merekonstruksi kurikulum berbasis karakter di …

15
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar Volume 1, No. 1, Januari-Juni 2017 pISSN 2580-6890 eISSN 2580-9075 39 MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI SEKOLAH DASAR Tri Sutrisno TUK Yayasan Barokah Insani [email protected] ABSTRAK Akhir-akhir ini konsentrasi pemerintah seolah terkuras dengan fenomena dekadensi moralitas bangsa. Membangun karakter bukanlah sesuatu yang mudah, juga tidak teramat sulit, membutuhkan proses, strategi dan koordinasi. Pendidikan merupakan wahana bagi peserta didik untuk memperoleh layanan pembentukan karakter. Pendidikan karakter seyogyanya dilakukan sejak usia dini atau selambat-lambatnya dibangku sekolah dasar (SD). Diusia inilah seseorang dapat dengan mudah dibentuk, diarahkan dan dibina sesuai keinginan. Pendidikan juga terus melakukan perubahan, yang semua itu bermuara terhadap pembentukan karakter siswa. Akhir-akhir ini, program penguatan pendidikan karakter (PPK) bentukan Mendikbud menjadi dambaan besar dari pengembangan karakter anak. Sebagai inti dari kegiatan pendidikan karakter adalah pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi anak. Pembelajaran dirancang bukan hanya mengembangkan ranah kognitif saja, melainkan juga ranah afektif, yang terdiri dari pengembangan emosi, sosial dan spiritual (karakter). Sebagai pendukung utama dalam pendidikan karakter, layanan BK juga mempunyai peran strategis menemani anak dalam mengembangkan karakter positif. Sekolah adalah komponen dari beberapa individu yang mempunyai visi terselenggaranya pendidikan secara efektif. Efektifitas dari pendidikan saat ini adalah, mampu mengembangkan karakter positif anak ditengah mencuatnya krisis moral pada generasi bangsa. Kata Kunci : Merekonstruksi, Kurikulum, Karakter Zaman kepemimpinan Presiden RI. Pertama, Ir. Soekarno, menyerukan pentingnya pembangunan karakter bangsa (Mu’in, 2011). Seruan dan Arahan ini mengandung makna bahwa dengan Karakter, dapat menjadikan negara Indonesia sebagai bangsa yang bertabat, terutama bebas dari penjajahan yang membuat negara berada dalam kekuasaan perbudakan dan penjajahan oleh bangsa lain. Sementara itu, bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi pegangan tiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai luhur tersebut terintegrasi dalam karakteristik kemampuan/potensi dan kepribadian. Dimensi kemampuan, bangsa Indonesia mendapat banyak prestasi. Tak jarang terdengar di media tentang berbagai kompetisi dan penghargaan selalu diperoleh putra terbaik bangsa. Oliempiade mapel, kompetisi olahraga dan beberapa piagam, begitu mudahnya didapatkan oleh para pemuda atau pelajar Nusantara ini. Bahkan lebih mencengangkan lagi, Sopiani (2012) pernah menulis sejarah membanggakan, Indonesia pernah meraih keberhasilan yang agung dengan menjuarai sebuah kompetisi bergengsi pada konferensi internasional muda sedunia dengan peserta pilihan dari perwakilan 19 Negara, ini prestasi yang fantastis dan menakjubkan.

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

39

MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTERDI SEKOLAH DASAR

Tri SutrisnoTUK Yayasan Barokah Insani

[email protected]

ABSTRAK

Akhir-akhir ini konsentrasi pemerintah seolah terkuras dengan fenomena dekadensi moralitasbangsa. Membangun karakter bukanlah sesuatu yang mudah, juga tidak teramat sulit, membutuhkanproses, strategi dan koordinasi. Pendidikan merupakan wahana bagi peserta didik untuk memperolehlayanan pembentukan karakter. Pendidikan karakter seyogyanya dilakukan sejak usia dini atauselambat-lambatnya dibangku sekolah dasar (SD). Diusia inilah seseorang dapat dengan mudahdibentuk, diarahkan dan dibina sesuai keinginan. Pendidikan juga terus melakukan perubahan, yangsemua itu bermuara terhadap pembentukan karakter siswa. Akhir-akhir ini, program penguatanpendidikan karakter (PPK) bentukan Mendikbud menjadi dambaan besar dari pengembangankarakter anak. Sebagai inti dari kegiatan pendidikan karakter adalah pembelajaran yangmenyesuaikan dengan kondisi anak. Pembelajaran dirancang bukan hanya mengembangkan ranahkognitif saja, melainkan juga ranah afektif, yang terdiri dari pengembangan emosi, sosial danspiritual (karakter). Sebagai pendukung utama dalam pendidikan karakter, layanan BK jugamempunyai peran strategis menemani anak dalam mengembangkan karakter positif. Sekolah adalahkomponen dari beberapa individu yang mempunyai visi terselenggaranya pendidikan secara efektif.Efektifitas dari pendidikan saat ini adalah, mampu mengembangkan karakter positif anak ditengahmencuatnya krisis moral pada generasi bangsa.

Kata Kunci : Merekonstruksi, Kurikulum, Karakter

Zaman kepemimpinan Presiden RI.Pertama, Ir. Soekarno, menyerukanpentingnya pembangunan karakter bangsa(Mu’in, 2011). Seruan dan Arahan inimengandung makna bahwa denganKarakter, dapat menjadikan negaraIndonesia sebagai bangsa yang bertabat,terutama bebas dari penjajahan yangmembuat negara berada dalam kekuasaanperbudakan dan penjajahan oleh bangsalain. Sementara itu, bangsa Indonesiamemiliki nilai-nilai luhur yang menjadipegangan tiap individu dalam kehidupansehari-hari. Nilai luhur tersebutterintegrasi dalam karakteristikkemampuan/potensi dan kepribadian.Dimensi kemampuan, bangsa Indonesiamendapat banyak prestasi. Tak jarang

terdengar di media tentang berbagaikompetisi dan penghargaan selaludiperoleh putra terbaik bangsa.Oliempiade mapel, kompetisi olahragadan beberapa piagam, begitu mudahnyadidapatkan oleh para pemuda atau pelajarNusantara ini. Bahkan lebihmencengangkan lagi, Sopiani (2012)pernah menulis sejarah membanggakan,Indonesia pernah meraih keberhasilanyang agung dengan menjuarai sebuahkompetisi bergengsi pada konferensiinternasional muda sedunia denganpeserta pilihan dari perwakilan 19 Negara,ini prestasi yang fantastis danmenakjubkan.

