.

Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran. Pemahaman guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru (Rencana Program Pembelajaran/RPP) dan diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Peserta didik berhubungan langsung dengan apa yang  dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi pengalaman langsung peserta didik. Apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih  tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.

Kurikulum berbasis kompetensi adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan  kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang

Page 11: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

dirancang dalam  dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:(1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentukKompetensi  Inti (KI) mata  pelajaran  dan  dirinci  lebih  lanjut  ke  dalam Kompetensi Dasar (KD).(2) Kompetensi  Inti  (KI)  merupakan  gambaran  secara  kategorial  mengenai kompetensi  yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.(3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.(4) Penekanan  kompetensi  ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaranditandai oleh  banyaknya  KD  suatu mata  pelajaran.(5) Kompetensi  Inti menjadi  unsur organisatoris  kompetensi, bukan  konsep, generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–based curriculum” atau “content-based curriculum”.(6) Kompetensi Dasar  yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.(7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan  kognitif  dan  psikomotorik  adalah kemampuan  penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.(8) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).

4. Landasan empiris:Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun akan datang diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN (Agus D.W. Martowardojo, dalam Rapat Paripurna DPR, 31/05/2012). Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan. Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur, danmandiri, sangat diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasi seperti ini seharusnya tidak muncul karena  hasil  seleksi  alam, namun karena hasil gemblengan pada tiap jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya.

Sebagai  negara  bangsa  yang  besar  dari  segi  geografis,  suku  bangsa,  potensi ekonomi, dan beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain,sekecil apapun ancaman disintegrasi  bangsa masih  tetap  ada.  Kurikulum harusmampu membentuk manusia Indonesia yang  dapat  menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia.

Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak  sering  muncul  di  Indonesia.  Kecenderungan  ini  juga menimpa   generasi   muda, misalnya   pada   kasus-kasus   perkelahian massal. Walaupun  belum  ada  kajian  ilmiah  bahwa kekerasan  tersebut  bersumber  dari kurikulum,  namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar  masalahnya adalah implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum perlu direorientasi dandireorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini.

Berbagai  elemen  masyarakat  telah  memberikan  kritikan,  komentar,  dan  saran berkaitan  dengan  beban  belajar  siswa,  khususnya  siswa  sekolah  dasar.  Beban belajar ini bahkan secara  kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah. Beban belajar ini salah satunya berhulu dari banyaknya mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar. Oleh karena itu kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga) kemampuan dasar, yaknibaca, tulis, dan hitung serta pembentukan karakter.

Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi, termasuk masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional/UN menunjukkan mendesaknya upaya menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi melalui kegiatan pembelajaran di dalam satuan pendidikan. Maka kurikulum  harus  mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran pada peserta didik.

Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata mempengaruhi secara negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih, adanya potensi rawan

Page 12: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

pangan  pada  berbagai belahan dunia, dan pemanasan global merupakan tantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang. Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan pemecahan masalah secarakreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan.

Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil studi PISA (Program for International Student Assessment), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA,  menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari  65  negara. Hasil studi TIMSS  (Trends in International  Mathematics  and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah, dan (4) melakukan investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak  membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial  yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang.

Page 13: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum 2013Labels: Model pembelajaranBeberapa waktu yang lalu di blog Penelitian Tindakan Kelas dan Model-Model Pembelajaran telah disajikan tulisan mengenai apa dan bagaimana pelatihan implementasi kurikulum 2013. Kali ini informasi terkait kurikulum 2013 kita lanjutkan dengan salah satu materi penting dalam pelatihan tersebut tentang salah satu pendekatan pembelajaran yang harus digunakan dalam implementasi kurikulum 2013, yaitu pendekatan scientific   (pendekatan ilmiah) , mari kita simak.

Konsep Pendekatan Scientific dalam Kurikulum 2013

Pada penerapan (implementasi Kurikulum 2013) di lapangan (baca: sekolah), guru salah satunya harus menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional.Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)Lalu bagaimanakah kriteria sebuah pendekatan pembelajaran sehingga dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific? Berikut ini tujuah (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Langkah-Langkah Pembelajaran pada Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)

pendekatan scientific dan 3 ranah yang disentuh

Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu

bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang

baik  (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Page 14: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud  meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran scientific meliputi:

Langkah-langkah pendekatan scientific

Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013Posted on 20 Januari 2013 by AKHMAD SUDRAJAT — 103 KomentarDalam draft Pengembangan Kurikulum 20013 diisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Disebutkan pula, bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual. (Sumber: Pengembangan Kurikulum 20013, Bahan Uji Publik, Kemendikbud).