Page 2: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

40

Satu sisi pembangunan danpemberdayaan kecerdasan berhasil,namun sisi lain Negara justru gagal dalammembentuk insan yang berkepribadiandan berkarakter. Karakter yang saat inimelekat pada sebagian individu cukupmemprihatinkan. Masyarakat harusmengelus dada ketika mendengar, melihatdan merasakan sikap amoral yangdilakukan para pelajar. Masyarakat jugaharus geleng-geleng kapala, bukan karenatakjub pada kehebatannya melainkankarena tindakan yang kurang baik selaluditampakkan oleh kalangan muda.

Akhir-akhir ini konsentrasipemerintah seolah terkuras denganfenomena dekadensi moralitas bangsa.Segenap pemangku kepentingan gencarberdiskusi mengenai pembangunankarekter pribadi manusia Indonesia.Bagaimana tidak, kemerosotan moralbukan terjadi pada orang perkotaan sajamelainkan juga pedesaan, bukan hanyapada karyawan saja melainkan juga padapimpinan, bukan hanya pada orang minimpengetahuan saja melainkan juga padaorang yang kaya akan pengetahuan. Inisebuah keniscayaan yang seakanmenenggelamkan kegemilangan prestasibangsa di kancah internasional.

Tidak sedikit media massamenyajikan berita tawuran antar pelajar,bentrok antar warga yang tak jarangmenelan nyawa. Kebebasan berpendapatjuga kadang dijadikan pijakan untukbertindak anarkis, desktruktif danradikalis. Pembentukan geng motor yangbanyak meresahkan masyarakat sekitar,saat ini pun marak terjadi dan pelakubanyak terekrut dari kaum terpelajar.Apalagi tindakan korupsi yang semakinmerajalela masih dipandang sebagaisebuah kebiasaan. Mudahnya menghakimi

dengan kekerasan dan pengrusakanterhadap perbedaan kelompok menjadiproblematika umum yang selaludipertontonkan di telivisi.

Bahkan, di lingkup pendidikan takluput dari fenomena persoalan karakterdan moral. Misal saja, siswa asyik salingbaku hantam dan saling lempar batudengan sekolah lain, penodongan danpemalakan secara paksa kepada temansendiri, tak hentinya kasus penganiayaansiswa senior terhadap siswa yuniornyajuga kerap kali terjadi. Tindakan demikianmerusak nilai luhur bangsa Indonesia yangsejatinya terkenal sebagai bangsa yangreligius, ramah, santun, toleran dandemokratis. Apalagi pelaku utama darikejadian miring tersebut adalah seseorangyang berstatus sebagai individuterpelajardan terdidik, ini sungguhmelukai marwah pendidikan.

Sungguh, membahas danmendiskusikan istilah karakter halmenarik dan tidak akan pernah putus,karena tema karakter lebih bersifatdinamis dan universal. Membangunkarakter bukanlah sesuatu yang mudah,juga tidak teramat sulit. Membutuhkanproses, strategi dan koordinasi. Elementmasyarakat juga dituntut untuk mengawaldan mengevaluasi rencana tersebut.Karakter dibentuk tidak 100% dari faktorbawaan, tetapi dapat dibentuk searahdengan perkembangan manusia menujukematangan, yang dimulai sejak usia dini.Disinilah pentingnya lingkungan dalammerespon upaya Indonesia berkarakter.

Pendidikan merupakan wahanapeserta didik untuk memperoleh layananpembentukan karakter. Hal itu termaktubdalam UU tahun 2003 tentang systempendidikan nasional, Pendidikan padaintinya sebuah rekayasa suasana

Page 3: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

41

pembelajaran untuk membangun potensi,keterampilan dan akhlak mulia. Cakupanarti pendidikan tersebut sebenarnyamengamanatkan kepada satuanpendidikan untuk melaksanakan prosespembelajaran tidak hanya berbasiskecerdasan saja, tetapi dimensi-dimensikemanusian peserta didik perludikembangkan utamanya dimensi karaktersiswa. Pemerintah yang merumuskanperaturan/undang-undang tentu berharapagar output pendidikan bisamempertahankan nilai-nilai luhur bangsa,menjadi masyarakat modern dan beradab.

Harapan tersebut nampaknyaharus berhenti di tengah perjalanan.Pendidikan yang diidam-idamkan menjualjasa pembangunan karakter, harus kandasditengah pusaran impian. Cita-cita yangdirencanakan oleh perundang-undangandalam pembentukan watak, nyaris belumsepenuhnya tersentuh di ranah pendidikan.Hampir semua praktisi pendidikan dudukbersama membahas, berdiskusi, berdialogtentang program pendidikan karakter,tetapi semua itu hanya sebuah statmentyang belum bisa terealisasikan seutuhnya.Wacana kurikulum yang sudah terjadibongkar pasang belum berani memasukikeseluruhan target karakter siswa. Parapembicara/pemateri cukup bringas saatmenjelaskan tentang pentingnyapendidikan karakter, namun serasa lemasketika pembuktian bagaikan bunga putrimalu yang tersentuh. Tidak bisadipungkiri, inilah gambaran duniapendidikan Indonesia, sejatinyamempunyai visi yang luar biasa bagusnya,namun belum bisa memulainya secarautuh.

Harus diyakini pula, pendidikan kitamasih tergila-gila dengan hasil, yaitumengutamakan hasil dari pada proses.

Orientasi pembelajaran juga masihterpaku pada nilai akademis saja, belummengintegrasikan nilai-nilai sikap.Evaluasi pembelajaran kadang juga masihberkutat pada pengetahuan, dan belummenyentuh pada kepribadian.

Pendidikan karakter seyogyanyadilakukan sejak usia dini atau selambat-lambatnya dibangku sekolah dasar (SD).Diusia inilah seseorang dapat denganmudah dibentuk, diarahkan dan dibinasesuai keinginan. Kesalahan membangunpendidikan karakter di usia sekolah dasar(SD) membuat sulitnya pembinaan setelahsiswa memasuki tingkatan kelasselanjutnya, sementara SMP dan SMAhanya turut melanjutkan pembinaansetelah siswa selesai menempuhpendidikan dasar.

Mengingat sifat karakterberkembang sesuai dan sejalan dengantahapan perkembangan anak sertalingkungan yang mempengaruhinya,maka pembinaan karakter seharusnyadimulai sejak usia dini, mulai saat ini jugadan setiap saat hingga hari-hari anakpenuh dengan nilai-nilai karakter.Ungkapan bahwa, untuk mengajari nilaikarakter terhadap anak ketika dia sudah“cukup tua untuk memilih system nilaimereka sendiri” merupakan ungkapanyang bisa membawa petaka buat diri anak(Zaim, 2009).

Memperhatikan begitu pentingnyapendidikan karakter untuk diajarkankepada siswa sejak sekolah dasar (SD)pertanyaannya adalah, sudahmaksimalkah dilaksanakan? Danbagaimana pelaksanaannya?. Inilah yangmenjadi tantangan dan pertanyaan besaruntuk pendidikan kita.

Penyebaran dan penanaman nilaikarakter tidak terlepas dengan kurikulum

Page 4: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

42

yang seharusnya berbasis karakter pula,kurikulum yang dirancang di SD bukansaatnya lagi lebih dominan kognitif daripada sikap dan mental, yang justrumerusak moral anak bangsa. Sepertihalnya peristiwa keunikan anak SDbeberapa Bulan silam. Masyarakat dibuattak berkedib dengan pemberitaan 4 orangsiswa SD yang membakar 21 raport dan 1data nilai. Pasalnya, empat siswa merasamalu nilai UKK-nya dibawah standar dansering diolok-olok temannya. Padahalsejatinya mereka ini belum tahu pasti hasilnilai UKK karena rapot kenaikan kelasjuga belum dibagikan. Peristiwa nekatanak SD Sumberjo (Lamongan) inimenjadi perhatian masyarakat(tribunnews, 2016).

Data tersebut bukan alasan salinglempar tangan tanggung jawab, yangpenting pemerintah dan pemangkukepentingan terus berupaya untuk mencariinovasi dan fomula-formula baru dalampembentukan karakter peserta didikutamanya sekolah dasar (SD), yangnotabennya sebagai generasi penerusperjuangan bangsa. Menjadi penting jugamengawal penguatan kurikulum denganbasis karakter, sehingga wacana tentangpengintegrasian mata pelajaran dengannilai karakter bisa terwujud dandiwujudkan dalam praktek kehidupansehari-hari seutuhnya.

A. Melirik kembali konseppendidikan karakter

Karakter, jika diartikan sederhanadalam Kamus Besar Bahasa Indonesiamerupakan pembeda antara seseorangdengan yang lainnya dari sudut pandangsifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budipekertinya. Masing-masing individusebenarnya mempunyai sifat yang

beragam, dan sifat tersebut hampirmemiliki kesamaan antar individu lainnya,hanya yang membedakan adalah padajenjang tempramen atau ukurannya. Jikaada orang yang mempunyai sifat pemarah,semua orangpun juga memilikinya,namun sebagian orang ada yangmelampiaskan kemarahannya dengansangat ekspresif (tampak), ada pula yangnonekspresif (tidak tampak). Posisikarakter berada pada pengendalian, yaitubisa mengendalikan sikap negatif danpintar melampiaskan dengan cara-carayang positif. Intinya, sifat positif dannegatif merupakan pembeda antara orangyang berkarakter dengan mereka yangtidak berkarakter. Sedangkan pendapatahli, Musfiroh 2008 menjelaskanbahwasanya karakter dapat terwujudapabila ada rangkaian aktif dari,(attitudes), (behaviors), (motivations), dan(skill). Jika seseorang yang bersikap danberperilaku sesuai dengan kaidah moral,mempunyai motivasi dalam hidup sertamempunyai keterampilan untukdikembangkan, definisi tersebut jugatermasuk penjabaran makna karakter .

Konsep tentang pendidikan karakterjuga bermakna pembelajaran akhlaq, yangmeliputi cognitif, feeling, action, Lickona(1991). Pengertian tersebut di tinjau dariproses pembentukannya, yaitu siswa kalipertama dikenalkan pada nilai-nilaikarakter yang menjadi target dan sekaligusmemahami strategi pencapaiannya,kemudian siswa diajak untuk merasakanakan indahnya berkarakter danmemvisualisasikan atau merenungkandampak dari realisasi tindakanberkarakter, dan terakhir siswa dibiasakanuntuk bertindak dengan mengacu padanilai-nilai karakter luhur yang tadinyadiketahui. Proses ini perlu dibiasakan

Page 5: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

43

setiap saat. Pembiasaan pula bukan hanyadisatu tempat saja melainkan disemuasetting kehidupan siswa barada.

Terkadang kata karakter juga seringdisama istilahkan dengan namatempramen. Tempramen jika dijabarkanberdasarkan asal terbentuknya terjadikarena faktor lingkungan sekitar(psikososial) dan karena faktor bawaansejak lahir (behavioral). Sementara itu,kedua faktor tersebut tidak bisadiperdebatkan, karena sama-samamemiliki landasan teori. Namun, beberapareferensi menegaskan faktor lingkunganyang berada pada jangkauan individu danmasyarakat sekitar tempat anakbersosialisasi, diyakini cukupmempengaruhi karakter anak. Jadi ikhtiardan usaha dalam upaya membantucaracter building seseorang utamanyaanak-anak, dapat dilakukan dengan caraperekayasaan lingkungan. Lingkungansekitar dapat dimodifikasi sedemikianrupa agar tercipta system masyarakat yangorientasinya terhadap pengembangankepribadian.

Pendidikan adalah hasil rekayasadan modifikasi lingkungan yangseharusnya menjadi tempat bagi siswauntuk mengembangkan karakter positif,dimana dia selalu berinteraksi denga gurudan teman siswa lainnya. Interaksi inilahyang disebut proses berkarakter. Khan(2010), juga memberi rambu-rambuapabila pendidikan menjadi tempatmemupuk karakter anak diantaranya;konservasi moral, konservasi budaya,konservasi lingkungan dan konservasihumanis. Sudut pandang keagamaan jugamemberi indicator mengenai acuanpendidikan karakter yang harusdibiasakan dalam lingkungan beragama,indicator karakter tersebut adalah; pikir

(fatonah), hati (siddiq), kinestetik(amanah) dan rasa (tablegh).

Realita yang terjadi, yang sudahdiungkap pada pendahuluan, pendidikankarakter masih belum sepenuhnyamaksimal, padahal pendidikan karaktermerupakan mega proyek yang harusdiutamakan dan dituntaskan. Kegagalanmembangun peradaban seringkali dimulaidengan kegagalan pendidikan dalammembangun karakter siswa, sebabpendidikan dipandang berpotensi dalammemudahkan penanaman dan penyebarannilai-nilai karakter. Oleh karena itu,sebagai sebuah motivasi uraian berikutdijelaskan alasan dibutuhkannyakebangkitan kembali pendidikan karakterdan pentingnya pendidikan karakter bagianak yang penulis sempat sadur dariLickona (1991): (a) Karena lemahnyakesadaran pada nilai-nilai moral, makabanyaknya generasi muda saling melukai,(b) Peradaban yang paling utama adalahmemberikan nilai-nilai moral padagenerasi muda, (c) Orang tua danmasyarakat kurang memberi pengajarantentang moral, (d) Kebablasan dalammemaknai dan menyikapi demokrasi,sehingga menyuarakan pendapat dengansemena-mena, dan (e) Anak salah memilihfigure untuk diteladani, yang seharusnyaguru lah yang menjadi teladan.