Apakah ini sesuatu yang baru dalam pendidikan kita? Saya meyakini, secara konseptual proses pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 ini bukanlah hal baru. Jika kita cermati kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP), pada dasarnya menghendaki proses pembelajaran yang sama seperti apa yang tersurat dalam Kurikulum 2013 di atas. Pada periode KBK dan KTSP, kita telah diperkenalkan atau bahkan kebanjiran dengan aneka konsep pembelajaran mutakhir, sebut saja: Pembelajaran Konstruktivisme, PAKEM, Pembelajaran Kontekstual, Quantum Learning, Pembelajaran Aktif, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Pembelajaran Inkuiri, Pembelajaran Kooperatif dengan aneka tipenya, dan sebagainya.

Jika dipersandingkan dengan Kurikulum 2013, konsep-konsep pembelajaran tersebut pada intinya tidak jauh berbeda. Permasalahan muncul ketika ditanya, seberapa jauh konsep-konsep pembelajaran mutakhir tersebut telah terimplementasikan di lapangan?

Berikut ini sedikit cerita saya tentang contoh kasus implementasi pembelajaran mutakhir selama periode KBK dan KTSP, yang tentunya tidak bisa digeneralisasikan. Dalam berbagai kesempatan saya sering berdiskusi dengan beberapa teman guru, dengan mengajukan pertanyaan kira-kira seperti ini:

“Anggap saja dalam satu semester terjadi 16 kali pertemuan tatap muka, berapa kali Anda melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan konsep pembelajaran mutakhir?”

Jawabannya beragam, tetapi sebagian besar tampaknya cenderung menjawab bahwa pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan pembelajaran konvensional dengan kekuatan intinya pada penggunaan metode ceramah (Chalk and Talk Approach).

Berkaitan dengan permasalahan implementasi pendekatan dan metode pembelajaran mutakhir dalam KBK dan KTSP, setidaknya saya melihat ada 2 (dua) sisi permasalahan yang berbeda, tetapi tidak bisa dipisahkan:

1. Masalah keterbatasan keterampilan (kemampuan).

Untuk masalah yang pertama ini dapat dibagi ke dalam dua kategori: (a) kategori berat, yaitu mereka yang menunjukkan ketidakberdayaan. Jangankan untuk mempraktikan jenis-jenis pembelajaran mutakhir, mengenal judulnya pun tidak. Yang ada dibenaknya, ketika mengajar dia berdiri di depan kelas – atau bahkan hanya

Page 15: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

duduk di kursi guru- sambil berbicara menyampaikan materi pelajaran mulai dari awal sampai akhir pelajaran, sekali-kali diselingi dengan tanya jawab. Itulah yang dilakukannya secara terus menerus sepanjang tahun; dan (b) kategori sedang. Relatif lebih baik dari yang pertama, mereka sudah mengetahui jenis-jenis pembelajaran mutakhir tetapi mereka masih mengalami kebingungan dan kesulitan untuk menerapkannya di kelas, mereka bisa mempraktikan satu atau dua metode pembelajaran mutakhir tetapi dengan berbagai kekurangan di sana-sini.

2. Masalah keterbatasan motivasi (kemauan).

Untuk masalah yang kedua ini, pada umumnya dari sisi kemampuan tidak ada keraguan. Mereka sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pembelajaran mutakhir yang lumayan, tetapi sayangnya mereka kerap dihinggapi penyakit keengganan untuk mempraktikannya. Mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari berbagai pelatihan dan workshop yang diikutinya. Sepulangnya dari kegiatan pelatihan, semangat mereka berkobar-kobar, nge-full bak batere HP yang baru di-charge, tetapi lambat laun semangatnya memudar dan akhirnya padam, kembali menggunakan cara-cara lama. Hasil pelatihan pun akhirnya menjadi sia-sia.

Kembali kepada persoalan Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Pemerintah saat ini telah menyiapkan strategi pelatihan bagi guru-guru untuk kepentingan implementasi Kurikulum 2013. Hampir bisa dipastikan, salah satu materi yang diberikan dalam pelatihan ini yaitu berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013.

Pelatihan untuk penguatan keterampilan guru tentang teknis pembelajaran memang penting. Kendati demikian saya berharap dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 ini, tidak hanya bertumpu pada sisi keterampilan saja, tetapi seyogyanya dapat menyentuh pula aspek motivasional. Dalam arti, perlu ada upaya-upaya tertentu untuk membangun kemauan dan komitmen guru agar dapat menerapkan secara konsisten berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan Kurikulum 2013. Bagi saya, upaya menanamkan dan melanggengkan motivasi dan komitmen ini tidak kalah penting atau bahkan mungkin lebih penting dari sekedar menanamkan kemampuan.

Jika ke depannya kita bisa secara konsisten menerapkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013, niscaya kehadiran Kurikulum 2013 akan lebih dirasakan manfaatnya. Dan tampak disini pula letak perbedaan yang sesungguhnya antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum sebelumnya. Tetapi jika tidak, lantas apa bedanya antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum sebelumnya?