Lain halnya Ali Muhtadi,menjelaskan gagalnya pendidikankarakter di lembaga pendidikandisebabkan karena banyak hal,diantaranya; Masalah pembinaan karaktertidak terkoordinir dan cukup ditanganioleh guru Agama dan PKn; lemahnyaseorang guru dalam mengintegrasikannilai-nilai karakter pada pelajaran; prosespembelajaran karakter masih pada ranahpengetahuan belum pada praktik dan

Page 6: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

44

pembiasaan. Untuk memperbaiki danmengatasi kegagalan tersebut lembagapendidikan persekolahan hendaknya, 1)Melakukan kerjasama dan komunikasiefektif antara komponen sekolah denganorang tua untuk menyamakan persepsimengenai pendidikan karakter, 2)Membangun system persekolahan yangberbasis karakter secara universal, 3)Kurikulum dan materi pelajaranterintegrasi dengan upaya pembentukankarakter siswa.

Uraian diatas sungguhmengisyaratkan betapa urgennyamembangun karakter, dan menjadisebuah kaharusan yang tidak bolehdikesampingkan, mengingat kondisibangsa ini sudah mengalami pergeserannilai, utamanya nilai moral. Pendidikanmempunyai peran strategis dalampelaksanaan pembentukan karakter.Segala teknis dan strategi pembinaankarakter siswa dapat dilakukan lembagapendidikan berdasarkan potensi lembagamasing-masing. Yang pasti, konseptentang pendidikan karakter dan upayamembangun karakter tidak boleh redup,tetapi harus bangkit disaat-saat bangsa inimembutuhkan sebuah cahaya sebagaipenerang generasi muda bangsa.

B. Kurikulum berbasis karakterKurikulum berfungsi sebagai

pedoman dalam pelaksanaanpembelajaran. Kedudukannya yangsentral dalam proses pendidikan,kurikulum hal yang wajib hukumnya takboleh dipisahkan dari pendidikan itusendiri. Tujuan pendidikan juga dapatdicapai manakala kurikulum berperansebagaimana mestinya. Oleh karena itu,penyusunan kurikulum hendaknyamelibatkan banyak pihak yang bersifat

kolektif-kolegial, sehingga menghasilkankurikulum yang efektif dan yang mampumenyesuaikan dengan tuntutan jaman.

Kurikulum bagi guru, dapatdijadikan acuan dalam melakukanpembelajaran, sedangkan kurikulum bagisiswa dapat dijadikan acuan dalammenjalani beban belajar yang harusditempuh dalam waktu tertentu.

Seiring berjalannya waktu,pengembangan kurikulum yangditerapkan di lembaga pendidikan tentujuga harus menyesuaikan dengan lajuperkembangan Iptek. Kurikulum bersifatdinamis, artinya keberadaanya tidaksaklek sama persis dengan kurikulumbeberapa tahun sebelumnya. Beberapafakta menunjukkan, Negara yang suksesmenyelenggarakan pendidikan,disebabkan salah satunya oleh keberanianpelaku pendidikan dalam mengubahkurikulum yang tak lagi sesuai dengankebutuhan masyarakat. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa kurikulum harusdipaksa berubah manakala sudah tidaklagi sesuai dengan tuntunan jaman dankondisi masyarakat. Perubahan isi danatau susunan kurikulum dapat pulamendasarkan pada hasil evaluasikurikulum sebelumnya yang terlaksana,namun belum maksimal. Dalam upayamengubah dan mengembangkankurikulum perlu adanya evaluasi yangakuntabel, sebagai pijakan penyusunankurikulum yang lebih baik.

Kurikulum berbasis karakteradalah harga mati buat satuan pendidikandi Indonesia, karena kurikulum itulahsebagai usaha untuk menjawab tantangandan persolan bangsa ditengah mencuatnyadekadensi moral. Nampaknya, pendidikankita terus melakukan pembenahankurikulum, yang tentu mengarah terhadap

Page 7: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

45

pembentukan karakter peserta didik mulaidari usia dini hingga perguruan tinggi.Berikut beberapa konsep perjalananinovasi pendidikan yang berorientasiterhadap pembangunan karakter siswa.Penjabaran inovasi pendidikan yang akandisajikan tidak begitu lengkap, dan hanyamencakup pada kebijakan yang mengarahpada karakter siswa.

Mulai dari Community BasedEducation (CBE) atau akrab disebutpendidikan berbasis masyarakat, padainovasi ini masyarakat diberi kewenanganuntuk menentukan tujuan pendidikan.Kurikulumnya memberdayakanmasyarakat, karena pendidikan ini yangmerancang adalah masyarakat yangdiyakini dapat membangun segenappotensinya dengan melibatkanlingkungan. Motto dari program ini adalahdari masyarakat, oleh masyarakat danuntuk masyarakat. Pengelolaan danmanajemennya pun lebih banyakmemberdayakan kelembagaan dewanpendidikan dan komite sekolah. Dengandemikian, pemberlakuan kurikulumsetidaknya dapat memandirikanmasyarakat, yang pada akhirnya merekamampu memecahkan masalahnya sendiri.

Pelaksanaan pendidikan berbasismasyarakat sekurang-kurangnya memilikiprinsip yaitu; tujuan pendidikan lebihmementingkan kebutuhan masyarakat,melayani pemberdayaan kemampuandasar manusia dan persekolahanhendaknya berdampingan denganmasyarakat. Adapun pendekatan yangmesti dilakukan berupa pendekatankemanusiaan, kolaboratif, partisipatif,berkelanjutan dan budaya (Supriyadi J,2001).

Setelah program CBE, Kurikulumberbasis kompetensi (KBK) mulai tampak

ke permukaan dunia pendidikan, bahkanpemerintah dengan cepat memberlakukankurikulum berbasis kompetensi.Kurikulum ini mengacu pada kemampuandasar dan kemampuan pokok.Kemampuan dasar terlukis kompetensiyang harus dikuasai pada kelas/tingkatantertentu. Penilaian pada kurikulum inimulai dikenal dengan 3 item, kognitif,afektif dan psikomotor.

Tak lama kurikulum KBK diterapkan, nampaknya pemerintahmengubah sedikit haluan denganmelahirkan kebijakan tentangpemberlakuan kurikulum tingkat satuanpendidikan. KTSP merupakan kelanjutandari KBK yang menitik beratkan padanilai-nilai aplikatif dari pengetahuan yangdiperoleh peserta didik. KTSP jugamemberikan kewenangan kepada satuanpendidikan untuk menyusun kurikulumsesuai dengan kondisi sekolah dankebutuhan masyarakat sekitar. Sadiyo(2001), memberikan batasan padapelaksanaan KTSP, yaitu harus memuatkegiatan berpikir, social-emosional,keterampilan dan moral (akhlaq).

Buntut dari kurikulum ini adalah,life skill education atau dikenal dengannama pendidikan kecakapan hidup yangmeliputi; personal skill, self awareness,thingking skill, academic skill, social skill,vocational skill. Dari elemen pendidikankecakapan hidup ini diharapkan dapatmengatasi persoalan-persoalan anakbangsa. Misalnya saja, jika ada anak yangdengan keterbatasan biaya tidak dapatmelanjutkan sekolah atau putus sekolah,maka inovasi pendidikan ini memberikanketerampilan dan kecakapan untukmandiri yang sudah dimulai sejak merekaduduk dibangku SMA/SMK. Sementara,bagi anak yang mampu melanjutkan

Page 8: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

46

pendidikan berikutnya, pendidikankecakapan hidup juga telah membekalisiswa agar kelak meniti pendidikan tinggibisa hidup bersama dalam keberagaman,dengan kata lain mereka telah dibinakecerdasan sosio-emosionalnya pada saatmengenyam pendidikan tingkat atas ataukejuruan. Adapun proses pembelajaranyang menyentuh pada program ini adalahkepedulian social, kecakapan hati nurani.Tekhnik pengajarannya dengan caramemperbanyak pemecahan masalah(problem solving).

Kebijakan tentang pendidikankecakapan hidup juga berlangsung tidakterlalu lama, lagi-lagi ada inovasipendidikan terbaru yaitu pendidikankarakter. Inovasi ini menarik perhatiandikala Presiden SBY dalam peringatanHardiknas 2 Mei 2010, mencanangkanprogram pendidikan karakter ataucharacter building.

Pendidikan karakter yangdicanangkan pemerintah bermula padafenomena masyarakat yang secara terusmenerus mencerminkan krisis moral.Tujuan utama dari program pendidikan initidak lain adalah untuk membentuk siswayang berkrakter. Kebijakan ini banyakmembawa harapan akan teratasi masalahdekadensi moral. Elemen dari polapembinaan karakter mengacu padapengetahuan karakter, tindakan karakterdan kebiasaan berkarakter. Modelpembelajaran yang cocok untuk programini adalah sosiodrama, meskipun banyakmodel yang mengharuskan guru lebihkreatif.

Public kembali cair ketikamendengar wacana adanya kurikulumbaru, yaitu kurikulum 2013. Saat inikurikulum 2013 sudah mencapai tahapimplementasi, yang cukup populer setelah

pergantian kurikulum dari KTSP menjadiK.13 (atau nama lain). Pada kurikulumtersebut juga menekankan pada tiga aspekyaitu sikap, pengetahuan, danketerampilan. Jika dilihat selintas,kurikulum ini mengedepankan aspeksikap, atau dengan kata lain kurikulum inisangat menyentuh pada nilai-nilaikarakter.

Bahkan dalam kompetensinya, anakdidik diharapkan memiliki kemampuanhard skill dan soft skill. Dua kemampuanini adalah modal siswa untuk sukses. Hardskill merupakan terjemahan darikemampuan siswa yang tampak,sedangkan soft skill mengacu padakepribadian siswa. Karakter positiftermasuk pengembangan kemampuan softskill siswa. Dalam berbagai penelitian softskill lebih banyak menentukan kesuksesanseseorang dibandingkan hard skill.

Di Amerika Serikat misalnya,tepatnya di Havard Unuversity pernahmengeluarkan sebuah tulisan bahwa untukmensukseskan anak, tidak sekedar denganpengetahuan (hard skill) tetapi butuhkecerdasan social-emosional (soft skill),dengan angka hitung keberhasilanseseorang dikontribusi oleh soft skillsebanyak 85 %, sementara itu hard skillcukup memberikan kontribusi senilai15%.

Hingga sekarang, pro dan kontramasih menghinggap pada kebijakankurikulum 2013. Kurikulum ini masihterus dipertanyakan, bahkan hiruk pikukwacana pergantian kurikulum ini sesekaliterdengar, namun sampai saat inikurikulum 2013 masih tetap diterapkan.Dahulu pernah terdengar ungkapanoptimisme Mendikbud Mohammad Nuhyang menyebutkan bahwa kurikulum2013 itu “ganteng”. Semua orang boleh

Page 9: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

47

berwacana bahkan menggugat. Resah dangelisah terhadap kebijakan publikkhususnya pendidikan yang tidak sesuaidengan keinginannya, hanya saja agarterkesan positif seharusnya kegelisahantersebut dapat dijadikan bentuk saran yangkonstruktif.

Pengembangan kurikulum baru(Kurikulum 2013) didasari adanyafenomena-fenomena yang terjadi selamaini, misalnya merajalelanya korupsiditanah air, menjamurnya dangampangnya generasi muda bangsamengadopsi budaya asing tanpa memfiltersedikitpun, sementara budaya asing masihbelum tentu benar menurut bangsa ini.Maka, lahirlah Kurikulum 2013 sebagaiusaha untuk memperbaiki krisis karakterbangsa. Pilar yang hendak dibangunmelalui kurikulum 2013 ini adalahpertama, penghayatan yang optimalterhadap nilai-nilai luhur budaya bangsayang telah lama sirna; kedua, memberikankebebasan kepada siswa agar berkreasidan berinovasi dalam menemukan faktakeilmuan; dan yang ketiga, memupuk rasacinta tanah air dengan mengamalkan nilaikebangsaan dan menghargai karya bangsa.Penilaian pada kurikulum ini cukupmenarik, yaitu tidak serta mertamengandalkan hasil tes tetapi lebihmelihat pada prestasi keseluruhan denganassesment catatan portofolio.

Peralihan kekuasaan pemerintahantidak membuat kurikulum 2013 gembos,justru sebaliknya. Mendikbud baru(cabinet kerja), Muhadjir menerimadengan penuh bijak atas pemberlakuankurikulum 13. Masyarakat mengira,bahwa ketika ganti Mentri, kurikulumakan berganti. Namun, tidak untuk saatini, di tengah banyaknya pendapat antaradiubah atau tidak, sang Mentri

menetapkan K.13 dan mengeluarkanprogram baru yang mendukungterselenggaranya kurikulum 2013.Program tersebut yang saat inididambakan banyak kalangan dikenaldengan istilah Program PenguatanKarakter (PPK).

Muhadjir menyebut PPK tidakmengubah kurikulum yang sudah ada,melainkan hanya perubahan metodepembelajaran. Tidak main program ini,pada tahun 2017 Mendikbud telah melatih1.500 guru dan kepsek untuk penyiapanpelaksanaan PPK di sekolah-sekolah.Mereka dilatih khusus untuk membinakarakter anak pada programintrakurikuler, kokurikuler, danekstrakurikuler. Direncanakan pada tahun2020 semua sekolah wajib menerapkanPPK. Pihak kementrian pendidikan dankebudayaan berharap agar program inimenjadi instrument pemerintah dalammengatasi lemahnya pondasi mental anakbangsa.