Page 16: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

BUKU GURUSalah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013, peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.Oleh karena itu, guru sebagai pengendali utama di dalam proses belajar mengajar di kelas perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan guru yang sudah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan mengingat buku yang disediakan oleh pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional. Artinya, buku tersebut dibuat secara umum untuk kondisi siswa di Indonesia, tentunya belum mengakomodasi kebutuhan khusus pada masing-masing sekolah yang ada kemungkinan mempunyai karakteristik masing-masing. Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkahlangkah tindak lanjut mengatasinya lebih awal.E. ANALISIS BUKU GURU DAN BUKU SISWASebelum buku siswa digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas, guru sebaiknya sudah membaca dan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Sehingga jika di dalam buku tersebut ditemukan adanya kekeliruan atau ketidaktepatan, guru dapat mengatasinya dengan melakukan langkah-langkah tindak lanjut yang diperlukan. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa pentingnya melakukan analisis buku siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis buku adalah sebagai berikut:a. Kesesuaian isi buku dengan SKL, KI, dan KDBuku yang hendak digunakan di kelas hendaknya sudah dicek kesesuaiannya dengan kurikulum yang digunakan. Apakah sudah sesuai dengan standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, dan kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Jika masih ditemukan adanya ketidaksesuaian, guru dapat menindaklanjutinya lebih awal.b. Kecukupan materiMateri yang terdapat dalam buku siswa perlu dianalisis dari segi kecukupan materi yang ditinjau dari segi cakupan konsep atau materi esensial dan alokasi waktu yang dibutuhkan/disediakan.c. Kedalaman materiDalam melakukan analisis terhadap kedalaman materi, materi yang tertuang dalam buku siswa perlu ditinjau dari pola pikir keilmuan dan karakteristik siswa. Jika ada yang dianggap kurang sesuai dengan karakteristik siswa di sekolahnya, diharapkan guru dapat menindaklanjuti dengan memberikan tambahan-tambahan penjelasan seperlunya.d. Kebenaran materiAnalisis buku juga sekaligus melihat kebenaran akan materi, contoh, maupun latihan-latihan yang dituliskan. Jika ditemukan adanya materi/contoh/soal yang dituliskan dalam buku terjadi kesalahan, baik kemungkinan salah dalam penulisan konsep maupun salah ketik, maka guru diharapkan sesegera mungkin untuk menindaklanjutinya. Tidak lanjut dapat berupa ralat perbaikan yang segera disampaikan kepada siswa agar tidak berdampak lebih lanjut kepada siswa (membuat siswa bingung/ragu).e. Kesesuaian pendekatan yang digunakanKurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific, oleh karena itu buku siswa perlu ditinjau dari segi penerapan pendekatan scientific. Apakah penyajiannya sudah memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang diharapkan dalam pendekatan scientific atau belum.f. Kesesuaian penilaianBentuk penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Oleh karena itu, buku siswa yang akan digunakan perlu ditinjau dari ketersediaan penilaian autentik yang terdapat dalam buku siswa tersebut.Format analisis buku siswaJudul buku                : ......................................................................................Kelas                           :  .....................................................................................Jenjang                       : ......................................................................................Tema/Topik               : ......................................................................................N ASPEK YANG HASIL ANALISIS TINDAK

Page 17: Kurikulum 2013 Sering Disebut Juga Dengan Kurikulum Berbasis Karakter

O. DIANALISIS

LANJUT HASIL ANALISIS

TIDAKSESUAI

SESUAISEBAGIAN

SESUAI

1. Kesesuaian denganSKL        2. Kesesuaian dengan KI        3. Kesesuaian dengan KD        4. Kecukupan materiditinjau

dari:a. cakupan konsep/

materi esensialb. alokasi waktu.

       

5. Kedalaman materipengayaan ditinjau dari:

a. Pola pikir keilmuanb. Karakteristik siswa

       

6. Penerapan Pendekatan Scientific

       

7. Penilaian Autentikyang tersedia dalam buku siswa

       

PERINGKAT NILAI KRITERIA

Amat Baik ( AB)  90 < A ≤ 100 Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisa dilaksanakan

Baik  (B) 75 <  B < 90 Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis

Cukup (C)  60 < C  <  75 Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logis

Kurang (K) <  60 Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak logis

F. KESIMPULANBuku siswa yang disediakan oleh pemerintah dalam kurikulum 2013 ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sedangkan dalam proses belajar, peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya.Oleh karena itu peran guru menjadi sangat penting dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku tersebut. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam daerah masing-masing.Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis buku siswa adalah: (1) kesesuaian isi buku dengan SKL, KI, dan KD; (2) kecukupan materi; (3) kedalaman materi; (4) kebenaran materi; (5) kesesuaian dengan pendekatan yang disarankan; dan (6) kesesuaian dengan penilaian yang digunakan.