Program PPK sungguh menjadiprogram unggulan pemerintah karenamendapat penguatan langsung dariPresiden RI Joko Widodo yangmengeluarkan Perpres tahun 2017 tentangprogram penguatan pendidikan karakteryang kemudian disingkat menjadi PPK.Progam ini pula diharapkan mampumembangun generasi emas yang berbudiluhur. Sentuhan dari Perpres ini pulamengharuskan agar satuan pendidikandapat bekerja sama dengan keluarga danmasyarakat untuk membina anak denganharmonisasi antara hati, rasa, pikir danraga yang kemudian menjadi sebuahkepribadian.

Demikianlah perjalanan inovasipendidikan seirama dengan perubahankurikulum di Indonesia. Sejatinya,

Page 10: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

48

pendidikan karakter sudah menjadi PRdari dulu hingga sekarang, denganprogram PPK diharapkan mampu secaranyata merealisasikan dan mempertajampembangunan karakter.

Untuk memulai peletakan dasarkarakter, perlu ada target pencapaianhingga siswa memahami dan berusahauntuk mencapai target tersebut. Diantaratarget yang banyak diperbincangkan padadiskusi-diskusi pendidikan, (IndonesiaHeritage Foundation) dalam Ratna M.(2007), membatasi pada siswa yangberkarakter harus memiliki sikapcinta/kasih saying, toleran, kreatif, displin,peduli, kerjasama, jujur, mandiri dansantun.

Dapat disimpulkan bahwakurikulum berbasis karakter jugamengarahkan peserta didik untukmelakukan tiga komponen dan ketiganyaberlangsung secara integrasi dalampembentukan karakternya, diantaranya;anak mau dan mampu menjadi orang baik,anak senang jika berbuat baik tetapi sangatmenyesal jika berbuat jelek, dan yangterkhir anak paham betul terhadap artikebaikan, serta dampaknya jika tidakberbuat baik.

C. Pembelajaran berbasis karakter diSekolah Dasar (SD)

Pembelajaran memegang perananpenting dalam pengembangan karakter.Mengintegrasikan antara nilai-nilaikarakter dengan mata pelajaran tertentumerupakan salah satu cara untukmengenalkan nilai karakter. Materi yangdisampaikan guru tidak melulu padatataran kognitif akademik saja, materinilai-nilai karakter juga perlu mendapatpenekanan, terutama karakter yangtercermin dalam praktik kehidupan anak.

Dengannya, anak tidak hanya memilikikemampuan akademik saja, tetapi jugamemiliki nilai kepribadian yang beradab.

Anak usia sekolah dasarsebenarnya masih rentan dengan konfliksocial, karena anak dihadapkan denganlingkungan keluarga yang masih protektif,sementara disekolah anak dituntut untukmandiri. Mereka mempunyai keinginanagar perlakuan didalam keluarga jugasama didapat di sekolah. Namun, hal itutidak mungkin. Maka, sekolah perlumendesain sedemikian rupa agar kelashampir menyerupai rumah keluarga bagianak.

Fenomena berikutnya adalahkarakteristik berpikir anak SD adalahtahap operasional kongkrit, yangmenuntut materi ajar supaya dikongkritkan dalam persepsi anak.Kesalahan memberikan pendekatanpembelajaran pada kondisi berpikir anakSD tersebut, menjadikan pembelajaranyang dilakukan oleh guru kurangbermakna. Lagi-lagi kondisi ini menuntutkompetensi kekhususan guru SDditampilkan, yaitu mampu mendesainpembelajaran dengan baik sesuaitingkatan berpikir anak SD.

Mencermati uraian diatas,sangatlah tidak mudah mengajari anakSD, utamanya mengajarkan nilai karakter,yang nantinya ada pengintegrasian antaramateri dengan pengembangan karakter.Namun semua ada solusi dan proses yangmenyembatani tugas mulia tersebut.

Menurut M. Nuh (2010), untukmembantu anak SD mengenalkan danmempraktikan pendidikan karakter dapatdilakukan dengan pembelajaran di dalamkelas dan diluar kelas (formal dan atauninformal) dan di lembaga satuanpendidikan sesuai tingkatannya.

Page 11: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

49

Pembelajaran berbasis karakteryang hendak dilakukan di dalam kelasbertitik tumpu pada pendidik danpengkondisian. Paling awal, Pendidikdiharapkan mampu menyusun rangkaiandan tahapan pembelajaran denganmemasukkan nilai karakter pada materipelajaran. Guru memang di ujikepekaannya disaat menyusun rencanapembelajaran. RRP yang disiapkan gurumenggambarkan pelaksanaanpembelajaran dari awal sampai denganakhir, sehingga RPP inilah yang dapatmembatu guru dalam mencapai tujuanpembelajaran tiap tatap muka. Kaitandengan pembinaan karakter, hendaknyadalam RPP juga tertulis jenis karakteryang hendak dicapai guru selama prosespembelajaran berlangsung. Rincianmacam karakter dalam naskah RPP,tergambar pada semua tahapan intipembelajaran. Apabila hal ini dilakukanoleh guru, maka ditahap persiapan danperencanaan dapat dipastikan guru siapmembangun kinerja untuk membinakarakter anak. Intinya, RPP inilah yangdapat dijadikan tolak ukur pertamamengenai keseriusan pendidik dalammenindak lanjuti program pembelajaranberbasis karakter.

Pekerjaan kelas lain bagi gurudalam mengembangkan karakter anakadalah keterampilan mengajar.Keterampilan mengajar adalah follow updari rencana pembelajaran yang ditulisguru. Guru hendaknya dapat memainkanritme dan tempo dalam kelas saatpembelajaran berlangsung, dan supayamembuat anak semangat mengikutipelajaran, menghindari kejenuhan, semuasiswa terlibat secara aktif pada kegiatanbelajar, dan materi yang diajarkanmenghasilkan sebuah makna bagi siswa,

semuanya adalah tekhnik dan rambudalam melaksanakan pengajaran.Mengajarkan karakter tentu berbedadengan pengajaran yang hanya padahafalan saja. Ketika materi pelajaran telahterintegrasi dengan nilai –nilai karakter,tinggal usaha guru agar penyampaiannyamenimbulkan bekas lama pada anak.Misalnya menggunakan metode bermainperan, simulasi, mengerjakan proyek,dll.Sekolah dan guru diberi kebebasan untukmemilih metode pembelajaran tertentusesuai dengan potensi anak. Dalam hal ini,kompetensi pedagogiek guru ikutmenentukan keberhasilan ikhtiar mulyaini.

Sedangkan pengkodisianartinya, suasana kelas yang disettingsemenarik mungkin untuk menunjangpenyampaian materi tentang karakter.Pengkondisisan menyangkut keikutsertaan semua siswa terhadap rangkaianpengembangan karakter, misal, kelasdikondisikan dengan memberikesempatan seluas-luasnya kepada siswaagarmenilai, memberi masukan/saran kepadasesama teman tentang perilaku anakselama proses pembelajaran.Pengkondisian lingkungan kelas terhadappembinaan karakter anak adalah; denganmenciptakan keteladanan bagi anak,pemberian teguran dan nasehat pada siswayang tidak sesuai aturan, membuat mediaaudio-visual tentang kisah teladan paratokoh dan pengadaan slogan-slogan yangmencerminkan ajakan berkarakter ditiapdinding kelas.

Pengkondisian lain yangmenggambarkan pengembanganpendidikan karakter di dalam kelas adalahbudaya baris berbaris sebelum masukkelas, membiasakan berdoa sebelum

Page 12: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

50

memulai pelajaran, penyediaan tempatsampah di kelas, dan terdapat daftarpetugas kebersihan oleh semua siswasecara bergiliran.

Apabila pembelajaran berbasiskarakter ini dilakukan di luar kelas, makadapat dilakukan dengan mengoptimalkankegiatan ekstrakurikuler. Pendidikanpersekolahan tentunya mempunyaibanyak saluran bakat minat yang tertuangdalam program ekstrakurikuler. Sekolahperlu juga mengintegrasikan kegiatanekskul dengan pemantapan dan penguatannilai-nilai karakter. Anak dibina bukanhanya untuk mengembangkan potensisesuai minatnya, melainkan juga dituntutmengembangkan sikap dan mental yangbaik. Kegiatan ekskul dipandang cukupefektif dalam ikut andil membina karakteranak, karena ekskul merupakan kegiatanpendidikan sekolah yang banyak digemarioleh anak. Semangat mengikuti ekskulinilah yang menjadi moment tepat untukjuga menyentuh nilai karakter anak. Yangharus dilakukan sekolah adalah dua hal,pertama, menyiapkan guru Pembinaekstrakurikuler yang dapat diajak kerjasama tidak hanya pada pengembanganpotensi anak, tetapi mereka yang siapuntuk membangun pondasi kepribadiananak, kedua, melakukan pengawasan danpendampingan terhadap pergerakansemua ekskul untuk memastikan bahwakonten-konten karakter ada pada semuakegiatan ekstrakurikuler.

Penugasan unjuk kerja di rumahsecara berkelompok merupakan usahaguru dalam mengembangkan nilaikarakter anak. Anak akan terdorong untukmenyikapi tugas tersebut dengan penuhtanggung jawab dan menyenangkan.Kebersamaan menyelesaikan tugas dariguru diluar sekolah termasuk keasyikan

tersendiri buat siswa, khususnya siswaSD. Disadari atau tidak, materi yangmereka pelajari bersama, sejatinyaberimbang dengan praktik nilai karakteryang telah dilakukan oleh anak. Anakakan belajar tentang nilai tanggung jawab,kepedulian, keakraban, kekompakan, dll.

D. Upaya layanan bimbingankonseling (BK) terhadapPengembangan karakter Anak SD.

Konselor atau guru BKmempunyai keahlian dan fungsi khususdalam pendidikan persekolahan.Keberadaannya cukup mempengaruhiterhadap keberhasilan tumbuh kembanganak. Secara umum tugas guru BK adalahmengatasi masalah-masalah anak. Dalamperkembangannya, guru BK tidak hanyasebagai pahlawan buat siswa, tetapi lebihpada pengembangan potensi anak.

Tugas pengembangan inilah yangdinilai oleh penulis di majalahinternasional ERC, bahwa guru BKdituntut agar menjadi pioner sekaliguscoordinator program pendidikan karakter.

Pendidikan karaktersesungguhnya pelayanan secarapsikologis yang kaidah layanannya jugamelalui teori psikologi. Sementara itu,guru BK adalah pendidik yang secarakhusus dibekali keilmuan psikologi untukmembuat anak menemukan jati dirinya.Faktanya, ditengarai masih ada beberapakendala terhadap keberfungsian BK disekolah, termasuk upaya membantupencapaian character building.

Salah satu penyebab disfungsitersebut misalnya, rasio guru BK dengansiswa belum sepenuhnya terpenuhi,akhirnya sekolah asal tunjuk sebagaipetugas yang menjalankan roda ke-BK-an.Apalagi ditingkat sekolah dasar (SD)

Page 13: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

51

sebagian besar belum ada guru BK, dantentunya belum pula melaksanakanlayanan BK. Mengingat kebutuhan siswaSD yang memasuki perkembangan vitaldiusianya, guru BK mestinya hadir untukmenemani mereka dalam mengatasikemungkinan masalah perkembangan,terutama perkembangan moral.

Menyikapi hambatan diatas, bukansebuah pilihan, melainkan sebuahkeharusan bahwa, di SD perlu adastructural dan penugasan khusus terhadapguru BK, dan dalam merekrut ataumenunjuk tenaga BK harus betul-betulorang yang ahli dan kompeten dibidangBK. Artinya, seorang konselor (sebutanguru BK) adalah mereka yang telahmenempuh kualifikasi sarjana/magisterBK/psikologi. Apabila ini tidak dilakukanatau menugaskan sembarang orangsebagai pelayanan BK, Malpraktiklayanan bisa saja terjadi, dan program BKtidak sejalan sesuai peraturan. Siswamerasa takut dengan nama BK, akhirnyadambaan sekolah agar keberadaan BKdapat membantu mengatasi masalah anak,justru sebaliknya membuat masalahdengan anak. Ruang BK yang seharusnyamenjadi rumah sendiri di sekolah bagisiswa, akibat sembarang menugaskantenaga BK, akhirnya ruang BK menjaditempat yang menakutkan buat siswa,bahkan ke ruang BK pun datang denganterpaksa, bukan atas kehendak sendiriuntuk konsultasi.

Salah satu tujuan BK di Sekolahadalah mengubah perilaku siswa. Melaluipelaksanaan bimbingan dan konselingdiharapkan dapat mengubah sikap negatifsiswa melalui pendekatan yang efektif.Sehingga dalam hal ini guru pembimbingatau konselor diharapkan bisa menjaditempat tumpuan para siswa untuk

memperoleh layanan dalam upayapengembangan diri secara positif. Untukitu apa yang menjadi kebutuhan siswasebaiknya dipahami secara mendalamoleh guru pembimbing atau konselor agardalam memberikan layanan benar-benarsesuai dengan kebutuhan dan tingkatperkembangan siswa.

Kaitan dengan pengembangankarakter, konselor hendaknya menyiapkansebuah layanan khusus yang menanganikarakter anak. Layanan yang dimaksudtidak mengubah jenis layanan BK yangsudah ada, tetapi terintegrasi dengankonten pembinaan karakter. Contoh sajaketika ada anak yang menggunakan jasalayanan konseling individu untukmenyelesaikan masalahnya, makakonselor wajib menyelesaikan masalahtersebut, namun disela-selamenyelesaikan masalah anak, konselormemberikan pengaruh nilai karakter darimasalah anak tersebut. Ini butuhpembiasaan dari guru BK dan semuastrategi dapat dikreasikan oleh konselorsesuai kemampuanya.

Apabila pembinaan karakterdisangkut pautkan dengan fungsi BKdisekolah, maka BK sebagai kelembagaandi sekolah perlu mendesain agar fungsi-fungsi BK di sekolah (seperti; preventif,kuratif dan preservative) harus mengarahpada pemberdayaan dan pengembangankarakter siswa. Preventif artinya, guru BKsupaya sedapat mungkin mencegahterjadinya kemungkinan-kemungkinannilai karakter negatif menimpa padasiswa, kuratif artinya guru BK harussedapat mungkin menyembuhkan ataumengatasi/menyelesaikan anak yangdiduga mempunyai karakter negatifdiubah menjadi positif, sedangkanpreservativ artinya tugas guru BK harus

Page 14: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

52

sedapat mungkin memelihara danmengembangkan nilai-nilai karakterpositif siswa agar tidak terpengaruh darilingkungan yang rentan dengan nilaikarakter negatif.

E. PenutupKondisi dekadensi moral di

Indonesia yang semakin tahun semakinmeningkat, bukan hanya kuantitasmelainkan juga pada kualitas. Ini adalahtantangan bangsa yang mesti dijalani dandihadapi. Penanganannya membutuhkanstrategi yang efektif dan handal,sedangkan implementasinya mengharapbanyak pihak untuk berkolaborasi dansaling berkontribusi.

Pendidikan adalah usahamenjawab persoalan anak/generasibangsa. Pada penerapannya pendidikanmasih memerlukan seperangkat targetuntuk dikuasai siswa, yang dikenal dengankurikulum. Kurikulum yang dimaksudadalah tidak hanya berpusat padapengusaan akademik saja tetapi aspekkarakter menjadi fokus utama.Keberadaan kurikulum berbasis karaktermutlak untuk diterapkan di setiap satuanpendidikan. Kepala sekolah, guru,konselor dan karyawan lainnya sebagaikomponen pendidikan perlu bersinergiuntuk membangun pondasi karakterpeserta didik. Sehingga output pendidikantidak hanya membawa seperangkatkemampuan pengetahuan, tetapi jugamembawa nilai-nilai karakter yang telahmelekat pada dirinya.

Khususnya anak sekolah dasar(SD) yang mempunyai karakteristikimitasi (meniru) dari yang dilihat dandidengar. Apabila salah mendidik danmengarahkan terlebih keliru meneladani,maka yang menjadi pertaruhan adalah

petaka kemanusiaan buat siswa sendiridan keluarganya, akhirnya bangsa jugaikut menanggung beban akibat krisismoral generasi muda. Oleh karena itu,sudah saatnya pendidikan kitamerekontruksi menjadi pendidikan(kurikulum) yang berbasis karakter danmendukung program pemerintah dalampembentukan karakter anak. Padaakhirnya, pendidikan di Indonesia dapatmelahirkan individu yang cerdas danbermoral, sehingga bangsa ini semakinbermartabat.

Daftar PustakaDepdiknas. 2007. Rambu-Rambu

Penyelenggaraan PendidikanProfesional Konselor. DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Elmubarok, Zaim. 2009. MembumikanPendidikan Nilai. Mengumpulkanyang terserak,menyambung yangterputus dan menyatukan yangtercerai. Alfabeta.

Bandung

ERIC Resource Center ED475389 2003 -06-00 Character Education: WhatCounselor

Educators Need To Know. ERIC/CASSDigest. www.eric.ed.gov.

Fathul Mu’in. 2011. Pendidikan Karakter,Konstruksi Teoritik dan Praktik. Ar-Ruzz

Media. Jogjakarta.

Jalal, Supriyadi. 2001. Reformasipendidikan dalam konteks otonomidaerah. Rajawali. Jakarta.

Khan, Yahya. 2010. Pendidikan KarakterBerbasis Potensi Diri. PelangiPublising. Yogyakarta.

Page 15: MEREKONSTRUKSI KURIKULUM BERBASIS KARAKTER DI …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 1, Januari-Juni 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

53

Lickona, Thomas. 1991. Educating forcharacter:how our school can teachrespect and responsibility. BantamBooks. New York.

Megawangi, Ratna. 2007. Pendidikankarakter solusi yang tepat untukmembangun bangsa. Cetakan ke dua(revisi). Indonesia Heritage. Bogor.

Muhtadi, Ali. 2011. Implementasipendidikan karakter dalamkurikulum sekolah.Tersediadihttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Implementasi%20Pendidikan%20karakter%20dalam%20kurikulum%20di%20sekolah.pdf. Diakses tanggal 10 Juni 2016.

Musfiroh,Tadkiroatun.2008.Pengembangan Karakter AnakMelalui Pendidikan Karakter.Tinjauan Beberapa AspekCharacter Building. KerjasamaLembaga Penelitian UnversitasNegeri Yogyakarta dan TiaraWacana. Yogyakarta.

Nuh, Mohammad. 2010. Kerangka AcuanPendidikan karakter TahunAnggaran 2010. DirktoratKetenagaan Direktorat JendralPendidikan Tinggi KementrianPendidikan Nasional

Sadiyo. 2001. Kurikulum pendidikankewarganegaraan berbasiskompetensi – jurnal ilmu pendidikanno 4 jilid 8 halaman 271 – 281.

Sopiani, Ani. 2012. Sukses MenjadiPendidik Karakter Siswa.. LiteraturMedia Sukses. Depok

Berita online:Tersedia dihttp://surabaya.tribunnews.com/2016/06/01/4-siswa-pembakar-21-rapor-dan-data-nilai-sepakat-dibina. Diakses tanggal 30januari 2017.

Tersedia dihttp://news.okezone.com/read/2017/01/16/65/1592912/pendidikan-karakter-dimulai-tahun-ajaran-2017. Jakarta.Diakses tanggal 30 Januari 2017

Tersedia dihttp://www.tribunnews.com/nasional/2016/12/30/tahun-2017-mendikbud-genjot-penguatan-pendidikan-karakter.Surabaya. Diakses pada tanggal 30 Januari2017.